KEMATIAN JASMANI 3 (KEKEKALAN JIWA)

PDT.BUDI ASALI, M.DIV.
KEMATIAN JASMANI 3 (KEKEKALAN JIWA)
II) Ketidak-bisa-binasaan / kekekalan jiwa
(The immortality of the soul).

Pada saat mati, atau terpisahnya tubuh dengan jiwa, maka terjadi pembusukan terhadap tubuh. Tetapi apa yang lalu terjadi dengan jiwa? Apakah jiwa itu musnah, atau tetap ada dan hidup terus setelah kematian / terpisahnya jiwa dengan tubuh? Kekristenan mempunyai keyakinan bahwa jiwa terus hidup setelah kematian atau setelah terpisahnya jiwa itu dengan tubuh. Ini disebut dengan ‘the immortality of the soul’ (= ketidak-bisa-binasaan jiwa / kekekalan jiwa).

A) Istilah ‘immortality’.

1) Dalam arti mutlak ‘immortality’ hanya merupakan milik dari Allah.

Louis Berkhof mengatakan bahwa dalam arti yang paling mutlak, istilah ‘immortality’ itu hanya ditujukan kepada Allah saja.

1Timotius 6:15-16 - “(15) yaitu saat yang akan ditentukan oleh Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan. (16) Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorangpun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. BagiNyalah hormat dan kuasa yang kekal! Amin”.

KJV: ‘Who only hath immortality’ (= Yang adalah satu-satunya yang mempunyai kekekalan / ketidak-bisa-binasaan).

Tetapi Louis Berkhof menambahkan bahwa ayat ini tidak berarti bahwa dari antara makhluk-makhluk ciptaan Allah tidak ada satupun yang mempunyai ‘immortality’. Kata-kata Paulus dalam 1Tim 6:15-16 itu tentu tidak berarti bahwa malaikat-malaikat tidak immortal. Arti dari ayat ini adalah bahwa Allah adalah satu-satunya ‘makhluk’ yang memiliki ‘immortality’ sebagai milik yang orisinil, kekal dan harus ada (necessary). ‘Immortality’ apapun yang ada pada makhluk ciptaan, tergantung pada kehendak Allah, dan diberikan kepada mereka, dan karena itu mempunyai permulaan. Tetapi ‘immortality’ pada diri Allah bebas dari semua pembatasan waktu.

2) ‘Immortality’, dalam arti keberadaan tanpa akhir, juga adalah milik dari semua roh, termasuk jiwa / roh manusia.

Pada saat mati, jiwa manusia tetap mempertahankan keberadaannya, kehidupannya, dan identitasnya.

Sebetulnya, ‘immortality’ juga adalah milik dari manusia sebelum kejatuhannya ke dalam dosa. Pada saat belum ada dosa, manusia mempunyai ‘immortality’, atau tidak bisa mati, tetapi ia mempunyai kemungkinan untuk masuk dalam keadaan bisa mati, yaitu kalau ia berbuat dosa. Dan dalam faktanya, akhirnya manusia memang jatuh ke dalam dosa, sehingga manusia masuk dalam keadaan bisa mati (mortal).

Tetapi setelah manusia itu mati, maka jiwanya tidak bisa mati selama-lamanya.

B) Dasar kepercayaan terhadap ‘immortality’ dari jiwa manusia.

1) Jelas bahwa Allah itu ada dan Allah itu adil, tetapi juga jelas bahwa dalam kehidupan ini, keadilan itu belum terlaksana. Ada banyak kasus dimana ketidak-adilan merajalela, dan ada banyak dosa yang belum dihukum, dan ada banyak orang benar yang menderita / ditindas sedangkan orang jahat justru jaya, dan sebagainya. Kalau pada saat mati, jiwa musnah, dan tidak ada kehidupan setelah kematian, maka semua ketidak-adilan ini tidak pernah diluruskan. Itu berarti Allah tidak adil, dan itu tidak mungkin!

Louis Berkhof: “the demands of justice are not met in this present life. ... Hence, there must be a future state of existence, in which justice will reign supreme, and the inequalities of the present will be adjusted” (= tuntutan keadilan tidak dipenuhi dalam kehidupan sekarang ini. ... Karena itu, harus ada keadaan keberadaan yang akan datang, dalam mana keadilan akan memerintah sepenuhnya, dan ketidak-rataan / ketidak-samaan dari masa sekarang akan disesuaikan) - ‘Systematic Theology’, hal 674.

2) Dasar Kitab Suci.

Herman Hoeksema: “Apart from revelation, and that too, the revelation in Scripture, there is really no proof whatsoever that the soul of man continues to exist after physical death” (= Terpisah dari wahyu / penyataan, dan itupun, wahyu / penyataan dalam Kitab Suci, tidak ada bukti apapun yang sungguh-sungguh bahwa jiwa manusia terus ada setelah kematian jasmani) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 747.

Satu hal yang perlu diperhatikan adalah: sekilas pandang Kitab Suci tidak mengajarkan ‘immortality’ dari jiwa manusia, karena:

a) Kitab Suci mengatakan bahwa hanya Allah yang mempunyai ‘immortality’ (1Timotius 6:15-16).

b) Kitab Suci tidak pernah memberikan pernyataan explicit bahwa jiwa manusia itu ‘immortal’.

Ini menyebabkan sekte-sekte sesat seperti Saksi Yehuwa sering menantang orang Kristen untuk menunjukkan satu ayat yang menunjukkan bahwa jiwa manusia itu ‘immortal’.

Tetapi sama seperti dalam kasus Allah Tritunggal, dimana tidak ada satu ayatpun yang mengajarkan seluruh doktrin ini, maka dalam kasus ini, sekalipun tidak ada satupun ayat yang secara explicit menyebutkan bahwa jiwa manusia itu immortal, tetapi itu tidak berarti bahwa pandangan itu tidak benar. Dalam banyak ayat Kitab Suci ditunjukkan bahwa jiwa manusia tetap hidup setelah kematian.

1. Dalam Perjanjian Lama.

Perjanjian Baru memberikan lebih banyak ayat yang menunjukkan immortal dari jiwa dibandingkan dengan Perjanjian Lama. Mengapa? Karena 2Tim 1:10 mengatakan: “dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa”.

KJV: ‘and hath brought life and immortality to light through the gospel’ (= dan telah membawa hidup dan ketidak-bisa-binasaan kepada terang melalui injil).

Jadi, kedatangan Yesus yang pertama / Injil menyatakan immortality / ketidak-bisa-binasaan itu. Karena itu tidak aneh kalau sebelum kedatangan, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, yaitu dalam jaman Perjanjian Lama, ajaran ini tidak banyak diberikan.

Tetapi itu tidak berarti bahwa dalam Perjanjian Lama ajaran itu sama sekali tidak ada. Sekarang perhatikan hal-hal / ayat-ayat di bawah ini:

a. Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.

Kej 1:26-27 - “(26) Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’ (27) Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia; laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka”.

Karena itu, manusia pasti memiliki kekekalan / immortality.

b. Perjanjian Lama mengajarkan bahwa orang mati akan pergi ke SHEOL.

Arti dari SHEOL akan dibahas dalam pelajaran-pelajaran yang akan datang, tetapi apapun arti dari SHEOL, perginya orang mati ke SHEOL tetap menunjukkan bahwa jiwa manusia itu tetap ada setelah mati.

· Ul 32:22 - “Sebab api telah dinyalakan oleh murkaKu, dan bernyala-nyala sampai ke bagian dunia orang mati (SHEOL) yang paling bawah; api itu memakan bumi dengan hasilnya, dan menghanguskan dasar gunung-gunung”.

· Mazmur 9:18 - “Orang-orang fasik akan kembali ke dunia orang mati (SHEOL), ya, segala bangsa yang melupakan Allah”.

Catatan: kata-kata ‘akan kembali’ dalam KJV diterjemahkan ‘shall be turned into’ (= akan dibelokkan ke dalam).

· Mazmur 49:15 - “Seperti domba mereka meluncur ke dalam dunia orang mati, digembalakan oleh maut; mereka turun langsung ke kubur, perawakan mereka hancur, dunia orang mati (SHEOL) menjadi tempat kediaman mereka”.

Jelas bahwa orang-orang yang masuk ke dunia orang mati itu tetap ada, dan jelas juga bahwa keadaan mereka tidak menyenangkan.

Dan ayat-ayat di bawah ini menunjukkan bahwa seseorang hanya masuk ke tempat dengan kebahagiaan yang sempurna, kalau ia dibebaskan dari dunia orang mati (SHEOL) itu.

¨ Mazmur 89:49 - “Siapakah orang yang hidup dan yang tidak mengalami kematian, yang dapat meluputkan nyawanya dari kuasa dunia orang mati (SHEOL)? Sela”.

¨ Hosea 13:14 - “Akan Kubebaskankah mereka dari kuasa dunia orang mati, akan Kutebuskah mereka dari pada maut? Di manakah penyakit samparmu, hai maut, di manakah tenaga pembinasamu, hai dunia orang mati (SHEOL)? MataKu tertutup bagi belas kasihan”.

Louis Berkhof: “Man enters upon the state of perfect bliss only by a deliverance from SHEOL. In this deliverance we reach the real core of the Old Testament hope of a blessed immortality. This is clearly taught in several passages, such as Ps. 16:10; 49:14,15” (= Manusia masuk ke dalam keadaan kebahagiaan yang sempurna hanya oleh pembebasan dari SHEOL. Dalam pembebasan ini kita mencapai inti sesungguhnya dari pengharapan Perjanjian Lama tentang suatu kekekalan yang diberkati. Ini diajarkan secara jelas dari beberapa text seperti Maz 16:10; 49:15-16) - ‘Systematic Theology’, hal 675.

Mazmur 16:9-11 - “(9) Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram; (10) sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati (SHEOL), dan tidak membiarkan Orang KudusMu melihat kebinasaan. (11) Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapanMu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kananMu ada nikmat senantiasa”.

Mazmur 49:16 - “Tetapi Allah akan membebaskan nyawaku dari cengkeraman dunia orang mati (SHEOL), sebab Ia akan menarik aku. Sela”.

c. Dalam Perjanjian Lama ada ajaran tentang kebangkitan orang mati.

1. Kel 3:6a - “Lagi Ia berfirman: ‘Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.’”.

Sekalipun ayat ini tidak secara explicit mengajarkan kebangkitan orang mati, tetapi Yesus menafsirkan ayat ini secara implicit untuk menghasilkan ajaran tentang adanya kebangkitan orang mati itu.

Matius 22:32 - “Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup.’”.

Maksudnya, tidak mungkin Allah menyebutkan dirinya sebagai ‘Allah dari Abraham, Ishak dan Yakub’ seandainya Abraham, Ishak dan Yakub, yang saat itu sudah mati, tidak lagi mempunyai keberadaan. Bahwa Allah menyebut diriNya sebagai ‘Allah dari Abraham, Ishak dan Yakub’ jelas menunjukkan bahwa sekalipun mereka sudah mati, tetapi mereka tetap mempunyai keberadaan. Jiwa mereka tetap hidup selama-lamanya.

2. Yesaya 26:19 - “Ya, TUHAN, orang-orangMu yang mati akan hidup pula, mayat-mayat mereka akan bangkit pula. Hai orang-orang yang sudah dikubur di dalam tanah bangkitlah dan bersorak-sorai! Sebab embun TUHAN ialah embun terang, dan bumi akan melahirkan arwah kembali”.

Bagian yang saya beri garis bawah ganda diterjemahkan KJV sebagai berikut: ‘the earth shall cast out the dead’ (= bumi akan mengeluarkan orang mati).

3. Daniel 12:2 - “Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal”.

Catatan:

· bagian yang saya beri garis bawah tunggal salah terjemahan. Dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia kelihatannya tidak semua akan bangun / bangkit.

NIV: ‘Multitudes who sleep in the dust of the earth’ (= Orang banyak yang tidur dalam debu dari bumi).

· kata-kata ‘akan bangun’ jelas menunjuk pada kebangkitan orang mati.

d. Ada banyak ayat Perjanjian Lama yang menunjukkan bahwa orang-orang benar yang mati menikmati persekutuan dengan Allah.

Mazmur 16:9-11 - “(9) Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram; (10) sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang KudusMu melihat kebinasaan. (11) Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapanMu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kananMu ada nikmat senantiasa”.

Mazmur 17:15 - “Tetapi aku, dalam kebenaran akan kupandang wajahMu, dan pada waktu bangun aku akan menjadi puas dengan rupaMu”.

Mazmur 73:24-26 - “(24) Dengan nasihatMu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan. (25) Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. (26) Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya”.

Ayub 19:26-27 - “(26) Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingkupun aku akan melihat Allah, (27) yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikanNya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana karena rindu”.


e. Pkh 3:10-11 - “(10) Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya. (11) Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir”.

KJV: ‘the world’ (= dunia).

RSV/NIV/NASB: ‘eternity’ (= kekekalan).

2. Dalam Perjanjian Baru.

a. Dalam Perjanjian Baru jelas dikatakan bahwa jiwa orang mati tetap ada, dan ini berlaku untuk orang percaya / orang benar maupun untuk orang yang tidak percaya / orang jahat.

Matius 10:28 - “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka”.

Matius 11:21-24 - “(21) ‘Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. (22) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. (23) Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. (24) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.’”.

Mat 12:41 - “Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!”.

Lukas 23:43 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’”.

Yohanes 11:25-26 - “(25) Jawab Yesus: ‘Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, (26) dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?’”.

Yohanes 14:2-3 - “(2) Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. (3) Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada”.

Roma 2:5-11 - “(5) Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan. (6) Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, (7) yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, (8) tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman. (9) Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat, pertama-tama orang Yahudi dan juga orang Yunani, (10) tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani. (11) Sebab Allah tidak memandang bulu”.

2Korintus 5:1,10 - “(1) Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia. ... (10) Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat”.

b. Dalam Perjanjian Baru diajarkan doktrin tentang kebangkitan orang mati.

Bagi orang-orang percaya, maka tubuh dibangkitkan dan bersama dengan jiwa masuk ke dalam kehidupan yang sempurna dalam persekutuan dengan Allah. Sedangkan bagi orang-orang yang tidak percaya, kebangkitan juga berarti suatu keberadaan yang diperbaharui dari tubuh, tetapi ini hampir tidak bisa disebut kehidupan. Kitab Suci bahkan menyebutnya sebagai kematian kekal.

Lukas 20:35-36 - “(35) tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan. (36) Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan”.

Yoh 5:25,28-29 - “(25) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. ... (28) Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suaraNya, (29) dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum”.

Kis 24:15 - “Aku menaruh pengharapan kepada Allah, sama seperti mereka juga, bahwa akan ada kebangkitan semua orang mati, baik orang-orang yang benar maupun orang-orang yang tidak benar”.

1Korintus 15:12-55 - “(12) Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati? (13) Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. (14) Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu. (15) Lebih dari pada itu kami ternyata berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan, bahwa Ia telah membangkitkan Kristus - padahal Ia tidak membangkitkanNya, kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan. (16) Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. (17) Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. (18) Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus. (19) Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia. (20) Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. (21) Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. (22) Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. (23) Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milikNya pada waktu kedatanganNya. (24) Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. (25) Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuhNya di bawah kakiNya. (26) Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut. (27) Sebab segala sesuatu telah ditaklukkanNya di bawah kakiNya. Tetapi kalau dikatakan, bahwa ‘segala sesuatu telah ditaklukkan’, maka teranglah, bahwa Ia sendiri yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus itu tidak termasuk di dalamnya. (28) Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diriNya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawahNya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua. (29) Jika tidak demikian, apakah faedahnya perbuatan orang-orang yang dibaptis bagi orang mati? Kalau orang mati sama sekali tidak dibangkitkan, mengapa mereka mau dibaptis bagi orang-orang yang telah meninggal? (30) Dan kami juga - mengapakah kami setiap saat membawa diri kami ke dalam bahaya? (31) Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut. Demi kebanggaanku akan kamu dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, aku katakan, bahwa hal ini benar. (32) Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka ‘marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati’. (33) Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. (34) Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi! Ada di antara kamu yang tidak mengenal Allah. Hal ini kukatakan, supaya kamu merasa malu. (35) Tetapi mungkin ada orang yang bertanya: ‘Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?’ (36) Hai orang bodoh! Apa yang engkau sendiri taburkan, tidak akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu. (37) Dan yang engkau taburkan bukanlah tubuh tanaman yang akan tumbuh, tetapi biji yang tidak berkulit, umpamanya biji gandum atau biji lain. (38) Tetapi Allah memberikan kepadanya suatu tubuh, seperti yang dikehendakiNya: Ia memberikan kepada tiap-tiap biji tubuhnya sendiri. (39) Bukan semua daging sama: daging manusia lain dari pada daging binatang, lain dari pada daging burung, lain dari pada daging ikan. (40) Ada tubuh sorgawi dan ada tubuh duniawi, tetapi kemuliaan tubuh sorgawi lain dari pada kemuliaan tubuh duniawi. (41) Kemuliaan matahari lain dari pada kemuliaan bulan, dan kemuliaan bulan lain dari pada kemuliaan bintang-bintang, dan kemuliaan bintang yang satu berbeda dengan kemuliaan bintang yang lain. (42) Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan. (43) Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. (44) Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah. (45) Seperti ada tertulis: ‘Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup’, tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan. (46) Tetapi yang mula-mula datang bukanlah yang rohaniah, tetapi yang alamiah; kemudian barulah datang yang rohaniah. (47) Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal dari sorga. (48) Makhluk-makhluk alamiah sama dengan dia yang berasal dari debu tanah dan makhluk-makhluk sorgawi sama dengan Dia yang berasal dari sorga. (49) Sama seperti kita telah memakai rupa dari yang alamiah, demikian pula kita akan memakai rupa dari yang sorgawi. (50) Saudara-saudara, inilah yang hendak kukatakan kepadamu, yaitu bahwa daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa. (51) Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah, (52) dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah. (53) Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati. (54) Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: ‘Maut telah ditelan dalam kemenangan. (55) Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?’”.

1Tesalonika 4:16 - “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit”.

Wahyu 20:12-15 - “(12) Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu. (13) Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya. (14) Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. (15) Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu”.

c. Dalam Perjanjian Baru juga diajarkan bahwa setelah kematian, maka orang-orang percaya itu akan mendapatkan kehidupan yang diberkati dalam persekutuan dengan Allah.

Matius 13:43 - “Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!’”.

Mat 25:34 - “Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kananNya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan”.

Ro 2:7,10 - “(7) yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, ... (10) tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani”.

Fil 1:21,23 - “(21) Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. ... (23) Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus - itu memang jauh lebih baik”.

2Timotius 4:8 - “Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hariNya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatanganNya”.

Wahyu 21:4 - “Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.’”.

Wah 22:3,4 - “(3) Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hambaNya akan beribadah kepadaNya, (4) dan mereka akan melihat wajahNya, dan namaNya akan tertulis di dahi mereka

C) Keberatan terhadap kepercayaan tentang immortality of the soul (= kekekalan / ketidak-bisa-binasaan jiwa).

Pikiran / jiwa tidak mempunyai keberadaan / substansi yang tersendiri, tetapi sekedar merupakan hasil / fungsi dari aktivitas otak. Pada waktu tubuh hancur, otak juga hancur, sehingga otomatis pikiran / jiwa juga hilang / musnah.

Jawaban terhadap keberatan ini:

Sekalipun pikiran memang merupakan fungsi dari otak, itu tidak berarti bahwa pada saat otak hancur maka pikiran / jiwa itu musnah. Jadi, itu juga tidak berarti bahwa kita harus tidak mempercayai immortality dari jiwa.


Illustrasi: kaca berwarna atau prisma, bisa meneruskan sinar sedemikian rupa sehingga menentukan arah dan warna dari sinar itu. Tetapi kaca / prisma dan sinar tetap mempunyai keberadaannya sendiri-sendiri. Demikian juga otak meneruskan pikiran, tetapi otak dan pikiran / jiwa mempunyai keberadaannya sendiri-sendiri.

Yang jelas Kitab Suci tidak mengajarkan bahwa pada saat mati, otak / jiwa juga musnah. Bandingkan dengan cerita tentang Lazarus dan orang kaya, yang setelah matipun bisa berpikir, mempunyai keinginan, dan bahkan bisa bercakap-cakap (Lukas 16:19-31).

D) Penerapan.

Mengingat bahwa hidup di dunia ini hanya sementara, sedangkan setelah itu jiwa hidup selama-lamanya, bukankah kita harus hidup sedemikian rupa sehingga berguna untuk hidup yang akan datang, bukan hidup di dunia ini?

1Timotius 4:8 - “Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah [KJV/RSV/NIV/NASB: ‘godliness’ (= kesalehan)] itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang”.
Next Post Previous Post