KEMATIAN YESUS KRISTUS (1): MARKUS 15:33-41

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
Markus 15:33-47 - “(Markus 15:33) Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga. (34) Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eloi, Eloi, lama sabakhtani?’, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (35) Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: ‘Lihat, Ia memanggil Elia.’ (36) Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata: ‘Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia.’ (37) Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawaNya. (38) Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah. (39) Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat matiNya demikian, berkatalah ia: ‘Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!’ (40) Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh, di antaranya Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome. (41) Mereka semuanya telah mengikut Yesus dan melayaniNya waktu Ia di Galilea. Dan ada juga di situ banyak perempuan lain yang telah datang ke Yerusalem bersama-sama dengan Yesus. (42) Sementara itu hari mulai malam, dan hari itu adalah hari persiapan, yaitu hari menjelang Sabat. (43) Karena itu Yusuf, orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang terkemuka, yang juga menanti-nantikan Kerajaan Allah, memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. (44) Pilatus heran waktu mendengar bahwa Yesus sudah mati. Maka ia memanggil kepala pasukan dan bertanya kepadanya apakah Yesus sudah mati. (45) Sesudah didengarnya keterangan kepala pasukan, ia berkenan memberikan mayat itu kepada Yusuf. (46) Yusufpun membeli kain lenan, kemudian ia menurunkan mayat Yesus dari salib dan mengapaninya dengan kain lenan itu. Lalu ia membaringkan Dia di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu. Kemudian digulingkannya sebuah batu ke pintu kubur itu. (47) Maria Magdalena dan Maria ibu Yoses melihat di mana Yesus dibaringkan.”.
KEMATIAN YESUS KRISTUS (1): MARKUS 15:33-41
bisnis, otomotif, gadget
Markus 16:1-8a - “(1) Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus. (2) Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur. (3) Mereka berkata seorang kepada yang lain: ‘Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?’ (4) Tetapi ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah terguling. (5) Lalu mereka masuk ke dalam kubur dan mereka melihat seorang muda yang memakai jubah putih duduk di sebelah kanan. Merekapun sangat terkejut, (6) tetapi orang muda itu berkata kepada mereka: ‘Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia. (7) Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-muridNya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakanNya kepada kamu.’ (8a) Lalu mereka keluar dan lari meninggalkan kubur itu, sebab gentar dan dahsyat menimpa mereka. Mereka tidak mengatakan apa-apa kepada siapapun juga karena takut.”.

I) Sekitar kematian Yesus (Markus 15:33-41).

1) Kegelapan (Markus 15: 33).

Markus 15: 33: “Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga.”.

a) Ini merupakan tanda / mujijat yang terjadi sebelum Kristus mati, yaitu gelap gulita selama 3 jam (pukul 12 sampai pukul 3 siang).

Calvin (hal 317) menolak anggapan sebagian orang yang mengatakan bahwa kegelapan ini bersifat universal. Alasan Calvin, itu tidak dilaporkan dalam sejarah. Saya berpendapat bahwa kata-kata ‘kegelapan meliputi seluruh daerah itu’ (Mat 27:45 Markus 15:33 Lukas 23:44), mendukung pandangan Calvin.

b) Ada yang menganggap bahwa ini merupakan penggenapan dari Amos 8:9.

“‘Pada hari itu akan terjadi,’ demikianlah firman Tuhan ALLAH, ‘Aku akan membuat matahari terbenam di siang hari dan membuat bumi gelap pada hari cerah’”.

c) Kegelapan ini bukanlah suatu gerhana matahari.

Kata Yunani yang dipakai dalam Lukas 23:45 adalah EKLIPONTOS (banding¬kan dengan kata bahasa Inggris Eclipse, yang berarti gerhana), yang artinya adalah failing [= gagal (bersinar), melemah].

Tetapi setidaknya ada 2 alasan yang menunjukkan bahwa kegelapan ini bukanlah suatu gerhana matahari:

1. Paskah selalu dirayakan pada saat bulan purnama, dan pada saat-saat seperti itu tidak mungkin terjadi gerhana matahari.

Pulpit Commentary: “This supernatural darkness came when the day is wont to be at its brightest. The moon was now at the full, so that it could not have been caused by what we call an eclipse, for when it is full moon the moon cannot intervene between the earth and the sun. This darkness was doubtless produced by the immediate interference of God.” [= Kegelapan yang bersifat supranatural / gaib ini terjadi pada saat hari biasanya paling terang. Sekarang sedang pada saat bulan purnama, sehingga itu tidak mungkin disebabkan oleh apa yang kita sebut gerhana, karena pada saat bulan purnama, bulan tidak bisa menghalangi di antara bumi dan matahari. Tidak diragukan bahwa kegelapan ini dihasilkan oleh campur tangan langsung dari Allah.] - hal 308.

2. Gerhana matahari tidak mungkin terjadi selama lebih dari 15 menit, tetapi kegelapan ini berlangsung selama 3 jam.

d) Apa arti / maksud kegelapan ini?

1. Menunjukkan murka Allah.

Gelap sering merupakan simbol kemurkaan / hukuman Allah (bdk. Yesaya 5:30 60:2 Yoel 2:31 Amos 5:18,20 Zef 1:15 Mat 24:29 25:30 Kis 2:20 2Petrus 2:17 Wahyu 6:12).

Kalau memang di sini kegelapan itu menunjukkan kemurkaan Allah, maka masih perlu dipertanyakan lagi: pada saat itu Allah murka kepada siapa?

a. Kepada orang-orang yang menyalibkan Kristus.

b. Kepada Kristus sendiri, karena pada saat itu Ia sedang memikul hukuman dosa kita. Mungkin ini adalah saat dimana Kristus mulai ‘turun ke neraka / kerajaan maut’ (bdk. 12 Pengakuan Iman Rasuli) sehingga Ia mengucapkan ‘Eli, Eli lama sabakhtani?’ (Matius 27:46).

Catatan: perhatikan bahwa kata-kata ‘turun ke dalam neraka / kerajaan maut’ dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli tidak berarti bahwa pada saat mati Kristus betul-betul turun ke suatu tempat (neraka / kerajaan maut), karena pada saat Kristus mati Ia jelas pergi ke surga / kepada Bapa (bdk. Luk 23:43,46).

2. Menyadarkan mereka akan kesalahan mereka.

Calvin: “the darkness was intended to arouse them to consider the astonishing design of God in the death of Christ. For if they were not altogether hardened, an unusual change of the order of nature must have made a deep impression on their senses, so as to look forward to an approaching renewal of the world.” [= kegelapan ini dimaksudkan untuk menggerakkan mereka untuk merenungkan rencana yang mengherankan dari Allah dalam kematian Kristus. Karena jika mereka tidak dikeraskan sama sekali, maka suatu perubahan alam yang luar biasa pasti sudah memberikan kesan yang mendalam pada pikiran mereka, sehingga memandang ke depan kepada pembaharuan dunia ini yang sedang mendekat.] - hal 316.

a. Adanya kegelapan yang luar biasa ini menunjukkan kepada mereka (dan kepada kita) bahwa Kristus bukanlah penjahat, dan bahkan bukanlah manusia biasa (dalam arti hanya manusia 100 %, tanpa keilahian). Kalau Kristus memang adalah penjahat / manusia biasa tanpa keilahian, maka kegelapan ini pasti tidak akan terjadi.

b. Rupanya kegelapan ini merupakan salah satu faktor yang menyadarkan kepala pasukan (ay 39 bdk. Matius 27:54).

Markus 15: 39: “Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat matiNya demikian, berkatalah ia: ‘Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!’”.

3. Ini menunjuk pada kematian dari ‘The Sun of Righteousness’ / ‘Surya kebenaran’ (bdk. Mal 4:2) yang jelas menunjuk kepada Yesus.

4. Ini menunjuk pada pembutaan orang Yahudi, yang akan segera terjadi.

2) Keterpisahan Yesus dengan Allah (Markus 15: 34).

Markus 15: 34: “Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eloi, Eloi, lama sabakhtani?’, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”.

a) Yesus berseru: ‘Eloi, Eloi, lama sabakhtani?’.

William Barclay: “Up to this moment Jesus had gone through every experience of life except this one - he had never known the consequence of sin. Now if there is one thing sin does, it separates us from God. It puts between us and God a barrier like an unscalable wall. That was the one human experience through which Jesus had never passed, because he was without sin. It may be that at this moment that experience came upon him - not because he had sinned, BUT BECAUSE IN ORDER TO BE IDENTIFIED COMPLETELY WITH OUR HUMANITY HE HAD TO GO THROUGH IT. ... And this experience must have been double agonizing for Jesus, because he had never known what it was to be separated by this barrier from God.” [= Sampai saat ini Yesus telah melewati setiap pengalaman kehidupan kecuali yang satu ini - Ia tidak pernah tahu / mengenal konsekwensi dari dosa. Kalau ada satu hal yang dilakukan oleh dosa, maka itu adalah memisahkan kita dari Allah. Dosa meletakkan antara kita dan Allah suatu pemisah seperti tembok yang tidak bisa didaki. Itulah suatu pengalaman manusia yang belum pernah dilalui oleh Yesus, karena Ia tidak berdosa. Mungkin bahwa pada saat ini pengalaman itu datang kepadaNya - bukan karena Ia telah berdosa, TETAPI KARENA UNTUK MENYAMAKAN DIRI SEPENUHNYA DENGAN KEMANUSIAAN KITA IA HARUS MELALUINYA. ... Dan pengalaman ini pasti menyakitkan secara ganda bagi Yesus, karena Ia tidak pernah mengenal / tahu bagaimana rasanya dipisahkan oleh pemisah ini dari Allah.] - hal 364.

Catatan: saya tidak setuju dengan kata-kata yang saya cetak dengan huruf besar. Yesus mengalami itu untuk memikul hukuman dosa, bukan sekedar mengidentikkan / menyamakan diri dengan manusia!

Alan Cole (Tyndale): “in what sense He was abandoned? To betrayal, mockery, scourging, death - yes: but to limit the explanation to this would be superficial exegesis, for all this He had faced and foretold for years. There was a far deeper spiritual agony endured alone in the darkness, an agony which we can never plumb and which, thanks to the cross, no created man need ever experience. No explanation will satisfy other than the traditional view that, in that dark hour, God’s wrath fell upon Him. Because wrath is no abstract principle, but a personal manifestation, that meant that the unclouded communion with the Father, enjoyed from all eternity, was broken. Some commentators have held that He suffered all the pangs of hell in that time; ... If there was a barrier between the Father and the Son at that moment, it could only be because of sin; and He knew no sin (2Cor. 5:21); so it could only be our sin that cost Him such agony.” [= dalam arti apa Ia ditinggalkan? Ia ditinggalkan pada pengkhianatan, pengejekan, penyesahan, kematian - ya: tetapi membatasi penjelasan pada hal ini merupakan suatu exegesis yang dangkal, karena semua ini telah Ia hadapi dan ramalkan selama bertahun-tahun. Ada penderitaan rohani yang jauh lebih dalam yang ditanggungNya / dialamiNya sendirian dalam kegelapan, suatu penderitaan yang tidak pernah bisa kita ukur / duga, dan yang, syukur pada salib, tidak ada manusia yang perlu mengalaminya. Tidak ada penjelasan yang bisa memuaskan selain pandangan tradisionil yang mengatakan bahwa pada saat yang gelap itu, murka Allah jatuh kepadaNya. Karena murka bukanlah suatu prinsip yang abstrak, tetapi suatu manifestasi yang bersifat pribadi, itu berarti bahwa persekutuan yang terang / tak terhalang dengan Bapa, yang dinikmati sejak kekekalan, menjadi putus. Beberapa penafsir menganggap bahwa Ia mengalami seluruh rasa sakit / kepedihan dari neraka pada saat itu.; ... Jika di sana ada pemisah antara Bapa dan Anak pada saat itu, itu hanya bisa terjadi karena dosa; dan Ia tidak mengenal dosa (2Kor 5:21); jadi itu hanya bisa terjadi karena dosa kita yang harus Ia bayar dengan penderitaan seperti itu.] - hal 243.

b) Kata-kata Yesus ini ditanggapi dengan ejekan (Markus 15: 35-36).

Ay 35-36: “(35) Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: ‘Lihat, Ia memanggil Elia.’ (36) Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata: ‘Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia.’”.

Calvin (hal 320) mengatakan bahwa kata-kata ini bukan dikatakan karena mereka tidak mengerti apa yang Yesus katakan. Mereka mengerti apa yang Yesus katakan, tetapi mereka tetap mengucapkan kata-kata ini sebagai suatu ejekan.

Calvin: “I do not think it at all probable that they erred through ignorance, but rather that they deliberately intended to mock Christ, and to turn his prayer into an occasion of slander. For Satan has no method more effectual for ruining the salvation of the godly, than by dissuading them from calling on God. For this reason, he employs his agents to drive off from us, as far as he can, the desire to pray. Thus he impelled the wicked enemies of Christ basely to turn his prayer into derision, intending by this stratagem to strip him of his chief armour.” [= Saya sama sekali tidak berpikir bahwa mereka salah karena ketidak-tahuan, tetapi karena mereka secara sengaja bermaksud untuk mengejek Kristus, dan menjadikan doaNya sebagai suatu kesempatan untuk memfitnah. Karena setan tidak mempunyai metode yang lebih efektif untuk menghancurkan keselamatan orang saleh dari pada dengan membujuk mereka untuk tidak berseru kepada Allah. Untuk alasan ini, ia menggunakan agen-agennya untuk mengusir keinginan untuk berdoa dari kita, sejauh ia bisa melakukannya. Demikianlah ia mendorong / mendesak musuh-musuh yang jahat dari Kristus menjadikan doaNya sebagai suatu ejekan / cemooh, dengan maksud melalui tipu daya ini menyingkirkan dari padaNya senjata utamaNya.] - hal 320.

3) Yesus berseru dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawaNya (Markus 15: 37).

Ay 37: “Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawaNya.”.

Pulpit Commentary: “although he had gone through all the pains which were sufficient in ordinary cases to produce death, yet that at length he did not die of necessity, but voluntary, in accordance with what he had himself said, ‘No one taketh my life from me ... I have power to lay it down, and I have power to take it again’ (John 10:18).” [= sekalipun Ia telah mengalami semua penderitaan yang dalam kasus-kasus biasa cukup untuk menyebabkan kematian, tetapi Ia mati bukan sebagai keharusan, tetapi secara sukarela, sesuai dengan apa yang Ia sendiri telah katakan: ‘Tidak seorangpun mengambilnya (nyawaKu) dari padaKu .... Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali’ (Yoh 10:18).] - hal 309.

4) Tabir Bait Suci terbelah (ay 38); khronology dan artinya.

Markus 15: 38: “Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah.”.

a) Dalam Markus diceritakan kematian Yesus dulu (ay 37), baru tabir yang terbelah (ay 38). Demikian juga dengan dalam Matius (Matius 27:50-51). Tetapi dalam Lukas urut-urutan itu dibalik (Luk 23:45b-46). Calvin mengatakan bahwa Lukas menulis secara tidak khronologis. Lukas memang sering menulis secara tidak khronologis, seperti dalam kasus pencobaan terhadap Yesus di padang gurun (Lukas membalik urutan pencobaan ke 2 dan ke 3), dan juga dalam kasus Yudas Iskariot meninggalkan kelompok Yesus (Dalam Lukas kelihatannya Yudas Iskariot ikut Perjamuan Kudus, tetapi dalam Yoh 13, Yudas Iskariot meninggalkan kelompok itu pada saat masih makan Perjamuan Paskah).

b) Arti dari terbelahnya tabir Bait Suci adalah:

1. Penghapusan ceremonial law dan imam pada jaman Perjanjian Lama.

2. Terbukanya jalan ke surga / kepada Bapa melalui Yesus.

Calvin: “Nor was it proper that the vail should be rent, until the sacrifice of expiation had been completed; for then Christ, the true and everlasting Priest, having abolished the figures of the law, opened up for us by his blood the way to the heavenly sanctuary, that we may no longer stand at a distance within the porch, but may freely advance into the presence of God. For so long as the shadowy worship lasted, a vail was hung up before the earthly sanctuary, in order to keep the people not only from entering but from seeing it, (Exod. 26:33; 2Chron. 3:14.) Now Christ, by blotting out the handwriting which was opposed to us, (Col. 2:14,) removed every obstruction, that, relying on him as Mediator, we may all be a royal priesthood, (1Pet. 2:9.) Thus the rending of the vail was not only an abrogation of the ceremonies which existed under the law, but was, in some respects, an opening of heaven, that God may now invite the members of his Son to approach him with familiarity.” [= Tidak cocok bahwa tirai / tabir itu sobek, sampai korban penebusan telah sempurna / lengkap / selesai; karena pada saat itu Kristus, Imam yang benar dan kekal, telah menghapuskan gambar / simbol hukum Taurat, membuka bagi kita jalan menuju Ruang Maha Suci surgawi oleh darahNya, sehingga kita tidak perlu lebih lama lagi berdiri pada jarak tertentu di serambi, tetapi boleh dengan bebas maju ke hadapan hadirat Allah. Karena selama ibadah yang bersifat bayangan itu tetap berlaku, suatu tirai / tabir digantung di depan Ruang Maha Suci duniawi, untuk mencegah umat bukan hanya untuk memasukinya tetapi bahkan juga melihatnya (Kel 26:33 2Taw 3:14). Sekarang Kristus, dengan menghapus tulisan tangan yang menentang kita (Kol 2:14 bdk. KJV), menyingkirkan setiap halangan, supaya dengan bersandar kepadaNya sebagai Pengantara, kita semua bisa menjadi imamat yang rajani (1Pet 2:9). Jadi sobeknya tirai / tabir itu bukan hanya merupakan penghapusan upacara-upacara yang ada di bawah Taurat, tetapi dalam aspek tertentu merupakan pembukaan surga, sehingga Allah sekarang bisa mengundang anggota-anggota AnakNya untuk mendekat kepadaNya dengan keakraban.] - hal 323.

Calvin: “Meanwhile, the Jews were informed that the period of abolishing outward sacrifices had arrived, and that the ancient priesthood would be of no farther use; that though the building of the temple was left standing, it would not be necessary to worship God there after the ancient custom; but that since the substance and truth of the shadows had been fulfilled, the figures of the law were changed into spirit.” [= Sementara itu, orang-orang Yahudi diberitahu bahwa masa penghapusan korban-korban telah tiba, dan bahwa keimaman kuno sudah tidak boleh digunakan lagi; sehingga sekalipun bangunan Bait Suci itu tetap dibiarkan berdiri, tetapi sudah tidak perlu lagi untuk menyembah / beribadah kepada Allah di sana menurut kebiasaan kuno; tetapi karena hakekat dan kebenaran dari bayang-bayang telah digenapi, gambar / simbol Taurat diubah menjadi roh.] - hal 323.

Pulpit Commentary: “this rending of the veil signified (1) that the whole of the Jewish dispensation, with its rites and ceremonies, was now unfolded by Christ; and that thenceforth the middle wall of partition was broken down, so that now, not the Jews only, but the Gentiles also might draw nigh by the blood of Christ. But (2) it further signified that the way to heaven was laid open by our Lord’s death. ... The veil signified that heaven was closed to all, until Christ by his death rent this veil in twain, and laid open the way.” [= penyobekan tirai / tabir ini menunjukkan (1) bahwa seluruh sistim Yahudi, dengan tatacara-tatacara dan upacara-upacaranya, sekarang telah dibuka oleh Kristus; dan bahwa sejak saat itu dinding pemisah yang di tengah-tengah telah dihancurkan, sehingga sekarang, bukan hanya orang Yahudi saja, tetapi orang non Yahudi juga boleh mendekat oleh darah Kristus. Tetapi (2) lebih jauh lagi hal itu menunjukkan bahwa jalan ke surga telah dibuka oleh kematian Tuhan kita. ... Tirai / tabir menunjukkan bahwa surga tertutup bagi semua, sampai Kristus oleh kematianNya menyobek tirai / tabir itu menjadi dua, dan membukakan jalan.] - hal 309.

Alan Cole (Tyndale): “Henceforth, man had free access to the very presence of God (Heb. 10:19-22). Both Jewish priesthood and Jewish Temple had ceased to have any significance with the splitting of this curtain.” [= Sejak saat ini, manusia mempunyai jalan masuk bebas ke hadapan Allah (Ibr 10:19-22). Baik keimaman Yahudi maupun Bait Suci Yahudi tidak lagi mempunyai arti apapun dengan sobeknya tirai / tabir ini.] - hal 245.

Penerapan: ini bertentangan dengan adanya imam dalam Gereja Roma Katolik mapun Gereja Orthodox. Juga bertentangan dengan ‘lembu merah’, pendirian kembali Bait Suci, adanya jam doa, kiblat, dan sebagainya.


Tentang hal-hal ajaib / supranatural yang terjadi di sekitar kematian Kristus, seperti kegelapan, tabir Bait Suci yang terbelah, gempa bumi, bukit-bukit batu yang terbelah dsb (bdk. Mat 27:45,51) Calvin berkata: “Although in the death of Christ the weakness of the flesh concealed for a short time the glory of the Godhead, ... yet the heavenly Father did not cease to distinguish him by some marks, and during his lowest humiliation prepared some indications of his future glory, in order to fortify the minds of the godly against the offence of the cross. Thus the majesty of Christ was attested by the obscuration of the sun, by the earthquake, by the splitting of the rocks, and the rending of the vail, as if heaven and earth were rendering the homage which they owed to their Creator.” [= Sekalipun dalam kematian Kristus kelemahan daging menyembunyikan untuk sementara waktu kemuliaan keilahianNya, ... tetapi Sang Bapa surgawi tidak berhenti untuk membedakanNya / menghormatiNya dengan beberapa tanda, dan pada saat perendahanNya yang terendah menyiapkan beberapa petunjuk tentang kemuliaanNya yang akan datang, untuk menjaga pikiran dari orang saleh terhadap batu sandungan dari salib. Demikianlah keagungan Kristus diperlihatkan / dibuktikan oleh penggelapan matahari, oleh gempa bumi, oleh pemecahan batu karang / bukit batu, dan penyobekan tirai / tabir, seakan-akan surga dan bumi sedang memberikan penghormatan yang harus mereka berikan kepada Pencipta mereka.] - hal 316.

Catatan: ‘vail’ artinya sama dengan ‘veil’.

5) Pengakuan kepala pasukan Romawi (Markus 15: 39)

Ay 39: “Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat matiNya demikian, berkatalah ia: ‘Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!’”.

Peristiwa-peristiwa yang ajaib, yang terjadi di sekitar kematian Kristus, dan juga sikap Kristus yang berbeda dengan orang lain yang disalib, membuat kepala pasukan memberikan pernyataan bahwa Yesus memang adalah Anak Allah (ay 39). Calvin (hal 326) mengatakan bahwa merupakan sesuatu yang indah bahwa orang kafir ini, yang tidak pernah diajar hukum Taurat, bisa mengambil kesimpulan yang benar dari apa yang terjadi pada saat itu (termasuk tanda kegelapan, gempa dsb). Ini juga menunjukkan kebutaan dan kebodohan orang-orang Yahudi, yang tidak bisa bertindak seperti perwira kafir ini.

William Barclay: “he had never seen a man die like this and he was sure that Jesus was the Son of God. If Jesus had lived on and taught and healed he might have attracted many, but it is the Cross which speak straight to the hearts of men.” [= ia tidak pernah melihat seseorang mati seperti ini dan ia yakin bahwa Yesus adalah Anak Allah. Andaikata Yesus hidup terus dan mengajar dan menyembuhkan, Ia mungkin akan membuat banyak orang tertarik, tetapi adalah Salib yang berbicara langsung kepada hati manusia.] - hal 365.

Alan Cole (Tyndale): “For the honest Roman centurion ... the evidence had been overwhelming. He had watched and puzzled while his men gambled, and now he was convinced. What he, a pagan, meant by ‘the Son of God’ had been much disputed. It may not have been by any means the peerless position that such a title means to the Christian, especially as Luke has ‘a just man’ instead of ‘God’s Son’. ... Nevertheless, at the least the Christian Church saw in this word of the centurion an unconscious statement of truth, as that of Caiaphas had been (Jn. 11:50). The Lord demanded little knowledge and much faith as initial steps, in those who came to Him - witness His dealing with the dying thief (Lk. 23:43) - so that the centurion may have well become a true believer ultimately.” [= Untuk perwira Romawi yang jujur ini ... buktinya berlimpah-limpah. Ia telah memperhatikan dan bingung sementara anak buahnya berjudi / mengundi, dan sekarang ia yakin. Apa yang ia, sebagai seorang kafir, maksudkan dengan ‘Anak Allah’ telah banyak diperdebatkan. Itu mungkin bukan kedudukan yang tidak ada taranya / bandingannya seperti yang dimengerti oleh orang Kristen, khususnya karena Lukas menuliskan ‘orang benar’ dan bukannya ‘Anak Allah’. ... Sekalipun demikian sedikitnya Gereja Kristen melihat dalam kata-kata perwira ini suatu pernyataan kebenaran secara tak disadari, seperti pernyataan yang diberikan oleh Kayafas (Yoh 11:50). Tuhan menuntut sedikit pengetahuan dan banyak iman sebagai langkah permulaan, dalam diri mereka yang datang kepadaNya - saksikan cara Ia memperlakukan pencuri yang sekarat (Luk 23:43) - sehingga perwira ini mungkin pada akhirnya menjadi orang percaya yang sungguh-sungguh.] - hal 245-246.

Catatan: Lukas mengatakan ‘orang benar’, bukan ‘Anak Allah’ dalam Lukas 23:47.

6) Beberapa perempuan pengikut Yesus menyaksikan penderitaan dan kematian Yesus.

Markus 15: 40-41: “(40) Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh, di antaranya Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome. (41) Mereka semuanya telah mengikut Yesus dan melayaniNya waktu Ia di Galilea. Dan ada juga di situ banyak perempuan lain yang telah datang ke Yerusalem bersama-sama dengan Yesus.”.


Alan Cole (Tyndale): “Here Mark mentions specifically the group of women disciples, many of them wealthy, who followed Christ, and doubtless supported the apostolic band from their worldly goods (Lk. 8:2,3). John also speaks of them as standing by the cross (Jn. 19:25). The Church has always owed much to devoted women, often to women of means, and it is the mark of a fool to despise such. This same band was to share in the burial (verse 47); to bring loving gifts of spices (16:1); to hear first tidings of the resurrection (16:5,6); to continue in prayer until Pentecost (Acts 1:14); to open their homes for Christian worship (Acts 12:12).” [= Di sini Markus menyebutkan secara khusus grup murid perempuan, banyak dari mereka adalah orang kaya, yang mengikut Kristus, dan tidak diragukan menyokong grup rasul dengan kekayaan mereka (Lukas 8:2-3). Yohanes juga mengatakan bahwa mereka berdiri di dekat salib (Yohanes 19:25). Gereja selalu berhutang banyak kepada perempuan-perempuan yang berbakti, seringkali kepada perempuan yang memiliki kekayaan, dan merupakan tanda dari seorang tolol untuk meremehkan mereka. Grup yang sama ikut dalam melakukan penguburan (ay 47); membawa pemberian kasih dalam bentuk rempah-rempah (16:1); mendengar kabar pertama tentang kebangkitan (16:5-6); terus berdoa sampai hari Pentakosta (Kis 1:14); membuka rumah mereka untuk kebaktian Kristen (Kis 12:12).] - hal 246.


Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-bersambung-
Next Post Previous Post