ROH SAMUEL: 1 SAMUEL 28:7-25

PDT. BUDI ASALI, M.DIV.
ROH SAMUEL: 1 SAMUEL 28:11-19
ROH SAMUEL: 1 SAMUEL 28:11-19 .1 SAMUEL 28:7-25 . 
1Samuel 28:7-25 - “(7) Lalu berkatalah Saul kepada para pegawainya: ‘Carilah bagiku seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah; maka aku hendak pergi kepadanya dan meminta petunjuk kepadanya.’ Para pegawainya menjawab dia: ‘Di En-Dor ada seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah.’ (8) Lalu menyamarlah Saul, ia mengenakan pakaian lain dan pergilah ia dengan dua orang. Ketika mereka pada waktu malam sampai kepada perempuan itu, berkatalah Saul: ‘Cobalah engkau menenung bagiku dengan perantaraan arwah, dan panggillah supaya muncul kepadaku orang yang akan kusebut kepadamu.’ (9) Tetapi perempuan itu menjawabnya: ‘Tentu engkau mengetahui apa yang diperbuat Saul, bahwa ia telah melenyapkan dari dalam negeri para pemanggil arwah dan roh peramal. Mengapa engkau memasang jerat terhadap nyawaku untuk membunuh aku?’ (10) Lalu bersumpahlah Saul kepadanya demi TUHAN, katanya: ‘Demi TUHAN yang hidup, tidak akan ada kesalahan tertimpa kepadamu karena perkara ini.’ (11) Sesudah itu bertanyalah perempuan itu: ‘Siapakah yang harus kupanggil supaya muncul kepadamu?’ Jawabnya: ‘Panggillah Samuel supaya muncul kepadaku.’ (12) Ketika perempuan itu melihat Samuel, berteriaklah ia dengan suara nyaring. Lalu perempuan itu berkata kepada Saul, demikian: ‘Mengapa engkau menipu aku? Engkau sendirilah Saul!’ (13) Maka berbicaralah raja kepadanya: ‘Janganlah takut; tetapi apakah yang kaulihat?’ Perempuan itu menjawab Saul: ‘Aku melihat sesuatu yang ilahi muncul dari dalam bumi.’ (14) Kemudian bertanyalah ia kepada perempuan itu: ‘Bagaimana rupanya?’ Jawabnya: ‘Ada seorang tua muncul, berselubungkan jubah.’ Maka tahulah Saul, bahwa itulah Samuel, lalu berlututlah ia dengan mukanya sampai ke tanah dan sujud menyembah. (15) Sesudah itu berbicaralah Samuel kepada Saul: ‘Mengapa engkau mengganggu aku dengan memanggil aku muncul?’ Kata Saul: ‘Aku sangat dalam keadaan terjepit: orang Filistin berperang melawan aku, dan Allah telah undur dari padaku. Ia tidak menjawab aku lagi, baik dengan perantaraan nabi maupun dengan mimpi. Sebab itu aku memanggil engkau, supaya engkau memberitahukan kepadaku, apa yang harus kuperbuat.’ (16) Lalu berbicaralah Samuel: ‘Mengapa engkau bertanya kepadaku, padahal TUHAN telah undur dari padamu dan telah menjadi musuhmu? (17) TUHAN telah melakukan kepadamu seperti yang difirmankanNya dengan perantaraanku, yakni TUHAN telah mengoyakkan kerajaan dari tanganmu dan telah memberikannya kepada orang lain, kepada Daud. (18) Karena engkau tidak mendengarkan suara TUHAN dan tidak melaksanakan murkaNya yang bernyala-nyala itu atas Amalek, itulah sebabnya TUHAN melakukan hal itu kepadamu pada hari ini. (19) Juga orang Israel bersama-sama dengan engkau akan diserahkan TUHAN ke dalam tangan orang Filistin, dan besok engkau serta anak-anakmu sudah ada bersama-sama dengan daku. Juga tentara Israel akan diserahkan TUHAN ke dalam tangan orang Filistin.’ (20) Pada saat itu juga rebahlah Saul memanjang ke tanah sebab ia sangat ketakutan oleh karena perkataan Samuel itu. Juga tidak ada lagi kekuatannya, karena sehari semalam itu ia tidak makan apa-apa. (21) Perempuan itu mendekati Saul lalu melihat, bahwa Saul sangat terkejut. Kemudian berkatalah perempuan itu kepadanya: ‘Lihat, budakmu ini telah mendengarkan permintaanmu; aku telah mempertaruhkan nyawaku dan mendengarkan perkataan yang kaukatakan kepadaku. (22) Oleh sebab itu, kiranya engkaupun mendengarkan permintaan budakmu ini. Izinkanlah aku menyajikan kepadamu sepotong roti; makanlah, supaya ada kekuatanmu, apabila engkau berjalan pula.’ (23) Tetapi Saul menolak dan berkata: ‘Aku tidak mau makan.’ Tetapi ketika para pegawainya serta perempuan itu juga mendesak, maka didengarkannyalah permintaan mereka, lalu bangkitlah ia dari tanah dan duduk di balai-balai. (24) Perempuan itu mempunyai seekor anak lembu tambun di rumahnya maka segeralah ia menyembelih itu. Ia mengambil tepung, diremasnya dan dibakarnya menjadi roti yang tidak beragi. (25) Dihidangkannyalah semuanya itu ke depan Saul dan ke depan para pegawainya, lalu mereka makan. Kemudian bangkitlah mereka dan pergi pada malam itu juga”.

I) Saul dan pemanggil arwah.


1) Saul minta dicarikan seorang perempuan yang bisa memanggil arwah (1 Samuel 28: 7a).

a) Mengapa perempuan? Karena yang melakukan pemanggilan arwah ini biasanya perempuan.

b) Ini menunjukkan kebejatan dan sikap semau sendiri dari Saul.

Pulpit Commentary: “This determination of Saul proves how obstinate was his self-will. He wanted an answer simply that he might know what was about to happen, not that he might receive guidance and counsel from God. ... All faith and hope are gone, and a feverish excitement, ready to catch at any aid, however lawless and untrustworthy, had taken their place” (= Keputusan Saul membuktikan bahwa ia adalah orang yang tegar tengkuk. Ia mengingini suatu jawaban hanya supaya ia bisa tahu apa yang akan terjadi, bukan supaya ia bisa memperoleh bimbingan dan nasehat dari Allah. ... Semua iman dan pengharapan hilang, dan suatu sikap tergesa-gesa, yang siap untuk menangkap seadanya pertolongan, betapapun bertentangannya dengan hukum dan betapapun tidak bisa dipercayanya, telah menggantikan tempat mereka) - hal 522.

Pulpit Commentary: “He was an embodiment of the heathen mind in Israel. ‘There were three course open to him: he might sit down in quiet hopelessness, and let the evil come; or he might in faith and penitent submission commit the whole matter to God, even amid the awful silence; or he might betake himself to hell for counsel, since heaven was deaf. He chooses the last! God hast cast me off; I will betake myself to Satan. Heaven’s door is shut; I will see if hell’s be open.’ (Bonar)” [= Ia merupakan perwujudan dari pikiran kafir di Israel. ‘Ada 3 jalan yang terbuka baginya: ia bisa duduk dalam keputus-asaan yang tenang, dan membiarkan bencana datang; atau ia bisa menyerahkan seluruh persoalan kepada Allah dalam iman dan ketundukan yang disertai penyesalan, bahkan di tengah-tengah sikap diam / tak menjawab yang mengerikan dari Allah; atau ia bisa pergi ke neraka untuk meminta nasehat, karena surganya tuli. Ia memilih yang terakhir! Allah telah membuang aku; aku akan pergi kepada Setan. Pintu surga tertutup; aku akan melihat apakah pintu neraka terbuka’. (Bonar)] - hal 533.

c) Ada yang mengatakan bahwa peristiwa ini menunjukkan bahwa dalam diri manusia ada perasaan beragama, dan kalau ini tidak diarahkan kepada yang benar, pasti akan mengarah kepada yang sesat.

Pulpit Commentary: “His very folly and sin in having recourse to a witch revealed the strength of the feeling which could not rest without some help from the unseen world. If God cannot be found men will seek out a substitute. Idolatry and all forms of religious superstition are evidence of the power of the religious sentiment in man. Thousands of men have done much to crush it out, but it has reasserted itself in seasons of distress. Because man is formed for religion, and carries within him feelings which craves for the unseen and the eternal, therefore he often becomes the slave of the false systems of belief and worship” (= Kebodohan dan dosanya yang mengambil jalan kepada seorang tukang sihir perempuan menyatakan kekuatan dari perasaan yang tidak bisa tenang tanpa pertolongan dari dunia yang tidak kelihatan. Jika Allah tidak bisa ditemukan, manusia akan mencari seorang pengganti. Penyembahan berhala dan semua bentuk tahyul yang bersifat agama merupakan bukti dari kekuatan perasaan yang bersifat agama dalam manusia. Ribuan orang telah melakukan banyak hal untuk menghancurkannya, tetapi perasaan itu menegakkan dirinya kembali pada masa kesukaran / kesusahan. Karena manusia dibentuk untuk agama, dan membawa dalam dirinya perasaan-perasaan yang menginginkan hal-hal yang tidak kelihatan dan kekal, karena itu ia sering menjadi budak dari sistim kepercayaan dan ibadah yang palsu) - hal 527-528.

d) Minta petunjuk pada arwah.

Permintaan ini dilatar-belakangi oleh kepercayaan bahwa jiwa / roh manusia tetap ada / hidup pada saat mereka mati, dan juga bahwa jiwa / roh dari orang mati itu mempunyai pengetahuan lebih banyak dari kita yang masih hidup. Tetapi mengharapkan petunjuk dari mereka, atau mengharapkan bahwa Allah akan mengijinkan roh-roh orang mati itu memberi petunjuk kepada kita yang masih hidup, merupakan sesuatu yang menggelikan dan bodoh!

2) Sikap para pegawai Saul terhadap permintaan Saul.

1 Samuel 28: 7b: “Para pegawainya menjawab dia: ‘Di En-Dor ada seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah.’”.

Matthew Poole: “instead of dissuading him from this wicked and destructive practice, which they should and would have done, if they had either loved God or their king, they further him in it” (= mereka bukannya memintanya untuk tidak melakukan praktek yang jahat dan menghancurkan ini, yang seharusnya mereka lakukan, seandainya mereka mengasihi Allah atau raja mereka, tetapi mereka bahkan membantunya dalam persoalan itu) - hal 580.

Penerapan:

· kalau saudara adalah seorang pegawai / murid / anak, beranikah saudara menasehati boss / guru / orang tua, pada waktu mereka melakukan sesuatu yang salah? Atau saudara terus ‘menjilat’ mereka dalam kesalahan mereka?

· kalau saudara adalah seorang boss / guru / orang tua, bagaimana sikap saudara seandainya ada pegawai / murid / anak saudara yang menasehati saudara?

3) Mengapa masih bisa ditemukan seorang perempuan yang memanggil arwah, padahal pada saat itu hukumannya adalah hukuman mati?

Pulpit Commentary: “Divination was strictly forbidden (Deut. 18:10,14), ... it was probably a lucrative profession, or this woman would not have been willing to incur so great a danger as was involved in its practice” [= Ramalan dilarang keras (Ul 18:10,14), ... itu mungkin merupakan pekerjaan yang menguntungkan, atau perempuan ini tidak akan mau mendatangkan bahaya yang begitu besar yang tercakup dalam praktek ini] - hal 522.

Penerapan: kalau saudara tetap mau melakukan pekerjaan yang saudara tahu adalah dosa atau mengandung dosa, hanya karena pekerjaan itu menguntungkan, apa bedanya saudara dengan perempuan ini?

4) Saul mendatangi pemanggil arwah itu dan memintanya memanggilkan seseorang.

a) Sebelum mendatangi perempuan itu Saul menyamar lebih dulu.

1 Samuel 28: 8a: “Lalu menyamarlah Saul, ia mengenakan pakaian lain dan pergilah ia dengan dua orang”.

Pulpit Commentary: “Saul disguised himself not to escape the Philistines, but to elude the observation of his own people, and to impose upon the sorceress” (= Saul menyamar bukan untuk meluputkan diri dari orang Filistin, tetapi untuk menghindarkan diri dari pengamatan rakyatnya sendiri, dan untuk memperdayakan si tukang sihir perempuan) - hal 534.

Penerapan: Ini seperti pendeta-pendeta Kharismatik yang mengajar bahwa iman dan doa saja sudah cukup untuk menyembuhkan, dan orang Kristen tidak boleh memakai dokter atau obat. Akhirnya pada waktu mereka sendiri sakit dan tidak sembuh-sembuh karena iman dan doa, mereka pergi ke dokter sembunyi-sembunyi / lewat belakang, karena takut ketahuan jemaatnya.

b) 1 Samuel 28: 8b: “berkatalah Saul: ‘Cobalah engkau menenung bagiku dengan perantaraan arwah, dan panggillah supaya muncul kepadaku orang yang akan kusebut kepadamu.’”.

Pulpit Commentary: “The fancy that we can see the spirits of the dead is a most natural and enduring superstition, and it seems generally assumed that they must have some knowledge not accessible to the living. It must be said for Saul that he did not become the victim of this folly until after his reason was disturbed, and as a punishment for heinous sins” (= Khayalan bahwa kita bisa melihat roh-roh orang mati merupakan suatu tahyul yang paling alamiah dan abadi, dan kelihatannya pada umumnya dianggap bahwa roh-roh orang mati itu pasti mempunyai pengetahuan yang tidak dimiliki oleh orang hidup. Harus dikatakan tentang Saul bahwa ia tidak menjadi korban dari kebodohan ini sampai setelah pikirannya terganggu, dan sebagai suatu hukuman untuk dosa-dosanya yang hebat) - hal 522.

Catatan:

· kata-kata yang saya garis bawahi itu menunjukkan bahwa penafsir ini sama sekali tidak percaya bahwa roh orang mati betul-betul bisa dipanggil.

· kalimat terakhir dari kutipan di atas sesuai dengan apa yang Paulus katakan dalam Ro 1:28 - “Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas”.

c) Mula-mula si pemanggil arwah itu tidak mau, tetapi Saul bersumpah bahwa ia tidak akan dipersalahkan.

1. Si pemanggil arwah mula-mula menolak permintaan Saul, karena takut bahwa permintaan itu merupakan suatu jerat.

1 Samuel 28: 9: “Tetapi perempuan itu menjawabnya: ‘Tentu engkau mengetahui apa yang diperbuat Saul, bahwa ia telah melenyapkan dari dalam negeri para pemanggil arwah dan roh peramal. Mengapa engkau memasang jerat terhadap nyawaku untuk membunuh aku?’”.

Perhatikan bahwa ia menolak karena takut kepada Saul, bukan karena takut kepada Tuhan dan FirmanNya!

Matthew Henry: “It is common for sinners to be more afraid of punishment from men than of God’s righteous judgment” (= Merupakan sesuatu yang umum bagi orang-orang berdosa untuk lebih takut pada hukuman dari manusia dari pada dari penghakiman yang benar dari Allah).

2. Saul lalu bersumpah bahwa ia tidak akan dipersalahkan.

1 Samuel 28: 10: “Lalu bersumpahlah Saul kepadanya demi TUHAN, katanya: ‘Demi TUHAN yang hidup, tidak akan ada kesalahan tertimpa kepadamu karena perkara ini.’”.

KJV: ‘And Saul sware to her by the LORD, saying, As the LORD liveth, there shall no punishment happen to thee for this thing’ (= Dan Saul bersumpah kepadanya demi TUHAN, katanya, Demi TUHAN yang hidup, tidak ada hukuman yang akan menimpamu karena hal ini).

Ia bisa bersumpah bahwa perempuan itu tidak akan dihukum padahal hukum Taurat mengancam perbuatan itu dengan hukuman mati.

Im 20:27 - “Apabila seorang laki-laki atau perempuan dirasuk arwah atau roh peramal, pastilah mereka dihukum mati, yakni mereka harus dilontari dengan batu dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri.’”.

Bdk. Ro 1:32 - “Sebab walaupun mereka mengetahui tuntutan-tuntutan hukum Allah, yaitu bahwa setiap orang yang melakukan hal-hal demikian, patut dihukum mati, mereka bukan saja melakukannya sendiri, tetapi mereka juga setuju dengan mereka yang melakukannya”.

Matthew Henry: “he promised more than he could perform when he said, There shall no punishment happen to thee; for he that could not secure himself could much less secure her from divine vengeance” (= ia menjanjikan lebih dari yang bisa ia lakukan pada waktu ia berkata, ‘Tidak ada hukuman yang akan terjadi padamu’; karena ia yang tidak bisa mengamankan / melindungi dirinya sendiri lebih-lebih tidak bisa mengamankan / melindungi perempuan itu dari pembalasan ilahi).

II) ‘Arwah Samuel’.

1) Perempuan itu bertanya kepada Saul siapa arwah yang harus ia panggil.

1 Samuel 28: 11a: “Sesudah itu bertanyalah perempuan itu: ‘Siapakah yang harus kupanggil supaya muncul kepadamu?’”.

Adam Clarke (hal 296) mengatakan bahwa para pemanggil arwah itu cuma berpura-pura bahwa mereka bisa memanggil arwah, karena mereka tidak mempunyai kuasa atas roh-roh manusia yang ada di surga ataupun neraka.

Saya setuju bahwa mereka tak punya kuasa atas roh-roh yang sudah ada di surga ataupun neraka, tetapi tentang ‘sikap berpura-pura’ ini belum tentu, karena bisa saja mereka sendiri ditipu oleh Setan. Mereka mengira bahwa mereka betul-betul bisa memanggil roh orang mati, dan mereka tidak tahu bahwa sebetulnya yang datang adalah Setan.

2) Saul menjawab bahwa ia menginginkan perempuan itu memanggil arwah Samuel.

1 Samuel 28: 11b: “Jawabnya: ‘Panggillah Samuel supaya muncul kepadaku.’”.

KJV: ‘And he said, Bring me up Samuel’ (= Dan ia berkata, Bawalah Samuel ke atas kepadaku).

a) Jamieson, Fausset & Brown mengatakan bahwa pandangan populer pada saat itu menganggap bahwa roh orang mati ada di SHEOL / HADES. Karena itu Saul meminta supaya Samuel, yang ia kira ada di SHEOL / HADES itu, dipanggil naik!

b) Saul mencari petunjuk dari Samuel yang sudah mati.

Matthew Henry mengatakan bahwa ketika Samuel masih hidup dan tinggal di Rama, tidak jauh dari Gibea yang merupakan tempat tinggal Saul, kita tidak pernah membaca bahwa Saul pernah pergi kepadanya untuk meminta petunjuk Tuhan. Pada saat itu ia meremehkan Samuel, dan bahkan mungkin membencinya! Tetapi sekarang setelah Samuel mati, ia mencarinya untuk meminta petunjuk darinya.

Matthew Henry: “Many that despise and persecute God’s saints and ministers when they are living would be glad to have them again when they are gone. ... The sepulchres of the righteous are garnished” (= Banyak orang yang meremehkan / menghina dan menganiaya orang-orang kudus dan pelayan-pelayan Allah pada waktu mereka hidup akan gembira mendapatkan mereka kembali pada waktu mereka sudah mati. ... Kuburan dari orang benar dihiasi).

3) Ketika perempuan itu melihat Samuel, ia berteriak kaget.

1 Samuel 28: 12: “Ketika perempuan itu melihat Samuel, berteriaklah ia dengan suara nyaring. Lalu perempuan itu berkata kepada Saul, demikian: ‘Mengapa engkau menipu aku? Engkau sendirilah Saul!’”.

Ada orang-orang yang berpendapat bahwa perempuan itu berteriak karena ia kaget. Ia sendiri belum memanggil siapa-siapa, tetapi tahu-tahu Samuel sudah muncul. Dengan demikian Samuel muncul bukan karena dipanggil olehnya, tetapi karena pekerjaan Tuhan sendiri. Tetapi tafsiran ini bertentangan dengan ay 15a, dimana ‘Samuel’ itu mengatakan bahwa ia diganggu oleh panggilan Saul.

Saya sendiri berpendapat bahwa ia berteriak karena kaget. Pada waktu ia melihat Samuel, ia sadar bahwa Samuel yang diminta untuk dipanggil adalah nabi Samuel (tadinya ia tidak tahu yang dimaksud itu ‘Samuel’ yang mana). Dan itu menyebabkan ia sadar bahwa tamunya ini adalah raja Saul, dan ia takut semua ini merupakan jebakan untuk membunuh dia.

4) Saul menghiburnya dan menanyakan apa yang dilihat perempuan itu.

1 Samuel 28: 13a: “Maka berbicaralah raja kepadanya: ‘Janganlah takut; tetapi apakah yang kaulihat?’”.

Pulpit Commentary: “Thus far Saul had seen nothing; and as the words literally are ‘What seest thou?’ it is plain that she had not gone into another room, as some have supposed” (= Sejauh ini Saul tidak melihat apa-apa; dan karena kata-katanya secara hurufiah adalah: ‘Apa yang kaulihat’ (present tense)? maka jelaslah bahwa ia tidak pergi ke ruangan yang lain, seperti yang diduga oleh beberapa orang) - hal 523.

Jadi dalam sepanjang proses pemanggilan arwah itu mereka berdua tetap berada dalam satu ruangan. Tetapi bagaimanapun yang melihat ‘Samuel’ hanyalah si perempuan itu.

5) Jawaban perempuan itu.

1 Samuel 28: 13b: “Perempuan itu menjawab Saul: ‘Aku melihat sesuatu yang ilahi muncul dari dalam bumi.’”.

KJV: ‘gods’ (= allah-allah).

RSV: ‘a god’ (= suatu allah).

NIV: ‘a spirit’ (= suatu roh).

NASB: ‘a divine being’ (= suatu makhluk yang ilahi).

Kata Ibrani yang dipakai adalah ELOHIM.

Ada 2 penafsiran tentang bagian ini:

a) Kata ELOHIM menunjuk kepada penampilan yang supranatural / gaib.

Barnes’ Notes: “Elohim is here used in general sense of a supernatural appearance, either angel or spirit” (= Kata Elohim di sini digunakan dalam arti umum yang menunjuk kepada suatu penampilan yang gaib / supranatural, malaikat atau roh) - hal 66.

b) Kata ELOHIM digunakan karena ‘arwah’ itu boleh dikatakan merupakan ‘allah’ dari si dukun yang memanggilnya.

John N. Oswalt (NICOT) dalam tafsirannya tentang Yes 8:19 berkata: “There is some difficulty in equating the dead with the gods, but the prophet, knowing of ancestor worship, may have intended to make the point that the dead were indeed this people’s gods (cf. the witch of Endor, 1Sam. 28:13)” [= Ada problem dalam penyamaan orang mati dengan ‘allah’, tetapi sang nabi (Yesaya), yang mengetahui penyembahan nenek moyang, mungkin bermaksud untuk menunjukkan bahwa orang mati memang merupakan ‘allah’ dari bangsa ini (bdk. tukang sihir dari En-Dor, 1Sam 28:13)] - ‘The Book of Isaiah chapters 1-39’, hal 237.

6) ‘Roh Samuel’.

1 Samuel 28: 14: “Kemudian bertanyalah ia kepada perempuan itu: ‘Bagaimana rupanya?’ Jawabnya: ‘Ada seorang tua muncul, berselubungkan jubah.’ Maka tahulah Saul, bahwa itulah Samuel, lalu berlututlah ia dengan mukanya sampai ke tanah dan sujud menyembah”.

Apakah ini ‘betul-betul roh Samuel’ atau bukan? Tentang hal ini ada pro dan kontra yang luar biasa hebatnya.

a) Argumentasi dari orang-orang yang mempercayai bahwa ini betul-betul adalah roh Samuel:

1. Dalam sepanjang cerita ini, Kitab Suci selalu menyebutnya sebagai ‘Samuel’ (ay 12,14,15,16,20), bukan sebagai ‘setan yang menyamar sebagai Samuel’.

Jamieson, Fausset & Brown: “Some consider that Satan, ... conjured up a personified likeness of Samuel, ... But undoubtedly the historian would have mentioned Satan by name, had this been the case, and not have so repeatedly spoken of Samuel, when the father of lies was meant. To adopt such an hypothesis is, as Henderson (‘Inspiration,’ pp. 140-145) justly remarks, ‘contrary to the style of the sacred writers, and to unsettle the entire basis of the divinely-inspired narrative.’” [= Sebagian orang menganggap bahwa Setan / Iblis, ... menyulap seorang pribadi yang mirip dengan Samuel, ... Tetapi tak diragukan bahwa sang penulis sejarah (penulis kitab Samuel ini) akan menyebutkan Setan dengan namanya, seandainya ini memang merupakan kasusnya, dan tidak dengan begitu berulang-ulang membicarakan tentang Samuel, pada waktu bapa dari semua dusta yang dimaksudkan. Mengambil dugaan seperti itu adalah, seperti yang dikatakan dengan benar oleh Henderson (‘Inspiration’, hal 140-145), ‘bertentangan dengan gaya dari penulis-penulis kudus, dan menggoncangkan seluruh dasar dari cerita yang diilhamkan secara ilahi’].

Andereas Samudera: “1Samuel 28:11-15 - Sesudah itu bertanyalah perempuan itu: ‘Siapakah yang harus kupanggil supaya muncul kepadamu?’ Jawabnya: ‘Panggillah Samuel supaya muncul kepadaku.’ Ketika perempuan itu melihat Samuel, berteriaklah ia dengan suara nyaring. Lalu perempuan itu berkata kepada Saul, demikian: ‘Mengapa engkau menipu aku? Engkau sendirilah Saul!’ Maka berbicaralah raja kepadanya: ‘Janganlah takut; tetapi apakah yang kaulihat?’ Perempuan itu menjawab Saul: ‘Aku melihat sesuatu yang ilahi muncul dari dalam bumi.’ Kemudian bertanyalah ia kepada perempuan itu: ‘Bagaimana rupanya?’ Jawabnya: ‘Ada seorang tua muncul, berselubungkan jubah.’ Maka tahulah Saul, bahwa itulah Samuel, lalu berlututlah ia dengan mukanya sampai ke tanah dan sujud menyembah. Sesudah itu berbicaralah Samuel kepada Saul: ‘Mengapa engkau mengganggu aku dengan memanggil aku muncul?’ ........

Perhatikanlah kata-kata yang digaris bawahi di atas. Siapakah yang mengatakan bahwa roh itu roh Samuel? Ada yang mengatakan itu adalah kata-kata si wanita En-Dor, ada yang bilang itu kata-kata Saul. Yang berkata demikian pasti seseorang yang tak terlalu baik pengetahuan tatabahasa Indonesianya! Jadi siapakah yang mengucapkan kata-kata yang digaris bawahi di atas?

‘Maka tahulah Saul, bahwa itulah Samuel’

‘Sesudah itu berbicaralah Samuel kepada Saul’

Jelas itu adalah penulis kitab Samuel ini. Siapakah dia? Tentu bukan Samuel atau Saul atau perempuan En-Dor ini, tetapi jurutulis Samuel. Mungkin ia adalah seorang murid Samuel atau bisa jadi seorang penulis sejarah yang diilhami oleh Roh Kudus. Yang jelas ia seorang yang paham dunia roh, sebab ia tahu betul bedanya antara Roh TUHAN dan roh jahat yang merasuk Saul. (1.Sam.16:4). Penulis ini adalah pelapor atau reporter yang berusaha memberi tahu pembacanya bahwa itu adalah roh Samuel. Interpretasi banyak penelaah Alkitab pada umumnya mengatakan bahwa itu bukan roh Samuel tetapi roh setan yang menyamar sebagai Samuel. Alkitab tidak berkata demikian, tetapi mereka menambah-nambahi dengan interpretasi sendiri. Mereka tak mau percaya dan maunya berbantah-bantah dengan si pelapor. ... Jangan pula suka berbantah-bantah dengan penulis Alkitab dan membuat interpretasi sendiri, anda akan tersesat sendiri! Terimalah berita yang ditulis pengarang Alkitab itu dengan terbuka, maka anda akan mendapat pengetahuan tentang dunia roh dengan benar. Ternyata orang mati dapat dipanggil keluar dari Hades oleh orang hidup, terbukti di sini. Mengapa Samuel, seorang Hamba Allah mau dipanggil seorang medium? Hampir semua orang kudus di jaman Perjanjian Lama harus masuk ke Hades dan menjadi tawanan perang (Prisoner of War) si Iblis, sampai mereka dimerdekakan oleh Tuhan mereka yang mengalahkan si Iblis dengan ketaatanNya kepada kehendak Allah dengan kematian di kayu salib. Si Iblis, penjaga penjara itu dengan senang hati mengijinkan mereka keluar bila diminta oleh hamba-hambanya, para pemanggil arwah. Tentu saja dengan maksud agar terjadi penyesatan dan pelanggaran larangan Allah. Ini mengakibatkan orang hidup itu dinajiskan tubuhnya oleh hadirnya roh orang mati. ... Sebaiknya anda mulai mempercayai perkataan-perkataan dalam Alkitab anda tanpa menambah-nambahi dengan interpretasi sendiri. Kalau itu benar setan yang menyamar seperti Samuel, tentu Alkitab akan berkata bahwa Saul telah meminta petunjuk dari setan-setan atau setan yang menyamar menjadi Samuel. Alkitab tidak akan menyesatkan anda dengan bahasa yang rancu dengan harus menginterpretasi satu kata ke dalam kata yang lain dengan arti yang berbeda. Kalau tiap kata di Alkitab harus diinterpretasi seperti itu, siapa yang mampu memahami Alkitab ini? Dengan kata lain, bisa saja orang menginterpretasi bahwa Yesus yang digantung di kayu salib itu sebenarnya bukan Yesus tetapi Yudas Iskariot!” - ‘Dunia Orang Mati’, hal 27-30.

Jawab:

Saya akan menanggapi kata-kata Jamieson, Fausset & Brown lebih dulu.

Merupakan sesuatu yang tidak berdasar untuk mengatakan bahwa seandainya itu memang setan, pasti penulis kitab Samuel akan menyebutnya sebagai ‘setan’. Juga merupakan sesuatu yang tidak berdasar bahwa penyebutan setan sebagai ‘Samuel’ secara berulang-ulang bertentangan dengan gaya dari Kitab Suci.

Coba bandingkan dengan cerita pada waktu Saul dirasuk setan. Berulang-ulang roh itu disebut sebagai ‘roh jahat yang dari pada Tuhan / Allah’ (1Sam 16:14-16,23 18:10 19:9), tetapi tidak pernah disebut sebagai ‘setan / Iblis’.

Juga dalam Daniel 10:13, yang disebut sebagai ‘pemimpin kerajaan orang Persia / raja-raja Persia’ pasti adalah setan / Iblis, tetapi tidak disebutkan sebagai ‘setan / Iblis’.

Disamping itu, Kitab Suci tidak mempunyai bagian lain yang menceritakan tentang cerita yang seperti ini (tentang roh orang mati yang kembali ke dunia untuk bicara dengan orang hidup). Memang ada pemunculan Musa dan Elia di atas gunung bersama dengan Yesus, tetapi itu disebutkan sebagai ‘penglihatan’ (Mat 17:9), dan kalau itu memang merupakan penglihatan, itu berarti bahwa hal itu tidak sungguh-sungguh terjadi. Jadi, bagaimana kita bisa mengatakan bahwa penyebutan ‘Samuel’ itu bertentangan dengan gaya penulis Kitab Suci?

Sekarang saya akan menanggapi kata-kata Andereas Samudera.

Kata-kata Andereas Samudera di atas ada benarnya. Ada orang yang melihat suatu ayat yang jelas dalam Kitab Suci tetapi tetap tidak mau mengakui kebenarannya. Misalnya Yoh 14:6 ditafsirkan oleh banyak orang Liberal sedemikian rupa sehingga tidak menunjukkan Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga. Ini jelas salah, karena ajaran bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga yang dikeluarkan oleh Yoh 14:6 itu sejalan dengan seluruh Kitab Suci.

Tetapi, dalam kasus-kasus lain, keadaannya bisa berbeda. Kadang-kadang ada ayat Kitab Suci yang kelihatannya mengajarkan sesuatu, tetapi kalau kita mengartikannya demikian, ternyata kita menabrak ayat-ayat lain dalam Kitab Suci. Dalam kasus seperti ini, kalau kita memang mau menghormati ayat-ayat Kitab Suci yang lain itu, maka kita harus menafsirkan ayat itu dengan memperhatikan ayat-ayat lain itu, sehingga Kitab Suci menjadi harmonis dan tidak bertabrakan satu dengan yang lain.

Kalau penulis kitab Samuel menuliskan bahwa itu adalah Samuel (ay 12,14,15,16,20), itu tidak membuktikan bahwa itu benar-benar adalah Samuel, karena penulis-penulis Kitab Suci memang sering menuliskan berdasarkan kelihatannya, bukan berdasarkan fakta, seperti:

a. Kej 1:16 - “Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang”.

Ada 2 hal yang perlu diperhatikan:

· bulan disebut sebagai salah satu dari dua benda penerang (Literal: ‘the two lights’), padahal kita tahu bahwa sebetulnya bulan itu benda gelap, yang tidak mengeluarkan terang dari dirinya sendiri tetapi hanya memantulkan terang dari matahari. Tetapi karena kelihatannya bulan memberi terang, maka disebut ‘benda penerang’.

· matahari dan bulan disebut sebagai benda penerang yang besar, dan lalu disebutkan bintang-bintang, sehingga secara implicit matahari dan bulan lebih besar dari bintang-bintang. Padahal kita tahu bahwa bintang-bintang itu jauh lebih besar dari matahari, apalagi dari bulan. Tetapi karena kelihatannya bintang-bintang itu lebih kecil dari matahari maupun bulan, maka disebutkan demikian.

b. Maz 19:5b-7 - “(5b) Ia memasang kemah di langit untuk matahari, (6) yang keluar bagaikan pengantin laki-laki yang keluar dari kamarnya, girang bagaikan pahlawan yang hendak melakukan perjalanannya. (7) Dari ujung langit ia terbit, dan ia beredar sampai ke ujung yang lain; tidak ada yang terlindung dari panas sinarnya”.

Ayat ini seolah-olah mengajarkan bahwa matahari mengelilingi bumi. Kita semua tahu bahwa sebetulnya bumi yang mengelilingi matahari, dan bumi ini berputar pada porosnya. Tetapi karena kelihatannya matahari yang bergerak mengelilingi bumi, maka disebutkan demikian.

Bandingkan juga dengan Yos 10:12-13 - “(12) Lalu Yosua berbicara kepada TUHAN pada hari TUHAN menyerahkan orang Amori itu kepada orang Israel; ia berkata di hadapan orang Israel: ‘Matahari, berhentilah di atas Gibeon dan engkau, bulan, di atas lembah Ayalon!’ (13) Maka berhentilah matahari dan bulanpun tidak bergerak, sampai bangsa itu membalaskan dendamnya kepada musuhnya. Bukankah hal itu telah tertulis dalam Kitab Orang Jujur? Matahari tidak bergerak di tengah langit dan lambat-lambat terbenam kira-kira sehari penuh”.

Tidak dikatakan oleh penulis sejarah Kitab Suci ini bahwa bumi berhenti berputar pada porosnya, tetapi dikatakan mataharinya yang berhenti. Mengapa? Karena kelihatannya demikian.

c. Simon tukang sihir dikatakan ‘menjadi percaya’ (Kis 8:13), tetapi dari kata-kata Petrus kepadanya dalam Kis 8:20-23 terlihat jelas bahwa Simon belum percaya. Lalu mengapa Lukas sebagai penulis Kisah Para Rasul mengatakan Simon ‘menjadi percaya’? Karena kelihatannya demikian, dan karena Simon mengaku demikian.

d. Dalam Yoh 2:23 dikatakan banyak orang percaya kepada Yesus, tetapi dari Yoh 2:24-25 yang berbunyi: “(24) Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diriNya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, (25) dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepadaNya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia”, terlihat dengan jelas bahwa orang-orang itu sebetulnya tidak percaya. Lalu mengapa rasul Yohanes mengatakan bahwa orang banyak itu percaya? Karena kelihatannya demikian, dan karena mereka mengaku percaya.

Dari contoh-contoh di atas ini terlihat dengan jelas bahwa Kitab Suci memang sering menuliskan bukan berdasarkan fakta, tetapi berdasarkan kelihatannya atau berdasarkan pengakuan dari orang yang bersangkutan. Jadi, kalau penulis kitab Samuel menyebutkan sebagai ‘Samuel’, itu belum tentu merupakan fakta. Bisa saja ia menulis demikian karena ‘orang’ itu mengaku sebagai Samuel.

Bisa juga ditambahkan bahwa kalau Andereas Samudera selalu mau menafsirkan apa adanya seperti yang dikatakan Kitab Suci, maka perlu dipertanyakan bagaimana ia menafsirkan hal-hal di bawah ini:

¨ kata-kata ‘sesuatu yang ilahi muncul dari dalam bumi’ dalam 1Sam 28:13, yang dalam bahasa Ibraninya adalah ‘ELOHIM / Allah muncul dari dalam bumi’? Apakah ia menafsirkan seperti apa adanya, dan menganggap bahwa perempuan itu melihat Allah sendiri muncul dari dalam bumi?

¨ perintah untuk mencungkil mata, memotong tangan / kaki yang menyesatkan kita dalam Mat 5:29-30? Apakah ia menafsirkan perintah ini apa adanya?

¨ perintah untuk memberikan pipi kiri kepada orang yang menampar pipi kanan dalam Mat 5:39? Apakah ia betul-betul menafsirkan bahwa kita harus secara hurufiah memberikan pipi kiri untuk ditampar lagi, atau bahwa kita sekedar tidak boleh membalas pada waktu ditampar?

¨ Ayat-ayat yang menunjuk kepada inkarnasi Tuhan kita Yesus Kristus, yang boleh dikatakan selalu mengatakan bahwa Ia telah menjadi daging, misalnya:

* Yoh 1:14 (KJV/Lit): ‘And the Word was made flesh, and dwelt among us, ...’ (= Dan Firman itu telah dijadikan daging, dan diam / tinggal di antara kita, ...).

* 1Yoh 4:2 (KJV/Lit): ‘Hereby know ye the Spirit of God: Every spirit that confesseth that Jesus Christ is come in the flesh is of God:’ (= Demikianlah kamu mengetahui Roh Allah: Setiap roh yang mengaku bahwa Yesus Kristus telah datang dalam daging adalah dari Allah).

* 2Yoh 7 (KJV/Lit): ‘For many deceivers are entered into the world, who confess not that Jesus Christ is come in the flesh. This is a deceiver and an antichrist’ (= Karena banyak penipu telah masuk ke dalam dunia, yang tidak mengaku bahwa Yesus Kristus telah datang dalam daging. Ini adalah seorang penipu dan anti-kristus).

Catatan: dalam ayat-ayat di atas ini Kitab Suci Indonesia menterjemahkan ‘daging’ itu sebagai ‘manusia’. Tetapi ini bukan terjemahan hurufiah, tetapi merupakan penafsiran, karena kata Yunani yang dipakai adalah SARX, yang artinya ‘daging’.

Apakah terhadap ayat-ayat ini Andereas Samudera tetap mau menafsirkan apa adanya? Kalau ya, itu berarti ia harus beranggapan bahwa ‘manusia Yesus’ hanya terdiri dari tubuh, tanpa jiwa / roh manusia. Kalau memang demikian, bagaimana ini bisa disesuaikan dengan Ibr 2:14-17 - “(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa”. Bagaimana bisa dikatakan ‘dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya’, kalau Ia tidak mempunyai jiwa / roh manusia? Jadi, jelas bahwa kata ‘daging’ dalam ayat-ayat tentang inkarnasi di atas, tidak bisa diartikan apa adanya, tetapi harus diartikan ‘manusia’, yaitu ‘tubuh + jiwa / roh’.

Saya kira jelas dari contoh-contoh di atas ini bahwa tidak semua bagian Kitab Suci bisa ditafsirkan secara hurufiah / apa adanya. Kalau kita selalu menafsirkan secara hurufiah / apa adanya, maka itu justru akan menyesatkan!

Bahwa suatu kata dalam Alkitab bisa mempunyai arti yang berbeda dengan arti kata itu sendiri, tidak perlu membingungkan kita, apalagi dengan menafsirkan bahwa yang mati disalib bukanlah Yesus tetapi Yudas, seperti yang dikatakan Andereas Samudera di atas. Itu bisa dilakukan dengan benar tanpa menimbulkan ke-extrim-an seperti itu asal kita mau membandingkan suatu kata / ayat dengan seluruh Kitab Suci sebelum kita menafsirkannya.

2. Musa dan Elia juga bisa muncul dalam dunia ini (Mat 17:3), mengapa Samuel tidak?

Pulpit Commentary: “the granting of the desire to see Samuel was only to seal Saul’s doom, not to give the guidance anticipated, and which had been hitherto refused (ver. 6). ... There is no moral principle violated in God allowing a being from the invisible world to become visible. ... Will any one say that God cannot cause a Samuel to appear as truly as a Moses and Elijah? ... Is it not wiser to submit to the force of historical testimony, and admit that his ways are not our ways? God does strange things in the earth, at which men marvel, but never unholy things. There is nothing incredible in the existence of departed spirits, nor in their employment when God has a fit purpose to accomplish through them” [= pengabulan keinginan untuk melihat Samuel hanyalah untuk memeteraikan / mengesahkan kematian Saul, bukan untuk memberikan pimpinan yang diharapkan, dan yang sampai pada saat ini tidak diberikan (ay 6). ... Tidak ada prinsip moral yang dilanggar pada waktu Allah mengijinkan seseorang dari dunia yang tidak kelihatan untuk menjadi terlihat. ... Apakah ada yang mengatakan bahwa Allah tidak bisa menyebabkan seorang Samuel untuk menampakkan diri sama seperti seorang Musa dan Elia? ... Apakah tidak lebih bijaksana untuk tunduk pada kekuatan dari kesaksian sejarah, dan mengakui bahwa jalanNya bukanlah jalan kita? Allah melakukan hal-hal yang aneh di bumi, yang mengherankan manusia, tetapi tidak pernah melakukan hal-hal yang tidak kudus / suci. Tidak ada yang luar biasa / tidak masuk akal dalam keberadaan dari roh-roh orang mati, ataupun dalam penggunaan mereka pada waktu Allah mempunyai tujuan yang cocok untuk dicapai melalui mereka] - hal 527.

Jawab: Saya setuju bahwa tidak ada prinsip moral yang dilanggar pada waktu Allah menampakkan orang yang sudah mati kepada orang yang masih hidup. Saya juga setuju bahwa kalau Allah bisa menampakkan Musa dan Elia kepada 3 murid Tuhan Yesus, maka Allah juga bisa menampakkan Samuel kepada Saul. Tetapi penafsir Pulpit Commentary di atas itu sendiri mengakui bahwa ‘Allah tidak pernah melakukan hal-hal yang tidak kudus / suci’. Apakah itu merupakan sesuatu yang kudus / suci kalau Ia menampakkan Samuel menggunakan seorang tukang sihir yang menggunakan kuasa setan?

Dalam penampakan Musa dan Elia, memang tidak ada hal yang tidak kudus yang terjadi. Tetapi dalam penampakan ‘Samuel’ itu berbeda, karena adanya tukang sihir yang terlibat dalam pemanggilan tersebut.

3. Perempuan itu sendiri kaget dengan pemunculan Samuel (1 Samuel 28: 12).

Barnes’ Notes: “It is manifest both that the apparition of Samuel was real, and also that the woman was utterly unprepared for it” (= Adalah jelas bahwa hantu / pemunculan Samuel merupakan kenyataan, dan juga bahwa perempuan ini sama sekali tidak siap untuk hal itu) - hal 66.

Jawab:

a. Apakah teriakan perempuan ini karena kaget melihat Samuel yang tidak seperti yang ia harapkan, atau karena ia takut karena sadar bahwa tamunya, yang memintanya untuk memanggilkan Samuel, adalah raja Saul (bdk. ay 3b,9)? Menurut saya jelas yang kedualah yang benar.

b. Kata-kata Samuel dalam 1 Samuel 28: 15 jelas menunjukkan bahwa ia muncul karena dipanggil oleh Saul melalui perempuan itu.

4. 1 Samuel 28: 16-19 memberikan kesan bahwa memang Samuellah yang berbicara kepada Saul.

Jawab: Kalau dikatakan bahwa kata-kata Samuel dalam ay 16-19 memberikan kesan bahwa yang berbicara memang adalah Samuel, maka itu tidaklah terlalu aneh atau mengherankan. Apakah kalau setan itu berdusta ia tidak memberi kesan bahwa dusta itu sebetulnya benar? Dan kalau ia menyamar sebagai Samuel apakah ia akan memberi kesan bahwa sebetulnya ia bukan Samuel?

Saya pikir orang yang memberikan argumentasi ke 4 ini sama bodohnya dengan Andereas Samudera, yang dalam tulisannya di Internet mengatakan: “Kami menemukan perbedaan antara roh setan dan roh orang mati didalam pelayanan pelepasan seseorang. Setan-setan benci Nama Yesus dan marah bila nama itu disebut-sebut. Sedang orang-orang mati umumnya tidak mengenal siapa Yesus itu!”.

Rupanya Andereas Samudera tidak pernah membaca tentang kecerdikan setan dalam Kitab Suci. Rupanya ia mengira bahwa setan adalah seseorang yang polos dan jujur dan selalu bersikap dan berkata apa adanya. Dan saya berpendapat inilah problem terbesar dari Andereas Samudera. Ia terlalu percaya pada kata-kata dari apa yang ia sebut sebagai ‘roh orang mati’ atau setan yang merasuk seseorang. Seharusnya ia membaca dan merenungkan 2Kor 11:13-14 - “(13) Sebab orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus. (14) Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang”.

5. Ada nubuat dari Samuel tentang kematian Saul dan anak-anaknya (ay 19), yang terbukti kebenarannya (1Sam 31).

Tetapi apakah nubuat ini memang benar atau hanya merupakan kebenaran yang dicampur dengan dusta?

a. Nubuat dalam ay 19 itu berbunyi: ‘besok engkau serta anak-anakmu sudah ada bersama-sama dengan daku’, dan ini bisa diartikan:

· besok Saul dan anak-anaknya akan mati. Kalau diambil arti ini berarti nubuat ini benar.

· besok Saul dan anak-anaknya akan masuk surga bersama Samuel. Kalau diambil arti ini itu berarti nubuat ini salah.

Rasa-rasanya arti yang harus diambil adalah arti pertama, karena kata-kata ‘dikumpulkan kepada kaum leluhurnya’ (seperti dalam Kej 25:8,17 35:29 49:33 dsb) dan juga kata-kata ‘mendapat perhentian bersama-sama nenek moyangnya’ (seperti dalam Kej 47:30 Ul 31:16 1Raja 11:21,43 14:20 15:24 16:6 dsb) yang sering muncul dalam Perjanjian Lama, juga harus diartikan sekedar sebagai ‘mati’.

Adam Clarke: “Does not this mean that they were to go to paradise? I suppose it means no more than that they should all die” (= Apakah ini tidak berarti bahwa mereka akan pergi ke Firdaus / surga? Saya menganggap bahwa artinya tidak lebih dari pada bahwa mereka semua pasti mati) - hal 298.

b. Tentang kata ‘besok’ (Ibrani: MAKHAR) dalam ay 19b, Matthew Poole mengatakan bahwa kata itu bisa diartikan betul-betul ‘besok’, seperti dalam Kel 8:10, tetapi juga bisa diartikan ‘di kemudian hari’ seperti dalam:

· Kel 13:14 - “Dan apabila anakmu akan bertanya kepadamu di kemudian hari (MAKHAR): Apakah artinya itu? maka haruslah engkau berkata kepadanya: Dengan kekuatan tanganNya TUHAN telah membawa kita keluar dari Mesir, dari rumah perbudakan”.

· Ul 6:20 - “Apabila di kemudian hari (MAKHAR) anakmu bertanya kepadamu: Apakah peringatan, ketetapan dan peraturan itu, yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN Allah kita?”.

· Yos 4:6,21 - “(6) supaya ini menjadi tanda di tengah-tengah kamu. Jika anak-anakmu bertanya di kemudian hari (MAKHAR): Apakah artinya batu-batu ini bagi kamu? ... (21) Dan berkatalah ia kepada orang Israel, demikian: ‘Apabila di kemudian hari (MAKHAR) anak-anakmu bertanya kepada ayahnya: Apakah arti batu-batu ini?”.

Catatan: lagi-lagi kita menjumpai kasus-kasus dimana suatu kata tidak diartikan apa adanya.

Jadi dengan meramalkan ‘besok’ ia tidak akan disalahkan kalaupun kematian Saul dan anak-anaknya terjadi beberapa hari setelahnya.

Jadi, tidak terlihat adanya ketidak-benaran atau dusta dalam nubuat ini. Dan ini dipakai sebagai argumentasi untuk membuktikan bahwa nubuat ini memang datang dari Samuel yang dipakai oleh Tuhan untuk menyampaikan nubuat ini.

Jawab:

a. Dalam Ul 13:1-5, nabi yang menubuatkan sesuatu yang lalu terjadi, bisa adalah nabi palsu.

Ul 13:1-5 - “(1) Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat, (2) dan apabila tanda atau mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya, (3) maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab TUHAN, Allahmu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu. (4) TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintahNya, suaraNya harus kamu dengarkan, kepadaNya harus kamu berbakti dan berpaut. (5) Nabi atau pemimpi itu haruslah dihukum mati, karena ia telah mengajak murtad terhadap TUHAN, Allahmu, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir dan yang menebus engkau dari rumah perbudakan - dengan maksud untuk menyesatkan engkau dari jalan yang diperintahkan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dijalani. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu”.

b. Perlu dingat bahwa sekalipun setan itu tidak maha tahu, tetapi kadang-kadang ia bisa meramalkan masa depan secara tepat. Ini bisa terjadi karena:

· ia mendapatkan pengetahuan tentang apa yang akan terjadi itu dari Tuhan.

Keil & Delitzsch mengutip kata-kata Calvin sebagai berikut: “God sometimes gives to devils the power of revealing secrets to us, which they have learned from the Lord” (= Allah kadang-kadang memberikan kepada setan-setan kuasa untuk menyatakan rahasia-rahasia kepada kita, yang mereka dapatkan dari Tuhan) - hal 267.

Tentang bisanya ‘Samuel’ menubuatkan secara tepat, Matthew Poole, sama seperti Calvin, menganggap bahwa setan bisa memberi tahu masa depan dengan ijin Tuhan.

· ia bisa memperkirakan apa yang akan terjadi dengan melihat sikon.

Ini adalah kemungkinan lain yang diberikan oleh Matthew Poole. Ingat bahwa setan jauh lebih pandai dari kita / manusia. Dengan melihat banyaknya tentara Filistin, dan juga fakta bahwa Tuhan sudah meninggalkan Saul, maka ia bisa memperkirakan bahwa dalam perang itu pihak Israel pasti kalah, sehingga Saul dan anak-anaknya pasti mati.

· Dalam kasus Saul ini mungkin setan sudah diberi ijin oleh Tuhan untuk membunuh Saul dan anak-anaknya, dan karena itu tentu saja ia tahu bahwa Saul dan anak-anaknya akan mati. Bandingkan ini dengan:

* kasus Ayub dimana setan diberi ijin untuk menghancurkan semua milik Ayub, termasuk membunuh semua anak-anak Ayub (Ayub 1:12-19). Pasti dalam kasus ini setan bisa menubuatkan kematian dari anak-anak Ayub, kalau saja ia mau melakukan hal itu.

* 1Raja 22:19-23 - “(19) Kata Mikha: ‘Sebab itu dengarkanlah firman TUHAN. Aku telah melihat TUHAN sedang duduk di atas takhtaNya dan segenap tentara sorga berdiri di dekatNya, di sebelah kananNya dan di sebelah kiriNya. (20) Dan TUHAN berfirman: Siapakah yang akan membujuk Ahab untuk maju berperang, supaya ia tewas di Ramot-Gilead? (21) Maka yang seorang berkata begini, yang lain berkata begitu. Kemudian tampillah suatu roh, lalu berdiri di hadapan TUHAN. Ia berkata: Aku ini akan membujuknya. TUHAN bertanya kepadanya: Dengan apa? (22) Jawabnya: Aku akan keluar dan menjadi roh dusta dalam mulut semua nabinya. Ia berfirman: Biarlah engkau membujuknya, dan engkau akan berhasil pula. Keluarlah dan perbuatlah demikian! (23) Karena itu, sesungguhnya TUHAN telah menaruh roh dusta ke dalam mulut semua nabimu ini, sebab TUHAN telah menetapkan untuk menimpakan malapetaka kepadamu.’”.

Bukankah dalam kasus ini setan juga tahu bahwa Ahab akan mati?

Kesimpulan: nubuat yang benar tidak menjamin bahwa nubuat itu datang dari Tuhan.

6. 1Taw 10:13-14 - “(13) Demikianlah Saul mati karena perbuatannya yang tidak setia terhadap TUHAN, oleh karena ia tidak berpegang pada firman TUHAN, dan juga karena ia telah meminta petunjuk dari arwah, (14) dan tidak meminta petunjuk TUHAN. Sebab itu TUHAN membunuh dia dan menyerahkan jabatan raja itu kepada Daud bin Isai”.

Ayat ini dipakai oleh kedua belah pihak untuk mendukung pandangannya masing-masing. Golongan pertama menekankan kata-kata ‘ia telah meminta petunjuk arwah’, sedangkan golongan kedua menekankan kata-kata ‘tidak meminta petunjuk Tuhan’.

Andereas Samudera: “Lebih jelas lagi bila anda baca sebabnya Saul dibunuh Tuhan, kali ini ditulis pengarang Alkitab yang lain yakni penulis sejarah di istana raja.

1Tawarikh 10:13-14 - Demikianlah Saul mati karena perbuatannya yang tidak setia terhadap TUHAN, oleh karena ia tidak berpegang pada firman TUHAN, dan juga karena ia telah meminta petunjuk dari arwah, dan tidak meminta petunjuk TUHAN. Sebab itu TUHAN membunuh dia dan menyerahkan jabatan raja itu kepada Daud bin Isai.

Pengarang Tawarikh juga menyebutkan bahwa kematian Saul adalah karena dosa meminta petunjuk kepada arwah, bukan kepada setan yang menyamar menjadi Samuel!” - ‘Dunia Orang Mati’, hal 29.

Jawab:

Ir Herlianto: “Tentu tidak akan disebut sebagai arwah begitu saja kalau itu arwah Samuel dan tentu tidak akan disalahkan! Selanjutnya disebutkan ‘dan tidak meminta petunjuk TUHAN’. Samuel adalah corong dan perantara firman Tuhan maka sebutan ini jelas menunjukkan bahwa arwah itu bukan arwah Samuel yang adalah perantara petunjuk Tuhan itu sendiri!”.

Saya berpendapat bahwa argumentasi Ir. Herlianto ini tidak cukup kuat, karena:

· tidak perlu menyebut sebagai ‘arwah Samuel’, karena orang yang membaca 1Taw 10:13-14 ini dianggap juga membaca 1Sam 28, sehingga tahu bahwa yang dimaksud dengan ‘arwah’ adalah ‘arwah Samuel’.

· kata-kata ‘tentu tidak akan disalahkan’ sama sekali tidak masuk akal. Sudah tentu itu tetap disalahkan, karena praktek pemanggilan arwah itu dikecam dalam Im 20:27.

· Kata-kata ‘tidak meminta petunjuk TUHAN’ tetap benar, sekalipun orang itu betul-betul adalah Samuel, karena cara pemanggilan arwah ini bertentangan dengan kehendak Tuhan.

Saya sendiri berpendapat bahwa 1Taw 10:13-14 ini tidak bisa dipakai oleh pihak manapun untuk mendukung pandangannya secara meyakinkan. Terhadap argumentasi dari Andereas Samudera di atas, perlu diketahui bahwa kata ‘arwah’ dalam 1Taw 10:13b itu diterjemahkan dari kata OB, yang sudah kita bahas di depan, yang merupakan kata yang kabur artinya, dan:

¨ bisa berarti botol kulit / kirbat, seperti dalam Ayub 32:19.

¨ bisa menunjuk kepada si pemanggil arwah, seperti dalam 1Sam 28:3.

¨ bisa menunjuk kepada arwah / roh orang mati, seperti dalam 1Sam 28:7,8.

¨ bisa dihubungkan dengan kata ‘bapa’ / ‘nenek moyang’.

Kalau diambil arti kedua, bukankah argumentasi Andereas Samudera bubar? Dan kalaupun arti ketiga yang benar, maka maka belum tentu kita bisa menafsirkan kata itu sebagaimana adanya. Bisa saja disebut demikian karena perempuan itu mengaku demikian.

b) Argumentasi dari orang-orang yang menganggap bahwa ini bukanlah betul-betul roh Samuel:

1. Perempuan itu jelas cuma pura-pura; jadi semua itu cuma trik / tipu muslihat dari perempuan itu.

Pulpit Commentary: “Her assertion that she saw Samuel was probably false; and it was in feigned excitement that she cried out, ‘Why hast thou deceived me? for thou art Saul.’ She could not but have noticed the tall stature, the dignified manner, and also the intense excitement of her strange visitor; and when he bade her call up the spirit of Samuel, she must have been dull indeed not to know who the stranger was” (= Pernyataannya bahwa ia melihat Samuel mungkin palsu; dan adalah dalam suatu kegembiraan yang dibuat-buat ia berteriak: ‘Mengapa engkau menipu aku? Engkau sendirilah Saul’. Ia tidak mungkin tidak memperhatikan postur tubuh yang tinggi dari Saul, sikap yang berwibawa, dan juga gairah yang kuat dari pengunjung asingnya ini; dan ketika ia memintanya untuk memanggil roh Samuel, perempuan ini pastilah orang bodoh jika ia tidak tahu siapa orang asing itu) - hal 523.

Jawab:

a. Saya tidak terlalu yakin bahwa perempuan itu cuma berpura-pura, karena:

· orang yang tinggi besar bukan cuma Saul.

· sikap berwibawa belum tentu dimiliki Saul mengingat ia berasal dari rakyat jelata. Kalaupun ia punya sikap seperti itu, banyak orang lain juga punya sikap seperti itu.

· nama Samuel merupakan nama yang umum, sehingga bisa saja perempuan itu tidak memikirkan bahwa itu adalah nabi Samuel.

b. Adanya nubuat yang tergenapi tidak memungkinkan kita menafsirkan bahwa semua ini hanyalah trik / tipu muslihat dari perempuan itu.

2. Saul sebetulnya tidak melihat apa-apa, semua yang dikatakan adalah penggambaran dari perempuan itu.

Pulpit Commentary: “There is nothing to prove that Saul really saw anything; all that is said is that by the woman’s description” (= Tidak ada apapun untuk membuktikan bahwa Saul betul-betul melihat apapun; semua yang dikatakan hanyalah hal-hal yang digambarkan oleh perempuan itu) - hal 523.

Jawab: tetapi selanjutnya ada dialog antara Saul dan Samuel, dan kalau kata-kata Samuel ini ditafsirkan sebagai suara perempuan itu yang berbicara dengan suara perut sebagai suatu trik / tipu muslihat, maka kita masih harus berhadapan dengan nubuat yang terbukti kebenarannya, yang tidak mungkin datang dari perempuan itu.

3. Samuelnya mau disembah oleh Saul (1Sam 28:14b), sedangkan semua orang nggenah dalam Kitab Suci menolak sembah (Kis 10:25-26 Kis 14:11-18). Jadi, ini pasti setan.

Jawab: ini jaman Perjanjian Lama, dimana penghormatan dalam bentuk penyembahan biasa dilakukan terhadap manusia / malaikat (bdk. Kej 19:1 Kej 23:7 Kej 33:3,6,7), karena memang kata-kata Yesus dalam Mat 4:10, yang mengatakan bahwa penyembahan hanya boleh dilakukan terhadap Allah, belum diucapkan.

4. Tadinya Allah tidak mau menjawab Saul (ay 6), sekarang tahu-tahu mau menjawab.

Jawab: Allah bukannya memberi petunjuk tentang apa yang harus dilakukan oleh Saul, tetapi memberikan kecaman dan menyampaikan berita kematian Saul (ay 19).

5. Pada waktu Musa dan Elia muncul, mereka muncul dalam kemuliaan.

Luk 9:31 - “Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergianNya yang akan digenapiNya di Yerusalem”.

Kalau yang muncul di sini memang betul-betul Samuel, mengapa ia tidak muncul dalam kemuliaan? Ini aneh, dan ini dijadikan argumentasi untuk mengatakan ini bukan Samuel.

Jawab: malaikatpun kadang-kadang menampakkan diri dalam bentuk biasa (seperti kepada Abraham dalam Kej 18 ataupun kepada Lot dalam Kej 19), dan kadang-kadang bersinar / berapi seperti dalam kasus Elisa dan Gehazi (2Raja 6:17) atau seperti dalam kasus gembala-gembala pada Natal yang pertama (Luk 2:9). Kalau malaikat bisa mempunyai 2 macam penampakan, apakah tidak mungkin bahwa roh orang mati juga demikian?

6. Samuel digambarkan ‘muncul / naik dari dalam bumi’ (ay 13b).

KJV: ‘ascending out of the earth’ (= naik dari bumi).

RSV/NASB: ‘coming up out of the earth’ (= naik dari bumi).

NIV: ‘coming up out of the ground’ (= naik dari tanah).

Ay 15a: “Sesudah itu berbicaralah Samuel kepada Saul: ‘Mengapa engkau mengganggu aku dengan memanggil aku muncul?’”.

KJV: ‘And Samuel said to Saul, Why hast thou disquieted me, to bring me up?’ (= Dan Samuel berkata kepada Saul: Mengapa engkau telah menganggu aku, membawa aku ke atas / menaikkan aku?).

Kata-kata ‘membawa aku ke atas / menaikkan aku’ (ay 15a) tidak terlalu berbeda dengan kata-kata ‘muncul / naik dari dalam bumi’ dalam ay 13b tadi. Perbedaan ay 13b dan ay 15a hanyalah bahwa kalau yang pertama merupakan kata-kata perempuan / tukang sihir itu, maka yang kedua merupakan kata-kata dari ‘Samuel’.

Matthew Henry: “That it could not be the soul of Samuel himself they might easily apprehend when it ascended out of the earth, for the spirit of a man, much more of a good man, goes upward, Eccl. 3:21” (= Bahwa itu tidak mungkin adalah roh Samuel sendiri bisa mereka pahami dengan mudah pada waktu roh itu naik / keluar dari bumi, karena roh dari manusia, lebih-lebih dari orang saleh, naik ke atas, Pkh 3:21).

Bdk. Pkh 3:21 - “Siapakah yang mengetahui, apakah nafas manusia naik ke atas dan nafas binatang turun ke bawah bumi”.

KJV: ‘Who knoweth the spirit of man that goeth upward, and the spirit of the beast that goeth downward to the earth?’ (= Siapa yang mengetahui roh man yang naik ke atas, dan roh binatang yang turun ke bawah ke bumi?).

Secara implicit kata-kata perempuan itu menunjukkan bahwa ‘roh Samuel’ itu tadinya ada di bawah / di dalam tanah. Ini bertentangan dengan Kitab Suci, karena kalau itu memang adalah roh Samuel, maka tadinya ia pasti di surga, yang biasanya digambarkan di atas (bdk. Kej 5:24 2Raja 2:1,3b,5b,9b,11b) bukan di Hades (tempat penantian atau neraka), yang biasanya digambarkan di bawah. Bandingkan dengan Mat 11:23a - “Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit (= sorga)? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! (HADES)”.

Bandingkan juga dengan ayat-ayat Kitab Suci di bawah ini, yang menyatakan bahwa Yesus turun dari surga (baik pada kedatangan yang pertama maupun kedua):

· Yoh 3:13 - “Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia”.

· Yoh 6:38 - “Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku”.

· 1Tes 4:16 - “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit”.

Catatan: saya tidak percaya omong kosongnya Andereas Samudera yang mengatakan bahwa dalam jaman Perjanjian Lama roh-roh orang benar ada di Hades dan dijaga oleh setan. Saya berpendapat bahwa orang percaya yang mati pada jaman Perjanjian Lama, tetap langsung masuk ke surga. Bandingkan dengan Bil 23:10b Maz 73:24,26 Yes 57:1-2 Luk 16:23,25 (yang terakhir ini masih termasuk pada jaman Perjanjian Lama sebab Yesus belum mati dan bangkit).

7. Bagaimana mungkin roh orang benar yang sudah beristirahat di dalam Tuhan / di surga, bisa dibiarkan oleh Tuhan untuk diganggu oleh tukang sihir yang menggunakan kuasa gelap (bdk. ay 15)?

Ay 15a: “Sesudah itu berbicaralah Samuel kepada Saul: ‘Mengapa engkau mengganggu aku dengan memanggil aku muncul?’”.

Samuelnya berkata bahwa ia diganggu oleh Saul (ay 15a), dan ini tidak mungkin, dan dianggap bertentangan dengan:

· Yes 57:1-2 - “(1) Orang benar binasa, dan tidak ada seorangpun yang memperhatikannya; orang-orang saleh tercabut nyawanya, dan tidak ada seorangpun yang mengindahkannya; sungguh, karena merajalelanya kejahatan, tercabutlah nyawa orang benar (2) dan ia masuk ke tempat damai; orang-orang yang hidup dengan lurus hati mendapat perhentian di atas tempat tidurnya”.

· Wah 14:13 - “Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: ‘Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini.’ ‘Sungguh,’ kata Roh, ‘supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka.’”.

8. Tuhan tidak mungkin mengijinkan tukang sihir / kuasa kegelapan memunculkan Samuel. Apalagi seluruh praktek ini dilarang oleh Tuhan. Dengan memakai cara ini Ia memotivasi orang-orang lain untuk juga menggunakan cara ini.

Pulpit Commentary: “In the face of such a passage as Deut. 18:10-12 we cannot believe that the Bible would set before us an instance of witchcraft employed with the Divine sanction for holy purposes” (= Di hadapan text seperti Ul 18:10-12 kami tidak bisa percaya bahwa Alkitab akan memberi di depan kita suatu contoh sihir yang digunakan dengan persetujuan / dukungan Ilahi untuk tujuan-tujuan yang kudus / suci) - hal 523.

Jawab:

a. Clarke beranggapan bahwa yang datang memang betul-betul Samuel, tetapi Samuel datang bukan karena dipanggil oleh perempuan itu, ataupun oleh kuasa setan. Jadi semua ini dilakukan oleh Tuhan tanpa pekerjaan si perempuan, dan bahkan hal itu merupakan suatu surprise / kejutan baginya, karena ia sendiri belum memanggil Samuel, tetapi Samuel tahu-tahu sudah datang (ay 11-12).

Jawaban balik: saya berpendapat bahwa pandangan ini bertentangan dengan ay 15 - “Sesudah itu berbicaralah Samuel kepada Saul: ‘Mengapa engkau mengganggu aku dengan memanggil aku muncul?’”.

b. Hal yang sama terjadi dalam Yeh 14:4-8 - “(4) Oleh sebab itu berbicaralah kepada mereka dan katakan: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Setiap orang dari kaum Israel yang menjunjung berhala-berhalanya dalam hatinya dan menempatkan di hadapannya batu sandungan yang menjatuhkannya ke dalam kesalahan, lalu datang menemui nabi - Aku, TUHAN sendiri akan menjawab dia oleh karena berhala-berhalanya yang banyak itu, (5) supaya Aku memikat hati kaum Israel, yang seluruhnya sudah menyimpang dari padaKu dengan mengikuti segala berhala-berhala mereka. (6) Oleh karena itu katakanlah kepada kaum Israel: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Bertobatlah dan berpalinglah dari berhala-berhalamu dan palingkanlah mukamu dari segala perbuatan-perbuatanmu yang keji. (7) Karena setiap orang, baik dari kaum Israel maupun dari orang-orang asing yang tinggal di tengah-tengah Israel, yang menyimpang dari padaKu dan menjunjung berhala-berhalanya dalam hatinya dan menempatkan di hadapannya batu sandungan, yang menjatuhkannya ke dalam kesalahan, lalu datang menemui nabi untuk meminta petunjuk dari padaKu baginya - Aku, TUHAN sendiri akan menjawab dia. (8) Aku sendiri akan menentang orang itu dan Aku akan membuat dia menjadi lambang dan kiasan dan melenyapkannya dari tengah-tengah umatKu. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN”.

Text ini dipakai untuk menunjukkan bahwa kalaupun orang menggunakan cara yang salah, Tuhan sendiri bisa menjawabnya. Jadi sekalipun Saul menggunakan tukang sihir, yang dilarang oleh Tuhan, tetap bisa saja yang menjawab adalah Tuhan sendiri.

Jawaban balik:

· Ini ngawur secara total, karena dalam Yeh 14 ini, sekalipun orang-orang itu menyembah berhala, tetapi orang-orang itu bertanya kepada nabi (nabi asli), dan Tuhan menjawab mereka. Jadi sekalipun hidup mereka salah (menyembah berhala), tetapi mereka bukannya mencari melalui jalan yang salah.

· Kata-kata ‘Aku, Tuhan sendiri akan menjawab dia oleh karena berhala-berhalanya yang banyak itu’ (Yeh 14:4b), salah terjemahan.

NIV: ‘I the Lord will answer him myself in keeping with his great idolatry’ (= Aku Tuhan akan menjawabnya sendiri sesuai dengan penyembahan berhalanya yang besar / hebat).

Maksudnya: jawaban Tuhan akan diberikan dengan mempertimbangkan penyembahan berhala yang mereka lakukan. Dengan kata lain, jawaban Tuhan pasti merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan, dan mungkin berupa nubuat akan datangnya hukuman.

Beberapa komentar tentang kedua pandangan ini:

Þ Pulpit Commentary: “Whence this voice came it is difficult to say. St. Augustine thought that the woman really conjured up a demon, who took the form of Samuel” (= Dari mana suara ini datang sukar dikatakan. Santo Agustinus menganggap bahwa perempuan itu betul-betul memanggil / mendatangkan setan, yang mengambil bentuk Samuel) - hal 523.

Þ Keil & Delitzsch: “Nevertheless the fathers, reformers, and earlier Christian theologians, with very few exceptions, assumed that there was not a real appearance of Samuel, but only an imaginary one. According to the explanation given by Ephraem Syrus, an apparent image of Samuel was presented to the eye of Saul through demonical arts. Luther and Calvin adopted the same view, and the earlier Protestant theologians followed them in regarding the apparition as nothing but a diabolical spectre, a phantasm, or diabolical spectre in the form of Samuel, and Samuel’s announcement as nothing but a diabolical revelation made by divine permission, in which truth is mixed with falsehood” (= Meskipun demikian, bapa-bapa gereja, para tokoh reformasi, dan ahli-ahli theologia Kristen mula-mula, dengan sangat sedikit perkecualian, menganggap bahwa di sana tidak ada pemunculan yang sungguh-sungguh dari Samuel, tetapi hanya khayalan saja. Menurut penjelasan yang diberikan oleh Ephraem Syrus, suatu gambar Samuel yang nyata diberikan kepada mata Saul melalui ilmu / keahlian setan. Luther dan Calvin mengambil pandangan yang sama, dan ahli-ahli theologia Protestan yang mula-mula mengikuti mereka dalam menganggap pemunculan itu sebagai tidak lain dari pada penampakan / pemunculan setan, penampakan / pemunculan yang bersifat menipu atau dari setan dalam bentuk Samuel, dan pengumuman Samuel tidak lain dari pada wahyu setan yang dibuat dengan ijin ilahi, dalam mana kebenaran dicampur dengan kebohongan / dusta) - hal 265.

Þ Keil & Delitzsch: “Luther says ...: ‘The raising of Samuel by a soothsayer or witch, in 1Sam. 28:11,12, was certainly merely a spectre of the devil; not only because the Scriptures state that it was effected by a woman who was full of devils ..., but also because it was evidently in opposition to the command of God that Saul and the woman inquired of the dead. The Holy Ghost cannot do anything against this himself, nor can He help those who act in opposition to it.’ Calvin also regards the apparition as only a spectre (Hom. 100 in 1Sam.): ‘It is certain,’ he says, ‘that it was not really Samuel, for God would never have allowed His prophets to be subjected to such diabolical conjuring. For here is a sorceress calling up the dead from the grave. Does any one imagine that God wished His prophet to be exposed to such ignominy; as if the devil had power over the bodies and souls of the saints which are in His keeping? The souls of the saints are said to rest and live in God, waiting for their happy resurrection. Besides, are we to believe that Samuel took his cloak with him into the grave? For all these reasons, it appears evident that the apparition was nothing more than a spectre, and that the senses of the woman herself were so deceived, that she thought she saw Samuel, whereas it really was not he.’ The earlier orthodox theologians also disputed the reality of the appearance of the departed Samuel on just the same grounds” [= Luther berkata ...: ‘Pemunculan Samuel oleh seorang tukang tenung atau tukang sihir dalam 1Sam 28:11,12, pastilah semata-mata merupakan pemunculan / penampakan dari setan; bukan hanya karena Kitab Suci menyebutkan bahwa itu diadakan oleh seorang perempuan yang penuh dengan setan ..., tetapi juga karena jelas bahwa dalam perlawanan dengan perintah Allahlah Saul dan perempuan itu bertanya kepada orang mati. Roh Kudus sendiri tidak bisa melakukan apapun menentang perintah Allah, juga Ia tidak bisa menolong mereka yang bertindak menentang perintah Allah’. Calvin juga menganggap pemunculan itu hanya sebagai kelihatannya demikian (Hom. 100 in 1Sam.): ‘Adalah pasti’, katanya, ‘bahwa itu bukanlah betul-betul Samuel, karena Allah tidak akan pernah mengijinkan nabi-nabiNya untuk ditundukkan pada pemanggilan roh yang datang dari setan seperti itu. Karena di sini ada seorang tukang sihir perempuan yang memanggil orang mati dari kuburan. Apakah ada orang yang membayangkan bahwa Allah menginginkan nabiNya terbuka terhadap hal yang memalukan seperti itu; seakan-akan setan mempunyai kuasa atas tubuh dan jiwa dari orang-orang kudus yang ada dalam pemeliharaanNya? Jiwa-jiwa dari orang-orang kudus dikatakan beristirahat dan hidup dalam Allah, menunggu kebangkitan mereka yang berbahagia. Disamping itu, apakah kita harus percaya bahwa Samuel membawa jubahnya dengannya ke dalam kubur? Karena semua alasan ini jelaslah bahwa pemunculan / penampakan itu hanyalah kelihatannya demikian, dan bahwa pengertian / indera dari perempuan itu sendiri tertipu sedemikian rupa sehingga ia mengira ia melihat Samuel, padahal itu sebetulnya bukan Samuel’. Para ahli theologia orthodox yang mula-mula juga membantah kenyataan dari pemunculan / penampakan dari Samuel yang sudah mati, berdasarkan hal yang sama] - hal 265-266 (footnote).

Þ Keil & Delitzsch: “the more modern orthodox commentators are unanimous in the opinion that the departed prophet did really appear and announce the destruction of Saul, not, however, in consequence of the magical arts of the witch, but through a miracle wrought by the omnipotence of God. This is most decidedly favoured by the fact, that the prophetic historian speaks throughout of the appearance, not of a ghost, but of Samuel himself. He does this not only in ver. 12, ‘When the woman saw Samuel she cried aloud,’ but also in vers. 14,15,16, and 20. It is also sustained by the circumstance, that not only do the words of Samuel to Saul, in vers. 16-19, create the impression that it is Samuel himself who is speaking; but his announcement contains so distinct a prophecy of the death of Saul and his sons, that it is impossible to imagine that it can have proceeded from the mouth of an impostor, or have been an inspiration of Satan” [= para penafsir orthodox yang lebih modern sepakat dalam pandangan bahwa sang nabi yang telah mati itu betul-betul muncul dan mengumumkan kehancuran Saul, tetapi bukan sebagai akibat dari keahlian magic dari tukang sihir tersebut, tetapi melalui suatu mujijat yang dilakukan oleh kemahakuasaan Allah. Pandangan ini dipilih karena adanya fakta bahwa si ahli sejarah (penulis kitab Samuel) berbicara dalam sepanjang pemunculan itu, bukan tentang hantu / setan, tetapi tentang Samuel sendiri. Ia melakukan ini bukan hanya dalam ay 12, ‘Ketika perempuan itu melihat Samuel, berteriaklah ia dengan suara nyaring’, tetapi juga dalam ayat-ayat 14,15,16 dan 20. Itu juga didukung oleh sikon, bahwa bukan hanya kata-kata Samuel kepada Saul dalam ay 16-19 menciptakan kesan bahwa adalah Samuel sendiri yang berbicara; tetapi juga pengumumannya berisikan nubuat yang begitu jelas tentang kematian Saul dan anak-anaknya, sehingga adalah mustahil untuk membayangkan bahwa itu bisa keluar dari mulut seorang penipu, atau merupakan ilham dari setan] - hal 266-267.

Saya sendiri berpendapat bahwa argumentasi no 6,7,8 dari pihak yang menganggap bahwa ini bukan roh Samuel, terlalu kuat untuk dibantah. Sedangkan semua argumentasi dari pihak yang mengatakan bahwa ini betul-betul adalah roh Samuel, bisa dijawab dan dipatahkan. Karena itu saya sendiri mengambil pandangan bahwa ini bukanlah betul-betul roh Samuel, tetapi setan yang menyamar sebagai roh Samuel.

Matthew Henry: “That the devil, by the divine permission, should be able to personate Samuel is not strange, since he can transform himself into an angel of light!” (= Bahwa Iblis, oleh ijin ilahi, bisa bertindak sebagai Samuel bukanlah hal yang aneh, karena ia bisa mengubah dirinya menjadi malaikat terang!).

Bdk. 2Kor 11:13-14 - “(13) Sebab orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus. (14) Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang”.

III) Kecaman dan nubuat ‘Samuel’.

1) Ada dialog antara Saul dan ‘Samuel’.

Ay 15: “Sesudah itu berbicaralah Samuel kepada Saul: ‘Mengapa engkau mengganggu aku dengan memanggil aku muncul?’ Kata Saul: ‘Aku sangat dalam keadaan terjepit: orang Filistin berperang melawan aku, dan Allah telah undur dari padaku. Ia tidak menjawab aku lagi, baik dengan perantaraan nabi maupun dengan mimpi. Sebab itu aku memanggil engkau, supaya engkau memberitahukan kepadaku, apa yang harus kuperbuat.’”.

a) Saul betul-betul menyangka bahwa itu adalah roh Samuel, sehingga ia lalu bercakap-cakap dengannya.

Matthew Henry: “We have here the conference between Saul and Satan. Saul came in disguise (v. 8), but Satan soon discovered him, v. 12. Satan comes in disguise, in the disguise of Samuel’s mantle, and Saul cannot discover him. Such is the disadvantage we labour under, in wrestling with the rulers of the darkness of this world, that they know us, while we are ignorant of their wiles and devices” [= Di sini kita mendapati perundingan / pertemuan antara Saul dan Setan. Saul datang dalam penyamaran (ay 8), tetapi Setan dengan cepat mengetahuinya, ay 12. Setan datang dalam penyamaran, dalam penyamaran jubah Samuel, dan Saul tidak bisa mengetahuinya. Demikianlah kerugian yang kita dapatkan dari pekerjaan kita, dalam bergumul dengan penguasa-penguasa dari kegelapan dunia ini, bahwa mereka mengnal kita, sementara kita tidak tahu tentang tipu dan muslihat mereka].

b) Matthew Henry mengatakan bahwa Saul tidak mengeluh karena Allah telah undur dari padanya sampai orang-orang Filistin memeranginya. Manusia sering tak mempedulikan kehadiran / penyertaan Tuhan, sampai mereka dihantam oleh kesukaran yang besar! Dan karena pada saat itu Allah tidak mau memberinya petunjuk, ia lalu memanggil Samuel, seakan-akan nabi Tuhan ini bisa berbaik hati kepadanya pada saat Tuhan merengutkan wajahNya kepadanya!

2) ‘Samuel’ mengecam dan memberikan nubuat tentang kekalahan Israel dan kematian Saul dan anak-anaknya.

1 Samuel 28: 16-19: “(16) Lalu berbicaralah Samuel: ‘Mengapa engkau bertanya kepadaku, padahal TUHAN telah undur dari padamu dan telah menjadi musuhmu? (17) TUHAN telah melakukan kepadamu seperti yang difirmankanNya dengan perantaraanku, yakni TUHAN telah mengoyakkan kerajaan dari tanganmu dan telah memberikannya kepada orang lain, kepada Daud. (18) Karena engkau tidak mendengarkan suara TUHAN dan tidak melaksanakan murkaNya yang bernyala-nyala itu atas Amalek, itulah sebabnya TUHAN melakukan hal itu kepadamu pada hari ini. (19) Juga orang Israel bersama-sama dengan engkau akan diserahkan TUHAN ke dalam tangan orang Filistin, dan besok engkau serta anak-anakmu sudah ada bersama-sama dengan daku. Juga tentara Israel akan diserahkan TUHAN ke dalam tangan orang Filistin.’”.

Pulpit Commentary: “instead of the hope-for guidance of what he shall do, he meets with a declaration of his doom” (= bukannya mendapatkan pimpinan yang diharapkan tentang apa yang akan ia lakukan, ia bertemu dengan pernyataan kematiannya) - hal 530.

Matthew Henry mengatakan bahwa seandainya itu betul-betul adalah roh Samuel, pasti ia akan menasehati Saul untuk bertobat supaya mendapatkan pengampunan dari Allah. Tetapi ternyata yang ia berikan di sini hanyalah kecaman dan nubuat tentang hukuman tanpa ada jalan keluar, sehingga justru memberikan keputus-asaan yang luar biasa terhadap Saul!

BACA JUGA: 1 SAMUEL 28:3,7 (PEMANGGILAN ARWAH)

Matthew Henry: “Yet to make him believe that he was Samuel, the apparition affirmed that it was God who spoke by him. The devil knows how to speak with an air of religion, and can teach false apostles to transform themselves into the apostles of Christ and imitate their language” (= Tetapi untuk membuatnya percaya bahwa itu adalah Samuel, hantu / setan itu menegaskan bahwa Allahlah yang berbicara olehnya. Iblis tahu bagaimana berbicara dalam suasana agama, dan bisa mengajar rasul-rasul palsu untuk mengubah diri mereka sendiri menjadi rasul-rasul Kristus dan menirukan bahasa / gaya bicara mereka).

3) Reaksi Saul terhadap nubuat ‘Samuel’.

a) Saul ‘nggeblak’ (1 Samuel 28: 20)!

Perhatikan bahwa orang ini nggeblak karena adanya pekerjaan kuasa gelap, dan juga perhatikan bahwa ia bisa dikatakan sebagai ‘orang kristen KTP’!

b) Saul pergi dalam keputus-asaan untuk menemui nasibnya (1 Samuel 28: 25).

Matthew Henry: “Those that expect any good counsel or comfort otherwise than from God, and in the way of his institutions, will be as wretchedly disappointed as Saul here was” (= Mereka yang berharap akan nasehat atau penghiburan yang baik apapun selain dari Allah dan dengan cara yang sesuai hukum-hukumNya, akan dikecewakan dengan sangat buruk seperti Saul di sini).

Keil & Delitzsch: “In stolid desperation he went to meet his fate. This was the terrible end of a man whom the Spirit of God had once taken possession of and turned into another man, and whom he had endowed with gifts to be the leader of the people of God” (= Dalam keputus-asaan yang diam / tanpa perasaan ia pergi untuk menemui nasibnya. Ini merupakan suatu akhir yang mengerikan dari seorang yang pernah dimiliki / dikuasai oleh Roh Allah dan diubahkan menjadi seorang yang lain dan yang diberi karunia-karunia untuk menjadi pemimpin dari umat Allah) - hal 270. Bdk. 1Sam 10:9-10.

Kesimpulan / penutup.

Pulpit Commentary: “The object of the narrative is plainly to set before us the completeness of Saul’s moral downfall and debasement. ... and scarcely is there in the whole of Scripture anything more tragic than this narrative, or any more intense picture of the depth of degradation to which a noble but perverse intellect is capable of falling” (= Tujuan dari cerita ini jelas untuk menempatkan di hadapan kita kelengkapan / kesempurnaan dari kejatuhan dan penurunan moral Saul. ... dan dalam seluruh Kitab Suci tidak ada apapun yang lebih tragis dari pada cerita ini, atau gambar yang lebih kuat dari ke dalaman penurunan ke dalam mana seorang ningrat yang berpikiran jahat bisa jatuh) - hal 523,524.

Karena itu jangan membiar-biarkan kondisi rohani yang memburuk! Juga jangan membiarkan dosa yang ada dalam diri saudara! Sebaliknya selalulah hidup dekat dengan Tuhan, dalam ketaatan dan pertobatan.

-AMIN-
Next Post Previous Post