EKSPOSISI 2 SAMUEL 7:1-29
Pdt. Budi Asali, M. Div.
2 Samuel 7:1-29 (1).
2 Samuel 7:1-29 - “(1) Ketika raja telah menetap di rumahnya dan TUHAN telah mengaruniakan keamanan kepadanya terhadap semua musuhnya di sekeliling, (2) berkatalah raja kepada nabi Natan: ‘Lihatlah, aku ini diam dalam rumah dari kayu aras, padahal tabut Allah diam di bawah tenda.’ (3) Lalu berkatalah Natan kepada raja: ‘Baik, lakukanlah segala sesuatu yang dikandung hatimu, sebab TUHAN menyertai engkau.’ (4) Tetapi pada malam itu juga datanglah firman TUHAN kepada Natan, demikian: (5) ‘Pergilah, katakanlah kepada hambaKu Daud: Beginilah firman TUHAN: Masakan engkau yang mendirikan rumah bagiKu untuk Kudiami? (6) Aku tidak pernah diam dalam rumah sejak Aku menuntun orang Israel dari Mesir sampai hari ini, tetapi Aku selalu mengembara dalam kemah sebagai kediaman. (7) Selama Aku mengembara bersama-sama seluruh orang Israel, pernahkah Aku mengucapkan firman kepada salah seorang hakim orang Israel, yang Kuperintahkan menggembalakan umatKu Israel, demikian: Mengapa kamu tidak mendirikan bagiKu rumah dari kayu aras? (8) Oleh sebab itu, beginilah kaukatakan kepada hambaKu Daud: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Akulah yang mengambil engkau dari padang, ketika menggiring kambing domba, untuk menjadi raja atas umatKu Israel. (9) Aku telah menyertai engkau di segala tempat yang kaujalani dan telah melenyapkan segala musuhmu dari depanmu. Aku membuat besar namamu seperti nama orang-orang besar yang ada di bumi. (10) Aku menentukan tempat bagi umatKu Israel dan menanamkannya, sehingga ia dapat diam di tempatnya sendiri dengan tidak lagi dikejutkan dan tidak pula ditindas oleh orang-orang lalim seperti dahulu, (11) sejak Aku mengangkat hakim-hakim atas umatKu Israel. Aku mengaruniakan keamanan kepadamu dari pada semua musuhmu. Juga diberitahukan TUHAN kepadamu: TUHAN akan memberikan keturunan kepadamu. (12) Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. (13) Dialah yang akan mendirikan rumah bagi namaKu dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. (14) Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anakKu. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia. (15) Tetapi kasih setiaKu tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu. (16) Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapanKu, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya.’ (17) Tepat seperti perkataan ini dan tepat seperti penglihatan ini Natan berbicara kepada Daud. (18) Lalu masuklah raja Daud ke dalam, kemudian duduklah ia di hadapan TUHAN sambil berkata: ‘Siapakah aku ini, ya Tuhan ALLAH, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini? (19) Dan hal ini masih kurang di mataMu, ya Tuhan ALLAH; sebab itu Engkau telah berfirman juga tentang keluarga hambaMu ini dalam masa yang masih jauh dan telah memperlihatkan kepadaku serentetan manusia yang akan datang, ya Tuhan ALLAH. (20) Apakah yang dapat dikatakan Daud kepadaMu lebih lagi dari pada itu. Bukankah Engkau yang mengenal hambaMu ini, ya Tuhan ALLAH? (21) Oleh karena firmanMu dan menurut hatiMu Engkau telah melakukan segala perkara yang besar ini dengan memberitahukannya kepada hambaMu ini. (22) Sebab itu Engkau besar, ya Tuhan ALLAH, sebab tidak ada yang sama seperti Engkau dan tidak ada Allah selain Engkau menurut segala yang kami tangkap dengan telinga kami. (23) Dan bangsa manakah di bumi seperti umatMu Israel, yang Allahnya pergi membebaskannya menjadi umatNya, untuk mendapat nama bagiNya dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang besar dan dahsyat bagi mereka, dan dengan menghalau bangsa-bangsa dan para allah mereka dari depan umatNya? (24) Engkau telah mengokohkan bagiMu umatMu Israel menjadi umatMu untuk selama-lamanya, dan Engkau, ya TUHAN, menjadi Allah mereka. (25) Dan sekarang, ya TUHAN Allah, tepatilah untuk selama-lamanya janji yang Kauucapkan mengenai hambaMu ini dan mengenai keluarganya dan lakukanlah seperti yang Kaujanjikan itu. (26) Maka namaMu akan menjadi besar untuk selama-lamanya, sehingga orang berkata: TUHAN semesta alam ialah Allah atas Israel; maka keluarga hambaMu Daud akan tetap kokoh di hadapanMu. (27) Sebab Engkau, TUHAN semesta alam, Allah Israel, telah menyatakan kepada hambaMu ini, demikian: Aku akan membangun keturunan bagimu. Itulah sebabnya hambaMu ini telah memberanikan diri untuk memanjatkan doa ini kepadaMu. (28) Oleh sebab itu, ya Tuhan ALLAH, Engkaulah Allah dan segala firmanMulah kebenaran; Engkau telah menjanjikan perkara yang baik ini kepada hambaMu. (29) Kiranya Engkau sekarang berkenan memberkati keluarga hambaMu ini, supaya tetap ada di hadapanMu untuk selama-lamanya. Sebab, ya Tuhan ALLAH, Engkau sendirilah yang berfirman dan oleh karena berkatMu keluarga hambaMu ini diberkati untuk selama-lamanya.’”.
I) Daud ingin mendirikan Bait Allah.
1) Keadaan Daud pada saat itu.
2 Samuel 7: 1: “Ketika raja telah menetap di rumahnya dan TUHAN telah mengaruniakan keamanan kepadanya terhadap semua musuhnya di sekeliling,”.
Hanya Tuhan yang bisa beri rest / istirahat / ketenangan (baik di luar maupun di dalam diri kita).
Matthew Henry: “David at rest. ... Though he was a man of war, he was for peace (Ps 120:7) and did not delight in war.” [= Daud beristirahat / ada dalam ketenangan. ... Sekalipun ia adalah orang perang, ia adalah orang yang suka damai (Mazmur 120:7) dan tidak menyenangi perang.].
Jangan pikir orang yang sering geger adalah orang yang tidak cinta damai!
Mazmur 120:7 - “Aku ini suka perdamaian, tetapi apabila aku berbicara, maka mereka menghendaki perang.”.
Jamieson, Fausset & Brown: “It has been objected that David’s purpose to erect the temple is here said to have originated when ‘the Lord had given him rest round about from all his enemies.’ There is nothing said of this in the parallel passage of Chronicles (1 Chron 17:1); and we find him involved in contests with many of the neighbouring states (2 Sam 8), which were followed by foreign wars and intestine troubles during all his life. But the statement, that he had ‘rest round about from all his enemies,’ referred to an interval of peace which occurred shortly after his succession, on the discomfiture of the Philistines, with whom, according to Josephus, the Syrians and Phoenicians were combined in two successive campaigns (see the notes at 2 Sam 5:17-25) - a defeat so complete that they ceased for a long time to invade the Hebrew territory. This interval of peace was remarkable; and David most probably fancied it to be the period referred to by Moses (Deut 12:10-11) for the erection of a national place of worship” [= Telah diajukan keberatan bahwa rencana Daud untuk mendirikan Bait Allah di sini dikatakan telah muncul ketika ‘Tuhan telah memberinya istirahat / keamanan di sekitarnya dari musuh-musuhnya’. Tidak ada apapun yang dikatakan tentang hal ini dalam text paralelnya dari Tawarikh (1Taw 17:1); dan kita mendapati dia terlibat dalam peperangan dengan banyak negara-negara tetangga (2Sam 8), yang diikuti oleh perang-perang asing dan kesukaran-kesukaran / problem-problem internal dalam sepanjang hidupnya. Tetapi pernyataan, bahwa ia mendapatkan ‘istirahat / ketenangan di sekitarnya dari semua musuh-musuhnya’, menunjuk pada suatu waktu damai yang terjadi tak lama setelah kenaikannya menjadi raja, pada kemenangannya terhadap orang-orang Filistin, dengan siapa, menurut Yosephus, orang-orang Siria dan Fenesia digabungkan, dalam dua pertempuran berturut-turut (lihat catatan pada 2Sam 5:17-25) - suatu kekalahan yang begitu menyeluruh / sempurna sehingga mereka berhenti untuk waktu yang lama untuk menyerang daerah orang Ibrani. Waktu damai ini merupakan sesuatu yang menyolok; dan sangat mungkin bahwa Daud membayangkannya sebagai masa yang ditunjuk oleh Musa (Ul 12:10-11) untuk pendirian suatu tempat ibadah nasional].
1Taw 17:1 - “Setelah Daud menetap di rumahnya, berkatalah ia kepada nabi Natan: ‘Lihatlah, aku ini diam dalam rumah dari kayu aras, padahal tabut perjanjian TUHAN itu ada di bawah tenda-tenda.’”.
Ulangan 12:10-11 - “(10) Tetapi apabila nanti sudah kamu seberangi sungai Yordan dan kamu diam di negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dimiliki, dan apabila Ia mengaruniakan kepadamu keamanan dari segala musuhmu di sekelilingmu, dan kamu diam dengan tenteram, (11) maka ke tempat yang dipilih TUHAN, Allahmu, untuk membuat namaNya diam di sana, haruslah kamu bawa semuanya yang kuperintahkan kepadamu, yakni korban bakaran dan korban sembelihanmu, persembahan persepuluhanmu dan persembahan khususmu dan segala korban nazarmu yang terpilih, yang kamu nazarkan kepada TUHAN”.
Wilmington’s Bible Handbook (Bible Survey): “David used this time of rest not for self-indulgent pleasure but for meditation and plans for future ministry. Later, David would take a vacation when he should have been at war, with disastrous results (11)” [= Daud menggunakan waktu istirahat / ketenangan ini bukan untuk kesenangan yang memuaskan diri sendiri, tetapi untuk meditasi / perenungan dan rencana untuk pelayanan di masa yang akan datang. Belakangan, Daud mengambil liburan pada saat ia seharusnya berperang, dengan akibat yang bersifat menghancurkan (2Sam 11)].
2 Samuel 11:1-4 - “(1) Pada pergantian tahun, pada waktu raja-raja biasanya maju berperang, maka Daud menyuruh Yoab maju beserta orang-orangnya dan seluruh orang Israel. Mereka memusnahkan bani Amon dan mengepung kota Raba, sedang Daud sendiri tinggal di Yerusalem. (2) Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya. (3) Lalu Daud menyuruh orang bertanya tentang perempuan itu dan orang berkata: ‘Itu adalah Batsyeba binti Eliam, isteri Uria orang Het itu.’ (4) Sesudah itu Daud menyuruh orang mengambil dia. Perempuan itu datang kepadanya, lalu Daud tidur dengan dia. Perempuan itu baru selesai membersihkan diri dari kenajisannya. Kemudian pulanglah perempuan itu ke rumahnya.”.
Bdk. Kejadian 4:7 - “Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.’”.
2) Daud menyatakan keinginannya untuk membangun Bait Allah kepada nabi Natan.
2 Samuel 7: 2: “berkatalah raja kepada nabi Natan: ‘Lihatlah, aku ini diam dalam rumah dari kayu aras, padahal tabut Allah diam di bawah tenda.’”.
a) Ini pertamakalinya ada nabi Natan muncul dalam Alkitab.
Barnes’ Notes: “‘Nathan the prophet.’ Here first mentioned, but playing an important part afterward (e.g. 2 Sam 12:1; 1 Kings 1:10; 1 Chron 29:29; 2 Chron 9:29). From the two last passages it appears that he wrote the history of David’s reign, and a part at least of Solomon’s” [= ‘Natan sang nabi’. Di sini disebutkan untuk pertamakalinya, tetapi memainkan peranan yang penting belakangan (misalnya 2 Samuel 12:1; 1Raja 1:10; 1Taw 29:29; 2Taw 9:29). Dari 2 text yang terakhir terlihat bahwa ia menulis sejarah pemerintahan Daud, dan sedikitnya sebagian dari pemerintahan Salomo].
1Taw 29:29 - “Sesungguhnya, riwayat raja Daud dari awal sampai akhir tertulis dalam riwayat Samuel, pelihat itu, dan dalam riwayat nabi Natan, dan dalam riwayat Gad, pelihat itu,”.
2Taw 9:29 - “Selebihnya dari riwayat Salomo dari awal sampai akhir, bukankah semuanya itu tertulis dalam riwayat nabi Natan dan dalam nubuat Ahia, orang Silo itu, dan dalam penglihatan-penglihatan Ido, pelihat itu, tentang Yerobeam bin Nebat?”.
b) Pulpit Commentary mengatakan bahwa penempatan cerita ini di sini, setelah pemindahan tabut Tuhan ke Yerusalem, menunjukkan bahwa Daud memang memindahkan tabut Tuhan ke Yerusalem, dengan maksud mendirikan Bait Allah di Yerusalem.
c) Ada sesuatu yang bagus dalam diri Daud.
Ada sesuatu yang bagus dalam diri Daud, yaitu: Pada waktu ia sudah jaya dan diam dalam sebuah rumah yang bagus, ia tidak melupakan Tuhan, dan ia mau melakukan hal yang baik bagi Tuhan, yaitu membangun rumah untuk Tuhan. Biasanya pada waktu seseorang sudah mempunyai rumah yang bagus, ia ingin membangun rumah yang lain yang lebih bagus, lalu membangun villa, lalu membeli banyak tanah, lalu membeli banyak mobil, perhiasan, dan seterusnya. Tetapi Daud tidak demikian.
Kita harus meniru Daud dalam persoalan ini. Dalam keadaan tenang dan makmur, ia tidak lupa Tuhan, bahkan ia ingin melakukan sesuatu bagi Tuhan, yaitu membangun Bait Allah!
Calvin: “Therefore, in the first place, David is to be greatly praised for this worthy desire because ‘he was at rest in his house’ (2Sam 7:1). He did not forget this blessing that God had given him, nor lose himself in his pleasure, disregard God and become dissolute. Rather, he saw to it that God was served and adored as he deserved. Such discretion is rarely seen in the lives of the prosperous. Instead, they are intoxicated with the easy lives and thus become proud and despise God, and give themselves completely to evil.” [= Karena itu, di tempat pertama, Daud harus sangat dipuji untuk keinginan yang pantas / berguna karena ‘ia ada dalam damai / keamanan dalam rumahnya’ (2 Samuel 7:1). Ia tidak lupa berkata ini bahwa Allah telah memberinya, ataupun kehilangan dirinya sendiri dalam kesenangannya, mengabaikan Allah dan menjadi tak terkendali. Sebaliknya, ia menjaga supaya Allah dilayani / disembah dan dipuja seperti yang Ia layak dapatkan. Kebijaksanaan seperti itu jarang terlihat dalam kehidupan dari orang-orang yang makmur. Sebaliknya, mereka dimabukkan oleh hidup yang mudah dan lalu menjadi sombong dan meremehkan Allah, dan menyerahkan diri mereka sendiri sepenuhnya pada kejahatan.] - ‘Sermons on Second Samuel’, hal 296.
Calvin: “Now here is where we should emulate David. If God gives us rest and prosperity, let us not be so ill advised as to throw caution to the winds and act like wild stallions, giving ourselves licence to abuse the liberality which he bestows upon us. Rather, let us realise that more than ever we must commit ourselves to his service, and seriously consider how he can be honoured in purity as he deserves, thus showing that we are not ungrateful for so many benefits that we have received from his hand.” (= Di sinilah kita harus berusaha menandingi / menyamai Daud. Jika Allah memberi kita ketenangan / keamanan dan kemakmuran, hendaklah kita tidak begitu keliru sehingga mengabaikan sikap berhati-hati dan bertindak seperti kuda jantan liar, memberi diri kita sendiri ijin / kebebasan untuk menyalah-gunakan kemurahan hati yang Ia anugerahkan kepada kita. Sebaliknya, hendaklah kita menyadari bahwa lebih dari kapanpun kita harus menyerahkan diri kita sendiri pada pelayananNya, dan dengan serius mempertimbangkan bagaimana Ia bisa dihormati dalam kemurnian seperti yang Ia layak dapatkan, dan dengan demikian menunjukkan bahwa kita bukannya tidak tahu terima kasih untuk begitu banyak kebaikan yang telah kita terima dari tanganNya.) - ‘Sermons on Second Samuel’, hal 297.
Penerapan: Kalau kita menjadi makmur, mempunyai jabatan yang tinggi, menjadi kaya, dan sebagainya, kita harus tetap ingat bahwa semua itu merupakan berkat Tuhan, dan kita tidak boleh ‘lupa daratan’, lebih-lebih kita tidak boleh lupa Tuhan, tetapi sebaliknya, kita bahkan harus makin berjuang untuk menyenangkan dan memuliakan Tuhan.
Bdk. Ulangan 32:15 - “Lalu menjadi gemuklah Yesyurun, dan menendang ke belakang, - bertambah gemuk engkau, gendut dan tambun - dan ia meninggalkan Allah yang telah menjadikan dia, ia memandang rendah gunung batu keselamatannya.”.
Adam Clarke (tentang Ul 32:15): “‘Jeshurun’ Yashuruwn, the upright. This appellative is here put for Israel, and as it comes from yaashar, ‘he was right, straight’” (= ‘Yesyurun’. YEsYurun, si orang lurus / jujur. Sebutan ini di sini digunakan untuk Israel, dan itu datang dari YASYAR, ‘ia adalah benar, lurus’).
Jadi, ayat ini menggambarkan / menubuatkan Israel, yang pada waktu menjadi makmur, menjadi sombong dan meninggalkan Tuhan.
Bdk. Amsal 30:7-9 - “(7) Dua hal aku mohon kepadaMu, jangan itu Kautolak sebelum aku mati, yakni: (8) Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. (9) Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkalMu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.”.
Matthew Henry: “David had been uneasy till he found out a place for the ark (Ps 132:4,5), and now he is uneasy till he finds out a better place. Gracious grateful souls, (1.) Never think they can do enough for God, but, when they have done much, are still projecting to do more and devising liberal things. (2.) They cannot enjoy their own accommodations while they see the church of God in distress and under a cloud. David can take little pleasure in a house of cedar for himself, unless the ark have one. Those who stretched themselves upon beds of ivory, and were not grieved for the affliction of Joseph, though they had David’s music, had not David’s spirit (Amos 6:4,6) nor those who dwelt in their ceiled houses while God’s house lay waste.” [= Daud merasa tidak tenang sampai ia mendapatkan suatu tempat untuk tabut (Maz 132:4-5), dan sekarang ia merasa tidak tenang sampai ia menemukan suatu tempat yang lebih baik. Jiwa-jiwa yang penuh rasa terima kasih dan murah hati, (1) Tidak pernah berpikir mereka bisa melakukan cukup bagi Allah, tetapi, pada waktu mereka telah melakukan banyak, mereka tetap mengusahakan untuk melakukan lebih banyak lagi dan merencanakan hal-hal yang baik. (2) Mereka tidak bisa menikmati tempat tinggal mereka sendiri sementara mereka melihat gereja Allah dalam keadaan yang menyedihkan dan berada di bawah awan. Daud bisa menikmati sedikit kesenangan dalam sebuah rumah dari kayu aras untuk dirinya sendiri, kecuali tabut juga mempunyai sebuah rumah. Orang-orang yang membaringkan diri mereka sendiri di ranjang dari gading, dan tidak sedih karena penderitaan (keturunan) Yusuf, sekalipun mereka mempunyai musik dari Daud, mereka tidak mempunyai roh Daud (Amos 6:4,6), demikian juga dengan mereka yang tinggal di rumah-rumah yang beratap sementara rumah Allah terbengkalai.].
Mazmur 132:1-5 - “(1) [Nyanyian ziarah.] Ingatlah, ya TUHAN, kepada Daud dan segala penderitaannya, (2) bagaimana ia telah bersumpah kepada TUHAN, telah bernazar kepada Yang Mahakuat dari Yakub: (3) ‘Sesungguhnya aku tidak akan masuk ke dalam kemah kediamanku, tidak akan berbaring di ranjang petiduranku, (4) sesungguhnya aku tidak akan membiarkan mataku tidur atau membiarkan kelopak mataku terlelap, (5) sampai aku mendapat tempat untuk TUHAN, kediaman untuk Yang Mahakuat dari Yakub.’”.
Amos 6:1-6 - “(1) ‘Celaka atas orang-orang yang merasa aman di Sion, atas orang-orang yang merasa tenteram di gunung Samaria, atas orang-orang terkemuka dari bangsa yang utama, orang-orang yang kepada mereka kaum Israel biasa datang! (2) Menyeberanglah ke Kalne, dan lihat-lihatlah; berjalanlah dari sana ke Hamat yang besar itu, dan pergilah ke Gat orang Filistin! Adakah mereka lebih baik dari kerajaan-kerajaan ini, atau lebih besarkah daerah mereka dari daerahmu? (3) Hai kamu, yang menganggap jauh hari malapetaka, tetapi mendekatkan pemerintahan kekerasan; (4) yang berbaring di tempat tidur dari gading dan duduk berjuntai di ranjang; yang memakan anak-anak domba dari kumpulan kambing domba dan anak-anak lembu dari tengah-tengah kawanan binatang yang tambun; (5) yang bernyanyi-nyanyi mendengar bunyi gambus, dan seperti Daud menciptakan bunyi-bunyian bagi dirinya; (6) yang minum anggur dari bokor, dan berurap dengan minyak yang paling baik, tetapi tidak berduka karena hancurnya keturunan Yusuf!”.
Kata ‘bunyi-bunyian’ dalam ay 5 dalam KJV/RSV diterjemahkan ‘instruments of music’ (= alat-alat musik).
Matthew Henry: “Now that he was not called out to serve God and Israel in the high places of the field, he would employ his thoughts, and time, and estate, in serving him another way, and not indulge himself in ease, much less in luxury. When God, in his providence, gives us rest, and finds us little to do of worldly business, we must do so much the more for God and our souls. How different were the thoughts of David when he sat in his palace from Nebuchadnezzar’s when he walked in his! Dan 4:29,30. That proud man thought of nothing but the might of his own power, and the honour of his own majesty; this humble soul is full of contrivance how to glorify God, and give honour to him.” (= Sekarang bahwa ia tidak dipanggil untuk melayani Allah dan Israel di tempat-tempat tinggi di padang, ia mau menggunakan pikiran, dan waktu, dan tanah / miliknya, untuk melayani Dia dengan cara yang lain, dan bukannya memuaskan dirinya sendiri dalam kesenangan / ketenteraman, apalagi dalam kemewahan. Pada waktu Allah, dalam ProvidensiaNya, memberi kita istirahat / keamanan, dan mendapati kita hanya punya sedikit untuk dilakukan dalam urusan duniawi, kita harus melakukan begitu banyak untuk Allah dan jiwa-jiwa kita. Betapa berbedanya pikiran-pikiran Daud pada saat ia duduk di istananya dengan pikiran Nebukadnezar pada waktu ia berjalan-jalan di istananya! Dan 4:29-30. Orang sombong itu tidak memikirkan apapun kecuali kekuatan dari kuasanya sendiri, dan kehormatan dari keagungannya sendiri; jiwa yang rendah hati ini penuh dengan penemuan bagaimana memuliakan Allah, dan memberikan kehormatan kepadaNya.).
Daniel 4:29-30 - “(29) sebab setelah lewat dua belas bulan, ketika ia sedang berjalan-jalan di atas istana raja di Babel, (30) berkatalah raja: ‘Bukankah itu Babel yang besar itu, yang dengan kekuatan kuasaku dan untuk kemuliaan kebesaranku telah kubangun menjadi kota kerajaan?’”.
Matthew Henry: “David’s thought of building a temple for the honour of God. He had built a palace for himself and a city for his servants; and now he thinks of building a habitation for the ark. … Thus he would make a grateful return for the honours God put upon him. Note, When God, in his providence, has remarkably done much for us, it should put us upon contriving what we may do for him and his glory. What shall I render unto the Lord?” (= Pikiran Daud tentang pambangunan Bait Allah demi kehormatan Allah. Ia telah membangun sebuah istana untuk dirinya sendiri dan suatu kota untuk pelayan-pelayannya; dan sekarang ia berpikir tentang pembangunan suatu tempat tinggal untuk tabut. ... Dengan demikian ia akan membuat suatu balasan yang penuh rasa terima kasih untuk kehormatan-kehormatan yang Allah letakkan di atasnya. Perhatikan, Pada waktu Allah, dalam providensiaNya, telah melakukan banyak hal untuk kita, itu harus memberikan kita beban untuk mengusahakan / merencanakan apa yang bisa kita lakukan bagiNya dan untuk kemuliaanNya. Apa yang akan saya sumbangkan / berikan kepada Tuhan?).
The Biblical Illustrator (Old Testament): “So, said David, look at the condition of affairs: I dwell in a house of cedar, and the ark of God dwelleth within curtains, etc. ... To be at ease whilst His house is without a roof is to proclaim oneself no child of Heaven” (= Maka, kata Daud, lihatlah pada kondisi dari keadaan ini: Aku tinggal dalam sebuah rumah dari kayu aras, dan tabut Allah tinggal di tenda, dsb. ... Merasa tetap tenang / senang, sementara RumahNya tanpa atap, berarti menyatakan diri sendiri sebagai bukan anak Surga).
Bandingkan dengan orang-orang Yahudi pada jaman Hagai.
Hagai 1:2-4 - “(2) ‘Beginilah firman TUHAN semesta alam: Bangsa ini berkata: Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah TUHAN!’ (3) Maka datanglah firman TUHAN dengan perantaraan nabi Hagai, bunyinya: (4) ‘Apakah sudah tiba waktunya bagi kamu untuk mendiami rumah-rumahmu yang dipapani dengan baik, sedang Rumah ini tetap menjadi reruntuhan?”.
The Biblical Illustrator (Old Testament): “But it is somewhat strange that we hear so seldom of rich Christian men devoting their superfluous wealth to maintaining a mission station with a full staff of labourers, or to the rearing of colleges, or hospitals, or Christian institutions, which might provide on a large scale for Christian activity in ways that might be wonderfully useful. It is in this direction that there is most need to press the example of David” (= Tetapi merupakan sesuatu yang agak aneh bahwa kita begitu jarang mendengar tentang orang-orang Kristen kaya yang membaktikan kekayaan mereka yang berlebihan untuk membiayai tempat missi dengan suatu staf penuh dari pekerja-pekerja, atau untuk pendirian / perluasan fakultas-fakultas, atau rumah sakit - rumah sakit, atau lembaga-lembaga Kristen, yang bisa menyediakan secara besar-besaran untuk aktivitas Kristen dengan cara-cara yang bisa sangat berguna. Dalam arah inilah paling dibutuhkan untuk menekankan teladan Daud).
The Biblical Illustrator (Old Testament): “Mathew Henry says: Note: When God, in His providence, has remarkably done much for us, it should put us upon contriving what we may do for Him and His glory. ‘What shall I render unto the Lord?’ And John Trapp adds: ‘Ahab dwelt in a palace of ivory, and yet had no thoughts of heart for God and His service.’ David and Ahab both have their like among the sons of men” [= Matthew Henry berkata: Perhatikan: Pada waktu Allah, dalam ProvidensiaNya, telah melakukan banyak hal secara luar biasa / menyolok untuk kita, itu harus membebani kita untuk merencanakan apa yang bisa kita lakukan untukNya dan kemuliaanNya. ‘Apa yang akan saya berikan untuk Tuhan?’ Dan John Trapp menambahkan: ‘Ahab tinggal dalam sebuah istana gading (1Raja 22:39), tetapi tidak mempunyai pikiran dari hati untuk Allah dan pelayananNya’. Daud dan Ahab keduanya mempunyai orang-orang yang mirip seperti mereka di antara anak-anak manusia].
The Biblical Illustrator (Old Testament): “To the feelings of the godly a disreputable place of worship, contrasting meanly with the taste and elegance of the hall, or even the villa, is a pain and a reproach. What we have more need to look at is the disproportion of the sums paid by rich men, and even by men who can hardly be called rich, in gratifying their own tastes and in extending the kingdom of Christ” [= Bagi perasaan orang saleh suatu tempat ibadah yang jelek, kontras secara hina dengan kwalitet rasa dan kemewahan dari ruangan tempat tinggal, atau bahkan villa, merupakan sesuatu yang menyakitkan dan suatu celaan. Apa yang perlu lebih kita perhatikan adalah ketidak-seimbangan dari jumlah (uang) yang dibayar oleh orang-orang kaya, dan bahkan oleh orang-orang yang hampir tidak bisa disebut kaya, dalam memuaskan selera mereka sendiri dan dalam perluasan kerajaan Kristus].
Renungkan: berapa uang yang saudara keluarkan untuk makan, beli pakaian, beli barang-barang mewah (blackberry??), piknik, jalan-jalan ke luar negeri? Dan berapa uang yang saudara persembahkan untuk Tuhan? Pantaskah perimbangannya?
d) Dalam diri Daud juga ada sesuatu yang salah.
Daud ingin memuliakan Tuhan, ia ingin membangun Bait Allah itu untuk menyenangkan Tuhan. Ia bukannya memasukkan takhyul atau penyembahan berhala ke dalamnya, ia bukannya melakukan semua itu untuk keuntungannya sendiri, tetapi betul-betul mempunyai maksud yang baik dengan pendirian Bait Allah tersebut.
Ini terlihat dari 1Raja 8:17-19 - “(17) Lalu raja melanjutkan: ‘Ketika Daud, ayahku bermaksud mendirikan rumah untuk nama TUHAN, Allah Israel, (18) berfirmanlah TUHAN kepadanya: Engkau bermaksud mendirikan rumah untuk namaKu, dan maksudmu itu memanglah baik; (19) hanya, bukanlah engkau yang akan mendirikan rumah itu, melainkan anak kandungmu yang akan lahir kelak, dialah yang akan mendirikan rumah itu untuk namaKu.”.
Tetapi tak peduli tindakannya baik, dan motivasi / maksudnya juga baik, itu belum tentu merupakan kehendak Tuhan!
Matthew Henry: “It was certainly a good work, but it was uncertain whether it was the will of God that David should have the doing of it.” (= Itu pasti merupakan suatu pekerjaan yang baik, tetapi adalah tidak pasti apakah itu merupakan kehendak Allah bahwa Daudlah yang melakukan hal itu.).
Calvin: “What was wrong, then? Simply that he did not wait for God to declare his will to him, and say: ‘It is you who ought to build me a temple’.” (= Lalu, apa yang salah? Hanya karena ia tidak menunggu Allah untuk menyatakan kehendakNya kepadanya, dan berkata: ‘Engkaulah yang harus membangun Bait Suci untukKu’.) - ‘Sermons on Second Samuel’, hal 298.
Calvin: “whenever we are strongly motivated to honour God, let us not be guided by our own imagination. Let us not attempt anything beyond his Word, but rather be so in line with it that we allow him to govern us and guide us by the path that he knows to be right.” (= pada waktu kita didorong dengan kuat untuk menghormati Allah, biarlah kita tidak dipimpin oleh khayalan kita sendiri. Hendaknya kita tidak mengusahakan apapun yang melampaui FirmanNya, tetapi begitu sejalan dengannya sehingga kita mengijinkan Dia untuk memerintah kita dan memimpin kita oleh jalan yang Ia tahu sebagai benar.) - ‘Sermons on Second Samuel’, hal 298.
Calvin: “Thus, we know that zeal cannot be considered good unless it is properly directed.” (= Karena itu, kita tahu bahwa semangat tidak bisa dianggap baik kecuali semangat itu diarahkan secara benar.) - ‘Sermons on Second Samuel’, hal 297.
Amsal 19:2 - “Tanpa pengetahuan kerajinanpun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah.”.
NIV: ‘It is not good to have zeal without knowledge, nor to be hasty and miss the way.’ (= Tidaklah baik untuk mempunyai semangat tanpa pengetahuan, ataupun untuk tergesa-gesa dan salah jalan / arah.).
Jadi, bagian ini memperingatkan kita untuk tidak secara sembrono melakukan hal-hal baik yang muncul dalam pikiran kita, sekalipun motivasinya baik.
Contoh:
1. Pengkhotbah / kyai Islam yang bertobat / menjadi kristen, langsung menjadi pendeta, tanpa sekolah theologia. Mungkin motivasinya baik, tetapi ini jelas bertentangan dengan 1Tim 3:6 yang mengatakan bahwa syarat dari penilik jemaat / penatua adalah “Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis.”.
2. Panti asuhan untuk anak-anak korban perkosaan, kalau tidak ada yang mengadopsi anak-anak itu, maka anak-anak itu dididik untuk menjadi hamba Tuhan!
2 Samuel 7:1-29(2).
2 Samuel 7:1-17 - “(1) Ketika raja telah menetap di rumahnya dan TUHAN telah mengaruniakan keamanan kepadanya terhadap semua musuhnya di sekeliling, (2) berkatalah raja kepada nabi Natan: ‘Lihatlah, aku ini diam dalam rumah dari kayu aras, padahal tabut Allah diam di bawah tenda.’ (3) Lalu berkatalah Natan kepada raja: ‘Baik, lakukanlah segala sesuatu yang dikandung hatimu, sebab TUHAN menyertai engkau.’ (4) Tetapi pada malam itu juga datanglah firman TUHAN kepada Natan, demikian: (5) ‘Pergilah, katakanlah kepada hambaKu Daud: Beginilah firman TUHAN: Masakan engkau yang mendirikan rumah bagiKu untuk Kudiami? (6) Aku tidak pernah diam dalam rumah sejak Aku menuntun orang Israel dari Mesir sampai hari ini, tetapi Aku selalu mengembara dalam kemah sebagai kediaman. (7) Selama Aku mengembara bersama-sama seluruh orang Israel, pernahkah Aku mengucapkan firman kepada salah seorang hakim orang Israel, yang Kuperintahkan menggembalakan umatKu Israel, demikian: Mengapa kamu tidak mendirikan bagiKu rumah dari kayu aras? (8) Oleh sebab itu, beginilah kaukatakan kepada hambaKu Daud: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Akulah yang mengambil engkau dari padang, ketika menggiring kambing domba, untuk menjadi raja atas umatKu Israel. (9) Aku telah menyertai engkau di segala tempat yang kaujalani dan telah melenyapkan segala musuhmu dari depanmu. Aku membuat besar namamu seperti nama orang-orang besar yang ada di bumi. (10) Aku menentukan tempat bagi umatKu Israel dan menanamkannya, sehingga ia dapat diam di tempatnya sendiri dengan tidak lagi dikejutkan dan tidak pula ditindas oleh orang-orang lalim seperti dahulu, (11) sejak Aku mengangkat hakim-hakim atas umatKu Israel. Aku mengaruniakan keamanan kepadamu dari pada semua musuhmu. Juga diberitahukan TUHAN kepadamu: TUHAN akan memberikan keturunan kepadamu. (12) Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. (13) Dialah yang akan mendirikan rumah bagi namaKu dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. (14) Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anakKu. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia. (15) Tetapi kasih setiaKu tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu. (16) Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapanKu, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya.’ (17) Tepat seperti perkataan ini dan tepat seperti penglihatan ini Natan berbicara kepada Daud.”.
II) Tanggapan nabi Natan mula-mula.
1) Mula-mula nabi Natan menyetujui keinginan / rencana Daud.
2 Samuel 7: 3: “Lalu berkatalah Natan kepada raja: ‘Baik, lakukanlah segala sesuatu yang dikandung hatimu, sebab TUHAN menyertai engkau.’”.
Bahwa dalam 2 Samuel 7: 5-16 Tuhan menyuruh nabi Natan menyampaikan Firman Tuhan, yang bertentangan dengan kata-kata nabi Natan dalam ay 3 ini, menunjukkan bahwa kata-kata nabi Natan dalam ay 3 ini hanya berasal dari dirinya sendiri, dan karena itu bisa salah, dan dalam faktanya, memang salah.
Ini menunjukkan bahwa seorang nabi tidak selalu berbicara di bawah penguasaan / pimpinan Tuhan.
Jamieson, Fausset & Brown: “The piety of the design commended it to the prophet’s mind, and he gave his hasty approval and encouragement to the royal plans. The prophets, when following the impulse of their own feelings, or forming conjectural opinions, fell into frequent mistakes (see the notes at 1 Sam 16:6 2 Kings 4:27)” [= Kesalehan dari rancangan, memujinya bagi / pada pikiran sang nabi, dan ia memberikan persetujuan dan dorongannya yang tergesa-gesa pada rencana sang raja. Nabi-nabi, pada waktu mengikuti dorongan hati yang tiba-tiba dari perasaan mereka, atau membentuk pandangan-pandangan yang bersifat terkaan, sering jatuh ke dalam kesalahan-kesalahan (lihat catatan tentang 1Samuel 16:6 2Raja 4:27)].
1Sam 16:6 - “Ketika mereka itu masuk dan Samuel melihat Eliab, lalu pikirnya: ‘Sungguh, di hadapan TUHAN sekarang berdiri yang diurapiNya.’”.
2Raja 4:27 - “Dan sesudah ia sampai ke gunung itu, dipegangnyalah kaki abdi Allah itu, tetapi Gehazi mendekat hendak mengusir dia. Lalu berkatalah abdi Allah: ‘Biarkanlah dia, hatinya pedih! TUHAN menyembunyikan hal ini dari padaku, tidak memberitahukannya kepadaku.’”.
Pulpit Commentary: “Not every word of a prophet was inspired” (= Tidak setiap kata dari seorang nabi diilhamkan) - hal 182.
Ilham menjaga supaya kata-kata / tulisan dari seorang nabi / rasul menjadi infallible / inerrant (= tidak bisa salah); sebaliknya tidak adanya ilham membuat kata-kata / tulisannya terbuka terhadap kesalahan.
Ini tidak berarti bahwa kalau nabi itu betul-betul bernubuat / berbicara atas nama Tuhan / berbicara menyampaikan Firman Tuhan (biasanya didahului kata-kata ‘demikianlah Firman Tuhan’), maka ia bisa / boleh salah. Dalam hal seperti itu, kalau ternyata ia salah, biarpun hanya 1 x, maka ia harus dianggap sebagai nabi palsu!
Ul 18:21-22 - “(21) Jika sekiranya kamu berkata dalam hatimu: Bagaimanakah kami mengetahui perkataan yang tidak difirmankan TUHAN? - (22) apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN; dengan terlalu berani nabi itu telah mengatakannya, maka janganlah gentar kepadanya.’”.
Penerapan:
a) Bagaimana dengan kata-kata pengkhotbah jaman sekarang?
Pada waktu berkhotbah / menyampaikan Firman Tuhan, pengkhotbah jaman sekarang tidak bisa disamakan dengan nabi dalam arti yang ketat. Pengkhotbah jaman sekarang, selalu bisa salah. Pengkhotbah manapun yang mengclaim dirinya tidak bisa salah pada waktu mengajar / berkhotbah / memberitakan Firman Tuhan, adalah seorang pembual sombong, yang tidak tahu siapa dirinya sendiri!
Alkitab kita yang sekarang ini saja, dalam versi apapun, bahkan yang masih dalam bahasa aslinya, bisa salah. Bagaimana mungkin pengkhotbah jaman sekarang, yang berkhotbah berdasarkan Alkitab yang bisa salah, bisa berkhotbah secara tidak bisa salah?
b) Bagaimana dengan pendeta-pendeta tertentu yang sering bernubuat pada jaman sekarang?
Saya meragukan bahwa nubuat-nubuat seperti itu datang dari Tuhan. Tetapi bagaimanapun, kalau ia bernubuat, maka Ulangan 18:21-22 harus diberlakukan. Kalau ia salah, satu kali saja, maka ia harus dianggap sebagai nabi palsu.
Sebaliknya, kalau ia benar, masih ada satu text lagi yang harus digunakan untuk mengecek keaslian ke‘nabi’annya, yaitu Ul 13:1-5 - “(1) Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat, (2) dan apabila tanda atau mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya, (3) maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab TUHAN, Allahmu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu. (4) TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintahNya, suaraNya harus kamu dengarkan, kepadaNya harus kamu berbakti dan berpaut. (5) Nabi atau pemimpi itu haruslah dihukum mati, karena ia telah mengajak murtad terhadap TUHAN, Allahmu, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir dan yang menebus engkau dari rumah perbudakan - dengan maksud untuk menyesatkan engkau dari jalan yang diperintahkan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dijalani. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu.”.
Jadi, tak peduli nubuatnya memang benar / terjadi, tetapi kalau ajarannya sesat, maka ia tetap harus dianggap sebagai seorang nabi palsu.
Catatan: hukuman mati dalam Ulangan 13:5 tidak bisa diterapkan lagi dalam jaman sekarang di tempat ini. Semua hukum yang memberikan hukuman dalam Perjanjian Lama, merupakan civil law, semacam undang-undang, yang hanya berlaku di sana pada saat itu.
2) Gagasan untuk membangun Bait Suci itu sendiri bukan saja tidak salah, tetapi bahkan sangat bagus. Itu sebabnya nabi Natan secara tergesa-gesa memberikan persetujuannya. Tetapi ay 4-dst jelas menunjukkan bahwa Tuhan tidak menginginkan Daud sebagai pembuat Bait Allah. Itu adalah tugas dari anak Daud yaitu Salomo.
Matthew Henry: “Nathan spoke this, not in God’s name, but as from himself; not as a prophet, but as a wise and good man; it was agreeable to the revealed will of God, which requires that all in their places should lay out themselves for the advancement of religion and the service of God, though it seems his secret will was otherwise, that David should not do this.” (= Natan mengatakan ini, bukan dalam nama Allah, tetapi dari dirinya sendiri, bukan sebagai seorang nabi, tetapi sebagai seorang yang bijaksana dan baik; itu cocok dengan kehendak Allah yang dinyatakan, yang menghendaki bahwa semua orang di tempat-tempat mereka mengatur suatu rencana untuk kemajuan agama dan penyembahan terhadap Allah, sekalipun kelihatannya kehendak rahasiaNya adalah sebaliknya, bahwa Daud tidak boleh melakukan hal ini.).
Bdk. Ulangan 29:29 - “Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini.’”.
3) Belum tentu kalau Bait Suci lebih bagus / lebih benar dari pada Kemah Suci.
Matthew Henry: “That worship only is acceptable which is instituted; why should David therefore design what God never ordained? Let him wait for a warrant, and then let him do it. Better a tent of God’s appointing than a temple of his own inventing.” (= Penyembahan / ibadah yang bisa diterima hanyalah yang ditetapkan; karena itu mengapa Daud merancang apa yang Allah tak pernah tentukan? Hendaklah ia menunggu untuk suatu otoritas / persetujuan, dan pada saat itu hendaklah ia melakukannya. Lebih baik suatu tenda dari penetapan Allah dari pada suatu Bait Suci dari penemuannya sendiri.).
Matthew Henry: “David perhaps had more true devotion, and sweeter communion with God, in a house of curtains, than any of his successors in the house of cedar.” [= Mungkin Daud mempunyai lebih banyak pembaktian yang benar, dan persekutuan yang manis dengan Allah, dalam rumah dari gorden (maksudnya dalam ‘tenda / kemah’), dari pada pengganti-penggantinya yang manapun dalam rumah dari kayu aras.].
4) Perlu diingat bahwa pada saat itu Daud maupun Natan bisa menggunakan Efod untuk mencari kehendak Tuhan. Tetapi mereka tidak menggunakannya, dan itulah kesalahan mereka.
Calvin: “Here the prophet Nathan is so much more to blame than David, for since David came to him seeking counsel, he should not have been so very hasty. Rather, he should have prayed God for revelation. Anyway, he gave a response which he had to take back later” (= Di sini nabi Natan harus jauh lebih disalahkan dari pada Daud, karena pada waktu Daud datang kepadanya untuk mencari nasehat, ia seharusnya tidak begitu tergesa-gesa. Sebaliknya, ia seharusnya berdoa untuk meminta wahyu dari Allah. Bagaimanapun, ia memberikan suatu tanggapan yang belakangan harus ia tarik kembali) - ‘Sermons on Second Samuel’, hal 298.
Calvin: “Since God wanted to speak by his mouth, he should not have attempted to give a response according to his own mind and opinion, but should have waited for certainty and not have moved a finger without God’s permission” (= Karena Allah ingin untuk berbicara melalui mulutnya, ia seharusnya tidak berusaha untuk memberikan tanggapan sesuai pikiran dan pandangannya sendiri, tetapi harus menunggu suatu kepastian dan tidak menggerakkan satu jaripun tanpa seijin Allah) - ‘Sermons on Second Samuel’, hal 301.
Bagian ini merupakan sesuatu yang sangat perlu direnungkan oleh orang-orang yang ingin melayani Tuhan. Jangan asal terjun ke dalam pelayanan, tetapi lakukanlah pelayanan yang Tuhan kehendaki bagi saudara!
Dalam suatu percakapan dengan seorang rekan hamba Tuhan, ia bertanya apakah hanya jenis pelayanannya yang harus sesuai kehendak Tuhan, atau tempat pelayanannyapun harus sesuai kehendak Tuhan, dan saya menjawab bahwa kedua-duanya harus sesuai kehendak Tuhan.
Hal yang mendukung pandangan saya ini, misalnya, kasus dimana Paulus, yang memang dipanggil Tuhan untuk memberitakan Injil, tetapi dilarang oleh Tuhan untuk memberitakan Injil di Asia dan menyuruhnya untuk memberitakan Injil di Makedonia / Eropa.
Kis 16:6-10 - “(6) Mereka melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, karena Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan Injil di Asia. (7) Dan setibanya di Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia, tetapi Roh Yesus tidak mengizinkan mereka. (8) Setelah melintasi Misia, mereka sampai di Troas. (9) Pada malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan: ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya, katanya: ‘Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!’ (10) Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana.”.
III) Tuhan memberi firman kepada Daud melalui Natan.
1) Cara Tuhan berbicara kepada Natan.
2 Samuel 7: 4-5: “(4) Tetapi pada malam itu juga datanglah firman TUHAN kepada Natan, demikian: (5) ‘Pergilah, katakanlah kepada hambaKu Daud: Beginilah firman TUHAN: Masakan engkau yang mendirikan rumah bagiKu untuk Kudiami?”.
2 Samuel 7: 4 mengatakan Firman Tuhan datang kepada Natan ‘pada malam’. Ay 17 mengatakan bahwa itu merupakan penglihatan.
2 Samuel 7: 17: “Tepat seperti perkataan ini dan tepat seperti penglihatan ini Natan berbicara kepada Daud.”.
Penerapan: jangan selalu menginginkan Tuhan menyatakan kehendakNya melalui cara-cara yang spektakuler. Sekalipun pada jaman sekarangpun Ia bisa menggunakan cara-cara itu, tetapi setelah Alkitab selesai semuanya, maka Ia biasanya menggunakan Firman tertulisnya itu untuk menyatakan kehendakNya. Mengapa? Karena kalau setelah ada Alkitab lengkap Ia terus menggunakan cara-cara yang spektakuler itu, itu akan menyebabkan Alkitab diabaikan, dan orang terus mencari kehendakNya melalui cara-cara spektakuler itu.
2) Firman yang harus Natan sampaikan kepada Daud berkenaan dengan pembangunan Bait Suci (ay 5-16).
a) Daud tidak boleh membangun Bait Suci / Allah; anak Daud, yaitu Salomo, ia yang harus membangunnya.
2 Samuel 7: 5b,13a: “(5b) Masakan engkau yang mendirikan rumah bagiKu untuk Kudiami? ... (13a) Dialah yang akan mendirikan rumah bagi namaKu”.
Pertanyaan dalam ay 5b jelas harus dijawab secara negatif / dijawab ‘tidak’! Dan ay 13a secara explicit mengatakan bahwa anak Daud, yaitu Salomo, yang akan membangun Bait Suci / Allah itu.
Pulpit Commentary: “The question implies an answer in the negative; but there is no disapproval of David’s purpose as such; but only the deferring of its full execution unto the days of his son” (= Pertanyaan itu secara implicit menunjukkan suatu jawaban negatif; tetapi di sana tidak ada ketidak-senangan / pencelaan / kecaman tentang rencana Daud; tetapi hanya penundaan pelaksanaannya yang penuh sampai jaman anaknya).
b) Alasan mengapa Daud tidak boleh membangun Bait Suci, dan mengapa Salomo yang harus membangunnya.
1. Daud telah menumpahkan banyak darah.
1Taw 22:6-10 - “(6) Kemudian dipanggilnya Salomo, anaknya, dan diberinya perintah kepadanya untuk mendirikan rumah bagi TUHAN, Allah Israel, (7) kata Daud kepada Salomo: ‘Anakku, aku sendiri bermaksud hendak mendirikan rumah bagi nama TUHAN, Allahku, (8) tetapi firman TUHAN datang kepadaku, demikian: Telah kautumpahkan sangat banyak darah dan telah kaulakukan peperangan yang besar; engkau tidak akan mendirikan rumah bagi namaKu, sebab sudah banyak darah kautumpahkan ke tanah di hadapanKu. (9) Sesungguhnya, seorang anak laki-laki akan lahir bagimu; ia akan menjadi seorang yang dikaruniai keamanan. Aku akan mengaruniakan keamanan kepadanya dari segala musuhnya di sekeliling. Ia akan bernama Salomo; sejahtera dan sentosa akan Kuberikan atas Israel pada zamannya. (10) Dialah yang akan mendirikan rumah bagi namaKu dan dialah yang akan menjadi anakKu dan Aku akan menjadi Bapanya; Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya atas Israel sampai selama-lamanya.”.
Hati-hati dalam menafsirkan text ini. Apa artinya kalau dikatakan bahwa Daud dilarang membangun Bait Suci karena ia telah ‘menumpahkan banyak darah’?
Keil & Delitzsch: “As Hengstenberg has correctly observed, the fact that David was not permitted to build the temple on account of his own personal unworthiness, did not involve any blame for what he had done; for David stood in a closer relation to the Lord than Solomon did, and the wars which he waged were wars of the Lord (1 Sam 25:28) for the maintenance and defence of the kingdom of God. But inasmuch as these wars were necessary and inevitable, they were practical proofs that David’s kingdom and government were not yet established, and therefore that the time for the building of the temple had not yet come, and the rest of peace was not yet secured. The temple, as the symbolical representation of the kingdom of God, as also to correspond to the nature of that kingdom, and shadow forth the peace of the kingdom of God. For this reason, David, the man of war, was not to build the temple; but that was to be reserved for Solomon, the man of peace, the type of the Prince of Peace (Isa 9:5).”.
Saya tidak menterjemahkan, tetapi saya akan menceritakan dengan kata-kata saya sendiri. Keil & Delitzsch mengutip pandangan Hengstenberg yang mengatakan bahwa Daud dilarang membangun Bait Suci bukan karena ketidak-layakan pribadinya, dan juga bukan karena sesuatu yang buruk yang pernah ia lakukan; karena:
a. Daud lebih dekat kepada Tuhan dari pada Salomo.
b. Perang-perang yang ia lakukan adalah perang bagi Tuhan, untuk pemeliharaan dan pembelaan dari kerajaan Allah.
Bdk. 1Samuel 25:28 - “Ampunilah kiranya kecerobohan hambamu ini, sebab pastilah TUHAN akan membangun bagi tuanku keturunan yang teguh, karena tuanku ini melakukan perang TUHAN dan tidak ada yang jahat terdapat padamu selama hidupmu.”.
Catatan: ini adalah kata-kata Abigail kepada Daud; dan kata-kata yang saya garis-bawahi itu memang benar. Perang-perang yang dilakukan oleh Daud adalah perang demi / bagi Tuhan, dan karena itu jelas ia tak bisa dipersalahkan dalam melakukan perang-perang itu.
Tetapi bahwa perang-perang ini perlu dilakukan dan tak bisa dihindarkan, itu merupakan bukti bahwa kerajaan dan pemerintahan Daud belum ditegakkan dengan teguh, dan karena itu waktu untuk pembangunan Bait Suci belum tiba. Bait Suci itu adalah wakil simbolis dari kerajaan Allah, dan juga cocok dengan sifat dari kerajaan itu, dan menggambarkan damai dari kerajaan Allah. Karena itu, Daud, yang adalah tukang perang, tidak boleh membangun Bait Suci. Pembangunan itu didicadangkan untuk Salomo, orang damai, yang merupakan type dari Raja / Pangeran Damai (Yes 9:5).
Yesaya 9:5 - “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.”.
Bagi saya tafsiran Matthew Henry di bawah ini lebih bagus.
Matthew Henry: “there is other work appointed for thee to do, which must be done first.’ David is a man of war, and he must enlarge the borders of Israel, by carrying on their conquests. David is a sweet psalmist, and he must prepare psalms for the use of the temple when it is built, and settle the courses of the Levites; but his son’s genius will better suit for building the house, and he will have a better treasure to bear the charge of it, and therefore let it be reserved for him to do.” (= di sana ada pekerjaan lain yang ditetapkan untukmu untuk dilakukan, yang harus dilakukan lebih dulu’. Daud adalah tukang perang, dan ia harus memperluas perbatasan dari Israel, dengan meneruskan penaklukan-penaklukan mereka. Daud adalah seorang pemazmur yang manis, dan ia harus mempersiapkan mazmur-mazmur untuk penggunaan dari Bait Suci pada waktu itu dibangun, dan menentukan bagian-bagian dari orang-orang Lewi; tetapi kecerdasan / bakat anaknya akan cocok dengan lebih baik untuk pembangunan rumah, dan ia akan mempunyai harta yang lebih baik untuk menanggung ongkosnya, dan karena itu hendaklah itu dicadangkan untuk dia lakukan.).
Penerapan: Tuhan memang mempunyai rencana pelayanan bagi setiap anakNya.
Roma 12:6-8 - “(6) Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. (7) Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; (8) jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.”.
1Korintus 12:18 - “Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendakiNya.”.
1Kor 12:27-30 - “(27) Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya. (28) Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh. (29) Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, (30) atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh?”.
2. Tuhan selama ini ‘mengembara’ dalam kemah sebagai kediamanNya, dan Ia tidak pernah meminta untuk didirikan rumah dari kayu aras.
2 Samuel 7: 6-7: “(6) Aku tidak pernah diam dalam rumah sejak Aku menuntun orang Israel dari Mesir sampai hari ini, tetapi Aku selalu mengembara dalam kemah sebagai kediaman. (7) Selama Aku mengembara bersama-sama seluruh orang Israel, pernahkah Aku mengucapkan firman kepada salah seorang hakim orang Israel, yang Kuperintahkan menggembalakan umatKu Israel, demikian: Mengapa kamu tidak mendirikan bagiKu rumah dari kayu aras?”.
Matthew Henry: “it was a thing that had never been spoken of till now. God tells him, 1. That hitherto he had never had a house built for him (v. 6), a tabernacle had served hitherto, and it might serve awhile longer. God regards not outward pomp in his service; his presence was as surely with his people when the ark was in a tent as when it was in a temple. David was uneasy that the ark was in curtains (a mean and movable habitation), but God never complained of it as any uneasiness to him.” [= itu adalah suatu hal yang tak pernah dibicarakan sampai sekarang. Allah memberitahunya, 1. Bahwa sampai sekarang Ia tidak pernah mempunyai sebuah rumah dibangun untuk Dia (ay 6), sebuah kemah telah melayani sampai saat ini, dan itu bisa melayani sedikit lebih lama lagi. Allah tidak mempedulikan kemegahan lahiriah dalam kebaktian / ibadahNya; kehadiranNya dengan umatNya sama pastinya pada waktu tabut ada di dalam sebuah tenda seperti pada waktu itu ada di dalam Bait Suci. Daud merasa tidak tenang bahwa tabut itu ada di dalam gorden-gorden (suatu tempat tinggal yang buruk / hina dan berpindah-pindah), tetapi Allah tidak pernah mengeluh tentangnya sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan bagiNya.].
Ini menunjukkan bahwa kita bukan hanya berdosa kalau kita melakukan apa yang Tuhan larang, tetapi juga kalau kita melakukan apa yang Tuhan tidak perintahkan (explicit ataupun implicit).
Penerapan: dalam melakukan sesuatu untuk tempat ibadah / gedung gereja, kita perlu menggumulkan apakah yang kita lakukan itu betul-betul merupakan sesuatu yang menyenangkan Tuhan, atau hanyalah menyenangkan Tuhan menurut pandangan kita.
2 Samuel 7:1-29(3)
2 Samuel 7:8-17 - “(8) Oleh sebab itu, beginilah kaukatakan kepada hambaKu Daud: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Akulah yang mengambil engkau dari padang, ketika menggiring kambing domba, untuk menjadi raja atas umatKu Israel. (9) Aku telah menyertai engkau di segala tempat yang kaujalani dan telah melenyapkan segala musuhmu dari depanmu. Aku membuat besar namamu seperti nama orang-orang besar yang ada di bumi. (10) Aku menentukan tempat bagi umatKu Israel dan menanamkannya, sehingga ia dapat diam di tempatnya sendiri dengan tidak lagi dikejutkan dan tidak pula ditindas oleh orang-orang lalim seperti dahulu, (11) sejak Aku mengangkat hakim-hakim atas umatKu Israel. Aku mengaruniakan keamanan kepadamu dari pada semua musuhmu. Juga diberitahukan TUHAN kepadamu: TUHAN akan memberikan keturunan kepadamu. (12) Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. (13) Dialah yang akan mendirikan rumah bagi namaKu dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. (14) Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anakKu. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia. (15) Tetapi kasih setiaKu tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu. (16) Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapanKu, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya.’ (17) Tepat seperti perkataan ini dan tepat seperti penglihatan ini Natan berbicara kepada Daud.”.
3) Hal-hal lain yang harus Natan sampaikan kepada Daud.
a) 2 Samuel 7: 8-9: “(8) Oleh sebab itu, beginilah kaukatakan kepada hambaKu Daud: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Akulah yang mengambil engkau dari padang, ketika menggiring kambing domba, untuk menjadi raja atas umatKu Israel. (9) Aku telah menyertai engkau di segala tempat yang kaujalani dan telah melenyapkan segala musuhmu dari depanmu. Aku membuat besar namamu seperti nama orang-orang besar yang ada di bumi.”.
Di sini Tuhan mengingatkan Daud akan kebaikan-kebaikan yang telah Ia berikan kepada Daud, sekalipun dalam hal pembangunan Bait Suci, ia tidak diijinkan untuk melakukannya.
Dan kata-kata ‘hambaKu Daud’ dalam 2 Samuel 7: 8 menunjukkan bahwa Tuhan menghargai keinginan Daud untuk membangun Bait Suci itu bagi Dia. Dengan kata-kata ini diharapkan Daud tidak menjadi kecil hati karena ditolaknya rencananya untuk membangun Bait Suci.
Ada pandangan lain lagi tentang gelar / sebutan ‘hambaKu’ untuk Daud ini. Pulpit Commentary mengatakan bahwa sebutan ‘hambaKu’ ini merupakan suatu sebutan yang sangat tinggi wibawanya, dan diterapkan hanya kepada beberapa orang dalam Perjanjian Lama. Ini digunakan untuk Musa, dan dalam 27 pasal yang terakhir dari kitab Yesaya, gelar / sebutan itu mencapai keagungannya yang penuh, karena di sana mula-mula Israel disebut hamba Yehovah, dan akhirnya, gelar itu diberikan kepada sang Mesias. Pada waktu saat ini gelar / sebutan itu diberikan kepada Daud, itu menunjukkan dia sebagai TYPE dari Kristus.
Lalu tentang kemenangan-kemenangan dan nama besar Daud yang diberikan oleh Tuhan (ay 9), Pulpit Commentary mengatakan bahwa itu juga merupakan TYPE dari pemerintahan Mesias.
Pulpit Commentary (tentang 2 Samuel 7: 9): “if Messiah was to be ‘David’s Son,’ it was necessary that that king should hold a special place in the hearts of all Israelites. ... In the Old Testament no king is ‘Jehovah’s servant’ but David; no king is ever connected with Messiah but David” (= jika Mesias harus adalah ‘Anak Daud’, adalah perlu bahwa raja itu harus mendapat tempat khusus dalam hati dari semua orang Israel. ... Dalam Perjanjian Lama tidak ada raja yang adalah ‘hamba / pelayan Yehovah’ kecuali Daud; tak ada raja yang pernah dihubungkan dengan Mesias kecuali Daud).
Catatan: saya berpendapat kata-kata terakhir itu salah, karena Salomo juga dihubungkan dengan Yesus / Mesias.
b) 2 Samuel 7: 10-11a: “(10) Aku menentukan tempat bagi umatKu Israel dan menanamkannya, sehingga ia dapat diam di tempatnya sendiri dengan tidak lagi dikejutkan dan tidak pula ditindas oleh orang-orang lalim seperti dahulu, (11a) sejak Aku mengangkat hakim-hakim atas umatKu Israel. Aku mengaruniakan keamanan kepadamu dari pada semua musuhmu.”.
Pulpit Commentary mengatakan bahwa pemberian tempat bagi Israel di Kanaan, dan penaklukan terhadap semua musuh-musuh mereka oleh Daud, memberikan keamanan kepada Israel di sana, dan keamanan itu yang memungkinkan mereka untuk membangun Bait Suci pada jaman Salomo.
c) Firman tentang ‘keturunan’ Daud.
2 Samuel 7: 11b-16: “(11b) Juga diberitahukan TUHAN kepadamu: TUHAN akan memberikan keturunan kepadamu. (12) Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. (13) Dialah yang akan mendirikan rumah bagi namaKu dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. (14) Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anakKu. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia. (15) Tetapi kasih setiaKu tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu. (16) Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapanKu, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya.’”.
Wilmington’s Bible Handbook (Bible Survey): “God’s promises to David (7:10-16) are often called the Davidic covenant” [= Janji-janji Allah kepada Daud (7:10-16) sering disebut perjanjian Daud].
Jamieson, Fausset & Brown (tentang 2 Samuel 7:16): “This promise, like that made to Abraham, has a twofold aspect - one points to David’s natural posterity and temporal kingdom, the other to the Messiah and the kingdom of heaven. It respected the former only as types and pledges of the latter. Some, indeed, restrict this promise entirely to the Messiah, and deny that it was applicable to David’s natural descendants at all. ... The truth is, this promise, like many others in the Old Testament, has a twofold sense - it takes in the type as well as the antitype; so that these who saw it accomplished in what respected David’s temporal house, had a proof that the Lord spoke by the prophet Nathan, and consequently a pledge that He would also in due time fulfill the spiritual part of it also.” (= Janji ini, seperti janji yang dibuat kepada Abraham, mempunyai aspek rangkap dua - yang satu menunjuk kepada keturunan alamiah dan kerajaan sementara dari Daud, yang lain kepada sang Mesias dan kerajaan surga. Itu berkenaan dengan yang terdahulu hanya sebagai TYPE-TYPE dan janji-janji dari yang belakangan. Sebagian orang, memang, membatasi janji ini secara sepenuhnya kepada sang Mesias, dan menyangkal bahwa itu bisa diterapkan kepada keturunan alamiah Daud sama sekali. ... Kebenarannya adalah, janji ini, seperti banyak janji-janji yang lain dalam Perjanjian Lama, mempunyai arti rangkap dua - itu mencakup TYPE maupun ANTI-TYPE; sehingga orang-orang yang melihatnya digenapi dalam keluarga sementara dari Daud, mempunyai bukti bahwa Tuhan berbicara oleh nabi Natan, dan maka dari itu suatu janji bahwa Ia juga akan menggenapi pada saatnya bagian rohaninya juga.).
1. 2 Samuel 7: 11b: “Juga diberitahukan TUHAN kepadamu: TUHAN akan memberikan keturunan kepadamu.”.
Matthew Henry: “David had purposed to build God a house, and, in requital, God promises to build him a house, v. 11. Whatever we do for God, or sincerely design to do though Providence prevents our doing it, we shall in no wise lose our reward.” (= Daud telah merencanakan untuk membangun bagi Allah suatu rumah, dan sebagai balasan / pahala, Allah menjanjikan untuk membangun baginya suatu rumah / keluarga, ay 11. Apapun yang kita lakukan untuk Allah, atau dengan tulus rancangkan untuk lakukan, sekalipun Providensia mencegah kita dari melakukannya, kita tidak akan kehilangan upah / pahala kita.).
The Bible Exposition Commentary: Old Testament: “Then the Lord turned from promises concerning the land and the nation to promises concerning David’s throne and family (vv. 11-16). Every king is concerned about the future of his kingdom, and the Lord promised David something above and beyond anything he could have imagined. David wanted to build God a house (the temple), but God promised to build David a house - a dynasty forever! The word ‘house’ is used fifteen times in this chapter and refers to David’s palace (vv. 1-2), the temple (vv. 5-7, 13), and David’s dynasty, culminating in Messiah, Jesus Christ (vv. 11, 13, 16, 18-29)” [= Lalu Tuhan berbelok dari janji-janji berkenaan dengan tanah / negara dan bangsa pada janji-janji berkenaan takhta dan keluarga Daud (ay 11-16). Setiap raja bersangkutan dengan masa depan dari kerajaannya, dan Tuhan menjanjikan Daud sesuatu di atas dan melampaui apapun yang bisa ia bayangkan. Daud ingin membangun suatu rumah bagi Allah (Bait Suci), tetapi Allah menjanjikan untuk membangun bagi Daud sebuah rumah / keluarga - suatu dinasti selama-lamanya! Kata ‘rumah / keluarga’ digunakan 15 x dalam pasal ini dan menunjuk pada istana Daud (ay 1-2), Bait Suci (ay 5-7,13), dan dinasti Daud, memuncak dalam diri Mesias, Yesus Kristus (ay 11,13,16,18-29)].
2. 2 Samuel 7: 12: “Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya.”.
KJV/ASV: ‘thy seed’ (= benihmu).
RSV/NIV: ‘your offspring’ (= keturunanmu).
NASB: ‘your descendant’ (= keturunanmu).
Kata Ibrani ZERAH bisa berarti ‘benih’ atau ‘keturunan’.
Barnes’ Notes: “‘I will set up the seed.’ In one sense this mannifestly refers to Solomon, David’s successor and the builder of the temple. But we have the direct authority of Peter (Acts 2:30) for applying it to Christ the seed of David, and His eternal kingdom; and the title the Son of David given to the Messiah in the rabbinical writings, as well as its special application to Jesus in the New Testament, springs mainly from the acknowledged Messianic significance of this prophecy. (See also Isa 55:3; Acts 13:34.)” [= ‘Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian’. Dalam satu arti, ini dengan jelas menunjuk kepada Salomo, pengganti Daud dan pembangun dari Bait Suci. Tetapi kita mempunyai otoritas langsung dari Petrus (Kis 2:30) untuk menerapkannya kepada Kristus, keturunan Daud, dan KerajaanNya yang kekal; dan gelar ‘Anak Daud’ diberikan kepada sang Mesias dalam tulisan-tulisan rabi-rabi, dan penerapannya yang khusus kepada Yesus dalam Perjanjian Baru, muncul terutama dari pengenalan arti Mesias dari nubuat ini. (Lihat juga Yes 55:3; Kis 13:34).].
Kis 2:29-31 - “(29) Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburannya masih ada pada kita sampai hari ini. (30) Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya. (31) Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa dagingNya tidak mengalami kebinasaan (pembusukan).”.
Kis 13:34 - “Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan Ia tidak akan diserahkan kembali kepada kebinasaan. Hal itu dinyatakan oleh Tuhan dalam firman ini: Aku akan menggenapi kepadamu janji-janji yang kudus yang dapat dipercayai, yang telah Kuberikan kepada Daud.”.
Yesaya 55:3 - “Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepadaKu; dengarkanlah, maka kamu akan hidup! Aku hendak mengikat perjanjian abadi dengan kamu, menurut kasih setia yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud.”.
Bandingkayang dengan Yesaya 9:5-6 - “(5) Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. (6a) Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya.”.
3. 2 Samuel 7: 13: “Dialah yang akan mendirikan rumah bagi namaKu dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya.”.
Adam Clarke: “this house, which God would make, was to be built by David’s SEED; and this seed was to be raised up AFTER David slept with his fathers; which words clearly exclude Solomon, who was set up and placed upon the throne BEFORE David was dead” (= rumah ini, yang akan Allah buat, harus dibangun oleh KETURUNAN Daud; dan keturunan ini harus dibangkitkan SETELAH Daud tidur bersama nenek moyangnya; kata-kata mana secara jelas mengeluarkan Salomo, yang dinaikkan dan ditempatkan di takhta SEBELUM Daud mati).
Catatan: dalam buku tafsiran Clarke bagian ini ada setelah tafsirannya tentang 2 Samuel 7: 25.
Jadi, bagian ini hanya menunjuk kepada Kristus!
Adam Clarke lalu memberikan ayat-ayat referensi sebagai berikut:
Zakh 6:12-13 - “(12) katakanlah kepadanya: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Inilah orang yang bernama Tunas. Ia akan bertunas dari tempatnya dan ia akan mendirikan bait TUHAN. (13) Dialah yang akan mendirikan bait TUHAN, dan dialah yang akan mendapat keagungan dan akan duduk memerintah di atas takhtanya. Di sebelah kanannya akan ada seorang imam dan permufakatan tentang damai akan ada di antara mereka berdua.”.
1Kor 3:9-17 - “(9) Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah. (10) Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. (11) Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. (12) Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, (13) sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. (14) Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. (15) Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api. (16) Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? (17) Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.”.
Ibrani 3:6 - “tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumahNya; dan rumahNya ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan.”.
Pulpit Commentary: “Had we, indeed, only this passage, we might be content to take it in a popular sense, as signifying that, whereas Saul’s throne (and subsequently that of the many usurpers in Samaria) had but a brief existence, Solomon’s descendants should hold for many centuries undisputed possession of the kingdom of Jerusalem. But in Ps 89:29 we read, ‘His (David’s) seed will I make to endure forever, and his throne as the days of heaven.’ And again in vers. 36, 37 a continuance is assured to it as lasting as that of the sun and moon. We can scarcely, therefore, be wrong in the conviction that these promises pointed onwards to the establishment of Christ’s kingdom, and that the great importance attached to the building of the temple finds its explanation in its relation to him” [= Seandainya kita hanya mempunyai text ini, kita bisa puas untuk mengertinya dalam arti yang populer, sebagai menunjukkan bahwa, sementara takhta Saul (dan sesudah itu takhta dari banyak pengambil alih kuasa di Samaria) hanya mempunyai keberadaan yang singkat, keturunan Salomo akan memegang untuk banyak abad kepemilikan yang tak dipersoalkan lagi dari kerajaan Yerusalem. Tetapi dalam Maz 89:30 kita membaca, ‘Benih / keturunannya (benih / keturunan Daud) akan Aku buat untuk bertahan selama-lamanya, dan takhtanya sebagai hari-hari dari langit / surga’. Dan lagi dalam ay 37,38 suatu keberlanjutan dijamin padanya sama lamanya seperti matahari dan bulan. Karena itu, kami hampir tak bisa salah dalam keyakinan bahwa janji-janji ini menunjuk ke depan pada pendirian dari kerajaan Kristus, dan bahwa kepentingan yang besar dilekatkan pada pembangunan Bait Suci mendapatkan penjelasannya dengan hubungannya dengan Dia.].
Mazmur 89:30,37-38 - “(30) Aku menjamin akan adanya anak cucunya sampai selama-lamanya, dan takhtanya seumur langit. ... (37) Anak cucunya akan ada untuk selama-lamanya, dan takhtanya seperti matahari di depan mataKu, (38) seperti bulan yang ada selama-lamanya, suatu saksi yang setia di awan-awan.’ Sela”.
Pulpit Commentary: “Keil also well points out that the temple was a symbol of Christ’s incarnation; for it meant the dwelling of God on earth. ‘I have surely,’ says Solomon, ‘built thee a house of habitation, a place for thee to dwell in forever’ (1 Kings 8:13). The same thought was in St. John’s mind when he said, ‘The Word became flesh, and dwelt as in a tabernacle among us’ (John 1:14). For the verb used by him, literally ‘tabernacled,’ is a comparison between Christ’s life on earth, and the dwelling of God in ‘the tent of meeting.’ But there is more than this. Christ himself calls his body ‘the temple’ (John 2:19,21). At the Resurrection he raised up again the temple of his body which the Jews had destroyed, and at the Ascension it was removed from the earth, to be reserved in heaven until his second advent. His reign now is spiritual, and his temple is not a building made with hands, but is the heart of the renewed believer (1 Cor 6:19). And this indwelling of Christ in the heart will continue unto the end of the present dispensation” [= Keil secara bagus juga menunjukkan bahwa Bait Suci adalah suatu simbol dari inkarnasi Kristus; karena itu berarti tinggalnya Allah di bumi. ‘Aku pasti telah’, kata Salomo, ‘membangunkan Engkau sebuah rumah tempat tinggal, suatu tempat bagi Engkau untuk tinggal selama-lamanya’ (1Raja 8:13). Pemikiran yang sama ada dalam pikiran Santo Yohanes pada waktu ia berkata, ‘Firman itu menjadi daging / manusia, dan tinggal seperti dalam kemah di antara kita’ (Yoh 1:14). Karena kata kerja yang digunakan olehnya, secara hurufiah adalah ‘berkemah’, merupakan suatu perbandingan antara kehidupan Kristus di bumi dan tinggalnya Allah dalam ‘kemah pertemuan’. Tetapi di sana ada lebih banyak dari ini. Kristus sendiri menyebut tubuhNya ‘Bait Suci’ (Yoh 2:19,21). Pada kebangkitan Ia mendirikan kembali Bait dari tubuhNya yang dihancurkan oleh orang-orang Yahudi, dan pada kenaikanNya ke surga, tubuhNya disingkirkan dari bumi, untuk disimpan di surga sampai kedatanganNya yang kedua-kalinya. PemerintahanNya sekarang adalah pemerintahan rohani, dan BaitNya bukanlah suatu bangunan yang dibuat oleh tangan, tetapi adalah hati dari orang-orang percaya yang diperbaharui (1Kor 6:19). Dan penghunian Kristus dalam hati ini akan berlanjut sampai akhir dari jaman (dispensation) ini.].
1Raja 8:13 - “Sekarang, aku telah mendirikan rumah kediaman bagiMu, tempat Engkau menetap selama-lamanya.’”.
Yohanes 1:14 - “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”.
Yoh 2:19,21 - “(19) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.’ ... (21) Tetapi yang dimaksudkanNya dengan Bait Allah ialah tubuhNya sendiri.”.
1Kor 6:19 - “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?”.
4. 2 Samuel 7: 14: “Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anakKu. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia.”.
a. Ay 14a: “Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anakKu.”.
Pulpit Commentary: “But this sonship is magnified in the Psalms beyond the measure of Solomon or any natural limits. The Son there is ‘the Firstborn,’ which Solomon was not, ‘higher than the kings of the earth’ (Ps 89:27); and he must have ‘the nations for his inheritance, and the uttermost parts of the earth for his possession’ (Ps 2:8). Psalms like the second and seventy-second belong, not to Solomon personally, but to him as the type of the prince of Peace; and they help to show us what is the true meaning and fulfilment of the words here.” [= Tetapi ke-anak-an ini ditinggikan dalam Mazmur-mazmur melampaui ukuran dari Salomo dan batasan-batasan alamiah / wajar apapun. Di sana Anak adalah ‘Anak Sulung’, dan Salomo bukanlah anak sulung, ‘lebih tinggi dari pada raja-raja bumi’ (Maz 89:28); dan ia harus mempunyai ‘bangsa-bangsa untuk warisannya, dan ujung-ujung bumi untuk miliknya’ (Maz 2:8). Mazmur-mazmur seperti Maz 2 dan Maz 72 bukanlah milik Salomo secara pribadi, tetapi miliknya sebagai TYPE dari pangeran / raja Damai; dan Mazmur-mazmur itu membantu untuk menunjukkan kepada kita apa arti dan penggenapan sebenarnya dari kata-kata di sini.].
Maz 89:28 - “Akupun juga akan mengangkat dia menjadi anak sulung, menjadi yang mahatinggi di antara raja-raja bumi.”.
Mazmur 2:8 - “Mintalah kepadaKu, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu.”.
The Bible Exposition Commentary: Old Testament: “God’s first announcement of the coming of the Savior was given in Gen 3:15, informing us that the Savior would be a human being and not an angel. Gen 12:3 tells us that He would be a Jew who would bless the whole world, and Gen 49:10 that He would come through the tribe of Judah. In this covenant, God announced to David that Messiah would come through his family, and Mic 5:2 prophesied that He would be born in Bethlehem, the City of David (see Matt 2:6). No wonder the king was so elated when he learned that Messiah would be known as ‘the Son of David’ (Matt 1:1)!” [= Pengumuman Allah yang pertama tentang kedatangan sang Juruselamat diberikan dalam Kej 3:15, memberikan informasi kepada kita bahwa sang Juruselamat akan merupakan seorang manusia dan bukannya seorang malaikat. Kej 12:3 memberi tahu kita bahwa Ia adalah seorang Yahudi yang akan memberkati seluruh dunia, dan Kej 49:10 bahwa Ia akan datang melalui suku Yehuda. Dalam perjanjian ini, Allah mengumumkan kepada Daud bahwa Mesias akan datang melalui keluarganya, dan Mik 5:1 menubuatkan bahwa Ia akan dilahirkan di Betlehem, Kota Daud (lihat Mat 2:6). Tak heran sang raja begitu gembira pada waktu ia mempelajari bahwa Mesias akan dikenal sebagai ‘Anak Daud’ (Mat 1:1)].
Kej 3:15 - “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.’”.
Kej 12:3 - “Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.’”.
Kej 49:10 - “Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa.”.
Mikha 5:1 - “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagiKu seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.”.
Mat 2:6 - “Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umatKu Israel.’”.
Mat 1:1 - “Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham.”.
2 Samuel 7:1-29(4)
2 Samuel 7:8-17 - “(8) Oleh sebab itu, beginilah kaukatakan kepada hambaKu Daud: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Akulah yang mengambil engkau dari padang, ketika menggiring kambing domba, untuk menjadi raja atas umatKu Israel. (9) Aku telah menyertai engkau di segala tempat yang kaujalani dan telah melenyapkan segala musuhmu dari depanmu. Aku membuat besar namamu seperti nama orang-orang besar yang ada di bumi. (10) Aku menentukan tempat bagi umatKu Israel dan menanamkannya, sehingga ia dapat diam di tempatnya sendiri dengan tidak lagi dikejutkan dan tidak pula ditindas oleh orang-orang lalim seperti dahulu, (11) sejak Aku mengangkat hakim-hakim atas umatKu Israel. Aku mengaruniakan keamanan kepadamu dari pada semua musuhmu. Juga diberitahukan TUHAN kepadamu: TUHAN akan memberikan keturunan kepadamu. (12) Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. (13) Dialah yang akan mendirikan rumah bagi namaKu dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. (14) Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anakKu. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia. (15) Tetapi kasih setiaKu tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu. (16) Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapanKu, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya.’ (17) Tepat seperti perkataan ini dan tepat seperti penglihatan ini Natan berbicara kepada Daud.”.
b. Ay 14b: “Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia.”.
NASB: ‘when he commits iniquity, I will correct him with the rod of men and the strokes of the sons of men,’ (= pada waktu ia melakukan kesalahan, Aku akan mengkoreksi dia dengan tongkat / rotan dari manusia, dengan pukulan-pukulan dari anak-anak manusia,).
(1) Pembahasan penafsiran Adam Clarke tentang 2Samuel 7:14b.
Adam Clarke menafsirkan secara paling berbeda. Ia mengubah terjemahan yang umum, dan tetap menerapkan kalimat ini kepada Mesias / Yesus.
Adam Clarke mengatakan (hal 327) bahwa kata-kata ‘to commit iniquity’ (= melakukan kejahatan) bisa diterjemahkan ‘to suffer for iniquity’ (= menderita untuk kejahatan). Juga ia berpendapat bahwa kata ‘iniquity’ (= kejahatan) bisa diterjemahkan ‘punishment’ (= hukuman). Jadi, ia lalu mengubah kata-kata ‘if he commit iniquity’ (= jika ia melakukan kejahatan) menjadi ‘even in his suffering for iniquity’ (= bahkan dalam penderitaannya untuk kejahatan), dan ia menerapkan anak kalimat ini kepada Kristus!
Juga kata-kata ‘Aku akan menghukum (menghajar) dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia’ diartikan oleh Clarke sebagai menunjuk kepada penderitaan Kristus dalam memikul dosa / hukuman kita.
Bdk. Yesaya 53:4-5 - “(4) Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. (5) Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.”.
Dengan demikian, menurut Clarke, bagian ini cocok untuk Mesias.
Adam Clarke: “As to the third and greatest difficulty, that also may be removed by a more just translation of 2 Sam 7:14; for the Hebrew words do not properly signify what they are now made to speak. It is certain that the principal word, behaavotho, is not the active infinitive of Qal, which would be vtvfb, but tvfh from hvf is in Niphal, as tvlgh from hlg. It is also certain that a verb, which in the active voice signifies to ‘commit iniquity,’ may, in the passive signify to ‘suffer for iniquity;’ and hence, it is that nouns from such verbs sometimes signify ‘iniquity,’ sometimes ‘punishment.’ ... The way being thus made clear, we are now prepared for abolishing our translation, ‘if he commit iniquity;’ and also for adopting the true one, ‘even in his suffering for iniquity.’ The Messiah, who is thus the person possibly here spoken of, will be made still more manifest from the whole verse thus translated: ‘I will be his father, and he shall be my son: EVEN IN HIS SUFFERING FOR INIQUITY, I shall chasten him with the rod of men (with the rod due to men), and with the stripes (due to) the children of ADAM.’ And this construction is well supported by Isa 53:4-5: ‘He hath carried OUR SORROWS, (i.e., the sorrows due to us and which we must otherwise have suffered,) he was wounded for our transgressions, he was bruised for our iniquities: the chastisement of our peace was upon him; and with his stripes we are healed.’” (= ).
Sekarang mari kita bandingkan tafsiran Adam Clarke itu dengan Maz 89:31-33.
Maz 89:31-33 - “(31) Jika anak-anaknya meninggalkan TauratKu dan mereka tidak hidup menurut hukumKu, (32) jika ketetapanKu mereka langgar dan tidak berpegang pada perintah-perintahKu, (33) maka Aku akan membalas pelanggaran mereka dengan gada, dan kesalahan mereka dengan pukulan-pukulan.”.
Supaya jelas kontextnya, saya memberikan Maz 89:21-38 - “(21) Aku telah mendapat Daud, hambaKu; Aku telah mengurapinya dengan minyakKu yang kudus, (22) maka tanganKu tetap dengan dia, bahkan lenganKu meneguhkan dia. (23) Musuh tidak akan menyergapnya, dan orang curang tidak akan menindasnya. (24) Aku akan menghancurkan lawannya dari hadapannya, dan orang-orang yang membencinya akan Kubunuh. (25) KesetiaanKu dan kasihKu menyertai dia, dan oleh karena namaKu tanduknya akan meninggi. (26) Aku akan membuat tangannya menguasai laut, dan tangan kanannya menguasai sungai-sungai. (27) Diapun akan berseru kepadaKu: ‘Bapaku Engkau, Allahku dan gunung batu keselamatanku.’ (28) Akupun juga akan mengangkat dia menjadi anak sulung, menjadi yang mahatinggi di antara raja-raja bumi. (29) Aku akan memelihara kasih setiaKu bagi dia untuk selama-lamanya, dan perjanjianKu teguh bagi dia. (30) Aku menjamin akan adanya anak cucunya sampai selama-lamanya, dan takhtanya seumur langit. (31) Jika anak-anaknya meninggalkan TauratKu dan mereka tidak hidup menurut hukumKu, (32) jika ketetapanKu mereka langgar dan tidak berpegang pada perintah-perintahKu, (33) maka Aku akan membalas pelanggaran mereka dengan gada, dan kesalahan mereka dengan pukulan-pukulan. (34) Tetapi kasih setiaKu tidak akan Kujauhkan dari padanya dan Aku tidak akan berlaku curang dalam hal kesetiaanKu. (35) Aku tidak akan melanggar perjanjianKu, dan apa yang keluar dari bibirKu tidak akan Kuubah. (36) Sekali Aku bersumpah demi kekudusanKu, tentulah Aku tidak akan berbohong kepada Daud: (37) Anak cucunya akan ada untuk selama-lamanya, dan takhtanya seperti matahari di depan mataKu, (38) seperti bulan yang ada selama-lamanya, suatu saksi yang setia di awan-awan.’ Sela”.
Dalam tafsirannya tentang Maz 89, Adam Clarke tidak memberikan penafsiran tentang bagian ini, tetapi menyuruh para pembacanya melihat pada tafsirannya tentang 2Sam 7:14. Padahal tafsirannya tentang 2Sam 7:14b, yang mengubah terjemahan yang umum, tidak mungkin bisa diterapkan dalam Maz 89 ini! Mengapa?
(a) Kata kerja yang digunakan berbeda, sehingga dalam Maz 89 tak bisa diubah seperti yang Clarke lakukan dalam 2Sam 7:14b.
(b) Dalam Maz 89:31-32 ini ada kata-kata ‘TauratKu’, ‘hukumKu’, ‘ketetapanKu’, dan ‘perintah-perintahKu’, yang semuanya tidak ada dalam 2Sam 7:14b.
(c) Dalam 2Sam 7:14 subyeknya ada dalam bentuk tunggal, sedangkan dalam Maz 89:31-32 subyeknya ada dalam bentuk jamak. Ini lebih-lebih tidak memungkinkan untuk menerapkan tafsiran Adam Clarke tentang 2Sam 7:14b pada Maz 89:31-32!
Untuk jelasnya saya berikan 2Sam 7:14 dan Maz 89:31-33 sekali lagi di sini.
2Samuel 7:14 - “Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anakKu. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia.”.
Maz 89:31-33 - “(31) Jika anak-anaknya meninggalkan TauratKu dan mereka tidak hidup menurut hukumKu, (32) jika ketetapanKu mereka langgar dan tidak berpegang pada perintah-perintahKu, (33) maka Aku akan membalas pelanggaran mereka dengan gada, dan kesalahan mereka dengan pukulan-pukulan.”.
(2) Tafsiran para penafsir yang lain: kata-kata dalam 2Sam 7:14b ini menunjuk pada kesalahan dari keturunan alamiah Daud, atau kepada orang-orang percaya, dan tidak bisa diterapkan kepada Mesias / Yesus (yang sama sekali tak mempunyai kesalahan / dosa).
Pulpit Commentary (tentang 2 Samuel 7:14b): “‘The rod of men;’ that is, such punishment as men fitly receive for their faults. David’s natural posterity was to be exempt neither from human depravity, nor from punishment, nor from the changes and chances of mortal life. With them, as with men generally, there would be a tangled skein, of virtue and sin, of folly and wisdom, of terrible fall and penitent recovery. But there was to be no blotting out of David’s lineage. Great earthly houses, in the long course of events, one after another become extinct, and even the tabernacle of David was to fall (Amos 9:11), but not forever. God would ‘raise up its ruins’ in Christ, and ‘build it as in the days of old.’ So in Isa 9:1 there is the same thought of the complete down-hewing of David’s earthly lineage, yet only to rise again to nobler life and vigour, in the Branch, or Sucker, that was to spring from the fallen trunk.” [= ‘Tongkat / rotan manusia’; artinya, hukuman seperti itu yang secara cocok manusia terima untuk kesalahan-kesalahan mereka. Keturunan alamiah dari Daud tidak dibebaskan / dikecualikan dari kebejatan manusia, atau dari hukuman, atau dari perubahan-perubahan dan resiko-resiko dari hidup yang fana. Bagi mereka, seperti bagi manusia secara umum, di sana akan ada gumpalan rambut / benang kusut, dari kebaikan dan dosa, dari ketololan dan hikmat, dari kejatuhan yang hebat dan pemulihan penyesalan. Tetapi di sana tidak ada penghapusan garis keturunan. Keluarga-keluarga duniawi yang besar, dalam jangka panjang, satu per satu menjadi musnah, dan bahkan kemah Daud harus jatuh (Amos 9:11), tetapi tidak untuk selama-lamanya. Allah akan ‘mendirikan kembali reruntuhannya’ dalam Kristus, dan ‘membangunnya seperti di jaman dahulu’. Demikianlah dalam Yes 8:23 ada pemikiran yang sama tentang penebangan total dari garis keturunan duniawi Daud, tetapi hanya untuk bangkit kembali pada kehidupan dan kekuatan yang lebih mulia, dalam Cabang, atau Tunas, yang harus muncul dari batang pohon yang jatuh.].
Amos 9:11 - “‘Pada hari itu Aku akan mendirikan kembali pondok Daud yang telah roboh; Aku akan menutup pecahan dindingnya, dan akan mendirikan kembali reruntuhannya; Aku akan membangunnya kembali seperti di zaman dahulu kala,”.
Yes 8:23 - “Tetapi tidak selamanya akan ada kesuraman untuk negeri yang terimpit itu. Kalau dahulu TUHAN merendahkan tanah Zebulon dan tanah Naftali, maka di kemudian hari Ia akan memuliakan jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, wilayah bangsa-bangsa lain.”.
Catatan: Yes 8:23 (Indonesia) = Isa 9:1 (Inggris).
Jamieson, Fausset & Brown (tentang 2Sam 7:14): “‘If he commit iniquity,’ … It cannot mean, if the Messiah commit iniquity, but whosoever of David’s natural posterity shall do so, as is plainly determined, Ps 89:30-32; 132:12” (= ‘Apabila ia melakukan kesalahan’. ... Itu tidak bisa berarti, jika sang Mesias melakukan kesalahan, tetapi siapapun dari keturunan Daud akan melakukan itu, seperti dengan jelas ditentukan, Maz 89:31-33; 132:12).
Maz 89:31-33 - “(31) Jika anak-anaknya meninggalkan TauratKu dan mereka tidak hidup menurut hukumKu, (32) jika ketetapanKu mereka langgar dan tidak berpegang pada perintah-perintahKu, (33) maka Aku akan membalas pelanggaran mereka dengan gada, dan kesalahan mereka dengan pukulan-pukulan.”.
Maz 132:12 - “jika anak-anakmu berpegang pada perjanjianKu, dan pada peraturan-peraturanKu yang Kuajarkan kepada mereka, maka anak-anak mereka selama-lamanya akan duduk di atas takhtamu.’”.
Keil & Delitzsch (tentang 2Samuel 7:14): “It is very obvious, from all the separate details of this promise, that it related primarily to Solomon, and had a certain fulfilment in him and his reign. On the death of David, his son Solomon ascended the throne, and God defended his kingdom against the machinations of Adonijah (1 Kings 2:12); so that Solomon was able to say, ‘The Lord hath fulfilled His word that He spoke; for I have risen up in the stead of my father David,’ etc. (1 Kings 8:20). Solomon built the temple, as the Lord said to David (1 Kings 5:19; 8:15ff.). But in his old age Solomon sinned against the Lord by falling into idolatry; and as a punishment for this, after his death his kingdom was rent from his son, not indeed entirely, as one portion was still preserved to the family for David’s sake (1 Kings 11:9ff.). Thus the Lord punished him with rods of men, but did not withdraw from him His grace.” [= Adalah sangat jelas, dari semua detail-detail yang terpisah dari janji ini, bahwa itu berhubungan terutama dengan Salomo, dan mempunyai penggenapan tertentu dalam dia dan pemerintahannya. Pada kematian Daud, anaknya Salomo naik takhta, dan Allah mempertahankan kerajaannya terhadap intrik / akal bulus dari Adonia (1Raja 2:12); sehingga Salomo bisa berkata ‘Jadi TUHAN telah menepati janji yang telah diucapkanNya; aku telah bangkit menggantikan Daud, ayahku,’ dst. (1Raja 8:20). Salomo membangun Bait Suci, seperti yang Tuhan katakan kepada Daud (1Raja 5:19; 8:15-dst.). Tetapi dalam masa tuanya Salomo berdosa terhadap Tuhan dengan jatuh ke dalam penyembahan berhala; dan sebagai hukuman untuk ini, setelah kematiannya kerajaannya dikoyak dari anaknya, memang tidak sepenuhnya, karena satu bagian tetap dijaga / dipertahankan bagi keluarganya demi Daud (1Raja 11:9-dst.). Jadi, Tuhan menghukum dia dengan tongkat manusia, tetapi tidak menarik darinya kasih karuniaNya.].
Matthew Henry (tentang 2 Samuel 7:14,15): “The supposition of committing iniquity cannot indeed be applied to the Messiah himself, but it is applicable (and very comfortable) to his spiritual seed. True believers have their infirmities, for which they may expect to be corrected, but they shall not be cast off. Every transgression in the covenant will not throw us out of covenant.” [= Anggapan tentang melakukan kesalahan memang tidak bisa diterapkan kepada sang Mesias sendiri, tetapi itu bisa dipakai / diterapkan (dan sangat menyenangkan) kepada benih / keturunan rohaniNya. Orang-orang percaya yang sejati mempunyai kelemahan-kelemahan mereka, untuk mana mereka bisa berharap untuk dikoreksi, tetapi mereka tidak akan dibuang. Setiap pelanggaran dalam perjanjian tidak akan membuang / mengeluarkan kita dari perjanjian.].
Calvin: “when he added that if the Son (of whom he was speaking) should misbehave and fail, then his sins would be visited by chastisements, but they would be chastisements of men. ... since we have applied this promise to the person of our Lord Jesus Christ, you could ask how these things could fit together: provision in case he should fail and behave badly; and unjustly - since he was the Lamb of God without spot. ... Hence, why does it say that if he should happen to fall away, then he would be punished with stripes of rods and corrections for men? ... since this cannot apply of our Lord Jesus Christ, we can thus conclude that it was not for himself alone that God had spoken; but for us who are members of his body. ... Well, let us come to the second part of the promise where it says that ‘when he behaves badly, I will visit his iniquities with the stripes of men’ (2Sam. 7:14). We have already shown that since this does not refer to the person of our Lord Jesus Christ, it must refer to us who are members of him;” [= pada waktu ia menambahkan bahwa jika Anak (tentang siapa ia sedang berbicara) berbuat jahat dan gagal, maka dosa-dosanya harus dikunjungi dengan hajaran-hajaran, tetapi hajaran-hajaran itu adalah hajaran-hajaran manusia. ... karena kami telah menerapkan janji ini kepada pribadi / diri dari Tuhan kita Yesus Kristus, engkau bisa menanyakan bagaimana hal-hal ini bisa cocok bersama-sama: ketetapan dalam kasus ia gagal dan berkelakuan buruk; dan dengan tidak benar - karena Ia adalah Anak Domba Allah yang tak bercacat. ... Jadi, mengapa dikatakan bahwa jika ia jatuh, maka ia akan dihukum dengan bilur-bilur dari tongkat dan koreksi-koreksi untuk manusia? ... karena ini tak bisa berlaku tentang Tuhan kita Yesus Kristus, maka kami / kita bisa menyimpulkan bahwa Allah telah berbicara bukan untuk diriNya sendiri; tetapi untuk kita yang adalah anggota-anggota tubuhNya. ... Marilah kita datang pada bagian kedua dari janji dimana dikatakan bahwa ‘pada waktu ia berlaku buruk, Aku akan mengunjungi kesalahan-kesalahannya dengan bilur-bilur dari manusia’ (2Sam 7:14). Kami telah menunjukkan bahwa karena ini tidak menunjuk kepada pribadi / diri dari Tuhan kita Yesus Kristus, itu harus menunjuk kepada kita yang adalah anggota-anggotaNya;] - ‘Sermons on 2 Samuel’, hal 331,333.
(3) Sebagai perbandingan, mari kita melihat beberapa tafsiran tentang Maz 89, yang jelas berbicara tentang hal yang sama dengan yang dibicarakan dalam 2Sam 7 ini.
Maz 89:31-33 - “(31) Jika anak-anaknya meninggalkan TauratKu dan mereka tidak hidup menurut hukumKu, (32) jika ketetapanKu mereka langgar dan tidak berpegang pada perintah-perintahKu, (33) maka Aku akan membalas pelanggaran mereka dengan gada, dan kesalahan mereka dengan pukulan-pukulan.”.
Calvin (tentang Maz 89:31): “The prophet proceeds yet farther, declaring, that although the posterity of David should fall into sin, yet God had promised to show himself merciful towards them, and that he would not punish their transgressions to the full extent of their desert. ... It was very necessary that this should be added; for so easily do we slide into evil, and so prone are we to continual falls, that unless God, in the exercise of his infinite mercy, pardoned us, there would not be a single article of his covenant which would continue stedfast. God, therefore, seeing that it could not be otherwise, but that the posterity of David, in so far as it depended upon themselves, would frequently fall from the covenant, by their own fault, has provided a remedy for such cases, in his pardoning grace. ... To limit what is here said to the ancient people of Israel, is an exposition not only absurd, but altogether impious. ... so the pardon which is here promised belongs to the spiritual kingdom of Christ: and it may be equally gathered from this passage, that the salvation of the Church depends solely upon the grace of God, and the truth of his promises” (= Sang nabi meneruskan lebih jauh, dengan menyatakan bahwa sekalipun keturunan Daud jatuh ke dalam dosa, tetapi Allah telah berjanji menunjukkan diriNya sendiri berbelas kasihan kepada mereka, dan bahwa Ia tidak akan menghukum pelanggaran mereka sampai pada tingkat yang penuh dari ganjaran mereka. ... Adalah sangat perlu bahwa hal ini ditambahkan; karena dengan begitu mudah kita tergelincir ke dalam kejahatan, dan begitu condong kita pada kejatuhan yang terus menerus, sehingga kecuali Allah, dalam penggunaan dari belas kasihanNya yang tak terbatas, mengampuni kita, maka tidak akan ada satu artikelpun dari perjanjianNya yang bisa terus setia / menetap. Karena itu, pada waktu Allah melihat bahwa tidak bisa lain, kecuali bahwa keturunan Daud, sejauh itu tergantung kepada diri mereka sendiri, akan berulang-ulang jatuh dari perjanjian, oleh kesalahan mereka sendiri, telah menyediakan suatu obat / cara pengobatan untuk kasus-kasus seperti itu, dalam kasih karuniaNya yang mengampuni. ... Membatasi apa yang dikatakan di sini pada bangsa Israel kuno merupakan suatu exposisi yang bukan hanya menggelikan, tetapi sama sekali jahat. ... demikianlah pengampunan yang dijanjikan di sini merupakan milik dari kerajaan rohani Kristus: dan juga bisa didapatkan secara sama dari text ini, bahwa keselamatan dari Gereja tergantung semata-mata pada kasih karunia Allah, dan kebenaran dari janji-janjiNya).
Calvin (tentang Maz 89:31): “This fatherly chastisement then, which operates as medicine, holds the medium between undue indulgence, which is an encouragement to sin, and extreme severity, which precipitates persons into destruction. Here the inspired writer adverts to the prophecy recorded in 2 Samuel 7:14, where God declares that in chastising his own people, he will proceed after the manner of men - ‘If he commit iniquity, I will chasten him with the rod of men, and with the stripes of the children of men.’ (2 Samuel 7:14). God there speaks of his chastising his people after the manner of men, either because the anger of a father in correcting his children proceeds from love, - for he sees that otherwise he would fail in promoting their good; or it contains a contrast between God and men, implying, that in the task of chastising he will proceed with moderation and gentleness; for, were he to put forth his strength, he would immediately bring us to nothing, yea, he could do this simply by moving one of his fingers. The scope of both passages undoubtedly is, that whenever God punishes the sins of true believers, he will observe a wholesome moderation; and it is therefore our duty to take all the punishments which he inflicts upon us, as so many medicines” [= Maka, hajaran kebapaan ini, yang bekerja seperti obat, memegang bagian di tengah-tengah diantara tindakan menuruti kemauan hati yang tidak semestinya, yang merupakan suatu dorongan pada dosa, dan kekerasan yang extrim, yang dengan cepat-cepat melemparkan orang-orang ke dalam kehancuran. Di sini penulis yang diilhami menunjuk pada nubuat yang dicatat dalam 2Samuel 7:14, dimana Allah menyatakan bahwa dalam menghajar bangsaNya sendiri, Ia akan mengambil tindakan menurut cara manusia - ‘Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum (menghajar) dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia’ (2Samuel 7:14). Di sana Allah berbicara tentang tindakanNya menghajar bangsaNya menurut cara manusia, atau karena kemarahan dari seorang bapa dalam mengkoreksi anak-anaknya keluar dari kasih, - karena Ia melihat bahwa kalau tidak Ia akan gagal dalam memajukan kebaikan mereka; atau itu mengandung suatu kontras antara Allah dan manusia, yang secara tak langsung menunjukkan bahwa dalam tugas menghajar Ia akan bertindak dengan sikap tidak berlebih-lebihan dan kelembutan; karena seandainya Ia mengeluarkan kekuatanNya, Ia akan segera memusnahkan kita, ya, Ia bisa melakukan hal ini hanya dengan menggerakkan satu dari jari-jariNya. Jangkauan dari kedua text tak diragukan adalah bahwa kapanpun Allah menghukum dosa-dosa dari orang-orang percaya yang sejati, Ia akan menjalankan tindakan moderat yang sehat / bermanfaat; dan karena itu merupakan kewajiban kita untuk menerima semua hukuman yang Ia berikan kepada kita sebagai banyak obat].
Calvin (tentang Mazmur 89:31): “God has nothing else in view than to correct the vices of his children, in order that, after having thoroughly purged them, he may restore them anew to his favor and friendship; according to the words of Paul in 1 Corinthians 11:33, which affirm that the faithful ‘are chastened of the Lord, that they should not be condemned with the world.’ For this reason, lest they should be overwhelmed with the weight of chastisement, he restrains his hand, and makes considerate allowance for their infirmity. Thus the promise is fulfilled, That ‘he does not withdraw his loving-kindness from’ his people, even when he is angry with them; for, while he is correcting them for their profit and salvation, he does not cease to love them” (= Allah tidak mempunyai hal lain dalam pandanganNya dari pada memperbaiki kejahatan-kejahatan dari anak-anakNya, supaya setelah menyucikan mereka, Ia bisa memulihkan mereka lagi pada kebaikan dan persahabatanNya; sesuai dengan kata-kata Paulus dalam 1Kor 11:33, yang menegaskan bahwa orang-orang percaya ‘dihajar oleh Tuhan, supaya mereka tidak dihukum bersama-sama dengan dunia’. Untuk alasan ini, supaya mereka tidak dibanjiri dengan berat dari hajaran, Ia menahan tanganNya, dan membuat kelonggaran yang baik untuk kelemahan mereka. Maka janji itu digenapi, Bahwa ‘Ia tidak akan menarik kebaikanNya yang penuh kasih dari’ umatNya, bahkan pada saat Ia marah kepada mereka; karena, sekalipun Ia memperbaiki mereka untuk keuntungan dan keselamatan mereka, Ia tidak berhenti untuk mengasihi mereka).
Catatan: ‘1Kor 11:33’ seharusnya adalah ‘1Kor 11:32’.
1Korintus 11:32 - “Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.”.
KJV: ‘But when we are judged, we are chastened of the Lord, that we should not be condemned with the world’ (= Tetapi pada waktu kita dihakimi, kita dihajar oleh Tuhan, supaya kita tidak dihukum dengan / bersama dunia).
Calvin (tentang Mazmur 89:35): “He had said above, ‘If the children of David break my statutes;’ and now, alluding to that breach, he declares that he will not requite them as they requite him, ‘My covenant will I not break,’ implying, that although his people may not altogether act in a manner corresponding to their vocation, as they ought to do, he will not suffer his covenant to be broken and disannulled on account of their fault, because he will promptly and effectually prevent this in the way of blotting out their sins by a gratuitous pardon. ... When the Jews, by their ingratitude and treachery, revolted from him, the covenant was not disannulled, because it was founded upon the perfect immutability of his nature. And still, at the present day, when our sins mount even to the heavens, the goodness of God fails not to rise above them, since it is far above the heavens” (= Ia telah mengatakan di atas, ‘Jika anak-anak Daud melanggar peraturan-peraturanKu’; dan sekarang, menyinggung tentang pelanggaran itu, Ia menyatakan bahwa Ia tidak akan membalas mereka seperti mereka membalasNya, ‘PerjanjianKu tidak akan Aku langgar’, secara tak langsung menunjukkan bahwa sekalipun umatNya bisa sama sekali tidak bertindak dengan cara yang sesuai dengan panggilan mereka, seperti yang seharusnya mereka lakukan, Ia tidak akan mengijinkan perjanjianNya untuk dihancurkan dan dibatalkan karena kesalahan mereka, karena Ia akan dengan segera dan secara effektif menghalangi ini dengan cara menghapuskan dosa-dosa mereka oleh suatu pengampunan yang penuh kasih karunia. ... Pada waktu orang-orang Yahudi, oleh rasa tidak tahu terima kasih dan pengkhianatan mereka, memberontak dari Dia, perjanjian itu tidak dibatalkan, karena perjanjian itu didasarkan pada ketidak-berubahan yang mutlak dari sifat dasar / hakekatNya. Dan tetap, pada jaman ini, pada waktu dosa-dosa kita meningkat bahkan sampai ke surga / langit, kebaikan Allah tidak gagal untuk naik melampaui dosa-dosa itu, karena kebaikanNya berada jauh di atas surga / langit).
Matthew Henry (tentang Maz 89): “His seed shall endure for ever, and with it his throne. Now this will be differently understood according as we apply it to Christ or David. (1.) If we apply it to David, by his seed we are to understand his successors, Solomon and the following kings of Judah, who descended from the loins of David. It is supposed that they might degenerate, and not walk in the spirit and steps of their father David; in such a case they must expect to come under divine rebukes, such as the house of David was at this time under, v. 38. But let this encourage them, that, though they were corrected, they should not be abandoned or disinherited. ... If David’s posterity, in after-times, should forsake God and their duty and revolt to the ways of sin, God would bring desolating judgments upon them and ruin the family; and yet he would not take away his lovingkindness from David, nor break his covenant with him; for, in the Messiah, who should come out of his loins, all these promises shall have their accomplishment to the full. Thus, when the Jews were rejected, the apostle shows that God’s covenant with Abraham was not broken, because it was fulfilled in his spiritual seed, the heirs of the righteousness of faith, Rom 11:7. (2.) If we apply it to Christ, by his seed we are to understand his subjects, all believers, his spiritual seed, the children which God has given him, Heb 2:13. This is that seed which shall be made to endure for ever, ... To the end Christ shall have a people in the world to serve and honour him” [= Keturunannya akan bertahan selama-lamanya, dan bersama itu takhtanya. Ini akan dimengerti secara berbeda kalau diterapkan kepada Kristus atau kepada Daud. (1) Jika kita menerapkannya kepada Daud, dengan ‘keturunannya’ kita harus mengerti pengganti-penggantinya, Salomo dan raja-raja berikutnya dari Yehuda, yang diturunkan dari tubuh Daud. Dianggap bahwa mereka mungkin menjadi rusak, dan tidak berjalan dalam roh dan langkah dari bapa / nenek moyang mereka, Daud; dalam kasus seperti itu mereka harus mengharapkan untuk datang di bawah kemarahan ilahi, seperti keluarga Daud pada saat ini ada di bawahnya, ay 39. Tetapi hendaklah ini memberi semangat kepada mereka, bahwa, sekalipun mereka dihukum untuk memperbaiki mereka, mereka tidak ditinggalkan atau dicabut hak warisnya. ... Jika keturunan Daud, di waktu belakangan, meninggalkan Allah dan kewajiban mereka, dan memberontak ke jalan dosa, Allah akan membawa penghakiman yang muram terhadap mereka dan menghancurkan keluarga mereka; tetapi Ia tidak akan menghapus kebaikanNya yang penuh kasih dari Daud, ataupun membatalkan perjanjianNya dengan dia; karena dalam diri Mesias, yang harus datang dari tubuhnya, semua janji-janji ini akan mendapatkan penggenapan mereka sepenuhnya. Karena itu, pada waktu orang-orang Yahudi ditolak, sang rasul menunjukkan bahwa perjanjian Allah dengan Abraham tidak dibatalkan, karena perjanjian itu digenapi dalam keturunan rohaninya, pewaris-pewaris dari kebenaran dari iman, Ro 11:7. (2) Jika kita menerapkannya kepada Kristus, dengan ‘keturunanNya’ kita harus mengertinya sebagai orang-orang yang ada di bawah otoritasNya, semua orang percaya, keturunan rohaniNya, anak-anak yang Allah berikan kepadaNya, Ibr 2:13. Ini adalah keturunan yang akan dibuat bertahan selama-lamanya, ... Sampai akhir Kristus akan mempunyai suatu umat di dunia untuk melayani dan menghormatiNya].
Maz 89:39-53 - “(39) Tetapi Engkau sendiri menolak dan membuang, menjadi gemas kepada orang yang Kauurapi, (40) membatalkan perjanjian dengan hambaMu, menajiskan mahkotanya laksana debu, (41) melanda segala temboknya, membuat kubu-kubunya menjadi reruntuhan. (42) Semua orang yang lewat di jalan merampoknya, dan ia menjadi cela bagi tetangganya. (43) Engkau telah meninggikan tangan kanan para lawannya, telah membuat semua musuhnya bersukacita. (44) Juga Kaubalikkan mata pedangnya, dan tidak membuat dia dapat bertahan dalam peperangan. (45) Engkau menghentikan kegemilangannya, dan takhtanya Kaucampakkan ke bumi. (46) Kaupendekkan masa mudanya, Kauselubungi dia dengan malu. Sela (47) Berapa lama lagi, ya TUHAN, Engkau bersembunyi terus-menerus, berkobar-kobar murkaMu laksana api? (48) Ingatlah apa umur hidup itu, betapa sia-sia Kauciptakan semua anak manusia! (49) Siapakah orang yang hidup dan yang tidak mengalami kematian, yang dapat meluputkan nyawanya dari kuasa dunia orang mati? Sela (50) Di manakah kasih setiaMu yang mula-mula, ya Tuhan, yang telah Kaujanjikan dengan sumpah kepada Daud demi kesetiaanMu? (51) Ingatlah cela hambaMu, ya Tuhan, bahwa dalam dadaku aku menanggung penghinaan segala bangsa, (52) yang dilontarkan oleh musuh-musuhMu, ya TUHAN, yang dilontarkan mencela jejak langkah orang yang Kauurapi. (53) Terpujilah TUHAN untuk selama-lamanya! Amin, ya amin.”.
Catatan: jelas bahwa apa yang dibicarakan dalam text di atas ini tidak mungkin ditafsirkan bahwa Tuhan betul-betul membatalkan perjanjianNya. Ini hanya menunjukkan bahwa kelihatannya Tuhan bersikap seperti itu.
Roma 11:7 - “Jadi bagaimana? Israel tidak memperoleh apa yang dikejarnya, tetapi orang-orang yang terpilih telah memperolehnya. Dan orang-orang yang lain telah tegar hatinya,”.
Ibr 2:13b - “‘Sesungguhnya, inilah Aku dan anak-anak yang telah diberikan Allah kepadaKu.’”.
Matthew Henry (tentang Maz 89): “It is here supposed that there will be much amiss in the subjects of Christ’s kingdom. His children may forsake God’s law (v. 30) by omissions, and break his statutes (v. 31) by commissions. ... Their being related to Christ shall not excuse them from being called to an account. But observe what affliction is to God’s people. 1. It is but a rod, not an axe, not a sword; it is for correction, not for destruction. This denotes gentleness in the affliction; it is the rod of men, such a rod as men use in correcting their children; and it denotes a design of good in and by the affliction, such a rod as yields the peaceable fruit of righteousness. 2. It is a rod on the hand of God (I will visit them), he who is wise, and knows what he does, gracious, and will do what is best.” [= Di sini dianggap bahwa disana akan ada banyak kesalahan dalam orang-orang yang berada di bawah otoritas dari kerajaan Kristus. Anak-anakNya bisa meninggalkan hukum-hukum Allah (ay 31) oleh pengabaian, dan melanggar peraturan-peraturanNya (ay 32) oleh tindakan-tindakan. ... Hubungan mereka dengan Kristus tidak akan membebaskan mereka dari panggilan untuk pertanggung-jawaban. Tetapi perhatikan apa penderitaan itu bagi umat Allah. 1. Itu hanyalah tongkat, bukan kapak, bukan pedang; itu adalah untuk memperbaiki, bukan untuk menghancurkan. Ini menunjukkan kelembutan dalam penderitaan; itu adalah tongkat manusia, seperti tongkat yang dipakai oleh manusia untuk memperbaiki anak-anak mereka; dan itu menunjukkan rancangan yang baik dalam dan oleh penderitaan itu, seperti sebuah tongkat karena menghasilkan buah kebenaran yang penuh damai. 2. Itu adalah tongkat di tangan Allah (Aku akan mengunjungi mereka), Ia yang bijaksana, dan tahu apa yang Ia lakukan, penuh kasih karunia, dan akan melakukan apa yang terbaik.].
Catatan:
Maz 89:33 - “maka Aku akan membalas pelanggaran mereka dengan gada, dan kesalahan mereka dengan pukulan-pukulan”.
KJV: ‘Then will I visit their transgression with the rod, and their iniquity with stripes’ (= Maka Aku akan mengunjungi pelanggaran mereka dengan tongkat, dan kesalahan mereka dengan cambuk).
Matthew Henry (tentang Maz 89): “Note, Afflictions are not only consistent with covenant-love, but to the people of God they flow from it. Though David’s seed be chastened, it does not follow that they are disinherited; they may be cast down, but they are not cast off.” (= Perhatikan, Penderitaan-penderitaan bukan hanya konsisten dengan kasih perjanjian, tetapi bagi umat Allah penderitaan itu keluar dari kasih perjanjian. Sekalipun keturunan Daud dihajar, itu tidak berarti mereka dicabut dari hak waris; mereka bisa sedih / tertekan, tetapi mereka tidak dibuang.).
Barnes’ Notes (tentang Mazmur 89:32): “‘Then will I visit their transgression with the rod.’ They shall be punished, though my mercy shall not be wholly taken from them. God has two objects in his dealings with his backsliding and offending people; (a) one is to show his displeasure at their conduct, or to punish them; (b) the other is to reclaim them. All who have been truly converted, or who are truly his people, will be recovered though they fall into sin; but it may be done, and will be likely to be done, in such a way as to show his own displeasure at their offences.” [= ‘Maka Aku akan mengunjungi pelanggaran mereka dengan tongkat’. Mereka akan dihukum, sekalipun belas kasihanKu tidak akan diambil sepenuhnya dari mereka. Allah mempunyai dua tujuan dalam penangananNya terhadap umatNya yang mundur dan bersalah; (a) yang satu adalah menunjukkan ketidak-senanganNya pada tingkah laku mereka, atau menghukum mereka; (b) yang lain adalah untuk memperoleh mereka kembali. Semua yang telah sungguh-sungguh bertobat, atau yang sungguh-sungguh adalah umatNya, akan dipulihkan sekalipun mereka jatuh ke dalam dosa; tetapi itu bisa dilakukan, dan sangat mungkin akan dilakukan, dengan suatu cara sehingga menunjukkan ketidak-senanganNya sendiri terhadap kesalahan-kesalahan mereka.].
Barnes’ Notes (tentang Maz 89:33): “‘Will I not utterly take from him.’ ... This passage contains a very important principle in regard to the dealings of God with his people. The principle is, that if people are converted, if they in fact become his people - he will never suffer them wholly to fall away and perish. They may be suffered to backslide; they may fall into sin, but they will not be allowed to go so far as to apostatize wholly. They will be brought back again. Whatever method may be necessary for this, will be adopted. Commands; warnings; entreaties; remonstrances; their own experience; the admonitions of others; the influences of the Holy Spirit: judgments and calamities; sickness; loss of property; bereavement; disappointment; disgrace; any of these, or all of these, may be resorted to, in order to bring them back; but they will be brought back. God, in mercy and in love, will so visit them with sorrow and trouble that they shall be recovered, and that their ‘spirit shall be saved in the day of the Lord Jesus.’” (= ‘Aku tidak akan mengambilnya sama sekali dari dia’. ... Text ini mengandung suatu prinsip yang sangat penting berkenaan dengan penanganan Allah terhadap umatNya. Prinsipnya adalah bahwa jika orang-orang dipertobatkan, jika mereka dalam faktanya menjadi umatNya - Ia tidak akan membiarkan mereka murtad sepenuhnya dan binasa. Mereka bisa dibiarkan untuk mundur; mereka bisa jatuh ke dalam dosa, tetapi mereka tidak akan diijinkan untuk berjalan begitu jauh sehingga murtad seluruhnya. Mereka akan dibawa kembali lagi. Apapun metode yang bisa diperlukan untuk ini, akan diambil. Perintah; peringatan; protes / bujukan; pengalaman mereka sendiri; nasehat dari orang lain; pengaruh dari Roh Kudus; penghakiman dan bencana; penyakit; kehilangan harta; kehilangan melalui kematian; kekecewaan; rasa malu; yang manapun dari hal-hal ini, atau semua hal-hal ini, bisa diusahakan untuk membawa mereka kembali; tetapi mereka akan dibawa kembali. Allah, dalam belas kasihan dan dalam kasih, akan mengunjungi mereka sedemikian rupa dengan kesedihan dan kesukaran sehingga mereka akan dipulihkan, dan supaya ‘roh mereka akan diselamatkan pada hari Tuhan Yesus’).
Bdk. 1Kor 5:4-5 - “(4) Bilamana kita berkumpul dalam roh, kamu bersama-sama dengan aku, dengan kuasa Yesus, Tuhan kita, (5) orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan.”.
C. H. Spurgeon (tentang Maz 89): “Ver. 32. ‘Then will I visit their transgressions with the rod.’ ... He hates sin too much not to visit it, and he loves his saints too well not to chasten them. ... As sin is so frequent, the rod never rests long together; in God’s family the rod is not spared, or the children would be spoiled” (= Ay 33. ‘maka Aku akan mengunjungi pelanggaran mereka dengan tongkat’. ... Ia terlalu membenci dosa untuk tidak mengunjunginya, dan Ia mengasihi orang-orang kudus terlalu baik untuk tidak menghajar mereka. ... Karena dosa begitu sering, tongkat tidak pernah berhenti / beristirahat lama; dalam keluarga Allah tongkat tidak dihemat, atau anak-anak akan dimanjakan / dirusak).
C. H. Spurgeon (tentang Maz 89): “Ver. 33. ‘Nevertheless.’ And a glorious nevertheless too! ‘Nevertheless my lovingkindness will I not utterly take from him.’ O glorious fear killing sentence! This crowns the covenant with exceeding glory. Mercy may seem to depart from the Lord’s chosen, but it shall never altogether do so. Jesus still enjoys the divine favour, and we are in him, and therefore under the most trying circumstances the Lord’s lovingkindness to each one of his chosen will endure the strain. If the covenant could be made void by our sins it would have been void long ere this; and if renewed its tenure would not be worth an hour’s purchase if it had remained dependent upon us. God may leave his people, and they may thereby suffer much and fall very low, but utterly and altogether he never can remove his love from them; for that would be to cast a reflection upon his own truth, and this he will never allow, for he adds, ‘nor suffer my faithfulness to fail.’ Man fails in all points, but God in none. To be faithful is one of the eternal characteristics of God, in which he always places a great part of his glory: his truth is one of his peculiar treasures and crown jewels, and he will never endure that it should be tarnished in any degree. This passage sweetly assures us that the heirs of glory shall not be utterly cast off. Let those deny the safety of the saints who choose to do so, we have not so learned Christ. We believe in the gospel rod, but not in the penal sword for the adopted sons” (= Ay 32. ‘Namun / sekalipun demikian’. Dan suatu ‘namun / sekalipun demikian’ yang mulia! ‘Namun kebaikanKu yang penuh kasih tidak akan Kuambil sama sekali dari dia’. Betul-betul suatu kalimat mulia yang membunuh rasa takut! Ini memahkotai perjanjian dengan kemuliaan yang berlimpah-limpah. Belas kasihan bisa kelihatannya meninggalkan orang-orang pilihan Tuhan, tetapi itu tidak akan pernah sama sekali berbuat demikian. Yesus tetap menikmati kebaikan ilahi, dan kita ada dalam Dia, dan karena itu, di bawah keadaan yang paling mencobai, kebaikan yang penuh kasih dari Tuhan kepada setiap orang pilihanNya akan menahan ketegangan itu. Seandainya perjanjian itu bisa dibatalkan oleh dosa-dosa kita, perjanjian itu akan sudah batal jauh sebelum ini; dan jika diperbaharui kedudukannya tidak akan mempunyai nilai pembelian 1 jam jika itu tetap tergantung kepada kita. Allah bisa meninggalkan umatNya, dan oleh hal itu mereka bisa banyak menderita dan jatuh sangat dalam, tetapi Ia tidak pernah bisa sepenuhnya dan sama sekali menyingkirkan kasihNya dari mereka; karena itu akan memberikan suatu bayangan / celaan pada kebenaranNya sendiri, dan ini Ia tidak akan pernah ijinkan, karena Ia menambahkan, ‘ataupun mengijinkan kesetiaanKu untuk gagal’. Manusia gagal dalam banyak hal, tetapi Allah tidak pernah gagal dalam apapun. Setia adalah salah satu dari karakteristik yang kekal dari Allah, dalam mana Ia selalu menempatkan sebagian besar dari kemuliaanNya: kebenaranNya merupakan salah satu harta khusus dan permata terbaikNya, dan Ia tidak akan pernah tahan bahwa itu dinodai / dipudarkan dalam tingkat apapun. Text ini dengan manis menjamin / meyakinkan kita bahwa pewaris-pewaris dari kemuliaan tidak akan sepenuhnya dibuang. Biarlah mereka menyangkal keamanan dari orang-orang kudus yang memilih untuk bersikap demikian, tetapi kami tidak belajar demikian dari Kristus. Kami percaya kepada tongkat Injil, tetapi tidak kepada pedang hukuman bagi anak-anak yang diadopsi).
Mazmur 89:32 (KJV): ‘Nevertheless my lovingkindness will I not utterly take from him, nor suffer my faithfulness to fail’ (= Namun / sekalipun demikian kebaikanKu yang penuh kasih tidak akan Kuambil sama sekali dari dia, ataupun mengijinkan kesetiaanKu untuk gagal).
C. H. Spurgeon: “Ver. 33. ‘Nevertheless my lovingkindness,’ etc. Except the covenant of grace had this article in it for remission of sin and for fatherly correction, to drive unto repentance, that the penitent person coming to God by faith might have sin forgiven him and lovingkindness shown to him; this covenant should fail us no less than the covenant of works. - David Dickson” (= Ay 33. ‘Namun / sekalipun demikian kebaikanKu yang penuh kasih’, dsb. Kecuali perjanjian kasih karunia mempunyai bagian ini di dalamnya untuk pengampunan dosa dan untuk koreksi kebapaan, untuk mendorong pada pertobatan, supaya orang-orang bertobat yang datang kepada Allah oleh iman bisa diampuni dosanya dan kebaikan yang penuh kasih ditunjukkan kepadanya; maka perjanjian ini akan menjatuhkan kita sama seperti perjanjian perbuatan baik).
Catatan: ‘covenant of works’ (= perjanjian perbuatan baik) merupakan lawan dari ‘covenant of grace’ (= perjanjian kasih karunia). ‘Covenant of works’ (= perjanjian perbuatan baik) hanya ada pada saat Adam masih belum jatuh ke dalam dosa.
C. H. Spurgeon: “Ver. 33. ‘I will not utterly take from him.’ Why ‘from him?’ Because all God’s lovingkindness to his people is centred in Christ. Does God love you? it is because he loves Christ; you are one with Christ. Your transgressions are your own; they are separate from Christ; but God’s love is not your own; it is Christ’s: you receive it because you are one with him. How beautifully that is distinguished here - ‘If they transgress, I will punish them; but my lovingkindness will I not take from him’ - in whom alone they find it; and in union with whom alone they enjoy it. - Capel Molyneux” (= Ay 33. ‘Aku tidak akan sepenuhnya mengambil dari Dia’. Mengapa ‘dari Dia’? Karena seluruh kebaikan yang penuh kasih dari Allah kepada umatNya berpusat kepada Kristus. Apakah Allah mengasihi kamu? itu karena Ia mengasihi Kristus; kamu adalah satu dengan Kristus. Pelanggaran-pelanggaranmu adalah milikmu sendiri; pelanggaran-pelanggaran itu terpisah dari Kristus; tetapi kasih Allah bukanlah milikmu sendiri; itu adalah milik Kristus: kamu menerimanya karena kamu satu dengan Dia. Betapa dengan indahnya hal itu dibedakan di sini - ‘Jika mereka melanggar, Aku akan menghukum mereka; tetapi kebaikanKu yang penuh kasih tidak akan Aku ambil dari Dia’ - dalam Dia saja mereka mendapatkannya; dan dalam persatuan dengan Dia saja mereka menikmatinya. - Capel Molyneux).
Catatan: saya meragukan kebenaran kata-kata Spurgeon di atas ini, karena Allah bukannya mengasihi kita sejak kita percaya kepada Kristus. Ia sudah mengasihi kita pada waktu kita masih ada dalam dosa (Roma 5:8 - “Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”). Tetapi mungkin Spurgeon meninjaunya dari sudut rencana Allah / predestinasi.
C. H. Spurgeon: “Ver. 33. ‘From him.’ The words, ‘Nevertheless my lovingkindness will I not utterly take from him,’ are worthy of consideration; for the question being about those who are chastised, it would appear that he should have written, ‘from them,’ and not ‘from him.’ But the prophet has thus worded it, because, being the children and members of his Christ, the favours which God bestows upon us belong to him in some manner; and it seems that the Psalmist wishes to show us hereby, that it is in Jesus Christ, and for love of him alone, that God bestows favours on us. And that which follows, in Psalm 89:34 verse, agrees herewith, - ‘My covenant will I not break’ - for it is properly to Jesus Christ, on account of his admirable obedience, that God the Father has promised to be merciful to our iniquities, and never to leave one of those to perish who are in covenant with him. - Jean Daille” (= Ay 33. ‘Dari Dia’. Kata-kata ‘Namun / sekalipun demikian kebaikanKu yang penuh kasih tidak akan sepenuhnya Aku ambil dari Dia’, merupakan sesuatu yang layak direnungkan; karena persoalan tentang mereka yang dihajar, kelihatannya ia seharusnya menuliskan ‘dari mereka’, dan bukan ‘dari Dia’. Tetapi sang nabi memberi kata-kata seperti itu, karena sebagai anak-anak dan anggota-anggota dari KristusNya, kebaikan yang Allah berikan kepada kita adalah milikNya dalam cara tertentu; dan kelihatannya sang Pemazmur ingin menunjukkan kepada kita melalui hal ini, bahwa adalah dalam Yesus Kristus, dan demi kasih untuk Dia saja, bahwa Allah memberikan kebaikan kepada kita. Dan yang selanjutnya, dalam Maz 89:35, sesuai dengan ini, - ‘PerjanjianKu tidak akan Aku langgar’ - karena adalah benar bagi Yesus Kristus, karena ketaatanNya yang patut dikagumi, bahwa Allah Bapa telah berjanji untuk bersikap penuh belas kasihan pada kesalahan-kesalahan kita, dan tidak pernah meninggalkan satupun dari mereka untuk binasa, yang ada dalam perjanjian dengan Dia. - Jean Daille).
Calvin (tentang Maz 89:33): “‘My lovingkindness or mercy will I not withdraw from Him.’ It ought surely to have been said, ‘them’ instead of ‘him,’ since it is ‘children’ in the plural number who are before spoken of. But it is very probable that this form of expression is purposely employed to teach us that we are reconciled to God only through Christ; and that if we would expect to find mercy, we must seek for it from that source alone” (= ‘KebaikanKu yang penuh kasih atau belas kasihanKu tidak akan Aku tarik dari Dia’. Pasti seharusnya dikatakan ‘mereka’ dan bukannya ‘Dia’, karena adalah ‘anak-anak’ dalam bentuk jamak yang sebelumnya dibicarakan. Tetapi adalah mungkin bahwa bentuk ungkapan ini secara sengaja digunakan untuk mengajar kita bahwa kita diperdamaikan dengan Allah hanya melalui Kristus; dan bahwa jika kita ingin mengharapkan untuk mendapatkan belas kasihan, kita harus mencarinya dari sumber itu saja).
Jadi, 2 Samuel 7: 14b ini menunjukkan bahwa sekalipun orang percaya berbuat dosa, keselamatan mereka tidak bisa hilang. Allah hanya menghajar (bdk. Ibr 12:5-11), bukan membuang, mereka. Dan 2 Samuel 7: 15 di bawah ini lebih menekankan hal ini lagi.
2 Samuel 7:1-29(5)
2 Samuel 7:12-17 - “(12) Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. (13) Dialah yang akan mendirikan rumah bagi namaKu dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. (14) Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anakKu. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia. (15) Tetapi kasih setiaKu tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu. (16) Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapanKu, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya.’ (17) Tepat seperti perkataan ini dan tepat seperti penglihatan ini Natan berbicara kepada Daud.”.
5. 2 Samuel 7: 15: “Tetapi kasih setiaKu tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu.”.
Kata-kata ‘kasih setiaKu’ diterjemahkan berbeda-beda:
KJV: ‘my mercy’ (= belas kasihanKu).
RSV: ‘my steadfast love’ (= kasih setiaKu).
NIV: ‘my love’ (= kasihKu).
NASB: ‘My lovingkindness’ (= kebaikan dari kasihKu).
Dalam tafsirannya tentang bagian ini Adam Clarke berkata: “he shall have affliction, but his government shall not be utterly subverted. But this has a higher meaning. ... His house shall be a lasting house, and he shall die in the throne of Israel, his children succeeding him; and the spiritual seed, Christ, possessing and ruling in that throne to the end of time. The family of Saul became totally extinct; the family of David remained till the incarnation” (= ia akan mendapatkan penderitaan, tetapi pemerintahannya tidak akan ditumbangkan sepenuhnya. Tetapi bagian ini mempunyai arti yang lebih tinggi. ... Keluarganya akan ada selama-lamanya, dan ia akan mati di takhta Israel, keturunannya menggantikannya; dan benih / keturunan rohani, Kristus, memiliki dan memerintah di takhta itu sampai akhir jaman. Keluarga Saul punah secara total; keluarga Daud tetap ada sampai inkarnasi) - hal 325.
Adam Clarke menambahkan lagi: “Many have applied these verses and their parallels to support the doctrine of unconditional final perseverance; but with it the text has nothing to do; and were we to press it, because of the antitype, Solomon, the doctrine would most evidently be ruined, for there is neither proof nor evidence of Solomon’s salvation” (= Banyak orang yang menerapkan ayat-ayat ini dan ayat-ayat paralelnya untuk mendukung doktrin dari ketekunan akhir yang tak bersyarat; tetapi text itu tidak mempunyai hubungan dengan doktrin itu; dan seandainya kita mau memaksakannya, karena anti typenya, Salomo, doktrin ini justru akan hancur, karena tidak ada bukti dari keselamatan Salomo) - hal 325.
Catatan:
· saya tak mengerti mengapa Salomo disebut sebagai anti-Type.
· Adam Clarke memang menganggap Salomo murtad total dan binasa, tetapi saya tak setuju dengan dia. Adalah aneh untuk mengatakan bahwa Tuhan tidak menjauhkan kasih / kasih setiaNya dari Salomo, tetapi Salomo masuk neraka.
Keil & Delitzsch: “It is very obvious, from all the separate details of this promise, that it related primarily to Solomon, and had a certain fulfilment in him and his reign. ... But in his old age Solomon sinned against the Lord by falling into idolatry; and as a punishment for this, after his death his kingdom was rent from his son, not indeed entirely, as one portion was still preserved to the family for David’s sake (1Kings 11:9 sqq.). Thus the Lord punished him with rods of men, but did not withdraw from him His grace” [= Adalah sangat jelas, dari semua detail-detail yang terpisah dari janji ini, bahwa itu pertama-tama berhubungan dengan Salomo, dan mempunyai penggenapan tertentu dalam dia dan pemerintahannya. ... Tetapi pada masa tuanya Salomo berdosa terhadap Tuhan dengan jatuh ke dalam penyembahan berhala; dan sebagai hukuman untuk ini, setelah kematiannya kerajaannya disobek dari anaknya, memang tidak seluruhnya, karena satu bagian masih ada pada keluarga tersebut demi Daud (1Raja 11:9-dst). Demikianlah Tuhan menghukumnya dengan rotan dari manusia, tetapi tidak menarik kasih karuniaNya darinya] - hal 346.
Kelihatannya Keil & Delitzsch ini menganggap bahwa kata-kata ‘kasih setiaKu tidak akan hilang dari padanya’ hanya menunjuk pada fakta bahwa Salomo tetap menjadi raja sampai mati, dan demikian juga dengan keturunannya sampai jaman Yesus berinkarnasi. Tetapi saya berpendapat bahwa kata-kata itu tidak mungkin hanya mempunyai arti jasmani / duniawi saja.
Bdk. 1Taw 17:11-15 - “(11) Apabila umurmu sudah genap untuk pergi mengikuti nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, salah seorang anakmu sendiri, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. (12) Dialah yang akan mendirikan rumah bagiKu dan Aku akan mengokohkan takhtanya untuk selama-lamanya. (13) Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anakKu. Tetapi kasih setiaKu tidak akan Kuhilangkan dari padanya seperti yang Kuhilangkan dari pada orang yang mendahului engkau. (14) Dan Aku akan menegakkan dia dalam rumahKu dan dalam kerajaanKu untuk selama-lamanya dan takhtanya akan kokoh untuk selama-lamanya.’ (15) Tepat seperti perkataan ini dan tepat seperti penglihatan ini Natan berbicara kepada Daud.”.
Jamieson, Fausset & Brown (tentang 1Taw 17:13): “‘I will not take my mercy away from him, as I took it.’ My procedure in dealing with him will be different from my disposal of Saul. Should his misconduct call for personal chastisement, I shall spare his family. If I see it necessary to withdraw my favour and help for a time, it will be a corrective discipline, only to reform and restore, not to destroy. On this passage some have founded an argument for Solomon’s repentance and return to God” (= ‘Aku tidak akan mengambil belas kasihanKu dari dia, seperti Aku mengambilnya ...’. CaraKu dalam menanganinya akan berbeda dengan pembuanganKu terhadap Saul. Jika perbuatan jahatnya memerlukan hajaran pribadi, Aku akan menyelamatkan keluarganya. Jika Aku menganggap perlu untuk menarik kebaikan dan pertolonganKu untuk sementara waktu, itu akan merupakan suatu disiplin yang bersifat memperbaiki, hanya untuk mereformasi dan memulihkan, bukan untuk menghancurkan. Berdasarkan text ini beberapa orang telah menemukan suatu argumentasi untuk pertobatan dan kembalinya Salomo kepada Allah).
Matthew Henry (tentang 2Sam 7:15): “The revolt of the ten tribes from the house of David was their correction for iniquity, but the constant adherence of the other two to that family, which was a competent support of the royal dignity, perpetuated the mercy of God to the seed of David, according to this promise; though that family was cut short, yet it was not cut off, as the house of Saul was. Never any other family swayed the sceptre of Judah than that of David. This is that covenant of royalty celebrated (Ps 89:3, &c.) as typical of the covenant of redemption and grace” [= Pemberontakan dari 10 suku dari keluarga Daud merupakan koreksi untuk kesalahan mereka, tetapi kesetiaan yang konstan dari 2 suku yang lain pada keluarga itu, yang merupakan dukungan yang cukup dari kewibawaan kerajaan, mengabadikan belas kasihan Allah kepada benih / keturunan Daud, sesuai dengan janji ini; sekalipun keluarga itu dipotong pendek tetapi tidak dipunahkan seperti keluarga Saul. Tidak ada keluarga lain memegang tongkat kerajaan Yehuda selain keluarga Daud. Ini adalah perjanjian kerajaan yang dirayakan / diproklamirkan (Maz 89:4-dst) sebagai suatu type dari perjanjian penebusan dan kasih karunia].
Komentar Matthew Henry dan Calvin di bawah ini sudah ada dalam pelajaran yang lalu, tetapi saya ulang di sini.
Matthew Henry (tentang 2 Samuel 7:15): “The supposition of committing iniquity cannot indeed be applied to the Messiah himself, but it is applicable (and very comfortable) to his spiritual seed. True believers have their infirmities, for which they may expect to be corrected, but they shall not be cast off. Every transgression in the covenant will not throw us out of covenant” [= Pengandaian tentang melakukan kesalahan memang tidak bisa diterapkan kepada sang Mesias sendiri, tetapi itu bisa diterapkan (dan sangat memuaskan / tak diragukan) bagi benih / keturunan rohaninya. Orang-orang percaya yang sejati mempunyai kelemahan-kelemahan mereka, untuk mana mereka bisa berharap untuk dikoreksi, tetapi mereka tidak akan dibuang. Setiap pelanggaran dalam perjanjian tidak akan melemparkan kita keluar dari perjanjian].
Calvin: “even after God has claimed us as his children, still we do not fail to be subject to many vices, so that we offend him every day; and hence the covenant which God made with us would be broken from moring to evening, and every minute, unless we rested on his goodness. Therefore, God certainly had to add this grace that ‘he would not remove his mercy’ from us, although we are poor sinners.” (= bahkan setelah Allah telah mengclaim kita sebagai anak-anakNya, tetap kita tidak gagal untuk tunduk pada banyak kejahatan, sehingga kita menyakiti Dia setiap hari; dan karena itu perjanjian yang Allah buat dengan kita akan dihancurkan dari pagi sampai malam, dan setiap menit, kecuali kita bersandar pada kebaikanNya. Karena itu, Allah pasti harus menambahkan kasih karunia ini sehingga ‘Ia tidak akan menyingkirkan belas kasihanNya’ dari kita, sekalipun kita adalah orang-orang berdosa yang malang.) - ‘Sermons on 2 Samuel’, hal 334.
Calvin: “For even if he has adopted us a hundred times, still we deserve being cut off and banished from his house and totally disowned by him. Hence, without the remission of our sins, all that the Scripture says will be useless to us. Thus, the perseverance and firmness of the adoption by which he has received us consists in his upholding us so that our sins do not come into account before him.” (= Karena sekalipun Ia telah mengadopsi kita seratus kali, tetap kita layak untuk dipotong dan dibuang dari rumahNya dan secara total tidak diakui olehNya. Karena itu, tanpa pengampunan dari dosa-dosa kita, semua yang Kitab Suci katakan akan menjadi tak berguna / sia-sia bagi kita. Jadi, ketekunan dan keteguhan dari pengadopsian dengan mana Ia telah menerima kita terdiri dari topanganNya terhadap kita sehingga dosa-dosa kita tidak diperhitungkan di hadapanNya.) - ‘Sermons on 2 Samuel’, hal 334.
Calvin: “Well, that is not to say that when God pardons our sins, he does not chastise us to keep us always in line. ... Hence, we must have these two sentences joined together; that is, that God will never fail to be gracious to us while we are poor sinners, and yet that he will chastise us with stripes.” (= Itu tidak berarti bahwa pada waktu Allah mengampuni dosa-dosa kita, Ia tidak menghajar kita untuk menjaga kita selalu dalam garis yang lurus. ... Jadi, kita harus menjaga supaya kedua kalimat ini digabungkan bersama-sama; yaitu, bahwa Allah tidak akan pernah gagal untuk bermurah hati kepada kita sementara kita adalah orang-orang berdosa yang malang, tetapi bahwa Ia akan menghajar kita dengan pukulan-pukulan.) - ‘Sermons on 2 Samuel’, hal 334.
Bdk. Ibr 12:5-11 - “(5) Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: ‘Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkanNya; (6) karena Tuhan menghajar orang yang dikasihiNya, dan Ia menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak.’ (7) Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? (8) Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang (tidak sah). (9) Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? (10) Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusanNya. (11) Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.”.
Beberapa hal penting tentang hajaran:
a. Orang yang tidak percaya bisa dihukum, dan kelihatannya tak berbeda dengan orang percaya yang dihajar. Tetapi sebetulnya sikap / tujuan Allah kepada kedua kelompok ini sangat berbeda.
b. Orang-orang yang berdosa, apalagi secara sengaja dan dengan sikap tegar tengkuk, tetapi tidak mendapatkan hajaran, mungkin sekali adalah orang-orang yang tidak percaya / bukan anak-anak Allah!
6. 2 Samuel 7: 16: “Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapanKu, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya.’”.
Kelihatannya ada pro kontra tentang siapa janji / nubuat ini berlaku. Ada yang mengatakan hanya tentang Kristus, dan ada yang mengatakan tentang Salomo (sebagian) dan tentang Kristus (sepenuhnya).
Jamieson, Fausset & Brown: “That it included David’s descendants, who by ordinary generation were to succeed him on the throne of Israel, is evident from David’s application of it to his son Solomon, in whom the temporal part of it had a partial accomplishment (1 Chron 22:6-11; 28:5-8). The Lord himself also applies it to Solomon, when He appeared in vision (2 Chron 8:7-18).” [= Bahwa itu mencakup keturunan Daud, yang oleh keturunan biasa akan menggantikan dia di takhta Israel, adalah jelas dari penerapan Daud tentangnya kepada anaknya Salomo, dalam siapa bagian sementara darinya mempunyai suatu penggenapan sebagian (1Taw 22:6-11; 28:5-8). Tuhan sendiri juga menerapkannya kepada Salomo, pada waktu Ia menampakkan diri dalam penglihatan (2Taw 8:7-18).].
1Taw 22:6-11 - “(6) Kemudian dipanggilnya Salomo, anaknya, dan diberinya perintah kepadanya untuk mendirikan rumah bagi TUHAN, Allah Israel, (7) kata Daud kepada Salomo: ‘Anakku, aku sendiri bermaksud hendak mendirikan rumah bagi nama TUHAN, Allahku, (8) tetapi firman TUHAN datang kepadaku, demikian: Telah kautumpahkan sangat banyak darah dan telah kaulakukan peperangan yang besar; engkau tidak akan mendirikan rumah bagi namaKu, sebab sudah banyak darah kautumpahkan ke tanah di hadapanKu. (9) Sesungguhnya, seorang anak laki-laki akan lahir bagimu; ia akan menjadi seorang yang dikaruniai keamanan. Aku akan mengaruniakan keamanan kepadanya dari segala musuhnya di sekeliling. Ia akan bernama Salomo; sejahtera dan sentosa akan Kuberikan atas Israel pada zamannya. (10) Dialah yang akan mendirikan rumah bagi namaKu dan dialah yang akan menjadi anakKu dan Aku akan menjadi Bapanya; Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya atas Israel sampai selama-lamanya. (11) Maka sekarang, hai anakku, TUHAN kiranya menyertai engkau, sehingga engkau berhasil mendirikan rumah TUHAN, Allahmu, seperti yang difirmankanNya mengenai engkau.”.
1Taw 28:5-8 - “(5) Dan dari antara anak-anakku sekalian - sebab banyak anak telah dikaruniakan TUHAN kepadaku - Ia telah memilih anakku Salomo untuk duduk di atas takhta pemerintahan TUHAN atas Israel. (6) Ia telah berfirman kepadaku: Salomo, anakmu, dialah yang akan mendirikan rumahKu dan pelataranKu sebab Aku telah memilih dia menjadi anakKu dan Aku akan menjadi bapanya. (7) Dan Aku akan mengokohkan kerajaannya sampai selama-lamanya, jika ia bertekun melakukan segala perintah dan peraturanKu seperti sekarang ini. (8) Maka sekarang, di depan mata seluruh Israel, jemaah TUHAN, dan dengan didengar Allah kita, aku berkata kepadamu: Peliharalah dan tuntutlah segala perintah TUHAN, Allahmu, supaya kamu tetap menduduki negeri yang baik ini dan mewariskannya sampai selama-lamanya kepada anak-anakmu yang kemudian.”.
Catatan: 2Taw 8:7-18 sama sekali tidak cocok, mungkin yang dimaksudkan oleh Jamieson, Fausset & Brown adalah 2Taw 7:7-18.
2Taw 7:7-18 - “(7) Lalu Salomo menguduskan pertengahan pelataran yang di depan rumah TUHAN, sebab di situlah diolahnya segala korban bakaran dan lemak korban keselamatan, sebab mezbah tembaga yang dibuat Salomo tidak dapat memuat korban bakaran dan korban sajian dan segala lemak korban. (8) Dan pada waktu itu juga Salomo mengadakan perayaan Pondok Daun selama tujuh hari, bersama-sama dengan seluruh Israel, suatu jemaah yang amat besar, dari jalan masuk ke Hamat sampai ke sungai Mesir. (9) Pada hari yang kedelapan mereka mengadakan perkumpulan raya, karena mereka telah merayakan pentahbisan mezbah selama tujuh hari, dan perayaan Pondok Daun selama tujuh hari. (10) Pada hari yang kedua puluh tiga, bulan ketujuh, disuruhnya bangsa itu pulang ke kemah-kemah mereka sambil bersukacita dan bergembira atas kebaikan yang telah dilakukan TUHAN kepada Daud, kepada Salomo, dan kepada orang Israel, umatNya. (11) Demikianlah Salomo menyelesaikan rumah TUHAN dan istana raja, dan berhasil melaksanakan dalam rumah TUHAN dan dalam istananya segala sesuatu yang timbul dalam hatinya. (12) Kemudian TUHAN menampakkan diri kepada Salomo pada malam hari dan berfirman kepadanya: ‘Telah Kudengar doamu dan telah Kupilih tempat ini bagiKu sebagai rumah persembahan. (13) Bilamana Aku menutup langit, sehingga tidak ada hujan, dan bilamana Aku menyuruh belalang memakan habis hasil bumi, dan bilamana Aku melepaskan penyakit sampar di antara umatKu, (14) dan umatKu, yang atasnya namaKu disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajahKu, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka. (15) Sekarang mataKu terbuka dan telingaKu menaruh perhatian kepada doa dari tempat ini. (16) Sekarang telah Kupilih dan Kukuduskan rumah ini, supaya namaKu tinggal di situ untuk selama-lamanya, maka mataKu dan hatiKu akan ada di situ sepanjang masa. (17) Mengenai engkau, jika engkau hidup di hadapanKu sama seperti Daud, ayahmu, dan berbuat sesuai dengan segala yang Kuperintahkan kepadamu, dan jika engkau tetap mengikuti segala ketetapan dan peraturanKu, (18) maka Aku akan meneguhkan takhta kerajaanmu sesuai dengan perjanjian yang telah Kuikat dengan Daud, ayahmu, dengan berkata: Takkan terputus keturunanmu yang memerintah atas Israel. (19) Tetapi jika kamu ini berbalik dan meninggalkan segala ketetapan dan perintahKu yang telah Kuberikan kepadamu, dan pergi beribadah kepada allah lain dan sujud menyembah kepadanya, (20) maka Aku akan mencabut kamu dari tanahKu yang telah Kuberikan kepadamu, dan rumah ini yang telah Kukuduskan bagi namaKu, akan Kubuang dari hadapanKu, dan akan Kujadikan kiasan dan sindiran di antara segala bangsa.”.
Jamieson, Fausset & Brown: “But how, then, was the promise made good, that David’s seed should sit on his throne for ever? The spiritual and eternal part of the promise pointed to the Messiah, who was to come of the seed of David according to the flesh, and to be raised up from the dead to sit for ever on His heavenly throne. The promise as it respected the Messiah was absolute, and in Him had its full accomplishment” (= Tetapi lalu bagaimana janji ini tercapai bahwa keturunan Daud duduk di takhtanya selama-lamanya? Bagian rohani dan kekal dari janji ini menunjuk kepada sang Mesias, yang akan datang dari keturunan Daud menurut daging, dan akan dibangkitkan dari orang mati untuk duduk selama-lamanya di takhta surgawiNya. Janji ini berkenaan dengan sang Mesias adalah mutlak, dan dalam Dia mendapatkan penggenapan sepenuhnya).
Bible Knowledge Commentary: “These verses, then, are a good example of an Old Testament passage in which some elements find fulfillment in the immediate future (Solomon and other strictly human descendants of David), while other elements will be realized only in the more distant future (Jesus Christ, the Son of David; cf. Luke 1:31-33).” [= Jadi, ayat-ayat ini adalah suatu contoh yang baik tentang suatu text Perjanjian Lama dalam mana beberapa elemen mendapatkan penggenapan dalam masa depan yang dekat (Salomo dan keturunan manusia secara ketat dari Daud), sedangkan elemen-elemen yang lain akan direalisasikan hanya dalam masa depan yang lebih jauh (Yesus Kristus, Anak Daud; bdk. Lukas 1:31-33).].
Matthew Henry: “Others of them relate to Christ, who is often called David and the Son of David, that Son of David to whom these promises pointed and in whom they had their full accomplishment. He was of the seed of David, Acts 13:23. To him God gave the throne of his father David (Luke 1:32), all power both in heaven and earth, and authority to execute judgment. He was to build the gospel temple, a house for God’s name, Zech 6:12,13. That promise, I will be his Father, and he shall be my Son, is expressly applied to Christ by the apostle, Heb 1:5. But the establishing of his house, and his throne, and his kingdom, for ever (v. 13, and again, and a third time v. 16. for ever), can be applied to no other than Christ and his kingdom. David’s house and kingdom have long since come to an end; it is only the Messiah’s kingdom that is everlasting, and of the increase of his government and peace there shall be no end.” [= Bagian-bagian lain dari janji itu berhubungan dengan Kristus, yang sering disebut Daud dan Anak Daud, Anak Daud itu kepada siapa janji-janji ini menunjuk dan dalam siapa janji-janji ini mendapatkan penggenapan mereka sepenuhnya. Ia adalah dari keturunan Daud, Kis 13:23. KepadaNya Allah memberikan takhta dari bapa / nenek moyangNya Daud (Luk 1:32), semua kuasa di surga dan di bumi, dan otoritas untuk melaksanakan penghakiman. Ia akan membangun Bait injil, suatu rumah bagi nama Allah, Zakh 6:12,13. Janji itu, Aku akan menjadi BapaNya, dan Ia akan menjadi AnakKu, secara explicit / jelas diterapkan kepada Kristus oleh sang rasul, Ibr 1:5. Tetapi penegakan dari keluarganya, dan takhtanya, dan kerajaannya, untuk selama-lamanya (ay 13, dan lagi, dan ketiga-kalinya ay 16 untuk selama-lamanya), tidak bisa diterapkan kepada siapapun yang lain selain Kristus dan kerajaanNya. Keluarga dan kerajaan Daud telah lama berakhir; hanyalah kerajaan sang Mesias yang kekal, dan tentang pertambahan dari pemerintahan dan damaiNya di sana tidak akan ada akhirnya.].
Calvin: “this passage cannot be understood of Solomon, nor of all those who succeeded David as far as the temporal kingdom is concerned. ... And that is why this king, who was given as a type of our Lord Jesus Christ, had to be ruined, so that he finally fell away very shamefully, so that indeed not a trace would remain of him. That (I say) was necessary. ... Since men cannot aspire to the heavenly kingdom of God, it was necessary for the type of the kingdom of our Lord Jesus Christ to be removed, in order to draw upwards those whose hearts are here below.” [= text ini tidak bisa dimengerti tentang Salomo, ataupun tentang semua yang menggantikan Daud sejauh kerajaan sementara yang dipersoalkan. ... Dan itu sebabnya mengapa raja ini, yang diberikan sebagai type dari Tuhan kita Yesus Kristus, harus dihancurkan, sehingga akhirnya ia murtad / jatuh dengan sangat memalukan, sehingga tak ada suatu jejakpun tertinggal darinya. Itu (saya katakan) adalah perlu. ... Karena manusia tak bisa melihat / naik kepada kerajaan surgawi dari Allah, adalah perlu bagi type dari kerajaan dari Tuhan kita Yesus Kristus untuk disingkirkan, untuk menarik ke atas mereka yang hatinya ada di sini di bawah.] - ‘Sermons on 2 Samuel’, hal 339-340.
IV) Natan menyampaikan Firman Tuhan itu kepada Daud dengan tepat.
2 Samuel 7: 17: “Tepat seperti perkataan ini dan tepat seperti penglihatan ini Natan berbicara kepada Daud.”.
Matthew Henry: “This message Nathan faithfully delivered to David (v. 17); though, in forbidding him to build the temple, he contradicted his own words, yet he was not backward to do it when he was better informed concerning the mind of God” [= Pesan ini Natan sampaikan dengan setia kepada Daud (ay 17); sekalipun, dalam melarangnya membangun Bait Allah, ia menentang kata-katanya sendiri, tetapi ia tidak ragu-ragu melakukannya pada waktu ia diberi informasi yang lebih baik berkenaan dengan pikiran Allah].
Penerapan: seorang pengajar firman, kalau tahu bahwa ia telah melakukan pemberitaan yang salah, harus cukup punya kerendahan hati untuk meralatnya. Kalau seorang pemberita firman tahu ia salah dan tak mau meralatnya, berarti ia secara sengaja memberitakan ketidakbenaran!
2 Samuel 7:1-29(6)
2 Samuel 7:18-29 - “(18) Lalu masuklah raja Daud ke dalam, kemudian duduklah ia di hadapan TUHAN sambil berkata: ‘Siapakah aku ini, ya Tuhan ALLAH, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini? (19) Dan hal ini masih kurang di mataMu, ya Tuhan ALLAH; sebab itu Engkau telah berfirman juga tentang keluarga hambaMu ini dalam masa yang masih jauh dan telah memperlihatkan kepadaku serentetan manusia yang akan datang, ya Tuhan ALLAH. (20) Apakah yang dapat dikatakan Daud kepadaMu lebih lagi dari pada itu. Bukankah Engkau yang mengenal hambaMu ini, ya Tuhan ALLAH? (21) Oleh karena firmanMu dan menurut hatiMu Engkau telah melakukan segala perkara yang besar ini dengan memberitahukannya kepada hambaMu ini. (22) Sebab itu Engkau besar, ya Tuhan ALLAH, sebab tidak ada yang sama seperti Engkau dan tidak ada Allah selain Engkau menurut segala yang kami tangkap dengan telinga kami. (23) Dan bangsa manakah di bumi seperti umatMu Israel, yang Allahnya pergi membebaskannya menjadi umatNya, untuk mendapat nama bagiNya dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang besar dan dahsyat bagi mereka, dan dengan menghalau bangsa-bangsa dan para allah mereka dari depan umatNya? (24) Engkau telah mengokohkan bagiMu umatMu Israel menjadi umatMu untuk selama-lamanya, dan Engkau, ya TUHAN, menjadi Allah mereka. (25) Dan sekarang, ya TUHAN Allah, tepatilah untuk selama-lamanya janji yang Kauucapkan mengenai hambaMu ini dan mengenai keluarganya dan lakukanlah seperti yang Kaujanjikan itu. (26) Maka namaMu akan menjadi besar untuk selama-lamanya, sehingga orang berkata: TUHAN semesta alam ialah Allah atas Israel; maka keluarga hambaMu Daud akan tetap kokoh di hadapanMu. (27) Sebab Engkau, TUHAN semesta alam, Allah Israel, telah menyatakan kepada hambaMu ini, demikian: Aku akan membangun keturunan bagimu. Itulah sebabnya hambaMu ini telah memberanikan diri untuk memanjatkan doa ini kepadaMu. (28) Oleh sebab itu, ya Tuhan ALLAH, Engkaulah Allah dan segala firmanMulah kebenaran; Engkau telah menjanjikan perkara yang baik ini kepada hambaMu. (29) Kiranya Engkau sekarang berkenan memberkati keluarga hambaMu ini, supaya tetap ada di hadapanMu untuk selama-lamanya. Sebab, ya Tuhan ALLAH, Engkau sendirilah yang berfirman dan oleh karena berkatMu keluarga hambaMu ini diberkati untuk selama-lamanya.’”.
V) Sikap Daud terhadap Firman Tuhan yang disampaikan oleh Natan.
1) 2 Samuel 7: 18: “Lalu masuklah raja Daud ke dalam, kemudian duduklah ia di hadapan TUHAN sambil berkata: ‘Siapakah aku ini, ya Tuhan ALLAH, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini?”.
KJV: ‘hitherto’ (= sampai saat ini).
RSV: ‘thus far’ (= sejauh ini).
NIV/NASB: ‘this far’ (= sejauh ini).
a) “Lalu masuklah raja Daud ke dalam, kemudian duduklah ia di hadapan TUHAN”.
Calvin mengatakan bahwa Daud mengadakan semacam ‘retreat’, untuk sendirian dengan Tuhan, dan merenung dan berdoa secara pribadi. Calvin mengatakan bahwa sekalipun ada doa bersama (dalam kebaktian), tetapi tetap perlu melakukan doa pribadi seperti ini.
Ada banyak hal yang Tuhan lakukan yang tidak bisa kita mengerti, dan retreat seperti ini bisa membuat, atau supaya kita mengertinya, atau supaya kita menerimanya sekalipun tidak mengerti.
Calvin: “We hear what the fortieth Psalm says, that if we applied ourselves to know how God governs us and how he disposes the condition of the human race, it would utterly surpass all our intelligence (Psa. 40:5). We could more easily count the hairs of our head a hundred times than understand the admirable providence of God as it really is.” [= Kita mendengar apa yang Maz 40 katakan, bahwa jika kita mencurahkan tenaga kita untuk mengetahui bagaimana Allah memerintah kita dan bagaimana Ia mengatur keadaan dari umat manusia, itu akan sama sekali melampaui semua kemampuan kita untuk mengerti (Maz 40:6). Kita bisa dengan lebih mudah menghitung rambut dari kepala kita 100 kali dari pada mengerti Providensia Allah yang mengagumkan sebagaimana adanya.] - ‘Sermons on 2 Samuel’, hal 354.
Maz 40:6 - “Banyaklah yang telah Kaulakukan, ya TUHAN, Allahku, perbuatanMu yang ajaib dan maksudMu untuk kami. Tidak ada yang dapat disejajarkan dengan Engkau! Aku mau memberitakan dan mengatakannya, tetapi terlalu besar jumlahnya untuk dihitung.”.
Calvin: “For when we are in company with some other, either we let our minds wander this way or that, or often ambition enters in so that we speak more to moral creatures than to God. For this reason, it is necessary for us to pray in such a way that only God is the witness,” (= Karena pada waktu kita bersama-sama dengan orang-orang lain, atau kita membiarkan pikiran kita mengembara kesana kemari, atau sering ambisi masuk sehingga kita berbicara lebih kepada makhluk-makhluk bermoral dari pada kepada Allah. Untuk alasan ini, adalah perlu bagi kita untuk berdoa dengan cara sedemikian rupa sehingga hanya Allah adalah saksi.) - ‘Sermons on 2 Samuel’, hal 355.
Bandingkan dengan:
Mat 14:23 - “Dan setelah orang banyak itu disuruhNya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ.”.
Markus 6:31 - “Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!’ Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat.”.
Markus 6:45-46 - “(45) Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan berangkat lebih dulu ke seberang, ke Betsaida, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. (46) Setelah Ia berpisah dari mereka, Ia pergi ke bukit untuk berdoa.”.
Penerapan: dalam kesibukan duniawi kita, di tengah-tengah banyaknya problem, penderitaan, dan juga kesenangan duniawi, bahkan di tengah-tengah kesibukan pelayanan, kita harus menyediakan waktu untuk mengadakan retreat, dan sendirian bersama dengan Tuhan.
b) “Siapakah aku ini, ya Tuhan ALLAH, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini?”.
Calvin: “Well, this teaches us to feel how deeply we are indebted and obligated to God, and how great is his mercy to us. It also teaches us to consider what our condition would be if God left us as we are. For until we have seriously contemplated our poverty, it is certain that our view of the goodness of God will be obscure, and we will not apprehend it as we should. Here, then, is the rule to which we must hold: in order to praise God properly, and to appreciate the favours which he gives us, let us begin to examine what we would be if he had left us in our first state. Well, then we will have reason to say that his goodness to us is inestimable.” (= Ini mengajar kita untuk merasa betapa dalamnya kita berhutang dan berkewajiban kepada Allah, dan betapa besar belas kasihanNya kepada kita. Itu juga mengajar kita untuk merenungkan bagaimana keadaan kita seandainya Allah meninggalkan kita sebagaimana adanya kita. Karena sampai kita secara serius merenungkan kemiskinan kita, adalah pasti bahwa pandangan kita tentang kebaikan Allah akan kabur, dan kita tidak akan mengertinya seperti seharusnya. Maka inilah peraturan yang harus kita pegang: supaya bisa memuji Allah dengan benar, dan menghargai kebaikan-kebaikan yang Ia berikan kepada kita, marilah kita mulai memeriksa apa jadinya kita seandainya Ia meninggalkan kita dalam keadaan pertama kita. Maka kita akan mempunyai alasan untuk mengatakan bahwa kebaikan-Nya kepada kita adalah tidak ternilai.) - ‘Sermons on 2 Samuel’, hal 356-357.
Calvin lalu memberikan ayat ini.
Mazmur 8:5 - “apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?”.
Calvin: “There David, on the one hand, puts the state of man in the balance against the mercy of God. For we are poor dust of the earth. We are nothing but powder and corruption. In addition, within our souls there is nothing but filth, and we are so alienated from God that we do not merit being allowed among his creatures. Now that is what we are. On the other hand, we must recognise how God governs, nourishes, and sustains us, and how he guides our steps in such a way that he does not cease to show us that he has a more than paternal care for us.” (= Disana Daud, di satu sisi, meletakkan keadaan manusia dalam keseimbangan terhadap belas kasihan Allah. Karena kita adalah debu bumi yang malang. Kita bukan apa-apa kecuali bubuk dan kejahatan. Sebagai tambahan, di dalam jiwa kita tidak ada apapun kecuali kotoran, dan kita begitu terasing dari Allah sehingga kita tidak pantas untuk diijinkan di antara makhluk-makhluk ciptaanNya. Itulah apa adanya kita. Di sisi lain, kita harus mengenali bagaimana Allah memerintah, memberi makan, dan menopang kita, dan bagaimana Ia membimbing langkah-langkah kita dengan cara sedemikian rupa sehingga Ia tidak berhenti untuk menunjukkan kepada kita bahwa Ia mempunyai lebih dari perhatian kebapaan bagi kita.) - ‘Sermons on 2 Samuel’, hal 357.
Calvin: “Well, he even goes further in this passage, as we must too. For it is not enough that we recognise in general that we are nothing, so that the goodness of God to us is all the more admirable, but each one must consider himself in particular. For when we speak of the universal condition of men, it sounds cold, as though it were an irrelevant thought to us. We must, therefore, go beyond it, so that we recognise that men from the very greatest to the very smallest are nothing, that they are nothing but vanity and filth - on this basis each of us may consider what he is, and thus discover all the more reason to humble himself.” (= Ya, ia bahkan melanjutkan dalam text ini, seperti yang juga harus kita lakukan. Karena tidak cukup bahwa kita mengenali secara umum bahwa kita adalah nihil, sehingga kebaikan Allah bagi kita makin mengagumkan, tetapi setiap orang harus mempertimbangkan dirinya sendiri secara khusus. Karena pada saat kita berbicara tentang kondisi universal dari manusia, itu kedengaran dingin, seakan-akan itu adalah pikiran yang tidak relevan bagi kita. Karena itu, kita harus melakukan melampauinya, sehingga kita mengenali bahwa manusia dari yang terbesar / teragung sampai yang terkecil, adalah nihil, bahwa mereka bukan apa-apa kecuali kesia-siaan dan kotoran - berdasarkan hal ini setiap orang dari kita bisa mempertimbangkan apa ia itu, dan dengan demikian menemukan lebih banyak alasan untuk merendahkan dirinya sendiri.) - ‘Sermons on 2 Samuel’, hal 357.
Penerapan: bandingkan dengan kekaguman Pdt. Stephen Tong tentang Khong Hu Cu. Ini jelas bertentangan dengan pandangan Calvin tentang manusia.
Matthew Henry: “He speaks very humbly of himself and his own merits. So he begins as one astonished: ‘Who am I, O Lord God! and what is my house?’ v. 18. God had reminded him of the meanness of his original (v. 8) and he subscribed to it; he had low thoughts, (1.) Of his personal merits: ‘Who am I?’ He was upon all accounts a very considerable and valuable man. His endowments both of body and mind were extraordinary. His gifts and graces were eminent. He was a man of honour, success, and usefulness, the darling of his country and the dread of its enemies. Yet, when he comes to speak of himself before God, he says, ‘Who am I?’ A man not worth taking notice of. (2.) Of the merits of his family: ‘What is my house?’ His house was of the royal tribe, and descended from the prince of that tribe; he was allied to the best families of the country, and yet, like Gideon, thinks his family poor in Judah and himself ‘the least in his father’s house,’ Judg 6:15. David thus humbled himself when Saul’s daughter was proposed to him for a wife (1 Sam 18:18), but now with much more reason. Note, It very well becomes the greatest and best of men, even in the midst of the highest advancements, to have low and mean thoughts of themselves; for the greatest of men are worms, the best are sinners, and those that are highest advanced have nothing but what they have received. ... All our attainments must be looked upon as God’s vouchsafements” [= Ia berbicara dengan sangat rendah hati tentang dirinya sendiri dan jasa-jasanya sendiri. Maka ia mulai seperti seseorang yang terheran-heran: ‘Siapa aku ini, ya Tuhan Allah! dan apa keluargaku?’ ay 18. Allah telah mengingatkannya tentang keburukan asal usulnya (ay 8) dan ia menyetujuinya; ia mempunyai pemikiran yang rendah, (1.) Tentang jasa-jasa / kelayakan pribadinya: ‘Siapa aku?’ Pada semua perhitungan ia adalah seorang yang sangat layak dipertimbangkan dan berharga. Kemampuan tubuh maupun pikirannya adalah luar biasa. Karunia-karunia dan kasih karunianya adalah menonjol. Ia adalah orang yang terhormat, sukses, dan berguna, kesayangan dari negaranya dan menakutkan bagi musuh-musuhnya. Tetapi, pada waktu ia datang untuk berbicara tentang dirinya sendiri di hadapan Allah, ia berkata, ‘Siapa aku?’. Seseorang yang tidak layak diperhatikan. (2.) Tentang jasa / kelayakan keluarganya: Apa keluargaku?’ Keluarganya adalah dari suku kerajaan, dan diturunkan dari pangeran dari suku itu; ia tergabung pada keluarga-keluarga yang terbaik dari negara itu, tetapi seperti Gideon, berpikir bahwa keluarganya miskin di Yehuda dan dirinya sendiri ‘yang terkecil dari keluarga ayahnya’, Hak 6:15. Maka Daud merendahkan dirinya sendiri pada waktu anak perempuan Saul ditawarkan kepadanya sebagai istri (1Sam 18:18), tetapi sekarang dengan alasan yang lebih banyak. Perhatikan, adalah sangat pantas bagi orang-orang yang paling agung / besar dan baik, bahkan di tengah-tengah kemajuan-kemajuan yang tertinggi, untuk mempunyai pemikiran-pemikiran yang rendah dan buruk / hina tentang diri mereka sendiri; karena orang-orang yang terbesar / teragung adalah cacing-cacing, yang terbaik adalah orang-orang berdosa, dan mereka yang paling maju tidak mempunyai apa-apa kecuali yang telah mereka terima. ... Semua pencapaian-pencapaian kita harus dipandang sebagai pemberian-pemberian Allah].
Penerapan: apa yang saudara banggakan dalam kehidupan saudara? Bentuk tubuh, wajah, kepandaian, bakat-bakat tertentu, karunia-karunia tertentu, kekayaan, atau apa? Ingat, bahwa semua itu merupakan anugerah dari Tuhan, untuk mana saudara harus bersyukur, dan bukannya membanggakan diri!
Matthew Henry: “He speaks very highly and honourably of God’s favours to him. (1.) In what he had done for him: ‘Thou hast brought me hitherto, to this great dignity and dominion. Hitherto thou hast helped me.’ Though we should be left at uncertainty concerning further mercy, we have great reason to be thankful for that which has been done for us hitherto, Acts 26:22. (2.) In what he had yet further promised him. God had done great things for him already, and yet, as if those had been nothing, he had promised to do much more, v. 19.” [= Ia berbicara secara sangat tinggi dan hormat tentang kebaikan Allah kepadanya. (1.) Dalam apa yang telah Ia lakukan baginya: ‘Engkau telah membawa aku sampai saat ini, sampai martabat dan kekuasaan yang besar ini. Sampai saat ini Engkau telah menolong aku’. Sekalipun kita ditinggalkan pada ketidak-pastian berkenaan dengan belas kasihan yang lebih jauh, kita mempunyai alasan yang besar untuk bersyukur untuk apa yang telah dilakukan bagi kita sampai saat ini, Kis 26:22. (2.) Dalam apa yang Ia telah janjikan lebih jauh kepadanya. Allah telah melakukan hal-hal besar baginya, tetapi seakan-akan hal-hal itu tidak ada, Ia telah menjanjikan untuk melakukan lebih banyak lagi, ay 19.].
c) 2 Samuel 7: 18 ini tak menunjukkan bahwa Daud kecewa dengan larangan Tuhan baginya untuk membangun Bait Suci.
The Bible Exposition Commentary: Old Testament: “This announcement must have disappointed David, but he accepted it graciously and gave the Lord thanks for all His goodness to him. ... God’s servants must learn to accept the disappointments of life, for as A. T. Pierson used to say, ‘Disappointments are His appointments.’” [= Pengumuman ini pasti telah mengecewakan Daud, tetapi ia menerimanya dengan baik dan bersyukur kepada Tuhan untuk semua kebaikanNya kepadanya. ... Pelayan-pelayan Allah harus belajar untuk menerima kekecewaan-kekecewaan dari kehidupan, karena seperti A. T. Pierson biasa katakan, ‘Kekecewaan-kekecewaan adalah ketetapan-ketetapanNya’.].
Menurut saya, Daud tidak kecewa; dia telah belajar hal ini! Tetapi kebanyakan dari kita, atau mungkin semua kita, mungkin sekali belum mempelajarinya sehingga mudah sekali kecewa pada waktu keinginan kita ditolak oleh Tuhan.
Adalah bagus kalau kita mempercayai doktrin Reformed bahwa Allah menentukan segala sesuatu. Tetapi kalau ini tidak disertai dengan kepercayaan bahwa Allah menentukan segala sesuatu itu untuk kebaikan kita (Ro 8:28), maka kita akan mudah sekali kecewa, bahkan marah kepada Tuhan, pada saat keinginan kita tidak dikabulkan olehNya.
2) 2 Samuel 7: 19: “Dan hal ini masih kurang di mataMu, ya Tuhan ALLAH; sebab itu Engkau telah berfirman juga tentang keluarga hambaMu ini dalam masa yang masih jauh dan telah memperlihatkan kepadaku serentetan manusia yang akan datang, ya Tuhan ALLAH.”.
Terjemahan LAI bukan hanya tidak tepat tetapi juga ada kekurangannya.
KJV: ‘And this was yet a small thing in thy sight, O Lord GOD; but thou hast spoken also of thy servant’s house for a great while to come. And is this the manner of man, O Lord GOD?’ (= Dan ini adalah suatu hal kecil dalam pandanganMu, ya Tuhan ALLAH; tetapi Engkau juga telah berbicara tentang keluarga hambaMu untuk masa yang akan datang. Dan apakah ini adalah cara manusia, ya Tuhan ALLAH?).
Ada dua hal yang berbeda:
a) Bagian yang saya garis-bawahi.
NIV menterjemahkan seperti Kitab Suci Indonesia, tetapi KJV menterjemahkan secara lebih hurufiah.
Calvin: “even when I have considered and closely watched and applied all my mental powers to commit to memory all that I have received - it is still nothing in comparison with this great goodness of God, which he has bestowed on me in infinite measure. ... For as we have seen, God was not just promising to give him Solomon, but the promise extended even to our Lord Jesus Christ.” (= bahkan pada waktu aku telah merenungkan dan mengawasi secara dekat dan menggunakan seluruh kekuatan pikiranku untuk mengingat semua yang telah aku terima - itu tetap tidak ada apa-apanya dalam perbandingan dengan kebaikan yang besar dari Allah ini, yang Ia telah berikan kepadaku dalam ukuran yang tak terbatas. ... Karena seperti telah kita lihat, Allah bukan hanya berjanji untuk memberinya Salomo, tetapi janji itu meluas bahkan kepada Tuhan kita Yesus Kristus.) - ‘Sermons on 2 Samuel’, hal 359.
b) Kalimat yang saya cetak dengan huruf besar dalam KJV tidak ada dalam Kitab Suci Indonesia / RSV, tetapi ada dalam KJV/NIV/NASB. Hanya saja NASB menterjemahkan bukan sebagai kalimat tanya.
Jamieson, Fausset & Brown: “‘And is this the manner of man, O Lord God?’, (wzo°t towrat haa°aadaam) - ‘and this is the manner of man.’ This is the rendering of Gesenius, who further explains it, ‘not of God’ - i.e., to deal with me thus so familiarly, as man with man. The Hebrew ‘Adam’ being sometimes used to denote mean persons, some render these words, ‘Is this the manner of men to deal with obscure people? And so thou hast done to me, not as to the son of a humble shepherd, but of some, illustrious sovereign, entitled to such notice.’” [= ‘Dan apakah ini adalah cara manusia, ya Tuhan ALLAH?’, (wzo°t towrat haa°aadaam) - ‘dan ini adalah cara manusia’. Ini adalah terjemahan dari Genesius, yang menjelaskannya lebih jauh, ‘bukan dari Allah’ - yaitu, menangani aku dengan begitu akrab, seperti orang dengan orang. Karena kata Ibrani ADAM kadang-kadang digunakan untuk menunjuk kepada orang-orang yang buruk / hina, sebagian orang menterjemahkan kata ini, ‘Apakah ini adalah cara dari orang-orang untuk menangani orang-orang yang tidak dikenal? Dan demikianlah Engkau telah bertindak terhadap aku, bukan seperti kepada anak dari gembala yang rendah, tetapi dari raja yang terkenal, yang berhak untuk mendapatkan perhatian seperti itu’.].
3) 2 Samuel 7:20-22: “(20) Apakah yang dapat dikatakan Daud kepada-Mu lebih lagi dari pada itu. Bukankah Engkau yang mengenal hambaMu ini, ya Tuhan ALLAH? (21) Oleh karena firmanMu dan menurut hatiMu Engkau telah melakukan segala perkara yang besar ini dengan memberitahukannya kepada hambaMu ini. (22) Sebab itu Engkau besar, ya Tuhan ALLAH, sebab tidak ada yang sama seperti Engkau dan tidak ada Allah selain Engkau menurut segala yang kami tangkap dengan telinga kami.”.
Tak ada hal yang penting di sini, jadi saya tak bahas apa-apa.
4) 2 Samuel 7: 23: “Dan bangsa manakah di bumi seperti umatMu Israel, yang Allahnya pergi membebaskannya menjadi umatNya, untuk mendapat nama bagiNya dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang besar dan dahsyat bagi mereka, dan dengan menghalau bangsa-bangsa dan para allah mereka dari depan umatNya?”.
Bdk. 1Taw 17:21 - “Dan bangsa manakah di bumi seperti umatMu Israel, yang Allahnya pergi membebaskannya menjadi umatNya, untuk mendapat nama bagiMu dengan perbuatan-perbuatan yang besar dan dahsyat, dan dengan menghalau bangsa-bangsa dari depan umatMu yang telah Kaubebaskan dari Mesir?”.
Pulpit Commentary mengatakan bahwa dalam ayat ini kata ELOHIM (= Allah) menggunakan kata kerja bentuk jamak (‘pergi’), tetapi anehnya dalam 1Taw 17:21 yang merupakan ayat paralelnya, kata ‘pergi’ adalah kata kerja bentuk tunggal.
Pulpit Commentary: “It is remarkable that in this place the word for ‘God,’ Elohim, is followed by a verb plural, the almost invariable rule in Hebrew being that, though Elohim is itself plural, it takes a verb singular whenever it refers to the true God. In the corresponding passage (1 Chron 17:21) the verb is in the singular” (= ).
Kata ELOHIM memang adalah kata benda bentuk jamak, tetapi biasanya menggunakan kata kerja bentuk tunggal, seperti dalam Kej 1:1, dimana sekalipun subyeknya adalah ELOHIM, tetapi kata kerja yang digunakan yaitu ‘menciptakan’ merupakan kata kerja bentuk tunggal.
Contoh-contoh lain:
a. Kejadian 20:13 - “Ketika Allah menyuruh aku mengembara keluar dari rumah ayahku, berkatalah aku kepada isteriku: Tunjukkanlah kasihmu kepadaku, yakni: katakanlah tentang aku di tiap-tiap tempat di mana kita tiba: Ia saudaraku.’”.
Kata-kata ‘menyuruh aku mengembara’ dalam bahasa Ibraninya adalah kata kerja bentuk jamak.
b. Kej 35:7 - “Didirikannyalah mezbah di situ, dan dinamainyalah tempat itu El-Betel, karena Allah telah menyatakan diri kepadanya di situ, ketika ia lari terhadap kakaknya.”.
Kata ‘menyatakan’ dalam bahasa Ibraninya adalah kata kerja bentuk jamak.
c. Maz 58:12 - “Dan orang akan berkata: ‘Sesungguhnya ada pahala bagi orang benar, sesungguhnya ada Allah yang memberi keadilan di bumi.’”.
Kata-kata ‘memberi keadilan’ dalam bahasa Ibraninya ada dalam bentuk jamak (sebetulnya ini bukan kata kerja tetapi participle).
Padahal dalam ayat-ayat di atas ini, subyeknya juga adalah kata ‘ELOHIM’ yang digunakan untuk menyatakan Allah yang esa.
Ini semua menjadi salah satu dasar dari doktrin Allah Tritunggal.
5) 2 Samuel 7: 24: “Engkau telah mengokohkan bagiMu umatMu Israel menjadi umatMu untuk selama-lamanya, dan Engkau, ya TUHAN, menjadi Allah mereka.”.
Calvin: “Well, this is addressed to us, for although we are not descended from the race of Abraham, though God has not brought us back from the land of Egypt, still we have been associated with these people who were elected and chosen. Indeed, the Jews, who were little ‘branches of the tree, have been cut off, and we have been grafted in’ their place (Rom. 11:17). For God has banished them from his Church, and we have entered in.” [= Ya, ini ditujukan kepada kita, karena sekalipun kita tidak diturunkan dari ras / bangsa Abraham, sekalipun Allah tidak membawa kita kembali dari tanah Mesir, tetap kita telah dihubungkan dengan orang-orang yang dipilih ini. Memang orang-orang Yahudi, yang adalah cabang-cabang kecil dari pohon telah dipotong, dan kita telah dicangkokkan di tempat mereka (Ro 11:17). Karena Allah telah membuang mereka dari GerejaNya, dan kita telah masuk.] - ‘Sermons on 2 Samuel’, hal 381.
Roma 11:17 - “Karena itu apabila beberapa cabang telah dipatahkan dan kamu sebagai tunas liar telah dicangkokkan di antaranya dan turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah,”.
Calvin: “Now today, we have the actual fulfilment of this shadow. It was a more than miraculous deed when God stretched out his hand to bring back his people out of Egypt, but we have been redeemed in a manner even more excellent and noble. This happened when he drew us from where we were in the depths of hell, under the curse, and presented himself to us in the person of our Lord Jesus Christ. Thus, the heavens were opened to us so as to put us in possession not of the land of Canaan, but of eternal felicity” (= Sekarang kita mempunyai penggenapan yang sungguh-sungguh dari bayangan ini. Adalah suatu tindakan yang lebih dari mujijat pada waktu Allah mengulurkan tanganNya untuk membawa kembali umatNya dari Mesir, tetapi kita telah ditebus dengan suatu cara yang bahkan lebih bagus dan mulia. Ini terjadi ketika Ia menarik kita dari tempat dimana kita ada dalam kedalaman neraka, di bawah kutuk, dan memperkenalkan diriNya sendiri kepada kita dalam pribadi dari Tuhan kita Yesus Kristus. Jadi, surga dibuka bagi kita supaya kita memiliki, bukan tanah Kanaan, tetapi kebahagiaan yang kekal) - ‘Sermons on 2 Samuel’, hal 381.
Matthew Henry: “The redemption of Israel, as described here, was typical of our redemption by Christ” (= Penebusan Israel, seperti yang digambarkan di sini, merupakan TYPE dari penebusan kita oleh Kristus).
6) 2 Samuel 7: 25-29: “(25) Dan sekarang, ya TUHAN Allah, tepatilah untuk selama-lamanya janji yang Kauucapkan mengenai hambaMu ini dan mengenai keluarganya dan lakukanlah seperti yang Kaujanjikan itu. (26) Maka namaMu akan menjadi besar untuk selama-lamanya, sehingga orang berkata: TUHAN semesta alam ialah Allah atas Israel; maka keluarga hambaMu Daud akan tetap kokoh di hadapanMu. (27) Sebab Engkau, TUHAN semesta alam, Allah Israel, telah menyatakan kepada hambaMu ini, demikian: Aku akan membangun keturunan bagimu. Itulah sebabnya hambaMu ini telah memberanikan diri untuk memanjatkan doa ini kepadaMu. (28) Oleh sebab itu, ya Tuhan ALLAH, Engkaulah Allah dan segala firmanMulah kebenaran; Engkau telah menjanjikan perkara yang baik ini kepada hambaMu. (29) Kiranya Engkau sekarang berkenan memberkati keluarga hambaMu ini, supaya tetap ada di hadapanMu untuk selama-lamanya. Sebab, ya Tuhan ALLAH, Engkau sendirilah yang berfirman dan oleh karena berkatMu keluarga hambaMu ini diberkati untuk selama-lamanya.’”.
Mulai dari ayat ini Daud meminta kepada Tuhan. Dan di sini ia meminta Tuhan menggenapi janji-janjiNya. Percaya pada janji Tuhan, tidak berarti kita tidak perlu berusaha dan berdoa supaya janji itu diwujudkan.
Calvin: “faith is the source of all requests and prayers, as will soon be explained to us in more detail.” (= iman adalah sumber dari semua permohonan dan doa, seperti akan segera dijelaskan kepada kita secara lebih mendetail.) - ‘Sermons on 2 Samuel’, hal 387.
Matthew Henry (tentang 2 Samuel 7: 27): “He grounds his petitions upon the message which God had sent him (v. 27): ‘Thou hast revealed this to thy servant,’ that is, ‘Thou hast of thy own good will given me the promise that thou wilt build me a house, else I could never have found in my heart to pray such a prayer as this. I durst not have asked such great things if I had not been directed and encouraged by thy promise to ask them. They are indeed too great for me to beg, but not too great for thee to give.” [= Ia mendasarkan permohonan-permohonannya pada pesan yang telah Allah kirimkan kepadanya (ay 27): ‘Engkau telah menyatakan ini kepada hambaMu’, artinya ‘Engkau, dari kehendakMu sendiri yang baik, telah memberiku janji bahwa Engkau akan membangun rumah / keluarga bagiku, kalau tidak, aku tidak pernah bisa telah menemukan dalam hatiku untuk menaikkan suatu doa seperti ini. Aku tak berani meminta hal-hal sebesar ini seandainya aku tidak diarahkan dan didorong oleh janjiMu untuk memintanya. Memang hal-hal itu terlalu besar bagiku untuk meminta, tetapi tidak terlalu besar bagiMu untuk memberi.].EKSPOSISI 2 SAMUEL 7:1-29.
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-Amin-