EKSPOSISI YESAYA 5:18-24
Pdt. Budi Asali, M. Div.
EKSPOSISI YESAYA 5:18-24. Yesaya 5:18-24 - “(18) Celakalah mereka yang memancing kesalahan dengan tali kedustaan dan dosa seperti dengan tali gerobak, (19) yang berkata: ‘Baiklah Allah lekas-lekas dan cepat-cepat melakukan tindakanNya, supaya kita lihat; dan baiklah keputusan Yang Mahakudus, Allah Israel, datang mendekat, supaya kita tahu.’ (20) Celakalah mereka yang menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat, yang mengubah kegelapan menjadi terang dan terang menjadi kegelapan, yang mengubah pahit menjadi manis, dan manis menjadi pahit. (21) Celakalah mereka yang memandang dirinya bijaksana, yang menganggap dirinya pintar! (22) Celakalah mereka yang menjadi jago minum dan juara dalam mencampur minuman keras; (23) yang membenarkan orang fasik karena suap dan yang memungkiri hak orang benar. (24) Sebab itu seperti lidah api memakan jerami, dan seperti rumput kering habis lenyap dalam nyala api, demikian akar-akar mereka akan menjadi busuk, dan kuntumnya akan beterbangan seperti abu, oleh karena mereka telah menolak pengajaran TUHAN semesta alam dan menista firman Yang Mahakudus, Allah Israel.”.
Mulai dari Yesaya 5: 18 ada beberapa golongan orang yang dikatakan ‘celakalah’ (sebetulnya sudah ada mulai ay 8, tetapi saya membahas mulai Yesaya 5: 18).
I) Arti kata ‘celakalah’.
Kalau kita melihat Lukas 6:20 dst maka kata ‘celakalah’ dikontraskan dengan kata ‘berbahagialah’.
Lukas 6:20-26 - “(20) Lalu Yesus memandang murid-muridNya dan berkata: ‘Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. (21) Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa. (22) Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. (23) Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. (24) Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. (25) Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. (26) Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.’”.
Pada saat saya membahas kata ‘berbahagialah’ dalam Matius 5:3-dst. maka saya mengatakan sebagai berikut:
1) Kata ‘bahagia’ di sini tidak menunjuk pada ‘perasaan bahagia’ yang terasa dalam hati kita. Kalau kata ‘bahagia’ memang menunjuk pada perasaan bahagia dalam hati kita, bagaimana mungkin bisa ada Matius 5:4 yang berbunyi: “Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur”? Disamping itu terjemahan yang sebenarnya bukan ‘berbahagialah’, tetapi ‘blessed’ [= diberkatilah] seperti dalam KJV/RSV/NIV/NASB. Memang ada yang menterjemahkan ‘happy’ [= berbahagialah] seperti Good News Bible, tetapi ini merupakan terjemahan yang kurang tepat.
2) Juga kata ‘berbahagialah’ / ‘diberkatilah’ ini tidak menunjuk pada kebahagiaan / keadaan diberkati menurut ukuran dunia / jasmani, seperti kaya, sukses, sehat dan sebagainya. Mengapa? Karena kalau demikian bagaimana bisa dikatakan ‘Berbahagialah / diberkatilah orang yang dianiaya / dicela / difitnah’ seperti dalam Mat 5:10-11?
3) Kata ‘berbahagialah’ / ‘diberkatilah’ di sini menunjuk pada kebahagiaan / keadaan diberkati dalam pandangan Tuhan. Jadi, dalam pandangan Tuhan orang-orang seperti dalam Mat 5:3-12 adalah orang yang berbahagia / diberkati. Bisa saja pandangan Tuhan ini bertentangan dengan pandangan manusia.
Jadi bisa saja kita miskin, gagal, menderita, dianiaya, lemah dsb, tetapi dalam pandangan Tuhan kita berbahagia / diberkati.
Sebaliknya bisa saja kita kaya, berkedudukan tinggi, sukses, dsb, tetapi dalam pandangan Tuhan kita celaka / terkutuk.
Bdk. Lukas 6:24-26 - “(24) Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. (25) Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. (26) Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.’”.
Kalau kita melihat cerita tentang Lazarus dan orang kaya (Lukas 16:19-31), yang mana dari mereka yang berbahagia / diberkati menurut pandangan manusia? Pasti orang kayanya. Tetapi yang mana yang berbahagia / diberkati dalam pandangan Tuhan? Jelas Lazarusnya!
Tetapi awas! Ini tidak berarti bahwa semua orang yang miskin, gagal, menderita pasti berbahagia / diberkati dalam pandangan Tuhan! Adalah mungkin untuk menjadi miskin, gagal, menderita, dsb, dan sekaligus celaka / terkutuk dalam pandangan Tuhan. Contoh: orang yang miskin, menderita dsb, tetapi tetap tidak percaya / ikut Yesus.
Juga tidak berarti bahwa orang yang kaya, sukses, berkedudukan tinggi pasti celaka / terkutuk dalam pandangan Tuhan. Bisa saja seseorang kaya, sukses, berkedudukan tinggi, dan sekaligus berbahagia / diberkati dalam pandangan Tuhan. Contoh: Abraham, Daud, dan sebagainya.
Jadi, kalau ‘celakalah’ merupakan lawan kata dari kata ‘berbahagialah’ / ‘diberkatilah’, maka kata ini tak terlalu berbeda dengan kata ‘terkutuklah’, dan:
a) Ini juga tidak menunjuk pada suatu perasaan yang negatif dalam hati (seperti sumpek, gelisah, depresi dsb).
b) Ini juga tidak menunjuk pada keadaan yang buruk menurut pandangan dunia (seperti gagal, miskin, sakit, bangkrut, kalah dalam pilkada, masuk penjara dsb).
c) Ini menunjuk pada suatu keadaan di hadapan Allah!
Dan Bisa saja pandangan Tuhan ini bertentangan dengan pandangan manusia.
Jadi bisa saja kita miskin, gagal, menderita, dianiaya, lemah dsb, tetapi dalam pandangan Tuhan kita berbahagia / diberkati.
Sebaliknya bisa saja kita kaya, berkedudukan tinggi, sukses, dsb, tetapi dalam pandangan Tuhan kita celaka / terkutuk.
II) Orang-orang terhadap siapa dikatakan ‘celakalah’.
1) Yesaya 5: 18: “Celakalah mereka yang memancing kesalahan dengan tali kedustaan dan dosa seperti dengan tali gerobak,”.
KJV: ‘Woe unto them that draw iniquity with cords of vanity, and sin as it were with a cart rope:’ [= Celakalah mereka yang menarik kejahatan / ketidak-adilan dengan tali kesia-siaan, dan dosa seakan-akan dengan suatu tali gerobak:].
Matthew Henry mengatakan ini adalah orang-orang yang bersemangat dalam dosa, dan mengejar dosa dengan sungguh-sungguh dan usaha mati-matian. Ia menambahkan bahwa mereka yang berdosa karena kelemahan ditarik oleh dosa, tetapi mereka yang berdosa secara sombong / kurang ajar menarik kejahatan kepada mereka, sekalipun melawan Providensia Allah dan kekang dari hati nurani.
Albert Barnes mirip dengan Matthew Henry tetapi menambahkan bahwa semangat mereka untuk berbuat dosa menyebabkan mereka jatuh ke dalam dosa makin lama makin dalam.
Adam Clarke mengutip orang yang bernama Houbigant yang mengatakan bahwa mereka menambahkan dosa pada dosa, dan satu dosa menarik pada dosa yang lain sampai semua itu menjadi kejahatan yang sangat besar.
Calvin (tentang Yesaya 5:18): “By ‘cords’ he means nothing else than the allurements by which men suffer themselves to be deceived, and harden their heart in crimes; for either they ridicule the judgment of God, or they contrive vain excuses, and allege the plea of necessity. Any concealment, therefore, which they employ, he calls ‘cords;’ for whenever men are prompted to sin by the lust of the flesh, they at first pause, and feel that something within restrains them, which would certainly keep them back, if they did not rush forward with opposing violence, and break through all opposition. ... And sin never advances so freely as not to feel this check; for God intended in this manner to provide for the good of mankind, lest all should break out into unbridled licentiousness.” [= Dengan ‘tali’ ia memaksudkan tidak lain dari bujukan / pikatan dengan mana orang-orang membiarkan diri mereka sendiri ditipu, dan mengeraskan hati mereka dalam kejahatan-kejahatan / pelanggaran-pelanggaran hukum; karena atau mereka mengejek / membuat lelucon penghakiman Allah, atau mereka menciptakan dalih-dalih yang sia-sia, dan mengajukan dalih bahwa itu adalah suatu keharusan. Karena itu, penyembunyian manapun yang mereka gunakan, ia sebut ‘tali-tali’; karena kapanpun manusia didorong kepada dosa oleh nafsu dari daging, mereka mula-mula berhenti, dan merasakan bahwa sesuatu di dalam mengekang / menahan mereka, yang pasti akan menahan / mengembalikan mereka, seandainya mereka tidak maju cepat-cepat dengan kekuatan melawan yang besar, dan menembus melalui semua halangan. ... Dan dosa tidak pernah maju dengan begitu bebas sehingga tidak merasakan kekangan ini; karena dengan cara ini Allah bermaksud untuk kebaikan umat manusia, supaya jangan semua orang berkembang kepada kebejatan moral tanpa kekangan.].
Calvin (tentang Yesaya 5: 18): “How comes it, then, that men are so obstinate in doing what is sinful? Assuredly they permit themselves to be deceived by allurements, and stupify their minds, that they may despise the judgment of God, and may thus have some freedom to commit sin. They flatter themselves by imagining that what is sin is not sin, or by some excuse or idle pretense they lessen its enormity. These, then, are ‘cords,’ wicked ‘ropes,’ by which they ‘draw iniquity.’ Hence it is evident that the Lord has good reason for threatening them; for they sin, not only of their own accord, but perversely and obstinately, and, in short, they bind themselves to sin, so that they are without excuse.” [= Lalu bagaimana manusia itu bisa begitu keras kepala dalam melakukan apa yang berdosa? Pasti mereka mengijinkan diri mereka sendiri untuk ditipu oleh bujukan-bujukan, dan mematikan kesensitifan pikiran mereka, sehingga mereka bisa menghina / meremehkan penghakiman Allah, dan dengan demikian bisa mempunyai kebebasan untuk berbuat dosa. Mereka menipu diri mereka sendiri dengan mengkhayalkan bahwa apa yang adalah dosa bukanlah dosa, atau dengan beberapa dalih atau kepura-puraan yang sia-sia mereka mengecilkan besarnya dosa itu. Jadi adalah jelas bahwa Tuhan mempunyai alasan yang baik untuk mengancam mereka; karena mereka berdosa, bukan hanya dengan sukarela, tetapi secara jahat dan keras kepala, dan singkatnya, mereka mengikatkan diri mereka sendiri kepada dosa, sehingga mereka tidak punya dalih.].
2) Yesaya 5: 19: “yang berkata: ‘Baiklah Allah lekas-lekas dan cepat-cepat melakukan tindakanNya, supaya kita lihat; dan baiklah keputusan Yang Mahakudus, Allah Israel, datang mendekat, supaya kita tahu.’”.
KJV: ‘his work, ... the counsel’ [= pekerjaanNya, ... rencana].
Calvin mengatakan bahwa kata ‘pekerjaan’ di sini menunjuk pada penghakiman Allah.
Bandingkan Yesaya 5: 19 ini dengan Maz 73:8-9 - “(8) Mereka menyindir dan mengata-ngatai dengan jahatnya, hal pemerasan dibicarakan mereka dengan tinggi hati. (9) Mereka membuka mulut melawan langit, dan lidah mereka membual di bumi.”.
Bandingkan juga dengan 2Petrus 3:3-4 - “(3) Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. (4) Kata mereka: ‘Di manakah janji tentang kedatanganNya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.’”.
Mengejek kedatangan Yesus yang kedua-kalinya dalam 2Pet 3:3-4 ini tak berbeda dengan mengejek / meremehkan penghakiman Allah, karena pada kedatangan Yesus yang kedua-kalinya, Ia datang sebagai Hakim untuk melakukan penghakiman akhir jaman.
Jadi, dalam Yesaya 5: 19 ini kata ‘celakalah’ ditujukan kepada orang-orang yang dengan lancang dan berani menantang Allah dan penghakiman-Nya. Sekalipun mereka pasti sadar akan dosa-dosa mereka, mereka tak takut untuk melanjutkan dosa itu sampai pada tingkat apapun, karena mereka meremehkan penghakiman Allah!
Kalau kita menonton video-video dari kelompok anti Ahok dan Jokowi ini, mereka jelas-jelas dan secara terang-terangan merencanakan segala kejahatan, dusta, fitnah, tanpa ada rasa takut sedikit pun kepada Allah dan penghakiman-Nya. Betul-betul mengherankan kebejatan manusia sehingga para pengikutnya tetap saja bersorak sebagai tanda persetujuan terhadap rencana busuk seperti itu.
Tetapi kata ‘celakalah’ yang ditujukan kepada orang-orang seperti mereka dalam Yesaya 5: 19 ini menjamin bahwa kehancuran mereka karena penghakiman Allah hanya menunggu waktu saja. Lambat atau cepat, itu pasti akan datang. Karena itu, jangan meniru mereka!
3) Yesaya 5: 20: “Celakalah mereka yang menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat, yang mengubah kegelapan menjadi terang dan terang menjadi kegelapan, yang mengubah pahit menjadi manis, dan manis menjadi pahit.”.
Yesaya 5: 20: ‘mengubah’.
KJV/RSV/NIV: ‘put’ [= meletakkan / menempatkan].
NASB: ‘substitute’ [= menggantikan].
Dilihat dari awal kalimat ini, jelas ini hanya masalah penyebutan / anggapan saja. Yang jahat / gelap / pahit (yang jelas menunjuk pada hal-hal yang berdosa) mereka sebut / anggap sebagai baik / terang / manis (yang jelas menunjuk pada hal-hal yang baik), dan sebaliknya.
Ini membuat mereka bukan hanya mempraktekkan kejahatan, tetapi mereka juga memuji kejahatan dalam diri orang-orang lain, apalagi yang segolongan dengan mereka, dan tentu saja sebaliknya, mereka mengecam kebaikan dalam diri orang-orang yang baik / saleh.
Sejalan dengan ini, mereka pasti juga menyebut diri mereka yang jahat sebagai saleh, dan menyebut lawan-lawan mereka yang saleh sebagai jahat / kriminal, yang bukan hanya harus dimasukkan penjara, tetapi bahkan harus dihukum mati dan sebagainya.
Yang paling celaka adalah kalau hal ini ada dalam diri orang-orang yang berkuasa, apalagi hakim! Ini akan menyebabkan mereka membenarkan dan membebaskan yang salah, dan sebaliknya, menyalahkan dan menghukum yang benar!
Calvin mengatakan bahwa ada yang menganggap bahwa Yesaya 5: 20 ini ditujukan kepada hakim-hakim saja, tetapi Calvin sendiri menganggap ayat ini berlaku umum.
E. J. Young: “Irreverence and deep wickedness are close partners. Those who mockingly ask why God does not carry out His purposes are also those who overthrow and obliterate all moral distinctions. Doctrine and ethics are also close partners. When one no longer believes the doctrine of a judgment one turns aside from moral distinctions.” [= Sikap tidak hormat dan kejahatan yang dalam adalah partner yang dekat. Mereka yang secara mengejek bertanya mengapa Allah tidak melaksanakan rencanaNya juga adalah mereka yang membalikkan dan menghapuskan semua perbedaan-perbedaan moral. Doktrin dan etika juga adalah partner yang dekat. Pada waktu seseorang tidak percaya lagi doktrin tentang suatu penghakiman ia menyimpang dari perbedaan-perbedaan moral.].
BACA JUGA: PEMIKULAN SALIB OLEH YESUS KRISTUS
E. J. Young: “not only did men approve of the evil, they manifested a positive antipathy toward the good, for they called it evil. In their hearts they hate the good, to them the only good is evil.” [= bukan hanya orang-orang menyetujui / merestui yang jahat, mereka mewujudkan suatu antipati yang positif terhadap yang baik, karena mereka menyebutnya jahat. Dalam hati mereka, mereka membenci yang baik, bagi mereka satu-satunya yang baik adalah kejahatan.].
Calvin: “every one in whom the fear of God dwells is restrained both by conscience and by modesty ... to condemn what is good and right; but they who have not this fear do not hesitate with the same impudence to commend what is bad and to condemn what is good; which is a proof of desperate wickedness.” [= setiap orang dalam siapa ada rasa takut akan Allah, dikekang baik oleh hati nurani dan oleh kesopanan ... untuk mengecam apa yang baik dan benar; tetapi mereka yang tidak mempunyai rasa takut ini tidak ragu-ragu dengan kekurangajaran yang sama untuk memuji apa yang buruk dan mengecam apa yang baik; yang merupakan suatu bukti tentang kejahatan yang sangat extrim / tak ada harapan.].
Calvin: “This statement may be applied to various cases; for if a wo is here pronounced even on private individuals, when they ‘say of evil that it is good, and of good that it is evil,’ how much more on those who have been raised to any elevated rank, and discharge a public office, whose duty it is to defend what is right and honorable!” [= Pernyataan ini bisa diterapkan pada bermacam-macam kasus; karena jika suatu ‘celakalah’ di sini diucapkan bahkan terhadap individu-individu, pada waktu mereka ‘mengatakan tentang kejahatan bahwa itu adalah baik, dan tentang kebaikan bahwa itu adalah jahat’, alangkah lebihnya terhadap mereka yang telah diangkat pada posisi tinggi apapun, dan pada pelaksanaan suatu jabatan umum, yang kewajibannya adalah untuk membela apa yang benar dan terhormat!].
4) Yesaya 5: 21: “Celakalah mereka yang memandang dirinya bijaksana, yang menganggap dirinya pintar!”.
Orang yang menganggap diri bijaksana sudah tentu tak mau diajar oleh firman.
E. J. Young: “True wisdom derives from God and is to be found alone with Him. To neglect the source of true wisdom leaves open only one other source, namely, the unaided human mind, and that wisdom which comes from the human mind does not originate with God. What we have here is a general condemnation of reliance upon the supposedly autonomous mind of man. Utterly lacking is a heeding of the command, ‘Be not wise in thine own eyes: fear the Lord, and depart from evil’ (Prov. 3:7).” [= Hikmat yang benar / sejati berasal dari Allah dan harus didapatkan hanya dari Dia. Mengabaikan sumber dari hikmat yang benar / sejati membiarkan hanya satu sumber lain yang terbuka, yaitu, pikiran manusia tanpa pertolongan / bantuan, dan hikmat yang datang dari pikiran manusia itu asal usulnya bukan dari Allah. Apa yang kita dapatkan di sini adalah suatu pengecaman umum dari kebersandaran pada apa yang dianggap sebagai pikiran manusia yang independen / diarahkan sendiri. Sama sekali tak ada suatu perhatian pada perintah, ‘Jangan merasa berhikmat di matamu sendiri: takutlah akan TUHAN, dan jauhilah kejahatan’ (Amsal 3:7).].
Amsal 3:7 - “Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan;”.
Calvin: “‘Wo to them that are wise in their own eyes!’ Here he proceeds to rebuke those on whom no instruction can produce a good effect, and who do not allow any wise counsels or godly warnings to gain admission. In short, he pronounces a curse on obstinate scorners, who set up either the lusts of the flesh or a preposterous confidence in their wisdom, in opposition to God’s instruction and warnings.” [= ‘Celakalah mereka yang bijak dalam pandangan mereka sendiri!’ Di sini ia melanjutkan dengan mengecam mereka pada siapa tak ada instruksi / ajaran yang bisa menghasilkan suatu efek yang baik, dan yang tidak mengijinkan nasehat bijak atau peringatan saleh apapun untuk mendapatkan ijin masuk. Singkatnya, ia mengumumkan suatu kutuk pada pengejek / penghina yang keras kepala, yang menegakkan nafsu dari daging atau keyakinan yang bodoh / bertentangan dengan akal sehat dalam hikmat mereka, dalam pertentangan dengan instruksi / ajaran dan peringatan Allah.].
Pengusaha / orang bisnis pada umumnya beranggapan bahwa ‘hikmat’ itu adalah cara ia melakukan bisnisnya sehingga mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya, sekalipun itu harus dilakukan dengan cara semau gue. Demikian juga dengan para pejabat yang korupsi, dan para pejabat yang mendapatkan kedudukannya dengan cara-cara kotor dan biadab!
Orang-orang ini sama sekali tidak peduli kalau cara-cara yang mereka gunakan melanggar hukum negara, hati nurani mereka sendiri (kalau ada), dan firman Tuhan!
Itu sebabnya mereka tak mau menerima seorang gubernur ataupun presiden, yang anti korupsi, menegakkan hukum, dsb!
Dan pada waktu mereka berhasil, dan menjadi kaya, bahkan sangat kaya, maka mereka merasa diri mereka berhikmat. Tetapi Tuhan berkata ‘Celakalah mereka!’.
Amsal 16:8 - “Lebih baik penghasilan sedikit disertai kebenaran, dari pada penghasilan banyak tanpa keadilan.”.
Satu hal yang harus dipikirkan oleh para pengusaha / konglomerat: apa gunanya semua uang / kekayaan itu pada saat kalian mati?
Amsal 11:4 - “Pada hari kemurkaan harta tidak berguna, tetapi kebenaran melepaskan orang dari maut.”.
Matius 16:26 - “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?”.
5) Yesaya 5: 22: “Celakalah mereka yang menjadi jago minum dan juara dalam mencampur minuman keras;”.
E. J. Young: “Here is an ironical tone. In Judah there were mighty men, heroes, men of valor. This valor was not directed to battle or war, wherein they might have brought profit to their country, but to the drinking and mixing of wine. In defending their country they were not heroes, but only in mixing drinks. They were, it would seem, drunken, unjust judges. Here, if anywhere, mighty men were needed; these mighty men were at hand, it is true, but their might lay in the direction not of goodness, but of wickedness. Against such, a woe is certainly deserved, and a severe woe at that!” [= Di sini ada suatu nada ironis / bersifat mengejek. Di Yehuda ada orang-orang perkasa, pahlawan-pahlawan, orang yang berani. Keberanian ini tidak diarahkan pada pertempuran atau perang, dimana mereka bisa telah membawa manfaat / keuntungan bagi negara mereka, tetapi pada minum dan mencampur anggur. Dalam membela negara mereka, mereka bukanlah pahlawan-pahlawan, tetapi hanya dalam mencampur minuman. Mereka adalah, kelihatannya, hakim-hakim tidak adil yang mabuk. Di sini, jika ada dimanapun, orang-orang perkasa dibutuhkan; orang-orang perkasa ini tersedia, itu benar, tetapi keperkasaan mereka terletak dalam arah bukan dari kebaikan, tetapi dari kejahatan. Terhadap orang-orang seperti itu, suatu ‘celakalah’ pasti layak didapatkan, dan suatu ‘celakalah’ yang keras terhadap hal itu!].
6) Yesaya 5: 23: “yang membenarkan orang fasik karena suap dan yang memungkiri hak orang benar.”.
KJV: ‘for reward’ [= untuk / karena upah].
RSV/NIV/NASB: ‘for a bribe’ [= karena suap / sogok].
Yang ini jelas-jelas memang berkenaan dengan para hakim! Kalau di sini hanya digunakan kata ‘celakalah’ (baca mulai Yesaya 5: 22), maka dalam ayat di bawah ini digunakan kata yang lebih keras, yaitu ‘terkutuklah’!
Ulangan 27:25 - “Terkutuklah orang yang menerima suap untuk membunuh seseorang yang tidak bersalah. Dan seluruh bangsa itu harus berkata: Amin!”.
E. J. Young: “Here is a further example of calling light dark and day night. The judges justify the wicked; they declare that the wicked person stands in a right relation to the law; they pronounce upon him a sentence of justification. This they have no right to do. There is only One who can tell the wicked that he stands in right relation to the law, and that is God Himself, and God can only so declare when it is the truth. Only when the claims of the law have been satisfied, and the wicked man actually possesses righteousness, may God tell him that all is well. This He can do on the grounds of the perfect righteousness of Christ. For a man to declare a wicked person righteous, however, when such a wicked one possesses no righteousness, is to do a heinous thing.” [= Di sini ada suatu contoh lebih jauh tentang penyebutan terang sebagai gelap dan siang sebagai malam. Hakim-hakim membenarkan orang-orang jahat; mereka menyatakan bahwa orang jahat berdiri dalam suatu hubungan yang baik dengan hukum; mereka mengumumkan atas dia suatu keputusan pembenaran. Ini mereka tak berhak lakukan. Di sana hanya ada Satu yang bisa memberitahu orang jahat bahwa ia ada berdiri dalam hubungan yang benar dengan hukum, dan itu adalah Allah sendiri, dan Allah hanya bisa menyatakan demikian pada waktu itu adalah kebenaran. Hanya pada waktu tuntutan-tuntutan hukum (taurat) telah dipuaskan, dan orang jahat benar-benar memiliki kebenaran, maka Allah bisa / boleh memberitahunya bahwa semua baik-baik saja. Ini bisa Ia lakukan berdasarkan kebenaran yang sempurna dari Kristus. Tetapi bagi seorang manusia, menyatakan seorang jahat sebagai benar, pada waktu orang jahat seperti itu tidak mempunyai kebenaran, adalah melakukan suatu hal yang jahat / menjijikkan.].
E. J. Young: “The wicked one is the man who has broken the law and consequently stands condemned. He is the one who in fact is actually guilty and so in a wrong relation to the law. The judges, however, tell such a one that he stands in a right relation to the law, and hence are declaring what is contrary to fact. Their sentence of justification consequently is false. When God pronounces a sentence upon the wicked, He pronounces a sentence that accords with the facts; for the wicked whom God justifies possesses the imputed righteousness of Christ.” [= Orang jahat adalah orang yang telah melanggar hukum dan karena itu ada dalam keadaan dikecam / dihukum. Ia adalah seseorang yang dalam faktanya betul-betul bersalah dan dengan demikian berada dalam hubungan yang salah dengan hukum. Tetapi hakim-hakim, memberitahu orang seperti itu bahwa ia berada dalam suatu hubungan yang benar dengan hukum, dan karena itu menyatakan apa yang bertentangan dengan fakta. Karena itu keputusan pembenaran mereka adalah salah. Pada waktu Allah mengumumkan suatu keputusan terhadap orang jahat, Ia mengumumkan suatu keputusan yang sesuai dengan fakta; karena orang jahat yang Allah benarkan mempunyai kebenaran Kristus yang diperhitungkan kepadanya.].
E. J. Young: “‘for the sake of reward’ - These mighty men are bribed judges, and from such one cannot expect just judgment. ... The whole picture is that of complete disregard for the serious work of the judge.” [= ‘demi upah’ - Orang-orang perkasa ini adalah hakim-hakim yang disuap, dan dari orang-orang seperti itu orang tak bisa mengharapkan penghakiman yang adil. ... Seluruh gambaran adalah gambaran tentang ketidak-pedulian sepenuhnya untuk pekerjaan yang serius dari hakim.].
Sebetulnya dalam pemilihan pemimpin / hakim, harus dipilih orang-orang yang takut akan Allah, jujur yang anti suap.
Kel 18:21,25-26 - “(21) Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang. ... (25) Dari seluruh orang Israel Musa memilih orang-orang cakap dan mengangkat mereka menjadi kepala atas bangsa itu, menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang. (26) Mereka ini mengadili di antara bangsa itu sewaktu-waktu; perkara-perkara yang sukar dihadapkan mereka kepada Musa, tetapi perkara-perkara yang kecil diadili mereka sendiri.”.
E. J. Young: “‘and the righteousness of the righteous’ - Those who, because they have not broken the law, are actually in a right relation with the law, have that condition taken away from them. ... Justice is completely perverted, and we have a picture of what the writer of Proverbs condemned. ‘He that justifieth the wicked, and he that condemneth the just, even they both are abomination to the Lord’ (Prov. 17:15).” [= ‘dan kebenaran dari orang benar’ - Mereka yang, karena mereka tidak melanggar hukum, sebetulnya ada dalam hubungan yang benar dari hukum, mendapati bahwa kondisi itu diambil dari mereka. ... Keadilan sepenuhnya dibengkokkan, dan kita mempunyai suatu gambaran tentang apa yang penulis kitab Amsal kecam. ‘Ia yang membenarkan orang jahat, dan ia yang menghukum orang benar, keduanya adalah menjijikkan bagi TUHAN’ (Amsal 17:15).].
Amsal 17:15 - “Membenarkan orang fasik dan mempersalahkan orang benar, kedua-duanya adalah kekejian bagi TUHAN.”.
Calvin: “‘Who justify the wicked for a reward.’ He censures a corruption which at that time abounded in judgment-seats, and points out the reason why there is no room for justice in these places, namely, that they are under the influence of ‘gifts.’ For covetousness ‘blindeth the eyes of the wise, and perverteth’ all regard to what is good and just, even among those who would otherwise be disposed to follow what is right. (Exodus 23:8; Deuteronomy 16:19.)” [= ‘Yang membenarkan orang jahat untuk suatu upah’. Ia mengkritik suatu korupsi / kejahatan yang pada jaman itu berlimpah-limpah dalam kursi penghakiman, dan menunjukkan alasan mengapa di sana tidak ada tempat untuk keadilan dalam tempat-tempat ini, yaitu bahwa mereka ada di bawah pengaruh dari ‘pemberian-pemberian’. Karena ketamakan ‘membutakan mata dari orang-orang bijak, dan membengkokkan’ semua rasa hormat pada apa yang baik dan adil, bahkan di antara mereka yang kalau tidak demikian akan condong untuk mengikuti apa yang benar. (Kel 23:8; Ul 16:19).].
Keluaran 23:7-8 - “(7) Haruslah kaujauhkan dirimu dari perkara dusta. Orang yang tidak bersalah dan orang yang benar tidak boleh kaubunuh, sebab Aku tidak akan membenarkan orang yang bersalah. (8) Suap janganlah kauterima, sebab suap membuat buta mata orang-orang yang melihat dan memutarbalikkan perkara orang-orang yang benar.”.
Ulangan 16:19 - “Janganlah memutarbalikkan keadilan, janganlah memandang bulu dan janganlah menerima suap, sebab suap membuat buta mata orang-orang bijaksana dan memutarbalikkan perkataan orang-orang yang benar.”.
Calvin: “It may be objected that there are other methods, and that it is not by gifts only that judgments are perverted; for favor, hatred, friendship, and other sinful passions, often blind the understanding. This is undoubtedly true; but the Prophet had in his eye what happens for the most part, (ἐπὶ τὸ πολὺ,) and at the same time did not intend to spare those vices which he did not express by name.” [= Bisa diajukan keberatan bahwa di sana ada cara-cara lain, dan bukan hanya dengan pemberian-pemberian saja bahwa penghakiman dibengkokkan; karena kesenangan, kebencian, persahabatan, dan nafsu / perasaan berdosa yang lain, sering membutakan pengertian. Ini tak diragukan adalah benar; tetapi sang Nabi mempunyai dalam pandangannya apa yang terjadi pada umumnya, (EPI TO POLU), dan pada saat yang sama tidak memaksudkan untuk melindungi kejahatan-kejahatan itu, yang tidak ia sebutkan dengan nama / sebutan.].
Jelas ada banyak cara dengan mana penghakiman seorang hakim bisa dibengkokkan.
Apalagi kalau sudah berurusan dengan politik, cara-cara itu menjadi tak terhingga banyaknya. Ancaman, adalah sesuatu yang juga sangat memungkinkan.
Pada saat terjadi ketidak-adilan dalam pengadilan, kita tak bisa tahu dengan persis cara apa yang menyebabkan, tetapi Tuhan, kepada siapa semua hakim dunia harus bertanggung jawab, pasti tahu!
Amos 5:7,12 - “(7) Hai kamu yang mengubah keadilan menjadi ipuh (NIV: bitterness / kepahitan) dan yang mengempaskan kebenaran ke tanah! ... (12) Sebab Aku tahu, bahwa perbuatanmu yang jahat banyak dan dosamu berjumlah besar, hai kamu yang menjadikan orang benar terjepit, yang menerima uang suap dan yang mengesampingkan orang miskin di pintu gerbang.”.
Dan untuk hakim-hakim yang menjatuhkan keputusan yang tidak adil, apakah membenarkan orang yang bersalah, atau menghukum orang yang tak bersalah, tunggu tanggal mainnya, pada saat kalian dihakimi oleh Hakim yang adil pada akhir jaman!
Pada saat itu tidak ada cara, baik suap, maupun ancaman, atau apapun yang lain, yang bisa membengkokkan penghakiman dan penghukuman!
Ulangan 10:17 - “Sebab TUHAN, Allahmulah Allah segala allah dan Tuhan segala tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak memandang bulu ataupun menerima suap;”.
Di dunia ini ada orang yang ingin menyuap Tuhan! Mereka mendapatkan uang dengan cara yang tidak halal, lalu mempersembahkan sebagian ke gereja! Jangan mimpi itu akan berhasil menyuap Tuhan!!
Bandingkan Yesaya 5: 23 ini dengan ayat-ayat di bawah ini:
Ul 16:18-20 - “(18) ‘Hakim-hakim dan petugas-petugas haruslah kauangkat di segala tempat yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu, menurut suku-sukumu; mereka harus menghakimi bangsa itu dengan pengadilan yang adil. (19) Janganlah memutarbalikkan keadilan, janganlah memandang bulu dan janganlah menerima suap, sebab suap membuat buta mata orang-orang bijaksana dan memutarbalikkan perkataan orang-orang yang benar. (20) Semata-mata keadilan, itulah yang harus kaukejar, supaya engkau hidup dan memiliki negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu.’”.
Yesaya 1:23 - “Para pemimpinmu adalah pemberontak dan bersekongkol dengan pencuri. Semuanya suka menerima suap dan mengejar sogok. Mereka tidak membela hak anak-anak yatim, dan perkara janda-janda tidak sampai kepada mereka.”.
Pkh 3:16 - “Ada lagi yang kulihat di bawah matahari: di tempat pengadilan, di situpun terdapat ketidakadilan, dan di tempat keadilan, di situpun terdapat ketidakadilan.”.
Dari jaman dulu sampai jaman sekarang, banyak hakim membengkokkan keputusan. Kita hanya bisa menunggu dengan yakin bahwa pengadilan akhir jaman pasti akan terjadi, dimana keadilan akan betul-betul ditegakkan dan dinyatakan. Sampai saat itu, jangan heran kalau banyak ketidakadilan dalam dunia!
III) Hukuman Tuhan terhadap orang-orang itu.
Yesaya 5: 24-dst sampai akhir pasal, membicarakan hukuman Tuhan.
Ay 24: “Sebab itu seperti lidah api memakan jerami, dan seperti rumput kering habis lenyap dalam nyala api, demikian akar-akar mereka akan menjadi busuk, dan kuntumnya akan beterbangan seperti abu, oleh karena mereka telah menolak pengajaran TUHAN semesta alam dan menista firman Yang Mahakudus, Allah Israel.”.
Matthew Henry: “The judgments described, which these sins would bring upon them. Let not those expect to live easily who live thus wickedly; for the righteous God will take vengeance, v. 24-30.” [= Penghakiman digambarkan, dimana dosa-dosa ini akan dibawa kepadanya. Jangan mereka berharap untuk hidup secara nyaman, yang hidup secara begitu jahat; karena kebenaran Allah akan membawa pembalasan, Yesaya 5: 24-30.].
Orang-orang yang jahat ini, yang menindas kebenaran dsb, mungkin bisa merasa menang, bisa hidup enak, tetapi itu hanya untuk sementara waktu! Kalau Allah itu ada, maka Dia pasti adil, dan kalau Dia adil, maka penghakiman yang benar, hanyalah masalah waktu. Tetapi itu pasti akan datang!
Mikha 3:8-12 - “(8) Tetapi aku ini penuh dengan kekuatan, dengan Roh TUHAN, dengan keadilan dan keperkasaan, untuk memberitakan kepada Yakub pelanggarannya dan kepada Israel dosanya. (9) Baiklah dengarkan ini, hai para kepala kaum Yakub, dan para pemimpin kaum Israel! Hai kamu yang muak terhadap keadilan dan yang membengkokkan segala yang lurus, (10) hai kamu yang mendirikan Sion dengan darah dan Yerusalem dengan kelaliman! (11) Para kepalanya memutuskan hukum karena suap, dan para imamnya memberi pengajaran karena bayaran, para nabinya menenung karena uang, padahal mereka bersandar kepada TUHAN dengan berkata: ‘Bukankah TUHAN ada di tengah-tengah kita! Tidak akan datang malapetaka menimpa kita!’ (12) Sebab itu oleh karena kamu maka Sion akan dibajak seperti ladang, dan Yerusalem akan menjadi timbunan puing, dan gunung Bait Suci akan menjadi bukit yang berhutan.”.
PENUTUP:
Kalau saudara termasuk salah satu dari orang-orang yang disebut ‘celakalah’ ini, bertobatlah sebelum terlambat! Datang dan percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, dan buang dosa-dosa itu! Kiranya Tuhan memberkati orang-orang yang tunduk pada firmanNya! EKSPOSISI YESAYA 5:18-24.
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America