Peran Kehendak Bebas Dalam Keselamatan

Oleh:John Liem. 
Peran Kehendak Bebas Dalam Keselamatan
Peran Kehendak Bebas Dalam Keselamatan. Topik yang akan muncul dengan sendirinya saat kita berdiskusi tentang predestinasi dalam keselamatan adalah topik free will (kehendak bebas). Sebenarnya apakah free will itu? Saya jamin orang yang paling suka menjunjung tinggi free will dalam keselamatan, orang itu pulalah yang paling tidak mengerti tentang free will. Hal ini sudah saya buktikan sendiri dengan survey yang saya lakukan minggu lalu. Mulai dari jawaban-jawaban asbun soal free will sampai jawaban-jawaban yang mengandung muatan teologi, semuanya tidak mampu menjelaskan dengan tuntas apakah free will itu.

Kita harus berterima kasih kepada seorang jenius yang bernama Jonathan Edwards. Edwards adalah seorang teolog dan pendeta besar yang lahir di abad 17. Dia dijuluki teolog terpandai yang pernah lahir di benua Amerika. Kejeniusannya tidak diragukan lagi. Mampu membaca pada usia balita, menguasai berbagai bahasa dan menulis karya ilmiah sewaktu berusia 7 tahun. Dengan kotbah-khotbahnya, Edwards menghasilkan revival-revival besar di Amerika. Salah satu karya jenius dari Jonathan Edwards adalah bukunya yang berjudul “Freedom of the will”. Di buku ini, Edwards menghadang teologi Arminianisime yang naik daun saat itu.

Di buku ini, Edwards menjelaskan apakah free will itu. Dengan bahasa yang sesingkat mungkin, Edwards menyatakan “Free will is the mind choosing” (Kehendak bebas adalah pikiran kita yang melakukan pemilihan). Perhatikan contoh2 berikut ini: 
Anda ditawari mau minum teh atau kopi. Anda memilih minum kopi. Saat itulah anda mengaktifkan free will anda. 
Anda mau nonton bioskop, pilihannya adalah duduk di tengah, pinggir kiri atau kanan. Anda pilih duduk di tengah. Saat itulah anda mengaktifkan free will yang anda miliki. 
Anda ditodong dengan pisau. Anda diberikan pilihan: serahkan dompet anda atau pisau menyerempet perut anda. Anda pilih kehilangan uang. Saat itulah anda mengaktifkan free will yang Tuhan berikan kepada anda. 

Nah mari kita teliti lebih mendalam ketiga kasus di atas. Anda diberikan opsi untuk dipilih. Sebelum anda memilih, tentunya anda akan memproses opsi itu di dalam pikiran anda. 
Anda memilih minum kopi karena anda memang penggemar kopi. Selera anda adalah kopi. Apa yang sudah menjadi selera anda, itulah yang akan mempengaruhi pikiran anda sewaktu memilih. 
Anda memilih duduk di tengah di dalam bioskop karena duduk di tengah jelas lebih leluasa untuk melayangkan pandangan ke layar bioskop. Motivasi untuk memandang dengan leluasa telah menggerakan pikiran anda dalam memilih opsi yang diberikan. 
Anda memilih kehilangan uang. Sudah jelas, siapa sih yang ingin mati di tangan penodong? Keinginan anda untuk hidup telah mempengaruhi pikiran anda untuk merelakan uang anda. 


Nah dari ketiga kasus itu anda bisa simpulkan bahwa freewill (kehendak bebas) yang anda miliki itu sesungguhnya tidaklah bebas. Mengapa? Ya karena yang ada di pikiran anda itu tidak akan pernah bebas dari dorongan hati anda, motivasi anda! Pilihan yang anda lakukan itu jelas akan dipengaruhi oleh apa yang ada di hati anda. Edwards menyebut pengaruh hati ini sebagai disposisi atau inklinasi. Anda memilih suatu opsi karena di dalam hati anda ada inklinasi yang menyebabkan anda memilih opsi itu! Dengan kata lain sewaktu diberikan pemilihan, semua akan manusia akan memilih apa yang dia ingini. We choose what we want, inilah intinya.

Sekarang marilah kita teliti konteks free will di dalam keselamatan manusia. Apakah manusia berdosa punya inklinasi terhadap Allah yang Maha suci itu? Apakah manusia berdosa punya keinginan untuk memuliakan Allah yang Maha suci itu? Anda tentu sudah tahu jawabannya dari pengalaman hidup anda sendiri. Sewaktu anda belum menjadi orang kristen, apakah anda pernah punya motivasi “Hari ini aku harus memuliakan Tuhan. Hari ini aku akan mencintai Tuhan dengan segenap hati, akal budi dan pikiranku. Hari ini, aku akan bersaksi tentang Tuhan melalui hidupku yang kujalani dengan benar. Hari ini juga aku akan menyenangkan Tuhan dengan mulutku, pikiranku dan perbuatanku yang bersih dan jauh dari dosa“? 

Itu semua adalah omong kosong buat anda sebelum anda jadi orang kristen! Anda jelas sudah tahu sendiri, bahkan sampai sekarang pun sesudah anda menjadi orang kristen, anda tidak pernah kehilangan tidur anda bila anda tidak mencintai Tuhan dengan segenap hati, pikiran dan akal budi. Mengapa demikian? Karena dosa yang masih bercokol dan selamanya bercokol di dalam diri anda selama anda hidup di bumi, dosa itulah yang menyebabkan anda TIDAK MENGINGINKAN Allah. 

Bila sebelumnya saya katakan "We choose what we want", dan sudah anda buktikan sendiri bahwa we don't want God maka dengan sendirinya we don't choose God apabila kita diberikan pilihan apakah kita mau datang kepada Allah atau tidak! 

Dosa yang berada di dalam diri semua manusia, dosa itulah yang menjadi inklinasi kita. Dosa itu lah yang akan mengikat keinginan-keinginan anda, motivasi-motivasi anda sehingga pikiran anda akan jauh dari Tuhan. Mari kita lihat ayat-ayatnya di alkitab. Bukankah Tuhan sudah berkata sebelum Dia membasmi manusia dengan air bah “apa yang ada di hati mereka hanyalah kejahatan saja“? 

Bukankah Paulus sudah berkata di Roma 3:10 “Tidak ada seorang pun yang benar. Tidak ada seorang pun yang mencari Allah. Tidak ada seorang pun yang mengerti Allah“? Bila tidak ada satu orang pun yang mencari Allah, mungkinkah manusia datang kepada Yesus untuk mendapat keselamatan? Mampukah manusia mencari Yesus dan menjadikan Dia sebagai Juru Selamat pribadi? Mampukah manusia dengan free will yang sudah diikat dosa itu mencari Yesus? Jelas tidak! Inilah konsekuensi dari Free will yang diikat oleh dosa.

Manusia berdosa hanya bisa datang kepada Yesus jikalau inklinasinya sudah dirubah. Inilah yang disebut kelahiran baru. Anda harus lahir baru, begitulah kata Yesus. Hati manusia itu harus dirubah dan hal ini hanya bisa dilakukan oleh Allah semata2. Inilah yang dikatakan Allah di Yehezkiel 36: 26 "Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. 

Allah harus mengubah hatimu yang batu itu". Itulah sebabnya Yesus berkata di Yohanes 6: 44 "Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman". Manusia dengan inklinasi yang dikuasai dosa, tidak akan mampu datang kepada Yesus dengan free willnya sendiri. Allah harus menarik manusia itu yaitu Allah harus mengubah inklinasi manusia itu sehingga manusia dengan free willnya sendiri menjadi memilih Yesus.

Di sinilah letak perbedaan antara Calvinisme dengan Arminianisme. Di dalam arminianisme, manusia bisa datang kepada Allah karena free will manusia itu netral berada di tengah-tengah. Bila kita memakai analogi matematika, datang ke Yesus itu bilangan positif, menolak Yesus itu bilangan negatif, maka free will manusia tepat berada di bilangan nol. Nah, di dalam Arminianisme, yang dilakukan oleh Allah adalah merayu manusia, mengajak-ajak manusia, mengiming-imingi manusia supaya manusia dengan kekuatan dia sendiri bisa datang ke Yesus. 


Sedangkan di dalam Calvinisme adalah free will manusia tidak akan pernah netral, free will manusia tidak berada di titik nol karena inklinasi hatinya itu mengarah ke dosa. Free will manusia ada di bilangan negatif. Sehingga yang harus dilakukan Allah adalah merubah inklinasi itu, Allah harus menarik manusia itu, Allah harus melahir barukan manusia itu supaya manusia dengan free willnya menjadi mau datang kepada Yesus. Inilah yang disebut anugerah. 

Keselamatan itu adalah anugerah karena manusia tidak berkontribusi apapun di dalam keselamatan. Allah yang sudah memulai keselamatan di dalam hati manusia, Allah pula yang akan menjaga hati manusia untuk taat sampai dia ke surga. Adakah yang lebih menyegarkan jiwa anda melebihi kesadaran bahwa Allahlah Aktor satu-satunya yang menyebabkan anda datang ke pada Dia dan Allah pulalah yang akan menjaga anda selamat sampai ke surga nanti. Free will manusia berdosa bukan saja bisa gagal, tetapi pasti gagal. Hanya Allah lah yang tidak pernah gagal. 

Referensi: Buku dan artikel2 RC Sproul. 
https://teologiareformed.blogspot.com/
Next Post Previous Post