SAKSI YEHUWA (26): ULANGAN 6:4
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
B) Dasar Kitab Suci Saksi Yehuwa.Biasanya ayat-ayat yang mereka gunakan untuk menyerang doktrin Allah Tritunggal juga adalah ayat-ayat yang menyerang keilahian Yesus dan Roh Kudus, dan ayat-ayat itu sudah saya bahas dalam pembahasan tentang keilahian Yesus dan tentang Roh Kudus, sehingga tidak akan saya ulang di sini. Jadi di sini saya hanya akan membahas beberapa ayat saja, yang belum dibahas dalam pembahasan tentang keilahian Yesus dan tentang Roh Kudus itu.
1) Ulangan 6:4 menyatakan Allah itu esa.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan bahwa Ulangan 6:4 diberikan untuk menentang doktrin Allah Tritunggal.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Di Ulangan 6:4, ... bunyinya lebih tepat: ‘Yehuwa itu Allah kita, Yehuwa itu esa.’ Pernyataan ini disampaikan kepada bangsa Israel yang tidak percaya kepada Tritunggal. Orang-orang Babel dan Mesir menyembah allah-allah tiga serangkai, namun dijelaskan kepada bangsa Israel bahwa Yehuwa berbeda” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 403.
Bantahan:
Di depan sudah saya jelaskan (jilid I), bahwa ayat-ayat Kitab Suci yang menyatakan keesaan Allah (seperti Ul 6:4 Markus 12:32 Yohanes 17:3 1Kor 8:4-6 1Timotius 2:5 Yakobus 2:19) bertujuan:
a) Untuk menentang polytheisme, bukan menentang Allah Tritunggal (ataupun keilahian Kristus dan Roh Kudus).
b) Untuk menyatakan bahwa hakekat Allah hanya satu, bukan bahwa pribadi Allah hanya satu.
John Calvin: “when we hear ‘one’ we ought to understand ‘unity of substance’; when we hear ‘three in one essence,’ the persons in this trinity are meant” (= pada waktu kita mendengar ‘satu’ kita harus mengerti / menafsirkannya sebagai ‘kesatuan zat’; pada waktu kita mendengar ‘tiga dalam satu hakekat’, maka pribadi-pribadi dalam Tritunggal ini yang dimaksudkan) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XIII, no 5.
Dan nanti (pada bagian ‘dasar Kitab Suci dari doktrin Allah Tritunggal’, saya akan menambahkan penjelasan tentang kata ‘esa’ dalam Ulangan 6:4 ini).
2) Yoh 20:17 menunjukkan bahwa Bapa adalah Allah dari Yesus.
Yohanes 20:17 - “Kata Yesus kepadanya (Maria Magdalena): ‘Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudaraKu dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu.’”. Bdk. 1Petrus 1:3 Wahyu 3:12.
Dan Saksi-Saksi Yehuwa berkata:
“Jadi bagi Yesus yang telah dibangkitkan, sang Bapa adalah Allah, sama seperti Bapa adalah Allah bagi Maria Magdalena. Menarik sekali, kita tidak pernah membaca dalam Alkitab bahwa Bapa menyapa Putra sebagai ‘AllahKu’” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 430.
“Namun belum pernah dalam Alkitab dicatat bahwa Bapa menyebut Anak sebagai ‘AllahKu,’ ataupun Bapa dan Anak menyebut roh suci sebagai ‘AllahKu.’” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 399.
Bantahan:
a) Kalau memang Bapa adalah Allah bagi Yesus sama seperti bagi Maria Magdalena, maka Yesus tidak akan berkata ‘AllahKu dan Allahmu’ tetapi Ia akan berkata ‘Allah kita’. Ini juga berlaku untuk kata-kata ‘BapaKu dan Bapamu’. Semua ini menunjukkan bahwa Yesus mempunyai hubungan yang unik dengan Allah Bapa, yang berbeda dengan hubungan Maria Magdalena / orang percaya dengan Allah Bapa.
b) Tentang sebutan ‘AllahKu’ antar pribadi-pribadi dalam Allah Tritunggal.
· Perlu diingat bahwa Yesus adalah ‘satu-satunya Allah’ yang berinkarnasi menjadi manusia. Dan setelah inkarnasi, Ia adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia, untuk selama-lamanya (juga setelah kebangkitanNya!). Karena Ia adalah manusia, maka Ia bisa menyebut Bapa sebagai ‘AllahKu’.
· Mengapa Yesus tidak pernah menyebut Roh Kudus dengan sebutan ‘AllahKu’?
Jawabnya: sekalipun sebagai manusia Yesus bisa saja menyebut Roh Kudus dengan sebutan ‘AllahKu’, tetapi tidak ada keharusan bagi Yesus untuk menyebut Bapa dan Roh Kudus dengan sebutan yang sama.
· Roh Kudus tidak pernah berinkarnasi menjadi manusia, dan karena itu Roh Kudus tidak pernah menyebut Bapa (ataupun Yesus) dengan sebutan ‘AllahKu’.
· Bapa juga tidak pernah menjadi manusia, dan karena itu tidak mungkin Ia menyebut Roh Kudus / Yesus dengan sebutan ‘AllahKu’.
Tetapi perhatikan Ibrani 1:8 - “Tetapi tentang (kepada) Anak Ia (Bapa) berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran”
Jadi, sekalipun Bapa tidak pernah menyebut Yesus sebagai ‘AllahKu’, tetapi Bapa pernah menyebut / menyapa Yesus sebagai ‘Allah’ (Yunani: HO THEOS = the God).
3) Mat 27:46 / Mark 15:34 menunjukkan bahwa Allah / Bapa bisa meninggalkan Yesus.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Kemudian, ketika mendekati kematian, Yesus berseru: ‘Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?’ (Markus 15:34) Kepada siapakah Yesus berseru? Kepada dirinya sendiri atau bagian dari dirinya? Pasti seruan itu, ‘Allahku,’ tidak berasal dari seseorang yang menganggap dirinya sendiri Allah. Dan jika Yesus adalah Allah, maka oleh siapa ia ditinggalkan? Dirinya sendiri? Hal itu tidak masuk akal” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 18.
Bantahan:
Pada saat di kayu salib, Yesus (sebagai Allah dan manusia) ditinggalkan oleh BapaNya. Pada saat itu, karena Yesus sedang memikul hukuman dosa umat manusia, dan karena hukuman dari dosa adalah perpisahan dengan Allah / Bapa (Yes 59:1-2 2Tesalonika 1:9), maka Yesus harus mengalami keterpisahan dengan Bapa. Keterpisahan ini bukanlah merupakan keterpisahan secara lokal, seakan-akan Bapa ada di sini dan Yesus ada di sana. Ingat bahwa Mereka berdua maha ada, sehingga tidak mungkin bisa ada keterpisahan secara lokal. Jadi Mereka hanya terpisah secara rohani, seperti sepasang suami istri yang sedang bertengkar, yang sekalipun tetap serumah tetapi tidak saling menyapa satu dengan yang lain.
Catatan: keterpisahan rohani ini cocok dengan hukuman orang berdosa dalam neraka, yang jelas juga mengalami keterpisahan rohani, bukan keterpisahan lokal, dari Allah (mengingat bahwa Allah itu maha ada).
Dalam doktrin Allah Tritunggal, kita mempercayai bahwa Yesus dan Bapa adalah dua pribadi yang berbeda (distinct), dan karena itu Bapa bisa meninggalkan Yesus. Tetapi dalam doktrin Allah Tritunggal juga dikatakan bahwa Mereka mempunyai satu hakekat yang sama, dan ini yang menyebabkan kita tidak bisa mengerti bagaimana Bapa bisa meninggalkan Anak. Ini tidak perlu merisaukan kita, karena dalam persoalan Kristologi maupun Allah Tritunggal, otak kita yang terbatas memang tidak akan bisa mengertinya secara keseluruhan. Tetapi semua ini bukan tidak masuk akal, tetapi melampaui akal.
Yohanes 20:17 - “Kata Yesus kepadanya (Maria Magdalena): ‘Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudaraKu dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu.’”. Bdk. 1Petrus 1:3 Wahyu 3:12.
Dan Saksi-Saksi Yehuwa berkata:
“Jadi bagi Yesus yang telah dibangkitkan, sang Bapa adalah Allah, sama seperti Bapa adalah Allah bagi Maria Magdalena. Menarik sekali, kita tidak pernah membaca dalam Alkitab bahwa Bapa menyapa Putra sebagai ‘AllahKu’” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 430.
“Namun belum pernah dalam Alkitab dicatat bahwa Bapa menyebut Anak sebagai ‘AllahKu,’ ataupun Bapa dan Anak menyebut roh suci sebagai ‘AllahKu.’” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 399.
Bantahan:
a) Kalau memang Bapa adalah Allah bagi Yesus sama seperti bagi Maria Magdalena, maka Yesus tidak akan berkata ‘AllahKu dan Allahmu’ tetapi Ia akan berkata ‘Allah kita’. Ini juga berlaku untuk kata-kata ‘BapaKu dan Bapamu’. Semua ini menunjukkan bahwa Yesus mempunyai hubungan yang unik dengan Allah Bapa, yang berbeda dengan hubungan Maria Magdalena / orang percaya dengan Allah Bapa.
b) Tentang sebutan ‘AllahKu’ antar pribadi-pribadi dalam Allah Tritunggal.
· Perlu diingat bahwa Yesus adalah ‘satu-satunya Allah’ yang berinkarnasi menjadi manusia. Dan setelah inkarnasi, Ia adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia, untuk selama-lamanya (juga setelah kebangkitanNya!). Karena Ia adalah manusia, maka Ia bisa menyebut Bapa sebagai ‘AllahKu’.
· Mengapa Yesus tidak pernah menyebut Roh Kudus dengan sebutan ‘AllahKu’?
Jawabnya: sekalipun sebagai manusia Yesus bisa saja menyebut Roh Kudus dengan sebutan ‘AllahKu’, tetapi tidak ada keharusan bagi Yesus untuk menyebut Bapa dan Roh Kudus dengan sebutan yang sama.
· Roh Kudus tidak pernah berinkarnasi menjadi manusia, dan karena itu Roh Kudus tidak pernah menyebut Bapa (ataupun Yesus) dengan sebutan ‘AllahKu’.
· Bapa juga tidak pernah menjadi manusia, dan karena itu tidak mungkin Ia menyebut Roh Kudus / Yesus dengan sebutan ‘AllahKu’.
Tetapi perhatikan Ibrani 1:8 - “Tetapi tentang (kepada) Anak Ia (Bapa) berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran”
Jadi, sekalipun Bapa tidak pernah menyebut Yesus sebagai ‘AllahKu’, tetapi Bapa pernah menyebut / menyapa Yesus sebagai ‘Allah’ (Yunani: HO THEOS = the God).
3) Mat 27:46 / Mark 15:34 menunjukkan bahwa Allah / Bapa bisa meninggalkan Yesus.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Kemudian, ketika mendekati kematian, Yesus berseru: ‘Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?’ (Markus 15:34) Kepada siapakah Yesus berseru? Kepada dirinya sendiri atau bagian dari dirinya? Pasti seruan itu, ‘Allahku,’ tidak berasal dari seseorang yang menganggap dirinya sendiri Allah. Dan jika Yesus adalah Allah, maka oleh siapa ia ditinggalkan? Dirinya sendiri? Hal itu tidak masuk akal” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 18.
Bantahan:
Pada saat di kayu salib, Yesus (sebagai Allah dan manusia) ditinggalkan oleh BapaNya. Pada saat itu, karena Yesus sedang memikul hukuman dosa umat manusia, dan karena hukuman dari dosa adalah perpisahan dengan Allah / Bapa (Yes 59:1-2 2Tesalonika 1:9), maka Yesus harus mengalami keterpisahan dengan Bapa. Keterpisahan ini bukanlah merupakan keterpisahan secara lokal, seakan-akan Bapa ada di sini dan Yesus ada di sana. Ingat bahwa Mereka berdua maha ada, sehingga tidak mungkin bisa ada keterpisahan secara lokal. Jadi Mereka hanya terpisah secara rohani, seperti sepasang suami istri yang sedang bertengkar, yang sekalipun tetap serumah tetapi tidak saling menyapa satu dengan yang lain.
Catatan: keterpisahan rohani ini cocok dengan hukuman orang berdosa dalam neraka, yang jelas juga mengalami keterpisahan rohani, bukan keterpisahan lokal, dari Allah (mengingat bahwa Allah itu maha ada).
Dalam doktrin Allah Tritunggal, kita mempercayai bahwa Yesus dan Bapa adalah dua pribadi yang berbeda (distinct), dan karena itu Bapa bisa meninggalkan Yesus. Tetapi dalam doktrin Allah Tritunggal juga dikatakan bahwa Mereka mempunyai satu hakekat yang sama, dan ini yang menyebabkan kita tidak bisa mengerti bagaimana Bapa bisa meninggalkan Anak. Ini tidak perlu merisaukan kita, karena dalam persoalan Kristologi maupun Allah Tritunggal, otak kita yang terbatas memang tidak akan bisa mengertinya secara keseluruhan. Tetapi semua ini bukan tidak masuk akal, tetapi melampaui akal.
4) Mat 12:31-32 menunjukkan bahwa penghujatan terhadap Roh Kudus lebih berat dari pada penghujatan terhadap Yesus.
Ini mereka anggap bertentangan dengan doktrin Allah Tritunggal yang menyatakan kesetaraan dari Pribadi-pribadi dalam Allah Tritunggal.
Mat 12:31-32 - “(31) Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. (32) Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak”.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Andai kata Roh Suci adalah suatu pribadi dan adalah Allah, ayat ini dengan tegas bertentangan dengan doktrin Tritunggal, karena itu berarti bahwa dalam beberapa hal Roh Suci lebih besar dari pada Anak. Sebaliknya, apa yang Yesus katakan menunjukkan bahwa Bapa, yang empunya ‘Roh’ itu, lebih besar dari pada Yesus, Anak Manusia” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 397-398.
Bantahan:
a) Ada beberapa penafsiran yang salah tentang text ini:
1. Menghujat Yesus bisa diampuni; menghujat Roh Kudus tidak bisa diampuni. Jadi Roh Kudus lebih besar dari pada Yesus. Ini jelas merupakan ajaran sesat!
2. Untuk dosa menghujat Roh Kudus memang tidak ada pengampunan sesudah mati, tetapi untuk dosa-dosa lain, ada! Karena itu ayat ini dipakai sebagai dasar oleh Gereja Roma Katolik untuk mengajarkan api pencucian.
Tetapi, kata-kata ‘di dunia yang akan datangpun tidak’ menunjuk pada hari penghakiman, atau berarti ‘tidak akan pernah diampuni’. Bagian ini tidak menunjuk pada ‘Intermediate State’ (= keadaan antara kematian dan kebangkitan / kedatangan Yesus yang keduakalinya).
3. Seadanya penghinaan kepada Allah tidak bisa diampuni. Penafsiran ini juga pasti salah karena Paulus sendiri dulunya juga seorang penghujat, tetapi toh bisa diampuni.
1Timotius 1:13 - “aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihaniNya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman”.
4. Menghujat Roh Kudus diartikan sebagai ‘terus menerus menolak dorongan Roh Kudus untuk percaya kepada Yesus sampai kita mati’. Tetapi ini juga pasti salah karena adanya kata-kata ‘di dunia ini tidak’ (ay 32).
5. Menghujat Anak Manusia diartikan menghujat Yesus sebagai manusia, sedangkan menghujat Roh Kudus diartikan menghujat Yesus sebagai Allah. Ini juga salah, karena:
· Tidak biasanya Yesus sebagai Allah disebut dengan istilah ‘Roh Kudus’.
· Kalau memang artinya seperti itu, maka ‘kontras antara menghujat Anak Manusia dan menghujat Roh Kudus’ merupakan bagian yang sangat vital yang tidak mungkin dihapuskan. Tetapi kenyataannya, Markus menghapuskan bagian itu (Mark 3:28-30).
Markus 3:28-30 - “(28) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. (29) Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal.’ (30) Ia berkata demikian karena mereka katakan bahwa Ia kerasukan roh jahat”.
b) Penafsiran yang benar tentang text ini.
Matius 12:22-25 - “(22) Kemudian dibawalah kepada Yesus seorang yang kerasukan setan. Orang itu buta dan bisu, lalu Yesus menyembuhkannya, sehingga si bisu itu berkata-kata dan melihat. (23) Maka takjublah sekalian orang banyak itu, katanya: ‘Ia ini agaknya Anak Daud.’ (24) Tetapi ketika orang Farisi mendengarnya, mereka berkata: ‘Dengan Beelzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan.’ (25) Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata kepada mereka: ‘Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan”.
Untuk mengerti bagian ini, ada beberapa hal yang perlu disoroti:
1. Mat 12:22-24 menunjukkan bahwa dari tindakan Yesus itu orang awam (orang banyak) saja tahu, bahwa Yesus adalah Mesias (catatan: ‘Anak Daud’ adalah gelar untuk Mesias). Mereka bisa menyimpulkan seperti itu karena dalam Yes 35:5-6 ada suatu nubuat tentang Mesias, yang berkata: “(5) Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. (6) Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai; sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara”. Dan pada saat itu Yesus menyembuhkan orang yang buta dan bisu, sehingga mereka menyimpulkan bahwa Yesus adalah Mesias. Kalau orang awam saja bisa menyimpulkan seperti itu, mungkinkan orang-orang Farisi tidak?
2. Matius 12:25 menyatakan bahwa Yesus tahu pikiran mereka. Jadi pikiran / motivasi mereka lebih berperan dari pada sekedar kata-kata mereka dalam Matius 12:24.
3. Mengapa Yesus berkata tentang ‘menghujat Roh Kudus’? Mengapa bukan Bapa atau Anak? Jelas karena fungsi Roh Kudus adalah menerangi hati / pikiran seseorang sehingga bisa mengerti dan percaya kepada Firman Tuhan / Injil.
Jadi artinya adalah: orang yang telah diterangi oleh Roh Kudus sehingga bagi dia sudah jelas bahwa Yesus adalah Mesias / Juruselamat, tetapi dengan sengaja ia menolak semua itu dan menganggapnya sebagai ajaran setan. Jadi, yang ditekankan bukan penghinaan terhadap diri / pribadi Roh Kudus, tetapi penolakan terhadap pekerjaan Roh Kudus dalam diri orang itu.
‘Tidak akan diampuni’ berarti orangnya tidak mungkin bertobat / menjadi orang percaya. Tuhan akan mengeraskan hati orang yang sudah melakukan dosa ini sehingga ia tidak bakal percaya kepada Yesus. Karena itu orang Kristen yang sejati tidak mungkin pernah dan tidak mungkin akan melakukan dosa ini.
Ayat-ayat pembanding: Ibr 6:4-6 Ibrani 10:26-29 1Yoh 5:16.
c) Kalau Roh Kudus bukan pribadi, Ia tidak mungkin bisa dihujat.
Kalau, seperti yang dipercaya oleh Saksi-Saksi Yehuwa, Roh Kudus hanyalah sekedar kuasa dari Allah, bukan Pribadi / Allah, maka Ia tidak mungkin dihujat. Bagaimana seseorang bisa menghujat suatu kuasa?
d) Menghujat Roh Kudus sama dengan menghujat Bapa?
Mari kita perhatikan bagian akhir dari kata-kata Saksi-Saksi Yehuwa di atas, yang saya kutip ulang di sini.
Saksi-Saksi Yehuwa: “Sebaliknya, apa yang Yesus katakan menunjukkan bahwa Bapa, yang empunya ‘Roh’ itu, lebih besar dari pada Yesus, Anak Manusia” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 398.
Dengan kata-kata ini Saksi-Saksi Yehuwa ingin membengkokkan ‘penghujatan terhadap Roh Kudus’ menjadi ‘penghujatan terhadap Bapa’, dengan alasan bahwa ‘Bapalah yang empunya Roh itu’.
Tetapi text ini sama sekali tidak berbicara tentang penghujatan terhadap Bapa, tetapi tentang penghujatan terhadap Roh Kudus. Kalau memang text ini memaksudkan penghujatan terhadap Bapa mengapa tidak dikatakan menghujat Bapa, tetapi menghujat Roh Kudus?
Disamping itu, kalau penghujatan terhadap Roh Kudus merupakan penghujatan terhadap Bapa, karena Bapa adalah yang empunya Roh itu, apakah penghujatan terhadap Anak bukan merupakan penghujatan terhadap Bapa, mengingat bahwa Anak itu adalah utusan Bapa, dan bahwa Kitab Suci mengatakan bahwa barang siapa menolak Anak ia menolak Bapa (Luk 10:16)?
5) Yohanes 6:38 7:16 mengatakan bahwa Bapa mengutus Anak.
Yohanes 6:38 - “Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendakKu, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku”.
Yoh 7:16 - “Jawab Yesus kepada mereka: ‘AjaranKu tidak berasal dari diriKu sendiri, tetapi dari Dia yang telah mengutus Aku”.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Bukankah yang mengutus lebih unggul dari yang diutus?” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 17.
Mereka juga bertanya: Apakah Yesus mengutus diriNya sendiri? - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 18.
Bantahan:
Ayat-ayat ini tidak bisa ditafsirkan bahwa Bapa mengutus Yesus sebagai manusia, karena ingat bahwa selain ada banyak ayat yang menunjukkan bahwa Bapa mengutus Anak / Yesus, juga ada ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Bapa dan Anak mengutus Roh Kudus. Kalau yang pertama kita artikan sebagai Bapa mengutus Yesus sebagai manusia, yang kedua kita artikan sebagai apa?
a) Saksi-Saksi Yehuwa sering menyerang kita dengan menggunakan asumsi / pandangan mereka sendiri. Bahwa ‘Bapa mengutus Anak’ mereka tafsirkan sebagai ‘Yesus mengutus diriNya sendiri’ jelas menggunakan asumsi bahwa Allah itu hanya satu hakekat dan satu pribadi, seperti yang mereka percayai.
Tetapi dari sudut pandang Kristen yang mempercayai bahwa sekalipun Yesus dan Bapa mempunyai satu hakekat yang sama, tetapi Mereka adalah 2 pribadi yang berbeda (distinct), bisa saja yang seorang mengutus yang lain.
b) Dalam doktrin Allah Tritunggal ada ketundukan tertentu dari Anak kepada Bapa dan dari Roh Kudus kepada Bapa dan Anak. Ini disebut dengan istilah ‘economic subordination’, yang menunjuk pada ‘ketundukan demi keteraturan’.
Ketundukan ini tidak menunjukkan bahwa secara hakiki (ditinjau dari hakekatNya) Yesus memang lebih rendah dari Bapa. Ketundukan ini ada demi keteraturan dalam pekerjaan dari Allah Tritunggal di luar diriNya.
Illustrasi: Ini bisa dianalogikan dengan suatu keluarga. Di hadapan Allah, dan dari sudut hakekat, sebetulnya ayah, ibu, dan anak-anak setara.
Bahwa laki-laki dan perempuan adalah setara dari sudut hakekat, terlihat dari kata Paulus dalam Gal 3:28 - “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus”.
Kata-kata ‘tidak ada laki-laki atau perempuan’ maksudnya, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam pandangan Allah.
Tetapi demi keteraturan dalam keluarga, maka Tuhan memberi peraturan bahwa ayah adalah kepala keluarga, istri harus tunduk kepada suami, dan anak-anak harus tunduk kepada orang tua (Ef 5:22 Ef 6:1).
Demikian juga dalam Allah Tritunggal. Bapa, Anak dan Roh Kudus betul-betul setara kalau ditinjau dari sudut hakekat, karena hakekat Mereka hanya satu. Tetapi dalam beroperasi, ada ketundukan dari pribadi yang satu kepada pribadi yang lain.
Loraine Boettner: “This subordination of the Son to the Father, and of the Spirit to the Father and the Son, relates not to their essential life within the Godhead, but only to their modes of operation or their division of labour in creation and redemption. This subordination of the Son to the Father, and of the Spirit to the Faith and the Son, is not in any way inconsistent with true equality” (= Ketundukan dari Anak kepada Bapa, dan dari Roh kepada Bapa dan Anak, berhubungan bukan dengan kehidupan hakiki mereka dalam diri Allah, tetapi hanya dengan cara beroperasi / bekerja atau pembagian pekerjaan mereka dalam penciptaan dan penebusan) - ‘Studies in Theology’, hal 119.
c) Hal yang sama terjadi pada waktu dikatakan bahwa Bapa / Yesus mengutus Roh Kudus.
Yoh 14:26 - “tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu”.
Yoh 15:26 - “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku”.
Yoh 16:7 - “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu”.
d) Kalau Saksi-Saksi Yehuwa menganggap bahwa ‘Bapa mengutus Anak’ menunjukkan bahwa Bapa lebih besar dari pada Anak, mengapa dari ayat-ayat yang menunjukkan bahwa ‘Anak mengutus Roh Kudus’ mereka tidak menyimpulkan bahwa Anak lebih besar dari Roh Kudus?
6) Yohanes 8:17-18 menunjukkan ada dua saksi.
Yoh 8:17-18 - “(17) Dan dalam kitab Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian dua orang adalah sah; (18) Akulah yang bersaksi tentang diriKu sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku.’”.
Saksi-Saksi Yehuwa lalu mengatakan: “Di sini Yesus menunjukkan bahwa ia dan sang Bapa, yaitu Allah Yang Mahakuasa, harus dua kesatuan yang berbeda, jika tidak bagaimana mungkin benar-benar ada dua saksi?” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 17.
Bantahan:
Lagi-lagi di sini Saksi-Saksi Yehuwa menyerang kita menggunakan asumsi mereka sendiri. Memang kalau Allah itu tunggal mutlak, seperti yang mereka percayai, tidak mungkin bisa ada 2 saksi seperti dalam text ini. Tetapi kalau kita mempercayai Allah Tritunggal, dimana sekalipun hanya ada satu hakekat, tetapi ada 3 pribadi yang berbeda (distinct), maka text ini tentu tidak menjadi persoalan.
7) Kis 7:55 - Stefanus melihat Yesus berdiri di sebelah kanan Bapa.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Maka jelas, ia melihat dua pribadi yang terpisah - namun tidak melihat roh kudus, tidak melihat Keilahian Tritunggal” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 19.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Apakah Alkitab mengajar bahwa ‘Roh Kudus’ adalah suatu pribadi? ... Kisah 7:55,56 melaporkan bahwa Stefanus diberi penglihatan mengenai surga dan ia melihat ‘Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.’ Namun ia tidak mengatakan telah melihat roh suci. (Lihat juga Wahyu 7:10; 22:1,3)” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 394,395.
Kis 7:55-56 - “(55) Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. (56) Lalu katanya: ‘Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.’”.
Bantahan:
a) Saya tidak tahu apakah di sini Yesus harus disoroti sebagai manusia atau sebagai Allah. Kalau Yesus disoroti sebagai manusia, maka bisa saja ‘Allah’ dalam Kis 7:55,56 itu menunjuk kepada Allah Tritunggal. Kalau Yesus disoroti sebagai Allah, itu tetap tidak terlalu jadi soal, karena Yesus dan Bapa adalah 2 pribadi, maka bisa saja mereka ditunjukkan sebagai Dua. Bdk. Yoh 1:1 - “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”.
b) Yesus berulangkali ditunjukkan ada di surga, ada di kanan Allah, mempunyai takhta (Wah 7:10; 22:1,3), dsb, untuk menunjukkan bahwa setelah kebangkitanNya Ia naik ke surga, dan setelah itu Ia duduk di sebelah kanan Allah, maksudnya Ia mendapat tempat paling terhormat di surga.
Mengapa hal ini harus ditekankan untuk Yesus? Karena Yesus adalah Allah yang berinkarnasi, merendahkan diri sampai mati di kayu salib, sehingga setelah Ia bangkit dan naik ke surga, harus ditunjukkan bahwa Ia dipermuliakan dan Ia betul-betul adalah Allah sendiri.
Bdk. Fil 2:5-11 - “(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. (9) Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, (10) supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, (11) dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!”.
Roh Kudus tidak pernah berinkarnasi, mati di salib dsb, sehingga untuk Dia tak perlu ditekankan hal itu.
c) Tentang Stefanus tidak melihat Roh Kudus, itu juga tidak jadi soal, karena bisa saja itu memang tidak ditunjukkan kepada dia. Tidak dikatakan bahwa Stefanus melihat seluruh surga. Atau, bisa saja Roh Kudus ditunjukkan kepada Stefanus, tetapi tidak ia ceritakan, atau ia ceritakan, tetapi tidak dicatat oleh penulis dari Kisah Rasul. Kitab Suci tidak menuliskan segala sesuatu.
d) ‘Argument from silence’ (= argumentasi dari ke-diam-an) seperti ini tak punya kekuatan apa-apa. Kalau Kitab Suci ‘tidak berbicara’ atau ‘diam’ tentang Roh Kudus dalam text ini, itu tak berarti bahwa Roh Kudus tidak ada atau bahwa Ia bukan pribadi.
Kalau ‘Argument from silence’ (= argumentasi dari ke-diam-an) yang dipakai oleh Saksi-Saksi Yehuwa di sini mau diextrimkan, itu menjadi sesuatu yang menggelikan dan tidak masuk akal.
Contoh: kalau seorang Saksi Yehuwa pulang ke rumah dan ia hanya melihat ayahnya, dan tidak melihat ibunya, ia harus menyimpulkan bahwa ibunya bukan pribadi! Lucu dan tolol, bukan?
e) Perbandingan dengan orang-orang lain yang melihat Allah, surga, dan sebagainya.
1. Dalam Kej 28:12-15 Yakub bermimpi (dan mimpi ini jelas dari Allah) dan ia melihat Allah dan malaikat-malaikat, tetapi ia tidak melihat Yesus.
Kej 28:12-13 - “(12) Maka bermimpilah ia, di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya sampai di langit, dan tampaklah malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga itu. (13) Berdirilah TUHAN di sampingnya dan berfirman: ‘Akulah TUHAN, Allah Abraham, ...”.
Mengapa dari text ini Saksi-Saksi Yehuwa tidak menyimpulkan bahwa Yesus itu tidak ada / bukan pribadi?
2. Dalam Yes 6, Yesaya melihat YAHWEH, dan para serafim, tetapi ia tidak melihat Yesus.
Yes 6:1-10 - “(1) Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubahNya memenuhi Bait Suci. (2) Para Serafim berdiri di sebelah atasNya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang. (3) Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: ‘Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaanNya!’ (4) Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itupun penuhlah dengan asap. (5) Lalu kataku: ‘Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam.’ (6) Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah. (7) Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: ‘Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni.’ (8) Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: ‘Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?’ Maka sahutku: ‘Ini aku, utuslah aku!’ (9) Kemudian firmanNya: ‘Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan! (10) Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh.’”.
Mengapa dari text-text seperti ini Saksi-Saksi Yehuwa tidak menganggap bahwa Yesus bukan pribadi?
f) Stefanus juga tidak dikatakan melihat malaikat-malaikat, padahal pasti malaikat-malaikat ada di surga (Wah 5:11 7:11). Stefanus juga tidak dikatakan melihat orang-orang percaya yang sudah mati di surga, padahal mereka pasti ada di sana (Wahyu 6:9). Kalau Saksi-Saksi Yehuwa mau konsisten dengan argumentasi mereka, bahwa ini menunjukkan bahwa Roh Kudus bukan pribadi, maka mereka juga harus menyimpulkan malaikat-malaikat dan orang-orang percaya yang sudah mati itu sebagai bukan pribadi.
g) Sekarang saya akan membahas tentang 2 text dalam kitab Wahyu yang digunakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.
Wahyu 7:10 - “Dan dengan suara nyaring mereka berseru: ‘Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!’”.
Wah 22:1,3 - “(1) Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu. ... (3) Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hambaNya akan beribadah kepadaNya”.
Saya kira penekanan mereka dengan text-text ini adalah bahwa hanya terlihat adanya Bapa dan Anak, tetapi tidak ada Roh Kudus.
Sekarang mari kita bandingkan dengan:
· Wah 4:2-5 - “(2) Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang. (3) Dan Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya. (4) Dan sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di takhta-takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua, yang memakai pakaian putih dan mahkota emas di kepala mereka. (5) Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah”.
Di sini hanya ada Bapa dan Roh Kudus, tetapi tidak ada Anak. Haruskah kita menyimpulkan bahwa Anak itu tidak ada, atau bahwa Anak itu bukan pribadi?
· Wah 5:1-14 - “(1) Maka aku melihat di tangan kanan Dia yang duduk di atas takhta itu, sebuah gulungan kitab, yang ditulisi sebelah dalam dan sebelah luarnya dan dimeterai dengan tujuh meterai. (2) Dan aku melihat seorang malaikat yang gagah, yang berseru dengan suara nyaring, katanya: ‘Siapakah yang layak membuka gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya?’ (3) Tetapi tidak ada seorangpun yang di sorga atau yang di bumi atau yang di bawah bumi, yang dapat membuka gulungan kitab itu atau yang dapat melihat sebelah dalamnya. (4) Maka menangislah aku dengan amat sedihnya, karena tidak ada seorangpun yang dianggap layak untuk membuka gulungan kitab itu ataupun melihat sebelah dalamnya. (5) Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku: ‘Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya.’ (6) Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi. (7) Lalu datanglah Anak Domba itu dan menerima gulungan kitab itu dari tangan Dia yang duduk di atas takhta itu. (8) Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus. (9) Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: ‘Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darahMu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa. (10) Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi.’ (11) Maka aku melihat dan mendengar suara banyak malaikat sekeliling takhta, makhluk-makhluk dan tua-tua itu; jumlah mereka berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa, (12) katanya dengan suara nyaring: ‘Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!’ (13) Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: ‘Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!’ (14) Dan keempat makhluk itu berkata: ‘Amin’. Dan tua-tua itu jatuh tersungkur dan menyembah”.
Sebetulnya pembacaan text ini cukup sampai dengan ay 6 saja. Dalam ay 1 terlihat ada Bapa, dan dalam ay 6 ada Anak dan Roh Kudus.
Saya melanjutkan pembacaan sampai ay 14 hanya untuk menunjukkan bahwa Anak itu dipuja dan disembah di surga (perhatikan bagian yang saya beri garis bawah ganda)!
8) Wahyu 4:8-5:7 menunjukkan Yesus tidak mempunyai takhta.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Dalam kisah di Wahyu 4:8 sampai 5:7, Allah diperlihatkan duduk di atas takhta surgawi-Nya, tetapi Yesus tidak. Ia harus menghampiri Allah untuk mengambil gulungan dari tangan kanan Allah. Ini menunjukkan bahwa di surga Yesus bukan Allah tetapi terpisah dari Dia” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 19.
Bantahan:
a) Ini salah satu kekurang-ajaran Saksi-Saksi Yehuwa dalam mengutip ayat. Mereka mengutip sampai Wahyu 5:7, padahal Wah 5:8 menunjukkan penyembahan terhadap Yesus di surga, dan ini membuktikan bahwa Yesus adalah Allah.
Wahyu 5:8 - “Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus”.
b) Pada waktu Yesus naik ke surga, dikatakan Ia duduk di sebelah kanan Allah. Ia duduk pada apa? Sebuah bangku? Sudah pasti Ia duduk di atas takhta.
BACA JUGA: KEBANGKITAN YESUS KRISTUS DARI ANTARA ORANG MATI
Wah 22:1,3 - “(1) Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu. ... (3) Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hambaNya akan beribadah kepadaNya”.
c) Tentang keterpisahan Yesus dengan Bapa, sudah saya jelaskan berulang-ulang, dan tidak perlu diulang lagi di sini.
9) Matius 3:16 menunjukkan bahwa Yesus baru diurapi dengan Roh Kudus pada saat Ia dibaptis.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “roh Allah turun ke atas Yesus pada saat pembaptisannya, yang menunjukkan bahwa sebelum itu Yesus tidak diurapi dengan roh. Maka, bagaimana mungkin ia menjadi bagian dari suatu Tritunggal padahal ia tidak selalu satu dengan roh kudus?” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 23.
Bantahan:
a) Ini lagi-lagi adalah ayat yang menyoroti kemanusiaan Yesus!
b) Saya percaya bahwa saat baptisan bukan saat pertama Yesus mendapat Roh Kudus.
Calvin (tentang Matius 3:16): “why did the Spirit, who had formerly dwelt in Christ, descend upon him at that time? ... the grace of the Spirit was bestowed on Christ in a remarkable and extraordinary manner, (John 3:34,) yet he remained at home as a private person, till he should be called to public life by the Father. Now that the time is come, for preparing to discharge the office of Redeemer, he is clothed with a new power of the Spirit, ...” [= mengapa Roh, yang sebelumnya telah tinggal dalam Kristus, turun kepadaNya pada saat itu? ... kasih karunia Roh telah diberikan kepada Kristus dengan cara yang hebat dan luar biasa, (Yohanes 3:34), tetapi Ia tetap tinggal di rumah sebagai seorang pribadi, sampai Ia dipanggil kepada kehidupan umum / masyarakat oleh Bapa. Sekarang pada saat waktunya tiba, untuk mempersiapkan untuk melaksanakan jabatan Penebus, Ia dipakaiani dengan kuasa yang baru dari Roh] - hal 203-204.
Saksi-Saksi Yehuwa membuat kesalahan yang sama pada waktu mereka menyoroti diri Yesus maupun pada waktu mereka menyoroti Allah Tritunggal.
Pada waktu menyoroti diri Yesus, mereka menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiaan Yesus untuk membuktikan bahwa Ia bukan Allah.
BACA JUGA: BISAKAH MASUK SURGA DENGAN PERBUATAN BAIK?
Pada waktu menyoroti diri Allah, mereka menyoroti ayat-ayat yang menunjukkan ‘adanya kejamakan (pribadi) dalam diri Allah’ untuk membuktikan bahwa Yesus berbeda dengan Allah, dan karena itu tidak menunjukkan kesatuan Bapa dengan Yesus, atau mereka menyoroti ayat-ayat yang menunjukkan kesatuan hakekat Allah untuk membuktikan bahwa tidak ada kejamakan apapun dalam diri Allah.
SAKSI YEHUWA (26)
Ini mereka anggap bertentangan dengan doktrin Allah Tritunggal yang menyatakan kesetaraan dari Pribadi-pribadi dalam Allah Tritunggal.
Mat 12:31-32 - “(31) Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. (32) Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak”.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Andai kata Roh Suci adalah suatu pribadi dan adalah Allah, ayat ini dengan tegas bertentangan dengan doktrin Tritunggal, karena itu berarti bahwa dalam beberapa hal Roh Suci lebih besar dari pada Anak. Sebaliknya, apa yang Yesus katakan menunjukkan bahwa Bapa, yang empunya ‘Roh’ itu, lebih besar dari pada Yesus, Anak Manusia” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 397-398.
Bantahan:
a) Ada beberapa penafsiran yang salah tentang text ini:
1. Menghujat Yesus bisa diampuni; menghujat Roh Kudus tidak bisa diampuni. Jadi Roh Kudus lebih besar dari pada Yesus. Ini jelas merupakan ajaran sesat!
2. Untuk dosa menghujat Roh Kudus memang tidak ada pengampunan sesudah mati, tetapi untuk dosa-dosa lain, ada! Karena itu ayat ini dipakai sebagai dasar oleh Gereja Roma Katolik untuk mengajarkan api pencucian.
Tetapi, kata-kata ‘di dunia yang akan datangpun tidak’ menunjuk pada hari penghakiman, atau berarti ‘tidak akan pernah diampuni’. Bagian ini tidak menunjuk pada ‘Intermediate State’ (= keadaan antara kematian dan kebangkitan / kedatangan Yesus yang keduakalinya).
3. Seadanya penghinaan kepada Allah tidak bisa diampuni. Penafsiran ini juga pasti salah karena Paulus sendiri dulunya juga seorang penghujat, tetapi toh bisa diampuni.
1Timotius 1:13 - “aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihaniNya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman”.
4. Menghujat Roh Kudus diartikan sebagai ‘terus menerus menolak dorongan Roh Kudus untuk percaya kepada Yesus sampai kita mati’. Tetapi ini juga pasti salah karena adanya kata-kata ‘di dunia ini tidak’ (ay 32).
5. Menghujat Anak Manusia diartikan menghujat Yesus sebagai manusia, sedangkan menghujat Roh Kudus diartikan menghujat Yesus sebagai Allah. Ini juga salah, karena:
· Tidak biasanya Yesus sebagai Allah disebut dengan istilah ‘Roh Kudus’.
· Kalau memang artinya seperti itu, maka ‘kontras antara menghujat Anak Manusia dan menghujat Roh Kudus’ merupakan bagian yang sangat vital yang tidak mungkin dihapuskan. Tetapi kenyataannya, Markus menghapuskan bagian itu (Mark 3:28-30).
Markus 3:28-30 - “(28) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. (29) Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal.’ (30) Ia berkata demikian karena mereka katakan bahwa Ia kerasukan roh jahat”.
b) Penafsiran yang benar tentang text ini.
Matius 12:22-25 - “(22) Kemudian dibawalah kepada Yesus seorang yang kerasukan setan. Orang itu buta dan bisu, lalu Yesus menyembuhkannya, sehingga si bisu itu berkata-kata dan melihat. (23) Maka takjublah sekalian orang banyak itu, katanya: ‘Ia ini agaknya Anak Daud.’ (24) Tetapi ketika orang Farisi mendengarnya, mereka berkata: ‘Dengan Beelzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan.’ (25) Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata kepada mereka: ‘Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan”.
Untuk mengerti bagian ini, ada beberapa hal yang perlu disoroti:
1. Mat 12:22-24 menunjukkan bahwa dari tindakan Yesus itu orang awam (orang banyak) saja tahu, bahwa Yesus adalah Mesias (catatan: ‘Anak Daud’ adalah gelar untuk Mesias). Mereka bisa menyimpulkan seperti itu karena dalam Yes 35:5-6 ada suatu nubuat tentang Mesias, yang berkata: “(5) Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. (6) Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai; sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara”. Dan pada saat itu Yesus menyembuhkan orang yang buta dan bisu, sehingga mereka menyimpulkan bahwa Yesus adalah Mesias. Kalau orang awam saja bisa menyimpulkan seperti itu, mungkinkan orang-orang Farisi tidak?
2. Matius 12:25 menyatakan bahwa Yesus tahu pikiran mereka. Jadi pikiran / motivasi mereka lebih berperan dari pada sekedar kata-kata mereka dalam Matius 12:24.
3. Mengapa Yesus berkata tentang ‘menghujat Roh Kudus’? Mengapa bukan Bapa atau Anak? Jelas karena fungsi Roh Kudus adalah menerangi hati / pikiran seseorang sehingga bisa mengerti dan percaya kepada Firman Tuhan / Injil.
Jadi artinya adalah: orang yang telah diterangi oleh Roh Kudus sehingga bagi dia sudah jelas bahwa Yesus adalah Mesias / Juruselamat, tetapi dengan sengaja ia menolak semua itu dan menganggapnya sebagai ajaran setan. Jadi, yang ditekankan bukan penghinaan terhadap diri / pribadi Roh Kudus, tetapi penolakan terhadap pekerjaan Roh Kudus dalam diri orang itu.
‘Tidak akan diampuni’ berarti orangnya tidak mungkin bertobat / menjadi orang percaya. Tuhan akan mengeraskan hati orang yang sudah melakukan dosa ini sehingga ia tidak bakal percaya kepada Yesus. Karena itu orang Kristen yang sejati tidak mungkin pernah dan tidak mungkin akan melakukan dosa ini.
Ayat-ayat pembanding: Ibr 6:4-6 Ibrani 10:26-29 1Yoh 5:16.
c) Kalau Roh Kudus bukan pribadi, Ia tidak mungkin bisa dihujat.
Kalau, seperti yang dipercaya oleh Saksi-Saksi Yehuwa, Roh Kudus hanyalah sekedar kuasa dari Allah, bukan Pribadi / Allah, maka Ia tidak mungkin dihujat. Bagaimana seseorang bisa menghujat suatu kuasa?
d) Menghujat Roh Kudus sama dengan menghujat Bapa?
Mari kita perhatikan bagian akhir dari kata-kata Saksi-Saksi Yehuwa di atas, yang saya kutip ulang di sini.
Saksi-Saksi Yehuwa: “Sebaliknya, apa yang Yesus katakan menunjukkan bahwa Bapa, yang empunya ‘Roh’ itu, lebih besar dari pada Yesus, Anak Manusia” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 398.
Dengan kata-kata ini Saksi-Saksi Yehuwa ingin membengkokkan ‘penghujatan terhadap Roh Kudus’ menjadi ‘penghujatan terhadap Bapa’, dengan alasan bahwa ‘Bapalah yang empunya Roh itu’.
Tetapi text ini sama sekali tidak berbicara tentang penghujatan terhadap Bapa, tetapi tentang penghujatan terhadap Roh Kudus. Kalau memang text ini memaksudkan penghujatan terhadap Bapa mengapa tidak dikatakan menghujat Bapa, tetapi menghujat Roh Kudus?
Disamping itu, kalau penghujatan terhadap Roh Kudus merupakan penghujatan terhadap Bapa, karena Bapa adalah yang empunya Roh itu, apakah penghujatan terhadap Anak bukan merupakan penghujatan terhadap Bapa, mengingat bahwa Anak itu adalah utusan Bapa, dan bahwa Kitab Suci mengatakan bahwa barang siapa menolak Anak ia menolak Bapa (Luk 10:16)?
5) Yohanes 6:38 7:16 mengatakan bahwa Bapa mengutus Anak.
Yohanes 6:38 - “Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendakKu, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku”.
Yoh 7:16 - “Jawab Yesus kepada mereka: ‘AjaranKu tidak berasal dari diriKu sendiri, tetapi dari Dia yang telah mengutus Aku”.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Bukankah yang mengutus lebih unggul dari yang diutus?” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 17.
Mereka juga bertanya: Apakah Yesus mengutus diriNya sendiri? - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 18.
Bantahan:
Ayat-ayat ini tidak bisa ditafsirkan bahwa Bapa mengutus Yesus sebagai manusia, karena ingat bahwa selain ada banyak ayat yang menunjukkan bahwa Bapa mengutus Anak / Yesus, juga ada ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Bapa dan Anak mengutus Roh Kudus. Kalau yang pertama kita artikan sebagai Bapa mengutus Yesus sebagai manusia, yang kedua kita artikan sebagai apa?
a) Saksi-Saksi Yehuwa sering menyerang kita dengan menggunakan asumsi / pandangan mereka sendiri. Bahwa ‘Bapa mengutus Anak’ mereka tafsirkan sebagai ‘Yesus mengutus diriNya sendiri’ jelas menggunakan asumsi bahwa Allah itu hanya satu hakekat dan satu pribadi, seperti yang mereka percayai.
Tetapi dari sudut pandang Kristen yang mempercayai bahwa sekalipun Yesus dan Bapa mempunyai satu hakekat yang sama, tetapi Mereka adalah 2 pribadi yang berbeda (distinct), bisa saja yang seorang mengutus yang lain.
b) Dalam doktrin Allah Tritunggal ada ketundukan tertentu dari Anak kepada Bapa dan dari Roh Kudus kepada Bapa dan Anak. Ini disebut dengan istilah ‘economic subordination’, yang menunjuk pada ‘ketundukan demi keteraturan’.
Ketundukan ini tidak menunjukkan bahwa secara hakiki (ditinjau dari hakekatNya) Yesus memang lebih rendah dari Bapa. Ketundukan ini ada demi keteraturan dalam pekerjaan dari Allah Tritunggal di luar diriNya.
Illustrasi: Ini bisa dianalogikan dengan suatu keluarga. Di hadapan Allah, dan dari sudut hakekat, sebetulnya ayah, ibu, dan anak-anak setara.
Bahwa laki-laki dan perempuan adalah setara dari sudut hakekat, terlihat dari kata Paulus dalam Gal 3:28 - “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus”.
Kata-kata ‘tidak ada laki-laki atau perempuan’ maksudnya, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam pandangan Allah.
Tetapi demi keteraturan dalam keluarga, maka Tuhan memberi peraturan bahwa ayah adalah kepala keluarga, istri harus tunduk kepada suami, dan anak-anak harus tunduk kepada orang tua (Ef 5:22 Ef 6:1).
Demikian juga dalam Allah Tritunggal. Bapa, Anak dan Roh Kudus betul-betul setara kalau ditinjau dari sudut hakekat, karena hakekat Mereka hanya satu. Tetapi dalam beroperasi, ada ketundukan dari pribadi yang satu kepada pribadi yang lain.
Loraine Boettner: “This subordination of the Son to the Father, and of the Spirit to the Father and the Son, relates not to their essential life within the Godhead, but only to their modes of operation or their division of labour in creation and redemption. This subordination of the Son to the Father, and of the Spirit to the Faith and the Son, is not in any way inconsistent with true equality” (= Ketundukan dari Anak kepada Bapa, dan dari Roh kepada Bapa dan Anak, berhubungan bukan dengan kehidupan hakiki mereka dalam diri Allah, tetapi hanya dengan cara beroperasi / bekerja atau pembagian pekerjaan mereka dalam penciptaan dan penebusan) - ‘Studies in Theology’, hal 119.
c) Hal yang sama terjadi pada waktu dikatakan bahwa Bapa / Yesus mengutus Roh Kudus.
Yoh 14:26 - “tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu”.
Yoh 15:26 - “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku”.
Yoh 16:7 - “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu”.
d) Kalau Saksi-Saksi Yehuwa menganggap bahwa ‘Bapa mengutus Anak’ menunjukkan bahwa Bapa lebih besar dari pada Anak, mengapa dari ayat-ayat yang menunjukkan bahwa ‘Anak mengutus Roh Kudus’ mereka tidak menyimpulkan bahwa Anak lebih besar dari Roh Kudus?
6) Yohanes 8:17-18 menunjukkan ada dua saksi.
Yoh 8:17-18 - “(17) Dan dalam kitab Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian dua orang adalah sah; (18) Akulah yang bersaksi tentang diriKu sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku.’”.
Saksi-Saksi Yehuwa lalu mengatakan: “Di sini Yesus menunjukkan bahwa ia dan sang Bapa, yaitu Allah Yang Mahakuasa, harus dua kesatuan yang berbeda, jika tidak bagaimana mungkin benar-benar ada dua saksi?” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 17.
Bantahan:
Lagi-lagi di sini Saksi-Saksi Yehuwa menyerang kita menggunakan asumsi mereka sendiri. Memang kalau Allah itu tunggal mutlak, seperti yang mereka percayai, tidak mungkin bisa ada 2 saksi seperti dalam text ini. Tetapi kalau kita mempercayai Allah Tritunggal, dimana sekalipun hanya ada satu hakekat, tetapi ada 3 pribadi yang berbeda (distinct), maka text ini tentu tidak menjadi persoalan.
7) Kis 7:55 - Stefanus melihat Yesus berdiri di sebelah kanan Bapa.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Maka jelas, ia melihat dua pribadi yang terpisah - namun tidak melihat roh kudus, tidak melihat Keilahian Tritunggal” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 19.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Apakah Alkitab mengajar bahwa ‘Roh Kudus’ adalah suatu pribadi? ... Kisah 7:55,56 melaporkan bahwa Stefanus diberi penglihatan mengenai surga dan ia melihat ‘Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.’ Namun ia tidak mengatakan telah melihat roh suci. (Lihat juga Wahyu 7:10; 22:1,3)” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 394,395.
Kis 7:55-56 - “(55) Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. (56) Lalu katanya: ‘Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.’”.
Bantahan:
a) Saya tidak tahu apakah di sini Yesus harus disoroti sebagai manusia atau sebagai Allah. Kalau Yesus disoroti sebagai manusia, maka bisa saja ‘Allah’ dalam Kis 7:55,56 itu menunjuk kepada Allah Tritunggal. Kalau Yesus disoroti sebagai Allah, itu tetap tidak terlalu jadi soal, karena Yesus dan Bapa adalah 2 pribadi, maka bisa saja mereka ditunjukkan sebagai Dua. Bdk. Yoh 1:1 - “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”.
b) Yesus berulangkali ditunjukkan ada di surga, ada di kanan Allah, mempunyai takhta (Wah 7:10; 22:1,3), dsb, untuk menunjukkan bahwa setelah kebangkitanNya Ia naik ke surga, dan setelah itu Ia duduk di sebelah kanan Allah, maksudnya Ia mendapat tempat paling terhormat di surga.
Mengapa hal ini harus ditekankan untuk Yesus? Karena Yesus adalah Allah yang berinkarnasi, merendahkan diri sampai mati di kayu salib, sehingga setelah Ia bangkit dan naik ke surga, harus ditunjukkan bahwa Ia dipermuliakan dan Ia betul-betul adalah Allah sendiri.
Bdk. Fil 2:5-11 - “(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. (9) Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, (10) supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, (11) dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!”.
Roh Kudus tidak pernah berinkarnasi, mati di salib dsb, sehingga untuk Dia tak perlu ditekankan hal itu.
c) Tentang Stefanus tidak melihat Roh Kudus, itu juga tidak jadi soal, karena bisa saja itu memang tidak ditunjukkan kepada dia. Tidak dikatakan bahwa Stefanus melihat seluruh surga. Atau, bisa saja Roh Kudus ditunjukkan kepada Stefanus, tetapi tidak ia ceritakan, atau ia ceritakan, tetapi tidak dicatat oleh penulis dari Kisah Rasul. Kitab Suci tidak menuliskan segala sesuatu.
d) ‘Argument from silence’ (= argumentasi dari ke-diam-an) seperti ini tak punya kekuatan apa-apa. Kalau Kitab Suci ‘tidak berbicara’ atau ‘diam’ tentang Roh Kudus dalam text ini, itu tak berarti bahwa Roh Kudus tidak ada atau bahwa Ia bukan pribadi.
Kalau ‘Argument from silence’ (= argumentasi dari ke-diam-an) yang dipakai oleh Saksi-Saksi Yehuwa di sini mau diextrimkan, itu menjadi sesuatu yang menggelikan dan tidak masuk akal.
Contoh: kalau seorang Saksi Yehuwa pulang ke rumah dan ia hanya melihat ayahnya, dan tidak melihat ibunya, ia harus menyimpulkan bahwa ibunya bukan pribadi! Lucu dan tolol, bukan?
e) Perbandingan dengan orang-orang lain yang melihat Allah, surga, dan sebagainya.
1. Dalam Kej 28:12-15 Yakub bermimpi (dan mimpi ini jelas dari Allah) dan ia melihat Allah dan malaikat-malaikat, tetapi ia tidak melihat Yesus.
Kej 28:12-13 - “(12) Maka bermimpilah ia, di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya sampai di langit, dan tampaklah malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga itu. (13) Berdirilah TUHAN di sampingnya dan berfirman: ‘Akulah TUHAN, Allah Abraham, ...”.
Mengapa dari text ini Saksi-Saksi Yehuwa tidak menyimpulkan bahwa Yesus itu tidak ada / bukan pribadi?
2. Dalam Yes 6, Yesaya melihat YAHWEH, dan para serafim, tetapi ia tidak melihat Yesus.
Yes 6:1-10 - “(1) Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubahNya memenuhi Bait Suci. (2) Para Serafim berdiri di sebelah atasNya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang. (3) Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: ‘Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaanNya!’ (4) Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itupun penuhlah dengan asap. (5) Lalu kataku: ‘Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam.’ (6) Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah. (7) Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: ‘Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni.’ (8) Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: ‘Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?’ Maka sahutku: ‘Ini aku, utuslah aku!’ (9) Kemudian firmanNya: ‘Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan! (10) Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh.’”.
Mengapa dari text-text seperti ini Saksi-Saksi Yehuwa tidak menganggap bahwa Yesus bukan pribadi?
f) Stefanus juga tidak dikatakan melihat malaikat-malaikat, padahal pasti malaikat-malaikat ada di surga (Wah 5:11 7:11). Stefanus juga tidak dikatakan melihat orang-orang percaya yang sudah mati di surga, padahal mereka pasti ada di sana (Wahyu 6:9). Kalau Saksi-Saksi Yehuwa mau konsisten dengan argumentasi mereka, bahwa ini menunjukkan bahwa Roh Kudus bukan pribadi, maka mereka juga harus menyimpulkan malaikat-malaikat dan orang-orang percaya yang sudah mati itu sebagai bukan pribadi.
g) Sekarang saya akan membahas tentang 2 text dalam kitab Wahyu yang digunakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.
Wahyu 7:10 - “Dan dengan suara nyaring mereka berseru: ‘Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!’”.
Wah 22:1,3 - “(1) Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu. ... (3) Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hambaNya akan beribadah kepadaNya”.
Saya kira penekanan mereka dengan text-text ini adalah bahwa hanya terlihat adanya Bapa dan Anak, tetapi tidak ada Roh Kudus.
Sekarang mari kita bandingkan dengan:
· Wah 4:2-5 - “(2) Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang. (3) Dan Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya. (4) Dan sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di takhta-takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua, yang memakai pakaian putih dan mahkota emas di kepala mereka. (5) Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah”.
Di sini hanya ada Bapa dan Roh Kudus, tetapi tidak ada Anak. Haruskah kita menyimpulkan bahwa Anak itu tidak ada, atau bahwa Anak itu bukan pribadi?
· Wah 5:1-14 - “(1) Maka aku melihat di tangan kanan Dia yang duduk di atas takhta itu, sebuah gulungan kitab, yang ditulisi sebelah dalam dan sebelah luarnya dan dimeterai dengan tujuh meterai. (2) Dan aku melihat seorang malaikat yang gagah, yang berseru dengan suara nyaring, katanya: ‘Siapakah yang layak membuka gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya?’ (3) Tetapi tidak ada seorangpun yang di sorga atau yang di bumi atau yang di bawah bumi, yang dapat membuka gulungan kitab itu atau yang dapat melihat sebelah dalamnya. (4) Maka menangislah aku dengan amat sedihnya, karena tidak ada seorangpun yang dianggap layak untuk membuka gulungan kitab itu ataupun melihat sebelah dalamnya. (5) Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku: ‘Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya.’ (6) Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi. (7) Lalu datanglah Anak Domba itu dan menerima gulungan kitab itu dari tangan Dia yang duduk di atas takhta itu. (8) Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus. (9) Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: ‘Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darahMu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa. (10) Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi.’ (11) Maka aku melihat dan mendengar suara banyak malaikat sekeliling takhta, makhluk-makhluk dan tua-tua itu; jumlah mereka berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa, (12) katanya dengan suara nyaring: ‘Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!’ (13) Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: ‘Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!’ (14) Dan keempat makhluk itu berkata: ‘Amin’. Dan tua-tua itu jatuh tersungkur dan menyembah”.
Sebetulnya pembacaan text ini cukup sampai dengan ay 6 saja. Dalam ay 1 terlihat ada Bapa, dan dalam ay 6 ada Anak dan Roh Kudus.
Saya melanjutkan pembacaan sampai ay 14 hanya untuk menunjukkan bahwa Anak itu dipuja dan disembah di surga (perhatikan bagian yang saya beri garis bawah ganda)!
8) Wahyu 4:8-5:7 menunjukkan Yesus tidak mempunyai takhta.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Dalam kisah di Wahyu 4:8 sampai 5:7, Allah diperlihatkan duduk di atas takhta surgawi-Nya, tetapi Yesus tidak. Ia harus menghampiri Allah untuk mengambil gulungan dari tangan kanan Allah. Ini menunjukkan bahwa di surga Yesus bukan Allah tetapi terpisah dari Dia” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 19.
Bantahan:
a) Ini salah satu kekurang-ajaran Saksi-Saksi Yehuwa dalam mengutip ayat. Mereka mengutip sampai Wahyu 5:7, padahal Wah 5:8 menunjukkan penyembahan terhadap Yesus di surga, dan ini membuktikan bahwa Yesus adalah Allah.
Wahyu 5:8 - “Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus”.
b) Pada waktu Yesus naik ke surga, dikatakan Ia duduk di sebelah kanan Allah. Ia duduk pada apa? Sebuah bangku? Sudah pasti Ia duduk di atas takhta.
BACA JUGA: KEBANGKITAN YESUS KRISTUS DARI ANTARA ORANG MATI
Wah 22:1,3 - “(1) Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu. ... (3) Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hambaNya akan beribadah kepadaNya”.
c) Tentang keterpisahan Yesus dengan Bapa, sudah saya jelaskan berulang-ulang, dan tidak perlu diulang lagi di sini.
9) Matius 3:16 menunjukkan bahwa Yesus baru diurapi dengan Roh Kudus pada saat Ia dibaptis.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “roh Allah turun ke atas Yesus pada saat pembaptisannya, yang menunjukkan bahwa sebelum itu Yesus tidak diurapi dengan roh. Maka, bagaimana mungkin ia menjadi bagian dari suatu Tritunggal padahal ia tidak selalu satu dengan roh kudus?” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 23.
Bantahan:
a) Ini lagi-lagi adalah ayat yang menyoroti kemanusiaan Yesus!
b) Saya percaya bahwa saat baptisan bukan saat pertama Yesus mendapat Roh Kudus.
Calvin (tentang Matius 3:16): “why did the Spirit, who had formerly dwelt in Christ, descend upon him at that time? ... the grace of the Spirit was bestowed on Christ in a remarkable and extraordinary manner, (John 3:34,) yet he remained at home as a private person, till he should be called to public life by the Father. Now that the time is come, for preparing to discharge the office of Redeemer, he is clothed with a new power of the Spirit, ...” [= mengapa Roh, yang sebelumnya telah tinggal dalam Kristus, turun kepadaNya pada saat itu? ... kasih karunia Roh telah diberikan kepada Kristus dengan cara yang hebat dan luar biasa, (Yohanes 3:34), tetapi Ia tetap tinggal di rumah sebagai seorang pribadi, sampai Ia dipanggil kepada kehidupan umum / masyarakat oleh Bapa. Sekarang pada saat waktunya tiba, untuk mempersiapkan untuk melaksanakan jabatan Penebus, Ia dipakaiani dengan kuasa yang baru dari Roh] - hal 203-204.
Saksi-Saksi Yehuwa membuat kesalahan yang sama pada waktu mereka menyoroti diri Yesus maupun pada waktu mereka menyoroti Allah Tritunggal.
Pada waktu menyoroti diri Yesus, mereka menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiaan Yesus untuk membuktikan bahwa Ia bukan Allah.
BACA JUGA: BISAKAH MASUK SURGA DENGAN PERBUATAN BAIK?
Pada waktu menyoroti diri Allah, mereka menyoroti ayat-ayat yang menunjukkan ‘adanya kejamakan (pribadi) dalam diri Allah’ untuk membuktikan bahwa Yesus berbeda dengan Allah, dan karena itu tidak menunjukkan kesatuan Bapa dengan Yesus, atau mereka menyoroti ayat-ayat yang menunjukkan kesatuan hakekat Allah untuk membuktikan bahwa tidak ada kejamakan apapun dalam diri Allah.
SAKSI YEHUWA (26)