SAKSI YEHUWA (27): ALLAH TRITUNGGAL

oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
C) Dasar Kitab Suci dari doktrin Allah Tritunggal.
SAKSI YEHUWA (27)Perlu diketahui bahwa tidak ada satu ayatpun dalam Kitab Suci yang menyatakan doktrin Allah Tritunggal secara keseluruhan. Doktrin Allah Tritunggal didapatkan dari banyak ayat Kitab Suci. Sebagian ayat-ayat Kitab Suci menyatakan ketunggalan Allah, tetapi sebagian yang lain menyatakan adanya kejamakan tertentu dalam diri Allah.

1) Kitab Suci menunjukkan ketunggalan Allah.

a) Ayat-ayat Kitab Suci yang secara explicit menyatakan bahwa Allah itu satu (Ulangan 6:4 Markus 12:32 Yohanes 17:3 1Korintus 8:4 1Timotius 2:5 Yakobus 2:19).

b) Penggunaan kata-kata bentuk tunggal untuk Allah atau dalam hubungannya dengan Allah:

1. Penggunaan kata ganti orang bentuk tunggal.

Contoh:

· kalau Allah berbicara tentang diriNya sendiri, maka pada umum­nya Ia menggunakan kata ‘Aku’ (bahasa Inggris: ‘I’).

· kalau orang lain berbicara tentang Allah, maka pada umumnya digunakan kata ‘Dia’ (bahasa Inggris: ‘He’).

· kalau orang berbicara kepada Allah, maka pada umumnya digunakan kata ‘Engkau’ (bahasa Inggris: ‘You’). Dalam bahasa Yunani maupun Ibraninya terlihat bahwa yang digunakan adalah ‘You’ dalam bentuk tunggal.

2. Penggunaan kata kerja bentuk tunggal.

Contoh: dalam bahasa Ibraninya, kata ‘menciptakan’ dalam Kej 1:1 adalah kata kerja bentuk tunggal.

3. Penggunaan kata sifat bentuk tunggal.

Contoh: dalam bahasa Ibraninya, kata-kata ‘baik’ dan ‘benar’ dalam Mazmur 25:8 adalah kata sifat bentuk tunggal.

Mazmur 25:8 - “TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat”.

c) Allah mempunyai sifat self-existent, dan sifat ini tidak me­mungkinkan adanya lebih dari satu makhluk seperti Dia.

1. Sifat self-existent (= ada dengan sendirinya / ada dari dirinya sendiri) dari Allah, jelas merupakan ajaran dalam Kitab Suci, karena Kitab Suci menunjukkan bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Allah (Kejadian 1:1-31 Yohanes 1:3,10), tetapi Kitab Suci tidak pernah menceritakan tentang terjadinya Allah, dan ini menunjukkan bahwa Allah sendiri tidak pernah diciptakan / dijadikan oleh siapapun / apapun juga.

2. Sifat self-existent ini mempunyai 2 perwujudan:

a. Allah adalah makhluk yang independent (= bebas / tak tergan­tung) secara mutlak.

· diriNya / keberadaanNya / hidupNya independent.

Yohanes 5:26 - “Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diriNya sendiri, demikian juga diberikanNya Anak mempunyai hidup dalam diriNya sendiri”.

· pikiranNya / rencanaNya / kehendakNya / tindakanNya independent.

Roma 11:33-34 - “(33) O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusanNya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya! (34) Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihatNya?”.

Roma 9:10-21 - “(10) Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita. (11) Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya - (12) dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,’ (13) seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.’ (14) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil! (15) Sebab Ia berfirman kepada Musa: ‘Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.’ (16) Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah. (17) Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: ‘Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasaKu di dalam engkau, dan supaya namaKu dimasyhurkan di seluruh bumi.’ (18) Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendakiNya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendakiNya. (19) Sekarang kamu akan berkata kepadaku: ‘Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkanNya? Sebab siapa yang menentang kehendakNya?’ (20) Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: ‘Mengapakah engkau membentuk aku demikian?’ (21) Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?”.

Daniel 4:35 - “Semua penduduk bumi dianggap remeh; Ia berbuat menurut kehendakNya terhadap bala tentara langit dan penduduk bumi; dan tidak ada seorangpun yang dapat menolak tanganNya dengan berkata kepadaNya: ‘Apa yang Kaubuat?’”.

Efesus 1:5 - “Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya”.

Mazmur 115:3 - “Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendakiNya!”.

b. Segala sesuatu ada hanya melalui Dia, dan segala sesuatu tergantung kepada Dia.

Neh 9:6 - “‘Hanya Engkau adalah TUHAN! Engkau telah menjadikan langit, ya langit segala langit dengan segala bala tentaranya, dan bumi dengan segala yang ada di atasnya, dan laut dengan segala yang ada di dalamnya. Engkau memberi hidup kepada semuanya itu dan bala tentara langit sujud menyembah kepadaMu”.

Maz 104:27-30 - “(27) Semuanya menantikan Engkau, supaya diberikan makanan pada waktunya. (28) Apabila Engkau memberikannya, mereka memungutnya; apabila Engkau membuka tanganMu, mereka kenyang oleh kebaikan. (29) Apabila Engkau menyembunyikan wajahMu, mereka terkejut; apabila Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu. (30) Apabila Engkau mengirim rohMu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi”.

Yohanes 1:3 - “Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan”.

Kis 17:28a - “Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, ...”.

Ibr 1:3a - “Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firmanNya yang penuh kekuasaan”.

1Tim 6:13a - “Di hadapan Allah yang memberikan hidup kepada segala sesuatu ...”.

3. Dari semua ini bisa disimpulkan bahwa tidak mungkin ada lebih dari satu makhluk yang seperti itu! Karena tidak mungkin bisa ada 2 makhluk yang sama-sama tidak tergantung apapun / siapapun, dan yang membuat segala sesuatu tergantung dirinya.

Jadi kita tetap mempercayai bahwa Allah itu satu.
2) Kitab Suci menunjukkan adanya ‘kejamakan dalam diri Allah’.

Perhatikan bahwa saya tidak menyebut adanya ‘banyak Allah’, tetapi adanya ‘kejamakan dalam diri Allah’. Jadi, saya tetap percaya pada ketunggalan / keesaan Allah, tetapi dalam keesaanNya itu terdapat ‘suatu kejamakan tertentu’. Allah itu mempunyai hanya satu hakekat, dalam 3 pribadi!
Keilahian Yesus dan Roh Kudus.

Adanya kejamakan dalam diri Allah terlihat dari keilahian Yesus dan Roh Kudus. Bahwa Yesus dan Roh Kudus juga adalah Allah (ini sudah dibuktikan dalam pelajaran-pelajaran yang lalu), sebagaimana Bapa adalah Allah, jelas menunjukkan adanya kejamakan dalam diri Allah.

Philip Schaff: “The dogma of the Trinity came up not by itself in abstract form, but in inseparable connection with the doctrine of the deity of Christ and the Holy Ghost. If this latter doctrine is true, the Trinity follows by logical necessity, the biblical monotheism being presumed; in other words: If God is one, and if Christ and the Holy Ghost are distinct from the Father and yet participate in the divine substance, God must be triune. Though there are in the Holy Scriptures themselves few texts which directly prove the Trinity, and the name Trinity is wholly wanting in them, this doctrine is taught with all the greater force in a living form from Genesis to Revelation by the main facts of the revelation of God as Creator, Redeemer, and Sanctifier, besides being indirectly involved in the deity of Christ and the Holy Ghost” (= Dogma dari Tritunggal tidak muncul sendiri dalam bentuk yang abstrak, tetapi dalam hubungan yang tak terpisahkan dengan doktrin dari keallahan dari Kristus dan Roh Kudus. Jika doktrin yang terakhir ini benar, maka Tritunggal mengikuti sebagai suatu keharusan yang bersifat logis, karena monotheisme yang Alkitabiah sudah dianggap benar; dengan kata lain: Jika Allah itu satu, dan jika Kristus dan Roh Kudus berbeda dari Bapa tetapi ambil bagian dalam zat ilahi, Allah harus Tritunggal. Sekalipun dalam Kitab Suci yang kudus itu sendiri hanya ada sedikit text yang secara langsung membuktikan Tritunggal, dan nama ‘Tritunggal’ sama sekali tidak ada di dalamnya, doktrin ini diajarkan dengan kekuatan yang lebih besar dalam suatu bentuk yang hidup dari Kejadian sampai Wahyu oleh fakta-fakta utama dari wahyu dari Allah sebagai Pencipta, Penebus, dan Pengudus, disamping terlibat secara tak langsung dalam keallahan dari Kristus dan Roh Kudus) - ‘History of the Christian Church’, vol III, hal 618.

Philip Schaff: “Under the condition of monotheism, this doctrine followed of necessity from the doctrine of the divinity of Christ and of the Holy Spirit” (= Di bawah kondisi dari monotheisme, doktrin ini mengikuti sebagai suatu keharusan dari doktrin tentang keilahian dari Kristus dan dari Roh Kudus) - ‘History of the Christian Church’, vol II, hal 566.

Tetapi saya masih ingin menambahkan bukti-bukti adanya kejamakan dalam diri Allah, dalam Perjanjian Lama dan dalam Perjanjian Baru.
Dalam Perjanjian Lama.

a) Penggunaan kata ‘ELOHIM’ untuk Allah (Kej 1:1 dll) yang merupa­kan kata bentuk jamak / plural.

Kata ‘ELOHIM’ mempunyai bentuk tunggal / singular yaitu ‘ELOAH’ yang digunakan antara lain dalam Ul 32:15-17 dan Hab 3:3.

Tetapi dalam Perjanjian Lama kata ‘ELOAH’ hanya digunakan sebany­ak 250 x, sedangkan kata ‘ELOHIM’ sekitar 2500 x. Penggunaan kata bentuk jamak / plural yang jauh lebih banyak ini menunjukkan adanya ‘kejamakan dalam diri Allah’.

Memang harus diakui bahwa ELOHIM sering dianggap sebagai bentuk tunggal, tetapi yang perlu dipertanyakan adalah: kalau memang Allah itu tunggal secara mutlak, mengapa tidak digunakan ELOAH saja terus menerus? Mengapa digunakan ELOHIM, dan lebih lagi, mengapa digunakan ELOHIM jauh lebih banyak dari ELOAH?

Dalam persoalan ini, buku ‘Haruskah anda percaya kepada Tritunggal?’ memberikan suatu serangan yang bagus, yang saya kutip di bawah ini:

“‘ELOHIM’ bukan berarti ‘pribadi-pribadi’, melainkan ‘allah-allah’. Jadi mereka yang berkukuh bahwa kata ini menyatakan suatu Tritunggal menjadikan diri sendiri politeis, penyembah lebih dari satu Allah. Mengapa? Karena ini berarti ada tiga allah dalam Tritunggal” (hal 13).
Tanggapan / Bantahan:

Untuk menjawab serangan ini kita bisa menjelaskan sebagai berikut:

1. ELOHIM tidak boleh diartikan ‘Allah-Allah’, karena ini akan bertentangan dengan ayat-ayat yang menggunakan ELOAH. Sedangkan ELOAH tidak boleh diartikan ‘Allah yang satu secara mutlak’, karena akan bertentangan dengan ayat-ayat yang menggunakan ELO­HIM. Jadi untuk mengharmoniskan ayat-ayat yang menggunakan ELOAH dengan ayat-ayat yang menggunakan ELOHIM, haruslah diartikan bahwa Allah itu tunggal dalam hakekatNya, tetapi jamak dalam pribadiNya.

2. Allah itu begitu besar, ajaib, dan ada diluar jangkauan akal manusia. Karena itu jelaslah bahwa tidak ada bahasa manusia (termasuk bahasa Ibrani), yang bisa menggambarkan Allah dengan sempurna. Tata bahasa dan kata-kata dari bahasa Ibrani (atau bahasa lain apa­pun) tidak bisa menggambarkan bahwa Allah itu satu hakekat tetapi tiga pribadi. Disamping itu, Kitab Suci bukanlah suatu buku Systematic Theology, dan karena itu tidak menuliskan doktrin-doktrin yang ada di dalamnya dengan rumus-rumus theologia, tetapi sebaliknhya, mengejar dengan menggunakan cerita sejarah, syair, surat-surat, dan sebagainya. Kalau Kitab Suci selalu menggunakan kata bentuk tunggal ELOAH, maka akan menunjuk kepada Allah yang tunggal secara mutlak. Sedang­kan kalau Kitab Suci selalu menggunakan kata bentuk jamak ELOHIM, maka akan menunjuk kepada banyak Allah. Karena itu maka dalam ayat-ayat tertentu Kitab Suci menggunakan ELOAH dan dalam ayat-ayat lain Kitab Suci menggunakan ELOHIM.

Dalam buku ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 403, Saksi-Saksi Yehuwa menunjuk kepada Hak 16:23 dimana untuk dewa Dagon dari orang-orang Filistin, juga digunakan kata ELOHIM yang lalu diikuti dengan kata kerja bentuk tunggal.

Hak 16:23 - “Sesudah itu berkumpullah raja-raja kota orang Filistin untuk mengadakan perayaan korban sembelihan yang besar kepada Dagon, allah mereka, dan untuk bersukaria; kata mereka: Telah diserahkan oleh allah kita ke dalam tangan kita Simson, musuh kita.’”.

Catatan: kata ‘telah diserahkan’ adalah kata kerja bentuk tunggal.

Dan Saksi-Saksi Yehuwa itu lalu menyimpulkan tentang kata ELOHIM: “Bentuk jamak dari kata-kata ini dalam bahasa Ibrani adalah untuk menunjukkan keagungan atau kemuliaan. ... Jadi itu tidak menunjukkan banyaknya pribadi-pribadi dalam ketuhanan” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 403.
Tanggapan / Bantahan:

Memang kata ELOHIM bisa digunakan untuk dewa / allah kafir, dan sekalipun kata ELOHIM itu kata bentuk jamak, tetapi lalu diikuti kata kerja bentuk tunggal. Ini juga terjadi dalam kasus Allah sendiri. Tetapi dalam kasus Allah sendiri, kadang-kadang digunakan kata kerja bentuk jamak, seperti yang nanti akan kita lihat di bawah, dan setahu saya hal seperti ini tidak pernah terjadi dengan dewa / allah kafir.

b) Penggunaan kata bentuk jamak untuk Allah atau dalam hubungannya dengan Allah:

1. Kata ganti orang bentuk jamak.

Contoh:

Mungkin dalam persoalan ini, contoh ayat yang terpenting adalah Yes 6:8a, karena dalam ayat ini kata ganti orang bentuk tunggal dan jamak untuk menyatakan Allah, keluar sekaligus dalam satu ayat.

Tetapi dalam Yes 6:8a ini, Kitab Suci bahasa Indonesia (baik terjemahan lama maupun baru) salah terjemahan!

Yes 6:8a - “Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: ‘Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?’”.

KJV/RSV/NIV/NASB: “Whom shall I send and who will go for Us?” (= Siapa yang akan Kuutus dan siapa yang mau pergi untuk Kami?).

TDB: “Siapakah yang akan kuutus, dan siapakah yang akan pergi untuk kami?”.

Dalam hal ini KJV/RSV/NIV/NASB maupun TDB menterjemahkan dengan benar. Jadi kalau saudara berdebat dengan Saksi-Saksi Yehuwa, dan mereka menggunakan Kitab Suci kita, mintalah mereka menggunakan Kitab Suci Inggris atau Kitab Suci mereka sendiri (TDB) dalam persoalan Yes 6:8 ini.

Kej 3:22a - “Berfirmanlah TUHAN Allah: ‘Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; ...”.

Kejadian 11:7 - “Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing.’”.

Yes 41:22 - “Biarlah mereka maju dan memberitahukan kepada kami apa yang akan terjadi! Nubuat yang dahulu, beritahukanlah apa artinya, supaya kami memperhatikannya, atau hal-hal yang akan datang, kabarkanlah kepada kami, supaya kami mengetahui kesudahannya!”.

Kej 1:26 - “Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’”.

Ada yang mengatakan bahwa pada waktu Allah menggunakan ‘Kita’ dalam Kej 1:26, maka saat itu Ia berbicara kepada para malaikat. Jadi itu tidak menunjukkan ‘kejamakan dalam diri Allah’. Tetapi ini tidak mungkin, sebab kalau dalam Kej 1:26 diartikan bahwa ‘Kita’ itu menunjuk kepada ‘Allah dan para malaikat’, maka haruslah disim­pulkan bahwa:

· manusia juga diciptakan menurut gambar dan rupa malaikat.

· Allah mengajak para malaikat untuk bersama-sama menciptakan manusia, sehingga kalau Allah adalah pencipta / creator, maka malaikat adalah co-creator (= rekan pencipta).

Tentang kata ‘Kita’ dalam Kej 1:26 ini Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan sebagai berikut:

“Tiada sangsi lagi bahwa kepada pekerja ahli inilah Allah berkata: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita.’ (Kejadian 1:26) Ada yang mengatakan bahwa ‘Kita’ dalam pernyataan ini menunjukkan suatu Tritunggal. Namun jika anda mengatakan, ‘Baiklah kita membuat sesuatu untuk diri kita,’ tidak seorang pun akan secara wajar memahami bahwa ini menyatakan beberapa orang digabungkan menjadi satu di dalam diri anda. Anda hanya memaksudkan bahwa dua pribadi atau lebih akan bersama-sama mengerjakan sesuatu. Maka demikian pula, ketika Allah menggunakan ‘Kita,’ Ia hanya menyapa suatu pribadi lain, makhluk roh-Nya yang pertama, sang pekerja ahli, pramanusia Yesus” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 14.

Catatan: istilah ‘pekerja ahli’ untuk Yesus mereka dapatkan dari Amsal 8:30 (JB / NWT). Tetapi dalam Kitab Suci Indonesia istilah itu diterjemahkan ‘anak kesayangan’. NIV: ‘craftsman’; RSV/NASB: ‘a master workman’; terjemahan-terjemahan bahasa Inggris ini lebih condong pada terjemahan dari Saksi-Saksi Yehuwa.
Tanggapan / Bantahan:

a. Kata ‘Kita’ memang tidak menunjukkan seluruh doktrin Allah Tritunggal. Saksi-Saksi Yehuwa kelihatannya ingin mendesak kita / orang kristen untuk menunjukkan seluruh doktrin Allah Tritunggal dari ayat itu. Ini bodoh, karena seperti sudah saya katakan di atas, tidak ada satu ayatpun dalam Kitab Suci yang menyatakan doktrin Allah Tritunggal secara keseluruhan.

b. Dalam theologia dari Saksi-Saksi Yehuwa, pada waktu Allah menggunakan kata ‘Kita’ itu, Ia sedang berbicara kepada Yesus. Dan mereka mengakui Yesus sebagai ‘suatu allah / allah kecil’, ‘malaikat Mikhael’, dan sebagainya. Maka perlu kita pertanyakan, kalau demikian, berdasarkan Kej 1:26 itu, manusia adalah gambar dan rupa siapa?

· Gambar dan rupa Allah?

· Gambar dan rupa dari allah kecil / suatu allah?

· Gambar dan rupa malaikat?

Bagaimana Allah bisa menggabungkan diriNya dengan Yesus, dalam kata ‘Kita’ itu, kalau Ia tidak satu / setara dengan Yesus?

Illustrasi: kalau saya adalah seorang sarjana, sedangkan istri saya hanya lulusan SMP, maka saya tidak bisa berkata kepada istri saya: ‘Saya ingin anak kita menjadi seperti kita’. Ini akan membingungkan orang. Saya ingin anak saya menjadi ‘sarjana’ atau ‘lulusan SMP’? Tetapi kalau saya dan istri saya setara, yaitu sama-sama adalah sarjana, maka saya bisa mengatakan kata-kata itu.

c. Pandangan Kristen menganggap bahwa kata ‘Kita’ menunjukkan bahwa pribadi-pribadi dalam Allah Tritunggal itu berbicara satu dengan yang lain, dan ini menunjukkan adanya ‘kejamakan tertentu dalam diri Allah’.

2. Kata kerja dalam bentuk jamak.

Contoh:

· Kej 20:13a - “Ketika Allah menyuruh aku mengembara keluar dari rumah ayahku, berkatalah aku kepada isteriku: ...”.

Kata-kata ‘menyuruh aku mengembara’ dalam bahasa Ibraninya adalah kata kerja bentuk jamak.

· Kej 35:7 - “Didirikannyalah mezbah di situ, dan dinamainyalah tempat itu El-Betel, karena Allah telah menyatakan diri kepadanya di situ, ketika ia lari terhadap kakaknya”.

Kata ‘menyatakan’ dalam bahasa Ibraninya adalah kata kerja bentuk jamak.

· 2Sam 7:23a - “Dan bangsa manakah di bumi seperti umatMu Israel, yang Allahnya pergi membebaskannya menjadi umatNya, ...”.

Kata ‘pergi’ dalam bahasa Ibraninya adalah kata kerja bentuk jamak.

· Maz 58:12 - “Dan orang akan berkata: ‘Sesungguhnya ada pahala bagi orang benar, sesungguhnya ada Allah yang memberi keadilan di bumi.’”.

Kata ‘memberi keadilan’ dalam bahasa Ibraninya ada dalam bentuk jamak (sebetulnya ini bukan kata kerja tetapi parti­ciple).

Padahal dalam ayat-ayat di atas ini, subyeknya adalah kata ‘ELOHIM’ yang digunakan untuk menyatakan Allah yang esa.

3. Kata-kata bentuk jamak lainnya seperti dalam:

· Pengkhotbah 12:1 - “Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: ‘Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!’”.

Kata ‘pencipta’ (creator), dalam bahasa Ibraninya ada dalam bentuk jamak, sehingga seharusnya terjemahan­nya adalah ‘creators’ (= pencipta-pencipta).

· Maz 149:2 - “Biarlah Israel bersukacita atas Yang menjadikannya, biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja mereka!”.

Kata-kata ‘Yang menjadikannya’, dalam bahasa Ibrani­nya ada dalam bentuk jamak.

· Amsal 9:10 - “Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian”.

Kata-kata ‘Yang Mahakudus’, dalam bahasa Ibrani­nya ada dalam bentuk jamak.

· Hos 12:1 - “Dengan kebohongan Aku telah dikepung oleh Efraim, dengan tipu oleh kaum Israel; sedang Yehuda menghilang dari dekat Allah, dari dekat Yang Mahakudus yang setia”.

Kata-kata ‘Yang Mahakudus’, dalam bahasa Ibrani­nya ada dalam bentuk jamak.

· Ayub 35:10 - “tetapi orang tidak bertanya: Di mana Allah, yang membuat aku, dan yang memberi nyanyian pujian di waktu malam”.

Kata-kata ‘yang membuat aku’, dalam bahasa Ibraninya ada dalam bentuk jamak.

· Yes 54:5 - “Sebab yang menjadi suamimu ialah Dia yang menjadikan engkau, TUHAN semesta alam namaNya; yang menjadi Penebusmu ialah Yang Mahakudus, Allah Israel, Ia disebut Allah seluruh bumi”.

Kata ‘yang menjadikan engkau’, dalam bahasa Ibraninya ada dalam bentuk jamak.

· Yos 24:19 - “Tetapi Yosua berkata kepada bangsa itu: ‘Tidaklah kamu sanggup beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah yang kudus, Dialah Allah yang cemburu. Ia tidak akan mengampuni kesalahan dan dosamu”.

Dalam bahasa Ibraninya, kata ‘kudus’ ada dalam bentuk jamak, tetapi kata ‘cemburu’ ada dalam bentuk tunggal. Jadi, kalau dalam Yes 6:8a digunakan kata ganti orang bentuk tunggal dan jamak untuk menunjuk kepada Allah dalam 1 ayat, maka dalam Yoh 24:19 digunakan kata sifat bentuk tunggal dan jamak terhadap diri Allah dalam 1 ayat.

c) Beberapa ayat dalam Kitab Suci membedakan Allah yang satu dengan Allah yang lain (seakan-akan ada lebih dari satu Allah).

· Maz 45:7-8.

Karena dalam ayat ini Kitab Suci Indonesia kurang tepat terjema­hannya, mari kita lihat terjemahan NASB di bawah ini.

Psalm 45:6-7 (NASB): “Thy throne, O God, is forever and ever ... Therefore God, Thy God has anointed Thee” (= TahtaMu, Ya Allah, kekal selama-lamanya. ... Karena itu, Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau).

Bandingkan dengan Ibr 1:8-9 yang mengutip ayat ini.

· Maz 110:1.

Juga untuk ayat ini perhatikan terjemahan NASB di bawah ini.

Psalm 110:1 (NASB): “The LORD says to my Lord ...” (= TUHAN berkata kepada Tuhanku ...). Bandingkan dengan Mat 22:44-45 yang mengutip ayat ini.

· Hos 1:7 - “Tetapi Aku akan menyayangi kaum Yehuda dan menyelamatkan mereka demi TUHAN, Allah mereka. Aku akan menyelamatkan mereka bukan dengan panah atau pedang, dengan alat perang atau dengan kuda dan orang-orang berkuda.’”.

Hos 1:7 (NASB): “But I will have compassion on the house of Judah and deliver them by the LORD their God, and will not deliv­er them by bow, sword, battle, horses, or horseman” (= Tetapi Aku akan berbelaskasihan kepada kaum Yehuda dan menyelamatkan mereka dengan / oleh TUHAN Allah mereka, dan tidak akan menyelamatkan mereka oleh / dengan busur, pedang, pertempuran, kuda-kuda, atau penunggang-penunggang kuda).

· Kej 19:24 - “Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit”.

Tuhan (YHWH), yang saat itu ada di bumi, menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari Tuhan (YHWH), dari langit. Jadi kelihatannya ada 2 Tuhan (YHWH), satu di bumi, satu di langit.

· Amsal 8 berbicara tentang ‘hikmat Allah’.

Kalau dilihat dari istilahnya, yaitu ‘hikmat Allah’ [the wisdom of God (= hikmat dari / milik Allah)], maka jelas bahwa ‘hikmat Allah’ ini tidak sama dengan Allah.

Tetapi Amsal 8 ini lalu mempersonifikasikan ‘hikmat Allah’ itu dan menunjukkannya sebagai seorang pribadi yang bersifat kekal (Yesus). Dengan kata lain, hikmat Allah itu juga adalah Allah (bdk. 1Kor 1:24 - “Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah”).

· Penampilan dari Malaikat TUHAN (Kej 16:2-13 22:11,16 31:11,13 48:15,16 Kel 3:2,4,5 Hak 13:20-22).

Sama seperti istilah ‘hikmat Allah’ di atas, maka istilah ‘Malaikat TUHAN’ ini juga menunjukkan bahwa ‘Malaikat TUHAN’ (the Angel of the LORD) ini tidak sama dengan Allah.

Tetapi, sekalipun dalam bagian-bagian tertentu Malaikat TUHAN itu disebut sebagai Malaikat TUHAN, dalam bagian-bagian lain Ia juga disebut sebagai Allah / TUHAN sendiri.

Contoh:

* Dalam Kej 16:7,9,10,11 - disebut sebagai Malaikat TUHAN; tetapi dalam Kej 16:13 disebut sebagai TUHAN sendiri.

Kej 16:7-13 - “(7) Lalu Malaikat TUHAN menjumpainya dekat suatu mata air di padang gurun, yakni dekat mata air di jalan ke Syur. (8) Katanya: ‘Hagar, hamba Sarai, dari manakah datangmu dan ke manakah pergimu?’ Jawabnya: ‘Aku lari meninggalkan Sarai, nyonyaku.’ (9) Lalu kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: ‘Kembalilah kepada nyonyamu, biarkanlah engkau ditindas di bawah kekuasaannya.’ (10) Lagi kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: ‘Aku akan membuat sangat banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya.’ (11) Selanjutnya kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: ‘Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya Ismael, sebab TUHAN telah mendengar tentang penindasan atasmu itu. (12) Seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar, demikianlah nanti anak itu; tangannya akan melawan tiap-tiap orang dan tangan tiap-tiap orang akan melawan dia, dan di tempat kediamannya ia akan menentang semua saudaranya.’ (13) Kemudian Hagar menamakan TUHAN yang telah berfirman kepadanya itu dengan sebutan: ‘Engkaulah El-Roi.’ Sebab katanya: ‘Bukankah di sini kulihat Dia yang telah melihat aku?’”.

* Dalam Kej 22:11a - disebut sebagai ‘Malaikat TUHAN’; tetapi dalam Kej 22:11b-12 - disebut sebagai ‘Tuhan’ / ‘Allah’ sendiri.

Kej 22:11-16 - “(11) Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: ‘Abraham, Abraham.’ Sahutnya: ‘Ya, Tuhan.’ (12) Lalu Ia berfirman: ‘Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaKu.’ (13) Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya. (14) Dan Abraham menamai tempat itu: ‘TUHAN menyediakan’; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: ‘Di atas gunung TUHAN, akan disediakan.’ (15) Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepada Abraham, (16) kataNya: ‘Aku bersumpah demi diriKu sendiri - demikianlah firman TUHAN -: Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaKu, ...”.

Sekalipun dalam ay 11 disebut sebagai ‘Malaikat TUHAN’, tetapi dalam ay 11b disebut ‘Tuhan’ oleh Abraham. Dan dalam ay 15, ‘Malaikat TUHAN’ itu berseru, tetapi dalam ay 16 dikatakan ‘firman TUHAN’.

Lalu dalam ay 16 Malaikat TUHAN itu bersumpah demi diriNya sendiri.

Bdk. Ibr 6:13,16,17 - “(13) Sebab ketika Allah memberikan janjiNya kepada Abraham, Ia bersumpah demi diriNya sendiri, karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari padaNya, ... (16) Sebab manusia bersumpah demi orang yang lebih tinggi, dan sumpah itu menjadi suatu pengokohan baginya, yang mengakhiri segala bantahan. (17) Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu akan kepastian putusanNya, Allah telah mengikat diriNya dengan sumpah,”.

Hanya Allah yang bersumpah demi diriNya sendiri, karena tidak ada yang lebih tinggi dari Dia. Bdk. Kel 32:13 Yer 22:5 44:26 49:13 51:14 Amos 6:8.

Seorang malaikat biasa akan bersumpah demi nama Tuhan, bukan demi dirinya sendiri / namanya sendiri (bdk. Daniel 12:7 Wah 10:5-6).

Jadi jelas bahwa Malaikat TUHAN itu adalah Tuhan / Allah sendiri.

Juga, dalam Kel 23:20-23, malaikat TUHAN ini mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa.

Kel 23:20-23 - “(20) ‘Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan. (21) Jagalah dirimu di hadapannya dan dengarkanlah perkataannya, janganlah engkau mendurhaka kepadanya, sebab pelanggaranmu tidak akan diampuninya, sebab namaKu ada di dalam dia. (22) Tetapi jika engkau sungguh-sungguh mendengarkan perkataannya, dan melakukan segala yang Kufirmankan, maka Aku akan memusuhi musuhmu, dan melawan lawanmu. (23) Sebab malaikatKu akan berjalan di depanmu dan membawa engkau kepada orang Amori, orang Het, orang Feris, orang Kanaan, orang Hewi dan orang Yebus, dan Aku akan melenyapkan mereka”.

Ada 2 hal yang perlu dipersoalkan:

¨ Dari kata-kata ‘namaKu ada di dalam dia’, Adam Clarke menganggap bahwa malaikat ini adalah Malaikat Perjanjian, yaitu Yesus Kristus sendiri.

Semua ini menunjukkan bahwa Malaikat TUHAN itu adalah Allah / TUHAN sendiri.

¨ Tentang kata-kata ‘pelanggaranmu tidak akan diampuninya’, Adam Clarke memberikan komentar sebagai berikut:

Adam Clarke: “‘He will not pardon your transgressions.’He is not like a man, with whom ye may think that ye may trifle, were he either man or angel, in the common acceptation of the term, it need not be said, He will not pardon your transgressions, for neither man nor angel could do it” (= ‘Ia tidak akan mengampuni pelanggaranmu’ Ia bukan seperti seorang manusia, dengan siapa engkau bisa berpikir / menganggap bahwa engkau boleh menyepelekan; seandainya Ia adalah manusia atau malaikat, dalam arti yang biasa diterima, tidak perlu dikatakan, ‘Ia tidak akan mengampuni pelanggaranmu’, karena baik manusia maupun malaikat tidak bisa melakukannya).

d) Penggunaan nama ‘TUHAN’ (YAHWEH / YEHOVAH) 3 x berturut-turut dalam Bil 6:24-26 dan sebutan ‘kudus’ bagi Allah 3 x berturut-turut dalam Yes 6:3 (bdk. Wah 4:8).

Bil 6:24-26 - “(24) TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; (25) TUHAN menyinari engkau dengan wajahNya dan memberi engkau kasih karunia; (26) TUHAN menghadapkan wajahNya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera”.

Yesaya 6:3 - “Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: ‘Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaanNya!’”.

Bdk. Wah 4:8 - “Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: ‘Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang.’”.

Tidak anehkah bahwa ayat-ayat itu menyebutkan ‘TUHAN’ dan ‘kudus’ sebanyak 3 kali? Mengapa tidak 2 kali, atau 5 kali, atau 7 kali? Jelas karena ada hubungannya dengan Allah Tritunggal!

e) Kata ‘esa’ / ‘satu’ dalam Ul 6:4.

Ul 6:4 - “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN (YHWH) itu Allah kita (ELOHEYNU), TUHAN (YHWH) itu esa!”.

Kata ‘esa / satu’ yang digunakan dalam Ul 6:4, dalam bahasa Ibraninya adalah EKHAD.

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan bahwa kata EKHAD ini berarti ‘satu yang mutlak’ dan tidak mengandung kejamakan.

Untuk itu perhatikan kutipan dari buku ‘Haruskah anda percaya kepada Tri­tunggal?’ di bawah ini:

“Kata-kata tersebut terdapat dalam Ulangan 6:4. New Jerusalem Bible (NJB) Katolik berbunyi: ‘Dengarlah Israel: Yahweh Allah kita adalah esa, satu-satunya Yahweh’. Dalam tatabahasa dari ayat itu kata ‘esa’ tidak mengandung sifat jamak untuk menyatakan bahwa kata itu mempunyai arti yang lain, yaitu bukan satu priba­di” (hal 13).
Tanggapan / bantahan:

1. Perhatikan bagian yang saya garis bawahi dari kutipan di atas. ‘Dalam tatabahasa dari ayat itu, ...’. Ini betul-betul tolol, karena penafsiran dari kata EKHAD tak ada hubungannya dengan tatabahasa / gramatika. Yang dipersoalkan di sini adalah arti dari kata itu, bukan gramatikanya.

2. Pandangan / pernyataan Saksi Yehuwa bahwa kata EKHAD / ‘esa’ ini tidak mengandung sifat jamak ini justru salah!

Kata EKHAD ini sering berarti ‘satu gabungan / a compound one’, bukan ‘satu yang mutlak / an absolute one’, dan itu akan saya buktikan dari contoh-contoh di bawah ini:

· Kejadian 1:5 - “Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama (YOM EKHAD)”.

Gabungan dari petang dan pagi membentuk satu (EKHAD) hari.

· Kej 2:24 - Adam dan Hawa menjadi satu (EKHAD) daging.

Kej 2:24 - “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging”.

· Bil 13:23 - “Ketika mereka sampai ke lembah Eskol, dipotong merekalah di sana suatu cabang dengan setandan buah anggurnya, lalu berdualah mereka menggandarnya; juga mereka membawa beberapa buah delima dan buah ara”.

‘Setandan buah anggur’, atau ‘satu (EKHAD) tandan buah anggur’. Satu tandan buah anggur pasti terdiri dari banyak buah anggur.

· Hak 20:1,8,11 - “(1) Lalu majulah semua orang Israel; dari Dan sampai Bersyeba dan juga dari tanah Gilead berkumpullah umat itu secara serentak menghadap TUHAN di Mizpa. ... (8) Kemudian bangunlah seluruh bangsa itu dengan serentak, sambil berkata: ‘Seorangpun dari pada kita takkan pergi ke kemahnya, seorangpun dari pada kita takkan pulang ke rumahnya. ... (11) Demikianlah orang Israel berkumpul melawan kota itu, semuanya bersekutu dengan serentak”.

Semua kata-kata ‘dengan serentak’ terjemahan hurufiahnya adalah ‘as one man’ (= seperti / sebagai satu orang), seperti dalam KJV, dan kata ‘satu’ menggunakan kata Ibrani EKHAD.

· Ezr 2:64 - “Seluruh jemaah itu bersama-sama ada empat puluh dua ribu tiga ratus enam puluh orang”.

Seluruh jemaat itu satu (EKHAD) tetapi terdiri dari banyak orang. (Catatan: kata ‘satu’ ini hanya bisa terlihat dalam bahasa Ibraninya).

· Yeh 37:17 - “Gabungkanlah keduanya menjadi satu papan, sehingga keduanya menjadi satu dalam tanganmu”.

Dua papan digabung menjadi satu (EKHAD) papan.

3. Sebetulnya ada sebuah kata lain dalam bahasa Ibrani yang berarti ‘satu yang mutlak’ atau ‘satu-satunya’. Kata itu adalah YAKHID.

Contoh:

Kej 22:2,16 - “(2) FirmanNya: ‘Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.’ ... (16) kataNya: ‘Aku bersumpah demi diriKu sendiri - demikianlah firman TUHAN - : Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaKu”.

Kalau Musa memang mau menekankan tentang ‘kesatuan yang mutlak’ dari Allah dan bukannya ‘kesatuan gabungan’ (a compound unity), maka dalam Ul 6:4 itu ia pasti menggunakan kata YAKHID dan bukan­nya EKHAD. Tetapi ternyata Musa menggunakan kata EKHAD, dan ini menunjukkan bahwa Allah itu tidak satu secara mutlak, tetapi ada kejamakan dalam diri Allah.

4. Komentar Adam Clarke.

Adam Clarke mengatakan, dalam tafsirannya tentang Ul 6:4 ini, bahwa dalam ibadah Yahudi, mereka mengucapkan Ul 6:4 ini sebagai pengakuan iman. Tetapi saya yakin bahwa mereka tentu tidak berani menyebut nama YHWH, dan mereka menggantinya dengan ADONAY, sama seperti yang dilakukan oleh Gereja Orthodox Syria.

Jadi kata-kata

‘SHEMA YISRAEL YHWH ELOHEYNU YHWH EKHAD’

Dengarlah Israel YHWH Allah kita YHWH satu

dibaca / diubah menjadi:

‘SHEMA YISRAEL ADONAY ELOHEYNU ADONAY EKHAD’

Dengarlah Israel Tuhan Allah kita Tuhan satu

Dan menurut Clarke, orang-orang Yahudi ini dalam melakukan pengakuan iman ini, mengulang kata EKHAD ini dengan sangat keras sampai beberapa menit.

Adam Clarke lalu mengatakan bahwa kata ELOHEYNU [‘our God’ (= Allah kita)] dalam Ul 6:4 itu mengandung arti jamak untuk Allah, sehingga mereka seharusnya juga mengulang kata ELOHEYNU dari Ul 6:4 itu selama beberapa menit.

Adam Clarke: “but all their skill and cunning can never prove that there is not a plurality expressed in the word 'Eloheeynuw, which is translated ‘our God’; ... Some Christians have joined the Jews against this doctrine, and some have even outdone them, and have put themselves to extraordinary pains to prove that 'Elohiym is a noun of the singular number! This has not yet been proved. It would be as easy to prove that there is no plural in language” [= tetapi semua keahlian dan kecerdikan mereka tidak pernah dapat membuktikan bahwa tidak ada kejamakan yang dinyatakan dalam kata ELOHEYNU, yang diterjemahkan ‘Allah kita’; ... Sebagian orang-orang Kristen telah bergabung dengan orang-orang Yahudi menentang doktrin ini (doktrin Allah Tritunggal), dan bahkan sebagian mengalahkan orang-orang Yahudi itu, dan berusaha mati-matian untuk membuktikan bahwa ELOHIM adalah sebuah kata benda tunggal! Ini tidak pernah terbukti. Adalah lebih mudah membuktikan bahwa tidak ada bentuk jamak dalam bahasa itu (bahasa Ibrani)].
Dalam Perjanjian Baru.

Perjanjian Baru memberikan pernyataan yang lebih jelas tentang pribadi-pribadi yang berbeda dalam diri Allah.

a) Perjanjian Baru menunjukkan ketiga pribadi Allah itu dengan lebih jelas, dan juga menyetarakan Mereka.

Yoh 5:31,32,37 - “(31) Kalau Aku bersaksi tentang diriKu sendiri, maka kesaksianKu itu tidak benar; (32) ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikanNya tentang Aku adalah benar. ... (37) Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suaraNya, rupaNyapun tidak pernah kamu lihat”.

Yohanes 5:31 menunjukkan Yesus sebagai saksi, dan Yoh 5:32,37a menunjukkan Bapa sebagai ‘saksi yang lain’, dimana untuk kata-kata ‘yang lain’ digunakan kata bahasa Yunani ALLOS.

Ada 2 kata bahasa Yunani yang berarti ‘yang lain (= another)’, yaitu ALLOS dan HETEROS. Tetapi kedua kata ini ada bedanya.

W. E. Vine: “ALLOS ... denotes another of the same sort; HETEROS ... denotes another of a different sort” (= ALLOS ... menunjuk pada ‘yang lain’ dari jenis yang sama; HETEROS ... menunjuk pada ‘yang lain’ dari jenis yang berbeda) - ‘An Expository Dictionary of New Testament Words’, hal 52.

Illustrasi: Saya mempunyai satu gelas Aqua. Kalau saya mengingin­kan satu gelas Aqua ‘yang lain’, yang sama dengan yang ada pada saya ini, maka saya akan menggunakan ALLOS. Tetapi kalau saya menghendaki minuman ‘yang lain’, misalnya Coca Cola, maka saya harus menggunakan HETEROS, bukan ALLOS.

Jadi pada waktu Yesus disebut sebagai saksi, dan Bapa sebagai Saksi yang lain, dan kata ‘yang lain’ itub menggunakan ALLOS, maka itu menunjukkan bahwa Yesus mempunyai kwalitet / jenis yang sama dengan Bapa, dan ini membuktikan bahwa Yesus adalah Allah!

Hal yang sama terjadi antara Yesus dan Roh Kudus. Yesus disebut PARAKLETOS (1Yoh 2:1 - diterjemahkan ‘pengantara’), dan Roh Kudus disebut PARAKLETOS yang lain (Yoh 14:16 - diterjemahkan ‘Penolong’). Di sini untuk kata-kata ‘yang lain’ juga digunakan ALLOS, yang menunjukkan bahwa Yesus dan Roh Kudus mempunyai jenis / kwalitet yang sama. Dengan demikian Bapa, Anak, dan Roh Kudus mempunyai jenis / kwalitet yang sama, dan semua ini bisa digunakan untuk mendukung doktrin Allah Tritunggal.

Memang di sini tidak terlihat kesatuan dari pribadi-pribadi itu, tetapi ini dengan mudah bisa didapatkan dari ayat-ayat yang menunjukkan ketunggalan Allah, seperti Ul 6:4 Mark 12:32 Yoh 17:3 1Tim 2:5 Yak 2:19 1Kor 8:4, dsb, yang telah saya bahas di depan.

b) Kalau dalam Perjanjian Lama YAHWEH / YEHOVAH disebut sebagai Penebus dan Juruselamat (Maz 19:15 78:35 Yes 43:3,11,14 47:4 49:7,26 60:16), maka dalam Perjanjian Baru, Anak Allah / Yesus­lah yang disebut demikian (Mat 1:21 Luk 1:76-79 Luk 2:11 Yoh 4:42 Gal 3:13 4:5 Tit 2:13).

c) Kalau dalam Perjanjian Lama dikatakan bahwa YAHWEH / YEHOVAH tinggal di antara bangsa Israel dan di dalam hati orang-orang yang takut akan Dia (Maz 74:2 Maz 135:21 Yes 8:18 Yes 57:15 Yeh 43:7,9 Yoel 3:17,21 Zakh 2:10-11), maka dalam Perjanjian Baru dikatakan bahwa Roh Kuduslah yang mendiami Gereja / orang percaya (Kis 2:4 Ro 8:9,11 1Kor 3:16 Gal 4:6 Ef 2:22 Yak 4:5).

d) Perjanjian Baru memberikan pernyataan yang jelas tentang Allah yang mengutus AnakNya ke dalam dunia (Yoh 3:16 Gal 4:4 Ibr 1:6 1Yoh 4:9), dan tentang Bapa dan Anak yang mengutus Roh Kudus (Yoh 14:26 15:26 16:7 Gal 4:6).

e) Dalam Perjanjian Baru kita melihat Bapa berbicara kepada Anak (Mark 1:11) dan Anak berbicara kepada Bapa (Mat 11:25-26 26:39 Yoh 11:41 12:27) dan Roh Kudus berdoa kepada Allah dalam hati orang percaya (Ro 8:26).

f) Dalam Perjanjian Baru kita melihat ketiga pribadi Allah itu disebut dalam satu bagian Kitab Suci.

· Mat 3:16-17 - “(16) Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atasNya, (17) lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: ‘Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.’”.

· Matius 28:19 - “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”.

· 1Kor 12:4-6 - “(4) Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. (5) Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. (6) Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang”.

· 2Kor 13:13 - “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian”. Dalam Kitab Suci Inggris 2Cor 13:14.

· Ef 4:4-6 - “(4) satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, (5) satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, (6) satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua”.

· 1Pet 1:2a - “yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darahNya”.

· Wahyu 1:4-5 - “(4) Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhtaNya, (5) dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darahNya”.

Catatan: satu hal yang perlu diperhatikan dalam ayat-ayat di atas ini adalah bahwa urut-urutannya tidak selalu Bapa sebagai yang pertama, Anak / Yesus sebagai yang kedua, dan Roh Kudus sebagai yang ketiga. Urut-urutan dbolak-balik, dan ini menunjukkan kesetaraan Mereka. Kalau Bapa memang lebih tinggi dari Anak, maka adalah mustahil bahwa Yesus kadang-kadang ditulis lebih dulu dari Bapa, dan kalau Roh Kudus hanya sekedar merupakan ‘tenaga aktif Allah’, maka juga merupakan sesuatu yang mustahil bahwa ‘tenaga aktif Allah’ itu ditulis lebih dulu dari Allahnya sendiri.

Untuk ini ada komentar / serangan dari Saksi Yehuwa dalam buku ‘Haruskah anda percaya kepada Tritunggal?’:

¨ “Apakah ayat-ayat ini menyatakan bahwa Allah, Kristus, dan roh kudus membentuk suatu Keilahian Tritunggal, bahwa ketiganya sama dalam bentuk, kekuasaan, dan kekekalan? Tidak, tidak demikian, sama halnya menyebutkan tiga orang, seperti Amir, Budi dan Bam­bang, tidak berarti bahwa mereka tiga dalam satu” (hal 23).

¨ “Ketika Yesus dibaptis, Allah, Yesus, dan roh kudus juga disebutkan dalam konteks yang sama. Yesus ‘melihat roh Allah seperti burung merpati turun ke atasNya’ (Matius 3:16). Tetapi, ini tidak berarti bahwa ketiganya adalah satu. Abraham, Ishak, dan Yakub banyak kali disebutkan bersama-sama, tetapi hal itu tidak membuat mereka menjadi satu. Petrus, Yakobus dan Yohanes disebutkan bersama-sama, tetapi itu tidak membuat mereka menjadi satu juga” (hal 23).

Dan dalam buku mereka yang lain mereka juga mengatakan:

“Bandingkan 1Timotius 5:21, yang menyebut Allah, Kristus dan malaikat-malaikat bersama-sama” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 403.

1Tim 5:21 - “Di hadapan Allah dan Kristus Yesus dan malaikat-malaikat pilihanNya kupesankan dengan sungguh kepadamu: camkanlah petunjuk ini tanpa prasangka dan bertindaklah dalam segala sesuatu tanpa memihak”.
Bantahan / tanggapan:

Kita bisa menjawab serangan ini dengan berkata:

1. Jelas bahwa doktrin Allah Tritunggal tidak bisa didapatkan seluruhnya dari ayat-ayat tersebut. Ayat-ayat itu hanyalah salah satu dasar dari doktrin Allah Tritunggal, sehingga kalau kita hanya menyoroti ayat-ayat itu saja, maka mungkin sekali memang tidak bisa dihasilkan doktrin Allah Tritunggal!

2. Memang adanya tiga nama yang disebutkan bersama-sama tidak membuktikan bahwa mereka itu satu. Bahkan tidak selalu membukti­kan / menunjukkan bahwa mereka setingkat. Tetapi dalam kasus-kasus tertentu, 3 nama yang diletakkan berjajar bisa menunjukkan bahwa mereka setingkat. Misalnya kalau dikatakan ada konperensi tingkat tinggi 3 negara, maka kalau negara yang satu mengirimkan kepala negara, maka pasti kedua negara yang lain juga demikian. Kalau negara yang satu mengirim menteri luar negeri, maka pasti kedua negara yang lain juga demikian. Jadi, kadang-kadang penyejajaran tiga nama memang bisa menunjukkan bahwa tiga orang itu setingkat. Itu tergan­tung dari kontexnya; dan karena itu harus dipertanyakan: dalam situasi dan keadaan apa ketiga pribadi itu disebutkan bersama-sama?

Dalam ayat-ayat di atas, Bapa, Anak, dan Roh Kudus disebutkan dalam kontext yang sakral, seperti formula baptisan (Mat 28:19), berkat kepada gereja Korintus (2Kor 13:13), baptisan Yesus (Mat 3:16-17), dsb. Karena itu ayat-ayat itu bisa dipakai sebagai dasar untuk menunjukkan bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus itu setingkat.

3. Dalam Mat 28:19 dikatakan ‘dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus’.

Sesuatu yang menarik adalah: sekalipun di sini disebutkan 3 buah nama, tetapi kata ‘nama’ itu ada dalam bentuk tunggal, bukan bentuk jamak! Dalam bahasa Inggris diterjemahkan name (bentuk tunggal), bukan names (bentuk jamak). Karena itu ayat ini bukan hanya menunjukkan bahwa ketiga Pribadi itu setingkat, tetapi juga menunjukkan bahwa ketiga Pribadi itu adalah satu!

B. B. Warfield: “He commands them to baptize their converts ‘in the name of the Father and of the Son and of the Holy Ghost.’ The precise form of the formula must be carefully observed. It does not read: ‘In the names’ (plural) - as if there were three beings enumerated, each with its distinguishing name. Nor yet: ‘In the name of the Father, Son and Holy Ghost,’ as if there were one person, going by a threefold name. It reads: ‘In the name (singular) of the Father, and of the (article repeated) Son, and of the (article repeated) Holy Ghost,’ carefully distinguishing three persons, though uniting them all under one name” [= Ia memerintahkan mereka untuk membaptiskan petobat-petobat mereka ‘dalam nama dari sang Bapa dan dari sang Anak dan dari sang Roh Kudus’. Bentuk yang tepat dari formula baptisan ini harus diperhatikan dengan teliti. Formula itu tidak berbunyi: ‘Dalam nama-nama’ (jamak) - seakan-akan ada 3 makhluk yang disebutkan satu per satu, masing-masing dengan nama yang khusus / membedakan. Juga tidak: ‘Dalam nama dari sang Bapa, Anak, dan Roh Kudus’, seakan-akan hanya ada satu pribadi, yang dikenal dengan tiga nama. Formula itu berbunyi: ‘Dalam nama (tunggal) dari sang Bapa, dan dari sang (kata sandang diulangi) Anak, dan dari sang (kata sandang diulangi) Roh Kudus’, dengan hati-hati membedakan tiga pribadi, sekalipun mempersatukan mereka semua di bawah satu nama] - ‘The Person and Work of Christ’, hal 66.

4. Komentar tentang 2Kor 13:13 - “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian”.

Barnes’ Notes: “In regard to this closing verse of the Epistle, we may make the following remarks: (1) It is a prayer; and if it is a prayer addressed to God, it is no less so to the Lord Jesus and to the Holy Spirit. If so, it is right to offer worship to the Lord Jesus and to the Holy Spirit. (2) there is a distinction in the divine nature; or there is the existence of what is usually termed three persons in the Godhead. If not, why are they mentioned in this manner? If the Lord Jesus is not divine and equal with the Father, why is he mentioned in this connection? How strange it would be for Paul, an inspired man, to pray in the same breath, ‘the grace of a man or an angel’ and ‘the love of God’ be with you! And if the ‘Holy Spirit’ be merely an influence of God or an attribute of God, how strange to pray that the ‘love of God’ and the participation or fellowship of an ‘influence of God,’ or an ‘attribute of God’ might be with them!(3) the Holy Spirit is a person, or has a distinct personality. He is not an attribute of God, nor a mere divine influence. How could prayer be addressed to an attribute, or an influence? But here, nothing can be plainer than that there were favors which the Holy Spirit, as an intelligent and conscious agent, was expected to bestow. And nothing can be plainer than that they were favors in some sense distinct from those which were conferred by the Lord Jesus, and by the Father. Here is a distinction of some kind as real as that between the Lord Jesus and the Father; here are favors expected from him distinct from those conferred by the Father and the Son; and there is, therefore, here all the proof that there can be, that there is in some respects a distinction between the persons here referred to and that the Holy Spirit is an intelligent, conscious agent. (4) the Lord Jesus is not inferior to the Father, that is, he has an equality with God. If he were not equal, how could he be mentioned, as he here is, as bestowing favors like God, and especially why is he mentioned first? Would Paul, in invoking blessings, mention the name of a mere man or an angel before that of the eternal God?(5) the passage, therefore, furnishes a proof of the doctrine of the Trinity that has not yet been answered, and, it is believed, cannot be. On the supposition that there are three persons in the adorable Trinity, united in essence and yet distinct in some respects, all is plain and clear. But on the supposition that, the Lord Jesus is a mere man, an angel, or an archangel, and that the Holy Spirit is an attribute, or an influence from God, how unintelligible, confused, strange does all become! That Paul, in the solemn close of the Epistle, should at the same time invoke blessings from a mere creature, and from God, and from an attribute, surpasses belief. But that he should invoke blessings from him who was the equal with the Father, and from the Father himself, and from the Sacred Spirit sustaining the same rank, and in like manner imparting important blessings, is in accordance with all that we should expect, and makes all harmonious and appropriate” [= Berkenaan dengan ayat penutup dari surat ini (2Kor), kami bisa membuat komentar-komentar sebagai berikut: (1) Itu adalah suatu doa; dan jika itu adalah suatu doa yang ditujukan kepada Allah, itu juga adalah suatu doa yang ditujukan kepada Tuhan Yesus dan kepada Roh Kudus. Jika demikian, adalah benar untuk memberikan penyembahan kepada Tuhan Yesus dan Roh Kudus. (2) Ada suatu perbedaan dalam hakekat ilahi; atau, ada keberadaan dari apa yang biasanya disebut dengan istilah tiga pribadi dalam Allah. Jika tidak, mengapa mereka disebutkan dengan cara ini? Jika Tuhan Yesus bukan ilahi dan tidak setara dengan Bapa, mengapa Ia disebutkan dengan cara ini? Alangkah anehnya bagi Paulus, seorang yang diilhami, berdoa dalam satu helaan nafas, ‘kasih karunia dari seorang manusia atau malaikat’ dan ‘kasih Allah’ menyertai kamu sekalian! Dan jika ‘Roh Kudus’ hanya semata-mata suatu pengaruh dari Allah atau suatu sifat dari Allah, alangkah anehnya untuk berdoa supaya ‘kasih Allah’ dan persekutuan dari suatu ‘pengaruh dari Allah’, atau suatu ‘sifat dari Allah’ menyertai mereka! (3) Roh Kudus adalah seorang pribadi, atau mempunyai kepribadian yang berbeda. Ia bukanlah suatu sifat dari Allah, atau semata-mata suatu pengaruh ilahi. Bagaimana suatu doa bisa ditujukan kepada suatu sifat, atau suatu pengaruh? Tetapi di sini, tidak ada yang bisa lebih jelas bahwa ada kebaikan-kebaikan yang diharapkan untuk diberikan oleh Roh Kudus, sebagai Agen yang berakal dan sadar. Dan tidak ada yang bisa lebih jelas dari pada bahwa itu adalah kebaikan-kebaikan, yang dalam arti tertentu, berbeda dari kebaikan-kebaikan yang diberikan oleh Tuhan Yesus, dan oleh Bapa. Di sini ada suatu perbedaan tertentu yang sama nyatanya dengan perbedaan antara Tuhan Yesus dan Bapa; di sini ada kebaikan-kebaikan yang diharapkan dari Dia, berbeda dengan kebaikan-kebaikan yang diberikan oleh Bapa dan Anak; dan karena itu, di sini ada semua bukti yang dimungkinkan, bahwa dalam hal tertentu ada perbedaan antara pribadi-pribadi yang dibicarakan di sini, dan bahwa Roh Kudus adalah seorang Agen yang berakal dan sadar. (4) Tuhan Yesus tidaklah lebih rendah dari Bapa, artinya, Ia mempunyai kesetaraan dengan Bapa. Jika Ia tidak setara, bagaimana Ia bisa disebutkan, seperti Ia disebutkan di sini, sebagai memberikan kebaikan-kebaikan seperti Allah, dan khususnya mengapa Ia disebutkan pertama? Akankah Paulus, dalam memintakan berkat, menyebut nama dari semata-mata seorang manusia atau seorang malaikat sebelum nama dari Allah yang kekal? (5) Karena itu, text ini menyediakan / memberikan suatu bukti tentang doktrin dari Tritunggal yang belum pernah dijawab, dan dipercaya bahwa ini tidak bisa dijawab. Pada anggapan bahwa ada tiga pribadi dalam Tritunggal yang diagungkan / dipuja, bersatu dalam hakekat tetapi berbeda dalam beberapa hal, semua itu jelas. Tetapi pada anggapan bahwa Tuhan Yesus adalah semata-mata seorang manusia, atau seorang penghulu malaikat, dan bahwa Roh Kudus adalah suatu sifat, atau suatu pengaruh dari Allah, betapa menjadi tak bisa dimengerti, membingungkan, dan anehnya semua ini! Bahwa Paulus, dalam penutup yang khidmat dari Surat ini, pada saat yang sama memintakan berkat dari semata-mata seorang makhluk ciptaan, dan dari Allah, dan dari suatu sifat, melampaui pengertian / tidak bisa dimengerti. Tetapi bahwa ia memintakan berkat dari Dia, yang setara dengan Bapa, dan dari Bapa itu sendiri, dan dari Roh yang Kudus / Keramat, yang mempunyai (?) tingkat / pangkat yang sama, dan dengan cara yang sama memberikan berkat-berkat yang penting, sesuai dengan apa yang harus kita harapkan, dan membuat semua harmonis dan cocok].

Charles Hodge: “The distinct personality and the divinity of the Son, the Father, and the Holy Spirit, to each of whom prayer is addressed, is here taken for granted. And therefore this passage is a clear recognition of the doctrine of the Trinity, which is the fundamental doctrine of Christianity” (= Kepribadian dan keilahian yang berbeda dari sang Anak, sang Bapa, dan sang Roh Kudus, kepada masing-masing dari siapa doa itu ditujukan, dianggap pasti. Dan karena itu, text ini merupakan suatu pengakuan yang jelas tentang doktrin dari Tritunggal, yang merupakan doktrin dasar dari Kekristenan).

g) Kontroversi tentang 1Yohanes 5:7-8.

Ada satu ayat Kitab Suci / Perjanjian Baru yang berbicara tentang kesatuan dari tiga pribadi Allah itu, yaitu 1Yoh 5:7-8 yang berbunyi: “Sebab ada tiga yang memberi kesaksian [di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi]: Roh dan air dan darah dan keti­ganya adalah satu”.

BACA JUGA: YESUS KRISTUS ADALAH TANAMAN MUDA YANG BERTUMBUH

Tetapi perlu diketahui bahwa ayat ini, pada bagian yang ada dalam tanda kurung tegak, sangat diragukan keasliannya, dan dianggap sebagai suatu penambahan pada text asli Kitab Suci. Persoalannya, ada banyak manuscript yang tidak mempunyai bagian ini. Dan manu­script-manuscript yang mempunyai bagian ini hanyalah manuscript-manuscript yang kurang bisa dipercaya. Karena itu, dalam beberapa Kitab Suci bahasa Inggris, seperti NIV dan NASB, bagian ini bahkan dihapuskan dari text Kitab Suci dan hanya diletakkan pada footnote (= catatan kaki).

Dalam berdebat / berdiskusi dengan Saksi-Saksi Yehuwa tentang Allah Tritunggal, jangan menggunakan bagian ini sebagai dasar dari Allah Tritunggal, karena:

· Pada umumnya Saksi-Saksi Yehuwa, yang terkenal ‘ahli’ dalam hal menyerang doktrin Allah Tritunggal, mengetahui bahwa ayat itu sangat diragukan keasliannya. Jadi kalau saudara menggunakan ayat itu, itu bisa justru menjadi bumerang bagi saudara!

· Tidak fair bagi kita untuk menggunakan ayat yang kita tahu ketidak-orisinilannya.

· Dalam perang melawan setan, Firman Tuhan adalah senjata (pedang Roh) bagi kita (Ef 6:17). Kalau bagian ini sebetulnya tidak termasuk dalam Kitab Suci, maka itu berarti bahwa bagian itu juga bukan merupakan Firman Tuhan, dan karenanya tidak cocok untuk kita gunakan sebagai senjata.

· Ada cukup banyak dasar Kitab Suci yang lain yang mendukung doktrin Allah Tritunggal, yang bisa kita gunakan, untuk menegaskan dan membela doktrin ini.

Kesimpulan:

Dalam Kitab Suci ada ayat-ayat yang menunjukkan ketunggalan Allah dan juga ada ayat-ayat yang menunjukkan ‘kejamakan Allah’. Ada 2 sikap extrim yang salah dalam persoalan ini:

1) Terlalu menekankan ‘kejamakan dalam diri Allah’ dan mengabaikan ‘kesatuanNya’.

Ini menjadi Tritheisme (= kepercayaan kepada tiga Allah). Ini salah, karena mengabaikan ketunggalan Allah, berarti mengabaikan sebagian dari Kitab Suci.

2) Menekankan ‘kesatuan Allah’ dan membuang / mengabaikan ‘kejamakan dalam diri Allah’.

Kita tidak bisa hanya menyoroti ayat-ayat yang menunjukkan ketunggalan Allah, dan lalu mengatakan bahwa Allah itu tunggal secara mutlak. Karena kalau kita melakukan hal itu, lalu apa yang akan kita lakukan dengan ayat-ayat yang menunjukkan adanya kejamakan dalam diri Allah? Membuangnya? Mengabaikannya? Ini tentu tidak mungkin dilakukan oleh orang yang mempercayai Kitab Suci sebagai Firman Tuhan!

Tetapi sikap inilah yang diambil oleh Saksi-Saksi Yehuwa. Mereka sering menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan ketunggalan Allah untuk menyerang doktrin Allah Tritunggal. Ini merupakan kebodohan yang sama seperti pada waktu mereka menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiaan Yesus untuk membuktikan bahwa Yesus itu bukan Allah.

Orang-orang yang sungguh-sungguh percaya pada Kitab Suci harus memperhatikan kedua kelompok ayat ini, dan doktrin Allah Tritunggal merupa­kan satu-satunya jalan untuk mengharmoniskan kedua grup ayat tersebut. Kalau kita mau menerima doktrin Allah Tritunggal, maka kita bisa mengharmoniskan kedua golongan ayat tersebut. Kalau kita menolak doktrin Allah Tritunggal, ini berarti kita harus menghadapi kontradiksi yang tidak mungkin bisa diharmoniskan dalam Kitab Suci! Yang mana yang menjadi pilihan saudara?

Philip Schaff: “The unity of God was already immovably fixed by the Old Testament as a fundamental article of revealed religion in opposition to all forms of idolatry. But the New Testament and the Christian consciousness as firmly demanded faith in the divinity of the Son, who effected redemption, and of the Holy Spirit, who founded the church and dwells in believers; and these apparently contradictory interests could be reconciled only in the form of the Trinity; that is, by distinguishing in the one and indivisible essence of God three hypostases or persons; at the same time allowing for the insufficiency of all human conceptions and words to describe such an unfathomable mystery” (= Kesatuan Allah sudah ditetapkan secara tak tergoyahkan oleh Perjanjian Lama sebagai bagian fondasi dari agama yang diwahyukan untuk menentang segala bentuk penyembahan berhala. Tetapi Perjanjian Baru dan kesadaran Kristen dengan sama kuat / tegasnya menuntut iman pada keilahian dari Anak, yang mengadakan penebusan, dan dari Roh Kudus, yang mendirikan Gereja dan tinggal dalam orang-orang percaya; dan hal-hal yang kelihatannya bertentangan ini bisa diperdamaikan hanya dalam bentuk dari Tritunggal; yaitu, dengan membedakan adanya tiga pribadi dalam satu hakekat yang tak terbagi-bagi dari Allah, dan pada saat yang sama mengakui ketidak-cukupan dari pengertian dan kata-kata manusia untuk menggambarkan misteri yang begitu tak bisa terukur / tak bisa dimengerti) - ‘History of the Christian Church’, vol II, hal 566.

John Calvin: “that passage in Gregory of Nazianzus vastly delights me: ‘I cannot think on the one without quickly being encircled by the splendour of the three; nor can I discern the three without being straightway carried back to the one.’ Let us not, then, be led to imagine a trinity of persons that keeps our thoughts distracted and does not at once lead them back to that unity” (= text dalam Gregory dari Nazianzus sangat menyenangkan saya: ‘Saya tidak dapat memikirkan ‘yang Satu’ tanpa dengan cepat dilingkupi oleh kemegahan dari ‘yang Tiga’; juga saya tidak bisa melihat ‘yang Tiga’ tanpa segera dibawa kembali kepada ‘yang Satu’. Karena itu, janganlah kita membiarkan diri kita dibimbing untuk membayangkan suatu tritunggal dari pribadi-pribadi yang menyebabkan pikiran kita kacau / bingung, dan tidak dengan segera membawa pikiran kita kepada kesatuan itu) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XIII, no 17.

SAKSI YEHUWA (27): ALLAH TRITUNGGAL.
Next Post Previous Post