PENEBUSAN TERBATAS (LIMITED ATONEMENT) VS IBRANI 2:9

Pdt. Budi Asali, M.Div. 
Pembahasan Ibrani 2:9.
PENEBUSAN TERBATAS (LIMITED ATONEMENT) VS IBRANI 2:9
otomotif, gadget

Ibrani 2:9 - “Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia”.

KJV: ‘he ... should taste death for every man’ (= Ia ... merasakan / mengecap kematian untuk setiap orang).

Penafsiran Arminian tentang Ibrani 2:9 ini.

1. Penafsiran Adam Clarke.

Adam Clarke: “It was a custom in ancient times to take off criminals by making them drink a cup of poison. ... The reference in the text seems to point out the whole human race as being accused, tried, found guilty, and condemned, each having his own poisoned cup to drink; and Jesus, the wonderful Jesus, takes the cup out of the hand of each, and cheerfully and with alacrity drinks off the dregs! Thus having drunk every man’s poisoned cup, he tasted that death which they must have endured, had not their cup been drunk by another” (= Merupakan kebiasaan pada jaman kuno untuk membunuh para kriminil dengan memaksa mereka meminum secawan racun. ... Referensi dalam text ini kelihatannya menunjuk seluruh umat manusia sebagai orang-orang yang dituduh, diadili, dinyatakan bersalah, dan dijatuhi hukuman, masing-masing mempunyai cawan racunnya sendiri untuk diminum; dan Yesus, Yesus yang luar biasa, mengambil cawan itu dari tangan masing-masing, dan dengan gembira dan rela meminum sampah / ampas tersebut! Demikianlah setelah meminum cawan beracun dari setiap orang, Ia merasakan kematian yang harus mereka alami, seandainya cawan mereka tidak diminum oleh orang lain) - hal 697.

Clarke lalu mambandingkan cawan beracun ini dengan cawan dalam Matius 26:39 - “Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.’”.

Dan Clarke lalu mengatakan lagi: “But without his drinking it, the salvation of the world would have been impossible; and therefore he cheerfully drank it in the place of every human soul, and thus made atonement for the sin of the whole world” (= Tetapi jika Ia tidak meminumnya, keselamatan dari dunia adalah mustahil; dan karena itu Ia dengan gembira meminumnya untuk menggantikan setiap jiwa manusia, dan dengan demikian membuat penebusan untuk dosa seluruh dunia) - hal 697.

Ada 2 hal yang perlu diberikan sebagai komentar tentang kata-kata Clarke ini:

a. Clarke terlalu gegabah dan terlalu cepat dalam mengatakan bahwa text ini menunjuk kepada seluruh umat manusia. Ia sama sekali tidak memperhatikan kontext, seperti yang dilakukan oleh para penafsir Reformed di bawah.

b. Kalau memang cawan beracun, yang merupakan hukuman dosa setiap orang / seluruh umat manusia itu, sudah diminum oleh Kristus, mengapa masih ada orang yang akhirnya harus masuk neraka? Cawan beracun mana lagi yang harus mereka minum?

2. Penafsiran Albert Barnes.

Barnes’ Notes: “‘For every man.’ For all - uper pantoV - for each and all - whether Jew or Gentile, bond or free, high or low, elect or non-elect. How could words affirm more clearly, that the atonement made by the Lord Jesus was unlimited in its nature and design? How can we express that idea in more clear or intelligible language? That this refers to the atonement is evident - for it says that he ‘tasted death’ for them. The friends of the doctrine of general atonement do not desire any other than Scripture language in which to express their belief. It expresses it exactly - without any need of modification or explanation. The advocates of the doctrine of limited atonement cannot thus use Scripture language to express their belief. They cannot incorporate it with their creeds, that the Lord Jesus ‘tasted death for every man.’ They are compelled to modify it, to limit it, to explain it, in order to prevent error and misconceptions. But that system cannot be true which requires men to shape and modify the plain language of the Bible, in order to keep men from error!” [= ‘Untuk setiap orang’. Untuk semua - uper pantoV - untuk setiap dan semua orang - baik Yahudi maupun non Yahudi, budak atau orang merdeka, tinggi atau rendah, pilihan dan non pilihan. Bagaimana kata-kata bisa menegaskannya dengan lebih jelas, bahwa penebusan yang dibuat oleh Tuhan Yesus adalah tak terbatas dalam sifatnya dan rencana / tujuannya? Bagaimana kita bisa menyatakan gagasan itu dalam bahasa yang lebih jelas / bisa dimengerti? Bahwa text ini menunjuk pada penebusan adalah jelas - karena text ini mengatakan bahwa Ia ‘merasakan kematian’ untuk mereka. Teman-teman dari doktrin penebusan umum (tak terbatas) tidak menginginkan apapun selain bahasa Kitab Suci untuk menyatakan kepercayaan mereka. Text itu menyatakannya secara persis / tepat - dengan tidak membutuhkan modifikasi / perubahan atau penjelasan. Para pendukung dari doktrin penebusan terbatas tidak bisa menggunakan bahasa Kitab Suci seperti itu untuk menyatakan kepercayaan mereka. Mereka tidak bisa memasukkannya ke dalam credo / pengakuan iman mereka, bahwa Tuhan Yesus ‘merasakan kematian untuk setiap orang’. Mereka terpaksa memodifikasinya, membatasinya, menjelaskannya, untuk mencegah kesalahan dan kesalah-pahaman. Tetapi sistim yang mengharuskan orang untuk membentuk dan memodifikasi bahasa yang jelas dari Alkitab untuk mencegah manusia dari kesalahan, tidak mungkin benar] - hal 1238.

Tanggapan saya:

Ini lagi-lagi merupakan suatu ucapan bodoh dari orang yang mau menerima Kitab Suci apa adanya. Kalau memang Kitab Suci harus selalu diterima apa adanya, untuk apa Albert Barnes sendiri menulis buku tafsiran? Memang ada ayat-ayat Kitab Suci yang harus dimengerti apa adanya, tetapi juga ada banyak ayat Kitab Suci yang tidak bisa diterima apa adanya, tetapi harus ditafsirkan sambil memperhatikan kontext atau ayat-ayat lain dari Kitab Suci, dan ayat-ayat yang termasuk golongan kedua ini tentu saja tidak bisa dimasukkan begitu saja ke dalam credo / pengakuan iman.

Misalnya: Yoh 14:28b, dimana Yesus berkata: ‘Bapa lebih besar dari pada Aku’. Siapa yang mau menerima kata-kata ini apa adanya dan memasukkan ke dalam credo / pengakuan imannya, selain dari orang-orang sesat seperti Saksi Yehuwa / Unitarian?

Bahkan Yohanes 10:30 yang menunjukkan kesatuan Yesus dengan Bapa, ataupun Filipi 2:6 yang menunjukkan kesetaraan Yesus dengan Allah, tidak bisa dimasukkan begitu saja ke dalam credo tanpa penjelasan apa-apa.

Bandingkan dengan kata-kata dalam pengakuan Iman Athanasius, no 31: “Equal to the Father in respect to his divinity, less than the Father in respect to his humanity” (= Setara dengan Sang Bapa dalam hal keilahianNya, lebih rendah dari Sang Bapa dalam hal kemanusiaanNya).

Bandingkan juga dengan 2 text di bawah ini, yang jelas menunjukkan bahwa Kitab Suci membutuhkan penjelasan yang baik untuk bisa dimengerti dengan benar.

· Neh 8:9 - “Bagian-bagian dari pada kitab itu, yakni Taurat Allah, dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan, sehingga pembacaan dimengerti”.

· 2Pet 3:15b-16 - “(15b) ... Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. (16) Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain”.

Penafsiran Reformed tentang Ibrani 2:9 ini.

1. Penjelasan John Owen.

a. Dalam Kitab Suci, kata-kata ‘semua manusia’ atau ‘setiap orang’ sering digunakan dalam arti terbatas.

John Owen: “The whole question is, who these ‘all’ are, whether all men universally, or only all those of whom the apostle there treateth. That this expression, ‘every man’, is commonly in the Scripture used to signify men under some restriction, cannot be denied” (= Pertanyaannya adalah: siapa ‘semua orang’ ini, apakah itu adalah semua manusia secara universal, atau hanya mereka yang sedang dibahas oleh sang rasul di sini. Bahwa ungkapan ‘setiap orang’ ini sering digunakan dalam Kitab Suci untuk menunjuk kepada orang-orang dalam batasan tertentu, tidak bisa disangkal) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 349.

Owen memberi contoh:

· Kolose 1:28 - “Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus”.

· 1Korintus 12:7 - “Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama”.

Dalam kedua ayat di atas ini, jelas bahwa kata-kata ‘tiap-tiap orang’ tidak mungkin berarti ‘semua dan setiap orang di seluruh dunia’.

b. Kristus jelas hanya merasakan kematian untuk orang-orang pilihan.

John Owen: “‘To taste death’, being to drink up the cup due to sinners, certainly for whomsoever our Saviour did taste of it, he left not one drop for them to drink after him; he tasted or underwent death in their stead, that the cup might pass from them which passed not from him. Now, the cup of death passeth only from the elect, from believers; for whomsoever our Saviour tasted death, he swallowed it up into victory” (= ‘Merasakan kematian’, meminum cawan yang seharusnya untuk orang-orang berdosa, tentu untuk siapapun Juruselamat kita merasakannya, Ia tidak meninggalkan setetespun untuk mereka untuk diminum setelah Dia meminumnya; Ia merasakan atau mengalami kematian di tempat mereka, supaya cawan itu berlalu dari mereka tetapi tidak berlalu dari Dia. Nah, cawan kematian berlalu hanya dari orang-orang pilihan, dari orang-orang percaya; untuk siapapun Juruselamat kita merasakan kematian, Ia menelannya habis ke dalam kemenangan!) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 349-350.

c. Penulis surat Ibrani ini menuliskan suratnya untuk orang-orang Yahudi, yang menganggap bahwa penebusan Yesus hanya dimaksudkan untuk bangsa Yahudi. Untuk itulah penulis surat Ibrani mengatakan bahwa ‘Yesus merasakan kematian untuk semua orang’, maksudnya bukan hanya untuk orang Yahudi tetapi juga untuk orang non Yahudi.

John Owen: “We see an evident appearing cause that should move the apostle here to call those for whom Christ died ‘all,’ - namely, because he wrote to the Hebrews, who were deeply tainted with an erroneous persuasion that all the benefits purchased by Messiah belonged alone to men of their nation, excluding all others; to root out which pernicious opinion, it behoved the apostle to mention the extent of free grace under the gospel, and to hold out a universality of God’s elect throughout the world” (= Kita melihat penyebab yang jelas yang menggerakkan sang rasul di sini menyebut mereka untuk siapa Kristus mati dengan istilah ‘semua’, yaitu karena ia menulis kepada orang-orang Ibrani / Yahudi, yang mempunyai kepercayaan yang salah bahwa semua manfaat yang dibeli oleh Mesias hanya menjadi milik dari bangsa mereka, dengan membuang semua bangsa lain. Untuk mencabut pandangan yang jahat / merusak ini, adalah perlu bahwa sang rasul menyebutkan luasnya kasih karunia cuma-cuma di bawah injil, dan bersikeras tentang keuniversalan dari orang-orang pilihan Allah di seluruh dunia) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 350.

#LIMITED ATONEMENT VS 4 AYAT

d. Kontext menunjukkan bahwa kata-kata ‘semua manusia’ atau ‘setiap orang’ di sini menunjuk hanya kepada orang-orang percaya / pilihan (Owen, hal 350).

Ibrani 2:9-15 - “(9) Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia. (10) Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah - yang bagiNya dan olehNya segala sesuatu dijadikan -, yaitu Allah yang membawa banyak orang [KJV/RSV/NIV/NASB: ‘many sons’ (= banyak anak-anak)] kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan. (11) Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara, (12) kataNya: ‘Aku akan memberitakan namaMu kepada saudara-saudaraKu, dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaat,’ (13) dan lagi: ‘Aku akan menaruh kepercayaan kepadaNya,’ dan lagi: ‘Sesungguhnya, inilah Aku dan anak-anak yang telah diberikan Allah kepadaKu.’ (14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut”.

Kata-kata yang digaris-bawahi itu jelas tidak menunjuk kepada ‘semua orang di dunia ini’, tetapi menunjuk kepada ‘orang-orang pilihan / orang-orang percaya’ saja.

2. Penjelasan Arthur W. Pink.

Ibrani 2:9b - “Ia mengalami maut bagi semua manusia”.

KJV: ‘he ... should taste death for every man’ (= Ia ... merasakan / mengecap kematian untuk setiap orang).

Arthur W. Pink mengatakan bahwa sebetulnya dalam bahasa Yunaninya tidak ada kata ‘manusia’. Jadi terjemahannya seharusnya adalah ‘Ia mengalami maut bagi setiap ...’.

Arthur W. Pink: “There is no word whatever in the Greek corresponding to ‘man’ in our English version. In the Greek it is left in the abstract - ‘He tasted death for every.’” (= Tidak ada kata apapun dalam bahasa Yunaninya yang sesuai dengan kata ‘manusia’ dalam versi bahasa Inggris kita. Dalam bahasa Yunani itu dibiarkan dalam keadaan abstrak - ‘Ia merasakan kematian untuk setiap’) - ‘The Sovereignty of God’, hal 67.

Dan Arthur W. Pink mengatakan bahwa kata-kata selanjutnya, yaitu Ibr 2:10, harus digunakan untuk menjelaskan bagian terakhir dari Ibrani 2:9 itu. Dan Ibrani 2:10 berbunyi sebagai berikut: “Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah - yang bagiNya dan olehNya segala sesuatu dijadikan -, yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan”.

Kata ‘orang’ yang saya garis bawahi merupakan terjemahan yang salah. KJV/RSV/NIV/NASB menterjemahkan ‘sons’ (= anak-anak), karena kata Yunani yang dipakai adalah HUIOUS yang artinya memang adalah ‘sons’ (= anak-anak).

A. W. Pink lalu mengatakan (hal 67) bahwa di sini terjadi suatu ellipsis (= penghapusan suatu kata yang sebetulnya dibutuhkan untuk pengertian kalimat itu, tetapi bisa dimengerti dari kontextnya). Dan kata itu adalah ‘sons’ (= anak-anak). Jadi, kata ‘anak-anak’ seharusnya disuplai ke dalam ayat itu tetapi ditulis dengan huruf miring (untuk menandakan bahwa dalam bahasa aslinya kata itu tidak ada).

# PENEBUSAN TERBATAS (LIMITED ATONEMENT) 1

A. W. Pink menambahkan lagi: “Thus instead of teaching the unlimited design of Christ’s death, Heb. 2:9-10 is in perfect accord with the other scriptures we have quoted which sets forth the restricted purpose in the Atonement: it was for the ‘sons’ and not the human race our Lord ‘tasted death.’” (= Karena itu Ibr 2:9-10 bukannya mengajarkan rencana / tujuan yang tak terbatas dari kematian Kristus, tetapi sesuai secara sempurna dengan ayat-ayat Kitab Suci lain yang telah kami kutip, yang menyatakan tujuan yang terbatas dalam penebusan: adalah untuk ‘anak-anak’ dan bukannya untuk seluruh umat manusia Tuhan kita ‘merasakan kematian’) - ‘The Sovereignty of God’, hal 67.

Arthur W. Pink: “‘But we see Jesus, who was made a little lower than the angels for the suffering of death, crowned with glory and honor; that He by the grace of God should taste death for every man’ (Hebrews 2:9). This passage need not detain us long. A false doctrine has been erected here on a false translation. There is no word whatever in the Greek corresponding to ‘man’ in our English version. In the Greek it is left in the abstract - ‘He tasted death for every.’ The Revised Version has correctly omitted ‘man’ from the text, but has wrongly inserted it in italics. Others suppose the word ‘thing’ should be supplied - ‘He tasted death for every thing’ - but this, too, we deem a mistake. It seems to us that the words which immediately follow explain our text: ‘For it became Him, for whom are all things, and by whom are all things, in bringing many sons unto glory, to make the captain of their salvation perfect through sufferings.’ It is of ‘sons’ the apostle is here writing, and we suggest an ellipsis of ‘son’ - thus: ‘He tasted death for every’ - and supply son in italics. Thus instead of teaching the unlimited design of Christ’s death, Hebrews 2:9, 10 is in perfect accord with the other Scriptures we have quoted which set forth the restricted purpose in the Atonement: it was for the ‘sons’ and not the human race our Lord ‘tasted death’” - ‘The Sovereignty of God’ (AGES), hal 63-64.

Catatan: kutipan dari A. W. Pink ini tidak saya terjemahkan karena intinya sudah saya berikan di atas.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Next Post Previous Post