PENEBUSAN TERBATAS (LIMITED ATONEMENT) 1

PDT. BUDI ASALI, M.DIV.
PENEBUSAN TERBATAS (LIMITED ATONEMENT) 1
I) Perbandingan ajaran Arminian dan Reformed dalam persoalan penebusan.

1) Dalam ajaran Arminian dikatakan bahwa Kristus mati untuk semua orang / setiap individu dalam dunia ini, untuk menyediakan jalan keselamatan.

A. H. Strong: “The Scripture represent the atonement as having been made for all men and as sufficient for the salvation of all. Not the atonement therefore is limited, but the application of the atonement through the work of the Holy Spirit” (= Kitab Suci menggambarkan bahwa penebusan telah dibuat bagi semua manusia dan cukup untuk keselamatan semua manusia. Karena itu, bukan penebusannya yang terbatas, tetapi penerapan dari penebusan itu melalui pekerjaan Roh Kudus) -‘Systematic Theology’, hal 771.

A. H. Strong: “The atonement is unlimited, - the whole human race might be saved through it; the application of the atonement is limited, - only those who repent and believe are actually saved by it” (= Penebusan itu tidak terbatas, - seluruh umat manusia bisa diselamatkan melalui penebusan itu; penerapan dari penebusan itu yang terbatas, - hanya mereka yang bertobat dan percaya yang betul-betul diselamatkan) - ‘Systematic Theology’, hal 773.

Catatan: A. H. Strong sebetulnya bukan seorang Arminian ataupun Reformed, karena dari 5 points Calvinisme, ia hanya menolak point ke 3 tentang Limited Atonement (= Penebusan terbatas) ini.

Yakobus Arminius: “Christ has died for all men and for every individual. … the phrase here used possesses much ambiguity. Thus it may mean either that ‘the price of the death of Christ was given for all and for every one,’ or that ‘the redemption, which was obtained by means of that price, is applied and communicated to all men and to every one.’ … Of this latter sentiment I entirely disapprove, because God has by a peremptory decree resolved, that believers alone should be made partakers of this redemption” (= Kristus telah mati untuk semua manusia dan untuk setiap individu. ... ungkapan yang digunakan di sini mempunyai banyak ke-mendua-an arti. Karena itu bisa berarti, atau bahwa ‘harga / nilai dari kematian Kristus diberikan untuk semua dan setiap orang’, atau bahwa ‘penebusan, yang didapatkan dengan memakai harga / nilai itu, diterapkan dan diberikan kepada semua orang dan kepada setiap orang’. ... Tentang pendapat yang belakangan, saya sepenuhnya tidak setuju, karena Allah telah memutuskan oleh suatu ketetapan yang pasti / tak bisa diubah, bahwa hanya orang-orang percaya yang dibuat menjadi pengambil bagian dari penebusan ini) - ‘The Works of Arminius’, vol 1, hal 316 (Libronix).

Catatan: dalam kata-kata selanjutnya jelas bahwa Yakobus Arminius menerima pernyataan yang pertama. Dengan kata lain, ia percaya bahwa Kristus mati untuk semua orang, tetapi penerapan dari penebusan itu hanya diberikan bagi orang-orang yang percaya kepada Kristus.

2) Dalam ajaran Calvinisme / Reformed dikatakan bahwa Kristus mati hanya untuk menebus orang-orang pilihan, dan ini memastikan keselamatan mereka.

Arthur W. Pink: “Christ did not die to make possible the salvation of all mankind, but to make certain the salvation of all that the Father had given to Him” (= Kristus tidak mati untuk membuat keselamatan itu memungkinkan untuk seluruh umat manusia, tetapi untuk membuat pasti keselamatan dari semua orang yang telah diberikan Bapa kepadaNya) - ‘The Sovereignty of God’, hal 57.

R. L. Dabney: “Christ’s work for the elect does not merely put them in a salvable state; but purchase for them a complete and assured salvation” (= Pekerjaan Kristus untuk orang-orang pilihan tidak semata-mata meletakkan mereka dalam keadaan yang bisa diselamatkan; tetapi membeli bagi mereka suatu keselamatan yang lengkap / sempurna dan pasti / terjamin) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 523.

Tentang Yohanes 3:16, John Murray berkata:

“The design is the salvation of all who believe in Jesus. This design is infallibly achieved. The security is obvious from the terms: ‘should not perish but have everlasting life’. ... There is, after all, nothing in this text to support what it is frequently supposed to affirm, namely, universal atonement. What is actually says is akin to definite atonement. Something is made infallibly certain and secure - all believers will have eternal life. What definite or limited atonement maintains is that God gave his Son to make something infallibly secure” (= Tujuan / rencananya adalah keselamatan dari semua orang yang percaya kepada Yesus. Tujuan / rencana ini dicapai secara sempurna / tidak bisa salah. Kepastian itu terlihat dengan jelas dari istilah: ‘tidak binasa tetapi mendapatkan hidup yang kekal’. ... Jadi akhirnya tidak ada sesuatu dalam text ini untuk mendukung apa yang seringkali diduga ditegaskan oleh text ini, yaitu penebusan universal. Apa yang betul-betul dikatakan oleh text ini sama dengan penebusan tertentu / terbatas. Sesuatu dibuat pasti secara tidak bisa salah - semua orang percaya akan mendapat hidup yang kekal. Apa yang dipegang / dipercaya oleh penebusan tertentu atau terbatas adalah bahwa Allah memberikan AnakNya untuk membuat sesuatu pasti secara tidak bisa salah) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol 1, hal 80.

Jadi, kalau Arminianisme mempercayai doktrin Conditional Election & Unlimited Atonement (= Pemilihan Bersyarat & Penebusan Tak Terbatas), maka Calvinisme / Reformed mempercayai doktrin Unconditional Election & Limited Atonement (= Pemilihan yang Tidak Bersyarat & Penebusan Terbatas)!

II) Arti Limited Atonement / Penebusan Terbatas.

1) Kristus mati hanya untuk menebus orang-orang pilihan, bukan untuk menebus semua manusia di dunia ini.

Arthur W. Pink: “For whom did Christ die? ... We answer, Christ died for ‘God’s elect.’” (= Untuk siapa Kristus mati? ... Kami menjawab, Kristus mati untuk ‘orang pilihan Allah’) - ‘The Sovereignty of God’, hal 56.

John Murray: “The atonement was designed for those, and for those only, who are ultimately the beneficiaries of what it is in its proper connotation. And likewise, when we think of Christ’s ‘dying for’ in the substitutionary terms which are its proper import, we must say that he did not die for those who never become the beneficiaries of that substitution; he did not ‘die for’ the non-elect” (= Penebusan direncanakan bagi mereka, dan hanya bagi mereka, yang pada akhirnya adalah ahli-ahli waris dalam arti yang sebenarnya. Dan juga, pada waktu kita berpikir tentang Kristus ‘mati untuk / bagi’ dalam arti menggantikan yang merupakan maknanya yang benar, kita harus berkata bahwa Ia tidak mati bagi / untuk mereka yang tidak pernah menjadi ahli-ahli waris dari penggantian itu; Ia tidak ‘mati bagi / untuk’ orang-orang bukan pilihan) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol 1, hal 69.

2) Yang dibatasi adalah tujuan penebusan, bukan nilai penebusan.

Tujuan penebusan Kristus adalah untuk menebus orang-orang pilihan saja, bukan untuk menebus semua manusia di dunia. Keterbatasan penebusan ini hanya dalam tujuannya, tetapi tidak dalam kuasa / nilainya.

Loraine Boettner: “While the value of the atonement was sufficient to save all mankind, it was efficient to save only the elect” (= Sementara nilai dari penebusan cukup untuk menyelamatkan seluruh umat manusia, itu hanya efisien untuk menyelamatkan orang-orang pilihan saja) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 152.

Loraine Boettner: “This doctrine does not mean that any limit can be set to the value or power of the atonement which Christ made. The value of the atonement depends upon, and is measured by, the dignity of the person making it; and since Christ suffered as a Divine-human person the value of His suffering was infinite. ... The atonement, therefore, was infinitely meritorious and might have saved every member of the human race had that been God’s plan” (= Doktrin ini tidak berarti bahwa kita bisa menetapkan suatu batasan pada nilai atau kuasa dari penebusan yang dibuat oleh Kristus. Nilai dari penebusan tergantung pada, dan diukur oleh, kewibawaan dari Pribadi yang membuatnya; dan karena Kristus menderita sebagai Pribadi ilahi-manusia, maka nilai penderitaanNya adalah tidak terhingga. ... Karena itu, penebusan itu mendapatkan hasil secara tidak terhingga dan bisa menyelamatkan setiap anggota umat manusia seandainya itu adalah rencana Allah) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 151.

Charles Hodge: “the question does not concern the value of Christ’s satisfaction. That Augustinians admit to be infinite” (= pertanyaannya tidak mempersoalkan nilai dari penebusan Kristus. Itu diakui oleh penganut Agustinus sebagai tidak terhingga) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 544.

Charles Hodge: “It is a gross misrepresentation of the Augustinian doctrine to say that it teaches that Christ suffered so much for so many; that He would have suffered more had more been included in the purpose of salvation” (= Merupakan suatu penyalah-tafsiran dari doktrin Augustinian untuk mengatakan bahwa doktrin itu mengajarkan bahwa Kristus menderita sekian untuk sejumlah orang; bahwa Ia akan menderita lebih banyak seandainya lebih banyak orang dicakup dalam rencana keselamatan) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 544.

Charles Hodge: “All that Christ did and suffered would have been necessary had only one human soul been the object of redemption; and nothing different and nothing more would have been required had every child of Adam been saved through his blood” (= Semua yang Kristus lakukan dan derita akan tetap perlu andaikata hanya satu jiwa manusia merupakan obyek dari penebusan; dan tidak ada perbedaan dan tidak ada tambahan yang dibutuhkan andaikata setiap keturunan Adam diselamatkan melalui darahNya) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 545.

Charles Hodge: “Christ died sufficiently for all, efficaciously only for the elect. There is a sense, therefore, in which He died for all, and there is a sense in which He died for the elect alone” (= Kristus mati secara cukup untuk semua, secara efisien hanya untuk orang pilihan. Karena itu, dalam arti tertentu Ia mati untuk semua orang, dan dalam arti tertentu yang lain Ia mati untuk orang pilihan saja) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 546.

William G. T. Shedd: “Atonement must be distinguished from redemption. The latter term includes the application of the atonement. ... Atonement is unlimited, and redemption is limited” (= Atonement harus dibedakan dari redemption. Istilah yang terakhir mencakup penerapan dari atonement. ... Atonement tidak terbatas, dan redemption terbatas) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, Vol II, hal 469,470.

3) Hubungan ‘kematian / penebusan Kristus’ dengan ‘orang non pilihan’.

Charles Hodge: “It is obvious that if there be no election of some to everlasting life, the atonement can have no special reference to the elect. ... But it does not follow from the assertion of its having a special reference to the elect that it had no reference to the non elect” (= Adalah jelas bahwa andaikata tidak ada pemilihan terhadap sebagian orang kepada hidup yang kekal, maka penebusan tidak bisa mempunyai hubungan khusus dengan orang pilihan. ... Tetapi penegasan bahwa penebusan mempunyai hubungan khusus dengan orang pilihan, tidak berarti bahwa penebusan itu tidak mempunyai hubungan dengan orang yang bukan pilihan) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 545.

Loraine Boettner: “Arminians hold that Christ died for all men alike, while Calvinists hold that in the intention and secret plan of God Christ died for the elect only, and that His death had only an incidental reference to others in so far as they are partakers of common grace” (= Orang Arminian menganggap bahwa Kristus mati secara sama untuk semua manusia, sedangkan orang-orang Calvinist menganggap bahwa dalam maksud dan rencana rahasia Allah, Kristus mati hanya untuk orang-orang pilihan, dan bahwa kematianNya hanya mempunyai efek samping dengan orang-orang lain sejauh mereka mendapat bagian dalam kasih karunia yang bersifat umum) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 150.

Catatan: ‘incidental’ = terjadi atau mungkin terjadi sebagai akibat dari sesuatu yang lebih penting. Jadi bisa diartikan sebagai ‘efek samping’.

Loraine Boettner: “There is, then, a certain sense in which Christ died for all men, and we do not reply to the Arminian tenet with an unqualified negative. But what we do maintain is that the death of Christ had special reference to the elect in that it was effectual for their salvation, and that the effects which are produced in others are only incidental to this one great purpose” (= Jadi ada arti tertentu dimana Kristus mati untuk semua orang, dan kita tidak menjawab ajaran Arminian dengan penolakan total / mutlak. Tetapi apa yang kita pertahankan adalah bahwa kematian Kristus mempunyai hubungan khusus dengan orang pilihan dalam arti itu bersifat efektif / pasti berhasil untuk keselamatan mereka, dan bahwa akibat yang dihasilkan dalam orang lain hanyalah merupakan efek samping dari satu tujuan yang besar ini)- ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 161.

Illustrasi: seseorang bekerja untuk anak-anaknya, tetapi dengan pekerjaannya itu masyarakat juga mendapat manfaatnya. Tetapi bagaimanapun ia tidak bekerja dengan tujuan memberi manfaat kepada masyarakat, tetapi untuk anak-anaknya.

Louis Berkhof: “It is perfectly true, of course, that the design of God in the work of Christ pertained primarily and directly, not to the temporal well-being of men in general, but to the redemption of the elect; but secondarily and indirectly it also included the natural blessings bestowed on mankind indiscriminately. All that the natural man receives other than curse and death is an indirect result of the redemptive work of Christ” (= Tentu saja merupakan sesuatu yang benar bahwa rencana Allah dalam pekerjaan Kristus berhubungan terutama dan secara langsung bukan dengan kesejahteraan yang bersifat sementara dari manusia secara umum, tetapi dengan penebusan orang pilihan; tetapi secara sekunder dan tak langsung itu juga mencakup berkat-berkat alamiah / biasa yang diberikan kepada umat manusia tanpa pandang bulu. Semua yang diterima oleh manusia berdosa / manusia di luar Kristus selain kutukan dan kematian merupakan akibat / hasil tidak langsung dari pekerjaan penebusan Kristus) - ‘Systematic Theology’, hal 438-439.

John Murray: “all the good showered on this world, dispensed by Christ in the exercise of his exalted lordship, is related to the death of Christ and accrues to man in one way or another from the death of Christ. If so, it was designed to accrue from the death of Christ. Since many of these blessings fall short of salvation and are enjoyed by many who never become the possessors of salvation, we must say that the design of Christ’s death is more inclusive than the blessings that belong specifically to the atonement. That is to say that even the non-elect are embraced in the design of the atonement in respect of those blessings falling short of salvation which they enjoy in this life. This is equivalent to saying that the atonement sustains this reference to the non-elect and it would not be improper to say that, in respect of what is entailed for the non-elect, Christ died for them” [= semua yang baik yang dicurahkan pada dunia ini, disalurkan / dikeluarkan oleh Kristus dalam pelaksanaan / penggunaan dari keTuhanannya yang ditinggikan, dihubungkan dengan kematian Kristus dan datang sebagai keuntungan bagi manusia dengan cara bagaimanapun juga dari kematian Kristus. Jika demikian, itu direncanakan untuk datang sebagai keuntungan bagi manusia dari kematian Kristus. Karena banyak dari berkat-berkat ini tidak mencapai keselamatan dan dinikmati oleh banyak orang yang tidak pernah menjadi pemilik dari keselamatan, kita harus mengatakan bahwa rencana / tujuan dari kematian Kristus mencakup hal-hal yang lebih luas dari pada berkat-berkat yang menjadi milik secara spesifik dari penebusan. Maksudnya adalah bahwa bahkan orang-orang bukan pilihan dicakup dalam rencana penebusan berkenaan dengan berkat-berkat yang tidak mencapai keselamatan yang mereka nikmati dalam hidup ini. Ini sama dengan mengatakan bahwa penebusan menyokong hubungan dengan orang-orang bukan pilihan ini dan tidak salah untuk mengatakan bahwa berkenaan dengan apa yang diwarisi secara terbatas oleh orang-orang bukan pilihan, Kristus mati untuk mereka] - ‘Collected Writings of John Murray’, vol 1, hal 64.

John Murray: “Our particular interest now is that he is represented as sanctified in the blood of Christ. Whatever may be the particular complexion of the sanctification in view, there can be no question but that it is derived from the blood of Christ and, if so, it was designed to accrue from the blood of Christ. The benefit was only temporary and greater guilt devolves upon the person from the fact that he participated in it and then came to count the blood by which it was conveyed an unholy thing. But nevertheless, it was a benefit the blood of Christ procured, and procured for him. We must say that, to that extent Jesus shed his blood for his benefit. Other passages are probably in the same category. But this one suffice to show that there are benefits accruing from the death of Christ for those who finally perish. And in view of this we may say that in respect of these benefits Christ may be said to have died for those who are the beneficiaries. In any case it is incontrovertible that even those who perish are the partakers of numberless benefits that are the fruits of Christ’s death and that, therefore, Christ’s death sustains to them this beneficial reference, a beneficial reference, however, that does not extend beyond this life ” (= Perhatian khusus kami saat ini adalah bahwa orang itu digambarkan sebagai ‘dikuduskan dalam darah Kristus’. Apapun yang menjadi warna / sifat khusus dari pengudusan yang sedang dipertimbangkan, tidak diragukan bahwa itu didapatkan dari darah Kristus, dan jika demikian, itu direncanakan datang sebagai keuntungan dari darah Kristus. Keuntungan itu hanya bersifat sementara dan kesalahan yang lebih besar bergulir kepada orang itu dari fakta bahwa ia telah mengambil bagian di dalamnya dan lalu menganggap darah dengan mana itu diberikan sebagai sesuatu yang najis. Tetapi bagaimanapun, itu merupakan keuntungan yang didapatkan dari darah Kristus, dan didapatkan bagi dia. Kita harus mengatakan bahwa, sampai pada tingkat itu Yesus mencurahkan darahNya untuk keuntungannya. Text-text yang lain mungkin ada dalam kategori yang sama. Tetapi yang satu ini cukup untuk menunjukkan bahwa ada keuntungan-keuntungan yang datang sebagai keuntungan dari kematian Kristus bagi mereka yang akhirnya binasa. Dan mengingat hal ini kita bisa mengatakan bahwa berkenaan dengan keuntungan-keuntungan ini Kristus boleh dikatakan telah mati bagi mereka yang adalah penerima / pewaris keuntungan ini. Bagaimanapun juga merupakan sesuatu yang tidak bisa disangkal bahwa bahkan mereka yang binasa adalah pengambil-pengambil bagian dari tak terhitung banyaknya keuntungan yang merupakan buah dari kematian Kristus dan bahwa karena itu kematian Kristus menyokong mereka dalam hubungan keuntungan ini, suatu hubungan keuntungan yang tidak menjangkau di atas kehidupan ini) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol 1, hal 64-65.

Dalam tafsirannya tentang Ibr 10:29, yang berbunyi “Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?”, John Murray memberikan komentar di bawah ini.

John Murray: “The non-elect enjoy many benefits that accrues from the atonement but they do not partake of the atonement. ... it is one thing to say that the non-elect are the recipients of many benefits that accrue from Christ’s death, it is something entirely different to say that they are partakers or were intended to be the partakers of the vicarious substitution which ‘died for’ properly connotes. To sum up, there is a radical differentiation between the benefits accruing from Christ’s death for the non-elect and the benefits accruing for the elect, and it is the latter that belong to the atonement in its biblical definition” (= Orang-orang bukan pilihan menikmati banyak keuntungan yang dihasilkan dari penebusan, tetapi mereka tidak mengambil bagian dalam penebusan itu. ... merupakan sesuatu yang sama sekali berbeda untuk mengatakan bahwa orang-orang bukan pilihan merupakan penerima dari banyak keuntungan yang dihasilkan oleh kematian Kristus, dengan mengatakan bahwa mereka adalah pengambil bagian, atau direncanakan untuk menjadi pengambil bagian, dari penggantian yang merupakan arti sebenarnya dari kata-kata ‘mati untuk’. Kesimpulannya, ada suatu perbedaan yang radikal antara keuntungan yang dihasilkan oleh kematian Kristus bagi orang-orang bukan pilihan, dan keuntungan yang dihasilkan bagi orang-orang pilihan, dan yang terakhir inilah yang menjadi milik dari penebusan dalam definisi yang Alkitabiah) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol 1, hal 69.

Louis Berkhof: “The question may be raised, whether the atonement wrought by Christ for the salvation of the elect, and of the elect only, has any wider bearing. The question is often discussed in Scottish theology, whether Christ did not die, in some other than a saving sense, also for the non-elect. It was discussed by several of the older theologians, such as Rutherford, Brown, Durham, and Dickson, but was answered in the negative. ... The phrase that Christ died sufficiently for all was not approved, because the ‘for’ seemed to imply some reality of actual substitution.’ Durham denied that any mercy bestowed upon the reprobate, and enjoyed by them, could be said to be the proper fruit of, or the purchase of, Christ’s death; but at the same time maintained that certain consequences of Christ’s death of an advantageous kind must reach wicked men, though it is doubtful whether these can be regarded as a blessing for them. This was also the position of Rutherford and Gillespie. ... Several Reformed theologians hold that, though Christ suffered and died only for the purpose of saving the elect, many benefits of the cross of Christ do actually - and that also according to the plan of God - accrue to the benefit of those who do not accept Christ by faith. They believe that the blessings of common grace also result from the atoning work of Christ” (= Bisa ditanyakan, apakah penebusan yang dibuat oleh Kristus untuk keselamatan orang-orang pilihan, dan hanya untuk orang-orang pilihan, mempunyai hubungan / sangkut paut yang lebih luas. Pertanyaan itu sering didiskusikan dalam theologia Skotlandia, apakah Kristus tidak mati, dalam arti lain dari pada menyelamatkan, juga bagi orang-orang bukan pilihan. Itu didiskusikan oleh beberapa ahli theologia yang lebih tua / kuno, seperti Rutherford, Brown, Durham, dan Dickson, tetapi dijawab ‘tidak’. ... Ungkapan bahwa ‘Kristus mati secara cukup bagi semua orang’ tidak disetujui, karena kata ‘untuk’ kelihatannya secara tak langsung menunjuk pada realita dari penggantian yang sungguh-sungguh’. Durham menyangkal bahwa ada belas kasihan apapun, yang diberikan kepada orang-orang bukan pilihan, dan yang dinikmati oleh mereka, bisa dikatakan sebagai buah yang benar dari, atau merupakan pembelian dari, kematian Kristus; tetapi pada saat yang sama mempertahankan bahwa konsekwensi-konsekwensi tertentu yang menguntungkan dari kematian Kristus pasti mencapai orang-orang jahat, sekalipun merupakan sesuatu yang diragukan bahwa ini bisa dianggap sebagai suatu berkat bagi mereka. Ini juga merupakan posisi dari Rutherford dan Gillespie. ... Beberapa ahli theologia Reformed mempercayai bahwa, sekalipun Kristus menderita dan mati hanya dengan tujuan untuk menyelamatkan orang-orang pilihan, banyak keuntungan dari salib Kristus yang sungguh-sungguh menghasilkan keuntungan bagi mereka yang tidak menerima Kristus dengan iman, dan ini juga sesuai dengan rencana Allah. Mereka percaya bahwa berkat-berkat dari kasih karunia yang bersifat umum, juga dihasilkan oleh pekerjaan penebusan Kristus) - ‘Systematic Theology’, hal 398-399.

III) Dasar Kitab Suci doktrin Limited Atonement / Penebusan Terbatas.

1) Adanya Predestinasi.

Adanya Predestinasi tidak memungkinkan Allah melakukan penebusan terhadap semua orang, karena memang bukan kehendak / rencanaNya untuk menyelamatkan semua orang.

Loraine Boettner: “It will be seen at once that this doctrine necessarily follows from the doctrine of election. If from eternity God has planned to save one portion of the human race and not another, it seems to be a contradiction to say that His work has equal reference to both portions, or that He sent His Son to die for those whom He had predetermined not to save, as truly as, and in the same sense that He was sent to die for those whom He had chosen for salvation. These two doctrines must stand or fall together. We cannot logically accept one and reject the other. If God has elected some and not others to eternal life, then plainly the primary purpose of Christ’s work was to redeem the elect” (= Akan langsung terlihat bahwa doktrin ini merupakan akibat yang pasti dari doktrin tentang pemilihan / predestinasi. Jika dari kekekalan Allah telah merencanakan untuk menyelamatkan sebagian umat manusia dan tidak menyelamatkan sebagian yang lainnya, maka kelihatannya merupakan suatu kontradiksi untuk mengatakan bahwa pekerjaanNya mempunyai hubungan yang sama dengan kedua golongan itu, atau bahwa Ia mengirimkan AnakNya untuk mati bagi mereka yang telah Ia tentukan untuk tidak diselamatkan, sama benarnya seperti, dan dalam arti yang sama seperti, dimana Ia dikirim untuk mati untuk mereka yang telah Ia pilih untuk keselamatan. Kedua doktrin ini harus berdiri atau jatuh bersama-sama. Kita tidak bisa secara logis menerima yang satu dan menolak yang lain. Jika Allah telah memilih sebagian dan bukan yang lain untuk hidup yang kekal, maka jelaslah bahwa tujuan utama pekerjaan Kristus adalah untuk menebus orang pilihan) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 151.

Charles Hodge: “The one doctrine necessarily involves the other. If God from eternity determined to save one portion of the human race and not another, it seems to be a contradiction to say that the plan of salvation had equal reference to both portions; that the Father sent his Son to die for those whom He had predetermined not to save, as truly as, and in the same sense that He gave Him up for those whom He had chosen to make the heirs of salvation” (= Doktrin yang satu pasti melibatkan yang lain. Jika dari kekekalan Allah telah menentukan untuk menyelamatkan sebagian umat manusia dan tidak menyelamatkan sebagian yang lainnya, maka kelihatannya merupakan suatu kontradiksi untuk mengatakan bahwa rencana keselamatan mempunyai hubungan yang sama dengan kedua golongan itu, atau bahwa Ia mengirimkan AnakNya untuk mati bagi mereka yang telah Ia tentukan untuk tidak diselamatkan, sama benarnya seperti, dan dalam arti yang sama seperti, bahwa Ia menyerahkanNya bagi mereka yang telah Ia pilih untuk menjadi ahli waris keselamatan) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 548.

2) Ajaran bahwa ‘Kristus mati untuk semua orang’ menimbulkan ajaran sesat / salah.

Kalau Kristus mati untuk semua orang, maka hanya ada 2 kemungkinan:

a) Kristus / Allah berhasil mencapai tujuanNya, dan ini menghasilkan Universalisme (= ajaran yang mengatakan bahwa pada akhirnya nanti semua orang akan selamat / masuk ke surga).

b) Kristus / Allah gagal mencapai tujuan / rencanaNya, karena dalam faktanya nanti akan ada banyak orang yang masuk ke neraka.

Kedua kemungkinan di atas ini sama-sama tidak mungkin, karena:

1. Universalisme jelas merupakan ajaran sesat dan bertentangan dengan banyak ayat Kitab Suci yang jelas menunjukkan adanya banyak orang yang masuk ke neraka, seperti Mat 7:13, Luk 16:23-24.

2. Banyak ayat-ayat Kitab Suci yang mengatakan bahwa rencana Allah tidak mungkin gagal, seperti:

a. Ayub 42:2 - “Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal”.

b. Maz 33:10-11 - “(10) TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa; (11) tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hatiNya turun-temurun”.

c. Yes 14:24,26-27 - “(24) TUHAN semesta alam telah bersumpah, firmanNya: ‘Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana: ... (26) Itulah rancangan yang telah dibuat mengenai seluruh bumi, dan itulah tangan yang teracung terhadap segala bangsa. (27) TUHAN semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat menggagalkannya? TanganNya telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya ditarik kembali?”.

d. Yesaya 46:10-11 - “(10) yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan segala kehendakKu akan Kulaksanakan, (11) yang memanggil burung buas dari timur, dan orang yang melaksanakan putusanKu dari negeri yang jauh. Aku telah mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya”.

John Murray: “it is inconceivable that the purpose for which he came was frustrated or could be frustrated” (= tak dapat dibayangkan bahwa tujuan untuk mana Ia datang digagalkan atau bisa digagalkan) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol 1, hal 75.

Jadi seharusnya tidak ada orang kristen yang alkitabiah / injili yang boleh menerima yang manapun dari 2 kemungkinan di atas ini.

John Owen mengomentari Roma 4:25 yang berbunyi “yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita”, dengan komentar sebagai berikut:

“For whose offences he died, for their justification he rose; - and therefore, if he died for all, all must also be justified, or the Lord faileth in his aim and design, both in the death and resurrection of his Son; which though some have boldly affirmed, yet for my part I cannot but abhor the owning of so blasphemous a fancy” (= Untuk pelanggaran-pelanggaran siapa Ia mati, untuk pembenaran mereka Ia bangkit; - dan karena itu, jika Ia mati untuk semua, semua harus juga dibenarkan, atau Tuhan gagal dalam tujuan dan rencanaNya, baik dalam kematian dan kebangkitan AnakNya; yang sekalipun sebagian orang menegaskan secara berani, tetapi bagi saya, saya hanya bisa merasa jijik untuk mempunyai khayalan yang begitu bersifat menghujat) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, ‘The Death of Christ’, hal 182.

Kalau kedua kemungkinan di atas sama-sama tidak mungkin, maka jelas bahwa kita harus membuang teori yang mengatakan bahwa Yesus mati untuk semua orang.

Saya ingin memberikan sedikit komentar dari seseorang tentang buku John Owen yang berjudul ‘The Death of Death in The Death of Christ’ (= Kematian dari Kematian dalam Kematian Kristus), yang lalu dimasukkan ke dalam ‘The Works of John Owen’, vol 10, dari mana saya baru saja mengambil kutipan di atas.

John Piper: “One example of a difficult but compelling book is ‘The Death of Death in the Death of Christ,’ probably his most famous and most influential book. It was published in 1647 when Owen was thirty-one years old. It is the fullest and probably the most persuasive book ever written on the doctrine sometimes called ‘limited atonement,’ or better called ‘definite atonement’ or ‘particular redemption.’” (= Satu contoh dari suatu buku yang sukar tetapi memaksa / mendesak adalah ‘Kematian dari Kematian dalam Kematian Kristus’, mungkin merupakan bukunya yang paling terkenal dan paling berpengaruh. Buku itu dipublikasikan pada tahun 1647 pada waktu Owen berusia 31 tahun. Buku itu adalah buku yang paling penuh / lengkap dan mungkin yang paling meyakinkan yang pernah ditulis tentang doktrin yang kadang-kadang disebut ‘Penebusan Terbatas’, atau lebih baik disebut ‘Penebusan Tertentu’ atau ‘Penebusan Khusus’.) - ‘Contending For Our All’, hal 77.

3) Kalau Kristus mati untuk semua orang, maka orang yang tidak percaya yang akhirnya masuk ke neraka, dosanya dihukum 2 x. Ini tidak adil!

Loraine Boettner mengutip kata-kata Charles Haddon Spurgeon:

“If Christ has died for you, you can never be lost. God will not punish twice for one thing. If God punished Christ for your sins He will not punish you. ‘Payment God’s justice cannot twice demand; first, at the bleeding Saviour’s hand, and then again at mine.’ How can God be just if he punished Christ, the substitute, and then man himself afterwards?” (= Jika Kristus telah mati untuk kamu, kamu tidak pernah bisa terhilang. Allah tidak akan menghukum dua kali untuk satu hal. Jika Allah menghukum Kristus untuk dosa-dosamu Ia tidak akan menghukummu. ‘Pembayaran keadilan Allah tidak bisa menuntut dua kali; pertama, pada tangan Kristus yang berdarah, dan lalu lagi pada tanganku’. Bagaimana Allah bisa adil jika Ia menghukum Kristus, sang Pengganti, dan lalu manusia itu sendiri setelahnya?) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 155.

Loraine Boettner: “If the suffering and death of Christ was a ransom for all men rather than for the elect only, then the merits of His work must be communicated to all alike and the penalty of eternal punishment cannot be justly inflicted on any. God would be unjust if He demanded this extreme penalty twice over, first from the substitute and then from the persons themselves” (= Jika penderitaan dan kematian Kristus merupakan penebusan untuk semua orang dan bukannya untuk orang pilihan saja, maka manfaat / jasa dari pekerjaanNya harus diberikan kepada semua dan hukuman kekal tidak bisa secara adil diberikan kepada siapapun. Allah itu tidak adil jika Ia menuntut hukuman yang hebat ini dua kali, pertama dari sang Pengganti dan lalu dari orang-orang itu sendiri) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 155.

Charles Haddon Spurgeon: “Memory looks back on past sins with deep sorrow for the sin, but yet with no dread of any penalty to come; for Christ has paid the debt of His people to the last jot and tittle, and received the divine receipt; and unless God can be so unjust as to demand double payment for one debt, no soul for whom Jesus died as a substitute can ever be cast into hell. It seems to be one of the very principles of our enlightened nature to believe that God is just; we feel that it must be so, and this gives us our terror at first; but is it not marvelous that this very same belief that God is just, becomes afterwards the pillar of our confidence and peace! If God is just, I, a sinner alone and without a substitute, must be punished; but Jesus stands in my stead and is punished for me; and now, if God is just, I, a sinner, standing in Christ, can never be punished” (= Ingatan melihat ke belakang kepada dosa-dosa yang lalu dengan kesedihan yang dalam untuk dosa, tetapi tanpa rasa takut terhadap hukuman yang akan datang; karena Kristus telah membayar hutang umatNya sampai pada hal yang paling kecil / remeh, dan telah menerima kwitansi ilahi; dan kecuali Allah itu bisa begitu tidak adil / benar sehingga menuntut pembayaran dobel untuk satu hutang, tidak ada jiwa, untuk siapa Yesus mati sebagai pengganti, bisa dicampakkan ke dalam neraka. Kelihatannya merupakan satu prinsip dari diri kita yang sudah diterangi untuk percaya bahwa Allah itu adil / benar; kita merasa bahwa haruslah demikian, dan ini mula-mula memberikan kita rasa takut; tetapi tidakkah merupakan sesuatu yang mengagumkan bahwa kepercayaan yang sama bahwa Allah itu adil / benar, setelah itu lalu menjadi pilar / tonggak dari keyakinan dan damai kita! Jika Allah itu adil / benar, saya, seorang yang berdosa, sendirian dan tanpa seorang pengganti, harus dihukum; tetapi Yesus telah menggantikan saya dan dihukum untuk saya; dan sekarang, jika Allah itu adil / benar, saya, seorang yang berdosa, berdiri dalam Kristus, tidak pernah bisa dihukum) - ‘Morning and Evening’, September 25, morning.

Charles Haddon Spurgeon: “If Jesus paid my debt, and he did if I am a believer in him, then I am out of debt. If Jesus bore the penalty of my sin, and he did if I am a believer, then there is no penalty for me to pay, ... If Christ has borne my punishment, I shall never bear it” (= Jika Yesus membayar hutangku, dan Ia memang membayar hutangku jika aku adalah orang percaya dalam Dia, maka aku tidak mempunyai hutang. Jika Yesus memikul / menanggung hukuman dosaku, dan Ia memang memikul / menanggung dosaku jika aku adalah seorang percaya, maka di sana tidak ada hukuman bagiku yang harus aku bayar, ... Jika Kristus telah memikul / menanggung hukumanku, aku tidak akan pernah memikul / menanggungnya) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 6, hal 477.

Alkitab sendiri memang menggambarkan ‘dosa’ sebagai ‘hutang’, yaitu dalam:

a) Matius 6:12 (KJV).

b) Mat 18:21-35.

c) Lukas 7:36-50.

d) Kata-kata ‘hutang darah’ yang menunjuk kepada ‘dosa’ sangat sering muncul dalam Alkitab, khususnya dalam Perjanjian Lama.

Bdk. Maz 103:10 dan 1Yoh 1:9.

Mazmur 103:10 - “Tidak dilakukanNya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalasNya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita”.

Bdk. Roma 2:6 - “Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya”.

1Yoh 1:9 - “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”.

Bukankah aneh bahwa ayat ini menekankan ‘adil’ dan bukannya ‘kasih’ padahal ini mempersoalkan pengampunan dosa?

Ayat-ayat ini (Maz 103:10 dan 1Yoh 1:9) hanya bisa cocok, karena adanya penebusan Kristus untuk orang-orang pilihan. Penebusan Kristus ‘mengharuskan’ Allah untuk tidak membalas orang setimpal dengan perbuatannya, dan ‘mengharuskan’ Allah untuk mengampuni dosa orang-orang percaya (kalau tidak, Ia tidak adil).

Ada cara lain untuk menyatakan hal ini. Pada waktu menderita dan mati di salib, Yesus adalah ‘subsitute’ (= pengganti) kita. Kalau kita yang Ia gantikan tetap dihukum, maka tidak ada penggantian, atau, Ia bukan pengganti kita!

Bdk. 2 Korintus 5:21 - “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita (Yunani: HUPER HUMON), supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”.

KJV/NIV: ‘for us’ (= untuk kita).

RSV: ‘For our sake’ (= Demi kita).

NASB: ‘on our behalf’ (= untuk / demi kepentingan kita).

Charles Hodge (tentang 2Kor 5:21): “The apostle says Christ: was made sin ‘for us,’ uJpe<r hJmw~n, i.e. ‘in our stead,’ because the idea of substitution is involved in the very nature of the transaction. The victim was the substitute for the offender. It was put in his place. So Christ was our substitute, or, was put in our place. This is the more apparent from the following clause, which teaches the design of this substitution. He was made sin, that we might be made righteous. He was condemned, that we might be justified. The very idea of substitution is that what is done by one in the place of another, avails as though that other had done it himself. The victim was the substitute of the offerer, because its death took the place of his death. If both died there was no substitution. So if Christ’s being made sin does not secure our being made righteousness, he was not our substitute.” [= Sang rasul berkata Kristus dibuat dosa ‘untuk kita’, uJpe<r hJmw~n (HUPER HUMON), yaitu, ‘di tempat kita / sebagai pengganti kita’, karena gagasan penggantian terlibat dari sifat dasar dari transaksi ini. Korban adalah pengganti untuk si pelanggar. Korban itu diletakkan di tempatnya. Demikianlah Kristus adalah substitute / pengganti kita, atau diletakkan di tempat kita. Ini lebih terlihat lagi dari anak kalimat selanjutnya, yang mengajarkan rancangan dari penggantian ini. Ia dibuat menjadi dosa, supaya kita bisa dibuat menjadi benar. Ia dihukum, supaya kita bisa dibenarkan. Gagasan dari penggantian adalah bahwa apa yang dilakukan oleh satu orang di tempat dari orang lain, berguna seakan-akan orang lain itu telah melakukannya sendiri. Korban adalah pengganti dari si pelanggar, karena kematian korban mengambil tempat dari kematian si pelanggar. Jika keduanya mati, di sana tidak ada penggantian. Jadi, jika dibuatnya Kristus menjadi dosa tidak memastikan dibuatnya kita menjadi benar, Ia bukan pengganti kita].

4) Keberadaan 2 kelompok orang yang membuktikan kebenaran doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas) ini.

2 kelompok orang itu adalah:

a) Orang-orang yang sudah mati dalam dosa sebelum Kristus mati menebus dosa; mereka ini sudah ada di dalam neraka, pada saat Kristus mati disalib.

. L. Dabney: “A large part of the human race were already in hell before the atonement was made” (= Suatu bagian besar dari umat manusia sudah ada dalam neraka sebelum penebusan dibuat) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 522.

Misalnya:

1. Orang kaya dalam Luk 16:19-31.

Catatan: berkenaan dengan Lukas 16:19-31, saya mengikuti pandangan Calvin yang menganggap cerita ini bukan sebagai suatu perumpamaan, tetapi cerita yang sungguh-sungguh terjadi.

2. Orang-orang Sodom dan Gomora.

Yudas 7 - “sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang”.

Jelas bahwa Kristus tidak mati untuk menebus dosa orang-orang yang sudah ada di dalam neraka ini.

b) Orang-orang yang mati tanpa pernah diberi kesempatan untuk mendengar Injil.

Kalau Kristus memang mati untuk mereka, mengapa Allah dalam providensiaNya membiarkan mereka mati tanpa pernah mendengar Injil?

R. L. Dabney: “Another large part never hear of it. But ‘faith cometh by hearing.’ (Rom. 10), and faith is the condition of its application. Since their condition is determined intentionally by God’s providence, it could not be His intention that the atonement should avail for them equally with those who hear and believe” [= Suatu bagian besar yang lain tidak pernah mendengarnya (tentang penebusan). Tetapi ‘iman timbul karena pendengaran’ (Ro 10), dan iman merupakan syarat dari penerapan penebusan itu. Karena keadaan mereka ditentukan secara sengaja oleh providensia Allah, maka tidak bisa merupakan maksudNya bahwa penebusan mempunyai nilai yang sama untuk mereka dibandingkan dengan orang-orang yang mendengar dan percaya] - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 522.

Mat 11:25-26 - “(25) Pada waktu itu berkatalah Yesus: ‘Aku bersyukur kepadaMu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikanbagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. (26) Ya Bapa, itulah yang berkenan kepadaMu”.

John Owen: “If every one in the world be intended, why doth not the Lord, in the pursuit of this love, reveal Jesus Christ to every one whom he so loved? Strange! that the Lord should so love men as to give his only-begotten Son for them, and yet not once by any means signify this his love to them, as to innumerable he doth not! - that he should love them, and yet order things so, in his wise dispensation, that this love should be altogether in vain and fruitless! - love them, and yet determine that they shall receive no good by his love, though his love indeed be a willing of the greatest good to them!” (= Jika setiap orang dalam dunia ini yang dimaksudkan, mengapa Tuhan, dalam pengejaran dari kasih ini, tidak menyatakan Yesus Kristus kepada setiap orang yang begitu Ia kasihi? Aneh! bahwa Tuhan begitu mengasihi manusia sehingga memberikan Anak TunggalNya bagi mereka, tetapi tidak satu kalipun dengan cara apapun memberitahukan kasihNya ini kepada mereka, seperti yang tidak Ia lakukan kepada tak terhitung banyaknya orang! - bahwa Ia mengasihi mereka, tetapi mengatur hal-hal sedemikian rupa, dalam takdirNya yang bijaksana, sehingga kasih ini menjadi sia-sia dan tak berbuah sama sekali! - mengasihi mereka, tetapi menentukan bahwa mereka tidak akan menerima kebaikan dari kasihNya, sekalipun kasihNya memang menghendaki yang terbaik bagi mereka!) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 328.

John Owen menambahkan: “That he doth not give all things to them to whom he gives his Son, contrary to Rom. 8:32” (= Bahwa Ia tidak memberikan segala sesuatu kepada mereka bagi siapa Ia memberikan AnakNya, bertentangan dengan Ro 8:32) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 328.

Bdk. Ro 8:32 - “Ia, yang tidak menyayangkan AnakNya sendiri, tetapi yang menyerahkanNya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?”.

Catatan: ayat ini memang jelas menunjukkan bahwa kalau Allah rela memberikan AnakNya bagi seseorang, Ia pasti juga akan mau memberikan ‘segala sesuatu’ kepada orang tersebut. ‘Segala sesuatu’ itu memang tidak mungkin diartikan ‘segala sesuatu secara mutlak’, karena kalau diartikan sebagai kekayaan duniawi, maka akan menjadi Theologia Kemakmuran. Tetapi jelas sangat tidak masuk akal, kalau ‘segala sesuatu’ ini tidak mencakup pemberitaan Injil dan keselamatan kekal!

Calvin (tentang Roma 8:32): “And so Paul draws an argument from the greater to the less, that as he had nothing dearer, or more precious, or more excellent than his Son, he will neglect nothing of what he foresees will be profitable to us” (= Dan demikianlah Paulus menarik suatu argumentasi dari yang lebih besar kepada yang lebih kecil, bahwa karena Ia tidak mempunyai apapun yang lebih dikasihi, atau lebih berharga, atau lebih baik / bagus dari pada AnakNya, Ia tidak akan mengabaikan apapun tentang apa yang Ia lihat lebih dulu akan bermanfaat bagi kita).

Setiap orang harus setuju dengan argumentasi ini, kecuali ia berpandangan bahwa orang mati tidak langsung masuk neraka, dan masih ada ‘second chance’ (= kesempatan kedua), dimana orang itu masih bisa diinjili setelah ia mati, baik oleh Kristus ataupun oleh siapapun juga. Tetapi pandangan sesat tentang adanya ‘second chance’ (= kesempatan kedua) ini jelas bertentangan dengan 2Kor 5:10 - “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat”.

Perhatikan kata-kata yang saya garis bawahi itu, yang diterjemahkan secara berbeda oleh Kitab Suci bahasa Inggris.

KJV: ‘in his body’ (= dalam tubuhnya).

RSV/NIV/NASB: ‘in the body’ (= dalam tubuh).

Dalam bahasa Yunani digunakan kata SOMA, yang artinya adalah ‘tubuh’.

Jadi, penghakiman Kristus pada akhir jaman nanti tergantung hanya pada apa yang dilakukan seseorang dalam hidupnya / dalam tubuhnya, bukan pada apa yang dilakukannya setelah ia mati / ada di luar tubuhnya. Jadi, seandainya penginjilan terhadap orang mati itu memungkinkan untuk dilakukan, dan seandainya orang mati itu bisa bertobat dan percaya kepada Yesus, itu tetap tidak akan diperhitungkan dalam penghakiman akhir jaman. Yang diperhitungkan hanyalah tindakan-tindakannya selama ia berada dalam tubuhnya.

Illustrasi: kalau seseorang menghadapi ujian, maka ia mempunyai waktu untuk belajar dan mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian tersebut. Kalau ternyata ia menyia-nyiakan kesempatan itu, dan baru menyesal akan kemalasannya, dan mulai rajin belajar setelah ujian, maka penyesalan dan kerajinannya itu tidak akan mempengaruhi nilai ujiannya, karena semua itu terjadi setelah ujian. Apa yang mempengaruhi nilai ujiannya hanyalah apa yang ia lakukan sebelum ujian!

‘Masa belajar’ bagi kita adalah hidup yang sekarang ini. Apapun yang kita lakukan dalam hidup ini mempengaruhi hidup yang akan datang. Tetapi apapun yang kita lakukan setelah kita mati, tidak akan mempengaruhi ‘nilai ujian’ kita!

Charles Hodge: “According to the Scriptures and the faith of the Church, the probation of man ends at death” (= Menurut Kitab Suci dan iman Gereja, masa percobaan / ujian manusia berakhir pada kematian) - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 725.

Louis Berkhof: “It (Scripture) also invariably represents the coming final judgment as determined by the things that were done in the flesh, and never speaks of this as dependent in any way on what occurred in the intermediate state” [= Itu (Kitab Suci) juga selalu menunjukkan / menggambarkan bahwa penghakiman akhir yang mendatang itu ditentukan oleh hal-hal yang dilakukan dalam daging, dan tidak pernah berbicara tentang hal ini sebagai tergantung dengan cara apapun pada apa yang terjadi dalam intermediate state (keadaan antara kematian dan kebangkitan)] - ‘Systematic Theology’, hal 693.

5) Kristus tidak mati untuk menebus dosa malaikat-malaikat yang jatuh; lalu mengapa dianggap aneh kalau Ia tidak mati untuk orang-orang non pilihan?

William G. T. Shedd: “If in the mind of God the death of Christ was separate from the intention to apply it, then it would be as true that Christ died for lost angels as for lost men; because his atonement, being infinite, is sufficient in value to atone for their sin as well as that of mankind. When it is said that Christ died for the sin of the world, it is implied that he did not die for any sin but that of man. The offer of Christ’s atonement is confined to the human race and not made to the angelic world. ... As the atonement of Christ is not intended to be offered to the angels though it is sufficient for them, so it is not intended to be applied to non-elect men though it is sufficient for them” (= Jika dalam pikiran Allah kematian Kristus terpisah dari maksud untuk menerapkannya, maka akan merupakan sesuatu yang benar bahwa Kristus mati untuk malaikat-malaikat yang terhilang seperti untuk orang-orang yang terhilang; karena penebusanNya, yang nilainya tak terbatas, cukup dalam nilainya untuk menebus dosa mereka maupun dosa dari umat manusia. Pada waktu dikatakan bahwa Kristus mati untuk dosa dari dunia, dinyatakan secara implicit bahwa Ia tidak mati untuk dosa siapapun kecuali dosa manusia. Penawaran penebusan Kristus dibatasi bagi umat manusia dan tidak dibuat bagi dunia malaikat. ... Sebagaimana penebusan Kristus tidak dimaksudkan untuk diberikan kepada malaikat-malaikat sekalipun itu cukup untuk mereka, demikian juga itu tidak dimaksudkan untuk diterapkan kepada orang-orang non pilihan sekalipun itu cukup untuk mereka) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, Vol II, hal 477-478.

Bdk. Ibrani 2:14-17 - “(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa”.

Bahwa Kristus tidak menebus dosa-dosa dari malaikat-malaikat yang jatuh, merupakan hal yang pasti. Dan hal ini tidak pernah diserang, dianggap aneh, dianggap tidak kasih dan sebagainya. Lalu mengapa kalau Kristus tidak mati untuk orang-orang non pilihan, itu dianggap aneh, tidak kasih dan sebagainya?

6) Dalam Perjanjian Lama, tak ada domba yang dikorbankan bagi semua orang tanpa kecuali; selalu ada orang tertentu bagi siapa domba itu dikorbankan.

William G. T. Shedd: “The analogy of the typical atonement under the Mosaic economy shows that Christ’s atonement is intended for application only to believers. The lamb offered by the officiating priest was offered for the particular person who brought it to the priest to be offered. Each man had his own lamb, and there was no lamb that belonged to no one in particular but to everyone indiscriminately” (= Analogi dari penebusan yang bersifat TYPE dalam jaman Musa menunjukkan bahwa penebusan Kristus dimaksudkan untuk penerapan hanya kepada orang-orang percaya. Domba yang dipersembahkan oleh imam yang memimpin dipersembahkan untuk orang tertentu yang membawanya kepada imam untuk dipersembahkan. Setiap orang mempunyai dombanya sendiri, dan di sana tidak ada domba yang bukan milik siapapun secara khusus tetapi milik setiap orang tanpa pandang bulu) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, Vol II, hal 478.

Jelas bahwa domba korban dalam Perjanjian Lama, merupakan TYPE dari Kristus. Kalau domba korban pasti selalu punya tujuan bagi siapa ia dikorbankan, demikian juga Kristus pasti punya tujuan tertentu bagi siapa Ia dikorbankan.

7) Ayat-ayat tertentu dari Alkitab menunjukkan bahwa penebusan Kristus dilakukan hanya untuk orang-orang tertentu saja.

Misalnya:

1) Matius 1:21 - “Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka”.

Calvin (tentang Mat 1:21): “‘He shall save his people from their sins.’ ... But he is expressly called the Savior of the Church. ... By Christ’s ‘people’ the angel unquestionably means the Jews, to whom he was appointed as Head and King; but as the Gentiles were shortly afterwards to be ingrafted into the stock of Abraham, (Romans 11:17,) this promise of salvation is extended indiscriminately to all who are incorporated by faith in the ‘one body’ (1 Corinthians 12:20) of the Church” [= ‘Ia akan menyelamatkan umatNya dari dosa-dosa mereka’. ... Tetapi Ia disebut secara explicit / jelas sebagai Juruselamat dari Gereja. ... Dengan ‘umat Kristus’sang malaikat dengan tak bisa diragukan memaksudkan orang-orang Yahudi, bagi siapa Ia ditetapkan sebagai Kepala dan Raja; tetapi karena orang-orang non Yahudi tak lama setelah itu dimasukkan / dicangkokkan ke dalam keturunan Abraham, (Ro 11:17), janji keselamatan ini diperluas secara tak membedakan kepada semua yang dimasukkan / digabungkan oleh iman ke dalam ‘satu tubuh’ (1Kor 12:20) dari Gereja].

Roma 11:17 - “Karena itu apabila beberapa cabang telah dipatahkan dan kamu sebagai tunas liar telah dicangkokkan di antaranya dan turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah,”

1Kor 12:20 - “Memang ada banyak anggota, tetapi hanya satu tubuh”.

Catatan: tentang kata ‘umatNya’ dalam Mat 1:21 ini Adam Clarke sama sekali tidak memberi komentar. Albert Barnes, yang tidak mempercayai ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas) ini, ternyata memberi komentar yang tak terlalu berbeda dengan Calvin tentang kata ‘umatNya’ dalam Mat 1:21 ini!

Barnes’ Notes (tentang Mat 1:21): “‘His people.’ Those whom the Father has given to him. The Jews were called the people of God because he had chosen them to himself, and regarded them as His special and beloved people, separate from all the nations of the earth. Christians are called the people of Christ because it was the purpose of the Father to give them to him (Isa 53:11; John 6:37); and because in due time he came to redeem them to himself, Titus 2:14; 1 Peter 1:2” [= ‘UmatNya’. Mereka yang Bapa telah berikan kepada Dia. Orang-orang Yahudi disebut umat Allah karena Ia telah memilih mereka bagi diriNya sendiri, dan menganggap mereka sebagai umatNya yang khusus dan kekasih, terpisah dari semua bangsa-bangsa dari bumi. Orang-orang Kristen disebut ‘umat Kristus’ karena merupakan rencana / tujuan dari Bapa untuk memberikan mereka kepada Dia (Yes 53:11; Yoh 6:37); dan karena pada saatnya Ia datang untuk menebus mereka bagi diriNya sendiri, Tit 2:14; 1Pet 1:2].

Yesaya 53:11 - “Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hambaKu itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul”.

Yoh 6:37 - “Semua yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu, dan barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan Kubuang”.

Titus 2:14 - “yang telah menyerahkan diriNya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diriNya suatu umat, kepunyaanNya sendiri, yang rajin berbuat baik”.

1Pet 1:2 - “yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darahNya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu”.

2) Mat 20:28 - “sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang”.

Lenski: “The redeemed who are bought by the ransom of Christ’s sacrifice on the cross are called ‘many’ in comparison with the one Son of man. Since we have no indication in the text that Jesus has in mind especially those who accept his redemptive price by faith, it is scarcely correct to say that ‘many’ refers to these. The price is paid for all men, 1 Tim. 2:6; compare Rom. 3:25; Eph. 1:7; 1 Pet. 1:18, 19; 1 Cor. 6:20; 7:23; Gal. 3:13; Titus 2:14; Acts 20:28” (= Orang-orang yang ditebus yang dibeli oleh penebusan korban Kristus di salib disebut ‘banyak’ dalam perbandingan dengan satu Anak Manusia. Karena kita tidak mempunyai petunjuk dalam text ini bahwa Yesus secara khusus memikirkan mereka yang menerima harga penebusanNya dengan iman, tidak bisa dibenarkan untuk mengatakan bahwa ‘banyak’ menunjuk kepada orang-orang ini. Harga itu dibayarkan untuk semua manusia, 1Tim 2:6; bandingkan dengan Ro 3:25; Ef 1:7; 1Pet 1:18,19; 1Kor 6:20; 7:23; Gal 3:13; Tit 2:14; Kis 20:28).

Tanggapan saya:

a) Mengatakan bahwa penggunaan kata ‘banyak’ itu karena dibandingkan dengan satu Anak Manusia, merupakan suatu penafsiran yang tidak masuk akal!

b) Dari mana ia tahu bahwa Yesus tidak memikirkan orang-orang yang menerima penebusanNya dengan iman?

c) Dari sederetan ayat yang ia berikan hanya 1Tim 2:6 yang cocok. Ayat ini akan saya bahas belakangan. Ayat-ayat yang lain yang ia gunakan justru menunjukkan Kristus mati bagi ‘kita’, bagi ‘kamu’, bagi ‘gereja’, dan semua kata-kata ini justru menunjuk kepada orang-orang Kristen / orang-orang pilihan.

William Hendriksen (tentang Mat 20:28): “There are passages, however, which, taken out of their context, seem to teach that Jesus came to this earth in order to pay the ransom for every individual living on earth in the past, present, and future. As soon as these passages are interpreted in the light of their contexts it immediately appears that this is not the meaning. Rather, the river-bed of grace has broadened. The church has become international, and it is in that sense that ‘the grace of God has appeared, bringing salvation to all men’ (Titus 2:11; cf. I Tim. 2:6). For more on this point see N.T.C. on the Gospel according to John, Vol. I, pp. 98, 99; and N.T.C. on I and II Timothy and Titus, pp. 93, 94. Male and female, rich and poor, old and young, Jew and Gentile, slave and free, the Lord gathers his church from all of these classes. He is truly ‘the Savior of the world’ (John 4:42; I John 4:14; cf. I Tim. 4:10).” [= Tetapi ada text-text yang diambil keluar dari kontext mereka, kelihatannya mengajarkan bahwa Yesus datang ke bumi ini untuk membayar tebusan bagi setiap individu yang hidup di bumi di masa lalu, sekarang, dan yang akan datang. Begitu text-text ini ditafsirkan dalam terang dari kontext mereka segera terlihat bahwa ini bukanlah artinya. Lebih tepat / baik, dasar / tepi sungai dari kasih karunia telah melebar. Gereja telah menjadi internasional, dan dalam arti itu bahwa ‘kasih karunia Allah telah muncul / kelihatan, membawa keselamatan bagi semua orang’ (Tit 2:11; bdk. 1Tim 2:6). Untuk lebih jauh tentang poin ini lihat N.T.C. tentang Injil Yohanes, Vol. I, hal 98,99; dan N.T.C. tentang I dan II Timotius dan Titus, hal 93,94. Laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin, tua dan muda, Yahudi dan non Yahudi, budak dan orang merdeka, Tuhan mengumpulkan gerejaNya dari semua golongan-golongan ini. Ia benar-benar adalah ‘Juruselamat dunia’ (Yoh 4:42; 1Yoh 4:14; bdk. 1Tim 4:10).].

3) Yoh 10:11,15 - “(11) Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; ... (15) sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawaKu bagi domba-dombaKu”.

Jadi, Yesus memberikan nyawaNya bagi domba-dombaNya.

Tetapi Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi (ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi) bahwa mereka bukanlah domba-dombaNya.

Yoh 10:26 - ‘tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-dombaKu’.

Jadi jelas Yesus tidak mati / memberikan nyawaNya untuk mereka.

Sekarang mari kita perhatikan penafsiran Arminian tentang ayat ini.

Lenski (tentang Yoh 10:11): “When saying that he lays down his life ‘for the sheep,’ the sacrifice of Jesus, which is for the world and all men, is viewed with reference to its actual final result, which appears in the saved. This view is taken repeatedly in the Scriptures and never furnishes the least ground for the idea of a limited atonement”(= Pada waktu mengatakan bahwa Ia menyerahkan nyawaNya ‘untuk domba-domba’, korban Yesus, yang adalah untuk dunia dan semua manusia, dipandang berhubungan dengan hasil akhirnya, yang tampak / muncul dalam orang-orang yang diselamatkan. Pandangan ini diambil berulang kali dalam Kitab Suci dan tidak pernah menyediakan / memberi dasar yang paling sedikit sekalipun untuk gagasan tentang suatu penebusan terbatas).

Tanggapan: Lenski membahas kata ‘bagi’ [KJV/RSV/NIV/ NASB: ‘for’ (= untuk)] dalam Yoh 10:11 ini, dan menekankan bahwa kata Yunaninya, yaitu HUPER, menunjukkan suatu substitution (= penggantian), dan itu memang arti yang benar. Lalu bagaimana mungkin kalau Yesus memang menggantikan seluruh dunia dan semua manusia, tetapi sebagian dari orang-orang yang digantikan bisa tetap binasa? Jelas bahwa tafsiran Lenski saling bertabrakan dengan kata-katanya sendiri.

4) Yoh 11:51-52 - “(51) Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, (52) dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai”.

Adam Clarke menafsirkan bahwa ‘anak-anak Allah yang tercerai-berai’ menunjuk kepada ‘orang-orang Yahudi yang tersebar di antara bangsa-bangsa’.

Adam Clarke: “‘Children of God that were scatttered abroad.’ Probably John only meant the Jews who were dispersed among all nations” (= ‘Anak-anak Allah yang tercerai-berai’. Mungkin Yohanes hanya memaksudkan orang-orang Yahudi yang tersebar di antara semua bangsa-bangsa).

Ini merupakan penafsiran yang membengkokkan ayat. Coba bandingkan dengan ayat itu sekali lagi.

Yoh 11:51-52 - “(51) Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, (52) dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai”.

Jelas-jelas ada kata-kata ‘bukan untuk bangsa itu saja’, jadi sangat tidak mungkin untuk menafsirkan bahwa kata-kata ‘anak-anak Allah yang tercerai-berai’ menunjuk kepada orang-orang Yahudi yang tersebar di antara bangsa-bangsa.

Lenski justru menganggap kata-kata ‘dan bukan untuk bangsa itu saja’ sebagai menunjuk pada ‘Universal Atonement’ (= Penebusan Universal)!

Dan kata-kata ‘anak-anak Allah’ menurutnya hanyalah menunjuk pada pra pengetahuan dari Allah!

Calvin (tentang Yoh 11:52): “But how comes it that they who, in consequence of being wretchedly scattered and wandering, became the enemies of God, are here called the children of God? I answer, as has been already said, God had in his breast children, who in themselves were wandering and lost sheep, or rather who were the farthest possible from being sheep, but, on the contrary, were wolves and wild beasts. It is therefore by election that he reckons as the children of God, even before they are called, those who at length begin to be manifested by faith both to themselves and to others” (= Tetapi bagaimana mungkin bahwa mereka yang, sebagai konsekwensi dari keberadaan mereka yang tersebar dan mengembara secara buruk, menjadi musuh-musuh Allah, di sini disebut anak-anak Allah? Saya menjawab, seperti telah dikatakan, Allah mempunyai di dadaNya anak-anak, yang dalam diri mereka sendiri adalah domba-domba yang mengembara dan terhilang, atau lebih tepat, ada dalam kemungkinan yang terjauh dari keberadaan sebagai domba, tetapi sebaliknya, adalah serigala-serigala dan binatang-binatang liar. Karena itu, adalah oleh pemilihan maka Ia menganggap / memperhitungkan sebagai anak-anak Allah, bahkan sebelum mereka dipanggil, mereka yang akhirnya mulai dimanifestasikan oleh iman, baik kepada diri mereka sendiri dan kepada orang-orang lain).

Albert Barnes lagi-lagi memberi komentar yang ‘Reformed’!

Barnes’ Notes: “‘The children of God.’ This is spoken not of those who were then Christians, but of all whom God should bring to him; all who would be, in the mercy of God, called, chosen, sanctified among all nations, John 10:16” (= ‘Anak-anak Allah’. Ini diucapkan bukan tentang mereka yang pada saat itu sudah adalah orang-orang Kristen, tetapi tentang semua orang yang harus Allah bawa kepada Dia; semua orang yang akan, dalam belas kasihan Allah, dipanggil, dipilih, dikuduskan di antara semua bangsa-bangsa, Yoh 10:16).

Yoh 10:16 - “Ada lagi padaKu domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suaraKu dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala”.

5) Yoh 15:13-15 - “(13) Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. (14) Kamu adalah sahabatKu, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. (15) Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari BapaKu”.

Adam Clarke (tentang Yoh 15:13): “let the affected reader turn his astonished eyes to Jesus, pouring out his blood, not for his friends, but for his ENEMIES” (= hendaklah pembaca yang terpengaruh / terharu memalingkan matanya yang terheran-heran kepada Yesus, yang mencurahkan darahNya, bukan untuk sahabat-sahabatNya, tetapi untuk MUSUH-MUSUHNya).

Komentar saya: terlihat dengan jelas bahwa ia bukan menafsirkan ayat ini, tetapi menghindari ayat ini, dan lari kepada ayat lain (Ro 5:10).

Roma 5:10 - “Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidupNya!”.

Calvin (tentang Yoh 15:13): “But a question is put, How did Christ die for friends, since ‘we were enemies, before he reconciled us,’ (Romans 5:10;) for, by expiating our sins through the sacrifice of his death, he destroyed the enmity that was between God and us? The answer to this question will be found under the third chapter, where we said that, in reference to us, there is a state of variance between us and God, till our sins are blotted out by the death of Christ; but that the cause of this grace, which has been manifested in Christ, was the perpetual love of God, with which he loved even those who were his enemies. In this way, too, Christ laid down his life for those who were strangers, but whom, even while they were strangers, he loved, otherwise he would not have died for them” [= Tetapi suatu pertanyaan diajukan, Bagaimana Kristus mati untuk sahabat-sahabat, karena ‘kita adalah musuh-musuh, sebelum Ia mendamaikan kita’, (Ro 5:10); karena, dengan menebus dosa-dosa kita melalui korban kematianNya, Ia menghancurkan permusuhan yang ada antara Allah dan kita? Jawaban bagi pertanyaan ini akan ditemukan di pasal tiga, dimana kami mengatakan bahwa, berkenaan dengan kita, di sana ada suatu keadaan yang bertentangan antara kita dan Allah, sampai dosa-dosa kita dihapuskan oleh kematian Kristus; tetapi bahwa penyebab dari kasih karunia ini, yang telah dinyatakan dalam Kristus, adalah kasih yang kekal dari Allah, dengan mana Ia mengasihi bahkan mereka yang adalah musuh-musuhNya. Dengan cara ini juga, Kristus meletakkan / menyerahkan nyawaNya untuk mereka yang adalah orang-orang asing, tetapi yang bahkan pada waktu mereka adalah orang-orang asing, Ia kasihi, atau, Ia tidak akan mati untuk mereka].

Jadi, Calvin juga membandingkan dengan Ro 5:10. Ia mengatakan bahwa memang mereka dulunya adalah musuh-musuh Allah, dan mereka bisa diperdamaikan dengan Allah karena kematian Kristus, dan semua ini disebabkan oleh kasih yang kekal dari Allah, yang telah mengasihi orang-orang itu selagi mereka adalah musuh-musuh Allah. Kristus mati untuk mereka yang adalah orang-orang asing / musuh-musuh Allah, karena Ia mengasihi mereka.

Saya menganggap Calvin kurang jelas; tetapi William Hendriksen memberi komentar yang lebih bagus dan lebih jelas.

William Hendriksen: “He died for his friends. Moreover, he died for them when they were his friends only in the sense that he had made them such. In themselves and by nature (apart from God’s grace) they were ‘weak,’ ‘ungodly,’ ‘sinners,’ ‘enemies’ (cf. Rom. 5:6–10). A friend of Jesus is one: a. whom he has chosen out of this world (that is always basic); see on 15:19; and therefore b. who does what Jesus wants him to do; see on 15:14” [= Ia mati untuk sahabat-sahabatNya. Lebih lagi, Ia mati untuk mereka pada waktu mereka adalah sahabat-sahabatNya hanya dalam arti bahwa Ia telah membuat mereka seperti itu. Dalam diri mereka sendiri dan secara alamiah (terpisah dari kasih karunia Allah) mereka adalah ‘lemah’, ‘durhaka’, ‘orang-orang berdosa’, ‘musuh-musuh / seteru’ (bdk. Ro 5:6-10). Sahabat Yesus adalah seseorang: a. yang telah Ia pilih dari dunia ini (ini selalu merupakan dasarnya); lihat tentang 15:19; dan karena itu b. yang melakukan apa yang Yesus ingin ia lakukan; lihat tentang 15:14].

Ro 5:6-10 - “(6) Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. (7) Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar - tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati -. (8) Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. (9) Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. (10) Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidupNya!”.

Yoh 15:19 - “Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu”.

Yoh 15:14 - “Kamu adalah sahabatKu, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu”.

Jadi William Hendriksen menekankan bahwa Kristus mati untuk sahabat-sahabatNya, dan ‘sahabat’ artinya orang pilihan Allah! Jadi, ayat ini menunjuk pada ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas).

6) Yoh 17:19 - “dan Aku menguduskan diriKu bagi mereka, supaya merekapun dikuduskan dalam kebenaran”.

Adam Clarke: “There seems to be here an allusion to the entering of the high priest into the holy of holies, when, having offered the sacrifice, he sprinkled the blood before the ark of the covenant. So Jesus entered into the holiest of all by his own blood, in order to obtain everlasting redemption for men: see Heb 9:11-13” (= Kelihatannya di sini ada suatu kiasan pada masuknya imam besar ke dalam Ruang Maha Suci, pada waktu, setelah mempersembahkan korban, ia memercikkan darah di hadapan tabut perjanjian. Demikianlah Yesus masuk ke dalam yang paling suci / kudus dari semua dengan darahNya, untuk mendapatkan penebusan kekal bagi manusia: lihat Ibr 9:11-13).

Ibr 9:11-14 - “(11) Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, - artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, - (12) dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darahNya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal. (13) Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, (14) betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diriNya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup”.

Perhatikan bahwa Adam Clarke mengubah kata-kata ‘bagi mereka’ menjadi ‘bagi manusia’. Padahal kata ‘mereka’ merupakan kata kunci dalam ayat ini, dan jelas menunjuk kepada murid-muridNya yang percaya. Dengan cara ini ayat yang seharusnya menunjuk pada ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas) bisa disulap oleh Clarke menjadi ‘Universal Atonement’ (= Penebusan Universal).

Albert Barnes tidak menjelaskan tentang kata ‘mereka’ ini.

Calvin: “because he consecrated himself to the Father, that his holiness might come to us” (= karena Ia menguduskan diriNya sendiri kepada Bapa, maka kekudusan / kesucianNya bisa datang kepada kita).

Kalau dilihat kalimatnya, Calvin menganggap ‘kita’ sebagai semua orang Kristen.

William Hendriksen secara explicit mengatakan bahwa kata ‘mereka’ menunjuk kepada murid-murid Yesus.

William Hendriksen: “It must refer to his self-offering (cf. 1:29), more precisely, to his self-dedication to the sacred task for which he had been set apart by the Father, namely, the task of rendering active and passive obedience, thereby obtaining for his people (and here particularly, for his disciples) complete salvation” [= Ini pasti / harus menunjuk pada pengorbanan diriNya sendiri (bdk. Yoh 1:29), secara lebih tepat, pada penyerahan diriNya sendiri pada tugas yang keramat untuk mana Ia telah dipisahkan oleh Bapa, yaitu, tugas untuk memberikan ketaatan aktif dan pasif, dan dengan itu mendapatkan untuk umatNya (dan di sini secara khusus, untuk murid-muridNya) keselamatan yang lengkap / penuh].

Saya harus menambahkan bahwa Yudas Iskariot tidak mungkin termasuk dalam ‘murid-murid’ ini, karena Yesus secara explicit mengatakan bahwa Ia berdoa ‘bukan untuk dunia’ (Yoh 17:9), dan Yudas Iskariot tidak bisa tidak, pasti termasuk dalam ‘dunia’.

Yoh 17:9 - “Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepadaKu, sebab mereka adalah milikMu”.

7) Kis 20:28 - “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah AnakNya sendiri”.

Kata ‘Anak’ seharusnya tidak ada. Dalam RSV juga ada kata ‘Son’, dan ini sama salahnya.

Dalam KJV/NIV/NASB/ASV/NKJV kata itu tidak ada, karena dalam bahasa Yunaninya memang juga tidak ada.

KJV: ‘the church of God, which he hath purchased with his own blood’ (= gereja Allah yang telah dibeliNya dengan darahNya sendiri).

Adam Clarke: “‎we have here a proof that the church was purchased by the blood of Christ” (= di sini kita mempunyai suatu bukti bahwa gereja dibeli oleh darah Kristus).

Lalu, mengapa Clarke menolak ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas)?

Barnes’ Notes: “The word ‘flock’ here refers particularly to the church, and not to the congregation in general, for it is represented to be what was purchased with the blood of the atonement” (= Kata ‘kawanan’ di sini menunjuk secara khusus kepada gereja, dan bukan pada jemaat secara umum, karena itu digambarkan sebagai apa yang dibeli dengan darah penebusan).

Betul-betul aneh, bahwa dengan komentar seperti ini Barnes bisa menolak doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas).

Lenski: “The church, the sheep, the believers are often mentioned as those who were bought, etc., for the rather obvious reason that among all whom the Lord bought they are the ones, and they alone, who really become his own” (= Gereja, domba-domba, orang-orang percaya sering disebutkan sebagai mereka yang telah dibeli dsb., karena alasan yang jelas bahwa di antara semua yang Tuhan beli mereka adalah orang-orang, dan hanya mereka saja, yang betul-betul menjadi milikNya).

Ini tidak mematahkan argumentasi dari pihak Calvinisme. Apakah penggunaan istilah itu karena mereka adalah orang-orang pilihan, atau hanya sekedar karena pra pengetahuan Allah, tetapi ayat ini mengatakan bahwa darah Yesus dicurahkan untuk mereka!

Calvin (tentang Kis 20:28): “the Lord did declare by an evident testimony what account he doth make of the Church, seeing that he hath redeemed it with his blood. ... the Lord hath given no small pledge of his love toward the Church in shedding his own blood for it” (= Tuhan menyatakan oleh suatu kesaksian yang jelas harga / nilai yang Ia buat tentang Gereja, mengingat bahwa Ia telah menebusnya dengan darahNya. ... Tuhan telah memberikan janji / jaminan yang tidak kecil tentang kasihNya terhadap Gereja dengan mencurahkan darahNya sendiri baginya).

8) Ro 8:32-35 - “(32) Ia, yang tidak menyayangkan AnakNya sendiri, tetapi yang menyerahkanNya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? (33) Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? (34) Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita? (35) Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?”.

Jelas bahwa kata-kata ‘kita semua’ menunjuk kepada ‘orang-orang pilihan Allah’.

Matthew Henry: “Thus did he deliver him up for us all, that is, for all the elect; for us all, not only for our good, but in our stead, as a sacrifice of atonement to be a propitiation for sin” (= Jadi Ia menyerahkanNya bagi kita semua, yaitu, bagi semua orang-orang pilihan; bagi kita semua, bukan hanya untuk kebaikan kita, tetapi di tempat kita, sebagai suatu korban penebusan untuk menjadi suatu penebusan dosa).

Jamieson, Fausset & Brown: “‘For us all’. - i.e., for all believers alike; as nearly every good interpreter admits must be the meaning here” (= ‘Bagi kita semua’. - yaitu,untuk semua orang-orang percaya secara sama; seperti hampir setiap penafsir yang baik mengakui harus menjadi artinya di sini).

Barnes’ Notes: “‘For us all.’ For all Christians. The connection requires that this expression should be understood here with this limitation” (= ‘Bagi kita semua’. Bagi semua orang-orang Kristen. Hubungannya menuntut / mengharuskan bahwa ungkapan ini harus dimengerti di sini dengan pembatasan ini).

Catatan: saya tak mengerti bagaimana dengan penafsiran seperti ini Albert Barnes tetap bisa menolak doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas)!

Lenski: “‘For us all’ takes in every believer, not one is excepted. Yet the phrase in no way limits the atonement: the Son died for all men alike. When it is said in various connections that he died for the believers, this is due to the fact that so many men reject the atonement, that only in the believers does it become personally, savingly effective, that they thus stand out as a group by themselves” (= ‘Bagi kita semua’ mencakup setiap orang percaya, tak seorangpun dikecualikan. Tetapi ungkapan ini sama sekali tidak membatasi penebusan: Anak mati untuk semua manusia secara sama. Pada waktu dikatakan dalam hubungan-hubungan yang bermacam-macam bahwa Ia mati untuk orang-orang percaya, ini disebabkan oleh fakta bahwa begitu banyak orang menolak penebusan, sehingga hanya dalam diri orang-orang percaya penebusan itu menjadi efektif secara pribadi dan menyelamatkan, dan dengan demikian mereka berdiri sebagai suatu kelompok tersendiri).

William Hendriksen (tentang Ro 8:32): “‘… for us all.’ In accordance with the immediately preceding context, the apostle must have been thinking of all those who love God (verse 28), who were foreknown and foreordained (verse 29), were (or were going to be) called, justified, and glorified (verse 30). To this can be added the similar expressions contained in the statements which follow; namely, the elect (verse 33), those for whom Christ makes intercession (verse 34), those who are ‘more than conquerors’ (verse 37). It was to these people, to them all, to them alone, that the merits of Christ’s death had been, were being, or were going to be savingly applied” [= ‘... bagi kita semua’. Sesuai dengan kontext yang persis mendahuluinya, sang rasul pasti telah berpikir tentang semua yang mengasihi Allah (ayat 28), yang telah diketahui / dikenal dan ditentukan (ayat 29), telah (atau ‘akan’) dipanggil, dibenarkan, dan dimuliakan (ayat 30). Kepada hal ini bisa ditambahkan ungkapan-ungkapan yang serupa yang ada dalam pernyataan-pernyataan yang mengikutinya; yaitu, orang-orang pilihan (ayat 33), mereka untuk siapa Kristus melakukan pengantaraan (ayat 34), mereka yang ‘lebih dari pemenang’ (ayat 37). Adalah bagi orang-orang ini, bagi mereka semua, bagi mereka saja, bahwa jasa kematian Kristus telah, sedang, dan akan, diterapkan secara menyelamatkan].

9) Efesus 5:23 - “karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh”.

KJV: ‘and he is the saviour of the body’ (= dan Ia adalah Juruselamat dari tubuh).

Clarke, dalam komentarnya tentang text ini, tak menghubungkannya baik dengan ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas) ataupun dengan ‘Universal Atonement’ (= Penebusan Universal).

Barnes’ Notes: “Christ gave himself to save his body, the church” (= Kristus memberikan / menyerahkan diriNya sendiri untuk menyelamatkan tubuhNya, gereja).

Calvin (tentang Ef 5:24): “Christ has, no doubt, this peculiar claim, that he is the Savior of the Church” (= Kristus, tak diragukan, mempunyai claim yang khusus ini, bahwa Ia adalah Juruselamat dari Gereja).

10)Ef 5:25-27 - “(25) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diriNya baginya (26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diriNya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela”.

Adam Clarke: “how did Christ love the church? He gave himself for it - he laid down his life for it. ... Christ gave himself for the church to save it” (= bagaimana Kristus mengasihi gereja? Ia memberikan diriNya sendiri untuknya - Ia mengorbankan nyawaNya untuknya. ... Kristus memberikan diriNya sendiri bagi gereja untuk menyelamatkannya).

Barnes’ Notes: “he gave himself to suffer on the cross to save the church” (= Ia memberikan diriNya sendiri untuk menderita di kayu salib untuk menyelamatkan gereja).

Lenski: “‘For her’ does not imply a limited atonement, does not cancel from the Scripture all the statements regarding the universality of the atonement. He bought also those who bring swift destruction on themselves, 2 Pet. 2:1. The Scriptures often speak of the atonement for those who receive its full effects” (= ‘baginya’ tidak menunjukkan suatu penebusan terbatas, tidak membatalkan dari Kitab Suci semua pernyataan-pernyataan berkenaan dengan ke-universal-an dari penebusan. Ia juga membeli mereka yang membawa kehancuran yang cepat pada diri mereka sendiri, 2Pet 2:1. Kitab Suci sering berbicara tentang penebusan bagi mereka yang menerima hasil / akibatnya yang penuh).

Catatan: tentang 2Pet 2:1 akan saya jelaskan / bahas belakangan.

Charles Hodge: “Christ loved the church so much that he died for her” (= Kristus mengasihi gereja begitu besar sehingga Ia mati untuknya).

Calvin (tentang Ef 5:25): “Let husbands imitate Christ in this respect, that he scrupled not to die for his church. One peculiar consequence, indeed, which resulted from his death, - that by it he redeemed his church, - is altogether beyond the power of men to imitate” (= Hendaklah suami-suami meniru Kristus dalam hal ini, bahwa Ia tidak keberatan untuk mati bagi gerejaNya. Memang ada satu konsekwensi yang khas yang dihasilkan dari kematianNya, - bahwa olehnya Ia menebus gerejaNya, - yang sama sekali melampaui kuasa manusia untuk menirunya).

11)Yes 53:8,11-12 - “(8) Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umatKu ia kena tulah. ... (11) Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hambaKu itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul. (12) Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak”.

Albert Barnes dalam tafsirannya tentang kata-kata ‘kita sekalian’ dalam Yes 53:6b menekankan Universal Atonement (= Penebusan Universal).

Yes 53:6 - “Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian”.

Barnes’ Notes: “This language is that which naturally expresses the idea that he suffered for all people. It is universal in its nature, and naturally conveys the idea that there was no limitation in respect to the number of those for whom he died” (= Bahasa / kata-kata ini secara wajar menyatakan gagasan bahwa Ia menderita untuk semua orang. Itu adalah universal dalam sifat dasarnya, dan secara wajar menyampaikan gagasan bahwa di sana tidak ada pembatasan berkenaan dengan jumlah dari mereka untuk siapa Ia telah mati).

Catatan: Adam Clarke juga menafsirkan seperti Barnes tentang Yes 53:6 tetapi penekanannya tidak terlalu kuat.

Tetapi, ternyata untuk kata ‘umatKu’ dalam ay 8, baik Barnes maupun Clarke sama sekali tidak memberikan komentar dalam hubungannya dengan penebusan terbatas atau penebusan universal.

E. J. Young menekankan kata ‘umatKu’ dalam ay 8, dan mengatakan bahwa: “The stroke fell not on behalf of all men but on behalf of ‘my people’” (= Pukulan itu jatuh bukan demi semua manusia tetapi demi ‘umatKu’) - ‘The Book of Isaiah’, vol 3, hal 352.

Ini jelas menekankan Limited Atonement (= Penebusan Terbatas).

12)Wahyu 5:9-10 - “(9) Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: ‘Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darahMu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa. (10) Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi.’”.

Perhatikan kata-kata ‘dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa’ yang menunjuk kepada orang-orang yang ditebus / dibeli oleh Kristus dengan darahNya. Kata yang diterjemahkan ‘dari’ adalah EK, yang artinya adalah ‘from / out of’. Ini menunjuk kepada sebagian dari keseluruhan, dan karena itu ini mendukung doktrin Limited Atonement (= Penebusan terbatas) ini.

Lenski: “the Lamb bought for God ‘some of every tribe,’ etc. But did he not buy also those who deny him and bring upon themselves swift destruction, 2 Pet. 2:1? Most certainly. The atonement is universal and not limited (Calvin). In many places the reference is made to those who actually appropriate this atonement, ‘the saints’ of v. 8”[= Anak Domba membeli bagi Allah ‘beberapa dari setiap suku’, dsb. Tetapi tidakkah Ia juga membeli mereka yang menyangkalNya dan membawa pada diri mereka sendiri kehancuran yang cepat, 2Pet 2:1? Pasti. Penebusan adalah universal dan tidak dibatasi (Calvin). Dalam banyak tempat referensinya dibuat bagi mereka yang sungguh-sungguh mengambil untuk diri mereka penebusan ini, ‘orang-orang kudus’ dari ay 8].

Wah 5:8 - “Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus”.

Catatan: 2Pet 2:1 akan saya jelaskan belakangan.

William Hendriksen: “Both the particular and universal aspects of the atonement are beautifully combined. The Lamb did not purchace the salvation of every single individual. No, He paid the price for His elect, that is, for men out of every tribe and tongue, etc. Yet, on the other hand, there is nothing narrow or national about this redemption. It is world-wide in its scope and embraces every group; ethnic (tribe), linguistic (tongue), political (people) and social (nation)” [= Baik aspek khusus dan universal dari penebusan dikombinasikan dengan indah. Sang Anak Domba tidak membeli keselamatan dari setiap individu. Tidak, Ia membayar harga dari orang-orang pilihanNya, yaitu, untuk orang-orang dari setiap suku dan bahasa, dst. Tetapi, di lain pihak, tidak ada apapun yang sempit atau bersifat nasional tentang penebusan ini. Itu meliputi seluruh dunia dalam jangkauannya dan merangkul / memeluk setiap kelompok; bangsa (suku), bahasa (lidah), politik (bangsa) dan sosial (bangsa)] - ‘More Than Conquerors’, hal 91-92.

13)Gal 1:4 - “yang telah menyerahkan diriNya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah dan Bapa kita”.

14)Gal 3:13-14 - “(13) Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!’ (14) Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu”.

15)Tit 2:14 - “yang telah menyerahkan diriNya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diriNya suatu umat, kepunyaanNya sendiri, yang rajin berbuat baik”.

Tentang istilah-istilah ‘umat’, ‘domba’, ‘anak Allah’, ‘jemaat / gereja’, dan ‘orang pilihan’ yang digunakan oleh beberapa ayat-ayat di atas, untuk menunjuk kepada orang-orang bagi siapa Kristus telah mati, perhatikan komentar di bawah ini.

Arthur W. Pink: “One may well ask, Why such discrimination of terms if Christ died for all men indiscriminately?” (= Seseorang bisa dengan benar bertanya: Mengapa ada diskriminasi istilah-istilah seperti itu jika Kristus mati untuk semua orang tanpa pandang bulu?) - ‘The Sovereignty of God’, hal 63.

8) Yesus berdoa hanya untuk orang percaya / pilihan (Yoh 17:9,20).

a) ‘Doa terbatas’ dari Kristus.

Yesus berdoa hanya untuk orang-orang pilihan, dan Ia tidak berdoa untuk orang-orang yang bukan pilihan.

1. Yoh 17:9 - “Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepadaKu, sebab mereka adalah milikMu”.

Dalam Yoh 17:9 ini jelas bahwa Yesus berdoa untuk orang-orang yang pada saat itu sudah percaya kepadaNya.

Calvin: “He openly declares that he does not pray for the world, because he has no solicitude but about his own flock, which he received from the hand of the Father” (= Ia menyatakan secara terbuka bahwa Ia tidak berdoa untuk dunia, karena Ia tidak mempunyai perhatian kecuali terhadap kawanan dombaNya, yang Ia terima dari tangan Bapa) - hal 172.

2. Yoh 17:20 - “Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepadaKu oleh pemberitaan mereka”.
Leon Morris (NICNT) memberikan komentar sebagai berikut tentang kata-kata ‘orang-orang yang percaya’ dalam Yoh 17:20:

“The present participle, TON PISTEUONTON, might perhaps be held to signify those who at that moment believed on account of the disciples’ word. But this is unlikely. The future almost certainly gives the sense of it. Turner regards this as a present participle for future, perhaps under Hebrew or Aramaic influence” (=Participle bentuk present, TON PISTEUONTON, mungkin bisa dianggap menunjuk pada mereka yang pada saat itu percaya karena kata-kata murid-murid. Tetapi kemungkinannya kecil. Bentuk future / akan datang hampir pasti memberikan artinya. Turner menganggap ini sebagai suatu present participleuntuk akan datang, mungkin di bawah pengaruh Ibrani atau Aramaic) - hal 733, footnote.

Jadi kata-kata ‘orang-orang yang percaya’ dalam Yoh 17:20 menunjuk kepada orang-orang yang akan percaya kepada pemberitaan orang-orang Kristen pada saat itu.

Calvin menafsirkan bahwa Yoh 17:20 ini adalah doa untuk scope / ruang lingkup yang lebih luas (dibandingkan dengan doaNya dalam Yoh 17:9), yaitu untuk ‘semua murid dari Injil, sampai akhir jaman’.

Calvin: “He now gives a wider range to his prayer, which hitherto had included the apostles alone; for he extends it to all the disciples of the Gospel, so long as there shall be any of them to the end of the world” (= Sekarang Ia memberikan jangkauan yang lebih lebar pada doaNya, yang sampai saat ini hanya mencakup rasul-rasul saja; karena Ia memperluasnya kepada semua murid dari Injil, selama mereka ada sampai akhir dunia ini) - hal 181.

Matthew Poole: “Christ did not pray for any reprobates, not for any that were and should die unbelievers: he prayed before for those who actually did believe; he prayeth here for them that should believe; but we never read that he prayed for any others” [= Kristus tidak berdoa untuk orang yang ditetapkan untuk binasa, tidak untuk siapapun yang adalah orang tak percaya dan mati sebagai orang tak percaya: tadi (dalam Yoh 17:9) Ia berdoa untuk mereka yang sungguh-sungguh sudah percaya; di sini Ia berdoa untuk mereka yang harus percaya; tetapi kita tidak pernah membaca bahwa Ia berdoa untuk orang lain] - hal 370.

Jadi kesimpulannya, dalam Yoh 17:9,20 ini Yesus berdoa untuk orang-orang yang sudah percaya dan yang akan percaya. Dengan kata lain, Ia berdoa untuk ‘orang-orang pilihan’. Sekarang perhatikan bahwa dalam Yoh 17:9, Yesus menambahkan kata-kata ‘bukan untuk dunia Aku berdoa’. Kata ‘dunia’ di sini pasti menunjuk kepada ‘orang-orang yang bukan pilihan’ (reprobate). Semua ini menunjukkan bahwa Yesus berdoa secara terbatas.

Catatan: mungkin ada yang keberatan kalau kata ‘dunia’ menunjuk kepada orang-orang yang bukan pilihan karena dalam Yoh 17:21,23 dikatakan bahwa ‘dunia’ itu percaya kepada Yesus / tahu bahwa Yesus diutus oleh Allah.

Yoh 17:21,23 - “(21) supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. ... (23) Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku”.

Bagaimana menafsirkan ayat-ayat ini?

a. Sama seperti John Owen, Calvin tidak setuju kalau ‘dunia’ di sini diartikan ‘elect’ / ‘orang pilihan’, karena dalam seluruh kontext Yoh 17 ini kata ‘dunia’ selalu menunjuk kepada ‘reprobate’ / ‘orang yang ditetapkan untuk binasa’!

b. Kata ‘percaya’ di sini artinya ‘tahu’, dan ini hanya menunjuk pada pengetahuan secara intelektual. Jadi mereka (dunia) diyakinkan secara intelektual bahwa Yesus diutus oleh Bapa, tetapi mereka tetap tidak mau percaya kepada Dia. Ingat bahwa iman yang sejati, harus mencakup intelek, perasaan, maupun kehendak. Kalau hanya mencakup intelek saja, itu bukan iman yang sejati!

b) Hubungan ‘doa terbatas’ dari Kristus dengan doktrin Limited Atonement (= Penebusan terbatas).

Para ahli theologia Reformed menganggap sebagai sesuatu yang aneh kalau Kristus mati untuk semua orang di dunia ini, tetapi tidak mau berdoa untuk semua melainkan hanya untuk orang-orang pilihan saja.

R. C. Sproul: “Jesus’ atonement and his intercession are joint works of his high priesthood. He explicitly excludes the non-elect from his great high priestly prayer. ‘I do not pray for the world but for those whom you have given Me’ (John 17:9). Did Christ die for those for whom he would not pray?” [= Penebusan dan pengantaraan / doa syafaat Yesus adalah pekerjaan gabungan dari keimam-besaranNya. Ia secara explicit mengeluarkan / tidak memasukkan orang yang bukan pilihan dari doa imam besarNya. ‘Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepadaKu’ (Yoh 17:9). Apakah Kristus mati untuk mereka bagi siapa Ia tidak berdoa?] - ‘Chosen by God’, hal 206.

William Hendriksen (tentang Yoh 17:9): “The words, ‘Not for the world am I making request’ are very clear. Between the purpose of the atonement and the purpose of Christ’s Highpriestly prayer, there is perfect agreement. ... Not all were given. Jesus did not die for all. He did not pray that the saving merits of the cross might be applied to all. Here the logic is perfect” (= Kata-kata ‘Bukan untuk dunia Aku berdoa’ adalah sangat jelas. Antara tujuan dari penebusan dan tujuan dari doa ke-imam-besar-an Kristus, ada persetujuan yang sempurna. ... Tidak semua orang diberikan. Yesus tidak mati untuk semua orang. Ia tidak berdoa supaya jasa penyelamatan dari salib bisa diterapkan kepada semua orang. Di sini logikanya adalah sempurna).

Matthew Poole: “Christ did not pray for any reprobates, not for any that were and should die unbelievers: he prayed before for those who actually did believe; he prayeth here for them that should believe; but we never read that he prayed for any others. Now whether he laid down his life for those for whom he would not pray, lieth upon them to consider, who are so confident that he died for all and every man” [= Kristus tidak berdoa untuk orang yang ditetapkan untuk binasa, tidak untuk siapapun yang adalah orang tak percaya dan mati sebagai orang tak percaya: tadi (dalam Yoh 17:9) Ia berdoa untuk mereka yang sungguh-sungguh sudah percaya; di sini Ia berdoa untuk mereka yang harus percaya; tetapi kita tidak pernah membaca bahwa Ia berdoa untuk orang lain. Sekarang apakah Ia menyerahkan nyawaNya untuk mereka bagi siapa Ia tidak mau berdoa, terserah kepada mereka untuk mempertimbangkan, yang begitu yakin bahwa Ia mati untuk semua dan setiap orang] - hal 370.

John Owen: “He did not suffer for them, and then refuse to intercede for them; he did not do the greater, and omit the less” (= Ia tidak menderita untuk mereka, dan lalu menolak untuk berdoa syafaat bagi mereka; Ia tidak melakukan yang lebih besar dan mengabaikan yang lebih kecil) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, ‘The Death of Christ’, hal 176.

John Owen: “... we know that Christ refused to pray for the world, in opposition to his elect” (= ... kita tahu bahwa Kristus menolak untuk berdoa untuk dunia, dikontraskan dengan orang pilihan) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, ‘The Death of Christ’, hal 177.

Padahal Owen mengatakan bahwa Bapa selalu mendengar doa Anak / Yesus, dan ini ditunjukkan dalam 2 text Kitab Suci di bawah ini:

1. Yoh 11:42 - “Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku”.

2. Maz 2:7-8 - “(7) Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: ‘AnakKu engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini. (8) Mintalah kepadaKu, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu”.

Tetapi bagaimana dengan doa Yesus di Taman Getsemani? Apakah doa itu tidak dikabulkan?

Mat 26:39 - “Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapijanganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.’”.

Mat 26:42 - “Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu, jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendakMu!’”.

Kalau kita meninjau hanya permintaan supaya ‘cawan itu berlalu’, maka memang permintaan itu tidak dikabulkan. Tetapi kalau kita meninjau doa itu secara keseluruhan, dengan mengikut-sertakan kata-kata ‘janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki’, maka jelas Bapa mengabulkan doa itu, karena memang akhirnya yang terjadi adalah kehendak Bapa, yaitu Yesus harus ‘meminum cawan’ itu (Yoh 18:11).

John Owen: “therefore, if he should intercede for all, all should undoubtedly be saved” (= karena itu, jika Ia berdoa syafaat untuk semua, tidak diragukan bahwa semua akan diselamatkan) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, ‘The Death of Christ’, hal 177.

John Owen: “the oblation and intercession of Christ are of equal compass and extent in respect of their objects, or the persons for whom he once offered himself and doth continually intercede, and so are to be looked on one joint means for the attaining of a certain proposed end” (= pengorbanan dan doa syafaat Kristus mempunyai batas dan luas yang sama berkenaan dengan obyeknya, atau dengan orang-orang untuk siapa Ia sekali mengorbankan diriNya dan mendoakannya secara terus-menerus, dan dengan demikian harus dianggap sebagai satu cara gabungan untuk mencapai suatu tujuan tertentu) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, ‘The Death of Christ’, hal 187.

A. W. Pink menggunakan Ro 8:33-34 - “(33) Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? (34) Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?”.

Terjemahan Kitab Suci Indonesia mempunyai beberapa kesalahan, yaitu: kalimat no 2 dan no 4 (bagian yang saya garis-bawahi) sebetulnya bukan kalimat tanya. Disamping itu, kata-kata ‘menjadi Pembela’ seharusnya adalah ‘menengahi / berdoa syafaat’. Bandingkan dengan terjemahan NASB dan KJV di bawah ini.

NASB: ‘Who will bring a charge against God’s elect? God is the one who justifies; who is the one who condemns? Christ Jesus is He who died, yes, rather who was raised, who is at the right hand of God, who also intercedes for us’ (= Siapa yang menuduh orang pilihan Allah? Allah adalah orang yang membenarkan; siapa orang yang menghukum? Kristus Yesus adalah Dia yang telah mati, ya, bahkan yang telah dibangkitkan, yang ada di sebelah kanan Allah, yang juga menengahi / berdoa syafaat untuk kita).

KJV: ‘(33) Who shall lay any thing to the charge of God's elect? It is God that justifieth. (34) Who is he that condemneth? It is Christ that died, yea rather, that is risen again, who is even at the right hand of God, who also maketh intercession for us’ (= Siapa yang akan menuduh orang pilihan Allah? Allahlah yang membenarkan. Siapa yang menghukum? Adalah Kristus yang telah mati, ya bahkan yang telah bangkit kembali, yang bahkan ada di sebelah kanan Allah, yang juga menengahi / berdoa syafaat untuk kita).

Jadi bagian akhir text itu menunjukkan bahwa Kristus Yesus telah melakukan 2 hal untuk kita, yaitu:

a. Mati (dan bangkit).

b. Menengahi / berdoa syafaat.

Arthur W. Pink: “Note particularly that the death and intercession of Christ have one and the same object! ... If then Christ intercedes for the elect only, and ‘not for the world,’ then He dies for them only” (= Perhatikan secara khusus bahwa kematian dan tindakan menengahi / doa syafaat Kristus mempunyai satu obyek yang sama! ... Karena itu jika Kristus menengahi / berdoa syafaat hanya untuk orang pilihan, dan ‘bukan untuk dunia’, maka Ia mati hanya untuk mereka) - ‘The Sovereignty of God’, hal 60.

c) Pandangan Arminian tentang ‘doa terbatas’ Yesus.

Adam Clarke (tentang Yoh 17:9): “‘I pray not for the world.’ I am not yet come to that part of my intercession: see John 17:20. I am now wholly employed for my disciples, that they may be properly qualified to preach my salvation to the ends of the earth. Jesus here imitates the high priest, the second part of whose prayer, on the day of expiation, was for the priests, the sons of Aaron: see the note at John 17:1. These words may also be understood as applying to the rebellions Jews. God’s wrath was about to descend upon them, and Christ prays that his own followers might be kept from the evil, John 17:15. But he does not thus pray for the world, the rebellious Jews, because the cup of their iniquity was full, and their judgment slumbered not” [= ‘Aku tidak berdoa untuk dunia’. Aku belum sampai pada bagian itu dari doa syafaatKu: lihat Yoh 17:20. Aku sekarang sepenuhnya sibuk (berkonsentrasi) untuk murid-muridKu, supaya mereka bisa memenuhi syarat secara benar untuk memberitakan keselamatanKu sampai ujung-ujung bumi. Di sini Yesus meniru doa imam besar, yang di bagian kedua dari doanya, pada hari raya pendamaian, adalah untuk imam-imam, anak-anak Harun: lihat catatan pada Yoh 17:1. Kata-kata ini juga bisa dimengerti sebagai diterapkan kepada orang-orang Yahudi yang memberontak. Murka Allah hampir turun kepada mereka, dan Kristus berdoa supaya para pengikutNya dijaga dari kejahatan / bencana, Yoh 17:15. Tetapi Ia tidak berdoa demikian untuk ‘dunia’, ‘orang-orang Yahudi yang memberontak’, karena cawan kejahatan mereka sudah penuh, dan penghakiman mereka tidak akan tertidur].

Adam Clarke (tentang Yoh 17:1): “The high priest addressed a solemn prayer to God: a. For himself: this Christ imitates, John 17:1-5. b. For the sons of Aaron: our Lord imitates this in praying for his disciples, John 17:9-19; c. For all the people: our Lord appears to imitate this also in praying for his church, all who should believe on him through the preaching of the apostles and their successors, John 17:20-24” (= Sang imam besar menujukan suatu doa yang khidmat kepada Allah: a. Untuk dirinya sendiri: ini ditiru oleh Kristus, Yoh 17:1-5. b. Untuk anak-anak Harun: Tuhan kita meniru ini dalam doaNya untuk murid-muridNya, Yoh 17:9-19; c. Untuk seluruh bangsa: Tuhan kita kelihatannya juga meniru ini dalam berdoa untuk gerejaNya, semua orang yang percaya kepadaNya melalui pemberitaan rasul-rasul dan pengganti-pengganti mereka, Yoh 17:20-24).

Lenski (tentang Yoh 17:9): “Jesus here makes request for the disciples alone and not for the world, for those whom the Father has given to him not for the rest. On this so-called intercessio specialis see Heb. 7:25; 9:24; 1 John 2:1; Rom. 8:34. This special intercession deals with believers only inasmuch as they alone are able to receive the gifts which the Father has for his children. We must include among the disciples all those who eventually come to faith (v. 21). It is generally assumed that Jesus prays also for the entire world of men in the intercessio generalis on the basis of Isa. 53:12; Luke 23:34, even as we, too, are bidden to intercede for all men, 1 Tim. 2:1; Matt. 5:44” [= Di sini Yesus membuat permohonan untuk murid-murid saja dan bukan untuk dunia, untuk mereka yang telah Bapa berikan kepadaNya, bukan untuk sisanya. Pada apa yang disebut doa syafaat khusus ini, lihat Ibr 7:25; 9:24; 1Yoh 2:1; Ro 8:34. Doa syafaat khusus ini hanya menangani orang-orang percaya karena hanya mereka saja yang bisa menerima karunia-karunia yang Bapa miliki untuk anak-anakNya. Kita harus memasukkan / mencakup di antara murid-murid semua mereka yang akhirnya datang pada iman (ay 21). Secara umum diasumsikan bahwa Yesus berdoa juga untuk seluruh dunia manusia dalam doa syafaat umum berdasarkan Yes 53:12; Luk 23:34, sama seperti kita, yang juga disuruh berdoa syafaat untuk semua manusia, 1Tim 2:1; Mat 5:44].

Tanggapan saya:

1. Kalau Clarke mengatakan bahwa ‘dunia’ yang tidak didoakan itu, menunjuk kepada ‘orang-orang Yahudi yang memberontak’, dan lalu dalam Yoh 17:20-24 Clarke mengatakan bahwa Yesus berdoa untuk orang-orang yang akan percaya, maka itu sama saja dengan hanya mendoakan orang-orang pilihan dan tidak mendoakan orang-orang yang ditentukan untuk binasa.

2. Kata-kata Lenski yang saya garis-bawahi tidak masuk akal / tidak Alkitabiah. Ini menjadikan Allah tergantung kepada manusia, dan bukan sebaliknya. Siapapun bisa menerima apapun, asalkan Bapa memang mau memberikan hal itu kepadanya.

Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:

a. Mat 11:25-27 - “(25) Pada waktu itu berkatalah Yesus: ‘Aku bersyukur kepadaMu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. (26) Ya Bapa, itulah yang berkenan kepadaMu. (27) Semua telah diserahkan kepadaKu oleh BapaKu dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya”.

b. Roma 9:30 - “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman”.

c. Ro 10:20 - “Dan dengan berani Yesaya mengatakan: ‘Aku telah berkenan ditemukan mereka yang tidak mencari Aku, Aku telah menampakkan diri kepada mereka yang tidak menanyakan Aku.’”.

3. Tentang perintah untuk berdoa syafaat bagi semua orang:

1Tim 2:1 - “Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang”.

Mat 5:44 - “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”.

Ada 2 hal yang saya berikan sebagai jawaban:

a. Tuhan / Yesus tak harus mentaati perintah yang Ia berikan kepada manusia. Firman Tuhan itu bagi kita, tetapi Dia sendiri ada di atas Firman Tuhan. Misalnya kita dilarang membunuh, tetapi Tuhan ‘membunuh’ setiap hari!

b. Kita memang harus berdoa untuk semua orang, sama seperti kita harus memberitakan Injil kepada semua orang, karena kita tak bisa membedakan orang-orang pilihan dari orang-orang yang ditentukan untuk binasa. Tetapi jelas bahwa kita tidak harus, dan bahkan tidak boleh, berdoa “Tuhan, selamatkanlah orang-orang yang Engkau tentukan untuk binasa”.

Bdk. 1Yoh 5:14 - “Dan inilah keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya”.

4. Yes 53:12 merupakan nubuat, dan saya menganggap bahwa Luk 23:34 merupakan penggenapannya.

Yes 53:12 - “Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak”.

Luk 23:34a - “Yesus berkata: ‘Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.’”.

Ini akan dibahas pada point di bawah ini.

d) Tetapi bagaimana dengan Luk 23:34? Apakah ini menunjukkan bahwa Yesus berdoa untuk orang non pilihan?

Luk 23:34 - “Yesus berkata: ‘Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.’”.

1. Pertama-tama perlu diketahui bahwa kalimat ini diragukan keasliannya karena manuscript-manuscript yang terbaik tidak mempunyai ayat ini!

NIV memberikan catatan kaki yang berbunyi: “Some early manuscripts do not have this sentence” (= Beberapa manuscripts mula-mula tidak mempunyai kalimat ini).

RSV memberikan catatan kaki yang berbunyi: “Other ancient authorities omit the sentence ‘And Jesus ... what they do” (= Otoritas-otoritas kuno yang lain menghapuskan kalimat ‘Dan Yesus ... apa yang mereka perbuat’).

NKJV memberikan catatan tepi yang berbunyi: “NU brackets the first sentence as a later addition” (= NU meletakkan kalimat pertama dalam kurung sebagai penambahan belakangan).

ASV memberikan catatan kaki yang berbunyi: “Some ancient authorities omit ‘And Jesus said, Father, forgive them; for they know not what they do.’” (= Beberapa otoritas kuno menghapuskan ‘Dan Yesus berkata: Bapa, ampunilah mereka; sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’).

KJV dan NASB tidak memberikan catatan kaki apapun.

Pulpit Commentary: “These words are missing in some of the oldest authorities. They are found, however, in the majority of the most ancient manuscripts and in the most trustworthy of the old versions, and are undoubtedly genuine” (= Kata-kata ini tidak ada dalam beberapa dari otoritas / salinan yang paling tua. Tetapi kata-kata itu ditemukan dalam mayoritas dari manuscripts / naskah yang paling kuno dan dalam versi-versi tua yang paling bisa dipercaya, dan tidak diragukan merupakan bagian yang asli) - hal 240.

Leon Morris (Tyndale): “There is textual doubt about this prayer. It is absent from many of the best MSS and some critics argue that it must be rejected, since it would scarcely have been omitted if genuine. Against that is the fact that other very good MSS do attest it. Early copyists may have been tempted to omit the words by the reflection that perhaps God had not forgiven the guilty nation. The events of AD 70 and afterwards may well have looked like anything but forgiveness. We should regard the words as genuine” [= Ada keraguan textual tentang doa ini. Doa ini absen dalam banyak manuscripts terbaik dan sebagian pengkritik berargumentasi bahwa itu harus ditolak, karena tidak mungkin itu dihapuskan kalau itu asli. Menentang hal ini adalah fakta bahwa manuscripts lain yang sangat baik menyokongnya. Penyalin-penyalin mula-mula mungkin tergoda untuk menghapus kata-kata ini oleh pemikiran bahwa mungkin Allah tidak mengampuni bangsa yang bersalah ini. Peristiwa pada tahun 70 M dan sesudahnya (kehancuran Yerusalem) sama sekali tidak menunjukkan pengampunan. Kita harus menganggap kata-kata ini sebagai asli] - hal 326-327.

The New Bible Commentary: Revised: “34a is omitted by a formidable list of early MSS, but it should be retained either as a genuine part of Luke (cf. Acts 7:60) or as a reliable piece of extraneous tradition. It would be omitted by scribes who felt that it was unseemly or not answered” [= ay 34a dihapuskan oleh suatu daftar yang menakutkan / berat dari manuscript-manuscript mula-mula, tetapi itu harus dipertahankan atau sebagai bagian asli dari Lukas (bdk. Kis 7:60) atau sebagai potongan tradisi dari luar yang bisa dipercaya. Itu dihapuskan oleh penyalin-penyalin yang merasa bahwa itu (doa Yesus) tidak pantas atau tidak dijawab] - hal 923.

Bdk. Kis 7:60 - “Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: ‘Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!’ Dan dengan perkataan itu meninggallah ia”.

Doa Stefanus ini dianggap meniru / meneladani doa Kristus yang sedang kita bahas. Kalau Kristus tidak pernah menaikkan doa tersebut, Stefanus tidak akan bisa meneladaninya.

A. T. Robertson: “Some of the oldest and best documents do not contain this verse, and yet, while it is not certain that it is a part of Luke’s Gospel, it is certain that Jesus spoke these words, for they are utterly unlike any one else” (= Beberapa dari dokumen-dokumen yang tertua dan terbaik tidak mempunyai ayat ini, tetapi sementara tidak pasti bahwa itu merupakan suatu bagian dari Injil Lukas, adalah pasti bahwa Yesus mengucapkan kata-kata ini, karena kata-kata itu sama sekali tidak seperti kata-kata siapapun juga) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol 2, hal 284-285.

Bruce M. Metzger: “The absence of these words from such early and diverse witnesses ... is most impressive and can scarcely be explained as a deliberate excision by copyists who, considering the fall of Jerusalem to be proof that God had not forgiven the Jews, could not allow it to appear that the prayer of Jesus had remained unanswered. At the same time, the logion, though probably not a part of the original Gospel of Luke, bears self-evident tokens of its dominical origin, and was retained, within double square brackets, in the traditional place where it had been incorporated by unknown copyists relatively early in the transmission of the Third Gospel” (= Absennya kata-kata ini dari saksi-saksi yang mula-mula dan bermacam-macam ... merupakan sesuatu yang mengesankan dan hampir tidak bisa dijelaskan sebagai penghilangan / pembuangan yang disengaja oleh penyalin-penyalin yang, menganggap kejatuhan Yerusalem sebagai bukti bahwa Allah tidak mengampuni orang-orang Yahudi, tidak bisa membiarkan terlihat bahwa doa Yesus tidak dijawab. Pada saat yang sama, ucapan ini, sekalipun mungkin bukan merupakan suatu bagian dari Injil Lukas yang asli, mempunyai tanda-tanda yang jelas bahwa itu berasal usul dari Tuhan Yesus, dan dipertahankan, dalam tanda kurung ganda, dalam tempat tradisional dimana ucapan ini telah dimasukkan oleh penyalin-penyalin yang tak dikenal pada masa yang sangat awal dalam penyebaran Injil ketiga ini) - ‘A Textual Commentary on the Greek New Testament’, hal 180.

Catatan: kata ‘dominical’ diterjemahkan ‘having to do with Jesus as the Lord’ (= berurusan dengan Yesus sebagai Tuhan) dalam Webster’s New World Dictionary.

2. Untuk siapa Yesus menaikkan doa ini?

a. Ada yang menganggap bahwa doa ini mencakup semua yang hadir pada saat itu, dan bahkan mencakup semua manusia, termasuk kita.

C. H. Spurgeon: “I believe that it was a far-reaching prayer, which indeed included Scribes and Pharisees, Pilate and Herod, Jews and Gentiles - yea, the whole human race in a certain sense, since we were all concerned in that murder; but certainly the immediate persons, upon whom that prayer was poured like precious nard, were those who there and then were committing the brutal act of fastening him to the accursed tree” (= Saya percaya bahwa itu merupakan doa yang jangkauannya jauh, yang mencakup ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, Pilatus dan Herodes, orang Yahudi dan orang non Yahudi - ya, seluruh umat manusia dalam arti tertentu, karena kita semua tersangkut dalam pembunuhan itu; tetapi pasti orang-orang yang langsung didoakan oleh doa yang seperti minyak wangi yang mahal itu, adalah mereka yang ada di sana pada saat itu dan sedang melakukan tindakan brutal dengan memakukan Dia pada salib yang terkutuk) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 6, hal 483.

C. H. Spurgeon: “for, though we were not there, and we did not actually put Jesus to death, yet we really caused his death, and we, too, crucified the Lord of glory; and his prayer for us was, ‘Father, forgive them, for they know not what they do.’” (= karena, sekalipun kita tidak ada di sana, dan tidak betul-betul membunuh Yesus, tetapi kita sungguh-sungguh menyebabkan kematianNya, dan kita juga menyalibkan Tuhan kemuliaan; dan doanya untuk kita adalah: ‘Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 6, hal 472.

b. Ada juga yang membatasi orang-orang yang didoakan.

David Gooding: “it was prayed on behalf of the soldiers who in all truthfulness did not know what they were doing. False sentiment must not lead us to extend the scope of his prayer beyond his intention. To pray forgiveness for a man who knows quite well what he is doing and has no intention of either stopping or repenting would be immoral: it would amount to condoning, if not conniving at, his sin. Christ certainly did not do that” (= itu didoakan demi para tentara yang memang tidak tahu apa yang mereka lakukan. Sentimen yang salah tidak boleh membimbing kita untuk memperluas jangkauan doanya lebih dari yang Ia maksudkan. Mendoakan pengampunan untuk seseorang yang tahu dengan baik apa yang ia lakukan dan tidak bermaksud untuk berhenti atau bertobat merupakan sesuatu yang tidak bermoral: itu berarti mengabaikan, jika bukannya pura-pura tidak melihat, pada dosanya. Kristus pasti tidak melakukan hal itu) - ‘According to Luke’, hal 342.

Catatan: saya tidak setuju dengan bagian akhir dari kata-kata David Gooding ini, karena maksud Kristus dengan doa itu tentu bukanlah supaya orang-orang itu ‘diampuni tanpa pertobatan’, tetapi supaya mereka ‘diampuni melalui pertobatan’.

A. T. Robertson: “Jesus evidently is praying for the Roman soldiers, who were only obeying, but not for the Sanhedrin” (= Yesus jelas sedang berdoa untuk para tentara Romawi, yang hanya mentaati perintah, bukan untuk Sanhedrin) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol 2, hal 285.

Calvin: “It is probable, however, that Christ did not pray for all indiscriminately, but only for the wretched multitude, who were carried away by inconsiderate zeal, and not by premeditated wickedness. For since the scribes and priests were persons in regard to whom no ground was left to hope, it would have been in vain for him to pray for them” (= Tetapi adalah mungkin bahwa Kristus tidak berdoa untuk semua tanpa pandang bulu, tetapi hanya untuk orang banyak yang buruk / hina / jahat, yang dipengaruhi / diseret oleh semangat tanpa pemikiran, dan bukan oleh kejahatan yang direncanakan lebih dulu. Karena ahli-ahli Taurat dan imam-imam adalah orang-orang yang tidak punya harapan, adalah sia-sia bagiNya untuk berdoa untuk mereka) - hal 301.

Sukar untuk menetapkan batasan dari doa itu, tetapi memang kata-kata ‘sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’ ditambahkan oleh Yesus kelihatannya untuk membatasi orang-orang yang didoakan oleh doa tersebut. Para tentara memang tidak tahu apa yang mereka lakukan. Dan bahkan sebagian para tokoh Yahudi, sekalipun mereka tahu bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah sesuatu yang jahat, tetapi mereka tidak mengetahui sepenuhnya kejahatan mereka. Ini terlihat dari beberapa ayat di bawah ini:

· Kis 3:14-17 - “(14) Tetapi kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, serta menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu. (15) Demikianlah Ia, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati; dan tentang hal itu kami adalah saksi. (16) Dan karena kepercayaan dalam Nama Yesus, maka Nama itu telah menguatkan orang yang kamu lihat dan kamu kenal ini; dan kepercayaan itu telah memberi kesembuhan kepada orang ini di depan kamu semua. (17) Hai saudara-saudara, aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian karena ketidaktahuan, sama seperti semua pemimpin kamu”.

Catatan: kata ‘semua’ (yang saya cetak miring) seharusnya tidak ada! Bandingkan dengan NIV: ‘as did your leaders’ (= seperti pemimpin-pemimpinmu), dan dengan NASB: ‘just as your rulers did also’ (= sama seperti yang dilakukan pemimpin-pemimpinmu juga).

· Kis 13:27 - “Sebab penduduk Yerusalem dan pemimpin-pemimpinnya tidak mengakui Yesus. Dengan menjatuhkan hukuman mati atas Dia, mereka menggenapi perkataan nabi-nabi yang dibacakan setiap hari Sabat”.

KJV: ‘they knew him not’ (= mereka tidak mengenalNya).

RSV: ‘did not recognize him’ (= tidak mengenaliNya).

NASB: ‘recognizing neither Him’ (= tidak mengenaliNya).

NIV: ‘did not recognize Jesus’ (= tidak mengenali Yesus).

· Ada juga yang menambahkan 1Kor 2:8 - “Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia”.

Tetapi kalau dilihat kontextnya, maka kata ‘nya’ di sini bukan menunjuk kepada Yesus, tetapi pada ‘hikmat Allah’.

1Kor 2:6-8 - “(6) Sungguhpun demikian kami memberitakan HIKMAT di kalangan mereka yang telah matang, yaitu HIKMAT yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-penguasa dunia ini, yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan. (7) Tetapi yang kami beritakan ialah HIKMATAllah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita. (8) Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia”.

Catatan: Tetapi tetap ada pro dan kontra, apakah kata ‘nya’ dalam 1Kor 2:8 itu menunjuk pada ‘hikmat Allah / surgawi’ atau kepada ‘Yesus’. Matthew Henry dan A. T. Robertson menganggap bahwa kata ‘nya’ di sini menunjuk kepada ‘hikmat Allah / surgawi’, tetapi Albert Barnes menganggap kata ‘nya’ itu menunjuk kepada Yesus.

Yang mana yang benar, tak bisa dipastikan, karena sebetulnya dalam bahasa Yunaninya kata ‘nya’ itu tidak ada. KJV menterjemahkan sebagai ‘it’, tetapi mencetaknya dengan huruf miring, yang menunjukkan bahwa itu merupakan suatu penambahan.

Bahkan Lenski memberikan batasan dari doa ini.

Lenski (tentang Luk 23:34): “Were Caiaphas and Pilate included? We prefer not to pass judgment on individuals, for God alone knows the hearts and to what degree they sin against better knowledge” (= Apakah Kayafas dan Pilatus termasuk? Kami memilih untuk tidak memberikan penghakiman kepada individu-individu, karena hanya Allah mengetahui / mengenal lebih baik hati-hati, dan sampai pada tingkat apa mereka berdosa terhadap pengetahuan yang lebih baik).

Tetapi ada satu hal yang saya pikirkan, yang tidak pernah dibicarakan oleh para penafsir, yaitu tentang mereka yang menghujat Roh Kudus dan dikatakan tidak bisa diampuni (Mat 12:31-32), yang mungkin sekali juga hadir pada saat itu. Bukankah mereka tahu apa yang mereka lakukan? Kalau itu benar, maka Kristus pasti tidak berdoa untuk mereka. Bandingkan juga dengan 1Yoh 5:16 - “Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa”.

3. Apakah Bapa menjawab doa ini?

Sebagian jawaban adalah bahwa kehancuran Yerusalem tidak segera terjadi. Lalu Injil diberitakan kepada mereka, dan banyak dari mereka betul-betul dibawa kepada Tuhan dan diselamatkan. Pada hari Pentakosta 3000 orang Yahudi bertobat dan diselamatkan (Kis 2:41-42), dan lalu menjadi 5000 orang (Kis 4:4). Dan dalam Kis 6:7 dikatakan “Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya”.

Calvin: “Nor can it be doubted that this prayer was heard by the heavenly Father, and that this was the cause why many of the people afterwards drank by faith the blood which they had shed” (= Tidak bisa diragukan bahwa doa ini didengar oleh Bapa surgawi, dan bahwa ini adalah penyebab mengapa banyak dari bangsa itu belakangan meminum dengan iman darah yang telah mereka curahkan) - hal 301.

4. Kesimpulan: tetap ada kemungkinan bahwa dalam Luk 23:34 ini Yesus membatasi doanya untuk orang-orang pilihan dari orang-orang yang hadir saat itu, dan doa itu dikabulkan oleh Bapa dengan mempertobatkan mereka belakangan.

9) Luk 2:34 - Kristus ditentukan untuk menjatuhkan sebagian orang.

Luk 2:34 - “Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: ‘Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan”.

Bagian yang saya beri garis bawah ganda saya berikan terjemahannya dari KJV.

KJV: ‘and for a sign which shall be spoken against;’ (= dan untuk suatu tanda yang akan ditentang).

Leon Morris (Tyndale): “Then in enigmatic words he goes on to speak of Jesus as ‘set for the fall and rising of many in Israel’ (elsewhere in the New Testament the word rendered ‘rising’ is always used of the resurrection). It is not certain whether Simeon has in mind one group of people or two. If one‚ he is saying that‚ unless people lose all pride in their own spiritual achievement there is no place for them. They must fall and take the lowly place; then they can rise (cf. Mic. 7:8; cf. also the publican in the parable‚ 18:9–14). If two‚ he means that Jesus will divide people: those who reject him will in the end fall (cf. Isa. 8:14f.) and those who accept him will rise‚ they will enter into salvation. Not surprisingly‚ he will be ‘spoken against.’” [= Lalu dalam kata-kata yang kabur / membingungkan ia melanjutkan untuk berbicara tentang Yesus sebagai ‘ditentukan untuk kejatuhan dan kebangkitan dari banyak orang di Israel’ (di tempat lain dalam Perjanjian Baru kata yang diterjemahkan ‘bangkit’ selalu digunakan tentang kebangkitan). Tidak pasti apakah Simeon mempunyai satu atau dua kelompok orang dalam pikirannya. Jika satu, ia sedang berkata bahwa, kecuali orang-orang kehilangan semua kesombongan dalam pencapaian rohani mereka sendiri tidak ada tempat bagi mereka. Mereka harus / pasti jatuh dan mengambil tempat yang rendah; maka mereka bisa bangkit (bdk. Mik 7:8; bdk. juga pemungut cukai dalam perumpamaan, 18:9-14). Jika dua, ia memaksudkan bahwa Yesus akan membagi orang-orang: mereka yang menolakNya pada akhirnya akan jatuh (bdk. Yes 8:14-dst) dan mereka yang menerimaNya akan bangkit, mereka akan masuk ke dalam keselamatan. Tak mengherankan, Ia ‘akan ditentang’] - Libronix.

Catatan: kalau dilihat dari ayat-ayat yang berhubungan dengan Luk 2:34, yaitu 1Pet 2:4-8 dan Yes 8:14-15, maka rasanya kita harus memilih pandangan kedua dari dua kemungkinan yang diberikan oleh Leon Morris.

J. C. Ryle: “We see, lastly, in this passage, a striking account of the results which would follow when Jesus Christ and His Gospel came into the world. Every word of old Simeon on this subject deserves private meditation. The whole forms a prophecy which is being daily fulfilled. Christ was to be ‘a sign spoken against.’ He was to be a mark for all the fiery darts of the wicked one. He was to be ‘despised and rejected of men.’ He and His people were to be a ‘city set upon a hill,’ assailed on every side, and hated by all sorts of enemies. And so it proved. Men who agreed in nothing else have agreed in hating Christ. From the very first, thousands have been persecutors and unbelievers. Christ was to be the occasion of ‘the fall of many in Israel’. He was to be a stone of stumbling and rock of offence to many proud and self-righteous Jews, who would reject Him and perish in their sins. And so it proved. To multitudes among them Christ crucified was a stumbling-block, and His Gospel ‘a savor of death.’ (1 Cor. 1:23; 2 Cor. 2:16.) Christ was to be the occasion of ‘rising again to many in Israel.’ He was to prove the Saviour of many who, at one time, rejected, blasphemed, and reviled Him, but afterwards repented and believed. And so it proved. When the thousands who crucified Him repented, and Saul who persecuted Him was converted, there was nothing less than a rising again from the dead. Christ was to be the occasion of ‘the thoughts of many hearts being revealed.’ His Gospel was to bring to light the real characters of many people. The enmity to God of some, - the inward weariness and hunger of others, would be discovered by the preaching of the cross. It would show what men really were. And so it proved. The Acts of the Apostles, in almost every chapter, bear testimony that in this, as in every other item of his prophecy, old Simeon spoke truth. And now what do we think of Christ? This is the question that ought to occupy our minds. What thoughts does He call forth in our hearts? This is the inquiry which ought to receive our attention. Are we for Him, or are we against Him? Do we love Him, or do we neglect Him? Do we stumble at His doctrine, or do we find it life from the dead? Let us never rest till these questions are satisfactorily answered” [= Terakhir, kita melihat dalam text ini, suatu cerita yang menyolok tentang hasil / akibat yang akan mengikuti pada waktu Yesus Kristus dan InjilNya datang ke dalam dunia. Setiap kata dari Simeon yang tua tentang pokok ini layak mendapatkan perenungan pribadi. Seluruhnya membentuk suatu nubuat yang sedang digenapi setiap hari. Kristus harus menjadi ‘suatu tanda yang ditentang’. Ia akan menjadi sasaran dari semua anak panah berapi dari si jahat. Ia harus ‘dihina dan ditolak oleh manusia’. Ia dan umatNya harus menjadi sebuah ‘kota yang terletak di atas bukit’, diserang dari setiap sisi, dan dibenci oleh semua jenis musuh. Dan begitulah hal itu terbukti. Orang-orang yang tidak setuju dalam apapun yang lain telah setuju dalam membenci Kristus. Dari saat yang paling awal, ribuan orang telah menjadi penganiaya-penganiaya dan orang-orang yang tidak percaya. Kristus harus menjadi alasan dari ‘kejatuhan dari banyak orang di Israel’. Ia harus menjadi batu sandungan dan batu karang pelanggaran bagi banyak orang-orang Yahudi yang sombong dan merasa diri sendiri benar, yang akan menolak Dia dan binasa dalam dosa-dosa mereka. Dan begitulah hal itu terbukti. Bagi orang banyak di antara mereka, Kristus yang tersalib merupakan batu sandungan, dan InjilNya merupakan ‘bau kematian’ (1Kor 1:23; 2Kor 2:16). Kristus harus menjadi alasan dari ‘bangkitnya lagi bagi banyak orang di Israel’. Ia harus membuktikan sebagai Juruselamat dari banyak orang yang, pada satu saat, menolak, menghujat, dan mencerca Dia, tetapi belakangan bertobat dan percaya. Dan demikianlah hal itu terbukti. Pada waktu ribuan orang yang menyalibkan Dia bertobat, dan Saulus yang menganiaya Dia bertobat, yang terjadi tidak kurang dari suatu kebangkitan kembali dari orang mati. Kristus harus menjadi alasan dari ‘pikiran dari banyak hati yang disingkapkan’ (Luk 2:35, KJV). InjilNya harus membawa pada terang karakter yang sebenarnya dari banyak orang. Permusuhan terhadap Allah dari sebagian orang, - kebosanan dan rasa lapar batiniah dari orang-orang lain, akan dinyatakan oleh pemberitaan salib. Itu akan menunjukkan apa manusia itu sebenarnya. Dan demikianlah hal itu terbukti. Kisah dari Rasul-rasul, dalam hampir setiap pasal, memberikan kesaksian bahwa dalam hal ini, seperti dalam setiap hal / pokok dari nubuatnya, Simeon yang tua mengatakan kebenaran. Dan sekarang apa yang kita pikirkan tentang Kristus? Ini adalah pertanyaan yang harus memenuhi pikiran kita. Pikiran apa yang Ia timbulkan dalam hati kita? Apakah kita ada di pihakNya, atau apakah kita menentang Dia? Apakah kita mengasihi Dia, atau apakah kita mengabaikan Dia? Apakah kita tersandung pada ajaranNya, atau kita mendapatinya sebagai kehidupan dari orang mati? Hendaklah kita tidak pernah beristirahat sampai pertanyaan-pertanyaan ini dijawab dengan memuaskan] - Libronix.

Kedua kutipan di atas menunjukkan bahwa Yesus dan InjilNya selalu memisahkan manusia menjadi dua bagian, yang percaya dan yang tidak percaya. Tidak heran Yesus mengatakan kata-kata dalam Mat 10:34-36 - “(34) ‘Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. (35) Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, (36) dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya”.

Matthew Poole: “That by ‘the fall and rising again’ is here meant the salvation and damnation of many is doubted by no valuable interpreters. The apostle so applies Isa. 8:14,15, where he is said to be ‘for a stone of stumbling and for a rock of offence to both the houses of Israel, for a gin and for a snare to the inhabitants of Jerusalem. And many among them shall stumble, and fall, and be broken, and be snared, and be taken.’ So doth Peter, 1Pe 2:8” (= Bahwa dengan ‘kejatuhan dan kebangkitan lagi’ di sini dimaksudkan keselamatan dan kebinasaan dari banyak orang tidak diragukan oleh seorangpun dari penafsir-penafsir yang berharga. Sang rasul menerapkan Yes 8:14,15 demikian, pada waktu Ia dikatakan sebagai ‘sebuah batu sentuhan dan batu sandungan bagi kedua kaum Israel itu, serta menjadi jerat dan perangkap bagi penduduk Yerusalem. Dan banyak di antara mereka akan tersandung, jatuh dan luka parah, tertangkap dan tertawan.’ Begitulah dilakukan oleh Petrus, 1Pet 2:8).

Bdk. 1Pet 2:4-8 - “(4) Dan datanglah kepadaNya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah. (5) Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah. (6) Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepadaNya, tidak akan dipermalukan.’ (7) Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: ‘Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan.’ (8) Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan”.

Catatan: bagian yang saya beri garis bawah ganda salah terjemahan.

KJV/NASB: ‘were appointed’ (= ditetapkan).

RSV/NIV: ‘were destined’ (= ditentukan).

Jay E. Adams (tentang 1Pet 2:7-8): “Christ divides; some build on Him, others stumble over Him” (= Kristus membagi / memisahkan; sebagian membangun di atasNya, yang lain tersandung padaNya) - hal 62.

Calvin (tentang 1Pet 2:7): “For as the firmness and stability of Christ is such that it can sustain all who by faith recumb on him; so his hardness is so great that it will break and tear in pieces all who resist him. For there is no medium between these two things, - we must either build on him, or be dashed against him” (= Karena keteguhan dan kestabilan Kristus adalah sedemikian rupa sehingga bisa menopang semua yang dengan iman bersandar kepadaNya; demikian pula kekerasanNya adalah begitu besar sehingga akan menghancurkan dan merobek-robek semua yang menentangNya. Karena tidak ada daerah di antara kedua hal itu, - kita harus membangun di atasNya, atau dibenturkan kepadaNya).

Calvin (tentang 1Pet 2:8): “they had been appointed to unbelief; as Pharaoh is said to have been set up for this end, that he might resist God, and all the reprobate are destined for the same purpose” (= mereka telah ditetapkan pada ketidak-percayaan; seperti dikatakan bahwa Firaun dibangkitkan untuk tujuan ini, yaitu supaya ia bisa menentang Allah, dan semua orang-orang yang ditentukan untuk binasa ditentukan untuk tujuan yang sama).

Matthew Poole (tentang 1Pet 2:8): “God appointed them to this stumbling, in his decreeing not to give them faith in Christ, but to leave them to their unbelief” (= Allah menetapkan mereka pada ketersandungan ini, dalam penetapanNya untuk tidak memberi mereka iman kepada Kristus, tetapi untuk membiarkan mereka pada ketidak-percayaan mereka).

Sekarang mari kita melihat tafsiran Arminian dari Adam Clarke dan Lenski di bawah ini.

Adam Clarke (tentang 1Pet 2:8): “The disobedient, therefore, being appointed to stumble against the word, or being prophesied of as persons that should stumble, ... there is no intimation that they were appointed or decreed to disobey, that they might stumble, and fall, and be broken. They stumbled and fell through their obstinate unbelief; and thus their stumbling and falling, as well as their unbelief, were of themselves; in consequence of this they were appointed to be broken; this was God’s work of judgment” (= Karena itu orang-orang yang tidak taat, ditetapkan untuk tersandung terhadap firman, atau dinubuatkan sebagai orang-orang yang harus tersandung, ... di sana tidak ada isyarat bahwa mereka ditetapkan untuk tidak taat, supaya mereka tersandung, dan jatuh, dan hancur. Mereka tersandung dan jatuh karena ketidak-percayaan mereka yang tegar tengkuk, dan karena itu tersandungnya mereka dan jatuhnya mereka, sama seperti ketidak-percayaan mereka, adalah dari diri mereka sendiri; sebagai akibat dari hal ini mereka ditetapkan untuk hancur; ini adalah pekerjaan penghakiman Allah) - hal 852.

Tanggapan saya:

a) Ini membengkokkan atau memutar-balikkan ayat ini, karena ayat ini jelas mengatakan ‘ditetapkan / ditentukan’.

b) Kata-kata Clarke ini (perhatikan bagian ketiga yang saya garisbawahi) menunjukkan bahwa Allah melakukan / membuat penetapanNya bukan dalam kekekalan, tetapi di dalam waktu. Ini jelas omong kosong yang tidak Alkitabiah lagi karena sangat banyak ayat yang menunjukkan secara jelas bahwa Allah membuat seluruh rencanaNya secara keseluruhan dalam kekekalan / minus tak terhingga.

Bdk. 2Raja 19:25 Maz 139:16 Yes 25:1 Yes 37:26 Yes 46:10 Mat 25:34 Ef 1:4-5 2Tes 2:13 2Tim 1:9.

c) Kalau Tuhan menubuatkan tentang akan terjadinya suatu hal tertentu, itu disebabkan karena Ia sudah lebih dulu menentukan terjadinya hal itu. Ini terlihat dari:

1. Perbandingan Mat 26:24 dengan Luk 22:22.

Mat 26:24 - “Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan”.

Luk 22:22 - “Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan”.

Kedua ayat ini paralel dan sama-sama berbicara tentang pengkhianatan Yudas, tetapi kalau Mat 26:24 mengatakan bahwa hal itu ‘sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia’, yang hanya menunjukkan bahwa hal itu terjadi karena sudah dinubuatkan, maka Luk 22:22 mengatakan bahwa hal itu terjadi ‘seperti yang telah ditetapkan’, yang menunjukkan bahwa hal itu terjadi karena sudah ditetapkan oleh Allah dalam kekekalan.

2. Perbandingan Kis 2:23 Kis 3:18 dan Kis 4:27-28.

Kis 2:23 - “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka”.

Kis 3:18 - “Tetapi dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankanNya dahulu dengan perantaraan nabi-nabiNya, yaitu bahwa Mesias yang diutusNya harus menderita”.

Kis 4:27-28 - “(27) Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang kudus, yang Engkau urapi, (28) untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu”.

Semua ayat di atas ini berbicara tentang penderitaan / penyaliban yang dialami oleh Kristus. Tetapi kalau Kis 3:18 mengatakan bahwa hal itu terjadi ‘menggenapi apa yang telah difirmankannya dahulu dengan perantaraan nabi-nabiNya’, yang hanya menunjukkan bahwa hal itu terjadi karena sudah dinubuatkan, maka Kis 2:23 mengatakan bahwa hal itu terjadi ‘menurut maksud dan rencanaNya’ dan Kis 4:28 mengatakan bahwa hal itu terjadi ‘untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu’, yang jelas menunjukkan bahwa hal itu terjadi karena sudah ditentukan oleh Allah dalam kekekalan.

3. Yes 46:10-11 - “(10) yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan segala kehendakKu akan Kulaksanakan, (11) yang memanggil burung buas dari timur, dan orang yang melaksanakan putusanKu dari negeri yang jauh. Aku telah mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya”.

Perhatikan bahwa dalam Yes 46:10a dikatakan bahwa Tuhan ‘memberitahukan’, tetapi dalam Yes 46:10b-11a dikatakan bahwa itu adalah ‘keputusanKu’, ‘kehendakKu’, dan ‘putusanKu’. Selanjutnya Yes 46:11b terdiri dari 2 kalimat paralel yang sebetulnya memaksudkan hal yang sama, tetapi kalimat pertama menggunakan istilah ‘mengatakannya’, yang hanya menunjukkan nubuat Allah, sedangkan kalimat kedua menggunakan istilah ‘merencanakannya’, yang jelas menunjuk pada rencana / ketetapan Allah.

4. Yeremia 4:28 - “Karena hal ini bumi akan berkabung, dan langit di atas akan menjadi gelap, sebab Aku telah mengatakannya, Aku telah merancangnya, Aku tidak akan menyesalinya dan tidak akan mundur dari pada itu”.

Ayat ini baru mengatakan ‘Aku telah mengatakannya’ dan lalu langsung menyambungnya dengan ‘Aku telah merancangnya’. Ini jelas menunjukkan bahwa Tuhan mengatakan sesuatu kepada nabi-nabi (yang lalu dinubuatkan oleh para nabi itu), karena Tuhan telah merancang / merencanakannya.

5. Amos 3:7 - “Sungguh, Tuhan ALLAH tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakan keputusanNya kepada hamba-hambaNya, para nabi”.

Ayat ini menunjukkan secara jelas bahwa apa yang dinyatakan oleh Tuhan kepada pada nabi (dan lalu dinubuatkan oleh nabi-nabi itu) adalah keputusanNya [NIV: ‘his plan’ (= rencanaNya)].

6. Rat 2:17a - “TUHAN telah menjalankan yang dirancangkanNya, Ia melaksanakan yang difirmankanNya”.

Bagian akhir dari ayat ini mengatakan bahwa Tuhan melaksanakan yang difirmankanNya / dinubuatkanNya; tetapi bagian awal dari ayat ini mengatakan bahwa Tuhan menjalankan yang dirancangkanNya. Jelas bahwa apa yang dinubuatkan adalah apa yang dahulu telah dirancangkanNya.

7. Rat 3:37 - “Siapa berfirman, maka semuanya jadi? Bukankah Tuhan yang memerintahkannya?”.

NIV: ‘Who can speak and have it happen if the Lord has not decreed it’ (= Siapa yang bisa berbicara dan membuatnya terjadi jika Tuhan tidak menetapkannya?).

Ini jelas menunjukkan bahwa tidak ada nabi atau siapapun juga yang bisa menubuatkan apapun kecuali Tuhan lebih dulu menetapkan hal itu.

8. Yes 28:22b - “sebab kudengar tentang kebinasaan yang sudah pasti yang datang dari Tuhan ALLAH semesta alam atas seluruh negeri itu”.

NIV: ‘The Lord, the LORD Almighty, has told me of the destruction decreed against the whole land’ (= Tuhan, TUHAN yang mahakuasa, telah memberitahu aku tentang kehancuran yang telah ditetapkan terhadap seluruh negeri itu).

Ini jelas menunjukkan bahwa kehancuran yang oleh Tuhan diberitahukan kepada Yesaya, dan lalu dinubuatkan oleh Yesaya, merupakan ketetapan Allah (decree of God).

Lenski (tentang 1Pet 2:8): “It is startling to read: ‘for which they also were placed (set, appointed).’ Calvinists explain this as an eternal decree of reprobation, all Scripture to the contrary notwithstanding. They place the action of the verb in the ‘voluntas antecedens’ whereas it belongs in the ‘voluntas consequents.’” [= Adalah mengejutkan untuk membaca: ‘untuk mana mereka juga telah ditempatkan (ditentukan, ditetapkan)’. Para Calvinist menjelaskan ini sebagai suatu ketetapan kekal dari reprobation / penentuan binasa, meskipun seluruh Kitab Suci bertentangan dengannya. Mereka menempatkan tindakan dari kata kerja dalam ‘pendahulu / penyebab yang bebas’ sedangkan itu termasuk dalam ‘konsekwensi / akibat yang bebas’].

Tanggapan saya:

1. Doktrin tentang reprobation / penentuan binasa jelas mempunyai sangat banyak dasar Alkitab, tetapi saya tidak membahasnya di sini, karena sudah dibahas dalam pembahasan tentang ‘Unconditional Election’ (= Pemilihan yang tidak bersyarat) / Predestinasi.

2. Sekarang perhatikan kata-kata Lenski yang saya beri garis bawah ganda. Mari kita lihat lagi 1Pet 2:8 - “Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan (ditetapkan)”.

Lenski menganggap bahwa kata ‘ditetapkan’ merupakan konsekwensi / akibat, dan bukan penyebab!

Coba pikirkan, antara ‘mereka tersandung / tidak taat’ dan ‘mereka ditetapkan’, yang mana yang penyebab dan yang mana yang akibat?

Bdk. Yoh 12:39-40 - “(39) Karena itu mereka tidak dapat percaya, sebab Yesaya telah berkata juga: (40) ‘Ia telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka, supaya mereka jangan melihat dengan mata, dan menanggap dengan hati, lalu berbalik, sehingga Aku menyembuhkan mereka.’”.

Kebalikannya juga perlu diperhatikan. Bdk. Kis 13:48 - “Mendengar itu bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan firman Tuhan; dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya”.

Alexander Nisbet (tentang 1Pet 2:7-8): “a terror to all whose blind and carnal hearts do still find out something in the Gospel whence they take occasion to reject Christ, and refuse to take on his yoke. Thereby they do but ruin themselves, as a mad man that dashes himself against a stone in his way, or foolish mariners that run their ship against a rock, which are the similitudes here made use of, taken out of Isa. 8:14, and so do prove themselves to be reprobates. ... they who continue so to do will but run themselves upon that ruin to which they have been from eternity appointed for the rejecting of an offered Saviour (v. 8)” [= suatu rasa takut bagi semua orang yang hatinya buta dan bersifat daging tetap mendapatkan sesuatu dalam Injil dari mana mereka mendapatkan alasan untuk menolak Kristus, dan menolak untuk memikul kukNya. Dengan ini mereka hanya menghancurkan diri mereka sendiri, seperti seorang gila yang membenturkan dirinya sendiri terhadap sebuah batu dalam jalannya, atau pelaut-pelaut tolol yang menabrakkan kapal mereka terhadap sebuah batu karang, yang merupakan gambaran / kiasan yang digunakan di sini, yang diambil dari Yes 8:14, dan dengan demikian membuktikan bahwa diri mereka adalah reprobates / orang-orang yang ditentukan untuk binasa. ... Mereka yang terus menerus melakukan demikian hanya akan membawa diri mereka sendiri kepada kehancuran itu, pada mana mereka telah ditetapkan dari kekekalan untuk penolakan dari seorang Juruselamat yang ditawarkan] - hal 74.

Alexander Nisbet (tentang 1Pet 2:7-8): “Although the elect may for a long time before their conversion stumble at Jesus Christ and oppose him, Acts 9:1, and after conversion may for a time under the fit of a temptation do the same, Matt. 26:31, yet none will continue so to do but those who have been from eternity ordained for condemnation in God’s spotless decree, ... The continuance in such sin is the clearest proof and evidence of reprobation of any in the world, for the everlasting ruin and condemnation of souls ordained from eternity to the same for their wilful slighting of Jesus Christ is referred to in the last words of this verse as being thereby most clearly evidenced: ‘They stumble at the Word, being disobedient, whereunto also they were appointed.’” (= Sekalipun orang-orang pilihan bisa untuk suatu waktu yang lama sebelum pertobatan mereka tersandung pada Yesus Kristus dan menolakNya, Kis 9:1, dan setelah pertobatan bisa untuk suatu waktu, di bawah serangan tiba-tiba dari suatu pencobaan, melakukan hal yang sama, Mat 26:31, tetapi tidak seorangpun akan terus menerus melakukan demikian, kecuali mereka yang dari kekekalan telah ditentukan untuk penghukuman dalam ketetapan yang tak bercacat dari Allah, ... Terus menerus dalam dosa seperti itu merupakan bukti yang paling jelas dari reprobation / penentuan binasa dari siapapun dalam dunia, karena kehancuran dan penghukuman kekal dari jiwa-jiwa ditentukan dari kekekalan bagi orang-orang yang sama untuk peremehan mereka yang sengaja tentang Yesus Kristus ditunjukkan dalam kata-kata terakhir dari ayat ini dan dengan itu ditunjukkan dengan paling jelas: ‘Mereka tersandung pada Firman, dengan tidak taat, ke arah mana mereka juga telah ditetapkan’) - hal 78.

Yes 8:14-15 - “(14) Ia akan menjadi tempat kudus, tetapi juga menjadi batu sentuhan dan batu sandungan bagi kedua kaum Israel itu, serta menjadi jerat dan perangkap bagi penduduk Yerusalem. (15) Dan banyak di antara mereka akan tersandung, jatuh dan luka parah, tertangkap dan tertawan.’”.

Memang ketiga text yang kita bahas di sini, yaitu Luk 2:34 1Pet 2:4-8 dan Yes 8:14-15 mempunyai banyak persamaan. Yesus memang ditentukan untuk menyandungi dan menjatuhkan sebagian orang, dan menjadi jerat / perangkap bagi orang-orang itu. Jadi, bagaimana mungkin Ia mati disalib untuk menebus orang-orang itu?

10)Darah Kristus disebut darah perjanjian baru.

Mat 26:28 / Mark 14:24 / Luk 22:20 menunjukkan bahwa darah Kristus adalah darah perjanjian (baru).

Mat 26:28 - “Sebab inilah darahKu, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa”.

Mark 14:24 - “Dan Ia berkata kepada mereka: ‘Inilah darahKu, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang”.

Dalam Mat 26:28 dan Mark 14:24 ini KJV/NKJV menambahkan kata ‘new’ / ‘baru’ (new covenant / perjanjian baru), tetapi Kitab Suci Indonesia dan RSV/NIV/NASB/ASV tidak. Ini dianggap ditambahkan dari ayat paralelnya, yaitu Luk 22:20, dimana memang semua terjemahan mempunyai kata ‘new’ / ‘baru’ itu.

Lukas 22:20 - “Demikian juga dibuatNya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: ‘Cawan ini adalah perjanjian BARU oleh darahKu, yang ditumpahkan bagi kamu”.

Bdk. 1Kor 11:25 - “Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: ‘Cawan ini adalah perjanjian BARU yang dimeteraikan oleh darahKu; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!’”.

John Owen: “Neither can any effects thereof be extended beyond the compass of this covenant. But now this covenant was not made universally with all, but particularly only with some, and therefore those alone were intended in the benefits of the death of Christ” (= Tidak bisa ada hasil / akibat apapun dari itu diperluas melampaui batas dari perjanjian ini. Tetapi perjanjian ini tidak dibuat secara universal dengan semua orang, tetapi secara khusus hanya dengan sebagian / beberapa orang, dan karena itu mereka saja yang dimaksudkan dalam manfaat dari kematian Kristus) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 236.

IV) Serangan terhadap Limited Atonement dan jawabannya.

1) Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Kristus mati untuk seluruh dunia / menebus dosa dunia.

Contoh ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Kristus mati untuk seluruh dunia:

a) Yoh 1:29 - “Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: ‘Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.”.

Lenski (tentang Yoh 1:29): “‘World’ means the universe of men from Adam onward to the last babe born just before the judgment breaks” (= ‘Dunia’ berarti alam semesta dari manusia dari Adam ke depan sampai kepada bayi terakhir yang dilahirkan persis sebelum penghakiman mulai).

b) Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”.

c) Yoh 4:42 - “dan mereka berkata kepada perempuan itu: ‘Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia.’”.

d) Yoh 6:33 - “Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia.’”.

e) Yoh 6:51 - “Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah dagingKu, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.’”.

f) 1Yoh 2:1-2 - “(1) Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. (2) Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia”.

g) 1Yoh 4:14 - “Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus AnakNya menjadi Juruselamat dunia”.

Jawaban terhadap argumentasi ini:

a) Tak ada alasan untuk menafsirkan bahwa ayat-ayat di atas menunjuk pada ‘Universal Atonement’ (= Penebusan Universal), karena kata ‘dunia’, yang diterjemahkan dari kata bahasa Yunani KOSMOS, mempunyai banyak arti dalam Kitab Suci, yaitu:

1. Seluruh alam semesta.

Kis 17:24 - “Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia”.

Kata yang diterjemahkan ‘bumi’ adalah KOSMOS. NIV/NASB: ‘the world’ (= dunia).

2. Bumi.

Yoh 13:1 - “Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saatNya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-muridNya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya”.

3. Keduniawian.

a. Yak 4:4 - “Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah”.

b. 1Yoh 2:15 - “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu”.

4. Semua umat manusia di dunia ini.

Ro 3:19 - “Tetapi kita tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah”.

5. Semua orang yang tidak percaya.

a. Yoh 15:18 - “Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu”.

b. 1Kor 11:32 - “Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia”.

6. Semua orang non Yahudi.

Ro 11:12 - “Sebab jika pelanggaran mereka (bangsa Yahudi) berarti kekayaan bagi dunia, dan kekurangan mereka kekayaan bagi bangsa-bangsa lain, terlebih-lebih lagi kesempurnaan mereka”.

Perhatikan bahwa pada bagian yang saya garis bawahi ada 2 kalimat paralel yang artinya sama. Dengan demikian ‘pelanggaran mereka’diidentikkan dengan ‘kekurangan mereka’, dan ‘dunia’ diidentikkan dengan ‘bangsa-bangsa lain’.

7. Orang-orang Yahudi yang tidak percaya.

Yohanes 16:20 - “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita”.

Adam Clarke memberikan komentar tentang ayat ini dengan kata-kata sebagai berikut: “It is very evident that our Lord uses the word ‘world’, in several parts of this discourse of his, to signify the unbelieving and rebellious Jews” (= Adalah jelas bahwa Tuhan kita menggunakan kata ‘dunia’, dalam beberapa bagian dari percakapanNya ini, untuk menunjuk kepada orang-orang Yahudi yang tidak percaya dan bersifat memberontak) - hal 634.

8. Semua orang yang percaya / pilihan.

a. Yoh 3:17 - “Sebab Allah mengutus AnakNya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya (dunia) oleh Dia”.

b. Yoh 6:33 - “Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia”.

c. Yoh 6:51 - “Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah dagingKu, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.’”.

d. 2Kor 5:19 - “Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami”.

Dalam ayat-ayat ini, kalau ‘dunia’ diartikan ‘semua orang di dunia’, maka akan menjadi Universalisme (ajaran yang mengatakan bahwa pada akhirnya semua manusia akan masuk surga), yang jelas merupakan suatu ajaran sesat. Karena itu, kata ‘dunia’ dalam ayat-ayat ini harus diartikan ‘orang percaya / pilihan’.

Ayat lain dimana kata ‘dunia’ harus diartikan ‘orang pilihan’ adalah ayat-ayat yang mengatakan bahwa Yesus adalah ‘Juruselamat dunia’, seperti:

· Yoh 4:42 - “dan mereka berkata kepada perempuan itu: ‘Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia.’”.

· 1Yoh 4:14 - “Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus AnakNya menjadi Juruselamat dunia”.

Tentang Yoh 4:42, John Owen memberi komentar: “A Saviour of men not saved is strange” (= Seorang Juruselamat dari manusia yang tidak selamat merupakan sesuatu yang aneh) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 327.

Owen sendiri mengatakan bahwa Kristus disebut ‘Juruselamat dunia’ karena tidak ada Juruselamat lain di dunia ini (bdk. Kis 4:12), dan karena Kristus adalah Juruselamat orang-orang pilihan di seluruh dunia (Owen, vol 10, hal 342).

Tentang Yoh 4:42 ini Calvin memberikan penafsiran yang berbeda.

Calvin (tentang Yoh 4:42): “Again, when they affirm that Jesus is ‘the Christ’ and ‘the Savior of the world,’ they undoubtedly have learned this from hearing him. ... Christ testified that the salvation, which he had brought, was common to the whole world, that they might understand more fully that it belonged to them also; for he did not call them on the ground of their being lawful heirs, as the Jews were, but taught that he had come to admit strangers into the family of God, and to bring peace to those who were far off, (Ephesians 2:17.)” [= Lagi, pada waktu mereka menegaskan bahwa Yesus adalah ‘Kristus’ dan ‘Juruselamat dunia’, tak diragukan mereka mempelajari hal ini karena mendengarnya dari Dia. ... Kristus menyaksikan bahwa keselamatan, yang telah Ia bawa, adalah umum bagi seluruh dunia, supaya mereka bisa mengerti dengan lebih penuh / lengkap bahwa keselamatan itu kepunyaan mereka (orang-orang Samaria) juga; karena Ia tidak memanggil mereka berdasarkan keberadaan mereka sebagai ahli-ahli waris yang sah, seperti orang-orang Yahudi, tetapi mengajar bahwa Ia telah datang untuk menerima orang-orang asing ke dalam keluarga Allah, dan untuk membawa damai kepada mereka yang jauh (Ef 2:17).].

Ef 2:17 - “Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang ‘jauh’ dan damai sejahtera kepada mereka yang ‘dekat’”.

b) Pembahasan 1Yoh 2:1-2.

1Yoh 2:1-2 - “(1) Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. (2) Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia”.

Orang Arminian menafsirkan bahwa:

1. Kata ‘kita’ menunjuk kepada ‘orang percaya’.

2. Kata ‘dunia’ menunjuk kepada ‘semua orang’.

Adam Clarke (tentang 1Yoh 2:2): “‘And not for ours only.’ It is not for us apostles that he has died, nor exclusively for the Jewish people, but ‎PERI ‎‎HOLOU ‎‎TOU ‎‎KOSMOU‎, for the whole world, Gentiles as well as Jews, all the descendants of Adam. The apostle does not say that he died for any select part of the inhabitants of the earth, or for some out of every nation, tribe, or kindred; but for ALL MANKIND: and the attempt to limit this is a violent outrage against God and his word” (= ‘Dan bukan untuk dosa kita saja’. Bukan hanya untuk kita rasul-rasul bahwa Ia telah mati, juga tidak secara exklusif untuk bangsa Yahudi, tetapi PERI ‎‎HOLOU ‎‎TOU ‎‎KOSMOU‎, ‘untuk seluruh dunia’, non Yahudi maupun Yahudi, semua keturunan Adam. Sang rasul tidak mengatakan bahwa Ia mati untuk bagian pilihan manapun dari penduduk bumi, atau untuk sebagian dari setiap bangsa, suku bangsa, atau kaum; tetapi untuk SEMUA UMAT MANUSIA: dan usaha untuk membatasi ini merupakan suatu penghinaan / perkosaan yang hebat terhadap Allah dan firmanNya).

Lenski: “We understand κόσμος in the light of John 3:16 and think that it includes all men, us among them, ... see 2 Pet. 2:1: the Lord bought even those who go to hell. ‘The whole world’ includes all men who ever lived or will live” (= Kita mengerti KOSMOS dalam terang dari Yoh 3:16 dan berpikir / menganggap bahwa itu mencakup semua manusia, ‘kita’ di antara mereka, ... lihat 2Pet 2:1: Tuhan membeli bahkan mereka yang pergi ke neraka. ‘Seluruh dunia’ mencakup semua manusia yang pernah hidup atau akan hidup).

2Pet 2:1 - “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka”.

Catatan: 2Pet 2:1 ini akan dijelaskan di belakang.

Tetapi orang Calvinist / Reformed menafsirkan bahwa:

1. Kata ‘kita’ menunjuk kepada ‘orang percaya dari bangsa Yahudi / orang Yahudi Kristen’.

2. Kata ‘dunia’ menunjuk kepada ‘orang percaya di seluruh dunia (= elect)’.

R. C. Sproul: “The biggest problem with definite or limited atonement is found in the passage that the Scriptures use concerning Christ’s death ‘for all’ or for the ‘whole world.’ The world for whom Christ died cannot mean the entire human family. It must refer to the universality of the elect (people from every tribe and nation) or the inclusion of Gentiles in addition to the world of the Jews. It was a Jew who wrote that Jesus did not die merely for our sins but for the sins of the whole world. Does the word ‘our’ refer to ‘believers’ or to ‘believing Jews’?” [= Problem terbesar dengan penebusan tertentu atau terbatas ditemukan dalam text yang digunakan Kitab Suci mengenai kematian Kristus ‘untuk semua orang’ atau untuk ‘seluruh dunia’. ‘Dunia’ untuk siapa Kristus mati tidak bisa berarti ‘seluruh umat manusia’. Itu harus menunjuk pada ‘keuniversalan dari orang pilihan’ (orang-orang dari setiap suku dan bangsa) atau pemasukan dari orang-orang non Yahudi sebagai tambahan kepada dunia orang-orang Yahudi. Adalah seorang Yahudi yang menulis bahwa Yesus tidak mati semata-mata untuk dosa-dosa kita, tetapi untuk dosa-dosa seluruh dunia. Apakah kata ‘kita’ menunjuk kepada ‘orang-orang percaya’ atau ‘orang-orang Yahudi yang percaya’?] - ‘Chosen by God’, hal 206-207.

Apa dasarnya untuk mempercayai penafsiran Reformed tentang bagian ini?

1. Kita perlu tahu kepada siapa surat Yohanes ini ditujukan.

Owen (hal 331) mengatakan bahwa sekalipun seluruh Kitab Suci ditujukan dan berguna bagi seluruh gereja, tetapi ada bagian-bagian dari Kitab Suci yang ditujukan secara khusus kepada orang-orang tertentu atau gereja-gereja tertentu, dan dengan demikian mempunyai tujuan khusus berkenaan dengan orang-orang atau gereja-gereja tersebut.

Surat Yohanes yang pertama ini ditujukan kepada orang Yahudi Kristen.

John Owen: “though we have nothing written expressly denominating them to whom this epistle was primarily directed, ... by clear and evident deduction, it may be made more than probable that it was intended to the Jews, or believers of the circumcision” (= sekalipun kami tidak mempunyai apa-apa yang menyatakan bagi siapa surat ini terutama ditujukan, ... melalui deduksi yang jelas dan nyata bisa terlihat dengan jelas bahwa surat ini dimaksudkan untuk orang-orang Yahudi, atau orang-orang percaya dari golongan orang yang bersunat) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 331.

Alasannya:

a. Yohanes adalah rasul untuk orang Yahudi.

Gal 2:9 - “Dan setelah melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, maka Yakobus, Kefas (Petrus) dan Yohanes, yang dipandang sebagai sokoguru jemaat, berjabat tangan dengan aku (Paulus) dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan, supaya kami pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat dan mereka kepada orang-orang yang bersunat”.

Karena itu baik Yakobus (Yak 1:1) maupun Petrus (1Pet 1:1) menuliskan suratnya kepada orang-orang Yahudi dalam perantauan / penyebaran (dispersion); sedangkan Paulus menuliskan surat-suratnya kepada orang-orang non Yahudi (Gentiles). Karena itu sangat besar kemungkinannya bahwa rasul Yohanes menuliskan suratnya dengan orang-orang Yahudi Kristen sebagai tujuan utama.

b. 1Yoh 2:7 - kata-kata ‘perintah lama yang telah ada padamu dari mulanya’ tidak memungkinkan surat ini untuk non Yahudi, karena orang non Yahudi tidak mempunyai perintah lama.

Kalau memang Yohanes menujukan suratnya kepada orang Yahudi Kristen, maka jelas bahwa kata ‘kita’ dalam 1Yoh 2:2 adalah rasul Yohanes bersama orang-orang Yahudi Kristen tersebut.

1Yoh 2:1-2 - “(1) Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. (2) Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia”.

John Owen: “The opposition that the apostle makes between us and the world in this very place is sufficient to manifest unto whom he wrote. As a Jew, he reckoneth himself with and among the believing Jews to whom he wrote, and sets himself with them in opposition to the residue of believers in the world; and this is usual with this apostle, wherein how he is to be understood, he declares in his Gospel, chap. 11:51,52”(= Pertentangan yang dibuat oleh sang Rasul antara ‘kita’ dan ‘dunia’ di tempat ini adalah cukup untuk menunjukkan bagi siapa ia menulis. Sebagai seorang Yahudi, ia menganggap dirinya sendiri bersama dan di antara orang-orang Yahudi yang percaya, kepada siapa ia menulis, dan mempertentangkan ‘dirinya sendiri bersama mereka’ dengan ‘sisa orang-orang percaya di dunia ini’; dan ini merupakan sesuatu yang biasa bagi sang rasul, dimana ia harus dimengerti sebagaimana yang ia nyatakan dalam Injilnya, pasal 11:51-52) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, ‘The Death of Christ’, hal 331-332.

Yoh 11:51-52 - “(51) Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, (52) dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai”.

John Owen: “‘He,’ saith he, ‘is the propitiation for our sins,’ - that is, our sins who are believers of the Jews; and lest by this assertion they should take occasion to confirm themselves in their former error, he adds, ‘And not for ours only, but for the sins of the whole world,’ or, ‘The children of God scattered abroad,’ as John 11:51-52, of what nation, kindred, tongue, or language soever they were” (= ‘Ia’, katanya, ‘adalah pendamaian untuk dosa-dosa kita’, - yaitu, dosa-dosa kita yang adalah orang-orang percaya dari bangsa Yahudi; dan supaya penegasan ini tidak menyebabkan mereka meneguhkan diri mereka sendiri dalam kesalahan mereka yang semula, ia menambahkan, ‘Dan bukan untuk dosa-dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa-dosa seluruh dunia’, atau, ‘Anak-anak Allah yang tercerai-berai’ seperti dalam Yoh 11:51-52, dari bangsa, keluarga / kaum, bahasa apapun mereka itu) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 332.

Catatan: yang dimaksudkan dengan ‘kesalahan mereka yang semula’, adalah pandangan Yahudi / Yudaisme yang mengatakan bahwa keselamatan hanyalah untuk bangsa Yahudi saja.

John Owen: “So that we have not here an opposition between the effectual salvation of all believers and the ineffectual redemption of all others, but an extending of the same effectual redemption which belonged to the Jewish believers to all other believers, or children of God throughout the whole world” (= Dengan demikian di sini kita tidak mempunyai suatu pertentangan / kontras antara ‘keselamatan yang efektif dari semua orang percaya’ dan ‘penebusan yang tidak efektif dari semua yang lain’, tetapi suatu perluasan dari penebusan yang sama-sama efektif yang dimiliki ‘orang-orang Yahudi yang percaya’ kepada ‘semua orang percaya yang lain’, atau anak-anak Allah di seluruh dunia) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 332.

2. Tujuan Yohanes dengan bagian ini.

Tujuan Yohanes dengan 1Yoh 2:2 itu adalah: menghibur orang percaya pada saat mereka jatuh ke dalam dosa atau gagal dalam mentaati Firman Tuhan. Ini terlihat dari dari ayat yang persis mendahuluinya yaitu 1Yoh 2:1.

1Yoh 2:1-2 - “(1) Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. (2) Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia”.

Jadi adalah aneh kalau Yohanes tahu-tahu mengatakan bahwa Kristus mati untuk menebus seluruh dunia. Jauh lebih cocok kalau ia berkata bahwa Kristus mati untuk semua orang pilihan.

Dan mengingat bahwa dari ‘seluruh dunia’ yang ditebus Kristus itu ternyata ada banyak yang dibinasakan / dihukum, maka lebih-lebih lagi itu tidak merupakan suatu penghiburan bagi orang-orang kristen yang jatuh ke dalam dosa itu.

John Owen: “the aim and intention of the apostle in these words, it is to give consolation to believers against their sins and failings: .... if he should extend that whereof he speaks, namely, - that Christ was a propitiation to all and every one, - I cannot conceive how this can possibly make any thing to the end proposed, or the consolation of believers; for what comfort can arise from hence to them, by telling them that Christ died for innumerable that shall be damned?” (= tujuan dan maksud dari sang rasul dengan kata-kata ini adalah untuk memberikan penghiburan kepada orang-orang percaya terhadap dosa-dosa dan kegagalan / kejatuhan mereka: ... jika ia memperluas hal tentang mana ia berbicara, yaitu, - bahwa Kristus merupakan pendamaian bagi semua dan setiap orang, - saya tidak bisa mengerti bagaimana ini bisa melakukan sesuatu bagi tujuan yang dimaksudkan, yaitu penghiburan orang-orang percaya; karena penghiburan apa bisa muncul dari sini bagi mereka, dengan memberitahu mereka bahwa Kristus telah mati untuk banyak orang yang akan dihukum?) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 332-333.

3. Sekarang kita membahas kata ‘pendamaian’ dalam 1Yoh 2:2.

1Yoh 2:1-2 - “(1) Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. (2) Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia”.

NASB/KJV: ‘Propitiation’. Artinya lihat catatan di bawah.

NIV: ‘Atoning sacrifice’ (= Korban yang menebus).

RSV: ‘Expiation’. Artinya lihat catatan di bawah.

Catatan:

a. Kata ‘to propitiate’ artinya adalah:

· ‘to cause to become favorably inclined’ (= menyebabkan seseorang jadi mempunyai kecenderungan yang baik).

· ‘to win or regain the good will of’ (= memenangkan atau mendapatkan kembali maksud / kecenderungan yang baik).

· ‘to appease’ (= menenangkan / meredakan amarah, biasanya dengan memenuhi tuntutan).

· ‘to conciliate’ (= mendamaikan).

b. Kata ‘to expiate’ artinya adalah:

· ‘to make satisfaction or atonement’ (= membuat pemuasan atau penebusan).

· ‘to appease’ (= menenangkan / meredakan amarah, biasanya dengan memenuhi tuntutan).

· ‘to propitiate’. Artinya lihat di atas.

· ‘to make amends or reparation for (wrongdoing or guilt)’ [= membayar kerugian atau melakukan perbaikan untuk (tindakan salah atau kesalahan)].

· ‘to atone for’ (= menebus untuk).

· ‘to pay the penalty of’ (= membayar hukuman dari).

Catatan: semua definisi / arti ini saya ambil dari Webster’s New World Dictionary (College Edition).

Kata bahasa Yunaninya adalah HILASMOS yang merupakan suatu kata benda. Kata ini hanya digunakan 2 x dalam Perjanjian Baru yaitu dalam 1Yoh 2:2 ini dan dalam 1Yoh 4:10 - “Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus AnakNya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita”.

Kata kerjanya, yaitu HILASKOMAI, juga digunakan hanya 2 x, yaitu dalam:

¨ Ibr 2:17 - “Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa”.

¨ Luk 18:13 - “Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini”.

Disamping itu, Owen (hal 333) mengatakan bahwa ada suatu kata benda Yunani lain yang mempunyai arti yang sama, yaitu HILASTERION, yang juga digunakan 2 x, yaitu dalam:

* Ro 3:25 - “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darahNya. Hal ini dibuatNya untuk menunjukkan keadilanNya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaranNya”.

* Ibr 9:5 - “dan di atasnya kedua kerub kemuliaan yang menaungi tutup pendamaian. Tetapi hal ini tidak dapat kita bicarakan sekarang secara terperinci”.

Dalam Ibr 9:5 ini kata tersebut diambil dari Kel 25:17 - “Juga engkau harus membuat tutup pendamaian dari emas murni, dua setengah hasta panjangnya dan satu setengah hasta lebarnya”.

KJV/RSV/NASB: ‘a mercy-seat’ (= suatu pusat / kedudukan belas kasihan).

NIV: ‘an atoning cover’ (= tutup pendamaian).

Dalam bahasa Ibrani kata-kata ‘tutup pendamaian’ itu adalah CAPPORETH, yang berasal dari kata dasar CAPHAR, yang artinya ‘to cover’ (= menutupi).

John Owen: “This plate or mercy-seat was so called because it was placed upon the ark, and covered it, as the wings of the cherubim hovered over that; the mystical use hereof being to hide, as it were, the law or rigid tenor of the covenant of works which was in the ark, God thereby declaring himself to be pacified or reconciled, the cause of anger and enmity being hidden” (= Pelat atau ‘pusat / kedudukan belas kasihan’ ini disebut demikian karena itu ditempatkan di atas tabut perjanjian, dan menutupinya, seperti sayap-sayap dari kerub-kerub ada di atasnya; arti simbolis / rohani dari hal ini adalah seakan-akan untuk menyembunyikan hukum Taurat atau arti / kecenderungan yang keras dari perjanjian tentang perbuatan baik yang ada di dalam tabut perjanjian, dengan cara demikian Allah menyatakan bahwa diriNya sendiri ditenangkan atau diperdamaikan, dengan disembunyikannya penyebab kemarahan dan permusuhan) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 333.

Bdk. Kel 25:16-17 - “(16) Dalam tabut itu haruslah kautaruh loh hukum, yang akan Kuberikan kepadamu. (17) Juga engkau harus membuat tutup pendamaian (CAPPORETH) dari emas murni, dua setengah hasta panjangnya dan satu setengah hasta lebarnya”.

Jadi loh-loh batu bertuliskan 10 hukum Tuhan dimasukkan ke dalam tabut perjanjian dan lalu ditutup dengan tutup pendamaian (CAPPORETH) itu, menyimbolkan tuntutan hukum Taurat yang ditutup oleh Kristus.

Bdk. Ro 3:25 - “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian (HILASTERION) karena iman, dalam darahNya. Hal ini dibuatNya untuk menunjukkan keadilanNya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaranNya”.

Calvin mempunyai pandangan yang serupa dengan pandangan John Owen. Dalam tafsirannya tentang Kel 25:16-17 ini, Calvin berkata: “Yet I doubt not but that Moses alludes in this word to a metaphorical meaning, for the law requires a covering to conceal our transgressions. And it is probable that, when Paul calls Christ HILASTERION, (Rom. 3:25,) and John HILASMON, (1John 2:2,) they both refer to this figure, because God was propitiated towards believers by the covering of the Law” [= Saya tidak meragukan bahwa dalam kata ini (maksudnya kata CAPPORETH) Musa menunjuk secara tak langsung pada arti kiasan, karena hukum membutuhkan tutup untuk menyembunyikan pelanggaran-pelanggaran kita. Dan adalah mungkin bahwa pada waktu Paulus menyebut Kristus HILASTERION (Ro 3:25), dan Yohanes menyebutNya HILASMON (1Yoh 2:2), mereka berdua menunjuk pada gambaran ini, karena Allah diperdamaikan dengan orang-orang percaya oleh penutupan hukum Taurat] - hal 156.

Catatan: kata HILASMOS sebetulnya sama dengan HILASMON. Perbedaannya hanya karena letaknya yang berbeda dalam kalimat.

Calvin melanjutkan: “For as long as the law stands forth before God’s face it subjects us to His wrath and curse; and hence it is necessary that the blotting out of our guilt should be interposed, so that God may be reconciled with us. Nor is it without reason that David exclaims, after he has proclaimed the righteousness of law, ‘Who can understand his errors?’ (Ps. 19:12.) Whence we gather that, without a propitiation, the law does not bring us near to God, but accuses us before Him” [= Karena selama hukum Taurat tampak di hadapan Allah, maka hukum Taurat itu menyebabkan kita menjadi sasaran murka dan kutukNya; dan karena itu adalah perlu bahwa penghapusan kesalahan kita diletakkan di antaranya, sehingga Allah bisa diperdamaikan dengan kita. Juga bukan tanpa alasan bahwa Daud berseru, setelah ia menyatakan kebenaran hukum Taurat, ‘Siapa yang bisa mengerti kesalahan-kesalahannya?’ (Maz 19:13). Dari mana kita mendapatkan bahwa tanpa pendamaian, hukum Taurat tidak membawa kita dekat kepada Allah, tetapi menuduh kita di hadapanNya] - hal 156.

Catatan: Maz 19:13a versi Kitab Suci Indonesia salah terjemahan.

Maz 19:13a - “Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan?”.

KJV: ‘Who can understand his errors?’ (= Siapa bisa mengerti kesalahan-kesalahannya?).

RSV: ‘But who can discern his errors?’ (= Tetapi siapa bisa mengenali kesalahan-kesalahannya?).

NIV/NASB: ‘Who can discern his errors?’ (= Siapa bisa mengenali kesalahan-kesalahannya?).

Dari semua ini Owen lalu menyimpulkan: “HILASMOS and HILASTERION, both translated ‘a propitiation,’ ... do signify that which was done or typically effected by the mercy-seat, namely, to appease, pacify, and reconcile God in respect of aversation for sin. ... the meaning being, to appease, or pacify, or satisfy God for sin, that it might not be imputed to them towards whom he was so appeased. ... From all which it appeareth that the meaning of the word HILASMOS, or ‘propitiation,’ which Christ is said to be, is that whereby the law is covered, God appeased and reconciled, sin expiated, and the sinner pardoned; whence pardon, and remission of sin is often placed as the product and fruit of his blood-shedding, whereby he was a ‘propitiation,’ Matt. 26:28; Eph. 1:7; Col. 1:14; Heb. 9:22; Rom. 3:25, 5:9; 1John 1:7; 1Pet. 1:2; Revelation 1:5” [= HILASMOS dan HILASTERION, keduanya diterjemahkan ‘pendamaian’, ... menunjukkan apa yang dilakukan atau diakibatkan secara simbolis oleh pusat / kedudukan belas kasihan (tutup pendamaian), yaitu menenangkan, meredakan kemarahan, dan mendamaikan Allah berkenaan dengan penolakan karena dosa. ... artinya adalah menenangkan, atau meredakan kemarahan, atau memuaskan Allah untuk dosa, sehingga dosa itu tidak diperhitungkan kepada mereka terhadap siapa Ia ditenangkan / diredakan kemarahanNya. ... Dari semua ini terlihat bahwa arti dari kata HILASMOS, atau ‘pendamaian’, yang menunjuk kepada Kristus, adalah hal dengan mana hukum ditutup, Allah ditenangkan / diredakan kemarahannya (dengan jalan dipenuhi tuntutanNya) dan diperdamaikan, dosa ditebus / dipuaskan / dibayar hukumannya, dan orang berdosa itu diampuni; dari mana pengampunan dosa sering diperkenalkan sebagai hasil dan buah dari pencurahan darahNya, dengan jalan mana Ia menjadi ‘pendamaian’, Mat 26:28; Ef 1:7; Kol 1:14; Ibr 9:22; Ro 3:25; Ro 5:9; 1Yoh 1:7; 1Pet 1:2; Wah 1:5] - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 334.

John Owen: “From that which hath been said, the sense of the place is evident to be, that Christ hath so expiated sin, and reconciled to God, that the sinner is pardoned and received to mercy for his sake, and that the law shall never be produced or brought forth for his condemnation. Now, whether this can be tolerably applied to the whole world (taking it for all and every man in the world), let all the men in the world that are able judge. Are the sins of every one expiated? Is God reconciled to every one? Is every sinner pardoned? Shall no one have the transgression of the law charged on him? Why, then, is not every one saved? Doubtless, all these are true of every believer, and of no one else in the whole world. For them the apostle affirmed that Christ is a propitiation; ... He is also a propitiation only by faith, Rom. 3:25; and surely none have faith but the believers: and, therefore, certainly it is they only throughout the world for whom alone Christ is a propitiation. Unto them alone God says, ... ‘I will be propitious,’ - the great word of the new covenant, Heb. 8:12, they alone being covenanters” [= Dari apa yang telah dikatakan, artinya jelas adalah bahwa Kristus menebus dosa sedemikian rupa, dan memperdamaikan dengan Allah, sehingga orang berdosa diampuni dan diterima pada belas kasihan demi Dia, dan bahwa hukum Taurat tidak akan pernah dibuat atau menimbulkan untuk penghukumannya. Sekarang, apakah ini bisa diterapkan kepada seluruh dunia (diartikan sebagai semua dan setiap manusia dalam dunia), biarlah semua orang pandai / mampu berpikir di dunia ini menilai. Apakah dosa-dosa dari setiap orang ditebus? Apakah Allah didamaikan dengan setiap orang? Apakah setiap orang berdosa diampuni? Apakah tidak seorangpun dituntut karena pelanggaran hukum? Kalau demikian, mengapa tidak setiap orang diselamatkan? Tidak diragukan, semua ini benar untuk setiap orang percaya, dan tidak untuk siapapun yang lain di seluruh dunia. Untuk orang-orang percaya ini sang rasul menegaskan bahwa Kristus adalah pendamaian; ... Ia juga adalah pendamaian oleh / karena iman, Ro 3:25; dan jelas bahwa tidak seorangpun mempunyai iman kecuali orang-orang percaya: dan, karena itu, jelas bahwa hanya mereka sajalah di seluruh dunia untuk siapa Kristus adalah pendamaian. Bagi mereka sajalah Allah berkata: ... ‘Aku akan menaruh belas kasihan’, kata-kata yang agung dari perjanjian yang baru, Ibr 8:12, hanya mereka sajalah orang-orang yang termasuk dalam perjanjian] - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 334-335.

Ibr 8:12 - “Sebab Aku akan menaruh belas kasihan (HILEOS) terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka”.

Kesimpulan tentang kata ‘pendamaian’ dalam 1Yoh 2:2 ini:

Dalam HILASMOS / pendamaian ini tercakup:

a. Hukum ditutup / dipuaskan.

b. Allah diperdamaikan dan ditenangkan / dipenuhi tuntutanNya.

c. Dosa ditebus / dibayar hukumannya.

d. Orang berdosa diampuni.

Kalau hal-hal ini ditujukan kepada ‘setiap orang di dunia’ maka akan menimbulkan Universalisme.

4. Sekarang kita membahas kata-kata ‘seluruh dunia’ dalam 1Yoh 2:2.

John Owen: “The ‘whole world’ can signify no more than ‘all nations,’ ‘all the families of the earth,’ ‘all flesh,’ ‘all men,’ ‘all the ends of the world.’ These surely are expressions equivalent unto, and as comprehensive of particulars as ‘the whole world;’ but now all these expressions we find frequently to bear out believers only, but as of all sorts, and throughout the world” (= Kata-kata ‘seluruh dunia’ artinya tidak lebih dari pada ‘semua bangsa-bangsa’, ‘semua keluarga-keluarga di bumi’, ‘semua daging’, ‘semua manusia’, ‘segala ujung-ujung bumi / dunia’. Ini jelas merupakan ungkapan yang sama dengan, dan mencakup sama banyaknya orang seperti kata ‘seluruh dunia’; tetapi ungkapan-ungkapan tersebut sering menunjuk kepada orang-orang percaya saja, tetapi dari semua jenis, dan di seluruh dunia) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 336.

Contoh:

a. Maz 98:3 - “Ia mengingat kasih setia dan kesetiaanNya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita”.

b. Maz 22:28 - “Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik kepada TUHAN; dan segala kaum dari bangsa-bangsa akan sujud menyembah di hadapanNya”.

c. Maz 72:11b - “dan segala bangsa menjadi hambanya!”.

d. Yoel 2:28a / Kis 2:17a - “Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan RohKu ke atas semua manusia”.

e. Luk 3:6 - “dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan.’”.

Bandingkan juga dengan Wah 5:9-10 - “(9) Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: ‘Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darahMu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa. (10) Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi.’”.

Owen menambahkan bahwa kata-kata ‘seluruh dunia’ bisa menunjuk pada ‘semua orang yang tidak percaya / reprobate’, seperti dalam:

· Wah 12:9 - “Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya”.

· 1Yoh 5:19 - “Kita tahu, bahwa kita berasal dari Allah dan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat”.

Owen lalu berkata: kalau demikian, mengapa kata-kata ‘seluruh dunia’ itu tidak bisa dipakai untuk menunjuk pada sebaliknya, yaitu ‘semua orang percaya / pilihan’? Ia lalu memberi contoh Kol 1:6 - “yang sudah sampai kepada kamu. Injil itu berbuah dan berkembang di seluruh dunia, demikian juga di antara kamu sejak waktu kamu mendengarnya dan mengenal kasih karunia Allah dengan sebenarnya”.

Owen lalu menyimpulkan tentang kata-kata ‘seluruh dunia’ ini sebagai berikut: “there is nothing at all in the words themselves that should enforce any to conceive that all and every man in the world are denoted by them, but rather believers, even all that did or should believe, throughout the whole world, in opposition only to believers of the Jewish nation” (= tidak ada apapun sama sekali dalam kata-kata itu sendiri yang mengharuskan siapapun untuk memahaminya sebagai semua dan setiap orang dalam dunia, tetapi harus dipahami sebagai orang-orang percaya, yaitu mereka yang sudah percaya atau akan percaya, di seluruh dunia, dikontraskan dengan orang-orang percaya dari bangsa Yahudi saja) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 337.

John Owen: “‘The whole world,’ then, in this place, is the whole people of God (opposed to the Jewish nation), scattered abroad throughout the whole world” [= Maka, ‘seluruh dunia’ di tempat ini, adalah seluruh umat Allah (dikontraskan dengan bangsa Yahudi), yang tersebar di seluruh dunia] - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 337-338.

Calvin (tentang Yoh 1:29): “And when he says, ‘the sin OF THE WORLD,’ he extends this favor indiscriminately to the whole human race; that the Jews might not think that he had been sent to them alone” (= Dan ketika ia berkata, ‘dosa dunia’, ia memperluas kebaikan ini secara tak pandang bulu kepada seluruh umat manusia; supaya orang-orang Yahudi tidak berpikir bahwa Ia telah diutus kepada mereka saja).

Calvin (tentang 1Yoh 2:2): “Here a question may be raised, how have the sins of the whole world been expiated? I pass by the dotages of the fanatics, who under this pretense extend salvation to all the reprobate, and therefore to Satan himself. Such a monstrous thing deserves no refutation. They who seek to avoid this absurdity, have said that Christ suffered sufficiently for the whole world, but efficiently only for the elect. This solution has commonly prevailed in the schools. Though then I allow that what has been said is true, yet I deny that it is suitable to this passage; for the design of John was no other than to make this benefit common to the whole Church. Then under the word all or whole, he does not include the reprobate, but designates those who should believe as well as those who were then scattered through various parts of the world. For then is really made evident, as it is meet, the grace of Christ, when it is declared to be the only true salvation of the world” (= Di sini bisa ditanyakan, bagaimana dosa dari seluruh dunia telah ditebus? Saya mengabaikan kebodohan dari orang-orang fanatik, yang dengan alasan ini meluaskan keselamatan kepada semua orang reprobate / orang yang ditentukan untuk binasa, dan karena itu kepada Setan sendiri. Hal yang mengerikan seperti itu tidak layak mendapatkan bantahan. Mereka yang berusaha untuk menghindari hal yang menggelikan ini, telah berkata bahwa Kristus menderita secara cukup untuk seluruh dunia, tetapi secara efisien hanya untuk orang pilihan. Penyelesaian / solusi ini telah berlaku secara umum di sekolah-sekolah / aliran-aliran. Sekalipun saya mengakui bahwa apa yang telah dikatakan itu adalah benar, tetapi saya menyangkal bahwa itu cocok untuk text ini; karena tujuan Yohanes tidak lain dari membuat keuntungan / manfaat ini berlaku untuk seluruh Gereja. Jadi dalam kata ‘semua’ atau ‘seluruh’, ia tidak memasukkan orang-orang reprobate / orang yang ditentukan untuk binasa, tetapi menunjuk mereka yang percaya dan mereka yang pada saat itu tersebar di berbagai bagian dunia).

Dari pembahasan 4 point di atas ini terlihat dengan jelas bahwa penafsiran Reformedlah yang benar. Dan dengan penafsiran ini maka 1Yoh 2:2 tidaklah bertentangan dengan doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas).

c) Pembahasan Yoh 3:16.

Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”.

1. Pembahasan tentang kata ‘dunia’ dalam Yoh 3:16 ini.

Penafsiran Arminian pada umumnya: ‘dunia’ menunjuk kepada ‘semua dan setiap orang dalam dunia’. Dengan demikian maka Yoh 3:16 ini akan mendukung Universal Atonement (= Penebusan Universal), karena kasih kepada ‘dunia’ inilah yang menyebabkan Allah menyerahkan AnakNya yang tunggal / memberikan penebusan.

Lenski (tentang Yoh 3:16): “The universality already expressed in the title ‘the Son of man’ (1:51; 3:14) and in ‘everyone who believes’ (v. 15), is brought out with the most vivid clearness in the statement that God loved ‘the world,’ τὸν κόσμον, the world of men, all men, not one excepted. To insert a limitation, either here or in similar passages, is to misinterpret. We know of nothing more terrible than to shut out poor dying sinners from God’s love and redemption. But this is done by inserting a limiting word where Jesus and the Scriptures have no such word” [= Ke-universal-an sudah dinyatakan dalam gelar ‘Anak Manusia’ (1:51; 3:14) dan dalam ‘setiap orang yang percaya’ (ay 15), ditunjukkan dengan kejelasan yang paling hidup dalam pernyataan bahwa Allah mengasihi ‘dunia’, TON KOSMON, dunia dari manusia, semua manusia, tak seorangpun dikecualikan. Memasukkan suatu pembatasan, atau di sini atau dalam text-text yang serupa, adalah menafsirkan secara salah. Kita tidak tahu tentang apapun yang lebih mengerikan / buruk dari pada mencegah orang-orang berdosa yang malang dari kasih Allah dan penebusan. Tetapi ini dilakukan dengan memasukkan suatu kata yang membatasi dimana Yesus dan Kitab Suci tidak mempunyai kata seperti itu].

Pulpit Commentary: “This world cannot be the limited ‘world’ of the Augustinian, Calvinian interpreters - the world of the elect; it is that ‘whole world’ of which St. John speaks in 1John 2:2. ‘God will have all men to be saved’ (1Tim. 2:4). Calvin himself says, ‘Christ brought life, because the heavenly Father loves the human race, and wishes that they should not perish.’” [= ‘Dunia’ ini tidak bisa adalah ‘dunia yang terbatas’ dari penafsir-penafsir Augustinianisme dan Calvinisme - ‘dunia dari orang-orang pilihan’; itu adalah ‘seluruh dunia’ tentang mana Yohanes berbicara dalam 1Yoh 2:2. ‘Allah menghendaki supaya semua orang diselamatkan’ (1Tim 2:4). Calvin sendirimengatakan, ‘Kristus membawa kehidupan karena Bapa surgawi mengasihi umat manusia, dan menginginkan supaya mereka tidak binasa’] - hal 123.

Catatan: Calvin memang mengatakan kata-kata itu, tetapi:

· dalam kata-kata / tafsirannya selanjutnya berkenaan dengan Yoh 3:16, Calvin berkata: “And the words of Christ mean nothing else, when he declares the cause to be in the love of God. For if we wish to ascend higher, the Spirit shuts the door by the mouth of Paul, when he informs us that this love was founded on the purpose of his will, (Ephesians 1:5.)” [= Dan kata-kata Kristus tidak berarti selain, pada waktu Ia menyatakan penyebabnya sebagai ada dalam kasih Allah. Karena jika kita mau naik lebih tinggi, Roh menutup pintu oleh mulut Paulus, pada waktu ia memberi kita informasi bahwa kasih ini didasarkan pada rencana dari kehendakNya (Ef 1:5)].

Ef 1:5 - “Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya”.

Jelas bahwa kasih yang dibicarakan oleh Calvin berhubungan dengan ‘election’ (= pemilihan).

· dalam tafsirannya tentang Yoh 17:23 ia mengatakan bahwa ‘Allah tidak mengasihi siapapun kecuali dalam Kristus’.

Yoh 17:23 - “Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku”.

Calvin (tentang Yoh 17:23): “‘And hast loved them.’ He means that it is a very striking exhibition, and a very excellent pledge, of the love of God towards believers, which the world is compelled to feel, whether it will or not, when the Holy Spirit dwelling in them sends forth the rays of righteousness and holiness. There are innumerable other ways, indeed, in which God daily testifies his fatherly love towards us, but the mark of adoption is justly preferred to them all. He likewise adds, ‘and hast loved them, As THOU HAST LOVED ME.’ By these words he intended to point out the cause and origin of the love; for the particle ‘as,’ means ‘because,’ and the words, ‘AS thou hast loved me,’ mean, ‘BECAUSE thou hast loved me;’ for to Christ alone belongs the title of ‘Well-beloved,’ (Matthew 3:17; 17:5.) Besides, that love which the heavenly Father bears towards the Head is extended to all the members, so that he loves none but in Christ” [= ‘Dan telah mengasihi mereka’. Ia memaksudkan bahwa itu merupakan suatu pertunjukan yang sangat menyolok, dan suatu tanda / janji / jaminan yang sangat bagus, tentang kasih Allah terhadap orang-orang percaya, yang dunia dipaksa untuk merasakan, apakah dunia mau atau tidak, pada waktu Roh Kudus yang diam di dalam mereka, mengeluarkan / menghasilkan sinar-sinar dari kebenaran dan kekudusan. Memang ada cara-cara lain dalam mana Allah setiap hari menyaksikan kasih kebapaanNya kepada kita, tetapi tanda dari adopsi secara benar diletakkan di depan semua yang lain. Ia juga menambahkan, ‘dan telah mengasihi mereka, SEPERTI ENGKAU TELAH MENGASIHI AKU’. Dengan kata-kata ini Ia bermaksud untuk menunjukkan penyebab dan asal usul dari kasih itu; karena partikel ‘as / seperti’ berarti ‘karena’, dan kata-kata ‘seperti engkau telah mengasihi Aku’, berarti ‘karena Engkau telah mengasihi Aku’; karena gelar ‘kekasih’ hanya merupakan milik Kristus saja (Mat 3:17; 17:5). Disamping itu, kasih yang Bapa surgawi tunjukkan terhadap Kepala diperluas kepada semua anggota-anggota, sehingga Ia mengasihi tak seorangpun kecuali (yang ada) di dalam Kristus].

Catatan: kata-kata yang saya garis-bawahi itu menunjukkan bahwa Calvin menganggap bahwa Allah hanya mengasihi orang-orang yang percaya!

Calvin lalu melanjutkan dengan berkata sebagai berikut: “Yet this gives rise to some appearance of contradiction; for Christ, as we have seen elsewhere, declares that the unspeakable love of God towards the world was the reason why he gave his only-begotten Son, (John 3:16.) If the cause must go before the effect, we infer that God the Father loved men apart from Christ; that is, before he was appointed to be the Redeemer. I reply, in that, and similar passages, love denotes the mercy with which God was moved towards unworthy persons, and even towards his enemies, before he reconciled them to himself. It is, indeed, a wonderful goodness of God, and inconceivable by the human mind, that, exercising benevolence towards men whom he could not but hate, he removed the cause of the hatred, that there might be no obstruction to his love. And, indeed, Paul informs us that there are two ways in which we are loved in Christ; first, because the Father ‘chose us in him before the creation of the world,’ (Ephesians 1:4;) and, secondly, because in Christ God hath reconciled us to himself, and hath showed that he is gracious to us, (Romans 5:10.) Thus we are at the same time the enemies and the friends of God, until, atonement having been made for our sins, we are restored to favor with God. But when we are justified by faith, it is then, properly, that we begin to be loved by God, as children by a father. That love by which Christ was appointed to be the person, in whom we should be freely chosen before we were born, and while we were still ruined in Adam, is hidden in the breast of God, and far exceeds the capacity of the human mind. True, no man will ever feel that God is gracious to him, unless he perceives that God is pacified in Christ. But as all relish for the love of God vanishes when Christ is taken away, so we may safely conclude that, since by faith we are ingrafted into his body, there is no danger of our falling from the love of God; for this foundation cannot be overturned, that we are loved, because the Father hath loved his Son” [= Tetapi ini menimbulkan apa yang kelihatannya seperti kontradiksi, karena Kristus, seperti telah kita lihat di tempat lain, menyatakan bahwa kasih yang tak terkatakan dari Allah kepada dunia adalah alasan mengapa Ia memberikan Anak TunggalNya, (Yoh 3:16). Jika penyebabnya harus berjalan di depan akibatnya, kami menyimpulkan bahwa Allah Bapa mengasihi manusia terpisah dari Kristus; artinya / yaitu, sebelum Ia ditetapkan menjadi Penebus. Saya menjawab bahwa dalam text itu, dan text-text lain yang mirip, kasih merupakan belas kasihan dengan mana Allah digerakkan kepada / menuju orang-orang yang tidak layak, dan bahkan kepada / menuju musuh-musuhNya, sebelum Ia memperdamaikan mereka dengan diriNya sendiri. Ini memang merupakan kebaikan yang sangat bagus dari Allah, dan tak terbayangkan oleh pikiran manusia, bahwa dengan menjalankan kebaikan terhadap manusia, yang hanya bisa Ia benci, Ia menyingkirkan penyebab kebencian itu, supaya di sana tidak ada halangan bagi kasihNya. Dan memang, Paulus memberi kita informasi bahwa di sana ada dua jalan dalam mana kita dikasihi dalam Kristus; pertama, karena Bapa ‘memilih kita dalam Dia sebelum dunia dijadikan’, (Ef 1:4); dan kedua, karena dalam Kristus Allah telah memperdamaikan kita dengan diriNya sendiri, dan telah menunjukkan bahwa Ia murah hari kepada kita, (Ro 5:10). Jadi, kita pada saat yang sama adalah musuh dan sahabat dari Allah, sampai, penebusan yang telah dibuat untuk dosa-dosa kita, kita dipulihkan / dikembalikan pada kesenangan Allah. Tetapi pada waktu kita dibenarkan oleh iman, pada saat itulah, secara tepat / benar, kita mulai dikasihi oleh Allah, sebagai anak-anak oleh seorang bapa. Kasih itu, dengan mana Kristus ditetapkan sebagai pribadi, dalam siapa kita harus dipilih dengan cuma-cuma sebelum kita dilahirkan, dan sementara kita tetap ada dalam kehancuran dalam Adam, tersembunyi dalam dada Allah, dan jauh melebihi kapasitas dari pikiran manusia. Memang benar, tak seorangpun pernah merasakan bahwa Allah itu murah hati kepadanya, kecuali ia merasakan bahwa Allah ditenangkan dalam Kristus. Tetapi karena semua jejak / petunjuk untuk kasih Allah hilang pada waktu Kristus diambil, demikian juga kita bisa dengan aman menyimpulkan bahwa, karena oleh iman kita dicangkokkan ke dalam tubuhNya, di sana tidak ada bahaya tentang kejatuhan kita dari kasih Allah; karena fondasi ini tidak bisa dibalikkan, bahwa kita dikasihi, karena Bapa telah mengasihi AnakNya].

Catatan: kalau kita melihat kutipan di atas ini, dimana Calvin menghubungkan dengan Yoh 3:16, maka kelihatannya harus disimpulkan bahwa dalam Yoh 3:16 itu Calvin tetap memaksudkan ‘dunia orang-orang pilihan’. Semua orang-orang pilihan sudah dikasihi, dengan kasih yang tersembunyi dalam dada Bapa. Nanti pada waktu orang-orang itu percaya kepada Kristus, barulah orang-orang itu bisa merasakan kasih Allah itu.

· dalam tafsirannya tentang Yoh 16:27, Calvin berkata: “God loves men in a secret way, before they are called, if they are among the elect; for he loves his own before they are created” (= Allah mengasihi manusia secara rahasia, sebelum mereka dipanggil, jika mereka termasuk orang-orang pilihan; karena Ia mengasihi milikNya sebelum mereka diciptakan) - hal 158.

Barnes’ Notes: “‘The world’. All mankind. It does not mean any particular part of the world, but man as man - the race that had rebelled, and that deserved to die. See John 6:33; 17:21. ... He tasted ‘death for every man,’ Heb. 2:9. He ‘died for all,’ (2Cor. 5:15). ‘He is the propitiation for the sins of the whole world,’ 1John 2:2” [= ‘Dunia’. Semua umat manusia. Itu tidak berarti sebagian tertentu dari dunia tetapi manusia sebagai manusia - umat manusia yang telah memberontak, dan yang layak untuk mati. Lihat Yoh 6:33; 17:21. ... Ia merasakan ‘kematian untuk setiap orang’, Ibr 2:9. Ia ‘mati bagi semua orang’ (2Kor 5:15). ‘Ia adalah pendamaian ... untuk dosa seluruh dunia’, 1Yoh 2:2] - hal 278.

Catatan: saya berpendapat bahwa penafsiran-penafsiran Arminian di atas ini dangkal sekali. Ayat-ayat yang mereka gunakan untuk mendukung pandangannya, kalau dibahas secara mendalam, sama sekali tidak mendukung, tetapi sebaliknya menentang, penafsiran mereka. Yoh 6:33 Yoh 17:21 1Yoh 2:2 sudah saya bahas di depan, sedangkan 1Tim 2:4 Ibr 2:9 2Kor 5:15 akan saya bahas di belakang.

Penafsiran Reformed tentang kata ‘dunia’ dalam Yoh 3:16 ini bermacam-macam:

a. Kata ‘dunia’ menunjuk pada ‘hal-hal yang bertentangan dengan Allah’.

John Murray: “Our present interest is particularly the object, ‘the world’. In the usage of John this term is often used in an ethical or qualitative sense, the world as sinful, estranged and alienated from God, resting under his wrath and curse, the world, indeed, as detestable because it is the contradiction of all that is holy, good, righteous, true, and loving - the contradiction, therefore, of God. It is not the denotative extent that is in view but the character. ... It is what God loved in respect of its character that throws into relief the incomparable and incomprehensible love of God. ... God loved what is the antithesis of himself” (= Perhatian kita saat ini secara khusus adalah obyeknya, ‘dunia’. Dalam penggunaan Yohanes istilah ini sering digunakan dalam arti etika / moral atau kwalitet, dunia sebagai berdosa, jauh dan terasing dari Allah, berada di bawah murka dan kutukNya, dan bahkan dunia yang menjijikkan karena itu bertentangan dengan semua yang kudus, baik, adil, benar, dan kasih - dan karena itu bertentangan dengan Allah. Bukan luasnya yang dipersoalkan, tetapi sifatnya. ... Adalah apa yang Allah kasihi berkenaan dengan karakternyalah yang menggambarkan kasih Allah yang tidak ada bandingannya dan yang tak dapat dimengerti itu. ... Allah mengasihi apa yang bertentangan dengan diriNya sendiri) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol 1, hal 78-79.

Catatan: saya sukar untuk menerima penafsiran ini. Bandingkan dengan kata-kata William Hendriksen di bawah ini.

William Hendriksen (tentang Yoh 3:16): “here mankind is not viewed as the realm of evil, breaking out into open hostility to God and Christ ..., for God does not love evil” (= di sini manusia / umat manusia tidak dipandang sebagai dunia kejahatan, berkobar / meletus ke dalam permusuhan terbuka kepada Allah dan Kristus ..., karena Allah tidak mengasihi kejahatan).

b. Kata ’dunia’ artinya adalah ‘Yahudi + non Yahudi’.

William Hendriksen: “By reason of the context and other passages in which a similar thought is expressed ..., it is probable that also here in 3:16 the term indicates ‘fallen mankind in its international aspect’: men from every tribe and nation; not only Jews but also Gentiles”(= Berdasarkan kontext dan text-text lain dalam mana pemikiran serupa dinyatakan ..., adalah mungkin bahwa juga di sini dalam 3:16 istilah ‘dunia’ itu menunjuk kepada ‘umat manusia yang jatuh dalam aspek internasionalnya’: manusia dari setiap suku dan bangsa; bukan hanya Yahudi tetapi juga non Yahudi) - hal 140.

Leon Morris (NICNT): “The Jews was ready enough to think of God as loving Israel, but no passage appears to be cited in which any Jewish writer maintains that God loved the world” (= Orang-orang Yahudi cukup siap untuk berpikir bahwa Allah mengasihi Israel, tetapi tidak ada kutipan dari penulis-penulis Yahudi yang mengatakan bahwa Allah mengasihi dunia) - hal 229.

Matthew Poole: “‘the world,’ that is, Gentiles as well as Jews. ... Our evangelist useth to take down the pride of the Jews, who dreamed that the Messiah came only for the benefit of the seed of Abraham, not for the nations of the world, he only came to destroy them” (= ‘dunia’, yaitu orang-orang non Yahudi maupun orang-orang Yahudi. ... Penginjil kita menggunakannya untuk menghancurkan kesombongan orang-orang Yahudi, yang berkhayal bahwa Mesias datang hanya untuk keuntungan dari keturunan Abraham, bukan untuk bangsa-bangsa dari dunia. Untuk mereka Ia datang hanya untuk menghancurkan) - hal 292.

c. Ada juga yang menafsirkan bahwa kata ‘dunia’ menunjuk kepada ‘orang-orang pilihan’ saja.

Catatan: sebetulnya arti ke 2 dan ke 3 di atas ini sama saja.

Arthur W. Pink: “‘KOSMOS’ has at least seven clearly defined different meanings in the New Testament. It may be asked, Has then God used a word thus to confuse and confound those who read the Scriptures? We answer, No! nor has He written His Word for lazy people who are too dilatory, or too busy with the things of this world, or, like Martha, so much occupied with ‘serving’, they have no time and no heart to ‘search’ and ‘study’ Holy Writ! Should it be asked further, But how is a searcher of the Scriptures to know which of the above meanings the term ‘world’ has in any given passage? The answer is: This may be ascertained by a careful study of the context, by diligently noting what is predicated of ‘the world’ in each passage, and by prayerfully consulting other parallel passages to the one being studied. ... ‘the world’ in John 3:16 refers to the world of believers (God’s elect)” [= ‘KOSMOS’ sedikitnya mempunyai 7 arti yang berbeda dalam Perjanjian Baru. Bisa dipertanyakan: kalau demikian apakah Allah menggunakan sebuah kata untuk membingungkan dan mengacaukan mereka yang membaca Kitab Suci? Kami menjawab: Tidak! tetapi Ia juga tidak menuliskan FirmanNya untuk orang-orang malas yang terlalu cenderung untuk menunda, atau terlalu sibuk dengan hal-hal dunia ini, atau, seperti Marta, yang begitu sibuk ‘melayani’ sehingga tidak mempunyai waktu untuk menyelidiki dan mempelajari Kitab Suci! Jika ditanyakan lebih lanjut: Tetapi bagaimana seorang penyelidik Kitab Suci bisa tahu mana dari arti-arti di atas yang harus diambil untuk istilah ‘dunia’ dalam satu text tertentu? Jawabannya adalah: Ini bisa diketahui dengan pasti dengan menyelidiki kontexnya dengan teliti, dengan memperhatikan apa yang disebut ‘dunia’ dalam setiap text, dan dengan membandingkan dengan text-text lain yang paralel dengan text yang sedang dipelajari, sambil banyak berdoa. ... ‘dunia’ dalam Yoh 3:16 menunjuk kepada ‘dunia orang-orang percaya’ (orang-orang pilihan Allah)] - ‘The Sovereignty of God’, (AGES) - hal 224-225 (Appendix 3).

Pembahasan John Owen tentang Yoh 3:16.

John Owen: “The second thing controverted is the object of this love, pressed by the word ‘world;’ which our adversaries would have to signify all and every man; we, the elect of God scattered abroad in the world, with a tacit opposition to the nation of the Jews, who alone, excluding all other nations (some few proselytes excepted), before the actual exhibition of Christ in the flesh, had all the benefits of the promises appropriated to them, Rom. 9:4; in which privilege now all nations were to have an equal share” [= Hal kedua yang diperdebatkan adalah obyek dari kasih ini, yaitu kata ‘dunia’; yang oleh lawan-lawan kita (orang Arminian) diartikan sebagai ‘semua dan setiap orang’; sedangkan kami mengartikan sebagai ‘orang-orang pilihan Allah yang tersebar secara luas dalam dunia’, dengan suatu kontras yang tidak disebutkan dengan bangsa Yahudi, yang sebelum inkarnasi Kristus, dibedakan dengan semua bangsa-bangsa lain (kecuali beberapa orang-orang yang di-yahudi-kan), dalam hal mereka mempunyai semua keuntungan dari janji-janji yang cocok bagi mereka, Ro 9:4; tetapi sekarang hak tersebut telah dimiliki secara sama oleh semua bangsa lain] - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 325.

John Owen: “By the ‘world,’ we understand the elect of God only” (= Dengan kata ‘dunia’, kami menafsirkannya sebagai orang-orang pilihan Allah saja) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 321.

Apa argumentasi yang diberikan oleh Owen?

· Kata ‘dunia’ dalam Yoh 3:16 dan kata ‘dunia’ dalam Yoh 3:17, artinya harus sama. Padahal kata ‘dunia’ dalam Yoh 3:17 tidak mungkin diartikan ‘semua manusia dalam dunia ini’, tetapi harus diartikan ‘orang pilihan di seluruh dunia’.

Yoh 3:17 - “Sebab Allah mengutus AnakNya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia”.

Catatan: kata ‘nya’ yang saya garis bawahi seharusnya adalah ‘dunia’. Jadi, dalam ayat ini seharusnya ada 3 x kata ‘dunia’. Yang saya bicarakan di sini adalah kata ‘dunia’ yang saya garis bawahi (kata yang kedua dan ketiga), bukan kata ‘dunia’ yang tidak saya garis bawahi (kata yang pertama).

· Owen (hal 322) juga mengatakan: kalau Allah mengasihi semua orang sehingga menyerahkan AnakNya untuk mati bagi mereka semua, mengapa hal ini tidak tercapai (dalam arti orang-orang itu tidak selamat)? Mengapa hal ini bisa terhalang sehingga tidak menghasilkan apa yang diinginkan? Mengapa Allah tidak menggunakan kuasaNya untuk menggenapi / melaksanakan keinginanNya?

· Owen (hal 324-325) menghubungkan dengan Ro 8:32 - “Ia, yang tidak menyayangkan AnakNya sendiri, tetapi yang menyerahkanNya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?”.

Ro 8:32 ini menunjukkan bahwa kasih, yang menyebabkan Allah menyerahkan Kristus bagi kita, adalah kasih yang sama, yang menyebabkan Allah mengaruniakan segala sesuatu kepada ‘kita’. Padahal dalam Ro 8:32 ini kata ‘kita’ jelas menunjuk kepada ‘orang-orang pilihan’ (bandingkan dengan Ro 8:33 - “Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka?”.

· Owen (hal 328) juga mengatakan bahwa kalau Allah memang mengasihi semua orang di dunia ini, mengapa Ia tidak menyatakan Yesus Kristus kepada semua orang di dunia? Mengapa Ia justru mengatur sehingga ada orang-orang yang sama sekali tidak pernah mendengar tentang Kristus?

Bdk. Kis 16:6-12 - “(6) Mereka melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, karena Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan Injil di Asia. (7) Dan setibanya di Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia, tetapi Roh Yesus tidak mengizinkan mereka. (8) Setelah melintasi Misia, mereka sampai di Troas. (9) Pada malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan: ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya, katanya: ‘Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!’ (10) Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana. (11) Lalu kami bertolak dari Troas dan langsung berlayar ke Samotrake, dan keesokan harinya tibalah kami di Neapolis; (12) dari situ kami ke Filipi, kota pertama di bagian Makedonia ini, suatu kota perantauan orang Roma. Di kota itu kami tinggal beberapa hari”.

Owen (hal 328) lalu mengatakan bahwa orang yang mempercayai bahwa kata ‘dunia’ berarti ‘semua dan setiap manusia di dunia ini’, harus mempercayai dan menerima hal-hal di bawah ini:

¨ Sebagian orang dikasihi dan juga dibenci oleh Allah dari kekekalan.

Mungkin kata ‘dikasihi’ ia dapatkan dari Yoh 3:16 (menurut penafsiran Arminian), sedangkan kata ‘dibenci’ ia dapatkan dari providensia Allah yang mengatur sehingga orang-orang tertentu sama sekali tidak pernah mendengar Injil, atau dari fakta bahwa ada orang-orang yang sekalipun mendengar Injil tetapi tidak diberi kasih karunia untuk bisa percaya.

¨ Kasih Allah kepada banyak orang menjadi tidak berbuah dan sia-sia.

¨ Anak Allah diberikan kepada mereka yang:

* Tidak pernah mendengar tentang Dia.

* Tidak diberi kuasa untuk percaya kepadaNya.

¨ Allah bisa berubah dalam kasihNya, atau Allah tetap mengasihi mereka yang ada dalam neraka (ingat bahwa pada saat Yesus mati, sudah ada orang-orang yang mati dalam dosa, dan karena itu pasti ada dalam neraka).

¨ Allah tidak memberi ‘segala sesuatu’ kepada mereka bagi siapa Ia memberikan AnakNya, dan ini bertentangan dengan Ro 8:32 - “Ia, yang tidak menyayangkan AnakNya sendiri, tetapi yang menyerahkanNya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?”.

¨ Allah tidak tahu sebelumnya siapa yang akan percaya dan diselamatkan.

John Owen: “unless, I say, all these blasphemies and absurdities be granted, it cannot be maintained that by the ‘world’ here is meant all and every one of mankind, but only men in common scattered throughout the world, which are the elect” (= kecuali semua hujatan dan hal-hal menggelikan ini dianggap benar, maka tidak bisa dipertahankan bahwa kata ‘dunia’ di sini berarti semua dan setiap orang dari umat manusia, tetapi hanya orang-orang yang tersebar di seluruh dunia, yang adalah orang-orang pilihan) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 328.

Satu argumentasi lagi yang bisa diberikan untuk mendukung tafsiran ini adalah adanya kata ‘karena’ di awal Yoh 3:16, yang jelas menunjukkan adanya hubungan antara Yoh 3:16 dengan ayat sebelumnya, yaitu Yoh 3:15. Padahal Yoh 3:14-15 berbunyi sebagai berikut: “(14) Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, (15) supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal”.

Saya kira ini adalah sesuatu yang sangat penting, karena Yoh 3:15 sudah berbicara tentang ‘setiap orang yang percaya’ yang beroleh hidup yang kekal. Jadi kontexnya berbicara tentang ‘orang percaya’.

Sekarang, kalau kita mau menerima penafsiran ini, yang mengatakan bahwa kata ‘dunia’ dalam Yoh 3:16 ini menunjuk kepada ‘orang-orang pilihan’ saja, maka bagaimana sikap Allah terhadap ‘orang-orang non pilihan’ (reprobate)?

Arthur W. Pink: “The wicked God pities (see Matt. 18:33). Unto the unthankful and evil God is ‘kind’ (see Luke 6:35). The vessels of wrath He endures ‘with much long-suffering’ (see Rom. 9:22). But ‘His own’ God ‘loves’!!” [= Terhadap orang-orang jahat Allah berbelas kasihan (lihat Mat 18:33). Kepada orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan jahat Allah itu ‘baik’ (lihat Luk 6:35). Terhadap benda-benda kemurkaannya Allah ‘menaruh kesabaran yang besar’ (lihat Ro 9:22). Tetapi terhadap ‘orang-orang kepunyaanNya’ Allah ‘mengasihi’!!] - ‘The Sovereignty of God’, (AGES), hal 225 (Appendix 3).

John Murray, seorang ahli theologia Reformed, tidak setuju dengan penafsiran di atas. Ia membahas beberapa ayat yang memerintahkan kita meneladani Allah dengan mengasihi orang-orang jahat, yaitu:

· Mat 5:44-48 - “(44) Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. (45) Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. (46) Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? (47) Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? (48) Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna”.

· Luk 6:27-28,35-36 - “(27) Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; (28) mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. ... (35) Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat. (36) Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati”.

Bandingkan kedua text di atas dengan Kis 14:16-17 yang berbunyi: “(16) Dalam zaman yang lampau Allah membiarkan semua bangsa menuruti jalannya masing-masing, (17) namun Ia bukan tidak menyatakan diriNya dengan berbagai-bagai kebajikan, yaitu dengan menurunkan hujan dari langit dan dengan memberikan musim-musim subur bagi kamu. Ia memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan”, yang menunjukkan bahwa Allah memang baik / kasih kepada orang-orang jahat tersebut, dan tetap memberkati mereka.

John Murray: “It would be impossible to make such a disjunction between God’s kindness and mercy, on the one hand, which are expressly stated to be the pattern of our conduct, and love, with the result that, while kindness and mercy to the ungodly are predicated of God, yet love is not. In both passages love has the priority in exhortation and the character of God has primacy as the pattern by which we are to be directed. Are we to say that the love of God is to be excluded from the divine pattern while kindness and mercy are to be included? This would be exegetical violence amounting to monstrosity” (= Tidak mungkin membuat pemisahan seperti itu antara ‘kebaikan dan belas kasihan Allah’ yang dinyatakan secara jelas sebagai pola dari tingkah laku kita pada satu sisi, dan ‘kasih’, sehingga mengakibatkan bahwa Allah dikatakan ‘baik dan berbelas kasihan’ kepada orang-orang jahat, tetapi ‘tidak mengasihi’ mereka. Dalam kedua text, kasih mempunyai prioritas dalam nasehat, dan karakter / sifat Allah mempunyai keunggulan / keutamaan sebagai pola, dengan mana kita dipimpin. Apakah kita mau mengatakan bahwa pola ilahi tidak mencakup kasih Allah tetapi hanya mencakup kebaikan dan belas kasihan? Ini merupakan suatu pemaksaan yang tidak benar dalam melakukan exegesis sehingga menjadi sesuatu yang sangat aneh) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol 1, hal 67.

Kata-kata Murray ini memang perlu diperhitungkan, tetapi:

¨ kalau kita memperhatikan Mat 5:44-48 dan Luk 6:27-28,35-36 di atas, tidak ada kata-kata yang menunjukkan bahwa Allah mengasihi orang-orang yang ditentukan untuk binasa. Kalau demikian, apakah Allah tidak mengasihi orang-orang jahat? Tentu saja ya, karena bukanlah kita sebagai orang-orang pilihan / percaya juga adalah orang-orang jahat yang sebetulnya tidak layak dikasihi? Tetapi Allah mengasihi kita! Dan ini harus kita teladani!

¨ saya berpendapat bahwa ada ayat lain yang harus dipertimbangkan, yaitu Ro 9:13 - “seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub (elect), tetapi membenci Esau (reprobate).’”.

Tetapi tentang ayat ini perlu diingat juga bahwa dalam bahasa Kitab Suci, kata ‘membenci’ seringkali harus diartikan ‘kurang mengasihi’. Ini bisa kita dapatkan kalau kita membandingkan Luk 14:26 dengan Mat 10:37.

Luk 14:26 - “‘Jikalau seorang datang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu”.

Mat 10:37 - “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu; dan barangsiapa mengasihianaknya laki-laki atau perempuan lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu”.

Bdk. Kej 29:30-31 - “(30) Yakub menghampiri Rahel juga, malah ia lebih cinta kepada Rahel dari pada kepada Lea. Demikianlah ia bekerja pula pada Laban tujuh tahun lagi. (31) Ketika TUHAN melihat, bahwa Lea tidak dicintai, dibukaNyalah kandungannya, tetapi Rahel mandul”.

KJV: ‘(30) And he went in also unto Rachel, and he loved also Rachel more than Leah, and served with him yet seven other years. (31) And when the LORD saw that Leah was hated, he opened her womb: but Rachel was barren’ (= Dan ia menghampiri Rahel juga, dan ia mencintai Rahel juga lebih dari pada Lea, dan melayaninya tujuh tahun lagi. Dan ketika TUHAN melihat bahwa Lea dibenci, Ia membuka kandungannya: tetapi Rahel mandul).

Tetapi bagaimanapun juga, dalam Ro 9:13 itu kelihatannya kata ‘membenci’ memang harus diartikan sebagai ‘membenci’.

Bdk. Mal 1:2-4 - “(2) ‘Aku mengasihi kamu,’ firman TUHAN. Tetapi kamu berkata: ‘Dengan cara bagaimanakah Engkau mengasihi kami?’ ‘Bukankah Esau itu kakak Yakub?’ demikianlah firman TUHAN. ‘Namun Aku mengasihi Yakub, (3) tetapi membenci Esau. Sebab itu Aku membuat pegunungannya menjadi sunyi sepi dan tanah pusakanya Kujadikan padang gurun.’ (4) Apabila Edom berkata: ‘Kami telah hancur, tetapi kami akan membangun kembali reruntuhan itu,’ maka beginilah firman TUHAN semesta alam: ‘Mereka boleh membangun, tetapi Aku akan merobohkannya; dan orang akan menyebutkannya daerah kefasikan dan bangsa yang kepadanya TUHAN murka sampai selama-lamanya.’”.

Saya ingin menambahkan sendiri satu ayat lagi yang harus diperhitungkan, yaitu Mark 10:21 - “Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: ‘Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.’”.

Pemuda kaya yang datang kepada Yesus itu jelas bukan orang percaya, tetapi Yesus mengasihinya. Perlu juga diperhatikan bahwa kata ‘menaruh kasih’ diterjemahkan dari kata Yunani EGAPESEN, yang jelas kata dasarnya adalah AGAPAO.

Tetapi tentang ayat ini ada 2 hal yang juga perlu diperhatikan, yaitu:

· pemuda kaya itu belum tentu termasuk seorang reprobate (= orang yang ditentukan binasa), karena sekalipun memang pada saat itu ia menolak untuk percaya / mengikut Yesus, tetapi siapa tahu bahwa di kemudian hari ia bertobat?

· kita juga tidak tahu apakah pada waktu dikatakan bahwa Yesus mengasihi pemuda kaya itu, Yesus ditinjau sebagai Allah atau manusia.

Jown Owen menafsirkan ‘kasih Allah’ ini dengan cara yang sangat berbeda.

John Owen: “By ‘love’ in this place, all our adversaries agree that a natural affection and propensity in God to the good of the creature, lost under sin, in general, which moved him to take some way whereby it might possibly be remedied, is intended. We, on the contrary, say that by ‘love’ here is not meant an inclination or propensity of his nature, but an act of his will (where we conceive his love to be seated), and eternal purpose to do good to man, being the most trancendent and eminent act of God’s love to the creature” [= Untuk kata ‘kasih’ di tempat ini, semua musuh-musuh kita setuju bahwa yang dimaksudkan adalah suatu perasaan lembut yang alamiah dan kecenderungan dalam Allah bagi kebaikan makhluk ciptaanNya, yang terhilang di bawah dosa, secara umum, yang menggerakkanNya untuk mengambil jalan dengan mana itu memungkinkan diperbaiki. Sebaliknya kami mengatakan bahwa ‘kasih’ di sini tidak berarti suatu kecenderungan atau kecondongan untuk berbuat baik, tetapi suatu tindakan dari kehendakNya (yang merupakan kedudukan dari kasihNya menurut pemahaman kami), dan rencana / tujuan kekal untuk melakukan kebaikan kepada manusia, yang merupakan tindakan yang paling luar biasa dan menonjol dari kasih Allah kepada makhluk ciptaanNya] - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 321.

Inti dari kata-kata Owen ini adalah: orang Arminian menganggap kasih Allah sebagai suatu perasaan, tetapi ia menganggap kasih Allah sebagai suatu tindakan yang didasarkan atas kehendak / rencana Allah.

Di bagian lain dari bukunya John Owen berkata: “... of reprobate persons, hated of God from eternity; ...” (= ... tentang orang-orang yang ditentukan untuk binasa, dibenci Allah dari kekekalan; ...) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 354.

John Calvin: “what I teach stands firm: that the reprobate are hateful to God, and with very good reason. For, deprived of his Spirit, they can bring forth nothing but reason for cursing.” (= apa yang saya ajarkan berdiri teguh: bahwa orang-orang reprobate dibenci Allah, dan dengan alasan yang baik. Karena, terpisah dari RohNya, mereka tidak bisa mengeluarkan apapun kecuali alasan untuk kutukan) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter 24, no 17.

2. Pembahasan kata-kata ‘setiap orang yang percaya’.

Orang Arminian menganggap bahwa kata ‘setiap orang’ [KJV: ‘whosoever’ (= barangsiapa)] merupakan sebagian dari orang-orang yang menjadi obyek kasih Allah, sedangkan obyek dari kasih Allah adalah semua orang.

Tetapi Owen (hal 328-329) lalu berargumentasi: kalau demikian, ada pembatasan dari buah dari kasih Allah. Lalu pembatasan itu tergantung kepada apa / siapa? Menurut Owen ada 2 kemungkinan:

a. Tergantung kepada orang itu sendiri.

Kalau ini yang dipilih, maka akan bertentangan dengan 1Kor 4:7 - “Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?”.

Catatan: bagian yang saya garis-bawahi salah terjemahan.

KJV: ‘For who maketh thee to differ from another? and what hast thou that thou didst not receive? now if thou didst receive it, why dost thou glory, as if thou hadst not received it?’ (= Karena siapa yang membuat engkau berbeda dari yang lain? dan apa yang engkau punyai yang tidak engkau terima? sekarang, jika engkau memang menerimanya, mengapa engkau bermegah seakan-akan engkau tidak menerimanya?).

b. Tergantung pada kehendak Allah.

Kalau demikian, maka Yoh 3:16 menunjukkan bahwa Allah mengasihi semua orang tetapi Allah membatasi sehingga hanya sebagian dari mereka yang merasakan buah dari kasihNya.

John Owen: “To what end, then, I pray, did he love those other some?” (= Maka saya bertanya: apa tujuannya Ia mengasihi sebagian yang lain itu?) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 329.

Owen lalu menambahkan bahwa kalau pembatasan ini tergantung kehendak / rencana Allah, maka penebusan universal tidak mempunyai landasan pada kehendak Allah.

John Owen: “Seeing that these words, ‘that whosoever believeth,’ do peculiarly point out the aim and intention of God in this business, if it do restrain the object beloved, then the salvation of believers is confessedly the aim of God in this business, and that distinguished from others; and if so, the general ransom is an empty sound, having no dependence on the purpose of God, his intention being carried out in the giving of his Son only to the salvation of believers, and that determinately, unless you will assign unto him a nescience of them that should believe” (= Melihat bahwa kata-kata ‘supaya barangsiapa / setiap orang yang percaya’ menunjukkan secara khusus tujuan dan maksud dari Allah dalam urusan ini, jika itu memang membatasi obyek yang dikasihi, maka keselamatan dari orang-orang percaya diakui sebagai tujuan Allah dalam urusan ini, dan itu dibedakan dari yang lain; dan jika demikian, penebusan umum / universal merupakan suatu bunyi yang kosong, yang tidak mempunyai ketergantungan pada rencana Allah, karena tujuanNya yang dilaksanakan dengan memberikan AnakNya hanyalah bagi keselamatan orang-orang percaya, dan itu merupakan sesuatu yang pasti, kecuali engkau menganggap Ia tidak tahu tentang siapa yang akan percaya) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 329.

John Owen: “God gave not his Son, - 1. For them who never do believe; 2. Much less for them who never hear of him, and so evidently want means of faith; 3. For them on whom he hath determined not to bestow effectual grace, that they might believe” (= Allah tidakmemberikan AnakNya, - 1. Untuk mereka yang tidak pernah percaya; 2. Lebih-lebih lagi untuk mereka yang tidak pernah mendengar tentang Dia, dan dengan demikian tidak mempunyai jalan untuk beriman; 3. Untuk mereka bagi siapa Ia telah menentukan untuk tidak memberikan kasih karunia yang efektif supaya mereka bisa percaya) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 329.

Disamping itu, saya berpendapat bahwa sebetulnya dalam persoalan ini, terjemahan ‘setiap orang’ dari Kitab Suci Indonesia lebih benar dari pada terjemahan ‘whoever’ / ‘whosoever’ / ‘barangsiapa’ dari Kitab Suci bahasa Inggris.

Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”.

KJV: ‘For God so loved the world, that he gave his only begotten Son, that whosoever believeth in him should not perish, but have everlasting life’ (= Karena Allah begitu mengasihi dunia, sehingga Ia memberikan AnakNya yang tunggal, supaya barangsiapa percaya kepadaNya tidak binasa, tetapi memperoleh hidup yang kekal).

RSV: ‘For God so loved the world that he gave his only Son, that whoever believes in him should not perish but have eternal life’ (= Karena Allah begitu mengasihi dunia sehingga Ia memberikan AnakNya yang tunggal, supaya barangsiapa percaya kepadaNya tidak binasa, tetapi memperoleh hidup yang kekal).

John Owen: “i[na pa~v oJ pisteu>wn, - ‘that whosoever believeth,’ or ‘that every believer.’” (= HINA PAS HO PISTEUON, - ‘supaya barangsiapa percaya’, atau ‘supaya setiap orang percaya’) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 328.

Kata Yunani PAS sebetulnya artinya adalah ‘setiap orang’.

Juga kata ‘yang’ sebetulnya tidak ada, karena terjemahan hurufiahnya adalah: ‘that everyone believing’ (= supaya setiap orang percaya). Jadi,‘setiap orang percaya’ ini tidak menunjuk kepada sebagian dari obyek yang dikasihi Allah, untuk siapa Ia memberikan AnakNya, tetapi menunjuk kepada seluruh obyek kasih Allah tersebut.

Dengan demikian, Yoh 3:16 artinya adalah: Karena begitu besar kasih Allah terhadap orang-orang pilihan sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang percaya (= orang-orang pilihan itu) tidak binasa tetapi memperoleh hidup yang kekal.

d) Pembahasan Yoh 3:17.

Yoh 3:17 - “Sebab Allah mengutus AnakNya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya(dunia) oleh Dia”.

Catatan: dalam Yoh 3:17 ini sebetulnya kata ‘dunia’ muncul 3 x, tetapi kata ‘dunia’ yang ketiga diterjemahkan menjadi ‘nya’ dalam Kitab Suci Indonesia. Bandingkan dengan terjemahan KJV di bawah ini.

KJV: ‘For God sent not his Son into the world to condemn the world; but that the world through him might be saved’ (= Karena Allah tidak mengutus AnakNya ke dalam dunia untuk menghukum dunia; tetapi supaya dunia bisa diselamatkan melalui Dia).

Owen (hal 342) berpendapat bahwa:

1. Kata ‘dunia’ yang pertama menunjuk pada ‘bumi’ atau ‘sebagian dari bumi’.

2. Kata ‘dunia’ yang kedua bisa menunjuk kepada ‘semua manusia’ tetapi bisa juga menunjuk hanya kepada ‘orang-orang pilihan’.

3. Kata ‘dunia’ yang ketiga pasti menunjuk kepada ‘orang-orang pilihan’.

Owen menambahkan bahwa tidak mungkin Allah mengutus AnakNya ke dalam dunia dengan maksud untuk menyelamatkan semua manusia di dunia ini, karena Luk 2:34 mengatakan bahwa Kristus ditentukan untuk menjatuhkan sebagian orang.

Luk 2:34 - “Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: ‘Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan”.

John Owen: “Christ was appointed for the fall of some, Luke 2:34, and, therefore, not that all and every one might be saved. ... The end of Christ’s actual exhibition and sending in the flesh is not opposite to any of God’s eternal decrees, which were eternally fixed concerning the condemnation of some for their sins” (= Kristus ditentukan untuk kejatuhan dari sebagian orang, Luk 2:34, dan karena itu, bukan supaya semua dan setiap orang bisa diselamatkan. ... Tujuan dari penampilan dan pengiriman Kristus dalam daging tidaklah bertentangan dengan yang manapun dari ketetapan-ketetapan kekal Allah, yang telah ditetapkan secara kekal berkenaan dengan penghukuman dari sebagian orang karena dosa-dosa mereka) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 342.

Dalam tafsirannya tentang Luk 2:34 ini William Hendriksen berkata: “Simeon now invoked God’s blessing on Joseph and Mary. Having done this, he addressed to Mary words that must have startled her. In substance he told her that her child would become the great divider; not, however, that events would simply turn out that way, but that in God’s plan it had been so decided” (= Sekarang Simeon meminta berkat Allah bagi Yusuf dan Maria. Setelah melakukan hal ini, ia menujukan kepada Maria kata-kata yang pasti mengejutkannya. Pada hakekatnya, ia mengatakan kepadanya bahwa Anaknya akan menjadi pemisah yang besar; bukan sekedar bahwa hal itu akan terjadi, tetapi bahwa dalam rencana Allah sudah ditetapkan demikian) - hal 170.

Sedangkan Calvin berkata: “The meaning is, that he was divinely appointed to cast down and destroy many. But it must be observed, that the ruin of unbelievers results from their striking against him” (= Artinya adalah bahwa Ia ditetapkan secara ilahi untuk membuang dan menghancurkan banyak orang. Tetapi harus diperhatikan bahwa kehancuran orang-orang yang tidak percaya diakibatkan oleh perlawanan mereka terhadap Dia) - hal 148.

Bandingkan dengan 1Pet 2:4-8 - “(4) Dan datanglah kepadaNya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah. (5) Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah. (6) Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepadaNya, tidak akan dipermalukan.’ (7) Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: ‘Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan.’ (8) Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan”.

e) Pembahasan 2Kor 5:19.

2Kor 5:19 - “Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami”.

Sebetulnya dilihat dari ayat ini saja sudah terlihat bahwa ‘dunia’ di sini tidak mungkin menunjuk kepada ‘semua manusia di dunia’, karena kalau ditafsirkan demikian, maka ayat ini akan menghasilkan ajaran Universalisme.

Tetapi supaya menjadi makin jelas tentang apa yang dimaksud dengan ‘dunia’ dalam 2Kor 5:19, mari kita membaca kontexnya, mulai ay 18 sampai dengan ay 21.

2Kor 5:18-21 - “(18) Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diriNya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. (19) Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. (20) Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. (21) Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”.

John Owen: “They who are called the ‘world,’ verse 19, are termed ‘us,’ verse 18, ‘He hath reconciled us to himself by Jesus Christ;’ as also verse 21, where they are farther described by Christ’s being ‘made sin for them,’ and their being ‘made the righteousness of God in him.’ Are these things true of all in the world?” (= Mereka yang disebut ‘dunia’ dalam ay 19, disebut dengan istilah ‘kita’ dalam ay 18, ‘Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diriNya’; dan juga ay 21, dimana digambarkan lebih jauh bahwa Kristus ‘dibuat menjadi dosa untuk mereka’, dan mereka ‘dibenarkan oleh Allah dalam Dia’. Apakah hal-hal ini benar untuk semua orang dalam dunia?) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 339.

Catatan: saya tak tahu dari mana Owen menggunakan kata ‘them’ (= mereka), karena dalam ay 21 semua versi Alkitab juga menggunakan kata ‘us’(= kita). Kata ‘them’ (= mereka) ada dalam ay 19.

Owen menambahkan: “If this text may receive any light from what is antecedent and consequent unto it, - if the word any interpretation from those expressions which are directly expository of it, - by the ‘world’ here can be meant none but ‘elect believers’” (= Jika text ini boleh menerima terang dari ayat sebelumnya dan sesudahnya, - jika kata itu bisa menerima penafsiran dari ungkapan-ungkapan yang merupakan penjelasan langsung tentangnya, - maka kata ‘dunia’ di sini tidak bisa berarti lain selain ‘orang-orang percaya yang adalah orang-orang pilihan’) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 339.

2) Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Kristus mati untuk semua orang / setiap orang.

John Owen: “The second argument, wherewith our adversaries make no less flourish than with the former, is raised from those places of Scripture where there is mention made of all men and every man, in the business of redemption. With these bare and naked words, attended with swelling, vain expressions of their own, they commonly rather proclaim a victory than study how to prevail” (= Argumentasi yang kedua, dengan mana musuh-musuh kita tumbuh dengan subur, sama seperti dengan argumentasi yang terdahulu, didapatkan dari tempat-tempat dalam Kitab Suci dimana disebutkan tentang ‘semua orang’ dan ‘setiap orang’, dalam pekerjaan penebusan. Dengan kata-kata telanjang ini, disertai dengan pernyataan-pernyataan yang sombong dan sia-sia dari mereka sendiri, mereka secara umum lebih memproklamirkan suatu kemenangan dari pada belajar bagaimana untuk menang) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 343.

Contoh ayat-ayat yang dipakai dalam argumentasi kedua ini:

· 2Kor 5:14,15 - “(14) Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. (15) Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka”.

· 1Tim 2:3-6 - “(3) Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, (4) yang menghendaki supaya semua orangdiselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. (5) Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, (6) yang telah menyerahkan diriNya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan”.

· Tit 2:11 - “Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata”.

· Ibr 2:9 - “Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia”.

· 2Pet 3:9 - “Tuhan tidak lalai menepati janjiNya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat”.

· Satu ayat lain yang mirip dengan ayat-ayat di atas ini adalah Kol 1:20 - “dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus”.

Jawaban terhadap argumentasi ini:

a) Dalam Kitab Suci, kata ‘semua’ tidak selalu berarti ‘semua’; seringkali artinya adalah ‘semua elect / orang dalam Kristus’.

Ini sebetulnya juga berlaku dalam pembicaraan sehari-hari. Misalnya kalau dalam suatu kelas saya berkata: ‘Semua diam!’, maka tentu saya tidak memaksudkan semua orang dalam dunia tanpa kecuali, tetapi hanya memaksudkan ‘semua orang yang ada di dalam kelas’. Jadi, kata ‘semua’ harus ditafsirkan sesuai dengan kontextnya!

Dalam semua ayat-ayat di bawah ini, kalau kata ‘semua’ betul-betul diartikan ‘semua’, maka ini akan menjadi ajaran Universalisme.

1. Yoh 12:32 - “dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu”.

Calvin (tentang Yoh 12:32): “‘I will draw all men to myself.’ The word ‘all,’ which he employs, must be understood to refer to the children of God, who belong to his flock. Yet I agree with Chrysostom, who says that Christ used the universal term, all, because the Church was to be gathered equally from among Gentiles and Jews, according to that saying, ‘There shall be one shepherd, and one sheepfold,’ (John 10:16.)”[= ‘Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu’. Kata ‘semua’, yang ia gunakan, harus dimengerti menunjuk kepada anak-anak Allah, yang termasuk dalam kawanan dombaNya. Tetapi saya setuju dengan Chrysostom, yang mengatakan bahwa Kristus menggunakan istilah universal, ‘semua’, karena Gereja harus dikumpulkan secara sama dari orang-orang non Yahudi dan dari orang-orang Yahudi, sesuai dengan kata-kata ‘mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala’, (Yoh 10:16).].

Dalam penafsiran tentang Yoh 12:32 ini, bahkan Adam Clarke, yang adalah seorang Arminian, juga menafsirkan seperti Calvin, dan menganggap bahwa kata-kata ‘semua orang’ di sini menunjuk kepada orang Yahudi dan orang non Yahudi.

Adam Clarke (tentang Yoh 12:32): “‘I, if I be lifted up from the earth, will draw all men unto me.’ After I shall have died and risen again, by the preaching of my word and the influence of my Spirit, I shall attract and illuminate both Jews and Gentiles” (= Aku, jika Aku ditinggikan dari bumi, akan menarik semua orang kepadaKu’. Setelah Aku mati dan bangkit lagi, oleh pemberitaan firmanKu dan pengaruh dari RohKu, Aku akan menarik dan mencerahi baik orang Yahudi maupun orang non Yahudi).

Tetapi Lenski, yang juga adalah seorang Arminian, memberikan penafsiran yang berbeda dengan yang diberikan oleh Adam Clarke.

Lenski (tentang Yoh 12:32): “This is the drawing exerted by grace through the means of grace (Word and Sacrament), alike in effectiveness and seriousness for all men, not in any way limited on God’s part. Yet here, as in 6:37; 6:44; 10:16; 11:52, and other connections, Jesus is speaking of this universal and unlimited grace only in so far as it succeeds in actually drawing men from the world to himself. All are alike drawn, but by their perverse obduracy many nullify all the power of grace and harden themselves in unbelief (Matt. 23:37), while others, in equal sin and guilt, are converted by this same power of grace. Why some are thus lost and others won, all being under the same grace, constitutes a mystery insoluble by our minds, about which we know only this, that those who are lost are lost solely by their own guilt, while those who are won are won solely by divine grace” [= Ini adalah tarikan digunakan oleh kasih karunia dan cara / jalan kasih karunia (Firman dan Sakramen), sama dalam ke-efektif-annya dan ke-serius-annya untuk semua orang, tidak dibatasi dengan cara apapun dari pihak Allah. Tetapi di sini, seperti dalam Yoh 6:37; 6:44; 10:16; 11:52, dan hubungan-hubungan yang lain, Yesus sedang berbicara tentang kasih karunia yang bersifat universal dan tak terbatas ini hanya sejauh itu berhasil dalam betul-betul menarik orang-orang dari dunia kepada diriNya sendiri. Semua orang ditarik secara sama, tetapi oleh kekerasan hati mereka yang suka menentang, banyak orang meniadakan / menghapuskan semua kuasa dari kasih karunia dan mengeraskan diri mereka sendiri dalam ketidak-percayaan (Mat 23:37), sedangkan orang-orang lain, dalam dosa dan kesalahan yang sama / setara, dipertobatkan oleh kuasa dari kasih karunia yang sama. Mengapa sebagian terhilang dan yang lain dimenangkan seperti itu, padahal semua ada di bawah kasih karunia yang sama, merupakan suatu misteri yang tidak bisa dipecahkan oleh pikiran kita, tentang mana kita hanya mengetahui hal ini, bahwa mereka yang terhilang, terhilang semata-mata oleh kesalahan mereka sendiri, sedangkan mereka yang dimenangkan, dimenangkan semata-mata oleh kasih karunia ilahi].

Yoh 6:37,44 - “(37) Semua yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu, dan barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan Kubuang. ... (44) Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman”.

Yoh 10:16 - “Ada lagi padaKu domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suaraKu dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala”.

Yoh 11:52 - “dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai”.

Mat 23:37 - “‘Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau”.

Ada beberapa hal yang ingin saya berikan sebagai jawaban terhadap tafsiran Lenski di atas:

a. Kata ‘menarik’ yang digunakan dalam Yoh 12:32 ini dalam bahasa Yunani adalah HELKUO, dan hanya muncul 7 x dalam Perjanjian Baru, yaitu dalam Yoh 6:44 Yoh 12:32 Yoh 18:10 Yoh 21:6 Yoh 21:11 Kis 16:19 Kis 21:30 Yak 2:6. Dan dalam setiap kasus dari 7 kasus ini tak satupun penarikan itu gagal untuk menarik! Jadi, kalau dalam Yoh 12:32 dikatakan bahwa kuasa kasih karunia menarik tetapi gagal karena sikap tegar tengkuk dari orang yang ditarik, itu merupakan omong kosong. Lenski mengatakan Allahnya serius dalam menarik, tetapi manusia bisa menahan / menolak! Seakan-akan ada pertandingan tarik tambang, antara Allah melawan manusia, dan manusianya yang menang! Betul-betul menggelikan!

Catatan: bagian ini akan saya jelaskan secara lebih mendetail dalam pembahasan point ke 4 dari TULIP yaitu Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak).

b. Lenski mengatakan bahwa tarikan dari kuasa kasih karunia itu sama efektifnya maupun seriusnya terhadap semua orang, tetapi hasilnya bisa berbeda. Ini merupakan pernyataan yang kontradiksi, karena kalau efektif, pasti berhasil!

c. Lenski mengatakan bahwa tarikannya sama efektifnya maupun seriusnya, dan tak ada beda sama sekali antara penarikan terhadap satu orang dan orang yang lain. Juga orang-orang yang ditarik sama dalam dosa dan kesalahannya. Tetapi hasilnya bisa berbeda, ada yang dimenangkan dan ada yang terhilang. Ini ia katakan sebagai suatu misteri yang tak bisa dipecahkan. Dan ia menambahkan bahwa hanya satu hal yang bisa dipastikan, yaitu bahwa mereka yang terhilang, terhilang oleh kesalahan mereka sendiri, dan mereka yang dimenangkan, dimenangkan semata-mata oleh kasih karunia Allah. Menurut saya, ini semua merupakan kontradiksi! Dalam hal ini hanya ada dua kemungkinan:

(1)Kalau Allahnya bekerja secara sama dalam diri setiap orang, lalu ada yang dimenangkan dan ada yang terhilang, maka orang yang dimenangkan lebih baik dari orang yang terhilang, dan ini boleh dikatakan merupakan ajaran sesat ‘keselamatan karena perbuatan baik’!

(2)Kalau orangnya sama jahatnya, dan ada yang dimenangkan dan ada yang terhilang, maka harus disimpulkan bahwa Allah bekerja secara berbeda terhadap orang-orang itu. Ini boleh dikatakan merupakan ajaran Calvinisme.

Kesimpulan saya: sebetulnya Lenski hanya bisa memilih, mau menerima ajaran sesat ‘keselamatan karena perbuatan baik’, atau menerima Calvinisme. Ia menolak semua itu, dengan dalih bahwa itu merupakan suatu misteri yang tidak bisa dipecahkan!

2. Kis 2:17-18 - “(17) Akan terjadi pada hari-hari terakhir - demikianlah firman Allah - bahwa Aku akan mencurahkan RohKu ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi. (18) Juga ke atas hamba-hambaKu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan RohKu pada hari-hari itu dan mereka akan bernubuat”.

Kata ‘manusia’ di sini secara hurufiah adalah ‘daging’ (KJV: ‘flesh’). Dalam bahasa Yunani digunakan kata SARX yang artinya memang ‘daging’. Jadi, kalau ini mau diartikan semua manusia, akan berarti bahwa Roh Kudus dicurahkan bukan hanya kepada orang percaya tetapi juga kepada orang yang tidak percaya! Ini jelas mustahil, karena Kitab Suci secara sangat jelas mengatakan bahwa dalam jaman Perjanjian Baru, Roh Kudus diberikan hanya kepada semua orang percaya saja.

Bandingkan dengan:

· Yoh 7:38-39 - “(38) Barangsiapa percaya kepadaKu, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.’ (39) Yang dimaksudkanNya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepadaNya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan”.

· Kis 2:38 - “Jawab Petrus kepada mereka: ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus”.

· Ef 1:13 - “Di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu”.

Calvin (tentang Kis 2:17): “‘Upon all flesh.’ It appeareth, by that which followeth, of what force this generality is; for, first, it is set down generally, ‘all flesh;’ after that the partition is added, whereby the prophet doth signify that there shall be no difference of age or kind, but that God admitteth all, one with another, unto the partaking of his grace. It is said, therefore, ‘all flesh,’ because both young and old, men and women, are thereby signified” (= ‘Kepada semua daging / manusia’. Terlihat dengan jelas, oleh apa yang mengikutinya, tentang / dari apa kelompok orang yang umum ini; karena, mula-mula itu diletakkan secara umum, ‘semua daging’; setelah itu sekat / dinding pemisah ditambahkan, dengan mana sang nabi memberitahukan bahwa di sana tidak ada perbedaan tentang umur atau jenis, tetapi bahwa Allah menerima semua, satu dengan yang lain, pada pengambilan bagian dari kasih karuniaNya. Karena itu, dikatakan, ‘semua daging / manusia’, karena baik muda dan tua, laki-laki dan perempuan, dimaksudkan dengan itu).

Penjelasan: kata-kata Calvin di atas ini agak sukar untuk dimengerti, dan karena itu saya ingin menjelaskannya dengan kata-kata saya sendiri. Ia memaksudkan bahwa setelah kata-kata ‘semua daging / manusia ‘ itu muncul, lalu dinyatakan berbagai-bagai jenis orang (ay 17b-18), yaitu ‘anak-anakmu laki-laki’, ‘anak-anakmu perempuan’, ‘teruna-terunamu’, ‘orang-orangmu yang tua’, ‘hamba-hambaKu laki-laki’ dan ‘hamba-hambaKu perempuan’. Jadi, yang dimaksudkan dengan ‘semua daging / manusia’ ini adalah manusia dari bermacam-macam / semua jenis.

Calvin melanjutkan lagi, tetapi kata-katanya lebih ruwet lagi, sehingga di bawah saya berikan tanpa terjemahan, dan di sini saya memberikannya dengan kata-kata saya. Dalam jaman Perjanjian Lama Roh Kudus sudah ada dan sudah diberikan kepada manusia, tetapi hanya kepada sedikit manusia, yaitu golongan-golongan tertentu saja, seperti imam, nabi, dan raja. Jaman Perjanjian Baru sangat kontras dengan itu, karena dalam jaman Perjanjian Baru, Roh Kudus diberikan kepada semua orang percaya tanpa pandang bulu. Karena itu digunakan istilah ‘semua daging / manusia’.

Lenski, yang adalah seorang Arminian, juga mengartikan sebagai semua orang percaya di seluruh dunia.

Lenski: “‘Upon all flesh’ is universal but not absolute; v. 38 shows both, ‘everyone’ may receive the Holy Spirit but only by repentance and faith” (= ‘ke atas semua daging’ bersifat universal tetapi tidak mutlak; ay 38 menunjukkan keduanya ‘setiap orang’ bisa menerima Roh Kudus tetapi hanya oleh pertobatan dan iman).

Kis 2:38 - “Jawab Petrus kepada mereka: ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus”.

3. Maz 22:28 - “Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik kepada TUHAN; dan segala kaum dari bangsa-bangsa akan sujud menyembah di hadapanNya”.

KJV: ‘All the ends of the world shall remember and turn unto the LORD: and all the kindreds of the nations shall worship before thee’ (= Semuaujung-ujung bumi akan mengingat dan kembali kepada TUHAN; dan semua keluarga dari bangsa-bangsa akan menyembah di hadapanMu).

Kalau dibaca lebih banyak, maka akan lebih menyolok lagi.

Maz 22:28-32 - “(28) Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik kepada TUHAN; dan segala kaum dari bangsa-bangsa akan sujud menyembah di hadapanNya. (29) Sebab Tuhanlah yang empunya kerajaan, Dialah yang memerintah atas bangsa-bangsa. (30) Ya, kepadaNya akan sujud menyembah semua orang sombong di bumi, di hadapanNya akan berlutut semua orang yang turun ke dalam debu, dan orang yang tidak dapat menyambung hidup. (31) Anak-anak cucu akan beribadah kepadaNya, dan akan menceritakan tentang TUHAN kepada angkatan yang akan datang. (32) Mereka akan memberitakan keadilanNya kepada bangsa yang akan lahir nanti, sebab Ia telah melakukannya”.

Catatan:

a. Kata-kata ‘orang sombong’ diterjemahkan secara sama oleh RSV, tetapi KJV/ASV menterjemahkan ‘fat’ (= gemuk), dan NIV menterjemahkan ‘the rich’ (= orang kaya), dan NASB/NKJV menterjemahkan ‘the prosperous’ (= orang yang makmur). Kata-kata ini menunjuk kepada orang-orang yang kaya / berkedudukan tinggi.

b. Lalu ‘semua orang yang turun ke dalam debu’ dan ‘orang yang tidak dapat menyambung hidup’ (ay 30b) diartikan oleh Calvin sebagai orang yang begitu rendah / hina sehingga kelihatannya seperti orang mati. Penafsir-penafsir lain (Clarke, Barnes) menafsirkan ini sebagai orang-orang yang sekarat.

c. Jelas bahwa text ini menunjuk pada semua jenis / kelompok manusia.

Calvin (tentang Maz 22:29): “If it is objected, that the whole world has never yet been converted, the solution is easy. A comparison is here made between that remarkable period in which God suddenly became known every where, by the preaching of the gospel, and the ancient dispensation, when he kept the knowledge of himself shut up within the limits of Judea. Christ, we know, penetrated with amazing speed, from the east to the west, like the lightning’s flash, in order to bring into the Church the Gentiles from all parts of the world” (= Jika ada keberatan, bahwa seluruh dunia belum dipertobatkan, penyelesaiannya mudah. Suatu perbandingan dibuat di sini antara periode yang hebat / luar biasa dalam mana Allah tiba-tiba menjadi dikenal dimana-mana, oleh pemberitaan Injil, dan jaman kuno, pada waktu Ia menjaga pengetahuan tentang diriNya sendiri tertutup di dalam batasan-batasan dari Yudea. Kita tahu bahwa Kristus menembus dengan kecepatan yang mengherankan, dari Timur ke Barat, seperti cahaya petir, untuk membawa ke dalam Gereja orang-orang non Yahudi dari semua bagian dari dunia).

John Owen: “The whole strength of this argument lies in the ambiguity of the word ‘all,’ which being of various significations, and to be interpreted suitably to the matter in hand and the things and persons whereof it is spoken, ... That ‘all’ or ‘all men’ do not always comprehend ‘all and every man that were, are, or shall be,’ may be made apparent by near five hundred instances from the Scripture” (= Seluruh kekuatan dari argumentasi ini terletak dalam arti yang tidak pasti dari kata ‘semua’, yang mempunyai bermacam-macam arti, dan harus ditafsirkan sesuai dengan persoalan yang sedang ditangani dan hal-hal dan orang-orang yang dibicarakan, ... Bahwa ‘semua’ atau ‘semua orang’ tidak selalu berarti ‘semua dan setiap orang, yang dahulu ada, sedang ada, atau akan ada’ bisa dibuat jelas oleh hampir 500 contoh-contoh dari Kitab Suci) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 344.

Arthur W. Pink: “In Scripture the word ‘all’ (as applied to humankind) is used in two senses - absolutely, and relatively. In some passages it means ‘all without exception’; in others it signifies ‘all without distinction’. Which of these meanings it bears in any particular passage must be determined by the context and decided by a comparison of parallel scriptures” [= Dalam Kitab Suci kata ‘semua’ (pada saat diterapkan kepada umat manusia) digunakan dalam 2 arti, secara mutlak dan secara relatif. Dalam text-text tertentu kata itu berarti ‘semua tanpa perkecualian’; dalam text-text yang lain kata itu menunjuk ‘semua tanpa perbedaan’. Yang mana dari arti-arti ini yang dikandung oleh text tertentu harus ditentukan oleh kontextnya dan diputuskan oleh perbandingan dari bagian-bagian Kitab Suci yang paralel] - ‘The Sovereignty of God’, hal 65.

Adam Clarke (tentang Maz 22:28): “The Gospel shall be preached to every nation under heaven; and all the kindred of nations, ‎MISHP­CHOWT‎, the families of the nations: not only the nations of the world shall receive the Gospel as a revelation from God, but each family shall embrace it for their own salvation. They shall worship before Jesus the Saviour, and through him shall all their praises be offered unto God” (= Injil akan diberitakan kepada setiap bangsa di bawah langit; dan semua keluarga dari bangsa-bangsa, MISHP­CHOWT, keluarga-keluarga dari bangsa-bangsa: bukan hanya bangsa-bangsa dari dunia akan memeluk / mempercayai Injil sebagai suatu penyataan / wahyu dari Allah, tetapi setiap keluarga akan memeluk / mempercayainya untuk keselamatan mereka sendiri. Mereka akan menyembah di hadapan Yesus sang Juruselamat, dan melalui Dia semua pujian mereka akan diberikan kepada Allah).

Catatan: ini jadi Universalisme!

b) Pembahasan Ro 5:18.

Ro 5:18 - “Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup”.

Sebetulnya dibaca sepintas lalu saja sudah terlihat bahwa kata-kata ‘semua orang’ yang kedua (yang saya garis bawahi) tidak mungkin betul-betul diartikan ‘semua orang’, karena kalau diartikan demikian akan menimbulkan Universalisme.

Adam Clarke (tentang Ro 5:18): “‎The mercy of God, in Christ Jesus, shall have its due also; and therefore all could be put into a saved(salvable) state here” [= Belas kasihan Allah, dalam Kristus Yesus, juga akan mendapatkan haknya; dan karena itu semua orang bisa diletakkan ke dalam suatu keadaan selamat (bisa diselamatkan) di sini].

Catatan: ini jelas membengkokkan kata-kata ayat itu. Ro 5:18 mengatakan ‘oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup’. Clarke mengubahnya menjadi ‘keadaan selamat (bisa diselamatkan)’! ‘Selamat’ sangat berbeda dengan ‘bisa diselamatkan’!

John Owen mengutip penafsiran seorang yang bernama Thomas More dalam bukunya yang berjudul ‘Universality of Grace’ / ‘Ke-universal-an Kasih Karunia’ (chap. viii, p. 41) yang berkata sebagai berikut: “That Adam, in his first sin and transgression, was a public person, in the room and place of all mankind, by virtue of the covenant between God and him; so that whatever he did therein, all were alike sharers with him. So also was Christ a public person in his obedience and death, in the room and place of mankind, represented by him, even every one of the posterity of Adam” (= Bahwa Adam, dalam dosa dan pelanggaran pertamanya, merupakan seorang wakil, dalam ruangan dan tempat dari seluruh umat manusia, berdasarkan atas perjanjian antara Allah dengan dia; sehingga apapun yang ia lakukan di dalamnya, semua orang secara sama adalah pengambil-pengambil bagian dengan dia. Demikian juga Kristus adalah seorang wakil dalam ketaatan dan kematianNya, dalam ruangan dan tempat dari umat manusia, diwakili olehNya, bahkan setiap orang dari keturunan Adam) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 354.

Catatan: ini jelas merupakan pandangan Arminian / ‘Universal Atonement’ (= Penebusan Universal).

John Owen menjawab sebagai berikut: “To that which concerneth Adam, we grant he was a public person in respect of all his that were to proceed from him by natural propagation; that Christ also was a public person in the room of his, and herein prefigured by Adam. But that Christ, in his obedience, death, and sacrifice, was a public person, and stood in the room and stead of all and every one in the world, of all ages and times (that is, not only of his elect and those who were given unto him of God, but also of reprobate persons, hated of God from eternity; of those whom he never knew, concerning whom, in the days of his flesh, he thanked his Father that he had hid from them the mysteries of salvation; whom he refused to pray for; who were, the greatest part of them, already damned in hell, and irrevocably gone beyond the limits of redemption, before he actually yielded any obedience), is to us such a monstrous assertion as cannot once be apprehended or thought on without horror or detestation” [= Mengenai Adam, kami mengakui bahwa ia adalah seorang wakil dari semua orang yang akan keluar darinya oleh perkembang-biakan alamiah; bahwa Kristus juga adalah wakil dalam ruang lingkupNya, dan di dalam ini dibayangkan sebelumnya oleh Adam. Tetapi bahwa Kristus, dalam ketaatan, kematian dan pengorbananNya, merupakan seorang wakil, dan menggantikan / mewakili semua dan setiap orang dalam dunia, dari semua jaman dan waktu {yaitu, bukan hanya orang-orang pilihanNya dan mereka yang diberikan kepadaNya oleh Bapa, tetapi juga orang-orang yang ditentukan untuk binasa, yang dibenci oleh Allah dari kekekalan; mereka yang tidak pernah dikenalNya, mengenai siapa, pada masa hidupNya dalam daging, Ia bersyukur kepada BapaNya bahwa Ia telah menyembunyikan dari mereka misteri keselamatan (Mat 11:25); untuk siapa Ia menolak untuk berdoa (Yoh 17:9,20); yang sebagian besar sudah dihukum di dalam neraka, dan sudah pergi melampaui batasan penebusan dan tidak bisa ditarik kembali, sebelum Ia betul-betul melakukan ketaatan apapun}, bagi kami merupakan penegasan yang mengerikan / sangat salah sehingga tidak bisa dipahami / dilihat atau dipikirkan tanpa rasa muak atau jijik] - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 354.

c) Pembahasan 1Kor 15:22.

1Kor 15:22 - “Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus”.

Catatan: kata-kata yang saya coret itu seharusnya tidak ada.

Sama seperti dalam kasus Ro 5:18 di atas, kata-kata ‘semua orang’ yang kedua (yang saya beri garis bawah ganda) tidak mungkin diartikan betul-betul menunjuk kepada ‘semua orang’, karena kalau diartikan demikian, akan menimbulkan ajaran Universalisme.

Bahkan Lenski sendiri, yang adalah seorang Arminian, menafsirkan bahwa kata-kata ‘semua orang’ yang pertama betul-betul menunjuk kepada ‘semua orang’, tetapi kata-kata ‘semua orang’ yang kedua, menunjuk hanya kepada ‘orang-orang percaya’ saja.

John Owen membahasnya lebih jauh dengan memperhatikan kontexnya.

John Owen: “‘All,’ then, who by virtue of the resurrection of Christ shall be made alive, are all those who are partakers of the nature of Christ; who, verse 23, are expressly called ‘they that are Christ’s’ and of whom, verse 20, Christ is said to be the ‘first-fruits;’ and certainly Christ is not the first-fruits of the damned” (= Maka ‘semua’, yang karena kebangkitan Kristus akan dihidupkan, adalah semua mereka yang mengambil bagian dalam sifat / keadaan Kristus; yang dalam ay 23 secara jelas disebut ‘mereka yang menjadi milik Kristus’ dan tentang siapa dalam ay 20 dikatakan bahwa Kristus adalah ‘buah sulung / pertama’; dan pasti Kristus bukan merupakan buah sulung / pertama dari orang-orang yang dihukum) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 352-353.

1Kor 15:20-23 - “(20) Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. (21) Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. (22) Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. (23) Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milikNya pada waktu kedatanganNya”.

KJV: ‘(20) But now is Christ risen from the dead, and become the firstfruits of them that slept. (21) For since by man came death, by man came also the resurrection of the dead. (22) For as in Adam all die, even so in Christ shall all be made alive. (23) But every man in his own order: Christ the firstfruits; afterward they that are Christ’s at his coming’ [= (20) Tetapi sekarang Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, dan menjadi buah sulung dari mereka yang telah mati. (21) Sebab karena oleh manusia datang kematian, oleh manusia juga datang kebangkitan dari antara orang mati. (22) Karena sebagaimana dalam Adam semua mati, demikian juga dalam Kristus semua akan dihidupkan. (23) Tetapi setiap orang menurut urutannya sendiri: Kristus sebagai buah sulung / pertama; setelah itu mereka yang adalah milik Kristus pada kedatanganNya].

d) Pembahasan 2Kor 5:14-15.

2Kor 5:14-15 - “(14) Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. (15) Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka”.

Penafsiran Arminian.

Barnes’ Notes (tentang 2Kor 5:14): “The phrase ‘for all,’ (uper panton,) obviously means for all mankind; for every man. This is an exceedingly important expression in regard to the extent of the atonement which The Lord Jesus made, ... it demonstrates also that the atonement was general, and had, in itself considered, no limitation, and no particular reference to any class or condition of men, and no particular applicability to one class more than to another. There was nothing in the nature of the atonement that limited it to any one class or condition; there was nothing in the design that made it, any more applicable to one portion of mankind than to another” [= Ungkapan ‘untuk semua’ (HUPER PANTON), jelas berarti untuk semua umat manusia; untuk setiap orang. Ini merupakan suatu ungkapan / pernyataan yang sangat penting berkenaan dengan luas dari penebusan yang dibuat oleh Tuhan Yesus, ... itu juga menunjukkan bahwa penebusan adalah umum, dan ditinjau dalam dirinya sendiri, tidak mempunyai batasan, dan tidak mempunyai hubungan khusus dengan golongan atau kondisi / syarat apapun dari manusia, dan tidak ada kecocokan khusus untuk satu golongan lebih dari untuk golongan yang lain. Tidak ada apapun dalam sifat dasar dari penebusan yang membatasinya pada satu golongan atau kondisi / syarat manapun; tidak ada apapun dalam rancangan yang membuatnya, lebih dapat dipakai pada satu bagian dari umat manusia dari pada bagian umat manusia yang lain] - hal 851.

Catatan: Albert Barnes bukan Arminian murni, bahkan ia lebih condong pada Calvinisme dari pada pada Arminianisme. Dari 5 points Calvinisme ia hanya menolak point ke 3 tentang ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas) ini.

Adam Clarke (tentang 2Kor 5:14): “‘If one died for all, then were all dead.’ The first position the apostle takes for granted; namely, that Jesus Christ died for all mankind. This no apostolic man nor primitive Christian ever did doubt or could doubt” (= ‘Jika satu orang sudah mati untuk semua, maka semua orang sudah mati’. Posisi pertama yang dianggap pasti oleh sang rasul, yaitu bahwa Yesus Kristus telah mati untuk semua umat manusia. Ini tak seorang rasul atau orang Kristen primitif / awal pernah meragukan atau bisa meragukan).

Penafsiran Reformed.

Ada beberapa hal yang perlu dibahas tentang text ini:

2Kor 5:14-15 - “(14) Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. (15) Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka”.

1. 2Kor 5:14 - “Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati”.

Kata ‘mati’ yang ditujukan untuk ‘semua orang’ / ‘mereka’ di sini, jelas tidak menunjuk pada kematian jasmani, tetapi kematian rohani. Dan kematian rohani ini bukan dalam arti ‘mati dalam dosa’ tetapi ‘mati terhadap dosa’.

Baik Albert Barnes, Adam Clarke, maupun Lenski, menafsirkan bahwa ‘mereka semua sudah mati’ berarti ‘semua manusia mati dalam dosa’.

Lenski (tentang 2Kor 5:14): “Christ died for all men with two mighty results: the one that all died; the other that all who live should live for him” (= Kristus mati untuk semua orang dengan dua hasil / akibat yang hebat: yang satu supaya semua orang mati; yang lain supaya semua orang yang hidup, hidup bagi Dia).

Perhatikan kata-kata Lenski yang saya garis-bawahi. Menurut saya ini penafsiran yang tidak masuk akal. Apakah Kristus mati SUPAYA semua orang mati / berdosa???? Bukankah itu terbalik??? Seharusnya ‘karena semua orang berdosa maka Kristus mati’. Jelas bahwa kata-kata ‘mereka semua sudah mati’ tidak bisa diartikan seperti penafsiran Arminian ini, yaitu ‘mati dalam dosa’. Seharusnya diartikan seperti penafsiran Reformed, yaitu ‘mati terhadap dosa’.

John Owen: “All those of whom the apostle treats are proved to be dead, because Christ died for them: ... What death is it which here is spoken of? Not a death natural, but spiritual; ... not that which is in sin, but that which is unto sin” (= Semua mereka yang dibicarakan oleh sang rasul dibuktikan sebagai mati, karena Kristus telah mati untuk mereka: ... Kematian apa yang dibicarakan di sini? Bukan kematian alamiah, tetapi kematian rohani; ... bukan kematian dalam dosa, tetapi kematian terhadap dosa) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 351.

Calvin (tentang 2Kor 5:14-15): “‘If one died for all.’ This design is to be carefully kept in view - that ‘Christ died for us, that we might die to ourselves.’ The exposition is also to be carefully noticed - that to ‘die to ourselves is to live to Christ;’ or if you would have it at greater length, it is to renounce ourselves, that we may live to Christ; for Christ redeemed us with this view - that he might have us under his authority, as his peculiar possession” (= ‘Jika satu orang sudah mati untuk semua orang’. Rancangan ini harus terus diperhatikan - bahwa ‘Kristus telah mati untuk kita, supaya kita bisa mati bagi diri kita sendiri’. Exposisi / penjelasannya juga harus diperhatikan dengan seksama - bahwa ‘mati bagi diri kita sendiri adalah hidup bagi Kristus’; atau jika engkau menginginkannya dengan lebih panjang / lebih jelas, itu adalah menyangkal diri kita sendiri, sehingga kita bisa hidup bagi Kristus; karena Kristus menebus kita dengan pandangan ini - supaya Ia bisa memiliki kita di bawah otoritasNya, sebagai milikNya yang khusus).

Jadi berbeda dengan penafsiran Arminian, yang membedakan ay 14b dan ay 15nya, maka penafsiran Calvin menganggap bahwa ay 15 merupakan penjelasan lebih lanjut dari ay 14b.

2Kor 5:14-15 - “(14) Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. (15) Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka”.

Catatan: bagian yang saya beri garis bawah ganda merupakan penjelasan dari bagian yang saya beri garis bawah tunggal.

Karena itu kata-kata ‘semua orang’ ini hanya bisa menunjuk kepada orang-orang percaya.

2. 2Kor 5:15 - “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka”.

Kata-kata ‘semua orang’ menunjuk kepada orang-orang yang sama dengan kata ‘mereka’, untuk siapa Kristus dibangkitkan (ay 15 akhir). Dan kalau Kristus dibangkitkan untuk ‘mereka’, maka ‘mereka’ pasti dibenarkan (Ro 4:25). Karena itu, ini pasti menunjuk kepada ‘orang-orang yang percaya’.

John Owen: “The resurrection of Christ is here conjoined with his death: ‘He died for them, and rose again.’ Now, for whomsoever Christ riseth, he riseth for their ‘justification,’ Rom. 4:25; and they must be justified, chap. 8:34. Yea, our adversaries themselves have always confessed that the fruits of the resurrection of Christ are peculiar to believers” (= Di sini kebangkitan Kristus digabungkan dengan kematianNya: ‘Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka’. Sekarang, untuk siapapun Kristus bangkit, Ia bangkit untuk ‘pembenaran’ mereka, Ro 4:25; dan mereka harus dibenarkan, pasal 8:34. Ya, musuh-musuh kita sendiri selalu mengaku bahwa buah-buah dari kebangkitan Kristus merupakan sesuatu yang khas untuk orang-orang percaya) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 351.

Ro 4:25 - “yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita”.

KJV: ‘and was raised again for our justification’ (= dan dibangkitkan untuk pembenaran kita).

Ro 8:34 - “Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?”.

3. Kontext juga menunjukkan bahwa orang-orang ini menunjuk kepada orang-orang percaya / pilihan.

2Kor 5:14-21 - “(14) Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. (15) Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. (16) Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang jugapun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilaiNya demikian. (17) Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. (18) Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kitadengan diriNya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. (19) Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. (20) Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. (21) Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”.

Orang-orang yang hidup bagi Kristus, yang dibicarakan oleh Paulus dalam ay 15 ini adalah:

a. Orang-orang yang telah menjadi ciptaan baru (ay 17).

b. Orang-orang yang diperdamaikan dengan Allah (ay 18).

c. Orang-orang terhadap siapa Allah tidak memperhitungkan pelanggarannya (ay 19).

d. Orang-orang yang dibenarkan oleh Allah (ay 21).

Karena itu, ini pasti menunjuk kepada orang-orang percaya saja.

e) Pembahasan 1Tim 2:3-6.

1Tim 2:3-6 - “(3) Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, (4) yang menghendaki supaya semua orangdiselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. (5) Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, (6) yang telah menyerahkan diriNya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan”.

Adam Clarke (tentang 1Tim 2:4): “Because he wills the salvation of all men; therefore, he wills that all men should be prayed for. In the face of such a declaration, how can any Christian soul suppose that God ever unconditionally and eternally reprobated any man?” (= Karena Ia menghendaki keselamatan dari semua orang; karena itu, Ia menghendaki bahwa semua orang harus didoakan. Menghadapi suatu pernyataan seperti itu, bagaimana jiwa Kristen manapun bisa menganggap bahwa Allah pernah, secara tak bersyarat dan secara kekal, menentukan binasa orang manapun?).

Adam Clarke (tentang 1Tim 2:6): “‎As God is the God and father of all (for there is but one God, 1 Tim 2:5), and Jesus Christ the mediator of all, so he gave himself a ransom for all; i.e., for all that God made, consequently for every human soul; unless we could suppose that there are human souls of which God is not the Creator; for the argument of the apostle is plainly this: 1. There is one God; 2. This God is the Creator of all; 3. He has made a revelation of his kindness to all; 4. He will have all men to be saved, and come unto the knowledge of the truth; and 5. He has provided a Mediator for all, who has given himself a ransom for all. As surely as God has created all men, so surely has Jesus Christ died for all men. This is a truth which the nature and revelation of God unequivocally proclaim” [= Karena Allah adalah Allah dan Bapa dari semua orang (karena disana hanya ada satu Allah, 1Tim 2:5), dan Yesus Kristus Pengantara dari semua orang, maka Ia menyerahkan diriNya sendiri sebagai tebusan bagi semua orang; yaitu, untuk semua orang yang Allah buat / cipta, dan karena itu untuk setiap jiwa manusia; kecuali kita menganggap bahwa ada jiwa-jiwa manusia tentang siapa Allah bukan Penciptanya; karena argumentasi dari sang rasul jelas adalah ini: 1. Di sana ada satu Allah; 2. Allah ini adalah Pencipta dari semua orang; 3. Ia telah membuat wahyu / penyataan dari kebaikanNya kepada semua orang; 4. Ia menghendaki semua orang diselamatkan, dan datang pada pengetahuan tentang kebenaran; dan 5. Ia telah menyediakan seorang Pengantara untuk semua orang, yang telah menyerahkan diriNya sebagai tebusan untuk semua orang. Sama pastinya seperti Allah telah menciptakan semua orang, demikian juga pastinya Yesus Kristus mati untuk semua orang. Ini adalah suatu kebenaran yang alam dan wahyu Allah nyatakan dengan tegas].

Catatan: saya tak mengerti, Clarke mendapatkan point ke 2 dan ke 3 itu dari mana, karena textnya sama sekali tak mempersoalkan bahwa Allah adalah Pencipta, maupun bahwa Allah telah mewahyukan kebaikanNya kepada semua orang.

Padahal perhatikan tafsirannya tentang kata ‘tebusan’ dalam 1Tim 2:6.

Adam Clarke (tentang 1Tim 2:6): “The word ‎LUTRON ‎signifies a ransom paid for the redemption of a captive; and ‎ANTILUTRON‎, the word used here, and applied to the death of Christ, signifies that ransom which consists in the exchange of one person for another, or the redemption of life by life;” (= Kata LUTRON berarti suatu tebusan yang dibayarkan untuk penebusan dari seorang tawanan; dan ANTILUTRON, kata yang digunakan di sini, dan diterapkan pada kematian Kristus, berarti tebusan itu yang terdiri dari pertukaran satu orang dengan orang yang lain, atau penebusan dari nyawa dengan nyawa).

Kalau ini makna dari ‘tebusan’ dan Yesus Kristus memberikan ‘tebusan’ untuk semua orang, maka ini harus menjadi ajaran Universalisme, yang jelas adalah ajaran sesat!

Lenski (tentang 1Tim 2:4): “It is a severe indictment when in his Commentary Calvin says regarding this passage that all who use it to oppose his doctrine of absolute predestination ‘are subject to puerile hallucination,’ that Paul means that no people or class of men are excluded from salvation ..., that Paul is speaking only of the different races of men and not of individuals as such, and that he also wishes the class of kings and rulers to be included. But this is a universal statement of the Scriptures. ... The truth that God wants all men to be saved is corroborated by the fact that Christ ‘gave himself a ransom for all’ (v. 6), and that God provides the efficacious means of grace and salvation for all. The passive ‘to be saved’ certainly does not mean to be saved by somebody else than ‘our Savior God.’ ... When men reject this blessed universal will which also includes them (Matt. 23:37), the subsequent will sends them to judgment and to perdition: Matt. 23:38; Mark 16:16. The dogmaticians do not divide the will of God nor assert that God has two wills; they divide only the objects with which God’s will deals as the Scriptures themselves do” [= Merupakan suatu tuduhan yang keras pada waktu dalam tafsirannya Calvin berkata berkenaan dengan text ini bahwa semua orang yang menggunakannya untuk menentang doktrinnya tentang predestinasi mutlak ‘ada di bawah kendali dari halusinasi yang kekanak-kanakan’, bahwa Paulus memaksudkan bahwa tak ada bangsa atau golongan orang dikeluarkan dari keselamatan ..., bahwa Paulus sedang berbicara hanya tentang bangsa-bangsa yang berbeda dari manusia dan bukan tentang individu-individu, dan bahwa ia juga menginginkan golongan dari raja-raja dan penguasa-penguasa / pembesar-pembesar dimasukkan. Tetapi ini adalah suatu pernyataan universal dari Kitab Suci. ... Kebenaran bahwa Allah menghendaki semua orang diselamatkan dikuatkan oleh fakta bahwa Kristus ‘menyerahkan diriNya sendiri sebagai tebusan bagi semua orang’ (ay 6), dan bahwa Allah menyediakan cara kasih karunia yang efektif dan keselamatan bagi semua orang. Bentuk pasif ‘diselamatkan’ pasti tidak berarti diselamatkan oleh seseorang lain dari pada ‘Allah Juruselamat kita’. ... Pada waktu manusia menolak kehendak universal yang diberkati ini, yang juga mencakup mereka (Mat 23:37), kehendak yang berikut / sesudahnya akan mengirimkan mereka pada penghakiman dan kehncuran / neraka: Mat 23:38; Mark 16:16. Ahli-ahli dogmatik tidak membagi kehendak Allah ataupun menegaskan bahwa Allah mempunyai 2 kehendak; mereka hanya membagi obyek yang ditangani oleh kehendak Allah seperti yang Kitab Suci sendiri lakukan].

Mat 23:37-38 - “(37) ‘Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. (38) Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi”.

Mark 16:16 - “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum”.

Catatan:

1. Saya menganggap Lenski tidak menjawab argumentasi Calvin yang mengatakan bahwa text ini bukan berbicara tentang individu-individu tetapi tentang golongan-golongan manusia (bagian yang saya beri garis bawah tunggal). Tetapi ia langsung menegaskan, tanpa argumentasi, bahwa ini adalah pernyataan yang sifatnya universal (bagian yang saya beri garis bawah ganda).

2. Di bagian bawah dari kutipan dari Lenski di atas, ia menolak adanya dua kehendak Allah, tetapi menunjukkan bahwa Allah bisa mengubah kehendakNya yang ditolak oleh manusia itu.

3. Lenski berkata “Allah menyediakan cara kasih karunia yang efektif dan keselamatan bagi semua orang”. Kalau efektif, itu pasti berhasil; dan ini menjadi Universalisme, yang merupakan ajaran sesat!

Lenski (tentang 1Tim 2:4): “The fact that God, our Savior, wants all men to be saved and come to realization of truth is the reason that our praying for all men is excellent and acceptable in his sight” (= Fakta bahwa Allah, Juruselamat kita, menghendaki semua orangdiselamatkan dan sampai pada realisasi tentang kebenaran adalah alasan bahwa doa kita untuk semua orang adalah sangat bagus dan diterima / diperkenan di hadapanNya).

Catatan: kalau kata-kata ‘semua orang’ diartikan seperti penafsiran Calvin, yaitu ‘semua golongan orang’, maka baik doa kita untuk ‘semua orang’, maupun kehendak Allah untuk menyelamatkan ‘semua orang’, harus diartikan sesuai dengan penafsiran itu.

Sekarang kita akan melihat pembahasan John Owen, tetapi sebelumnya, mari kita melihat dulu kontext dari text yang dibahas secara keseluruhan.

1Tim 2:1-6 - “(1) Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, (2) untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan. (3) Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, (4) yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. (5) Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, (6) yang telah menyerahkan diriNya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan”.

Catatan: perhatikan ada 3 x kata-kata ‘semua orang / manusia’ dalam text ini, yaitu dalam ay 1, ay 4, ay 6. Sebetulnya untuk ay 6, hanya ada kata ‘semua’; kata ‘orang / manusia’ tidak ada. Tetapi dalam ay 1 dan ay 4 kata ‘orang’ memang ada.

Ada 2 hal yang dibahas oleh John Owen:

1. Apa yang dimaksud dengan ‘kehendak Allah’ di sini.

John Owen mengatakan (hal 344) bahwa istilah ‘kehendak Allah’ mempunyai 2 kemungkinan arti, yaitu:

a. Rencana kekal dari Allah.

b. Perintah Allah.

Catatan: tak ada yang menganggap bahwa Allah punya 2 kehendak seperti yang dituduhkan oleh Lenski. Yang ada adalah: kalau kata-kata ‘kehendak Allah’ itu muncul, maka ada 2 kemungkinan arti. Sebetulnya ada kemungkinan arti yang ketiga, yaitu hal yang, kalau terjadi, menyenangkan Allah.

Kalau dari 2 arti di atas kita mengambil arti kedua, maka arti ayat ini adalah sebagai berikut: Allah memerintahkan semua manusia untuk menggunakan cara-cara dengan mana mereka bisa mendapatkan keselamatan. Dengan demikian ayat ini menjadi sama seperti Kis 17:30 - “Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat”.

KJV: ‘And the times of this ignorance God winked at; but now commandeth all men every where to repent’ (= Allah pura-pura tidak melihat jaman kebodohan ini; tetapi sekarang memerintahkan semua orang di mana-mana untuk bertobat).

John Owen sendiri memilih arti pertama, dimana ‘kehendak Allah’ menunjuk pada ‘rencana kekal dari Allah’. Alasan Owen adalah: kehendak Allah dalam 1Tim 2:4 itu merupakan dasar / landasan dari doa kita dalam 1Tim 2:1-2. Bdk. 1Yoh 5:14 - “Dan inilah keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya”.

Kalau diambil arti ke 3, maka itu tak bertentangan dengan predestinasi maupun ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas).

2. Siapa ‘semua orang’ / ‘semua manusia’ di sini.

Jelas bahwa ‘semua orang / manusia’ di sini tidak berarti betul-betul ‘semua dan setiap orang di seluruh dunia’, karena:

a. Paulus sendiri menggunakan kata-kata ‘semua orang’ dalam ay 1. Dalam arti apa? Perhatikan ay 2nya! Untuk jelasnya lihat 1Tim 2:1-2 secara keseluruhan: “(1) Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, (2) untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan”.

John Owen menyimpulkan dari sini (hal 346) bahwa yang dimaksud dengan ‘semua orang’ adalah ‘orang-orang dari semua jenis, kedudukan, kondisi, dan tingkatan’.

Calvin juga menafsirkan secara sama.

Calvin (tentang 1Tim 2:4): “the Apostle simply means, that there is no people and no rank in the world that is excluded from salvation; because God wishes that the gospel should be proclaimed to all without exception. Now the preaching of the gospel gives life; and hence he justly concludes that God invites all equally to partake salvation. But the present discourse relates to classes of men, and not to individual persons; for his sole object is, to include in this number princes and foreign nations. That God wishes the doctrine of salvation to be enjoyed by them as well as others, is evident from the passages already quoted, and from other passages of a similar nature” (= sang Rasul hanya memaksudkan, bahwa disana tidak ada bangsa atau rangking / pangkat di dunia yang dikeluarkan dari keselamatan; karena Allah menginginkan supaya injil diproklamirkan kepada semua orang tanpa kecuali. Pemberitaan injil memberikan kehidupan; dan karena itu ia secara benar menyimpulkan bahwa Allah mengundang semua orang secara sama untuk mengambil bagian dalam keselamatan. Tetapi pembicaraan sekarang ini berhubungan dengan semua golongan manusia, dan bukan dengan pribadi-pribadi / individu-individu; karena satu-satunya obyeknya adalah, mencakup dalam bilangan / jumlah ini pangeran-pangeran dan bangsa-bangsa asing. Bahwa Allah ingin doktrin keselamatan untuk dinikmati oleh mereka maupun oleh orang-orang lain, adalah jelas dari text yang sudah dikutip, dan dari text-text lain yang sifatnya mirip).

Bdk. 1Tim 2:1-2 - “(1) Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, (2) untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan.”.

Di sini Paulus menyuruh berdoa bukan hanya untuk orang-orang yang baik kepada mereka, tetapi juga kepada raja dan pembesar, yang biasanya dibenci oleh orang-orang Kristen, karena golongan orang ini menindas mereka. Dan mengingat saat itu Israel dijajah Romawi, maka jelas bahwa raja-raja dan pembesar-pembesar itu adalah orang-orang Romawi / non Yahudi.

Bandingkan perintah Paulus untuk mendoakan penggede-penggede non Yahudi ini dengan Yer 29:7 - “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu”.

Catatan: ‘kota’ yang dimaksudkan adalah ‘Babel’.

Calvin (tentang 1Tim 2:5): “as there is one God, the Creator and Father of all, so he says that there is but one Mediator, through whom we have access to the Father; and that this Mediator was given, not only to one nation, or to a small number of persons of some particular rank, but to all; because the fruit of the sacrifice, by which he made atonement for sins, extends to all. ... The universal term ‘all’ must ALWAYS be referred to classes of men, and not to persons; as if he had said, that not only Jews, but Gentiles also, not only persons of humble rank, but princes also, were redeemed by the death of Christ” [= sebagaimana disana ada satu Allah, Pencipta dan Bapa dari semua orang, demikian juga ia berkata bahwa disana hanya ada satu Pengantara, melalui siapa kita mendapatkan jalan masuk kepada Bapa; dan bahwa Pengantara ini diberikan, bukan hanya bagi satu bangsa, atau bagi sejumlah kecil orang-orang dari kedudukan tertentu, tetapi bagi semua; karena buah dari korban, dengan mana Ia membuat penebusan untuk dosa-dosa, diperluas kepada semua. ... Istilah universal ‘semua’ harus SELALU dihubungkan dengan golongan-golongan manusia, dan bukan kepada pribadi-pribadi; seakan-akan ia telah mengatakan, bahwa bukan hanya orang-orang Yahudi, tetapi juga orang-orang non Yahudi, bukan hanya orang-orang dari kedudukan rendah, tetapi juga pangeran-pangeran, ditebus oleh kematian Kristus].

b. Kita diharuskan berdoa untuk ‘semua orang’, padahal dari antara ‘semua orang’ itu pasti ada orang-orang yang ditentukan untuk binasa dan yang melakukan dosa yang membawa maut, tentang siapa kita tidak diperintahkan untuk berdoa (Owen, hal 346) .

1Yoh 5:16 - “Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa”.

c. ‘Semua orang yang diselamatkan’ (ay 4a) pasti sama dengan orang-orang yang ‘memperoleh pengetahuan akan kebenaran’ (ay 4b).

Padahal Kitab Suci jelas menunjukkan bahwa Tuhan tidak menghendaki semua orang memperoleh pengetahuan tentang kebenaran. Ini terlihat dari:

· Maz 147:19-20 - “(19) Ia memberitakan firmanNya kepada Yakub, ketetapan-ketetapanNya dan hukum-hukumNya kepada Israel. (20) Ia tidak berbuat demikian kepada segala bangsa, dan hukum-hukumNya tidak mereka kenal. Haleluya!”.

· Kis 14:16,30 - “(16) Dalam zaman yang lampau Allah membiarkan semua bangsa menuruti jalannya masing-masing, ... (30) Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat”.

· Kol 1:26 - “yaitu rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad dan dari turunan ke turunan, tetapi yang sekarang dinyatakankepada orang-orang kudusNya”.

· Mat 11:25-26 - “(25) Pada waktu itu berkatalah Yesus: ‘Aku bersyukur kepadaMu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. (26) Ya Bapa, itulah yang berkenan kepadaMu”.

· Mat 13:10-17 - “(10) Maka datanglah murid-muridNya dan bertanya kepadaNya: ‘Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?’ (11) Jawab Yesus: ‘Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. (12) Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. (13) Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. (14) Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. (15) Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. (16) Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. (17) Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya”.

Owen (hal 347) juga mengatakan bahwa ‘semua manusia’ dalam 1Tim 2:6 juga harus berarti sama dengan kata-kata ‘semua orang’ dalam 1Tim 2:1b,4. Dan Owen lalu menyimpulkan bahwa ‘semua manusia’ di sini harus diartikan sebagai ‘semua orang pilihan, dari semua jenis / golongan’, dan ia membandingkan ini dengan Wah 5:9 yang ia katakan sebagai ayat penafsir dari 1Tim 2:6 ini.

Wah 5:9 - “Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: ‘Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darahMu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa”.

f) d) 2Pet 2:1 - “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka [KJV: ‘even denying the Lord that bought them’ (= bahkan menyangkal Tuhan yang telah membeli mereka)] dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka”.

Adam Clarke: “It is not certain whether God the Father be intended here, or our Lord Jesus Christ; for God is said to have purchased the Israelites, Exod. 15:16, and to be the Father that had bought them, Deut. 32:6, ... or they may point out Jesus Christ, who had bought them with his blood; ... It seems, however, more natural to understand the Lord that bought them as applying to Christ, ... and if so, this is another proof, among many, ... That through their own wickedness some may perish for whom Christ died” (= Tidak pasti apakah yang dimaksudkan di sini adalah Allah Bapa atau Tuhan kita Yesus Kristus; karena Allah dikatakan telah membeli orang-orang Israel, Kel 15:16, dan adalah Bapa yang telah membeli mereka, Ul 32:6, ... atau itu bisa menunjuk kepada Yesus Kristus, yang telah membeli mereka dengan darahNya; ... Tetapi kelihatannya lebih alamiah untuk menerapkan kata-kata ‘Tuhan yang telah membeli mereka’ kepada Kristus, ... dan jika demikian, ini merupakan satu bukti lagi, di antara banyak bukti, ... Bahwa melalui kejahatan mereka sendiri sebagian orang binasa untuk siapa Kristus telah mati) - hal 884.

Catatan: kata-kata ‘Penguasa yang telah menebus mereka’, oleh KJV diterjemahkan ‘the Lord that bought them’ (= Tuhan yang telah membeli mereka).

Kel 15:16 - “Ngeri dan takut menimpa mereka, karena kebesaran tanganMu mereka kaku seperti batu, sampai umatMu menyeberang, ya TUHAN, sampai umat yang Kauperoleh menyeberang”.

Kata ‘Kauperoleh’ oleh KJV/RSV/NASB diterjemahkan: ‘thou hast purchased’ (= telah Kaubeli); dan oleh NIV diterjemahkan: ‘you bought’ (= telah Kaubeli).

Ul 32:6 - “Demikianlah engkau mengadakan pembalasan terhadap TUHAN, hai bangsa yang bebal dan tidak bijaksana? Bukankah Ia Bapamu yang mencipta engkau, yang menjadikan dan menegakkan engkau?”.

Kata ‘mencipta engkau’ oleh KJV diterjemahkan: ‘hath bought thee’ (= telah membeli engkau). NASB » KJV, sedangkan RSV/NIV » Kitab Suci Indonesia.

Pulpit Commentary: “The Lord had bought them; they were not their own, but his, bought with a price, ‘not with corruptible things, as silver and gold, but with the precious blood of Christ’ (1Pet. 1:18; see also the parallel passage Jude 4). These words plainly assert the universality of the Lord’s redemption. He ‘tasted death for every man’ (Heb. 2:9), even for those false teachers who denied him” [= Tuhan telah membeli mereka; mereka bukan milik mereka sendiri, tetapi milikNya, dibeli dengan suatu harga, ‘bukan dengan barang yang fana, seperti perak dan emas, tetapi dengan darah Kristus yang mahal / berharga’ (1Pet 1:18; lihat juga text paralelnya, Yudas 4). Kata-kata ini secara jelas menegaskan keuniversalan dari penebusan Tuhan. Ia ‘mencicipi / mengalami maut bagi semua / setiap orang’ (Ibr 2:9), bahkan untuk guru-guru palsu yang menyangkalNya itu] - hal 43.

Tanggapan:

2Pet 2:1 - “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka”.

Kata-kata yang saya beri garis bawah ganda diterjemahkan oleh KJV sebagai berikut:

KJV: ‘even denying the Lord that bought them’ (= bahkan menyangkal Tuhan yang telah membeli mereka).

Orang-orang yang dibicarakan dalam 2Pet 2:1 ini, jelas bukan orang kristen / orang pilihan, tetapi hanya orang kristen KTP. Ini terlihat dari beberapa fakta:

1. Mereka disebut ‘guru-guru palsu’ (ay 1,3,17), dan mereka disamakan dengan ‘nabi-nabi palsu’ dalam Perjanjian Lama (ay 1).

2. Adanya kalimat “Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan” (ay 1).

3. Neraka telah disediakan untuk mereka.

2Pet 2:3,17 - “(3) Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda. ... (17) Guru-guru palsu itu adalah seperti mata air yang kering, seperti kabut yang dihalaukan taufan; bagi mereka telah tersedia tempat dalam kegelapan yang paling dahsyat”.

4. Penggambaran tentang kehidupan mereka dalam seluruh 2Pet 2 sama sekali tidak menunjukkan bahwa mereka adalah orang kristen yang sejati.

5. Mereka digambarkan sebagai ‘anjing’ dan ‘babi’.

2Pet 2:22 - “Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: ‘Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.’”.

Jadi, digunakannya kata-kata ‘Penguasa yang telah menebus mereka’ / ‘Tuhan yang telah membeli mereka’ (KJV), tidak menunjukkan bahwa mereka adalah orang kristen yang sejati, tetapi hanya menggambarkan mereka menurut pengakuan mereka.

Alexander Nisbet: “‘That they should deny the Lord that bought them;’ which is not to be understood as if either Christ had died for such men (for then they could not have perished, John 10:11,28), or as if they had expressly denied Christ to be the Redeemer; for then could they not have prevailed as they did with professors of Christ (v 2), ... The meaning therefore is that they, being by profession and in their own and other’s esteem, redeemed ones, should vent such errors as would in substance tend to the denial of the sovereignty and Lordship of Christ over His people” [= ‘Bahwa mereka menyangkal Tuhan yang telah membeli mereka’; yang tidak boleh dimengerti seakan-akan Kristus telah mati untuk orang-orang seperti itu (karena kalau demikian mereka tidak bisa binasa, Yoh 10:11,28), atau seakan-akan mereka secara explicit menyangkal Kristus sebagai Penebus; karena kalau demikian mereka tidak akan bisa diikuti oleh para pengaku Kristus (ay 2), ... Karena itu artinya adalah bahwa mereka mengaku sebagai orang-orang yang ditebus, dan juga dalam pandangan mereka sendiri ataupun orang-orang lain, mereka adalah orang-orang yang ditebus, tetapi mereka menyemburkan kesalahan-kesalahan yang pada hakekatnya merupakan penyangkalan terhadap kedaulatan dan keTuhanan dari Kristus atas umatNya] - hal 245.

Matthew Poole: “This is spoken not only of their pretences, that they should profess themselves redeemed by Christ, but in the style of the visible church, which should judge them to be so till they declared the contrary by their wicked actions; ... whosoever professeth himself to be redeemed by Christ, and yet denies him in his deeds, is said to deny the Lord that bought him” (= Ini dikatakan bukan hanya karena kepura-puraan mereka, dimana mereka mengaku diri mereka sendiri ditebus oleh Kristus, tetapi dalam gaya dari gereja yang kelihatan, yang harus menilai mereka demikian sampai mereka menyatakan sebaliknya oleh tindakan-tindakan mereka yang jahat; ... siapapun mengaku dirinya sendiri ditebus oleh Kristus, tetapi menyangkalNya dalam perbuatan-perbuatannya, dikatakan menyangkal Tuhan yang telah membeli mereka) - hal 921.

Louis Berkhof: “that these false teachers are described according to their own profession and the judgment of charity. They gave themselves out as redeemed men, and were so accounted in the judgment of the Church while they abode in her communion” (= bahwa guru-guru palsu ini digambarkan menurut pengakuan mereka sendiri dan penghakiman / penilaian dari kasih. Mereka menyatakan diri mereka sendiri sebagai orang-orang yang ditebus, dan dianggap demikian dalam penghakiman / penilaian dari Gereja sementara mereka tinggal dalam persekutuan Gereja) - ‘Systematic Theology’, hal 397.

Kesimpulan tentang pembahasan 4 ayat di atas:

1. Tentang Ro 14:15 dan 1Kor 8:11, saya menganggap bahwa itu hanya merupakan pengandaian, yang tidak betul-betul terjadi. Jadi dalam kedua ayat itu Paulus menasehati saudara yang kuat justru supaya saudara yang lemah tidak kehilangan keselamatannya.

2. Tentang Ibr 10:29 dan 2Pet 2:1 saya berpendapat bahwa orang yang dibicarakan bukanlah orang Kristen yang sejati, tetapi orang kristen KTP, tetapi mereka digambarkan sesuai dengan pengakuan mereka, atau sesuai dengan kelihatannya.

4) Kalau Kristus tidak mati untuk semua orang, maka penginjilan kepada semua orang merupakan suatu tawaran yang cuma pura-pura / tidak sungguh-sungguh, karena orang-orang itu tidak ditebus, dan karena itu tidak mungkin diselamatkan.

Catatan: serangan ini juga ditujukan terhadap doktrin tentang predestinasi.

Jawab:

a) Tidak ada yang tidak sungguh-sungguh dengan penginjilan kepada semua orang.

Dalam penginjilan, kita hanya memberitakan Kristus yang tersalib, dan menyuruh pendengar kita untuk percaya kepadaNya, dan menjanjikan bahwa setiap orang yang percaya akan diselamatkan. Dan memang benar bahwa setiap orang yang percaya akan selamat. Orang pilihan pasti akan percaya (Kis 13:48 Yoh 10:16), sedangkan orang yang bukan pilihan, bagi siapa penebusan Kristus memang tidak ditujukan, tidak akan bisa percaya (Yoh 10:26), dan karena itu tidak akan diselamatkan.

Kis 13:48 - “Mendengar itu bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan firman Tuhan; dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya”.

Yoh 10:16,26 - “(16) Ada lagi padaKu domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suaraKu dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala. ... (26) tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-dombaKu”.

b) Penginjilan merupakan perintah Tuhan.

William G. T. Shedd: “The question arises: If the atonement of Christ is not intended to be universally applied, why should it be universally offered? The gospel offer is to be made to every man because … 1. It is the divine command ... God has forbidden his ministers to except any man in the offer” (= Pertanyaan muncul: Jika penebusan Kristus tidak dimaksudkan untuk diterapkan / digunakan secara universal, mengapa itu harus ditawarkan secara universal? Penawaran injil harus dibuat kepada setiap orang karena ... 1. Itu merupakan perintah ilahi. ... Allah telah melarang para pelayanNya untuk mengecualikan orang manapun dalam penawaran itu) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, Vol II, hal 482.

Bdk. Mat 28:19 Kis 1:8.

c) Satu-satunya cara penginjilan yang memungkinkan adalah memberitakan Injil kepada semua orang; merupakan suatu kemustahilan untuk memberitakan Injil hanya kepada orang-orang pilihan saja.

William G. T. Shedd: “No offer of the atonement is possible but a universal offer. In order to be offered at all, Christ’s sacrifice must be offered indiscriminately. A limited offer of the atonement to the elect only would require a revelation from God informing the preacher who they are. As there is no such revelation and the herald is in ignorance on this point, he cannot offer the gospel to some and refuse it to others. In this state of things there is no alternative but to preach Christ to everybody or to nobody” (= Tak ada penawaran dari penebusan yang memungkinkan kecuali penawaran yang bersifat universal. Supaya bisa ditawarkan, korban Kristus harus ditawarkan secara tidak membedakan. Suatu penawaran terbatas dari penebusan hanya kepada orang-orang pilihan, akan membutuhkan suatu wahyu / penyataan dari Allah untuk memberikan informasi kepada sang pengkhotbah siapa orang-orang pilihan itu. Karena tidak ada wahyu / penyataan seperti itu, dan orang yang memproklamirkan injil ada dalam ketidak-tahuan tentang hal ini, ia tidak bisa menawarkan injil kepada sebagian orang dan menolak untuk menawarkannya kepada orang-orang lain. Dalam keadaan ini tidak ada alternatif selain memberitakan Kristus kepada setiap orang atau tidak kepada siapa-siapa) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, Vol II, hal 482.

d) Injil diberitakan supaya orang percaya kepada Kristus sebagai Juruselamat, bukan supaya mereka percaya pada predestinasi ataupun ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas).

William G. T. Shedd: “The offer of the atonement is universal, because, when God calls upon men universally to believe, he does call them to believe that they are elected, or that Christ died for them in particular” (= Penawaran penebusan adalah universal, karena, pada waktu Allah memanggil mereka secara universal untuk percaya, Ia tidak memanggil mereka untuk percaya bahwa mereka dipilih, atau bahwa Kristus mati bagi mereka secara khusus) - ‘Dogmatic Theology’, Vol II, hal 485.

John Murray: “The doctrines of particular election, differentiating love, limited atonement do not erect any fence around the offer in the gospel” (= Doktrin tentang pemilihan khusus, kasih yang mengadakan pembedaan, penebusan terbatas, tidak mendirikan pagar apapun di sekeliling penawaran dalam injil) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol 1, hal 81.

e) Hukum Tuhan yang lain diberitakan kepada semua orang tak peduli mereka bisa mentaatinya atau tidak; injil juga harus diberitakan tak peduli pendengarnya bisa percaya atau tidak.

Ketidak-mampuan manusia untuk taat / percaya kepada Kristus terjadi karena kesalahan manusia sendiri, dan itu tidak membuang atau mengurangi kewajibannya untuk taat / percaya kepada Kristus.

William G. T. Shedd: “The atonement is to be offered to every man because it is the duty of every man to trust in it. The atonement is in this particular like the Decalogue. The moral law is to be preached to every man because it is every man’s duty to obey it. The question whether every man will obey it has nothing to do with the universal proclamation of the law. ... In like manner faith in Christ’s atonement should be required as a duty from every man, notwithstanding the fact that ‘no man can come unto Christ except the Father draw him’ (John 6:44); that ‘faith is not of ourselves, but is the gift of God’ (Eph. 2:8); and that Christ is ‘the author and finisher of faith’ (Heb. 12:2). Man’s inability without the grace of God to penitently trust in Christ’s atonement, being self-caused like his inability to perfectly keep the moral law without the same grace, still leaves his duty in the case binding upon him” [= Penebusan harus ditawarkan kepada setiap orang karena itu adalah kewajiban dari setiap orang untuk mempercayainya. Penebusan dalam hal khusus ini adalah seperti 10 hukum Tuhan. Hukum moral harus diberitakan kepada setiap orang karena merupakan kewajiban setiap orang untuk mentaatinya. Persoalan apakah setiap orang akan mentaatinya tidak ada hubungannya dengan proklamasi universal dari hukum itu. ... Dengan cara yang sama iman kepada penebusan Kristus harus dituntut sebagai suatu kewajiban dari setiap orang, sekalipun dalam faktanya ‘tak seorangpun dapat datang kepada Kristus kecuali Allah menariknya’ (Yoh 6:44); dan juga ‘iman bukanlah dari diri kita sendiri, tetapi adalah pemberian Allah’ (Ef 2:8); dan bahwa Kristus adalah ‘pencipta dan penyelesai dari iman’ (Ibr 12:2). Ketidak-mampuan manusia tanpa kasih karunia Allah untuk dengan menyesal percaya kepada penebusan Kristus, disebabkan oleh dirinya sendiri seperti ketidak-mampuannya untuk mentaati secara sempurna hukum moral tanpa kasih karunia yang sama, tetap meninggalkan kewajibannya sebagai mengikat dia dalam kasus itu]- ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, Vol II, hal 487-488.

Ibr 12:2 - “Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah”.

KJV: ‘Jesus the author and finisher of our faith’ (= Yesus pencipta / pemulai dan penyelesai dari iman kita).

NIV: ‘Jesus, the author and perfecter of our faith’ (= Yesus, pencipta / pemulai dan penyempurna dari iman kita).

f) Orang-orang pilihan pasti selamat, tetapi mereka tidak mungkin selamat kalau tidak percaya, dan mereka tidak mungkin percaya kalau tidak mendengar Injil, dan mereka tidak mungkin mendengar Injil kalau tidak ada yang memberitakan kepada mereka.

R. C. Sproul mengutip Ro 10:13-15 yang berbunyi sebagai berikut: “(13) Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14) Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya? (15) Dan bagaimana mereka dapat memberitakanNya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: ‘Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!’”.

R. C. Sproul: “We notice the logic of Paul’s progression here. He lists a series of necessary conditions for people to be saved. Without sending there are no preachers. Without preachers there is no preaching. Without preaching there is no hearing of the gospel. Without the hearing of the gospel there is no believing of the gospel. Without the believing of the gospel there is no calling upon God to be saved. Without the calling upon God to be saved there is no salvation. God not only foreordains the end of salvation for the elect, he also foreordained the means to that end. God has chosen the foolishness of preaching as the means to accomplish redemption. I suppose he could have worked out his divine purpose without us. He could publish the gospel in the clouds using his holy finger in skywriting. He could preach the gospel himself, in his own voice, shouting it from heaven. But that is not his choice. It is a marvelous privilege to be used by God in the plan of redemption.” (= Kita memperhatikan logika dari kemajuan Paulus di sini. Ia mendaftar suatu seri dari kondisi / syarat yang perlu supaya orang-orang diselamatkan. Tanpa pengutusan di sana tidak ada pemberita. Tanpa pemberita, di sana tidak ada pemberitaan. Tanpa pemberitaan di sana tidak ada yang mendengar injil. Tanpa mendengar injil di sana tidak ada kepercayaan terhadap injil. Tanpa kepercayaan terhadap injil di sana tidak ada seruan kepada Allah untuk diselamatkan. Tanpa seruan kepada Allah untuk diselamatkan, di sana tidak ada keselamatan. Allah bukan hanya menentukan lebih dulu tujuan dari keselamatan untuk orang-orang pilihan, Ia juga menentukan lebih dulu cara / jalan menuju tujuan itu. Allah telah memilih kebodohan pemberitaan injil sebagai cara / jalan untuk mengerjakan / melengkapi penebusan. Saya anggap Ia bisa mengerjakan tujuan / rencana ilahiNya tanpa kita. Ia bisa mengumumkan injil di awan-awan menggunakan jariNya yang kudus dengan menulis di langit. Ia bisa memberitakan Injil sendiri, dalam / dengan suaraNya sendiri, meneriakkannya dari surga. Tetapi itu bukanlah pilihanNya. Merupakan suatu hak yang mengagumkan untuk dipakai oleh Allah dalam rencana penebusan.) - ‘Chosen by God’, hal 209-210.

R. C. Sproul: “We must never underestimate the importance of our role in evangelism. Neither must we overestimate it. We preach. We bear witness. We provide the outward call. But God alone has the power to call a person to himself inwardly. I do not feel cheated by that. On the contrary, I feel comforted. We must do our job, trusting that God will do his” (= Kita tidak boleh meremehkan pentingnya peranan kita dalam penginjilan. Kita juga tidak boleh menilainya terlalu tinggi. Kita memberitakan. Kita memberikan kesaksian. Kita menyediakan panggilan luar / lahiriah. Tetapi Allah saja yang mempunyai kuasa untuk memanggil seseorang kepada diriNya sendiri dari dalam. Saya tidak merasa ditipu oleh hal itu. Sebaliknya, saya merasa dihibur. Kita harus melakukan pekerjaan kita, sambil percaya bahwa Allah akan melakukan pekerjaanNya) - ‘Chosen by God’, hal 212.

Bdk. 1Kor 3:5-9 - “(5) Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. (6) Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. (7) Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. (8) Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri. (9) Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah”.

g) Memang mungkin kepercayaan terhadap doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas) ini agak ‘menyukarkan’ kita dalam memberitakan Injil.

Dalam pemberitaan Injil secara masal (melalui khotbah dsb) maka tak ada masalah. Kita bisa tetap mengatakan bahwa Kristus mati untuk ‘kalian’, tanpa memberi penjelasan siapa saja yang termasuk dalam ‘kalian’ itu. Masakan dari banyak orang yang hadir tak ada yang termasuk orang-orang pilihan? Jadi, itu bukan dusta.

Yang jadi ‘masalah’ adalah dalam penginjilan pribadi. Dulu, sebelum saya percaya pada doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas) ini, saya dengan mudah bisa berkata ‘Kristus mati untuk kamu’, dan dengan demikian menujukan penebusan Kristus khusus untuk dia.

Tetapi sekarang, setelah saya percaya pada doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas) ini maka kalau saya mengatakan itu, kata-kata itu mungkin sekali merupakan dusta, karena saya tak tahu apakah ia orang pilihan atau bukan. Jadi, saya hanya bisa mengatakan secara umum, bahwa ‘Kristus mati untuk menebus dosa manusia’.

Tetapi ‘masalah’ ini bukan masalah. Kalau kita memberitakan Injil dengan cara yang benar, saya percaya bahwa itu bukan hanya tetap akan diberkati, tetapi bahkan akan lebih diberkati (dari pada kalau kita memberitakan Injil dengan cara yang salah)!

Jangan lupa bahwa pertobatan orang yang kita injili tidak tergantung kata-kata kita, tetapi tergantung pekerjaan Roh Kudus, dan Roh Kudus pasti akan lebih senang bekerja kalau kita memberitakan kebenaran.

John Murray: “Sinners do not come to Christ because they first believe that they have been elected. They come to Christ and only then may they believe that they were chosen in Christ before the foundation of the world. The same is true in the matter of the atonement. It cannot be declared to men indiscriminately that, in the proper sense of the term, Christ died for them. The belief of this proposition is the primary act of faith. Only in commitment to Christ as freely offered may we come to know that he died for our sins unto our redemption” (= Orang-orang berdosa tidak datang kepada Kristus karena mereka lebih dulu percaya bahwa mereka telah dipilih. Mereka datang kepada Kristus dan hanya pada saat itu mereka percaya bahwa mereka telah dipilih dalam Kristus sebelum dunia dijadikan. Hal yang sama adalah benar dalam persoalan penebusan. Tidak bisa dinyatakan kepada manusia tanpa pembedaan / pandang bulu bahwa, dalam arti yang benar dari istilah itu, bahwa Kristus mati untuk mereka. Kepercayaan tentang usul / hal ini adalah tindakan utama dari iman. Hanya dalam komitmen kepada Kristus sebagaimana ditawarkan dengan cuma-cuma, kita bisa tahu bahwa Ia mati untuk dosa-dosa kita untuk penebusan kita) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol 1, hal 84.

Pembahasan tentang 1Tim 4:10.

1Tim 4:10 - “Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya”.

1. Penafsiran Arminian tentang 1Tim 4:10.

Adam Clarke: “‘Who is the Saviour of all men’. Who has provided salvation for the whole human race, and has freely offered it to them in his word and by his Spirit. ‘Specially of those that believe’. What God intends for ALL, he actually gives to them that believe in Christ, who died for the sins of the world, and tasted death for every man. As all have been purchased by his blood so all may believe; and consequently all may be saved. Those that perish, perish through their own fault” (= ‘Yang adalah Juruselamat dari semua manusia’. Yang telah menyediakan keselamatan untuk seluruh umat manusia, dan telah menawarkannya secara cuma-cuma kepada mereka dalam firmanNya dan oleh RohNya. ‘Khususnya dari mereka yang percaya’. Apa yang Allah maksudkan untuk SEMUA, Ia betul-betul memberikannya kepada mereka yang percaya kepada Kristus, yang mati untuk dosa-dosa dunia, dan merasakan kematian untuk setiap orang. Karena semua telah dibeli oleh darahNya maka semua bisa percaya; dan karena itu semua bisa diselamatkan. Mereka yang binasa, binasa karena kesalahan mereka sendiri) - hal 603.

Keberatan: kalau Allah hanya menyediakan keselamatan itu tetapi orang-orang itu tidak menerimanya (tidak percaya kepada Kristus), bagaimana Allah bisa disebut sebagai Juruselamat mereka?

Lenski: “All that we have said regarding ‘Savior’ in 1:1 and 2:3 might be repeated here. He wants all men to be saved (2:3) and is thus called ‘Savior of all men.’ We know why so many are not saved (Matt. 23:37). Therefore Paul adds: ‘especially of believers’ just as in 1:1 he says ‘our Savior,’ and in 2:3: ‘he wants all men to come to realization of truth.’ This does not mean that his will to save some men is stronger than his will to save others, or that there is a duality in God’s antecedent will (Calvin). Μάλιστα, ‘especially,’ pertains to ‘believers’ because God’s good and gracious saving will is being accomplished in them and is not frustrated by obdurate unbelief. Paul is thinking not only of the believers already brought to a realization of the saving gospel truth, to godliness and to its sure and certain promise, but also of all believers of the future” [= Semua yang telah kami katakan berkenaan dengan ‘Juruselamat’ dalam 1:1 dan 2:3 bisa diulang di sini. Ia menginginkan semua manusia diselamatkan (2:3) dan karena itu disebut ‘Juruselamat semua manusia’. Kita tahu mengapa begitu banyak orang tidak diselamatkan (Mat 23:37). Karena itu, Paulus menambahkan kata-kata ‘terutama mereka yang percaya’ sama seperti dalam 1:1 ia berkata ‘Juruselamat kita’, dan dalam 2:3: ‘Ia menghendaki semua orang memperoleh pengetahuan akan kebenaran’. Ini tidak berarti bahwa kehendakNya untuk menyelamatkan sebagian orang lebih kuat dari pada kehendakNya untuk menyelamatkan orang-orang lain, atau bahwa di sana ada suatu dualisme dalam kehendak Allah yang mendahului (Calvin). Μάλιστα(MALISTA), ‘terutama / khususnya’, menyinggung ‘orang-orang percaya’ karena kehendak yang baik dan murah hati yang menyelamatkan dari Allah sedang digenapi dalam mereka dan tidak digagalkan oleh ketidak-percayaan yang keras kepala. Paulus sedang memikirkan bukan hanya tentang orang-orang percaya yang sudah dibawa kepada suatu realisasi tentang kebenaran injil yang menyelamatkan, pada kesalehan dan pada janji yang pasti, tetapi juga tentang semua orang-orang percaya dari masa yang akan datang].

1Tim 1:1 - “Dari Paulus, rasul Kristus Yesus menurut perintah Allah, Juruselamat kita, dan Kristus Yesus, dasar pengharapan kita,”.

1Tim 2:3-4 - “(3) Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, (4) yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran”.

Mat 23:37 - “‘Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau”.

2. Penafsiran Reformed tentang 1Tim 4:10.

Tentang 1Tim 4:10 ini, John Owen berkata:

“That God the Father is often called Saviour I showed before, and that he is here intended, as is agreed upon by all sound interpreters, so also it is clear from the matter in hand, which is the protecting providence of God, general towards all, special and peculiar towards his church” (= Bahwa Allah Bapa sering disebut Juruselamat telah saya tunjukkan sebelumnya, dan bahwa di sini Ialah yang dimaksudkan, seperti yang disetujui oleh semua penafsir yang sehat; dan juga merupakan sesuatu yang jelas dari persoalan yang sedang kita tangani, yang merupakan providensia Allah yang melindungi, secara umum bagi semua orang, secara khusus dan khas bagi gerejaNya) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, ‘The Death of Christ’, hal 190.

John Owen melanjutkan: “For the subject, ‘He,’ it is God the Father, and not Christ the mediator; and for the predicate, it is a providential preservation, and not a purchased salvation that is intimated; - that is, the providence of God protecting and governing all, but watching in an especial manner for the good of them that are his” (= Untuk subyeknya, ‘Ia’ adalah Allah Bapa, dan bukan Kristus sang Pengantara; dan untuk predikatnya, itu adalah pemeliharaan yang bersifat providensial, dan bukan menyatakan suatu keselamatan yang dibeli; - yaitu, providensia Allah yang melindungi dan memerintah semua, tetapi menjaga dengan cara yang khusus demi kebaikan mereka yang adalah milikNya) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, ‘The Death of Christ’, hal 191.

Jadi ada 2 hal yang ditekankan oleh John Owen dalam kedua kutipan di atas, yaitu:

a. Subyek dari ayat itu bukanlah Yesus tetapi Bapa.

b. Kata ‘Juruselamat’ di sini bukanlah dalam persoalan keselamatan rohani, tetapi keselamatan jasmani / duniawi.

Calvin mempunyai pandangan / penafsiran yang sama dengan Owen.

Calvin: “the word swthr is here a general term, and denotes one who defends and preserves. He means that the kindness of God extends to all men” [= kata swthr (SOTER - Juruselamat) di sini merupakan suatu istilah yang bersifat umum, dan menunjuk pada seseorang yang mempertahankan / membela dan memelihara. Ia memaksudkan bahwa kebaikan Allah menjangkau semua manusia] - hal 112.

Calvin: “The word ‘Saviour’ is not here taken in what we call its proper and strict meaning, in regard to the eternal salvation which God promises to his elect, but it is taken for one who delivers and protects. ... In this sense he is called ‘the Saviour of all men;’ not in regard to the spiritual salvation of their souls, but because he supports all his creatures. In this way, therefore, our Lord is the Saviour of all men; that is, his goodness extends to the most wicked, who are estranged from him” (= Kata ‘Juruselamat’ di sini tidak diambil dalam arti sebenarnya dan ketat, berkenaan dengan keselamatan kekal yang dijanjikan Allah kepada orang-orang pilihanNya, tetapi menunjuk kepada seseorang yang membebaskan dan melindungi. ... Dalam arti ini Ia disebut ‘Juruselamat semua manusia’; bukan berkenaan dengan keselamatan rohani dari jiwa-jiwa mereka, tetapi karena Ia menyokong semua makhluk ciptaanNya. Dengan cara ini Tuhan kita adalah Juruselamat semua manusia; yaitu, kebaikanNya menjangkau orang-orang yang paling jahat, yang jauh dari Dia) - hal 111-112 (footnote).

William Hendriksen memberikan bermacam-macam penafsiran tentang ayat ini dengan jawaban dari pihaknya, yaitu:

a. Allah adalah Juruselamat dari semua manusia, dalam arti bahwa pada akhirnya Ia betul-betul menyelamatkan semua manusia (Universalisme).

Bantahannya:

· Universalisme bertentangan dengan ajaran Kitab Suci.

· Kata-kata ‘terutama mereka yang percaya’ pada akhir dari 1Tim 4:10 itu menjadi tidak ada artinya.

1Tim 4:10 - “Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya”.

b. Allah betul-betul memberikan keselamatan kepada semua golongan manusia.

Bantahannya: ini juga tak sesuai dengan kata-kata ‘terutama mereka yang percaya’ pada akhir dari ayat ini.

c. Allah menginginkan / menghendaki keselamatan semua manusia, tetapi kehendakNya digagalkan oleh ketidak-percayaan. Ini merupakan tafsiran Arminian, seperti yang diberikan oleh Adam Clarke dan Lenski di atas.

Bantahannya:

· text ini mengatakan bahwa Allah adalah Juruselamat, berarti seharusnya Ia betul-betul menyelamatkan.

· kehendak / rencana Allah tidak mungkin gagal (bdk. Ayub 42:2 Yes 14:24,26-27 Yes 46:10-11).

d. Allah mampu menyelamatkan semua manusia; tetapi hanya orang-orang percaya yang betul-betul Ia selamatkan.

Bantahannya: text itu mengatakan bahwa Allah adalah Juruselamat semua manusia [Lit: ‘who is the Saviour of all men’ (= yang adalahJuruselamat semua manusia)], bukannya sekedar mampu menyelamatkan semua manusia.

Lalu Hendriksen mengatakan bahwa untuk mengerti ayat ini kita harus mempelajari arti dari kata ‘Juruselamat’, dan ia lalu menunjukkan sederetan ayat-ayat yang dalam LXX / Septuaginta (Perjanjian Lama berbahasa Yunani) menggunakan kata SOTER (= Juruselamat), yaitu:

¨ Hak 3:9 - “Lalu berserulah orang Israel kepada TUHAN, maka TUHAN membangkitkan seorang penyelamat bagi orang Israel, yakni Otniel, anak Kenas adik Kaleb”.

¨ Neh 9:27 - “Lalu Engkau menyerahkan mereka ke tangan lawan-lawan mereka, yang menyesakkan mereka. Dan pada waktu kesusahan mereka berteriak kepadaMu, lalu Engkau mendengar dari langit dan karena kasih sayangMu yang besar Kauberikan kepada mereka orang-orang yang menyelamatkan mereka dari tangan lawan mereka”.

¨ Obaja 21 - “Penyelamat-penyelamat akan naik ke atas gunung Sion untuk menghukumkan pegunungan Esau; maka Tuhanlah yang akan empunya kerajaan itu”.

¨ Ul 32:15 - “Lalu menjadi gemuklah Yesyurun, dan menendang ke belakang, - bertambah gemuk engkau, gendut dan tambun - dan ia meninggalkan Allah yang telah menjadikan dia, ia memandang rendah gunung batu keselamatannya [Lit: ‘the rock of his Saviour’(= batu karang Juruselamatnya)]”.

Catatan: perhatikan bahwa dalam ayat-ayat di atas kata SOTER (= Juruselamat) tidak digunakan dalam hubungannya dengan keselamatan rohani / hidup yang kekal, tetapi dalam hubungannya dengan keselamatan jasmani / duniawi / sementara.

Ayat-ayat lain yang bisa diperhatikan dalam persoalan ini adalah: Yes 43:3,11 Yes 45:15,21 Yes 49:26 Yes 60:16 Yer 14:8 Hos 13:4.

Hendriksen juga mengatakan bahwa Allah sering disebut sebagai Juruselamat, karena Ia telah menyelamatkan Israel dari Mesir, seperti dalam:

* Maz 25:5 - “Bawalah aku berjalan dalam kebenaranMu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku [NIV: ‘you are God my Saviour’ (= Engkau adalah Allah Juruselamatku)], Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari”.

* Mazmur 106:21 - “Mereka melupakan Allah yang telah menyelamatkan mereka, yang telah melakukan hal-hal yang besar di Mesir”.

Tetapi Ia ‘tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka’ (1Kor 10:5).

William Hendriksen lalu mengatakan: “In a sense, therefore, he was the Saviour or Soter of all, but especially of those who believed. With the latter, with them alone, he was ‘well pleased.’” (= Karena itu, dalam arti tertentu Ia adalah Juruselamat atau SOTER dari semua, tetapi terutama dari mereka yang percaya. Hanya kepada yang terakhir inilah Ia berkenan) - hal 155.

Hendriksen juga menyoroti Yes 63:8-10 - “(8) Bukankah Ia berfirman: ‘Sungguh, merekalah umatKu, anak-anak yang tidak akan berlaku curang,’ maka Ia menjadi Juruselamat mereka (9) dalam segala kesesakan mereka. Bukan seorang duta atau utusan, melainkan Ia sendirilah yang menyelamatkan mereka; Dialah yang menebus mereka dalam kasihNya dan belas kasihanNya. Ia mengangkat dan menggendong mereka selama zaman dahulu kala. (10) Tetapi mereka memberontak dan mendukakan Roh KudusNya; maka Ia berubah menjadi musuh mereka, dan Ia sendiri berperang melawan mereka”.

Ayat ini juga menunjukkan bahwa sekalipun orang-orang yang dibicarakan itu mempunyai Allah sebagai Juruselamat mereka (dalam persoalan jasmani), tetapi mereka tidak diselamatkan (secara rohani).

Hendriksen lalu menyimpulkan: “According to the Old Testament, then, God is Soter not only of those who enter his everlasting kingdom but in a sense also of others, indeed, of all those whom he delivers from temporary disaster” [= Jadi, menurut Perjanjian Lama Allah adalah SOTER (Juruselamat) bukan hanya dari mereka yang memasuki kerajaanNya yang kekal, tetapi dalam arti tertentu juga dari orang-orang lain, dari semua mereka yang Ia bebaskan dari bencana sementara] - hal 155.

Ia menambahkan lagi bahwa baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru kebaikan Allah ditunjukkan kepada semua orang dan bahkan kepada binatang dan tanaman (Maz 36:7 Maz 104:25-28 Maz 145:9,16,17 Yun 4:10-11 Mat 5:45 Lukas 6:35 Kis 17:25,28).

William Hendriksen: “In the New Testament this teaching is continued, ... He preserves, delivers, and in that sense ‘saves,’ and that ‘saving’ activity is by no means confined to the elect! On the Voyage Dangerous (to Rome) God ‘saved’ not only Paul but all those who were with him (Acts 27:22,31,44)” [= Dalam Perjanjian Baru ajaran ini dilanjutkan, ... Ia memelihara, membebaskan, dan dalam arti itu ‘menyelamatkan’, dan aktivitas ‘penyelamatan’ itu sama sekali tidak terbatas pada orang-orang pilihan! Dalam pelayaran yang berbahaya ke Roma, Allah ‘menyelamatkan’ bukan hanya Paulus tetapi semua mereka yang ada bersama dengan dia (Kis 27:22,31,44)] - hal 155.

Bdk. Kis 27:22,31,44 - “(22) Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. ... (31) Karena itu Paulus berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya: ‘Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat.’ ... (44) dan supaya orang-orang lain menyusul dengan mempergunakan papan atau pecahan-pecahan kapal. Demikianlah mereka semua selamat naik ke darat”.

William Hendriksen: “This is really all that is needed in clarification of our present passage, 1Tim 4:10. What the apostle teaches amounts, accordingly, to this, ‘We have our hope set on the living God, and in this hope we shall not be disappointed, for not only is he a kind God, hence the Soter (Perserver, Deliverer) of all men, showering blessings upon them, but he is in a very special sense the Soter (Savior) of those who by faith embrace him and his promise, for to them he imparts salvation, everlasting life in all its fulness’” [= Inilah yang dibutuhkan dalam penjelasan tentang text kita saat ini, 1Tim 4:10. Apa yang diajarkan oleh sang rasul adalah ini: ‘Kami meletakkan pengharapan kami pada Allah yang hidup, dan dalam pengharapan ini kami tidak akan dikecewakan, karena Ia bukan hanya merupakan Allah yang baik, yang merupakan SOTER (Pemelihara, Pembebas) dari semua orang, yang mencurahkan berkatNya kepada mereka, tetapi dalam arti yang sangat khusus Ia adalah SOTER (Juruselamat) dari mereka yang dengan iman memeluk Dia dan janjiNya, karena kepada mereka Ia memberikan keselamatan, hidup yang kekal dalam seluruh kepenuhannya’] - hal 156.

Kesimpulan: kata SOTER bisa menunjuk pada Juruselamat dalam keselamatan jasmani, bisa juga menunjuk pada Juruselamat dalam keselamatan rohani. Dalam arti pertama, Allah adalah SOTER dari semua orang. Dalam arti kedua Allah hanyalah SOTER dari orang-orang pilihan. Karena itulah maka ada kata-kata ‘terutama mereka yang percaya’.

Dengan demikian jelaslah bahwa ayat ini tidak mendukung Universal Atonement (= Penebusan Universal) ataupun menentang Limited Atonement (= Penebusan terbatas).

g) Titus 2:11 - “Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata”.

Catatan: ayat ini diterjemahkan secara berbeda-beda.

KJV: ‘For the grace of God that bringeth salvation hath appeared to all men’ (= Karena kasih karunia Allah yang membawa keselamatan telah muncul / tampak kepada semua orang).

RSV: ‘For the grace of God has appeared for the salvation of all men’ (= Karena kasih karunia Allah telah muncul / tampak untuk keselamatan semua orang).

NIV: ‘For the grace of God that brings salvation has appeared to all men’ (= Karena kasih karunia Allah yang membawa keselamatan telah muncul / tampak kepada semua orang).

NASB: ‘For the grace of God has appeared, bringing salvation to all men’ (= Karena kasih karunia Allah telah muncul / tampak, membawa keselamatan bagi semua orang).

Dari terjemahan KJV / NIV tak terlihat bahwa Allah menyelamatkan semua orang, tetapi hanya bahwa keselamatan itu muncul / tampak (= ditawarkan) kepada semua orang, sehingga jelas bahwa ayat ini tidak bertentangan dengan doktrin Limited Atonement (= Penebusan Terbatas).

Adam Clarke: “‎Literally translated, the words stand thus: ‘For the grace of God, that which saves, hath shone forth upon all men.’ Or, as it is expressed in the margin of our King James Version: ‘The grace of God, that bringeth salvation to all men, hath appeared.’ Since God’s grace signifies God’s favour, any benefit received from him may be termed God’s grace. In this place, and in Col 1:6, the Gospel, which points out God’s infinite mercy to the world, is termed the grace of God; for it is not only a favour of infinite worth in itself, but it announces that greatest gift of God to man, the incarnation and atoning sacrifice of Jesus Christ. Now it cannot be said, except in a very refined and spiritual sense, that this Gospel had then appeared to all men; but it may be well said that it bringeth salvation to all men; this is its design; and it was to taste death for every man that its author came into the world. There is a beauty and energy in the word ‎EPEPHANEE‎, hath shined out, that is rarely noted; it seems to be a metaphor taken from the sun. As by his rising in the east and shining out, he enlightens, successively, the whole world; so the Lord Jesus, who is called the Sun of righteousness, Mal 4:2, arises on the whole human race with healing in his wings. And as the light and heat of the sun are denied to no nation nor individual, so the grace of the Lord Jesus, this also shines out upon all; and God designs that all mankind shall be as equally benefited by it in reference to their souls, as they are in respect to their bodies by the sun that shines in the firmament of heaven. But as all the parts of the earth are not immediately illuminated, but come into the solar light successively, not only in consequence of the earth’s diurnal revolution round its own axis, but in consequence of its annual revolution round its whole orbit; so this Sun of righteousness, who has shined out, is bringing every part of the habitable globe into his divine light; that light is shining more and more to the perfect day; so that gradually and successively he is enlightening every nation, and every man; and, when his great year is filled up, every nation of the earth shall be brought into the light and heat of this unspotted, uneclipsed, and eternal Sun of righteousness and truth. Wherever the Gospel comes, it brings salvation - it offers deliverance from all sin to every soul that hears or reads it. As freely as the sun dispenses his genial influences to every inhabitant of the earth, so freely does Jesus Christ dispense the merits and blessings of his passion and death to every soul of man. From the influences of this spiritual Sun no soul is reprobated anymore than from the influences of the natural sun. In both cases, only those who willfully shut their eyes, and hide themselves in darkness, are deprived of the gracious benefit” (= Diterjemahkan secara hurufiah, kata-katanya adalah demikian: ‘Karena kasih karunia Allah, itu yang menyelamatkan, telah bersinar / memancar kepada semua orang’. Atau, seperti dinyatakan di catatan tepi dari KJV kita: ‘kasih karunia Allah, yang membawa keselamatan kepada semua orang, telah tampak / muncul’. Karena kasih karunia Allah menunjukkan kebaikan Allah, manfaat apapun yang diterima dari Dia bisa disebut kasih karunia Allah. Di tempat ini, dan dalam Kol 1:6, Injil, yang menunjukkan belas kasihan yang tak terbatas dari Allah kepada dunia, disebut kasih karunia Allah; karena itu bukan hanya suatu kebaikan yang nilainya tak terbatas dalam dirinya sendiri, tetapi itu mengumumkan karunia terbesar dari Allah kepada manusia itu, inkarnasi dan korban penebusan dari Yesus Kristus. Tak bisa dikatakan, kecuali dalam arti yang sangat diperhalus dan rohani, bahwa Injil ini pada saat itu sudah muncul / tampak kepada semua orang; tetapi bisa dikatakan dengan baik bahwa Injil itu membawa keselamatan kepada semua orang; ini adalah rancangan dari Injil; dan ADALAH UNTUK MENCICIPI KEMATIAN UNTUK SETIAP ORANGLAH PENCIPTANYA DATANG KE DALAM DUNIA. Di sini ada suatu keindahan dan kekuatan dalam kata EPEPHANEE, telah bersinar / memancar, yang jarang diperhatikan; itu kelihatannya merupakan suatu kiasan yang diambil dari matahari. Seperti terbitnya dan memancarnya matahari di Timur dan, ia menerangi seluruh dunia secara berurutan; demikianlah Tuhan Yesus, yang disebut Surya kebenaran, Mal 4:2, muncul kepada seluruh umat manusia dengan kesembuhan pada sayapNya. Dan seperti terang dan panas dari matahari tidak ditahan dari bangsa atau individu manapun, demikian juga kasih karunia dari Tuhan Yesus, ini juga bersinar kepada semua orang; dan Allah merancang supaya seluruh umat manusia akan mendapatkan manfaat secara sama olehnya berkenaan dengan jiwa mereka, seperti mereka mendapat manfaat berkenaan dengan tubuh mereka oleh matahari yang bersinar di cakrawala dari langit. Tetapi seperti tidak semua bagian dari bumi diterangi dengan segera, tetapi datang pada sinar matahari berturut-turut, bukan hanya dalam konsekwensi dari perputaran tiap hari pada porosnya, tetapi dalam konsekwensi dari perputaran tahunan sekeliling orbitnya; demikian juga Surya kebenaran ini, yang telah bersinar, sedang membawa setiap bagian dari dunia yang dihuni kepada terang ilahiNya; sehingga terang itu bersinar makin lama makin terang sampai tengah hari; sehingga perlahan-lahan dan berturut-turut, Ia sedang menerangi setiap bangsa, dan setiap orang; dan pada waktu tahunNya yang agung dipenuhi, setiap bangsa dari bumi akan dibawa ke dalam terang dan panas dari Surya kebenaran yang tak berbercak, tak tertutup dan kekal ini. Dimanapun Injil datang, itu MEMBAWA keselamatan - itu MENAWARKAN pembebasan dari semua dosa kepada setiap jiwa yang mendengar atau membacanya. Seperti bebasnya matahari membagikan pengaruhnya yang ramah / periang kepada setiap penduduk bumi, demikian juga Yesus Kristus membagikan jasa / manfaat dan berkat dari penderitaan dan kematianNya kepada setiap jiwa manusia. Dari pengaruh dari Surya rohani ini TAK ADA JIWA YANG DITENTUKAN BINASA seperti tak ada jiwa yang tidak mendapat pengaruh dari matahari alamiah. Dalam kedua kasus, hanya mereka yang secara sengaja menutup mata mereka, dan menyembunyikan diri mereka sendiri dalam kegelapan, tidak mendapatkan manfaat yang penuh kasih karunia).

Kol 1:6 - “yang sudah sampai kepada kamu. Injil itu berbuah dan berkembang di seluruh dunia, demikian juga di antara kamu sejak waktu kamu mendengarnya dan mengenal kasih karunia Allah dengan sebenarnya”.

Mal 4:2 - “Tetapi kamu yang takut akan namaKu, bagimu akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya. Kamu akan keluar dan berjingkrak-jingkrak seperti anak lembu lepas kandang”.

Tanggapan saya:

1. Dengan ilustrasi seperti itu, bagaimana Adam Clarke menjelaskan fakta, dalam Alkitab maupun dalam kehidupan sekarang ini, tentang banyak sekali orang, yang sampai mati tak pernah mendengar Injil?

Clarke kelihatannya juga memikirkan hal ini, dan ia berusaha memecahkan problem ini dengan berkata sebagai berikut: “Light being created, and in a certain measure dispersed, at least three whole days before the sun was formed; (for his creation was a part of the fourth day’s work;) so, previously to the incarnation of Christ, there was spiritual light in the world; for he diffused his beams while his orb was yet unseen. And even now, where by the preaching of his Gospel he is not yet manifested, he is that true light which enlightens every man coming into the world; so that the moral world is no more left to absolute darkness, where the Gospel is not yet preached, than the earth was the four days which preceded the creation of the sun, or those parts of the world are where the Gospel has not yet been preached” [= Terang diciptakan, dan dalam ukuran tertentu disebarkan, sedikitnya 3 hari penuh sebelum matahari dibentuk; (karena penciptaan matahari merupakan sebagian dari pekerjaan pada hari keempat); demikian juga sebelum inkarnasi Kristus, disana ada terang rohani dalam dunia; karena Ia menyebarkan sinarNya sementara bulatan bumiNya belum terlihat. Dan bahkan sekarang, dimana oleh pemberitaan InjilNya Ia belum dinyatakan, Ia adalah terang yang sejati itu, yang menerangi setiap orang yang datang ke dalam dunia; sehingga dunia moral tidak ditinggalkan dalam kegelapan mutlak, dimana Injil belum diberitakan, sama seperti bumi ada selama 4 hari yang mendahului penciptaan matahari, atau bagian-bagian dari dunia itu dimana Injil belum diberitakan].

Jawaban saya:

Ini adalah penyamaan dari dua hal yang sama sekali tidak sama dan merupakan pengalegorian yang tidak pada tempatnya!

Memang sebelum inkarnasi, ada terang dari hukum Taurat, sehingga orang-orang yang mempunyai hukum Taurat, bisa saja selamat. Tetapi bagaimana dengan orang-orang yang tidak punya hukum Taurat? Mereka memang mempunyai hukum hati nurani, tetapi bisakah ‘terang itu’ menyelamatkan? Mustahil! Karena Ro 2:12 berbunyi: “Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat”.

Dan keadaan ini (adanya banyak orang yang sampai mati tidak pernah mendengar Injil) akan berlangsung sampai kedatangan Kristus yang keduakalinya. Tetapi bagaimana dengan Mat 24:14?

Matius 24:14 - “Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.’”.

Ayat ini tidak bisa ditafsirkan secara mutlak, bahwa Kristus baru akan datang kalau setiap orang sudah mendengar Injil. Ayat ini hanya bisa diartikan bahwa secara umum Injil sudah diberitakan di semua negara dan bangsa.

2. Dalam dua kalimat yang terakhir, ia menganggap bahwa siapapun yang tidak mendapatkan manfaat dari Injil, itu adalah karena kesalahan mereka sendiri, yang menutup mata mereka sendiri, bukan karena mereka ditentukan untuk binasa (reprobate). Tetapi dalam kasus orang yang sampai mati tak pernah mendengar Injil, jelas bahwa mereka tidak mendapat manfaat dari Injil bukan karena mereka sengaja menutup mata! Berapapun lebarnya mereka membuka mata mereka, mereka tak akan mendapatkan manfaat dari injil, yang tidak pernah sampai ke mata / telinga mereka!

Roma 10:13-14,17 - “(13) Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14) Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya? ... (17) Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus”.

3. Pada bagian yang saya beri garis bawah ganda, Clarke mula-mula mengatakan ‘MEMBAWA keselamatan’ tetapi lalu mengubahnya menjadi ‘MENAWARKAN pembebasan’. Padahal dua istilah ini sangat berbeda!

4. Clarke menggunakan ayat ini untuk menentang, baik predestinasi maupun penebusan terbatas. Tetapi kalau ayat-ayat ini diterjemahkan seperti dalam KJV / NIV, tentu saja dengan penafsiran bahwa kata-kata ‘all men’ (= semua orang) tidak dimutlakkan, maka ayat ini tidak menentang kedua doktrin Reformed / Calvinisme ini!

Lenski: “Here is the universality of this saving grace, which is in direct contradiction to Calvin’s limited grace” (= Di sini ada ke-universal-an dari kasih karunia yang menyelamatkan, yang ada dalam kontradiksi langsung dengan kasih karunia yang terbatas dari Calvin).

Padahal di bagian awal dari tafsirannya tentang ayat ini Lenski mengakui bahwa text dari ayat ini membicarakan golongan-golongan manusia.

Lenski: “This summary of ‘the teaching’ presents the salvation purchased and won for all men, ... Paul reserves this summary until the last because it is not pertinent only to ‘slaves’ (v. 9), for he admonishes all the different classes of Christians to do good works. He speaks of slaves only as being one of these classes; nor can this gospel summary be restricted to slaves” [= Ringkasan dari ‘pengajaran’ ini menyajikan keselamatan yang telah dibeli dan dimenangkan untuk semua orang, ... Paulus mencadangkan ringkasan ini sampai akhir karena itu berhubungan bukan hanya dengan ‘budak-budak / hamba-hamba’ (ay 9), karena ia menasehati semua golongan-golongan yang berbeda dari orang-orang Kristen untuk melakukan perbuatan / pekerjaan baik. Ia berbicara tentang budak-budak / hamba-hamba sebagai salah satu dari golongan-golongan ini; juga ringkasan Injil ini tidak bisa dibatasi kepada budak-budak / hamba-hamba].

Calvin (tentang Titus 2:11): “‘Bringing salvation to all men,’ That it is common to all is expressly testified by him on account of the slaves of whom he had spoken. Yet he does not mean individual men, but rather describes individual classes, or various ranks of life” (= ‘Membawa keselamatan kepada semua orang’, Bahwa itu bersifat umum bagi semua orang disaksikan secara jelas olehnya karena budak-budak tentang siapa ia telah berbicara. Tetapi ia tidak memaksudkan orang-orang secara individu, tetapi sebaliknya menggambarkan golongan-golongan individu, atau bermacam-macam kedudukan dari kehidupan).

Catatan: kontext memang berkenaan dengan hamba-hamba.

Tit 2:9-11 - “(9) Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan kepada mereka, jangan membantah, (10) jangan curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita. (11) Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata”.

William Hendriksen: “It brought this salvation to ‘all men.’ ... Here in Titus 2:11 the context makes the meaning very clear. Male or female, old or young, rich or poor: all are guilty before God, and from them all God gathers his people. Aged men, aged women, young women, young(er) men, and even slaves (see verses 1–10) should live consecrated lives, for the grace of God has appeared bringing salvation to men of all these various groups or classes. ‘All men’ here in verse 11 = ‘us’ in verse 12. Grace did not bypass the aged because they are aged, nor women because they are women, nor slaves because they are merely slaves, etc. It dawned upon all, regardless of age, sex, or social standing. Hence, no one can derive, from the particular group or caste to which he belongs, a reason for not living a Christian life” [= Itu membawa keselamatan ini kepada ‘semua orang’. ... Di sini dalam Tit 2:11 kontextnya membuat sangat jelas. Laki-laki atau perempuan, tua atau muda, kaya atau miskin: semua bersalah di hadapan Allah, dan dari mereka semua Allah mengumpulkan umatNya. Laki-laki tua, perempuan-perempuan tua, perempuan-perempuan muda, laki-laki (yang lebih) muda, dan bahkan hamba-hamba (lihat ayat 1-10) harus menjalani hidup yang dikuduskan, karena kasih karunia Allah telah muncul / tampak membawa keselamatan kepada orang-orang dari semua kelompok-kelompok dan golongan-golongan yang bermacam-macam ini. ‘Semua orang’ di sini dalam ay 11 = ‘kita’ dalam ay 12. Kasih karunia tidak mem-by-pass / melewati yang tua karena mereka tua, atau perempuan karena mereka adalah perempuan, atau hamba karena mereka adalah semata-mata hamba, dsb. Itu menyingsing kepada semua, tak tergantung pada usia, jenis kelamin, ataupun kedudukan sosial. Jadi, tak seorangpun bisa mendapatkan, dari kelompok atau kasta / golongan khusus dimana mereka termasuk, suatu alasan untuk tidak menjalani suatu kehidupan Kristen].

Tit 2:1-12 - “(1) Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat: (2) Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan. (3) Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik (4) dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, (5) hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang. (6) Demikian juga orang-orang muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal (7) dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu, (8) sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita. (9) Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan kepada mereka, jangan membantah, (10) jangan curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita. (11) Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. (12) Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini”.

h) Pembahasan Ibrani 2:9.

Ibrani 2:9 - “Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia”.

KJV: ‘he ... should taste death for every man’ (= Ia ... merasakan / mengecap kematian untuk setiap orang).

Penafsiran Arminian tentang Ibr 2:9 ini.

1. Penafsiran Adam Clarke.

Adam Clarke: “It was a custom in ancient times to take off criminals by making them drink a cup of poison. ... The reference in the text seems to point out the whole human race as being accused, tried, found guilty, and condemned, each having his own poisoned cup to drink; and Jesus, the wonderful Jesus, takes the cup out of the hand of each, and cheerfully and with alacrity drinks off the dregs! Thus having drunk every man’s poisoned cup, he tasted that death which they must have endured, had not their cup been drunk by another” (= Merupakan kebiasaan pada jaman kuno untuk membunuh para kriminil dengan memaksa mereka meminum secawan racun. ... Referensi dalam text ini kelihatannya menunjuk seluruh umat manusia sebagai orang-orang yang dituduh, diadili, dinyatakan bersalah, dan dijatuhi hukuman, masing-masing mempunyai cawan racunnya sendiri untuk diminum; dan Yesus, Yesus yang luar biasa, mengambil cawan itu dari tangan masing-masing, dan dengan gembira dan rela meminum sampah / ampas tersebut! Demikianlah setelah meminum cawan beracun dari setiap orang, Ia merasakan kematian yang harus mereka alami, seandainya cawan mereka tidak diminum oleh orang lain) - hal 697.

Clarke lalu mambandingkan cawan beracun ini dengan cawan dalam Mat 26:39 - “Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.’”.

Dan Clarke lalu mengatakan lagi: “But without his drinking it, the salvation of the world would have been impossible; and therefore he cheerfully drank it in the place of every human soul, and thus made atonement for the sin of the whole world” (= Tetapi jika Ia tidak meminumnya, keselamatan dari dunia adalah mustahil; dan karena itu Ia dengan gembira meminumnya untuk menggantikan setiap jiwa manusia, dan dengan demikian membuat penebusan untuk dosa seluruh dunia) - hal 697.

Ada 2 hal yang perlu diberikan sebagai komentar tentang kata-kata Clarke ini:

a. Clarke terlalu gegabah dan terlalu cepat dalam mengatakan bahwa text ini menunjuk kepada seluruh umat manusia. Ia sama sekali tidak memperhatikan kontext, seperti yang dilakukan oleh para penafsir Reformed di bawah.

b. Kalau memang cawan beracun, yang merupakan hukuman dosa setiap orang / seluruh umat manusia itu, sudah diminum oleh Kristus, mengapa masih ada orang yang akhirnya harus masuk neraka? Cawan beracun mana lagi yang harus mereka minum?

2. Penafsiran Albert Barnes.

Barnes’ Notes: “‘For every man.’ For all - uper pantoV - for each and all - whether Jew or Gentile, bond or free, high or low, elect or non-elect. How could words affirm more clearly, that the atonement made by the Lord Jesus was unlimited in its nature and design? How can we express that idea in more clear or intelligible language? That this refers to the atonement is evident - for it says that he ‘tasted death’ for them. The friends of the doctrine of general atonement do not desire any other than Scripture language in which to express their belief. It expresses it exactly - without any need of modification or explanation. The advocates of the doctrine of limited atonement cannot thus use Scripture language to express their belief. They cannot incorporate it with their creeds, that the Lord Jesus ‘tasted death for EVERY MAN.’ They are compelled to modify it, to limit it, to explain it, in order to prevent error and misconceptions. But that system cannot be true which requires men to shape and modify the plain language of the Bible, in order to keep men from error!” [= ‘Untuk setiap orang’. Untuk semua - uper pantoV - untuk setiap dan semua orang - baik Yahudi maupun non Yahudi, budak atau orang merdeka, tinggi atau rendah, pilihan dan non pilihan. Bagaimana kata-kata bisa menegaskannya dengan lebih jelas, bahwa penebusan yang dibuat oleh Tuhan Yesus adalah tak terbatas dalam sifatnya dan rencana / tujuannya? Bagaimana kita bisa menyatakan gagasan itu dalam bahasa yang lebih jelas / bisa dimengerti? Bahwa text ini menunjuk pada penebusan adalah jelas - karena text ini mengatakan bahwa Ia ‘merasakan kematian’ untuk mereka. Teman-teman dari doktrin penebusan umum (tak terbatas) tidak menginginkan apapun selain bahasa Kitab Suci untuk menyatakan kepercayaan mereka. Text itu menyatakannya secara persis / tepat - dengan tidak membutuhkan modifikasi / perubahan atau penjelasan. Para pendukung dari doktrin penebusan terbatas tidak bisa menggunakan bahasa Kitab Suci seperti itu untuk menyatakan kepercayaan mereka. Mereka tidak bisa memasukkannya ke dalam credo / pengakuan iman mereka, bahwa Tuhan Yesus ‘merasakan kematian untuk SETIAP ORANG’. Mereka terpaksa memodifikasinya, membatasinya, menjelaskannya, untuk mencegah kesalahan dan kesalah-pahaman. Tetapi sistim yang mengharuskan orang untuk membentuk dan memodifikasi bahasa yang jelas dari Alkitab untuk mencegah manusia dari kesalahan, tidak mungkin benar] - hal 1238.

Tanggapan saya:

Ini lagi-lagi merupakan suatu ucapan bodoh dari orang yang mau menerima Kitab Suci apa adanya. Kalau memang Kitab Suci harus selaluditerima apa adanya, untuk apa Albert Barnes sendiri menulis buku tafsiran? Memang ada ayat-ayat Kitab Suci yang harus dimengerti apa adanya, tetapi juga ada banyak ayat Kitab Suci yang tidak bisa diterima apa adanya, tetapi harus ditafsirkan sambil memperhatikan kontext atau ayat-ayat lain dari Kitab Suci, dan ayat-ayat yang termasuk golongan kedua ini tentu saja tidak bisa dimasukkan begitu saja ke dalam credo / pengakuan iman.

Misalnya: Yoh 14:28b, dimana Yesus berkata: ‘Bapa lebih besar dari pada Aku’. Siapa yang mau menerima kata-kata ini apa adanya dan memasukkan ke dalam credo / pengakuan imannya, selain dari orang-orang sesat seperti Saksi Yehuwa / Unitarian?

Bahkan Yohanes 10:30 yang menunjukkan kesatuan Yesus dengan Bapa, ataupun Fil 2:6 yang menunjukkan kesetaraan Yesus dengan Allah, tidak bisa dimasukkan begitu saja ke dalam credo tanpa penjelasan apa-apa.

Bandingkan dengan kata-kata dalam pengakuan Iman Athanasius, no 31: “Equal to the Father in respect to his divinity, less than the Father in respect to his humanity” (= Setara dengan Sang Bapa dalam hal keilahianNya, lebih rendah dari Sang Bapa dalam hal kemanusiaanNya).

Bandingkan juga dengan 2 text di bawah ini, yang jelas menunjukkan bahwa Kitab Suci membutuhkan penjelasan yang baik untuk bisa dimengerti dengan benar.

· Neh 8:9 - “Bagian-bagian dari pada kitab itu, yakni Taurat Allah, dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan, sehingga pembacaan dimengerti”.

· 2Pet 3:15b-16 - “(15b) ... Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. (16) Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain”.

Penafsiran Reformed tentang Ibr 2:9 ini.

1. Penjelasan John Owen.

a. Dalam Kitab Suci, kata-kata ‘semua manusia’ atau ‘setiap orang’ sering digunakan dalam arti terbatas.

John Owen: “The whole question is, who these ‘all’ are, whether all men universally, or only all those of whom the apostle there treateth. That this expression, ‘every man’, is commonly in the Scripture used to signify men under some restriction, cannot be denied” (= Pertanyaannya adalah: siapa ‘semua orang’ ini, apakah itu adalah semua manusia secara universal, atau hanya mereka yang sedang dibahas oleh sang rasul di sini. Bahwa ungkapan ‘setiap orang’ ini sering digunakan dalam Kitab Suci untuk menunjuk kepada orang-orang dalam batasan tertentu, tidak bisa disangkal) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 349.

Owen memberi contoh:

· Kolose 1:28 - “Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus”.

· 1Korintus 12:7 - “Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama”.

Dalam kedua ayat di atas ini, jelas bahwa kata-kata ‘tiap-tiap orang’ tidak mungkin berarti ‘semua dan setiap orang di seluruh dunia’.

b. Kristus jelas hanya merasakan kematian untuk orang-orang pilihan.

John Owen: “‘To taste death’, being to drink up the cup due to sinners, certainly for whomsoever our Saviour did taste of it, he left not one drop for them to drink after him; he tasted or underwent death in their stead, that the cup might pass from them which passed not from him. Now, the cup of death passeth only from the elect, from believers; for whomsoever our Saviour tasted death, he swallowed it up into victory” (= ‘Merasakan kematian’, meminum cawan yang seharusnya untuk orang-orang berdosa, tentu untuk siapapun Juruselamat kita merasakannya, Ia tidak meninggalkan setetespun untuk mereka untuk diminum setelah Dia meminumnya; Ia merasakan atau mengalami kematian di tempat mereka, supaya cawan itu berlalu dari mereka tetapi tidak berlalu dari Dia. Nah, cawan kematian berlalu hanya dari orang-orang pilihan, dari orang-orang percaya; untuk siapapun Juruselamat kita merasakan kematian, Ia menelannya habis ke dalam kemenangan!) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 349-350.

c. Penulis surat Ibrani ini menuliskan suratnya untuk orang-orang Yahudi, yang menganggap bahwa penebusan Yesus hanya dimaksudkan untuk bangsa Yahudi. Untuk itulah penulis surat Ibrani mengatakan bahwa ‘Yesus merasakan kematian untuk semua orang’, maksudnya bukan hanya untuk orang Yahudi tetapi juga untuk orang non Yahudi.

John Owen: “We see an evident appearing cause that should move the apostle here to call those for whom Christ died ‘all,’ - namely, because he wrote to the Hebrews, who were deeply tainted with an erroneous persuasion that all the benefits purchased by Messiah belonged alone to men of their nation, excluding all others; to root out which pernicious opinion, it behoved the apostle to mention the extent of free grace under the gospel, and to hold out a universality of God’s elect throughout the world” (= Kita melihat penyebab yang jelas yang menggerakkan sang rasul di sini menyebut mereka untuk siapa Kristus mati dengan istilah ‘semua’, yaitu karena ia menulis kepada orang-orang Ibrani / Yahudi, yang mempunyai kepercayaan yang salah bahwa semua manfaat yang dibeli oleh Mesias hanya menjadi milik dari bangsa mereka, dengan membuang semua bangsa lain. Untuk mencabut pandangan yang jahat / merusak ini, adalah perlu bahwa sang rasul menyebutkan luasnya kasih karunia cuma-cuma di bawah injil, dan bersikeras tentang keuniversalan dari orang-orang pilihan Allah di seluruh dunia) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 350.

d. Kontext menunjukkan bahwa kata-kata ‘semua manusia’ atau ‘setiap orang’ di sini menunjuk hanya kepada orang-orang percaya / pilihan (Owen, hal 350).

Ibr 2:9-15 - “(9) Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia. (10) Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah - yang bagiNya dan olehNya segala sesuatu dijadikan -, yaitu Allah yang membawa banyak orang [KJV/RSV/NIV/NASB: ‘many sons’ (= banyak anak-anak)] kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan. (11) Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara, (12) kataNya: ‘Aku akan memberitakan namaMu kepada saudara-saudaraKu, dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaat,’ (13) dan lagi: ‘Aku akan menaruh kepercayaan kepadaNya,’ dan lagi: ‘Sesungguhnya, inilah Aku dan anak-anak yang telah diberikan Allah kepadaKu.’ (14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan merekadan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut”.

Kata-kata yang digaris-bawahi itu jelas tidak menunjuk kepada ‘semua orang di dunia ini’, tetapi menunjuk kepada ‘orang-orang pilihan / orang-orang percaya’ saja.

2. Penjelasan Arthur W. Pink.

Ibr 2:9b - “Ia mengalami maut bagi semua manusia”.

KJV: ‘he ... should taste death for every man’ (= Ia ... merasakan / mengecap kematian untuk setiap orang).

Arthur W. Pink mengatakan bahwa sebetulnya dalam bahasa Yunaninya tidak ada kata ‘manusia’. Jadi terjemahannya seharusnya adalah ‘Ia mengalami maut bagi setiap ...’.

Arthur W. Pink: “There is no word whatever in the Greek corresponding to ‘man’ in our English version. In the Greek it is left in the abstract - ‘He tasted death for every.’” (= Tidak ada kata apapun dalam bahasa Yunaninya yang sesuai dengan kata ‘manusia’ dalam versi bahasa Inggris kita. Dalam bahasa Yunani itu dibiarkan dalam keadaan abstrak - ‘Ia merasakan kematian untuk setiap’) - ‘The Sovereignty of God’, hal 67.

Dan Arthur W. Pink mengatakan bahwa kata-kata selanjutnya, yaitu Ibr 2:10, harus digunakan untuk menjelaskan bagian terakhir dari Ibr 2:9 itu. Dan Ibr 2:10 berbunyi sebagai berikut: “Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah - yang bagiNya dan olehNya segala sesuatu dijadikan -, yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan”.

Kata ‘orang’ yang saya garis bawahi merupakan terjemahan yang salah. KJV/RSV/NIV/NASB menterjemahkan ‘sons’ (= anak-anak), karena kata Yunani yang dipakai adalah HUIOUS yang artinya memang adalah ‘sons’ (= anak-anak).

A. W. Pink lalu mengatakan (hal 67) bahwa di sini terjadi suatu ellipsis (= penghapusan suatu kata yang sebetulnya dibutuhkan untuk pengertian kalimat itu, tetapi bisa dimengerti dari kontextnya). Dan kata itu adalah ‘sons’ (= anak-anak). Jadi, kata ‘anak-anak’ seharusnya disuplai ke dalam ayat itu tetapi ditulis dengan huruf miring (untuk menandakan bahwa dalam bahasa aslinya kata itu tidak ada).

A. W. Pink menambahkan lagi: “Thus instead of teaching the unlimited design of Christ’s death, Heb. 2:9-10 is in perfect accord with the other scriptures we have quoted which sets forth the restricted purpose in the Atonement: it was for the ‘sons’ and not the human race our Lord ‘tasted death.’” (= Karena itu Ibr 2:9-10 bukannya mengajarkan rencana / tujuan yang tak terbatas dari kematian Kristus, tetapi sesuai secara sempurna dengan ayat-ayat Kitab Suci lain yang telah kami kutip, yang menyatakan tujuan yang terbatas dalam penebusan: adalah untuk ‘anak-anak’ dan bukannya untuk seluruh umat manusia Tuhan kita ‘merasakan kematian’) - ‘The Sovereignty of God’, hal 67.

i) Pembahasan 2Petrus 3:9.

Tentang 2Pet 3:9 - “Tuhan tidak lalai menepati janjiNya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat”.

Ayat ini biasanya lebih sering digunakan untuk menentang doktrin tentang Predestinasi, tetapi kadang-kadang / bisa juga digunakan untuk menyerang doktrin tentang Limited Atonement (= Penebusan Terbatas) ini.

Ada 2 hal yang perlu diperhatikan dan diartikan dengan benar tentang ayat ini, yaitu:

· kata ‘menghendaki’.

· kata-kata ‘jangan ada’ dan ‘semua orang’.

Kalau ‘kehendak’ di sini diartikan sebagai kehendak / rencana Allah yang kekal yang tidak mungkin gagal (Ayub 42:2b), dan kata-kata ‘jangan ada’ dan ‘semua orang’ diartikan ‘semua orang secara mutlak’, maka ayat ini akan mengajarkan Universalisme (= ajaran yang mengatakan bahwa akhirnya semua orang akan selamat), yang jelas merupakan ajaran sesat, dan yang jelas ditentang baik oleh Arminianisme maupun Reformed / Calvinisme.

Untuk menghindari ajaran Universalisme ini, ada 2 cara untuk menafsirkan 2Pet 3:9 ini:

1. Kata ‘menghendaki’ ditafsirkan ‘mengingini’ atau diartikan sebagai ‘kehendak yang bisa tidak terjadi’; sedangkan kata-kata ‘jangan ada’dan ‘semua / semua orang’ diartikan secara mutlak.

Barnes’ Notes: “‘Not willing that any should perish.’ That is, he does not desire it or wish it. His nature is benevolent, and he sincerely desires the eternal happiness of all, ... the passage does not refer to what God will do as the final Judge of mankind, but to what are his feelings and desire now towards men. ... it would be agreeable to the nature of God, and to his arrangements in the plan of salvation, if all men should come to repentance, and accept the offers of mercy; ... since it is in accordance with his nature that he should desire that all men may be saved; it may be presumed that he has made an arrangement by which it is possible that they should be” (= ‘Tidak menghendaki siapapun untuk binasa’. Yaitu, Ia tidak menginginkannya atau mengharapkannya. SifatNya adalah penuh kebaikan, dan Ia dengan sungguh-sungguh menginginkan kebahagiaan kekal dari semua, ... text ini tidak menunjuk pada apa yang Allah akan lakukan sebagai Hakim terakhir bagi umat manusia, tetapi pada perasaanNya dan keinginanNya sekarang ini tentang manusia. ... adalah cocok dengan sifat dari Allah, dan dengan pengaturanNya dalam rencana keselamatan, jika semua orang bertobat, dan menerima tawaran belas kasihan; ... karena itu cocok dengan sifatNya bahwa Ia menginginkan supaya semua orang bisa diselamatkan; bisa dianggap bahwa Ia telah membuat suatu pengaturan / rencana yang memungkinkan mereka untuk diselamatkan) - hal 1458.

Catatan:

· kalau kita membandingkan kata-kata Barnes di sini dengan kata-katanya di atas (tentang Ibr 2:9), maka terlihat bahwa ia tidak konsisten dengan kata-katanya sendiri, karena di sini ia tidak menerima kata-kata Kitab Suci itu apa adanya, tetapi menafsirkannya / menjelaskannya untuk menghindari Universalisme.

· kata-kata Barnes yang saya beri garis bawah ganda jelas berbau ‘Universal Atonement’ (= Penebusan Universal).

Adam Clarke: “as he is willing that all should come to repentance, consequently he has never devised nor decreed the damnation of any man, nor has he rendered it impossible for any soul to be saved, either by necessitating him to do evil, that he might die for it, or refusing him the means of recovery, without which he could not be saved” (= karena Ia menghendaki supaya semua bertobat, konsekwensinya Ia tidak pernah merencanakan ataupun menetapkan kehancuran / hukuman kekal dari siapapun, ataupun membuat mustahil bagi jiwa yang manapun untuk diselamatkan, apakah itu dilakukan dengan memastikan orang itu untuk melakukan kejahatan, supaya ia mati karenanya, atau menolak untuk memberinya cara pemulihan, tanpa hal mana ia tidak bisa diselamatkan) - hal 892.

Baik Barnes maupun Clarke bukan hanya menghindari Universalisme, tetapi juga mengarahkan ayat ini pada Arminianisme. Tetapi sebetulnya memungkinkan untuk mengambil tafsiran pertama ini tanpa mengarahkannya pada Arminianisme, seperti yang kelihatannya dilakukan oleh Calvin sendiri. Calvin mengatakan bahwa kehendak Allah di sini tidak menunjuk kepada rencana kekal dari Allah, tetapi menunjuk kepada kehendak Allah seperti yang dinyatakan dalam Injil, yang menawarkan keselamatan kepada semua orang.

Calvin: “But it may be asked, If God wishes none to perish, why is it that so many do perish? To this my answer is, that no mention is here made of the hidden purpose of God, according to which the reprobate are doomed to their own ruin, but only of his will as made known to us in the gospel. For God there stretches forth his hand without a difference to all, but lays hold only of those, to lead them to himself, whom he has chosen before the foundation of the world” [= Tetapi bisa ditanyakan: Jika Allah tidak menginginkan seorangpun untuk binasa, mengapa ada banyak yang binasa? Terhadap pertanyaan ini jawaban saya adalah bahwa di sini tidak dibicarakan tentang rencana yang tersembunyi dari Allah, yang menetapkan orang-orang yang ditentukan untuk binasa (reprobate) pada kehancuran mereka sendiri, tetapi hanya tentang kehendakNya seperti yang dinyatakan kepada kita dalam injil. Karena disana Allah mengulurkan tanganNya tanpa pembedaan kepada semua orang, tetapi hanya menangkap mereka, untuk membimbing mereka kepada diriNya sendiri, yang telah Ia pilih sebelum penciptaan dunia ini] - hal 419-420.

Bandingkan juga dengan:

a. Yeh 18:23 - “Apakah Aku berkenan kepada kematian orang fasik? demikianlah firman Tuhan ALLAH. Bukankah kepada pertobatannya supaya ia hidup?”.

b. Yeh 18:32 - “Sebab Aku tidak berkenan kepada kematian seseorang yang harus ditanggungnya, demikianlah firman Tuhan ALLAH. Oleh sebab itu, bertobatlah, supaya kamu hidup!’”.

c. Yeh 33:11 - “Katakanlah kepada mereka: Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup. Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang jahat itu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel?”.

2. Kata ‘menghendaki’ diartikan sebagai rencana yang kekal dari Allah, tetapi kata-kata ‘jangan ada’ dan ‘semua orang’ tidak diartikan secara mutlak, tetapi diartikan sesuai dengan kontexnya.

Pertama-tama kita perlu untuk mengetahui terjemahan yang benar dari ayat ini.

2Petrus 3:9 - “Tuhan tidak lalai menepati janjiNya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua (orang) berbalik dan bertobat”.

Kata ‘orang’ saya letakkan dalam tanda kurung, karena sebetulnya tidak ada dalam bahasa Yunaninya.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘all’ (= semua).

Selanjutnya, kata-kata ‘jangan ada’ maupun ‘semua’ harus diartikan sesuai dengan kontextnya, yang membicarakan ‘kamu’ (2Pet 3:9a). Untuk menafsirkan kata ‘kamu’ ini maka:

a. Perlu diperhatikan bahwa Petrus menujukan suratnya ini kepada ‘mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus’ (2Pet 1:1). Ini adalah orang-orang yang sama dengan yang dikatakan ‘dianugerahi janji-janji yang berharga dan yang sangat besar’ (2Pet 1:4). Ini jelas menunjuk kepada orang-orang Kristen.

b. Kita harus memperhatikan kontext dari 2Pet 3 ini, dan akan terlihat bahwa ‘kamu’ ini adalah orang-orang yang:

· disebut dengan istilah ‘saudara-saudaraku yang kekasih’ (2Pet 3:1).

· dikontraskan dengan ‘pengejek-pengejek’ / ‘orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya’ dalam 2Petrus 3:3, untuk siapa digunakan kata ganti orang ‘mereka / nya’.

2Pet 3:1-9 - “(1) Saudara-saudara yang kekasih, ini sudah surat yang kedua, yang kutulis kepadamu. Di dalam kedua surat itu aku berusaha menghidupkan pengertian yang murni oleh peringatan-peringatan, (2) supaya kamu mengingat akan perkataan yang dahulu telah diucapkan oleh nabi-nabi kudus dan mengingat akan perintah Tuhan dan Juruselamat yang telah disampaikan oleh rasul-rasulmu kepadamu. (3) Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. (4) Kata mereka: ‘Di manakah janji tentang kedatanganNya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.’ (5) Mereka sengaja tidak mau tahu, bahwa oleh firman Allah langit telah ada sejak dahulu, dan juga bumi yang berasal dari air dan oleh air, dan bahwa oleh air itu, (6) bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah. (7) Tetapi oleh firman itu juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik. (8) Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari. (9) Tuhan tidak lalai menepati janjiNya, sekalipun ada orangyang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya SEMUA ORANG berbalik dan bertobat”.

Bacaan ini memang membicarakan dan mengkontraskan 2 golongan. Mula-mula Petrus berbicara kepada golongan yang pertama, yaitu ‘saudara-saudara yang kekasih’ (ay 1), dan ia menggunakan kata ‘kamu’ atau ‘mu’ (ay 1,2,3).

Lalu Petrus mulai berbicara tentang golongan yang kedua, yaitu ‘pengejek-pengejek’ atau ‘orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya’ (ay 3b), dan ia menggunakan kata ‘mereka’ atau ‘nya’ (ay 3b,4,5).

Tetapi mulai ay 8 Petrus kembali berbicara kepada ‘saudara-saudara yang kekasih’ (ay 8a), dan karena itu ia kembali menggunakan kata ‘kamu’ (ay 8,9).

Karena itu jelaslah bahwa kata-kata ‘kamu’ dan ‘semua orang’ dalam ay 9 menunjuk kepada orang kristen / orang pilihan.

John Owen: “The text is clear, that it is all and only the elect whom he would not have to perish” (= Textnya jelas, bahwa adalah semua dan hanya orang pilihan yang tidak Ia kehendaki untuk binasa) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 349.

j) Pembahasan Kol 1:20 - “dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus”.

Ayat ini agak berbeda dengan ayat-ayat lain dalam kelompok ini, karena tidak menggunakan kata-kata ‘semua orang’, tetapi ‘segala sesuatu’. Ini saja sudah membingungkan, apalagi masih ditambah dengan anak kalimat selanjutnya yang mengatakan - ‘baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus’.

Adam Clarke (tentang Kol 1:20): “‘Things in earth, or things in heaven.’ ... If the phrase be not a kind of collective phrase to signify all the world, or all mankind, as Dr. Hammond supposed the things in heaven may refer, according to some, to those persons who died under the Old Testament dispensation, and who could not have a title to glory but through the sacrificial death of Christ: and the apostle may have intended these merely to show, that without this sacrifice no human beings could be saved, not only those who were then on the earth, and to whom in their successive generations the Gospel should be preached, but even those who had died before the incarnation; and, as those of them that were faithful were now in a state of blessedness, they could not have arrived there but through the blood of the cross, for the blood of calves and goats could not take away sin. After all, the apostle probably means the Jews and the Gentiles; the state of the former being always considered a sort of divine or celestial state, while that of the latter was reputed to be merely earthly, without any mixture of spiritual or heavenly good. It is certain that a grand part of our Lord’s design, in his incarnation and death, was to reconcile the Jews and the Gentiles, and make them one fold under himself, the great Shepherd and Bishop of souls. That the enmity of the Jews was great against the Gentiles is well known, and that the Gentiles held them in supreme contempt is not less so. It was therefore an object worthy of the mercy of God to form a scheme that might reconcile these two grand divisions of mankind; and, as it was his purpose to reconcile and make them one, we learn from this circumstance, as well as from many others, that HIS DESIGN WAS TO SAVE THE WHOLE HUMAN RACE” (= ‘Hal-hal di bumi, atau hal-hal di surga’. ... Jika ungkapan ini bukannya sejenis ungkapan kolektif untuk menunjuk seluruh dunia, atau semua umat manusia, seperti Dr. Hammond menganggap ‘hal-hal di surga’ bisa menunjuk, maka menurut sebagian orang, itu menunjuk kepada orang-orang itu yang telah mati dalam jaman Perjanjian Lama, dan yang tidak bisa mempunyai suatu hak pada kemuliaan kecuali melalui kematian yang bersifat pengorbanan dari Kristus: dan sang rasul bisa memaksudkan orang-orang ini semata-mata untuk menunjukkan, bahwa tanpa korban ini tak ada manusia yang bisa diselamatkan, bukan hanya mereka yang pada saat itu ada di bumi, dan bagi siapa dalam generasi-generasi mereka yang berikutnya Injil harus diberitakan, tetapi bahkan mereka yang telah mati sebelum inkarnasi; dan, karena mereka yang setia sekarang ada dalam keadaan diberkati, mereka tidak bisa telah sampai di sana kecuali melalui darah dari salib, karena darah dari lembu dan kambing tidak bisa menghapus dosa. Bagaimanapun juga, sang rasul mungkin memaksudkan orang-orang Yahudi dan orang-orang non Yahudi; keadaan yang pertama selalu dianggap sebagai sejenis keadaan ilahi atau surgawi, sementara keadaan yang terakhir dianggap sebagai semata-mata duniawi, tanpa campuran apapun dari kebaikan rohani atau surgawi. Adalah pasti bahwa suatu bagian yang agung / hebat dari rancangan Tuhan kita, dalam inkarnasi dan kematianNya, adalah untuk mendamaikan orang-orang Yahudi dan orang-orang non Yahudi, dan membuat mereka satu kandang di bawah diriNya sendiri, Gembala yang Agung dan Uskup dari jiwa-jiwa (1Pet 2:25). Bahwa permusuhan dari orang-orang Yahudi sangat besar terhadap orang-orang non Yahudi merupakan sesuatu yang sangat terkenal, dan bahwa orang-orang non Yahudi menganggap mereka dalam kejijikan yang tertinggi juga tidak kurang dikenal. Karena itu, itu merupakan suatu obyek / tujuan yang layak dari belas kasihan Allah untuk membentuk suatu rencana yang bisa memperdamaikan dua bagian besar dari umat manusia ini; dan, sebagaimana merupakan rencana / tujuanNya untuk memperdamaikan dan membuat mereka satu, kita belajar dari keadaan ini, maupun dari banyak yang lain, bahwa RANCANGANNYA ADALAH UNTUK MENYELAMATKAN SELURUH UMAT MANUSIA).

Catatan: kontext dari Kol 1:20 itu tidak memungkinkan untuk mengartikan kata-kata ‘segala sesuatu’ HANYA kepada manusia yang manapun. Kelihatannya kata-kata ‘segala sesuatu’ itu harus menunjuk kepada ‘semua ciptaan’ dalam arti yang mutlak.

Kol 1:14-22 - “(14) di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa. (15) Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, (16) karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. (17) Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia. (18) Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu. (19) Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, (20) dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus. (21) Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhiNya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, (22) sekarang diperdamaikanNya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematianNya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapanNya.”.

Lenski (tentang Kol 1:20): “All would be perfectly clear and simple if Paul had not written ‘all the things - whether those on the earth or those in the heavens,’ especially the latter. We have no difficulty in understanding the effect of Christ’s redemption on the world in view of Rom. 8:19, etc., and Rev. 21:1, etc. The difficulty lies in a reference to the good angels in heaven and a statement such as that found in Heb. 2:16” (= Semua akan jelas dan sederhana seandainya Paulus tidak menulis ‘segala sesuatu - apakah hal-hal di bumi atau hal-hal di surga’, khususnya yang terakhir. Kita tidak mempunyai kesukaran dalam mengerti akibat / hasil dari penebusan Kristus terhadap dunia / alam semesta mengingat Ro 8:19, dsb., dan Wah 21:1, dsb. Kesukarannya terletak dalam suatu hubungan dengan malaikat-malaikat yang baik di surga dan suatu pernyataan seperti yang terdapat dalam Ibr 2:16).

Ro 8:19-22 - “(19) Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. (20) Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya, (21) tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. (22) Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin”.

Wah 21:1 - “Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi”.

Ibr 2:16 - “Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani”.

Lenski (tentang Kol 1:20): “A great variety of interpretations is offered, among the most unlikely being an angelology which is built up on the basis of Jewish material and is then attributed to Paul, which claims that the good angels were faulty and thus themselves needed a reconciliation and the making of peace. ... It is enough to say that the Scriptures know of no moral fault in the good angels. ... The difficulty clears when we note that not all the objects of the God-man’s reconciling act are affected alike by that act, but that each class is affected according to its nature, its condition, and its relation. We should also remember that ‘all creation’ is a unit, is never viewed otherwise by the Scriptures, and always includes the whole angel world. ‘All creation’ was disrupted: sin arose in heaven and entered men and the physical universe. The Son of God came to the rescue. ... His work of rescue was accomplished ‘through the blood of his cross.’ Now the effects. The evil angels were eliminated eo ipso. The blood of the cross has the same effect for all men who follow these angels and despise this blood; it rescues only the believers (v. 13). This rescue includes the physical creature world. How this is to be understood is shown in Rom. 8:19, etc. This creature world was ‘subject to vanity not willingly,’ it never willed sin. It shall be affected accordingly, i.e., according to its nature and its relation to us: a glorious liberation shall turn it into a new earth (Rom. 8:20), one that is joined to heaven (Rev. 21:1, etc.). Thus as ‘the blood of the cross’ has its effects by eo ipso excluding the evil angels and then also all unbelieving men, as it establishes the eternal kingdom of the Son of God’s love, it has its effects also on the good angels and on all ‘the things in the heaven,’ not, indeed, as though they needed a change in themselves (ἀποκαταλλάσσειν), a ‘being made other’ (ἄλλος) in themselves, but as requiring a change and a new relation to the restored universe. Once there was war (note, for instance, Rev. 12:7) that involved all the good angels; by his cross ‘the first-born from the dead’ has created peace, and this peace shall soon be absolute when the whole universe, heaven and earth united in one (Rev. 21:1, etc.), shall be one kingdom of eternal peace. The cross affects ‘all creation.’ Each part of it is not affected in the identical way but according to the nature, the condition, and the relation of each part to the whole. We distinguish four grand parts. The cross affects each of them, but each of them differently: evil angels - good angels - man, believing or unbelieving - the physical universe. When we say ‘the blood of his cross,’ this means the act of reconciliation, the act of establishing peace. No less than ‘all creation’ is involved in the act of ‘the first-born of all creation.’ ... The root idea lies in ἄλλος, ‘other,’ placing into a relation or a situation that is very much ‘other’ than the existing one. ... The change was made by his establishing peace. We see the full, eternal results in his everlasting kingdom of peace.” [= Sejumlah besar penafsiran yang bermacam-macam ditawarkan, di antara yang paling tidak mungkin adalah doktrin tentang malaikat yang dibangun pada dasar dari bahan Yahudi dan lalu dihubungkan dengan Paulus, yang mengclaim bahwa malaikat-malaikat yang baik juga bersalah / bercacat dan dengan demikian mereka sendiri membutuhkan suatu pendamaian dan pembuatan damai. ... Adalah cukup untuk mengatakan bahwa Kitab Suci tidak mengenal kesalahan moral dalam malaikat-malaikat yang baik. ... Kesukarannya hilang pada waktu kita memperhatikan bahwa tidak semua obyek-obyek dari tindakan pendamaian manusia-Allah dipengaruhi secara sama oleh tindakan itu, tetapi bahwa setiap golongan dipengaruhi sesuai dengan sifat dasarnya / hakekatnya, kondisi / keadaannya, dan hubungannya. Kita juga harus mengingat bahwa ‘semua ciptaan’ merupakan satu unit, yang tidak pernah dilihat secara berbeda oleh Kitab Suci, dan selalu mencakup seluruh dunia malaikat. ‘Semua ciptaan’ dikacaukan: dosa muncul di surga dan memasuki manusia dan alam semesta fisik. Anak Allah datang untuk menolong. ... Pekerjaan pertolonganNya tercapai ‘melalui darah dari salibNya’. Sekarang akibat / hasilnya. Malaikat-malaikat yang jahat disingkirkan dengan sendirinya. Darah dari salib mempunyai hasil / akibat yang sama untuk semua manusia yang mengikuti malaikat-malaikat yang jahat ini dan menghina / memandang rendah darah ini; itu hanya menolong orang-orang percaya (ay 13). Pertolongan ini mencakup dunia makhluk-makhluk fisik. Bagaimana ini dimengerti ditunjukkan dalam Ro 8:19-dst. Dunia makhluk ciptaan ini ‘tunduk pada kesia-siaan tidak dengan sukarela / bukan oleh kehendaknya sendiri’; ia tidak pernah mau berdosa. Itu akan dipengaruhi sesuai dengan hal itu, yaitu sesuai dengan sifat dasar / hakekatnya dan hubungannya dengan kita: suatu pembebasan yang mulia akan mengubahnya menjadi bumi yang baru (Ro 8:20), suatu bumi yang bergabung dengan surga (Wah 21:1-dst.). Jadi, sama seperti ‘darah dari salib’ mempunyai akibat / hasilnya yang dengan sendirinya mengeluarkan malaikat-malaikat yang jahat dan lalu juga semua orang-orang yang tidak percaya, pada waktu itu menegakkan kerajaan kekal dari kasih Anak Allah, itu juga mempunyai akibat / hasil pada malaikat-malaikat yang baik dan pada semua ‘hal-hal di surga’, memang bukan, seakan-akan mereka membutuhkan suatu perubahan dalam diri mereka sendiri (ἀποκαταλλάσσειν / APOKATALLASSEIN), suatu ‘pembuatan menjadi yang lain’ (ἄλλος / ALLOS) dalam diri mereka sendiri, tetapi sebagai membutuhkan suatu perubahan dan suatu hubungan yang baru pada alam semesta yang dipulihkan. Pernah terjadi suatu perang (perhatikan, sebagai contoh, Wah 12:7) yang melibatkan semua malaikat-malaikat yang baik; oleh salibNya ‘yang sulung dari orang mati’ telah menciptakan damai, dan damai ini akan segera menjadi mutlak pada waktu seluruh alam semesta, surga / langit dan bumi bersatu menjadi satu (Wah 21:1-dst), akan menjadi satu kerajaan dari damai yang kekal. Salib ini mempengaruhi ‘semua ciptaan’. Setiap bagiannya tidak dipengaruhi dengan cara yang sama, tetapi sesuai dengan sifat dasar / hakekat, kondisi / keadaan, dan hubungan dari setiap bagian dengan keseluruhannya. Kami membedakan empat bagian besar. Salib mempengaruhi setiap mereka, tetapi masing-masing dari mereka secara berbeda: malaikat-malaikat yang jahat - malaikat-malaikat yang baik - manusia, yang percaya atau yang tidak percaya - alam semesta secara fisik. Pada waktu kami mengatakan ‘darah dari salibNya’ ini berarti tindakan pendamaian, tindakan menegakkan damai. Tak kurang dari ‘semua ciptaan’ tercakup dalam tindakan dari ‘yang sulung dari semua ciptaan’. ... Gagasan dasar terletak dalam ἄλλος / ALLOS, ‘yang lain’, menempatkan ke dalam suatu hubungan atau keadaan yang sangat berbeda dari pada hubungan atau keadaan yang ada pada saat ini. ... Perubahan dibuat oleh penegakan damaiNya. Kita melihat hasil-hasil yang penuh, kekal, dalam kerajaan damai yang kekalNya.].

Kol 1:13 - “Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan AnakNya yang kekasih;”.

Ibr 2:16 - “Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani”.

Ro 8:19-20 - “(19) Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. (20) Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya”.

Wah 12:7 - “Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya”.

Wah 21:1 - “Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi”.

Catatan:

· tentang bagian yang saya beri garis bawah ganda, bandingkan dengan tafsiran Calvin di bawah.

· saya tak tahu persis apa arti dari kata-kata Latin EO IPSO yang Lenski gunakan 2x dalam kutipan ini. Tetapi kira-kira artinya adalah ‘by itself’ (= dengan sendirinya).

· saya menganggap contoh Wah 12:7 itu sama sekali tidak cocok, dalam dalam ayat itu malaikat-malaikat yang baik berperang melawan malaikat-malaikat yang jahat, lalu darah Kristus mendamaikan apanya?

· Yang jelas, Lenski tidak menganggap bahwa Kol 1:20 ini menentang ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas).

Calvin (tentang Kol 1:20): “‘Both upon earth and in heaven.’ ... There were, it is true, no absurdity in extending it to all without exception; ... I prefer to understand it as referring to angels and men; and as to the latter, there is no difficulty as to their having need of a peace maker in the sight of God. ... Hence the nature of the peace making between God and men was this, that enmities have been abolished through Christ, and thus God becomes a Father instead of a Judge. Between God and angels the state of matters is very different, for there was there no revolt, no sin, and consequently no separation. It was, however, necessary that angels, also, should be made to be at peace with God, for, being creatures, they were not beyond the risk of falling, had they not been confirmed by the grace of Christ. This, however, is of no small importance for the perpetuity of peace with God, to have a fixed standing in righteousness, so as to have no longer any fear of fall or revolt. Farther, in that very obedience which they render to God, there is not such absolute perfection as to give satisfaction to God in every respect, and without the need of pardon. And this beyond all doubt is what is meant by that statement in Job 4:18, He will find iniquity in his angels. For if it is explained as referring to the devil, what mighty thing were it? But the Spirit declares there, that the greatest purity is vile, if it is brought into comparison with the righteousness of God. We must, therefore, conclude, that there is not on the part of angels so much of righteousness as would suffice for their being fully joined with God. They have, therefore, need of a peace maker, through whose grace they may wholly cleave to God. Hence it is with propriety that Paul declares, that the grace of Christ does not reside among mankind alone, and on the other hand makes it common also to angels. Nor is there any injustice done to angels, in sending them to a Mediator, that they may, through his kindness, have a well grounded peace with God” (= ‘Baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga’. ... Adalah benar bahwa tak ada kemustahilan / kelucuan untuk memperluasnya kepada semua tanpa kecuali; ... Saya lebih memilih untuk mengartikannya sebagai menunjuk kepada malaikat-malaikat dan manusia; dan berkenaan dengan yang terakhir, di sana tidak ada kesukaran berkenaan dengan kebutuhan mereka akan seorang pembuat damai dalam pandangan Allah. ... Maka sifat dasar dari pembuatan damai antara Allah dan manusia adalah ini, bahwa permusuhan telah dihapuskan melalui Kristus, dan dengan demikian Allah menjadi seorang Bapa dan bukannya seorang Hakim.Antara Allah dan malaikat-malaikat keadaannya sangat berbeda, karena di sana tidak ada pemberontakan, tak ada dosa, dan sebagai akibatnya, tak ada pemisahan. Tetapi adalah perlu bahwa malaikat-malaikat, juga, harus didamaikan dengan Allah, karena, sebagai makhluk-makhluk ciptaan, mereka tidak ada di luar resiko untuk jatuh, seandainya mereka tidak diteguhkan oleh kasih karunia Kristus. Ini, bagaimanapun, bukanlah suatu kepentingan yang kecil untuk keabadian dari damai dengan Allah, untuk mempunyai kedudukan yang tetap dalam kebenaran, sehingga tidak lagi mempunyai rasa takut apapun tentang kejatuhan atau pemberontakan. Selanjutnya, dalam ketaatan yang mereka berikan kepada Allah, di sana tidak ada kesempurnaan mutlak sehingga memberikan kepuasan kepada Allah dalam setiap segi / hal, dan tanpa kebutuhan pengampunan. Dan ini tanpa diragukan adalah apa yang dimaksudkan dengan pernyataan itu dalam Ayub 4:18, Ia akan mendapati kesalahan dalam malaikat-malaikatNya. Karena jika itu dijelaskan sebagai menunjuk kepada Iblis, hal hebat apakah itu? Tetapi Roh menyatakan di sana, bahwa kemurnian yang terbesar adalah kotor / buruk / hina, jika itu dibawa ke dalam perbandingan dengan kebenaran Allah. Karena itu, kita harus menyimpulkan bahwa pada malaikat-malaikat tidak ada kebenaran yang begitu banyak sehingga cukup bagi penggabungan mereka dengan Allah. Karena itu, mereka mempunyai kebutuhan akan seorang pembuat damai, melalui kasih karunia siapa mereka bisa sepenuhnya berpegang erat-erat kepada Allah. Maka dengan benar Paulus menyatakan, bahwa kasih karunia Kristus tidak tinggal / terletak di antara manusia saja, dan pada sisi yang lain membuatnya umum bagi malaikat-malaikat juga. Juga di sana tidak ada ketidak-adilan yang dilakukan terhadap malaikat-malaikat, dalam mengutus mereka kepada seorang Pengantara, supaya mereka bisa, melalui kebaikanNya, mempunyai damai yang mempunyai dasar yang baik dengan Allah).

Ayub 4:18 - “Sesungguhnya, hamba-hambaNya tidak dipercayaiNya, malaikat-malaikatNya didapatiNya tersesat”.

KJV: ‘and his angels he charged with folly:’ (= dan malaikat-malaikatNya Ia tuduh dengan kebodohan).

RSV: ‘and his angels he charges with error;’ (= dan malaikat-malaikatNya Ia tuduh dengan kesalahan).

NIV: ‘if he charges his angels with error,’ (= jika ia menuduh malaikat-malaikatNya dengan kesalahan).

NASB: ‘And against His angels He charges error.’ (= Dan terhadap malaikat-malaikatnya Ia menuduhkan kesalahan).

Bdk. Ayub 15:15 - “Sesungguhnya, para suciNya tidak dipercayaiNya, seluruh langitpun tidak bersih pada pandanganNya”.

KJV: ‘Behold, he putteth no trust in his saints; yea, the heavens are not clean in his sight’ (= Lihatlah, Ia tidak meletakkan kepercayaan dalam orang-orang kudusNya; ya, surga tidak bersih dalam pandanganNya).

RSV: ‘Behold, God puts no trust in his holy ones, and the heavens are not clean in his sight’ (= Lihatlah, Allah tidak meletakkan kepercayaan dalam para suciNya, dan surga tidak bersih dalam pandanganNya).

NIV: ‘If God places no trust in his holy ones, if even the heavens are not pure in his eyes’ (= Jika Allah tidak menempatkan kepercayaan dalam para suciNya, jika bahkan surga tidak murni dalam pandangan mataNya).

NASB: “‘Behold, He puts no trust in His holy ones, And the heavens are not pure in His sight” (= ‘Lihatlah, Ia tidak meletakkan kepercayaan dalam para suciNya, Dan surga tidak murni dalam pandanganNya).

Catatan: Kata-kata ‘His holy ones’ (= para suciNya) rasanya lebih memungkinkan untuk menunjuk kepada malaikat-malaikat yang baik, bukan pada orang-orang kudus (KJV) yang sudah masuk surga.

Lalu bagaimana dengan Ibr 2:14-17 - “(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa”?

Saya berpendapat bahwa Ibr 2:16 berbicara tentang malaikat-malaikat yang jatuh; sedangkan Calvin berbicara tentang malaikat-malaikat yang baik.

Calvin (tentang Kol 1:20): “Should any one, on the pretext of the universality of the expression, move a question in reference to devils, whether Christ be their peace-maker also? I answer, No, not even of the wicked men: though I confess that there is a difference, inasmuch as the benefit of redemption is offered to the latter, but not to the former. This, however, has nothing to do with Paul’s words, which include nothing else than this, that it is through Christ alone, that, all creatures, who have any connection at all with God, cleave to him.” (= Jika ada orang, dengan dalih keuniversalan pernyataan ini, menanyakan pertanyaan berkenaan dengan setan, apakah Kristus juga adalah pendamai mereka? Saya menjawab, Tidak, bahkan tidak tentang orang-orang jahat: sekalipun saya mengakui bahwa ada perbedaan, karena keuntungan penebusan ditawarkan kepada orang-orang jahat, tetapi tidak kepada setan. Tetapi ini tak ada hubungannya dengan kata-kata Paulus, yang tidak mencakup yang lain selain ini, bahwa melalui Kristus sajalah bahwa semua makhluk-makhluk ciptaan, yang mempunyai hubungan apapun dengan Allah berpegang erat-erat kepada Dia).

Catatan: yang dimaksud dengan ‘wicked men’ (= orang-orang jahat), jelas adalah orang jahat yang tidak percaya, atau ‘reprobate’ (= orang yang ditentukan untuk binasa).

William Hendriksen (tentang ay 15-20): “The passage also clearly teaches that Christ’s redemptive activity is universe-embracing. In Christ God was pleased to reconcile all things to himself. See on 1:20” (= Text ini juga dengan jelas mengajarkan bahwa aktivitas penebusan Kristus mencakup alam semesta. Dalam Kristus Allah berkenan untuk memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya sendiri. Lihat tentang 1:20).

William Hendriksen (tentang ay 20): “The real meaning of Col. 1:20 is probably as follows: Sin ruined the universe. It destroyed the harmony between one creature and the other, also between all creatures and their God. Through the blood of the cross (cf. Eph 2:11-18), however, sin, in principle, has been conquered. The demand of the law has been satisfied, its curse born (Rom. 3:25; Gal. 3:13). Harmony, accordingly, has been restored. Peace was made. Through Christ and his cross the universe is brought back or restored to its proper relationship to God in the sense that as a just reward of his obedience Christ was exalted to the Father’s right hand, from which position of authority and power he rules the entire universe in the interest of the church and to the glory of God. ... There is, of course, a difference in the manner in which various creatures submit to Christ’s rule and are ‘reconciled to God.’ Those who are and remain evil, whether men or angels, submit ruefully, unwillingly. In their case peace, harmony, is imposed, not welcomed. ... The good angels, on the other hand, submit joyfully, eagerly. So do also the redeemed among men. This group includes the members of the Colossian church as far as they are true believers, a thought to which Paul gives expression in the following verses” (= Arti yang sebenarnya dari Kol 1:20 mungkin adalah sebagai berikut: Dosa merusak alam semesta. Itu menghancurkan keharmonisan antara satu makhluk dengan makhluk yang lain, juga antara semua makhluk ciptaan dan Allah mereka. Melalui darah dari salib (bdk. Ef 2:11-18), bagaimanapun, dosa, pada dasarnya, telah ditaklukkan. Tuntutan dari hukum Taurat telah dipuaskan, kutuknya telah dipikul / ditanggung (Ro 3:25; Gal 3:13). Karena itu, keharmonisan telah dipulihkan. Damai telah dibuat. Melalui Kristus dan salibNya alam semesta dibawa kembali atau dipulihkan pada hubungan yang benar dengan Allah dalam arti bahwa sebagai suatu pahala yang benar / adil bagi ketaatanNya, Kristus telah ditinggikan pada tangan kanan Bapa, dari posisi otoritas dan kuasa mana Ia memerintah seluruh alam semesta demi kepentingan dari gereja dan bagi kemuliaan Allah. ... Tentu di sana ada suatu perbedaan dalam cara dalam mana bermacam-macam makhluk ciptaan tunduk pada pemerintahan Kristus dan ‘diperdamaikan dengan Allah’. Mereka yang adalah jahat dan tetap jahat, apakah itu manusia atau malaikat, tunduk dengan sedih / menyesal, dengan terpaksa. Dalam kasus mereka, damai, keharmonisan, dipaksakan / ditentukan, bukan diterima dengan baik. ... Pada sisi yang lain, malaikat-malaikat yang baik tunduk dengan sukacita dan dengan keinginan yang besar. Demikian juga dengan orang-orang yang ditebus dari antara manusia. Kelompok ini mencakup anggota-anggota gereja Kolose sejauh mereka adalah orang-orang percaya yang sejati, suatu pemikiran pada mana Paulus memberikan pernyataan dalam ayat-ayat yang berikutnya) - hal 81-82.

Herbert M. Carson (Tyndale): “this reconciliation is not limited to men. It applies to the whole order of created being. It is significant that Paul does not here say ‘all men’, which would be contrary to his normal teaching, but ‘all things’. The phrase is indefinite and suggests the completeness of the plan of God. Not only is sinful man reconciled, but the created order which has been made subject to vanity because of sin (see Rom. 8:20 ff.) will share also in the fruit of the mighty act of atonement of the cross. It is also significant that in this wide sweep of the scope of reconciliation Paul does not include ‘things under the earth’ as in Philippians 2:10. There he is dealing with the ultimate sovereignty of Christ; and so he insists that one day even Satan and his hosts will be forced to bend the knee. But here he is dealing with reconciliation and its outcome as seen in a new heaven and a new earth wherein dwells righteousness; but from this all finally rebellious beings, whether devils or men, are excluded” (= pendamaian ini tidak dibatasi bagi / pada manusia. Itu diterapkan kepada semua golongan dari mahkluk ciptaan. Merupakan sesuatu yang penting / berarti bahwa Paulus di sini tidak mengatakan ‘semua manusia / orang’, yang akan bertentangan dengan pengajaran normalnya, tetapi ‘segala sesuatu’. Ungkapan ini tak terbatas dan memberikan kesan kelengkapan / ke-menyeluruh-an dari rencana Allah. Bukan hanya manusia berdosa diperdamaikan, tetapi tata tertib / keteraturan ciptaan yang telah dijadikan sasaran kesia-siaan karena dosa (lihat Ro 8:20-dst) juga akan ikut ambil bagian dalam buah dari tindakan penebusan yang hebat dari salib. Juga merupakan sesuatu yang penting / berarti bahwa dalam keluasan yang lebar dari ruang lingkup dari pendamaian ini Paulus tidak mencakup ‘hal-hal di bawah bumi’ seperti dalam Fil 2:10. Di sana ia sedang menangani kedaulatan maximum dari Kristus; maka ia berkeras bahwa suatu hari bahkan Iblis dan pasukannya akan dipaksa untuk berlutut. Tetapi di sini ia sedang menangani perdamaian dan hasil / akibatnya seperti yang terlihat dalam langit yang baru dan bumi yang baru dimana tinggal kebenaran; tetapi dari hal ini akhirnya semua makhluk-makhluk pemberontak, apakah setan-setan atau manusia, dikeluarkan) - hal 46-47.

Ro 8:19-23 - “(19) Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. (20) Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya, (21) tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. (22) Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin. (23) Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita”.

Fil 2:10 - “supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi”.

2Pet 3:13 - “Tetapi sesuai dengan janjiNya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran”.

A. T. Robertson: “‎The use of ‎TA ‎‎PANTA (‘the all things,’ ‘the universe’) as if the universe were somehow out of harmony reminds us of the mystical passage in Rom 8:19-23 which see for discussion. Sin somehow has put the universe out of joint. Christ will set it right” [= Penggunaan dari TA PANTA (‘segala sesuatu’, ‘alam semesta’) seakan-akan alam semesta entah bagaimana menjadi tidak harmonis, mengingatkan kita tentang text yang bersifat mistik dalam Ro 8:19-23 yang lihatlah untuk diskusi. Dosa entah bagaimana telah meletakkan alam semesta keluar dari sendinya / kesleo. Kristus akan membuatnya benar]

Kesimpulan tentang Kol 1:20 - “dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus”.

1. Ayat ini bukan hanya berbicara tentang manusia, tetapi tentang segala sesuatu dalam arti yang mutlak, yaitu seluruh ciptaan Allah.

2. Dosa menyebabkan seluruh ciptaan Allah mengalami kekacauan.

3. Kristus datang untuk membereskan seluruh ciptaan Allah itu, tetapi hasilnya berbeda-beda untuk setiap golongan.

Jadi, kata-kata ‘memperdamaikan’ dan ‘mengadakan perdamaian’ dalam ayat ini diartikan dalam arti yang sama sekali berbeda dengan dalam seluruh bagian Alkitab yang lain, mungkin paling cocok diartikan ‘membereskan’.

Kita tak perlu merasa aneh kalau kata-kata ini diartikan secara khusus, karena kontext menuntut demikian. Ini sama seperti kata ‘roh’ bisa diartikan ‘pengajar firman’ dalam 1Yoh 4:1-3 - “(1) Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. (2) Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, (3) dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia”.

Dengan demikian, tidak mungkin Kol 1:20 ini ditabrakkan dengan doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas) yang sedang kita bahas ini, karena untuk setan-setan dan orang-orang yang termasuk reprobate (= orang yang ditentukan untuk binasa), mereka ‘dibereskan’ dalam arti mereka dipaksa masuk neraka, tak lagi bisa berbuat jahat kepada orang-orang percaya / orang-orang pilihan.

3) Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Kristus mati untuk orang yang binasa / akan binasa.

a) Ro 14:15 - “Sebab jika engkau menyakiti hati saudaramu oleh karena sesuatu yang engkau makan, maka engkau tidak hidup lagi menurut tuntutan kasih. Janganlah engkau membinasakan saudaramu oleh karena makananmu, karena Kristus telah mati untuk dia”.

b) 1Kor 8:11 - “Dengan jalan demikian orang yang lemah, yaitu saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati, menjadi binasa karena ‘pengetahuan’mu”.

Dalam kedua ayat di atas ini, orang tersebut disebut dengan istilah ‘saudaramu’, yang menunjukkan bahwa ia adalah orang kristen, dan masih ditambahkan lagi bahwa ‘Kristus telah mati untuk dia’, tetapi lalu dikatakan bahwa ia ‘menjadi binasa’ gara-gara tindakan dari orang kristen yang lain.

c) Ibr 10:29 - “Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?”.

Ayat ini mengatakan bahwa orang tersebut ‘dikuduskan oleh darah perjanjian’, yang menunjukkan bahwa ia adalah orang kristen, dan bahwa Kristus mencurahkan darahNya untuk dia / menebus dia. Tetapi orang tersebut lalu ‘menginjak-injak Anak Allah’, ‘menganggap najis darah perjanjian’, dan ‘menghina Roh kasih karunia’, dan karena itu ‘harus dihukum dengan lebih berat’ (dari pada orang yang menolak hukum Musa (Ibr 10:28). Jadi terlihat bahwa orang untuk siapa Kristus telah mati, ternyata pada akhirnya harus dihukum.

d) 2Pet 2:1 - “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka”.

Ayat ini mengatakan bahwa orang-orang sesat / nabi-nabi palsu itu telah ditebus oleh Penguasa / Yesus, tetapi mereka menyangkal Penguasa tersebut, dan dengan demikian ‘mendatangkan kebinasaan atas diri mereka’. Jadi lagi-lagi terlihat bahwa orang-orang yang telah ditebus ternyata bisa binasa.

R. L. Dabney: “Here, it is urged, Calvinists must either hold that some of the elect perish, or that Christ died for others than the elect” (= Di sini, ada desakan bahwa orang-orang Calvinist harus percaya, atau bahwa sebagian dari orang-orang pilihan binasa, atau bahwa Kristus mati untuk orang-orang yang bukan orang pilihan) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 524.

Catatan: Dabney adalah orang Reformed, dan desakan yang ia bicarakan di sini bukanlah desakan dari dia, tetapi dari orang-orang lain / Arminian. Orang-orang Arminian menganggap bahwa orang-orang Reformed / Calvinist hanya mempunyai 2 pilihan dalam menafsirkan ayat-ayat tersebut di atas:

1. Dengan menganggap bahwa orang-orang tersebut adalah orang-orang pilihan. Dengan demikian kita harus beranggapan bahwa orang-orang pilihan tersebut gagal untuk diselamatkan, karena dikatakan bahwa mereka binasa. Jadi, ini merupakan serangan terhadap doktrin Predestinasi /‘Unconditional Election’ (= Pemilihan yg tidak bersyarat), yang merupakan point ke 2 dari 5 points Calvinisme, dan juga terhadap doktrin ‘Perseverance of the Saints’ (= Ketekunan orang-orang kudus) yang merupakan point ke 5 dari 5 points Calvinisme.

2. Dengan menganggap bahwa orang-orang tersebut bukan orang-orang pilihan, karena mereka akhirnya binasa. Tetapi kalau kita memilih pandangan ini, kita harus menganggap bahwa Kristus mati untuk orang-orang yang bukan pilihan, dan ini bertentangan dengan doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas) yang merupakan point ke 3 dari 5 points Calvinisme.

Sekarang kita akan membahas ayat-ayat tersebut satu per satu secara lebih terperinci.

a) Ro 14:15 - “Sebab jika engkau menyakiti hati saudaramu oleh karena sesuatu yang engkau makan, maka engkau tidak hidup lagi menurut tuntutan kasih. Janganlah engkau membinasakan saudaramu oleh karena makananmu, karena Kristus telah mati untuk dia”.

Catatan: untuk bisa mengerti apa yang dibicarakan ayat ini, baca kontextnya mulai Ro 14:1.

Adam Clarke, yang adalah seorang Arminian yang sangat keras, menggunakan Ro 14:15 ini untuk mendukung pandangannya, bahwa orang untuk siapa Kristus telah mati, bisa binasa. Dengan kata lain, ayat ini ia gunakan untuk menentang doktrin Limited Atonement (= Penebusan Terbatas).

Adam Clarke: “This puts the uncharitable conduct of the person in question in the strongest light, because it supposes that the weak brother may be so stumbled as to fall and perish finally; even the man for whom Christ died. ... From this verse we learn that a man for whom Christ died may perish, or have his soul destroyed; and destroyed with such a destruction as implies perdition. ... Christ died in his stead; do not destroy his soul. The sacrificial death is as strongly expressed as it can be, and there is no word in the New Testament that more forcibly implies eternal ruin than the verb apolluw (APOLLUO), from which is derived that most significant name of the Devil, o[ Apolluw (HO APOLLUO), the Destroyer, the great universal murderer of souls” [= Ayat ini meletakkan tingkah laku yang tidak kasih dari orang yang dipersoalkan dalam terang yang terkuat, karena ayat ini menganggap bahwa saudara yang lemah itu bisa tersandung sedemikian rupa sehingga jatuh dan akhirnya binasa; yaitu orang untuk siapa Kristus telah mati. ... Dari ayat ini kita belajar bahwa seseorang untuk siapa Kristus mati bisa binasa, atau dibinasakan jiwanya; dan dibinasakan dengan suatu penghancuran yang menunjuk pada kehancuran total / neraka. ... Kristus mati di tempatnya / menggantikannya; jangan menghancurkan jiwanya. Kematian yang bersifat pengorbanan ditekankan sekeras mungkin, dan tidak ada kata dalam Perjanjian Baru yang menunjuk secara lebih kuat pada kehancuran kekal dari pada kata kerja apolluw (APOLLUO), dari mana diturunkan nama yang paling penting dari setan, o[ Apolluw (HO APOLLUO), sang Pembinasa / Penghancur, sang pembunuh jiwa universal yang besar] - hal 152-153.

Lenski: “‘by means of food - him in whose behalf Christ died.’ Christ, our Lord, died for this brother, whom thou art destroying with such a trifling thing as thy food!” (= ‘oleh karena makanan - dia untuk siapa Kristus mati’. Kristus, Tuhan kita, mati untuk saudara ini, yang engkau sedang hancurkan dengan hal yang remeh seperti makananmu!).

Tanggapan terhadap penafsiran Arminian ini:

Ada bermacam-macam cara penafsiran yang lain dari Ro 14:15 ini yang menyebabkan ayat ini tidak bertentangan dengan doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas).

1. Tindakan orang dalam Ro 14:15 itu hanya mempunyai kecenderungan untuk membinasakan saudaranya yang lemah, tetapi tidak berarti bahwa saudara yang lemah itu bisa betul-betul binasa.

W. G. T. Shedd: “To encourage a fellow disciple to violate his conscience, and thereby to fill him with remorse, will end in his ruin, if persisted in. But it does not follow that it will be persisted in” (= Mendorong sesama murid untuk melanggar hati nuraninya, dan dengan itu memenuhinya dengan penyesalan yang mendalam, akan berakhir dalam kehancurannya, jika hal itu terus berlangsung. Tetapi itu tidak berarti bahwa hal itu akan terus berlangsung) - ‘Commentary on Romans’, hal 398.

Editor / penterjemah dari Calvin’s Commentary (John Owen): “From the word ‘destroy not,’ &c., some have deduced the sentiment, that those for whom Christ died may perish forever. It is neither wise nor just to draw a conclusion of this kind; for it is one that is negatived by many positive declarations of Scripture. Man’s inference, when contrary to God’s word, cannot be right. Besides, the Apostle’s object in this passage is clearly this, - to exhibit the sin of those who disregarded the good of their brother, and to show what that sin was calculated to do, without saying that it actually effected that evil. ... Apostles and ministers are said to ‘save’ men (Rom. 11:14 1Cor. 7:16 1Cor. 9:22 1Tim. 4:16); some are exhorted here not to ‘destroy’ them. Neither of these effects can follow, except in the first instance, God grants his blessing, and in the second instance his permission; and his permission as to his people he will never grant, as he has expressly told us. See John 10:27-29” [= Dari kata-kata ‘janganlah membinasakan’ dst, beberapa orang menyimpulkan suatu pandangan / pemikiran bahwa mereka untuk siapa Kristus telah mati bisa binasa selama-lamanya. Adalah tidak bijaksana ataupun benar untuk menarik kesimpulan seperti ini; karena itu merupakan sesuatu yang disangkal oleh banyak pernyataan yang positif dari Kitab Suci. Kesimpulan manusia yang bertentangan dengan firman Allah tidak bisa benar. Disamping, tujuan dari sang Rasul dalam text ini jelas adalah ini: memamerkan dosa dari mereka yang tidak menghiraukan kebaikan dari saudara mereka, dan untuk menunjukkan apa yang bisa dilakukan oleh dosa itu, tanpa mengatakan bahwa dosa itu betul-betul mengakibatkan bencana tersebut. ... Rasul-rasul dan pelayan-pelayan dikatakan ‘menyelamatkan’ manusia (Ro 11:14 1Kor 7:16 1Kor 9:22 1Tim 4:16); dan orang-orang di sini didesak untuk tidak ‘membinasakan’ mereka. Tidak ada dari hal-hal ini yang bisa terjadi, kecuali dalam kejadian pertama, Allah memberikan berkatNya, dan dalam kejadian kedua, Ia memberikan ijinNya; dan berkenaan dengan umatNya Ia tidak akan pernah memberikan ijinNya, seperti yang dikatakanNya secara jelas / explicit kepada kita. Lihat Yoh 10:27-29] - hal 505-506.

Saudara yang lemah itu tidak betul-betul bisa binasa, karena:

a. Kata-kata dalam Ro 14:15 ini diberikan justru supaya kebinasaan dari saudara yang lemah itu tidak terjadi.

Pemberian peringatan disertai ancaman yang tidak betul-betul bisa terjadi ini, juga terjadi dalam Kis 27:31, dimana Paulus memberikan peringatan disertai ancaman dengan berkata: “Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat”. Bahwa ancaman ini tidak mungkin betul-betul terjadi adalah jelas dari Kis 27:22-25, karena Tuhan memberikan janjiNya bahwa semua orang di kapal itu akan selamat. Jadi pemberian peringatan disertai ancaman itu tidak mungkin bisa terjadi, dan justru merupakan cara untuk menyelamatkan semua orang di kapal itu.

Barnes’ Notes: “The word ‘destroy’ here refers, doubtless, to the ruin of the soul in hell. ... Though the apostle believed that all who were true Christians would be saved, Rom. 8:30-39, yet he believed that it would be brought about by the use of means, and that nothing should be done that would tend to hinder or endanger their salvation, Heb. 6:4-9; 2:1. God does not bring his people to heaven without the use of means adapted to the end; and one of those means is that employed here to warn professing Christians against such conduct as might jeopard the salvation of their brethren. ... This passage should not be brought, therefore, to prove that Christ died for all men, or for any who shall finally perish. Such a doctrine is undoubtedly true, (comp. 2Cor. 5:14,15; 1John 2:2; 2Pet. 2:1,) but it is not the truth which is taught here. The design is to show the criminality of a course that would tend to the ruin of a brother. For these weak brethren, Christ laid down his precious life. He loved them; and shall we, to gratify our appetites, pursue a course which will tend to defeat the work of Christ, and ruin the souls redeemed by his blood?” [= Kata ‘membinasakan’ di sini tidak diragukan lagi menunjuk pada kehancuran dari jiwa di dalam neraka. ... Sekalipun sang rasul percaya bahwa semua orang Kristen yang sejati akan diselamatkan, Ro 8:30-39, tetapi ia percaya bahwa hal itu akan terjadi oleh penggunaan cara-cara, dan bahwa tidak ada apapun yang boleh dilakukan yang mempunyai kecenderungan untuk menghalangi atau membahayakan keselamatan mereka, Ibr 6:4-9; 2:1. Allah tidak membawa umatNya ke surga tanpa penggunaan cara-cara yang disesuaikan sampai akhir; dan salah satu dari cara-cara itu adalah yang digunakan di sini dengan memperingati orang-orang yang mengaku sebagai Kristen untuk tidak melakukan hal-hal yang bisa membahayakan keselamatan dari saudara-saudara seiman mereka. ... Karena itu, text ini tidak boleh digunakan untuk membuktikan bahwa Kristus mati untuk semua orang, atau untuk siapapun yang akhirnya akan binasa. Tak diragukan bahwa doktrin seperti itu memang benar, (bdk. 2Kor 5:14,15; 1Yoh 2:2; 2Pet 2:1), tetapi itu bukanlah kebenaran yang diajarkan di sini. Tujuan dari ayat ini adalah untuk menunjukkan kejahatan dari suatu cara hidup yang cenderung untuk menghancurkan seorang saudara. Untuk saudara-saudara yang lemah ini Kristus menyerahkan jiwaNya yang berharga. Ia mengasihi mereka; dan apakah kita, untuk memuaskan nafsu-nafsu kita, mengikuti cara hidup yang cenderung untuk menggagalkan pekerjaan Kristus, dan menghancurkan jiwa-jiwa yang ditebus oleh darahNya?] - hal 657.

Catatan: Albert Barnes sebetulnya bukan orang Reformed. Ia menolak doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan terbatas), tetapi ia menerima doktrin ‘Perseverance of the Saints’ (= Ketekunan orang-orang kudus), yang menekankan bahwa keselamatan dari orang kristen yang sejati tidak mungkin hilang. Ini menyebabkan ia tidak bisa menggunakan Ro 14:15 ini untuk menentang doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas), karena kalau ia melakukan hal itu, maka Ro 14:15 ini secara otomatis juga menentang doktrin ‘Perseverance of the Saints’ (= Ketekunan orang-orang kudus) yang ia terima.

John Murray (NICNT): “The strength of the word ‘destroy’ underlines the serious nature of the stumbling that overtakes the weak brother. Are we to suppose that he is viewed as finally perishing? However grave the sin he commits it would be beyond all warrant to regard it as amounting to apostasy. The exhortation ‘destroy not’ is directed to the strong. In a similar situation the weak person is represented as perishing (1Cor. 8:11). But here likewise it would be beyond warrant to think of apostasy. Furthermore, the destruction contemplated as befalling the weak should not be construed as eternal perdition. All sin is destructive and the sin of the weak in this instance is a serious breach of fidelity which, if not repaired, would lead to perdition. It is upon the character of the sin and its consequence that the emphasis is placed in order to impress upon the strong the gravity of his offence in becoming the occasion of stumbling. It would load the exhortation with implication beyond this intent to suppose that the weak believer by his sin is an heir of eternal destruction. It is a warning, however, to the strong believer that what he must consider is the nature and tendency of sin and not take refuge behind the security of the believer and the final perseverance of the saints” [= Kekuatan dari kata ‘membinasakan’ menekankan sifat yang serius dari tindakan menyandungi saudara yang lemah. Apakah kita harus menganggap bahwa ia dipandang sebagai binasa pada akhirnya? Betapapun beratnya dosa yang ia lakukan, adalah tidak benar untuk menganggapnya sebagai sama dengan kemurtadan. Desakan ‘janganlah membinasakan’ ditujukan kepada orang kristen yang kuat. Dalam keadaan yang serupa orang yang lemah digambarkan sebagai ‘menjadi binasa’ (1Kor 8:11). Tetapi juga di sini adalah tidak benar untuk berpikir tentang kemurtadan. Selanjutnya, kebinasaan yang dipertimbangkan akan menimpa saudara yang lemah tidak boleh ditafsirkan sebagai kebinasaan kekal. Semua dosa bersifat menghancurkan dan dosa dari saudara yang lemah dalam kejadian ini merupakan pelanggaran kesetiaan, yang, jika tidak diperbaiki, akan membawa pada kebinasaan. Penekanan diletakkan pada sifat dan konsekwensi dari dosa, untuk menanamkan kesan pada orang kristen yang kuat beratnya pelanggarannya yang menjadi penyebab tersandungnya orang lain. Merupakan sesuatu yang melampaui maksud dari desakan ini jika kita menganggap bahwa orang percaya yang lemah itu, oleh dosanya, adalah seorang pewaris dari kebinasaan kekal. Tetapi ini merupakan suatu peringatan bagi orang percaya yang kuat bahwa apa yang harus ia pertimbangkan adalah sifat dan kecenderungan dari dosa, dan supaya ia tidak berlindung di belakang ‘keamanan orang percaya’ dan ‘ketekunan akhir orang-orang kudus’] - ‘The Epistle to the Romans’, hal 192.

b. Pasti ada campur tangan Allah sehingga hal itu tidak terjadi.

Perhatikan bahwa dalam pasal yang sama, pada ay 4, Paulus sudah menekankan hal ini.

Ro 14:4 - “Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri”.

John Brown: “You are doing what may probably involve your brother in guilt, and in the grief, and, if mercy prevent not, the destruction, which are the natural results of guilt.’ ‘Destroy not thy brother;’ that is, ‘Do not what may end - what, but for the interposition of Divine grace, must end - in his destruction. The tendency of every sin is to destroy the soul” [= Kamu sedang melakukan apa yang bisa melibatkan saudaramu dalam kesalahan, dan dalam kesedihan, dan, jika belas kasihan (dari Tuhan) tidak mencegahnya, kehancuran, yang merupakan akibat alamiah dari kesalahan’. ‘Janganlah engkau membinasakan saudaramu’; artinya: ‘Jangan melakukan apa yang mungkin akan berakhir pada apa, yang kecuali karena adanya campur tangan dari kasih karunia Ilahi, pasti berakhir dalam kebinasaannya. Kecenderungan dari setiap dosa adalah menghancurkan / membinasakan jiwa] - hal 528-529.

William Hendriksen: “The apostle is, as it were, saying, ‘Consider what you are doing! So dear is that brother of yours to Christ that he died for him. Nevertheless, you, by means of your unbrotherly conduct, are treating him in a manner which, were it not for God’s irresistible grace, would destroy him. Immediately stop doing what you are doing, and do the very opposite!’” (= Seakan-akan sang rasul berkata: ‘Pertimbangkanlah apa yang sedang kamu lakukan! Kristus sangat mengasihi saudaramu sehingga Ia mati untuknya. Tetapi engkau, oleh tindakanmu yang tidak sesuai dengan tindakan seorang saudara, sedang memperlakukan dia dengan suatu cara, yang, seandainya bukan karena kasih karunia Allah yang tidak bisa ditolak, akan menghancurkan dia. Segeralah berhenti melakukan apa yang sedang engkau lakukan, dan lakukanlah hal yang sebaliknya!’) - hal 463.

Louis Berkhof: “A third class of passages which seem to militate against the idea of a limited atonement consists of those which are said to imply the possibility that those for whom Christ died fail to obtain salvation. Rom. 14:15 and the parallel passage in 1Cor. 8:11 may be mentioned first of all. Some commentators are of the opinion that these passages do not refer to eternal destruction, but it is more likely that they do. The apostle simply wants to bring the uncharitable conduct of some of the stronger brethren in the Church into strong relief. They were likely to offend the weaker brethren, to cause them to stumble, to override their conscience, and thus to enter upon the downward path, the natural result of which, if continued, would be destruction. While Christ paid the price of His life to save such persons, they by their conduct tended to destroy them. That this destruction will not actually follow, is evident from Rom. 14:4; by the grace of God they will be upheld. We have here then, as Dr. Shedd expresses it, ‘a supposition, for the sake of argument, of something that does not and cannot happen,’ just as in 1Cor. 13:1-3; Gal 1:8” (= Golongan ketiga dari text-text yang kelihatannya menentang gagasan tentang penebusan terbatas, terdiri dari ayat-ayat yang dikatakan memberi kesan adanya kemungkinan bahwa mereka untuk siapa Kristus telah mati, gagal mendapatkan keselamatan. Ro 14:15 dan ayat paralelnya dalam 1Kor 8:11 bisa disebutkan sebagai yang pertama. Sebagian penafsir mempunyai pandangan bahwa text-text ini tidak menunjuk pada kebinasaan kekal, tetapi lebih mungkin bahwa ayat-ayat ini memang menunjuk pada kebinasaan kekal. Sang rasul hanya ingin menonjolkan tingkah laku yang tidak kasih dari sebagian saudara-saudara yang kuat dalam Gereja. Mereka mungkin sekali menyinggung / menyandungi saudara yang lemah, menyebabkan mereka jatuh, melindas hati nurani mereka, dan lalu masuk pada jalan yang turun, yang jika diteruskan, mempunyai akibat alamiah berupa kehancuran. Sementara Kristus membayar dengan nyawaNya untuk menyelamatkan orang-orang seperti itu, mereka oleh tingkah laku mereka cenderung untuk menghancurkan orang-orang itu. Bahwa kehancuran ini tidak betul-betul terjadi, nyata dari Ro 14:4; oleh kasih karunia Allah mereka akan ditegakkan. Jadi di sini kita mendapatkan, seperti Dr. Shedd menyatakannya, ‘suatu pengandaian, demi argumentasi, dari sesuatu yang tidak terjadi dan tidak bisa terjadi’, sama seperti dalam 1Kor 13:1-3; Gal 1:8) - ‘Systematic Theology’, hal 397.

Catatan: kata-kata Shedd diambil dari Shedd’s Dogmatic Theology, vol II, hal 481.

1Kor 13:1-3 - “(1) Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. (2) Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. (3) Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku”.

Gal 1:8 - “Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia”.

2. Orang-orang itu (‘saudaramu’) digambarkan sesuai dengan pengakuan mereka bahwa mereka adalah orang kristen, tetapi sebetulnya mereka hanya orang kristen KTP.

Matthew Poole: “Here a question may arise, whether any can perish for whom Christ died? The answer is, They cannot; and for this the Scripture is express, in John 10:28. See also Mat 24:24; John 5:39; 1Pet. 1:5. How then is this text to be understood? The apostle doth not speak of those for whom Christ indeed did die, but of such as, in the judgment of charity, are held to be of that number. We must account all those who confess the faith of Christ, for such as he hath redeemed by his death” [= Di sini muncul suatu pertanyaan apakah orang, untuk siapa Kristus telah mati, bisa binasa? Jawabannya adalah: Mereka tidak bisa (binasa); dan untuk ini Kitab Suci sangat jelas / explicit, dalam Yoh 10:28. Lihat juga Mat 24:24; Yoh 5:39; 1Pet 1:5. Lalu bagaimana text itu harus dimengerti? Sang rasul tidak berbicara tentang mereka untuk siapa Kristus betul-betul telah mati, tetapi tentang mereka yang, dalam penilaian yang murah hati, dianggap termasuk dalam kelompok itu. Kita harus menganggap semua orang yang mengaku percaya kepada Kristus, sebagai orang-orang yang telah Ia tebus oleh kematianNya] - hal 528.

Perlu diketahui bahwa Kitab Suci memang sering menggambarkan orang menurut pengakuan mereka, atau menurut penampilan lahiriah mereka. Misalnya:

a. Yoh 2:23-25 - “(23) Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam namaNya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakanNya. (24) Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diriNya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, (25) dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepadaNya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia”.

Perhatikan bahwa sekalipun dalam ay 23nya dikatakan bahwa orang banyak itu ‘percaya dalam namaNya’, tetapi ay 24-25nya menunjukkan secara jelas bahwa mereka tidak sungguh-sungguh percaya kepada Yesus!

b. Yohanes 6:66 - “Mulai dari waktu itu banyak murid-muridNya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia”.

Perhatikan bahwa orang-orang ini disebut dengan istilah ‘murid’, tetapi mereka ternyata berhenti mengikut Kristus. Bandingkan dengan Yoh 8:31 - “Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu”. Jelas bahwa berdasarkan Yoh 8:31 ini orang yang berhenti mengikut Kristus bukanlah benar-benar murid!

c. Yoh 12:42-43 - “(42) Namun banyak juga di antara pemimpin yang percaya kepadaNya, tetapi oleh karena orang-orang Farisi mereka tidak mengakuinya berterus terang, supaya mereka jangan dikucilkan. (43) Sebab mereka lebih suka akan kehormatan manusia dari pada kehormatan Allah”.

Sekalipun mula-mula dikatakan bahwa mereka ‘percaya kepadaNya’, tetapi lalu dikatakan bahwa mereka ‘tidak mengakuinya berterus terang’, dan mereka ‘lebih suka kehormatan manusia dari pada kehormatan Allah’. Memang mungkin bahwa di antara orang-orang ini ada yang sungguh-sungguh percaya (seperti Nikodemus dan Yusuf dari Arimatea), tetapi juga sangat besar kemungkinannya bahwa di antara mereka ada banyak yang hanya mengaku percaya, tetapi sebetulnya tidak sungguh-sungguh percaya kepada Yesus.

d. Simon tukang sihir juga dikatakan ‘menjadi percaya’ (Kis 8:13a), tetapi dari kata-kata Petrus yang begitu keras kepadanya dalam Kis 8:20-23, dan tanggapannya dalam Kis 8:24, sukar untuk membayangkan bahwa ia adalah orang percaya yang sejati.

Kis 8:13,20-24 - “(13) Simon sendiri juga menjadi percaya, dan sesudah dibaptis, ia senantiasa bersama-sama dengan Filipus, dan takjub ketika ia melihat tanda-tanda dan mujizat-mujizat besar yang terjadi. ... (20) Tetapi Petrus berkata kepadanya: ‘Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang. (21) Tidak ada bagian atau hakmu dalam perkara ini, sebab hatimu tidak lurus di hadapan Allah. (22) Jadi bertobatlah dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan, supaya Ia mengampuni niat hatimu ini; (23) sebab kulihat, bahwa hatimu telah seperti empedu yang pahit dan terjerat dalam kejahatan.’ (24) Jawab Simon: ‘Hendaklah kamu berdoa untuk aku kepada Tuhan, supaya kepadaku jangan kiranya terjadi segala apa yang telah kamu katakan itu.’”.

Kalau demikian maka memang memungkinkan bahwa Ro 14:15 juga menggambarkan orang-orang tersebut berdasarkan pengakuan mereka atau berdasarkan penampilan lahiriah mereka. Jadi pada saat mereka disebut sebagai ‘saudara’, atau pada saat dikatakan bahwa ‘Kristus telah mati untuk mereka’, maka fakta sebenarnya tidaklah demikian. Dengan demikian maka ayat ini tidak bertentangan dengan doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas).

b) 1Kor 8:11 - “Dengan jalan demikian orang yang lemah, yaitu saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati, menjadi binasa karena ‘pengetahuan’mu”.

Catatan: untuk bisa mengerti tentang apa ayat ini berbicara, baca seluruh kontext, yaitu 1Kor 8:1-13. Terlihat bahwa ayat ini sangat mirip dengan ayat yang sudah kita bahas di atas, yaitu Ro 14:15. Hanya saja, dalam Ro 14:15 yang dipersoalkan adalah memakan daging, sedangkan dalam 1Kor 8:11 yang dipersoalkan adalah memakan daging yang sudah dipersembahkan kepada berhala.

Sama seperti dengan Ro 14:15 di atas, ayat ini juga dipakai oleh orang-orang Arminian untuk menyerang doktrin Limited Atonement (= Penebusan terbatas), yang menyatakan bahwa Kristus mati hanya untuk menebus orang-orang pilihan saja, karena 1Kor 8:11 itu mengatakan bahwa orang, untuk siapa Kristus sudah mati, ternyata akhirnya binasa. Jadi, Kristus juga mati untuk orang-orang yang akan masuk neraka (bukan pilihan).

Adam Clarke: “So we learn that a man may perish for whom Christ died: this admits of no quibble. If a man for whom Christ died, apostatizing from Christianity, (for he is called a brother though weak,) return again to and die in idolatry, cannot go to heaven; then a man for whom Christ died may perish everlastingly” [= Jadi kita belajar bahwa seseorang bisa binasa untuk siapa Kristus telah mati: ini tidak mungkin dihindari. Jika seseorang untuk siapa Kristus telah mati, murtad dari kekristenan, (karena ia disebut seorang saudara sekalipun lemah), kembali lagi pada penyembahan berhala dan mati dalam penyembahan berhala, tidak bisa pergi ke surga; maka seseorang untuk siapa Kristus telah mati bisa binasa secara kekal] - hal 233-234.

Gordon D. Fee (NICNT): “Cf. Conzelmann, 149 n. 38: ‘He of course pressuposes the idea that the Christian, too, can lose his salvation.’ This is not a happy thought, but it reflects Paul’s own theology with sober realism” (= Bdk. Conzelmann, 149 n. 38: ‘Ia tentu mensyaratkan gagasan bahwa orang kristen juga bisa kehilangan keselamatannya’. Ini bukan merupakan suatu pemikiran yang menyenangkan, tetapi ini mencerminkan teologia Paulus sendiri dengan realisme yang waras / tenang) - ‘The First Epistle to the Corinthians’, hal 387 (footnote).

Tanggapan terhadap penafsiran Arminian ini:

Ada bermacam-macam cara penafsiran yang lain dari 1Kor 8:11 ini yang menyebabkan ayat ini tidak bertentangan dengan doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas), bahkan juga tidak bertentangan dengan Predestinasi ataupun Keselamatan yang tidak bisa hilang.

1. Kata-kata ‘saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati’ diartikan sebagai ‘orang kristen yang sejati’. Tetapi kata ‘binasa’ tidak diartikan ‘masuk ke neraka’, tetapi diartikan ‘jatuh ke dalam dosa’ atau ‘melukai hati nurani dari orang yang lemah’.

Keberatan terhadap penafsiran ini:

Kata Yunani yang diterjemahkan ‘binasa’ adalah APOLLUTAI yang bisa diterjemahkan sebagai:

a. Membunuh / membinasakan (Mat 2:13 1Kor 10:9-10).

Matius 2:13 - “Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: ‘Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibuNya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh (Yunani: APOLESAI) Dia.’”.

1Kor 10:9-10 - “(9) Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati (Yunani: APOLLUNTO) dipagut ular. (10) Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan (Yunani: APOLONTO) oleh malaikat maut”.

b. Membinasakan dalam neraka (Mat 10:28 Yoh 3:16).

Mat 10:28 - “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan (Yunani: APOLESAI) baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka”.

Catatan: 2 kata ‘membunuh’ yang pertama (yang saya beri garis bawah ganda) berasal dari kata Yunani yang berbeda.


Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa (Yunani: APOLENTAI), melainkan beroleh hidup yang kekal”.

c. Terhilang / kehilangan (Mat 10:6,42).

Mat 10:6,42 - “(6) melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang (Yunani: APOLOLOTA) dari umat Israel. ... (42) Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia muridKu, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan (Yunani: avpole,sh| / APOLESE) upahnya dari padanya.’”.

d. Hancur / terbuang (Mark 2:22).

Markus 2:22 - “Demikian juga tidak seorangpun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang (Yunani: APOLLUTAI). Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula.’”.

Kata APOLLUTAI tidak pernah mempunyai arti / diterjemahkan sebagai ‘jatuh dalam dosa’.

Jawaban terhadap keberatan ini:

Saya tetap berpendapat bahwa ini adalah penafsiran yang memungkinkan, karena kontext dari 1Kor 8:11 ini cocok dengan arti tersebut.

1Kor 8:7-13 - “(7) Tetapi bukan semua orang yang mempunyai pengetahuan itu. Ada orang, yang karena masih terus terikat pada berhala-berhala, makan daging itu sebagai daging persembahan berhala. Dan oleh karena hati nurani mereka lemah, hati nurani mereka itu dinodai olehnya. (8) ‘Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan.’ (9) Tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandunganbagi mereka yang lemah. (10) Karena apabila orang melihat engkau yang mempunyai ‘pengetahuan’, sedang duduk makan di dalam kuil berhala, bukankah orang yang lemah hati nuraninya itu dikuatkan untuk makan daging persembahan berhala? (11) Dengan jalan demikian orang yang lemah, yaitu saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati, menjadi binasa karena ‘pengetahuan’ mu. (12) Jika engkau secara demikian berdosa terhadap saudara-saudaramu dan melukai hati nurani mereka yang lemah, engkau pada hakekatnya berdosa terhadap Kristus. (13) Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku”.

Perhatikan kata-kata ‘hati nurani mereka dinodai’ dalam ay 7, dan juga ‘batu sandungan’ dalam ay 9,13, dan juga ‘melukai hati nurani mereka’ dalam ay 12. Disamping itu, saya merasa agak aneh kalau tindakan orang kristen yang kuat, yang hanya makan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala itu, bisa membawa seseorang kristen lain / yang lemah ke dalam neraka!

Kalau kita menerima penafsiran bahwa ‘binasa’ berarti ‘jatuh ke dalam dosa’, maka jelas sekali bahwa ay 11 ini tidak bertentangan dengan doktrin Reformed tentang Limited Atonement (= Penebusan Terbatas), maupun doktrin tentang Predestinasi dan Keselamatan yang tidak bisa hilang!

Gordon D. Fee (NICNT): “... Bruce, 82, who sees kai tuptontej (v. 12) as epexegetic, therefore explaining what ‘destroying’ means” [= ... Bruce, 82, yang melihat kai tuptontej / KAI TUPTONTES / ‘dan melukai’ (ay 12) sebagai penjelasan tambahan, dan karena itu menjelaskan arti dari kata ‘menghancurkan’] - ‘The First Epistle to the Corinthians’, hal 387 (footnote).

1Kor 8:11-12 - “(11) Dengan jalan demikian orang yang lemah, yaitu saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati, menjadi binasakarena ‘pengetahuan’ mu. (12) Jika engkau secara demikian berdosa terhadap saudara-saudaramu dan melukai hati nurani mereka yang lemah, engkau pada hakekatnya berdosa terhadap Kristus”.

Jadi menurut Bruce, yang dikutip oleh Gordon Fee, kata ‘binasa’ dalam ay 11 tidak berarti ‘masuk neraka’ tetapi hanya sekedar ‘melukai hati nurani mereka yang lemah’.

Matthew Poole: “by ‘perish’ is here meant, be led into sin, by acting contrary to the judgment of his own conscience; for, (as the apostle saith, Rom. 14:23,) ‘He that doubteth is damned if he eat, for whatsoever is not of faith,’ that is, done out of a firm persuasion in the party doing that it is lawful, ‘is sin.’” [= ‘binasa’ di sini berarti ‘dibimbing / diarahkan ke dalam dosa’, dengan bertindak bertentangan dengan penilaian dari hati nuraninya sendiri; karena, (seperti yang dikatakan sang rasul, Ro 14:23), ‘Tetapi barangsiapa yang bimbang, kalau ia makan, ia telah dihukum, karena ia tidak melakukannya berdasarkan iman’, yaitu dilakukan dari kepercayaan yang teguh bahwa itu sah / benar menurut hukum, ‘adalah dosa’.] - hal 565.

Gordon H. Clark: “A much better attempt is to examine the verb APOLLUMI and determine whether in every case it means destruction in hell. We have seen that it often does, but let us look at some of the other ninety-two instances. In Matthew 10:42 and Luke 15:4,8,9,24,32 and 33, it means ‘lose’: to lose a coin, to lose a son. Luke 15:17 refers to perishing of hunger. Compare Matthew 5:29,30; 9:17; John 6:12; 2John 8; and other. The conclusion is that since the lost coin was later found, there is no linguistic reason to suppose that APOLLUMI has to mean final, irretrievable destruction in hell. Therefore, only those who want to invent a contradiction in the Bible will so understand it” (= Suatu usaha yang jauh lebih baik adalah memeriksa kata kerja APOLLUMI dan menentukan apakah dalam setiap kasus kata itu berarti ‘kehancuran dalam neraka’. Kita telah melihat bahwa kata itu sering berarti demikian, tetapi mari kita melihat pada beberapa dari 92 contoh / kejadian lainnya. Dalam Mat 10:42 dan Luk 15:4,8,9,24,32 dan 33, itu berarti ‘kehilangan’: kehilangan mata uang, kehilangan anak. Luk 15:17 menunjuk pada mati karena kelaparan. Bandingkan dengan Mat 5:29,30; 9:17; Yoh 6:12; 2Yoh 8; dan yang lainnya. Kesimpulannya adalah bahwa karena mata uang yang hilang itu belakangan ditemukan, maka tidak ada alasan untuk menganggap bahwa APOLLUMI harus berarti ‘kehancuran akhir yang tidak bisa dipulihkan lagi dalam neraka’. Karena itu, hanya mereka yang ingin menemukan kontradiksi dalam Alkitab yang akan mengertinya demikian) - ‘First Corinthians’, hal 137.

Catatan: Dalam Kitab Suci tidak ada Lukas 15:33; itu pasti salah.

Matius 10:42 - “Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia muridKu, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.’”.

Luk 15:4,8,9,24,32 - “(4) ‘Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? ... (8) ‘Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya? (9) Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan. ... (24) Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria. ... (32) Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.’”.

Lukas 15:17 - “Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan”.

Mat 5:29-30 - “(29) Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. (30) Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka”.

Matius 9:17 - “Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itupun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya.’”.

Yohanes 6:12 - “Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-muridNya: ‘Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.’”.

2Yoh 8 - “Waspadalah, supaya kamu jangan kehilangan apa yang telah kami kerjakan itu, tetapi supaya kamu mendapat upahmu sepenuhnya”.

2. Kata ‘binasa’ diartikan ‘masuk ke neraka’, tetapi kata-kata ‘saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati’ diartikan sebagai ‘orang kristen KTP’.

Mengapa ‘orang kristen KTP’ digambarkan dengan kata-kata ‘saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati’? Karena Kitab Suci sering menggambarkan seseorang sesuai dengan pengakuan orang tersebut, atau sesuai dengan penampilan lahiriah dari orang tersebut (lihat pada point 2. dari pembahasan tentang Roma 14:15 di atas).

Kalau kita menafsirkan seperti ini, maka jelaslah bahwa ay 11 ini tidak menentang doktrin Reformed tentang Limited Atonement (= Penebusan Terbatas), maupun doktrin tentang Predestinasi dan Keselamatan yang tidak bisa hilang.

3. Ay 11 ini ditafsirkan bukan sebagai sesuatu yang betul-betul terjadi / sesuatu yang betul-betul bisa terjadi, tetapi sekedar sebagai suatu peringatan, justru supaya hal itu tidak terjadi!

Orang yang sungguh-sungguh kristen, sudah sela­mat, dan pasti tidak akan kehilangan keselamatannya. Tetapi manusia tetap diberi tanggung jawab supaya tidak hidup seenaknya. Orang yang mempunyai pengetahuan, harus hidup sedemikian rupa sehingga tidak menghancurkan keselamatan orang-orang yang lemah. Jadi, ini merupakan suatu peringatan, justru supaya orang-orang kristen yang lemah tidak kehilangan keselamatannya.

Kalau ditafsirkan seperti ini, maka jelas bahwa ay 11 ini tidak menentang doktrin Reformed tentang Limited Atonement (= Penebusan Terbatas), maupun doktrin tentang Predestinasi dan Keselamatan yang tidak bisa hilang!

Barnes’ Notes: “The sense is, that the tendency of this course would be, to lead the weak brother into sin, to apostasy, and to ruin. But this does not prove that any who were truly converted should apostatize and be lost; for, (1) there may be a tendency to a thing, and yet that thing may never happen. ... (2) The warning designed to prevent it may be effectual, and be the means of saving. ... (3) The apostle does not say that any true Christian would be lost. He puts a question; and affirms that if one thing was done, another might follow. But this is not affirming that any one would be lost. ... (4) It is elsewhere abundantly proved, that no one who has been truly converted will apostatize and be destroyed. ... ‘For whom Christ died?’ This is urged as an argument why we should not do anything that would tend to destroy the souls of men. ... If he endured so much to save the soul, assuredly we should not pursue a course that would tend to destroy it” [= Artinya adalah bahwa kecenderungan dari jalan ini adalah mengarahkan saudara yang lemah itu ke dalam dosa, pada kemurtadan, dan pada kehancuran. Tetapi ini tidak membuktikan bahwa ada orang yang betul-betul bertobat bisa murtad dan terhilang; karena, (1) Bisa ada suatu kecenderungan pada sesuatu, tetapi sesuatu itu tidak pernah terjadi. ... (2) Peringatan itu dirancang untuk mencegah terjadinya hal itu, dan merupakan cara penyelamatan. ... (3) Sang rasul tidak mengatakan bahwa ada orang kristen sejati yang bisa terhilang. Ia memberikan suatu pertanyaan; dan menegaskan bahwa jika yang satu terjadi, yang lain bisa mengikuti. Tetapi ini bukan menegaskan bahwa ada seseorang yang akan terhilang. ... (4) Di tempat lain (dalam Kitab Suci) dibuktikan secara berlimpah-limpah bahwa tak seorangpun yang telah betul-betul bertobat akan murtad dan dibinasakan. ... ‘Untuk siapa Kristus telah mati?’ Ini didesakkan sebagai suatu argumentasi mengapa kita tidak boleh melakukan apapun yang cenderung untuk menghancurkan jiwa-jiwa manusia. ... Jika Ia menahan begitu banyak rasa sakit untuk menyelamatkan jiwa, pasti kita tidak boleh menempuh suatu jalan yang cenderung menghancurkan jiwa] - hal 731.

Catatan: 1Korintus 8:11 ini dalam KJV berbentuk pertanyaan.

KJV: ‘And through thy knowledge shall the weak brother perish, for whom Christ died?’ (= Dan melalui pengetahuanmu apakah saudara yang lemah akan binasa, untuk siapa Kristus telah mati?).

Charles Hodge: “It was absolutely certain that none of Paul’s companion in shipwreck was on that occasion to lose his life, because the salvation of the whole company had been predicted and promised; and yet the apostle said that if the sailors were allowed to take away the boats, those left on board could not be saved. This appeal secured the accomplishment of the promise. So God’s telling the elect that if they apostatize they shall perish, prevents their apostasy. And in like manner, the Bible teaching that those for whom Christ died shall perish if they violate their conscience, prevents their transgressing, or brings them to repentance. God’s purposes embraces the means as well as the end. If the means fail, the end will fail. He secures the end by securing the means. It is just as certain that those for whom Christ died shall be saved, as that the elect shall be saved. Yet in both cases the event is spoken of as conditional. There is not only a possibility, but an absolute certainty of their perishing if they shall fall away. But this is precisely what God has promised to prevent” (= Adalah pasti bahwa tidak ada dari teman sepelayaran Paulus dalam peristiwa kecelakaan kapal akan kehilangan nyawanya pada peristiwa itu, karena keselamatan dari seluruh rombongan telah diramalkan dan dijanjikan; tetapi sang rasul berkata bahwa jika anak-anak kapal diijinkan mengambil sekoci, mereka yang tertinggal di kapal tidak bisa selamat. Seruan ini memastikan penggenapan / pencapaian dari janji tersebut. Demikian juga pemberitahuan Allah kepada orang-orang pilihan bahwa jika mereka murtad mereka akan binasa, mencegah kemurtadan mereka. Dan dengan cara yang sama, ajaran Alkitab bahwa mereka untuk siapa Kristus telah mati akan binasa jika mereka melanggar hati nurani mereka, mencegah pelanggaran mereka, atau membawa mereka kepada pertobatan. Rencana Allah mencakup cara / jalannya maupun tujuan akhirnya. Jika cara / jalannya gagal, tujuan akhirnya juga akan gagal. Ia memastikan tujuan akhirnya dengan memastikan cara / jalannya. Adalah sama pastinya bahwa mereka untuk siapa Kristus telah mati akan diselamatkan, seperti bahwa orang-orang pilihan akan diselamatkan. Tetapi dalam kedua kasus peristiwa itu dikatakan sebagai bersyarat. Bukan hanya ada kemungkinan, tetapi suatu kepastian yang mutlak tentang kebinasaan mereka jika mereka meninggalkan / murtad. Tetapi ini justru merupakan apa yang Allah janjikan untuk mencegahnya) - ‘I & II Corinthians’, hal 149.

Catatan: bagian yang saya beri garis bawah ganda itu agak aneh, karena kata-kata Paulus ini ditujukan bukan untuk saudara yang lemah, tetapi untuk saudara yang kuat. Jadi seharusnya kata-kata ini diucapkan oleh Paulus bukan supaya saudara yang lemah bertobat sehingga tidak binasa, tetapi supaya saudara yang kuat tidak mencobai yang lemah sehingga binasa.

4. ‘Saudaramu / orang yang lemah’ itu dianggap sebagai orang kristen KTP, dan kata-kata ‘yang untuknya Kristus telah mati’ diartikan sebagai kematian bukan untuk menebus dosa / menyelamatkan mereka, tetapi hanya untuk memberikan manfaat-manfaat tertentu bagi mereka.

Charles Hodge: “There is, however, a sense in which it is scriptural to say that Christ died for all men. This is very different from saying that he died equally for all men, ... To die for one is to die for his benefit. As Christ’s death has benefited the whole world, prolonged the probation of men, secured for them innumerable blessings, provided a righteousness sufficient and suitable for all, it may be said that he dies for all. And in reference to this obvious truth the language of the apostle, should any prefer this interpretation, may be understood, ‘Why should we destroy one for whose benefit Christ laid down his life?’” [= Tetapi ada suatu arti dimana adalah sesuatu yang alkitabiah untuk mengatakan bahwa Kristus mati untuk semua manusia. Ini sangat berbeda dengan mengatakan bahwa Ia mati secara samauntuk semua manusia, ... Mati untuk seseorang berarti mati untuk keuntungannya. Karena kematian Kristus telah memberikan keuntungan kepada seluruh dunia, memperpanjang masa pencobaan manusia, memastikan untuk mereka berkat-berkat yang tak terhitung, menyediakan suatu kebenaran yang cukup dan cocok untuk semua, maka bisa dikatakan bahwa Ia mati untuk semua. Dan berkenaan dengan kebenaran yang nyata ini, kalau ada orang yang memilih penafsiran ini, maka bahasa / kata-kata dari sang rasul (dalam 1Kor 8:11 ini) bisa diartikan: ‘Mengapa kita harus menghancurkan seseorang untuk keuntungan siapa Kristus telah menyerahkan nyawaNya?’] - ‘I & II Corinthians’, hal 149.

V) Serangan balik.

Dalam pembahasan saya sampai saat ini tentu sudah ada banyak serangan terhadap pandangan Arminianisme, tetapi di sini saya mau menambahkan 2 serangan tambahan.

1) Ada tiga pilihan yang diberikan oleh John Owen; dan satu-satunya kemungkinan yang benar adalah pandangan ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas).

John Owen: “God imposed his wrath due unto, and Christ underwent the pains of hell for, either all the sins of all men, or all the sins of some men, or some sins of all men. If the last, some sins of all men, then have all men some sins to answer for, and so shall no man be saved; for if God enter into judgment with us, though it were with all mankind for one sin, no flesh should be justified in his sight: ... If the second, that is it which we affirm, that Christ in their stead and room suffered for all the sins of all the elect in the world. If the first, why, then, are not all freed from the punishment of all their sins? You will say, ‘Because of their unbelief; they will not believe.’ But, this unbelief, is it a sin, or not? If not, why should they be punished for it? If it be, then Christ underwent the punishment due to it, or not. If so, then why must that hinder them more that their other sins for which he died from partaking of the fruit of his death? If he did not, then did he not die for all their sins. Let them choose which part they will” (= Allah menjatuhkan kemurkaanNya yang disebabkan oleh, dan Kristus mengalami rasa sakit neraka untuk, atau ‘semua dosa-dosa dari semua manusia’, atau ‘semua dosa-dosa dari sebagian manusia’, atau ‘sebagian dosa-dosa dari semua manusia’. Jika yang terakhir, ‘sebagian dari dosa-dosa dari semua manusia’, maka semua manusia harus bertanggung jawab untuk sebagian dosa-dosanya, dan dengan demikian tidak ada orang yang akan diselamatkan; karena jika Allah menghakimi kita, sekalipun itu dilakukan terhadap seluruh umat manusia hanya untuk satu dosa, tidak ada manusia yang dibenarkan di hadapanNya: ... Jika yang kedua, maka itu adalah yang kami tegaskan, bahwa Kristus telah menderita di tempat mereka untuk semua dosa-dosa dari semua orang-orang pilihan di dunia. Jika yang pertama, lalu mengapa tidak semua dibebaskan dari hukuman dari semua dosa-dosa mereka? Kamu akan berkata: ‘Karena ketidak-percayaan mereka; mereka tidak mau percaya’. Tetapi, ketidak-percayaan ini adalah suatu dosa, atau bukan? Jika ketidak-percayaan bukan merupakan dosa, mengapa mereka harus dihukum untuk itu? Jika ketidak-percayaan merupakan dosa, maka Kristus mengalami hukuman yang disebabkan oleh dosa itu, atau tidak. Jika ya, lalu mengapa itu harus menghalangi mereka untuk ikut menikmati buah kematianNya lebih dari dosa-dosa mereka yang lain untuk mana Dia mati? Jika tidak, maka Ia tidak mati untuk semua dosa mereka. Biarlah mereka memilih bagian mana yang mereka mau) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, ‘The Death of Christ’, hal 173-174.

Penjelasan kata-kata Owen di atas:

Allah menjatuhkan kemurkaanNya yang disebabkan oleh ..........

Kristus mengalami ‘rasa sakit neraka’ untuk ..............

Titik-titik di atas bisa diisi oleh 3 kemungkinan di bawah ini:

a) ‘sebagian dosa-dosa dari semua manusia’.

b) ‘semua dosa-dosa dari sebagian manusia’ - ini pandangan Reformed.

c) ‘semua dosa-dosa dari semua manusia’ - ini pandangan Arminian.

Pandangan a) jelas sesat, karena kalau Kristus mati hanya untuk sebagian dosa dari semua manusia, semua manusia tetap akan dihukum dalam neraka untuk dosa-dosa mereka yang tidak dipikul oleh Kristus.

Jika pandangan c) yang benar, maka mengapa tidak semua manusia dibebaskan dari hukuman? Orang Arminian menjawab: karena mereka tidak percaya. Sekarang dipertanyakan: ketidak-percayaan itu merupakan dosa atau bukan?

1. Sebetulnya mengatakan bahwa ketidak-percayaan bukan merupakan dosa merupakan sesuatu yang mustahil. Bdk. Yohanes 6:29 - “Jawab Yesus kepada mereka: ‘Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.’”.

Tetapi jika ada orang yang tetap berkeras mengatakan bahwa ketidak-percayaan bukan dosa, mengapa orang harus dihukum karena sesuatu yang bukan dosa? Mengapa orang harus dihukum karena tidak percaya?

2. Jika ya, Kristus mati untuk dosa itu atau tidak?

a. Jika ya, mengapa ketidak-percayaan itu menghalangi mereka masuk surga, padahal dosa-dosa mereka yang lain tidak menghalangi mereka masuk surga?

b. Jika tidak, maka itu berarti Kristus tidak mati untuk semua dosa (ini menjadi pandangan a) yang jelas merupakan pandangan sesat).

Kesimpulan: pandangan c) tidak mungkin benar.

Kalau pandangan a) merupakan pandangan sesat, dan pandangan c) merupakan pandangan yang salah, maka yang tersisa adalah pandangan b) yaitu ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas) yang merupakan pandangan Calvinisme / Reformed .

Catatan: kalau Calvinisme / Reformed percaya bahwa Kristus juga menebus dosa ketidakpercayaan, ini tentu tidak berarti bahwa kita diselamatkan sekalipun kita tidak percaya sampai kita mati.

Ingat bahwa Ia menebus semua dosa dari orang-orang pilihan, yang pasti akan bertobat dan percaya kepada Yesus.

Kis 13:48 - “Mendengar itu bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan firman Tuhan; dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya”.

Orang-orang pilihan, sebelum mereka percaya kepada Yesus, juga adalah orang yang tidak percaya. Jadi, ketidakpercayaan selama mereka belum menjadi orang kristen, tetap ditebus dan diampuni.

2) Kalau Calvinisme membatasi luas penebusan, maka Arminianisme membatasi kuasa / nilai penebusan.

Loraine Boettner: “When the atonement is made universal its inherent value is destroyed. If it is applied to all men, and some are lost, the conclusion is that it makes salvation objectively possible for all but that it does not actually save anybody. According to the Arminian theory the atonement has simply made it possible for all men to co-operate with the divine grace and thus save themselves - if they will. ... The Arminian limits the atonement as certainly as does the Calvinist. The Calvinist limits the extent of it in that he says it does not apply to all persons; while the Arminian limits the power of it, for he says that in itself it does not actually save anybody. The Calvinist limits it quantitatively, but not qualitatively; the Arminian limits it qualitatively, but not quantitatively. For the Calvinist it is like a narrow bridge which goes all the way across the stream; for the Arminian it is like a great wide bridge which goes half-way across. As a matter of fact, the Arminian places more severe limitations on the work of Christ than does the Calvinist” (= Pada waktu penebusan dijadikan bersifat universal, nilainya dihancurkan. Jika penebusan itu diterapkan kepada semua manusia, dan sebagian ternyata terhilang, kesimpulannya adalah bahwa penebusan itu membuat keselamatan memungkinkan secara obyektif bagi semua orang, tetapi penebusan itu tidak betul-betul menyelamatkan siapapun. Menurut teori Arminian penebusan hanya membuat menjadi mungkin bagi semua orang untuk bekerja sama dengan kasih karunia ilahi dan dengan demikian menyelamatkan diri mereka sendiri, jika mereka mau / menghendakinya. ... Orang Arminian membatasi penebusan sama pastinya seperti yang dilakukan oleh orang Calvinist. Orang Calvinist membatasi luas dari penebusan dalam kata-katanya bahwa penebusan itu tidak berlaku bagi semua orang; sementara orang Arminian membatasi kuasa dari penebusan itu, karena ia mengatakan bahwa dalam dirinya sendiri penebusan itu tidak betul-betul menyelamatkan siapapun. Orang Calvinist membatasi penebusan itu secara kwantitatif / jumlah, tetapi tidak secara kwalitatif / kwalitet; Orang Arminian membatasi penebusan itu secara kwalitatif / kwalitet, tetapi tidak secara kwantitatif / jumlah. Untuk orang Calvinist penebusan itu seperti suatu jembatan yang sempit yang mencapai seberang sungai; untuk orang Arminian penebusan itu seperti jembatan besar yang lebar yang hanya sampai setengah lebar sungai. Dalam faktanya, orang Arminian memberikan batasan-batasan yang lebih keras pada pekerjaan Kristus dari apa yang dilakukan oleh orang Calvinist) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 152-153.

Loraine Boettner mengutip kata-kata Warfield: “The things we have to choose between are an atonement of high value, or an atonement of wide extension. The two cannot go together” (= Hal-hal yang harus kita pilih adalah antara suatu penebusan dengan nilai yang tinggi, atau suatu penebusan yang luas. Dua hal itu tidak bisa berjalan bersama-sama) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 152-153.


Dan Loraine Boettner lalu melanjutkan: “The work of Christ can be universalized only by evaporating its substance” (= Pekerjaan Kristus bisa diuniversalkan hanya dengan menguapkan substansi / zatnya) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 153.

Loraine Boettner juga mengutip kata-kata Charles Hodge:

“The sin of Adam did not make the condemnation of all men merely possible; it was the ground of their actual condemnation. So the righteousness of Christ did not make the salvation of men merely possible, it secured the actual salvation of those for whom He wrought” (= Dosa dari Adam tidak membuat penghukuman semua manusia sekedar mungkin; itu adalah dasar penghukuman mereka yang sebenarnya.Demikianlah kebenaran Kristus tidak membuat keselamatan manusia sekedar mungkin, itu memastikan keselamatan yang sebenarnya dari mereka untuk siapa Ia mengerjakan) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 154-155.

Next Post Previous Post