YAHWEHISME (5)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
Kelompok Yahweh-isme mengatakan bahwa Perjanjian Baru asli ada dalam bahasa Ibrani, bukan dalam bahasa Yunani. Dan salah satu argumentasi mereka untuk mendukung pandangan gila ini adalah: mereka menyatakan bahwa ada beberapa kekeliruan dalam Perjanjian Baru Yunani, padahal Perjanjian Baru Ibraninya betul. Dan beberapa contoh kekeliruan dalam Perjanjian Baru Yunani itu adalah:
YAHWEHISME (5)
tutorial, gadget
I) Silsilah Yesus dalam Matius 1:1-17.

Yakub Sulistyo: “bahasa Asli Kitab Perjanjian Baru adalah Ibrani. Buktinya Silsilah Tuhan Yeshua di Mattithayu 1: 1-17 nama Avner tidak tertulis dalam ayat 13 seperti di Kitab DuTillet Hebrew sehingga jumlahnya 13 generasi, tidak seperti di ayat 17”.

Kristian Sugiyarto mempunyai pandangan yang kurang lebih sama, tetapi ia menambahkan bahwa nama Avner itu seharusnya diselipkan di antara nama Abihud dan Elyakim (Matius 1:13).

Tanggapan Pdt. Budi Asali:

Perlu diketahui bahwa mungkin hanya ada satu versi Perjanjian Baru bahasa Ibrani, dan pasti tidak semuanya, yang mempunyai nama Avner itu. Dari Bible Works 7, saya tahu ada 2 versi Perjanjian Baru bahasa Ibrani yang tidak mempunyai nama itu. Mengapa hanya satu yang punya dan yang lain tidak?

Sekarang mari kita lihat apakah memang versi Mat 1 yang diberikan oleh Yakub Sulistyo dari Perjanjian Baru bahasa Ibrani itu lebih benar dari versi Yunaninya.

1) Pertama-tama perlu diketahui bahwa dalam menuliskan silsilah Yesus, Matius memang secara sengaja meloncati beberapa nama. Ini menyebabkan silsilah dalam Injil Matius tidak sesuai dengan kitab 2Raja-raja.

Contoh:

a) Bandingkan Matius 1:8 dengan 2Raja-raja.

Mat 1:8 mengatakan bahwa ‘Yoram memperanakkan Uzia’; sedangkan dalam kitab 2Raja-Raja:

Yoram

Ahazia (2Raja 8:24-25) ® diloncati oleh Matius.

Yoas (2Raja 11:2) ® diloncati oleh Matius.

Amazia (2Raja 14:1) ® diloncati oleh Matius.

Azarya (2Raja 15:1).

2Raja 8:24-25 - “(24) Kemudian Yoram mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di samping nenek moyangnya di kota Daud. Maka Ahazia, anaknya, menjadi raja menggantikan dia. (25) Dalam tahun kedua belas zaman Yoram, anak Ahab raja Israel, Ahazia, anak Yoram raja Yehuda, menjadi raja”.

2Raja-raja 11:2 - “Tetapi Yoseba, anak perempuan raja Yoram, saudara perempuan Ahazia, mengambil Yoas bin Ahazia, menculik dia dari tengah-tengah anak-anak raja yang hendak dibunuh itu, memasukkan dia dengan inang penyusunya ke dalam gudang tempat tidur, dan menyembunyikan dia terhadap Atalya, sehingga dia tidak dibunuh”.

2Raja 14:1 - “Dalam tahun kedua zaman Yoas bin Yoahas, raja Israel, Amazia, anak Yoas raja Yehuda menjadi raja”.

2Raja-raja 15:1 - “Dalam tahun kedua puluh tujuh zaman Yerobeam, raja Israel, Azarya, anak Amazia raja Yehuda menjadi raja”.

Keterangan: Uzia = Azarya.

The International Standard Bible Encyclopedia: “UZZIAH; (AZARIAH) ... Azarias, in Kings, elsewhere Ozias; the significations of the names are similar, the former meaning ‘my strength is Yah’; the latter, ‘Yah has helped.’ It has been thought that the form ‘Uzziah’ may have originated by corruption from the other” [= UZIA; (Azarya) ... Azarya, dalam 2Raja-raja, di tempat lain Uzia; arti dari nama-nama itu mirip, yang pertama berarti ‘kekuatanku adalah Yah’; yang terakhir ‘Yah telah menolong’. Telah dipikir bahwa bentuk ‘Uzia’ mungkin berasal usul oleh perusakan dari yang lain / satunya].

Jadi, Matius meloncati 3 orang yaitu Ahazia, Yoas dan Amazia.

b) Bandingkan Mat 1:11 dengan 2Raja-raja.

Matius 1:11 mengatakan bahwa ‘Yosia memperanakkan Yekhonya’; sedangkan dalam kitab 2Raja-Raja:

Yosia

Elyakim / Yoyakim (2Raja 23:34) ® diloncati oleh Matius.

Yoyakhin (2Raja 24:6)

2Raja 23:34 - “Firaun Nekho mengangkat Elyakim, anak Yosia, menjadi raja menggantikan Yosia, ayahnya, dan menukar namanya dengan Yoyakim. Tetapi Yoahas dibawanya; Yoahas tiba di Mesir dan mati di sana”.

2Raja-raja 24:6 - “Kemudian Yoyakim mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, maka Yoyakhin, anaknya, menjadi raja menggantikan dia”.

Keterangan: Yekhonya = Yoyakhin.

The International Standard Bible Encyclopedia: “JEHOIACHIN ... called also ‘Jeconiah’ in 1 Chr 3:16; Jer 24:1” (= YEHOYAKHIN ... disebut juga Yekhonya dalam 1Taw 3:16; Yer 24:1).

1Tawarikh 3:16 - “Keturunan Yoyakim ialah Yekhonya, anaknya itu, dan anak orang ini ialah Zedekia”.

Yeremia 24:1 - “Lihatlah, TUHAN memperlihatkan kepadaku dua keranjang buah ara berdiri di hadapan bait TUHAN. Hal itu terjadi sesudah Nebukadnezar, raja Babel, mengangkut ke dalam pembuangan Yekhonya bin Yoyakim, raja Yehuda, beserta para pemuka Yehuda, tukang dan pandai besi dari Yerusalem dan membawa mereka ke Babel”.

Jadi, lagi-lagi Matius meloncati 1 orang, yaitu Elyakim / Yoyakim.

2) Sekalipun Matius meloncat-loncat, Matius tidak bisa dikatakan salah, karena dalam Kitab Suci kata ‘memperanakkan’ bisa diterjemahkan ‘menurunkan’, dan kata ‘anak’ bisa diartikan ‘keturunan’.

Hal ini bisa terlihat dari:

a) Kejadian 46:16-18 dimana ada 3 generasi yang dalam Kitab Suci Indonesia disebut sebagai ‘keturunan Zilpa’. Tetapi terjemahan yang hurufiahnya seharusnya adalah ‘sons of Zilpa’ (= anak-anak Zilpa).

b) 2Taw 28:1 dimana Daud disebut sebagai ‘bapa leluhur’ Ahas.

NIV memberikan terjemahan hurufiah ‘David, his father’ (= Daud bapanya).

3) Apa tujuan Matius untuk meloncati nama-nama tertentu?

Matius meloncat-loncat mungkin untuk mendapatkan Mat 1:17 - ‘ada 14 keturunan dari Abraham sampai Daud, ada 14 keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan 14 keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus’. Dengan adanya 3 x bilangan 14 itu maka silsilah itu lebih mudah untuk diingat.

Setelah mengetahui tentang hal di atas ini mari kita menghitung jumlah nama dalam silsilah Yesus dalam Injil Matius untuk mengetahui salah atau benarnya bagian ini.

Matius 1:1-6 - “(1) Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. (2) Abraham(1) memperanakkan Ishak, Ishak(2) memperanakkan Yakub, Yakub(3) memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya, (3) Yehuda(4) memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar, Peres(5) memperanakkan Hezron, Hezron(6) memperanakkan Ram, (4) Ram(7) memperanakkan Aminadab, Aminadab(8) memperanakkan Nahason, Nahason(9) memperanakkan Salmon, (5) Salmon(10) memperanakkan Boas dari Rahab, Boas(11) memperanakkan Obed dari Rut, Obed(12) memperanakkan Isai, (6a) Isai(13) memperanakkan raja Daud(14)”.

Ini cocok dengan kata-kata “empat belas keturunan dari Abraham sampai Daud” dalam Mat 1:17a.

Mat 1:7-11 - “(6b) Daud memperanakkan Salomo(1) dari isteri Uria, (7) Salomo memperanakkan Rehabeam(2), Rehabeam memperanakkan Abia(3), Abia memperanakkan Asa(4), (8) Asa memperanakkan Yosafat(5), Yosafat memperanakkan Yoram(6), Yoram memperanakkan Uzia(7), (9) Uzia memperanakkan Yotam(8), Yotam memperanakkan Ahas(9), Ahas memperanakkan Hizkia(10), (10) Hizkia memperanakkan Manasye(11), Manasye memperanakkan Amon(12), Amon memperanakkan Yosia(13), (11) Yosia memperanakkan Yekhonya(14) dan saudara-saudaranya pada waktu pembuangan ke Babel”.

Ini cocok dengan kata-kata “empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel” dalam Mat 1:17b.

Catatan: Daud sudah dihitung dalam penghitungan kelompok 1 (Abraham - Daud), dan karena itu dalam penghitungan kelompok 2 ini ia tidak dihitung lagi.

Mat 1:12-16 - “(12) Sesudah pembuangan ke Babel, Yekhonya(1) memperanakkan Sealtiel, Sealtiel(2) memperanakkan Zerubabel, (13) Zerubabel(3) memperanakkan Abihud, Abihud(4) memperanakkan Elyakim, Elyakim(5) memperanakkan Azor, (14) Azor(6) memperanakkan Zadok, Zadok(7) memperanakkan Akhim, Akhim(8) memperanakkan Eliud, (15) Eliud(9) memperanakkan Eleazar, Eleazar(10) memperanakkan Matan, Matan(11) memperanakkan Yakub, (16) Yakub(12) memperanakkan Yusuf(13) suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus(14)”.

Ini cocok dengan kata-kata “empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus” dalam Mat 1:17c.

Catatan: Yekhonya memang dihitung lagi, karena masa pembuangan ke Babil merupakan suatu masa. Yekhonya (= Yoyakhin) ini ada pada saat terjadi pembuangan ke Babil, dan ia juga ada dalam masa pembuangan ke Babil itu.

Ada beberapa cara lain untuk mencocokkan daftar dan jumlah nama-nama dalam Mat 1:2-16 dengan 3 x bilangan 14 dalam Mat 1:17 itu, yaitu:

· Jamieson, Fausset & Brown menganggap kelompok 1 adalah Abraham - Daud, kelompok 2 adalah Daud - Yosia, dan kelompok 3 adalah Yekhonya - Yesus.

· Albert Barnes menganggap bahwa kelompok 1 adalah Abraham - Daud, kelompok 2 adalah Daud - Yosia, dan kelompok ke 3 adalah Yosia - Yusuf (Kristus tak dihitung).

Jadi, tak ada keharusan menambahi 1 orang (yaitu Avner) dalam Mat 1:13, seperti yang dikatakan oleh Pdt. Yakub Sulistyo.

Sekarang bandingkan dengan kata-kata Pdt. Yakub Sulistyo: “Nah sekarang coba Anda hitung jumlah daftar nama-nama yang tertulis disitu dari pembuangan ke Babel sampai ke Nama sebelum Yeshua Hamasiah, ada berapa? Lebih jelasnya dari ayat 12. Kalau dihitung ternyata hanya ada 13 Nama yaitu: 1. Yekhonya 2. Sealtiel 3. Zerubabel 4. Abihud 5. Elyakim 6. Azor 7. Zadok 8. Akhim 9. Eliud 10. Eleazar 11. Matan 12. Yaa’qov / Yakub 13. Yosep / Yusuf”.

Tanggapan Pdt. Budi Asali:

Ini lucu, karena mengapa ia berhenti pada nama sebelum nama Yesus? Perhatikan dengan teliti kata-kata dari Mat 1:17 - “Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus”.

Kata-kata ‘sampai Kristus’ berarti Kristusnya juga dihitung. Dan kalau Kristus dihitung, maka didapatkan 14, cocok dengan Mat 1:17! Kalau ditambahi nama Avner, maka justru tidak cocok karena menjadi 15!

II) Kesalahan dalam Mat 23:35 dalam Perjanjian Baru Yunani.

Matius 23:35 - “supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakharia anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah”.

Kristian Sugiyarto: “Matthew 23:35, menuliskan perkataan Y’Shua: ‘…supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang yang benar itu, sampai kepada Zakharia anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah’ (terjemahan LAI); padahal jika kita periksa yang mengalami pembunuhan bukan Zakharia anak Berekhnya (Zakh. 1:1) melainkan Zakharia anak Yoyada (2Tawrh. 24:20-22). Kesalahan pengutipan PB-Greek ini tidak dijumpai dalam naskah kopian Hebrew kuno yang ada di tangan Jerome; “Dalam Injil yang digunakan Nazaren, untuk ‘Anak Berekhya’ saya mendapati ‘Anak Yoyada’ ditulis””.

Tanggapan Pdt. Budi Asali:

Pertama-tama, lagi-lagi kelihatannya hanya satu copy dari Perjanjian Baru bahasa Ibrani yang menulis seperti yang dikatakan oleh Kristian Sugiyarto. Lalu bagaimana yang lain? Dalam Bible Works 7, Perjanjian Baru bahasa Ibrani versi HNT tetap menyebutkan Berekhya!

Kedua, belum tentu kata ‘Berekhya’ salah dan harus digantikan dengan ‘Yoyada’. Sekarang mari kita perhatikan / selidiki, siapakah ‘Zakharia anak Berekhya’ itu? Ada bermacam-macam pandangan tentang hal ini:

1) Ia adalah Zakharia dalam Yes 8:2 - “Maka aku memanggil dua saksi yang dapat dipercaya, yaitu imam Uria dan Zakharia bin Yeberekhya”.

Keberatannya:

a) ‘Yeberekhya’ tidak sama dengan ‘Berekhya’.

b) Tak dikatakan bahwa orang ini dibunuh di Bait Allah.

2) Ia adalah ayah Yohanes Pembaptis (Luk 1:5).

Lukas 1:5 - “Pada zaman Herodes, raja Yudea, adalah seorang imam yang bernama Zakharia dari rombongan Abia. Isterinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet”.

Keberatannya:

· ia tak mempunyai nama keluarga ‘Berekhya’.

· tak dikatakan bahwa ia dibunuh di Bait Allah.

3) Zacharias, anak Baruch.

Ini adalah orang yang diceritakan oleh seorang ahli sejarah yang bernama Josephus. Dikatakannya bahwa orang ini dibunuh oleh orang Zelot di Bait Allah. Memang peristiwa itu terjadi pada tahun 68 M, tetapi tetap ada orang yang mengatakan bahwa inilah orang yang dimaksud­kan oleh Yesus, karena dalam ayat itu Yesus sedang bernubuat mengenai sesuatu yang akan terjadi.

Keberatannya: sekalipun Matius 23:34 merupakan nubuat tentang masa yang akan datang, tetapi kelihatannya Mat 23:35nya membi­carakan sesuatu yang sudah terjadi!

Mat 23:34-35 - “(34) Sebab itu, lihatlah, Aku mengutus kepadamu nabi-nabi, orang-orang bijaksana dan ahli-ahli Taurat: separuh di antara mereka akan kamu bunuh dan kamu salibkan, yang lain akan kamu sesah di rumah-rumah ibadatmu dan kamu aniaya dari kota ke kota, (35) supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakharia anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah”.

Kata ‘bunuh’ dalam Matius 23:35 dalam KJV adalah ‘slew’ yang merupakan bentuk lampau / past tense.

4) Nabi Zakharia (bdk. Zakh 1:1).

Zakh 1:1 - “Dalam bulan yang kedelapan pada tahun kedua zaman Darius datanglah firman TUHAN kepada nabi Zakharia bin Berekhya bin Ido, bunyinya”.

Keberatannya: tidak pernah diceritakan bahwa ia dibunuh di Bait Allah. Bahkan hal itu tidak mungkin terjadi, karena Bait Allah (yang dihancurkan oleh Babilonia) baru dibangun kembali oleh Ezra sesudah tahun 458 SM. Padahal nabi Zakharia melayani pada sekitar tahun 518-520 SM, yaitu pada saat dimana Bait Allah itu tidak ada!

5) Zakharia dalam 2Taw 24:17-20; ini adalah pandangan dari mayoritas penafsir. 

2Taw 24:17-20 - “(17) Sesudah Yoyada mati, pemimpin-pemimpin Yehuda datang menyembah kepada raja. Sejak itu raja mendengarkan mereka. (18) Mereka meninggalkan rumah TUHAN, Allah nenek moyang mereka, lalu beribadah kepada tiang-tiang berhala dan patung-patung berhala. Oleh karena kesalahan itu Yehuda dan Yerusalem tertimpa murka. (19) Namun TUHAN mengutus nabi-nabi kepada mereka, supaya mereka berbalik kepadaNya. Nabi-nabi itu sungguh-sungguh memperingatkan mereka, tetapi mereka tidak mau mendengarkannya. (20) Lalu Roh Allah menguasai Zakharia, anak imam Yoyada. Ia tampil di depan rakyat, dan berkata kepada mereka: ‘Beginilah firman Allah: Mengapa kamu melanggar perintah-perintah TUHAN, sehingga kamu tidak beruntung? Oleh karena kamu meninggalkan TUHAN, Iapun meninggalkan kamu!’ (21) Tetapi mereka mengadakan persepakatan terhadap dia, dan atas perintah raja mereka melontari dia dengan batu di pelataran rumah TUHAN. (22) Raja Yoas tidak mengingat kesetiaan yang ditunjukkan Yoyada, ayah Zakharia itu, terhadap dirinya. Ia membunuh anak Yoyada itu, yang pada saat kematiannya berseru: ‘Semoga TUHAN melihatnya dan menuntut balas!’”.

Keberatannya: ia tidak punya nama keluarga ‘Berekhya’.

Macam-macam jawaban terhadap keberatan ini:

a) Calvin: ini penghormatan bagi Yoyada (ayah Zakharia), karena ‘Berekhya’ berarti ‘the blessed of Yahweh’ (= orang-orang yang diberkati dari Yahweh).

b) Mereka menganggap bahwa kata-kata ‘anak Berekhya’ dalam Mat 23:35 itu sebetulnya tidak ada (dalam ayat paralelnya, yaitu Luk 11:51, kata-kata itu memang tidak ada). Mereka menganggap bahwa kata-kata ini ditambahkan oleh seorang penyalin manu­script yang mula-mula, karena ia mengira bahwa yang Yesus maksudkan adalah nabi Zakharia, yang memang mempunyai nama keluarga Berekhya (Zakh 1:1).

c) Mungkin ada alasan keluarga yang tidak kita ketahui yang menyebabkan ia disebut ‘anak Berekhya’.

III) Kesalahan dalam Mat 27:9 dalam Perjanjian Baru Yunani.

Mat 27:9-10 - “(9) Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: ‘Mereka menerima tiga puluh uang perak, yaitu harga yang ditetapkan untuk seorang menurut penilaian yang berlaku di antara orang Israel, (10) dan mereka memberikan uang itu untuk tanah tukang periuk, seperti yang dipesankan Tuhan kepadaku.’”.

Kristian Sugiyarto: “Isi ayat ini sesungguhnya mengacu pada Zakharia 11:12-13, tetapi anehnya tertulis Yeremia yang sama sekali tidak memuatnya (silakan mengecek!). Alkitab Ibrani Shem Tob benar dengan menulis Zakharia, sedangkan Old Syriac Aramaic dan Peshitta hanya menulis ‘nabi’ (the prophet) saja. Kekeliruan PB Greek ini bisa diuji siapa saja dan kapan saja.”.

Tanggapan Pdt. Budi Asali:

Matius mengatakan ‘nabi Yeremia’ (Matius 27:9) sedangkan text yang paling cocok dengan peris­tiwa ini kelihatannya memang adalah Zakh 11:12-13 - “(12) Lalu aku berkata kepada mereka: ‘Jika itu kamu anggap baik, berikanlah upahku, dan jika tidak, biarkanlah!’ Maka mereka membayar upahku dengan menimbang tiga puluh uang perak. (13) Tetapi berfirmanlah TUHAN kepadaku: ‘Serahkanlah itu kepada penuang logam!’ - nilai tinggi yang ditaksir mereka bagiku. Lalu aku mengambil ketiga puluh uang perak itu dan menyerahkannya kepada penuang logam di rumah TUHAN”.

Perhatikan persamaan Matius 27:9-10 ini dengan Zakh 11:12-13:

1) Pekerjaan Yesus maupun Zakharia sama-sama dihargai rendah.

Kalau dalam Zakharia 11:13 ada kata-kata ‘nilai tinggi’ [NIV: the handsome price (= harga yang bagus)], maka itu merupakan suatu irony / ejekan / sindiran belaka.

2) Sama-sama dihargai 30 keping perak.

3) Uangnya sama-sama dilempar ke Bait Allah (ay 5 bdk. Zakh 11:13 - perhatikan kata-kata ‘rumah Tuhan’).

Catatan: Kata-kata ‘serahkanlah’ dan ‘menyerahkannya’ dalam Zakh 11:13 versi Kitab Suci Indonesia, salah terjemahan. Seharusnya adalah ‘lemparkanlah’ dan ‘melemparkan’.

Zakh 11:13 (NIV): “And the Lord said to me, ’Throw it to the potter’ - the handsome price at which they priced me! So I took the 30 pieces of silver and threw them into the house of the Lord to the potter” (= dan Tuhan berkata kepadaku: ‘Lemparkan itu kepada tukang periuk’ - harga yang bagus untuk mana mereka menilai aku. Lalu aku mengambil ke 30 keping perak itu dan melemparkan mereka ke dalam rumah Tuhan kepada tukang periuk).

4) Dalam kedua peristiwa ini uang akhirnya jatuh ke tangan tukang periuk.

a) Dalam Matius, uang dibelikan ‘tanah tukang periuk’, sehingga jelas dibayarkan kepada tukang periuk.

b) Dalam Zakharia, uang juga dilemparkan kepada tukang periuk.

Kitab Suci Indonesia lagi-lagi salah karena menterjemahkan ‘penuang logam’.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘potter’ (= tukang periuk / penjunan).

Sekarang persoalannya, kalau bagian ini cocok dengan Zakh 11:12-13, mengapa dalam ay 9 ini Matius tidak mengatakan ‘nabi Zakharia’ tetapi ‘nabi Yeremia’? Ada bermacam-macam penafsiran / jawaban:

a) Ini bukan kesalahan Matius, tetapi kesalahan penyalin yang menyalin.

Ada 2 kemungkinan kesalahan penyalin:

1. Matius hanya menyebut ‘nabi’ (tanpa nama), tetapi penyalin itu menambahkan nama ‘Yeremia’.

2. Penyalin itu salah tulis sehingga ‘nabi Zakharia’ ia tuliskan ‘nabi Yeremia’.

b) Ada yang mengatakan bahwa pasal-pasal terakhir dari Zakharia memang ditulis oleh Yeremia.

c) Matius bukan hanya memikirkan 1 bagian dari Perjanjian Lama, tetapi 2 atau lebih. Bagian yang ia tulis itu bukan hanya berhu­bungan dengan Zakh 11:12-13, tetapi juga dengan Yer 19:1-dst, dan mungkin sekali juga dengan Yer 32:6-14 (yang berbicara soal pembe­lian ladang).

Yeremia 19:1-15 - “(1) Beginilah pula firman TUHAN kepadaku: ‘Pergilah membeli buli-buli yang dibuat dari tanah, lalu ajaklah bersama-sama engkau beberapa orang tua-tua bangsa itu dan beberapa orang imam yang tertua, (2) kemudian berangkatlah ke Lembah Ben-Hinom yang di depan pintu gerbang Beling! Serukanlah di sana perkataan-perkataan yang akan Kusampaikan kepadamu! (3) Katakanlah: Dengarlah firman TUHAN, hai raja-raja Yehuda dan penduduk Yerusalem! Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Sesungguhnya, Aku akan mendatangkan malapetaka kepada tempat ini, sehingga telinga orang yang mendengarnya, mendenging! (4) Sebab mereka telah meninggalkan Aku, telah memberikan tempat ini kepada allah asing dan telah membakar korban di sini kepada allah lain yang tidak dikenal oleh mereka sendiri dan oleh nenek moyang mereka dan oleh raja-raja Yehuda. Mereka telah membuat tempat ini penuh dengan darah orang-orang yang tidak bersalah. (5) Mereka telah mendirikan bukit-bukit pengorbanan bagi Baal untuk membakar anak-anak mereka sebagai korban bakaran kepada Baal, suatu hal yang tidak pernah Kuperintahkan atau Kukatakan dan yang tidak pernah timbul dalam hatiKu. (6) Sebab itu, sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa tempat ini tidak akan disebut lagi: Tofet dan Lembah Ben-Hinom, melainkan Lembah Pembunuhan. (7) Aku akan menggagalkan rancangan Yehuda dan Yerusalem di tempat ini dan Aku akan membuat mereka rebah oleh pedang di depan musuh mereka dan oleh tangan orang-orang yang ingin mencabut nyawa mereka. Aku akan membiarkan mayat-mayat mereka dimakan oleh burung-burung di udara dan oleh binatang-binatang di bumi. (8) Aku akan membuat kota ini menjadi kengerian dan menjadi sasaran suitan. Setiap orang yang melewatinya akan merasa ngeri dan bersuit karena segala pukulan yang dideritanya. (9) Aku akan membuat mereka memakan daging anak-anaknya laki-laki dan daging anak-anaknya perempuan, dan setiap orang memakan daging temannya, dalam keadaan susah dan sulit yang ditimbulkan musuhnya kepada mereka dan oleh orang-orang yang ingin mencabut nyawa mereka. (10) Selanjutnya pecahkanlah buli-buli itu di depan mata orang-orang yang turut bersama-sama engkau. (11) Katakanlah kepada mereka: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Demikianlah akan Kupecahkan bangsa ini dan kota ini, seperti orang memecahkan tembikar tukang periuk, sehingga tidak dapat diperbaiki lagi. Dan Tofet akan menjadi tempat penguburan, karena tidak ada tempat lain untuk menguburkan. (12) Begitulah akan Kulakukan kepada tempat ini, demikianlah firman TUHAN, dan kepada penduduknya. Aku akan membuat kota ini seperti Tofet: (13) rumah-rumah Yerusalem dan rumah-rumah para raja Yehuda akan menjadi najis seperti tempat Tofet, yakni segala rumah yang di atas sotohnya orang membakar korban kepada segala tentara langit dan mempersembahkan korban curahan kepada allah lain.’ (14) Ketika Yeremia pulang dari Tofet, ke mana TUHAN telah mengutusnya untuk bernubuat, berdirilah ia di pelataran rumah TUHAN dan berkata kepada segenap orang banyak: (15) ‘Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Sesungguhnya, Aku akan mendatangkan ke atas kota ini dan ke atas segala kota sekitarnya seluruh malapetaka yang telah Kukatakan akan menimpa mereka, sebab mereka berkeras kepala dan tidak mendengarkan perkataan-perkataanKu’”.

Persamaan antara Mat 27:3-10 dengan Yer 19:

1. Sama-sama ada pencurahan darah orang yang tak bersalah (Mat 27:4 Yer 19:4).

2. Sama-sama melibatkan tokoh-tokoh agama Yahudi (Mat 27:3,6,7 Yeremia 19:1).

3. Sama-sama ada tukang periuknya (Matius 27:7,10 Yer 19:1,11).

4. Tofet / lembah pembunuhan dalam Yer 19:6 menurut tradisi adalah sama dengan tanah tukang periuk / tanah darah dalam Mat 27:7 (ini kata-kata Hendriksen).

5. Sama-sama ada tempat penguburan (Mat 27:7 Yer 19:11).

Tetapi, sekalipun Matius memikirkan beberapa bagian Perjanjian Lama, ia menuliskan bagian-bagian itu atas nama salah satu orang saja, yaitu Yeremia (karena Yeremia adalah nabi yang lebih besar dibandingkan Zakharia).

Hal seperti ini juga terjadi dalam Mark 1:2-3. Mark 1:2 sebetulnya mengutip Mal 3:1, dan Mark 1:3 mengutip Yes 40:3. Tetapi Markus menggabungkan kedua bagian itu dan menuliskannya hanya atas nama satu orang saja yaitu Yesaya (karena Yesaya adalah nabi yang lebih besar dari Maleakhi).

Markus 1:2-3 - “(2) Seperti ada tertulis dalam kitab nabi Yesaya: ‘Lihatlah, Aku menyuruh utusanKu mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan bagiMu; (3) ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagiNya’,”.

d) Kata-kata yang ditulis oleh Zakharia itu memang berasal dari kata-kata Yeremia.

Loraine Boettner: “Many critics claim that the reference to Jeremiah in Matt. 27:9 is an error, and that the reference should have been to Zechariah (11:12,13). This, however, seems to be a case of ‘Subsequent Mention,’ such as Acts 20:35 and Jude 14. Matthew says that Jeremiah ‘spoke’ these words, and certainly no one can prove otherwise. Apparently Jeremiah spoke them, Zechariah wrote them down, and Matthew, under the guidance of the Holy Spirit, quoted them and assigned them to Jeremiah. Perhaps Matthew had other books which assigned them to Jeremiah but which have since been lost. The fact that Matthew’s quotation is not quite the same as that found in Zechariah may also indicate that he possessed other books” [= Banyak pengkritik mengclaim bahwa referensi kepada Yeremia dalam Mat 27:9 merupakan suatu kesalahan, dan bahwa referensi itu seharusnya kepada Zakharia (11:12,13). Tetapi ini kelihatannya merupakan suatu kasus ‘penyebutan sesudahnya’ seperti Kis 20:35 dan Yudas 14. Matius berkata bahwa Yeremia ‘mengatakan’ kata-kata ini, dan jelas bahwa tidak ada orang yang bisa membuktikan sebaliknya. Rupanya Yeremia mengucapkan kata-kata itu, Zakharia menuliskan kata-kata itu, dan Matius, dibawah pimpinan Roh Kudus, mengutip kata-kata itu dan menganggapnya berasal dari Yeremia. Mungkin Matius mempunyai kitab-kitab lain yang menganggap kata-kata itu berasal dari Yeremia, tetapi kitab-kitab itu lalu hilang. Fakta bahwa kutipan Matius itu tidak persis sama seperti dengan yang didapatkan dalam Zakharia juga bisa menunjukkan bahwa ia mempunyai kitab-kitab yang lain] - ‘Studies in Theology’, hal 31.

Catatan:

Kis 20:35 - “Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.’”.

Yudas 14 - “Juga tentang mereka Henokh, keturunan ketujuh dari Adam, telah bernubuat, katanya: ‘Sesungguhnya Tuhan datang dengan beribu-ribu orang kudusNya”.

IV) Mark 2:26 dalam Perjanjian Baru Yunani salah.

Mark 2:26 - “bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu - yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam - dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya”.


Kristian Sugiyarto: “Dalam Mark. 2:26, tertulis “…… Abyatar menjabat sebagai Imam Besar ……” yang benar adalah Abimelek, ayahnya, yang menjabat Imam Besar pada saat peristiwa itu, dan Abiatar baru menjadi Imam Besar setelah peristiwa tsb. (1Sam, 21:1; 22:20); menurut J. Trimm, Aramaic Old Syriac tidak memuat kesalahan ini.”.

Catatan: Kristian Sugiyarto mengacau-balaukan ‘Abimelekh’ dengan ‘Ahimelekh’. Yang dia maksudkan seharusnya adalah ‘Ahimelekh’.

Tanggapan Pdt. Budi Asali:

1) Aneh bahwa dalam hal ini Kristian Sugiyarto tidak membandingkan dengan Perjanjian Baru Ibrani, tetapi dengan Aramaic Old Syriac. Mengapa? Dia mau membuktikan Perjanjian Baru itu bahasa aslinya Ibrani atau Aramaic Old Syriac?

2) Kalau dilihat dalam Bible Works 7, maka Perjanjian Baru bahasa Ibrani versi HNT tetap menuliskan ‘Abyatar’, bukan ‘Ahimelekh’.

Jadi, kalau Perjanjian Baru bahasa Yunani maupun bahasa Ibrani sama-sama salah, maka haruskah kita menyimpulkan bahwa baik bahasa Yunani maupun bahasa Ibrani bukanlah bahasa asli dari Perjanjian Baru?

3) Memang kelihatannya ada suatu pertentangan antara 1Sam 21:1 dan Mark 2:26 ini. Siapa imam besar pada waktu itu dan yang memberikan roti kudus itu kepada Daud, Ahimelekh atau Abyatar? 1Sam 21:1 mengatakan Ahimelekh, tetapi Mark 2:26 mengatakan Abyatar.

1Sam 21:1: “Sampailah Daud ke Nob kepada Ahimelekh, imam itu. Dengan gemetar Ahimelekh pergi menemui Daud dan berkata kepadanya: ‘Mengapa engkau seorang diri dan tidak ada orang bersama-sama dengan engkau?’”.

Mark 2:25-26 - “(25) JawabNya kepada mereka: ‘Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, (26) bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu - yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam - dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya?’”.

Catatan: bagian yang saya garis bawahi dari Mark 2:26 itu kurang tepat terjemahannya. Bandingkan dengan terjemahan NIV dan NASB di bawah ini.

NIV: ‘in the days of Abiathar the high priest’ (= pada jaman Abyatar sang imam besar).

NASB: ‘in the time of Abiathar the high priest’ (= pada jaman Abyatar sang imam besar).

Apakah bagian-bagian Kitab Suci ini kontradiksi / bertentangan?

Pengharmonisan:

a) Abyatar, sang anak, bertindak sebagai penolong bagi ayahnya, Ahimelekh, sang imam besar.

Wycliffe Bible Commentary: “It is also possible that the son (Abiathar) acted as coadjutor to his father (Ahimelech), as Eli’s sons apparently did (cf. 1 Sam 4:4)” [= Juga mungkin bahwa sang anak (Abyatar) bertindak sebagai penolong bagi ayahnya (Ahimelekh), seperti yang secara jelas dilakukan oleh anak-anak Eli (bdk. 1Sam 4:4)].

b) Abyatar menjadi pengantara antara Daud dan Ahimelekh, sehingga roti bisa diberikan kepada dia. Atau roti yang diberikan itu adalah bagian dari Abyatar sendiri.

Jamieson, Fausset & Brown: “In Mark 2:26, Abiathar is named as the high priest, not Ahimelech his father, as here. In explanation, it has been advanced that Abiathar was Sagan, the high priest’s vicar; for which, however, there is no authority, as Abiathar is not mentioned in this narrative. A more probable supposition is, that the bread given was through the friendly intercession of Abiathar with the high priest, or perhaps was Abiathar’s own portion (Lev. 24:9). Both these conjectures are rendered probable by the close and unbroken friendship which afterward subsisted between David and him” [= Dalam Mark 2:26, Abyatar disebut sebagai imam besar, bukan Ahimelekh, ayahnya, seperti di sini. Sebagai penjelasan, diajukan bahwa Abyatar adalah Sagan, wakil dari imam besar; tetapi untuk mana tidak ada otoritas, karena Abyatar tidak disebutkan dalam cerita ini. Anggapan yang lebih memungkinkan adalah bahwa roti diberikan melalui pengantaraan yang bersahabat dari Abyatar dengan imam besar, atau mungkin roti itu adalah bagian Abyatar sendiri (Im 24:9). Kedua dugaan ini dijadikan mungkin oleh persahabatan yang dekat dan tak terputus yang belakangan ada antara Daud dengan dia].

Tetapi pandangan ini tak menjelaskan bagaimana Abyatar bisa disebut sebagai imam besar dalam Mark 2:25-26.

c) Ada kemungkinan memang ada kesalahan penyalinan.

Wycliffe Bible Commentary: “When Mk 2:26 assigns this action to the days of Abiathar, the high priest, the statement rests upon the copyist’s memory, in which Ahimelech is confounded with his son Abiathar” (= Pada waktu Mark 2:26 menyebutkan tindakan ini kepada jaman Abyatar, sang imam besar, pernyataan itu didasarkan pada ingatan sang penyalin, dalam mana Ahimelekh dikacaukan dengan anaknya, Abyatar).

d) Kata-kata ‘in the days of Abiathar the high priest’ (= pada jaman Abyatar sang imam besar) sebetulnya tidak ada dalam Mark 2:26.

1. Dalam ayat-ayat paralel dari Mark 2:25-26, yaitu dalam Matius dan Lukas, kata-kata EPI ABIATHAR ARKHIEREOS [= on (in the time of) Abiathar the high priest (= pada / pada jaman dari Abyatar sang imam besar)] itu tidak ada.

Mat 12:3-4 - “(3) Tetapi jawab Yesus kepada mereka: ‘Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, (4) bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam?”.

Luk 6:3-4 - “(3) Lalu Yesus menjawab mereka: ‘Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, (4) bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian, lalu memakannya dan memberikannya kepada pengikut-pengikutnya, padahal roti itu tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam?’”.

2. Bahkan dalam Injil Markus sendiri, dalam beberapa manuscripts, bagian itu tidak ada. Dan manuscripts yang mempunyai bagian ini berbeda satu dengan yang lain (William L. Lane, NICNT, hal 116, footnote).

Jadi, ada kemungkinan bahwa bagian itu sebetulnya tidak ada, tetapi seorang penyalin manuscripts memberikan catatannya sendiri (yang sebetulnya salah), dan penyalin selanjutnya mengira bahwa catatan dari penyalin yang terdahulu itu adalah bagian dari Firman Tuhan, dan lalu menyalinnya ke dalam text (William L. Lane, NICNT, hal 115).

e) Para penterjemah keliru menafsirkan maksud dari Markus. Markus sebetulnya bukan memaksudkan ‘pada jaman Abyatar sang imam besar’. Markus menuliskan ‘Abyatar’ hanya untuk menunjuk pada bagian dari kitab Samuel dimana peristiwa itu terjadi.

William L. Lane (NICNT): “An attractive proposal is that Mark’s intention has been misunderstood in the translation of the passage. The same grammatical construction occurs in Ch 12:26, where it must be translated ‘have you not read in the book of Moses, in the passage concerning the Bush, how God spoke unto him ...?’ The construction is designed to call attention to the section of a biblical book where the reference is found, in the above instance Ex. 3:1ff. In Ch. 2:26 Mark may have inserted the reference to Abiathar to indicate the section of Samuel scroll in which the incident could be located” (= Suatu usul yang menarik adalah bahwa maksud dari Markus telah disalah-mengerti dalam penterjemahan text ini. Susunan gramatika yang sama terjadi dalam Mark 12:26, dimana itu harus diterjemahkan ‘tidakkah kamu baca dalam kitab Musa, dalam text mengenai semak duri, bagaimana Allah berbicara kepadanya ...?’ Susunannya direncanakan untuk menarik perhatian pada bagian dari suatu kitab dari Alkitab dimana referensi itu ditemukan, dalam contoh di atas Kel 3:1-dst. Dalam Mark 2:26, Markus mungkin telah memasukkan referensi mengenai Abyatar untuk menunjukkan bagian dari gulungan Samuel dalam mana peristiwa itu bisa ditemukan) - hal 116.

Markus 12:26 - “Dan juga tentang bangkitnya orang-orang mati, tidakkah kamu baca dalam kitab Musa, dalam ceritera tentang semak duri, bagaimana bunyi firman Allah kepadanya: Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub?”.

Kata-kata yang saya garis bawahi itu dalam bahasa Yunani adalah EPI TOU BATOU, yang terjemahan hurufiahnya adalah ‘on the bush’ (= tentang semak duri).

Perhatikan kemiripan dengan Markus 2:26 yang mengatakan EPI ABIATHAR ARKHIEREOS [= on (in the time of) Abiathar the high priest (= pada / pada jaman dari Abyatar sang imam besar)].

Keberatan terhadap pandangan ini: Dalam kitab Samuel nama ‘Abyatar’ baru muncul dalam 1Sam 22, satu pasal setelah pasal yang sedang kita bahas ini. 

Tetapi keberatan ini tidak terlalu kuat. Penunjukannya hanya bersifat kira-kira.

f) Pulpit Commentary tentang Injil Markus, hal 88, mengatakan bahwa dalam Mark 2:25-26 disebutkan ‘Abyatar’, sekalipun sebetulnya yang sedang menjadi imam besar pada saat itu adalah Ahimelekh (ayah Abyatar), karena pada saat Ahimelekh mati, Abyatar menggantikan dia sebagai imam besar, dan ia menjadi imam besar yang jauh lebih baik dari ayahnya, dan karena itu di sini namanyalah yang disebutkan, seakan-akan ia sudah menjadi imam besar.

Pulpit Commentary menambahkan: “The words may properly mean ‘in the days when Abiathar was living who became high priest, and was more eminent than his father.’” (= Kata-kata itu secara tepat berarti ‘pada jaman dimana Abyatar hidup, yang menjadi imam besar, dan lebih menonjol dari ayahnya’) - hal 88.

g) Kedua nama yaitu ‘Ahimelekh’ dan ‘Abyatar’ digunakan oleh kedua orang ini.

William Hendriksen: “The two names, Ahimelekh and Abyatar, were borne by both father and son” (= Kedua nama, Ahimelekh dan Abyatar, dipakai oleh baik ayah maupun anak) - hal 106.

Karena itu, dalam 1Sam 22:20 dikatakan Abyatar adalah anak Ahimelekh, sedangkan dalam 2Sam 8:17 dikatakan sebaliknya.

1Sam 22:20 - “Tetapi seorang anak Ahimelekh bin Ahitub, namanya Abyatar luput; ia melarikan diri menjadi pengikut Daud”.

2Sam 8:17 - “Zadok bin Ahitub dan Ahimelekh bin Abyatar menjadi imam; Seraya menjadi panitera negara”.

Pertanyaan: apakah text Perjanjian Lama yang ‘kontradiksi’ seperti ini tidak menyebabkan Kristian Sugiyarto menganggap Ibrani bukan bahasa asli dari Perjanjian Lama?

h) Memang Ahimelekh adalah imam besar pada saat itu, tetapi sebentar lagi ia dibunuh Saul, dan Abyatar menjadi imam besar.

Pada waktu Markus menuliskan ‘in the days of Abiathar the high priest’ (= pada jaman Abyatar sang imam besar), itu tidak salah, karena saat itu memang adalah jaman dari Abyatar. Bahwa ia disebut sebagai ‘imam besar’ padahal sebetulnya pada saat itu ia belum menjabat imam besar, itu juga bukan hal yang aneh dalam Kitab Suci, karena menceritakan suatu peristiwa pada masa lalu, dengan menggunakan istilah yang berlaku pada jaman si penulis menuliskan peristiwa itu, merupakan sesuatu yang sering terjadi dalam Kitab Suci, misalnya:

1. Dalam Matius 10:4 Yudas Iskariot disebutkan sebagai ‘yang mengkhianati Dia’.

Kata Yunani yang diterjemahkan ‘mengkhianati’ adalah PARADOUS, yang merupakan sebuah ‘aorist participle’ (= participle bentuk lampau). Mengapa digunakan bentuk lampau padahal pada saat itu ia belum mengkhianati Yesus? Memang pada saat itu ia belum mengkhianati Yesus, tetapi pada waktu Matius menuliskan bagian ini, ia sudah mengkhianati Yesus, dan karena itu dituliskan demikian.

2. Nama ‘Betel’ sudah digunakan dalam Kejadian 12:8 dan Kej 13:3, padahal penamaan Betel baru terjadi dalam Kej 28:19 - “Ia menamai tempat itu Betel; dahulu nama kota itu Lus”. Kalau memang tempat itu baru dinamai Betel dalam Kejadian 28:19 mengapa dalam Kejadian 12:8 dan Kejadian 13:3 sudah disebut Betel? Karena pada waktu penulis kitab Kejadian (Musa) menuliskan cerita tentang Abraham dalam Kej 12 dan Kej 13 ini, tempat itu sudah dinamakan Betel.

3. Nama ‘Eben-Haezer’ baru diberikan dalam 1Samuel 7:12, tetapi dalam 1Samuel 4:1 dan 1Sam 5:1 nama itu sudah digunakan.

4. 1Pet 3:18-20 - “(18) Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaanNya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, (19) dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, (20) yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu”.

Text ini sebetulnya membicarakan Yesus sebagai Allah, yang memberitakan Injil melalui Nuh, kepada orang-orang yang masih hidup sebelum air bah datang. Orang-orang itu disebut ‘roh-roh yang di dalam penjara’ karena pada waktu Petrus menuliskan bagian ini, mereka sudah mati dan berada di neraka.

Dalam menghadapi bagian-bagian Kitab Suci yang kelihatannya kontradiksi, atau dalam usaha untuk mengharmoniskan bagian-bagian yang kelihatannya kontradiksi tersebut, ada 2 hal yang penting untuk diingat:

1) John Murray: “Oftentimes, though we may not be able to demonstrate the harmo­ny of Scripture, we are able to show that there is no neces­sary contradiction” (= Seringkali, sekalipun kita tidak bisa menunjukkan keharmonisan Kitab Suci, kita bisa menunjukkan bahwa di sana tidak harus terjadi kontradiksi) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol I, hal 10.


2) E. J. Young: “When therefore we meet difficulties in the Bible let us reserve judgment. If any explanation is not at hand, let us freely acknowledge that we do not know all things, that we do not know the solution. Rather than hastily to proclaim the presence of an error is it not the part of wisdom to acknowledge our ignorance?” (= Karena itu pada waktu kita menjumpai problem dalam Alkitab baiklah kita menahan diri dari penghakiman. Jika tidak ada penjelasan yang tersedia, baiklah kita dengan bebas mengakui bahwa kita tidak mengetahui segala sesuatu, bahwa kita tidak mengetahui penyelesaiannya. Dari pada dengan tergesa-gesa menyatakan adanya kesalahan, tidakkah merupakan bagian dari hikmat untuk mengakui ketidak-tahuan kita?) - ‘Thy Word Is Truth’, hal 182.-

AMIN-
Next Post Previous Post