Iman: Menderita Sekarang, Upah Besar Menyusul Kemudian
“Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita” Roma 8:18.
Oleh karena iman adalah dasar (jaminan) atas hal-hal yang kita harapkan, ini merupakan pertolongan terbaik saat kita mengalami penderitaan, karena iman mengajar kita untuk mengimbangi pencobaan kita dengan pengharapan kita. Ketika setan membuat anda lunglai dan malas di dalam pekerjaan Tuhan, iman menyingkapkan bahwa kesulitan masa sekarang ini hanyalah untuk sementara waktu belaka. Ketika setan memunculkan pikiran menjengkelkan tentang tugas kewajiban kita, iman adalah utusan kebahagiaan kekal yang menyertai kita untuk tetap melanjutkan tugas.
Orang percaya menetapkan hatinya untuk lebih memilih masuk ke surga bersama jerih payahnya daripada masuk ke neraka bersama semua kesenangan dunia. Inilah yang telah membuat Musa begitu penuh kemenangan (Ibrani. 11:26). Mengarahkan pandangan kepada upah memberikan pengaruh besar kepada kehidupan kita. Dapat mencicipi surga terlebih dulu akan membawa pengaruh kuat di dalam hati seorang percaya, sehingga semua alasan dari dunia ini tidak dapat merubah atau mematahkan kekuatan sasaran hidup rohani kita. Tatkala kita digoda untuk melalaikan kewajiban kita demi keuntungan duniawi, iman kita memandang pada panggilan agung kita, dan kekayaan Yerusalem surgawi. Jika kita tergoda untuk mencari kehormatan duniawi, iman akan memperlihatkan sekilas mahkota kebenaran keadilan yang Allah akan karuniakan kepada kita pada hari itu.
Jika ketakutan/kekuatiran akan dipermalukan membuat kita mengendur dan mengurangi kewajiban kita, iman kita akan mengingatkan kita akan keputusasaan di wajah orang fasik yang akan terlihat saat mereka diadili di hadapan takhta Anak Domba. Ketika kita digoda untuk bersungut-sungut dan berkeluh kesah karena tanggungan beban salib, iman akan meyakinkan kita bahwa sekalipun sekarang jalannya berat, akhir perjalanan pastilah manis. Janji-janji-Nya akan melindungi hati kita dari racun, dan jiwa kita terpelihara di dalam keberanian kudus bagi Allah. Kita diberitahu adanya sungai kesukaan yang mengalir keluar dari hati Yesus Kristus, dan kepuasan manis yang akan kita nikmati bersama Allah selamanya.
Oh! Tatkala waktunya semakin mendekati akhir untuk memasuki dunia lain, apa yang akan kita berikan untuk menghidupi hidup kita lagi? Oh sepatutnyalah kita semakin rajin, waspada, dan serius apabila kita telah dikaruniakan kesadaran akan keabadian di dalam hati kita!
Diterjemahkan dari buku “Voices From The Past” dengan cuplikan karya Thomas Manton (1620-1677), "By Faith, Sermons on Hebrews 11", pp. 1016 . https://teologiareformed.blogspot.com/
Oleh karena iman adalah dasar (jaminan) atas hal-hal yang kita harapkan, ini merupakan pertolongan terbaik saat kita mengalami penderitaan, karena iman mengajar kita untuk mengimbangi pencobaan kita dengan pengharapan kita. Ketika setan membuat anda lunglai dan malas di dalam pekerjaan Tuhan, iman menyingkapkan bahwa kesulitan masa sekarang ini hanyalah untuk sementara waktu belaka. Ketika setan memunculkan pikiran menjengkelkan tentang tugas kewajiban kita, iman adalah utusan kebahagiaan kekal yang menyertai kita untuk tetap melanjutkan tugas.
Orang percaya menetapkan hatinya untuk lebih memilih masuk ke surga bersama jerih payahnya daripada masuk ke neraka bersama semua kesenangan dunia. Inilah yang telah membuat Musa begitu penuh kemenangan (Ibrani. 11:26). Mengarahkan pandangan kepada upah memberikan pengaruh besar kepada kehidupan kita. Dapat mencicipi surga terlebih dulu akan membawa pengaruh kuat di dalam hati seorang percaya, sehingga semua alasan dari dunia ini tidak dapat merubah atau mematahkan kekuatan sasaran hidup rohani kita. Tatkala kita digoda untuk melalaikan kewajiban kita demi keuntungan duniawi, iman kita memandang pada panggilan agung kita, dan kekayaan Yerusalem surgawi. Jika kita tergoda untuk mencari kehormatan duniawi, iman akan memperlihatkan sekilas mahkota kebenaran keadilan yang Allah akan karuniakan kepada kita pada hari itu.
Jika ketakutan/kekuatiran akan dipermalukan membuat kita mengendur dan mengurangi kewajiban kita, iman kita akan mengingatkan kita akan keputusasaan di wajah orang fasik yang akan terlihat saat mereka diadili di hadapan takhta Anak Domba. Ketika kita digoda untuk bersungut-sungut dan berkeluh kesah karena tanggungan beban salib, iman akan meyakinkan kita bahwa sekalipun sekarang jalannya berat, akhir perjalanan pastilah manis. Janji-janji-Nya akan melindungi hati kita dari racun, dan jiwa kita terpelihara di dalam keberanian kudus bagi Allah. Kita diberitahu adanya sungai kesukaan yang mengalir keluar dari hati Yesus Kristus, dan kepuasan manis yang akan kita nikmati bersama Allah selamanya.
Oh! Tatkala waktunya semakin mendekati akhir untuk memasuki dunia lain, apa yang akan kita berikan untuk menghidupi hidup kita lagi? Oh sepatutnyalah kita semakin rajin, waspada, dan serius apabila kita telah dikaruniakan kesadaran akan keabadian di dalam hati kita!
Diterjemahkan dari buku “Voices From The Past” dengan cuplikan karya Thomas Manton (1620-1677), "By Faith, Sermons on Hebrews 11", pp. 1016 . https://teologiareformed.blogspot.com/