MENGATASI DEPRESI (1 RAJA-RAJA 19:1-4)

Pdt.Samuel T. Gunawan.
MENGATASI DEPRESI (1 Raja-Raja 19:1-4)
1 Raja-raja 19:1-4: “(1 Raja-Raja 19:1) Ketika Ahab memberitahukan kepada Izebel segala yang dilakukan Elia dan perihal Elia membunuh semua nabi itu dengan pedang, (19:2) maka Izebel menyuruh seorang suruhan mengatakan kepada Elia: "Beginilah kiranya para allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika besok kira-kira pada waktu ini aku tidak membuat nyawamu sama seperti nyawa salah seorang dari mereka itu." (19:3) Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya; dan setelah sampai ke Bersyeba, yang termasuk wilayah Yehuda, ia meninggalkan bujangnya di sana. (1 Raja-raja 19:4) Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku."

Bacaan:1 Raja-raja 19:1-21; Yunus 4:1-11.

PENDAHULUAN: 

Depresi adalah penyakit yang paling umum dan paling disalah mengerti dari semua emosi yang menyakitkan. Ada perbedaan antara depresi dan stres. Profesor Arnold A. Lazarus, seorang psikologis terapis menjelaskan istilah stres dan depresi sebagai berikut ini. Stres adalah istilah kedokteran dan secara harafiah diartikan sebagai tekanan atau ketegangan yang memiliki kecenderungan mengganggu tubuh.

Dari sudut pandang psikologi, stress dapat dikatakan sebagai segala sesuatu yang mengganggu seseorang untuk beradaptasi atau mengatasi suatu masalah. Stres bisa datang dari lingkungan, tubuh atau pikiran. Stres dari lingkungan mungkin disebabkan oleh polusi, kebisingan atau keramaian. Stres dari tubuh disebabkan oleh sakit, luka atau ketegangan tubuh dalam posisi tertentu. Dan, sebagian besar stres yang dialami seseorang berasal dari pikiran negatif dan rasionalisasi yang salah, yang tercipta dalam pikirannya sendiri. 

Sedangkan depresi adalah gangguan suasana hati yang kuat, mendalam, dan bertahan lama yang menyerang tubuh dan pikiran. Depresi seringkali mengakibatkan masalah yang serius pada pekerjaan, sosial dan fungsi fisik. Gejala depresi seringkali meliputi ganguan tidur, selera makan, berat badan, energi, konsetrasi, dan fungsi seksual. Seringkali terdapat pula rasa bersalah yang berlebihan, perasaan tidak berharga, kehilangan minat atau kesenangan dalam menjalankan aktivitas. Pada kasus yang parah, terdapat pikiran atau usaha untuk bunuh diri. 

ELIA DAN MASA DEPRESINYA

Kitab Suci menyuguhkan beberapa contoh yang sangat jelas tentang depresi yang dialami oleh para tokoh Alkitab. Ayat bacaan kita dalam 1 Tawarikh 19:1-4 mengisahkan tentang ketakutan yang dialami Elia berkaitan dengan tanggung jawabnya sebagai seorang nabi yang konfrotasi terbuka menentang kejahatan Izebel dan Ahab raja Israel. 

Situasi dan kondisi bangsa Israel yang jatuh pada penyembahan berhala menyebabkan Elia diutus Tuhan untuk memperingatkan dosa dan kejahatan Ahab dan bangsa itu. Karena konfrontasi tersebut maka Elia ditentang, dicari dan diancam untuk dibunuh oleh Izebel, istri raja Ahab. Akibat ancaman tersebut Elia menjadi takut, melarikan diri menyelamatkan nyawanya, bersembunyi dipadang gurun, dan dalam perjalanan pelarian itu ada keinginannya untuk mati saja. Ia mengalami masa-masa depresi psikologis berat dalam hidupnya.

Orang-orang yang tidak memahami situasi dan kondisi pada zaman nabi Elia dan bagaimana nabi Elia “bergumul” menentang Ahab, Izebel, dan nabi palsunya, tentu saja akan beranggapan bahwa depresi yang dialami nabi Elia adalah suatu tanda kegagalan atau kelemahan spiritualnya. Bahkan beberapa orang pengkhotbah dan pengajar Kristen konservatif mungkin akan membuat simpulan yang terlalu jauh, yaitu bahwa depresi yang dialami nabi Elia adalah suatu tanda hukuman atau penolakan Allah. Pemikiran demikian terhadap nabi Elia ini jelaslah salah! Karena itu untuk dapat memahami depresi yang dialami nabi Elia pada masa itu, kita perlu mengetahui siapa Izebel yang sebenarnya. 

Ratu Izebel, anak Etbaal raja orang Sidon adalah seorang ratu yang jahat, haus akan kekuasaan, kasar, dan benar-benar seorang yang kejam. Kita dapat membaca secara keseluruhan kisah tentang Izebel dalam 1 Raja-raja 16-21 dan 2 Raja-raja 9). Namun tinjauan cepat atas bagian-bagian tertentu dapat memberikan informasi yang baik mengapa Allah melalui nabi Elia menentang pernikahan antara Ahab raja Israel dengan Izebel. 

Kita membaca bahwa setelah perkawinannya dengan Ahab, Izebel mendatangkan 450 nabi dewanya yaitu Baal. Kemudian dengan membabi buta ia membunuh para nabi Yahweh, Allah Israel. Nabi-nabil Allah yang terancam nyawanya ini terpaksa lari dan bersembunyi di gua-gua sedang Izebel sendiri memenuhi wilayah Israel dengan penyembahan Baal (1 Raja-raja 18:4). Karena itulah Allah mengutus nabi Elia untuk menegur dosa dan kejahatan Ahab, raja Israel yang telah mengambil Izebel sebagai istrinya (1 Raja-raja 16:29-33). 

Namun dengan dukungan Allah, nabi Elia mampu menundukkan raja Ahab dan memberitahukan bahwa Ahab memegang tanggung jawab pribadi atas penderitaan Israel. Secara telak nabi Elia dengan pertolongan Allah berhasil mengalahkan 450 nabi Baal dalam pertandingan dramatis yang terbuka dihadapan publik. Akhirnya, nabi Elia memerintahkan agar para iman Izebel yang didatangkan dari Sidon itu dihukum mati atas kejahatan mereka yang telah merusak umat Allah ke dalam penyembahan berhala. Izebel memberi rekasi terhadap tindakan nabi Elia tersebut dengan ancaman singkat namun efektif, yang mampu menciutkan keberanian nabi yang besar ini, yang telah mengalami kelelahan yang luar biasa. 

Disini kita melihat bahwa nabi Elia mendapat tugas yang sangat penting dan ini memaksanya untuk berkonsentrasi menghadapi tugas berat tersebut. Perlu diketahui bahwa secara psikologis, seseorang yang melakukan tugas berat dan memerlukan konsentrasi tinggi, secara alami (namun seringkali tanpa disadari) hal tersebut akan menaikkan kadar andrenalin dalam darahnya. Artinya, secara sengaja orang tersebut menekan dirinya sendiri. Tanpa stres yang wajar tidak ada kemajuan. 

Tetapi jika tugas itu sudah selesai, maka kadar hormon andrenalin menurun dan hormon kolesterol akan mengambil alih tugas pengendalian sikap dan perasaan seseorang tersebut. Akibatnya, orang tersebut akan merasa santai bahkan lemah dan lelah. Pasang surut semangat seperti ini bisa terjadi berulang-ulang setiap minggu menjadi sebuah siklus emosi tambahan atas siklus dasar. 

Hal inilah yang nampaknya dialami oleh nabi Elia, dimana ia dengan penuh semangat dan tanggung jawab menjalankan tugas yang diberikan Allah kepadanya meskipun dalam situasi dan kondisi yang berat dan ia mengalami tekanan yang begitu hebatnya. Akibatnya, ketika tugas itu selesai, perasaannya berbalik, ia merasa lesu, tak bersemangat dan lelah, bahkan begitu lelahnya (depresi) hingga ia merasa lebih baik mati daripada hidup.

ALLAH MENOLONG ELIA KELUAR DARI KEADAAN DEPRESI

Kisah menakjubkan tentang nabi Elia dalam 1 Raja-raja menggambarkan keberanian nabi Elia melawan kejahatan dan kepercayaannya kepada Allah. Kisah hidupnya benar-benar penuh dengan keajaiban yang luar biasa (1 Raja-raja 17:1-24; 18:16-42; dan 2 Raja-raja 1:1-18; 2:1-9). Namun setelah melakukan semua mujizat yang spektakuler, serta menunjukkan keberania dan imannya, nabi ini mengalami kelelahan yang luar biasa dan lari menyelamatkan nyawanya dari kejaran ratu Izebel. Namun, sebelum kita berpikir untuk “menghapus’ nabi Elia sebagai seorang pahlawan Alkitab hanya karena masa-masa depresi yang dialaminya, maka kita perlu membaca tuntas 1 Raja-raja 19:1-10, tentang bagaimana Allah menangani hambaNya yang ketakunan ini. 

Bagaimanakan Allah bereaksi terhadap hambaNya, nabi Elia yang ketakutan dan dalam pelarian ini? Allah memberinya makan (1 Raja-raja 19:5-8), dan dengan sabar mendengarkan nabi Elia mencurahkan rasa frustasi dan kecemasannya (1 Raja-raja 19:9-10). Perhatikan bagaimana Allah melayani hambaNya yang ketakutan dan kelelahan ini: Allah berbicara kepadaNya. Allah tidak memarahi ataupun menuduh, Dia hanya mengulangi pertanyaan yang sama yang telah ditanyakannya kepada nabi Elia sebelumnya (1 Raja-raja 19:9,13). 

Allah mengajukan pertanyaan ini bukan karena Ia perlu tahu jawabannya, tetapi pertanyaan ini diajukan Allah kepada nabi Elia, karena nabi Elia perlu menilai situasi dengan benar dan memahami jawabannya. Allah tidak memenuhi kebutuhan nabi Elia untuk membuat dirinya nyaman dalam suasana gempa bumi, angin ribut atau nyala api. Allah menyatakan dirinya dalam suara angin sepoi-sepoi basa. Nabi Elia sudah menyaksikan kuasa Allah dalam pertempuran dengan para nabi Baal. 

Dia juga telah mengalami cara Allah yang ajaib dalam menyediakan makanan, istirahat dan tempat tinggal. Pada saat ini nabi Elia tidak membutuhkan kekuatan atau penyediaan dari Allah, tetapi membutuhkan kehadiran Allah. Jadi Allah hadir, berjumpa dengan nabi Elia, berbicara kepadanya secara pribadi. Allah berbisik ditelinga nabi Elia dan mengatakan kepadanya apa yang perlu diketahuinya. 

Nabi Elia, nabi besar yang pernah melakukan mujizat-mujizat dan menjadi saksi kekuasaan Allah, adalah seorang manusia biasa sama seperti kita. Ia memerlukan keimtiman dengan Allah dalam hubungan dan persekutuan yang akrab. Jadi nabi Elia, nabi spektakuler dan seorang yang beriman teguh itu, ternyata tidak begitu berbeda dengan kita semua. Ia pernah mengalami masa-masa depresi dalam hidupnya. Namun Tuhan yang disembah dan dilayaninya tahu bagaimana menuntun hambaNya keluar dari masa-masa depresi itu, sehingga ia dapat menyelesaikan tugas-tugas berikutnya akhir hidupnya. 

DEPRESI DAN KEHIDUPAN MASA KINI

Apa yang dirasakan dan dialami nabi Elia juga pernah dialami oleh tokoh-toh Alkitab lainnya. Sesungguhnya, nabi Yunus juga pernah mengalami masa-masa depresi (Yunus 4:1-11), dan juga Daud (Mazmur 73). Saat ini di Amerika serikat, biaya pengobatan depresi diperkirakan melabih 16 milliar dolar pertahun. Artinya, biaya mengobati orang deprsi itu cukup mahal. Mengapa? Karena depresi, khususnya depresi berat selalu menganggu, dan terkadang menghancurkan keluarga-keluarga yang seharusnya hidup secara sehat. 

Keadaan emosional seorang anggota keluarga yang tidak bisa berfungsi normal dapat menguncangkan, menghancurkan dan menjungkirbalikkan kehidupan keluargannya. Seandainya orang depresi itu bunuh diri, konsekuensinya dapat berlanjut sepanjang sisa hidup keluarganya. Kabar baiknya ialah bahwa 80 persen penderita depresi dapat disembuhkan. 

Saat ini, banyak orang Kristen beranggapan bahwa depresi adalah suatu tanda kegagalan atau kelemahan spiritual. Bahkan beberapa orang penghotbah dan pengajar Kristen konservatif membuat simpulan yang terlalu jauh, yaitu bahwa depresi adalah suatu tanda hukuman atau penolakan Allah. Akibatnya banyak orang yang menjadi semakin bingung dan merasa bersalah. Sebenarnya depresi merupakan sesuatu yang alami dan kerap ditimbulkan oleh pemicu biologis. 

Bahkan depresi yang paling parah sekalipun dapat mendatangkan manfaat-manfaat kesembuhan jika disikpai dengan cara yang baik dan kooperatif. Banyak orang yang tidak memahami proses depresi. Akibatnya mereka merasa seperti orang-orang yang telah gagal dibidang spiritual. Sudah terlalu banyak waktu yang terlewatkan bagi orang-orang Kristen untuk meluruskan catatan tentang gangguan emosi ini. Karena itu penting untuk mengetahui bahwa seluruh depresi pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu : Endogenus (biologis) dan Eksogenus (psikologis). 

1. Depresi endogenus. 

Secara harafiah makna endogenus adalah “dari dalam”. Depresi ini terjadi karena gangguan biokimia atau suatu penyakit khusus dalam tubuh seseorang. Ada dua bentuk paling umum dari depresi endogenus, yaitu depresi utama dan gangguan bipolar, dimana penderita mengalami mania dan depresi secara bergantian. Hal ini dapat diatasi dengan aat-obatan antidepresan. Selain penyakit-penyakit seperti kanker dan jantung, gangguan sistem endokrin, khususnya adalah penyebab umum dari banyak depresi biologis. Karena itu, bila seseorang merasa sedang depresi biologis, maka pemeriksaan mendalam atas sistem endroken, khusunya kelenjar tiroid harus dilakukan. Jika disfungsi endokrin bukan penyebabnya maka sistem saraf dan kimia otak perlu diperiksa. 

2. Depresi eksogenus atau depresi reaktif. 

Secara harafiah kata eksogenus berarti “dari luar”. Walalu jepresi ini biasanya tidak bergitu serius seperti depresi biologis, namun jenis deprsi ini bisa jadi jauh lebih sulit ditangani. Bisa dibilang tidak ada obat untuk mengatasinya. Karena depresi ini merupakan suatu reaksi terhadap kehilangan, maka penggunaan obat-obatan pada umumnya bukanlah solusi yang tepat. 

Yang perlu dilakukan adalah mengatasi perasaan sedih, walaupun upaya itu mungkin terasa menyakitkan. Pada dasarnya, depresi rekatif adalah suatu panggilan untuk melepaskan apa yang telah hilang dari diri seseorang. Allah telah merancang kemampuan untuk bersedih dalam diri setiap orang. Jadi, entah kehilangan itu disebabkan kematian seorang terkasih, keberangkatan anak sulung kita keperguruan tinggi, kehilangan pekerjaan, entah bisnis yang mengalami kemunduran, maka seseorang harus menghadapi kehilangan itu dengan keberanian dan tidak mengijinkan kesedihan yang berlarut-larut. Pengkhotbah mengatakan untuk segala sesuatu ada masa (Pengkhotbah 3:1-4). 

Walau depresi yang lebih serius pada dasarnya bersumber dari gangguan biokimia yang disertai suatu kecenderungan genetika yang kuat, namun stress masa kini nampaknya menjadi suatu penyebab utama yang menyebabkan depresi. Dan perlu disadari bahwa depresi tidak memandang umur, jenis kelamin, status sosial dan ekonomi atau pekerjaan. 

Namun, prempuan memiliki risiko lebih besar untuk mengalami depresi ketimbang laki-laki. Alasannya : (1) secara biokimia organ-organ reproduksi tubuh perempuan lebih sering mengimplikasikan depresi. Misalnya perubahan hormonal karena menstrusi dan menopause dapat menjadi pemicu depresi. (2) perempuan-perempuan masa kini menderita stress lebih berat daripada laki-laki, karena mereka kerapkali bekerja penuh waktu dan tetap mengurus urusan rumah tangga. Akibatnya data tahan mereka terdesak hingga keambang batas karena keletihan dan kehabisan andrenalin. 

Saat ini, 1 dari setiap 18 orang dewasa pernah mengalami depresi klinis. Artinya, dalam sebuah gereja yang beranggotakan 250 orang, paling sedikit ada 14 orang anggota yang berpotensi menderita depresi yang dapat melemahkan kapasitas mereka. 1 dari 5 orang dewasa akan mengalami depresi berat paling sedikit 1 kali dalam hidupnya. Jadi depresi adalah sesuatu yang lumrah, dan fakta tersebut tidak bisa diabaikan. Yang dibutuhkan masyarakat, khususnya orang Kristen adalah tuntunan yang jelas: kapan depresi dianggap normal (masih dalam batas yang wajar) dan kapan depresi membutuhkan pengobatan. 

Karena itu perlu bagi seseorang untuk mengetahu gejala-gejala depresi. Secara umum gejala depresi antara lain : (1) kesedihan yang berkepanjangan, kecemasan atau suasana hati yang kosong; (2) rasa putus asa, atau pesimistis; (3) rasa bersalah, rasa tidak berharga, rasa tidak berdaya; (4) menangis bila terusik sedikit saja; (5) tidak memiliki minat atau kesenangan terhadap aktivita-aktivitas yang biasa dan menyenangkan termasuk seks; (6) Gangguan tidur seperti imsomania, bangun terlalu pagi, atau tidur berlebihan; (6) gangguan makanan (kehilagan atau kelebihan berat badan); (7) Energi berkurang, keletihan, merasa lamban; (8) memikirkan tentang kematian atau bunuh diri; (9) susah berkonsentrasi, mengingat dan mengambil keputusan; (10) gejala-gejala fisik seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan skit kronis). Dalam semua jenis depresi, rasa letih adalah gejala yang paling dominan. Hal itu berlaku khususnya dalam depresi biologis yang cenderung menguras energi. Dan cara mengatasi depresi adalah dsiesuaikan dengan penyebabnya.

MENGATASI DEPRESI

Saat ini, ada banyak penderita depresi yang tidak mendapatkan perawatan yang baik karena tidak mengenali depresi dan gejala-gejalanya dengan baik. Para penderita depresi dari kalangan beragama cenderung mengaitkan keadaan tersebut dengan kehidupan rohani mereka. Alllah, Iblis, atau kegagalan spiritual dijadikan kambing hitam atas penyakit mereka tersebut. Karena itu langkah pertama untuk memperoleh pertolongan adalah mengenali gejala-gejala depresi dan mengakui kebutuhan keadaan depresi yang dialami untuk sesegera mungkin mendapatkan pertolongan. 

Menurut Archibald D. Hart, seorang profesor psikologi, bahwa cara mengatasi depresi disesuaikan dengan penyebabnya. Untuk depresi endogenus (biologis) yang disebabkan oleh defisiensi neurotransmiter dalam sistem saraf otak dapat ditangani dengan bantuan medis dan obat-obatan antidepresan yang sangat efektif yang dapat memperbaiki defisiensi-defisiensi tersebut. 

Berikut beberapa catatan praktis : (1) Tidak semua orang memperoleh manfaat dari obat antidepresan yang sama. Karen itu perawatan harus disesuaikan dengan kondisi tiap-tiap penderita. (2) Obat-obatan antidepresan tidak langsung membawa hasil. Dibutuhkan waktu 2 sampai 4 minggu, atau bahkan lebih lama, setelh tingkt perawatan yang memdai tercapai sebelum kesembuhan dialami. Karen itu diperlukn ketekunan dalam perawatan. (3) Obat-obatan antidepresan modern mempunyai efek samping lebih sedikit daripada obat-obatan generasi sebelumnya. Antidepresan juga cukup aman jika digunakan dibawah pengawasan selama jangka waktu yang panjang. Jangan terburu-buru menghentikan penggunaannya. (4) Obat-obatan antidepresan tidak menyebabkan kecanduan. Obat-obatan itu bisa dikonsumsi tanpa takut menjadi bergantung padanya. 

Sedangkan untuk depresi eksogenus, walau tidak begitu serius seperti depresi biologis, jenis depresi ini bisa jadi lebih sulit ditangani. Dan bisa dikatakan tidak ada obat-obatan untuk mengatasinya. Karena itu penggunaan obata-obatan antidepresan bukanlah solusi yang tepat. Konsultasi dengan seorang konselor, khususnya konselor yang seiman dan profesional hampir selalu diperlukan, terutama dalam kasus depresi reaktif yang berat. Bagaimanapun, kehadiran seorang pendeta, konselor awam, atau teman yang penuh pengertian juga dapat sangat menolong. 

Namun hal-hal berikut ini perlu diperhatikan. 

(1) Ekspresi kesedihan membutuhkan waktu, jadi jangan tergesa-gesa. Semakin besar kehilangan seseorang sebagai penyebab depresinya, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasinya, dan semakin dalam depresinya. 

(2) Jangan mencoba “mengambil jalan pintas” pada saat depresi dengan terburu-buru menyarankan mereka yang mengalami depresi untuk mengganti apa yang telah hilang. Cepat atau lambat pikirannya akan membawanya kembali untuk menyelesaikan kesedihannya dari kehilangan-kehilangan masa lampau. 

(3) Ajak penderita depresi tersebut untuk mengundang Allah untuk menjadi bagian dari kesedihnnya. Beritahu dia agar Jangan menyalahkan Allah atas kehilangannya. Tentu tidak manfaatnya jika menyalahkan Allah dan menjadi mrah kepadaNya. Ia tahu rasa sakit dan derita yang dialami. Justru Ia ingin sekali menjadi Penolong dan Penghibur dalam masa-masa sulit tersebut. Karena itu jangan berpaling dari Allah. 

(4) Perlu diingat, selalu ada sisi baik dalam segala hal. Jadi dalam setiap pengalaman kesedihan, selalu ada potensi besar untuk pertumbuhan rohani maupun pribadi. Rangkulah pengalaman-pengalaman sulit itu dengan penuh keyakinan bahwa jika kita sedang diujiNya, kita akan muncul seperti emas (Ayub 23:10). 

HARAPAN SEBAGAI SEJATA AMPUH MELAWAN DEPRESI

Kita tak pernah tahu keadaan di depan kita, tetapi kita dapat mempercayakan kehidupan kita kepada Tuhan. Walaupun persoalan yang kita alami berat dan datang bertubi-tubi, bila kita menghadapinya dengan iman dan pengharapan dalam Tuhan, semua persoalan tersebut akan terasa ringan, dan kita akan mampu mengatasinya. 

Sebaliknya, walaupun persoalan yang kita alami kecil dan remeh, bila kita menghadapinya dengan tawar hati karena mengandalkan kekuatan sendiri, persoalan tersebut akan terasa berat dan menghancurkan hidup kita. Kemenangan atas persoalan di mulai dari hati kita. Karena itu, kita perlu tetap menjaga hati dengan segala kewaspadaan karena disitulah sumber kehidupan berada (Amsal 4:23). Apabila kita dapat mengalahkan persoalan dalam hati dan memenangkan hati kita dengan iman, persoalan itu akan segera terselesaikan. Karena itu, yang penting bukanlah besar kecilnya persoalan, atau sedikit banyaknya permasalahan yang kita hadapi, melainkan bagaimana sikap hati kita dalam menghadapi semua itu. Karena itu, firman Tuhan memberikan kepada kita pengharapan di dalam masa-masa kesesakan.

1. Setiap masalah dan persoalan kehidupan kita pasti ada jalan keluarnya. 

Rasul Paulus dalam 1 Korintus 10:13 berkata “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya”. 

Ayat ini mengingatkan kita saat menghadapi percobaan atau persoalan hidup, yaitu: (1) setiap persoalan tidak melebihi kekuatan kita untuk menanggungnya; (2), Allah setia sehingga Ia tidak akan membiarkan kita; (3) setiap persoalan pasti ada jalan keluarnya. Karena itu, yang penting bukanlah besar kecilnya persoalan, atau sedikit banyaknya permasalahan yang kita hadapi, melainkan bagaimana sikap hati kita dalam menghadapi semua itu. 
2. Segala perkara dapat kita tanggung didalam Tuhan yang memberi kekuatan. 

Paulus mengingatkan kita. Rasul Paulus mengatakan “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Filipi 4:13). Kita dapat mengandalkan Tuhan dan kuasaNya. Kuasa Tuhan yang tak terbatas bersumber dari pribadi Tuhan yang Mahakuasa dan tak terbatas. Mahakuasa berarti bahwa Allah kuat dalam segala-galanya dan sanggup melakukan apa saja yang sesuai dengan sifatNya sendiri. 

Kata ”Mahakuasa” yang hanya dipakai untuk Allah tercatat 56 kali. Dan kata ini merupakan dasar bagi konsep kemahakuasan Tuhan. Tuhan tidak dibatasi oleh apapun. Tuhan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, Ia tidak dibatasi oleh keadaan, ia tidak dibatasi oleh ciptaaNya. Karena Dia yang menciptakan ruang dan waktu dan seluruh ciptaan yang ada. Dia sanggup melakukan apa saja yang Dia kehendaki yang sesuai dengan sifat atau atributNya yang sempurna. Jadi percayalah kepadaNya bahwa Ia dapat memberikan sebuah mujizat bagi kita yang akan membaikkan kehidupan kita dan memuliakan namaNya. 

3. Tuhan menjanjikan masa depan yang penuh harapan. 

Melalui nabi Yeremia, Tuhan berfirman, “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan” (Yeremia 29:11). 

Tetaplah berada pada yang benar ditengah-tengah kesulitan dan tantangan kehidupan. Ikuti arah mata kompas maka dimanapun kita tidak akan tersesat. Pasti cepat atau lambat kita akan menemukan jalan. Ingat, setiap kemenangan dihasilkan dari pertandingan. Hari terpanjang sekalipun pasti akan berakhir. Setiap masalah pasti ada jalan keluar. Itulah kekuatan harapan. Alkitab berkata, “Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang” (Mazmur 37:5,6).  https://teologiareformed.blogspot.com/

REFERENSI

A.S Makmun., 2000. Psikologi Kependidikan, edisi revisi. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung

Boa, Kenneth, Sid Buzzell & Bill Perkins, 2013. Handbook To Leadership. Terjemahan, Penerbit Yayasan Komunikasi Bina Kasih: Jakarta.

Chamblin, J. Knox., 2006. Paul and The Self: Apostolic Teaching For Personal Wholeness. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.

Crabb, Larry., 1997. Konseling Yang Efektif dan Alkitabiah. Terjemahan, Penerbit ANDI: Yogyakarta & Kalam Hidup: Bandung.

Douglas, J.D., ed, 1996. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid I dan II. Terj, Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF : Jakarta.

Ezra, Yakoep., 2006. Succes Througgh Character. Penerbit Andi : Yogyakarta.

Hearth, W. Stanley., 1997. Psikologi Yang Sebenarnya. Penerbit ANDI: Yogyakarta.

Lazarus, Arnold A & Clifford N. Lazarus., 2005. Staying Sane in a Crazy World. Terjemahan, Penerbit PT. Bhuana Ilmu Populer: Jakarta.

Littaeur, Florence & Rose Sweet., 2013. Personality Plus at Work. Terjemahan, penerbit ANDI: Yokyakarta. 

Monks, F.J, AMP. Knoers, & Siti Rahayu Haditono., 1994. Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Edisi Revisi. Diterbitkan dan dicetak : Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Pfeiffer F. Charles & Everett F. Harrison., ed. 1962. The Wycliffe Bible Commentary, volume 1 & 2. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas Malang.

Ronde, Daniel., 2015. Pengantar Konseling Pastoral. Penerbit Kalam Hidup: Bandung. 

Sobur, Alex., 2009. Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. Penerbit CV. Pustaka Setia: Bandung.

Stamps, Donald. C, ed., 1994. Full Life Bible Studi. Penerbit Gandum Mas : Malang.

Stassen, Glen & David Gushee., 2008. Etika Kerajaan: Mengikut Yesus dalam Konteks Masa Kini. Terjemahan, penerbit Momentum : Jakarta.

Susabda, Yakub. B., 2014. Konseling Pastoral: Pendekatan Konseling Pastoral Berdasarkan Integrasi Teologi dan Psikologi. Penerbit BPK Gunung Mulia: Jakarta. 

Susanto, Hasan., 2003. Perjanjian Baru Interlinier Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru, jilid 1 dan 2. Terjemahan, penerbit Literatur SAAT : Malang.

Suryabrata, Sumadi, 2010. Psikologi Pendidikan. Diterbitkan oleh PT. RajaGrafindo Persada: Jakarta.

Tong, Stephen., 2010. Arsitek Jiwa I, Cetakan Ketujuh, Penerbit Momentum: Jakarta.

Tu’u, Tulus., 2007. Dasar-Dasar Konseling Pastoral: Panduan Bagi Pelayanan Konseling Geraja. Penerbit ANDI: Yokyakarta. 

Wofford, J.C, 2001., Kepemimpinan Kristen Yang Mengubahkan. Terjemahan, penerbit ANDI: Yokyakarta.
MENGATASI DEPRESI (1 Raja-Raja 19:1-4).
Next Post Previous Post