YUDAS ISKARIOT MASUK NERAKA
Pdt.Budi Asali, M.Div.
Nasib akhir Yudas Iskariot: YUDAS ISKARIOT MASUK NERAKA
1) Yudas Iskariot selamat atau binasa? Masuk surga atau masuk neraka?
Adam Clarke menganggap bahwa ada kemungkinan kalau Yudas Iskariot selamat!
Adam Clarke (akhir dari Kis 1): “Taking it for granted that the death of Judas was probably such as related above, collating all the facts and evidences together, can any hope be formed that he died within the reach of mercy? Let us review the whole of these transactions.” [= Anggaplah benar bahwa kematian Yudas mungkin adalah seperti yang diceritakan di atas, dengan membandingkan semua fakta dan bukti bersama-sama, bisakah dibentuk pengharapan apapun bahwa ia mati di dalam jangkauan dari belas kasihan? Marilah kita meninjau ulang seluruh tansaksi-transaksi ini.].
gadget, otomotif, bisnis |
Adam Clarke (akhir dari Kis 1): “I. It must be allowed that his crime was one of the most inexcusable ever committed by man: nevertheless, it has some alleviations. 1. It is possible that he did not think his Master could be hurt by the Jews. 2. When he found that he did not use his power to extricate himself from their hands, he deeply relented that he had betrayed him. 3. He gave every evidence of the sincerity of his repentance, by going openly to the Jewish rulers: a. Confessing his own guilt; b. asserting the innocence of Christ; c. returning the money which he had received from them; and then, d. the genuineness of his regret was proved by its being the cause of his death.” [= I. Harus diakui bahwa kejahatannya adalah salah satu dari kejahatan yang paling tidak bisa dimaafkan yang pernah dilakukan oleh manusia: sekalipun demikian, itu mempunyai beberapa peringanan. 1. Adalah mungkin bahwa ia tidak berpikir bahwa Tuannya bisa dilukai oleh orang-orang Yahudi. 2. Pada waktu ia mendapati bahwa Ia tidak menggunakan kuasaNya untuk membebaskan diriNya sendiri dari tangan mereka, ia menyesal dengan mendalam bahwa ia telah mengkhianati Dia. 3. Ia memberi setiap bukti dari ketulusan / kesungguhan dari pertobatannya, dengan pergi secara terbuka / terang-terangan kepada pemimpin-pemimpin Yahudi: a. Mengakui kesalahannya; b. menegaskan ketidak-bersalahan Kristus; c. mengembalikan uang yang telah ia terima dari mereka; dan lalu, d. keaslian dari penyesalannya terbukti karena itu merupakan penyebab dari kematiannya.].
Tanggapan saya:
Ini sudah sangat konyol, karena:
a) Tidak ada orang yang mengatakan bahwa dosa Yudas Iskariot tidak bisa diampuni. Dosa Yudas sendiri (pengkhianatannya) tidak pernah dijadikan argumentasi untuk masuknya ia ke neraka. Maka apakah dosanya ringan atau berat, bukanlah masalahnya. Ketidak-percayaannya kepada Kristus yang menjadi masalah utamanya.
b) Pertobatannya jelas tidak asli, ini sudah dibuktikan dalam pelajaran yang lalu. Dan kalau keaslian penyesalannya dikatakan terbukti karena itu menjadi penyebab kematiannya, ini betul-betul gila. Justru penyesalan / kesedihan yang berakhir dengan bunuh diri itu membuktikan itu bukan kesedihan yang datang dari Allah!
2Korintus 7:10 - “Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian.”.
Adam Clarke (akhir dari Kis 1): “II. But, Judas might have acted a much worse part than he did: 1. By persisting in his wickedness. 2. By slandering the character of our Lord both to the Jewish rulers and to the Romans; and, had he done so, his testimony would have been credited, and our Lord would then have been put to death as a malefactor, on the testimony of one of his own disciples; and thus the character of Christ and his Gospel must have suffered extremely in the sight of the world, and these very circumstances would have been pleaded against the authenticity of the Christian religion by every infidel in all succeeding ages. And, 3. Had he persisted in his evil way, he might have lighted such a flame of persecution against the infant cause of Christianity as must, without the intervention of God, have ended in its total destruction: now, he neither did, nor endeavoured to do, any of these things. In other cases these would be powerful pleadings. Judas was indisputably a bad man; but he might have been worse: we may plainly see that there were depths of wickedness to which he might have proceeded, and which were prevented by his repentance. Thus things appear to stand previously to his end.” [= II. Tetapi, Yudas bisa telah bertindak jauh lebih buruk dari pada yang ia lakukan: 1. Dengan berkeras dalam kejahatannya. 2. Dengan memfitnah karakter dari Tuhan kita baik kepada pemimpin-pemimpin Yahudi maupun kepada orang-orang Romawi; dan, seandainya ia telah melakukan demikian, kesaksiannya akan sudah dipercayai, dan lalu Tuhan kita akan sudah dibunuh sebagai seorang penjahat, atas kesaksian dari satu dari murid-muridNya sendiri; dan dengan demikian karakter Kristus dan InjilNya pasti telah sangat menderita dalam pandangan dunia, dan keadaan ini akan sudah digunakan sebagai argumentasi menentang keotentikan dari agama Kristen oleh setiap orang kafir dalam semua jaman-jaman berikutnya. Dan, 3. Seandainya ia berkeras dalam jalannya yang jahat, ia bisa telah menyalakan nyala api penganiayaan sedemikian rupa terhadap / menentang perkara kekristenan yang masih bayi sehingga pasti, tanpa campur tangan Allah, sudah berakhir dalam penghancuran totalnya: tetapi, ia tidak melakukan, ataupun berusaha melakukan, yang manapun dari hal-hal ini. Dalam kasus-kasus yang lain hal-hal ini menjadi pembelaan yang kuat. Yudas secara tak bisa dibantah adalah orang yang jahat / buruk; tetapi ia bisa telah menjadi lebih jahat / buruk: kita bisa dengan jelas melihat bahwa di sana ada kedalaman dari kejahatan pada mana ia bisa telah melanjutkan, dan yang dicegah oleh pertobatannya. Demikianlah hal-hal terlihat keberadaannya sebelum akhir / kematiannya.].
Tanggapan saya:
Ini juga konyol. Dengan mungkin hanya setan sebagai perkecualian, semua orang jahat bisa lebih jahat dari yang sesungguhnya. Reformed mempercayai ‘Total Depravity’ [= Kebejatan Total], bukan ‘Utter Depravity’ [= Kebejatan Mentok]! Tetapi ini tak berarti bahwa mereka semua diselamatkan. Apakah seseorang berdosa banyak atau sedikit, ia diselamatkan kalau ia percaya; sebaliknya, apakah seseorang berdosa banyak atau sedikit, ia tidak diselamatkan kalau ia tidak percaya.
Adam Clarke mengatakan “Dalam kasus-kasus yang lain hal-hal ini menjadi pembelaan yang kuat.”. Betul-betul konyol. Kasus siapa??? Saya belum pernah mendengar orang memberi pembelaan, berkenaan dengan masuk surga atau neraka, menggunakan fakta bahwa orang itu sebetulnya bisa lebih buruk / jahat!!! Kalau ini bisa digunakan, maka itu bisa digunakan untuk memasukkan semua orang ke surga!! Mungkin Adam Clarke dalam hal ini berbicara tentang kasus-kasus dalam pengadilan di dunia ini. Tetapi, membandingkan pengadilan akhir jaman dengan Yesus sebagai Hakim yang adil, dengan pengadilan dunia ini, lagi-lagi merupakan sesuatu yang konyol!!
Adam Clarke (akhir dari Kis 1): “But is there any room for hope in his death? In answer to this it must be understood, 1. That there is presumptive evidence that he did not destroy himself; and, 2. That his repentance was sincere. If so, was it not possible for the mercy of God to extend even to his case? It did so to the murderers of the Son of God and they were certainly worse men (strange as this assertion may appear) than Judas. Even he gave them the fullest proof of Christ’s innocence: their buying the field with the money Judas threw down was the full proof of it; and yet, with every convincing evidence before them, they crucified our Lord. They excited Judas to betray his Master, and crucified him when they had got him into their power; and therefore Stephen calls them both the betrayers and murderers of that Just One, Acts 7:52: in these respects they were more deeply criminal than Judas himself; yet even to those very betrayers and murderers Peter preaches repentance, with the promise of remission of sins, and the gift of the Holy Spirit, Acts 3:12-26. If, then, these were within the reach of mercy, and we are informed that a great company of the priests became obedient to the faith, Acts 6:7, then certainly Judas was not in such a state as precluded the possibility of his salvation. Surely the blood of the covenant could wash out even his stain, as it did that more deeply engrained one of the other betrayers and murderers of the Lord Jesus.” [= Tetapi apakah di sana ada kemungkinan untuk pengharapan dalam kematiannya? Dalam menjawab hal ini harus dimengerti, 1. Bahwa di sana ada bukti yang memberikan dasar kepercayaan bahwa ia tidak menghancurkan dirinya sendiri; dan, 2. Bahwa pertobatannya adalah tulus / sungguh-sungguh. Jika demikian, tidakkah mungkin bagi belas kasihan Allah untuk meluas bahkan pada kasusnya? Belas kasihan Allah meluas kepada pembunuh-pembunuh dari Anak Allah dan mereka pasti adalah orang-orang yang lebih buruk (sekalipun penegasan ini terlihat aneh) dari Yudas. Ia bahkan memberi mereka bukti yang paling penuh dari ketidakbersalahan Kristus: pembelian tanah oleh mereka dengan uang yang Yudas lemparkan merupakan bukti penuh tentangnya; tetapi, dengan setiap bukti yang meyakinkan di depan mereka, mereka menyalibkan Tuhan kita. Mereka mendorong Yudas untuk mengkhianati Tuannya, dan menyalibkan Dia pada waktu mereka mendapatkan Dia dalam kuasa mereka; dan karena itu Stefanus menyebut mereka pengkhianat-pengkhianat dan pembunuh-pembunuh dari Orang yang Benar, Kis 7:52: dalam hal-hal ini mereka adalah kriminal-kriminal yang lebih dalam dari Yudas sendiri tetapi bahkan kepada pengkhianat-pengkhianat dan pembunuh-pembunuh itu Petrus memberitakan pertobatan, dengan janji pengampunan dosa, dan karunia Roh Kudus, Kis 3:12-26. Maka, jika orang-orang ini ada di dalam jangkauan dari belas kasihan, dan kita diberi informasi bahwa sejumlah besar imam-imam telah menjadi taat kepada iman, Kis 6:7, maka pastilah Yudas tidak berada dalam keadaan sedemikian rupa sehingga membuat kemungkinan keselamatannya mustahil. Pastilah darah perjanjian bisa mencuci bersih bahkan noda / kotorannya, seperti yang darah itu lakukan pada salah satu orang yang lebih berurat berakar dari pengkhianat dan pembunuh yang lain dari Tuhan Yesus.].
Kisah Para Rasul 7:52 - “Siapakah dari nabi-nabi yang tidak dianiaya oleh nenek moyangmu? Bahkan mereka membunuh orang-orang yang lebih dahulu memberitakan tentang kedatangan Orang Benar, yang sekarang telah kamu khianati dan kamu bunuh.”.
Kisah Para Rasul 6:7 - “Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.”.
Kata-kata ‘menyerahkan diri dan percaya’ dalam Kis 6:7 ini oleh KJV diterjemahkan: ‘were obedient to the faith’ [= taat kepada iman]. RSV/NIV/NASB sama atau mirip dengan KJV.
Tanggapan saya:
Membandingkan Yudas Iskariot yang tidak percaya sampai mati, dengan imam-imam, yang sekalipun lebih jahat dari Yudas Iskariot, tetapi yang dalam Kis 6:7 dikatakan menjadi orang percaya, adalah suatu kebodohan!
Adam Clarke (akhir dari Kis 1): “Should Acts 1:25 be urged against this possibility, because it is there said that Judas fell from his ministry and apostleship, that he might go to his own place, and that this place is ‘hell’; I answer: 1. It remains to be proved that this place means ‘hell’; and, 2. It is not clear that the words are spoken of Judas at all, but of Matthias: his own place meaning that vacancy in the apostolate to which he was then elected. See the note at Acts 1:25.” [= Kalau Kis 1:25 diberikan terhadap kemungkinan ini, karena di sana dikatakan bahwa Yudas jatuh dari pelayanan dan kerasulannya, supaya ia bisa pergi ke tempatnya sendiri, dan bahwa tempat ini adalah ‘neraka’; saya menjawab: 1. Masih harus dibuktikan bahwa tempat ini berarti ‘neraka’; dan 2. Sama sekali tidak jelas bahwa kata-kata itu diucapkan tentang Yudas, tetapi tentang Matias; ‘tempatnya sendiri’ berarti kekosongan dalam jabatan rasul itu pada mana ia lalu dipilih. Lihat catatan pada Kis 1:25.].
Tanggapan saya: Pandangan Adam Clarke tentang kata-kata ‘tempatnya sendiri’ ini nanti akan saya bahas pada waktu membahas Kis 1:25. Jelas saya tak setuju dengan penafsirannya ini.
Adam Clarke (akhir dari Kis 1): “To say that the repentance of Judas was merely the effect of his horror; that it did not spring from compunction of heart; that it was legal, and not evangelical, etc., etc., is saying what none can with propriety say, but God himself, who searches the heart.” [= Mengatakan bahwa pertobatan Yudas adalah semata-mata akibat dari ketakutannya; bahwa itu tidak keluar dari penyesalan dari hati; bahwa itu bersifat hukum, dan bukan injili, dsb., adalah mengatakan apa yang tak seorangpun bisa katakan dengan benar, tetapi hanya Allah sendiri, yang menyelidiki hati.].
Tanggapan saya: Ini nonsense, karena dari firman yang Tuhan sendiri berikan kita jelas bisa melakukan penilaian. Dan bukti dari Alkitab yang menyatakan bahwa Yudas Iskariot hanya orang kristen KTP, banyak sekali, dan sudah kita bahas dalam pelajaran-pelajaran yang lalu.
Adam Clarke (akhir dari Kis 1): “What renders his case most desperate are the words of our Lord, Matt 26:24: Woe unto that man by whom the Son of man is betrayed! It had been good for that man if he had not been born! I have considered this saying in a general point of view in my note at Matt 26:24; and, were it not a proverbial form of speech among the Jews, to express the state of any flagrant transgressor, I should be led to apply it in all its literal import to the case of Judas, as I have done, in the above note, to the case of any damned soul; but when I find that it was a proverbial saying, and that it has been used in many cases where the fixing of the irreversible doom of a sinner is not implied, it may be capable of a more favourable interpretation than what is generally given to it. I shall produce a few of those examples from Schoettgen, to which I have referred in my note at Matt 26:24. In CHAGIGAH, fol. 2:2, it is said: ‘Whoever considers these four things, it would have been better for him had he never come into the world, namely, That which is above - that which is below - that which is before - and that which is behind; and whosoever does not attend to the honour of his Creator, it were better for him had he never been born.’ In SHEMOTH RABBA, sect. 40, fol. 135, 1, 2, it is said: ‘Whosoever knows the law, and does not do it, it had been better for him had he never come into the world.’ In VAYIKRA RABBA, sect. 36, fol. 179, 4, and MIDRASH COHELETH, fol. 91, 4, it is thus expressed: ‘It were better for him had he never been created; and it would have been better for him had he been strangled in the womb, and never have seen the light of this world.’ In SOHAR GENES. fol. 71, col. 282, it is said: ‘If any man be parsimonious toward the poor, it had been better for him had he never come into the world.’ Ibid. fol. 84, col. 333: ‘If any performs the law, not for the sake of the law, it were good for that man had he never been created.’ These examples sufficiently prove that this was a common proverb, and is used with a great variety and latitude of meaning, and seems intended to show that the case of such and such persons was not only very deplorable, but extremely dangerous; but does not imply the positive impossibility either of their repentance or salvation.” [= Apa yang membuat kasusnya paling tanpa harapan adalah kata-kata dari Tuhan kita, Mat 26:24: ‘Celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan! Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan!’ Saya telah mempertimbangkan kata-kata ini dalam suatu cara memandang yang umum dalam catatan saya pada Mat 26:24; dan, seandainya itu bukan suatu peribahasa di antara orang-orang Yahudi, untuk menyatakan keadaan dari pelanggar yang menyolok manapun, saya akan dibimbing untuk menerapkannya dalam semua arti hurufiahnya pada kasus dari Yudas, seperti telah saya lakukan, dalam catatan di atas, pada kasus dari jiwa yang terkutuk manapun; tetapi pada waktu saya mendapati bahwa itu adalah suatu peribahasa, dan bahwa itu telah digunakan dalam banyak kasus di mana nasib yang tak bisa dibalikkan dari seorang berdosa tidak dinyatakan, itu memungkinkan tentang suatu penafsiran yang lebih baik dari pada apa yang pada umumnya diberikan kepadanya. Saya akan menunjukkan beberapa contoh dari Schoettgen, pada mana saya telah menunjuk dalam catatan saya tentang Mat 26:24. Dalam CHAGIGAH, fol. 2:2, dikatakan: ‘Siapapun mempertimbangkan 4 hal ini, adalah lebih baik baginya seandainya ia tidak pernah datang ke dalam dunia, yaitu, Apa yang ada di atas - apa yang ada di bawah - apa yang ada di depan dan itu yang ada di belakang; dan siapapun tidak memperhatikan kehormatan dari Penciptanya, adalah lebih baik baginya seandainya ia tidak pernah dilahirkan’. Dalam SHEMOTH RABBA, sect. 40, fol. 135, 1, 2, dikatakan ‘Siapapun mengetahui / mengenal hukum Taurat, dan tidak melakukannya, adalah lebih baik baginya seandainya ia tidak pernah datang ke dalam dunia ini’. Dalam VAYIKRA RABBA, sect. 36, fol. 179, 4, dan MIDRASH COHELETH, fol. 91, 4, dinyatakan demikian: ‘Adalah lebih baik baginya seandainya ia tidak pernah diciptakan; dan adalah lebih baik baginya seandainya ia dicekik dalam kandungan, dan tidak pernah melihat terang dari dunia ini’. Dalam SOHAR GENES, fol. 71, col. 282, dikatakan: ‘Jika siapapun pelit terhadap orang miskin, adalah lebih baik baginya seandainya ia tidak pernah datang ke dalam dunia ini’. Ibid. fol 84, col. 333: ‘Jika siapapun melaksanakan hukum Taurat, bukan demi hukum Taurat itu, adalah baik bagi orang itu seandainya ia tidak pernah diciptakan’. Contoh-contoh ini secara cukup membuktikan bahwa ini adalah suatu peribahasa umum, dan digunakan dengan banyak macam dan kebebasan arti, dan kelihatannya dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kasus dari orang-orang seperti itu bukan hanya sangat tercela / menyedihkan, tetapi sangat berbahaya; tetapi tidak menunjukkan kemungkinan positif atau tentang pertobatan atau keselamatan mereka.].
Tanggapan saya:
a) Adam Clarke memberikan penjelasan panjang lebar dan banyak contoh ini sebetulnya untuk membuktikan bahwa peribahasa itu artinya bukan ‘masuk neraka’, tetapi anehnya pada bagian akhir dari kata-katanya ini, yang ia bicarakan adalah bahwa peribahasa itu ‘tidak menunjukkan kemungkinan positif tentang pertobatan atau keselamatan’. INI BUKANLAH APA YANG SEDANG DIPERSOALKAN!!
b) Saya berpendapat bahwa dalam semua contoh yang diberikan oleh Adam Clarke, justru adalah mungkin untuk mengartikan kata-kata / peribahasa itu sebagai ‘masuk neraka’.
Adam Clarke (akhir dari Kis 1): “The utmost that can be said for the case of Judas is this: he committed a heinous act of sin and ingratitude; but he repented, and did what he could to undo his wicked act: he had committed the sin unto death, i.e. a sin that involves the death of the body; but who can say (if mercy was offered to Christ’s murderers, and the Gospel was first to be preached at Jerusalem that these very murderers might have the first offer of salvation through him whom they had pierced) that the same mercy could not be extended to the wretched Judas! I contend that the chief priests, etc., who instigated Judas to deliver up his Master, and who crucified him - and who crucified him too as a malefactor - having at the same time the most indubitable evidence of his innocence, were worse men than Judas Iscariot himself; and that, if mercy was extended to those, the wretched penitent traitor did not die out of the reach of the yearning of its bowels.” [= Yang tertinggi / terjauh yang bisa dikatakan tentang Yudas adalah ini: ia melakukan suatu tindakan mengerikan dari dosa dan rasa tak tahu terima kasih; tetapi ia bertobat, dan melakukan apa yang ia bisa lakukan untuk membalikkan tindakan jahatnya: ia telah melakukan dosa kepada kematian, yaitu suatu dosa yang melibatkan kematian dari tubuh; tetapi siapa bisa mengatakan (jika belas kasihan ditawarkan kepada pembunuh-pembunuh Kristus, dan Injil pertama-tama diberitakan di Yerusalem supaya pembunuh-pembunuh ini bisa mendapatkan tawaran keselamatan pertama melalui Dia yang telah mereka tikam) bahwa belas kasihan yang sama tidak bisa diperluas kepada Yudas yang sangat buruk. Saya berargumentasi bahwa imam-imam kepala, dsb., yang menghasut Yudas untuk menyerahkan Tuannya, dan yang menyalibkan Dia - dan yang menyalibkan Dia juga sebagai seorang penjahat - pada saat yang sama mempunyai bukti yang paling tak diragukan tentang ketidak-bersalahanNya, adalah orang-orang yang lebih buruk dari pada Yudas Iskariot sendiri; dan bahwa, jika belas kasihan diperluas kepada mereka, sang pengkhianat yang menyesal / bertobat tidak mati di luar jangkauan dari kerinduan dari kelembutan / kedudukan dari belas kasihannya.].
Tanggapan saya:
1. Bagi saya adalah omong kosong kalau Yudas Iskariot bertobat dengan sungguh-sungguh.
2. Adam Clarke terus menerus membandingkan Yudas Iskariot dengan orang yang lebih buruk, padahal kalau membicarakan apakah Yudas Iskariot selamat atau tidak, maka hal yang paling utama bukan itu. Hal yang paling utama adalah apakah orangnya percaya kepada Yesus atau tidak. Orang yang ‘baik’ akan masuk ke neraka kalau tak beriman kepada Kristus, dan orang yang sangat jahatpun akan masuk surga kalau ia beriman kepada Kristus!
Adam Clarke (akhir dari Kis 1): “And I contend, further, that there is no positive evidence of the final damnation of Judas in the sacred text. I hope it will not displease the humane reader that I have entered so deeply into the consideration of this most deplorable case. I would not set up knowingly any plea against the claims of justice; and God forbid that a sinner should be found capable of pleading against the cries of mercy in behalf of a fellow culprit! Daily, innumerable cases occur of persons who are betraying the cause of God, and selling, in effect, Christ and their souls for money. Every covetous man, who is living for this world alone, is of this stamp. And yet, while they live, we do not despair of their salvation, though they are continually repeating the sin of Judas, with all its guilt and punishment before their eyes! Reader! learn from thy Lord this lesson, Blessed are the merciful, for they shall obtain mercy. The case is before the Judge, and the Judge of all the earth will do right.” [= Dan saya berargumentasi lebih jauh bahwa di sana tidak ada bukti positif tentang kutukan / hukuman kekal dari Yudas dalam text kudus. Saya berharap ini tidak akan tidak menyenangkan pembaca yang berbelas kasihan bahwa saya telah masuk dengan begitu dalam ke dalam pertimbangan tentang kasus yang paling buruk ini. Saya tidak akan, dengan mengetahui, menegakkan / mengajukan pembelaan apapun terhadap / menentang claim dari keadilan; dan Allah melarang bahwa seorang berdosa harus didapati berargumentasi terhadap / menentang jeritan belas kasihan demi sesama orang yang bersalah! Setiap hari, tak terhitung terjadi kasus-kasus dari orang-orang yang sedang mengkhianati perkara dari Allah, dan sebetulnya menjual Kristus dan jiwa-jiwa mereka untuk uang. Setiap orang yang tamak, yang sedang hidup untuk dunia ini saja, adalah dari cap / karakter khusus ini. Tetapi pada waktu mereka hidup, kita tidak putus asa tentang keselamatan mereka, sekalipun mereka terus menerus mengulangi dosa Yudas, dengan semua kesalahan dan hukumannya di depan mata mereka! Pembaca! belajarlah dari Tuhanmu pelajaran ini, Diberkatilah / Berbahagialah orang yang berbelas kasihan, karena mereka akan mendapatkan belas kasihan. Kasusnya ada di depan sang Hakim, dan Hakim dari seluruh bumi akan melakukan yang benar.].
Tanggapan saya:
1. Lagi-lagi Adam Clarke membandingkan Yudas Iskariot dengan orang-orang berdosa yang lain. Bagi saya, kalau saya melihat orang yang terus menerus tamak, dan terus menerus mengorbankan Kristus demi uang, memang saya akan meragukan iman orang itu.
2. Hal lain yang salah dalam perbandingan yang dibuat oleh Adam Clarke adalah ini: orang-orang yang ia bicarakan itu masih hidup, sehingga kita memang masih bisa berharap akan keselamatan orang-orang itu, tentu saja kalau mereka pada akhirnya bertobat / percaya Kristus dengan sungguh-sungguh. Tetapi Yudas Iskariot sudah mati, dan sampai mati ia tidak bertobat / percaya dengan sungguh-sungguh. Bagaimana ia bisa membandingkan dua kasus yang sangat berbeda itu, betul-betul tidak saya mengerti!
3. Kalau kita mengatakan Yudas Iskariot masuk neraka, itu tidak ada hubungannya dengan apakah kita berbelas kasihan atau tidak. Kita menyatakan itu berdasarkan bukti-bukti dari Alkitab!
4. Sangat banyak orang, yang ingin menghindarkan seseorang yang dicintai / dikagumi dari neraka, menggunakan ‘keadilan dari sang Hakim’ sehingga senjata. Termasuk Pdt. Stephen Tong dalam kasus Khong Hu Cu! Bagi saya, kalau kita menyatakan seseorang masuk neraka, berdasarkan Alkitab, maka itu pasti akan sesuai dengan keadilan dari sang Hakim!
Catatan: secara sama, Adam Clarke juga membuka peluang untuk diselamatkan bagi:
a. Raja Saul. Ini bisa dilihat pada bagian akhir dari tafsirannya tentang 1Sam 31.
b. Ananias dan Safira. Ini bisa dilihat dalam tafsirannya tentang Kis 5:10.
c. Bileam. Ini bisa dilihat dalam tafsirannya pada akhir dari Bil 24, dan khususnya dalam tafsirannya tentang Bilangan 31:8.
Semua ini menunjukkan bagi saya bahwa Adam Clarke mempunyai kecenderungan yang sangat tidak wajar untuk membuka peluang untuk selamat, bagi orang-orang yang jelas-jelas tidak selamat! Tetapi ajaibnya, tentang Salomo, Adam Clarke yakin kalau Salomo binasa! Betul-betul terbalik!
2) Yudas Iskariot masuk neraka.
Ini boleh dikatakan merupakan pandangan dari semua penafsir yang lain, dan bagi saya jelas ini merupakan pandangan yang benar.
Ada banyak hal / ayat yang menunjukkan hal ini:
a) Ia adalah orang kristen KTP; ini sudah kita bahas secara sangat mendetail dalam pelajaran-pelajaran yang lalu.
Jadi, bukan karena dosa-dosanya terlalu banyak atau terlalu besar untuk diampuni, dan juga bukan karena ia lebih jahat dari orang-orang lain, tetapi karena ia tak beriman, maka ia masuk neraka. Seandainya dosa Yudas Iskariot hanya satu, maka kekristenannya yang palsu, dan pertobatannya yang tidak sungguh-sungguh, tetap akan menyebabkan ia masuk neraka selama-lamanya.
b) Yudas Iskariot adalah seorang ‘reprobate’ [= orang yang ditentukan untuk binasa].
Dalam pelajaran yang telah lalu kita sudah melihat bahwa Yudas Iskariot hanya merupakan orang pilihan dalam arti ia dipilih sebagai rasul. Tetapi Yudas Iskariot bukan orang pilihan dalam arti pemilihan untuk selamat. Sekarang kita mempelajari sesuatu yang dengan lebih keras lagi, yaitu bahwa Yudas Iskariot adalah seorang ‘reprobate’ [= orang yang ditentukan untuk binasa].
Orang yang betul-betul Reformed harus mempercayai ‘double predestination’ [= predestinasi ganda], yaitu kepercayaan akan adanya ‘election’ [= penentuan selamat] dan ‘reprobation’ [= penentuan binasa]. Orang yang tidak mempercayai kedua hal ini tetapi tetap mengclaim diri sebagai Reformed, adalah seorang penipu!
Calvin:
· “... predestination, by which God adopts some to hope of life, and sentences others to eternal death.” [= ... predestinasi, dengan mana Allah mengadopsi sebagian manusia kepada pengharapan kehidupan, dan memvonis yang lain pada kebinasaan kekal.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter XXI, no 5.
· “... eternal life is foreordained for some, eternal damnation for others.” [= ... hidup yang kekal ditentukan lebih dulu untuk sebagian manusia, penghukuman kekal untuk yang lain.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter XXI, no 5.
· “Indeed many, as if they wished to avert a reproach from God, accept election in such terms as to deny that anyone is condemned. But they do this very ignorantly and childishly, since election itself could not stand except as set over against reprobation.” [= Memang banyak orang, karena mereka tidak ingin Allah dicela, menerima pemilihan dalam istilah-istilah sedemikian rupa sehingga menolak adanya penentuan binasa. Tetapi mereka melakukan hal ini secara sangat bodoh dan kekanak-kanakan, karena pemilihan itu sendiri tidak bisa berdiri / bertahan kecuali diimbangi oleh penentuan binasa.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter XXIII, no 1.
Mari sekarang kita mempelajari ayat di bawah ini, yang menunjukkan bahwa Yudas Iskariot memang adalah seorang reprobate [= orang yang ditentukan untuk binasa].
Yohanes 17:12 - “Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.”.
Ayat ini salah terjemahan! Kata ‘namaMu’ bisa muncul 2 x dalam terjemahan LAI padahal seharusnya hanya ada 1 x.
NASB: ‘While I was with them, I was keeping them in Your name which You have given Me; and I guarded them and not one of them perished but the son of perdition, so that the Scripture would be fulfilled.’ [= Selama Aku bersama mereka, Aku menjaga mereka dalam namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu; dan Aku menjaga mereka dan tak seorangpun dari mereka binasa kecuali anak kehancuran / neraka, sehingga Kitab Suci akan digenapi.].
1. Bagian awal dari ayat ini tidak berarti bahwa Yudas termasuk dalam orang-orang yang diberikan oleh Bapa kepada Kristus, lalu dijaga oleh Kristus, tetapi penjagaanNya gagal dan ia terhilang.
The Bible Exposition Commentary (tentang Yoh 17:12): “The believer, then, is secure in Christ for many reasons: the very nature of God, the nature of salvation, the glory of God, and the intercessory ministry of Christ. But what about Judas? Was he secure? How did he fall? Why did Jesus not keep him safe? For the simple reason that Judas was never one of Christs own. Jesus faithfully kept all that the Father gave to Him, but Judas had never been given to Him by the Father. Judas was not a believer (John 6:64-71); he had never been cleansed (John 13:11); he had not been among the chosen (John 13:18); he had never been given to Christ (John 18:8-9). No, Judas is not an example of a believer who ‘lost his salvation.’ He is an example of an unbeliever who pretended to have salvation but was finally exposed as a fraud. Jesus keeps all whom the Father gives to Him (John 10:26-30).” [= Maka orang percaya adalah aman dalam Kristus untuk banyak alasan: sifat dasar dari Allah, sifat dasar dari keselamatan, kemuliaan Allah, dan pelayanan pengantaraan dari Kristus. Tetapi bagaimana dengan Yudas? Apakah dia aman? Bagaimana ia jatuh? Mengapa Yesus tidak menjaganya aman / selamat? Karena alasan yang sederhana bahwa Yudas tidak pernah merupakan satu dari milik Kristus. Yesus dengan setia menjaga semua yang Bapa berikan kepadaNya, tetapi Yudas tidak pernah diberikan kepadaNya oleh Bapa. Yudas bukanlah orang percaya (Yoh 6:64-71); ia tidak pernah dibersihkan (Yoh 13:11); ia tidak pernah ada di antara orang-orang pilihan (Yoh 13:18); ia tidak pernah diberikan kepada Kristus (Yoh 18:8-9). Tidak, Yudas bukanlah suatu contoh dari seorang percaya yang ‘kehilangan keselamatannya’. Ia adalah suatu contoh dari seorang yang tidak percaya yang berpura-pura mempunyai keselamatan tetapi akhirnya tersingkapkan sebagai suatu dusta / seorang penipu. Yesus menjaga semua orang yang Bapa berikan kepadaNya (Yoh 10:26-30).].
Yohanes 6:64-71 - “(64) Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.’ Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. (65) Lalu Ia berkata: ‘Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.’ (66) Mulai dari waktu itu banyak murid-muridNya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia. (67) Maka kata Yesus kepada kedua belas muridNya: ‘Apakah kamu tidak mau pergi juga?’ (68) Jawab Simon Petrus kepadaNya: ‘Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? PerkataanMu adalah perkataan hidup yang kekal; (69) dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.’ (70) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis.’ (71) Yang dimaksudkanNya ialah Yudas, anak Simon Iskariot; sebab dialah yang akan menyerahkan Yesus, dia seorang di antara kedua belas murid itu.”.
Yohanes 13:11 - “Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: ‘Tidak semua kamu bersih.’”.
Yohanes 13:18 - “Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan rotiKu, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku.”.
Yohanes 18:8-9 - “(8) Jawab Yesus: ‘Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi.’ (9) Demikian hendaknya supaya genaplah firman yang telah dikatakanNya: ‘Dari mereka yang Engkau serahkan kepadaKu, tidak seorangpun yang Kubiarkan binasa.’”.
Yohanes 10:26-30 - “(26) tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-dombaKu. (27) Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, (28) dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu. (29) BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. (30) Aku dan Bapa adalah satu.’”.
William Hendriksen (tentang Yohanes 17:12): “When Jesus says, ‘And not one of them perished but the son of perdition,’ he does not mean that with the exception of Judas all those whom the Father had given to the Son had been guarded. He certainly does not intend to convey the thought that in the case of Judas he had failed miserably to carry out the assignment given to him. On the contrary, what we have here is another instance of abbreviated expression. See on 5:31. More fully stated what Jesus means is this: ‘And I guarded them, and not one of them perished. But the son of perdition did perish. However, far from proving that in this one instance the plan from eternity was defeated and prophecy left unfulfilled, this happened in order that the scripture might be fulfilled.’” [= Pada waktu Yesus mengatakan, ‘dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari anak kehancuran / neraka’, Ia tidak memaksudkan bahwa dengan Yudas sebagai perkecualian, semua dari mereka yang Bapa telah berikan kepada Anak, telah dijaga. Ia pasti tidak bermaksud untuk menyampaikan pemikiran bahwa dalam kasus Yudas Ia telah gagal secara menyedihkan untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepadaNya. Sebaliknya, apa yang kita dapatkan di sini adalah suatu contoh lain dari ungkapan yang disingkat. ... Kalau dinyatakan secara lebih penuh / lengkap apa yang Yesus maksudkan adalah ini: ‘Dan Aku menjaga mereka, dan tak seorangpun dari mereka binasa. Tetapi anak kehancuran / neraka memang binasa. Tetapi, jauh dari membuktikan bahwa dalam satu contoh ini rencana dari kekekalan dikalahkan dan nubuat dibiarkan tak digenapi, ini terjadi supaya Kitab Suci bisa digenapi.’].
Yoh 17:12 (NASB): ‘While I was with them, I was keeping them in Your name which You have given Me; and I guarded them and not one of them perished but the son of perdition, so that the Scripture would be fulfilled.’ [= Selama Aku bersama mereka, Aku menjaga mereka dalam namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu; dan Aku menjaga mereka dan tak seorangpun dari mereka binasa kecuali anak kehancuran / neraka, sehingga Kitab Suci akan digenapi.].
Perkecualian yang dimaksud hanyalah berhubungan dengan kata-kata ‘tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa’, bukan berhubungan dengan seluruh kalimat sebelumnya. Kalau perkecualian itu dihubungkan dengan seluruh kalimat sebelumnya, maka itu akan menunjukkan bahwa Yudas Iskariot juga adalah orang yang diberikan oleh Bapa kepada Kristus, tetapi lalu terhilang, sehingga ia merupakan perkecualian dibandingkan dengan semua yang lain.
Kita tidak bisa menafsirkan seperti ini karena:
a. Dari semula kitab-kitab Injil memang tidak pernah menunjukkan Yudas Iskariot sebagai orang kristen sejati.
b. Penafsiran seperti ini akan bertentangan dengan:
· Yohanes 6:39 - “Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya kepadaKu jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.”.
· Yohanes 18:9 - “Demikian hendaknya supaya genaplah firman yang telah dikatakanNya: ‘Dari mereka yang Engkau serahkan kepadaKu, tidak seorangpun yang Kubiarkan binasa.’”.
c. Itu akan menunjukkan Yesus sebagai Gembala yang bodoh, yang bisa kehilangan dombaNya, sedangkan Alkitab menggambarkan Yesus sebagai ‘Gembala yang baik’.
Yoh 10:11a,14a - “Akulah gembala yang baik.”.
Bdk. Yeremia 23:1-4 - “(1) ‘Celakalah para gembala yang membiarkan kambing domba gembalaanKu hilang dan terserak!’ - demikianlah firman TUHAN. (2) Sebab itu beginilah firman TUHAN, Allah Israel, terhadap para gembala yang menggembalakan bangsaku: ‘Kamu telah membiarkan kambing dombaKu terserak dan tercerai-berai, dan kamu tidak menjaganya. Maka ketahuilah, Aku akan membalaskan kepadamu perbuatan-perbuatanmu yang jahat, demikianlah firman TUHAN. (3) Dan Aku sendiri akan mengumpulkan sisa-sisa kambing dombaKu dari segala negeri ke mana Aku menceraiberaikan mereka, dan Aku akan membawa mereka kembali ke padang mereka: mereka akan berkembang biak dan bertambah banyak. (4) Aku akan mengangkat atas mereka gembala-gembala yang akan menggembalakan mereka, sehingga mereka tidak takut lagi, tidak terkejut dan tidak hilang seekorpun, demikianlah firman TUHAN.”.
d. Yudas Iskariot disebut dengan istilah ‘son of perdition’ [= anak kehancuran / neraka].
Ini akan kita bahas dalam point 2. di bawah ini.
2. ‘selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa’.
Dalam ayat ini sebetulnya terjemahan Kitab Suci Indonesia terlalu keras.
KJV/RSV/NASB: ‘but the son of perdition’ [= kecuali anak kebinasaan / kehancuran / neraka].
NIV: ‘except the one doomed to destruction’ [= kecuali orang yang ditentukan / ditakdirkan untuk kehancuran].
Dalam ‘Webster’s New World Dictionary’ dikatakan bahwa istilah ‘perdition’ bisa diterjemahkan bermacam-macam:
· ‘complete and irreparable loss; ruin’ [= kehilangan yang lengkap dan tidak bisa dibetulkan; kehancuran].
· ‘the loss of a soul or of hope for salvation; damnation’ [= kehilangan jiwa atau pengharapan untuk selamat; penghukuman / pengutukan].
· ‘the place or condition of damnation; hell’ [= tempat atau kondisi penghukuman; neraka].
Sekarang kita melihat beberapa komentar dari para penafsir.
Adam Clarke (tentang Yoh 17:12): “‘But the son of perdition.’ So we find that Judas, whom all account to have been lost, and whose case at best is extremely dubious, was first given by God to Christ? But why was he lost? Because, says Augustin, he would not be saved: and he further adds, After the commission of his crime, he might have returned to God and have found mercy. Aug. Serm. 125; n. 5; Psalm 146 n. 20; Ser. 352, n. 8; and in Psalms 108. See Calmet, who remarks: Judas only became the son of perdition because of his willful malice, his abuse of the grace and instructions of Christ, and was condemned through his own avarice, perfidy, insensibility, and despair.” [= ‘Kecuali anak kehancuran / neraka’. Demikianlah kita mendapati bahwa Yudas, yang semua orang anggap sebagai telah terhilang, dan yang kasusnya paling-paling adalah sangat meragukan, pertama-tama diberikan oleh Allah kepada Kristus? Tetapi mengapa ia terhilang? Karena, kata Agustinus, ia tidak mau diselamatkan: dan ia menambahkan lebih jauh, Setelah tindakannya melakukan kejahatannya, ia bisa telah berbalik kepada Allah dan menemukan belas kasihan. Aug. Serm. 125; n. 5; Psalm 146 n. 20; Ser. 352, n. 8; dan dalam Psalms 108. Lihat Calmet, yang berkata: Yudas hanya menjadi anak kebinasaan karena kejahatannya yang sengaja / tegar tengkuk, penyalah-gunaannya terhadap kasih karunia dan pengajaran Kristus, dan dihukum melalui ketamakan, pengkhianatan, sikap acuh tak acuh / tak berperasaan, dan keputus-asaannya sendiri.].
Catatan: dalam tafsirannya tentang Maz 108 dan tentang Maz 146, Agustinus sama sekali tidak menyinggung Yudas Iskariot, sedangkan referensi yang lain tidak bisa saya temukan. Juga penggunaan kata-kata Agustinus oleh Adam Clarke ini tidak membicarakan arti dari istilah / ungkapan ‘son of perdition’ [= anak kehancuran / neraka]. Hanya kata-kata Calmet saja yang menjelaskan arti istilah / ungkapan itu. Tetapi benarkah penjelasannya?
Lenski (tentang Yoh 17:12): “as in the case of the Jews Jesus knew that Judas was not his own. Not that Judas never believed - we may be quite sure that he did at first; but even then he was ‘the son of perditon,’ a son or product of eternal damnation; compare the similar designations in Matt. 23:15; 2 Thess. 2:2. For Judas is not given this awful title because he went to perdition and thus ex eventu became a son of perdition. The reverse is true: being a son of perdition, he went to perdition, ‘fell away, that he might go to his own place,’ Acts 1:25; only for a time was he numbered among the apostles, only for a time had he a portion or lot in this ministry, Acts 1:17. ‘In order that the Scripture might be fulfilled’ modifies the preceding clause, ‘save the son of perdition,’ i.e., that as such he, indeed, did perish. This ἵνα, like all the others referring to the Scripture fulfillment concerning the wicked, is not deterministic; it rests on the infallible foreknowledge of God. God foresaw all that Judas would become and would do in spite of all the grace vouchsafed to him. He beheld Judas dying as the son of perdition, thus to remain the son of perdition forever. Therefore in God’s foreknowledge and counsel Judas was the son of perdition from the beginning, and God prefigured Judas by Ahitophel in Ps. 41:9; some add Ps. 55:12–15; Ps. 109:8 (Acts 1:20). Due to the infallibility of the divine foreknowledge, these predictions in the Old Testament types were bound to be fulfilled in Judas.” [= seperti dalam kasus orang-orang Yahudi Yesus tahu bahwa Yudas bukanlah milikNya. Bukan bahwa Yudas tidak pernah percaya - kami bisa cukup yakin bahwa ia percaya pada awalnya; tetapi bahkan pada saat itu ia adalah ‘anak kehancuran / neraka’, seorang anak atau hasil dari hukuman / kutukan kekal; bandingkan penyebutan yang mirip dalam Mat 23:15; 2Tes 2:2. Karena Yudas tidak diberi gelar yang mengerikan ini karena ia pergi pada kehancuran / neraka dan karena itu EX EVENTU (dari peristiwanya) menjadi seorang anak kehancuran / neraka. Kebalikannyalah yang benar: karena ia adalah anak kehancuran / neraka, maka ia pergi pada kehancuran / neraka, ‘jatuh, supaya ia bisa pergi ke tempatnya sendiri’, Kis 1:25; hanya untuk suatu waktu ia terhitung di antara rasul-rasul, hanya untuk suatu waktu ia mempunyai suatu bagian dalam pelayanan ini, Kis 1:17. ‘Supaya Kitab Suci bisa digenapi’ memodifikasi anak kalimat sebelumnya, ‘kecuali anak kehancuran / neraka’, yaitu bahwa karena ia seperti itu ia memang binasa. Kata ἵνα (HINA) ini, seperti semua yang lain yang menunjuk pada penggenapan Kitab Suci berkenaan dengan orang jahat, tidaklah bersifat ditentukan; itu berdasar pada pra pengetahuan yang tak bisa salah dari Allah. Allah melihat lebih dulu semua tentang Yudas akan jadi apa dan akan lakukan apa, sekalipun semua kasih karunia dianugerahkan kepadanya. Ia melihat Yudas mati sebagai anak kehancuran / neraka, dan dengan demikian tetap adalah anak kehancuran / neraka selama-lamanya. Karena itu dalam pra pengetahuan dan rencana Allah, Yudas adalah anak kehancuran / neraka dari semula, dan Allah menggambarkan Yudas lebih dulu oleh Ahitofel dalam Maz 41:10; beberapa orang menambahkan Maz 55:13-16; Maz 109:8 (Kis 1:20). Karena ketidakbisabersalahan dari pra pengetahuan ilahi, ramalan-ramalan dalam TYPE-TYPE Perjanjian Lama ini harus digenapi dalam Yudas.].
Catatan:
· EX EVENTU adalah kata-kata bahasa Latin. EX = ‘out of / from’ [= keluar dari / dari]; EVENTU = ‘event’ [= peristiwa].
· 2Tesalonika 2:2 seharusnya adalah 2Tes 2:3.
Tanggapan saya:
a. Saya tidak percaya sama sekali kata-kata Lenski yang mengatakan bahwa pada mulanya Yudas Iskariot betul-betul percaya! Entah apa dasar dari orang Arminian ini untuk mengatakan seperti itu!
b. Lenski terlihat jelas mempercayai pra pengetahuan (foreknowledge) Allah yang tidak bisa salah. Bagaimana ini bisa tidak membimbing dia pada penentuan lebih dulu (foreordination) dari Allah, tidak bisa saya mengerti.
c. Lenski juga mempercayai bahwa ‘karena ia adalah anak kehancuran / neraka, maka ia pergi pada kehancuran / neraka’. Bagaimana mungkin masuk nerakanya Yudas Iskariot ini bukan suatu ketentuan??
d. Anehnya, pada bagian akhir kata-katanya ia berkata ‘HARUS digenapi dalam Yudas’!!! Bagaimana bisa ‘harus terjadi’ kalau tidak ditentukan???
e. Saya juga tidak percaya kata-kata Lenski yang menyatakan bahwa ‘semua kasih karunia dianugerahkan kepadanya’. Lagi-lagi, entah dasar Alkitab apa yang Lenski gunakan untuk mendukung kata-katanya ini.
Matthew Poole (tentang Yoh 17:12): “As ‘the son of death,’ 2Sam. 12:5, signifies one appointed to die, or that deserveth to die; and ‘the child of hell,’ Matt. 23:15, siginifies one who deserveth hell; so the son of perdition may either signify one destined to perdition, or one that walketh in the high and right road to perdition, or rather both; one who being passed over in God’s eternal counsels, as to such as shall be saved, hath by his own wilful apostacy brought himself to eternal perdition, or into such a guilt as I know thou wilt destroy him.” [= Seperti ‘anak kematian’, 2Sam 12:5, menunjuk kepada orang yang ditetapkan untuk mati, atau orang yang layak untuk mati; dan ‘anak neraka’, Mat 23:15, menunjuk kepada orang yang layak masuk neraka; demikian juga ‘anak kebinasaan / neraka’ bisa menunjuk kepada seseorang yang ditentukan untuk kebinasaan / neraka, atau seseorang yang berjalan dalam jalan yang menuju kebinasaan / neraka, atau mungkin keduanya; seseorang yang dilewati dalam rencana kekal Allah berkenaan dengan orang-orang yang akan diselamatkan, dan yang dengan kemurtadannya sendiri yang disengaja, membawa dirinya sendiri pada kebinasaan kekal, atau ke dalam suatu kesalahan yang akan menyebabkan Allah menghancurkannya.] - hal 369.
2Sam 12:5 - “Lalu Daud menjadi sangat marah karena orang itu dan ia berkata kepada Natan: ‘Demi TUHAN yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati.”.
Literal: ‘son of death’ [= anak kematian].
Matius 23:15 - “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri.”.
KJV: ‘the child of hell’ [= anak neraka].
RSV: ‘a child of hell’ [= seorang anak neraka].
NIV/NASB: ‘a son of hell’ [= seorang anak neraka].
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Yoh 17:12): “If we take the expressions, ‘children of this world,’ ‘child of the devil,’ ‘the man of sin,’ ‘children of light,’ ‘children of Zion,’ to mean men who have in them the nature of the things mentioned as their proper character, then, ‘the son of perdition’ must mean ‘he who not only is doomed to, but has the materials of perdition already in his character.’ So we are to understand the expression ‘children of wrath’ (Eph 2:3).” [= Jika kita mengartikan ungkapan-ungkapan ‘anak-anak dunia ini’, ‘anak setan’, ‘orang dari dosa’, ‘anak-anak terang’, ‘anak-anak Sion’, untuk berarti orang-orang yang mempunyai dalam diri mereka sifat dasar dari hal-hal yang disebutkan sebagai karakter mereka yang benar, maka ‘anak kehancuran / neraka’ harus berarti ‘ia yang bukan hanya ditentukan / ditakdirkan untuk, tetapi sudah mempunyai bahan-bahan kebinasaan dalam karakternya’. Demikianlah kita harus mengerti ungkapan ‘anak-anak kemurkaan’ (Ef 2:3).].
Ef 2:3 - “Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.”.
KJV: ‘the children of wrath’ [= anak-anak kemurkaan].
UBS New Testament Handbook Series (tentang Yoh 17:12): “‘The man who was bound to be lost.’ (NAB ‘him who was destined to be lost’; NEB ‘the man who must be lost’; JB ‘the one who chose to be lost’; Gdsp ‘the one who was destined to be lost’) has been traditionally rendered ‘the son of perdition.’ The word rendered ‘perdition’ in many translations is a noun made from the same stem as the verb translated ‘was lost’ in TEV and most other translations. This word is frequently used in the New Testament of the final fate of those who are without God (see Matt 7:13; Acts 8:20; Rom 9:22; Phil 1:28; 3:19; 1 Tim 6:9; Heb 10:39; 2 Peter 2:1; 3:7; Rev 17:8,11). The phrase ‘son of (literally ‘man of’) perdition’ means ‘one who is going to be lost (eternally).’ The same expression appears in 2 Thessalonians 2:3 and is rendered the... One... who is destined to hell in TEV.” [= ‘orang yang harus terhilang’ (NAB ‘ia yang ditentukan untuk terhilang’; NEB ‘orang yang harus terhilang’; JB ‘orang yang memilih untuk terhilang’; Gsdp ‘orang yang ditentukan untuk terhilang’) secara tradisional telah diterjemahkan ‘anak kehancuran / neraka’. Kata yang diterjemahkan ‘perdition’ / ‘kehancuran / kebinasaan / neraka’ ini dalam banyak terjemahan adalah suatu kata benda yang dibuat dari akar kata yang sama seperti kata kerja yang diterjemahkan ‘terhilang’ dalam TEV dan kebanyakan terjemahan-terjemahan yang lain. Kata ini sering digunakan dalam Perjanjian Baru tentang keadaan akhir dari mereka yang tanpa Allah (lihat Mat 7:13; Kis 8:20; Ro 9:22; Fil 1:28; 3:19; 1Tim 6:9; Ibr 10:39; 2Pet 2:1; 3:7; Wah 17:8,11). Ungkapan ‘anak (secara hurufiah ‘orang’) kehancuran / neraka’ berarti ‘orang yang akan terhilang (secara kekal)’. Ungkapan yang sama muncul dalam 2Tes 2:3 dan diterjemahkan ‘orang ... yang ditentukan untuk neraka’ dalam TEV.].
Catatan: bagian yang saya garis-bawahi itu salah. Kata Yunani yang digunakan adalah HUIOS, yang memang berarti ‘anak’, bukan ‘orang’.
William Hendriksen (tentang Yoh 17:12): “‘The son of perdition’ (a Semitism; cf. Matt. 23:15; 2Thess. 2:3) is the utterly lost one, designated unto perdition. That Judas was meant is clear from a comparison of passages: 6:71; 13:2,18,26,30; 15:2,6. ... Though, on the one hand, Judas was fully responsible, on the other hand, this deed was included in the divine decree from eternity, and in prophecy. ... Hence, when the disciples hear Jesus speaking to the Father about the accomplishment of his task with respect to them, and the fulfilment of prophecy even in the case of the son of perdition, they are strengthened in their faith, and begin to realize that nothing and no one ever defeats the divine purpose!” [= ‘Anak kebinasaan / neraka’ (suatu istilah Semitic; bdk. Mat 23:15; 2Tes 2:3) adalah orang yang hilang sama sekali, ditetapkan untuk kebinasaan / neraka. Bahwa Yudas yang dimaksudkan adalah jelas dari perbandingan text-text: 6:71; 13:2,18,26,30; 15:2,6. ... Sekalipun di satu sisi, Yudas sepenuhnya bertanggung jawab, tetapi di sisi lain, tindakan ini telah tercakup dalam ketetapan ilahi dari kekekalan, dan dalam nubuatan. ... Karena itu, pada waktu para murid mendengar Yesus berbicara kepada Bapa tentang pencapaian dari tugasNya berkenaan dengan diri mereka, dan penggenapan nubuat bahkan dalam kasus ‘anak kebinasaan / neraka’, mereka dikuatkan dalam iman mereka, dan mulai menyadari bahwa tidak ada apapun dan siapapun yang pernah menggagalkan rencana Allah!] - hal 358.
2Tes 2:3 - “Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa,”.
KJV/RSV: ‘the son of perdition’ [= anak kehancuran / neraka].
NASB: ‘the son of destruction’ [= anak kehancuran].
NIV: ‘the man doomed to destruction’ [= orang yang ditentukan / ditakdirkan untuk kehancuran].
Kata Yunani yang digunakan persis sama dengan yang ada dalam Yoh 17:12, yaitu HO HUIOS TES APOLEIAS.
Calvin (tentang Yoh 17:12): “Judas is excepted, and not without reason; for, though he was not one of the elect and of the true flock of God, yet the dignity of his office gave him the appearance of it. ... that no one might think that the eternal election of God was overturned by the damnation of Judas, he immediately added, that he was ‘the son of perdition.’ By these words Christ means that his ruin, which took place suddenly before the eyes of men, had been known to God long before; for ‘the son of perdition,’ according to the Hebrew idiom, denotes a man who is ruined, or devoted to destruction.” [= Yudas dikecualikan, dan bukannya tanpa alasan; karena sekalipun ia bukanlah salah seorang dari orang-orang pilihan dan dari kawanan domba Allah, tetapi kewibawaan dari jabatannya seolah-olah menunjukkan hal itu. ... supaya tidak seorangpun berpikir bahwa pemilihan kekal dari Allah dibalikkan oleh penghukuman Yudas, Ia langsung menambahkan, bahwa ia adalah ‘anak kebinasaan / neraka’. Dengan kata-kata ini Kristus memaksudkan bahwa kehancurannya, yang terjadi secara mendadak di hadapan manusia, telah diketahui oleh Allah jauh sebelumnya; karena ‘anak kebinasaan / neraka’ menurut ungkapan Ibrani, menunjuk pada seseorang yang dihancurkan, atau disediakan untuk kehancuran.].
Yudas Iskariot(18)
c) Matius 26:24 - “Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.’”.
Markus 14:21 - “Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.’”.
Bdk. Lukas 22:22 - “Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!’”.
1. Bagian awal dari ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa dosa Yudas Iskariot sudah dinubuatkan (Markus 14:21a Mat 26:24a), bahkan sudah ditetapkan oleh Tuhan (Lukas 22:22a), sehingga dosa itu pasti terjadi.
Baik dalam tafsirannya tentang Matius 26:24, Markus 14:21, maupun Lukas 22:22, Adam Clarke menghindari untuk membicarakan apapun berkenaan dengan kata-kata ‘sesuai dengan yang ada tertulis tentang dia’ dan ‘seperti yang telah ditetapkan’! Saya sangat ingin tahu bagaimana orang Arminian ini menafsirkan ayat-ayat itu, khususnya Luk 22:22, tetapi ternyata dia tidak berkomentar apa-apa! Tetapi penafsir Arminian yang lain, yaitu Lenski, memberikan komentar tentang hal ini.
Lenski (tentang Luk 22:22): “‘Because the Son of man goes according to what has been determined.’ Acts 2:23. This thing did not happen merely by chance; nor was Jesus the prey of Judas who was helpless in the hands of the traitor. He who is man and yet more than man (see 5:24) goes (to his death) according to God’s own determination. The idea is not that God determined the betrayal by Judas - that was the traitor’s own act; God determined that his Son should not deliver himself from that betrayal (Matt. 26:54) because God desired our salvation through the sacrifice of his Son. ‘Nevertheless,’ although Jesus was to die thus, ‘woe to that man through whom he is being betrayed!’ Luke does not add that it were better if he had never been born, Matt. 26:24. Judas is fully responsible for what he is doing.” [= ‘Karena Anak Manusia pergi sesuai dengan apa yang telah ditentukan’. Kis 2:23. Hal ini tidak terjadi semata-mata karena kebetulan; juga bukan bahwa Yesus adalah mangsa dari Yudas, yang tak punya pengharapan dalam tangan dari sang pengkhianat. Ia yang adalah manusia tetapi lebih dari manusia (lihat 5:24) pergi (pada kematianNya) sesuai dengan penentuan Allah sendiri. Gagasannya bukanlah bahwa Allah menentukan pengkhianatan oleh Yudas - itu adalah tindakan si pengkhianat sendiri; Allah menentukan bahwa AnakNya tidak boleh membebaskan diriNya sendiri dari pengkhianatan itu (Mat 26:54) karena Allah menginginkan keselamatan kita melalui pengorbanan AnakNya. ‘Sekalipun demikian’, sekalipun Yesus harus mati seperti itu, ‘celakalah orang melalui siapa ia dikhianati!’ Lukas tidak menambahkan bahwa adalah lebih baik seandainya ia tidak pernah dilahirkan’, Mat 26:24. Yudas bertanggung jawab sepenuhnya untuk apa yang sedang ia lakukan.].
Kisah Para Rasul 2:23 - “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.”.
Lukas 5:24 - “Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa’ - berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu -: ‘Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!’”.
Matius 26:54 - “Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?’”.
Catatan: ini tafsiran konyol dan terang-terangan membengkokkan ayat! Bagaimana mungkin setelah mengutip Kis 2:23, orang Arminian ini tahu-tahu bisa mengatakan bahwa pengkhianatan Yudas tidak ditentukan oleh Allah, dan yang ditentukan Allah hanya bahwa Yesus tidak membebaskan diriNya sendiri???
Calvin (tentang Mat 26:24): “I am aware of the manner in which some commentators endeavor to avoid this rock. They acknowledge that what had been written was accomplished through the agency of Judas, because God testified by predictions what He foreknew. By way of softening the doctrine, which appears to them to be somewhat harsh, they substitute the foreknowledge of God in place of the decree, as if God merely beheld from a distance future events, and did not arrange them according to his pleasure. But very differently does the Spirit settle this question; for not only does he assign as the reason why Christ was delivered up, that ‘it was so written,’ but also that it was so ‘determined.’ For where Matthew and Mark quote Scripture, Luke leads us direct to the heavenly decree, saying, ‘according to what was determined;’ as also in the Acts of the Apostles, he shows that Christ ‘was delivered’ not only ‘by the foreknowledge,’ but likewise by the fixed purpose of God, (Acts 2:25) and a little afterwards, that ‘Herod and Pilate,’ with other wicked men, ‘did those things which had been foreordained by the hand and purpose of God,’ (Acts 4:27, 28.) Hence it is evident that it is but an ignorant subterfuge which is employed by those who betake themselves to bare foreknowledge.” [= Saya menyadari tentang cara dengan mana sebagian penafsir berusaha untuk menghindari batu karang ini. Mereka mengakui bahwa apa yang telah ditulis dicapai melalui ke-agen-an Yudas, karena Allah menyaksikan oleh ramalan / nubuat apa yang telah Ia ketahui sebelumnya. Dengan cara melunakkan doktrin ini, yang terlihat bagi mereka agak keras / tajam, mereka menggantikan ‘pengetahuan lebih dulu dari Allah’ di tempat dari ‘ketetapan’, seakan-akan Allah hanya melihat dari jauh kejadian-kejadian yang akan datang, dan tidak mengatur mereka sesuai kesenanganNya. Tetapi Roh membereskan / menjawab pertanyaan ini dengan cara yang sangat berbeda; karena Ia memberikan sebagai alasan mengapa Kristus diserahkan, bukan hanya bahwa ‘ada tertulis’, tetapi juga bahwa itu ‘ditentukan’. Karena dimana Matius dan Markus mengutip Kitab Suci, Lukas membimbing kita langsung pada ketetapan surgawi, dengan mengatakan ‘seperti yang telah ditetapkan’; seperti juga dalam Kisah Para Rasul, ia menunjukkan bahwa Kristus ‘diserahkan’ bukan hanya ‘oleh pengetahuan lebih dulu’, tetapi juga ‘oleh rencana yang tetap dari Allah’ (Kis 2:25) dan setelah itu, bahwa ‘Herodes dan Pilatus’, dengan orang-orang jahat yang lain ‘melaksanakan hal-hal yang telah ditentukan lebih dulu oleh tangan / kuasa dan rencana Allah’ (Kis 4:27-28.) Karena itu adalah jelas bahwa itu hanya merupakan dalih / alasan yang bodoh yang digunakan oleh mereka yang menyerahkan diri mereka pada semata-mata pengetahuan lebih dulu.].
Catatan: Kis 2:25 seharusnya adalah Kis 2:23.
Kis 2:23 - “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.”.
Kis 4:27-28 - “(27) Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang kudus, yang Engkau urapi, (28) untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu.”.
Barnes’ Notes (tentang Matius 26:24): “‘As it is written of him.’ That is, as it is ‘written’ or prophesied of him in the Old Testament. ... Luke (Luke 22:22) says, ‘as it was determined.’ In the Greek, as it was ‘marked out by a boundary’ - that is, in the divine purpose. It was the previous INTENTION of God to give him up to die for sin, or it could not have been certainly predicted. It is also declared to have been by his ‘determinate counsel and foreknowledge.’ See the notes at Acts 2:23.” [= ‘Seperti yang ada tertulis tentang Dia’. Yaitu, seperti yang dituliskan atau dinubuatkan tentang dia dalam Perjanjian Lama. ... Lukas (Luk 22:22) mengatakan, ‘seperti yang telah ditentukan’. Dalam bahasa Yunani, seperti itu ‘ditandai dengan suatu batasan’ - yaitu, dalam rencana ilahi. Merupakan maksud Allah sebelumnya untuk menyerahkan Dia untuk mati untuk dosa, atau itu tidak bisa telah diramalkan dengan pasti. Itu juga dinyatakan oleh ‘rencana dan pra pengetahuan yang tertentu / tetap’. Lihat catatan pada Kis 2:23.].
Barnes’ Notes (tentang Kis 2:23): “‘Foreknowledge.’ This word denotes ‘the seeing beforehand of an event yet to take place.’ It implies: 1. Omniscience; and, 2. That the event is fixed and certain. To foresee a contingent event, that is, to foresee that an event will take place when it may or may not take place, is an absurdity. Foreknowledge, therefore, implies that for some reason the event will certainly take place. What that reason is, the word itself does not determine. As, however, God is represented in the Scriptures as purposing or determining future events; as they could not be foreseen by him unless he had so determined, so the word sometimes is used in the sense of determining beforehand, or as synonymous with decreeing, Rom 8:29; 11:2.” [= ‘Pra pengetahuan’. Kata ini berarti ‘melihat sebelumnya tentang suatu peristiwa yang akan terjadi’. Itu secara implicit menunjukkan: 1. Kemahatahuan; dan, 2. Bahwa peristiwa itu tertentu dan pasti. Melihat lebih dulu suatu peristiwa yang tidak pasti, yaitu, melihat lebih dulu bahwa suatu peristiwa akan terjadi pada saat itu bisa terjadi atau bisa tidak terjadi, merupakan sesuatu yang konyol / menggelikan. Karena itu pra pengetahuan secara implicit menunjukkan bahwa untuk alasan tertentu peristiwa itu pasti akan terjadi. Apa alasan itu, kata itu sendiri tidak menentukan. Tetapi karena Allah digambarkan dalam Kitab Suci sebagai merencanakan dan menentukan peristiwa-peristiwa yang akan datang; karena peristiwa-peristiwa itu tidak bisa dilihat lebih dulu oleh Dia kecuali Ia telah menentukannya demikian, maka kata itu kadang-kadang digunakan dalam arti dari menentukan lebih dulu, atau sebagai sinonim dengan menetapkan, Ro 8:29; 11:2.].
Roma 8:29 - “Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.”.
KJV: ‘whom he did foreknow’ [= yang Ia ketahui lebih dulu].
RSV/NIV/NASB mirip dengan KJV.
Roma 11:2 - “Allah tidak menolak umatNya yang dipilihNya. Ataukah kamu tidak tahu, apa yang dikatakan Kitab Suci tentang Elia, waktu ia mengadukan Israel kepada Allah:”.
KJV: ‘which he foreknew’ [= yang Ia ketahui lebih dulu].
RSV/NIV/NASB mirip dengan KJV.
2. Kata ‘celakalah’ dalam ayat-ayat ini menunjukkan bahwa sekalipun dosa Yudas Iskariot sudah dinubuatkan, bahkan sudah ditetapkan oleh Tuhan, tetapi tanggung jawab dari orang itu tak berkurang sedikitpun.
Matthew Henry (tentang Matius 26:24): “though God can serve his own purposes by the sins of men, that doth not make the sinner’s condition the less woeful; It had been good for that man, if he had not been born.” [= sekalipun Allah bisa memajukan rencanaNya sendiri oleh dosa-dosa manusia, itu tidak membuat kondisi orang berdosa berkurang celakanya; Adalah lebih baik bagi orang itu seandainya ia tidak dilahirkan.].
C. H. Spurgeon (tentang Matius 26:24): “We learn from our Lord’s words that divine decrees do not deprive a sinful action of its guilt: ‘The Son of man goeth as it is written of him: but woe unto that man by whom the Son of man is betrayed.’ His criminality is just as great as though there had been no ‘determinate counsel and foreknowledge of God.’” [= Kita belajar dari kata-kata Tuhan kita bahwa ketetapan-ketetapan ilahi tidak mencabut / membuang kesalahan dari suatu tindakan berdosa: ‘Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan’. Kekriminalannya sama besarnya seandainya di sana tidak ada ‘rencana yang ditentukan dan pra pengetahuan dari Allah’.] - ‘THE GOSPEL ACCORDING TO MATTHEW’ (Libronix).
Pulpit Commentary (tentang Markus 14:21): “It was foreordained by God that he was to suffer as a victim for the sins of the whole world. But this predestined purpose of God did not make the guilt any the less of those who brought the Savior to his cross.” [= Telah ditentukan lebih dulu oleh Allah bahwa Ia harus menderita sebagai suatu korban untuk dosa-dosa dari seluruh dunia. Tetapi rencana Allah yang ditentukan ini tidak membuat kesalahan berkurang apapun dari mereka yang membawa sang Juruselamat pada salibNya.].
Calvin (tentang Mat 26:24): “And yet Christ does not affirm that Judas was freed from blame, on the ground that he did nothing but what God had appointed. For though God, by his righteous judgment, appointed for the price of our redemption the death of his Son, yet nevertheless, Judas, in betraying Christ, brought upon himself righteous condemnation, because he was full of treachery and avarice. In short, God’s determination that the world should be redeemed, does not at all interfere with Judas being a wicked traitor. Hence we perceive, that though men can do nothing but what God has appointed, still this does not free them from condemnation, when they are led by a wicked desire to sin. For though God directs them, by an unseen bridle, to an end which is unknown to them, nothing is farther from their intention than to obey his decrees. Those two principles, no doubt, appear to human reason to be inconsistent with each other, that God regulates the affairs of men by his Providence in such a manner, that nothing is done but by his will and command, and yet he damns the reprobate, by whom he has carried into execution what he intended. But we see how Christ, in this passage, reconciles both, by pronouncing a curse on Judas, though what he contrived against God had been appointed by God; not that Judas’s act of betraying ought strictly to be called the work of God, but because God turned the treachery of Judas so as to accomplish His own purpose.” [= Tetapi Kristus tidak menegaskan bahwa Yudas bebas dari kesalahan, karena ia hanya melakukan apa yang telah Allah tetapkan. Karena sekalipun Allah, oleh penghakimanNya yang benar, menetapkan sebagai harga penebusan kita kematian dari AnakNya, tetapi sekalipun demikian, Yudas, dalam mengkhianati Kristus, membawa kepada dirinya sendiri penghukuman yang benar, karena ia penuh dengan pengkhianatan dan ketamakan. Singkatnya, penentuan Allah bahwa dunia harus ditebus, sama sekali tidak mencampuri keberadaan Yudas sebagai seorang pengkhianat yang jahat. Karena itu kita memahami bahwa sekalipun manusia tidak bisa melakukan apapun kecuali apa yang telah Allah tetapkan, hal ini tetap tidak membebaskan manusia dari penghukuman, pada waktu mereka dibimbing pada dosa oleh suatu keinginan yang jahat. Karena sekalipun Allah mengarahkan mereka, oleh suatu kekang yang tak terlihat, pada suatu tujuan yang tidak mereka ketahui, mereka sama sekali tidak bermaksud untuk mentaati ketetapan-ketetapanNya. Tidak diragukan bahwa dua prinsip itu terlihat bagi akal manusia sebagai tidak konsisten satu dengan yang lain, bahwa Allah mengatur urusan-urusan / perkara-perkara manusia oleh ProvidensiaNya dengan cara sedemikian rupa, sehingga tidak ada yang terjadi kecuali oleh kehendak dan perintahNya, tetapi Ia menyalahkan / menghukum orang-orang jahat, oleh siapa Ia melaksanakan apa yang Ia maksudkan. Tetapi kita melihat bagaimana Kristus, dalam text ini, memperdamaikan keduanya, dengan mengumumkan suatu kutukan pada Yudas, sekalipun apa yang ia buat / rencanakan terhadap Allah telah ditetapkan oleh Allah; bukan bahwa tindakan pengkhianatan Yudas secara ketat harus disebut sebagai pekerjaan Allah, tetapi karena Allah membelokkan pengkhianatan Yudas supaya mencapai tujuan / rencanaNya sendiri.].
Barnes’ Notes (tentang Mat 26:24): “This punishment of Judas proves, also, that sinners cannot take shelter for their sins in the decrees of God, or plead them as an excuse. God will punish crimes for what they ‘are in themselves.’ His own deep and inscrutable purposes in regard to human actions will not change ‘the nature’ of those actions, or screen the sinner from the punishment which he deserves.” [= Hukuman Yudas ini juga membuktikan bahwa orang-orang berdosa tidak bisa berlindung dari dosa-dosa mereka dalam ketetapan-ketetapan ilahi Allah, atau menggunakan mereka sebagai suatu alasan. Allah akan menghukum kejahatan-kejahatan untuk apa adanya mereka dalam diri mereka sendiri. Rencana-rencanaNya sendiri yang dalam dan tak dimengerti berkenaan dengan tindakan-tindakan manusia, tidak mengubah ‘sifat dasar’ dari tindakan-tindakan itu, atau melindungi orang berdosa dari hukuman yang layak ia dapatkan.].
William Hendriksen (tentang Mat 26:24): “nowhere in Scripture does predestination and prophecy cancel human responsibility. So also here: the expression ‘Woe to that man by whom the Son of man is betrayed’ fully maintains the guilt and establishes the doom of the traitor. Not to have been born would have been better for such a man. But he was born, and is in the process of committing the gruesome deed. Therefore the entire statement, ‘It would have been better for that man if he had not been born’ is an expression of unreality - a situation that can be changed only if Judas, who remains fully responsible, still repents. We know that he did not repent. Hence he faces everlasting damnation (25:46).” [= tak ada dimanapun dalam Kitab Suci dimana predestinasi dan nubuat membatalkan tanggung jawab manusia. Demikian juga di sini: ungkapan ‘Celakalah orang yang olehnya Anak Manusia diserahkan’ secara penuh mempertahankan kesalahan dan menentukan nasib dari sang pengkhianat. ‘Tidak dilahirkan’ akan lebih baik untuk orang seperti itu. Karena itu, seluruh pernyataan ‘Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan’ merupakan suatu ungkapan yang tidak nyata - suatu situasi yang bisa berubah hanya jika Yudas, yang tetap bertanggung-jawab sepenuhnya, tetap bertobat. Kita tahu bahwa ia tidak bertobat. Karena itu, Yudas menghadapi kutukan / hukuman kekal (25:46).].
Matius 25:46 - “Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.
A. T. Robertson (tentang Yohanes 13:18): “‘That the scripture might be fulfilled.’ ... This treachery of Judas was according to the eternal counsels of God ..., but none the less Judas is responsible for his guilt.” [= ‘Supaya Kitab Suci bisa digenapi’. ... Pengkhianatan Yudas ini sesuai dengan rencana kekal Allah ..., tetapi bagaimanapun Yudas bertanggung jawab untuk kesalahannya.].
3. Ini menunjukkan bahwa ajaran-ajaran di bawah ini merupakan ajaran-ajaran yang salah.
a. Ajaran tentang ‘annihilation’ [= pemusnahan].
b. Ajaran tentang ‘hukuman sementara’ di neraka.
c. Universalisme [= ajaran yang mengatakan bahwa akhirnya semua orang akan masuk surga].
dan sekaligus membuktikan bahwa Yudas masuk neraka, yang merupakan hukuman KEKAL!
Adam Clarke (tentang Mat 26:24): “‘It had been good for that man.’ Can this be said of any sinner, in the common sense in which it is understood, if there be any redemption from hell’s torments? If a sinner should suffer millions of millions of years in them, and get out at last to the enjoyment of heaven, then it was well for him that he had been born, for still he has an eternity of blessedness before him. Can the doctrine of the non-eternity of hell’s torments stand in the presence of this saying? Or can the doctrine of the annihilation of the wicked consist with this declaration? It would have been well for that man if he had never been born! Then he must be in some state of conscious existence, as non-existence is said to be better than that state in which he is now found. It was common for the Jews to say of any flagrant transgressor, ‘It would have been better for him had he never been born.’” [= ‘Adalah lebih baik bagi orang itu’. Bisakah ini dikatakan tentang orang berdosa manapun, dalam akal sehat dalam mana itu dimengerti, jika di sana ada penebusan apapun dari siksaan-siksaan neraka? Seandainya seorang berdosa harus menderita berjuta-juta tahun dalam siksaan-siksaan itu, dan akhirnya keluar pada penikmatan surga, maka adalah lebih baik bagi dia bahwa ia telah dilahirkan, karena ia tetap mempunyai suatu kekekalan dari kebahagiaan / keadaan diberkati di hadapannya. Bisakah doktrin dari siksaan-siksaan neraka yang tidak kekal bertahan di depan perkataan ini? Atau bisakah doktrin pemusnahan orang jahat ada bersama dengan pernyataan ini? Adalah lebih baik bagi orang itu seandainya ia tidak dilahirkan! Maka ia harus / pasti berada dalam suatu keadaan dari keberadaan yang sadar, karena ‘tidak mempunyai keberadaan’ dikatakan sebagai lebih baik dari pada keadaan itu dalam mana ia sekarang ditemukan / didapati.].
Catatan: dalam komentarnya ini kelihatannya Adam Clarke menganggap bahwa kata-kata itu berarti ‘masuk neraka selama-lamanya’. Bagaimana ini bisa sesuai dengan komentarnya pada akhir dari Kis 1, yang sudah kita pelajari dalam pelakaran yang lalu, yang membuka peluang untuk selamat bagi Yudas Iskariot, merupakan sesuatu yang tidak bisa saya mengerti!
Ironside (tentang Matius 26:17-25): “‘It had been good for that man if he had not been born!’ These words destroy the vain hope of the universalist, for they tell us of one man at least for whom it had been better not to have lived. This could not be true if Judas were ever to be saved.” [= ‘Adalah lebih baik bagi orang itu seandainya ia tidak dilahirkan!’ Kata-kata ini menghancurkan pengharapan sia-sia dari orang-orang yang menganut pandangan Universalisme, karena kata-kata ini memberitahu kita tentang setidaknya satu orang, bagi siapa adalah lebih baik untuk tidak pernah hidup. Ini tidak bisa benar seandainya Yudas pernah diselamatkan.].
Barnes’ Notes (tentang Mat 26:24): “‘Woe unto that man ...’ The crime is great and awful, and he will be punished accordingly. He states the greatness of his misery or ‘woe’ in the phrase following. ‘It had been good ...’ That is, it would have been better for him if he had not been born; ... In relation to Judas, it PROVES the following things ... that his punishment would be ETERNAL. If there should be any period when the sufferings of Judas should end, and he be restored and raised to heaven, the blessings of that ‘happiness without end’ would infinitely overbalance all the sufferings he could endure in a limited time, and consequently it would NOT be true that it would have been better for him not to have been born. Existence, to him, would, on the whole, be an infinite blessing. This passage proves further that, in relation to ONE wicked man, the sufferings of hell will be eternal. If of one, then it is equally certain and proper that all the wicked will perish forever.” [= ‘Celakalah orang itu ...’ Kejahatannya besar dan mengerikan, dan ia akan dihukum sesuai dengan itu. Ia menyatakan kebesaran dari keadaan penderitaannya atau ‘celaka’ dalam ungkapan sebagai berikut. ‘Adalah lebih baik ...’ Artinya, adalah lebih baik baginya seandainya ia tidak dilahirkan; ... Berhubungan dengan Yudas, itu membuktikan hal-hal berikut ini ... bahwa penghukumannya akan KEKAL. Seandainya di sana ada suatu masa dimana penderitaan Yudas berhenti, dan ia dipulihkan dan diangkat ke surga, berkat-berkat dari ‘kebahagiaan tanpa akhir’ itu akan lebih besar secara tak terhingga dari semua penderitaan-penderitaan yang bisa ia tahan dalam suatu waktu yang terbatas, dan karena itu adalah TIDAK benar bahwa ‘adalah lebih baik baginya untuk tidak dilahirkan’. Keberadaan, bagi dia, secara keseluruhan, akan merupakan suatu berkat yang tak terhingga. Text ini membuktikan lebih jauh bahwa berhubungan dengan SATU orang jahat, penderitaan-penderitaan neraka bersifat kekal. Jika itu pasti dan benar tentang satu orang, maka secara sama pasti dan benar bahwa semua orang jahat akan binasa selama-lamanya.].
Pulpit Commentary (tentang Matius 26:24): “‘It had been good for that man if he had not been born;’ literally, ‘it were good for him if that man had not been born.’ Jesus says this, knowing what the fate of Judas would be in the other world. There is no hope here held out of alleviation or end of suffering, or of ultimate restoration. It is a rayless darkness of despair. Had there been any expectation of relief or of recovery of God’s favour, existence would be a blessing even to the worst of sinners; for they would have eternity still before them in which to enjoy their pardon and purification; and in such case it could not be said of them that it were better for them never to have been born.” [= ‘Adalah lebih baik bagi orang itu seandainya ia tidak dilahirkan’; secara hurufiah, ‘adalah baik bagi dia jika orang itu tidak dilahirkan’. Yesus mengatakan ini, dengan mengetahui apa yang akan menjadi nasib dari Yudas di dunia yang lain. Di sana tidak ada pengharapan yang diulurkan / ditawarkan di sini tentang pengurangan atau akhir dari penderitaan, atau tentang pemulihan akhir. Itu adalah suatu kegelapan pengharapan tanpa sinar. Seandainya di sana ada pengharapan apapun tentang pembebasan atau tentang pemulihan dari kebaikan Allah, keberadaan akan merupakan suatu berkat bahkan bagi orang-orang berdosa yang terburuk; karena mereka akan tetap mempunyai kekekalan di depan mereka dalam mana mereka menikmati pengampunan dan penyucian mereka; dan dalam kasus seperti itu tidak bisa dikatakan tentang mereka bahwa adalah lebih baik bagi mereka untuk tidak pernah dilahirkan.].
A. T. Robertson (tentang Mat 26:24): “There are some today who seek to palliate the crime of Judas. But Jesus here pronounces his terrible doom.” [= Ada orang-orang jaman ini yang berusaha untuk menutup-nutupi / meringankan kejahatan Yudas. Tetapi di sini Yesus mengumumkan nasibnya yang mengerikan.].
Wiersbe (tentang Yoh 13:21): “It is a dangerous thing to be a person like Judas. In Mark 14:21 Jesus said, ‘It were good for that man if he had never been born!’ Judas pretended to be a Christian; he played with sin; he put off salvation; and any person who does these things may end up wishing he or she had never been born. There are some mysteries surrounding Judas, but one thing is clear: Judas made a deliberate choice when he betrayed Christ. In John 6:66-71, Christ warned Judas and called him ‘a devil.’ Peter thought Judas was saved, for he said, ‘We believe!’ Jesus knew that Judas had never believed and therefore was not saved.” [= Merupakan sesuatu yang berbahaya untuk menjadi seorang pribadi seperti Yudas. Dalam Markus 14:21 Yesus berkata, ‘Adalah lebih baik bagi orang itu seandainya ia tidak dilahirkan!’ Yudas berpura-pura menjadi seorang Kristen; ia bermain-main dengan dosa; ia menunda keselamatan; dan siapapun yang melakukan hal-hal ini bisa berakhir dengan berharap bahwa ia tidak pernah dilahirkan. Di sana ada beberapa misteri mengelilingi Yudas, tetapi satu hal adalah jelas: Yudas membuat suatu pilihan sengaja pada waktu ia mengkhianati Kristus. Dalam Yoh 6:66-71, Kristus memperingati Yudas dan menyebutnya ‘Iblis / setan’. Petrus mengira Yudas sudah selamat, karena ia berkata, ‘Kami percaya!’ Yesus tahu bahwa Yudas tidak pernah percaya dan karena itu tidak selamat.].
Calvin (tentang Matius 26:24): “‘It had been good for that man.’ By this expression we are taught what a dreadful vengeance awaits the wicked, for whom ‘it would have been better that they had never been born.’” [= ‘Adalah baik bagi orang itu’. Dengan ungkapan ini kita diajar pembalasan mengerikan apa / yang bagaimana yang menunggu orang jahat, bagi siapa ‘adalah lebih baik seandainya mereka tidak pernah dilahirkan’.].
C. H. Spurgeon (tentang Mat 26:24): “‘It had been good for that man if he had not been born.’ The doom of Judas is worse than non-existence. To have consorted with Christ as he had done, and then to deliver him into the hands of his enemies, sealed the traitor’s eternal destiny.” [= ‘Adalah baik bagi orang itu seandainya ia tidak dilahirkan’. Nasib Yudas lebih buruk dari pada tidak mempunyai keberadaan. Telah berhubungan dengan Kristus seperti yang telah ia lakukan, dan lalu menyerahkan Dia ke dalam tangan musuh-musuhNya, memeteraikan nasib kekal sang pengkhianat.] - ‘THE GOSPEL ACCORDING TO MATTHEW’ (Libronix).
Ironside (tentang Kis 1:12-26): “Jesus said, ‘It had been good for that man if he had not been born.’ What does that mean? It means unending judgment to the utmost limits of eternity. If a time ever came when Judas repented, terrible though his crime, then it would have been a mercy that he had been born - but Jesus said, ‘It had been good for that man if he had not been born.’ For him there was only an absolutely hopeless eternity, as there is for all who reject the Lord Jesus Christ.” [= Yesus berkata, ‘Adalah baik bagi orang itu seandainya ia tidak dilahirkan’. Apa artinya itu? Itu berarti penghukuman tanpa akhir sampai batas terjauh dari kekekalan. Seandainya pernah datang suatu waktu pada waktu Yudas bertobat, sekalipun kejahatannya mengerikan, maka adalah suatu belas kasihan bahwa ia dilahirkan - tetapi Yesus berkata, ‘Adalah baik bagi orang itu seandainya ia tidak dilahirkan’. Bagi dia di sana hanya ada suatu kekekalan tanpa pengharapan, seperti di sana ada hal itu bagi semua orang yang menolak Tuhan Yesus Kristus.].
d) Kis 1:25 - “untuk menerima jabatan pelayanan, yaitu kerasulan yang ditinggalkan Yudas yang telah jatuh ke tempat yang wajar baginya.’”.
KJV: ‘That he may take part of this ministry and apostleship, from which Judas by transgression fell, that he might go to his own place.’ [= Supaya ia bisa mengambil BAGIAN dari pelayanan dan kerasulan ini, dari mana Yudas jatuh oleh pelanggaran, supaya ia bisa pergi ke tempatnya sendiri.].
RSV: “to take the place in this ministry and apostleship from which Judas turned aside, to go to his own place.’” [= untuk mengambil TEMPAT dalam pelayanan dan kerasulan ini dari mana Yudas menyimpang, untuk pergi ke tempatnya sendiri.’].
ASV: ‘to take the place in this ministry and apostleship from which Judas fell away, that he might go to his own place.’ [= untuk mengambil tempat dalam pelayanan dan kerasulan ini dari mana Yudas jatuh, supaya ia bisa pergi ke tempatnya sendiri.].
Berbeda dengan RSV/ASV yang menterjemahkan ‘place’ [= tempat], KJV/NKJV menterjemahkan ‘part’ [= bagian] karena KJV menterjemahkan dari manuscript yang berbeda.
Pulpit Commentary (tentang Kis 1:25): “If the reading ‘place,’ in the beginning of the verse, is adopted instead of the ‘part’ (κλῆρον) of the A.V., then there is a contrast between the blessed place of apostleship, which Judas forfeited, and that of traitorship, which he acquired.” [= Jika pembacaan ‘tempat’, pada awal dari ayat itu, diterima, dan bukannya ‘bagian’ (κλῆρον / KLEPON) dari A. V., maka di sana ada suatu kontras antara tempat yang diberkati dari kerasulan, yang Yudas tinggalkan, dan tempat dari pengkhianatan, yang ia dapatkan.].
Ada bermacam-macam penafsiran tentang ayat ini, tetapi kebanyakan menganggap bahwa kata-kata ‘tempatnya sendiri’ pada akhir Kis 1:25 menunjuk pada neraka.
BACA JUGA: NASIB YUDAS ISKARIOT SETELAH KEMATIANNYA
Adam Clarke (tentang Kis 1:25): “This verse has been variously expounded: 1. Some suppose that the words, that he might go to his own place, are spoken of Judas, and his punishment in hell which they say must be the own place of such a person as Judas. 2. Others refer them to the purchase of the field, made by the thirty pieces of silver for which he had sold our Lord. So he abandoned the ministry and apostolate, that he might go to his own place, namely, that which he had purchased. 3. Others, with more seeming propriety, state that his own place means his own house, or former occupatian: he left this ministry and apostleship that he might resume his former employment in conjunction with his family, etc. This is primarily the meaning of it in Num 24:25: ‘And Balaam returned to HIS OWN PLACE,’ i.e. to his own country, friends, and employment. 4. Others think it simply means the state of the dead in general, independently of either rewards or punishments; as is probably meant by Eccl 3:20: ‘All go unto ONE PLACE: all are of the dust, and all turn to dust again.’ But, 5. Some of the best critics assert that the words (as before hinted) belong to Matthias - ‘his own place’ being the office to which he was about to be elected. Should any object, this could not be called ‘his own place,’ because he was not yet appointed to it, but hell might be properly called Judas’ own place, because, by treason and covetousness, he was fully prepared for that place of torment; it may be answered, that the own or proper place of a man is that for which he is eligible from being qualified for it, though he may not yet possess such a place: so Paul, ‘Every man shall receive HIS OWN reward.’ ton idion misthon, called there ‘his own,’ not from his having it already in possession, for that was not to take place until the resurrection of the just; but from his being qualified in this life for the state of glory in the other.” [= Ayat ini telah dijelaskan secara bermacam-macam: 1. Beberapa orang menganggap bahwa kata-kata, ‘supaya ia bisa pergi ke tempatnya sendiri’ dikatakan tentang Yudas, dan hukumannya di neraka yang mereka katakan harus adalah tempatnya sendiri dari orang seperti Yudas. 2. Orang-orang lain menghubungkan kata-kata ini dengan pembelian tanah, dibuat oleh 30 keping perak untuk mana ia telah menjual Tuhan kita. Demikianlah ia meninggalkan pelayanan dan jabatan rasul, supaya ia bisa pergi ke tempatnya sendiri, yaitu, tanah yang telah ia beli. 3. Orang-orang lain, dengan kelihatan lebih patut, menyatakan bahwa tempatnya sendiri berarti rumahnya sendiri, atau pekerjaan / kesibukan yang lalu: ia meninggalkan pelayanan dan kerasulan supaya ia bisa meneruskan pekerjaannya yang lalu bersama-sama dengan keluarganya, dst. Ini merupakan arti utama dari istilah itu dalam Bil 24:25: ‘Dan Bileam kembali pada tempatnya sendiri’, yaitu negaranya, teman-teman dan pekerjaannya sendiri. 4. Orang-orang lain menganggapnya berarti sekedar keadaan dari orang mati secara umum, tak tergantung atau pada pahala atau hukuman; seperti yang mungkin dimaksudkan oleh Pkh 3:20: ‘Semua pergi kepada satu tempat: semua adalah dari debu, dan semua kembali pada debu lagi’. Tetapi, 5. Beberapa dari penafsir yang terbaik menegaskan bahwa kata-kata (seperti sebelumnya diisyaratkan) cocok untuk Matias - ‘tempatnya sendiri’ adalah jabatan pada mana ia akan dipilih. Kalau ada orang keberatan bahwa ini tidak bisa disebut ‘tempatnya sendiri’, karena ia belum ditetapkan pada jabatan itu, tetapi neraka bisa secara benar / tepat disebut ‘tempat Yudas sendiri’, karena oleh pengkhianatan dan ketamakan, ia siap sepenuhnya untuk tempat siksaan itu; bisa dijawab, bahwa tempat sendiri atau tempat yang benar / tepat dari seseorang adalah tempat untuk mana ia memenuhi syarat untuknya, sekalipun ia bisa belum memiliki tempat seperti itu: demikianlah Paulus, ‘Setiap orang akan menerima pahalaNYA SENDIRI’ TON IDION MISTHON, disebut di sini ‘miliknya sendiri’, bukan karena ia sudah memilikinya, karena itu tidak akan terjadi sampai kebangkitan orang-orang benar; tetapi karena ia memenuhi syarat dalam hidup ini untuk keadaan kemuliaan dalam kehidupan yang lain.].
Catatan:
1. Tentang Bil 24:25, pengalimatannya berbeda dengan Kis 1:25.
Bilangan 24:25 - “Lalu bersiaplah Bileam dan pulang ke tempat kediamannya; dan Balakpun pergilah juga.”.
KJV: ‘And Balaam rose up, and went and returned to his place: and Balak also went his way.’ [= Dan Bileam bangkit, dan pergi dan kembali ke tempatnya: dan Balak juga pergi ke jalannya].
Beda Bil 24:25 ini dengan Kis 1:25.
a. Ada 2 kata kerja dalam Bil 24:25, yaitu ‘went’ / pergi dan ‘return’ / kembali.
b. Tak ada kata ‘own’ / ‘sendiri’ dalam Bilangan 24:25.
c. Adanya kata-kata ‘dan Balakpun pergilah juga’ pada akhir dari Bil 24:25. Kata-kata ini kelihatannya mempunyai arti hurufiah, sehingga bagian awal dari ayat ini (tentang Bileam) juga harus diartikan secara hurufiah.
2. Pkh 3:20 - “Kedua-duanya menuju satu tempat; kedua-duanya terjadi dari debu dan kedua-duanya kembali kepada debu.”.
Ini juga jelas merupakan ayat dengan pengalimatan yang berbeda, bahkan dengan istilah yang berbeda (‘satu tempat’ vs ‘tempatnya sendiri’).
3. Kata-kata Paulus itu ia ambil dari 1Korintus 3:8 - “Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri.”.
KJV: ‘every man shall receive his own reward according to his own labour.’ [= setiap orang akan menerima upahnya sesuai dengan jerih payahnya sendiri.].
Penggunaan ayat ini sama sekali tak cocok, karena Kis 1:25 itu ada dalam bentuk lampau, sedangkan yang di sini ada dalam bentuk future / yang akan datang.
J. A. Alexander (tentang Kis 1:25): “Various efforts have been made to escape from the obvious but fearful sense of these words. Some refer them, not to Judas, but to the new apostle, who was chosen ‘to go into his own place,’ a most superfluous addition, and still more so if we understand by ‘own place’ that which Judas had left vacant. Who is ever chosen to supply his own place, or to fill the own place of his predecessor? Both these constructions are objectionable also on account of the harsh syntax which they both assume, and the unusual sense put upon the Greek verb (πορευθῆναι), which does not mean simply ‘to go,’ but ‘to go away,’ ‘depart,’ or ‘journey.’ (See above, on v. 10, where it is applied to Christ’s ascension.) Another explanatiom grants the reference to Judas, but by ‘his own place’ understands his house, his field, his new associates, or the scene of his self-murder. All these are ingenious but unnatural expedients to avoid the plain sense of the words, as substantially synonymous with what is elsewhere called ‘the place of torment’ (Luke 16,28). ... The essential idea may be that of fitness and condignity, including, in the case before us, by a sort of fearful irony, a contrast or antithesis between the place, of which Judas had proved so unworthy, and the place for which he had exchanged it, and which suited him exactly.” [= Bermacam-macam usaha telah dibuat untuk lolos dari arti yang jelas tetapi mengerikan dari kata-kata ini. Sebagian orang mengarahkan kata-kata ini, bukan kepada Yudas, tetapi kepada rasul yang baru, yang dipilih ‘untuk pergi ke tempatnya sendiri’, suatu tambahan yang sangat berlebihan, dan bahkan lebih lagi jika kita mengerti dengan ‘tempatnya sendiri’ adalah tempat yang Yudas tinggalkan kosong. Siapa yang pernah dipilih untuk menyuplai tempatnya sendiri, atau untuk mengisi tempat pendahulunya sendiri? Kedua konstruksi ini tidak bisa disetujui juga karena syntax / ilmu kalimat yang kasar yang diambil oleh keduanya, dan arti yang tidak biasa diberikan pada kata kerja Yunani (πορευθῆναι / POREUTHENAI), yang tidak sekedar berarti ‘pergi’, tetapi ‘berangkat’, ‘meninggalkan’, atau ‘bepergian’ (lihat di atas, tentang / pada ay 10, dimana kata itu diterapkan pada kenaikan Kristus ke surga). Penjelasan yang lain menyetujui hubungan dengan Yudas, tetapi menafsirkan ‘tempatnya sendiri’ sebagai rumahnya, tanahnya, teman-temannya yang baru, atau tempat dimana ia bunuh diri. Semua ini adalah jalan / cara yang banyak akal / cerdik tetapi tidak wajar, untuk menghindari arti yang jelas dari kata-kata ini, sebagai pada pokoknya sinonim dengan apa yang di tempat lain disebut ‘tempat penyiksaan’ (Luk 16:28). ... Gagasan yang hakiki bisa adalah tentang kecocokan dan kepantasan, termasuk dalam kasus di depan kita, oleh sejenis irony yang menakutkan, suatu kontras atau lawan antara tempat, tentang mana Yudas telah membuktikan begitu tidak layak, dan tempat untuk mana ia telah menukarnya, dan yang cocok persis dengannya.].
Barnes’ Notes (tentang Kis 1:25): “The obvious and natural meaning of the phrase is to refer it to Judas. But those who suppose that it refers to Judas differ greatly about its meaning. Some suppose that it refers to his own house, and that the meaning is, that he left the apostolic office to return to his own house; and they appeal to Num 24:25. But it is not true that Judas did this; nor is there the least proof that it was his design. Others refer it to the grave, as the place of man, where all must lie; and particularly as an ignominious place where it was proper that a traitor like Judas should lie. But there is no example where the word ‘place’ is used in this sense, nor is there an instance where a man, by being buried, is said to return to his own or proper place. Others have supposed that the manner of his death by hanging is referred to as his own or his proper place. But this interpretation is evidently an unnatural and forced one. The word ‘place’ cannot be applied to an act of self-murder. It denotes ‘habitation, abode, situation in which to remain’; not an act. These are the only interpretations of the passage which can be suggested, except the common one of referring it to the abode of Judas in the world of woe. This might be said to be his own, as he had prepared himself for it, and as it was proper that he who betrayed his Lord should dwell there. ... Judas was not in a place which befitted his character when he was an apostle; he was not in such a place in the church; he would not be in heaven. Hell was the only place which was suited to the man of avarice and of treason.” [= Arti yang jelas dan wajar / alamiah dari ungkapan ini menunjuk kepada Yudas. Tetapi mereka yang menganggap bahwa itu menunjuk kepada Yudas sangat berbeda tentang artinya. Beberapa menganggap bahwa itu menunjuk pada rumahnya sendiri, dan bahwa artinya adalah, bahwa ia meninggalkan jabatan rasuli untuk kembali ke rumahnya sendiri; dan mereka menggunakan Bil 24:25. Tetapi adalah tidak benar bahwa Yudas melakukan hal ini; juga di sana tidak ada bukti yang terkecil bahwa itu adalah rancangannya. Orang-orang lain menghubungkannya dengan kuburan, sebagai tempat dari manusia, dimana semua harus berbaring / terletak; dan secara khusus sebagai suatu tempat yang hina / rendah dimana adalah tepat bahwa seorang pengkhianat seperti Yudas harus berbaring / terletak. Tetapi tidak ada contoh dimana kata ‘tempat’ digunakan dalam arti ini, juga di sana tak ada suatu contoh / kejadian dimana seorang manusia, dengan dikubur, dikatakan kembali ke tempatnya sendiri atau tempat yang tepat. Orang-orang lain telah menganggap bahwa cara kematiannya dengan gantung ditunjuk sebagai tempatnya sendiri atau tempat yang tepat. Tetapi penafsiran ini jelas merupakan suatu penafsiran yang tidak wajar / alamiah dan dipaksakan. Kata ‘tempat’ tidak bisa diterapkan pada suatu tindakan bunuh diri. Itu menunjuk ‘habitat, tempat tinggal, situasi dalam mana untuk tinggal’; bukan suatu tindakan. Hanya ini penafsiran-penafsiran tentang text itu yang bisa diusulkan, kecuali penafsiran yang umum yang menunjuk pada tempat tinggal Yudas di dunia penderitaan. Ini bisa dikatakan sebagai miliknya, karena ia telah mempersiapkan dirinya sendiri untuk itu, dan karena adalah tepat / benar bahwa ia yang mengkhianati Tuhannya harus tinggal di sana. ... Yudas tidak berada di tempat yang cocok dengan karakternya ketika ia adalah seorang rasul; ia tidak berada di tempat seperti itu dalam gereja; ia tidak akan ada di surga. Neraka adalah satu-satunya tempat yang cocok dengan orang dari ketamakan dan dari pengkhianatan.].
Lenski (tentang Kis 1:25): “Judas passed out of it to go to what is significantly called ‘his own place.’ The two words ‘place’ are in contrast; but this means that, since the first does not denote a locality but, as the genitives show, an office, no stress should be laid on the second as being a locality although in Luke 16:28 we have ‘place of torment.’ The fact that Gehenna or hell is referred to is beyond question. Somehow even those who otherwise speak about an intermediate place, a Totenreich, ‘a realm of the dead,’ unanimously state that Judas went to hell. ‘His own’ place means, of course, the one and only one befitting him. The view that this refers to the burial place his money bought is scarcely worth noticing. ‘To go’ to his own place, an aorist, means that he arrived there, and this verb conveys the idea that he went of his own volition. He, too, made a choice: the high and holy place of his office he passed up and elected to go to this other place in spite of all the efforts on the part of Jesus to stop him.” [= Yudas mati untuk pergi pada apa yang secara penting disebut ‘tempatnya sendiri’. Kedua kata ‘tempat’ ada dalam kontras / pertentangan; tetapi ini berarti bahwa, karena yang pertama tidak menunjukkan suatu lokalitas tetapi, seperti genitif-nya menunjukkan, suatu jabatan, tak ada penekanan harus diletakkan pada yang kedua sebagai suatu lokalitas sekalipun dalam Luk 16:28 kita mempunyai ‘tempat siksaan’. Fakta bahwa Gehenna atau neraka yang ditunjukkan tidak ditanyakan / dipersoalkan. Entah bagaimana, bahkan mereka yang dalam keadaan yang lain berbicara tentang suatu tempat perantara, ‘a Totenreich’, ‘suatu alam orang mati’, dengan suara bulat menyatakan bahwa Yudas pergi ke neraka. Tempat‘nya sendiri’ tentu saja berarti, satu-satunya tempat yang cocok baginya. Pandangan bahwa ini menunjuk pada tempat penguburan yang dibeli uangnya hampir tak layak diperhatikan. ‘Pergi’ ke tempatnya sendiri, suatu bentuk lampau (past tense), berarti bahwa ia telah tiba di sana, dan kata kerja ini menyampaikan gagasan bahwa ia pergi atas kemauannya sendiri. Ia, juga, membuat suatu pilihan: tempat tinggi dan kudus dari jabatannya ia lewatkan / buang dan memilih untuk pergi ke tempat lain ini sekalipun semua usaha di pihak Yesus untuk menghentikan dia.].
Lukas 16:28 - “sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini.”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘this place of torment’ [= tempat siksaan ini].
Tanggapan saya:
1. Saya tak setuju dengan kata-kata Lenski yang mengatakan bahwa karena kata ‘tempat’ yang pertama tidak menunjuk pada suatu lokalitas, maka kata ‘tempat’ yang kedua juga tak boleh ditekankan sebagai suatu lokalitas. Bisa saja penggunaan 2 x kata ‘tempat’ merupakan suatu permainan kata, dan kata ‘tempat’ yang kedua tetap menekankan lokalitas.
2. Menurut saya merupakan sesuatu yang menarik pada waktu Lenski mengatakan bahwa kata ‘pergi’ ada dalam aorist tense / past tense, yang menunjukkan bahwa ia telah tiba di sana. Ini menunjukkan bahwa orang yang tidak percaya langsung masuk neraka begitu mereka mati (tak ada tempat penantian)!
3. Tetapi pada waktu Lenski mengatakan kata ‘pergi’ menunjukkan pilihan, bagi saya itu adalah suatu omong kosong! Kalau mau dikatakan ‘memilih’ maka pilihan itu dibuat pada saat hidup, bukan pada saat mati. Pada saat seseorang mati tanpa Kristus, tak ada pilihan baginya selain mentaati perintah untuk ‘enyah’ dari hadapan Tuhan dan pergi ke neraka!
Pulpit Commentary (tentang Matius 25:31-46): “Those who refused to accept the invitation to ‘come’ will have to obey the order to ‘go’.” [= Mereka yang menolak untuk menerima undangan untuk ‘datang’ akan harus mentaati perintah untuk ‘pergi / enyah’.] - hal 507.
4. Kata-kata Lenski bahwa Yudas ‘memilih untuk pergi ke tempat lain ini sekalipun semua usaha di pihak Yesus untuk menghentikan dia’ merupakan suatu omong kosong, mengingat bahwa Yesus bahkan tidak berdoa untuk Yudas!
Bdk. Yohanes 17:9,20 - “(9) Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepadaKu, sebab mereka adalah milikMu ... (20) Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepadaKu oleh pemberitaan mereka;”.
Matthew Henry (tentang Kis 1:25): “... from which Judas by transgression fell, threw himself, by deserting and betraying his Master, from the place of an apostle, of which he was unworthy, that he might go to his own place, the place of a traitor, the fittest place for him, not only to the gibbet, but to hell - this was his own place. ... Dr. Whitby quotes Ignatius saying, There is appointed to every man idios topos - a proper place, which imports the same with that of God’s rendering to every man according to his works. And our Saviour had said that Judas’s own place should be such that it had been better for him that he had never been born (Matt 26:24) - his misery such as to be worse than not being. Judas had been a hypocrite, and hell is the proper place of such;” [= ... dari mana Yudas jatuh oleh pelanggaran, melemparkan dirinya sendiri, dengan meninggalkan dan mengkhianati Tuannya, dari tempat seorang rasul, tentang mana ia tidak layak, supaya ia bisa pergi ke tempatnya sendiri, tempat dari seorang pengkhianat, tempat yang paling cocok baginya, bukan hanya ke tiang gantungan, tetapi ke neraka - ini adalah tempatnya sendiri. ... Dr. Whitby mengutip Ignatius yang berkata, Di sana ditetapkan bagi setiap orang IDIOS TOPOS - suatu tempat yang tepat, yang memberi arti yang sama dengan Allah membalas setiap orang sesuai perbuatannya. Dan Juruselamat kita telah berkata bahwa tempat Yudas sendiri harus sedemikian rupa sehingga lebih baik baginya seandainya ia tidak pernah dilahirkan (Mat 26:24) - keadaan penderitaannya sedemikian rupa sehingga lebih buruk dari pada tidak ada. Yudas telah merupakan seorang munafik, dan neraka adalah tempat yang tepat dari orang-orang seperti itu;].
Pulpit Commentary (tentang Kis 1:25): “‘To his own place.’ An awful phrase, showing that every man has the place in eternity which he has made for himself in time.” [= ‘Ke tempatnya sendiri’. Suatu ungkapan yang mengerikan, yang menunjukkan bahwa setiap orang mempunyai tempat dalam kekekalan yang telah ia buat bagi dirinya sendiri dalam waktu.].
C. H. Spurgeon (tentang Matius 27:9-10): “The fate of Judas should be a solemn warning to all professing Christians, and especially to all ministers. He was one of the twelve apostles, yet he was a son of perdition, and in the end he went to his own place. Each of us has his own place, heaven or hell; which is it?” [= Nasib Yudas harus merupakan suatu peringatan yang khidmat bagi semua orang yang mengaku Kristen, dan khususnya bagi semua pelayan-pelayan / pendeta-pendeta. Ia adalah salah satu dari 12 rasul, tetapi ia adalah anak kehancuran / kebinasaan / neraka, dan pada akhirnya ia pergi ke tempatnya sendiri. Setiap kita mempunyai tempatnya sendiri, surga atau neraka; yang mana tempat kita?] - ‘THE GOSPEL ACCORDING TO MATTHEW’ (Libronix).YUDAS ISKARIOT MASUK NERAKA
-AMIN-