DAMAI SEJAHTERA DARI KRISTUS SANG RAJA DAMAI (KOLOSE 3:15a)

Pdt.Samuel T. Gunawan., M.Th.
DAMAI SEJAHTERA DARI KRISTUS SANG RAJA DAMAI (KOLOSE 3:15a)
DAMAI SEJAHTERA DARI KRISTUS SANG RAJA DAMAI (KOLOSE 3:15a). Kolose 3:15a dalam AITB berbunyi, “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu” . Ayat ini dalam dalam bahasa Yunani dapat diterjemahkan demikian, “Dan biarlah damai sejahtera Kristus hendaknya berkuasa dalam hatimu” (kai he eirene tou Christou brabeouto en tois kardiais). KJV menerjemahkan ayat ini demikian, “And let the peace of God rule in your hearts” (KJV) namun sayangnya NIV membuang kata “and” didepannya”, padahal teks Yunani memakai kunjungsi (kata penghubung) “kai” yang berarti “dan” untuk menghubungkan ayat ini dengan ayat-ayat sebelumnya. 

Pengantar:

Kata Yunani “eirene” yang diterjemahkan dengan “damai sejahtera” adalah padanan untuk kata Ibrani “shalom” memiliki arti yang luas sesuai konteksnya “selamat, damai, sejahtera, tentram, dan perdamaian”. Kata memerintah dalam ayat ini berasal dari kata kerja Yunani “brabeou” yang berarti “menguasai, mengarahkan, mengontrol”. Merupakan kata kerja bentuk orang ketiga tunggal dalam bentuk present aktif imnperatif (kalimat perintah aktif). 

Kata “brabeou” adalah kata yang dipakai untuk menunjuk pada juri atau wasit yang menentukan pemenangan dan memberikan hadiah dalam perlombaan atletik. Dengan demikian kata ini dipakai untuk menegaskan bahwa damai sejahtera Allah itulah yang kita ikuti dalam setiap keputusan hidup kita sebagai seorang pengikut Kristus. 

Damai sejahtera itu dikatakan memerintah hati (Kata Yunaninya “kardia” juga berarti “pusat”) kita. Mengapa ? Karena hati adalah pusat dari seluruh kepribadian manusia. Hati menurut Alkitab adalah inti rohani dari satu pribadi, pusat dari seluruh aktivitas; sumber yang darinya mengalir semua pengalaman mental dan spiritual, berpikir, merasakan, menghendaki, mempercayai, dan sebagainya (Bandingkan dengan Matius 15:18-19). 

Karena itu pemberian hidup baru menurut Alkitab adalah perubahan yang total yaitu perubahan mempengaruhi seluruh keberadaan kepribadian, yaitu pikiran, hati nurani, kehendak, emosi. Alkitab menyebutnya sebagai pemberian “hati yang baru” (Yehezkiel 36:26), hati yang diperintah oleh damai sejahtera Kristus sang Raja damai.

Faktanya, saat ini kita hidup di dunia yang sudah kacau dan rusak akibat dosa. Karena itu kedamaian adalah hal yang paling diinginkan semua orang lebih dari apapun. Segala cara ditempuh untuk memperoleh kedamaian pribadi, keluarga, negara. Manusia mencari kekayaan dan meteri, namun tidak menemukan kedamaian. Mereka mencari bantuan psikolog, konselor, motivator, dan diplomat supaya mendapatkan damai, tetapi bantuan tersebut bersifat sementara. Bahkan, atas nama perdamaian negara-negara di dunia menciptakan damai dengan nuklir, perang dan pertumpahan darah. Namun, kedamaian sejati tak kunjung datang, karena kedamaian sejati hanya bisa didapat sebagai anugerah dari Allah. 

Karena itu, pengharapan akan datangnya Mesias membawa zaman kedamaian sangat dinanti-nantikan. Kira-kira 2700 tahun yang silam nabi Yesaya meramalkan, “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai” (Yesaya 9:5). Sang Raja Damai yang diramalkan dalam ayat ini jelaslah menujuk kepada Kristus, penggenapan dari pengharapan ini.

Sebutan “Raja Damai (Prince of Peace)” dalam bahasa Ibrani adalah “Shar Shalom”, yang berarti “seseorang yang menghapus segala unsur yang mengganggu kedamaian; dan seseorang yang mengukuhkan kedamaian”. Semua pemerintahan yang ada di dunia, kekuasaannya sering bergantung pada kekerasan, perang dan pertumbahan darah. 

Tetapi, kekuasaan Kristus didasarkan pada pengorban darahNya sendiri serta berdasarkan keadilan dan kebenaran. Dalam Kristus damai sejahtera sudah datang (Lukas 1:79; 2:14). Pertama-tama, melalui kematianNya, Kristus telah mendamaikan manusia dengan Allah (Roma 5:1; Bandingkan Efesus 2:16-18; 2 Korintus 5:18-21). Inilah kebutuhan yang utama dan mendasar dari manusia berdosa, yaitu damai sejahtera dengan Allah. Selanjutnya, Kristus memberikan damai sejahtera dihati orang-orang yang percaya kepadaNya. 

Damai sejahtera yang diberikan Kristus ini adalah damai sejahtera yang bersifat kekal, tidak dapat dirampas dan tidak dipengaruhi oleh situasi apapun yang datang dari luar (Yohanes 14:27; Bandingkan Filipi 4:7; Matius 11:28-30). 

Damai sejahtera yang berasal dari Kristus itulah yang menurut rasul Paulus memerintah dalam hari orang percaya ketika ia mengatakan, “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu” (Kolose 3:15). Lebih lanjut lagi, akibat damai sejahtera ini, orang percaya bisa hidup damai satu dengan yang lainnya (Roma 12:18), karena sekarang ia adalah manusia baru (orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi Allah) yang memiliki karakter Kristus, seperti belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran” (Kolose 3:12-14). Karena itu, damai sejahtera itu harus aktif, dikembangkan dan dibagikan pada sesama (Efesus 4:3; Ibrani 12:14).


Implikasi dari kebenaran di atas ialah jika seseorang tidak merasakan damai sejahtera dalam hidupnya maka ada tiga alasannya:

Pertama, ia belum memiliki damai sejahtera yang sesungguhnya (Yohanes 14:27);

Kedua, ia belum mengalami kelahiran baru yang hanya dapat diterima dengan percaya kepada Kristus (Yohanes 3:3-5; 2 Korintus 5:17) karena damai sejahtera itu dikatakan adalah damai sejahtera milik Kristus (Kolose 3:15) bukan milik kita;

Ketiga, bila ia sudah diselamatkan tetapi tidak merasakan damai sejahtera bisa jadi ada dosa-dosa yang belum dibereskan (Yesaya 59:2) dan firman Tuhan kurang menguasai hatinya (Yeremia 29:11).

Penutup: 

Ringkasnya, Kristus Sang Raja Damai tidak hanya membawa damai sejahtera, tetapi juga memberikan damai sejahtera sejati kepada kita yang percaya kepadaNya (Markus 5:34; Lukas 7:50; Yohanes 14:27; 20:19,21,26). Selanjutnya kita adalah agen pembawa damai sejahtera di dunia ini (Lukas 10:5; Kisah Para Rasul 10:36), dengan membiarkan damai sejahtera Kristus menguasai hati dan kehidupan kita. Kita dituntut untuk menghilangkan segala kedengkian, amarah, dan dendam dari rumah tangga maupun gereja kita dan mengubahnya menjadi persekutuan kasih, sukacita dan damai (Efesus 4:3-6). 

Kita tidak hanya berusaha menjauhkan perselisihan, pertengkaran ataupun pertentangan, tetapi juga perlu hidup selaras dan harmonis sebagai sesama anggota tubuh Kristus (Roma 14:19; 1 Korintus 14:33). Kedamaian yang memancar dari persekutuan damai dampaknya pastilah tak terhingga, lebih lagi, kita dikenali sebagai anak-anak Allah apabila kita membawa damai dimanapun kita berada. Kristus berkata, “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Matius 5:9). 

Frase Yunani “Berbahagialah orang yang membawa damai” dalam ayat ini adalah “makarioi hoi eirenopoioi”. Kata “makarios” lebih tepat diterjemahkan “diberkatilah” dan “eirenopoios” lebih tepat diterjemahkan “yang mendamaikan”, sehingga terjemahan KJV dan NIV sudah tepat menerjemahkannya, “Blessed are the peacemakers (diberkatilah mereka yang mendamaikan)”. Alasannya “for they will be called sons of God (the children of God)”. DAMAI SEJAHTERA DARI KRISTUS SANG RAJA DAMAI (KOLOSE 3:15a).
Next Post Previous Post