MEMBANGUN KOMITMEN SEBAGAI SEORANG KRISTEN

Pdt.Samuel T. Gunawan,M.Th.
MEMBANGUN KOMITMEN SEBAGAI SEORANG KRISTEN
MEMBANGUN KOMITMEN SEBAGAI SEORANG KRISTEN. “Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya,

karena Ia tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu.

Lebih baik engkau tidak bernazar dari pada bernazar tetapi tidak menepatinya”

(Pengkhotbah 5:304).

ARTI KOMITMEN

Apakah arti komitmen? Mungkin sebagian dari kita ada yang mengerti dan dapat menjelaskan dengan baik; sementara mungkin sebagian lainnya bingung dan belum jelas apa artinya komitmen. Atau mungkin juga sebagian dari kita tidak tahu apa arti kata komitmen itu. W.J.S Poerwadarminta menyebutkan komitmen sebagai, “perjanjian untuk melakukan sesuatu; atau kesanggupan” (Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka: Jakarta, hal 608). 

Komitmen juga diartikan sebagai “kesepakatan atau kontrak antara dua pihak atau lebih untuk melaksanakan sesuatu secara bersama-sama”. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Baru, Pustaka Phoenix: Jakarta, hal 470). Jadi komitmen adalah suatu janji pada diri kita sendiri ataupun orang lain yang tercermin dalam tindakan kita, Dan, sekali kita berjanji, maka kita akan selalu mempertahankan janji itu sampai akhir.Setiap orang dari kecil sampai dewasa pastilah pernah membuat komitmen, meskipun terkadang komitmen itu seringkali tidak diucapkan dengan kata-kata.

KOMITMEN TERTINGGI ORANG KRISTEN

Pengertian Kristen disini adalah : (1) Orang yang sudah bertobat dari dosa-dosanya dan dengan iman yang ada dalam dirinya menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhannya (Yohanes 1:11-13; 3:3-5); (2) Orang yang mendengar dan percaya kepada Injil, dibaptis dan oleh karenanya sudah diselamatkan (Markus 16:15-16). Jadi Kristen adalah sebutan bagi seseorang yang telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi serta meneladani hidup dan ajaran-ajaranNya dalam kehidupan sehari-hari.

Dari segi iman Kristen, Allah mempunyai hak, kedaulatan dan kuasa tertinggi untuk menuntut kepatuhan dari ciptaan, karena Dialah sang Pencipta dan Tuhan segala bangsa. Sebagai pengikut Kristus, saru-satunya komitmen tertinggi dan terpenting dalam hidup kita adalah komitmen kepada Allah. 

Setiap komitmen dan tindakan penting lainnya harus di dasarkan pada komitmen itu. Rasul Paulus menasihati, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Roma 12:1-2). Disini, orang percaya diingatkan untuk berubahah, yaitu perubahan kearah yang positif yaitu: baik, yang berkenan kepada Allah dan dewasa (sempurna).

Perubahan itu perlu karena: (1) Perubahan adalah tanda pertumbuhan. Berbicara tentang pertumbuhan berarti berbicara tentang kemajuan, dan apa yang paling diinginkan orang adalah kemajuan. Kemajuan tanpa perubahan adalah mustahil. Mahluk hidup dibedakan dari yang mati melalui keberagaman perubahan yang terjadi setiap saat di dalamnya. Manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan bergerak kearah kemajuan dan pertumbuhan menandakan kehidupan. (2) Perubahan menuju kematangan atau kedewasaan adalah kehendak Tuhan. 

Alkitab mengajarkan adalah kehendak Allah supaya kita berubahan menuju kedewasaan, Dia ingin kita berkembang sepenuhnya.Ia menebus kita untuk keperluan itu, Ia ingin kita bertumbuh dan dewasa (sempurna) sama seperti Bapa surgawi kita sempurna (Bandingkan Matius 5:48). 

Rasul Paulus mengajarkan hal yang sama dalam Efesus 4:13-15, “sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala”.

Jadi, segala sesuatu berubah, kecuali Allah, dan komitmen kita untuk mempersembahkan hidup kita kepada Allah dan menaatinya seharusnya juga tidak berubah. “Tetapi Petrus dan Yohanes menjawab mereka: "Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah. Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar (Kisah Para Rasul 4:19-20). 

Yosua mendemontrasinya arti komitmen pada Allah ketika ia berkata, “Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" (Yosua 24:15).

BEBERAPA CONTOH AREA KOMITMEN DAN PENERAPANNYA

Seiring bertambahnya usia seseorang, maka komitmen yang ada semakin berkembang dalam penerapannya. Lalu apa saja komitmen yang semakin berkembang itu? Bagaimana penerapan komitmen dalam kehidupan kita? 

Berikut ini beberapa area dimana kita dapat membuat suatu: 

(1) komitmen pada Tuhan kita, yaitu komitmen pada Allah Trinitas, pada Alkitab, dan pada pengakuan-pengakuan iman (kredoa); 

(2) Komitmen pada keluarga, baik sebagai orang tua, sebagai suami, sebagai istri, dan sebagai anak; (3) Komitmen sebagai keluarga gereja, baik sebagai pejabat gereja, sebagai pelayan atau aktivis gereja, sebagai pengurus gereja, dan sebagai jemaat; 

(4) Komitmen sebagai dalam pekerjaan, sebagai sebagai pegawai negeri sipil, atau pun sebagai pegawai swasta lainnya; 

(5) Komitmen pada negara dan bangsa, yaitu untuk turut memelihara dan menjaga kesatuan, keamanan dan mendukung kesejahteraan negara.

Untuk penerapan komitmen pada Allah telah disebutkan di atas sebagai komitmen tertinggi dan terutama dalam hidup seorang Kristen. Berikut ini adalah contoh-contohnya dari penerapan komitmen lainnya.

1. Komitmen sebagai anak (Efesus 6:1-2; Kolose 3:20, sebagai contoh misalnya: 

(1) Komitmen bakti pada orang tua. Mungkin semua pernah mendengar tentang bakti pada orang tua, dan dalam hati berkata : “Saya sudah berbakti pada orang tua”. Tapi coba kita renungkan sekali lagi apakah kita benar-benar tulus berbakti pada orang tua kita?; 

(2) Komitmen menyelesaikan studi dengan sebaik-baiknya. Kita semua juga pasti ingin apabila nilai pelajaran di sekolah ataupun di kuliah kita mendapatkan nilai yang terbaik menurut ukuran kita masing-masing. Tapi apakah kita sudah benar-benar berusaha yang terbaik? Jujur, kebanyakan dari kita pasti malas kan waktu sekolah?; 

(3) Komitmen menjaga nama baik keluarga. Siapa yang senang apabila nama baik keluarga kita tercemar? Kalau begitu, jagalah nama baik keluarga kita, karena sekali nama baik tercoreng, seumur hidup tidak bisa hilang.

2. Komitmen sebagai orang tua (Efesus 5:22-33; 6:3; Kolose 3:18-19,21), sebagai contoh misal: 

(1) Komitmen menjaga keutuhan rumah tangga. Sebagai orang tua, kita pasti ingin agar keluarga kita senantiasa rukun selalu? Tapi yang namanya problem rumah tangga pastilah ada. Karena itu kita perlu dewasa dalam menyikapi suatu masalah, jangan sampai karena masalah kecil saja malah menjadikan ribut besar; 

(2) Komitmen memberikan penghidupan yang layak untuk anak-anak kita. Sebagai orang tua, kita juga wajib memenuhi semua kebutuhan anak tanpa terkecuali. Namun kita juga harus pandai membedakan yang mana merupakan kebutuhan dan yang mana hanya berupa keinginan. Kebutuhan haruslah sesuatu yang dapat membantu anak mendapatkan bekal bagi kehidupannya di masa depan.

3. Komitmen sebagai anggota masyarakat (Roma 13:1-5), sebagai contoh misalnya: 

(1) Komitmen mematuhi peraturan yang berlaku dan menjaga ketertiban umum. Sepertinya saat ini sangat sulit menemukan orang yang masih benar-benar patuh pada peraturan yang ada di masyarakat. Contoh sederhana saja, berapa orang yang masih patuh pada aturan berlalu lintas? 

(2) Komitmen menjaga nama baik keKristenan. Kalau berbicara tentang hal ini, sepertinya cukup berat untuk sebagian dari kita, karena menyangkut nama baik keKristenan. Untuk yang merasa berat, kita bisa mulai mencoba dari hal yang lebih kecil dulu seperti menjaga nama baik keluarga. Kalau keluarga baik, maka orang lain pasti akan berkata : “Itulah keluarga Kristen, selalu hidup rukun”. Kalau sudah begini, bukankah kita sudah termasuk menjaga nama baik keKristenan?; 

(3) Komitmen membagikan ajaran dan kebaikan Tuhan. 

Untuk beberapa orang mungkin juga ada yang mengalami kesulitan berpikir, bagaimana caranya saya menyebarkan Injil? Sebenarnya, apabila kita telah berbuat kasih dan kebaikan kepada sesama secara tidak langsung kita membawa kemuliaan bagi Tuhan kita. Karena itu Kristus menegaskan, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik (kalá erga)dan memuliakan Bapamu yang di sorga” (Matius 5:16). Kata Yunani “kalá erga” atau yang diterjemahkan “perbuatan yang baik” menunjuk kepada perbuatan baik dalam pengertian moral, kualitas dan manfaat.

KOMITMEN DALAM GEREJA LOKAL

Di dalam Alkitab kita mendapatkan bahwa Yesus sendirilah yang pertama kali menggunakan kata Gereja atau Jemaat. Dalam Matius 16:16-18, ketika pertama kali Kristus berbicara mengenai gereja, yang Ia maksudkan adalah Gereja atau Jemaat yang Universal, yang sesungguhnya tidak kelihatan oleh mata manusia. Atas dasar penyataan Yesus ini maka dapat disebutkan bahwa gereja adalah : Milik Kristus; hanya ada satu (kata gereja di sini tidak di tulis dalam bentuk jamak); didirikan oleh Kristus sendiri; dibangun atas Batu Karang (pondasi rohani), yaitu Yesus Kristus; dibangun atas dasar pewahyuan atau pernyataan siapa sesungguhnya Yesus Kristus itu; akan mengalahkan alam maut; akan memiliki kuasa untuk mengikat dan melepaskan, baik di bumi maupun di sorga. 

Gereja yang bersifat universal ini adalah kumpulan orang-orang percaya kepada Kristus disepanjang zaman, baik yang masih hidup sekarang maupun yang sudah meninggal dunia, yaitu orang-orang yang terpisah dari dunia karena panggilan mereka di dalam Tuhan, dan yang dipersatukan ke dalam satu tubuh rohani yang didiami oleh Roh Kudus, dengan Yesus Kristus sebagai kepalanya. Kesatuan ini bukan sesuatu yang dapat dilihat dengan mata jasmani kita pada saat ini tetapi secara de jure merupakan suatu keyataan yang terlihat jelas oleh Allah.

Di dalam seluruh Perjanjian Baru kata Gereja atau Jemaat tercatat sebanyak 114 kali. Ayat-ayat itu kurang lebih 90 persen berbicara mengenai gereja lokal, yaitu jemaat yang dapat dilihat dengan mata. Bila kita mengatakan bahwa Allah tidak berminat akan gereja lokal, itu berarti kita sedang meremehkan apa yang digariskan oleh Tuhan sendiri mengenai hal ini. Ketika untuk kedua kalinya berbicara mengenai gereja maka yang Kristus maksudkan ialah Gereja Lokal, yaitu jemaat yang kelihatan (Matius 18:15-20). 

Dalam ayat-ayat tersebut Kristus mengungkapkan banyak hal kepada kita tentang gereja lokal dan bagaimana gereja itu seharusnya berfungsi, yaitu bahwa gereja : Merupakan perkumpulan persaudaraan, yang terdiri dari saudara-saudara seiman; menangani masalah disiplin; suatu kepengurusan setempat; wadah dari mana seseorang dapat dikeluarkan; wadah yang mempunyai kuasa untuk mengikat dan melepaskan, baik di sorga maupun di bumi; persekutuan dalam iman dan doa; perkumpulan yang menyandang nama Kristus; tempat di mana Kristus berjanji akan hadir.

Kitab Kisah Para Rasul memberikan kita suatu gambaran yang cukup jelas tentang gereja lokal. Gereja yang terdapat dalam Kisah Para Rasul adalah gereja yang didirikan oleh Kristus dan merupakan contoh yang seharusnya ditiru oleh gereja-gereja yang didirikan selanjutnya. 

Dari Kitab Kisah Para Rasul ini kita melihat bahwa gereja lokal dalam Perjanjian Baru itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 

Sebuah jemaat di lokasi atau tempat tertentu (Kisah Para Rasul 8:1); Suatu perkumpulan orang-orang yang percaya akan Kristus (Kisah Para Rasul 5:14); Sebuah tempat dimana diselenggarakan pengajaran dan pendidikan, termasuk disiplin (Kisah Para Rasul 11:26); Suatu unit atau kesatuan tersendiri, yang memiliki wewenang hukum (Kisah Para Rasul 15:22); Didirikan oleh Kristus sendiri (Kisah Para Rasul 2:47); Merupakan sebagian dari Kristus sendiri (Kisah Para Rasul 5:14); Sebuah wadah dimana Tuhan sendiri dan bukan manusia yang menempatkan anggotanya (Kisah Para Rasul 5:13); Didisiplin oleh Kristus sendiri (Kisah Para Rasul 5:5); Mempunyai struktur tertentu; ada orang-orang yang ditahbiskan untuk memegang kedudukan dengan kuasa untuk memimpin, mendisiplin dan mengawasi (Kisah Para Rasul 14:23; 20:17-28); Sebuah wadah untuk aneka pelayanan (Kisah Para Rasul 13:1; 15:4); Mempunyai persekutuan dengan gereja-gereja lokal lainnya, yang bersifat sukarela (KPR 15:3-4); Sebuah wadah yang didirikan atas dasar iman (Kisah Para Rasul 16:5); dan Sebuah wadah yang mengutus orang untuk pelayanan (Kisah Para Rasul 13:2).

Jadi, gereja lokal pada dasarnya adalah suatu perkumpulan yang diorganisir sesuai dengan contoh dalam Perjanjian Baru, tardiri dari kelompok-kelompok orang percaya di lokasi atau tempat tertentu, yang mana dicirikan oleh : 

(1) Suatu pengakuan iman; 

(2) Suatu kehidupan tertib disiplin; 

(3) ketaatan terhadap perintah untuk dibaptiskan; 

(4) Bekumpul sekitar pribadi Kristus; 

(5) Mempunyai berbagai pelayanan yang dikaruniakan oleh Kristus; 

(6) Setia memperingati kematian dan Kebangkitan Kristus; 

(7) Mereka selalu disebutkan sebagai suatu unit yang berdiri sendiri, tetapi dapat bekerjasama dan bersekutu satu sama lain secara sukarela.

Jika kita membaca seluruh Kisah Para Rasul maka kita mendapat pengertian betapa pentingnya gereja lokal bagi setiap orang yang lahir baru. Jelas sekali, bahwa sesudah menerima Tuhan, orang-orang selalu akan bergabung menjadi anggota suatu gereja lokal. Kita juga mendapatkan bahwa tidak seorangpun yang belum diselamatkan yang berhak bergabung menjadi anggota jemaat lokal, dan tidak seorangpun yang sudah diselamatkan yang tidak mempunyai tempat tinggal (penampungan) rohani. Bahkan rasul Paulus sendiri, misionaris yang ternama itu, tetap tergabung dan mempunyai hubungan erat dengan gereja lokal Antiokhia yang mengutusnya (Kisah Para Rasul 14:26).

Alkitab memberikan alasan mengapa orang Kristen harus ke Gereja dan menjadi anggota yang berkomitmen di sebuah jemaat lokal.

Gereja adalah tempat perkumpulan keluarga atau persekutuan orang percaya. (Efesus 2:19-22). Dengan ke Gereja menghindarkan kita dari keterasingan/kesendirian yang mementingkan diri sendiri (1 Korintus 12:26).

Dengan pergi ke Gereja kita memenuhi Perintah Tuhan Yesus (Matius 28:18-19), karena di Gereja kita diajar dan dimuridkan

Dengan ke Gereja menunjukkan bahwa kita adalah sungguh-sungguh Kristen, yaitu murid Kristus (Yohanes 13:35).

Di Gereja kita dibentuk, diperlengkapi bertumbuh secara rohani (Efesus 4:11-16).

Di Gereja kita saling membantu dan melayani (1 Korintus 12:7).

Di Gereja kita saling menjaga dan melindungi agar terhindar dari kemunduran rohani (1 Korintus 10:12; Ibrani 10:25; Yakobus 5:19)

Di Gereja kita dapat mengambil bagian dalam misi Kristus di dunia (Efesus 2:10).

MENJAGA KOMITMEN HIDUP

Mempertahankan komitmen yang telah kita buat, sangatlah penting karena apabila kita tidak mampu untuk mempertahankan komitmen yang telah kita buat, maka yang akan terjadi adalah rusaknya hubungan kita dengan sekeliling kita. Hal ini dapat kita lihat dalam kondisi yang ada di sekeliling kita, dimana banyak terjadi pertengkaran dan ketidakharmonisan. Ada dua faktor utama yang membuat orang tidak dapat mempertahankan komitmen yang telah ia buat sebelumnya, yaitu :

1. Internal (diri sendiri), seperti : (a) Ceroboh saat akan mengambil keputusan, sehingga menyesal dikemudian hari; (b) Kurang berpikir panjang sewaktu menganalisa resiko-resiko yang akan dihadapi apabila ia mengambil keputusan; (c) Keyakinan goyah disebabkan karena seseorang tidak kuat mentalnya.

2. Eksternal (di luar diri sendiri), seperti : (a) Lingkungan. Seringkali karena pengaruh lingkungan, seseorang gagal dalam mempertahankan komitmennya. Didalamnya termasuk peran keluarga, pasangan, atau sahabat/teman; (b) Gaya hidup yang tidak benar. Perkembangan jaman, selain membawa dampak positif, juga terkadang membawa dampak negatif bagi seseorang; (c) Pengaruh uang. Tidak bisa dipungkiri, uang memiliki power yang besar dalam hidup ini. Apabila seseorang tidak kuat mental, komitmen yang dibuat seseorang dapat kandas di tengah jalan. (d) Tidak tahan pada pasang surut kehidupan. Beberapa orang dapat terpengaruh akibat kehidupan yang dijalaninya, sehingga ia menyerah pada kehidupan.


Bagi kita yang yang percaya kepada Tuhan, harusnya kita mampu mempertahankan komitmen yang telah kita buat, apapun bentuknya. Untuk itu, sebelum kita membuat suatu komitmen, maka kita perlu berpikir matang supaya dikemudian hari tidak terjadi penyesalan. Apabila kita telah mengambil suatu komitmen, maka kita harus mempertahankan komitmen itu sampai akhir (Pengkhotbah 5:3-4).

REFLEKSI : DINAMIKA KOMITMEN

Komitmen adalah sesuatu yang membuat seseorang membulatkan hati dan tekad demi mencapai sebuah tujuan, sekalipun ia belum dapat mengetahui hasil akhir dari tujuan tersebut. Berjerih payah dan berkorban demi menyelesaikan tujuannya, sekalipun semua orang meninggalkannya. Komitmen adalah sesuatu yang membuat seseorang rela meninggalkan segala sesuatu yang berharga demi memenuhi panggilan hidupnya, walau harga yang harus dibayar tidak sedikit dan medan yang ditempuh tidak ringan. 

Komitmen adalah sesuatu yang membuat seseorang memikul resiko dan konsekuensi dari keputusannya tanpa mengeluh, dan menjalaninya dengan penuh rasa syukur sebagai bagian dari kehidupan yang terus berproses. Komitmen adalah sesuatu yang membuat seseorang berani setia dan percaya, meski harapannya tidak kunjung terpenuhi dan tidak ada yang dapat dijadikan jaminan olehnya. 

Komitmen adalah sesuatu yang melampaui segala bentuk perbedaan, perselisihan dan pertengkaran. Ia tidak dapat dihancurkan oleh kekurangan, kelemahan maupun keterbatasan lahiriah, karena ketika kita berani mengikatkan diri dalam sebuah komitmen, kita telah ‘mati’ terhadap kepentingan diri sendiri. https://teologiareformed.blogspot.com/

REFERENSI: MEMBANGUN KOMITMEN SEBAGAI SEORANG KRISTEN

Boa, Kenneth, Sid Buzzell & Bill Perkins, 2013. Handbook To Leadership. Terjemahan, Penerbit Yayasan Komunikasi Bina Kasih: Jakarta.

Chamblin, J. Knox., 2006. Paul and The Self: Apostolic Teaching For Personal Wholeness.Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.

Conner, Kevin J., 2004. A Practical Guide To Christian Belief. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.

Enns, Paul., 2004.The Moody Handbook of Theology, jilid 2. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.

Erickson J. Millard., 2003. Teologi Kristen. 3 Jilid. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.

Ezra, Yakoep., 2006. Succes Througgh Character. Penerbit Andi : Yogyakarta.

Grudem, Wayne., 1994. Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. Zodervan Publising House : Grand Rapids, Michigan.

Iverson, Dick., 1994. Roh Kudus Masa Kini, Diktat. Terjemahan, Harvest International Teological Seminary, Harvest Publication House: Jakarta.

Ryrie, Charles C., 1991. Teologi Dasar. Jilid 1 & 2, Terjemahan, Penerbit ANDI Offset : Yogyakarta.

Thiessen, Henry C., 1992. Teologi Sistematika, direvisi Vernon D. Doerksen. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.

Warren, Rick., 2013. Untuk Apa Aku Ada Di Dunia Ini? Terjemahan, Penerbit Immanuel : Jakarta.

Wofford, J.C, 2001., Kepemimpinan Kristen Yang Mengubahkan. Terjemahan, penerbit ANDI: Yokyakarta.

Next Post Previous Post