YESUS BAWA DAMAI ATAU PEDANG? (MATIUS 10:34-36)

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
YESUS BAWA DAMAI ATAU PEDANG? (MATIUS 10:34-36). Matius 10:34-36 - “(34) ‘Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan PEDANG. (35) Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, (36) dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.”.
YESUS BAWA DAMAI ATAU PEDANG? (MATIUS 10:34-36)
gadget, bisnis, otomotif
I) Yesus datang bukan membawa damai, tetapi membawa pedang.
1) Kata-kata Yesus bahwa Ia tidak / bukan membawa damai, jelas tak bisa dimutlakkan, karena:

a) Dalam nubuat-nubuat Perjanjian Lama tentang Yesus, Ia dinubuatkan sebagai damai / raja damai.

1. Mikha 5:1-4 jelas merupakan nubuat tentang kelahiran Mesias, dan dalam Matius 10: 4 Ia dikatakan ‘menjadi damai’.

Mikha 5:1-4 - “(1) Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagiKu seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala. (2) Sebab itu ia akan membiarkan mereka sampai waktu perempuan yang akan melahirkan telah melahirkan; lalu selebihnya dari saudara-saudaranya akan kembali kepada orang Israel. (3) Maka ia akan bertindak dan akan menggembalakan mereka dalam kekuatan TUHAN, dalam kemegahan nama TUHAN Allahnya; mereka akan tinggal tetap, sebab sekarang ia menjadi besar sampai ke ujung bumi, (4) dan dia menjadi damai sejahtera. Apabila Asyur masuk ke negeri kita dan apabila ia menginjak tanah kita, maka kita akan membangkitkan melawan dia tujuh gembala, bahkan delapan pemimpin manusia.”.

Dalam ay 4nya dikatakan: ‘dia menjadi damai sejahtera (SHALOM)’.
NIV: ‘he will be their peace’ [= ia akan menjadi damai mereka].

2. Yes 9:5-6a (Alkitab Inggris Yes 9:6-7a) menyebutNya The Prince of Peace / Raja Damai.

Yesaya 9:5-6 - “(5) Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. (6) Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya.Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.”.
Kitab Suci Indonesia menterjemahkan ‘Raja damai’ tetapi dalam KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV diterjemahkan: ‘Prince of Peace’ [= Pangeran Damai], yang merupakan terjemahan yang lebih hurufiah. Mungkin Ia disebut ‘Prince’ [= Pangeran], karena Ia adalah Anak.
Kata Ibrani untuk ‘peace’ / ‘damai’ adalah SHALOM.

b) Banyak ayat-ayat lain yang menunjukkan bahwa Yesus memang membawa damai. Ayat-ayat itu akan saya tunjukkan di bawah nanti.

Jadi, Yesus tidak membawa damai tetapi pedang, HANYA DALAM ARTI TERTENTU.

Pulpit Commentary (tentang Matius 10:24-42): “Peace on earth was the object of the Lord’s coming; but the sword was to come first.” [= Damai di bumi adalah tujuan kedatangan Tuhan; tetapi pedang harus datang lebih dulu.].

Pulpit Commentary (tentang Mat 10:34): “Ver. 34. - Christ sending a sword. Jesus Christ came as the ‘Prince of Peace,’ and his advent was heralded by angels, who sang of ‘peace on earth.’ When one of his disciples drew a sword to defend him, he bade the man put it back in its sheath, saying, ‘They that take the sword shall perish with the sword’ (ch. 26:52). His kingdom is not of this world, and because it is not, he told Pilate that his servants would not fight (John 18:36). How, then, can he speak of sending a sword?” [= Ay 34. - Kristus mengirimkan pedang. Yesus Kristus datang sebagai ‘Pangeran / Raja damai’, dan kedatanganNya diberitakan oleh malaikat-malaikat, yang menyanyi tentang ‘damai di bumi’ (Luk 2:14). Pada waktu satu dari murid-muridNya menghunus pedang untuk membelaNya, Ia meminta orang itu untuk memasukkannya kembali ke sarungnya, sambil berkata, ‘Mereka yang menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang’ (psl. 26:52). KerajaanNya bukan dari dunia ini, dan karena itu bukan dari dunia ini, Ia memberitahu Pilatus bahwa pelayan-pelayanNya tidak akan berkelahi / melawan (Yohanes 18:36). Lalu bagaimana Ia bisa berbicara tentang pengiriman pedang?].

2) Lalu apa artinya ketika Yesus berkata bahwa Ia membawa ‘pedang’?

a) Mari kita membandingkan text Matius di atas dengan text paralelnya dalam Injil Lukas.

Matius 10:34-36 - “(34) ‘Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan PEDANG. (35) Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, (36) dan MUSUH orang ialah orang-orang seisi rumahnya.”.

Lukas 12:51-53 - “(51) Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kataKu kepadamu, bukan damai, melainkan PERTENTANGAN. (52) Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. (53) Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya.’”.

Dengan membandingkan kedua text di atas ini jelas bahwa yang dimaksud dengan ‘pedang’ adalah ‘pertentangan’.

Kata ‘pertentangan’ dalam Lukas 12:51 diterjemahkan ‘division’ [= perpecahan] dalam KJV/RSV/NIV/NASB.

Dari kata ‘musuh’ dalam Matius 10:36, jelas terlihat bahwa pertentangan / perpecahan ini bisa sangat hebat.

b) Artinya adalah: kalau ada seorang kristen yang memberitakan Injil kepada suatu keluarga / bangsa, maka akan ada sebagian yang menolak Yesus dan sebagian yang menerima Yesus. Lalu orang-orang yang menolak Yesus itu bisa menjauhi, memusuhi, menganiaya, dan bahkan membunuh orang-orang yang menerima Yesus.
Contoh:

1. Yohanes 7:40-43 - “(40) Beberapa orang di antara orang banyak, yang mendengarkan perkataan-perkataan itu, berkata: ‘Dia ini benar-benar nabi yang akan datang.’ (41) Yang lain berkata: ‘Ia ini Mesias.’ Tetapi yang lain lagi berkata: ‘Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea! (42) Karena Kitab Suci mengatakan, bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan dari kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal.’ (43) Maka timbullah pertentangan [KJV/RSV/NASB: ‘division’ {= perpecahan}] di antara orang banyak karena Dia.”.

Text ini didahului dengan penginjilan yang Yesus sendiri lakukan terhadap orang-orang itu, dan hasilnya adalah: terjadi pertentangan / perpecahan di antara mereka.

2. Yohanes 9:16 - “Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu: ‘Orang ini tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat.’ Sebagian pula berkata: ‘Bagaimanakah seorang berdosa dapat membuat mujizat yang demikian?’ Maka timbullah pertentangan [KJV/RSV/NASB: ‘division’ {= perpecahan}] di antara mereka.”.
Di sini Yesus menyembuhkan orang buta, dan itu menyebabkan pertentangan / perpecahan di antara orang-orang yang membicarakan hal itu.

3. Yoh 16:1-3,33 - “(1) ‘Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku. (2) Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. (3) Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku. ... (33) Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.’”.

Di sini Yesus menubuatkan, bahwa orang-orang yang tidak percaya kepadaNya akan mengucilkan dan bahkan membunuh orang-orang yang percaya kepadaNya.

4. Penginjilan dan hal-hal yang Paulus lakukan, berulangkali menyebabkan perpecahan dan bahkan kerusuhan.

Kis 9:22-23,28-29 - “(22) Akan tetapi Saulus semakin besar pengaruhnya dan ia membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di Damsyik, karena ia membuktikan, bahwa Yesus adalah Mesias. (23) Beberapa hari kemudian orang Yahudi merundingkan suatu rencana untuk membunuh Saulus. ... (28) Dan Saulus tetap bersama-sama dengan mereka di Yerusalem, dan dengan keberanian mengajar dalam nama Tuhan. (29) Ia juga berbicara dan bersoal jawab dengan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani, tetapi mereka itu berusaha membunuh dia.”.
Paulus bertobat, dan lalu memberitakan Injil, dan itu menyebabkan orang-orang Yahudi mau membunuh dia.

Kis 13:44-51 - “(44) Pada hari Sabat berikutnya datanglah hampir seluruh kota itu berkumpul untuk mendengar firman Allah. (45) Akan tetapi, ketika orang Yahudi melihat orang banyak itu, penuhlah mereka dengan iri hati dan sambil menghujat, mereka membantah apa yang dikatakan oleh Paulus. (46) Tetapi dengan berani Paulus dan Barnabas berkata: ‘Memang kepada kamulah firman Allah harus diberitakan lebih dahulu, tetapi kamu menolaknya dan menganggap dirimu tidak layak untuk beroleh hidup yang kekal. Karena itu kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain. (47) Sebab inilah yang diperintahkan kepada kami: Aku telah menentukan engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya engkau membawa keselamatan sampai ke ujung bumi.’ (48) Mendengar itu bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan firman Tuhan; dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya. (49) Lalu firman Tuhan disiarkan di seluruh daerah itu. (50) Orang-orang Yahudi menghasut perempuan-perempuan terkemuka yang takut akan Allah, dan pembesar-pembesar di kota itu, dan mereka menimbulkan penganiayaan atas Paulus dan Barnabas dan mengusir mereka dari daerah itu. (51) Akan tetapi Paulus dan Barnabas mengebaskan debu kaki mereka sebagai peringatan bagi orang-orang itu, lalu pergi ke Ikonium.”.

Kis 14:1-4 - “(1) Di Ikoniumpun kedua rasul itu masuk ke rumah ibadat orang Yahudi, lalu mengajar sedemikian rupa, sehingga sejumlah besar orang Yahudi dan orang Yunani menjadi percaya. (2) Tetapi orang-orang Yahudi, yang menolak pemberitaan mereka, memanaskan hati orang-orang yang tidak mengenal Allah dan membuat mereka gusar terhadap saudara-saudara itu. (3) Paulus dan Barnabas tinggal beberapa waktu lamanya di situ. Mereka mengajar dengan berani, karena mereka percaya kepada Tuhan. Dan Tuhan menguatkan berita tentang kasih karuniaNya dengan mengaruniakan kepada mereka kuasa untuk mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat. (4) Tetapi orang banyak di kota itu terbelah menjadi dua [KJV/RSV/NASB: ‘was / were divided’ {= terpecah}]: ada yang memihak kepada orang Yahudi, ada pula yang memihak kepada kedua rasul itu.”.
Paulus memberitakan Injil dan lalu terjadi perpecahan.

Kis 16:16-20 - “(16) Pada suatu kali ketika kami pergi ke tempat sembahyang itu, kami bertemu dengan seorang hamba perempuan yang mempunyai roh tenung; dengan tenungan-tenungannya tuan-tuannya memperoleh penghasilan besar. (17) Ia mengikuti Paulus dan kami dari belakang sambil berseru, katanya: ‘Orang-orang ini adalah hamba Allah Yang Mahatinggi. Mereka memberitakan kepadamu jalan kepada keselamatan.’ (18) Hal itu dilakukannya beberapa hari lamanya. Tetapi ketika Paulus tidak tahan lagi akan gangguan itu, ia berpaling dan berkata kepada roh itu: ‘Demi nama Yesus Kristus aku menyuruh engkau keluar dari perempuan ini.’ Seketika itu juga keluarlah roh itu. (19) Ketika tuan-tuan perempuan itu melihat, bahwa harapan mereka akan mendapat penghasilan lenyap, mereka menangkap Paulus dan Silas, lalu menyeret mereka ke pasar untuk menghadap penguasa. (20) Setelah mereka membawa keduanya menghadap pembesar-pembesar kota itu, berkatalah mereka, katanya: ‘Orang-orang ini mengacau kota kita ini, karena mereka orang Yahudi,”.
Paulus mengusir setan yang merasuk seseorang, dan sebagai akibatnya ia dan Silas ditangkap dan difitnah sebagai pengacau.

Kisah Para Rasul 17:5-7 - “(5) Tetapi orang-orang Yahudi menjadi iri hati dan dengan dibantu oleh beberapa penjahat dari antara petualang-petualang di pasar, mereka mengadakan keributan dan mengacau kota itu. Mereka menyerbu rumah Yason dengan maksud untuk menghadapkan Paulus dan Silas kepada sidang rakyat. (6) Tetapi ketika mereka tidak menemukan keduanya, mereka menyeret Yason dan beberapa saudara ke hadapan pembesar-pembesar kota, sambil berteriak, katanya: ‘Orang-orang yang mengacaukan seluruh dunia telah datang juga ke mari, (7) dan Yason menerima mereka menumpang di rumahnya. Mereka semua bertindak melawan ketetapan-ketetapan Kaisar dengan mengatakan, bahwa ada seorang raja lain, yaitu Yesus.’”.

Kis 23:7-10 - “(7) Ketika ia berkata demikian, timbullah perpecahan antara orang-orang Farisi dan orang-orang Saduki dan terbagi-bagilah orang banyak itu. (8) Sebab orang-orang Saduki mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan dan tidak ada malaikat atau roh, tetapi orang-orang Farisi mengakui kedua-duanya. (9) Maka terjadilah keributan besar. Beberapa ahli Taurat dari golongan Farisi tampil ke depan dan membantah dengan keras, katanya: ‘Kami sama sekali tidak menemukan sesuatu yang salah pada orang ini! Barangkali ada roh atau malaikat yang telah berbicara kepadanya.’ (10) Maka terjadilah perpecahan besar, sehingga kepala pasukan takut, kalau-kalau mereka akan mengoyak-ngoyak Paulus. Karena itu ia memerintahkan pasukan untuk turun ke bawah dan mengambil Paulus dari tengah-tengah mereka dan membawanya ke markas.”.

Tentu saja kalau hal ini terjadi, itu bukanlah kesalahan dari orang-orang yang menerima Yesus, dan lebih-lebih bukan kesalahan Yesus, tetapi kesalahan orang-orang yang menolak Yesus.

Calvin (tentang Lukas 12:51): “As Satan, who holds a kingly power over the reprobate, is furious against the name of Christ, as soon as the doctrine of the Gospel is proclaimed to them, their impiety, which formerly lay asleep, acquires fresh vigor. Thus Christ, who properly speaking, is the author of peace, becomes the occasion of disturbances in consequence of the wickedness of men.” [= Karena Iblis, yang memegang kuasa seperti raja atas orang-orang reprobate / orang-orang yang ditentukan untuk binasa, sangat marah terhadap nama Kristus, begitu doktrin dari Injil diberitakan kepada mereka, kejahatan mereka, yang tadinya tertidur, mendapatkan kekuatan yang segar. Jadi Kristus, yang berbicara secara tepat, adalah pencipta dari damai, menjadi alasan / kesempatan dari gangguan sebagai konsekwensi dari kejahatan manusia.].

Pulpit Commentary (tentang Matius 10:34): “His disciples did not fight; and neither he nor they provoked antagonism by showing a quarrelsome spirit. The sword was wholly in the hands of the enemies of the new faith. It was not a sword of equal warfare, but a sword of cruelty, tyranny, persecution.” [= Murid-muridNya tidak berkelahi; dan Ia ataupun mereka tidak memprovokasi permusuhan dengan menunjukkan suatu roh / semangat yang suka bertengkar. Pedang itu sepenuhnya berada dalam tangan dari musuh-musuh dari iman yang baru. Itu bukan suatu pedang dari peperangan dari kemampuan yang setara, tetapi pedang dari kekejaman, tirani, penganiayaan.].

Calvin: “Luke 12:51. ‘Do you suppose that I came to send peace on the earth?’ What Christ has now demanded from his disciples any one of them would reckon it an easy matter to give, if the whole world, with one consent, embraced the doctrine of the Gospel. But as a considerable part of the world not only opposes but fights keenly against it, we cannot confess Christ without encountering the resistance and hatred of many.” [= Lukas 12:51. ‘Apakah kamu mengira bahwa Aku datang untuk mengirim damai di bumi?’ Apa yang sekarang dituntut oleh Kristus dari murid-muridNya setiap dari mereka akan menganggapnya sebagai persoalan yang mudah untuk diberikan, seandainya seluruh dunia, dengan sepakat, memeluk / mempercayai doktrin / pengajaran dari Injil. Tetapi karena suatu bagian yang sangat besar dari dunia bukan hanya menentang tetapi berperang dengan keras terhadap / menentangnya, kita tidak bisa mengakui Kristus tanpa menghadapi oposisi dan kebencian dari banyak orang.].

Pulpit Commentary (tentang Matius 10:34): “Let the Christian be prepared for opposition. If all men speak well of him, let him search his conduct to see whether he has been faithful, or whether perchance he may have been speaking smooth things for the sake of ease and comfort.” [= Hendaklah orang Kristen siap untuk oposisi. Jika semua orang berbicara baik tentang dia, hendaklah dia menyelidiki tingkah lakunya untuk melihat apakah ia telah setia, atau apakah mungkin ia telah mengatakan hal-hal yang menyenangkan telinga demi kenyamanan dan kesejahteraan / kesenangan.].

Bdk. Lukas 6:22-23,26 - “(22) Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. (23) Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. ... (26) Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.’”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘speak well of you’ [= berbicara dengan baik tentang kamu].

II) Yesus datang membawa damai.

1) Yesus memang datang membawa 3 macam damai.

Di atas saya sudah memberikan 2 nubuat Perjanjian Lama yang menunjukkan bahwa Yesus memang datang membawa damai. Sekarang saya akan memberikan beberapa ayat dari Perjanjian Baru yang menunjukkan bahwa Yesus memang membawa damai.

2Kor 5:18a,19a - “(18a) ... Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diriNya ... (19a) Sebab Allah telah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. …”.

Yoh 14:27a - “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu.”.

Lukas 2:8-14 - “(8) Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. (9) Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. (10) Lalu kata malaikat itu kepada mereka: ‘Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: (11) Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. (12) Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.’ (13) Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: (14) ‘Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepadaNya.’”.

Adam Clarke (tentang Lukas 2:14): “Men are in a state of hostility with Heaven and with each other. The carnal mind is enmity against God. He who sins wars against his Maker; and ‘Foe to God was ne’er true friend to man.’ When men become reconciled to God, through the death of his Son, they love one another. They have peace with God; peace in their own consciences; and peace with their neighbours:” [= Manusia ada dalam keadaan bermusuhan dengan Surga dan satu dengan yang lain. Pikiran daging adalah permusuhan terhadap Allah. Ia yang berbuat dosa berperang melawan Penciptanya; dan ‘Musuh Allah tidak pernah adalah sahabat yang sejati / benar bagi manusia’. Pada waktu manusia diperdamaikan dengan Allah, melalui kematian AnakNya, mereka mengasihi satu dengan yang lain. Mereka mempunyai damai dengan Allah; damai dalam hati nurani mereka sendiri; dan damai dengan sesama mereka:].

Jadi ada 3 jenis damai yang menjadi tujuan Kristus datang ke dalam dunia:

a) Damai antara manusia berdosa dengan Allah (Ef 2:11-18).

Efesus 2:11-18 - “(11) Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu - sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya ‘sunat’, yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, - (12) bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia. (13) Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu ‘jauh’, sudah menjadi ‘dekat’ oleh darah Kristus. (14) Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, (15) sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diriNya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, (16) dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu. (17) Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang ‘jauh’ dan damai sejahtera kepada mereka yang ‘dekat’, (18) karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa.”.

Calvin (tentang Ef 2:12): “Those who were formerly declared to be ‘without Christ,’ are now declared to be ‘without God;’ as John says, ‘Whosoever hath not the Son, hath not the Father,’ (1 John 2:23;) and again, ‘Whosoever transgresseth, and abideth not in the doctrine of Christ, hath not God.’ (2 John 1.9.)” [= Mereka yang sebelumnya dinyatakan sebagai ‘tanpa Kristus’, sekarang dinyatakan sebagai ‘tanpa Allah’; seperti Yohanes katakan, ‘Barangsiapa tidak mempunyai Anak, tidak mempunyai Bapa’, (1Yoh 2:23); dan lagi, ‘Barangsiapa melanggar, dan tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tidak mempunyai Allah’. (2Yoh 1:9).].

Calvin (tentang Ef 2:12): “Did God never reveal himself to any of the Gentiles? I answer, no manifestation of God without Christ was ever made among the Gentiles, any more than among the Jews. It is not to one age only, or to one nation, that the saying of our Lord applies, ‘I am the way;’ for he adds, ‘no man cometh unto the Father but by me.’ (John 14:6.)” [= Apakah Allah tidak pernah menyatakan diriNya sendiri kepada yang manapun dari orang-orang non Yahudi? Saya menjawab, tidak ada manifestasi dari Allah tanpa Kristus pernah dibuat di antara orang-orang non Yahudi, sama seperti di antara orang-orang Yahudi. Bukan untuk satu jaman saja, atau bagi satu bangsa, berlaku kata-kata Tuhan kita, ‘Akulah jalan’; karena Ia menambahkan, ‘tak seorangpun datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku’. (Yohanes 14:6).].

Calvin (tentang Efesus 2:13): “the Ephesians, ‘who were far off’ from God and from salvation, had been reconciled to God through Christ, and ‘made nigh by his blood;’ for the blood of Christ has taken away the enmity which existed between them and God, and from being enemies hath made them sons.” [= orang-orang Efesus, ‘yang jauh’ dari Allah dan dari keselamatan, telah diperdamaikan dengan Allah melalui Kristus, dan ‘dibuat jadi dekat oleh darahNya’; karena darah Kristus telah menyingkirkan permusuhan antara mereka dan Allah, dan telah membuat mereka dari musuh-musuh menjadi anak-anak.].

Calvin (tentang Ef 2:14): “‘For he is our Peace.’ ... If Christ is our peace, all who are out of him must be at variance with God. What a beautiful title is this which Christ possesses, the peace between God and men! Let no one who dwells in Christ entertain a doubt that he is reconciled to God.” [= ‘Karena Ia adalah damai kita’. ... Jika Kristus adalah damai kita, semua orang yang di luar Dia harus ada dalam konflik dengan Allah. Alangkah indahnya gelar yang dimiliki Kristus ini, damai antara Allah dan manusia! Hendaklah tak seorangpun yang tinggal di dalam Kristus mempertahankan suatu keraguan bahwa ia diperdamaikan dengan Allah.].

Matthew Henry (tentang Efesus 2:16): “There is an enmity between God and sinners, whether Jews and Gentiles; and Christ came to slay that enmity, and to reconcile them both to God, v. 16.” [= Di sana ada suatu permusuhan antara Allah dan orang-orang berdosa, apakah orang-orang Yahudi dan orang-orang non Yahudi; dan Kristus datang untuk membunuh permusuhan itu, dan untuk memperdamaikan keduanya dengan Allah, ay 16.].

Perdamaian antara orang berdosa dengan Allah ini hanya bisa tercapai melalui iman kepada Yesus (Ro 5:1).

Ro 5:1 - “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita Yesus Kristus.”.

Adam Clarke (tentang Roma 5:1): “‘Therefore being justified by faith.’ The apostle takes it for granted that he has proved that justification is BY FAITH, ... We are justified - have all our sins pardoned by faith, as the instrumental cause; for, being sinners, we have no works of righteousness that we can plead. ‘We have peace with God.’ Before, while sinners, we were in a state of hostility with God, ... but now, being reconciled, we have peace with God. ... Peace is generally the first-fruits of our justification. ‘Through our Lord Jesus Christ.’ His passion and death being the sole cause of our reconciliation to God.” [= ‘Karena itu, setelah dibenarkan oleh iman’. Sang rasul menganggap benar bahwa ia telah membuktikan bahwa pembenaran adalah OLEH IMAN, ... Kita dibenarkan - telah diampuni semua dosa-dosa kita oleh iman, sebagai penyebab yang bersifat sebagai alat; karena, sebagai orang-orang berdosa, kita tidak mempunyai pekerjaan-pekerjaan kebenaran yang bisa kita berikan sebagai pembelaan. ‘Kita mempunyai damai dengan Allah’. Sebelumnya, pada waktu kita adalah orang-orang berdosa, kita ada dalam suatu keadaan permusuhan dengan Allah, ... tetapi sekarang, setelah diperdamaikan, kita mempunyai damai dengan Allah. ... Damai secara umum adalah buah pertama dari pembenaran kita. ‘Melalui Tuhan kita Yesus Kristus’. Penderitaan dan kematianNya adalah penyebab satu-satunya dari perdamaian kita dengan Allah.].

Charles Hodge (tentang Ro 5:1): “If he is at peace with us, we have inward peace. ... Although, therefore, the primary idea of the apostle is, that God is at peace with us, it is nevertheless true that inward tranquillity of mind is the fruit of justification by faith. ... He who relies on his works for justification, can have no peace. He can neither remove the displeasure of God, nor quiet the apprehension of punishment.” [= Jika Ia ada dalam keadaan damai dengan kita, kita mempunyai damai di dalam. ... Karena itu, sekalipun gagasan utama dari sang rasul adalah bahwa Allah ada dalam keadaan damai dengan kita, tetapi juga benar bahwa ketenangan di dalam dari pikiran adalah buah dari pembenaran oleh iman. ... Ia yang bersandar pada pekerjaan-pekerjaannya untuk pembenaran, tidak bisa mempunyai damai. Ia tidak bisa menyingkirkan ketidak-senangan Allah, ataupun menenangkan rasa takut dari penghukuman.].

Matthew Henry (tentang Ro 5:1): “It is sin that breeds the quarrel between us and God, creates not only a strangeness, but an enmity; the holy righteous God cannot in honour be at peace with a sinner while he continues under the guilt of sin. Justification takes away the guilt, and so makes way for peace.” [= Adalah dosa yang membiakkan pertengkaran antara kita dan Allah, menciptakan bukan hanya suatu keadaan asing, tetapi suatu permusuhan; Allah yang benar dan kudus tidak bisa dihormati kalau Ia berdamai dengan seorang berdosa pada waktu ia terus berada di bawah kesalahan dari dosa. Pembenaran menyingkirkan kesalahan itu, dan dengan demikian membuat jalan untuk damai.].

Matthew Henry (tentang Roma 5:1): “There is more in this peace than barely a cessation of enmity, there is friendship and loving-kindness, for God is either the worst enemy or the best friend.” [= Di sana ada lebih banyak dalam damai ini dari pada semata-mata suatu penghentian permusuhan, di sana ada persahabatan dan kebaikan yang penuh kasih, karena Allah atau adalah musuh yang terburuk atau sahabat yang terbaik.].

Yesus datang pada Natal yang pertama dengan tujuan utama untuk mendamaikan manusia berdosa dengan Allah. Untuk itu Ia mati disalib menebus dosa manusia. Sekarang, kalau saudara mau berdamai / diperdamaikan dengan Allah, saudara hanya perlu percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan saudara!

b) Damai dalam hati (Mat 11:28-30 Yoh 14:27a).

Matius 11:28-30 - “(28) Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (29) Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. (30) Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKupun ringan.’”.

Yoh 14:27a - “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu.”.

Damai yang dari Kristus ini hanya bisa ada dalam diri orang-orang percaya. Sedangkan bagi orang-orang yang tidak percaya berlaku ayat di bawah ini.

Yesaya 57:20-21 - “(20) Tetapi orang-orang fasik adalah seperti laut yang berombak-ombak sebab tidak dapat tetap tenang, dan arusnya menimbulkan sampah dan lumpur. (21) Tiada damai bagi orang-orang fasik itu,’ firman Allahku.”.

Rusaknya atau tidak adanya hubungan dengan Allah menyebabkan manusia tidak mempunyai damai dalam hati mereka (bdk. Kej 3). Sebaliknya yang ada hanyalah kegelisahan, kekosongan, kekuatiran, ketakutan, kesumpekan, dsb.

Ada banyak orang yang berusaha mendapatkan damai dengan mencari kekayaan, kesenangan, hiburan dsb. Tetapi semua itu paling-paling hanya memberikan kesenangan semu yang bersifat lahiriah / di luar, dan yang hanya sementara! Tetapi kalau saudara mau datang kepada Yesus dan diperdamaikan dengan Allah, maka saudara akan mendapat damai di hati yang berbeda dengan damai yang semu dan lahiriah itu.

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Yohanes 14:27): “What hollowness is there in many of the world’s givings: but Jesus gives sincerely. How superficial even at their best, are the world’s givings: but Jesus gives substantially. How temporary are all the world’s givings: but what Jesus gives He gives forever!” [= Ada kekosongan / ketidak-benaran di sana dalam banyak pemberian-pemberian dunia: tetapi Yesus memberi dengan tulus / benar. Alangkah palsunya pemberian-pemberian dunia, bahkan yang terbaik: tetapi Yesus memberi secara benar / nyata. Betapa sementara semua pemberian-pemberian dunia: tetapi apa yang Yesus berikan Ia memberikannya untuk selama-lamanya!].

Francois de La Rochefoucauld: “If we have not peace within ourselves, it is in vain to seek it from outward sources.” [= Jika kita tidak mempunyai damai di dalam diri kita sendiri, adalah sia-sia untuk mencarinya dari sumber-sumber luar.] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 486.

c) Damai antara manusia dengan manusia (Efesus 2:14-16).
Calvin (tentang Luk 12:51): “Now as Christ is called ‘our peace,’ (Ephesians 2:14,) and as the Gospel reconciles us to God, it follows, that he also establishes a brotherly harmony amongst us.” [= Sekarang karena Kristus disebut ‘damai kita’, (Efesus 2:14), dan karena Injil memperdamaikan kita dengan Allah, maka akibatnya adalah bahwa Ia juga menegakkan suatu keharmonisan yang bersifat saudara di antara kita.].

Matthew Henry (tentang Ef 2:14): “Now Jesus Christ is our peace, v. 14. He made peace by the sacrifice of himself; and came to reconcile, 1. Jews and Gentiles to each other.” [= Sekarang Yesus Kristus adalah damai kita, ay 14. Ia membuat damai oleh korban diriNya sendiri; dan datang untuk memperdamaikan, 1. Orang-orang Yahudi dan orang-orang non Yahudi satu dengan yang lain.].

Dua kelompok yang dulunya bermusuhan, setelah kedua kelompok itu sama-sama percaya kepada Yesus, lalu bersatu / berdamai. Misalnya: Yahudi dan non Yahudi, dan juga masuknya orang Samaria ke dalam gereja Yahudi (Kis 8).

2) Perlu diingat bahwa ketiga macam / jenis damai ini berhubungan satu sama lain.
Orang yang tidak damai dengan sesama tidak bisa damai dengan Allah (bdk. Matius 5:23-24 1Yoh 4:20-21).

1Yohanes 4:20-21 - “(20) Jikalau seorang berkata: ‘Aku mengasihi Allah,’ dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. (21) Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.”.

Matius 5:23-24 - “(23) Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, (24) tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.”.

Calvin (tentang Mat 5:23-24): “so long as a difference with our neighbor is kept up by our fault, we have no access to God. ... whatever we offer to God is polluted, unless, at least ‘as much as lieth in us,’ (Romans 12:18,) we are at peace with our brethren. ... God does not receive and acknowledge, as his sons, any who do not, in their turn, show themselves to be brethren to each other. Although it is only to those who have injured their brethren that these words are addressed, enjoining them ‘to do their endeavor to be reconciled to them,’ yet under one class he points out, how highly the harmony of brethren is esteemed by God.” [= selama suatu perbedaan dengan sesama kita dipertahankan oleh kesalahan kita, kita tidak mempunyai akses kepada Allah. ... apapun yang kita persembahkan kepada Allah dikotori / dinajiskan, kecuali, setidaknya ‘sejauh itu tergantung kepada kita’, (Ro 12:18), kita ada dalam damai dengan saudara-saudara kita. ... Allah tidak menerima dan mengakui, sebagai anak-anakNya, siapapun yang dalam kesempatan mereka tidak menunjukkan diri mereka sebagai saudara satu dengan yang lain. Sekalipun hanya terhadap mereka yang telah menyakiti saudara mereka kata-kata ini ditujukan, memerintahkan mereka ‘untuk melakukan usaha mereka untuk diperdamaikan dengan mereka’, tetapi dalam satu kelompok Ia menunjukkan, betapa keharmonisan dengan saudara dinilai dengan tinggi oleh Allah.].

Roma 12:18 - “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!”.

Dan orang yang tidak damai dengan Allah tidak akan mempunyai damai dalam hati.

3) Ketiga damai di atas dipengaruhi oleh dosa!
Kalau kita berbuat dosa, apalagi dengan sengaja, maka:

a) Sekalipun kita tidak kembali menjadi musuh Allah, tetapi hubungan / persekutuan dengan Allah jadi renggang.
Jadi, begitu kita sadar akan adanya suatu dosa, kita harus mengakuinya kepada Tuhan, dan bertobat darinya.

b) Damai dalam hati bisa hancur dan berubah menjadi kegelisahan, kesumpekan dsb.
Sebaliknya, makin kita taat, makin besar damai dalam hati ini.

Filipi 4:6-9 - “(6) Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. (7) Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. (8) Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. (9) Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.”.

Mazmur 119:165 - “Besarlah ketenteraman pada orang-orang yang mencintai TauratMu, tidak ada batu sandungan bagi mereka.”.

Yesaya 26:3 - “Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepadaMulah ia percaya.”.

Francois de Salignac de La Mothe Fenelon: “Peace doth not dwell in outward things, but within the soul; we may preserve it in the midst of the bitterest pain, if our will remain firm and submissive. Peace in this life springs from acquiescence, not in an exemption of suffering.” [= Damai tidak tinggal dalam hal-hal lahiriah, tetapi di dalam jiwa; kita bisa menjaganya tetap utuh di tengah-tengah rasa sakit yang paling pahit, jika kehendak kita tetap teguh dan tunduk. Damai dalam kehidupan ini keluar / muncul dari penerimaan tanpa protes, bukan dalam suatu kebebasan dari penderitaan.] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 486.

George Eliot: “I could not live in peace if I put the shadow of a wilful sin between myself and God.” [= Saya tidak bisa hidup dalam damai jika saya meletakkan bayangan dari suatu dosa sengaja / tegar tengkuk antara saya sendiri dan Allah.] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 486.

Kalau ada dosa yang membuat kita kehilangan damai dalam hati, maka sama seperti di atas, kita harus bertobat dari dosa itu, maka damai itu akan kembali lagi.

Sharing: damai hilang karena mau berkelahi, dan setelah sadar saya yang salah, saya tetap tak mau minta maaf. Setelah minta maaf, damai pulih lagi.

c) Damai dengan sesama, bahkan dengan sesama saudara seiman, juga bisa hancur, dan berubah menjadi perpecahan, permusuhan dsb.

Markus 9:30-34 - “(30) Yesus dan murid-muridNya berangkat dari situ dan melewati Galilea, dan Yesus tidak mau hal itu diketahui orang; (31) sebab Ia sedang mengajar murid-muridNya. Ia berkata kepada mereka: ‘Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit.’ (32) Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepadaNya. (33) Kemudian tibalah Yesus dan murid-muridNya di Kapernaum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya kepada murid-muridNya: ‘Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?’ (34) Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka.”.

Lukas 22:22-24 - “(22) Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!’ (23) Lalu mulailah mereka mempersoalkan, siapa di antara mereka yang akan berbuat demikian. (24) Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka.”.

Yohanes 12:3-6 - “(3) Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu. (4) Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: (5) ‘Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?’ (6) Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.”.

Matius 26:8 - “Melihat itu murid-murid gusar dan berkata: ‘Untuk apa pemborosan ini?”.

Cicero: “I prefer the most unfair peace to the most righteous war.” [= Saya lebih memilih damai yang paling tidak adil dari pada perang yang paling benar / adil.] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 485.

Kata-kata di atas ini gila, bandingkan dengan kata-kata Matthew Henry di bawah!

Matthew Henry: “Peace is such a precious jewel that I would give anything for it but truth.” [= Damai adalah suatu permata yang begitu berharga sehingga saya mau memberikan apapun untuknya kecuali kebenaran.] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 486.

Penutup / kesimpulan.

Apakah saudara sudah mempunyai ketiga macam damai di atas? Kalau belum, datanglah kepada Kristus, dan percayalah kepadaNya sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara.

Apakah saudara sudah percaya dan sudah mendapatkan ketiga damai di atas, tetapi sekarang semuanya memudar? Bertobatlah dari setiap dosa, maka semua akan dipulihkan dan ditingkatkan.

Anonymous: “Christmas is a time for ‘giving up’ sin, bad habits, and selfish pleasures. Christmas is a time for ‘giving in’ surrender to Christ, acceptance of Him as King. Christmas is a time for ‘giving out’ real giving, not swapping.” [= Natal adalah suatu saat untuk ‘meninggalkan’ dosa, kebiasaan-kebiasaan buruk, dan kesenangan-kesenangan yang egois. Natal adalah suatu saat untuk ‘menyerah’ kepada Kristus, menerima Dia sebagai Raja. Natal adalah suatu saat untuk ‘memberikan / membagi-bagikan’ pemberian yang sungguh-sungguh, bukan barter / perdagangan.] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 106.

Kiranya Tuhan memberkati saudara sekalian. Selamat Hari Natal!
YESUS BAWA DAMAI ATAU PEDANG? (MATIUS 10:34-36)
-AMIN-
Next Post Previous Post