JURUSELAMAT YANG LAHIR DI BETLEHEM

Pdt.Samuel T. Gunawan.,M.Th.
JURUSELAMAT YANG LAHIR DI BETLEHEM
JURUSELAMAT YANG LAHIR DI BETLEHEM. “(Matius 2:5) Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi : (2:6) Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel” (Matius 2:5-6; Bandingkan Mikha 5:2)

RAMALAN MIKHA

Nabi Mikha meramalkan bahwa Mesias akan dilahirkan di Betlehem (Mikha 5:1) dan itu menurut Matius menunjuk kepada Kristus yang dilahirkan di Betlehem (Matius 2:5-6; Bandingkan Lukas 2:4-11). Namun kita mengetahui bahwa Yusuf dan Maria tinggal di kota Nazaret di Galilea, bukan di Betlehem. Ketika kelahiran Yesus diberitahukan oleh malaikat Gabriel, Maria yang sudah bertunangan dengan Yusuf, tinggal di Nazaret di daerah Galilea (Lukas 1:26-27). 

Sampai usia kandungan Maria mencapai sembilan bulan, Yusuf dan Maria masih tinggal di Nazaret. Bahkan Yesus dibesarkan oleh Yusuf dan Maria di Nazaret, sehingga Yesus disebut sebagai “orang Nazaret” (Matius 2:23; Lukas 2:39; Matius 21:11; 26:71; Kisah Para Rasul 2:22). Menurut pikiran manusia yang terbatas, ini adalah sebuah masalah! Bagaimana Allah akan mengaturnya agar Yesus yang sedang dikandung dalam rahim Maria, harus lahir di Betlehem dan bukan diNazaret? 

PERAN KAISAR AGUSTUS 

Lukas melaporkan sebuah peristiwa penting yaitu sensus penduduk pertama di dunia yang diperintahkan oleh Kaisar Agustus dari Romawi, melalui Kirenius yang pada saat itu yang menjabat sebagai gubernur Siria, dan dilaksanakan oleh Herodes Agung selaku raja Yahudi pada masa itu. (Lukas 2:1-2), dimana setiap orang diwajibkan untuk kembali ke kota dan keluarga asal mereka. Hal inilah yang memaksa Yusuf, dengan membawa istrinya Maria yang sedang mengadung sembilan bulan untuk kembali ke Betlehem karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud (Lukas 2:3-5). 

Tidak ada pilihan lain bagi Yusuf ataupun pengecualiaan bagi Maria yang sedang hamil tua itu selain kembali ke Betlehem dengan menempuh perjalanan sejauh 96 kilometer dari Nazaret, sebuah perjalanan yang cukup jauh dan ditempuh selama beberapa hari dengan kondisi jalan dan transportasi yang ada pada masa itu. Karena perintah sensus penduduk oleh Kaisar Agustus tersebut, maka Yusuf dan Maria dengan terpaksa berangkat dari dataran rendah Nazarat di utara menuju dataran tinggi Betlehem di perbukitan Yudea sebelah Selatan. 

Dan tepat pada waktu mereka berada di Betlehem, tiba waktunya bagi Maria untuk bersalin dan melahirkan Yesus. Jadi, Allah sebenarnya memakai Kaisar Oktavianus dari Romawi yang lebih dikenal dengan sebutan Kaisar Agustus, untuk memindahkan Yusuf dan Maria ke tempat yang tepat di Betlehem dan pada waktu yang tepat ketika usia kandungan Maria telah siap untuk bersalin dan melahirkan Yesus (Lukas 2:6-7). Hal tersebut di atas menyingkapkan kebenaran yang sangat penting bagi kita. 

KEBENARAN PRAKTIS YANG BISA PELAJARI

Pertama, Allah tidak bergantung kepada siapapun untuk menggenapi rencanaNya. Ia memakai orang-orang dan siapa saja menurut kehendakNya. Apakah kita mengetahui atau tidak, Allah tetaplah Allah yang berdaulat atas segala sesuatu. Apakah kita mengakui atau tidak mengakui, sedikitpun tidak berpengaruh terhadap kedaulatan Allah. Ia tetap Allah yang berdaulat! Seringkali kita dengan salahnya berpikir bahwa Tuhan hanya memakai mereka yang sepenuhnya mengabdi kepada Dia. 

Tentu saja itu tidak terjadi disini! Kaisar Agustus adalah salah satu kaisar yang paling jahat dari semua kaisar. Ia mengumumkan dirinya sebagai allah, namun dialah yang Allah pakai untuk memindahkan Yusuf dan Maria, yang adalah orang tua Kristus secara jasmaniah ke tempat yang benar. Kaisar ini sama sekali tidak mengerti bahwa Allah memakainya untuk melakukan hal tersebut saat ia mengumumkan sensus penduduk dunia pada waktu itu. 

Kedua, Allah mengatur segala sesuatu dan mengarahkan untuk menggenapinya. tampaknya Yusuf dan Maria tidak mengetahui nubuatan Mikha. Seandainya mereka mengetahui sekalipun, mereka tidak pernah berpikir bahwa nubuatan itu akan melibatkan mereka. Jadi disini mereka pergi ke Betlehem bukan karena kesadaran mereka sendiri dalam pengertian karena mereka mengetahui nubuatan nabi Mikha, atau pun karena ketaatan mereka kepada Allah, melainkan dilakukan karena terpaksa karena sensus penduduk atas perintah Kaisar Agustus. 

Disini kita melihat, bahwa Allahlah yang mengatur segala sesuatunya. Hal ini juga mengajarkan kita bahwa kita tidak harus menggenapi rencana kehendak Allah dengan kekuatan kita sendiri; Ia mampu secara ilahi mengatur keadaan-keadaan kita untuk mengarahkan jalan kita di jalan-jalanNya. Yang harus kita lakukan adalah mencari Dia, dan Ia akan mengarahkan jalan-jalan kita (Amsal 3:6).

KEDAULATAN ALLAH DAN KETETAPANNYA

Kedaulatan Allah berarti bahwa Allah adalah Pribadi yang utama dan yang tertinggi kekuasaanNya di alam semesta. Ia mencipta, memelihara, dan memerintah segala sesuatu secara sempurna. Ia sepenuhnya menguasai segala sesuatu, dan semua mahluk ciptaan berada dibawah kendaliNya, dan ia berbuat segala sesuatu kepada mereka sesuai dengan yang dikehendakiNya. Ajaran tentang kedaulatan Allah bukanlah ajaran dan rekayasa manusia, bukan juga hak eksklusif pandangan teologi tertentu, melainkan ajaran yang dinyatakan (diwahyukan) Allah di dalam Alkitab. 

Ada begitu banyak ayat Alkitab yang mangacu pada kedaulatan Tuhan, berikut ini beberapa diantaranya: Kejadian 14:19; 17:1; Kejadian 45:5-8; Keluaran 18:11; Ulangan 10:14,17; 1 Tawarikh 29:11,12; 2 Tawarikh 20:6; Nehemia 9:6; Mazmur 22:28; 47:2-8; 50:10-12; 95:3-5; 115:3; 135:5-6; 145:11-13; Amsal 16:33; 19:21; Yesaya 46:9-11; Yeremia 27:5; 29:11; Daniel 4:35; Matius 10:29-31; Lukas 1:51-53; Kisah Para Rasul 1:16-20; 17:24-26; Efesus 1:4-5; Wahyu 19:6.

Karena Allah berdaulat, maka Ia telah telah menetapkan sebelumnya segala hal yang akan terjadi. Ketetapan-ketetapan itu merupakan rencana abadi Allah. Ia tidak membuat rencana-Nya atau mengubah rencana yang sudah ada menurut perkembangan sejarah manusia. Ia membuat rencana-rencana di dalam kekekalan, dan karena Ia tidak berubah maka semua rencana tersebut tidak pernah berubah (Mazmur 33:11; Yakobus 1:17). 

Dengan kata lain, tidak ada satu hal pun di dunia ini yang terjadi dengan sendirinya atau terjadi secara kebetulan (Efesus 1:4,11), dan tidak satu hal pun yang terlalu besar atau terlalu kecil untuk dimasukkan atau dikeluarkan dari ketetapan tersebut. Allah berdaulat dalam melaksanakan kehendakNya.

BACA JUGA: KELAHIRAN YESUS DI BETLEHEM

Kedaulatan Allah dinyatakan bukan saja dalam kehendakNya tetapi juga didalam kemahakuasaanNya, atau dalam kuasa untuk melakukan kehendakNya. Allah Mahakuasa sehingga sanggup melakukan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya (Daniel 4-35). Tujuan akhir dari semua ketetapan ilahi ialah kemuliaan Allah (Roma 11:36). 

Ketetapan-ketetapan itu tidak pertama-tama diarahkan untuk mendatangkan kebahagiaan bagi makhluk ciptaan-Nya, atau untuk penyempurnaan orang kudus, sekalipun kedua hal ini termasuk dalam tujuan-Nya, tetapi semua ketetapan ini dimaksudkan untuk kemuliaan Dia yang Mahasempurna (Bilangan 14:21; Yesaya 6:3). Penciptaan dari dunia ini dirancang untuk menyatakan kemuliaan Allah (Mazmur 19:2); Tindakan Allah yang berdaulat dimana Ia menetapkan orang percaya untuk diselamatkan adalah untuk memuji kemuliaan anugerahNya (Efesus 1:4-6,11-12). 

Allah dimuliakan dalam pernyataan dari anugerah yang tidak bersyarat (unconditional grace) seperti yang tertulis dalam Roma 9:23; Wahyu 4:11. Itulah sebabnya tidak keliru untuk beranggapan bahwa kesatuan tema dari Kitab suci adalah kemuliaan Allah. Bersama dengan rasul Paulus kita dapat berkata “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya” (Roma 11:36).

PENUTUP

Kelahiran Kristus di Betlehem merupakan penggenapan dari apa yang telah diramalkan (dinubuatkan) sebelumnya (Bandingkan Mikha 5:2, Matius 2:4-6). Allah merencanakan dan Ia juga yang mengarahkan segala sesuatu untuk menggenapi kehendakNya itu. Agar dapat meramalkan masa depan secara akurat seseorang harus omniscient (mengetahui segala sesuatu), omnipresent (hadir dimana-mana), dan omnipotent (memiliki segala kuasa). 

Peramal sejati harus mengetahui segala sesuatu, harus berada setiap saat di semua tempat, dan harus memiliki segala kuasa untuk memastikan bahwa ramalannya digenapi. Tuhan di dalam Alkitab mengajukan tantangan terhadap siapa saja yang hendak menjadi lawan terhadap kedaulatanNya atas alam semesta. 

Dasar dari tantangan itu adalah bahwa hanya Tuhan yang benar dan berdaulat yang dapat meramalkan masa depan secara akurat. Alkitab memberikan penegasan tentang kemampuan Tuhan menyingkapkan masa depan, misalnya seperti yang diungkapkan dalam Yesaya 41:21-24; 42:9; 44:6-8; 46:8-10; Daniel 2:20-22. 


Secara khusus di dalam Yesaya 46:9-10 dikatakan demikian, “Ingatlah hal-hal yang dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku, yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: Keputusan-Ku akan sampai, dan segala kehendak-Ku akan Kulaksanakan, yang memanggil burung buas dari timur, dan orang yang melaksanakan putusan-Ku dari negeri yang jauh. Aku telah mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya” (Yesaya 46:9-11). 

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah sebagai Pencipta langit dan bumi, adalah Allah yang berkuasa dan mengendalikan sejarah. Ia akan menggenapi apa yang Ia nubuatkan (katakan) dan melaksanakan apa yang Ia rencanakan (tetapkan). Apa yang dilakukannya adalah berdasarkan keputusan dan kehendakNya yang berdaulat. Karena Ia Allah maka semua pasti akan terlaksana, dan disini Ia mengajak Israel untuk percaya mutlak kepadaNya. JURUSELAMAT YANG LAHIR DI BETLEHEM.
Next Post Previous Post