EKSPOSISI GALATIA 3:23-25

Pdt.Budi Asali, M.Div.
EKSPOSISI GALATIA 3:23-25. Galatia 3:23-25 - “(23) Sebelum iman itu datang kita berada di bawah pengawalan hukum Taurat, dan DIKURUNG sampai iman itu telah dinyatakan. (24) Jadi hukum Taurat adalah PENUNTUN bagi kita SAMPAI KRISTUS DATANG, supaya kita dibenarkan karena iman. (25) Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan PENUNTUN.”.
EKSPOSISI GALATIA 3:23-25
otomotif, gadget, bisnis
Galatia 3: 24a (LAI): “Jadi hukum Taurat adalah PENUNTUN bagi kita SAMPAI KRISTUS DATANG”. Ini salah terjemahan, dan persis sama salahnya dengan terjemahan dari RSV.

KJV: ‘Wherefore the law was our schoolmaster TO BRING US unto Christ,’ [= Karena itu hukum Taurat adalah guru / penuntun kita UNTUK MEMBAWA KITA kepada Kristus,].

Catatan: dalam KJV kata-kata ‘to bring us’ [= untuk membawa kita] dicetak dengan huruf miring, untuk menunjukkan bahwa kata-kata itu tidak ada dalam bahasa aslinya. NIV/NASB menyuplai dengan kata-kata ‘to lead us’ [= untuk membimbing kita].

Jadi terjemahan hurufiahnya, adalah: “Jadi / karena itu hukum Taurat adalah guru / penuntun kita kepada Kristus”.

Calvin (tentang Galatia 3:23): “We must again remind the reader that Paul does not treat exclusively of ceremonies, or of the moral law, but embraces the whole economy by which the Lord governed his people under the Old Testament. ... Paul compares this law first to a ‘prison,’ and next to a ‘schoolmaster.’” [= Kita harus mengingatkan para pembaca lagi bahwa Paulus tidak membicarakan secara eksklusif tentang Ceremonial Law atau tentang Moral Law, tetapi merangkul seluruh struktur dengan mana Tuhan memerintah umatNya di bawah Perjanjian Lama. ... Paulus membandingkan hukum Taurat ini pertama-tama dengan suatu ‘penjara’, dan selanjutnya dengan seorang ‘guru’.].

Catatan: tentang ‘penjara’ perhatikan kata ‘dikurung’ (Galatia 3:23), dan tentang ‘guru’ perhatikan kata ‘penuntun’ (Galatia 3:24,25).

Tentang arti dari kata ‘dikurung’ dalam ay 23, William Hendriksen mengatakan sebagai berikut:

“Now before this faith in the Christ of history arrived, hence during the old dispensation, ‘we,’ says Paul, ‘were kept in custody’ under law. God’s moral law filled the hearts of the Jews with a sense of guilt and inadequacy. They were obliged to fulfil it, yet were unable to do so. Of course, even then there was a way of escape provided by the Lord himself, namely, trust in God’s promise concerning the ‘seed,’ and thus salvation ‘without money and without price’ (Gen. 3:15; 22:18; 49:10; II Sam. 7:13; Job 19:23–27; Ps. 40:6, 7; Isa. 1:18; 9:1, 2, 6; 40:1–5, 11; 53; 55:1, 6, 7; Jer. 23:6; Mic. 5:2; Zech. 13:1), but most of the Jews had failed to avail themselves of this glorious opportunity. They refused to grasp the hand that was extended to them, and instead began to look upon strict obedience to law as a means whereby they must try to obtain salvation FOR and BY themselves. Not only the moral law must be kept, however, but also the ceremonial. The latter was interpreted and re-interpreted. It was ‘embellished’ by the rabbis, augmented almost beyond recognition, until its observance had become an oppressive burden, a galling yoke, from which no mere man offered any way of escape. Because of their own stubbornness the law, in its most comprehensive sense, thus held the Jews in strictest custody; ... The Jews, then, were locked up, shut in from every side (as in verse 22). But God’s grand design was to be openly revealed, so that the stubbornness of men, for which they, they alone, were responsible, would lead to the open display of his mercy: ‘being locked up with a view to the faith that was to be revealed’ in connection with the coming and work of the Redeemer and the outpouring of his Spirit.” [= Sebelum iman kepada ‘Kristus dari sejarah’ ini tiba, jadi selama jaman Perjanjian Lama, ‘kami / kita’, kata Paulus, ‘dijaga / ditahan’ di bawah hukum Taurat. Hukum moral Allah mengisi /memenuhi hati dari orang-orang Yahudi dengan suatu perasaan bersalah dan ketidak-cukupan. Mereka diwajibkan menggenapinya, tetapi tidak mampu melakukannya. Tentu saja, bahkan pada saat itu di sana ada suatu jalan lolos yang disediakan oleh Tuhan sendiri, yaitu kepercayaan pada janji-janji Allah berkenaan dengan ‘benih / keturunan’, dan dengan demikian keselamatan ‘adalah tanpa uang dan tanpa harga’ (Kej 3:15; 22:18; 49:10; 2Samuel 7:13; Ayub 19:23–27; Maz 40:7,8; Yesaya 1:18; 9:1,2,6; 40:1–5,11; 53; 55:1,6,7; Yeremia 23:6; Mikha 5:2; Zakh 13:1), tetapi kebanyakan orang Yahudi telah gagal untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang mulia ini. Mereka menolak untuk memegang tangan yang diulurkan kepada mereka, dan sebaliknya mulai memandang pada ketaatan yang ketat sebagai suatu cara / jalan dengan mana mereka harus berusaha untuk mendapatkan keselamatan UNTUK dan OLEH diri mereka sendiri. Tetapi, bukan hanya hukum moral harus ditaati, melainkan juga hukum upacara. Yang belakangan ini ditafsirkan dan ditafsirkan ulang. Itu ‘dihiasi / dibumbui’ oleh rabi-rabi, diperbanyak / ditambah sampai hampir tak bisa dikenali, sehingga ketaatan terhadapnya telah menjadi suatu beban yang sangat menekan, suatu kuk yang menyakitkan, dari mana tak ada semata-mata manusia biasa ditawari jalan lolos apapun. Karena kekeraskepalaan mereka hukum Taurat, dalam arti yang paling luas / menyeluruh, menahan orang-orang Yahudi dalam penjagaan yang paling ketat; ... Jadi, orang-orang Yahudi dikurung, dikurung dari setiap sisi (seperti dalam ay 22). Tetapi rancangan yang agung / hebat dari Allah harus dinyatakan secara terbuka, sehingga kekeraskepalaan manusia, untuk mana mereka, mereka sendiri, bertanggung jawab, akan membimbing pada pertunjukan terbuka dari belas kasihanNya: ‘dikurung dengan suatu pandangan pada iman yang akan dinyatakan’ berkenaan dengan kedatangan dan pekerjaan dari sang Penebus dan pencurahan RohNya.].

Galatia 3:22 - “Tetapi Kitab Suci telah mengurung segala sesuatu di bawah kekuasaan dosa, supaya oleh karena iman dalam Yesus Kristus janji itu diberikan kepada mereka yang percaya.”.

Calvin (tentang Galatia 3:23): “Faith denotes the full revelation of those things which, during the darkness of the shadows of the law, were dimly seen; for he does not intend to say that the fathers, who lived under the law, did not possess faith. ... The doctrine of faith, in short, is attested by Moses and all the prophets: but, as faith was not then clearly manifested, so the time of faith is an appellation here given, not in an absolute, but in a comparative sense, to the time of the New Testament. That this was his meaning is evident from what he immediately adds, that they were ‘shut up under the faith which should afterwards be revealed;’ for this implies that those who were under the custody of the law were partakers of the same faith.” [= Iman menunjukkan penyataan / wahyu penuh dari hal-hal itu yang, selama kegelapan dari bayangan dari hukum Taurat, dilihat secara kabur / tidak jelas; karena ia tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa bapa-bapa, yang hidup di bawah hukum Taurat, tidak memiliki iman. ... Singkatnya, doktrin tentang iman, ditegaskan oleh Musa dan semua nabi-nabi: tetapi, karena iman pada saat itu tidak dimanifestasikan dengan jelas, maka saat / jaman dari iman adalah suatu penyebutan yang diberikan di sini, bukan dalam arti yang mutlak tetapi dalam arti perbandingan, dengan saat / jaman Perjanjian Baru. Bahwa ini adalah artinya adalah jelas dari apa yang langsung ia tambahkan, bahwa mereka ‘dikurung di bawah iman yang harus dinyatakan belakangan’; karena ini secara implicit menunjukkan bahwa mereka, yang ada di bawah penjagaan / pengawasan dari hukum Taurat, adalah pengambil-pengambil bagian dari iman yang sama.].

Calvin (tentang Galatia 3:23): “Faith was not yet revealed, not because the fathers wanted light, but because they had less light than we have. The ceremonies might be said to shadow out an absent Christ, but to us he is represented as actually present, and thus while they had the mirror, we have the substance. Whatever might be the amount of darkness under the law, the fathers were not ignorant of the road in which they ought to walk. Though the dawn is not equal to the splendor of noon, yet, as it is sufficient to direct a journey, travelers do not wait till the sun is fully risen. Their portion of light resembled the dawn, which was enough to preserve them from all error, and guide them to everlasting blessedness.” [= Iman belum dinyatakan, bukan karena bapa-bapa tidak mempunyai terang, tetapi karena mereka mempunyai lebih sedikit terang dari yang kita punyai. Upacara-upacara bisa dikatakan membayangkan seorang Kristus yang absen, tetapi bagi kita Ia digambarkan sebagai hadir secara sungguh-sungguh, dan karena itu sementara mereka mempunyai cermin, kita mempunyai hakekatnya. Seberapapun jumlah kegelapan di bawah hukum Taurat, bapa-bapa bukannya tidak tahu tentang jalan dalam mana mereka harus berjalan. Sekalipun subuh tidak setara dengan terangnya tengah hari, tetapi karena itu cukup untuk mengarahkan suatu perjalanan, para pelancong tidak menunggu sampai matahari terbit sepenuhnya. Bagian terang mereka menyerupai subuh, yang cukup untuk menjaga mereka dari kesalahan, dan membimbing mereka pada keadaan diberkati yang kekal.].

Calvin (tentang Galatia 3:24): “A schoolmaster is not appointed for the whole life, but only for childhood, as the etymology of the Greek word παιδαγωγός implies. Besides, in training a child, the object is to prepare him, by the instructions of childhood, for maturer years. ... he adds, that it was our schoolmaster (εἰς Χριστὸν) ‘unto Christ.’ The grammarian, when he has trained a boy, delivers him into the hands of another, who conducts him through the higher branches of a finished education. In like manner, the law was the grammar of theology, which, after carrying its scholars a short way, handed them over to faith to be completed. Thus, Paul compares the Jews to children, and us to advanced youth.” [= Seorang guru / penuntun tidak ditetapkan untuk seluruh hidup, tetapi hanya untuk masa kanak-kanak, seperti yang ditunjukkan secara implicit oleh etymology / asal usul dari kata Yunani PAIDAGOGOS. Disamping, dalam melatih seorang anak, tujuannya adalah untuk mempersiapkan dia, oleh pengajaran dari masa kanak-kanak, untuk tahun-tahun yang lebih matang / dewasa. ... ia menambahkan, bahwa itu (hukum Taurat) adalah guru / penuntun kita (EIS KHRISTON) ‘kepada Kristus’. Ahli gramatika, pada waktu ia telah melatih seorang anak, menyerahkannya ke dalam tangan dari orang lain, yang menuntun dia melalui bagian-bagian yang lebih tinggi dari suatu pendidikan tertinggi. Dengan cara yang sama, hukum Taurat adalah gramatika dari theologia, yang setelah membawa pelajar-pelajarnya secara singkat, menyerahkan mereka kepada iman untuk disempurnakan / dilengkapkan. Jadi, Paulus membandingkan orang-orang Yahudi dengan anak-anak, dan kita dengan orang muda yang lebih maju / tinggi.].

Catatan: etymology = ilmu asal usul kata.

Calvin (tentang Galatia 3:24): “But a question arises, what was the instruction or education of this schoolmaster? First, the law, by displaying the justice of God, convinced them that in themselves they were unrighteous; for in the commandments of God, as in a mirror, they might see how far they were distant from true righteousness. They were thus reminded that righteousness must be sought in some other quarter. The promises of the law served the same purpose, and might lead to such reflections as these: ‘If you cannot obtain life by works but by fulfilling the law, some new and different method must be sought. Your weakness will never allow you to ascend so high; nay, though you desire and strive ever so much, you will fall far short of the object.’ The threatenings, on the other hand, pressed and entreated them to seek refuge from the wrath and curse of God, and gave them no rest till they were constrained to seek the grace of Christ.” [= Tetapi suatu pertanyaan muncul, apa instruksi atau pendidikan dari guru / penuntun ini? Pertama, hukum Taurat, dengan menunjukkan keadilan Allah, meyakinkan mereka bahwa dalam diri mereka sendiri mereka tidak benar; karena dalam perintah-perintah Allah, seperti dalam sebuah cermin, mereka bisa melihat betapa jauh mereka dari kebenaran yang sejati. Dengan demikian mereka diingatkan bahwa kebenaran harus dicari di tempat lain. Janji-janji dari hukum Taurat mempunyai tujuan / fungsi yang sama, dan bisa membimbing pada pikiran-pikiran seperti ini: ‘Jika kamu tidak bisa mendapatkan kehidupan oleh perbuatan-perbuatan baik kecuali dengan menggenapi hukum Taurat, suatu metode yang baru dan berbeda harus dicari. Kelemahanmu tidak pernah mengijinkan kamu untuk naik begitu tinggi; tidak, sekalipun kamu ingin dan berjuang begitu banyak, kamu mencapai jauh dari tujuannya’. Di sisi lain, ancaman-ancamannya menekan dan mendesak mereka untuk mencari perlindungan dari murka dan kutuk dari Allah, dan tidak memberi mereka istirahat / ketenangan sampai mereka dipaksa untuk mencari kasih karunia Kristus.].

Calvin (tentang Galatia 3:24): “Such too, was the tendency of all the ceremonies; for what end did sacrifices and washings serve but to keep the mind continually fixed on pollution and condemnation? When a man’s uncleanness is placed before his eyes, when the unoffending animal is held forth as the image of his own death, how can he indulge in sleep? How can he but be roused to the earnest cry for deliverance? Beyond all doubt, ceremonies accomplished their object, not merely by alarming and humbling the conscience, but by exciting them to the faith of the coming Redeemer. In the imposing services of the Mosaic ritual, every thing that was presented to the eye bore an impress of Christ. The law, in short, was nothing else than an immense variety of exercises, in which the worshippers were led by the hand to Christ.” [= Demikian juga, kecenderungan dari semua upacara-upacara; karena apa tujuan dari korban-korban dan pembasuhan-pembasuhan kecuali menjaga supaya pikiran terus menerus terpancang pada polusi dan penghukuman? Pada waktu kenajisan seseorang ditempatkan di depan matanya, pada waktu binatang yang tidak melanggar hukum dibicarakan sebagai gambaran dari kematiannya sendiri, bagaimana ia bisa memuaskan diri dalam tidur? Bagaimana ia bisa tidak dibangkitkan pada teriakan yang sungguh-sungguh untuk pembebasan? Tak ada keraguan, upacara-upacara mencapai tujuan mereka, bukan semata-mata dengan memperingati dan merendahkan hati nurani, tetapi dengan membangkitkan / merangsang mereka pada iman dari / tentang Penebus yang mendatang. Dalam menegakkan pelayanan-pelayanan dari upacara-upacara Musa, segala sesuatu yang ditunjukkan pada mata mengandung / memuat kesan / tanda dari Kristus. Singkatnya, hukum Taurat bukan lain dari suatu keaneka-ragaman yang besar dari gerakan / latihan, dalam mana para penyembah dibimbing / dituntun dengan tangan kepada Kristus.].

Bdk. Ibrani 10:1-4 - “(1) Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya. (2) Sebab jika hal itu mungkin, pasti orang tidak mempersembahkan korban lagi, sebab mereka yang melakukan ibadah itu tidak sadar lagi akan dosa setelah disucikan sekali untuk selama-lamanya. (3) Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa. (4) Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa.”.


Calvin (tentang Galatia 3:25): “‘But after that faith is come.’ This phrase has been already considered. It denotes the brighter revelation of grace after that ‘the vail of the temple was rent in twain,’ (Matthew 27:51,) which, we know, was effected by the manifestation of Christ. He affirms that, under the reign of Christ, there is no longer any childhood which needs to be placed under a schoolmaster, and that, consequently, the law has resigned its office, - which is another application of the comparison. There were two things which he had undertaken to prove, - that the law is a preparation for Christ, and that it is temporal. But here the question is again put, Is the law so abolished that we have nothing to do with it? I answer, the law, so far as it is a rule of life, a bridle to keep us in the fear of the Lord, a spur to correct the sluggishness of our flesh, - so far, in short, as it is ‘profitable for doctrine, for reproof, for correction, for instruction in righteousness, that believers may be instructed in every good work,’ (2 Timothy 3:16, 17,) - is as much in force as ever, and remains untouched.” [= ‘Tetapi setelah iman itu datang’. Ungkapan ini telah dipertimbangkan / dipikirkan. Itu menunjuk pada penyataan / wahyu yang lebih terang tentang kasih karunia setelah ‘tirai Bait Suci terbelah dua’ (Matius 27:51), yang, kita tahu, dihasilkan / disebabkan oleh manifestasi dari Kristus. Ia menegaskan bahwa, di bawah pemerintahan Kristus, di sana tidak ada lagi masa kanak-kanak yang membutuhkan untuk ditempatkan di bawah seorang guru / penuntun, dan bahwa, sebagai akibatnya, hukum Taurat telah meletakkan jabatannya / mundur dari jabatannya, - yang merupakan penerapan yang lain dari perbandingan itu. Di sana ada dua hal yang telah ia usahakan untuk buktikan, - bahwa hukum Taurat adalah suatu persiapan untuk Kristus, dan bahwa hukum Taurat bersifat sementara. Tetapi di sini pertanyaannya diberikan lagi, ‘APAKAH HUKUM TAURAT DIHAPUSKAN SEDEMIKIAN RUPA SEHINGGA KITA TAK LAGI MEMPUNYAI URUSAN APAPUN DENGANNYA? Saya menjawab, HUKUM TAURAT, SEJAUH ITU MERUPAKAN PERATURAN KEHIDUPAN, suatu kekang untuk menjaga kita dalam rasa takut akan Tuhan, suatu pendorong untuk membetulkan kelambanan daging kita, - singkatnya, sejauh itu berguna untuk ajaran, untuk teguran, untuk perbaikan, untuk instruksi dalam kebenaran, supaya orang-orang percaya bisa diajar dalam setiap pekerjaan / perbuatan baik’, (2Tim 3:16-17), - TETAP BERLAKU SEPERTI SEBELUMNYA, DAN TETAP TAK TERSENTUH.].

2Timotius 3:16-17 - “(16) Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (17) Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.”.

Bagian yang saya garis-bawahi itu salah terjemahan!

NASB: ‘All Scripture is inspired by God’ [= Seluruh Kitab Suci diilhamkan oleh Allah].

Calvin (tentang Galatia 3:25): “In what respect, then, is it abolished? Paul, we have said, looks at the law as possessing certain qualities, and those qualities we shall enumerate. It annexes to works a reward and a punishment; that is, it promises life to those who keep it, and curses all transgressors. Meanwhile, it requires from man the highest perfection and most exact obedience. It makes no abatement, gives no pardon, but calls to a severe reckoning the smallest offenses. It does not openly exhibit Christ and his grace, but points him out at a distance, and only when hidden by the covering of ceremonies. All such qualities of the law, Paul tells us, are abolished; so that the office of Moses is now at an end, SO FAR AS IT DIFFERS IN OUTWARD ASPECT FROM A COVENANT OF GRACE.” [= Jadi, dalam hal apa itu (hukum Taurat) dihapuskan? Paulus, seperti telah kami katakan, melihat hukum Taurat sebagai memiliki kwalitet-kwalitet tertentu, dan kwalitet-kwalitet itu akan kami sebutkan satu per satu. Hukum Taurat menggabungkan perbuatan dengan pahala dan hukuman; yaitu, hukum Taurat menjanjikan kehidupan kepada mereka yang mentaatinya, dan mengutuk semua pelanggar. Sementara itu, hukum Taurat menuntut dari manusia kesempurnaan tertinggi dan ketaatan yang paling persis / seksama. Hukum Taurat tidak membuat pengurangan, tidak memberikan pengampunan, tetapi memperhitungkan dengan keras pelanggaran-pelanggaran yang terkecil. Hukum Taurat tidak secara terbuka menunjukkan Kristus dan kasih karuniaNya, tetapi menunjuk kepadaNya dari jauh, dan hanya pada waktu tersembunyi oleh penutup dari upacara-upacara. Semua kwalitet-kwalitet hukum Taurat seperti itu, Paulus memberitahu kita, dihapuskan; sehingga jabatan Musa sekarang berakhir, SEJAUH ITU BERBEDA DALAM ASPEK LAHIRIAH DARI SUATU PERJANJIAN KASIH KARUNIA.].

Jadi dari 2 kutipan terakhir di atas, Calvin telah menunjukkan dalam arti apa hukum Taurat masih berlaku, dan dalam arti apa hukum Taurat sudah dihapuskan / tidak berlaku.

Adam Clarke (tentang Galatia 3:24): “‘The law was our schoolmaster’ ... The law was our pedagogue unto Christ. The PAIDAGOOGOS, ‘pedagogue,’ is not the schoolmaster, but the servant who had the care of the children to lead them to and bring them back from school, and had the care of them out of school hours. Thus the law did not teach us the living, saving knowledge; but, by its rites and ceremonies, and especially by its sacrifices, it directed us to Christ, that we might be justified by faith.” [= ‘Hukum Taurat adalah guru / penuntun kita’ ... Hukum Taurat adalah ‘pedagogue’ kita kepada Kristus. PAIDAGOGOS, ‘pedagogue’ bukanlah sang guru, tetapi pelayan yang mengasuh anak-anak untuk membimbing mereka ke sekolah dan membawa mereka kembali dari sekolah, dan mengasuh / memperhatikan mereka di luar jam sekolah. Jadi / maka hukum Taurat tidak mengajar kita pengetahuan yang hidup, menyelamatkan; tetapi oleh upacara-upacaranya, dan khususnya oleh korban-korbannya, itu mengarahkan kita kepada Kristus, supaya kita bisa dibenarkan oleh iman.].

Catatan: ‘pedagogue’ bukanlah guru tetapi budak yang mengantar anak ke sekolah. Hendriksen dan Barclay juga memberi arti yang sama seperti yang diberikan oleh Adam Clarke tentang kata PAIDAGOGOS ini.

Lenski (tentang Galatia 3:24): “Paul is speaking of the ceremonial contents of the Mosaic law which were completely abrogated when Christ came, which had fulfilled the purpose for which they had been given when the faith was revealed (Galatia 3: 23). Yes, all the ceremonial regulations served just as a slave-guardian did for the boy in his charge.” [= Paulus sedang berbicara tentang isi upacara / ceremonial dari hukum Taurat Musa yang sama sekali dihapuskan pada waktu Kristus datang, yang telah menggenapi tujuan untuk mana mereka telah diberikan pada waktu iman dinyatakan (Galatia 3: 23). Ya, semua peraturan-peraturan upacara / ceremonial hanya berfungsi hanya seperti yang dilakukan oleh seorang budak penjaga untuk anak yang ada dalam tanggung jawabnya.].

Jadi Lenski menganggap ini hanya bicara tentang Ceremonial Law, yang memang dihapuskan karena sudah digenapi oleh Kristus.

Jadi, lagi-lagi ada beberapa penafsiran tentang Galatia 3:23-25 ini, tetapi tak ada dari tafsiran manapun yang menganggap bahwa text ini menunjukkan bahwa hukum moral dari hukum Taurat sudah dihapuskan!. EKSPOSISI GALATIA 3:23-25.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Next Post Previous Post