MATIUS 27:35-44 (KEMATIAN YESUS DI KAYU SALIB)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
MATIUS 27:35-44 (KEMATIAN YESUS DI KAYU SALIB)
Matius 27: 35:

1) Yesus disalibkan (Matius 27: 35a).

MATIUS 27:35-44 (KEMATIAN YESUS DI KAYU SALIB)
gadget, bisnis, otomotif
a) Ini merupakan penggenapan dari:
· Mazmur 22:17b.

· Sebagian dari Kejadian 3:15, yaitu ular (= setan) akan meremukkan tumit dari keturunan Hawa (= Yesus). Tetapi kalau sebagian dari Kejadian 3:15 digenapi, maka pastilah sebagian yang lain (keturunan Hawa akan meremukkan kepala ular / setan) juga akan digenapi. Dan ini terjadi pada saat Yesus bangkit dari antara orang mati.

b) Saat penyaliban.

Markus 15:25 mengatakan bahwa Yesus mulai disalibkan pada pukul 9 pagi [NIV / NASB / Lit: ‘the third hour’ (= jam yang ke 3).

Ini memang sama dengan pukul 9 pagi, karena orang Yahudi memulai hari mereka pada pukul 6 pagi].

Tetapi anehnya, Yohanes 19:14 mengatakan bahwa pada pukul 12 siang [NIV / NASB / Lit: ‘about the sixth hour’ (= jam yang ke 6)], Yesus masih diadili oleh Pontius Pilatus.

Ada 2 cara untuk menafsirkan Yoh 19:14 sehingga menjadi harmonis dengan Markus 15:25:

· Ini merupakan kesalahan ahli Taurat dalam mengcopy / menyalin Kitab Suci.

· Di sini Yohanes menggunakan waktu Romawi, bukan waktu Yahudi, sehingga ‘jam yang ke 6’ berarti pukul 6 pagi, bukan pukul 12 siang.

c) Bentuk salib.

Salib yang paling awal / mula-mula, hanya berbentuk sebuah tiang tegak (Catatan: kedua tangan dipakukan diatas kepala).

Kata Yunani yang diterjemahkan ‘salib’ adalah STAUROS, yang arti­nya adalah ‘tiang tegak’.

Setelah itu lalu muncul beberapa variasi dari salib, yaitu:

· seperti yang biasanya kita kenal, ada yang bagian vertikalnya lebih panjang, dan ada juga yang bagian horisontal dan vertikal­nya sama panjang.

· seperti huruf T.

· seperti huruf X.

Pada umumnya orang beranggapan bahwa salib yang digunakan untuk Yesus adalah yang pertama dari 3 bentuk di atas, karena dalam Mat 27:37 dikatakan bahwa diatas kepala Yesus terpasang tulisan, dan ini tak mungkin terjadi dengan salib yang berbentuk huruf T / X.

d) Tradisi penyaliban:

Pulpit Commentary: “Nails were driven through the hands and feet, and the body was supported partly by these and partly by a projecting pin of wood called the seat. The rest for the feet, often seen in picture, was never used” (= paku-paku menembus tangan dan kaki, dan tubuh disangga / ditopang sebagian oleh paku-paku ini dan sebagian lagi oleh sepotong kayu yang menonjol yang disebut ‘tempat duduk’. Tempat pijakan kaki, yang sering terlihat dalam gambar, tidak pernah digunakan).

William Barclay: “When they reached the place of crucifixion, the cross was laid flat on the ground. The prisoner was stretched upon it and his hands nailed to it. The feet were not nailed, but only loosely bound. Between the prisoner’s legs projected a ledge of wood called the saddle, to take his weight when the cross was raised upright - otherwise the nails would have torn through the flesh of the hands. The cross was then lifted upright and set in its socket - and the criminal was left to die ... Sometimes prisoners hung for as long as a week, slowly dying of hunger and thirst, suffer­ing sometimes to the point of actual madness” [= ketika mereka sampai di tempat penyaliban, salib itu ditidurkan di atas tanah. Orang hukuman itu direntangkan di atasnya, dan tangannya dipakukan pada salib itu. Kakinya tidak dipakukan, tetapi hanya diikat secara longgar. Di antara kaki-kaki dari orang hukuman itu (dise­langkangannya), menonjol sepotong kayu yang disebut sadel, untuk menahan berat orang itu pada waktu salib itu ditegakkan - kalau tidak maka paku-paku itu akan merobek daging di tangannya. Lalu salib itu ditegakkan dan dimasukkan di tempatnya - dan kriminil itu dibiarkan untuk mati .... Kadang-kadang, orang-orang hukuman tergantung sampai satu minggu, mati perlahan-lahan karena lapar dan haus, menderita sampai pada titik dimana mereka menjadi gila].

Catatan: Barclay menganggap bahwa yang dipaku hanyalah tangan saja. Kaki hanya diikat secara longgar, tetapi tidak dipaku. Ini ia dasarkan pada:

· tradisi.

· Yohanes 20:25,27 yang tidak menyebut-nyebut tentang bekas paku pada kaki.

Tetapi saya berpendapat bahwa Yesus dipaku bukan hanya tangannya, tetapi juga kakinya. Alasan saya:

¨ penulis-penulis lain ada yang mengatakan bahwa tradisinya tidak selalu seperti yang dikatakan oleh Barclay (misalnya penulis dari Pulpit Commentary yang saya kutip di atas). Juga tentang pemakuan kaki ini caranya tidak selalu sama. Ada orang yang kedua kakinya dipaku menjadi satu, dan ada juga yang kedua kakinya dipaku secara terpisah.

¨ Mazmur 22, yang adalah mazmur / nubuat tentang salib (baca seluruh mazmur itu), berkata pada ay 17b: ‘mereka menusuk tangan dan kakiku’.

¨ Dalam Lukas 24:39-40, Tuhan Yesus menunjukkan tangan dan kakiNya! Pasti karena ada bekas pakunya!

Barclay lalu mengutip kata-kata Klausner sebagai berikut:

“The criminal was fastened to his cross, already a bleeding mass from the scourging. There he hung to die of hunger and thirst and exposure, unable even to defend himself from the torture of the gnats and flies which settled on his naked body and on his bleed­ing wounds” [= kriminil itu dilekatkan / dipakukan pada salib; pada saat itu ia sudah penuh dengan darah karena pencambukan. Disana ia tergantung untuk mati karena lapar, haus dan kepanasan, bahkan tidak bisa membela dirinya sendiri dari siksaan dari serangga dan lalat yang hinggap pada tubuhnya yang telanjang dan pada luka-lukanya yang berdarah].

Barclay lalu mengatakan: “It is not a pretty picture but that is what Jesus Christ suffered - willingly - for us” (= itu bukanlah suatu gambaran yang bagus, tetapi itulah yang diderita oleh Yesus Kristus - dengan sukarela - bagi kita).

Penerapan:

· kalau sampai saat ini saudara masih belum percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan secara pribadi, maka sadarilah bahwa Ia sudah tersalib dan mati untuk menebus dosa umat manu­sia. Tetapi ini tidak ada gunanya bagi saudara, kalau saudara tidak mau percaya kepada Dia. Karena itu datanglah kepada Dia sekarang juga!

· Setiap kali saudara merasa bahwa Allah tidak / kurang mengasihi saudara, renungkan peristiwa penyaliban ini. Kalau Yesus tidak mengasihi saudara, bagaimana mungkin Ia mau mengalami semua itu untuk saudara? Kalau Bapa tidak mengasihi saudara, bagaimana mungkin Ia bisa merelakan AnakNya yang tunggal untuk mengalami semua itu bagi saudara?

· Setiap kali saudara merasa segan melakukan sesuatu untuk Tuhan, berkorban bagi Tuhan, kikir dalam memberikan persembahan bagi Tuhan dsb, maka renungkan penyaliban yang Yesus sudah rela alami demi saudara. Pantaskah semua itu saudara balas dengan keseganan saudara?

2) Pakaian Yesus diundi (Matius 27: 35b).

a) Ini merupakan penggenapan dari Mazmur 22:19 (bdk. Yohanes 19:23-24).

b) Calvin mengatakan bahwa Anak Allah ditelanjangi supaya oleh kete­lanjanganNya kita mendapatkan kekayaan yang membuat kita terhormat di hadapan Allah!

Calvin: “the Evangelists exhibits to us the Son of God stripped of his garments, in order to inform us, that by this nakedness we have obtained those riches which makes us honourable in the presence of God. God determined that his own Son should be stripped of his raiment, that we, clothed with his righteousness and with abundance of all good things, may appear with boldness in company with the angels, whereas formerly our loathsome and disgraceful aspect, in tattered garments, kept us back from approaching to heaven” (= sang penginjil menunjukkan kepada kita Anak Allah dilepaskan pakaianNya untuk memberi tahu kita bahwa oleh ketelanjangan ini kita telah mendapatkan kekayaan yang membuat kita terhormat di hadapan Allah. Allah menetapkan bahwa AnakNya sendiri harus ditelanjangi, supaya kita, dipakaiani dengan kebenaranNya dan dengan hal-hal baik yang berlimpah-limpah, bisa tampil dengan keberanian dalam kumpulan malaikat, padahal sebelumnya, aspek menjijikkan dan memalukan kita, dalam pakaian yang compang camping, menahan kita untuk mendekati surga) - hal 298.

c) Ketidak-pedulian dunia terhadap kasih Allah.

William Barclay: “No picture so shows the indifference of the world to Christ. There on the Cross Jesus was dying in agony; and there at the foot of the Cross the soldiers threw their dice as if it did not matter. ... The tragedy is not the hostility of the world to Christ; the tragedy is the world’s indifference which treats the love of God as if it did not matter” (= ) - ‘The Gospel of John’, vol 2, hal 254.

Matius 27: 36-37:

1) Tulisan yang ada di atas kepala Yesus.

Matius 27: 37: ‘Inilah Yesus, raja orang Yahudi’.

Markus 15:26: ‘Raja orang Yahudi’.

Lukas 23:38: ‘Inilah raja orang Yahudi’.

Yohanes 19:19: ‘Yesus, orang Nazaret, raja orang Yahudi’.

Ini tidak berarti bahwa keempat orang ini bertentangan satu sama lain. Mungkin sekali tulisan lengkapnya berbunyi: ‘Inilah Yesus, orang Nazaret, raja orang Yahudi’, sedangkan keempat penulis Kitab Suci itu masing-masing menuliskan sebagian saja.

2) Peristiwa pemberian tulisan di atas kepala Yesus ini diceritakan secara lebih lengkap dalam Yohanes 19:19-22. Jadi, tokoh-tokoh Yahudi itu sebetulnya keberatan dengan bunyi tulisan itu, tetapi pada waktu mereka memprotesnya, Pontius Pilatus menolak protes itu dengan tegas (Catatan: William Barclay menganggap bahwa Pontius Pilatus sengaja menuliskan tulisan itu untuk menjengkelkan orang-orang Yahudi).

Terhadap sikap Pontius Pilatus yang bisa menolak dengan tegas ini, William Barclay memberikan komentar sebagai berikut:

“Here is Pilate the inflexible, the man who will not yield an inch. So very short a time before, this same man had been weakly vacillat­ing as to whether to crucify Jesus or to let him go; and in the end had allowed himself to be bullied and blackmailed into giving the Jews their will. Adamant about the inscription, he had been weak about the crucifixion. It is one of the paradoxical things in life that we can be stubborn about things which do not matter and weak about things of supreme importance” (= Inilah Pilatus yang keras / tak dapat diubah, orang yang tak mau menyerah / mundur sedikitpun. Beberapa saat sebelum ini, orang yang sama ini terombang-ambing secara lemah mengenai apakah ia akan menyalibkan Yesus atau membe­baskanNya; dan pada akhirnya membiarkan dirinya sendiri digertak dan dipaksa dengan ancaman sehingga menuruti kemauan orang Yahudi. Ia tak mau menyerah tentang tulisan, tetapi ia lemah tentang penyaliban. Ini merupakan salah satu dari hal-hal yang paradox dalam kehidupan dimana kita bisa keras kepala tentang hal-hal yang tidak penting dan lemah tentang hal-hal yang sangat penting).

Penerapan / contoh:

· ada orang yang tegas / keras dalam hal-hal yang bersifat jasmani / duniawi, tetapi selalu plin plan / berkompromi dalam hal-hal yang bersifat rohani. Apakah saudara juga demikian?

· ada gereja yang keras dalam mempertahankan tradisi (misalnya: peng-gunaan Doa Bapa Kami dan 12 Pengakuan Iman Rasuli dalam kebak­tian, pemakaian toga, dsb), tetapi lemah dalam menjaga mimbar terha­dap nabi-nabi palsu / ajaran yang salah / sesat.

Matius 27: 38:

1) Ini merupakan penggenapan dari Yesaya 53:12 yang berbunyi ‘karena ia terhitung di antara pemberontak’ (bdk. Markus 15:27-28).

Menanggapi peristiwa penggenapan nubuat ini, Arthur W. Pink, dalam bukunya yang berjudul ‘The Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 24-25, mengatakan sebagai berikut:

“It was no accident that the Lord of Glory was crucified between two thieves. There are no accidents in a world that is governed by God. Much less could there have been any accident on that Day of all days, or in connection with that Event of all events - a Day and an Event which lie at the very centre of the world’s history. No; God was presiding over that scene. From all eternity He had decreed when and where and how and with whom His Son should die. Nothing was left to chance or the caprice of man. All that God had decreed came to pass exactly as He had ordained, and nothing happened save as He had eternally purposed. Whatsoever man did was simply that which God’s hand and counsel ‘determined to be done’ (Acts 4:28). When Pilate gave orders that the Lord Jesus should be crucified between the two malefactors, all unknown to himself, he was but putting into execu­tion the eternal decree of God and fulfilling His prophetic word. Seven hundred years before this Roman officer gave command, God had declared through Isaiah that His Son should be ‘numbered with the transgressors’ (Isa 53:12).”

“Not a single word of God can fall to the ground. ‘Forever, O LORD, Thy word is settled in heaven’ (Ps 119:89). Just as God had or­dained, and just as He had announced, so it came to pass.” [= bukanlah suatu kebetulan bahwa Tuhan Kemuliaan disalibkan di antara 2 pencuri. Tidak ada kebetulan dalam dunia yang diperintah oleh Allah. Lebih-lebih lagi tidak ada kebetulan pada Hari segala hari, atau dalam hubungannya dengan Peristiwa di antara segala peristiwa - suatu Hari dan Peristiwa yang terletak di pusat sejarah dunia. Tidak; Allah mengontrol adegan / peristiwa itu. Dari kekekalan Allah telah menentukan kapan dan dimana dan bagaimana dan dengan siapa AnakNya harus mati. Tidak ada yang terjadi karena kebetulan atau karena perubahan pikiran manusia. Semua yang telah Allah tentukan terjadi persis seperti yang Ia tentukan, dan tidak ada sesuatupun yang terjadi kecuali yang sudah Ia rencanakan secara kekal. Apapun yang manusia lakukan hanyalah apa yang kuasa / tangan dan rencana / kehendak Allah ‘tentukan untuk terjadi’ (Kis 4:28). Ketika Pilatus memberikan perintah supaya Tuhan Yesus disalibkan di antara 2 krimi­nil, tanpa ia sendiri sadari, ia sedang melaksanakan ketetapan kekal dari Allah dan menggenapi firman nubuatanNya. Tujuh ratus tahun sebelum pejabat Romawi ini memberikan perintah, Allah telah menyata­kan melalui nabi Yesaya bahwa AnakNya harus ‘diperhitungkan sebagai pemberontak / pelanggar’ (Yesaya 53:12).

Tidak satupun dari firman Allah bisa jatuh ke tanah / gagal. ‘Untuk selama-lamanya, ya TUHAN, firmanMu ditetapkan di surga’ (Mazmur 119:89 - diterjemahkan dari KJV). Persis seperti yang Allah telah tentukan, dan persis seperti yang Ia beritakan, begitulah hal itu terjadi].

Inti dari kata-kata Arthur Pink ini adalah: Yesus bisa tersalib di antara 2 penjahat itu bukan hanya karena sudah dinyatakan melalui nubuat Yesaya, tetapi karena sudah ditentukan / direncanakan oleh Allah dalam kekekalan.

2) Kematian Yesus di antara 2 penjahat itu adalah suatu perendahan yang luar biasa. Seseorang mengatakan bahwa Yesus yang adalah Allah itu, dilahirkan di antara binatang, dan mati di antara penjahat.

3) Yesus rela dianggap penjahat dan dihukum sebagai penjahat, sekalipun Ia adalah orang benar, supaya kita, yang adalah penjahat, dibenarkan oleh Allah.

Calvin: “It was the finishing stroke of the lowest disgrace when Christ was executed between two robbers; for they assigned him the most prominent place, as if he had been the prince of robbers. If he had been crucified apart from the other malefactors, there might have appeared to be a distinction between his case and theirs; but now he is not only confounded with them, but raised aloft, as if he had been by far the most detestable of all. ... In order that he might free us from condemnation, this kind of expiation was necessary, that he might place himself in our room. Here we perceive how dreadful is the weight of the wrath of God against sins, for appeasing which it became necessary that Christ, who is eternal justice, should be ranked with robbers. We see, also, the inestimable love of Christ towards us, who, in order that he might admit us to the society of the holy angels, permitted himself to be classed as one of the wicked” (= Ini merupakan pukulan yang mengakhiri dari kehinaan terendah pada waktu Kristus dihukum mati di antara dua perampok; karena mereka memberiNya tempat terutama, seakan-akan Ia adalah pangeran / pemimpin dari perampok. Seandainya Ia disalibkan terpisah dari penjahat-penjahat yang lain, maka akan terlihat suatu perbedaan antara kasusNya dengan kasus mereka; tetapi sekarang Ia bukan hanya dicampurkan dengan mereka, tetapi ditinggikan di atas, seakan-akan Ia adalah betul-betul yang paling menjijikkan dari semua. ... Supaya Ia bisa membebaskan kita dari penghukuman, penebusan seperti ini dibutuhkan, sehingga Ia bisa menempatkan diriNya di tempat kita. Di sini kita mengerti betapa menakutkan beban dari murka Allah terhadap dosa-dosa, karena untuk memuaskan tuntutanNya adalah perlu bahwa Kristus, yang adalah keadilan yang kekal, digolongkan dengan perampok-perampok. Kita juga melihat, kasih yang tak ternilai terhadap kita dari Kristus, yang, supaya bisa menerima kita dalam kumpulan malaikat-malaikat kudus, mengijinkan diriNya sendiri untuk digolongkan sebagai salah satu dari orang-orang jahat) - hal 302.

Matius 27: 39-44:

1) Yesus diejek oleh:

· orang-orang yang lewat (Matius 27: 39).

· tokoh-tokoh Yahudi (Matius 27: 41).

· penyamun-penyamun (Matius 27: 44).

· tentara Romawi (Matius 27: 27-31 Lukas 23:36-37).

Ada 3 hal yang perlu diperhatikan di sini:

a) Ada perbedaan antara cara mengejek dari para tokoh Yahudi dan cara mengejek dari orang yang lewat, penyamun dan tentara Romawi.

· Orang-orang yang lewat, penyamun dan tentara Romawi menujukan ejekan mereka langsung kepada Yesus. Perhatikan penggunaan kata ganti orang ke 2 tunggal (‘Engkau’ dan ‘Mu’) dalam Matius 27: 40, dan juga dalam Lukas 23:37,39.

· Tokoh-tokoh Yahudi tidak mengucapkan ejekannya langsung kepada Yesus, tetapi mengucapkannya kepada orang-orang di sekitar mereka. Perhatikan penggunaan kata ganti orang ke 3 tunggal (‘Ia’ / ‘Dia’ dan ‘Nya’) dalam Matius 27: 42-43, dan juga dalam Markus 15:31 (perhatikan kata-kata ‘di antara mereka sendiri’) dan Lukas 23:35.

Jadi jelas bahwa mereka bukan hanya mengejek Yesus, tetapi menghasut / membakar orang-orang lain supaya mengejek Yesus!

b) Tokoh-tokoh agama bisa ikut mengejek.

Ini betul-betul sesuatu yang ‘hebat’! Ahli-ahli Taurat adalah pengajar firman saat itu; dan imam-imam adalah pengantara manusia berdosa dengan Allah! Tetapi mereka bisa melakukan sesuatu yang begitu rendah! Seorang tokoh agama tidak pantas melakukan pengejekan, bahkan kalaupun Yesus adalah orang yang jahat!

Pulpit Commentary: “They forgot the dignity of their office” (= mereka melupa­kan martabat dari jabatan mereka yang kudus).

Penerapan:

Makin tinggi jabatan saudara dalam gereja, makin saudara harus menjaga martabat saudara!

Catatan: tetapi awas! Jangan mengextrimkan hal ini secara kelewat batas, misalnya dengan mengecam pendeta yang makan di warung, dsb!

c) Semua pengejekan ini merupakan penggenapan dari Mazmur 22:7-9 dan Mazmur 109:25 (Catatan: tentang Maz 109:25 ini ada yang tidak setuju bahwa ini merupakan nubuat tentang hal ini).

2) Ejekannya (Matius 27: 40,42-43).

a) ‘Orang lain Ia selamatkan’ (Matius 27: 42a).

Dalam pelayananNya, Yesus memang telah menyelamatkan banyak orang dari penyakit, kematian, kelaparan, kerasukan setan, dosa, dsb. Hal ini mereka akui! Tetapi mengapa mereka tidak mau membiarkan Yesus menyelamatkan diri mereka sendiri? Atau mengapa mereka tidak mau percaya bahwa setidaknya Yesus adalah nabi / hamba Tuhan?

Calvin: “It was an ingratitude which admits of no excuse, that, taking offence at the present humiliation of Christ, they utterly disregarded all the miracles which he had formerly performed before their eyes. They acknowledge that ‘he saved others’. By what power, or by what means? Why do they not in this instance, at least, behold with reverence an evident work of God? But since they maliciously exclude, and - as far as lies in their power - endeavour to extinguish the light of God which shone in the miracles, they are unworthy of forming an accurate judgment of the weakness of the cross” (= Ini merupakan suatu tindakan tidak tahu terima kasih yang tidak bisa dimaafkan, dimana karena perendahan Kristus pada saat ini mereka mengabaikan sama sekali semua mujijat yang telah Ia lakukan di depan mata mereka. Mereka mengakui bahwa ‘orang lain Ia selamatkan’. Dengan kuasa apa, atau dengan cara apa? Mengapa dalam keadaan ini mereka setidaknya tidak memandang dengan rasa hormat pekerjaan yang nyata dari Allah? Tetapi karena mereka secara jahat membuang, dan berusaha semampu mereka untuk memadamkan terang dari Allah yang bersinar dalam mujijat-mujijat itu, mereka tidak layak untuk membentuk suatu penilaian yang akurat tentang kelemahan dari salib) - hal 306.

b) Jika Engkau:

· Anak Allah (Matius 27: 40).

· Raja Israel (Matius 27: 42).

· diperkenan Allah (Matius 27: 43).

Maka:

¨ selamatkan diriMu (Matius 27: 40).

¨ turunlah dari salib (Matius 27: 40,42).

¨ Allah akan menyelamatkan (Matius 27: 43).

Ada hal-hal yang bisa kita pelajari dari sini:

* Injil / salib memang kelihatan menggelikan, bahkan memalukan kalau dilihat dengan logika duniawi. Bagaimana mungkin orang yang mengaku sebagai Allah, Raja dan Juruselamat, bisa menderita tidak berdaya di atas kayu salib dan kelihatan kalah secara total?

Bandingkan dengan 1Korintus 1:18,22-23 dan juga Roma 1:16 [NIV: I am not ashamed of the gospel (= aku tidak malu karena Injil)] yang memang menunjukkan bahwa Injil mengandung bagian yang memalukan / menggelikan.

Tetapi bagaimanapun juga Markus 8:38 / Lukas 9:26 melarang kita malu karena Yesus / Injil!

Penerapan:

Seringkah saudara merasa malu:

Þ karena saudara adalah orang kristen?

Þ pada waktu memberitakan Injil?

* Mereka mengatakan bahwa mereka mau percaya Yesus kalau Yesus turun dari salib. Orang-orang ini hanya mau ikut Yesus kalau Yesus kelihatan menang (turun dari salib).

Tetapi perlu disadari bahwa kalau Yesus turun, ia mungkin kelihatannya menang, tetapi sebetulnya Ia kalah, karena Ia tidak jadi menebus dosa manusia!

Penerapan:

Jaman sekarang juga ada banyak orang yang hanya mau ikut Yesus kalau jalan kristen kelihatan menang, misalnya orang kristen harus sembuh dari penyakit, banyak mengalami mujijat, menjadi kaya dsb. Hati-hati dengan ajaran seperti ini! Dari apa yang Yesus alami disini, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa jalan kristen justru sering kelihatan kalah!

* William Barclay: “They all centred round one thing - the claims that Jesus had made and his apparent helplessness on the Cross. It was precise­ly there that the Jews were so wrong. They were using the glory of Christ as a means of mocking him. ‘Come down,’ they said, ‘and we will believe on you’. But as General Booth once said, ‘It is precisely because he would not come down that we believe in him’. The Jews could see God only in power; but Jesus showed that God is sacrificial love” (= mereka semua menyoroti satu hal - pengakuan yang dibuat Yesus dan keadaan dimana Ia kelihatannya tidak berdaya di atas kayu salib. Tetapi justru disana orang-orang Yahudi itu salah. Mereka menggunakan kemuliaan Kristus sebagai cara / sarana untuk mengejek Dia. ‘Turunlah’, kata mereka, ‘dan kami akan percaya kepadaMu’. Tetapi seperti yang dikatakan oleh Jendral Booth, ‘Justru karena Ia tidak mau turun maka kita percaya kepadaNya’. Orang-orang Yahudi hanya bisa melihat Allah dalam kuasa, tetapi Yesus menunjukkan bahwa Allah adalah kasih yang berkorban).

* Pulpit Commentary: “He might, indeed, have answered the jibe by coming down from the cross; but then, as Bishop Pearson says, in saving himself he would not have saved us” (= Ia bisa saja menjawab ejekan itu dengan turun dari salib; tetapi, seperti yang dikatakan oleh Bishop Pearson, dalam menyelamatkan diriNya sendiri, Ia tidak akan menyelamatkan kita).

Bdk. Yohanes 12:24!

* Mereka mau percaya kepada Yesus kalau Yesus turun dari salib, tetapi anehnya pada waktu Yesus memberikan mujijat yang lebih besar, yaitu bangkit dari antara orang mati, mereka tetap tidak mau percaya kepada Yesus!

Pulpit Commentary: “Sceptics are ever ready to prescribe to God what miracles he must work in order to gain their confidence, as though that confidence also were an infinite benefit to him. When Christ gave them the more astonishing evidence of his Messiahship by rising from the dead, they did not believe”. [= Skeptic (orang yang ragu-ragu / tak percaya) selalu siap untuk menentukan bagi Allah mujijat apa yang harus Ia lakukan untuk mendapatkan keper­cayaan / keyakinan mereka, seakan-akan keyakinan mereka itu merupakan suatu keuntungan yang tak terhingga bagi Dia. Ketika Kristus memberikan kepada mereka bukti yang lebih mengherankan tentang keMesiasanNya dengan bangkit dari antara orang mati, mereka tidak percaya].

Pulpit Commentary: “The sign he had given them was not his coming down from the cross, but his coming up from the grave” (= tanda yang Ia telah berikan kepada mereka bukanlah turun dari salib, tetapi naik / bangkit dari kubur).

c) Calvin menyoroti kata-kata ‘diriNya sendiri tidak dapat Ia selamatkan’ (Matius 27: 42), dan memberikan komentar sebagai berikut:

“Because Christ does not immediately deliver himself from death, they upbraid him with inability. And it is too customary with all the wicked men to estimate the power of God by present appear­ances, so that whatever he does not accomplish they think that he can not accomplish, and so they accuse him of weakness, whenever he does not comply with their wicked desire” (= karena Kristus tidak langsung membebaskan diriNya dari kematian, mereka mencela Dia sebagai tidak mampu. Dan sudah merupakan sesuatu yang umum dengan orang-orang jahat untuk menilai kuasa Allah dengan hal-hal yang kelihatan sekarang ini, sehingga apapun yang tidak Ia laku­kan, mereka anggap Ia tidak bisa lakukan, dan dengan demikian mereka menuduhNya sebagai lemah, setiap kali Ia tidak menuruti / mengikuti keinginan mereka yang jahat).

d) Calvin juga menyoroti kata ‘sekarang’ yang seharusnya ada dalam Matius 27: 42 dan Matius 27: 43.

Matius 27: 42 (NIV): ‘Let him come down now from the cross’ (= baiklah Ia turun dari salib sekarang).

Matius 27: 43 (NIV): ‘Let God rescue him now’ (= biarlah Allah menolong Dia sekarang).

Calvin: “Because Christ does not immediately deliver himself from death, they upbraid him with inability. And it is too customary with all wicked men to estimate the power of God by present appearances, so that whatever he does not accomplish they think that he cannot accomplish, and so they accuse him of weakness, whenever he does not comply with their wicked desire. ... This, as I said a little ago, is a very sharp arrow of temptation which Satan holds in his hand, when he pretends that God has forgotten us, because He does not relieve us speedily and at the very moment. ... Satan, therefore, attempts to drive us to despair by this logic, that it is vain for us to feel assured of the love of God, when we do not clearly perceive his aid. And as he suggests to our minds this kind of imposition, so he employs his agents, who contend that God has sold and abandoned our salvation, because he delays to give his assistance. We ought, therefore, to reject as false this argument, that God does not love those whom he appears for a time to forsake; and, indeed, nothing is more unreasonable than to limit his love to any point of time. God has, indeed, promised that he will be our deliverer; but if he sometimes wink at our calamities, we ought patiently to endure the delay. It is, therefore, contrary to the nature of faith, that the word ‘now’ should be insisted on by those whom God is training by the cross and by adversity to obedience, and whom he entreats (meminta) to pray and to call on his name; for these are rather the testimonies of his fatherly love, as the apostle tells us, (Heb. 12:6.) But there was this peculiarity in Christ, that, though he was the well-beloved Son, (Matth. 3:17; 17:5,) yet he was not delivered from death, until he had endured the punishment which we deserved; because that was the price by which our salvation was purchased” [= Karena Kristus tidak segera membebaskan diriNya sendiri dari kematian, mereka mencelaNya dengan ketidakmampuan. Dan adalah biasa bahwa orang-orang jahat menilai kuasa Allah oleh hal-hal yang terlihat sekarang ini, sehingga apapun yang Ia tidak lakukan mereka kita Ia tidak bisa melakukannya, dan mereka menuduhNya dengan kelemahan, kapanpun Ia tidak memenuhi keinginan mereka yang jahat. ... Ini seperti yang tadi baru saya katakan, merupakan suatu panah pencobaan yang tajam yang dipegang oleh setan di tangannya, pada waktu ia membujuk kita supaya kita percaya bahwa Allah telah melupakan kita, karena Ia tidak membebaskan kita dengan cepat dan pada saat itu juga. ... Karena itu setan mencoba untuk menggiring kita pada keputusasaan dengan menggunakan logika ini, bahwa adalah sia-sia bagi kita untuk yakin akan kasih Allah, pada waktu kita tidak secara jelas merasakan pertolonganNya. Dan pada saat ia mengusulkan pada pikiran kita tipuan ini, ia juga menggunakan agen-agennya, yang berargumentasi bahwa Allah telah menjual dan meninggalkan keselamatan kita, karena Ia menunda untuk memberikan pertolonganNya. Karena itu kita harus menolak argumentasi yang salah ini, bahwa Allah tidak mengasihi mereka yang kelihatannya Ia tinggalkan untuk sementara waktu; dan memang tidak ada yang lebih tidak masuk akal dari pada membatasi kasihNya pada waktu tertentu. Allah memang berjanji bahwa Ia akan menjadi Pembebas kita; tetapi jika Ia kadang-kadang seolah-olah tidak melihat pada bencana-bencana yang menimpa kita, kita harus dengan sabar menahan penundaan tersebut. Karena itu merupakan sesuatu yang bertentangan dengan sifat dari iman, bahwa kata ‘sekarang’ dipaksakan oleh mereka yang Allah latih oleh salib dan kesengsaraan supaya bisa taat dan yang Ia minta untuk berdoa dan berseru kepada namaNya; karena ini lebih merupakan kesaksian dari kasih bapa, seperti yang dikatakan oleh sang rasuk (Ibrani 12:6). Tetapi ada keanehan ini dalam Kristus, dimana sekalipun Ia adalah Anak yang dikasihi (Mat 3:17; 17:5), tetapi Ia tidak dibebaskan dari kematian, sampai Ia telah mengalami hukuman yang sebetulnya layak kita dapatkan; karena itulah harga dengan mana keselamatan kita dibeli] - hal 306,307.

Penerapan:

Seringkah saudara menganggap bahwa Allah telah melupakan / meninggalkan saudara kalau Ia tidak menolong / menjawab doa saudara dengan segera? Ingatlah bahwa itu adalah bujukan setan!

3) Pada waktu diejek seperti ini Kristus tidak menjawab / membalas (1Petrus 2:23). Ini merupakan penggenapan dari Yesaya 53:7.

MATIUS 27:35-44 (KEMATIAN YESUS DI KAYU SALIB)
-AMIN-
Next Post Previous Post