LUKAS 2:21-39 (TINDAKAN YUSUF DAN MARIA)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
BACAAN: LUKAS 2:21-39.

I) Tindakan Yusuf dan Maria (Lukas 2: 21-24):
LUKAS 2:21-39 (TINDAKAN YUSUF DAN MARIA)
otomotif, tutorial, gadget
1) Menyunatkan Anak itu (Lukas 2: 21).

Mengapa Yesus perlu disunat?

· Ia dibuat tunduk pada hukum Taurat (bdk. Galatia 4:4).

· Alasan yang sama seperti waktu Ia dibaptis, yaitu untuk menggenapkan seluruh kebenaran (Matius 3:13).

· Karena tanpa sunat, Ia tidak akan diterima oleh orang-orang Yahudi dan tidak diijinkan masuk ke Bait Allah.

2) Memberi nama ‘Yesus’ kepada Anak itu (Lukas 2:  21).

Lukas 2: 21 ini mengatakan bahwa nama ‘Yesus’ itu diberikan oleh malaikat ‘sebelum Ia dikandung oleh ibuNya’.

Jadi, ini tidak menunjuk pada Matius 1:21 yang terjadi setelah Ia ada dalam kandungan, tetapi pada Lukas 1:31 yang terjadi sebelum Maria mengandung Yesus.

3) Melakukan pentahiran (Lukas 2: 22,24).

a) Siapa yang ditahirkan di sini?

RSV/NIV/NASB: their purification (= pentahiran mereka).

KJV: her purification [= pentahirannya (Maria)].

Adam Clarke mengatakan bahwa di sini ada beberapa manuscript yang berbeda. Ada yang:

o her (Yunani: AUTES) purification.

o his (Yunani: AUTOU) purification.

o their (Yunani: AUTON) purification.

o purification of them both (Yunani: AUTOIN).

o tanpa kata ganti empunya (seperti Kitab Suci Indonesia).

Sedangkan A.T. Robertson mengatakan hanya ada 2 golongan yaitu ‘their’ (manuscript kuno) dan ‘her’ (manuscript baru).

Kalau diambil ‘her’, maka itu menunjukkan bahwa ini adalah pentahiran Maria. Sebetulnya ini yang lebih cocok dengan Imamat 12:1-8, karena dalam Im 12:1-8 terlihat bahwa yang menjadi najis hanyalah ibu yang melahirkan, dan pentahiran dilakukan untuk ibu itu.

Sedangkan kalau diambil ‘their’, maka ada beberapa kemungkinan penafsiran:
kata ‘their’ itu menunjuk kepada Yesus dan Maria.

Tetapi berbeda dengan Maria yang ditahirkan karena memang najis (berdasarkan Im 12:1-8), maka Yesus mengalami upacara pentahiran bukan karena Ia najis, tetapi dengan alasan yang sama seperti waktu Ia disunat atau dibaptiskan.

Calvin memberikan penjelasan yang berbeda, yaitu: Yesus rela dianggap najis (sekalipun sebetulnya Ia tidak tak bernoda dan tak bercacat - bdk. 1Petrus 1:19), supaya Ia bisa menjadi sumber penyucian dan menyucikan kita yang najis.
kata ‘their’ itu tidak menunjuk kepada Yesus dan Maria (Yesus suci sejak dalam kandungan sehingga tidak perlu mengalami pentahiran), tetapi kepada Yusuf dan Maria. Hendriksen mengatakan bahwa Yusuf memang tidak ikut menjadi najis, tetapi ia tercakup karena ialah yang membiayai persembahan untuk pentahiran.

b) Sebagai persembahan untuk pentahiran itu, mereka memberikan sepasang burung tekukur atau 2 ekor anak burung merpati (Lukas 2:  24).

Bandingkan ini dengan Im 12:6,8. Ini menunjukkan bahwa mereka adalah orang miskin, karena kalau mereka adalah orang yang mampu seharusnya mereka mempersembahkan seekor domba dan seekor tekukur / anak burung merpati.

Jelas bahwa persembahan emas dari orang Majus (Matius 2:11) tidaklah banyak, dan mungkin harus mereka jual dan gunakan untuk membayar sewa rumah di Betlehem dan sebagainya, sehingga pada saat ini mereka miskin.

4) Menyerahkan Yesus kepada Allah (Lukas 2:  22b-23).

Pada waktu Allah membunuh semua anak sulung di Mesir, Ia menyelamatkan semua anak sulung Israel, dan karena itu semua anak sulung menjadi milik Allah dan harus mereka tebus (Bdk. Keluaran 13:2 Bilangan 3:13 Bilangan 18:15-16).

II) Simeon (Lukas 2: 25-35):

1) Simeon adalah orang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel / gereja (Lukas 2: 25). Ada 2 hal yang bisa kita pelajari dari sini:

a) Ini menunjukkan bahwa orang yang benar dan saleh, pasti peduli pada nasib gereja.

Penerapan: kalau saudara acuh tak acuh terhadap nasib gereja (misalnya gereja yang terkena Liberalisme, gereja yang suam, tanpa pengajaran Firman Tuhan, gereja yang terkena Toronto Blessing, dsb) jelas saudara bukanlah orang yang benar dan saleh. Juga kalau saudara bersikap acuh tak acuh melihat hal-hal yang salah / kurang baik dalam gereja, misalnya persekutuan doa atau Pemahaman Alkitabnya, atau Persekutuan Pemudanya, atau Sekolah Minggunya, atau keuangannya, dsb.

b) Israel saat itu sedang ada dalam keadaan sangat menyedihkan. Mereka ada dalam penjajahan Romawi, mengalami kekejaman Herodes, dan secara rohani mereka sangat jelek karena agama yang bersifat lahiriah, dan juga saat itu tidak ada nubuat (mulai jaman Maleakhi sampai Yohanes Pembaptis).

Tetapi hebatnya, dalam situasi seperti itu Simeon tetap menantikan penghiburan untuk Israel (Lukas 2: 25b). Tetapi perlu diingat bahwa pengharapan Simeon disini adalah pengharapan yang sesuai / berdasar Firman Tuhan (bdk. Yesaya 8:23-9:6 11:1-10 40:1-11 49:8-13 51:1-6,12-16 52:13-55:13 60:1-3 61:1-11 66:13).

Penerapan: sekalipun ada dalam situasi yang jelek, tetaplah berharap kepada Tuhan. Tetapi berharaplah sesuai dengan Firman Tuhan atau berdasarkan Firman Tuhan!

2) Roh Kudus ada pada Simeon (Ini sesuatu yang tidak lazim, karena saat itu adalah jaman Perjanjian Lama, dimana Roh Kudus belum dicurahkan kepada semua orang percaya) dan Roh Kudus menyatakan kepadanya bahwa ia tidak akan mati sebelum melihat Mesias (Lukas 2: 26).

Roh Kudus membimbingnya ke Bait Allah sehingga ia bisa bertemu dengan Yesus, lalu menatangNya (Lukas 2:  27-28).

3) Kata-kata / nubuat Simeon (Lukas 2:  29-32,34-35).

Beberapa hal yang perlu dibahas:

a) Simeon melihat bayi Yesus, dan ia berkata: ‘... mataku telah melihat keselamatan yang dari padaMu’ (Lukas 2: 30). Ini menyebabkan Simeon siap untuk mati (Lukas 2: 29).

Calvin memberi komentar tentang bagian ini sebagai berikut:

"Now if the sight of Christ, while he was yet a child, had so powerful an effect on Simeon, that he approached death with cheerfulness and composure; how much more abundant materials of lasting peace are now furnished to us, who have the opportunity of beholding our salvation altogether completed in Christ?" (= Jika penglihatan tentang Kristus, pada waktu Ia masih anak-anak, mempunyai pengaruh begitu hebat terhadap Simeon, sehingga ia mendekati kematian dengan kegembiraan dan ketenangan; betapa lebih berlimpah-limpahnya materi damai yang kekal yang sekarang disediakan bagi kita, yang mempunyai kesempatan untuk melihat keselamatan kita seluruhnya diselesaikan / disempurnakan dalam Kristus?).

Penerapan: sudahkah saudara melihat / mempunyai Yesus / keselamatan sehingga saudara siap untuk mati?

b) Ia melanjutkan kata-katanya dengan berkata: ‘yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, ...’ (Lukas 2: 31-32).
kata-kata ‘segala bangsa’ (Lukas 2:  31) dan ‘bangsa-bangsa lain’ (Lukas 2:  32) menunjukkan bahwa Yesus bukanlah Juruselamat dari bangsa Yahudi saja, tetapi Juruselamat seluruh dunia.

Bahwa keselamatan disediakan oleh Allah, menunjukkan bahwa keselamatan itu bukanlah hasil usaha manusia, tetapi pemberian cuma-cuma dari Allah (bdk. Efesus 2:8-9 Roma 3:23-24).

c) Lukas 2:  34-35:
‘Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan’ (Lukas 2:  34b).

Arti: orang yang tidak percaya kepada Yesus akan dijatuhkan sedangkan orang yang percaya kepada Yesus akan dibangkitkan (bdk. 1Petrus 2:4-7).
‘dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan’ (Lukas 2:  34c).

NASB: and for a sign to be opposed (= dan sebagai tanda untuk ditentang).

NIV: and to be a sign that will be spoken against (= dan menjadi suatu tanda yang akan dibantah).

Ini menunjukkan bahwa ada banyak orang akan menentang Kristus. Ini penting diketahui oleh Maria, supaya ia siap menghadapi penolakan orang banyak terhadap Kristus.
‘dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri’ (ay 35).

· Kata-kata ini ditujukan kepada Maria.

Sekalipun pada waktu memberkati, Simeon melakukannya terhadap Yusuf dan Maria (Lukas 2: 34), tetapi pada waktu mengucapkan ay 34b-35, khususnya bagian ini, ia hanya mengucapkannya kepada Maria. Ia tahu bahwa Yesus adalah anak Maria, bukan anak Yusuf [Catatan: digunakannya istilah ‘orang tuaNya’ (Lukas 2: 27), ‘bapa serta ibuNya’ (Lukas 2: 33), ‘orang tua Yesus’ (Lukas 2:  41), ‘bapaMu dan aku’ (ay 48), karena secara hukum Yesus adalah anak Yusuf].

o Yang dimaksud dengan ‘pedang’ adalah pedang yang besar. Dalam LXX / Septuaginta (Perjanjian Lama yang sudah diterjemahkan ke bahasa Yunani) istilah yang sama digunakan untuk menunjuk pada pedangnya Goliat (1Samuel 17:51).

o Arti dari kata-kata ini adalah: Maria akan mengalami pen-deritaan yang hebat. Ini tergenapi khususnya pada waktu Maria melihat Yesus menderita menjelang dan pada saat penyaliban (bdk. Yoh 19:25).

o Kata-kata ini penting bagi Maria, supaya ia tak berpikir bahwa hidupnya akan seperti jalan mulus yang penuh bunga bertaburan karena ia melahirkan Kristus. Dengan adanya kata-kata ini ia tahu ia akan menderita, dan ia bisa bersiap sedia menghadapi hal itu.

Penerapan: jangan tidak senang pada firman yang berbicara tentang penderitaan, salib, dsb.

III) Hana (Lukas 2:  36-38):

1) Hana adalah seorang nabiah. Ia sudah sangat tua dan ia hanya hidup 7 tahun bersama suaminya, lalu menjadi janda (Lukas 2:  36-37).


Tetapi dikatakan bahwa ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam ia beribadah dengan berpuasa dan berdoa (Lukas 2:  37). Ini menunjukkan bahwa janda tua ini tetap aktif dalam hal rohani dan setia kepada Tuhan.

Penerapan:
bandingkan ini dengan orang tua yang ‘pensiun’ dari pelayanan dengan alasan ‘memberi kesempatan kepada yang muda’!

lebih-lebih bandingkan ini dengan orang kristen yang sekalipun masih muda sudah mbolosan dan tidak setia!

William Barclay:

"Anna was a widow. She had known sorrow and she had not grown bitter. Sorrow can do one of two things to us. It can make us hard, bitter, resentful, rebellious against God. Or it can make us kinder, softer, more sympathetic. It can despoil us of our faith; or it can root faith ever deeper. It all depends how we think of God. If we think of him as a tyrant we will resent him. If we think of him as a Father we too will be sure that ‘A Father’s hand will never cause His child a needless tear’" (= Hana adalah seorang janda. Ia telah mengenal kesedihan dan ia tidak menjadi pahit. Kesedihan bisa melakukan salah satu dari dua hal terhadap kita. Itu bisa membuat kita keras, pahit, marah, memberontak terhadap Allah. Atau itu bisa membuat kita lebih baik, lebih lembut, lebih bersimpati. Itu dapat merampas iman kita, atau itu dapat membuat iman kita berakar makin dalam. Semua tergantung bagaimana kita berpikir tentang Allah. Jika kita berpikir tentang Dia sebagai seorang raja yang lalim, kita akan menjadi marah / benci kepadaNya. Jika kita berpikir tentang Dia sebagai seorang Bapa kitapun akan yakin bahwa ‘tangan seorang Bapa tidak akan pernah menimbulkan air mata yang tidak perlu bagi anakNya’).

Barclay melanjutkan:

"She was eighty-four years of age. She was old and she had never ceased to hope. Age can take away the bloom and the strength of our bodies; but age can do worse - the years can take away the life of our hearts until the hopes that once we cherished die and we become dully content and grimly resigned to things as they are. Again it all depends on how we think of God. If we think of him as distant and detached we may well despair; but if we think of him as intimately connected with life, as having his hand on the helm, we too will be sure that the best is yet to be and the years will never kill our hope" [= Ia berusia 84 tahun. Ia sudah tua tetapi tidak pernah berhenti berharap. Usia bisa mengambil masa remaja dan kekuatan tubuh kita; tetapi usia bisa melakukan yang lebih jelek lagi - tahun-tahun itu bisa mengambil hidup dari hati kita sehingga pengharapan yang tadinya kita harapkan menjadi mati dan kita menjadi acuh tak acuh / apatis (?) dan menerima nasib dengan cemberut terhadap hal-hal yang terjadi. Lagi-lagi ini semua tergantung bagaimana kita berpikir tentang Allah. Jika kita berpikir bahwa Dia itu jauh dan terpisah dari kita maka kita bisa menjadi putus asa; tetapi jika kita berpikir bahwa Dia berhubungan dekat dengan hidup kita dan memimpin / mengarahkannya, kitapun akan yakin bahwa hal yang terbaik masih akan datang dan tahun-tahun itu tidak akan pernah membunuh pengharapan kita].

2) Hana juga datang ke Bait Allah untuk menemui Yesus. Ia lalu mengucap syukur kepada Allah dan memberitakan tentang Yesus kepada orang-orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem (ay 38).

Dengan kata lain, setelah Hana bertemu dengan Yesus ia mengucap syukur kepada Allah dan memberitakan Injil.

Penerapan: Kalau saudara sudah sungguh-sungguh pernah ‘bertemu dengan Yesus’, maka saudara harus mengucap syukur kepada Allah, dan saudara harus memberitakan Yesus kepada semua orang di sekitar saudara! Adakah hal-hal ini ada pada saudara?

Penutup:

Calvin mengatakan bahwa cerita tentang Simeon dan Hana ini menunjukkan bahwa dalam gereja yang brengsek saat itu tetap ada suatu ‘sisa (= remnant) yang setia’ kepada Tuhan (bdk. Roma 11:5).

Ditengah-tengah gereja jaman sekarang yang juga sangat menyedihkan, ada banyak orang kristen yang lalu menjadi suam dan lalu hidup menuruti arus. Ini memang sesuai dengan kata-kata Yesus dalam Matius 24:12 yang berbunyi: "Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin".

Tetapi saudara tidak harus menjadi seperti itu. Saudara bisa meniru Simeon dan Hana yang tetap setia kepada Tuhan ditengah-tengah gereja yang brengsek. Maukah saudara?


Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-
Next Post Previous Post