MAKNA AIR MATA YESUS (YOHANES 11:35)
Pdt.Samuel Teresia Gunawan,M.Th.
(Yohanes 11:33) Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata:
(Yohanes 11:34) "Di manakah dia kamu baringkan?" Jawab mereka: "Tuhan, marilah dan lihatlah!" (11:35) Maka menangislah Yesus. (11:36) Kata orang-orang Yahudi: "Lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya!" (11:37) Tetapi beberapa orang di antaranya berkata: "Ia yang memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati?" (Yohanes 11:33-37)
PENDAHULUAN
Pertama-tama, perlu diketahui bahwa kisah “Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian” merupakan salah satu dari 7 (tujuh) peristiwa mukjizat yang dilakukan Yesus dan dicatat dalam Injil Yohanes. Ketujuh mukjizat itu adalah : Yesus mengubah air menjadi Anggur (Yohanes 2:1-11), menyembuhkan anak pegawai istana di Kapernaum (Yohanes 4:46-53), menyembuhkan pria di kolam Betesda (Yohanes 5:1-15), memberikan makan lima ribu orang (Yohanes 6:1-13), berjalan di atas air (Yohanes 6:16-21), menyembuhkan orang yang buta sejak lahir (Yohanes 9:1-7), dan membangkitkan Lazarus dari kematian (Yohanes 11:1-45).
Kisah mukjizat “Yesus Membangkitkan Lazarus” ini walaupun hanya dicatat di dalam Injil Yohanes, merupakan peristiwa yang nyata dan benar-benar terjadi yang dilakukan Yesus untuk membuktikan ketuhananNya, bahwa Ia bukan sekedar nabi atau pembuat mukjizat atau Mesias yang diurapi, tetapi bahwa Ia adalah Tuhan. Karena itulah kita menolak pendapat dari orang-orang yang meragukan keautentikan dari kisah Yesus membangkitkan Lazarus ini.
Kisah mukjizat “Yesus Membangkitkan Lazarus” ini walaupun hanya dicatat di dalam Injil Yohanes, merupakan peristiwa yang nyata dan benar-benar terjadi yang dilakukan Yesus untuk membuktikan ketuhananNya, bahwa Ia bukan sekedar nabi atau pembuat mukjizat atau Mesias yang diurapi, tetapi bahwa Ia adalah Tuhan. Karena itulah kita menolak pendapat dari orang-orang yang meragukan keautentikan dari kisah Yesus membangkitkan Lazarus ini.
Kedua, seluruh alur kisah Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian yang ditulis dalam Yohanes 11:1-57 ini dapat dibagi secara logis menjadi lima bagian, yaitu :
(1) Kematian Lazarus (Yohanes 11: 1-16);
(2) Yesus menyatakan diri sebagai “Kebangkitan dan Hidup” ( Yohanes 11:17-27);
(1) Kematian Lazarus (Yohanes 11: 1-16);
(2) Yesus menyatakan diri sebagai “Kebangkitan dan Hidup” ( Yohanes 11:17-27);
(3) Yesus sedih dan menangis (Yohanes 11: 28-37);
(4) Yesus menghidupkan dan membangkitkan Lazarus dari kematian (Yohanes 11: 38-44);
(5) Konspirasi jahat para imam dan orang Farisi untuk membunuh Yesus, setelah peristiwa Ia membangkitkan Lazarus (ayat 45-57). Dari lima alur bagian kisah tersebut, saya hanya akan membahas bagian tiga yang menjelaskan tentang Yesus sedih dan menangis dalam peristiwa tersebut (Yohanes 11:35).
Keunikan Yohanes 11:35 ini bukan saja karena ayat ini merupakan ayat terpendek di seluruh Alkitab, tetapi juga sekaligus menyatakan bahwa Yesus juga bisa menangis. Frase “Maka menangislah Yesus” dalam ayat tersebut adalah terjemahan dari frase Yunani “edákruseu Iésous” yang dalam KJV dan NIV diterjemahkan “Jesus wept” atau “Yesus mencucurkan air mata”.
MENANGIS MENURUT ILMU PENGETAHUAN
Setiap orang pasti pernah menangis. Bahkan, hari pertama seorang manusia lahir ditandai dengan pengalaman menangis. Pertanyaannya adalah mengapa saat menangis kita mengeluarkan air mata? Karena kita memiliki kelenjar air mata yang terletak di atas sudut luar mata kita, tepat di bawah alis, yang disebut dengan kelenjar lakrimal.
Ada tiga jenis air mata, yaitu :
Ada tiga jenis air mata, yaitu :
(1) air mata basal, adalah air mata alami pada mata yang sehat untuk tetap mempertahankan kornea mata tetap basah dan menghambat masuknya debu. Selain itu, zat tertentu di dalam air mata ini bertujuan melawan infeksi bakteri sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh kita;
(2) Air mata refleks, adalah air mata yang biasanya terjadi disebabkan adanya iritasi oleh benda asing atau karena adanya suatu bahan iritasi seperti uap bawang dan gas air mata. Tujuan air mata ini adalah untuk mengeluarkan iritan yang telah kontak dengan mata;
(3) air mata tangisan atau air mata psikis, adalah yang biasanya keluar disebabkan karena stress emosional yang kuat, depresi atau nyeri fisik. Air mata ini keluar bukan hanya karena emosi yang bersifat negatif seperti kemarahan, tetapi juga emosi yang bersifat positif seperti perasaan gembira.
Cara timbulnya air mata tangisan (psikis) berbeda dengan air mata jenis lainnya. Terdapat sistem yang disebut sistem limbik yang terlibat dalam produksi air mata psikis ini, khususnya organi yang disebut hipotalamus. Cabang parasimpatis dari sistem otonom mengatur kelenjar lakrimasi melalui meurotransmiter asetilkolin melalui reseptor nikotinik dan muskarinik. Ketika kedua reseptor ini teraktivasi maka lenjar laktrimal (kelanjar air mata) akan menghasilkan air mata. Ketika tubuh kita merasakan suatu ancaman, maka sistem saraf kita akan beralih ke modus stres, dan pada saat itu proses menangis ditangguhkan.
Hanya ketika seseorang rileks kegiatan menangis itu mulai terjadi. Secara fisiologis, sistem saraf parasimpatik bertanggung jawab untuk relaksasi. Tetapi, menangis atau mengeluarkan air mata juga merupakan aktivitas dari sistem saraf parasimpatik. Jadi pada saat seorang mengalami stres karena suatu keadaan tertentu biasanya ia tidak menangis, tetapi dalam keadaan itu tidak bahagia. Namun ketika, ia mulai menangis, itu berarti sistem sarafnya mulai nyaman atau mencapai suatu tahap bisa menerima keadaan tertentu itu. Hal ini menyebabkan keseimbangan antarasimpatik (stres yang menghasilkan) dan parasimpatik (relaksasi yang menghasilkan) bagian dari sistem saraf.
Hanya ketika seseorang rileks kegiatan menangis itu mulai terjadi. Secara fisiologis, sistem saraf parasimpatik bertanggung jawab untuk relaksasi. Tetapi, menangis atau mengeluarkan air mata juga merupakan aktivitas dari sistem saraf parasimpatik. Jadi pada saat seorang mengalami stres karena suatu keadaan tertentu biasanya ia tidak menangis, tetapi dalam keadaan itu tidak bahagia. Namun ketika, ia mulai menangis, itu berarti sistem sarafnya mulai nyaman atau mencapai suatu tahap bisa menerima keadaan tertentu itu. Hal ini menyebabkan keseimbangan antarasimpatik (stres yang menghasilkan) dan parasimpatik (relaksasi yang menghasilkan) bagian dari sistem saraf.
Dengan demikian secara biologis, menangis merupakan cara alamiah kita untuk menjaga bola mata tetap lembab dan sehat. Namun secara emosional atau psikis, menangis berfungsi sebagai ekspresi dari kegembiraan, kemarahan, kesedihan, dan berbagai macam lainnya. Profesor Trimbel dari Universitas College London Institute Neorology menyatakan bahwa fenomena tangisan manusia bersifat komunikasi unik.
Melalui bukunya yang berjudul Why Humans Like To Cry ia menjelaskan mengapa manusia merupakan satu-satunya makhluk yang meneteskan air mata karena pengaruh emosi. Ia menyatakan bahwa menangis merupakan kemampuan kita untuk merasakan empati, merupakan respon alami terhadap perasaan menderita, tetapi juga merasakan kasih sayang orang lain. Ia juga menyatakan bahwa menangis adalah ekspresi dari emosi yang dipercaya dapat meningkatkan kesehatan. Jadi ia mengingatkan agar kita, khusus para pria tidak perlu enggan atau malu ketika terlihat menangis.
MENANGIS DALAM PERSPEKTIF ALKITAB
Air mata adalah manifestasi dari emosi yang kuat, terutama biasanya dialami pada masa kesedihan. Kata “air mata” dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru muncul sebanyak 36 kali. Di dalam Alkitab, meskipun air mata tidak bisa dikendalikan jika digunakan bersama dengan “menangis tersedu-sedu (sweeping)”, tetapi air mata lebih sering dihubungkan dengan “menangis (craying) yang terjadi karena berbagai sebab. Misalnya, air mata dicucurkan sebagai tanda: kerendahan hati (Mazmur 80:5; Kisah Para Rasul 20:19), frustrasi (Yeremia 9:1), dan kekecewaan (Ratapan 1:16).
Tokoh-tokoh di dalam narasi Alkitab mencucurkan air mata dalam situasi yang sangat beragam, seperti:
(1) Sukacita (Kejadian 43:30);
(2) Permohonan yang dilakukan bagi diri sendiri maupun orang lain (Kejadian 27:38; Ester 8:3; Markus 9:34), khususnya di dalam doa kepada Allah (1 Samuel 1:10; 2 Samuel 12:22; 2 Raja-raja 20:3; Ayub 16:16,20; Ratapan 2:18-19);
(3) Kesedihan karena kematian orang yang dikasihi (Ribka atas Inangnya, Kejadian 35:8; Daud atas Absalom, 2 Samuel 18:33; Maria atas Lazarus, Yohanes 11:33; Para murid atas Yesus, Markus 16:10; Yohanes 20:11; Para sahabat atas Dorkas, Kisah Para Rasul 9:39);
(4) Kesedihan karena: kemurtadan bangsa (Mazmur 119:136), atau kehancuran (Yesaya 16:9; Ratapan 1:2,16; Lukas 23:28);
(5) Depresia atau kerinduan rohani (Mazmur42:4);
(6) Perlakukan tidak adil (Mazmur 31:10; Pengkhotbah 4:1; Kisah Para Rasul 20:19); dan lain sebagainya.
Sering kali kita tidak bisa menunjuk dengan pasti sebuah sumber emosi yang menyebab seseorang menangis. Emosi-emosi yang tercampur diperhitungkan kepada penatua di dalam Ezra 3:12, dan air mata dari perempuan yang telah banyak diampuni (Lukas 7:38,44) jelas muncul dari sukacita dan rasa syukur yang berbaur dengan kesadaran akan rasa bersalahnya. Di dalam banyak bagian Alkitab, para penafsir membaca air mata ini sebagai lambang hati yang remuk dan pertobatan bahkan ketika perasaan-perasaan ini tidak disebutkan secara eksplisit.
MENGAPA YESUS MENANGIS? ANALISIS TEOLOGIS YOHANES 11:35
Di atas kita telah melihat sekilas perihal menangis dari perspektif ilmu pengetahuan dan perspektif Alkitab. Kiranya hal itu dapat membantu menjelaskan kepada kita mengapa Yesus menangis. Pertanyaan “mengapa Yesus menangis” dalam ayat ini menjadi begitu penting ketika kita menyadari bahwa di seluruh Perjanjian Baru hanya 3 kali menyebutkan hal yang berhubungan dengan Yesus menangis, yaitu di dalam Lukas 19:41, Yohanes 11:35, dan Ibrani 5:7. Namun kata untuk “menangis” yang dipakai dalam Lukas 19:41 dan Ibrani 5:7 adalah kata yang berbeda dengan yang digunakan dalam Yohanes 11:35.
Di dalam Lukas 19:41 dikatakan, “Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya”. Kata kerja Yunani yang diterjemahkan dengan “menangis” dalam ayat ini adalah “klaio” yang berarti “meratap”. Jadi kata ini tidak hanya berarti meneteskan air mata, tetapi menunjukkan terjadinya ratapan, raung tangisan, dan isak tangis. Peristiwa ini terjadi ketika Yesus melihat kota Yerusalem dan secara profetis melihat kehancuran kota itu suatu hari kelak. Ia menangisi Yerusalem karena umat-Nya menolak diri-Nya sebagai Mesias yang dijanjikan.
Ia menangisi Yeruselem karena Ia mengasihi umat-Nya yang akan segera mengalami hukuman yang hebat. Ucapan profetik Yesus terhadap Yerusalem yang disertai ratapan-Nya tersebut akhirnya terjadi empat puluh tahun kemudian ketika Yerusalem dihancurkan oleh tentara Romawi dan ratusan ribu orang Yahudi mati terbunuh dalam peristiwa yang terjadi di tahun 70 M tersebut. Jadi konteks Lukas 19:41 ini, Yesus menangis karena Ia mengetahui bahwa Yerusalem akan menghadapi penghukuman yang kejam dan mengerikan.
Ia menangisi Yeruselem karena Ia mengasihi umat-Nya yang akan segera mengalami hukuman yang hebat. Ucapan profetik Yesus terhadap Yerusalem yang disertai ratapan-Nya tersebut akhirnya terjadi empat puluh tahun kemudian ketika Yerusalem dihancurkan oleh tentara Romawi dan ratusan ribu orang Yahudi mati terbunuh dalam peristiwa yang terjadi di tahun 70 M tersebut. Jadi konteks Lukas 19:41 ini, Yesus menangis karena Ia mengetahui bahwa Yerusalem akan menghadapi penghukuman yang kejam dan mengerikan.
Sedangkan di dalam Ibrani 5:7 dikatakan demikian, “Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan”. Kata kerja Yunani yang dipakai untuk “ratap tangis” dalam ayat ini adalah kata kerja “kraugazo” yang berarti menangis dengan penderitaan yang dalam”.
Menurut beberapa penafsir Alkitab, Ibrani 5:7 ini merujuk pada peristiwa di taman Getsemani. Dimana setelah Perjamuan Terakhir, Yesus dan murid-murid-Nya pergi ke Taman Getsemani untuk Berdoa. Ketika Yesus berdoa, kegalauan mental-Nya tidak tertahankan sehingga Ia berkata, “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya” (Markus 14:34).
Walaupun Matius, Markus maupun Lukas tidak ada menyebutkan bahwa Kristus sedih hingga Ia sampai menangis sewaktu Ia berdoa di taman Getsemani. Namun frase, “Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut” nampaknya mendukung peristiwa di taman Getsemani sebagai rujukan Ibrani 5:7 tersebut. Stres tingkat tinggi yang dialami Yesus pada peristiwa di taman Getsemani itu sebenarnya menyebabkan Yesus tidak bisa menangis. Puncak dari stres tersebut secara medis dikenal dengan fenomena “hematidrosis” yang terjadi dalam situasi stres paling berat.
Fenomena “hematidrosis” terjadi ketika pembuluh kapiler yang mengalirkan darah ke kelanjar keringat tiba-tiba pecah, terbuka, dan membocorkan darah ke saluran keringat yang mengakibatkan darah bercampur keringat. Hal ini bisa menyebabkan rasa sakit yang hebat di kulit karena peradangan dan pembengkakan di bawah kulit dalam kelenjar keringat.
Walaupun Matius, Markus maupun Lukas tidak ada menyebutkan bahwa Kristus sedih hingga Ia sampai menangis sewaktu Ia berdoa di taman Getsemani. Namun frase, “Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut” nampaknya mendukung peristiwa di taman Getsemani sebagai rujukan Ibrani 5:7 tersebut. Stres tingkat tinggi yang dialami Yesus pada peristiwa di taman Getsemani itu sebenarnya menyebabkan Yesus tidak bisa menangis. Puncak dari stres tersebut secara medis dikenal dengan fenomena “hematidrosis” yang terjadi dalam situasi stres paling berat.
Fenomena “hematidrosis” terjadi ketika pembuluh kapiler yang mengalirkan darah ke kelanjar keringat tiba-tiba pecah, terbuka, dan membocorkan darah ke saluran keringat yang mengakibatkan darah bercampur keringat. Hal ini bisa menyebabkan rasa sakit yang hebat di kulit karena peradangan dan pembengkakan di bawah kulit dalam kelenjar keringat.
Namun dalam kondisi ini saya tidak yakin bahwa Yesus menangis. Karena stress tingkat tinggi ini menyebabkan Yesus justru tidak dapat menangis. Jadi kapan Yesus menangis pada peristiwa di taman Getsemani itu jika merujuk pada Ibrani 5:7, kemungkinan secara medis, Ia bisa menangis ketika sistem sarafnya mulai nyaman atau mencapai suatu tahap bisa menerima keadaan yang akan terjadi atas-Nya, itu terjadi persis ketika ia berkata “bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang jadi” dan ketika seorang malaikat diutus untuk memberi-Nya kekuatan (Lukas 22:43).
Yesus merasakan kesedihan yang dalam (Matius 26:38), Ia merasa ketakutan hingga berkeringat hebat seperti titik-titik darah. Dampak dari stres Kristus ini bukan saja menghasilkan keringat yang luar biasa bercampur darah, tetapi setelah Ia bisa menerima keadaan keharusan kematian-Nya Ia menangis, bukan karena kalah melainkan karena kemenangan atas pergumulan-Nya yang sangat hebat itu (Lukas 22:44).
Yesus merasakan kesedihan yang dalam (Matius 26:38), Ia merasa ketakutan hingga berkeringat hebat seperti titik-titik darah. Dampak dari stres Kristus ini bukan saja menghasilkan keringat yang luar biasa bercampur darah, tetapi setelah Ia bisa menerima keadaan keharusan kematian-Nya Ia menangis, bukan karena kalah melainkan karena kemenangan atas pergumulan-Nya yang sangat hebat itu (Lukas 22:44).
Tetapi, di dalam Yohanes 11:35, kata Yunani yang dipakai untuk menangis adalah kata kerja “dakruo” yang berarti “menangis tersedu-sedu” menunjuk kepada suatu tangisan yang lembut, tangisan penuh simpati dan belas kasihan. Karena Yesus telah mengatakan bahwa kematian Lazarus terjadi demi kemuliaan Allah (Yohanes 4:4,23), jadi Yesus menangis bukan hanya karena Ia mengasihi Lazarus, tetapi terutama karena Ia bersimpatik dan berbelas kasihan kepada Maria, Marta dan orang lain yang berduka atas kematian orang yang mereka kasihi. Yesus tahu bahwa Ia akan membangkitkan Lazarus, namun Ia tetap menangis karena dalam kasih-Nya dan keibaannya hatinya kepada sahabat-sahabat-Nya.
PENUTUP
Kisah Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian ini bukan hanya menunjukkan bahwa Ia berkuasa membangkit orang dari kematian, kisah ini juga menunjukkan bahwa Yesus turut berempati ketika orang yang kita kasihi meninggal. Teladan Yesus ini mengajar kita untuk berempati juga kepada orang lain yang berduka karena kematian orang yang dikasihi. Rasa empati akan menggerakkan kita untuk menangis bersama orang yang menangis (Roma 12:15). Menunjukkan kesedihan dan menangis bersama orang yang lain yang sedang berdukacita tidak berarti kita kurang iman dan harapan akan kebangkitan. Namun, Yesus telah memberi teladan dalam menunjukkan rasa simpati yang tulus kepada orang yang berdukacita dengan meneteskan air mata, meskipun Ia tahu Lazarus akan dibangkitkan.
Air mata Yesus memang merupakan tanda dari sifat kemanusiaan yang dimiliki-Nya, bahwa Ia telah mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa manusia melalui inkarnasi-Nya. Memang, tujuan utama inkarnasi Kristus dengan mengambil rupa manusia bagi diri-Nya sendiri adalah untuk mengorbankan diri-Nya melalui kematian-Nya di kayu salib yang menghapus dosa (Ibrani 9:26; Markus 10:45). Alkitab dengan jelas menegaskan bahwa Yesus Kristus harus menjadi manusia agar Ia dapat mati karena dosa umat manusia (Ibrani 2:9; Yohanes 1:29; 1 Yohanes 3:5).
Ketika Ia mengalami kematian bagi semua orang (Ibrani 2:9), maka dengan demikian kematian-Nya merupakan kematian yang menggantikan (2 Korintus 5:21). Namun hal yang kadang kita lupakan ialah fakta bahwa sebagai manusia, Kristus telah mengalami pengalaman-pengalaman dan pencobaan-pencobaan manusia (termasuk pengalaman emosi hingga mencucurkan air mata), tetapi Ia tidak berbuat dosa (Ibrani 4:15). Karena itu Ia dapat menolong mereka yang dicobai karena Ia adalah Imam Besar yang penuh simpati (Ibrani 2:17-18; 4:14-15). Berdasarkan alasan inilah maka, “... marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya” (Ibrani 4:16).
REFERENSI
Anderson, Leith. A., 2009. Yesus : Biografi Lengkap Tentang PribadiNya, NegaraNya, dan BangsaNya. Terjemahan, Penerbit Gloria Graffa : Yogyakarta.
Chamblin, J. Knox., 2006. Paulus dan Diri: Ajaran Rasuli Bagi Keutuhan Pribadi. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.
Conner J. Kevin., 2004. A Practical Guide to Christian Bilief. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Cornish, Rick., 2007. Lima Menit Teologi. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya : Bandung.
Douglas, J.D., ed, 1993. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini. Jilid 1 & 2. Terjemahkan Yayasan Komunikasi Bina Kasih : Jakarta.
Eaton, Michael 2008. Jesus Of The Gospel. Terjemahan, Penerbit ANDI Offset: Yogyakarta.
Enns, Paul., 2004. The Moody Handbook of Theology. Jilid 1 & 2 Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang.
Evan, Craig. A., 2008. Merekayasa Yesus. Terjemahan, Penerbit ANDI : Yogyakarta.
Erickson J. Millard., 2003. Teologi Kristen, Jilid 2. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Ferguson, B. Sinclair, David F. Wright, J.I. Packer., 1988. New Dictionary Of Theology. Jilid 1 & 2, diterjemahkan (2008), Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Geisler, Norman & Ron Brooks., 2010. Ketika Alkitab Dipertanyakan. Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yogyakarta.
Grudem, Wayne., 1994. Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. Zodervan Publising House: Grand Rapids, Michigan.
Grudem, Wayne., 2009. Kebenaran Yang Memerdekakan. Terjemahan, Penerbit Metanoia: Jakarta.
Geisler, Norman & Ron Brooks., 2010. Ketika Alkitab Dipertanyakan. Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yogyakarta.
Guthrie, Donald, dkk., 1982. Tafsiran Alkitab Masa Kini. Jilid 1. Terjemahan. Penerbit Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF : Jakarta.
Guthrie, Donald., 2010. Teologi Perjanjian Baru. Jilid 1, Terjemahan, Penerbit BPK : Jakarta.
Ladd, Geoge Eldon, 1999. Teologi Perjanjian Baru. Jilid 2, terjemahan Penerbit Kalam Hidup : Bandung.
Pandensolang, Welly., 2009. Kristologi Kristen. Penerbit YAI Press : Jakarta.
Pfeiffer F. Charles & Everett F. Harrison., ed. 1962. The Wycliffe Bible Commentary. Volume 3. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas Malang.
Marinella, Mark A., 2009. Yesus Yang Disalibkan Bagiku. Terjemahan, Penerbit Andi Offset : Yogyakarta.
Milne, Bruce., 1993. Mengenali Kebenaran. Terjemahan, Penerbit BPK : Jakarta.
Morris, Leon., 2006. Teologi Perjanjian Baru. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Ryrie, Charles C., 1991. Teologi Dasar. Jilid 1 & 2, Terjemahan, Penerbit ANDI Offset: Yogyakarta.
Sandison, George & Staff., 2013. Bible Answers for 1000 Difficult Questions. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Tabb, Mark, ed., 2011. Mari Berpikir Tentang Teologi: Apa Yang Kita Yakini. Terjemahan, Penerbit Yayasan Gloria : Yogyakarta.
Thiessen, Henry C., 1992. Teologi Sistematika, direvisi Vernon D. Doerksen. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Sproul, R.C., 1997. Essential Truths of the Christian Faith. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Stamps, Donald C., ed, 1995. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Stott, John., 2010. Kristus Yang Tiada Tara. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.
Strobel, Lee., 2005. Pebuktian Atas Kebenaran Yesus. Terjemahkan, Penerbit Gospel Press : Batam.
Tong, Stephen., 2004. Yesus Kristus Juruselamat Dunia. Penerbit Momentum: Jakarta.
Yancey, Philip, 1997. Bukan Yesus Yang Saya Kenal. Terjemahan, Penerbit Profesional Books : Jakarta.
Zuck, Roy B, editor., 2011. A Biblical of Theology The New Testament. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.MAKNA AIR MATA YESUS (YOHANES 11:35).
https://teologiareformed.blogspot.com/