KISAH PARA RASUL 4:23-33 (KESUKARAN, DOA DAN JAWABAN DOA)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
gadget, bisnis, otomotif |
I) Tindakan pada waktu mengalami kesukaran.
Gereja abad pertama ini mengalami kesukaran. Apa yang mereka lakukan pada waktu mengalami kesukaran?
1) Mereka (kedua rasul) mensharingkan kesukaran / penderitaan kepada jemaat (Kisah Para Rasul 4:23). Ini adalah sesuatu yang penting pada waktu kita mengalami kesukaran / penderitaan. Mengapa?
a) Mensharingkan berkat tok sama dengan menceritakan half truth (= setengah kebenaran) tentang kekristenan!
Kalau semua orang Kristen hanya mensharingkan berkat, itu akan menimbulkan kesan bahwa ikut Kristus itu enak terus, dan ini jelas salah! Ini bukan hanya salah tetapi juga berbahaya dan merugikan. Mengapa? Karena orang luar yang mendapat kesan bahwa ikut Yesus itu enak terus, lalu mengikut Yesus, dan mereka mendapati bahwa faktanya tidaklah demikian. Mereka akan merasa tertipu oleh kekristenan, dan ini akan menyebabkan mereka membenci kekristenan dan menganggapnya sebagai suatu dusta. Mereka bahkan mungkin akan menceritakan hal ini kepada orang-orang lain.
b) Terus memendam semua kesukaran / penderitaan untuk diri sendiri, bisa merusak diri sendiri, karena menyebabkan kita merasa tertekan, stress, dsb. Tetapi kalau kita mensharingkan kesukaran / penderitaan itu, kita bisa merasa lega.
c) Dengan mensharingkan kesukaran / penderitaan yang kita alami, kita bisa mendapatkan nasehat, penghiburan, pertolongan, dan dukungan doa.
Catatan:
kita harus sharing kepada orang yang nggenah, jangan kepada seadanya orang!
bahkan untuk hal-hal yang bersifat sangat pribadi, sebaiknya kita hanya mensharingkannya kepada Tuhan!
2) Jemaat mau mendengar sharing tersebut (ay 24a).
a) Reaksi yang salah.
Sering kali pada waktu ada orang mensharingkan problemnya, ada reaksi yang salah, seperti:
Tidak mau mendengar.
Mendengar, tetapi bersikap acuh tak acuh.
Penerapan: Pada waktu saudara mendengar bahwa ada 10 gereja dirusak dan dirampok, orang-orangnya dianiaya dan diperlakukan secara tidak senonoh, bagaimana reaksi saudara?
Mendengar, lalu menjadikan bahan gossip.
Karena itulah, maka dalam hal-hal tertentu kita harus berhati-hati untuk tidak sharing kepada sembarang orang.
b) Reaksi yang benar.
Bukan hanya mau mendengar, tetapi juga harus ada kasih, simpati, mau menasehati, menghibur, menolong dan mendoakan (bdk. Roma 12:15b - ‘menangislah dengan orang yang menangis’; 1Korintus 12:26a - ‘jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita’).
Penerapan: Renungkan, reaksi yang bagaimana yang ada dalam diri saudara pada waktu mendengar sharing? Kalau saudara sering bereaksi secara salah, maukah saudara mengubahnya?
3) Mengadakan persekutuan doa.
a) Mereka mendoakan rasul / hamba Tuhan (Kisah Para Rasul 4: 29 bdk. Efesus 6:18-20).
Banyak jemaat mempunyai anggapan bahwa merekalah yang harus didoakan oleh hamba Tuhan, bukan sebaliknya. Tetapi ini salah. Sekalipun hamba Tuhan memang mempunyai tugas untuk mendoakan jemaat, tetapi jemaatpun mempunyai tugas untuk mendoakan hamba Tuhan! Ingat bahwa hamba Tuhan bukanlah superman rohani! Ia juga adalah manusia yang lemah, yang condong kepada dosa, yang sama sekali bukan tandingan dari setan, sehingga kalau tidak didukung dalam doa, ia akan jatuh / hancur.
b) Mereka berdoa dengan satu hati.
Dalam ay 24 dikatakan bahwa mereka ‘berseru bersama-sama’.
NIV/RSV: ‘they raised / lifted their voices together’ (= mereka menaikkan suara mereka bersama-sama).
Baik Kitab Suci Indonesia maupun NIV dan RSV salah terjemahan.
Kata yang diterjemahkan ‘bersama-sama’ adalah HOMOTHUMADON, yang terjemahan seharusnya adalah ‘with one accord’ (= dengan suara bulat, seia sekata). Ini terjemahan yang diambil oleh KJV, NKJV, ASV, dan NASB.
Kata Yunani yang sama digunakan dalam Kisah Para Rasul 1:14 dan diterjemahkan ‘sehati’.
Beberapa hal yang bisa dipelajari dari hal ini:
Kisah Para Rasul 4: 24 ini jelas tidak bisa dipakai untuk mendukung ‘doa bersuara’, karena ayat ini tidak menunjukkan mereka sama-sama membuka suara, tetapi bahwa mereka berdoa dengan sehati! Bahkan bisa dikatakan bahwa ayat ini menentang doa bersuara, karena dalam doa bersuara dimana semua orang buka suara, sebetulnya tidak ada kesehatian dalam doa itu, karena sekalipun topik yang didoakan sama, tetapi jelas setiap orang berdoa secara berbeda. Misalnya, sekalipun semua mendoakan tentang hamba Tuhan, tetapi mungkin yang seorang mendoakan keluarganya, yang seorang mendoakan kesehatannya, yang seorang mendoakan kerohaniannya, dsb.
1Korintus 14:16 berbunyi sebagai berikut: "Sebab, jika engkau meng-ucap syukur dengan rohmu saja, bagaimanakah orang biasa yang hadir sebagai pendengar dapat mengatakan ‘amin’ atas pengucapan syukurmu? Bukankah ia tidak tahu apa yang engkau katakan?".
Ini adalah ayat yang melarang doa pengucapan syukur dengan bahasa roh, karena pendengar yang tentu saja tidak mengerti doa itu tidak bisa mengaminkan doa itu. Dari ayat ini terlihat suatu prinsip dalam persekutuan doa, yaitu satu orang berdoa dengan suara keras, dan yang lain mendengarkan dan ikut mengaminkan (tindakan mengaminkan ini cukup dilakukan dalam hati, bukan dengan suara keras sehingga menganggu konsentrasi orang lain).
Supaya saudara tidak menganggap bahwa ini sekedar merupakan tafsiran saya, saya berikan tafsiran / komentar Calvin tentang ayat ini, dimana ia berkata:
"Paul’s expression, however, intimates, that some one of the ministers uttered or pronounced prayers in a distinct voice, and that the whole assembly followed in their minds the words of that one person, until he had come to a close, and they all said Amen - to intimate, that the prayer offered up by that one person was that of all of them in common" (= ungkapan Paulus menunjukkan bahwa salah seorang pendeta menaikkan doa dengan suara yang jelas dan seluruh jemaat mengikuti dalam pikiran mereka kata-kata dari orang itu, sampai ia selesai, dan mereka semua berkata Amin - untuk menunjukkan bahwa doa yang dinaikkan oleh satu orang itu adalah doa mereka semua).
Hal ini juga terlihat dari:
o 1Tawarikh 16:7-36.
Dalam ay 7 ditunjukkan bahwa beberapa orang memimpin nyanyian (dalam menyanyi bisa saja beberapa orang menyanyi bersama-sama, karena kata-katanya sama, tetapi dalam berdoa tidak!); nyanyian itu ada dalam ay 8-36a, lalu pada ay 36b jemaat mengucapkan ‘amin’.
o Mazmur 106:1-48.
Sekalipun tidak disebutkan secara explicit, tetapi dari kata-kata dalam mazmur ini terlihat bahwa itu adalah suatu doa. Pada ay 48b (pada akhir dari doa itu) maka semua jemaat mengucapkan ‘amin’.
o Ulangan 27:14-26.
Ini adalah pembacaan Firman Tuhan / ayat Kitab Suci. Beberapa orang membacakannya (ay 14), dan setiap ayat ditutup dengan ‘amin’ oleh seluruh jemaat.
Kata HOMOTHUMADON.
kata ini digunakan dalam Kis 1:14 2:46 4:24 5:12 15:25 dan Ro 15:6 untuk menunjuk pada kesatuan / kesehatian orang percaya.
kata ini juga digunakan dalam Kis 7:57 18:12 19:29 untuk menunjuk pada kesatuan orang kafir dalam menentang gereja.
Kalau orang kafir bersatu menentang gereja, sedangkan gereja terpecah belah, maka gereja pasti kalah! Karena itu doakanlah dan usahakanlah kesatuan, dimulai dengan gereja kita sendiri!
Persekutuan doa dalam ay 24 ini menunjukkan kesatuan gereja abad pertama, karena bukan saja mereka mau peduli dan mendoakan rasul-rasul yang mengalami kesukaran / penderitaan, tetapi mereka juga bisa bersatu hati dalam doa!
II) Hal-hal yang bisa dipelajari dari isi doa mereka.
1) Mereka tidak mulai dengan menceritakan kesukaran mereka, tetapi mereka mulai dengan menyadari dan mengakui Allah sebagai pencipta (ay 24b bdk. dengan doa raja Hizkia dalam 2Raja-raja 19:15-dst).
Ini adalah sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan khusus-nya pada waktu kita berdoa untuk kesukaran kita. Kalau kita memulai doa kita dengan menceritakan betapa besar kesukaran kita, maka besar kemungkinan bahwa isi doa itu sendiri akan melemahkan iman kita, membuat kita kecil hati, putus asa, dsb. Tetapi kalau kita memulai doa kita dengan menyatakan kemahakuasaan Allah sebagai pencipta, maka kata-kata itu sendiri akan menguatkan iman kita. Setelah itu barulah kita menyatakan permintaan kita, dan kita akan bisa lebih mempunyai iman pada saat menaikkan permintaan itu.
Penerapan:
Kalau saudara berdoa untuk rencana pembelian gedung gereja, bagaimana doa saudara? Apakah saudara memulai doa saudara dengan menceritakan kesukaran (harga gedung Rp 750 juta, uang kita cuma Rp 80 juta, jemaat kita sedikit, dsb), atau saudara memulainya dengan menujukan pikiran saudara pada kemahakuasaan Allah?
Kalau saudara berdoa untuk keluarga saudara yang sakit berat, bagaimana doa saudara? Apakah saudara memulai dengan menggambarkan kepada Allah betapa beratnya penyakit itu, dan bahwa dokter sudah angkat tangan, dsb? Atau saudara memulai doa dengan menujukan pikiran saudara pada kemahakuasaan Allah?
Kalau saudara berdoa untuk problem ekonomi saudara, bagaimana doa saudara? Apakah saudara memulai doa itu dengan menceritakan kepada Allah betapa banyak hutang saudara dan betapa banyaknya problem dalam pekerjaan saudara, dsb? Atau maukah saudara memulai doa itu dengan menujukan pikiran saudara pada kemahakuasaan Allah?
2) Mereka memandang pada rencana Allah dan pelaksanaannya (Providence of God). Dari mana kita bisa melihat hal ini?
a) Kisah Para Rasul 4: 24: ‘Ya Tuhan’.
KJV/NASB: Lord (= Tuhan).
RSV/NIV: Sovereign Lord (= Tuhan yang berdaulat).
Kata bahasa Yunaninya adalah DESPOTES, dari mana kata bahasa Inggris despot (= raja / penguasa lalim) diturunkan.
Tentu saja pada waktu kata ini digunakan untuk Tuhan, tidak dimaksudkan bahwa Tuhan itu lalim. Yang ditekankan adalah otoritas, kuasa dan kedaulatan Tuhan dalam memerintah seluruh alam semesta, dimana Ia tidak tergantung oleh siapapun / apapun di luar diriNya.
b) Allah sebagai pencipta (Kisah Para Rasul 4: 24).
Kalau Allah adalah pencipta, Allah pasti menguasai dan mengatur ciptaanNya itu dan dengan demikian segala ciptaan-Nya tergantung kepada Dia!
c) Kisah Para Rasul 27-28 jelas menunjukkan Rencana Allah dan Providence of God!
Orang-orang itu (Herodes dan Pontius Pilatus) berbuat dosa pada waktu mereka membunuh Yesus, tetapi dengan itu mereka melaksanakan Rencana Allah (Ini tentu tidak bisa diartikan bahwa mereka menaati Allah. Mereka melakukan dosa dengan tujuan / motivasi yang berbeda! Allah merencanakan kematian Yesus untuk menebus dosa manusia. Mereka membunuh Yesus bukan supaya Yesus menjadi Penebus dosa!).
Kisah Para Rasul 4: 28: ‘kuasa dan kehendak-Mu’.
NIV: ‘Your power and will’ (= kuasa dan kehendakMu).
NASB: ‘thy hand and thy purpose’ (= tanganMu dan rencanaMu).
RSV: ‘thy hand and thy plan’ (= tanganMu dan rencanaMu).
KJV: ‘thy hand and thy counsel’ (= tanganMu dan rencanaMu).
Lukas menambahkan kata ‘hand / tangan’ untuk menunjukkan bahwa segala sesuatu terjadi tidak hanya karena adanya Rencana Allah, tetapi juga karena adanya tangan / kuasa Allah yang mengatur semua itu (Providence of God). Jadi, segala sesuatu (dalam arti kata yang mutlak!) bisa terjadi karena Allah menetapkan dan melaksanakan ketetapanNya.
Karena itu ada orang yang berkata : "A Calvinist is a someone who sees God in everything" (= Calvinist adalah seorang yang melihat Allah dalam segala sesuatu).
Kepercayaan pada Rencana Allah dan pelaksanaannya (Providence of God) adalah sesuatu yang sangat penting pada waktu kita menghadapi problem! Kalau kita menganggap bahwa segala sesuatu (atau hal-hal tertentu) terjadi secara kebetulan, maka kita pasti akan kuatir. Tapi, kalau kita percaya bahwa segala sesuatu bisa terjadi hanya kalau Allah sudah menentukan dan menggunakan kuasa-Nya untuk melaksanakan ketentuan-Nya, maka kita tidak akan kuatir karena kita tahu bahwa segala sesuatu ada dalam genggaman Allah yang mengasihi kita (bdk. Roma 8:28).
Jemaat abad pertama itu percaya pada Rencana Allah dan pelaksanaannya (Providence of God) sehingga mereka punya keyakinan yang besar dalam kesukaran. Ini nyata dalam kata ‘sia-sia’ yang mereka ucapkan dalam Kisah Para Rasul 4: 25 akhir. Memang, semua yang melawan Rencana Allah, pasti gagal / sia-sia!
3) Mereka mengingat / mengutip Firman Tuhan dalam doa (ay 25-26 bdk. Mazmur 2:1-2).
Jangan mengutip ayat dalam doa untuk ‘pamer ayat hafalan’ atau untuk ‘berkhotbah dalam doa’.
Tetapi kita bisa mengutip ayat Kitab Suci dalam doa untuk menguatkan keyakinan dalam doa, atau untuk mengclaim janji Tuhan.
Dalam bagian ini jemaat abad pertama menganggap bahwa ay 27-28 merupakan penggenapan nubuat Maz 2:1-2. Ini sesuatu yang penting! Dalam hidup kita, kita harus bisa melihat hal-hal di sekeliling kita sebagai penggenapan Firman Tuhan. Itu bisa menguatkan iman kita.
Misalnya:
Banyak problem dalam ikut Yesus. Ini menggenapi Matius 24:11, 24.
Adanya banyak nabi-nabi palsu. Ini menggenapi Matius 24:11,24.
Jaman ini jarang ada orang senang dengan Firman Tuhan yang sungguh-sungguh (bukan yang banyak dongeng / kesaksian / leluconnya, tetapi yang betul-betul membahas Firman Tuhan / Kitab Suci). Ini menggenapi 2Timotius 4:3-4.
Kalau kita hanya melihat hal-hal yang terjadi itu saja, kita akan menjadi susah. Tetapi kalau kita bisa melihatnya sebagai penggenapan Firman Tuhan, kita dikuatkan karena kita bisa makin yakin bahwa Alkitab memang adalah Firman Tuhan yang benar!
4) Mati terhadap diri sendiri.
Perhatikan bahwa dalam doa itu, jemaat abad pertama ini tidak meminta supaya bebas dari problem, dan bahkan tidak meminta perlindungan dari Tuhan terhadap ancaman orang-orang Yahudi (permintaan ini mungkin ada tetapi secara implicit). Jelas bahwa mereka tidak perduli pada diri mereka sendiri! Yang mereka minta adalah:
Keberanian untuk memberitakan Firman Tuhan (Kisah Para Rasul 4:29).
Mereka minta keberanian untuk rasul-rasul yang baru saja menunjukkan keberanian mereka (Kis 4:13). Ini jelas menunjukkan bahwa mereka sadar bahwa tadi rasul-rasul itu bisa berani karena Tuhan memberikan keberanian. Karena itu mereka minta keberanian lagi, supaya rasul-rasul itu tetap berani.
Kuasa untuk melakukan Mujizat (Kisah Para Rasul 4: 30).
Perhatikan bahwa dua hal yang mereka minta ini justru adalah hal-hal yang menyebabkan mereka mendapatkan kesukaran (Kis 3). Tetapi sekarang mereka justru meminta 2 hal itu lagi! Ini betul-betul menunjukkan bahwa mereka memang mati bagi diri sendiri dan hidup bagi Tuhan!
Ini adalah sikap yang penting dalam doa! Banyak orang berdoa dengan sikap yang egois. Mereka tidak berdoa untuk kemuliaan Tuhan tetapi untuk kesenangan diri sendiri
Bagaimana dengan saudara? Dengan sikap bagaimana saudara berdoa?
III) Jawaban Doa (Kisah Para Rasul 4: 31).
1) Tempat itu goyang. Mujizat ini menunjukkan:
kuasa Allah.
kehadiran Allah.
doa mereka didengar oleh Allah.
2) Mereka dipenuhi oleh Roh Kudus.
Berbeda dengan baptisan Roh Kudus yang hanya bisa terjadi satu kali, kepenuhan Roh Kudus bisa terjadi berulang-ulang.
3) Mereka memberitakan Firman Tuhan dengan berani.
Ada hubungan yang erat antara kepenuhan Roh Kudus dan pemberitaan Firman Tuhan! Orang yang penuh Roh Kudus tidak mesti berbahasa Roh, tetapi ia mesti taat kepada Tuhan. Di sini, ketaatan itu diwujudkan dengan memberitakan Firman Tuhan dengan berani.
Orang yang penuh Roh Kudus pasti akan berani memberitakan Firman Tuhan! Bagaimana dengan saudara?
4) Kisah Para Rasul 4: 33: ‘kuasa yang besar’.
Ini menunjukkan bahwa mereka diberi kuasa untuk melakukan mujijat-mujijat sesuai dengan permintaan mereka dalam Kisah Para Rasul 4: 30.
Kesimpulan:
Tuhan mendengar dan mengabulkan doa mereka! Kalau dulu Tuhan bisa melakukan hal itu, sekarang pun Ia bisa! Apakah saudara mempunyai problem / kesukaran? Bawalah kepada Tuhan dalam doa dengan sikap yang sama seperti yang ada pada jemaat abad pertama! Tuhan akan mendengar dan mengabulkan doa saudara! Seseorang mengatakan : "Sorrow looks back, worry looks around, faith looks up" (= kesedihan melihat kebelakang, kekawatiran melihat ke sekeliling, iman melihat ke atas). Dalam menghadapi segala problem, hadapilah dengan melihat ke atas / berdoa! Maukah saudara melakukan hal itu?
-AMIN-
Johanes 21:17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.