BUKU PENGINJILAN PRIBADI
PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
II) Karena Tuhan mau memakai kita sebagai alatNya, dan itu merupakan kehormatan bagi kita.
III) Yesus
dan rasul-rasul juga memberitakan Injil.
IV) Karena
hidup ini adalah perang (Ef 6:12
2Tim 2:3-4).
V) Supaya
Injil bisa tersebar dengan cepat.
VI) Supaya manusia berdosa mendapat jalan untuk bebas
dari hukuman Allah.
VII) Karena
Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga.
VIII) Karena
Injil bisa memperbaiki kehidupan manusia.
IX) Karena
rasa takut untuk PI datang dari setan.
X) Karena akan datang waktunya dimana kita tidak lagi
bisa memberitakan Injil.
Penutup.
5) Sadar dan percaya sepenuhnya bahwa pertobatan adalah hasil pekerjaan Tuhan / Roh Kudus (Yoh 6:44,65 Kis 11:18 16:14).
I) Ajaran di bawah
ini dipopulerkan oleh Scoffield Reference Bible dan juga masuk dalam traktat “4
Hukum Rohani”.
IMAN
I) Macam-macam
iman.
Kata pengantar
Ini adalah sebuah buku tentang Penginjilan Pribadi, tetapi bahan-bahan dalam buku ini juga bisa digunakan dalam penginjilan massal (melalui khotbah).
Ada banyak cara / metode dalam penginjilan pribadi, dan saya berpendapat bahwa setiap orang harus mempelajari sebanyak mungkin cara / metode, dan lalu memilih yang paling cocok baginya, atau menggabung-gabungkan beberapa cara / metode bagi dirinya sendiri.
Ada banyak orang yang beranggapan bahwa penginjilan pribadi tidak boleh dilakukan dengan argumentasi, sehingga mereka lalu menciptakan cara penginjilan pribadi seperti itu (tanpa argumentasi). Tetapi saya beranggapan bahwa tidak salah untuk berargumentasi pada waktu melakukan penginjilan pribadi, selama kita bisa melakukannya dengan baik. Kita melihat bahwa dalam Kitab Suci, rasul-rasul dan orang-orang kristen melakukan penginjilan dengan menggunakan argumentasi. Misalnya: Paulus dalam Kis 9:22,29 Kis 15:2 Kis 17:17-18 Kisah Para Rasul 18:4 Kis 19:8-9 Kis 28:23b, Stefanus dalam Kis 6:9-10, Apolos dalam Kis 18:28. Jadi jelas bahwa berargumentasi dalam pemberitaan Injil tidak harus salah.
Saya sendiri termasuk orang yang senang berargumentasi, dan sering memberitakan Injil, baik secara pribadi maupun secara massal, dengan menggunakan argumentasi. Karena itu, saya menulis buku ini, yang mengajarkan bagaimana memberitakan Injil dengan menggunakan argumentasi. Buku ini juga mencakup pelajaran yang mengajarkan bagaimana menjawab keberatan-keberatan dari orang-orang yang kita injili.
Untuk bisa memberitakan Injil dengan menggunakan argumentasi, jelas bahwa si pemberita Injil membutuhkan pengertian Kitab Suci lebih banyak, karena ia harus bisa menjawab keberatan / serangan dari orang yang ia injili. Karena itu, dalam buku ini saya juga menambahkan theologia / doktrin-doktrin yang berkenaan dengan penginjilan, untuk menyuplai kebutuhan pengertian Kitab Suci tersebut. Dan karena itu, maka sesuai dengan isinya, buku ini saya beri judul “ARGUMENTASI DAN TEOLOGIA DALAM MEMBERITAKAN INJIL”.
Kalau saudara adalah orang seperti saya, dalam arti bahwa saudara senang berargumentasi, maka mungkin buku ini cocok bagi saudara. Dan kalaupun saudara bukan orang yang senang berargumentasi, theologia / doktrin-doktrin berkenaan dengan penginjilan dalam buku ini tetap bisa sangat berguna bagi saudara.
Saya berdoa dan berharap agar buku ini bisa betul-betul berguna bagi saudara dalam memberitakan Injil, dengan atau tanpa argumentasi, secara pribadi ataupun secara massal, supaya banyak orang bisa dibawa kepada Kristus, dan pada akhirnya Tuhan dipermuliakan melalui semua ini.
MENGAPA KITA HARUS memberitakan Injil?
I) Karena Tuhan memerintahkannya.
Tuhan menghendaki setiap orang kristen
untuk melayani Dia sesuai dengan karunia yang telah diberikan kepadanya oleh
Tuhan.
Bahwa Tuhan memberikan kepada setiap
orang Kristen karunia-karunia yang berbeda-beda terlihat dari 1Kor 12:7-11
- “(7) Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan
penyataan Roh untuk kepentingan bersama. (8) Sebab kepada yang seorang Roh
memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh
yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. (9) Kepada yang
seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan
karunia untuk menyembuhkan. (10) Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk
mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat,
dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam
roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa
roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh
itu. (11) Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang
memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang
dikehendakiNya.”.
Dan bahwa Tuhan menghendaki setiap
orang Kristen melayani sesuai karunia-karunia yang ada padanya terlihat dari:
1) Roma 12:6-8
- “(7) Demikianlah kita mempunyai karunia yang
berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika
karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman
kita. (7) Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia
untuk mengajar, baiklah kita mengajar; (8) jika karunia untuk menasihati,
baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia
melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia
melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia
melakukannya dengan sukacita.”.
2) 1Petrus 4:10 - “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai
dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik
dari kasih karunia Allah.”.
Jadi tidak setiap orang kristen harus
berkhotbah, menjadi guru sekolah minggu, dsb. Tetapi Pemberitaan Injil
merupakan pelayanan yang harus dilakukan oleh setiap / semua orang kristen.
Caranya boleh berbeda-beda sesuai karunia masing-masing, misalnya ada yang
memberitakan Injil melalui khotbah, ada yang secara pribadi, ada yang melalui
pemberian traktat, ada yang melalui tulisan, dan sebagainya. Tetapi setiap
orang Kristen harus memberitakan Injil! Ini terlihat dari perintah Tuhan Yesus
sendiri, seperti dalam:
a) Matius 28:19 - “Karena
itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama
Bapa dan Anak dan Roh Kudus,”.
b) Kis 1:8 - “Tetapi
kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan
menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke
ujung bumi.’”.
Ini juga terlihat dari teladan jemaat
abad pertama, seperti yang digambarkan dalam text di bawah ini.
Kis 8:1,4
- “(1) Saulus juga setuju, bahwa
Stefanus mati dibunuh. Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap
jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke
seluruh daerah Yudea dan Samaria. ... (4) Mereka yang tersebar itu
menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil.”.
Perhatikan bahwa mereka yang tersebar
itu bukan rasul-rasul, tetapi jemaat biasa. Tetapi mereka memberitakan Injil!
Karena Pemberitaan Injil merupakan
perintah Tuhan bagi kita, maka kalau kita tidak memberitakan Injil, kita
berdosa (dosa pasif).
Perhatikan juga ayat-ayat di bawah ini:
1) Hak 5:23
- “‘Kutukilah kota
Meros!’ firman Malaikat TUHAN, ‘kutukilah habis-habisan penduduknya, karena
mereka tidak datang membantu TUHAN, membantu TUHAN sebagai pahlawan’”.
Perhatikan bahwa kota Meros dikutuk
oleh Tuhan bukan karena mereka menyembah berhala, atau berzinah, dsb, tetapi
karena pada waktu perang, mereka hanya berdiam diri, padahal seharusnya mereka
ikut berperang. Demikian juga kalau dalam perang rohani melawan setan, saudara
tidak mau ikut berjuang melalui Pemberitaan Injil, maka saudara menghadapi
resiko yang sama dengan penduduk kota Meros.
2) Yeremia 48:10
- “Terkutuklah
orang yang melaksanakan pekerjaan TUHAN dengan lalai, dan terkutuklah orang yang
menghambat pedangNya dari penumpahan darah!”.
Saya tidak mengerti mengapa Kitab Suci
Indonesia menterjemahkan bagian yang saya garis-bawahi itu dengan menggunakan ‘Nya’ (dimulai dengan huruf besar), dan
bukannya ‘nya’. Kata ‘nya’ itu jelas bukan menunjuk kepada Tuhan
tetapi kepada orang yang dikutuk itu.
Jadi, ayat ini mirip dengan ayat di
atas tentang penduduk kota Meros itu. Pada saat mereka seharusnya berperang
menggunakan pedang mereka, mereka tidak mau melakukannya, dan karena itulah
maka mereka dikutuk!
3) Yeh 3:18
- “Kalau Aku
berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! - dan engkau tidak
memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat
itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan
mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas
nyawanya dari padamu.”.
Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang tidak kita
injili itu akan binasa, tetapi Tuhan akan menuntut darah orang itu dari diri
kita.
4) Matius 12:30
- “Siapa tidak
bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia
mencerai-beraikan.”.
Dalam kekristenan tidak ada sikap netral. Atau
saudara adalah ‘sahabat
Tuhan’, atau saudara adalah
‘lawan Tuhan’; atau saudara ‘mengumpulkan bersama Tuhan’ (melalui pemberitaan Injil), atau saudara dianggap
sebagai ‘pencerai-berai
/ pengacau gereja’! Jadi,
siapapun orang Kristen yang tidak memberitakan Injil, ia adalah ‘pencerai-berai / pengacau gereja’!
Tuhan bisa memberitakan Injil sendiri;
ini terlihat dalam kasus pertobatan Saulus / Paulus.
Kis 9:3-6 - “(3)
Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba
cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. (4) Ia rebah ke tanah dan
kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: ‘Saulus, Saulus,
mengapakah engkau menganiaya Aku?’ (5) Jawab Saulus: ‘Siapakah Engkau, Tuhan?’
KataNya: ‘Akulah Yesus yang kauaniaya itu. (6) Tetapi bangunlah dan pergilah ke
dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat.’”.
Dia juga bisa memberitakan Injil
melalui malaikat; ini terjadi pada Natal yang pertama.
Luk 2:8-14 - “(8)
Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak
mereka pada waktu malam. (9) Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di
dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat
ketakutan. (10) Lalu kata malaikat itu kepada mereka: ‘Jangan takut, sebab sesungguhnya
aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: (11) Hari ini
telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. (12) Dan
inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan
lampin dan terbaring di dalam palungan.’ (13) Dan tiba-tiba tampaklah
bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji
Allah, katanya: (14) ‘Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai
sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepadaNya.’”.
Tetapi Ia tetap mau memakai kita yang
berdosa sebagai alatNya untuk memberitakan Injil. Ini tidak boleh kita anggap
sebagai suatu beban yang memberatkan, tetapi sebagai suatu kehormatan. Dalam
hal ini rasul Paulus berulangkali memberikan kepada kita teladan yang baik
seperti itu. Perhatikan beberapa ayat di bawah ini:
1) 1Timotius 1:12-13 - “(12)
Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus,
Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini
kepadaku - (13) aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya
dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihaniNya, karena semuanya itu telah
kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman.”.
Perhatikan komentar-komentar dari
penafsir-penafsir ini tentang text ini:
Matthew
Henry: “A call to the
ministry is a great favour, for which those who are so called ought to give
thanks to Jesus Christ” (= Panggilan ke
dalam pelayanan merupakan suatu kemurahan yang besar, untuk mana mereka yang
dipanggil seperti itu seharusnya bersyukur kepada Yesus Kristus).
Barnes’
Notes: (= Jika ada sesuatu apapun untuk mana seseorang yang baik / saleh akan
bersyukur, dan seharusnya bersyukur, itu adalah bahwa ia telah diarahkan
sedemikian rupa oleh Roh dan providensia Allah sehingga diletakkan ke dalam
pelayanan. Itu memang merupakan suatu pekerjaan yang berat, dan penyangkalan
diri, dan menuntut banyak pengorbanan ketenteraman dan kesenangan pribadi. Itu
menuntut seseorang untuk menyerahkan prospeknya yang bagus tentang kehormatan
duniawi, dan tentang kekayaan dan kesenangan. Itu sering disamakan /
digabungkan dengan kekurangan, dan kemiskinan, dan pengabaian, dan
penganiayaan. Tetapi itu adalah suatu jabatan / tugas yang begitu terhormat,
begitu bagus, begitu mulia, dan memuliakan; itu disertai dengan begitu banyak
penghiburan yang berharga di sini, dan begitu bermanfaat bagi dunia, dan itu
mempunyai janji-janji berkat dan kebahagiaan dalam dunia yang akan datang,
sehingga tak peduli apa yang dituntut untuk diserahkan dari seseorang untuk
menjadi seorang pelayan injil, ia harus bersyukur kepada Kristus untuk
meletakkannya dalam jabatan / tugas itu).
2) Roma 1:5 - “Dengan
perantaraanNya kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk
menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada namaNya.”.
Ada
penafsir-penafsir yang menterjemahkan ‘grace and apostleship’ (= kasih
karunia dan kerasulan), tetapi William Hendriksen lebih setuju dengan
terjemahan ‘grace of apostleship’ (= kasih karunia dari / tentang
kerasulan).
Jadi,
jabatan / pelayanan sebagai rasul itu oleh Paulus dianggap sebagai kasih
karunia!
3) Roma 15:15-17 - “(15)
Namun, karena kasih karunia yang telah dianugerahkan Allah kepadaku, aku
di sana sini dengan agak berani telah menulis kepadamu untuk mengingatkan kamu,
(16) yaitu bahwa aku boleh menjadi pelayan Kristus Yesus bagi bangsa-bangsa
bukan Yahudi dalam pelayanan pemberitaan Injil Allah, supaya bangsa-bangsa
bukan Yahudi dapat diterima oleh Allah sebagai persembahan yang berkenan
kepadaNya, yang disucikan oleh Roh Kudus. (17)
Jadi dalam Kristus aku boleh bermegah tentang pelayananku bagi Allah.”.
Jadi,
bagi Paulus, panggilan pelayanannya / panggilan pelayanan pemberitaan Injil
yang diberikan kepadanya, merupakan suatu kasih karunia. Bandingkan dengan
kebanyakan orang Kristen yang pelayanannya dianggap sebagai beban yang
memberatkan, sehingga semakin cepat ‘pensiun’ semakin baik.
4) Galatia 1:15-16 - “(15)
Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil
aku oleh kasih karuniaNya, (16) berkenan menyatakan AnakNya di dalam aku, supaya
aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaatpun
aku tidak minta pertimbangan kepada manusia;”.
Lagi-lagi panggilan Tuhan untuk
memberitakan Injil di kalangan orang-orang non Yahudi oleh Paulus dianggap
sebagai kasih karunia Allah!
Illustrasi: ada seorang penyanyi New Zealand yang
diminta menyanyi dalam pesta pernikahan Pangeran Charles - Lady Di (Diana).
Pada waktu diminta, ia tidak mempersoalkan besarnya honor yang harus ia terima,
atau betapa repotnya melakukan hal itu. Ia merasakan hal itu bukan sebagai
suatu beban, tetapi sebagai suatu kehormatan.
Penerapan: kalau saudara adalah orang kristen
yang sejati, maka saudara juga dipanggil oleh Tuhan untuk memberitakan Injil.
Apakah saudara menganggapnya sebagai suatu beban, atau sebagai sesuatu yang
menakutkan, atau sebagai kasih karunia?
III) Yesus
dan rasul-rasul juga memberitakan Injil.
Tuhan Yesus sendiri juga memberitakan
Injil, dan bahkan Ia mengatakan bahwa Ia datang untuk memberitakan Injil.
Markus 1:38
- “JawabNya: ‘Marilah kita pergi
ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku
memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.’”.
Kristus adalah teladan kita. Ini
terlihat dari:
Yohanes 13:15 - “sebab
Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat
sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.”.
Filipi 2:5-8 - “(5)
Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang
terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah,
tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil
rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan
sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan
sampai mati di kayu salib.”.
Dalam persoalan menjadikan Yesus
sebagai teladan, ada 2 hal penting yang harus diperhatikan:
1) Saudara
harus menerima Dia sebagai Juruselamat lebih dahulu, dan barulah saudara boleh
/ bisa menjadikan Dia sebagai teladan dalam kehidupan saudara. Jangan
menjadikan Yesus sebagai teladan kalau saudara belum menerima Dia sebagai
Juruselamat saudara. Mengapa? Karena:
a) Saudara tidak mungkin bisa melakukan hal itu.
Untuk bisa meneladani tindakan Yesus,
kita membutuhkan pertolongan dari Roh Kudus. Sedangkan kalau saudara belum
percaya dan menerima Dia sebagai Juruselamat saudara, saudara belum mempunyai
Roh Kudus.
b) Andaikatapun saudara bisa meneladani Dia, itu
tidak ada gunanya. Dosa-dosa saudara tidak ditebus, dan karena itu dosa-dosa
itu tetap akan membawa saudara ke neraka untuk selama-lamanya!
2) Tidak
semua yang Yesus lakukan harus kita teladani.
Misalnya: Ia tidak menikah, Ia berpuasa
40 hari, Ia mati untuk dosa-dosa kita, dan sebagainya. Hal-hal ini tidak perlu
/ tidak bisa kita teladani. Jadi, kita harus melihat pada seluruh Kitab Suci
untuk melihat apakah sesuatu yang Yesus lakukan itu harus kita teladani atau
tidak.
Dalam persoalan memberitakan Injil,
karena adanya perintahNya untuk memberitakan Injil, maka jelas harus
disimpulkan bahwa itu merupakan tindakan Yesus yang harus kita teladani. Karena
itu, rasul-rasul, yang adalah pengikutNya, meniru teladanNya, dengan juga
memberitakan Injil, sekalipun dimusuhi / dianiaya. Ini terlihat dalam seluruh
Kitab Kisah Para Rasul. Kalau kita adalah pengikut Kristus, maka kitapun harus
meniru teladanNya dalam memberitakan Injil.
IV) Karena
hidup ini adalah perang (Ef 6:12
2Tim 2:3-4).
Efesus 6:12 - “karena perjuangan
kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan
pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu
dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.”.
2Tim 2:3-4 - “(3) Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari
Kristus Yesus. (4) Seorang prajurit
yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal
penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.”.
Konsep saudara tentang hidup ini
merupakan sesuatu yang penting. Kalau konsep saudara tentang hidup adalah: ‘karena
hidup hanya satu kali, maka saya harus menikmatinya’, maka mungkin saudara tidak akan
pernah memberitakan Injil. Tetapi ingat bahwa konsep hidup dalam Kitab Suci
adalah: hidup merupakan peperangan rohani. Karena hidup ini adalah peperangan
rohani melawan setan, maka kita tidak boleh hidup santai!
Dalam peperangan, pertahanan adalah
sesuatu yang sangat penting. Menyerang tanpa mempedulikan pertahanan, merupakan
sesuatu yang sangat berbahaya dalam peperangan. Tetapi sebaliknya, kita tidak
mungkin bisa menang kalau kita hanya bertahan. Jadi, kedua-duanya harus kita
lakukan. Kita harus memperhatikan pertahanan kita, misalnya dengan banyak
belajar Firman Tuhan, dengan banyak berdoa, dengan menjauhi pencobaan, dan
sebagainya. Tetapi kita juga harus menyerang, dan Pemberitaan Injil adalah
penyerangan dalam perang melawan setan ini, karena melalui Pemberitaan Injil
kita mengusahakan supaya anak-anak setan / musuh-musuh Tuhan bisa menjadi
anak-anak Tuhan. Karena itu, jangan heran kalau setan paling tidak senang
dengan orang Kristen yang memberitakan Injil, dan paling banyak menyerang
orang-orang seperti itu!
Apakah ini harus membuat kita takut?
Tidak, karena:
1) Dalam
Ro 8:31 Paulus berkata: “Sebab itu
apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita,
siapakah yang akan melawan kita?”.
2) Dalam
Amanat AgungNya, Yesus bukan hanya memberikan perintah untuk memberitakan
Injil, tetapi juga janji penyertaanNya kepada orang-orang kristen yang
memberitakan Injil.
Mat 28:19-20 - “(19)
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam
nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah mereka melakukan segala
sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada
akhir zaman.’”.
V) Supaya
Injil bisa tersebar dengan cepat.
Dalam Kitab Kisah Para Rasul, jumlah
jemaat bertumbuh dengan pesat (Kis 1:26 2:41,47 4:4
5:14 6:7). Tetapi kelihatannya pada jaman sekarang tidak. Mengapa?
Karena pada abad pertama, semua jemaat ikut memberitakan Injil. Tetapi keadaan
berubah! Pada sekitar tahun 1970-an seorang misionaris mengatakan bahwa
statistik menunjukkan bahwa hanya 0,5 % (setengah persen) orang kristen
yang memberitakan Injil!
Ada
seorang pendeta yang pernah memberikan ilustrasi sebagai berikut untuk
menekankan pentingnya setiap orang kristen untuk memberitakan Injil. Ia
membandingkan dua keadaan:
1) Keadaan I adalah dimana di dunia ini hanya
ada 1 orang kristen, yang adalah seorang penginjil yang hebat, yang setiap hari
bisa membawa 1000 jiwa datang kepada Tuhan. Tetapi orang-orang yang sudah
bertobat itu tidak ada yang memberitakan Injil.
2) Keadaan II adalah dimana di dunia ini hanya
ada 1 orang kristen, yang setiap tahun hanya bisa membawa 1 jiwa datang kepada
Tuhan. Tetapi setiap jiwa yang bertobat juga memberitakan Injil dan setiap
tahun masing-masing orang mendapat 1 jiwa.
Maka
kita akan mendapatkan tabel sebagai berikut:
Tahun 1000 / hari 1 / tahun
---------------------------------------------------------
1 365.000 2 = 21
2 730.000 4 = 22
3 1.095.000 8 = 23
.
.
.
32 11.680.000 232 = 4,3 milyar.
33 12.045.000 233 = 8,6 milyar.
Saudara
bisa melihat bahwa dalam keadaan I, dalam 33 tahun, baru sekitar 12 juta orang
yang menjadi kristen. Ini belum mencakup seluruh penduduk Jawa Timur. Tetapi
dalam keadaan II, dalam 33 tahun, ada 8,6 milyar orang kristen. Ini sudah lebih
dari penduduk dunia saat ini!
Jadi,
kalau saudara selalu membiarkan Pendeta / Penginjil saja yang memberitakan
Injil, paling-paling pertumbuhan gereja / kekristenan akan menyerupai keadaan
I, bahkan lebih buruk dari keadaan I. Mengapa? Karena perlu diingat, bahwa
tidak ada pendeta / penginjil yang bisa mempertobatkan 1000 orang setiap hari!
Bahkan Petrus, yang berhasil mempertobatkan 3.000 orang dalam satu hari
(Kis 2:41), tidak setiap hari berhasil mempertobatkan 1.000 orang. Semua
ini menyebabkan pertumbuhan gereja / kekristenan akan sangat lambat, atau,
lebih buruk lagi, bisa menyebabkan kemunduran! Tetapi kalau setiap orang
kristen mau memberitakan Injil, kita akan seperti keadaan II. Pertumbuhan
gereja / kekristenan akan cepat sekali!
Perlu
juga diketahui bahwa kalau Injil tidak tersebar dengan cepat, maka ada
alternatifnya, yaitu: ajaran sesatlah yang akan tersebar!
Seorang
yang bernama Daniel Webster berkata sebagai berikut:
(= Jika buku-buku agama / rohani tidak beredar secara
luas di antara rakyat dalam negara ini, saya tidak tahu apa yang akan terjadi
pada kita sebagai bangsa. Kalau kebenaran tidak disebarkan, maka kesalahanlah
yang akan tersebar; kalau Allah dan FirmanNya tidak diketahui / dikenal dan
diterima, setan dan pekerjaannya akan mendapatkan kekuasaan / pengaruh; kalau
buku-buku injili tidak mencapai setiap desa, halaman-halaman yang jahat dan
literatur yang tidak bermoral akan mencapainya; kalau kuasa Injil tidak dirasakan
diseluruh lebar dan panjang negara ini, maka anarkhi dan pemerintahan yang
salah, keburukan dan kesengsaraan, korupsi / kejahatan / kecurangan dan
kegelapan, akan memerintah tanpa pengurangan atau akhir.).
Seorang
yang bernama Edmund Burke berkata: “All
that is necessary for the triumph of evil is that good men do nothing.” (= Semua yang dibutuhkan supaya
kejahatan menang adalah bahwa orang-orang yang baik tidak melakukan apa-apa.)
- ‘Streams in the Desert’, vol 2, June 13.
Sekarang mari kita membandingkan
kesuaman penginjilan dalam kalangan Kristen dengan keaktifan penginjilan yang
luar biasa dalam kalangan sekte Saksi Yehuwa! Seorang
penatua Saksi Yehuwa yang berdiskusi dengan saya mengatakan bahwa pada saat ini
dalam dunia ada sekitar 6 juta Saksi (ini tidak termasuk pengunjung biasa dalam
kebaktian; yang disebut ‘Saksi’ adalah orang-orang yang sudah aktif
memberitakan Injil dari rumah ke rumah). Dan pertambahan setiap tahun adalah
sebanyak kira-kira 360.000 orang. Pertambahan 6 % setahun ini merupakan sesuatu
yang luar biasa. Seorang penulis internet mengatakan bahwa puncak tertinggi
dari pertumbuhan Saksi Yehuwa terjadi pada tahun 1974, yaitu mencapai 13,5 %!
Kalau saudara bertanya: ‘Mengapa mereka bisa bertumbuh begitu pesat?’, maka
salah satu jawabnya adalah, karena Saksi Yehuwa tidak membedakan antara Pendeta
/ pengkhotbah / penatua dengan orang awam. Semua
Saksi-Saksi Yehuwa didorong dan dilatih untuk memberitakan ‘Injil’. Dan dalam
buku ‘Bagaimana Menghadapi Saksi Yehuwa’, hal 23, dikatakan bahwa 65 %
anggota-anggota Saksi Yehuwa aktif memberitakan ‘Injil’ (bandingkan ini dengan
orang kristen di Indonesia yang, menurut statistik di atas, hanya 0,5 % saja
yang memberitakan Injil). Pemberitaan Injil memang merupakan pelayanan yang
paling ditekankan, atau ditekankan secara luar biasa, dalam Saksi Yehuwa.
Dahulu pada saat mereka dilarang di Indonesia, mereka tetap memberitakan
‘Injil’ dengan rajin dan berani, apalagi sekarang, setelah mereka disahkan /
diijinkan.
Encyclopedia Britannica 2000: “During the year, nearly five million Witnesses spent
over one billion hours spreading Bible knowledge to their neighbours. This
educational work was at the heart of the 80% growth in the number of the
Witnesses during the past decade.” [= Dalam sepanjang tahun (maksudnya tahun 1994), hampir 5 juta Saksi-Saksi
menghabiskan lebih dari satu milyar jam untuk menyebarkan pengetahuan Alkitab
kepada tetangga-tetangga mereka (ini berarti setiap orang menghabiskan lebih dari 200 jam / tahun). Pekerjaan pendidikan ini
merupakan inti / pokok dari 80 % pertumbuhan dalam jumlah dari Saksi-Saksi
sepanjang 10 tahun yang lalu.].
Seorang
penatua Saksi Yehuwa mengatakan bahwa:
a) Pada saat ini (tahun 2002) ada 6 juta Saksi
Yehuwa di seluruh dunia, sedangkan jemaat dalam kebaktian / pertemuan mereka
ada 26 atau 36 juta (ia tidak tahu persis), tetapi saya kira ia salah, karena
menurut internet hanya sekitar 16 juta. Yang disebut ‘Saksi’ adalah orang-orang
yang sudah aktif memberitakan Injil. Jadi yang memberitakan Injil ‘hanya’ 37,5 %.
Ini memang jauh lebih rendah dari bilangan 65 % di atas, tetapi ini sudah
sangat tinggi dibandingkan dengan persentase yang memberitakan Injil dalam
kalangan orang kristen. Saya mendengar bahwa 15 % dari jemaat Gereja dari D.
James Kennedy di Florida (yang memulai program penginjilan Evangelism
Explosion), aktif memberitakan Injil. Ini mungkin yang tertinggi di dunia dalam
kalangan gereja-gereja Kristen, tetapi ini masih kalah jauh dibandingkan dengan
Saksi Yehuwa.
b) Ia sendiri menghabiskan 24 jam / bulan untuk
memberitakan Injil dari rumah ke rumah.
Dari
internet saya mendapatkan statistik Saksi-Saksi Yehuwa di Indonesia untuk tahun
2001 sebagai berikut:
1. Jumlah pengunjung biasa dalam kebaktian
36.158 orang, sedangkan jumlah Saksi-Saksi Yehuwa 16.136 orang; itu berarti
presentase yang memberitakan Injil adalah 44,6 %.
2. Jumlah penginjilan yang mereka lakukan dalam
tahun 2001 itu adalah 2.895.595 jam, yang berarti mendekati 180 jam per orang
per tahun.
Tentang
banyaknya jam penginjilan Saksi-Saksi Yehuwa di dunia, statistik tahun 2001
mengatakan bahwa 6.117.666 Saksi-Saksi Yehuwa memberitakan Injil sebanyak
1.169.082.225 jam, dan itu berarti rata-rata setiap Saksi Yehuwa memberitakan
Injil lebih dari 190 jam per tahun.
Sebetulnya
kalau kita mengingat bahwa Saksi-Saksi Yehuwa itu sesat dan tidak mempunyai
keyakinan keselamatan, sedangkan orang kristen mempunyai keyakinan keselamatan,
tetapi Saksi-Saksi Yehuwa jauh lebih rajin dan berani dalam ‘memberitakan
Injil’, maka kita seharusnya merasa malu!
Saya
berharap bahwa kata-kata ini bisa mendorong setiap orang kristen, terlebih
lagi setiap hamba Tuhan, untuk lebih giat dalam memberitakan Injil / Firman
Tuhan.
VI) Supaya manusia berdosa mendapat jalan untuk bebas
dari hukuman Allah.
Kitab Suci berkata bahwa:
1) Semua
manusia berdosa.
Ro 3:10-12,23 - “(10)
seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada
seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (12)
Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang
berbuat baik, seorangpun tidak. ... (23) Karena semua orang telah berbuat dosa
dan telah kehilangan kemuliaan Allah,”.
2) Karena
itu, semua orang akan dihukum.
Roma 6:23
- “Sebab upah dosa ialah maut;
tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”.
Wahyu 21:8
- “Tetapi orang-orang penakut,
orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh,
orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua
pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala
oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.’”.
3) Manusia
tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri dengan perbuatan baiknya /
ketaatannya.
Gal 2:16,21 - “(16) Kamu tahu, bahwa tidak
seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya
oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada
Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan
oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada seorangpun yang
dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat. ... (21) Aku tidak menolak
kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka
sia-sialah kematian Kristus.”.
Ketaatan terhadap hukum Taurat sama
dengan ketaatan terhadap Firman Tuhan, dan ayat di atas mengatakan bahwa hal
itu tidak bisa membenarkan siapapun.
4) Kristus
sudah mati menebus dosa kita sehingga dalam Kristus ada pengampunan /
pembebasan dari hukuman Allah.
Yoh 3:16
- “Karena begitu besar kasih
Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal,
supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh
hidup yang kekal.”.
Kis 10:43
- “Tentang Dialah semua nabi
bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepadaNya, ia akan mendapat pengampunan
dosa oleh karena namaNya.’”.
Kis 13:38-39 - “(38)
Jadi ketahuilah, hai saudara-saudara, oleh karena Dialah maka diberitakan
kepada kamu pengampunan dosa. (39) Dan di dalam Dialah setiap orang yang
percaya memperoleh pembebasan dari segala dosa, yang tidak dapat kamu peroleh
dari hukum Musa.”.
Ro 8:1 -
“Demikianlah sekarang tidak
ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.”.
5) Tetapi
orang-orang yang belum pernah mendengar tentang Kristus tidak bisa percaya
kepadaNya, dan karenanya tidak bisa diselamatkan.
Banyak orang Kristen yang yakin bahwa
orang yang sudah mendengar Injil, tetapi tetap tidak percaya kepada Kristus,
pasti masuk neraka. Tetapi banyak orang Kristen yang bingung dan bertanya-tanya
tentang nasib dari orang-orang yang tidak pernah mendengar Injil sampai mati.
Saya berpendapat bahwa orang yang tidak pernah mendengar tentang Yesus juga
akan binasa / masuk neraka! Kalau orang yang tidak pernah mendengar Injil bisa
masuk surga, maka untuk apa kita diperintahkan untuk memberitakan Injil? Bahwa
kita diperintahkan untuk memberitakan Injil dan menjadikan semua bangsa murid
Yesus, jelas menunjukkan bahwa orang yang tidak pernah mendengar Injil juga
pasti tidak bisa selamat. Pandangan ini didukung oleh beberapa bagian Kitab
Suci yang lain seperti:
a) Ro 2:12a - “Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan
binasa tanpa hukum Taurat.”.
Dalam jaman Perjanjian Lama, orang di
luar Israel / Yahudi yang tidak pernah mempunyai hukum Taurat, dikatakan ‘binasa tanpa hukum Taurat’. Artinya mereka tidak akan dihakimi
berdasarkan hukum Taurat, tetapi mereka tetap binasa / masuk neraka, karena
mereka tetap mempunyai dosa. Mungkin mereka dihakimi berdasarkan hati nurani
mereka, dan tidak ada orang yang bisa hidup 100 % sesuai dengan hati nuraninya!
Analoginya, dalam jaman Perjanjian
Baru, orang yang tidak pernah mendengar Injil, akan ‘binasa tanpa Injil’! Mereka memang tidak akan dihakimi
berdasarkan Injil, tetapi mereka tetap mempunyai dosa, dan mereka harus dihukum
karena itu.
b) Ro 10:13-14 - “(13) Sebab, barangsiapa yang
berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14) Tetapi bagaimana mereka
dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka
dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana
mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya?”.
Text ini membentuk suatu rantai. Orang
yang berseru kepada nama Tuhan akan selamat, tetapi ia tidak akan bisa berseru
kepada nama Tuhan kalau ia tidak percaya kepada Tuhan. Dan ia tidak akan bisa
percaya kepada Tuhan kalau ia tidak pernah mendengar tentang Dia. Dan ia tidak
akan bisa mendengar tentang Dia, kalau tidak ada yang memberitakan Injil
kepadaNya.
Kalau kita membalik urutannya dari
belakang, maka kita akan mendapatkan sebagai berikut: kalau tidak ada orang
yang memberitakan Injil kepadanya, maka ia tidak bisa mendengar tentang Dia,
sehingga tidak percaya kepadaNya, sehingga tidak bisa berseru kepadaNya,
sehingga tidak bisa diselamatkan.
Dengan demikian jelaslah bahwa orang
yang tidak diinjili / tidak pernah mendengar tentang Yesus, pasti tidak
selamat. Fakta Kitab Suci inilah yang mendasari pengutusan misionaris ke
tempat-tempat yang belum pernah dijangkau Injil.
c) Yeh 3:18 - “Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti
dihukum mati! - dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa
untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap
hidup, orang jahat itu akan mati
dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab
atas nyawanya dari padamu.”.
Perhatikan bahwa ayat ini mengatakan
bahwa orang jahat yang tidak diperingati / diinjili itu, akan mati dalam
kesalahannya!
Jadi merupakan tugas kita untuk
memberitakan Injil kepada mereka supaya mereka bisa mendengar Injil, lalu
percaya dan diselamatkan dari murka Allah.
Jadi, Pemberitaan Injil sebetulnya
merupakan tindakan kasih kita kepada orang yang belum diselamatkan. Ada banyak
orang kristen yang melakukan tindakan kasih hanya dengan menolong secara
jasmani. Memang orang yang ditolong akan senang karena ditolong secara jasmani,
tetapi pada waktu mereka mati, mereka tetap harus pergi ke neraka
selama-lamanya untuk membayar sendiri dosa-dosanya karena mereka tidak mempunyai
Yesus sebagai Juruselamat / Penebus dosa. Apa gunanya tindakan kasih yang
seperti itu? Tindakan kasih yang terbesar yang bisa saudara lakukan kepada
orang yang belum percaya adalah Pemberitaan Injil! Tetapi anehnya, atau
lucunya, Pemberitaan Injil sering membuat orang yang diinjili justru menjadi
marah kepada kita. Di sini kita melihat secara jelas peranan dari setan dalam
diri orang-orang itu.
Ada orang yang berkata bahwa untuk
memenangkan jiwa seseorang kita tidak perlu memberitakan Injil kepadanya,
tetapi cukup menunjukkan hidup yang saleh, penuh dengan kasih dsb. Terhadap
pandangan seperti ini, yang merupakan pandangan dari banyak orang-orang
Liberal, saya menjawab bahwa sekalipun hidup saleh itu penting, tetapi itu
tidak bisa menggantikan Pemberitaan Injil! Text di bawah ini jelas menunjukkan
bahwa tanpa firman / Injil tidak mungkin seseorang bisa percaya.
Ro 10:13-14,17 - “(13) Sebab, barangsiapa yang
berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14) Tetapi bagaimana mereka
dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka
dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana
mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya? ... (17)
Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.”.
Tetapi mungkin mereka bisa menjawab
dengan 1Pet 3:1-2 yang berbunyi sebagai berikut: “(1) Demikian juga kamu, hai
istri-istri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang
tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh
kelakuan istrinya, (2) jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup
istri mereka itu.”.
Apakah ayat ini berarti bahwa kita bisa
memenangkan jiwa hanya dengan kesalehan, tanpa pemberitaan Injil? Calvin menjawab
pertanyaan ini dengan komentarnya tentang 1Pet 3:1-2 itu yang berbunyi
sebagai berikut: (= Tetapi kelihatannya aneh bahwa
Petrus berkata bahwa seorang suami bisa dimenangkan bagi Tuhan tanpa perkataan;
karena mengapa dikatakan bahwa ‘iman timbul dari pendengaran?’ Ro 10:17.
Terhadap pertanyaan ini saya menjawab bahwa kata-kata Petrus tidak boleh dimengerti seakan-akan suatu kehidupan
yang kudus saja bisa membimbing orang yang tidak percaya kepada Kristus,
tetapi bahwa itu melunakkan dan menenangkan pikiran mereka, sehingga mereka
bisa berkurang dalam ketidak-senangannya terhadap agama; karena sebagaimana
teladan yang jelek menciptakan batu sandungan, begitu juga teladan yang baik
memberikan pertolongan yang tidak kecil. Maka Petrus menunjukkan bahwa
istri-istri, oleh kehidupan yang kudus dan saleh, bisa melakukan begitu banyak
untuk mempersiapkan suami-suami mereka, tanpa berbicara kepada mereka tentang
agama, untuk memeluk iman Kristus.) - hal 95-96.
Jadi jelaslah bahwa Petrus hanya
memaksudkan bahwa hidup saleh itu hanya bisa mempersiapkan seseorang untuk bisa
menerima Kristus, tetapi selanjutnya masih perlu disertai dengan pemberitaan
Injil supaya mereka bisa percaya.
VII) Karena
Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga.
Banyak orang berkata bahwa ada banyak
jalan ke surga, dan Yesus hanya merupakan salah satu jalan ke surga. Seandainya
hal ini benar, maka jelas bahwa kita tidak perlu memberitakan Injil. Tetapi
Kitab Suci tidak mengajar demikian. Kitab Suci menyatakan secara sangat jelas
bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan (bukan salah satu jalan) ke surga.
Perhatikan ayat-ayat ini:
1) Yoh 14:6
- “Kata Yesus
kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang
datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”.
2) Kis 4:12
- “Dan keselamatan
tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong
langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita
dapat diselamatkan.’”.
3) 1Yohanes 5:11-12
- “(11) Dan inilah
kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup
itu ada di dalam AnakNya. (12) Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup;
barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup.”.
Karena itu, kita harus memberitakan
Injil.
Catatan: karena pentingnya kepercayaan
terhadap Kristus sebagai satu-satunya jalan ke surga, dalam persoalan
keselamatan dan penginjilan, dan karena banyaknya serangan terhadap doktrin ini
dari kalangan gereja-gereja yang liberal, maka hal ini akan saya bahas secara
khusus dalam bab / pelajaran yang berikut.
VIII) Karena
Injil bisa memperbaiki kehidupan manusia.
Pendidikan (termasuk pendidikan sex),
hukuman penjara, dsb, hanya bisa mengubah seseorang dari luar, dan bahkan
seringkali sama sekali tidak mengubah manusia.
Misalnya:
1) Sekalipun
pendidikan sex di Amerika sangat hebat, tetapi kebejatan moral / free sex makin
menjadi-jadi.
2) Orang-orang
yang keluar dari penjara sering kali justru menjadi lebih jahat, atau lebih
lihai dalam kejahatan.
Tetapi Pemberitaan Injil, kalau itu
diterima, akan menyebabkan seseorang berubah.
2Kor 5:17 - “Jadi
siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah
berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”.
Berbeda dengan perubahan yang
dihasilkan oleh pendidikan, penjara dsb, perubahan yang terjadi karena
seseorang menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya, akan mengubah orang
itu dari dalam. Mengapa? Karena orang yang percaya kepada Kristus pasti
menerima Roh Kudus, dan Roh Kudus di dalam diri orang itu akan menghasilkan
buah Roh (Gal 5:22-23), yang akan menguduskan kehidupan orang itu.
Contoh:
a) Saulus
/ Paulus.
Gal 1:20-23 - “(20)
Di hadapan Allah kutegaskan: apa yang kutuliskan kepadamu ini benar, aku tidak
berdusta. (21) Kemudian aku pergi ke daerah-daerah Siria dan Kilikia. (22)
Tetapi rupaku tetap tidak dikenal oleh jemaat-jemaat Kristus di Yudea. (23)
Mereka hanya mendengar, bahwa ia yang dahulu menganiaya mereka, sekarang
memberitakan iman, yang pernah hendak dibinasakannya.”.
b) Zakheus
(Luk 19:1-10).
IX) Karena
rasa takut untuk PI datang dari setan.
Ada rasa takut yang datang dari Tuhan
(misalnya: takut berbuat dosa), tetapi ada juga rasa takut yang datang dari
setan (misalnya: takut melayani, takut memberitakan Injil). Kalau kita menuruti
rasa takut yang datang dari setan itu, berarti kita tunduk kepada setan. Dari
pada ‘tidak memberitakan Injil’ karena menuruti rasa takut kepada setan, lebih
baik kita merasa takut kalau kita tidak memberitakan Injil, karena Tuhan
memerintahkan pemberitaan Injil! Tetapi tentu yang terbaik adalah memberitakan
Injil, bukan karena takut kepada Tuhan, tetapi karena kasih kepada Tuhan dan
sesama manusia. Kasih memang merupakan dasar ketaatan yang sejati.
Yoh 14:15 - “‘Jikalau
kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu.”.
X) Karena akan datang waktunya dimana kita tidak lagi
bisa memberitakan Injil.
Perhatikan ayat-ayat di bawah ini:
Yoh 9:4 - “Kita
harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan
datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja.”.
2Tim 4:2-5 - “(2)
Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah
apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan
pengajaran. (3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima
ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya
untuk memuaskan keinginan telinganya. (4) Mereka akan memalingkan telinganya
dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng. (5) Tetapi kuasailah dirimu dalam
segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan
tunaikanlah tugas pelayananmu!”.
Saat inipun sudah banyak orang yang
hanya senang mendengar khotbah yang penuh dengan lelucon, kesaksian, dongeng
dsb. Pada hakekatnya mereka bukan menyenangi Firman Tuhan tetapi lelucon,
kesaksian, dongeng, dsb. Jadi boleh dikatakan bahwa nubuat dalam
2Tim 4:2-5 itu sudah menjadi kenyataan pada saat ini. Tetapi bagaimanapun
juga, sekarang masih ada orang-orang yang mau mendengar Injil / Firman Tuhan.
Kita harus memanfaatkan kesempatan ini sebelum ‘malam’ tiba (Yoh 9:4).
Yoh 9:4 - “Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus
Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang
dapat bekerja.”.
Saat itu kita sudah sama sekali tidak
bisa memberitakan Injil. Saat itu bisa terjadi pada saat Kristus datang kedua
kalinya atau pada saat kita mati, atau menjelang akhir jaman dimana manusia
menjadi begitu bejatnya sehingga sama sekali tidak mau mendengar Injil lagi.
Penutup.
Sebagai penutup bagian ini, mari kita membaca 3 buah ayat
Kitab Suci:
1) Yer 20:9 - “Tetapi
apabila aku berpikir: ‘Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan
firman lagi demi namaNya’, maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang
menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk
menahannya, tetapi aku tidak sanggup.”.
2) Kis 4:20 - “Sebab
tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami
lihat dan yang telah kami dengar.’”.
3) 1Kor 9:16 - “Karena
jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri.
Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan
Injil.”.
Yesus: satu-satunya jalan ke surga
I) Yesus hanyalah salah satu jalan ke surga?
Ada pepatah yang mengatakan: ‘Ada
banyak jalan menuju ke Roma’. Pepatah ini mungkin benar untuk banyak hal. Dan
saya percaya bahwa pepatah ini berlaku untuk neraka. Memang, ada banyak jalan
menuju ke neraka (Yakinkah saudara bahwa saudara tidak sedang berada pada jalan
ke neraka ini?). Tetapi betul-betul menyedihkan kalau ada orang yang mengaku
sebagai orang kristen, apalagi mengaku sebagai hamba Tuhan, yang menerapkan
pepatah ini untuk surga. Dengan bermacam-macam alasan mereka mengatakan bahwa
Yesus hanyalah salah satu jalan ke surga, dan orang yang tidak percaya
kepada Yesuspun bisa masuk ke surga.
Alasan-alasan yang sering dipakai adalah:
1) Kita
tidak boleh menghakimi, hanya Allah yang berhak menghakimi.
2) Kita
tidak boleh menghina orang yang non kristen / beragama lain.
3) Kita
harus bertoleransi terhadap agama lain.
4) Kita
tidak maha tahu, jadi kita tidak tahu apakah orang yang tidak percaya kepada
Yesus akan masuk ke neraka.
5) Mempercayai
Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga adalah sikap egois, tidak kasih dan
mau menangnya sendiri.
6) Orang
yang beragama lain banyak yang hidupnya saleh, masakan semua harus masuk ke
neraka?
II) Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga.
Dasar Kitab Suci bahwa Yesus adalah
satu-satunya jalan ke surga:
1) Ayat-ayat
Kitab Suci di bawah ini secara jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah
satu-satunya jalan ke surga.
·
Yoh 14:6
- “Kata Yesus
kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang
datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’”.
Ayat ini hanya mempunyai 3 kemungkinan:
*
Kitab
Sucinya salah / ngawur. Yesus tidak pernah mengatakan pernyataan ini, tetapi
Kitab Suci mencatat seolah-olah Yesus mengatakan pernyataan ini.
*
Kitab
Sucinya betul; Yesus memang pernah mengucapkan pernyataan ini. Tetapi Yesusnya
berdusta, karena Ia menyatakan diri sebagai satu-satunya jalan kepada Bapa
padahal sebetulnya tidak demikian.
*
Kitab
Sucinya betul, dan Yesusnya tidak berdusta, sehingga Ia memang adalah
satu-satunya jalan kepada Bapa / ke surga.
Renungkan: yang mana dari 3 kemungkinan
ini yang saudara terima? Kalau saudara menerima yang pertama atau yang kedua,
Sebaiknya saudara pindah agama saja, karena apa gunanya menjadi Kristen tetapi
mempercayai bahwa Kitab Sucinya salah / ngawur, atau Tuhannya pendusta!
·
Kis 4:12
- “Dan keselamatan
tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong
langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita
dapat diselamatkan”.
·
1Yoh 5:11-12
- “Dan inilah
kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup
itu ada di dalam AnakNya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup;
barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup”.
·
1Tim 2:5
- “Karena Allah
itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia,
yaitu manusia Kristus Yesus”.
Hanya orang sesat yang tidak menghargai
otoritas Kitab Suci dan yang ingin memutarbalikkan Kitab Suci yang bisa
menafsirkan bahwa ayat-ayat ini tidak menunjukkan Yesus sebagai satu-satunya
jalan ke surga.
Perhatikan bahwa Kis 4:12 itu
menyatakan bahwa ‘keselamatan
itu ada di dalam Yesus’, dan 1Yoh 5:11-12 menyatakan bahwa ‘hidup yang kekal itu ada di
dalam Yesus’.
Bayangkan Yesus sebagai sebuah kotak yang di dalamnya berisikan keselamatan /
hidup kekal. Kalau seseorang menerima kotaknya (Yesus), maka ia menerima isinya
(keselamatan / hidup yang kekal), dan sebaliknya kalau ia menolak kotaknya
(Yesus), otomatis ia juga menolak isinya (keselamatan / hidup yang kekal).
Juga perhatikan bahwa berbeda dengan
Yoh 14:6 yang diucapkan oleh Yesus kepada murid-muridNya (orang-orang yang
percaya / kristen), maka Kis 4:12 diucapkan oleh Petrus kepada orang-orang
Yahudi yang anti kristen! Jadi jelas bahwa ayat ini tidak mungkin dimaksudkan
hanya bagi orang kristen!
2) Yoh 8:24
dan Wah 21:8 secara explicit menunjukkan bahwa orang yang tidak percaya
kepada Yesus akan mati dalam dosanya / masuk neraka.
Yoh 8:24b - “Jikalau kamu tidak percaya bahwa
Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu”.
Wah 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang
yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang
sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta,
mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh
api dan belerang; inilah kematian yang kedua”.
Dalam kontex Kitab Suci, ‘orang yang
tidak percaya’ artinya adalah ‘orang yang tidak percaya kepada Yesus’!
Jadi, sekalipun mereka percaya kepada Allah, tetapi kalau mereka tidak percaya
kepada Yesus, maka ayat itu mengatakan bahwa mereka akan masuk ke neraka!
3) Dalam
Perjanjian Lama, Allah berulang kali hanya memberikan 1 jalan untuk
bebas dari hukuman, yang adalah TYPE / gambaran dari Kristus.
Contoh:
a) Bahtera
Nuh (Kej 6-8).
Pada jaman Nuh itu, kalau orang tidak
mau masuk ke dalam bahtera, maka tidak ada jalan lain baginya melalui mana ia
bisa selamat. Pada waktu banjir itu mulai meninggi, ia mungkin akan mencoba
naik pohon, naik atap rumah, naik gunung yang tinggi, dsb, tetapi ia akan tetap
mati, karena air bah itu merendam seluruh dunia bahkan gunung yang tertinggi
sekalipun (bdk. Kej 7:19-20). Jadi jelas bahwa bahtera itu adalah satu-satunya
jalan keselamatan.
b) Darah
pada ambang pintu (Kel 12:3-7,12-13,21-23,25-30
1Kor 5:7).
Pada waktu Allah mau menghukum orang
Mesir dengan membunuh semua anak sulung, Allah memberikan jalan melalui mana
bangsa Israel bisa lolos dari hukuman itu. Caranya adalah menyapukan darah
domba Paskah pada ambang pintu. Dan ini adalah satu-satunya jalan melalui mana
mereka bisa lolos dari hukuman Allah itu.
Selanjutnya, 1Kor 5:7b berbunyi: “Sebab anak domba Paskah kita juga
telah disembelih, yaitu Kristus”. Jadi, jelaslah bahwa anak domba Paskah yang darahnya merupakan
satu-satunya jalan keselamatan pada saat itu, merupakan TYPE / gambaran dari
Kristus.
c) Ular
tembaga (Bil 21:4-9 Yoh 3:14-15).
Lagi-lagi dalam peristiwa ular tembaga,
pada waktu Israel berdosa dan dihukum oleh Tuhan dengan ular berbisa, Tuhan
memberikan hanya satu jalan keluar, yaitu dengan memandang kepada ular tembaga
itu. Kalau mereka menolak jalan itu dan mencari jalan yang lain, apakah dengan
berobat kepada tabib / dukun, atau dengan mengikat bagian yang digigit, atau
dengan mencari obat lain manapun juga, mereka pasti mati. Hanya kalau mereka
mau memandang kepada ular tembaga yang dibuat Musa barulah mereka bisa sembuh.
Juga perlu dingat bahwa Tuhan tidak menyuruh Musa untuk membuat banyak patung ular
tembaga, tetapi hanya satu patung ular tembaga!
Selanjutnya Yoh 3:14-15 berkata: “(14) Dan sama seperti Musa
meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan,
(15) supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal”.
Dari ayat ini terlihat bahwa ular tembaga dalam
Bil 21 itu merupakan TYPE / gambaran dari Kristus. Sama seperti ular
tembaga itu merupakan satu-satunya jalan keselamatan pada saat itu, demikian
juga Kristus merupakan satu-satunya jalan keselamatan pada saat ini.
4) Sikap
kita kepada Yesus merupakan sikap kita terhadap Allah / Bapa.
Luk 10:16 - “Barangsiapa mendengarkan kamu, ia
mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa
menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku”.
Yoh 5:23 - “supaya semua orang menghormati
Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati
Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia”.
Yoh 15:23 - “Barangsiapa membenci Aku, ia
membenci juga BapaKu”.
Karena itu, orang tidak bisa menyembah
/ mentaati / melayani Allah, tetapi pada saat yang sama menolak Yesus. Menolak
Yesus berarti menolak Allah, dan tidak percaya kepada Yesus berarti tidak
percaya kepada Allah. Melihat pada semua ini bisakah orang yang tidak percaya
kepada Yesus masuk surga?
Illustrasi:
Kalau saudara datang ke rumah saya
bersama dengan anak saudara, dan saya menerima saudara dengan baik dan hormat,
tetapi memperlakukan anak saudara dengan jelek, bisakah saudara berkata: ‘Ah
tidak apa-apa, yang penting ia menghormati saya’? Saya yakin tidak mungkin.
Sikap saya yang jelek terhadap anak saudara, identik dengan sikap jelek
terhadap saudara sendiri.
Demikian juga, kalau ada orang yang
bersikap baik terhadap Allah (menyembah Allah, berbakti kepada Allah, dsb)
tetapi bersikap jelek terhadap Yesus (menolak, tidak percaya, benci, menghina,
dsb), maka Allah tidak akan menerima orang itu. Sikap seseorang terhadap Yesus,
yang adalah Anak Allah, identik dengan sikap orang itu terhadap Allah sendiri!
5) Yesus
adalah Allah sendiri.
Ini terlihat dari banyak ayat Kitab
Suci seperti:
·
Yoh 1:1
- “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama
dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”.
Catatan: dari Yoh 1:14 saudara bisa melihat
bahwa yang dimaksud dengan istilah ‘Firman’ di sini adalah Yesus!
·
Ro 9:5
- “Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang
menurunkan Mesias dalam keadaanNya sebagai manusia, yang ada di atas segala
sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!”.
·
1Yoh
5:20 - “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah
telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita
mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam AnakNya Yesus
Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal”.
·
Yoh 5:18
- “ Sebab itu
orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia
meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah
BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah”.
Catatan: kata ‘menyamakan’ seharusnya adalah ‘menyetarakan’.
Kalau Yesus adalah Allah sendiri, maka
jelas bahwa Ia adalah tuan rumah / pemilik Kerajaan Surga. Bagaimana mungkin
orang yang tidak percaya kepadaNya, apalagi yang menentangNya, bisa masuk ke
surga, yang adalah milikNya?
6) Semua
manusia berdosa, dan dosa tidak bisa ditebus dengan perbuatan baik. Karena itu
semua manusia membutuhkan seorang Juruselamat / Penebus dosa.
Bahwa semua manusia berdosa, dinyatakan
oleh Ro 3:23 yang berbunyi: “Karena
semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”.
Dan bahwa dosa tidak bisa ditebus
dengan perbuatan baik, dinyatakan oleh Gal 2:16a,21b yang berbunyi: “(16a) Kamu tahu, bahwa tidak
seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya
oleh karena iman dalam Kristus Yesus ... (21b) sekiranya ada kebenaran oleh
hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.
Karena itu sebetulnya semua manusia
membutuhkan Juruselamat / Penebus dosa. Dan Yesus adalah satu-satunya yang
pernah menebus dosa manusia. Kalau kita menolak Dia, maka kita harus membayar
sendiri hutang dosa kita, dan itu berarti kita harus masuk ke neraka
selama-lamanya.
7) Penderitaan
yang Yesus alami untuk menebus dosa manusia merupakan penderitaan yang luar
biasa hebatnya. Untuk menunjukkan betapa hebatnya penderitaan yang Yesus alami,
maka saya mengajak saudara untuk melihat komentar-komentar dari beberapa
penafsir tentang 2 macam penderitaan yang Yesus alami, yaitu pencambukan dan
penyaliban.
a) Tentang
pencambukan.
William Hendriksen: [= Cambuk Romawi terdiri dari gagang kayu yang pendek yang diberi beberapa
tali kulit, yang ujungnya dilengkapi dengan potongan-potongan timah atau
kuningan dan potongan-potongan tulang yang diruncingkan. Pencambukan diberikan
terutama pada punggung korban, yang ditelanjangi dan dibungkukkan. Biasanya 2
orang dipekerjakan untuk melaksanakan hukuman ini, yang seorang mencambuki dari
satu sisi, yang lain mencambuki dari sisi yang lain, dengan akibat bahwa daging
yang dicambuki itu kadang-kadang koyak / sobek sedemikian rupa sehingga
pembuluh darah dan arteri yang terletak di dalam, kadang-kadang bahkan isi
perut dan organ bagian dalam, menjadi terbuka / terlihat. Pencambukan seperti
itu, yang tidak boleh dilakukan terhadap warga negara Romawi (bdk.
Kis 16:37), sering berakhir dengan kematian].
William Barclay: [= Pencambukan Romawi adalah suatu penyiksaan yang hebat. Korban ditelanjangi,
tangannya diikat kebelakang, lalu ia diikat pada suatu tonggak dengan
punggungnya dibungkukkan sehingga terbuka terhadap cambuk. Cambuk itu sendiri
adalah suatu tali kulit yang panjang, yang ditaburi dengan potongan-potongan
tulang dan butiran-butiran timah yang runcing. Pencambukan seperti itu selalu
mendahului penyaliban dan ‘pencambukan itu menjadikan tubuh telanjang itu
menjadi carikan-carikan daging mentah, dan bilur-bilur yang meradang dan berdarah’.
Ada orang yang mati karenanya, dan ada orang yang kehilangan akalnya karenanya,
dan sedikit orang bisa tetap sadar sampai akhir pencambukan].
b) Tentang
penyaliban.
Pulpit Commentary: “Nails were
driven through the hands and feet, and the body was supported partly by these
and partly by a projecting pin of wood called the seat. The rest for the feet,
often seen in picture, was never used” (= Paku-paku menembus tangan dan kaki, dan tubuh
disangga / ditopang sebagian oleh paku-paku ini dan sebagian lagi oleh sepotong
kayu yang menonjol yang disebut ‘tempat duduk’. Tempat pijakan kaki, yang
sering terlihat dalam gambar, tidak pernah digunakan).
William Barclay: [= Ketika mereka sampai di tempat
penyaliban, salib itu ditidurkan di atas tanah. Orang hukuman itu direntangkan
di atasnya, dan tangannya dipakukan pada salib itu. Kakinya tidak dipakukan,
tetapi hanya diikat secara longgar. Di antara kaki-kaki dari orang hukuman itu (diselangkangannya), menonjol sepotong kayu yang disebut sadel, untuk
menahan berat orang itu pada waktu salib itu ditegakkan - kalau tidak maka
paku-paku itu akan merobek daging di tangannya. Lalu salib itu ditegakkan dan
dimasukkan di tempatnya - dan kriminil itu dibiarkan untuk mati ...
Kadang-kadang, orang-orang hukuman tergantung sampai satu minggu, mati
perlahan-lahan karena lapar dan haus, menderita sampai pada titik dimana mereka
menjadi gila].
Catatan: Barclay menganggap bahwa yang dipaku
hanyalah tangan saja. Kaki hanya diikat secara longgar, tetapi tidak di paku.
Ini ia dasarkan pada:
·
tradisi.
Jadi, menurut Barclay, tradisinya memang demikian (kaki tidak dipaku).
·
Yoh 20:25,27
yang tidak menyebut-nyebut tentang bekas paku pada kaki.
Yoh 20:25,27 - “(25)
Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: ‘Kami telah melihat Tuhan!’
Tetapi Tomas berkata kepada mereka: ‘Sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNya
dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan
tanganku ke dalam lambungNya, sekali-kali aku tidak akan percaya.’ (27)
Kemudian Ia berkata kepada Tomas: ‘Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganKu,
ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambungKu dan jangan engkau
tidak percaya lagi, melainkan percayalah.’”.
Tetapi saya berpendapat bahwa Yesus
dipaku bukan hanya pada tanganNya, tetapi juga pada kakiNya. Alasan saya:
¨ penulis-penulis lain ada yang
mengatakan bahwa tradisinya tak selalu seperti yang dikatakan oleh Barclay.
Misalnya penulis dari Pulpit Commentary yang saya kutip di atas. Juga tentang
pemakuan kaki ini caranya tidak selalu sama. Kadang-kadang kedua kakinya dipaku
menjadi satu, dan kadang-kadang kedua kakinya dipaku secara terpisah.
¨ Maz 22, yang adalah mazmur /
nubuat tentang salib, berkata pada ay 17b: ‘mereka menusuk tangan dan kakiku’.
Catatan: baca seluruh Maz 22 itu dan
perhatikan ay 2,8-9,16,17b,19 yang sangat jelas menunjukkan bahwa itu
memang merupakan mazmur tentang salib.
¨ Dalam Luk 24:39-40, Tuhan Yesus
menunjukkan tangan dan kakiNya! Pasti karena ada bekas pakunya!
Luk 24:39-40 - “(39)
Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan
lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat
ada padaKu.’ (40) Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan
kakiNya kepada mereka”.
Kalau hanya untuk menunjukkan bahwa Ia
betul-betul mempunyai tubuh, adalah aneh kalau yang ditunjukkan adalah kakiNya.
Mengapa bukan bahuNya, atau sikuNya, atau kepalaNya, yang merupakan bagian-bagian
yang lebih mudah untuk ditunjukkan. Mengapa tangan dan kakiNya? Tangan masih
masuk akal, karena mudah untuk ditunjukkan. Tetapi kaki? Itu rasanya agak tidak
sopan, kecuali ada alasan tertentu, yaitu adanya bekas paku di sana. Ia ingin
menunjukkan kepada murid-muridNya bahwa Ia adalah Yesus yang sama dengan Yesus
yang mati di salib beberapa hari yang lalu.
Selanjutnya Barclay mengutip Klausner
yang berkata sebagai berikut:
“The
criminal was fastened to his cross, already a bleeding mass from the scourging.
There he hung to die of hunger and thirst and exposure, unable even to defend
himself from the torture of the gnats and flies which settled on his naked body
and on his bleeding wounds”
[= Kriminil itu dilekatkan / dipakukan pada salib; pada saat itu ia sudah penuh
dengan darah karena pencambukan. Di sana ia tergantung untuk mati karena lapar,
haus dan kepanasan, bahkan tidak bisa membela dirinya sendiri dari siksaan dari
nyamuk dan lalat yang hinggap pada tubuhnya yang telanjang dan pada
luka-lukanya yang berdarah].
Barclay lalu mengatakan: “It
is not a pretty picture but that is what Jesus Christ suffered - willingly -
for us”
(= Itu bukanlah suatu gambar yang bagus, tetapi itulah yang diderita oleh Yesus
Kristus - dengan sukarela - bagi kita).
Mengingat hebatnya penderitaan yang
Yesus alami untuk menebus dosa kita, kalau Yesus bukan satu-satunya jalan
keselamatan, maka:
1. Tindakan Bapa merelakan AnakNya untuk mati
dengan cara yang begitu mengerikan hanya untuk memberikan satu tambahan
jalan ke surga, padahal sudah ada dan akan ada lagi banyak jalan lain ke surga,
betul-betul merupakan tindakan yang sangat kejam.
Illustrasi: Pada waktu untuk pertama kalinya anak
saya disuntik, anak itu menangis, saya merasa begitu kasihan kepadanya,
sehingga saya memeluk dia untuk mendiamkannya. Padahal anak itu disuntik dengan
suntikan mini yang jarumnya sangat kecil. Kalau saya bisa merasa kasihan pada
waktu anak saya ‘disakiti’ dengan jarum suntik itu, bayangkan bagaimana
perasaan Bapa pada waktu AnakNya yang tunggal itu dicambuki sampai hancur
punggungNya dan lalu dipakukan pada kayu salib sampai mati. Seandainya ada
jalan lain untuk menyelamatkan manusia, saya yakin bahwa Bapa tidak akan
membiarkan AnakNya mengalami penderitaan seperti itu. Tetapi karena memang tidak
ada jalan lain, demi kasihNya kepada manusia berdosa, Ia rela membiarkan
AnakNya mengalami penderitaan itu.
2. Tindakan Yesus untuk mati di salib untuk
memberikan satu tambahan jalan ke surga adalah tindakan konyol, bodoh
dan sia-sia. Ini sesuai dengan Gal 2:21b berbunyi: “... sekiranya ada kebenaran oleh
hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.
Illustrasi: Bayangkan bahwa saya dan anak saya
ada di lantai tiga sebuah bangunan, dan bangunan itu lalu terbakar. Saya lalu
menggendong anak saya dan melompat, dan sesaat sebelum menyentuh tanah, saya
melemparkan anak saya ke atas, maka anak saya selamat dan saya mati. Kalau saat
itu memang tidak ada jalan lain untuk selamat selain melompat dari lantai tiga
itu, maka mungkin sekali orang akan menganggap saya sebagai pahlawan yang rela
berkorban bagi anak saya. Tetapi kalau pada saat itu sebetulnya ada banyak
jalan yang lain, dan saya tetap ‘rela mengorbankan nyawa saya’ demi anak saya,
maka saya yakin bahwa orang akan menganggap tindakan itu sebagai tindakan
konyol dan bodoh.
Demikian juga dengan apa yang Yesus
lakukan bagi kita. Kalau memang ada jalan lain untuk selamat, dan Yesus tetap
rela berkorban bagi kita, Ia betul-betul konyol dan bodoh. Tetapi karena memang
tidak ada jalan lain, dan Yesus rela melakukan pengorbanan di atas kayu salib,
maka tindakanNya betul-betul merupakan tindakan kasih yang luar biasa.
8) Perintah
Yesus untuk menjadikan semua bangsa murid Yesus (Mat 28:19-20) menunjukkan
bahwa:
a) Yesus memang adalah satu-satunya jalan ke surga.
Kalau memang Yesus bukan satu-satunya
jalan keselamatan, untuk apa ada perintah untuk memberitakan Injil / membawa
semua orang untuk datang kepada Yesus?
b) Orang yang tidak pernah mendengar tentang
Yesus juga akan binasa / masuk neraka! Kalau orang yang tidak pernah mendengar
Injil bisa masuk surga, maka untuk apa kita diperintahkan untuk memberitakan
Injil? Bahwa kita diperintahkan untuk memberitakan Injil dan menjadikan semua
bangsa murid Yesus, jelas menunjukkan bahwa orang yang tidak pernah mendengar
Injil juga pasti tidak bisa selamat. Pandangan ini didukung oleh beberapa
bagian Kitab Suci yang lain seperti:
·
Ro 2:12a
- “Sebab semua
orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat”.
·
Ro 10:13-14
- “Sebab,
barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana
mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana
mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia.
Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya?”.
·
Yeh
3:18 - “Kalau
Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! - dan engkau tidak
memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat
itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan
mati dalam kesalahannya, tetapi
Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu”.
Catatan: Ketiga text ini sudah saya jelaskan di
depan sehingga di sini tidak saya jelaskan lagi.
Hal lain yang perlu diingat adalah
bahwa dalam rasul-rasul melaksanakan perintah ini, mereka memberitakan Injil
kepada orang-orang yang sudah beragama (agama Yahudi). Dan bagaimanapun mereka
diancam untuk tidak memberitakan Injil, dan bahkan dianiaya karena memberitakan
Injil, mereka tetap memberitakan Injil!
Kisah Para Rasul 4:1-30 - .Kis 5:17-21a
- Kis 5:26-33,40-42
- Kis 14:19-22 -
Kalau orang yang tidak pernah mendengar
Injil bisa masuk surga, atau kalau orang yang beragama lain bisa masuk surga,
untuk apa para rasul memberitakan Injil? Lebih-lebih, untuk apa mereka terus
memberitakan Injil bahkan pada saat mereka dianiaya karena pemberitaan Injil
itu?
Dari 8 point ini jelaslah bahwa pandangan yang mengatakan
bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga bukanlah fanatisme yang picik,
tetapi memang merupakan doktrin / kebenaran yang nyata sekali di ajarkan dalam
Kitab Suci! Menolak kebenaran ini sama dengan menolak Kitab Suci / Firman
Tuhan! Mengejek orang kristen yang mempercayai kebenaran ini sama dengan
mengejek Kitab Suci / Firman Tuhan!
III) Konsekwensi dari doktrin / ajaran ini.
1) Kita
sendiri harus percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, karena
tanpa itu kita menolak jalan satu-satunya ke sorga, sehingga kita tidak mungkin
bisa selamat.
Sudahkan saudara sendiri percaya dan
menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi saudara? Kalau belum,
datanglah kepada Kristus sekarang juga. Besok mungkin sudah terlambat! Tidak ada
gunanya belajar memberitakan Injil, kalau saudara sendiri belum percaya.
2) Kita
harus mengusahakan supaya orang lain bisa mendengar tentang Yesus dan mau
percaya kepada Yesus, dengan cara memberitakan Injil kepada mereka, berdoa
supaya mereka bisa dan mau percaya kepada Yesus, dan melakukan segala usaha
yang bisa kita lakukan untuk mempertobatkan orang yang belum percaya kepada
Yesus.
Perhatikan bahwa hal ini dilakukan
bukan demi kepentingan kekristenan, tetapi demi kepentingan / keselamatan orang
yang diinjili tersebut. Jadi, kita memberitakan Injil kepada seseorang, karena
kita mengasihi orang itu, dan karena itu kita menginginkan dia masuk surga,
bukan masuk neraka.
3) Sebagai
orang tua kristen, kita harus berusaha mengarahkan anak-anak kita kepada Yesus.
Ada orang tua kristen yang merasa bangga dengan sikap mereka yang tidak
memaksakan agama mereka kepada anak-anaknya, dan membiarkan anak-anaknya
memilih sendiri agama mereka. Saya berpendapat bahwa hanya ada 2 kemungkinan
tentang orang tua kristen yang membiarkan anaknya tumbuh bebas dan memilih
agamanya sendiri. Atau ia adalah orang kristen KTP yang tidak percaya Yesus
sebagai satu-satunya jalan ke surga, atau ia adalah orang tua yang tidak
mengasihi anaknya sehingga tidak peduli kalau anaknya masuk ke neraka karena
tidak punya Juruselamat. Pada umumnya kemungkinan pertamalah yang benar.
4) Orang
kristen yang menganggap bahwa Yesus hanyalah salah satu jalan ke surga
bukanlah orang yang bertoleransi terhadap agama lain, tetapi adalah orang
kristen yang tidak percaya pada Kitab Suci / Firman Tuhan, dan ini jelas adalah
orang kristen KTP. Tidak peduli betapa tingginya jabatan mereka dalam gereja,
injililah mereka supaya mereka bertobat.
Catatan: toleransi terhadap agama lain tidak
berarti bahwa kita lalu mengubah kepercayaan kita sendiri!
5) Orang
yang mengaku sebagai hamba Tuhan tetapi tidak mau mempercayai hal ini dan
bahkan mengajarkan sebaliknya, jelas adalah serigala yang berbulu domba, atau
nabi palsu, yang sedikitpun tidak menghormati otoritas dari Kitab Suci! Bdk.
Mat 7:15 - “‘Waspadalah terhadap nabi-nabi
palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya
mereka adalah serigala yang buas”.
6) Kalau
kita mengatakan bahwa orang yang tidak percaya kepada Yesus pasti masuk
neraka, maka kita bukan menghakimi, tetapi percaya pada kebenaran Kitab Suci!
7) Kalau
orang kristen percaya / menyatakan Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga,
itu bukan sikap egois, mau menang sendiri, tidak kasih kepada orang lain dsb.
Illustrasi: Bayangkan bahwa saya mempunyai sebuah
rumah dan saya memberikan hanya 1 pintu untuk masuk ke rumah itu. Si A saya
beri tahu bahwa kalau mau masuk ke rumah saya harus melalui pintu satu-satunya
itu. Kalau masuk melalui jendela atau naik tembok belakang atau masuk lewat
genteng, akan saya tembak. Lalu si A memberitakan hal itu kepada saudara supaya
saudara bisa masuk rumah saya. Apakah si A ini egois, mau menang sendiri, tidak
kasih kepada saudara?
8) Orang-orang
kristen yang sudah mendengar ajaran ini tetapi tetap berkata bahwa mereka tidak
tahu akan nasib orang yang tidak percaya Yesus dengan alasan bahwa mereka tidak
maha tahu dan hanya Allah yang maha tahu, bukanlah orang yang rendah hati,
tetapi adalah orang-orang tegar tengkuk yang tidak menghargai otoritas Kitab
Suci! Mereka bukannya tidak tahu, tetapi memang tidak mau tahu!
9) Kita
perlu hati-hati dengan orang yang mengatakan ‘moga-moga Tuhan menyediakan jalan
untuk selamat bagi orang yang mati tanpa Kristus’. Kata-kata seperti ini
tampaknya penuh kasih, tetapi jelas merupakan kata-kata dari orang yang tidak
percaya pada Firman Tuhan! Mengatakan ‘moga-moga orang
di luar Kristus bisa selamat’ adalah sama dengan mengatakan ‘moga-moga
kata-kata Yesus dalam Yoh 14:6 itu adalah salah / dusta’!
10) Kita tidak boleh mendukung:
a) Gereja-gereja sesat yang tidak mempercayai
Yesus sebagai satu-satunya jalan keselamatan.
b) Gereja-gereja
yang tidak lagi memberitakan Injil.
Catatan: perlu diingat bahwa ada banyak gereja
yang masih mempunyai slogan yang injili, seperti Yesus adalah satu-satunya
Juruselamat dsb, tetapi itu tidak diwujudkan dengan ditekankannya Pemberitaan
Injil.
c) Gereja-gereja yang memberitakan Injil yang
sudah diselewengkan (bdk. Gal 1:6-9), seperti:
·
Social Gospel (= Injil sosial), dimana penekan
penginjilannya adalah hanya pada bantuan sosial, bukan pada pemberitaan Injil.
Ini banyak terdapat dalam gereja-gereja Protestan yang liberal. Perlu diingat
bahwa fungsi gereja bukanlah menjadi semacam sinterklaas, tetapi sebagai
pemberita Injil / Firman Tuhan!
·
Yesus
ditekankan sebagai dokter, pelaku mujijat, pemberi berkat, tetapi tidak sebagai
Juruselamat dan Tuhan. Ini banyak terdapat dalam gereja Pentakosta /
Kharismatik. Sekalipun ini kelihatannya seperti Injil, tetapi sebetulnya ini
merupakan ‘Injil yang lain’ atau ‘Injil yang berbeda’ (bdk. 2Kor 11:4 Gal 1:6-9).
Jangan mendukung gereja-gereja seperti
ini baik dalam keuangan, tenaga / pikiran, pelayanan, publikasi, atau bahkan
kehadiran dan doa (kecuali mendoakan supaya mereka bertobat), karena mendukung
gereja sesat sama dengan mendukung setan!
Kalau mendukung gereja sesat sudah
tidak boleh, lebih-lebih mendukung agama lain! Ingat bahwa kita memang harus
mengasihi orang yang beragama lain. Ini diwujudkan dengan memberitakan Injil
kepada mereka, dan bahkan menolong mereka / menyumbang mereka kalau mereka
mendapatkan musibah / membutuhkan pertolongan. Tetapi kita tidak boleh
mendukung agama mereka!
Sebaliknya, dukunglah gereja-gereja /
hamba-hamba Tuhan yang betul-betul memberitakan Injil. Dukungan dibutuhkan baik
dalam doa, tenaga, pikiran, keuangan, publikasi, dsb. Ingat bahwa tidak
mendukung gereja yang benar, adalah sama dengan mendukung kesesatan!
SYARAT-SYARAT PENGINJIL PRIBADI YANG BAIK
1) Sudah sungguh-sungguh percaya / menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dan yakin akan keselamatannya.
a) Sudah
percaya kepada Yesus.
·
Mat 4:19
- “Yesus berkata kepada mereka: ‘Mari, ikutlah Aku, dan
kamu akan Kujadikan penjala manusia.’”.
Perhatikan urut-urutan dari kata-kata Yesus
ini: ikut Tuhan dulu, baru menjala manusia.
·
Kis 1:8
- “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus
turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di
seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’”.
Kita harus menjadi ‘saksi’, dan ‘saksi’
adalah orang yang tahu / mengalami sendiri.
b) Yakin
akan keselamatannya sendiri.
Sebetulnya orang yang sudah betul-betul
percaya kepada Tuhan Yesus pasti yakin akan keselamatannya sendiri
(Ro 8:16 1Yoh 5:13). Keyakinan
ini penting, karena tanpa keyakinan ini kita tidak akan memberitakan Injil,
atau, kalaupun kita memberitakan Injil, kita tidak bisa memberitakannya dengan
yakin.
Bayangkan kalau ada orang kristen yang
tidak yakin akan keselamatannya sendiri menginjili orang yang belum percaya dan
mendesak supaya orang itu mau percaya kepada Yesus, supaya bisa masuk surga.
Lalu orang yang diinjili itu bertanya: ‘Apakah kamu
sendiri yakin bahwa kamu akan masuk surga?’. Kalau penginjil ini jujur, ia harus menjawab: ‘Lha
ya itu, aku sendiri belum tahu’. Jelas sekali bahwa penginjilan ini akan bubar!
2) Yakin akan kebenaran Firman Tuhan / Injil.
Pemberitaan Injil merupakan pemberitaan
Firman Tuhan, dan karena itu seorang pemberita Injil harus yakin bahwa Firman
Tuhan itu benar. Dan dalam memberitakan Injil selalu ada keberatan-keberatan
terhadap apa yang kita jelaskan, misalnya: masakan orang berdosa itu dimasukkan
neraka selama-lamanya?
Kalau Firman Tuhan bertentangan dengan
‘fakta’, atau kalau Firman Tuhan bertentangan dengan ‘Ilmu Pengetahuan’, atau
kalau Firman Tuhan bertentangan dengan ‘pemikiran umum’, atau kalau Firman
Tuhan bertentangan dengan ‘logika’ (misalnya: mujijat), maka seorang penginjil
pribadi harus tetap percaya akan kebenaran Firman Tuhan, dan bahkan tetap
menyatakannya dengan yakin.
Contoh:
a) Firman
Tuhan mengatakan semua manusia berdosa (Ro 3:23).
Pada waktu kita memberitakan hal ini,
bisa saja orang yang kita injili itu berkata: ‘Lho, saya kenal orang yang tidak
kristen, tetapi ia baik sekali, tidak pernah menyakiti orang, dsb’.
Di sini Firman Tuhan dipertentangkan
dengan ‘fakta’. Dalam menghadapi hal ini, penginjil pribadi itu harus tetap
berpegang pada kebenaran Firman Tuhan. Ia harus tetap berkeras bahwa orang baik
itu tetap adalah orang berdosa, bahkan orang yang sangat berdosa, di hadapan
Tuhan. Mengapa? Karena standard Tuhan berbeda dengan standard manusia. Orang
itu dinyatakan sebagai ‘orang baik’ menurut standard manusia. Tetapi menurut
standard Tuhan, semua orang adalah orang yang berdosa, bahkan sangat berdosa.
b) Firman
Tuhan mengatakan bahwa semua manusia berasal dari Adam.
Orang yang diinjili itu bisa saja
mendebat dengan mengajukan teori Darwin.
Di sini Firman Tuhan dipertentangkan
dengan ‘ilmu pengetahuan’. Dalam menghadapi hal ini, penginjil pribadi itu harus
tetap berpegang pada kebenaran Firman Tuhan. Ia harus mempertahankan pandangan
bahwa semua manusia berasal dari Adam, dan bahwa teori Darwin bukanlah ilmu
pengetahuan, tetapi hanya merupakan hipotesa / dugaan yang tidak berdasar.
Dalam Koran ‘Surya’ hari Minggu,
tanggal 22 November 1998, ada sebuah artikel yang berjudul “Coelacanth ‘ikan fosil’ yang masih
hidup”.
Dikatakan bahwa di perairan Indonesia (sekitar Manado) ditemukan ikan Coelacanth (baca: silakan), yang
disebutkan sebagai ‘mbahnya komodo’, dan yang oleh ahli-ahli ilmu pengetahuan
dianggap sudah punah pada sekitar 70 atau 80 juta tahun yang lalu. Ternyata
pada waktu tulang-tulang dari ikan yang baru ditangkap itu dibandingkan dengan
fosil ikan yang dianggap sudah berumur 80 juta tahun itu, ternyata bahwa: “kita hampir tidak dapat membedakan
kerangka tulang mana yang purba (80 juta tahun lalu) dengan yang sekarang. Dan
ini menimbulkan pertanyaan mengapa? Mengapa organ ikan ini tetap statis untuk
jangka waktu yang demikian lamanya tanpa mengalami evolusi?”.
Saya berpendapat pertanyaan ini mudah
sekali jawabannya, yaitu: karena evolusi tidak pernah ada!
c) Firman
Tuhan mengatakan kalau ditampar pipi kanan berikan pipi kiri (Mat 5:39).
Jangan menafsirkan Mat 5:39 ini
secara hurufiah. Maksudnya bukan betul-betul harus memberikan pipi satunya
untuk ditampar lagi, tetapi hanya ‘jangan membalas’. Itupun hanya berlaku untuk
serangan yang tidak membahayakan jiwa. Karena itu Yesus menggunakan kata
‘tampar’ bukan ‘bacok’!
Tetapi inipun tidak bisa diterima oleh
banyak orang dan dianggap sebagai tidak masuk akal. Demikian juga dengan
Mat 5:28 (tentang perzinahan dalam hati).
Di sini Firman Tuhan dipertentangkan
dengan ‘pandangan umum’. Dalam menghadapi hal ini penginjil pribadi yang baik
harus tetap berpegang pada Firman Tuhan! Tidak peduli semua orang menganggap
hal itu tidak salah, kalau Kitab Suci / Firman Tuhan menganggapnya salah, maka
ia juga harus menyatakannya sebagai sesuatu yang salah!
Tetapi dalam hal ini juga ada
peringatan yang penting.
- Keyakinan itu harus betul-betul
ada dalam hati. Kalau keyakinan itu dibuat-buat, maka saudara bukan sedang
menginjil, tetapi sedang berlaku munafik / berdusta!
- Kalau saudara percaya dengan teguh
pada kebenaran Firman Tuhan, itu tentu baik sekali, tetapi pastikanlah
bahwa saudara percaya pada ayat-ayat yang ditafsirkan secara benar,
bukan yang diputar-balikkan / disalah-artikan. Misalnya ada orang
kristen yang percaya bahwa Yesus betul-betul turun ke neraka, atau bahwa
nanti setelah kematian masih ada ‘second
chance’ (= kesempatan kedua), karena orang itu akan diinjili oleh
Yesus sendiri. Ini semua adalah kepercayaan yang didasarkan atas
penafsiran yang salah dari ayat-ayat Kitab Suci seperti 1Pet 3:18-20 dan
1Pet 4:6.
3) Yakin bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya (bukan salah satu!) jalan ke surga (Yoh 14:6 Kis 4:12 1Yoh 5:11-12).
Ia bukan hanya perlu yakin segi
positifnya, yaitu bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga, tetapi juga
pada segi negatifnya, yaitu bahwa di luar Kristus, bagaimanapun baiknya / salehnya
orang itu, dan agama apapun yang ia anut, ia tidak bisa selamat, tetapi
sebaliknya akan dihukum dalam neraka. Kalaupun orang itu lalu menunjukkan orang
yang betul-betul kelihatan saleh, dan bahkan jauh lebih saleh dari pada kita,
kita harus tetap berkeras menyatakan bahwa kalau orang itu terus ada di luar
Kristus, ia pasti masuk neraka. Alasannya mudah saja yaitu: bagaimanapun
baiknya seseorang, di hadapan Tuhan ia adalah orang berdosa, bahkan sangat
berdosa (Ro 3:10-12,23). Karena itu tanpa Juruselamat / Penebus dosa ia tetap
harus masuk neraka untuk memikul sendiri hukuman dosa-dosanya selama-lamanya.
Kalau kita tidak mempercayai hal ini,
maka kita tidak akan memberitakan Injil. Sebaliknya, kalau kita betul-betul
mempercayai hal ini, kita akan aktif memberitakan Injil. Dalam Kis 4:1-13
kita bisa melihat bahwa Petrus tidak mau berhenti memberitakan Injil karena ia
yakin bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan (Kis 4:12).
4) Mengasihi Tuhan dan sesama manusia (Yoh 14:15 1Yoh 4:20).
Pemberitaan Injil adalah suatu bentuk
pelayanan kepada Tuhan dan itu harus kita lakukan bukan dengan terpaksa, tetapi
dengan dasar kasih.
Illustrasi: Ada kapal merapat ke pelabuhan, lalu
memberikan sepotong papan sebagai jembatan antara kapal dengan daratan.
Orang-orang lalu turun ke darat melalui papan itu, tetapi pada waktu
berdesak-desakan, seorang bayi lepas dari pelukan ibunya dan jatuh ke air.
Ibunya berteriak-teriak minta supaya ada yang menolong bayi itu. Orang-orang
semua berkerumun melihat bayi itu masuk ke air. Lalu tiba-tiba seseorang dengan
gagah berani terjun ke air dan menyelamatkan bayi itu. Setelah ia naik ke atas,
ia dikerumuni orang banyak dan lalu ada seorang wartawan yang bertanya
kepadanya: ‘Mengapa kamu mau menolong bayi itu?’. Menurut saudara mengapa? Orang itu
memandang sekelilingnya dengan marah, dan ia membentak: ‘Siapa
yang tadi mendorong saya?’.
Jadi, orang ini bukan menolong bayi itu dengan kasih, tetapi dengan terpaksa!
Tanpa kasih, kita tidak akan sungguh-sungguh,
baik dalam memberitakan Injil maupun dalam mendoakan orang yang kita injili
itu.
Juga perlu diingat bahwa pemberitaan
Injil adalah perang frontal melawan setan, sehingga orang yang memberitakan
Injil pasti diserang setan. Serangan ini bisa datang sebagai akibat
langsung dari penginjilan, misalnya orang yang kita injili itu mengejek, atau
bahwa membenci dan menganiaya kita. Tetapi serangan itu bisa juga tidak
merupakan akibat langsung dari penginjilan itu. Misalnya usaha kita tahu-tahu
bangkrut, kita menjadi sakit, dsb. Justru karena Pemberitaan Injil selalu
menimbulkan serangan setan, maka kasih sangat dibutuhkan. Mengapa? Karena tanpa
kasih, kita tidak akan mau berkorban, sehingga kita akan berhenti menginjil.
Kita juga harus menyadari bahwa wujud
terutama dari kasih kita kepada sesama kita, adalah dengan memberikan
keselamatan kepada mereka.
The will of Patrick Henry (surat wasiat
Patrick Henry): “I
have now disposed of all my property to my family; there is one thing more I
wish I could give them, and that is the Christian religion. If they had this,
and I had not given them one shilling, they would be rich; but if they had not
that, and I have given them all the world, they would be poor” (= Sekarang aku telah memberikan
semua milikku kepada keluargaku; ada satu hal lagi yang aku berharap bisa
memberikannya kepada mereka, dan itu adalah agama Kristen. Jika mereka
mempunyai ini, dan aku tidak memberikan mereka satu senpun, mereka adalah orang
kaya; tetapi jika mereka tidak mempunyai ini, dan aku memberikan seluruh dunia
kepada mereka, mereka adalah orang miskin) - ‘The Encyclopedia
of Religious Quotations’, hal 497.
Tuhan / Roh Kudus akan bekerja kalau:
a) Kita
banyak berdoa.
Tetapi kita tidak akan berdoa kalau
kita merasa bahwa orang yang kita injili itu bisa bertobat karena kepandaian
kita dalam memberitakan Injil.
b) Kita
menggunakan Firman Tuhan pada waktu memberitakan Injil.
Ro 1:16 - “Sebab
aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah
kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama
orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani”.
Catatan: kata-kata yang saya garis-bawahi salah
terjemahan. Seharusnya adalah ‘aku tidak malu
karena Injil’. Tetapi
yang saya tekankan adalah bagian yang saya cetak miring yang menunjukkan bahwa
Injil merupakan kekuatan Allah yang menyelamatkan orang yang percaya.
Ef 6:17 - “dan
terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah”.
Firman Allah disebut sebagai ‘pedang
Roh’, karena itulah senjata yang Allah berikan kepada kita dalam peperangan
rohani ini. Jadi, itulah yang harus kita gunakan dalam memberitakan Injil.
Kalau kita berperang dengan cara yang Tuhan kehendaki, maka Ia pasti akan
menyertai usaha kita, dan Roh Kudus akan bekerja dalam penginjilan yang kita
lakukan.
Banyak orang Kristen ex Islam, yang
kalau memberitakan Injil kepada orang Islam lalu menggunakan Al Quran. Menurut
saya ini salah. Pertama karena orang Islam tidak akan mau menerima berita dari
Al Quran yang ditafsirkan oleh orang Kristen. Kedua, karena bagi kita pedang
Roh itu adalah Alkitab, bukan Al Quran. Jadi, kepada siapapun saudara
memberitakan Injil, beritakan Injil / Firman Tuhan dari Alkitab!
Yer 23:29 - “Bukankah
firmanKu seperti api, demikianlah firman TUHAN dan seperti palu yang
menghancurkan bukit batu?”.
Firman Tuhan digambarkan sebagai palu,
yang bisa menghancurkan batu yang keras. Kalau kita memberitakan Injil / Firman
Tuhan, maka Tuhan akan memakai FirmanNya untuk menghancurkan kekerasan hati
dari orang yang kita injili.
Banyak orang memberitakan Injil dengan
langsung menyerang agama orang itu. Ini salah, karena pada umumnya hanya
mengundang kemarahan. Disamping itu, Tuhan memanggil kita untuk memberitakan
Injil / Firman Tuhan, bukan untuk menyerang agama lain. Tetapi harus diakui
bahwa kadang-kadang, kita masuk dalam pembicaraan tentang hal-hal penting
dimana Injil / kekristenan memang bertentangan frontal dengan ajaran agama lain
itu. Misalnya tentang keilahian Kristus, atau tentang keselamatan karena iman
saja, dan sebagainya. Maka dalam keadaan seperti itu, kita memang harus
menjelaskan perbedaan itu, dan bisa terpaksa ‘menyerang’ agama lain.
c) Kita
taat pada Firman Tuhan.
2Tim 2:20-21 - “(20)
Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak,
melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang
mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia. (21) Jika seorang
menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk
maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan
disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia”.
Tetapi ada 3 hal yang harus
diperhatikan sehubungan dengan hal ini:
1. Kita tidak harus suci murni dulu baru bisa
memberitakan Injil dan dipakai oleh Tuhan. Tidak ada orang yang suci murni
kecuali Yesus sendiri. Kalau Tuhan hanya mau memakai orang yang suci murni, Ia
tidak bisa memakai siapapun juga kecuali malaikat dan Yesus sendiri. Jadi, kita
harus melakukan dua hal ini pada saat yang sama, memberitakan Injil dan
menyucikan kehidupan kita.
2. Kadang-kadang Tuhan juga memakai orang yang
berdosa secara luar biasa. Misalnya Yunus, yang memberontak terhadap Tuhan, bisa
dipakai untuk mempertobatkan seluruh Niniwe! Tetapi hal seperti ini hanya
merupakan suatu perkecualian. Rumus umumnya adalah: makin kita menyucikan diri,
makin Tuhan memakai kita.
3. Sukses dalam pandangan Tuhan seringkali
berbeda dengan sukses dalam pandangan manusia. Pelayanan Yesaya kelihatannya
gagal dalam pandangan manusia, dan demikian juga dengan pelayanan Stefanus,
tetapi dalam pandangan Tuhan mereka jelas adalah orang-orang yang sukses dalam
pelayanan. Karena itu, kalau dalam pelayanan pemberitaan Injil yang saudara
lakukan tidak ada / tidak banyak orang yang bertobat, jangan terlalu cepat
menilai bahwa Tuhan tidak bekerja / tidak memakai saudara.
6) Mau belajar cara-cara memberitakan Injil yang baik dan cocok untuk dirinya dan selalu berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam memberitakan Injil.
Ada bermacam-macam cara untuk
memberitakan Injil dan tidak setiap cara cocok untuk setiap orang. Saya
berpendapat bahwa setiap orang Kristen sebaiknya mengikuti seadanya kader
penginjilan yang ada, dan membaca semua buku yang mengajarkan tentang cara
memberitakan Injil, lalu menggunakan yang cocok dengan kepribadian dan
karunianya sendiri. Atau, ia bisa menggabungkan beberapa cara, lalu
menggunakannya.
Contoh: banyak orang Kristen berhasil
melakukan pemberitaan Injil dengan menggunakan metode EE (Evangelism
Explosion), tetapi saya sendiri merasa cara itu tidak cocok untuk saya. Saya
tidak beranggapan bahwa cara yang digunakan EE itu jelek. Saya hanya mengatakan
bahwa caranya tidak cocok bagi saya. Mengapa? Salah satu alasan adalah: saya
adalah orang yang senang berdebat dan mempunyai karunia berdebat, sedangkan
cara yang digunakan oleh EE adalah tanpa perdebatan / menghindari perdebatan.
Juga, setelah saudara melakukan
pemberitaan Injil, saudara sebaiknya merenungkannya kembali penginjilan itu,
untuk memikirkan apa-apa yang bisa saudara perbaiki. Pikirkan apa yang tadi
dikatakan oleh orang yang saudara injili itu, dan apa jawaban yang saudara
berikan, dan bagaimana saudara bisa memberikan jawaban yang lebih baik. Dengan
demikian saudara akan maju dalam kemampuan saudara. Sekalipun kita percaya
bahwa pertobatan adalah pekerjaan Roh Kudus, itu tidak berarti bahwa saudara
tidak perlu berusaha secara maximal.
7) Rindu Firman Tuhan dan selalu mengisi diri dengan Firman Tuhan (Yoh 15:1-8).
Pada saat saudara memberitakan Injil,
saudara pasti mendapatkan pertanyaan-pertanyaan. Bagaimana saudara bisa
menjawabnya kalau saudara mempunyai pengertian yang sangat sedikit tentang
Firman Tuhan?
Juga pengisian diri dengan Firman Tuhan
ini menyucikan dan mendekatkan kita kepada Tuhan sehingga kita bisa lebih
berhasil dalam Pemberitaan Injil.
Karena itu seorang penginjil pribadi
harus aktif ikut Pemahaman Alkitab (yang baik!), bahkan kalau bisa ikut sekolah
theologia untuk awam seperti STRIS, dan juga membaca buku-buku rohani yang
baik! Jangan belajar Firman Tuhan hanya terbatas dalam kalangan gereja saudara
sendiri. Kalau gereja saudara bukan gereja yang terlalu baik dalam pengajaran
Firman Tuhan, carilah Firman Tuhan di tempat lain.
8) Mempunyai teladan hidup yang baik (Fil 1:27).
Makin kita memberitakan Injil, makin
hidup kita disorot oleh masyarakat. Kalau kita hidup dalam dosa, kita justru
akan menjadi batu sandungan. Tetapi, kita juga tidak boleh menunggu sampai hidup
kita suci dulu baru mau memberitakan Injil. Pemberitaan Injil dan usaha untuk
hidup suci harus dilakukan bersama-sama.
Kadang-kadang pada waktu saudara
memberitakan Injil, saudara diserang dosa-dosanya oleh orang yang sedang
saudara injili itu. Ini khususnya sering terjadi pada waktu kita memberitakan
Injil kepada anggota keluarga kita sendiri, atau orang-orang yang dekat sekali
dengan kita, yang mengenal diri / kehidupan kita dengan baik. Itu tidak
perlu membuat saudara dengan malu berhenti memberitakan Injil kepadanya.
Juga saudara tidak perlu membantah tuduhan-tuduhan itu, kalau tuduhan-tuduhan
itu memang benar. Saudara bisa tetap memberitakan Injil dengan menjawab sebagai
berikut: “Aku memang adalah orang berdosa, tetapi
aku mempunyai Juruselamat dosa yang sudah membayar semua hutang dosaku, dan
karena itu aku pasti selamat / masuk surga. Tetapi bagaimana dengan kamu? Kamu
juga adalah orang berdosa seperti aku, dan kalau kamu tidak mempunyai
Juruselamat, maka kamu akan dihukum untuk dosa-dosamu di neraka selama-lamanya.
Karena itu, percayalah kepada Tuhan Yesus, sebagai Tuhan dan Juruselamatmu!”.
9) Menyesuaikan diri dengan orang yang diinjili.
1Kor 9:19-23 - “(19)
Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari
semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang. (20)
Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya
aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah
hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat,
sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat
memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat. (21) Bagi orang-orang
yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak
hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun
aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum
Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum
Taurat. (22) Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang
lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua
orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin
memenangkan beberapa orang dari antara mereka. (23) Segala sesuatu ini aku
lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya”.
Kita harus menyesuaikan diri supaya
lebih bisa diterima oleh orang-orang yang kita injili, tetapi kita tidak boleh
menyesuaikan diri dalam hal-hal yang berdosa (1Kor 9:21b - perhatikan
bagian yang saya cetak dengan huruf besar).
Contoh yang benar:
- pada waktu Hudson Taylor
memberitakan Injil kepada orang-orang Cina, ia menguncir rambutnya seperti
orang-orang Cina pada waktu itu.
- kalau kita menginjili orang Islam,
kita ikut tidak makan babi. Ini tidak berarti bahwa kita terus tidak makan
babi. Hanya kalau kita makan bersama orang itu, sebaiknya kita tidak makan
babi, supaya tidak menimbulkan kejijikan orang itu terhadap diri saudara.
- kalau saudara menginjili orang
yang miskin, jangan datang kepadanya dengan memamerkan perhiasan saudara
dsb. Sebaliknya, kalau saudara menginjili orang yang kaya, jangan datang
kepadanya dengan memakai pakaian yang sudah sobek / jelek. Saudara memang
tidak perlu memakai pakaian yang mewah / mahal, tetapi setidaknya saudara
bisa memakai pakaian yang rapi / bagus.
Contoh yang salah:
¨ menginjili seorang pelacur dengan
melacur dengan dia.
¨ menginjili seorang pengguna ecstasy /
narkoba dengan cara ikut menggunakan ecstasy / narkoba.
10) Menggunakan lidah hanya untuk kemuliaan Tuhan (Yak 3:1-12).
Yak 3:1-12 - “(1)
Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru;
sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang
lebih berat. (2) Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak
bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga
mengendalikan seluruh tubuhnya. (3) Kita mengenakan kekang pada mulut kuda,
sehingga ia menuruti kehendak kita, dengan jalan demikian kita dapat juga
mengendalikan seluruh tubuhnya. (4) Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat
besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi
yang amat kecil menurut kehendak jurumudi. (5) Demikian juga lidah, walaupun
suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang
besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar.
(6) Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil
tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai
seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan
oleh api neraka. (7) Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta
binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan
telah dijinakkan oleh sifat manusia, (8) tetapi tidak seorangpun yang berkuasa
menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh
racun yang mematikan. (9) Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan
dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, (10)
dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak
boleh demikian terjadi. (11) Adakah sumber memancarkan air tawar dan air
pahit dari mata air yang sama? (12) Saudara-saudaraku, adakah pohon ara dapat
menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara?
Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar”.
Jadi, jangan menggunakan lidah sebentar
untuk memberitakan Injil, lalu sebentar lagi untuk dusta, fitnah, gossip, caci
maki, kata-kata cabul / kotor, dsb.
11) Bisa dimengerti oleh orang yang diinjili.
Untuk itu kita harus mempunyai karunia
untuk menjelaskan dan juga kita harus menggunakan bahasa yang sederhana. Jangan
menggunakan:
a) Bahasa
asing (apalagi Yunani / Ibrani) tanpa menterjemahkannya, kecuali saudara tahu
orang itu memang mengertinya. Ingat bahwa tujuan saudara adalah memenangkan
jiwanya untuk Tuhan, bukan memamerkan kepandaian saudara.
b) Istilah-istilah
theologia atau istilah-istilah Kristen yang tidak dimengerti oleh orang dunia /
orang beragama lain, tanpa menjelaskannya (misalnya: domba / kambing, hidup
kekal, iman, selamat, mati kekal, bertobat / pertobatan dsb).
Perlu diingat bahwa istilah-istilah
tertentu mempunyai arti berbeda dalam kekristenan dan dalam agama-agama lain.
Misalnya: kata ‘bertobat’ dalam agama-agama lain dianggap meninggalkan dosa,
dan lalu hidup baik. Dalam kristen, sekalipun juga bisa mencakup arti itu,
tetapi dalam kontex penginjilan lebih sering diartikan ‘datang / percaya kepada
Kristus’. Contoh: Kis 2:38 - “Jawab Petrus
kepada mereka: ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu
dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan
menerima karunia Roh Kudus”.
Jelas bahwa Petrus tidak menggunakan kata ‘bertobat’ di sini sebagai ‘tindakan
meninggalkan dosa’ tetapi sebagai ‘tindakan datang kepada Yesus dan percaya
kepadaNya sebagai Juruselamat dosa’.
12) Tekun / giat (Ro 12:11 1Kor 15:58).
Sama seperti dalam menjala ikan,
menjala manusia / memberitakan Injil juga membutuhkan sifat giat dan tekun /
tidak mudah putus asa.
Ro 12:11 - “Janganlah
hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan”.
1Kor 15:58 - “Karena
itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan
giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan
dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia”.
Catatan: bagian yang saya coret itu seharusnya
tidak ada.
Menyerah / putus asa bisa terjadi
karena beberapa hal:
a) Kita
memang mempunyai sifat mudah menyerah / putus asa.
Ini tentu saja harus dilawan dan
didoakan, bukannya terus dituruti.
b) Kita
merasa gagal dalam memberitakan Injil.
Atau tak ada yang bertobat, atau ada
yang ‘bertobat’, tetapi lalu murtad lagi. Ingat bahwa saudara diperintahkan
untuk memberitakan Injil, bukan untuk mempertobatkan orang itu. Kalau saudara
sudah memberitakan Injil, saudara sebetulnya sudah berhasil. Pertobatan orang
itu merupakan pekerjaan Tuhan sendiri!
c) Doktrin-doktrin
tertentu, yang sekalipun benar, tetapi bisa diterapkan secara salah. Yang
paling umum adalah doktrin tentang predestinasi.
Saya setuju dengan predestinasi; saya
percaya bahwa sebelum permulaan segala jaman, Allah sudah menetapkan
orang-orang tertentu untuk diselamatkan, dan orang-orang lain untuk dibiarkan
binasa (Ef 1:4,5,11 Ro 9:10-dst), dan rencana / ketetapan Allah ini pasti
terjadi (Ayub 42:2 Kis 13:48).
Tetapi doktrin yang benar ini bisa
membuat kita mudah menyerah dalam memberitakan Injil. Pada waktu kita
memberitakan Injil dan orang yang kita injili itu menolak, kita lalu berpikir
bahwa orang itu bukanlah orang yang Allah tentukan untuk selamat. Jadi, kita
lalu merasa tidak ada gunanya terus memberitakan Injil kepadanya atau
mendoakannya. Ini merupakan penerapan yang salah dari doktrin yang benar ini!
Mengapa? Karena kita tidak tahu orang itu ditentukan selamat atau binasa, dan
kita tidak punya hak untuk menebak-nebak hal itu. Kalaupun kita sudah
memberitakan Injil 100 x kepadanya, dan ia belum bertobat, siapa tahu ia akan
bertobat pada penginjilan ke 101? Jadi, sekalipun saudara mempercayai doktrin
tentang predestinasi, tetaplah bertekun, baik dalam memberitakan Injil, maupun
dalam mendoakan orang-orang yang saudara injili.
CARA memberitakan Injil
Pertama-tama kita perlu tahu bahwa tujuan Pemberitaan Injil
adalah membawa orang kepada Kristus, bukan sekedar kepada gereja! Ingat bahwa
manusia diselamatkan kalau ia percaya kepada Yesus Kristus, dan bukan kalau ia
sekedar pergi ke gereja!
Charles Haddon Spurgeon: “What is it to win a soul? This may
be instructively answered by describing what it is not. We do not regard it to
be soul-winning to steal members out of churches already established, ... we
aim rather at bringing souls to Christ. ... we do not consider soul-winning
to be accomplished by hurriedly inscribing more names upon our church-roll, ...
we may do more harm than good at this point. To introduce unconverted persons
to the church, is to weaken and degrade it, and therefore an apparent gain may
be a real loss”
(= Apakah artinya memenangkan jiwa? Ini bisa dijawab secara mengajar dengan
menggambarkan apakah yang tidak termasuk dalam memenangkan jiwa. Kami tidak
menganggapnya sebagai memenangkan jiwa untuk mencuri anggota-anggota dari
gereja-gereja yang sudah mapan, ... kami lebih bertujuan untuk membawa jiwa
kepada Kristus. ... kami tidak menganggap bahwa pemenangan jiwa itu
tercapai dengan cepat-cepat menuliskan lebih banyak nama dalam daftar gereja,
... kita bisa / mungkin lebih melakukan kerusakan dari pada kebaikan pada titik
ini. Memasukkan orang-orang yang belum bertobat ke gereja, adalah melemahkan
dan merusakkannya, dan karena itu sesuatu yang kelihatannya adalah keuntungan
sebetulnya adalah suatu kerugian) - ‘The Soul Winner’,
hal 15,16,17.
Dengan memegang teguh tujuan pemberitaan Injil ini, kita
mulai memberitakan Injil.
Pemberitaan Injil biasanya dimulai dengan pembicaraan
tentang hal-hal yang biasa, yang lalu dibelokkan menuju hal-hal yang bersifat
rohani. Dan biasanya dalam pemberitaan Injil, kita membelokkan menuju
pembicaraan tentang dosa, supaya bisa menyadarkan orang itu bahwa ia adalah
orang berdosa, bahkan orang yang sangat berdosa.
Misalnya:
·
pada
waktu berbicara tentang kejahatan tertentu, seperti pemerkosaan / pembunuhan
dan sebagainya, kita bisa berkata: “Orang-orang
yang melakukan hal itu memang berdosa, tetapi bagaimana dengan kita / saudara
sendiri? Apakah kita / saudara bukan orang yang juga sangat berdosa? Kita /
saudara mungkin tidak membunuh / memperkosa, tetapi bagaimana dengan dosa-dosa
lain?”.
·
pada
waktu berbicara tentang peperangan, bencana alam, atau hal-hal lain yang
membuat manusia menderita, kita bisa berkata: “Dulu,
pada waktu Allah pertama menciptakan segala sesuatu, tidak ada penderitaan.
Tetapi sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, penderitaan masuk ke dalam
dunia (Kej 3). Tetapi mari kita tidak menyalahkan Adam dan Hawa saja.
Bagaimana dengan diri kita sendiri? Tidakkah kita juga sangat banyak dosanya?”.
·
pada
waktu berbicara tentang orang-orang tertentu yang sangat menderita hidupnya,
kita bisa mengatakan: “Penderitaan orang itu memang
hebat, tetapi itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan penderitaan di dalam
neraka. Dan semua manusia adalah orang berdosa yang seharusnya masuk neraka.
Coba pikirkan apakah saudara / kamu adalah orang berdosa atau tidak”.
·
pada
waktu orang yang kita injili itu menceritakan tentang hatinya yang sumpek,
gelisah, tidak damai, dsb, kita juga bisa mengatakan bahwa itu disebabkan
karena adanya dosa.
Bdk. Yes 48:22 - “‘Tidak
ada damai sejahtera bagi orang-orang fasik!’ firman TUHAN”.
Catatan: dalam Kitab Suci kalau dikatakan ‘orang
fasik’, tidak
harus diartikan orang yang sangat berdosa. Seringkali seadanya orang yang belum
/ tidak beriman disebut sebagai ‘orang fasik’.
·
pada
waktu membicarakan tentang orang yang meninggal dunia, kita bisa mengatakan: “Sekarang
giliran orang itu untuk menghadap Tuhan; akan ada saatnya dimana giliran kita
tiba. Kalau giliranmu tiba malam ini, apakah kamu siap berhadapan dengan Allah
sebagai Hakim (Ibr 9:27), mengingat kamu adalah orang yang berdosa?”.
Bdk. Ibr 9:27 - “Dan
sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah
itu dihakimi”.
·
pada
waktu berbicara tentang hal-hal yang kelihatannya menunjukkan Allah itu tidak
adil, seperti adanya orang saleh yang menderita dan orang jahat yang hidup
enak, kita bisa mengatakan: “Allah itu adil, tetapi keadilanNya
yang sepenuhnya baru akan dinyatakan nanti dalam pengadilan akhir jaman. Pada
saat itu Ia akan menghakimi setiap dosa dalam diri setiap orang, termasuk dalam
dirimu. Kamu juga punya dosa, bukan?”.
·
pada
waktu berbicara tentang orang yang buta, kita bisa berkata: “Buta
memang tidak enak, tetapi ada kebutaan yang lebih buruk dari buta secara
jasmani, yaitu buta secara rohani. Yaitu orang yang sekalipun berdosa, tetapi tidak
menyadari dosa-dosanya. Bagaimana dengan kamu?”.
·
pada
waktu berbicara tentang surga, kita bisa berkata: “Masuk
surga itu enak, tetapi adanya dosa dalam diri kita bisa menghalangi kita untuk
masuk surga. Kira-kira saudara termasuk orang berdosa atau tidak?”.
·
pada
waktu berbicara tentang doa, kita bisa berkata: “Doa
memang sesuatu yang bagus, tetapi karena Allah itu maha suci, dosa bisa
menghalangi doa kita sampai kepadaNya. Apakah kamu bukan orang yang berdosa?”.
·
pada
waktu berbicara tentang sukarnya mengerti Kitab Suci, saudara bisa berkata: “Mungkin
sukarnya mengerti Kitab Suci itu disebabkan karena dosa-dosa kita membutakan
kita. Bagaimana dengan kehidupan saudara, apakah banyak dosa?”.
·
pada
waktu berbicara tentang orang yang dianggap saleh / baik, saudara bisa berkata:
“Dalam dunia ini tidak ada orang yang baik, semuanya
berdosa. Orang yang dianggap baik oleh manusia bisa dianggap jahat oleh Tuhan,
karena Tuhan punya standard yang berbeda. Kalau orang yang kelihatan baik saja
bisa dianggap jahat oleh Tuhan, apalagi orang yang dianggap jahat oleh manusia.
Kalau saudara sendiri bagaimana?”.
Dari banyak contoh ini saya harap saudara bisa menyadari
bahwa sebetulnya hampir setiap pembicaraan bisa kita arahkan menuju pembicaraan
rohani / pembicaraan tentang dosa.
Setelah melalui pembicaraan seperti di atas ini, kita masuk
dalam pembicaraan tentang dosa.
I) Tentang dosa.
1) Ingat
bahwa tujuan kita di sini bukanlah untuk menghakimi dia.
Untuk menghindari timbulnya kesan
bahwa kita menghakimi dia, maka perlu kita tunjukkan kepada dia bahwa kita juga
adalah orang yang berdosa sama seperti dia.
2) Tujuan
kita dalam bagian ini adalah menyadarkan orang yang kita injili itu bahwa dia
adalah manusia yang berdosa. Kalau bisa, bahkan kita harus menyadarkan dia
bahwa ia adalah orang yang sangat berdosa.
Jangan hanya membuatnya sadar bahwa manusia secara umum
adalah orang berdosa. Ia harus sadar bahwa ia sendiri adalah manusia
berdosa. Jadi, dalam memilih hukum-hukum yang menunjukkan dosa, pilihlah
hukum-hukum yang memang bertentangan dengan kehidupannya (kalau saudara
mengenal dia dan tahu tentang hidupnya).
Kesadaran akan dosa ini sangat penting,
karena tanpa kesadaran akan dosa, ia tidak akan merasa butuh Yesus sebagai
Juruselamat dosa. Sedangkan kesadaran bahwa ia adalah orang yang sangat
berdosa merupakan sesuatu yang penting, karena tanpa hal ini, ia masih mungkin
akan berusaha untuk masuk surga dengan kebaikannya sendiri.
3) Ayat-ayat
yang bisa kita pakai untuk menyadarkannya bahwa ia adalah orang yang berdosa.
a) Untuk
orang yang tidak mau menerima otoritas Kitab Suci kita.
Kalau saudara memberitakan Injil kepada
orang yang menolak otoritas Kitab Suci kita, mungkin karena ia mempunyai agama
lain dengan Kitab Sucinya sendiri, maka dalam penyadaran dosa ini mungkin lebih
baik saudara tidak menggunakan hukum-hukum / larangan-larangan yang hanya ada
dalam Kitab Suci Kristen, seperti jika ditampar pipi kanan harus memberikan
yang kiri, harus mengasihi musuh, dsb. Penggunaan hukum-hukum yang hanya ada
dalam Kitab Suci Kristen itu sangat mungkin mendapatkan jawaban: “Itu
kan ajaran Kitab Sucimu, bukan Kitab Suciku”.
Jadi, sebaiknya saudara menggunakan
hukum-hukum yang diakui baik dalam Kristen maupun dalam agama orang yang
saudara injili itu. Misalnya jangan berdusta, jangan berzinah, jangan mencuri,
jangan membenci / dendam, dsb.
Tetapi
jangan menggunakan
hukum-hukum yang hanya ada dalam Kitab Suci orang itu, tetapi tidak ada dalam
Kitab Suci Kristen! Dalam memberitakan Injil, kita harus menggunakan Firman
Tuhan, yang adalah pedang Roh, dan itu adalah Kitab Suci kita sendiri!
b) Untuk
orang-orang dalam kalangan Kristen.
1. Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa semua
manusia adalah manusia berdosa (ini dosa secara umum):
·
Ro 3:10-12,23
- “(10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar,
seorangpun tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada
seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua
tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. ... (23) Karena
semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.”.
·
Pkh 7:20
- “Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh:
yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa!”.
2. Ayat-ayat yang bisa digunakan untuk
menyadarkan dia dari dosa-dosa tertentu:
·
Kel 20:3-17
- 10 hukum Tuhan.
·
Mat 5:28
- “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang
memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam
hatinya.”.
·
Mat 5:44
- “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan
berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”.
Bacakan ayat-ayat ini dan tekankan satu
hal ini: tidak ada orang yang tidak pernah melanggar hukum-hukum ini!
Catatan: saudara tidak selalu harus mengajak
orang itu untuk membaca ayatnya dari Kitab Suci. Saudara bisa mengutipnya luar
kepala. Tetapi untuk ini tentu diperlukan usaha menghafalkan ayat-ayat Kitab
Suci.
4) Ayat-ayat
yang bisa kita gunakan untuk menyadarkan dia bahwa ia adalah orang yang sangat
berdosa:
a) Mat 22:37-39 - “(37)
Jawab Yesus kepadanya: ‘Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan
dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. (38) Itulah hukum yang
terutama dan yang pertama. (39) Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu,
ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”.
Semua orang selalu berdosa dengan
melanggar kedua hukum ini, khususnya hukum yang pertama, karena tidak mungkin
ada orang yang bisa mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal
budi. Jadi, bisa dikatakan bahwa kita berbuat dosa setiap saat. Dan
hanya dengan meninjau satu hukum ini saja, dosa kita sudah bukan main
banyaknya. Apalagi kalau kita meninjau semua hukum yang ada dalam Kitab Suci.
b) Yes 64:6a - “Demikianlah
kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain
kotor;”.
Perhatikan bahwa Yesaya adalah seorang
nabi, tetapi ia mengatakan ‘segala kesalehan kami seperti kain
kotor’. Ia
bukan mengatakan ‘segala dosa / kejahatan
kami seperti kain kotor’.
Ia juga bukan mengatakan ‘sebagian kesalehan kami
seperti kain kotor’.
Ia mengatakan ‘segala kesalehan kami seperti kain kotor’.
c) Kej 6:5 - “Ketika
dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala
kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,”.
Perhatikan kata-kata yang saya
garis-bawahi itu. Ayat ini mengatakan ‘segala (bukan
sebagian) kecenderungan hatinya’, ‘selalu (bukan
kadang-kadang / sering) membuahkan kejahatan’, dan seakan-akan itu masih belum
cukup, lalu masih menambahkan kata ‘semata-mata’.
d) Ro 6:20 - “Sebab
waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran.”.
Istilah ‘hamba
dosa’
menunjuk kepada orang-orang yang belum dibebaskan dari dosa oleh Yesus Kristus.
Jadi itu menunjuk kepada semua orang yang belum percaya kepada Yesus Kristus!
Kata-kata ‘bebas
dari kebenaran’
menunjukkan bahwa orang itu sama sekali tidak bisa melakukan apapun yang
betul-betul benar di hadapan Allah!
5) Kebijaksanaan
dalam menekankan atau tidak menekankan point tentang dosa ini.
Saudara harus mau menggunakan banyak
waktu (kalau memungkinkan) untuk menekankan point tentang dosa ini, khususnya
kalau saudara menghadapai orang yang relatif baik hidupnya, atau yang kurang
menyadari dosanya, atau yang merasa bisa masuk surga berdasarkan kebaikan /
ketaatannya sendiri.
Sebaliknya, point tentang dosa ini
mungkin tidak terlalu perlu ditekankan kalau saudara menghadapi seseorang yang
sangat bejat, dan betul-betul sudah menyadari hal itu. Misalnya pada waktu
saudara memberitakan Injil kepada seorang pelacur. Orang seperti ini biasanya
sudah sangat sadar akan dosanya.
II) Tentang hukuman dosa.
Kalau point tentang dosa dirasa sudah
cukup, maka kita melanjutkan pembicaraan ke point selanjutnya, yaitu tentang ‘hukuman
dosa’.
Kalimat penghubung / transisinya tidak
sukar. Saudara dengan mudah mengatakan bahwa Allah itu adil, dan karena itu Ia
pasti menghukum manusia berdosa.
Point ini perlu ditekankan, khususnya
pada waktu menghadapi orang yang terlalu menyoroti / menekankan kasih Allah,
tetapi melupakan / mengabaikan kesucian dan keadilan Allah, yang menyebabkan
Allah itu membenci dosa dan pasti menghukum orang yang berbuat dosa.
Bdk. Nahum 1:3a - “TUHAN itu panjang sabar dan
besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang
bersalah.”.
Wujud hukuman dosa:
1) Penderitaan
(Ke 3:6-8,16-19).
Ini bisa merupakan penderitaan fisik
(kemiskinan, penyakit / rasa sakit, dsb) maupun penderitaan batin (gelisah,
sumpek, takut, kuatir, problem keluarga, kematian keluarga / orang yang
dicintai, kegagalan, dsb).
2) Neraka
/ hukuman kekal.
Ini merupakan hukuman yang paling harus
ditekankan. Jadi pada waktu membicarakan point tentang hukuman dosa, jangan
hanya bicara tentang penderitaan fisik, hati yang gelisah, dan sebagainya. Yang
terutama harus ditekankan adalah hukuman neraka!
Ayat-ayat yang bisa digunakan adalah:
Ro 6:23a - “Sebab
upah dosa ialah maut”.
Katakan bahwa ‘maut’ bukan hanya menunjuk pada kematian
jasmani, tetapi pada kematian kedua, seperti yang dibicarakan dalam Wah 21:8.
Wah 21:8 - “Tetapi
orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji,
orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir,
penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian
mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah
kematian yang kedua.’”.
Bdk. Mat 25:46 - “Dan
mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam
hidup yang kekal.’”.
Ceritakan juga bahwa hukuman di neraka
bukan hanya hebat, tetapi juga berlangsung selama-lamanya.
Luk 16:19-31 - “(19)
‘Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap
hari ia bersukaria dalam kemewahan. (20) Dan ada seorang pengemis bernama
Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya
itu, (21) dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja
orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. (22)
Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke
pangkuan Abraham. (23) Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia
menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya
Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. (24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa
Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya
ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan
dalam nyala api ini. (25) Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa
engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus
segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita.
(26) Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang
tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun
mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. (27)
Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau
menyuruh dia ke rumah ayahku, (28) sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya
ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak
ke dalam tempat penderitaan ini. (29) Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka
kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. (30)
Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari
antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. (31) Kata Abraham
kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka
tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara
orang mati.’”.
Catatan: bagian yang saya garis-bawahi
menunjukkan bahwa neraka merupakan tempat penderitaan yang hebat. Bagian yang
saya cetak miring (ay 26) menunjukkan bahwa sekali seseorang masuk neraka,
maka untuk selama-lamanya ia akan ada di neraka. Cerita ini juga menunjukkan
bahwa sekalipun orang kaya itu kelihatannya menyesal, ia tetap tidak diampuni!
Wah 14:11 - “Maka
asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan
siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang
menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima
tanda namanya.’”.
Wah 20:10 - “dan
Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang,
yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam
sampai selama-lamanya.”.
Jangan sungkan menceritakan ini,
seakan-akan saudara menakut-nakuti dia! Memang banyak orang beranggapan bahwa
dalam memberitakan Injil, kita tidak boleh berbicara tentang neraka. Itu
menakut-nakuti, tidak kasih, dan sebagainya. Tetapi saya menentang pandangan
seperti itu dengan satu alasan sederhana ini: ayat-ayat tentang neraka dalam
Kitab Suci, sebagian besar diucapkan / diajarkan oleh Yesus sendiri!
Apakah Dia tidak / kurang kasih?
Illustrasi: seorang dokter yang setelah memeriksa
pasiennya, dan mendapati bahwa pasiennya menderita kanker, lalu menceritakan
bahaya dari penyakit itu kepada pasiennya. Apakah ini tidak kasih? Kasih bukan
hanya mengatakan yang enak-enak saja. Mengatakan yang enak-enak saja justru
seringkali sebetulnya bukan kasih!
III) Salib Kristus.
Kalau saudara sudah membicarakan
tentang dosa dan hukumannya, maka mungkin itu akan membuat orang yang saudara
injili itu menjadi takut. Maka saudara bisa melanjutkan pembicaraan /
penginjilan ke point selanjutnya. Kalimat yang bisa digunakan sebagai kalimat
penghubung / transisi ke pembicaraan point selanjutnya adalah: “Jangan
takut. Sekalipun saudara adalah orang yang sangat berdosa, dan seharusnya masuk
neraka selama-lamanya, tetapi Allah itu kasih, dan Ia telah menyediakan jalan
keluar, supaya saudara tidak perlu masuk neraka. Jalan itu adalah salib Kristus
/ Kristus yang tersalib.”.
1) Salib
Kristus ada / terjadi, karena adanya kasih Allah.
Jadi, penekanan di sini adalah kasih
Allah. Kalau pada point II di atas penekanannya adalah pada keadilan Allah,
maka pada point III ini penekanannya adalah kasih Allah. Karena Allah adil maka
Ia harus menghukum dosa (point II), tetapi karena Ia kasih, Ia ingin manusia
terbebas dari hukuman itu. Karena itu Ia sendiri menjadi manusia (Yesus
Kristus) dan mati di salib untuk menebus dosa umat manusia.
2) Penjelasan
tentang kata / istilah ‘penebusan / menebus’.
Harus diingat bahwa kata ini merupakan
suatu kata yang abstrak. Orang Kristen saja banyak yang tidak mengertinya,
apalagi orang kafir. Karena itu kata ini harus kita jelaskan.
Pada waktu menjelaskan tentang
penebusan yang Kristus lakukan bagi kita melalui penderitaan dan kematianNya di
kayu salib, harus kita jelaskan bahwa ‘menebus’ berarti bahwa Ia
menggantikan kita dalam memikul hukuman dosa kita. Kita yang berdosa,
dan seharusnya kita yang dihukum, tetapi Kristus telah menebus dosa kita,
artinya, Kristus telah menerima hukuman kita itu untuk menggantikan kita. Ini
seperti seseorang yang berhutang, tetapi orang lain yang membayarnya.
Karena adanya pemikulan / pembayaran
hukuman dosa oleh Kristus ini maka kita yang berdosa bisa bebas dari hukuman
dosa kita (Ro 8:1). Sama seperti kalau seseorang telah membayar hutang kita,
maka tentu si pemilik uang tidak bisa menagih kita lagi.
3) Pentingnya
menggunakan illustrasi dalam bagian ini.
Illustrasi yang baik bisa membuat
pelajaran ini dimengerti dengan makin jelas, dan membuatnya makin diingat oleh
orang yang kita injili.
Ada banyak illustrasi dalam persoalan
ini, dan saudara bisa mengumpulkan illustrasi-illustrasi dari khotbah-khotbah
penginjilan yang saudara dengar. Di sini saya memberikan satu contoh saja.
Contoh illustrasi yang bisa kita
gunakan:
Ada dua saudara kembar yang wajahnya
persis, yang satu jadi hakim, yang lain jadi penjahat. Suatu hari penjahat itu
membunuh dan tertangkap, lalu diadili oleh saudara kembarnya sendiri. Hakim
mengadili dan setelah mengetahui bahwa saudara kembarnya memang bersalah, ia
menjatuhkan hukuman mati, karena sebagai hakim ia harus adil. Tetapi karena ia
mengasihi saudara kembarnya itu, maka pada malam sebelum hukuman mati itu
dilaksanakan, hakim itu mendatangi saudaranya di penjara, dan mengajaknya untuk
bertukar tempat. Besoknya sang hakim menjalani hukuman mati yang ia sendiri
jatuhkan, sementara saudara kembarnya bebas.
Hakim itu seperti Allah sendiri. Ia melihat
manusia berdosa, dan Ia harus adil, sehingga Ia harus menjatuhkan hukuman.
Tetapi karena Ia mengasihi manusia berdosa itu, maka Ia lalu menjadi manusia
dalam diri Tuhan Yesus Kristus, dan menerima hukuman yang Ia sendiri berikan,
pada waktu Ia menderita dan mati di kayu salib. Ini menyebabkan orang-orang
yang percaya kepada Kristus bebas dari hukuman.
4) Ayat-ayat
yang bisa digunakan.
Yes 53:4-6 - “(4)
Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita
yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas
Allah. (5) Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan
oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita
ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. (6) Kita
sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri,
tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.”.
Mat 26:28 - “Sebab inilah darahKu, darah
perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.”.
Mark 10:45 - “Karena
Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan
untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.’”.
Ro 5:8 - “Akan
tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati
untuk kita, ketika kita masih berdosa.”.
Gal 3:13 - “Kristus
telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena
kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!’”.
Kol 1:20 - “dan oleh Dialah Ia
memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya, baik yang ada di bumi, maupun
yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.”.
1Pet 1:18-19 - “(18)
Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang
kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula
dengan perak atau emas, (19) melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah
Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.”.
1Pet 2:24-25 - “(24) Ia sendiri telah memikul
dosa kita di dalam tubuhNya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati
terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilurNya kamu telah sembuh.
(25) Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali
kepada gembala dan pemelihara jiwamu.”.
Catatan: Banyak orang menerapkan kata ‘sembuh’ dalam 1Pet 2:24 ini secara salah
pada kesembuhan jasmani. Sebetulnya kata ini menunjuk pada kesembuhan rohani,
bukan kesembuhan jasmani. Ini terlihat dari kontextnya (baca ay 25nya).
Saudara tentu saja tidak perlu
menggunakan semua ayat-ayat di atas. Saudara bisa memilih satu atau dua saja,
lalu menghafalkannya, dan menggunakannya pada waktu saudara memberitakan Injil.
IV) Percaya / menerima Kristus sebagai Juruselamat.
Sebagai kalimat penghubung / transisi,
kita bisa mengatakan: “Tidak cukup bagi saudara untuk
hanya mendengar atau mengerti tentang Yesus, saudara harus juga percaya kepada
Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara.”.
1) Ayat-ayat
yang bisa digunakan.
Yoh 1:12 - “Tetapi
semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak
Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya;”.
Yoh 3:16 - “Karena
begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak
binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”.
Kis 16:31 - “Jawab
mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat,
engkau dan seisi rumahmu.’”.
Catatan: hati-hati dengan ayat ini. Ayat ini
tidak berarti bahwa kalau satu orang percaya semua keluarganya ikut selamat.
Juga tidak berarti bahwa semua keluarganya dijanjikan akan selamat. Ayat ini
berarti: kamu harus percaya kepada Tuhan Yesus, dan kamu akan selamat. Seisi
rumahmu juga harus percaya kepada Tuhan Yesus, dan mereka juga akan selamat.
Wah 3:20 - “Lihat,
Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar
suaraKu dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan
bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.”.
Jangan terlalu membedakan antara ‘percaya
kepada Yesus’, ‘datang
kepada Yesus’, dan ‘menerima
Yesus’.
Istilah-istilah ini sebetulnya sama saja. ‘Membukakan
pintu bagi Yesus’
atau ‘menerima Yesus’ sama dengan ‘percaya
kepada Yesus’.
2) Apa
/ siapa yang harus dipercaya?
a) Ia
harus percaya ajaran Kitab Suci tentang Yesus.
Kitab Suci sering menggunakan istilah
bahasa Yunani PISTEUO HOTI yang berarti ‘believe
that’ (= percaya bahwa).
Contoh:
·
Yoh 20:31
- “tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat,
supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu
oleh imanmu memperoleh hidup dalam namaNya.”.
·
Ro 10:9
- “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus
adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah
membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.”.
·
1Yoh 5:1
- “Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah
Kristus, lahir dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan,
mengasihi juga Dia yang lahir dari padaNya.”.
Sebetulnya ia harus percaya segala
sesuatu yang dikatakan Kitab Suci tentang Tuhan Yesus, tetapi ada hal-hal yang
harus ditonjolkan, yaitu:
1. Ia harus percaya bahwa Yesus adalah Allah /
Tuhan sendiri dalam arti yang setinggi-tingginya (Yoh 1:1 Yoh 20:28
Ro 9:5 Tit 2:13 Ibr 1:8).
Bagian yang saya garisbawahi itu perlu
ditekankan mengingat adanya ajaran Saksi Yehuwa / Unitarian yang mengatakan
bahwa:
·
Yesus
adalah allah kecil, lebih rendah dari Bapa / Yehuwa / Yahweh.
·
Yesus
bukan ‘Tuhan’, tetapi hanya ‘tuan’.
2. Yesus telah menjadi manusia (Yoh 1:14).
Ada 2 hal yang perlu dijelaskan:
a. Ini Ia lakukan karena sebagai Allah Ia tidak
bisa menderita ataupun mati. Tetapi setelah Ia menjadi manusia, maka Ia bisa
menderita dan mati untuk dosa umat manusia. Tetapi setelah Ia menjadi manusia,
tidak berarti bahwa Ia kehilangan keilahianNya! Setelah inkarnasi dan
seterusnya Yesus adalah 100 % Allah dan 100 % manusia.
b. Ia harus menjadi manusia, karena Ia ingin
menebus manusia. Seandainya Ia ingin menebus malaikat, maka Ia harus menjadi
malaikat.
Bdk. Ibr 2:14-17 - “(14)
Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga
menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya
oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15)
dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya
berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab
sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan
Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia
harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar
yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa
seluruh bangsa.”.
3. Yesus
hidup suci.
2Kor 5:21 - “Dia
yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya
dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.”.
Ibr 4:15 - “Sebab
Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan
kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya
tidak berbuat dosa.”.
Ini merupakan sesuatu yang penting,
karena tanpa kesucian ini Yesus tidak bisa memikul hukuman dosa kita, tetapi
harus menderita dan mati untuk dosaNya sendiri.
4. Yesus menderita dan disalibkan sampai mati
untuk menebus semua dosa umat manusia.
Yeh 36:25 - “Aku
akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala
kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu.”.
Kol 2:13 - “Kamu
juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat
secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia
mengampuni segala pelanggaran kita,”.
Tit 2:14 - “yang
telah menyerahkan diriNya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala
kejahatan dan untuk menguduskan bagi diriNya suatu umat, kepunyaanNya sendiri,
yang rajin berbuat baik.”.
1Yoh 1:7,9 - “(7)
Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka
kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, AnakNya
itu, menyucikan kita dari pada segala dosa. ... (9) Jika kita mengaku
dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala
dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”.
‘Semua
dosa’ berarti
mencakup dosa asal, dosa yang lalu, dosa sekarang, dan dosa yang akan datang
terus sampai kita mati, tanpa kecuali! Ini mencakup dosa besar maupun
kecil, dosa aktif maupun dosa pasif, dosa sengaja / sadar maupun dosa yang
tidak disengaja / disadari. Bahwa penebusan Yesus mencakup semua dosa kita
tanpa kecuali, perlu ditekankan, karena tanpa mengerti dan percaya hal ini,
ia tidak akan pernah yakin akan keselamatannya.
Ada beberapa keberatan tentang ajaran
ini:
a. Ajaran ini akan menyebabkan orang itu nanti
sengaja berbuat dosa.
Jawaban saya:
Semua ajaran yang benar bisa ditanggapi
secara salah. Itu tidak berarti bahwa kita tidak boleh mengajarkan ajaran yang
benar itu. Lebih-lebih, itu tidak berarti bahwa kita boleh mengubah ajaran yang
benar itu.
Kita bisa memberikan ajaran tambahan,
supaya orang yang kita injili itu tidak memberikan tanggapan yang salah.
Misalnya dengan mengatakan bahwa kalau kita terus sengaja berbuat dosa, maka
Tuhan akan menghajar kita (Ibr 12:5b-12). Tetapi kalau setelah kita
memberitahunya seperti itu ia tetap memberikan tanggapan yang salah, itu adalah
urusannya dengan Allah sendiri.
b. Bagaimana mungkin Yesus bisa mati untuk
dosa-dosa saya yang akan datang? Bukankah semua itu belum terjadi?
Jawaban saya:
·
Yesus
mati sekitar 2000 tahun yang lalu, dan pada saat itu semua dosa saya, bahkan
dosa-dosa yang lalu, belum terjadi. Kalau Ia bisa mati untuk dosa-dosa saya
yang lalu, mengapa Ia tidak bisa mati untuk dosa-dosa saya yang akan datang? Semua
sama-sama belum terjadi pada saat Yesus mati.
·
Sekalipun
dosa-dosa itu belum terjadi pada saat Yesus mati, Allah yang maha tahu itu
sudah mengetahui tentang semua dosa-dosa itu, dan sudah menimpakan hukuman dari
semua dosa itu pada diri Yesus.
5. Yesus bangkit secara jasmani dari antara
orang mati.
Ro 10:9 - “Sebab
jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya
dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati,
maka kamu akan diselamatkan.”.
Ada sesuatu yang perlu ditekankan dalam
hal ini. Kita harus percaya bahwa Yesus bangkit secara jasmani, bukan
secara rohani. Artinya, tubuh lamaNyalah yang dipersatukan kembali dengan roh /
jiwaNya, sehingga Ia hidup kembali. Ini terbukti dari:
a. Kubur yang kosong setelah kebangkitan Yesus.
b. Setelah kebangkitanNya, Ia mengijinkan Tomas
meraba bekas paku dan tombak di tangan dan tubuhNya (Yoh 20:27).
c. Setelah kebangkitanNya, Ia menunjukkan kaki
dan tanganNya kepada para muridNya, mengijinkan mereka merabaNya, dan Ia makan
ikan di depan mereka. Ia juga secara explicit mengatakan bahwa Ia bukan hantu /
roh.
Luk 24:36-43 - “(36)
Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba
berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: ‘Damai sejahtera
bagi kamu!’ (37) Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu.
(38) Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu terkejut dan apa
sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? (39) Lihatlah tanganKu dan
kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak
ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.’ (40) Sambil
berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kakiNya kepada mereka. (41) Dan
ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia
kepada mereka: ‘Adakah padamu makanan di sini?’ (42) Lalu mereka memberikan
kepadaNya sepotong ikan goreng. (43) Ia mengambilnya dan memakannya di depan
mata mereka.”.
Catatan: kata ‘hantu’ salah terjemahan. Kata Yunaninya
adalah PNEUMA, dan karena itu seharusnya diterjemahkan ‘roh’.
6. Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga
(Yoh 14:6 Kis 4:12 1Yoh 5:11,12).
Ini sudah saya tekankan dalam pelajaran
di depan, dan karena itu tidak saya ulangi lagi di sini.
b) Ia harus percaya kepada Yesus.
Kitab Suci sering menggunakan kata
bahasa Yunani PISTEUO (= believe /
percaya), yang diikuti dengan kata depan EN / EIS / EPI (= in / kepada).
Misalnya:
·
Yoh 3:16
- “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”.
·
Yoh
3:36 - “Barangsiapa percaya kepada Anak,
ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia
tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.’”.
·
Kis 10:43
- “Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa
percaya kepadaNya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena
namaNya.’”.
·
Kis 16:31
- “Jawab mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan Yesus
Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.’”.
Jadi, jelas bahwa orang yang
betul-betul beriman, tidak hanya percaya segala sesuatu tentang Yesus
[point a)], tetapi juga harus percaya kepada Yesus [point b)]!
Untuk melihat perbedaan 2 hal ini, saya
memberikan illustrasi sebagai berikut: saudara tahu dan percaya banyak hal tentang
saya. Misalnya bahwa saya adalah seorang pendeta di GKRI Golgota, saya lahir
pada tahun 1954, saya tinggal di Surabaya, dsb. Tetapi kalau suatu kali saya
datang kepada saudara dan mau meminjam uang sebesar Rp 100 juta dari saudara
tanpa bon / bukti apapun, apakah saudara mau meminjamkannya? Kalau ya, itu
berarti saudara percaya kepada saya. Kalau tidak itu berarti saudara
hanya percaya tentang saya.
3) Kita
diselamatkan oleh / karena ‘iman saja’, bukan oleh / karena ‘perbuatan
baik’ atau ‘iman
dan perbuatan baik’.
Salah satu semboyan reformasi adalah
SOLA FIDE, yang artinya ‘only faith’ (= hanya iman). Ini merupakan
sesuatu yang harus sangat ditekankan dalam memberitakan Injil! Kita harus
menekankan bahwa perbuatan baik sama sekali tidak mempunyai andil untuk
menyelamatkan kita / membawa kita ke surga.
Cynddylan
Jones mengomentari Ef 2:8-9 sebagai berikut: “You might as well try to cross the Atlantic in a paper
boat as to get to heaven by your own good works”
(= Kamu bisa mencoba menyeberangi Lautan Atlantik dalam sebuah perahu kertas
sama seperti kamu mau ke surga dengan perbuatan-perbuatan baikmu sendiri).
Martin
Luther: “The
most damnable and pernicious heresy that has ever plagued the mind of men was
the idea that somehow he could make himself good enough to deserve to live with
an all-holy God” (= Ajaran sesat yang paling
terkutuk dan jahat / merusak yang pernah menggoda pikiran manusia adalah
gagasan bahwa entah bagaimana ia bisa membuat dirinya sendiri cukup baik
sehingga layak untuk hidup dengan Allah yang mahasuci)
- Dr. D. James Kennedy, ‘Evangelism
Explosion’, hal 31-32.
Archbishop
William Temple mengucapkan kata-kata yang dikutip oleh John Stott sebagai
berikut: “All is of God. The only thing of my very own which I
contribute to my redemption is the sin from which I need to be redeemed” (= Semua dari Allah. Satu-satunya
hal dari diriku sendiri yang aku sumbangkan pada penebusanku adalah dosa dari
mana aku perlu ditebus) - ‘The
Preacher’s Portrait’, hal 44-45.
a) Perbuatan
baik tidak bisa menyelamatkan kita. Mengapa?
1. Karena manusia di
luar Kristus itu sama sekali tidak bisa berbuat baik.
Kita
lahir sebagai orang yang berdosa, dan karena itu kita mempunyai kecenderungan
untuk berbuat dosa. Ini bisa terlihat dari ayat-ayat di bawah ini:
·
Kej 6:5
- “Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar
di bumi dan bahwa segala (bukan
‘sebagian’ tetapi ‘segala’) kecenderungan hatinya selalu (bukan
‘kadang-kadang’ / ‘sering’ tetapi ‘selalu’) membuahkan kejahatan semata-mata,”.
·
Kej 8:21b - “Aku takkan mengutuk bumi ini lagi
karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak
kecilnya,”.
·
Ro 6:20
- “Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas
dari kebenaran.”.
·
Ro 8:7-8
- “(7) Sebab keinginan daging adalah perseteruan
terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang
tidak mungkin baginya. (8) Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin
berkenan kepada Allah.”.
·
Tit 1:15
- “Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang
najis dan bagi orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena
baik akal maupun suara hati mereka najis.”.
Ini
menunjukkan bahwa segala sesuatu yang dilakukan orang yang tidak beriman
adalah dosa. Jadi, tindakan-tindakan yang kelihatannya baik sekalipun (seperti
menolong orang miskin, dsb) tetap dianggap dosa. Mengapa?
a. Karena tindakan
itu tidak dilakukan berdasarkan kasih kepada Allah / Yesus.
Yoh 14:15
- “Jikalau kamu
mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu.”.
b. Karena tindakan itu tidak dilakukan
untuk memuliakan Allah.
1Kor 10:31
- “Jika engkau
makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain,
lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.”.
Suatu ‘ketaatan / perbuatan baik’, yang dilakukan oleh
orang yang tidak percaya kepada Yesus, dan dilakukan bukan karena hati yang
mengasihi Tuhan, dan dilakukan bukan untuk kemuliaan Allah, pada dasarnya
adalah ‘ketaatan / perbuatan baik’ yang dilakukan tanpa mempedulikan Allah.
Sekarang pikirkan sendiri, bisakah perbuatan demikian disebut baik?
2. Firman Tuhan memberikan gambaran yang
menjijikkan tentang kehidupan manusia di hadapan Allah.
a. Kesalehan
manusia digambarkan seperti kain kotor.
Yes 64:6a - “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala
kesalehan kami seperti kain kotor;”.
Perhatikan bahwa Yesaya bukan mengatakan ‘segala dosa kami seperti
kain kotor’. Ia mengatakan ‘segala kesalehan kami
seperti kain kotor’. Ia juga
tidak mengatakan ‘sebagian
kesalehan kami seperti kain kotor’. Ia mengatakan ‘segala
kesalehan kami seperti kain kotor’.
Jadi, sebetulnya semua kesalehan orang percayapun
seperti kain kotor di hadapan Allah!
b. Dosa
/ kejahatan manusia digambarkan seperti cemar kain.
Sekarang, kalau ‘segala kesalehan’ kita digambarkan seperti ‘kain
kotor’ di hadapan Allah,
bagaimana dengan ‘dosa’ kita? Perhatikan ayat di bawah ini.
Yeh 36:17 - “‘Hai anak manusia, waktu kaum Israel tinggal di tanah
mereka, mereka menajiskannya dengan tingkah laku mereka; kelakuan mereka sama
seperti cemar kain di hadapanKu.”.
Dosa / kejahatan kita digambarkan seperti ‘cemar kain’. Apakah ‘cemar
kain’ itu? NIV menterjemahkannya: ‘a
woman’s monthly uncleanness’
(= kenajisan bulanan dari seorang perempuan).
Bandingkan juga
dengan Im 15:20,24 - “(20) Segala sesuatu yang
ditidurinya selama ia cemar kain menjadi najis. Dan segala sesuatu yang
didudukinya menjadi najis juga. ... (24) Jikalau seorang laki-laki tidur dengan
perempuan itu, dan ia kena cemar kain perempuan itu, maka ia menjadi
najis selama tujuh hari, dan setiap tempat tidur yang ditidurinya menjadi najis
juga.”.
Untuk kata ‘cemar kain’ yang pertama (ay 20) NIV menterjemahkan ‘her
period’ (= masa datang bulannya),
sedangkan untuk kata ‘cemar kain’ yang kedua (ay 24) NIV menterjemahkan ‘her monthly
flow’ (= aliran bulanannya).
Jadi kelihatannya
yang dimaksudkan dengan ‘cemar kain’ itu adalah cairan
darah yang dikeluarkan seorang perempuan pada saat datang bulan.
Dengan
demikian Kitab Suci menggambarkan segala kesalehan kita seperti kain kotor, dan
menggambarkan dosa / kejahatan kita seperti cairan yang dikeluarkan oleh
seorang perempuan pada saat mengalami datang bulan! Merupakan suatu kegilaan
kalau kita berpikir bahwa dengan hal-hal menjijikkan itu kita bisa layak untuk
masuk surga!
Siapapun yang
menganggap dirinya suci atau lumayan baik, dan bisa mengusahakan kesucian /
kekudusan dengan kekuatannya sendiri, apalagi bisa layak masuk surga dengan
perbuatan baiknya sendiri, harus merenungkan bagian ini!
Keberatan: tetapi mengapa dalam Kitab Suci kadang-kadang diceritakan tentang orang
yang saleh, tak bercacat, seperti Nuh, Ayub, Zakharia, dsb?
Jawab: Itu harus diartikan hanya dalam perbandingan dengan orang-orang lain di
sekitar mereka. Tetapi kalau kehidupan mereka dibandingkan dengan Firman Tuhan
/ Kitab Suci, maka jelas mereka tetap penuh dengan dosa.
3. Seandainya
ia bisa berbuat baik, perbuatan baik itu tidak bisa menghapuskan dosa.
Bahwa
dosa tidak bisa ditebus dengan perbuatan baik, dinyatakan oleh Gal 2:16a,21b
yang berbunyi: “(16a)
Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum
Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. ... (21b) sekiranya
ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus.”.
Illustrasi:
Seseorang ditangkap polisi karena melanggar peraturan lalu lintas dan 1 minggu
setelahnya harus menghadap ke pengadilan. Dalam waktu satu minggu itu ia lalu
banyak berbuat baik untuk menebus dosanya. Ia menolong tetangga, memberi uang
kepada pengemis, dsb. Pada waktu persidangan, ia membawa semua orang kepada
siapa ia sudah melakukan kebaikan itu sebagai saksi. Pada waktu hakim bertanya:
‘Benarkah saudara melanggar peraturan lalu lintas?’, ia lalu menjawab: ‘Benar
pak hakim, tetapi saya sudah banyak berbuat baik untuk menebus dosa saya. Ini
saksi-saksinya’. Sekarang pikirkan sendiri, kalau hakim itu waras, apakah hakim
itu akan membebaskan orang itu? Jawabnya jelas adalah ‘tidak’! Jadi terlihat
bahwa dalam hukum duniapun kebaikan tidak bisa menutup / menebus / menghapus
dosa! Demikian juga dengan dalam hukum Tuhan / Kitab Suci!
b) Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa keselamatan
itu hanya karena iman adalah:
·
Ro 3:24
- “dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan
cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.”.
Perhatikan kata ‘dengan
cuma-cuma’ di
sini. Kalau perbuatan baik punya andil dalam membawa kita ke surga, tidak
mungkin ada kata ‘dengan cuma-cuma’ di sini.
Bandingkan dengan Yes 55:1-2 - “(1)
Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang
tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan
makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran! (2) Mengapakah kamu
belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu
yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan
kamu akan menikmati sajian yang paling lezat.”.
John
Henry Jowett (tentang Yes 55:1-7): (= Air yang menyegarkan ditawarkan
kepada ‘setiap orang’ yang haus. ... Dan air itu bisa menjadi milik kita ‘tanpa
uang dan tanpa harga / pembayaran’. ... Tidak, kita tidak diminta untuk
membayar apa-apa, dan itu disebabkan karena alasan yang sederhana yaitu bahwa
kita ‘tidak mempunyai apapun dengan mana kita bisa membayar’. Kasih karunia
yang menghidupkan diberikan kepada kita ‘dengan cuma-cuma’, dan semua yang
harus kita berikan adalah kehausan kita. Tetapi kita terus menghabiskan uang
dan kita terus berjerih payah, tetapi kita tidak membeli roti kepuasan, dan air
kepuasan berada jauh dari kita. Roti yang memuaskan tidak bisa dibeli; itu
hanya bisa diminta / diterima melalui pengemisan)
- ‘Springs of Living Water’, August
6.
·
Ro 3:27-28
- “(27) Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah?
Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan
iman! (28) Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan
karena ia melakukan hukum Taurat.”.
·
Gal 2:16,21
- “(16) Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang
dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman
dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus,
supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena
melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada seorangpun yang dibenarkan’ oleh
karena melakukan hukum Taurat. ... (21) Aku tidak menolak kasih karunia Allah.
Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian
Kristus.”.
·
Ef 2:8-9
- “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh
iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil
pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”.
·
Fil 3:8-9
- “(8) Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena
pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh
karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah,
supaya aku memperoleh Kristus, (9) dan berada dalam Dia bukan dengan
kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran
karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan
berdasarkan kepercayaan.”.
·
Ro 9:30-10:3
- “(9:30) Jika demikian, apakah yang hendak kita
katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah
beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. (9:31) Tetapi: bahwa
Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah
sampai kepada hukum itu. (9:32) Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya
bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu
sandungan, (9:33) seperti ada tertulis: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion
sebuah batu sentuhan dan sebuah batu sandungan, dan siapa yang percaya
kepadaNya, tidak akan dipermalukan.’ (10:1) Saudara-saudara, keinginan
hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. (10:2) Sebab
aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat
untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. (10:3) Sebab, oleh karena
mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk
mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada
kebenaran Allah.”.
·
Kis 15:1-11 - “(1)
Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada
saudara-saudara di situ: ‘Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang
diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan.’ (2) Tetapi Paulus
dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu.
Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa orang lain dari
jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk
membicarakan soal itu. (3) Mereka diantarkan oleh jemaat sampai ke luar kota,
lalu mereka berjalan melalui Fenisia dan Samaria, dan di tempat-tempat itu
mereka menceriterakan tentang pertobatan orang-orang yang tidak mengenal Allah.
Hal itu sangat menggembirakan hati saudara-saudara di situ. (4) Setibanya di
Yerusalem mereka disambut oleh jemaat dan oleh rasul-rasul dan penatua-penatua,
lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan
mereka. (5) Tetapi beberapa orang dari golongan Farisi, yang telah menjadi
percaya, datang dan berkata: ‘Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan
diwajibkan untuk menuruti hukum Musa.’ (6) Maka bersidanglah rasul-rasul
dan penatua-penatua untuk membicarakan soal itu. (7) Sesudah beberapa waktu
lamanya berlangsung pertukaran pikiran mengenai soal itu, berdirilah Petrus dan
berkata kepada mereka: ‘Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak
semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku
bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya. (8) Dan Allah,
yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendakNya untuk menerima mereka,
sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita,
(9) dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka,
sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman. (10) Kalau demikian,
mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu
suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh
kita sendiri? (11) Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan
Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga.’”.
Bdk. ay 11b dengan Ro 11:5-6
- “(5) Demikian juga pada waktu ini ada
tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. (6) Tetapi jika hal itu
terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika
tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia.”.
Jelas terlihat bahwa Sidang Gereja
Yerusalem membenarkan Paulus dan Barnabas yang mengajarkan keselamatan hanya
oleh iman saja, dan menyalahkan orang-orang kristen Yahudi, yang menekankan
bahwa untuk selamat, mereka juga harus mentaati hukum Taurat
(ay 1).
·
Luk 23:42-43
- “(42) Lalu ia berkata: ‘Yesus, ingatlah akan aku,
apabila Engkau datang sebagai Raja.’ (43) Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di
dalam Firdaus.’”.
Penjahat yang boleh dikatakan tak punya
perbuatan baik sama sekali ini, dan bahkan tak pernah ke gereja, belum
dibaptis, dsb, ternyata dijamin keselamatannya oleh Yesus, hanya karena ia
percaya kepada Yesus.
c) Penjelasan tentang ayat-ayat yang seolah-olah
menunjukkan bahwa kita diselamatkan oleh / karena perbuatan baik.
Yeh 18:24
- “Jikalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan
melakukan kecurangan seperti segala kekejian yang dilakukan oleh orang fasik -
apakah ia akan hidup? Segala kebenaran yang dilakukannya tidak akan
diingat-ingat lagi. Ia harus mati karena ia berobah setia dan karena dosa yang
dilakukannya.”. Bdk. Yeh 3:20a Yeh 18:26 Yeh 33:13 Yeh 33:18.
Mat 7:21 - “Bukan
setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan
Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga.”.
Mat 25:31-46 - “(31)
‘Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaanNya dan semua malaikat bersama-sama
dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaanNya. (32) Lalu
semua bangsa akan dikumpulkan di hadapanNya dan Ia akan memisahkan mereka
seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing,
(33) dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kananNya dan
kambing-kambing di sebelah kiriNya. (34) Dan Raja itu akan berkata kepada
mereka yang di sebelah kananNya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu,
terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. (35)
Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi
Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; (36) ketika
Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku;
ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. (37) Maka orang-orang benar
itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan
kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? (38)
Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau
tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? (39) Bilamanakah
kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? (40)
Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala
sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina
ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. (41) Dan Ia akan berkata juga kepada
mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang
terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan
malaikat-malaikatnya. (42) Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan;
ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; (43) ketika Aku seorang asing,
kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku
pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. (44) Lalu
merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau
lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau
dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? (45) Maka Ia akan menjawab
mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu
lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya
juga untuk Aku. (46) Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal,
tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.
Kelihatannya domba-domba itu masuk
surga karena berbuat baik, sedangkan kambing-kambing masuk neraka karena
melakukan dosa pasif.
Yoh 5:28-29 - “(28)
Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang
yang di dalam kuburan akan mendengar suaraNya, (29) dan mereka yang telah
berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang
telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum.”.
Ro 2:4-8
- “(4) Maukah engkau menganggap sepi kekayaan
kemurahanNya, kesabaranNya dan kelapangan hatiNya? Tidakkah engkau tahu, bahwa
maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? (5) Tetapi oleh
kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu
sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan.
(6) Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, (7) yaitu hidup
kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan,
kehormatan dan ketidakbinasaan, (8) tetapi murka dan geram kepada mereka yang
mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat
kepada kelaliman.”.
Dalam menghadapi ayat-ayat seperti ini,
ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
1. Kita tidak boleh menafsirkan ayat Kitab Suci
sehingga bertentangan satu dengan yang lainnya. Kita sudah melihat banyak ayat
Kitab Suci yang menunjukkan bahwa keselamatan itu hanya karena iman, dan sama
sekali bukan karena perbuatan baik. Jadi ayat-ayat di sini tidak boleh
ditafsirkan seakan-akan Kitab Suci mengajarkan doktrin sesat ‘salvation by works’
(= keselamatan karena perbuatan baik).
2. Di atas kita juga sudah melihat bahwa orang
di luar Kristus sama sekali tidak bisa berbuat baik. Jadi, bagaimana mungkin ia
bisa selamat dengan berbuat baik? Juga sudah kita lihat bahwa seandainya ia
bisa berbuat baik, maka perbuatan baiknya itu tidak bisa menghapuskan
dosa-dosanya, sehingga ia tetap tidak mungkin bisa diselanmatkan oleh perbuatan
baiknya.
3. Hanya orang kristen yang sejati yang bisa
berbuat baik (Itupun dengan pertolongan Roh Kudus, dan karena Allah menilai
dengan murah hati).
Jadi, ayat-ayat di atas, yang
menyatakan bahwa orang-orang yang berbuat baik masuk surga, sebetulnya
menyatakan bahwa orang yang beriman saja yang masuk surga. Ayat-ayat itu tidak
mungkin menggambarkan orang yang tidak beriman, karena orang yang tidak beriman
sama sekali tdak bisa berbuat baik.
4. Alasan mengapa
ayat-ayat Kitab Suci tertentu seolah-olah menunjukkan keselamatan karena
perbuatan baik.
Orang yang sungguh-sungguh beriman
pasti akan berbuat baik. Iman mereka tidak terlihat, tetapi perbuatan baik
mereka bisa terlihat. Karena itu, pada ayat-ayat tertentu Kitab Suci
menunjukkan bahwa orang-orang yang berbuat baik akan masuk surga.
d) Penjelasan tentang text sukar Yak 2:14-26.
Karena panjangnya dan sukarnya pembahasan
tentang text ini, maka pembahasannya saya letakkan secara terpisah dalam bagian
APPENDIX di belakang.
Dalam memberitakan Injil, hati-hatilah
untuk tidak mengganti doktrin ‘salvation
by faith’ (= keselamatan oleh iman) dengan doktrin sesat ‘salvation by works’ (= keselamatan oleh
perbuatan baik).
Ini sering terjadi kalau orang yang
diinjili itu berkata: lho kok enak dosa dihapus begitu saja? Kalau berdosa lagi
bagaimana?, dsb. Sang penginjil, karena takut orang itu lalu berbuat dosa
seenaknya sendiri, bisa ‘terpaksa menjawab’ bahwa orang itu harus taat juga,
kalau tidak, ia tidak akan masuk surga. Dengan demikian sang penginjil, secara
sadar atau tidak, mengajarkan doktrin sesat ‘salvation
by works’ (= keselamatan oleh perbuatan baik). Hal seperti ini tidak pernah
boleh dilakukan! Siapapun yang melakukannya, ia menjadi nabi palsu / pengajar
sesat! Keselamatan memang hanya oleh / karena iman, bukan oleh / karena iman
dan perbuatan baik!
Kalau orang itu menanggapi ajaran Injil
yang benar dengan cara berbuat dosa seenaknya sendiri, itu adalah tanggung
jawabnya sendiri.
4) Kalau
ia mau percaya / menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat, maka kita ajak dia
berdoa untuk mengundang Tuhan Yesus / menyatakan iman kepada Yesus.
Sebelum kita melanjutkan dengan langkah
berikutnya, kita perlu memeriksa imannya dengan menanyakan tentang keyakinan
keselamatannya.
Sesuatu yang sangat perlu ditekankan di
sini adalah pertanyaan ini: apakah ia percaya bahwa sekitar 2000 tahun yang
lalu Yesus menderita dan mati untuk memikul hukuman dari semua
dosa-dosanya, hukuman yang seharusnya untuk dia? Kalau ia percaya hal itu, ia
harus yakin masuk surga, karena semua dosa / hutangnya sudah dibayar. Dosa mana
lagi yang menyebabkan ia harus masuk neraka? Kalau ia tidak / belum yakin akan
keselamatannya, itu menunjukkan bahwa imannya belum beres!
Ayat-ayat yang bisa digunakan:
·
Ro 8:1
- “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi
mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.”.
·
1Yoh 5:11-13
- “(11) Dan inilah kesaksian itu: Allah telah
mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam AnakNya.
(12) Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki
Anak, ia tidak memiliki hidup. (13) Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya
kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki
hidup yang kekal.”.
Catatan: tentang ‘keyakinan keselamatan’ akan
saya jelaskan secara lebih terperinci di belakang (pada bab tentang ‘IMAN’, No
V (Iman dan keyakinan keselamatan).
V) Pertobatan dari dosa / menerima Yesus sebagai Tuhan.
Sejak pemberitaan Injil pada Natal yang
pertama Yesus diberitakan sebagai Juruselamat dan sebagai Tuhan. Bdk.
Luk 2:11 - “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat,
yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.”.
Jadi jelas bahwa pemberitaan tentang
Yesus sebagai Tuhan adalah sesuatu yang penting. Kalau kita menerima Yesus
sebagai Tuhan, itu berarti kita menjadi hambaNya, dan karena itu kita harus
mentaati segala perintahNya.
Bdk. Luk 6:46 - “‘Mengapa
kamu berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku
katakan?”.
Ini berarti bahwa orang itu harus
bertobat dari segala dosanya, baik dosa aktif (melakukan apa yang dilarang),
maupun dosa pasif (tidak melakukan apa yang diperintahkan).
Pertobatan dari dosa merupakan bukti
iman yang sejati (Yak 2:17,26). Mengapa demikian? Karena:
1) Orang
yang percaya kepada Yesus, pasti menerima Roh Kudus.
Ef 1:13 - “Di
dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil
keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga, ketika
kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu.”.
2) Dan
Roh Kudus itu akan mengeluarkan buah Roh, yang menyebabkan hidup orang itu akan
dikuduskan / disucikan (Gal 5:22-23).
Karena itu, kalau ada orang yang
mengatakan bahwa dirinya adalah orang percaya, tetapi hidupnya tidak berubah ke
arah yang positif sama sekali, maka itu menunjukkan bahwa ia tidak
mempunyai Roh Kudus. Dan kalau ia tidak mempunyai Roh Kudus, itu berarti ia
belum percaya.
Tetapi
ingat satu hal penting ini: Sekalipun iman yang sejati pasti diikuti oleh
adanya ketaatan / perbuatan baik / pengudusan, tetapi yang menyebabkan kita
diselamatkan adalah imannya, dan sama sekali bukan perbuatan baiknya.
William
Hendriksen: “Good works have
never saved anybody. Yet without them no one has a right to claim that he is a
Christian.” (= Perbuatan baik tidak pernah
menyelamatkan siapapun. Tetapi tanpa perbuatan baik tidak seorangpun mempunyai
hak untuk mengclaim bahwa ia adalah orang Kristen.)
- ‘Romans’, hal 114.
Illustrasi:
sakit ® obat ® sembuh ® olah raga / bekerja
dosa ® iman ® selamat ® taat / berbuat baik
Apa yang menyebabkan sembuh? Tentu saja
obat, bukan olah raga / bekerja. Olah raga / bekerja hanya merupakan bukti
bahwa orang itu sudah sembuh. Karena itu, kalau seseorang berkata bahwa ia
sudah minum obat dan sudah sembuh, tetapi ia tetap tidak bisa berolah raga /
bekerja, maka pasti ada yang salah dengan obatnya.
Demikian juga dengan orang berdosa. Ia
selamat karena iman, bukan karena perbuatan baik. Tetapi kalau seseorang
berkata bahwa ia sudah beriman dan sudah selamat, tetapi dalam hidupnya sama
sekali tidak ada perbuatan baik / ketaatan, maka pasti ada yang salah dengan
imannya.
Juga kalau kita melihat pada garis
waktu, maka akan terlihat dengan jelas bahwa imanlah, dan bukannya perbuatan
baik, yang menyebabkan kita diselamatkan.
Luk 19:9 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Hari ini telah terjadi
keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham.”.
mengatasi PENOLAKAN TERHADAP INJIL
Pada waktu kita memberitakan Injil, pasti ada banyak orang
yang keberatan / tidak mau menerima Injil yang kita beritakan, dan
alasan-alasan yang mereka beriman pastilah bermacam-macam. Dalam bagian ini,
saya memberikan alasan-alasan yang sering dikemukakan, dan juga cara
menjawabnya.
Macam-macam keberatan dan jawabannya:
1) Orang yang saudara injili tidak mau percaya
kepada Tuhan Yesus karena ia tahu akan adanya banyak orang kristen yang
hidupnya jahat, dan bahkan lebih jahat dari dia.
Ia mungkin bahkan memberi contoh-contoh
tentang orang kristen seperti itu, misalnya tetangganya, atau salah satu
anggota keluarganya atau kenalannya. Dan mungkin sekali orang yang dijadikan
contoh itu adalah orang sudah lama menjadi kristen, atau yang mempunyai kedudukan
tinggi dalam gereja, seperti guru sekolah minggu, majelis atau bahkan penginjil
/ pendeta.
Dalam menjawab serangan / keberatan
seperti ini ada 2 hal yang harus saudara hindari:
a) Membela
orang kristen yang dianggap jahat itu, kecuali kalau kita betul-betul tahu
bahwa apa yang dituduhkan itu tidak benar. Mengapa? Karena kalau saudara
membela, padahal orang Kristen yang dibicarakan itu memang salah, itu akan
menyebabkan saudara terlihat ‘tidak fair’
/ tidak adil / tidak jujur, dan ini bahkan akan menyebabkan orang yang saudara
injili itu makin tidak senang pada orang Kristen, dan makin tidak mau
mendengarkan Injil dari saudara.
b) Ikut
menjelek-jelekkan orang kristen itu.
Kalau membela orang Kristen itu
merupakan extrim kiri, maka yang ini merupakan extrim kanan. Banyak orang yang
menghindari extrim kiri, tetapi terjatuh ke extrim kanan.
Ini bisa terjadi, misalnya kalau kita
berkata: ‘O ya, orang itu memang brengsek. Aku juga
tahu hal itu. Bahkan apa yang kamu katakan tentang dia itu kurang lengkap. Dia
itu .... dst’.
Ini akan menyebabkan saudara bukannya
memberitakan Injil tetapi lalu menggosip orang.
Catatan: ingat bahwa menjelek-jelekkan /
menceritakan kejelekan orang Kristen di depan orang kafir, sering menjadi
alasan dari banyak orang kafir untuk tidak mau menjadi Kristen. Karena itu
kalau selama ini saudara sering menjelek-jelekkan / menceritakan kejelekan
orang di gereja saudara di depan keluarga / teman yang belum kristen,
bertobatlah! Ingat bahwa ‘kasih
menutupi segala sesuatu’
(1Kor 13:7). Bdk. Amsal 10:12b - “kasih menutupi
segala pelanggaran”.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
1. Ada
orang kristen yang sungguh-sungguh dan ada orang kristen yang palsu.
Saudara bisa membacakan / menceritakan
Mat 13:24-30 (perumpamaan lalang di antara gandum) sebagai dasar Kitab
Suci kata-kata saudara ini.
Jadi, mungkin sekali orang kristen yang
hidupnya jahat itu hanyalah orang kristen KTP.
Perlu juga saudara beritahukan kepada
dia bahwa orang yang sudah lama menjadi kristen, bahkan yang mempunyai
kedudukan tinggi dalam gereja (seorang pendeta sekalipun), belum tentu
merupakan orang kristen yang sejati. Saudara bisa memberi contoh Yudas
Iskariot, yang sekalipun mempunyai jabatan rasul, yang merupakan jabatan
tertinggi dalam gereja, tetap hanyalah orang kristen KTP (Yoh 6:64).
2. Orang
kristen yang sungguh-sungguhpun tetap merupakan manusia yang berdosa, yang
mudah sekali jatuh dalam dosa. Dan adalah mungkin bagi orang kristen sejati
untuk jatuh ke dalam dosa yang hebat sekalipun. Daud saja bisa jatuh dalam
perzinahan dan pembunuhan (2Sam 11). Petrus jatuh dalam tindakan
penyangkalan 3 x terhadap Yesus (Mat 26:69-75), dan juga dalam tindakan
munafik (Gal 2:11-14). Karena itu kalau orang kristen jatuh ke dalam dosa,
itu merupakan hal yang manusiawi, yang bahkan tidak terhindarkan.
Bdk. 1Yoh 1:10 - “Jika
kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi
pendusta dan firmanNya tidak ada di dalam kita”.
Justru untuk dosa-dosanya itu Kristus
telah mati.
3. Ia
(orang yang saudara injili itu) bertanggung jawab tentang dirinya sendiri
kepada Allah.
Ro 14:12 - “Demikianlah
setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya
sendiri kepada Allah”.
Kalau ada orang kristen lain (baik yang
asli maupun palsu) yang berdosa / jahat, itu adalah urusan orang itu sendiri
dengan Allah. Tetapi dia mempunyai tanggung jawab kepada Allah tentang
kehidupannya / dosa-dosanya sendiri. Dan satu-satunya cara untuk membereskan
dosa-dosanya, adalah dengan percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat pribadinya.
2) Orang yang saudara injili itu menganggap
hidup saudara juga buruk, bahkan lebih buruk dari dia.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
Sama seperti tadi, jangan membela diri,
kalau tuduhan orang itu memang benar.
Jawablah sebagai berikut: “Aku
memang orang berdosa, dan sekalipun aku sudah menjadi orang Kristen, tetapi aku
tetap tidak bisa hidup suci. Aku memang mempunyai kelemahan-kelemahan yang
menyebabkan semua dosa-dosa itu. Tetapi aku mempunyai Yesus sebagai Juruselamatku.
Ia sudah menderita dan mati untuk menebus dosa-dosaku itu. Itu menyebabkan aku
tetap yakin akan masuk surga, kapanpun aku mati. Tetapi bagaimana dengan kamu?
Kamu juga adalah orang berdosa. Kalau kamu tidak punya Yesus sebagai
Juruselamat, kamu harus membayar sendiri hukuman untuk dosa-dosamu dengan masuk
neraka selama-lamanya”.
3) Orang yang saudara injili itu tidak mau
percaya kepada Tuhan Yesus karena ada banyak orang yang lebih banyak dosanya
dari dia.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Tuhan
akan menuntut tanggung jawabmu terhadap dosa-dosamu sendiri, bukan dosa-dosa
orang lain.
Ro 14:12 - “Demikianlah
setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya
sendiri kepada Allah”.
Illustrasi: kalau saudara mencuri dan lalu
diadili, saudara tidak bisa bebas dari hukuman dengan mengatakan bahwa di luar
ada perampok, pemerkosa, pembunuh, yang lebih jahat dari saudara. Kejahatan
mereka bukan tanggung jawab / urusan saudara. Tetapi kejahatan saudara sendiri
merupakan tanggung jawab saudara.
b) Sekalipun
/ andaikatapun dosamu sedikit, hukumanannya tetap adalah maut / neraka (dan
sebetulnya, tidak ada orang yang dosanya sedikit; semua orang dosanya banyak -
Ro 3:10-dst).
Ro 6:23a - “Sebab
upah dosa ialah maut”.
Wah 21:8 - “Tetapi
orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji,
orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir,
penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian
mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah
kematian yang kedua.’”.
Illustrasi: kalau kamu mendapat nilai 4 dalam
ujian, kamu tetap tidak lulus sekalipun ada orang-orang lain yang mendapat
nilai 3 atau 2.
4) Orang yang saudara injili itu tidak mau
percaya kepada Tuhan Yesus karena merasa dirinya cukup baik.
Mungkin ia tidak secara explicit
mengatakan bahwa dirinya memang cukup baik, tetapi ia bisa menyatakan hal itu
dengan kata-kata lain, seperti:
- ‘Aku tidak merasa perlu
menjadi kristen / percaya Tuhan Yesus, yang penting aku tidak menjahati
orang’.
- ‘Aku tidak merasa perlu
menjadi kristen / percaya Tuhan Yesus, yang penting aku sudah berusaha
berbuat baik’.
- ‘Aku tidak merasa perlu menjadi kristen / percaya Tuhan Yesus, yang penting aku banyak menolong orang’, dsb.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Kebaikan
manusia itu kotor dihadapan Tuhan
Yes 64:6 - “Demikianlah
kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain
kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh
kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin”.
Perhatikan bahwa Yesaya mengatakan ‘segala
kesalehan kami seperti kain kotor’. Ia bukan mengatakan ‘segala dosa
/ kejahatan kami seperti kain kotor’. Ia juga bukan mengatakan ‘sebagian
kesalehan kami seperti kain kotor’. Ia mengatakan ‘segala
kesalehan kami seperti kain kotor’.
Tit 1:15 - “Bagi
orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi orang tidak
beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka
najis”.
Catatan: kalau orang yang saudara injili itu
bisa merasa dirinya cukup baik, maka dalam penginjilan saudara kepada dia,
jelas saudara kurang menekankan point I, yaitu tentang dosa. Saudara harus
menekankan kepada dia bukan hanya bahwa ia adalah orang berdosa, tetapi bahkan
bahwa ia sangat berdosa, dan sama sekali tidak bisa berbuat baik.
b) Tuhan
bukan menuntut supaya manusia itu baik, tetapi supaya manusia itu sempurna /
suci.
Mat 5:48 - “Karena
itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.’”.
Illustrasi: Berbeda dengan di sekolah, dimana
kita lulus asal mendapat nilai 60, maka dengan Tuhan tidak demikian. Ia
menuntut kesempurnaan. Dengan kata lain, Ia menuntut nilai 100! Andaikatapun
saudara mendapat nilai 99, saudara tetap masuk neraka.
Mengapa demikian? Karena Allah itu
begitu suci, sehingga Ia sangat membenci dosa, sesedikit apapun dan sekecil
apapun. Dan karena Allah itu adil, Ia pasti akan menghukum dosa, sesedikit
apapun dan sekecil apapun! Atau hukuman itu diterima oleh Yesus sebagai
Penebus, atau hukuman itu diterima oleh orang itu sendiri.
c) Seandainya
kamu bisa berbuat baik, kebaikanmu itu tidak bisa menyelamatkan kamu.
Gal 2:16 - “Kamu
tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum
Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun
telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman
dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada
seorangpun yang dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat”.
Ketaatan pada hukum Taurat / Firman
Tuhan / kebaikan kita tidak bisa menutupi dosa-dosa kita, atau menyebabkan kita
dibenarkan.
Illustrasi:
Seseorang ditangkap polisi karena melanggar peraturan lalu lintas dan 1 minggu
setelahnya harus menghadap ke pengadilan. Dalam waktu satu minggu itu ia lalu
banyak berbuat baik untuk menebus dosanya. Ia menolong tetangga, memberi uang
kepada pengemis, dsb. Pada waktu persidangan, ia membawa semua orang kepada
siapa ia sudah melakukan kebaikan itu sebagai saksi. Pada waktu hakim bertanya:
‘Benarkah saudara melanggar peraturan lalu lintas?’, ia lalu menjawab: ‘Benar
pak hakim, tetapi saya sudah banyak berbuat baik untuk menebus dosa saya. Ini
saksi-saksinya’. Sekarang pikirkan sendiri, kalau hakim itu waras, apakah hakim
itu akan membebaskan orang itu? Jawabnya jelas adalah ‘tidak’! Jadi terlihat
bahwa dalam hukum duniapun kebaikan tidak bisa menutup / menebus / menghapus
dosa! Demikian juga dengan dalam hukum Tuhan / Kitab Suci!
Catatan: Illustrasi ini penting sekali, karena
ingat bahwa sebagian besar manusia di muka bumi ini mempercayai keselamatan
karena perbuatan baik, atau mempercayai bahwa perbuatan baik bisa menghapuskan
dosa.
d) Kitab
Suci tidak pernah mengajarkan bahwa seseorang akan masuk surga kalau perbuatan
baiknya lebih banyak dari dosanya.
Tetapi, seandainya kita mau menggunakan
prinsip / ajaran seperti itu, maka tetap saja berdasarkan ajaran itu tidak akan
ada satu orangpun bisa masuk surga. Semua akan masuk neraka. Mengapa? Karena
semua orang bukan hanya berdosa, tetapi sangat berdosa, dan sama sekali tidak
bisa berbuat baik! Karena itu, tidak mungkin perbuatan baiknya bisa lebih
banyak dari dosanya! Perbuatan baiknya tidak ada sama sekali! Sebaliknya,
dosanya luar biasa banyaknya!
5) Orang yang saudara injili itu tidak mau
percaya kepada Tuhan Yesus karena merasa dirinya terlalu jahat sehingga ia
merasa bahwa Allah pasti tidak mau menerima dia.
Ini merupakan extrim yang adalah
kebalikan dari extrim pada no 4 di atas. Kalau yang tadi orangnya merasa diri
cukup baik, maka yang di sini merasa dirinya terlalu jahat.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Tuhan
Yesus memang datang ke dunia untuk mencari orang berdosa, bukan orang baik /
benar.
Luk 5:29-32 - “(29)
Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah
besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia.
(30) Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada
murid-murid Yesus, katanya: ‘Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan
pemungut cukai dan orang berdosa?’ (31) Lalu jawab Yesus kepada mereka,
kataNya: ‘Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit;
(32) Aku datang bukan untuk memanggil orang
benar, tetapi orang berdosa,
supaya mereka bertobat.’”.
Kata-kata Yesus ini tidak berarti bahwa
dalam dunia ini ada orang-orang yang benar. ‘Orang
berdosa’ adalah
‘orang berdosa yang sadar akan dosanya’, dan ‘orang
benar’ adalah
‘orang berdosa yang menganggap dirinya benar / baik’.
Jadi, kalau orang yang saudara injili
itu merasa diri terlalu berdosa, Yesus justru datang untuk orang seperti itu.
Saudara bisa menambahkan
Luk 18:9-14 - “(9) Dan kepada beberapa orang
yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus
mengatakan perumpamaan ini: (10) ‘Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk
berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. (11) Orang
Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap
syukur kepadaMu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan
perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut
cukai ini; (12) aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh
dari segala penghasilanku. (13) Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh,
bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan
berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. (14) Aku berkata
kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan
orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan
dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.’”.
Jelaskan bahwa orang Farisi, yang
merasa diri benar itu, justru ditolak oleh Tuhan, sedangkan pemungut cukai yang
merasa diri sangat berdosa / terlalu berdosa itu, justru diterima!
b) Tuhan
Yesus sudah berjanji untuk tidak menolak seorangpun yang datang kepadaNya.
Yoh 6:37 - “Semua
yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu, dan barangsiapa datang
kepadaKu, ia tidak akan Kubuang”.
Ada 3 hal yang perlu disoroti dari ayat
ini:
1. ‘Barangsiapa
datang kepadaKu’.
Kata
‘barangsiapa’ mencakup semua
orang, dan karena itu pasti juga mencakup orang yang sangat berdosa.
2. ‘tidak
akan Kubuang’.
Dalam
bahasa Yunaninya, kata ‘tidak’
di sini menggunakan double negatives
(2 x kata ‘tidak’), dan dalam bahasa Yunani ini menunjukkan suatu penekanan.
Jadi
maksudnya, Yesus sekali-kali tidak akan menolak siapapun yang datang kepadaNya.
Betapapun kotornya hidup saudara, asal saudara mau datang kepada Yesus, Yesus
berjanji untuk tidak menolak saudara! Ingat bahwa Ia memang datang ke dunia
untuk mencari orang berdosa, bukan orang benar / orang berdosa yang merasa
benar (Mat 9:12-13).
3. ‘Kubuang’.
NIV:
drive away (= mengusir).
NASB:
cast out (= mengusir).
Jadi,
maksud seluruh ayat ini adalah: merupakan sesuatu yang sangat tidak mungkin
bagi Yesus untuk mengusir / menolak / tidak menerima siapapun yang yang datang
kepadaNya, tak peduli betapa berdosanya hidup orang itu.
c) Tuhan
Yesus bisa / mau mengampuni dosa yang bagaimanapun besarnya / banyaknya, asal
orang itu percaya kepadaNya.
Yes 1:18 - “Marilah,
baiklah kita berperkara! - firman TUHAN - Sekalipun dosamu merah seperti
kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti
kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba”.
d) Tunjukkan
juga ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Yesus memang mau menerima dan mengampuni
orang-orang yang sangat berdosa.
Misalnya:
·
Penjahat
di kayu salib (Luk 23:42-43).
·
Perempuan
yang terkenal sebagai orang berdosa dalam Luk 7:36-50.
·
Rahab,
yang tadinya adalah seorang pelacur, dibenarkan oleh Tuhan, karena imannya (Yak
2:25 Ibr 11:31).
·
Para
pemungut cukai dan perempuan sundal diterima dan diampuni oleh Yesus, sehingga
akan masuk surga (Mat 21:31).
6) Orang yang saudara injili itu tidak mau
percaya kepada Tuhan Yesus karena ia merasa hatinya terlalu keras, tidak bisa
diubah sehingga nanti pasti tidak bisa menjadi orang kristen yang baik.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Mengganti
hati yang keras dengan hati yang taat adalah pekerjaan Tuhan.
Yeh 36:26-27 - “(26)
Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan
Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati
yang taat. (27) RohKu akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan
membuat kamu hidup menurut segala ketetapanKu dan tetap berpegang pada
peraturan-peraturanKu dan melakukannya”.
b) Orang
yang percaya kepada Tuhan Yesus pasti menerima Roh Kudus (Yoh 14:16 Ef 1:13
Gal 3:2,5 3:26 4:6), dan Roh Kudus ini akan membantunya mengubah
hidupnya ke arah yang lebih baik (Gal 5:22-23).
7) Orang yang saudara injili itu tidak merasa
perlu untuk percaya / ikut Tuhan Yesus; yang penting ia tidak memusuhi Tuhan
Yesus. Dengan kata lain, ia menganggap dirinya ‘netral’
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Kitab
Suci hanya menggolongkan manusia menjadi dua golongan:
·
kawan
atau lawan Tuhan Yesus.
Mat 12:30 - “Siapa
tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia
mencerai-beraikan”.
Kalau kamu adalah lawan dari Yesus maka
ingatlah bahwa lawanmu itu nanti akan menjadi Hakim yang mengadilimu pada akhir
jaman (Mat 25:31-46 Yoh 5:22,27).
·
anak
Allah atau anak setan.
1Yoh 3:10 - “Inilah
tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang tidak berbuat
kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak
mengasihi saudaranya”.
·
domba
atau kambing.
Mat 25:31-46 - “(31)
‘Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaanNya dan semua malaikat bersama-sama
dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaanNya. (32) Lalu
semua bangsa akan dikumpulkan di hadapanNya dan Ia akan memisahkan mereka
seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari
kambing, (33) dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kananNya
dan kambing-kambing di sebelah kiriNya. (34) Dan Raja itu akan berkata
kepada mereka yang di sebelah kananNya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh
BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.
(35) Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu
memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; (36)
ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat
Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. (37) Maka orang-orang
benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau
lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?
(38) Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi
Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? (39)
Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi
Engkau? (40) Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari
saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. (41) Dan Ia
akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari
hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang
telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. (42) Sebab ketika Aku lapar,
kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum;
(43) ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku
telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara,
kamu tidak melawat Aku. (44) Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan,
bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing,
atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau?
(45) Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala
sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini,
kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. (46) Dan mereka ini akan masuk ke
tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.
·
‘dalam
hidup’ atau ‘dalam maut’.
Yoh 5:24 - “Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataanKu dan percaya
kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut
dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup”.
·
‘dalam
Adam’ atau ‘dalam Kristus’.
1Kor 15:22 - “Karena
sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian
pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan
Kristus”.
Catatan: kata-kata yang saya coret itu
seharusnya tidak ada.
Jadi kesimpulan dari text-text di atas
ini adalah bahwa daerah / golongan ‘netral’ itu tidak ada!
b) Yesus
adalah Allah sendiri. Tidak mau percaya / ikut Yesus sama dengan tidak mau
percaya / ikut Allah (Yoh 1:1
14:1). Dan Allah tidak menghendaki sikap ‘netral’ terhadap diriNya. Ia
menghendaki kamu mempercayai Dia (Ibr 11:6), mengasihi Dia (Mat 22:37),
menghormati Dia / takut kepadaNya (Mal 1:6), menyembah Dia
(Mat 4:10), mentaati Dia (Kis 5:29), melayani Dia (Ro 12:11), dan
sebagainya. Disamping, kalau tidak percaya Allah, bagaimana bisa masuk surga,
yang adalah milik Allah?
c) Kalau
kamu tidak percaya Yesus itu berarti kamu tidak mempunyai Juruselamat / Penebus
dosa. Lalu, siapa yang menebus dosamu?
8) Orang yang saudara injili itu tidak mau
percaya Tuhan Yesus karena jalan keselamatan seperti itu dianggapnya terlalu
mudah.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Mendapat
keselamatan / masuk surga sebetulnya sama sekali bukanlah sesuatu yang mudah,
karena manusia tidak mungkin menyelamatkan dirinya sendiri (Ro 3:20 Gal 2:16).
Illustrasi: monyet yang masuk ke dalam rawa tidak
mungkin menyelamatkan dirinya sendiri.
b) Manusia
lain tidak mungkin menyelamatkan kita (Maz 49:8-9).
Maz 49:8-9 - “(8)
Tidak seorangpun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan tebusan
kepada Allah ganti nyawanya, (9) karena terlalu mahal harga pembebasan
nyawanya, dan tidak memadai untuk selama-lamanya”.
Ini salah terjemahan; RSV sama persis
salahnya. Bandingkan dengan terjemahan NIV di bawah ini.
Psalm 49:7-8 (NIV): “No man can redeem the life of another,
or give to God a ransom for him; the ransom for a life is costly, no
payment is ever enough” (= Tidak seorang manusiapun bisa menebus nyawa orang
lain, atau memberikan kepada Allah tebusan untuk dia; tebusan untuk
suatu nyawa sangat mahal, tidak ada pembayaran yang bisa mencukupi).
c) Tuhan
Yesus sudah menyelesaikan apa yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia.
Yoh 19:30 - “Sesudah
Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: ‘Sudah selesai.’ Lalu Ia
menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya”.
d) Karena
sudah adanya karya Kristus itulah maka sekarang untuk mendapatkan keselamatan
menjadi mudah bagi kita. Bahkan keselamatan itu sepenuhnya merupakan suatu
anugerah / pemberian.
Ef 2:8-9 - “(8)
Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil
usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu:
jangan ada orang yang memegahkan diri”.
Ro 3:24 - “dan
oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan
dalam Kristus Yesus”.
Ro 6:23 - “Sebab
upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam
Kristus Yesus, Tuhan kita”.
Yes 55:1-2 - “(1)
Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang
tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan
makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran! (2) Mengapakah kamu
belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk
sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang
baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat”.
Illustrasi: Seorang penginjil memberitakan Injil
kepada seorang pekerja tambang. Pada waktu pekerja tambang itu mendengar bahwa
untuk bisa diselamatkan ia hanya perlu percaya kepada Yesus, ia berkata ‘Hanya
percaya dan saya selamat? Kok gampang sekali?’. Penginjil itu lalu bertanya: ‘Dimana
kamu bekerja?’.
Pekerja tambang itu menjawab: ‘Puluhan atau
bahkan ratusan meter di bawah permukaan tanah’. Penginjil itu bertanya lagi: ‘Wah,
tentu sukar sekali bagi kamu untuk turun ke sana lalu naik lagi ke atas’. Pekerja itu menjawab: ‘Tidak
sukar sama sekali. Karena perusahaan saya telah memasang sebuah lift, dan saya
hanya tinggal masuk ke dalam lift itu dan lift itu akan membawa saya naik atau
turun’. Lalu
penginjil itu berkata: ‘Sama seperti perusahaanmu sudah
bersusah payah memasang lift, sehingga sekarang bagi kamu tinggal gampangnya,
demikian juga Kristus sudah bersusah payah, menderita dan mati di kayu salib
untuk menyediakan keselamatan bagimu, sehingga sekarang bagi kamu tinggal
gampangnya. Kamu hanya perlu masuk ke dalam Yesus / percaya kepada Yesus, dan
Yesus akan mengangkat kamu ke surga!’.
Anonymous:
“Salvation is free for you because someone else paid” (= Keselamatan itu gratis bagimu
karena seorang lain telah membayarnya) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’,
hal 587.
9) Orang yang saudara injili itu sebetulnya mau
percaya kepada Yesus, tetapi tidak sekarang. Ia mau menunda untuk percaya /
ikut Tuhan Yesus
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Saudara
tidak tahu apa yang akan terjadi besok.
Yak 4:14 - “sedang
kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu
sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap”.
Amsal 27:1 - “Janganlah
memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi
hari itu”.
Kalau saudara mati mendadak, dan itu
jelas merupakan sesuatu yang bisa terjadi, saudara tidak akan sempat bertobat.
Tidak ada ‘second chance’ (=
kesempatan kedua) untuk bertobat. Begitu saudara mati kesempatan untuk bertobat
itu tertutup untuk selamanya.
Kesempatan bertobat itu tertutup bukan
hanya pada saat seseorang mati, tetapi juga kalau ia menjadi gila, pikun, idiot
(karena cedera otak).
Juga ia perlu memperhatikan
Yes 55:6 - “Carilah TUHAN selama Ia
berkenan ditemui; berserulah kepadaNya selama Ia dekat!”.
Ini menunjukkan bahwa tidak selamanya
Tuhan berkenan untuk ditemui!
Bandingkan juga dengan Yoh
7:33-34: “(33) Maka kata Yesus: ‘Tinggal sedikit
waktu saja Aku ada bersama kamu dan sesudah itu Aku akan pergi kepada Dia yang
telah mengutus Aku. (34) Kamu akan mencari Aku, tetapi tidak akan bertemu
dengan Aku, sebab kamu tidak dapat datang ke tempat dimana Aku berada”.
Kata-kata
Yesus ini menunjukkan bahwa setiap orang harus menggunakan kesempatan untuk
datang kepada Yesus dengan sebaik-baiknya, karena kalau tidak, akan datang
suatu waktu dimana mereka tidak lagi bisa menemukan Yesus.
Bandingkan
ini dengan Amsal 1:24-28 - “(24)
Oleh karena kamu menolak ketika aku memanggil, dan tidak ada orang yang
menghiraukan ketika aku mengulurkan tanganku, (25) bahkan, kamu mengabaikan
nasihatku, dan tidak mau menerima teguranku, (26) maka aku juga akan
menertawakan celakamu; aku akan berolok-olok, apabila kedahsyatan datang ke
atasmu, (27) apabila kedahsyatan datang ke atasmu seperti badai, dan celaka
melanda kamu seperti angin puyuh, apabila kesukaran dan kecemasan datang menimpa
kamu. (28) Pada waktu itu mereka akan berseru kepadaku, tetapi tidak akan
kujawab, mereka akan bertekun mencari aku, tetapi tidak akan menemukan aku”.
Ajaran ini tidak bertentangan dengan
Yoh 6:37 yang menunjukkan bahwa Yesus tidak akan menolak orang yang datang
kepadaNya. Mengapa? Karena kalau seseorang masih bisa mau datang kepada
Kristus, itu berarti Allah memang masih berkenan untuk ditemui. Kalau Allah
sudah tidak berkenan ditemui, Ia akan mengeraskan hati orang itu, sehingga
orang itu tidak mungkin bertobat / mau percaya kepada Yesus.
Kalau orang yang saudara injili itu
menggunakan 1Pet 3:18-20
1Pet 4:6 yang seakan-akan menunjukkan adanya ‘second chance’ (=
kesempatan kedua / kesempatan bertobat sesudah kematian), maka:
1. Tunjukkan Maz 88:12, yang jelas
menunjukkan tidak adanya pemberitaan Injil di alam baka, dan katakan bahwa
ayat-ayat dalam 1Petrus itu tidak boleh ditafsirkan bertentangan dengan ayat
ini.
Maz 88:11-13 - “(11)
Apakah Kaulakukan keajaiban bagi orang-orang mati? Masakan arwah bangkit untuk
bersyukur kepadaMu? Sela (12) Dapatkah kasihMu diberitakan di dalam kubur,
dan kesetiaanMu di tempat kebinasaan? (13) Diketahui orangkah
keajaiban-keajaibanMu dalam kegelapan, dan keadilanMu di negeri segala lupa?”.
Jelas bahwa sederetan pertanyaan dalam
text ini semuanya harus dijawab ‘Tidak’!
2. Beri penjelasan tentang 1Pet 3:18-20 dan
1Pet 4:6, dengan penjelasan sebagai berikut:
a. 1Pet 3:18-20
- “(18) Sebab juga Kristus telah mati sekali
untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar,
supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaanNya
sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, (19) dan di dalam
Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara,
(20) yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada
Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan
bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh
air bah itu”.
Arti dari ayat ini adalah: Roh Ilahi Yesus
(Logos) memberitakan Injil melalui Nuh, pada jaman sebelum air bah,
kepada orang-orang yang masih hidup pada saat itu. Jadi, orang-orang itu
masih hidup pada saat diinjili, tetapi pada waktu Petrus menuliskan
suratnya ini, mereka sudah mati dan karena itu disebutkan sebagai ‘roh-roh
yang di dalam penjara’.
Jadi, ayat ini tidak mengajarkan adanya penginjilan terhadap orang mati!
b. 1Pet 4:6 - “Itulah sebabnya maka Injil telah diberitakan juga kepada
orang-orang mati, supaya mereka, sama seperti semua manusia, dihakimi
secara badani; tetapi oleh roh dapat hidup menurut kehendak Allah”.
Ada 3 penafsiran tentang arti kata-kata ‘orang-orang
mati’ dalam 1Pet
4:6 ini:
·
itu
diartikan sebagai orang yang mati secara rohani / mati dalam dosa.
·
itu
diartikan betul-betul sebagai orang yang sudah mati. Penafsiran ini sesat,
tetapi inilah yang diambil oleh orang-orang seperti Andereas Samudera sehingga
ia lalu mengadakan penginjilan terhadap orang mati.
·
sama
seperti penafsiran yang saya ambil tentang 1Pet 3:18-20, orang-orang itu
masih hidup pada saat diinjili, tetapi sudah mati pada waktu Petrus menulis
surat ini, sehingga disebutkan sebagai ‘orang-orang mati’. Saya berpendapat bahwa pandangan inilah
yang benar.
Catatan:
kalau mau mempelajari kedua text ini secara lebih mendetail / terperinci, baca
buku saya yang berjudul ‘Penginjilan
Terhadap Orang Mati’, jilid 2, dimana kedua text ini saya jelaskan
secara sangat terperinci / panjang lebar.
Jadi,
ayat-ayat di atas tidak bisa digunakan untuk mengatakan bahwa ada kesempatan
bertobat setelah kematian. Kesempatan bertobat hanya ada selagi kita masih
hidup. Kalau kita mati, kesempatan itu tertutup untuk selama-lamanya! Karena
itu, tindakan menunda pertobatan merupakan suatu tindakan yang sangat beresiko,
karena kalau kita mati dengan mendadak, tidak ada kesempatan untuk bertobat!
Illustrasi: Suatu hari ada seseorang yang
bermimpi tentang adanya suatu konperensi setan. Konperensi itu dipimpin oleh
Iblis sendiri dan bertujuan untuk mencari siasat yang jitu supaya manusia tidak
percaya kepada Yesus dan binasa / masuk neraka. Lalu ada seorang setan yang
mengusulkan: ‘Baiklah kita membujuk manusia supaya
tidak percaya akan adanya Tuhan’. Iblis berkata: ‘Tidak. Manusia
merasa dalam hatinya bahwa Tuhan itu ada. Siasat itu tidak akan berhasil’. Setan lain mengusulkan: ‘Baiklah
kita mengatakan kepada manusia bahwa mereka itu terlalu jahat untuk bisa
diampuni’. Iblis
menolak usul itu dengan berkata: ‘Justru kalau
manusia sadar bahwa dirinya jahat, itu akan membawa mereka kepada Tuhan. Usul
itu masih kurang baik’.
Akhirnya seorang setan berkata: ‘Baiklah kita
mengatakan kepada manusia bahwa Tuhan itu ada, dan Tuhan itu mencintai mereka
yang berdosa, dan bahwa Injil itu benar adanya’. Iblis menjawab: ‘Tetapi
bagaimana hal itu bisa membinasakan mereka?’. Setan itu melanjutkan siasatnya: ‘Kita
akan mengatakan kepada manusia bahwa sekalipun semua itu benar, dan mereka
harus percaya, tetapi masih ada cukup waktu. Mereka tidak perlu percaya
sekarang’. Iblis
senang sekali dengan usul itu, dan memerintahkan supaya usul itu dilaksanakan.
Ini menyebabkan banyak orang yang pada
waktu mendengar Injil, lalu menunda untuk datang kepada Yesus. Tetapi tiba-tiba
mereka mendapat kecelakaan atau serangan jantung, yang membuat mereka mati
secara mendadak, sehingga tidak ada kesempatan untuk bertobat. Akhirnya mereka
terhilang selama-lamanya di dalam neraka, hanya karena mereka menunda untuk
percaya kepada Yesus!
b) Orang
yang belum percaya kepada Kristus tidak berada di daerah netral, tetapi di
bawah murka Allah.
Yoh 3:36 - “Barangsiapa percaya kepada Anak,
ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia
tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya”.
Kata ‘tetap’ di sini menunjukkan bahwa dari semula
(sejak orang itu lahir, bahkan sejak orang itu ada dalam kandungan), murka
Allah itu sudah ada di atasnya. Kalau ia percaya kepada Yesus, maka murka itu
dicabut, tetapi kalau ia tidak percaya / tidak taat, maka murka Allah itu tetap
ada di atasnya.
Ef 2:1-3 - “(1) Kamu dahulu sudah mati karena
pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. (2) Kamu hidup di dalamnya, karena
kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa,
yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. (3)
Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup
di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang
jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama
seperti mereka yang lain”.
Bagian yang saya garisbawahi itu,
terjemahan hurufiahnya adalah seperti yang diberikan oleh NASB: “and
were by nature children of wrath, even as the rest” (= dan secara alamiah adalah
anak-anak kemurkaan, sama seperti yang lain).
Jadi, ini menunjukkan bahwa manusia itu
secara alamiah, maksudnya sejak lahir, adalah orang yang dimurkai oleh Allah.
Banyak orang mengira bahwa mereka ada
di daerah netral. Kalau mereka bertobat maka mereka mendapat perkenan Allah,
sedangkan kalau mereka berbuat dosa yang hebat, maka barulah mereka mendapat
murka Allah. Seandainya keadaannya memang seperti ini, maka mungkin seseorang
boleh berlambat-lambat dalam bertobat / percaya kepada Yesus. Mereka tidak
berada dalam bahaya, dan karena itu berlambat-lambat tidak jadi soal. Tetapi
Kitab Suci mengatakan bahwa keadaan manusia bukan seperti itu! Manusia ada di
bawah murka Allah sejak dalam kandungan, dan karena itu setiap saat manusia itu
ada dalam bahaya. Mengapa? Karena setiap saat ia bisa saja mati, dan kalau itu
terjadi, maka murka Allah itu akan ditimpakan kepadanya dengan sepenuhnya, dan
ia akan masuk ke neraka selama-lamanya. Karena itu, maka kita harus berusaha secepatnya,
tanpa menunda atau berlambat-lambat, untuk menyingkirkan murka Allah itu
dari diri kita. Dan satu-satunya cara adalah dengan secepatnya percaya
dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita.
c) Firman
Tuhan berkata bahwa hari ini adalah hari penyelamatan.
2Kor 6:1-2 - “(1)
Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat
menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima. (2) Sebab Allah
berfirman: ‘Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada
hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau.’ Sesungguhnya, waktu ini
adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari
penyelamatan itu”.
Barnes’ Notes (tentang 2Kor 6:1-2): “God here
speaks of there being an accepted time, a limited period, in which petitions in
favor of the world would be acceptable to him. That time Paul says had come;
and the idea which he urges is, that people should avail themselves of that,
and embrace now the offers of mercy. ... The time will come when it will
not be an acceptable time with God. The day of mercy will be closed; the period
of trial will be ended; and people will be removed to a world where no mercy is
shown, and where compassion is unknown. ... The time of mercy will pass by, and
God will not be willing to pardon the sinner who goes unprepared to eternity.
... we cannot calculate on the future. We have no assurance, no evidence
that we shall live another day, or hour. ... the time will come when it
will not be an accepted time. Now is the accepted time; at some future
period it will NOT be. If people grieve away the Holy Spirit; if they
continue to reject the gospel; if they go unprepared to eternity, no mercy can
be found. God does not design to pardon beyond the grave. He has made no
provision for forgiveness there; and they who are not pardoned in this life,
must be unpardoned forever” (= Di sini
Allah berbicara bahwa ada ‘waktu perkenan / waktu dimana Ia berkenan’, suatu
periode yang terbatas, dalam mana permohonan-permohonan untuk kebaikan dunia
berkenan kepadaNya. Paulus berkata waktu itu telah datang; dan gagasan yang
ia desakkan adalah bahwa orang harus memanfaatkan kesempatan itu, dan menerima
sekarang juga tawaran belas kasihan. ... Saatnya akan tiba dimana itu bukan
lagi waktu yang berkenan pada Allah. Jaman belas kasihan akan ditutup; periode
pencobaan / ujian akan diakhiri; dan orang-orang akan dipindahkan ke suatu
dunia dimana tidak ada belas kasihan yang ditunjukkan, dan dimana perasaan
kasihan tidak dikenal. ... Jaman belas
kasihan akan berlalu, dan Allah tidak akan mau mengampuni orang berdosa yang
pergi menuju kekalan dengan tidak siap. ... kita tidak bisa memperhitungkan
masa yang akan datang. Kita tidak mempunyai jaminan, tidak ada bukti bahwa kita
akan hidup satu hari lagi atau satu jam lagi. ... waktunya akan datang
dimana itu bukanlah waktu yang diperkenan. Sekaranglah waktu perkenanan itu;
pada masa yang akan datang, akan tidak demikian. Jika orang-orang mendukakan Roh Kudus; jika
mereka terus menolak Injil; jika mereka pergi dengan tidak siap menuju
kekekalan, tidak ada belas kasihan yang bisa ditemukan. Allah tidak
merencanakan untuk mengampuni di balik kubur. Ia tidak membuat persediaan untuk
pengampunan di sana; dan mereka yang tidak diampuni dalam dunia ini, pasti
tidak diampuni selama-lamanya).
d) Allah
tidak mau / tidak bisa dipermainkan.
Gal 6:7-8 - “(7)
Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diriNya dipermainkan. Karena apa yang
ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. (8) Sebab barangsiapa menabur
dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa
menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu”.
Orang menunda pertobatan biasanya
karena ia mau menikmati dosa dulu. Nanti kalau mau mati / hampir mati baru
bertobat. Tetapi ini berarti mempermainkan Tuhan. Dan ayat Kitab Suci di atas
ini mengatakan bahwa Allah tidak membiarkan diriNya dipermainkan!
e) Tuhan
tidak ingin kamu mengeraskan hatimu, pada saat kamu mendengar suaraNya.
Ibr 3:7-8 - “(7)
Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: ‘Pada hari ini, jika kamu
mendengar suaraNya, (8) janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman
pada waktu pencobaan di padang gurun”.
Matthew Henry (tentang Ibr 3:7): (= I. Apa yang ia nasehatkan untuk mereka lakukan - untuk memberikan perhatian
yang cepat dan sekarang juga terhadap panggilan Kristus. ‘Dengarkan suaraNya,
setujuilah, akuilah, dan pertimbangkan, apa yang Allah dalam Kristus katakan
kepadamu; terapkan itu kepada dirimu sendiri dengan kasih dan usaha yang
sesuai, dan mulailah melakukannya, karena besok mungkin sudah terlambat’. II.
Terhadap apa ia memperingatkan mereka - mengeraskan hati mereka, menulikan
telinga mereka terhadap penggilan dan nasehat Kristus: ‘Pada waktu Ia
memberitahu kamu jahatnya dosa, keunggulan dari kekudusan, perlunya menerima
Dia dengan iman sebagai Juruselamatmu, jangan menutup telinga dan hatimu
terhadap suara seperti ini’.).
Barnes’ Notes (tentang Ibr 3:7): [= ‘Hari ini’. Sekarang; pada saat
ini. Pada saat dimana perintah itu diberikan kepadamu. Itu tidak boleh ditunda
sampai besok. Semua perintah Allah berhubungan dengan ‘masa sekarang’ - pada
hari ini, pada waktu yang sedang berlalu. Ia tidak memberikan kita perintah
‘tentang masa yang akan datang’. Ia tidak menghendaki kita untuk bertobat dan
berbalik kepadaNya ‘besok’, atau 10 tahun lagi. Alasannya jelas: (1) Kewajiban
berkenaan dengan masa sekarang. Merupakan kewajiban kita untuk berbalik dari
dosa, dan untuk mengasihi Dia sekarang. (2) kita tidak tahu apakah kita akan
hidup satu har lagi].
Bdk. Amsal 1:24-33 - “(24)
Oleh karena kamu menolak ketika aku memanggil, dan tidak ada orang yang
menghiraukan ketika aku mengulurkan tanganku, (25) bahkan, kamu mengabaikan
nasihatku, dan tidak mau menerima teguranku, (26) maka aku juga akan
menertawakan celakamu; aku akan berolok-olok, apabila kedahsyatan datang ke
atasmu, (27) apabila kedahsyatan datang ke atasmu seperti badai, dan celaka
melanda kamu seperti angin puyuh, apabila kesukaran dan kecemasan datang menimpa
kamu. (28) Pada waktu itu mereka akan berseru kepadaku, tetapi tidak akan
kujawab, mereka akan bertekun mencari aku, tetapi tidak akan menemukan aku.
(29) Oleh karena mereka benci kepada pengetahuan dan tidak memilih takut akan
TUHAN, (30) tidak mau menerima nasihatku, tetapi menolak segala teguranku, (31)
maka mereka akan memakan buah perbuatan mereka, dan menjadi kenyang oleh
rencana mereka. (32) Sebab orang yang tak berpengalaman akan dibunuh oleh
keengganannya, dan orang bebal akan dibinasakan oleh kelalaiannya. (33) Tetapi
siapa mendengarkan aku, ia akan tinggal dengan aman, terlindung dari pada
kedahsyatan malapetaka.’”.
f) Tuhan
tidak terus menunggu pertobatan seseorang, seakan-akan manusia bisa bertobat
kapanpun ia mau.
Yes 55:6 - “Carilah
TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepadaNya selama Ia
dekat!”.
Perhatikan kata ‘selama’ yang muncul 2 x dalam ayat ini. Itu
menunjukkan bahwa ada saat dimana Tuhan tidak berkenan untuk ditemui. Ini
memang tidak berarti bahwa ada kemungkinan dimana seseorang betul-betul
bertobat dan mencari Tuhan, tetapi Tuhan tidak mau menerimanya. Kalau
ditafsirkan seperti ini akan bertentangan dengan Yoh 6:37 - “Semua
yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu, dan barangsiapa datang
kepadaKu, ia tidak akan Kubuang”.
Jadi harus ditafsirkan bahwa artinya
adalah: kalau kita menyia-nyiakan saat dimana Tuhan memanggil kita untuk
bertobat, maka akan datang suatu saat dimana Ia mengeraskan hati kita
sedemikian rupa sehingga kita tidak akan mau / bisa bertobat.
g) Jangan
menyalah-gunakan cerita tentang penjahat yang bertobat di kayu salib (Luk
23:39-43).
Cerita ini merupakan cerita yang sangat
penting, karena menunjukkan bahwa pada detik terakhirpun dari kehidupan
seseorang, kalau ia betul-betul datang / percaya kepada Kristus, ia akan
diampuni dan dijamin masuk ke surga.
Tetapi rupanya setan mengilhami banyak
orang-orang bodoh dengan menyalah-gunakan cerita ini. Penyalah-gunaan cerita
ini menyebabkan mereka merasa lebih baik hidup dalam dosa dulu, dan menunda
pertobatan mereka, sampai sesaat sebelum kematian. Kalau saudara berpikir
seperti itu, perhatikan kata-kata di bawah ini.
J.
C. Ryle: “I know that people are fond of
talking about deathbed evidences. They will rest on words spoken in the hour of
fear and pain and weakness, as if they might take comfort in them about the
friends they lose. But I am afraid in ninety-nine cases out of a hundred such
evidences are not to be depended on. I suspect that, with rare exceptions, men
die just as they have lived”
(= Saya tahu bahwa banyak orang senang membicarakan bukti-bukti ranjang
kematian. Mereka bersandar pada kata-kata yang diucapkan pada saat ketakutan
dan sakit dan kelemahan, seakan-akan mereka bisa mendapatkan hiburan dalam
kata-kata itu tentang sahabat mereka yang hilang / mati. Tetapi saya takut /
kuatir bahwa 99 kasus dari 100 bukti-bukti seperti itu tidak bisa diandalkan.
Saya menduga bahwa dengan perkecualian yang sangat jarang, orang mati sama
seperti mereka telah hidup) - ‘Holiness’,
hal 40.
10) Orang yang saudara injili itu menolak menjadi
kristen karena ia berpendapat bahwa Allah itu kasih, sehingga orang yang tidak
percayapun akan ke surga / tidak dihukum.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Allah
memang adalah kasih, tetapi Ia juga suci, sehingga Ia tidak bisa bersatu dengan
dosa.
Yes 59:1-2 - “(1)
Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan
pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar; (2) tetapi yang merupakan
pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia
menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala
dosamu”.
b) Allah
memang adalah kasih, tetapi Ia juga adil, sehingga pasti akan menghukum manusia
yang berdosa.
Nahum 1:3a - “TUHAN
itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali
membebaskan dari hukuman orang yang bersalah”.
c) Allah
berulang-ulang berkata bahwa Ia akan menghukum manusia yang berdosa. Kalau
akhirnya, Ia tidak melakukan hal itu, maka Ia berdusta. Tetapi Alkitab
mengatakan bahwa Allah tidak mungkin berdusta.
Ibr 6:18 - “supaya
oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin
berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk
menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita”.
d) Kitab
Suci berulang-ulang berbicara tentang orang-orang yang masuk neraka.
·
Luk 16:19-31
- cerita tentang Lazarus dan orang kaya.
·
Mat 25:41,46
- “(41) Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di
sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk,
enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan
malaikat-malaikatnya. ... (46) Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang
kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.
·
Wah 21:8
- “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak
percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal,
tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka
akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan
belerang; inilah kematian yang kedua.’”.
11) Orang yang saudara injili itu menolak karena ia
berpendapat bahwa Allah itu kejam; mungkin ia mengatakan ini karena hidupnya
penuh dengan penderitaan.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Penderitaan
masuk ke dalam dunia karena dosa manusia sendiri (bdk. Kej 3:1-19).
Allah tidak mencipta manusia dalam
keadaan menderita. Mula-mula manusia bahagia, tanpa penderitaan. Tetapi karena
manusia berbuat dosa, maka sebagai hukuman Allah, penderitaan masuk ke dalam
dunia. Jadi, itu bukan salahnya Allah, tetapi salahnya manusia sendiri.
b) Sekalipun
manusia berdosa, Allah tetap mengasihinya; ini ditunjukkan oleh Allah melalui
salib.
Ro 5:6-8 - “(6)
Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang
durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. (7) Sebab tidak mudah seorang
mau mati untuk orang yang benar - tetapi mungkin untuk orang yang baik ada
orang yang berani mati -. (8) Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada
kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa”.
c) Sekarang
kamu menderita, bahkan sangat menderita. Tetapi Allah yang maha kasih itu
menyediakan suatu tempat dimana penderitaan sama sekali tidak dikenal, dan
tempat itu adalah surga.
Wah 21:1-4 - “(1)
Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama
dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi. (2) Dan aku
melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah,
yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. (3)
Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: ‘Lihatlah, kemah
Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka.
Mereka akan menjadi umatNya dan Ia akan menjadi Allah mereka. (4) Dan Ia
akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi;
tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab
segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.’”.
Penderitaanmu hanya sementara, karena
kalau kamu mau percaya kepada Yesus, maka pada saat kamu mati, kamu akan pergi
ke surga, dan bebas dari semua penderitaanmu. Tetapi sebaliknya, kalau kamu
tidak mau percaya kepada Yesus, maka pada saat kamu mati, kamu akan pergi ke
neraka, dimana kamu akan menderita, dengan penderitaan yang jauh lebih hebat
dari yang sekarang kamu alami, sampai selama-lamanya.
12) Orang yang saudara injili itu percaya kepada
Kristus, tetapi tidak mau pergi ke gereja, dibaptis dsb, karena ia takut diejek
/ dianiaya.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Orang
yang tidak mau mengakui Kristus, juga tidak akan diakui oleh Kristus.
Mat 10:32-33 - “(32)
Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di
depan BapaKu yang di sorga. (33) Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan
manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan BapaKu yang di sorga.’”.
b) Kita
tidak boleh takut kepada manusia; kita harus takut kepada Allah.
Mat 10:28 - “Dan
janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak
berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan
baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka”.
c) Orang
penakut tercatat sebagai ranking 1 dalam daftar orang-orang yang masuk neraka.
Wah 21:8 - “Tetapi
orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji,
orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir,
penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian
mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah
kematian yang kedua.’”.
Yang dimaksud dengan ‘orang-orang
penakut’ di sini
adalah orang-orang yang sekalipun sebetulnya mengerti tentang Kristus dan
percaya kepadaNya, tetapi tidak mengikut Dia karena takut.
d) Tuhan
Yesus sudah terlebih dulu menderita dan mati bagi kita; sekarang kita juga
harus mau menderita dan bahkan mati bagi Dia.
e) Tuhan
Yesus sendiri akan menyertai dan menolongnya, kalau kita dimusuhi manusia.
Ibr 13:5 - “Janganlah
kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu.
Karena Allah telah berfirman: ‘Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau
dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.’”.
Maz 23:1-6 - “(1)
Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. (2) Ia membaringkan
aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; (3) Ia
menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena namaNya.
(4) Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya,
sebab Engkau besertaku; gadaMu dan tongkatMu, itulah yang menghibur aku.
(5) Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau
mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. (6) Kebajikan dan
kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam
rumah TUHAN sepanjang masa”.
Mat 10:17-20 - “(17)
Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu
kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. (18) Dan
karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai
suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah.
(19) Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan
akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan
kepadamu pada saat itu juga. (20) Karena bukan kamu yang berkata-kata,
melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu”.
f) Ikut
Yesus memang bisa membuat kamu menderita, tetapi penderitaan itu hanya
sementara. Begitu mati, kamu bahagia dan bebas dari penderitaan,
selama-lamanya. Sebaliknya, kalau kamu tidak mau ikut Yesus mungkin kamu bisa
enak (secara duniawi / jasmani), tetapi itu hanya sementara dan semu. Begitu
kamu mati, kamu masuk neraka, dimana kamu akan menderita selama-lamanya.
13) Orang yang saudara injili itu menolak jadi
kristen karena ia pernah bersumpah untuk tidak menjadi orang kristen.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Melanggar
sumpah adalah dosa, tetapi kalau kamu percaya kepada Tuhan Yesus, dosa itu tetap
akan diampuni. Sebaliknya kalau kamu memegang sumpah itu, kamu memang tidak
berdosa dalam hal itu, tetapi kamu mempunyai banyak dosa-dosa lain, yang
akan membawamu ke neraka selama-lamanya, karena kamu tidak mempunyai
Juruselamat / Penebus dosa.
b) Dalam
Luk 16:27-31, orang kaya yang sudah ada dalam neraka itu, ingin sekali
keluarganya bertobat. Orang, kepada siapa kamu telah bersumpah (kalau orang itu
sudah mati), pasti juga ingin kamu bertobat / membatalkan sumpah.
14) Orang yang saudara injili itu merasa tidak
perlu mempersoalkan percaya atau tidak, karena Tuhan sudah menentukan orang
yang akan masuk neraka / surga (predestinasi).
Jawaban yang bisa saudara berikan:
Predestinasi memang ada (Ef
1:4-5,11 Ro 9:10-21), tetapi kita tidak
tahu siapa yang ditentukan masuk surga dan siapa yang ditentukan masuk neraka.
Kita tidak boleh hidup berdasarkan kehendak / Rencana Allah yang tidak kita
ketahui. Kita harus hidup berdasarkan kehendak Allah yang dinyatakan
dalam Firman Tuhan / Kitab Suci.
Ul 29:29 - “Hal-hal
yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan
ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita
melakukan segala perkataan hukum Taurat ini.’”.
Dan dalam FirmanNya, Allah menghendaki
kita untuk percaya kepada Kristus.
Kis 16:31 - “Jawab
mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau
dan seisi rumahmu.’”.
Yoh 14:1,11 - “(1)
‘Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu.
... (11) Percayalah kepadaKu, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku;
atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri”.
15) Orang yang saudara injili itu menolak untuk
percaya karena ia percaya adanya reinkarnasi.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Reinkarnasi
bertentangan dengan Ibr 9:27 - “Dan sama
seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya
satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi”.
b) Kalau
reinkarnasi itu benar, mengapa manusia di dunia bisa makin lama makin banyak,
padahal moral manusia semakin brengsek? Bukankah seharusnya makin lama makin
sedikit karena manusia yang hidup jahat itu mati dan dilahirkan lagi sebagai
binatang?
Kalau kita bisa menjawab keberatan orang
itu dengan benar, jangan menganggap bahwa orang itu pasti akan bertobat.
Pertobatan tetap merupakan pekerjaan Tuhan. Kita hanya berusaha melakukan
semaximal mungkin, tetapi hasilnya tetap ada di tangan Tuhan. Karena itu,
jangan ‘bersandar’ pada jawaban-jawaban terhadap keberatan-keberatan di atas;
sebaliknya, tetaplah banyak berdoa dan bersandar kepada Tuhan!
ORANG KRISTEN DUNIAWI
I) Ajaran di bawah
ini dipopulerkan oleh Scoffield Reference Bible dan juga masuk dalam traktat “4
Hukum Rohani”.
Catatan: sekarang traktat 4 hukum rohani tersebut
sudah direvisi.
Menurut ajaran ini, ada 3 golongan
manusia:
1) Orang
non Kristen.
Kristus (K) ada di luar dirinya /
hatinya; si Aku (A) bertahta dalam hidupnya.
2) Orang
Kristen duniawi.
Kristus ada di dalam dirinya / hatinya,
tetapi si Aku masih tetap bertahta di dalam hidupnya, sehingga sama sekali
tidak ada perubahan di dalam hidupnya.
3) Orang
Kristen rohani.
Kristus bukan hanya ada di dalam
dirinya / hatinya, tetapi juga bertahta di dalam hidupnya, sedangkan si Aku
turun tahta.
Dasar Kitab Suci yang digunakan oleh
ajaran ini adalah 1Kor 2:14-3:3 dimana digunakan tiga istilah bahasa
Yunani yaitu:
a) Psuchikos - diterjemahkan sebagai ‘manusia
duniawi’ dalam
Kitab suci bahasa Indonesia (1Kor 2:14).
b) Sarkikos - diterjemahkan juga sebagai ‘manusia
duniawi’ dalam
Kitab Suci bahasa Indonesia (1Kor 3:1).
c) Pneumatikos - diterjemahkan sebagai ‘manusia
rohani’ dalam
Kitab Suci bahasa Indonesia (1Kor 3:1).
1Kor 2:14-3:3 - “(2:14)
Tetapi manusia duniawi (PSUCHIKOS)
tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah
suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat
dinilai secara rohani. (2:15) Tetapi manusia rohani menilai segala sesuatu,
tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh orang lain. (2:16) Sebab: ‘Siapakah yang
mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia?’ Tetapi kami
memiliki pikiran Kristus. (3:1) Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak
dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani (PNEUMATIKOS),
tetapi hanya dengan manusia duniawi (SARKIKOS), yang belum dewasa
dalam Kristus. (3:2) Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras,
sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat
menerimanya. (3:3) Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara
kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu
manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?”.
II) Kesalahan dari ajaran tersebut di atas.
1) Penafsiran
yang salah dari 1Kor 3.
a) Dalam 1Kor 3 itu Paulus menegur jemaat
Korintus karena mereka hidup seperti orang-orang yang tidak percaya dalam
satu segi kehidupan mereka (grup-grupan / perselisihan / iri hati -
ay 3,4). Paulus tidak memaksudkan bahwa mereka hidup seperti orang kafr
dalam seluruh segi kehidupan mereka.
b) Pada waktu Paulus berbicara tentang
golongan-golongan manusia, ia hanya mengajarkan adanya dua golongan.
1Kor 2:14-15 - “(14)
Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah,
karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya,
sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani. (15) Tetapi manusia rohani
menilai segala sesuatu, tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh orang lain.”.
2Kor 5:17 - “Jadi
siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah
berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”.
2Kor 6:14-16 - “(14)
Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang
tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan?
Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? (15)
Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama
orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? (16) Apakah
hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang
hidup menurut firman Allah ini: ‘Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan
hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka
akan menjadi umatKu.”.
Gal 5:17-24 - “(17)
Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh
berlawanan dengan keinginan daging - karena keduanya bertentangan - sehingga
kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. (18) Akan tetapi
jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah
hukum Taurat. (19) Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran,
hawa nafsu, (20) penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri
hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, (21)
kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu
kuperingatkan kamu - seperti yang telah kubuat dahulu - bahwa barangsiapa
melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan
Allah. (22) Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,
kemurahan, kebaikan, kesetiaan, (23) kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak
ada hukum yang menentang hal-hal itu. (24) Barangsiapa menjadi milik Kristus
Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.”.
Ro 8:5-9 - “(5)
Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging;
mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. (6) Karena
keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai
sejahtera. (7) Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena
ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. (8)
Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. (9) Tetapi
kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam
di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik
Kristus.”.
c) Menyerang ajaran
tersebut dengan pertanyaan.
Kesalahan
dari ajaran tersebut di atas juga dapat terlihat dari pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut:
1. Apakah golongan 3 sudah tidak bertumbuh lagi
dalam iman maupun kesucian? Kalau mereka masih bertumbuh, apakah lalu nanti
menjadi golongan 4 yang super rohani?
2. Siapa yang berhak menentukan orang Kristen
yang mana yang masuk golongan 2 dan orang Kristen yang mana yang masuk golongan
3? Apa dasarnya? Dosa-dosa apa yang menyebabkan orang Kristen masuk golongan 2?
2) Ajaran
tersebut di atas memisahkan pengampunan dosa dan hidup / hati yang diperbaharui
(Golongan ke 2 mendapat pengampunan dosa, sekalipun hidupnya / hatinya tak
diperbaharui). Tetapi Kitab Suci menunjukkan bahwa pengampunan dosa tidak bisa
terjadi tanpa adanya pembaharuan hati / hidup.
Charles Hodge (tentang 2Kor 6:1): “‘That
ye receive not the grace of God in vain.’ What is it to receive the grace of
God in vain? Some say that the meaning is to accept of the atonement of Christ,
or reconciliation with God spoken of in the preceding chapter, and yet to live
in sin. The favor of God is then accepted to no purpose. But this is an
unscriptural idea. Justification and sanctification cannot be thus
separated. A man cannot accept of reconciliation with God and live in sin;
because the renunciation of sin is involved in the acceptance of reconciliation.
Paul never assumes that men may accept one benefit of redemption, and reject
another. They cannot take pardon and refuse sanctification.” [= ‘Supaya
kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu
terima’. Apa artinya menerima kasih karunia Allah dengan sia-sia? Beberapa
orang mengatakan bahwa artinya adalah menerima penebusan Kristus, atau
perdamaian dengan Allah yang dibicarakan dalam pasal sebelumnya (2Kor
5), tetapi hidup dalam dosa. Dengan demikian kebaikan Allah diterima tanpa
ada gunanya. Tetapi ini merupakan pandangan / kepercayaan yang tidak
Alkitabiah. Pembenaran dan pengudusan tidak bisa dipisahkan seperti itu.
Seseorang tidak bisa menerima perdamaian dengan Allah dan hidup dalam dosa;
karena penolakan dosa tercakup dalam penerimaan perdamaian. Paulus tidak
pernah menganggap bahwa manusia bisa menerima satu manfaat dari penebusan, dan
menolak yang lainnya. Mereka tidak bisa menerima pengampunan dan menolak
pengudusan.] - ‘I & II Corinthians’, hal 529.
J.
C. Ryle: “I fear it is sometimes forgotten
that God has married together justification and sanctification. They are
distinct and different things, beyond question, but one is never found without
the other. All justified people are sanctified, and all sanctified are
justified. What God has joined together let no man dare to put asunder.” (= Saya takut / kuatir bahwa
kadang-kadang dilupakan bahwa Allah telah menikahkan ‘pembenaran’ dan ‘pengudusan’.
Tidak diragukan lagi bahwa mereka adalah 2 hal yang berbeda, tetapi yang satu
tidak pernah ada / ditemukan tanpa yang lain. Semua orang yang dibenarkan juga
dikuduskan, dan semua yang dikuduskan juga dibenarkan. Apa yang telah
dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan oleh manusia.)
- ‘Holiness’, hal 46.
Mari kita melihat beberapa ayat Kitab
Suci yang menunjukkan hal itu.
Yer 31:31-34 - “(31)
Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman TUHAN, Aku akan
mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, (32) bukan
seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu
Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir;
perjanjianKu itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa
atas mereka, demikianlah firman TUHAN. (33) Tetapi beginilah perjanjian yang
Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku
akan menaruh TauratKu dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka;
maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umatKu. (34) Dan
tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan
mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku,
demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan
tidak lagi mengingat dosa mereka.’”.
Yeh 36:24-27 - “(24)
Aku akan menjemput kamu dari antara bangsa-bangsa dan mengumpulkan kamu dari
semua negeri dan akan membawa kamu kembali ke tanahmu. (25) Aku akan
mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala
kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu.
(26) Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu
dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu
hati yang taat. (27) RohKu akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku
akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapanKu dan tetap berpegang pada
peraturan-peraturanKu dan melakukannya”.
Ibr 10:15-17 - “(15)
Dan tentang hal itu Roh Kudus juga memberi kesaksian kepada kita, (16) sebab
setelah Ia berfirman: ‘Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka
sesudah waktu itu,’ Ia berfirman pula: ‘Aku akan menaruh hukumKu di dalam
hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, (17) dan Aku
tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka.’”.
Catatan: bagian yang saya beri garis bawah
tunggal menunjukkan hidup / hati yang diperbaharui, sedangkan bagian yang saya beri
garis bawah ganda (ay 17) menunjukkan pengampunan dosa yang Tuhan berikan
kepada orang itu.
Kitab Suci mengajarkan bahwa pada saat
seseorang dibenarkan oleh Allah, maka saat itu juga pengudusan dirinya mulai
berlangsung.
Contoh:
·
Zakheus.
Luk 19:8-10 - “(8)
Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: ‘Tuhan, setengah dari milikku
akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari
seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.’ (9) Kata Yesus kepadanya: ‘Hari
ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak
Abraham. (10) Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang
hilang.’”.
·
Penjahat
yang bertobat di kayu salib.
Mat 27:44 - “Bahkan
penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencelaNya
demikian juga.”.
Mark 15:32 - “Baiklah
Mesias, Raja Israel itu, turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya.’
Bahkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga.”.
Luk 23:39-42 - “(39)
Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya:
‘Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diriMu dan kami!’ (40) Tetapi
yang seorang menegor dia, katanya: ‘Tidakkah engkau takut, juga tidak
kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? (41) Kita memang
selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan
kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.’ (42) Lalu ia berkata:
‘Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.’”.
Dalam Mat 27:44 / Mark 15:32
dikatakan bahwa kedua penjahat itu mencela Yesus, tetapi dalam
Luk 23:39-42 dikatakan bahwa hanya satu penjahat yang menghujat Yesus,
sedangkan yang satunya justru menegur temannya itu, dan lalu menyatakan imannya
kepada Yesus.
Kelihatannya Mat 27:44 / Mark 15:32
bertentangan dengan Luk 23:39-42, tetapi kalau kita mempercayai bahwa Alkitab
adalah Firman Tuhan, maka kita tidak boleh mempercayai adanya pertentangan yang
sungguh-sungguh dalam Alkitab. Kita harus berusaha untuk mengharmoniskan
hal-hal yang kelihatannya bertentangan, dan ‘pertentangan’ ini memang bisa
dijelaskan / diharmoniskan. Bagaimana cara mengharmoniskannya? Dengan
menafsirkan bahwa Matius dan Markus hanya menceritakan bagian awalnya,
sedangkan Lukas hanya menceritakan bagian akhirnya. Jadi, mula-mula kedua
penjahat itu mencela Yesus; dan inilah yang
diceritakan oleh Matius dan Markus (Mat 27:44 / Mark 15:32). Tetapi
belakangan / akhirnya, mungkin karena melihat sikap Yesus dalam penderitaan
yang begitu berbeda dengan orang-orang lain, salah satu dari penjahat-penjahat
itu bertobat, dan yang satunya bahkan menjadi bertambah jahat sehingga lalu menghujat Yesus, dan ini menyebabkan penjahat
yang bertobat itu menegur dia. Ini yang diceritakan oleh Lukas
(Luk 23:39-42).
Jadi, penjahat yang bertobat itu
berubah. Ia baru bertobat, tetapi langsung sudah menunjukkan perubahan. Kalau
tadinya ia, bersama dengan penjahat yang satunya, mencela / menghujat Kristus,
maka sekarang ia membela Kristus dan mencela penjahat satunya, yang tetap
menghujat Kristus.
3) Ajaran-ajaran
tersebut di atas tidak membedakan ‘iman sejati’ dan ‘iman palsu’. Golongan 2
dan golongan 3 sama-sama dianggap beriman.
Kitab Suci jelas menunjukkan adanya
iman yang palsu.
Yoh 2:23-24 - “(23)
Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya
dalam namaNya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakanNya.
(24) Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diriNya kepada mereka, karena
Ia mengenal mereka semua,”.
Luk 8:13 - “Yang
jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman
itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka
percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad.”.
Yak 2:14,17,20,26 - “(14)
Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai
iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu
menyelamatkan dia? ... (17) Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu
tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. ...
(20) Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman
tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? ... (26) Sebab seperti tubuh tanpa
roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.”.
Berdasarkan Yak 2 ini maka
seharusnya kita menganggap iman dari golongan 2 itu adalah iman yang mati /
kosong / palsu. Dengan kata lain, mereka sebetulnya tidak beriman!
4) Ajaran
tersebut di atas meremehkan pertobatan / dosa, karena golongan 2 yang tidak
bertobat dari dosa-dosanya tetap dianggap selamat / masuk surga.
Ini jelas bertentangan dengan Kitab
Suci yang begitu menekankan pertobatan.
Gal 5:16-21 - “(16)
Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan
daging. (17) Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan
keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging - karena keduanya bertentangan
- sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. (18) Akan
tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di
bawah hukum Taurat. (19) Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan,
kecemaran, hawa nafsu, (20) penyembahan berhala, sihir, perseteruan,
perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh
pemecah, (21) kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap
semuanya itu kuperingatkan kamu - seperti yang telah kubuat dahulu - bahwa
barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian
dalam Kerajaan Allah.”.
Ro 6:1-2,11-13 - “(1)
Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam
dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? (2) Sekali-kali tidak! Bukankah
kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?
... (11) Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi
dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus. (12) Sebab itu hendaklah
dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi
menuruti keinginannya. (13) Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota
tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah
dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang
hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi
senjata-senjata kebenaran.”.
2Kor 5:15 - “Dan
Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi
hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah
dibangkitkan untuk mereka.”.
Kis 8:22 - “Jadi
bertobatlah dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan, supaya Ia
mengampuni niat hatimu ini;”.
5) Ajaran
tersebut di atas memisahkan penerimaan Yesus sebagai Juruselamat dan penerimaan
Yesus sebagai Tuhan (pemilik, penguasa) dalam hidup kita.
Kitab Suci tidak memisahkan dua hal
tersebut. Dalam pemberitaan Natal yang pertama-kalinya, Yesus sudah diberitakan
sebagai Juruselamat dan sebagai Tuhan.
Luk 2:11 - “Hari
ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota
Daud.”.
Juga penginjilan yang dilakukan oleh
rasul-rasul menekankan Yesus bukan hanya sebagai Juruselamat tetapi juga
sebagai Tuhan.
Kis 2:36 - “Jadi
seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus,
yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.’”.
Kis 16:31 - “Jawab
mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat,
engkau dan seisi rumahmu.’”.
Ro 10:9 - “Sebab
jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya
dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka
kamu akan diselamatkan.”.
2Kor 4:5 - “Sebab
bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan,
dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus.”.
Dalam Kitab Kisah Rasul yang
menunjukkan penyebaran kekristenan dan pemberitaan Injil pada abad pertama,
kata ‘Juruselamat’ hanya muncul 2 x
(Kis 5:31 13:23), sedangkan kata ‘Tuhan’ muncul sebanyak 92 x, kata ‘Tuhan
Yesus’ muncul
sebanyak 13 x, dan kata ‘Tuhan Yesus Kristus’ muncul sebanyak 6 x. Ini menunjukkan
dengan jelas bahwa dalam penginjilan, Yesus harus ditekankan sebagai ‘Tuhan’, dan bukan hanya sebagai ‘Juruselamat’.
Jadi, kalau seseorang hanya menerima
Yesus sebagai Juruselamat, tetapi tidak sebagai Tuhan, ia sebetulnya belum
merupakan orang kristen yang sejati.
Kesimpulan:
Sekalipun memang ada tingkatan-tingkatan kerohanian (bayi,
dewasa, dsb), tetapi Kitab Suci tidak memberikan tembok pemisah antara 2
golongan orang Kristen.
IMAN
I) Macam-macam
iman.
1) Historical faith (iman yang bersifat
sejarah).
·
Orang
yang mempunyai iman jenis ini hanya menerima kebenaran tentang Kristus dengan
cara yang sama seperti ia menerima fakta-fakta sejarah tentang Napoleon,
Hitler, dsb.
·
Ini
hanya merupakan pengertian intelektual tentang kebenaran, tetapi tidak ada
tujuan moral / rohani (tidak ada tujuan supaya bisa dekat pada Tuhan, dosa
diampuni, masuk surga, hidup suci, dsb).
·
Orang
yang mempunyai iman jenis ini tidak mempunyai hubungan pribadi dengan Kristus.
·
Iman
seperti ini bisa timbul dari tradisi, pendidikan, lingkungan / keluarga
kristen.
2) Miraculous faith (iman mujijat).
·
Merupakan
kepercayaan / keyakinan bahwa Allah akan melakukan mujijat untuk dia / untuk
kepentingannya / melalui dirinya (Mat 15:28 Mat 17:20).
·
Iman
seperti ini bukan iman yang menyelamatkan (saving
faith). Iman seperti ini memang bisa disertai oleh saving faith seperti Mat 8:10-13, tetapi bisa juga tidak,
seperti dalam Luk 17:11-19 (untuk yang 9 orang kusta).
3) Temporary faith (iman sementara).
·
Berbeda
dengan historical faith, karena di
sini emosi ikut dilibatkan.
Bdk. Mat 13:20-21 - “(20)
Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar
firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. (21) Tetapi ia tidak
berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan
karena firman itu, orang itupun segera murtad”.
·
Tujuan
/ motivasi orangnya adalah kesenangan / kenikmatan pribadi, bukan kemuliaan
Allah.
·
Kadang-kadang,
atau bahkan seringkali, iman ini sukar dibedakan dari saving faith / iman yang menyelamatkan.
·
Kalau
dalam Kitab Suci diceritakan tentang orang-orang yang ‘murtad’ (seolah-olah
hilang keselamatannya), seperti misalnya Ibr 6:4-6, maka iman dari
orang-orang seperti itu adalah temporary
faith (iman sementara).
Ibr 6:4-6 - “(4)
Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia
sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, (5) dan yang mengecap
firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, (6)
namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian,
hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri
mereka dan menghinaNya di muka umum”.
Bandingkan dengan 1Yoh 2:18-19 - “(18)
Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu
dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak
antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang
terakhir. (19) Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak
sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk
pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu
terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh
termasuk pada kita”.
4) True saving faith (iman yang
menyelamatkan yang benar).
a) Iman
ini harus didahului oleh regeneration
(= kelahiran kembali).
·
Kitab
Suci menggambarkan manusia sebagai mati rohani.
Yoh 10:10b - “Aku
datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala
kelimpahan”.
Yang Yesus maksudkan dengan ‘mereka’
adalah orang-orang yang saat itu masih hidup (secara jasmani). Jadi, pada waktu
Yesus mengatakan bahwa Ia datang supaya mereka mempunyai hidup, maksudnya
adalah hidup secara rohani. Jadi pada saat itu mereka sedang dalam keadaan mati
secara rohani.
Ef 2:1 - “Kamu
dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu”.
·
Karena
itu, ia tidak akan mau dan tidak akan bisa memberi tanggapan terhadap Firman
Tuhan / Injil.
1Kor 2:14 - “Tetapi
manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena
hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya,
sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani”.
Yoh 6:44,65 - “(44)
Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh
Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. ... (65)
Lalu Ia berkata: ‘Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun
dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.’”.
·
Jadi
supaya manusia yang mati rohani itu bisa dan mau percaya kepada Yesus, Roh
Kudus harus melahirkan dia kembali. Kelahiran kembali merupakan pekerjaan Roh
Kudus saja. Jadi di sini kita bisa melihat dengan jelas akan pentingnya doa
dalam Pemberitaan Injil. Tanpa doa, Roh Kudus tidak akan bekerja, dan tanpa
pekerjaan Roh Kudus, orang yang kita injili itu tidak akan bisa / mau percaya
kepada Yesus.
b) Iman
merupakan aktivitas manusia.
Memang iman bisa ada karena pekerjaan
Roh Kudus dan iman merupakan anugerah Allah.
1Kor 12:3b - “tidak
ada seorangpun, yang dapat mengaku: ‘Yesus adalah Tuhan’, selain oleh Roh
Kudus”.
Mat 16:15-17 - “(15)
Lalu Yesus bertanya kepada mereka: ‘Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?’ (16)
Maka jawab Simon Petrus: ‘Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!’ (17)
Kata Yesus kepadanya: ‘Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan
manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan BapaKu yang di sorga”.
Fil 1:29 - “Sebab
kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus,
melainkan juga untuk menderita untuk Dia”.
Tetapi ingat bahwa Allah tidak beriman
untuk kita. Kitalah yang beriman!
II) Elemen-elemen iman yang benar.
1) Pikiran.
a) Orang yang beriman itu harus mempunyai
pengetahuan / pengertian yang benar tentang Injil / dasar-dasar kekristenan.
Kalau dia tidak pernah mendengar Injil
yang benar dan mengertinya, dia tidak mungkin bisa mempunyai iman yang benar.
Ro 10:13-14,17 - “(13)
Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14)
Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya
kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak
mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak
ada yang memberitakanNya? ... (17) Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan
pendengaran oleh firman Kristus”.
Mat 13:23 - “Yang
ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia
berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang
tiga puluh kali lipat.’”.
Perhatikan bahwa ayat ini ada dalam
kontext perumpamaan tentang seorang penabur yang menabur di 4 golongan tanah.
Tanah yang baik ini adalah satu-satunya yang dikatakan ‘mendengar
dan mengerti’.
Karena itu, saya tidak bisa menerima
penginjilan yang dilakukan terhadap orang-orang yang tidak bisa mengerti
seperti:
·
Orang
gila.
Orang yang betul-betul gila tidak bisa
mengerti pembicaraan kita dan karena itu juga tidak mungkin bisa diinjili.
Kalau gilanya bisa disembuhkan, barulah dia bisa diinjili.
·
Orang
yang idiot.
Ini berbeda dengan orang yang bodoh /
ber-IQ rendah. Kalau sekedar bodoh, mempunyai IQ rendah, masih bisa diinjili
dengan cara yang sederhana (diberi banyak illustrasi). Tetapi orang yang
betul-betul idiot, sama sekali tidak bisa diajak bicara, karena mereka tidak
bisa mengertinya. Jadi, mereka tidak mungkin bisa diinjili.
·
Anak
dibawah 3 tahun.
Sekalipun anak usia 3 tahun sudah bisa
diajak bicara, tetapi pembicaraan tentang dosa, Allah, penebusan, iman,
pertobatan dsb, merupakan hal-hal yang terlalu abstrak baginya untuk bisa
dimengerti. Mungkin ada perkecualiannya, yaitu kalau IQ anak itu sangat
tinggi sehingga pada usia itu sudah bisa mengerti. Tetapi secara umum tidak
mungkin melakukan penginjilan terhadap anak di bawah 3 tahun.
b) Orang yang beriman itu harus percaya / setuju
secara intelektual pada apa yang diketahui / dimengerti di atas.
2) Emosi
/ perasaan.
Tidak cukup kita hanya mengerti dan
percaya secara intelektual saja. Perasaan juga harus terlibat. Misalnya: sedih
karena dosa (bandingkan dengan Petrus yang menangis setelah menyangkal Yesus),
merasakan kasih Allah, merasa sukacita karena penebusan Kristus, merasa yakin
akan keselamatan, dsb.
3) Kemauan
/ kehendak.
Sekalipun pikiran sudah mengerti dan
percaya, perasaan sudah terlibat, tetapi kalau kita tidak mau ikut
Kristus, kita bukan orang kristen.
Bdk. Mat 19:21-22 - “(21)
Kata Yesus kepadanya: ‘Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala
milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh
harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.’ (22) Ketika orang
muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak
hartanya”.
Seandainya pemuda kaya itu tidak
mempercayai kebenaran kata-kata Yesus, maka tidak mungkin ia pergi dengan
sedih. Bahwa ia pergi dengan sedih, jelas menunjukkan bahwa sebenarnya ia
percaya bahwa kata-kata Yesus itu benar. Tetapi ia lebih mencintai hartanya
dari pada hidup kekal itu, dan karena itu ia tetap tidak mau ikut Yesus,
dan ia pergi dengan sedih.
Dalam Luk 15:17-20, pertobatan
anak bungsu mengandung 3 elemen tersebut di atas.
Luk 15:17-21 - “(17)
Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan
bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan.
(18) Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku
telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, (19) aku tidak layak lagi
disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. (20)
Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya
telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu
berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. (21) Kata anak itu
kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak
layak lagi disebutkan anak bapa”.
Kata ‘menyadari’ dalam ay 17 menunjukkan bahwa
elemen pikiran tercakup, dan pemikirannya dalam ay 18-19 jelas menunjukkan
bahwa elemen perasaan juga tercakup. Lalu tindakan dan kata-katanya dalam
ay 20-21 menunjukkan bahwa elemen kehendak juga ada dalam dirinya.
III) ‘TO BELIEVE’ dan ‘TO TRUST’.
‘To
believe’ =
percaya.
‘To
trust’ =
mempercayakan.
Tidak adanya ‘trust’ sebetulnya menunjukkan ‘unbelief’
/ ‘ketidak-percayaan’.
Illustrasi: Seorang pemain akrobat di atas air
terjun Niagara mengatakan bahwa ia bisa membawa seseorang di atas kereta dorong
menyeberangi tambang yang melintasi air terjun. Lalu ia bertanya kepada
penonton: ‘Percayakah kamu akan hal itu?’. Penonton serempak menjawab: ‘Percaya!’. Lalu ia berkata kepada salah satu
dari mereka: ‘Kamu naik ke atas kereta ini’. Orang itu tersentak, dan ia menolak.
Ini menunjukkan bahwa ia tidak ‘trust’ / mempercayakan dirinya kepada si
pemain akrobat, dan juga menunjukkan bahwa sebetulnya ia tidak percaya
kata-kata si pemain akrobat itu.
Kita baru bisa disebut mempunyai iman
yang sejati kalau kita bukan sekedar percaya, tetapi kalau kita mau
mempercayakan hidup kita setelah kematian, dan juga segala dosa-dosa kita,
kepada Kristus.
IV) Object of Faith (Obyek dari iman).
Obyek dari iman adalah Yesus Kristus
sendiri. Jadi, kita harus percaya kepada Kristus.
Ada perbedaan tentang 3 hal di bawah
ini:
1) Percaya
tentang Kristus (misalnya: tentang kelahiranNya, kematianNya, kebangkitanNya
dsb). Ini perlu tetapi tidak cukup!
2) Percaya
pada ajaran Kristus (misalnya: tentang mengasihi Allah dan sesama manusia). Ini
juga penting tetapi tidak cukup!
3) Percaya
kepada diri Kristus sendiri. Kalau ini ada barulah bisa timbul ‘trust’.
V) Iman dan keyakinan keselamatan.
1) Kekristenan
bisa memberikan keyakinan keselamatan.
Semua agama lain, dan juga sekte-sekte
/ aliran-aliran sesat dalam kekristenan, yang mengandalkan perbuatan baiknya
untuk selamat, tidak akan bisa mempunyai keyakinan keselamatan. Mengapa? Karena
mereka tidak mungkin bisa tahu sebanyak apa perbuatan baik mereka, dan juga
sebanyak apa dosa-dosa mereka, dan yang mana yang lebih banyak.
Tetapi kekristenan hanya mengandalkan
iman kepada Yesus Kristus untuk selamat. Kita bisa tahu kalau kita beriman, dan
karena itu kita bisa mempunyai keyakinan keselamatan.
2) Keyakinan
keselamatan harus ada!
Orang yang betul-betul percaya kepada
Kristus harus mempunyai keyakinan keselamatan, artinya mereka harus yakin masuk
surga pada saat mereka mati.
Ada orang-orang yang berkata bahwa
mereka percaya kalau Kristus sudah mati untuk semua dosa-dosa mereka, baik
dosa-dosa yang lalu, yang sekarang, maupun yang akan datang, tanpa kecuali.
Tetapi anehnya, mereka masih takut-takut bahwa kalau mereka mati akan dihukum
Tuhan / masuk neraka. Ini jelas merupakan suatu kontradiksi. Ini menunjukkan
bahwa kepercayaannya bahwa Kristus mati untuk semua dosanya, tidak
sungguh-sungguh. Kalau mereka memang percaya bahwa Kristus telah mati untuk
membayar semua dosa mereka tanpa kecuali, lalu apa / dosa yang mana yang
menyebabkan mereka harus dihukum / masuk neraka? ‘Percaya
bahwa Kristus mati untuk semua dosanya’ dan ‘tidak yakin masuk surga / masih
takut-takut akan masuk neraka’ merupakan 2 hal yang bertentangan, yang tidak bisa ada
bersama-sama dalam diri satu orang. Jadi, orang kristen yang sejati, yang
betul-betul percaya bahwa Yesus telah membayar semua dosanya, harus yakin bahwa
kalau ia mati, ia pasti akan masuk surga.
1Yoh 5:13 - “Semuanya
itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu,
bahwa kamu memiliki hidup yang kekal”.
Kata ‘tahu’ ini menunjukkan suatu keyakinan bahwa
ia memiliki hidup kekal.
Ro 8:16 - “Roh
itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah”.
Calvin: “Paul
means, that the Spirit of God gives us such a testimony, that when he is our
guide and teacher, our spirit is made assured of the adoption of God; for our
mind of its own self, without the preceding testimony of the Spirit, could not
convey to us this assurance” (= Paulus
memaksudkan bahwa Roh Allah memberi kita kesaksian sedemikian rupa, sehingga
pada saat Ia adalah pembimbing dan guru kita, roh kita dibuat yakin tentang
pengadopsian Allah; karena pikiran kita sendiri, tanpa kesaksian lebih dulu
dari Roh, tidak bisa memberikan keyakinan ini kepada kita) - hal 299.
Memang ayat ini, maupun penafsiran
Calvin, tidak berbicara tentang keyakinan keselamatan tetapi keyakinan tentang
keberadaan kita sebagai anak-anak Allah. Tetapi kedua hal itu pasti
berhubungan. Kalau kita yakin bahwa kita adalah anak-anak Allah, maka kita juga
harus yakin bahwa kita akan masuk ke surga pada saat kita mati.
Ada banyak orang yang punya ‘hobby maju
ke depan’ pada waktu ada ‘altar call’
(= pemanggilan untuk maju ke depan bagi yang mau percaya / menerima Yesus).
Mereka berulang-ulang / selalu maju ke depan untuk menerima Yesus. Itu justru
menunjukkan bahwa mereka tidak mempunyai keyakinan keselamatan dan jelas belum
sungguh-sungguh percaya.
3) Hanya
Calvinisme yang betul-betul memberikan keyakinan keselamatan.
Arminianisme sebetulnya tidak
memberikan keyakinan keselamatan, karena Arminianisme mempercayai bahwa
keselamatan bisa hilang. Jadi, paling-paling para pengikut Arminianisme bisa
yakin bahwa kalau saat ini mereka mati, mereka akan masuk surga. Tetapi
kalau mereka mati tahun depan, atau 10 tahun lagi, mereka tidak bisa yakin.
Mengapa? Karena mereka beranggapan bahwa mereka bisa saja murtad, lalu
terhilang dan masuk neraka.
Saya tidak bisa mengerti bagaimana
orang Kristen yang mengerti betapa mengerikannya neraka, bisa mempunyai damai,
dan bahkan bisa tidur, dengan kepercayaan seperti ini! Saya tidak ingin saudara
mempunyai kepercayaan seperti ini. Saya sendiri adalah seorang Calvinist, yang
mempercayai bahwa keselamatan tidak bisa hilang, sehingga saya percaya bahwa kapanpun
saya mati, saya pasti masuk surga.
Dasar Kitab Suci bahwa keselamatan
tidak bisa hilang:
·
Yoh 6:39
- “Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku,
yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya kepadaKu jangan ada yang hilang, tetapi
supaya Kubangkitkan pada akhir zaman”.
·
Yoh 10:27-30
- “(27) Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku
mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, (28) dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya
dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu. (29) BapaKu,
yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun
tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. (30) Aku dan Bapa adalah
satu.’”.
·
Yoh 11:25-26
- “(25) Jawab Yesus: ‘Akulah kebangkitan dan hidup;
barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, (26) dan setiap
orang yang hidup dan yang percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya.
Percayakah engkau akan hal ini?’”.
·
Ro
5:8-10 - “(8) Akan tetapi Allah menunjukkan
kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita
masih berdosa. (9) Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh
darahNya, kita pasti akan
diselamatkan dari murka Allah. (10) Sebab jikalau kita, ketika masih
seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya, lebih-lebih kita,
yang sekarang telah diperdamaikan, pasti
akan diselamatkan oleh hidupNya!”.
·
Ro 8:29-30
- “(29) Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula,
mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran
AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.
(30) Dan mereka yang ditentukanNya dari semula, mereka itu juga dipanggilNya.
Dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang
dibenarkanNya, mereka itu juga dimuliakanNya”.
·
Ro 8:38-39
- “(38) Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup,
baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang,
maupun yang akan datang, (39) atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang
di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita
dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.
·
1Kor 1:8-9
- “(8) Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada
kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus
Kristus. (9) Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan AnakNya
Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia”.
·
2Kor 1:21-22
- “(21) Sebab Dia yang telah meneguhkan kami
bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi,
(22) memeteraikan tanda milikNya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di
dalam hati kita sebagai jaminan
dari semua yang telah disediakan untuk kita”.
·
Fil 1:6
- “Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang
memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada
akhirnya pada hari Kristus Yesus”.
·
1Pet 1:5
- “Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah
karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk
dinyatakan pada zaman akhir”.
·
1Pet 5:10
- “Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah
memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaanNya yang kekal, akan
melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu
menderita seketika lamanya”.
·
Yudas 24
- “Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu
tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan
di hadapan kemuliaanNya”.
Beberapa serangan terhadap doktrin ini
dan jawabannya:
a) Bagaimana
dengan orang yang ‘murtad’?
Jawab: Orang yang murtad menunjukkan bahwa ia tidak pernah
sungguh-sungguh percaya kepada Kristus.
Yoh 8:31 - “Maka
kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap
dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu”.
Kalau seseorang murtad, maka jelas
bahwa ia tidak tetap dalam firman. Dan kalau ia tidak tetap dalam firman,
menurut kata-kata Yesus di atas ini, ia bukan benar-benar murid Yesus! Hal yang
sama ditegaskan oleh 2 text di bawah ini.
1Yoh 2:18-19 - “(18)
Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu
dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak
antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang
terakhir. (19) Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak
sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh
termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi
hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh
termasuk pada kita”.
2Yoh 9 - “Setiap
orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar
dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia
memiliki Bapa maupun Anak”.
Mat 24:24 - “Sebab
Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan
tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin,
mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga”.
Kata-kata ‘sekiranya
mungkin’ jelas
menunjukkan bahwa itu tidak mungkin! Setan menggunakan banyak hal untuk
menyesatkan manusia, tetapi kalau orang itu adalah orang pilihan, ia tidak
mungkin disesatkan!
b) Mat 7:21-23 menunjukkan adanya
orang-orang kristen yang tidak selamat.
Mat 7:21-23 - “(21)
Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam
Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga.
(22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan,
bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan
mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan
berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu!
Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.
Jawab:
¨
Mat 7:21-23
tidak menunjuk kepada orang kristen yang sejati, tetapi menunjuk kepada orang
kristen KTP, yang belum pernah sungguh-sungguh percaya kepada Kristus. Karena
itu, dalam ay 23, Kristus berkata: ‘Aku tidak
pernah mengenal kamu’.
Seandainya orang itu pernah menjadi orang kristen yang sejati dan lalu murtad,
Yesus tidak bisa mengatakan ‘Aku tidak pernah mengenal
kamu’. Ia
seharusnya mengatakan ‘dulu Aku kenal kamu, tetapi
sekarang tidak’!
¨
Disamping
itu kalau saudara melihat seluruh kontext, yaitu Mat 7:15-23, maka saudara
bisa melihat dengan jelas bahwa dalam seluruh kontext ini Yesus membicarakan
nabi-nabi palsu (ay 15), dan karena itu jelas menunjuk pada orang, yang
sekalipun mempunyai jabatan tinggi, tetapi adalah orang kristen KTP.
Mat 7:15-23 - “(15)
‘Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar
seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. (16)
Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur
dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? (17) Demikianlah setiap pohon
yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik
menghasilkan buah yang tidak baik. (18) Tidak mungkin pohon yang baik itu
menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu
menghasilkan buah yang baik. (19) Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah
yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. (20) Jadi dari buahnyalah
kamu akan mengenal mereka. (21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu:
Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan
kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan
berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan
mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga?
(23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku
tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat
kejahatan!’”.
c) Bagaimana dengan adanya perintah untuk
bertekun sampai mati, seperti dalam Wah 2:10?
Wah 2:10 - “Jangan
takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan
melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai
dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia
sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan”.
Bdk. Mat 24:13 - “Tetapi
orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat”.
Ayat-ayat ini diartikan sebagai berikut
oleh orang-orang Arminian: orang-orang yang setia sampai mati / bertahan sampai
pada kesudahannya akan menerima mahkota / akan selamat. Jadi, kalau seseorang
tidak setia sampai mati / tidak bertahan sampai kesudahannya, ia tidak akan
menerima mahkota / tidak akan selamat.
Jawab:
Perintah ini diberikan oleh Allah
kepada kita, karena sekalipun Allah berjanji untuk terus ‘memegang’ kita,
sehingga keselamatan kita tidak mungkin hilang, tetapi pada saat yang sama,
Allah menghendaki kita untuk berusaha. Jaminan bahwa keselamatan tidak bisa
hilang, sama sekali tidak boleh dijadikan alasan untuk hidup seenak kita. Kita
harus berusaha untuk memelihara keselamatan kita seakan-akan keselamatan
itu bisa hilang.
Hal yang sama terjadi pada waktu Allah
menjamin untuk mencukupi kebutuhan hidup anak-anakNya (Mat 6:25-34). Ia
tetap mengatakan bahwa kita harus rajin bekerja seperti semut (Amsal 6:6-11),
dan kalau seseorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan (2Tes 3:10). Jadi di
satu sisi Allah memberikan jaminan supaya kita tidak perlu kuatir, tetapi di
sisi lain Allah memberikan kita tanggung jawab!
Dalam urusan keselamatan, terjadi hal
yang sama. Di satu sisi Allah memberikan jaminan bahwa keselamatan tidak bisa
hilang. Tetapi di sisi lain Ia memberikan kita tanggung jawab untuk menjaga /
memelihara keselamatan tersebut!
Illustrasi: Bacalah Kis 27:14-44 - “(14)
Tetapi tidak berapa lama kemudian turunlah dari arah pulau itu angin badai,
yang disebut angin ‘Timur Laut’. (15) Kapal itu dilandanya dan tidak tahan
menghadapi angin haluan. Karena itu kami menyerah saja dan membiarkan kapal
kami terombang-ambing. (16) Kemudian kami hanyut sampai ke pantai sebuah pulau
kecil bernama Kauda, dan di situ dengan susah payah kami dapat menguasai sekoci
kapal itu. (17) Dan setelah sekoci itu dinaikkan ke atas kapal, mereka memasang
alat-alat penolong dengan meliliti kapal itu dengan tali. Dan karena takut
terdampar di beting Sirtis, mereka menurunkan layar dan membiarkan kapal itu
terapung-apung saja. (18) Karena kami sangat hebat diombang-ambingkan angin
badai, maka pada keesokan harinya mereka mulai membuang muatan kapal ke laut.
(19) Dan pada hari yang ketiga mereka membuang alat-alat kapal dengan tangan
mereka sendiri. (20) Setelah beberapa hari lamanya baik matahari maupun
bintang-bintang tidak kelihatan, dan angin badai yang dahsyat terus-menerus
mengancam kami, akhirnya putuslah segala harapan kami untuk dapat menyelamatkan
diri kami. (21) Dan karena mereka beberapa lamanya tidak makan, berdirilah
Paulus di tengah-tengah mereka dan berkata: ‘Saudara-saudara, jika sekiranya
nasihatku dituruti, supaya kita jangan berlayar dari Kreta, kita pasti
terpelihara dari kesukaran dan kerugian ini! (22) Tetapi sekarang, juga dalam
kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak
seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. (23) Karena
tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah
sebagai milikNya, berdiri di sisiku, (24) dan ia berkata: Jangan takut, Paulus!
Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua
orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena
engkau. (25) Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku
percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan
kepadaku. (26) Namun kita harus mendamparkan kapal ini di salah satu
pulau.’ (27) Malam yang keempat belas sudah tiba dan kami masih tetap
terombang-ambing di laut Adria. Tetapi kira-kira tengah malam anak-anak kapal
merasa, bahwa mereka telah dekat daratan. (28) Lalu mereka mengulurkan batu
duga, dan ternyata air di situ dua puluh depa dalamnya. Setelah maju sedikit
mereka menduga lagi dan ternyata lima belas depa. (29) Dan karena takut, bahwa
kami akan terkandas di salah satu batu karang, mereka membuang empat sauh di
buritan, dan kami sangat berharap mudah-mudahan hari lekas siang. (30) Akan
tetapi anak-anak kapal berusaha untuk melarikan diri dari kapal. Mereka
menurunkan sekoci, dan berbuat seolah-olah mereka hendak melabuhkan beberapa
sauh di haluan. (31) Karena itu Paulus berkata kepada perwira dan
prajurit-prajuritnya: ‘Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin
selamat.’ (32) Lalu prajurit-prajurit itu memotong tali sekoci dan
membiarkannya hanyut. (33) Ketika hari menjelang siang, Paulus mengajak semua
orang untuk makan, katanya: ‘Sudah empat belas hari lamanya kamu menanti-nanti
saja, menahan lapar dan tidak makan apa-apa. (34) Karena itu aku menasihati
kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu. Tidak
seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya.’
(35) Sesudah berkata demikian, ia mengambil roti, mengucap syukur kepada Allah
di hadapan semua mereka, memecah-mecahkannya, lalu mulai makan. (36) Maka
kuatlah hati semua orang itu, dan merekapun makan juga. (37) Jumlah kami semua
yang di kapal itu dua ratus tujuh puluh enam jiwa. (38) Setelah makan kenyang,
mereka membuang muatan gandum ke laut untuk meringankan kapal itu. (39) Dan
ketika hari mulai siang, mereka melihat suatu teluk yang rata pantainya.
Walaupun mereka tidak mengenal daratan itu, mereka memutuskan untuk sedapat
mungkin mendamparkan kapal itu ke situ. (40) Mereka melepaskan tali-tali sauh,
lalu meninggalkan sauh-sauh itu di dasar laut. Sementara itu mereka mengulurkan
tali-tali kemudi, memasang layar topang, supaya angin meniup kapal itu menuju
pantai. (41) Tetapi mereka melanggar busung pasir, dan terkandaslah kapal itu.
Haluannya terpancang dan tidak dapat bergerak dan buritannya hancur dipukul
oleh gelombang yang hebat. (42) Pada waktu itu prajurit-prajurit bermaksud
untuk membunuh tahanan-tahanan, supaya jangan ada seorangpun yang melarikan
diri dengan berenang. (43) Tetapi perwira itu ingin menyelamatkan Paulus.
Karena itu ia menggagalkan maksud mereka, dan memerintahkan, supaya orang-orang
yang pandai berenang lebih dahulu terjun ke laut dan naik ke darat, (44) dan
supaya orang-orang lain menyusul dengan mempergunakan papan atau
pecahan-pecahan kapal. Demikianlah mereka semua selamat naik ke darat”.
Dalam ay 22-25 (perhatikan bagian
yang saya garis-bawahi) terlihat adanya jaminan bahwa mereka semua pasti
selamat. Tetapi dalam ay 26,31,34a (perhatikan bagian yang saya cetak
miring) Paulus tetap memberikan hal-hal tertentu yang harus mereka lakukan
supaya selamat. Lalu dalam ay 34b (perhatikan bagian yang saya
garis-bawahi) ia lagi-lagi memberikan jaminan bahwa mereka semua pasti selamat.
Apakah Paulus mengatakan hal-hal yang
saling bertentangan? Tidak! Semua ini menunjukkan bahwa sekalipun ada jaminan
keselamatan dari Allah, tetapi hal ini tidak membuang tanggung jawab mereka
untuk melakukan hal yang terbaik bagi
keselamatan mereka.
Memang cerita dalam Kis 27 ini
berurusan dengan keselamatan jasmani. Tetapi dalam urusan keselamatan rohani
berlaku hal yang sama. Allah menjamin bahwa keselamatan tidak bisa hilang.
Tetapi ini tidak membuang tanggung jawab kita untuk melakukan hal yang terbaik
demi keselamatan kita!
Catatan: serangan-serangan dari pihak
Arminianisme yang saya bahas di sini hanyalah serangan-serangan yang paling
umum saja. Masih ada serangan-serangan lain yang tidak saya bahas di sini.
Kalau saudara ingin mempelajari tentang hal ini dengan lebih mendalam /
terperinci, bacalah buku saya yang berjudul ‘keselamatan tidak bisa hilang’.
4) ‘Yakin
masuk surga’ bukan merupakan suatu kesombongan!
Kita harus membedakan antara
‘kesombongan’ dan ‘keyakinan’. Kalau kita yakin bahwa kekristenan itu yang
paling benar, atau bahwa Kitab Suci kita adalah satu-satunya Kitab Suci yang
benar, atau bahwa kalau mati kita pasti masuk surga, maka itu merupakan suatu
keyakinan, bukan suatu kesombongan.
Disamping itu, kita yakin masuk surga,
bukan karena kita merasa hidup kita baik, tetapi karena kita yakin bahwa semua
dosa kita telah ditebus / dibayar oleh Kristus. Kalau kita yakin masuk surga
berdasarkan kesalehan kita sendiri, maka itu memang merupakan kesombongan.
Tetapi kalau kita yakin masuk surga karena percaya pada penebusan Kristus, maka
itu jelas bukan merupakan kesombongan.
Karena itu, pada saat saudara
menyatakan keyakinan bahwa kalau saudara mati saudara pasti masuk surga,
tambahilah pernyataan itu dengan kata-kata seperti ini: “Tetapi
saya yakin masuk surga bukan karena saya merasa diri saya baik. Saya bukan
orang baik. Saya adalah orang yang berdosa, bahkan sangat berdosa. Tetapi saya tetap
yakin bahwa kalau saya mati, saya pasti masuk surga, karena saya percaya bahwa
semua dosa saya sudah dibayar oleh Kristus, sehingga tidak ada yang harus saya
bayar sendiri”.
Apendix Pembahasan YAK 2:14-26
Yak 2:14-26 - “(14)
Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai
iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan
dia? (15) Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan
kekurangan makanan sehari-hari, (16) dan seorang dari antara kamu berkata:
‘Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!’, tetapi ia
tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?
(17) Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan,
maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. (18) Tetapi mungkin ada orang
berkata: ‘Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan’, aku akan menjawab dia:
‘Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan
kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.’ (19) Engkau percaya, bahwa hanya
ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu
dan mereka gemetar. (20) Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui
sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? (21) Bukankah
Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia
mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? (22) Kamu lihat, bahwa iman
bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi
sempurna. (23) Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu
percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya
sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’ (24) Jadi kamu
lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan
hanya karena iman. (25) Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu,
dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan
orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos
melalui jalan yang lain? (26) Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati,
demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati”.
I) ‘Pertentangan’ antara Yakobus dengan Paulus.
Kalau kita sudah pernah membaca surat-surat Paulus,
maka kita akan melihat bahwa kelihatannya bagian surat Yakobus ini (khususnya
yang saya garis-bawahi) bertentangan dengan banyak bagian surat-surat Paulus.
Contoh:
·
Ro 3:28
kelihatannya bertentangan dengan Yak 2:24.
Ro 3:28 - “Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena
iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”.
Yak 2:24 - “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena
perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman”.
·
Ro 4:1-3
dan Gal 3:6 kelihatannya bertentangan dengan Yak 2:21.
Ro 4:1-3 - “(1) Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham,
bapa leluhur jasmani kita? (2) Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena
perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan
Allah. (3) Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? ‘Lalu percayalah Abraham
kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’”.
Gal 3:6 - “Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka Allah
memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran”.
Yak 2:21 - “Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena
perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas
mezbah?”.
Ada beberapa hal yang perlu dimengerti untuk bisa
memperdamaikan / mengharmoniskan Paulus dan Yakobus:
1) Jangan
cepat-cepat menilai bahwa dalam Yak 2:14-26 ini Yakobus mengajarkan
keselamatan / pembenaran karena perbuatan baik, atau keselamatan / pembenaran
karena iman + perbuatan baik.
Coba perhatikan bagian-bagian ini:
a) Yak 2:21,25 - “
(21) Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya,
ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? ... (25) Dan
bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena
perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh
itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain?”.
Dari bagian ini kelihatannya Yakobus mengajarkan
keselamatan / pembenaran karena perbuatan baik.
b) Yak 2:22,24 - “(22)
Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh
perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. ... (24) Jadi kamu lihat,
bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya
karena iman”.
Dari bagian ini kelihatannya Yakobus mengajarkan
keselamatan / pembenaran karena iman + perbuatan baik.
c) Yak 2:23 - “Dengan
jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham kepada
Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena
itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’”.
Dari bagian ini kelihatannya Yakobus mengajarkan
keselamatan / pembenaran karena iman. Di sini, sama seperti Paulus dalam
Ro 4:3 dan Gal 3:6, ia mengutip Kej 15:6, yang menunjukkan bahwa
Abraham diselamatkan / dibenarkan oleh iman.
Juga, kalau dalam ay 21 kelihatannya ia
mengajarkan bahwa Abraham diselamatkan / dibenarkan karena perbuatan baiknya
(yaitu mempersembahkan Ishak), maka di sini Yakobus menyatakan berdasarkan
Kej 15:6 bahwa Abraham diselamatkan / dibenarkan karena iman.
Sekarang, bandingkan ketiga bagian di atas ini.
Apakah Yakobus begitu bodoh sehingga bertentangan dengan dirinya sendiri,
dengan mengajarkan 3 macam ajaran yang berbeda / saling bertentangan dalam satu
text?
Hal ini harus kita renungkan dan pertimbangkan
sebelum kita terlalu cepat menyimpulkan bahwa Yakobus mengajarkan keselamatan
karena perbuatan baik, atau keselamatan karena iman + perbuatan baik.
2) Adanya
perbedaan tujuan antara Paulus dan Yakobus.
a) Paulus menuliskan suratnya untuk orang-orang yang terpengaruh oleh
Yudaisme / ajaran Yahudi yang menekankan keselamatan karena perbuatan baik
(bdk. Kis 15:1-2). Karena itu Paulus justru menekankan habis-habisan bahwa
hanya iman, dan bukan perbuatan baik, yang menyebabkan kita diselamatkan (Ro 3:27-28 Gal 2:16,21 Gal 3:9,11 Ef 2:8-9
Fil 3:8b-9).
Catatan: karena itu hati-hati dengan orang
yang menganggap bahwa kekristenan itu tidak terpisahkan dari Yudaisme, atau
bahwa Yudaisme adalah landasan kekristenan. Ini salah sama sekali!
b) Tetapi Yakobus menulis kepada orang-orang yang sekalipun mengaku
sebagai orang kristen, tetapi hidupnya sama sekali tidak mirip hidup kristen.
Karena itu ia justru menekankan pentingnya perbuatan baik sebagai bukti dari
iman yang sejati (Yak 2:14-26).
3) Adanya
perbedaan penggunaan istilah.
Artinya, sekalipun mereka berdua menggunakan
istilah-istilah yang sama, tetapi artinya berbeda.
a) Istilah
‘pekerjaan /
perbuatan baik’.
Kalau Paulus menggunakan istilah ‘perbuatan baik’ ini maka ia memaksudkan ‘perbuatan baik yang digunakan untuk menyelamatkan
diri kita’. Karena itu maka ia
berkata bahwa perbuatan baik tidak diperlukan (yang menyebabkan kita selamat
hanyalah iman!).
Tetapi kalau Yakobus menggunakan istilah ‘perbuatan baik’ ini, ia memaksudkan ‘perbuatan baik akibat / hasil / bukti dari
keselamatan’. Karena itu ia
mengatakan bahwa perbuatan baik harus ada dalam diri orang kristen.
b) Istilah
‘iman’.
Kalau Paulus menggunakan istilah ini, maka ia
menunjuk pada ‘iman
kepada Yesus Kristus’.
Tetapi kalau Yakobus menggunakan istilah ini, maka
ia memaksudkan ‘pengakuan
iman dengan mulut’ (bdk.
ay 14 - ‘seorang
mengatakan bahwa ia mempunyai iman’).
Catatan: saya berpendapat bahwa istilah ‘percaya’ yang digunakan oleh Yakobus dalam ay 23 harus
dikecualikan, karena dalam ay 23 itu ia mengutip Kej 15:6. Jadi, kata ‘percaya’ dalam ay 23 / Kej 15:6 betul-betul menunjuk pada ‘iman’ (sama seperti arti yang digunakan oleh Paulus).
c) Istilah
‘dibenarkan’.
Kalau Paulus menggunakan istilah ini, maka artinya
adalah ‘orangnya
dibenarkan / dianggap benar oleh Allah’.
Tetapi kalau Yakobus memakai istilah ini, maka
maksudnya adalah ‘pengakuan
orang itu yang dibenarkan’ (artinya:
pengakuannya bahwa ia adalah orang percaya merupakan pengakuan yang benar /
tidak dusta).
Catatan:
·
kita harus
membedakan arti dari istilah-istilah ini, karena kalau tidak, maka kita akan betul-betul
mendapatkan kontradiksi yang tidak terhamoniskan antara Yakobus dan Paulus.
·
Kalau saudara
mau mengerti Yak 2:14-26 ini dengan benar, maka adalah sesuatu yang mutlak
penting bagi saudara untuk mengingat dengan baik cara Yakobus menggunakan
istilah-istilah di atas!
Kesimpulan: Dalam Yak 2:14-26 ini Yakobus mempunyai satu tujuan pengajaran,
yaitu bahwa pengakuan percaya tidak boleh / tidak bisa dipisahkan dari
perbuatan baik. Sebaliknya pengakuan percaya harus dibuktikan kebenarannya
melalui perbuatan baik. Mengapa ia menuliskan bagian ini? Ada 2 kemungkinan:
1. Mungkin ia
menuliskan bagian ini untuk memberi keseimbangan terhadap doktrin salvation by faith (= keselamatan oleh
iman) yang diajarkan oleh Paulus.
2. Kemungkinan
yang lain adalah: ia menuliskan ini untuk memberi keseimbangan terhadap
tulisannya sendiri tentang ‘hukum
yang memerdekakan’ dalam
Yak 1:25 2:12.
Yak 1:25 - “Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna,
yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan
hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia
akan berbahagia oleh perbuatannya”.
Yak 2:12 - “Berkatalah dan berlakulah seperti orang-orang yang akan dihakimi oleh hukum
yang memerdekakan orang”.
Dengan demikian secara keseluruhan ia mengajarkan
bahwa sekalipun orang kristen sudah dimerdekakan dari dosa oleh iman kepada
Kristus, itu tidak boleh diartikan bahwa orang kristen lalu merdeka untuk
berbuat dosa!
II) Iman / pengakuan tanpa perbuatan.
1) Yakobus
berkata bahwa ‘iman
/ pengakuan percaya tanpa perbuatan’ tidak menyelamatkan (ay 14).
Untuk ini ia memberikan suatu illustrasi dalam
ay 15-16: “(15)
Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan
makanan sehari-hari, (16) dan seorang dari antara kamu berkata: ‘Selamat jalan,
kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!’, tetapi ia tidak memberikan
kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?”.
Ini menunjukkan orang yang hanya ngomong tok tetapi
tidak melakukan apa-apa. Ini sama sekali tidak ada gunanya. Demikian juga
dengan orang yang cuma mengaku percaya (ngomong tok), tetapi tidak mempunyai
perbuatan baik. Itu tidak ada gunanya dan tidak bisa menyelamatkan siapapun.
2) Yakobus
juga berkata bahwa iman seperti itu adalah mati / kosong (ay 17,20,26).
Ini tidak berarti bahwa mula-mula imannya ada /
hidup, lalu menjadi mati. Artinya adalah bahwa pengakuan orang itu adalah
pengakuan yang kosong, dan ini jelas menunjukkan bahwa orang itu sebetulnya
sama sekali tidak mempunyai iman! Karena itu imannya tidak bisa ditunjukkan.
Ay 18: “Tetapi mungkin ada orang berkata: ‘Padamu ada iman
dan padaku ada perbuatan’, aku akan menjawab dia: ‘Tunjukkanlah kepadaku imanmu
itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.’”.
Dalam ay 18 ini Yakobus membandingkan 2 orang:
a) Orang yang pertama (yaitu Yakobus sendiri) mempunyai iman dan
perbuatan.
Kata-kata ‘padaku ada perbuatan’ (ay 18a) tidak boleh diartikan seakan-akan ia
hanya mempunyai perbuatan tetapi tidak mempunyai iman, karena ini adalah suatu
keadaan yang tidak mungkin terjadi, dan juga ini bertentangan dengan
ay 18b yang mengatakan ‘aku
akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku’.
b) Orang yang kedua hanya mempunyai iman / pengakuan percaya dalam
mulut. Orang ini tidak bisa menunjukkan imannya, karena memang tidak ada!
3) Yakobus
menyamakan iman seperti itu dengan ‘imannya setan’ (ay 19)!
Ay 19: “Engkau
percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga
percaya akan hal itu dan mereka gemetar”.
Kepercayaan terhadap adanya satu Allah adalah
kepercayaan yang benar. Tetapi bagi setan, kepercayaannya akan adanya satu
Allah itu sama sekali tidak menghasilkan hidup yang benar! (Catatan:
kepercayaan itu hanya menyebabkan ia gemetar! Ini menunjukkan bahwa
pengetahuan yang benar tentang Allah, kalau tidak disertai dengan penebusan,
hanya menghasilkan rasa takut!).
Jadi jelas bahwa orang yang mengaku beriman, tetapi
tidak bisa membuktikan imannya dengan perbuatan baik, tidak berbeda dengan
setan!
Kesimpulan dari 3 hal di atas:
Kalau seseorang mengaku percaya, tetapi sama sekali
tidak ada perbuatan baik dalam hidupnya, maka ia sebetulnya bukan orang
kristen!
Perhatikan cara Yakobus menyebut orang itu! Ia tidak
pernah menyebutnya sebagai ‘saudara’, tetapi ia menyebutnya:
- ‘seorang’ (ay 14).
- ‘orang’ (ay 18).
- ‘manusia’ (ay 20).
Perhatikan juga bagaimana Yakobus menyebut iman
orang itu. Ia menyebutnya sebagai:
¨
‘iman
itu’ (ay 14b). NIV: ‘such faith’ (= iman
seperti itu).
¨
‘iman
yang mati’ (ay 17,26).
¨
‘iman
yang kosong’ (ay 20).
Dan ia juga menyamakan iman seperti itu dengan
imannya setan (ay 19)!
Penerapan: Kalau saudara mengaku sebagai orang Kristen / orang percaya, maka
renungkan hal-hal ini: Apakah ada perubahan hidup ke arah yang positif dalam
diri saudara? Apakah saudara berusaha untuk bisa hidup lebih suci? Apakah
saudara membenci dosa dan berusaha membuangnya dari hidup saudara?
John Owen: “I do not understand how a man can be a true believer
unto whom sin is not the greatest burden, sorrow and trouble” (= Saya tidak mengerti bagaimana
seseorang bisa merupakan orang kristen yang sejati, kalau bagi dia dosa
bukanlah beban, kesedihan dan kesukaran yang terbesar).
III) Orang yang membuktikan iman dengan perbuatan baik.
1) Abraham
(ay 21-24).
a) Ay 21: “Bukankah
Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia
mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?”.
Ini tidak boleh diartikan seakan-akan Abraham
dibenarkan karena perbuatannya yaitu pada waktu ia mempersembahkan Ishak.
Alasannya:
1. Abraham
dibenarkan karena imannya.
Ini terlihat dari kata-kata Yakobus dalam
ay 23: “Dengan
jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham kepada
Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’
Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’”.
Di sini Yakobus mengutip Kej 15:6 - “Lalu percayalah Abram kepada
TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran” - yang menunjukkan bahwa Abraham dibenarkan karena
iman.
Dan ada satu hal yang sangat perlu diperhatikan, yaitu: pembenaran karena
iman terhadap Abraham yang terjadi dalam Kej 15:6 ini, terjadi lebih
kurang 30 tahun sebelum ia mempersembahkan Ishak (Kej 22).
2. Tindakan Abraham mempersembahkan Ishak itu dikatakan sebagai bukti
iman Abraham.
Ibr 11:17-19 - “(17) Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai,
mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela
mempersembahkan anaknya yang tunggal, (18) walaupun kepadanya telah dikatakan:
‘Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu.’ (19)
Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun
dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali”.
Ini jelas menunjukkan bahwa imannya ada lebih dulu
dan baru setelah itu ia mempersembahkan Ishak.
Jadi, arti ay 21 ini adalah: tindakan Abraham
mempersembahkan Ishak itu adalah perbuatan baik yang membuktikan iman Abraham /
membenarkan pengakuan Abraham bahwa ia adalah orang beriman.
b) Ay 22: “Kamu
lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh
perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna”.
Iman / pengakuan saja tidaklah cukup. Pengakuan iman
+ perbuatan baik barulah sempurna, artinya: ini adalah iman yang sempurna, atau
iman yang sungguh-sungguh, atau iman yang sejati.
c) Ay 23: “Dengan
jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham
kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’
Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’”.
Kata-kata ‘genaplah nas yang mengatakan’ artinya adalah: dengan adanya persembahan Ishak itu
kelihatanlah bahwa Kej 15:6 adalah benar.
d) Ay 24: “Jadi
kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan
bukan hanya karena iman”.
Kata-kata ‘manusia dibenarkan’ artinya: manusia dibenarkan pengakuannya, atau tidak dianggap munafik.
Kalau hanya mempunyai pengakuan di mulut saja, tanpa adanya perbuatan baik,
maka itu tidak ada artinya sama sekali.
2) Rahab (ay
25).
Ay 25: “Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu,
dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang
yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan
yang lain?”.
Sekarang Yakobus mengambil orang yang sangat kontras
dengan Abraham. Kontras itu terlihat dari fakta-fakta ini:
·
Abraham adalah
seorang laki-laki; Rahab adalah seorang perempuan.
·
Abraham adalah
nenek moyang bangsa Israel; Rahab adalah orang kafir.
·
Abraham adalah
orang yang terhormat; Rahab adalah seorang pelacur!
Mengapa Yakobus mengambil contoh orang seperti
Rahab, yang begitu kontras dengan Abraham? Karena kalau contohnya hanya orang
seperti Abraham maka mungkin orang akan berkata: ‘Itu kan Abraham, dia orang luar biasa. Saya tidak
bisa seperti dia’. Supaya orang
tidak bisa berkata seperti ini, Yakobus mengambil contoh Rahab. Rahab adalah
orang kafir, dan terlebih lagi dia adalah seorang pelacur! Tetapi setelah
bertobat, ia termasuk orang yang membuktikan imannya dengan perbuatan baik
(bdk. Yos 2:1-7).
Memang perbuatan baik Rahab tidak sempurna, karena
mengandung dusta / dosa. Tetapi harus diingat hal-hal ini:
¨
Ia adalah
orang kafir, yang sama sekali tidak mempunyai pengertian Firman Tuhan.
¨
Ia adalah
seorang pelacur.
¨
Ia adalah
seorang petobat baru, sehingga sukar diharapkan bisa melakukan perbuatan baik
yang sempurna.
¨
Perbuatan
baiknya saat itu, dimana ia menyembunyikan mata-mata Israel terhadap tentara
Yerikho, mempunyai resiko tinggi.
¨
tidak ada
perbuatan baik orang Kristen manapun yang sempurna!
Jadi, sekalipun perbuatan baiknya mengandung dusta /
dosa, itu tetap dianggap sebagai perbuatan baik yang membuktikan imannya!
Dengan adanya contoh Rahab ini terlihat dengan
jelas, bahwa siapapun orang yang beriman itu, kalau ia memang betul-betul
beriman, ia pasti melakukan perbuatan-perbuatan baik sebagai buah / bukti
imannya.
Penutup.
Apakah iman saudara sudah terbukti dengan adanya
perbuatan-perbuatan baik? Kalau sudah, puji Tuhan, saudara adalah orang
kristen sejati. Teruslah berusaha untuk menyucikan diri saudara. Kalau belum,
sadarilah bahwa saudara sebetulnya bukan orang kristen, dan saudara belum
diselamatkan. Karena itu datanglah kepada Kristus dan bertobatlah!
-AMIN-
Daftar isi
Mengapa kita harus memberitakan Injil?............................................. 1
I) Karena
Tuhan memerintahkannya........................................................................................ 1
II) Karena
Tuhan mau memakai kita sebagai alatNya, dan itu merupakan kehormatan bagi kita.. 3
III) Yesus
dan rasul-rasul juga memberitakan Injil.................................................................... 6
IV) Karena
hidup ini adalah perang......................................................................................... 7
V) Supaya
Injil bisa tersebar dengan cepat............................................................................... 7
VI) Supaya
manusia berdosa mendapat jalan untuk bebas dari hukuman Allah......................... 11
VII) Karena
Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga............................................................ 14
VIII) Karena
Injil bisa memperbaiki kehidupan manusia......................................................... 15
IX) Karena
rasa takut untuk memberitakan Injil datang dari setan........................................... 16
X) Karena
akan datang waktunya dimana kita tidak lagi bisa memberitakan Injil..................... 16
Yesus: satu-satunya jalan ke surga........................................................ 18
I) Yesus
hanyalah salah satu jalan ke surga?.......................................................................... 18
II) Yesus
adalah satu-satunya jalan ke surga........................................................................... 18
1) Ayat-ayat
yang menunjukkan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga................ 18
2) Orang
yang tidak percaya kepada Yesus akan masuk ke neraka...................................... 19
3) Allah
berulang kali hanya memberikan 1 jalan untuk bebas dari hukuman....................... 20
a)
Bahtera Nuh............................................................................................................ 20
b)
Darah pada ambang pintu......................................................................................... 20
c)
Ular tembaga........................................................................................................... 20
4) Sikap
kita kepada Yesus merupakan sikap kita terhadap Allah / Bapa............................. 21
5) Yesus
adalah Allah sendiri........................................................................................... 21
6) Semua
manusia berdosa dan butuh Juruselamat............................................................. 22
7) Penderitaan
Yesus luar biasa hebatnya.......................................................................... 22
8) Mat
28:19-20 menunjukkan bahwa:.............................................................................. 26
a) Yesus
memang adalah satu-satunya jalan ke surga...................................................... 26
b) Orang
yang tak pernah mendengar Injil akan masuk neraka........................................ 26
III)
Konsekwensi dari doktrin / ajaran ini............................................................................... 30
1) Kita
sendiri harus percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan............. 30
2) Kita
harus usahakan supaya orang lain percaya kepada Yesus........................................ 30
3) Orang
tua kristen harus mengarahkan anak-anaknya kepada Yesus................................ 30
4) Menganggap
Yesus sebagai salah satu jalan ke surga = tak percaya Kitab Suci............... 31
5) ‘Hamba
Tuhan’ yang tak percaya hal ini adalah nabi palsu............................................ 31
6) Mengatakan
orang yang tak percaya Yesus masuk neraka, bukanlah menghakimi........... 31
7) Percaya
/ menyatakan Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga bukan sikap egois........ 31
8) ‘Rendah
hati’ yang tegar tengkuk................................................................................. 31
9) ‘Moga-moga
Tuhan menyediakan jalan selamat bagi orang yang mati tanpa Kristus’...... 31
10) Jangan
mendukung:
a) Gereja
yang tak percaya Yesus sebagai satu-satunya jalan......................................... 32
b) Gereja
yang tak lagi memberitakan Injil................................................................... 32
c) Gereja
yang memberitakan Injil yang sudah diselewengkan, seperti:
1. Social
Gospel (= Injil sosial)................................................................................ 32
2. Yesus
ditekankan sebagai dokter, pelaku mujijat, pemberi berkat........................... 32
SYARAT-SYARAT
PENGINJIL PRIBADI YANG BAIK........................................ 33
1) Sudah
percaya Yesus dan yakin akan keselamatannya........................................................ 33
2) Yakin
akan kebenaran Firman Tuhan / Injil........................................................................ 33
3) Yakin
bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga....................................................... 35
4) Mengasihi
Tuhan dan sesama manusia.............................................................................. 36
5) Sadar
dan percaya bahwa pertobatan adalah hasil pekerjaan Tuhan...................................... 37
a) Banyak
berdoa.............................................................................................................. 37
b) Menggunakan
Firman Tuhan pada waktu memberitakan Injil.......................................... 37
c) Taat
pada Firman Tuhan................................................................................................ 38
6) Mau
belajar cara-cara PI dan selalu berusaha meningkatkan kemampuannya dalam PI ......... 38
7) Rindu
Firman Tuhan dan selalu mengisi diri dengan Firman Tuhan..................................... 39
8) Mempunyai
teladan hidup yang baik................................................................................. 39
9) Menyesuaikan
diri dengan orang yang diinjili.................................................................... 40
10) Menggunakan
lidah hanya untuk kemuliaan Tuhan........................................................... 41
11) Menggunakan
bahasa / istilah yang bisa dimengerti oleh orang yang diinjili....................... 41
12) Tekun
/ giat dalam memberitakan Injil............................................................................. 42
Cara memberitakan Injil................................................................................. 44
Tujuan
pemberitaan Injil....................................................................................................... 44
Memulai
pemberitaan Injil.................................................................................................... 44
Contoh-contoh
bagaimana membelokkan pembicaraan menuju hal-hal rohani.......................... 44
I)
Tentang dosa.................................................................................................................... 46
1) Tujuan
kita bukanlah untuk menghakimi dia.................................................................. 46
2) Tujuan
kita adalah menyadarkan bahwa dia adalah manusia yang sangat berdosa............. 46
3) Ayat-ayat
untuk menyadarkannya bahwa ia adalah orang yang berdosa............................ 46
a) Untuk
orang yang tidak mau menerima otoritas Kitab Suci kita.................................... 46
b) Untuk
orang-orang dalam kalangan Kristen................................................................ 47
1. Ayat-ayat
yang menunjukkan bahwa semua manusia adalah manusia berdosa........... 47
2. Ayat-ayat
yang bisa digunakan untuk menyadarkan dia dari dosa-dosa tertentu......... 47
4) Ayat-ayat
untuk menyadarkan dia bahwa ia adalah orang yang sangat berdosa:................ 48
a) Mat 22:37-39............................................................................................................ 48
b) Yes 64:6................................................................................................................... 48
c) Kej 6:5..................................................................................................................... 48
d) Ro 6:20.................................................................................................................... 48
5) Kebijaksanaan
dalam menekankan atau tidak menekankan point tentang dosa ini............. 48
II)
Tentang hukuman dosa.................................................................................................... 49
1) Penderitaan................................................................................................................. 49
2) Neraka
/ hukuman kekal............................................................................................... 49
III)
Salib Kristus.................................................................................................................. 51
1) Salib
Kristus ada karena adanya kasih Allah................................................................. 51
2) Penjelasan
tentang istilah ‘penebusan / menebus’.......................................................... 52
3) Pentingnya
menggunakan illustrasi dalam bagian ini..................................................... 52
4) Ayat-ayat
yang bisa digunakan.................................................................................... 52
IV)
Percaya / menerima Kristus sebagai Juruselamat.............................................................. 53
1) Ayat-ayat
yang bisa digunakan.................................................................................... 54
2) Apa
/ siapa yang harus dipercaya?............................................................................... 54
a) Percaya
tentang Yesus............................................................................................. 54
b)
Percaya kepada Yesus............................................................................................. 58
3) Kita
diselamatkan karena iman saja............................................................................. 58
a) Perbuatan
baik tidak bisa menyelamatkan kita........................................................... 59
1. Karena
manusia di luar Kristus itu sama sekali tidak bisa berbuat baik.................... 59
2. Firman
Tuhan beri gambaran menjijikkan tentang kehidupan manusia.................... 60
a. Kesalehan
manusia digambarkan seperti kain kotor............................................ 60
b. Dosa
/ kejahatan manusia digambarkan seperti cemar kain................................. 60
Mengapa Kitab Suci menceritakan tentang
orang yang saleh, tak bercacat?............. 61
3. Perbuatan
baik tidak bisa menghapuskan dosa....................................................... 61
b) Ayat-ayat
yang menunjukkan bahwa keselamatan itu hanya karena iman.................... 62
c) Penjelasan
ayat-ayat yang menunjukkan kita diselamatkan karena perbuatan baik....... 65
1. Dilarang
menafsirkan ayat Kitab Suci sehingga salng bertentangan......................... 66
2. Orang
di luar Kristus sama sekali tidak bisa berbuat baik....................................... 66
3. Hanya
orang kristen yang sejati yang bisa berbuat baik.......................................... 67
4. Mengapa
ayat tertentu menunjukkan keselamatan karena perbuatan baik................. 67
d) Penjelasan tentang text sukar
Yak 2:14-26................................................................ 67
Jangan mengganti ‘keselamatan oleh
iman’ dengan ‘keselamatan oleh perbuatan baik’.... 67
4) Ajak untuk mengundang Yesus /
menyatakan iman kepada Yesus................................. 67
V) Pertobatan
dari dosa / menerima Yesus sebagai Tuhan....................................................... 68
Hubungan iman, perbuatan baik, dan
keselamatan............................................................. 69
Mengatasi penolakan terhadap Injil..................................................... 70
1) Banyak
orang kristen yang hidupnya jahat......................................................................... 70
2) Hidup
saudara juga buruk................................................................................................. 71
3) Banyak
orang yang lebih banyak dosanya dari dia.............................................................. 72
4) Ia
merasa dirinya cukup baik............................................................................................. 72
5) Ia
merasa dirinya terlalu jahat........................................................................................... 74
6) Ia
merasa hatinya terlalu keras.......................................................................................... 76
7) Ia
menganggap yang penting ia tidak memusuhi Tuhan Yesus............................................ 77
8) Ia
menganggap jalan keselamatan seperti itu terlalu mudah................................................. 79
9) Ia
mau menunda untuk percaya / ikut Tuhan Yesus............................................................ 80
10) Ia
berpendapat bahwa Allah itu kasih............................................................................... 88
11) Ia
berpendapat bahwa Allah itu kejam............................................................................. 88
12) Ia
takut diejek / dianiaya................................................................................................. 89
13) Ia
pernah bersumpah untuk tidak menjadi orang kristen.................................................... 91
14) Tuhan
sudah menentukan orang yang akan masuk neraka / surga...................................... 91
15) Ia
percaya adanya reinkarnasi.......................................................................................... 92
ORANG
KRISTEN DUNIAWI...................................................................................... 93
I) Scoffield
Reference Bible dan traktat “4 Hukum Rohani”.................................................... 93
1) Orang non Kristen......................................................................................................... 93
2) Orang Kristen duniawi................................................................................................... 93
3) Orang Kristen rohani..................................................................................................... 93
II) Kesalahan
dari ajaran tersebut di atas................................................................................ 94
1) Penafsiran yang salah dari 1Kor 3.................................................................................. 94
2) Ajaran itu memisahkan pengampunan
dosa dan hidup / hati yang diperbaharui................. 96
3) Ajaran itu tidak membedakan ‘iman
sejati’ dan ‘iman palsu’........................................... 99
4) Ajaran itu meremehkan pertobatan /
dosa....................................................................... 99
5) Ajaran itu memisahkan penerimaan
Yesus sebagai Juruselamat dan sebagai Tuhan......... 100
IMAN.............................................................................................................................. 102
I) Macam-macam
iman....................................................................................................... 102
1) Historical faith (iman yang bersifat
sejarah).................................................................. 102
2) Miraculous faith (iman mujijat).................................................................................... 102
3) Temporary faith (iman sementara)................................................................................ 102
4) True saving faith (iman yang
menyelamatkan yang benar)............................................. 103
II)
Elemen-elemen iman yang benar.................................................................................... 104
1) Pikiran....................................................................................................................... 104
a) Harus punya pengertian yang
benar tentang Injil....................................................... 104
b) Harus percaya / setuju secara
intelektual................................................................... 105
2) Emosi / perasaan........................................................................................................ 105
3) Kemauan / kehendak................................................................................................... 105
III) ‘TO
BELIEVE’ dan ‘TO TRUST’................................................................................. 106
IV)
Object of Faith (Obyek dari iman)................................................................................. 107
V) Iman
dan keyakinan keselamatan.................................................................................... 107
1) Kekristenan bisa memberikan
keyakinan keselamatan.................................................. 107
2) Keyakinan keselamatan harus ada!.............................................................................. 107
3) Hanya Calvinisme yang betul-betul
memberikan keyakinan keselamatan...................... 108
Dasar Kitab Suci bahwa keselamatan
tidak bisa hilang................................................. 109
Beberapa serangan terhadap doktrin ini
dan jawabannya:.............................................. 110
a) Bagaimana dengan orang yang
‘murtad’?................................................................ 110
b) Mat 7:21-23 menunjukkan
adanya orang-orang kristen yang tidak selamat................ 111
c) Bagaimana dengan perintah
untuk bertekun sampai mati, seperti dalam Wah 2:10?.... 112
4) Yakin masuk surga bukan merupakan
suatu kesombongan!.......................................... 115
Apendix: Pembahasan YAK 2:14-26................................................................. 116
I)
‘Pertentangan’ antara Yakobus dengan Paulus.................................................................. 116
1) Jangan terlalu cepat menilai
Yakobus.......................................................................... 117
2) Adanya perbedaan tujuan antara
Paulus dan Yakobus................................................... 118
3) Adanya perbedaan penggunaan istilah.......................................................................... 118
II) Iman
/ pengakuan tanpa perbuatan.................................................................................. 120
1) Yakobus berkata bahwa ‘iman tanpa
perbuatan’ tidak menyelamatkan (ay 14)............... 120
2) Yakobus berkata bahwa iman seperti
itu adalah mati / kosong (ay 17,20,26).................. 120
3) Yakobus menyamakan iman seperti
itu dengan ‘imannya setan’ (ay 19)!....................... 120
III)
Orang yang membuktikan iman dengan perbuatan baik................................................... 121
1) Abraham (ay 21-24).................................................................................................. 121
2) Rahab (ay 25)........................................................................................................... 123
BUKU PENGINJILAN PRIBADI