JIKA DOA KITA TIDAK DIKABULKAN (MATIUS 7:7a-11)
Tuhan itu baik, namun mengapa Ia tidak mengabulkan setiap permohonan doa kita? Apakah Ia masih berkuasa di singgah sana? Salah satu konsep yang salah dari kita adalah selalu mengklaim janji Tuhan. Kita sudah berdoa, dan doa kita ini dengan sungguh-sungguh. Kadang dibarengi dengan puasa, berlutut dan cucuran air mata.
bisnis, asuransi, otomotif |
Namun mengapa Tuhan tetap diam? Bukankah Alkitab mencatat mintalah maka akan diberikan kepadamu? Apakah rasul Matius salah mencatatnya? Apakah Tuhan mengingkari janji-Nya? Apakah Ia bohong? Rasanya tidak mungkin? Tetapi mengapa semua ini nyata terjadi?
Ada tiga hal yang bagi saya cukup penting, tatkala doa kita tidak dikabulkan? Dengan demikian kita bukan menjadi anak Tuhan yang selalu mempersalahkan Tuhan.
1. Jika Doa kita tidak dikabulkan Tuhan, bukan karena Dia Lalai
Kadang kita ragu, kita berpikir bahwa Tuhan itu tidak sanggup, karena doa kita tidak dikabulkan. Kita juga menganggap Tuhan itu seperti kita yang bisa keliru, yang bisa lalai. Namun sebenarnya kita sendiri perlu pengoreksian diri secara mendetail. Siapa diri kita saat ini sebenarnya? Mengapa Tuhan tidak mengabulkan permohonan kita? Ada apa dengan kehidupan kita? Apakah permintaan kita itu berguna? Apakah permintaan kita itu menjadi berkat bagi orang lain?
Yohanes 15 : 17 mencatat, “Jika kamu tinggal di dalam Aku dan Firman Ku tinggal di dalam bersama Kristus, mintalah apa saja yang kamu kehendaki” Saya yakin ada banyak orang yang percaya akan ayat ini? Mintalah apa yang kamu kehendaki dan kamu akan menerimanya, apakah hal ini salah? Tentu tidak bukan. Tetapi kita perlu perhatikan baik-baik, bahwa firman Tuhan berkata “ Jika kamu tinggal di dalam Aku” Sehingga di dalam doa-doa kita hal ini merupakan syarat utamanya.
1 Yohanes 5 :14 mencatat “ Ia mengabulkan doa kita jika meminta sesuatu menurut kehendak-Nya” Persoalannya bukan Tuhan itu lalai. Namun lebih dari itu kemungkinan segala permintaan kita tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Bagaimana bisa sesuai dengan kehendak Tuhan? Tentu kita perlu tahu apa yang dikehendak-Nya? Sepertinya bolak-balik kalimat ini, namun bagaimana mengetahu kehendak-Nya? Untuk mengetahui kehendak-Nya kita perlu membaca sabda-Nya, bergaul dengan-Nya, memahami sifat-Nya dan mencari tahu apa yang tidak disukai-Nya.
Seorang teman bercerita pada saya begini, dia mencoba untuk mengevaluasi kehidupan masa lalunya. Ia pernah memiliki konsep yang salah pada Tuhan dan ia merasa sangat kecewa sekali pada-Nya. Ia sudah berdoa dengan sungguh untuk berdampingan dengan pacarnya. Namun tiba-tiba karena campur tangan pihak orang tua, ia harus berpisah dengan sang pacar. Kemudian sang pacar menikah dengan pria kesukaan orang tuanya yang kaya raya..
Sementara ia dengan segala kekecewaan terus bertahan dan berjuang sekolah hingga mendapatkan gelar master di Amerika dan saat ini ia mendapatkan perkerjaan yang mantap dengan gaji dan posisi yang baik. Mengenang semua itu, ia melihat ada sebuah benang merah kasih Tuhan baginya, seandainya ia memaksa permintaannya kepada Tuhan dan menikah saat itu, mungkin saja kuliahnya berantakan dan saat ini entah apa jadinya. Namun ia sadar bahwa Tuhan itu baik, Ia justru tidak mengabulkan doa-doanya, dan ternyata Tuhan tahu yang terbaik buat dirinya.
Hari ini ia bisa tinggal di Amerika, dengan menamatkan sekolahnya, mendapatkan pekerjaan yang baik, sudah punya pacar yang baik, cantik dan cinta Tuhan serta sebentar lagi akan menikah. 2 Petrus 3 :9 “Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggap-Nya sebagai kelalaian. Tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan semua ornag berbaik dan bertobat”
2. Jika doa kita tidak dikabulkan Tuhan , bukan berarti Dia Menyusahkan kita
Tuhan tidak pernah menyusahkan anak-anak-Nya. Ia seperti seorang bapa yang selalu memberikan yang terbaik buat anak-anaknya. Tatkala ayah atau ibu kita hendak mengajarkan kita yang baik, ia kadang rela membiarkan kita mengalami keadaan yang tidak enak dan susah, tujuan utamanya bukan menyusahkan kita, tetapi justru untuk kebaikan untuk kita. Contohnya, jika orang tua ingin kita sembuh dari sakit penyekit, ia harus rela kita disuntik oleh dokter.
Sabtu lalu 4 Agustus 2007 saya diajak pemuda di gereja untuk berwisata ke San Francisco melewati Jembatan Golden Gate menuju Sausalito kurang lebih 13 Km dengan naik sepeda. Sejenak saya tersentak kaget, karena sejak tamat SMA tahun 1982 saya tidak pernah naik sepeda lagi, kalau dihitung-hitung sudah 25 tahun (gila, seperempat abad, cepat sekali waktu berlalu). Itu sebabnya hati saya berdebar dag dig dug, tatkala mencobai sepeda tersebut.
Puji Tuhan ternyata saya masih bisa. Saya jadi teringat sewaktu pertama kali belajar naik sepeda, waktu itu dimulai dengan memakai sepeda beroda tiga. Kemudian dilanjutkan dengan orang tua yang memegangnya dari belakang supaya saya tidak jatuh, namun tetap saja tidak bisa naik sepeda itu. Untuk itu maka suatu hari, orang tua saya membiarkan saya belajar naik sepeda itu sendiri. Coba dan coba lagi, kadang jatuh, terpelanting, luka dan lecet. Namun ia tetap membiarkan saya latihan sendiri, hingga saya bisa naik sepeda. Mereka bukan menyakiti saya, namun mereka ingin saya bisa naik sepeda.
Semua doa kita yang belum dan tidak dikabulkan tujuannya agar melatih supaya kita tidak bosan-bosannya meminta kepada-Nya. Namun ingat jangan sampai kita memaksa Tuhan, sebab meminta itu bukan memaksa, kita perlu membedakannya. Kadang dengan menunda dan tidak mengabulkan doa, Tuhan ingin memperjelas kehendak-Nya. Kita boleh saja berulang-ulang meminta hingga suatu saat kita merasa tidak perlu lagi apa yang kita minta, nah pada saat itulah kita baru ketahui apa yang Tuhan kehendaki di dalam hidup kita ini.
Tidak salah bila seorang pemuda jatuh hati pada seorang pemudi, lalu di dalam doanya ia meminta agar Tuhan boleh memberikan pemudi tersebut sebagai pacarnya. Namun sejalan dengan itu ternyata respon sang pemudi dingin saja, bahkan tidak ada tanda-tanda yang berarti untuk dijadikan pacar. Sang pemuda begitu tertarik dengan kecantikan dan kelembutan serta keramahan sang pemudi; tetap saja merasa tidak tenang kalau tidak mendapatkan pemudi itu.
Itu sebabnya sekali lagi ia meminta pada Tuhan, hingga suatu hari sang pemuda itu bertemu sang pemudi di sebuah Mall sedang bergandengan-tangan dengan kekasihnya. Mulai hari itu hatinya merasa begitu terpukul, namun karena ia seorang pemuda Kristen yang dewasa maka ia berusaha tetap tenang, dan menyerahkan pada Tuhan. Akhirnya diapun mengganti permohonan donya supaya terbuka jalan untuk menyunting pemudi yang lain.
Tuhan tidak akan dan tidak pernah menyusahkan kita, tetapi kesusahan dan kesulitan yang kita alami atas seizin dan pemantauan-Nya, asalkan dijalani dengan tetap setia dan patuh pada-Nya, maka hasil akhirnya pastilah suatu kebahagiaan dan kesukacitaan.
3. Jika Tuhan tidak mengabulkan Doa bukan berarti Dia mengabaikan kita
Tuhan juga tidak pernah mengabaikan kita, justru Ia sangat jeli memperhatikan kita. Pemazmur mengatakan bahwa Tuhan itu menjaga kita siang dan malam, Ia seperti seorang penjaga malam (Mazmur 121). Ia juga seperti gembala yang baik, yang selalu memelihara dan menjaga domba-dombanya (Mazmur 23). Itu sebabnya, kita bersalah bila mengatakan bahwa Tuhan itu mengabaikan kita.
Lalu mengapa doa kita tidak dikabulkan? Bukankah ini merupakan tanda-tanda pengabaian? Jika kita mengakui bahwa Tuhan itu baik dan maha tahu, tentu Ia juga mengetahui segala kebutuhan kita. Ia juga tahu apa yang baik dan buruk untuk kita. Makanya kita tidak perlu komplain terhadap apa saja yang diberikan Tuhan. Kadang apa yang kita pikirkan baik, belum tentu baik bagi Tuhan. Makanya kita perlu sabar mempelajari kehendak Tuhan yang sesungguhnya. Caranya adalah berdoa yang tidak jemu, membaca firman-Nya dan dengarkan pengalaman kesaksian orang-orang yang telah mengalami kasih Tuhan.
Saya pernah membaca tentang seorang ibu tua pedagang tempe di Bandung pernah bersaksi. Hari itu seperti biasanya ia hendak menjual tempe di pasar, namun ia kaget sekali karena tempe yang dibikinnya itu belum masak, artinya belum waktunya untuk dijual. Oleh karena itu ia berangkat ke pasar dengan setengah hati, karena tempenya bakal tidak dibeli orang. Pagi itu juga ia berdoa agar Tuhan segera membuat tempenya masak, namun selesai berdoa ia melihat tempenya tetap saja belum masak.
Ia sedih sekali, hingga siang hari kebanyakan pedagang tempe sudah pulang, tempenya masih belum ada yang beli karena belum masak. Ia berdoa lagi supaya Tuhan menyatakan kuasa-Nya, namun ia kecewa karena tetap saja tempe tersebut tidak masak,. Hingga sore harinya tiba-tiba ada seorang ibu bertanya ke sana-sini, sebab beliau hendak membeli dalam jumlah banyak tempe yang setengah masak untuk di bawa ke Surabaya. Si penjual tempe juga kaget, sebab tidak pernah ada orang yang membeli tempe setengah masak. Itu sebabnya ia segera berdoa pada Tuhan lagi, kali ini dia berdoa agar Tuhan tidak perlu lagi membuat tempenya masak. Doa yang yang tidak terkabul bukan berarti Ia mengabaikan kita, tetapi justru ada maksud Tuhan yang lebih indah.
BACA JUGA: MATIUS 3:1-12 (DIRI YOHANES PEMBAPTIS)
Jangankan doa kita, doa Tuhan Yesus saja juga tidak terkabul. “Jika Engkau berkenan, biarlah cawan ini berlalu dari pada-KU”, kenyataannya Tuhan Yesus tetap meneguk cawan pahit, artinya Ia tetap harus menderita hingga mati di atas kayu salib. Demikian juga rasul Paulus, ia mengidap satu penyakit, ia juga pernah berdoa pada Tuhan agar disembuhkan, namun Tuhan memandang bahwa penyakitnya bukan penghalang, tetapi justru dengan penyakit tersebut membuat rasul Paulus sadar bahwa ia manusia biasa yang kuasanya tidak melebihi Tuhan.
Doa yang tidak terkabul tidak harus membuat kita meninggalkan Tuhan, tetapi justru karena doa kita tidak terkabul maka kita harus lebih berusaha untuk belajar sebenarnya apa yang sesungguhnya dikehendaki Tuhan. Jika kita sebagai orang percaya menyadari ini, saya yakin kehidupan doa-doa kita akan lebih dewasa. Matius 7 : 11 mencatat “Tuhan memberikan yang baik”, jadi bagi saya jika memang doa kita tidak terkabul, itulah jawaban doa kita yang sesungguhnya yakni “tidak terkabul” , justru itu merupakan pemberian yang terbaik.