KRISTOLOGI KITAB WAHYU

Pdt. Samuel Teresia Gunawan, M,Th

Yesus Kristus adalah tema sentral dalam Kitab wahyu. Kunci utama untuk memahami kitab Wahyu adalah Kristus, sebab Ia adalah Penulisnya dan sekaligus pusat pembahasannya. Secara unik Wahyu pasal 1 menampilkan Yesus sebagai Juru selamat yang dimuliakan yang bangkit dari antara orang mati. 

Di pasal 2 dan 3 Ia dinyatakan sebagai Tuhan atas gereja (jemaat). Di pasal 4 dan 5 ia muncul sebagai sebagai Anak Domba Allah. Di pasal 6 sampai dengan pasal 11 Ia muncul sebagai Hakim segenap umat manusia. Di pasal 12 dan 13 Ia digambarkan sebagai Anak yang lahir secara Ajaib. Di pasal 14 sampai dengan pasal 19 Ia muncul sebagai Raja di atas segala raja yang akan datang. Paling akhir, di pasal 20 sampai dengan pasal 22 Ia dinyatakan sebagai Tuhan atas surga dan bumi.
KRISTOLOGI KITAB WAHYU
Sebagaimana tulisan-tulisan Yohanes lainnya (Injil Yohanes dan surat Yohanes) maka dari sudut teologis fokus kitab Wahyu adalah Kristologi. Yohanes memperkenalkan kitab Wahyu sebagai “wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, supaya ditujukan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi” (Wahyu 1:1). 

Namun, tidak seperti Injil Yohanes yang menunjukkan Yesus Kristus dalam kehinaan-Nya dan memberitahukan kepulangan-Nya kepada Bapa melalui penyaliban, kematian, kebangkitan, dan kemuliaan, maka kitab Wahyu menunjukkan Yesus Kristus yang dimuliakan dan yang telah dipulihkan pada kemuliaan-Nya bersama Bapa “sebelum dunia dijadikan” (bandingkan, Yohanes 17:5). 

Keunikan Kitab Wahyu karena secara khusus fokus pada eskatologis kedatangan Yesus Kristus kembali di bumi dan kemenangan-Nya atas kuasa-kuasa gelap yang akan muncul untuk melawanNya saat Dia datang kembali. Secara khusus Kitab Wahyu menyingkapkan makna sejumlah gelar Yesus Kristus serta memaparkan secara menakjubkan peran dan karya yang sempurna dari Kristus secara eskatologis.

1. Saksi Yang Setia (Wahyu 1:5; 3:14)

Kata Yunani “Saksi” dalam ayat ini adalah “Martys” yang artinya “seorang saksi”. Secara etimologis kata “martys artinya “seseorang yang hanya mengatakan sesuatu yang disebut kebenaran”. Dalam tradisi Helenisme, istilah “martys” dipakai untuk untuk menyatakan saksi yang legal dan dapat dipercaya dalam menyampaikan sebuah berita. Dalam septaguinta kata ini muncul pertama kali dalam Bilangan 5:13 dan menunjuk kepada saksi yang legal dan benar. Istilah ini dipakai dalam Perjanjian Baru sebanyak 34 kali untuk menjelaskan tentang saksi yang benar dalam mengungkapkan fakta yang akurat (Roma 1:9; 1 Petrus 5:1). 

Jadi pada prinsipnya istilah “martys” dipakai untuk seorang saksi yang legal, resmi, dan senantiasa membawa berita yang dipercaya sebagai kebenaran. Ketika Yohanes memakai istilah “Martys” dalam kitab Wahyu selain menunjuk kepada saksi Kristus (Wahyu 2:13; 11:2), ia juga secara khusus menjelaskan bahwa Kristus adalah Saksi yang sempurna dan setia, yang pertama bangkit sebagai penguasa atas segala sesuatu (Wahyu 1:5). Kemudian gelar itu diulangi lagi dalam wahyu 3:14 untuk menyatakan bahwa jaminan kebenaran atas semua perkataan yang Yesus Kristus sampaikan kepada setiap jemaat. Yesus Kristus disebut “Martys” karena Ia membawa berita atau nubuatan yang penuh dengan kebenaran (Wahyu 1:2; Bandingkan Yohanes 8:37). 

Dengan demikian Yesus Kristus disebut “Saksi yang setia” untuk menekankan bahwa Ia adalah sumber informasi sempurna dan terpercaya dari semua isi kitab Wahyu, meliputi janji eskatologis atau nubuatan yang harus digenapi dimasa depan. Karenannya, tidak ada nubuatan dalam kitab ini yang tidak akan digenapi. Sebagai tambahan, kata “martys” ini yang dikacaukan dengan kata “martyr”. Kata “martyr” artinya adalah “saksi” dan dipakai untuk para rasul dan semua orang percaya yang menjadi pemberita Injil Yesus Kristus (Kisah Para Rasul 1:8). Jadi kata “martyr ini digunakan secara khusus untuk menjelaskan tentang seorang saksi bagi Injil Yesus Kristus (Yohanes 1:7; Kisah Para Rasul 22:18; Titus 1:13; Wahyu 11:7).

2. Alfa Dan Omega (Wahyu 1:8; 22:13)

Frase “Alfa dan Omega” merupakan dua huruf awal dan akhir dari alfabet Yunani. Yesus Kristus menggunakan gelar tersebut bagi diri-Nya untuk menekankan bahwa Dia adalah Pribadi yang Maha kekal dan Mahakuasa, sebagaimana yang dijelaskan-Nya sendiri bahwa Ia adalah Yang Awal dan Yang Akhir dari segala sesuatu (Wahyu 1:17). Karena itu tidak ada sesuatu atau seorang pun yang dapat melebihi Kristus dalam segala hal. Salah satu bukti kemahakuasaan-Nya bahwa Ia memegang kunci maut dan hades (Wahyu 1:18). 

Frase “Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir” merupakan kata-kata yang persis sama dengan yang digunakan Yahweh dalam Yesaya 48:12. "Akulah yang tetap sama, Akulah yang terdahulu, Akulah juga yang terkemudian!”. Mengungkapkan sifat kekekalan Kristus, bahwa Ia telah ada dari kekekalan masa lampau sampai kekekalan masa datang. Untuk mempertegas kebenaran kekekalan Mesias, maka Yohanes selanjutnya menjelaskan bahwa Kristus adalah Pribadi yang sudah ada dari kekekalan, dan yang ada pada saat ini, bahkan terus ada pada masa yang akan datang, yaitu kekekalan di masa mendatang (Wahyu 4:8; 11:17). 

Gelar “Alfa dan Omega” ini juga dipakai untuk menyatakan kedaulatan dan kebesaran dari Seorang yang disebut “pantokrator” yang artinya “Yang Mahakuasa”, yaitu Kristus. Dia telah ada sebelum segala sesuatu ada, dan yang ada dan yang akan datang, sehingga Ia layak dipuji dan disembah. Karena itulah, dari 10 kali penggunaan kata “pantokrator” dalam Perjanjian Baru, 9 kali digunakan di dalam Kitab Wahyu dalam konteks doksologi (pujian penyembahan) kepada Yesus Kristus (2 Korintus 6:18; Wahyu 1:8; 4:8; 11:17; 15:3; 16:7,14; 19:6,15; 21:22). 

Pengulangan gelar “Alfa dan Omega dalam ayat terakhir kitab Wahyu digunakan untuk menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah Allah Mahakuasa, Yang Pertama dan Yang Terkemudian. Sejak kekekalan masa lampau Ia adalah Allah, pada masa kini dan masa mendatang Ia tetap tidak berubah sebagai Allah yang Mahakuasa. Ia telah menjadi figur sentral dari segala sesuatu yang ada di bumi dan di surga, seba segala sesuatu ada di dalam kekuasaan-Nya.

3. Anak Manusia (Wahyu 1:13-16)

Gelar “Anak Manusia” dalam Wahyu ini dipakai untuk menekankan keilahian Kristus secara spesifik dibandingkan penggunaannya dalam bagian lainnya. Semua istilah “Anak Manusia” yang terdapat dalam Perjanjian Baru, khususnya dalam kitab Injil yang digunakan sebagai gelar untuk Kristus berasal dari gagasan istilah bahasa Aram “bar enash” yang artinya “anak manusia supranatural” yang dinubuatkan oleh Daniel (Daniel 7:13). Ciri-ciri Keilahian Kristus sebagai anak manusia disingkapkan disini sebagai berikut: 

(1) Jubah-Nya yang panjang menyatakan peran-Nya sebagai Imam dan Hakim Agung. 

(2) Kepala dan rambutNya bagaikan bagaikan bulu yang putih metah menjelaskan bahwa Kristus adalah Pribadi yang kekal seperti Bapa dan Roh Kudus. Sedangkan mataNya bagaikan nyala api menggambarkan ketajaman pengetahuan-Nya yang sempurna untuk melihat dan mengetahui segala bentuk dosa melalui peristiwa penghakiman kelak (Wahyu 2:18). 

(3) KakiNya mengkilap bagaikan tembaga yang membara dalam perapian melukiskan kedahsyatan pengadilan dan penghakiman yang dilakukanNya di masa depan. 

(4) SuaraNya yang bagaikan desau air bah menunjukkan wibawa dan otoritas-Nya sebagai Tuhan dalam mengendalikan seluruh alam semesta, sehingga tidak seorangpun yang tidak dapat mendengar dan menaatiNya. 

(5) Tujuh bintang yang dipegang-Nya menjelaskan jaminan perlindungan dan pemeliharaan-Nya secara sempurna terhadap seluruh jemaat (Wahyu 1:20). 

(6) Mulutnya yang mengeluarkan pedang bermata dua menyatakan kuasa dan otoritas Firman-Nya. Istilah Yunani yang dipakai untuk “pedang” dalam ayat tersebut adalah “rhompaia” menunjuk kepada pedang yang biasa dipakai oleh tentara Romawi untuk membunuh musuh. Istilah ini dipakai oleh Yohanes untuk menyatakan pedang Ilahi Kristus, yaitu Firman-Nya yang menghancurkan para musuhnya kelak (Wahyu 19:15; bandingkan Efesus 6:17). (7) Wajah-Nya bagai terik matahari melukiskan kemuliaan abadi yang dimiliki Kristus.

4. Singa dari Suku Yehuda (Wahyu 5:5; 22:16)

Gelar “Singa dari Suku Yehuda” yang dikenakan kepada Yesus Kristus bertujuan untuk menunjukkan bahwa Ia adalah benih atau keturunan Daud. Gagasan teologis gelar tersebut diangkat dari nubuatan Yakub yang memprediksi tentang kemenangan dan kekuasaan Yehuda atas suku-suku lainnya di lingkungan bangsa Israel (Kejadian 49:9-10). Tetapi secara progresif, benih dari suku Yehuda tersebut menunjuk kepada tunas Isai atau benih Daud yang tampil di masa depan (Yesaya 11:1,10). Pada puncaknya, Yohanes menerangkan bahwa Singa dari Yehuda dan Tunas Daud itu adalah Kristus, yaitu Seseorang yang memenuhi perjanjian Daud (2 Samuel; 7:16). 

Mesias yang telah memang atas Iblis dan maut di atas kayu salib, dinubuatkan akan berkuasa untuk menjatuhkan hukuman bagi Antikristus dan para pengikutnya di dalam masa tribulasi melalui penumpahan tujuh meterai murka Allah. Selain itu, Tunas Daud juga memiliki otoritas tertinggi untuk memerintah dalam Kerajaan Damai, yaitu kerajaan seribu tahun di bumi ini (Wahyu 5:5; 20:4). 

Penjelasan mengenai figur mesianik yang disebut sebagai “Singa dari Yehuda” telah dicatat tersebar secara luas, baik di dalam literatur targum maupun dalam tulisan-tulisan resmi orang Yahudi. Karena itulah Yohanes menggabungkan kedua tradisi tersebut dengan menyatakan bahwa Kristus adalah Singa dari Suku Yehuda. Ia juga merupakan keturunan Daud yang akan menang dan berkuasa atas semua musuh-Nya melaluinya penghakiman yang ia akan laksanakan di masa mendatang.

5. Anak Domba Ajaib (Wahyu 5:6)

Yesus Kristus disebut juga dengan gelar “Anak Domba Ajaib” karena di dalam ayat ini Ia digambarkan sebagai Anak Domba yang bermata dan bertanduk tujuh. Kata Yunani untuk “Anak Domba” dalam ayat ini dan seluruh kitab Wahyu yang ditujukan untuk Kristus adalah “Arnion” yang berarti “domba muda”. Kata tersebut digunakan sekitar 30 kali dan hanya dipakai dalam Kitab Wahyu saja. Karena itu istilah tersebut tidak ditemukan dalam kitab-kitab lainnya di Perjanjian Baru. Secara khusus dalam konteks in, penggunaan istilah “Arnion” bertujuan selain untuk menjelaskan karya penebusan Kristus sebagai Anak Domba yang disembelih, juga terutama menyatakan tentang Kemahakuasaan-Nya. 

Karena itu Anak Domba itu digambarkan “bertanduk tujuh”, yaitu menyatakan otoritas dan keperkasaan-Nya sebagai satu-satunya Pemimpin yang berkuasa membuka gulungan Kitab itu. Sebab dalam konteks kitab profetik, tanduk merupakan simbol dari kekuatan dan kekuasaan (Daniel 7:24; Wahyu 13:1). Sedangkan “tujuh mata” menyatakan Roh Kudus yang diutus oleh Kristus kepada ketujuh jemaat di Asia Kecil (Wahyu 1:4; 4:5). Namun bukan tujuh pribadi Roh Kudus, sebab Roh Kudus hanya memiliki satu pribadi (Yohanes 16:17). 

Dengan demikian, gelar Anak Domba (dan Singa dari Yehuda) dalam konteks ini (Wahyu 5:5-6) hendak menyatakan tentang kemuliaan Kristus sebagai Pribadi yang layak disembah. Gelar itu menunjukkan keperkasaan dan kekuasaan-Nya sebagai pemimpin yang sanggup menaklukkan seluruh bangsa dan pemerintahan di bumi. Karena itulah, Anak Domba dalam kitab Wahyu senantiasa dipuji dan disembah oleh setiap makhluk. Bahkan Ia ditakuti oleh seluruh penguasa dan segenap bangsa di dunia karena kemahakuasaan-Nya (Wahyu 5:8-9,13; 6:16; 7:9-10; 15:3-4; 17:14).

Sebagai tambahan, istilah “Anak Domba (Arnion)” dalam kitab Wahyu ini tidak boleh dikacaukan dengan istilah Yunani “Amnos” yang juga berati “Anak Domba. Kata “Amnos digunakan sebanyak 4 kali untuk Kristus di dalam Yohanes 1:29,36; Kisah Para Rasul 8:32; 1 Petrus 1:19. Semua kata “Amnos” tersebut menunjukkan gagasan tentang Anak Domba yang dikorbankan di kayu salib untuk menebus doa manusia. Kata Yunani lainnya untuk “anak domba” adalah “aren” dipakai 1 kali dalam Injil Lukas tetapi tidak menunjuk kepada Kristus (Lukas 10:3). Jadi Yohanes secara spesifik memakai istilah “Arnon” dalam kitab Wahyu ditujukan kepada Kristus untuk menyatakan dua hal : 

(1) Menegaskan bahwa Kristus adalah Tuhan yang layak disembah oleh karena kekuasaan-Nya membuka gulungan kitab itu. 

(2) Menyatakan karya-Nya sebagai Juru selamat untuk menebus seluruh suku dan bangsa bagi Allah sehingga mereka menjadi imam dan raja yang akan memerintah di bumi (Wahyu 5:9-10). 

Secara eskatologis, Anak Domba itu akan menjadi Penguasa yang berhak menjatuhkan hukuman dan murka kepada penguasa dunia yang angkuh, yaitu Anti Kritus (Wahyu 6:16; 17:14). Selain itu, Anak domba itu juga akan dimuliakan bersama jemaat-Nya sebagai penganti perempuan di dalam Pesta Anak Domba (Wahyu 19:7-9). Selanjutnya, sampai pada langit dan bumi yang baru, Anak Domba itu senantiasa disembah oleh umat-Nya bahkan Ia tetap berkarya secara aktif sampai selama-lama-Nya (Wahyu 21:22-23; 22:1).

6. Firman Allah (Wahyu 19:13).

Gelar “Firman Allah” yang kenakan kepada Kristus hanya terdapat dalam tulisan Yohanes. Rasul ini menjelaskan bahwa Firman kekal yang telah mencipta dunia telah berinkarnasi di dalam Kristus (Yohanes 1:1,14; 1 Yohanes 1:1). Sebab itu, Yesus layak disebut atau diberikan nama Firman Allah (Wahyu 19:13). Gelar tersebut menyatakan peran Ilahi Kristus secara eskatologis dalam mengadili, menghakimi serta mengalahkan dunia dengan Firman Allah yang keluar dari mulutNya (Wahyu 19:15,21). 

Kristus diberi gelar Firman Allah karena Ia adalah Pencipta alam semesta (Yohanes 1:3; Kolose 1:16) dan berkuasa untuk mengalahkan Iblis dan maut serta Antikristus. Sebagai Firman Allah, Ia pun berkuasa menaklukkan seluruh suku dan bangsa di dunia. Gelar Firman Allah diberikan kepada Kristus berhubungan dengan karya kemenangan-Nya dalam menumpas dan mengalahkan para musuh-Nya dengan senjata ilahi, yaitu pedang tajam yang keluar dari mulut-Nya (wahyu 19:15). Kata pedang dalam ayat tersebut diterjemahkan dari istilah Yunani “rhomhaia” yang berarti sebuah pedang besar. Istilah tersebut dipakai dalam Septuaginta sebanyak 230 kali untuk menjelaskan tentang pedang yang membinasakan (Kejadian 3:24; 1 Samuel 17:45). 


Sedangkan dalam Perjanjian Baru istilah tersebut digunakan sebanyak 7 kali, yaitu: 1 kali untuk menjelaskan daya kerja firman Allah yang menembus ke dalam hati manusia (Lukas 2:34; bandingkan Ibrani 4:12), 5 kali dipakai secara figuratif dalam kitab Wahyu untuk menyatakan Firman yang keluar dari mulut (Wahyu 1:16; 2:12,16; 19:15,21), dan 1 kali digunakan tidak berkaitan dengan karya Kristus (Wahyu 6:8). Dengan demikian, kata “rhomphaia”, yaitu pedang yang keluar dari mulut Yesus Kristus, sebagai senjata yang mengalahkan para musuh-Nya dalam konteks tersebut adalah Firman Allah.

7. Bintang Fajar (Wahyu 22:16)

Kristus sendiri menggunakan gelar “Bintang Fajar (Morning Star)” atau “Bintang Timur” untuk diri-Nya sendiri. Rasul Yohanes mencatat perkataan Kristus demikian, “Aku, Yesus, telah mengutus malaikat-Ku untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang (the bright and morning star, KJV)” (Wahyu 22:16). 

Di sini Tuhan Yesus Kristus menyebut diri-Nya sebagai “tunas, yaitu keturunan Daud”, yang merupakan penggenapan dari ramalan Yesaya 11:1 bahwa, “Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah”. Dia juga adalah “bintang timur yang gilang gemilang”, yaitu penggenapan dari ramalan Bilangan 24:17 yang mengatakan, “Aku melihat dia, tetapi bukan sekarang; aku memandang dia, tetapi bukan dari dekat; bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel, dan meremukkan pelipis-pelipis Moab, dan menghancurkan semua anak Set”. 

Gelar Bintang Fajar menjadi lambang pengharapan zaman Mesias yang akan mengakhiri zaman kegelapan. Kristus sebagai bintang Fajar untuk menandai dan mengantisipasi datangnya langit dan bumi baru dimasa yang akan datang. Gelar ini diberikan kepada Kristus untuk menyatakan bahwa kedatangan-Nya dilukiskan seperti bintang yang menerangi seluruh pelosok langit dan bumi Baru (Wahyu 21:23; 22:5). Istilah Yunani “λαμπρος - lampros” yang artinya “terang” dipakai dalam ayat ini menunjuk kepada sebuah bintang yang memiliki sinar dan cahaya paling cemerlang untuk menerangi seluruh galaksi. 

Berdasarkan gagasan ini maka Kristus disebut sebagai Bintang Fajar yang lebih cemerlang dari matahari dan bulan untuk menerangi kegelapan dunia baru. Sehingga di dalam langit dan bumi yang baru tersebut tidak diperlukan lagi matahari atau alat penerang lainnya. Sebab Anak Domba, yaitu Kristus sendiri yang akan menjadi lampunya (Wahyu 21:23). Dengan demikian, sebagai Bintang Fajar, Kristus akan memulai dan berperan sebagai terang ilahi dalam dunia baru pada saat Ia datang kembali yang kedua kalinya. Ia akan menggenapi seluruh janji tentang Mesias yang akan datang di akhir zaman (Wahyu 22:7, 12,20).

Sebagai tambahan, dalam teks Yunani ada perbedaan yang signifikan antara gelar “Bintang Timur” dalam Yesaya 14:12 yang mengacu kepada Iblis, dan gelar “Bintang Timur” yang dikenakan kepada Yesus Kristus. Teks Ibrani “Bintang Timur, putra Fajar” dalam Yesaya 14:12 adalah “הילל בן שחר - heylel ben-syakhar” diterjemahkan dalam Septuaginta (PL berbahasa Yunani) dengan “ο εωσφορος ο πρωι - ho heôsphoros ho prôi”. 


Sedang “Bintang Timur yang gilang-gemilang” dalam Wahyu 22:16 dalam teks Yunani ditulis dengan “ο αστηρ ο λαμπρος και ορθρινος - ho astêr ho lampros kai orthrinos”. Jadi, dalam teks Yunani kata “Bintang Timur” yang mengacu pada Iblis dengan kata “Bintang Timur” yang dikenakan pada Yesus Kristus jelas merupakan frase yang berbeda. Dengan demikian gelar “Bintang Timur” dalam Yesaya 14:12 berbeda dengan gelar “Bintang Timur” dalam Wahyu 22:16.

REFERENSI

Baskoro, Haryadi., 2011. 77 Renungan Alkitabiah Tentang Akhir Zaman. Penerbit Andi: Yokyakarta.
Beker, Charles. F., 2009. A Dispensational Theology. Penerbit Pustka Alkitab Anugerah: Jakarta.
Conner, Kevin J., 1993. The Fondation of Christian Doctrine, 2 Jilid, diktat. Terjemahan, Harvest International Theological Seminary, Harvest Publication House: Jakarta.
Enns, Paul., 2004. The Moody Handbook of Theology. Jilid 2, terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang.
Evans, Tony., 2002. The Best Is Yet To Come. Terjemahan, Gospel Press : Batam.
Grudem, Wayne., 1994. Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. Zodervan Publising House: Grand Rapids, Michigan.
Hagelberg, Dave, 2005. Tafsiran Kitab Wahyu : Dari Bahasa Yunani. Edisi Revisi. Penerbit Andi Offset: Yoyakarta.
Hindson, Ed., 2000. Approaching Armageddon. Terjemahan, Interaksara: Batam.
Hitchcock, Mark., 2002. Bible Prophecy. Terjemahan, Gospel Press: Batam.
Hitchcock, Mark., 2011. Could The Rapture Happen Today? Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yoyakarta.
Jeremiah, David., 2017. Agents Of The Apocalypse? Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yoyakarta.
Jeremiah, David., 2018. Agents Of Babylon? Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yoyakarta
Ladd, George Eldon., 1999. Teologi Perjanjian Baru. 2 Jilid, Terjemahkan, Penerbit Kalam Hidup: Bandung.
Lahaye, Tim., 2005. Memahami Nubuatan Alkitab Bagi Diri Anda. Terjemahan, Penerbit Gospel Press: Batam.
Lahaye, Tim & Jeery Jenkins., 2005. Apakah kita Hidup Di Akhir zaman? Terjemahkan, Penerbit Gospel Press: Batam.
Lahaye, Tim, dkk., 2004. The Popular Handbook On The Rapture. Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yoyakarta.
MacArthur, John. F., 2000. The Second Coming. Terjemahan, Penerbit Penerbit Interaksara: Batam.
Pandensolang, Welly., 2004. Eskatologi Biblika. Penerbit Andi Offset: Yoyakarta.
Rhodes, Ron., 2018. Panduan Lengkap Tanya Jawab Tentang Hari Kiamat. Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yoyakarta.
Ryrie, Charles C., 1991. Teologi Dasar. 2 Jilid. Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yoyakarta.
Ryrie, Charles C., ed. 2002. Coundown To Armagedon. Terjemahan, Penerbit Gospel Press: Batam.
Ryrie, Charles C., ed. 2005. Dispensationalism. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Sper, David, ed., 2003. Apakah Yang Kita Ketahui Tentang Akhir Zaman? Terjemahkan, Diterbitkan Discovery House Publisher Indonesia: Jakarta.
Stedman, Ray C., 2002. God’s Final Word? Terjemahkan, Penerbit Gospel Press: Batam.
Swindoll, Charles R., dkk. 2000. The Road To Armagedon. Terjemahan, Penerbit Interaksara: Batam.
Thiessen, Henry C., 1992. Teologi Sistematika. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Willmington, Harold. L., 2003. Eskatologi: Study Alkitabiah yang Dibutuhkan Tentang Akhir Zaman. Terjemahkan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Yeakley, Tom., 1993. Maranatha: Tuhan Akan Datang. Penerbit Kalam Hidup: Bandung.
Zuck, Roy B, editor., 2011. A Biblical of Theology The New Testament. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang. KRISTOLOGI KITAB WAHYU.
Next Post Previous Post