MORTIFICATION dan VIVIFICATION (ROMA 8:13;KOLOSE 3:5-17)

Pdt.Budi Asali, M.Div.

Pendahuluan:

MORTIFICATION dan VIVIFICATION (ROMA 8:13;KOLOSE 3:5-17)
gadget, otomotif, bisnis
Hari Pentakosta, yang terjadi 10 hari setelah kenaikan Yesus ke surga atau 50 hari setelah kebangkitan Yesus, adalah hari turunnya / dicurahkannya Roh Kudus. Kalau dahulu Roh Kudus hanya diberikan kepada orang-orang tertentu saja (seperti nabi dsb), maka sejak hari Pentakosta dalam Kisah Para Rasul 2:1-13 Roh Kudus diberikan kepada semua orang yang percaya kepada Yesus (Kisah Para Rasul 2:38 Efesus 1:13).

Roh Kudus itu menghendaki supaya kita menjadi kudus dan Ia memimpin dan mengarahkan kita pada kekudusan. Karena itulah setiap orang percaya pasti berjuang untuk hidup kudus dan membuang dosa. Ini ciri dari orang percaya yang sejati!

Tetapi bagaimanapun kita semua tentu pernah merasakan adanya dosa-dosa yang terus melekat dalam diri kita, di dalam dosa mana kita sering jatuh bangun, sehingga tidak jarang kita mengalami perasaan frustrasi karena hal ini.

Karena itulah maka hari ini saya akan membahas tentang mortification.

I) Apakah mortification itu?

Dalam Roma 8:13 ini istilah mortification ini digambarkan dengan kata-kata ‘mematikan perbuatan-perbuatan tubuh’.

1) ‘Tubuh’.

Kata ‘tubuh’ dalam Roma 8: 13b artinya sama dengan kata ‘daging’ dalam Roma 8: 13a. Jadi, ‘perbuatan tubuh / daging’ ini bisa disamakan dengan ‘kehidupan manusia lama’, yang menunjuk pada semua dosa dalam hidup kita.

2) ‘Mematikan’ (= to mortify).

a) ‘To mortify sin’ (= mematikan dosa) tidak berarti menutup-nutupi dosa, berpura-pura saleh, kesalehan lahiriah dsb.

John Owen: “When a man on some outward respects forsakes the practice of any sin, men perhaps may look on him as a changed man. God knows that to his former iniquity he hath added cursed hypocrisy, and is got in a safer path to hell than he was in before. He hath got another heart than he had, that is more cunning; not a new heart, that is more holy” (= Pada waktu seseorang kelihatan dari luar meninggalkan praktek dari suatu dosa, mungkin orang akan melihatnya sebagai orang yang tetah berubah. Tetapi Allah tahu bahwa terhadap dosanya yang semula ia telah menambahkan kemunafikan yang terkutuk, dan ia telah mencapai jalan yang lebih aman menuju neraka dari pada sebelumnya. Ia telah mendapatkan hati yang lain yang lebih licik dari hatinya semula, bukan hati yang baru, yang lebih suci / kudus) - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 25.

Mortification bukan cuma kesalehan di luar yang disebabkan karena karakter / kepribadian yang tenang, tidak mudah marah, sopan dsb. Kalau hatinya tetap penuh dengan kebencian, iri hati, percabulan dsb, maka di sini tidak ada mortification.

Penerapan:

Apakah saudara hanya mempunyai kesalehan lahiriah (seperti pergi ke gereja, dibaptis, dsb), tetapi mempunyai hati yang tidak percaya dan jahat?

b) Artinya sama dengan ‘menyalibkan manusia lama’ / membuang dosa / semua yang tak sesuai dengan Firman Tuhan / kehendak Allah, bukan hanya secara lahiriah, tetapi juga di dalam hati.

Memang manusia lama ini sudah disalibkan dengan Kristus (Roma 6:6). Ini dimulai pada saat kelahiran baru (Roma 6:3-5). Tetapi ini harus dilanjutkan / ditingkatkan sampai pada kesempurnaan. Sekalipun memang dalam dunia ini kita tidak akan bisa mencapai kesempurnaan, tetapi itu harus menjadi tujuan kita.

II) Siapa yang harus melakukan mortification?

1) Orang yang diberi kewajiban ini adalah ‘kamu’ (Roma 8:13), yaitu orang kristen di Roma kepada siapa Paulus menuliskan surat ini. Ini terlihat lebih jelas lagi dari Kolose 3:5, karena kalau dilihat Kolose 3:1-4 terlihat bahwa ini ditujukan kepada orang percaya.

2) Ada bahayanya kalau kita menyuruh orang yang belum percaya untuk melakukan mortification, yaitu ia tidak akan datang kepada Yesus, sebaliknya merasa diri bisa melakukan perbaikan hidup. Dan pada saat ia gagal melakukan mortification itu, ia bisa berpandangan bahwa kekristenan itu salah, membuang dosa itu sia-sia dsb. Ini menyebabkan ia makin menyerah kepada dosa.

Karena itu, terhadap orang yang belum percaya, kita hanya menginjilinya menyuruh­nya datang kepada Yesus, sedangkan terhadap orang percaya kita menyuruhnya melakukan mortification.

III) Mengapa kita harus terus melakukan mortification?

1) Karena dosa terus bertindak dalam diri kita menghasilkan perbuatan daging.

John Owen: “When sin lets us alone we may let sin alone; but as sin is never less quiet than when it seems to be most quiet, and its waters are for the most part deep when they are still, so ought our contrivances against it to be vigorous at all times and in all conditions, even where there is least suspicion” (= kalau dosa membiarkan kita / tak mengganggu kita, maka kita boleh membiarkan dosa; tetapi karena dosa itu tidak pernah diam, dan airnya biasanya dalam pada waktu sedang tenang, maka usaha kita menentangnya harus bersemangat setiap saat dan dalam setiap kondisi, bahkan pada saat ada kecurigaan yang paling kecil) - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 11.

2) Dosa bukan hanya akan terus bekerja / bertindak, tetapi kalau didiamkan / kalau tidak terus dimatikan, dosa itu akan melahir­kan dosa-dosa yang hebat, yang oleh Owen dikatakan sebagai ‘cursed, scandalous, soul-destroying sins’ (= dosa-dosa terkutuk, memalukan, menghancurkan jiwa).

John Owen: “Every unclean thought or glance would be adultery if it could; every covetous desire would be oppression, every thought of unbelief would be atheism, might it grow to its head” (= setiap pikiran / pandangan mata yang najis akan menjadi perzinahan kalau memungkinkan; setiap keinginan yang tamak akan menjadi penindasan, setiap pikiran tentang ketidakpercayaan akan menjadi atheisme, kalau hal itu bisa tumbuh sampai puncaknya) - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 12.

Bandingkan dengan:

· Ibrani 3:13. Galatia 5:19-21.

· 1Sam 11 Daud mula-mula melihat Betsyeba, tetapi lalu berzinah dengan Betsyeba, membunuh Uria dsb.

John Owen: “It is modest, as it were, in its first motions and proposals, but having once got footing in the heart by them, it constantly makes good its ground, and presseth on to some farther degrees in the same kind” (= Pada gerakan dan usul mula-mula dosa itu sopan, tetapi sekali mendapat tempat berpijak dalam hati kita, dosa itu merperkokoh posisinya, dan terus menekan ke tingkat yang lebih jauh) - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temp-tation and Sin’), hal 12.

Penerapan:

Kalau perzinahan itu mau menguasai saudara bisa saja mula-mula ia datang dengan sopan, dan mengajak saudara untuk ‘mengagumi keindahan ciptaan Tuhan’, tetapi lalu membawa saudara ke dalam perzinahan dalam hati (Matius 5:28), dan akhirnya ke dalamn perzinahan fisik. Karena itu hati-hatilah dengan ‘sikap sopan’ dari dosa pada waktu ia pertama kali datang kepada saudara!

John Owen menambahkan sebagai berikut:

“One lust, or a lust in one man, may receive many accidental improvements, heightenings, and strengthenings, which may give it life, power, and vigour, exceedingly above what another lust hath, or the same lust (that is, of the same kind and nature) in another man” [= Satu nafsu, atau suatu nafsu dalam satu orang, bisa menerima kemajuan, peningkatan dan penguatan, yang memberinya hidup, kekuatan, dan semangat yang jauh melebihi yang dipunyai oleh nafsu yang lain, atau nafsu yang sama (yaitu, nafsu dari jenis dan sifat yang sama) dalam diri orang lain] - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 29.

John Owen juga memberi petunjuk tentang dosa yang sudah berkembang sampai pada taraf berbahaya:

a) Kalau dosa itu sudah mendarah daging untuk waktu yang lama.

Renungkan: apa dosa / kelemahan saudara yang sudah ada sejak kecil? Zinah? Sombong? Dusta? Pemarah? Pendendam? Malas? Suka ngaret?

b) Kalau kita menyetujui dosa itu, dan tidak ada usaha untuk membunuhnya, atau usaha untuk membenarkan diri sekalipun ada dosa.

c) Atau kalau kita hibur diri bahwa untuk dosa inipun Kristus sudah mati dan tebus, lalu kita teruskan dosa itu.

· bdk. Naaman dalam 2Raja-raja 5:18 - mau teruskan masuk ke kuil Rimon bersama rajanya, dan minta Tuhan ampuni.

· bdk. Yudas 4: 'menya­lahgunakan kasih karunia Allah untuk melampiaskan hawa nafsu!

· bdk. Roma 6:1-2.

d) Kalau kita senang / mencintai dosa itu (sekalipun kita tak melaku­kannya).

3) Dosa memberikan banyak hal negatif.

a) John Owen: “Every unmortified sin will certainly do two things: - [1] It will weaken the soul, and deprive it of its vigour. [2] It wil darken the soul, and deprive it of its comfort and peace” [= Setiap dosa yang tidak dimatikan pasti akan melakukan 2 hal: (1) Dosa itu akan melemahkan jiwa, dan mencabut / menghilangkan semangat / kekuatannya.(2) Dosa itu akan menggelapkan jiwa, dan mencabut / menghilangkan penghiburan dan damai darinya] - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 22.

Contoh:

· Daud dalam Mazmur 38:4,9 Mazmur 40:13 (KJV: I am not able to look up).

· Juga 1Yohanes 2:15 1Yohanes 3:17 - kehilangan kasih Allah.

· Tentang ‘kehilangan damai’ lihat:

* Imamat 26:17b,36-37a Amsal 28:1.

* 1Raja-raja 8:38 - ‘apa yang merisaukan hatinya sendiri’ ® jelas menunjukkan bahwa dosa menghancurkan damai / sukacita.

Illustrasi: Ini seperti tanaman yang ditanam tanpa disiangi tanahnya, sehingga tumbuh banyak semak, rumput dsb disekeliling­nya. Tanaman itu mungkin saja bisa tetap hidup, tetapi tidak akan bagus / sehat.

Sebaliknya, ada janji yang diberikan kalau kita melakukan kewajiban ini, yaitu: ‘Engkau akan hidup’ (Roma 8:13).

Hidup disini dikontraskan dengan ‘mati’ dalam ay 13a atau ‘kebina­saan’ dalam Galatia 6:8.

Mungkin kata ‘hidup’ ini tidak hanya menunjuk pada hidup yang kekal, tetapi juga pada kehidupan rohani yang kuat, penuh semangat dan sukacita. Seperti yang dikatakan oleh Paulus dalam 1Tesalonika 3:8 - ‘Sekarang kami hidup kembali, asal saja kamu teguh berdiri’. Tentu maksud Paulus bukan sekedar ‘hidup kekal biasa’ tetapi hidup rohani yang penuh sukacita.

Jadi yang dijanjikan di dalam Roma 8:13 ini adalah: ‘Kamu akan mempunyai kehidupan rohani yang baik, bersemangat / kuat, dan menyenangkan saat ini, dan kamu akan menerima hidup kekal nanti’.

b) Doa yang tidak dijawab

Hosea 5:13-15 - tidak dilepaskan dari penderitaan, sekalipun berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan, sampai mereka menga­ku bersalah (Hosea 5:15 bdk. Zakharia 7:8-14).

Bdk. Juga Yohanes 9:31 Yesaya 59:1-2 Yesaya 1:15 Amsal 1:24-28.

c) Dosa sebabkan pelayanan kita tak diberkati / sia-sia.

Pelayanan tergantung pada doa. Kalau doa tak dijawab (no b) di atas, maka jelas pelayanan akan sia-sia.

Bdk. juga 1Korintus 15:58 2Timotius 2:20-22.

d) Dosa menyebabkan kita dikeraskan hatinya (Ibrani 3:12-13).

Kita menjadi tak takut kepada Allah, remehkan / kecilkan dosa itu dsb.

e) Adanya hukuman / hajaran Tuhan (Mazmur 89:31-33).

Bdk. Yunus ditelan ikan.

4) Dosa menyedihkan / mendukakan Roh Kudus (Efesus 4:30).

IV) Bagaimana caranya melakukan mortification?

1) Cara melakukan kewajiban itu adalah: ‘melalui Roh Kudus’.

John Owen: “Mortification from a self-strength, carried on by ways of self-invention, unto the end of a self-righteousness, is the soul and substance of all false religion in the world” (= tindakan mematikan dosa dengan kekuatan sendiri, dilakukan dengan cara-cara yang ditemukan sendiri, menuju kebenaran diri sendiri, adalah jiwa dan zat / inti dari semua agama palsu dalam dunia) - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 7.

Dalam melakukan mortification ini harus ada kesadaran mendalam bahwa kita tidak mampu, dan hanya Roh Kudus yang mampu. Ini membuat kita harus bersandar kepada Dia dengan banyak berdoa! Tetapi bahwa Roh Kudus yang menguduskan kita dan mematikan dosa dalam diri kita, tidak berarti bahwa kita tak perlu berbuat apa-apa. Pengudusan / mortification termasuk synergistic, yaitu suatu hal yang terjadi karena kerja sama dua pihak, yaitu Allah / Roh Kudus dan manusia!

John Owen: “He works in us and with us, not against us or without us” (= Ia bekerja di dalam kita dan bersama kita, bukan menentang kita atau tanpa kita) - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 20.

2) Kita tak boleh mengecilkan / meremehkan dosa itu. Kita harus mempunyai pengertian yang benar tentang kesalahan, bahaya, dan jahatnya dosa itu. Tidak adanya hal ini menyebabkan kita terus ada dalam dosa itu. Contoh:

· 2Raja-raja 5:18 - Naaman adalah contoh orang yang meremehkan dosa.

· Amsal 7:23b - tidak sadar bahwa hidupnya terancam.

Bdk. juga dengan Roma Katolik yang mengajarkan tentang venial sins (= dosa kecil), yang bahkan tidak perlu diakui.

Kita memang percaya adanya tingkat-tingkat dosa, tetapi kita tidak percaya adanya dosa yang boleh diremehkan! Setiap dosa yang bagaimanapun kecilnya, upahnya adalah maut. Setiap dosa yang bagaimanapun kecilnya, menimbulkan murka Allah / menjauhkan manusia dari Allah. Setiap dosa yang bagaimanapun kecilnya, menyebabkan Kristus harus mati di atas kayu salib.

3) Kita tak boleh melakukan mortification itu hanya pada dosa-dosa tertentu saja, tetapi pada semua dosa (bdk. 2Korintus 7:1 - marilah kita menyucikan diri dari semua pencemaran jasmani dan rohani). Mengapa?

a) Biasanya orang memilih untuk membunuh dosa yang menyebabkan hidupnya tidak damai, tidak enak, dsb, tetapi membiarkan dosa yang tidak menyebabkan hal-hal itu. Ini menunjukkan bahwa morti­fication yang ia lakukan didasarkan pada self-love (= kasih pada diri sendiri)!

b) Bisa saja dosa-dosa yang mau kita buang itu tidak bisa mati, justru karena adanya dosa-dosa yang kita biarkan.

c) Allah sering menghukum satu dosa dengan membiarkan orang itu jatuh ke dalam dosa-dosa lain (Mazmur 81:12-13 Roma 1:24,26,28). Jadi, dosa yang satu bisa berhubungan dengan dosa yang lain.

d) Dosa yang dibiarkan itu akan merusak persekutuan kita dengan Allah, dan rusaknya persekutuan dengan Allah ini menyebabkan kita tidak punya kekuatan untuk membuang dosa yang ingin kita buang.

Renungkan: dosa apa yang saudara biarkan dalam diri saudara?

4) Mortification harus dilakukan dengan terus menerus memerangi / melemahkan dosa itu. Jangan hanya kadang-kadang, karena pada saat kita berhenti memeranginya, ia bertumbuh / menguat.

John Owen: “Cease not a day from this work; be killing sin or it will be killing you” (= Jangan berhenti satu haripun dari pekerjaan ini; bunuhlah dosa atau dosa itu akan membunuhmu) - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 9.

Tujuannya supaya dosa terus berkurang dalam kekuatannya, maupun dalam seringnya muncul dalam diri kita. Dosa, khususnya yang telah lama dipelihara dan menjadi kuat, harus dilemahkan / diperangi terus menerus. Inilah yang disebut dengan ‘menyalib­kan daging dengan segala keinginannya’
(Galatia 5:24).

Perlu juga diketahui bahwa kalau seseorang disalibkan, maka biasa­nya mula-mula ia berontak, berteriak dsb, tetapi lama-kelamaan akan melemah dan mati. Demikian juga pada waktu kita menyalibkan dosa, maka sering terjadi bahwa dosa itu lalu justru kelihatan tambah hebat.

Catatan: Makin hebatnya dosa pada saat kita melakukan mortification sering membuat kita putus asa, merasa gagal / sia-sia, sehingga kita berhenti menyalibkan dosa itu, tetapi kalau penyaliban itu diteruskan, maka dosa itu akan melemah dan mati.

5) Melakukan hal-hal yang ‘tidak menyenangkan’ / bertentangan dengan dosa itu.

Contoh:

· kalau saudara suka ngaret, maka janganlah sekedar datang persis pada waktunya, tetapi datanglah kepagian, bahkan sangat kepagian. Ini adalah sesuatu yang sangat tidak menyenangkan bagi sifat ngaret itu!

· kalau saudara medit / kikir, justru berikan uang kepada gereja / orang yang layak dibantu.

· kalau saudara sering tidak memberikan persembahan persepuluhan, justru berikan persembahan perlimaan, sekaligus untuk membayar hutang saudara kepada Tuhan!

· kalau saudara tamak, justru tolak tawaran bisnis, sekalipun sebetulnya memungkinkan untuk menerimanya!

· kalau saudara selalu hidup dengan penglihatan / logika, justru saudara harus berusaha untuk hidup dengan iman (bdk. 2Korintus 5:7).

· kalau saudara sombong / senang dianggap hebat / disanjung, justru buatlah supaya saudara direndahkan. Misalnya: pada waktu berkumpul kumpul dengan teman-teman yang kaya, saudara pakai pakaian sederhana / murah, tanpa perhiasan. Atau dengan berani bertanya (sekalipun akan dianggap bodoh) pada waktu ada sesuatu yang tidak saudara mengerti dalam pembicaraan.

· kalau TV menjadi ‘allah lain’ dalam hidup saudara, maka saudara harus dengan sengaja tidak menonton acara yang saudara senangi sekalipun sebetulnya ada waktu untuk menontonnya.

· kalau saudara tidak bisa bersekutu, justru harus mengadakan waktu untuk bersekutu.

· kalau saudara malas melayani, justru saudara harus meminta pelayanan yang merepotkan!

· kalau saudara membenci / mendendam kepada seseorang, saudara justru harus mendoakan dia dan melakukan sesuatu yang baik kepadanya (Matius 5:44).

· kalau saudara senang memfitnah / menjelekkan orang, saudara justru harus membicarakan kebaikan orang.

· kalau saudara senang bersungut-sungut, saudara justru harus memuji Tuhan / bersyukur kepada Tuhan.

· kalau pikiran saudara sering kotor / cabul, saudara justru harus mengisinya dengan hal-hal yang baik, seperti Firman Tuhan (bdk. Filipi 4:8).

· kalau saudara mempunyai keinginan menyeleweng, saudara justru harus mendekat kepada istri saudara dan menunjukkan kasih saudara kepadanya.

Renungkan: Kelemahan apa yang ada pada diri saudara, dan hal apa yang bertentangan dengannya yang harus saudara lakukan?

6) Menjauhi pencobaan yang membawa kita pada dosa itu.

Perlu juga diketahui bahwa kalau dosa itu digambarkan seperti tanaman yang menghasilkan buah yang pahit / beracun, maka tidak cukup bagi kita untuk menghancurkan buahnya, tetapi seluruh tanaman beserta akarnya!

Pertama-tama kita harus mengenali dosa apa yang ada dalam diri kita, lalu kita harus mempelajari cara-caranya / siasat yang ia pakai dalam mengalahkan kita, situasi apa yang menguntungkan dia, dsb. Jadi, kita betul-betul seperti perang, dimana kita harus menyeli­diki kekuatan dan kelemahan dan taktik dari musuh kita.

John Owen: “This is a folly that possesses many who have yet a quick and living sense of sin. They are sensible of their sins, not of their temptations, - are displeased with the bitter fruit, but cherish the poisonous root” (= ini adalah kebodohan yang merasuk / menguasai banyak orang yang mempunyai perasaan yang cepat dan hidup tentang dosa. Mereka peka terhadap dosa mereka, tidak terhadap pencobaan mereka; tidak senang dengan buah yang pahit, tetapi menyayangi / memelihara / memberi makan akar yang beracun) - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 118.

Adalah sesuatu yang kurang ajar kalau kita berdoa supaya ‘jangan dibawa ke dalam pencobaan’ (Matius 6:13a), tetapi kita terus menerus menyenangi dan mendatangi pencobaan!

Penerapan:

· kalau kelemahan saudara adalah perzinahan, maka saudara harus menjauhi film yang merangsang, buku / bacaan yang porno / membangkitkan nafsu, dan juga teman-teman yang omongannya erotis / cabul / membangkitkan nafsu, lebih-lebih teman yang mengajak untuk berzina.

· kalau kelemahan saudara adalah dalam hal menonton TV, sumbangkan TV saudara ke gereja!

· kalau kelemahan saudara adalah merokok, jauhi teman yang merokok.

Renungkan: Apa kelemahan saudara, dan apa yang harus saudara lakukan untuk menjauhkan pencobaan yang menarik saudara ke dalam dosa itu?

7) Menghidupkan manusia baru (vivification).

Kalau mortification adalah mematikan manusia lama, maka vivification adalah menghidupkan manusia baru. Kalau mortification adalah sesuatu yang negatif, maka vivification adalah sesuatu yang positif. Kalau mortification adalah berusaha untuk berhenti berbuat dosa, maka vivification adalah berusaha berbuat baik.

Bdk. Kolose 3:5-17! Bagian ini mengandung mortification maupun vivification! Kedua hal ini harus dilakukan secara serentak!

Contoh dari vivification:

· berbakti dengan rajin.

Saudara hanya boleh tidak datang dalam kebaktian kalau saudara sakit, atau hujan begitu lebat sampai banjir 3 meter!

· belajar Firman Tuhan melalui Pemahaman Alkitab, cassette khotbah, buku makalah!

· Berdoa, secara pribadi maupun dalam Persekutuan Doa di gereja.

· Melayani / memberitakan Injil.

· Melakukan semua hal yang baik / sesuai dengan Firman Tuhan, seperti menolong orang, mengasihi istri, menaati suami, dsb.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
- AMIN -
Next Post Previous Post