PENCOBAAN DI PADANG GURUN (MATIUS 4:1-12)
Pdt. Esra Alfred Soru, MPdK.
Penafsir yang lain seperti Barclay mengatakan bahwa ini adalah padang gurun Yeshimmon, dekat laut mati.
William Barclay – Di antara kota Yerusalem dan laut mati memang terbentang padang gurun. Di dalam PL padang gurun itu disebut Yeshimmon, yang berarti pembinasaan, dan nama itu cocok dengan keadaan padang gurun itu sendiri. Padang gurun itu berukuran panjang kira-kira 50 km dan lebarnya kira-kira 20 km. Padang gurun itu merupakan suatu lahan yang tanahnya cokelat berkapur, dengan semak-semak di sana sini. Permukaan padang gurun itu naik turun, dan berlereng-lereng sehingga memberikan kesan yang sangat menakutkan. Bukit-bukitnya nampak berdebu tebal, dan tanah kapurnya menyeruak di sana-sini. Batu-batunya berserakan Kadang kala orang yang berjalan di situ seolah-olah mendengar suara dari dalam tanah yang menggemakan bunyi langkah dan derap kakinya sendiri. Panas yang tinggi dan keadaan permukaan tanah padang gurun seperti itu sering menyebabkan adanya fatamorgana. Padang gurun Yeshimmon itu membentang ke Laut mati secara agak terjal, dan akhrinya membentuk suatu lereng curam yang dalamnya 400 m lebih. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari – Matius 1-10, hal. 104).
Sebelum kita membahas inti pencobaan yang dialami Yesus ini, kita akan terlebih dahulu mempelajari beberapa fakta menarik dalam kisah pencobaan ini yang nampak dalam ayat 1 bacaan kita :
Ini harusnya menjadi pelajaran bagi kita bahwa kita tidak boleh membawa diri kita sendiri ke dalam pencobaan. Jikalau kita harus dicobai, biarlah itu merupakan kehendak Allah sendiri yang menuntun kita kepada pencobaan itu tetapi bukan kita yang membawa diri kita sendiri ke dalam pencobaan-pencobaan itu. Misalnya lemah di dalam perzinaan tetapi suka jalan-jalan ke kompleks pelacuran, lihat gambar-gambar porno di internet, dll. Lemah di dalam fitnahan tetapi suka ngumpul bersama-sama tukang gosip. Lemah di dalam kemabukan tetapi suka bergaul dengan para peminum, dll. Ini semua namanya membawa diri sendiri ke dalam pencobaan. Alkitab mengatakan pergaulan yang jahat merusakkan kelakuan yang baik.
PENCOBAAN DI PADANG GURUN (MATIUS 4:1-12) (Part 1).
Matius 4:1-12 – (1) Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. (2) Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus. (3) Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." (4) Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (5) Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, (6) lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." (7) Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!" (8) Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, (9) dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." (10) Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" (11) Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus. (12) Tetapi waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea.
bisnis, asuransi, otomotif |
Ini adalah kisah di mana Yesus dicobai oleh iblis di padang gurun. Sebuah kisah yang sangat terkenal yang akan kita pelajari selama dalam beberapa kali pembahasan. Kisah tentang pencobaan Yesus di padang gurun ini dicatat dalam 3 Injil Sinoptik (Matius, Markus, Lukas). Markus mencatat kisah ini dengan singkat (hanya 2 ayat), tidak seperti Matius dan Lukas yang mencatatnya lebih panjang.
Markus 1:12-13 – (12) Segera sesudah itu Roh memimpin Dia ke padang gurun. (13) Di padang gurun itu Ia tinggal empat puluh hari lamanya, dicobai oleh Iblis. Ia berada di sana di antara binatang-binatang liar dan malaikat-malaikat melayani Dia
Tetapi dari mana mereka tahu kisah ini? Bukankah pada saat itu hanya Yesus seorang diri di padang gurun itu dan sama sekali tidak ada saksi mata dari peristiwa ini? Sudah pasti mereka mengetahuinya dari Yesus. Yesus sendirilah yang menceritakan pengalaman ini kepada mereka.
William Barclay – Oleh karena itu kita perlu membaca cerita ini dengan penghormatan yang khusus. Di dalam cerita ini Yesus membeberkan diri-Nya sendiri secara terbuka. Di situ Ia menceritakan hal-hal yang dialami-Nya secara pribadi. Jadi cerita ini adalah cerita yang paling berharga, sebab di situ Yesus mengatakan bahwa ia dapat menolong orang lain yang mengalami pencobaan. Jadi sekali lagi Yesus membuka rahasia pengalaman perjuangan-Nya sendiri untuk menolong kita di dalam perjuangan kita. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari – Matius 1-10, hal. 109).
Kira-kira di mana persisnya Yesus dicobai? Di padang gurun mana? Matthew Henry berpendapat bahwa peristiwa ini terjadi di padang gurun Sinai :
Matthew Henry – Kemungkinan di padang gurun Sinai, tempat Musa dan Elia berpuasa 40 hari, 40 malam, sebab tidak ada bagian di seluruh padang gurun Yudea yang disebut begitu gersang dan penuh binatang buas seperti tempat ini (Markus 1:13) - (Injil Matius 1-14, hal. 95).
Penafsir yang lain seperti Barclay mengatakan bahwa ini adalah padang gurun Yeshimmon, dekat laut mati.
William Barclay – Di antara kota Yerusalem dan laut mati memang terbentang padang gurun. Di dalam PL padang gurun itu disebut Yeshimmon, yang berarti pembinasaan, dan nama itu cocok dengan keadaan padang gurun itu sendiri. Padang gurun itu berukuran panjang kira-kira 50 km dan lebarnya kira-kira 20 km. Padang gurun itu merupakan suatu lahan yang tanahnya cokelat berkapur, dengan semak-semak di sana sini. Permukaan padang gurun itu naik turun, dan berlereng-lereng sehingga memberikan kesan yang sangat menakutkan. Bukit-bukitnya nampak berdebu tebal, dan tanah kapurnya menyeruak di sana-sini. Batu-batunya berserakan Kadang kala orang yang berjalan di situ seolah-olah mendengar suara dari dalam tanah yang menggemakan bunyi langkah dan derap kakinya sendiri. Panas yang tinggi dan keadaan permukaan tanah padang gurun seperti itu sering menyebabkan adanya fatamorgana. Padang gurun Yeshimmon itu membentang ke Laut mati secara agak terjal, dan akhrinya membentuk suatu lereng curam yang dalamnya 400 m lebih. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari – Matius 1-10, hal. 104).
William Barclay – Padang gurun itu disebut Yeshimmon, yang berarti pembinasaan. Bukit-bukitnya laksana timbunan abu; batu kapur nampaknya bagaikan melepu dan mengelupas, karang-karang kelihatan gundul dan bergerigi, suasana terasa hampa dan kosong; udaranya panas bagaikan tempat peleburan yang maha besar sehingga sulit untuk bernapas, tingginya 1200 kaki, yang menukik tajam ke Laut Mati. Di tempat yang sangat mengerikan inilah Yesus dicobai. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari – Injil Lukas, hal. 61).
Sebelum kita membahas inti pencobaan yang dialami Yesus ini, kita akan terlebih dahulu mempelajari beberapa fakta menarik dalam kisah pencobaan ini yang nampak dalam ayat 1 bacaan kita :
Matius 4:1 - Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis.
Dari ayat 1 ini ada beberapa hal yang bisa kita pelajari :
I. KAPAN TERJADINYA PENCOBAAN INI?
Kapan peristiwa pencobaan ini dialami oleh Yesus? Perhatikan ayat 1 :
Matius 4:1 : Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis.
Kisah ini diawali dengan kata “maka” yang dalam bahasa Yunaninya adalah “TOTE” yang bisa diartikan “kemudian” (Ing. “then”). Bandingkan dengan Alkitab Terjemahan Lama :
TL - Kemudian daripada itu, lalu Yesus dibawa oleh Roh masuk ke padang belantara supaya dicobai oleh Iblis.
Adanya kata “maka” atau “kemudian” ini menunjukkan bahwa cerita ini adalah kelanjutan dari cerita sebelumnya. Atau cerita ini terjadi persis setelah cerita sebelumnya. Nah, dilihat dari konteksnya, kisah sebelumnya adalah kisah pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis. Itu berarti pencobaan Yesus di padang gurun terjadi sesaat setelah Ia dibaptis.
Matius 3:16-17; 4:1 – (3:16) Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, (3:17) lalu terdengarlah suara dari surga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." (4:1) Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis.
Bahkan Markus menyatakannya dengan kata-kata yang lebih tegas : “segera sesudah itu” :
Markus 1:10-12 – (10) Pada saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya. (11) Lalu terdengarlah suara dari surga: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan." (12) Segera sesudah itu Roh memimpin Dia ke padang gurun.
Tetapi mengapa Yesus meminta dibaptis oleh Yohanes? Di dalam tradisi Yahudi, seseorang baru benar-benar dianggap dewasa jika dia berumur 30 tahun. Karena itu juga maka seorang keturunan Lewi / keturunan imam baru boleh melaksanakan tugas-tugas keimamannya saat berumur 30.
Bilangan 4:2-3 – (2) "Hitunglah jumlah bani Kehat sebagai suatu golongan tersendiri di antara bani Lewi,…. (3) Hitunglah yang berumur tiga puluh tahun ke atas sampai yang berumur lima puluh tahun, semua orang yang kena wajib tugas, supaya mereka melakukan pekerjaan di Kemah Pertemuan
Lihat juga : Bilangan 4:46-47.
Itulah sebabnya Yesus baru memulai pelayanannya saat berumur 30 tahun dan itu ditandai dengan Ia datang kepada Yohanes dan meminta dibaptis. Jadi saat dibaptis Yesus berumur 30 tahun. Itu juga adalah saat di mana Ia hendak memulai pelayanan-Nya.
Lukas 3:22-23 – (22) dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan." (23) Ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun …”
Jadi saat Yesus berumur 30 tahun, Ia hendak memulai pelayanan-Nya dan itu diawali-Nya dengan meminta Yohanes untuk membaptis-Nya. Setelah dibaptis itu lalu Ia dicobai di padang gurun. Dari sini kita bisa simpulkan bahwa pencobaan yang dialami Yesus terjadi pada saat Ia hendak memulai pelayanan-Nya di bumi.
Selanjutnya pada saat Yesus dibaptis, ada suatu pengalaman supranatural yang Ia alami di mana langit terbuka, Roh Allah turun ke atas-Nya dan Allah Bapa bersuara dari surga dan menyatakan Yesus adalah Anak-Nya yang terkasih di mana Ia berkenan kepada-Nya.
Matius 3:16-17 – (16) Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, (17) lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.
Sesaat setelah mengalami pengalaman rohani yang luar biasa itulah, Ia dibawa untuk dicobai di padang gurun.
Matthew Henry – Segera setelah langit terbuka bagi-Nya dan Roh Allah turun ke atas-Nya, dan Ia dinyatakan sebagai Anak Allah serta Juru selamat dunia, berita selanjutnya yang kita dengar tentang Dia adalah bahwa Dia dicobai…” (Injil Matius 1-14, hal. 94).
Jadi pencobaan yang dialami oleh Yesus terjadi setelah 2 hal yakni setelah Ia memutuskan untuk memulai pekerjaan pelayanan-Nya dan setelah Ia mengalami pengalaman rohani yang luar biasa di mana Roh Kudus turun atas-Nya dan Bapa di surga memberikan penyataan kepada-Nya. Jikalau ini dibalik, dapat dikatakan bahwa sekalipun Yesus memiliki niat untuk melayani Allah Bapa dan umat manusia, sekalipun Ia telah dipenuhi dengan Roh Kudus sebagaimana kata Luk 4:1 (Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun), sekalipun Sang Bapa memberikan penyataan kepada-Nya bahwa Ia adalah Anak-Nya, sekalipun Ia berkenan kepada Bapa-Nya, itu semua tidak membuat-Nya bebas dari pencobaan setan.
Ini semua mengajarkan kepada kita bahwa kalau kita sudah menerima suatu pernyataan dari Tuhan, kalau kita mempunyai status sebagai anak Tuhan, kalau kita mempunyai keinginan untuk menyenangkan Tuhan lewat pelayanan, belajar Firman Tuhan, lebih banyak berdoa, dsb, itu bukan jaminan bahwa kita tidak akan diserang oleh setan. Justru sebaliknya semua itu akan membuat setan bertekad untuk menyerang saudara. Bandingkan :
bisnis, asuransi, otomotif |
Karena itu jangan percaya dengan ajaran-ajaran populer yang mengatakan bahwa kalau kita menjadi Anak Allah maka hidup kita akan enak, sehat, makmur dan berkelimpahan, dsb. Tidak! Kisah Yesus menunjukkan bahwa justru ketika seseorang menjadi Anak Allah, mau mendekat kepada Allah / mau hidup menyenangkan Allah, setan pasti akan menyerang dia. Ingat, setan tidak akan menyerang anak-anaknya sendiri, ia tidak perlu mencobai mereka karena toh mereka sudah dengan sukarela menuruti semua keinginannya.
Yohanes 8:44 - Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu….”
Karena itu kalau hidup saudara aman-aman saja tanpa pernah diserang setan dengan berbagai macam persoalan, kesulitan, musibah, dll, jangan-jangan saudara adalah anaknya. Tapi kalau saudara adalah anak Tuhan, terlebih lagi kalau saudara dekat dengan Tuhan dan melayani Tuhan, saudara pasti jadi “target man” dan “target woman” nya setan.
Yesus Bin Sirakh – Anakku, jikalau engkau bersiap untuk mengabdi kepada Tuhan, maka bersedialah untuk pencobaan” (Sirakh 2:1).
Karena itu kita pun sebenarnya bisa bersyukur setiap kali kita dicobai / diserang setan karena itu membuktikan siapa kita dan berada di pihak mana kita (Allah). Karena setan pasti akan menyerang anak-anak Tuhan, dia pasti akan menyerang orang-orang yang dekat dengan Tuhan dan melayani Tuhan, maka kita harus senantiasa waspada atau berjaga-jaga.
1 Petrus 5:8 - Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.
II. SIAPAKAH YANG DICOBAI?
Siapakah yang dicobai setan di sini? Yesus!
Matius 4:1 - Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis.
Siapakah Yesus? Dia adalah Allah / Anak Allah sendiri yang menjelma menjadi manusia. Dan dari kata-kata setan terlihat bahwa setan tahu siapa Dia sesungguhnya. Bandingkan :
Markus 1:23-24 – (23) Pada waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak: (24) "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah."
Lukas 4:41 - Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak: "Engkau adalah Anak Allah." Lalu Ia dengan keras melarang mereka dan tidak memperbolehkan mereka berbicara, karena mereka tahu bahwa Ia adalah Mesias.
Biarpun demikian ini tidak lantas membuat setan menyerah lebih dahulu. Dia pernah mengalahkan Adam, dia pernah mengalahkan Daud, dia pernah mengalahkan orang-orang hebat dalam sejarah, tapi sekarang dia berhadapan dengan Anak Allah sendiri dan ia tetap nekad untuk mencobai-Nya. Ini sesuatu yang luar biasa. Setan-setan tahu siapa Yesus, dan sebenarnya mereka takut sekali pada Yesus.
Markus 5:7 - dan dengan keras ia berteriak: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Maha tinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!"
Lukas 8:27-28 – (27) Setelah Yesus naik ke darat, datanglah seorang laki-laki dari kota itu menemui Dia; orang itu dirasuki oleh setan-setan dan sudah lama ia tidak berpakaian dan tidak tinggal dalam rumah, tetapi dalam pekuburan. (28) Ketika ia melihat Yesus, ia berteriak lalu tersungkur di hadapan-Nya dan berkata dengan suara keras: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus Anak Allah Yang Maha tinggi? Aku memohon kepada-Mu, supaya Engkau jangan menyiksa aku."
Anehnya, biar pun takut tetapi tetap saja nekad untuk mencobai-Nya. Ini menunjukkan bahwa setan tidak pandang bulu. Jadi kalau saudara suka pandang bulu, saudara lebih buruk dari setan dalam hal ini. Dan ini juga mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada 1 orang dari antara kita pun, sehebat apa pun dia yang bisa tidak diserang oleh setan (kecuali dia memang anak / kawannya setan). Jikalau Yesus Anak Allah saja tidak membuat setan mengurungkan semangat untuk mencobai-Nya, apalagi kita? Jikalau terhadap Yesus yang mereka takuti saja mereka tetap menyerang, apalagi kepada kita yang sama sekali bukan tandingannya? Ia tidak takut kepada kita, kita yang sering takut kepada dia. Ingat setan itu jenisnya adalah malaikat sehingga ia bukan tandingan kita. Jadi ia sama sekali tidak takut pada kita. Ia bahkan disebut dengan julukan “penguasa kerajaan angkasa”.
Efesus 2:2 - Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.
Karena itu tidak ada kita yang bisa kebal terhadap serangan setan.
Tetapi lebih dari itu mengapa setan sepertinya begitu ngotot menjatuhkan Yesus? Karena dia tahu bahwa Yesus adalah ancaman bagi dia dan kerajaannya. Yesus akan memberitakan Injil dan ini akan mengakibatkan setan kehilangan banyak pengikut.
Matius 4:23 - Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah…”.
Yesus juga akan mengusir mereka sehingga mereka akan kehilangan banyak “tempat tinggal”.
Matius 12:28 - Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.
Sampai-sampai mereka tidak punya tempat dan harus mencari “penginapan” baru itu pun harus atas ijin Yesus :
Lukas 8:31-32 – (31) Lalu setan-setan itu memohon kepada Yesus, supaya Ia jangan memerintahkan mereka masuk ke dalam jurang maut. (32) Adalah di sana sejumlah besar babi sedang mencari makan di lereng gunung, lalu setan-setan itu meminta kepada Yesus, supaya Ia memperkenankan mereka memasuki babi-babi itu. Yesus mengabulkan permintaan mereka.
Bahkan kadang-kadang Yesus tidak ijinkan mereka berbicara :
Markus 1:34 – Ia… mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara,….
Bukan hanya itu, Yesus juga memberikan kuasa-Nya kepada murid-murid-Nya sehingga mereka ikut-ikutan mengusir setan :
Matius 10:8 - Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. …”
Pada akhirnya Yesus akan menebus dosa manusia di atas kayu salib yang berarti kekalahan mereka. Itu berarti bahwa Yesus adalah seorang yang sangat penting dalam kerajaan Allah dan sekaligus itu menjadi ancaman terbesar bagi kerajaan setan. Karena itulah setan berusaha sedemikian rupa, menyerang dengan berbagai cara, berbagai strategi dalam kesempatan-kesempatan yang paling menentukan supaya kalau bisa Ia dijatuhkan. Ingat bahwa kalau Yesus berdosa 1 kali saja, Ia tidak layak lagi menjadi penebus dosa dan itu berarti kemenangan setan. Karena itu setan menyerang-Nya dengan hebat. Di sini kita dapati 1 prinsip penting bahwa sekalipun setan akan menyerang semua anak Tuhan, ia akan mengarahkan panah-panah terbaiknya yang paling berbahaya kepada orang-orang penting dalam Kerajaan Allah yang dirasa akan menjadi ancaman besar bagi kerajaannya. Semakin penting seseorang dalam Kerajaan Allah, semakin bermanfaat seseorang bagi gereja Tuhan, semakin giat seseorang memenangkan jiwa-jiwa, setan akan berjuang sedemikian rupa untuk menghancurkannya.
Matthew Henry – Iblis menaruh dendam khusus kepada orang-orang yang bermanfaat,...” (Injil Matius 1-14, hal. 94).
Matthew Henry – Perhatikanlah, ketika kita telah menjalin persekutuan yang sangat menyenangkan dengan Allah dan memperoleh pernyataan kasih-Nya sedalam-dalamnya, maka kita harus sadar bahwa iblis akan terdorong untuk menyerang kita (kapal yang paling kaya selalu menjadi sasaran utama para perampok)…” (Injil Lukas, hal. 149).
Secara kolektif, setan juga akan memfokuskan serangannya pada gereja-gereja yang sungguh-sungguh memberitakan Injil karena gereja itu adalah ancaman bagi kerajaan setan. Itulah sebabnya setan biasanya mengarahkan serangannya yang paling hebat kepada hamba-hamba Tuhan atau gereja-gereja yang dengan sungguh-sungguh melayani dan memberitakan Injil dan kadang mengabaikan atau memberikan serangan seadanya bagi hamba-hamba Tuhan atau gereja yang dianggap bukan ancaman, yang melayani tidak sungguh-sungguh, yang melayani dengan motivasi salah, dsb. Karena itulah maka kita sering mendengar ada banyak hamba Tuhan yang hebat akhirnya jatuh dan hancur karena serangan setan. Ada begitu banyak gereja yang bagus dikacaubalaukan oleh setan. Karena itu biarlah semua hamba Tuhan yang terjun di dalam pelayanan apalagi pelayanan yang berkaitan dengan pemberitaan Injil harus berhati-hati dan bertekun di dalam doa agar tidak jatuh dalam pencobaan setan.
Matius 26:41 - Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."
Tetapi juga bagi kita semua, biarlah kita tidak hanya berdoa untuk diri kita sendiri tetapi secara khusus mau berdoa untuk hamba-hamba Tuhan yang sedang Tuhan pakai secara heran, yang dengan gigih melayani Tuhan, memberitakan Injil, dsb karena orang-orang seperti itu menjadi fokus serangan setan. Mereka menerima pencobaan lebih banyak dan lebih berat dari saudara-saudara yang lain.
1 Tesalonika 5:25 - Saudara-saudara, doakanlah kami.
Maukah saudara melakukan itu dalam doa-doa saudara secara rutin?
III. SIAPAKAH INISIATOR PENCOBAAN INI?
Lalu siapakah yang adalah inisiator pencobaan yang dialami Yesus ini?
Matius 4:1 - Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis.
Dari sini terlihat bahwa Roh Kuduslah yang menjadi inisiator pencobaan tersebut. Perhatikan bahwa bukan Yesus sendiri yang membawa diri-Nya menuju pencobaan itu melainkan Roh Kudus yang membawa-Nya.
Matthew Henry – Kristus dituntun pada pertempuran itu. Ia tidak dengan sengaja membawa diri-Nya ke sana, tetapi dibawa oleh Roh …”” (Injil Matius 1-14, hal. 96).
Ini harusnya menjadi pelajaran bagi kita bahwa kita tidak boleh membawa diri kita sendiri ke dalam pencobaan. Jikalau kita harus dicobai, biarlah itu merupakan kehendak Allah sendiri yang menuntun kita kepada pencobaan itu tetapi bukan kita yang membawa diri kita sendiri ke dalam pencobaan-pencobaan itu. Misalnya lemah di dalam perzinaan tetapi suka jalan-jalan ke kompleks pelacuran, lihat gambar-gambar porno di internet, dll. Lemah di dalam fitnahan tetapi suka ngumpul bersama-sama tukang gosip. Lemah di dalam kemabukan tetapi suka bergaul dengan para peminum, dll. Ini semua namanya membawa diri sendiri ke dalam pencobaan. Alkitab mengatakan pergaulan yang jahat merusakkan kelakuan yang baik.
1 Korintus 15:33 - Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.
Karena itu baiklah kita menjaga diri kita dan menahan langkah kita agar tidak menerjunkan diri sendiri ke dalam pencobaan itu. Dalam ayat kita dikatakan bahwa Roh-lah yang membawa Yesus ke padang gurun untuk dicobai iblis. Di sini kelihatannya ada kerjasama antara Roh Kudus dan iblis di mana Roh membawa Yesus ke padang gurun itu dan iblis yang akan mencobai-Nya. Kita tidak perlu heran dengan pola semacam ini karena kasus seperti ini pernah terjadi pada Ayub (Ayub 1:6-12; 2:1-6) di mana Tuhan dan setan seolah-olah sepakat untuk menimpakan penderitaan pada Ayub. Mengapa bisa terjadi semacam ini? Karena baik Tuhan maupun setan, sama-sama mempunyai kepentingan di dalamnya. Tuhan melihat itu sebagai sebuah ujian bagi Ayub sedangkan setan melihat itu sebagai cobaan bagi Ayub. Demikian juga dengan yang dialami oleh Yesus. Roh Kudus melakukan itu karena dari kaca mata Allah itu adalah sebuah ujian kepada Yesus tetapi dari kaca mata iblis, itu adalah cobaan kepada-Nya.
Kalau begitu apa bedanya ujian dan pencobaan? Ada 4 perbedaan :
1.Perbedaan sumber : Ujian dari Allah, pencobaan dari setan.
2.Perbedaan motivasi : Ujian bermaksud baik, mau mendekatkan kita kepada Tuhan agar kita hidup dalam kesucian. Pencobaan bermaksud jelek, mau membuat kita meninggalkan Tuhan dan hidup di dalam dosa.
3.Perbedaan tujuan : Ujian bertujuan untuk menyempurnakan iman kita. Pencobaan bertujuan memisahkan kita dari Allah, menjadikan kita memihak kepada setan dan memberontak kepada Tuhan.
4.Perbedaan fenomena : Ujian dimulai dengan segala kepahitan, kesengsaraan, penderitaan dan diakhiri dengan kemanisan, kebahagiaan, kemenangan, dan keindahan rohani. Pencobaan dimulai dengan keindahan, kecantikan, kenikmatan, dan berakhir dengan kepahitan, penyesalan, dan kerusakan.
Tetapi sebagaimana yang disebutkan di atas, pencobaan maupun ujian bisa terjadi bersamaan seperti kasus Yesus dan Ayub.
Stephen Tong : Ketika Tuhan sedang menguji Saudara, saat yang sama setan sedang menggunakan kesulitan yang Saudara alami untuk mencobai Saudara. Dengan ini kita mengerti bahwa ujian dan pencobaan bisa terjadi pada peristiwa yang sama.
Karena itu tentulah dalam kasus pencobaan Yesus iblis menginginkan hal yang jelek yakni agar berdosa tetapi Allah (Roh) menginginkan hal yang baik agar Yesus menjadi suci. Iblis menginginkan agar Yesus menjadi lemah, tetapi Allah (Roh) menginginkan agar Yesus menjadi kuat. Iblis menginginkan agar Yesus menjadi tercemar, tetapi Allah (Roh) menginginkan agar Yesus menjadi murni. Iblis menginginkan agar Yesus kalah tetapi Allah (Roh) menginginkan agar Yesus menang. Jadi dilihat dari tujuan-tujuan yang mulia dari sebuah ujian ini maka kadangkala Allah mengijinkan anak-anak-Nya untuk dicobai setan supaya itu menjadi ujian bagi mereka sebagaimana yang dialami oleh Kristus. Tujuan Allah pasti baik supaya nyata kemurnian iman kita. Ada banyak orang menjadi lebih kuat, menjadi lebih dekat dengan Tuhan, menjadi lebih bergantung pada Tuhan ketika diuji Tuhan dengan berbagai macam cobaan setan. Akhirnya kiranya kita mengaminkan kata-kata Firman Tuhan :
1 Petrus 1:6-7 – (6) Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. (7) Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu -- yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api …”
PENCOBAAN DI PADANG GURUN (MATIUS 4:1-12) (Part 2)
Matius 4:1-12 – (1) Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. (2) Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus. (3) Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." (4) Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (5) Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, (6) lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." (7) Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!" (8) Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, (9) dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." (10) Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" (11) Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus. (12) Tetapi waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea.
Dalam bagian pertama kita sudah mempelajari beberapa hal penting yang berkaitan dengan pencobaan yang dialami oleh Yesus ini, antara lain :
1. Kapan pencobaan itu terjadi?
Pencobaan Yesus itu terjadi setelah Yesus berniat untuk memulai pelayanan-Nya dan secara khusus setelah Ia dibaptis dan mengalami peristiwa supranatural dengan turunnya Roh Kudus ke atas-Nya dan Bapa berseru : “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan”. Dan ini menunjukkan bahwa ketika kita menjadi Anak Allah, ketika kita ingin dekat pada Allah, ketika kita ingin melayani Allah maka setan pasti akan menyerang kita.
Melihat cara kerja iblis semacam ini maka kita harus sadar bahwa kita sementara berhadapan dengan musuh yang bukan saja sangat tangguh tetapi juga sangat tekun dan gigih. Menghadapi musuh semacam ini maka kita harus selalu waspada. Ada banyak orang Kristen yang begitu senang ketika mereka bisa kuat dan menang dalam menghadapi cobaan / serangan setan dan mereka lalu menjadi ‘mabuk’ kemenangan atau ‘lupa daratan’ sehingga ketika setan melakukan serangan susulan, mereka berhasil dihancurkan / dijatuhkan. Ingat bahwa kalau setan tekun di dalam memberikan pencobaan, kita pun harus tekun di dalam menolak pencobaan. Belajarlah dari Yusuf yang digoda secara tekun oleh isteri Potifar (pasti setan di baliknya) tetapi ia menolak godaan juga dengan tekun.
Biarlah setiap kali kita mengalami pencobaan, kita senantiasa mengingat Tuhan kita dan meminta kepada-Nya untuk menolong kita dalam setiap pencobaan. Dia dapat menjadi sahabat kita, kawan kita yang sejati.
Matthew Henry – “…Ia berpuasa 40 hari 40 malam mengikuti teladan Musa, sang pemberi hukum yang luar biasa itu, dan Elia, sang pembaru besar di zaman PL. (Injil Matius 1-14, hal. 98).
Adam Clarke – Sungguh luar biasa bahwa Musa, pemberi hukum besar bagi bangsa Yahudi, sebelum menerima hukum Allah berpuasa 40 hari di gunung; bahwa Elia, kepala dari para nabi, juga berpuasa 40 hari, dan bahwa Kristus, pemberi Perjanjian Baru, harus bertindak dengan cara yang sama.
b. Ini ada hubungannya dengan Adam.
Matthew Henry – Manusia jatuh karena makanan, dan melalui hal itu kita pun sering jatuh dalam dosa. Itulah sebabnya Kristus tidak makan. (Injil Matius 1-14, hal. 99).
c. Ini ada hubungan dengan bangsa Israel. Dari sejarah bangsa Israel, kita tahu bahwa mereka mengembara di padang gurun selama 40 tahun setelah keluar dari Mesir. Selama masa pengembaraan 40 tahun itu mereka sering kali mengalami pencobaan dalam hal makanan dan mereka seringkali gagal dalam pencobaan itu. Sekarang Yesus melakukan puasa selama 40 hari supaya Ia bisa dicobai oleh iblis dalam hal makanan dan ini lalu menunjukkan kemenangan-Nya atas cobaan dalam hal makanan ini. Bahwa hubungan ini ada terlihat dari perbandingan antara Ulangan 8:2-3 dan Matius 4:1-2 yang menunjukkan banyak kemiripan (perhatikan warna-warna yang sama) :
Dari sini bisa juga ditarik kesimpulan bahwa makin besar kuasa / kekuatan yang ada pada kita, makin banyak pencobaan yang bisa disodorkan oleh setan kepada kita! Misalnya :
Adalah tidak salah kalau kecakapan-kecakapan kita dihargai dengan bayaran tetapi janganlah itu menjadi motivasi kita di dalam menggunakan kecakapan-kecakapan itu.
Karena itu hendaklah kita rajin belajar Firman Tuhan (misalnya lewat kelas PA) supaya bisa menggunakan Firman Tuhan untuk menangkis serangan setan. Tanpa Firman Tuhan kita sukar untuk bertahan terhadap serangan setan. Sekarang mari perhatikan bunyi Firman yang dikutip Yesus ini :
Boby dan Mince adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Tapi karena harus melanjutkan kuliah di Surabaya, mereka berdua harus berpisah. Setelah beberapa saat di Surabaya, Boby mengirim surat kepada Mince di Kupang. Saking gembiranya begitu amplop surat di buka, Mince pun langsung membacanya satu bagian menyolok di tengah surat itu yang bunyinya demikian :
2. Siapa yang dicobai?
Yang mengalami pencobaan ini adalah Yesus. Yesus adalah Anak Allah sendiri dan setan tahu persis akan hal ini. Biarpun demikian ia tidak mengurungkan niatnya untuk menyerang Yesus. Iblis mati-matian menyerang Yesus karena dia tahu bahwa Yesus adalah orang penting yang akan mengancamnya dan kerajaannya. Ini mengajar kita juga bahwa sekalipun setan menyerang semua anak Tuhan, tetapi ia akan lebih memfokuskan serangannya terhadap orang-orang tertentu yang dirasanya mengancam kerajaannya. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dan juga mendukung hamba-hamba Tuhan dalam doa agar mereka bisa kuat menghadapi serangan setan.
3. Siapa inisiator dari pencobaan ini?
Inisiatif pencobaan itu datang dari Roh Kudus karena Roh Kuduslah yang membawa Yesus ke padang gurun untuk dicobai iblis. Jadi Roh Kudus yang menuntun Yesus kepada pencobaan dan bukan Yesus yang membawa diri-Nya sendiri masuk ke dalam pencobaan. Ini mengajar kita supaya kita tidak menerjunkan diri kita sendiri ke dalam pencobaan-pencobaan. Jika Roh Kudus yang berinisiatif membawa Yesus dalam pencobaan, maka Roh bermaksud untuk memberikan semacam ujian kepada Yesus agar Ia siap untuk masuk dalam pelayanan-Nya. Setan bermaksud menghancurkan-Nya lewat pencobaannya tetapi Allah bermaksud menguji-Nya agar menjadi kuat. Ini bisa terjadi pada kita. Kadang-kadang Tuhan mengizinkan kita untuk dicobai oleh setan, tetapi itu juga adalah ujian dari Tuhan bagi kita. Setan mau agar kita jatuh lewat pencobaan itu tetapi Tuhan mau agar kita kuat lewat ujian itu.
Pada bagian kedua ini saya akan tambahkan beberapa hal penting lagi berkenaan dengan pencobaan yang dialami oleh Yesus. Beberapa hal penting ini antara lain :
I. BERAPA KALI YESUS DICOBAI?
Berapa kali Yesus dicobai? Dari teks kita terlihat bahwa Yesus dicobai sebanyak 3 kali di mana pencobaan pertama adalah iblis menyuruh Yesus mengubah batu menjadi roti (Matius 4:3). Pencobaan kedua adalah iblis menyuruh Yesus menjatuhkan diri dari bubungan Bait Suci (Matius 4:5) dan pencobaan ketiga adalah iblis menawarkan seluruh kerajaan dunia kepada Yesus asal Yesus mau sujud menyembahnya. (Matius 4:8).
Dari 3 kali pencobaan setan ini, kita bisa melihat bahwa dalam urusan pencobaan, setan tidak mudah menyerah, tidak mudah putus asa.
Matthew Henry – Lihatlah betapa iblis adalah lawan yang tidak mau diam dan tidak mudah menyerah! Bila ia gagal dalam satu serangan, ia akan mencoba serangan yang lain lagi. (Injil Matius 1-14, hal. 108).
Esra Alfred Soru - Walaupun iblis tidak berhasil menggoda Yesus, tetapi minimal kita dapat melihat bahwa iblis tidak mudah putus asa dalam pekerjaannya. Kegagalan cobaan pertama tidak membuat ia mundur. Ia masih mencobai untuk kedua kalinya, dan ternyata gagal juga maka ia mencobai untuk ketiga kalinya. (6 Rahasia, hal. 48)
Apakah setelah 3 kali gagal, setan lalu menyerah? Sama sekali tidak! Ia memang mundur tetapi ia menunggu waktu yang baik.
Lukas 4:13 - Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik.
Dan dalam pelayanan-pelayanan Yesus di kemudian hari, sering kali setan melancarkan pencobaannya.
Lukas 22:28 - Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami.
Kelihatannya pencobaan yang dimaksudkan di sini adalah penderitaan yang dialami-Nya akibat perlawanan dan penolakan musuh-musuh-Nya (ahli Taurat, orang Farisi, dll) seperti diusir, mau dilempari batu, mau dibunuh, difitnah, dll. Sudah pasti setan ada di balik semua perlawanan itu. Bandingkan :
Yohanes 8:39-41,44 – (39) “… Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. (40) Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku;… pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham. (41) Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri."… (44) Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu.….”
Ia juga mempengaruhi pikiran Petrus sehingga akhirnya Petrus menginterupsi Yesus pada saat Ia memberitakan tentang penderitaan-Nya.
Matius 16:21-23 – (21) Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. (22) Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." (23) Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."
Ini tidak berarti bahwa Petrus adalah iblis. Ini juga tidak berarti bahwa Petrus dirasuki iblis. Ini berarti bahwa Petrus sedang dikuasai, ditipu, dan dipakai oleh iblis. Bagaimana pun juga ini adalah satu serangan setan bagi Yesus. Dan pada akhirnya di ujung pelayanan Yesus, setan meningkatkan serangannya. Dan ini diketahui oleh Yesus sebelumnya.
Yohanes 14:30 - Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datangdan ia tidak berkuasa sedikit pun atas diri-Ku.
BIS - Aku tidak akan berbicara lebih banyak lagi dengan kalian, sebab sudah waktunya penguasa dunia ini datang. Tetapi ia tidak berkuasa atas diri-Ku.
Benar saja, beberapa saat kemudian iblis masuk ke dalam Yudas yang lalu pergi bermufakat dengan imam-imam untuk menyerahkan Yesus.
Lukas 22:3-4 – (3) Maka masuklah Iblis ke dalam Yudas, yang bernama Iskariot, seorang dari kedua belas murid itu. (4) Lalu pergilah Yudas kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah dan berunding dengan mereka, bagaimana ia dapat menyerahkan Yesus kepada mereka.
Iblis terus bekerja hingga ditangkapnya Yesus dan digiring untuk diadili.
Lukas 22:52-54 – (52) Maka Yesus berkata kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah serta tua-tua yang datang untuk menangkap Dia, kata-Nya: "Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung? (53) Padahal tiap-tiap hari Aku ada di tengah-tengah kamu di dalam Bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku. Tetapi inilah saat kamu, dan inilah kuasa kegelapan itu." (54) Lalu Yesus ditangkap dan dibawa dari tempat itu. Ia digiring ke rumah Imam Besar….”
Semua ini memperlihatkan kepada kita betapa ngototnya setan dalam urusan pencobaan. Jika ia mencobai seseorang dan pencobaannya gagal, ia akan melakukan serangan kedua. Jika gagal lagi, ia akan melakukan serangan ketiga. Jika gagal lagi, jangan kira dia sudah putus asa dan kapok. Dia bisa saja melakukan sama seperti yang dia lakukan pada Yesus. Ia mengundurkan diri sejenak dan menunggu waktu yang baik untuk melakukan serangan-serangan lain.
Esra Alfred Soru - “…bukankah semuanya itu sudah cukup untuk membuktikan ketidakputusasaan iblis? Memang ia tidak berhasil mencobai Yesus di padang gurun karena kuasa, otoritas dan komitmen Yesus kepada kebenaran, tetapi bukankah ketidakputusasaannya cukup membuahkan hasil dengan tergodanya Yudas dan penyangkalan Petrus pada Yesus? Bukankah ketidakputusasaannya banyak membuahkan hasil dengan banyaknya hamba Tuhan yang jatuh ke dalam dosa walaupun di awalnya begitu kuat menghadapi godaan? (6 Rahasia, hal. 49)
Melihat cara kerja iblis semacam ini maka kita harus sadar bahwa kita sementara berhadapan dengan musuh yang bukan saja sangat tangguh tetapi juga sangat tekun dan gigih. Menghadapi musuh semacam ini maka kita harus selalu waspada. Ada banyak orang Kristen yang begitu senang ketika mereka bisa kuat dan menang dalam menghadapi cobaan / serangan setan dan mereka lalu menjadi ‘mabuk’ kemenangan atau ‘lupa daratan’ sehingga ketika setan melakukan serangan susulan, mereka berhasil dihancurkan / dijatuhkan. Ingat bahwa kalau setan tekun di dalam memberikan pencobaan, kita pun harus tekun di dalam menolak pencobaan. Belajarlah dari Yusuf yang digoda secara tekun oleh isteri Potifar (pasti setan di baliknya) tetapi ia menolak godaan juga dengan tekun.
Kejadian 39:7,8,10 – (7) Selang beberapa waktu istri tuannya memandang Yusuf dengan berahi, lalu katanya: "Marilah tidur dengan aku." (8) Tetapi Yusuf menolak … (10) Walaupun dari hari ke hari perempuan itu membujuk Yusuf, Yusuf tidak mendengarkan bujukannya itu untuk tidur di sisinya dan bersetubuh dengan dia.
Ada banyak orang memang menolak godaan untuk berdosa, tetapi mereka tidak cukup kuat untuk menolak godaan kedua, ketiga, dst dan pada akhirnya mereka menyerah dengan godaan itu. Selain tekun di dalam menolak godaan untuk berdosa, kita pun harus tekun di dalam doa dan belajar Firman Tuhan karena itu adalah senjata dalam menghadapi pencobaan setan. Kalau setannya tekun sedangkan kita tidak, maka bagaimana kita bisa menang? Kiranya dengan mengerti cara kerja dan kegigihan/ketekunan setan di dalam memberikan pencobaan menjadikan kita lebih berhati-hati dan juga tekun di dalam menolak godaan, belajar Firman Tuhan dan berdoa.
II. MENGAPA YESUS PERLU MENGALAMI PENCOBAAN?
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa pencobaan yang dialami Yesus ini terjadi setelah Ia dibaptis, sebagai awal / permulaan dari pelayanan-Nya. Satu hal yang perlu dipikirkan adalah mengapa Yesus perlu mengalami pencobaan sebelum Ia terjun ke medan pelayanan? Atau dengan kata lain, apa pentingnya pencobaan ini bagi Yesus sebelum pelayanan-Nya? Kita tahu bahwa dalam sepanjang pelayanan-Nya, Yesus sering berhadapan dengan orang-orang berdosa yang dibuang oleh masyarakat seperti pelacur, pemungut cukai, dll tetapi Yesus bisa menunjukkan simpati yang besar terhadap mereka. Ia pernah makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang-orang berdosa di rumah Matius.
Matius 9:10 - Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya.
Dia pernah menumpang di rumah Zakheus kepala pemungut cukai yang dianggap orang berdosa oleh masyarakat.
Lukas 19:5-6 – (5) Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." (6) Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita.
Dia biasa menerima pemungut cukai dan orang-orang berdosa dan mengajar mereka.
Lukas 15:1 - Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia.
Dia pernah mengampuni seorang perempuan yang kedapatan berzina padahal massa menuntut hukuman mati atasnya.
Yohanes 8:7,9-11 – (7) Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barang siapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." (9) Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. (10) Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?" (11) Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
Dia pernah mengampuni seorang perempuan berdosa ketika makan di rumah Simon.
Lukas 7:37-48 – (37) Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi. (38) Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu. (39) Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya: "Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa." (40) Lalu Yesus berkata kepadanya: "Simon, ada yang hendak Kukatakan kepadamu." Sahut Simon: "Katakanlah, Guru." (41) "Ada dua orang yang berhutang kepada seorang pelepas uang. Yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang lain lima puluh. (42) Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang itu. Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?" (43) Jawab Simon: "Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya." Kata Yesus kepadanya: "Betul pendapatmu itu." (44) Dan sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon: "Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya. (45) Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku. (46) Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi. (47) Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih." (48) Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: "Dosamu telah diampuni."
Dia pernah kembali menerima Petrus di danau Tiberias setelah penyangkalan Petrus 3 kali kepada-Nya.
Yohanes 21:15 - Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
Karena sikap-sikap ini maka Yesus terkenal dengan sebutan “Sahabat orang berdosa”.
Lukas 7:34 - Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.
Sikap Yesus ini sangat kontras dengan sikap para ahli Taurat, orang Farisi dan masyarakat luas dan karena itu tidak jarang Ia dikritik / diprotes karena tindakan-Nya ini.
Matius 9:11 - Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?"
Lukas 15:2 - Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka."
Lukas 19:7 – Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa."
Tetapi terhadap semua kritik / protes ini, Yesus menjawab dan menunjukkan prinsip-Nya.
Matius 9:13 - Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."
Markus 2:17 - Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."
Satu hal yang perlu dipikirkan adalah mengapa Yesus bisa menunjukkan rasa simpati yang begitu besar terhadap orang-orang berdosa? Mengapa Ia dengan mudah menerima dan diterima oleh orang-orang berdosa? Mengapa Ia dapat menjadi sahabat dari orang-orang berdosa? Jawabannya adalah karena Ia mengerti perasaan dan pergumulan batin orang-orang berdosa. Orang-orang berdosa adalah orang-orang yang telah mengalami serangan/pencobaan dari setan dan mereka gagal mengalahkan pencobaan itu dan jatuh ke dalam dosa. Yesus mengerti pergumulan seorang berdosa dalam gigitan yang tajam dari setiap pencobaan. Mengapa Yesus bisa mengerti hal ini? Jawabannya adalah karena Ia sendiri pernah mengalami hebatnya serangan pencobaan dari setan. Ia memang tidak kalah dalam pencobaan itu. Ia bahkan menang dalam pencobaan di padang gurun tetapi pengalaman itu cukup untuk membuat-Nya merasakan hebatnya serangan setan dalam setiap pencobaan. Karena itu maka Ia bisa bersimpati dengan orang-orang berdosa sebagaimana yang dikatakan penulis Surat Ibrani ketika membicarakan keimaman Kristus :
Ibrani 4:15 - Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
TL : Karena kita tidak ada Imam Besar yang tiada menaruh belas kasihan akan segala kelemahan kita, melainkan yang sudah terkena coba di dalam segala perkara sama seperti kita, dan lagi tiada berdosa.
Kata-kata “turut merasakan” dalam TB di atas itu dalam beberapa versi bahasa Inggris diterjemahkan dengan kata “sympathize”.
ESV : For we do not have a high priest who is unable to sympathize with our weaknesses, but one who in every respect has been tempted as we are, yet without sin.
GW : We have a chief priest who is able to sympathize with our weaknesses. He was tempted in every way that we are, but he didn't sin.
Inilah jawaban atas pertanyaan kita. Mengapa di awal pelayanan-Nya Yesus harus mengalami pencobaan dari setan? Mengapa ketika hendak memulai pelayanan-Nya Roh Kudus justru membawa-Nya untuk dicobai setan? Jawabannya adalah supaya Ia pernah merasakan hebatnya suatu pencobaan dan dengan itu Ia bisa bersimpati / mengerti kelemahan orang-orang berdosa dalam setiap serangan setan. Tanpa pernah mengalami pencobaan, bagaimana Ia bisa mengerti pergumulan seorang anak manusia dalam arena / gelanggang pencobaan? Ini sama seperti kalau Anda tidak pernah mengalami sakit, bagaimana Anda bisa menguatkan orang sakit? Kalau Anda tidak pernah kehilangan, bagaimana Anda mengerti perasaan orang yang kehilangan? Kalau Anda tidak pernah dikhianati, bagaimana Anda mengerti perasaan dan menghibur orang yang dikhianati? Kalau Anda tidak pernah miskin bagaimana Anda bisa mengerti kesulitan orang miskin? Kalau Anda tidak pernah patah hati / putus cinta, bagaimana Anda menghibur orang yang yang sementara patah hati / putus cinta? Tentu saja Anda bisa menasihati, menguatkan, menghibur orang-orang seperti itu tapi kekuatan yang diberikan tidak akan sebanding dengan apabila Anda sendiri pernah mengalami semua itu. Itulah sebabnya kadang kita perlu bersyukur jika Tuhan mengizinkan kita mengalami berbagai hal yang tidak enak seperti penderitaan, sakit penyakit, kehilangan, kekurangan, putus cinta, pengkhianatan, dsb, karena kadang itu menjadi berguna dalam hidup dan pelayanan kita. Karena itu maka pengalaman Yesus dicobai di padang gurun dan juga semua pencobaan yang Ia alami sepanjang hidup-Nya dapat menjadi penghiburan bagi kita bahwa ketika kita dicobai, ketika kita diserang setan dengan berbagai macam kesulitan/penderitaan hidup, kita tidak sendiri karena Yesus juga turut merasakan semuanya itu, dan Ia bersimpati terhadap kita. Ia peduli pada kelemahan kita dalam pencobaan. Tapi ingat, Yesus bukan saja mengalami pencobaan tetapi Ia berhasil menang atas pencobaan itu dalam artian Ia tidak jatuh ke dalam dosa.
Ibrani 4:15 - Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa
Fakta ini membuat Ia juga dapat menolong kita dalam pencobaan.
Ibrani 2:18 - Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.
1 Korintus 10:13 - Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.
Karena itu setiap kali kita mengalami pencobaan / serangan setan dan kita menjadi lemah atau bahkan jatuh sekalipun, ingatlah bahwa Dia mengerti kelemahan kita dan Dia bisa menolong kita dan mengangkat kembali kita dari setiap kejatuhan kita. Contohnya adalah Petrus. Sebelum penyangkalannya, Yesus sudah tahu kelemahannya dan bahwa Petrus akan menyangkal Dia. Tetapi Ia berdoa untuk Petrus agar dapat bangkit kembali setelah kejatuhannya.
Lukas 22:31-32 – (31) Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, (32) tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu."
Semua kita adalah makhluk yang lemah. Setiap saat kita bisa jatuh dalam serangan setan tapi kita mempunyai Imam Besar seperti Yesus yang pernah mengalami hebatnya pencobaan dan menang atas pencobaan itu, Ia dapat menjadi sandaran kita dalam setiap pencobaan bahkan membuat kita menang atas setiap pencobaan.
Matthew Henry – “…yang lebih menghibur lagi adalah saat kita mengingat bahwa Kristus telah menang saat dicobai, dan menang bagi kita. Bukan saja musuh yang dihadapi telah dikalahkan, dijatuhkan dan dilucuti, tetapi agar kita pun berkepentingan dalam kemenangan Kristus atas musuh kita itu, dan melalui Dia kita adalah lebih dari orang-orang yang menang. (Injil Matius 1-14, hal. 98).
Biarlah setiap kali kita mengalami pencobaan, kita senantiasa mengingat Tuhan kita dan meminta kepada-Nya untuk menolong kita dalam setiap pencobaan. Dia dapat menjadi sahabat kita, kawan kita yang sejati.
III. MUNGKINKAH YESUS BERDOSA?
Dalam kaitannya dengan pencobaan yang dialami Yesus, saya merasa perlu membahas 1 hal penting yakni apakah mungkin Yesus jatuh dalam dosa? Atau dengan kata lain apakah ada kemungkinan Yesus berdosa? Yang dipersoalkan di sini bukanlah fakta bahwa Yesus tidak berdosa karena kalau ini yang dipersoalkan, semua orang yang Alkitabiah mengakui bahwa Yesus sama sekali tidak berdosa. Yang dipersoalkan di sini adalah soal potensi / kemampuan. Jadi sederhananya adalah apakah Yesus bisa berdosa atau tidak? Ini adalah sesuatu yang bersifat teologis dan teoritis. Dan saya hanya bagikan ini sebagai pengetahuan saja tanpa aplikasi apa pun.
Tentang persoalan ini, para teolog/Kristolok berbeda pandangan.
a. Ada yang berpandangan bahwa Yesus bisa berdosa.
Alasannya adalah :
1. Karena Dia adalah manusia sama seperti kita.
Kalau Kristus menjadi manusia yang sama seperti kita (Ibrani 2:14-17), maka Ia juga harus bisa berbuat dosa, sama seperti kita
2. Kalau Ia tidak bisa berdosa, berarti Ia tidak bisa dicobai.
Dengan kata lain, fakta bahwa Kristus dicobai, menunjukkan bahwa Ia bisa berbuat dosa.
3. Kalau Kristus tidak bisa berbuat dosa, maka pencobaan yang Ia alami tidak nyata dan tidak berguna, dan Ia tidak bisa bersimpati dengan umat-Nya.
4. Matius 26:53 mengindikasikan adanya kemungkinan untuk tidak tunduk kepada Bapa dan itu adalah dosa.
Matius 26:53 - Atau kau sangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?
Kelihatannya Yesus ada di persimpangan jalan di mana Ia bisa memilih untuk tunduk pada kehendak Allah, dengan membiarkan diri-Nya ditangkap dan dibunuh atau Ia memilih untuk tidak tunduk pada kehendak Bapa dengan berdoa kepada-Nya untuk dikirimi lebih dari 12 pasukan malaikat untuk membantu Dia. Sekalipun akhirnya / dalam faktanya Ia memilih untuk taat pada kehendak Allah jelas bahwa sebetulnya Ia bisa saja tidak tunduk pada kehendak Allah. Dan itu dosa!
Jadi kesimpulannya adalah Yesus mungkin untuk / bisa berdosa.
b. Ada yang berpandangan bahwa Yesus tidak bisa berdosa.
Alasannya adalah :
1. Kalau Yesus bisa berdosa maka ini bertentangan dengan Ibr 13:8.
Ibrani 13:8 - Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.
Ayat ini berkata bahwa Kristus tidak berubah. Kalau Ia bisa berdosa, maka itu berarti Ia bisa berubah (dari suci menjadi berdosa).
2. Kata-kata Kristus dalam Yoh 14:30 menunjukkan bahwa tidak mungkin Ia bisa berdosa.
Yohanes 14:30 - Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikit pun atas diri-Ku.
Jika penguasa dunia ini (yaitu setan) tidak berkuasa sedikit pun atas Yesus, lalu bagaimana Ia bisa berbuat dosa?
3. Penebusan oleh Kristus sudah ada sejak semula dalam Rencana Allah dan Rencana Allah tidak mungkin berubah atau gagal.
Bahwa penebusan dosa oleh Kristus sudah ada dalam Rencana Allah terlihat dari :
Kisah Para Rasul 2:23 - Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.
1 Petrus 1:20 - Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir.
Dan Rencana Allah ini tidak mungkin gagal :
Ayub 42:2 - "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.
Kalau Kristus berdosa, maka Ia harus mati untuk dosa-Nya sendiri, sehingga Ia tidak bisa menebus dosa umat manusia. Jadi kalau ada kemungkinan bagi Kristus untuk berdosa, maka itu berarti ada kemungkinan bagi Rencana Allah (tentang Penebusan) untuk gagal.
Jadi kesimpulannya adalah Yesus mungkin untuk / bisa berdosa.
Dari 2 pandangan ini, yang manakah yang benar? Saya berpendapat bahwa Yesus tidak mungkin / tidak bisa berdosa. Alasan-alasannya sudah diberikan di atas. Tapi bagaimana dengan argumentasi-argumentasi dari pihak yang mengatakan bahwa Yesus mungkin / bisa berdosa? Mari kita bahas satu per satu :
1. Karena Dia adalah manusia sama seperti kita.
Tanggapan saya adalah sebagaimana kita tahu bahwa pribadi Yesus memiliki 2 hakikat (manusia dan Allah). Hakikat manusia-Nya memang mempunyai sifat ‘bisa berdosa’ (posse peccare) sedangkan hakikat ilahi-Nya mempunyai sifat ‘tidak bisa berdosa’ (non posse peccare). Berdasarkan Communicatio Idiomatum, maka semua sifat dari hakikat manusia maupun hakikat ilahi diberikan kepada pribadi Kristus. Jadi seharusnya pribadi Kristus mempunyai sifat ‘bisa berdosa’ dan ‘tidak bisa berdosa’. Tetapi kesimpulan ini ditolak oleh orang-orang Reformed pada umumnya. Ada beberapa pandangan dalam kalangan Reformed tapi saya lebih condong pada pandangan R.L.Dabney yang mengatakan bahwa :
a. Persatuan 2 hakikat itu adalah suatu perisai bagi hakikat manusia terhadap dosa/kesalahan. Jadi maksudnya adalah memang bahwa hakikat manusia sendiri mempunyai sifat bisa berdosa tetapi karena hakikat manusia Yesus ini bersatu dengan hakikat ilahi-Nya di dalam pribadi Kristus memang persatuan itu menjadi benteng / perisai bagi hakikat manusia Yesus dari dosa / kesalahan.
b. Dalam persatuan hakikat manusia dengan hakikat ilahi itu, hakikat manusia itu dikuasai sepenuhnya oleh Roh Kudus sehingga tidak mungkin hakikat manusia-Nya menjadi berdosa.
Lukas 4:1 - Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun.
Yohanes 3:34 - Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas.
BIS : Sebab orang yang diutus Allah menyampaikan kata-kata Allah, karena Roh Allah sudah diberikan kepada-Nya sepenuhnya.
Calvin : Kristus dibentengi oleh Roh dengan kuasa sedemikian rupa sehingga panah-panah setan tidak bisa menusuk-Nya.
2. Kalau Ia tidak bisa berdosa, berarti Ia tidak bisa dicobai.
Menurut saya pandangan ini tidak benar, karena bahwa suatu pasukan tidak bisa dikalahkan, tidak berarti bahwa pasukan itu tidak bisa diserang. Jadi analoginya adalah bahwa Kristus tidak bisa berdosa, tidak berarti Ia tidak bisa dicobai.
3. Kalau Kristus tidak bisa berbuat dosa, maka pencobaan yang Ia alami tidak nyata dan tidak berguna, dan Ia tidak bisa bersimpati dengan umat-Nya.
Tanggapan saya adalah sekalipun Kristus tidak bisa berbuat dosa, ini tidak berarti bahwa pencobaan yang dialami oleh Kristus adalah sepele / ringan (bdk. Matius 26:36-46 Ibrani 2:18 Ibrani 4:15 Ibrani 5:7-8). Justru karena Dia tidak mungkin berdosa maka Dia merasakan seluruh kekuatan pencobaan yang ada. Perhatikan beberapa komentar berikut ini :
Westcott - Simpati dengan orang berdosa dalam pencobaannya tidak tergantung pada pengalaman tentang dosa, tetapi pada pengalaman tentang kekuatan pencobaan kepada dosa, yang hanya orang yang tak berdosa bisa mengetahuinya dalam intensitasnya sepenuhnya. Ia yang jatuh, menyerah sebelum tekanan terakhir. (New International Commentary of the NT, hal. 157)
Plummer – “... orang yang benar, yang tidak pernah goyah sesaat pun, bisa merasakan daya tarik…dengan lebih hebat dari pada orang lemah yang menyerah / mengalah; karena yang terakhir ini mungkin menyerah sebelum ia mengenal seluruh daya tarik itu. (New International Commentary of the NT, hal. 157)
Norval Geldenhuis - Jika kita mengingat pertimbangan-pertimbangan ini, kita akan menyadari bahwa sang Juruselamat mengalami hebatnya serangan pencobaan yang tidak pernah dialami oleh orang lain, karena semua yang lain adalah orang berdosa dan karena itu tidak bisa tetap berdiri sampai pencobaan-pencobaan itu menghabiskan seluruh kekuatannya dalam menyerang mereka. (New International Commentary of the NT, hal. 157).
Sebagai ilustrasi, kalau seorang petinju yang tidak terlalu tahan pukul menghadapi Mike Tyson, maka mungkin sekali bahwa baru satu kali terkena pukulan Mike Tyson ia sudah KO sehingga ia tidak merasakan seluruh kekuatan Mike Tyson. Tetapi petinju lain yang betul-betul tahan pukulan, tidak jatuh sekalipun terkena banyak pukulan Tyson, sehingga ia betul-betul merasakan seluruh kekuatan Tyson. Atau contoh lainnya adalah orang yang mengalami godaan untuk merokok. Kalau begitu ada godaan ia langsung menyerah, maka jelas bahwa ia tidak merasakan seluruh kekuatan godaan itu. Tetapi kalau ia bertahan, maka orang yang menggodanya itu akan menggunakan bermacam-macam cara dan taktik untuk menjatuhkannya, sehingga ia akan merasakan seluruh kekuatan godaan itu. Jadi sekalipun Kristus tidak mungkin berdosa, pencobaan terhadap-Nya tetap nyata karena Ia jelas-jelas menderita karena pencobaan itu dan karena itu Ia tetap dapat bersimpati terhadap kita yang terkena pencobaan.
Ibrani 2:18 - Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.
4. Matius 26:39,53 mengindikasikan adanya kemungkinan untuk tidak tunduk kepada Bapa dan itu adalah dosa.
Benarklah demikian? Tidak! Yesus mengucapkan Mat 26:53 ini hanya untuk meluruskan pemikiran / tindakan dari Petrus yang berusaha ‘menolong Yesus’ dengan membacok telinga hamba Imam Besar. Juga Calvin beranggapan bahwa dalam Matius 26:53 ini Yesus hanya mengandaikan. Jadi maksudnya adalah sebagai berikut: Andaikata saja hal itu tidak bertentangan dengan kehendak Allah, maka dari pada dibantu oleh Petrus menggunakan pedangnya, Yesus mempunyai cara yang lebih baik, yaitu berdoa kepada Bapa untuk mengirim lebih dari 12 pasukan malaikat.
Dari semua jelas terlihat bahwa argumentasi yang mengatakan bahwa Yesus mungkin / bisa berdosa bisa dipatahkan. Karena itu pandangan yang seharusnya kita anut adalah bahwa Yesus tidak mungkin / tidak bisa berdosa. Sekalipun ini adalah sesuatu yang bersifat teoritis dan saya tidak menemukan aplikasi praktisnya dari kebenaran ini tapi kiranya ini dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi kita dan senantiasa boleh mengagumi keunikan pribadi Tuhan kita Yesus Kristus yang bukan saja tidak berdosa tetapi tidak mungkin / tidak bisa berdosa.
Ibrani 7:25-26 – (25) Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka. (26) Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat surga.
PENCOBAAN DI PADANG GURUN (MATIUS 4:1-12) (Part 3)
Matius 4:1-12 – (1) Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. (2) Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus. (3) Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." (4) Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (5) Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, (6) lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." (7) Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!" (8) Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, (9) dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." (10) Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" (11) Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus. (12) Tetapi waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea.
Dalam part 1 & 2 kita sudah membahas 6 hal penting yang berkaitan dengan pencobaan di padang gurun ini : (1) kapan pencobaan ini terjadi?, (2) Siapa yang dicobai?, (3) Siapa inisiator pencobaan tersebut?, (4) Berapa kali Yesus dicobai?, (5) Mengapa Yesus harus mengalami pencobaan? Dan (6) Mungkinkah Yesus berdosa? Sekarang kita akan masuk pada inti pencobaan yang diberikan oleh setan kepada Yesus dan kita akan bahas pencobaan ini satu per satu. Hari ini kita akan bahas pencobaan yang pertama. Teks yang akan kita pelajari adalah ayat 2-4 :
Matius 4:2-4 - (2) Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus. (3) Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." (4) Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."
Kita akan membahas teks ini dalam beberapa bagian :
I. YESUS BERPUASA.
Setelah dibawa ke padang gurun oleh Roh (Matius 4:1), Yesus lalu mulai berpuasa selama empat piluh hari empat puluh malam.
Matius 4:2 - Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.
Tentang bilangan 40 ini, memang sering muncul dalam Kitab Suci misalnya hujan pada zaman Nuh turun selama 40 hari 40 malam, Musa berpuasa 40 hari, Elia berpuasa 40 hari, Israel ada di padang gurun selama 40 tahun, Yesus menampakkan diri selama 40 hari, dll. Demikian juga bilangan 3,7,12 sering muncul dalam Kitab Suci. Terhadap hal ini kita harus hati-hati supaya kita tidak mempunyai kepercayaan yang bersifat takhyul tentang bilangan-bilangan ini seperti misalnya dalam perayaan hari ke-40 dari orang yang sudah mati. 1 Timotius 4:7 menyuruh kita menjauhi takhyul :“Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua….” Ingat bahwa kepercayaan terhadap takhyul bukanlah dosa yang remeh, karena ini menyangkut kepercayaan asing, sehingga tidak berbeda dengan syncretisme (kepercayaan terhadap 2 agama atau lebih) maupun kepercayaan terhadap berhala!
Di dalam Kitab Suci, orang lain yang pernah melakukan puasa 40 hari 40 malam adalah Musa dan Elia.
· Musa.
Kel 34:28 - Dan Musa ada di sana bersama-sama dengan TUHAN empat puluh hari empat puluh malam lamanya, tidak makan roti dan tidak minum air, dan ia menuliskan pada loh itu segala perkataan perjanjian, yakni Kesepuluh Firman.
Terlihat bahwa dalam puasa ini Musa melakukan puasa total (tidak makan dan tidak minum sama sekali). Ini hanya bisa terjadi karena mujizat Tuhan. Ingat, orang bisa tahan 40 hari tanpa makan tapi orang hanya bisa bertahan beberapa hari saja tanpa minuman.
· Elia
1 Raja-raja 19:8 - Maka bangunlah ia, lalu makan dan minum, dan oleh kekuatan makanan itu ia berjalan empat puluh hari empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Allah, yakni gunung Horeb.
Tidak jelas Elia puasa makan dan minum atau hanya puasa makan saja. Ada banyak penafsir yang mengatakan bahwa elia tidak makan dan tidak minum tapi saya lebih condong menganggap bahwa ia tidak makan tetapi minum. Dasarnya adalah di awal dikatakan bahwa “lalu makan dan minum” tetai selanjutnya dikatakan : “oleh kekuatan makanan itu” dan bukan “oleh kekuatan makanan dan minuman itu”.
Lalu bagaimana dengan puasanya Yesus? Nampaknya Yesus bukan puasa total (tidak makan dan tidak minum) melainkan hanya tidak makan saja tetapi tetap minum. Ini bisa dilihat dari:
· Ayat 2 mengatakan ‘lapar’, bukan ‘haus’.
Matius 4:2 - Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.
· Ayat 3 mengatakan bahwa iblis mencobai dengan roti, bukan dengan air. Kalau Yesus juga berpuasa terhadap air, pasti setan akan mencobai dengan air, bukan dengan roti.
· Lukas 4:2 mengatakan bahwa Yesus ‘tidak makan apa-apa’.
Lukas 4:2 - Di situ Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai Iblis. Selama di situ Ia tidak makan apa-apa dan sesudah waktu itu Ia lapar.
Kalau Yesus tetap minum, lalu dari mana ia mendapatkan minuman di padang gurun seperti itu? Tradisi mengatakan bahwa Ia minum air pohon kaktus yang tumbuh di padang gurun. Jadi memang ada perbedaan kecil dalam puasa Musa, Elia dan Yesus. Tetapi bagaimana pun juga bahwa mereka berpuasa selama 40 hari 40 malam lebih menonjolkan sisi kesamaannya daripada secuil perbedaannya.
Bahwa Musa, Elia dan Yesus berpuasa selama 40 hari 40 malam, tidaklah berarti bahwa kita juga harus berpuasa seperti itu. Mengapa? Karena ini bagian Alkitab yang bersifat descriptive / penggambaran yang hanya menceritakan apa yang terjadi tanpa bermaksud untuk menjadikan hal itu sebagai rumus / norma / hukum dalam kehidupan kita. Ini sama seperti kalau Yesus berjalan di atas air, tentu juga tidak berarti bahwa kita juga harus berjalan di atas air. Kalau Musa membelah laut Teberau tidak berarti bahwa kita pun harus melakukan hal yang sama.
Matthew Henry – Ada sebagian orang yang melakukan puasa dengan mengacu kepada puasa Kristus yang 40 hari ini, tetapi ini merupakan suatu kebodohan…” (Injil Matius 1-14, hal. 99).
Calvin juga berpandangan sama dengan Matthew Henry. Tetapi saya tidak berani mengatakan demikian karena bisa saja untuk tujuan tertentu Tuhan menyuruh seseorang untuk melakukan puasa seperti itu. Ini kasus yang jarang terjadi. Saya baru menganggap ini kebodohan kalau orang melakukan puasa seperti ini atas keinginannya sendiri. Sadhu Sundar Singh dari India pernah mencoba berpuasa selama 40 hari tetapi ia gagal bahkan hampir mati.
Hal lain yang perlu dipikirkan adalah mengapa Yesus perlu berpuasa di padang gurun itu sebelum iblis mencobai-Nya? Jelas puasa Kristus tidak boleh disamakan dengan puasa manusia di mana manusia sering melakukan puasa untuk mengekang/mematikan keinginan daging. Kristus yang tidak berdosa dan bahkan tidak mempunyai kemungkinan berdosa tidak memiliki sifat daging yang perlu dikekang/dimatikan di dalam diri-Nya. Kalau begitu untuk apa Yesus berpuasa? Saya memikirkan 3 kemungkinan :
a. Ini ada hubungannya dengan Musa dan Elia.
Tadi sudah saya sebutkan bahwa puasa 40 hari 40 malam ini hanya pernah dilakukan oleh 3 orang yakni Musa, Elia dan Yesus. Musa dan Elia adalah 2 orang penting dalam PL yang mewakili 2 babakan wahyu Allah di mana Musa mewakili zaman Taurat dan Elia mewakili zaman para nabi. Bahwa adanya 2 babakan pewahyuan ini terlihat dari 2 ayat di bawah ini :
Matius 5:17 - “‘Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya”.
Lukas 24:27 - Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai darikitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.
Tetapi wahyu Allah belum selesai sampai pada zaman para nabi. Wahyu belum lengkap, belum sempurna, belum mencapai klimaksnya. Masih ada 1 babakan pewahyuan lagi yang terakhir, sempurna dan klimaks yakni zaman Perjanjian Baru dan yang menjadi tokoh sentral dalam pewahyuan ini adalah Yesus Kristus.
Ibrani 1:1-2 – (1) Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, (2) maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada….”
Kalau begitu maka 3 tokoh ini (Musa, Elia dan Yesus) penting karena masing-masing mewakili 1 zaman pewahyuan. Karena itulah mereka bertiga pernah bertemu bersama di sebuah gunung.
Matius 17:3 - Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia.
Jika demikian adalah masuk akal untuk ketiganya mendapatkan / mengalami / melakukan sejumlah hal yang sama. Musa dan Elia mempunyai pengalaman pribadi di atas gunung bersama Tuhan (Kel 31; 1Raja 19:9-18) dan adalah masuk akal bahwa Yesus dibawa ke padang gurun juga yang memang posisi geografisnya di atas gunung. Musa dan Elia pernah berpuasa 40 hari 40 malam, dan karena itu adalah masuk akal bahwa Yesus juga berpuasa 40 hari 40 malam. Jadi dengan kata lain berpuasanya Yesus selama 40 hari 40 malam ini mensejajarkan diri-Nya dengan Musa dan Elia sebagai perwakilan dari 3 zaman pewahyuan.
J.J.de Heer – “…di sini Yesus menjadi ‘Musa yang kedua’ sebab dalam Keluaran 34:28 diberitakan bahwa Musa, di atas gunung Sinai, tidak maka roti dan tidak minum air, 40 hari 40 malam lamanya. Barangkali Matius, dengan menekankan bahwa Yesus dibawa ke atas yaitu pegunungan (ayat 1), hendak memperlihatkan kesejajaran Yesus dan Musa. (Tafsiran Alkitab Injil Matius, hal. 50).
Matthew Henry – “…Ia berpuasa 40 hari 40 malam mengikuti teladan Musa, sang pemberi hukum yang luar biasa itu, dan Elia, sang pembaru besar di zaman PL. (Injil Matius 1-14, hal. 98).
Adam Clarke – Sungguh luar biasa bahwa Musa, pemberi hukum besar bagi bangsa Yahudi, sebelum menerima hukum Allah berpuasa 40 hari di gunung; bahwa Elia, kepala dari para nabi, juga berpuasa 40 hari, dan bahwa Kristus, pemberi Perjanjian Baru, harus bertindak dengan cara yang sama.
b. Ini ada hubungannya dengan Adam.
Yesus disebut sebagai Adam kedua / terakhir bahkan Adam adalah type dari Yesus.
1 Korintus 15:45 - Seperti ada tertulis: "Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup", tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan.
Roma 5:14 - Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang.
Kedatangan Yesus ke dalam dunia ini adalah untuk menebus dosa yang dimulai dari Adam yang lalu merembet ke seluruh manusia. Adam berdosa di taman Eden. Tapi dalam soal apa Adam jatuh? Dalam soal makanan di mana ia makan buah yang dilarang oleh Tuhan. Sekarang Adam yang terakhir (Yesus Kristus) memulai pelayanan-Nya dengan dicobai oleh iblis, tetapi Ia terlebih dahulu berpuasa, pantang terhadap makanan dan lalu dicobai iblis dalam hal makanan ini (persis dengan cobaan pertama bagi Adam) dengan menyuruh-Nya mengubah batu-batu menjadi roti. Tapi Dia akhirnya menang terhadap godaan ini. Dengan kata lain Yesus berpuasa untuk memberikan kesempatan pada iblis untuk mencobai-Nya dalam urusan makanan dan lewat itu Ia membuktikan diri bahwa Ia tidak jatuh dalam dosa dalam hal makanan sebagaimana yang terjadi pada Adam pertama di taman Eden.
Matthew Henry – Manusia jatuh karena makanan, dan melalui hal itu kita pun sering jatuh dalam dosa. Itulah sebabnya Kristus tidak makan. (Injil Matius 1-14, hal. 99).
Budi Asali – Seperti Adam, Yesus dicobai dengan menggunakan makanan. Tapi perbedaannya adalah Adam dicobai di taman Eden di mana ada banyak makanan dan pada saat Adam tidak lapar; Yesus dicobai di padang gurun di mana tidak ada makanan dan pada saat Yesus berpuasa selama 40 hari 40 malam.
c. Ini ada hubungan dengan bangsa Israel. Dari sejarah bangsa Israel, kita tahu bahwa mereka mengembara di padang gurun selama 40 tahun setelah keluar dari Mesir. Selama masa pengembaraan 40 tahun itu mereka sering kali mengalami pencobaan dalam hal makanan dan mereka seringkali gagal dalam pencobaan itu. Sekarang Yesus melakukan puasa selama 40 hari supaya Ia bisa dicobai oleh iblis dalam hal makanan dan ini lalu menunjukkan kemenangan-Nya atas cobaan dalam hal makanan ini. Bahwa hubungan ini ada terlihat dari perbandingan antara Ulangan 8:2-3 dan Matius 4:1-2 yang menunjukkan banyak kemiripan (perhatikan warna-warna yang sama) :
bisnis, asuransi, otomotif |
Demikianlah penjelasan tentang berpuasanya Yesus di awal pencobaan yang Ia alami.
II. COBAAN SETAN.
Teks kita berkata bahwa setelah berpuasa 40 hari, Yesus lalu merasa lapar.
Matius 4:2 - Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.
Ayat ini memberi kesan bahwa Yesus baru merasa lapar setelah 40 hari. Apakah ini aneh / salah? Sebetulnya tidak aneh ataupun salah! Seorang yang bernama Arthur Wallis, dalam bukunya yang berjudul ‘God’s Chosen Fast’ (Puasa Pilihan Allah), hal 77-78 menjelaskan akan adanya 3 tahap yang akan dialami seseorang kalau melakukan puasa jangka panjang :
· Tahap I yang berlangsung sekitar 2-3 hari (lamanya tahap-tahap ini bisa berbeda untuk tiap orang), di mana orangnya merasa sangat lapar.
· Tahap II yang juga berlangsung sekitar 2-3 hari, di mana orangnya tidak lagi merasa terlalu lapar, tetapi merasa badannya lemas, pusing dan malas untuk bergerak. Ini adalah bagian yang terberat dalam melakukan puasa jangka panjang.
· Tahap III. Pada tahap ini orang yang tadinya lemas itu mulai pulih kekuatannya, dan ia tidak lapar lagi. Pada tahap ini orangnya merasa bahwa ia bisa puasa terus tanpa problem. Tetapi kalau puasa ini diteruskan, maka pada saat tertentu, rasa lapar tahu-tahu muncul lagi dengan sangat hebatnya. Ini menunjukkan bahwa lemak tubuh sudah habis, dan kalau puasa itu tetap diteruskan, ini menjurus pada starvation (mati kelaparan). Lamanya tahap III ini tentu saja sangat berbeda untuk setiap orang, dan sangat tergantung pada gemuk / kurusnya orang yang berpuasa. Orang gemuk, karena cadangan lemak yang banyak, bisa bertahan lebih dari 40 hari, sedangkan orang kurus mungkin hanya bertahan 20 hari.
Dari sini bisa kita simpulkan, bahwa Yesus sudah sampai pada akhir dari tahap III, dan karena itu tidak aneh / tidak salah kalau dikatakan bahwa : ‘setelah berpuasa 40 hari dan 40 malam, akhirnya laparlah Yesus’. Nah, dalam kondisi lapar yang semacam inilah muncullah iblis dan mencobai Yesus.
Matius 4:3 - Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti."
Kitab Suci tidak menjelaskan bagaimana caranya iblis memberikan pencobaan ini kepada Yesus. Apakah ia menampakkan diri? Atau hanya memperdengarkan suara saja? Kalau ia menampakkan diri, apakah ia muncul berbentuk ular, atau manusia, atau malaikat? Ini tidak dijelaskan! Tetapi yang jelas adalah pencobaan ini bukannya muncul dalam pikiran / hati Yesus, karena kalau itu terjadi, maka Ia sudah berdosa. Dari pencobaan yang dilakukan setan ini, ada 2 hal yang akan saya bahas :
a. Pencobaan ini menunjukkan betapa cerdiknya setan.
Kecerdikkan iblis nampak lewat beberapa fakta :
1) Ia muncul seolah-olah dengan niat yang sangat baik.
Ingat bahwa Yesus ada dalam kondisi lapar yang sangat hebat dan sesuai dengan keterangan dari Arthur Wallis di atas, jika pada tahap ini tidak makan maka itu sama dengan bunuh diri. Kalau saudara ada dalam kondisi demikian lalu muncul seseorang yang menawarkan makanan pada saudara, apakah saudara akan anggap orang itu orang jahat atau orang baik? Sudah tentu kebanyakan kita akan menganggapnya sebagai orang baik. Di sini setan muncul dengan tawarannya yang seolah-olah sangat baik dan bersifat menolong Yesus dari bahaya kematian karena kelaparan. Hal yang sama terjadi di taman Eden di mana dia muncul seolah-olah sebagai orang yang baik yang akan menolong Adam dan Hawa dari ketidakbaikan Tuhan Allah karena Tuhan Allah tidak mau mereka makan buah terlarang yang akan membuat mereka menjadi sama seperti Tuhan Allah. Di sinilah kelicikan iblis. Alkitab berkata bahwa iblis dapat menyamar sebagai malaikat terang.
2 Korintus 11:14 - Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblis pun menyamar sebagai malaikat Terang.
Matthew Henry – Iblis bisa menyamar sebagai malaikat terang, dan itulah yang dilakukannya sekarang dengan berpura-pura menjadi malaikat penolong yang cerdas dan baik. (Injil Matius 1-14, hal. 100).
Karena itu kita harus berhati-hati karena sering kali iblis menyerang kita melalui orang-orang yang kelihatannya memberikan solusi yang baik bagi persoalan kita padahal solusi itu justru menjatuhkan kita dalam dosa.
2) Ia memberikan tawaran yang sangat cocok dengan situasi dan kondisi saat itu.
Situasi dan kondisi yang bagaimana? Dia menyuruh mengubah batu-batu menjadi roti dan ini sangat menarik karena batu-batu di padang gurun pada saat itu memang mirip dengan roti orang Yahudi.
J.J.de Heer – Iblis menunjuk kepada batu-batu yang terserak di padang gurun itu. Batu-batu itu bentuknya bundar dan kuning warnanya, menyerupai roti yang adalah makanan pokok orang Yahudi. (Tafsiran Alkitab Injil Matius, hal. 52).
William Barclay – Padang gurun biasanya dipenuhi oleh batu-batu kecil yang bentuknya menyerupai potongan-potongan roti. Kenyataan inilah yang mendorong munculnya pencobaan. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Matius 1-10, hal. 110).
Bandingkan :
Matius 7:9 - Siapakah di antara kamu, jikalau anaknya meminta roti, memberi batu kepadanya?
Dia menyuruh Yesus mengubah batu-batu menjadi roti karena memang pada saat itu tidak ada kemungkinan yang lain untuk mendapatkan roti di padang gurun seperti itu.
Budi Asali – Pencobaan untuk membuat batu menjadi roti ini sangat logis, karena saat itu Yesus membutuhkan roti, tetapi tidak ada roti, dan tidak bisa membeli roti ataupun membuat roti dengan cara biasa. Hati-hati dengan godaan yang logis! Misalnya : istrimu sudah jelek dan tidak memuaskan kamu, dan kamu sebagai orang laki-laki mempunyai nafsu seks yang harus disalurkan. Kalau ditahan terus nanti bisa stres / gila! Jadi, carilah wanita lain / pelacur yang bisa memuaskan kamu.
Dia tahu bahwa Yesus lapar dan dia tidak menawarkan hal yang lain. Dia tahu bahwa yang paling dibutuhkan oleh orang lapar adalah makanan/roti. Karena itu ia segera mencobai Yesus untuk mengubah batu-batu menjadi roti. Sesuai dengan tahapan puasa yang diungkapkan oleh Arthur Wallis di atas berarti Yesus juga sudah merasa lapar pada tahap I, tetapi pada saat itu iblis masih menahan pencobaannya karena kelaparan pada saat itu belumlah kritis. Ia baru mencobai Yesus pada kelaparan tahap III, dan ini adalah kelaparan yang kritis yang apabila tidak segera makan akan mati. Dari sini kita bisa lihat bahwa setan menyerang titik lemah Yesus. Dan ini juga yang sering ia lakukan pada manusia. Setan tahu titik lemah kita dan setan selalu berusaha menyerang titik lemah kita. Misalnya:
~ Saudara lemah dalam persoalan seks. Maka setan bukan hanya akan menyerang titik lemah itu, tetapi juga menyerangnya pada saat yang tepat, misalnya pada waktu saudara sedang bertengkar dengan istri saudara.
~ Saudara adalah seorang yang tamak. Maka setan terus akan memanfaatkan titik lemah itu, dan ia mungkin sekali bahkan akan memberikan saudara kesempatan bisnis yang saatnya bertepatan dengan kebaktian / Pemahaman Alkitab. Ini sekaligus akan memberikan serangan dobel kepada saudara.
~ Saudara adalah seorang pemarah. Maka setan akan memberikan banyak orang / hal yang menjengkelkan saudara, dan itu mungkin sekali diberikannya pada saat yang tepat, yaitu pada saat saudara memang sudah sumpek. Ini membuat saudara meledak dalam kemarahan!
~ Anak saudara sedang sakit berat dan hampir mati, dan lalu ada orang yang cerita tentang dukun yang hebat.
~ Saudara sedang malas untuk kebaktian, ada teman datang dan mengajak piknik.
~ Saudara sedang sangat butuh uang, lalu ada kesempatan untuk korupsi/mencuri.
~ dll.
Karena itu kita harus tahu titik lemah kita, dan selalu waspada dalam hal itu dan setiap hari membentenginya dengan doa.
3) Ia mengawali pencobaannya dengan kata-kata “jika engkau Anak Allah”.
Mengapa iblis mengatakan kalimat ini? Ini jelas ada hubungannya dengan pengalaman saat Yesus dibaptis di mana ada suara Bapa : “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi…” dan karena itu maka iblis (yang rupanya mendengar hal itu) memakai hal itu dalam serangannya terhadap Yesus. Bandingkan 2 ayat ini :
bisnis, asuransi, otomotif |
Kata “Jika” dalam Mat 4:3 ini memakai kata bahasa Yunani “EI”.
Kata “EI” ini bisa diterjemahkan “if / jika” dan bisa juga diterjemahkan “since / karena”. Jadi bunyi ayat itu bisa saja seperti terjemahan LAI : "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." Tapi bisa juga : "Karena Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." 2 kemungkinan ini akan saya jelaskan nanti tapi di sini kita bisa melihat kecerdikan setan di dalam meramu pencobaannya dengan mengaitkan kata-kata Bapa sewaktu Yesus dibaptis dengan pencobaan yang diarahkan pada Yesus.
1) Ia tahu bahwa Yesus mempunyai kemampuan untuk mengubah batu-batu menjadi roti.
Setan tidak mungkin menyuruh Yesus mengubah batu-batu menjadi roti apabila Yesus memang tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan hal itu. Justru karena Yesus mampu untuk mengubah batu-batu menjadi roti itulah maka Ia dicobai dengan untuk mempergunakan kemampuan-Nya itu.
Tyndale - Bahwa hal-hal itu adalah pencobaan, secara tidak langsung menunjukkan bahwa Yesus tahu bahwa Ia mempunyai kuasa yang luar biasa. ‘Bukanlah pencobaan bagi kita untuk mengubah batu menjadi roti atau untuk meloncat dari bubungan Bait Suci’.
Dari sini bisa juga ditarik kesimpulan bahwa makin besar kuasa / kekuatan yang ada pada kita, makin banyak pencobaan yang bisa disodorkan oleh setan kepada kita! Misalnya :
~ Orang miskin tidak akan merasakan jalan-jalan ke tempat-tempat rekreasi yang bagus pada hari Minggu sebagai suatu pencobaan, karena itu sama sekali di luar kemampuannya, tetapi bagi orang kaya hal itu merupakan godaan.
~ Orang miskin tidak akan merasakan godaan untuk membeli barang-barang mewah tanpa ada perlunya karena hal itu tidak mungkin baginya tapi bagi orang kaya itu adalah satu pencobaan.
~ dll
Karena itu, makin saudara kaya / berkuasa, makin saudara harus mendekatkan diri kepada Tuhan dan belajar Firman Tuhan, supaya saudara kuat menghadapi pencobaan yang semakin banyak itu.
a. Maksud sesungguhnya dari cobaan setan ini.
Sekarang kita perlu singkapkan apa sebenarnya tujuan setan dibalik pencobaan untuk mengubah batu-batu menjadi roti.
1) Melalui pencobaan ini, setan berusaha mengalihkan Yesus dari perkara rohani kepada perkara jasmani.
Yesus sementara berpuasa dan ini adalah urusan rohani. Tetapi setan lalu datang menggoda Dia dengan roti yang adalah urusan jasmani. Dengan kata lain setan sementara berusaha mengalihkan perhatian Yesus dari perkara rohani kepada perkara jasmani. Hal semacam ini sering kali dilakukan setan terhadap anak-anak Tuhan sehingga ada banyak anak Tuhan yang lalu lebih memilih urusan-urusan jasmani daripada urusan rohani.
~ Lebih memilih nonton TV daripada berdoa.
~ Lebih memilih jalan-jalan, shoping, nonton, dll daripada ikut kelas PA.
~ Lebih memilih ikut acar pesta daripada kebaktian.
~ Lebih suka membaca koran / majalah / FB daripada Alkitab.
~ dll
Kalau saudara digoda oleh setan dengan mengarahkan diri saudara pada hal-hal jasmani, ingatlah kata-kata Paulus berikut ini :
2 Korintus 4:18 - Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal”.
2) Melalui pencobaan ini, setan berusaha agar Yesus kehilangan kepercayaan kepada Bapa-Nya dan mencari solusi bagi persoalan-Nya sendiri.
Tujuan setan ini terkait dengan kata-kata “Jika Engkau Anak Allah”. Dan tadi sudah saya jelaskan bahwa iblis menggunakan kata-kata ini karena sebelumnya dalam peristiwa pembaptisan Yesus, Bapa berkata “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi….”. Lalu apa maksud iblis sebenarnya dengan pencobaan ini? Ia bermaksud untuk membuat Yesus ragu terhadap status-Nya sebagai Anak Allah atau meragukan kata-kata Bapa-Nya. Maksudnya adalah kalau memang benar Allah adalah Bapa-Mu atau Engkau adalah Anak Allah, mengapa Allah Bapa bisa membiarkan Engkau dalam keadaan kelaparan semacam ini? Engkau bukan Anak Allah atau mungkin benar Engkau adalah Anak Allah tetapi Allah adalah Bapa yang tidak baik yang tidak peduli terhadap kesulitan-Mu. Daripada berharap pada-Nya, atasilah persoalan-Mu sendiri dengan mengubah batu-batu ini menjadi roti. Toh Engkau sanggup melakukannya tanpa bantuan Bapa-Mu. Dari sini terlihat bahwa iblis sementara berusaha untuk memutuskan hubungan Yesus dengan Bapa-Nya dan dengan demikian Yesus tidak perlu bergantung lagi pada Bapa-Nya dan lalu berusaha untuk mengatasi persoalan-Nya sendiri (kelaparan) dengan menggunakan kuasa yang ada pada-Nya. Inilah tujuan setan sebenarnya. Dan pencobaan semacam ini masih terus dilakukan iblis hingga hari ini. Ada banyak anak Tuhan yang berada dalam persoalan yang berat (sakit penyakit, kemiskinan/kekurangan, problem studi/pekerjaan, problem rumah tangga, dll). Mereka berdoa dan berdoa tetapi kelihatannya tidak ada pertolongan dari Allah dan setan lalu menggoda mereka untuk tidak lagi percaya kepada Allah dan berusaha mengatasi persoalan mereka dengan cara mereka sendiri.
Budi Asali - Pencobaan ini bertujuan supaya Yesus tidak mempercayakan diri kepada Bapa-Nya, tetapi menangani persoalan lapar itu dengan cara yang tidak halal yaitu dengan menggunakan keilahian-Nya. Mengapa itu tidak halal? Karena pada waktu hidup di dunia sebagai manusia Yesus tidak pernah menggunakan keilahian-Nya untuk kepentingan-Nya sendiri. Kalau Ia selalu menggunakan keilahian-Nya untuk kepentingan-Nya sendiri, maka Ia tidak akan bisa menderita bagi kita.
Perhatikanlah, bukankah ada banyak anak Tuhan yang jatuh dalam pencobaan semacam ini? Kita harus selalu berhati-hati untuk tidak mencari solusi bagi persoalan kita sendiri dengan melakukan hal-hal yang tidak berkenan kepada Tuhan.
Matthew Henry – Ketika Yesus mulai lapar, lebih-lebih di padang gurun di mana tidak ada yang bisa dimakan, iblis pun melancarkan serangannya. Perhatikanlah, kekurangan dan kemiskinan merupakan godaan besar yang membuat orang menjadi tidak puas diri dan tidak mempercayai Tuhan, dan akan menggunakan cara-cara yang tidak halal untuk memenuhi kebutuhannya… kemiskinan itu merupakan suatu pencobaan… Oleh sebab itu mereka yang kekurangan perlu melipatgandakan kewaspadaannya. Lebih baik mati kelaparan daripada hidup makmur dalam dosa. (Injil Matius 1-14, hal. 101).
Budi Asali - Setan juga selalu menyerang kita supaya kita tidak mempercayakan diri kita kepada Allah, tetapi menangani sendiri dengan menggunakan cara yang tidak halal (mencuri, korupsi, nyogok, berdusta, pergi ke dukun dsb).
J.J.de Heer – Menjadikan roti, sebelum tiba saatnya oleh Yesus dirasakan sebagai mau terlalu cepat “keluar dari kesulitan”, menempuh jalan sendiri dan kurang percaya kepada Bapa-Nya di sorga. Pencobaan yang Yesus alami kita alami juga. Adalah sangat berbahaya bahwa kita menjadi kurang sabar. Apabila kita berdoa, kita kadang-kadang seakan mau memaksa Tuhan untuk bertindak cepat. Kita kadang-kadang melupakan bahwa Tuhan, juga kalau Ia hendak membukakan suatu jalan keluar dari kesukaran-kesukaran kita, memakai jalan serta waktu-Nya sendiri. Untuk itu kita harus sabar menunggu pertolongan, seperti yang Yesus lakukan di padang gurun. (Tafsiran Alkitab Injil Matius, hal. 53).
Dalam hal ini kita perlu meneladani Zadrakh, Mesakh dan Abednego yang berprinsip bahwa seadainya Allah tidak menolong mereka sekalipun, mereka tidak akan mau melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kebenaran.
Dan 3:17-18 – (17) - Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; (18) tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."
3) Melalui pencobaan ini, setan berusaha agar Yesus memanfaatkan status serta kuasa-Nya untuk mencari kepentingan diri sendiri.
Ini terkait dengan kata-kata : “Jika Engkau Anak Allah”. Tadi sudah saya jelaskan bahwa kata Yunani “EI” di sini bisa diartikan “karena” sehingga ayat itu bisa diterjemahkan ““Karena Engkau Anak Allah”. Jika demikian maka pencobaan ini bukan bertujuan untuk membuat Yesus ragu akan status-Nya sebagai Anak Allah atau meragukan Bapa-Nya tetapi untuk memanfaatkan status-Nya sebagai Anak Allah itu dan kuasa-Nya untuk memenuhi kebutuhan/kepentingan-Nya sendiri. Dan cobaan seperti ini jugalah yang sering dilakukan iblis kepada anak-anak Tuhan.
William Barclay – Kita selalu dicoba untuk memakai kekuatan dan kekuasaan yang diberikan Tuhan kepada kita bagi kepentingan diri kita sendiri. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Matius 1-10, hal. 110).
Barclay lalu memberikan contoh :
William Barclay – Seseorang mungkin mempunyai suara yang baik. Tetapi ia bisa mengkomersialkan suaranya itu, sehingga bisa menolak mengeluarkan suaranya itu kecuali jika dibayar. Sebenarnya tidak ada alasan apa pun untuk membayar suaranya itu. Tetapi yang empunya suara itu bisa menemukan berbagai alasan, agar orang yang mendengarkan suaranya harus membayar. Setiap orang mempunyai kecakapan tertentu pasti mendapat pencobaan untuk memakai kecakapan tersebut bagi kepentingan dirinya sendiri, meskipun kecakapan itu adalah pemberian Tuhan. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Matius 1-10, hal. 110).
Adalah tidak salah kalau kecakapan-kecakapan kita dihargai dengan bayaran tetapi janganlah itu menjadi motivasi kita di dalam menggunakan kecakapan-kecakapan itu.
III. JAWABAN YESUS.
Lalu bagaimana jawaban Yesus terhadap serangan setan ini?
Matius 4:4 - Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."
Yang dimaksudkan dengan “ada tertulis” di dalam ayat tersebut adalah ada tertulis dalam Firman Tuhan (PL). Dan memang kata-kata ini Yesus kutip dari Ul 8:3 :
Ulangan 8:3 – “…manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN.
Di sini kita melihat bahwa dalam menghadapi serangan setan, Yesus mengandalkan Firman Allah. Mengapa? Karena Firman Allah itu adalah senjata / pedang roh (Efesus 6:17). Melalui ini Yesus memberikan teladan bagi kita bahwa di dalam menghadapi serangan setan, kita harus berpegang teguh dan mengandalkan Firman Allah.
Matthew Henry – Kita harus menggunakan cara ini setiap kali kita dicobai untuk berdosa. Lawanlah dan tolaklah pencobaan itu dengan “Ada tertulis”. Firman Allah adalah pedang roh, satu-satunya senjata untuk menyerang dari seluruh perlengkapan senjata Kristen (Efesus 6:17). (Injil Matius 1-14, hal. 105).
Karena itu hendaklah kita rajin belajar Firman Tuhan (misalnya lewat kelas PA) supaya bisa menggunakan Firman Tuhan untuk menangkis serangan setan. Tanpa Firman Tuhan kita sukar untuk bertahan terhadap serangan setan. Sekarang mari perhatikan bunyi Firman yang dikutip Yesus ini :
a. ‘Manusia hidup bukan dari roti saja’.
Kata ‘saja’ dalam jawaban Yesus itu perlu diperhatikan. Yesus tidak berkata : ‘Manusia hidup bukan dari roti’. Tetapi Yesus berkata : ‘Manusia hidup tidak dari roti saja’. Ini menunjukkan bahwa hal jasmani juga penting dan tidak bisa diabaikan secara total, tetapi kita tidak boleh menekankan hal jasmani saja (bdk. 1Timotius 4:8).
b. ‘tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah’.
Ada yang mengartikan ‘firman yang keluar dari mulut Allah’ sebagai pengajaran Kitab Suci sehingga arti kalimat ini adalah karena manusia terdiri dari tubuh dan jiwa / roh, maka manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi juga dari Firman Allah / pengajaran Kitab Suci. Kelihatannya tafsiran semacam ini tidak tepat karena tidak cocok dengan konteks Matius 4:3-4 di mana setan menyuruh Yesus mengubah batu menjadi roti, dan Yesus menjawab manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari pengajaran Kitab Suci. Ini rasanya jadi kacau. Calvin dan para penafsir yang lain beranggapan bahwa kata-kata ini menunjuk pada ‘kehendak Allah’. Jadi maksud Yesus adalah sekalipun tidak ada roti, kalau Allah menghendaki Ia hidup, Ia akan hidup. Penafsiran ini lebih cocok dengan konteks Luk 4:3-4 maupun Ul 8:3 dari mana ayat ini dikutip :
Ulangan 8:3 - Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN.
Dari ayat ini terlihat bahwa bangsa Israel di padang gurun tidak memperoleh roti tetapi Allah bisa membuat mereka hidup dengan cara memberikan manna kepada mereka.
Ini yang harus kita camkan dengan baik-baik. Allah itu penuh kuasa, Ia menopang segala sesuatu dengan firman-Nya (Ibrani 1:3) sehingga kalau Ia mau, Ia bisa membuat kita hidup tanpa roti. Tetapi sebagaimana Ia dengan cara yang ajaib memberi makan kepada bangsa Israel di padang gurun, Ia juga dengan cara-cara yang ajaib bisa memelihara hidup kita. Karena itu dalam keadaan terjepit / krisis yang bagaimanapun hebatnya, yang mengancam nyawa sekalipun, ingatlah bahwa hidup / mati saudara tergantung kehendak Tuhan.
Dari jawaban Yesus ini terlihat bahwa Yesus sangat percaya kepada Bapa-Nya. Ia tidak mau menggunakan keilahian-Nya / cara yang tidak halal, dan Ia percaya Bapa-Nya akan memelihara-Nya. Karena Kristus tidak mau mendapatkan roti dengan cara tidak halal, akhirnya kita melihat bahwa malaikat-malaikat datang melayani Dia.
Matius 4:11 - Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.
Marilah kita meniru Yesus dalam hal ini; jangan mencari makan / uang dengan cara yang tidak halal, seperti menggunakan tipu daya, dusta, menyuap, dsb. Atau dengan cara bekerja pada hari Sabat (Kel 20:8-11). Maka Tuhan pasti akan mencukupi kebutuhan saudara.
PENCOBAAN DI PADANG GURUN (MATIUS 4:1-12) (Part 4)
Matius 4:1-12 – (1) Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. (2) Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus. (3) Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." (4) Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (5) Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, (6) lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." (7) Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!" (8) Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, (9) dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." (10) Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" (11) Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus. (12) Tetapi waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea.
Pada bagian sebelumnya kita sudah membahas pencobaan pertama dari iblis kepada Yesus yakni menyuruh Yesus mengubah batu-batu menjadi roti. Sekarang kita akan membahas pencobaan yang kedua. Tapi sebelum itu kita perlu memikirkan dulu yang mana sebenarnya yang merupakan pencobaan kedua? Masalahnya adalah ada urutan yang terbalik untuk pencobaan kedua dan ketiga dalam versi Matius dan Lukas di mana pencobaan kedua menurut Matius adalah pencobaan ketiga menurut Lukas dan pencobaan ketiga menurut Matius adalah pencobaan kedua menurut Lukas. Lihat perbandingannya :
bisnis, asuransi, otomotif |
Saya berpendapat bahwa urut-urutan Matius yang benar secara kronologis karena beberapa alasan :
1. Setelah pencobaan ketiga dalam Matius, iblis diusir.
2. Kalau urut-urutannya seperti dalam Mat 4, maka jalan ceritanya lebih baik / masuk akal, karena dalam jawaban Yesus terhadap pencobaan pertama terlihat bahwa Yesus memakai Firman Tuhan dan Ia percaya kepada Bapa-Nya. Karena itu, maka dalam pencobaan kedua versi Matius, iblis mencobai-Nya dengan menggunakan Firman Tuhan yang disalah tafsirkan dengan menyuruh Yesus untuk ‘terlalu percaya’ kepada Bapa.
Matius 4:3-6 - (3) Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." (4) Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (5) Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, (6) lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau …."
Kalau begitu apakah Lukas salah menempatkan urut-urutannya? Tidak! Lukas memang tidak menulis berdasarkan urutan waktu/kronologis. Perlu diketahui bahwa kata ‘kemudian’ (Yun. “tote”) pada awal Luk 4:5,9 sebetulnya tidak ada dalam bahasa aslinya.
Lukas 4:5,9 – (5) Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia. (9) Kemudian ia membawa Yesus ke Yerusalem dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, …”
Kalau begitu mengapa Lukas membalik urut-urutannya? Atau atas pertimbangan apa Lukas membalik urut-urutannya? Matthew Henry berkata bahwa Lukas mengubah urutannya karena ia menghubungkannya dengan pencobaan di taman Eden. Di taman Eden pencobaan tentang makanan (buah terlarang) itu berkaitan erat dengan penglihatan di mana buah terlarang itu kelihatan sangat menarik. Karena itu alangkah bagusnya jika pencobaan untuk mengubah batu-batu menjadi roti yang adalah pencobaan tentang makanan dilanjutkan dengan pencobaan yang ada kaitannya dengan daya tarik mata dalam hal ini adalah pencobaan ketiga versi Matius.
Matthew Henry – Penulis Injil ini menempatkan pencobaan ini dalam urutan kedua, sedangkan Matius menempatkannya dalam urutan terakhir. Pencobaan ini seharusnya memang ada di urutan terakhir. Namun, Lukas tidak dapat menahan diri untuk memikirkan dan membicarakan pencobaan itu sebagai yang paling jahat dan kejam, karena itu ia ingin segera mengemukakannya. Ketika Iblis mencobai nenek moyang kita yang pertama, ia menunjukkan kepada mereka buah yang terlarang untuk dimakan. Pertama sebagai buah yang baik untuk dimakan, dan selanjutnya sebagai buah yang sedap kelihatannya, dan mereka segera dikuasai oleh kedua daya tarik ini. Di sini, mula-mula Iblis mencobai Kristus untuk mengubah batu-batu menjadi roti, yang akan menjadi makanan yang baik untuk dimakan, kemudian ia menunjukkan kepada-Nya semua kerajaan dunia serta segala kemuliaannya, yang sedap dipandang mata. Namun, dalam kedua hal ini Ia berhasil mengalahkan Iblis. Mungkin dengan memperhatikan hal ini, Lukas mengubah urutannya. (Injil Lukas 1-12, hal. 154-155).
B.J. Boland mengatakan bahwa Lukas menyusun pencobaan-pencobaan itu berdasarkan keterlibatan pihak-pihak di dalamnya di mana dalam pencobaan pertama itu hanya berkaitan dengan diri Yesus sendiri (mengubah batu jadi roti), dalam pencobaan kedua itu berkaitan dengan kompromi antara Yesus dan setan (sujud menyembah), dan dalam pencobaan ketiga, itu sudah berkaitan dengan orang banyak(melompat dari bubungan bait Allah).
B.J. Boland – Lukas menukar tempat pencobaan yang kedua dan yang ketiga, sehingga urutannya sebagai berikut : (1) mujizat berkenaan dengan roti, untuk Yesus sendiri; (2)memperoleh kuasa duniawi dengan kompromi; (3) mujizat dalam Bait Suci di depan mata orang banyak. (Tafsiran Alkitab Injil Lukas, hal. 94).
Jerome Kodell memberikan pendapat yang lain :
Jerome Kodell – Barangkali Lukaslah yang mengubah urutan adegan untuk menempatkan klimaksnya di Yerusalem, yang ia pergunakan sebagai tujuan dan puncak karya keselamatan Yesus dan kehidupan Gereja Perdana. (Ed. Dianne Bergant & Robert J. Karris; Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, hal.123).
Yang manapun yang benar, jelas bagi kita bahwa Lukas tidak menulis berdasarkan urutan kronologis. Dengan demikian pencobaan kedua secara kronologis adalah yang diceritakan oleh Matius.
Matius 4:5-6 - (5) Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, (6) lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."
Kita akan mempelajari pencobaan yang kedua ini dalam beberapa pembahasan :
I. TEMPAT DAN STRATEGI IBLIS DALAM PENCOBAAN INI.
Kita akan membahas 2 hal ini satu per satu :
a. Tempat terjadinya pencobaan ini.
Dalam pencobaan iblis dikatakan membawa Yesus ke Kota Suci (Yerusalem) dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah lalu menyuruh-Nya menjatuhkan diri ke bawah. Pertanyaan kita adalah di bagian mana dari bubungan Bait Allah di mana Yesus ditempatkan dan Ia disuruh menjatuhkan diri kemana? Kita tidak tahu pasti karena tidak dijelaskan lebih jauh tetapi kira-kira ada 2 kemungkinan :
Yesus ditempatkan di puncak bubungan Bait Allah dan Ia disuruh menjatuhkan diri ke halaman Bait Allah.
Bait Allah yang dibicarakan di sini adalah Bait Allah yang dibuat oleh raja Herodes Agung, Bait Allah yang sangat indah dan megah. Di puncak bubungan Bait Allah itu ada 1 tempat di mana setiap pagi, pada saat matahari mulai muncul dari balik bukit Hermon, seorang imam naik kesana dan meniup terompet sebagai tanda bagi orang-orang Yahudi untuk segera mempersembahkan korban pagi kepada Allah. Kemungkinan Yesus dibawa oleh iblis dan ditempatkan di puncak bubungan Bait Allah ini, tempat imam meniup terompet itu, lalu Yesus disuruh menjatuhkan diri ke arah halaman Bait Allah.
Kira-kira jarak dari bubungan Bait ke bawah sekitar 30-40 Meter.
Matthew Henry – (sebagaimana dilukiskan Josephus dalam Antiq 15:14) begitu tinggi hingga mampu membuat kepala orang pusing bila melihat ke bawah. (Injil Matius 1-14, hal. 110).
Kalau kemungkinan ini yang terjadi maka pastilah peristiwa ini terjadi pagi hari bertepatan dengan waktu mempersembahkan korban pagi sehingga di halaman Bait Allah saat itu ada banyak orang yang berkumpul dan kalau mendadak Yesus menjatuhkan diri dari atas bubungan itu dan tidak apa-apa, maka orang-orang akan kaget dan menganganggap Yesus sebagai seorang “Superman” yang luar biasa dan ini menjawab nubuatan dalam kitab Maleakhi.
Mal 3:1 – “…Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya!Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam.
Yesus dibawa ke tembok bagian selatan dari puncak Bait Allah dan disuruh menjatuhkan diri ke arah luar halaman Bait Allah. Perhatikan arah anak panah dalam gambar berikut
Kalau kemungkinan ini yang terjadi, maka ini jauh lebih tinggi dari kemungkinan pertama karena tinggi tembok yang mengelilingi Bait Allah dari atas hingga fondasinya saja sekitar 50 meter.
Selain itu perlu diketahui bahwa Bait Allah dibangun di puncak gunung Sion di mana puncak gunung Sion itu terlebih dahulu diratakan sehingga membentuk suatu lapangan yang cukup luas dan di lapangan itulah Bait Allah didirikan.
Ini berarti jarak dari atas tembok Bait Allah hingga ke lereng gunung sudah sangat tinggi, apalagi di bagian selatan ada satu lembah di sana yang namanya lembah Kidron.
Lembah Kidron ini sangat subur sehingga menjadi daerah perkebunan dan setiap harinya ada banyak orang Yahudi yang bekerja di perkebunan lembah Kidron ini.
Maka kemungkinan besar iblis membawa Yesus ke tembok selatan yang langsung berhadapan dengan lembah Kidron sehingga pada saat Yesus menjatuhkan diri-Nya, maka Ia akan melayang turun dari puncak tembok itu menuju lembah Kidron (ini sekitar 200-250 meter) dan itu akan disaksikan oleh banyak orang Yahudi dari perkebunan Kidron dan tentu saja ini membuat mereka kagum luar biasa karena keajaiban “
a. Strategi yang dipakai iblis dalam pemcobaan ini.
Pada saat menyuruh Yesus menjatuhkan diri itu tak lupa iblis mengutip ayat Firman Tuhan.
Matius 4:6 – “…sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."
Mengapa di sini iblis mengutip ayat Alkitab? Karena di dalam pencobaan yang pertama, Yesus menjawab serangannya dengan mengutip ayat Alkitab.
Matius 4:4 - Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."
Dan karena itulah dalam serangan kedua ini iblis mau mengimbangi Yesus dengan mengutip ayat Alkitab juga.
Matthew Henry – Kristus melawan dia dengan kutipan ayat Kitab Suci, dan iblis ingin menunjukkan bahwa ia pun mampu mengutip ayat-ayat Kitab Suci seperti Yesus. (Injil Lukas 1-12, hal. 159).
Ayat Alkitab yang dipakai iblis ini dikutip dari kitab Mazmur 91:11-12.
Maz 91:11-12 – (11) sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu. (12) Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya kakimu jangan terantuk kepada batu.
Ini berarti bahwa iblis hafal ayat Alkitab.
Budi Asali - Satu hal yang harus ditekankan di sini adalah bahwa setan juga tahu dan hafal Kitab Suci. Karena itu kalau kita tidak mau belajar dan menghafal Kitab Suci, kita akan dengan mudah ditipunya!
Matthew Henry – Apakah iblis mengenal Kitab Suci dengan begitu baik sehingga mampu mengutip ayat dengan begitu cepat? Sepertinya memang demikian. (Injil Matius 1-14, hal. 112).
Tetapi kalau memang ayat di dalam Mazmur 91:11-12 itu mengatakan demikian, lalu di mana salahnya iblis? Kelihatannya iblis tidak salah karena memang ayat itu berbicara tentang pelayanan para malaikat yang melindungi orang-orang percaya dan iblis tahu itu juga dari pengalamannya (dalam kasus Ayub). Ia juga dengan benar menerapkan ayat tersebut kepada Kristus dengan mengatakan : “Mengenai Engkau….” Sebagaimana dikatakan Matthew Henry bahwa semua janji perlindungan bagi orang kudus itu diberikan kepada, di dalam dan melalui Dia. Janji itu mengatakan : “Ia melindungi segala tulangnya, tidak satu pun yang patah” (Mazmur 34:21). Bandingkan :
Yohanes 19:36 - Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: "Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan."
Jadi apa salahnya iblis ketika mengutip ayat tersebut dalam pencobaannya kepada Yesus? Kesalahan yang dibuat iblis di sini adalah kesalahan hermeneutics yaitu ia melepaskan ayat tersebut dari konteksnya.
Apa yang dimaksudkan dengan konteks? Yang dimaksudkan dengan konteks adalah ayat-ayat yang berhubungan dengan ayat yang hendak ditafsir, dalam hal ini adalah ayat-ayat sebelum atau sesudahnya. Memahami konteks suatu ayat itu penting untuk menemukan apa arti sesungguhnya dari ayat tersebut. Saya berikan suatu ilustrasi.
Boby dan Mince adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Tapi karena harus melanjutkan kuliah di Surabaya, mereka berdua harus berpisah. Setelah beberapa saat di Surabaya, Boby mengirim surat kepada Mince di Kupang. Saking gembiranya begitu amplop surat di buka, Mince pun langsung membacanya satu bagian menyolok di tengah surat itu yang bunyinya demikian :
“Mince sayang, setelah sekian lama kita bersama, terus terang aku makin merasa adanya banyak ketidakcocokan di antara kita walau mungkin tidak kamu sadari. Seiring waktu, cintaku padamu mulai meleleh seperti lilin yang terbakar habis, tetapi aku tetap bertahan untuk mencintaimu. Sampai 2 minggu lalu aku bertemu seorang gadis. Clara namanya. Saat mata kami bertatapan untuk pertama kalinya, aku dapat melihat pelangi di matanya. Saat itulah aku sadar, Clara adalah cinta sejatiku, belahan jiwaku yang hilang. Aku bertekad untuk mendapatkan cinta Clara dan karena itu saat ini aku hendak katakan padamu bahwa cinta kita harus berakhir di sini. Tentang anak kita yang sementara kau kandung, mungkin sebaiknya diaborsi saja. Maafkan aku Mince sayang”.
Sampai di sini Mince tidak dapat lagi menahan airmatanya, ia langsung merobek suratnya dan membuangnya ke bak sampah. Mince pun langsung mau minum baygon. Untung adiknya Mince bisa mencegahnya dan setelah tenang ia memungut robekan surat dari Boby itu dan lalu dibaca dari awal. Begini bunyinya :
“Mince sayang, bagaimana keadaanmu? Aku baik-baik saja di Surabaya. Semoga kamu pun baik-baik. Oh ya sayang, aku ingin cerita, beberapa hari lalu aku bermimpi bahwa kita berdua ada di sebuah gunung yang tinggi, wajah kita sangat murung. Setelah lama terdiam, akupun mulai bicara padamu : “Mince sayang, setelah sekian lama kita bersama, terus terang aku makin merasa adanya banyak ketidakcocokan di antara kita walau mungkin tidak kamu sadari. Seiring waktu, cintaku padamu mulai meleleh seperti lilin yang terbakar habis, tetapi aku tetap bertahan untuk mencintaimu. Sampai 2 minggu lalu aku bertemu seorang gadis. Clara namanya. Saat mata kami bertatapan untuk pertama kalinya, aku dapat melihat pelangi di matanya. Saat itulah aku sadar, Clara adalah cinta sejatiku, belahan jiwaku yang hilang. Aku bertekad untuk mendapatkan cinta Clara dan karena itu saat ini aku hendak katakan padamu bahwa cinta kita harus berakhir di sini. Tentang anak kita yang sementara kau kandung, mungkin sebaiknya diaborsi saja. Maafkan aku Mince sayang”. Mendengar itu kamu pun menangis sejadi-jadinya dan secara tiba-tiba kamu berlari dan membuang dirimu ke dalam tebing. Aku begitu takut dan berteriak memanggil-manggil namamu. Tiba-tiba aku terbangun dari tidurku. Demikianlah mimpiku sayang. Ah…untung semuanya hanya mimpi. Mince aku ingin katakan padamu, selama musim yang telah berlalu, masih engkau yang ada di hatiku. Liburan nanti saat aku kembali, kuharap kamu menemaniku ke kebun ayahku, menanam pucuk-pucuk cinta kita biar bertumbuh dan abadi selamanya. I Love U bertubi-tubi.
Salam
Bobby (Cintamu).
Mengapa Mince menjadi sedih dan mau minum baygon tadi? Karena dia hanya membaca cuplikan surat ini tanpa melihat konteksnya (kalimat-kalimat sebelum dan sesudahnya). Seandainya Mince membaca seluruhnya / memperhatikan konteksnya, dia justru harus senang luar biasa.
Nah, mencuplik ayat tertentu dan melepaskannya dari konteks sehingga artinya jadi menyesatkan itulah yang sedang dilakukan oleh iblis di mana dia mengutip Mazmur 91:11-12 tanpa memperhatikan konteksnya. Ini bukan berarti iblis bodoh dan tidak tahu hermeneutics (makna ayat tersebut), dia memang sengaja melakukan itu demi menyesatkan Yesus. Mari kita lihat konteks dari Maz 91 ini :
Mazmur 91:1-3;9-15 - (1) Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa (2) akan berkata kepada TUHAN: "Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai." (3) Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk…(9) Sebab TUHAN ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi telah kaubuat tempat perteduhanmu, (10) malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu; (11) sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu. (12) Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya kakimu jangan terantuk kepada batu. (13) Singa dan ular tedung akan kaulangkahi, engkau akan menginjak anak singa dan ular naga. (14) "Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku. (15) Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya…”
Dari konteksnya terlihat bahwa Mazmur ini berbicara tentang perlindungan Allah kepada orang percaya di mana kalau orang percaya berada dalam bahaya, Allah akan menyertainya dan melindunginya. Malaikat-malaikat akan diperintahkannya untuk menjaga orang percaya itu sehingga ia tidak jatuh. Nah, setan rupanya hanya mengambil ayat 11-12 dan mengabaikan konteksnya lalu menyuruh Yesus membuang diri dari bubungan Bait Allah. Ini jelas salah secara hermeneutics dan menyesatkan sebab Allah berjanji untuk melindungi orang percaya dari bahaya tapi itu tidak berarti bahwa orang percaya boleh sembrono dengan mencari bahaya sendiri. Allah berjanji bahwa malaikat-malaikat akan diperintahkan untuk menatang orang percaya sehingga ia tidak terantuk dan jatuh, tapi tidak berarti orang lalu menjadi ekstrim dan “terlalu percaya” sehingga membuang diri dari bubungan Bait Allah dan berharap Allah akan menyuruh malaikat-malaikat menatangnya. Ini namanya mencobai Tuhan Allah! Jadi kesalahan hermeneutics atau lebih tepatnya penyesatan hermeneutics yang dibuat iblis berujung pada penerapan ekstrim yang bersifat mencobai Allah.
Kelicikan iblis juga nampak dengan ia melakukan penghilangan terhadap 1 frase yang penting di dalam Mazmur 92:11. Perhatikan perbandingannya dalam gambar berikut ini :
bisnis, asuransi, otomotif |
Terlihat bahwa iblis menghilangkan frase : “untuk menjaga engkau di segala jalanmu”yang saya garis-bawahi dalam Mazmur 91:11. Mengapa iblis menghilangkan bagian itu? Karena kalau ia tetap memakai ayat itu secara lengkap, justru ayat itu berjanji bahwa Tuhan akan menjaga orang percaya di jalan mereka dan bukan di tindakan nekat mereka dengan membuang diri dari bubungan bait Allah. Karena itulah iblis menghilangkan 1 frase supaya cocok dengan pencobaannya yang menyuruh Yesus terjun dari bubungan Bait Allah. Iblis pernah melakukan hal yang sama di taman Eden. Kata-katanya dalam Kejadian 3:1 membuang 1 kalimat dari Firman Tuhan yang asli di dalam Kejadian 2:16-17.
bisnis, asuransi, otomotif |
Perhatikan bahwa iblis membuang kata-kata yang bergaris-bawah itu sehingga arti ayat itu lalu menjadi lain. Di sinilah kelicikan iblis di dalam menggunakan Firman Tuhan. Kalau kita tidak berhati-hati dan teliti dalam membaca Firman Tuhan, kita mudah ditipunya.
II. TUJUAN PENCOBAAN IBLIS INI.
Sekarang, perhatikan serangan setan ini.
Matius 4:6 - lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah…
Jadi iblis menyuruh Yesus membuang diri dari bubungan Bait Allah.
Di dalam pencobaan pertama (menyuruh Yesus mengubah batu-batu menjadi roti), kita sudah melihat bahwa setan berusaha untuk membuat Yesus tidak percaya pada pemeliharaan Bapa-Nya dalam urusan makanan. Tapi ia tidak berhasil! Karena itu dalam serangannya yang kedua ini setan berusaha membuat Yesus “terlalu percaya pada Allah” sehingga mau mencari bahaya dengan meloncat dari bubungan Bait Allah. Dalam 2 hal inilah setan sering kali menyerang kita juga. Kadang ia menggoda kita untuk tidak percaya pada Allah, kadang pula ia menggoda kita untuk “terlalu percaya” kepada Allah sehingga melakukan tindakan-tindakan bodoh.
Budi Asali : Memang setan sering menyerang kita dengan extrim kiri, atau dengan extrim kanan….
Contohnya, kadang setan menyerang anak-anak Tuhan sehingga mereka menjadi ragu akan janji pemeliharaan Tuhan sehingga mereka lebih memilih tetap bekerja mencari nafkah pada hari minggu. Tapi kadang pula ia mnenyerang anak-anak Tuhan sehingga mereka menjadi “terlalu percaya” akan janji pemeliharaan itu sehingga mereka bahkan tidak mau bekerja mencari nafkah. Kadang setan membuat anak-anak Tuhan begitu takut tidak dapat jodoh sehingga lalu cara-cara tidak halal pun dipakai untuk mendapatkan jodoh (jasa dukun, “obat nona” / pesugihan, dll). Tapi kadang setan membuat anak-anak Tuhan “terlalu percaya” dalam hal ini sehingga mereka sama sekali tidak mau berusaha mencari jodoh. Hanya wait and see seperti Adam saja katanya. Kadang setan membuat anak-anak Tuhan ragu akan janji keselamatan dari Tuhan sehingga setiap saat mereka berpikir bahwa dosa-dosanya akan menghilangkan keselamatan yang sudah diperoleh. Tapi kadang setan membuat anak-anak Tuhan menjadi “terlalu percaya” pada jaminan keselamatan sehingga lalu berbuat dosa seenaknya karena bagaimana pun juga keselamatan tidak bisa hilang. Kadang setan membuat anak-anak Tuhan begitu takut terhadap dirinya dan segala macam kuasa-kuasa gelap sehingga menghilangkan damai sejahtera mereka, tetapi kadang setan membuat anak-anak Tuhan menganggap remeh dirinya, mengabaikannya dan bahkan ada yang tidak percaya bahwa setan itu ada, dll.
Tetapi apa tujuan setan sesungguhnya lewat cobaan ini? Kita akan mengerti tujuan setan ini dari kata-kata pendahuluannya sebelum menyuruh Yesus menjatuhkan diri yakni : “Jika engkau Anak Allah…” (persis seperti pencobaan pertama).
Matius 4:6 - lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."
Berarti cobaan untuk menjatuhkan diri ini ada kaitannya dengan status Yesus sebagai Anak Allah sebagaimana yang dinyatakan Bapa di dalam pembaptisan-Nya (Matius 3:17). Dengan kata lain iblis mau berkata pada Yesus, Engkau memang Anak Allah sebagaimana yang dinyatakan dalam pembaptisan-Mu, tapi berapa orang yang mengetahui hal itu? Paling-paling segelintir orang yang hadir dalam pembaptisan-Mu (itu pun kalau mereka mendengar suara Bapa itu). Engkau harus membuat diri-Mu diakui oleh seluruh Israel bahwa Engkau adalah Anak Allah, Sang Mesias yang dijanjikan itu. Untuk itu Engkau perlu melakukan sesuatu yang spekatakuler / sensasional yang bisa disaksikan oleh begitu banyak orang sehingga olehnya Engkau akan diterima sebagai Anak Allah / Mesias itu. Jadi jatuhkanlah diri-Mu dari bubungan Bait Allah, dan pada saat kamu melayang turun seperti “Superman” atau “Batman” tanpa cacat sedikit pun, pada saat itulah semua orang akan kagum dan percaya bahwa Engkaulah Mesias itu.
Matthew Henry – Sebenarnya iblis ingin menunjukkan bahwa bukti Yesus sebagai Anak Allah sangat kabur dan tidak jelas. Menurut iblis, Ia hanya dipermuliakan di antara rakyat jelata yang mengikuti baptisan Yohanes, dan bukti ini kurang kuat. Tetapi jika ia sekarang menyatakan diri dari atas bubungan Bait Allah, di antara para pembesar yang sedang mengikuti ibadah di Bait Allah, dan kemudian untuk membuktikan bahwa Ia adalah benar-benar adalah Anak Allah, menjatuhkan diri-Nya sendiri dari atas bubungan ke bawah, tanpa terluka, maka langsung saja Ia akan diterima oleh semua orang sebagai Utusan yang diutus dari surga. (Injil Lukas 1-12, hal. 159).
J.J.de Heer – Betapa hebatnya apabila Tuhan Yesus di hadapan orang-orang yang berkumpul di Bait Allah, dari ketinggian beberapa puluh meter melompat ke bawah tanpa cedera. Hal itu akan menimbulkan kesan yang sangat dalam, dan dengan demikian pula Ia akan dengan mudah diakui sebagai Mesias, yaitu Mesias yang sudah dijanjikan dalam PL, dan sebagai Raja Israel. (Tafsiran Alkitab Injil Matius, hal. 54).
B.J. Boland – Lalu iblis membisikkan kepada-Nya : “jika Engkau betul-betul Anak Allah…lakukan suatu mujizat yang menimbulkan sensasi, sehingga orang banyak memuliakan Engkau sebagai Mesias (menurut pandangan rakyat Mesias, Mesias akan menampakkan diri dalam kemuliaannya di Bait Suci di Yerusalem). (Tafsiran Alkitab Injil Lukas, hal. 98).
Jadi inti cobaan setan di sini adalah supaya Yesus menggunakan hal-hal yang spektakuler / sensasional di dalam pelayanan-Nya agar dapat menarik pengikut sebanyak mungkin. Menariknya. cara seperti inilah yang seringkali dipakai oleh para nabi palsu. Misalnya :
·a. Teudas.
Kisah Para Rasul 5:36 - Sebab dahulu telah muncul si Teudas, yang mengaku dirinya seorang istimewa dan ia mempunyai kira-kira empat ratus orang pengikut; tetapi ia dibunuh dan cerai-berailah seluruh pengikutnya dan lenyap.
Teudas ini adalah seorang yang mengaku sebagai Mesias dan ia pernah janji kepada para pengikutnya untuk membelah sungai Yordan hanya dengan 1 kata saja. Banyak orang lalu mengikut tetapi sampai matinya ia tidak bisa membuktikan kata-katanya.
·b. Seorang Mesir.
Kisah Para Rasul 21:38 - Jadi engkau bukan orang Mesir itu, yang baru-baru ini menimbulkan pemberontakan dan melarikan empat ribu orang pengacau bersenjata ke padang gurun?"
Orang ini mengaku sebagai Mesias dan ia sanggup menghancurkan tembok-tembok Yerusalem dengan 1 kata saja. Tapi sampai ia ditumpas, ia tidak bisa membuktikan kata-katanya.
·c. Simon Magnus.
Dia seorang Yahudi yang mengaku diri juga sebagai Mesias. Dan ia bahkan mengaku bahwa ia bisa membuang diri dari bubungan Bait Allah tanpa terluka, hal yang mana tidak berani dilakukan oleh Yesus. Karena itu banyak orang mau menjadi pengikutnya. Ia memang melakukan seperti janjinya yaitu membuang diri dari bubungan Bait Allah tetapi ia justru terluka berat. Ia lalu kehilangan banyak pengikut. Tapi ia lalu berjanji bahwa kali berikutnya ia tidak akan gagal. Ia akan meloncat dari bubungan Bait Allah akan terbang seperti burung. Ia memang meloncat lagi dari sana tapi kali ini ia justru mengalami kecelakaan fatal dan mati.
Dari contoh-contoh ini kita bisa melihat bahwa dalam sepanjang zaman hampir selalu ada orang yang berusaha mendapatkan pengikut dengan melakukan hal-hal yang spektakuler, sensasional dan aneh-aneh, dan selalu saja ada orang-orang bodoh yang mau saja mengikuti pemimpin-pemimpin yang bisa / berjanji melakukan hal-hal spektakuler, sensasional dan aneh-aneh. Misalnya seperti Mangapin Sibuea dan masih banyak orang lain yang mencari banyak pengikut dengan ramalan-ramalan mereka tentang waktu kedatangan Yesus yang kedua kali. Dan memang manusia sepanjang sejarah, entah mengapa, lebih menyukai hal-hal yang sensasional dan spektakuler seperti itu. Coba dipikirkan, jika ada 2 hamba Tuhan yang sama-sama melayani dan yang seorang memberitakan Injil dan pengajaran Alkitab/khotbah dengan baik dan benar, dan yang seorang lagi tidak pernah memberitakan Injil, pengajaran Alkitab/khotbahnya buruk tetapi bisa mempunyai penglihatan-penglihatan, mujizat-mujizat, kesembuhan ilahi dan hal-hal ajaib lainnya, kira-kira yang manakah yang akan mendapatkan pengikut lebih banyak? Sudah pasti yang kedua. Ambil contoh Pdt. Yesaya Pariadji. Khotbahnya snagat buruk, pengajarannya kacau balau, omongannya sukar dimengerti seperti ornag yang tidak pernah sekolah, tapi ia mempunyai ribuan pengikut/jemaat. Mengapa? Karena mujizat-mujizat dan kesembuhan yang dilakukannya. Iblis tahu kecenderungan manusia seperti itu dan karena itu ia juga melengkap kaki tangannya (nabi-nabi palsu) dengan kuasa untuk melakukan hal-hal yang spektakuler dan ajaib.
Matius 24:24 : Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.
2 Tesalonika 2:9 - Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu
Sudah pasti mereka akan mendapatkan begitu banyak pengikut. Karena itu kalau saudara adalah orang yang “gila” mujizat, hal-hal aneh, spektakuler, dll saudara sangat berpotensi untuk disesatkan.
Menariknya, cara ini justru dihindari oleh Yesus. Ia memang banyak juga melakukan mujizat tetapi ia tidak pernah mau orang mengikuti Dia atau percaya kepada-Nya hanya karena mujizat-mujizat itu.
Yohanes 2:23-24 – (23) “…banyak orang percaya dalam nama-Nya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakan-Nya. (24) Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua
Yesus justru lebih berkonsentrasi pada penginjilan dan pengajaran dan karena itu Ia memusatkan diri untuk mengajar murid-murid-Nya. Barclay mengatakan bahwa cara mencari pengikut dengan mempergunakan hal-hal yang aneh seperti itu sesungguhnya tidak bermasa depan.
William Barclay – Orang yang berusaha menarik perhatian orang lain dengan jalan menyodorkan hal-hal yang aneh-aneh, sebenarnya telah menempuh cara atau jalan yang tak bermasa depan. Sebabnya sederhana saja. Agar orang seperti itu tetap bisa mempertahankan daya tarik dan kekuatannya, maka ia harus menunjukkan hal-hal aneh yang lebih besar. Hal-hal aneh tidak dapat berlangsung lama. Apa yang aneh tahun ini akan menjadi hal biasa tahun depan. Injil yang diberitakan secara sensasional, melalui hal yang aneh-aneh, adalah Injil yang gagal. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Matius 1-10, hal. 114).
Bandingkan kata-kata Barclay ini dengan gereja-gereja tertentu yang mencoba menarik pengikutnya dengan mengadakan kebaktian di tempat-tempat mewah, selalu mengundang pendeta-pendeta top yang bisa melakukan kesembuhan ilahi, mendatangkan artis-artis ibukota untuk bisa menarik massa datang ke gereja mereka, dll. Menurut saya, sebagaimana kata Barclay, ini cara-cara yang tidak bermasa depan. Karena itu saya tidak akan melakukan hal-hal seperti itu hanya untuk meraup massa / jemaat. Kalau ada hal yang menjadi daya tarik dari gereja ini (GKIN Revival), itu haruslah adalah pengajarannya dan bukan hal-hal aneh, spektakuler/sensasional lainnya.
Perhatikanlah supaya jangan ada di antara kita yang mencoba mencari pengikut/pengaruh/pengakuan diri dengan cara-cara yang aneh-aneh, sebaliknya juga jangan pernah mau menjadi pengikut dari seseorang / kelompok keagamaan apa pun apabila yang ditawarkan kepadamu hanyalah hal-hal yang aneh-aneh dan sensasional tanpa pengajaran Firman Tuhan yang sesungguhnya. Ingat, itulah cara yang ditawarkan iblis pada Yesus, dan sesungguhnya iman dan kedewasaan rohani tidak akan terjadi hanya dengan mengandalkan hal-hal yang spektakuler dan sensasional seperti itu. Bangsa Israel adalah bangsa yang paling banyak melihat mukjizat Yesus, tapi sampai hari ini sangat sedikit dari antara mereka yang sungguh-sungguh beriman kepada-Nya.
III. JAWABAN YESUS TERHADAP PENCOBAAN INI.
Lalu bagaimana Yesus menghadapi serangan setan ini?
Matius 4:7 - Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"
Yesus mengatakan “Ada tertulis” lagi setelah sebelumnya (dalam pencobaan pertama), Ia mengatakan yang sama. Demikian juga nanti dalam pencobaan yang ketiga, Ia juga mengatakan yang sama.
Budi Asali : Adalah sesuatu yang menarik bahwa dalam menghadapi 3 kali serangan setan di sini, Yesus juga 3 kali menggunakan Firman Tuhan. Ia tidak berganti-ganti senjata, sebentar pakai Firman Tuhan, sebentar pakai logika, sebentar pakai filsafat, dsb. Ia terus memakai Firman Tuhan.
Kata-kata Yesus ini dikutip dari Ul 6:16 :
Ulangan 6:16 - Janganlah kamu mencobai TUHAN, Allahmu, seperti kamu mencobai Dia di Masa.
Yesus mengutip ayat ini untuk menangkis serangan setan yang menggunakan Maz 91:11-12 secara salah dan menyesatkan, dan bahkan meluruskan penyalahtafsiran itu. Tadi sudah saya singgung bahwa konteks dari Maz 91 secara keseluruhan adalah janji pemeliharaan Tuhan terhadap orang-orang percaya dari bahaya. Tetapi janji itu tidak boleh lalu membuat kita sengaja mencari bahaya dengan keyakinan bahwa Tuhan pasti melindungi kita. Menurut Yesus itu namanya bukan beriman tetapi mencobai Tuhan Allah dan karena itu maka Yesus mengutip Ul 6:16 yang melarang orang mencobai Tuhan Allah. Memang mencobai Allah itu mirip dengan tindakan iman, dan kita harus bisa membedakan kedua hal ini. Perhatikan kata-kata Calvin berikut ini :
Calvin: Dalam bagian ini, kata “mencobai” menunjukkan pengabaian sarana yang Ia letakkan dalam tangan kita,... Singkatnya, siapa pun yang ingin membuat percobaan dengan kuasa ilahi, pada saat tidak ada keperluan untuk itu, mencobai Allah dengan meletakkan janji-Nya pada ujian yang tidak fair.
Jadi 2 hal yang Calvin tekankan. Pertama adalah pengabaian sarana. Misalnya pada waktu kita sakit, sekalipun kita bisa membeli obat / pergi ke dokter, tetapi kita tidak mau melakukan hal-hal itu, dan kita hanya berdoa saja. Ini bukan beriman kepada Allah, tetapi mencobai Allah! Ada sebuah ilustrasi. Di suatu kota terjadi banjir besar dan seorang Kristen naik ke atap rumah, dan berdoa supaya Tuhan menolong dia. Lalu datang sebuah perahu untuk menolong dia, tetapi orang itu, yang mungkin sekali menginginkan Tuhan menolong dia dengan cara yang spektakuler, menolak dan berkata: ‘Aku sudah berdoa kepada Tuhan dan Ia pasti akan menolong aku’. Beberapa waktu kemudian datang sebuah perahu yang lain, tetapi ia memberikan jawaban yang sama. Lalu datang sebuah helikopter dan mau menolong dia, tetapi ia tetap memberikan jawaban yang sama. Akhirnya banjir itu naik terus dan orang itu mati. Pada waktu menghadap Tuhan, orang itu protes kepada Tuhan: ‘Tuhan aku berdoa dan aku percaya Engkau akan menolong, tetapi mengapa Engkau tidak menolong?’ Tuhan menjawab : ‘Apa maksudmu tidak menolong? Aku sudah mengirimkan 2 perahu dan 1 helikopter tapi kamu tidak mau juga. Jadi jangan salahkan Aku! Ini menunjukkan pengabaian sarana! Ini bukan beriman namanya tetapi mencobai Tuhan Allah. Kedua, membuat percobaan dengan kuasa ilahi, padahal hal itu tidak diperlukan. Misalnya, orang yang sengaja mencari bahaya (seperti pencobaan setan ini), atau sengaja tidak mau menghindar dari bahaya, dan minta Tuhan melindungi dirinya. Contohnya pernah ada orang tidak mau lari keluar dari rumahnya pada saat terjadi gempa bumi karena percaya bahwa Tuhan pasti akan melindunginya sehingga rumahnya tidak akan roboh. Juga ada seorang pendeta mendapat informasi bahwa ada majelisnya yang terlihat di kompleks pelacuran. Pada waktu pendeta menegur majelis itu, sang majelis menjawab: “Aku memang pergi jalan-jalan ke sana, tetapi aku terus berdoa : ‘Tuhan, kuatkanlah aku dari pencobaan perempuan-perempuan jalang ini’, dan aku percaya Ia pasti menolong aku”. Ada mahasiswa yang tidak mau belajar saat mau ujian karena percaya Allah bisa menolongnya. Atau sudah tahu banyak rampok tapi sengaja keluar malam-malam ke daerah yang rawan. Sudah tahu banyak laki-laki nakal bahkan pemerkosa, tetapi sengaja pakai pakaian seksi yang vulgar (rok mini, tali satu, celana umpan, dll) yang bisa mengundang kejahatan.
Beberapa tahun yang lalu dalam sebuah pelayanan ke desa, saya melihat ada sarang lebah yang jatuh di jalan, saya bukannya menghindari malah dengan percaya bahwa Tuhan akan melindungi saya karena ingat akan janji Tuhan melalui ayat yang saya dapatkan waktu pertama kali percaya Yesus.
Yesaya 43:1-3 – (1) Tetapi sekarang, beginilah firman TUHAN yang menciptakan engkau, hai Yakub, yang membentuk engkau, hai Israel: "Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku. (2) Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau. (3) Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, Yang Maha kudus, Allah Israel, Juruselamatmu.
Saya menerobos kawanan lebah itu tapi celakanya lebah-lebaih itu menyerang dan menyengat saya sampai hampir mati. Semua ini merupakan contoh-contoh dari mencobai Tuhan, bukan tindakan iman.
William Barclay – Yang dimaksudkan oleh Yesus adalah : tidak ada gunanya untuk menduga-duga sampai seberapa jauh Allah bisa diharapkan, tidak ada gunanya juga untuk menempatkan dirimu sendiri ke dalam suatu keadaan yang penuh tantangan, apalagi kalau hal itu kamu lakukan tanpa perhitungan dan tujuan yang jelas, dan tidak ada gunanya setelah kamu gagal dalam usahamu mencoba-coba itu kamu mengharapkan pertolongan Allah. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Matius 1-10, hal. 114-115)
Jadi jawaban Yesus kepada iblis ini adalah pelurusan kesalahan tafsir yang dibuat oleh iblis atas Maz 91:11-12, sekaligus menjadi pelajaran bagi kita untuk membedakan tindakan iman dan mencobai Allah supaya dalam hidup ini kita tidak melakukan hal-hal bodoh yang mencobai Tuhan Allah.
Dalam salah satu debat dengan Islam, ada orang Islam yang menantang pendeta Kristen untuk minum racun karena adanya janji dalam Mark 16:17-18 :
Markus 16:17-18 – (17) Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, (18) mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh."
Ayat ini diperdebatkan keasliannya. Tetapi sekalipun ayat ini asli, janji tersebut tidak boleh membuat kita dengan sengaja meminum racun. Itu namanya mencobai Allah dan bukannya beriman. Jadi ada beda antara beriman dan mencobai Tuhan Allah.
Hal lain yang terlihat dari jawaban Yesus ini adalah bahwa Yesus menggunakan Firman Tuhan (Ul 6:16) untuk menghadapi penyesatan yang menggunakan Firman Tuhan juga seperti yang dilakukan setan dengan Maz 91:11-12 ini. Bahwa setan bisa menggunakan Firman Tuhan demi tujuan untuk menyesatkan Yesus menunjukkan bahwa ia bisa juga dan bahkan sering memakai Firman Tuhan melalui nabi-nabi palsunya (aliran-aliran sesat) untuk menyesatkan orang-orang percaya.
Matthew Henry – Sudah merupakan hal yang lazim bagi para pengikut ajaran sesat dan penipu untuk memutarbalikkan makna ayat-ayat Kitab Suci dan menyalahgunakannya untuk melakukan segala macam kefasikan. (Injil Lukas 1-12, hal. 159).
Dan ini tentu sesuatu yang masuk akal. Jikalau setan mendatangi kita dengan menggunakan kitab-kitab yang lain, atau buku-buku dari agama lain, kita hampir pasti akan menolaknya. Tetapi kalau ia memakai Kitab Suci kita / Firman Tuhan, itu sangat berpotensi untuk menjatuhkan orang-orang yang tidak cukup menguasai Firman Tuhan. Karena itu kita perlu waspada, tidak setiap orang yang menggunakan Kitab Suci memberikan pengajaran yang benar. Semua orang sesat bisa mencari-cari dasar Kitab Suci untuk mendukung pandangan mereka seperi aliran Saksi Yehovah, Unitarian, paham pluralisme, Islam juga seringkali menggunakan Kitab Suci kita untuk membuktikan bahwa Yesus bukan Tuhan/Allah, Dr. Eben Nuban Timo yang menggunakan ayat-ayat Alkitab juga untuk mengajarkan bahwa Yesus bisa keliru dan Allah sudah kehabisan energi dan tidak berdaya apa-apa setelah penciptaan, Paulus Tribrata yang menggunakan ayat-ayat Kitab Suci dan meramalkan bahwa kiamat akan terjadi pada tahun 2023, dan masih banyak contoh lagi. Kebanyakan mereka melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan setan yakni dengan mencomot-comot ayat tanpa mempedulikan konteks dari ayat itu dan lalu menghasilkan ajaran yang aneh-aneh. Contohnya adalah orang-orang Teologia Kemakmuran mencomot ayat Mat 6:33 dan 2 Kor 8:9 lepas dari konteksnya dan lalu mengajarkan bahwa orang Kristen harus kaya raya.
Matius 6:33 - tapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
2 Korintus 8:9 - Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.
Dalam Matius 6:33, mereka lalu mengartikan kata “semuanya” di sini menunjuk pada segala sesuatu. Tapi ini penafsiran yang salah karena “semuanya” di sana harus dilihat dari konteksnya secara khusus ayat 31-32 :
Mat 6:31-32 – (31) Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? (32) Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah….”
Jelas bahwa “semuanya” di sana bukanlah segala sesuatu melainkan menunujuk pada makanan, minuman dan pakaian.
Tentang 2 Korintus 8:9, silahkan baca mulai dari ayat 1 (secara khusus ayat 2 dan 7) maka akan terlihat bahwa “kaya” yang dimaksudkan di sini bukanlah kaya materi tetapi kaya secara rohani.
Fakta ini seharusnya menyadarkan kita betapa pentingnya kita mempelajari Kitab Suci bahkan termasuk di dalamnya hermeneutics (ilmu penafsiran Alkitab) karena aliran-aliran sesat biasanya mengikuti cara yang sudah dilakukan oleh boss mereka (iblis) yakni mencomot-comot ayat untuk mendukung ajaran mereka tanpa peduli pada konteks ayat tersebut. Kita membutuhkan pengertian Firman Tuhan seperti ini termasuk pada waktu kita mendengar khotbah dari siapa saja. Kita harus mengecek setiap khotbah dengan Firman Tuhan apakah ajaran-ajaran dalam khotbah itu dihasilkan dari penafsiran yang salah, ataukah apakah khotbah itu bertentangan dengan bagian lain dari Kitab Suci atau tidak. Teladani orang-orang Yahudi di Berea :
Kisah Para Rasul 17:11 - “Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian”.
Perhatikan bahwa dalam ayat ini orang Yahudi di Berea dipuji karena mengecek khotbah Paulus, yang adalah seorang rasul, dengan menggunakan Kitab Suci. Karena itu kalau saudara adalah orang yang mengaminkan segala kata-kata pendeta tanpa mengeceknya dengan Kitab Suci, itu jelas merupakan sikap yang salah dan bahkan berbahaya.
Kiranya pengertian akan semua ini membuat kita lebih bersungguh-sungguh lagi di dalam belajar Firman Tuhan terutama dalam kelas-kelas Pelajaran Alkitab kita.
PENCOBAAN DI PADANG GURUN (MATIUS 4:1-12) (Part 5)
Matius 4:1-12 – (1) Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. (2) Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus. (3) Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." (4) Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (5) Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, (6) lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." (7) Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!" (8) Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, (9) dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." (10) Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" (11) Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus. (12) Tetapi waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea.
Kita akan melanjutkan pelajaran kita dari kisah pencobaan Yesus ini, dan sekarang kita sampai pada bagian terakhir yang akan membahas pencobaan ketiga. Mari lihat sekali lagi pencobaan yang ketiga ini :
Matius 4:8-9 – (8) Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, (9) dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku."
Sebelum kita membahas pencobaan ini, ada satu hal yang perlu dipikirkan yaitu bagaimana terjadinya pencobaan ini (termasuk pencobaan kedua). Perhatikan :
Matius 4:5,8 – (5) Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah (8) Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya
Maksudnya adalah apakah benar bahwa dalam 2 pencobaan ini iblis membawa-bawa Yesus? Jika ya, bagaimana cara ia membawanya? Tentang persoalan ini para penafsir berbeda pandangan.
a. Ada yang mengatakan bahwa hal ini tidak sungguh-sungguh terjadi tetapi ini hanyalah pengalaman dalam pikiran/khayalan Yesus saja.
Ini berlaku bagi 3 pencobaan ini. Dikatakan bahwa iblis tidak pernah memunculkan diri di hadapan Yesus, tetapi dia hanya mempengaruhi pikiran Yesus saja. Jadi Yesus tidak sungguh-sungguh dibawa ke Bait Allah maupun gunung yang tinggi. Ia tetap ada di padang gurun tetapi pencobaan ini hanya terjadi dalam pikiran-Nya saja. William Barclay berpendapat demikian :
William Barclay - Pengalaman Yesus itu adalah juga pengalaman batiniah, karena pada waktu itu Yesus pun berjuang secara hebat di dalam hati, pikiran dan jiwa-Nya. Buktinya ialah bahwa tidak mungkin ada gunung di mana orang bisa melihat seluruh kerajaan yang ada di muka bumi ini. Pencobaan seperti itu adalah pencobaan batiniah. Dan Yesus mengalami hal tersebut. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Matius 1-10, hal. 106).
J.J.de Heer - Jelas sekali bahwa peristiwa ini pun terjadi dalam suatu khayal, sebab sebenarnya tidak ada satu gunung di dunia ini, betapa pun tingginya, dari mana semua kerajaan dunia dapat dilihat. (Tafsiran Alkitab Injil Matius, hal. 55)
Tetapi keberatan untuk penafsiran semacam ini adalah kalau sampai dalam pikiran Yesus ada hal seperti itu, menurut saya Yesus sudah berdosa. Ingat bahwa apa yang belum terjadi dalam perbuatan tetapi baru ada dalam pikiran itu sudah termasuk dosa jika itu bertentangan dengan kehendak Allah. Bandingkan :
Matius 5:28 - Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.
b. Ada yang mengatakan bahwa ini terjadi lewat sebuah penglihatan.
Jadi Yesus tidak benar-benar dibawa ke Bait Allah maupun gunung yang tinggi. Iblis hanya memberikan suatu penglihatan kepada-Nya di bubungan Bait Allah dan gunung yang tinggi. Calvin mempunyai pandangan seperti ini. Bandingkan :
Yeh 40:1-2 - : (1) “... pada hari itu juga kekuasaan TUHAN meliputi aku dan dibawaNya aku (2) dalam penglihatan-penglihatan ilahi ke tanah Israel dan menempatkan aku di atas sebuah gunung yang tinggi sekali”.
Wahyu 21:10 : Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggidan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah.
Tentang penafsiran semacam ini, pencobaan ketiga memungkinkan di mana semua kerajaan dunia itu hanyalah suatu penglihatan dan kalau Yesus tergoda, Ia bisa langsung sujud menyembah setan pada saat itu juga di padang gurun. Tetapi keberatannya adalah bagaimana dengan pencobaan kedua? Jika godaan untuk meloncat dari bubungan Bait Allah hanyalah sebuah penglihatan, lalu seandainya Yesus memang tergoda, Ia lalu mau meloncat dari mana? Toh saat itu Dia tidak berada di bubungan Bait Allah.
c. Ada yang berpandangan bahwa ini benar-benar terjadi.
Jadi iblis memang benar-benar membawa Yesus dari padang gurun ke bubungan Bait Allah dan selanjutnya ke sebuah gunung yang tinggi. Dasar dari penafsiran ini adalah secara eksplisit memang dikatakan iblis membawa Yesus. Tidak ada indikasi bahwa hal itu terjadi dalam pikiran Yesus, atau pun itu adalah sebuah penglihatan.
Matius 4:5,8 – (5) Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah (8) Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya
Tetapi keberatan terhadap pandangan ini adalah :
1. Sukar terbayangkan Yesus betul-betul pergi bersama-sama / jalan-jalan dengan setan.
2. Tidak ada gunung yang cukup tinggi untuk bisa melihat seluruh kerajaan dunia.
3. Semua kerajaan dunia ini dilihat Yesus dalam sekejap mata.
Lukas 4:5 - Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia.
Dari ketiga pandangan ini, yang manakah yang anda setujui?
Setelah memikirkan dasar dari 3 pandangan ini disertai dengan keberatan-keberatan yang diajukan untuk setiap pandangan, saya memilih pandangan kedua dan ketiga digabungkan atau sama-sama terjadi. Jadi mula-mula iblis memang membawa Yesus ke atas gunung yang tinggi, memperlihatkan kepada-Nya semua yang bisa dilihat dari gunung itu, lalu setelah itu iblis memberikan tambahan penglihatan mengenai “seluruh kerajaan dunia dengan segala kemegahannya” kepada Yesus sehingga itu benar-benar merupakan tawaran yang sangat menggoda.
Matthew Henry – Ke sinilah Yesus dibawa untuk mendapatkan suatu pemandangan yang luas,…Setelah itu mungkin saja Ia melihat beberapa dari antara kerajaan-kerajaan yang terletak di sekitar Yudea, walaupun bukan kemegahannya. Namun, tidak diragukan lagi bahwa di dalam semuanya ini terdapat tipu muslihat dan khayalan yang diciptakan iblis. Boleh jadi apa yang ditunjukkan iblis kepada-Nya itu hanyalah sebuah awan-awan di udara, yang bisa saja dirangkai dan dibentuk oleh si penipu ulung itu dengan mudah. Dengan cara ini iblis menampilkan kemegahan dan penampilan hebat para raja dengan semarak; jubah dan mahkota mereka, para pengikut, perlengkapan dan para pengawal; kemegahan singgasana, istana dan gedung mewah di kota-kota, berbagai taman dan ladang di daerah pedesaan, termasuk berbagai bentuk kekayaan, kenikmatan, dan kesenangan. (Injil Matius 1-14, hal. 117)
Kalau memang iblis sungguh-sungguh membawa Yesus ke gunung yang tinggi, lalu bagaimana dengan keberatan-keberatan di atas?
1. Kalau dikatakan bahwa sukar dibayangkan jika Yesus bisa pergi / jalan-jalan bersama setan, menurut saya hal itu seharusnya ini tidak aneh kalau kita mengerti bahwa sebenarnya Yesus sendiri yang membiarkan diri-Nya dibawa setan dalam rangka pencobaan itu. Kalau mau dianggap aneh, ini sama anehnya dengan Matius 4:1 di mana Roh membawa Yesus ke padang gurun untuk dicobai iblis. Jadi bukannya Yesus tidak mau pergi lalu iblis mempunyai kuasa untuk membawa Yesus ke sana. Yesus sendiri di dalam perendahan-Nya membiarkan diri-Nya di bawa ke Bait Allah maupun gunung yang tinggi untuk dicobai.
John Gill – Hal ini dilakukan, bukan dengan suatu cara penglihatan, tetapi benar-benar dan sungguh-sungguh. Setan, dengan izin ilahi dan dengan persetujuan dari Kristus, yang menunjukkan penghinaan yang besar dan sikap merendahkan, memiliki kekuasaan atas tubuh-Nya, untuk memindahkan-Nya dari satu tempat ke tempat yang lain, sama seperti Roh Tuhan melarikan Filipus (Kis 8:39)…..”
Kisah Para Rasul 8:39 - Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita.
2. Kalau dikatakan bahwa tidak ada gunung yang cukup tinggi dari mana bisa melihat seluruh kerajaan dunia, menurut saya persoalannya terletak pada apakah kata-kata “seluruh kerajaan dunia” itu berarti hurufiah atau tidak. Jika memang itu berarti hurufiah, memang benar tidak ada gunung di dunia ini darimana orang bisa melihat seluruh kerajaan dunia. Tetapi kata-kata itu tidak harus diartikan secara hurufiah bukan? Bisa saja itu adalah gaya bahasa hiperbola atau kadang-kadang kata “dunia” dipakai tidak dalam arti seluruh dunia secara hurufiah. Bandingkan :
Lukas 2:1 - Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia.
Dikatakan bahwa Kaisar Agustus mengadakan sensus di seluruh dunia tetapi jelas bahwa tidak seluruh dunia dalam arti sesungguhnya mengikuti sensus ini bukan? “Dunia” dalam ayat itu hanya berarti sebagian kecil dari dunia yakni kekaisaran Romawi. Nah, jika demikian mengapa ini tidak bisa terjadi dalam Matius 4:8 ini? Jadi Yesus hanya melihat sebagian wilayah dari atas gunung itu tetapi lalu dikatakan “seluruh kerajaan dunia”.
3. Keberatan ketiga bahwa iblis “dalam sekejap mata” memperlihat seluruh kerajaan dunia kepada Yesus, tidak menjadi masalah karena pada bagian ini iblis lalu memberikan tambahan penglihatan setelah Yesus berada di atas gunung. Perhatikan gambar berikut yang menunjukkan bahwa setelah Yesus dibawa ke atas gunung dan melihat semua wilayah yang bisa dilihat dari sana, iblis selanjutnya memberikan penglihatan kepadanya tentang segala kemegahan dunia itu dalam sekejap mata.
Jika memang ini sungguh-sungguh terjadi, kira-kira iblis membawa Yesus ke gunung mana? Jika kita menganalisanya dari sisi geografis di mana Yesus dibaptis di sungai Yordan lalu dicobai di padang gurun Jeshimon, maka gunung tinggi yang ada di sekitar wilayah itu (sungai Yordan dan padang gurun Jeshimon) adalah gunung Pisga.
Bilangan 21:20 - dari Bamot ke lembah yang di daerah Moab, dekat puncak gunung Pisga yang menghadap Padang Belantara (KJV : Jeshimon)
Ul 3:17 - selanjutnya Araba-Yordan dan sungai Yordan dengan daerah pinggirnya, mulai dari Kineret sampai ke Laut Araba, yakni Laut Asin di kaki lereng gunung Pisga ke arah timur.
Ulangan 3:27 - Naiklah ke puncak gunung Pisga dan layangkanlah pandangmu ke barat, ke utara, ke selatan dan ke timur dan lihatlah baik-baik, sebab sungai Yordan ini tidak akan kauseberangi.
Gunung Pisga ini sama dengan gunung Nebo tempat Musa naik ke sana dan melihat tanah perjanjian. Dan memang gunung ini cukup tinggi untuk melihat seluruh wilayah sekitarnya.
Ulangan 34:1-3 – (1) Kemudian naiklah Musa dari dataran Moab ke atas gunung Nebo, yakni ke atas puncak Pisga, yang di tentangan Yerikho, lalu TUHAN memperlihatkan kepadanya seluruh negeri itu: daerah Gilead sampai ke kota Dan, (2) seluruh Naftali, tanah Efraim dan Manasye, seluruh tanah Yehuda sampai laut sebelah barat, (3) Tanah Negeb dan lembah Yordan, lembah Yerikho, kota pohon korma itu, sampai Zoar.
Kemungkinan besar ke atas gunung Pisga inilah Yesus dibawa oleh iblis untuk dicobai.
Kita tinggalkan dulu persoalan itu dan sekarang kita akan membahas pencobaan yang ketiga ini. Ada beberapa hal yang akan kita bahas :
I. PENCOBAAN SETAN.
Mari perhatikan sekali lagi teks kita :
Matius 4:8-9 – (8) Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, (9) dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku."
Tadi kita sudah bahas persoalan “Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi….”. Di atas gunung ini ia memperlihatkan semua kerajaan dunia dan kemegahannya kepada Yesus lalu mulai melancarkan serangannya : "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." Dalam versi Lukas, kata-katanya lebih panjang dan lebih menarik :
Lukas 4:6-7 – (6) Kata Iblis kepada-Nya: "Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki. (7) Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu."
Mungkin kita perlu memikirkan apakah kata-kata setan yang saya garisbawahi itu benar atau tidak? Ingat bahwa setan itu licik sehingga kadang-kadang yang dia katakan itu salah tapi kadang-kadang benar juga.
Ada yang mengatakan bahwa kata-kata setan di sini benar.
Alasannya adalah Paulus memang menyebut setan demikian.
Efesus 2:2 – “….kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.
Efesus 6:12 - karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.
Yohanes juga menyebut setan demikian
1 Yohanes 5:19 - Kita tahu, bahwa kita berasal dari Allah dan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat.
Yesus sendiri tidak membantah kata-kata setan itu tetapi lebih dari itu Ia sendiri pernah berkata bahwa setan adalah penguasa dunia.
Yohanes 12:31 - Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar
Yohanes 14:30 - Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia inidatang dan ia tidak berkuasa sedikit pun atas diri-Ku.
Yohanes 16:8,11 – (8) Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan … (11) penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum.
Ada yang mengatakan bahwa kata-kata setan di sini tidak benar/penipuan.
Alasannya adalah Efesus 2:2; 6:12; 1 Yohanes 5:19; hanya menunjukkan bahwa setan punya kuasa / pengaruh yang besar di dunia, khususnya di antara orang yang tidak percaya. Juga Dalam Yohanes 12:31; 14:30; 16:11 Yesus memang menyebut Iblis sebagai ‘penguasa dunia’, tetapi ini tidak dalam arti mutlak. Perhatikan kata-kata yang saya garisbawahi : “dilemparkan ke luar”, “ia tidak berkuasa sedikit pun atas diri-Ku” dan “telah dihukum”.
Yohanes 12:31 - Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar
Yohanes 14:30 - Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia inidatang dan ia tidak berkuasa sedikit pun atas diri-Ku.
Yohanes 16:8,11 – (8) Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan … (11) penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum.
Semua itu menunjukkan bahwa kuasa iblis tidaklah mutlak. Yesus sendiri berkali-kali mengusir setan. Lalu dalam Mazmur 2 ditunjukkan bahwa Allah / Yesuslah yang berkuasa. Dan setan memang dikenal sebagai pendusta (Yoh 8:44). Jadi, penguasa / pemilik alam semesta adalah Allah dan bukan setan!
Mazmur 24:1 - “…TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya.
Dan Allah tidak pernah kehilangan kontrol atas seluruh alam semesta!
Mazmur 103:19 - TUHAN sudah menegakkan takhta-Nya di sorga dan kerajaan-Nya berkuasa atas segala sesuatu”.
Dari semua ini bisa disimpulkan bahwa dalam menggoda, setan sering berdusta. Karena itu, hati-hati dengan dusta setan yang menawarkan hal-hal yang indah kepada saudara!
Setelah mengatakan kalimat demikian, setan lalu menawarkan semua kemegahan itu kepada Yesus dengan 1 syarat, Yesus mau sujud menyembahnya. Lalu apa sebenarnya tujuan setan melalui pencobaan ini? Sudah dijelaskan bahwa dalam pencobaan pertama setan mencobai Yesus untuk tidak percaya kepada Bapa-Nya, dalam pencobaan kedua ia mencobai Yesus untuk “terlalu percaya” pada Bapa-Nya sehingga lalu mencobai Bapa-Nya. Tapi dalam 2 pencobaan ini ia gagal menjatuhkan Yesus. Rupanya setan tahu bahwa ia tidak mungkin menjatuhkan Yesus dengan cara menyuruh Dia tidak percaya atau menyuruh Dia mencobai Bapa-Nya, dan karena itu di sini setan datang dengan cara yang lebih halus. Dia tidak lagi berusaha “membenturkan” Yesus dengan Bapa-Nya sebab itu sudah tidak mungkin. Seolah-olah dia tetap membiarkan Yesus percaya kepada Bapa-Nya, bergantung kepada bapa-Nya tetapi pada saat yang sama ia meminta juga hal yang sama dari Yesus bagi diri-Nya sendiri. Dengan kata lain setan mau berkata kepada Yesus Engkau boleh tetap percaya kepada Bapa-Mu, tetapi percaya juga kepadaku. Engkau boleh tetap berharap kepada Bapa-Mu, tetapi berharap jugalah kepadaku. Engkau boleh melayani Bapa-Mu, tetapi layani juga aku. Engkau boleh menuruti kehendak Bapa-Mu, tetapi turuti juga kehendakku. Engkau boleh menyembah Bapa-Mu, tetapi sembahlah aku juga. Nah, di sini kita bisa lihat bahwa setan tidak menggoda Yesus untuk melawan Bapa-Nya (seperti pada pencobaan pertama dan kedua), ia justru menggoda Yesus untuk melakukan semacam kompromi/kerja sama.
J.J. de Heer – “….Iblis pada waktu itu menawarkan semacam kompromi. Yesus tidak perlu "mengutuki" Allah. Ia boleh tetap mengakui Allah, tetapi di samping itu Ia harus mengakui Iblis sebagai suatu "penguasa yang besar", yakni dengan jalan berlutut di hadapannya. (Tafsiran Alkitab Injil Matius, hal. 55).
William Barclay – Yang hendak diucapkan oleh si pencoba adalah hal yang berikut : "Marilah kita membuat kompromi, marilah kita atur bersama. Jangan mengajukan tuntutan yang begitu tinggi. Berilah perhatian sedikit saja kepada hal-hal yang jahat dan yang masih dipertanyakan, maka orang-orang akan berbondong-bondong mengikutiMu". Ini adalah pencobaan untuk bergandengan tangan dengan dunia dan bukan untuk menyajikan tuntutan Allah yang tidak kenal kompromi kepada dunia. Itulah pencobaan untuk maju dengan jalan mundur, untuk merubah dunia dengan jalan menjadi sama dengan dunia ini. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Matius 1-10, hal. 116).
Dalam kompromi ini masing-masing pihak akan mendapatkan keuntungannya. Iblis disembah (dan memang ia sangat suka disembah) dengan demikian ia berada di atas Yesus dan ia akan menjadi pemilik tunggal dunia ini.
Matthew Henry – Karena Iblis tahu bahwa kalau pada suatu waktu ia dapat bermitra dengan Yesus, maka ia akan segera menjadi pemilik tunggal dunia ini. (Injil Lukas 1-12, hal. 156-157)
Yesus sendiri akan memperoleh kekuasaan yang besar atas dunia ini, Ia akan mendapatkan banyak pengikut tanpa harus mengalami penderitaan dan salib, bahkan Ia akan menjadi sangat kaya raya.
Budi Asali – Kalau Yesus menggunakan cara yang seharusnya, maka Ia harus menderita dan mati disalib baru bisa mengumpulkan orang-orang untuk datang kepada-Nya. Tetapi dengan cara setan ini, Ia hanya perlu tunduk kepada setan, dan seluruh dunia akan diberikan kepada-Nya.
B. J. Boland - Dengan jalan itu tentulah Yesus akan dapat memperoleh banyak pengikut! Sebab orang-orang nasionalis di kalangan bangsa Yahudi mengharapkan bahwa Mesias akan menegakkan suatu kerajaan duniawi dan akan memberikan kepada orang Yahudi kekuasaan atas dunia bangsa-bangsa. Penolakan kompromi itu berarti bahwa Yesus tidak memilih jalan yang gampang ke arah kehormatan dan kemuliaan duniawi, tetapi jalan "Hamba Tuhan yang menderita"...”. (Tafsiran Alkitab Injil Lukas, hal. 97).
Jadi ada semacam “Win-Win Solution” antara setan dan Yesus. Tentu ini adalah suatu kompromi yang sangat menguntungkan secara duniawi. Dan kalau saja Yesus menerima tawaran kompromi dari setan ini maka seluruh pelayanan Yesus akan bersifat kompromistis. Di satu sisi Ia akan mengajar orang untuk mengikuti Allah, tetapi pada yang sama Ia tidak bisa menyuruh orang meninggalkan setan. Di satu sisi Ia akan menyuruh orang untuk hidup benar, tetapi di sini yang lain Ia tidak bisa mengecam orang yang hidup jahat. Di satu sisi Ia akan menyerukan agar orang beribadah kepada Allah, tetapi di sisi yang lain Ia tidak bisa menyalahkan para penyembah berhala apalagi menyuruh mereka berhenti dari penyembahan berhala itu, dll. Dengan demikian juga agama yang ditawarkan Yesus adalah suatu agama kompromi. Kompromi antara Tuhan dan setan, kompromi antara gelap dan terang, kompromi antara kebenaran dan kedurhakaan.
J.J. de Heer - Seandainya Tuhan Yesus jadi ditolong oleh Iblis, Iblis pun tidak akan melarang Yesus mengajarkan agama, tetapi tidak dapat tidak agama semacam itu akan menjadi agama kompromi, yang di dalamnya kemurnian maksud dan tuntutan-tuntutan Allah adalah samar-samar dan menjadi pudar. (Tafsiran Alkitab Injil Matius, hal. 55).
Inilah tujuan pencobaan ketiga dari setan! Bahwa pada pencobaan ketiga ini setan tidak menyuruh Yesus melawan/meninggalkan Bapa-Nya melainkan menawarkan suatu kompromi di antara keduanya, menurut saya ini adalah pencobaan terberat. Adalah lebih mudah untuk menolak godaan yang menyuruh kita melawan/meninggalkan Allah secara terang-terangan / menjadi ateis, tetapi sukar untuk menolak godaan yang bersifat kompromi di mana kita tidak harus melawan/meninggalkan Allah tetapi pada saat yang sama kita juga menuruti keinginan-keinginan setan. Setan tahu akan hal ini dan karena itu ia banyak melakukan serangan seperti ini terhadap anak-anak Tuhan. Itulah sebabnya ada banyak orang mengikuti Tuhan, tetapi pada saat yang sama mereka juga mengikuti keinginan-keinginan setan. Ada banyak orang memberi waktu untuk Tuhan tetapi pada saat yang sama tetap ada waktu untuk setan. Ada banyak orang melayani Tuhan, tetapi pada saat yang sama tetap menyembah berhala. Ada banyak orang rajin beribadah, baca Alkitab, berdoa, mengikuti kelas Pelajaran Alkitab, dll (kelihatan rohani sekali) tapi pada saat yang sama dosa (berzinah, menipu, maki, gosip, fitnah, korupsi, mabok, dll) juga jalan terus.
Ada sebuah cerita begini. Suatu malam Pace mabok berat dan tidak pulang rumah. Bapanya mencari dia menemukan dia sementara tertidur di gereja. Bapanya berkata : “Pace, mengapa kamu mabok berat tapi tidur di gereja”? Karena Pace biasa rajin membaca Alkitab maka Pace pun menjawab pertanyaan bapaknya secara Alkitabiah : "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?" (Lukas 2:49). Bapanya yang kaget karena tidak menduga Pace akan menjawab demikian lalu bertanya kepadanya : “memang engkau tuh yang Mesias?” Pace menjawab : "…Engkau sendiri mengatakannya" (Lukas 23:3). Tiba-tiba mobil patroli berhenti di depan gereja dan melihat Pace yang mabok berat, polisi pun mengangkut Pace ke mobil patroli dan membawanya ke kantor Polisi. Pada saat mobil mau berangkat, Pace pun berseru : “Lihat, saatnya sudah tiba, bahwa Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa. (Matius 26:45).
Cerita ini memperlihatkan bahwa Pace begitu hafal ayat-ayat Kitab Suci. Tetapi pada saat yang sama ia tetap dalam dosa kemabukannya. Inilah contoh dari kompromi yang ditawarkan setan. Demikian juga ada banyak orang yang mau kompromi dengan dosa/setan, asal saja mereka bisa mendapatkan keuntungan yang besar dan cepat seperti korupsi, mencuri, menyogok, atau bahkan memakai kuasa gelap untuk cepat sukses dan kaya. Apakah saudara juga seringkali berada dalam kompromi-kompromi seperti ini? Ingatlah bahwa di balik setiap kompromi antara kebenaran dan dosa ada setan di balik itu.
Bukan hanya dalam soal hidup pribadi setan menyerang kita untuk berkompromi, bahkan dalam hal agama sekalipun, setan menawarkan kompromi sehingga lalu muncul agama kompromi. Apa yang saya maksudkan dengan agama kompromi? Itu adalah agama pluralisme yang menolak adanya 1 agama yang benar dan lalu menerima sebagai kebenaran semua paham dari agama-agama yang ada. Inilah agama yang dipopulerkan dan dipublikasikan oleh banyak pendeta dan teolog liberal. Agama pluralisme ini sebenarnya berakar dari filsafat post modernism yang lalu melahirkan paham relativisme yang meragukan adanya kebenaran yang mutlak/obyektif. Yang ada hanyalah kebenaran yang bersifat relatif, apa yang benar menurut anda belum tentu benar menurut saya. Jadi kebenaran itu tergantung pada orang, pada tempat dan pada situasi tertentu. Paham relativisme ini lalu merambah ke dunia agama di mana orang berpendapat bahwa apa yang benar menurut suatu agama belum tentu benar menurut agama yang lain. Masing-masing pemeluk agama meyakini bahwa agama yang dianutnyalah yang benar. Dan karena itu tidak ada yang namanya kebenaran obyektif. Semuanya relatif! Paham ini lalu akhirnya melahirkan apa yang disebut sebagai “Teologia Religinium” (Teologia Agama-Agama) dengan spirit pluralisme yang lalu berpandangan bahwa tidak boleh ada 1 agama pun yang menganggap dirinya paling benar. Semua agama harus dianggap sama benar!
Esra Alfred Soru – Pluralisme agama menyatakan bahwa kebenaran adalah milik bersama. Semua agama punya inti atau esensi yang sama.… Troeltsch...berpendapat : Semua agama, termasuk Kristen, selalu mengandung elemen kebenaran dan tidak satu agama pun yang memiliki kebenaran mutlak. Konsep ketuhanan di muka bumi ini beragam dan tidak tunggal….John Hick...mengajarkan bahwa : hakikat dan keselamatan bukanlah monopoli satu agama tertentu, melainkan semua agama juga menyimpan hakikat yang mutlak dan sangat agung. Maka dari itu, menjalankan program masing-masing agama bisa menjadi sumber keselamatan’…Pluralisme ini menolak adanya satu agama atau pandangan umum mana pun yang menyatakan hanya dirinya yang benar. Pluralisme ini berpendapat bahwa semua agama dan ajaran harus dianggap sama benarnya….Tidak ada agama yang berhak menyatakan dirinya baik atau benar sedangkan yang lain salah." Semua agama adalah jalan kepada sang Realitas Agung, masing-masing memiliki jalan dan caranya sendiri-sendiri. Semua orang dari semua agama diharapkan mengakui kebenaran agamanya sebagai yang mutlak bagi dirinya sendiri, namun relatif bagi agama lain. Begitu juga, kebenaran dan keselamatan agama lain adalah mutlak bagi pemeluknya, namun relatif bagi agama kita.…Karena itu, semua agama telah memiliki jalan keselamatan masing-masing. Semua agama adalah jalan menuju kepada Realitas Tertinggi, dengan caranya masing-masing…Intinya, kaum pluralis berusaha keras untuk mengembangkan "ajaran baru" yang menurut mereka bisa diterima agama-agama lain di mana mereka menyatakan bahwa semua agama sama benarnya, sama absahnya dan karenanya tidak boleh ada agama yang menyatakan diri paling benar. Teologi agama-agama ini mereka sebut sebagai Teologi Religionum…Organisasi PGI menerima dengan bulat Teologi Religionum ini dan para teolog Kristen juga mempopulerkan “ajaran baru” ini di antaranya adalah Dr. Eben Nuban Timo. Dalam opininya di harian Pos Kupang, 29 Nov 2002 dengan judul “Dua Muka Dari Agama” Dr. Eben Nuban Timo berkata : Saya menjadi lebih malu lagi jika berpendirian bahwa ada agama tertentu paling sempurna sedangkan agama lain tidak. (hal. 4). Menganggap diri sebagai yang paling benar, paling sempurna dan paling dekat dengan Allah adalah bahaya lain yang datang dari agama. Agama Kristen mengklaim diri sebagai satu-satunya distributor keselamatan berdasarkan Yohanes 14:6. Salus extra ecclesian non est (di luar gereja tidak ada keselamatan). Ini motto yang masih laku di kalangan orang Kristen….(Ibid). Dr. Nuban Timo melanjutkan : Benarkah anggapan bahwa agama yang saya anut adalah yang paling benar sedangkan agama sesama saya adalah superstition? Bagi saya berpikir seperti itu sama dengan menyembah berhala karena ada upaya menyamakan agama dengan Allah, menyetarakan nafsu manusia dengan Firman Allah. (Ibid). Akhirnya Dr. Nuban Timo menyimpulkan : “Kenyataan pluralitas agama mengandaikan adanya keragaman aspek kebenaran yang dipahami dan diterima manusia. … Inilah “Pluralisme Agama”, suatu paham, suatu “ajaran baru”, yang menganggap bahwa kebenaran ada dalam semua agama dan karenanya tidak ada satu agama pun termasuk Kristen yang adalah agama yang paling benar. Menganggap agama sendiri paling benar adalah sesuatu yang memalukan, minimal bagi seorang Dr. Eben Nuban Timo. (‘Pluralisme Agama : Sebuah Ajaran Baru’, Opini Timex, 26 Januari 2006).
Jadi tidak peduli agama itu mau menyembah apa, mau berpandangan seperti apa, mau mengajarkan apa, yang penting semuanya dianggap benar. Ini sebenarnya pandangan yang tidak masuk di akal karena jika memang tidak ada kebenaran yang mutlak, lalu apakah pandangan yang mengatakan tidak ada kebenaran yang mutlak itu mutlak atau tidak? Jika tidak mutlak, berarti belum tentu benar. Kalau mutlak, berarti teorinya salah karena mengatakan tidak ada yang mutlak. Juga mana mungkin semua agama sama-sama benar sedangkan klaim-klaim agama itu bukan hanya saling berbeda tetapi juga saling bertentangan. Mungkinkah semua yang bertentangan itu dianggap sama-sama benar? Simaklah apa yang dikatakan R.C. Sproul berikut ini :
R.C. Sproul - Bagaimana mungkin Budhisme benar jika ia menyangkal adanya Allah yang bersifat pribadi dan pada saat yang bersamaan Kekristenan juga benar padahal Kekristenan menegaskan adanya Allah yang bersifat pribadi ? Mungkinkah ada Allah yang bersifat pribadi dan Allah yang tidak bersifat pribadi pada saat yang sama dalam hubungan yang sama ? Mungkinkah Yudaisme Ortodoks yang menyangkal hidup setelah kematian benar dan Kekristenan yang menyatakan adanya hidup setelah kematian juga benar ? Mungkinkah agama Islam klasik yang mendukung pembunuhan orang kafir memiliki etika yang benar dan pada saat yang bersamaan etika Kristen untuk mengasihi musuh juga sama benarnya?’ Hanya ada 2 cara untuk mempertahankan absahnya semua agama. Pertama, dengan mengabaikan kontradiksi yang jelas antara agama-agama tersebut dan bersikap tidak rasional; kedua, dengan menganggap kontradiksi yang ada sebagai masalah yang tidak penting. Pendekatan yang kedua melibatkan kita dengan proses reduksionisme yang sistematis. Reduksionisme menghilangkan dari masing-masing agama unsur-unsur yang dianggap vital oleh para pengikut agama itu sendiri dan mengurangi nilai agama menuju persamaan yang bersifat umum. Perbedaan antar agama dikaburkan dan diperlemah untuk mendukung terjadinya perdamaian dalam agama” (Mengapa Percaya , hal. 29-30).
Berarti di sini paham pluralisme adalah suatu bentuk kompromi demi mencapai perdamaian dengan mengorbankan kebenaran. Tidakkah ini adalah model agama yang ditawarkan setan? Kiranya ini membuat mata kita terbuka untuk bisa melihat perwujudan dari pekerjaan setan dalam hidup kita setiap hari dalam bentuk kompromi-kompromi.
II. JAWABAN YESUS.
Lalu bagaimana reaksi Yesus terhadap tawaran setan ini?
Matius 4:10 - Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
Jadi pertama-tama Yesus mengusir iblis ini. Ini menunjukkan Yesus lebih besar dari setan. Yesus lalu berkata “Ada tertulis”. Sekali lagi kita melihat bahwa Yesus menggunakan Firman Tuhan sebagai senjata untuk menghadapi setiap serangan setan. 3 kali pencobaan selalu dihadapi-Nya dengan “Ada tertulis”. Ia benar-benar berpegang pada Firman Allah. Ayat yang dikutip Yesus ini ada dalam Ulangan 6:13 dan Ul 10:20.
Ulangan 6:13 - Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi nama-Nya haruslah engkau bersumpah.
Ulangan 10:20 - Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu, kepada-Nya haruslah engkau beribadah dan berpaut, dan demi nama-Nya haruslah engkau bersumpah.
Hanya saja dalam kutipan ini Yesus menambahkan kata “hanya” dan kata “haruslah” Ia ganti dengan kata “sajalah”. Jadi Yesus mengeksplisitkan apa yang bersifat implisit di dalam Ulangan 6:13 dan Ulangan 10:20. Lihat perbandingannya di sini :
Tadi kita sudah melihat bahwa setan menawarkan kompromi kepada Yesus, tapi dengan mengutip ayat ini yang mengatakan “Hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti” Yesus menolak tawaran kompromi dari setan itu dan menekankan betapa eksklusifnya penyembahan kepada Allah. Setan selalu menawarkan kompromi, tetapi Allah sama sekali tidak ingin adanya kompromi. Bandingkan :
Yosua 24:15 - Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini….”
1 Raja-raja 18:21 – “…"Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia." …”
Benar bahwa Allahlah dan hanya Allahlah yang boleh kita sembah dan kepada-Nya kita berbakti. Karena itu kita tidak boleh menyembah apa pun / siapa pun selain Allah seperti :
·a. Menyembah setan. Misalnya dalam kalangan gereja setan.
·b. Menyembah berhala (Keluaran 20:4-6).
Keluaran 20:4-6 – (4) Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. (5) Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, (6) tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.
·c. Menyembah malaikat.
Malaikat yang benar pasti akan menolak dismebah (Wahyu 19:10; 22:8-9). Jadi kalau ada malaikat yang mau disembah, itu pasti adalah setan yang menyamar sebagai malaikat terang (2 Korintus 11:14).
· Menyembah manusia.
Ini termasuk sungkem dan paikwi kepada orang tua / kakek / nenek. Memang dalam Perjanjian Lama ada banyak penyembahan yang dilakukan terhadap manusia seperti raja, nabi dan sebagainya. Tetapi ingat bahwa pada zaman Perjanjian Lama kata-kata Yesus dalam Matius 4:10 ini belum diucapkan. Ulangan 6:13 memang sudah ada, tetapi ingat bahwa dalam Ulangan 6:13 kata ‘hanya’ itu tidak ada. Baru pada waktu Yesus mengutipnya dalam Matius 4:10 kata ‘hanya’ itu ditambahkan. Jadi sejak Mat 4:10 itu diucapkan, tidak boleh lagi ada penyembahan terhadap manusia, sekalipun motivasi / tujuannya hanya untuk penghormatan. Ini terlihat dengan jelas misalnya dalam Kis 10:25-26 di mana Petrus menolak penyembahan dari Kornelius, sekalipun jelas bahwa Kornelius bukan menyembahnya sebagai Allah, tetapi hanya sekedar sebagai penghormatan saja.
Kisah Para Rasul 10:25-26 – (25) Ketika Petrus masuk, datanglah Kornelius menyambutnya, dan sambil tersungkur di depan kakinya, ia menyembah Petrus. (26) Tetapi Petrus menegakkan dia, katanya: "Bangunlah, aku hanya manusia saja."
Baca juga : Kisah Para Rasul 14:14-18.
·d. Menyembah orang mati.
Orang mati di sini termasuk orang tua atau nenek moyang kita, Bunda Maria, dan “orang-orang suci” lainnya. Secara khusus tentang penyembahan Maria ini, orang Katolik berargumentasi bahwa mereka tidak menyembah Maria. Mereka hanya menghormati Maria saja. Tetapi ini tetap salah. Simak tulisan saya berikut ini yang adalah debat saya dengan seorang pemimpin Katolik (Romo Geradus Duka) yang dimuat di koran Timex :
BACA JUGA: MATIUS 4:1-12 (PENCOBAAN DI PADANG GURUN)
Esra Alfred Soru – Selain itu saya juga ingin mengajak Pak Geradus untuk menyimak Kis 10:25-26: “Ketika Petrus masuk, datanglah Kornelius menyambutnya, dan sambil tersungkur di depan kakinya, ia menyembah Petrus. Tetapi Petrus menegakkan dia, katanya: "Bangunlah, aku hanya manusia saja." Pak Geradus yang terkasih, ayat ini jelas mengatakan bahwa Kornelius menyembah Petrus. Apakah menurut Pak Geradus Kornelius sedemikian tolol sehingga menganggap Petrus adalah Allah dan ia menyembahnya? Saya kira tidak! Kornelius hanya ingin menunjukkan rasa hormatnya saja kepada Petrus dan itu ia lakukan dengan cara menyembahnya. Tetapi bagaimana reaksi Petrus? Menerimanya sebagai penghormatan belaka? Ternyata tidak! Petrus berkata "Bangunlah, aku hanya manusia saja." Perhatikan bahwa sekalipun yang ada di pikiran Kornelius adalah penghormatan namun praktek yang ia lakukan adalah penyembahan. Petrus menolak ini dengan mengatakan “aku hanya manusia” karena bagi Petrus tindakan seperti itu hanya boleh dilakukan terhadap Allah sebagaimana kata Mat 4:10 : “… Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!". Jadi di mata Petrus tetap adalah sebuah kesalahan jika seseorang dalam prakteknya sujud menyembah yang bukan Allah sekalipun yang ada di dalam pikiran dan niatnya adalah sekedar penghormatan. Maafkan saya temanku, tapi tidakkah tindakan Kornelius terhadap Petrus itu sama dengan tindakan orang Katholik terhadap Maria? Tidakkah dalam teori dan dogmanya gereja Katholik mengatakan tidak menyembah Maria melainkan hanya menghormatinya (hyperdulia) padahal dalam prakteknya menyembahnya seperti yang dilakukan Kornelius pada Petrus? Jika Petrus menolak praktek seperti itu dan menganggap hal itu hanya boleh dilakukan pada Allah, lalu kira-kira bagaimana sikap Maria sendiri terhadap praktek orang Katholik yang sujud di bawah patungnya? Kalau Maria tidak menolaknya maka saya yakin itu bukan Maria yang diceritakan dalam Kitab Suci. Kalau itu Maria yang diceritakan Kitab Suci maka saya yakin seandainya ia bisa berbicara, ia mungkin akan mengatakan Kalimat yang kurang lebih seperti yang dikatakan Petrus kepada Kornelius : "Bangunlah, aku hanya manusia saja." Ini pendapat saya. Mohon tanggapan Pak Geradus! (“Maria : Antara Dogma Gereja dan Kesaksian Alkitab”, Opini Timex, 7 Januari 2008)
· dll.
Semua penyembahan kita hanya ditujukan kepada Allah saja.
Matthew Henry – Perhatikanlah, penyembahan kita hanya boleh ditujukan kepada Allah semata dan tidak boleh dipersembahkan kepada makhluk lain, karena penyembahan merupakan bunga mahkota yang tidak boleh diabaikan. Penyembahan itu merupakan ranting kemuliaan Allah yang tidak akan diberikan-Nya kepada siapa pun. Ia hanya memberikannya kepada Anak-Nya sendiri, yaitu, dengan mewajibkan umat manusia menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa, karena Sang Anak tersebut juga Allah, setara dengan Bapa-Nya dan satu dengan-Nya. (Injil Matius 1-14, hal. 122)
Di samping itu kita juga harus berwaspada dan menolak setiap tawaran kompromi dengan dosa/ketidakbenaran (di pekerjaan, kantor, proyek, politik, pemerintahan, pelayanan, dll) walaupun itu mungkin sangat menguntungkan kita secara materi.
Pulpit Commentary - “Never to associate with wicked men for the attainment of good ends”(Jangan pernah bergabung dengan orang-orang jahat untuk mencapai tujuan yang baik).
- AMIN -