KEMENANGAN KRISTUS TERHADAP GODAAN IBLIS

Pdt.Samuel T. Gunawan.,M.Th.
KEMENANGAN KRISTUS TERHADAP GODAAN IBLIS
KEMENANGAN KRISTUS TERHADAP GODAAN IBLIS. -“(Matius 4:1) Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. (4:2) Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.” (Matius 4:1-2)

“(Markus 1:12) Segera sesudah itu Roh memimpin Dia ke padang gurun. (1:13) Di padang gurun itu Ia tinggal empat puluh hari lamanya, dicobai oleh Iblis. Ia berada di sana di antara binatang-binatang liar dan malaikat-malaikat melayani Dia.” (Markus 1:12-13)

“(Lukas 4:1) Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun. (4:2) Di situ Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai Iblis. Selama di situ Ia tidak makan apa-apa dan sesudah waktu itu Ia lapar.” (Lukas 4:1-2)

PENDAHULUAN: 

Bagi saya, tidak ada yang baik pada Iblis yang patut dikagumi dan diacungkan jempol setelah pemberontakannya terhadap Tuhan. Alkitab mengatakan bahwa Iblis adalah musuh kita. Karena itu, berhati-hatilah jika anda mulai memuji-muji Iblis karena anda salut dan kagum padanya, entah karena pengetahuannya, keuletannya, mujizatnya, kekuasaannya, atau apapun itu. 

Karena Iblis memang dengan berbagai cara menipu anda untuk membuat anda terpesona dan tertarik dengannya. Itulah yang disebut rasul Paulus sebagai “tipu muslihat Iblis” (Efesus 6:11). Itu juga yang telah dilakukan Iblis kepada Yesus Kristus ketika ia mencobai Yesus kira-kira 2000 silam (Matius 4:1-2; Markus 1:12-13; Lukas 4:1-2). 

Melalui kisah kemenangan Kristus terhadap godaan Iblis di padang gurun ini, Yesus telah memberikan teladan pada kita bahwa pertahanan terbaik terhadap godaan Iblis adalah dengan membuat diri kita begitu berpusat pada Allah, sehingga kita tidak memberikan kesempatan kepada Iblis. Hal ini penting menjadi perhatian kita karena beberapa orang Kristen lebih banyak menghabiskan waktu mereka untuk membicarakan tentang Iblis, ketimbang berbicara tentang Allah. 

Perhatikan baik-baik ini, orang-orang yang sangat peka terhadap kehadiran Iblis, entah melalui mimpi, penglihatan, dan lainnya, tetapi tidak peka terhadap kehadiran Allah pastilah sedang dalam bahaya! Kekristenan yang benar seharusnya membuat anda semakin berfokus pada Kristus, bukan pada Iblis. 

Walaupun kita perlu mengetahui strategi dan tipu muslihat Iblis, namun Alkitab tidak pernah menganjurkan kita untuk berfokus pada Iblis dan aktivitasnya hingga pada tingkat yang berlebihan. Tuhan menegur sebagian jemaat di Tiatira karena mereka mengikuti ajaran sesat dari roh izebel dan mereka tertarik untuk menyelidiki seluk beluk Iblis (Wahyu 2:17-29). 

Kita dipanggil menjadi murid Kristus bukan untuk lulus dalam pelajaran demonologi (ajaran tentang Setan) bahkan sampai pada tingkat Ph.D, tetapi supaya kita semakin serupa dengan Kristus. Karena itu, ketika mempelajari kisah pencobaan Iblis terhadap Yesus ini, fokus kita bukan kepada Iblis tetapi kepada Yesus saja. Mengapa? Karena kemampuan kita menjalani kehidupan Kristen yang berkemenangan terhadap godaan Iblis hanya ada di dalam Yesus Kristus, di dalam kemenanganNya saja!

Lalu, bagaimanakah strategi kemenangan Yesus dalam menghadapi godaan dan tipuan Iblis? Itulah yang akan kita pelajari saat ini. Kemenangan Kristus atas godaan dan tipuan Iblis membuat kita seharusnya semakin bertambah kagum dan terpesona padaNya. 

PENCOBAAN SEBAGAI UJIAN DAN GODAAN

Perlu diketahui, bahwa kata “dicobai” dalam Matius 4:1 adalah terjemahan dari kata Yunani “peirastenai”, yang berasal dari kata “peirazein”, yang berarti “ujian” dan “godaan”. Ujian dimaksudkan untuk membuktikan, sedangkan godaan dimaksudkan untuk menimbulkan hasrat besar terhadap kejahatan. 

Peristiwa pencobaan Iblis terhadap Kristus mencakup kedua unsur tersebut, ujian dan godaan. Sebab, di dalam usaha Iblis untuk menggodai Yesus agar melakukan kejahatan dihadapan Allah, Allah justrus membuktikan melalui ujian itu bahwa Kristus tidak berdosa sama sekali. Allah dan Iblis sama-sama terlibat dalam peristiwa percobaan terhadap Kristus. Alkitab menjelaskan bahwa Roh membawa Yesus ke padang gurun agar Dia dicobai Iblis (Matius 4:1). 

Perhatikanlah, konfrontasi antara Yesus dan Iblis ini bukan terjadi semata-mata karena kemauan Iblis tetapi karena kehendak Allah. Yesus pergi ke padang gurun itu bukan dalam keadaan sikap defensif (bertahan), tetapi dalam sikap opensif (menyerang). Yesus menggunakan senjata peperangan yang lebih tajam dari pedang bermata dua manapun, yaitu “pedang Roh” firman Allah yang tertulis (Bandingkan Efesus 6:17; Ibrani 4:12). 

Selama 40 hari di Padang Gurun itu Iblis si pencoba itu mencobai Yesus dengan berbagai cobaan (Lukas 4:2) dan selama 40 hari itu Yesus berpuasa. Ini dimaksudkan agar Yesus peka terhadap semua ujian, tetapi terutama terhadap tiga serangan yang ditujukan kepadaNya oleh Iblis pada akhir masa empat puluh hari itu. Makna ujian di padang gurun ini tentu jelas apabila kita menunjukan persamaannya. 

Iblis telah berhadapan dengan Adam dan Hawa pada awal sejarah dan mereka gagal dalam ujian mereka. Bangsa Israel telah menghabiskan 40 tahun untuk berkelana di sekitar gurun setelah melepaskan diri dari perbudakan mesir hal ini terjadi sebagai akibat dari kelakuan mereka yang buruk. Yesus harus menghadapi ujian yang serupa. Dia berpuasa dan akan melewati ujian-ujian ini, sehingga siap menghadapi berbagai bentrokan adikodrati yang keras selama kira-kira 3,5 tahun mendatang. 

IBLIS DAN PADANG GURUN YUDEA

Nama tokoh yang disebutkan sebagai si pencoba itu adalah Iblis (Matius 4:1). Iblis dalam bahasa Yunani adalah “Diabolos”, dalam King James Version (KJV) diterjemahkan “Devil” sebanyak 35 kali (AITB pada umumnya menerjemahkannya Iblis). Iblis juga disebut sebagai “Satanos” yang dalam KJV ditemukan sebanyak 19 kali dalam Perjanjian Lama dan 36 kali dalam Perjanjian Baru. 

Kata Ibrani “Satan” dan kata Yunani “Satanos”, yang dalam KJV pada umumnya diterjemahkan Satan, dalam AITB diterjemahkan dengan Iblis. Kata Satan dalam bahasa Ibrani berarti “pendakwa” atau “lawan”. Ia adalah lawan Allah dan kebaikan, ia adalah musuh orang-orang percaya (Wahyu 12:10; 1 Petrus 5:8). 

Berikut ini daftar lengkap bagian atau ayat Alkitab yang menyebut tentang Iblis atau Satan, yaitu: Kejadian 3:15; Ayub 2:1; 1 Tawarikh 21:2; Zakharia 3:1-2; Matius 4:1-11; 12:26; 16:23; 25:41; Markus 1:13; 3:23,26; 4:15; 8:33; Lukas 4:2; 8:12; 10:18; 11:18; 13:16; 22:3, 31; Yohanes 6:70; 8:44; 13:2,27; Kisah Para Rasul 5:3; 10;38; 13:10; 26:18; Roma 16:20; 1 Korintus 5:5; 7:5; 2 Korintus 2:11; 11:14; 12:7; 12:8; Efesus 4:27; 6:11; 1 Tesalonika 2:18; 2 Tesalonika 2:9; 1 Timotius 1:20; 3:6,7; 5:15; 2 Timotius 2:26; Ibrani 2:14; Yakobus 4:7; 1 Petrus 5:8; 1 Yohanes 3:8,10; Yudas 1:9; Wahyu 2:9,19,12,24; 3:9; 12:9,12; 20:2,7,10). 

Jika kita membaca seluruh ayat Alkitab yang menyinggung tentang Iblis, maka seperti yang saya katakan sebelumnya, tidak ada yang baik pada Iblis yang patut dikagumi dan diacungkan jempol. Ia adalah musuh Allah, dan karena itu ia juga musuh kita. 

Peristiwa Yesus dicobai oleh Iblis terjadi di padang gurun Yudea yang terbentang diantara kota Yerusalem dan Laut Mati. Padang gurun ini berkuran panjang kira-kira 50 km dan lebar 22 km atau seluas kira-kira 1.100 km persegi. Padang gurun ini membentang ke arah Laut Mati secara agak terjal dan akhirnya membentuk suatu lereng curam yang dalamnya 400 meter lebih. 

Padang gurun Yudea ini adalah padang gurun yang paling mencekam di dunia. Karena itu di dalam Perjanjian Lama, padang gurun ini disebut “Yeshimmon” yang berarti “pembinasaan”. Nama itu kelihatannya cocok dengan keadaan padang gurun itu, yang banyak dihuni oleh binatang-binantang liar (Markus 1:11-13). 

Di padang gurun ini terdapat bukit-bukit luas, jurang-jurang terjal, tanah kering kerontang, sangat sedikit tumbuh-tumbuhannya, dan banyak sekali bahaya. Padang gurun ini merupakan lahan yang tanahnya cokelat berkapur dan dipenuhi semak belukar. Sementara itu permukaan padang gurun ini naik turun dan berlereng-lereng sehingga memberi kesan yang sangat menakutkan. 

Bukit-bukitnya nampak berdebu tebal dan tanah kapurnya menyeruak disana-sini, dan batu-batunya berserakan. Kadangkala orang yang berjalan kaki disitu seolah-olah mendengar suara dari dalam tanah yang menggemakan bunyi langkah dan derap kakinya sendiri. Terik matahari yang menyebabkan panas tinggi dan keadaan permukaan tanah padang gurun seperti itu sering menyebabkan fatamorgana yang dapat mengecoh orang-orang yang berada di padang gurun itu. Sebagian besar itu sejak dahulu hingga sekarang tidak dihuni orang. 

URUTAN LOGIS PENCOBAAN IBLIS TERHADAP YESUS

Walaupun Matius dan Lukas sama-sama menyajikan peristiwa pencobaan Iblis terhadap Yesus dan menyebutkan 3 bentuk godaan Iblis, namun pembaca Alkitab yang jeli akan segera mengetahui ada perbedaan urutan dalam penyajian Matius dan Lukas. Menurut Matius, Iblis membawa Yesus ke bubungan Bait Allah dan kemudian membawaNya ke atas gunung yang sangat tinggi (Matius 4:5-9). 

Sedangkan menurut Lukas, Iblis membawa Yesus ke bubungan Bait Allah dan kemudian membawaNya ke suatu tempat yang tinggi. Kedua keterangan yang berbeda ini seakan menyebabkan suatu kontradiksi, tetapi sebenarnya tidak apabila kita memahami bahwa keterangan Matius dan Lukas saling melengkapi. 

Lalu bagaimanakah kita menyelaraskan kedua kisah tersebut? Setelah dibaptis oleh Yohanes di Sungai Yordan, Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun Yudea untuk dicobai Iblis (Lukas 4:1; Matius 4:1). Di padang gurun Yudea itu Yesus tinggal selama 40 hari. Dan selama itu ia tidak makan apa-apa (Lukas 4:2). Dan setelah berpuasa 40 hari itu, akhirnya Yesus lapar (Matius 4:2). Berikut urutan logis keselarasan kisaha Matius dan Lukas mewngenai peristiwa pencobaan Yesus di Padang Gurun Yudea tersebut.

1. Iblis meminta Yesus mengubah batu menjadi roti. Lalu si pencoba atau Iblis itu datang untuk mencobai Yesus. Iblis berkata: “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti”. (Matius 4:3; Lukas 4:3). Yesus kemudian menjawab tantangan Iblis tersebut dengan berkata: “Ada tertulis manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah (Matius 4:4; Lukas 4:4). Firman Allah yang dipakai oleh Yesus ketika menjawab Iblis ini dikutip dari Ulangan 8:3. 

2. Iblis membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi. Disini Lukas tidak menyebutkan bahwa Yesus dibawa ke atas gunung yang sangat tinggi, tetapi ia menyatakan bahwa Yesus dibawa ke suatu tempat yang tinggi. Iblis membawa Yesus dan memperlihat semua kerajaan dunia dalam dalam sekilas padangan atau sekejap mata (Lukas 4:5). Tawarannya adalah jika Yesus menyembah Iblis maka semua itu akan diberikan kepada Yesus (Lukas 4:6-7). Tetapi Disini Yesus menolak tawaran Iblis dan menyatakan bahwa Iblis harus menyembah Allah dan hanya kepada Dia saja Iblis berbakti (Lukas 4:8). Perhatikan bahwa disini Yesus belum mengusir Iblis karena peristiwa ini terjadi hanya dalam sekejap.

3. Iblis membawa Yesus ke bumbungan Bait Allah. Iblis membawa Yesus ke Yerusalem dan menempatkannya di bumbungan Bait Allah lalu meminta Yesus menjatuhkan diriNya ke bawah ke lembah Kidron dengan ketinggian 137 meter. Disini Iblis mengutip Mazmur 91:11-12 untuk mengecoh Yesus (Matius 4:5; Lukas 4:9-11). Tetapi Yesus menolak menuruti perkataan Iblis dengan berkata, “Ada pula tertulis: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu”. Disini Yesus mengutip kembali firman Allah yang tertulis dalam Ulangan 6:16. 

4. Iblis membawa Yesus ke atas gunung yang sangat tinggi. Setelah sebelumnya membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan secara sekilas memperlihatkan kepada Yesus semua kerajaan dunia (Lukas 4:5-8), Iblis kemudian membawa Yesus ke atas gunung yang sangat tinggi, dan sekali lagi, Iblis memperlihatkan kepada Yesus semua kerajaan dunia dengan segala kemegahanya (Matius 4:7-8), dengan tawaran yang diulanginya lagi, bahwa semua itu akan diberikan kepada Yesus, jika Yesus menyembah Iblis (Matius 4:9). 

Kata kuncinya disini terletak pada kata “pula” yang berasal dari kata Yunani “palin” yang berarti “sekali lagi” atau “lagi” dalam Matius 4:8. Jadi frese tersebut dapat diterjemahkan demikian, “Dan Iblis membawaNya lagi ... dan memperlihakan kepadaNya lagi..”. Namun sekali lagi, Yesus menolak tawaran Iblis. Yesus mengusir Iblis dengan berkata, “Enyahlah, Iblis!”. Dan mengulangi lagi perkataan “Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (Matius 4:9).

TIGA GODAAN IBLIS TERHADAP KRISTUS

Selama 40 hari di Padang Gurun itu Iblis si pencoba itu terus menerus mencobai Yesus dengan berbagai cobaan (Lukas 4:2). Selama 40 hari itu Yesus berpuasa dan tidak makan apa-apa. Namun karena wilayah padang gurun itu gersang maka Yesus yang tidak makan menjadi dehidrasi juga. Puasa di padang guru ini dimaksudkan agar Yesus peka terhadap semua ujian, tetapi terutama terhadap tiga serangan yang ditujukan kepadaNya oleh Iblis pada akhir masa empat puluh hari itu. 

Disiplin dan tirakat tubuhNya merupakan persiapan bagi jiwaNya. Fokusnya lebih pada jiwa bukannya tubuh, dan Dia lebih bergantung pada kekuatan supranatural daripada kekuatan alami. Meskipun kelihatannya sangat mengagumkan dan idealis, namun dalam tubuh kemanusiaanNya, Yesus secara fisik lemah, lapar, dan haus. Keadaan tubuhNya membuatnya rentan secara emosi, psikologi, dan rohani. Dalam keadaan seperti itulah, pada saat akhir dari masa 40 hari itu, Iblis menyerang Yesus dengan tiga godaan yang dirancangnya dengan tipu muslihat. 

Ketiga serangan ini merupakan lambang atau gambaran tentang bidang-bidang dimana seseorang dapat dicobai seperti yang disebut dalam 1 Yohanes 2:16, yaitu: keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup). Ketiga bentuk godaan tersebut memang merupakan modus tipu muslihat yang dirancang oleh Iblis bagi Kristus. 

Sebabnya : (1) hanya Kristus yang secara supranatural dapat mengubah batu menjadi roti; (2) Hanya Kristus yang dapat melompat dari bumbungan bait Allah dan mendarat dengan selamat; (3) Hanya Kristus yang dapat mengharapkan memiliki seluruh kerajaan dunia. Jadi ketiga bentuk godaan yang diberikan oleh Iblis terhadap Yesus bertujuan supaya Yesus mengandalkan diriNya sendiri (Matius 4:3-4), menuruti kemauanNya sendiri (Matius 4:5-7), dan mengikuti penyembahan berhala (Matius 5:8-10). 

Mengubah batu menjadi roti merupakan godaan besar bagi Yesus karena Ia memang sedang lapar. Inilah tipu muslihat pertama Iblis agar Yesus melepaskan ketergantunganNya kepada Bapa. Selanjutnya, membuat Yesus menjatuhkan diri dari bubungan Bait Allah sampai ke lembah Kidron yang tingginya sekitar 450 kaki atau sekitar 137 meter di bawah dan mendarat tanpa mengalami luka-luka sudah tentu merupakan tipu muslihat berikutnya dari Iblis agar Yesus melawan kehendak Bapa dengan melakukan kehendakNya sendiri. Dan, meminta Yesus menyembahnya dengan tawaran memberikan semua kerajaan dunia dengan kemegahannya merupakan tipu muslihat akhir Iblis, agar Yesus tunduk kepadanya dan berhenti menyembah Allah Bapa. 

STRATEGI YESUS MELAWAN GODAAN IBLIS

Muslihat Iblis dalam menggoda Yesus adalah mencoba membuat Yesus ragu dengan identitasNya, mencoba membuat Yesus berhenti bergantung pada kehendak Allah, dan mencoba membuat Yesus berhenti berbakti kepada Allah. Lalu, bagaimanakah strategi kemenangan Yesus dalam menghadapi strategi godaan dan tipuan Iblis? Berikut ini penjelasannya. 

1. Tipu muslihat pertama Iblis untuk mengalahkan Yesus adalah dengan saran sederhana agar Yesus menggunakan kekuatan supranaturalNya untuk melakukan mujizat mengubah batu kapur berwarna kecoklatan menjadi roti. Ini tentu saja merupakan godaan besar bagi Yesus yang memang sedang dalam keadaan lapar. 

Tipu muslihat bertujuan agar Yesus melepaskan ketergantunganNya kepada Bapa. Sebagai Anak Allah, tidaklah sukar bagi Yesus untuk mengubah batu menjadi roti, tetapi dalam kasus ini, melakukan hal itu tidak sesuai dengan kehendak Allah. Meskipun lapar, dan memang Yesus harus makan, tetapi Yesus tidak akan makan dengan cara melepaskan diri dari ketergantunganNya terhadap kehendak Bapa. 

Pernyataan jebakan “jika Engkau Anak Allah” merupakan muslihat Iblis untuk menanamkan keraguan dalam pikiran Yesus dan mengharapkan Yesus memberikan bukti bahwa Ia benar-benar Anak Allah (Matius 4:3-4). Iblis berusaha membuat Yesus menarik kuasa supranatural Allah hnya untuk meneguhkan identitasNya. Namun Yesus tahu siapa diriNya dan tidak terjebak dalam tipu muslihat Iblis. Yesus menegaskan bahwa manusia hidup harus bergantung dengan Allah, ketika Ia mengatakan, “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Matius 4:4) 

Disini Yesus merujuk pada firman Allah yang tertulis dalam Ulangan 8:3 yang mana dalam ayat tersebut Musa mengingat bangsa Israel bahwa selama 40 tahun itu Allah memberi mereka makan manna agar mereka bergantung pada Allah yang memberi manna dan pemberi hidup itu. 

Tuhan Yesus mengakui bahwa Ia memerlukan makanan ketika Ia mengatakan ”Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Matius 4:4). Namun melalui firman Allah ini Yesus mengingatkan bahwa manusia hidup tidak hanya dari makanan jasmani saja, melainkan “epi panti rhêmati ekporeuomenô dia stomatos theou (dari setiap perkataan yang keluar dari mulut Allah)”. 

Kata “firman” dalam ayat adalah kata Yunani “rhêmati” yang lebih tepat diterjemahkan dengan “perkataan”. Disini, kata “rhêmati” adalah bentuk datif (obyek tidak langsung, tunggal dan netral) dari “rhêma” yang berarti “kata yang diucapkan melalui mulut”, atau secara harfiah berarti “perkataan”. Jadi disini Yesus melawan godaan Iblis dengan menekankan bahwa ketika kita mengakui Allah sebagai Tuhan, maka kita juga harus mengakui bahwa Dia mempunyai hak, kedaulatan dan kuasa tertinggi untuk menuntut kepatuhan kita kepadaNya. 

2. Setelah gagal dengan muslihat pertamanya, Iblis melanjutkan dengan muslihat yang kedua. Iblis membawa Yesus ke Yerusalem dan menempatkanNya di puncak tertinggi Kota, bubungan Bait Allah. 

Istilah “bumbungan Bait Allah” berasal dari kata Yunani “pterugion” yang berarti “sayap” atau lebih tepatnya “ujung, pinggiran atau tepian”. Karena tidak ada puncak menara atau puncak di bagian paling atas dari Bait Allah, maka menurut tradisi yang dimaksud disini adalah sayap di sebelah tenggara bait Allah yang menjulang di atas jurang lembah Kidron. 

Jadi Iblis menawarkan kepada Yesus agar melompat dari bubungan Bait Allah ke lembah Kidron dengan ketinggian sekitar 450 kaki atau sekitar 137 meter. Melompat dari ketinggian itu dan mendarat tanpa mengalami luka-luka sudah tentu merupakan hal yang mudah bagi Yesus, sebab Ia adalah Anak Allah. Tetapi Yesus tahu bahwa ini adalah muslihat Iblis dan Yesus sebut sebagai “mencobai Allah”. (Matius 4:5-7). 

Sekali lagi Pernyataan jebakan “jika Engkau Anak Allah” merupakan muslihat Iblis agar Yesus menurut keinginanNya sendiri. Sekalipun disini Iblis mengutip firman Allah dalam Mazmur 91:11-12, namun iblis telah membuang bagian terpenting dari ayat itu yaitu “malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu”. 

Sebagai Anak Allah, Yesus harus tetap berada di jalan Allah, bukan menuruti keinginanNya sendiri. Muslihat Iblis dengan memutarbalikan firman Allah ini pernah berhasil membuat Adam dan Hawa jatuh dalam dosa (Kejadian 2:17; 3:1-6), tetapi muslihat serupa ini tidak berhasil menjatuhkan Yesus. Ketika menolak tawaran Iblis, Yesus kembali mengutip firman Allah yang tertulis dalam Ulangan 16:16 dan berkata, “Ada tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu”. (Matius 4:7). 

Biasanya alasan untuk menguji seseorang adalah karena orang tersebut meragukan sesuatu. Disini Yesus menolak keragu-raguan yang berusaha ditanamkan Iblis tentang identitasNya sebagai Anak Allah. Secara konstan, pada waktu yang bersamaan, Yesus menolak untuk menguji Allah dengan cara melompat dari ketinggian 135 meter tersebut, hanya untuk memastikan bahwa Allah mampu menyelamatkanNya. Yesus memilih untuk tidak melawan kehendak Allah dengan melakukan kehendakNya sendiri. 

3. Karena gagal dengan muslihat yang pertama dan kedua, Iblis melanjutkan dengan muslihat yang ketiga dengan membawa Yesus ke gunung yang tinggi dan menujukkan kepadaNya semua kerajaan dunia. Yesus adalah Anak Allah, dan seluruh dunia ini adalah milikNya, namun untuk sementara waktu, Iblis diberi kuasa atas dunia atau “kosmos” ini (1 Yohanes 5:19). 

Tetapi pada akhirnya Yesuslah yang memang akan memerintah dunia ini. Jadi Iblis berusaha menipu Kristus dengan menawarkan apa yang sebenarnya memang milik Kristus. Sebagai ganti tawarannya itu, Iblis meminta Yesus menyembahnya, atau dengan kata lain, Yesus harus mengakui superioritas mutlak Iblis. Dengan menyembah Iblis, berarti berhenti menyembah Allah. Dibanding dengan tawaran pertama dan kedua, tawaran yang ketiga inilah yang paling menggoda. Namun Yesus tidak terkecoh terhadap tipu muslihat Iblis. 

Ia mengatakan bahwa hanya Allah saja yang patut disembah dengan mengutip Ulangan 6:13. Yesus mengusir Iblis dangan berkata, “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (Matius 4:10). Disini Yesus menekankan bahwa hanya ada satu Allah yang patut disembah, dan tidak ada kompromi untuk penyembahan yang lain. 

SENJATA ROHANI MELAWAN MUSLIHAT IBLIS

Meskipun dalam keadaan sangat letih dalam segala hal, Yesus mampu bertahan menghadapi godaan Iblis. Yesus berhasil mengagalkan muslihat Iblis yang bertujuan supaya Yesus mengandalkan diriNya sendiri (Matius 4:3-4), menuruti kemauanNya sendiri (Matius 4:5-7), dan mengikuti penyembahan berhala (Matius 5:8-10). 

Tiga hal ini masih menjadi strategi Iblis dalam menggoda orang percaya, yaitu: meragukan identitas kita di dalam Kristus, membuat kita keluar dari kehendak Allah, dan menyebabkan kita berhenti menyembah Allah. Namun Yesus telah menunjukkan kepada kita bagaimana cara mengalahkan tipu muslihat Iblis. 

1. Yesus Kristus dipenuhi Roh. Sebelum peristiwa pencobaan itu Yesus ketika dibaptis di sungai Yordan mengalami kepenuhan Roh (Lukas 4:1). Rohlah yang membawa dan memimpin Yesus untuk dicobai di padang gurun itu (Matius 4:1; Markus 1:12). 

Setelah Yesus mengalahkan Iblis dan memenangkan pencobaan, maka dalam kuasa Roh Ia kembali ke Galilea dan memulai pelayananNya selama kira-kira 3 tahun (Lukas 4:14;). KemenanganNya atas pencobaan di padang gurun membuktikan bahwa Ia diberi kuasa oleh Roh untuk mengalahkan Iblis. 

Yesus sendiri menyatakan bahwa Roh kudus telah mengurapiNya untuk menyampaikan kabar baik, membebaskan orang-orang yang tertindas oleh roh-roh jahat, mengalahkan Iblis, menyembuhkan, dan melakukan karya-karya yang luar biasa (Lukas 4:18-19; bandingkan Kisah Para Rasul 10:38). 

Jadi seluruh pelayanan Yesus dilakukan dalam wibawa dan kuasa Roh Kudus. Yesus, Anak Allah itu, dalam tubuh kemanusiaaNya memerlukan urapan dan kuasa Roh Kudus maka lebih lagi kita. Itu sebab Yesus, pada hari Pentakosta, mencurahkan Roh Kudus kepada murid-muridNya untuk memperlengkapi mereka menjadi saksi sesuai dengan yang dijanjikanNya. 

Para murid harus tinggal di Yeruslem sampai mereka diperlengkapi kuasa Roh Kudus pada hari Pentakosta (Lukas 24-48-49). Kata Yunani “diperlengkapi” dalam Lukas 24:49 tersebut adalah “enduo” merupakan kata umum yang dipakai untuk “pakaian” atau “memberikan pakaian pada seseorang”. 

Kata tersebut dalam bentuk pasif menunjukkan orang itu tidak memakai pakaiannya sendiri, tetapi orang lain yang melakukannya untuk dia. Jadi dalam konteks ini Allah memperlengkapi para murid dengan kuasa Roh Kudus. Para murid Kristus itu adalah para saksi yang diutus oleh Kristus untuk memberitakan Injil dengan disertai kuasa Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1:8). 

Kata “saksi” dalam ayat ini adalah “martureo” yang artinya bersaksi, yaitu mengatakan dan menjadi saksi tentang Kristus. Sedangkan kata “kuasa” dalam ayat ini adalah “dunamis” yang berarti “daya, kekuatan, kuasa”. Jadi disini, Roh Kudus diberikan kepada para murid agar mereka memiliki kuasa untuk menjadi saksiNya. 

Karena penuh dengan Roh Kudus itu penting, itu sebabnya rasul Paulus memerintahkan “hendaklah kamu penuh dengan Roh Kudus” (Efesus 5:18). Kata “penuh dengan Roh” dalam ayat ini adalah frase Yunani “plérousthe en pneumati” bentuk present imperatif pasif, bukan bentuk aorist (masa lampau). Bentuk kata kerja ini menunjukkan bahwa kita harus terus menerus dipenuhi dengan Roh. 

Jadi kata ini menunjukkan kontinuitas, yaitu pemenuhan yang berkelanjutan dan bukan sementara. Fakta bahwa semua orang Kristen telah dibaptis dengan Roh Kudus tidak berarti mereka selalu berserah penuh kepada Roh Kudus; atau dengan kata lain, tidak semua orang Kristen yang telah dibaptis Roh Kudus itu, penuh dengan Roh Kudus. 

Karena itulah maka perintah untuk “dipenuhi Roh” itu adalah perintah yang tegas. Namun sangat disayangkan, beberapa orang Kristen yang mengakui Roh Kudus tetapi menolak kuasa Roh. Iblis nampaknya telah menipu banyak orang Kristen hari-hari ini, walaupun mereka tidak menyangkali Roh Kudus, tetapi menyangkali kuasa Roh. Mereka lupa, bahwa kita membutuh kuasa Roh setiap hari untuk menang atas godaan Iblis.

2. Yesus Yesus mengetahui firman tertulis dan menggunakan secara tepat. Yesus mengetahui firman Allah yang tertulis dan menggunakannya dengan tepat ketika melawan Iblis. Ia menjawab setiap godaan Iblis dengan firman “ada tertulis”. 

Secara konsisten, dalam setiap godaan Iblis tersebut, Yesus menggunakan senjata yang lebih tajam dari pedang bermata dua manapun, yaitu “pedang Roh” firman Allah yang tertulis (Bandingkan Efesus 6:17; Ibrani 4:12). Seperti yang sudah saya jelaskan di awal, konfrontasi antara Yesus dan Iblis ini bukan terjadi semata-mata karena kemauan Iblis tetapi karena kehendak Allah. 

Yesus pergi ke padang gurun itu bukan dalam keadaan sikap defensif (bertahan), tetapi dalam sikap opensif (menyerang). Yesus melawan tipu muslihat Iblis dengan tanpa kompromi hanya dengan menggunakan firman Allah. Hal ini memberikan kepada kita kepastian yang kuat bahwa firman Allah yang tertulis itu sudah cukup bagi kita. 


Namun sayangnya, beberapa orang percaya telah melakukan kesalahan dengan menganggap bahwa senjata peperangan yang ampuh dalam melawan Iblis adalah bahasa roh. Ini adalah suatu ajaran yang keliru. Jangan salah, sebagai pendeta dan teolog kharismatik saya juga berbahasa roh. 

Dan saya berterima kasih kepada Tuhan karena mengetahui dan mengalami manfaat dari bahasa roh itu. Seperti yang dikatakan Alkitab, tujuan bahasa roh untuk berkomunikasi dengan Allah (1 Korintus 14:2), membangun kehidupan rohani diri sendiri (1 Korintus 14:4), membantu kita dalam mendoakan kehendak Allah (Roma 8:26-2), dan membangun orang lain karena setara dengan nubuat jika disertai tafsiran (1 Korintus 14:5). 

Tidak ada dukungan sama sekali di dalam Alkitab untuk kita melawan Iblis dengan menggunakan bahasa Roh. Allah telah memberikan kepada kita firmanNya yang tertulis, satu-satunya senjata yang ampuh dan lebih kuat dari pedang bermata dua manapun. Kita hanya perlu mengetahui firman, dan mengunakannnya dengan tepat untuk setiap situasi kita. 

PENUTUP: 

Setelah pencobaan itu berakhir, Alkitab mengatakan bahwa Iblis “mundur dari padaNya dan menunggu waktu yang baik” (Lukas 4:13). Ayat ini menyiratkan bahwa Iblis telah menggunakan semua muslihat godaannya terhadap Yesus dan terbukti tidak berhasil menjatuhkan Yesus. Justru sebaliknya, Yesus telah mengalahkan semua godaan itu. Namun ada hal menarik yang perlu kita perhatikan diakhir kisah ini, yaitu kata “waktu yang baik”. 

Kata “waktu yang baik” dalam ayat ini adalah kata Yunani “kairos” yang berarti “waktu yang ditentukan” atau “waktu yang tepat”. Dalam bahasa Yunani, jika suatu awalan tertentu ditambahkan kepada kata “kairos”, maka maknanya akan berubah. 

Jika kita menambahkan awalan “eu” di depan kata “kairos, maka kata tersebut akan menjadi kata Yunani “eukairos” yang berarti “waktu bahagia, senang, atau menyenangkan”. Namun jika kita menambahkan awalan “a” pada kata “kairos” sehingga menjadi kata Yunani “akairos” maka kata tersebut akan memiliki arti negatif, yaitu “waktu yang buruk atau masa-masa yang buruk”. 

Dari sudut pandang Allah, pencobaan sebagai ujian adalah waktu yang baik bagi kita (eukairos), untuk menunjukkan bahwa kita tahan uji (Yakobus 1:12). Tetapi dari sudut pandang Iblis, ia telah merancang sebanyak mungkin masa yang buruk (akairos) dan meggoda kita di waktu-waktu tersebut dengan berbagai situasi dan kondisi yang menyerang pikiran kita dan menggerakkan keingin kita untuk berbuat dosa (Yakobus 12:13-15). 

Di dalam kisah percobaan Iblis terhadap Kristus di atas, kita melihat bahwa Iblis telah melontarkan panah apinya yang jahat kepada Kristus dengan mempertanyakan apakah Kristus adalah anak Allah disaat Yesus mengalami kelaparan hebat setelah berpuasa 40 hari. Sekitar tiga setengah tahun kemudian, ketika di atas kayu salib, Iblis menyerang Yesus lagi di waktu yang tepat ketika Yesus dalam kondisi tersiksa hebat di atas kayu salib. Iblis memakai orang-orang yang berkata “Jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!” (Markus 15:30; Lukas 23:39). 

Jadi sekitar tiga setengah tahun berlalu setelah waktu pencobaan pertama (akairos) menuju salib, menjadi waktu yang tepat (akairos) bagi Iblis untuk menyerang Yesus lagi. Ternyata Iblis mengamati Yesus dalam setiap pergerakkanNya dan sedang menetapkan waktu akairos bagi Yesus. Namun, Yesus yang penuh dengan Roh dan firman Allah, mengubah waktu akairos itu menjadi waktu eukairos, waktu sukacita dan kemenangan. 

Kiranya peristiwa kemenangan Kristus atas godaan Iblis ini menjadi pelajaran penting dan berharga bagi kita untuk mengikuti jejakNya dan hanya di dalam Dia saja kita meraih kemenangan kita atas godaan Iblis. Amin.


Anderson, Leith. A., 2009. Yesus : Biografi Lengkap Tentang PribadiNya, NegaraNya, dan BangsaNya. Terjemahan, Penerbit Gloria Graffa : Yogyakarta.

Chamblin, J. Knox., 2006. Paulus dan Diri: Ajaran Rasuli Bagi Keutuhan Pribad. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta. 

Conner J. Kevin., 2004. A Practical Guide to Christian Bilief. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.

Cornish, Rick., 2007. Lima Menit Teologi. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya : Bandung.

Douglas, J.D., ed, 1993. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini. Jilid 1 & 2. Terjemahkan Yayasan Komunikasi Bina Kasih : Jakarta. 

Eaton, Michael 2008. Jesus Of The Gospel. Terjemahan, Penerbit ANDI Offset: Yogyakarta.

Enns, Paul., 2004. The Moody Handbook of Theology. Jilid 1 & 2 Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang.

Evan, Craig. A., 2008. Merekayasa Yesus. Terjemahan, Penerbit ANDI : Yogyakarta.

Erickson J. Millard., 2003. Teologi Kristen, Jilid 2. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.

Ferguson, B. Sinclair, David F. Wright, J.I. Packer., 1988. New Dictionary Of Theology. Jilid 1 & 2, diterjemahkan (2008), Penerbit Literatur SAAT : Malang.

Geisler, Norman & Ron Brooks., 2010. Ketika Alkitab Dipertanyakan. Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yogyakarta.

Grudem, Wayne., 1994. Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. Zodervan Publising House: Grand Rapids, Michigan.

Grudem, Wayne., 2009. Kebenaran Yang Memerdekakan. Terjemahan, Penerbit Metanoia: Jakarta.

Geisler, Norman & Ron Brooks., 2010. Ketika Alkitab Dipertanyakan. Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yogyakarta.

Guthrie, Donald, dkk., 1982. Tafsiran Alkitab Masa Kini. Jilid 1. Terjemahan. Penerbit Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF : Jakarta.

Guthrie, Donald., 2010. Teologi Perjanjian Baru. Jilid 1, Terjemahan, Penerbit BPK : Jakarta.

Ladd, Geoge Eldon, 1999. Teologi Perjanjian Baru. Jilid 2, terjemahan Penerbit Kalam Hidup : Bandung.

Pandensolang, Welly., 2009. Kristologi Kristen. Penerbit YAI Press : Jakarta. 

Pfeiffer F. Charles & Everett F. Harrison., ed. 1962. The Wycliffe Bible Commentary. Volume 3. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas Malang.

Marinella, Mark A., 2009. Yesus Yang Disalibkan Bagiku. Terjemahan, Penerbit Andi Offset : Yogyakarta.

Milne, Bruce., 1993. Mengenali Kebenaran. Terjemahan, Penerbit BPK : Jakarta.

Morris, Leon., 2006. Teologi Perjanjian Baru. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.

Ryrie, Charles C., 1991. Teologi Dasar. Jilid 1 & 2, Terjemahan, Penerbit ANDI Offset: Yogyakarta.

Sandison, George & Staff., 2013. Bible Answers for 1000 Difficult Questions. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang. 

Tabb, Mark, ed., 2011. Mari Berpikir Tentang Teologi: Apa Yang Kita Yakini. Terjemahan, Penerbit Yayasan Gloria : Yogyakarta.

Thiessen, Henry C., 1992. Teologi Sistematika, direvisi Vernon D. Doerksen. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.

Sproul, R.C., 1997. Essential Truths of the Christian Faith. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang. 

Stamps, Donald C., ed, 1995. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang. 

Stott, John., 2010. Kristus Yang Tiada Tara. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta. 

Strobel, Lee., 2005. Pebuktian Atas Kebenaran Yesus. Terjemahkan, Penerbit Gospel Press : Batam.

Tong, Stephen., 2004. Yesus Kristus Juruselamat Dunia. Penerbit Momentum: Jakarta.

Yancey, Philip, 1997. Bukan Yesus Yang Saya Kenal. Terjemahan, Penerbit Profesional Books : Jakarta.

Zuck, Roy B, editor., 2011. A Biblical of Theology The New Testament. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Next Post Previous Post