2 PELAJARAN MENARIK DARI FILIPUS (YOHANES 1:45-47)

Pdt.Esra Alfred Soru.

Yohanes 1:45-47a – (45) Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret." (46) Kata Natanael kepadanya: "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" (47) Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!" ….”
2 PELAJARAN MENARIK DARI FILIPUS (YOHANES 1:45-47)
gadget, bisnis, otomotif
Teks di atas bercerita tentang Filipus (yang baru saja dipanggil oleh Yesus menjadi murid-Nya) bertemu dengan Natanael (Bartolomeus) dan menyampaikan kabar gembira bahwa ia telah bertemu dengan Yesus dan lalu mengajak Natanael bertemu dengan Yesus. Cerita ini memperlihatkan kepada kita 2 (DUA) pelajaran menarik tentang Filipus ini yakni :

1.FILIPUS SANGAT BERGEMBIRA / BERSUKACITA ATAS PERJUMPAANNYA
DENGAN KRISTUS.

Darimana kita tahu bahwa Filipus begitu bergembira/bersukacita karena perjumpaannya dengan Kristus? Dari kata-kata Filipus sendiri ketika ia menyampaikan berita itu kepada Natanael :

Yohanes 1:45 - Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: "KAMI TELAH MENEMUKAN DIA, YANG DISEBUT OLEH MUSA DALAM KITAB TAURAT DAN OLEH PARA NABI, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret."

Dari kata-kata "Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi,…” nampak sekali suasana hati Filipus yang penuh dengan kegembiraan.

MATTHEW HENRY – “Betapa bersukacitanya Filipus atas perkenalannya dengan Kristus ini : ‘Kami telah menemukan Dia yang begitu sering kita perbincangkan itu, yang sudah begitu lama kita harapkan dan nanti-nantikan. Akhirnya Dia datang juga, dan kami telah menemukan-Nya!”. (Injil Yohanes 1-11, hal. 73).

Satu hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan keagamaan orang Yahudi adalah janji tentang kedatangan Mesias. Pengharapan Mesianik ini semakin tumbuh subur pasca pembuangan di Babel di mana pada saat itu berita tentang Mesias yang membebaskan terus digemakan oleh para nabi. Pengharapan ini terus bertumbuh dalam masa setelah pulang dari pembuangan hingga masa Perjanjian Baru walaupun ada pengertian yang berbeda tentang Mesias itu.

WILLIAM BARCLAY – Sejak dahulu sampai sekarang orang-orang Yahudi masih sedang menantikan Mesias. Ide tentang Mesias itu ada beberapa. Ada yang menganggap bahwa Mesias itu akan membawa damai di seluruh bumi. Sebagian terbesar dari orang Yahudi mengharapkan seorang Mesias yang akan menjadi pemimpin nasional yang besar dan yang akan memimpin tentara orang Yahudi menaklukkan seluruh dunia. Ada yang beranggapan bahwa Mesias itu adalah seorang tokoh supranatural yang datang langsung dari Allah. Dan masih ada juga yang beranggapan bahwa Mesias adalah seorang pangeran yang muncul dalam garis keturunan Daud. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Injil Yohanes 1-7, hal. 131-132)

Akibat pengharapan yang besar ini maka orang Israel hidup dalam “persepsi selektif” di mana mereka begitu sensitif jika ada orang yang cukup menonjol, mereka langsung mencurigainya sebagai Mesias itu. Ini menyebabkan dalam sejarah Israel sudah ada banyak orang yang menyatakan diri sebagai Mesias padahal mereka adalah Mesias palsu. Dua di antaranya adalah Teudas dan Yudas dari Galilea.

Kisah Para Rasul 5:36-37 – (36) Sebab dahulu telah muncul SI TEUDAS, YANG MENGAKU DIRINYA SEORANG ISTIMEWA dan ia mempunyai kira-kira empat ratus orang pengikut; tetapi ia dibunuh dan cerai-berailah seluruh pengikutnya dan lenyap. (37) Sesudah dia, pada waktu pendaftaran penduduk, muncullah SI YUDAS, SEORANG GALILEA. Ia menyeret banyak orang dalam pemberontakannya, tetapi ia juga tewas dan cerai-berailah seluruh pengikutnya.

Sensitifitas seperti inilah yang membuat orang Yahudi mengirim utusan untuk bertanya pada Yohanes Pembaptis tentang siapa dirinya :

Yohanes 1:19-22 - (19) “…orang Yahudi dari Yerusalem mengutus beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia: "Siapakah engkau?" (20) Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: "Aku bukan Mesias." (21) Lalu mereka bertanya kepadanya: "Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?" Dan ia menjawab: "Bukan!" "Engkaukah nabi yang akan datang?" Dan ia menjawab: "Bukan!" (22) Maka kata mereka kepadanya: "Siapakah engkau? Sebab kami harus memberi jawab kepada mereka yang mengutus kami. Apakah katamu tentang dirimu sendiri?"

Demikian juga yang terjadi dengan Yesus. Ia pernah dipaksa jadi raja ketika orang Yahudi yakin bahwa Dia adalah Mesias itu.

Yohanes 6:14-15 – (14) Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "DIA INI ADALAH BENAR-BENAR NABI YANG AKAN DATANG KE DALAM DUNIA." (15) Karena Yesus tahu, bahwa MEREKA HENDAK DATANG DAN HENDAK MEMBAWA DIA DENGAN PAKSA UNTUK MENJADIKAN DIA RAJA, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.

Dari sini terlihat betapa kuatnya pengharapan Mesianik di kalangan orang Israel. Saking kuatnya pengharapan Mesianik ini, bagi seorang Yahudi adalah sukacita yang paling besar kalau mereka bisa melihat Mesias. Bahkan ada orang Yahudi yang berdoa kepada Allah agar dia jangan mati dulu sebelum bertemu dengan Mesias. Juga ada orang yang siap mati atau tidak merasa perlu hidup lebih lama di dunia ini lagi asal sudah bertemu Mesias. Orang seperti itu adalah Simeon :

Lukas 2:25-32 – (25) Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang MENANTIKAN PENGHIBURAN BAGI ISRAEL. Roh Kudus ada di atasnya, (26) dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa IA TIDAK AKAN MATI SEBELUM IA MELIHAT MESIAS, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. (27) Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, (28) ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: (29) "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, (30) sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, (31) yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, (32) yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel."

Mengapa setelah melihat Mesias, Simeon siap untuk mati? Karena itulah sukacita besar bagi seorang Yahudi yakni ketika menemukan Mesias. Jadi boleh dikatakan bahwa tidak ada sukacita yang lebih besar bagi seorang Yahudi kalau mereka bisa menemukan dan mengenali Sang Mesias itu yang telah dinanti-nantikan seluruh orang Yahudi selama lebih dari 500 tahun.

Dari latar belakang ini kita bisa membayangkan bagaimana perasaan hati Filipus ketika ia berseru kepada Natanael : "Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi,…” Sukacita yang sama nampak juga dari kata-kata Andreas kepada Petrus :

Yohanes 1:41 - Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: "KAMI TELAH MENEMUKAN MESIAS (artinya: Kristus).

Ya! Filipus telah bertemu dengan Yesus dan baginya itu adalah kebahagiaan terbesar di dalam hidupnya. Tadi sudah saya singgung bahwa sekalipun pengharapan Mesianik begitu kuat dalam kalangan orang Yahudi, tetapi pengertian mereka tentang Mesias masih tidak terlalu jelas. Mereka hanya membayangkan Mesias yang duniawi dan sekuler. Tidak ada ide tentang salib dan penderitaan dalam konsep Mesianik mereka. Ini berbeda dengan pengertian kekristenan tentang Kristus yang mencakup salib Kristus yang membawa penebusan dosa dan pembebasan dari kebinasaan kekal. Jika demikian sebenarnya konsep Kristen tentang Kristus/Mesias jauh lebih tinggi daripada konsep Kristus/Mesias di kalangan orang Yahudi. Jadi kalau seorang Yahudi bisa begitu bersukacita dan bergembira begitu hebat kalau bertemu dengan Kristus/Mesias, seharusnya seorang Kristen lebih bersukacita dan bergembira lagi melebihi sukacita dan kegembiraan seorang Yahudi. Mengapa? Karena dalam perjumpaan pribadi dengan Kristus itu tercakup di dalamnya adalah penebusan segala dosa, penyelamatan dari kebinasaan kekal dan pengaugerahan hidup kekal. Alkitab mengatakan tentang sukacita seperti ini :

Lukas 15:7, 10 – (7) Aku berkata kepadamu: Demikian juga AKAN ADA SUKACITA DI SORGA KARENA SATU ORANG BERDOSA YANG BERTOBAT, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan." (10) Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ADA SUKACITA PADA MALAIKAT-MALAIKAT ALLAH KARENA SATU ORANG BERDOSA YANG BERTOBAT."

Bandingkan dengan kisah anak yang hilang ketika ia pulang ke rumah bapanya :

Lukas 15:22-24, 32 – (22) Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. (23) Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan BERSUKACITA. (24) Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka BERSUKARIA. (32) KITA PATUT BERSUKACITA DAN BERGEMBIRA karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.

Nah kalau pihak-pihak lain di sini begitu bersukacita dan bergembira karena pertobatan seorang berdosa, saya pikir orang berdosa itu harus bersukacita melebihi segala sukacita atas pertobatannya sebagaimana yang dialami Zakheus :

Lukas 19:6 - Lalu Zakheus segera turun dan MENERIMA YESUS DENGAN SUKACITA.
Karena itu kalau saudara adalah seorang Kristen yang sejati yang pernah menyambut Yesus secara pribadi dalam hati/hidup saudara, saudara harus bergembira dan bersukacita. Saudara mungkin mengalami begitu banyak kegembiraan/kebahagiaan dalam hidup ini (sembuh dari sakit, mendapatkan berkat/uang, lulus ujian, mendapat pekerjaan, memperoleh anak, dan hal-hal sekuler lainnya), tetapi sukacita karena perjumpaan dengan Kristus harus melampaui segala sukacita itu.

Roma 4:7-8 – (7) "Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya; (8) berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya."

Saudara mungkin mengalami begitu banyak penderitaan, sakit penyakit, kesulitan, kekurangan, tantangan, dll tetapi semua itu tidak boleh membuang / menggeser sukacita karena Kristus di dalam hati saudara.

J. Uktolseja menulis sebuah lagu indah yang menggambarkan sukacita besar dari seorang yang memiliki Kristus di dalam hidupnya. Lagu ini diabadikan dalam NKB 197 dengan judul “BESARLAH UNTUNGKU”

Besarlah untungku jika Yesus milikku,
bersuka jiwaku kar’na damai yang penuh.
meskipun angin k’ras badai dunia menderu,
tak goyah hatiku kar’na Yesus milikku.

Refrein:

Benar, benar, besarlah untungku.
Benar, benar, besarlah untungku.
Benar, benar, besarlah untungku.
Ketika Yesus sungguhlah tetap milikku.

Kendati tiadalah hartaku di dunia,
hatiku tak resah, tak bersungut, berkesah.
Kar’na ‘ku sungguh tahu jika Yesus milikku,
tak sia-sialah segenap usahaku.

Meski tumpuanku pada Yesus, Tuhanku,
tidaklah aku jauh dari susah dan keluh.
Di dunia yang fana ‘ku ‘kan tahan berperang,
di sorga yang baka dengan Yesus ‘ku menang.

Sekarang hidupku sungguh mulia benar
di dalam kasihNya ‘ku selalu bergemar.
JanjiNya ‘ku dengar kar’na Yesus milikku:
” ‘Ku sambut datangmu dalam rumah BapaKu”

Ya, kalau saudara memiliki Yesus dalam hidup, saudara adalah orang beruntung besar. Tidak kah itu memberikan sukacita tak terhingga di dalam hidupmu? AMIN

Yohanes 1:45-47a – (45) Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret." (46) Kata Natanael kepadanya: "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" (47) Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!" ….”

FILIPUS (2)

Dalam part 1 sudah saya jelaskan satu hal dari positif dari Filipus yakni bahwa dia sangat bergembira / bersukacita atas perjumpaannya dengan Kristus. Hal lain yang kita bisa pelajari dan teladani dari Filipus adalah :

2.FILIPUS MEMPUNYAI SEMANGAT YANG BESAR UNTUK MEMBAGIKAN SUKACITANYA DENGAN ORANG LAIN.

Teks kita menceritakan bahwa setelah Filipus bertemu dengan Yesus dan menerima panggilan-Nya, ia segera menemui Natanael dan menceritakan tentang Yesus kepadanya serta membawanya kepada Yesus.

Yohanes 1:45, 47 – (45) Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: "KAMI TELAH MENEMUKAN DIA, YANG DISEBUT OLEH MUSA DALAM KITAB TAURAT DAN OLEH PARA NABI, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret." (47) Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!" …”


Ini sama seperti yang dilakukan oleh Andreas, sesaat setelah ia bertemu dengan Yesus, ia lalu berusaha membawa saudaranya Petrus kepada Yesus. (Bandingkan ayat di atas dengan Yoh 1:41-42).

Yohanes 1:41-42 – (41) Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: "KAMI TELAH MENEMUKAN MESIAS (ARTINYA: KRISTUS)." (42) IA MEMBAWANYA KEPADA YESUS. Yesus memandang dia dan berkata: "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus)."

WILLIAM BARCLAY – “…Filipus tidak dapat menyimpan kabar baik untuk dirinya sendiri. Seperti dikatakan oleh Goded : “Satu obor yang menyala akan menyalakan obor-obor yang lain”. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Yohanes 1-7, hal. 156).

Pada bagian pertama telah dijelaskan bahwa Filipus begitu bergembira / bersukacita atas pertemuannya dengan Kristus. Begitu sukacitanya atas penemuan besar ini, sekarang ia lalu berusaha untuk membagi kabar sukacita ini dengan Natanael. Filipus tidak hanya puas dengan apa yang sudah dia temukan, ia tidak hanya puas dengan kegembiraan dan kebahagiaan pribadinya setelah berjumpa dengan Yesus, ia baru merasa puas kalau berita tentang Mesias itu bisa disampaikan kepada orang lain dan mendatangkan sukacita yang sama seperti yang telah dirasakannya. Itu adalah kebahagiaan yang lain dari seorang Kristen setelah perjumpaannya dengan Kristus.

Ini adalah sesuatu teladan yang sangat baik yang seharusnya diikuti oleh setiap murid Kristus. Pertemuan pribadi kita dengan Kristus adalah sesuatu yang sangat menggembirakan, dan kegembiraan itu perlu dibagikan juga pada orang lain.

SPURGEON – Aku tidak akan percaya bahwa engkau sudah mengecap madu Injil jika engkau bisa memakan sendiri semuanya. (‘Morning and Evening’, February 19, evening).

Syair sebuah lagu rohani berbunyi : “Mencari domba yang sesat, itulah kerinduan jiwaku”. Bagaimana dengan saudara? Apakah sukacita karena perjumpaan dengan Kristus itu sudah mendorong saudara untuk memberitakan Yesus kepada orang lain? Apakah sukacita karena perjumpaan dengan Yesus itu sudah membuat saudara mempunyai kerinduan untuk membawa orang lain kepada Yesus? Marilah kita meneladani Filipus dalam hal ini dengan setia untuk memberitakan Injil tentang Yesus Kristus dan membawa jiwa-jiwa datang kepada Yesus.

MATTHEW HENRY – “….apabila kita mendapatkan kesempatan terbaik yang dapat membawa kebaikan pada jiwa kita, kita tidak boleh lupa mencari kesempatan untuk berbuat baik kepada jiwa-jiwa lain, dengan mengingat perkataan Kristus, ‘Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima (Kis 20:35). Oh, kata Filipus, ‘kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi’. (Injil Yohanes 1-11, hal. 73).

Satu hal yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa sesaat setelah Filipus bertemu dengan Yesus, ia langsung memberitakannya kepada Natanael.

MATTHEW HENRY – Seperti Andreas sebelumnya, Filipus di sini, bahwa setelah sedikit mengenal Kristus ia tidak tinggal diam sebelum menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia. Walaupun Filipus sendiri baru mengenal Kristus, ia menyingkir sejenak dari-Nya untuk mencari Natanael. (Injil Yohanes 1-11, hal. 73).

Ini mengajarkan pada kita bahwa kita tidak harus mempunyai banyak pengetahuan seperti ahli-ahli teologia terlebih dahulu barulah kita bisa memberitakan Injil, atau bercerita tentang Yesus, atau memperkenalkan Yesus kepada orang lain. Kita bisa mulai menceritakan tentang Yesus dari pengalaman perjumpaan kita dengan-Nya secara pribadi sebagaimana yang dilakukan Filipus. Filipus tidak mempunyai pengetahuan yang cukup saat itu tentang Kristologi, Teologia Proper, Soteriologi, Misiologi, Metode PI (EE, 4 Hukum Rohani), dll tetapi ia mempunyai pengalaman berjumpa dengan Yesus yang bisa ia ceritakan kepada Natanael. Daripada mempunyai pengetahuan teologia dan doktrin-doktrin yang banyak tetapi tidak memberitakan Injil, lebih baik orang yang memberitakan Injil dengan bercerita tentang pengalaman perjumpaannya dengan Yesus. Memang ini adalah kelemahannya karena orang bisa saja menyampaikan konsep-konsep yang salah. Dan itu terjadi dengan Filipus. Di mana letak kesalahannya?

Yohanes 1:45-46 – (45) Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: "KAMI TELAH MENEMUKAN DIA, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu YESUS, ANAK YUSUF DARI NAZARET."

MATTHEW HENRY – Ia menyebut Kristus dengan Yesus dari Nazaret padahal sebenarnya Ia berasal dari Betlehem. Ia menyebut-Nya anak Yusuf, padahal sebenarnya Ia hanya dianggap sebagai anaknya….Karena kelemahannya ia berkata ‘kami telah menemukan-Nya’ padahal Kristuslah yang menemukan mereka sebelum mereka menemukan Dia. (Injil Yohanes 1-11, hal. 74).

Tentang ini, Hendriksen berkata bahwa Filipus tidak salah. Ia hanya berbicara menurut pandangan orang banyak. Tetapi Calvin menganggap bahwa ia memang salah mengerti tentang Yesus. Saya lebih condong pada pandangan dari Calvin, dan kalau memang pandangan ini yang benar, ini menunjukkan bahwa dalam penginjilan yang dilakukan oleh Filipus kepada Natanael, ada kesalahan tetapi motivasi Filipus dalam pemberitaan Injil adalah benar, dan Tuhan tetap memberkati sehingga pemberitaan Injilnya berhasil. Karena itu jangan merendahkan orang-orang yang sederhana, yang memberita­kan Injil dengan motivasi yang benar, sekalipun ada kesalahan-kesalahan dalam pengajarannya (asal bukan kesesatan yang fatal!). Juga jangan mau sempurna dulu dalam pengetahuan, baru mau memberita­kan Injil / Firman Tuhan! Kita harus memberitakan Injil, sambil terus belajar Firman Tuhan! Tapi ada lagi yang menarik. Natanael rupanya tidak menerima begitu saja berita dari Filipus. Ia memprotes :

Yohanes 1:46 - Kata Natanael kepadanya: "MUNGKINKAH SESUATU YANG BAIK DATANG DARI NAZARET?"

Tetapi menariknya adalah Filipus tidak mengajukan argumentasinya menghadapi Natanael. Ia hanya menjawab : “Mari dan lihatlah!”.

Yohanes 1:47 - Kata Filipus kepadanya: "MARI DAN LIHATLAH!" ….”

Jadi terlihat bahwa Filipus tidak mengajak Natanael untuk berdebat, sebaliknya ia mengajaknya untuk bertemu Yesus sendiri. Ini tidak boleh diartikan bahwa orang Kristen dilarang berdebat dalam mengabarkan Injil. Ingat bahwa Paulus berulang-ulang berdebat dalam mengabarkan Injil (Kis 9:22,29). Demikian juga dengan Stefanus (Kisah Para Rasul 6:8-10). Tetapi dalam kasus-kasus tertentu debat tidak menguntungkan apalagi ketika kita tidak siap untuk berargumentasi. Dalam kasus seperti ini, kita harus meniru hikmat Filipus. “Mari dan lihatlah!”. Tidak usah memberikan argumentasi yang kita sendiri mungkin tidak menguasainya, kita cukup mengajak orang itu untuk berhadapan dengan pesona pribadi Kristus.

Saudara yang terkasih, kita sudah melihat bahwa Filipus mempunyai semangat yang besar untuk membagikan sukacita perjumpaannya dengan Kristus kepada orang lain. Bagaimana dengan saudara? Adakah syair lagu ini : “mencari domba yang sesat, itulah kerinduan jiwaku” juga menjadi cerminan kerinduan saudara?.

Ikuti saya di Google News untuk membaca artikel lainnya :


AMIN
Next Post Previous Post