BENARKAH LUCIFER ITU PUTRA ALLAH YANG DICIPTAKAN SEGAMBAR DENGAN ALLAH?

Pdt.Samuel T. Gunawan,M.Th. 
BENARKAH LUCIFER ITU PUTRA ALLAH YANG DICIPTAKAN SEGAMBAR DENGAN ALLAH?
otomotif, bisnis
BENARKAH LUCIFER ITU PUTRA ALLAH YANG DICIPTAKAN SEGAMBAR DENGAN ALLAH? (SEBUAH TANGGAPAN ATAS AJARAN CORPUS DELICTI ERASTUS SABDONO)

APAKAH TEORI CORPUS DELICTI ITU?

Istilah Corpus Delicti menurut pengakuan Erastus Sabdono merupakan istilah yang terinspirasi dari buku Etika Kristen karya J. Vercuyl.[1] Tetapi istilah Corpus Delicti Erastus Sabdono secara teologis berbeda penggunaannya dengan Vercuyl. Vercuyl menggunakan istilah tersebut untuk menjelaskan bahwa hukum Taurat dapat dikatakan sebagai Corpus Delicti untuk membuktikan kesalahan manusia.[2]

Sedangkan Erastus Sabdono menggunakan istilah tersebut untuk menjelaskan bahwa manusia diciptakan sebagai Corpus Delicti untuk membuktikan kesalahan Lucifer (Iblis), tetapi karena manusia gagal menjadi Corpus Delicti maka tugas tersebut menjadi tugas Anak Allah (Yesus Kristus). Ajaran seperti ini jelas bertentangan dengan ajaran Alkitab yang menyatakan bahwa tujuan Allah menciptakan manusia adalah untuk kemuliaan Allah dan tidak ada kaitannya secara langsung dengan pembuktian kesalahan Iblis.

TEORI CORPUS DELICTI DAN PUNCAK KESESATANNYA

Menurut Erastus Sabdono, putra Allah yang bernama Lucifer diciptakan segambar dengan Allah dilengkapi dengan kehendak bebas untuk melayani Allah, tetapi memilih tidak taat dan memberontak melawan Allah. Namun Allah tidak memiliki bukti untuk menghukum Lucifer (Iblis) atas pemberontakan dan ketidaktaatannya itu. 

Karena itulah Allah menciptakan manusia (Adam) yang segambar denganNya yang juga dilengkapi dengan kehendak bebas untuk bisa menaati Allah dan tidak memberontak. Adam diciptakan dengan tujuan menjadi Corpus Delicti untuk membuktikan kesalahan Lucifer dengan cara menaati Allah. Adam harus membuktikan bahwa ia dengan kehendak bebas mampu menaati Allah. Tetapi karena Adam jatuh dalam ketidaktaatan kepada Allah dan gagal menjadi Corpus Delicti maka tugas tersebut menjadi tugas Putra Tunggal Allah (Yesus Kristus). 

Ketaatan dan kesetiaan Tuhan Yesus kepada Bapa harus dibuktikan sampai pada kematianNya sekaligus membuktikan bahwa Ia layak menjadi Corpus Delicti untuk membuktikan kesalahan Iblis. Hanya melaluiketaatanNya sampai mati di kayu salib Kristus dapat membuktikan bahwa Iblis bersalah dan dengan demikian hukuman atas Iblis dapat dijatuhkan oleh Allah Bapa. Tetapi kalau Yesus gagal menjadi Corpus Delicti karena ketidaktaatannya maka Lucifer tidak terbukti berbuat salah dan ia bisa bebas. 

Jika itu yang terjadi, maka artinya kemenangan bagi Lucifer dan kekalahan bagi Allah, bahkan lebih lagi, Lucifer bisa menjadi penguasa atas sebagian atau seluruh jagat raya, manusia dan Tuhan Yesus Kristus sendiri. Karena itulah, Yesus benar-benar harus taat sampai mati di kayu salib karena hanya dengan cara demikianlah kesalahan Iblis bisa dibuktikan. Dengan demikian tujuan kematian Kristus adalah untuk membuktikan kesalahan Iblis.

Kesesatan teori Corpus Delicti Erastus Sabdono ini mencapai puncaknya pada pernyataan Erastus Sabdono yang mengejutkan bahwa Lucifer (Iblis) adalah putra Allah, dimana Allah memiliki dua putra, yaitu Lucifer dan Yesus, Putra TunggalNya.[3]Sebagai tambahan, dari sekitar 15 buku yang ditulis Erastus Sabdono yang telah saya baca, hampir semua (termasuk Tritunggal, Kristologi, Soteriologi, Demonologi,dan Eskatologinya) memasukkan ajaran Corpus Delicti ini. 

Karena itulah saya menyimpulkan bahwa kelihatannya Erastus Sabdono membangun seluruh pandangan teologinya di atas pondasi teori Corpus Delicti. Atau dengan kata lain, bisa dikatakan bahwa Corpus Delicti adalah inti (core) sekaligus pusat (central) dalam teologi Erastus Sabdono. Salah satu penyataan teologis Erastus Sabdono yang menegaskan sentralitas corpus delicti dalam teologinya tertuang dalam buku yang berjudul Corpus Delicti: Hukum Kehidupan. Menurutnya, bahwa orang yang mengerti Corpus Delicti saja yang memiliki pandangan soteriologis (tentang keselamatan) yang utuh dan lengkap. Dengan kata lain, semua orang yang tidak memiliki pandangan Corpus Delicti seperti pandangannya pastilah memiliki pandangan soteriologis yang tidak utuh.[4]

Berikut ini bukti pernyataan Erastus Sabdono yang menyatakan bahwa Lucifer itu putra Allah. Di dalam bab XIII buku Kristologinya, Erastus Sabdono mengatakan, “Kematian Tuhan Yesus di kayu salib dalam ketaatan kepada Bapa di surge adalah kematian yang mengerikan bagi Lucifer. Karena dengan hal itu terbukti bersalah dan hukumannya dapat ditentukan. Ada semacam rule of the game dalam pergulatan antara Kerajaan terang dan kerajaan kegelapan. 

Kalau ada yang bisa melakukan kehendak Bapa dengan sempurna, berarti Lucifer kalah dan harus dihukum, tetapi kalau tidak ada, maka Lucifer beroleh kemenangan. Ia akan menguasai jagad raya atau sebagiannya, manusia dan Tuhan Yesus Kristus sendiri. Manusia, yang juga disebut sebagai Adam yang terakhir yang menjadi jagonya Allah Bapa, adalah Tuhan Yesus. Seandainya Tuhan Yesus gagal, maka tidak bisa dibayangkan betapa rusaknya jagad raya ini. 

Bisa jadi surga dan bumi dalam kekuasaan Lucifer. Ia akan menjadi Bintang Timur yang gilang gemilang, artinya menerima kekuasaan baik di surga dan di bumi (Wahyu 22:16). … Kalau Tuhan Yesus bisa dicegah atau dihindarkan dari kematian salib dalam ketaatanNya kepada Bapa di surga, maka itu berarti kemenangan bagi Lucifer, sehingga apa yang didam-idamkan oleh Iblis, yaitu tahta Tuhan dapat dicapainya. 

Dalam hal ini dapat disaksikan dua putra Allah yang berjuang untuk merebut kemenangan. Lucifer adalah putra Allah yang memberontak dan Tuhan Yesus Kristus Putra Tunggal yang berdiri di pihak Bapa untuk melakukan kehendakNya. Kalau Tuhan Yesus tidak taat kepada Bapa atau berarti kalah atau gagal, maka cita-cita Lucifer verkuasa menayamai Allah bisa tercapai. Inilah yang memang diingininya dan terus dan terus diupayakan oleh oknum jahat tersebut… Kalau Tuhan Yesus kalah, maka Iblis menjadi tuhan untuk kemuliaan dirinya sendiri. Untuk ini Tuhan Yesus harus menang untuk merebut Bintang Timur (Wahyu 22:16) dan menjadi Tuhan bagi kemuliaan Allah (Filipi 2:10-11). Dengan kesediaanNya sebagai korban dan tampil sebagai pemenang maka ia bisa menjadi Corpus Delicti guna merebut segala kuasa di surga dan di bumi (Matius 28:18-20).”[5]

TANGGAPAN SAYA ATAS PERNYATAAN ERASTUS SABDONO BAHWA LUCIFER ADALAH PUTRA ALLAH YANG DICIPTAKAN SEGAMBAR DENGAN ALLAH

Di atas telah disebutkan bahwa Erastus Sabdono telah membuat pernyataan yang mengejutkan bahwa Lucifer adalah putra Allah yang diciptakan segambar dengan Allah. Karena itu, pertanyaan yang muncul secara konstan sekaligus sebagai respon atas teori Corpus Delicti Erastus Sabdono tersebut di atas adalah “(1) Benarkah Lucifer diciptakan segambar dengan Allah? Dan (2) Benarkah Lucifer itu putra Allah?”

Jawaban Atas Pertanyaan “Benarkah Lucifer Diciptakan Segambar Dengan Allah?”

Jawaban atas pertanyaan “benarkah Lucifer diciptakan segambar dengan Allah?” tersebut dengan tegas “tidak!” Menurut Alkitab satu-satunya mahluk ciptaan yang segambar dengan Allah adalah manusia. Hal ini secara gamblang dijelaskan dalam Alkitab di Kejadian 1:26a, “Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita”. Tidak ada di bagian manapun dalam Alkitab yang menyatakan bahwa Lucifer diciptakan segambar dengan Allah. 

Kelihatannya pendapat Erastus Sabdono yang menyatakan bahwa Lucifer (Iblis) diciptakan segambar dengan Allah adalah sebuah kesalahan tafsir atas frase “gambar dari kesempurnaan engkau” dalam Yehezkiel 28:12 yang mengacu pada Lucifer. Berdasarkan frase dalam ayat itu Erastus Sabdono menyimpulkan karena Lucifer diciptakan segambar dengan Allah, maka ia bukanlah malaikat melainkan makluk roh yang khusus.[6] 

Tafsiran Erastus Sabdono atas teks tersebut tentu saja salah, karena kata gambar yang ditujukan kepada manusia dalam Kejadian 1:26 berbeda dengan kata gambar yang disebutkan dalam Yehezkiel 28:12. Kata “gambar” dalam frase “gambar dari kesempurnaan” yang disebutkan dalam Yehezkiel 28:12 (AITB, RSV), yang ditafsir sebagai merujuk kepada Iblis atau Setan oleh Erastus Sabdono berasal dari frase Ibrani “khôtém tokhníth”. Dimana kata “khôtém” tersebut berbeda artinya dari kata “tsélém” seperti yang dikenakan kepada manusia dalam kejadian 1:26. 

Kata “tsélém” atau “gambar” berarti gambar yang dihias, suatu bentuk dan figur yang representatif yaitu suatu gambar dalam pengertian yang konkret atau nyata. Artinya manusia bukanlah hanya diciptakan dalam gambar Allah, tetapi manusia itu adalah gambar Allah. Sedangkan kata gambar (“khôtém”) yang dipakai dalam Yehezkiel 28:12 menujuk kepada “penutup atau meterai” dan bukan gambar dalam pengertian “segambar”. 

Anton T. Peterson mengatakan bahwa dalam Teks Masoret frase “gambar dari kesempurnaan engkau” adalah “engkau yang memeteraikan, atau pemeterai (khôtém) jumlah, ukuran, simetri, yaitu “kesempurnaan” (tokhníth). Pemakaian ini tidak muncul ditempat lain dalam Perjanjian Lama, dan terjemahan versi-versi lainnya sangat beragam. 

Sebuah naskah, LXX, Siria, dan Vulgata berbunyi, “Engkaulah pemeterai (hôtam) jumlah, dan seterusnya, seperti dalam teks Masoret. Versi Siria dan Vulgata berbunyi, cincin meterai dari yang serupa (tabnít) dengan Allah. Terjemahan lain yang diajukan adalah “engkau bijak hingga sempurna (‘at hãkãm letaklít)”.[7] Dengan demikian, berdasarkan penjelasan tersebut di atas jelaslah bahwa Erastus Sabdono telah melakukan eisegeis (kesalahan eksegesis) ketika menyimpulkan bahwa frase “gambar dari kesempurnaan” dalam Yehezkiel 28:12 tersebut menunjukkan bahwa Lucifer segambar dengan Allah.

Jawaban Atas Pertanyaan “Benarkah Lucifer Diciptakan Segambar Dengan Allah?”

Lalu bagaimana dengan pendapat Erastus bahwa Lucifer adalah putra Allah? Pendapat tersebut jelas salah dan tidak dapat dipertahankan dari dari kajian teologi biblika. Pendapat tersebut tidak lebih dari sekedar tafsiran yang bersifat spekulasi dalam upayan mendukung teori Corpus Delictinya. Lucifer bukanlah putra Allah, melainkan malaikat kerub yang diciptakan untuk melayani Allah tetapi jatuh dalam pemberontakannya melawan Allah. 

Saya ingin menjelaskan bahwa ayat-ayat seperti Yehezkiel 28:12-18 dan Yesaya 14:12-14 ditafsirkan berdasarkan hukum reference ganda (the law of double reference),[8]yaitu satu teks nubuat yang membicarakan dua peristiwa yang berbeda dan terpisah jauh, dimana penggenapan yang satu terjadi dalam kala kini dan lampau. Secara normal dan literal, ketika disampaikan, teks dalam Yehezkiel tersebut berisi nubuatan tentang kejatuhan raja Tirus sedangkan teks dalam Yesaya menubuatkan tentang kejatuhan raja Babel. 


Namun gambaran yang dinarasikan dalam kedua teks tersebut jauh melampaui gambaran seorang manusia. Karena itu ayat ini juga dianggap menyingkapkan figur lain di masa lalu. Atau dengan kata lain, di dalam kedua ayat nubuatan ini Lucifer (Iblis) dipersonifikasikan di bawah figur raja Tirus dan raja Babel. 

Charles C. Ryrie menyatakan bahwa Lucifer termasuk dalam golongan malaikat-malaikat kerubim (Yehezkiel 28:14) dan rupanya dia adalah ciptaan yang tertinggi (Yehezkiel 28:12).[9] Sebagai tambahan, bahwa Iblis atau Setan termasuk malaikat golongan kerubim didukung oleh teks Masoret. Terjemahan AITB “Kuberikan tempatmu dekat kerub yang berjaga” dalam teks Masoret adalah “engkau (‘at) adalah kerub”.[10]Kata “Lucifer” ini berasal dari kata Ibrani “héylél” berarti “yang bersinar, pembawa terang, atau bintang timur” (Lihat, Yesaya 14:12).[11]

Dalam Septuaguinta kata “héylél” diterjemahkan dengan kata Yunani “heôsphoros”.[12]Paul Enns menjelaskan bahwa setelah kejatuhannya, malaikat kerub ini tidak pernah lagi disebut dengan sebutan yang terhormat itu.[13] Selanjutnya, jika Lucifer adalah putra Allah, maka bagaimana mungkin Yesus Kristus disebut sebagai Anak Tunggal Allah (Yohanes 1:14, 18; 3:18)? 

Secara logis, jika Lucifer adalah putra Allah maka Yesus jelas bukan Putra Tunggal Allah. Dan ini tidak mungkin karena Alkitab dengan tegas mengatakan bahwa Yesus adalah Putra Tunggal Allah. Perlu dimengerti bahwa istilah “Putra Tunggal” atau “Anak Tunggal” dalam Yohanes 1:14, 18; 3:16; 1 Yohanes 4:9 berasal dari kata Yunani “monogenes” yang menunjuk pada Yesus sebagai Anak Tunggal Allah yang “unik” atau “hanya satu-satunya dan tidak ada yang lain sejenis Dia”, atau “satu-satunya contoh dari kategorinya”. 

Istilah Anak Tunggal digunakan untuk menandai keunikan Yesus di atas semua keberadaan di dunia dan di surga, tetapi ini tidak menunjuk pada titik awal dalam waktu. Artinya jelas bahwa Anak Tunggal tidak berarti menjadi berada, tetapi mengekspresikan keunikan dari Pribadi itu. Kristus adalah unik sebagai satu-satunya Putra Allah, yang diutus oleh Bapa dari Surga.[14]

MIRIP DENGAN AJARAN MORMONISME

Sebagai tambahan perlu diketahui, ajaran Erastus Sabdono yang menyatakan bahwa Allah memiliki dua putra ini mirip dengan ajaran Mormonisme yang mengajarkan bahwa Yesus dan Setan itu bersaudara. Perhatikan penjelasan berikut ini : “Ajaran bahwa Yesus dan Setan adalah saudara rohani merupakan salah satu dari sekian banyak ajaran sesat Mormon (Latter Day Saints), dan juga Saksi Yehuwa dalam taraf tertentu. 

Kedua kelompok ini telah dikenali sebagai sekte atau bidat karena mereka menolak iman Kristen yang sejati. Meskipun mereka menggunakan istilah-istilah Kristen seperti Yesus, Allah dan keselamatan, mereka memiliki pandangan dan ajaran yang sesat terkait iman Kristen yang paling mendasar dan penting. (Harap dipahami kalau kebanyakan penganut Mormon pada saat ini akan dengan tegas menyangkal jika mereka meyakini Yesus dan Setan bersaudara. 

Namun, ajaran ini merupakan keyakinan dari para penganut Mormon mula-mula). Ajaran bahwa Yesus dan Setan adalah saudara rohani lahir dari kesalahpahaman dan pemelintiran Mormon terhadap isi Alkitab. Mereka memakai sumber lain yang mereka anggap sama otoritatifnya dengan Alkitab. 

Saudara tidak mungkin membaca Alkitab dengan menggunakan prinsip hermeneutika secara sembarangan dan kemudian menganggap Yesus dan Setan adalah saudara spiritual. Alkitab sangat jelas menyatakan bahwa Yesus sepenuhnya adalah Allah, bukan sejenis ilah yang lebih rendah, seperti yang diyakini Mormon atau bidat lainnya. Alkitab juga sangat jelas menyatakan bahwa Allah itu melampaui ciptaan-Nya. 

Berarti, Kristus Sang Pencipta dengan Setan makhluk ciptaan-Nya yang memberontak, sama sekali tidak bisa dibandingkan. Mormon percaya bahwa Yesus Kristus adalah anak rohani pertama yang lahir bagi Allah Bapa Surgawi dari salah satu istrinya. Mormon meyakini bahwa Allah memiliki banyak istri. Alih-alih mengakui Yesus sebagai Allah yang benar, mereka percaya bahwa Ia menjadi Allah, sama seperti mereka suatu hari nanti akan menjadi allah. Menurut doktrin Mormon, sebagai yang pertama dari anak-anak rohani Allah, Yesus memiliki keunggulan melebihi Setan atau Lucifer yang merupakan Anak Allah yang kedua dan saudara rohani Yesus.”[15]

PENUTUP

Teori Corpus Delicti yang dipelopori dan diajarkan Erastus Sabdono adalah salah. Pernyataannya bahwa Lucifer diciptakan segambar dengan Allah dan karena itu ia disebut putra Allah sangat kontradiktif dengan ajaran Alkitab yang sehat dan wajar. Ajaran tersebut justrus mirip dengan ajaran sesat Mormonisme. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa teori Corpus Delicti yang diajarkan Erastus Sabdono tidak dibangun di atas kajian teologi yang Alkitabiah dan sehat, tetapi tidak lebih dari sekedar spekulasi teologis belaka.
[1] Sabdono, Erastus. Corpus Delicti: Hukum Kehidupan(Jakarta: Penerbit Rehobot Literatur, 2016), 41-42.
[2] Vercuyl, J. Etika Kristen: Bagian Umum (Jakarta: Penerbit BPK Gunung Mulia, 2009), 88-89
[3] Sabdono, Erastus. Kristologi: Mengenal Pribadi Yesus(Jakarta: Penerbit Rehobot Literatur, 2016), 148.
[4] Sabdono, Corpus Delicti: Hukum Kehidupan, 3.
[5] Ibid, 147-149.
[6] Sabdono, Erastus, Raja Tirus dalam Taman Eden, dalam bulletin Truth Voice, hal. 27.
[7] Peterson Anton T, dalam Pfeiffer F. Charles & Everett F. Harrison., ed. 1962. The Wycliffe Bible Commentary Volume 3, Terj. (Malang: Penerbit Gandum Mas, 2008), 802-03.
[8] Pandensolang, Welly. Eskatologi Biblika (Yogyakarta : Penerbit Andi Offset, 2004), 6; Marantika, Crist. Eskatologi: Masa Depam Dunia Ditinjau Dari Sudut Pandang Alkitab. (Yogyakarta: Penerbit Iman Press, 2007), 14
[9] Ryrie, Charles C. Teologi Dasar 1, terj. Ratri Kumudawati (Yogyakarta: Penerbit Andi Offset, 1991), 183.
[10]Peterson, Anton T, Yehezkiel dan Daniel, dalam The Wycliffe Bible Commentary Volume 3, 803.
[11] Douglas, J.D (ed). Ensiklopedia Alkitab Masa Kini,Jilid 1 & 2, terj (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1996), 196. Lihat juga: Achenbach, Reinhard. Kamus Ibrani-Indonesia Perjanjian Lama, terj. Jakarta: Penerbit Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2012.
[12] Archer, Gleason, L. Encyclopedia Of Bible Difficulties, terj (Malang: Penebit Gandum Mas, 2009), 454-457.
[13] Enns, Paul. The Moody Handbook of Theology jilid 1, terj. Rahmiati Tanudjaya (Malang: Penerbit Literatur SAAT, 2004), 362.
[14] Ibid. 219-20.
[15] https://www.gotquestions.org/Indonesia/Yesus-Setan-bersaudara.html (Diakses 8 Agustus 2019).BENARKAH LUCIFER ITU PUTRA ALLAH YANG DICIPTAKAN SEGAMBAR DENGAN ALLAH?. https://teologiareformed.blogspot.com/
Next Post Previous Post