PEMBAHASAN AJARAN PDT. ERASTUS SABDONO: CORPUS DELICTI
PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
Pendahuluan.
https://www.youtube.com/watch?v=QxwDki3pN6U&feature=youtu.be
Dalam video di Youtube ini ES sendiri menyuruh para pendengarnya untuk menguji segala sesuatu, 1Tesalonika 5:21. Jadi, semua pendeta / pengkhotbah / Hamba Tuhan harus diuji, termasuk dia sendiri.
Catatan: ES = Pdt. Erastus Sabdono.
1Tesalonika 5:21 - “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”.
Pendahuluan.
https://www.youtube.com/watch?v=QxwDki3pN6U&feature=youtu.be
Dalam video di Youtube ini ES sendiri menyuruh para pendengarnya untuk menguji segala sesuatu, 1Tesalonika 5:21. Jadi, semua pendeta / pengkhotbah / Hamba Tuhan harus diuji, termasuk dia sendiri.
Catatan: ES = Pdt. Erastus Sabdono.
1Tesalonika 5:21 - “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”.
gadget, otomotif, bisnis |
Ini sedikit transkrip dari khotbah itu:
===============================================
Menit 3.53 - Jadi kalau saudara menilai seseorang itu bukan berarti menghakimi. Sudah banyak orang Kristen yang bodoh dan salah kaprah dalam memahami hal ini. Tidak bisa membedakan antara menghakimi dan membedakan roh. Kalau membedakan roh berarti kita menilai apakah fenoma yang dia tangkap itu benar atau salah. Tanpa mengeksekusi atau memberikan hukuman atau punishment. Tetapi yang namanya menghakimi itu menilai salah atau benar lalu tok tok tok (suara ES memukul mimbar seperti Hakim pukulkan palu pada waktu beri vonis.) mengeksekusi memberikan hukuman. Kalau tidak kita hanya diam saja itu tidak menghakimi.
Justru kita harus menilai, justru kita harus sungguh-sungguh membedakan roh. Kita harus sungguh-sungguh menguji segala sesuatu. Nah, iblis merusak pikiran banyak orang dengan intimidasi itu: jangan menghakimi pendeta lho. Pendeta itu manusia. Kalau Yudas hari ini hidup dia jadi pendeta.
Benar saudaraku. Kalau tidak menilai, tidak menguji, kita bisa sesat. Maka saya katakan kepada saudara, uji, nilai, TERMASUK SAYA. Saudara uji, saudara nilai. SAYA MEMBUKA DIRI UNTUK DINILAI. Kalau saudara memandang bahwa yang berdiri di mimbar, di belakang mimbar itu, seorang jurubicara Tuhan, benar-benar memberkati, merubah cara berpikir saudara, merubah gaya hidup saudara, teruskan mendengarkan dia.
Tetapi kalau saudara merasa, menilai yang saudara dengar itu tidak merubah hidup saudara, tidak merubah cara berpikir saudara, saudara berhenti mendengarkan kotbah pendeta itu dan tinggalkan gerejanya. Fair. Cengli saudara.
Bapak ibu harus mengerti hal ini. Harus hati-hati saudaraku. Orang yang tidak mempersoalkan dengan serius hal ini menunjukkan bahwa ia tidak sungguh-sungguh mencari Tuhan guna menemukan kebenarannya. Harus anda persoalkan. Anda boleh menilai saya. Tapi toloong .. minta hikmat Tuhan, jangan mendengar orang bicara apa, saudara percayai.
Lalu saudara yakin ini benar, saudara jahat. Saudara jahat. Orang-orang seperti itu biasanya jahat. Menilai orang lain dari apa yang dia dengar dari orang itu. Itu salah.
Persoalkan dengan Tuhan. Buktikan.
Nah, sekarang saya tidak bermaksud membela diri atau mau mengatakan saya paling benar, tidak. Kita akan mati dan semua kita menghadap pengadilan Tuhan.
Tidak ada yang tersembunyi, semua telanjang nanti. Lho kok berani-beraninya kita menyembunyikan dosa, lalu kita tampil seakan-akan orang yang tidak punya dosa. Kan konyol saudara.
Nah kalau saudara punya nurani yang baik mendengar orang berbicara saudara bisa menilai orang ini kira-kira benar atau tidak.
Sekali dua kali tidak tahu, belum tahu. Tiga empat lima kali MESTI tahu. Apalagi kalau sudah belasan puluhan ratusan kali, saudara masih curiga padahal orang itu benar pasti saudara ini jahat. Jahat pasti. Nuraninya pasti busuk dan bengkok. Kita buktikan nanti di kekekalan. Kita lihat saja. Tapi kita jangan melawan orang-orang begitu. No need ga dibutuhkan. We shouldn't do this. Kita ndak perlu lakukan itu.
Saya mengajak saudara mempersoalkan siapa orang yang menurut saudara dari pimpinan Roh Kudus ya, juru bicara Tuhan.
Minta pimpinan Tuhan gereja mana yang menurut saudara-saudara dealer resmi yang menjual barang asli ibarat sebuah barang itu distributor yang asli, yang resmi.
Banyak barang palsu saudara. Saya dengan tulus ini mengajak saudara memperkarakan hal ini. Jangan saudara merasa saya menghakimi ini. O itu salah. Anda terintimidasi. Saudara harus menilai semua pendeta. Menguji semua roh, tanpa bermaksud mengeksekusi. Artinya menghukum. Kita tidak menghukum. Saya menganjurkan semua orang Kristen harus menilai, menguji, mempertimbangkan.
Saya juga memberi diri untuk dinilai, tapi ingat, jangan menilai seseorang dari apa yang saudara dengar dari orang lain. You denger langsung orang itu. Atau kalau saudara tidak bisa mendengar langsung dari orang itu, saudara tanya Roh Kudus. Tanya Tuhan, jangan membuat kesimpulan sembarangan.
Kita harus menguji setiap roh. Roh di sini menunjuk kepada spirit atau gairah.
Ini jangan dilupakan ya, dibawa pulang ya. Uji semua pendeta. Uji semua gereja, pertimbangkan semua pendeta. Pertimbangkan semua gereja.
Membedakan roh bukan menghakimi. Ini penting. Saudara memakai barang palsu tidak menjadi masalah. Tetapi kalau minum obat palsu jadi masalah. Bisa sakit sampai mati. Ini firman, yang masuk pikiran. Wah, saudara bisa binasa saudara. Asli bisa binasa.
Kalau seorang Hamba Tuhan, pendeta, pembicara, harus diikuti terus perkataannya. Apakah dia mengalami progresif atau tambah turun, itu sudah menjadi indikasi kok ini bener nggak orang ini.
Tambah fanatik mencintai Tuhan tidak. Udah cukup jadi indikasi walaupun kita tidak bergaul dengan dia tiap hari.
Roh Kudus pasti bicara bahkan kadang-kadang saudara tidak kenal orangnya, orang baru crita saja. O saya punya saudara begini-begini, itu Roh bisa bicara: bohong, saudara dia itu begini. Langsung kok. Bisa. Itu bisa. Tidak selalu. Apalagi kalau langsung ketemu orangnya, langsung mendengar suaranya. Wah. Harus tahu. Kalau sampai tidak, wuah ini orang pasti bengkok dan tidak bisa dipercayai. Tidak bisa dipercayai.
Saudara jangan sampai menjadi orang yang tidak bisa dipercayai. Gampang curiga, gampang menilai, hanya karena kata orang, saudara jahat. Ingat kata-kata ini: sebagai pelayan Tuhan dan saya boleh mengaku juru bicara Tuhan, kita selesaikan nanti di pengadilan Tuhan, benarkah yang saya ucapkan. Miliki kepekaan dengan Roh Kudus untuk menilai orang. Semua harus dinilai, saya setuju, tapi Roh Kudus yang harus memimpin kita.
===============================================
Saya tambahkan ayat-ayatnya:
1Tesalonika 5:20-21 - “(20) dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat. (21) Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”.
1Yohanes 4:1 - “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia.”.
Menurut saya, kata ‘roh’ dalam 1Yoh 4:1 itu menunjuk kepada ‘PENGAJAR FIRMAN’! Tafsiran ini akan membuat bagian awal dari 1Yohanes 4:1 sesuai dengan bagian akhirnya, yang membicarakan banyak nabi-nabi palsu.
Ada beberapa hal yang ingin saya persoalkan:
1) Karena ES sendiri mengajar / menyuruh pendengarnya untuk menguji setiap pendeta / Hamba Tuhan, termasuk dia (ES) sendiri, maka seharusnya semua jemaat / pendukung ES harus mengijinkan pendeta-pendeta lain untuk menguji ES, bukan? Gak boleh sewot, marah, bukan? Apalagi sampai main gugat di pengadilan segala macam. Kalau jemaat / pendukung ES marah pada waktu ES diuji, berarti mereka marah kepada orang yang mau menuruti ajaran ES. Ini kan jadi lucu, bukan? Dalam mengadakan seminar ini, saya mengajak saudara semua untuk menguji ES, apakah memang dia ‘dealer resmi’ dari Tuhan!
Tadi di face book ada orang lihat pengumuman kita tentang seminar ini yang dishare oleh seseorang, dan lalu beri komen: “M. Div. kok kritik Doktor?”.
Kok lagi M. Div.??? Jemaat biasa saja harus periksa setiap khotbah dari pengkhotbah / pendeta dan sebagainya. Yang diberi kata-kata oleh Paulus dan Yohanes di atas itu jemaat biasa! Mereka disuruh menguji ajaran dari pengkhotbah!
Sekarang perhatikan ayat ini:
Kisah Para Rasul 17:11 - “Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik (lebih mulia) hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.”.
Orang-orang Yahudi di Berea (ini orang Yahudi awam!) menyelidiki Kitab Suci untuk mengecek khotbah dari rasul Paulus, dan karena itu mereka disebut sebagai lebih mulia!!!
Karena itu saya abaikan saja komen model seperti itu, dan saya tetap akan bahas ajaran ES.
2) Saya tidak terlalu jelas apa yang ES maksudkan kita boleh / harus menguji, tetapi tak boleh mengeksekusi / menghukum. Apakah maksudnya kita tidak boleh menghakimi pendeta dengan kata-kata ‘sesat’, ‘nabi palsu’ dsb?? Kalau ini memang maksudnya, maka ada beberapa hal yang ingin saya berikan sebagai jawaban:
a) Saya sendiri, membedakan kata ‘salah’ dan ‘sesat’. Definisi saya tentang kata ‘sesat’ adalah ‘berbeda secara dasari dengan ajaran saya / ajaran yang benar’. Kalau perbedaannya bukan perbedaan dasar, saya hanya menyebut sebagai ‘salah’. Jadi, sebetulnya kata ‘sesat’ ini BUKAN PENGHINAAN. Kalau pendeta itu beda secara dasari dengan saya, itu pasti berlaku timbal balik. Dan itu berarti, kalau saya menganggap dia sesat, maka dia juga seharusnya menganggap saya sesat. Saya tak akan merasa terhina kalau ada orang yang saya anggap sesat, menganggap saya sebagai sesat. Itu sudah seharusnya. Istilah ‘nabi palsu’ sama saja.
b) Yesus sendiri menggunakan kata ‘sesat’ ini terhadap orang-orang Saduki.
Matius 22:29 - “Yesus menjawab mereka: ‘KAMU SESAT, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah!”.
Ini hanya salah satu contoh. Kalau saudara cari di konkordansi, maka saudara akan melihat Alkitab / rasul-rasul / Yesus sering menggunakan kata ini.
Matius 17:17 - “Maka kata Yesus: ‘Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang SESAT, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!’”.
Markus 12:27 - “Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup. Kamu benar-benar SESAT!’”.
Lukas 9:41 - “Maka kata Yesus: ‘Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang SESAT, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu dan sabar terhadap kamu? Bawa anakmu itu kemari!’”.
Filipi 2:15 - “supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang SESAT ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia,”.
Titus 3:11 - “Engkau tahu bahwa orang yang semacam itu benar-benar SESAT dan dengan dosanya menghukum dirinya sendiri.”.
2Petrus 2:1 - “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran SESAT yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka.”.
Berani mengatakan mereka, khususnya Yesus, sebagai salah??? Yang berani, adalah orang SESAT!!
c) ES sendiri menyebut ajaran Calvinisme (sekalipun ia tak sebut ‘Calvinisme’ itu) tentang predestinasi (penentuan selamat / binasa) sebagai ‘salah’ (sekitar menit ke 8) dan orang-orang ‘Hyper grace’ sebagai ‘sesat’!!! (sekitar menit 28.30).
(khotbah ES dalam https://www.youtube.com/watch?v=fCWTojyJhAE&app=desktop).
3) ES mengatakan bahwa kalau mau menilai orang, kita tanya Roh Kudus, dan Roh Kudus bisa jawab langsung. Saya percaya Roh Kudus bisa jawab langsung kalau Dia mau, dan mungkin kadang-kadang Dia mau. Tetapi Dia mengilhami para penulis Alkitab untuk menuliskan firman Tuhan itu untuk apa? Mari kita lihat apa fungsi dari Alkitab.
2Timotius 3:16 - “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, UNTUK MENYATAKAN KESALAHAN, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.”.
Bagian awal ayat ini salah terjemahan.
NASB: ‘All Scripture is inspired by God’ [= Seluruh Kitab Suci diilhamkan oleh Allah].
Jadi, ayat ini menunjukkan bahwa salah satu manfaat / fungsi Kitab Suci / Alkitab adalah ‘untuk menyatakan kesalahan’. Jadi, kalau saya mau menilai seorang pendeta, selain mendengar khotbah / membaca tulisannya, dan berdoa minta pimpinan Tuhan, saya juga membandingkan ajaran pendeta itu dengan Alkitab!!! Kita tidak bisa secara malas, hanya berdoa minta Roh Kudus tunjukkan, tetapi kita tidak mau belajar Alkitab! Firman Tuhan itu pedang Roh! Itu senjata yang Tuhan berikan kepada kita!
Efesus 6:13-17 - “(13) Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. (14) Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkankeadilan, (15) kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; (16) dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, (17) dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah,”.
Pada waktu dicobai di padang gurun, 3 x pencobaan Iblis oleh Yesus selalu dijawab dengan firman Tuhan!! Tetapi bagaimana kita bisa menggunakan firman Tuhan untuk menghadapi serangan setan, kalau kita tak pernah, atau tak dengan sungguh-sungguh, belajar firman Tuhan itu??
Calvin (tentang Matius 4:4): “Those who voluntarily throw away that armour, and do not laboriously exercise themselves in the school of God, deserve to be strangled, at every instant, by Satan, into whose hands they give themselves up unarmed.” [= Mereka yang secara sukarela membuang senjata itu, dan tidak melatih diri mereka sendiri dengan susah payah dalam sekolah Allah, layak dijerat, pada setiap saat, oleh Iblis, kedalam tangan siapa mereka menyerahkan diri mereka sendiri tanpa senjata.] - hal 214.
4) Ada satu hal yang menarik dari kata-kata ES dalam khotbah di atas ini. Saya kutip ulang katanya: “Nah kalau saudara punya nurani yang baik mendengar orang berbicara saudara bisa menilai orang ini kira-kira benar atau tidak. Sekali dua kali tidak tahu, belum tahu. Tiga empat lima kali MESTI tahu.”.
Tetapi saya lalu merasakan ada keanehan pada waktu saya mendengar video Youtube ini:
https://www.youtube.com/watch?v=6K6C-eyAH68&feature=youtu.be
Mulai menit 4 sampai selesai (5.20) - ES berkata kurang lebih demikian:
“bacalah 70 lebih buku saya baru beri penilaian. ... bacalah buku-buku ini baru fair utk beri bantahan.”
Dengan membandingkan kedua ucapan ES di dua video Youtube ini sebetulnya saya sedang menguji ES.
Kata-katanya yang benar yang mana? Karena kedua kata-kata itu saling bertentangan, dan saya beranggapan 2 hal yang bertentangan / kontradiksi, paling banyak hanya satu yang bisa benar.
Di atas ia berkata kalau dengar orang itu “Sekali dua kali tidak tahu, belum tahu. Tiga empat lima kali MESTI tahu.”.
Tetapi di bawah, ES berkata dia menulis lebih dari 70 buku, dan kalau orang mau menilai dia / membantah dia, harus baca 70 lebih buku-bukunya, baru fair.
Kata-kata yang terakhir ini kelihatannya dipegang oleh banyak jemaat / pendukung ES, karena dalam debat / diskusi di face book, saya juga melihat kata-kata itu muncul. Pada waktu ada orang menyerang ajaran ES, mereka tanya, sudah baca semua buku ES atau nggak?
Yang benar yang mana?
Kalau saya harus menilai kedua kata-kata ES ini, saya menganggap keduanya tidak benar atau setidaknya belum tentu benar.
Untuk kata-kata pertama, itu bisa benar, karena memang mendengar seorang pendeta berkhotbah beberapa kali bisa / memungkinkan kita untuk tahu orang itu benar atau sesat. Tetapi tidak ‘MESTI’ tahu! Karena, misalnya pendeta itu diundang untuk berkhotbah dengan topik yang bukan termasuk dalam hal dimana dia sesat, kita tidak akan mendengar kesesatannya. Juga kalau pendeta itu ‘seekor bunglon’, yang selalu menyesuaikan ajarannya dengan tempat dimana ia berkhotbah, maka kita mendengar dia berkhotbah 100 x pun kita bisa tak tahu kalau dia sesat.
Bagaimana dengan kata-kata ES yang kedua? Ini saya anggap sangat tidak masuk akal. Harus membaca 70 lebih buku-bukunya baru bisa menilai secara fair???
Saya beri contoh-contoh sebagai ilustrasi supaya saudara bisa melihat betapa tidak masuk akalnya kata-kata ES di sini:
a) Kalau saya beli makanan di sebuah restoran dan tahu-tahu saya mendapati bahwa makanan itu ada kecoaknya, apakah saya harus beli dan makan dulu semua jenis masakan yang ada di restoran itu baru boleh menilai restoran itu sebagai ‘jorok’??
b) Kalau saya pesan barang online, saya bayar, barang tak dikirim, apakah saya harus pesan / beli semua jenis barang yang ada di toko itu, baru boleh menilai secara fair bahwa toko itu tidak bisa dipercaya???
c) Kalau ada seorang pendeta yang dalam khotbahnya mengajak jemaat untuk menyembah berhala, atau mengatakan bahwa Yesus itu setan, haruskah kita baca semua buku yang dia tulis, mendengar semua khotbah yang pernah dia khotbahkan, baru secara fair bisa menilai pendeta itu sesat atau tidak???
Mari kita membandingkan dengan:
Ulangan 13:1-5 - “(1) Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat, (2) dan apabila tanda atau mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya, (3) maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab TUHAN, Allahmu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu. (4) TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintah-Nya, suara-Nya harus kamu dengarkan, kepada-Nya harus kamu berbakti dan berpaut. (5) Nabi atau pemimpi itu haruslah dihukum mati, karena ia telah mengajak murtad terhadap TUHAN, Allahmu, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir dan yang menebus engkau dari rumah perbudakan--dengan maksud untuk menyesatkan engkau dari jalan yang diperintahkan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dijalani. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu.”.
Ulangan 18:20-22 - “(20) Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi nama-Ku perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama allah lain, nabi itu harus mati. (21) Jika sekiranya kamu berkata dalam hatimu: Bagaimanakah kami mengetahui perkataan yang tidak difirmankan TUHAN? -- (22) apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN; dengan terlalu berani nabi itu telah mengatakannya, maka janganlah gentar kepadanya.’”.
Dalam kedua kasus di atas, Tuhan tidak menyuruh untuk membaca dulu semua tulisan nabi palsu itu, atau mendengar dulu semua khotbahnya, tetapi langsung memvonisnya!
Dari sini sebetulnya kita sudah menguji ES. Simpulkan sendiri kata-kata ES sesuai dengan Alkitab atau tidak.
I) Corpus Delicti.
Corpus Delicti ini jelas merupakan istilah asing. Mengapa ES menggunakan bahasa asing? Bahasa Latin laginya! ES juga sangat banyak menggunakan bahasa Ibrani dan bahasa Yunani dalam khotbah-khotbahnya. Apakah ES memang pintar bahasa Latin, bahasa Ibrani, dan bahasa Yunani???
Perhatikan video Youtube yang terakhir tadi: https://www.youtube.com/watch?v=6K6C-eyAH68&feature=youtu.be
Dalam Menit 4-5: ES mengatakan bahwa sebagai rektor ia harus menguasai bahasa asli Alkitab dan karena itu ia susun buku-buku ini.
Tanggapan saya:
1) Apa hubungannya menguasai bahasa asli dengan susun buku?? Memang dengan tulis buku-buku lalu bisa maju dalam pengertian bahasa asli Alkitab???
2) Tetapi, yang terutama, apakah ES memang menguasai bahasa asli Alkitab?
Saya menemukan pengakuan-pengakuan ES sendiri yang saling bertentangan dalam hal penguasaannya tentang bahasa asli Alkitab.
a) Dalam khotbah yang tadi, menit ke 4-5, ES mengaku menguasai bahasa asli Alkitab.
Juga dalam khotbahnya tentang Allah Tritunggal ia mengakui ia menguasai bahasa-bahasa asli Alkitab ini.
(https://www.youtube.com/watch?v=kSiLZreRtjM&app=desktop).
Lihat Menit ke 8:30-9:15 (Yunani), dan menit 23:45-24:00 (Ibrani).
b) Dalam khotbahnya ‘Iman datang dari pendengaran’ ia mengakui ia bukannya pinter tetapi ia hanya menyampaikan apa yang ada dalam dictionary.
(https://www.youtube.com/watch?v=yXNA0n9tLFg&feature=youtu.be)
Lihat menit ke 1:30-2:30.
Saya bingung, mana yang benar dari kata-katanya ini.
Jadi, saya mencoba untuk memeriksa lebih jauh dari khotbah-khotbah ES di Youtube bagaimana penguasaan ES tentang bahasa-bahasa tersebut.
Sebelum saya memeriksa / menilai ES dalam hal bahasa, saya ingin tegaskan bahwa saya sendiri tak pernah mengclaim diri saya sebagai ahli bahasa asli, karena memang tidak demikian. Saya tahu kalau mau menguasai bahasa asli, dan juga menguasai theologia dan exposisi, orangnya harus betul-betul kutu buku yang bisa belajar pagi sampai malam, dan juga ingatannya sangat kuat. Kalau tidak, dan orang itu memaksakan diri belajar bahasa asli, maka ia akan berakhir dengan hanya tahu bahasa asli, dan tidak tahu apa-apa tentang theologia maupun exposisi. Saya tahu saya tidak memenuhi syarat untuk bisa menjadi orang yang menguasai semua. Karena itu saya memang tidak berusaha untuk menguasai bahasa asli Alkitab. Kalau saya menggunakan bahasa asli dalam khotbah, itu saya dapatkan dari buku-buku tafsiran / theologia, dan juga dari Bible Works, dan kamus dan sebagainya.
Sekarang mari kita memeriksa penguasaan ES tentang bahasa-bahasa tersebut di atas.
1. Penguasaan ES tentang bahasa Latin.
Bahwa dalam banyak video khotbah ES di Youtube diawali dengan tulisan SolaGracia, menurut saya sudah menunjukkan ES tidak tahu bahasa Latin. Karena bahasa Latinnya seharusnya adalah SOLA GRATIA [= grace alone {= hanya kasih karunia}], dan bukannya SOLA GRACIA (GRACIA adalah kata bahasa Spanyol).
Juga dalam salah satu khotbahnya ES menggunakan kata ‘indulgencia’.
(Menit ke 15 dari khotbahnya dalam https://www.youtube.com/watch?v=fCWTojyJhAE&app=desktop).
Kalau dia mau gunakan kata bahasa Latin, maka seharusnya INDULGENTIA.
Sebagai informasi, dalam bahasa Latin, huruf ‘t’ dibaca sebagai ‘t’, jadi beda dengan Inggris. Contoh lain: COMMUNICATIO IDIOMATUM dalam dunia Kristologi.
Ini saya tahu bukan karena saya bisa bahasa Latin, tetapi saya tahu dari dosen saya yang memang pintar bahasa Latin.
2. Penguasaan ES tentang bahasa Ibrani.
a. Dalam khotbahnya tentang neraka, ES mengatakan kata Yunani GEHENNA berasal dari bahasa Ibrani GE HINNOM, yang ia artikan sebagai ‘meratap’. Ini kan jadi kata kerja. Padahal kata Ibrani GE itu kata benda, yang artinya ‘valley’ [= lembah], dan kata Hinnom, juga adalah kata benda, dan itu adalah nama orang, dan artinya adalah ‘erangan / rintihan’ (Albert Barnes tentang Yos 15:8), atau ‘ratapan’ (Bible Works).
b. Juga dalam khotbahnya tentang surga, ES mengatakan bahwa kata ‘surga’ dalam bahasa Ibrani adalah SAMAYIM (ini dituliskan oleh ES), dan ES lalu mengatakan bahwa ini adalah kata bentuk jamak, sedangkan bentuk tunggalnya adalah SAMAY. Ada dua hal yang perlu diketahui tentang hal ini:
(1)Kata ‘surga’ dalam bahasa Ibrani seharusnya adalah SHAMAYIM. Jadi huruf pertama adalah Sheen (שׁ ), dan bukan Seen (שׂ ). Jadi, apakah ES tidak bisa membedakan antara huruf Ibrani Sheen (שׁ ) dan Seen ( שׂ )?
(2)Kata SHAMAYIM memang adalah kata benda bentuk jamak, tetapi kata ini, sama seperti kata-kata MAYIM [= water / air], PANIM [= face / wajah], SELALU ADA DALAM BENTUK JAMAK, DAN TIDAK MEMPUNYAI BENTUK TUNGGAL!!! - Menahem Mansoor, ‘Biblical Hebrew Step By Step’, Volume 2, hal 6 (Libronix).
Lihat juga: http://www.stateofformation.org/2015/05/but-not-in-number-one-and-many-in-hebrew-grammar/
3. Penguasaan ES tentang bahasa Yunani.
Saya melihat / mendengar beberapa kali ES membaca kata-kata dalam bahasa Yunani, dan pembacaannya salah. Dalam bahasa Yunani huruf OU seharusnya dibaca U (seperti ‘oo’ dalam kata bahasa Inggris ‘food’) - Gresham Machen, ‘New Testament Greek For Beginners’, hal 11.
Tetapi ES membaca OU, seperti pada waktu ia mengucapkan kata OURANOS [= surga].
Baik tentang SAMAYIM maupun OURANOS, ada dalam khotbah ES tentang surga (https://www.youtube.com/watch?v=GZozTf30eb4&feature=youtu.be) menit ke 6-7.
Sebetulnya ada hal lain tentang bahasa Yunani, tetapi itu akan saya bahas belakangan.
Dari beberapa point di atas saudara bisa menyimpulkan sendiri bagaimana ES dalam penguasaan bahasa asli, dan juga bahasa Latin.
3) Andaikata ES memang menguasai bahasa asli, itu sama sekali tidak menjamin kalau ajarannya benar.
Seandainya orang yang menguasai bahasa asli pengertiannya, imannya dan ajarannya pasti benar, maka pasti orang-orang Yahudi pada jaman Yesus semua jadi kristen yang baik. Mereka jelas menguasai bahasa Yunani (karena ada dalam penjajahan Romawi, dan ini bahasa sehari-hari mereka), dan juga bahasa Aram (yang merupakan bahasa sehari-hari untuk orang-orang Yahudi). Sedangkan bahasa Ibrani, sekalipun jarang digunakan pada saat itu, tetapi saya yakin tokoh-tokoh agama Yahudi menguasai bahasa itu. Jadi, bagaimana dengan pengertian, iman, ajaran mereka? Mereka hampir semua SESAT, dan mereka menyalibkan Yesus!!!
Ini merupakan sesuatu yang harus dicamkan semua orang Kristen. Ada banyak pendeta yang ingin dianggap hebat dalam bahasa asli. TANPA ADA GUNANYA mereka masukkan banyak kata-kata bahasa asli (Ibrani / Yunani) ke dalam khotbah. Dan sering ngawur, atau lebih buruk lagi, mereka menggunakan untuk menipu, sehingga mendukung ajaran mereka yang salah. Jadi, jangan terpesona dengan penggunaan bahasa asli. Pendeta-pendeta, yang TANPA ADA GUNANYA menggunakan bahasa asli, menurut saya, hanya mau pamer, dan ingin dianggap hebat oleh jemaat / pendengar. INI JELAS MERUPAKAN MOTIVASI YANG BURUK DALAM PELAYANAN!!
Memang, karena ini urusan motivasi, itu tak bisa dibuktikan, dan karena itu dalam hal ini saya tak berani menuduh siapapun (termasuk ES), sekalipun saya yakin pendeta-pendeta seperti itu banyak.
Corpus Delicti (2)
Dari link resmi: https://www.youtube.com/watch?v=rRfUWaQRUUw&feature=youtu.be
MENEMUKAN KEKRISTENAN YANG HILANG 5 Menjadi Corpus Delicti (By Dr. Erastus Sabdono)
Sebenarnya Betapa Hebat makhluk yang disebut manusia itu. Kehebatannya bukan hanya terletak pada kemampuannya berpikir menciptakan teknologi dan seni budaya, tetapi manusia adalah satu-satunya makhluk di bumi yang diciptakan dengan kemampuan dapat menghormati Tuhan dengan sengaja dan sadar. Menghormati Tuhan artinya melakukan segala sesuatu sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan serta rencana-Nya. Inilah ketaatan yang benar.
Hukum
Allah kita memiliki hukum dalam diri-Nya yang juga merupakan hakekat-Nya yang permanen. Di sini yang dimaksud dengan hukum bukan hanya bertalian dengan peraturan atau syariat, tetapi juga tatanan dan kodrat. Memang hukum tidak selalu berkaitan dengan peraturan. Hukum alam (Latin: lex naturalis) adalah sistem tatanan yang berlaku secara universal sebagai kodrat alami. Ini misalnya mencakup hukum Archimedes, hukum gravitasi universal Newton, dan sebagainya. Hukum yang ada pada Allah lebih mirip dengan sistem tatanan alam tersebut daripada peraturan. Seluruh tindakan Allah selalu berdasarkan hukum yang ada pada-Nya.
Dengan memahami bahwa di dalam diri Allah ada tatanan atau kodrat yang mendasari semua tindakan-Nya maka orang percaya akan menemukan jawaban mengapa Allah menciptakan manusia, mengapa harus ada dua pohon di tengah taman Eden, mengapa Tuhan Yesus harus mati, mengapa Ia kemudian bangkit, dan sebagainya. Hal ini akan membuka pengertian orang percaya terhadap kebenaran Alkitab yang menakjubkan dan membuktikan bahwa Kekristenan memuat kebenaran Allah yang tidak tertandingi.
Allah kita Allah yang tertib (2 Timotius. 1:7). Ia memiliki tatanan di dalam diri-Nya, dan Ia juga konsisten dengan apa yang telah ditetapkannya sebagai aturan tersebut. Ia tidak akan pernah bertindak secara sembarangan tanpa tatanan. Di dalam diri-Nya ada tatanan dan Allah bertindak berdasarkan tatanan-Nya yang tentu saja mengekspresikan kebijakan-kebijakan dari kecerdasan-Nya yang tiada batas.
Pelanggaran Iblis
Iblis itu dahulu dikenal sebagai Lucifer, yang kemudian memberontak terhadap Allah.
==========Saya potong dulu kata-kata ES di sini===========
Tanggapan Budi Asali:
Apa yang akan saya bahas di sini, adalah apakah Lucifer memang merupakan nama dari komandan setan / Iblis, atau bukan. Bahwa Lucifer merupakan nama Iblis memang bukan pandangan khas dari ES, tetapi bahkan merupakan pandangan dari mayoritas pendeta / orang Kristen. Juga banyak bapa-bapa gereja, penafsir-penafsir, ahli-ahli theologia yang mempercayai hal ini! Tetapi ingat, bahwa benar atau salah bukan urusan demokrasi (yang banyak yang menang)!
Hal ini juga bukan hal yang terlalu besar (sekalipun ES anggap ini sangat penting), karena hanya mempersoalkan nama dari Iblis, dan ayat yang menunjukkan atau tak menunjukkan kejatuhan dari Iblis. Jadi, dalam pandangan saya, orang yang salah dalam hal ini bukan orang sesat. Hanya salah.
Lalu mengapa saya membahas hal ini? Karena hal ini saya lihat muncul dalam banyak tulisan dan khotbah-khotbah ES. Jadi, kalau saya bisa menunjukkan kesalahan ES dalam hal ini, itu akan mempengaruhi kebenaran atau ketidak-benaran dari banyak tulisan-tulisan dan khotbah-khotbahnya. Juga karena saya melihat bahwa ES menganggap penting hal ini (dalam hubungannya dengan Corpus Delicti), sekalipun saya sendiri tidak bisa, atau belum bisa, melihat apa pentingnya hal ini bagi ajaran ES.
Saya berpendapat bahwa ‘Lucifer’ bukan nama dari komandan setan / Iblis. Kata Lucifer, hanya muncul 1 x dalam Alkitab, yaitu dalam Yes 14:12, dan itu hanya dalam versi-versi tertentu seperti KJV dan NKJV [dan tentu saja dalam Alkitab bahasa Latin (Latin Vulgate)], karena kata Lucifer itu merupakan kata bahasa Latin.
Yesaya 14:12 - “Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!”.
KJV/NKJV: ‘O Lucifer’.
RSV: ‘O Day Star’.
NIV: ‘O morning star’.
NASB: ‘O star of the morning’.
ASV: ‘O day-star’.
Lucifer adalah kata bahasa Latin yang sebetulnya berarti light bearer [= pembawa terang]. Kalau saudara mau tahu lebih banyak tentang Lucifer, saudara bisa melihatnya dalam: https://en.wikipedia.org/wiki/Lucifer
Catatan: ini versi Inggris, saudara bisa mencari versi Indonesianya.
Mengapa saya tidak percaya bahwa Lucifer adalah nama dari Iblis? Karena kita harus menafsirkan ayat manapun sesuai dengan kontextnya, dan kalau kita membaca Yes 14 itu dari ay 1-nya, terlihat dengan jelas bahwa yang dibicarakan dalam text ini adalah Raja Babel, bukan Iblis!
Yesaya 14:4 - “maka engkau akan memperdengarkan ejekan ini tentang raja Babel, dan berkata: Wah, sudah berakhir si penindas sudah berakhir orang lalim!”.
Untuk jelasnya, sebaiknya kita baca Yes 14 mulai ay 1.
Yes 14:1-23 - (1) Sebab TUHAN akan menyayangi Yakub dan akan memilih Israel sekali lagi dan akan membiarkan mereka tinggal di tanah mereka, maka orang asing akan menggabungkan diri kepada mereka dan akan berpadu dengan kaum keturunan Yakub. (2) Bangsa-bangsa lain akan mengantar Israel pulang ke tempatnya, lalu kaum Israel akan memiliki bangsa-bangsa itu di tanah TUHAN sebagai hamba-hamba lelaki dan hamba-hamba perempuan. Demikianlah mereka akan menawan orang-orang yang menawan mereka dan akan berkuasa atas para penindas mereka. (3) Maka pada hari TUHAN mengakhiri kesakitan dan kegelisahanmu dan kerja paksa yang berat yang dipaksakan kepadamu, (4) maka engkau akan memperdengarkan ejekan ini tentang raja Babel, dan berkata: Wah, sudah berakhir si penindas sudah berakhir orang lalim! (5) TUHAN telah mematahkan tongkat orang-orang fasik, gada orang-orang yang memerintah, (6) yang memukul bangsa-bangsa dengan gemas, dengan pukulan yang tidak putus-putusnya; yang menginjak-injak bangsa-bangsa dalam murka dengan tiada henti-hentinya. (7) Segenap bumi sudah aman dan tenteram; orang bergembira dengan sorak-sorai. (8) Juga pohon-pohon sanobar dan pohon-pohon aras di Libanon bersukacita karena kejatuhanmu, katanya: Dari sejak engkau rebah terbaring, tidak ada lagi orang yang naik untuk menebang kami! (9) Dunia orang mati yang di bawah gemetar untuk menyongsong kedatanganmu, dijagakannya arwah-arwah bagimu, yaitu semua bekas pemimpin di bumi; semua bekas raja bangsa-bangsa dibangunkannya dari takhta mereka. (10) Sekaliannya mereka mulai berbicara dan berkata kepadamu: Engkau juga telah menjadi lemah seperti kami, sudah menjadi sama seperti kami! (11) Ke dunia orang mati sudah diturunkan kemegahanmu dan bunyi gambus-gambusmu; ulat-ulat dibentangkan sebagai lapik tidurmu, dan cacing-cacing sebagai selimutmu. (12) Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! (13) Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. (14) Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi! (15) Sebaliknya, ke dalam dunia orang mati engkau diturunkan, ke tempat yang paling dalam di liang kubur. (16) Orang-orang yang melihat engkau akan memperhatikan dan mengamat-amati engkau, katanya: Inikah dia yang telah membuat bumi gemetar, dan yang telah membuat kerajaan-kerajaan bergoncang, (17) yang telah membuat dunia seperti padang gurun, dan menghancurkan kota-kotanya, yang tidak melepaskan orang-orangnya yang terkurung pulang ke rumah? (18) Semua bekas raja bangsa-bangsa berbaring dalam kemuliaan, masing-masing dalam rumah kuburnya. (19) Tetapi engkau ini telah terlempar, jauh dari kuburmu, seperti taruk yang jijik, ditutupi dengan mayat orang-orang yang tertikam oleh pedang dan jatuh tercampak ke batu-batu liang kubur seperti bangkai yang terinjak-injak. (20) Engkau tidak akan bersama-sama dengan raja-raja itu di dalam kubur, sebab engkau telah merusak negerimu dan membunuh rakyatmu. Anak cucu orang yang berbuat jahat tidak akan disebut-sebut untuk selama-lamanya. (21) Dirikanlah bagi anak-anaknya tempat pembantaian, oleh karena kesalahan nenek moyang mereka, supaya mereka jangan bangun dan menduduki bumi dan memenuhi dunia dengan kota-kota. (22) Aku akan bangkit melawan mereka, demikianlah firman TUHAN semesta alam, Aku akan melenyapkan nama Babel dan sisanya, anak cucu dan anak cicitnya, demikianlah firman TUHAN. (23) Aku akan membuat Babel menjadi milik landak dan menjadi air rawa-rawa, dan kota itu akan Kusapu bersih dan Kupunahkan, demikianlah firman TUHAN semesta alam.”.
Kata Babel muncul lagi dalam Yesaya 14:22,23. Jadi memang seluruh text berbicara tentang Babel dan raja Babel, bukan tentang komandan setan. Lalu bagaimana tahu-tahu ay 12 kita tafsirkan menunjuk pada komandan setan dan kejatuhannya??
Dan hal lain yang harus diperhatikan adalah, Yes 14 ini merupakan cerita sejarah. Sejarah tentang apa? Tentang Allah yang berjanji akan membebaskan Yehuda dari penindasan Babilonia (baca ay 1-4).
Karena ini cerita sejarah, maka dalam menafsir tidak boleh ditafsirkan sebagai simbol, atau dialegorikan. Ini rumus Hermeneutics!
Saya memberikan sebuah ilustrasi untuk menunjukkan hal ini:
Saya bercerita kepada seseorang bahwa saya pergi ke Tretes, dan di sana saya melihat seekor sapi yang disembelih oleh seorang penjagal, lalu dimasak, dimakan, dan sebagainya. Ini cerita sejarah, dalam arti, itu sungguh-sungguh terjadi.
Apakah orang itu berhak untuk menafsirkan cerita saya dengan mengatakan Tretes adalah simbol dari surga, sapi simbol dari manusia, dan penjagalnya adalah simbol dari setan? Siapapun yang menafsirkan seperti ini adalah orang gila, bukan?
Mungkin saudara berkata, itu kan cerita biasa, sedangkan Yes 14 cerita Alkitab. Saya jawab: tidak ada bedanya. Dan memang rumus-rumus Hermeneutics pada umumnya didasarkan pada akal sehat.
Sekarang mari kita melihat text ini.
Keluaran 3:1-5 - (1) Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. (2) Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. (3) Musa berkata: ‘Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?’ (4) Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: ‘Musa, Musa!’ dan ia menjawab: ‘Ya, Allah.’ (5) Lalu Ia berfirman: ‘Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus.’”.
Cerita tentang Musa melihat semak duri yang menyala tetapi tidak terbakar dalam Kel 3, merupakan cerita sejarah, tetapi sering diartikan secara salah sebagai cara menafsirkan secara simbolis. Banyak orang yang mengatakan bahwa kasut adalah simbol dari dosa. Jadi, orang yang mau mendekat kepada Tuhan, harus meninggalkan dosanya. Sepintas lalu tafsiran seperti ini menghasilkan ajaran yang bagus, bukan?
Tetapi mari kita analisa lebih jauh.
1. Dengan alasan apa kasut dijadikan simbol dari dosa? Bagaimana kalau orang lain menafsirkan kasut itu simbol dari istri? Jadi, mau mendekat kepada Tuhan harus buang istrinya??? Atau didasarkan pada Efesus 6:15 kita artikan kasut sebagai kerelaan untuk memberitakan Injil, sehingga kalau mau mendekat kepada Tuhan harus membuang kerelaan untuk memberitakan Injil itu. Ini bisa jadi ajaran-ajaran yang gila! Dan kalau menafsirkan kasut sebagai dosa diijinkan, dengan alasan apa kita melarang orang lain menafsirkan sebagai istri dsb?? Jadi, kalau penafsiran seperti ini diijinkan, boleh dikatakan kita bisa mendapat ajaran yang bagaimanapun dari cerita sejarah manapun. Alkitab kita jadi kacau balau tidak karuan.
2. Dalam Kel 3 itu, pada waktu Musa mau mendekati semak duri yang menyala tetapi tidak terbakar itu, Tuhan suruh dia tanggalkan kasutnya. Kira-kira bagaimana Musa meninggalkan tempat itu? Dia tetap berjalan tanpa kasut?? Dan selanjutnya terus berjalan tanpa kasut? Itu mustahil dan tidak masuk akal sama sekali. Dia pasti memakai kembali kasutnya. Nah, sekarang ajarannya jadi bagaimana kalau begitu? Pada waktu mau mendekat kepada Tuhan (misalnya pada waktu mau berdoa, berbakti dsb), kita harus buang dosa. Dan pada waktu meninggalkan Tuhan (berhenti berdoa, pulang dari kebaktian, dsb), kita harus ambil lagi dosa itu??? Ini jadi konyol bukan main!
Sekarang, kembali pada Yes 14. Kalau tidak boleh diartikan secara simbolis, bagaimana kalau dianggap sebagai TYPE (typology)? Apakah cerita ini, khususnya raja Babel, bisa dianggap sebagai TYPE? Sebelum membahas Yes 14 itu, mari kita melihat contoh-contoh dari cerita-cerita yang merupakan TYPE.
Bilangan 21:1-9 - (1) Raja negeri Arad, orang Kanaan yang tinggal di Tanah Negeb, mendengar, bahwa Israel datang dari jalan Atarim, lalu ia berperang melawan Israel, dan diangkutnya beberapa orang tawanan dari pada mereka. (2) Maka bernazarlah orang Israel kepada TUHAN, katanya: Jika Engkau serahkan bangsa ini sama sekali ke dalam tangan kami, kami akan menumpas kota-kota mereka sampai binasa. (3) TUHAN mendengarkan permintaan orang Israel, lalu menyerahkan orang Kanaan itu; kemudian orang-orang itu dan kota-kotanya ditumpas sampai binasa. Itulah sebabnya tempat itu dinamai Horma. (4) Setelah mereka berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan. (5) Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak. (6) Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati. (7) Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami. Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. (8) Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup. (9) Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.”.
Ini cerita sejarah, tetapi Yesus sendiri menafsirkan ular tembaga yang dibuat oleh Musa itu dalam ayat di bawah ini.
Yohanes 3:14-15 - (14) Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, (15) supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal.”.
Jadi, ular yang dalam Alkitab sering merupakan simbol dari setan, di sini oleh Yesus diartikan merupakan TYPE dari diriNya sendiri!!! Ingat, TYPE beda dengan simbol!!! Menafsirkan cerita sejarah secara simbolis tidak boleh. Tetapi kalau itu memang TYPE, itu lain lagi. Tetapi tidak semua cerita merupakan type. Harus ada dasar untuk mengatakan bahwa itu merupakan TYPE.
Secara sama, domba korban / domba Paskah merupakan TYPE dari Kristus yang dikorbankan.
Yohanes 1:29 - “Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.”.
1Kor 5:7b - “Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus.”.
Imam juga merupakan TYPE dari Yesus.
Ibrani 7:25-28 - (25) Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka. (26) Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga, (27) yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban. (28) Sebab hukum Taurat menetapkan orang-orang yang diliputi kelemahan menjadi Imam Besar, tetapi sumpah, yang diucapkan kemudian dari pada hukum Taurat, menetapkan Anak, yang telah menjadi sempurna sampai selama-lamanya.”.
Yunus itu cerita sejarah, tetapi Yunus merupakan TYPE dari Kristus.
Mat 12:39-41 - (39) Tetapi jawab-Nya kepada mereka: Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. (40) Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. (41) Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!”.
Adam adalah TYPE dari Kristus!
Roma 5:14 - “Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang.”.
Kata gambaran dalam bahasa Yunani adalah TUPOS, dari mana kata TYPE berasal.
Menurut saya, raja Babel dalam Yes 14 tidak bisa ditafsirkan sebagai suatu TYPE, karena TYPE selalu menunjuk ke depan / masa yang akan datang, bukan ke belakang / masa lalu. Misalnya domba korban / domba Paskah merupakan TYPE dari Yesus, dan Yesus adalah ani-TYPEnya atau penggenapannya. Imam merupakan TYPE dari Yesus, dan Yesus adalah anti-TYPEnya atau penggenapannya. Semua TYPE menunjuk ke masa yang akan datang, dan anti-TYPEnya atau penggenapannya datang belakangan.
Tetapi kalau ‘raja Babel dan kehancurannya ini dianggap TYPE dari ‘Iblis dan kejatuhannya’, maka TYPE ini menunjuk ke masa lalu, dan karena itu tidak cocok! Tidak pernah ada anti-TYPE yang terjadi lebih dulu dari TYPEnya!!! Anti-TYPE itu penggenapannya! Mana bisa penggenapannya datang duluan baru TYPEnya??
Henry A. Virkler: “Third, a type must prefigure something in the future. Antitypes in the New Testament present truth more fully realized than in the Old Testament. The correspondence in the New Testament reveals what was nascent in the Old. Typology is thus a special form of prophecy.” [= Ketiga, suatu TYPE harus membayangkan lebih dahulu sesuatu di masa yang akan datang. AntiTYPE-antiTYPE dalam Perjanjian Baru menyatakan kebenaran yang direalisasikan secara lebih penuh dari pada dalam Perjanjian Lama. Persesuaian dalam Perjanjian Baru menyatakan apa yang mulai timbul dalam Perjanjian Lama. Jadi typology adalah sejenis nubuat yang khusus.] - Principles and Processes of Biblical Interpretation, hal 186 (Libronix, hal 183).
Pada pelajaran yang akan datang, saya akan memberikan video yang menunjukkan bahwa ES menganggap raja Babel ini sebagai typology (TYPE). Saya berpendapat, hermeneutics-nya salah, karena anti-TYPEnya / penggenapannya ada lebih dulu dari TYPEnya / nubuatnya!
Silahkan ES menjawab serangan saya ini.
Karena itu, kalau raja Babel dalam Yes 14 tidak boleh dianggap sebagai simbol dari komandan setan, dan juga tidak boleh dianggap sebagai TYPE dari komandan setan, dsb, maka harus ditafsirkan secara hurufiah sebagai raja Babel.
Sekarang mari kita melihat beberapa tafsiran dari para penafsir tentang Yes 14:12 atau tentang ayat-ayat dalam Yes 14 itu. Saya akan membagi menjadi 3 kelompok:
1) Penafsir-penafsir yang percaya bahwa Yesaya 14:12 ini memang menunjuk kepada Iblis dan / atau pada kejatuhannya.
The Preachers Commentary (tentang Yes 14): “The holy war between the forces of good and evil is not a moral abstraction. As the city of Babylon represents the evil opponent of the holy city of Jerusalem, so the king of Babylon personifies Satan, the evil antagonist against God. Again, Isaiahs prophecy has current and endtime implications. On the day in history when Babylon will be utterly ruined and the house of Jacob will be restored, the Jews will sing a song taunting the king of Babylon as he falls into disgrace and loses his place in human history (v. 3). In the apocalyptic context, a similar fate awaits Satan when he, his name, and his influence over humanity are utterly broken by the conquest of Jesus Christ. Whether in the historical or the apocalyptic context, Isaiah prophesies that the results will be the same for the king of Babylon or Satan. Utter disgrace and absolute destruction await the person of evil when Isaiah declares, How the oppressor has ceased! (v. 4). ... Heaven does its own rejoicing over the downfall of the king of Babylon. Lucifer is now identified as the person of evil and iniquity whom the king of Babylon symbolizes and the protagonist of God in the final battle of the ages. How you are fallen from heaven, O Lucifer, son of the morning! (v. 12) may be duly interpreted as a realistic insight into Satans original fall from heaven and as a symbolic representation of the heights from which the king of Babylon fell. Both Lucifer and the king of Babylon had said in their hearts, I will ascend into heaven, I will exalt my throne above the stars of God; I will also sit on the mount of the congregation. On the farthest sides of the north; I will ascend above the heights of the clouds, I will be like the Most High. - Isaiah 14:1214 [= Apakah dalam kontext sejarah atau dalam kontext apocaliptik, Yesaya menubuatkan bahwa hasilnya akan sama untuk raja Babel atau Iblis. Aib / kehinaan sepenuhnya dan kehancuran mutlak menantikan pribadi dari kejahatan pada waktu Yesaya menyatakan, Wah, sudah berakhir si penindas! (ay 4). ... Surga melakukan sukacitanya sendiri atas kejatuhan dari raja Babel. Lucifer sekarang diidentifikasi sebagai pribadi dari kejahatan dan kesalahan yang disimbolkan raja Babel dan pendukung (penentang?) Allah dalam pertempuran akhir yang terhebat dalam sepanjang jaman. Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Lucifer, Putera Fajar! (ay 12) bisa diterjemahkan dengan sepatutnya sebagai suatu pengertian yang realistik kepada kejatuhan mula-mula Iblis dari surga dan sebagai suatu wakil simbolis dari ketinggian dari mana raja Babel jatuh. Baik Lucifer maupun Raja Babel telah berkata dalam hati mereka, Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara; Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi. - Yesaya 14:12-14] - Libronix.
Catatan: saya hanya menterjemahkan bagian yang saya garis-bawahi.
The Bible Exposition Commentary (tentang Yes 14:1-23): “The picture in Isa 14:1-23 is that of a mighty monarch whose pride has brought him to destruction. This is what happened to Belshazzar when Darius the Mede captured Babylon in 539 B.C. (Dan 5). Isaiah described the kings arrival in sheol, the world of the dead, where the kings wealth, glory, and power vanished. The dead kings already in sheol stood in tribute to him (Isa 14:9), but it was all a mockery. Death is the great leveler; there are no kings in the world of the dead. Lucifer (v. 12) is Latin for morning star and suggests that this kings glory did not last very long. The morning star shines but is soon swallowed up by the light of the sun. The prophet saw in this event something far deeper than the defeat of an empire. In the fall of the king of Babylon, he saw the defeat of Satan, the prince of this world, who seeks to energize and motivate the leaders of nations (John 12:31; Eph 2:1-3). Dan 10:20 indicates that Satan has assigned princes (fallen angels) to the various nations so that he can influence leaders to act contrary to the will of God. This highest of Gods angels tried to usurp the throne of God and capture for himself the worship that belongs only to God (Matt 4:8-10). The name Lucifer (morning star) indicates that Satan tries to imitate Jesus Christ, who is the bright and morning star (Rev 22:16). I will be like the Most High reveals his basic strategy, for he is an imitator (Isa 14:14; 2 Cor 11:13-15). Like the king of Babylon, Satan will one day be humiliated and defeated. He will be cast out of heaven (Rev 12) and finally cast into hell (20:10). Whether God is dealing with kings or angels, Prov 16:18 is still true: Pride goes before destruction, and a haughty spirit before a fall (NKJV). [= Lucifer (ay 12) adalah kata bahasa Latin untuk bintang pagi dan menunjukkan bahwa kemuliaan raja ini tidak berlangsung terlalu lama. Bintang pagi bersinar tetapi segera ditelan oleh terang dari matahari. Sang nabi melihat dalam peristiwa ini sesuatu yang jauh lebih dalam dari pada kekalahan dari suatu kekaisaran. Dalam kejatuhan dari raja Babel, ia melihat kekalahan dari Iblis, pangeran dunia ini, yang berusaha untuk memberi kekuatan dan memotivasi pemimpin-pemimpin bangsa (Yoh 12:31; Ef 2:1-3). Dan 10:20 menunjukkan bahwa Iblis telah menugaskan pangeran-pangeran (malaikat-malaikat yang jatuh) kepada berbagai bangsa-bangsa sehingga ia bisa mempengaruhi pemimpin-pemimpin untuk bertindak bertentangan dengan kehendak Allah. Yang tertinggi dari murid-murid Allah mencoba untuk merebut takhta Allah dan merebut untuk dirinya sendiri apa yang hanya merupakan milik Allah (Mat 4:8-10). Nama Lucifer (bintang pagi) menunjukkan bahwa Iblis mencoba untuk meniru Yesus Kristus, yang adalah bintang pagi yang gilang gemilang (Wah 22:16). Aku mau menjadi seperti Yang Maha Tinggi menyatakan strategi dasarnya, karena ia adalah seorang peniru (Yes 14:14; 2Kor 11:13-15). Seperti raja Babel, Iblis suatu hari akan direndahkan dan dikalahkan. Ia akan dilemparkan dari surga (Wah 12) dan pada akhirnya dilemparkan ke neraka (20:10). Apakah Allah sedang menangani raja-raja atau malaikat-malaikat, Amsal 16:18 tetap benar: Kesombongan mendahului kehancuran, dan roh yang tinggi hati mendahului kejatuhan (NKJV).].
Catatan: saya hanya menterjemahkan bagian yang saya garis-bawahi.
Matius 4:8-10 - (8) Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, (9) dan berkata kepada-Nya: Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku. (10) Maka berkatalah Yesus kepadanya: Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!.
Wahyu 22:16 - Aku, Yesus, telah mengutus malaikat-Ku untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang..
KJV: ‘the bright and morning star.’ [= bintang pagi yang terang.].
Catatan: Perlu diketahui bahwa dalam Latin Vulgate kata-kata bahasa Latin yang digunakan dalam Wah 22:16 ini berbeda dengan Yes 14:12 dimana Latin Vulgate menterjemahkan Lucifer. Demikian juga kata Yunani dari LXX / Septuaginta dalam Yes 14:12 berbeda dengan kata Yunani yang digunakan dalam Wah 22:16.
Amsal 16:18 - “Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.”.
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Yes 14:12): How art thou fallen from heaven, O Lucifer - day-star. A title truly belonging to Christ: Rev 22:16, the bright and morning star, and therefore hereafter to be assumed by Antichrist, of whom Babylon is a type; also applied to the angelic sons of God, the morning stars (Job 38:7). ... The fall of Babylon as a self-idolizing power, the type of mystical Babylon in the Apocalypse (Rev 17:4-5), before the providence of God, is described in language drawn from the fall of Satan himself, the spirit that energized the pagan world-power, and now energizes the apostate Church, and shall hereafter energize the last secular Antichrist. Thus Lucifer has naturally come to be applied to Satan (Luke 10:18; Rev 12:8-9; Jude 6). [= Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur / Lucifer - bintang pagi. Suatu gelar yang secara tepat adalah milik Kristus: Wah 22:16, bintang Timur yang gilang gemilang, dan karena itu setelahnya dipakai oleh Anti Kristus, tentang siapa Babel / Babilonia adalah suatu TYPE; juga diterapkan pada anak-anak Allah yang bersifat / adalah malaikat, bintang-bintang pagi (Ayub 38:7). ... Kejatuhan Babel sebagai suatu kuasa yang mendewakan diri sendiri, TYPE dari Babel yang bersifat mistik dalam kitab Wahyu (Wah 17:4-5), di depan Providensia Allah, digambarkan dalam bahasa / kata-kata yang diambil dari kejatuhan Iblis sendiri, roh yang memberi kekuatan kepada kuasa dunia kafir, dan sekarang memberi kekuatan kepada Gereja yang murtad, setelahnya akan memberi kekuatan kepada sang Anti Kristus sekuler yang terakhir. Jadi / maka, Lucifer secara wajar telah diterapkan kepada Iblis (Luk 10:18; Wah 12:8-9; Yudas 6).].
Ayub 38:7 - “pada waktu bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak-sorai?”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘the morning stars’ [= bintang-bintang pagi].
Catatan: kata Ibrani yang digunakan di sini berbeda dengan dalam Yes 14:12, dan juga di sini digunakan kata bentuk jamak.
Wah 17:4-5 - (4) Dan perempuan itu memakai kain ungu dan kain kirmizi yang dihiasi dengan emas, permata dan mutiara, dan di tangannya ada suatu cawan emas penuh dengan segala kekejian dan kenajisan percabulannya. (5) Dan pada dahinya tertulis suatu nama, suatu rahasia: Babel besar, ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari kekejian bumi.”.
Catatan: bahwa kata Babel di sini mempunyai arti simbolis, tak berarti bahwa dalam Yes 14 kata itu juga harus diartikan secara simbolis. Bahwa dalam Wah 5:5 kata singa (singa Yehuda) menunjuk kepada Yesus, tak berarti bahwa singa yang dibunuh oleh Simson (Hak 14:5-6), juga menunjuk kepada Yesus atau mempunyai arti simbolis yang lain! Jadi, kontext menentukan kata itu harus diartikan sebagai simbol atau secara hurufiah!
Lukas 10:18 - “Lalu kata Yesus kepada mereka: Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit.”.
Wah 12:7-9 - (7) Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya (8) tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. (9) Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.”.
Yudas 6 - “Dan bahwa Ia menahan malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka, dengan belenggu abadi di dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar,”.
H. A. Ironside (tentang Yes 14:12): “We come to something now that enables us to understand how sin began in the heavens, and also to comprehend something of the unseen powers that throughout the centuries have dominated the minds of evil-disposed men, seeking to thwart the purpose of God. The fall of Lucifer portrays the fall of Satan. The passage links very closely with Ezekiel 28, which should be carefully considered in the effort to understand this fully. "Hell from beneath is moved for thee to meet thee at thy coming: it stirreth up the dead for thee, even all the chief ones of the earth; it hath raised up from their thrones all the kings of the nations. All they shall speak and say unto thee, Art thou also become weak as we? art thou become like unto us? Thy pomp is brought down to the grave, and the noise of thy viols: the worm is spread under thee, and the worms cover thee. How art thou fallen from heaven, O Lucifer, son of the morning! how art thou cut down to the ground, which didst weaken the nations! For thou hast said in thine heart, I will ascend into heaven, I will exalt my throne above the stars of God: I will sit also upon the mount of the congregation, in the sides of the north: I will ascend above the heights of the clouds; I will be like the most High. Yet thou shalt be brought down to hell, to the sides of the pit" (verses 915). These words cannot apply to any mere mortal man. Lucifer (the light-bearer) is a created angel of the very highest order, identical with the covering cherub of Ezekiel 28. He was, apparently, the greatest of all the angel host and was perfect before God until he fell through pride. It was his ambition to take the throne of Deity for himself and become the supreme ruler of the universe. Note his five I wills. It was the assertion of the creatures will in opposition to the will of the Creator that brought about his downfall, and so an archangel became the devil! Cast down from the place of power and favor which he had enjoyed, he became the untiring enemy of God and man, and down through the millennia since has exerted every conceivable device to ruin mankind and rob God of the glory due to His name. It is of him our Lord speaks in John 8:44. The Lord there shows that Satan is an apostate, having fallen from a position once enjoyed, and we know from other Scriptures how he ever goes about as a roaring lion, seeking whom he may devour. The Cross was the precursor of Satans doom, but he is determined to wreak his vengeance upon mankind so far as he can before his own final judgment takes place, because his heart is filled with hatred against God and against those whom God loves. We know from other passages that Lucifer was not alone in his rebellion (2 Pet. 2:4), and our Lord speaks of the devil and his angels (Matt. 25:41), and this is confirmed in Revelation 12:7, where we read of the coming war in heaven between Michael and his angels, and the dragon and his. These evil angels are the world-rulers of this darkness (Eph. 6:12, literal rendering). They seek to dominate the hearts and minds of the rulers of the nations, stirring them up to act in opposition to the will of God. Therefore we need not be surprised to find in the next verses of our chapter that the king of Babylon seems to be, as it were, confounded with Lucifer. The actual meaning, of course, is that he was controlled or dominated by him.” [= Kejatuhan Lucifer menggambarkan kejatuhan Iblis. ... Kata-kata ini (Yes 14:9-15) tidak bisa diterapkan kepada sekedar manusia yang fana manapun. Lucifer (sang pembawa terang) adalah seorang malaikat ciptaan dari tingkatan yang tertinggi, identik dengan kerub yang menutupi dalam Yeh 28. Ia dulunya jelas adalah yang terbesar dari semua pasukan malaikat dan adalah sempurna di hadapan Allah sampai ia jatuh melalui kesombongan. Merupakan ambisinya untuk merebut takhta Allah untuk dirinya sendiri dan menjadi pemerintah / penguasa tertinggi dari alam semesta. Perhatikan 5 x kata-kata Aku mau / Aku hendak. Itu merupakan pernyataan dari kehendak mahluk ciptaan dalam pertentangan dengan kehendak dari sang Pencipta, yang menyebabkan kejatuhannya, dan demikianlah seorang penghulu malaikat menjadi setan / Iblis! ... Kita tahu dari text-text lain bahwa Lucifer tidak sendirian dalam pemberontakannya (2Pet 2:4), dan Tuhan kita berbicara tentang Iblis dan malaikat-malaikatnya (Mat 25:41), dan ini diteguhkan dalam Wah 12:7, dimana kita membaca tentang perang yang mendatang di surga antara Mikhael dan malaikat-malaikatnya, dan naga dan malaikat-malaikatnya. Malaikat-malaikat jahat ini adalah pemerintah-pemerintah dunia kegelapan ini (Ef 6:12, terjemahan hurufiah). Mereka berusaha untuk menguasai hati dan pikiran dari pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa, menggerakkan mereka untuk bertindak dalam pertentangan dengan kehendak Allah. Karena itu kita tidak perlu kaget untuk mendapati dalam ayat-ayat selanjutnya dari pasal kita bahwa raja Babel kelihatannya, seakan-akan, dicampur-adukkan dengan Lucifer. Arti yang benar, tentu saja, adalah bahwa ia dikontrol atau dikuasai olehnya.] - Libronix.
Catatan: saya hanya menterjemahkan bagian yang saya garis-bawahi.
2) Penafsir-penafsir yang hanya membuka kemungkinan, tetapi tidak memastikan, bahwa ini menunjuk kepada Iblis dan / atau pada kejatuhannya.
Matthew Henry (tentang Yes 14:12): “Great pride and haughtiness. Notice is here taken of his pomp, the extravagancy of his retinue, v. 11. He affected to appear in the utmost magnificence. But that was not the worst: it was the temper of his mind, and the elevation of that, that ripened him for ruin (v. 13,14): Thou has said in thy heart, like Lucifer, I will ascend into heaven. Here is the language of his vainglory, borrowed perhaps from that of the angels who fell, who not content with their first estate, the post assigned them, would vie with God, and become not only independent of him, but equal with him. Or perhaps it refers to the story of Nebuchadnezzar, who, when he would be more than a man, was justly turned into a brute, Dan 4:30. [= Engkau telah berkata dalam hatimu, seperti Lucifer, Aku mau / hendak naik ke surga. Ini adalah bahasa / kata-kata dari kesombongannya yang sia-sia, mungkin dipinjam dari bahasa / kata dari malaikat-malaikat yang jatuh, yang tidak puas dengan keadaan pertama / mula-mula mereka, posisi yang diberikan / ditetapkan bagi mereka, mau bersaing dengan Allah, dan menjadi bukan hanya tidak tergantung kepadaNya, tetapi setara dengan Dia. Atau mungkin itu menunjuk pada cerita tentang Nebukadnezar, yang pada waktu ia mau menjadi lebih dari manusia, secara adil dibalikkan menjadi seekor binatang, Dan 4:30.].
Catatan: saya hanya menterjemahkan bagian yang saya garis-bawahi.
Dalam Alkitab sangat sedikit diceritakan tentang asal usul Iblis, dan kejatuhannya. Dari mana Matthew Henry tahu kata-kata dari Iblis dan malaikat-malaikat yang jatuh itu?
Wilmingtons Bible Handbook (tentang Yes 14:12): “The fall of a king and an angel. When the Israelites were freed from bondage and returned to their homeland, they would gloat over the fall of their oppressor Babylon (14:1-4). Many scholars see in Israels taunt (14:4-23) a reference both to the humiliating fall of Babylons king and to Satans fall from heaven. Such a view gains credence from the similar passage in Ezek 28:11-19, which also seems to describe an angelic being who, because of pride, was cast out of heaven (see also Luke 10:18). Whether or not Satans fall is in view, he would have at least influenced the kings fall; and the fatal I wills of 14:13-14 are characteristic of Satans efforts to promote self-worship (see Gen 3:1-5). [= Banyak sarjana melihat dalam ejekan Israel (14:4-23) suatu hubungan baik dengan kejatuhan yang merendahkan dari raja Babel maupun kejatuhan Iblis dari surga. Pandangan seperti itu mendapatkan rekomendasi dari text yang mirip dalam Yeh 28:11-19, yang kelihatannya juga menggambarkan seorang makhluk yang bersifat malaikat yang, karena kesombongan, dilemparkan dari surga (lihat juga Luk 10:18). Apakah kejatuhan Iblis dipertimbangkan di sini atau tidak, ia sedikitnya telah mempengaruhi kejatuhan sang raja, dan kata yang fatal Aku hendak dalam 14:13-14 merupakan karakteristik dari usaha-usaha Iblis untuk mempromosikan penyembahan diri sendiri (lihat Kej 3:1-5).].
Catatan: saya hanya menterjemahkan bagian yang saya garis-bawahi.
3) Penafsir-penafsir yang hanya mengarahkan ini kepada raja Babel, dan sama sekali tak menyinggung Iblis dan kejatuhannya, atau penafsir-penafsir yang sama sekali tak setuju kalau ini menunjuk kepada Iblis dan / atau pada kejatuhannya.
a) Penafsir-penafsir yang hanya mengarahkan ini kepada raja Babel, dan sama sekali tak menyinggung Iblis dan kejatuhannya.
Word Biblical Commentary (tentang Yes 14:13): Whatever the myth might have said, the text in Isaiah tells of a tyrant king who is overcome, not by the resistance of a god but by his own ambition to be as high as a god, to ascend to heaven, to reign above the stars, to sit in the mountain assembly, and to be like the Most High. [= Apapun yang mitos bisa telah katakan, text dalam Yesaya memberitahu / menceritakan tentang seorang raja tiran yang dikalahkan, bukan oleh tolakan dari seorang dewa / allah tetapi oleh ambisinya sendiri untuk menjadi seperti seorang dewa / allah, untuk naik ke surga, untuk memerintah di atas bintang-bintang, untuk duduk dalam gunung / bukit pertemuan, dan untuk menjadi seperti Yang Maha Tinggi.].
The Biblical Illustrator (tentang Yes 14:12): “Lucifer (ver. 12): - In his splendour (the King of Babylon) is likened to the morning star, which was worshipped by the Babylonians under the name of Istar. [= Lucifer (ay 12): - Dalam kemegahannya (Raja Babel) dibandingkan dengan bintang pagi, yang disembah oleh orang-orang Babel dengan nama Istar.].
IVP Bible Background Commentary (tentang Yes 14:12): morning star. The Hebrew word behind this translation, helel, is not used anywhere else in the Old Testament. Many interpreters, ancient and modern, see it as a designation of Venus, the morning star. It is this interpretation that was behind the early Greek translation of the term, as well as the Latin Vulgates luciferos (shining one, i.e., Venus). Most modern interpreters believe that Isaiah is using a well-known mythological tale as an analogy to the failure and consequences of the king of Babylons rebellion and arrogance, but no known literature matches the details of Helels rebellion. [= bintang pagi. Kata Ibrani di belakang terjemahan ini, HELEL, tidak digunakan di tempat lain manapun dalam Perjanjian Lama. Banyak penafsir, kuno dan modern, melihatnya sebagai suatu nama / sebutan dari Venus, bintang pagi. Penafsiran inilah yang ada di belakang terjemahan Yunani awal / mula-mula dari istilah ini, maupun kata LUCIFEROS dalam Latin Vulgate (yang bersinar, yaitu, Venus). Kebanyakan penafsir modern percaya bahwa Yesaya sedang menggunakan suatu cerita mitos yang terkenal sebagai suatu analogi bagi kegagalan dan konsekwensi-konsekwensi dari pemberontakan dan sikap arogan dari raja Babel, tetapi tidak ada literatur yang dikenal yang cocok dengan detail-detail dari pemberontakan HELEL.].
Barnes’ Notes (tentang Yesaya 14:12): “There can be no doubt that the object in the eye of the prophet was the bright morning star; and his design was to compare this magnificent oriental monarch with that. The comparison of a monarch with the sun, or the other heavenly bodies, is common in the Scriptures. [= Di sana tidak bisa ada keraguan bahwa fokus / tujuan dalam mata dari sang nabi adalah bintang pagi yang terang; dan rancangannya adalah untuk membandingkan raja Timur yang besar / megah ini dengan hal itu. Perbandingan dari seorang raja dengan matahari, atau benda-benda langit yang lain, merupakan hal yang umum dalam Kitab Suci.].
Barnes Notes (tentang Yesaya 14:4): “It is evidently used in this sense here - to denote a taunting speech, a song of triumph over the prostrate king of Babylon. In this beautiful song, there are all the elements of the most pungent satire, and all the beauties of the highest poetry.” [= Itu secara jelas digunakan dalam arti ini di sini - untuk menunjukkan suatu ucapan yang mengejek, suatu nyanyian kemenangan atas raja Babel yang dihancurkan kekuatannya. Dalam nyanyian yang indah ini, di sana ada semua elemen dari ironi / sarkasme yang paling tajam, dan semua keindahan dari puisi yang tertinggi.].
Pulpit Commentary (tentang Yes 14:12): “Ver. 12. - How art thou fallen from heaven, O Lucifer! Babylons sudden fall is compared, with great force and beauty, to the (seeming) fall of a star from heaven. The word translated ‘Lucifer’ means properly ‘shining one,’ and no doubt here designates a star; but whether any particular star or no is uncertain. The LXX. translated by ἑωσφόρος, whence our ‘Lucifer.’ The subjoined epithet, ‘son of the morning’ or of the dawn, accords well with this rendering.” [= Ay 12. - Betapa engkau telah jatuh dari surga O Lucifer! Kejatuhan Babel yang mendadak dibandingkan, dengan kekuatan dan keindahan yang besar, dengan (kelihatannya) kejatuhan dari suatu bintang dari surga / langit. Kata yang diterjemahkan Lucifer secara tepat berarti yang bersinar, dan tak diragukan di sini menunjuk pada suatu bintang; tetapi apakah suatu bintang yang khusus atau tidak, itu tidak pasti. LXX / Septuaginta menterjemahkan dengan ἑωσφόρος (HEOSPHOROS), dari mana muncul kata ‘Lucifer’ kita. Istilah yang ditambahkan, ‘anak dari pagi’ atau ‘dari dini hari’, sesuai dengan baik dengan terjemahan ini.] - hal 245.
b) Penafsir-penafsir yang sama sekali tidak setuju kalau ini menunjuk kepada Iblis dan / atau pada kejatuhannya.
Pulpit Commentary (tentang Yes 14:12): “Ver. 12. - The ambitious spirit in man. The word Lucifer means the light-bringer, and so has been in modern times associated with our matches. As standing in this text, it has often been taken as a synonym for Satan; but it really is a highly poetical description of the King of Babylon, and the Babylonian empire is in Scripture represented as the type of the ambitions, aspiring, tyrannical, and self-idolizing power.” [= Ay 12. - Roh / kecenderungan yang bersifat ambisius dari diri manusia. Kata Lucifer berarti sang pembawa terang, dan karena itu dalam jaman modern telah dihubungkan dengan korek api kita. Karena posisinya dalam text ini, itu telah sering digunakan sebagai suatu sinonim dari Iblis; tetapi itu sesungguhnya merupakan suatu penggambaran yang bersifat sangat puitis dari Raja Babel, dan kekaisaran Babilonia dalam Kitab Suci digambarkan sebagai TYPE dari ambisi, keinginan, sifat tiran, dan kuasa pendewaan diri sendiri.] - hal 265.
Catatan: menurut saya, anak kalimat terakhir (yang saya beri warna hijau) hanya cocok untuk ayat-ayat tertentu, dan bukan untuk Yes 14 ini.
Bible Knowledge Commentary (tentang Yes 14:12-15): “In his military might this great king had laid low the nations, ... But he would fall like a morning star. The brilliance of a star in the early dawn suddenly vanishes when the sun rises. Sennacherib, because of his great power, thought himself godlike, but now by startling contrast he would be in the grave. In the ancient Near East, kings had supreme power; many were deified by their subjects. The people taunting this tyrant pictured him ascribing godlike characteristics to himself. Ascending to heaven... above the stars and being enthroned on... the sacred mountain recalls the belief of several Semitic peoples that the gods lived on Mount Zaphon. Sacred mountain translates sapon (lit., ‘the north’). By ascending the mountain ‘above... the clouds,’ he was seeking to make himself like God, ‘the Most High.’ (The language used here, of course, is hyperbolical.) Yet he would be brought low ‘to the grave’ (pit is a synonym for grave). Nothing could save him from death and from decay in the grave.” [= Dalam kuasa militernya raja yang besar / agung ini telah menjatuhkan / menghancurkan bangsa-bangsa, ... Tetapi ia akan jatuh seperti suatu bintang pagi. Terang dari suatu bintang pada dini hari tiba-tiba hilang pada waktu matahari terbit. Sanherib, karena kuasanya yang besar, menganggap dirinya sendiri seperti allah / dewa, tetapi sekarang oleh kontras yang mengejutkan ia berada dalam kuburan. Di Timur Dekat kuno, raja-raja mempunyai kuasa tertinggi; banyak raja didewakan oleh bawahan-bawahan mereka. Bangsa itu mengejek tiran ini yang menggambarkan dia menganggap ciri-ciri yang seperti dewa kepada dirinya sendiri. Naik ke surga ... di atas bintang-bintang dan bertakhta di ... gunung yang kudus mengingat kepercayaan dari beberapa bangsa-bangsa Semitik bahwa allah-allah / dewa-dewa tinggal di Gunung Zafon. Gunung yang kudus menterjemahkan SAPON (Secara hurufiah, utara). Dengan naik gunung di atas ... awan-awan, ia sedang berusaha untuk membuat dirinya sendiri seperti Allah, yang Maha Tinggi. (Bahasa yang digunakan di sini, tentu saja, adalah bahasa hyperbolik.) Tetapi ia akan direndahkan ke kuburan (pit / lubang di tanah adalah suatu sinonim untuk kuburan). Tak ada yang bisa menyelamatkan dia dari kematian dan dari pembusukan dalam kuburan.].
Catatan: Dalam tafsirannya tentang ay 12, Bible Knowledge Commentary sama sekali tidak membicarakan bahwa ini menunjuk pada kejatuhan Iblis. Tetapi Bible Knowledge Commentary (John Walvoord) membicarakan hal itu dalam tafsirannya tentang ay 3-4, yang saya berikan di bawah ini.
Bible Knowledge Commentary (tentang Yes 14:3-4): “Who is this king of Babylon? Many expositors hold the view that he is Satan, the ultimate personification of pride. Tertullian (ca. A.D. 160-230) and Gregory the Great (ca. 540 A.D. - 604 A.D.) were the first to present this view, now widely accepted. Though verses 12-14 seem to support the view, little else in the chapter does. Though many hold that verses 12-14 refer to the entrance of sin into the cosmos by Satans fall, that subject seems a bit forced in this chapter. (However, Ezek 28:12-19 does refer to Satans fall; see comments there.)” [= Siapa raja Babel ini? Banyak penafsir memegang pandangan bahwa ia adalah Iblis, personifikasi yang tertinggi dari kesombongan. Tertullian (sekitar 160-230 M.) dan Gregory yang Agung (sekitar 540-604 M.) adalah orang-orang pertama yang memperkenalkan pandangan ini, yang sekarang diterima secara luas. Sekalipun ay 12-14 kelihatannya mendukung pandangan ini, sedikit / tidak banyak yang lain dalam pasal ini yang mendukung pandangan ini. Sekalipun banyak orang mempertahankan bahwa ay 12-14 menunjuk pada masuknya dosa ke dalam kosmos oleh kejatuhan Iblis, subyek itu kelihatannya agak dipaksakan dalam pasal ini. (Tetapi, Yeh 28:12-19 memang menunjuk pada kejatuhan Iblis; lihat komen-komen di sana.)].
Catatan: Bible Knowledge Commentary (John Walvoord) jelas tidak percaya bahwa Yes 14:12 menunjuk pada kejatuhan setan, tetapi anehnya ia percaya bahwa Yeh 28 memang menunjuk pada kejatuhan setan, dan saya tak setuju dengan hal ini. Tetapi ini akan saya bahas pada waktu saya membahas Yeh 28.
Martin Luther: How you are fallen from heaven, Lucifer! This is not said of the angel who once was thrown out of heaven but of the king of Babylon, and it is figurative language. [= Betapa kamu jatuh dari surga, Lucifer! Ini tidak dikatakan tentang malaikat yang pernah dilempar keluar dari surga tetapi tentang raja Babel, dan itu merupakan bahasa figurative / kiasan.] - Libronix.
Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary (tentang Yes 14:12): “The Hebrew behind ‘morning star’ (hêlēl) occurs only here in the Old Testament, though the root means ‘shine’ (13:10; 31:26). This ‘shining one’ probably refers to Venus and is found also in Ugaritic mythology, with mention of daughters of the morning star. The Vulgate translators rendered this as luciferos, also the morning star, Venus. This led English interpreters to associate this passage with Satan, though it is not he who is the subject under discussion, but rather the Babylonian king. [= Kata Ibrani di belakang bintang pagi (HELEL) muncul hanya di sini dalam Perjanjian Lama, melalui akar kata yang artinya bersinar (13:10; 31:26). Yang Bersinar ini mungkin menunjuk pada Venus dan ditemukan juga dalam mitos Ugaritic, dengan penyebutan puteri-puteri bintang pagi. Penterjemah-penterjemah Vulgate menterjemahkan ini sebagai LUCIFEROS, juga bintang pagi, Venus. Ini membimbing penafsir-penafsir berbahasa Inggris untuk menghubungkan text ini dengan Iblis, sekalipun bukanlah dia yang merupakan pokok / subyek yang didiskusikan, tetapi sebaliknya Raja Babel.] - Libronix.
Keil & Delitzsch (tentang Yes 14:12): “Lucifer, as a name given to the devil, was derived from this passage, which the fathers (and lately Stier) interpreted, without any warrant whatever, as relating to the apostasy and punishment of the angelic leaders. The appellation is a perfectly appropriate one for the king of Babel, ... [= Lucifer, sebagai suatu nama yang diberikan kepada Iblis / setan, didapatkan dari text ini, yang bapa-bapa gereja (dan baru-baru ini Stier) tafsirkan, tanpa dasar apapun, sebagai berhubungan dengan kemurtadan dan hukuman dari pemimpin-pemimpin yang bersifat malaikat. Nama / sebutan itu merupakan suatu nama / sebutan yang cocok secara sempurna untuk raja Babel, ... ].
Adam Clarke (tentang Yes 14:12): And although the context speaks explicitly concerning Nebuchadnezzar, yet this has been, I know not why, applied to the chief of the fallen angels, who is most incongruously denominated Lucifer, (the bringer of light!) an epithet as common to him as those of Satan and Devil. That the Holy Spirit by his prophets should call this arch-enemy of God and man the light-bringer, would be strange indeed. But the truth is, the text speaks nothing at all concerning Satan nor his fall, nor the occasion of that fall, which many divines have with great confidence deduced from this text. O how necessary it is to understand the literal meaning of Scripture, that preposterous comments may be prevented! [= Dan sekalipun kontexnya berbicara secara explicit tentang Nebukadnezar, tetapi entah mengapa kontex ini telah diterapkan kepada kepala dari malaikat-malaikat yang jatuh, yang secara sangat tidak pantas disebut / dinamakan Lucifer (pembawa terang!), suatu julukan yang sama umumnya bagi dia, seperti Iblis dan Setan. Bahwa Roh Kudus oleh nabiNya menyebut musuh utama dari Allah dan manusia sebagai pembawa terang, betul-betul merupakan hal yang sangat aneh. Tetapi kebenarannya adalah, text ini tidak berbicara sama sekali tentang Setan maupun kejatuhannya, ataupun saat / alasan kejatuhan itu, yang dengan keyakinan yang besar telah disimpulkan dari text ini oleh banyak ahli theologia. O alangkah pentingnya untuk mengerti arti hurufiah dari Kitab Suci, supaya komentar-komentar yang gila-gilaan / tidak masuk akal bisa dicegah!] - hal 82.
Calvin (tentang Yes 14:12): The exposition of this passage, which some have given, as if it referred to Satan, has arisen from ignorance; for the context plainly shows that these statements must be understood in reference to the king of the Babylonians. But when passages of Scripture are taken at random, and no attention is paid to the context, we need not wonder that mistake of this kind frequently arise. Yet it was an instance of very gross ignorance, to imagine that Lucifer was the king of devils, and that the Prophet gave him this name. But as these inventions have no probability whatever, let us pass by them as useless fables. [= Exposisi yang diberikan oleh beberapa orang tentang text ini, seakan-akan text ini menunjuk kepada setan / berkenaan dengan setan, muncul / timbul dari ketidaktahuan; karena kontex secara jelas menunjukkan bahwa pernyataan-pernyataan ini harus dimengerti dalam hubungannya dengan raja Babel. Tetapi pada waktu bagian-bagian Kitab Suci diambil secara sembarangan, dan kontex tidak diperhatikan, kita tidak perlu heran bahwa kesalahan seperti ini muncul / timbul. Tetapi itu merupakan contoh dari ketidaktahuan yang sangat hebat, untuk membayangkan bahwa Lucifer adalah raja dari setan-setan, dan bahwa sang nabi memberikan dia nama ini. Tetapi karena penemuan-penemuan ini tidak mempunyai kemungkinan apapun, marilah kita mengabaikan mereka sebagai dongeng / cerita bohong yang tidak ada gunanya.] - hal 442.
Bob Utley: “‘How you have fallen from heaven The verb (BDB 656, KB 709, Qal perfect) denotes a settled condition. The question is, Is this literal or figurative? The verb is used for a violent death (BDB 657, v. 2a). Isaiah uses it in 3:8; 8:15 for the destruction of a city. But the added phrase, from heaven, is what causes commentators to assert an angelic being, as well as the similar words of Jesus in Luke 10:18. ... The terms star of the morning (Helal) and dawn (Shabar) are both the names of deities in Canaanite mythology, as is a mountain of the gods in the north (Mount Zaphon, cf. Ps. 48:2). Also the title for deity, Most High, is common in Ugaritic poems and refers to Baal Shamim (Lord of heaven). In Canaanite mytho-poetry Helal, a lesser god, tries to usurp power, but is defeated. This is behind Isaiahs imagery of an arrogant eastern potentate. This description of a proud, arrogant Near Eastern king is extended from vv. 811. Only v. 12, taken literally following the Vulgate, and a lack of knowledge of Ugaritic literature can use this context as referring to a rebellious angelic leader. See Contextual Insights, B.” [= Bagaimana / betapa kamu telah jatuh dari surga Kata kerja (BDB 656, KB 709, Qal Perfect) menunjuk suatu keadaan yang tetap. Pertanyaannya adalah, Apakah ini bersifat hurufiah atau kiasan / simbolis? Kata kerja itu digunakan untuk suatu kematian yang disebabkan oleh kekerasan (BDB 657, ay 2a). Yesaya menggunakannya dalam 3:8; 8:15 untuk kehancuran dari semua kota. Tetapi ungkapan tambahan dari surga, adalah apa yang menyebabkan penafsir-penafsir menegaskan / mempertahankan seorang makhluk yang bersifat malaikat, seperti juga kata-kata yang mirip dari Yesus dalam Luk 10:18. ... Istilah-istilah bintang pagi (HELAL) dan pagi (SHABAR) keduanya adalah nama-nama dari allah-allah / dewa-dewa dalam mitologi Kanaan, seperti gunung dari allah-allah / dewa-dewa di utara (Gunung Zafon, bdk. Maz 48:3). Juga gelar dari allah / dewa, Yang Maha Tinggi merupakan sesuatu yang umum dalam puisi-puisi Ugarit dan menunjuk pada Baal Shamim (Tuhan dari surga). Dalam puisi yang berhubungan dengan mitos / dongeng HELAL, seorang allah / dewa yang lebih kecil, berusaha untuk merebut kuasa, tetapi dikalahkan. Ini ada di belakang penggunaan bahasa simbolis oleh Yesaya tentang seorang raja Timur yang arogan. Penggambaran tentang seorang raja Timur Dekat yang sombong, arogan ini diperluas dari ay 8-11. Hanya ay 12, diterima / dianggap secara hurufiah mengikuti Vulgate, dan suatu kekurangan pengetahuan tentang literatur Ugarit, bisa menggunakan kontext ini sebagai menunjuk kepada seorang pemimpin malaikat yang memberontak. Lihat Pengertian-pengertian Kontextual, B.] - Libronix.
Catatan:
1. Istilah bintang pagi dalam bahasa Ibrani seharusnya adalah HEYLEL, bukan HELAL. Dan kata pagi seharusnya adalah SHAKHAR, bukan SHABAR. Buku yang saya gunakan ini adalah e-book (dari Libronix), sehingga bisa saja terjadi kesalahan-kesalahan seperti itu.
2. Dalam e-book-nya di Libronix, pada waktu huruf B yang terakhir dalam kutipan di atas ini (warna hijau) diklik, maka muncul penjelasannya, dan sebagian saya kutip di bawah ini.
Bob Utley: “C. I personally am feeling more and more uncomfortable using Isaiah 14 and Ezekiel 28 as biblical texts for the origin and demise of an angelic tempter. I think our curiosity drives us to use contexts inappropriately. The Bible is silent on many issues that we are curious about. Systematic Theology must start with exegesis! In many ways the spiritual realm is purposefully clouded, concealed.” [= C. Secara pribadi saya sedang merasa makin lama makin tidak nyaman dengan penggunaan Yes 14 dan Yeh 28 sebagai text-text Alkitab untuk asal usul dan kegagalan dari seorang pencoba yang bersifat malaikat. Saya kira keingin-tahuan kita mendorong kita untuk menggunakan kontext-kontext ini secara tidak tepat. Alkitab diam tentang banyak pokok yang kita ingin tahu. Theologia Sistimatis harus mulai dengan exegesis! Dalam banyak hal daerah rohani secara sengaja dikaburkan, disembunyikan.] - Libronix.
Saya beranggapan bahwa apa yang dikatakan oleh Bob Utley ini penting. Banyak orang punya rasa ingin tahu berkenaan dengan Iblis dan kejatuhannya. Dan rasa ingin tahu yang kelewat batas ini mendorong mereka untuk mencari dasar Alkitab tentang hal-hal itu! Padahal Alkitab sebetulnya diam / tak berkata apa-apa tentang hal-hal itu. Ada banyak hal yang MANUSIA kira penting, tetapi Alkitab tak berikan, karena ALLAH anggap tidak penting!
Sebagai contoh, tidak ada cerita dalam Alkitab tentang Yesus pada usia 12-30 tahun. Banyak rasul yang setelah kenaikan Yesus ke surga sama sekali tidak pernah diceritakan. Kematian dari kebanyakan rasul juga tidak diceritakan. Jadi memang Alkitab tidak menceritakan segala sesuatu! Ada banyak hal yang Alkitab tidak ceritakan. Jelas apa yang tidak diceritakan, Allah anggap tidak penting!
Bandingkan dengan ayat-ayat ini:
Yoh 20:30-31 - (30) Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, (31) tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam namaNya.”.
Yohanes 21:25 - “Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.”.
The Wesleyan Bible Commentary (catatan kaki tentang Yes 14:12): “Heb. helel, used only here, and variously explained, but probably meaning shining one. Day-star is thus an extension of the literal meaning, but one that fits the context. The Latin lucifer (light-bearer) is thus a good literal translation. But since Tertullian, Jerome, Gregory the Great, and others considered this a description of the fall of Satan (cf. Luke 10:18), the Latin word has come to be used as a name for Satan, and for most people has lost its original connotation. Since this passage clearly depicts the end of a reign, it does not fit the fall of Satan, though it is in some sense analogous to it. This passage describes the fall of the king of Babylon.” [= Kata Ibrani HELEL, digunakan hanya di sini, dan dijelaskan secara bervariasi, tetapi mungkin berarti (Seseorang) yang bersinar. Jadi bintang pagi merupakan suatu perluasan dari arti hurufiahnya, tetapi cocok dengan kontextnya. Jadi kata bahasa Latin LUCIFER (pembawa terang) merupakan suatu terjemahan hurufiah yang bagus. Tetapi sejak Tertullian, Jerome, Gregory yang Agung, dan yang lain-lain, menganggap ini sebagai suatu penggambaran tentang kejatuhan Iblis (bdk. Luk 10:18), kata Latin itu telah menjadi suatu kata yang digunakan sebagai suatu nama untuk Iblis, dan bagi kebanyakan orang telah kehilangan konotasi / arti orisinilnya. Karena text ini secara jelas menggambarkan akhir dari suatu pemerintahan, itu tidak cocok untuk kejatuhan Iblis, sekalipun itu dalam arti tertentu mirip dengannya. Text ini menggambarkan kejatuhan rasa Babel.] - Libronix.
E. J. Young (tentang Yes 14:12): Tertullian, Gregory the Great, and others have referred this verse to the fall of Satan, described in Luke 10:18. But the present passage pictures the end of a tyrannical reign. The Babylonian king had desired to be above God, and so fell from heaven. He falls to Sheol, and his power is done away. Not so Satan. His fall was against God, but he continues yet his tyrannical acts against Gods people. His doom is sure, for Christ has died, but not until the final judgment will he be confined to the lake of fire. Inasmuch, then, as this passage describes a kings downfall and removal from the scene, it cannot apply to Satan. [= Tertulian, Gregory yang Agung, dan orang-orang lain telah mengarahkan / menghubungkan ayat ini pada kejatuhan Iblis, yang digambarkan dalam Luk 10:18. Tetapi text yang sekarang ini menggambarkan akhir dari suatu pemerintahan yang bersifat tiran. Raja Babel telah menginginkan untuk menjadi di atas Allah, dan karena itu jatuh dari surga. Ia jatuh ke Sheol, dan kuasanya diakhiri. Tidak demikian dengan Iblis. Kejatuhannya adalah terhadap / menentang Allah, tetapi ia meneruskan tindakannya yang bersifat tiran terhadap / menentang umat Allah. Kehancuran / penghukumannya adalah pasti, karena Kristus telah mati, tetapi baru pada penghakiman akhir ia dibatasi pada lautan api. Jadi, dengan mempertimbangkan bahwa text ini menggambarkan kejatuhan seorang raja dan penyingkirannya dari tempat kejadian / ruang lingkup aktivitas, itu tidak bisa diterapkan kepada Iblis.].
Jadi, E. J. Young dan penafsir dari The Wesleyan Bible Commentary itu memberi argumentasi mengapa mereka tidak setuju kalau raja Babel menunjuk kepada Iblis. Text Yes 14 itu mengatakan orang itu dihancurkan, kuasanya diakhiri. Kalau untuk raja Babel itu cocok. Tetapi untuk Iblis itu tidak cocok. Sampai sekarang Iblis tetap punya kuasa, dan terus berjuang untuk melawan Allah dan anak-anakNya! Baru pada akhir jaman nanti (kedatangan Yesus yang kedua-kalinya), ia dibuang ke neraka selama-lamanya (Wah 20:10).
Silahkan ES menjawab argumentasi ini.
Dari 21 penafsir yang saya gunakan, 4 masuk grup 1, 2 masuk grup 2, dan 15 masuk grup 3. Jadi, kalau dari sudut para penafsir, maka mayoritas justru menentang kalau Yes 14:12 itu menunjuk kepada Iblis dan kejatuhannya!
CORPUS DELICTI (3)
Rabu lalu (tanggal 10-10-2018) kita sudah membahas bahwa Yes 14:12 tidak menunjuk kepada Iblis dan kejatuhannya.
Tidak fair kalau kita tidak melihat bagaimana argumentasi ES dalam hal ini.
Untuk itu kita akan nonton video ES yang berjudul “Lucifer, anak Allah yang jatuh, part 1” (menit 8:30-9:54).
Ini transkripnya (ditulis oleh ND):
Catatan:
a) Transkrip ini tidak bisa persis mutlak, kadang-kadang karena kurang teliti, kadang-kadang karena kata yang diucapkan sukar terdengar, dan sebagainya. Tetapi semua itu bukan masalah, karena kita bisa menangkap maksudnya.
b) Kalau ES mengucapkan / menuliskan secara salah, maka transkrip mengikuti ES.
c) Kitab, pasal dan ayat yang saya tulis dengan huruf dengan font yang kecil, itu tambahan dari saya. Demikian juga dengan menit, dan detik dari video ini, pewarnaan huruf, garis bawah, penggunaan huruf tebal / bold, dan sebagainya.
d) Dalam membahas transkrip ini, saya memotong-motong transkrip yang kedua, tetapi tetap memasukkan seluruhnya, dan di sela-selanya, saya memberikan tanggapan saya.
===============================================
“(Mnt 8:30) ya harus lihat kitab Perjanjian Lama yang bicara soal makhluk ini dan tidak ada data kecuali Yehezkiel dan Yesaya yang ditentang banyak teolog hari ini. Itu sebenarnya menunjuk raja Babel dan raja Tirus. Beta juga tahu. Kok dipake keluar konteks? Nanti kita lihat apakah benar? Haa… ini kita buktikan di situ. Nanti kita buktikan tapi sekarang saya ngomong dulu di sini. Ya, oke? nanti kita akan buktikan. Kan penentangan orang banyak itu. Raja…itu raja Babel dan raja Tirus, itu bukan Lucifer. Nanti akan kita buktikan, bagaimana Matius mengutip Hosea bahwa Israel menjadi tipologi dari Yesus, yang sejajar dengan raja Tirus, raja Babel, tipologi dari Lucifer. Nah tapi kalo masih nggak mau ngerti, ya sudah. Kalo you nggak ngerti ini, saya mau tanya: lalu kira-kira iblis dari mana? Coba situ jawab. Ya tapi Tuhan berkata dari mulanya dia memang seorang penipu atau pembohong; dari mulanya itu dari mulai taman Eden atau sebelum taman Eden? Kita kan harus cerdas? (Menit 9:54)”.
===============================================
Saya beri sedikit komentar saja tentang bagian ini:
1) Saya sampai sekarang tak mengerti mengapa begitu penting untuk tahu tentang Iblis (namanya maupun kejatuhannya). Bagi saya itu tak penting. Kalau nama sama sekali tak penting. Kalau kejatuhannya, ada pentingnya, tetapi tak tahupun tak masalah!
Pertanyaan ES: “Kalo you nggak ngerti ini, saya tanya: lalu kira-kira iblis dari mana? Coba situ jawab.”
Saya jawab:
Apa memang saya harus bisa jawab? Lagi-lagi, bagi ES itu penting, bagi saya tidak. Jadi tidak masalah saya tidak bisa jawab. Yang tidak ada dalam Alkitab, ya saya tidak bisa jawab. Mungkin karena merasa hal ini begitu penting, maka ES lalu mencari-cari mati-matian dalam Alkitab, sehingga lalu menggunakan EISEGESIS, dan bukannya EXEGESIS!
Untuk mengerti apa itu EISEGESIS dan apa itu EXEGESIS, mari kita membaca dua kutipan di bawah ini.
Henry A. Virkler: “Throughout history a second set of presuppositions and methods has been manifested in a variety of ways. The basic premise has been that the meaning of a text is discoverable, not by the methods usually used to understand communication between persons but by the use of some special interpretive key. The result of the use of most of these interpretive keys has been to impart the reader’s meaning to the text (eisegesis) rather than to read the author‘s meaning from the text (exegesis).” [= Dalam sepanjang sejarah suatu set kedua dari anggapan-anggapan dan metode-metode telah dimanifestasikan dalam bermacam-macam cara. Premis / pernyataan dasar adalah bahwa arti dari suatu text bisa ditemukan, bukan dengan metode-metode yang biasanya digunakan untuk mengerti komunikasi antar pribadi, tetapi dengan menggunakan kunci-kunci penafsiran yang khusus. Hasil dari penggunaan dari kebanyakan dari kunci-kunci penafsiran ini adalah menanamkan arti dari si pembaca pada text itu (EISEGESIS) dan bukannya membaca arti dari si pengarang dari text itu (EXEGESIS).] - ‘Principles and Processes of Biblical Interpretation’, hal 77 (Libronix).
Karena itu, pada waktu ES mengecualikan Yes 14 dan Yeh 28, sehingga dua text ini bisa diartikan secara simbolis (ini akan kita lihat dalam kata-kata ES belakangan), menurut saya ia melakukan EISEGESIS, dan bukannya EXEGESIS!
Henry A. Virkler: “Exegesis applies the principles of hermeneutics to understand the author’s intended meaning.” [= Exegesis menerapkan prinsip-prinsip dari Hermeneutics untuk mengerti arti yang dimaksudkan si pengarang.] - ‘Principles and Processes of Biblical Interpretation’, hal 40 (Libronix).
Kalau prinsip Hermeneutics dilanggar, yang dihasilkan adalah EISEGESIS, bukan EXEGESIS.
2) Lalu kata-kata bagian akhir dari ES: “Ya tapi Tuhan berkata dari mulanya dia memang seorang penipu atau pembohong; dari mulanya itu dari mulai taman Eden atau sebelum taman Eden? Kita kan harus cerdas?”.
Saya jawab:
Apa hubungannya??? Untuk apa tahu itu ‘mulai dari taman Eden atau sebelum taman Eden’??
Terus terang, saya malah tak lihat kecerdasan di sini.
Mari kita nonton video lanjutannya, tetapi agak meloncat ke bagian belakang (Menit 27:48-selesai).
Ini transkripnya (ditulis oleh ND) dan tanggapannya oleh saya:
===============================================
“(Menit 27:48) Iblis ini realitas. Keberadaan oknum jahat tersebut tidak diragukan. Seluruh Alkitab, semua pasti memuat ini. Nah kita tidak menemukan asal usul iblis dalam Alkitab, kecuali Yehezkiel dan Yesaya. Nah, saya mengerti bahwa banyak teolog termasuk di GBI, termasuk di gereja-gereja karismatik, tidak setuju kalau Yehezkiel dan Yesaya itu menjadi landasan dari pemahaman mengenai asal usul Lucifer. Serangannya hebat.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
Saya kok sama sekali tidak yakin kalau dari kalangan GBI banyak, atau bahkan ada, yang tidak setuju kalau Lucifer itu nama Iblis. Bisakah ES sebutkan Teolog yang mana??
============Lanjutan kata-kata ES===================
Nah saudaraku sekalian, orang-orang ini berpikir kaku. Biasanya mereka memandang bahwa alegori itu penafsiran yang mutlak salah. Alegori artinya penafsiran yang berdasarkan pertimbangan benda-benda di dalam Perjanjian Lama, benda-benda dalam Perjanjian Lama, atau orang-orang tertentu diartikan rohani. Itu dianggap mutlak atau sesat sama sekali. Kalau saya mengatakan berbahaya – alegori itu berbahaya sekali. Tapi bukan berarti selalu salah. Nah kalau Alkitab mengatakan seperti ular dinaikkan di padang gurun, ular jaman Musa, namanya Nehustan (Bil 21:1-9). Ular dinaikkan padang gurun, demikian pula Yesus dinaikkan. Lho, itu kan alegori sebenarnya. Kalau mau jujur, tapi tidak mau mengakui itu alegori. Tuhan berkata nanti ular akan mematuk tumit keturunan perempuan ini tapi keturunan perempuan ini akan menginjak kepala ular. Ini juga sebenarnya sebuah alegori…bisa diartikan begitu.
==============================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Tentang ‘berpikir kaku’, saya justru beranggapan bahwa kalau sudah mempersoalkan hukum-hukum / rumus-rumus Hermeneutics, kita harus berpikir kaku.
Misalnya, jelas merupakan rumus Hermeneutics yang benar bahwa orang harus menafsir sesuai kontext. Apakah dalam text-text tertentu ini boleh dilanggar? Tidak bisa. Setiap pelanggaran dalam hal ini adalah salah. Kalau ini diijinkan dalam kasus-kasus tertentu, maka saya bertanya: dalam kasus yang bagaimana ini boleh dilanggar? Dan apa dasarnya?
Contoh yang lain, merupakan suatu rumus Hermeneutics yang sangat penting bahwa dalam menafsir kita harus mengharmoniskan ayat-ayat dalam Alkitab, dan kita tidak pernah boleh menafsirkan ayat yang satu sehingga bertentangan dengan ayat yang lain. Tidak ada perkecualian di sini. Harus ‘berpikir kaku’!
Demikian juga dalam hal alegori. Kalau textnya memang sifatnya alegori tentu boleh, dan bahkan harus, ditafsirkan sebagai alegori. Tetapi text yang memang bukan alegori, seperti cerita sejarah, mutlak tidak boleh ditafsirkan sebagai alegori! Tak ada tawar menawar dalam hal ini!
Tetapi dengan mencela tindakan ‘berpikir kaku’ ini ES secara implicit mau ‘berpikir secara bebas’, atau setidaknya, dalam text-text tertentu, kita boleh berpikir bebas. Ini justru yang menyebabkan jadi masalah besar, karena akan / bisa memunculkan ajaran-ajaran yang kacau balau.
Saya akan mengutip ulang dari Virkler (yang di atas sudah saya kutip).
Henry A. Virkler: “Throughout history a second set of presuppositions and methods has been manifested in a variety of ways. The basic premise has been that the meaning of a text is discoverable, not by the methods usually used to understand communication between persons but by the use of some special interpretive key. The result of the use of most of these interpretive keys has been to impart the reader’s meaning to the text (eisegesis) rather than to read the author‘s meaning from the text (exegesis).” [= Dalam sepanjang sejarah suatu set kedua dari anggapan-anggapan dan metode-metode telah dimanifestasikan dalam bermacam-macam cara. Premis / pernyataan dasar adalah bahwa arti dari suatu text bisa ditemukan, bukan dengan metode-metode yang biasanya digunakan untuk mengerti komunikasi antar pribadi, tetapi dengan menggunakan kunci-kunci penafsiran yang khusus. Hasil dari penggunaan dari kebanyakan dari kunci-kunci penafsiran ini adalah menanamkan arti dari si pembaca pada text itu (EISEGESIS) dan bukannya membaca arti dari si pengarang dari text itu (EXEGESIS).] - ‘Principles and Processes of Biblical Interpretation’, hal 77 (Libronix).
2) Dari kata-katanya di sini, kelihatannya ES, yang mengaku mengerti Hermeneutics dsb, ternyata mengacau-balaukan antara dua hal dalam Hermeneutics, yaitu ‘alegori’ dan ‘type’.
Dalam Hermeneutics, yang disebut dengan ‘alegori’ adalah semacam perumpamaan, mirip dengan perumpamaan, tetapi bedanya adalah, dalam perumpamaan, ceritanya terpisah dari arti yang diberikan, sedangkan dalam alegori, cerita dan arti dicampur atau dituliskan berselang-seling (sebentar ceritanya, sebentar artinya, lalu ceritanya lagi, lalu artinya lagi, dst).
Sebagai contoh dari perumpamaan, yaitu Mat 13:3-8,18-23 - “(3) Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. KataNya: ‘Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. (4) Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. (5) Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. (6) Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. (7) Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. (8) Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. ... (18) Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. (19) Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. (20) Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. (21) Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad. (22) Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. (23) Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.’”.
Sebagai contoh dari alegori, yaitu Yoh 15:1-8 - “(1) ‘Akulah pokok anggur yang benar dan BapaKulah pengusahanya. (2) Setiap ranting padaKu yang tidak berbuah, dipotongNya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkanNya, supaya ia lebih banyak berbuah. (3) Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. (4) Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. (5) Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. (6) Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. (7) Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firmanKu tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. (8) Dalam hal inilah BapaKu dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-muridKu.’”.
Catatan: yang saya beri warna biru adalah ceritanya, sedangkan yang saya beri warna merah adalah artinya. Bisa terlihat dengan jelas bahwa cerita dan arti berselang-seling dalam text ini.
Henry A. Virkler: “Two of the simplest literary devices are SIMILES and METAPHORS. A SIMILE is simply an expressed comparison: it typically uses the words ‘like’ or ‘as’ (e.g., ‘the kingdom of heaven is like …’). The emphasis is on some point of similarity between two ideas, groups, actions, and so on. The subject and the thing with which it is being compared are kept separate (i.e., not ‘the kingdom of heaven is …’ but rather ‘the kingdom of heaven is like …’). A METAPHOR is an unexpressed comparison: it does not use the words ‘like’ or ‘as.’ The subject and the thing with which it is being compared are intertwined rather than kept separate. Jesus used METAPHORS when he said, ‘I am the bread of life’ (John 6:35, 48) and ‘You are the light of the world’ (Matt. 5:14). Although the subject and its comparison are identified as one, the author does not intend his words to be taken literally: Christ is no more a piece of bread than Christians are photon emitters. In both SIMILES and METAPHORS, because of their compact nature, the author usually intends to stress a single point (e.g., that Christ is the source of sustenance for our spiritual lives or that Christians are to be examples of godly living in an ungodly world).” [= Dua dari alat-alat yang berhubungan dengan literatur adalah SIMILE dan METAFOR. Suatu SIMILE secara sederhana merupakan suatu perbandingan yang dinyatakan: itu biasanya menggunakan kata ‘seperti’ (contoh, Kerajaan Surga adalah seperti ...’). Penekanannya adalah pada beberapa titik / pokok kemiripan antara kedua gagasan, kelompok, tindakan, dan seterusnya. Pokok dan hal dengan mana itu sedang dibandingkan dijaga untuk tetap terpisah (misalnya, bukan ‘kerajaan surga adalah ...’ tetapi ‘kerajaan surga itu seperti ...’). Suatu METAFOR adalah suatu perbandingan yang tidak dinyatakan: itu tidak menggunakan kata ‘seperti’. Pokoknya dan hal dengan mana itu sedang dibandingkan digabungkan / disatukan dan bukannya dijaga untuk tetap terpisah. Yesus menggunakan METAFOR pada waktu Ia berkata, ‘Akulah roti hidup’ (Yoh 6:35,48) dan ‘Kamu adalah terang dunia’ (Mat 5:14). Sekalipun pokoknya dan perbandingannya dianggap sebagai identik / disamakan sebagai satu, si pengarang tidak memaksudkan kata-katanya diartikan secara hurufiah: Kristus bukanlah sepotong roti, sama seperti orang-orang Kristen bukanlah pemancar cahaya. Baik dalam SIMILE maupun METAFOR, karena sifat mereka yang singkat / padat, si pengarang biasanya memaksudkan satu titik / pokok (contoh, bahwa Kristus adalah sumber dari makanan untuk kehidupan rohani kita atau bahwa orang-orang Kristen adalah contoh-contoh dari kehidupan yang saleh dalam suatu dunia yang jahat).] - ‘Principles and Processes of Biblical Interpretation’, hal 148 (Libronix).
Henry A. Virkler: “On the most basic level, the English word PARABLE refers to an extended simile. The comparison is expressed, and the subject and the thing compared, explained more fully, are kept separate. Similarly an ALLEGORY can be understood as an extended metaphor: the comparison is unexpressed, and the subject and the thing compared are intermingled.” [= Pada level yang paling dasari, kata bahasa Inggris PARABLE / PERUMPAMAAN menunjuk pada suatu SIMILE yang panjang. Perbandingannya dinyatakan, dan pokoknya dan hal yang dibandingkan, dijelaskan secara lebih penuh, dijaga untuk tetap terpisah. Secara mirip suatu ALEGORY bisa dimengerti sebagai suatu METAFOR yang panjang: perbandingannya tidak dinyatakan, dan pokok dan hal yang dibandingkan digabungkan / disatukan.] - ‘Principles and Processes of Biblical Interpretation’, hal 148 (Libronix).
Henry A. Virkler: “Allegories. Just as a parable is an extended simile, so an allegory is an extended metaphor. An allegory differs from a strict parable, as noted earlier, in that a parable typically keeps the story distinct from its interpretation or application, while an allegory intertwines the story and its meaning. ... Scripture contains many allegories. The allegory of Christ as the true vine (John 15:1–17) is analyzed here to show the relationship of the several points of comparison to the meaning of the passage.” [= ALEGORY. Sama seperti suatu PERUMPAMAAN adalah suatu SIMILE yang panjang, demikian juga ALEGORY adalah suatu METAFOR yang panjang. Suatu ALEGORY berbeda dari suatu PERUMPAMAAN yang ketat, seperti sudah diperhatikan tadi, dalam hal bahwa suatu PERUMPAMAAN biasanya menjaga ceritanya terpisah dari penafsirannya dan artinya. ... Kitab Suci mengandung banyak alegory. Alegory dari Kristus sebagai pokok anggur yang benar (Yoh 15:1-17) dianalisa di sini untuk menunjukkan hubungan dari beberapa pokok dari perbandingan dengan arti dari text itu.] - ‘Principles and Processes of Biblical Interpretation’, hal 160 (Libronix).
Catatan: saya kira seharusnya textnya adalah Yoh 15:1-7.
Henry A. Virkler: “Types. The Greek word TYPOS, to which the word TYPE is related, has a variety of denotations in the New Testament. The basic ideas expressed by TYPOS and its synonyms are the concepts of resemblance, likeness, and similarity. David Baker provides a solid general definition identifying a type as ‘a biblical event, person or institution which serves as an example or pattern for other events, persons or institutions.’ A typological relationship exists between an initial event that through divine inspiration foreshadows a corresponding event occurring at a later time in salvation history. ... Typology is based on the assumption that there is a pattern in God’s work throughout salvation history. God prefigured his redemptive work in the Old Testament and fulfilled it in the New; in the Old Testament are shadows of things to be more fully revealed in the New. ... The prefigurement is called the TYPE; the corresponding figure is called the ANTITYPE.” [= TYPE. Kata Yunani TUPOS, dengan mana kata TYPE berhubungan, mempunyai bermacam-macam petunjuk / arti dalam Perjanjian Baru. Gagasan-gagasan dasar yang dinyatakan oleh TUPOS dan sinonim-sinonimnya adalah konsep-konsep dari keserupaan dan kemiripan. David Baker menyediakan suatu definisi umum yang padat yang mengenali suatu TYPE sebagai ‘suatu peristiwa, pribadi atau institusi dalam Alkitab yang berfungsi sebagai suatu model atau pola untuk peristiwa-peristiwa, pribadi-pribadi atau institusi-institusi yang lain’. Hubungan yang bersifat TYPE ada antara suatu peristiwa yang terjadi mula-mula / lebih dulu, yang melalui pengilhaman Ilahi membayangkan terlebih dulu suatu peristiwa yang sesuai / cocok yang terjadi pada waktu belakangan dalam sejarah keselamatan. ... TYPOLOGY didasarkan pada anggapan bahwa di sana ada suatu pola dalam pekerjaan Allah melalui sejarah keselamatan. Allah membayangkan lebih dulu pekerjaan penebusanNya dalam Perjanjian Lama dan menggenapinya dalam Perjanjian Baru; dalam Perjanjian Lama ada bayangan dari hal-hal yang akan / harus dinyatakan secara lebih penuh dalam Perjanjian Baru. ... Pembayangan lebih dulunya disebut TYPE; gambaran yang sesuai / cocok disebut ANTI-TYPE.] - ‘Principles and Processes of Biblical Interpretation’, hal 181,182,183 (Libronix).
Henry A. Virkler: “A well-known example of a biblical type is found in John 3:14–15, where Jesus says, ‘Just as Moses lifted up the snake in the desert, so the Son of Man must be lifted up, that everyone who believes in him may have eternal life.’ Jesus points out two corresponding resemblances: (1) the lifting up of the serpent and of himself, and (2) life for those who respond to the object lifted up.” [= Suatu contoh yang terkenal dari suatu TYPE Alkitab ditemukan dalam Yoh 3:14-15, dimana Yesus berkata, ‘Sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya mempunyai hidup yang kekal’. Yesus menunjukkan dua kemiripan yang cocok: (1) peninggian dari ular dan dari diriNya sendiri, dan (2) kehidupan untuk mereka yang menanggapi obyek yang ditinggikan.] - ‘Principles and Processes of Biblical Interpretation’, hal 182 (Libronix).
Jadi kalau ES mengatakan bahwa cerita ular tembaga itu adalah alegori, maka menurut Virkler itu salah. Itu bukan alegori, tetapi TYPE!
Henry A. Virkler: “Types are similar to symbols and can even be considered a special kind of symbol. However, there are two differentiating characteristics. First, symbols serve as signs of something they represent without necessarily being similar in any respect, whereas types resemble in one or more ways the things they prefigure. For example, bread and wine are symbols of Christ’s body and blood; the seven golden lampstands (Rev. 1:20) are symbols of the churches in Asia. There is no necessary similarity between the symbol and the thing it symbolizes as there is between a type and its antitype. Second, types point forward in time, whereas symbols may not. A type always historically precedes its antitype, whereas a symbol may precede, exist concurrently with, or come after the thing it symbolizes.” [= TYPE-TYPE mirip dengan simbol-simbol dan bahkan bisa dianggap sebagai sejenis simbol yang khusus. Tetapi, di sana ada dua ciri yang membedakan. Pertama, simbol-simbol berfungsi sebagai tanda-tanda dari sesuatu yang mereka wakili tanpa harus ada kemiripan dalam segi apapun, sedangkan TYPE-TYPE menyerupai dalam satu atau lebih cara hal-hal yang mereka bayangkan lebih dulu. Sebagai contoh, roti dan anggur adalah simbol-simbol dari tubuh dan darah Kristus; tujuh kaki dian (Wah 1:20) adalah simbol-simbol dari gereja-gereja di Asia. Di sana tidak ada keharusan adanya kemiripan antara simbol dan hal yang disimbolkannya seperti di sana harus ada antara suatu TYPE dan anti-TYPEnya. Kedua, TYPE-TYPE menunjuk ke depan dalam waktu, sedangkan simbol-simbol bisa tidak. Suatu TYPE secara sejarah selalu mendahului anti-TYPEnya, sedangkan suatu simbol bisa mendahului, ada bersamaan dengan, atau datang setelah hal yang disimbolkannya.] - ‘Principles and Processes of Biblical Interpretation’, hal 183 (Libronix).
Awas, ALLEGORISME / PENGALLEGORIAN berbeda dengan ALLEGORY. Kalau suatu cerita / text memang merupakan suatu allegory, seperti Yoh 15:1-7 Ef 6:13-17 dsb, maka memang HARUS diartikan sebagai allegory. Tidak ada bahaya sama sekali di sini. Jadi, kata-kata ES di atas “Kalau saya mengatakan berbahaya - alegori itu berbahaya sekali. Tapi bukan berarti selalu salah.”, bagi saya sama sekali salah!
Kalau suatu allegory ditafsirkan sebagai allegory, tidak ada bahaya sama sekali. Itu benar. Tetapi pada waktu suatu cerita sejarah biasa, yang tidak bersifat allegory lalu ditafsirkan sebagai suatu allegory, maka itu salah, dan bahkan SELALU salah, dan itu yang disebut dengan ALLEGORISME / PENGALLEGORIAN.
Henry A. Virkler: “Typology is also to be distinguished from ALLEGORISM. Typology is the search for links between historical events, persons, or things within salvation history; ALLEGORISM is the search for secondary and hidden meanings underlying the primary and obvious meaning of a historical narrative. Typology rests on an objective understanding of the historical narrative, whereas allegorizing imports subjective meanings into it. For example, in the typological allusion in John 3:14–15 we recognize the existence of a real serpent and a real Christ, one as a type, the other as an antitype. The historical circumstances surrounding both present the key to understanding the relationship between them. In contrast, in ALLEGORISM the interpreter attributes meaning to a story that would ordinarily not be deduced from a straightforward understanding of it. For example, one ALLEGORIZATION of the story of Herod’s massacre of the infants in Bethlehem states that ‘the fact that only the children of two years old and under were murdered while those of three presumably escaped is meant to teach us that those who hold the Trinitarian faith will be saved whereas Binitarians and Unitarians will undoubtedly perish.’” [= Typology juga harus dibedakan dari ALLEGORISME. Typology adalah pencarian /pemeriksaan untuk hubungan-hubungan antara peristiwa-peristiwa, pribadi-pribadi, atau hal-hal yang bersifat sejarah dalam sejarah keselamatan; ALLEGORISME adalah pencarian untuk arti-arti kedua dan tersembunyi yang terletak di bawah arti utama dan jelas dari suatu cerita sejarah. Typology berdasarkan pada suatu pengertian yang OBYEKTIF tentang cerita sejarah, sedangkan pengallegorian memasukkan arti-arti SUBYEKTIF ke dalamnya. Sebagai contoh, dalam hubungan tak langsung yang bersifat typology dalam Yoh 3:14-15 kita mengenali / tahu adanya keberadaan dari suatu ular yang nyata dan suatu Kristus yang nyata, satu sebagai suatu TYPE, yang lain sebagai suatu anti-TYPE. Keadaan-keadaan yang bersifat sejarah yang mengelilingi keduanya menunjukkan kunci pada pengertian akan hubungan antara mereka. Sebagai kontrasnya, dalam ALLEGORISME si penafsir menganggap arti sebagai milik dari suatu cerita, yang secara umum / biasanya tidak akan ditarik dari suatu pengertian yang jujur dari / tentangnya. Sebagai contoh, satu PENGALLEGORIAN dari cerita tentang pembantaian yang dilakukan oleh Herodes terhadap bayi-bayi di Betlehem menyatakan bahwa ‘fakta bahwa hanya anak-anak dari usia dua tahun dan di bawahnya dibunuh, sedangkan mereka yang berusia tiga tahun bisa dianggap lolos dimaksudkan untuk mengajar kita bahwa mereka yang memegang iman Tritunggal akan diselamatkan, sedangkan orang-orang yang mempercayai Dwitunggal dan para Unitarian tak diragukan akan binasa’.] - ‘Principles and Processes of Biblical Interpretation’, hal 183 (Libronix).
Yoh 3:14-15 - “(14) Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, (15) supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal.”.
Matius 2:16 - “Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu ANAK-ANAK YANG BERUMUR DUA TAHUN KE BAWAH, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu.”.
Kalau di atas tadi ES berkata “Kalau saya mengatakan berbahaya – alegori itu berbahaya sekali. Tapi bukan berarti selalu salah.”, maka mungkin yang ES maksudkan adalah pengalegorian ini. Tetapi kalau memang ini yang ES maksudkan, maka saya tak bisa menerima kata-kata ES ‘bukan berarti selalu salah’. Bagi saya, itu SELALU SALAH!!
===============Lanjutan kata-kata ES================
Tapi, Pak, kalau Yesaya 14, Yehezkiel 28 memang jelas itu kan Babel, raja Babel. Jelas itu raja Tirus, kok bisa dianggap sebagai Lucifer? Suka-suka saja! Lho?! (MENIT 30) Kalau saya ya Bapak, Ibu hampir, bukan hampir, memang tidak pernah menafsirkan sebuah kisah Perjanjian Lama, diartikan rohani. Kita nggak berani. Tapi saya satu-satunya yang saya berani adalah Yesaya 14, Yehezkiel 28. Kenapa? Hanya satu-satunya, sebab kalau di Alkitab, anda menemukan Mat 2:15 ini diambil dari Hosea 11:1. Matius 2:15 berbunyi apa? dari Mesir kupanggil AnakKu. Maksudnya Yesus. Ini Israel. Ini diambil dari Hosea pasal 11:1. Dari Israel Kupanggil AnakKu. Tetapi Matius hanya pungut satu ayat ini: Hosea 11:1. Coba dibaca ayat berikutnya. Tetapi mereka memberontak…mereka tidak dengar-dengaran, mereka keras kepala. Nggak dipungut. Dia hanya ambil satu ayat saja. Lalu ini dianggap sebagai tipologi – namanya tipologi, yang sama dengan gambaran. Israel menjadi gambaran Yesus. Waktu itu Tuhan Yesus dibawa mama papaNya secara daging, yaitu Yusuf dan Maria ke Mesir karena Herodes bermaksud mau membunuh bayi atau anak Yesus – Yesus masih kanak-kanak, maksudnya; melarikan diri ke Mesir, tapi ketika Herodes meninggal, mereka balik kembali, balik ke Nazareth nantinya. Hal itu terjadi sesuai dengan firman Tuhan: dari Mesir Kupanggil AnakKu. Ini diambil dari Hosea 11:1. Tapi ayat berikutnya (Matius 2:15 - suara ES tdk jelas) tidak diperhatikan. Diabaikan oleh Matius. Ayo ... ayo apa ini? Ini bukan alegori? Ini keluar konteks. Matius salah! Kalau kacamata orang yang menyerang bahwa raja Tirus, itu Babel tuh, bukan Lucifer.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
Hos 11:1 itu bukan alegori, tetapi TYPE! Lagi-lagi ES mengacaukan antara alegori dan TYPE.
Dalam Hosea 11:1 ‘Israel’ adalah TYPE-nya, dan dalam Mat 2:15 ‘Yesus’ adalah anti-TYPE-nya. Persamaannya, keduanya sama-sama keluar dari Mesir, dan keduanya adalah ‘anak Allah’ (untuk Yesus ‘Anak Allah’).
Sekarang mari kita melihat kedua ayat itu.
Mat 2:14-15 - “(14) Maka Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibuNya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, (15) dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: ‘Dari Mesir Kupanggil AnakKu.’”.
Hos 11:1-2 - “(1) Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anakKu itu. (2) Makin Kupanggil mereka, makin pergi mereka itu dari hadapanKu; mereka mempersembahkan korban kepada para Baal, dan membakar korban kepada patung-patung.”.
William Hendriksen (tentang Matius 2:15): “There follows: ‘that what was spoken by the Lord through the prophet might be fulfilled, Out of Egypt I called my son.’ ... ‘When Israel was a child, then I loved him, and called my son out of Egypt’ (Hos. 11:1). ... Perhaps most relevant in connection with both Hos. 11:1 and Matt. 2:15 is Exod. 4:22: ‘Israel is my son, my firstborn’; ... WHEN MATTHEW QUOTES HOS. 11:1 AND APPLIES IT TO CHRIST, IT IS EVIDENT THAT HE REGARDS ISRAEL AS A TYPE OF THE MESSIAH. Jesus Christ, too, is God’s Son. This is true in the deepest, trinitarian, sense of the term (cf. John 1:14). Just as Pharaoh, that cruel king, had tried to destroy Israel, so another king, namely Herod, at least equally cruel, was attempting to destroy Christ. But just as on the way to Egypt, during their stay in that house of bondage, and in their exodus Jehovah had protected his people, so God had protected his Son, not only on the way to Egypt and during his temporary residence there but also on the way back. The Messiah was, as it were, recapitulating the history of his people Israel.” [= Di sana mengikuti: ‘supaya apa yang dikatakan oleh Tuhan melalui sang nabi bisa digenapi, ‘Dari Mesir Kupanggil AnakKu’. ‘Pada waktu Israel adalah seorang anak, maka Kukasihi dia, dan memanggil anakKu keluar dari Mesir’ (Hos 11:1). ... Mungkin yang paling relevan dalam hubungan dengan baik Hos 11:1 maupun Mat 2:15 adalah Kel 4:22: ‘Israel adalah anakKu, anak sulungKu’; ... PADA WAKTU MATIUS MENGUTIP HOS 11:1 DAN MENERAPKANNYA KEPADA KRISTUS, ADALAH JELAS BAHWA IA MENGANGGAP ISRAEL SEBAGAI SUATU TYPE DARI SANG MESIAS. Yesus Kristus, juga, adalah Anak Allah. Ini benar dalam arti yang terdalam, dan bersifat Tritunggal, dari istilah itu (bdk. Yoh 1:14). Sama seperti Firaun, raja yang kejam itu, telah berusaha untuk menghancurkan Israel, demikian juga raja yang lain, yaitu Herodes, sedikitnya sama kejamnya, berusaha untuk menghancurkan Kristus. Tetapi sama seperti dalam perjalanan ke Mesir, selama mereka tinggal di rumah perbudakan itu, dan dalam keluarnya mereka, Yehovah telah melindungi bangsa / umatNya, demikian juga Allah telah melindungi AnakNya, bukan hanya dalam perjalanan ke Mesir dan selama Ia tinggal sementara di sana, tetapi juga dalam perjalanan kembali. Sang Mesias seakan-akan, sedang mengulangi sejarah dari bangsa IsraelNya.].
Keluaran 4:22 - “Maka engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah firman TUHAN: Israel ialah anakKu, anakKu yang sulung;”.
Yohanes 1:14 - “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak TUNGGAL Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”.
Lenski (tentang Matius 2:15): “‘And he was there until the death of Herod, that it might be fulfilled what was spoken by the Lord through the prophet, saying, Out of Egypt did I call my son.’ ... Matthew naturally discards the LXX with its plural τὰ τέκνα, which is well enough for general purposes but not nearly exact enough for what the prophet really says and what Matthew intends to use. So he himself translates the Hebrew: ‘Out of Egypt did I call my son.’ ... Now Hos. 11:1 is really only a historical statement although it is made by Jehovah himself. The first line of the passage, ‘When Israel was a child, then I loved him,’ shows that Jehovah is speaking of the childhood period of Israel when the young nation grew up in Egypt. Matthew reads Hos. 11:1 in exactly that sense and changes nothing. AND YET HE SAYS THAT THIS STATEMENT OF THE PROPHET FOUND ITS FULFILLMENT WHEN THE CHILD JESUS DWELT IN EGYPT. In what sense does Matthew understand: ‘that it might be fulfilled’? He certainly intends more than a mere coincident resemblance between the childhood of Israel as Jehovah’s son or chosen nation and the childhood of Jesus, the divine Son, both spending their early days in Egypt and thus both being called back from Egypt into the Holy Land. Mere accidental coincidences amount to little. Matthew sees far more here. Mere escape from Herod was not nearly all that God had in mind for Jesus. Then he might have arranged for the transfer of the holy family to Babylon by the aid of the magi. Abstractly considered it would have made no difference from what foreign land God would recall Jesus. WHAT MATTHEW POINTS OUT IS AN INNER AND DIVINELY INTENDED CONNECTION BETWEEN THE TWO SOJOURNS IN EGYPT. God brought about the first sojourn and made that first sojourn a factual prophecy of the second, which he also brought about. THE FIRST IS THUS A DIVINELY INTENDED TYPE OF THE SECOND. It is not accidental that the angel sent Joseph to Egypt and to no other land. ... It is always the antitype which reveals the type as what it really is in God’s original intention. So here we see how the wickedness of Jacob’s sons brought Joseph to Egypt, and Herod’s wickedness did the same in the case of Jesus. Again, God caused this wickedness to lead to a refuge for the youthful people Israel in the shelter of Egypt, and then sheltered Jesus in Egypt in the same way. His wisdom and his love arranged it all. But God did more. Into the type he laid the key for the future recognition of the antitype. Matthew does not refer merely to the fact of Israel’s early sojourn in Egypt. The fact itself contains no key. He takes Hosea’s inspired statement of the fact in which the child Israel is by Jehovah himself called ‘my son.’ Read apart from the antitype, this designation had only its ordinary meaning, but read in conjunction with the antitype Jesus, ‘my son’ becomes highly significant. Deut. 32:18 states that Israel was begotten as Jehovah’s son, and this is a fatherhood which exceeds that of Abraham and of Jacob (Isa. 63:16) and thus points to the miraculous begetting of the Son Jesus ‘of the Holy Spirit’ (1:20; Luke 1:35). We now see how Matthew connects ‘my son’ in Hosea and Israel’s early sojourn in Egypt AS A TRUE TYPE AND A DIVINELY INTENDED PROPHECY of ‘my Son,’ the Messiah, who likewise must sojourn in Egypt. Both had to leave the Holy Land, and all the Messianic hopes connected with them seemed to be utterly lost in far-off Egypt. Yet ‘did call out of Egypt’ places the sure hand of God behind all these hopes. Israel returned from Egypt for its mission, and so did this greater Son, Jesus.” [= ‘Dan Ia ada di sana sampai kematian dari Herodes, supaya bisa digenapi apa yang dikatakan oleh Tuhan melalui sang nabi, yang berkata, Dari Mesir Kupanggil AnakKu’. ... Matius secara wajar membuang LXX / Septuaginta dengan bentuk jamaknya (TA TEKNA / the children / anak-anak), yang cukup baik untuk tujuan-tujuan umum tetapi tidak cukup persis untuk apa yang sang nabi sungguh-sungguh katakan dan apa yang Matius bermaksud untuk menggunakan. Maka ia sendiri menterjemahkan bahasa Ibraninya (ke dalam bahasa Yunani - ini tambahan dari saya): ‘Dari Mesir Kupanggil anakKu’. ... Hos 11:1 sesungguhnya hanya merupakan suatu pernyataan yang bersifat sejarah sekalipun itu dibuat oleh Yehovah sendiri. Baris pertama dari text itu, ‘Pada waktu Israel adalah seorang anak, maka Aku mengasihi dia’, menunjukkan bahwa Yehovah sedang berbicara tentang masa kanak-kanak dari Israel pada waktu bangsa yang masih muda itu bertumbuh di Mesir. Matius membaca Hos 11:1 itu secara persis dalam arti itu dan tidak mengubah apapun. SEKALIPUN DEMIKIAN IA BERKATA BAHWA PERNYATAAN SANG NABI INI MENDAPATKAN PENGGENAPANNYA PADA WAKTU ANAK YESUS TINGGAL DI MESIR. Dalam arti apa Matius mengerti: ‘supaya itu bisa digenapi’? Ia pasti memaksudkan lebih dari sekedar suatu kemiripan yang bersifat kebetulan antara masa kanak-kanak Israel sebagai anak Yehovah atau bangsa pilihan, dan masa kanak-kanak Yesus, sang Anak Ilahi, keduanya menghabiskan hari-hari awal mereka di Mesir dan lalu keduanya dipanggil kembali dari Mesir ke Tanah / Negeri Kudus. Semata-mata kesesuaian-kesesuaian yang bersifat kebetulan sangat sedikit artinya. Matius melihat jauh lebih banyak di sini. Semata-mata lolos dari Herodes tidak mendekati semua yang Allah punyai dalam pikiranNya untuk Yesus. Kalau demikian Ia bisa telah mengatur untuk perpindahan dari keluarga kudus itu ke Babilonia dengan pertolongan orang-orang Majus. Dipertimbangkan secara abstrak itu tidak akan telah membuat perbedaan dari negeri asing apa Allah akan memanggil Yesus kembali. APA YANG MATIUS TUNJUKKAN ADALAH SUATU HUBUNGAN DI DALAM DAN DIMAKSUDKAN SECARA ILAHI ANTARA KEDUA ‘TINGGAL SEMENTARA’ DI MESIR. Allah menyebabkan terjadinya ‘tinggal sementara’ yang pertama dan membuat ‘tinggal sementara’ yang pertama itu suatu nubuat yang bersifat fakta dari yang kedua, yang juga Ia sebabkan terjadi. JADI YANG PERTAMA ADALAH SUATU TYPE YANG DIMAKSUDKAN SECARA ILAHI DARI YANG KEDUA. Bukanlah suatu kebetulan bahwa sang malaikat mengutus Yusuf ke Mesir dan tidak ke negara lain. ... Selalu anti TYPEnyalah yang menyatakan TYPEnya sebagai apa yang sungguh-sungguh ada dalam maksud orisinil Allah. Jadi di sini kita melihat bagaimana kejahatan dari anak-anak Yakub membawa Yusuf ke Mesir, dan kejahatan Herodes melakukan hal yang sama dalam kasus Yesus. Lagi-lagi, Allah menyebabkan kejahatan ini untuk membimbing ke suatu perlindungan untuk masa muda bangsa Israel dalam tempat perlindungan Mesir, dan lalu melindungi Yesus di Mesir dengan cara yang sama. HikmatNya dan kasihNya mengatur itu semua. Tetapi Allah melakukan lebih lagi. Ke dalam TYPEnya Ia meletakkan kunci untuk pengenalan di masa yang akan datang dari anti TYPEnya. Matius tidak semata-mata menunjuk pada fakta tentang ‘tinggal sementara’ yang awal / mula-mula dari Israel di Mesir. Fakta itu sendiri tidak mengandung kunci. Ia mengambil pernyataan Hosea yang diilhami tentang fakta dalam mana anak Israel oleh Yehovah sendiri dipanggil / disebut ‘anakKu’. Dibaca terpisah dari anti TYPEnya, sebutan ini hanya mempunyai artinya yang biasa, tetapi dibaca dalam hubungan dengan anti TYPE Yesus, sebutan ‘anakKu’ menjadi sangat berarti / penting. Ul 32:18 menyatakan bahwa Israel diperanakkan sebagai anak Yehovah, dan ini adalah kebapaan yang melampaui / lebih besar dari kebapaan Abraham dan dari Yakub (Yes 63:16) dan dengan demikian menunjuk pada tindakan memperanakkan yang bersifat mujijat ‘dari Roh Kudus’ dari Anak Yesus (1:20; Luk 1:35). Sekarang kita melihat bagaimana Matius menghubungkan ‘anakKu’ dalam Hosea dan ‘tinggal sementara’ yang awal / mula-mula dari Israel di Mesir SEBAGAI SUATU TYPE YANG BENAR DAN SUATU NUBUAT YANG DIMAKSUDKAN SECARA ILAHI tentang ‘AnakKu’, sang Mesias, yang juga harus ‘tinggal sementara’ di Mesir. Keduanya harus meninggalkan Tanah / Negeri Kudus, dan semua pengharapan-pengharapan Mesianik yang berhubungan dengan mereka kelihatan menjadi sama sekali hilang di Mesir yang jauh. Tetapi ‘memanggil keluar dari Mesir’ menempatkan tangan yang pasti dari Allah di belakang semua pengharapan-pengharapan ini. Israel kembali dari Mesir untuk missinya, dan demikian juga Anak yang lebih besar ini, Yesus.].
Ulangan 32:18 - “Gunung batu yang memperanakkan engkau, telah kaulalaikan, dan telah kaulupakan Allah yang melahirkan engkau.”.
Yesaya 63:16 - “Bukankah Engkau Bapa kami? Sungguh, Abraham tidak tahu apa-apa tentang kami, dan Israel tidak mengenal kami. Ya TUHAN, Engkau sendiri Bapa kami; namaMu ialah ‘Penebus kami’ sejak dahulu kala.”.
Calvin (tentang Mat 2:15): “‘Out of Egypt have I called my Son.’ Matthew says that a prediction was fulfilled. Some have thought, that the intention of the prophet was different from what is here stated, and have supposed the meaning to be, that the Jews act foolishly in opposing and endeavoring to oppress the Son of God, because the Father ‘hath called him out of Egypt.’ In this way, they grievously pervert the words of the prophet, (Hosea 11:1,) the design of which is, to establish a charge of ingratitude against the Jews, who, from their earliest infancy, and from the commencement of their history, had found God to be a kind and generous Father, and yet were provoking him by fresh offenses. Beyond all question, the passage ought not to be restricted to the person of Christ: and yet it is not tortured by Matthew, but skilfully applied to the matter in hand.” [= ‘Dari Mesir Kupanggil AnakKu’. Matius mengatakan bahwa suatu ramalan telah digenapi. Beberapa orang telah berpikir bahwa maksud dari sang nabi berbeda dari apa yang dinyatakan di sini, dan telah menganggap artinya sebagai bahwa orang-orang Yahudi bertindak secara bodoh dalam menentang dan berusaha untuk menekan / menindas Anak Allah karena Bapa ‘telah memanggilNya dari Mesir’. Dengan cara ini, mereka secara menyedihkan, membengkokkan kata dari sang nabi, (Hos 11:1), yang rancangannya adalah, untuk meneguhkan suatu tuduhan tentang rasa tak tahu terima kasih terhadap orang-orang Yahudi, yang, dari masa bayi mereka yang paling awal, dan dari pemulaian dari sejarah mereka, telah mendapati Allah sebagai seorang Bapa yang baik dan murah hati, tetapi memprovokasi Dia dengan pelanggaran-pelanggaran baru. Tak diragukan, text ini tidak seharusnya dibatasi pada Pribadi Kristus: tetapi itu tidak disalah-artikan oleh Matius, tetapi secara ahli diterapkan pada persoalan yang sedang dipersoalkan.].
Calvin (tentang Mat 2:15): “The words of the prophet ought to be thus interpreted: ‘When Israel was yet a child, I brought him out of that wretched bondage in which he had been plunged. He was formerly like a dead man, and Egypt served him for a grave; but I drew him out of it as from the womb, and brought him into the light of life.’ And justly does the Lord speak in this manner; for that deliverance was a sort of birth of the nation. ... The words of the prophet import, that the nation was rescued from Egypt as from a deep whirlpool of death. Now, what was the redemption brought by Christ, but a resurrection from the dead, and the commencement of a new life? The light of salvation had been almost extinguished, when God begat the Church anew in the person of Christ. Then did the Church come out of Egypt in its head, as the whole body had been formerly brought out.” [= Kata-kata dari sang nabi seharusnya ditafsirkan demikian: ‘Pada waktu Israel adalah seorang anak, Aku membawanya keluar dari perbudakan yang buruk dalam mana ia telah tercebur. Ia tadinya seperti seorang yang mati, dan Mesir berfungsi baginya sebagai suatu kuburan; tetapi Aku menariknya keluar darinya seperti dari kandungan, dan membawanya ke dalam terang kehidupan’. Dan secara benar Tuhan berbicara dengan cara ini; karena pembebasan itu adalah sejenis kelahiran dari bangsa itu. ... Kata-kata dari sang nabi berarti, bahwa bangsa itu ditolong dari Mesir seperti dari suatu kedalaman pusaran air dari kematian. Sekarang, apakah penebusan yang dibawa oleh Kristus, kalau bukan suatu kebangkitan dari orang mati, dan pemulaian dari suatu kehidupan yang baru? Terang keselamatan telah hampir dipadamkan, pada waktu Allah melahirkan / memperanakkan Gereja kembali dalam Pribadi Kristus. Pada waktu itu Gereja keluar dari Mesir dalam Kepalanya, seperti seluruh tubuh tadinya telah dibawa keluar.].
Calvin (tentang Hos 11:1): “I think that Matthew had more deeply considered the purpose of God in having Christ led into Egypt, and in his return afterwards into Judea. In the first place, it must be remembered that Christ cannot be separated from his Church, as the body will be mutilated and imperfect without a head. Whatever then happened formerly in the Church, ought at length to be fulfilled by the head. ... Then also there is no doubt, but that God in his wonderful providence intended that his Son should come forth from Egypt, that he might be a redeemer to the faithful; and thus he shows that a true, real, and perfect deliverance was at length effected, when the promised Redeemer appeared. It was then the full nativity of the Church, when Christ came forth from Egypt to redeem his Church. ... Matthew therefore most fitly accommodates this passage to Christ, that God loved his Son from his first childhood and called him from Egypt. We know at the same time that Christ is called the Son of God in a respect different from the people of Israel; for adoption made the children of Abraham the children of God, but Christ is by nature the only-begotten Son of God.” [= Saya berpikir bahwa Matius telah mempertimbangkan secara lebih dalam rencana Allah dalam membimbing Kristus ke Mesir, dan selanjutnya dalam kembalinya Dia ke Yudea. Pertama, harus diingat bahwa Kristus tidak bisa dipisahkan dari GerejaNya, seperti tubuh akan dimutilasi dan tidak sempurna tanpa sebuah kepala. Jadi, apapun yang tadinya terjadi dalam Gereja, harus akhirnya digenapi oleh Kepala. ... Lalu juga di sana tidak ada keraguan, bahwa Allah dalam ProvidensiaNya yang luar biasa, memaksudkan bahwa AnakNya harus keluar dari Mesir, supaya Ia bisa menjadi seorang Penebus bagi orang-orang setia / percaya; dan dengan demikian Ia menunjukkan bahwa suatu pembebasan yang benar, nyata, dan sempurna akhirnya dihasilkan, pada waktu Penebus yang dijanjikan muncul. Pada waktu itulah kelahiran penuh dari Gereja, pada waktu Kristus keluar dari Mesir untuk menebus GerejaNya. ... Karena itu Matius dengan cara yang paling cocok / tepat membuat text ini cocok bagi Kristus, bahwa Allah mengasihi AnakNya dari masa kanak-kanakNya yang paling awal dan memanggilNya dari Mesir. Pada saat yang sama kita tahu bahwa Kristus disebut Anak Allah dalam suatu segi yang berbeda dari bangsa Israel; karena pengadopsian membuat anak-anak / keturunan Abraham anak-anak Allah (bdk. Gal 4:5 KJV), tetapi Kristus secara alamiah adalah satu-satunya Anak Allah yang diperanakkan.].
Berkenaan dengan kata-kata ES bahwa Matius hanya mengambil bagian-bagian tertentu dan ada yang tidak diambil, atau bahwa kontext tak diperhatikan (‘keluar kontext’), maka perhatikan komentar Calvin di bawah ini.
Calvin (tentang Hos 11:1): “But as to the charge of ingratitude, that so great a favour of God was not acknowledged, this cannot apply to the person of Christ, as we well know; nor is it necessary in this respect to refer to him; for we see from other places that every thing does not apply to Christ, which is said of David, or of the high priest, or of the posterity of David; though they were types of Christ. But there is ever a great difference between the reality and its symbols.” [= Tetapi berkenaan dengan tuduhan tak punya rasa terima kasih, bahwa kebaikan yang begitu besar dari Allah tidak diakui, ini tidak bisa diterapkan kepada Pribadi Kristus, seperti yang kita tahu dengan baik; juga ini tidak harus /perlu dalam hal ini menunjuk kepada Dia; karena kita melihat dari tempat-tempat lain bahwa bukannya segala sesuatu diterapkan kepada Kristus, yang dikatakan tentang Daud, atau tentang imam besar, atau tentang keturunan Daud; sekalipun mereka adalah TYPE-TYPE dari Kristus. Tetapi di sana selalu ada suatu perbedaan yang besar antara realitanya dan simbol-simbolnya.].
Jadi, dalam Hos 11:1 dan Mat 2:15. Israel dan Yesus adalah TYPE dan anti-TYPE, itu memang benar. Dan memang kalau sesuatu diambil sebagai TYPE, tak semuanya cocok antara TYPE dan anti-TYPEnya.
Misalnya Daud adalah TYPE dari Kristus, tetapi perzinahan Daud dengan Batsyeba, atau polygamynya Daud, dan tak ada penggenapannya dalam diri Kristus / anti-TYPEnya.
Juga kalau Salomo adalah TYPE dari Kristus, maka polygamy dan penyembahan berhala yang dilakukan oleh Salomo, lagi-lagi tak ada penggenapannya dalam diri Kristus / anti-TYPEnya.
Juga Yunus adalah TYPE dari Kristus, tetapi pemberontakan Yunus, sama sekali tak ada penggenapannya dalam diri Kristus / anti-TYPEnya.
Juga imam adalah TYPE dari Kristus, tetapi imam berbuat dosa, dan harus tiap kali mempersembahkan korban untuk dosa-dosanya sendiri. Ini tidak ada penggenapannya dalam diri Kristus / anti-TYPEnya.
Jadi, adanya kesesuaian antara TYPE dan anti-TYPEnya MEMANG SELALU MERUPAKAN KESESUAIAN SEBAGIAN!!! Tidak pernah SEMUANYA sesuai!!!
Jadi, dalam menafsirkan Hos 11:1 dan Mat 2:15 memang benar kalau kita menafsirkan bangsa Israel sebagai TYPE dari Kristus!
Tetapi baik Yes 14 dan Yeh 28 tidak bisa diartikan sebagai alegori (karena keduanya merupakan cerita sejarah), dan juga tidak bisa diartikan sebagai TYPE (karena TYPE selalu menunjuk ke depan / masa yang akan datang).
===============================================
Menit 3.53 - Jadi kalau saudara menilai seseorang itu bukan berarti menghakimi. Sudah banyak orang Kristen yang bodoh dan salah kaprah dalam memahami hal ini. Tidak bisa membedakan antara menghakimi dan membedakan roh. Kalau membedakan roh berarti kita menilai apakah fenoma yang dia tangkap itu benar atau salah. Tanpa mengeksekusi atau memberikan hukuman atau punishment. Tetapi yang namanya menghakimi itu menilai salah atau benar lalu tok tok tok (suara ES memukul mimbar seperti Hakim pukulkan palu pada waktu beri vonis.) mengeksekusi memberikan hukuman. Kalau tidak kita hanya diam saja itu tidak menghakimi.
Justru kita harus menilai, justru kita harus sungguh-sungguh membedakan roh. Kita harus sungguh-sungguh menguji segala sesuatu. Nah, iblis merusak pikiran banyak orang dengan intimidasi itu: jangan menghakimi pendeta lho. Pendeta itu manusia. Kalau Yudas hari ini hidup dia jadi pendeta.
Benar saudaraku. Kalau tidak menilai, tidak menguji, kita bisa sesat. Maka saya katakan kepada saudara, uji, nilai, TERMASUK SAYA. Saudara uji, saudara nilai. SAYA MEMBUKA DIRI UNTUK DINILAI. Kalau saudara memandang bahwa yang berdiri di mimbar, di belakang mimbar itu, seorang jurubicara Tuhan, benar-benar memberkati, merubah cara berpikir saudara, merubah gaya hidup saudara, teruskan mendengarkan dia.
Tetapi kalau saudara merasa, menilai yang saudara dengar itu tidak merubah hidup saudara, tidak merubah cara berpikir saudara, saudara berhenti mendengarkan kotbah pendeta itu dan tinggalkan gerejanya. Fair. Cengli saudara.
Bapak ibu harus mengerti hal ini. Harus hati-hati saudaraku. Orang yang tidak mempersoalkan dengan serius hal ini menunjukkan bahwa ia tidak sungguh-sungguh mencari Tuhan guna menemukan kebenarannya. Harus anda persoalkan. Anda boleh menilai saya. Tapi toloong .. minta hikmat Tuhan, jangan mendengar orang bicara apa, saudara percayai.
Lalu saudara yakin ini benar, saudara jahat. Saudara jahat. Orang-orang seperti itu biasanya jahat. Menilai orang lain dari apa yang dia dengar dari orang itu. Itu salah.
Persoalkan dengan Tuhan. Buktikan.
Nah, sekarang saya tidak bermaksud membela diri atau mau mengatakan saya paling benar, tidak. Kita akan mati dan semua kita menghadap pengadilan Tuhan.
Tidak ada yang tersembunyi, semua telanjang nanti. Lho kok berani-beraninya kita menyembunyikan dosa, lalu kita tampil seakan-akan orang yang tidak punya dosa. Kan konyol saudara.
Nah kalau saudara punya nurani yang baik mendengar orang berbicara saudara bisa menilai orang ini kira-kira benar atau tidak.
Sekali dua kali tidak tahu, belum tahu. Tiga empat lima kali MESTI tahu. Apalagi kalau sudah belasan puluhan ratusan kali, saudara masih curiga padahal orang itu benar pasti saudara ini jahat. Jahat pasti. Nuraninya pasti busuk dan bengkok. Kita buktikan nanti di kekekalan. Kita lihat saja. Tapi kita jangan melawan orang-orang begitu. No need ga dibutuhkan. We shouldn't do this. Kita ndak perlu lakukan itu.
Saya mengajak saudara mempersoalkan siapa orang yang menurut saudara dari pimpinan Roh Kudus ya, juru bicara Tuhan.
Minta pimpinan Tuhan gereja mana yang menurut saudara-saudara dealer resmi yang menjual barang asli ibarat sebuah barang itu distributor yang asli, yang resmi.
Banyak barang palsu saudara. Saya dengan tulus ini mengajak saudara memperkarakan hal ini. Jangan saudara merasa saya menghakimi ini. O itu salah. Anda terintimidasi. Saudara harus menilai semua pendeta. Menguji semua roh, tanpa bermaksud mengeksekusi. Artinya menghukum. Kita tidak menghukum. Saya menganjurkan semua orang Kristen harus menilai, menguji, mempertimbangkan.
Saya juga memberi diri untuk dinilai, tapi ingat, jangan menilai seseorang dari apa yang saudara dengar dari orang lain. You denger langsung orang itu. Atau kalau saudara tidak bisa mendengar langsung dari orang itu, saudara tanya Roh Kudus. Tanya Tuhan, jangan membuat kesimpulan sembarangan.
Kita harus menguji setiap roh. Roh di sini menunjuk kepada spirit atau gairah.
Ini jangan dilupakan ya, dibawa pulang ya. Uji semua pendeta. Uji semua gereja, pertimbangkan semua pendeta. Pertimbangkan semua gereja.
Membedakan roh bukan menghakimi. Ini penting. Saudara memakai barang palsu tidak menjadi masalah. Tetapi kalau minum obat palsu jadi masalah. Bisa sakit sampai mati. Ini firman, yang masuk pikiran. Wah, saudara bisa binasa saudara. Asli bisa binasa.
Kalau seorang Hamba Tuhan, pendeta, pembicara, harus diikuti terus perkataannya. Apakah dia mengalami progresif atau tambah turun, itu sudah menjadi indikasi kok ini bener nggak orang ini.
Tambah fanatik mencintai Tuhan tidak. Udah cukup jadi indikasi walaupun kita tidak bergaul dengan dia tiap hari.
Roh Kudus pasti bicara bahkan kadang-kadang saudara tidak kenal orangnya, orang baru crita saja. O saya punya saudara begini-begini, itu Roh bisa bicara: bohong, saudara dia itu begini. Langsung kok. Bisa. Itu bisa. Tidak selalu. Apalagi kalau langsung ketemu orangnya, langsung mendengar suaranya. Wah. Harus tahu. Kalau sampai tidak, wuah ini orang pasti bengkok dan tidak bisa dipercayai. Tidak bisa dipercayai.
Saudara jangan sampai menjadi orang yang tidak bisa dipercayai. Gampang curiga, gampang menilai, hanya karena kata orang, saudara jahat. Ingat kata-kata ini: sebagai pelayan Tuhan dan saya boleh mengaku juru bicara Tuhan, kita selesaikan nanti di pengadilan Tuhan, benarkah yang saya ucapkan. Miliki kepekaan dengan Roh Kudus untuk menilai orang. Semua harus dinilai, saya setuju, tapi Roh Kudus yang harus memimpin kita.
===============================================
Saya tambahkan ayat-ayatnya:
1Tesalonika 5:20-21 - “(20) dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat. (21) Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”.
1Yohanes 4:1 - “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia.”.
Menurut saya, kata ‘roh’ dalam 1Yoh 4:1 itu menunjuk kepada ‘PENGAJAR FIRMAN’! Tafsiran ini akan membuat bagian awal dari 1Yohanes 4:1 sesuai dengan bagian akhirnya, yang membicarakan banyak nabi-nabi palsu.
Ada beberapa hal yang ingin saya persoalkan:
1) Karena ES sendiri mengajar / menyuruh pendengarnya untuk menguji setiap pendeta / Hamba Tuhan, termasuk dia (ES) sendiri, maka seharusnya semua jemaat / pendukung ES harus mengijinkan pendeta-pendeta lain untuk menguji ES, bukan? Gak boleh sewot, marah, bukan? Apalagi sampai main gugat di pengadilan segala macam. Kalau jemaat / pendukung ES marah pada waktu ES diuji, berarti mereka marah kepada orang yang mau menuruti ajaran ES. Ini kan jadi lucu, bukan? Dalam mengadakan seminar ini, saya mengajak saudara semua untuk menguji ES, apakah memang dia ‘dealer resmi’ dari Tuhan!
Tadi di face book ada orang lihat pengumuman kita tentang seminar ini yang dishare oleh seseorang, dan lalu beri komen: “M. Div. kok kritik Doktor?”.
Kok lagi M. Div.??? Jemaat biasa saja harus periksa setiap khotbah dari pengkhotbah / pendeta dan sebagainya. Yang diberi kata-kata oleh Paulus dan Yohanes di atas itu jemaat biasa! Mereka disuruh menguji ajaran dari pengkhotbah!
Sekarang perhatikan ayat ini:
Kisah Para Rasul 17:11 - “Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik (lebih mulia) hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.”.
Orang-orang Yahudi di Berea (ini orang Yahudi awam!) menyelidiki Kitab Suci untuk mengecek khotbah dari rasul Paulus, dan karena itu mereka disebut sebagai lebih mulia!!!
Karena itu saya abaikan saja komen model seperti itu, dan saya tetap akan bahas ajaran ES.
2) Saya tidak terlalu jelas apa yang ES maksudkan kita boleh / harus menguji, tetapi tak boleh mengeksekusi / menghukum. Apakah maksudnya kita tidak boleh menghakimi pendeta dengan kata-kata ‘sesat’, ‘nabi palsu’ dsb?? Kalau ini memang maksudnya, maka ada beberapa hal yang ingin saya berikan sebagai jawaban:
a) Saya sendiri, membedakan kata ‘salah’ dan ‘sesat’. Definisi saya tentang kata ‘sesat’ adalah ‘berbeda secara dasari dengan ajaran saya / ajaran yang benar’. Kalau perbedaannya bukan perbedaan dasar, saya hanya menyebut sebagai ‘salah’. Jadi, sebetulnya kata ‘sesat’ ini BUKAN PENGHINAAN. Kalau pendeta itu beda secara dasari dengan saya, itu pasti berlaku timbal balik. Dan itu berarti, kalau saya menganggap dia sesat, maka dia juga seharusnya menganggap saya sesat. Saya tak akan merasa terhina kalau ada orang yang saya anggap sesat, menganggap saya sebagai sesat. Itu sudah seharusnya. Istilah ‘nabi palsu’ sama saja.
b) Yesus sendiri menggunakan kata ‘sesat’ ini terhadap orang-orang Saduki.
Matius 22:29 - “Yesus menjawab mereka: ‘KAMU SESAT, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah!”.
Ini hanya salah satu contoh. Kalau saudara cari di konkordansi, maka saudara akan melihat Alkitab / rasul-rasul / Yesus sering menggunakan kata ini.
Matius 17:17 - “Maka kata Yesus: ‘Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang SESAT, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!’”.
Markus 12:27 - “Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup. Kamu benar-benar SESAT!’”.
Lukas 9:41 - “Maka kata Yesus: ‘Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang SESAT, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu dan sabar terhadap kamu? Bawa anakmu itu kemari!’”.
Filipi 2:15 - “supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang SESAT ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia,”.
Titus 3:11 - “Engkau tahu bahwa orang yang semacam itu benar-benar SESAT dan dengan dosanya menghukum dirinya sendiri.”.
2Petrus 2:1 - “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran SESAT yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka.”.
Berani mengatakan mereka, khususnya Yesus, sebagai salah??? Yang berani, adalah orang SESAT!!
c) ES sendiri menyebut ajaran Calvinisme (sekalipun ia tak sebut ‘Calvinisme’ itu) tentang predestinasi (penentuan selamat / binasa) sebagai ‘salah’ (sekitar menit ke 8) dan orang-orang ‘Hyper grace’ sebagai ‘sesat’!!! (sekitar menit 28.30).
(khotbah ES dalam https://www.youtube.com/watch?v=fCWTojyJhAE&app=desktop).
3) ES mengatakan bahwa kalau mau menilai orang, kita tanya Roh Kudus, dan Roh Kudus bisa jawab langsung. Saya percaya Roh Kudus bisa jawab langsung kalau Dia mau, dan mungkin kadang-kadang Dia mau. Tetapi Dia mengilhami para penulis Alkitab untuk menuliskan firman Tuhan itu untuk apa? Mari kita lihat apa fungsi dari Alkitab.
2Timotius 3:16 - “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, UNTUK MENYATAKAN KESALAHAN, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.”.
Bagian awal ayat ini salah terjemahan.
NASB: ‘All Scripture is inspired by God’ [= Seluruh Kitab Suci diilhamkan oleh Allah].
Jadi, ayat ini menunjukkan bahwa salah satu manfaat / fungsi Kitab Suci / Alkitab adalah ‘untuk menyatakan kesalahan’. Jadi, kalau saya mau menilai seorang pendeta, selain mendengar khotbah / membaca tulisannya, dan berdoa minta pimpinan Tuhan, saya juga membandingkan ajaran pendeta itu dengan Alkitab!!! Kita tidak bisa secara malas, hanya berdoa minta Roh Kudus tunjukkan, tetapi kita tidak mau belajar Alkitab! Firman Tuhan itu pedang Roh! Itu senjata yang Tuhan berikan kepada kita!
Efesus 6:13-17 - “(13) Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. (14) Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkankeadilan, (15) kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; (16) dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, (17) dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah,”.
Pada waktu dicobai di padang gurun, 3 x pencobaan Iblis oleh Yesus selalu dijawab dengan firman Tuhan!! Tetapi bagaimana kita bisa menggunakan firman Tuhan untuk menghadapi serangan setan, kalau kita tak pernah, atau tak dengan sungguh-sungguh, belajar firman Tuhan itu??
Calvin (tentang Matius 4:4): “Those who voluntarily throw away that armour, and do not laboriously exercise themselves in the school of God, deserve to be strangled, at every instant, by Satan, into whose hands they give themselves up unarmed.” [= Mereka yang secara sukarela membuang senjata itu, dan tidak melatih diri mereka sendiri dengan susah payah dalam sekolah Allah, layak dijerat, pada setiap saat, oleh Iblis, kedalam tangan siapa mereka menyerahkan diri mereka sendiri tanpa senjata.] - hal 214.
4) Ada satu hal yang menarik dari kata-kata ES dalam khotbah di atas ini. Saya kutip ulang katanya: “Nah kalau saudara punya nurani yang baik mendengar orang berbicara saudara bisa menilai orang ini kira-kira benar atau tidak. Sekali dua kali tidak tahu, belum tahu. Tiga empat lima kali MESTI tahu.”.
Tetapi saya lalu merasakan ada keanehan pada waktu saya mendengar video Youtube ini:
https://www.youtube.com/watch?v=6K6C-eyAH68&feature=youtu.be
Mulai menit 4 sampai selesai (5.20) - ES berkata kurang lebih demikian:
“bacalah 70 lebih buku saya baru beri penilaian. ... bacalah buku-buku ini baru fair utk beri bantahan.”
Dengan membandingkan kedua ucapan ES di dua video Youtube ini sebetulnya saya sedang menguji ES.
Kata-katanya yang benar yang mana? Karena kedua kata-kata itu saling bertentangan, dan saya beranggapan 2 hal yang bertentangan / kontradiksi, paling banyak hanya satu yang bisa benar.
Di atas ia berkata kalau dengar orang itu “Sekali dua kali tidak tahu, belum tahu. Tiga empat lima kali MESTI tahu.”.
Tetapi di bawah, ES berkata dia menulis lebih dari 70 buku, dan kalau orang mau menilai dia / membantah dia, harus baca 70 lebih buku-bukunya, baru fair.
Kata-kata yang terakhir ini kelihatannya dipegang oleh banyak jemaat / pendukung ES, karena dalam debat / diskusi di face book, saya juga melihat kata-kata itu muncul. Pada waktu ada orang menyerang ajaran ES, mereka tanya, sudah baca semua buku ES atau nggak?
Yang benar yang mana?
Kalau saya harus menilai kedua kata-kata ES ini, saya menganggap keduanya tidak benar atau setidaknya belum tentu benar.
Untuk kata-kata pertama, itu bisa benar, karena memang mendengar seorang pendeta berkhotbah beberapa kali bisa / memungkinkan kita untuk tahu orang itu benar atau sesat. Tetapi tidak ‘MESTI’ tahu! Karena, misalnya pendeta itu diundang untuk berkhotbah dengan topik yang bukan termasuk dalam hal dimana dia sesat, kita tidak akan mendengar kesesatannya. Juga kalau pendeta itu ‘seekor bunglon’, yang selalu menyesuaikan ajarannya dengan tempat dimana ia berkhotbah, maka kita mendengar dia berkhotbah 100 x pun kita bisa tak tahu kalau dia sesat.
Bagaimana dengan kata-kata ES yang kedua? Ini saya anggap sangat tidak masuk akal. Harus membaca 70 lebih buku-bukunya baru bisa menilai secara fair???
Saya beri contoh-contoh sebagai ilustrasi supaya saudara bisa melihat betapa tidak masuk akalnya kata-kata ES di sini:
a) Kalau saya beli makanan di sebuah restoran dan tahu-tahu saya mendapati bahwa makanan itu ada kecoaknya, apakah saya harus beli dan makan dulu semua jenis masakan yang ada di restoran itu baru boleh menilai restoran itu sebagai ‘jorok’??
b) Kalau saya pesan barang online, saya bayar, barang tak dikirim, apakah saya harus pesan / beli semua jenis barang yang ada di toko itu, baru boleh menilai secara fair bahwa toko itu tidak bisa dipercaya???
c) Kalau ada seorang pendeta yang dalam khotbahnya mengajak jemaat untuk menyembah berhala, atau mengatakan bahwa Yesus itu setan, haruskah kita baca semua buku yang dia tulis, mendengar semua khotbah yang pernah dia khotbahkan, baru secara fair bisa menilai pendeta itu sesat atau tidak???
Mari kita membandingkan dengan:
Ulangan 13:1-5 - “(1) Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat, (2) dan apabila tanda atau mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya, (3) maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab TUHAN, Allahmu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu. (4) TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintah-Nya, suara-Nya harus kamu dengarkan, kepada-Nya harus kamu berbakti dan berpaut. (5) Nabi atau pemimpi itu haruslah dihukum mati, karena ia telah mengajak murtad terhadap TUHAN, Allahmu, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir dan yang menebus engkau dari rumah perbudakan--dengan maksud untuk menyesatkan engkau dari jalan yang diperintahkan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dijalani. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu.”.
Ulangan 18:20-22 - “(20) Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi nama-Ku perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama allah lain, nabi itu harus mati. (21) Jika sekiranya kamu berkata dalam hatimu: Bagaimanakah kami mengetahui perkataan yang tidak difirmankan TUHAN? -- (22) apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN; dengan terlalu berani nabi itu telah mengatakannya, maka janganlah gentar kepadanya.’”.
Dalam kedua kasus di atas, Tuhan tidak menyuruh untuk membaca dulu semua tulisan nabi palsu itu, atau mendengar dulu semua khotbahnya, tetapi langsung memvonisnya!
Dari sini sebetulnya kita sudah menguji ES. Simpulkan sendiri kata-kata ES sesuai dengan Alkitab atau tidak.
I) Corpus Delicti.
Corpus Delicti ini jelas merupakan istilah asing. Mengapa ES menggunakan bahasa asing? Bahasa Latin laginya! ES juga sangat banyak menggunakan bahasa Ibrani dan bahasa Yunani dalam khotbah-khotbahnya. Apakah ES memang pintar bahasa Latin, bahasa Ibrani, dan bahasa Yunani???
Perhatikan video Youtube yang terakhir tadi: https://www.youtube.com/watch?v=6K6C-eyAH68&feature=youtu.be
Dalam Menit 4-5: ES mengatakan bahwa sebagai rektor ia harus menguasai bahasa asli Alkitab dan karena itu ia susun buku-buku ini.
Tanggapan saya:
1) Apa hubungannya menguasai bahasa asli dengan susun buku?? Memang dengan tulis buku-buku lalu bisa maju dalam pengertian bahasa asli Alkitab???
2) Tetapi, yang terutama, apakah ES memang menguasai bahasa asli Alkitab?
Saya menemukan pengakuan-pengakuan ES sendiri yang saling bertentangan dalam hal penguasaannya tentang bahasa asli Alkitab.
a) Dalam khotbah yang tadi, menit ke 4-5, ES mengaku menguasai bahasa asli Alkitab.
Juga dalam khotbahnya tentang Allah Tritunggal ia mengakui ia menguasai bahasa-bahasa asli Alkitab ini.
(https://www.youtube.com/watch?v=kSiLZreRtjM&app=desktop).
Lihat Menit ke 8:30-9:15 (Yunani), dan menit 23:45-24:00 (Ibrani).
b) Dalam khotbahnya ‘Iman datang dari pendengaran’ ia mengakui ia bukannya pinter tetapi ia hanya menyampaikan apa yang ada dalam dictionary.
(https://www.youtube.com/watch?v=yXNA0n9tLFg&feature=youtu.be)
Lihat menit ke 1:30-2:30.
Saya bingung, mana yang benar dari kata-katanya ini.
Jadi, saya mencoba untuk memeriksa lebih jauh dari khotbah-khotbah ES di Youtube bagaimana penguasaan ES tentang bahasa-bahasa tersebut.
Sebelum saya memeriksa / menilai ES dalam hal bahasa, saya ingin tegaskan bahwa saya sendiri tak pernah mengclaim diri saya sebagai ahli bahasa asli, karena memang tidak demikian. Saya tahu kalau mau menguasai bahasa asli, dan juga menguasai theologia dan exposisi, orangnya harus betul-betul kutu buku yang bisa belajar pagi sampai malam, dan juga ingatannya sangat kuat. Kalau tidak, dan orang itu memaksakan diri belajar bahasa asli, maka ia akan berakhir dengan hanya tahu bahasa asli, dan tidak tahu apa-apa tentang theologia maupun exposisi. Saya tahu saya tidak memenuhi syarat untuk bisa menjadi orang yang menguasai semua. Karena itu saya memang tidak berusaha untuk menguasai bahasa asli Alkitab. Kalau saya menggunakan bahasa asli dalam khotbah, itu saya dapatkan dari buku-buku tafsiran / theologia, dan juga dari Bible Works, dan kamus dan sebagainya.
Sekarang mari kita memeriksa penguasaan ES tentang bahasa-bahasa tersebut di atas.
1. Penguasaan ES tentang bahasa Latin.
Bahwa dalam banyak video khotbah ES di Youtube diawali dengan tulisan SolaGracia, menurut saya sudah menunjukkan ES tidak tahu bahasa Latin. Karena bahasa Latinnya seharusnya adalah SOLA GRATIA [= grace alone {= hanya kasih karunia}], dan bukannya SOLA GRACIA (GRACIA adalah kata bahasa Spanyol).
Juga dalam salah satu khotbahnya ES menggunakan kata ‘indulgencia’.
(Menit ke 15 dari khotbahnya dalam https://www.youtube.com/watch?v=fCWTojyJhAE&app=desktop).
Kalau dia mau gunakan kata bahasa Latin, maka seharusnya INDULGENTIA.
Sebagai informasi, dalam bahasa Latin, huruf ‘t’ dibaca sebagai ‘t’, jadi beda dengan Inggris. Contoh lain: COMMUNICATIO IDIOMATUM dalam dunia Kristologi.
Ini saya tahu bukan karena saya bisa bahasa Latin, tetapi saya tahu dari dosen saya yang memang pintar bahasa Latin.
2. Penguasaan ES tentang bahasa Ibrani.
a. Dalam khotbahnya tentang neraka, ES mengatakan kata Yunani GEHENNA berasal dari bahasa Ibrani GE HINNOM, yang ia artikan sebagai ‘meratap’. Ini kan jadi kata kerja. Padahal kata Ibrani GE itu kata benda, yang artinya ‘valley’ [= lembah], dan kata Hinnom, juga adalah kata benda, dan itu adalah nama orang, dan artinya adalah ‘erangan / rintihan’ (Albert Barnes tentang Yos 15:8), atau ‘ratapan’ (Bible Works).
b. Juga dalam khotbahnya tentang surga, ES mengatakan bahwa kata ‘surga’ dalam bahasa Ibrani adalah SAMAYIM (ini dituliskan oleh ES), dan ES lalu mengatakan bahwa ini adalah kata bentuk jamak, sedangkan bentuk tunggalnya adalah SAMAY. Ada dua hal yang perlu diketahui tentang hal ini:
(1)Kata ‘surga’ dalam bahasa Ibrani seharusnya adalah SHAMAYIM. Jadi huruf pertama adalah Sheen (שׁ ), dan bukan Seen (שׂ ). Jadi, apakah ES tidak bisa membedakan antara huruf Ibrani Sheen (שׁ ) dan Seen ( שׂ )?
(2)Kata SHAMAYIM memang adalah kata benda bentuk jamak, tetapi kata ini, sama seperti kata-kata MAYIM [= water / air], PANIM [= face / wajah], SELALU ADA DALAM BENTUK JAMAK, DAN TIDAK MEMPUNYAI BENTUK TUNGGAL!!! - Menahem Mansoor, ‘Biblical Hebrew Step By Step’, Volume 2, hal 6 (Libronix).
Lihat juga: http://www.stateofformation.org/2015/05/but-not-in-number-one-and-many-in-hebrew-grammar/
3. Penguasaan ES tentang bahasa Yunani.
Saya melihat / mendengar beberapa kali ES membaca kata-kata dalam bahasa Yunani, dan pembacaannya salah. Dalam bahasa Yunani huruf OU seharusnya dibaca U (seperti ‘oo’ dalam kata bahasa Inggris ‘food’) - Gresham Machen, ‘New Testament Greek For Beginners’, hal 11.
Tetapi ES membaca OU, seperti pada waktu ia mengucapkan kata OURANOS [= surga].
Baik tentang SAMAYIM maupun OURANOS, ada dalam khotbah ES tentang surga (https://www.youtube.com/watch?v=GZozTf30eb4&feature=youtu.be) menit ke 6-7.
Sebetulnya ada hal lain tentang bahasa Yunani, tetapi itu akan saya bahas belakangan.
Dari beberapa point di atas saudara bisa menyimpulkan sendiri bagaimana ES dalam penguasaan bahasa asli, dan juga bahasa Latin.
3) Andaikata ES memang menguasai bahasa asli, itu sama sekali tidak menjamin kalau ajarannya benar.
Seandainya orang yang menguasai bahasa asli pengertiannya, imannya dan ajarannya pasti benar, maka pasti orang-orang Yahudi pada jaman Yesus semua jadi kristen yang baik. Mereka jelas menguasai bahasa Yunani (karena ada dalam penjajahan Romawi, dan ini bahasa sehari-hari mereka), dan juga bahasa Aram (yang merupakan bahasa sehari-hari untuk orang-orang Yahudi). Sedangkan bahasa Ibrani, sekalipun jarang digunakan pada saat itu, tetapi saya yakin tokoh-tokoh agama Yahudi menguasai bahasa itu. Jadi, bagaimana dengan pengertian, iman, ajaran mereka? Mereka hampir semua SESAT, dan mereka menyalibkan Yesus!!!
Ini merupakan sesuatu yang harus dicamkan semua orang Kristen. Ada banyak pendeta yang ingin dianggap hebat dalam bahasa asli. TANPA ADA GUNANYA mereka masukkan banyak kata-kata bahasa asli (Ibrani / Yunani) ke dalam khotbah. Dan sering ngawur, atau lebih buruk lagi, mereka menggunakan untuk menipu, sehingga mendukung ajaran mereka yang salah. Jadi, jangan terpesona dengan penggunaan bahasa asli. Pendeta-pendeta, yang TANPA ADA GUNANYA menggunakan bahasa asli, menurut saya, hanya mau pamer, dan ingin dianggap hebat oleh jemaat / pendengar. INI JELAS MERUPAKAN MOTIVASI YANG BURUK DALAM PELAYANAN!!
Memang, karena ini urusan motivasi, itu tak bisa dibuktikan, dan karena itu dalam hal ini saya tak berani menuduh siapapun (termasuk ES), sekalipun saya yakin pendeta-pendeta seperti itu banyak.
Corpus Delicti (2)
Dari link resmi: https://www.youtube.com/watch?v=rRfUWaQRUUw&feature=youtu.be
MENEMUKAN KEKRISTENAN YANG HILANG 5 Menjadi Corpus Delicti (By Dr. Erastus Sabdono)
Sebenarnya Betapa Hebat makhluk yang disebut manusia itu. Kehebatannya bukan hanya terletak pada kemampuannya berpikir menciptakan teknologi dan seni budaya, tetapi manusia adalah satu-satunya makhluk di bumi yang diciptakan dengan kemampuan dapat menghormati Tuhan dengan sengaja dan sadar. Menghormati Tuhan artinya melakukan segala sesuatu sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan serta rencana-Nya. Inilah ketaatan yang benar.
Hukum
Allah kita memiliki hukum dalam diri-Nya yang juga merupakan hakekat-Nya yang permanen. Di sini yang dimaksud dengan hukum bukan hanya bertalian dengan peraturan atau syariat, tetapi juga tatanan dan kodrat. Memang hukum tidak selalu berkaitan dengan peraturan. Hukum alam (Latin: lex naturalis) adalah sistem tatanan yang berlaku secara universal sebagai kodrat alami. Ini misalnya mencakup hukum Archimedes, hukum gravitasi universal Newton, dan sebagainya. Hukum yang ada pada Allah lebih mirip dengan sistem tatanan alam tersebut daripada peraturan. Seluruh tindakan Allah selalu berdasarkan hukum yang ada pada-Nya.
Dengan memahami bahwa di dalam diri Allah ada tatanan atau kodrat yang mendasari semua tindakan-Nya maka orang percaya akan menemukan jawaban mengapa Allah menciptakan manusia, mengapa harus ada dua pohon di tengah taman Eden, mengapa Tuhan Yesus harus mati, mengapa Ia kemudian bangkit, dan sebagainya. Hal ini akan membuka pengertian orang percaya terhadap kebenaran Alkitab yang menakjubkan dan membuktikan bahwa Kekristenan memuat kebenaran Allah yang tidak tertandingi.
Allah kita Allah yang tertib (2 Timotius. 1:7). Ia memiliki tatanan di dalam diri-Nya, dan Ia juga konsisten dengan apa yang telah ditetapkannya sebagai aturan tersebut. Ia tidak akan pernah bertindak secara sembarangan tanpa tatanan. Di dalam diri-Nya ada tatanan dan Allah bertindak berdasarkan tatanan-Nya yang tentu saja mengekspresikan kebijakan-kebijakan dari kecerdasan-Nya yang tiada batas.
Pelanggaran Iblis
Iblis itu dahulu dikenal sebagai Lucifer, yang kemudian memberontak terhadap Allah.
==========Saya potong dulu kata-kata ES di sini===========
Tanggapan Budi Asali:
Apa yang akan saya bahas di sini, adalah apakah Lucifer memang merupakan nama dari komandan setan / Iblis, atau bukan. Bahwa Lucifer merupakan nama Iblis memang bukan pandangan khas dari ES, tetapi bahkan merupakan pandangan dari mayoritas pendeta / orang Kristen. Juga banyak bapa-bapa gereja, penafsir-penafsir, ahli-ahli theologia yang mempercayai hal ini! Tetapi ingat, bahwa benar atau salah bukan urusan demokrasi (yang banyak yang menang)!
Hal ini juga bukan hal yang terlalu besar (sekalipun ES anggap ini sangat penting), karena hanya mempersoalkan nama dari Iblis, dan ayat yang menunjukkan atau tak menunjukkan kejatuhan dari Iblis. Jadi, dalam pandangan saya, orang yang salah dalam hal ini bukan orang sesat. Hanya salah.
Lalu mengapa saya membahas hal ini? Karena hal ini saya lihat muncul dalam banyak tulisan dan khotbah-khotbah ES. Jadi, kalau saya bisa menunjukkan kesalahan ES dalam hal ini, itu akan mempengaruhi kebenaran atau ketidak-benaran dari banyak tulisan-tulisan dan khotbah-khotbahnya. Juga karena saya melihat bahwa ES menganggap penting hal ini (dalam hubungannya dengan Corpus Delicti), sekalipun saya sendiri tidak bisa, atau belum bisa, melihat apa pentingnya hal ini bagi ajaran ES.
Saya berpendapat bahwa ‘Lucifer’ bukan nama dari komandan setan / Iblis. Kata Lucifer, hanya muncul 1 x dalam Alkitab, yaitu dalam Yes 14:12, dan itu hanya dalam versi-versi tertentu seperti KJV dan NKJV [dan tentu saja dalam Alkitab bahasa Latin (Latin Vulgate)], karena kata Lucifer itu merupakan kata bahasa Latin.
Yesaya 14:12 - “Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!”.
KJV/NKJV: ‘O Lucifer’.
RSV: ‘O Day Star’.
NIV: ‘O morning star’.
NASB: ‘O star of the morning’.
ASV: ‘O day-star’.
Lucifer adalah kata bahasa Latin yang sebetulnya berarti light bearer [= pembawa terang]. Kalau saudara mau tahu lebih banyak tentang Lucifer, saudara bisa melihatnya dalam: https://en.wikipedia.org/wiki/Lucifer
Catatan: ini versi Inggris, saudara bisa mencari versi Indonesianya.
Mengapa saya tidak percaya bahwa Lucifer adalah nama dari Iblis? Karena kita harus menafsirkan ayat manapun sesuai dengan kontextnya, dan kalau kita membaca Yes 14 itu dari ay 1-nya, terlihat dengan jelas bahwa yang dibicarakan dalam text ini adalah Raja Babel, bukan Iblis!
Yesaya 14:4 - “maka engkau akan memperdengarkan ejekan ini tentang raja Babel, dan berkata: Wah, sudah berakhir si penindas sudah berakhir orang lalim!”.
Untuk jelasnya, sebaiknya kita baca Yes 14 mulai ay 1.
Yes 14:1-23 - (1) Sebab TUHAN akan menyayangi Yakub dan akan memilih Israel sekali lagi dan akan membiarkan mereka tinggal di tanah mereka, maka orang asing akan menggabungkan diri kepada mereka dan akan berpadu dengan kaum keturunan Yakub. (2) Bangsa-bangsa lain akan mengantar Israel pulang ke tempatnya, lalu kaum Israel akan memiliki bangsa-bangsa itu di tanah TUHAN sebagai hamba-hamba lelaki dan hamba-hamba perempuan. Demikianlah mereka akan menawan orang-orang yang menawan mereka dan akan berkuasa atas para penindas mereka. (3) Maka pada hari TUHAN mengakhiri kesakitan dan kegelisahanmu dan kerja paksa yang berat yang dipaksakan kepadamu, (4) maka engkau akan memperdengarkan ejekan ini tentang raja Babel, dan berkata: Wah, sudah berakhir si penindas sudah berakhir orang lalim! (5) TUHAN telah mematahkan tongkat orang-orang fasik, gada orang-orang yang memerintah, (6) yang memukul bangsa-bangsa dengan gemas, dengan pukulan yang tidak putus-putusnya; yang menginjak-injak bangsa-bangsa dalam murka dengan tiada henti-hentinya. (7) Segenap bumi sudah aman dan tenteram; orang bergembira dengan sorak-sorai. (8) Juga pohon-pohon sanobar dan pohon-pohon aras di Libanon bersukacita karena kejatuhanmu, katanya: Dari sejak engkau rebah terbaring, tidak ada lagi orang yang naik untuk menebang kami! (9) Dunia orang mati yang di bawah gemetar untuk menyongsong kedatanganmu, dijagakannya arwah-arwah bagimu, yaitu semua bekas pemimpin di bumi; semua bekas raja bangsa-bangsa dibangunkannya dari takhta mereka. (10) Sekaliannya mereka mulai berbicara dan berkata kepadamu: Engkau juga telah menjadi lemah seperti kami, sudah menjadi sama seperti kami! (11) Ke dunia orang mati sudah diturunkan kemegahanmu dan bunyi gambus-gambusmu; ulat-ulat dibentangkan sebagai lapik tidurmu, dan cacing-cacing sebagai selimutmu. (12) Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! (13) Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. (14) Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi! (15) Sebaliknya, ke dalam dunia orang mati engkau diturunkan, ke tempat yang paling dalam di liang kubur. (16) Orang-orang yang melihat engkau akan memperhatikan dan mengamat-amati engkau, katanya: Inikah dia yang telah membuat bumi gemetar, dan yang telah membuat kerajaan-kerajaan bergoncang, (17) yang telah membuat dunia seperti padang gurun, dan menghancurkan kota-kotanya, yang tidak melepaskan orang-orangnya yang terkurung pulang ke rumah? (18) Semua bekas raja bangsa-bangsa berbaring dalam kemuliaan, masing-masing dalam rumah kuburnya. (19) Tetapi engkau ini telah terlempar, jauh dari kuburmu, seperti taruk yang jijik, ditutupi dengan mayat orang-orang yang tertikam oleh pedang dan jatuh tercampak ke batu-batu liang kubur seperti bangkai yang terinjak-injak. (20) Engkau tidak akan bersama-sama dengan raja-raja itu di dalam kubur, sebab engkau telah merusak negerimu dan membunuh rakyatmu. Anak cucu orang yang berbuat jahat tidak akan disebut-sebut untuk selama-lamanya. (21) Dirikanlah bagi anak-anaknya tempat pembantaian, oleh karena kesalahan nenek moyang mereka, supaya mereka jangan bangun dan menduduki bumi dan memenuhi dunia dengan kota-kota. (22) Aku akan bangkit melawan mereka, demikianlah firman TUHAN semesta alam, Aku akan melenyapkan nama Babel dan sisanya, anak cucu dan anak cicitnya, demikianlah firman TUHAN. (23) Aku akan membuat Babel menjadi milik landak dan menjadi air rawa-rawa, dan kota itu akan Kusapu bersih dan Kupunahkan, demikianlah firman TUHAN semesta alam.”.
Kata Babel muncul lagi dalam Yesaya 14:22,23. Jadi memang seluruh text berbicara tentang Babel dan raja Babel, bukan tentang komandan setan. Lalu bagaimana tahu-tahu ay 12 kita tafsirkan menunjuk pada komandan setan dan kejatuhannya??
Dan hal lain yang harus diperhatikan adalah, Yes 14 ini merupakan cerita sejarah. Sejarah tentang apa? Tentang Allah yang berjanji akan membebaskan Yehuda dari penindasan Babilonia (baca ay 1-4).
Karena ini cerita sejarah, maka dalam menafsir tidak boleh ditafsirkan sebagai simbol, atau dialegorikan. Ini rumus Hermeneutics!
Saya memberikan sebuah ilustrasi untuk menunjukkan hal ini:
Saya bercerita kepada seseorang bahwa saya pergi ke Tretes, dan di sana saya melihat seekor sapi yang disembelih oleh seorang penjagal, lalu dimasak, dimakan, dan sebagainya. Ini cerita sejarah, dalam arti, itu sungguh-sungguh terjadi.
Apakah orang itu berhak untuk menafsirkan cerita saya dengan mengatakan Tretes adalah simbol dari surga, sapi simbol dari manusia, dan penjagalnya adalah simbol dari setan? Siapapun yang menafsirkan seperti ini adalah orang gila, bukan?
Mungkin saudara berkata, itu kan cerita biasa, sedangkan Yes 14 cerita Alkitab. Saya jawab: tidak ada bedanya. Dan memang rumus-rumus Hermeneutics pada umumnya didasarkan pada akal sehat.
Sekarang mari kita melihat text ini.
Keluaran 3:1-5 - (1) Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. (2) Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. (3) Musa berkata: ‘Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?’ (4) Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: ‘Musa, Musa!’ dan ia menjawab: ‘Ya, Allah.’ (5) Lalu Ia berfirman: ‘Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus.’”.
Cerita tentang Musa melihat semak duri yang menyala tetapi tidak terbakar dalam Kel 3, merupakan cerita sejarah, tetapi sering diartikan secara salah sebagai cara menafsirkan secara simbolis. Banyak orang yang mengatakan bahwa kasut adalah simbol dari dosa. Jadi, orang yang mau mendekat kepada Tuhan, harus meninggalkan dosanya. Sepintas lalu tafsiran seperti ini menghasilkan ajaran yang bagus, bukan?
Tetapi mari kita analisa lebih jauh.
1. Dengan alasan apa kasut dijadikan simbol dari dosa? Bagaimana kalau orang lain menafsirkan kasut itu simbol dari istri? Jadi, mau mendekat kepada Tuhan harus buang istrinya??? Atau didasarkan pada Efesus 6:15 kita artikan kasut sebagai kerelaan untuk memberitakan Injil, sehingga kalau mau mendekat kepada Tuhan harus membuang kerelaan untuk memberitakan Injil itu. Ini bisa jadi ajaran-ajaran yang gila! Dan kalau menafsirkan kasut sebagai dosa diijinkan, dengan alasan apa kita melarang orang lain menafsirkan sebagai istri dsb?? Jadi, kalau penafsiran seperti ini diijinkan, boleh dikatakan kita bisa mendapat ajaran yang bagaimanapun dari cerita sejarah manapun. Alkitab kita jadi kacau balau tidak karuan.
2. Dalam Kel 3 itu, pada waktu Musa mau mendekati semak duri yang menyala tetapi tidak terbakar itu, Tuhan suruh dia tanggalkan kasutnya. Kira-kira bagaimana Musa meninggalkan tempat itu? Dia tetap berjalan tanpa kasut?? Dan selanjutnya terus berjalan tanpa kasut? Itu mustahil dan tidak masuk akal sama sekali. Dia pasti memakai kembali kasutnya. Nah, sekarang ajarannya jadi bagaimana kalau begitu? Pada waktu mau mendekat kepada Tuhan (misalnya pada waktu mau berdoa, berbakti dsb), kita harus buang dosa. Dan pada waktu meninggalkan Tuhan (berhenti berdoa, pulang dari kebaktian, dsb), kita harus ambil lagi dosa itu??? Ini jadi konyol bukan main!
Sekarang, kembali pada Yes 14. Kalau tidak boleh diartikan secara simbolis, bagaimana kalau dianggap sebagai TYPE (typology)? Apakah cerita ini, khususnya raja Babel, bisa dianggap sebagai TYPE? Sebelum membahas Yes 14 itu, mari kita melihat contoh-contoh dari cerita-cerita yang merupakan TYPE.
Bilangan 21:1-9 - (1) Raja negeri Arad, orang Kanaan yang tinggal di Tanah Negeb, mendengar, bahwa Israel datang dari jalan Atarim, lalu ia berperang melawan Israel, dan diangkutnya beberapa orang tawanan dari pada mereka. (2) Maka bernazarlah orang Israel kepada TUHAN, katanya: Jika Engkau serahkan bangsa ini sama sekali ke dalam tangan kami, kami akan menumpas kota-kota mereka sampai binasa. (3) TUHAN mendengarkan permintaan orang Israel, lalu menyerahkan orang Kanaan itu; kemudian orang-orang itu dan kota-kotanya ditumpas sampai binasa. Itulah sebabnya tempat itu dinamai Horma. (4) Setelah mereka berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan. (5) Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak. (6) Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati. (7) Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami. Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. (8) Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup. (9) Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.”.
Ini cerita sejarah, tetapi Yesus sendiri menafsirkan ular tembaga yang dibuat oleh Musa itu dalam ayat di bawah ini.
Yohanes 3:14-15 - (14) Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, (15) supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal.”.
Jadi, ular yang dalam Alkitab sering merupakan simbol dari setan, di sini oleh Yesus diartikan merupakan TYPE dari diriNya sendiri!!! Ingat, TYPE beda dengan simbol!!! Menafsirkan cerita sejarah secara simbolis tidak boleh. Tetapi kalau itu memang TYPE, itu lain lagi. Tetapi tidak semua cerita merupakan type. Harus ada dasar untuk mengatakan bahwa itu merupakan TYPE.
Secara sama, domba korban / domba Paskah merupakan TYPE dari Kristus yang dikorbankan.
Yohanes 1:29 - “Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.”.
1Kor 5:7b - “Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus.”.
Imam juga merupakan TYPE dari Yesus.
Ibrani 7:25-28 - (25) Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka. (26) Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga, (27) yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban. (28) Sebab hukum Taurat menetapkan orang-orang yang diliputi kelemahan menjadi Imam Besar, tetapi sumpah, yang diucapkan kemudian dari pada hukum Taurat, menetapkan Anak, yang telah menjadi sempurna sampai selama-lamanya.”.
Yunus itu cerita sejarah, tetapi Yunus merupakan TYPE dari Kristus.
Mat 12:39-41 - (39) Tetapi jawab-Nya kepada mereka: Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. (40) Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. (41) Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!”.
Adam adalah TYPE dari Kristus!
Roma 5:14 - “Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang.”.
Kata gambaran dalam bahasa Yunani adalah TUPOS, dari mana kata TYPE berasal.
Menurut saya, raja Babel dalam Yes 14 tidak bisa ditafsirkan sebagai suatu TYPE, karena TYPE selalu menunjuk ke depan / masa yang akan datang, bukan ke belakang / masa lalu. Misalnya domba korban / domba Paskah merupakan TYPE dari Yesus, dan Yesus adalah ani-TYPEnya atau penggenapannya. Imam merupakan TYPE dari Yesus, dan Yesus adalah anti-TYPEnya atau penggenapannya. Semua TYPE menunjuk ke masa yang akan datang, dan anti-TYPEnya atau penggenapannya datang belakangan.
Tetapi kalau ‘raja Babel dan kehancurannya ini dianggap TYPE dari ‘Iblis dan kejatuhannya’, maka TYPE ini menunjuk ke masa lalu, dan karena itu tidak cocok! Tidak pernah ada anti-TYPE yang terjadi lebih dulu dari TYPEnya!!! Anti-TYPE itu penggenapannya! Mana bisa penggenapannya datang duluan baru TYPEnya??
Henry A. Virkler: “Third, a type must prefigure something in the future. Antitypes in the New Testament present truth more fully realized than in the Old Testament. The correspondence in the New Testament reveals what was nascent in the Old. Typology is thus a special form of prophecy.” [= Ketiga, suatu TYPE harus membayangkan lebih dahulu sesuatu di masa yang akan datang. AntiTYPE-antiTYPE dalam Perjanjian Baru menyatakan kebenaran yang direalisasikan secara lebih penuh dari pada dalam Perjanjian Lama. Persesuaian dalam Perjanjian Baru menyatakan apa yang mulai timbul dalam Perjanjian Lama. Jadi typology adalah sejenis nubuat yang khusus.] - Principles and Processes of Biblical Interpretation, hal 186 (Libronix, hal 183).
Pada pelajaran yang akan datang, saya akan memberikan video yang menunjukkan bahwa ES menganggap raja Babel ini sebagai typology (TYPE). Saya berpendapat, hermeneutics-nya salah, karena anti-TYPEnya / penggenapannya ada lebih dulu dari TYPEnya / nubuatnya!
Silahkan ES menjawab serangan saya ini.
Karena itu, kalau raja Babel dalam Yes 14 tidak boleh dianggap sebagai simbol dari komandan setan, dan juga tidak boleh dianggap sebagai TYPE dari komandan setan, dsb, maka harus ditafsirkan secara hurufiah sebagai raja Babel.
Sekarang mari kita melihat beberapa tafsiran dari para penafsir tentang Yes 14:12 atau tentang ayat-ayat dalam Yes 14 itu. Saya akan membagi menjadi 3 kelompok:
1) Penafsir-penafsir yang percaya bahwa Yesaya 14:12 ini memang menunjuk kepada Iblis dan / atau pada kejatuhannya.
The Preachers Commentary (tentang Yes 14): “The holy war between the forces of good and evil is not a moral abstraction. As the city of Babylon represents the evil opponent of the holy city of Jerusalem, so the king of Babylon personifies Satan, the evil antagonist against God. Again, Isaiahs prophecy has current and endtime implications. On the day in history when Babylon will be utterly ruined and the house of Jacob will be restored, the Jews will sing a song taunting the king of Babylon as he falls into disgrace and loses his place in human history (v. 3). In the apocalyptic context, a similar fate awaits Satan when he, his name, and his influence over humanity are utterly broken by the conquest of Jesus Christ. Whether in the historical or the apocalyptic context, Isaiah prophesies that the results will be the same for the king of Babylon or Satan. Utter disgrace and absolute destruction await the person of evil when Isaiah declares, How the oppressor has ceased! (v. 4). ... Heaven does its own rejoicing over the downfall of the king of Babylon. Lucifer is now identified as the person of evil and iniquity whom the king of Babylon symbolizes and the protagonist of God in the final battle of the ages. How you are fallen from heaven, O Lucifer, son of the morning! (v. 12) may be duly interpreted as a realistic insight into Satans original fall from heaven and as a symbolic representation of the heights from which the king of Babylon fell. Both Lucifer and the king of Babylon had said in their hearts, I will ascend into heaven, I will exalt my throne above the stars of God; I will also sit on the mount of the congregation. On the farthest sides of the north; I will ascend above the heights of the clouds, I will be like the Most High. - Isaiah 14:1214 [= Apakah dalam kontext sejarah atau dalam kontext apocaliptik, Yesaya menubuatkan bahwa hasilnya akan sama untuk raja Babel atau Iblis. Aib / kehinaan sepenuhnya dan kehancuran mutlak menantikan pribadi dari kejahatan pada waktu Yesaya menyatakan, Wah, sudah berakhir si penindas! (ay 4). ... Surga melakukan sukacitanya sendiri atas kejatuhan dari raja Babel. Lucifer sekarang diidentifikasi sebagai pribadi dari kejahatan dan kesalahan yang disimbolkan raja Babel dan pendukung (penentang?) Allah dalam pertempuran akhir yang terhebat dalam sepanjang jaman. Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Lucifer, Putera Fajar! (ay 12) bisa diterjemahkan dengan sepatutnya sebagai suatu pengertian yang realistik kepada kejatuhan mula-mula Iblis dari surga dan sebagai suatu wakil simbolis dari ketinggian dari mana raja Babel jatuh. Baik Lucifer maupun Raja Babel telah berkata dalam hati mereka, Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara; Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi. - Yesaya 14:12-14] - Libronix.
Catatan: saya hanya menterjemahkan bagian yang saya garis-bawahi.
The Bible Exposition Commentary (tentang Yes 14:1-23): “The picture in Isa 14:1-23 is that of a mighty monarch whose pride has brought him to destruction. This is what happened to Belshazzar when Darius the Mede captured Babylon in 539 B.C. (Dan 5). Isaiah described the kings arrival in sheol, the world of the dead, where the kings wealth, glory, and power vanished. The dead kings already in sheol stood in tribute to him (Isa 14:9), but it was all a mockery. Death is the great leveler; there are no kings in the world of the dead. Lucifer (v. 12) is Latin for morning star and suggests that this kings glory did not last very long. The morning star shines but is soon swallowed up by the light of the sun. The prophet saw in this event something far deeper than the defeat of an empire. In the fall of the king of Babylon, he saw the defeat of Satan, the prince of this world, who seeks to energize and motivate the leaders of nations (John 12:31; Eph 2:1-3). Dan 10:20 indicates that Satan has assigned princes (fallen angels) to the various nations so that he can influence leaders to act contrary to the will of God. This highest of Gods angels tried to usurp the throne of God and capture for himself the worship that belongs only to God (Matt 4:8-10). The name Lucifer (morning star) indicates that Satan tries to imitate Jesus Christ, who is the bright and morning star (Rev 22:16). I will be like the Most High reveals his basic strategy, for he is an imitator (Isa 14:14; 2 Cor 11:13-15). Like the king of Babylon, Satan will one day be humiliated and defeated. He will be cast out of heaven (Rev 12) and finally cast into hell (20:10). Whether God is dealing with kings or angels, Prov 16:18 is still true: Pride goes before destruction, and a haughty spirit before a fall (NKJV). [= Lucifer (ay 12) adalah kata bahasa Latin untuk bintang pagi dan menunjukkan bahwa kemuliaan raja ini tidak berlangsung terlalu lama. Bintang pagi bersinar tetapi segera ditelan oleh terang dari matahari. Sang nabi melihat dalam peristiwa ini sesuatu yang jauh lebih dalam dari pada kekalahan dari suatu kekaisaran. Dalam kejatuhan dari raja Babel, ia melihat kekalahan dari Iblis, pangeran dunia ini, yang berusaha untuk memberi kekuatan dan memotivasi pemimpin-pemimpin bangsa (Yoh 12:31; Ef 2:1-3). Dan 10:20 menunjukkan bahwa Iblis telah menugaskan pangeran-pangeran (malaikat-malaikat yang jatuh) kepada berbagai bangsa-bangsa sehingga ia bisa mempengaruhi pemimpin-pemimpin untuk bertindak bertentangan dengan kehendak Allah. Yang tertinggi dari murid-murid Allah mencoba untuk merebut takhta Allah dan merebut untuk dirinya sendiri apa yang hanya merupakan milik Allah (Mat 4:8-10). Nama Lucifer (bintang pagi) menunjukkan bahwa Iblis mencoba untuk meniru Yesus Kristus, yang adalah bintang pagi yang gilang gemilang (Wah 22:16). Aku mau menjadi seperti Yang Maha Tinggi menyatakan strategi dasarnya, karena ia adalah seorang peniru (Yes 14:14; 2Kor 11:13-15). Seperti raja Babel, Iblis suatu hari akan direndahkan dan dikalahkan. Ia akan dilemparkan dari surga (Wah 12) dan pada akhirnya dilemparkan ke neraka (20:10). Apakah Allah sedang menangani raja-raja atau malaikat-malaikat, Amsal 16:18 tetap benar: Kesombongan mendahului kehancuran, dan roh yang tinggi hati mendahului kejatuhan (NKJV).].
Catatan: saya hanya menterjemahkan bagian yang saya garis-bawahi.
Matius 4:8-10 - (8) Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, (9) dan berkata kepada-Nya: Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku. (10) Maka berkatalah Yesus kepadanya: Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!.
Wahyu 22:16 - Aku, Yesus, telah mengutus malaikat-Ku untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang..
KJV: ‘the bright and morning star.’ [= bintang pagi yang terang.].
Catatan: Perlu diketahui bahwa dalam Latin Vulgate kata-kata bahasa Latin yang digunakan dalam Wah 22:16 ini berbeda dengan Yes 14:12 dimana Latin Vulgate menterjemahkan Lucifer. Demikian juga kata Yunani dari LXX / Septuaginta dalam Yes 14:12 berbeda dengan kata Yunani yang digunakan dalam Wah 22:16.
Amsal 16:18 - “Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.”.
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Yes 14:12): How art thou fallen from heaven, O Lucifer - day-star. A title truly belonging to Christ: Rev 22:16, the bright and morning star, and therefore hereafter to be assumed by Antichrist, of whom Babylon is a type; also applied to the angelic sons of God, the morning stars (Job 38:7). ... The fall of Babylon as a self-idolizing power, the type of mystical Babylon in the Apocalypse (Rev 17:4-5), before the providence of God, is described in language drawn from the fall of Satan himself, the spirit that energized the pagan world-power, and now energizes the apostate Church, and shall hereafter energize the last secular Antichrist. Thus Lucifer has naturally come to be applied to Satan (Luke 10:18; Rev 12:8-9; Jude 6). [= Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur / Lucifer - bintang pagi. Suatu gelar yang secara tepat adalah milik Kristus: Wah 22:16, bintang Timur yang gilang gemilang, dan karena itu setelahnya dipakai oleh Anti Kristus, tentang siapa Babel / Babilonia adalah suatu TYPE; juga diterapkan pada anak-anak Allah yang bersifat / adalah malaikat, bintang-bintang pagi (Ayub 38:7). ... Kejatuhan Babel sebagai suatu kuasa yang mendewakan diri sendiri, TYPE dari Babel yang bersifat mistik dalam kitab Wahyu (Wah 17:4-5), di depan Providensia Allah, digambarkan dalam bahasa / kata-kata yang diambil dari kejatuhan Iblis sendiri, roh yang memberi kekuatan kepada kuasa dunia kafir, dan sekarang memberi kekuatan kepada Gereja yang murtad, setelahnya akan memberi kekuatan kepada sang Anti Kristus sekuler yang terakhir. Jadi / maka, Lucifer secara wajar telah diterapkan kepada Iblis (Luk 10:18; Wah 12:8-9; Yudas 6).].
Ayub 38:7 - “pada waktu bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak-sorai?”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘the morning stars’ [= bintang-bintang pagi].
Catatan: kata Ibrani yang digunakan di sini berbeda dengan dalam Yes 14:12, dan juga di sini digunakan kata bentuk jamak.
Wah 17:4-5 - (4) Dan perempuan itu memakai kain ungu dan kain kirmizi yang dihiasi dengan emas, permata dan mutiara, dan di tangannya ada suatu cawan emas penuh dengan segala kekejian dan kenajisan percabulannya. (5) Dan pada dahinya tertulis suatu nama, suatu rahasia: Babel besar, ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari kekejian bumi.”.
Catatan: bahwa kata Babel di sini mempunyai arti simbolis, tak berarti bahwa dalam Yes 14 kata itu juga harus diartikan secara simbolis. Bahwa dalam Wah 5:5 kata singa (singa Yehuda) menunjuk kepada Yesus, tak berarti bahwa singa yang dibunuh oleh Simson (Hak 14:5-6), juga menunjuk kepada Yesus atau mempunyai arti simbolis yang lain! Jadi, kontext menentukan kata itu harus diartikan sebagai simbol atau secara hurufiah!
Lukas 10:18 - “Lalu kata Yesus kepada mereka: Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit.”.
Wah 12:7-9 - (7) Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya (8) tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. (9) Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.”.
Yudas 6 - “Dan bahwa Ia menahan malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka, dengan belenggu abadi di dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar,”.
H. A. Ironside (tentang Yes 14:12): “We come to something now that enables us to understand how sin began in the heavens, and also to comprehend something of the unseen powers that throughout the centuries have dominated the minds of evil-disposed men, seeking to thwart the purpose of God. The fall of Lucifer portrays the fall of Satan. The passage links very closely with Ezekiel 28, which should be carefully considered in the effort to understand this fully. "Hell from beneath is moved for thee to meet thee at thy coming: it stirreth up the dead for thee, even all the chief ones of the earth; it hath raised up from their thrones all the kings of the nations. All they shall speak and say unto thee, Art thou also become weak as we? art thou become like unto us? Thy pomp is brought down to the grave, and the noise of thy viols: the worm is spread under thee, and the worms cover thee. How art thou fallen from heaven, O Lucifer, son of the morning! how art thou cut down to the ground, which didst weaken the nations! For thou hast said in thine heart, I will ascend into heaven, I will exalt my throne above the stars of God: I will sit also upon the mount of the congregation, in the sides of the north: I will ascend above the heights of the clouds; I will be like the most High. Yet thou shalt be brought down to hell, to the sides of the pit" (verses 915). These words cannot apply to any mere mortal man. Lucifer (the light-bearer) is a created angel of the very highest order, identical with the covering cherub of Ezekiel 28. He was, apparently, the greatest of all the angel host and was perfect before God until he fell through pride. It was his ambition to take the throne of Deity for himself and become the supreme ruler of the universe. Note his five I wills. It was the assertion of the creatures will in opposition to the will of the Creator that brought about his downfall, and so an archangel became the devil! Cast down from the place of power and favor which he had enjoyed, he became the untiring enemy of God and man, and down through the millennia since has exerted every conceivable device to ruin mankind and rob God of the glory due to His name. It is of him our Lord speaks in John 8:44. The Lord there shows that Satan is an apostate, having fallen from a position once enjoyed, and we know from other Scriptures how he ever goes about as a roaring lion, seeking whom he may devour. The Cross was the precursor of Satans doom, but he is determined to wreak his vengeance upon mankind so far as he can before his own final judgment takes place, because his heart is filled with hatred against God and against those whom God loves. We know from other passages that Lucifer was not alone in his rebellion (2 Pet. 2:4), and our Lord speaks of the devil and his angels (Matt. 25:41), and this is confirmed in Revelation 12:7, where we read of the coming war in heaven between Michael and his angels, and the dragon and his. These evil angels are the world-rulers of this darkness (Eph. 6:12, literal rendering). They seek to dominate the hearts and minds of the rulers of the nations, stirring them up to act in opposition to the will of God. Therefore we need not be surprised to find in the next verses of our chapter that the king of Babylon seems to be, as it were, confounded with Lucifer. The actual meaning, of course, is that he was controlled or dominated by him.” [= Kejatuhan Lucifer menggambarkan kejatuhan Iblis. ... Kata-kata ini (Yes 14:9-15) tidak bisa diterapkan kepada sekedar manusia yang fana manapun. Lucifer (sang pembawa terang) adalah seorang malaikat ciptaan dari tingkatan yang tertinggi, identik dengan kerub yang menutupi dalam Yeh 28. Ia dulunya jelas adalah yang terbesar dari semua pasukan malaikat dan adalah sempurna di hadapan Allah sampai ia jatuh melalui kesombongan. Merupakan ambisinya untuk merebut takhta Allah untuk dirinya sendiri dan menjadi pemerintah / penguasa tertinggi dari alam semesta. Perhatikan 5 x kata-kata Aku mau / Aku hendak. Itu merupakan pernyataan dari kehendak mahluk ciptaan dalam pertentangan dengan kehendak dari sang Pencipta, yang menyebabkan kejatuhannya, dan demikianlah seorang penghulu malaikat menjadi setan / Iblis! ... Kita tahu dari text-text lain bahwa Lucifer tidak sendirian dalam pemberontakannya (2Pet 2:4), dan Tuhan kita berbicara tentang Iblis dan malaikat-malaikatnya (Mat 25:41), dan ini diteguhkan dalam Wah 12:7, dimana kita membaca tentang perang yang mendatang di surga antara Mikhael dan malaikat-malaikatnya, dan naga dan malaikat-malaikatnya. Malaikat-malaikat jahat ini adalah pemerintah-pemerintah dunia kegelapan ini (Ef 6:12, terjemahan hurufiah). Mereka berusaha untuk menguasai hati dan pikiran dari pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa, menggerakkan mereka untuk bertindak dalam pertentangan dengan kehendak Allah. Karena itu kita tidak perlu kaget untuk mendapati dalam ayat-ayat selanjutnya dari pasal kita bahwa raja Babel kelihatannya, seakan-akan, dicampur-adukkan dengan Lucifer. Arti yang benar, tentu saja, adalah bahwa ia dikontrol atau dikuasai olehnya.] - Libronix.
Catatan: saya hanya menterjemahkan bagian yang saya garis-bawahi.
2) Penafsir-penafsir yang hanya membuka kemungkinan, tetapi tidak memastikan, bahwa ini menunjuk kepada Iblis dan / atau pada kejatuhannya.
Matthew Henry (tentang Yes 14:12): “Great pride and haughtiness. Notice is here taken of his pomp, the extravagancy of his retinue, v. 11. He affected to appear in the utmost magnificence. But that was not the worst: it was the temper of his mind, and the elevation of that, that ripened him for ruin (v. 13,14): Thou has said in thy heart, like Lucifer, I will ascend into heaven. Here is the language of his vainglory, borrowed perhaps from that of the angels who fell, who not content with their first estate, the post assigned them, would vie with God, and become not only independent of him, but equal with him. Or perhaps it refers to the story of Nebuchadnezzar, who, when he would be more than a man, was justly turned into a brute, Dan 4:30. [= Engkau telah berkata dalam hatimu, seperti Lucifer, Aku mau / hendak naik ke surga. Ini adalah bahasa / kata-kata dari kesombongannya yang sia-sia, mungkin dipinjam dari bahasa / kata dari malaikat-malaikat yang jatuh, yang tidak puas dengan keadaan pertama / mula-mula mereka, posisi yang diberikan / ditetapkan bagi mereka, mau bersaing dengan Allah, dan menjadi bukan hanya tidak tergantung kepadaNya, tetapi setara dengan Dia. Atau mungkin itu menunjuk pada cerita tentang Nebukadnezar, yang pada waktu ia mau menjadi lebih dari manusia, secara adil dibalikkan menjadi seekor binatang, Dan 4:30.].
Catatan: saya hanya menterjemahkan bagian yang saya garis-bawahi.
Dalam Alkitab sangat sedikit diceritakan tentang asal usul Iblis, dan kejatuhannya. Dari mana Matthew Henry tahu kata-kata dari Iblis dan malaikat-malaikat yang jatuh itu?
Wilmingtons Bible Handbook (tentang Yes 14:12): “The fall of a king and an angel. When the Israelites were freed from bondage and returned to their homeland, they would gloat over the fall of their oppressor Babylon (14:1-4). Many scholars see in Israels taunt (14:4-23) a reference both to the humiliating fall of Babylons king and to Satans fall from heaven. Such a view gains credence from the similar passage in Ezek 28:11-19, which also seems to describe an angelic being who, because of pride, was cast out of heaven (see also Luke 10:18). Whether or not Satans fall is in view, he would have at least influenced the kings fall; and the fatal I wills of 14:13-14 are characteristic of Satans efforts to promote self-worship (see Gen 3:1-5). [= Banyak sarjana melihat dalam ejekan Israel (14:4-23) suatu hubungan baik dengan kejatuhan yang merendahkan dari raja Babel maupun kejatuhan Iblis dari surga. Pandangan seperti itu mendapatkan rekomendasi dari text yang mirip dalam Yeh 28:11-19, yang kelihatannya juga menggambarkan seorang makhluk yang bersifat malaikat yang, karena kesombongan, dilemparkan dari surga (lihat juga Luk 10:18). Apakah kejatuhan Iblis dipertimbangkan di sini atau tidak, ia sedikitnya telah mempengaruhi kejatuhan sang raja, dan kata yang fatal Aku hendak dalam 14:13-14 merupakan karakteristik dari usaha-usaha Iblis untuk mempromosikan penyembahan diri sendiri (lihat Kej 3:1-5).].
Catatan: saya hanya menterjemahkan bagian yang saya garis-bawahi.
3) Penafsir-penafsir yang hanya mengarahkan ini kepada raja Babel, dan sama sekali tak menyinggung Iblis dan kejatuhannya, atau penafsir-penafsir yang sama sekali tak setuju kalau ini menunjuk kepada Iblis dan / atau pada kejatuhannya.
a) Penafsir-penafsir yang hanya mengarahkan ini kepada raja Babel, dan sama sekali tak menyinggung Iblis dan kejatuhannya.
Word Biblical Commentary (tentang Yes 14:13): Whatever the myth might have said, the text in Isaiah tells of a tyrant king who is overcome, not by the resistance of a god but by his own ambition to be as high as a god, to ascend to heaven, to reign above the stars, to sit in the mountain assembly, and to be like the Most High. [= Apapun yang mitos bisa telah katakan, text dalam Yesaya memberitahu / menceritakan tentang seorang raja tiran yang dikalahkan, bukan oleh tolakan dari seorang dewa / allah tetapi oleh ambisinya sendiri untuk menjadi seperti seorang dewa / allah, untuk naik ke surga, untuk memerintah di atas bintang-bintang, untuk duduk dalam gunung / bukit pertemuan, dan untuk menjadi seperti Yang Maha Tinggi.].
The Biblical Illustrator (tentang Yes 14:12): “Lucifer (ver. 12): - In his splendour (the King of Babylon) is likened to the morning star, which was worshipped by the Babylonians under the name of Istar. [= Lucifer (ay 12): - Dalam kemegahannya (Raja Babel) dibandingkan dengan bintang pagi, yang disembah oleh orang-orang Babel dengan nama Istar.].
IVP Bible Background Commentary (tentang Yes 14:12): morning star. The Hebrew word behind this translation, helel, is not used anywhere else in the Old Testament. Many interpreters, ancient and modern, see it as a designation of Venus, the morning star. It is this interpretation that was behind the early Greek translation of the term, as well as the Latin Vulgates luciferos (shining one, i.e., Venus). Most modern interpreters believe that Isaiah is using a well-known mythological tale as an analogy to the failure and consequences of the king of Babylons rebellion and arrogance, but no known literature matches the details of Helels rebellion. [= bintang pagi. Kata Ibrani di belakang terjemahan ini, HELEL, tidak digunakan di tempat lain manapun dalam Perjanjian Lama. Banyak penafsir, kuno dan modern, melihatnya sebagai suatu nama / sebutan dari Venus, bintang pagi. Penafsiran inilah yang ada di belakang terjemahan Yunani awal / mula-mula dari istilah ini, maupun kata LUCIFEROS dalam Latin Vulgate (yang bersinar, yaitu, Venus). Kebanyakan penafsir modern percaya bahwa Yesaya sedang menggunakan suatu cerita mitos yang terkenal sebagai suatu analogi bagi kegagalan dan konsekwensi-konsekwensi dari pemberontakan dan sikap arogan dari raja Babel, tetapi tidak ada literatur yang dikenal yang cocok dengan detail-detail dari pemberontakan HELEL.].
Barnes’ Notes (tentang Yesaya 14:12): “There can be no doubt that the object in the eye of the prophet was the bright morning star; and his design was to compare this magnificent oriental monarch with that. The comparison of a monarch with the sun, or the other heavenly bodies, is common in the Scriptures. [= Di sana tidak bisa ada keraguan bahwa fokus / tujuan dalam mata dari sang nabi adalah bintang pagi yang terang; dan rancangannya adalah untuk membandingkan raja Timur yang besar / megah ini dengan hal itu. Perbandingan dari seorang raja dengan matahari, atau benda-benda langit yang lain, merupakan hal yang umum dalam Kitab Suci.].
Barnes Notes (tentang Yesaya 14:4): “It is evidently used in this sense here - to denote a taunting speech, a song of triumph over the prostrate king of Babylon. In this beautiful song, there are all the elements of the most pungent satire, and all the beauties of the highest poetry.” [= Itu secara jelas digunakan dalam arti ini di sini - untuk menunjukkan suatu ucapan yang mengejek, suatu nyanyian kemenangan atas raja Babel yang dihancurkan kekuatannya. Dalam nyanyian yang indah ini, di sana ada semua elemen dari ironi / sarkasme yang paling tajam, dan semua keindahan dari puisi yang tertinggi.].
Pulpit Commentary (tentang Yes 14:12): “Ver. 12. - How art thou fallen from heaven, O Lucifer! Babylons sudden fall is compared, with great force and beauty, to the (seeming) fall of a star from heaven. The word translated ‘Lucifer’ means properly ‘shining one,’ and no doubt here designates a star; but whether any particular star or no is uncertain. The LXX. translated by ἑωσφόρος, whence our ‘Lucifer.’ The subjoined epithet, ‘son of the morning’ or of the dawn, accords well with this rendering.” [= Ay 12. - Betapa engkau telah jatuh dari surga O Lucifer! Kejatuhan Babel yang mendadak dibandingkan, dengan kekuatan dan keindahan yang besar, dengan (kelihatannya) kejatuhan dari suatu bintang dari surga / langit. Kata yang diterjemahkan Lucifer secara tepat berarti yang bersinar, dan tak diragukan di sini menunjuk pada suatu bintang; tetapi apakah suatu bintang yang khusus atau tidak, itu tidak pasti. LXX / Septuaginta menterjemahkan dengan ἑωσφόρος (HEOSPHOROS), dari mana muncul kata ‘Lucifer’ kita. Istilah yang ditambahkan, ‘anak dari pagi’ atau ‘dari dini hari’, sesuai dengan baik dengan terjemahan ini.] - hal 245.
b) Penafsir-penafsir yang sama sekali tidak setuju kalau ini menunjuk kepada Iblis dan / atau pada kejatuhannya.
Pulpit Commentary (tentang Yes 14:12): “Ver. 12. - The ambitious spirit in man. The word Lucifer means the light-bringer, and so has been in modern times associated with our matches. As standing in this text, it has often been taken as a synonym for Satan; but it really is a highly poetical description of the King of Babylon, and the Babylonian empire is in Scripture represented as the type of the ambitions, aspiring, tyrannical, and self-idolizing power.” [= Ay 12. - Roh / kecenderungan yang bersifat ambisius dari diri manusia. Kata Lucifer berarti sang pembawa terang, dan karena itu dalam jaman modern telah dihubungkan dengan korek api kita. Karena posisinya dalam text ini, itu telah sering digunakan sebagai suatu sinonim dari Iblis; tetapi itu sesungguhnya merupakan suatu penggambaran yang bersifat sangat puitis dari Raja Babel, dan kekaisaran Babilonia dalam Kitab Suci digambarkan sebagai TYPE dari ambisi, keinginan, sifat tiran, dan kuasa pendewaan diri sendiri.] - hal 265.
Catatan: menurut saya, anak kalimat terakhir (yang saya beri warna hijau) hanya cocok untuk ayat-ayat tertentu, dan bukan untuk Yes 14 ini.
Bible Knowledge Commentary (tentang Yes 14:12-15): “In his military might this great king had laid low the nations, ... But he would fall like a morning star. The brilliance of a star in the early dawn suddenly vanishes when the sun rises. Sennacherib, because of his great power, thought himself godlike, but now by startling contrast he would be in the grave. In the ancient Near East, kings had supreme power; many were deified by their subjects. The people taunting this tyrant pictured him ascribing godlike characteristics to himself. Ascending to heaven... above the stars and being enthroned on... the sacred mountain recalls the belief of several Semitic peoples that the gods lived on Mount Zaphon. Sacred mountain translates sapon (lit., ‘the north’). By ascending the mountain ‘above... the clouds,’ he was seeking to make himself like God, ‘the Most High.’ (The language used here, of course, is hyperbolical.) Yet he would be brought low ‘to the grave’ (pit is a synonym for grave). Nothing could save him from death and from decay in the grave.” [= Dalam kuasa militernya raja yang besar / agung ini telah menjatuhkan / menghancurkan bangsa-bangsa, ... Tetapi ia akan jatuh seperti suatu bintang pagi. Terang dari suatu bintang pada dini hari tiba-tiba hilang pada waktu matahari terbit. Sanherib, karena kuasanya yang besar, menganggap dirinya sendiri seperti allah / dewa, tetapi sekarang oleh kontras yang mengejutkan ia berada dalam kuburan. Di Timur Dekat kuno, raja-raja mempunyai kuasa tertinggi; banyak raja didewakan oleh bawahan-bawahan mereka. Bangsa itu mengejek tiran ini yang menggambarkan dia menganggap ciri-ciri yang seperti dewa kepada dirinya sendiri. Naik ke surga ... di atas bintang-bintang dan bertakhta di ... gunung yang kudus mengingat kepercayaan dari beberapa bangsa-bangsa Semitik bahwa allah-allah / dewa-dewa tinggal di Gunung Zafon. Gunung yang kudus menterjemahkan SAPON (Secara hurufiah, utara). Dengan naik gunung di atas ... awan-awan, ia sedang berusaha untuk membuat dirinya sendiri seperti Allah, yang Maha Tinggi. (Bahasa yang digunakan di sini, tentu saja, adalah bahasa hyperbolik.) Tetapi ia akan direndahkan ke kuburan (pit / lubang di tanah adalah suatu sinonim untuk kuburan). Tak ada yang bisa menyelamatkan dia dari kematian dan dari pembusukan dalam kuburan.].
Catatan: Dalam tafsirannya tentang ay 12, Bible Knowledge Commentary sama sekali tidak membicarakan bahwa ini menunjuk pada kejatuhan Iblis. Tetapi Bible Knowledge Commentary (John Walvoord) membicarakan hal itu dalam tafsirannya tentang ay 3-4, yang saya berikan di bawah ini.
Bible Knowledge Commentary (tentang Yes 14:3-4): “Who is this king of Babylon? Many expositors hold the view that he is Satan, the ultimate personification of pride. Tertullian (ca. A.D. 160-230) and Gregory the Great (ca. 540 A.D. - 604 A.D.) were the first to present this view, now widely accepted. Though verses 12-14 seem to support the view, little else in the chapter does. Though many hold that verses 12-14 refer to the entrance of sin into the cosmos by Satans fall, that subject seems a bit forced in this chapter. (However, Ezek 28:12-19 does refer to Satans fall; see comments there.)” [= Siapa raja Babel ini? Banyak penafsir memegang pandangan bahwa ia adalah Iblis, personifikasi yang tertinggi dari kesombongan. Tertullian (sekitar 160-230 M.) dan Gregory yang Agung (sekitar 540-604 M.) adalah orang-orang pertama yang memperkenalkan pandangan ini, yang sekarang diterima secara luas. Sekalipun ay 12-14 kelihatannya mendukung pandangan ini, sedikit / tidak banyak yang lain dalam pasal ini yang mendukung pandangan ini. Sekalipun banyak orang mempertahankan bahwa ay 12-14 menunjuk pada masuknya dosa ke dalam kosmos oleh kejatuhan Iblis, subyek itu kelihatannya agak dipaksakan dalam pasal ini. (Tetapi, Yeh 28:12-19 memang menunjuk pada kejatuhan Iblis; lihat komen-komen di sana.)].
Catatan: Bible Knowledge Commentary (John Walvoord) jelas tidak percaya bahwa Yes 14:12 menunjuk pada kejatuhan setan, tetapi anehnya ia percaya bahwa Yeh 28 memang menunjuk pada kejatuhan setan, dan saya tak setuju dengan hal ini. Tetapi ini akan saya bahas pada waktu saya membahas Yeh 28.
Martin Luther: How you are fallen from heaven, Lucifer! This is not said of the angel who once was thrown out of heaven but of the king of Babylon, and it is figurative language. [= Betapa kamu jatuh dari surga, Lucifer! Ini tidak dikatakan tentang malaikat yang pernah dilempar keluar dari surga tetapi tentang raja Babel, dan itu merupakan bahasa figurative / kiasan.] - Libronix.
Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary (tentang Yes 14:12): “The Hebrew behind ‘morning star’ (hêlēl) occurs only here in the Old Testament, though the root means ‘shine’ (13:10; 31:26). This ‘shining one’ probably refers to Venus and is found also in Ugaritic mythology, with mention of daughters of the morning star. The Vulgate translators rendered this as luciferos, also the morning star, Venus. This led English interpreters to associate this passage with Satan, though it is not he who is the subject under discussion, but rather the Babylonian king. [= Kata Ibrani di belakang bintang pagi (HELEL) muncul hanya di sini dalam Perjanjian Lama, melalui akar kata yang artinya bersinar (13:10; 31:26). Yang Bersinar ini mungkin menunjuk pada Venus dan ditemukan juga dalam mitos Ugaritic, dengan penyebutan puteri-puteri bintang pagi. Penterjemah-penterjemah Vulgate menterjemahkan ini sebagai LUCIFEROS, juga bintang pagi, Venus. Ini membimbing penafsir-penafsir berbahasa Inggris untuk menghubungkan text ini dengan Iblis, sekalipun bukanlah dia yang merupakan pokok / subyek yang didiskusikan, tetapi sebaliknya Raja Babel.] - Libronix.
Keil & Delitzsch (tentang Yes 14:12): “Lucifer, as a name given to the devil, was derived from this passage, which the fathers (and lately Stier) interpreted, without any warrant whatever, as relating to the apostasy and punishment of the angelic leaders. The appellation is a perfectly appropriate one for the king of Babel, ... [= Lucifer, sebagai suatu nama yang diberikan kepada Iblis / setan, didapatkan dari text ini, yang bapa-bapa gereja (dan baru-baru ini Stier) tafsirkan, tanpa dasar apapun, sebagai berhubungan dengan kemurtadan dan hukuman dari pemimpin-pemimpin yang bersifat malaikat. Nama / sebutan itu merupakan suatu nama / sebutan yang cocok secara sempurna untuk raja Babel, ... ].
Adam Clarke (tentang Yes 14:12): And although the context speaks explicitly concerning Nebuchadnezzar, yet this has been, I know not why, applied to the chief of the fallen angels, who is most incongruously denominated Lucifer, (the bringer of light!) an epithet as common to him as those of Satan and Devil. That the Holy Spirit by his prophets should call this arch-enemy of God and man the light-bringer, would be strange indeed. But the truth is, the text speaks nothing at all concerning Satan nor his fall, nor the occasion of that fall, which many divines have with great confidence deduced from this text. O how necessary it is to understand the literal meaning of Scripture, that preposterous comments may be prevented! [= Dan sekalipun kontexnya berbicara secara explicit tentang Nebukadnezar, tetapi entah mengapa kontex ini telah diterapkan kepada kepala dari malaikat-malaikat yang jatuh, yang secara sangat tidak pantas disebut / dinamakan Lucifer (pembawa terang!), suatu julukan yang sama umumnya bagi dia, seperti Iblis dan Setan. Bahwa Roh Kudus oleh nabiNya menyebut musuh utama dari Allah dan manusia sebagai pembawa terang, betul-betul merupakan hal yang sangat aneh. Tetapi kebenarannya adalah, text ini tidak berbicara sama sekali tentang Setan maupun kejatuhannya, ataupun saat / alasan kejatuhan itu, yang dengan keyakinan yang besar telah disimpulkan dari text ini oleh banyak ahli theologia. O alangkah pentingnya untuk mengerti arti hurufiah dari Kitab Suci, supaya komentar-komentar yang gila-gilaan / tidak masuk akal bisa dicegah!] - hal 82.
Calvin (tentang Yes 14:12): The exposition of this passage, which some have given, as if it referred to Satan, has arisen from ignorance; for the context plainly shows that these statements must be understood in reference to the king of the Babylonians. But when passages of Scripture are taken at random, and no attention is paid to the context, we need not wonder that mistake of this kind frequently arise. Yet it was an instance of very gross ignorance, to imagine that Lucifer was the king of devils, and that the Prophet gave him this name. But as these inventions have no probability whatever, let us pass by them as useless fables. [= Exposisi yang diberikan oleh beberapa orang tentang text ini, seakan-akan text ini menunjuk kepada setan / berkenaan dengan setan, muncul / timbul dari ketidaktahuan; karena kontex secara jelas menunjukkan bahwa pernyataan-pernyataan ini harus dimengerti dalam hubungannya dengan raja Babel. Tetapi pada waktu bagian-bagian Kitab Suci diambil secara sembarangan, dan kontex tidak diperhatikan, kita tidak perlu heran bahwa kesalahan seperti ini muncul / timbul. Tetapi itu merupakan contoh dari ketidaktahuan yang sangat hebat, untuk membayangkan bahwa Lucifer adalah raja dari setan-setan, dan bahwa sang nabi memberikan dia nama ini. Tetapi karena penemuan-penemuan ini tidak mempunyai kemungkinan apapun, marilah kita mengabaikan mereka sebagai dongeng / cerita bohong yang tidak ada gunanya.] - hal 442.
Bob Utley: “‘How you have fallen from heaven The verb (BDB 656, KB 709, Qal perfect) denotes a settled condition. The question is, Is this literal or figurative? The verb is used for a violent death (BDB 657, v. 2a). Isaiah uses it in 3:8; 8:15 for the destruction of a city. But the added phrase, from heaven, is what causes commentators to assert an angelic being, as well as the similar words of Jesus in Luke 10:18. ... The terms star of the morning (Helal) and dawn (Shabar) are both the names of deities in Canaanite mythology, as is a mountain of the gods in the north (Mount Zaphon, cf. Ps. 48:2). Also the title for deity, Most High, is common in Ugaritic poems and refers to Baal Shamim (Lord of heaven). In Canaanite mytho-poetry Helal, a lesser god, tries to usurp power, but is defeated. This is behind Isaiahs imagery of an arrogant eastern potentate. This description of a proud, arrogant Near Eastern king is extended from vv. 811. Only v. 12, taken literally following the Vulgate, and a lack of knowledge of Ugaritic literature can use this context as referring to a rebellious angelic leader. See Contextual Insights, B.” [= Bagaimana / betapa kamu telah jatuh dari surga Kata kerja (BDB 656, KB 709, Qal Perfect) menunjuk suatu keadaan yang tetap. Pertanyaannya adalah, Apakah ini bersifat hurufiah atau kiasan / simbolis? Kata kerja itu digunakan untuk suatu kematian yang disebabkan oleh kekerasan (BDB 657, ay 2a). Yesaya menggunakannya dalam 3:8; 8:15 untuk kehancuran dari semua kota. Tetapi ungkapan tambahan dari surga, adalah apa yang menyebabkan penafsir-penafsir menegaskan / mempertahankan seorang makhluk yang bersifat malaikat, seperti juga kata-kata yang mirip dari Yesus dalam Luk 10:18. ... Istilah-istilah bintang pagi (HELAL) dan pagi (SHABAR) keduanya adalah nama-nama dari allah-allah / dewa-dewa dalam mitologi Kanaan, seperti gunung dari allah-allah / dewa-dewa di utara (Gunung Zafon, bdk. Maz 48:3). Juga gelar dari allah / dewa, Yang Maha Tinggi merupakan sesuatu yang umum dalam puisi-puisi Ugarit dan menunjuk pada Baal Shamim (Tuhan dari surga). Dalam puisi yang berhubungan dengan mitos / dongeng HELAL, seorang allah / dewa yang lebih kecil, berusaha untuk merebut kuasa, tetapi dikalahkan. Ini ada di belakang penggunaan bahasa simbolis oleh Yesaya tentang seorang raja Timur yang arogan. Penggambaran tentang seorang raja Timur Dekat yang sombong, arogan ini diperluas dari ay 8-11. Hanya ay 12, diterima / dianggap secara hurufiah mengikuti Vulgate, dan suatu kekurangan pengetahuan tentang literatur Ugarit, bisa menggunakan kontext ini sebagai menunjuk kepada seorang pemimpin malaikat yang memberontak. Lihat Pengertian-pengertian Kontextual, B.] - Libronix.
Catatan:
1. Istilah bintang pagi dalam bahasa Ibrani seharusnya adalah HEYLEL, bukan HELAL. Dan kata pagi seharusnya adalah SHAKHAR, bukan SHABAR. Buku yang saya gunakan ini adalah e-book (dari Libronix), sehingga bisa saja terjadi kesalahan-kesalahan seperti itu.
2. Dalam e-book-nya di Libronix, pada waktu huruf B yang terakhir dalam kutipan di atas ini (warna hijau) diklik, maka muncul penjelasannya, dan sebagian saya kutip di bawah ini.
Bob Utley: “C. I personally am feeling more and more uncomfortable using Isaiah 14 and Ezekiel 28 as biblical texts for the origin and demise of an angelic tempter. I think our curiosity drives us to use contexts inappropriately. The Bible is silent on many issues that we are curious about. Systematic Theology must start with exegesis! In many ways the spiritual realm is purposefully clouded, concealed.” [= C. Secara pribadi saya sedang merasa makin lama makin tidak nyaman dengan penggunaan Yes 14 dan Yeh 28 sebagai text-text Alkitab untuk asal usul dan kegagalan dari seorang pencoba yang bersifat malaikat. Saya kira keingin-tahuan kita mendorong kita untuk menggunakan kontext-kontext ini secara tidak tepat. Alkitab diam tentang banyak pokok yang kita ingin tahu. Theologia Sistimatis harus mulai dengan exegesis! Dalam banyak hal daerah rohani secara sengaja dikaburkan, disembunyikan.] - Libronix.
Saya beranggapan bahwa apa yang dikatakan oleh Bob Utley ini penting. Banyak orang punya rasa ingin tahu berkenaan dengan Iblis dan kejatuhannya. Dan rasa ingin tahu yang kelewat batas ini mendorong mereka untuk mencari dasar Alkitab tentang hal-hal itu! Padahal Alkitab sebetulnya diam / tak berkata apa-apa tentang hal-hal itu. Ada banyak hal yang MANUSIA kira penting, tetapi Alkitab tak berikan, karena ALLAH anggap tidak penting!
Sebagai contoh, tidak ada cerita dalam Alkitab tentang Yesus pada usia 12-30 tahun. Banyak rasul yang setelah kenaikan Yesus ke surga sama sekali tidak pernah diceritakan. Kematian dari kebanyakan rasul juga tidak diceritakan. Jadi memang Alkitab tidak menceritakan segala sesuatu! Ada banyak hal yang Alkitab tidak ceritakan. Jelas apa yang tidak diceritakan, Allah anggap tidak penting!
Bandingkan dengan ayat-ayat ini:
Yoh 20:30-31 - (30) Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, (31) tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam namaNya.”.
Yohanes 21:25 - “Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.”.
The Wesleyan Bible Commentary (catatan kaki tentang Yes 14:12): “Heb. helel, used only here, and variously explained, but probably meaning shining one. Day-star is thus an extension of the literal meaning, but one that fits the context. The Latin lucifer (light-bearer) is thus a good literal translation. But since Tertullian, Jerome, Gregory the Great, and others considered this a description of the fall of Satan (cf. Luke 10:18), the Latin word has come to be used as a name for Satan, and for most people has lost its original connotation. Since this passage clearly depicts the end of a reign, it does not fit the fall of Satan, though it is in some sense analogous to it. This passage describes the fall of the king of Babylon.” [= Kata Ibrani HELEL, digunakan hanya di sini, dan dijelaskan secara bervariasi, tetapi mungkin berarti (Seseorang) yang bersinar. Jadi bintang pagi merupakan suatu perluasan dari arti hurufiahnya, tetapi cocok dengan kontextnya. Jadi kata bahasa Latin LUCIFER (pembawa terang) merupakan suatu terjemahan hurufiah yang bagus. Tetapi sejak Tertullian, Jerome, Gregory yang Agung, dan yang lain-lain, menganggap ini sebagai suatu penggambaran tentang kejatuhan Iblis (bdk. Luk 10:18), kata Latin itu telah menjadi suatu kata yang digunakan sebagai suatu nama untuk Iblis, dan bagi kebanyakan orang telah kehilangan konotasi / arti orisinilnya. Karena text ini secara jelas menggambarkan akhir dari suatu pemerintahan, itu tidak cocok untuk kejatuhan Iblis, sekalipun itu dalam arti tertentu mirip dengannya. Text ini menggambarkan kejatuhan rasa Babel.] - Libronix.
E. J. Young (tentang Yes 14:12): Tertullian, Gregory the Great, and others have referred this verse to the fall of Satan, described in Luke 10:18. But the present passage pictures the end of a tyrannical reign. The Babylonian king had desired to be above God, and so fell from heaven. He falls to Sheol, and his power is done away. Not so Satan. His fall was against God, but he continues yet his tyrannical acts against Gods people. His doom is sure, for Christ has died, but not until the final judgment will he be confined to the lake of fire. Inasmuch, then, as this passage describes a kings downfall and removal from the scene, it cannot apply to Satan. [= Tertulian, Gregory yang Agung, dan orang-orang lain telah mengarahkan / menghubungkan ayat ini pada kejatuhan Iblis, yang digambarkan dalam Luk 10:18. Tetapi text yang sekarang ini menggambarkan akhir dari suatu pemerintahan yang bersifat tiran. Raja Babel telah menginginkan untuk menjadi di atas Allah, dan karena itu jatuh dari surga. Ia jatuh ke Sheol, dan kuasanya diakhiri. Tidak demikian dengan Iblis. Kejatuhannya adalah terhadap / menentang Allah, tetapi ia meneruskan tindakannya yang bersifat tiran terhadap / menentang umat Allah. Kehancuran / penghukumannya adalah pasti, karena Kristus telah mati, tetapi baru pada penghakiman akhir ia dibatasi pada lautan api. Jadi, dengan mempertimbangkan bahwa text ini menggambarkan kejatuhan seorang raja dan penyingkirannya dari tempat kejadian / ruang lingkup aktivitas, itu tidak bisa diterapkan kepada Iblis.].
Jadi, E. J. Young dan penafsir dari The Wesleyan Bible Commentary itu memberi argumentasi mengapa mereka tidak setuju kalau raja Babel menunjuk kepada Iblis. Text Yes 14 itu mengatakan orang itu dihancurkan, kuasanya diakhiri. Kalau untuk raja Babel itu cocok. Tetapi untuk Iblis itu tidak cocok. Sampai sekarang Iblis tetap punya kuasa, dan terus berjuang untuk melawan Allah dan anak-anakNya! Baru pada akhir jaman nanti (kedatangan Yesus yang kedua-kalinya), ia dibuang ke neraka selama-lamanya (Wah 20:10).
Silahkan ES menjawab argumentasi ini.
Dari 21 penafsir yang saya gunakan, 4 masuk grup 1, 2 masuk grup 2, dan 15 masuk grup 3. Jadi, kalau dari sudut para penafsir, maka mayoritas justru menentang kalau Yes 14:12 itu menunjuk kepada Iblis dan kejatuhannya!
CORPUS DELICTI (3)
Rabu lalu (tanggal 10-10-2018) kita sudah membahas bahwa Yes 14:12 tidak menunjuk kepada Iblis dan kejatuhannya.
Tidak fair kalau kita tidak melihat bagaimana argumentasi ES dalam hal ini.
Untuk itu kita akan nonton video ES yang berjudul “Lucifer, anak Allah yang jatuh, part 1” (menit 8:30-9:54).
Ini transkripnya (ditulis oleh ND):
Catatan:
a) Transkrip ini tidak bisa persis mutlak, kadang-kadang karena kurang teliti, kadang-kadang karena kata yang diucapkan sukar terdengar, dan sebagainya. Tetapi semua itu bukan masalah, karena kita bisa menangkap maksudnya.
b) Kalau ES mengucapkan / menuliskan secara salah, maka transkrip mengikuti ES.
c) Kitab, pasal dan ayat yang saya tulis dengan huruf dengan font yang kecil, itu tambahan dari saya. Demikian juga dengan menit, dan detik dari video ini, pewarnaan huruf, garis bawah, penggunaan huruf tebal / bold, dan sebagainya.
d) Dalam membahas transkrip ini, saya memotong-motong transkrip yang kedua, tetapi tetap memasukkan seluruhnya, dan di sela-selanya, saya memberikan tanggapan saya.
===============================================
“(Mnt 8:30) ya harus lihat kitab Perjanjian Lama yang bicara soal makhluk ini dan tidak ada data kecuali Yehezkiel dan Yesaya yang ditentang banyak teolog hari ini. Itu sebenarnya menunjuk raja Babel dan raja Tirus. Beta juga tahu. Kok dipake keluar konteks? Nanti kita lihat apakah benar? Haa… ini kita buktikan di situ. Nanti kita buktikan tapi sekarang saya ngomong dulu di sini. Ya, oke? nanti kita akan buktikan. Kan penentangan orang banyak itu. Raja…itu raja Babel dan raja Tirus, itu bukan Lucifer. Nanti akan kita buktikan, bagaimana Matius mengutip Hosea bahwa Israel menjadi tipologi dari Yesus, yang sejajar dengan raja Tirus, raja Babel, tipologi dari Lucifer. Nah tapi kalo masih nggak mau ngerti, ya sudah. Kalo you nggak ngerti ini, saya mau tanya: lalu kira-kira iblis dari mana? Coba situ jawab. Ya tapi Tuhan berkata dari mulanya dia memang seorang penipu atau pembohong; dari mulanya itu dari mulai taman Eden atau sebelum taman Eden? Kita kan harus cerdas? (Menit 9:54)”.
===============================================
Saya beri sedikit komentar saja tentang bagian ini:
1) Saya sampai sekarang tak mengerti mengapa begitu penting untuk tahu tentang Iblis (namanya maupun kejatuhannya). Bagi saya itu tak penting. Kalau nama sama sekali tak penting. Kalau kejatuhannya, ada pentingnya, tetapi tak tahupun tak masalah!
Pertanyaan ES: “Kalo you nggak ngerti ini, saya tanya: lalu kira-kira iblis dari mana? Coba situ jawab.”
Saya jawab:
Apa memang saya harus bisa jawab? Lagi-lagi, bagi ES itu penting, bagi saya tidak. Jadi tidak masalah saya tidak bisa jawab. Yang tidak ada dalam Alkitab, ya saya tidak bisa jawab. Mungkin karena merasa hal ini begitu penting, maka ES lalu mencari-cari mati-matian dalam Alkitab, sehingga lalu menggunakan EISEGESIS, dan bukannya EXEGESIS!
Untuk mengerti apa itu EISEGESIS dan apa itu EXEGESIS, mari kita membaca dua kutipan di bawah ini.
Henry A. Virkler: “Throughout history a second set of presuppositions and methods has been manifested in a variety of ways. The basic premise has been that the meaning of a text is discoverable, not by the methods usually used to understand communication between persons but by the use of some special interpretive key. The result of the use of most of these interpretive keys has been to impart the reader’s meaning to the text (eisegesis) rather than to read the author‘s meaning from the text (exegesis).” [= Dalam sepanjang sejarah suatu set kedua dari anggapan-anggapan dan metode-metode telah dimanifestasikan dalam bermacam-macam cara. Premis / pernyataan dasar adalah bahwa arti dari suatu text bisa ditemukan, bukan dengan metode-metode yang biasanya digunakan untuk mengerti komunikasi antar pribadi, tetapi dengan menggunakan kunci-kunci penafsiran yang khusus. Hasil dari penggunaan dari kebanyakan dari kunci-kunci penafsiran ini adalah menanamkan arti dari si pembaca pada text itu (EISEGESIS) dan bukannya membaca arti dari si pengarang dari text itu (EXEGESIS).] - ‘Principles and Processes of Biblical Interpretation’, hal 77 (Libronix).
Karena itu, pada waktu ES mengecualikan Yes 14 dan Yeh 28, sehingga dua text ini bisa diartikan secara simbolis (ini akan kita lihat dalam kata-kata ES belakangan), menurut saya ia melakukan EISEGESIS, dan bukannya EXEGESIS!
Henry A. Virkler: “Exegesis applies the principles of hermeneutics to understand the author’s intended meaning.” [= Exegesis menerapkan prinsip-prinsip dari Hermeneutics untuk mengerti arti yang dimaksudkan si pengarang.] - ‘Principles and Processes of Biblical Interpretation’, hal 40 (Libronix).
Kalau prinsip Hermeneutics dilanggar, yang dihasilkan adalah EISEGESIS, bukan EXEGESIS.
2) Lalu kata-kata bagian akhir dari ES: “Ya tapi Tuhan berkata dari mulanya dia memang seorang penipu atau pembohong; dari mulanya itu dari mulai taman Eden atau sebelum taman Eden? Kita kan harus cerdas?”.
Saya jawab:
Apa hubungannya??? Untuk apa tahu itu ‘mulai dari taman Eden atau sebelum taman Eden’??
Terus terang, saya malah tak lihat kecerdasan di sini.
Mari kita nonton video lanjutannya, tetapi agak meloncat ke bagian belakang (Menit 27:48-selesai).
Ini transkripnya (ditulis oleh ND) dan tanggapannya oleh saya:
===============================================
“(Menit 27:48) Iblis ini realitas. Keberadaan oknum jahat tersebut tidak diragukan. Seluruh Alkitab, semua pasti memuat ini. Nah kita tidak menemukan asal usul iblis dalam Alkitab, kecuali Yehezkiel dan Yesaya. Nah, saya mengerti bahwa banyak teolog termasuk di GBI, termasuk di gereja-gereja karismatik, tidak setuju kalau Yehezkiel dan Yesaya itu menjadi landasan dari pemahaman mengenai asal usul Lucifer. Serangannya hebat.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
Saya kok sama sekali tidak yakin kalau dari kalangan GBI banyak, atau bahkan ada, yang tidak setuju kalau Lucifer itu nama Iblis. Bisakah ES sebutkan Teolog yang mana??
============Lanjutan kata-kata ES===================
Nah saudaraku sekalian, orang-orang ini berpikir kaku. Biasanya mereka memandang bahwa alegori itu penafsiran yang mutlak salah. Alegori artinya penafsiran yang berdasarkan pertimbangan benda-benda di dalam Perjanjian Lama, benda-benda dalam Perjanjian Lama, atau orang-orang tertentu diartikan rohani. Itu dianggap mutlak atau sesat sama sekali. Kalau saya mengatakan berbahaya – alegori itu berbahaya sekali. Tapi bukan berarti selalu salah. Nah kalau Alkitab mengatakan seperti ular dinaikkan di padang gurun, ular jaman Musa, namanya Nehustan (Bil 21:1-9). Ular dinaikkan padang gurun, demikian pula Yesus dinaikkan. Lho, itu kan alegori sebenarnya. Kalau mau jujur, tapi tidak mau mengakui itu alegori. Tuhan berkata nanti ular akan mematuk tumit keturunan perempuan ini tapi keturunan perempuan ini akan menginjak kepala ular. Ini juga sebenarnya sebuah alegori…bisa diartikan begitu.
==============================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Tentang ‘berpikir kaku’, saya justru beranggapan bahwa kalau sudah mempersoalkan hukum-hukum / rumus-rumus Hermeneutics, kita harus berpikir kaku.
Misalnya, jelas merupakan rumus Hermeneutics yang benar bahwa orang harus menafsir sesuai kontext. Apakah dalam text-text tertentu ini boleh dilanggar? Tidak bisa. Setiap pelanggaran dalam hal ini adalah salah. Kalau ini diijinkan dalam kasus-kasus tertentu, maka saya bertanya: dalam kasus yang bagaimana ini boleh dilanggar? Dan apa dasarnya?
Contoh yang lain, merupakan suatu rumus Hermeneutics yang sangat penting bahwa dalam menafsir kita harus mengharmoniskan ayat-ayat dalam Alkitab, dan kita tidak pernah boleh menafsirkan ayat yang satu sehingga bertentangan dengan ayat yang lain. Tidak ada perkecualian di sini. Harus ‘berpikir kaku’!
Demikian juga dalam hal alegori. Kalau textnya memang sifatnya alegori tentu boleh, dan bahkan harus, ditafsirkan sebagai alegori. Tetapi text yang memang bukan alegori, seperti cerita sejarah, mutlak tidak boleh ditafsirkan sebagai alegori! Tak ada tawar menawar dalam hal ini!
Tetapi dengan mencela tindakan ‘berpikir kaku’ ini ES secara implicit mau ‘berpikir secara bebas’, atau setidaknya, dalam text-text tertentu, kita boleh berpikir bebas. Ini justru yang menyebabkan jadi masalah besar, karena akan / bisa memunculkan ajaran-ajaran yang kacau balau.
Saya akan mengutip ulang dari Virkler (yang di atas sudah saya kutip).
Henry A. Virkler: “Throughout history a second set of presuppositions and methods has been manifested in a variety of ways. The basic premise has been that the meaning of a text is discoverable, not by the methods usually used to understand communication between persons but by the use of some special interpretive key. The result of the use of most of these interpretive keys has been to impart the reader’s meaning to the text (eisegesis) rather than to read the author‘s meaning from the text (exegesis).” [= Dalam sepanjang sejarah suatu set kedua dari anggapan-anggapan dan metode-metode telah dimanifestasikan dalam bermacam-macam cara. Premis / pernyataan dasar adalah bahwa arti dari suatu text bisa ditemukan, bukan dengan metode-metode yang biasanya digunakan untuk mengerti komunikasi antar pribadi, tetapi dengan menggunakan kunci-kunci penafsiran yang khusus. Hasil dari penggunaan dari kebanyakan dari kunci-kunci penafsiran ini adalah menanamkan arti dari si pembaca pada text itu (EISEGESIS) dan bukannya membaca arti dari si pengarang dari text itu (EXEGESIS).] - ‘Principles and Processes of Biblical Interpretation’, hal 77 (Libronix).
2) Dari kata-katanya di sini, kelihatannya ES, yang mengaku mengerti Hermeneutics dsb, ternyata mengacau-balaukan antara dua hal dalam Hermeneutics, yaitu ‘alegori’ dan ‘type’.
Dalam Hermeneutics, yang disebut dengan ‘alegori’ adalah semacam perumpamaan, mirip dengan perumpamaan, tetapi bedanya adalah, dalam perumpamaan, ceritanya terpisah dari arti yang diberikan, sedangkan dalam alegori, cerita dan arti dicampur atau dituliskan berselang-seling (sebentar ceritanya, sebentar artinya, lalu ceritanya lagi, lalu artinya lagi, dst).
Sebagai contoh dari perumpamaan, yaitu Mat 13:3-8,18-23 - “(3) Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. KataNya: ‘Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. (4) Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. (5) Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. (6) Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. (7) Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. (8) Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. ... (18) Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. (19) Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. (20) Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. (21) Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad. (22) Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. (23) Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.’”.
Sebagai contoh dari alegori, yaitu Yoh 15:1-8 - “(1) ‘Akulah pokok anggur yang benar dan BapaKulah pengusahanya. (2) Setiap ranting padaKu yang tidak berbuah, dipotongNya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkanNya, supaya ia lebih banyak berbuah. (3) Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. (4) Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. (5) Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. (6) Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. (7) Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firmanKu tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. (8) Dalam hal inilah BapaKu dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-muridKu.’”.
Catatan: yang saya beri warna biru adalah ceritanya, sedangkan yang saya beri warna merah adalah artinya. Bisa terlihat dengan jelas bahwa cerita dan arti berselang-seling dalam text ini.
Henry A. Virkler: “Two of the simplest literary devices are SIMILES and METAPHORS. A SIMILE is simply an expressed comparison: it typically uses the words ‘like’ or ‘as’ (e.g., ‘the kingdom of heaven is like …’). The emphasis is on some point of similarity between two ideas, groups, actions, and so on. The subject and the thing with which it is being compared are kept separate (i.e., not ‘the kingdom of heaven is …’ but rather ‘the kingdom of heaven is like …’). A METAPHOR is an unexpressed comparison: it does not use the words ‘like’ or ‘as.’ The subject and the thing with which it is being compared are intertwined rather than kept separate. Jesus used METAPHORS when he said, ‘I am the bread of life’ (John 6:35, 48) and ‘You are the light of the world’ (Matt. 5:14). Although the subject and its comparison are identified as one, the author does not intend his words to be taken literally: Christ is no more a piece of bread than Christians are photon emitters. In both SIMILES and METAPHORS, because of their compact nature, the author usually intends to stress a single point (e.g., that Christ is the source of sustenance for our spiritual lives or that Christians are to be examples of godly living in an ungodly world).” [= Dua dari alat-alat yang berhubungan dengan literatur adalah SIMILE dan METAFOR. Suatu SIMILE secara sederhana merupakan suatu perbandingan yang dinyatakan: itu biasanya menggunakan kata ‘seperti’ (contoh, Kerajaan Surga adalah seperti ...’). Penekanannya adalah pada beberapa titik / pokok kemiripan antara kedua gagasan, kelompok, tindakan, dan seterusnya. Pokok dan hal dengan mana itu sedang dibandingkan dijaga untuk tetap terpisah (misalnya, bukan ‘kerajaan surga adalah ...’ tetapi ‘kerajaan surga itu seperti ...’). Suatu METAFOR adalah suatu perbandingan yang tidak dinyatakan: itu tidak menggunakan kata ‘seperti’. Pokoknya dan hal dengan mana itu sedang dibandingkan digabungkan / disatukan dan bukannya dijaga untuk tetap terpisah. Yesus menggunakan METAFOR pada waktu Ia berkata, ‘Akulah roti hidup’ (Yoh 6:35,48) dan ‘Kamu adalah terang dunia’ (Mat 5:14). Sekalipun pokoknya dan perbandingannya dianggap sebagai identik / disamakan sebagai satu, si pengarang tidak memaksudkan kata-katanya diartikan secara hurufiah: Kristus bukanlah sepotong roti, sama seperti orang-orang Kristen bukanlah pemancar cahaya. Baik dalam SIMILE maupun METAFOR, karena sifat mereka yang singkat / padat, si pengarang biasanya memaksudkan satu titik / pokok (contoh, bahwa Kristus adalah sumber dari makanan untuk kehidupan rohani kita atau bahwa orang-orang Kristen adalah contoh-contoh dari kehidupan yang saleh dalam suatu dunia yang jahat).] - ‘Principles and Processes of Biblical Interpretation’, hal 148 (Libronix).
Henry A. Virkler: “On the most basic level, the English word PARABLE refers to an extended simile. The comparison is expressed, and the subject and the thing compared, explained more fully, are kept separate. Similarly an ALLEGORY can be understood as an extended metaphor: the comparison is unexpressed, and the subject and the thing compared are intermingled.” [= Pada level yang paling dasari, kata bahasa Inggris PARABLE / PERUMPAMAAN menunjuk pada suatu SIMILE yang panjang. Perbandingannya dinyatakan, dan pokoknya dan hal yang dibandingkan, dijelaskan secara lebih penuh, dijaga untuk tetap terpisah. Secara mirip suatu ALEGORY bisa dimengerti sebagai suatu METAFOR yang panjang: perbandingannya tidak dinyatakan, dan pokok dan hal yang dibandingkan digabungkan / disatukan.] - ‘Principles and Processes of Biblical Interpretation’, hal 148 (Libronix).
Henry A. Virkler: “Allegories. Just as a parable is an extended simile, so an allegory is an extended metaphor. An allegory differs from a strict parable, as noted earlier, in that a parable typically keeps the story distinct from its interpretation or application, while an allegory intertwines the story and its meaning. ... Scripture contains many allegories. The allegory of Christ as the true vine (John 15:1–17) is analyzed here to show the relationship of the several points of comparison to the meaning of the passage.” [= ALEGORY. Sama seperti suatu PERUMPAMAAN adalah suatu SIMILE yang panjang, demikian juga ALEGORY adalah suatu METAFOR yang panjang. Suatu ALEGORY berbeda dari suatu PERUMPAMAAN yang ketat, seperti sudah diperhatikan tadi, dalam hal bahwa suatu PERUMPAMAAN biasanya menjaga ceritanya terpisah dari penafsirannya dan artinya. ... Kitab Suci mengandung banyak alegory. Alegory dari Kristus sebagai pokok anggur yang benar (Yoh 15:1-17) dianalisa di sini untuk menunjukkan hubungan dari beberapa pokok dari perbandingan dengan arti dari text itu.] - ‘Principles and Processes of Biblical Interpretation’, hal 160 (Libronix).
Catatan: saya kira seharusnya textnya adalah Yoh 15:1-7.
Henry A. Virkler: “Types. The Greek word TYPOS, to which the word TYPE is related, has a variety of denotations in the New Testament. The basic ideas expressed by TYPOS and its synonyms are the concepts of resemblance, likeness, and similarity. David Baker provides a solid general definition identifying a type as ‘a biblical event, person or institution which serves as an example or pattern for other events, persons or institutions.’ A typological relationship exists between an initial event that through divine inspiration foreshadows a corresponding event occurring at a later time in salvation history. ... Typology is based on the assumption that there is a pattern in God’s work throughout salvation history. God prefigured his redemptive work in the Old Testament and fulfilled it in the New; in the Old Testament are shadows of things to be more fully revealed in the New. ... The prefigurement is called the TYPE; the corresponding figure is called the ANTITYPE.” [= TYPE. Kata Yunani TUPOS, dengan mana kata TYPE berhubungan, mempunyai bermacam-macam petunjuk / arti dalam Perjanjian Baru. Gagasan-gagasan dasar yang dinyatakan oleh TUPOS dan sinonim-sinonimnya adalah konsep-konsep dari keserupaan dan kemiripan. David Baker menyediakan suatu definisi umum yang padat yang mengenali suatu TYPE sebagai ‘suatu peristiwa, pribadi atau institusi dalam Alkitab yang berfungsi sebagai suatu model atau pola untuk peristiwa-peristiwa, pribadi-pribadi atau institusi-institusi yang lain’. Hubungan yang bersifat TYPE ada antara suatu peristiwa yang terjadi mula-mula / lebih dulu, yang melalui pengilhaman Ilahi membayangkan terlebih dulu suatu peristiwa yang sesuai / cocok yang terjadi pada waktu belakangan dalam sejarah keselamatan. ... TYPOLOGY didasarkan pada anggapan bahwa di sana ada suatu pola dalam pekerjaan Allah melalui sejarah keselamatan. Allah membayangkan lebih dulu pekerjaan penebusanNya dalam Perjanjian Lama dan menggenapinya dalam Perjanjian Baru; dalam Perjanjian Lama ada bayangan dari hal-hal yang akan / harus dinyatakan secara lebih penuh dalam Perjanjian Baru. ... Pembayangan lebih dulunya disebut TYPE; gambaran yang sesuai / cocok disebut ANTI-TYPE.] - ‘Principles and Processes of Biblical Interpretation’, hal 181,182,183 (Libronix).
Henry A. Virkler: “A well-known example of a biblical type is found in John 3:14–15, where Jesus says, ‘Just as Moses lifted up the snake in the desert, so the Son of Man must be lifted up, that everyone who believes in him may have eternal life.’ Jesus points out two corresponding resemblances: (1) the lifting up of the serpent and of himself, and (2) life for those who respond to the object lifted up.” [= Suatu contoh yang terkenal dari suatu TYPE Alkitab ditemukan dalam Yoh 3:14-15, dimana Yesus berkata, ‘Sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya mempunyai hidup yang kekal’. Yesus menunjukkan dua kemiripan yang cocok: (1) peninggian dari ular dan dari diriNya sendiri, dan (2) kehidupan untuk mereka yang menanggapi obyek yang ditinggikan.] - ‘Principles and Processes of Biblical Interpretation’, hal 182 (Libronix).
Jadi kalau ES mengatakan bahwa cerita ular tembaga itu adalah alegori, maka menurut Virkler itu salah. Itu bukan alegori, tetapi TYPE!
Henry A. Virkler: “Types are similar to symbols and can even be considered a special kind of symbol. However, there are two differentiating characteristics. First, symbols serve as signs of something they represent without necessarily being similar in any respect, whereas types resemble in one or more ways the things they prefigure. For example, bread and wine are symbols of Christ’s body and blood; the seven golden lampstands (Rev. 1:20) are symbols of the churches in Asia. There is no necessary similarity between the symbol and the thing it symbolizes as there is between a type and its antitype. Second, types point forward in time, whereas symbols may not. A type always historically precedes its antitype, whereas a symbol may precede, exist concurrently with, or come after the thing it symbolizes.” [= TYPE-TYPE mirip dengan simbol-simbol dan bahkan bisa dianggap sebagai sejenis simbol yang khusus. Tetapi, di sana ada dua ciri yang membedakan. Pertama, simbol-simbol berfungsi sebagai tanda-tanda dari sesuatu yang mereka wakili tanpa harus ada kemiripan dalam segi apapun, sedangkan TYPE-TYPE menyerupai dalam satu atau lebih cara hal-hal yang mereka bayangkan lebih dulu. Sebagai contoh, roti dan anggur adalah simbol-simbol dari tubuh dan darah Kristus; tujuh kaki dian (Wah 1:20) adalah simbol-simbol dari gereja-gereja di Asia. Di sana tidak ada keharusan adanya kemiripan antara simbol dan hal yang disimbolkannya seperti di sana harus ada antara suatu TYPE dan anti-TYPEnya. Kedua, TYPE-TYPE menunjuk ke depan dalam waktu, sedangkan simbol-simbol bisa tidak. Suatu TYPE secara sejarah selalu mendahului anti-TYPEnya, sedangkan suatu simbol bisa mendahului, ada bersamaan dengan, atau datang setelah hal yang disimbolkannya.] - ‘Principles and Processes of Biblical Interpretation’, hal 183 (Libronix).
Awas, ALLEGORISME / PENGALLEGORIAN berbeda dengan ALLEGORY. Kalau suatu cerita / text memang merupakan suatu allegory, seperti Yoh 15:1-7 Ef 6:13-17 dsb, maka memang HARUS diartikan sebagai allegory. Tidak ada bahaya sama sekali di sini. Jadi, kata-kata ES di atas “Kalau saya mengatakan berbahaya - alegori itu berbahaya sekali. Tapi bukan berarti selalu salah.”, bagi saya sama sekali salah!
Kalau suatu allegory ditafsirkan sebagai allegory, tidak ada bahaya sama sekali. Itu benar. Tetapi pada waktu suatu cerita sejarah biasa, yang tidak bersifat allegory lalu ditafsirkan sebagai suatu allegory, maka itu salah, dan bahkan SELALU salah, dan itu yang disebut dengan ALLEGORISME / PENGALLEGORIAN.
Henry A. Virkler: “Typology is also to be distinguished from ALLEGORISM. Typology is the search for links between historical events, persons, or things within salvation history; ALLEGORISM is the search for secondary and hidden meanings underlying the primary and obvious meaning of a historical narrative. Typology rests on an objective understanding of the historical narrative, whereas allegorizing imports subjective meanings into it. For example, in the typological allusion in John 3:14–15 we recognize the existence of a real serpent and a real Christ, one as a type, the other as an antitype. The historical circumstances surrounding both present the key to understanding the relationship between them. In contrast, in ALLEGORISM the interpreter attributes meaning to a story that would ordinarily not be deduced from a straightforward understanding of it. For example, one ALLEGORIZATION of the story of Herod’s massacre of the infants in Bethlehem states that ‘the fact that only the children of two years old and under were murdered while those of three presumably escaped is meant to teach us that those who hold the Trinitarian faith will be saved whereas Binitarians and Unitarians will undoubtedly perish.’” [= Typology juga harus dibedakan dari ALLEGORISME. Typology adalah pencarian /pemeriksaan untuk hubungan-hubungan antara peristiwa-peristiwa, pribadi-pribadi, atau hal-hal yang bersifat sejarah dalam sejarah keselamatan; ALLEGORISME adalah pencarian untuk arti-arti kedua dan tersembunyi yang terletak di bawah arti utama dan jelas dari suatu cerita sejarah. Typology berdasarkan pada suatu pengertian yang OBYEKTIF tentang cerita sejarah, sedangkan pengallegorian memasukkan arti-arti SUBYEKTIF ke dalamnya. Sebagai contoh, dalam hubungan tak langsung yang bersifat typology dalam Yoh 3:14-15 kita mengenali / tahu adanya keberadaan dari suatu ular yang nyata dan suatu Kristus yang nyata, satu sebagai suatu TYPE, yang lain sebagai suatu anti-TYPE. Keadaan-keadaan yang bersifat sejarah yang mengelilingi keduanya menunjukkan kunci pada pengertian akan hubungan antara mereka. Sebagai kontrasnya, dalam ALLEGORISME si penafsir menganggap arti sebagai milik dari suatu cerita, yang secara umum / biasanya tidak akan ditarik dari suatu pengertian yang jujur dari / tentangnya. Sebagai contoh, satu PENGALLEGORIAN dari cerita tentang pembantaian yang dilakukan oleh Herodes terhadap bayi-bayi di Betlehem menyatakan bahwa ‘fakta bahwa hanya anak-anak dari usia dua tahun dan di bawahnya dibunuh, sedangkan mereka yang berusia tiga tahun bisa dianggap lolos dimaksudkan untuk mengajar kita bahwa mereka yang memegang iman Tritunggal akan diselamatkan, sedangkan orang-orang yang mempercayai Dwitunggal dan para Unitarian tak diragukan akan binasa’.] - ‘Principles and Processes of Biblical Interpretation’, hal 183 (Libronix).
Yoh 3:14-15 - “(14) Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, (15) supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal.”.
Matius 2:16 - “Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu ANAK-ANAK YANG BERUMUR DUA TAHUN KE BAWAH, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu.”.
Kalau di atas tadi ES berkata “Kalau saya mengatakan berbahaya – alegori itu berbahaya sekali. Tapi bukan berarti selalu salah.”, maka mungkin yang ES maksudkan adalah pengalegorian ini. Tetapi kalau memang ini yang ES maksudkan, maka saya tak bisa menerima kata-kata ES ‘bukan berarti selalu salah’. Bagi saya, itu SELALU SALAH!!
===============Lanjutan kata-kata ES================
Tapi, Pak, kalau Yesaya 14, Yehezkiel 28 memang jelas itu kan Babel, raja Babel. Jelas itu raja Tirus, kok bisa dianggap sebagai Lucifer? Suka-suka saja! Lho?! (MENIT 30) Kalau saya ya Bapak, Ibu hampir, bukan hampir, memang tidak pernah menafsirkan sebuah kisah Perjanjian Lama, diartikan rohani. Kita nggak berani. Tapi saya satu-satunya yang saya berani adalah Yesaya 14, Yehezkiel 28. Kenapa? Hanya satu-satunya, sebab kalau di Alkitab, anda menemukan Mat 2:15 ini diambil dari Hosea 11:1. Matius 2:15 berbunyi apa? dari Mesir kupanggil AnakKu. Maksudnya Yesus. Ini Israel. Ini diambil dari Hosea pasal 11:1. Dari Israel Kupanggil AnakKu. Tetapi Matius hanya pungut satu ayat ini: Hosea 11:1. Coba dibaca ayat berikutnya. Tetapi mereka memberontak…mereka tidak dengar-dengaran, mereka keras kepala. Nggak dipungut. Dia hanya ambil satu ayat saja. Lalu ini dianggap sebagai tipologi – namanya tipologi, yang sama dengan gambaran. Israel menjadi gambaran Yesus. Waktu itu Tuhan Yesus dibawa mama papaNya secara daging, yaitu Yusuf dan Maria ke Mesir karena Herodes bermaksud mau membunuh bayi atau anak Yesus – Yesus masih kanak-kanak, maksudnya; melarikan diri ke Mesir, tapi ketika Herodes meninggal, mereka balik kembali, balik ke Nazareth nantinya. Hal itu terjadi sesuai dengan firman Tuhan: dari Mesir Kupanggil AnakKu. Ini diambil dari Hosea 11:1. Tapi ayat berikutnya (Matius 2:15 - suara ES tdk jelas) tidak diperhatikan. Diabaikan oleh Matius. Ayo ... ayo apa ini? Ini bukan alegori? Ini keluar konteks. Matius salah! Kalau kacamata orang yang menyerang bahwa raja Tirus, itu Babel tuh, bukan Lucifer.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
Hos 11:1 itu bukan alegori, tetapi TYPE! Lagi-lagi ES mengacaukan antara alegori dan TYPE.
Dalam Hosea 11:1 ‘Israel’ adalah TYPE-nya, dan dalam Mat 2:15 ‘Yesus’ adalah anti-TYPE-nya. Persamaannya, keduanya sama-sama keluar dari Mesir, dan keduanya adalah ‘anak Allah’ (untuk Yesus ‘Anak Allah’).
Sekarang mari kita melihat kedua ayat itu.
Mat 2:14-15 - “(14) Maka Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibuNya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, (15) dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: ‘Dari Mesir Kupanggil AnakKu.’”.
Hos 11:1-2 - “(1) Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anakKu itu. (2) Makin Kupanggil mereka, makin pergi mereka itu dari hadapanKu; mereka mempersembahkan korban kepada para Baal, dan membakar korban kepada patung-patung.”.
William Hendriksen (tentang Matius 2:15): “There follows: ‘that what was spoken by the Lord through the prophet might be fulfilled, Out of Egypt I called my son.’ ... ‘When Israel was a child, then I loved him, and called my son out of Egypt’ (Hos. 11:1). ... Perhaps most relevant in connection with both Hos. 11:1 and Matt. 2:15 is Exod. 4:22: ‘Israel is my son, my firstborn’; ... WHEN MATTHEW QUOTES HOS. 11:1 AND APPLIES IT TO CHRIST, IT IS EVIDENT THAT HE REGARDS ISRAEL AS A TYPE OF THE MESSIAH. Jesus Christ, too, is God’s Son. This is true in the deepest, trinitarian, sense of the term (cf. John 1:14). Just as Pharaoh, that cruel king, had tried to destroy Israel, so another king, namely Herod, at least equally cruel, was attempting to destroy Christ. But just as on the way to Egypt, during their stay in that house of bondage, and in their exodus Jehovah had protected his people, so God had protected his Son, not only on the way to Egypt and during his temporary residence there but also on the way back. The Messiah was, as it were, recapitulating the history of his people Israel.” [= Di sana mengikuti: ‘supaya apa yang dikatakan oleh Tuhan melalui sang nabi bisa digenapi, ‘Dari Mesir Kupanggil AnakKu’. ‘Pada waktu Israel adalah seorang anak, maka Kukasihi dia, dan memanggil anakKu keluar dari Mesir’ (Hos 11:1). ... Mungkin yang paling relevan dalam hubungan dengan baik Hos 11:1 maupun Mat 2:15 adalah Kel 4:22: ‘Israel adalah anakKu, anak sulungKu’; ... PADA WAKTU MATIUS MENGUTIP HOS 11:1 DAN MENERAPKANNYA KEPADA KRISTUS, ADALAH JELAS BAHWA IA MENGANGGAP ISRAEL SEBAGAI SUATU TYPE DARI SANG MESIAS. Yesus Kristus, juga, adalah Anak Allah. Ini benar dalam arti yang terdalam, dan bersifat Tritunggal, dari istilah itu (bdk. Yoh 1:14). Sama seperti Firaun, raja yang kejam itu, telah berusaha untuk menghancurkan Israel, demikian juga raja yang lain, yaitu Herodes, sedikitnya sama kejamnya, berusaha untuk menghancurkan Kristus. Tetapi sama seperti dalam perjalanan ke Mesir, selama mereka tinggal di rumah perbudakan itu, dan dalam keluarnya mereka, Yehovah telah melindungi bangsa / umatNya, demikian juga Allah telah melindungi AnakNya, bukan hanya dalam perjalanan ke Mesir dan selama Ia tinggal sementara di sana, tetapi juga dalam perjalanan kembali. Sang Mesias seakan-akan, sedang mengulangi sejarah dari bangsa IsraelNya.].
Keluaran 4:22 - “Maka engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah firman TUHAN: Israel ialah anakKu, anakKu yang sulung;”.
Yohanes 1:14 - “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak TUNGGAL Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”.
Lenski (tentang Matius 2:15): “‘And he was there until the death of Herod, that it might be fulfilled what was spoken by the Lord through the prophet, saying, Out of Egypt did I call my son.’ ... Matthew naturally discards the LXX with its plural τὰ τέκνα, which is well enough for general purposes but not nearly exact enough for what the prophet really says and what Matthew intends to use. So he himself translates the Hebrew: ‘Out of Egypt did I call my son.’ ... Now Hos. 11:1 is really only a historical statement although it is made by Jehovah himself. The first line of the passage, ‘When Israel was a child, then I loved him,’ shows that Jehovah is speaking of the childhood period of Israel when the young nation grew up in Egypt. Matthew reads Hos. 11:1 in exactly that sense and changes nothing. AND YET HE SAYS THAT THIS STATEMENT OF THE PROPHET FOUND ITS FULFILLMENT WHEN THE CHILD JESUS DWELT IN EGYPT. In what sense does Matthew understand: ‘that it might be fulfilled’? He certainly intends more than a mere coincident resemblance between the childhood of Israel as Jehovah’s son or chosen nation and the childhood of Jesus, the divine Son, both spending their early days in Egypt and thus both being called back from Egypt into the Holy Land. Mere accidental coincidences amount to little. Matthew sees far more here. Mere escape from Herod was not nearly all that God had in mind for Jesus. Then he might have arranged for the transfer of the holy family to Babylon by the aid of the magi. Abstractly considered it would have made no difference from what foreign land God would recall Jesus. WHAT MATTHEW POINTS OUT IS AN INNER AND DIVINELY INTENDED CONNECTION BETWEEN THE TWO SOJOURNS IN EGYPT. God brought about the first sojourn and made that first sojourn a factual prophecy of the second, which he also brought about. THE FIRST IS THUS A DIVINELY INTENDED TYPE OF THE SECOND. It is not accidental that the angel sent Joseph to Egypt and to no other land. ... It is always the antitype which reveals the type as what it really is in God’s original intention. So here we see how the wickedness of Jacob’s sons brought Joseph to Egypt, and Herod’s wickedness did the same in the case of Jesus. Again, God caused this wickedness to lead to a refuge for the youthful people Israel in the shelter of Egypt, and then sheltered Jesus in Egypt in the same way. His wisdom and his love arranged it all. But God did more. Into the type he laid the key for the future recognition of the antitype. Matthew does not refer merely to the fact of Israel’s early sojourn in Egypt. The fact itself contains no key. He takes Hosea’s inspired statement of the fact in which the child Israel is by Jehovah himself called ‘my son.’ Read apart from the antitype, this designation had only its ordinary meaning, but read in conjunction with the antitype Jesus, ‘my son’ becomes highly significant. Deut. 32:18 states that Israel was begotten as Jehovah’s son, and this is a fatherhood which exceeds that of Abraham and of Jacob (Isa. 63:16) and thus points to the miraculous begetting of the Son Jesus ‘of the Holy Spirit’ (1:20; Luke 1:35). We now see how Matthew connects ‘my son’ in Hosea and Israel’s early sojourn in Egypt AS A TRUE TYPE AND A DIVINELY INTENDED PROPHECY of ‘my Son,’ the Messiah, who likewise must sojourn in Egypt. Both had to leave the Holy Land, and all the Messianic hopes connected with them seemed to be utterly lost in far-off Egypt. Yet ‘did call out of Egypt’ places the sure hand of God behind all these hopes. Israel returned from Egypt for its mission, and so did this greater Son, Jesus.” [= ‘Dan Ia ada di sana sampai kematian dari Herodes, supaya bisa digenapi apa yang dikatakan oleh Tuhan melalui sang nabi, yang berkata, Dari Mesir Kupanggil AnakKu’. ... Matius secara wajar membuang LXX / Septuaginta dengan bentuk jamaknya (TA TEKNA / the children / anak-anak), yang cukup baik untuk tujuan-tujuan umum tetapi tidak cukup persis untuk apa yang sang nabi sungguh-sungguh katakan dan apa yang Matius bermaksud untuk menggunakan. Maka ia sendiri menterjemahkan bahasa Ibraninya (ke dalam bahasa Yunani - ini tambahan dari saya): ‘Dari Mesir Kupanggil anakKu’. ... Hos 11:1 sesungguhnya hanya merupakan suatu pernyataan yang bersifat sejarah sekalipun itu dibuat oleh Yehovah sendiri. Baris pertama dari text itu, ‘Pada waktu Israel adalah seorang anak, maka Aku mengasihi dia’, menunjukkan bahwa Yehovah sedang berbicara tentang masa kanak-kanak dari Israel pada waktu bangsa yang masih muda itu bertumbuh di Mesir. Matius membaca Hos 11:1 itu secara persis dalam arti itu dan tidak mengubah apapun. SEKALIPUN DEMIKIAN IA BERKATA BAHWA PERNYATAAN SANG NABI INI MENDAPATKAN PENGGENAPANNYA PADA WAKTU ANAK YESUS TINGGAL DI MESIR. Dalam arti apa Matius mengerti: ‘supaya itu bisa digenapi’? Ia pasti memaksudkan lebih dari sekedar suatu kemiripan yang bersifat kebetulan antara masa kanak-kanak Israel sebagai anak Yehovah atau bangsa pilihan, dan masa kanak-kanak Yesus, sang Anak Ilahi, keduanya menghabiskan hari-hari awal mereka di Mesir dan lalu keduanya dipanggil kembali dari Mesir ke Tanah / Negeri Kudus. Semata-mata kesesuaian-kesesuaian yang bersifat kebetulan sangat sedikit artinya. Matius melihat jauh lebih banyak di sini. Semata-mata lolos dari Herodes tidak mendekati semua yang Allah punyai dalam pikiranNya untuk Yesus. Kalau demikian Ia bisa telah mengatur untuk perpindahan dari keluarga kudus itu ke Babilonia dengan pertolongan orang-orang Majus. Dipertimbangkan secara abstrak itu tidak akan telah membuat perbedaan dari negeri asing apa Allah akan memanggil Yesus kembali. APA YANG MATIUS TUNJUKKAN ADALAH SUATU HUBUNGAN DI DALAM DAN DIMAKSUDKAN SECARA ILAHI ANTARA KEDUA ‘TINGGAL SEMENTARA’ DI MESIR. Allah menyebabkan terjadinya ‘tinggal sementara’ yang pertama dan membuat ‘tinggal sementara’ yang pertama itu suatu nubuat yang bersifat fakta dari yang kedua, yang juga Ia sebabkan terjadi. JADI YANG PERTAMA ADALAH SUATU TYPE YANG DIMAKSUDKAN SECARA ILAHI DARI YANG KEDUA. Bukanlah suatu kebetulan bahwa sang malaikat mengutus Yusuf ke Mesir dan tidak ke negara lain. ... Selalu anti TYPEnyalah yang menyatakan TYPEnya sebagai apa yang sungguh-sungguh ada dalam maksud orisinil Allah. Jadi di sini kita melihat bagaimana kejahatan dari anak-anak Yakub membawa Yusuf ke Mesir, dan kejahatan Herodes melakukan hal yang sama dalam kasus Yesus. Lagi-lagi, Allah menyebabkan kejahatan ini untuk membimbing ke suatu perlindungan untuk masa muda bangsa Israel dalam tempat perlindungan Mesir, dan lalu melindungi Yesus di Mesir dengan cara yang sama. HikmatNya dan kasihNya mengatur itu semua. Tetapi Allah melakukan lebih lagi. Ke dalam TYPEnya Ia meletakkan kunci untuk pengenalan di masa yang akan datang dari anti TYPEnya. Matius tidak semata-mata menunjuk pada fakta tentang ‘tinggal sementara’ yang awal / mula-mula dari Israel di Mesir. Fakta itu sendiri tidak mengandung kunci. Ia mengambil pernyataan Hosea yang diilhami tentang fakta dalam mana anak Israel oleh Yehovah sendiri dipanggil / disebut ‘anakKu’. Dibaca terpisah dari anti TYPEnya, sebutan ini hanya mempunyai artinya yang biasa, tetapi dibaca dalam hubungan dengan anti TYPE Yesus, sebutan ‘anakKu’ menjadi sangat berarti / penting. Ul 32:18 menyatakan bahwa Israel diperanakkan sebagai anak Yehovah, dan ini adalah kebapaan yang melampaui / lebih besar dari kebapaan Abraham dan dari Yakub (Yes 63:16) dan dengan demikian menunjuk pada tindakan memperanakkan yang bersifat mujijat ‘dari Roh Kudus’ dari Anak Yesus (1:20; Luk 1:35). Sekarang kita melihat bagaimana Matius menghubungkan ‘anakKu’ dalam Hosea dan ‘tinggal sementara’ yang awal / mula-mula dari Israel di Mesir SEBAGAI SUATU TYPE YANG BENAR DAN SUATU NUBUAT YANG DIMAKSUDKAN SECARA ILAHI tentang ‘AnakKu’, sang Mesias, yang juga harus ‘tinggal sementara’ di Mesir. Keduanya harus meninggalkan Tanah / Negeri Kudus, dan semua pengharapan-pengharapan Mesianik yang berhubungan dengan mereka kelihatan menjadi sama sekali hilang di Mesir yang jauh. Tetapi ‘memanggil keluar dari Mesir’ menempatkan tangan yang pasti dari Allah di belakang semua pengharapan-pengharapan ini. Israel kembali dari Mesir untuk missinya, dan demikian juga Anak yang lebih besar ini, Yesus.].
Ulangan 32:18 - “Gunung batu yang memperanakkan engkau, telah kaulalaikan, dan telah kaulupakan Allah yang melahirkan engkau.”.
Yesaya 63:16 - “Bukankah Engkau Bapa kami? Sungguh, Abraham tidak tahu apa-apa tentang kami, dan Israel tidak mengenal kami. Ya TUHAN, Engkau sendiri Bapa kami; namaMu ialah ‘Penebus kami’ sejak dahulu kala.”.
Calvin (tentang Mat 2:15): “‘Out of Egypt have I called my Son.’ Matthew says that a prediction was fulfilled. Some have thought, that the intention of the prophet was different from what is here stated, and have supposed the meaning to be, that the Jews act foolishly in opposing and endeavoring to oppress the Son of God, because the Father ‘hath called him out of Egypt.’ In this way, they grievously pervert the words of the prophet, (Hosea 11:1,) the design of which is, to establish a charge of ingratitude against the Jews, who, from their earliest infancy, and from the commencement of their history, had found God to be a kind and generous Father, and yet were provoking him by fresh offenses. Beyond all question, the passage ought not to be restricted to the person of Christ: and yet it is not tortured by Matthew, but skilfully applied to the matter in hand.” [= ‘Dari Mesir Kupanggil AnakKu’. Matius mengatakan bahwa suatu ramalan telah digenapi. Beberapa orang telah berpikir bahwa maksud dari sang nabi berbeda dari apa yang dinyatakan di sini, dan telah menganggap artinya sebagai bahwa orang-orang Yahudi bertindak secara bodoh dalam menentang dan berusaha untuk menekan / menindas Anak Allah karena Bapa ‘telah memanggilNya dari Mesir’. Dengan cara ini, mereka secara menyedihkan, membengkokkan kata dari sang nabi, (Hos 11:1), yang rancangannya adalah, untuk meneguhkan suatu tuduhan tentang rasa tak tahu terima kasih terhadap orang-orang Yahudi, yang, dari masa bayi mereka yang paling awal, dan dari pemulaian dari sejarah mereka, telah mendapati Allah sebagai seorang Bapa yang baik dan murah hati, tetapi memprovokasi Dia dengan pelanggaran-pelanggaran baru. Tak diragukan, text ini tidak seharusnya dibatasi pada Pribadi Kristus: tetapi itu tidak disalah-artikan oleh Matius, tetapi secara ahli diterapkan pada persoalan yang sedang dipersoalkan.].
Calvin (tentang Mat 2:15): “The words of the prophet ought to be thus interpreted: ‘When Israel was yet a child, I brought him out of that wretched bondage in which he had been plunged. He was formerly like a dead man, and Egypt served him for a grave; but I drew him out of it as from the womb, and brought him into the light of life.’ And justly does the Lord speak in this manner; for that deliverance was a sort of birth of the nation. ... The words of the prophet import, that the nation was rescued from Egypt as from a deep whirlpool of death. Now, what was the redemption brought by Christ, but a resurrection from the dead, and the commencement of a new life? The light of salvation had been almost extinguished, when God begat the Church anew in the person of Christ. Then did the Church come out of Egypt in its head, as the whole body had been formerly brought out.” [= Kata-kata dari sang nabi seharusnya ditafsirkan demikian: ‘Pada waktu Israel adalah seorang anak, Aku membawanya keluar dari perbudakan yang buruk dalam mana ia telah tercebur. Ia tadinya seperti seorang yang mati, dan Mesir berfungsi baginya sebagai suatu kuburan; tetapi Aku menariknya keluar darinya seperti dari kandungan, dan membawanya ke dalam terang kehidupan’. Dan secara benar Tuhan berbicara dengan cara ini; karena pembebasan itu adalah sejenis kelahiran dari bangsa itu. ... Kata-kata dari sang nabi berarti, bahwa bangsa itu ditolong dari Mesir seperti dari suatu kedalaman pusaran air dari kematian. Sekarang, apakah penebusan yang dibawa oleh Kristus, kalau bukan suatu kebangkitan dari orang mati, dan pemulaian dari suatu kehidupan yang baru? Terang keselamatan telah hampir dipadamkan, pada waktu Allah melahirkan / memperanakkan Gereja kembali dalam Pribadi Kristus. Pada waktu itu Gereja keluar dari Mesir dalam Kepalanya, seperti seluruh tubuh tadinya telah dibawa keluar.].
Calvin (tentang Hos 11:1): “I think that Matthew had more deeply considered the purpose of God in having Christ led into Egypt, and in his return afterwards into Judea. In the first place, it must be remembered that Christ cannot be separated from his Church, as the body will be mutilated and imperfect without a head. Whatever then happened formerly in the Church, ought at length to be fulfilled by the head. ... Then also there is no doubt, but that God in his wonderful providence intended that his Son should come forth from Egypt, that he might be a redeemer to the faithful; and thus he shows that a true, real, and perfect deliverance was at length effected, when the promised Redeemer appeared. It was then the full nativity of the Church, when Christ came forth from Egypt to redeem his Church. ... Matthew therefore most fitly accommodates this passage to Christ, that God loved his Son from his first childhood and called him from Egypt. We know at the same time that Christ is called the Son of God in a respect different from the people of Israel; for adoption made the children of Abraham the children of God, but Christ is by nature the only-begotten Son of God.” [= Saya berpikir bahwa Matius telah mempertimbangkan secara lebih dalam rencana Allah dalam membimbing Kristus ke Mesir, dan selanjutnya dalam kembalinya Dia ke Yudea. Pertama, harus diingat bahwa Kristus tidak bisa dipisahkan dari GerejaNya, seperti tubuh akan dimutilasi dan tidak sempurna tanpa sebuah kepala. Jadi, apapun yang tadinya terjadi dalam Gereja, harus akhirnya digenapi oleh Kepala. ... Lalu juga di sana tidak ada keraguan, bahwa Allah dalam ProvidensiaNya yang luar biasa, memaksudkan bahwa AnakNya harus keluar dari Mesir, supaya Ia bisa menjadi seorang Penebus bagi orang-orang setia / percaya; dan dengan demikian Ia menunjukkan bahwa suatu pembebasan yang benar, nyata, dan sempurna akhirnya dihasilkan, pada waktu Penebus yang dijanjikan muncul. Pada waktu itulah kelahiran penuh dari Gereja, pada waktu Kristus keluar dari Mesir untuk menebus GerejaNya. ... Karena itu Matius dengan cara yang paling cocok / tepat membuat text ini cocok bagi Kristus, bahwa Allah mengasihi AnakNya dari masa kanak-kanakNya yang paling awal dan memanggilNya dari Mesir. Pada saat yang sama kita tahu bahwa Kristus disebut Anak Allah dalam suatu segi yang berbeda dari bangsa Israel; karena pengadopsian membuat anak-anak / keturunan Abraham anak-anak Allah (bdk. Gal 4:5 KJV), tetapi Kristus secara alamiah adalah satu-satunya Anak Allah yang diperanakkan.].
Berkenaan dengan kata-kata ES bahwa Matius hanya mengambil bagian-bagian tertentu dan ada yang tidak diambil, atau bahwa kontext tak diperhatikan (‘keluar kontext’), maka perhatikan komentar Calvin di bawah ini.
Calvin (tentang Hos 11:1): “But as to the charge of ingratitude, that so great a favour of God was not acknowledged, this cannot apply to the person of Christ, as we well know; nor is it necessary in this respect to refer to him; for we see from other places that every thing does not apply to Christ, which is said of David, or of the high priest, or of the posterity of David; though they were types of Christ. But there is ever a great difference between the reality and its symbols.” [= Tetapi berkenaan dengan tuduhan tak punya rasa terima kasih, bahwa kebaikan yang begitu besar dari Allah tidak diakui, ini tidak bisa diterapkan kepada Pribadi Kristus, seperti yang kita tahu dengan baik; juga ini tidak harus /perlu dalam hal ini menunjuk kepada Dia; karena kita melihat dari tempat-tempat lain bahwa bukannya segala sesuatu diterapkan kepada Kristus, yang dikatakan tentang Daud, atau tentang imam besar, atau tentang keturunan Daud; sekalipun mereka adalah TYPE-TYPE dari Kristus. Tetapi di sana selalu ada suatu perbedaan yang besar antara realitanya dan simbol-simbolnya.].
Jadi, dalam Hos 11:1 dan Mat 2:15. Israel dan Yesus adalah TYPE dan anti-TYPE, itu memang benar. Dan memang kalau sesuatu diambil sebagai TYPE, tak semuanya cocok antara TYPE dan anti-TYPEnya.
Misalnya Daud adalah TYPE dari Kristus, tetapi perzinahan Daud dengan Batsyeba, atau polygamynya Daud, dan tak ada penggenapannya dalam diri Kristus / anti-TYPEnya.
Juga kalau Salomo adalah TYPE dari Kristus, maka polygamy dan penyembahan berhala yang dilakukan oleh Salomo, lagi-lagi tak ada penggenapannya dalam diri Kristus / anti-TYPEnya.
Juga Yunus adalah TYPE dari Kristus, tetapi pemberontakan Yunus, sama sekali tak ada penggenapannya dalam diri Kristus / anti-TYPEnya.
Juga imam adalah TYPE dari Kristus, tetapi imam berbuat dosa, dan harus tiap kali mempersembahkan korban untuk dosa-dosanya sendiri. Ini tidak ada penggenapannya dalam diri Kristus / anti-TYPEnya.
Jadi, adanya kesesuaian antara TYPE dan anti-TYPEnya MEMANG SELALU MERUPAKAN KESESUAIAN SEBAGIAN!!! Tidak pernah SEMUANYA sesuai!!!
Jadi, dalam menafsirkan Hos 11:1 dan Mat 2:15 memang benar kalau kita menafsirkan bangsa Israel sebagai TYPE dari Kristus!
Tetapi baik Yes 14 dan Yeh 28 tidak bisa diartikan sebagai alegori (karena keduanya merupakan cerita sejarah), dan juga tidak bisa diartikan sebagai TYPE (karena TYPE selalu menunjuk ke depan / masa yang akan datang).
CORPUS DELICTI (4)
Masih ada satu serangan balik saya terhadap kata-kata ES yang lalu. Kalau ES bisa menggunakan Hos 11:1 dan Mat 2:15 (sebetulnya ES juga menggunakan Kej 3:15, yang saya lupa bahas, tetapi ini tidak penting, karena sebetulnya ayat ini tak ada hubungannya dengan apa yang sedang kita bahas ini) sebagai dasar untuk menarik / menafsirkan suatu ayat keluar dari kontextnya, bukankah dasarnya Alkitabiah? Kalau dasarnya Alkitabiah, maka seharusnya itu berlaku umum! Lalu apa alasannya kok hanya bisa diterapkan pada Yes 14 dan Yeh 28, dan tak bisa diterapkan pada text-text lain?? Ini sama sekali tak masuk akal, dan jelas tidak konsisten. Dimana otoritas Alkitab dalam diri ES? Bagi saya, pilihannya hanyalah: atau dasar Mat 2:15 itu sah, dan dengan demikian berlaku untuk semua kasus, atau dasar itu tidak sah, dan tidak berlaku untuk kasus manapun, termasuk untuk Yes 14 dan Yeh 28.
===============Lanjutan kata-kata ES================
Itu memang raja Tirus. Betul! Bukan kita nggak tahu. Kita juga tahu Tirus di mana, tahun berapa raja itu, Babel itu siapa, Nebukadnezar kedua, tahun berapa menghancurkan Israel, Yehuda, tahun 586 – kita juga tahu. Tetapi kita melihat satu fakta, satu catatan: yang tidak mungkin ini manusia. Itu hanya gaya bahasa, Pak. Maka didalami seluruh perikop. Lihat bahasa aslinya.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
ES anggap ini tidak mungkin adalah manusia. Dan terhadap pandangan bahwa itu adalah gaya bahasa, ES menjawab ‘Maka didalami seluruh perikop. Lihat bahasa aslinya.’.
Ini lucu, karena:
1) Bahasa asli tidak ada hubungannya dengan gaya bahasa ataupun kontext.
2) Kalau didalami SELURUH PERIKOP dari Yes 14 maupun Yeh 28, maka akan makin terlihat bahwa yang dibicarakan adalah manusia, bukan Iblis! Baca Yes 14:1-23 dan Yeh 28:1-19.
Yes 14:1-23 - “(1) Sebab TUHAN akan menyayangi Yakub dan akan memilih Israel sekali lagi dan akan membiarkan mereka tinggal di tanah mereka, maka orang asing akan menggabungkan diri kepada mereka dan akan berpadu dengan kaum keturunan Yakub. (2) Bangsa-bangsa lain akan mengantar Israel pulang ke tempatnya, lalu kaum Israel akan memiliki bangsa-bangsa itu di tanah TUHAN sebagai hamba-hamba lelaki dan hamba-hamba perempuan. Demikianlah mereka akan menawan orang-orang yang menawan mereka dan akan berkuasa atas para penindas mereka. (3) Maka pada hari TUHAN mengakhiri kesakitan dan kegelisahanmu dan kerja paksa yang berat yang dipaksakan kepadamu, (4) maka engkau akan memperdengarkan ejekan ini tentang raja Babel, dan berkata: "Wah, sudah berakhir si penindas sudah berakhir orang lalim! (5) TUHAN telah mematahkan tongkat orang-orang fasik, gada orang-orang yang memerintah, (6) yang memukul bangsa-bangsa dengan gemas, dengan pukulan yang tidak putus-putusnya; yang menginjak-injak bangsa-bangsa dalam murka dengan tiada henti-hentinya. (7) Segenap bumi sudah aman dan tenteram; orang bergembira dengan sorak-sorai. (8) Juga pohon-pohon sanobar dan pohon-pohon aras di Libanon bersukacita karena kejatuhanmu, katanya: ‘Dari sejak engkau rebah terbaring, tidak ada lagi orang yang naik untuk menebang kami!’ (9) Dunia orang mati yang di bawah gemetar untuk menyongsong kedatanganmu, dijagakannya arwah-arwah bagimu, yaitu semua bekas pemimpin di bumi; semua bekas raja bangsa-bangsa dibangunkannya dari takhta mereka. (10) Sekaliannya mereka mulai berbicara dan berkata kepadamu: ‘Engkau juga telah menjadi lemah seperti kami, sudah menjadi sama seperti kami!’ (11) Ke dunia orang mati sudah diturunkan kemegahanmu dan bunyi gambus-gambusmu; ulat-ulat dibentangkan sebagai lapik tidurmu, dan cacing-cacing sebagai selimutmu." (12) ‘Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! (13) Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. (14) Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi! (15) Sebaliknya, ke dalam dunia orang mati engkau diturunkan, ke tempat yang paling dalam di liang kubur. (16) Orang-orang yang melihat engkau akan memperhatikan dan mengamat-amati engkau, katanya: Inikah dia yang telah membuat bumi gemetar, dan yang telah membuat kerajaan-kerajaan bergoncang, (17) yang telah membuat dunia seperti padang gurun, dan menghancurkan kota-kotanya, yang tidak melepaskan orang-orangnya yang terkurung pulang ke rumah? (18) Semua bekas raja bangsa-bangsa berbaring dalam kemuliaan, masing-masing dalam rumah kuburnya. (19) Tetapi engkau ini telah terlempar, jauh dari kuburmu, seperti taruk yang jijik, ditutupi dengan mayat orang-orang yang tertikam oleh pedang dan jatuh tercampak ke batu-batu liang kubur seperti bangkai yang terinjak-injak. (20) Engkau tidak akan bersama-sama dengan raja-raja itu di dalam kubur, sebab engkau telah merusak negerimu dan membunuh rakyatmu. Anak cucu orang yang berbuat jahat tidak akan disebut-sebut untuk selama-lamanya. (21) Dirikanlah bagi anak-anaknya tempat pembantaian, oleh karena kesalahan nenek moyang mereka, supaya mereka jangan bangun dan menduduki bumi dan memenuhi dunia dengan kota-kota.’ (22) ‘Aku akan bangkit melawan mereka,’ demikianlah firman TUHAN semesta alam, ‘Aku akan melenyapkan nama Babel dan sisanya, anak cucu dan anak cicitnya,’ demikianlah firman TUHAN. (23) ‘Aku akan membuat Babel menjadi milik landak dan menjadi air rawa-rawa, dan kota itu akan Kusapu bersih dan Kupunahkan,’ demikianlah firman TUHAN semesta alam.”.
Yeh 28:1-19 - “(1) Maka datanglah firman TUHAN kepadaku: (2) ‘Hai anak manusia, katakanlah kepada RAJA TIRUS: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Karena engkau menjadi tinggi hati, dan berkata: Aku adalah Allah! Aku duduk di takhta Allah di tengah-tengah lautan. PADAHAL ENGKAU ADALAH MANUSIA, bukanlah Allah, walau hatimu menempatkan diri sama dengan Allah. (3) Memang hikmatmu melebihi hikmat Daniel; tiada rahasia yang terlindung bagimu. (4) Dengan hikmatmu dan pengertianmu engkau memperoleh kekayaan. Emas dan perak kaukumpulkan dalam perbendaharaanmu. (5) Karena engkau sangat pandai berdagang engkau memperbanyak kekayaanmu, dan karena itu engkau jadi sombong. (6) Oleh sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Karena hatimu menempatkan diri sama dengan Allah (7) maka, sungguh, Aku membawa orang asing melawan engkau, yaitu bangsa yang paling ganas, yang akan menghunus pedang mereka, melawan hikmatmu yang terpuja; dan semarakmu dinajiskan. (8) Engkau diturunkannya ke lobang kubur, engkau mati seperti orang yang mati terbunuh di tengah lautan. (9) Apakah engkau masih akan mengatakan di hadapan pembunuhmu: Aku adalah Allah!? Padahal terhadap kuasa penikammu ENGKAU ADALAH MANUSIA, bukanlah Allah. (10) Engkau akan mati seperti orang tak bersunat oleh tangan orang asing. Sebab Aku yang mengatakannya, demikianlah firman Tuhan ALLAH.’ (11) Lalu datanglah firman TUHAN kepadaku: (12) ‘Hai anak manusia, ucapkanlah suatu ratapan mengenai RAJA TIRUS dan katakanlah kepadanya: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Gambar dari kesempurnaan engkau, penuh hikmat dan maha indah. (13) Engkau di taman Eden, yaitu taman Allah penuh segala batu permata yang berharga: yaspis merah, krisolit dan yaspis hijau, permata pirus, krisopras dan nefrit, lazurit, batu darah dan malakit. Tempat tatahannya diperbuat dari emas dan disediakan pada hari penciptaanmu. (14) Kuberikan tempatmu dekat kerub yang berjaga, di gunung kudus Allah engkau berada dan berjalan-jalan di tengah batu-batu yang bercahaya-cahaya. (15) Engkau tak bercela di dalam tingkah lakumu sejak hari penciptaanmu sampai terdapat kecurangan padamu. (16) Dengan dagangmu yang besar engkau penuh dengan kekerasan dan engkau berbuat dosa. Maka Kubuangkan engkau dari gunung Allah dan kerub yang berjaga membinasakan engkau dari tengah batu-batu yang bercahaya. (17) Engkau sombong karena kecantikanmu, hikmatmu kaumusnahkan demi semarakmu. Ke bumi kau Kulempar, kepada raja-raja engkau Kuserahkan menjadi tontonan bagi matanya. (18) Dengan banyaknya kesalahanmu dan kecurangan dalam dagangmu engkau melanggar kekudusan tempat kudusmu. Maka Aku menyalakan api dari tengahmu yang akan memakan habis engkau. Dan Kubiarkan engkau menjadi abu di atas bumi di hadapan semua yang melihatmu. (19) Semua di antara bangsa-bangsa yang mengenal engkau kaget melihat keadaanmu. Akhir hidupmu mendahsyatkan dan lenyap selamanya engkau.’”.
Khususnya perhatikan Yeh 28:2,9 yang secara explicit mengatakan “ENGKAU ADALAH MANUSIA, bukanlah Allah”.
3) Dalam kata-kata ES yang terdahulu, yang sudah kita bahas Rabu lalu (tanggal 17 Oktober 2018), ES justru mau menarik ayat-ayat tertentu keluar dari kontextnya. Ia bahkan menggunakan Hos 11:1 yang ia anggap ditarik keluar dari kontextnya oleh Matius dalam Mat 2:15, sebagai dasar untuk menafsirkan raja Tirus dan raja Babel sebagai Lucifer. SEKARANG IA JUSTRU BERKATA BAHWA HARUS MENDALAMI SELURUH PERIKOP!! Dan dalam kata-kata ES selanjutnya, ia juga tidak membahas seluruh perikop. Ia hanya membahas ayat-ayat yang cocok dengan keinginannya! Inikah yang ES sebut dengan ‘cerdas’?? Saya melihat banyak hal, KECUALI kecerdasan di sini!
===============Lanjutan kata-kata ES================
Diciptakan di taman Tuhan, di dekat kerubim (Yeh 28:13-14), jatuh dari langit, dari SAMAYIM - surga ke ERETS - ke bumi (Yes 14:12). Saya mau tanya lagi: mana ada penggambaran semacam itu di Alkitab? Coba, mana? Mana ada penggambaran yang bisa menunjuk ini makhluk surgawi, coba saya lihat, mana? Tidak ada. Dengan demikian, dengan demikian, dengan berat hati – sebenarnya saya pengen diterima, tapi kalau nggak terima ya sudah, saya harus mengatakan Yehezkiel 28, Yesaya 14 itu menunjuk (?) dari Lucifer dan ah (maksud saya?) Lucifer itu.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Lihat, apakah ES membahas perikopnya? Ia hanya mencomoti ayat-ayat tertentu!
2) Terhadap kata-kata ES “Saya mau tanya lagi: mana ada penggambaran semacam itu di Alkitab? Coba, mana? Mana ada penggambaran yang bisa menunjuk ini makhluk surgawi, coba saya lihat, mana? Tidak ada.” saya menjawab:
Masih ada satu serangan balik saya terhadap kata-kata ES yang lalu. Kalau ES bisa menggunakan Hos 11:1 dan Mat 2:15 (sebetulnya ES juga menggunakan Kej 3:15, yang saya lupa bahas, tetapi ini tidak penting, karena sebetulnya ayat ini tak ada hubungannya dengan apa yang sedang kita bahas ini) sebagai dasar untuk menarik / menafsirkan suatu ayat keluar dari kontextnya, bukankah dasarnya Alkitabiah? Kalau dasarnya Alkitabiah, maka seharusnya itu berlaku umum! Lalu apa alasannya kok hanya bisa diterapkan pada Yes 14 dan Yeh 28, dan tak bisa diterapkan pada text-text lain?? Ini sama sekali tak masuk akal, dan jelas tidak konsisten. Dimana otoritas Alkitab dalam diri ES? Bagi saya, pilihannya hanyalah: atau dasar Mat 2:15 itu sah, dan dengan demikian berlaku untuk semua kasus, atau dasar itu tidak sah, dan tidak berlaku untuk kasus manapun, termasuk untuk Yes 14 dan Yeh 28.
===============Lanjutan kata-kata ES================
Itu memang raja Tirus. Betul! Bukan kita nggak tahu. Kita juga tahu Tirus di mana, tahun berapa raja itu, Babel itu siapa, Nebukadnezar kedua, tahun berapa menghancurkan Israel, Yehuda, tahun 586 – kita juga tahu. Tetapi kita melihat satu fakta, satu catatan: yang tidak mungkin ini manusia. Itu hanya gaya bahasa, Pak. Maka didalami seluruh perikop. Lihat bahasa aslinya.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
ES anggap ini tidak mungkin adalah manusia. Dan terhadap pandangan bahwa itu adalah gaya bahasa, ES menjawab ‘Maka didalami seluruh perikop. Lihat bahasa aslinya.’.
Ini lucu, karena:
1) Bahasa asli tidak ada hubungannya dengan gaya bahasa ataupun kontext.
2) Kalau didalami SELURUH PERIKOP dari Yes 14 maupun Yeh 28, maka akan makin terlihat bahwa yang dibicarakan adalah manusia, bukan Iblis! Baca Yes 14:1-23 dan Yeh 28:1-19.
Yes 14:1-23 - “(1) Sebab TUHAN akan menyayangi Yakub dan akan memilih Israel sekali lagi dan akan membiarkan mereka tinggal di tanah mereka, maka orang asing akan menggabungkan diri kepada mereka dan akan berpadu dengan kaum keturunan Yakub. (2) Bangsa-bangsa lain akan mengantar Israel pulang ke tempatnya, lalu kaum Israel akan memiliki bangsa-bangsa itu di tanah TUHAN sebagai hamba-hamba lelaki dan hamba-hamba perempuan. Demikianlah mereka akan menawan orang-orang yang menawan mereka dan akan berkuasa atas para penindas mereka. (3) Maka pada hari TUHAN mengakhiri kesakitan dan kegelisahanmu dan kerja paksa yang berat yang dipaksakan kepadamu, (4) maka engkau akan memperdengarkan ejekan ini tentang raja Babel, dan berkata: "Wah, sudah berakhir si penindas sudah berakhir orang lalim! (5) TUHAN telah mematahkan tongkat orang-orang fasik, gada orang-orang yang memerintah, (6) yang memukul bangsa-bangsa dengan gemas, dengan pukulan yang tidak putus-putusnya; yang menginjak-injak bangsa-bangsa dalam murka dengan tiada henti-hentinya. (7) Segenap bumi sudah aman dan tenteram; orang bergembira dengan sorak-sorai. (8) Juga pohon-pohon sanobar dan pohon-pohon aras di Libanon bersukacita karena kejatuhanmu, katanya: ‘Dari sejak engkau rebah terbaring, tidak ada lagi orang yang naik untuk menebang kami!’ (9) Dunia orang mati yang di bawah gemetar untuk menyongsong kedatanganmu, dijagakannya arwah-arwah bagimu, yaitu semua bekas pemimpin di bumi; semua bekas raja bangsa-bangsa dibangunkannya dari takhta mereka. (10) Sekaliannya mereka mulai berbicara dan berkata kepadamu: ‘Engkau juga telah menjadi lemah seperti kami, sudah menjadi sama seperti kami!’ (11) Ke dunia orang mati sudah diturunkan kemegahanmu dan bunyi gambus-gambusmu; ulat-ulat dibentangkan sebagai lapik tidurmu, dan cacing-cacing sebagai selimutmu." (12) ‘Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! (13) Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. (14) Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi! (15) Sebaliknya, ke dalam dunia orang mati engkau diturunkan, ke tempat yang paling dalam di liang kubur. (16) Orang-orang yang melihat engkau akan memperhatikan dan mengamat-amati engkau, katanya: Inikah dia yang telah membuat bumi gemetar, dan yang telah membuat kerajaan-kerajaan bergoncang, (17) yang telah membuat dunia seperti padang gurun, dan menghancurkan kota-kotanya, yang tidak melepaskan orang-orangnya yang terkurung pulang ke rumah? (18) Semua bekas raja bangsa-bangsa berbaring dalam kemuliaan, masing-masing dalam rumah kuburnya. (19) Tetapi engkau ini telah terlempar, jauh dari kuburmu, seperti taruk yang jijik, ditutupi dengan mayat orang-orang yang tertikam oleh pedang dan jatuh tercampak ke batu-batu liang kubur seperti bangkai yang terinjak-injak. (20) Engkau tidak akan bersama-sama dengan raja-raja itu di dalam kubur, sebab engkau telah merusak negerimu dan membunuh rakyatmu. Anak cucu orang yang berbuat jahat tidak akan disebut-sebut untuk selama-lamanya. (21) Dirikanlah bagi anak-anaknya tempat pembantaian, oleh karena kesalahan nenek moyang mereka, supaya mereka jangan bangun dan menduduki bumi dan memenuhi dunia dengan kota-kota.’ (22) ‘Aku akan bangkit melawan mereka,’ demikianlah firman TUHAN semesta alam, ‘Aku akan melenyapkan nama Babel dan sisanya, anak cucu dan anak cicitnya,’ demikianlah firman TUHAN. (23) ‘Aku akan membuat Babel menjadi milik landak dan menjadi air rawa-rawa, dan kota itu akan Kusapu bersih dan Kupunahkan,’ demikianlah firman TUHAN semesta alam.”.
Yeh 28:1-19 - “(1) Maka datanglah firman TUHAN kepadaku: (2) ‘Hai anak manusia, katakanlah kepada RAJA TIRUS: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Karena engkau menjadi tinggi hati, dan berkata: Aku adalah Allah! Aku duduk di takhta Allah di tengah-tengah lautan. PADAHAL ENGKAU ADALAH MANUSIA, bukanlah Allah, walau hatimu menempatkan diri sama dengan Allah. (3) Memang hikmatmu melebihi hikmat Daniel; tiada rahasia yang terlindung bagimu. (4) Dengan hikmatmu dan pengertianmu engkau memperoleh kekayaan. Emas dan perak kaukumpulkan dalam perbendaharaanmu. (5) Karena engkau sangat pandai berdagang engkau memperbanyak kekayaanmu, dan karena itu engkau jadi sombong. (6) Oleh sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Karena hatimu menempatkan diri sama dengan Allah (7) maka, sungguh, Aku membawa orang asing melawan engkau, yaitu bangsa yang paling ganas, yang akan menghunus pedang mereka, melawan hikmatmu yang terpuja; dan semarakmu dinajiskan. (8) Engkau diturunkannya ke lobang kubur, engkau mati seperti orang yang mati terbunuh di tengah lautan. (9) Apakah engkau masih akan mengatakan di hadapan pembunuhmu: Aku adalah Allah!? Padahal terhadap kuasa penikammu ENGKAU ADALAH MANUSIA, bukanlah Allah. (10) Engkau akan mati seperti orang tak bersunat oleh tangan orang asing. Sebab Aku yang mengatakannya, demikianlah firman Tuhan ALLAH.’ (11) Lalu datanglah firman TUHAN kepadaku: (12) ‘Hai anak manusia, ucapkanlah suatu ratapan mengenai RAJA TIRUS dan katakanlah kepadanya: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Gambar dari kesempurnaan engkau, penuh hikmat dan maha indah. (13) Engkau di taman Eden, yaitu taman Allah penuh segala batu permata yang berharga: yaspis merah, krisolit dan yaspis hijau, permata pirus, krisopras dan nefrit, lazurit, batu darah dan malakit. Tempat tatahannya diperbuat dari emas dan disediakan pada hari penciptaanmu. (14) Kuberikan tempatmu dekat kerub yang berjaga, di gunung kudus Allah engkau berada dan berjalan-jalan di tengah batu-batu yang bercahaya-cahaya. (15) Engkau tak bercela di dalam tingkah lakumu sejak hari penciptaanmu sampai terdapat kecurangan padamu. (16) Dengan dagangmu yang besar engkau penuh dengan kekerasan dan engkau berbuat dosa. Maka Kubuangkan engkau dari gunung Allah dan kerub yang berjaga membinasakan engkau dari tengah batu-batu yang bercahaya. (17) Engkau sombong karena kecantikanmu, hikmatmu kaumusnahkan demi semarakmu. Ke bumi kau Kulempar, kepada raja-raja engkau Kuserahkan menjadi tontonan bagi matanya. (18) Dengan banyaknya kesalahanmu dan kecurangan dalam dagangmu engkau melanggar kekudusan tempat kudusmu. Maka Aku menyalakan api dari tengahmu yang akan memakan habis engkau. Dan Kubiarkan engkau menjadi abu di atas bumi di hadapan semua yang melihatmu. (19) Semua di antara bangsa-bangsa yang mengenal engkau kaget melihat keadaanmu. Akhir hidupmu mendahsyatkan dan lenyap selamanya engkau.’”.
Khususnya perhatikan Yeh 28:2,9 yang secara explicit mengatakan “ENGKAU ADALAH MANUSIA, bukanlah Allah”.
3) Dalam kata-kata ES yang terdahulu, yang sudah kita bahas Rabu lalu (tanggal 17 Oktober 2018), ES justru mau menarik ayat-ayat tertentu keluar dari kontextnya. Ia bahkan menggunakan Hos 11:1 yang ia anggap ditarik keluar dari kontextnya oleh Matius dalam Mat 2:15, sebagai dasar untuk menafsirkan raja Tirus dan raja Babel sebagai Lucifer. SEKARANG IA JUSTRU BERKATA BAHWA HARUS MENDALAMI SELURUH PERIKOP!! Dan dalam kata-kata ES selanjutnya, ia juga tidak membahas seluruh perikop. Ia hanya membahas ayat-ayat yang cocok dengan keinginannya! Inikah yang ES sebut dengan ‘cerdas’?? Saya melihat banyak hal, KECUALI kecerdasan di sini!
===============Lanjutan kata-kata ES================
Diciptakan di taman Tuhan, di dekat kerubim (Yeh 28:13-14), jatuh dari langit, dari SAMAYIM - surga ke ERETS - ke bumi (Yes 14:12). Saya mau tanya lagi: mana ada penggambaran semacam itu di Alkitab? Coba, mana? Mana ada penggambaran yang bisa menunjuk ini makhluk surgawi, coba saya lihat, mana? Tidak ada. Dengan demikian, dengan demikian, dengan berat hati – sebenarnya saya pengen diterima, tapi kalau nggak terima ya sudah, saya harus mengatakan Yehezkiel 28, Yesaya 14 itu menunjuk (?) dari Lucifer dan ah (maksud saya?) Lucifer itu.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Lihat, apakah ES membahas perikopnya? Ia hanya mencomoti ayat-ayat tertentu!
2) Terhadap kata-kata ES “Saya mau tanya lagi: mana ada penggambaran semacam itu di Alkitab? Coba, mana? Mana ada penggambaran yang bisa menunjuk ini makhluk surgawi, coba saya lihat, mana? Tidak ada.” saya menjawab:
a) Rumus dari mana yang mengharuskan kata-kata / gambaran tertentu dalam satu bagian Alkitab juga harus ada dalam bagian Alkitab yang lain??
b) Dan berbicara tentang ayat-ayat yang mirip, bagaimana dengan ayat-ayat ini?
1. Beberapa ayat dalam kitab Wahyu.
Wah 9:1 - “Lalu malaikat yang kelima meniup sangkakalanya, dan aku melihat sebuah bintang yang jatuh dari langit ke atas bumi, dan kepadanya diberikan anak kunci lobang jurang maut.”.
Apakah ini juga menunjuk pada kejatuhan Iblis?? Juga ayat-ayat di bawah ini?
Wah 6:13 - “Dan bintang-bintang di langit berjatuhan ke atas bumi bagaikan pohon ara menggugurkan buah-buahnya yang mentah, apabila ia digoncang angin yang kencang.”.
Wah 8:10 - “Lalu malaikat yang ketiga meniup sangkakalanya dan jatuhlah dari langit sebuah bintang besar, menyala-nyala seperti obor, dan ia menimpa sepertiga dari sungai-sungai dan mata-mata air.”.
BACA JUGA: OKULTISME
2. Yeh 31:2-3,8-10,18 - “(2) ‘Hai anak manusia, katakanlah kepada Firaun, raja Mesir dan kepada khalayak ramai yang mengikutinya: Di dalam kebesaranmu siapakah yang dapat menyamai engkau? (3) Lihat, Aku menyamakan engkau dengan pohon aras di Libanon, penuh dengan cabang yang elok dan daun yang rumpun sekali; tumbuhnya sangat tinggi, puncaknya sampai ke langit. ... (8) Pohon-pohon aras di dalam taman Allah tidak akan dapat menyainginya, juga pohon sanobar tidak akan dapat menyamai ranting-rantingnya, dan pohon berangan tidak dapat dibandingkan dengan cabang-cabangnya. Segala pohon-pohon yang di taman Allah tiada yang dapat disamakan dengan dia mengenai keelokannya. (9) Aku membuat dia sungguh-sungguh elok dengan cabang-cabangnya yang sangat rapat. Di taman Eden, di taman Allah segala pohon cemburu padanya. (10) Oleh sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Oleh karena ia tumbuh tinggi dan puncaknya menjulang sampai ke langit dan ia menjadi sombong karena ketinggiannya, ... (18) Maka dengan siapakah engkau dapat disamakan di antara pohon-pohon di taman Eden dalam hal kemuliaan dan kebesaran? Engkau akan diturunkan ke bumi yang paling bawah bersama pohon-pohon di taman Eden dan engkau telentang di tengah orang-orang yang tak bersunat bersama orang-orang yang mati terbunuh oleh pedang. Itulah Firaun dengan semua khalayak ramai yang mengikutinya, demikianlah firman Tuhan ALLAH.’”.
Sangat mirip, bukan? Jadi bagaimana? Apakah Firaun dalam Yeh 31 ini juga menunjuk kepada Iblis dan kejatuhannya?? ES jelas mengatakan bahwa Yes 14 dan Yeh 28 adalah satu-satunya kasus (padahal ini 2 kasus)! Dwitunggal???
===============Lanjutan kata-kata ES================
Menafsirkan ayat Alkitab selain secara ketat menerapkan kaidah hermeneutics dan exegesis, juga harus dengan nurani dan pimpinan Roh Kudus, Bro.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Saya tak mengerti apa yang ES maksudkan dengan ‘nurani’, dan bagaimana ‘nurani’ digunakan dalam menafsirkan Alkitab. Menurut saya ‘nurani’ / ‘hati nurani’ hanya berhubungan dengan penafsiran Alkitab, pada saat orang secara sengaja menafsirkan secara salah, pasti telah menabrak ‘hati nurani’nya.
Dan kalau berbicara tentang hal itu, jelas bahwa orang bisa tulus (jadi tidak menabrak hati nuraninya) tetapi salah!
2) Kalau dilihat dari kata-kata ES ini, bagi saya rasanya / kelihatannya, ia secara implicit ia memaksudkan bahwa nurani dan pimpinan Roh Kudus itu memberi ijin untuk melanggar hermeneutics dan exegesis. Kalau memang ini maksudnya, maka ini menabrak kata-katanya sendiri pada bagian awal, yaitu “SECARA KETAT menerapkan kaidah hermeneutics dan exegesis”! Yang namanya ‘ketat’, tidak bisa memberikan perkecualian!! ES justru menerapkan kaidah Hermeneutics dan Exegesis SECARA LONGGAR!
Jadi, kalau memang ini yang dimaksudkan, saya tak setuju sama sekali. Roh Kudus diberikan untuk mengajar kita kebenaran (Yoh 14:26 Yoh 16:13), sehingga mustahil Ia mengarahkan kita untuk menabrak hermeneutics dan exegesis, dan memimpin kita sedemikian rupa, sehingga menafsirkan ayat-ayat secara tidak konsisten!
===============Lanjutan kata-kata ES================
Mungkin ada orang berkata, Matius boleh pungut Pak. Dia kan rasul. Kalau Pak Eras kan bukan rasul. Saya mau tanya pernah nggak di alkitab bahwa anak Tuhan nggak boleh menafsirkan begitu. Satu. Dua. Ngerti nggak Tuhan Yesus berkata apa? Aku tidak bisa mengatakan semua kepadamu, tetapi Roh Kudus akan menuntun kamu kepada segala kebenaran. Kalau begitu Pak Eras merasa mempunyai Roh Kudus? Ya iyalah – mosok ya iya dong. Lalu gimana membuktikannya? Kau punya nurani, kamu tanya: ini pendeta bener atau salah, udah jangan berantem. Kalau nggak bener, kamu cari pendeta lain, kamu denger di sana. (MENIT 35) Selamat jalan, kita masih bersaudara. Kalau hanya berdasarkan nalar yang disertai kesombongan apalagi kemarahan, maka terjadi perdebatan yang tidak akan mendatangkan kebaikan.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Matius boleh pungut, kita juga boleh. Dengan syarat kasusnya sama. Tetapi masalahnya adalah kasusnya berbeda, seperti yang sudah saya jelaskan dalam pelajaran yang lalu. Dalam Mat 2:15 Matius memang mengambil ‘Israel’ dalam Hos 11:1 sebagai TYPE dari Yesus. Ini memang benar dan sah!
Tetapi ES, kadang-kadang mengalegorikan ‘raja Babel’ dan ‘raja Tirus’ sebagai Iblis, dan kadang-kadang menganggap sebagai Typology. Yang manapun yang dia ambil pasti salah, karena cerita sejarah tak boleh dialegorikan, dan typology selalu menunjuk ke depan, bukan ke belakang!
Jadi, itu alasannya mengapa Matius boleh dan ES tak boleh!! Kasusnya memang berbeda!
2) Ia ‘menuduh’ orang sebagai ‘hanya berdasarkan nalar yang disertai kesombongan apalagi kemarahan’!! Dasarnya apa? Ini menghakimi yang salah!!
Yoh 7:24 - “Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil.’”.
3) Sekarang saya bahas kata-kata ES ini: “Kau punya nurani, kamu tanya: ini pendeta bener atau salah, udah jangan berantem. KALAU NGGAK BENER, kamu cari pendeta lain, kamu denger di sana. Selamat jalan, KITA MASIH BERSAUDARA.”.
Bagi saya, menentukan seorang pendeta benar atau salah / sesat, BUKAN PAKAI NURANI, tetapi pakai Alkitab!
Juga bagi saya, kalau perbedaannya bukan dasari, tidak perlu pindah cari pendeta lain, kita memang masih bersaudara.
Tetapi kalau perbedaannya bersifat dasari dan banyak, memang sebaiknya, atau bahkan harus, pindah dan cari pendeta lain.
Dan berkenaan dengan pendeta yang gak benar itu, kalau saya, SAYA TIDAK AKAN MENGAKUI DIA SEBAGAI ‘SAUDARA SEIMAN’ SAYA! DIA BUKAN ‘SAUDARA SEIMAN’ SAYA!!!
Saya berpendapat, bahwa menganggap orang yang beda secara dasari tetap sebagai saudara seiman, bukan sikap cinta damai, tetapi sikap SOK cinta damai, dan sikap yang meremehkan, atau tak mempedulikan, kebenaran!
Saya bertanya: apakah ES anggap para Saksi Yehuwa, orang Mormon, dsb, juga sebagai saudara seiman??? Kalau masih bilang ya, bagaimana dengan orang-orang yang beragama lain?
Berkenaan dengan ‘sikap cinta damai’, mari kita lihat ayat ini:
Yak 3:17 - “Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.”.
Perhatikan bahwa:
a) Ini membicarakan ‘hikmat yang dari atas’, yaitu ‘hikmat Tuhan’!!!
b) Yang dinomor-satukan adalah ‘murni’, dan ‘pendamai’ dinomor-duakan!
1. Murni (ay 17).
Murni berarti tidak ada campuran / kotoran. Campuran / kotoran itu bisa merupakan motivasi yang salah, atau keti¬dakbenaran.
2. Pendamai (ay 17).
Ini menunjuk pada orang yang:
a. Tak senang mencari gara-gara / permusuhan.
b. Tak senang membalas kejahatan dengan kejahatan.
c. Tak senang mengadu domba, tetapi sebaliknya senang menda¬maikan.
Tetapi perlu diingat bahwa ‘pendamai’ ini BUKANNYA ORANG YANG LEBIH SENANG KOMPROMI DARI PADA GEGERAN, PADA SAAT DIMANA GEGERAN ITU SEBETULNYA DIBUTUHKAN.
Misalnya pada saat kita melihat ada korupsi, atau pelecehan sexual / anak, atau pengajaran sesat dalam gereja. Ingat bahwa yang dinomer-satukan adalah ‘murni’, dan karena itu, dalam mempertahankan kemurnian itu, bisa saja kita harus mengorbankan perdamaian!
Matthew Henry (tentang Yak 3:17): “Peace follows purity, and depends upon it.” [= Damai / pendamai mengikuti kemurnian, dan tergantung padanya.].
The Bible Exposition Commentary (tentang Yak 3:17): “God’s wisdom leads to peace. It is a peace based on holiness, not on compromise. God never has ‘peace at any price.’ The peace of the church is not more important than the purity of the church.” [= Hikmat Allah membimbing pada damai. Itu merupakan damai yang didasarkan pada kekudusan, bukan pada kompromi. Allah tidak pernah mempunyai ‘damai berapapun ongkosnya’. Damai dari gereja tidaklah lebih penting dari pada kemurnian gereja.].
Pada waktu Martin Luther melihat adanya begitu banyak ajaran dan praktek yang salah dari gereja Roma Katolik pada saat itu, apakah ia tetap memelihara perdamaian? Tidak, tetapi sebaliknya ia memakukan 95 thesisnya di pintu gereja Witten¬berg, dan ini akhirnya menimbulkan perpecahan dalam gereja! Apakah saudara menyalahkan Martin Luther dan menganggap¬nya sebagai orang yang tidak cinta damai?
Thomas Manton (tentang Yak 3:17): “If the chiefest care must be for purity, then peace may be broken in truth’s quarrel. It is a zealous speech of Luther that rather heaven and earth should be blended together in confusion than one jot of truth perish.” [= Jika perhatian yang paling utama adalah untuk kemurnian, maka damai boleh dihancurkan dalam pertengkaran kebenaran. Merupakan suatu ucapan yang bersemangat dari Luther bahwa lebih baik langit dan bumi bercampur aduk menjadi satu dari pada satu titik kebenaran binasa.] - ‘James’, hal 316.
Calvin memberikan suatu komentar yang bagus dalam tafsirannya tentang Ef 5:11. Mari kita baca ayatnya lebih dulu.
Ef 5:11 - “Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu.”.
Calvin (tentang Ef 5:11): “Where a manifest offense is committed against God, every man will be eager to vindicate himself from any share in the guilt, but very few will guard against connivance; nearly all will practice some kind of dissimulation. But rather than the truth of God shall not remain unshaken, let a hundred worlds perish.” [= Dimana suatu pelanggaran yang jelas dilakukan terhadap Allah, setiap orang akan sangat ingin untuk membersihkan dirinya sendiri dari setiap tindakan ambil bagian dalam kesalahan itu, tetapi sangat sedikit orang akan menjaga terhadap tindakan pura-pura tidak tahu; hampir semua orang akan mempraktekkan sejenis kepura-puraan / penyembunyian perasaan yang sebenarnya. Tetapi dari pada kebenaran Allah tergoncangkan, lebih baik seratus dunia binasa.].
Bandingkan juga dengan Wah 2:2 dan 2Kor 11:4 dimana pada waktu ada pengajar sesat / rasul palsu, ketidaksabaran justru dipuji sedangkan kesabaran justru dikecam!
Wah 2:2 - “Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.”.
2Kor 11:4 - “Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima.”.
Orang yang cinta kebenaran, harus benci kesesatan! Orang yang bisa santai-santai saja pada waktu melihat / mendengar kesesatan, bukan orang yang cinta kebenaran! Ia tidak peduli pada kebenaran! Ia harus marah!! Yesus sendiri marah dan mengobrak-abrik Bait Suci!
Yoh 2:13-17 - “(13) Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. (14) Dalam Bait Suci didapatiNya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. (15) Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkanNya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkanNya. (16) Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: ‘Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah BapaKu menjadi tempat berjualan.’ (17) Maka teringatlah murid-muridNya, bahwa ada tertulis: ‘Cinta untuk rumahMu menghanguskan Aku.’”.
===============Lanjutan kata-kata ES================
Firman Tuhan mengatakan sesungguhnya anak dara akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan mereka akan menamakan Dia Imanuel – betul nggak? itu Yesaya 7:14. Emangnya di Yesaya 7:14 anak siapa? Bisa anak Yesaya sendiri! Bisa anak orang-orang terkemuka, bukan Tuhan Yesus, kok dipake begitu saja? Ya, semua itu dalam pimpinan Roh.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Saya tak mengerti dari mana kok ayat ini lalu dibahas di sini oleh ES. Apa hubungannya???
2) Anak Yesaya sendiri? Anak orang-orang terkemuka??
Mari kita memperhatikan terjemahan-terjemahan dari Yes 7:14 itu.
Yes 7:14 - “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.”.
RSV: ‘a young woman’ [= seorang perempuan muda].
KJV/NASB/ASV: ‘a virgin’ [= seorang perawan].
NIV/NKJV/YLT: ‘the virgin’ [= sang perawan].
Latin Vulgate: ‘virgo’ [= perawan].
LXX / Septuaginta: PARTHENOS [= perawan].
Terjemahan ‘perempuan muda’ itu salah! Terjemahan yang benar jelas adalah ‘seorang perawan’!! Juga anak itu akan dinamai ‘Immanuel’!
Dan ini bisa digenapi oleh anak Yesaya sendiri? Atau anak orang-orang terkemuka? Betul-betul suatu penafsiran yang ‘cerdas’!
Perlu diperhatikan bahwa pada saat nubuat itu diberikan Yesaya sudah mempunyai anak (Yes 7:3), sehingga istrinya pasti sudah bukan perawan.
Yes 7:3 - “Berfirmanlah TUHAN kepada Yesaya: ‘Baiklah engkau keluar menemui Ahas, engkau dan Syear Yasyub, anakmu laki-laki, ke ujung saluran kolam atas, ke jalan raya pada Padang Tukang Penatu,”.
Jadi, satu-satunya penggenapan yang memungkinkan adalah Yesus! Maria memang perawan dan Yesus memang disebut Imanuel!
Mat 1:21-23 - “(21) Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka.’ (22) Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: (23) ‘Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel’ - yang berarti: Allah menyertai kita.”.
Bahwa Maria pada saat itu masih perawan bisa terlihat kalau saudara membaca Mat 1 itu mulai ay 18-nya.
Mat 1:18-20 - “(18) Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibuNya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. (19) Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. (20) Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: ‘Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.”.
Bdk. Luk 1:30-35 - “(30) Kata malaikat itu kepadanya: ‘Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. (31) Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. (32) Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepadaNya takhta Daud, bapa leluhurNya, (33) dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan KerajaanNya tidak akan berkesudahan.’ (34) Kata Maria kepada malaikat itu: ‘Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?’ (35) Jawab malaikat itu kepadanya: ‘Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.”.
===============Lanjutan kata-kata ES================
Makanya bapa, ibu, saudara-saudara sekalian kalau dikatakan: wah itu mah alegori, Pak Eras, itu keluar konteks – raja Babel, raja Tirus kok diambil untuk Lucifer, saya bilang omelin tuh Matius, omelin dia! Karena Pak Eras beda sama Matius, apanya beda? Namanya beda. Tapi dia punya Roh Kudus dan aku juga punya Roh Kudus. Jadi kau menyamakan? Ya terserah situ menilainya sebab saya diberkati dari kebenaran ini.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Dalam pelajaran yang lalu sudah saya jelaskan bahwa Matius bisa mengambil Hos 11:1, karena ‘Israel’ dalam Hos 11:1 itu memang adalah TYPE dari Yesus dalam Mat 2:15. Sedangkan Yes 14 maupun Yeh 28 bukan TYPE.
Semua TYPE menunjuk ke depan! Yang tak setuju dengan saya, saya tantang: Carikan saya satu TYPE saja yang menunjuk ke belakang! Kalau ada satu saja, saya akan terima penafsiran ES.
2) Jadi Matius memang benar; ada apa kita harus omelin dia? Saya mending omelin ES saja!
3) Matius dan ES punya Roh Kudus yang sama? Terus terang saya sangat, sangat meragukannya. Kalau Matius dan saya, Roh Kudusnya sama.
Bahwa tak semua pendeta / pemberita firman mempunyai Roh Kudus yang sama, bisa terlihat dari ayat ini!
2Kor 11:4 - “Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima.”.
===============Lanjutan kata-kata ES================
Sebab kalau saya tidak menemukan kebenaran dari Yehezkiel 28 dan Yesaya 14, saya tidak bisa menemukan corpus delicti! Saya tidak menemukan corpus delicti, saya tidak tahu untuk apa jadi Kristen!
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Urusan nama Iblis dan kejatuhannya, kalau ini tidak bisa ditemukan dari Yes 14 dan Yeh 28, maka ES tidak bisa mendapatkan ajaran tentang Corpus Delicti.
Makin terlihat bagi saya, bahwa ES memaksakan penafsiran dari Yes 14 dan Yeh 28 untuk bisa mengeluarkan ajaran tentang Corpus Delicti! Dengan menggunakan EISEGESIS jadilah!
Apakah ES tidak pernah mau memikirkan kemungkinan bahwa ajarannya tentang Corpus Delicti itu memang salah sama sekali, karena memang tidak ada dasarnya? Bukankah memilih pilihan seperti itu lebih baik dari pada memaksakan Yes 14 dan Yeh 28 pada arti yang sebetulnya sama sekali tidak ada dalam textnya?
2) Dan kalau ES tidak menemukan Corpus Delicti, ia tidak tahu untuk apa menjadi orang Kristen!?!? Betul-betul ajaib! Setahu saya tak ada pengajar lain selama 2000 tahun lebih ini yang percaya dan mengajarkan Corpus Delicti, termasuk saya, tetapi kami semua tahu untuk apa menjadi orang Kristen!
===============Lanjutan kata-kata ES================
Ternyata jadi Kristen harus jadi corpus delicti, sempurna seperti Tuhan Yesus dengan tujuan mengakhiri pekerjaan iblis. Jika jumlah corpus delicti cukup, Tuhan akan datang kembali. Maka Alkitab mengatakan kamu mempercepat kedatangan Tuhan (2Pet 3:12). Naaa … komprehensif kan? Itu nanti kita akan bahas pada waktu yang tepat.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
Ajaran ES tentang Corpus Delicti memang belum saya bahas. Saudara mungkin semuanya tak tahu apa itu ajaran ES tentang Corpus Delicti. Ringkasnya, pada waktu Iblis jatuh, Allah harus membuktikan kesalahan Iblis, dengan menunjukkan adanya pembanding yang hidupnya taat / suci / sempurna. Sebetulnya, menurut ES, Adam diciptakan untuk tujuan itu. Tetapi Adam jatuh, dan gagal menjadi Corpus Delicti. Lalu Yesus menjadi manusia, dan Ia hidup suci / sempurna sehingga menjadi Corpus Delicti. ES berkata orang Kristen juga harus hidup suci / sempurna supaya menjadi Corpus Delicti, dan menjadi bukti bahwa Iblis itu bersalah! Dan di sini ES berkata kalau jumlah Corpus Delicti sudah cukup, maka Tuhan akan datang kembali, dan itu ia anggap sebagai ‘mempercepat kedatangan hari Tuhan’ (2Pet 3:12). Ada beberapa hal yang akan saya berikan sebagai jawaban dalam bagian ini:
1) Bukankah Yesus sudah hidup suci murni / sempurna dan karena itu sudah menjadi Corpus Delicti? ES sendiri mengatakan hal itu. Lalu mengapa ini belum cukup untuk menyalahkan Iblis??? Mengapa masih dibutuhkan orang-orang Kristen untuk menjadi suci / sempurna, sehingga menjadi Corpus Delicti lagi? Dan JUMLAHNYA HARUS CUKUP?? Cukup itu berapa??? Dan apa dasar Alkitabnya untuk jumlah cukup ini??? Lucu juga untuk membuktikan kesalahan Iblis, Allah harus punya BANYAK SEKALI bukti!!!
Manusia butuh bukti untuk menyalahkan orang, karena manusia tidak maha tahu. Tetapi Allah maha tahu! Kemaha-tahuan Allah menyebabkan Ia tidak perlu bukti. Apapun kesalahan Iblis, apakah jadi sombong atau memberontak, dan apa motivasi / alasan Iblis sehingga menjadi sombong / memberontak dsb, itu pasti diketahui oleh Allah, dan karena itu Ia tidak butuh bukti apapun!
2) ES berkata, kalau jumlah Corpus Delicti sudah cukup, Yesus akan datang kembali. Karena itu orang Kristen dikatakan ‘mempercepat kedatangan Tuhan’.
ES tidak memberi ayatnya, saya yang memberi ayatnya di sini.
2Pet 3:11-12 - “(11) Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup (12) yaitu kamu yang menantikan dan MEMPERCEPAT kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya.”.
a) Bagaimana kalau orang Kristen hidup kurang suci semua? Maka Yesus tak datang-datang kembali? Jadi kedatangan Yesus yang kedua itu tergantung kepada kita?? Bukan tergantung kepada Allah? Bagi saya, Allah yang tergantung kepada manusia, bukanlah Allah!
b) Kedatangan Yesus yang kedua itu sudah ditentukan!!
Kis 17:31 - “Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukanNya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati.’”.
Hari penghakiman tidak perlu dibedakan dari hari kedatangan Yesus yang kedua-kalinya, karena Ia datang kedua-kalinya memang untuk menghakimi.
Dan Kis 17:31 mengatakan bahwa hari itu sudah ditetapkan oleh Tuhan! Ada orang-orang bodoh yang percaya kalau ketetapan Allah, atau rencana Allah, bisa gagal / berubah! Ini tidak Alkitabiah! Bandingkan dengan ayat di bawah ini:
Ayub 42:1-2 - “(1) Maka jawab Ayub kepada TUHAN: (2) ‘Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan TIDAK ADA RENCANAMU YANG GAGAL.”.
c) Saya beri satu argumentasi lagi: Allah tahu kapan hari kedatangan Kristus yang keduakalinya itu!
Mat 24:36 - “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri.’”.
Catatan:
1. Kontext menunjukkan bahwa ‘hari’ yang dibicarakan adalah ‘hari kedatangan Yesus yang kedua-kalinya’!
2. Anak tak tahu, karena Ia ditinjau sebagai manusia! Sebagai Allah Ia tentu tahu.
Sekarang kalau Bapa tahu kapan hari Tuhan itu, saya bertanya: ‘Bisakah pengetahuanNya salah, sehingga ternyata Yesus datang kedua-kalinya bukan pada hari yang diketahui Bapa itu?’ Kalau ini bisa terjadi, Bapa itu salah tahu, dan Ia tidak maha tahu! Dan kalau demikian, Ia bukan Allah!
Kalau pengetahuan Bapa itu tidak mungkin salah, seperti yang dipercayai oleh semua orang yang waras, maka hari itu sudah fixed / tertentu, yaitu sebagaimana yang Bapa tahu. Misalnya, kalau Bapa tahu Yesus akan datang kembali pada tanggal 10 Desember tahun 2090, maka Yesus pasti akan datang pada hari itu! Bahkan jam, menit, dan detiknyapun Allah tahu, sehingga itu pasti terjadi sesuai bukan hanya dengan hari yang Ia ketahui, tetapi juga dengan jam, menit dan detiknya!
Jadi, bisakah kita mempercepat, atau memperlambat, kedatangan Yesus yang kedua-kalinya? MUSTAHIL!
d) Bahkan, kalau kita melihat kontext dari 2Pet 3:11-12 itu, maka terlihat bahwa kedatangan Yesus yang kedua-kalinya itu bukannya ditunda.
2Pet 3:3-10 - “(3) Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. (4) Kata mereka: ‘Di manakah janji tentang kedatanganNya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.’ (5) Mereka sengaja tidak mau tahu, bahwa oleh firman Allah langit telah ada sejak dahulu, dan juga bumi yang berasal dari air dan oleh air, (6) dan bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah. (7) Tetapi oleh firman itu juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik. (8) Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari. (9) Tuhan tidak lalai menepati janjiNya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. (10) Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.”.
Petrus membantah ejekan-ejekan yang mengatakan Tuhan lalai menepati janjiNya, dalam kenyataannya Yesus tidak datang-datang! Ay 8b menunjukkan bahwa Tuhan ada di atas waktu, sehingga apa yang lama bagi kita hanya sangat singkat bagi Dia. Dan dalam ay 9a, Petrus memastikan bahwa Tuhan tidak lalai menepati janji kedatangan Yesus yang kedua-kalinya itu!
BACA JUGA: PEMILIHAN TANPA SYARAT/UNCONDITIONAL ELECTION, SANGGAHANNYA dan JAWABAN
adi, bagaimana orang Kristen bisa betul-betul ‘mempercepat’, atau ‘memperlambat’ kedatangan Kristus yang keduakalinya??? Mustahil!
e) Lalu mengapa 2Pet 2:11-12 di atas seolah-olah berkata demikian?
Jawaban saya: ayat itu berbicara hanya dari sudut pandang manusia. Dari sudut pandang manusia, kelihatannya kedatangan Kristus yang keduakalinya bisa ditunda atau dipercepat. Tetapi dari sudut pandang Allah, itu mustahil. Dia akan datang sesuai dengan penentuan Allah!
Kalau kita tak mau menerima jawaban ini, akan terjadi tabrakan dalam ayat-ayat Alkitab ini. Dan penafsiran orang waras bukan menabrakkan ayat-ayat Alkitab, tetapi mengharmoniskan ayat-ayat dalam seluruh Alkitab!
3) Pada bagian akhir dari kutipan kata-kata ES di atas, ia berkata kalau ajarannya komprehensif.
ES jelas tak mempersoalkan ayat-ayat yang menunjukkan bahwa hari kedatangan Kristus yang keduakalinya itu sudah ditetapkan. Jadi, bagaimana ajaran seperti ini bisa disebut komprehensif?? Mengclaim itu mudah. Seadanya orang bisa mengclaim. Tapi butuh orang yang benar, banyak belajar dan cerdas, untuk membuktikan claimnya!
===============Lanjutan kata-kata ES================
Jadi soal pungut memungut dan kutip mengutip alkitab, orang harus super hati-hati, tetapi yang satu (ES mengetuk papan) ini tidak bisa dihindari. Tidak bisa dihindari. Nah DI DALAM BUKU YANG NANTI ANDA MILIKI, SAYA MEMBERIKAN BEBERAPA CONTOH, saudaraku sekalian. Tapi ini contoh yang saya pungut, supaya waktu kita juga bisa hemat, ini Yehezkiel, berapa tadi, 28, Yesaya 14. Ini (ES melingkari Yehezkiel di papan) menjadi tipologi dari Lucifer. Tipologi. Ya tapi jangan main pungut, buang yang lain. Matius juga begitu, Bro, dan banyak ayat alkitab lain juga begitu. Dia pungut satu ayat, dia lepas dari kontextnya. Itu Alkitab, Pak?! Roh Kudusnya sama dan hanya satu-satunya yang saya pungut ini. Nggak ada yang saya berani pungut KECUALI SATU INI karena tidak ada data-data yang begitu hebat di dalam Alkitab yang menunjuk makhluk surgawi kecuali Yesaya dan Yehezkiel. Amin.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
Sebentar ES katakan ini SATU-SATUNYA dimana ia berani tafsir ayat out of context (padahal Yeh 28 dan Yes 14 itu kan dua, jadi bukan satu-satunya), tetapi di bagian lain katanya ada BEBERAPA CONTOH lain. Berulangkali ES menabrak kata-katanya sendiri! Inikah yang ia katakan sebagai ‘cerdas’?
===============Lanjutan kata-kata ES================
Sebenarnya sulit mengatakan bahwa Yesaya 14, ayat 12 sampai 19 adalah tipologi dari iblis yang jatuh. Tetapi ada beberapa petunjuk yang mengarahkan kita kepada pembuktian bahwa raja Babel ini bukan hanya secara histori menunjuk raja yang berkuasa di Babel pada waktu itu tetapi juga personifikasi dari Lucifer.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
Kalau dalam bagian yang lalu ES sebentar menggunakan istilah ‘alegori’ dan sebentar ‘tipologi’ untuk Yes 14 dan Yeh 28, maka sekarang ES menggunakan istilah baru, yaitu ‘personifikasi’!! Yang benar yang mana???? Inikah yang ES sebut ‘cerdas’???
Sepanjang yang saya tahu istilah ‘personifikasi’ artinya adalah penggambaran yang bukan person / pribadi sebagai person / pribadi! Saya beri satu contoh saja.
Amsal 1:20-24 - “(20) Hikmat berseru nyaring di jalan-jalan, di lapangan-lapangan ia memperdengarkan suaranya, (21) di atas tembok-tembok ia berseru-seru, di depan pintu-pintu gerbang kota ia mengucapkan kata-katanya. (22) ‘Berapa lama lagi, hai orang yang tak berpengalaman, kamu masih cinta kepada keadaanmu itu, pencemooh masih gemar kepada cemooh, dan orang bebal benci kepada pengetahuan? (23) Berpalinglah kamu kepada teguranku! Sesungguhnya, aku hendak mencurahkan isi hatiku kepadamu dan memberitahukan perkataanku kepadamu. (24) Oleh karena kamu menolak ketika aku memanggil, dan tidak ada orang yang menghiraukan ketika aku mengulurkan tanganku,”.
Ini bisa dibaca terus sampai akhir pasal, tetapi saya kira tak perlu. Ini personifikasi! Karena ‘hikmat’ jelas bukan person / pribadi, tetapi digambarkan sebagai person / pribadi.
Adam Clarke (tentang Amsal 1:20): “‘Wisdom crieth.’ Here wisdom is again personified,” [= ‘Hikmat berseru’. Di sini hikmat dipersonifikasikan lagi,].
Barnes’ Notes (tentang Amsal 1:20): “Wisdom is personified.” [= Hikmat dipersonifikasikan.].
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Amsal 1:20): “Wisdom is again personified” [= Hikmat dipersonifikasikan lagi].
Lha kalau Raja Babel dan raja Tirus, mereka berdua memang adalah ‘persons’ / ‘pribadi-pribadi’! Lalu Iblis, yang ES sebut Lucifer, juga adalah ‘person’ / ‘pribadi’. Jadi, bagaimana person / pribadi merupakan personifikasi dari person / pribadi??? Ini omongan apa??? Cerdas?
===============Lanjutan kata-kata ES================
Harus diakui bahwa dalam menafsirkan sebagian Alkitab, kitab Yesaya khususnya dan mengenakan sebagai tipologi Lucifer merupakan hal yang sangat rawan dan rentan. Saya sangat menyadari. Tetapi sukar kita menghindarinya sebab apa yang ditulis Yesaya tersebut memang sangat kuat menunjuk pada oknum Lucifer yang jatuh. Untuk itu kita harus sungguh-sungguh memperkarakan di hadapan Tuhan.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
Bagi saya tak sukar untuk menghindari, karena saya yakin kalau kita tidak menghindarinya, maka kita akan jatuh pada penafsiran yang salah. Dan saya tidak berusaha menemukan ajaran apapun yang memang sebetulnya tak diajarkan dalam Alkitab.
===============Lanjutan kata-kata ES================
Bapak, Ibu yang sudah mengikuti kotbah saya, yang sekarang judulnya sudah lebih dari 1600, itu belum yang tidak terekam, ya saudara.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
Kok bisa tahu-tahu nyelonong ke sini itu bagaimana? Apa gunanya point ini kok tahu-tahu dibicarakan di sini?? Apakah karena sudah khotbah dengan 1600 topik lalu penafsirannya pasti benar? Andaikatapun sudah 1 juta topik, yang salah tetap salah!
===============Lanjutan kata-kata ES================
Saudara mengerti bahwa saya tidak mudah mengikuti ajaran yang sudah ada. Saya sangat independence. Jadi kalau saya memandang Yesaya 14:12-19 ini menunjuk oknum iblis yang jatuh, Lucifer, itu bukan karena saya ikut-ikutan, memang sudah ada penafsiran sebagian pendeta begitu. Tetapi saya mengeksplorasi sendiri. (MENIT 40) Buku yang saya tulis ini tidak mengacu kepada buku mana pun. Kalau kebetulan ada sama, pasti kebetulan sama, tapi saya yakin tidak ada atau belum ada. Sebab saya hanya melihat alkitab dan bahasa asli lalu menulis, tidak ada referensi buku mana pun, hanya tentu dasar teologia yang telah saya miliki, itu dari banyak buku. Tapi soal Lucifer sendiri hampir tidak ada buku dogmatika yang menulis Lucifer, nggak ada. Hampir.
==============================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Mengapa dulu pakai buku referensi, tetapi dalam hal ini tidak? Apakah karena merasa sudah pintar, sehingga bisa menafsir sendiri? Saya ingin saudara lihat ayat ini:
Amsal 19:27 - “Hai anakku, jangan lagi mendengarkan didikan, kalau engkau menyimpang juga dari perkataan-perkataan yang memberi pengetahuan.”.
RSV: “Cease, my son, to hear instruction only to stray from the words of knowledge.” [= Berhentilah, anakku, untuk mendengar ajaran hanya untuk menyimpang dari kata-kata pengetahuan]. RSV kurang lebih sama dengan LAI.
KJV: “Cease, my son, to hear the instruction that causeth to err from the words of knowledge” [= Berhentilah, anakku, untuk mendengar ajaran yang menyebabkan kita menyimpang dari kata-kata pengetahuan].
Catatan: dalam Alkitab KJV fisik kata-kata ‘that causeth’ [= yang menyebabkan] dicetak dengan huruf miring, yang menandakan bahwa kata-kata itu tak ada dalam bahasa aslinya. NKJV mengubah terjemahan KJV dan menterjemahkan sama dengan NIV.
NKJV/NIV: “Stop listening to instruction, my son, and you will stray from the words of knowledge” [= Berhentilah mendengar instruksi, anakku, dan engkau akan tersesat dari kata-kata pengetahuan].
NASB: “Cease listening, my son, to discipline, and you will stray from the words of knowledge” [= Berhentilah mendengar, anakku, pada disiplin, dan engkau akan tersesat dari kata-kata pengetahuan].
Para penafsir yang saya baca terbagi dua, sebagian mengambil arti yang diberikan oleh KJV, dan sebagian mengambil arti yang diberikan oleh LAI/RSV (sama juga dengan ASV).
Tetapi dosen saya (Richard Pratt) pernah berkata kalau ada versi yang menterjemahkan seperti itu, itu karena memang bisa diterjemahkan seperti itu. Apalagi dalam hal ini ada beberapa terjemahan yang menterjemahkan seperti NIV/NASB/NKJV.
Kalau kita mengambil terjemahan ini, maka ayat ini menjamin, bahwa kalau seseorang berhenti belajar firman, ia akan tersesat! Tidak ada orang sekuat apapun yang tidak butuh makanan. Tidak ada orang sehebat apapun pengetahuan Alkitabnya, yang tidak butuh belajar firman! Yang berhenti belajar firman, akan sesat!
2) Saya setuju kalau ES sangat independent dalam hal ini, karena ajaran ES tentang Lucifer sebagai Anak Allah yang kedua (Yesus Anak Allah yang pertama, Adam yang ketiga), saya tidak pernah baca atau dengar dimanapun. Demikian juga beberapa ajaran ES yang lain, seperti:
a) Ajarannya tentang Corpus Delicti.
b) Ajarannya tentang adanya dua jenis ‘keselamatan’ (yang pertama sekedar lepas dari neraka dan masuk surga; yang kedua adalah orang yang kembali pada rancangan Allah yang semula, menjadi orang Kristen yang suci / sempurna / Corpus Delicti).
c) Ajarannya bahwa ada 3 anak Allah, yaitu Yesus, Lucifer / Iblis, dan Adam.
d) Ajarannya yang mendefinisikan ‘keselamatan’ sebagai ‘kembali pada rancangan Allah yang semula’.
e) Ajarannya tentang kemungkinan adanya pernikahan di surga (ES tak memastikan tetapi membuka kemungkinan adanya hal itu).
f) Dan sebagainya.
Semua ini merupakan ajaran-ajaran ‘baru’ yang hanya ada dalam ajaran ES dan kalangannya! Setidaknya, saya tidak pernah membaca, atau mendengar, ada orang dimanapun dan kapanpun, yang juga percaya dan mengajarkan ajaran-ajaran ini!
Mestinya ajaran yang NYELENEH SENDIRIAN, harus sedikitnya dicurigai! Apakah bapa-bapa Gereja, orang-orang Kristen, hamba-hamba Tuhan selama 2000 tahun ini salah, buta, bodoh dan sesat semua, dan hanya ES yang benar??? PIKIRKAN INI!!!
Ini sama seperti Toronto Blessing, Penginjilan terhadap orang mati, Yahweh-isme, dan sebagainya. Baru keluar pada abad 20-21 dan tahu-tahu mengclaim diri sebagai benar! Semua kecap no 1, bahkan kalau itu sebetulnya racun!
===============Lanjutan kata-kata ES================
Untuk itu kita sungguh-sungguh memperhatikan, saudara-saudaraku sekalian Yesaya 14:12-19 ini, yang memang terkesan ini alegori. Tapi alegori itu tidak mutlak harus salah karena alkitabpun sejak alkitab Perjanjian Barupun memuat hal-hal yang sebenarnya kalau jujur, itu alegori. Raja Babel yang dimaksud ini raja Babel yang bernama Nebukadnezar yang kedua. Yang memerintah tahun 605 sebelum Masehi sampai 562. Kemungkinan inilah raja yang menawan penduduk Yehuda atau menaklukkan Yehuda pada tahun 586 sebelum Masehi. KITA MENGAMBIL SECARA PARSIAL bagian yang memuat pesan Tuhan mengenai oknum Lucifer dari Yesaya pasal 14 ini. TAPI KITA TIDAK MELIHAT KESELURUHAN DARI PASAL-PASAL SEBELUM DAN SESUDAHNYA, BAHKAN AYAT SEBELUM DAN SESUDAHNYA. Kita tentu juga tidak melihat bagaimana Nebukadnezar akhirnya ditaklukkan oleh Media dan Persia tahun 539 sebelum Masehi, itu sekitar 50 tahun setelah Nebukadnezar mengalahkan Yehuda, Media Persia kemudian mengalahkan Babel. Jadi kita tidak melihat seluruh kehidupan raja Babel sebagai tipologi dari Lucifer.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
Perhatikan kata-kata ES yang saya cetak dengan huruf besar dan warna biru itu.
Saya tulis ulang di sini: “KITA MENGAMBIL SECARA PARSIAL bagian yang memuat pesan Tuhan mengenai oknum Lucifer dari Yesaya pasal 14 ini. TAPI KITA TIDAK MELIHAT KESELURUHAN DARI PASAL-PASAL SEBELUM DAN SESUDAHNYA, BAHKAN AYAT SEBELUM DAN SESUDAHNYA.”.
Bukankah tadi ES bilang harus ‘mendalami SELURUH PERIKOP’??? Lalu yang mana yang benar dari kata-katanya???? Bicara kontradiksi berulang-ulang seperti ini; itukah yang ia sebut sebagai ‘cerdas’???
===============Lanjutan kata-kata ES================
Sama seperti Matius 2:15 dia memungut satu ayat dari Hosea 11:1 tapi tidak membahas seluruh pasal Hosea pasal 11 itu. Tuhan mewahyukan sejarah oknum Lucifer dari sebagian sejarah raja Babel dan sekali lagi tipologi ini bisa kita lakukan hanya sangat terbatas. Sepanjang saya ingat hanya ini yang saya berani tafsirkan secara tipologi dengan mengambil satu paragraph lepas dari konteks-nya.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
Betul-betul cara khotbah yang bertele-tele. Mengulang lagi ke Mat 2:15 dan Hos 11:1??? Bicara typologi lagi??? Astaga!!!
Yesaya 14:4 tertulis: maka Engkau akan memperdengarkan ejekan ini tentang raja Babel. Ejekan. Ketika ada orang menulis bahwa Erastus ngerti nggak bahwa itu ejekan. Oke. Kata ejekan masal, masal dalam bahasa aslinya. (ES menulis di papan) Masal. Kata ejekan masal ini, saudaraku, ini sebenarnya juga bisa berarti nasihat, tegoran, peringatan. Kata amsal juga diterjemahkan masal, amsal. Nah saya tidak tahu mengapa di dalam bahasa kita ini digunakan kata ejekan. Sebenarnya kalau untuk kata ejekan digunakan dua kata yang lain yaitu hathal dan laaB. Hathal dan laaB (ES menulis di papan). Kalau untuk kata ejekan mestinya itu kata ini hathal dan laaB. Sedangkan untuk ini mestinya bukan ejekan, lebih berarti peringatan. Bisa berarti amsal, proverb; bukan mock, scornfully, sebab kalau mock scorn itu lebih, ya…lebih baik dari kata hathal atau laaB. (MENIT 45) Jadi ketika ada orang mengkritik saya, itu kan kata ejekan. O ya sudah you belajar dulu bahasa Ibrani.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Mari kita melihat kata-kata bahasa Ibrani yang diberikan oleh ES.
a) HATHAL muncul misalnya dalam Ayub 13:9.
Ayub 13:9 - “Apakah baik, kalau Ia memeriksa kamu? Dapatkah kamu menipu Dia seperti menipu manusia?”.
KJV: ‘Is it good that he should search you out? or as one man mocketh another, do ye so mock him?’ [= Apakah baik kalau Ia memeriksa kamu? atau seperti seseorang mengejek yang lain, apakah kamu mengejek Dia begitu?].
Menurut Bible Works, kata ini bisa diterjemahkan ‘mock’ [= mengejek] seperti dalam KJV, dan ‘deceive’ [= menipu], seperti dalam terjemahan LAI.
b) LAAB muncul dalam 2Taw 36:16.
2Taw 36:16 - “Tetapi mereka mengolok-olok utusan-utusan Allah itu, menghina segala firmanNya, dan mengejek nabi-nabiNya. Oleh sebab itu murka TUHAN bangkit terhadap umatNya, sehingga tidak mungkin lagi pemulihan.”.
KJV: ‘mocked’ [= mengejek].
Menurut Bible Works, kata ini berarti ‘joke’ [= menggoda / membuat lelucon] atau ‘jest’ [= menggoda].
c) Sekarang bagaimana dengan kata MASAL dalam Yes 14:4??
1. Kata Ibraninya seharusnya adalah MASHAL, bukan MASAL. ES selalu mengacaukan huruf Ibrani Sheen (שׁ ) dan Seen (שׂ ).
2. Mari kita lihat dan bandingkan macam-macam terjemahan dari Yes 14:4 ini.
Yes 14:4 - “maka engkau akan memperdengarkan ejekan ini tentang raja Babel, dan berkata: ‘Wah, sudah berakhir si penindas sudah berakhir orang lalim!”.
KJV/NKJV: ‘proverb’ [= amsal].
ASV: ‘parable’ [= perumpamaan].
YLT: ‘simile’ [= tamsil / kiasan].
RSV/NIV/NASB: ‘taunt’ [= ejekan / hinaan].
Jadi, dilihat dari macam-macam terjemahan, jelas kata itu memang bisa diartikan ‘ejekan’! Memang ES lebih pintar bahasa Ibrani dari para penterjemah dari RSV/NIV/NASB???
3. Dalam Bible Works, kalau kita letakkan kursor di kata ‘proverb’ dalam KJV, maka akan muncul bermacam-macam arti, yaitu ‘proverb’ [= amsal], ‘parable’ [= perumpamaan], ‘aphorism’ [= pernyataan kebenaran yang singkat], ‘byword’ [= kata atau ungkapan yang sering dipakai / amsal / obyek ejekan], ‘similitude’ [= kemiripan / kiasan / alegori / perumpamaan].
Sedangkan kalau kursos diletakkan pada kata Ibrani MASHAL itu, akan muncul arti-arti ini: ‘saying’ [= pepatah / peribahasa], ‘proverb’ [= amsal], ‘warning’ [= peringatan], ‘simile’ [= tamsil / kiasan], ‘mocking song’ [= nyanyian ejekan]. Dan untuk yang terakhir ini diberi ayatnya, yaitu Mikha 2:4.
Mikha 2:4 - “Pada hari itu orang akan melontarkan sindiran tentang kamu dan akan memperdengarkan suatu ratapan dan akan berkata: ‘Kita telah dihancurluluhkan! Bagian warisan bangsaku telah diukur dengan tali, dan tidak ada orang yang mengembalikannya, ladang-ladang kita dibagikan kepada orang-orang yang menawan kita.’”.
KJV/ASV: ‘parable’ [= perumpamaan].
NKJV: ‘proverb’ [= amsal].
YLT: ‘simile’ [= tamsil / kiasan].
RSV: ‘taunt song’ [= nyanyian ejekan / hinaan].
NIV/NASB: ‘taunt’ [= ejekan / hinaan].
4. Kesimpulan saya: kata MASHAL memang bisa berarti ‘ejekan’! Bahwa kata itu mempunyai arti-arti lain, memang juga benar. Tetapi kalau kata itu mempunyai banyak arti, lalu apa alasan yang mengharuskan kita untuk mengambil arti yang dipilih oleh ES???
2) Terhadap kata-kata ES “O ya sudah you belajar dulu bahasa Ibrani.”, saya jawab, “Saya sudah belajar, dan hasilnya tetap sama.”. Memangnya hanya dia yang belajar bahasa Ibrani?
Saya bahkan tidak percaya ES betul-betul pintar bahasa Ibrani, tetapi seandainya ia memang pintar bahasa Ibrani, itu tidak menjamin tafsirannya pasti benar!
3) Kalaupun terjemahan ‘ejeken’ itu diganti dengan ‘peringatan’ atau ‘nasehat’ dan sebagainya, maka tetap saja itu tak akan mengubah arti dari text Yes 14 ini, dalam hubungannya dengan Lucifer sebagai nama dari Iblis!
Apakah ay 4 itu merupakan ‘ejekan’ atau ‘peringatan’ atau ‘nasehat’, tidak ada hubungannya dengan rumus-rumus Hermeneutics yang harus digunakan dalam menafsirkan apakah Lucifer dalam ay 12 itu memang menunjuk kepada Iblis atau bukan. Dan bagi saya, itu tetap menunjuk kepada raja Babel, bukan kepada Iblis.
JADI SEMUA PENJELASAN ES DI SINI TIDAK PUNYA POINT / kekuatan argumentasi SAMA SEKALI, dan TIDAK ADA GUNANYA SAMA SEKALI DALAM MENDUKUNG PANDANGANNYA BAHWA LUCIFER MERUPAKAN NAMA DARI IBLIS!!!
4) Dalam pelajaran yang lalu, kita melihat bahwa ES menyuruh melihat SELURUH perikop.
Tetapi di sini ia hanya melihat ay 4nya, dan lalu kembali ke ay 12. Sama sekali tak ada pembahasan seluruh perikop, dan pembahasan bahasa asli (Ibrani) dari ay 4nyapun tak ada gunanya sama sekali!
===============Lanjutan kata-kata ES================
Makanya stress juga kalau terjemahan bahasa Indonesia. Kita kadang-kadang juga hmm … (ES menghela nafas) berat, seperti ‘kebenaran’ diterjemahkan ‘harta yang sesungguhnya’ (Luk 16:11). Nanti satu kata diterjemahkan ‘kelegaan’ kata yang berikutnya, sama ini anapouso, diterjemahkan ‘ketenangan jiwa’ (Mat 11:28-29). Ini kan kalo orang mengerti bahasa asli alkitab jadi sulit, saudaraku.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
Ini lagi-lagi nyelonong ke tempat-tempat lain, yang sama sekali tak ada perlunya / gunanya. Dalam Luk 16:11 dan Mat 11:28-29 LAI memang salah terjemahan. Tetapi itu tidak berarti bahwa dalam Yes 14:4 LAI juga salah! Dan sudah saya tunjukkan bahwa kalaupun dalam Yes 14:4 itu terjemahan LAI salah, itu tidak mengubah apapun! Lucifer tetap tidak bisa dianggap sebagai nama Iblis!
===============Lanjutan kata-kata ES================
Memang bab-bab berikut, maksudnya pasal-pasal berikut di dalam Yesaya, ada ejekan-ejekan terhadap kesombongan raja Babel. Wah engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur Putra Fajar. Engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai mengalahkan bangsa-bangsa. Sebenarnya saudaraku sekalian, kalau ini dikatakan ejekan bukan tidak bisa, bisa tapi saya sudah mengatakan tadi untuk ejekan lebih, lebih ya… ke arah…mestinya menggunakan kata hathal dan laab bukan masal.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
1) ES bicara tentang pasal-pasal berikut, tetapi yang dikutip kembali adalah Yes 14:12. Ini kan lucu??
Di sini ES mengakui bahwa MASHAL memang bisa berarti ‘ejekan’! Dia berkata “Sebenarnya saudaraku sekalian, kalau ini dikatakan ejekan bukan tidak bisa, bisa tapi saya sudah mengatakan tadi untuk ejekan lebih, lebih ya… ke arah…mestinya menggunakan kata hathal dan laab bukan masal”.
Kalau bisa, ya bisa. jangan ditambahi lagi seharusnya kalau ‘ejekan’ pakai hathal atau laab. Memangnya dia siapa mau mendikte para penulis Alkitab?
2) Pasal-pasal berikut sama sekali bukan tentang raja Babel! Yes 15-16 tentang Moab, Yes 17 tentang Damsyik, Yes 18 tentang negeri-negeri di seberang sungai-sungai Etiopia, Yes 19 tentang Mesir! Mari kita lihat bersama-sama (periksa melalui E-Sword).
===============Lanjutan kata-kata ES================
Wah engkau sudah jatuh dari langit Bintang Timur Putra fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi hai yang mengalahkan bangsa-bangsa. Kata “wah!” ... ini semua kan bisa mengesankan kurang serius, tapi ndak papa ya.. kalau kita sudah menemukan kata masal sudah cukup, saudara-saudara.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
Saya tak mengerti apa maksudnya omongan ES di sini. Kata ‘wah’ bisa mengesankan kurang serius??? Sudah menemukan kata MASAL sudah cukup???? No Comment!!
===============Lanjutan kata-kata ES================
Nah ini saudara ketahui bahwa yang dimaksud di sini adalah HeElel ben Sachar, yang kemudian nanti di terjemahkan dalam bahasa Latin, Lucifer. Lucifer dari kata Lousifur, ini Latin. Kata ini kemudian menjadi kata yang digunakan oleh King James dalam Alkitab, padahal terjemahan aslinya HeElel ben Sachar. HeElel, ini, saya tulis gampangannya saja ya, saudaraku. Kata ini penting, saudaraku, kata HeElel ini penting, saudara, ya. HeElel ben Sachar. Ini, kata ini penting - kata ini penting untuk HeElel ben Sachar ini, maaf ini mesti rata.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Sekarang ES kembali pada Yes 14:12 lagi. Mana pembahasan perikop yang ia bicarakan?
2) ES mengatakan “Kata ini kemudian menjadi kata yang digunakan oleh King James dalam Alkitab, padahal terjemahan aslinya HeElel ben Sachar.”.
Mungkin ini sekedar merupakan suatu kecerobohan, tetapi tetap saya komentari. Kalau itu terjemahan, maka itu bukan bahasa asli. Kalau bahasa asli, itu bukan terjemahan. Jadi, bagaimana ES bisa mengatakan ‘terjemahan aslinya’??
3) Kata-kata bahasa Ibrani HeElel ben Sachar seharusnya adalah HEYLEL BEN SHAKHAR. Lagi-lagi ini menunjukkan bahwa hanya dalam mentransliterasikan (menuliskan kata-kata Ibrani / Yunani ke dalam huruf-huruf Latin) saja ES berulangkali melakukannya secara kacau balau. Padahal hal ini seharusnya bisa dilakukan oleh orang yang belajar bahasa Ibrani hanya 1 semester saja.
4) Yang diterjemahkan menjadi Lucifer dalam KJV, seharusnya hanya kata Ibrani HEYLEL saja! Sedangkan BEN SHAKHAR diterjemahkan ‘putra fajar’ (LAI), ‘son of the morning’ (KJV), ‘son of the dawn’ (RSV/NIV/NASB).
5) Kata bahasa Latin LUCIFER dikatakan oleh ES sebagai berasal dari kata bahasa Latin LOUSIFUR???
Saya lihat dalam Kamus bahasa Latin (Collins Latin Dictionary), dan saya tidak bisa menemukan kata LOUSIFUR!!!
===============Lanjutan kata-kata ES================
Tidak terlalu jelas apakah nama ini adalah nama sebelum oknum tersebut memberontak atau nama yang diberikan sesudah memberontak. Apakah nama ini sejajar dengan Mikhael, Gabriel. Kalau di dalam…. kitab yang tidak dikanonkan, ada Haniel, Rafael, Rafu (Rachu?), Sariel, Uriel, nama-nama malaikat.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Kalau menurut ES hal ini begitu penting, mengapa bisa tidak jelas???
2) Bagi saya, LUCIFER bukan nama Iblis, baik sebelum, atau sesudah, ia memberontak / jatuh ke dalam dosa.
3) Lagi-lagi ES lari ke hal-hal lain yang sama sekali tak ada hubungannya. Apa urusannya / hubungannya kok tahu-tahu membahas nama-nama malaikat-malaikat, apalagi yang ada dalam kitab-kitab yang tak termasuk kanon??
4) Dan setahu saya, ES tidak menganggap Iblis dulunya adalah malaikat, tetapi ES menganggap Iblis itu dulunya adalah salah satu dari 3 anak Allah!!! Yesus adalah Anak Allah yang pertama, Lucifer yang kedua, dan Adam yang ketiga. Ini pandangan ES. Lalu mengapa sekarang ES membandingkan Lucifer / Iblis dengan malaikat-malaikat???
===============Lanjutan kata-kata ES================
HeElel ben Sachar, dalam bahasa Inggris diterjemahkan Star of the Morning, Son of the Dawn. Kemudian hari kalau ada kata, apa namanya, kata Lucifer, Lousifur ini kata yang muncul ketika Alkitab bahasa Yu ... Ibrani diterjemahkan dalam bahasa Latin yang dikenal sebagai Vulgata. Vulgata. Alkitab bahasa Latin, Vulgata “quomodo cecidisti de caelo lucifer qui mane oriebaris corruisti in terram qui vulnerabas gentes” di situ baru menemukan kata Lucifer dari bahasa Latin ini.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Tadi di atas ES mengatakan bahwa Lucifer diterjemahkan dari bahasa asli HEELEL BEN SACHAR, dan saya katakan itu salah, karena Lucifer merupakan terjemahan hanya dari kata HEYLEL-nya. Sekarang ES mengatakan HEELEL BEN SACHAR, dalam bahasa Inggris diterjemahkan ‘son of the dawn / morning’. Ini salah lagi, karena ‘son of the dawn / morning’ itu adalah terjemahan hanya dari kata-kata bahasa Ibrani BEN SHAKHAR-nya saja.
Saya kira dia sebetulnya mengerti hal ini, hanya saja dia ceroboh dalam menjelaskan. Padahal dia sering mengatakan ‘harus cermat’ dan sebagainya.
2) Apa gunanya ES membacakan seluruh Yes 14:12 dalam bahasa Latin? Apa motivasinya?? Silahkan pikirkan sendiri!
===============Lanjutan kata-kata ES================
(Menit 50) Kata Lucifer - Luc berarti cahaya, fer berarti pembawa, jadi pembawa cahaya. Jadi Lucifer berarti pembawa cahaya atau pembawa terang.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
Lihat dalam Latin Dictionary (Collins Latin Dictionary) di Libronix.
1) ES berkata kata ‘LUC’ berarti ‘cahaya’. Tetapi dalam kamus Latin ini, kata ‘LUC’ tidak ada. Yang ada adalah ‘LUX’ yang artinya ‘light’ [= terang], atau ‘LUCEO’ yang artinya ‘to shine’ [= bersinar].
2) ES berkata kata ‘FER’ berarti ‘pembawa’. Dalam kamus Latin ini, kata ‘FER’ juga tidak ada! Yang ada adalah ‘FERO’, yang artinya ‘to carry’ [= membawa].
Pesan saya:
a) Untuk jemaat: hati-hati pada waktu mendengar pengkhotbah yang menggunakan bahasa-bahasa asli, bahasa Latin dsb!!! Ketidak-akuratan seperti ini, bahkan yang lebih parah dari ini, sering terjadi!
b) Untuk pendeta / pengkhotbah, kalau memang tak menguasai bahasa itu, atau jangan menggunakannya, atau kalau tetap mau menggunakan, cari / pelajari dulu, sehingga tak terjadi hal-hal seperti ini!
===============Lanjutan kata-kata ES================
Apakah ia diciptakan untuk menjadi terang? Kalaupun benar, terang yang bagaimana? Sulit menemukan landasan kuatnya.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
Kalau ini penting mengapa Alkitab tidak menjelaskan sehingga ES tidak tahu?
===============Lanjutan kata-kata ES================
Dalam penjelasan di bagian lain ditunjukkan bahwa Bintang Timur itu menunjuk pada kekuasaan.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Kalau dilihat dalam konkordansi, maka hanya ini ayat-ayat Alkitab yang menggunakan kata-kata ‘bintang Timur’:
a) Yes 14:12 - “‘Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!”.
b) 2Pet 1:19 - “Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu.”.
c) Wah 2:28 - “dan kepadanya akan Kukaruniakan bintang timur.”.
d) Wah 22:16 - “‘Aku, Yesus, telah mengutus malaikatKu untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang.’”.
Rasanya tak ada istilah ‘bintang timur’ dalam ayat manapun, yang artinya ‘kekuasaan’.
Mungkin Wah 2:28 yang ES maksudkan, tetapi saya sendiri tak beranggapan bahwa dalam ayat itu arti dari ‘bintang Timur’ adalah ‘kekuasaan’.
2) Dan seandainya memang istilah ‘bintang timur’ menunjuk pada ‘kekuasaan’, lalu apa gunanya omongan ini? Raja Babel juga mempunyai ‘kekuasaan’! Jadi, kata-kata ES ini sama sekali tak mempunyai kekuatan argumentasi apapun dalam membuktikan bahwa Lucifer adalah nama dari Iblis!
===============Lanjutan kata-kata ES================
Kata Lucifer ini juga diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris crescent moon. Ini yang dikenal dalam bahasa kita, bulan sabit.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
Saya juga tak tahu dari mana kata-kata ES ini berasal. Tak ada kebenarannya sama sekali.
Dalam kamus Latin / Collins Latin Dictionary (Libronix), LUNA = moon, crescent.
===============Lanjutan kata-kata ES================
Dalam Alkitab Perjanjian Lama yang diterjemahkan di dalam bahasa Yunani, yang dikenal (video ini mendadak berhenti, bersambung ke part 2, tetapi tidak nyambung dengan kata-kata ini, karena part 2 membahas Yeh 28).
Sekarang kita kembali pada apa yang dari mulanya kita bahas, yaitu ajaran ES tentang Corpus Delicti.
=================================================
Kita baca ulang bagian awal dari tulisan ES.
=================================================
Pertama-tama saya ingin memberikan suatu ralat.
Dalam session ke 2 ada kesalahan (ini hanya untuk khotbah saya yang masuk ke Youtube, karena yang masuk ke face book sudah saya betulkan). Saya tulis:
Dari link resmi: https://www.youtube.com/watch?v=rRfUWaQRUUw&feature=youtu.be
Seharusnya:
Dari link resmi: http://college.rhemachurch.org.au/topic/menemukan-kekristenan-yang-hilang-05-menjadi-corpus-delicti/
catatan: dalam tulisan ES di bawah ini, yang saya beri warna hijau sudah kita baca pada kali yang lalu. Yang warna hitam, adalah lanjutannya, yang kali yang lalu belum kita baca.
MENEMUKAN KEKRISTENAN YANG HILANG 5 – Menjadi “Corpus Delicti” (By Dr. Erastus Sabdono)
Sebenarnya Betapa Hebat makhluk yang disebut manusia itu. Kehebatannya bukan hanya terletak pada kemampuannya berpikir menciptakan teknologi dan seni budaya, tetapi manusia adalah satu-satunya makhluk di bumi yang diciptakan dengan kemampuan dapat menghormati Tuhan dengan sengaja dan sadar. Menghormati Tuhan artinya melakukan segala sesuatu sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan serta rencana-Nya. Inilah ketaatan yang benar.
Hukum
Allah kita memiliki hukum dalam diri-Nya yang juga merupakan hakekat-Nya yang permanen. Di sini yang dimaksud dengan hukum bukan hanya bertalian dengan peraturan atau syariat, tetapi juga tatanan dan kodrat. Memang hukum tidak selalu berkaitan dengan peraturan. Hukum alam (Latin: lex naturalis) adalah sistem tatanan yang berlaku secara universal sebagai kodrat alami. Ini misalnya mencakup hukum Archimedes, hukum gravitasi universal Newton, dan sebagainya. Hukum yang ada pada Allah lebih mirip dengan sistem tatanan alam tersebut daripada peraturan. Seluruh tindakan Allah selalu berdasarkan hukum yang ada pada-Nya.
Dengan memahami bahwa di dalam diri Allah ada tatanan atau kodrat yang mendasari semua tindakan-Nya maka orang percaya akan menemukan jawaban mengapa Allah menciptakan manusia, mengapa harus ada dua pohon di tengah taman Eden, mengapa Tuhan Yesus harus mati, mengapa Ia kemudian bangkit, dan sebagainya. Hal ini akan membuka pengertian orang percaya terhadap kebenaran Alkitab yang menakjubkan dan membuktikan bahwa Kekristenan memuat kebenaran Allah yang tidak tertandingi.
Allah kita Allah yang tertib (2 Tim. 1:7). Ia memiliki tatanan di dalam diri-Nya, dan Ia juga konsisten dengan apa yang telah ditetapkannya sebagai aturan tersebut. Ia tidak akan pernah bertindak secara sembarangan tanpa tatanan. Di dalam diri-Nya ada tatanan dan Allah bertindak berdasarkan tatanan-Nya yang tentu saja mengekspresikan kebijakan-kebijakan dari kecerdasan-Nya yang tiada batas.
Pelanggaran Iblis
Iblis itu dahulu dikenal sebagai Lucifer, yang kemudian memberontak terhadap Allah.
==========Sekarang bagian yang belum kita baca==========
Mengapa Allah tidak serta-merta membinasakan atau menghukum Lucifer dan para malaikat yang terhasut olehnya untuk memberontak?
Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya. (Wahyu 12:7-9)
Di dalam teks dari kitab Wahyu ini dikatakan bahwa Mikhael dan malaikat-malaikat Allah harus berperang melawan “naga” yang adalah gambaran Lucifer (Iblis) berserta dengan malaikat-malaikatnya. Mengapa bukan Allah sendiri yang bertindak, tetapi para malaikat-Nya yang berperang? Sulit dibantah adanya kesan bahwa iblis tidak mudah ditaklukkan. Ini sebetulnya berkaitan dengan hukum dalam diri Allah.
Pada akhirnya tersingkap bahwa bukan para malaikat yang bisa mengalahkan Iblis, melainkan darah Tuhan Yesus dan perkataan kesaksian mereka yang tidak menyayangkan nyawanya.
Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: “Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita. Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. (Wahyu [12:10]-11)
Karena Allah tidak akan bertindak melanggar hukum atau tatanan akan diri-Nya inilah Lucifer berani melakukan tindakan nekat. Ia pasti memahami integritas Allah ini, sehingga memanfaatkan realitas tersebut untuk mewujudkan keinginannya.
Ini dapat kita simpulkan sebab sangatlah masuk akal kalau dipahami bahwa tidak mungkin Lucifer berani melawan Allah Bapa tanpa alasan yang kuat. Lucifer melihat peluang untuk bisa memenangi perlawanan terhadap Allah, sebab Allah tidak bisa bertindak di luar hukum keadilan-Nya. Lalu Lucifer mencoba mencari kesempatan untuk mendapat keuntungan dari realitas tersebut. Ia membawa dirinya dengan Allah pada suatu “pertarungan”. Ia “berjudi” dengan keputusannya sendiri dan berharap bisa memperoleh apa yang diinginkan, yaitu mengangkat diri sebagai penguasa, menyamai Allah. Mengenai hal ini Alkitab menggambarkannya sebagai berikut:
Engkau tak bercela di dalam tingkah lakumu sejak hari penciptaanmu sampai terdapat kecurangan padamu. Dengan dagangmu yang besar engkau penuh dengan kekerasan dan engkau berbuat dosa. Maka Aku membuang engkau dari gunung Allah dan kerub yang berjaga membinasakan engkau dari tengah batu-batu yang bercahaya. (Yehezkiel [28:15]-16)
Yang dimaksud dengan kecurangan pada diri Lucifer ini adalah upayanya untuk menyamai Tuhan. Ia diciptakan untuk mengabdi kepada Tuhan sepenuhnya, tetapi ternyata ia berdagang. Dalam teks aslinya kata “berdagang” terjemahan dari rekûllâ yang bisa diterjemahkan “berdagang, mengedarkan, atau berjualan”. Ini jelas menunjuk kegiatan mencari keuntungan. Dengan mencari keuntungan maka Lucifer tidak lagi mengabdi kepada Tuhan, tetapi mencoba mencari kemuliaan bagi dirinya sendiri.
Mengapa Allah tidak membinasakan Lucifer saat itu juga ketika ia memberontak? Jawabannya adalah karena tindakan Lucifer tersebut harus dibuktikan telah terjadi dan merupakan tindakan yang salah.
Dalam hal ini - meminjam istilah hukum - dibutuhkan adanya suatu “corpus delicti.” Corpus delicti adalah prinsip bahwa seseorang tidak dapat diadili atau dihukum sebelum ada bukti bahwa kesalahan atau kejahatan telah dilakukan, atau perlu suatu “fakta substansial bahwa suatu kejahatan telah dilakukan”. Fakta ini diteguhkan oleh pernyataan Rasul Paulus di surat kepada jemaat di Roma:
Karena hukum Taurat membangkitkan murka, tetapi di mana tidak ada hukum Taurat, di situ tidak ada juga pelanggaran. (Roma [4:15])
Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat. (Roma [5:13])
Maksud dari ayat-ayat ini adalah, tanpa ada hukum yang diberikan dan diketahui oleh manusia, maka manusia tersebut tidak dapat dihukum atas suatu tindakan yang dilakukannya. Pernyataan ini membuka pikiran kita untuk memahami bahwa Allah bertindak dengan aturan yang sempurna. Itulah sebabnya Ia memberikan hukum Taurat untuk menyatakan bahwa semua manusia telah berbuat dosa.
Kaitannya dengan Lucifer, ia harus dinyatakan bersalah juga melalui pembuktian. Kalau seseorang mencuri mobil, perlu dibuktikan bahwa ada mobil yang hilang. Kalau seseorang membunuh, perlu dibuktikan dengan mayat korban pembunuhan tersebut. Tetapi kesalahan Lucifer adanya di dalam pikirannya, yaitu hendak menyamai Allah. Bagaimana ini dibuktikan? Tentu dengan menunjukkan adanya makhluk ciptaan Allah yang memiliki penghormatan yang benar kepada-Nya.
========Saya potong dulu kata-kata ES di sini==============
Tanggapan Budi Asali:
1) ES mengatakan bahwa kesalahan Lucifer adalah ‘berdagang’, yang ia katakan berasal dari kata bahasa Ibrani REKULLA, yang bisa diterjemahkan ‘berdagang, mengedarkan, berjualan’. Lalu ia katakan “Ini jelas menunjuk kegiatan mencari keuntungan”. Dan ia lalu menerapkan hal ini kepada Lucifer dengan berkata “Dengan mencari keuntungan maka Lucifer tidak lagi mengabdi kepada Tuhan, tetapi mencoba mencari kemuliaan bagi dirinya sendiri.”.
Tanggapan Budi Asali:
a) Dalam pelajaran-pelajaran yang lalu sudah saya buktikan bahwa Yeh 28 (sama seperti Yes 14) tidak bisa menunjuk kepada Iblis. Yes 14 menunjuk kepada raja Babel, dan Yeh 28 menunjuk kepada raja Tirus.
b) Kata Ibrani yang digunakan sebetulnya bukan REKULLA, seperti yang ES katakan, tetapi REKULLAH. Lagi-lagi ES salah dalam mentransliterasikan kata Ibrani.
Menurut Bible Works kata ini merupakan suatu kata benda, dan terjemahannya adalah ‘merchandise’ [= barang dagangan] atau ‘traffic’ [= perdagangan yang tidak sah / melanggar hukum]. Saya tidak mendapatkan arti ‘mengedarkan’ seperti yang dikatakan oleh ES. Tetapi ini tidak terlalu penting.
c) Dalam Yeh 28 itu kata ‘dagang’ muncul 3 x, yaitu dalam ay 5,16,18. Mari kita soroti ayat dimana kata itu muncul untuk pertama-kalinya.
Ay 4-5: “(4) Dengan hikmatmu dan pengertianmu engkau memperoleh kekayaan. Emas dan perak kaukumpulkan dalam perbendaharaanmu. (5) Karena engkau sangat pandai berdagang engkau memperbanyak kekayaanmu, dan karena itu engkau jadi sombong.”.
Ini jelas-jelas bukan menunjuk kepada Iblis tetapi kepada raja Tirus, yang dibicarakan sejak dari Yeh 28:2! Dengan kepandaian berdagang, ia menjadi kaya, dan mempunyai banyak emas dan perak. Dan semua ini yang membuat raja Tirus itu menjadi sombong!
Mari kita cek apakah orang-orang Tirus memang pandai berdagang.
Easton’s Bible Dictionary (dengan entry ‘Tyre’): “The commerce of the whole world was gathered into the warehouses of Tyre. ‘Tyrian merchants were the first who ventured to navigate the Mediterranean waters; ... It afterwards fell under the power of Alexander the Great, after a siege of seven months, but continued to maintain much of its commercial importance till the Christian era. ... ‘The purple dye of Tyre had a worldwide celebrity on account of the durability of its beautiful tints, and its manufacture proved a source of abundant wealth to the inhabitants of that city.’ ... It had two ports still existing, and was of commercial importance in all ages,” [= Perdagangan dari seluruh dunia dikumpulkan ke dalam gudang-gudang Tirus. ‘Pedagang-pedagang Tirus adalah yang pertama-tama yang melakukan usaha bisnis mengarah ke perairan Laut Tengah; ... Itu (Tirus) belakangan jatuh ke bawah kekuasaan dari Alexander yang Agung, setelah suatu pengepungan selama tujuh bulan, tetapi terus mempertahankan banyak dari kepentingan perdagangannya sampai jaman Kristen. ... ‘Warna (untuk mewarnai kain) ungu dari Tirus mempunyai suatu kemasyhuran di seluruh dunia berkenaan dengan sifat tahan lama dari cat / pewarnanya yang indah, dan pembuatan / industrinya memastikan suatu sumber kekayaan bagi penduduk dari kota itu’. ... Itu (Tirus) mempunyai dua pelabuhan yang tetap ada, dan merupakan suatu kepentingan perdagangan dalam semua jaman,].
Nelson’s Bible Dictionary (dengan entry ‘Tyre’): “Hiram I, the ruler of Tyre (980 B.C. - 947 B.C.), apparently began a colony at Tarshish in Spain. He fortified Tyre’s two harbors, one on the north of the city and one on the south. Tyrian ships began to dominate Mediterranean commerce. Their merchants were princes, the honorable of the earth (Isa 23:8). ... The most celebrated product of Tyrian commerce was the famous purple dye made from mollusks found on the shores near Tyre. This dye became a source of great wealth for Tyrians. In addition they produced metal work and glassware, shipping their products to and buying wares from peoples in remote parts of the earth (1 Kings 9:28).” [= Hiram I, penguasa dari Tirus (980-947 SM), rupanya memulai suatu koloni dari Tarsis di Spanyol. Ia memperkuat dua pelabuhan Tirus, satu di utara dari kota itu dan satu di selatan. Kapal-kapal Tirus mulai mendominasi perdagangan di Laut Tengah. Pedagang-pedagang mereka adalah pangeran-pangeran, orang-orang terhormat dari bumi / dunia (Yes 23:8). ... Hasil / produk yang paling terkenal dari perdagangan Tirus, adalah cat / pewarna ungu yang terkenal yang dibuat dari kerang-kerangan yang didapatkan di pantai-pantai dekat Tirus. Cat / pewarna ini menjadi suatu sumber dari kekayaan yang besar untuk orang-orang Tirus. Sebagai tambahan mereka menghasilkan pekerjaan logam dan barang pecah belah, mengangkut dengan kapal hasil-hasil mereka ke dan membeli barang-barang dari orang-orang / bangsa-bangsa di bagian-bagian terjauh dari bumi (1Raja 9:28).].
Kalau saudara menganggap kedua kutipan di atas sekedar sebagai omongan orang, yang belum tentu benar, maka mari kita sekarang melihat apa kata dari Alkitab / firman Tuhan! Ini saya tambahkan karena ada banyak orang tolol yang ‘alergi’ terhadap copas-an!
Yeh 27:1-7,9,12-25 - “(1) Datanglah firman TUHAN kepadaku: (2) ‘Hai engkau anak manusia, ucapkanlah suatu ratapan mengenai Tirus, (3) dan katakanlah kepada Tirus, yang terletak di pintu masuk lautan, dan yang berdagang dengan bangsa-bangsa di banyak daerah pesisir: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Hai Tirus, engkau berkata: aku kapal yang maha indah. (4) Wilayahmu di tengah lautan; ahli bangunmu membuat keindahanmu sempurna. (5) Seluruh badanmu mereka buat dari kayu sanobar Senir, mereka mengambil aras Libanon membuat bagimu tiang layar. (6) Pohon tarbantin dari Basan dipakai untuk dayungmu; geladakmu mereka buat dari tulang gading ditatahkan di cemara dari pantai Kitim. (7) Layarmu diperbuat dari lenan halus yang berwarna-warni dari tanah Mesir; itulah tandamu. Dan tendamu diperbuat dari kain ungu tua dan kain ungu muda dari pantai Elisa. ... (9) Tua-tua Gebal dengan ahli-ahlinya berada padamu hendak memperbaiki kerusakan-kerusakanmu. Segala kapal laut beserta anak kapalnya berlabuh padamu hendak menukarkan barang dagangannya. ... (12) Tarsis berdagang dengan engkau dalam segala macam harta yang banyak; mereka menukarkan perak, besi, timah putih dan timah hitam ganti barang-barangmu. (13) Yawan, Tubal dan Mesekh berdagang dengan engkau; mereka menukarkan budak-budak, barang-barang tembaga ganti barang-barang daganganmu. (14) Dari Bet-Togarma mereka menukarkan kuda kereta, kuda tunggang dan bagal ganti barang-barangmu. (15) Orang Rodos berdagang dengan engkau, banyak daerah pesisir menjadi daerah pasaranmu; mereka membawa kepadamu tulang gading dan kayu arang sebagai upeti. (16) Edom berdagang dengan engkau karena banyaknya hasil-hasilmu; mereka menukarkan permata batu darah, kain ungu muda, pakaian berwarna-warna, kain lenan halus, karang dan batu delima ganti barang-barangmu. (17) Yuda dan tanah Israel berdagang dengan engkau; mereka menukarkan gandum dari Minit, mur, madu, minyak dan balsam ganti barang-barang daganganmu. (18) Damsyik berdagang dengan engkau karena banyaknya hasil-hasilmu, karena segala macam barangmu yang banyak. Anggur dari Helbon, bulu domba dari Sakhar, (19) dan anggur ditukarkan mereka ganti barang-barangmu; besi yang sudah dikerjakan dari Uzal, kayu teja dan tebu ada di antara barang-barang daganganmu. (20) Dedan berdagang dengan engkau dalam kulit pelana untuk menunggang kuda. (21) Arab dan semua pemuka Kedar berdagang dengan engkau dalam anak domba, domba jantan dan kambing jantan; dalam hal-hal itulah mereka berdagang dengan engkau. (22) Pedagang Syeba dan Raema berdagang dengan engkau; mereka menukarkan yang terbaik dari segala rempah-rempah dan segala batu permata yang mahal-mahal dan emas ganti barang-barangmu. (23) Haran, Kane, Eden, Asyur dan Kilmad berdagang dengan engkau. (24) Mereka berdagang di pasar-pasarmu dalam jubah-jubah yang maha indah, kain ungu tua, pakaian yang berwarna-warni, permadani yang beraneka warna dan tali berpilin yang teguh. (25) Kapal-kapal Tarsis membawa barang-barang dagangan ini bagimu. Penuh dengan muatan berat engkau di tengah lautan. (26) Ke lautan luas pendayungmu membawa engkau. Tetapi badai timur melandamu di tengah lautan. (27) Hartamu, barangmu, daganganmu, anak kapalmu dan pelaut-pelautmu, tukang-tukangmu dan pedagang-pedagangmu dengan semua prajurit-prajuritmu yang ada padamu, ya, bersama seluruh penumpang-penumpangmu, terbenam dalam lautan pada hari tenggelammu.”.
Jadi, jelas bahwa orang-orang Tirus memang hebat dalam berdagang!
Menafsirkan seperti yang ES lakukan, dengan menerapkan ini kepada Iblis (yang ia sebut Lucifer) merupakan penafsiran yang ‘out of context’ [= keluar dari kontextnya]. Kata ‘Iblis’ maupun nama ‘Lucifer’ bahkan sama sekali tidak muncul dalam Yeh 28 ini, tak peduli bahasa apa yang digunakan!
2) ES berkata: “Pelanggaran Iblis. Iblis itu dahulu dikenal sebagai Lucifer, yang kemudian memberontak terhadap Allah. Mengapa Allah tidak serta-merta membinasakan atau menghukum Lucifer dan para malaikat yang terhasut olehnya untuk memberontak?”.
Tanggapan Budi Asali:
Bagi saya, jawabannya sama sekali tidak rumit. Kalau Allah tidak melakukan hal itu, itu karena rencanaNya tidak seperti itu. Ia memang merencanakan kejatuhan Adam, dan dengan demikian kejatuhan semua keturunan Adam (kecuali Yesus), dan sekaligus Allah juga merencanakan penebusan dosa oleh Kristus. Semua yang sudah terjadi, bisa terjadi hanya karena itu merupakan rencana Allah. Rencana Allah tidak bisa gagal. Mari kita melihat beberapa ayat Alkitab yang mendukung pandangan ini.
Ayub 42:1-2 - “(1) Maka jawab Ayub kepada TUHAN: (2) ‘Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal.”.
Maz 33:10-11 - “(10) TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa; (11) tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hatiNya turun-temurun.”.
Yes 14:24,26-27 - “(24) TUHAN semesta alam telah bersumpah, firmanNya: ‘Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana: ... (26) Itulah rancangan yang telah dibuat mengenai seluruh bumi, dan itulah tangan yang teracung terhadap segala bangsa. (27) TUHAN semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat menggagalkannya? TanganNya telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya ditarik kembali?”.
Yes 25:1 - “Ya TUHAN, Engkaulah Allahku; aku mau meninggikan Engkau, mau menyanyikan syukur bagi namaMu; sebab dengan kesetiaan yang teguh Engkau telah melaksanakan rancanganMu yang ajaib yang telah ada sejak dahulu.”.
Yes 37:26 - “Bukankah telah kaudengar, bahwa Aku telah menentukannya dari jauh hari dan telah merancangnya dari zaman purbakala? Sekarang Aku mewujudkannya, bahwa engkau membuat sunyi senyap kota-kota yang berkubu menjadi timbunan batu,”.
Yer 4:28 - “Karena hal ini bumi akan berkabung, dan langit di atas akan menjadi gelap, sebab Aku telah mengatakannya, Aku telah merancangnya, Aku tidak akan menyesalinya dan tidak akan mundur dari pada itu.’”.
Dan tak ada apapun yang bisa terjadi, kecuali itu sudah direncanakan oleh Allah. Kalau ada yang bisa terjadi, tanpa direncanakan oleh Allah, maka Allah tak berdaulat atas hal itu. Allah yang tak berdaulat bukan Allah. Orang yang tidak percaya kedaulatan mutlak dari Allah, harus menjadi atheis!
R. C. Sproul: “That God in some sense foreordains whatever comes to pass is a necessary result of his sovereignty. ... everything that happens must at least happen by his permission. If he permits something, then he must decide to allow it. If He decides to allow something, then is a sense he is foreordaining it. ... To say that God foreordains all that comes to pass is simply to say that God is sovereign over his entire creation. If something could come to pass apart from his sovereign permission, then that which came to pass would frustrate his sovereignty. If God refused to permit something to happen and it happened anyway, then whatever caused it to happen would have more authority and power than God himself. If there is any part of creation outside of God’s sovereignty, then God is simply not sovereign. If God is not sovereign, then God is not God. ... Without sovereignty God cannot be God. If we reject divine sovereignty then we must embrace atheism.” [= Bahwa Allah dalam arti tertentu menentukan apapun yang akan terjadi merupakan akibat yang harus ada dari kedaulatanNya. ... segala sesuatu yang terjadi setidaknya harus terjadi karena ijinNya. Jika Ia mengijinkan sesuatu, maka Ia pasti memutuskan untuk mengijinkannya. Jika Ia memutuskan untuk mengijinkan sesuatu, maka dalam arti tertentu Ia menentukannya. ... Mengatakan bahwa Allah menentukan segala sesuatu yang akan terjadi adalah sama dengan mengatakan bahwa Allah itu berdaulat atas segala ciptaanNya. Jika ada sesuatu yang bisa terjadi di luar ijinNya yang berdaulat, maka apa yang terjadi itu menghalangi kedaulatanNya. Jika Allah menolak untuk mengijinkan sesuatu dan hal itu tetap terjadi, maka apapun yang menyebabkan hal itu terjadi mempunyai otoritas dan kuasa yang lebih besar dari Allah sendiri. Jika ada bagian dari ciptaan berada di luar kedaulatan Allah, maka Allah itu tidak berdaulat. Jika Allah tidak berdaulat, maka Allah itu bukanlah Allah. ... Tanpa kedaulatan Allah tidak bisa menjadi / adalah Allah. Jika kita menolak kedaulatan ilahi, maka kita harus mempercayai atheisme.] - ‘Chosen By God’, hal 26-27.
Bahwa Rencana Allah berhubungan dengan segala sesuatu, atau bahwa Allah telah menetapkan segala sesuatu, juga bisa terlihat dari kemaha-tahuan Allah.
Penjelasan:
a) Bayangkan suatu saat (minus tak terhingga) dimana alam semesta, malaikat, manusia, dsb belum diciptakan. Yang ada hanyalah Allah sendiri. Ini adalah sesuatu yang alkitabiah, karena Alkitab jelas mengajarkan bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu (Kej 1 Yoh 1:1-3). Jadi, pasti ada suatu saat dimana belum ada apapun / siapapun kecuali Allah sendiri. Semua manusia yang waras harus menyetujui hal ini.
b) Pada saat itu, karena Allah itu maha tahu (1Sam 2:3), maka Ia sudah mengetahui segala sesuatu (dalam arti kata yang mutlak, tanpa perkecualian apapun) yang akan terjadi, termasuk semua dosa. Semua manusia yang waras harus menyetujui hal ini.
c) Segala sesuatu yang Allah ketahui akan terjadi itu, pasti terjadi persis seperti yang Ia ketahui. Semua manusia yang waras harus menyetujui hal ini.
d) Dengan kata lain, pada minus tak terhingga itu segala sesuatu itu sudah tertentu pada saat itu (perhatikan: saya belum menggunakan kata ‘ditentukan’, tetapi ‘tertentu’). Semua manusia yang waras harus menyetujui hal ini.
e) Kalau pada minus tak terhingga itu segala sesuatu yang akan terjadi sudah tertentu, pasti ada yang menentukan segala sesuatu itu (karena tidak mungkin hal-hal itu menentukan dirinya sendiri). Karena pada saat itu hanya ada Allah sendiri, maka jelas bahwa Ialah yang menentukan semua itu.
Siapapun yang tak menyetujui point ini harus memberikan jawaban alternatif terhadap pertanyaan ini: bagaimana mungkin pada minus tak terhingga segala sesuatu sudah tertentu?
Jangan lari dari pertanyaan ini, jangan berbelok kemanapun. Jawab pertanyaan ini!
Kalau ia tidak bisa memberi jawaban alternatif, maka ia harus menerima jawaban saya: ‘Segala sesuatu sudah tertentu pada minus tak terhingga, KARENA Allah MENENTUKANNYA!’.
Jadi, mengapa Allah tak langsung menghancurkan Iblis pada saat ia memberontak / jatuh ke dalam dosa? Karena itu memang bukan rencanaNya!
Secara sama mengapa pada waktu Adam dan Hawa berbuat dosa, Allah tidak langsung membinasakan mereka dan membuang mereka ke neraka? Karena itu bukan rencana Allah! Dia merencanakan bahwa Adam dan Hawa harus mempunyai banyak keturunan, dan Dia merencanakan untuk menyelamatkan sebagian dari keturunan mereka. Dia merencanakan untuk menyelamatkan mereka melalu penebusan oleh Yesus Kristus.
Secara sama juga, kalau kita melihat orang-orang yang sangat jahat pada jaman ini, seperti ISIS dsb., mengapa Allah tidak langsung menghancurkan mereka? Lagi-lagi, karena itu bukan rencana Allah!
2) Kalau di atas saya sudah memberikan jawaban saya, maka sekarang kita akan melihat jawaban ES sendiri untuk pertanyaan pada no 1 di atas.
ES menjawab sebagai berikut:
“Sulit dibantah adanya kesan bahwa iblis tidak mudah ditaklukkan. Ini sebetulnya berkaitan dengan hukum dalam diri Allah. ... Karena Allah tidak akan bertindak melanggar hukum atau tatanan akan diri-Nya inilah Lucifer berani melakukan tindakan nekat. Ia pasti memahami integritas Allah ini, sehingga memanfaatkan realitas tersebut untuk mewujudkan keinginannya. ... Mengapa Allah tidak membinasakan Lucifer saat itu juga ketika ia memberontak? Jawabannya adalah karena tindakan Lucifer tersebut harus dibuktikan telah terjadi dan merupakan tindakan yang salah.”.
Tanggapan Budi Asali:
a) Saya setuju dengan prinsip bahwa Allah tak bisa bertindak menentang diriNya sendiri.
2Tim 2:12-13 - “(12) jika kita bertekun, kitapun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Diapun akan menyangkal kita; (13) jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diriNya.’”.
Allah itu setia, Dia tidak bisa bertindak tidak setia. Dia tidak bisa tidak setia pada janjiNya, dan sebagainya.
b) Tetapi saya tidak percaya bahwa Allah harus membuktikan dulu dosa dari makhluk ciptaanNya yang manapun dan baru setelah itu berhak untuk menghukumnya!!!
Seorang hakim manusia, memang harus melihat bukti dari kejahatan seseorang, dan baru menjatuhkan hukuman. Itu disebabkan karena ia adalah manusia yang tidak maha tahu. Tanpa bukti, maka sangat mungkin ia menjatuhkan vonis yang salah!
Tetapi Allah bukan manusia yang tidak maha tahu. Kemahatahuan Allah menyebabkan Ia tahu, dengan suatu pengetahuan yang tidak bisa salah, tentang kesalahan-kesalahan apapun dari makhluk-makhluk ciptaanNya yang manapun, termasuk Iblis (yang ES sebut Lucifer).
Saya akan memberi beberapa contoh dari Alkitab:
1. Pada waktu Adam dan Hawa makan buah terlarang, Allah tidak perlu membuktikan bahwa mereka memang makan buah itu. Baca Kej 3 dan cari apakah Allah mencari / menunjukkan bukti kesalahan Adam dan Hawa?? PertanyaanNya dalam Kej 3:11b bukan berarti Dia tidak tahu, dan mencari informasi dari Adam.
Kej 3:11 - “FirmanNya: ‘Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?’”.
Dia maha tahu, Dia tahu semua dengan pasti. Dia menanyakan pertanyaan itu, SUPAYA ADAM DAN HAWA MENGAKUI KESALAHANNYA!
Bahwa Adam dan Hawa dihukum jelas terlihat dari text ini:
Kej 3:16-19,23 - “(16) FirmanNya kepada perempuan itu: ‘Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu.’ (17) Lalu firmanNya kepada manusia itu: ‘Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: (18) semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; (19) dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.’ ... (23) Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil.”.
2. Pada waktu mau menghancurkan dunia dengan air bah pada jaman Nuh.
Kej 6:5-7 - “(5) Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, (6) maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hatiNya. (7) Berfirmanlah TUHAN: ‘Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.’”.
Apakah Allah perlu membuktikan kesalahan mereka? Tidak sama sekali. Ia tahu kesalahan mereka, dan menghukum mereka berdasarkan pengetahuanNya itu!
3. Penghukuman Sodom dan Gomora dan kota-kota di sekitarnya.
Kej 18:17-21 - “(17) Berpikirlah TUHAN: ‘Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini? (18) Bukankah sesungguhnya Abraham akan menjadi bangsa yang besar serta berkuasa, dan oleh dia segala bangsa di atas bumi akan mendapat berkat? (19) Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya TUHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikanNya kepadanya.’ (20) Sesudah itu berfirmanlah TUHAN: ‘Sesungguhnya banyak keluh kesah orang tentang Sodom dan Gomora dan sesungguhnya sangat berat dosanya. (21) Baiklah Aku turun untuk melihat, apakah benar-benar mereka telah berkelakuan seperti keluh kesah orang yang telah sampai kepadaKu atau tidak; Aku hendak mengetahuinya.’”.
a. Ay 21 jelas menggunakan bahasa yang disebut Anthropomorphisme (bahasa yang menggambarkan Allah seakan-akan Dia adalah manusia). Bahasa ini tidak bisa tidak dipakai kalau kita mau mengerti tentang Allah atau membicarakan tentang Allah. Dan bahasa seperti ini tidak bisa, atau bahkan tidak boleh, diartikan secara strict / apa adanya!
Saya akan memberikan 2 contoh:
(1)Amsal 15:3 - “Mata TUHAN ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik.”.
Apakah ayat ini boleh diartikan apa adanya, yaitu bahwa Allah betul-betul mempunyai mata, dan mataNya ‘kececeran’ dimana-mana? Tentu saja tidak. Allah itu Roh (Yoh 4:24), dan karena itu tidak mungkin Ia mempunyai mata, apalagi mataNya ada dimana-mana! Ayat ini hanya bisa diartikan bahwa Allah itu ‘maha’ melihat, tak ada yang tersembunyi bagi Dia!
(2)Yer 3:7,19-20 - “(7) PikirKu: Sesudah melakukan semuanya ini, ia akan kembali kepadaKu, tetapi ia tidak kembali. Hal itu telah dilihat oleh Yehuda, saudaranya perempuan yang tidak setia. ... (19) Tadinya pikirKu: ‘Sungguh Aku mau menempatkan engkau di tengah-tengah anak-anakKu dan memberikan kepadamu negeri yang indah, milik pusaka yang paling permai dari bangsa-bangsa. PikirKu, engkau akan memanggil Aku: Bapaku, dan tidak akan berbalik dari mengikuti Aku. (20) Tetapi sesungguhnya, seperti seorang isteri tidak setia terhadap temannya, demikianlah kamu tidak setia terhadap Aku, hai kaum Israel, demikianlah firman TUHAN.”.
Kalau text ini diartikan secara apa adanya / hurufiah, maka text ini menunjukkan Allah salah pikir / salah kira, dan itu menunjukkan Allah tidak maha tahu! Sudah jelas kita tidak boleh menafsirkan seperti itu! Ini bahasa Anthropomorphisme!
Secara sama, pada waktu Kej 18:21 itu seakan-akan menunjukkan bahwa Allah ‘belum tahu’ akan dosa-dosa orang-orang dari Sodom dan Gomora, dan Ia turun untuk mengetahuinya, itu pasti tidak bisa ditafsirkan apa adanya, karena ini merupakan bahasa Anthropomorphisme.
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Kej 18:21): “This language is used not in reference to a topographical descent from the Hebron hills to the cities of the plain, in the valley of the Jordan, but in the anthropomorphic style - after the manner of men.” [= bahasa / kata-kata ini digunakan bukan dalam hubungan dengan suatu penurunan yang bersifat topografik (berhubungan dengan permukaan daerah itu) dari bukit-bukit Hebron ke kota-kota di dataran itu, di lembah Yordan, tetapi dalam gaya anthropomorphik - menurut cara manusia.].
Bible Knowledge Commentary (tentang Kej 18:21): “Since the outcry of people against the grievous sins of Sodom and Gomorrah was so great, the Lord went to see if it was that bad. (Of course in His omniscience He knew the sins of Sodom and Gomorrah, but He wanted to demonstrate His justice to them.) If the sin of those people was ‘complete,’ they would be Judged.” [= Karena teriakan dari orang-orang terhadap / menentang dosa-dosa yang menyedihkan dari Sodom dan Gomora adalah begitu besar, Tuhan pergi untuk melihat apakah itu memang begitu buruk. (Tentu saja dalam kemahatahuanNya Ia tahu dosa-dosa dari Sodom dan Gomora, tetapi Ia mau mendemonstrasikan keadilanNya kepada mereka.) Jika dosa-dosa dari orang-orang itu sudah ‘genap / lengkap’, mereka akan dihakimi.].
b. Kata-kata yang saya beri warna biru harus ditafsirkan dengan memperhatikan kata-kata yang saya beri warna merah. Dan yang saya beri warna merah menunjukkan bahwa Allah tahu dosa-dosa mereka, dan Allah tahu / sudah memutuskan apa yang akan Dia lakukan! Jelas Dia tidak membutuhkan bukti apapun, dan Dia berhak untuk langsung menghukum.
c. Kalau kita membaca cerita lanjutannya, dan juga Kej 19, maka terlihat bahwa dua malaikat itu dikirim ke Sodom, bukan untuk melihat dosa-dosa orang Sodom, atau membuktikan dosa-dosa mereka, tetapi untuk menyelamatkan Lot dan keluarganya!
BACA JUGA: SILOGISME “CORPUS DELICTI” PDT. DR. ERASTUS SABDONO, M.Th
d. Juga perhatikan bahwa kedua malaikat itu hanya pergi ke Sodom (dimana Lot dan keluarganya tinggal) tetapi tidak ke Gomora, ataupun kota-kota lain, yang juga dihancurkan oleh Tuhan! Jadi, Dia memang tidak membutuhkan bukti apapun!
Kej 18:22 - “Lalu berpalinglah orang-orang itu dari situ dan berjalan ke Sodom, tetapi Abraham masih tetap berdiri di hadapan TUHAN.”.
Kej 19:1 - “Kedua malaikat itu tiba di Sodom pada waktu petang. Lot sedang duduk di pintu gerbang Sodom dan ketika melihat mereka, bangunlah ia menyongsong mereka, lalu sujud dengan mukanya sampai ke tanah,”.
Kej 19:12-13 - “(12) Lalu kedua orang itu berkata kepada Lot: ‘Siapakah kaummu yang ada di sini lagi? Menantu atau anakmu laki-laki, anakmu perempuan, atau siapa saja kaummu di kota ini, bawalah mereka keluar dari tempat ini, (13) sebab kami akan memusnahkan tempat ini, karena banyak keluh kesah orang tentang kota ini di hadapan TUHAN; sebab itulah TUHAN mengutus kami untuk memusnahkannya.’”.
Kej 19:24-25 - “(24) Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit; (25) dan ditunggangbalikkanNyalah kota-kota itu dan Lembah Yordan dan semua penduduk kota-kota serta tumbuh-tumbuhan di tanah.”.
Bdk. Ul 29:23 - “seluruh tanahnya yang telah hangus oleh belerang dan garam, yang tidak ditaburi, tidak menumbuhkan apa-apa dan tidak ada tumbuh-tumbuhan apapun yang timbul dari padanya, seperti pada waktu ditunggangbalikkanNya Sodom, Gomora, Adma dan Zeboim, yakni yang ditunggangbalikkan TUHAN dalam murka dan kepanasan amarahNya--”.
Malaikat-malaikat itu hanya pergi ke Sodom, tidak ke Gomora, Adma ataupun Zeboim! Jadi, apakah dalam menghukum Tuhan perlu bukti?? Nonsense!
CORPUS DELICTI (6)
4. Penghakiman akhir jaman.
Mari kita melihat beberapa text Alkitab yang menunjuk pada pengadilan akhir jaman.
a. Mat 7:21-23 - “(21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.
Pertama-tama perhatikan kontext dari ayat-ayat ini, mulai dari ay 15, yang jelas-jelas berbicara tentang nabi-nabi palsu, yang menyamar sebagai domba / orang Kristen! Saya agak menyimpang, karena ayat ini disalah-tafsirkan oleh banyak orang-orang Arminian / anti Reformed, termasuk oleh ES, dan itu perlu diluruskan!
Mat 7:15 - “‘Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.”.
Jadi, yang dibicarakan dalam ay 21-23, bukan orang-orang kristen yang sejati, tetapi nabi-nabi palsu! Mereka menyebut Yesus dengan sebutan ‘Tuhan’ (ay 21), mereka bernubuat demi nama Tuhan / Yesus, mereka mengusir setan demi nama Yesus, mereka melakukan mujijat demi nama Yesus (ay 22), dalam rangka penyamaran mereka sebagai domba! Jadi, yang menggunakan text ini untuk menunjukkan orang kristen yang sejati bisa kehilangan keselamatan, adalah orang yang tidak tahu cara menafsirkan Alkitab!
Kedua, saya tidak yakin bahwa pada pengadilan akhir jaman bisa ada tanya jawab seperti ini antara terdakwa dengan sang Hakim. Saya berpendapat bahwa ini hanya sekedar merupakan suatu penggambaran untuk menunjukkan apa yang para nabi palsu itu sudah lakukan, yang terlihat seperti pelayanan-pelayanan yang luar biasa, tetapi itu semua tidak ada gunanya, kalau mereka tak kenal Kristus, dan Kristus TIDAK PERNAH kenal mereka (ay 23). Kata-kata ‘tidak pernah’ ini harus diperhatikan, karena kalau mereka pernah menjadi orang kristen yang sejati, maka Kristus tidak bisa berkata ‘tidak pernah’ mengenal mereka!
Ketiga (ini point terutama saya): mereka tidak dibuktikan kesalahannya! Hanya dikatakan Kristus tidak pernah kenal mereka, dan mereka adalah pembuat kejahatan (kejahatan apa? tidak dibuktikan!), dan mereka diusir (tentu saja ke neraka!).
b. Wah 20:11-15 - “(11) Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya. Dari hadapanNya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya. (12) Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu. (13) Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya. (14) Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. (15) Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.”.
Ada beberapa hal yang ingin saya soroti / jelaskan:
(1)Yang disebut kitab atau kitab-kitab, itu pasti bukan kitab secara hurufiah. Allah tidak membutuhkan catatan apapun, dan seandainya Dia butuh, masakan Dia menulis dalam kitab, sedangkan kita saja pakai komputer? Bagi saya kata ‘kitab’ atau ‘kitab-kitab’ ini hanya bahasa simbolis, yang menunjuk pada pengetahuan Allah yang sempurna tentang apakah orang-orang itu percaya atau tidak, hidup baik atau berdosa, dan juga tentang setiap dosa maupun kebaikan yang dilakukan oleh setiap orang. Dan itulah dasar Allah dalam menghakimi!!
Dalam pengadilan akhir jaman ini, apakah Allah membutuhkan Corpus Delicti dalam menghukum? Saya tak usah menjawab pertanyaan itu, saudara pikirkan sendiri.
(2)Perhatikan pengadilan akhir jaman itu; itu merupakan suatu pengadilan yang sangat berbeda dengan pengadilan di dunia ini.
Dalam pengadilan di dunia ini, ada terdakwa, Hakim, dan juga ada jaksa / penuntut, pembela, saksi-saksi (yang meringankan atau memberatkan).
Tetapi dalam pengadilan akhir jaman ini tidak ada jaksa / penuntut, saksi yang meringankan atau memberatkan, pengacara sebagai pembela dan sebagainya. Yang ada hanya terdakwa dan Hakim. Bukti kesalahan, ada dalam kitab / pengetahuan Allah yang tak bisa salah!!
JELAS, ALLAH TIDAK MEMBUTUHKAN BUKTI APAPUN DALAM MENGHUKUM!
DAN LEBIH JELAS LAGI ALLAH TIDAK MEMBUTUHKAN CORPUS DELICTI DALAM MENGHUKUM!
Kita sudah membahas 4 contoh yang menunjukkan bahwa dalam pengadilan, bahkan pengadilan / penghakiman akhir jaman, Allah tidak membutuhkan bukti, apalagi Corpus Delicti, dalam menghukum. Tetapi supaya ini menjadi suatu ‘perdebatan’ yang fair / adil, maka sekarang saya akan membahas ayat-ayat yang kelihatannya menunjukkan bahwa Allah membuktikan kesalahan / dosa sebelum Ia menghukum!
Mari kita memperhatikan text-text di bawah ini. Apakah text-text ini menunjukkan bahwa Tuhan membuktikan kesalahan orang-orang yang akan dihukum itu?
Text pertama: Mat 22:11-13 - “(11) Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. (12) Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. (13) Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”.
Bukankah kelihatannya orang itu dibuktikan dulu kesalahannya (yaitu tidak berpakaian pesta), sebelum dihukum?
Text kedua: Mat 25:24-30 - “(24) Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. (25) Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan! (26) Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? (27) Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. (28) Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. (29) Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. (30) Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.’”.
Lagi-lagi, bukankah hamba itu dibuktikan dulu kesalahannya, baru dihukum?
Text ketiga: Mat 25:31-46 - “(31) ‘Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaanNya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaanNya. (32) Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapanNya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, (33) dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kananNya dan kambing-kambing di sebelah kiriNya. (34) Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kananNya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. (35) Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; (36) ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. (37) Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? (38) Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? (39) Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? (40) Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. (41) Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. (42) Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; (43) ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. (44) Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? (45) Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. (46) Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.
Lagi-lagi, bukankah ada pembuktian kesalahan, baru penghukuman?
Untuk text yang ketiga ini, perhatikan bahwa pemisahan domba dan kambing SUDAH TERJADI LEBIH DULU (ay 32-33)! Vonis kepada kambing-kambing itu juga sudah diberikan lebih dulu (ay 41)!
Dan untuk ketiga text ini, ada satu hal yang perlu diingat: KETIGA TEXT INI ADALAH PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN, sehingga tidak bisa ditafsirkan apa adanya! Saya tidak percaya bisa ada bantah-bantahan antara terdakwa dengan Hakim pada saat itu, dan Hakim harus menjelaskan dosa-dosa mereka. Artinya hanyalah:
Untuk text pertama: orang yang kelihatan kristen, tetapi tidak mempunyai pembenaran dari Kristus (diumpamakan dengan pakaian pesta) harus masuk neraka! Ia bukan orang kristen yang sejati!
Untuk text yang kedua: ‘orang Kristen’ yang sama sekali tidak menghasilkan apa-apa untuk Tuhan, harus masuk neraka! Lagi-lagi, ia bukan orang kristen yang sejati!
Untuk text yang ketiga: orang yang tidak melakukan apa yang baik (ini dosa pasif - bdk. Yak 4:17), adalah ‘kambing’ (orang kristen KTP), dan harus masuk neraka!
Ini bukan ajaran keselamatan karena perbuatan baik, tetapi kalau orang memang sudah selamat, perbuatan baik adalah buktinya. Kalau itu tidak ada, dia bukan orang Kristen sejati, dan dia belum selamat!
Dan saya tambahkan satu hal lagi yang sangat penting berkenaan dengan apa yang sedang kita bahas (yaitu Corpus Delicti). Tidak ada kasus manapun dalam penghakiman yang Allah lakukan, baik pada akhir jaman atau bukan, dimana Ia membutuhkan Corpus Delicti!
Bagaimana dengan setan / Iblis? Mari kita melihat penghukuman terhadap setan / Iblis.
Wah 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.”.
Apakah ada pembuktian kesalahan dari Iblis? Sama sekali tidak ada! Ada Corpus Delicti? NONSENSE! Dia langsung dihukum dengan dibuang ke neraka!
Hakim dunia membutuhkan bukti, saksi dsb, karena tanpa itu ia bisa menjatuhkan vonis yang salah. Tetapi sang Hakim akhir jaman adalah Hakim yang maha tahu, sehingga tidak membutuhkan bukti / saksi apapun, dan Ia tidak bisa salah dalam menghukum! Dengan demikian, Ia tidak melanggar ‘hukum’ apapun dalam diriNya sendiri!
3) Sekarang saya akan kutip ulang kata-kata ES yang boleh dikatakan merupakan inti dari ajarannya tentang Corpus Delicti. ES berkata sebagai berikut:
“Dalam hal ini - meminjam istilah hukum - dibutuhkan adanya suatu ‘corpus delicti.’ Corpus delicti adalah prinsip bahwa seseorang tidak dapat diadili atau dihukum sebelum ada bukti bahwa kesalahan atau kejahatan telah dilakukan, atau perlu suatu ‘fakta substansial bahwa suatu kejahatan telah dilakukan’. Fakta ini diteguhkan oleh pernyataan Rasul Paulus di surat kepada jemaat di Roma:
Karena hukum Taurat membangkitkan murka, tetapi di mana tidak ada hukum Taurat, di situ tidak ada juga pelanggaran. (Roma [4:15])
Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat. (Roma [5:13])
Maksud dari ayat-ayat ini adalah, tanpa ada hukum yang diberikan dan diketahui oleh manusia, maka manusia tersebut tidak dapat dihukum atas suatu tindakan yang dilakukannya. Pernyataan ini membuka pikiran kita untuk memahami bahwa Allah bertindak dengan aturan yang sempurna. Itulah sebabnya Ia memberikan hukum Taurat untuk menyatakan bahwa semua manusia telah berbuat dosa.
Kaitannya dengan Lucifer, ia harus dinyatakan bersalah juga melalui pembuktian. Kalau seseorang mencuri mobil, perlu dibuktikan bahwa ada mobil yang hilang. Kalau seseorang membunuh, perlu dibuktikan dengan mayat korban pembunuhan tersebut. Tetapi kesalahan Lucifer adanya di dalam pikirannya, yaitu hendak menyamai Allah. Bagaimana ini dibuktikan? Tentu dengan menunjukkan adanya makhluk ciptaan Allah yang memiliki penghormatan yang benar kepada-Nya.”.
Tanggapan Budi Asali:
a) Penafsiran dan penggunaan yang salah tentang Ro 4:15 dan Ro 5:13.
Ro 4:15 - “Karena hukum Taurat membangkitkan murka, tetapi di mana tidak ada hukum Taurat, di situ tidak ada juga pelanggaran.”.
Ro 5:13 - “Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat.”.
ES menafsirkan ayat-ayat di atas sebagai berikut:
“Maksud dari ayat-ayat ini adalah, tanpa ada hukum yang diberikan dan diketahui oleh manusia, maka manusia tersebut tidak dapat dihukum atas suatu tindakan yang dilakukannya.”.
Saya memberikan beberapa hal yang membuktikan kesalahan penafsiran ES ini:
1. Kalau kata-kata ES memang benar, maka bagaimana Tuhan bisa sudah banyak kali menghukum manusia sebelum jaman Musa? Misalnya:
a. Kain dihukum oleh Tuhan (Kej 4:10-12)?
b. Orang-orang pada jaman Nuh dihukum Tuhan dengan banjir universal (Kej 6:7,13,17 dsb)?
c. Orang-orang yang mendirikan menara Babel dihukum oleh Tuhan (Kej 11:7-9)?
Jelas sudah ada banyak penghukuman Tuhan sebelum Musa menuliskan hukum Taurat!!
2. Sekarang perhatikan 2 ayat ini:
a. Ro 2:12 - “Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat.”.
Orang-orang yang ‘tanpa hukum Taurat’, artinya mereka tidak mempunyai hukum Taurat, tetap disebut ‘berdosa’, yang jelas-jelas menunjukkan bahwa mereka dipersalahkan, dan dikatakan ‘akan binasa’, yang jelas-jelas berarti mereka dihukum!!! Mengapa? Karena semua orang mempunyai hukum hati nurani, dan mereka dipersalahkan dan dihukum berdasarkan hukum hati nurani itu (Ro 2:14-16)!
b. Ro 2:14-16 - “(14) Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. (15) Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela. (16) Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus.”.
Yang punya hukum Taurat, akan dihakimi, dipersalahkan dan dihukum, berdasarkan hukum Taurat; sedangkan yang tidak mempunyai hukum Taurat, akan dihakimi, dipersalahkan dan dihukum, berdasarkan hukum hati nurani.
Calvin (tentang Ro 2:14): “He indeed shows that ignorance is in vain pretended as an excuse by the Gentiles, since they prove by their own deeds that they have some rule of righteousness: for there is no nation so lost to every thing human, that it does not keep within the limits of some laws. Since then all nations, of themselves and without a monitor, are disposed to make laws for themselves, it is beyond all question evident that they have some notions of justice and rectitude, which the Greeks call preconceptions προληψεις, and which are implanted by nature in the hearts of men. They have then a law, though they are without law: for though they have not a written law, they are yet by no means wholly destitute of the knowledge of what is right and just; as they could not otherwise distinguish between vice and virtue; the first of which their restrain by punishment, and the latter they commend, and manifest their approbation of it by honoring it with rewards. He sets nature in opposition to a written law, meaning that the Gentiles had the natural light of righteousness, which supplied the place of that law by which the Jews were instructed, so that they were a law to themselves.” [= Ia memang menunjukkan bahwa dengan sia-sia ketidak-tahuan diclaim sebagai suatu dalih oleh orang-orang non Yahudi, karena mereka membuktikan oleh tindakan-tindakan mereka sendiri bahwa mereka mempunyai beberapa peraturan tentang kebenaran: karena di sana tidak ada bangsa yang begitu kehilangan segala sesuatu yang bersifat manusia, sehingga bangsa itu tidak menyimpan di dalam batasan-batasan dari beberapa hukum-hukum. Maka karena semua bangsa, dari diri mereka sendiri, dan tanpa seorang penasehat / pengawas, condong untuk membuat hukum-hukum untuk diri mereka sendiri, itu jelas membuktikan bahwa mereka mempunyai beberapa gagasan / konsep tentang keadilan dan kebenaran, yang orang-orang Yunani sebut prasangka / kecondongan προληψεις (PROLEPSEIS), dan yang ditanamkan secara alamiah dalam hati manusia. Maka mereka mempunyai suatu hukum, sekalipun mereka tanpa hukum: karena sekalipun mereka tidak mempunyai suatu hukum tertulis, mereka bukannya sepenuhnya tidak mempunyai pengetahuan tentang apa yang benar dan adil; karena kalau tidak, mereka tidak bisa membedakan antara kejahatan dan kebaikan; yang pertama mereka kekang dengan hukuman, dan yang belakangan mereka puji, dan wujudkan persetujuan mereka tentangnya dengan menghormatinya dengan upah / pahala. Ia meletakkan alam dalam pertentangan dengan suatu hukum tertulis, yang berarti bahwa orang-orang non Yahudi mempunyai terang alamiah dari kebenaran, yang menyuplai tempat dari hukum (Taurat) itu, dengan mana orang-orang Yahudi diajar, sehingga mereka adalah suatu hukum bagi diri mereka sendiri.].
Apakah ada orang yang bisa mentaati hukum Taurat / hukum hati nurani DENGAN SEMPURNA sehingga mereka tidak dihukum (tidak masuk neraka tetapi masuk surga)? Seandainya ada, maka bisa ada keselamatan karena perbuatan baik. Tetapi itu mustahil! Semua orang berdosa, dan hanya bisa selamat melalui penebusan yang Yesus Kristus lakukan!
Tetapi lalu bagaimana dengan Ro 2:13?
Ro 2:13 - “Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah, tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan.”.
Calvin (tentang Ro 2:13): “‘He who will do these shall live in them.’ The import then of this verse is the following, - ‘That if righteousness be sought from the law, the law must be fulfilled; for the righteousness of the law consists in the perfection of works.’ They who pervert this passage for the purpose of building up justification by works, deserve most fully to be laughed at even by children.” [= ‘Ia yang mau melakukan hal-hal ini akan hidup dalam mereka’. Jadi arti dari ayat ini adalah sebagai berikut, - ‘Bahwa jika kebenaran dicari dari hukum Taurat, hukum Taurat harus ditaati; karena kebenaran dari hukum Taurat terdiri dari kesempurnaan dari pekerjaan / perbuatan baik’. Mereka yang membengkokkan text ini untuk tujuan membangun pembenaran oleh pekerjaan / perbuatan baik, layak sepenuhnya untuk ditertawakan bahkan oleh anak-anak.].
William Hendriksen (tentang Ro 4:13-15): “It is understandable that if, instead, those people who believe that strenuous efforts to obey the law in all its details will save them, were right, then faith - reliance for salvation not on self but on God - would have lost its value. Also, on that basis no one would ever be saved, for the law demands perfection, which no sinner is able to render. Therefore the promise would be rendered worthless, for under those circumstances it could never be fulfilled. ... The law cannot enable a person to fulfil its demands; hence cannot save anyone: ‘For what the law could not do, God did by sending his own Son.’” [= Bisa dimengerti bahwa andaikata orang-orang itu, yang percaya bahwa usaha yang sungguh-sungguh untuk mentaati hukum Taurat dalam semua detail-detailnya akan menyelamatkan mereka, adalah benar, maka iman - kebersandaran untuk keselamatan bukan kepada diri sendiri tetapi kepada Allah - akan sudah kehilangan nilainya. Juga, berdasarkan hal itu tak seorangpun akan pernah diselamatkan, karena hukum Taurat menuntut kesempurnaan, yang tak ada orang berdosa mampu berikan. Karena itu janji itu akan menjadi tak bernilai, karena di bawah keadaan-keadaan itu, itu tidak pernah bisa digenapi. ... Hukum Taurat tidak bisa memampukan seseorang untuk menggenapi tuntutan-tuntutannya; dan karena itu tidak bisa menyelamatkan siapapun: ‘Karena apa yang hukum Taurat tak bisa lakukan, Allah melakukannya dengan mengutus AnakNya sendiri’ (Ro 8:3).].
Jadi, orang hanya bisa dibenarkan oleh hukum Taurat, kalau ia taat SECARA SEMPURNA kepada hukum Taurat!
Bdk. Gal 3:10 - “Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat.’”.
Bdk. Ul 28:1 - “‘Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintahNya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi.”. Bdk. Ul 27:15-26.
Calvin (tentang Ro 2:13): “Now we do not deny but that perfect righteousness is prescribed in the law: but as all are convicted of transgression, we say that another righteousness must be sought. Still more, we can prove from this passage that no one is justified by works; for if they alone are justified by the law who fulfill the law, it follows that no one is justified; for no one can be found who can boast of having fulfilled the law.” [= Kami tidak menyangkal bahwa kebenaran yang sempurna itu diteguhkan dalam hukum Taurat: tetapi karena semua orang dibuktikan bersalah / disadarkan tentang pelanggaran, kami berkata bahwa kebenaran yang lain harus dicari. Lebih lagi, kami bisa membuktikan dari text ini bahwa tidak seorangpun dibenarkan oleh hukum Taurat; karena jika hanya mereka yang mentaati hukum Taurat dibenarkan oleh hukum Taurat, maka tak seorangpun dibenarkan, karena tak seorangpun bisa ditemukan yang bisa membanggakan tentang telah mentaati hukum Taurat.].
Tentang kata-kata ‘kebenaran yang lain’ bandingkan dengan Ro 9:30-10:11, yang jelas berbicara tentang dua kebenaran, yaitu kebenaran karena perbuatan baik / ketaatan dan kebenaran yang iman!
Ro 9:30-10:11 - “(9:30) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. (9:31) Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu. (9:32) Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan, (9:33) seperti ada tertulis: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu sentuhan dan sebuah batu sandungan, dan siapa yang percaya kepadaNya, tidak akan dipermalukan.’ (10:1) Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. (10:2) Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. (10:3) Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah. (10:4) Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya. (10:5) Sebab Musa menulis tentang kebenaran karena hukum Taurat: ‘Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya.’ (10:6) Tetapi kebenaran karena iman berkata demikian: ‘Jangan katakan di dalam hatimu: Siapakah akan naik ke sorga?’, yaitu: untuk membawa Yesus turun, (10:7) atau: ‘Siapakah akan turun ke jurang maut?’, yaitu: untuk membawa Kristus naik dari antara orang mati. (10:8) Tetapi apakah katanya? Ini: ‘Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu.’ Itulah firman iman, yang kami beritakan. (10:9) Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. (10:10) Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. (10:11) Karena Kitab Suci berkata: ‘Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan.’”.
Ro 3:23-25a - “(23) Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, (24) dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. (25a) Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darahNya.”.
Kalau ES menganggap ayat ini hanya berlaku untuk jemaat / gereja di Roma pada saat itu, maka baca text di bawah ini:
Ro 3:9-12 - “(9) Jadi bagaimana? Adakah kita mempunyai kelebihan dari pada orang lain? Sama sekali tidak. Sebab di atas telah kita tuduh BAIK ORANG YAHUDI, MAUPUN ORANG YUNANI, bahwa mereka semua ada di bawah kuasa dosa, (10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak.”.
CORPUS DELICTI (7)
3. Sekarang mari kita memperhatikan Roma 5:14 - “Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang.”.
Apakah ES menafsirkan Ro 5:13 tanpa memperhatikan Ro 5:14nya??? Kalau memang seperti ES katakan, bahwa tanpa hukum Taurat manusia tak bisa dihukum, bagaimana bisa ada kematian sejak jaman Adam sampai Musa, dimana belum ada hukum Taurat?
Jadi, jelas bahwa Ro 4:15 dan Ro 5:13 tidak bisa diartikan sebagaimana ES mengartikannya. Lalu bagaimana kita harus menafsirkan kedua ayat itu dengan benar?
(a)Ro 4:15 - “Karena hukum Taurat membangkitkan murka, tetapi di mana tidak ada hukum Taurat, di situ tidak ada juga pelanggaran.”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘law’ [= hukum / hukum Taurat].
Calvin (tentang Ro 4:15): “he who is not instructed by the written law, when he sins, is not guilty of so great a transgression, as he is who knowingly breaks and transgresses the law of God.” [= ia yang tidak diajar oleh hukum / hukum Taurat tertulis, pada waktu ia berbuat dosa, tidak bersalah dalam pelanggaran yang begitu besar, seperti ia yang dengan tahu / sadar melanggar hukum Taurat Allah.].
Jadi, Calvin menafsirkan kata-kata ‘tidak ada juga pelanggaran’ hanya dalam arti perbandingan. Kalau ada hukum Taurat, dan orang melanggar, maka dosanya lebih berat. Kalau tidak ada hukum Taurat, maka dosanya lebih ringan. Tafsiran ini menjadi sejalan dengan ayat di bawah ini!
Ro 5:20 - “Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah,”.
Charles Hodge (tentang Ro 4:15): “‘For where there is no law, there is no transgression.’ ... Where there is no law, there can be no sin, because the very idea of sin is the want of conformity to a rule, to which conformity is due; so that where there is no rule or standard, there can be no want of conformity. Such being the meaning of this clause, it is plain that by law, the apostle does not intend the Mosaic law, but law as the standard to which rational creatures are bound to be conformed.” [= ‘Karena dimana tidak ada hukum, di sana tidak ada pelanggaran’. ... Dimana tidak ada hukum, di sana tidak bisa ada dosa, karena gagasan dari dosa adalah kurangnya kesesuaian dengan suatu peraturan, terhadap mana kesesuaian diharapkan; sehingga dimana tidak ada peraturan atau standard, di sana tidak bisa ada kekurangan kesesuaian. Kalau arti dari anak kalimat ini adalah seperti itu, adalah jelas bahwa dengan ‘hukum’, sang rasul tidak memaksudkan hukum Musa (hukum Taurat), tetapi hukum sebagai standard pada mana makhluk-makhluk rasionil diharuskan untuk menyesuaikan.] - Libronix.
Adam Clarke (tentang Ro 4:15): “‘Because the law worketh wrath.’ For law, NOMOS, any law, or rule of duty. No law makes provision for the exercise of mercy, for it worketh wrath, ORGEEN, punishment, for the disobedient. Law necessarily subjects the transgressor to punishment; for where no law is - where no rule of duty is enacted and acknowledged, there is no transgression; and where there is no transgression there can be no punishment, for there is no law to enforce it.” [= ‘Karena hukum mengerjakan murka’. Untuk ‘hukum’, NOMOS, hukum apapun, atau peraturan tentang kewajiban. Tak ada hukum yang membuat persediaan untuk pelaksanaan belas kasihan, karena hukum mengerjakan murka, ORGEEN, hukuman, untuk orang-orang yang tidak taat. Hukum secara tak terhindarkan menundukkan si pelanggar pada hukuman; karena dimana tidak ada hukum - dimana tidak ada peraturan tentang kewajiban ditegakkan dan diakui, di sana tidak ada pelanggaran; dan dimana tidak ada pelanggaran di sana tidak bisa ada hukuman, karena di sana tidak ada hukum untuk menjalankan / memaksakannya.].
(b)Ro 5:13 - “Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat.”.
Calvin (tentang Ro 5:13): “‘But sin is not imputed,’ etc. Without the law reproving us, we in a manner sleep in our sins; and though we are not ignorant that we do evil, we yet suppress as much as we can the knowledge of evil offered to us, at least we obliterate it by quickly forgetting it. While the law reproves and chides us, it awakens us as it were by its stimulating power, that we may return to the consideration of God’s judgment. The Apostle then intimates that men continue in their perverseness when not roused by the law, and that when the difference between good and evil is laid aside, they securely and joyfully indulge themselves, as if there was no judgment to come. But that before the law iniquities were by God imputed to men is evident from the punishment of Cain, from the deluge by which the whole world was destroyed, from the fate of Sodom, and from the plagues inflicted on Pharaoh and Abimelech on account of Abraham, and also from the plagues brought on the Egyptians. That men also imputed sin to one another, is clear from the many complaints and expostulations by which they charged one another with iniquity, and also from the defenses by which they labored to clear themselves from accusations of doing wrong. There are indeed many examples which prove that every man was of himself conscious of what was evil and of what was good: but that for the most part they connived at their own evil deeds, so that they imputed nothing as a sin to themselves unless they were constrained. When therefore he denies that sin without the law is imputed, he speaks comparatively; for when men are not pricked by the goads of the law, they become sunk in carelessness.” [= ‘Tetapi dosa tidak diperhitungkan’, dst. Tanpa hukum Taurat menegur kita, kita dengan cara tertentu tidur dalam dosa-dosa kita; dan sekalipun kita bukannya tidak tahu bahwa kita melakukan kejahatan, tetapi kita menekan, sebanyak yang kita bisa, pengetahuan tentang kejahatan yang diajukan kepada kita, setidaknya kita menghapuskannya dengan melupakannya dengan cepat. Sementara hukum Taurat menegur dan memarahi kita, itu seakan-akan membangunkan kita oleh kuasa / kekuatan membangunkannya, sehingga kita bisa kembali pada pertimbangan tentang penghakiman Allah. Sang Rasul lalu menyatakan secara implicit bahwa manusia terus dalam kejahatan / kebejatan mereka pada waktu tidak dibangunkan oleh hukum Taurat, dan bahwa pada waktu perbedaan antara baik dan jahat dikesampingkan, mereka dengan aman dan dengan sukacita memuaskan nafsu mereka, seakan-akan disana tidak ada penghakiman yang akan datang. Tetapi bahwa sebelum hukum Taurat, kejahatan-kejahatan diperhitungkan oleh Allah kepada manusia adalah jelas dari hukuman dari Kain, dari air bah dengan mana seluruh dunia dihancurkan, dari nasib Sodom, dan dari tulah-tulah / wabah-wabah yang diberikan kepada Firaun dan Abimelekh karena Abraham, dan juga dari tulah-tulah yang diberikan kepada orang-orang Mesir. Bahwa manusia juga memperhitungkan dosa satu kepada yang lain, adalah jelas dari banyak keluhan / tuntutan dan protes dengan mana mereka saling menuduh / menyalahkan satu sama lain dengan kejahatan, dan juga dari pembelaan dengan mana mereka berjerih payah untuk membersihkan diri mereka sendiri dari tuduhan-tuduhan tentang melakukan kesalahan. Di sana memang ada banyak contoh-contoh yang membuktikan bahwa setiap orang dari dirinya sendiri sadar tentang apa yang jahat dan tentang apa yang baik: tetapi bahwa pada umumnya mereka berpura-pura tidak tahu akan tindakan-tindakan jahat mereka, sehingga mereka tidak memperhitungkan apapun sebagai suatu dosa kepada diri mereka sendiri kecuali mereka dipaksa. Karena itu pada waktu ia menyangkal bahwa dosa diperhitungkan tanpa hukum Taurat, ia berbicara secara membandingkan; karena pada waktu orang-orang tidak ditusuk oleh tusukan-tusukan hukum Taurat, mereka jadi tenggelam dalam ketidak-pedulian / pengabaian.].
William Hendriksen (tentang Ro 5:13-14): “Sin was indeed in the world even before Sinai’s law was given, as is shown by the fact that death, sin’s punishment, ruled supreme during the period Adam to Moses. ... Yes, death reigned even over those who did not sin by transgressing an expressed command, as did Adam. See Gen. 2:16, 17. So, it is clear that even during the period Adam to Moses sin was indeed taken into account. Though Sinai’s law, with its expressed commands, did not as yet exist, THERE WAS LAW. Here the apostle was undoubtedly thinking about what he had written earlier in this very epistle (2:14, 15). ... That there was law follows from the fact that there was sin. If there had been no law there would have been no sin.” [= Dosa memang sudah ada dalam dunia, bahkan sebelum hukum Taurat Sinai diberikan, seperti ditunjukkan oleh fakta bahwa kematian, hukuman dosa, memerintah dengan kuasa terbesar selama masa dari Adam sampai Musa. ... Ya, kematian memerintah bahkan atas mereka yang tidak berbuat dosa dengan pelanggaran dari suatu perintah yang dinyatakan, seperti yang dilakukan oleh Adam. Lihat Kej 2:16,17. Jadi, adalah jelas bahwa bahkan selama masa dari Adam sampai Musa dosa memang diperhitungkan. Sekalipun hukum Taurat Sinai, dengan perintah-perintah yang dinyatakan, belum ada pada saat itu, DISANA ADA HUKUM. Di sini tak diragukan bahwa sang rasul berpikir tentang apa yang telah ia tulis sebelumnya dalam surat ini (2:14,15). ... Bahwa di sana ada hukum merupakan bukti dari fakta bahwa di sana ada dosa. Seandainya di sana tidak ada hukum, di sana juga tidak akan ada dosa.].
Charles Hodge (tentang Ro 5:13): “‘When there is no law,’ ... Sin is correlative of law. If there is no law, there can be no sin, as Paul had already taught, 4:15. But if there is no sin without law, there can be no imputation of sin. As, however, sin was imputed, as sin was in the world, as men were sinners, and were so regarded and treated before the law of Moses, it follows that there must be some more comprehensive law in relation to which men were sinners, and in virtue of which they were so regarded and treated. The principle here advanced, and on which the apostle’s argument rests is, that the infliction of penal evil implies the violation of law. If men were sinners, and were treated as such before the law of Moses, it is certain that there is some other law, for the violation of which sin was imputed to them.” [= ‘Pada waktu di sana tidak ada hukum Taurat’, ... Dosa berhubungan dengan hukum. Jika di sana tidak ada hukum, di sana tidak bisa ada dosa, seperti Paulus telah ajarkan, 4:15. Tetapi jika di sana tidak ada dosa tanpa hukum, di sana tidak bisa ada pemerhitungan dosa. Tetapi, karena dosa diperhitungkan, karena dosa ada dalam dunia, karena manusia adalah orang-orang berdosa, dan dianggap dan diperlakukan seperti itu sebelum hukum Taurat Musa, MAKA DI SANA PASTI ADA HUKUM YANG LEBIH LUAS berhubungan dengan mana manusia adalah orang-orang berdosa, dan karenanya mereka dianggap dan diperlakukan seperti itu. Kebenaran dasar yang diajukan di sini, dan pada mana argumentasi sang rasul didasarkan adalah bahwa pemberian hukuman kejahatan menunjukkan secara tak langsung pelanggaran hukum. Jika manusia adalah orang-orang berdosa, dan diperlakukan seperti itu sebelum hukum Taurat Musa, ADALAH PASTI BAHWA DI SANA ADA HUKUM YANG LAIN, untuk pelanggaran mana dosa diperhitungkan kepada mereka.] - Libronix.
b) Sekarang kata-kata ES yang ada di bagian akhir dari kutipan di atas:
“Kaitannya dengan Lucifer, ia harus dinyatakan bersalah juga melalui pembuktian. Kalau seseorang mencuri mobil, perlu dibuktikan bahwa ada mobil yang hilang. Kalau seseorang membunuh, perlu dibuktikan dengan mayat korban pembunuhan tersebut. Tetapi kesalahan Lucifer adanya di dalam pikirannya, yaitu hendak menyamai Allah. Bagaimana ini dibuktikan? Tentu dengan menunjukkan adanya makhluk ciptaan Allah yang memiliki penghormatan yang benar kepada-Nya.”.
Ini bantahan saya terhadap kata-kata ES ini:
1. Kalau orang membunuh, dan ada saksi-saksinya, apalagi ada bukti rekaman CCTV, saya kok sama sekali tidak yakin bahwa mayatnya harus ada sebagai bukti.
Saat ini (Nopember 2018) dunia sedang dihebohkan tentang wartawan Saudi Arabia (Jamal Khashoggi) yang dibunuh di kedutaan Saudi Arabia di Turki, padahal mayatnya tidak ketemu sampai sekarang. Yang ada hanya rekaman video / CCTV yang menunjukkan Jamal Khashoggi masuk kedutaan itu tetapi tidak pernah keluar. Yang keluar adalah orang yang mirip dengan Jamal Khashoggi. Ini sudah dianggap sebagai bukti; tak butuh mayat sebagai bukti!
Jadi menurut saya, bukti mayat itu hanya dibutuhkan dalam kasus-kasus tertentu saja.
2. Yang terpenting dalam pembahasan bagian ini adalah: menurut saya, ES sudah membelokkan contoh-contoh yang ia sendiri berikan, pada waktu menerapkannya kepada Iblis.
Coba perhatikan kata-kata ES: orang mencuri mobil, buktinya adalah mobil curian itu. Orang membunuh buktinya adalah mayat dari orang yang dibunuh.
Tetapi pada waktu pikiran Lucifer (yang ES anggap sebagai nama dari Iblis) mau menyamai Allah, buktinya adalah dengan menunjukkan adanya makhluk yang memiliki penghormatan yang benar terhadap Allah!
Ini sama sekali tidak cocok dengan contoh mobil hilang dan pembunuhan di atas.
Dan kalau penerapan yang ES buat terhadap Iblis itu dikembalikan kepada manusia, maka:
a. Pada waktu ada pencuri mobil, pembuktiannya adalah dengan menghadirkan orang yang tidak pernah mencuri. Pasti hakimnya gila kalau mau membuktikan dengan cara seperti itu.
b. Pada waktu ada orang membunuh, pembuktiannya adalah dengan menghadirkan orang yang tidak pernah membunuh. Pasti hakimnya sama gilanya dengan kasus di atas.
c. Pada waktu Adam dan Hawa makan buah terlarang, pembuktian kesalahannya harus ada orang yang mentaati Allah dengan tidak makan buah terlarang itu. Maka buktinya tidak bisa ada, karena saat itu hanya ada 2 orang di seluruh dunia, dan keduanya makan buah itu!
3. Dan kalau ES mengasumsikan bahwa kesalahan Iblis BELUM TERBUKTI, mengapa harus ada orang yang menghormati Allah secara benar sebagai bukti kesalahan Iblis? Bukankah dengan demikian kesalahan Iblis SUDAH DIASUMSIKAN SEBAGAI KETIDAK-HORMATAN TERHADAP ALLAH???
4. ES menganggap Yes 14 dan Yeh 28, menunjuk pada kejatuhan Iblis dan hukumannya; dan Wah 12 menunjuk pada perang antara Mikhael dan anak buahnya melawan Iblis dan anak buahnya. Tetapi anehnya ES masih beranggapan perlu Yesus dan orang-orang Kristen untuk menjadi Corpus Delicti, untuk membuktikan kesalahan / dosa dari Iblis!
Mari kita perhatikan text-text itu satu per satu:
a. Yes 14:12-14 - “(12) ‘Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! (13) Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. (14) Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!”.
Dengan asumsi seperti yang ES ajarkan, yaitu bahwa text ini menunjuk pada kejatuhan Iblis dan hukumannya, jelas bahwa dosanya sudah diketahui, dan hukuman sudah diberikan. Padahal ini belum jaman Yesus dan orang-orang Kristen. Lalu untuk apa Yesus dan orang-orang Kristen harus menjadi Corpus Delicti?
b. Yeh 28:16-17 - “(16) Dengan dagangmu yang besar engkau penuh dengan kekerasan dan engkau berbuat dosa. Maka Kubuangkan engkau dari gunung Allah dan kerub yang berjaga membinasakan engkau dari tengah batu-batu yang bercahaya. (17) Engkau sombong karena kecantikanmu, hikmatmu kaumusnahkan demi semarakmu. Ke bumi kau Kulempar, kepada raja-raja engkau Kuserahkan menjadi tontonan bagi matanya.”.
Catatan: sebetulnya ay 16b salah terjemahan (RSV sama dengan LAI).
KJV: ‘therefore I will cast thee as profane out of the mountain of God: and I will destroy thee, O covering cherub, from the midst of the stones of fire.’ [= karena itu Aku akan membuang engkau sebagai sesuatu yang menjijikkan keluar dari gunung Allah: dan Aku akan menghancurkan engkau, ya kerub yang melindungi / menutupi, dari tengah-tengah batu-batu api.]. NIV/NASB/ASV/NKJV/YLT kurang lebih sama dengan KJV.
Kalau terjemahan ini memang benar, dan dengan asumsi Yeh 28 menunjuk kepada Iblis, maka Iblis di sini disebut sebagai ‘kerub’, bukan ‘anak Allah’ seperti yang ES ajarkan!
Tetapi yang saya tekankan di sini adalah: kalau diasumsikan text ini menunjuk kepada Iblis, maka text ini sudah jelas-jelas menunjukkan dosa / kesalahan Iblis, dan hukumannya. Lalu apa gunanya Yesus dan orang-orang Kristen harus menjadi Corpus Delicti??
c. Wah 12:7-11 - “(7) Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, (8) tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. (9) Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya. (10) Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: ‘Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapiNya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita. (11) Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut.”.
Dari tulisan yang sedang kita bahas, ES tidak mengatakan kapan perang ini terjadi. Tapi adanya perang sudah jelas menunjukkan Iblis sudah dianggap bersalah. Kalau tidak, mengapa perang? Dan bahwa Iblis dilemparkan ke bawah / ke bumi, itu pasti sudah menunjukkan hukuman, sekalipun belum seluruh hukuman, yaitu masuk neraka.
Jadi, untuk apa Yesus dan orang-orang Kristen harus menjadi Corpus Delicti lagi?? Membuktikan yang sudah terbukti???
Dari point ini lagi-lagi terlihat bahwa ajaran ES saling bertabrakan sendiri satu sama lain!
4) Saya ingin mengajak saudara membaca sekali lagi kata-kata ES berkenaan dengan penggunaannya terhadap Wah 12.
==============KATA-KATA ES===================
Mengapa Allah tidak serta-merta membinasakan atau menghukum Lucifer dan para malaikat yang terhasut olehnya untuk memberontak?
Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya. (Wahyu 12:7-9)
Di dalam teks dari kitab Wahyu ini dikatakan bahwa Mikhael dan malaikat-malaikat Allah harus berperang melawan “naga” yang adalah gambaran Lucifer (Iblis) berserta dengan malaikat-malaikatnya. Mengapa bukan Allah sendiri yang bertindak, tetapi para malaikat-Nya yang berperang? Sulit dibantah adanya kesan bahwa iblis tidak mudah ditaklukkan. Ini sebetulnya berkaitan dengan hukum dalam diri Allah.
Pada akhirnya tersingkap bahwa bukan para malaikat yang bisa mengalahkan Iblis, melainkan darah Tuhan Yesus dan perkataan kesaksian mereka yang tidak menyayangkan nyawanya.
Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: “Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita. Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. (Wahyu [12:10]-11)
Karena Allah tidak akan bertindak melanggar hukum atau tatanan akan diri-Nya inilah Lucifer berani melakukan tindakan nekat. Ia pasti memahami integritas Allah ini, sehingga memanfaatkan realitas tersebut untuk mewujudkan keinginannya.
Ini dapat kita simpulkan sebab sangatlah masuk akal kalau dipahami bahwa tidak mungkin Lucifer berani melawan Allah Bapa tanpa alasan yang kuat. Lucifer melihat peluang untuk bisa memenangi perlawanan terhadap Allah, sebab Allah tidak bisa bertindak di luar hukum keadilan-Nya. Lalu Lucifer mencoba mencari kesempatan untuk mendapat keuntungan dari realitas tersebut. Ia membawa dirinya dengan Allah pada suatu “pertarungan”. Ia “berjudi” dengan keputusannya sendiri dan berharap bisa memperoleh apa yang diinginkan, yaitu mengangkat diri sebagai penguasa, menyamai Allah.
==============================================
Tanggapan Budi Asali:
a) ES tahu-tahu mengambil Wah 12 ini mulai ay 7. Menurut saya, ES lagi-lagi mengambil dan menafsirkan ayat / text secara ‘out of context’ [= keluar dari kontextnya]. Ini akan saya tunjukkan dengan lebih jelas belakangan.
b) Sekarang perhatikan kata-kata ES ini:
“Mengapa bukan Allah sendiri yang bertindak, tetapi para malaikat-Nya yang berperang? Sulit dibantah adanya kesan bahwa iblis tidak mudah ditaklukkan. Ini sebetulnya berkaitan dengan hukum dalam diri Allah. Pada akhirnya tersingkap bahwa bukan para malaikat yang bisa mengalahkan Iblis, melainkan darah Tuhan Yesus dan perkataan kesaksian mereka yang tidak menyayangkan nyawanya.”.
============================================
Tanggapan saya:
1. Saya tak melihat adanya logika dalam kata-kata ES di atas ini. Kalau Allah tahu Iblis tidak mudah ditaklukkan, maka justru harus Dia yang berperang dan menaklukkan Iblis. Mengapa Dia justru mengajukan Mikhael dan para malaikatnya untuk berperang melawan Iblis yang tidak mudah ditaklukkan?
Apakah Dia takut kalah, sehingga Dia mengajukan para kerocoNya, sehingga kalau kalahpun tidak memalukan?
Atau, karena adanya ‘hukum dalam diri Allah’ itu? Tetapi di atas sudah saya tunjukkan bahwa adanya perang itu (kalau perang itu memang berhubungan dengan kejatuhan Iblis, sebagaimana yang ES percayai), sudah membuktikan kalau Iblis sudah dianggap salah. Kalau tidak, mengapa ada perang? Jadi, adanya hukum dalam diri Allah tidak ada hubungannya dengan siapa yang maju berperang melawan Iblis dan malaikat-malaikatnya.
2. Saya sama sekali tidak mengerti bagaimana ES bisa berkata: “Pada akhirnya tersingkap bahwa bukan para malaikat yang bisa mengalahkan Iblis”?
Padahal ES sendiri mengutip Wah 12:7-9 yang berbunyi: “(7) Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, (8) tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. (9) Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.”.
Hanya orang buta yang tidak bisa melihat bahwa text ini menunjukkan kalau Mikhael dan malaikat-malaikatnya berhasil mengalahkan Iblis dan malaikat-malaikatnya!!
c) Sekarang, untuk menunjukkan bahwa ES menafsirkan secara out of context / keluar dari kontextnya, mari kita membaca Wah 12 mulai ay 1.
Wah 12:1-6 - “(1) Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. (2) Ia sedang mengandung dan dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan ia berteriak kesakitan. (3) Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota. (4) Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Dan naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkanNya. (5) Maka ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhtaNya. (6) Perempuan itu lari ke padang gurun, di mana telah disediakan suatu tempat baginya oleh Allah, supaya ia dipelihara di situ seribu dua ratus enam puluh hari lamanya. ”.
Wah 12:7-12 - “(7) Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, (8) tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. (9) Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya. (10) Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: ‘Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapiNya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita. (11) Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. (12) Karena itu bersukacitalah, hai sorga dan hai kamu sekalian yang diam di dalamnya, celakalah kamu, hai bumi dan laut! karena Iblis telah turun kepadamu, dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat.’”.
Ada 3 karakter / pemeran utama dalam text ini, yaitu:
1. Perempuan.
2. Anak perempuan itu.
3. Naga.
Ada 2 hal yang sebetulnya terlihat dengan sangat jelas, yaitu bahwa Anak itu menunjuk kepada Yesus Kristus (ay 5 bdk. Maz 2:9), dan naga menunjuk kepada Iblis (ay 9).
Ay 5: “Maka ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhtaNya.”.
Maz 2:4-9 - “(4) Dia, yang bersemayam di sorga, tertawa; Tuhan mengolok-olok mereka. (5) Maka berkatalah Ia kepada mereka dalam murkaNya dan mengejutkan mereka dalam kehangatan amarahNya: (6) ‘Akulah yang telah melantik rajaKu di Sion, gunungKu yang kudus!’ (7) Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: ‘AnakKu engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini. (8) Mintalah kepadaKu, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu. (9) Engkau akan meremukkan mereka dengan gada besi, memecahkan mereka seperti tembikar tukang periuk.’”.
Catatan: saya memberikan Maz 2 mulai ay 4, sekalipun yang dikutip dalam Wah 12:5 itu hanya sebagian dari Maz 2:9, supaya saudara bisa melihat kontext dari Maz 2 itu, yang jelas-jelas berbicara tentang Anak / Yesus.
Ay 9: “Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.”.
Jadi, dari 3 peran utama dalam Wah 12 hanyalah perempuan itu yang menjadi persoalan: perempuan itu menunjuk kepada apa / siapa?
Dan hal lain yang perlu kita ketahui, dan ini adalah yang terpenting berkenaan dengan pembahasan kata-kata ES di atas, adalah: kapan terjadinya Wah 12 ini?
CORPUS DELICTI (8)
Kalau kontext dari Wahyu 12 itu berbicara tentang ‘lahir’nya Yesus, maka sudah jelas terjadinya Wah 12 adalah di sekitar kelahiran Yesus, dan bukannya pada masa lampau yang jauh (kejatuhan Iblis)!
Jadi, sudah terlihat bahwa ES menafsir ‘out of context’ [= keluar dari kontext].
d) Sekarang mari kita membandingkan penafsiran ES tentang Wah 12:7-11 dengan metode-metode penafsiran tentang kitab Wahyu.
1. The historical method (metode historis / sejarah).
a. Pandangan / metodenya.
Metode ini beranggapan bahwa penglihatan-penglihatan dalam kitab ini menunjuk kepada sejarah dalam Perjanjian Baru, mulai jaman rasul-rasul sampai akhir jaman. Dan mereka selalu memberikan penggenapan-penggenapan yang specific / tertentu terhadap nubuat-nubuat atau penglihatan-penglihatan dalam Kitab Wahyu. Jadi penglihatan / nubuat itu dianggap digenapi oleh suatu peristiwa atau orang tertentu.
Misalnya: binatang yang keluar dari dalam bumi (Wah 13:11) dianggap sebagai kepausan gereja Roma Katolik.
b. Para penganutnya.
George Eldon Ladd mengatakan bahwa pandangan ini dianut oleh para tokoh Reformasi.
Orang-orang yang menganut metode historis: John Wycliffe, John Knox, William Tyndale, Martin Luther, John Calvin, Ulrich Zwingli, Philip Melanchthon, Sir Isaac Newton, Jan Huss, John Foxe, John Wesley, Jonathan Edwards, George Whitefield, Charles Finney, C. H. Spurgeon, Matthew Henry, Adam Clarke, Albert Barnes.
Tetapi jaman sekarang jarang sekali ada penafsir yang menganut pandangan ini.
c. Serangan / kritik terhadap pandangan ini.
(1)Kitab Wahyu menjadi tidak / kurang relevan bagi penerima orisinil Kitab Wahyu ini.
(2)Tidak ada kesesuaian pendapat dalam golongan ini.
Misalnya seseorang mengartikan nubuat / penglihatan tertentu sebagai A, tetapi yang lain mengartikan sebagai B.
Steve Gregg: “One of the weaknesses of the historicist approach is seen in the inability of its advocates to agree upon the specific fulfillments of the prophecies. Moses Stuart (preterist) charged that ‘Hitherto, scarcely any two original and independent (historicist) expositors have been agreed, in respect to some points very important to their bearing upon the interpretation of the book.’ ... If the prophecies’ meanings cannot be identified with certainty, even after their fulfillments, the value of the prophecies to the readers of any period, whether before or following the fulfillments, is in serious question.” [= Salah satu dari kelemahan dari pendekatan historis terlihat dari ketidakmampuan dari para pendukungnya untuk bersepakat tentang penggenapan specific / tertentu dari nubuat-nubuat. Moses Stuart (preterist) menuduh bahwa ‘Sampai saat ini hampir tidak ada 2 penafsir orisinil dan independen yang sepakat berkenaan dengan beberapa hal yang sangat penting terhadap sikap mereka dalam menafsirkan kitab ini’. ... Jika arti dari nubuat-nubuat itu tidak bisa ditentukan dengan pasti, bahkan setelah penggenapannya terjadi, maka nilai dari nubuat itu bagi para pembacanya dari jaman manapun, baik sebelum atau setelah penggenapannya, sangat dipertanyakan.] - ‘Revelation: Four Views’, hal 36-37.
James B. Ramsey, yang kelihatannya menganut spiritual method / metode rohani, menentang metode historis karena alasan yang sama, dan ia berpendapat bahwa metode historis yang menafsirkan bahwa setiap bagian nubuat dalam Kitab Wahyu menunjuk kepada satu event / orang tertentu, menyebabkan adanya banyak pendapat, karena yang satu mengatakan bahwa simbol itu menunjuk kepada A sedangkan yang lain mengatakan simbol itu menunjuk kepada B, dsb. Banyak pendapat ini akhirnya menyebabkan orang malas mempelajari kitab Wahyu ini, karena menganggap toh tidak akan bisa mendapatkan penafsiran yang benar (hal 28-29).
James B. Ramsey: “Perhaps nothing so much as this has tended to increase the apparent obscurity, and to lessen the spiritual influence of this book, and the blessedness here promised.” [= Mungkin tidak ada yang lebih dari ini (maksudnya metode historis) yang begitu cenderung mengaburkan, dan mengurangi pengaruh rohani dari kitab ini dan berkat yang dijanjikan di sini.] - hal 29.
(3)Pandangan ini terlalu sempit / picik, karena penggenapan nubuat Kitab Wahyu selalu hanya diarahkan kepada gereja di Eropah pada jaman Reformasi, dan tidak memperhitungkan gereja-gereja lain di tempat yang berbeda dan pada jaman yang berbeda.
Steve Gregg: “Another criticism of historicism has been that it is too flexible in the service of its advocates, allowing most of them to identify their own times as the culmination of history. Walvoord (futurist) criticizes historicism on these very grounds, saying ‘its adherents have succumbed to the tendency to interpret the book in some sense climaxing in their generation.’ Historicism is criticized as being too parochial, failing to take the development of the church throughout the world into consideration. Tenney (futurist) has made this observation: The Historicist view which attempts to interpret the Apocalypse by the development of the church in the last nineteen centuries, seldom if ever takes cognizance of the church outside Europe. It is concerned mainly with the period of the Middle Ages and the Reformation and has relatively little to say of developments after A.D. 1500.” [= Kritik yang lain terhadap metode historis adalah bahwa metode ini terlalu flexibel dalam melayani para pendukungnya, mengijinkan kebanyakan dari mereka untuk mengenali jaman mereka sendiri sebagai puncak dari sejarah. Walvoord (futurist) mengkritik metode historis berdasarkan hal ini, dengan berkata: ‘para pengikutnya menyerah pada kecenderungan untuk menafsirkan kitab ini dalam arti tertentu mencapai klimaxnya dalam generasi mereka’. Metode historis ini dikritik sebagai terlalu berpandangan sempit / picik, dan tidak mempertimbangkan perkembangan gereja di seluruh dunia. Tenney (futurist) membuat pengamatan ini: Pandangan historis yang mencoba untuk menafsirkan kitab Wahyu menurut perkembangan gereja dalam 19 abad yang terakhir, jarang, dan mungkin tidak pernah, memperhatikan gereja di luar Eropah. Pandangan ini sebagian besar hanya memperhatikan jaman Abad Pertengahan dan Reformasi, dan secara relatif hanya berbicara sedikit tentang perkembangan setelah tahun 1500 M.] - ‘Revelation: Four Views’, hal 37.
2. The preterist method (metode preteris / lampau).
a. Pandangan / metodenya.
Kata preterist berasal dari kata bahasa Latin ‘PRAETER’, yang berarti ‘past / lampau’.
Penganut metode Preteris ini sangat memperhatikan kata-kata:
(1)‘apa yang harus segera terjadi’ (Wah 1:1).
(2)‘waktunya sudah dekat’ (Wah 1:3).
(3)‘apa yang harus segera terjadi’ (Wah 22:6).
(4)‘Aku datang segera’ (Wah 22:7).
Ini menyebabkan mereka lalu berpendapat bahwa seluruh / mayoritas nubuat dalam Kitab Wahyu sudah digenapi pada masa lalu, tidak lama setelah jaman rasul Yohanes sendiri, khususnya dalam kejatuhan kekaisaran Romawi. Sebagian preterist mengecualikan pasal-pasal terakhir dari Kitab Wahyu dan mereka berpendapat bahwa pasal-pasal terakhir ini melihat ke depan pada kedatangan Kristus yang kedua. Tetapi sebagian yang lain berpendapat bahwa seluruh Kitab Wahyu (tanpa kecuali) sudah terjadi.
Steve Gregg: “Some preterists believe that the book of Revelation looks no further into the future than the Jewish holocaust in A.D. 70. Others, however, believe that the first half of Revelation describes the fall of Jerusalem, the second half predicts the fall of the Roman Empire, and the final chapters describe the second coming of Christ.” [= Sebagian preterist percaya bahwa kitab Wahyu memandang ke masa depan tidak lebih jauh dari penghancuran masal terhadap bangsa Yahudi pada tahun 70 M. Tetapi para preterist yang lain percaya bahwa setengah yang pertama dari kitab Wahyu menggambarkan kejatuhan Yerusalem, sedangkan sisanya meramalkan kejatuhan kekaisaran Romawi, dan pasal-pasal yang terakhir menggambarkan kedatangan Kristus yang kedua-kalinya.] - ‘Revelation: Four Views’, hal 39.
b.Penganut metode ini.
Gereja Roma Katolik senang dengan pandangan / metode ini, karena metode ini menjadi perisai bagi mereka terhadap serangan para tokoh Reformasi yang menganut metode historis.
A. T. Robertson: “Roman Catholic scholars have been fond of the preterist view to escape the Protestant interpretation of the second beast in chapter 13 as papal Rome.” [= Para ahli theologia Roma Katolik senang dengan pandangan preterist untuk menghindari penafsiran Protestan tentang binatang yang kedua dalam pasal ke 13 sebagai kepausan Roma.] - hal 277.
Tetapi tentu saja bukan hanya Gereja Roma Katolik saja yang menerima metode ini.
c. Positifnya pandangan ini.
(1)Metode ini membuat Kitab Wahyu relevan bagi penerima orisinil Kitab Wahyu ini.
(2)Kata-kata ‘apa yang harus segera terjadi’ (1:1 bdk. 1:3 22:6) bisa diartikan secara hurufiah dan tidak perlu dicari-carikan arti lain.
d. Serangan / kritik terhadap pandangan ini.
(1)Metode ini membuat Kitab Wahyu tidak terlalu berguna untuk orang kristen yang hidup setelah jaman penerima orisinil dari Kitab Wahyu.
Leon Morris (Tyndale): “this view has the merit of making the book exceedingly meaningful for the people to whom it was written. And it has the demerit of making it meaningless (except for the information it gives about that early generation) for all subsequent readers.” [= pandangan ini mempunyai kebaikan dalam membuat kitab ini sangat berarti untuk orang-orang kepada siapa kitab itu ditulis (pembaca orisinil). Dan pandangan ini mempunyai kejelekan dalam membuat kitab itu tidak mempunyai arti (kecuali memberikan informasi tentang generasi yang lebih awal) untuk semua pembaca yang hidup setelah para pembaca orisinil.] - hal 16.
(2)Pandangan ini sangat bersandar pada penulisan kitab Wahyu sebelum 70 M, padahal ini adalah suatu hal yang diperdebatkan.
(3)Asal mula dari Preterist adalah dari kalangan Roma Katolik, sebagai reaksi terhadap serangan Protestan / para tokoh Reformasi.
Steve Gregg: “preterism is said to share similar disreputable origins with futurism ..., with both of them being Roman Catholics responses to Protestantism.” [= metode preteris dikatakan mempunyai asal usul yang sama jeleknya dengan metode futurist ..., karena keduanya merupakan tanggapan Roma Katolik terhadap ajaran / pandangan Protestan.] - ‘Revelation: Four Views’, hal 39.
Tetapi dalam hal ini Steve Gregg membela metode Preteris, dan mengatakan bahwa metode / pandangan ini sudah ada jauh sebelum jaman Reformasi, dan karena itu asal usulnya bukan dari Roma Katolik.
3. The futurist method (metode futuris / akan datang).
a. Pandangan / metodenya.
Seluruh / mayoritas isi Kitab Wahyu (ada yang mengecualikan pasal-pasal permulaan) menunjuk pada masa depan yang jauh, sesaat sebelum Kristus datang kembali.
Berbeda dengan metode historis dan preteris, metode futuris tidak bisa ditest dari sejarah, karena apa yang mereka nubuatkan melalui Kitab Wahyu semuanya belum terjadi, misalnya tentang Rapture / Pengangkatan orang suci (Steve Gregg, hal 43).
b. Penganut metode / pandangan futuris ini.
Sebetulnya Futuris terbagi 2 golongan, yaitu:
(1)Futurist yang moderat.
George Eldon Ladd termasuk penganut pandangan moderat ini.
(2)Futurist yang extrim.
Ini merupakan pandangan dari Dispensationalisme, yaitu pandangan yang percaya terhadap 2 macam kedatangan Kristus yang kedua, yaitu kedatangan di awan-awan untuk menjemput / mengangkat orang-orang suci (Rapture), dan kedatangan bersama dengan orang-orang suci.
Kata-kata ‘naiklah ke mari’ dalam Wah 4:1 dijadikan dasar dari Rapture / pengangkatan orang-orang suci.
Futurist golongan kedua ini sangat mendominasi dan merupakan pandangan yang paling populer pada jaman ini, dan merupakan pandangan dari J. N. Darby, C. I. Scofield, Clarence Larkin, Charles Ryrie, John Walvoord, Hal Lindsey, dsb.
c. Ciri khas metode / pandangan ini.
(1)Kitab Wahyu dianggap bersifat khronologis.
Steve Gregg: “Futurists, like historicists, often understand Revelation to be chronologically continuous, though some futurists see two parallel sections of Revelation (chapters 4-11 and chapters 12-19), both of which describe a future time of tribulation.” [= Futurist, seperti historist, sering mengerti kitab Wahyu sebagai terus menerus bersifat khronologis, sekalipun sebagian futurist melihat 2 bagian yang paralel dalam kitab Wahyu (pasal 4-11 dan pasal 12-19), yang sama-sama menggambarkan masa penganiayaan yang akan datang.] - ‘Revelation: Four Views’, hal 40.
(2)Penafsiran yang hurufiah dari Kitab Wahyu.
Steve Gregg: “Belief in the futurist approach frees the reader to take a more literal view of the visions, reducing the difficulties of interpreting the symbols. Of the various approaches to Revelation, the futurist is most likely to take a literal interpretation, since it alone has the luxury of doing so. For example, there has never been a time in the past when a third of the sea turned to blood, killing a third of the fish and sinking a third of the ships (Revelation 16). If this is to have a literal fulfillment, it must still be in the future. Other approaches must take the passage nonliterally. The same is true of other events anticipated in the chapters of Revelation, such as hailstone of a hundred pounds weight, locusts that sting like scorpions, two prophets who die in Jerusalem and rise again in three and a half days only to be publicly translated into the heavens for all to see, a mandatory mark applied to the forehead or right hand of every noncompliant citizen, etc. Henry Morris makes this point: It is inevitable that literalistic expositors of Revelation will be primarily futurists since practically none of the events of Revelation 4-22 have yet taken place in any literal sense.” [= Kepercayaan terhadap pendekatan futuris memberikan pembaca kebebasan untuk mengambil pandangan yang lebih hurufiah tentang penglihatan-penglihatan itu, mengurangi kesukaran dari penafsiran simbol-simbol itu. Dari bermacam-macam pendekatan kepada kitab Wahyu, futuris adalah yang paling mungkin mengambil penafsiran hurufiah, karena hanya metode itu saja yang mempunyai kepuasan dalam melakukannya. Sebagai contoh, tidak pernah ada saat dalam masa lampau dimana sepertiga dari laut menjadi darah, pembunuhan sepertiga dari ikan-ikan dan penenggelaman sepertiga dari kapal-kapal (Wah 16). Jika ini harus mempunyai penggenapan hurufiah, maka penggenapannya pasti ada di masa yang akan datang. Pendekatan-pendekatan yang lain harus menganggap bagian itu sebagai tidak bersifat hurufiah. Hal ini juga berlaku untuk peristiwa / kejadian lain yang diantisipasi oleh kitab Wahyu, seperti hujan es dengan berat seratus pounds, belalang yang menyengat seperti kalajengking, dua nabi yang mati di Yerusalem dan bangkit kembali dalam tiga setengah hari hanya untuk diangkat ke surga untuk dilihat semua orang, pemberian tanda pada dahi atau tangan kepada setiap orang yang tidak tunduk, dsb. Henry Morris menyatakan hal ini: Tidak bisa dihindarkan bahwa penafsir-penafsir hurufiah dari kitab Wahyu pada umumnya adalah futurist karena secara praktis tidak ada dalam peristiwa-peristiwa dari Wah 4-22 yang telah terjadi dalam arti hurufiah.] - ‘Revelation: Four Views’, hal 40-41.
Catatan: Mungkin ‘Wah 16’ dalam kutipan di atas lebih baik diganti dengan ‘Wah 8:8-9’, kecuali kalau kedua bagian itu dianggap paralel.
d. Serangan / kritik terhadap futurist.
(1)Kata-kata ‘apa yang harus segera terjadi’ (Wah 1:1), ‘waktunya sudah dekat’ (Wah 1:3), ‘apa yang harus segera terjadi’ (Wah 22:6) sukar disesuaikan dengan metode futuris.
(2)Ini menyebabkan Kitab ini menjadi tidak mempunyai arti / tidak relevan untuk penerima surat orisinil, bahkan juga tidak mempunyai arti / tidak relevan juga untuk generasi-generasi selanjutnya, dan hanya berguna untuk generasi orang kristen sesaat sebelum kedatangan Kristus keduakalinya. Bagi generasi-generasi selain generasi terakhir ini, Kitab Wahyu sangat sedikit artinya, mungkin hanya menunjukkan bahwa Allah mempunyai rencana.
Steve Gregg: “If we go along with the dispensational interpreters in finding the Rapture of the church at Revelation 4:1, then the book becomes largely irrelevant, not only to the original readers, but also to all Christians of any age. This is because the church will be in heaven before the majority of the prophecies begin to unfold, neither experiencing nor witnessing their fulfillment. This leaves it far from obvious why Christians should take an interest in such events, or why God wished to reveal them.” [= Jika kita setuju dengan para penafsir dispensationalis dengan menganggap bahwa Pengangkatan /Rapture dari gereja terjadi pada Wah 4:1, maka sebagian besar kitab ini menjadi tidak relevan, bukan hanya bagi pembaca orisinil, tetapi juga bagi semua orang kristen dalam jaman manapun. Ini disebabkan karena gereja akan ada di surga sebelum mayoritas dari nubuat-nubuat itu mulai dibukakan, dan tidak mengalami maupun menyaksikan penggenapan nubuat-nubuat itu. Ini membuat sangat tidak jelas mengapa orang kristen harus memperhatikan peristiwa-peristiwa seperti itu, atau mengapa Allah ingin menyatakannya.] - ‘Revelation: Four Views’, hal 42.
(3)Sifat khronologis dari Kitab Wahyu sukar dipertahankan.
Steve Gregg: “There is no reason to insist on a strictly chronological sequence to the unfolding of events predicted in Revelation, though some approaches have a tendency to assume such a sequence. ... A certain amount of parallelism is to be observed in Revelation, regardless of which of the four approaches one takes. That is, some portion double back to cover the same ground as was covered in previous sections. Scholars do not agree as to how many parallel sections are present.” [= Tidak ada alasan untuk berkeras pada urut-urutan kronologis yang ketat terhadap dibukanya peristiwa-peristiwa yang diramalkan dalam Kitab Wahyu, sekalipun beberapa pendekatan mempunyai kecenderungan untuk beranggapan adanya urut-urutan seperti itu. ... Sejumlah bagian paralel tertentu harus diperhatikan dalam Kitab Wahyu, tak peduli yang mana dari empat pendekatan yang ia ambil. Yaitu, beberapa bagian mengulangi hal yang sama yang telah diliput dalam bagian sebelumnya. Para penafsir tidak sependapat berkenaan dengan berapa jumlah bagian paralel yang ada.] - ‘Revelation: Four Views: A Parallel Commentary’, hal 18-19.
(4)Penafsiran hurufiah mereka sering tidak dilakukan dengan konsisten, dimana mereka sering ‘membaca terlalu dalam ke dalam text’, dan bahkan kadang-kadang terpaksa mengakui bahwa penafsiran harus dilakukan secara simbolis.
Steve Gregg: “The futurist believes that Revelation 20 describes a period of world peace and justice with Christ reigning on earth from Jerusalem, though no part of this description can be found in the chapter itself, taken literally. This observation does not mean that this futurist scenario cannot be true. But it must be derived by reading into the passages in Revelation features that are not plainly stated. Dispensationalists themselves often must admit to the necessity of recognizing some symbolism in Revelation, all the while clinging as much as possible to the literal hermeneutic that is their boast in contrast to most other theological systems.” [= Futurist percaya bahwa Wah 20 menggambarkan suatu masa dunia yang damai dan adil dengan Kristus memerintah di dunia dari Yerusalem, sekalipun tidak ada bagian dari penggambaran ini bisa ditemukan dalam pasal itu sendiri, jika diartikan secara hurufiah. Pengamatan ini tidak berarti bahwa skenario futurist ini tidak mungkin benar. Tetapi itu harus didapatkan dengan membaca ke dalam bagian kitab Wahyu itu hal-hal yang tidak ditulis / dinyatakan secara jelas / nyata. Para penganut Dispensationalis sering harus mengakui keharusan untuk mengenali beberapa simbol dalam Kitab Wahyu, sementara tetap berpegang seerat mungkin pada hermeneutic hurufiah yang merupakan kebanggaan mereka, bertentangan dengan kebanyakan sistim theologia yang lain.] - ‘Revelation: Four Views’, hal 41.
(5)Sama seperti Preteris, Futuris juga diserang dalam persoalan asal usul, karena Futuris juga dianggap berasal usul dari kalangan gereja Roma Katolik, sebagai reaksi atas serangan Protestan / para tokoh Reformasi terhadap Roma Katolik.
Steve Gregg: “Francisco Ribeira, a Spanish Jesuit, is known to have originated this approach to Revelation in 1585 for the purpose of refuting the historicist view, and the Reformers’ insistence that the ‘beast’ was the papacy. Ribeira taught that the ‘Antichrist’ had not yet come and would be an individual arising ‘in the last days.’ Protestants rejected this view for over 200 years, but it was finally introduced in Protestant circles by Samuel Maitland in 1827 and popularized in the works of J. N. Darby, the founder of dispensationalism, beginning in 1830.” [= Francisco Ribeira, seorang Jesuit Spanyol, diketahui memulai pendekatan Kitab Wahyu ini dalam tahun 1585 dengan tujuan untuk menentang pandangan historis, dan desakan para tokoh Reformasi bahwa sang ‘binatang’ itu adalah kepausan. Ribeira mengajar bahwa sang Anti-Kristus belum datang dan akan merupakan seorang individu yang muncul ‘pada hari-hari terakhir’. Protestan menolak pandangan ini selama lebih dari 200 tahun, tetapi pandangan itu akhirnya dimasukkan / diajukan dalam lingkungan Protestan oleh Samuel Maitland dalam tahun 1827 dan dipopulerkan dalam pekerjaan J. N. Darby, pendiri dari Dispensationalisme, dimulai pada tahun 1830.] - ‘Revelation: Four Views’, hal 42.
4. The spiritual method (metode spiritual / rohani).
a. Nama lain untuk metode ini.
Metode ini juga disebut dengan istilah ‘idealist method’ [= metode idealis] atau ‘symbolical method’ [= metode simbolis].
b. Metode / pandangannya.
Nubuat-nubuat dalam kitab Wahyu tidak hanya mempunyai satu penggenapan specific / tertentu. Penggenapan nubuat-nubuat itu terjadi secara rohani, dan bisa terjadi berulang-ulang. Karena itu nubuat-nubuat itu bisa diterapkan pada orang-orang kristen dalam sepanjang jaman.
Steve Gregg: “I am using the label ‘spiritual approach’ to include all approaches that do not look for individual or specific fulfillments of the prophecies of Revelation in the natural sense, but which believe only that spiritual lessons and principles (which may find recurrent expression in history) are depicted symbolically in the visions.” [= Saya menggunakan label ‘pendekatan spiritual / rohani’ untuk mencakup semua pendekatan yang tidak mencari penggenapan-penggenapan individu atau specific /tertentu dari nubuat-nubuat Kitab Wahyu dalam arti alamiah, tetapi yang percaya bahwa hanyalah pelajaran-pelajaran dan prinsip-prinsip rohani (yang bisa mendapatkan expresi / pernyataan berulang-ulang dalam sejarah) yang digambarkan secara simbolis dalam penglihatan-penglihatan itu.] - ‘Revelation: Four Views’, hal 43.
c. Keuntungan dan positifnya pandangan ini.
Keuntungan dari pandangan ini adalah bahwa pandangan ini terhindar dari problem untuk mengharmoniskan bagian tertentu dari Kitab Wahyu dengan penggenapan tertentu, yang merupakan kesukaran yang besar dari pandangan-pandangan yang lain.
Dan positifnya pandangan ini adalah bahwa pandangan ini membuat setiap bagian Kitab Wahyu relevan bagi semua orang Kristen di segala jaman.
William Hendriksen: “A sound interpretation of the Apocalypse must take as its starting-point the position that the book intended for believers living in John’s day and age. ... we should give equal prominence to the fact that this book was intended not only for those who first read it, but for all believers throughout this entire dispensation.” [= Penafsiran yang sehat dari Kitab Wahyu harus mulai dari posisi bahwa Kitab ini dimaksudkan untuk orang-orang percaya pada jaman Yohanes. ... kita harus memberi penekanan yang sama pada fakta bahwa Kitab ini dimaksudkan bukan hanya untuk mereka yang pertama membacanya, tetapi untuk semua orang percaya dalam seluruh jaman ini.] - hal 10.
d. Problem bagi pandangan ini.
Problem bagi pandangan ini adalah ayat-ayat yang menunjukkan bahwa hal-hal itu akan segera terjadi, seperti Wah 1:1,3 dan Wah 22:6. Karena itu penafsir-penafsir modern menggabungkan pandangan ini dengan metode Preteris atau metode Historis.
Catatan:
Steve Gregg memasukkan William Hendriksen, yang menamakan pandangannya sebagai progressive parallelism, ke dalam spiritual method ini. Tetapi karena metode William Hendriksen agak unik, maka saya membahasnya secara terpisah sebagai metode / pendekatan ke 5 di bawah ini.
5. The progressive parallelism method [= Metode paralelisme yang progresif].
a. Penganut pandangan / metode ini.
Ini adalah pandangan William Hendriksen, Geoffrey B. Wilson (‘Revelation’, hal 11), dan Anthony A. Hoekema (‘The Bible and The Future’, hal 223).
b. Pandangan / metodenya.
(1)Bagian-bagian yang paralel.
Kitab Wahyu dibagi menjadi 7 bagian yang paralel, dan setiap bagian menjangkau seluruh sejarah gereja. Ketujuh bagian Kitab Wahyu itu adalah:
(a)Wah 1-3.
Wah 1:12-13 menunjukkan Kristus di tengah-tengah 7 kaki dian emas. 7 kaki dian emas itu melambangkan 7 jemaat / gereja (Wah 1:20). Bilangan 7 melambangkan kesempurnaan /kelengkapan (completeness), dan karena itu ini menunjuk kepada seluruh gereja sampai pada akhir jaman. Karena itu bagian I ini (Wah 1-3) menjangkau mulai kedatangan Kristus yang pertama (Wah 1:5) sampai kedatangan Kristus yang keduakalinya (Wah 1:7).
(b)Wah 4-7.
Bagian ke II ini juga menjangkau mulai kedatangan Kristus yang pertama sampai kedatangan Kristus yang keduakalinya, karena Wah 5:5-6 menunjukkan Kristus yang telah disembelih itu sekarang bertahta di surga; sedangkan Wah 6:16-17 dan Wah 7:16-17 jelas menunjuk pada akhir jaman.
(c)Wah 8-11.
Ini adalah 7 sangkakala yang mempengaruhi dunia. Apa yang terjadi dengan gereja digambarkan dalam Wah 10-11. Dan akhir dari bagian ke 3 ini (Wah 11:15,18), jelas menunjuk pada penghakiman akhir jaman.
(d)Wah 12-14.
Kelahiran Anak (Wah 12:5) menunjuk pada kelahiran Kristus. Dan bagian IV ini diakhiri dengan kedatangan Kristus yang keduakalinya (Wah 14:14,16).
(e)Wah 15-16.
Tujuh cawan murka Allah menunjuk pada penghakiman terakhir dan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi yang berhubungan dengan penghakiman itu.
(f) Wah 17-19.
Ini menggambarkan jatuhnya Babel, dan penghukuman terhadap binatang dan nabi palsu. Wah 19:11-16 menunjuk pada kedatangan Kristus yang keduakalinya.
(g)Wah 20-22.
Ini dimulai dengan pengikatan Iblis selama 1000 tahun (Wah 20:1-3). Nanti Iblis akan dilepaskan untuk sedikit waktu (Wah 20:7). Ini lalu diikuti oleh kedatangan Kristus yang keduakalinya dengan penghakimanNya (Wah 20:9-15) disusul dengan langit dan bumi yang baru (Wah 21-22).
Catatan: jelas bahwa Hendriksen dalam persoalan Kerajaan 1000 tahun menganut Amillenialisme.
(2)Sifat progresif [= maju / berkembang] dari bagian-bagian yang paralel tersebut.
Hendriksen mengatakan bahwa dalam 7 bagian yang paralel itu ada ‘progress’ [= kemajuan / perkembangan], yaitu dalam:
(a)Intensitas dari peperangan rohani. Misalnya dalam Wah 12-22 intensitasnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Wah 1-11.
(b)Revelation / wahyu tentang kejahatan manusia, kebenaran ilahi, dan pemerintahan ilahi.
(c)Penekanan eschatology / akhir jaman. Setiap bagian bergerak sedikit lebih jauh ke masa depan.
William Hendriksen: “... although all the sections of the Apocalypse run parallel and span the period between the first and second coming of Christ and are rooted in the soil of the old dispensation, yet there is also a degree of progress. The closer we approach the end of the book the more our attention is directed to the final judgment and that which lies beyond it. The seven sections are arranged, as it were, in an ascending, climactic order. The book reveals a gradual progress in eschatological emphasis.” [= ... sekalipun semua bagian dari kitab Wahyu berjalan paralel dan menjangkau masa di antara kedatangan pertama dan kedatangan kedua dari Kristus dan berakar dalam tanah Perjanjian Lama, tetapi di sana juga ada tingkat kemajuan / perkembangan. Makin kita mendekati akhir kitab itu, makin perhatian kita diarahkan kepada penghakiman terakhir dan hal-hal yang terletak di baliknya. Ketujuh bagian itu diatur dalam suatu urut-urutan yang menanjak dan membentuk suatu klimax. Kitab ini menyatakan suatu kemajuan perlahan-lahan dalam penekanan eskatologi.] - hal 35.
Beberapa hal penting yang harus diketahui tentang macam-macam metode / pendekatan ini:
(1)Ada banyak penafsir yang menggabungkan lebih dari satu pandangan / metode.
Leon Morris (Tyndale): “It seems that elements from more than one of these views are required for a satisfactory understanding of Revelation.” [= Kelihatannya dibutuhkan elemen-elemen dari lebih dari salah satu dari pandangan-pandangan ini untuk mendapatkan suatu pengertian yang memuaskan tentang kitab Wahyu.] - hal 18.
(2)Perbedaan penafsiran antara metode yang satu dengan yang lain baru terlihat secara menyolok mulai Wah 4, dan menjadi makin menyolok dalam Wah 6-19.
Steve Gregg: “It is not until the beginning of Revelation 4 that the four views really part company (and the radical differences apply only to chapters 6-19). Thus the first three and the last three chapters of Revelation are not debated on the same basis as are the chapters in the middle of the book. There is by no means unanimity as to the meaning of these opening and closing sections, however.” [= Baru pada permulaan Wah 4 ke 4 pandangan ini betul-betul berpisah (dan perbedaan yang radikal hanya berlaku pada pasal 6-19). Jadi 3 pasal yang pertama dan 3 pasal yang terakhir dari kitab Wahyu tidak diperdebatkan pada dasar yang sama seperti pasal-pasal pada pertengahan kitab ini. Tetapi itu sama sekali tidak berarti bahwa ada kesatuan pandangan tentang arti dari bagian-bagian awal dan akhir ini.] - ‘Revelation: Four Views: A Parallel Commentary’, hal 5.
Sekarang, apa relevansinya pelajaran tentang metode-metode penafsiran kitab Wahyu ini dengan penafsiran ES tentang Wah 12:7-11?
Relevansi / hubungannya adalah ini: TIDAK ADA SATUPUN DARI METODE PENAFSIRAN KITAB WAHYU YANG BERANGGAPAN BAHWA KITAB WAHYU MEMBICARAKAN MASA LALU YANG SANGAT JAUH, YAITU KEJATUHAN IBLIS. Dalam masing-masing pandangan yang telah saya bahas di atas, perhatikan bagian yang saya garis-bawahi dan beri warna ungu. Maka saudara akan melihat bahwa semua metode menganggap kitab Wahyu hanya berkenaan dengan masa di sekitar kelahiran Kristus ke masa yang akan datang, baik dekat maupun jauh, sampai pada kedatangan Kristus yang keduakalinya.
Jadi, ditinjau dari sudut metode yang manapun, penafsiran ES tentang Wah 12:7-11 itu memang ‘out of context’ / keluar dari kontextnya!
CORPUS DELICTI (9)
e) Sekarang mari kita melihat beberapa penafsiran tentang Wah 12 ini.
Matthew Henry & Adam Clarke:
Matthew Henry dan Adam Clarke menganggap naga menunjuk kepada kekaisaran kafir Roma. Tafsiran ini jelas bertentangan dengan ay 9: “Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.”.
Karena ngawurnya tafsiran mereka, saya tak menggunakan tafsiran mereka lebih jauh lagi. Tetapi bahkan merekapun tidak menganggap bahwa Wah 12:7-8 menunjuk pada kejatuhan Iblis!
Matthew Henry: “Here we see that early prophecy eminently fulfilled in which God said he would ‘put enmity between the seed of the woman and the seed of the serpent,’ Gen 3:15.” [= Di sini kita melihat bahwa nubuat awal secara menyolok digenapi dalam mana Allah berkata Ia akan ‘mengadakan permusuhan antara benih / keturunan perempuan ini dan benih / keturunan dari ular’, Kej 3:15.].
Matthew Henry: “3. The success of the battle: ‘The dragon and his angels fought and prevailed not;’ there was a great struggle on both sides, but the victory fell to Christ and his church, and the dragon and his angels were not only conquered, but cast out; the pagan idolatry, which was a worshipping of devils, was extirpated out of the empire in the time of Constantine.” [= 3. Sukses dari pertempuran: ‘Naga dan malaikat-malaikatnya berperang dan kalah’; di sana ada suatu pergumulan yang besar di kedua pihak, tetapi kemenangan jatuh kepada Kristus dan gerejaNya, dan naga dan malaikat-malaikatnya bukan hanya dikalahkan, tetapi dibuang ke luar; penyembahan berhala kafir, yang merupakan suatu penyembahan setan-setan, dihancurkan secara total dari kekaisaran dalam jaman Konstantin.].
Dari kata-kata ini jelas Matthew Henry tidak menganggap perang itu terjadi pada saat kejatuhan Iblis!
Adam Clarke: “‘And there was war in heaven.’ As heaven means here the throne of the Roman Empire, the war in heaven consequently alludes to the breaking out of civil commotions among the governors of this empire.” [= ‘Dan di sana ada perang di surga’. Karena surga di sini berarti takhta dari Kekaisaran Roma, maka perang di surga menunjuk secara tidak langsung pada pecahnya pemberontakan sipil di antara gubernur-gubernur dari kekaisaran ini.].
Jelas bahwa Adam Clarke tidak menganggap perang ini terjadi pada saat kejatuhan Iblis!
George Eldon Ladd:
George Eldon Ladd: “The dragon represents Satan; the woman represents the ideal people of God - the church. ... The birth of Messiah is represented (vss. 2,5), but there is no room in the story for his life and ministry; he is suddenly caught up in heaven (vs. 5);” [= Naga menggambarkan Iblis; perempuan menggambarkan umat yang ideal dari Allah - gereja. ... Kelahiran Mesias digambarkan (ay 2,5), tetapi di sana tidak ada tempat dalam cerita itu untuk kehidupan dan pelayananNya; Ia tiba-tiba diangkat ke surga (ay 5).] - hal 166.
Kapan perang itu terjadi?
George Eldon Ladd: “This is not a vision of an event which is to take place at the end; it is a vision in highly imaginative terms of the heavenly warfare between God and Satan, which has its counterpart in history in the conflict between the church and demonic evil.” [= Ini bukanlah suatu penglihatan dari suatu peristiwa yang akan terjadi pada akhir; itu adalah suatu penglihatan dalam istilah-istilah yang sangat bersifat imaginatif tentang peperangan surgawi antara Allah dan Iblis, yang mempunyai kesesuaian dalam sejarah dalam konflik antara gereja dan kejahatan setan.] - hal 166.
Jelas bahwa George Eldon Ladd tidak menganggap perang ini berhubungan dengan kejatuhan Iblis!
William Hendriksen:
Siapa ‘perempuan’, ‘naga’, dan ‘Anak’ itu?
William Hendriksen: “That woman symbolizes the Church (cf. Is. 50:1; 54:1; Ho. 2:1; Eph. 5:32). Scripture emphasizes the fact that the Church in both dispensations is one. ... Secondly, there is the child, the seed of the woman. This mighty child is the Christ. ... Thirdly, there is the dragon. It symbolizes Satan (Rev. 20:2).” [= Perempuan itu menyimbolkan Gereja (bdk. Yes 50:1; 54:1; Hos 1:12; Ef 5:32). Kitab Suci menekankan fakta bahwa Gereja dalam kedua jaman adalah satu. ... Kedua, di sana ada sang Anak, benih / keturunan dari si perempuan. Anak yang perkasa ini adalah Kristus. ... Ketiga, di sana ada sang naga. Itu menyimbolkan Iblis (Wah 20:2).] - ‘More Than Conquerors’, hal 135,136.
Yes 50:1 - “Beginilah firman TUHAN: ‘Di manakah gerangan surat cerai ibumu tanda Aku telah mengusir dia? Atau kepada siapakah di antara penagih hutangKu Aku pernah menjual engkau? Sesungguhnya, oleh karena kesalahanmu sendiri kamu terjual dan oleh karena pelanggaranmu sendiri ibumu diusir.”.
Yes 54:1 - “Bersorak-sorailah, hai si mandul yang tidak pernah melahirkan! Bergembiralah dengan sorak-sorai dan memekiklah, hai engkau yang tidak pernah menderita sakit bersalin! Sebab yang ditinggalkan suaminya akan mempunyai lebih banyak anak dari pada yang bersuami, firman TUHAN.”.
Hos 1:12 - “Katakanlah kepada saudara-saudaramu laki-laki: ‘Ami!’ dan kepada saudara-saudaramu perempuan: ‘Ruhama!’”.
Hos 2:1 - “‘Adukanlah ibumu, adukanlah, sebab dia bukan isteriKu, dan Aku ini bukan suaminya; biarlah dijauhkannya sundalnya dari mukanya, dan zinahnya dari antara buah dadanya,”.
Ef 5:32 - “Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.”.
Wah 20:2 - “ia menangkap naga, si ular tua itu, yaitu Iblis dan Satan. Dan ia mengikatnya seribu tahun lamanya,”.
William Hendriksen: “Let us now study the main thought. It is this - the dragon stands in front of the woman who is about to be delivered so that when she is delivered he may devour her child; that is, Satan is constantly aiming at the destruction of the Christ. ... a. The initial promise (Gn. 3:15). Revelation 12 is very clearly based on this verse. The same characters appear in both; the same truth is proclaimed in both.” [= Sekarang marilah kita mempelajari pemikiran utamanya. Itu adalah ini - sang naga berdiri di depan si perempuan yang mau melahirkan sehingga pada waktu ia melahirkan ia bisa menelan Anaknya; artinya, Iblis secara konstan / terus menerus memaksudkan kehancuran dari Kristus. ... a. Janji pertama (Kej 3:15). Wah 12 dengan sangat jelas didasarkan pada ayat ini. Karakter-karakter / pemeran-pemeran yang sama muncul / terlihat dalam kedua text; kebenaran yang sama diberitakan dalam kedua text.] - ‘More Than Conquerors’, hal 136,137.
Kej 3:15 - “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.’”.
KJV: ‘And I will put enmity between thee and the woman, and between thy seed and her seed; it shall bruise thy head, and thou shalt bruise his heel.’ [= Dan Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara benih / keturunanmu dan benih / keturunannya; itu akan menghancurkan kepalamu, dan engkau akan menghancurkan tumitnya’.].
William Hendriksen: “The ‘serpent’ of Genesis 3 is the ‘dragon’ of Revelation 12. The woman’s ‘seed’ of Genesis 3 is the ‘son, a man child’ of Revelation 12. Also in Genesis 3:15 the expression ‘her seed’ indicates the Christ.” [= ‘Ular’ dari Kej 3 adalah ‘naga’ dari Wah 12. ‘Benih / keturunan’ si perempuan dari Kej 3 adalah ‘anak laki-laki’ dari Wah 12. Juga dalam Kej 3:15 ungkapan ‘benih / keturunannya’ menyatakan / berarti Kristus.] - ‘More Than Conquerors’, hal 137.
Kapan perang dalam Wah 12:7-9 itu terjadi?
William Hendriksen: “2. The expulsion of the dragon (12:7-12). The second symbolic picture show us the effect of Christ’s birth, atonement, and ascension to the throne in heaven. As always, let us first see the picture as a whole. There is a battle in heaven. Michael, as leader of the good angels and defender of God’s people (Dn. 10:13,21; 12:1; Jude 9) makes an attack upon the dragon, the leader of the evil angels and the opponent of God’s people. ... Notice, however, that it is Michael and his army that do the attacking. The result is that the dragon is defeated and cast out of heaven. ... The picture which John sees is fully explained by the words which he hears. The battle in heaven and the hurling down of the dragon are not to be understood literally. Satan is ‘hurled down from heaven’ in this sense, namely that he has lost his place as an accuser of the brethren. Whereas Christ was born and rendered satisfaction for sin, Satan has lost every semblance of justice for his accusations against believers. True, he continues to accuse. That is his work even today. But no longer is he able to point to the unaccomplished work of the Saviour. Christ’s atonement has been fully accomplished; complete satisfaction for sin had been rendered when He ascended to heaven (cf. Rom. 8:33: ‘Who shall bring any accusation against God’s elect?’; cf. also Rom. 8:1 and Luk. 10:18).” [= 2. Pengusiran dari sang naga (12:7-12). Gambaran simbolis yang kedua menunjukkan kepada kita HASIL DARI KELAHIRAN, PENEBUSAN, DAN KENAIKAN KRISTUS KE TAKHTA DI SURGA. Seperti biasa, marilah pertama-tama kita melihat gambarannya secara keseluruhan. Di sana ada pertempuran di surga. Mikhael, sebagai pemimpin dari malaikat-malaikat yang baik dan pembela dari umat Allah (Daniel 10:13,21; 12:1; Yudas 9) membuat suatu serangan terhadap sang naga, pemimpin dari malaikat-malaikat jahat dan penentang dari umat Allah. ... Tetapi perhatikan, bahwa adalah Mikhael dan pasukannya yang melakukan serangan. Hasilnya adalah bahwa sang naga dikalahkan dan dibuang dari surga. ... Gambaran yang Yohanes lihat dijelaskan secara penuh oleh kata-kata yang ia dengar. PERTEMPURAN DI SURGA DAN PELEMPARAN KE BAWAH DARI SANG NAGA TIDAK BOLEH DIMENGERTI SECARA HURUFIAH. Iblis ‘dilemparkan ke bawah dari surga’ dalam arti ini, yaitu bahwa IA TELAH KEHILANGAN TEMPATNYA SEBAGAI SEORANG PENDAKWA DARI SAUDARA-SAUDARA (orang-orang Kristen). Karena Kristus telah dilahirkan dan memberikan / membuat penebusan untuk dosa, Iblis telah kehilangan setiap kemiripan keadilan untuk dakwaan-dakwaannya terhadap / menentang orang-orang percaya. Memang, ia terus mendakwa. Itu adalah pekerjaannya bahkan sekarang ini. Tetapi ia tidak lagi bisa menunjuk pada pekerjaan yang belum selesai dari sang Juruselamat. Penebusan Kristus telah diselesaikan sepenuhnya; penebusan lengkap / sempurna untuk dosa telah diberikan / dibuat pada waktu Ia naik ke surga (bdk. Ro 8:33: ‘Siapa yang akan membawa dakwaan apapun terhadap / menentang orang-orang pilihan Allah?’; bdk. juga Ro 8:1 dan Luk 10:18).] - ‘More Than Conquerors’, hal 140-141.
Dan 10:13,21 - “(13) Pemimpin kerajaan orang Persia berdiri dua puluh satu hari lamanya menentang aku; tetapi kemudian Mikhael, salah seorang dari pemimpin-pemimpin terkemuka, datang menolong aku, dan aku meninggalkan dia di sana berhadapan dengan raja-raja orang Persia. ... (21) Namun demikian, aku akan memberitahukan kepadamu apa yang tercantum dalam Kitab Kebenaran. Tidak ada satupun yang berdiri di pihakku dengan tetap hati melawan mereka, kecuali Mikhael, pemimpinmu itu,”.
Dan 12:1 - “‘Pada waktu itu juga akan muncul Mikhael, pemimpin besar itu, yang akan mendampingi anak-anak bangsamu; dan akan ada suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu. Tetapi pada waktu itu bangsamu akan terluput, yakni barangsiapa yang didapati namanya tertulis dalam Kitab itu.”.
Yudas 9 - “Tetapi penghulu malaikat, Mikhael, ketika dalam suatu perselisihan bertengkar dengan Iblis mengenai mayat Musa, tidak berani menghakimi Iblis itu dengan kata-kata hujatan, tetapi berkata: ‘Kiranya Tuhan menghardik engkau!’”.
Ro 8:33a - “Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah?”.
Ro 8:1 - “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.”.
Luk 10:18 - “Lalu kata Yesus kepada mereka: ‘Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit.”.
Dari kata-kata William Hendriksen di atas ini jelas ia beranggapan bahwa ‘perang’ itu terjadi setelah kenaikan Kristus ke surga! Jadi sama sekali tidak ada urusannya dengan kejatuhan Iblis yang terjadi di masa lalu yang sangat jauh.
Geoffrey B. Wilson:
Siapa ‘perempuan’, ‘naga’, dan ‘Anak’ itu?
Geoffrey B. Wilson (tentang ay 1): “In this chapter we are shown the purpose which lies behind Satan’s attack upon the people of God.” [= Dalam pasal ini kita ditunjukkan tujuan yang terletak di belakang serangan Iblis terhadap umat Allah.] - hal 103.
Catatan: secara implicit ini menunjukkan bahwa naga itu menunjuk kepada Iblis!
Geoffrey B. Wilson (tentang ay 1): “The woman should be regarded as an ideal symbol of God’s people in both dispensations.” [= Perempuan itu harus dianggap sebagai suatu simbol yang ideal tentang umat Allah dalam kedua jaman (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru).] - hal 103.
Geoffrey B. Wilson (tentang ay 2): “The woman is pictured as pregnant, and she cries in anguish as she labours to give birth to her child. This cry of travail fills the Old Testament as the chosen community longs for the advent of ‘the seed of the woman’ (Gen. 3:15; Isa. 26:17; Micah 4:9,10; 5:2,3).” [= Perempuan itu digambarkan sebagai hamil, dan ia berteriak dalam kesakitan pada waktu ia berjuang untuk melahirkan Anaknya. Teriakan penderitaan untuk melahirkan ini memenuhi Perjanjian Lama pada waktu kelompok pilihan merindukan kedatangan dari ‘benih / keturunan dari si perempuan’ (Kej 3:15; Yes 26:17; Mikha 4:9,10; 5:1,2).] - hal 103-104.
Kej 3:15 - “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.’”.
Yes 26:17 - “Seperti perempuan yang mengandung yang sudah dekat waktunya untuk melahirkan, menggeliat sakit, mengerang karena sakit beranak, demikianlah tadinya keadaan kami di hadapanMu, ya TUHAN:”.
Catatan: menurut saya ayat ini tidak cocok untuk digunakan.
Mikha 4:9-10 - “(9) Maka sekarang, mengapa engkau berteriak dengan keras? Tiadakah raja di tengah-tengahmu? Atau sudah binasakah penasihatmu, sehingga engkau disergap kesakitan seperti perempuan yang melahirkan? (10) Menggeliatlah dan mengaduhlah, hai puteri Sion, seperti perempuan yang melahirkan! Sebab sekarang terpaksa engkau keluar dari kota dan tinggal di padang, terpaksa engkau berjalan sampai Babel; di sanalah engkau akan dilepaskan, di sanalah engkau akan ditebus oleh TUHAN dari tangan musuhmu.”.
Catatan: menurut saya ayat ini juga tidak cocok untuk digunakan.
Mikha 5:1-2 - “(1) Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagiKu seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala. (2) Sebab itu ia akan membiarkan mereka sampai waktu perempuan yang akan melahirkan telah melahirkan; lalu selebihnya dari saudara-saudaranya akan kembali kepada orang Israel.”.
Geoffrey B. Wilson (tentang ay 2): “In Scripture no sharp dividing line is drawn between the true Israel and the new Israel, because the people of the promise are one people, whether they lived before of after the coming of Christ (Matt. 8:11; Rom. 4:16; Gal. 3:9).” [= Dalam Kitab Suci tak ada garis pemisah yang tajam yang dibuat antara Israel yang sejati / benar dan Israel yang baru, karena umat dari perjanjian adalah satu umat, apakah mereka hidup sebelum atau sesudah kedatangan Kristus (Mat 8:11; Ro 4:16; Gal 3:9).] - hal 104.
Mat 8:11 - “Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga,”.
Ro 4:16 - “Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham adalah bapa kita semua, -”.
Catatan: bagian yang saya garis-bawahi itu ditafsirkan oleh Calvin sebagai menunjuk kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada Kristus.
Gal 3:9 - “Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu.”.
Geoffrey B. Wilson (tentang ay 3): “The second sign John sees in the sky is a great red dragon with seven heads, which he later identifies as ‘the old serpent, he that is called the Devil and Satan’ (v 9).” [= Tanda yang kedua yang Yohanes lihat di langit adalah seekor naga merah yang besar dengan tujuh kepala, yang belakangan ia samakan dengan ‘si ular tua, ia yang disebut Iblis dan Satan’ (ay 9).] - hal 104.
Geoffrey B. Wilson (tentang ay 9): “The identity of the dragon is here put beyond all doubt. He is called: 1. ‘The old serpent’, whose first act of deceit was to beguile Eve in the garden (Gen. 3:1-7); 2. ‘The Devil’, (which means ‘slanderer’) because he is the calumniator of God’s servants, v 10; 3. ‘Satan’ (which means ‘adversary’), because he is the great enemy of mankind; 4. ‘The deceiver of the whole world’, which is blinded by his lies (2Cor. 4:4).” [= Identitas dari naga itu di sini dinyatakan tanpa keraguan. Ia disebut: 1. ‘Ular tua’, yang tindakan penipuan pertamanya adalah menipu Hawa di taman (Kej 3:1-7); 2. ‘Iblis’, (yang berarti ‘pemfitnah’) karena ia adalah pemfitnah dari pelayan-pelayan Allah, ay 10; 3. ‘Satan’ (yang berarti ‘musuh’), karena ia adalah musuh terbesar dari umat manusia; 4. ‘Penipu dari seluruh dunia’, yang dibutakan oleh dusta-dustanya (2Kor 4:4).] - hal 106.
Wah 12:10 - “Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: ‘Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapiNya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.”.
2Kor 4:4 - “yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.”.
Geoffrey B. Wilson (tentang ay 4): “The power of the dragon was such that the sweep of his tail was able to drag away a third of the stars of heaven and cast them to the earth (Dan. 8:10). This dramatic figure has the introductory function of illustrating the destructive power of the dragon, but the main purpose of the verse is to show that this power is directed against God’s Messiah. Thus the dragon stands before the woman waiting to devour her child as soon as he is born. ‘The pregnant woman is the church which is pregnant with the promise of the Messiah beginning with Genesis 3:15. Satan’s one aim was ‘to devour’ or destroy this Messiah’ (Lenski).” [= Kuasa dari sang naga adalah sedemikian rupa sehingga sapuan ekornya mampu menyeret sepertiga bintang-bintang dari surga / langit dan melemparkan mereka ke bumi (Dan 8:10). Gambaran yang dramatis ini mempunyai fungsi yang bersifat memperkenalkan untuk menjelaskan kuasa yang bersifat menghancurkan dari sang naga, tetapi tujuan utama dari ayat ini adalah untuk menunjukkan bahwa kuasa ini diarahkan terhadap / menentang Mesias dari Allah. Jadi sang naga berdiri di depan perempuan itu menunggu untuk menelan Anaknya begitu Ia dilahirkan. "Perempuan yang mengandung itu adalah gereja yang mengandung dengan janji tentang Mesias dimulai dari Kej 3:15. Satu tujuan Iblis adalah ‘menelan’ atau menghancurkan Mesias ini" (Lenski).] - hal 104.
Geoffrey B. Wilson (tentang ay 5): “The woman gives birth to a male child, who is clearly the Lord’s anointed, for he is destined to rule the nations with a rod of iron (Ps. 2:9; cf. 19:15). Without referring to the earthly life, John passes straight from Christ’s birth to the ascension, because he wishes to stress the fact that the dragon’s plan was foiled by an act of divine power. The child was caught up to God, ‘and unto his throne’. These words ‘are added to emphasize the completeness of Satan’s failure; the Messiah, so far from being destroyed, is caught up to a share in God’s throne’ (Beckwith).” [= Perempuan itu melahirkan seorang Anak laki-laki, yang secara jelas adalah orang yang diurapi Tuhan, karena Ia ditentukan untuk memerintah bangsa-bangsa dengan suatu gada besi (Maz 2:9; bdk. 19:15). Tanpa mengarahkan perhatian pada kehidupan duniawi (Yesus), Yohanes melanjutkan dengan cepat dari kelahiran Kristus pada kenaikan (ke surga), karena ia ingin untuk menekankan fakta bahwa rencana sang naga digagalkan oleh suatu tindakan dari kuasa ilahi. Anak itu diangkat / dibawa kepada Allah, ‘dan kepada takhtaNya’. Kata-kata ini ‘ditambahkan untuk menekankan kelengkapan dari kegagalan Iblis; sang Mesias, begitu jauh dari dihancurkan, diangkat untuk mendapat bagian dalam takhta Allah’ (Beckwith).] - hal 105.
Wah 19:15 - “Dan dari mulutNya keluarlah sebilah pedang tajam yang akan memukul segala bangsa. Dan Ia akan menggembalakan mereka dengan gada besi dan Ia akan memeras anggur dalam kilangan anggur, yaitu kegeraman murka Allah, Yang Mahakuasa.”.
Geoffrey B. Wilson (tentang ay 6): “Since the woman is now the object of the dragon’s fury (v 13), she fled to a refuge prepared by God in the wilderness, where she will be nourished for 1260 days (see comment on 11:2). The church is thus assured that she will be divinely protected and sustained throughout the short period of her testing in earth, just as the Israelites who fled from the Egyptian dragon (Eze. 29:3) found safety and food in the wilderness.” [= Karena perempuan itu sekarang adalah obyek kemarahan sang naga (ay 13), ia lari ke suatu tempat perlindungan yang disediakan / disiapkan oleh Allah untuk 1260 hari (lihat komentar tentang 11:2). Dengan demikian gereja diyakinkan / dijamin bahwa ia akan dilindungi dan ditopang secara ilahi dalam sepanjang periode singkat dari ujiannya di bumi, sama seperti orang-orang / bangsa Israel yang lari dari naga Mesir (Yeh 29:3) menemukan keamanan dan makanan di padang gurun.] - hal 105.
Yeh 29:3 - “Berbicaralah dan katakan: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Lihat, Aku menjadi lawanmu, hai Firaun, raja Mesir, buaya yang besar, yang berbaring di tengah anak-anak sungaimu, yaitu Nil, dan yang berkata: Sungai Nil aku punya, aku yang membuatnya.”.
KJV/RSV: ‘the great dragon’ [= naga yang besar].
Kapan perang dalam ay 7 itu terjadi?
Geoffrey B. Wilson (tentang ay 7-8): “The next scene in the drama reveals the effect of Christ’s victory in heaven. Michael, as the guardian angel of God’s people (Dan. 10:13,21; 12:1), leads an attack upon the dragon and his angels, which results in their defeat and expulsion from heaven (Luke 10:18). ‘The reference here is to a definitive fall of Satan from heaven, so that he no longer has any access to God as accuser, 12:10’ (W. Foerster, TNDT, Vol. III, p. 157). In former times, Satan could enter heaven as the accuser of God’s people (Job 1:6-12; Zech. 3:1,2), but now that the price of their redemption has been paid he can do so no longer (v 11; Rom. 8:34). But if the victory is really Christ’s, why is Michael represented as the victor of the war in heaven? The answer is that Michael was only able to conquer in heaven in virtue of Christ’s decisive conquest on earth (Col. 2:15). G. B. Caird helpfully likens Michael to the staff officer who is able to remove Satan’s flag from the heavenly map because the officer in the field has won the real victory on Calvary.” [= Bagian selanjutnya dalam drama itu menyatakan hasil dari kemenangan Kristus di surga. Mikhael, sebagai malaikat penjaga dari umat Allah (Dan 10:13,21; 12:1), memimpin suatu serangan terhadap sang naga dan malaikat-malaikatnya, yang berakhir dengan kekalahan mereka dan pengusiran dari surga (Luk 10:18). ‘Referensi di sini adalah pada suatu kejatuhan yang menentukan / lengkap dari Iblis / Setan dari surga, sehingga ia tidak lagi mempunyai jalan masuk apapun kepada Allah sebagai pendakwa, 12:10’ (W. Foerster, TNDT, Vol. III, hal 157). Pada masa lalu, Iblis bisa masuk surga sebagai pendakwa dari umat Allah (Ayub 1:6-12; Zakh 3:1,2), tetapi sekarang karena harga dari penebusan mereka telah dibayar ia tidak bisa melakukan demikian lagi (ay 11; Ro 8:34). Tetapi jika kemenangan itu betul-betul adalah milik Kristus, mengapa Mikhael mewakili sebagai sang pemenang dari perang di surga? Jawabannya adalah bahwa Mikhael hanya mampu untuk mengalahkan di surga karena / sebagai hasil dari penaklukan yang menentukan dari Kristus di bumi (Kol 2:15). G. B. Caird secara berguna membandingkan Mikhael dengan perwira administrasi yang bisa menyingkirkan bendera Iblis dari peta surgawi karena perwira di lapangan telah memenangkan kemenangan yang sungguh-sungguh di Kalvari.] - hal 105-106.
Dan 10:13,21 - “(13) Pemimpin kerajaan orang Persia berdiri dua puluh satu hari lamanya menentang aku; tetapi kemudian Mikhael, salah seorang dari pemimpin-pemimpin terkemuka, datang menolong aku, dan aku meninggalkan dia di sana berhadapan dengan raja-raja orang Persia. ... (21) Namun demikian, aku akan memberitahukan kepadamu apa yang tercantum dalam Kitab Kebenaran. Tidak ada satupun yang berdiri di pihakku dengan tetap hati melawan mereka, kecuali Mikhael, pemimpinmu itu,”.
Dan 12:1 - “‘Pada waktu itu juga akan muncul Mikhael, pemimpin besar itu, yang akan mendampingi anak-anak bangsamu; dan akan ada suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu. Tetapi pada waktu itu bangsamu akan terluput, yakni barangsiapa yang didapati namanya tertulis dalam Kitab itu.”.
Luk 10:18 - “Lalu kata Yesus kepada mereka: ‘Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit.”.
Wah 12:10 - “Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: ‘Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapiNya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.”.
Ayub 1:6-12 - “(6) Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datanglah juga Iblis. (7) Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: ‘Dari mana engkau?’ Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: ‘Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi.’ (8) Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: ‘Apakah engkau memperhatikan hambaKu Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.’ (9) Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: ‘Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah? (10) Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu. (11) Tetapi ulurkanlah tanganMu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapanMu.’ (12) Maka firman TUHAN kepada Iblis: ‘Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya.’ Kemudian pergilah Iblis dari hadapan TUHAN.”.
Zakh 3:1-2 - “(1) Kemudian ia memperlihatkan kepadaku imam besar Yosua berdiri di hadapan Malaikat TUHAN sedang Iblis berdiri di sebelah kanannya untuk mendakwa dia. (2) Lalu berkatalah Malaikat TUHAN kepada Iblis itu: ‘TUHAN kiranya menghardik engkau, hai Iblis! TUHAN, yang memilih Yerusalem, kiranya menghardik engkau! Bukankah dia ini puntung yang telah ditarik dari api?’”.
Wah 12:11 - “Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut.”.
Ro 8:33-34 - “(33) Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? (34) Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?”.
LAI kacau terjemahannya. Bandingkan dengan NASB di bawah ini.
NASB: “(33) Who will bring a charge against God’s elect? God is the one who justifies; (34) who is the one who condemns? Christ Jesus is He who died, yes, rather who was raised, who is at the right hand of God, who also intercedes for us.” [= (33) Siapa yang akan menuduh orang pilihan Allah? Allah adalah ‘orang’ yang membenarkan; (34) siapa ‘orang’ yang menghukum? Kristus Yesus adalah Dia yang telah mati, ya, bahkan yang telah dibangkitkan, yang ada di sebelah kanan Allah, yang juga membela / menengahi / berdoa syafaat untuk kita.].
Kol 2:15 - “Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenanganNya atas mereka.”.
Dari kata-kata Geoffrey B. Wilson di atas ini juga jelas terlihat bahwa ia beranggapan sama seperti William Hendriksen, yaitu bahwa perang di surga itu terjadi setelah kemenangan Kristus. Jadi, tidak ada urusannya dengan kejatuhan Iblis pada masa lalu yang sangat jauh.
Geoffrey B. Wilson (tentang ay 9): “The ejection of Satan from heaven means that his fury is now directed against the church on earth (v 13), but he is a defeated foe whose days are numbered and whose doom is sealed (20:10).” [= Pengusiran Iblis dari surga berarti bahwa kemarahannya sekarang diarahkan terhadap gereja di bumi (ay 13), tetapi ia adalah seorang musuh yang sudah dikalahkan, yang hari-harinya ditentukan / dibatasi dan nasibnya ditentukan (20:10).] - hal 106.
Wah 12:13 - “Dan ketika naga itu sadar, bahwa ia telah dilemparkan di atas bumi, ia memburu perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu.”.
Wah 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.”.
Geoffrey B. Wilson (tentang ay 10): “Nothing can now hinder the salvation of God’s people, for the adversary who constantly accused them before God has been ‘cast down’, i.e. stripped of his power to condemn by Christ’s satisfaction of the claims of divine justice on their behalf (Rom. 8:33,34).” [= Sekarang tak ada apapun bisa menghalangi keselamatan dari umat Allah, karena musuh yang secara terus menerus mendakwa mereka di hadapan Allah telah ‘dilemparkan ke bawah’, yaitu dilucuti dari kuasanya untuk mengkritik / menghakimi oleh penebusan / pemuasan Kristus tentang claim dari keadilan ilahi demi kepentingan mereka (Ro 8:33,34).] - hal 107.
Bible Knowledge Commentary (John Walvoord):
Bible Knowledge Commentary (tentang ay 1-2): “The woman symbolized Israel, ... Many commentaries are so intent on attempting to identify Israel as the church that they ignore these plain indications that the woman is Israel. Robert H. Mounce, for instance, makes the woman ‘the messianic community, the ideal Israel...the church (Rev 12:17). The people of God are one throughout all redemptive history’ (The Book of Revelation, p. 236). While there is a unity of the people of God, this does not wipe out dispensational and racial distinctions. The symbolism, while not referring specifically to Mary, the mother of Christ, points to Israel as the source of Jesus Christ. Thus it does not refer to the church.” [= Perempuan itu menyimbolkan Israel, ... Banyak buku-buku tafsiran yang begitu berkonsentrasi untuk berusaha untuk mengidentifikasi Israel sebagai gereja sehingga mereka mengabaikan petunjuk-petunjuk yang jelas ini bahwa perempuan itu adalah Israel. Robert H. Mounce, misalnya, membuat perempuan itu ‘komunitas Mesianik, Israel yang ideal ... gereja (Wah 12:7). Umat Allah adalah satu dalam sepanjang sejarah penebusan’ (The Book of Revelation, hal 236). Sementara di sana ada suatu kesatuan dari umat Allah, ini tidak menghapuskan perbedaan-perbedaan yang bersifat dispensational / jaman dan rasial. Simbolisme itu, sekalipun tidak menunjuk secara khusus kepada Maria, ibu Yesus, menunjuk kepada Israel sebagai sumber dari Yesus Kristus. Jadi, itu tidak menunjuk kepada gereja.].
Bible Knowledge Commentary (tentang ay 1-2): “The woman was said to be pregnant and about to give birth (12:2). While in some sense this may be fulfilled in the birth of Christ to the Virgin Mary, the context seems to refer to the emerging nation of Israel in its suffering prior to the second coming of Christ.” [= Perempuan itu dikatakan sebagai mengandung dan mau melahirkan (12:2). Sementara dalam arti tertentu ini bisa digenapi dalam kelahiran Kristus bagi perawan Maria, kontextnya kelihatannya menunjuk pada pemunculan bangsa Israel dalam penderitaannya sebelum kedatangan Kristus yang keduakalinya.].
Bible Knowledge Commentary (tentang ay 3-4): “From similar descriptions in Dan 7:7-8,24 and Rev 13:1, this beast represented Satan’s control over world empires in the Great Tribulation. Rev 12:9 identifies the dragon as Satan.” [= Dari penggambaran-penggambaran yang mirip dalam Dan 7:7-8,24 dan Wah 13:1, binatang ini menggambarkan penguasaan / pengendalian Setan / Iblis atas kekaisaran-kekaisaran dunia dalam Masa Kesukaran Besar. Wah 12:9 mengidentifikasi sang naga sebagai Setan / Iblis.].
Bible Knowledge Commentary (tentang ay 3-4): “The dragon’s attempt to devour the newborn Child (12:4) seemed to point to Satan’s attempts to destroy the Infant Jesus. Satanic opposition to Israel and especially to the messianic line is clear in both Testaments.” [= Usaha sang naga untuk menelan Anak yang baru lahir itu (12:4) kelihatannya menunjuk pada usaha-usaha Setan / Iblis untuk menghancurkan Bayi Yesus. Oposisi Setan / Iblis terhadap Israel dan secara khusus kepada garis Mesianik adalah jelas dalam kedua Perjanjian.].
Bible Knowledge Commentary (tentang ay 5-6): “When the Child - described as a Son, a male Child, who will rule all the nations with an iron scepter - was born, He was snatched up to God and to His throne. The Child obviously is Jesus Christ (Ps 2:9; Rev 19:15). Alford states that ‘the Man-Child is the Lord Jesus Christ, and none other’ (The Greek Testament, 4:668). The catching up of the Child referred to the Ascension, not to the later Rapture of the church though the same word for ‘snatched up’ is used of the Rapture (1 Thess 4:17; cf. Acts 8:39; 2 Cor 12:2-4). The Rapture of the church would not constitute a deliverance of the Man-Child from Satan.” [= Pada waktu Anak itu - digambarkan sebagai seorang Putera, seorang Anak laki-laki, yang akan memerintah semua bangsa-bangsa dengan tongkat besi - dilahirkan, Ia diangkat kepada Allah dan ke takhtaNya. Anak itu secara jelas adalah Yesus Kristus (Maz 2:9; Wah 19:15). Alford menyatakan bahwa ‘Anak laki-laki itu adalah Tuhan Yesus Kristus, dan tidak yang lain’ (The Greek Testament, 4:668). Pengangkatan dari Anak itu menunjuk pada Kenaikan (ke surga), bukan pada Pengangkatan belakangan dari gereja sekalipun kata yang sama untuk ‘diangkat’ digunakan tentang Pengangkatan (1Tes 4:17; bdk. Kis 8:39; 2Kor 12:2-4). Pengangkatan dari gereja tidak menyebabkan suatu pembebasan dari Anak laki-laki itu dari Setan / Iblis.].
1Tes 4:17 - “sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.”.
Kis 8:39 - “Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita.”.
KJV: ‘caught away’ [= merampas].
RSV: ‘caught up’ [= mengangkat].
NIV: ‘took away’ [= mengambil].
NASB: ‘snatched away’ [= merampas].
2Kor 12:2-4 - “(2) Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau - entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. (3) Aku juga tahu tentang orang itu, - entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - (4) ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.”.
Kapan perang itu terjadi?
Bible Knowledge Commentary (tentang ay 7-12): “Michael the archangel (cf. Jude 9) and his angels fought Satan and his angels, that is, demons. The time of this war in heaven was not indicated but the context refers to the end time.” [= Mikhael sang penghulu malaikat (Bdk. Yudas 9) dan malaikat-malaikatnya berperang melawan Iblis dan malaikat-malaikatnya, yaitu, setan-setan. Waktu / saat dari peperangan di surga ini tidak ditunjukkan tetapi kontextnya menunjuk pada akhir jaman.].
Jelas bahwa John Walvoord menganggap perang itu terjadi pada akhir jaman, bukan pada saat kejatuhan Iblis, yang terjadi pada masa lalu yang sangat jauh.
Leon Morris:
Leon Morris (tentang ay 1): “There is ‘a woman clothed with the sun, with the moon under her feet and a crown of twelve stars on her head’ (cf. Song 6:10). In this symbolism we must discern Israel, the chosen people of God.” [= Di sana ada ‘seorang perempuan berpakaian dengan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan suatu mahkota dari 12 bintang di kepalanya’ (bdk. Kidung 6:10). Dalam simbolisme ini kita harus mengenali Israel, bangsa / umat pilihan Allah.] - Libronix.
Leon Morris (tentang ay 2): “The time of birth is near. Israel is about to give birth to the Messiah. For the early Christians there was an important continuity between the old Israel and the church, the true Israel. Here the woman is undoubtedly Israel who gives birth to the Messiah, but later in the chapter she is the church who is persecuted for her faith.” [= Saat kelahiran sudah dekat. Israel mau melahirkan Mesias. Bagi orang-orang Kristen mula-mula, di sana ada suatu kontinuitas yang penting antara Israel lama dan Gereja, Israel yang sejati. Di sini perempuan itu tak diragukan adalah Israel, yang melahirkan Mesias, tetapi dalam bagian belakang pasal ini ia adalah Gereja, yang dianiaya karena imannya.] - Libronix.
Leon Morris (tentang ay 3): “The ‘enormous red dragon’ is undoubtedly Satan.” [= ‘Naga merah yang besar’ itu tak diragukan adalah Iblis.] - Libronix.
Leon Morris (tentang ay 4): “His primary interest is in devouring the child about to be born. Satan was hostile to Jesus from the very beginning (cf. Herod’s attempt to slay the Christ child, 2:13–18). He tried to destroy him from the moment of his birth.” [= Kepentingan / kepedulian utamanya adalah dalam menelan Anak yang akan dilahirkan. Iblis bermusuhan terhadap Yesus dari sejak permulaan (bdk. usaha Herodes untuk membunuh Anak Kristus, Mat 2:13-18). Ia berusaha untuk menghancurkan Dia dari saat kelahiranNya.] - Libronix.
Kapan perang itu terjadi?
Leon Morris (tentang ay 7-12): “This little vision teaches that we are caught up in a wider conflict than the one we see. The thought is not quite that of Paul who spoke of wrestling ‘against the spiritual forces of evil in the heavenly realms’ (Eph. 6:12). John is speaking of spiritual forces indeed, but the conflict is not simply one between demons and men. Angelic forces are also engaged. Our struggles are not to be shrugged off as insignificant. They are part of the great conflict between good and evil.” [= Penglihatan kecil ini mengajarkan bahwa kita ditangkap dalam suatu konflik yang lebih lebar dari pada konflik yang kita lihat. Pemikirannya bukanlah konflik dari Paulus, yang mengatakan tentang pergumulan ‘melawan kuasa-kuasa roh-roh jahat di udara’ (Ef 6:12). Yohanes memang sedang berbicara tentang kuasa-kuasa roh-roh, tetapi konfliknya bukan sekedar konflik antara setan-setan dan manusia. Kuasa-kuasa malaikat juga terlibat. Pergumulan-pergumulan kita tidak boleh dianggap ringan sebagai sesuatu yang tidak penting. Pergumulan-pergumulan itu adalah bagian dari konflik yang besar antara kebaikan dan kejahatan.] - Libronix.
Leon Morris berpandangan bahwa konflik itu melibatkan kita, malaikat-malaikat yang baik, dan Iblis dan setan-setan, dan itu merupakan konflik antara kebaikan dan kejahatan. Ini jelas sama sekali tak berurusan dengan kejatuhan pertama dari Iblis dan malaikat-malaikatnya.
Leon Morris (tentang ay 8): “The result of the battle is the defeat of the dragon, so that he and his angels lost their place in heaven. He had been the accuser of God’s people (Job 1:6–9; 2:1–6; Zech. 3:1ff.), but now he has no place in heaven.” [= Hasil dari pertempuran itu adalah kekalahan dari sang naga, sehingga ia dan malaikat-malaikatnya kehilangan tempat mereka di surga. Ia telah menjadi pendakwa dari umat Allah (Ayub 1:6-9; 2:1-6; Zakh 3:1-dst.), tetapi sekarang ia tidak mempunyai tempat di surga.] - Libronix.
Leon Morris (tentang ay 13): “The ‘war in heaven’ (v. 7) appears to be an attempt to destroy the Man Child. Baulked in that attempt the dragon turns his attention to the mother. The persecution of the church is not primarily of human origin; it is Satan’s reaction to his defeat in heaven. Since his activities must now be confined to earth, he hits out against those associated with his conqueror.” [= ‘Perang di surga’ (ay 7) kelihatannya adalah suatu usaha untuk menghancurkan Anak laki-laki itu. Terhalang dalam usaha itu, sang naga mengalihkan perhatiannya pada sang ibu. Penganiayaan terhadap gereja bukan semata-mata berasal usul dari manusia; itu adalah reaksi Iblis terhadap kekalahannya di surga. Karena aktivitas-aktivitasnya sekarang harus dibatasi di bumi, ia mengarahkan pukulan / serangannya terhadap mereka yang berhubungan / bersatu dengan ‘orang’ yang mengalahkannya.] - Libronix.
Lenski:
Lenski (tentang ay 3): “The identity of this dragon is placed beyond question by v. 9 and by 20:2, where he is called ‘the devil and Satan.’” [= Identitas dari naga ini diletakkan secara pasti oleh ay 9 dan oleh 20:2, dimana ia disebut ‘setan dan Iblis’.].
Wah 20:2 - “ia menangkap naga, si ular tua itu, yaitu Iblis dan Satan. Dan ia mengikatnya seribu tahun lamanya,”.
Lenski (tentang ay 4b): “This child = Christ, the Seed of the Woman, born of a woman (Gal. 4:4), here presented as about to be born into the world. Here we have the Incarnation in Revelation. The pregnant woman is the church which is pregnant with the promise of the Messiah beginning with Gen. 3:15. Satan’s one aim was ‘to devour’ or destroy this Messiah.” [= Anak ini = Kristus, Benih / Keturunan dari Perempuan, dilahirkan dari seorang perempuan (Gal 4:4), di sini digambarkan sebagai akan dilahirkan ke dalam dunia. Di sini kita mempunyai Inkarnasi dalam kitab Wahyu. Perempuan yang mengandung adalah gereja yang mengandung dengan janji tentang Mesias dimulai dengan Kej 3:15. Satu tujuan Iblis adalah ‘menelan’ atau menghancurkan Mesias ini.].
Lenski (tentang ay 5): “A long array of commentators regards this as a reference to the birth of Christ, and we must join them. Yet we must remember that this is a vision and thus we must not think merely of Bethlehem but in this birth must include the entire presence of Christ on earth as the Messiah.” [= Suatu susunan pasukan yang panjang dari penafsir-penafsir menganggap ini sebagai suatu referensi pada kelahiran Kristus, dan kami / kita harus bergabung dengan mereka. Tetapi kita harus ingat bahwa ini adalah suatu penglihatan dan karena itu kita tidak boleh berpikir semata-mata tentang Betlehem tetapi dalam kelahiran ini harus mencakup seluruh kehadiran Kristus di bumi sebagai Mesias.].
Kapan perangnya terjadi?
Lenski (tentang ay 7-12): “Here the effect and result of the Savior’s incarnation and his enthronement are portrayed symbolically. At the same time this double section (v. 7–9; 10–12) leads over to v. 13–17, the dragon’s persecution of the woman after the birth, etc., of her child. The picture of the battle is illumined by the voice and its song of triumph. Unless it is read in the light of this song, the battle will not be understood; it will either remain an enigma or be interpreted in fanciful ways. The three statements that Satan ‘was thrown’ in the battle are made clear by the statement in the song, ‘there was thrown the accuser of our brethren, the one accusing them before our God by day and by night.’ ... By his utter defeat he lost this power of accusing ‘our brethren before God.’ Gone is ‘their place in the heaven’ to bring accusation against the brethren before God; the Accuser ‘was thrown to the earth’ as the song states it: ‘he came down to you,’ to the earth and the sea, there now to vent his fury since he is able now to reach no farther and to do no more. Let this suffice to show how the triumphal song helps to explain the battle and how together they depict the effect of Christ’s incarnation and his enthronement.” [= Di sini hasil dari inkarnasi dan naiknya ke takhta dari sang Juruselamat digambarkan secara simbolis. Pada saat yang sama komponen ganda ini (ay 7-9; 10-12) membimbing pada ay 13-17, penganiayaan sang naga terhadap perempuan setelah kelahiran Anaknya, dst. Gambaran dari pertempuran diterangi oleh suara dan nyanyian kemenangannya. Kecuali itu dibaca dalam terang dari nyanyian ini, pertempuran ini tidak akan dimengerti; itu akan tetap menjadi sesuatu yang membingungkan atau ditafsirkan dengan cara-cara yang tidak nyata / penuh daya khayal. Tiga pernyataan bahwa Iblis ‘dilemparkan’ dalam pertempuran itu dibuat jelas oleh pernyataan dalam nyanyian itu, ‘karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita’. ... Oleh kekalahan mutlaknya ia kehilangan kuasa ‘mendakwa saudara-saudara kita di hadapan Allah’ ini. Hilanglah ‘tempat mereka di surga’ untuk membawa dakwaan terhadap saudara-saudara di hadapan Allah; sang Pendakwa ‘dilemparkan ke bumi’ seperti nyanyian itu menyatakannya: ‘Ia turun / datang kepadamu’, ke bumi dan laut, di sana sekarang melepaskan kemarahannya karena sekarang ia tidak bisa menjangkau lebih jauh dan tak bisa melakukannya lagi. Biarlah ini cukup untuk menunjukkan bagaimana nyanyian kemenangan itu menolong untuk menjelaskan pertempuran dan bagaimana bersama-sama mereka menggambarkan hasil dari inkarnasi Kristus dan naiknya Dia ke takhtaNya.].
Jelas bahwa Lenski sama sekali tak menghubungkan perang itu dengan kejatuhan Iblis.
CORPUS DELICTI (10)
f) Sekarang kita akan melihat sebagian dari satu ayat dari Wah 12 secara khusus.
Wah 12:4a - “Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi.”.
ES menganggap ini menunjuk pada kejatuhan Iblis, dan dalam kejatuhannya ia menyeret 1/3 malaikat-malaikat bersama dengan dia.
Sekarang akan saya berikan tafsiran-tafsiran dari para penafsir tentang Wah 12:4 ini, apakah mereka setuju dengan ES bahwa ayat ini menunjuk pada pemberontakan Iblis yang mengikut-sertakan sepertiga dari para malaikat.
Ternyata ada banyak penafsir yang setuju dengan ES, tetapi juga ada banyak yang menentang penafsiran ES. Saya akan mulai dengan para penafsir yang menentang penafsiran ES.
1. Penafsir-penafsir yang tidak setuju dengan ES.
Jamieson, Fausset & Brown: “His dragging down the stars with his tail (lashed back and forward in fury), implies his persuading to apostatize, and become earthy, those angels and once eminent HUMAN teachers who formerly were heavenly (cf. Rev 12:1; Isa 14:12; Rev 1:20).” [= Penyeretannya terhadap bintang-bintang dengan ekornya (dikibaskan ke belakang dan ke depan dalam kemarahan), secara implicit menunjuk pada bujukannya untuk murtad, dan menjadi duniawi, malaikat-malaikat itu dan yang pernah merupakan pengajar-pengajar / guru-guru MANUSIA yang dulunya surgawi (Bdk. Wah 12:1; Yes 14:12; Wah 1:20).].
Wah 12:1 - “Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya.”.
Catatan: saya tak mengerti mengapa ia memberikan ayat ini sebagai ayat referensi.
Yes 14:12 - “‘Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!”.
Wah 1:20 - “Dan rahasia ketujuh bintang yang telah kaulihat pada tangan kananKu dan ketujuh kaki dian emas itu: ketujuh bintang itu ialah malaikat ketujuh jemaat dan ketujuh kaki dian itu ialah ketujuh jemaat.’”.
Leon Morris (tentang ay 4): “The dragon’s ‘tail’ now dragged ‘a third of the stars out of the sky’ and threw them to the earth (cf. Dan. 8:10). As with a number of the trumpets, ‘a third’ will denote a significant minority (8:7, 8, 9, etc.). This perhaps means that the activities of the evil one in other spheres have repercussions here on earth; many think there is a reference to fallen angels. But all this is apparently no more than a preliminary flexing of his muscles. His primary interest is in devouring the child about to be born. Satan was hostile to Jesus from the very beginning (cf. Herod’s attempt to slay the Christ child, Mt. 2:13ff.).” [= ‘Ekor’ sang naga sekarang menyeret ‘sepertiga dari bintang-bintangdari langit’ dan melemparkan mereka ke bumi (bdk. Dan 8:10). Seperti dengan jumlah dari sangkakala, ‘sepertiga’ berarti suatu jumlah minoritas yang signifikan (8:7,8,9, dsb.). Ini mungkin berarti bahwa aktivitas-aktivitas dari si jahat dalam ruang lingkup yang lain mempunyai pengaruh tidak langsung di sini di bumi; banyak orang beranggapan bahwa ini adalah suatu referensi pada malaikat-malaikat yang jatuh. TETAPI semua ini jelas adalah tidak lebih dari suatu penekukan pendahuluan dari otot-ototnya. Iblis bermusuhan dengan Yesus dari sangat awal (bdk. usaha Herodes untuk membunuh bayi Kristus, Mat 2:13-dst.).] - Libronix.
Dan 8:10 - “Ia menjadi besar, bahkan sampai kepada bala tentara langit, dan dari bala tentara itu, dari bintang-bintang, dijatuhkannya beberapa ke bumi, dan diinjak-injaknya.”.
Wah 8:7,8,9 - “(7) Lalu malaikat yang pertama meniup sangkakalanya dan terjadilah hujan es, dan api, bercampur darah; dan semuanya itu dilemparkan ke bumi; maka terbakarlah sepertiga dari bumi dan sepertiga dari pohon-pohon dan hanguslah seluruh rumput-rumputan hijau. (8) Lalu malaikat yang kedua meniup sangkakalanya dan ada sesuatu seperti gunung besar, yang menyala-nyala oleh api, dilemparkan ke dalam laut. Dan sepertiga dari laut itu menjadi darah, (9) dan matilah sepertiga dari segala makhluk yang bernyawa di dalam laut dan binasalah sepertiga dari semua kapal.”.
George Eldon Ladd (tentang ay 4): “There is no need to see in these words anything more than the fearful appearance of this monster. There is no hint in this symbolism of a primeval war in heaven in which Satan was cast out of heaven down to the earth. Dan. 8:10 has a similar vision in which the ‘little horn’ reached to heaven and cast some of the stars to the earth, but there they are called the ‘hosts of heaven.’ The dragon is such a colossal creature that with one sweep of his tail he can brush a third of the stars out of their natural position.” [= Di sana tidak ada kebutuhan untuk melihat dalam kata-kata ini apapun yang lebih dari pada penampilan yang menakutkan dari monster ini. Di sana tidak ada petunjuk dalam simbolisme ini tentang suatu peperangan yang terjadi pada sangat awal di surga dalam mana Iblis dilemparkan keluar dari surga ke bumi. Dan 8:10 mempunyai suatu penglihatan yang mirip dalam mana ‘tanduk kecil’ mencapai surga dan melemparkan sebagian bintang-bintang ke bumi, tetapi di sana mereka disebut ‘bala tentara langit / surga’. Naga itu adalah seekor makhluk ciptaan yang sangat besar sehingga dengan satu sapuan dari ekornya ia bisa menyingkirkan sepertiga dari bintang-bintang keluar dari posisi alamiah mereka.] - hal 169.
Dan 8:9-10 - “(9) Maka dari salah satu tanduk itu muncul suatu tanduk kecil, yang menjadi sangat besar ke arah selatan, ke arah timur dan ke arah Tanah Permai. (10) Ia menjadi besar, bahkan sampai kepada bala tentara langit, dan dari bala tentara itu, dari bintang-bintang, dijatuhkannya beberapa ke bumi, dan diinjak-injaknya.”.
John Wesley: “‘The third part’ - A very large number. ‘Of the stars of heaven’ - The Christians and their teachers, who before sat in heavenly places with Christ Jesus. ‘And casteth them to the earth’ - Utterly deprives them of all those heavenly blessings.” [= ‘Sepertiga bagian’ - Suatu jumlah yang sangat besar. ‘Dari bintang-bintang di surga’ - Orang-orang Kristen dan pengajar-pengajar / guru-guru mereka, yang sebelumnya duduk di tempat-tempat surgawi bersama Kristus Yesus. ‘Dan melemparkan mereka ke bumi’ - Merampas / menyingkirkan sama sekali dari mereka semua berkat-berkat surgawi itu.] - Libronix.
Geoffrey B. Wilson: “The power of the dragon was such that the sweep of his tail was able to drag away a third of the stars of heaven and cast them to the earth (Dan. 8:10). This dramatic figure has the introductory funtion of illustrating the destructive power of the dragon,” [= Kuasa dari sang naga adalah sedemikian rupa sehingga sapuan ekornya mampu menyeret sepertiga bintang-bintang dari surga / langit dan melemparkan mereka ke bumi (Dan 8:10). Gambaran yang dramatis ini mempunyai fungsi yang bersifat memperkenalkan untuk menjelaskan kuasa yang bersifat menghancurkan dari sang naga,] - hal 104.
Dan 8:10 - “Ia menjadi besar, bahkan sampai kepada bala tentara langit, dan dari bala tentara itu, dari bintang-bintang, dijatuhkannya beberapa ke bumi, dan diinjak-injaknya.”.
Barclay: “The image of the dragon sweeping the stars from the sky with its tail comes from the picture in Daniel of the little horn which cast the stars to the ground and trampled on them (Daniel 8:10).” [= Gambaran dari sang naga menyapu bintang-bintang dari langit dengan ekornya datang dari gambaran dalam Daniel tentang tanduk kecil yang melemparkan bintang-bintang ke tanah dan menginjak-injakmereka (Dan 8:10).].
Catatan: memang tidak jelas dengan apa yang Barclay maksudkan. Tetapi kalau kita melihat seluruh tafsiran Barclay tentang Wah 12:3-4, kelihatannya ia sama sekali tidak mengarah pada kejatuhan awal dari Iblis.
Barclay (tentang Wah 12:3-4): “HERE we have the picture of the great, flame-coloured dragon. In our study of the past history of the tradition of the antichrist, we saw that the people of the middle east regarded creation in the light of the struggle between the dragon of chaos and the creating God of order. In the Temple of Marduk - the creating god - in Babylon, there was a great image of a ‘red-gleaming serpent’ who stood for the defeated dragon of chaos. There can be little doubt that that is where John got his picture. This dragon appears in many forms in the Old Testament. It appears as Rahab. ‘Was it not you who cut Rahab in pieces, who pierced the dragon?’ (Isaiah 51:9). It appears as the leviathan. ‘You broke the heads of the dragons in the waters. You crushed the heads of Leviathan’ (Psalm 74:13–14). In the day of the Lord, God with his cruel and great and strong sword will punish the leviathan (Isaiah 27:1). It appears in the dramatic picture of the behemoth in Job 40:15–24. The dragon which is the arch-enemy of God is a common and terrible figure in the thought of the middle east. It is the connection of the dragon and the sea which explains the rivers of water which the dragon pours out to overcome the woman (verse 15). The dragon has seven heads and ten horns. This signifies its mighty power. It has seven royal diadems. This signifies its complete power over the kingdoms of this world as opposed to the kingdom of God. The image of the dragon sweeping the stars from the sky with its tail comes from the picture in Daniel of the little horn which cast the stars to the ground and trampled on them (Daniel 8:10). The picture of the dragon waiting to devour the child comes from Jeremiah, in which it is said of Nebuchadnezzar that ‘he has swallowed me like a monster’ (Jeremiah 51:34). H. B. Swete finds in this picture the symbolism of an eternal truth about the human situation. In the human situation, as Christian history sees it, there are two figures who occupy the centre of the scene. There is humanity, men and women, fallen and always under the attack of the powers of evil but always struggling towards the birth of a higher life. And there is the power of evil, always watching for its opportunity to frustrate every attempt to achieve higher things. That struggle had its culmination on the cross.” [= ].
Catatan: Saya memberikan seluruh komentar Barclay tentang ay 3-4 untuk menunjukkan bahwa ia sama sekali tak menyinggung kejatuhan awal dari Iblis. Tetapi saya tak memberikan terjemahannya.
Matthew Henry: “As drawing with his tail ‘a third part of the stars in heaven, and casting them down to the earth,’ turning the ministers and professors of the Christian religion out of their places and privileges and making them as weak and useless as he could.” [= Sebagai menyeret dengan ekornya ‘sepertiga bagian dari bintang-bintang di surga, dan melemparkan mereka ke bawah ke bumi’, membelokkan (menyesatkan) pendeta-pendeta / pelayan-pelayan dan pengaku-pengaku dari agama Kristen keluar dari tempat-tempat dan hak-hak mereka dan membuat mereka selemah dan setidak-berguna mungkin seperti yang bisa ia lakukan.].
Adam Clarke: “The stars therefore which the dragon draws with his tail must represent the whole body of pagan priests, who were the stars or lights of the pagan world. But in what sense can it be said that the pagan Roman Empire, which ruled over the whole known world, only draws a third part of the stars of heaven? The answer is: The religious world in the time of John was divided into three grand branches, namely, the Christian world, the Jewish world, and pagan world. Consequently, as a dragon, a fabulous animal, is an emblem of a civil power supporting a religion founded in fable; it necessarily follows that the stars or ministers of the Jews and Christians cannot be numbered among those which he draws with his tail, as they were not the advocates of his idolatry, but were ministers of a religion founded by the God of heaven, and consequently formed no part of the pagan world, though they were in subjection in secular matters to the pagan Roman Empire. The tail of the dragon therefore draweth after him the whole pagan world.” [= Karena itu bintang-bintang yang sang naga seret dengan ekornya pasti mewakili seluruh tubuh dari imam-imam kafir, yang adalah bintang-bintang atau terang-terang dari dunia kafir. Tetapi dalam arti apa bisa dikatakan bahwa Kekaisaran Roma kafir, yang memerintah atas seluruh dunia yang dikenal, hanya menarik sepertiga bagian dari bintang-bintang dari langit? Jawabannya adalah: Dunia agama pada jaman Yohanes dibagi menjadi tiga cabang besar, yaitu dunia Kristen, dunia Yahudi, dan dunia kafir. Sebagai akibatnya / karena itu, sebagai seekor naga, seekor binatang yang bersifat dongeng, adalah suatu gambaran dari suatu kuasa sipil yang mendukung suatu agama yang didasarkan pada dongeng; karena itu pastilah bahwa bintang-bintang atau pelayan-pelayan / pendeta-pendeta dari orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen tidak bisa dihitung di antara mereka yang ia seret dengan ekornya, karena mereka bukanlah pendukung-pendukung dari penyembahan berhalanya, tetapi merupakan pelayan-pelayan / pendeta-pendeta dari suatu agama yang didirikan oleh Allah dari surga, dan karena itu tidak membentuk suatu bagian dari dunia kafir, sekalipun mereka tunduk dalam hal-hal sekuler kepada Kekaisaran Romawi kafir. Karena itu ekor dari sang naga menyeret di belakangnya seluruh dunia kafir.].
Barnes’ Notes: “The main idea here undoubtedly is that of power, and the object of John is to show that the power of the dragon was as if it extended to the stars, and as if it dragged down a third part of them to the earth, or swept them away with its tail, leaving two-thirds unaffected. A power that would sweep them all away would be universal; a power that would sweep away one-third only would represent a dominion of that extent only. ... Suppose, then, that the dragon here was designed to represent the Roman pagan power; suppose that it referred to that power about to engage in the work of persecution, and at a time when the church was about to be greatly enlarged, and to fill the world; suppose that it referred to a time when but one-third part of the Roman world was subject to pagan influence, and the remaining two-thirds were, for some cause, safe from this influence - all the conditions here referred to would be fulfilled.” [= Gagasan utama di sini tak diragukan adalah tentang kuasa, dan tujuan dari Yohanes adalah untuk menunjukkan bahwa kuasa dari sang naga adalah seakan-akan itu meluas pada bintang-bintang, dan seakan-akan itu menyeret sepertiga dari mereka ke bumi, atau menyapu habis mereka dengan ekornya, meninggalkan duapertiga tanpa terpengaruh. Suatu kuasa yang menyapu mereka semua bersifat universal; suatu kuasa yang menyapu hanya sepertiga mewakili suatu penguasaan dari tingkat itu saja. ... Maka, anggaplah bahwa sang naga di sini dirancang untuk mewakili kuasa kafir Romawi; anggaplah bahwa itu menunjuk pada kuasa itu yang akan terlibat dalam pekerjaan penganiayaan, dan pada suatu masa / jaman dimana gereja akan membesar secara hebat, dan memenuhi dunia; anggaplah bahwa itu menunjuk pada suatu waktu pada waktu hanya sepertiga bagian dari dunia Romawi yang tunduk pada pengaruh kafir, dan sisanya yang duapertiga, karena sebab tertentu, aman dari pengaruh ini - maka semua kondisi yang ditunjuk di sini digenapi.].
Bible Knowledge Commentary: “The casting down of ‘a third of the stars out of the sky’ seemed to imply satanic power which extended to the heavens and the earth. Satan was seen here to extend his power over those who opposed him spiritually or politically.” [= Pelemparan ke bawah dari ‘sepertiga dari bintang-bintang di surga’ kelihatannya menunjukkan secara implicit kuasa Iblis yang meluas sampai ke surga dan bumi. Iblis dilihat di sini meluaskan kuasanya atas mereka yang menentang dia secara rohani atau secara politik.].
Pulpit Commentary: “(4) Enormous power of ‘mischief.’ ‘And his tail drew (draweth) the third part of the stars of heaven, and did cast them to the earth.’ There are stars in the moral firmament of the human soul, stars of social love, of reverent piety, of moral intuition, of spiritual insight, of infinite worship. These stars Satan sweeps away, and leaves us to grope our way in nocturnal gloom. Where are these stars seen in the political management of England to-day? Truly we are walking in darkness and have no light.” [= (4) Kuasa yang sangat besar dari ‘penyesatan’. ‘Dan ekornya menyeret sepertiga bagian dari bintang-bintang dari surga, dan melemparkan mereka ke bumi’. Di sana ada bintang-bintangdalam cakrawala moral dari jiwa manusia, bintang-bintang dari kasih yang bersifat sosial, dari kesalehan yang bersifat takut / hormat, dari intuisi moral, dari pengertian rohani, dari penyembahan yang tak terbatas. Bintang-bintang ini disapu oleh Iblis, dan meninggalkan kita untuk meraba-raba jalan kita dalam kegelapan malam. Dimana bintang-bintang ini dalam pengaturan politik dari Inggris jaman sekarang? Sesungguhnya kita sedang berjalan dalam kegelapan dan tidak mempunyai terang.] - hal 326.
2. Penafsir-penafsir yang setuju dengan ES.
Dalam hal ini ada cukup banyak penafsir yang berpandangan sama dengan ES.
Wiersbe: “Verse 4 relates to Isa 14:12ff, when Satan revolted against God and drew some of the angels down with him. See Job 38:7 and Jude.” [= Ayat 4 berhubungan dengan Yes 14:12-dst, pada waktu Iblis memberontak terhadap Allah dan menarik sebagian dari malaikat-malaikat jatuh bersama dia. Lihat Ayub 38:7 dan Yudas.].
Catatan: ia bahkan juga setuju dengan ES bahwa Yes 14:12 menunjuk pada kejatuhan Iblis. Lagi-lagi dalam hal ini ada banyak penafsir yang setuju dengan ES.
Ayub 38:7- “pada waktu bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak-sorai?”.
Yudas 6 - “Dan bahwa Ia menahan malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka, dengan belenggu abadi di dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar,”.
Jewish New Testament Commentary: “Stars. Possibly natural stars (6:13, 8:12; Mt 24:29), but more likely ‘his angels’ (v. 7; compare 1:20, 9:1), who rebelled with Satan against God (see 2 Ke 2:4N).” [= Bintang-bintang. Mungkin bintang-bintang alamiah (6:13, 8:12; Mat 24:29), tetapi lebih memungkinkan ‘malaikat-malaikatnya’ (ay 7; bandingkan 1:20, 9:1), yang memberontak bersama Iblis terhadap Allah (lihat 2Pet 2:4).].
Catatan: Ke = Kefa. Ini cara Penafsir Yahudi ini menyebut Petrus. Jadi 2 Ke = 2Petrus.
Wah 6:13 - “Dan bintang-bintang di langit berjatuhan ke atas bumi bagaikan pohon ara menggugurkan buah-buahnya yang mentah, apabila ia digoncang angin yang kencang.”.
Wah 8:12 - “Lalu malaikat yang keempat meniup sangkakalanya dan terpukullah sepertiga dari matahari dan sepertiga dari bulan dan sepertiga dari bintang-bintang, sehingga sepertiga dari padanya menjadi gelap dan sepertiga dari siang hari tidak terang dan demikian juga malam hari.”.
Mat 24:29 - “‘Segera sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit dan kuasa-kuasa langit akan goncang.”.
Wah 12:7 - “Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya,”.
Wah 1:20 - “Dan rahasia ketujuh bintang yang telah kaulihat pada tangan kananKu dan ketujuh kaki dian emas itu: ketujuh bintang itu ialah malaikat ketujuh jemaat dan ketujuh kaki dian itu ialah ketujuh jemaat.’”.
Catatan: ayat ini rasanya tidak cocok.
Wah 9:1 - “Lalu malaikat yang kelima meniup sangkakalanya, dan aku melihat sebuah bintang yang jatuh dari langit ke atas bumi, dan kepadanya diberikan anak kunci lobang jurang maut.”.
2Pet 2:4 - “Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman;”.
Seiss’ Apocalypse: “Vitringa hit the truth much more successfully, when he spoke here of the angels. These are truly ‘the stars of the heaven.’ When God brought the world into being, we are told that ‘the morning stars sang together, and all the sons of God shouted for joy’ (Job 38:4-7). These were the angelic hosts. They are fitly called stars by reason of their beauty and glory; and they are preeminently ‘the stars of the heaven,’ as they pertain to heaven, and are the sublimest ornaments of the celestial world. Satan himself was once one of these stars, as we saw in Rev 9:1. Isaiah (Isa 14:12) alludes to this, where the exclamation is, ‘How art thou fallen from heaven, O Lucifer (literally, day-star), son of the morning!’ Has there then been any calamity among the angelic hosts to answer the description before us? The Scriptures distinctly tell us that there has. Jude 6 speaks of ‘angels which kept not their first estate (their principality), but left their own habitation.’ Peter refers to ‘the angels that sinned,’ whom ‘God spared not’ (2 Peter 2:4). ... Satan, one of the brightest and mightiest among them, was the cause and author of it all. ... How many were thus involved is not told us. The text says that the terrible apostasy embraced ‘the third of the stars of the heaven.’ Many take this as significant only of a large proportion, without regard to any exact number. And so the meaning may be. But the statement itself is definite, and will bear the interpretation that just one-third of all the angelic host fell through that Satanic rebellion.” [= Vitringa mencapai kebenaran dengan jauh lebih sukses, pada waktu ia berbicara di sini tentang malaikat-malaikat. Mereka sungguh-sungguh adalah ‘bintang-bintang dari surga’. Pada waktu Allah menciptakan dunia, kita diberitahu bahwa ‘bintang-bintang fajar menyanyi bersama-sama, dan semua anak-anak Allah berteriak dengan sukacita’ (Ayub 38:4-7). Mereka ini adalah pasukan malaikat. Mereka secara tepat disebut bintang-bintang karena keindahan dan kemuliaan mereka; dan mereka secara menyolok adalah ‘bintang-bintang dari surga’, karena mereka tempatnya di surga, dan merupakan hiasan-hiasan yang paling agung / mulia dari dunia surgawi / langit. Iblis sendiri adalah salah satu dari bintang-bintang ini, seperti kita lihat dalam Wah 9:1. Yesaya (Yes 14:12) membuat referensi secara tak langsung pada hal ini, pada waktu teriakannya adalah, ‘Betapa engkau telah jatuh dari surga, Ya Lucifer (secara hurufiah, bintang pagi), Putra Fajar!’ Apakah di sana pernah ada bencana apapun di antara pasukan malaikat untuk menyesuaikan dengan penggambaran di depan kita? Kitab Suci secara pasti memberitahu kita bahwa memang pernah. Yudas 6 berbicara tentang ‘malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka’. Petrus menunjuk kepada ‘malaikat-malaikat yang berbuat dosa’ yang ‘Allah tidak menyayangkan’ (2Pet 2:4). ... Iblis, salah satu dari yang paling terang dan paling kuat di antara mereka, adalah penyebab dan pencipta dari semua ini. ... Berapa banyak malaikat-malaikat yang terlibat kita tak diberitahu. Textnya mengatakan bahwa kemurtadan yang mengerikan mencakup ‘sepertiga dari bintang-bintang dari surga’. Banyak orang yang mengartikan ini hanya sebagai menunjukkan suatu bagian yang besar, tanpa mempersoalkan bilangan yang pasti apapun. Dan demikianlah mungkin artinya. Tetapi pernyataannya sendiri adalah pasti, dan akan mendukung penafsiran bahwa hanya sepertiga dari semua pasukan malaikat jatuh melalui pemberontakan Iblis itu.].
Wah 9:1 - “Lalu malaikat yang kelima meniup sangkakalanya, dan aku melihat sebuah bintang yang jatuh dari langit ke atas bumi, dan kepadanya diberikan anak kunci lobang jurang maut.”.
Catatan: sangat banyak tafsiran yang bermacam-macam tentang siapa yang dimaksud dengan ‘sebuah bintang yang jatuh dari langit ke atas bumi’ ini. Jadi, sangat belum tentu kalau ini menunjuk kepada Iblis.
Yudas 6 - “Dan bahwa Ia menahan malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka, dengan belenggu abadi di dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar,”.
2Pet 2:4 - “Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman;”.
Lenski: “this dragon monster, Satan, threw down a third of God’s stars, the angels, Jude 6: ‘the angels which kept not their first estate but left their own habitation.’ That Satan drew other angels with him, he being the chief rebel, is the accepted fact. The fact that they lost their heavenly places is expressed by saying that Satan threw them on the earth. When stars fall, this is said to occur ‘to the earth.’ As for the tail, not only is the dragon always conceived as having a tremendous tail, here one that is so mighty as to sweep so many stars from the sky, but the hellish tail is the instrument of lying power (9:10; compare Isa. 9:15, ‘the prophet that teacheth lies, he is the tail’). Thus we here have a description of Satan’s power manifested in the most terrible thing he has done.” [= monster naga ini, Iblis, melempar ke bawah sepertiga dari bintang-bintang Allah, malaikat-malaikat, Yudas 6: ‘malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka’. Bahwa Iblis menarik malaikat-malaikat lain bersamanya, ia sebagai kepala pemberontak, merupakan fakta yang diterima. Fakta bahwa mereka kehilangan tempat-tempat surgawi dinyatakan dengan mengatakan bahwa Iblis melemparkan mereka ke bumi. Pada waktu bintang-bintang jatuh, ini dikatakan terjadi ‘ke bumi’. Sedangkan tentang ekor, bukan hanya naga itu selalu mempunyai suatu ekor yang menakutkan / sangat besar, di sini suatu ekor yang begitu kuat sehingga menyapu begitu banyak bintang dari langit, tetapi ekor yang sangat jahat adalah alat dari kuasa untuk berdusta (9:10; bandingkan Yes 9:14, ‘nabi yang mengajarkan dusta, itulah ekor’). Jadi di sini kita mempunyai suatu penggambaran tentang kuasa Iblis yang dinyatakan dalam hal yang paling mengerikan yang telah ia lakukan.].
Yes 9:14 - “Tua-tua dan orang yang terpandang, itulah kepala, dan nabi yang mengajarkan dusta, itulah ekor.”.
Herman Hoeksema: “What may be meant by his drawing of the stars of heaven with his tail? This seems to be plain in itself. The stars in this connection must, of course, not be taken in the literal sense, no more than the entire portion. In this connection the inference is plain that they indicate the fellow angels of the devil. In Job the angels are called the morning-stars. And indeed this application is very appropriate for these spiritual inhabitants of the sphere of eternal light. And the devil himself has been such a morning-star, - perhaps, as we have said before, the greatest and most glorious among them all. And although the passage in Isaiah 14:12 cannot literally be applied to Satan, yet the language in which this metaphor against the king of Babylon is used, is such that the latter is evidently a type of the devil. And therefore also the devil may fittingly be called Lucifer, the day or morning-star. This morning-star, as we know, rebelled against God Almighty. But he was not alone. He instigated a general rebellion in the heaven of heavens. He seduced others of his fellow angels to rise with him and exalt themselves against the Most High. And it is this feature that is pictured of the devil most probably in the fourth verse of this chapter. He dragged the third part, that is, in this sense, a great many, yet not a majority, of his fellow angels with him in his fall from heaven. And they together with him were cast down from their exalted place.” [= Apa yang bisa dimaksudkan dengan dia menarik bintang-bintang di surga dengan ekornya? Ini kelihatannya jelas dalam dirinya sendiri. Bintang-bintang dalam hubungan ini harus, tentu saja, tidak diartikan dalam arti hurufiah, sama seperti seluruh bagian ini. Dalam hubungan ini kesimpulannya adalah jelas bahwa mereka menunjuk kepada sesama malaikat-malaikat dari Iblis. Dalam Ayub malaikat-malaikat disebut bintang-bintang pagi. Dan memang penerapan ini sangat cocok / tepat untuk penghuni-penghuni rohani dari lingkungan / ruang lingkup dari terang yang kekal ini. Dan Iblis sendiri adalah suatu bintang pagi seperti itu, - mungkin, seperti telah kami katakan sebelumnya, yang terbesar dan paling mulia di antara mereka semua. Dan sekalipun text dalam Yes 14:12 tidak bisa secara hurufiah diterapkan kepada Iblis, tetapi bahasa dalam mana kiasan terhadap raja Babel ini digunakan, adalah sedemikian rupa sehingga yang belakangan ini jelas merupakan suatu TYPE dari Iblis. Dan karena itu juga Iblis bisa secara cocok disebut Lucifer, bintang pagi. Bintang pagi ini, seperti kita tahu, memberontak terhadap Allah Yang Mahakuasa. Tetapi ia tidak sendirian. Ia menghasut suatu pemberontakan umum di surga dari surga. Ia menggoda sesama malaikatnya yang lain untuk bangkit bersamanya dan meninggikan diri mereka sendiri terhadap Yang Maha Tinggi. Dan adalah ciri / hal yang menonjol ini yang paling memungkinkan digambarkan tentang Iblis dalam ayat keempat dari pasal ini. Ia menarik sepertiga bagian, yaitu, dalam arti ini, suatu bagian yang besar, tetapi bukan mayoritas, dari sesama malaikatnya bersamanya dalam kejatuhannya dari surga. Dan mereka bersama-sama dengan dia dilemparkan ke bawah dari tempat tinggi mereka.] - ‘Behold He Cometh!’, hal 417.
Catatan: saya betul-betul tidak mengerti bagaimana penafsir sekaliber Herman Hoeksema bisa menganggap bahwa raja Babel dalam Yes 14:12 merupakan TYPE dari Iblis. TYPE selalu menunjuk ke depan, tak pernah ke belakang!!! Bagaimanapun bahasa yang digunakan dalam ayat itu, kita tidak bisa / tidak boleh menafsirkan ayat itu dengan menabrak rumus Hermeneutics!
William Hendriksen: “When Satan fell, he dragged along with him in his ruin ‘one-third of the stars of heaven’, that is, a vast number of evil spirits (cf. Job 38:7; 2Pet. 2:4; Jude 6).” [= Pada waktu Iblis jatuh, ia menyeret bersamanya dalam kehancurannya ‘sepertiga dari bintang-bintang dari surga’, yaitu / artinya, suatu jumlah yang besar dari roh-roh jahat (bdk. Ayub 38:7; 2Pet 2:4; Yudas 6).] - ‘More Than Conquerors’, hal 136.
The Bible Exposition Commentary: “The dragon was cast out of heaven (Rev 12:9), and he took with him a third of the angels (Rev 12:7,9). They are spoken of as ‘stars’ in Rev 12:4 (see also Dan 8:10). This is evidently a reference to the fall of Satan (Isa 14:12-15), when he and his hosts revolted against God. However, the casting out described in Rev 12:7-10 is yet future.” [= Naga itu dilemparkan keluar dari surga (Wah 12:9), dan ia membawa dengannya sepertiga dari malaikat-malaikat (Wah 12:7,9). Mereka dibicarakan sebagai ‘bintang-bintang’ dalam Wah 12:4 (lihat juga Dan 8:10). Ini jelas merupakan suatu referensi pada kejatuhan Iblis (Yes 14:12-15), pada waktu ia dan pasukannya memberontak terhadap / menentang Allah. Tetapi, pelemparan keluar yang digambarkan dalam Wah 12:7-10 masih akan datang.].
Pulpit Commentary: “In describing the vast power of the devil, St. John seems TO ALLUDE to the tremendous result of his rebellious conduct in heaven, in effecting the fall of other angels with himself (Jude 6). The seer does not here interrupt his narrative to explain the point, but returns to it after ver. 6, and there describes briefly the origin and cause of the enmity of the devil towards God. The ‘third part’ (as in ch. 8:7, et seq.) signifies a considerable number, but not the larger part.” [= Dalam menggambarkan kuasa yang sangat besar dari Iblis, Santo Yohanes kelihatannya MEMBUAT REFERENSI SECARA SINGKAT / TAK LANGSUNG pada hasil yang sangat besar / hebat dari tingkah laku yang bersifat memberontak di surga, dalam menghasilkan kejatuhan dari malaikat-malaikat yang lain bersamanya (Yudas 6). Si pelihat di sini tidak menginterupsi ceritanya untuk menjelaskan point itu, tetapi kembali kepadanya setelah ay 6, dan di sana menggambarkan secara singkat asal usul dan penyebab dari permusuhan dari Iblis terhadap Allah. ‘Sepertiga bagian’ (seperti dalam psl 8:7 dst.) menunjukkan suatu jumlah yang besar, tetapi bukan bagian yang lebih besar.] - hal 311.
Sesuatu yang harus sangat diperhatikan adalah: sekalipun para penafsir ini percaya bahwa ay 4 menunjuk pada pemberontakan awal dari Iblis, yang menyeret bersamanya sepertiga dari para malaikat, tetapi mereka menganggap bahwa di sini Yohanes hanya menyinggung kejatuhan Iblis secara sepintas lalu. Ini secara khusus ditunjukkan oleh 2 kutipan terakhir dari deretan kutipan di atas ini. Dan dalam seluruh sisa dari Wah 12, Yohanes sama sekali tidak berurusan dengan kejatuhan awal dari Iblis. Ini sudah saya tunjukkan pada pelajaran-pelajaran yang lalu dimana saya sudah memberikan tafsiran-tafsiran para penafsir tentang siapa yang dimaksud dengan naga, perempuan, dan anak laki-laki itu, dan kapan perang dalam Wah 12:7-9 itu terjadi.
Jadi, kalaupun ay 4 ini diartikan menunjuk pada kejatuhan Iblis dan malaikat-malaikatnya, tetap itu tidak ada gunanya untuk mendukung ajaran ES, bahwa perang dalam Wah 12:7-9 ini menunjuk pada perang pada pemberontakan awal dari Iblis.
CORPUS DELICTI (11)
=============Lanjutan kata-kata ES=================
Secara logis, ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
• Lucifer satu-satunya makhluk yang segambar dengan Allah.
• Lucifer hendak menyamai Allah.
• Karena itu semua makhluk yang segambar dengan Allah hendak menyamai Allah.
Negasi dari pernyataan 3 di atas adalah: ada makhluk yang segambar dengan Allah dan tidak hendak menyamai Allah.
Untuk membuktikan kesalahan Lucifer, Allah harus membuat makhluk lain yang segambar dengan-Nya dan tunduk sepenuhnya kepada-Nya; tidak hendak menyamai Allah seperti Lucifer.
=================================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Ajaran ini dasar Alkitabnya mana?? ES mengajar Corpus Delicti ini tanpa dasar Alkitab sama sekali.
2) Bahwa Lucifer adalah nama Iblis, dan bahwa ia segambar dengan Allah, dan bahwa ia ingin menyamai Allah, semua ini didasarkan hanya pada ayat-ayat dalam Yes 14 dan Yeh 28.
Yes 14:12-14 - “(12) ‘Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur [KJV: ‘O Lucifer’], putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! (13) Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. (14) Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!”.
Yeh 28:11-12 - “(11) Lalu datanglah firman TUHAN kepadaku: (12) ‘Hai anak manusia, ucapkanlah suatu ratapan mengenai raja Tirus dan katakanlah kepadanya: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Gambar dari kesempurnaan engkau, penuh hikmat dan maha indah.”.
Dan dalam pelajaran-pelajaran yang lalu sudah saya buktikan bahwa kedua text ini tidak mungkin berbicara tentang Iblis dan kejatuhannya.
3) Mari kita melihat text-text dalam Alkitab yang berkenaan dengan pembuktian dosa yang Allah lakukan terhadap manusia:
a) Ro 2:12-15 - “(12) Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat. (13) Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah, tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan. (14) Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. (15) Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.”.
Yang punya hukum Taurat, akan dihakimi, dipersalahkan dan dihukum, berdasarkan hukum Taurat; sedangkan yang tidak mempunyai hukum Taurat, akan dihakimi, dipersalahkan dan dihukum, berdasarkan hukum hati nurani.
Memang pada saat kejatuhan Iblis tak ada firman Tuhan (Alkitab), tetapi kalau manusia punya hati nurani, apakah Iblis, yang diciptakan sebagai seorang malaikat, tidak mempunyainya??? Apakah pada saat ia mau memberontak, ia tidak tahu kalau hal itu sangat jahat / berdosa? Itu sama sekali tidak masuk akal, dan juga tidak Alkitabiah!
Saya yakin ia mempunyai hati nurani, dan saya yakin ia tahu, kalau tindakannya berdosa. Itu sudah cukup bagi Allah.
Allah tidak perlu membuktikan dosa Iblis dengan menciptakan siapapun yang segambar denganNya, dan tidak pernah memberontak / ingin menyamaiNya!
Calvin (tentang Ro 2:12): “In the former part of this section he assails the Gentiles; though no Moses was given them to publish and to ratify a law from the Lord, he yet denies this omission to be a reason why they deserved not the just sentence of death for their sins; as though he had said - that the knowledge of a written law was not necessary for the just condemnation of a sinner.” [= Dalam bagian terdahulu dari bagian ini ia menyerang orang-orang non Yahudi; sekalipun tidak ada Musa yang diberikan kepada mereka untuk mengumumkan dan meneguhkan suatu hukum (Taurat) dari Tuhan, tetapi ia menyangkal penghapusan / ketidak-adaan ini sebagai suatu alasan mengapa mereka tidak layak mendapatkan hukuman mati yang adil untuk dosa-dosa mereka; seakan-akan ia berkata - bahwa pengetahuan tentang suatu hukum tertulis tidaklah perlu untuk penghukuman yang adil terhadap seorang berdosa.].
Calvin (tentang Roma 2:14): “He indeed shows that ignorance is in vain pretended as an excuse by the Gentiles, since they prove by their own deeds that they have some rule of righteousness: for there is no nation so lost to every thing human, that it does not keep within the limits of some laws. Since then all nations, of themselves and without a monitor, are disposed to make laws for themselves, it is beyond all question evident that they have some notions of justice and rectitude, which the Greeks call preconceptions προληψεις, and which are implanted by nature in the hearts of men. They have then a law, though they are without law: for though they have not a written law, they are yet by no means wholly destitute of the knowledge of what is right and just; as they could not otherwise distinguish between vice and virtue; the first of which their restrain by punishment, and the latter they commend, and manifest their approbation of it by honoring it with rewards. He sets nature in opposition to a written law, meaning that the Gentiles had the natural light of righteousness, which supplied the place of that law by which the Jews were instructed, so that they were a law to themselves.” [= Ia memang menunjukkan bahwa dengan sia-sia ketidak-tahuan diclaim sebagai suatu dalih oleh orang-orang non Yahudi, karena mereka membuktikan oleh tindakan-tindakan mereka sendiri bahwa mereka mempunyai beberapa peraturan tentang kebenaran: karena di sana tidak ada bangsa yang begitu kehilangan segala sesuatu yang bersifat manusia, sehingga bangsa itu tidak menyimpan di dalam batasan-batasan dari beberapa hukum-hukum. Maka karena semua bangsa, dari diri mereka sendiri, dan tanpa seorang penasehat / pengawas, condong untuk membuat hukum-hukum untuk diri mereka sendiri, itu jelas membuktikan bahwa mereka mempunyai beberapa gagasan / konsep tentang keadilan dan kebenaran, yang orang-orang Yunani sebut prasangka / kecondongan προληψεις (PROLEPSEIS), dan yang ditanamkan secara alamiah dalam hati manusia. Maka mereka mempunyai suatu hukum, sekalipun mereka tanpa hukum: karena sekalipun mereka tidak mempunyai suatu hukum tertulis, mereka bukannya sepenuhnya tidak mempunyai pengetahuan tentang apa yang benar dan adil; karena kalau tidak, mereka tidak bisa membedakan antara kejahatan dan kebaikan; yang pertama mereka kekang dengan hukuman, dan yang belakangan mereka puji, dan wujudkan persetujuan mereka tentangnya dengan menghormatinya dengan upah / pahala. Ia meletakkan alam dalam pertentangan dengan suatu hukum tertulis, yang berarti bahwa orang-orang non Yahudi mempunyai terang alamiah dari kebenaran, yang menyuplai tempat dari hukum (Taurat) itu, dengan mana orang-orang Yahudi diajar, sehingga mereka adalah suatu hukum bagi diri mereka sendiri.].
Calvin (tentang Ro 2:15): “‘Who show the work of the law written,’ etc.; that is, they prove that there is imprinted on their hearts a discrimination and judgment by which they distinguish between what is just and unjust, between what is honest and dishonest. ... For why did they institute religious rites, except that they were convinced that God ought to be worshipped? Why were they ashamed of adultery and theft, except that they deemed them evils?” [= ‘Yang menunjukkan bahwa pekerjaan / tuntutan hukum Taurat tertulis’, dst.; artinya, mereka membuktikan bahwa disana ada diteguhkan dengan kuat pada hati mereka suatu pembedaan dan penghakiman dengan mana mereka membedakan antara apa yang adil / benar dan tidak adil / tidak benar, antara apa yang jujur dan tidak jujur. ... Karena mengapa mereka menegakkan upacara-upacara agamawi, kecuali bahwa mereka diyakinkan bahwa Allah harus disembah? Mengapa mereka malu tentang perzinahan dan pencurian, kecuali bahwa mereka menganggap hal-hal itu jahat?].
Catatan: terjemahan ‘tuntutan’ saya ambil berdasarkan catatan kaki dari editor / penterjemah dari Calvin’s Commentary.
Calvin (tentang Ro 2:15): “Nor can we conclude from this passage, that there is in men a full knowledge of the law, but that there are only some seeds of what is right implanted in their nature, evidenced by such acts as these - All the Gentiles alike instituted religious rites, they made laws to punish adultery, and theft, and murder, they commended good faith in bargains and contracts. They have thus indeed proved, that God ought to be worshipped, that adultery, and theft, and murder are evils, that honesty is commendable. It is not to our purpose to inquire what sort of God they imagined him to be, or how many gods they devised; it is enough to know, that they thought that there is a God, and that honor and worship are due to him. It matters not whether they permitted the coveting of another man’s wife, or of his possessions, or of any thing which was his, - whether they connived at wrath and hatred; inasmuch as it was not right for them to covet what they knew to be evil when done.” [= Juga kita tidak bisa menyimpulkan dari text ini, bahwa dalam manusia ada suatu pengetahuan yang penuh tentang hukum Taurat, tetapi bahwa di sana ada hanya beberapa / sebagian benih-benih dari apa yang benar yang ditanamkan dalam hakekat mereka, dibuktikan oleh tindakan-tindakan seperti ini - Semua orang-orang non Yahudi secara sama menegakkan upacara-upacara, mereka membuat hukum-hukum untuk menghukum perzinahan, dan pencurian, dan pembunuhan, mereka memuji kesetiaan yang baik dalam persetujuan-persetujuan / perjanjian-perjanjian dan kontrak-kontrak. Dengan demikian mereka telah membuktikan, bahwa Allah harus disembah, dan perzinahan, dan pencurian, dan pembunuhan, adalah kejahatan-kejahatan, bahwa kejujuran layak dipuji. Bukan tujuan kami untuk menyelidiki jenis Allah yang bagaimana yang mereka khayalkan, atau berapa banyak allah / dewa mereka bentuk / khayalkan; adalah cukup untuk tahu, bahwa mereka berpikir bahwa di sana ada Allah, dan bahwa hormat / takut dan penyembahan layak diberikan kepadaNya. Tak jadi soal apakah mereka mengijinkan tindakan menginginkan istri orang lain, atau miliknya, atau apapun yang adalah kepunyaannya, - apakah mereka menyetujui kemarahan dan kebencian; selama adalah tidak benar bagi mereka untuk menginginkan apa yang mereka tahu sebagai jahat pada waktu dilakukan.].
Calvin (tentang Ro 2:15): “‘Their conscience at the same time attesting,’ etc. He could not have more forcibly urged them than by the testimony of their own conscience, which is equal to a thousand witnesses. By the consciousness of having done good, men sustain and comfort themselves; those who are conscious of having done evil, are inwardly harassed and tormented. Hence came these sayings of the heathens - ‘A good conscience is the widest sphere; but a bad one is the cruelest executioner, and more fiercely torments the ungodly than any furies can do.’ There is then a certain knowledge of the law by nature, which says, ‘This is good and worthy of being desired; that ought to be abhorred.’” [= ‘Pada saat yang sama hati nurani mereka meneguhkan sebagai benar’, dst. Ia tidak bisa telah mendesak mereka dengan lebih kuat lagi dari pada oleh kesaksian dari hati nurani mereka sendiri, yang adalah setara dengan seribu saksi. Oleh kesadaran telah melakukan sesuatu yang baik, manusia mendukung dan menghibur diri mereka sendiri; orang-orang yang sadar telah melakukan sesuatu yang jahat, diganggu dan disiksa secara batin. Karena itu muncul kata-kata dari orang-orang kafir - ‘Suatu hati nurani yang baik adalah ruang lingkup yang paling lebar; tetapi suatu hati nurani yang buruk adalah algojo yang paling kejam, dan menyiksa dengan lebih ganas orang-orang jahat dari pada yang kemarahan-kemarahan apapun bisa lakukan’. Jadi di sana ada suatu pengetahuan tertentu tentang hukum Taurat secara alamiah, yang mengatakan, ‘Ini adalah baik dan layak untuk diinginkan; itu harus dibenci’.].
William Hendriksen (tentang Ro 2:12): “Those who have sinned in ignorance of the law - cf. I Cor. 9:21 - in other words, the Gentiles, will perish even though they did not know the law. That by using the word ‘law’ the apostle is thinking especially of the Pentateuch, even more precisely, of the law of the Ten Commandments, is clear from verses 21, 22. Cf. Rom. 13:8–10. They will perish because of their sins.” [= Mereka yang telah berdosa dalam ketidak-tahuan tentang hukum Taurat - bdk. 1Kor 9:21 - dengan kata lain, orang-orang non Yahudi, akan binasa sekalipun mereka tidak mengetahui hukum Taurat. Bahwa dengan menggunakan kata ‘hukum Taurat’ sang rasul sedang memikirkan secara khusus tentang Pentateuch / Lima Kitab Musa, bahkan secara lebih tepat, tentang hukum dari 10 hukum Tuhan, adalah jelas dari ay 21,22. Bdk. Ro 13:8-10. Mereka akan binasa karena dosa-dosa mereka.].
William Hendriksen (tentang Ro 2:14-15): “Paul has just now stated that whether a person sinned in ignorance of the law or knew the law - hence, whether he be Gentile or Jew - he will be treated as a transgressor if he conducts himself in a manner contrary to God’s holy law. Every person will receive a penalty or a reward commensurate with his deeds (see verse 6). This does not cancel the fact that the measure of light one has received will be taken into account. See Amos 3:2; Luke 12:47, 48. The objection might be raised, ‘But is this fair to the Gentile? After all, he does not have the faintest notion about God’s law. Why, then, should he be punished at all?’ As shown in verses 14, 15, this objection is not valid. Even though the Gentile does not have the law as originally written on tablets of stone (Exod. 24:12), God wrote on his heart ... what was the work required by the law. He equipped him with a sense of right and wrong. He did not permit even the Gentile to remain altogether without a testimony concerning God. Cf. Ps. 19:1–4; Acts 17:26–28; Rom. 1:28, 32. This accounts for the fact that Gentiles are ‘a law for themselves.’ By nature - that is, without prompting or guidance coming from any written code, therefore in a sense spontaneously - a Gentile will at times do certain things required by God’s law. For example, he is kind to his wife and children, has a heart for the poor, promotes honesty in government, shows courage in fighting crime, etc. What God has written on his heart finds a response in this man’s conscience. ... It is that individual’s inner sense of right and wrong; his (to a certain extent divinely imparted) moral consciousness viewed in the act of pronouncing judgment upon himself, that is, upon his thoughts, attitudes, words, and deeds, whether past, present, or contemplated.” [= Paulus baru saja menyatakan bahwa apakah seseorang berdosa dalam ketidak-tahuan tentang hukum Taurat atau dalam pengetahuan tentang hukum Taurat - jadi, apakah ia adalah orang non Yahudi atau orang Yahudi - ia akan diperlakukan sebagai seorang pelanggar jika ia bertindak dengan suatu cara yang bertentangan dengan hukum Taurat yang kudus dari Allah. Setiap pribadi akan menerima suatu hukuman atau suatu pahala sesuai dengan tindakan-tindakannya (lihat ay 6). Ini tidak membatalkan fakta bahwa ukuran terang yang telah diterima seseorang akan diperhitungkan. Lihat Amos 3:2; Luk 12:47,48. Keberatan bisa dimunculkan, ‘Tetapi apakah ini adil bagi orang-orang non Yahudi? Di atas segala-galanya, ia tidak mempunyai pengertian / gagasan yang paling lemah tentang hukum Taurat Allah. Lalu mengapa ia harus dihukum?’ Seperti ditunjukkan dalam ay 14,15, keberatan ini tidak sah. Sekalipun orang non Yahudi tidak mempunyai hukum Taurat seperti yang pada mulanya dituliskan pada loh-loh batu (Keluaran 24:12), Allah menuliskan pada hatinya ... apa pekerjaan yang dituntut oleh hukum Taurat. Ia memperlengkapinya dengan suatu perasaan tentang benar dan salah. Ia tidak mengijinkan bahkan orang non Yahudi untuk berada dalam keadaan sama sekali tanpa suatu kesaksian berkenaan dengan Allah. Bdk. Maz 19:2-5; Kis 17:26-28; Ro 1:28,32. Ini menjelaskan fakta bahwa orang-orang non Yahudi adalah ‘suatu hukum bagi diri mereka sendiri’ (Ro 2:14). Secara alamiah - artinya, tanpa digerakkan atau bimbingan yang datang dari sistim hukum tertulis apapun, karena itu dalam arti tertentu ‘secara spontan’ - seorang non Yahudi kadang-kadang akan melakukan hal-hal tertentu yang dituntut oleh hukum Taurat Allah. Misalnya, ia baik terhadap istri dan anak-anaknya, mempunyai suatu hati yang berbelas kasihan terhadap orang-orang miskin, memajukan kejujuran dalam pemerintahan, menunjukkan keberanian dalam memerangi kejahatan, dsb. Apa yang Allah telah tuliskan pada hatinya mendapati suatu tanggapan dalam hati nurani orang ini. ... Itu adalah perasaan di dalam dari pribadi itu tentang benar atau salah; kesadaran moralnya (sampai suatu tingkat tertentu diberikan secara ilahi / oleh Allah) dilihat dalam tindakan menyatakan penghakiman kepada dirinya sendiri, yaitu, pada pikiran-pikiran, sikap-sikap, kata-kata, dan tindakan-tindakannya, apakah lampau, sekarang, atau dalam pertimbangan.].
Adam Clarke (tentang Ro 2:15): “In acting according to justice, mercy, temperance, and truth, they show that the great object of the law which was to bring men from injustice, cruelty, intemperance, and falsity, is accomplished so far in them: their conscience also bearing witness - that faculty of the soul, where that divine light dwells and works, shows them that they are right; and thus, they have comfortable testimony in their own souls of their own integrity: their thoughts, the mean while, accusing, or else excusing one another; or rather, their reasonings between one another accusing or answering for themselves. As if the apostle had said: And this point, that they have a law and act according to it, is further proved from their conduct in civil affairs; and from that correct sense which they have of natural justice in their debates, either in their courts of law or in their treatises on morality. All these are ample proofs that God has not left them without light; and that, seeing they have such correct notions of right and wrong, they are accountable to God for their conduct in reference to these notions and principles.” [= Dalam bertindak sesuai dengan keadilan, belas kasihan, penguasaan diri, dan kebenaran, mereka menunjukkan bahwa tujuan yang besar dari hukum Taurat yang adalah membawa manusia dari ketidak-adilan, kekejaman, tak adanya penguasaan diri, dan kepalsuan, tercapai begitu jauh dalam diri mereka: hati nurani mereka juga memberikan kesaksian - kemampuan bawaan dari jiwa, dimana terang ilahi itu tinggal dan bekerja, menunjukkan kepada mereka bahwa mereka benar; dan demikianlah, mereka mempunyai kesaksian yang cukup dalam jiwa mereka sendiri tentang kejujuran / integritas mereka sendiri: pikiran-pikiran mereka, pada saat yang sama, saling menuduh, atau sebaliknya memberikan dalih (membela / membenarkan); atau lebih tepat, mereka saling berdebat antara menuduh atau membela diri mereka sendiri. Seakan-akan sang rasul telah berkata: Dan pokok ini, bahwa mereka mempunyai suatu hukum dan bertindak berdasarkannya, lebih jauh lagi dibuktikan dari tingkah laku mereka dalam urusan-urusan yang berhubungan dengan sesama mereka; dan dari perasaan yang benar itu yang mereka punyai tentang keadilan alamiah dalam debat-debat mereka, atau dalam pengadilan mereka atau dalam tulisan-tulisan mereka tentang moralitas. Semua ini adalah bukti-bukti yang cukup bahwa Allah tidak meninggalkan / membiarkan mereka tanpa terang; dan bahwa, melihat mereka mempunyai pengertian-pengertian yang benar tentang benar atau salah, mereka bertanggung jawab kepada Allah untuk tingkah laku mereka berkenaan dengan pengertian-pengertian dan hukum-hukum / peraturan-peraturan ini.].
b) Ro 1:18-32 - “(18) Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman. (19) Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka. (20) Sebab apa yang tidak nampak dari padaNya, yaitu kekuatanNya yang kekal dan keilahianNya, dapat nampak kepada pikiran dari karyaNya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih. (21) Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepadaNya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. (22) Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh. (23) Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar. (24) Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka. (25) Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin. (26) Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. (27) Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka. (28) Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas: (29) penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan. (30) Mereka adalah pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua, (31) tidak berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan. (32) Sebab walaupun mereka mengetahui tuntutan-tuntutan hukum Allah, yaitu bahwa setiap orang yang melakukan hal-hal demikian, patut dihukum mati, mereka bukan saja melakukannya sendiri, tetapi mereka juga setuju dengan mereka yang melakukannya.”.
Dari bagian-bagian yang saya garis-bawahi, jelas terlihat bahwa Allah murka kalau manusia:
1. Tidak mengakui Dia.
2. Tidak memuji Dia.
3. Tidak mengucap syukur kepadaNya.
4. Tidak memuliakan Dia.
5. Tidak menyembah Dia, melainkan menyembah berhala.
Catatan: keharusan untuk mengakui, memuji, bersyukur, memuliakan, menyembah ini jelas-jelas sangat bertentangan dengan tindakan dari Iblis yang memberontak atau ingin menyamai Allah.
Apakah manusia bisa berdalih bahwa mereka tidak menyembah Allah karena mereka tak tahu apa-apa tentang Dia? Untuk menjawab pertanyaan itu, mari kita menyoroti secara khusus ay 19-20 saja.
Ro 1:19-20 - “(19) Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka. (20) Sebab apa yang tidak nampak dari padaNya, yaitu kekuatanNya yang kekal dan keilahianNya, dapat nampak kepada pikiran dari karyaNya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.”.
Ay 19 akhir (LAI): ‘kepada mereka’.
RSV/NIV: ‘to them’ [ = kepada mereka].
KJV: ‘in them’ [ = dalam mereka].
NASB: ‘within them’ [ = di dalam mereka].
Calvin (tentang Ro 1:19): “And he said, ‘in them’ rather than ‘to them,’ for the sake of greater emphasis: ... he seems here to have intended to indicate a manifestation, by which they might be so closely pressed, that they could not evade; for every one of us undoubtedly finds it to be engraven on his own heart. By saying, that ‘God has made it manifest,’ he means, that man was created to be a spectator of this formed world, and that eyes were given him, that he might, by looking on so beautiful a picture, be led up to the Author himself.” [= Dan ia mengatakan, ‘dalam mereka’ dan bukannya ‘kepada mereka’, untuk penekanan yang lebih besar: ... di sini ia kelihatannya telah bermaksud untuk menunjukkan suatu manifestasi, dengan mana mereka bisa ditekan dengan begitu keras, sehingga mereka tidak bisa menghindar; karena setiap kita tak diragukan menemukannya diukirkan pada hatinya sendiri. Dengan mengatakan, bahwa ‘Allah telah menyatakannya’, ia memaksudkan, bahwa manusia diciptakan sebagai seorang pengamat dari dunia / alam semesta yang dibentuk ini, dan bahwa mata diberikan kepadanya, supaya ia bisa, dengan melihat pada suatu gambaran yang begitu indah, dibimbing sampai kepada sang Pencipta sendiri.].
Calvin (tentang Ro 1:20): “God is in himself invisible; but as his majesty shines forth in his works and in his creatures everywhere, men ought in these to acknowledge him, for they clearly set forth their Maker: and for this reason the Apostle in his Epistle to the Hebrews says, that this world is a mirror, or the representation of invisible things.” [= Allah dalam diriNya sendiri tidak bisa dilihat; tetapi karena keagunganNya bersinar dalam pekerjaanNya dan dalam makhluk-makhluk ciptaanNya dimana-mana, manusia harus mengakui Dia dalam hal-hal ini, karena mereka dengan jelas menyatakan Pencipta mereka: dan karena itu sang Rasul dalam suratnya kepada orang-orang Ibrani berkata, bahwa dunia / alam semesta ini adalah suatu cermin, atau wakil / gambar dari hal-hal yang tak kelihatan.].
Calvin (tentang Ro 1:20): “‘So that they are inexcusable.’ It hence clearly appears what the consequence is of having this evidence - that men cannot allege any thing before God’s tribunal for the purpose of showing that they are not justly condemned. Yet let this difference be remembered, that the manifestation of God, by which he makes his glory known in his creation, is, with regard to the light itself, sufficiently clear; but that on account of our blindness, it is not found to be sufficient. We are not however so blind, that we can plead our ignorance as an excuse for our perverseness. We conceive that there is a Deity; and then we conclude, that whoever he may be, he ought to be worshipped: but our reason here fails, because it cannot ascertain who or what sort of being God is. Hence the Apostle in Hebrews 11:3, ascribes to faith the light by which man can gain real knowledge from the work of creation, and not without reason; for we are prevented by our blindness, so that we reach not to the end in view; we yet see so far, that we cannot pretend any excuse. Both these things are strikingly set forth by Paul in Acts 14:17, when he says, that the Lord in past times left the nations in their ignorance, and yet that he left them not without witness (AMARTURON,) since he gave them rain and fertility from heaven.” [= ‘Sehingga mereka tidak dapat berdalih’. Jadi terlihat dengan jelas apa konsekwensinya mempunyai bukti ini - bahwa manusia tidak bisa menyatakan / memberi argumentasi apapun di hadapan pengadilan Allah untuk tujuan menunjukkan bahwa mereka tidak dihukum secara adil. Tetapi hendaklah perbedaan ini diingat, bahwa manifestasi dari Allah, dengan mana Ia membuat kemuliaanNya diketahui dalam ciptaanNya, berkenaan dengan terang itu sendiri, adalah cukup jelas; tetapi bahwa karena kebutaan kita, itu didapati tidak cukup. Tetapi kita tidaklah sebegitu buta, sehingga kita bisa memberikan ketidak-tahuan kita sebagai dalih untuk penyimpangan / kejahatan kita. Kita mengerti bahwa di sana ada Allah; dan lalu kita menyimpulkan, bahwa siapapun adanya Dia, Dia harus disembah: tetapi di sini akal kita terbukti kurang / tidak mencukupi, karena akal itu tidak bisa memastikan siapa atau jenis makhluk / keberadaan apa Allah itu. Karena itu sang Rasul dalam Ibr 11:3, menganggap terang itu berasal dari iman, dengan mana manusia bisa mendapatkan pengetahuan yang benar dari pekerjaan penciptaan, dan bukan tanpa alasan; karena kita dicegah oleh kebutaan kita, sehingga kita tidak mencapai tujuan yang dituju; tetapi kita melihat begitu jauh, sehingga kita tidak bisa berpura-pura dengan dalih apapun. Kedua hal ini diberikan / dijelaskan oleh Paulus dalam Kis 14:17, pada waktu ia berkata, bahwa Tuhan pada masa lalu meninggalkan bangsa-bangsa dalam ketidak-tahuan mereka, tetapi bahwa Ia tidak meninggalkan mereka tanpa saksi (AMARTURON), karena Ia memberi mereka hujan dan kesuburan dari surga.].
Ibr 11:3 - “Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat.”.
Kis 14:17 - “namun Ia bukan tidak menyatakan diriNya dengan berbagai-bagai kebajikan, yaitu dengan menurunkan hujan dari langit dan dengan memberikan musim-musim subur bagi kamu. Ia memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan.’”.
William Hendriksen (tentang Ro 1:19): “Even entirely apart from special revelation through the gospel, which ever so many Gentiles have never heard, God has made himself known and continues to do so by means of his general revelation in nature, history, and conscience; here, as the sequel indicates, with emphasis on God’s revelation in nature; that is, in ‘creation.’ Not as if men, acting on their own initiative, could have discovered God, but, as the passage states, God has made known to them whatever in the area of creation can be made known about him.” [= Bahkan sepenuhnya terpisah dari wahyu khusus melalui Injil, yang begitu banyak orang-orang non Yahudi yang tidak pernah mendengarnya, Allah telah membuat diriNya sendiri dikenal dan terus melakukan demikian dengan cara dari wahyu umumNya dalam alam, sejarah, dan hati nurani; di sini, seperti lanjutannya menunjukkan, dengan penekanan pada wahyu Allah dalam alam; yaitu, dalam ‘ciptaan’. Bukan bahwa jika manusia bertindak sendiri / tanpa bimbingan orang lain, bisa telah menemukan Allah, tetapi, seperti dinyatakan oleh text itu, Allah telah menyatakan kepada mereka, apapun dalam daerah dari ciptaan, yang bisa dinyatakan kepada mereka.].
William Hendriksen (tentang Ro 1:20): “The little word ‘For’ is again very meaningful. It is not only continuative but also supportive, showing that what was said in verse 19 is indeed a fact. The sentence introduced by ‘For’ may even reflect on what was said earlier, namely, in verse 18; that is, it may be viewed as indicating why the wrath of God is being revealed against the wicked: their wicked deeds are inexcusable!” [= Kata yang kecil ‘Sebab’ lagi-lagi sangat berarti. Itu bukan saja bersifat melanjutkan, tetapi juga bersifat mendukung, menunjukkan bahwa apa yang dikatakan dalam ay 19 memang merupakan suatu fakta. Kalimat itu diajukan dengan ‘Sebab’ bahkan bisa membuat jelas /membuktikan apa yang dikatakan lebih awal, yaitu, dalam ay 18; yaitu, itu bisa dilihat sebagai menunjukkan mengapa murka Allah dinyatakan kepada orang-orang jahat: tindakan-tindakan jahat mereka tidak bisa dimaafkan / tak mempunyai dalih!].
Adam Clarke (tentang Ro 1:19): “Dr. Taylor paraphrases this and the following verse thus ‘Although the Gentiles had no written revelation, yet what may be known of God is every where manifest among them, God having made a clear discovery of himself to them. For his being and perfections, invisible to our bodily eyes, have been, ever since the creation of the world, evidently to be seen, if attentively considered, in the visible beauty, order, and operations observable in the constitution and parts of the universe; especially his eternal power and universal dominion and providence: so that they cannot plead ignorance in excuse of their idolatry and wickedness.’” [= Dr. Taylor menyatakan dengan kata-kata lain ayat ini dan ayat yang berikutnya sebagai berikut ‘Sekalipun orang-orang non Yahudi tidak mempunyai wahyu tertulis, tetapi apa yang bisa dikenal tentang Allah adalah jelas dimana-mana di antara mereka, Allah telah membuat suatu penemuan yang jelas tentang diriNya sendiri bagi mereka. Untuk keberadaan dan kesempurnaanNya, tak terlihat bagi mata jasmani kita, sejak penciptaan dunia /alam semesta, telah terlihat dengan jelas, jika dipertimbangkan dengan seksama, dalam keindahan yang terlihat, keteraturan, dan pekerjaan-pekerjaan yang bisa diamati dalam pembentukan dan bagian-bagian dari alam semesta; khususnya kuasaNya yang kekal dan penguasaan universal dan providensia: sehingga mereka tidak bisa menjadikan ketidak-tahuan sebagai dalih dari penyembahan berhala dan kejahatan mereka’.].
Kalau manusia, dengan pengetahuan seperti itu saja, tidak bisa berdalih, untuk tidak menyembah Allah, apalagi Iblis, yang diciptakan sebagai seorang malaikat! Ia pasti lebih mengenal Allah, dibandingkan dengan manusia yang buta rohani itu! Karena itu, pada waktu ia tidak menyembah Allah, bahkan memberontak terhadap Allah atau ingin menyamai Allah, ia lebih-lebih tidak punya dalih apapun untuk dosa itu. Ia jelas tahu bahwa itu adalah sesuatu yang berdosa. Jadi, Allah jelas tidak perlu membuktikan kesalahan / dosa dari Iblis!
Kesimpulan: Allah selalu melakukan pembuktian dosa dengan membandingkan kehidupan orang itu dengan suatu hukum, apakah itu hukum tertulis (hukum Taurat / firman Tuhan), hukum oral / yang diucapkan, atau hukum hati nurani!
Sepanjang yang saya pernah pelajari dari Alkitab, Allah tidak pernah melakukan pembuktian dosa dengan membandingkan orang yang melakukan suatu dosa dengan orang yang tidak pernah melakukan dosa itu!
Mari kita melihat beberapa contoh dari Alkitab:
1. Pembunuhan Habel oleh Kain.
Kej 4:8-10 - “(8) Kata Kain kepada Habel, adiknya: ‘Marilah kita pergi ke padang.’ Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia. (9) Firman TUHAN kepada Kain: ‘Di mana Habel, adikmu itu?’ Jawabnya: ‘Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?’ (10) FirmanNya: ‘Apakah yang telah kauperbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepadaKu dari tanah.”.
Pembunuhan oleh Kain terhadap Habel merupakan pembunuhan pertama dalam seluruh sejarah manusia. Pada saat itu ada 3 orang yang tidak pernah membunuh, yaitu Adam, Hawa, dan Habel. Tetapi Allah tetap tidak membuktikan dosa Kain yang membunuh Habel dengan membandingkan dia dengan yang manapun dari ketiga orang itu. Allah tahu akan pembunuhan itu (Kej 4:10), dan sekalipun saat itu tidak ada hukum tertulis, tetapi pasti ada hukum hati nurani dalam diri Kain. Itu sudah cukup untuk mempersalahkan dia, tanpa segala macam omong kosong seperti Corpus Delicti!
2. Dosa dari orang-orang pada jaman Nuh.
Kej 6:5-7 - “(5) Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, (6) maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hatiNya. (7) Berfirmanlah TUHAN: ‘Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.’”.
Lagi-lagi di sini, Tuhan tidak membandingkan kehidupan orang-orang itu dengan orang yang tak berdosa (karena orang seperti itu tidak ada). Tuhan bahkan tidak membandingkan kehidupan orang-orang itu dengan kehidupan dari Nuh, yang sekalipun bukan orang yang suci murni seperti Yesus, tetapi adalah orang saleh.
Tuhan hanya melihat / tahu bahwa mereka berdosa. Lagi-lagi pada saat ini belum ada hukum tertulis. Tetapi pasti ada hukum hati nurani. Dan Tuhan tahu / melihat bahwa mereka melanggar hukum hati nurani itu.
Jadi, di sinipun tidak ada kebutuhan akan Corpus Delicti dan semua omong kosongnya!
3. Dosa dari istri Lot.
Kej 19:17,26 - “(17) Sesudah kedua orang itu menuntun mereka sampai ke luar, berkatalah seorang: ‘Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di manapun juga di Lembah Yordan, larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap.’ ... (26) Tetapi isteri Lot, yang berjalan mengikutnya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam.”.
Apa salahnya orang menoleh ke belakang? Pada umumnya itu tidak salah. Tetapi itu salah dalam kasus ini, karena tindakan itu bertentangan dengan firman yang diucapkan (bukan hukum tertulis, tetapi hukum oral / yang diucapkan) malaikat dalam ay 17.
Kalau ajaran ES tentang Corpus Delicti memang benar, mengapa Allah tidak membandingkan istri Lot dengan Lot dan kedua anak perempuannya, yang mentaati firman dari malaikat itu, dengan tidak menoleh ke belakang??
Jelas bahwa Tuhan tidak pernah membuktikan dosa dengan cara konyol seperti itu!
CORPUS DELICTI (12)
4. Penghakiman akhir jaman.
Wah 20:11-15 - “(11) Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya. Dari hadapanNya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya. (12) Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu. (13) Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya. (14) Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. (15) Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.”.
Bahkan dalam penghakiman akhir jaman, tidak pernah dikatakan bahwa dosa siapapun dibuktikan dengan membandingkan kehidupan orang itu dengan kehidupan Yesus yang tidak pernah berdosa.
Dosa-dosa orang-orang itu dicatat dalam kitab-kitab. Saya sendiri yakin ini bukan sesuatu yang bersifat hurufiah, karena Allah yang maha tahu tak membutuhkan kitab apapun untuk mengingat dosa manusia.
Homer Hailey: “These are not literal books ... The books symbolizes the divine record of the lives and deeds of all who have lived. Pieters has well expressed it: ‘The books evidently stand for the omniscience of God the Judge, to whom nothing is unknown, and by whom nothing is forgotten’ (p 313), except what He wills to forget (Heb. 8:12).” [= Ini bukan betul-betul kitab-kitab secara hurufiah ... Kitab-kitab ini menyimbolkan catatan ilahi tentang kehidupan-kehidupan dan tindakan-tindakan dari semua orang yang pernah hidup. Pieters telah menyatakan hal ini dengan baik: ‘Kitab-kitab itu dengan jelas mewakili kemahatahuan Allah sang Hakim, bagi siapa tidak ada yang tak diketahui, dan oleh siapa tak ada yang dilupakan’ (hal 313), kecuali apa yang Ia kehendaki untuk dilupakan (Ibr 8:12).] - ‘Revelation’, hal 401.
Ibr 8:12 - “Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka.’”.
Setiap kali siapapun melanggar hukum tertulis, atau hukum oral, atau hukum hati nurani, Allah mengingat itu. Ia hanya tidak mengingat-ingat dosa-dosa dari orang yang percaya, karena itu sudah dihapuskan oleh darah Kristus.
Yes 43:25 - “Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu.”.
Tetapi dosa-dosa dari orang-orang yang tidak percaya, tetap diingat oleh Allah, dan pada penghakiman akhir jaman, orang itu akan dijatuhi hukuman atas setiap dosa yang pernah ia lakukan.
Lalu bagaimana dengan kitab kehidupan? Ini mencatat nama-nama dari orang-orang yang percaya kepada Yesus.
Luk 10:20 - “Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga.’”.
Fil 4:3 - “Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang setia: tolonglah mereka. Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil, bersama-sama dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang lain, yang nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan.”.
Ayat-ayat seperti ini (dan masih ada ayat-ayat lain) digabungkan dengan ajaran yang jelas dari Alkitab, bahwa hanya orang yang percaya kepada Yesus yang selamat / masuk surga, jelas menunjukkan bahwa kitab kehidupan merupakan catatan dari orang-orang yang percaya kepada Yesus.
Catatan: tetapi lagi-lagi saya percaya ini hanya simbol, bukan hurufiah. Allah tidak pikun sehingga Ia membutuhkan suatu catatan tentang orang-orang yang adalah anak-anakNya!
Sekarang mengapa orang-orang yang tidak percaya dibuang ke dalam neraka? Jelas karena firman tertulis jelas-jelas mengatakan bahwa hanya orang-orang yang percaya kepada Yesus yang diampuni dan masuk surga (Yoh 3:16 Yoh 14:6 Kis 4:12 1Yoh 5:11-12 dsb.).
Allah tidak membandingkan orang-orang yang tidak percaya dengan orang-orang yang percaya. Allah tidak membutuhkan Corpus Delicti!
5. Penghukuman terhadap Iblis sendiri.
Wah 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.”.
Adakah pembuktian dosa di sini? Apakah Iblis dibandingkan dengan Yesus (sebagai Corpus Delicti), atau dibandingkan dengan orang-orang percaya yang berhasil hidup kudus (sehingga berhasil menjadi Corpus Delicti)??? Tidak pernah ada! Adakah protes dari Iblis karena dosanya tidak dibuktikan? Tidak ada sama sekali. Baik Allah, maupun Iblis sendiri, tahu akan keberdosaan Iblis.
Ini bahkan sudah diketahui oleh Iblis / setan-setan pada jaman Yesus masih hidup di dunia ini.
Mat 8:29 - “Dan mereka itupun berteriak, katanya: ‘Apa urusanMu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?’”.
Setan-setan itu tahu bahwa mereka akan disiksa. Mereka juga pasti tahu Allah itu adil, dan karena itu mereka pasti tidak akan disiksa / dihukum kalau mereka tidak bersalah. Jadi jelas setan-setan itu tahu akan keberdosaan mereka.
Dan ini terjadi sebelum Yesus menyelesaikan seluruh hidupNya di dunia ini! Apakah ES menganggap bahwa pada saat ini Yesus sudah menjadi Corpus Delicti? Kalaupun ES menganggap sudah, perlu ia perhatikan bahwa tidak pernah kehidupan Iblis dan setan-setannya dibandingkan dengan kehidupan dari Yesus, untuk membuktikan keberdosaan mereka!
Saya bisa memberi lebih banyak contoh lagi kalau saya mau, tetapi saya kira itu tidak perlu.
Jelas bahwa Tuhan melakukan pembuktian dosa bukan dengan membandingkan orang yang melakukan suatu dosa dengan orang yang tak pernah melakukan dosa itu, tetapi Tuhan membandingkan hidup orang itu dengan suatu hukum, apakah itu hukum tertulis, atau hukum yang diucapkan / oral, atau hukum hati nurani!
Semua tentang Corpus Delicti adalah suatu nonsense / omong kosong, yang tidak pernah saya jumpai dalam Alkitab!
Tetapi bagaimana dengan ayat-ayat yang memang melakukan perbandingan antara orang yang jahat dan orang yang saleh?
Saya berikan di sini beberapa contoh:
1Raja 14:8 - “Aku telah mengoyakkan kerajaan dari keluarga Daud dan memberikannya kepadamu, tetapi engkau tidak seperti hambaKu Daud yang tetap mentaati segala perintahKu dan mengikuti Aku dengan segenap hatinya dan hanya melakukan apa yang benar di mataKu.”.
Ibr 7:26-27 - “(26) Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkatsorga, (27) yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkankorban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukanNya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diriNya sendiri sebagai korban.”.
1Yoh 3:12 - “bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya. Dan apakah sebabnya ia membunuhnya? Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar.”.
Pikirkan satu hal: sekalipun ayat-ayat ini memang membandingkan, tetapi apakah perbandingan itu dimaksudkan untuk menunjukkan keberdosaan orang-orang tertentu itu? Bagi saya jawabnya jelas adalah ‘tidak’!
==============Lanjutan kata-kata ES=================
Tujuan penciptaan manusia
Dari penjelasan tersebut jelas bahwa sebenarnya Allah menciptakan manusia bukan sekedar ingin memiliki mahluk yang segambar dengan diri-Nya untuk mengelola sebuah taman. Ia juga bukan Allah yang kurang kasih sayang sehingga hendak memiliki makhluk ciptaan untuk dikasihi. Sejatinya ada rancangan atau agenda Allah yang lebih besar daripada hal tersebut.
Ternyata manusia diciptakan untuk menggenapi rencana Bapa, yaitu mengalahkan Iblis atau membuktikan bahwa Iblis bersalah. Manusia diciptakan agar menjadi “corpus delicti”. Disini manusia menjadi alat dalam tangan Tuhan untuk mengakhiri sepak terjang Lucifer. Jadi, manusia bukan hanya menerima mandat untuk menaklukkan alam yang kelihatan (fisik), tetapi yang juga tidak kelihatan (metafisik).
Tetapi manusia telah gagal memenuhi rencana Bapa. Adam telah gagal menjadi corpus delicti. Kegagalan Adam menyisakan persoalan: siapakah yang dapat mengalahkan Iblis atau menjadi bukti bahwa Iblis bersalah sehingga bisa dihukum? Tidak ada jalan lain; Allah harus menyediakan Adam kedua, manusia yang tidak dicemari oleh dosa Adam. Untuk itu Allah mengutus Putra Tunggal-Nya untuk turun ke bumi menjadi manusia. Agar memenuhi keadilan Allah, maka Sang Putra tidak diberi keistimewaan. Keilahian-Nya harus dilucuti terlebih dahulu (Fil. 2:7). Dalam segala hal, Ia disamakan dengan manusia (Ibr. [2:17]). Barulah Ia disebut sebagai Adam yang terakhir (1Kor. [15:45]). Ialah Allah Anak, Tuhan Yesus Kristus.
=================================================
Tanggapan Budi Asali:
1) ES mengatakan “Ternyata manusia diciptakan untuk menggenapi rencana Bapa, yaitu mengalahkan Iblis atau membuktikan bahwa Iblis bersalah.”.
a) Bagaimana ES memberikan pernyataan seperti itu tanpa dasar ayat Alkitab sama sekali???
b) Jadi, pada waktu Adam ternyata jatuh, itu berarti rencana Allah itu gagal! Gagal tidaknya rencana Allah tergantung kepada Adam / manusia??? Ini betul-betul konyol! Benarkah rencana Allah bisa gagal??
Tak ada orang Reformed yang sejati yang percaya bahwa rencana Allah bisa gagal. Bagian di bawah ini saya kutip dari tulisan saya sendiri yang berjudul “Providence of God”.
Orang Arminian / non Reformed percaya bahwa Allah bisa mengubah rencanaNya, dan percaya bahwa rencana Allah bisa gagal. Sebetul¬nya ini merupakan suatu penghinaan bagi Allah, karena ini menyamakan Allah dengan manusia, yang sering harus mengubah rencananya dan gagal dalam mencapai rencananya!
Orang Reformed percaya bahwa rencana Allah tidak mungkin berubah ataupun gagal.
Charles Hodge: “Change of purpose arises either from the want of wisdom or from the want of power. As God is infinite in wisdom and power, there can be with Him no unforeseen emergency and no inadequacy of means, and nothing can resist the execution of his original intention.” [= Perubahan rencana timbul atau karena kekurangan hikmat atau karena kekurangan kuasa. Karena Allah itu tidak terbatas dalam hikmat dan kuasa, maka dengan Dia tidak bisa ada keadaan darurat yang tidak dilihat lebih dulu, dan tidak ada kekurangan jalan / cara, dan tidak ada yang bisa menahan / menolak pelaksanaan dari maksud / rencana yang semula.] - ‘Systematic Theology’, vol I, hal 538-539.
John Owen: “Whatsoever God hath determined, according to the counsel of his wisdom and good pleasure of his will, to be accomplished, to the praise of his glory, standeth sure and immutable;” [= Apapun yang Allah telah tentukan, menurut rencana hikmatNya dan kerelaan kehendakNya, untuk terjadi, untuk memuji kemuliaanNya, berdiri teguh dan tetap / tak berubah;] - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 20.
Catatan: Owen lalu memberikan sederetan ayat-ayat, yaitu 1Sam 15:29 Yes 46:10 Yes 14:24-25,27 Ayub 23:13 Ibr 6:17.
William Hendriksen: “God’s eternal decree is absolutely unchangeable and is sure to be realized.” [= Ketetapan kekal Allah secara mutlak tidak bisa berubah dan pasti akan terwujud.] - ‘The Gospel of John’, hal 250.
William G. T. Shedd mengutip kata-kata Augustine (dari buku ‘Confession’, XII. xv.) yang berbunyi sebagai berikut:
“God willeth not one thing now, and another anon; but once, and at once, and always, he willeth all things that he willeth; not again and again, nor now this, now that; nor willeth afterwards, what before he willed not, nor willeth not, what before he willed; because such a will is mutable; and no mutable thing is eternal.” [= Allah tidak menghendaki sesuatu hal sekarang, dan sebentar lagi menghendaki yang lain; tetapi sekali, dan serentak, dan selalu, Ia menghendaki semua hal yang Ia kehendaki; bukannya berulang-ulang, atau sebentar ini sebentar itu; atau menghendaki setelahnya apa yang tadinya tidak Ia kehendaki, atau tidak menghendaki apa yang tadinya Ia kehendaki; karena kehendak seperti itu bisa berubah; dan hal yang bisa berubah tidak ada yang kekal.] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol I, hal 395.
Ada banyak alasan / dasar yang menyebabkan kita harus percaya bahwa Allah tidak mungkin mengubah rencanaNya atau gagal dalam mencapai rencanaNya, yaitu:
1. Adanya ayat-ayat yang secara jelas menunjukkan bahwa rencana Allah tidak mungkin gagal, seperti:
a. Bil 23:19 - “Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?”.
b. 1Sam 15:29 - “Lagi Sang Mulia dari Israel tidak berdusta dan Ia tidak tahu menyesal; sebab Ia bukan manusia yang harus menyesal.’”.
c. Maz 33:10-11 - “(10) TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa; (11) tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hatiNya turun-temurun.”.
d. Yer 4:28 - “Karena hal ini bumi akan berkabung, dan langit di atas akan menjadi gelap, sebab Aku telah mengatakannya, Aku telah merancangnya, Aku tidak akan menyesalinya dan tidak akan mundur dari pada itu.’”.
2. Kemahatahuan Allah.
Pada waktu Allah merencanakan, bukankah Ia sudah tahu apakah rencanaNya akan berhasil atau gagal? Kalau Ia tahu bahwa rencanaNya akan gagal, lalu mengapa Ia tetap merencanakannya?
3. Kemahabijaksanaan Allah.
Kebijaksanaan Allah menyebabkan Ia pasti membuat rencana yang terbaik. Kalau rencana ini lalu diubah, maka akan menjadi bukan yang terbaik. Ini tidak mungkin!
4. Kemahakuasaan Allah.
Manusia sering gagal mencapai rencananya atau terpaksa mengubah rencananya karena ia tidak maha kuasa, sehingga tidak mampu untuk mencapai / melaksanakan rencananya. Tetapi Allah yang maha kuasa tidak mungkin gagal mencapai rencanaNya atau terpaksa harus mengubah rencanaNya! Ini terlihat dari ayat-ayat di bawah ini:
a. Yes 14:24,26-27 - “(24) TUHAN semesta alam telah bersumpah, firmanNya: ‘Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana: ... (26) Itulah rancangan yang telah dibuat mengenai seluruh bumi, dan itulah tangan yang teracung terhadap segala bangsa. (27) TUHAN semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat menggagalkannya? TanganNya telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya ditarik kembali?”.
b. Yes 25:1 - “Ya TUHAN, Engkaulah Allahku; aku mau meninggikan Engkau, mau menyanyikan syukur bagi namaMu; sebab dengan kesetiaan yang teguh Engkau telah melaksanakan rancanganMu yang ajaib yang telah ada sejak dahulu.”.
c. Yes 37:26 - “Bukankah telah kaudengar, bahwa Aku telah menentukannya dari jauh hari dan telah merancangnya dari zaman purbakala? Sekarang Aku mewujudkannya, bahwa engkau membuat sunyi senyap kota-kota yang berkubu menjadi timbunan batu,”.
d. Yes 43:13 - “Juga seterusnya Aku tetap Dia, dan tidak ada yang dapat melepaskan dari tanganKu; Aku melakukannya, siapakah yang dapat mencegahnya?”.
e. Ayub 42:1-2 - “(1) Maka jawab Ayub kepada TUHAN: (2) ‘Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal.”.
5. Kedaulatan Allah.
Kedaulatan Allah tidak memungkinkan Ia untuk mengubah rencanaNya, karena perubahan rencana membuat Ia menjadi tergantung pada situasi dan kondisi, dan dengan demikian tidak lagi berdaulat.
2) Sekarang perhatikan kata-kata ES ini: “Disini manusia menjadi alat dalam tangan Tuhan untuk mengakhiri sepak terjang Lucifer. Jadi, manusia bukan hanya menerima mandat untuk menaklukkan alam yang kelihatan (fisik), tetapi yang juga tidak kelihatan (metafisik).”.
Kata-kata ES di atas ini menambahi Kej 1:28.
Kej 1:28 - “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ‘Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.’”.
Mandat penaklukkan metafisik tidak pernah ada!!
3) Sekarang perhatikan kata-kata ES pada bagian akhir, yang akan saya kutip ulang di bawah ini:
“Kegagalan Adam menyisakan persoalan: siapakah yang dapat mengalahkan Iblis atau menjadi bukti bahwa Iblis bersalah sehingga bisa dihukum? Tidak ada jalan lain; Allah harus menyediakan Adam kedua, manusia yang tidak dicemari oleh dosa Adam. Untuk itu Allah mengutus Putra Tunggal-Nya untuk turun ke bumi menjadi manusia. Agar memenuhi keadilan Allah, maka Sang Putra tidak diberi keistimewaan. Keilahian-Nya harus dilucuti terlebih dahulu (Fil. 2:7). Dalam segala hal, Ia disamakan dengan manusia (Ibr. [2:17]). Barulah Ia disebut sebagai Adam yang terakhir (1Kor. [15:45]). Ialah Allah Anak, Tuhan Yesus Kristus.”.
Ada beberapa hal yang perlu saya bahas:
a) Saya belum pernah membaca ayat manapun, juga tulisan orang-orang manapun, yang mengatakan bahwa tujuan Allah menjadi manusia adalah untuk menjadi Corpus Delicti, dan membuktikan kesalahan Iblis!
Sebetulnya ada banyak tujuan dari kedatangan Yesus, seperti:
1. Memberitakan Injil (Mark 1:38).
Mark 1:38 - “JawabNya: ‘Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.’”.
2. Memberi kesaksian tentang kebenaran (Yoh 18:37).
Yoh 18:37 - “Maka kata Pilatus kepadaNya: ‘Jadi Engkau adalah raja?’ Jawab Yesus: ‘Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suaraKu.’”.
3. Supaya Ia bisa menjadi teladan bagi manusia (Mat 11:29 Yoh 13:14-15 Fil 2:5-8 Ibr 12:2-4 1Pet 2:21).
Mat 11:29 - “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.”.
Yoh 13:14-15 - “(14) Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; (15) sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.”.
Fil 2:5-8 - “(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”.
Ibr 12:2-4 - “(2) Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. (3) Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diriNya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa. (4) Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.”.
1Pet 2:21 - “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejakNya.”.
Kalau Ia tetap sebagai Allah saja, maka bagaimanapun sucinya Dia sebagai Allah, Ia tidak bisa menjadi teladan bagi manusia, karena manusia tidak bisa melihat Dia. Tetapi dengan Ia sudah menjadi manusia, dan hidup suci, maka manusia bisa melihat kehidupanNya yang suci itu dan meneladaninya.
4. Supaya Ia bisa merasakan pencobaan dan penderitaan yang dialami oleh manusia. Dengan demikian Ia bisa bersimpati terhadap manusia yang menderita dan dicobai dan bisa meno¬long mereka (Ibr 2:17-18 Ibr 4:15).
Ibr 2:17-18 - “(17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. (18) Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.”.
Ibr 4:15 - “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”.
Tetapi tujuan UTAMA Yesus datang ke dunia adalah untuk mati. Benarkah demikian? Mari kita perhatikan ayat-ayat di bawah ini dengan penjelasannya.
a. Yoh 12:23-24 - “(23) Tetapi Yesus menjawab mereka, kataNya: ‘Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. (24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.”.
Dalam ay 23 Ia berbicara tentang ‘dimuliakan’, dan dalam ay 24 Ia berbicara tentang kematian. Jadi jelas bahwa Yesus memaksudkan ‘dimuliakan melalui salib / kematian’.
William Barclay (tentang Yoh 3:14-15): “There was a double lifting up in Jesus’s life - the lifting on the Cross and the lifting into glory. And the two are inextricably connected. The one could not have happened without the other. For Jesus the Cross was the way to glory; had he refused it, had he evaded it, had he taken steps to escape it, as he might so easily have done, there would have been no glory for him.” [= Ada peninggian dobel dalam kehidupan Yesus - peninggian pada salib dan peninggian ke dalam kemuliaan. Dan keduanya berhubungan secara tak bisa dilepas¬kan. Yang satu tidak akan bisa terjadi tanpa yang lain. Untuk Yesus, salib adalah jalan menuju kemuliaan; andaikata Ia menolak¬nya, andaikata Ia mengambil langkah untuk menghindarinya, yang dengan mudah bisa Ia lakukan, maka tidak akan ada kemuliaan bagi Dia.].
Bdk. Filipi 2:5-11 - “(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. (9) Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, (10) supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, (11) dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!”.
Penekanan saya dengan kutipan dari Fil 2 ini adalah bahwa text ini menunjukkan bahwa Yesus merendahkan diri menjadi manusia dengan tujuan untuk mati, dan melalui kematian itu Ia dimuliakan!
b. Yohanes 12:27 - “Sekarang jiwaKu terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.”.
(1)‘Apakah yang akan Kukatakan? Bapa selamatkanlah Aku dari saat ini?’.
Bagian ini menunjukkan pergumulan Yesus, mirip dengan yang terjadi di Taman Getsemani (Matius 26:39-42). Ia bergumul apakah harus meminta supaya Bapa menyelamatkan Dia dari kematian yang harus segera terjadi.
(2)‘Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini’.
Kata ‘tidak’ sebetulnya tidak ada. Terjemahan yang benar adalah ‘Tetapi untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini’.
Jadi ay 27 ini menunjukkan bahwa sekalipun Kristus mengalami pergumulan, tetapi akhirnya Kristus berserah pada kehendak BapaNya.
Kata-kata ini menunjukkan bahwa Yesus datang untuk mati! Ini tujuan utama kedatangan Yesus pada Natal!
Bdk. Matius 20:28 - “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.’”.
Jadi, tentang tujuan untuk menjadi Corpus Delicti, ES tak punya ayat manapun untuk mendukung ajarannya, tetapi tentang tujuan-tujuan yang saya berikan, khususnya tujuan utamanya, saya memberikan banyak ayat sebagai pendukung!
Kalau saudara adalah orang yang tunduk pada firman Tuhan / Alkitab, silahkan pikirkan, dan putuskan, mana yang saudara mau ikuti. Ajaran yang tanpa dasar Alkitab, atau ajaran yang memang berdasarkan Alkitab!
b) Dalam seluruh Alkitab, tujuan Allah menjadi manusia adalah untuk bisa menggantikan manusia memikul hukuman dosa. Upah dosa itu maut (Kej 2:17 Ro 6:23), dan Allah sendiri tidak bisa mati. Karena itu Ia menjadi manusia. Setelah Ia menjadi manusia, baru Ia bisa menderita dan mati, untuk memikul hukuman yang seharusnya adalah bagi manusia berdosa!
c) Sekarang tentang kata-kata ES ini:
“Agar memenuhi keadilan Allah, maka Sang Putra tidak diberi keistimewaan. Keilahian-Nya harus dilucuti terlebih dahulu (Filipi. 2:7).”.
‘KeilahianNya harus dilucuti terlebih dahulu’???? Kelihatannya ES menganut teori Kenosis, bahkan lebih parah dari itu. Jadi, Yesus hanyalah manusia biasa tanpa keilahian sama sekali??? Ini berbau ajaran dari Saksi-Saksi Yehuwa. Tetapi anehnya dalam kalimat terakhir dari kutipan kata-kata ES di atas ia berkata:
“Dalam segala hal, Ia disamakan dengan manusia (Ibr. [2:17]). Barulah Ia disebut sebagai Adam yang terakhir (1Kor. [15:45]). Ialah Allah Anak, Tuhan Yesus Kristus.”.
Kalau Ia dilucuti keilahianNya, maka Ia hanya manusia biasa saja. Lalu bagaimana ES bisa tetap menyebutNya sebagai ‘Allah Anak’, dan ‘Tuhan Yesus Kristus’???
Saya abaikan saja kontradiksi ini, dan saya hanya mempersoalkan kata-kata ES tentang Yesus yang dilucuti keilahianNya, yang menurut saya menunjukkan bahwa Ia menjadi HANYA manusia biasa SAJA!
Saya tidak merasa perlu membahas tentang Yesus yang hanya manusia biasa tanpa keilahian sama sekali. Itu sudah kelewatan kacau, dan karena itu hal itu juga saya abaikan. Saya akan membahas teori Kenosis, yang mempunyai tingkat kesesatan yang lebih rendah.
TEORI KENOSIS [= TEORI PENGOSONGAN DIRI].
Teori Kenosis ini merupakan suatu ajaran yang sangat populer, tetapi salah / sesat!
Teori Kenosis ini, yang didasarkan pada Fil 2:6-7, mengatakan bahwa Anak Allah mengesampingkan / membuang sebagian / seluruh sifat-sifat ilahiNya supaya Ia bisa menjadi manusia yang terbatas.
Filipi 2:6-7 - “(6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”.
Filipi 2:6b-7 ini dijadikan dasar suatu ajaran sesat yang disebut Teori Kenosis / teori pengosongan diri. Kata ‘Kenosis’ diambil dari kata Yunani EKENOSEN (yang diterjemahkan ‘telah mengosongkan’). Dan kata Yunani EKENOSEN ini berasal dari kata dasar KENOO, yang berarti ‘mengosongkan’.
Teori Kenosis ini mengatakan bahwa dalam inkarnasi, Anak Allah mengesampingkan / membuang sebagian / seluruh sifat-sifat ilahiNya supaya Ia bisa menjadi manusia yang terbatas. Contoh yang mereka gunakan adalah Mat 24:36 yang menunjukkan Yesus tidak maha tahu.
Matius 24:36 - “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri.’”.
Jelas merupakan sesuatu yang salah untuk menafsirkan dari ayat ini bahwa pada waktu Yesus menjadi manusia Ia tidak mempunyai kemahatahuan. Penafsiran yang benar adalah: dalam ayat ini Yesus ditekankan sebagai manusia. Sejak inkarnasi, Yesus adalah Allah dan manusia, dan Ia mempunyai 2 roh (Ilahi dan manusia), dan karena itu juga 2 pikiran (Ilahi dan manusia). Tetapi Ia hanya mempunyai satu kesadaran. Pada saat pikiran IlahiNya yang muncul, maka Ia maha tahu, dan pada waktu pikiran manusiaNya yang muncul, Ia tidak maha tahu.
Ada ayat-ayat yang menunjukkan kemahatahuanNya, seperti:
Matius 9:4 - “Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: ‘Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu?”.
Matius 12:25 - “Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata kepada mereka: ‘Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan.”.
Yohanes 2:24-25 - “(24) Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diriNya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, (25) dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepadaNya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.”.
Yohanes 6:64 - “Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.’ Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia.”.
Sedangkan Mat 24:36, yang menunjukkan bahwa Ia tidak tahu hari Tuhan, harus dianggap sebagai contoh ayat dimana pikiran manusiaNyalah yang muncul di alam sadarNya. Karena itu, Ia tak tahu hari Tuhan. Kalau pikiran IlahiNya yang muncul, Ia maha tahu sehingga Ia pasti tahu hari Tuhan.
Kesalahan dari Teori Kenosis ini:
1. Yesus adalah Allah dan karena itu Ia tidak bisa berubah.
Mazmur 102:26-28 - “(26) Dahulu sudah Kauletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu. (27) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian, seperti jubah Engkau akan mengubah mereka, dan mereka berubah; (28) tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan.”.
Mal 3:6 - “Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap.”.
Yakobus 1:17 - “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; padaNya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.”.
Allah tidak bisa berhenti menjadi Allah, sekalipun hanya untuk sementara!
Lenski (tentang Fil 2:6): “To withdraw even one attribute from God is to destroy God. The God who, for instance, is no longer omnipotent, is no longer God.” [= Menarik / mengambil bahkan satu sifat dari Allah berarti menghancurkan Allah. Allah yang, sebagai contoh, tidak lagi maha kuasa, bukanlah Allah lagi.] - hal 772.
2. Kalau Teori Kenosis itu benar, maka pada saat Yesus menjadi manusia, Allah Tritunggal bubar!
3. Kalau Teori Kenosis itu benar, maka Kristus bukanlah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia! Ia hanya manusia biasa, tanpa keilahian! Dan kalau ini benar, maka Ia tak bisa menjadi Pengantara antara Allah dan manusia dan penebusanNya tidak bisa mempunyai nilai yang tidak terbatas.
Mazmur 49:8-9 - “(8) Tidak seorangpun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya, (9) karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya, dan tidak memadai untuk selama-lamanya -”.
Ayat ini salah terjemahan! Dan RSV sama salahnya. Yang benar adalah terjemahan NIV yang saya berikan di bawah ini.
NIV: ‘No man can redeem the life of another or give to God a ransom for him - the ransom for a life is costly, no payment is ever enough’ [= Tak seorangpun bisa menebus nyawa orang lain atau memberi kepada Allah suatu tebusan untuknya - tebusan untuk suatu nyawa sangat mahal, tidak ada pembayaran yang bisa mencukupi].
Dalam tafsirannya tentang Fil 2:7, Calvin mengatakan bahwa istilah ‘mengosongkan diri’ itu tidak berarti bahwa Kristus melepaskan atau membuang keilahianNya, tetapi hanya menyembunyikannya dari pandangan manusia.
Calvin (tentang Fil 2:7): “Christ, indeed, could not divest himself of Godhead; but he kept it concealed for a time, that it might not be seen, under the weakness of the flesh. Hence, he laid aside his glory in the view of men, not by lessening it, but by concealing it.” [= Kristus tidak bisa melepaskan diriNya sendiri dari keilahianNya; tetapi menyembunyikannya untuk sementara waktu, supaya tak kelihatan, di bawah kelemahan daging. Jadi, Ia mengesampingkan kemuliaanNya dalam pandangan manusia, bukan dengan menguranginya, tetapi dengan menyembunyikannya.].
Herman Hoeksema menambahkan bahwa sekalipun pada saat inkarnasi itu kemuliaan Kristus disembunyikan, tetapi kadang-kadang tetap bisa terlihat sekilas, misalnya pada waktu Ia melakukan mujijat.
Herman Hoeksema: “This does not mean that the Son of God temporarily laid aside the divine nature, in order to exchange it with the human nature. This would be impossible, for the divine nature is unchangeable. ... But it certainly means that He entered into the state of man in such a way that before man His divine glory and majesty was hid, although even in the state of humiliation it flashed out occasionally, as, for instance, in the performance of His wonders.” [= Ini tidak berarti bahwa Anak Allah untuk sementara waktu mengesampingkan hakekat ilahi, untuk menukarnya dengan hakekat manusia. Ini mustahil, karena hakekat ilahi tidak bisa berubah. ... Tetapi itu berarti bahwa Ia masuk ke dalam keadaan manusia sedemikian rupa sehingga di depan manusia kemuliaan dan keagungan ilahiNya tersembunyi, sekalipun bahkan dalam saat perendahanpun itu kadang-kadang memancar keluar, seperti misalnya dalam pelaksanaan / pertunjukan keajaibanNya.] - ‘Reformed Dogmatics’, hal 399.
A. T. Robertson: “Of what did Christ empty himself? Not of his divine nature. That was impossible. He continued to be the Son of God.” [= Tentang apa Kristus mengosongkan diriNya sendiri? Bukan tentang hakekat ilahiNya. Itu mustahil. Ia terus adalah Anak Allah.].
Corpus Delicti (13)
==============Lanjutan kata-kata ES=================
Dalam kemanusiaan-Nya, Tuhan Yesus harus taat bahkan sampai kepada kematian-Nya. Semua itu untuk membuktikan kesetiaan dan ketaatan-Nya, kepada Bapa. Itulah sebabnya dalam Wahyu [12:10]-11, darah Anak Domba (Kristus) dapat mengalahkan Iblis (pendakwa) sehingga ia bisa diusir dari Sorga. Yang membuat darah Yesus berkuasa adalah keberhasilan-Nya menyelesaikan tugas-Nya melalui ketaatan-Nya secara penuh kepada Bapa. Ia telah membuktikan sikap hormat yang semestinya kepada Bapa. Dengan demikian Bapa di Sorga dapat berkata kepada Lucifer: “Seharusnya kamu bersikap seperti Anak Tunggal-Ku ini. Oleh karena kamu tidak berbuat seperti yang seharusnya kamu perbuat, maka kamu terbukti berbuat salah”.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Dalam ayat Alkitab mana Allah berkata seperti itu kepada Iblis?? Ini hanya khayalan ES, bukan ajaran Alkitab!
2) Menurut ES, Iblis diusir dari surga itu kapan???
Di sini ES mengatakan: “Itulah sebabnya dalam Wahyu [12:10]-11, darah Anak Domba (Kristus) dapat mengalahkan Iblis (pendakwa) sehingga ia bisa diusir dari Sorga.”.
Ini menunjukkan bahwa pengusiran Iblis terjadi setelah pencurahan darah Kristus / kematian Kristus.
Tetapi kalau kita lihat dalam pelajaran-pelajaran yang lalu ES menganggap bahwa Yes 14:12 dan Yeh 28 menunjuk pada kejatuhan Iblis. Kalau seperti yang ES anggap, bahwa text-text itu menunjuk pada kejatuhan Iblis, maka dilihat dari text-text itu, pengusiran Iblis itu seharusnya sudah terjadi pada saat ia jatuh, dan itu pasti terjadi di masa lalu yang jauh, sebelum kejatuhan, bahkan sebelum penciptaan Adam (ingat bahwa ES beranggapan Adam diciptakan dengan tujuan menjadi Corpus Delicti, untuk membuktikan kesalahan Iblis).
Yes 14:9-15 - “(9) Dunia orang mati yang di bawah gemetar untuk menyongsong kedatanganmu, dijagakannya arwah-arwah bagimu, yaitu semua bekas pemimpin di bumi; semua bekas raja bangsa-bangsa dibangunkannya dari takhta mereka. (10) Sekaliannya mereka mulai berbicara dan berkata kepadamu: 'Engkau juga telah menjadi lemah seperti kami, sudah menjadi sama seperti kami!' (11) Ke dunia orang mati sudah diturunkan kemegahanmu dan bunyi gambus-gambusmu; ulat-ulat dibentangkan sebagai lapik tidurmu, dan cacing-cacing sebagai selimutmu.’ (12) ‘Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! (13) Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. (14) Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi! (15) Sebaliknya, ke dalam dunia orang mati engkau diturunkan, ke tempat yang paling dalam di liang kubur.”.
Yeh 28:13-19 - “(13) Engkau di taman Eden, yaitu taman Allah penuh segala batu permata yang berharga: yaspis merah, krisolit dan yaspis hijau, permata pirus, krisopras dan nefrit, lazurit, batu darah dan malakit. Tempat tatahannya diperbuat dari emas dan disediakan pada hari penciptaanmu. (14) Kuberikan tempatmu dekat kerub yang berjaga, di gunung kudus Allah engkau berada dan berjalan-jalan di tengah batu-batu yang bercahaya-cahaya. (15) Engkau tak bercela di dalam tingkah lakumu sejak hari penciptaanmu sampai terdapat kecurangan padamu. (16) Dengan dagangmu yang besar engkau penuh dengan kekerasan dan engkau berbuat dosa. Maka Kubuangkan engkau dari gunung Allah dan kerub yang berjaga membinasakan engkau dari tengah batu-batu yang bercahaya. (17) Engkau sombong karena kecantikanmu, hikmatmu kaumusnahkan demi semarakmu. Ke bumi kau Kulempar, kepada raja-raja engkau Kuserahkan menjadi tontonan bagi matanya. (18) Dengan banyaknya kesalahanmu dan kecurangan dalam dagangmu engkau melanggar kekudusan tempat kudusmu. Maka Aku menyalakan api dari tengahmu yang akan memakan habis engkau. Dan Kubiarkan engkau menjadi abu di atas bumi di hadapan semua yang melihatmu. (19) Semua di antara bangsa-bangsa yang mengenal engkau kaget melihat keadaanmu. Akhir hidupmu mendahsyatkan dan lenyap selamanya engkau.’”.
Catatan: untuk kata-kata yang saya garis-bawahi, KJV menterjemahkan menggunakan future tense, tetapi RSV/NIV/NASB menterjemahkan dengan past tense atau perfect tense.
Jadi, lagi-lagi ada kontradiksi dalam ajaran ES. Mana yang benar?
==============Lanjutan kata-kata ES=================
Sekali lagi ditegaskan bahwa kemenangan Tuhan Yesus bukan karena Ia Anak Allah yang diberikan kemampuan-kemampuan ekstra. Ya, Ia memang Anak Allah, tetapi Ia disamakan sepenuhnya dengan manusia. Harus Anak Allah sendiri yang turun agar Ia tidak tercemar dosa Adam. Tetapi Ia tidak boleh diistimewakan. Jika Ia diistimewakan, kemenangan-Nya bukanlah kemenangan yang adil. Jika Ia diistimewakan, Ia tidak bisa mengklaim bahwa kemenangan-Nya adalah dari perjuangan-Nya sendiri.
=================================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Perhatikan kata-kata ES pada bagian awal:
“Sekali lagi ditegaskan bahwa kemenangan Tuhan Yesus bukan karena Ia Anak Allah yang diberikan kemampuan-kemampuan ekstra. Ya, Ia memang Anak Allah, tetapi Ia disamakan sepenuhnya dengan manusia. Harus Anak Allah sendiri yang turun agar Ia tidak tercemar dosa Adam.”.
Ada 3 hal yang saya berikan sebagai jawaban / pembahasan:
a) Anak Allah adalah Allah, dan tidak butuh diberi kemampuan-kemampuan ekstra!
b) Anak Allah disamakan sepenuhnya dengan manusia? Kelihatannya ES tidak bisa membedakan antara kemanusiaan Yesus dan keilahianNya. Keilahiannya tidak pernah, dan tidak bisa, disamakan dengan manusia!
c) Harus Anak Allah sendiri yang turun AGAR Ia tidak tercemar dosa Adam?????
Bukankah kata-kata ini secara implicit menunjukkan bahwa Ia diberi / mempunyai keistimewaan / kemampuan-kemampuan extra??
2) Sebelum inkarnasi, Yesus adalah 100 % Allah, dan NOL % manusia. Sejak inkarnasi, Ia adalah sungguh-sungguh Allah, dan sungguh-sungguh manusia. Atau 100 % Allah, dan 100 % manusia!
Ia mempunyai 2 hakekat (natures), yaitu hakekat ilahi dan hakekat manusia, tetapi Ia hanya satu Pribadi!
Bagaimana manusia Yesus dalam persoalan menghadapi godaan setan dsb? Apakah manusia Yesus memang dibiarkan sendirian, tanpa bantuan keilahianNya, dan juga tanpa perolongan Roh Kudus? Bagi saya, itu mustahil!
a) KeilahianNya tidak bisa membiarkan kemanusiaanNya berjuang sendiri menghadapi godaan.
William G. T. Shedd: “The truth and self-consistence of the doctrine of Christ’s impeccability appear, also, from a consideration of the constitution of his person. Christ’s person is constituted of two natures: one divine and the other human. Divine nature is both intemptable and impeccable: ‘God cannot be tempted with evil’ (James 1:13); ‘it is impossible for God to lie’ (Heb. 6:18). Human nature, on the contrary, is both temptable and peccable. When these two natures are united in one theanthropic person, as they are in the incarnation, the divine determines and controls the human, not the human the divine (see pp. 269 sq.). The amount of energy, therefore, which the total complex person possesses to resist temptation, must be measured not by the human nature but by the divine; and the amount of energy to resist temptation determines the peccability or impeccability of the person. Jesus Christ, consequently, is as mighty to overcome Satan and sin, as his mightiest nature is. His strength to prevent a lapse from holiness is to be estimated by his divinity, not by his humanity, because the former and not the latter is the base of his personality and dominates the whole complex person.” [= Kebenaran dan kekonsistenan sendiri dari doktrin tentang ketidak-bisa-berdosaan Kristus juga terlihat dari suatu pertimbangan tentang ‘pembentukan’ dari PribadiNya. Pribadi Kristus ‘terbentuk’ dari dua hakekat: satu Ilahi dan yang lain manusiawi. Hakekat Ilahi adalah baik tak bisa dicobai dan tak bisa berdosa: ‘Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat’ (Yak 1:13); ‘adalah mustahil bagi Allah untuk berdusta’ (Ibr 6:18). Sebaliknya, hakekat manusia, adalah baik bisa dicobai dan bisa berdosa. Pada waktu kedua hakekat ini bersatu dalam satu pribadi manusia Allah, seperti dalam inkarnasi, hakekat Ilahi menentukan dan mengontrol hakekat manusia, bukan hakekat manusia menentukan dan mengontrol hakekat Ilahi (lihat hal 269 dst.). Karena itu, jumlah / total kekuatan yang dimiliki oleh Pribadi yang komplex untuk menahan pencobaan, tidak boleh diukur oleh hakekat manusia tetapi oleh hakekat Ilahi; dan jumlah / total kekuatan untuk menahan pencobaan menentukan bisa berdosa atau tidak bisa berdosanya Pribadi itu. Karena itu, Yesus Kristus, adalah sama kuatnya untuk mengalahkan Iblis dan dosa, seperti hakekatNya yang terkuat. KekuatanNya untuk mencegah kejatuhan dari kekudusan harus dinilai oleh keilahianNya, bukan oleh kemanusiaanNya, karena yang terdahulu dan bukan yang belakangan adalah dasar dari kepribadianNya dan mendominasi seluruh Pribadi yang komplex.] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 332-333.
William G. T. Shedd: “In this latter instance, the divine nature cannot innocently and righteously leave the human nature to its own finiteness without any support from the divine, as it can in other instances. When the Logos goes into union with a human nature, so as to constitute a single person with it, he becomes responsible for all that this person does through the instrumentality of this nature. The glory or the shame, the merit or the blame, as the case may be, is attributable to this one person of the God-man. If, therefore, the Logos should make no resistance to the temptation with which Satan assailed the human nature in the wilderness and should permit the humanity to yield to it and commit sin, he would be implicated in the apostasy and sin. The guilt would not be confined to the human nature. It would attach to the whole theanthropic person. And since the Logos is the root and base of the person, it would attach to him in an eminent manner.” [= Dalam hal yang terakhir ini, hakekat ilahi tidak bisa secara tak berdosa dan secara benar, meninggalkan hakekat manusia pada keterbatasannya tanpa pertolongan dari hakekat ilahi, seperti yang bisa dilakukan oleh hakekat ilahi dalam hal-hal lain. Pada waktu LOGOS bersatu dengan suatu hakekat manusia, sehingga membentuk suatu pribadi tunggal denganNya, Ia menjadi bertanggung-jawab untuk semua yang pribadi ini lakukan melalui hakekat ini sebagai alat. Kemuliaan atau kehinaan, jasa atau kecaman, sebagaimana adanya kasusnya, dianggap berasal dari satu Pribadi manusia-Allah ini. Karena itu, jika LOGOS tidak membuat pertahanan terhadap pencobaan dengan mana Iblis menyerang hakekat manusia di padang gurun dan mengijinkan kemanusiaan itu untuk menyerah pada pencobaan itu dan melakukan dosa, Ia akan terlibat dalam kemurtadan dan dosa. Kesalahan tidak akan dibatasi pada hakekat manusia. Itu akan melekat pada seluruh Pribadi manusia-Allah. Dan karena LOGOS adalah akar dan dasar dari Pribadi, itu akan melekat kepadaNya dengan suatu cara yang menyolok / lengkap.] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 333-334.
R. L. Dabney: “It is impossible that the person constituted in union with the eternal and immutable Word, can sin; for this union is an absolute shield to the lower nature, against error.” [= Adalah tidak mungkin bahwa pribadi yang terbentuk / terdapat dalam persatuan dengan Firman yang kekal dan yang tak berubah, bisa berdosa; karena persatuan ini adalah suatu perisai yang mutlak bagi hakekat yang lebih rendah, terhadap kesalahan.] - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 471.
b) Dalam persatuan hakekat manusia dengan LOGOS, hakekat manusia itu dikuasai sepenuhnya oleh Roh Kudus.
Kalau orang Kristen saja diberi bantuan oleh Roh Kudus supaya bisa taat, apalagi manusia Yesus itu! Tetapi berbeda dengan orang Kristen yang diberi bantuan secara tidak mutlak, sehingga pasti bisa jatuh ke dalam banyak dosa, maka manusia Yesus dibantu secara mutlak sehingga tidak mungkin jatuh ke dalam dosa. Karena, kalau satu kali saja manusia Yesus itu jatuh ke dalam dosa, maka rencana penebusan Allah akan gagal total. Yesus yang berdosa tidak bisa menjadi Penebus / Juruselamat dosa!
R. L. Dabney: “This lower nature, upon its union with the Word, was imbued with the full influence of the Holy Ghost.” [= Hakekat yang lebih rendah ini, dalam persatuannya dengan Firman, dikaruniai dengan pengaruh penuh dari Roh Kudus.] - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 471.
Dabney juga memberikan dasar-dasar Alkitab yang menunjukkan peranan Roh Kudus dalam diri Kristus, yaitu:
1. Maz 45:8 - “Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu.”.
Bdk. Ibr 1:9 - “Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutuMu.’”.
Catatan: kata-kata ‘teman-teman sekutuMu’ (baik dalam Maz 45:8 maupun Ibr 1:9) diterjemahkan ‘thy fellows’ [= sesamaMu / rekan-rekanMu] oleh KJV.
Matthew Henry (tentang Maz 45:8): “The Spirit is called ‘the oil of gladness’ because of the delight wherewith Christ was filled in carrying on his undertaking. He was anointed with the Spirit ‘above all his fellows,’ above all those that were anointed, whether priests or kings.” [= Roh (Kudus) disebut ‘minyak kesukaan’ karena kesukaan / kegembiraan dengan mana Kristus dipenuhi dalam melaksanakan tugasNya. Ia diurapi dengan Roh (Kudus) ‘melebihi semua sesamaNya / rekan-rekanNya’, melebihi semua mereka yang diurapi, apakah imam-imam atau raja-raja.].
Matthew Henry (tentang Ibr 1:9): “This anointing of Christ was above the anointing of his fellows: ... As man, however, he has his fellows, and as an anointed person; but his unction is beyond all theirs. (1.) Above the angels, who may be said to be his fellows, as they are the sons of God by creation, and God’s messengers, whom he employs in his service. (2.) Above all prophets, priests, and kings, that ever were anointed with oil, to be employed in the service of God on earth. (3.) Above all the saints, who are his brethren, children of the same father, as he was a partaker with them of flesh and blood. (4.) Above all those who were related to him as man, above all the house of David, all the tribe of Judah, all his brethren and kinsmen in the flesh. All God’s other anointed ones had only the Spirit in a certain measure; Christ had the Spirit above measure, without any limitation.” [= Pengurapan Kristus ini melebihi pengurapan dari sesamaNya / rekan-rekanNya: ... Tetapi sebagai manusia, Ia mempunyai sesamaNya / rekan-rekanNya, dan sebagai seorang pribadi yang diurapi; tetapi pengurapanNya melampaui pengurapan mereka. (1.) Melebihi malaikat-malaikat, yang bisa dikatakan sebagai sesamaNya, karena mereka adalah anak-anak Allah oleh penciptaan, dan utusan-utusan Allah, yang Ia gunakan dalam pelayananNya. (2.) Melebihi semua nabi-nabi, imam-imam, dan raja-raja, yang pernah diurapi dengan minyak, untuk digunakan dalam pelayanan Allah di bumi. (3.) Melebihi semua orang kudus, yang adalah saudara-saudaraNya, anak-anak dari Bapa yang sama, karena Ia adalah seorang pengambil bagian dengan mereka tentang daging dan darah. (4.) Melebihi semua mereka yang berhubungan dengan Dia sebagai manusia, melebihi semua keluarga Daud, semua suku Yehuda, semua saudara-saudara dan keluarga dalam daging. Semua orang-orang lain yang diurapi Allah hanya mempunyai Roh (Kudus) dalam suatu ukuran tertentu; Kristus mempunyai Roh (Kudus) melebihi ukuran, tanpa batasan apapun.].
Catatan: saya meragukan point 1. karena menurut saya ini tidak ada hubungannya dengan malaikat-malaikat. Tak pernah ada pengurapan terhadap malaikat-malaikat manapun. Juga malaikat-malaikat tak bisa disebut sesama / rekan-rekan dari Kristus!
Calvin (tentang Ibr 1:9): “But he was anointed above us all, as it was beyond measure, while we, each of us, according to a limited portion, as he has divided to each of us.” [= Tetapi Ia diurapi melebihi kita semua, karena itu melampaui ukuran, sedangkan kita, setiap dari kita, sesuai dengan suatu bagian terbatas, seperti yang Ia telah bagi-bagikan kepada setiap dari kita.].
2. Yes 11:2,3 - “(2) Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN; (3) ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang.”.
3. Yes 42:1 - “Lihat, itu hambaKu yang Kupegang, orang pilihanKu, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh RohKu ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa.”.
4. Yes 61:1 - “Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara,”.
Bdk. Lukas 4:17-21 - “(17) KepadaNya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibukaNya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: (18) ‘Roh Tuhan ada padaKu, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku (19) untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.’ (20) Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepadaNya. (21) Lalu Ia memulai mengajar mereka, kataNya: ‘Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.’”.
5. Luk 4:1 - “Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun.”.
6. Yoh 1:32 - “Dan Yohanes memberi kesaksian, katanya: ‘Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atasNya.”.
7. Yoh 3:34 - “Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan RohNya dengan tidak terbatas.”.
Barnes’ Notes (tentang Yoh 3:34): “Though Jesus was God as well as man, yet, as Mediator, God anointed him, or endowed him with the influences of his Spirit, so as to be completely qualified for his great work.” [= Sekalipun Yesus adalah Allah maupun manusia, tetapi, sebagai Pengantara, Allah mengurapi Dia, atau memperlengkapi Dia dengan pengaruh-pengaruh dari RohNya, sehingga menjadi sepenuhnya memenuhi syarat untuk pekerjaanNya yang besar / agung.].
Dan ingat, Yesus tidak akan memenuhi syarat untuk menjadi Penebus dosa, kalau Ia jatuh ke dalam dosa.
Pandangan Dabney ini kelihatannya sesuai dengan pandangan Calvin, karena dalam komentarnya tentang Mat 4:1 (dimana Kristus dipenuhi oleh Roh Kudus sebelum Ia dicobai oleh setan) Calvin berkata sebagai berikut:
“Christ was fortified by the Spirit with such power that the darts of Satan could not pierce him.” [= Kristus dibentengi oleh Roh dengan kuasa sedemikian rupa sehingga panah-panah Setan tidak bisa menusukNya.].
Di sini lagi-lagi bisa terlihat bahwa saya memberikan banyak ayat Alkitab sebagai dasar. Bandingkan dengan kata-kata ES di atas yang tak mempunyai dasar ayat Alkitab apapun!
==============Lanjutan kata-kata ES=================
Padahal Ibrani menulis:
Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya. (Ibrani 5:7-9)
Tuhan Yesus memohon kepada Bapa agar ia dapat dihindarkan dari maut atau bisa dibangkitkan. Alkitab mencatat, karena kesalehan-Nya doanya didengar atau dikabulkan. Jelas bahwa dikabulkannya doa Tuhan Yesus bukan karena Ia adalah Anak Allah, melainkan karena Ia saleh atau taat kepada Bapa di Sorga. Ini sebuah pertaruhan yang luar biasa. Kalau Tuhan Yesus tidak taat, maka Ia tidak akan dibangkitkan. Kalau Ia tidak dibangkitkan berarti Ia menjadi milik Kerajaan Kegelapan!
=================================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Kalau Yesus tidak taat, sekalipun hanya satu kali saja, maka Ia tidak bisa mati menebus dosa orang-orang lain. Ia akan mati karena dosaNya sendiri!
2) Yesus bisa bangkit karena Ia TELAH membereskan hukuman dosa manusia!
Upah dosa adalah maut (Ro 6:23), dan karena itu seandainya ada satu dosa saja yang belum Ia bereskan, maka Ia tidak bisa bangkit.
Baik kata-kata ‘Sudah selesai’ (Yoh 19:30), maupun kebangkitanNya dari antara orang mati, menunjukkan bahwa dosa-dosa manusia memang telah Ia bereskan.
Juga perhatikan ayat-ayat di bawah ini:
Yoh 19:28-30 - “(28) Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia - supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci -: ‘Aku haus!’ (29) Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. (30) Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: ‘Sudah selesai.’ Lalu Ia menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya.”.
Yoh 17:4-5 - “(4) Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepadaKu untuk melakukannya. (5) Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadiratMu sebelum dunia ada.”.
Text terakhir ini menunjukkan bahwa kenaikan Yesus ke surga, dan diterimanya Ia oleh Bapa, menunjukkan bahwa pekerjaanNya memang sudah selesai!
3) Perhatikan kata-kata ES ini:
“Tuhan Yesus memohon kepada Bapa agar ia dapat dihindarkan dari maut atau bisa dibangkitkan.”.
Apakah ES sengaja memplesetkan kata-kata dalam firman Tuhan?
‘Dihindarkan dari maut’ berarti Ia terhindar dari maut, dan tidak mengalami kematian!
Tetapi ‘bisa dibangkitkan’ menunjukkan Ia mengalami kematian, tetapi tidak dibiarkan terus mati, melainkan dibangkitkan dari antara orang mati!
Jadi, bagaimana ES bisa menggunakan kata ‘ATAU’ di antara kedua potongan kata-kata ini, seakan-akan keduanya mempunyai arti yang sama??
Ibr 5:7 - “Dalam hidupNya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkanNya dari maut, dan karena kesalehanNya Ia telah didengarkan.”.
Perhatikan 2 hal ini:
a) Ayat ini menggunakan kata ‘menyelamatkanNya’, bukan ‘menghindarkannya’.
LAI: ‘yang sanggup menyelamatkanNya dari maut’.
KJV: ‘that was able to save him from death’ [= yang mampu menyelamatkanNya dari kematian / maut].
RSV: ‘who was able to save him from death’ [= yang mampu menyelamatkanNya dari kematian / maut].
NIV: ‘who could save him from death’ [= yang bisa menyelamatkanNya dari kematian / maut].
NASB: ‘able to save Him from death’ [= mampu menyelamatkanNya dari kematian / maut].
Jadi ES seharusnya menggunakan kata-kata ‘diselamatkan dari maut’, dan bukan ‘dihindarkan dari maut’!
b) Saya berpendapat bahwa sebetulnya, kalau dilihat secara strict / ketat, ayat ini tidak menunjukkan secara explicit apa yang Yesus minta dalam doaNya. Karena kata-kata ‘yang sanggup menyelamatkanNya dari maut’, merupakan penjelasan tentang ‘Dia’, yang jelas menunjuk kepada Allah Bapa. Mari kita membaca ayatnya sekali lagi.
Ibr 5:7 - “Dalam hidupNya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkanNya dari maut, dan karena kesalehanNya Ia telah didengarkan.”.
4) Penafsiran beberapa penafsir tentang Ibrani 5:7 ini.
Ibr 5:7 - “Dalam hidupNya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkanNya dari maut, dan karena kesalehanNya Ia telah didengarkan.”.
KJV: ‘Who in the days of his flesh, when he had offered up prayers and supplications with strong crying and tears unto him that was able to save him from death, and was heard in that he feared;’ [= Yang dalam hari-hari dari dagingNya, pada waktu Ia menaikkan doa-doa dan permohonan-permohonan dengan jeritan / tangisan yang kuat dan air mata kepada Dia yang sanggup untuk menyelamatkan Dia dari kematian, dan didengarkan dalam hal yang ditakutiNya;].
NIV: ‘During the days of Jesus’ life on earth, he offered up prayers and petitions with loud cries and tears to the one who could save him from death, and he was heard because of his reverent submission.’ [= Selama hari-hari / masa dari kehidupan Yesus di bumi, Ia menaikkan doa-doa dan permohonan-permohonan dengan jeritan / tangisan yang keras dan air mata kepada ‘Orang’ yang bisa menyelamatkan Dia dari kematian, dan didengarkan karena ketundukanNya yang penuh rasa takut / hormat.].
Calvin: “Christ who was a Son, who sought relief from the Father and was heard, yet suffered death, that thus he might be taught to obey. ... Then by ‘tears’ and ‘strong crying’ the Apostle meant to express the intensity of his grief, for it is usual to show it by outward symptoms; nor do I doubt but that he refers to that prayer which the Evangelists mention, ‘Father, if it be possible, let this cup pass from me,’ (Matthew 26:42; Luke 22:42;) and also to another, ‘My God, my God, why hast thou forsaken me?’ (Matthew 27:46.) For in the second instance mention is made by the evangelists of strong crying; and in the first it is not possible to believe that his eyes were dry, since drops of blood, through excessive grief, flowed from his body.” [= Kristus yang adalah Anak, yang mencari pertolongan dari Bapa dan didengarkan, tetapi mengalami kematian, supaya dengan demikian Ia bisa diajar untuk taat. ... Lalu dengan ‘air mata’ dan ‘jeritan yang kuat’ sang Rasul bermaksud untuk menyatakan intensitas dari kesedihanNya, karena merupakan kebiasaan untuk menunjukkannya dengan tanda-tanda lahiriah; juga saya tak meragukan bahwa ia menunjuk pada doa itu yang disebutkan oleh para Penginjil, ‘Bapa, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini berlalu dari padaKu’, (Mat 26:42; Luk 22:42); dan juga pada doa yang lain, ‘AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?’ (Mat 27:46). Karena dalam contoh kedua disebutkan oleh para penginjil tentang jeritan yang kuat; dan dalam contoh yang pertama tidaklah mungkin untuk percaya bahwa mataNya kering, karena tetesan-tetesan darah, melalui kesedihan yang berlebihan, mengalir dari tubuhNya.].
Calvin: “‘And was heard,’ etc. ... I doubt not but that the Apostle means that Christ was heard from that which he feared, so that he was not overwhelmed by his evils or swallowed up by death. ... But how was Christ heard from what he feared, as he underwent the death which he dreaded? To this I reply, that we must consider what it was that he feared; why was it that he dreaded death except that he saw in it the curse of God, and that he had to wrestle with the guilt of all iniquities, and also with hell itself? Hence was his trepidation and anxiety; for extremely terrible is God’s judgment. He then obtained what he prayed for, when he came forth a conqueror from the pains of death, when he was sustained by the saving hand of the Father, when after a short conflict he gained a glorious victory over Satan, sin, and hell. Thus it often happens that we ask this or that, but not for a right end; yet God, not granting what we ask, at the same time finds out himself a way to succor us.” [= ‘Dan Ia didengarkan’, dst. ... Saya tidak meragukan bahwa sang Rasul memaksudkan bahwa Kristus didengarkan dari hal yang Ia takuti, sehingga Ia tidak ditenggelamkan / dikalahkan sepenuhnya oleh bencana-bencanaNya atau ditelan oleh kematian. ... Tetapi bagaimana Kristus didengarkan dari apa yang Ia takuti, karena Ia mengalami kematian yang Ia takuti? Terhadap hal ini saya menjawab, bahwa kita harus mempertimbangkan apa yang Ia takuti; mengapa Ia takut terhadap kematian kecuali bahwa Ia melihat di dalamnya kutuk Allah, dan bahwa Ia harus bergumul dengan kesalahan dari semua kejahatan / dosa, dan juga dengan neraka? Karena alasan inilah rasa takut dan kekuatiranNya; karena sangat hebat penghukuman Allah. Ia lalu mendapatkan apa yang Ia doakan, pada waktu Ia keluar / muncul sebagai seorang pemenang dari penderitaan kematian, pada waktu Ia ditopang oleh tangan / kuasa yang menyelamatkan dari Bapa, pada waktu setelah suatu konflik yang singkat Ia memperoleh / mencapai suatu kemenangan yang mulia terhadap / atas Iblis, dosa, dan neraka. Jadi, sering terjadi bahwa kita meminta ini atau itu, tetapi bukan untuk tujuan yang benar; tetapi Allah, tidak mengabulkan apa yang kita minta, pada saat yang sama menemukan sendiri suatu jalan untuk menolong kita.].
Saya merasa tafsiran Calvin aneh! Karena bagian yang saya garis-bawahi bagi saya tidak menunjukkan kalau doaNya didengarkan. Sekarang mari kita membandingkan tafsiran Calvin dengan tafsiran Lenski, yang adalah seorang Arminian.
Lenski: “‘To the One able to save him from death’ he cried. This might mean that God should not let him enter death, or that, having entered death, God should raise him up again and thus take him out of death. It cannot be the latter because Jesus never prays to God regarding his resurrection. Already in John 12:27 and also in Gethsemane he prayed that, if it be possible, God might not make him drink the cup of death. Yet in John 12:28 this prayer ends: ‘Father, glorify thy name!’ and in Gethsemane: ‘Not my will, but thine be done!’ Some, like the A. V. with its references, introduce Golgotha and the cries on the cross (Matt. 27:46, 50), but these were neither beggings nor pleadings, nor were they accompanied by tears. The ultimate obedience was learned in Gethsemane, after Gethsemane and on the cross the obedience was only carried out. The second participle elucidates the first: ‘and having been heard for his godly fear.’ Two facts are stated: that Jesus’ begging and pleading was actually heard and fully granted by God, and that this granting was due to his εὐλάβεια. Superficial readers of the Gethsemane account take it that Jesus prayed not to die, that God, nevertheless, let him die, and that God did not grant his prayer, and then draw the conclusion that God at times does not grant our prayers, nor must we expect him to grant them. Yet we are told that ‘he was heard,’ which means that his pleadings were granted. Some commentators start with the same opinion, namely that what Jesus really begged for was to be kept from death; they see, too, that it is here said that God granted this prayer. But in making these two statements agree they are satisfied with what is not really an agreement: they let the answer to the pleadings consist in God’s freeing Jesus from the fear of death. It should be seen that the prayer was then really not answered, was at most answered only partially. Jesus did not ask to be saved from the fear of death; neither the Gospels nor our passage say this. To receive no more than deliverance from such fear is not a real hearing of his prayer, if what he prayed for was deliverance from death. The mistake lies in this latter assumption. Jesus prayed for deliverance from death, only with an ‘if’: ‘if it be possible’ (Matt. 26:39); ‘if this cup may not pass away from me, except I drink it’ (v. 42). The real burden of his prayer was: ‘Nevertheless, not what I will, but what thou wilt’ (Mark 14:36). So also Matt. 26:39, 42, ‘thy will be done,’ and this prayer of Jesus was fully and truly granted.” [= ‘Kepada 'Orang' yang mampu untuk menyelamatkan Dia dari kematian’ Ia berteriak / menangis. Ini bisa berarti bahwa (Ia meminta supaya) Allah jangan membiarkan Dia memasuki kematian, atau bahwa setelah memasuki kematian, Allah membangkitkan Dia lagi dan dengan demikian mengeluarkan Dia dari kematian. Artinya tidak bisa yang belakangan, karena Yesus tidak pernah berdoa kepada Allah berkenaan dengan kebangkitanNya. Bahkan seawal dalam Yoh 12:27 dan juga di Getsemani, Ia berdoa supaya, jika mungkin, Allah bisa tidak memaksaNya meminum cawan kematian. Tetapi dalam Yoh 12:28 doa ini diakhiri dengan kata-kata: ‘Bapa, muliakanlah namaMu!’ dan di Getsemani: ‘Bukan kehendakKu, tetapi kehendakMu yang jadi!’ Beberapa, seperti A. V. (KJV) dengan referensi-referensinya mengajukan / mengusulkan Golgota dan teriakan-teriakan pada salib (Mat 27:46,50), tetapi hal-hal ini bukanlah permohonan-permohonan ataupun permintaan-permintaan, dan juga hal-hal itu tidak disertai dengan air mata. Ketaatan yang tertinggi dipelajari di Getsemani, setelah Getsemani dan pada salib, ketaatanNya hanya dilaksanakan. Participle yang kedua menjelaskan yang pertama: ‘Dan setelah didengarkan untuk rasa takutNya yang saleh’. Dua fakta dinyatakan: bahwa permohonan dan permintaan Yesus didengarkan dengan sungguh-sungguh, dan dikabulkan sepenuhnya oleh Allah, dan bahwa pengabulan ini disebabkan oleh EULABEIA (rasa takut / hormat)Nya. Pembaca-pembaca sepintas lalu tentang cerita Getsemani mengartikannya bahwa Yesus berdoa supaya tidak mati, tetapi bahwa Allah bagaimanapun membiarkan Dia mati, dan bahwa Allah tidak mengabulkan doaNya, dan lalu menarik kesimpulan bahwa kadang-kadang Allah tidak mengabulkan doa-doa kita, atau bahwa kita tidak boleh mengharapkan Dia untuk mengabulkannya. Tetapi kita diberitahu bahwa ‘Ia didengarkan’, yang berarti bahwa permohonan-permohonanNya dikabulkan. Sebagian penafsir memulai dengan pandangan yang sama, yaitu bahwa apa yang sesungguhnya Yesus mohon adalah untuk dicegah dari kematian; mereka melihat juga, bahwa di sini dikatakan bahwa Allah mengabulkan doa ini. Tetapi dalam membuat kedua pernyataan ini setuju mereka puas dengan apa yang bukanlah suatu persetujuan yang sungguh-sungguh: Mereka membiarkan jawaban terhadap permohonan-permohonan itu terdiri dari pembebasan Allah terhadap Yesus dari rasa takut terhadap kematian. Harus dilihat bahwa doa itu pada saat itu sesungguhnya tidak dijawab, atau paling-paling dijawab hanya sebagian. Yesus tidak meminta untuk diselamatkan dari rasa takut terhadap kematian; baik kitab-kitab Injil maupun text kita tidak mengatakan hal ini. Menerima tidak lebih dari pada pembebasan dari rasa takut bukanlah suatu tindakan mendengar yang sungguh-sungguh terhadap doaNya, jika apa yang Ia doakan adalah pembebasan dari kematian. Kesalahannya terletak pada anggapan belakangan ini. Yesus berdoa untuk pembebasan dari kematian, hanya dengan suatu kata ‘jika’: ‘jika sekiranya mungkin’ (Mat 26:39); ‘jika cawan ini tidak mungkin berlalu dari Aku, kecuali Aku meminumnya’ (ay 42). Beban sesungguhnya dari doaNya adalah: ‘Tetapi bukan kehendakKu, tetapi kehendakMu’ (Mark 14:36). Demikian juga Mat 26:39,42, ‘jadilah kehendakMu’, dan doa Yesus ini dikabulkan sepenuhnya dan secara tepat.].
Saya lebih setuju dengan tafsiran Lenski dari pada Calvin (jelas saya tidak mendewakan Calvin!!!). Kata ‘jika’ dan khususnya kata-kata ‘jadilah kehendakMu’ harus dipertimbangkan!
CORPUS DELICTI (14)
John Owen (tentang Ibr 5:7): “To be ‘heard’ in Scripture signifies two things: - 1. To be accepted in our request, though the thing requested be not granted unto us. ‘God will hear me,’ is as much as, ‘God will accept of me, is pleased with my supplication,’ Psalm 55:17, 22:21. 2. To be answered in our request. To be heard, is to be delivered. So is this expressed, Psalm 22:24. In the first way there is no doubt but that the Father always heard the Son, John 11:42, - always in all things accepted him, and was well pleased in him; but our inquiry is here, how far the Lord Christ was heard in the latter way, so heard as to be delivered from what he prayed against.” [= ‘Didengar’ dalam Kitab Suci berarti dua hal: - 1. Diterima dalam permohonan kita, sekalipun hal yang dimohon tidak dikabulkan bagi kita. ‘Allah akan mendengar aku’, adalah sama seperti, ‘Allah akan menerima aku, dan berkenan dengan permohonanku’, Maz 55:18 22:22. 2. Dijawab dalam permohonan kita. Didengar, artinya dibebaskan. Demikianlah ini dinyatakan, Maz 22:25. Dalam cara yang pertama di sana tak ada keraguan bahwa Bapa selalu mendengar Anak, Yoh 11:42, - selalu dalam segala hal menerima Dia, dan berkenan kepadaNya; tetapi pertanyaan kita di sini, berapa jauh Tuhan Kristus didengar dalam cara yang belakangan, begitu didengar sehingga dibebaskan dari apa yang Ia tentang dalam doaNya.] - ‘Hebrews’, vol 4, hal 508-509.
Maz 55:18 - “Di waktu petang, pagi dan tengah hari aku cemas dan menangis; dan Ia mendengar suaraku.”.
KJV: ‘will I pray, and cry aloud’ [= aku akan berdoa, dan berteriak / menangis dengan keras].
Maz 22:22 - “Selamatkanlah aku dari mulut singa, dan dari tanduk banteng. Engkau telah menjawab aku!”.
Maz 22:25 - “Sebab Ia tidak memandang hina ataupun merasa jijik kesengsaraan orang yang tertindas, dan Ia tidak menyembunyikan wajahNya kepada orang itu, dan Ia mendengar ketika orang itu berteriak minta tolong kepadaNya.”.
Yoh 11:42 - “Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.’”.
John Owen: “Concerning this observe, that the prayers of Christ in this matter were of two sorts: - 1. Hypothetical or conditional; such was that prayer for the passing of the cup from him, Luke 22:42, ‘Father, if thou wilt, remove this cup from me.’ And this prayer was nothing but what was absolutely necessary unto the verity of human nature in that state and condition. Christ could not have been a man and not have had an extreme aversation to the things that were coming upon him. Nor had it been otherwise with him, could he properly have been said to suffer; for nothing is suffering, nor can be penal unto us, but what is grievous unto our nature, and what it is abhorrent of. This acting of the inclination of nature, both in his mind, will, and affections, which in him were purely holy, our Savior expresseth in that conditional prayer. And in this prayer he was thus answered, - his mind was fortified against the dread and terror of nature, so as to come unto a perfect composure in the will of God: ‘Nevertheless, not my will, but thine, be done.’ He was heard herein so far as he desired to be heard; for although he could not but desire deliverance from the whole, as he was a man, yet he desired it not absolutely, as he was wholly subjected to the will of God. 2. Absolute. The chief and principal supplications which he offered up to him who was able to save him from death were absolute; and in them he was absolutely heard and delivered. For upon the presentation of death unto him, as attended with the wrath and curse of God, he had deep and dreadful apprehensions of it; AND HOW UNABLE THE HUMAN NATURE WAS TO UNDERGO IT, AND PREVAIL AGAINST IT, IF NOT MIGHTILY SUPPORTED AND CARRIED THROUGH BY THE POWER OF GOD. In this condition it was part of his obedience, it was his duty, to pray that he might be delivered from the absolute prevalency of it, that he might not be cast in his trial, that he might not be confounded nor condemned. This he hoped, trusted, and believed; and therefore prayed absolutely for it, Isaiah 50:7, 8. And herein he was heard absolutely; for so it is said, ‘He was heard ἀπὸ τῆς εὐλαβείας.’” [= Berkenaan dengan ini perhatikan, bahwa doa-doa Kristus dalam persoalan ini terdiri dari dua jenis: - 1. Bersyarat; seperti doa itu untuk lewatnya cawan dari Dia, Luk 22:42, ‘Bapa, jikalau Engkau mau, singkirkan cawan ini dari padaKu’. Dan doa ini bukan lain kecuali apa yang secara mutlak perlu bagi kebenaran dari hakekat manusia dalam keadaan dan kondisi itu. Kristus tidak bisa adalah seorang manusia dan tidak mempunyai ketidak-senangan yang extrim pada hal-hal yang sedang mendatangi Dia. Juga seandainya terjadi yang sebaliknya dengan Dia, Ia tidak bisa secara benar dikatakan menderita; karena tak ada yang merupakan penderitaan, juga tidak bisa berhubungan dengan hukuman bagi kita, kecuali itu merupakan sesuatu yang menyedihkan bagi hakekat / keadaan alamiah kita, dan apa yang menjijikkan bagi kita. Tindakan dari kecondongan dari hakekat ini, baik dalam pikiran, kehendak dan perasaan, yang dalam Dia adalah kudus / suci sepenuhnya, Juruselamat kita menyatakannya dalam doa bersyarat itu. Dan dalam doa ini Ia dijawab dengan cara ini, - pikiranNya dibentengi terhadap rasa takut dari hakekat / keadaan alamiah, sehingga sampai pada suatu ketenangan pikiran yang sempurna dalam kehendak Allah: ‘Tetapi bukan kehendakKu, tetapi kehendakMu, jadilah’. Ia didengarkan dalam hal ini sejauh yang Ia inginkan untuk didengar; karena sekalipun Ia tidak bisa tidak menginginkan pembebasan dari seluruhnya, karena Ia adalah seorang manusia, tetapi Ia tidak menginginkan hal itu secara mutlak, karena Ia tunduk sepenuhnya pada kehendak Allah. 2. Mutlak. Permohonan-permohonan utama yang Ia naikkan kepada Dia, yang mampu menyelamatkan Dia dari maut bersifat mutlak; dan dalam hal-hal ini Ia didengarkan dan dibebaskan secara mutlak. Karena tentang pemberian / pernyataan tentang kematian kepadaNya, karena disertai dengan murka dan kutuk dari Allah, Ia mempunyai rasa takut yang mendalam dan menakutkan tentangnya; DAN BETAPA TIDAK MAMPU HAKEKAT MANUSIA UNTUK MENGALAMINYA, DAN MENANG TERHADAPNYA, JIKA TIDAK DISOKONG DAN DIBAWA MELALUINYA SECARA KUAT OLEH KUASA ALLAH. Dalam kondisi ini itu merupakan bagian dari ketaatanNya, itu merupakan kewajibanNya, untuk berdoa supaya Ia bisa dibebaskan dari penerimaan mutlak darinya, supaya Ia bisa tidak dibuang dalam pencobaan / ujianNya, supaya Ia tidak dipermalukan atau dikecam. Ini Ia harapkan, percayai; dan karena itu berdoa secara mutlak untuknya, Yes 50:7-8. Dan dalam hal ini Ia didengar secara mutlak; karena demikian dikatakan ‘Ia didengarkan APO TES EULABEIAS {= in that He feared / dalam hal yang Ia takuti}’.] - ‘Hebrews’, vol 4, hal 509.
Luk 22:42 - “‘Ya BapaKu, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari padaKu; tetapi bukanlah kehendakKu, melainkan kehendakMulah yang terjadi.’”.
Yes 50:7-8 - “(7) Tetapi Tuhan ALLAH menolong aku; sebab itu aku tidak mendapat noda. Sebab itu aku meneguhkan hatiku seperti keteguhan gunung batu karena aku tahu, bahwa aku tidak akan mendapat malu. (8) Dia yang menyatakan aku benar telah dekat. Siapakah yang berani berbantah dengan aku? Marilah kita tampil bersama-sama! Siapakah lawanku berperkara? Biarlah ia mendekat kepadaku!”.
Catatan: saya tidak tahu apakah text ini memang berbicara tentang Kristus, tetapi itu memang memungkinkan.
John Owen: “Ἀπὸ τῆς εὐλαβείας. The word here used is in a singular construction of speech, and is itself of various significations. Sometimes it is used for a ‘religious reverence,’ but such as hath fear joined with it; that is, the fear of evil. Frequently it signifies ‘fear’ itself, but such a fear as is accompanied with a reverential care and holy circumspection. The word itself is but once more used in the New Testament, and that by our apostle, Heb. 12:28, where we well render it ‘godly fear.’ Εὐλαβής, the adjective, is used three times, Luke 2:25, Acts 2:5, 8:2; everywhere denoting a religious fear. Heb. 11:7, we render the verb, εὐλαβηθείς, by ‘moved with fear;’ that is, a reverence of God mixed with a dreadful apprehension of an approaching judgment. And the use of the preposition ἀπό added to εἰσακουσθεἴς is also singular, - ‘auditus ex metu,’ ‘heard from his fear.’ Therefore is this passage variously interpreted by all sorts of expositors. Some read it, ‘He was heard because of his reverence.’ And in the exposition hereof they are again divided. Some take ‘reverence’ actively, for the reverence he had of God; that is, his reverential obedience: ‘He was heard because of his reverence,’ or reverential obedience unto God. Some would have the reverence intended to relate to God, the reverential respect that God had unto him; God heard him, from that holy respect and regard which he had of him. But these things are fond, and suit not the design of the place; neither the coherence of the words, nor their construction, nor their signification, nor the scope of the apostle, will bear this sense. Others render it, ‘pro metu;’ ‘from fear,’ or ‘out of fear.’ And this also is two ways interpreted: - 1. Because ‘heard from fear’ is somewhat a harsh expression, they explain ‘auditus’ by ‘liberatus,’ - ‘delivered from fear;’ and this is not improper. ... In this sense fear internal and subjective is intended. God relieved him against his fear, removing it and taking it away, by strengthening and comforting of him. Others by ‘fear’ intend the thing feared; which sense our translators follow, and are therefore plentifully reviled and railed at by the Rhemists: ‘He was heard;’ that is, delivered from the things which he feared as coming upon him. And for the vindication of this sense and exposition, there is so much already offered by many learned expositors as that I see not what can be added thereunto, and I shall not unnecessarily enlarge myself.” [= APO TES EULABEIAS. Kata yang digunakan di sini ada dalam suatu konstruksi pembicaraan tunggal, dan dalam dirinya sendiri mempunyai bermacam-macam arti. Kadang-kadang itu digunakan untuk suatu ‘rasa hormat agamawi’, tetapi sedemikian rupa sehingga mempunyai rasa takut digabungkan dengannya; yaitu, rasa takut terhadap kejahatan. Seringkali itu berarti ‘rasa takut’ itu sendiri, tetapi suatu rasa takut sedemikian rupa yang disertai dengan suatu perhatian yang bersifat hormat dan kehati-hatian yang kudus. Kata itu sendiri hanya digunakan satu kali lagi dalam Perjanjian Baru, dan itu oleh rasul kita, Ibr 12:28, dimana kita menterjemahkannya dengan baik ‘rasa takut yang saleh’. EULABES, kata sifatnya, digunakan tiga kali, Luk 2:25, Kis 2:5, 8:2; di setiap tempat menunjukkan suatu rasa takut agamawi. Ibr 11:7, kita menterjemahkan kata kerja, EULABETHEIS, dengan ‘digerakkan dengan / oleh rasa takut’; yaitu, suatu rasa hormat terhadap Allah bercampur dengan suatu pengertian yang menakutkan tentang suatu penghakiman yang mendekat. Dan penggunaan kata depan APO ditambahkan pada EISAKOUSTHEIS juga adalah bentuk tunggal, - ‘AUDITUS EX METU’, ‘didengar dari rasa takutNya’. Karena itu text ini ditafsirkan secara bermacam-macam oleh semua jenis ahli exposisi / penafsir. Sebagian membacanya, ‘Ia didengarkan karena rasa takutNya’. Dan dalam exposisi tentangnya mereka terbagi-bagi lagi. Sebagian mengartikan ‘rasa takut / hormat’ secara aktif, untuk rasa takut / hormat yang Ia miliki terhadap Allah; yaitu, ketaatanNya yang bersifat takut / hormat kepada Allah. Sebagian menghendaki rasa takut / hormat itu dimaksudkan berhubungan dengan Allah, rasa hormat yang bersifat takut / hormat yang Allah punyai terhadap Dia; Allah mendengarkanNya, dari rasa hormat yang kudus yang Ia miliki terhadap / tentangNya. Tetapi hal-hal ini adalah naif / bodoh, dan tidak sesuai dengan rancangan dari tempatnya; baik hubungan logis dari kata-katanya, atau konstruksinya, atau arti kata-kata itu, atau jangkauan pengertian sang rasul, tidak membawa / mendukung arti ini. Orang-orang lain menterjemahkannya, ‘PROMETU’; ‘dari rasa takut’, atau ‘keluar dari rasa takut’. Dan ini juga ditafsirkan dengan dua cara: - 1. Karena ‘didengar dari rasa takut’ agak merupakan suatu ungkapan yang tidak menyenangkan, mereka menjelaskan ‘AUDITUS’ dengan ‘LIBERATUS’, - dibebaskan dari rasa takut’; dan ini bukannya tidak benar / tepat. ... Dalam arti ini rasa takut di dalam dan bersifat subyektif yang dimaksudkan. Allah membebaskan Dia terhadap rasa takutNya, menyingkirkannya, dan mengambilnya, dengan menguatkan dan menghiburNya. Orang-orang lain dengan ‘rasa takut’ memaksudkan hal yang ditakuti; arti mana yang diikuti oleh penterjemah kita, dan karena itu diserang dan dikritik secara berlimpah-limpah oleh penterjemah-penterjemah dari suatu jenis Perjanjian Baru (Perancis?): ‘Ia didengarkan’; yaitu, dibebaskan dari hal-hal yang Ia takuti yang mendatangiNya. Dan untuk pembelaan dari arti dan exposisi ini, disana sudah ada begitu banyak yang diberikan oleh banyak ahli-ahli exposisi yang terpelajar sehingga saya tidak melihat apa yang bisa ditambahkan padanya, dan saya tidak akan secara tak perlu memperluas diri saya sendiri.] - ‘Hebrews’, vol 4, hal 509-510.
==============Lanjutan kata-kata ES=================
Dalam hal tersebut kita menemukan kehidupan Tuhan Yesus diarahkan sepenuhnya kepada kehendak Bapa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tuhan Yesus sebelumnya: “Kata Yesus kepada mereka: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.”(Yohanes [4:34])
Filosofi ini sangat bertentangan dari filosofi Lucifer. Filosofi Lucifer adalah: “Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!” (Yesaya [14:14])
Tampak dua pribadi yang sangat kontras. Orang percaya ditantang: hendak memilih yang mana? Mau ikut siapa? Setiap orang harus menentukan sikap, tidak bisa menghindarinya.
Kalau Tuhan Yesus tidak saleh, Ia akan tetap ada di dalam kubur. Jadi kebangkitan-Nya adalah prestasi-Nya sendiri yang menyediakan diri untuk hidup dalam kesalehan. Kebangkitan-Nyamerupakan bukti bahwa Ia “lulus”, taat kepada Bapa sampai mati, bahkan mati di kayu salib. Bapa tidak memberikan kemudahan-kemudahan agar Ia dapat menang atau bisa hidup saleh dengan mudah.
Bicara mengenai kuasa kebangkitan Tuhan (Fil. 3:9-10), hendaknya orang percaya tidak hanya menghubungkannya dengan kuasa spektakuler Allah yang bersifat mistis atau adikodrati. Bapa membangkitkan Tuhan Yesus bukan karena kuasa Allah yang spektakuler adikodrati yang mampu membangkitkan tubuh dari kematian. Bapa membangkitkan Tuhan Yesus karena Ia telah membuktikan ketaatan-Nya kepada Bapa. Jadi, kuasa kebangkitan Tuhan Yesus terletak pada ketaatan-Nya kepada Bapa, bukan sekadar ketaatan melakukan hukum Taurat, tetapi ketaatan melakukan apa yang diingini oleh Bapa, atau menegakkan hukum yang ada dalam diri Allah.
=================================================
Tanggapan Budi Asali:
Bagian ini tak perlu saya tanggapi lagi, karena tanggapan yang lalu sudah cukup.
==============Lanjutan kata-kata ES=================
Berkualitas “corpus delicti”
Kekristenan adalah proses menjadi manusia yang berkualitas corpus delicti, artinya berkualitas seperti Kristus yang memiliki penghormatan secara pantas kepada Bapa di Sorga. Sehingga Bapa bukan hanya menunjuk kepada Tuhan Yesus sebagai “Anak-Ku yang Kukasihi yang kepadanya Aku berkenan” (Mat [3:17]), tetapi juga orang percaya dapat dinyatakan sebagai anak yang memperoleh perkenanan-Nya.
Kalau Tuhan Yesus bisa mencapai kesempurnaan dalam ketaatan-Nya kepada Bapa, maka orang percaya pun dapat mencapai kesempurnaan seperti Dia oleh pertolongan Roh Kudus. Kalau Tuhan Yesus dapat menjadi corpus delicti dalam mengalahkan Iblis, orang percaya juga dapat menjadi corpus delicti oleh pertolongan Roh Kudus.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Berapa kali Tuhan harus membuktikan kesalahan Iblis? Kalau Yesus sudah hidup suci, dan menurut ES Yesus sudah menjadi Corpus Delicti, lalu untuk apa orang-orang Kristen harus menjadi Corpus Delicti lagi???
2) Kita manusia bisa diperkenan Bapa karena iman, atau karena ketaatan, atau karena iman + ketaatan?
3) Kalau kita manusia bisa menjadi Corpus Delicti karena pertolongan Roh Kudus, mengapa itu tidak dianggap tidak fair? Mengapa untuk Yesus, ES beranggapan Ia tidak boleh dibantu? Jelas ini lagi-lagi merupakan suatu ketidak-konsistenan!
4) Untuk menjadi Corpus Delicti, kita harus sesuci apa? Sempurna seperti Kristus? Ini berbau ajaran Perfectionisme, dan jelas salah / ngawur.
Kita memang diperintahkan untuk sempurna (Mat 5:48), tetapi itu tidak berarti bahwa ada siapapun dari orang-orang Kristen yang bisa mencapai kesempurnaan! Semua perintah, menuntut ketaatan kita, tetapi tidak membuktikan bahwa kita bisa mentaatinya, apalagi secara sempurna!
Tetapi bagaimana dengan text di bawah ini?
1Yoh 3:6-9 - “(6) Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia. (7) Anak-anakku, janganlah membiarkan seorangpun menyesatkan kamu. Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar; (8) barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diriNya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu. (9) Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah.”.
Text ini sering dipakai sebagai dasar dari ajaran Perfectionisme ini, yang mempercayai bahwa dalam hidup ini ada orang-orang yang bisa mencapai kesempurnaan, dan hidup suci murni, seperti Kristus hidup.
Ada beberapa jawaban terhadap argumentasi ini:
a) Text ini tidak berbicara tentang beberapa orang, atau orang-orang tertentu, dari kalangan orang-orang Kristen, yang bisa mencapai kesempurnaan. Text ini berbicara tentang semua orang kristen yang sejati! Jadi, kalau text ini diterapkan hanya kepada sebagian kecil orang Kristen, itu sudah merupakan penerapan yang menyalahi text itu sendiri.
b) Kita tidak boleh menafsirkan suatu ayat sehingga bertentangan dengan ayat lain dalam Alkitab. Menafsirkan text di atas sebagai menunjuk pada ajaran Perfectionisme ini, jelas-jelas menentang ayat-ayat di bawah ini.
1Yoh 1:8,10 - “(8) Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. ... (10) Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firmanNya tidak ada di dalam kita.”.
Herschel H. Hobbs (tentang 1Yoh 1:10): “‘Have sinned’ is a perfect tense ... It expresses action in the past which is still going on at the time of speaking, with the assumption that it will continue in the future. The perfect tense is the tense of completeness. It reads, ‘If we say that we have not sinned in the past, do not sin now, and will not sin in the future.’ Whereas in verse 8 the reference is to the principle of sin, in verse 10 it involves acts of sin.” [= ‘Telah berbuat dosa’ merupakan perfect tense ... Itu menyatakan tindakan di masa lampau yang masih terus berlangsung pada saat berbicara, dengan anggapan bahwa itu akan berlanjut di masa yang akan datang. Perfect tense merupakan tense dari kelengkapan / kesempurnaan. Itu artinya: ‘Jika kita berkata bahwa kita tidak berbuat dosa di masa lampau, tidak berbuat dosa sekarang, dan tidak akan berbuat dosa di masa yang akan datang’. Kalau ay 8 berhubungan dengan kwalitet dosa, maka sebaliknya ay 10 menyangkut tindakan berdosa.] - hal 35.
William Barclay: “Any number of people do not really believe that they have sinned and rather resent being called sinners. Their mistake is that they think of sin as the kind of thing which gets into the newspapers.” [= Banyak orang tidak sungguh-sungguh percaya bahwa mereka telah berbuat dosa dan tersinggung / marah pada waktu disebut sebagai orang berdosa. Kesalahan mereka adalah bahwa mereka menganggap dosa sebagai hal-hal yang dimasukkan ke surat kabar.] - hal 33.
Kata ‘dosa’ dalam 1Yoh 1:8,9,10 adalah HAMARTIA, yang arti hurufiahnya adalah ‘a missing of the target’ [= suatu keluputan dari sasaran]. Luputnya sedikit atau banyak, itu tetap namanya dosa. Sasaran seharusnya adalah Kitab Suci. Jadi kalau hidup kita tidak sesuai dengan Kitab Suci, apakah tidak sesuainya sedikit atau banyak, itu tetap adalah dosa.
Orang-orang yang mengatakan dirinya tidak berbuat dosa ini membuat:
1. Allah menjadi pendusta (ay 10).
Mengapa demikian? Karena Allah mengatakan bahwa semua manusia berdosa. Kalau kita mengatakan kita tidak berdosa, maka itu sama dengan mengatakan bahwa Allah adalah pendusta.
2. Firmannya tidak ada dalam kita (ay 10).
Memang hanya orang yang tidak mengerti Kitab Suci yang bisa mengatakan bahwa dirinya tidak berbuat dosa, karena salah satu fungsi Kitab Suci adalah menyadarkan dosa (2Tim 3:16 Ro 3:20b).
Herschel H. Hobbs mengutip kata-kata Vaughan:
“Mark the significance of ‘in us’ (vv. 8,10). Truth may be all around us, near us, and acknowledged, but when we claim sinlessness we show that it has not penetrated our souls.” [= Perhatikan pentingnya kata-kata ‘di dalam kita’ (ay 8,10). Kebenaran bisa ada di sekitar kita, di dekat kita, dan diakui, tetapi pada waktu kita mengclaim ketidak-berdosaan kita menunjukkan bahwa kebenaran itu belum merasuk / merembes ke dalam jiwa kita.] - hal 36.
Perbandingan antara orang-orang yang sadar akan dosanya, dan orang-orang yang menganggap dirinya suci / baik.
Charles Haddon Spurgeon: “Nothing is more deadly than self-righteousness, or more hopeful than contrition.” [= Tidak ada yang lebih mematikan dari pada sikap / anggapan yang membenarkan diri sendiri, atau lebih berpengharapan dari pada perasaan sedih karena kesadaran / kebencian akan dosa.] - ‘Morning and Evening’, September 29, morning.
Ada seseorang yang berkata:
“There is more hope for a self-convicted sinner than there is for a self-conceited saint.” [= Ada lebih banyak harapan untuk orang berdosa yang sadar akan dosanya sendiri dari pada untuk seorang kudus / suci yang menipu dirinya sendiri.] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotation’, hal 345.
Dwight L. Moody: “You can always tell when a man is a great way from God - when he is always talking about himself, how good he is.” [= Kamu selalu bisa mengetahui / mengenali pada waktu seseorang jauh dari Allah - pada waktu ia selalu berbicara tentang dirinya sendiri, bagaimana baiknya ia.] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotation’, hal 598.
Bdk. Luk 18:9-14 - “(9) Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: (10) ‘Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. (11) Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepadaMu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; (12) aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. (13) Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. (14) Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.’”.
Baca tulisan-tulisan ES, dan tonton video-videonya di Youtube, dan pikirkan sendiri, ia termasuk yang mana? Orang berdosa yang sadar dosanya, atau orang yang merasa dirinya benar / suci???
c) Semua kata ‘berbuat’ dalam 1Yoh 3:6-9 di atas, ada dalam bentuk present tense, dan ini menunjukkan suatu tindakan terus menerus / bersifat kebiasaan.
1. Ay 6: “Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia.”.
Kata ‘berbuat dosa’ ada dalam present tense, dan karena itu harus diartikan ‘berbuat dosa terus menerus’ atau ‘berbuat dosa sebagai kebiasaan’.
NIV: ‘No one who lives in him keeps on sinning. No one who continues to sin has either seen him or known him’ [= Tidak seorangpun yang hidup di dalam Dia terus menerus berbuat dosa. Tidak seorangpun yang terus berbuat dosa telah melihat atau mengenal Dia].
Herschel H. Hobbs: “The verbs for ‘sinning’ are present tenses expressing repeated action in the present time. ... whosoever makes sinning the habit of life has never (past or present) had a vital contact with Christ.” [= Kata-kata kerja untuk ‘berbuat dosa’ ada dalam bentuk present yang menyatakan tindakan yang berulang-ulang pada masa sekarang. ... siapapun yang membuat dosa sebagai kebiasaan dari kehidupan tidak pernah (lampau dan sekarang) mempunyai kontak yang hidup dengan Kristus.] - hal 85.
2. Ay 8: “barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diriNya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu.”.
Perhatikan kata-kata “barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis”.
a. Kata ‘berbuat’ lagi-lagi merupakan present tense, yang menunjukkan tindakan terus menerus / kebiasaan.
b. Dari ayat ini Calvin mengatakan (hal 211) bahwa tidak ada keadaan di tengah-tengah. Atau seseorang adalah milik Kristus, yaitu kalau ia berbuat kebenaran (ay 7), atau seseorang adalah milik setan, yaitu kalau ia berbuat dosa (ay 8).
3. Ay 9: “Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah.”.
Lagi-lagi kata ‘berbuat’ (2 x) ada dalam present tense, yang menunjukkan suatu tindakan terus menerus / bersifat kebiasaan!
NIV: ‘No one who is born of God will continue to sin, because God’s seed remains in him; he cannot go on sinning, because he has been born of God’ [= Tidak seorangpun yang dilahirkan dari Allah akan terus berbuat dosa, karena benih Allah tetap di dalam dia; ia tidak dapat terus berbuat dosa, karena ia telah dilahirkan dari Allah].
Herschel H. Hobbs: “In English this reads as though a true believer commits no sin. But again the Greek tense of ‘commit’ has a different shade of meaning. It is the present tense of the verb ‘to do,’ expressing habitual action.” [= Dalam bahasa Inggris ini seakan-akan menunjukkan bahwa seorang percaya yang sejati tidak melakukan dosa. Tetapi lagi-lagi tense bahasa Yunani dari ‘berbuat’ mempunyai bayangan arti yang berbeda. Itu adalah present tense dari kata kerja ‘to do’ / ‘berbuat / melakukan’, yang menyatakan tindakan yang bersifat kebiasaan.] - hal 87-88.
John Stott (Tyndale): “the Christian ‘cannot sin’ ... ‘he is not able to sin’, where ‘to sin’ is a present, not an aorist, infinitive. If the infinitive had been an aorist it would have meant ‘he is not able to commit a sin’; the present infinitive, however, signifies ‘he is not able to sin habitually’.” [= orang kristen ‘tidak dapat berbuat dosa’ ... ‘ia tidak bisa berbuat dosa’, dimana ‘berbuat dosa’ adalah suatu infinitif bentuk present, bukan aorist / lampau. Seandainya infinitif itu merupakan suatu aorist / lampau, maka artinya adalah ‘ia tidak bisa melakukan suatu dosa’; tetapi infinitif bentuk present berarti ‘ia tidak bisa berbuat dosa sebagai kebiasaan’.] - hal 126.
Calvin (tentang 1Yoh 3:9): “all those who dream of a perfection of this kind, sufficiently shew what stupid conscience they must have.” [= semua mereka yang bermimpi tentang suatu kesempurnaan dari jenis ini, menunjukkan secara cukup betapa bodoh hati nurani yang mereka miliki.] - hal 212.
Louis Berkhof: “2. DENIAL OF THIS IMPERFECTION BY THE PERFECTIONISTS. a. The doctrine of perfectionism. Speaking generally, this doctrine is to the effect that religious perfection is attainable in the present life. It is taught in various forms by Pelagians, Roman Catholics or Semi-Pelagians,Arminians, Wesleyans, such mystical sects as the Labadists, the Quietists, the Quakers, and others, some of the Oberlin theologians, such as Mahan and Finney, and Ritschl. These all agree in maintaining that it is possible for believers in this life to attain to a state in which they comply with the requirements of the law ‘under which they now live,’ or under that law ‘as it was adjusted to their present ability and needs,’ and, consequently, to be free from sin. They differ, however: (1) In their view of sin, the Pelagians, in distinction from all the rest, denying the inherent corruption of man. They all agree, however, in externalizing sin. (2) In their conception of the law which believers are now obliged to fulfill, the Arminians, including the Wesleyans, differing from all the rest in holding that this is not the original moral law, but the gospel requirements or the new law of faith and evangelical obedience. The Roman Catholics and the Oberlin theologians maintain that it is the original law, but admit that the demands of this law are adjusted to man’s deteriorated powers and to his present ability. And Ritschl discards the whole idea that man is subject to an externally imposed law. He defends the autonomy of moral conduct, and holds that we are under no law but such as is evolved out of our own moral disposition in the course of activities for the fulfilment of our vocation. (3) In their idea of the sinner’s dependence on the renewing grace of God for the ability to fulfill the law. All, except the Pelagians, admit that he is in some sense dependent on divine grace, in order to the attainment of perfection. It is very significant that all the leading perfectionist theories (with the sole exception of the Pelagian, which denies the inherent corruption of man) deem it necessary to lower the standard of perfection and do not hold man responsible for a great deal that is undoubtedly demanded by the original moral law. And it is equally significant that they feel the necessity of externalizing the idea of sin, when they claim that only conscious wrong-doing can be so considered, and refuse to recognize as sin a great deal that is represented as such in Scripture.” [= 2. PENYANGKALAN TENTANG KETIDAK-SEMPURNAAN INI OLEH ORANG-ORANG YANG MENGANUT AJARAN PERFECTIONISME. a. Doktrin / ajaran dari Perfectionisme. Berbicara secara umum, doktrin / ajaran ini secara umum berarti bahwa kesempurnaan agamawi bisa dicapai dalam hidup sekarang ini. Itu diajarkan dalam bermacam-macam bentuk oleh orang-orang yang menganut Pelagianisme, Roma Katolik atau Semi-Pelagianisme, Arminianisme, Wesleyanisme, sekte-sekte mistik seperti Labadists, Quietists, Quakers, dan yang lain, sebagian dari ahli-ahli theologia Oberlin, seperti Mahan dan Finney, dan Ritschl. Orang-orang ini semua setuju / sepakat dalam mempertahankan bahwa adalah mungkin bagi orang-orang percaya dalam hidup ini untuk mencapai suatu keadaaan dalam mana mereka menyesuaikan dengan /mentaati tuntutan-tuntutan hukum (Taurat) ‘di bawah mana mereka sekarang hidup’, atau di bawah hukum itu ‘sebagaimana itu disesuaikan pada kemampuan dan kebutuhan mereka pada saat ini, dan karena itu / sebagai hasilnya, bebas dari dosa. Tetapi mereka berbeda: (1) Dalam pandangan mereka tentang dosa, pengikut-pengikut Pelagianisme, dalam perbedaan dengan semua sisanya, menyangkal keadaan jahat sebagai pembawaan dari manusia (dosa asal). TETAPI MEREKA SEMUA SETUJU / SEPAKAT, DALAM MELAHIRIAHKAN DOSA. (2) Dalam pengertian mereka tentang hukum yang orang-orang percaya sekarang wajib penuhi, orang-orang Arminian, termasuk Wesleyans, berbeda dari semua sisanya dalam memegang / mempercayai bahwa ini bukanlah hukum Taurat moral yang asli / orisinil, tetapi tuntutan-tuntutan injil atau hukum yang baru dari iman dan ketaatan injili. Orang-orang Roma Katolik dan ahli-ahli theologia Oberlin mempertahankan bahwa itu adalah hukum Taurat yang orisinil, tetapi mengakui bahwa tuntutan-tuntutan dari hukum Taurat ini disesuaikan dengan kekuatan-kekuatan manusia yang memburuk / berkurang dan dengan kemampuannya pada saat ini. Dan Ritschl membuang seluruh gagasan bahwa manusia berada di bawah suatu hukum yang dipaksakan secara lahiriah. Ia mempertahankan otonomi dari tingkah laku moral, dan memegang /mempercayai bahwa kita tidak berada di bawah hukum apapun kecuali seperti yang berkembang keluar dari kecondongan moral kita sendiri dalam jalan dari aktivitas-aktivitas untuk pemenuhan /penggenapan dari panggilan agamawi kita. (3) Dalam gagasan mereka tentang ketergantungan orang berdosa pada kasih karunia yang memperbaharui dari Allah untuk kemampuan untuk menggenapi hukum. Semua, kecuali penganut-penganut Pelagianisme, mengakui bahwa ia dalam arti tertentu tergantung pada kasih karunia ilahi, untuk bisa mencapai kesempurnaan. Merupakan sesuatu yang sangat menyolok bahwa semua teori-teori Perfectionisme yang utama (dengan satu-satunya perkecualian dari orang-orang yang menganut Pelagianisme, yang menyangkal kejahatan bawaan dari manusia) menganggap perlu untuk menurunkan standard kesempurnaan dan tidak menganggap manusia bertanggung jawab sampai suatu tingkat yang sangat besar yang tak diragukan dituntut oleh hukum Taurat moral yang orisinil. Dan adalah menyolok secara sama bahwa mereka merasa keharusan untuk melahiriahkan gagasan dari dosa, pada waktu mereka mengclaim bahwa hanya tindakan salah yang disadari yang bisa dipertimbangkan, dan menolak untuk mengakui sebagai dosa suatu tingkat yang sangat besar yang digambarkan seperti itu dalam Kitab Suci.] - ‘Systematic Theology’, hal 537-538 (Libronix).
Louis Berkhof: “b. Scriptural proofs adduced for the doctrine of perfectionism. (1) The Bible commands believers to be holy and even to be perfect, 1 Pet. 1:16; Matt. 5:48; Jas. 1:4, and urges them to follow the example of Christ who did no sin, 1 Pet. 2:21 f. Such commands would be unreasonable, if it were not possible to reach sinless perfection. But the Scriptural demand to be holy and perfect holds for the unregenerate as well as for the regenerate, since the law of God demands holiness from the start and has never been revoked. If the command implies that they to whom it comes can live up to the requirement, this must be true of every man. However, only those who teach perfectionism in the Pelagian sense can hold that view. The measure of our ability cannot be inferred from the Scriptural commandments. (2) Holiness and perfection are often ascribed to believers in Scripture, Song of Sol. 4:7; 1 Cor. 2:6; 2 Cor. 5:17; Eph. 5:27; Heb. 5:14; Phil. 4:13; Col. 2:10. When the Bible speaks of believers as holy and perfect, however, this does not necessarily mean that they are without sin, since both words are often used in a different sense, not only in common parlance, but also in the Bible. Persons set aside for the special service of God are called holy in the Bible, irrespective of their moral condition and life. Believers can be and are called holy, because they are objectively holy in Christ, or because they are in principle subjectively sanctified by the Spirit of God. Paul in his Epistles invariably addresses his readers as saints, that is ‘holy ones,’ and then proceeds in several cases to take them to task for their sins. And when believers are described as perfect, this means in some cases merely that they are full-grown, 1 Cor. 2:6; Heb. 5:14, and in others that they are fully equipped for their task, 2 Tim. 3:17. All this certainly does not give countenance to the theory of sin less perfection. (3) There are, it is said, Biblical examples of saints who led perfect lives, such as Noah, Job, and Asa, Gen. 6:9; Job 1:1; 1 Kings 15:14. But, surely, such examples as these do not prove the point for the simple reason that they are no examples of sinless perfection. Even the most notable saints of the Bible are pictured as men who had their failings and who sinned, in some cases very grievously. This is true of Noah, Moses, Job, Abraham, and all the others. It is true that this does not necessarily prove that their lives remained sinful as long as they lived on earth, but it is a striking fact that we are not introduced to a single one who was without sin. The question of Solomon is still pertinent: ‘Who can say, I have made my heart clean, I am pure from my sin?’ Prov. 20:9. Moreover, John says: ‘If we say that we have no sin, we deceive ourselves, and the truth is not in us,’ 1 John 1:8. (4) The apostle John declares explicitly that they who are born of God do not sin, 1 John 3:6, 8, 9; 5:18. But when John says that they who are born of God do not sin, he is contrasting the two states, represented by the old and the new man, as to their essential nature and principle. One of the essential characteristics of the new man is that he does not sin. In view of the fact that John invariably uses the present to express the idea that the one born of God does not sin, it is possible that he desires to express the idea that the child of God does not ‘go on sinning habitually,’ as the devil does, 1 John 3:8. He certainly does not mean to assert that the believer never commits an act of sin, cf. 1 John 1:8–10. Moreover, the Perfectionist cannot very well use these passages to prove his point, since they would prove too much for his purpose. He does not make bold to say that all believers are actually sinless, but only that they can reach a state of sinless perfection. The Johannine passages, however, would prove, on his interpretation, that all believers are without sin. And more than that, they would also prove that believers never fall from the state of grace (for this is sinning); and yet the Perfectionists are the very people who believe that even perfect Christians may fall away.” [= b. Bukti-bukti Kitab Suci yang diajukan untuk doktrin perfectionisme. (1) Alkitab memerintahkan orang-orang percaya untuk menjadi kudus / suci dan bahkan untuk menjadi sempurna, 1Pet 1:16; Mat 5:48; Yak 1:4, dan mendesak mereka untuk mengikuti teladan Kristus yang tidak berbuat dosa, 1Pet 2:21-dst. Perintah-perintahseperti itu akan menjadi tidak masuk akal, seandainya tidak mungkin untuk mencapai kesempurnaan tanpa dosa. Tetapi tuntutan Kitab Suci untuk menjadi kudus / suci dan sempurna mengikat / berlaku bagi orang-orang yang belum lahir baru maupun untuk orang-orang yang sudah lahir baru, karena hukum Allah menuntut kekudusan dari awal dan tidak pernah dibatalkan. Jika perintah itu menunjukkan secara implicit bahwa mereka kepada siapa perintah itu diberikan bisa menggenapi tuntutan itu, ini harus benar untuk setiap orang. Tetapi, hanya mereka yang mengajarkan perfectionisme dalam arti Pelagianisme yang bisa memegang / mempercayai pandangan seperti itu. Ukuran dari kemampuan kita tidak bisa disimpulkan dari perintah-perintah Kitab Suci. (2) Kekudusan dan kesempurnaan sering dianggap sebagai milik orang-orang percaya dalam Kitab Suci, Kid 4:7; 1Kor 2:6; 2Kor 5:17; Ef 5:27; Ibr 5:14; Fil 4:13; Kol 2:10. Tetapi, pada waktu Alkitab berbicara tentang orang-orang percaya sebagai kudus dan sempurna, ini tidak berarti bahwa mereka tanpa dosa, karena kedua kata itu sering digunakan dalam suatu arti yang berbeda, bukan hanya dalam percakapan umum, tetapi juga dalam Alkitab. Orang-orang yang dipisahkan untuk pelayanan khusus bagi Allah disebut kudus dalam Alkitab, tak peduli bagaimana kondisi dan kehidupan moral mereka. Orang-orang percaya bisa menjadi, dan disebut, kudus, karena mereka kudus secara obyektif di dalam Kristus, atau karena mereka dalam prinsipnya dikuduskan secara subyektif oleh Roh Allah. Paulus dalam surat-suratnya menyebut secara tetap para pembacanya sebagai orang-orang kudus, dan lalu melanjutkan dalam beberapa kasus mengecam / mengkritik mereka untuk dosa-dosa mereka. Dan pada waktu orang-orang percaya digambarkan sebagai sempurna, dalam beberapa kasus ini semata-mata berarti bahwa mereka telah dewasa, 1Kor 2:6; Ibr 5:14, dan dalam kasus-kasus lain bahwa mereka diperlengkapi secara penuh untuk tugas mereka, 2Tim 3:17. Semua ini pasti tidak mendukung /menyetujui teori tentang kesempurnaan tanpa dosa. (3) Dikatakan bahwa disana ada, teladan-teladan Alkitabiah tentang orang-orang kudus yang hidup secara sempurna, seperti Nuh, Ayub, dan Asa, Kej 6:9; Ayub 1:1; 1Raja 15:14. Tetapi pasti, teladan-teladan seperti orang-orang ini tidak membuktikan pointnya karena alasan yang sederhana bahwa mereka bukanlah contoh-contoh dari kesempurnaan tanpa dosa. Bahkan orang-orang kudus yang paling menyolok dari Alkitab digambarkan sebagai orang-orang yang mempunyai kegagalan-kegagalan / titik lemah mereka, dan yang berbuat dosa, dalam beberapa kasus secara sangat menyedihkan. Ini benar tentang Nuh, Musa, Ayub, Abraham, dan semua orang-orang lain. Adalah benar bahwa ini tidak harus membuktikan bahwa kehidupan-kehidupan mereka tetap penuh dosa selama mereka hidup di bumi, tetapi itu merupakan suatu fakta yang menyolok bahwa kita tidak diperkenalkan dengan satu orangpun yang tanpa dosa. Pertanyaan Salomo tetap relevan: ‘Siapa bisa berkata: Aku telah membuat hatiku bersih, aku murni dari dosaku?’ Amsal 20:9. Selanjutnya / lebih lagi, Yohanes berkata: ‘Jika kita berkata, bahwa kita tidak mempunyai dosa, kita menipu diri kita sendiri, dan kebenaran tidak ada di dalam kita’, 1Yoh 1:8. (4) Rasul Yohanes menyatakan secara explicit bahwa mereka yang lahir dari Allah tidak berbuat dosa, 1Yoh 3:6,8,9; 5:18. Tetapi pada waktu Yohanes berkata bahwa mereka yang lahir dari Allah tidak berbuat dosa, ia sedang mengkontraskan dua keadaan, disimbolkan oleh manusia lama dan manusia baru, berkenaan dengan hakekat dan prinsip dasari mereka. Salah satu dari karakteristik dasari dari manusia baru adalah bahwa ia tidak berbuat dosa. Mempertimbangkan fakta bahwa Yohanes secara tetap menggunakan bentuk present (tense) untuk menyatakan gagasan bahwa orang yang lahir dari Allah tidak berbuat dosa, adalah mungkin bahwa ia ingin menyatakan gagasan bahwa anak Allah tidak ‘terus berbuat dosa sebagai kebiasaan’, seperti yang Iblis / setan lakukan, 1Yoh 3:8. Ia pasti tidak bermaksud untuk menegaskan bahwa orang percaya tidak pernah melakukan suatu tindakan dari dosa, bdk. 1Yoh 1:8-10. Selanjutnya / lebih lagi, orang-orang yang percaya Perfectionisme tidak bisa menggunakan dengan baik text-text ini untuk membuktikan pointnya, karena mereka akan membuktikan terlalu banyak untuk tujuannya. Ia tidak berani untuk berkata bahwa SEMUA orang-orang percaya betul-betul tanpa dosa, tetapi hanya bahwa mereka bisa mencapai suatu keadaan dari kesempurnaan tanpa dosa. Tetapi text-text Yohanes membuktikan, BERDASARKAN PENAFSIRANNYA, bahwa semua orang-orang percaya adalah tanpa dosa. Dan lebih dari itu, mereka juga membuktikan bahwa orang-orang percaya tidak pernah jatuh dari keadaan kasih karunia / murtad (karena ini adalah perbuatan dosa); tetapi orang-orang yang menganut Perfectionisme justru adalah orang-orang yang percaya bahwa bahkan orang-orang Kristen yang sempurna bisa murtad.] - ‘Systematic Theology’, hal 538-539 (Libronix).
1Pet 1:16 - “sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.”.
Mat 5:48 - “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.’”.
Yak 1:4 - “Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.”.
1Pet 2:21-23 - “(21) Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejakNya. (22) Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulutNya. (23) Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.”.
Kid 4:7 - “Engkau cantik sekali, manisku, tak ada cacat cela padamu.”.
1Kor 2:6 - “Sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-penguasa dunia ini, yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan.”.
2Kor 5:17 - “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”.
Ef 5:27 - “supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diriNya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.”.
Ibr 5:14 - “Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.”.
Fil 4:13 - “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”.
Kol 2:10 - “dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa.”.
1Kor 2:6 - “Sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-penguasa dunia ini, yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan.”.
Ibr 5:14 - “Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.”.
2Tim 3:17 - “Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik”.
Kej 6:9 - “Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.”.
Ayub 1:1 - “Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.”.
1Raja 15:14 - “Sekalipun bukit-bukit pengorbanan tidak dijauhkan, namun Asa berpaut kepada TUHAN dengan segenap hatinya sepanjang umurnya.”.
Amsal 20:9 - “Siapakah dapat berkata: ‘Aku telah membersihkan hatiku, aku tahir dari pada dosaku?’”.
1Yoh 1:8 - “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.”.
1Yoh 3:6,8,9 - “(6) Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia. ... (8) barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diriNya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu. (9) Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah.”.
1Yoh 5:18 - “Kita tahu, bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa; tetapi Dia yang lahir dari Allah melindunginya, dan si jahat tidak dapat menjamahnya.”.
1Yoh 3:8 - “barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diriNya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu.”.
1Yoh 1:8-10 - “(8) Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. (9) Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. (10) Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firmanNya tidak ada di dalam kita.”.
Louis Berkhof: “c. Objections to the theory of Perfectionism. (1) In the light of Scripture the doctrine of Perfectionism is absolutely untenable. The Bible gives us the explicit and very definite assurance that there is no one on earth who does not sin, 1 Kings 8:46; Prov. 20:9; Eccl. 7:20; Rom. 3:10; Jas. 3:2; 1 John 1:8. In view of these clear statements of Scripture it is hard to see how any who claim to believe the Bible as the infallible Word of God can hold that it is possible for believers to lead sinless lives, and that some actually succeed in avoiding all sin. (2) According to Scripture there is a constant warfare between the flesh and the Spirit in the lives of God’s children, and even the best of them are still striving for perfection. Paul gives a very striking description of this struggle in Rom. 7:7–25, a passage which certainly refers to him in his regenerate state. In Gal. 5:16–24 he speaks of that very same struggle as a struggle that characterizes all the children of God. And in Phil. 3:10–14 he speaks of himself, practically at the end of his career, as one who has not yet reached perfection, but is pressing on toward the goal. (3) Confession of sin and prayer for forgiveness are continually required. Jesus taught all His disciples without any exception to pray for the forgiveness of sins and for deliverance from temptation and from the evil one, Matt. 6:12, 13. And John says: ‘If we confess our sins, He is faithful and righteous to forgive us our sins, and to cleanse us from all unrighteousness,’ 1 John 1:9. Moreover, Bible saints are constantly represented as confessing their sins, Job 9:3, 20; Ps. 32:5; 130:3; 143:2; Prov. 20:9; Isa. 64:6; Dan. 9:16; Rom. 7:14. (4) The Perfectionists themselves deem it necessary to lower the standard of the law and to externalize the idea of sin, in order to maintain their theory. Moreover, some of them have repeatedly modified the ideal to which, in their estimation, believers can attain. At first the ideal was ‘freedom from all sin’; then, ‘freedom from all conscious sin,’ next, ‘entire consecration to God,’ and, finally, ‘Christian assurance.’ This is in itself a sufficient condemnation of their theory. We naturally do not deny that the Christian can attain to the assurance of faith.” [= c. Keberatan-keberatan terhadap teori dari Perfectionisme. (1) Dalam terang dari Kitab Suci doktrin Perfectionisme secara mutlak tidak bisa dipertahankan. Alkitab memberi kita keyakinan /kepastian yang explicit dan sangat pasti bahwa disana tidak ada seorangpun di bumi yang tidak berbuat dosa, 1Raja 8:46; Amsal 20:9; Pkh 7:20; Ro 3:10; Yak 3:2; 1Yoh 1:8. Mempertimbangkan pernyataan-pernyataan yang jelas dari Kitab Suci adalah sukar untuk melihat bagaimana siapapun yang mengclaim untuk mempercayai Alkitab sebagai Firman Allah yang tidak bisa salah bisa mempercayai bahwa adalah mungkin bagi orang-orang percaya untuk menjalani kehidupan tanpa dosa, dan bahwa beberapa / sebagian betul-betul berhasil dalam menghindari semua dosa. (2) Menurut Kitab Suci disana ada suatu peperangan konstan antara daging dan Roh dalam kehidupan dari anak-anak Allah, dan bahkan yang terbaik dari mereka tetap berjuang untuk kesempurnaan. Paulus memberikan suatu penggambaran yang sangat menyolok tentang pergumulan ini dalam Ro 7:7-25, suatu text yang pasti menunjuk kepada dia dalam keadaan (sudah) lahir baru. Dalam Gal 5:16-24 ia berbicara tentang pergumulan yang sama itu sebagai suatu pergumulan yang menjadi ciri dari semua anak-anak Allah. Dan dalam Fil 3:10-14 ia berbicara tentang dirinya sendiri, hampir pada akhir dari karirnya, sebagai seseorang yang belum mencapai kesempurnaan, tetapi sedang terus berusaha untuk menuju pada tujuan itu. (3) Pengakuan dosa dan doa untuk pengampunan dituntut secara terus menerus. Yesus mengajar semua murid-muridNya tanpa kecuali untuk berdoa untuk pengampunan dosa-dosa dan untuk pembebasan dari pencobaan dan dari si jahat, Mat 6:12,13. Dan Yohanes berkata: ‘Jika kita mengaku dosa kita, Ia adalah setia dan benar untuk mengampuni kita dari dosa-dosa kita, dan membersihkan kita dari segala ketidak-benaran’, 1Yoh 1:9. Selanjutnya / lebih lagi, orang-orang kudus dalam Alkitab secara konstan digambarkan sebagai mengakui dosa-dosa mereka, Ayub 9:3,20; Maz 32:5; 130:3; 143:2; Amsal 20:9; Yes 64:6; Dan 9:16; Ro 7:14. (4) Para Perfectionist sendiri menganggap perlu untuk menurunkan standar dari hukum dan untuk melahiriahkan gagasan tentang dosa, untuk mempertahankan teori mereka. Selanjutnya / lebih lagi, sebagian dari mereka telah secara berulang-ulang memodifikasi keadaan ideal pada mana, dalam penilaian mereka, bisa dicapai oleh orang-orang percaya. Mula-mula keadaan idealnya adalah ‘bebas dari semua dosa’; lalu, ‘bebas dari semua dosa sadar / yang disadari’, dan selanjutnya, ‘pembaktian sepenuhnya kepada Allah’, dan akhirnya, ‘keyakinan Kristen’. Ini dalam dirinya sendiri merupakan suatu pengecaman yang cukup tentang teori mereka. Kita pasti tidak menyangkal bahwa orang Kristen bisa mencapai keyakinan / kepastian dari iman.] - ‘Systematic Theology’, hal 539-540 (Libronix).
1Raja 8:46 - “Apabila mereka berdosa kepadaMu - karena tidak ada manusia yang tidak berdosa - dan Engkau murka kepada mereka dan menyerahkan mereka kepada musuh, sehingga mereka diangkut tertawan ke negeri musuh yang jauh atau yang dekat,”.
Amsal 20:9 - “Siapakah dapat berkata: ‘Aku telah membersihkan hatiku, aku tahir dari pada dosaku?’”.
Pkh 7:20 - “Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa!”.
Roma 3:10 - “seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.”.
Yakobus 3:2 - “Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.”.
1Yoh 1:8 - “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.”.
Ro 7:7-26 - “(7) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: ‘Jangan mengingini!’ (8) Tetapi dalam perintah itu dosa mendapat kesempatan untuk membangkitkan di dalam diriku rupa-rupa keinginan; sebab tanpa hukum Taurat dosa mati. (9) Dahulu aku hidup tanpa hukum Taurat. Akan tetapi sesudah datang perintah itu, dosa mulai hidup, (10) sebaliknya aku mati. Dan perintah yang seharusnya membawa kepada hidup, ternyata bagiku justru membawa kepada kematian. (11) Sebab dalam perintah itu, dosa mendapat kesempatan untuk menipu aku dan oleh perintah itu ia membunuh aku. (12) Jadi hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik. (13) Jika demikian, adakah yang baik itu menjadi kematian bagiku? Sekali-kali tidak! Tetapi supaya nyata, bahwa ia adalah dosa, maka dosa mempergunakan yang baik untuk mendatangkan kematian bagiku, supaya oleh perintah itu dosa lebih nyata lagi keadaannya sebagai dosa. (14) Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa. (15) Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. (16) Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik. (17) Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku. (18) Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. (19) Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. (20) Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku. (21) Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. (22) Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, (23) tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggotatubuhku. (24) Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? (25) Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. (26) Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa.”.
Gal 5:16-24 - “(16) Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. (17) Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging - karena keduanya bertentangan - sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. (18) Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat. (19) Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, (20) penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, (21) kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu - seperti yang telah kubuat dahulu - bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. (22) Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, (23) kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. (24) Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.”.
Fil 3:10-14 - “(10) Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitanNya dan persekutuan dalam penderitaanNya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematianNya, (11) supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati. (12) Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. (13) Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, (14) dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.”.
Mat 6:12,13 - “(12) dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; (13) dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.”.
1Yoh 1:9 - “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”.
Ayub 9:3,20 - “(3) Jikalau ia ingin beperkara dengan Allah satu dari seribu kali ia tidak dapat membantahNya. ... (20) Sekalipun aku benar, mulutku sendiri akan menyatakan aku tidak benar; sekalipun aku tidak bersalah, Ia akan menyatakan aku bersalah. ”.
Maz 32:5 - “Dosaku kuberitahukan kepadaMu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: ‘Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,’ dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela”.
Maz 130:3 - “Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan?”.
Maz 143:2 - “Janganlah beperkara dengan hambaMu ini, sebab di antara yang hidup tidak seorangpun yang benar di hadapanMu.”.
Amsal 20:9 - “Siapakah dapat berkata: ‘Aku telah membersihkan hatiku, aku tahir dari pada dosaku?’”.
Yes 64:6 - “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin.”.
Dan 9:16 - “Ya Tuhan, sesuai dengan belas kasihanMu, biarlah kiranya murka dan amarahMu berlalu dari Yerusalem, kotaMu, gunungMu yang kudus; sebab oleh karena dosa kami dan oleh karena kesalahan nenek moyang kami maka Yerusalem dan umatMu telah menjadi cela bagi semua orang yang di sekeliling kami.”.
Roma 7:14 - “Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa.”.
CORPUS DELICTI (15)
Karena dalam pelajaran yang lalu tulisan Louis Berkhof ini ayat-ayatnya tidak saya bacakan, maka saya mengulangnya pada pelajaran hari ini, disertai pembacaan ayat-ayat yang ia gunakan, dan juga saya susun secara lebih sistimatis.
Tulisan Louis Berkhof berkenaan dengan Perfectionisme.
1. Mula-mula Louis Berkhof menjelaskan apa Perfectionisme itu, dan siapa saja yang memegang pandangan itu.
Juga ia menjelaskan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan pandangan di antara orang-orang dalam kalangan yang menganut ajaran Perfectionisme itu.
Louis Berkhof: “2. DENIAL OF THIS IMPERFECTION BY THE PERFECTIONISTS. a. The doctrine of perfectionism. Speaking generally, this doctrine is to the effect that religious perfection is attainable in the present life. It is taught in various forms by Pelagians, Roman Catholics or Semi-Pelagians,Arminians, Wesleyans, such mystical sects as the Labadists, the Quietists, the Quakers, and others, some of the Oberlin theologians, such as Mahan and Finney, and Ritschl. These all agree in maintaining that it is possible for believers in this life to attain to a state in which they comply with the requirements of the law ‘under which they now live,’ or under that law ‘as it was adjusted to their present ability and needs,’ and, consequently, to be free from sin. They differ, however: (1) In their view of sin, the Pelagians, in distinction from all the rest, denying the inherent corruption of man. They all agree, however, in externalizing sin. (2) In their conception of the law which believers are now obliged to fulfill, the Arminians, including the Wesleyans, differing from all the rest in holding that this is not the original moral law, but the gospel requirements or the new law of faith and evangelical obedience. The Roman Catholics and the Oberlin theologians maintain that it is the original law, but admit that the demands of this law are adjusted to man’s deteriorated powers and to his present ability. And Ritschl discards the whole idea that man is subject to an externally imposed law. He defends the autonomy of moral conduct, and holds that we are under no law but such as is evolved out of our own moral disposition in the course of activities for the fulfilment of our vocation. (3) In their idea of the sinner’s dependence on the renewing grace of God for the ability to fulfill the law. All, except the Pelagians, admit that he is in some sense dependent on divine grace, in order to the attainment of perfection. It is very significant that all the leading perfectionist theories (with the sole exception of the Pelagian, which denies the inherent corruption of man) deem it necessary to lower the standard of perfection and do not hold man responsible for a great deal that is undoubtedly demanded by the original moral law. And it is equally significant that they feel the necessity of externalizing the idea of sin, when they claim that only conscious wrong-doing can be so considered, and refuse to recognize as sin a great deal that is represented as such in Scripture.” [= 2. PENYANGKALAN TENTANG KETIDAK-SEMPURNAAN INI OLEH ORANG-ORANG YANG MENGANUT AJARAN PERFECTIONISME. a. Doktrin / ajaran dari Perfectionisme. Berbicara secara umum, doktrin / ajaran ini secara umum berarti bahwa kesempurnaan agamawi bisa dicapai dalam hidup sekarang ini. Itu diajarkan dalam bermacam-macam bentuk oleh orang-orang yang menganut Pelagianisme, Roma Katolik atau Semi-Pelagianisme, Arminianisme, Wesleyanisme, sekte-sekte mistik seperti Labadists, Quietists, Quakers, dan yang lain, sebagian dari ahli-ahli theologia Oberlin, seperti Mahan dan Finney, dan Ritschl. Orang-orang ini semua setuju / sepakat dalam mempertahankan bahwa adalah mungkin bagi orang-orang percaya dalam hidup ini untuk mencapai suatu keadaaan dalam mana mereka menyesuaikan dengan /mentaati tuntutan-tuntutan hukum ‘di bawah mana mereka sekarang hidup’, atau di bawah hukum itu ‘sebagaimana itu disesuaikan pada kemampuan dan kebutuhan mereka pada saat ini’, dan karena itu /sebagai hasilnya, bebas dari dosa. Tetapi mereka berbeda: (1) Dalam pandangan mereka tentang dosa, pengikut-pengikut Pelagianisme, dalam perbedaan dengan semua sisanya, menyangkal keadaan jahat sebagai pembawaan dari manusia (dosa asal). TETAPI MEREKA SEMUA SETUJU / SEPAKAT, DALAM MELAHIRIAHKAN DOSA. (2) Dalam pengertian mereka tentang hukum yang orang-orang percaya sekarang wajib penuhi, orang-orang Arminian, termasuk Wesleyans, berbeda dari semua sisanya dalam memegang / mempercayai bahwa ini bukanlah hukum Taurat moral yang asli / orisinil, tetapi tuntutan-tuntutan injil atau hukum yang baru dari iman dan ketaatan injili. Orang-orang Roma Katolik dan ahli-ahli theologia Oberlin mempertahankan bahwa itu adalah hukum Taurat yang orisinil, tetapi mengakui bahwa tuntutan-tuntutan dari hukum Taurat ini disesuaikan dengan kekuatan-kekuatan manusia yang memburuk / berkurang dan dengan kemampuannya pada saat ini. Dan Ritschl membuang seluruh gagasan bahwa manusia berada di bawah suatu hukum yang dipaksakan secara lahiriah. Ia mempertahankan otonomi dari tingkah laku moral, dan memegang /mempercayai bahwa kita tidak berada di bawah hukum apapun kecuali seperti yang berkembang keluar dari kecondongan moral kita sendiri dalam jalan dari aktivitas-aktivitas untuk pemenuhan /penggenapan dari panggilan agamawi kita. (3) Dalam gagasan mereka tentang ketergantungan orang berdosa pada kasih karunia yang memperbaharui dari Allah untuk kemampuan untuk menggenapi hukum. Semua, kecuali penganut-penganut Pelagianisme, mengakui bahwa ia dalam arti tertentu tergantung pada kasih karunia ilahi, untuk bisa mencapai kesempurnaan. Merupakan sesuatu yang sangat menyolok bahwa semua teori-teori Perfectionisme yang utama (dengan satu-satunya perkecualian dari orang-orang yang menganut Pelagianisme, yang menyangkal kejahatan bawaan dari manusia) menganggap perlu untuk menurunkan standard kesempurnaan dan tidak menganggap manusia bertanggung jawab sampai suatu tingkat yang sangat besar yang tak diragukan dituntut oleh hukum Taurat moral yang orisinil. Dan adalah menyolok secara sama bahwa mereka merasa keharusan untuk melahiriahkan gagasan dari dosa, pada waktu mereka mengclaim bahwa hanya tindakan salah yang disadari yang bisa dipertimbangkan, dan menolak untuk mengakui sebagai dosa suatu tingkat yang sangat besar yang digambarkan seperti itu dalam Kitab Suci.] - ‘Systematic Theology’, hal 537-538 (Libronix).
2. Selanjutnya, Louis Berkhof memberikan argumentasi-argumentasi dari orang-orang yang menganut ajaran Perfectionisme ini, sekaligus dengan jawaban Louis Berkhof berkenaan dengan argumentasi-argumentasi ini.
a. Argumentasi pertama.
Louis Berkhof: “b. Scriptural proofs adduced for the doctrine of perfectionism. (1) The Bible commands believers to be holy and even to be perfect, 1 Pet. 1:16; Matt. 5:48; Jas. 1:4, and urges them to follow the example of Christ who did no sin, 1 Pet. 2:21 f. Such commands would be unreasonable, if it were not possible to reach sinless perfection.” [= b. Bukti-bukti Kitab Suci yang diajukan untuk doktrin perfectionisme. (1) Alkitab memerintahkan orang-orang percaya untuk menjadi kudus / suci dan bahkan untuk menjadi sempurna, 1Pet 1:16; Mat 5:48; Yak 1:4, dan mendesak mereka untuk mengikuti teladan Kristus yang tidak berbuat dosa, 1Pet 2:21-dst. Perintah-perintah seperti itu akan menjadi tidak masuk akal, seandainya tidak mungkin untuk mencapai kesempurnaan tanpa dosa.] - ‘Systematic Theology’, hal 538 (Libronix).
1Pet 1:16 - “sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.”.
Mat 5:48 - “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.’”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘perfect’ [= sempurna].
Yunani: TELEIOI.
Yak 1:4 - “Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.”.
KJV/NASB: ‘perfect ... perfect’ [= sempurna ... sempurna].
Yunani: TELEION ... TELEIOI.
1Pet 2:21-23 - “(21) Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejakNya. (22) Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulutNya. (23) Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.”.
Jawaban Louis Berkhof terhadap argumentasi pertama ini.
Louis Berkhof: “But the Scriptural demand to be holy and perfect holds for the unregenerate as well as for the regenerate, since the law of God demands holiness from the start and has never been revoked. If the command implies that they to whom it comes can live up to the requirement, this must be true of every man. However, only those who teach perfectionism in the Pelagian sense can hold that view. The measure of our ability cannot be inferred from the Scriptural commandments.” [= Tetapi tuntutan Kitab Suci untuk menjadi kudus / suci dan sempurna mengikat / berlaku bagi orang-orang yang belum lahir baru maupun untuk orang-orang yang sudah lahir baru, karena hukum Allah menuntut kekudusan dari awal dan tidak pernah dibatalkan. Jika perintah itu menunjukkan secara implicit bahwa mereka kepada siapa perintah itu diberikan bisa menggenapi tuntutan itu, ini harus benar untuk setiap orang. Tetapi, hanya mereka yang mengajarkan perfectionisme dalam arti Pelagianisme yang bisa memegang / mempercayai pandangan seperti itu. Ukuran dari kemampuan kita tidak bisa disimpulkan dari perintah-perintah Kitab Suci.] - ‘Systematic Theology’, hal 538-539 (Libronix).
b. Argumentasi kedua.
Louis Berkhof: “(2) Holiness and perfection are often ascribed to believers in Scripture, Song of Sol. 4:7; 1 Cor. 2:6; 2 Cor. 5:17; Eph. 5:27; Heb. 5:14; Phil. 4:13; Col. 2:10.” [= (2) Kekudusan dan kesempurnaan sering dianggap sebagai milik orang-orang percaya dalam Kitab Suci, Kid 4:7; 1Kor 2:6; 2Kor 5:17; Ef 5:27; Ibr 5:14; Fil 4:13; Kol 2:10.] - ‘Systematic Theology’, hal 538 (Libronix).
Kid 4:7 - “Engkau cantik sekali, manisku, tak ada cacat cela padamu.”.
1Kor 2:6 - “Sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-penguasa dunia ini, yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan.”.
KJV: ‘perfect’ [= sempurna].
Yunani: TELEIOS.
2Kor 5:17 - “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”.
Ef 5:27 - “supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diriNya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.”.
Ibr 5:14 - “Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.”.
Yunani: TELEION.
Fil 4:13 - “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”.
Kol 2:10 - “dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa.”.
KJV: ‘ye are complete in him’ [= kamu lengkap / sempurna dalam Dia].
Jawaban Louis Berkhof terhadap argumentasi kedua ini.
Louis Berkhof: “When the Bible speaks of believers as holy and perfect, however, this does not necessarily mean that they are without sin, since both words are often used in a different sense, not only in common parlance, but also in the Bible. Persons set aside for the special service of God are called holy in the Bible, irrespective of their moral condition and life. Believers can be and are called holy, because they are objectively holy in Christ, or because they are in principle subjectively sanctified by the Spirit of God. Paul in his Epistles invariably addresses his readers as saints, that is ‘holy ones,’ and then proceeds in several cases to take them to task for their sins. And when believers are described as perfect, this means in some cases merely that they are full-grown, 1 Cor. 2:6; Heb. 5:14, and in others that they are fully equipped for their task, 2 Tim. 3:17. All this certainly does not give countenance to the theory of sinless perfection.” [= Tetapi, pada waktu Alkitab berbicara tentang orang-orang percaya sebagai kudus dan sempurna, ini tidak berarti bahwa mereka tanpa dosa, karena kedua kata itu sering digunakan dalam suatu arti yang berbeda, bukan hanya dalam percakapan umum, tetapi juga dalam Alkitab. Orang-orang yang dipisahkan untuk pelayanan khusus bagi Allah disebut kudus dalam Alkitab, tak peduli bagaimana kondisi dan kehidupan moral mereka. Orang-orang percaya bisa menjadi, dan disebut, kudus, karena mereka kudus secara obyektif di dalam Kristus, atau karena mereka dalam prinsipnya dikuduskan secara subyektif oleh Roh Allah. Paulus dalam surat-suratnya menyebut secara tetap para pembacanya sebagai orang-orang kudus, dan lalu melanjutkan dalam beberapa kasus mengecam / mengkritik mereka untuk dosa-dosa mereka. Dan pada waktu orang-orang percaya digambarkan sebagai sempurna, dalam beberapa kasus ini semata-mata berarti bahwa mereka telah dewasa, 1Kor 2:6; Ibr 5:14, dan dalam kasus-kasus lain bahwa mereka diperlengkapi secara penuh untuk tugas mereka, 2Tim 3:17. Semua ini pasti tidak mendukung / menyetujui teori tentang kesempurnaan tanpa dosa.] - ‘Systematic Theology’, hal 538-539 (Libronix).
1Kor 2:6 - “Sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-penguasa dunia ini, yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan.”.
KJV: ‘perfect’ [= sempurna].
RSV/NIV/NASB: ‘mature’ [= matang].
Ibr 5:14 - “Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.”.
Yunani: TELEION.
2Tim 3:17 - “Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik”.
KJV: ‘That the man of God may be perfect, throughly furnished unto all good works.’ [= Supaya manusia milik Allah itu bisa sempurna, diperlengkapi sepenuhnya untuk semua perbuatan-perbuatan baik.].
c. Argumentasi ketiga.
Louis Berkhof: “(3) There are, it is said, Biblical examples of saints who led perfect lives, such as Noah, Job, and Asa, Gen. 6:9; Job 1:1; 1 Kings 15:14.” [= (3) Dikatakan bahwa disana ada, teladan-teladan Alkitabiah tentang orang-orang kudus yang hidup secara sempurna, seperti Nuh, Ayub, dan Asa, Kej 6:9; Ayub 1:1; 1Raja 15:14.] - ‘Systematic Theology’, hal 539 (Libronix).
Kej 6:9 - “Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.”.
Ayub 1:1 - “Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.”.
KJV: ‘that man was perfect and upright, and one that feared God, and eschewed evil.’ [= orang itu sempurna dan lurus, dan orang yang takut Allah, dan menghindari kejahatan.].
1Raja 15:14 - “Sekalipun bukit-bukit pengorbanan tidak dijauhkan, namun Asa berpaut kepada TUHAN dengan segenap hatinya sepanjang umurnya.”.
KJV: ‘Asa’s heart was perfect with the LORD all his days.’ [= hati Asa adalah sempurna bersama TUHAN sepanjang hidupnya.].
Jawaban Louis Berkhof terhadap argumentasi ketiga ini.
Louis Berkhof: “But, surely, such examples as these do not prove the point for the simple reason that they are no examples of sinless perfection. Even the most notable saints of the Bible are pictured as men who had their failings and who sinned, in some cases very grievously. This is true of Noah, Moses, Job, Abraham, and all the others. It is true that this does not necessarily prove that their lives remained sinful as long as they lived on earth, but it is a striking fact that we are not introduced to a single one who was without sin. The question of Solomon is still pertinent: ‘Who can say, I have made my heart clean, I am pure from my sin?’ Prov. 20:9. Moreover, John says: ‘If we say that we have no sin, we deceive ourselves, and the truth is not in us,’ 1 John 1:8.” [= Tetapi pasti, teladan-teladanseperti orang-orang ini tidak membuktikan pointnya karena alasan yang sederhana bahwa mereka bukanlah contoh-contoh dari kesempurnaan tanpa dosa. Bahkan orang-orang kudus yang paling menyolok dari Alkitab digambarkan sebagai orang-orang yang mempunyai kegagalan-kegagalan / titik lemah mereka, dan yang berbuat dosa, dalam beberapa kasus secara sangat menyedihkan. Ini benar tentang Nuh, Musa, Ayub, Abraham, dan semua orang-orang lain. Adalah benar bahwa ini tidak harus membuktikan bahwa kehidupan-kehidupan mereka tetap penuh dosa selama mereka hidup di bumi, tetapi itu merupakan suatu fakta yang menyolok bahwa kita tidak diperkenalkan dengan satu orangpun yang tanpa dosa. Pertanyaan Salomo tetap relevan: ‘Siapa bisa berkata: Aku telah membuat hatiku bersih, aku murni dari dosaku?’ Amsal 20:9. Selanjutnya / lebih lagi, Yohanes berkata: ‘Jika kita berkata, bahwa kita tidak mempunyai dosa, kita menipu diri kita sendiri, dan kebenaran tidak ada di dalam kita’, 1Yoh 1:8.] - ‘Systematic Theology’, hal 539 (Libronix).
Amsal 20:9 - “Siapakah dapat berkata: ‘Aku telah membersihkan hatiku, aku tahir dari pada dosaku?’”.
1Yoh 1:8 - “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.”.
d. Argumentasi keempat.
Louis Berkhof: “(4) The apostle John declares explicitly that they who are born of God do not sin, 1 John 3:6, 8, 9; 5:18.” [= (4) Rasul Yohanes menyatakan secara explicit bahwa mereka yang lahir dari Allah tidak berbuat dosa, 1Yoh 3:6,8,9; 5:18.] - ‘Systematic Theology’, hal 539 (Libronix).
1Yoh 3:6,8,9 - “(6) Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia. ... (8) barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diriNya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu. (9) Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah.”.
1Yoh 5:18 - “Kita tahu, bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa; tetapi Dia yang lahir dari Allah melindunginya, dan si jahat tidak dapat menjamahnya.”.
Jawaban Louis Berkhof terhadap argumentasi keempat ini.
Louis Berkhof: “But when John says that they who are born of God do not sin, he is contrasting the two states, represented by the old and the new man, as to their essential nature and principle. One of the essential characteristics of the new man is that he does not sin. In view of the fact that John invariably uses the present to express the idea that the one born of God does not sin, it is possible that he desires to express the idea that the child of God does not ‘go on sinning habitually,’ as the devil does, 1 John 3:8. He certainly does not mean to assert that the believer never commits an act of sin, cf. 1 John 1:8–10. Moreover, the Perfectionist cannot very well use these passages to prove his point, since they would prove too much for his purpose. He does not make bold to say that all believers are actually sinless, but only that they can reach a state of sinless perfection. The Johannine passages, however, would prove, on his interpretation, that all believers are without sin” [= Tetapi pada waktu Yohanes berkata bahwa mereka yang lahir dari Allah tidak berbuat dosa, ia sedang mengkontraskan dua keadaan, disimbolkan oleh manusia lama dan manusia baru, berkenaan dengan hakekat dan prinsip dasari mereka. Salah satu dari karakteristik dasari dari manusia baru adalah bahwa ia tidak berbuat dosa. Mempertimbangkan fakta bahwa Yohanes secara tetap menggunakan bentuk present (tense) untuk menyatakan gagasan bahwa orang yang lahir dari Allah tidak berbuat dosa, adalah mungkin bahwa ia ingin menyatakan gagasan bahwa anak Allah tidak ‘terus berbuat dosa sebagai kebiasaan’, seperti yang Iblis / setan lakukan, 1Yoh 3:8. Ia pasti tidak bermaksud untuk menegaskan bahwa orang percaya tidak pernah melakukan suatu tindakan dari dosa, bdk. 1Yoh 1:8-10. Selanjutnya / lebih lagi, orang-orang yang percaya Perfectionisme tidak bisa menggunakan dengan baik text-text ini untuk membuktikan pointnya, karena mereka akan membuktikan terlalu banyak untuk tujuannya. Ia tidak berani untuk berkata bahwa SEMUA orang-orang percaya betul-betul tanpa dosa, tetapi hanya bahwa mereka bisa mencapai suatu keadaan dari kesempurnaan tanpa dosa. Tetapi text-text Yohanes membuktikan, BERDASARKAN PENAFSIRANNYA, bahwa SEMUA orang-orang percaya adalah tanpa dosa.] - ‘Systematic Theology’, hal 539 (Libronix).
1Yoh 3:8 - “barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diriNya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu.”.
1Yoh 1:8-10 - “(8) Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. (9) Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. (10) Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firmanNya tidak ada di dalam kita.”.
Louis Berkhof masih menambahkan satu hal lagi yang saya anggap sangat hebat.
Louis Berkhof: “And more than that, they would also prove that believers never fall from the state of grace (for this is sinning); and yet the Perfectionists are the very people who believe that even perfect Christians may fall away.” [= Dan lebih dari itu, mereka juga membuktikan bahwa orang-orang percaya tidak pernah jatuh dari keadaan kasih karunia / murtad (karena ini adalah perbuatan dosa); tetapi orang-orang yang menganut Perfectionisme justru adalah orang-orang yang percaya bahwa bahkan orang-orang Kristen yang sempurna bisa murtad.] - ‘Systematic Theology’, hal 539 (Libronix).
Sampai di sini Louis Berkhof telah memberikan 4 argumentasi dari orang-orang yang mempercayai Perfectionisme, dan semuanya telah ia jawab / patahkan / hancurkan.
3. Sekarang Louis Berkhof memberikan serangan terhadap pandangan Perfectionisme ini.
a. Serangan pertama.
Louis Berkhof: “c. Objections to the theory of Perfectionism. (1) In the light of Scripture the doctrine of Perfectionism is absolutely untenable. The Bible gives us the explicit and very definite assurance that there is no one on earth who does not sin, 1 Kings 8:46; Prov. 20:9; Eccl. 7:20; Rom. 3:10; Jas. 3:2; 1 John 1:8. In view of these clear statements of Scripture it is hard to see how any who claim to believe the Bible as the infallible Word of God can hold that it is possible for believers to lead sinless lives, and that some actually succeed in avoiding all sin.” [= c. Keberatan-keberatan terhadap teori dari Perfectionisme. (1) Dalam terang dari Kitab Suci doktrin Perfectionisme secara mutlak tidak bisa dipertahankan. Alkitab memberi kita keyakinan / kepastian yang explicit dan sangat pasti bahwa disana tidak ada seorangpun di bumi yang tidak berbuat dosa, 1Raja 8:46; Amsal 20:9; Pkh 7:20; Ro 3:10; Yak 3:2; 1Yoh 1:8. Mempertimbangkan pernyataan-pernyataan yang jelas dari Kitab Suci adalah sukar untuk melihat bagaimana siapapun yang mengclaim untuk mempercayai Alkitab sebagai Firman Allah yang tidak bisa salah bisa mempercayai bahwa adalah mungkin bagi orang-orang percaya untuk menjalani kehidupan tanpa dosa, dan bahwa beberapa / sebagian betul-betul berhasil dalam menghindari semua dosa.] - ‘Systematic Theology’, hal 539-540 (Libronix).
1Raja 8:46 - “Apabila mereka berdosa kepadaMu - karena tidak ada manusia yang tidak berdosa - dan Engkau murka kepada mereka dan menyerahkan mereka kepada musuh, sehingga mereka diangkut tertawan ke negeri musuh yang jauh atau yang dekat,”.
Amsal 20:9 - “Siapakah dapat berkata: ‘Aku telah membersihkan hatiku, aku tahir dari pada dosaku?’”.
Pkh 7:20 - “Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa!”.
Ro 3:10 - “seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.”.
Yak 3:2 - “Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.”.
1Yoh 1:8 - “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.”.
b. Serangan kedua.
Louis Berkhof: “(2) According to Scripture there is a constant warfare between the flesh and the Spirit in the lives of God’s children, and even the best of them are still striving for perfection. Paul gives a very striking description of this struggle in Rom. 7:7–25, a passage which certainly refers to him in his regenerate state. In Gal. 5:16–24 he speaks of that very same struggle as a struggle that characterizes all the children of God. And in Phil. 3:10–14 he speaks of himself, practically at the end of his career, as one who has not yet reached perfection, but is pressing on toward the goal.” [= (2) Menurut Kitab Suci disana ada suatu peperangan konstan antara daging dan Roh dalam kehidupan dari anak-anak Allah, dan bahkan yang terbaik dari mereka tetap berjuang untuk kesempurnaan. Paulus memberikan suatu penggambaran yang sangat menyolok tentang pergumulan ini dalam Ro 7:7-25, suatu text yang pasti menunjuk kepada dia dalam keadaan (sudah) lahir baru. Dalam Gal 5:16-24 ia berbicara tentang pergumulan yang sama itu sebagai suatu pergumulan yang menjadi ciri dari semua anak-anak Allah. Dan dalam Fil 3:10-14 ia berbicara tentang dirinya sendiri, hampir pada akhir dari karirnya, sebagai seseorang yang belum mencapai kesempurnaan, tetapi sedang terus berusaha untuk menuju pada tujuan itu.] - ‘Systematic Theology’, hal 540 (Libronix).
Roma 7:7-26 - “(7) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: ‘Jangan mengingini!’ (8) Tetapi dalam perintah itu dosa mendapat kesempatan untuk membangkitkan di dalam diriku rupa-rupa keinginan; sebab tanpa hukum Taurat dosa mati. (9) Dahulu aku hidup tanpa hukum Taurat. Akan tetapi sesudah datang perintah itu, dosa mulai hidup, (10) sebaliknya aku mati. Dan perintah yang seharusnya membawa kepada hidup, ternyata bagiku justru membawa kepada kematian. (11) Sebab dalam perintah itu, dosa mendapat kesempatan untuk menipu aku dan oleh perintah itu ia membunuh aku. (12) Jadi hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik. (13) Jika demikian, adakah yang baik itu menjadi kematian bagiku? Sekali-kali tidak! Tetapi supaya nyata, bahwa ia adalah dosa, maka dosa mempergunakan yang baik untuk mendatangkan kematian bagiku, supaya oleh perintah itu dosa lebih nyata lagi keadaannya sebagai dosa. (14) Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa. (15) Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. (16) Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik. (17) Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku. (18) Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. (19) Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. (20) Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku. (21) Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. (22) Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, (23) tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggotatubuhku. (24) Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? (25) Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. (26) Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa.”.
Galatia 5:16-24 - “(16) Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. (17) Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging - karena keduanya bertentangan - sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. (18) Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat. (19) Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, (20) penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, (21) kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu - seperti yang telah kubuat dahulu - bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. (22) Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, (23) kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. (24) Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.”.
Filipi 3:10-14 - “(10) Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitanNya dan persekutuan dalam penderitaanNya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematianNya, (11) supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati. (12) Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. (13) Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, (14) dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.”.
c. Serangan ketiga.
Louis Berkhof: “(3) Confession of sin and prayer for forgiveness are continually required. Jesus taught all His disciples without any exception to pray for the forgiveness of sins and for deliverance from temptation and from the evil one, Matt. 6:12, 13. And John says: ‘If we confess our sins, He is faithful and righteous to forgive us our sins, and to cleanse us from all unrighteousness,’ 1 John 1:9. Moreover, Bible saints are constantly represented as confessing their sins, Job 9:3, 20; Ps. 32:5; 130:3; 143:2; Prov. 20:9; Isa. 64:6; Dan. 9:16; Rom. 7:14.” [= (3) Pengakuan dosa dan doa untuk pengampunan dituntut secara terus menerus. Yesus mengajar semua murid-muridNya tanpa kecuali untuk berdoa untuk pengampunan dosa-dosa dan untuk pembebasan dari pencobaan dan dari si jahat, Mat 6:12,13. Dan Yohanes berkata: ‘Jika kita mengaku dosa kita, Ia adalah setia dan benar untuk mengampuni kita dari dosa-dosa kita, dan membersihkan kita dari segala ketidak-benaran’, 1Yoh 1:9. Selanjutnya / lebih lagi, orang-orang kudus dalam Alkitab secara konstan digambarkan sebagai mengakui dosa-dosa mereka, Ayub 9:3,20; Maz 32:5; 130:3; 143:2; Amsal 20:9; Yes 64:6; Dan 9:16; Ro 7:14.] - ‘Systematic Theology’, hal 540 (Libronix).
Mat 6:12,13 - “(12) dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; (13) dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.”.
1Yoh 1:9 - “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”.
Ayub 9:1-3,20 - “(1) Tetapi Ayub menjawab: (2) ‘Sungguh, aku tahu, bahwa demikianlah halnya, masakan manusia benar di hadapan Allah? (3) Jikalau ia ingin beperkara dengan Allah satu dari seribu kali ia tidak dapat membantahNya. ... (20) Sekalipun aku benar, mulutku sendiri akan menyatakan aku tidak benar; sekalipun aku tidak bersalah, Ia akan menyatakan aku bersalah.”.
Untuk ay 20-nya, terjemahan Alkitab bahasa Inggris berbeda-beda.
KJV: ‘If I justify myself, mine own mouth shall condemn me: if I say, I am perfect, it shall also prove me perverse.’ [= Jika aku membenarkan diriku sendiri, mulutku sendiri akan mengecam aku: jika aku berkata, aku sempurna, itu juga akan membuktikan aku salah.].
RSV: ‘Though I am innocent, my own mouth would condemn me; though I am blameless, he would prove me perverse.’ [= Sekalipun aku tidak bersalah, mulutku sendiri akan mengecam aku; sekalipun aku tak bercacat, Ia akan membuktikan aku salah.].
NIV: ‘Even if I were innocent, my mouth would condemn me; if I were blameless, it would pronounce me guilty.’ [= Bahkan seandainya aku tidak bersalah, mulutku akan mengecam aku; seandainya aku tidak bercacat, itu akan menyatakan aku bersalah.].
NASB: ‘Though I am righteous, my mouth will condemn me; Though I am guiltless, He will declare me guilty.’ [= Sekalipun aku benar, mulutku akan mengecam aku; Sekalipun aku tidak bersalah, Ia akan menyatakan aku bersalah.].
Mazmur 32:5 - “Dosaku kuberitahukan kepadaMu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: ‘Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,’ dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela”.
Mazmur 130:3 - “Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan?”.
Maz 143:2 - “Janganlah beperkara dengan hambaMu ini, sebab di antara yang hidup tidak seorangpun yang benar di hadapanMu.”.
Amsal 20:9 - “Siapakah dapat berkata: ‘Aku telah membersihkan hatiku, aku tahir dari pada dosaku?’”.
Yesaya 64:6 - “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin.”.
Daniel 9:16 - “Ya Tuhan, sesuai dengan belas kasihanMu, biarlah kiranya murka dan amarahMu berlalu dari Yerusalem, kotaMu, gunungMu yang kudus; sebab oleh karena dosa kami dan oleh karena kesalahan nenek moyang kami maka Yerusalem dan umatMu telah menjadi cela bagi semua orang yang di sekeliling kami.”.
Roma 7:14 - “Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa.”.
d. Serangan keempat.
Louis Berkhof: “(4) The Perfectionists themselves deem it necessary to lower the standard of the law and to externalize the idea of sin, in order to maintain their theory. Moreover, some of them have repeatedly modified the ideal to which, in their estimation, believers can attain. At first the ideal was ‘freedom from all sin’; then, ‘freedom from all conscious sin,’ next, ‘entire consecration to God,’ and, finally, ‘Christian assurance.’ This is in itself a sufficient condemnation of their theory. We naturally do not deny that the Christian can attain to the assurance of faith.” [= (4) Para Perfectionist sendiri menganggap perlu untuk menurunkan standar dari hukum dan untuk melahiriahkan gagasan tentang dosa, untuk mempertahankan teori mereka. Selanjutnya / lebih lagi, sebagian dari mereka telah secara berulang-ulang memodifikasi keadaan ideal pada mana, dalam penilaian mereka, bisa dicapai oleh orang-orang percaya. Mula-mula keadaan idealnya adalah ‘bebas dari semua dosa’; lalu, ‘bebas dari semua dosa sadar / yang disadari’, dan selanjutnya, ‘pembaktian sepenuhnya kepada Allah’, dan akhirnya, ‘keyakinan Kristen’. Ini dalam dirinya sendiri merupakan suatu pengecaman yang cukup tentang teori mereka. Kita pasti tidak menyangkal bahwa orang Kristen bisa mencapai keyakinan / kepastian dari iman.] - ‘Systematic Theology’, hal 540 (Libronix).
b) Dan berbicara tentang ayat-ayat yang mirip, bagaimana dengan ayat-ayat ini?
1. Beberapa ayat dalam kitab Wahyu.
Wah 9:1 - “Lalu malaikat yang kelima meniup sangkakalanya, dan aku melihat sebuah bintang yang jatuh dari langit ke atas bumi, dan kepadanya diberikan anak kunci lobang jurang maut.”.
Apakah ini juga menunjuk pada kejatuhan Iblis?? Juga ayat-ayat di bawah ini?
Wah 6:13 - “Dan bintang-bintang di langit berjatuhan ke atas bumi bagaikan pohon ara menggugurkan buah-buahnya yang mentah, apabila ia digoncang angin yang kencang.”.
Wah 8:10 - “Lalu malaikat yang ketiga meniup sangkakalanya dan jatuhlah dari langit sebuah bintang besar, menyala-nyala seperti obor, dan ia menimpa sepertiga dari sungai-sungai dan mata-mata air.”.
BACA JUGA: OKULTISME
2. Yeh 31:2-3,8-10,18 - “(2) ‘Hai anak manusia, katakanlah kepada Firaun, raja Mesir dan kepada khalayak ramai yang mengikutinya: Di dalam kebesaranmu siapakah yang dapat menyamai engkau? (3) Lihat, Aku menyamakan engkau dengan pohon aras di Libanon, penuh dengan cabang yang elok dan daun yang rumpun sekali; tumbuhnya sangat tinggi, puncaknya sampai ke langit. ... (8) Pohon-pohon aras di dalam taman Allah tidak akan dapat menyainginya, juga pohon sanobar tidak akan dapat menyamai ranting-rantingnya, dan pohon berangan tidak dapat dibandingkan dengan cabang-cabangnya. Segala pohon-pohon yang di taman Allah tiada yang dapat disamakan dengan dia mengenai keelokannya. (9) Aku membuat dia sungguh-sungguh elok dengan cabang-cabangnya yang sangat rapat. Di taman Eden, di taman Allah segala pohon cemburu padanya. (10) Oleh sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Oleh karena ia tumbuh tinggi dan puncaknya menjulang sampai ke langit dan ia menjadi sombong karena ketinggiannya, ... (18) Maka dengan siapakah engkau dapat disamakan di antara pohon-pohon di taman Eden dalam hal kemuliaan dan kebesaran? Engkau akan diturunkan ke bumi yang paling bawah bersama pohon-pohon di taman Eden dan engkau telentang di tengah orang-orang yang tak bersunat bersama orang-orang yang mati terbunuh oleh pedang. Itulah Firaun dengan semua khalayak ramai yang mengikutinya, demikianlah firman Tuhan ALLAH.’”.
Sangat mirip, bukan? Jadi bagaimana? Apakah Firaun dalam Yeh 31 ini juga menunjuk kepada Iblis dan kejatuhannya?? ES jelas mengatakan bahwa Yes 14 dan Yeh 28 adalah satu-satunya kasus (padahal ini 2 kasus)! Dwitunggal???
===============Lanjutan kata-kata ES================
Menafsirkan ayat Alkitab selain secara ketat menerapkan kaidah hermeneutics dan exegesis, juga harus dengan nurani dan pimpinan Roh Kudus, Bro.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Saya tak mengerti apa yang ES maksudkan dengan ‘nurani’, dan bagaimana ‘nurani’ digunakan dalam menafsirkan Alkitab. Menurut saya ‘nurani’ / ‘hati nurani’ hanya berhubungan dengan penafsiran Alkitab, pada saat orang secara sengaja menafsirkan secara salah, pasti telah menabrak ‘hati nurani’nya.
Dan kalau berbicara tentang hal itu, jelas bahwa orang bisa tulus (jadi tidak menabrak hati nuraninya) tetapi salah!
2) Kalau dilihat dari kata-kata ES ini, bagi saya rasanya / kelihatannya, ia secara implicit ia memaksudkan bahwa nurani dan pimpinan Roh Kudus itu memberi ijin untuk melanggar hermeneutics dan exegesis. Kalau memang ini maksudnya, maka ini menabrak kata-katanya sendiri pada bagian awal, yaitu “SECARA KETAT menerapkan kaidah hermeneutics dan exegesis”! Yang namanya ‘ketat’, tidak bisa memberikan perkecualian!! ES justru menerapkan kaidah Hermeneutics dan Exegesis SECARA LONGGAR!
Jadi, kalau memang ini yang dimaksudkan, saya tak setuju sama sekali. Roh Kudus diberikan untuk mengajar kita kebenaran (Yoh 14:26 Yoh 16:13), sehingga mustahil Ia mengarahkan kita untuk menabrak hermeneutics dan exegesis, dan memimpin kita sedemikian rupa, sehingga menafsirkan ayat-ayat secara tidak konsisten!
===============Lanjutan kata-kata ES================
Mungkin ada orang berkata, Matius boleh pungut Pak. Dia kan rasul. Kalau Pak Eras kan bukan rasul. Saya mau tanya pernah nggak di alkitab bahwa anak Tuhan nggak boleh menafsirkan begitu. Satu. Dua. Ngerti nggak Tuhan Yesus berkata apa? Aku tidak bisa mengatakan semua kepadamu, tetapi Roh Kudus akan menuntun kamu kepada segala kebenaran. Kalau begitu Pak Eras merasa mempunyai Roh Kudus? Ya iyalah – mosok ya iya dong. Lalu gimana membuktikannya? Kau punya nurani, kamu tanya: ini pendeta bener atau salah, udah jangan berantem. Kalau nggak bener, kamu cari pendeta lain, kamu denger di sana. (MENIT 35) Selamat jalan, kita masih bersaudara. Kalau hanya berdasarkan nalar yang disertai kesombongan apalagi kemarahan, maka terjadi perdebatan yang tidak akan mendatangkan kebaikan.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Matius boleh pungut, kita juga boleh. Dengan syarat kasusnya sama. Tetapi masalahnya adalah kasusnya berbeda, seperti yang sudah saya jelaskan dalam pelajaran yang lalu. Dalam Mat 2:15 Matius memang mengambil ‘Israel’ dalam Hos 11:1 sebagai TYPE dari Yesus. Ini memang benar dan sah!
Tetapi ES, kadang-kadang mengalegorikan ‘raja Babel’ dan ‘raja Tirus’ sebagai Iblis, dan kadang-kadang menganggap sebagai Typology. Yang manapun yang dia ambil pasti salah, karena cerita sejarah tak boleh dialegorikan, dan typology selalu menunjuk ke depan, bukan ke belakang!
Jadi, itu alasannya mengapa Matius boleh dan ES tak boleh!! Kasusnya memang berbeda!
2) Ia ‘menuduh’ orang sebagai ‘hanya berdasarkan nalar yang disertai kesombongan apalagi kemarahan’!! Dasarnya apa? Ini menghakimi yang salah!!
Yoh 7:24 - “Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil.’”.
3) Sekarang saya bahas kata-kata ES ini: “Kau punya nurani, kamu tanya: ini pendeta bener atau salah, udah jangan berantem. KALAU NGGAK BENER, kamu cari pendeta lain, kamu denger di sana. Selamat jalan, KITA MASIH BERSAUDARA.”.
Bagi saya, menentukan seorang pendeta benar atau salah / sesat, BUKAN PAKAI NURANI, tetapi pakai Alkitab!
Juga bagi saya, kalau perbedaannya bukan dasari, tidak perlu pindah cari pendeta lain, kita memang masih bersaudara.
Tetapi kalau perbedaannya bersifat dasari dan banyak, memang sebaiknya, atau bahkan harus, pindah dan cari pendeta lain.
Dan berkenaan dengan pendeta yang gak benar itu, kalau saya, SAYA TIDAK AKAN MENGAKUI DIA SEBAGAI ‘SAUDARA SEIMAN’ SAYA! DIA BUKAN ‘SAUDARA SEIMAN’ SAYA!!!
Saya berpendapat, bahwa menganggap orang yang beda secara dasari tetap sebagai saudara seiman, bukan sikap cinta damai, tetapi sikap SOK cinta damai, dan sikap yang meremehkan, atau tak mempedulikan, kebenaran!
Saya bertanya: apakah ES anggap para Saksi Yehuwa, orang Mormon, dsb, juga sebagai saudara seiman??? Kalau masih bilang ya, bagaimana dengan orang-orang yang beragama lain?
Berkenaan dengan ‘sikap cinta damai’, mari kita lihat ayat ini:
Yak 3:17 - “Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.”.
Perhatikan bahwa:
a) Ini membicarakan ‘hikmat yang dari atas’, yaitu ‘hikmat Tuhan’!!!
b) Yang dinomor-satukan adalah ‘murni’, dan ‘pendamai’ dinomor-duakan!
1. Murni (ay 17).
Murni berarti tidak ada campuran / kotoran. Campuran / kotoran itu bisa merupakan motivasi yang salah, atau keti¬dakbenaran.
2. Pendamai (ay 17).
Ini menunjuk pada orang yang:
a. Tak senang mencari gara-gara / permusuhan.
b. Tak senang membalas kejahatan dengan kejahatan.
c. Tak senang mengadu domba, tetapi sebaliknya senang menda¬maikan.
Tetapi perlu diingat bahwa ‘pendamai’ ini BUKANNYA ORANG YANG LEBIH SENANG KOMPROMI DARI PADA GEGERAN, PADA SAAT DIMANA GEGERAN ITU SEBETULNYA DIBUTUHKAN.
Misalnya pada saat kita melihat ada korupsi, atau pelecehan sexual / anak, atau pengajaran sesat dalam gereja. Ingat bahwa yang dinomer-satukan adalah ‘murni’, dan karena itu, dalam mempertahankan kemurnian itu, bisa saja kita harus mengorbankan perdamaian!
Matthew Henry (tentang Yak 3:17): “Peace follows purity, and depends upon it.” [= Damai / pendamai mengikuti kemurnian, dan tergantung padanya.].
The Bible Exposition Commentary (tentang Yak 3:17): “God’s wisdom leads to peace. It is a peace based on holiness, not on compromise. God never has ‘peace at any price.’ The peace of the church is not more important than the purity of the church.” [= Hikmat Allah membimbing pada damai. Itu merupakan damai yang didasarkan pada kekudusan, bukan pada kompromi. Allah tidak pernah mempunyai ‘damai berapapun ongkosnya’. Damai dari gereja tidaklah lebih penting dari pada kemurnian gereja.].
Pada waktu Martin Luther melihat adanya begitu banyak ajaran dan praktek yang salah dari gereja Roma Katolik pada saat itu, apakah ia tetap memelihara perdamaian? Tidak, tetapi sebaliknya ia memakukan 95 thesisnya di pintu gereja Witten¬berg, dan ini akhirnya menimbulkan perpecahan dalam gereja! Apakah saudara menyalahkan Martin Luther dan menganggap¬nya sebagai orang yang tidak cinta damai?
Thomas Manton (tentang Yak 3:17): “If the chiefest care must be for purity, then peace may be broken in truth’s quarrel. It is a zealous speech of Luther that rather heaven and earth should be blended together in confusion than one jot of truth perish.” [= Jika perhatian yang paling utama adalah untuk kemurnian, maka damai boleh dihancurkan dalam pertengkaran kebenaran. Merupakan suatu ucapan yang bersemangat dari Luther bahwa lebih baik langit dan bumi bercampur aduk menjadi satu dari pada satu titik kebenaran binasa.] - ‘James’, hal 316.
Calvin memberikan suatu komentar yang bagus dalam tafsirannya tentang Ef 5:11. Mari kita baca ayatnya lebih dulu.
Ef 5:11 - “Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu.”.
Calvin (tentang Ef 5:11): “Where a manifest offense is committed against God, every man will be eager to vindicate himself from any share in the guilt, but very few will guard against connivance; nearly all will practice some kind of dissimulation. But rather than the truth of God shall not remain unshaken, let a hundred worlds perish.” [= Dimana suatu pelanggaran yang jelas dilakukan terhadap Allah, setiap orang akan sangat ingin untuk membersihkan dirinya sendiri dari setiap tindakan ambil bagian dalam kesalahan itu, tetapi sangat sedikit orang akan menjaga terhadap tindakan pura-pura tidak tahu; hampir semua orang akan mempraktekkan sejenis kepura-puraan / penyembunyian perasaan yang sebenarnya. Tetapi dari pada kebenaran Allah tergoncangkan, lebih baik seratus dunia binasa.].
Bandingkan juga dengan Wah 2:2 dan 2Kor 11:4 dimana pada waktu ada pengajar sesat / rasul palsu, ketidaksabaran justru dipuji sedangkan kesabaran justru dikecam!
Wah 2:2 - “Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.”.
2Kor 11:4 - “Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima.”.
Orang yang cinta kebenaran, harus benci kesesatan! Orang yang bisa santai-santai saja pada waktu melihat / mendengar kesesatan, bukan orang yang cinta kebenaran! Ia tidak peduli pada kebenaran! Ia harus marah!! Yesus sendiri marah dan mengobrak-abrik Bait Suci!
Yoh 2:13-17 - “(13) Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. (14) Dalam Bait Suci didapatiNya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. (15) Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkanNya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkanNya. (16) Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: ‘Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah BapaKu menjadi tempat berjualan.’ (17) Maka teringatlah murid-muridNya, bahwa ada tertulis: ‘Cinta untuk rumahMu menghanguskan Aku.’”.
===============Lanjutan kata-kata ES================
Firman Tuhan mengatakan sesungguhnya anak dara akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan mereka akan menamakan Dia Imanuel – betul nggak? itu Yesaya 7:14. Emangnya di Yesaya 7:14 anak siapa? Bisa anak Yesaya sendiri! Bisa anak orang-orang terkemuka, bukan Tuhan Yesus, kok dipake begitu saja? Ya, semua itu dalam pimpinan Roh.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Saya tak mengerti dari mana kok ayat ini lalu dibahas di sini oleh ES. Apa hubungannya???
2) Anak Yesaya sendiri? Anak orang-orang terkemuka??
Mari kita memperhatikan terjemahan-terjemahan dari Yes 7:14 itu.
Yes 7:14 - “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.”.
RSV: ‘a young woman’ [= seorang perempuan muda].
KJV/NASB/ASV: ‘a virgin’ [= seorang perawan].
NIV/NKJV/YLT: ‘the virgin’ [= sang perawan].
Latin Vulgate: ‘virgo’ [= perawan].
LXX / Septuaginta: PARTHENOS [= perawan].
Terjemahan ‘perempuan muda’ itu salah! Terjemahan yang benar jelas adalah ‘seorang perawan’!! Juga anak itu akan dinamai ‘Immanuel’!
Dan ini bisa digenapi oleh anak Yesaya sendiri? Atau anak orang-orang terkemuka? Betul-betul suatu penafsiran yang ‘cerdas’!
Perlu diperhatikan bahwa pada saat nubuat itu diberikan Yesaya sudah mempunyai anak (Yes 7:3), sehingga istrinya pasti sudah bukan perawan.
Yes 7:3 - “Berfirmanlah TUHAN kepada Yesaya: ‘Baiklah engkau keluar menemui Ahas, engkau dan Syear Yasyub, anakmu laki-laki, ke ujung saluran kolam atas, ke jalan raya pada Padang Tukang Penatu,”.
Jadi, satu-satunya penggenapan yang memungkinkan adalah Yesus! Maria memang perawan dan Yesus memang disebut Imanuel!
Mat 1:21-23 - “(21) Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka.’ (22) Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: (23) ‘Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel’ - yang berarti: Allah menyertai kita.”.
Bahwa Maria pada saat itu masih perawan bisa terlihat kalau saudara membaca Mat 1 itu mulai ay 18-nya.
Mat 1:18-20 - “(18) Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibuNya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. (19) Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. (20) Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: ‘Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.”.
Bdk. Luk 1:30-35 - “(30) Kata malaikat itu kepadanya: ‘Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. (31) Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. (32) Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepadaNya takhta Daud, bapa leluhurNya, (33) dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan KerajaanNya tidak akan berkesudahan.’ (34) Kata Maria kepada malaikat itu: ‘Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?’ (35) Jawab malaikat itu kepadanya: ‘Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.”.
===============Lanjutan kata-kata ES================
Makanya bapa, ibu, saudara-saudara sekalian kalau dikatakan: wah itu mah alegori, Pak Eras, itu keluar konteks – raja Babel, raja Tirus kok diambil untuk Lucifer, saya bilang omelin tuh Matius, omelin dia! Karena Pak Eras beda sama Matius, apanya beda? Namanya beda. Tapi dia punya Roh Kudus dan aku juga punya Roh Kudus. Jadi kau menyamakan? Ya terserah situ menilainya sebab saya diberkati dari kebenaran ini.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Dalam pelajaran yang lalu sudah saya jelaskan bahwa Matius bisa mengambil Hos 11:1, karena ‘Israel’ dalam Hos 11:1 itu memang adalah TYPE dari Yesus dalam Mat 2:15. Sedangkan Yes 14 maupun Yeh 28 bukan TYPE.
Semua TYPE menunjuk ke depan! Yang tak setuju dengan saya, saya tantang: Carikan saya satu TYPE saja yang menunjuk ke belakang! Kalau ada satu saja, saya akan terima penafsiran ES.
2) Jadi Matius memang benar; ada apa kita harus omelin dia? Saya mending omelin ES saja!
3) Matius dan ES punya Roh Kudus yang sama? Terus terang saya sangat, sangat meragukannya. Kalau Matius dan saya, Roh Kudusnya sama.
Bahwa tak semua pendeta / pemberita firman mempunyai Roh Kudus yang sama, bisa terlihat dari ayat ini!
2Kor 11:4 - “Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima.”.
===============Lanjutan kata-kata ES================
Sebab kalau saya tidak menemukan kebenaran dari Yehezkiel 28 dan Yesaya 14, saya tidak bisa menemukan corpus delicti! Saya tidak menemukan corpus delicti, saya tidak tahu untuk apa jadi Kristen!
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Urusan nama Iblis dan kejatuhannya, kalau ini tidak bisa ditemukan dari Yes 14 dan Yeh 28, maka ES tidak bisa mendapatkan ajaran tentang Corpus Delicti.
Makin terlihat bagi saya, bahwa ES memaksakan penafsiran dari Yes 14 dan Yeh 28 untuk bisa mengeluarkan ajaran tentang Corpus Delicti! Dengan menggunakan EISEGESIS jadilah!
Apakah ES tidak pernah mau memikirkan kemungkinan bahwa ajarannya tentang Corpus Delicti itu memang salah sama sekali, karena memang tidak ada dasarnya? Bukankah memilih pilihan seperti itu lebih baik dari pada memaksakan Yes 14 dan Yeh 28 pada arti yang sebetulnya sama sekali tidak ada dalam textnya?
2) Dan kalau ES tidak menemukan Corpus Delicti, ia tidak tahu untuk apa menjadi orang Kristen!?!? Betul-betul ajaib! Setahu saya tak ada pengajar lain selama 2000 tahun lebih ini yang percaya dan mengajarkan Corpus Delicti, termasuk saya, tetapi kami semua tahu untuk apa menjadi orang Kristen!
===============Lanjutan kata-kata ES================
Ternyata jadi Kristen harus jadi corpus delicti, sempurna seperti Tuhan Yesus dengan tujuan mengakhiri pekerjaan iblis. Jika jumlah corpus delicti cukup, Tuhan akan datang kembali. Maka Alkitab mengatakan kamu mempercepat kedatangan Tuhan (2Pet 3:12). Naaa … komprehensif kan? Itu nanti kita akan bahas pada waktu yang tepat.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
Ajaran ES tentang Corpus Delicti memang belum saya bahas. Saudara mungkin semuanya tak tahu apa itu ajaran ES tentang Corpus Delicti. Ringkasnya, pada waktu Iblis jatuh, Allah harus membuktikan kesalahan Iblis, dengan menunjukkan adanya pembanding yang hidupnya taat / suci / sempurna. Sebetulnya, menurut ES, Adam diciptakan untuk tujuan itu. Tetapi Adam jatuh, dan gagal menjadi Corpus Delicti. Lalu Yesus menjadi manusia, dan Ia hidup suci / sempurna sehingga menjadi Corpus Delicti. ES berkata orang Kristen juga harus hidup suci / sempurna supaya menjadi Corpus Delicti, dan menjadi bukti bahwa Iblis itu bersalah! Dan di sini ES berkata kalau jumlah Corpus Delicti sudah cukup, maka Tuhan akan datang kembali, dan itu ia anggap sebagai ‘mempercepat kedatangan hari Tuhan’ (2Pet 3:12). Ada beberapa hal yang akan saya berikan sebagai jawaban dalam bagian ini:
1) Bukankah Yesus sudah hidup suci murni / sempurna dan karena itu sudah menjadi Corpus Delicti? ES sendiri mengatakan hal itu. Lalu mengapa ini belum cukup untuk menyalahkan Iblis??? Mengapa masih dibutuhkan orang-orang Kristen untuk menjadi suci / sempurna, sehingga menjadi Corpus Delicti lagi? Dan JUMLAHNYA HARUS CUKUP?? Cukup itu berapa??? Dan apa dasar Alkitabnya untuk jumlah cukup ini??? Lucu juga untuk membuktikan kesalahan Iblis, Allah harus punya BANYAK SEKALI bukti!!!
Manusia butuh bukti untuk menyalahkan orang, karena manusia tidak maha tahu. Tetapi Allah maha tahu! Kemaha-tahuan Allah menyebabkan Ia tidak perlu bukti. Apapun kesalahan Iblis, apakah jadi sombong atau memberontak, dan apa motivasi / alasan Iblis sehingga menjadi sombong / memberontak dsb, itu pasti diketahui oleh Allah, dan karena itu Ia tidak butuh bukti apapun!
2) ES berkata, kalau jumlah Corpus Delicti sudah cukup, Yesus akan datang kembali. Karena itu orang Kristen dikatakan ‘mempercepat kedatangan Tuhan’.
ES tidak memberi ayatnya, saya yang memberi ayatnya di sini.
2Pet 3:11-12 - “(11) Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup (12) yaitu kamu yang menantikan dan MEMPERCEPAT kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya.”.
a) Bagaimana kalau orang Kristen hidup kurang suci semua? Maka Yesus tak datang-datang kembali? Jadi kedatangan Yesus yang kedua itu tergantung kepada kita?? Bukan tergantung kepada Allah? Bagi saya, Allah yang tergantung kepada manusia, bukanlah Allah!
b) Kedatangan Yesus yang kedua itu sudah ditentukan!!
Kis 17:31 - “Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukanNya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati.’”.
Hari penghakiman tidak perlu dibedakan dari hari kedatangan Yesus yang kedua-kalinya, karena Ia datang kedua-kalinya memang untuk menghakimi.
Dan Kis 17:31 mengatakan bahwa hari itu sudah ditetapkan oleh Tuhan! Ada orang-orang bodoh yang percaya kalau ketetapan Allah, atau rencana Allah, bisa gagal / berubah! Ini tidak Alkitabiah! Bandingkan dengan ayat di bawah ini:
Ayub 42:1-2 - “(1) Maka jawab Ayub kepada TUHAN: (2) ‘Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan TIDAK ADA RENCANAMU YANG GAGAL.”.
c) Saya beri satu argumentasi lagi: Allah tahu kapan hari kedatangan Kristus yang keduakalinya itu!
Mat 24:36 - “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri.’”.
Catatan:
1. Kontext menunjukkan bahwa ‘hari’ yang dibicarakan adalah ‘hari kedatangan Yesus yang kedua-kalinya’!
2. Anak tak tahu, karena Ia ditinjau sebagai manusia! Sebagai Allah Ia tentu tahu.
Sekarang kalau Bapa tahu kapan hari Tuhan itu, saya bertanya: ‘Bisakah pengetahuanNya salah, sehingga ternyata Yesus datang kedua-kalinya bukan pada hari yang diketahui Bapa itu?’ Kalau ini bisa terjadi, Bapa itu salah tahu, dan Ia tidak maha tahu! Dan kalau demikian, Ia bukan Allah!
Kalau pengetahuan Bapa itu tidak mungkin salah, seperti yang dipercayai oleh semua orang yang waras, maka hari itu sudah fixed / tertentu, yaitu sebagaimana yang Bapa tahu. Misalnya, kalau Bapa tahu Yesus akan datang kembali pada tanggal 10 Desember tahun 2090, maka Yesus pasti akan datang pada hari itu! Bahkan jam, menit, dan detiknyapun Allah tahu, sehingga itu pasti terjadi sesuai bukan hanya dengan hari yang Ia ketahui, tetapi juga dengan jam, menit dan detiknya!
Jadi, bisakah kita mempercepat, atau memperlambat, kedatangan Yesus yang kedua-kalinya? MUSTAHIL!
d) Bahkan, kalau kita melihat kontext dari 2Pet 3:11-12 itu, maka terlihat bahwa kedatangan Yesus yang kedua-kalinya itu bukannya ditunda.
2Pet 3:3-10 - “(3) Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. (4) Kata mereka: ‘Di manakah janji tentang kedatanganNya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.’ (5) Mereka sengaja tidak mau tahu, bahwa oleh firman Allah langit telah ada sejak dahulu, dan juga bumi yang berasal dari air dan oleh air, (6) dan bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah. (7) Tetapi oleh firman itu juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik. (8) Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari. (9) Tuhan tidak lalai menepati janjiNya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. (10) Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.”.
Petrus membantah ejekan-ejekan yang mengatakan Tuhan lalai menepati janjiNya, dalam kenyataannya Yesus tidak datang-datang! Ay 8b menunjukkan bahwa Tuhan ada di atas waktu, sehingga apa yang lama bagi kita hanya sangat singkat bagi Dia. Dan dalam ay 9a, Petrus memastikan bahwa Tuhan tidak lalai menepati janji kedatangan Yesus yang kedua-kalinya itu!
BACA JUGA: PEMILIHAN TANPA SYARAT/UNCONDITIONAL ELECTION, SANGGAHANNYA dan JAWABAN
adi, bagaimana orang Kristen bisa betul-betul ‘mempercepat’, atau ‘memperlambat’ kedatangan Kristus yang keduakalinya??? Mustahil!
e) Lalu mengapa 2Pet 2:11-12 di atas seolah-olah berkata demikian?
Jawaban saya: ayat itu berbicara hanya dari sudut pandang manusia. Dari sudut pandang manusia, kelihatannya kedatangan Kristus yang keduakalinya bisa ditunda atau dipercepat. Tetapi dari sudut pandang Allah, itu mustahil. Dia akan datang sesuai dengan penentuan Allah!
Kalau kita tak mau menerima jawaban ini, akan terjadi tabrakan dalam ayat-ayat Alkitab ini. Dan penafsiran orang waras bukan menabrakkan ayat-ayat Alkitab, tetapi mengharmoniskan ayat-ayat dalam seluruh Alkitab!
3) Pada bagian akhir dari kutipan kata-kata ES di atas, ia berkata kalau ajarannya komprehensif.
ES jelas tak mempersoalkan ayat-ayat yang menunjukkan bahwa hari kedatangan Kristus yang keduakalinya itu sudah ditetapkan. Jadi, bagaimana ajaran seperti ini bisa disebut komprehensif?? Mengclaim itu mudah. Seadanya orang bisa mengclaim. Tapi butuh orang yang benar, banyak belajar dan cerdas, untuk membuktikan claimnya!
===============Lanjutan kata-kata ES================
Jadi soal pungut memungut dan kutip mengutip alkitab, orang harus super hati-hati, tetapi yang satu (ES mengetuk papan) ini tidak bisa dihindari. Tidak bisa dihindari. Nah DI DALAM BUKU YANG NANTI ANDA MILIKI, SAYA MEMBERIKAN BEBERAPA CONTOH, saudaraku sekalian. Tapi ini contoh yang saya pungut, supaya waktu kita juga bisa hemat, ini Yehezkiel, berapa tadi, 28, Yesaya 14. Ini (ES melingkari Yehezkiel di papan) menjadi tipologi dari Lucifer. Tipologi. Ya tapi jangan main pungut, buang yang lain. Matius juga begitu, Bro, dan banyak ayat alkitab lain juga begitu. Dia pungut satu ayat, dia lepas dari kontextnya. Itu Alkitab, Pak?! Roh Kudusnya sama dan hanya satu-satunya yang saya pungut ini. Nggak ada yang saya berani pungut KECUALI SATU INI karena tidak ada data-data yang begitu hebat di dalam Alkitab yang menunjuk makhluk surgawi kecuali Yesaya dan Yehezkiel. Amin.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
Sebentar ES katakan ini SATU-SATUNYA dimana ia berani tafsir ayat out of context (padahal Yeh 28 dan Yes 14 itu kan dua, jadi bukan satu-satunya), tetapi di bagian lain katanya ada BEBERAPA CONTOH lain. Berulangkali ES menabrak kata-katanya sendiri! Inikah yang ia katakan sebagai ‘cerdas’?
===============Lanjutan kata-kata ES================
Sebenarnya sulit mengatakan bahwa Yesaya 14, ayat 12 sampai 19 adalah tipologi dari iblis yang jatuh. Tetapi ada beberapa petunjuk yang mengarahkan kita kepada pembuktian bahwa raja Babel ini bukan hanya secara histori menunjuk raja yang berkuasa di Babel pada waktu itu tetapi juga personifikasi dari Lucifer.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
Kalau dalam bagian yang lalu ES sebentar menggunakan istilah ‘alegori’ dan sebentar ‘tipologi’ untuk Yes 14 dan Yeh 28, maka sekarang ES menggunakan istilah baru, yaitu ‘personifikasi’!! Yang benar yang mana???? Inikah yang ES sebut ‘cerdas’???
Sepanjang yang saya tahu istilah ‘personifikasi’ artinya adalah penggambaran yang bukan person / pribadi sebagai person / pribadi! Saya beri satu contoh saja.
Amsal 1:20-24 - “(20) Hikmat berseru nyaring di jalan-jalan, di lapangan-lapangan ia memperdengarkan suaranya, (21) di atas tembok-tembok ia berseru-seru, di depan pintu-pintu gerbang kota ia mengucapkan kata-katanya. (22) ‘Berapa lama lagi, hai orang yang tak berpengalaman, kamu masih cinta kepada keadaanmu itu, pencemooh masih gemar kepada cemooh, dan orang bebal benci kepada pengetahuan? (23) Berpalinglah kamu kepada teguranku! Sesungguhnya, aku hendak mencurahkan isi hatiku kepadamu dan memberitahukan perkataanku kepadamu. (24) Oleh karena kamu menolak ketika aku memanggil, dan tidak ada orang yang menghiraukan ketika aku mengulurkan tanganku,”.
Ini bisa dibaca terus sampai akhir pasal, tetapi saya kira tak perlu. Ini personifikasi! Karena ‘hikmat’ jelas bukan person / pribadi, tetapi digambarkan sebagai person / pribadi.
Adam Clarke (tentang Amsal 1:20): “‘Wisdom crieth.’ Here wisdom is again personified,” [= ‘Hikmat berseru’. Di sini hikmat dipersonifikasikan lagi,].
Barnes’ Notes (tentang Amsal 1:20): “Wisdom is personified.” [= Hikmat dipersonifikasikan.].
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Amsal 1:20): “Wisdom is again personified” [= Hikmat dipersonifikasikan lagi].
Lha kalau Raja Babel dan raja Tirus, mereka berdua memang adalah ‘persons’ / ‘pribadi-pribadi’! Lalu Iblis, yang ES sebut Lucifer, juga adalah ‘person’ / ‘pribadi’. Jadi, bagaimana person / pribadi merupakan personifikasi dari person / pribadi??? Ini omongan apa??? Cerdas?
===============Lanjutan kata-kata ES================
Harus diakui bahwa dalam menafsirkan sebagian Alkitab, kitab Yesaya khususnya dan mengenakan sebagai tipologi Lucifer merupakan hal yang sangat rawan dan rentan. Saya sangat menyadari. Tetapi sukar kita menghindarinya sebab apa yang ditulis Yesaya tersebut memang sangat kuat menunjuk pada oknum Lucifer yang jatuh. Untuk itu kita harus sungguh-sungguh memperkarakan di hadapan Tuhan.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
Bagi saya tak sukar untuk menghindari, karena saya yakin kalau kita tidak menghindarinya, maka kita akan jatuh pada penafsiran yang salah. Dan saya tidak berusaha menemukan ajaran apapun yang memang sebetulnya tak diajarkan dalam Alkitab.
===============Lanjutan kata-kata ES================
Bapak, Ibu yang sudah mengikuti kotbah saya, yang sekarang judulnya sudah lebih dari 1600, itu belum yang tidak terekam, ya saudara.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
Kok bisa tahu-tahu nyelonong ke sini itu bagaimana? Apa gunanya point ini kok tahu-tahu dibicarakan di sini?? Apakah karena sudah khotbah dengan 1600 topik lalu penafsirannya pasti benar? Andaikatapun sudah 1 juta topik, yang salah tetap salah!
===============Lanjutan kata-kata ES================
Saudara mengerti bahwa saya tidak mudah mengikuti ajaran yang sudah ada. Saya sangat independence. Jadi kalau saya memandang Yesaya 14:12-19 ini menunjuk oknum iblis yang jatuh, Lucifer, itu bukan karena saya ikut-ikutan, memang sudah ada penafsiran sebagian pendeta begitu. Tetapi saya mengeksplorasi sendiri. (MENIT 40) Buku yang saya tulis ini tidak mengacu kepada buku mana pun. Kalau kebetulan ada sama, pasti kebetulan sama, tapi saya yakin tidak ada atau belum ada. Sebab saya hanya melihat alkitab dan bahasa asli lalu menulis, tidak ada referensi buku mana pun, hanya tentu dasar teologia yang telah saya miliki, itu dari banyak buku. Tapi soal Lucifer sendiri hampir tidak ada buku dogmatika yang menulis Lucifer, nggak ada. Hampir.
==============================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Mengapa dulu pakai buku referensi, tetapi dalam hal ini tidak? Apakah karena merasa sudah pintar, sehingga bisa menafsir sendiri? Saya ingin saudara lihat ayat ini:
Amsal 19:27 - “Hai anakku, jangan lagi mendengarkan didikan, kalau engkau menyimpang juga dari perkataan-perkataan yang memberi pengetahuan.”.
RSV: “Cease, my son, to hear instruction only to stray from the words of knowledge.” [= Berhentilah, anakku, untuk mendengar ajaran hanya untuk menyimpang dari kata-kata pengetahuan]. RSV kurang lebih sama dengan LAI.
KJV: “Cease, my son, to hear the instruction that causeth to err from the words of knowledge” [= Berhentilah, anakku, untuk mendengar ajaran yang menyebabkan kita menyimpang dari kata-kata pengetahuan].
Catatan: dalam Alkitab KJV fisik kata-kata ‘that causeth’ [= yang menyebabkan] dicetak dengan huruf miring, yang menandakan bahwa kata-kata itu tak ada dalam bahasa aslinya. NKJV mengubah terjemahan KJV dan menterjemahkan sama dengan NIV.
NKJV/NIV: “Stop listening to instruction, my son, and you will stray from the words of knowledge” [= Berhentilah mendengar instruksi, anakku, dan engkau akan tersesat dari kata-kata pengetahuan].
NASB: “Cease listening, my son, to discipline, and you will stray from the words of knowledge” [= Berhentilah mendengar, anakku, pada disiplin, dan engkau akan tersesat dari kata-kata pengetahuan].
Para penafsir yang saya baca terbagi dua, sebagian mengambil arti yang diberikan oleh KJV, dan sebagian mengambil arti yang diberikan oleh LAI/RSV (sama juga dengan ASV).
Tetapi dosen saya (Richard Pratt) pernah berkata kalau ada versi yang menterjemahkan seperti itu, itu karena memang bisa diterjemahkan seperti itu. Apalagi dalam hal ini ada beberapa terjemahan yang menterjemahkan seperti NIV/NASB/NKJV.
Kalau kita mengambil terjemahan ini, maka ayat ini menjamin, bahwa kalau seseorang berhenti belajar firman, ia akan tersesat! Tidak ada orang sekuat apapun yang tidak butuh makanan. Tidak ada orang sehebat apapun pengetahuan Alkitabnya, yang tidak butuh belajar firman! Yang berhenti belajar firman, akan sesat!
2) Saya setuju kalau ES sangat independent dalam hal ini, karena ajaran ES tentang Lucifer sebagai Anak Allah yang kedua (Yesus Anak Allah yang pertama, Adam yang ketiga), saya tidak pernah baca atau dengar dimanapun. Demikian juga beberapa ajaran ES yang lain, seperti:
a) Ajarannya tentang Corpus Delicti.
b) Ajarannya tentang adanya dua jenis ‘keselamatan’ (yang pertama sekedar lepas dari neraka dan masuk surga; yang kedua adalah orang yang kembali pada rancangan Allah yang semula, menjadi orang Kristen yang suci / sempurna / Corpus Delicti).
c) Ajarannya bahwa ada 3 anak Allah, yaitu Yesus, Lucifer / Iblis, dan Adam.
d) Ajarannya yang mendefinisikan ‘keselamatan’ sebagai ‘kembali pada rancangan Allah yang semula’.
e) Ajarannya tentang kemungkinan adanya pernikahan di surga (ES tak memastikan tetapi membuka kemungkinan adanya hal itu).
f) Dan sebagainya.
Semua ini merupakan ajaran-ajaran ‘baru’ yang hanya ada dalam ajaran ES dan kalangannya! Setidaknya, saya tidak pernah membaca, atau mendengar, ada orang dimanapun dan kapanpun, yang juga percaya dan mengajarkan ajaran-ajaran ini!
Mestinya ajaran yang NYELENEH SENDIRIAN, harus sedikitnya dicurigai! Apakah bapa-bapa Gereja, orang-orang Kristen, hamba-hamba Tuhan selama 2000 tahun ini salah, buta, bodoh dan sesat semua, dan hanya ES yang benar??? PIKIRKAN INI!!!
Ini sama seperti Toronto Blessing, Penginjilan terhadap orang mati, Yahweh-isme, dan sebagainya. Baru keluar pada abad 20-21 dan tahu-tahu mengclaim diri sebagai benar! Semua kecap no 1, bahkan kalau itu sebetulnya racun!
===============Lanjutan kata-kata ES================
Untuk itu kita sungguh-sungguh memperhatikan, saudara-saudaraku sekalian Yesaya 14:12-19 ini, yang memang terkesan ini alegori. Tapi alegori itu tidak mutlak harus salah karena alkitabpun sejak alkitab Perjanjian Barupun memuat hal-hal yang sebenarnya kalau jujur, itu alegori. Raja Babel yang dimaksud ini raja Babel yang bernama Nebukadnezar yang kedua. Yang memerintah tahun 605 sebelum Masehi sampai 562. Kemungkinan inilah raja yang menawan penduduk Yehuda atau menaklukkan Yehuda pada tahun 586 sebelum Masehi. KITA MENGAMBIL SECARA PARSIAL bagian yang memuat pesan Tuhan mengenai oknum Lucifer dari Yesaya pasal 14 ini. TAPI KITA TIDAK MELIHAT KESELURUHAN DARI PASAL-PASAL SEBELUM DAN SESUDAHNYA, BAHKAN AYAT SEBELUM DAN SESUDAHNYA. Kita tentu juga tidak melihat bagaimana Nebukadnezar akhirnya ditaklukkan oleh Media dan Persia tahun 539 sebelum Masehi, itu sekitar 50 tahun setelah Nebukadnezar mengalahkan Yehuda, Media Persia kemudian mengalahkan Babel. Jadi kita tidak melihat seluruh kehidupan raja Babel sebagai tipologi dari Lucifer.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
Perhatikan kata-kata ES yang saya cetak dengan huruf besar dan warna biru itu.
Saya tulis ulang di sini: “KITA MENGAMBIL SECARA PARSIAL bagian yang memuat pesan Tuhan mengenai oknum Lucifer dari Yesaya pasal 14 ini. TAPI KITA TIDAK MELIHAT KESELURUHAN DARI PASAL-PASAL SEBELUM DAN SESUDAHNYA, BAHKAN AYAT SEBELUM DAN SESUDAHNYA.”.
Bukankah tadi ES bilang harus ‘mendalami SELURUH PERIKOP’??? Lalu yang mana yang benar dari kata-katanya???? Bicara kontradiksi berulang-ulang seperti ini; itukah yang ia sebut sebagai ‘cerdas’???
===============Lanjutan kata-kata ES================
Sama seperti Matius 2:15 dia memungut satu ayat dari Hosea 11:1 tapi tidak membahas seluruh pasal Hosea pasal 11 itu. Tuhan mewahyukan sejarah oknum Lucifer dari sebagian sejarah raja Babel dan sekali lagi tipologi ini bisa kita lakukan hanya sangat terbatas. Sepanjang saya ingat hanya ini yang saya berani tafsirkan secara tipologi dengan mengambil satu paragraph lepas dari konteks-nya.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
Betul-betul cara khotbah yang bertele-tele. Mengulang lagi ke Mat 2:15 dan Hos 11:1??? Bicara typologi lagi??? Astaga!!!
Yesaya 14:4 tertulis: maka Engkau akan memperdengarkan ejekan ini tentang raja Babel. Ejekan. Ketika ada orang menulis bahwa Erastus ngerti nggak bahwa itu ejekan. Oke. Kata ejekan masal, masal dalam bahasa aslinya. (ES menulis di papan) Masal. Kata ejekan masal ini, saudaraku, ini sebenarnya juga bisa berarti nasihat, tegoran, peringatan. Kata amsal juga diterjemahkan masal, amsal. Nah saya tidak tahu mengapa di dalam bahasa kita ini digunakan kata ejekan. Sebenarnya kalau untuk kata ejekan digunakan dua kata yang lain yaitu hathal dan laaB. Hathal dan laaB (ES menulis di papan). Kalau untuk kata ejekan mestinya itu kata ini hathal dan laaB. Sedangkan untuk ini mestinya bukan ejekan, lebih berarti peringatan. Bisa berarti amsal, proverb; bukan mock, scornfully, sebab kalau mock scorn itu lebih, ya…lebih baik dari kata hathal atau laaB. (MENIT 45) Jadi ketika ada orang mengkritik saya, itu kan kata ejekan. O ya sudah you belajar dulu bahasa Ibrani.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Mari kita melihat kata-kata bahasa Ibrani yang diberikan oleh ES.
a) HATHAL muncul misalnya dalam Ayub 13:9.
Ayub 13:9 - “Apakah baik, kalau Ia memeriksa kamu? Dapatkah kamu menipu Dia seperti menipu manusia?”.
KJV: ‘Is it good that he should search you out? or as one man mocketh another, do ye so mock him?’ [= Apakah baik kalau Ia memeriksa kamu? atau seperti seseorang mengejek yang lain, apakah kamu mengejek Dia begitu?].
Menurut Bible Works, kata ini bisa diterjemahkan ‘mock’ [= mengejek] seperti dalam KJV, dan ‘deceive’ [= menipu], seperti dalam terjemahan LAI.
b) LAAB muncul dalam 2Taw 36:16.
2Taw 36:16 - “Tetapi mereka mengolok-olok utusan-utusan Allah itu, menghina segala firmanNya, dan mengejek nabi-nabiNya. Oleh sebab itu murka TUHAN bangkit terhadap umatNya, sehingga tidak mungkin lagi pemulihan.”.
KJV: ‘mocked’ [= mengejek].
Menurut Bible Works, kata ini berarti ‘joke’ [= menggoda / membuat lelucon] atau ‘jest’ [= menggoda].
c) Sekarang bagaimana dengan kata MASAL dalam Yes 14:4??
1. Kata Ibraninya seharusnya adalah MASHAL, bukan MASAL. ES selalu mengacaukan huruf Ibrani Sheen (שׁ ) dan Seen (שׂ ).
2. Mari kita lihat dan bandingkan macam-macam terjemahan dari Yes 14:4 ini.
Yes 14:4 - “maka engkau akan memperdengarkan ejekan ini tentang raja Babel, dan berkata: ‘Wah, sudah berakhir si penindas sudah berakhir orang lalim!”.
KJV/NKJV: ‘proverb’ [= amsal].
ASV: ‘parable’ [= perumpamaan].
YLT: ‘simile’ [= tamsil / kiasan].
RSV/NIV/NASB: ‘taunt’ [= ejekan / hinaan].
Jadi, dilihat dari macam-macam terjemahan, jelas kata itu memang bisa diartikan ‘ejekan’! Memang ES lebih pintar bahasa Ibrani dari para penterjemah dari RSV/NIV/NASB???
3. Dalam Bible Works, kalau kita letakkan kursor di kata ‘proverb’ dalam KJV, maka akan muncul bermacam-macam arti, yaitu ‘proverb’ [= amsal], ‘parable’ [= perumpamaan], ‘aphorism’ [= pernyataan kebenaran yang singkat], ‘byword’ [= kata atau ungkapan yang sering dipakai / amsal / obyek ejekan], ‘similitude’ [= kemiripan / kiasan / alegori / perumpamaan].
Sedangkan kalau kursos diletakkan pada kata Ibrani MASHAL itu, akan muncul arti-arti ini: ‘saying’ [= pepatah / peribahasa], ‘proverb’ [= amsal], ‘warning’ [= peringatan], ‘simile’ [= tamsil / kiasan], ‘mocking song’ [= nyanyian ejekan]. Dan untuk yang terakhir ini diberi ayatnya, yaitu Mikha 2:4.
Mikha 2:4 - “Pada hari itu orang akan melontarkan sindiran tentang kamu dan akan memperdengarkan suatu ratapan dan akan berkata: ‘Kita telah dihancurluluhkan! Bagian warisan bangsaku telah diukur dengan tali, dan tidak ada orang yang mengembalikannya, ladang-ladang kita dibagikan kepada orang-orang yang menawan kita.’”.
KJV/ASV: ‘parable’ [= perumpamaan].
NKJV: ‘proverb’ [= amsal].
YLT: ‘simile’ [= tamsil / kiasan].
RSV: ‘taunt song’ [= nyanyian ejekan / hinaan].
NIV/NASB: ‘taunt’ [= ejekan / hinaan].
4. Kesimpulan saya: kata MASHAL memang bisa berarti ‘ejekan’! Bahwa kata itu mempunyai arti-arti lain, memang juga benar. Tetapi kalau kata itu mempunyai banyak arti, lalu apa alasan yang mengharuskan kita untuk mengambil arti yang dipilih oleh ES???
2) Terhadap kata-kata ES “O ya sudah you belajar dulu bahasa Ibrani.”, saya jawab, “Saya sudah belajar, dan hasilnya tetap sama.”. Memangnya hanya dia yang belajar bahasa Ibrani?
Saya bahkan tidak percaya ES betul-betul pintar bahasa Ibrani, tetapi seandainya ia memang pintar bahasa Ibrani, itu tidak menjamin tafsirannya pasti benar!
3) Kalaupun terjemahan ‘ejeken’ itu diganti dengan ‘peringatan’ atau ‘nasehat’ dan sebagainya, maka tetap saja itu tak akan mengubah arti dari text Yes 14 ini, dalam hubungannya dengan Lucifer sebagai nama dari Iblis!
Apakah ay 4 itu merupakan ‘ejekan’ atau ‘peringatan’ atau ‘nasehat’, tidak ada hubungannya dengan rumus-rumus Hermeneutics yang harus digunakan dalam menafsirkan apakah Lucifer dalam ay 12 itu memang menunjuk kepada Iblis atau bukan. Dan bagi saya, itu tetap menunjuk kepada raja Babel, bukan kepada Iblis.
JADI SEMUA PENJELASAN ES DI SINI TIDAK PUNYA POINT / kekuatan argumentasi SAMA SEKALI, dan TIDAK ADA GUNANYA SAMA SEKALI DALAM MENDUKUNG PANDANGANNYA BAHWA LUCIFER MERUPAKAN NAMA DARI IBLIS!!!
4) Dalam pelajaran yang lalu, kita melihat bahwa ES menyuruh melihat SELURUH perikop.
Tetapi di sini ia hanya melihat ay 4nya, dan lalu kembali ke ay 12. Sama sekali tak ada pembahasan seluruh perikop, dan pembahasan bahasa asli (Ibrani) dari ay 4nyapun tak ada gunanya sama sekali!
===============Lanjutan kata-kata ES================
Makanya stress juga kalau terjemahan bahasa Indonesia. Kita kadang-kadang juga hmm … (ES menghela nafas) berat, seperti ‘kebenaran’ diterjemahkan ‘harta yang sesungguhnya’ (Luk 16:11). Nanti satu kata diterjemahkan ‘kelegaan’ kata yang berikutnya, sama ini anapouso, diterjemahkan ‘ketenangan jiwa’ (Mat 11:28-29). Ini kan kalo orang mengerti bahasa asli alkitab jadi sulit, saudaraku.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
Ini lagi-lagi nyelonong ke tempat-tempat lain, yang sama sekali tak ada perlunya / gunanya. Dalam Luk 16:11 dan Mat 11:28-29 LAI memang salah terjemahan. Tetapi itu tidak berarti bahwa dalam Yes 14:4 LAI juga salah! Dan sudah saya tunjukkan bahwa kalaupun dalam Yes 14:4 itu terjemahan LAI salah, itu tidak mengubah apapun! Lucifer tetap tidak bisa dianggap sebagai nama Iblis!
===============Lanjutan kata-kata ES================
Memang bab-bab berikut, maksudnya pasal-pasal berikut di dalam Yesaya, ada ejekan-ejekan terhadap kesombongan raja Babel. Wah engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur Putra Fajar. Engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai mengalahkan bangsa-bangsa. Sebenarnya saudaraku sekalian, kalau ini dikatakan ejekan bukan tidak bisa, bisa tapi saya sudah mengatakan tadi untuk ejekan lebih, lebih ya… ke arah…mestinya menggunakan kata hathal dan laab bukan masal.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
1) ES bicara tentang pasal-pasal berikut, tetapi yang dikutip kembali adalah Yes 14:12. Ini kan lucu??
Di sini ES mengakui bahwa MASHAL memang bisa berarti ‘ejekan’! Dia berkata “Sebenarnya saudaraku sekalian, kalau ini dikatakan ejekan bukan tidak bisa, bisa tapi saya sudah mengatakan tadi untuk ejekan lebih, lebih ya… ke arah…mestinya menggunakan kata hathal dan laab bukan masal”.
Kalau bisa, ya bisa. jangan ditambahi lagi seharusnya kalau ‘ejekan’ pakai hathal atau laab. Memangnya dia siapa mau mendikte para penulis Alkitab?
2) Pasal-pasal berikut sama sekali bukan tentang raja Babel! Yes 15-16 tentang Moab, Yes 17 tentang Damsyik, Yes 18 tentang negeri-negeri di seberang sungai-sungai Etiopia, Yes 19 tentang Mesir! Mari kita lihat bersama-sama (periksa melalui E-Sword).
===============Lanjutan kata-kata ES================
Wah engkau sudah jatuh dari langit Bintang Timur Putra fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi hai yang mengalahkan bangsa-bangsa. Kata “wah!” ... ini semua kan bisa mengesankan kurang serius, tapi ndak papa ya.. kalau kita sudah menemukan kata masal sudah cukup, saudara-saudara.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
Saya tak mengerti apa maksudnya omongan ES di sini. Kata ‘wah’ bisa mengesankan kurang serius??? Sudah menemukan kata MASAL sudah cukup???? No Comment!!
===============Lanjutan kata-kata ES================
Nah ini saudara ketahui bahwa yang dimaksud di sini adalah HeElel ben Sachar, yang kemudian nanti di terjemahkan dalam bahasa Latin, Lucifer. Lucifer dari kata Lousifur, ini Latin. Kata ini kemudian menjadi kata yang digunakan oleh King James dalam Alkitab, padahal terjemahan aslinya HeElel ben Sachar. HeElel, ini, saya tulis gampangannya saja ya, saudaraku. Kata ini penting, saudaraku, kata HeElel ini penting, saudara, ya. HeElel ben Sachar. Ini, kata ini penting - kata ini penting untuk HeElel ben Sachar ini, maaf ini mesti rata.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Sekarang ES kembali pada Yes 14:12 lagi. Mana pembahasan perikop yang ia bicarakan?
2) ES mengatakan “Kata ini kemudian menjadi kata yang digunakan oleh King James dalam Alkitab, padahal terjemahan aslinya HeElel ben Sachar.”.
Mungkin ini sekedar merupakan suatu kecerobohan, tetapi tetap saya komentari. Kalau itu terjemahan, maka itu bukan bahasa asli. Kalau bahasa asli, itu bukan terjemahan. Jadi, bagaimana ES bisa mengatakan ‘terjemahan aslinya’??
3) Kata-kata bahasa Ibrani HeElel ben Sachar seharusnya adalah HEYLEL BEN SHAKHAR. Lagi-lagi ini menunjukkan bahwa hanya dalam mentransliterasikan (menuliskan kata-kata Ibrani / Yunani ke dalam huruf-huruf Latin) saja ES berulangkali melakukannya secara kacau balau. Padahal hal ini seharusnya bisa dilakukan oleh orang yang belajar bahasa Ibrani hanya 1 semester saja.
4) Yang diterjemahkan menjadi Lucifer dalam KJV, seharusnya hanya kata Ibrani HEYLEL saja! Sedangkan BEN SHAKHAR diterjemahkan ‘putra fajar’ (LAI), ‘son of the morning’ (KJV), ‘son of the dawn’ (RSV/NIV/NASB).
5) Kata bahasa Latin LUCIFER dikatakan oleh ES sebagai berasal dari kata bahasa Latin LOUSIFUR???
Saya lihat dalam Kamus bahasa Latin (Collins Latin Dictionary), dan saya tidak bisa menemukan kata LOUSIFUR!!!
===============Lanjutan kata-kata ES================
Tidak terlalu jelas apakah nama ini adalah nama sebelum oknum tersebut memberontak atau nama yang diberikan sesudah memberontak. Apakah nama ini sejajar dengan Mikhael, Gabriel. Kalau di dalam…. kitab yang tidak dikanonkan, ada Haniel, Rafael, Rafu (Rachu?), Sariel, Uriel, nama-nama malaikat.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Kalau menurut ES hal ini begitu penting, mengapa bisa tidak jelas???
2) Bagi saya, LUCIFER bukan nama Iblis, baik sebelum, atau sesudah, ia memberontak / jatuh ke dalam dosa.
3) Lagi-lagi ES lari ke hal-hal lain yang sama sekali tak ada hubungannya. Apa urusannya / hubungannya kok tahu-tahu membahas nama-nama malaikat-malaikat, apalagi yang ada dalam kitab-kitab yang tak termasuk kanon??
4) Dan setahu saya, ES tidak menganggap Iblis dulunya adalah malaikat, tetapi ES menganggap Iblis itu dulunya adalah salah satu dari 3 anak Allah!!! Yesus adalah Anak Allah yang pertama, Lucifer yang kedua, dan Adam yang ketiga. Ini pandangan ES. Lalu mengapa sekarang ES membandingkan Lucifer / Iblis dengan malaikat-malaikat???
===============Lanjutan kata-kata ES================
HeElel ben Sachar, dalam bahasa Inggris diterjemahkan Star of the Morning, Son of the Dawn. Kemudian hari kalau ada kata, apa namanya, kata Lucifer, Lousifur ini kata yang muncul ketika Alkitab bahasa Yu ... Ibrani diterjemahkan dalam bahasa Latin yang dikenal sebagai Vulgata. Vulgata. Alkitab bahasa Latin, Vulgata “quomodo cecidisti de caelo lucifer qui mane oriebaris corruisti in terram qui vulnerabas gentes” di situ baru menemukan kata Lucifer dari bahasa Latin ini.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Tadi di atas ES mengatakan bahwa Lucifer diterjemahkan dari bahasa asli HEELEL BEN SACHAR, dan saya katakan itu salah, karena Lucifer merupakan terjemahan hanya dari kata HEYLEL-nya. Sekarang ES mengatakan HEELEL BEN SACHAR, dalam bahasa Inggris diterjemahkan ‘son of the dawn / morning’. Ini salah lagi, karena ‘son of the dawn / morning’ itu adalah terjemahan hanya dari kata-kata bahasa Ibrani BEN SHAKHAR-nya saja.
Saya kira dia sebetulnya mengerti hal ini, hanya saja dia ceroboh dalam menjelaskan. Padahal dia sering mengatakan ‘harus cermat’ dan sebagainya.
2) Apa gunanya ES membacakan seluruh Yes 14:12 dalam bahasa Latin? Apa motivasinya?? Silahkan pikirkan sendiri!
===============Lanjutan kata-kata ES================
(Menit 50) Kata Lucifer - Luc berarti cahaya, fer berarti pembawa, jadi pembawa cahaya. Jadi Lucifer berarti pembawa cahaya atau pembawa terang.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
Lihat dalam Latin Dictionary (Collins Latin Dictionary) di Libronix.
1) ES berkata kata ‘LUC’ berarti ‘cahaya’. Tetapi dalam kamus Latin ini, kata ‘LUC’ tidak ada. Yang ada adalah ‘LUX’ yang artinya ‘light’ [= terang], atau ‘LUCEO’ yang artinya ‘to shine’ [= bersinar].
2) ES berkata kata ‘FER’ berarti ‘pembawa’. Dalam kamus Latin ini, kata ‘FER’ juga tidak ada! Yang ada adalah ‘FERO’, yang artinya ‘to carry’ [= membawa].
Pesan saya:
a) Untuk jemaat: hati-hati pada waktu mendengar pengkhotbah yang menggunakan bahasa-bahasa asli, bahasa Latin dsb!!! Ketidak-akuratan seperti ini, bahkan yang lebih parah dari ini, sering terjadi!
b) Untuk pendeta / pengkhotbah, kalau memang tak menguasai bahasa itu, atau jangan menggunakannya, atau kalau tetap mau menggunakan, cari / pelajari dulu, sehingga tak terjadi hal-hal seperti ini!
===============Lanjutan kata-kata ES================
Apakah ia diciptakan untuk menjadi terang? Kalaupun benar, terang yang bagaimana? Sulit menemukan landasan kuatnya.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
Kalau ini penting mengapa Alkitab tidak menjelaskan sehingga ES tidak tahu?
===============Lanjutan kata-kata ES================
Dalam penjelasan di bagian lain ditunjukkan bahwa Bintang Timur itu menunjuk pada kekuasaan.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Kalau dilihat dalam konkordansi, maka hanya ini ayat-ayat Alkitab yang menggunakan kata-kata ‘bintang Timur’:
a) Yes 14:12 - “‘Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!”.
b) 2Pet 1:19 - “Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu.”.
c) Wah 2:28 - “dan kepadanya akan Kukaruniakan bintang timur.”.
d) Wah 22:16 - “‘Aku, Yesus, telah mengutus malaikatKu untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang.’”.
Rasanya tak ada istilah ‘bintang timur’ dalam ayat manapun, yang artinya ‘kekuasaan’.
Mungkin Wah 2:28 yang ES maksudkan, tetapi saya sendiri tak beranggapan bahwa dalam ayat itu arti dari ‘bintang Timur’ adalah ‘kekuasaan’.
2) Dan seandainya memang istilah ‘bintang timur’ menunjuk pada ‘kekuasaan’, lalu apa gunanya omongan ini? Raja Babel juga mempunyai ‘kekuasaan’! Jadi, kata-kata ES ini sama sekali tak mempunyai kekuatan argumentasi apapun dalam membuktikan bahwa Lucifer adalah nama dari Iblis!
===============Lanjutan kata-kata ES================
Kata Lucifer ini juga diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris crescent moon. Ini yang dikenal dalam bahasa kita, bulan sabit.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
Saya juga tak tahu dari mana kata-kata ES ini berasal. Tak ada kebenarannya sama sekali.
Dalam kamus Latin / Collins Latin Dictionary (Libronix), LUNA = moon, crescent.
===============Lanjutan kata-kata ES================
Dalam Alkitab Perjanjian Lama yang diterjemahkan di dalam bahasa Yunani, yang dikenal (video ini mendadak berhenti, bersambung ke part 2, tetapi tidak nyambung dengan kata-kata ini, karena part 2 membahas Yeh 28).
Sekarang kita kembali pada apa yang dari mulanya kita bahas, yaitu ajaran ES tentang Corpus Delicti.
=================================================
Kita baca ulang bagian awal dari tulisan ES.
=================================================
Pertama-tama saya ingin memberikan suatu ralat.
Dalam session ke 2 ada kesalahan (ini hanya untuk khotbah saya yang masuk ke Youtube, karena yang masuk ke face book sudah saya betulkan). Saya tulis:
Dari link resmi: https://www.youtube.com/watch?v=rRfUWaQRUUw&feature=youtu.be
Seharusnya:
Dari link resmi: http://college.rhemachurch.org.au/topic/menemukan-kekristenan-yang-hilang-05-menjadi-corpus-delicti/
catatan: dalam tulisan ES di bawah ini, yang saya beri warna hijau sudah kita baca pada kali yang lalu. Yang warna hitam, adalah lanjutannya, yang kali yang lalu belum kita baca.
MENEMUKAN KEKRISTENAN YANG HILANG 5 – Menjadi “Corpus Delicti” (By Dr. Erastus Sabdono)
Sebenarnya Betapa Hebat makhluk yang disebut manusia itu. Kehebatannya bukan hanya terletak pada kemampuannya berpikir menciptakan teknologi dan seni budaya, tetapi manusia adalah satu-satunya makhluk di bumi yang diciptakan dengan kemampuan dapat menghormati Tuhan dengan sengaja dan sadar. Menghormati Tuhan artinya melakukan segala sesuatu sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan serta rencana-Nya. Inilah ketaatan yang benar.
Hukum
Allah kita memiliki hukum dalam diri-Nya yang juga merupakan hakekat-Nya yang permanen. Di sini yang dimaksud dengan hukum bukan hanya bertalian dengan peraturan atau syariat, tetapi juga tatanan dan kodrat. Memang hukum tidak selalu berkaitan dengan peraturan. Hukum alam (Latin: lex naturalis) adalah sistem tatanan yang berlaku secara universal sebagai kodrat alami. Ini misalnya mencakup hukum Archimedes, hukum gravitasi universal Newton, dan sebagainya. Hukum yang ada pada Allah lebih mirip dengan sistem tatanan alam tersebut daripada peraturan. Seluruh tindakan Allah selalu berdasarkan hukum yang ada pada-Nya.
Dengan memahami bahwa di dalam diri Allah ada tatanan atau kodrat yang mendasari semua tindakan-Nya maka orang percaya akan menemukan jawaban mengapa Allah menciptakan manusia, mengapa harus ada dua pohon di tengah taman Eden, mengapa Tuhan Yesus harus mati, mengapa Ia kemudian bangkit, dan sebagainya. Hal ini akan membuka pengertian orang percaya terhadap kebenaran Alkitab yang menakjubkan dan membuktikan bahwa Kekristenan memuat kebenaran Allah yang tidak tertandingi.
Allah kita Allah yang tertib (2 Tim. 1:7). Ia memiliki tatanan di dalam diri-Nya, dan Ia juga konsisten dengan apa yang telah ditetapkannya sebagai aturan tersebut. Ia tidak akan pernah bertindak secara sembarangan tanpa tatanan. Di dalam diri-Nya ada tatanan dan Allah bertindak berdasarkan tatanan-Nya yang tentu saja mengekspresikan kebijakan-kebijakan dari kecerdasan-Nya yang tiada batas.
Pelanggaran Iblis
Iblis itu dahulu dikenal sebagai Lucifer, yang kemudian memberontak terhadap Allah.
==========Sekarang bagian yang belum kita baca==========
Mengapa Allah tidak serta-merta membinasakan atau menghukum Lucifer dan para malaikat yang terhasut olehnya untuk memberontak?
Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya. (Wahyu 12:7-9)
Di dalam teks dari kitab Wahyu ini dikatakan bahwa Mikhael dan malaikat-malaikat Allah harus berperang melawan “naga” yang adalah gambaran Lucifer (Iblis) berserta dengan malaikat-malaikatnya. Mengapa bukan Allah sendiri yang bertindak, tetapi para malaikat-Nya yang berperang? Sulit dibantah adanya kesan bahwa iblis tidak mudah ditaklukkan. Ini sebetulnya berkaitan dengan hukum dalam diri Allah.
Pada akhirnya tersingkap bahwa bukan para malaikat yang bisa mengalahkan Iblis, melainkan darah Tuhan Yesus dan perkataan kesaksian mereka yang tidak menyayangkan nyawanya.
Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: “Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita. Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. (Wahyu [12:10]-11)
Karena Allah tidak akan bertindak melanggar hukum atau tatanan akan diri-Nya inilah Lucifer berani melakukan tindakan nekat. Ia pasti memahami integritas Allah ini, sehingga memanfaatkan realitas tersebut untuk mewujudkan keinginannya.
Ini dapat kita simpulkan sebab sangatlah masuk akal kalau dipahami bahwa tidak mungkin Lucifer berani melawan Allah Bapa tanpa alasan yang kuat. Lucifer melihat peluang untuk bisa memenangi perlawanan terhadap Allah, sebab Allah tidak bisa bertindak di luar hukum keadilan-Nya. Lalu Lucifer mencoba mencari kesempatan untuk mendapat keuntungan dari realitas tersebut. Ia membawa dirinya dengan Allah pada suatu “pertarungan”. Ia “berjudi” dengan keputusannya sendiri dan berharap bisa memperoleh apa yang diinginkan, yaitu mengangkat diri sebagai penguasa, menyamai Allah. Mengenai hal ini Alkitab menggambarkannya sebagai berikut:
Engkau tak bercela di dalam tingkah lakumu sejak hari penciptaanmu sampai terdapat kecurangan padamu. Dengan dagangmu yang besar engkau penuh dengan kekerasan dan engkau berbuat dosa. Maka Aku membuang engkau dari gunung Allah dan kerub yang berjaga membinasakan engkau dari tengah batu-batu yang bercahaya. (Yehezkiel [28:15]-16)
Yang dimaksud dengan kecurangan pada diri Lucifer ini adalah upayanya untuk menyamai Tuhan. Ia diciptakan untuk mengabdi kepada Tuhan sepenuhnya, tetapi ternyata ia berdagang. Dalam teks aslinya kata “berdagang” terjemahan dari rekûllâ yang bisa diterjemahkan “berdagang, mengedarkan, atau berjualan”. Ini jelas menunjuk kegiatan mencari keuntungan. Dengan mencari keuntungan maka Lucifer tidak lagi mengabdi kepada Tuhan, tetapi mencoba mencari kemuliaan bagi dirinya sendiri.
Mengapa Allah tidak membinasakan Lucifer saat itu juga ketika ia memberontak? Jawabannya adalah karena tindakan Lucifer tersebut harus dibuktikan telah terjadi dan merupakan tindakan yang salah.
Dalam hal ini - meminjam istilah hukum - dibutuhkan adanya suatu “corpus delicti.” Corpus delicti adalah prinsip bahwa seseorang tidak dapat diadili atau dihukum sebelum ada bukti bahwa kesalahan atau kejahatan telah dilakukan, atau perlu suatu “fakta substansial bahwa suatu kejahatan telah dilakukan”. Fakta ini diteguhkan oleh pernyataan Rasul Paulus di surat kepada jemaat di Roma:
Karena hukum Taurat membangkitkan murka, tetapi di mana tidak ada hukum Taurat, di situ tidak ada juga pelanggaran. (Roma [4:15])
Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat. (Roma [5:13])
Maksud dari ayat-ayat ini adalah, tanpa ada hukum yang diberikan dan diketahui oleh manusia, maka manusia tersebut tidak dapat dihukum atas suatu tindakan yang dilakukannya. Pernyataan ini membuka pikiran kita untuk memahami bahwa Allah bertindak dengan aturan yang sempurna. Itulah sebabnya Ia memberikan hukum Taurat untuk menyatakan bahwa semua manusia telah berbuat dosa.
Kaitannya dengan Lucifer, ia harus dinyatakan bersalah juga melalui pembuktian. Kalau seseorang mencuri mobil, perlu dibuktikan bahwa ada mobil yang hilang. Kalau seseorang membunuh, perlu dibuktikan dengan mayat korban pembunuhan tersebut. Tetapi kesalahan Lucifer adanya di dalam pikirannya, yaitu hendak menyamai Allah. Bagaimana ini dibuktikan? Tentu dengan menunjukkan adanya makhluk ciptaan Allah yang memiliki penghormatan yang benar kepada-Nya.
========Saya potong dulu kata-kata ES di sini==============
Tanggapan Budi Asali:
1) ES mengatakan bahwa kesalahan Lucifer adalah ‘berdagang’, yang ia katakan berasal dari kata bahasa Ibrani REKULLA, yang bisa diterjemahkan ‘berdagang, mengedarkan, berjualan’. Lalu ia katakan “Ini jelas menunjuk kegiatan mencari keuntungan”. Dan ia lalu menerapkan hal ini kepada Lucifer dengan berkata “Dengan mencari keuntungan maka Lucifer tidak lagi mengabdi kepada Tuhan, tetapi mencoba mencari kemuliaan bagi dirinya sendiri.”.
Tanggapan Budi Asali:
a) Dalam pelajaran-pelajaran yang lalu sudah saya buktikan bahwa Yeh 28 (sama seperti Yes 14) tidak bisa menunjuk kepada Iblis. Yes 14 menunjuk kepada raja Babel, dan Yeh 28 menunjuk kepada raja Tirus.
b) Kata Ibrani yang digunakan sebetulnya bukan REKULLA, seperti yang ES katakan, tetapi REKULLAH. Lagi-lagi ES salah dalam mentransliterasikan kata Ibrani.
Menurut Bible Works kata ini merupakan suatu kata benda, dan terjemahannya adalah ‘merchandise’ [= barang dagangan] atau ‘traffic’ [= perdagangan yang tidak sah / melanggar hukum]. Saya tidak mendapatkan arti ‘mengedarkan’ seperti yang dikatakan oleh ES. Tetapi ini tidak terlalu penting.
c) Dalam Yeh 28 itu kata ‘dagang’ muncul 3 x, yaitu dalam ay 5,16,18. Mari kita soroti ayat dimana kata itu muncul untuk pertama-kalinya.
Ay 4-5: “(4) Dengan hikmatmu dan pengertianmu engkau memperoleh kekayaan. Emas dan perak kaukumpulkan dalam perbendaharaanmu. (5) Karena engkau sangat pandai berdagang engkau memperbanyak kekayaanmu, dan karena itu engkau jadi sombong.”.
Ini jelas-jelas bukan menunjuk kepada Iblis tetapi kepada raja Tirus, yang dibicarakan sejak dari Yeh 28:2! Dengan kepandaian berdagang, ia menjadi kaya, dan mempunyai banyak emas dan perak. Dan semua ini yang membuat raja Tirus itu menjadi sombong!
Mari kita cek apakah orang-orang Tirus memang pandai berdagang.
Easton’s Bible Dictionary (dengan entry ‘Tyre’): “The commerce of the whole world was gathered into the warehouses of Tyre. ‘Tyrian merchants were the first who ventured to navigate the Mediterranean waters; ... It afterwards fell under the power of Alexander the Great, after a siege of seven months, but continued to maintain much of its commercial importance till the Christian era. ... ‘The purple dye of Tyre had a worldwide celebrity on account of the durability of its beautiful tints, and its manufacture proved a source of abundant wealth to the inhabitants of that city.’ ... It had two ports still existing, and was of commercial importance in all ages,” [= Perdagangan dari seluruh dunia dikumpulkan ke dalam gudang-gudang Tirus. ‘Pedagang-pedagang Tirus adalah yang pertama-tama yang melakukan usaha bisnis mengarah ke perairan Laut Tengah; ... Itu (Tirus) belakangan jatuh ke bawah kekuasaan dari Alexander yang Agung, setelah suatu pengepungan selama tujuh bulan, tetapi terus mempertahankan banyak dari kepentingan perdagangannya sampai jaman Kristen. ... ‘Warna (untuk mewarnai kain) ungu dari Tirus mempunyai suatu kemasyhuran di seluruh dunia berkenaan dengan sifat tahan lama dari cat / pewarnanya yang indah, dan pembuatan / industrinya memastikan suatu sumber kekayaan bagi penduduk dari kota itu’. ... Itu (Tirus) mempunyai dua pelabuhan yang tetap ada, dan merupakan suatu kepentingan perdagangan dalam semua jaman,].
Nelson’s Bible Dictionary (dengan entry ‘Tyre’): “Hiram I, the ruler of Tyre (980 B.C. - 947 B.C.), apparently began a colony at Tarshish in Spain. He fortified Tyre’s two harbors, one on the north of the city and one on the south. Tyrian ships began to dominate Mediterranean commerce. Their merchants were princes, the honorable of the earth (Isa 23:8). ... The most celebrated product of Tyrian commerce was the famous purple dye made from mollusks found on the shores near Tyre. This dye became a source of great wealth for Tyrians. In addition they produced metal work and glassware, shipping their products to and buying wares from peoples in remote parts of the earth (1 Kings 9:28).” [= Hiram I, penguasa dari Tirus (980-947 SM), rupanya memulai suatu koloni dari Tarsis di Spanyol. Ia memperkuat dua pelabuhan Tirus, satu di utara dari kota itu dan satu di selatan. Kapal-kapal Tirus mulai mendominasi perdagangan di Laut Tengah. Pedagang-pedagang mereka adalah pangeran-pangeran, orang-orang terhormat dari bumi / dunia (Yes 23:8). ... Hasil / produk yang paling terkenal dari perdagangan Tirus, adalah cat / pewarna ungu yang terkenal yang dibuat dari kerang-kerangan yang didapatkan di pantai-pantai dekat Tirus. Cat / pewarna ini menjadi suatu sumber dari kekayaan yang besar untuk orang-orang Tirus. Sebagai tambahan mereka menghasilkan pekerjaan logam dan barang pecah belah, mengangkut dengan kapal hasil-hasil mereka ke dan membeli barang-barang dari orang-orang / bangsa-bangsa di bagian-bagian terjauh dari bumi (1Raja 9:28).].
Kalau saudara menganggap kedua kutipan di atas sekedar sebagai omongan orang, yang belum tentu benar, maka mari kita sekarang melihat apa kata dari Alkitab / firman Tuhan! Ini saya tambahkan karena ada banyak orang tolol yang ‘alergi’ terhadap copas-an!
Yeh 27:1-7,9,12-25 - “(1) Datanglah firman TUHAN kepadaku: (2) ‘Hai engkau anak manusia, ucapkanlah suatu ratapan mengenai Tirus, (3) dan katakanlah kepada Tirus, yang terletak di pintu masuk lautan, dan yang berdagang dengan bangsa-bangsa di banyak daerah pesisir: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Hai Tirus, engkau berkata: aku kapal yang maha indah. (4) Wilayahmu di tengah lautan; ahli bangunmu membuat keindahanmu sempurna. (5) Seluruh badanmu mereka buat dari kayu sanobar Senir, mereka mengambil aras Libanon membuat bagimu tiang layar. (6) Pohon tarbantin dari Basan dipakai untuk dayungmu; geladakmu mereka buat dari tulang gading ditatahkan di cemara dari pantai Kitim. (7) Layarmu diperbuat dari lenan halus yang berwarna-warni dari tanah Mesir; itulah tandamu. Dan tendamu diperbuat dari kain ungu tua dan kain ungu muda dari pantai Elisa. ... (9) Tua-tua Gebal dengan ahli-ahlinya berada padamu hendak memperbaiki kerusakan-kerusakanmu. Segala kapal laut beserta anak kapalnya berlabuh padamu hendak menukarkan barang dagangannya. ... (12) Tarsis berdagang dengan engkau dalam segala macam harta yang banyak; mereka menukarkan perak, besi, timah putih dan timah hitam ganti barang-barangmu. (13) Yawan, Tubal dan Mesekh berdagang dengan engkau; mereka menukarkan budak-budak, barang-barang tembaga ganti barang-barang daganganmu. (14) Dari Bet-Togarma mereka menukarkan kuda kereta, kuda tunggang dan bagal ganti barang-barangmu. (15) Orang Rodos berdagang dengan engkau, banyak daerah pesisir menjadi daerah pasaranmu; mereka membawa kepadamu tulang gading dan kayu arang sebagai upeti. (16) Edom berdagang dengan engkau karena banyaknya hasil-hasilmu; mereka menukarkan permata batu darah, kain ungu muda, pakaian berwarna-warna, kain lenan halus, karang dan batu delima ganti barang-barangmu. (17) Yuda dan tanah Israel berdagang dengan engkau; mereka menukarkan gandum dari Minit, mur, madu, minyak dan balsam ganti barang-barang daganganmu. (18) Damsyik berdagang dengan engkau karena banyaknya hasil-hasilmu, karena segala macam barangmu yang banyak. Anggur dari Helbon, bulu domba dari Sakhar, (19) dan anggur ditukarkan mereka ganti barang-barangmu; besi yang sudah dikerjakan dari Uzal, kayu teja dan tebu ada di antara barang-barang daganganmu. (20) Dedan berdagang dengan engkau dalam kulit pelana untuk menunggang kuda. (21) Arab dan semua pemuka Kedar berdagang dengan engkau dalam anak domba, domba jantan dan kambing jantan; dalam hal-hal itulah mereka berdagang dengan engkau. (22) Pedagang Syeba dan Raema berdagang dengan engkau; mereka menukarkan yang terbaik dari segala rempah-rempah dan segala batu permata yang mahal-mahal dan emas ganti barang-barangmu. (23) Haran, Kane, Eden, Asyur dan Kilmad berdagang dengan engkau. (24) Mereka berdagang di pasar-pasarmu dalam jubah-jubah yang maha indah, kain ungu tua, pakaian yang berwarna-warni, permadani yang beraneka warna dan tali berpilin yang teguh. (25) Kapal-kapal Tarsis membawa barang-barang dagangan ini bagimu. Penuh dengan muatan berat engkau di tengah lautan. (26) Ke lautan luas pendayungmu membawa engkau. Tetapi badai timur melandamu di tengah lautan. (27) Hartamu, barangmu, daganganmu, anak kapalmu dan pelaut-pelautmu, tukang-tukangmu dan pedagang-pedagangmu dengan semua prajurit-prajuritmu yang ada padamu, ya, bersama seluruh penumpang-penumpangmu, terbenam dalam lautan pada hari tenggelammu.”.
Jadi, jelas bahwa orang-orang Tirus memang hebat dalam berdagang!
Menafsirkan seperti yang ES lakukan, dengan menerapkan ini kepada Iblis (yang ia sebut Lucifer) merupakan penafsiran yang ‘out of context’ [= keluar dari kontextnya]. Kata ‘Iblis’ maupun nama ‘Lucifer’ bahkan sama sekali tidak muncul dalam Yeh 28 ini, tak peduli bahasa apa yang digunakan!
2) ES berkata: “Pelanggaran Iblis. Iblis itu dahulu dikenal sebagai Lucifer, yang kemudian memberontak terhadap Allah. Mengapa Allah tidak serta-merta membinasakan atau menghukum Lucifer dan para malaikat yang terhasut olehnya untuk memberontak?”.
Tanggapan Budi Asali:
Bagi saya, jawabannya sama sekali tidak rumit. Kalau Allah tidak melakukan hal itu, itu karena rencanaNya tidak seperti itu. Ia memang merencanakan kejatuhan Adam, dan dengan demikian kejatuhan semua keturunan Adam (kecuali Yesus), dan sekaligus Allah juga merencanakan penebusan dosa oleh Kristus. Semua yang sudah terjadi, bisa terjadi hanya karena itu merupakan rencana Allah. Rencana Allah tidak bisa gagal. Mari kita melihat beberapa ayat Alkitab yang mendukung pandangan ini.
Ayub 42:1-2 - “(1) Maka jawab Ayub kepada TUHAN: (2) ‘Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal.”.
Maz 33:10-11 - “(10) TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa; (11) tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hatiNya turun-temurun.”.
Yes 14:24,26-27 - “(24) TUHAN semesta alam telah bersumpah, firmanNya: ‘Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana: ... (26) Itulah rancangan yang telah dibuat mengenai seluruh bumi, dan itulah tangan yang teracung terhadap segala bangsa. (27) TUHAN semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat menggagalkannya? TanganNya telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya ditarik kembali?”.
Yes 25:1 - “Ya TUHAN, Engkaulah Allahku; aku mau meninggikan Engkau, mau menyanyikan syukur bagi namaMu; sebab dengan kesetiaan yang teguh Engkau telah melaksanakan rancanganMu yang ajaib yang telah ada sejak dahulu.”.
Yes 37:26 - “Bukankah telah kaudengar, bahwa Aku telah menentukannya dari jauh hari dan telah merancangnya dari zaman purbakala? Sekarang Aku mewujudkannya, bahwa engkau membuat sunyi senyap kota-kota yang berkubu menjadi timbunan batu,”.
Yer 4:28 - “Karena hal ini bumi akan berkabung, dan langit di atas akan menjadi gelap, sebab Aku telah mengatakannya, Aku telah merancangnya, Aku tidak akan menyesalinya dan tidak akan mundur dari pada itu.’”.
Dan tak ada apapun yang bisa terjadi, kecuali itu sudah direncanakan oleh Allah. Kalau ada yang bisa terjadi, tanpa direncanakan oleh Allah, maka Allah tak berdaulat atas hal itu. Allah yang tak berdaulat bukan Allah. Orang yang tidak percaya kedaulatan mutlak dari Allah, harus menjadi atheis!
R. C. Sproul: “That God in some sense foreordains whatever comes to pass is a necessary result of his sovereignty. ... everything that happens must at least happen by his permission. If he permits something, then he must decide to allow it. If He decides to allow something, then is a sense he is foreordaining it. ... To say that God foreordains all that comes to pass is simply to say that God is sovereign over his entire creation. If something could come to pass apart from his sovereign permission, then that which came to pass would frustrate his sovereignty. If God refused to permit something to happen and it happened anyway, then whatever caused it to happen would have more authority and power than God himself. If there is any part of creation outside of God’s sovereignty, then God is simply not sovereign. If God is not sovereign, then God is not God. ... Without sovereignty God cannot be God. If we reject divine sovereignty then we must embrace atheism.” [= Bahwa Allah dalam arti tertentu menentukan apapun yang akan terjadi merupakan akibat yang harus ada dari kedaulatanNya. ... segala sesuatu yang terjadi setidaknya harus terjadi karena ijinNya. Jika Ia mengijinkan sesuatu, maka Ia pasti memutuskan untuk mengijinkannya. Jika Ia memutuskan untuk mengijinkan sesuatu, maka dalam arti tertentu Ia menentukannya. ... Mengatakan bahwa Allah menentukan segala sesuatu yang akan terjadi adalah sama dengan mengatakan bahwa Allah itu berdaulat atas segala ciptaanNya. Jika ada sesuatu yang bisa terjadi di luar ijinNya yang berdaulat, maka apa yang terjadi itu menghalangi kedaulatanNya. Jika Allah menolak untuk mengijinkan sesuatu dan hal itu tetap terjadi, maka apapun yang menyebabkan hal itu terjadi mempunyai otoritas dan kuasa yang lebih besar dari Allah sendiri. Jika ada bagian dari ciptaan berada di luar kedaulatan Allah, maka Allah itu tidak berdaulat. Jika Allah tidak berdaulat, maka Allah itu bukanlah Allah. ... Tanpa kedaulatan Allah tidak bisa menjadi / adalah Allah. Jika kita menolak kedaulatan ilahi, maka kita harus mempercayai atheisme.] - ‘Chosen By God’, hal 26-27.
Bahwa Rencana Allah berhubungan dengan segala sesuatu, atau bahwa Allah telah menetapkan segala sesuatu, juga bisa terlihat dari kemaha-tahuan Allah.
Penjelasan:
a) Bayangkan suatu saat (minus tak terhingga) dimana alam semesta, malaikat, manusia, dsb belum diciptakan. Yang ada hanyalah Allah sendiri. Ini adalah sesuatu yang alkitabiah, karena Alkitab jelas mengajarkan bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu (Kej 1 Yoh 1:1-3). Jadi, pasti ada suatu saat dimana belum ada apapun / siapapun kecuali Allah sendiri. Semua manusia yang waras harus menyetujui hal ini.
b) Pada saat itu, karena Allah itu maha tahu (1Sam 2:3), maka Ia sudah mengetahui segala sesuatu (dalam arti kata yang mutlak, tanpa perkecualian apapun) yang akan terjadi, termasuk semua dosa. Semua manusia yang waras harus menyetujui hal ini.
c) Segala sesuatu yang Allah ketahui akan terjadi itu, pasti terjadi persis seperti yang Ia ketahui. Semua manusia yang waras harus menyetujui hal ini.
d) Dengan kata lain, pada minus tak terhingga itu segala sesuatu itu sudah tertentu pada saat itu (perhatikan: saya belum menggunakan kata ‘ditentukan’, tetapi ‘tertentu’). Semua manusia yang waras harus menyetujui hal ini.
e) Kalau pada minus tak terhingga itu segala sesuatu yang akan terjadi sudah tertentu, pasti ada yang menentukan segala sesuatu itu (karena tidak mungkin hal-hal itu menentukan dirinya sendiri). Karena pada saat itu hanya ada Allah sendiri, maka jelas bahwa Ialah yang menentukan semua itu.
Siapapun yang tak menyetujui point ini harus memberikan jawaban alternatif terhadap pertanyaan ini: bagaimana mungkin pada minus tak terhingga segala sesuatu sudah tertentu?
Jangan lari dari pertanyaan ini, jangan berbelok kemanapun. Jawab pertanyaan ini!
Kalau ia tidak bisa memberi jawaban alternatif, maka ia harus menerima jawaban saya: ‘Segala sesuatu sudah tertentu pada minus tak terhingga, KARENA Allah MENENTUKANNYA!’.
Jadi, mengapa Allah tak langsung menghancurkan Iblis pada saat ia memberontak / jatuh ke dalam dosa? Karena itu memang bukan rencanaNya!
Secara sama mengapa pada waktu Adam dan Hawa berbuat dosa, Allah tidak langsung membinasakan mereka dan membuang mereka ke neraka? Karena itu bukan rencana Allah! Dia merencanakan bahwa Adam dan Hawa harus mempunyai banyak keturunan, dan Dia merencanakan untuk menyelamatkan sebagian dari keturunan mereka. Dia merencanakan untuk menyelamatkan mereka melalu penebusan oleh Yesus Kristus.
Secara sama juga, kalau kita melihat orang-orang yang sangat jahat pada jaman ini, seperti ISIS dsb., mengapa Allah tidak langsung menghancurkan mereka? Lagi-lagi, karena itu bukan rencana Allah!
2) Kalau di atas saya sudah memberikan jawaban saya, maka sekarang kita akan melihat jawaban ES sendiri untuk pertanyaan pada no 1 di atas.
ES menjawab sebagai berikut:
“Sulit dibantah adanya kesan bahwa iblis tidak mudah ditaklukkan. Ini sebetulnya berkaitan dengan hukum dalam diri Allah. ... Karena Allah tidak akan bertindak melanggar hukum atau tatanan akan diri-Nya inilah Lucifer berani melakukan tindakan nekat. Ia pasti memahami integritas Allah ini, sehingga memanfaatkan realitas tersebut untuk mewujudkan keinginannya. ... Mengapa Allah tidak membinasakan Lucifer saat itu juga ketika ia memberontak? Jawabannya adalah karena tindakan Lucifer tersebut harus dibuktikan telah terjadi dan merupakan tindakan yang salah.”.
Tanggapan Budi Asali:
a) Saya setuju dengan prinsip bahwa Allah tak bisa bertindak menentang diriNya sendiri.
2Tim 2:12-13 - “(12) jika kita bertekun, kitapun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Diapun akan menyangkal kita; (13) jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diriNya.’”.
Allah itu setia, Dia tidak bisa bertindak tidak setia. Dia tidak bisa tidak setia pada janjiNya, dan sebagainya.
b) Tetapi saya tidak percaya bahwa Allah harus membuktikan dulu dosa dari makhluk ciptaanNya yang manapun dan baru setelah itu berhak untuk menghukumnya!!!
Seorang hakim manusia, memang harus melihat bukti dari kejahatan seseorang, dan baru menjatuhkan hukuman. Itu disebabkan karena ia adalah manusia yang tidak maha tahu. Tanpa bukti, maka sangat mungkin ia menjatuhkan vonis yang salah!
Tetapi Allah bukan manusia yang tidak maha tahu. Kemahatahuan Allah menyebabkan Ia tahu, dengan suatu pengetahuan yang tidak bisa salah, tentang kesalahan-kesalahan apapun dari makhluk-makhluk ciptaanNya yang manapun, termasuk Iblis (yang ES sebut Lucifer).
Saya akan memberi beberapa contoh dari Alkitab:
1. Pada waktu Adam dan Hawa makan buah terlarang, Allah tidak perlu membuktikan bahwa mereka memang makan buah itu. Baca Kej 3 dan cari apakah Allah mencari / menunjukkan bukti kesalahan Adam dan Hawa?? PertanyaanNya dalam Kej 3:11b bukan berarti Dia tidak tahu, dan mencari informasi dari Adam.
Kej 3:11 - “FirmanNya: ‘Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?’”.
Dia maha tahu, Dia tahu semua dengan pasti. Dia menanyakan pertanyaan itu, SUPAYA ADAM DAN HAWA MENGAKUI KESALAHANNYA!
Bahwa Adam dan Hawa dihukum jelas terlihat dari text ini:
Kej 3:16-19,23 - “(16) FirmanNya kepada perempuan itu: ‘Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu.’ (17) Lalu firmanNya kepada manusia itu: ‘Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: (18) semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; (19) dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.’ ... (23) Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil.”.
2. Pada waktu mau menghancurkan dunia dengan air bah pada jaman Nuh.
Kej 6:5-7 - “(5) Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, (6) maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hatiNya. (7) Berfirmanlah TUHAN: ‘Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.’”.
Apakah Allah perlu membuktikan kesalahan mereka? Tidak sama sekali. Ia tahu kesalahan mereka, dan menghukum mereka berdasarkan pengetahuanNya itu!
3. Penghukuman Sodom dan Gomora dan kota-kota di sekitarnya.
Kej 18:17-21 - “(17) Berpikirlah TUHAN: ‘Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini? (18) Bukankah sesungguhnya Abraham akan menjadi bangsa yang besar serta berkuasa, dan oleh dia segala bangsa di atas bumi akan mendapat berkat? (19) Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya TUHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikanNya kepadanya.’ (20) Sesudah itu berfirmanlah TUHAN: ‘Sesungguhnya banyak keluh kesah orang tentang Sodom dan Gomora dan sesungguhnya sangat berat dosanya. (21) Baiklah Aku turun untuk melihat, apakah benar-benar mereka telah berkelakuan seperti keluh kesah orang yang telah sampai kepadaKu atau tidak; Aku hendak mengetahuinya.’”.
a. Ay 21 jelas menggunakan bahasa yang disebut Anthropomorphisme (bahasa yang menggambarkan Allah seakan-akan Dia adalah manusia). Bahasa ini tidak bisa tidak dipakai kalau kita mau mengerti tentang Allah atau membicarakan tentang Allah. Dan bahasa seperti ini tidak bisa, atau bahkan tidak boleh, diartikan secara strict / apa adanya!
Saya akan memberikan 2 contoh:
(1)Amsal 15:3 - “Mata TUHAN ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik.”.
Apakah ayat ini boleh diartikan apa adanya, yaitu bahwa Allah betul-betul mempunyai mata, dan mataNya ‘kececeran’ dimana-mana? Tentu saja tidak. Allah itu Roh (Yoh 4:24), dan karena itu tidak mungkin Ia mempunyai mata, apalagi mataNya ada dimana-mana! Ayat ini hanya bisa diartikan bahwa Allah itu ‘maha’ melihat, tak ada yang tersembunyi bagi Dia!
(2)Yer 3:7,19-20 - “(7) PikirKu: Sesudah melakukan semuanya ini, ia akan kembali kepadaKu, tetapi ia tidak kembali. Hal itu telah dilihat oleh Yehuda, saudaranya perempuan yang tidak setia. ... (19) Tadinya pikirKu: ‘Sungguh Aku mau menempatkan engkau di tengah-tengah anak-anakKu dan memberikan kepadamu negeri yang indah, milik pusaka yang paling permai dari bangsa-bangsa. PikirKu, engkau akan memanggil Aku: Bapaku, dan tidak akan berbalik dari mengikuti Aku. (20) Tetapi sesungguhnya, seperti seorang isteri tidak setia terhadap temannya, demikianlah kamu tidak setia terhadap Aku, hai kaum Israel, demikianlah firman TUHAN.”.
Kalau text ini diartikan secara apa adanya / hurufiah, maka text ini menunjukkan Allah salah pikir / salah kira, dan itu menunjukkan Allah tidak maha tahu! Sudah jelas kita tidak boleh menafsirkan seperti itu! Ini bahasa Anthropomorphisme!
Secara sama, pada waktu Kej 18:21 itu seakan-akan menunjukkan bahwa Allah ‘belum tahu’ akan dosa-dosa orang-orang dari Sodom dan Gomora, dan Ia turun untuk mengetahuinya, itu pasti tidak bisa ditafsirkan apa adanya, karena ini merupakan bahasa Anthropomorphisme.
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Kej 18:21): “This language is used not in reference to a topographical descent from the Hebron hills to the cities of the plain, in the valley of the Jordan, but in the anthropomorphic style - after the manner of men.” [= bahasa / kata-kata ini digunakan bukan dalam hubungan dengan suatu penurunan yang bersifat topografik (berhubungan dengan permukaan daerah itu) dari bukit-bukit Hebron ke kota-kota di dataran itu, di lembah Yordan, tetapi dalam gaya anthropomorphik - menurut cara manusia.].
Bible Knowledge Commentary (tentang Kej 18:21): “Since the outcry of people against the grievous sins of Sodom and Gomorrah was so great, the Lord went to see if it was that bad. (Of course in His omniscience He knew the sins of Sodom and Gomorrah, but He wanted to demonstrate His justice to them.) If the sin of those people was ‘complete,’ they would be Judged.” [= Karena teriakan dari orang-orang terhadap / menentang dosa-dosa yang menyedihkan dari Sodom dan Gomora adalah begitu besar, Tuhan pergi untuk melihat apakah itu memang begitu buruk. (Tentu saja dalam kemahatahuanNya Ia tahu dosa-dosa dari Sodom dan Gomora, tetapi Ia mau mendemonstrasikan keadilanNya kepada mereka.) Jika dosa-dosa dari orang-orang itu sudah ‘genap / lengkap’, mereka akan dihakimi.].
b. Kata-kata yang saya beri warna biru harus ditafsirkan dengan memperhatikan kata-kata yang saya beri warna merah. Dan yang saya beri warna merah menunjukkan bahwa Allah tahu dosa-dosa mereka, dan Allah tahu / sudah memutuskan apa yang akan Dia lakukan! Jelas Dia tidak membutuhkan bukti apapun, dan Dia berhak untuk langsung menghukum.
c. Kalau kita membaca cerita lanjutannya, dan juga Kej 19, maka terlihat bahwa dua malaikat itu dikirim ke Sodom, bukan untuk melihat dosa-dosa orang Sodom, atau membuktikan dosa-dosa mereka, tetapi untuk menyelamatkan Lot dan keluarganya!
BACA JUGA: SILOGISME “CORPUS DELICTI” PDT. DR. ERASTUS SABDONO, M.Th
d. Juga perhatikan bahwa kedua malaikat itu hanya pergi ke Sodom (dimana Lot dan keluarganya tinggal) tetapi tidak ke Gomora, ataupun kota-kota lain, yang juga dihancurkan oleh Tuhan! Jadi, Dia memang tidak membutuhkan bukti apapun!
Kej 18:22 - “Lalu berpalinglah orang-orang itu dari situ dan berjalan ke Sodom, tetapi Abraham masih tetap berdiri di hadapan TUHAN.”.
Kej 19:1 - “Kedua malaikat itu tiba di Sodom pada waktu petang. Lot sedang duduk di pintu gerbang Sodom dan ketika melihat mereka, bangunlah ia menyongsong mereka, lalu sujud dengan mukanya sampai ke tanah,”.
Kej 19:12-13 - “(12) Lalu kedua orang itu berkata kepada Lot: ‘Siapakah kaummu yang ada di sini lagi? Menantu atau anakmu laki-laki, anakmu perempuan, atau siapa saja kaummu di kota ini, bawalah mereka keluar dari tempat ini, (13) sebab kami akan memusnahkan tempat ini, karena banyak keluh kesah orang tentang kota ini di hadapan TUHAN; sebab itulah TUHAN mengutus kami untuk memusnahkannya.’”.
Kej 19:24-25 - “(24) Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit; (25) dan ditunggangbalikkanNyalah kota-kota itu dan Lembah Yordan dan semua penduduk kota-kota serta tumbuh-tumbuhan di tanah.”.
Bdk. Ul 29:23 - “seluruh tanahnya yang telah hangus oleh belerang dan garam, yang tidak ditaburi, tidak menumbuhkan apa-apa dan tidak ada tumbuh-tumbuhan apapun yang timbul dari padanya, seperti pada waktu ditunggangbalikkanNya Sodom, Gomora, Adma dan Zeboim, yakni yang ditunggangbalikkan TUHAN dalam murka dan kepanasan amarahNya--”.
Malaikat-malaikat itu hanya pergi ke Sodom, tidak ke Gomora, Adma ataupun Zeboim! Jadi, apakah dalam menghukum Tuhan perlu bukti?? Nonsense!
CORPUS DELICTI (6)
4. Penghakiman akhir jaman.
Mari kita melihat beberapa text Alkitab yang menunjuk pada pengadilan akhir jaman.
a. Mat 7:21-23 - “(21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.
Pertama-tama perhatikan kontext dari ayat-ayat ini, mulai dari ay 15, yang jelas-jelas berbicara tentang nabi-nabi palsu, yang menyamar sebagai domba / orang Kristen! Saya agak menyimpang, karena ayat ini disalah-tafsirkan oleh banyak orang-orang Arminian / anti Reformed, termasuk oleh ES, dan itu perlu diluruskan!
Mat 7:15 - “‘Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.”.
Jadi, yang dibicarakan dalam ay 21-23, bukan orang-orang kristen yang sejati, tetapi nabi-nabi palsu! Mereka menyebut Yesus dengan sebutan ‘Tuhan’ (ay 21), mereka bernubuat demi nama Tuhan / Yesus, mereka mengusir setan demi nama Yesus, mereka melakukan mujijat demi nama Yesus (ay 22), dalam rangka penyamaran mereka sebagai domba! Jadi, yang menggunakan text ini untuk menunjukkan orang kristen yang sejati bisa kehilangan keselamatan, adalah orang yang tidak tahu cara menafsirkan Alkitab!
Kedua, saya tidak yakin bahwa pada pengadilan akhir jaman bisa ada tanya jawab seperti ini antara terdakwa dengan sang Hakim. Saya berpendapat bahwa ini hanya sekedar merupakan suatu penggambaran untuk menunjukkan apa yang para nabi palsu itu sudah lakukan, yang terlihat seperti pelayanan-pelayanan yang luar biasa, tetapi itu semua tidak ada gunanya, kalau mereka tak kenal Kristus, dan Kristus TIDAK PERNAH kenal mereka (ay 23). Kata-kata ‘tidak pernah’ ini harus diperhatikan, karena kalau mereka pernah menjadi orang kristen yang sejati, maka Kristus tidak bisa berkata ‘tidak pernah’ mengenal mereka!
Ketiga (ini point terutama saya): mereka tidak dibuktikan kesalahannya! Hanya dikatakan Kristus tidak pernah kenal mereka, dan mereka adalah pembuat kejahatan (kejahatan apa? tidak dibuktikan!), dan mereka diusir (tentu saja ke neraka!).
b. Wah 20:11-15 - “(11) Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya. Dari hadapanNya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya. (12) Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu. (13) Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya. (14) Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. (15) Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.”.
Ada beberapa hal yang ingin saya soroti / jelaskan:
(1)Yang disebut kitab atau kitab-kitab, itu pasti bukan kitab secara hurufiah. Allah tidak membutuhkan catatan apapun, dan seandainya Dia butuh, masakan Dia menulis dalam kitab, sedangkan kita saja pakai komputer? Bagi saya kata ‘kitab’ atau ‘kitab-kitab’ ini hanya bahasa simbolis, yang menunjuk pada pengetahuan Allah yang sempurna tentang apakah orang-orang itu percaya atau tidak, hidup baik atau berdosa, dan juga tentang setiap dosa maupun kebaikan yang dilakukan oleh setiap orang. Dan itulah dasar Allah dalam menghakimi!!
Dalam pengadilan akhir jaman ini, apakah Allah membutuhkan Corpus Delicti dalam menghukum? Saya tak usah menjawab pertanyaan itu, saudara pikirkan sendiri.
(2)Perhatikan pengadilan akhir jaman itu; itu merupakan suatu pengadilan yang sangat berbeda dengan pengadilan di dunia ini.
Dalam pengadilan di dunia ini, ada terdakwa, Hakim, dan juga ada jaksa / penuntut, pembela, saksi-saksi (yang meringankan atau memberatkan).
Tetapi dalam pengadilan akhir jaman ini tidak ada jaksa / penuntut, saksi yang meringankan atau memberatkan, pengacara sebagai pembela dan sebagainya. Yang ada hanya terdakwa dan Hakim. Bukti kesalahan, ada dalam kitab / pengetahuan Allah yang tak bisa salah!!
JELAS, ALLAH TIDAK MEMBUTUHKAN BUKTI APAPUN DALAM MENGHUKUM!
DAN LEBIH JELAS LAGI ALLAH TIDAK MEMBUTUHKAN CORPUS DELICTI DALAM MENGHUKUM!
Kita sudah membahas 4 contoh yang menunjukkan bahwa dalam pengadilan, bahkan pengadilan / penghakiman akhir jaman, Allah tidak membutuhkan bukti, apalagi Corpus Delicti, dalam menghukum. Tetapi supaya ini menjadi suatu ‘perdebatan’ yang fair / adil, maka sekarang saya akan membahas ayat-ayat yang kelihatannya menunjukkan bahwa Allah membuktikan kesalahan / dosa sebelum Ia menghukum!
Mari kita memperhatikan text-text di bawah ini. Apakah text-text ini menunjukkan bahwa Tuhan membuktikan kesalahan orang-orang yang akan dihukum itu?
Text pertama: Mat 22:11-13 - “(11) Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. (12) Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. (13) Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”.
Bukankah kelihatannya orang itu dibuktikan dulu kesalahannya (yaitu tidak berpakaian pesta), sebelum dihukum?
Text kedua: Mat 25:24-30 - “(24) Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. (25) Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan! (26) Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? (27) Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. (28) Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. (29) Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. (30) Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.’”.
Lagi-lagi, bukankah hamba itu dibuktikan dulu kesalahannya, baru dihukum?
Text ketiga: Mat 25:31-46 - “(31) ‘Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaanNya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaanNya. (32) Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapanNya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, (33) dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kananNya dan kambing-kambing di sebelah kiriNya. (34) Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kananNya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. (35) Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; (36) ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. (37) Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? (38) Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? (39) Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? (40) Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. (41) Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. (42) Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; (43) ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. (44) Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? (45) Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. (46) Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.
Lagi-lagi, bukankah ada pembuktian kesalahan, baru penghukuman?
Untuk text yang ketiga ini, perhatikan bahwa pemisahan domba dan kambing SUDAH TERJADI LEBIH DULU (ay 32-33)! Vonis kepada kambing-kambing itu juga sudah diberikan lebih dulu (ay 41)!
Dan untuk ketiga text ini, ada satu hal yang perlu diingat: KETIGA TEXT INI ADALAH PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN, sehingga tidak bisa ditafsirkan apa adanya! Saya tidak percaya bisa ada bantah-bantahan antara terdakwa dengan Hakim pada saat itu, dan Hakim harus menjelaskan dosa-dosa mereka. Artinya hanyalah:
Untuk text pertama: orang yang kelihatan kristen, tetapi tidak mempunyai pembenaran dari Kristus (diumpamakan dengan pakaian pesta) harus masuk neraka! Ia bukan orang kristen yang sejati!
Untuk text yang kedua: ‘orang Kristen’ yang sama sekali tidak menghasilkan apa-apa untuk Tuhan, harus masuk neraka! Lagi-lagi, ia bukan orang kristen yang sejati!
Untuk text yang ketiga: orang yang tidak melakukan apa yang baik (ini dosa pasif - bdk. Yak 4:17), adalah ‘kambing’ (orang kristen KTP), dan harus masuk neraka!
Ini bukan ajaran keselamatan karena perbuatan baik, tetapi kalau orang memang sudah selamat, perbuatan baik adalah buktinya. Kalau itu tidak ada, dia bukan orang Kristen sejati, dan dia belum selamat!
Dan saya tambahkan satu hal lagi yang sangat penting berkenaan dengan apa yang sedang kita bahas (yaitu Corpus Delicti). Tidak ada kasus manapun dalam penghakiman yang Allah lakukan, baik pada akhir jaman atau bukan, dimana Ia membutuhkan Corpus Delicti!
Bagaimana dengan setan / Iblis? Mari kita melihat penghukuman terhadap setan / Iblis.
Wah 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.”.
Apakah ada pembuktian kesalahan dari Iblis? Sama sekali tidak ada! Ada Corpus Delicti? NONSENSE! Dia langsung dihukum dengan dibuang ke neraka!
Hakim dunia membutuhkan bukti, saksi dsb, karena tanpa itu ia bisa menjatuhkan vonis yang salah. Tetapi sang Hakim akhir jaman adalah Hakim yang maha tahu, sehingga tidak membutuhkan bukti / saksi apapun, dan Ia tidak bisa salah dalam menghukum! Dengan demikian, Ia tidak melanggar ‘hukum’ apapun dalam diriNya sendiri!
3) Sekarang saya akan kutip ulang kata-kata ES yang boleh dikatakan merupakan inti dari ajarannya tentang Corpus Delicti. ES berkata sebagai berikut:
“Dalam hal ini - meminjam istilah hukum - dibutuhkan adanya suatu ‘corpus delicti.’ Corpus delicti adalah prinsip bahwa seseorang tidak dapat diadili atau dihukum sebelum ada bukti bahwa kesalahan atau kejahatan telah dilakukan, atau perlu suatu ‘fakta substansial bahwa suatu kejahatan telah dilakukan’. Fakta ini diteguhkan oleh pernyataan Rasul Paulus di surat kepada jemaat di Roma:
Karena hukum Taurat membangkitkan murka, tetapi di mana tidak ada hukum Taurat, di situ tidak ada juga pelanggaran. (Roma [4:15])
Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat. (Roma [5:13])
Maksud dari ayat-ayat ini adalah, tanpa ada hukum yang diberikan dan diketahui oleh manusia, maka manusia tersebut tidak dapat dihukum atas suatu tindakan yang dilakukannya. Pernyataan ini membuka pikiran kita untuk memahami bahwa Allah bertindak dengan aturan yang sempurna. Itulah sebabnya Ia memberikan hukum Taurat untuk menyatakan bahwa semua manusia telah berbuat dosa.
Kaitannya dengan Lucifer, ia harus dinyatakan bersalah juga melalui pembuktian. Kalau seseorang mencuri mobil, perlu dibuktikan bahwa ada mobil yang hilang. Kalau seseorang membunuh, perlu dibuktikan dengan mayat korban pembunuhan tersebut. Tetapi kesalahan Lucifer adanya di dalam pikirannya, yaitu hendak menyamai Allah. Bagaimana ini dibuktikan? Tentu dengan menunjukkan adanya makhluk ciptaan Allah yang memiliki penghormatan yang benar kepada-Nya.”.
Tanggapan Budi Asali:
a) Penafsiran dan penggunaan yang salah tentang Ro 4:15 dan Ro 5:13.
Ro 4:15 - “Karena hukum Taurat membangkitkan murka, tetapi di mana tidak ada hukum Taurat, di situ tidak ada juga pelanggaran.”.
Ro 5:13 - “Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat.”.
ES menafsirkan ayat-ayat di atas sebagai berikut:
“Maksud dari ayat-ayat ini adalah, tanpa ada hukum yang diberikan dan diketahui oleh manusia, maka manusia tersebut tidak dapat dihukum atas suatu tindakan yang dilakukannya.”.
Saya memberikan beberapa hal yang membuktikan kesalahan penafsiran ES ini:
1. Kalau kata-kata ES memang benar, maka bagaimana Tuhan bisa sudah banyak kali menghukum manusia sebelum jaman Musa? Misalnya:
a. Kain dihukum oleh Tuhan (Kej 4:10-12)?
b. Orang-orang pada jaman Nuh dihukum Tuhan dengan banjir universal (Kej 6:7,13,17 dsb)?
c. Orang-orang yang mendirikan menara Babel dihukum oleh Tuhan (Kej 11:7-9)?
Jelas sudah ada banyak penghukuman Tuhan sebelum Musa menuliskan hukum Taurat!!
2. Sekarang perhatikan 2 ayat ini:
a. Ro 2:12 - “Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat.”.
Orang-orang yang ‘tanpa hukum Taurat’, artinya mereka tidak mempunyai hukum Taurat, tetap disebut ‘berdosa’, yang jelas-jelas menunjukkan bahwa mereka dipersalahkan, dan dikatakan ‘akan binasa’, yang jelas-jelas berarti mereka dihukum!!! Mengapa? Karena semua orang mempunyai hukum hati nurani, dan mereka dipersalahkan dan dihukum berdasarkan hukum hati nurani itu (Ro 2:14-16)!
b. Ro 2:14-16 - “(14) Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. (15) Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela. (16) Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus.”.
Yang punya hukum Taurat, akan dihakimi, dipersalahkan dan dihukum, berdasarkan hukum Taurat; sedangkan yang tidak mempunyai hukum Taurat, akan dihakimi, dipersalahkan dan dihukum, berdasarkan hukum hati nurani.
Calvin (tentang Ro 2:14): “He indeed shows that ignorance is in vain pretended as an excuse by the Gentiles, since they prove by their own deeds that they have some rule of righteousness: for there is no nation so lost to every thing human, that it does not keep within the limits of some laws. Since then all nations, of themselves and without a monitor, are disposed to make laws for themselves, it is beyond all question evident that they have some notions of justice and rectitude, which the Greeks call preconceptions προληψεις, and which are implanted by nature in the hearts of men. They have then a law, though they are without law: for though they have not a written law, they are yet by no means wholly destitute of the knowledge of what is right and just; as they could not otherwise distinguish between vice and virtue; the first of which their restrain by punishment, and the latter they commend, and manifest their approbation of it by honoring it with rewards. He sets nature in opposition to a written law, meaning that the Gentiles had the natural light of righteousness, which supplied the place of that law by which the Jews were instructed, so that they were a law to themselves.” [= Ia memang menunjukkan bahwa dengan sia-sia ketidak-tahuan diclaim sebagai suatu dalih oleh orang-orang non Yahudi, karena mereka membuktikan oleh tindakan-tindakan mereka sendiri bahwa mereka mempunyai beberapa peraturan tentang kebenaran: karena di sana tidak ada bangsa yang begitu kehilangan segala sesuatu yang bersifat manusia, sehingga bangsa itu tidak menyimpan di dalam batasan-batasan dari beberapa hukum-hukum. Maka karena semua bangsa, dari diri mereka sendiri, dan tanpa seorang penasehat / pengawas, condong untuk membuat hukum-hukum untuk diri mereka sendiri, itu jelas membuktikan bahwa mereka mempunyai beberapa gagasan / konsep tentang keadilan dan kebenaran, yang orang-orang Yunani sebut prasangka / kecondongan προληψεις (PROLEPSEIS), dan yang ditanamkan secara alamiah dalam hati manusia. Maka mereka mempunyai suatu hukum, sekalipun mereka tanpa hukum: karena sekalipun mereka tidak mempunyai suatu hukum tertulis, mereka bukannya sepenuhnya tidak mempunyai pengetahuan tentang apa yang benar dan adil; karena kalau tidak, mereka tidak bisa membedakan antara kejahatan dan kebaikan; yang pertama mereka kekang dengan hukuman, dan yang belakangan mereka puji, dan wujudkan persetujuan mereka tentangnya dengan menghormatinya dengan upah / pahala. Ia meletakkan alam dalam pertentangan dengan suatu hukum tertulis, yang berarti bahwa orang-orang non Yahudi mempunyai terang alamiah dari kebenaran, yang menyuplai tempat dari hukum (Taurat) itu, dengan mana orang-orang Yahudi diajar, sehingga mereka adalah suatu hukum bagi diri mereka sendiri.].
Apakah ada orang yang bisa mentaati hukum Taurat / hukum hati nurani DENGAN SEMPURNA sehingga mereka tidak dihukum (tidak masuk neraka tetapi masuk surga)? Seandainya ada, maka bisa ada keselamatan karena perbuatan baik. Tetapi itu mustahil! Semua orang berdosa, dan hanya bisa selamat melalui penebusan yang Yesus Kristus lakukan!
Tetapi lalu bagaimana dengan Ro 2:13?
Ro 2:13 - “Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah, tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan.”.
Calvin (tentang Ro 2:13): “‘He who will do these shall live in them.’ The import then of this verse is the following, - ‘That if righteousness be sought from the law, the law must be fulfilled; for the righteousness of the law consists in the perfection of works.’ They who pervert this passage for the purpose of building up justification by works, deserve most fully to be laughed at even by children.” [= ‘Ia yang mau melakukan hal-hal ini akan hidup dalam mereka’. Jadi arti dari ayat ini adalah sebagai berikut, - ‘Bahwa jika kebenaran dicari dari hukum Taurat, hukum Taurat harus ditaati; karena kebenaran dari hukum Taurat terdiri dari kesempurnaan dari pekerjaan / perbuatan baik’. Mereka yang membengkokkan text ini untuk tujuan membangun pembenaran oleh pekerjaan / perbuatan baik, layak sepenuhnya untuk ditertawakan bahkan oleh anak-anak.].
William Hendriksen (tentang Ro 4:13-15): “It is understandable that if, instead, those people who believe that strenuous efforts to obey the law in all its details will save them, were right, then faith - reliance for salvation not on self but on God - would have lost its value. Also, on that basis no one would ever be saved, for the law demands perfection, which no sinner is able to render. Therefore the promise would be rendered worthless, for under those circumstances it could never be fulfilled. ... The law cannot enable a person to fulfil its demands; hence cannot save anyone: ‘For what the law could not do, God did by sending his own Son.’” [= Bisa dimengerti bahwa andaikata orang-orang itu, yang percaya bahwa usaha yang sungguh-sungguh untuk mentaati hukum Taurat dalam semua detail-detailnya akan menyelamatkan mereka, adalah benar, maka iman - kebersandaran untuk keselamatan bukan kepada diri sendiri tetapi kepada Allah - akan sudah kehilangan nilainya. Juga, berdasarkan hal itu tak seorangpun akan pernah diselamatkan, karena hukum Taurat menuntut kesempurnaan, yang tak ada orang berdosa mampu berikan. Karena itu janji itu akan menjadi tak bernilai, karena di bawah keadaan-keadaan itu, itu tidak pernah bisa digenapi. ... Hukum Taurat tidak bisa memampukan seseorang untuk menggenapi tuntutan-tuntutannya; dan karena itu tidak bisa menyelamatkan siapapun: ‘Karena apa yang hukum Taurat tak bisa lakukan, Allah melakukannya dengan mengutus AnakNya sendiri’ (Ro 8:3).].
Jadi, orang hanya bisa dibenarkan oleh hukum Taurat, kalau ia taat SECARA SEMPURNA kepada hukum Taurat!
Bdk. Gal 3:10 - “Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat.’”.
Bdk. Ul 28:1 - “‘Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintahNya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi.”. Bdk. Ul 27:15-26.
Calvin (tentang Ro 2:13): “Now we do not deny but that perfect righteousness is prescribed in the law: but as all are convicted of transgression, we say that another righteousness must be sought. Still more, we can prove from this passage that no one is justified by works; for if they alone are justified by the law who fulfill the law, it follows that no one is justified; for no one can be found who can boast of having fulfilled the law.” [= Kami tidak menyangkal bahwa kebenaran yang sempurna itu diteguhkan dalam hukum Taurat: tetapi karena semua orang dibuktikan bersalah / disadarkan tentang pelanggaran, kami berkata bahwa kebenaran yang lain harus dicari. Lebih lagi, kami bisa membuktikan dari text ini bahwa tidak seorangpun dibenarkan oleh hukum Taurat; karena jika hanya mereka yang mentaati hukum Taurat dibenarkan oleh hukum Taurat, maka tak seorangpun dibenarkan, karena tak seorangpun bisa ditemukan yang bisa membanggakan tentang telah mentaati hukum Taurat.].
Tentang kata-kata ‘kebenaran yang lain’ bandingkan dengan Ro 9:30-10:11, yang jelas berbicara tentang dua kebenaran, yaitu kebenaran karena perbuatan baik / ketaatan dan kebenaran yang iman!
Ro 9:30-10:11 - “(9:30) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. (9:31) Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu. (9:32) Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan, (9:33) seperti ada tertulis: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu sentuhan dan sebuah batu sandungan, dan siapa yang percaya kepadaNya, tidak akan dipermalukan.’ (10:1) Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. (10:2) Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. (10:3) Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah. (10:4) Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya. (10:5) Sebab Musa menulis tentang kebenaran karena hukum Taurat: ‘Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya.’ (10:6) Tetapi kebenaran karena iman berkata demikian: ‘Jangan katakan di dalam hatimu: Siapakah akan naik ke sorga?’, yaitu: untuk membawa Yesus turun, (10:7) atau: ‘Siapakah akan turun ke jurang maut?’, yaitu: untuk membawa Kristus naik dari antara orang mati. (10:8) Tetapi apakah katanya? Ini: ‘Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu.’ Itulah firman iman, yang kami beritakan. (10:9) Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. (10:10) Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. (10:11) Karena Kitab Suci berkata: ‘Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan.’”.
Ro 3:23-25a - “(23) Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, (24) dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. (25a) Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darahNya.”.
Kalau ES menganggap ayat ini hanya berlaku untuk jemaat / gereja di Roma pada saat itu, maka baca text di bawah ini:
Ro 3:9-12 - “(9) Jadi bagaimana? Adakah kita mempunyai kelebihan dari pada orang lain? Sama sekali tidak. Sebab di atas telah kita tuduh BAIK ORANG YAHUDI, MAUPUN ORANG YUNANI, bahwa mereka semua ada di bawah kuasa dosa, (10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak.”.
CORPUS DELICTI (7)
3. Sekarang mari kita memperhatikan Roma 5:14 - “Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang.”.
Apakah ES menafsirkan Ro 5:13 tanpa memperhatikan Ro 5:14nya??? Kalau memang seperti ES katakan, bahwa tanpa hukum Taurat manusia tak bisa dihukum, bagaimana bisa ada kematian sejak jaman Adam sampai Musa, dimana belum ada hukum Taurat?
Jadi, jelas bahwa Ro 4:15 dan Ro 5:13 tidak bisa diartikan sebagaimana ES mengartikannya. Lalu bagaimana kita harus menafsirkan kedua ayat itu dengan benar?
(a)Ro 4:15 - “Karena hukum Taurat membangkitkan murka, tetapi di mana tidak ada hukum Taurat, di situ tidak ada juga pelanggaran.”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘law’ [= hukum / hukum Taurat].
Calvin (tentang Ro 4:15): “he who is not instructed by the written law, when he sins, is not guilty of so great a transgression, as he is who knowingly breaks and transgresses the law of God.” [= ia yang tidak diajar oleh hukum / hukum Taurat tertulis, pada waktu ia berbuat dosa, tidak bersalah dalam pelanggaran yang begitu besar, seperti ia yang dengan tahu / sadar melanggar hukum Taurat Allah.].
Jadi, Calvin menafsirkan kata-kata ‘tidak ada juga pelanggaran’ hanya dalam arti perbandingan. Kalau ada hukum Taurat, dan orang melanggar, maka dosanya lebih berat. Kalau tidak ada hukum Taurat, maka dosanya lebih ringan. Tafsiran ini menjadi sejalan dengan ayat di bawah ini!
Ro 5:20 - “Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah,”.
Charles Hodge (tentang Ro 4:15): “‘For where there is no law, there is no transgression.’ ... Where there is no law, there can be no sin, because the very idea of sin is the want of conformity to a rule, to which conformity is due; so that where there is no rule or standard, there can be no want of conformity. Such being the meaning of this clause, it is plain that by law, the apostle does not intend the Mosaic law, but law as the standard to which rational creatures are bound to be conformed.” [= ‘Karena dimana tidak ada hukum, di sana tidak ada pelanggaran’. ... Dimana tidak ada hukum, di sana tidak bisa ada dosa, karena gagasan dari dosa adalah kurangnya kesesuaian dengan suatu peraturan, terhadap mana kesesuaian diharapkan; sehingga dimana tidak ada peraturan atau standard, di sana tidak bisa ada kekurangan kesesuaian. Kalau arti dari anak kalimat ini adalah seperti itu, adalah jelas bahwa dengan ‘hukum’, sang rasul tidak memaksudkan hukum Musa (hukum Taurat), tetapi hukum sebagai standard pada mana makhluk-makhluk rasionil diharuskan untuk menyesuaikan.] - Libronix.
Adam Clarke (tentang Ro 4:15): “‘Because the law worketh wrath.’ For law, NOMOS, any law, or rule of duty. No law makes provision for the exercise of mercy, for it worketh wrath, ORGEEN, punishment, for the disobedient. Law necessarily subjects the transgressor to punishment; for where no law is - where no rule of duty is enacted and acknowledged, there is no transgression; and where there is no transgression there can be no punishment, for there is no law to enforce it.” [= ‘Karena hukum mengerjakan murka’. Untuk ‘hukum’, NOMOS, hukum apapun, atau peraturan tentang kewajiban. Tak ada hukum yang membuat persediaan untuk pelaksanaan belas kasihan, karena hukum mengerjakan murka, ORGEEN, hukuman, untuk orang-orang yang tidak taat. Hukum secara tak terhindarkan menundukkan si pelanggar pada hukuman; karena dimana tidak ada hukum - dimana tidak ada peraturan tentang kewajiban ditegakkan dan diakui, di sana tidak ada pelanggaran; dan dimana tidak ada pelanggaran di sana tidak bisa ada hukuman, karena di sana tidak ada hukum untuk menjalankan / memaksakannya.].
(b)Ro 5:13 - “Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat.”.
Calvin (tentang Ro 5:13): “‘But sin is not imputed,’ etc. Without the law reproving us, we in a manner sleep in our sins; and though we are not ignorant that we do evil, we yet suppress as much as we can the knowledge of evil offered to us, at least we obliterate it by quickly forgetting it. While the law reproves and chides us, it awakens us as it were by its stimulating power, that we may return to the consideration of God’s judgment. The Apostle then intimates that men continue in their perverseness when not roused by the law, and that when the difference between good and evil is laid aside, they securely and joyfully indulge themselves, as if there was no judgment to come. But that before the law iniquities were by God imputed to men is evident from the punishment of Cain, from the deluge by which the whole world was destroyed, from the fate of Sodom, and from the plagues inflicted on Pharaoh and Abimelech on account of Abraham, and also from the plagues brought on the Egyptians. That men also imputed sin to one another, is clear from the many complaints and expostulations by which they charged one another with iniquity, and also from the defenses by which they labored to clear themselves from accusations of doing wrong. There are indeed many examples which prove that every man was of himself conscious of what was evil and of what was good: but that for the most part they connived at their own evil deeds, so that they imputed nothing as a sin to themselves unless they were constrained. When therefore he denies that sin without the law is imputed, he speaks comparatively; for when men are not pricked by the goads of the law, they become sunk in carelessness.” [= ‘Tetapi dosa tidak diperhitungkan’, dst. Tanpa hukum Taurat menegur kita, kita dengan cara tertentu tidur dalam dosa-dosa kita; dan sekalipun kita bukannya tidak tahu bahwa kita melakukan kejahatan, tetapi kita menekan, sebanyak yang kita bisa, pengetahuan tentang kejahatan yang diajukan kepada kita, setidaknya kita menghapuskannya dengan melupakannya dengan cepat. Sementara hukum Taurat menegur dan memarahi kita, itu seakan-akan membangunkan kita oleh kuasa / kekuatan membangunkannya, sehingga kita bisa kembali pada pertimbangan tentang penghakiman Allah. Sang Rasul lalu menyatakan secara implicit bahwa manusia terus dalam kejahatan / kebejatan mereka pada waktu tidak dibangunkan oleh hukum Taurat, dan bahwa pada waktu perbedaan antara baik dan jahat dikesampingkan, mereka dengan aman dan dengan sukacita memuaskan nafsu mereka, seakan-akan disana tidak ada penghakiman yang akan datang. Tetapi bahwa sebelum hukum Taurat, kejahatan-kejahatan diperhitungkan oleh Allah kepada manusia adalah jelas dari hukuman dari Kain, dari air bah dengan mana seluruh dunia dihancurkan, dari nasib Sodom, dan dari tulah-tulah / wabah-wabah yang diberikan kepada Firaun dan Abimelekh karena Abraham, dan juga dari tulah-tulah yang diberikan kepada orang-orang Mesir. Bahwa manusia juga memperhitungkan dosa satu kepada yang lain, adalah jelas dari banyak keluhan / tuntutan dan protes dengan mana mereka saling menuduh / menyalahkan satu sama lain dengan kejahatan, dan juga dari pembelaan dengan mana mereka berjerih payah untuk membersihkan diri mereka sendiri dari tuduhan-tuduhan tentang melakukan kesalahan. Di sana memang ada banyak contoh-contoh yang membuktikan bahwa setiap orang dari dirinya sendiri sadar tentang apa yang jahat dan tentang apa yang baik: tetapi bahwa pada umumnya mereka berpura-pura tidak tahu akan tindakan-tindakan jahat mereka, sehingga mereka tidak memperhitungkan apapun sebagai suatu dosa kepada diri mereka sendiri kecuali mereka dipaksa. Karena itu pada waktu ia menyangkal bahwa dosa diperhitungkan tanpa hukum Taurat, ia berbicara secara membandingkan; karena pada waktu orang-orang tidak ditusuk oleh tusukan-tusukan hukum Taurat, mereka jadi tenggelam dalam ketidak-pedulian / pengabaian.].
William Hendriksen (tentang Ro 5:13-14): “Sin was indeed in the world even before Sinai’s law was given, as is shown by the fact that death, sin’s punishment, ruled supreme during the period Adam to Moses. ... Yes, death reigned even over those who did not sin by transgressing an expressed command, as did Adam. See Gen. 2:16, 17. So, it is clear that even during the period Adam to Moses sin was indeed taken into account. Though Sinai’s law, with its expressed commands, did not as yet exist, THERE WAS LAW. Here the apostle was undoubtedly thinking about what he had written earlier in this very epistle (2:14, 15). ... That there was law follows from the fact that there was sin. If there had been no law there would have been no sin.” [= Dosa memang sudah ada dalam dunia, bahkan sebelum hukum Taurat Sinai diberikan, seperti ditunjukkan oleh fakta bahwa kematian, hukuman dosa, memerintah dengan kuasa terbesar selama masa dari Adam sampai Musa. ... Ya, kematian memerintah bahkan atas mereka yang tidak berbuat dosa dengan pelanggaran dari suatu perintah yang dinyatakan, seperti yang dilakukan oleh Adam. Lihat Kej 2:16,17. Jadi, adalah jelas bahwa bahkan selama masa dari Adam sampai Musa dosa memang diperhitungkan. Sekalipun hukum Taurat Sinai, dengan perintah-perintah yang dinyatakan, belum ada pada saat itu, DISANA ADA HUKUM. Di sini tak diragukan bahwa sang rasul berpikir tentang apa yang telah ia tulis sebelumnya dalam surat ini (2:14,15). ... Bahwa di sana ada hukum merupakan bukti dari fakta bahwa di sana ada dosa. Seandainya di sana tidak ada hukum, di sana juga tidak akan ada dosa.].
Charles Hodge (tentang Ro 5:13): “‘When there is no law,’ ... Sin is correlative of law. If there is no law, there can be no sin, as Paul had already taught, 4:15. But if there is no sin without law, there can be no imputation of sin. As, however, sin was imputed, as sin was in the world, as men were sinners, and were so regarded and treated before the law of Moses, it follows that there must be some more comprehensive law in relation to which men were sinners, and in virtue of which they were so regarded and treated. The principle here advanced, and on which the apostle’s argument rests is, that the infliction of penal evil implies the violation of law. If men were sinners, and were treated as such before the law of Moses, it is certain that there is some other law, for the violation of which sin was imputed to them.” [= ‘Pada waktu di sana tidak ada hukum Taurat’, ... Dosa berhubungan dengan hukum. Jika di sana tidak ada hukum, di sana tidak bisa ada dosa, seperti Paulus telah ajarkan, 4:15. Tetapi jika di sana tidak ada dosa tanpa hukum, di sana tidak bisa ada pemerhitungan dosa. Tetapi, karena dosa diperhitungkan, karena dosa ada dalam dunia, karena manusia adalah orang-orang berdosa, dan dianggap dan diperlakukan seperti itu sebelum hukum Taurat Musa, MAKA DI SANA PASTI ADA HUKUM YANG LEBIH LUAS berhubungan dengan mana manusia adalah orang-orang berdosa, dan karenanya mereka dianggap dan diperlakukan seperti itu. Kebenaran dasar yang diajukan di sini, dan pada mana argumentasi sang rasul didasarkan adalah bahwa pemberian hukuman kejahatan menunjukkan secara tak langsung pelanggaran hukum. Jika manusia adalah orang-orang berdosa, dan diperlakukan seperti itu sebelum hukum Taurat Musa, ADALAH PASTI BAHWA DI SANA ADA HUKUM YANG LAIN, untuk pelanggaran mana dosa diperhitungkan kepada mereka.] - Libronix.
b) Sekarang kata-kata ES yang ada di bagian akhir dari kutipan di atas:
“Kaitannya dengan Lucifer, ia harus dinyatakan bersalah juga melalui pembuktian. Kalau seseorang mencuri mobil, perlu dibuktikan bahwa ada mobil yang hilang. Kalau seseorang membunuh, perlu dibuktikan dengan mayat korban pembunuhan tersebut. Tetapi kesalahan Lucifer adanya di dalam pikirannya, yaitu hendak menyamai Allah. Bagaimana ini dibuktikan? Tentu dengan menunjukkan adanya makhluk ciptaan Allah yang memiliki penghormatan yang benar kepada-Nya.”.
Ini bantahan saya terhadap kata-kata ES ini:
1. Kalau orang membunuh, dan ada saksi-saksinya, apalagi ada bukti rekaman CCTV, saya kok sama sekali tidak yakin bahwa mayatnya harus ada sebagai bukti.
Saat ini (Nopember 2018) dunia sedang dihebohkan tentang wartawan Saudi Arabia (Jamal Khashoggi) yang dibunuh di kedutaan Saudi Arabia di Turki, padahal mayatnya tidak ketemu sampai sekarang. Yang ada hanya rekaman video / CCTV yang menunjukkan Jamal Khashoggi masuk kedutaan itu tetapi tidak pernah keluar. Yang keluar adalah orang yang mirip dengan Jamal Khashoggi. Ini sudah dianggap sebagai bukti; tak butuh mayat sebagai bukti!
Jadi menurut saya, bukti mayat itu hanya dibutuhkan dalam kasus-kasus tertentu saja.
2. Yang terpenting dalam pembahasan bagian ini adalah: menurut saya, ES sudah membelokkan contoh-contoh yang ia sendiri berikan, pada waktu menerapkannya kepada Iblis.
Coba perhatikan kata-kata ES: orang mencuri mobil, buktinya adalah mobil curian itu. Orang membunuh buktinya adalah mayat dari orang yang dibunuh.
Tetapi pada waktu pikiran Lucifer (yang ES anggap sebagai nama dari Iblis) mau menyamai Allah, buktinya adalah dengan menunjukkan adanya makhluk yang memiliki penghormatan yang benar terhadap Allah!
Ini sama sekali tidak cocok dengan contoh mobil hilang dan pembunuhan di atas.
Dan kalau penerapan yang ES buat terhadap Iblis itu dikembalikan kepada manusia, maka:
a. Pada waktu ada pencuri mobil, pembuktiannya adalah dengan menghadirkan orang yang tidak pernah mencuri. Pasti hakimnya gila kalau mau membuktikan dengan cara seperti itu.
b. Pada waktu ada orang membunuh, pembuktiannya adalah dengan menghadirkan orang yang tidak pernah membunuh. Pasti hakimnya sama gilanya dengan kasus di atas.
c. Pada waktu Adam dan Hawa makan buah terlarang, pembuktian kesalahannya harus ada orang yang mentaati Allah dengan tidak makan buah terlarang itu. Maka buktinya tidak bisa ada, karena saat itu hanya ada 2 orang di seluruh dunia, dan keduanya makan buah itu!
3. Dan kalau ES mengasumsikan bahwa kesalahan Iblis BELUM TERBUKTI, mengapa harus ada orang yang menghormati Allah secara benar sebagai bukti kesalahan Iblis? Bukankah dengan demikian kesalahan Iblis SUDAH DIASUMSIKAN SEBAGAI KETIDAK-HORMATAN TERHADAP ALLAH???
4. ES menganggap Yes 14 dan Yeh 28, menunjuk pada kejatuhan Iblis dan hukumannya; dan Wah 12 menunjuk pada perang antara Mikhael dan anak buahnya melawan Iblis dan anak buahnya. Tetapi anehnya ES masih beranggapan perlu Yesus dan orang-orang Kristen untuk menjadi Corpus Delicti, untuk membuktikan kesalahan / dosa dari Iblis!
Mari kita perhatikan text-text itu satu per satu:
a. Yes 14:12-14 - “(12) ‘Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! (13) Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. (14) Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!”.
Dengan asumsi seperti yang ES ajarkan, yaitu bahwa text ini menunjuk pada kejatuhan Iblis dan hukumannya, jelas bahwa dosanya sudah diketahui, dan hukuman sudah diberikan. Padahal ini belum jaman Yesus dan orang-orang Kristen. Lalu untuk apa Yesus dan orang-orang Kristen harus menjadi Corpus Delicti?
b. Yeh 28:16-17 - “(16) Dengan dagangmu yang besar engkau penuh dengan kekerasan dan engkau berbuat dosa. Maka Kubuangkan engkau dari gunung Allah dan kerub yang berjaga membinasakan engkau dari tengah batu-batu yang bercahaya. (17) Engkau sombong karena kecantikanmu, hikmatmu kaumusnahkan demi semarakmu. Ke bumi kau Kulempar, kepada raja-raja engkau Kuserahkan menjadi tontonan bagi matanya.”.
Catatan: sebetulnya ay 16b salah terjemahan (RSV sama dengan LAI).
KJV: ‘therefore I will cast thee as profane out of the mountain of God: and I will destroy thee, O covering cherub, from the midst of the stones of fire.’ [= karena itu Aku akan membuang engkau sebagai sesuatu yang menjijikkan keluar dari gunung Allah: dan Aku akan menghancurkan engkau, ya kerub yang melindungi / menutupi, dari tengah-tengah batu-batu api.]. NIV/NASB/ASV/NKJV/YLT kurang lebih sama dengan KJV.
Kalau terjemahan ini memang benar, dan dengan asumsi Yeh 28 menunjuk kepada Iblis, maka Iblis di sini disebut sebagai ‘kerub’, bukan ‘anak Allah’ seperti yang ES ajarkan!
Tetapi yang saya tekankan di sini adalah: kalau diasumsikan text ini menunjuk kepada Iblis, maka text ini sudah jelas-jelas menunjukkan dosa / kesalahan Iblis, dan hukumannya. Lalu apa gunanya Yesus dan orang-orang Kristen harus menjadi Corpus Delicti??
c. Wah 12:7-11 - “(7) Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, (8) tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. (9) Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya. (10) Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: ‘Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapiNya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita. (11) Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut.”.
Dari tulisan yang sedang kita bahas, ES tidak mengatakan kapan perang ini terjadi. Tapi adanya perang sudah jelas menunjukkan Iblis sudah dianggap bersalah. Kalau tidak, mengapa perang? Dan bahwa Iblis dilemparkan ke bawah / ke bumi, itu pasti sudah menunjukkan hukuman, sekalipun belum seluruh hukuman, yaitu masuk neraka.
Jadi, untuk apa Yesus dan orang-orang Kristen harus menjadi Corpus Delicti lagi?? Membuktikan yang sudah terbukti???
Dari point ini lagi-lagi terlihat bahwa ajaran ES saling bertabrakan sendiri satu sama lain!
4) Saya ingin mengajak saudara membaca sekali lagi kata-kata ES berkenaan dengan penggunaannya terhadap Wah 12.
==============KATA-KATA ES===================
Mengapa Allah tidak serta-merta membinasakan atau menghukum Lucifer dan para malaikat yang terhasut olehnya untuk memberontak?
Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya. (Wahyu 12:7-9)
Di dalam teks dari kitab Wahyu ini dikatakan bahwa Mikhael dan malaikat-malaikat Allah harus berperang melawan “naga” yang adalah gambaran Lucifer (Iblis) berserta dengan malaikat-malaikatnya. Mengapa bukan Allah sendiri yang bertindak, tetapi para malaikat-Nya yang berperang? Sulit dibantah adanya kesan bahwa iblis tidak mudah ditaklukkan. Ini sebetulnya berkaitan dengan hukum dalam diri Allah.
Pada akhirnya tersingkap bahwa bukan para malaikat yang bisa mengalahkan Iblis, melainkan darah Tuhan Yesus dan perkataan kesaksian mereka yang tidak menyayangkan nyawanya.
Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: “Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita. Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. (Wahyu [12:10]-11)
Karena Allah tidak akan bertindak melanggar hukum atau tatanan akan diri-Nya inilah Lucifer berani melakukan tindakan nekat. Ia pasti memahami integritas Allah ini, sehingga memanfaatkan realitas tersebut untuk mewujudkan keinginannya.
Ini dapat kita simpulkan sebab sangatlah masuk akal kalau dipahami bahwa tidak mungkin Lucifer berani melawan Allah Bapa tanpa alasan yang kuat. Lucifer melihat peluang untuk bisa memenangi perlawanan terhadap Allah, sebab Allah tidak bisa bertindak di luar hukum keadilan-Nya. Lalu Lucifer mencoba mencari kesempatan untuk mendapat keuntungan dari realitas tersebut. Ia membawa dirinya dengan Allah pada suatu “pertarungan”. Ia “berjudi” dengan keputusannya sendiri dan berharap bisa memperoleh apa yang diinginkan, yaitu mengangkat diri sebagai penguasa, menyamai Allah.
==============================================
Tanggapan Budi Asali:
a) ES tahu-tahu mengambil Wah 12 ini mulai ay 7. Menurut saya, ES lagi-lagi mengambil dan menafsirkan ayat / text secara ‘out of context’ [= keluar dari kontextnya]. Ini akan saya tunjukkan dengan lebih jelas belakangan.
b) Sekarang perhatikan kata-kata ES ini:
“Mengapa bukan Allah sendiri yang bertindak, tetapi para malaikat-Nya yang berperang? Sulit dibantah adanya kesan bahwa iblis tidak mudah ditaklukkan. Ini sebetulnya berkaitan dengan hukum dalam diri Allah. Pada akhirnya tersingkap bahwa bukan para malaikat yang bisa mengalahkan Iblis, melainkan darah Tuhan Yesus dan perkataan kesaksian mereka yang tidak menyayangkan nyawanya.”.
============================================
Tanggapan saya:
1. Saya tak melihat adanya logika dalam kata-kata ES di atas ini. Kalau Allah tahu Iblis tidak mudah ditaklukkan, maka justru harus Dia yang berperang dan menaklukkan Iblis. Mengapa Dia justru mengajukan Mikhael dan para malaikatnya untuk berperang melawan Iblis yang tidak mudah ditaklukkan?
Apakah Dia takut kalah, sehingga Dia mengajukan para kerocoNya, sehingga kalau kalahpun tidak memalukan?
Atau, karena adanya ‘hukum dalam diri Allah’ itu? Tetapi di atas sudah saya tunjukkan bahwa adanya perang itu (kalau perang itu memang berhubungan dengan kejatuhan Iblis, sebagaimana yang ES percayai), sudah membuktikan kalau Iblis sudah dianggap salah. Kalau tidak, mengapa ada perang? Jadi, adanya hukum dalam diri Allah tidak ada hubungannya dengan siapa yang maju berperang melawan Iblis dan malaikat-malaikatnya.
2. Saya sama sekali tidak mengerti bagaimana ES bisa berkata: “Pada akhirnya tersingkap bahwa bukan para malaikat yang bisa mengalahkan Iblis”?
Padahal ES sendiri mengutip Wah 12:7-9 yang berbunyi: “(7) Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, (8) tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. (9) Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.”.
Hanya orang buta yang tidak bisa melihat bahwa text ini menunjukkan kalau Mikhael dan malaikat-malaikatnya berhasil mengalahkan Iblis dan malaikat-malaikatnya!!
c) Sekarang, untuk menunjukkan bahwa ES menafsirkan secara out of context / keluar dari kontextnya, mari kita membaca Wah 12 mulai ay 1.
Wah 12:1-6 - “(1) Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. (2) Ia sedang mengandung dan dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan ia berteriak kesakitan. (3) Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota. (4) Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Dan naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkanNya. (5) Maka ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhtaNya. (6) Perempuan itu lari ke padang gurun, di mana telah disediakan suatu tempat baginya oleh Allah, supaya ia dipelihara di situ seribu dua ratus enam puluh hari lamanya. ”.
Wah 12:7-12 - “(7) Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, (8) tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. (9) Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya. (10) Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: ‘Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapiNya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita. (11) Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. (12) Karena itu bersukacitalah, hai sorga dan hai kamu sekalian yang diam di dalamnya, celakalah kamu, hai bumi dan laut! karena Iblis telah turun kepadamu, dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat.’”.
Ada 3 karakter / pemeran utama dalam text ini, yaitu:
1. Perempuan.
2. Anak perempuan itu.
3. Naga.
Ada 2 hal yang sebetulnya terlihat dengan sangat jelas, yaitu bahwa Anak itu menunjuk kepada Yesus Kristus (ay 5 bdk. Maz 2:9), dan naga menunjuk kepada Iblis (ay 9).
Ay 5: “Maka ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhtaNya.”.
Maz 2:4-9 - “(4) Dia, yang bersemayam di sorga, tertawa; Tuhan mengolok-olok mereka. (5) Maka berkatalah Ia kepada mereka dalam murkaNya dan mengejutkan mereka dalam kehangatan amarahNya: (6) ‘Akulah yang telah melantik rajaKu di Sion, gunungKu yang kudus!’ (7) Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: ‘AnakKu engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini. (8) Mintalah kepadaKu, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu. (9) Engkau akan meremukkan mereka dengan gada besi, memecahkan mereka seperti tembikar tukang periuk.’”.
Catatan: saya memberikan Maz 2 mulai ay 4, sekalipun yang dikutip dalam Wah 12:5 itu hanya sebagian dari Maz 2:9, supaya saudara bisa melihat kontext dari Maz 2 itu, yang jelas-jelas berbicara tentang Anak / Yesus.
Ay 9: “Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.”.
Jadi, dari 3 peran utama dalam Wah 12 hanyalah perempuan itu yang menjadi persoalan: perempuan itu menunjuk kepada apa / siapa?
Dan hal lain yang perlu kita ketahui, dan ini adalah yang terpenting berkenaan dengan pembahasan kata-kata ES di atas, adalah: kapan terjadinya Wah 12 ini?
CORPUS DELICTI (8)
Kalau kontext dari Wahyu 12 itu berbicara tentang ‘lahir’nya Yesus, maka sudah jelas terjadinya Wah 12 adalah di sekitar kelahiran Yesus, dan bukannya pada masa lampau yang jauh (kejatuhan Iblis)!
Jadi, sudah terlihat bahwa ES menafsir ‘out of context’ [= keluar dari kontext].
d) Sekarang mari kita membandingkan penafsiran ES tentang Wah 12:7-11 dengan metode-metode penafsiran tentang kitab Wahyu.
1. The historical method (metode historis / sejarah).
a. Pandangan / metodenya.
Metode ini beranggapan bahwa penglihatan-penglihatan dalam kitab ini menunjuk kepada sejarah dalam Perjanjian Baru, mulai jaman rasul-rasul sampai akhir jaman. Dan mereka selalu memberikan penggenapan-penggenapan yang specific / tertentu terhadap nubuat-nubuat atau penglihatan-penglihatan dalam Kitab Wahyu. Jadi penglihatan / nubuat itu dianggap digenapi oleh suatu peristiwa atau orang tertentu.
Misalnya: binatang yang keluar dari dalam bumi (Wah 13:11) dianggap sebagai kepausan gereja Roma Katolik.
b. Para penganutnya.
George Eldon Ladd mengatakan bahwa pandangan ini dianut oleh para tokoh Reformasi.
Orang-orang yang menganut metode historis: John Wycliffe, John Knox, William Tyndale, Martin Luther, John Calvin, Ulrich Zwingli, Philip Melanchthon, Sir Isaac Newton, Jan Huss, John Foxe, John Wesley, Jonathan Edwards, George Whitefield, Charles Finney, C. H. Spurgeon, Matthew Henry, Adam Clarke, Albert Barnes.
Tetapi jaman sekarang jarang sekali ada penafsir yang menganut pandangan ini.
c. Serangan / kritik terhadap pandangan ini.
(1)Kitab Wahyu menjadi tidak / kurang relevan bagi penerima orisinil Kitab Wahyu ini.
(2)Tidak ada kesesuaian pendapat dalam golongan ini.
Misalnya seseorang mengartikan nubuat / penglihatan tertentu sebagai A, tetapi yang lain mengartikan sebagai B.
Steve Gregg: “One of the weaknesses of the historicist approach is seen in the inability of its advocates to agree upon the specific fulfillments of the prophecies. Moses Stuart (preterist) charged that ‘Hitherto, scarcely any two original and independent (historicist) expositors have been agreed, in respect to some points very important to their bearing upon the interpretation of the book.’ ... If the prophecies’ meanings cannot be identified with certainty, even after their fulfillments, the value of the prophecies to the readers of any period, whether before or following the fulfillments, is in serious question.” [= Salah satu dari kelemahan dari pendekatan historis terlihat dari ketidakmampuan dari para pendukungnya untuk bersepakat tentang penggenapan specific / tertentu dari nubuat-nubuat. Moses Stuart (preterist) menuduh bahwa ‘Sampai saat ini hampir tidak ada 2 penafsir orisinil dan independen yang sepakat berkenaan dengan beberapa hal yang sangat penting terhadap sikap mereka dalam menafsirkan kitab ini’. ... Jika arti dari nubuat-nubuat itu tidak bisa ditentukan dengan pasti, bahkan setelah penggenapannya terjadi, maka nilai dari nubuat itu bagi para pembacanya dari jaman manapun, baik sebelum atau setelah penggenapannya, sangat dipertanyakan.] - ‘Revelation: Four Views’, hal 36-37.
James B. Ramsey, yang kelihatannya menganut spiritual method / metode rohani, menentang metode historis karena alasan yang sama, dan ia berpendapat bahwa metode historis yang menafsirkan bahwa setiap bagian nubuat dalam Kitab Wahyu menunjuk kepada satu event / orang tertentu, menyebabkan adanya banyak pendapat, karena yang satu mengatakan bahwa simbol itu menunjuk kepada A sedangkan yang lain mengatakan simbol itu menunjuk kepada B, dsb. Banyak pendapat ini akhirnya menyebabkan orang malas mempelajari kitab Wahyu ini, karena menganggap toh tidak akan bisa mendapatkan penafsiran yang benar (hal 28-29).
James B. Ramsey: “Perhaps nothing so much as this has tended to increase the apparent obscurity, and to lessen the spiritual influence of this book, and the blessedness here promised.” [= Mungkin tidak ada yang lebih dari ini (maksudnya metode historis) yang begitu cenderung mengaburkan, dan mengurangi pengaruh rohani dari kitab ini dan berkat yang dijanjikan di sini.] - hal 29.
(3)Pandangan ini terlalu sempit / picik, karena penggenapan nubuat Kitab Wahyu selalu hanya diarahkan kepada gereja di Eropah pada jaman Reformasi, dan tidak memperhitungkan gereja-gereja lain di tempat yang berbeda dan pada jaman yang berbeda.
Steve Gregg: “Another criticism of historicism has been that it is too flexible in the service of its advocates, allowing most of them to identify their own times as the culmination of history. Walvoord (futurist) criticizes historicism on these very grounds, saying ‘its adherents have succumbed to the tendency to interpret the book in some sense climaxing in their generation.’ Historicism is criticized as being too parochial, failing to take the development of the church throughout the world into consideration. Tenney (futurist) has made this observation: The Historicist view which attempts to interpret the Apocalypse by the development of the church in the last nineteen centuries, seldom if ever takes cognizance of the church outside Europe. It is concerned mainly with the period of the Middle Ages and the Reformation and has relatively little to say of developments after A.D. 1500.” [= Kritik yang lain terhadap metode historis adalah bahwa metode ini terlalu flexibel dalam melayani para pendukungnya, mengijinkan kebanyakan dari mereka untuk mengenali jaman mereka sendiri sebagai puncak dari sejarah. Walvoord (futurist) mengkritik metode historis berdasarkan hal ini, dengan berkata: ‘para pengikutnya menyerah pada kecenderungan untuk menafsirkan kitab ini dalam arti tertentu mencapai klimaxnya dalam generasi mereka’. Metode historis ini dikritik sebagai terlalu berpandangan sempit / picik, dan tidak mempertimbangkan perkembangan gereja di seluruh dunia. Tenney (futurist) membuat pengamatan ini: Pandangan historis yang mencoba untuk menafsirkan kitab Wahyu menurut perkembangan gereja dalam 19 abad yang terakhir, jarang, dan mungkin tidak pernah, memperhatikan gereja di luar Eropah. Pandangan ini sebagian besar hanya memperhatikan jaman Abad Pertengahan dan Reformasi, dan secara relatif hanya berbicara sedikit tentang perkembangan setelah tahun 1500 M.] - ‘Revelation: Four Views’, hal 37.
2. The preterist method (metode preteris / lampau).
a. Pandangan / metodenya.
Kata preterist berasal dari kata bahasa Latin ‘PRAETER’, yang berarti ‘past / lampau’.
Penganut metode Preteris ini sangat memperhatikan kata-kata:
(1)‘apa yang harus segera terjadi’ (Wah 1:1).
(2)‘waktunya sudah dekat’ (Wah 1:3).
(3)‘apa yang harus segera terjadi’ (Wah 22:6).
(4)‘Aku datang segera’ (Wah 22:7).
Ini menyebabkan mereka lalu berpendapat bahwa seluruh / mayoritas nubuat dalam Kitab Wahyu sudah digenapi pada masa lalu, tidak lama setelah jaman rasul Yohanes sendiri, khususnya dalam kejatuhan kekaisaran Romawi. Sebagian preterist mengecualikan pasal-pasal terakhir dari Kitab Wahyu dan mereka berpendapat bahwa pasal-pasal terakhir ini melihat ke depan pada kedatangan Kristus yang kedua. Tetapi sebagian yang lain berpendapat bahwa seluruh Kitab Wahyu (tanpa kecuali) sudah terjadi.
Steve Gregg: “Some preterists believe that the book of Revelation looks no further into the future than the Jewish holocaust in A.D. 70. Others, however, believe that the first half of Revelation describes the fall of Jerusalem, the second half predicts the fall of the Roman Empire, and the final chapters describe the second coming of Christ.” [= Sebagian preterist percaya bahwa kitab Wahyu memandang ke masa depan tidak lebih jauh dari penghancuran masal terhadap bangsa Yahudi pada tahun 70 M. Tetapi para preterist yang lain percaya bahwa setengah yang pertama dari kitab Wahyu menggambarkan kejatuhan Yerusalem, sedangkan sisanya meramalkan kejatuhan kekaisaran Romawi, dan pasal-pasal yang terakhir menggambarkan kedatangan Kristus yang kedua-kalinya.] - ‘Revelation: Four Views’, hal 39.
b.Penganut metode ini.
Gereja Roma Katolik senang dengan pandangan / metode ini, karena metode ini menjadi perisai bagi mereka terhadap serangan para tokoh Reformasi yang menganut metode historis.
A. T. Robertson: “Roman Catholic scholars have been fond of the preterist view to escape the Protestant interpretation of the second beast in chapter 13 as papal Rome.” [= Para ahli theologia Roma Katolik senang dengan pandangan preterist untuk menghindari penafsiran Protestan tentang binatang yang kedua dalam pasal ke 13 sebagai kepausan Roma.] - hal 277.
Tetapi tentu saja bukan hanya Gereja Roma Katolik saja yang menerima metode ini.
c. Positifnya pandangan ini.
(1)Metode ini membuat Kitab Wahyu relevan bagi penerima orisinil Kitab Wahyu ini.
(2)Kata-kata ‘apa yang harus segera terjadi’ (1:1 bdk. 1:3 22:6) bisa diartikan secara hurufiah dan tidak perlu dicari-carikan arti lain.
d. Serangan / kritik terhadap pandangan ini.
(1)Metode ini membuat Kitab Wahyu tidak terlalu berguna untuk orang kristen yang hidup setelah jaman penerima orisinil dari Kitab Wahyu.
Leon Morris (Tyndale): “this view has the merit of making the book exceedingly meaningful for the people to whom it was written. And it has the demerit of making it meaningless (except for the information it gives about that early generation) for all subsequent readers.” [= pandangan ini mempunyai kebaikan dalam membuat kitab ini sangat berarti untuk orang-orang kepada siapa kitab itu ditulis (pembaca orisinil). Dan pandangan ini mempunyai kejelekan dalam membuat kitab itu tidak mempunyai arti (kecuali memberikan informasi tentang generasi yang lebih awal) untuk semua pembaca yang hidup setelah para pembaca orisinil.] - hal 16.
(2)Pandangan ini sangat bersandar pada penulisan kitab Wahyu sebelum 70 M, padahal ini adalah suatu hal yang diperdebatkan.
(3)Asal mula dari Preterist adalah dari kalangan Roma Katolik, sebagai reaksi terhadap serangan Protestan / para tokoh Reformasi.
Steve Gregg: “preterism is said to share similar disreputable origins with futurism ..., with both of them being Roman Catholics responses to Protestantism.” [= metode preteris dikatakan mempunyai asal usul yang sama jeleknya dengan metode futurist ..., karena keduanya merupakan tanggapan Roma Katolik terhadap ajaran / pandangan Protestan.] - ‘Revelation: Four Views’, hal 39.
Tetapi dalam hal ini Steve Gregg membela metode Preteris, dan mengatakan bahwa metode / pandangan ini sudah ada jauh sebelum jaman Reformasi, dan karena itu asal usulnya bukan dari Roma Katolik.
3. The futurist method (metode futuris / akan datang).
a. Pandangan / metodenya.
Seluruh / mayoritas isi Kitab Wahyu (ada yang mengecualikan pasal-pasal permulaan) menunjuk pada masa depan yang jauh, sesaat sebelum Kristus datang kembali.
Berbeda dengan metode historis dan preteris, metode futuris tidak bisa ditest dari sejarah, karena apa yang mereka nubuatkan melalui Kitab Wahyu semuanya belum terjadi, misalnya tentang Rapture / Pengangkatan orang suci (Steve Gregg, hal 43).
b. Penganut metode / pandangan futuris ini.
Sebetulnya Futuris terbagi 2 golongan, yaitu:
(1)Futurist yang moderat.
George Eldon Ladd termasuk penganut pandangan moderat ini.
(2)Futurist yang extrim.
Ini merupakan pandangan dari Dispensationalisme, yaitu pandangan yang percaya terhadap 2 macam kedatangan Kristus yang kedua, yaitu kedatangan di awan-awan untuk menjemput / mengangkat orang-orang suci (Rapture), dan kedatangan bersama dengan orang-orang suci.
Kata-kata ‘naiklah ke mari’ dalam Wah 4:1 dijadikan dasar dari Rapture / pengangkatan orang-orang suci.
Futurist golongan kedua ini sangat mendominasi dan merupakan pandangan yang paling populer pada jaman ini, dan merupakan pandangan dari J. N. Darby, C. I. Scofield, Clarence Larkin, Charles Ryrie, John Walvoord, Hal Lindsey, dsb.
c. Ciri khas metode / pandangan ini.
(1)Kitab Wahyu dianggap bersifat khronologis.
Steve Gregg: “Futurists, like historicists, often understand Revelation to be chronologically continuous, though some futurists see two parallel sections of Revelation (chapters 4-11 and chapters 12-19), both of which describe a future time of tribulation.” [= Futurist, seperti historist, sering mengerti kitab Wahyu sebagai terus menerus bersifat khronologis, sekalipun sebagian futurist melihat 2 bagian yang paralel dalam kitab Wahyu (pasal 4-11 dan pasal 12-19), yang sama-sama menggambarkan masa penganiayaan yang akan datang.] - ‘Revelation: Four Views’, hal 40.
(2)Penafsiran yang hurufiah dari Kitab Wahyu.
Steve Gregg: “Belief in the futurist approach frees the reader to take a more literal view of the visions, reducing the difficulties of interpreting the symbols. Of the various approaches to Revelation, the futurist is most likely to take a literal interpretation, since it alone has the luxury of doing so. For example, there has never been a time in the past when a third of the sea turned to blood, killing a third of the fish and sinking a third of the ships (Revelation 16). If this is to have a literal fulfillment, it must still be in the future. Other approaches must take the passage nonliterally. The same is true of other events anticipated in the chapters of Revelation, such as hailstone of a hundred pounds weight, locusts that sting like scorpions, two prophets who die in Jerusalem and rise again in three and a half days only to be publicly translated into the heavens for all to see, a mandatory mark applied to the forehead or right hand of every noncompliant citizen, etc. Henry Morris makes this point: It is inevitable that literalistic expositors of Revelation will be primarily futurists since practically none of the events of Revelation 4-22 have yet taken place in any literal sense.” [= Kepercayaan terhadap pendekatan futuris memberikan pembaca kebebasan untuk mengambil pandangan yang lebih hurufiah tentang penglihatan-penglihatan itu, mengurangi kesukaran dari penafsiran simbol-simbol itu. Dari bermacam-macam pendekatan kepada kitab Wahyu, futuris adalah yang paling mungkin mengambil penafsiran hurufiah, karena hanya metode itu saja yang mempunyai kepuasan dalam melakukannya. Sebagai contoh, tidak pernah ada saat dalam masa lampau dimana sepertiga dari laut menjadi darah, pembunuhan sepertiga dari ikan-ikan dan penenggelaman sepertiga dari kapal-kapal (Wah 16). Jika ini harus mempunyai penggenapan hurufiah, maka penggenapannya pasti ada di masa yang akan datang. Pendekatan-pendekatan yang lain harus menganggap bagian itu sebagai tidak bersifat hurufiah. Hal ini juga berlaku untuk peristiwa / kejadian lain yang diantisipasi oleh kitab Wahyu, seperti hujan es dengan berat seratus pounds, belalang yang menyengat seperti kalajengking, dua nabi yang mati di Yerusalem dan bangkit kembali dalam tiga setengah hari hanya untuk diangkat ke surga untuk dilihat semua orang, pemberian tanda pada dahi atau tangan kepada setiap orang yang tidak tunduk, dsb. Henry Morris menyatakan hal ini: Tidak bisa dihindarkan bahwa penafsir-penafsir hurufiah dari kitab Wahyu pada umumnya adalah futurist karena secara praktis tidak ada dalam peristiwa-peristiwa dari Wah 4-22 yang telah terjadi dalam arti hurufiah.] - ‘Revelation: Four Views’, hal 40-41.
Catatan: Mungkin ‘Wah 16’ dalam kutipan di atas lebih baik diganti dengan ‘Wah 8:8-9’, kecuali kalau kedua bagian itu dianggap paralel.
d. Serangan / kritik terhadap futurist.
(1)Kata-kata ‘apa yang harus segera terjadi’ (Wah 1:1), ‘waktunya sudah dekat’ (Wah 1:3), ‘apa yang harus segera terjadi’ (Wah 22:6) sukar disesuaikan dengan metode futuris.
(2)Ini menyebabkan Kitab ini menjadi tidak mempunyai arti / tidak relevan untuk penerima surat orisinil, bahkan juga tidak mempunyai arti / tidak relevan juga untuk generasi-generasi selanjutnya, dan hanya berguna untuk generasi orang kristen sesaat sebelum kedatangan Kristus keduakalinya. Bagi generasi-generasi selain generasi terakhir ini, Kitab Wahyu sangat sedikit artinya, mungkin hanya menunjukkan bahwa Allah mempunyai rencana.
Steve Gregg: “If we go along with the dispensational interpreters in finding the Rapture of the church at Revelation 4:1, then the book becomes largely irrelevant, not only to the original readers, but also to all Christians of any age. This is because the church will be in heaven before the majority of the prophecies begin to unfold, neither experiencing nor witnessing their fulfillment. This leaves it far from obvious why Christians should take an interest in such events, or why God wished to reveal them.” [= Jika kita setuju dengan para penafsir dispensationalis dengan menganggap bahwa Pengangkatan /Rapture dari gereja terjadi pada Wah 4:1, maka sebagian besar kitab ini menjadi tidak relevan, bukan hanya bagi pembaca orisinil, tetapi juga bagi semua orang kristen dalam jaman manapun. Ini disebabkan karena gereja akan ada di surga sebelum mayoritas dari nubuat-nubuat itu mulai dibukakan, dan tidak mengalami maupun menyaksikan penggenapan nubuat-nubuat itu. Ini membuat sangat tidak jelas mengapa orang kristen harus memperhatikan peristiwa-peristiwa seperti itu, atau mengapa Allah ingin menyatakannya.] - ‘Revelation: Four Views’, hal 42.
(3)Sifat khronologis dari Kitab Wahyu sukar dipertahankan.
Steve Gregg: “There is no reason to insist on a strictly chronological sequence to the unfolding of events predicted in Revelation, though some approaches have a tendency to assume such a sequence. ... A certain amount of parallelism is to be observed in Revelation, regardless of which of the four approaches one takes. That is, some portion double back to cover the same ground as was covered in previous sections. Scholars do not agree as to how many parallel sections are present.” [= Tidak ada alasan untuk berkeras pada urut-urutan kronologis yang ketat terhadap dibukanya peristiwa-peristiwa yang diramalkan dalam Kitab Wahyu, sekalipun beberapa pendekatan mempunyai kecenderungan untuk beranggapan adanya urut-urutan seperti itu. ... Sejumlah bagian paralel tertentu harus diperhatikan dalam Kitab Wahyu, tak peduli yang mana dari empat pendekatan yang ia ambil. Yaitu, beberapa bagian mengulangi hal yang sama yang telah diliput dalam bagian sebelumnya. Para penafsir tidak sependapat berkenaan dengan berapa jumlah bagian paralel yang ada.] - ‘Revelation: Four Views: A Parallel Commentary’, hal 18-19.
(4)Penafsiran hurufiah mereka sering tidak dilakukan dengan konsisten, dimana mereka sering ‘membaca terlalu dalam ke dalam text’, dan bahkan kadang-kadang terpaksa mengakui bahwa penafsiran harus dilakukan secara simbolis.
Steve Gregg: “The futurist believes that Revelation 20 describes a period of world peace and justice with Christ reigning on earth from Jerusalem, though no part of this description can be found in the chapter itself, taken literally. This observation does not mean that this futurist scenario cannot be true. But it must be derived by reading into the passages in Revelation features that are not plainly stated. Dispensationalists themselves often must admit to the necessity of recognizing some symbolism in Revelation, all the while clinging as much as possible to the literal hermeneutic that is their boast in contrast to most other theological systems.” [= Futurist percaya bahwa Wah 20 menggambarkan suatu masa dunia yang damai dan adil dengan Kristus memerintah di dunia dari Yerusalem, sekalipun tidak ada bagian dari penggambaran ini bisa ditemukan dalam pasal itu sendiri, jika diartikan secara hurufiah. Pengamatan ini tidak berarti bahwa skenario futurist ini tidak mungkin benar. Tetapi itu harus didapatkan dengan membaca ke dalam bagian kitab Wahyu itu hal-hal yang tidak ditulis / dinyatakan secara jelas / nyata. Para penganut Dispensationalis sering harus mengakui keharusan untuk mengenali beberapa simbol dalam Kitab Wahyu, sementara tetap berpegang seerat mungkin pada hermeneutic hurufiah yang merupakan kebanggaan mereka, bertentangan dengan kebanyakan sistim theologia yang lain.] - ‘Revelation: Four Views’, hal 41.
(5)Sama seperti Preteris, Futuris juga diserang dalam persoalan asal usul, karena Futuris juga dianggap berasal usul dari kalangan gereja Roma Katolik, sebagai reaksi atas serangan Protestan / para tokoh Reformasi terhadap Roma Katolik.
Steve Gregg: “Francisco Ribeira, a Spanish Jesuit, is known to have originated this approach to Revelation in 1585 for the purpose of refuting the historicist view, and the Reformers’ insistence that the ‘beast’ was the papacy. Ribeira taught that the ‘Antichrist’ had not yet come and would be an individual arising ‘in the last days.’ Protestants rejected this view for over 200 years, but it was finally introduced in Protestant circles by Samuel Maitland in 1827 and popularized in the works of J. N. Darby, the founder of dispensationalism, beginning in 1830.” [= Francisco Ribeira, seorang Jesuit Spanyol, diketahui memulai pendekatan Kitab Wahyu ini dalam tahun 1585 dengan tujuan untuk menentang pandangan historis, dan desakan para tokoh Reformasi bahwa sang ‘binatang’ itu adalah kepausan. Ribeira mengajar bahwa sang Anti-Kristus belum datang dan akan merupakan seorang individu yang muncul ‘pada hari-hari terakhir’. Protestan menolak pandangan ini selama lebih dari 200 tahun, tetapi pandangan itu akhirnya dimasukkan / diajukan dalam lingkungan Protestan oleh Samuel Maitland dalam tahun 1827 dan dipopulerkan dalam pekerjaan J. N. Darby, pendiri dari Dispensationalisme, dimulai pada tahun 1830.] - ‘Revelation: Four Views’, hal 42.
4. The spiritual method (metode spiritual / rohani).
a. Nama lain untuk metode ini.
Metode ini juga disebut dengan istilah ‘idealist method’ [= metode idealis] atau ‘symbolical method’ [= metode simbolis].
b. Metode / pandangannya.
Nubuat-nubuat dalam kitab Wahyu tidak hanya mempunyai satu penggenapan specific / tertentu. Penggenapan nubuat-nubuat itu terjadi secara rohani, dan bisa terjadi berulang-ulang. Karena itu nubuat-nubuat itu bisa diterapkan pada orang-orang kristen dalam sepanjang jaman.
Steve Gregg: “I am using the label ‘spiritual approach’ to include all approaches that do not look for individual or specific fulfillments of the prophecies of Revelation in the natural sense, but which believe only that spiritual lessons and principles (which may find recurrent expression in history) are depicted symbolically in the visions.” [= Saya menggunakan label ‘pendekatan spiritual / rohani’ untuk mencakup semua pendekatan yang tidak mencari penggenapan-penggenapan individu atau specific /tertentu dari nubuat-nubuat Kitab Wahyu dalam arti alamiah, tetapi yang percaya bahwa hanyalah pelajaran-pelajaran dan prinsip-prinsip rohani (yang bisa mendapatkan expresi / pernyataan berulang-ulang dalam sejarah) yang digambarkan secara simbolis dalam penglihatan-penglihatan itu.] - ‘Revelation: Four Views’, hal 43.
c. Keuntungan dan positifnya pandangan ini.
Keuntungan dari pandangan ini adalah bahwa pandangan ini terhindar dari problem untuk mengharmoniskan bagian tertentu dari Kitab Wahyu dengan penggenapan tertentu, yang merupakan kesukaran yang besar dari pandangan-pandangan yang lain.
Dan positifnya pandangan ini adalah bahwa pandangan ini membuat setiap bagian Kitab Wahyu relevan bagi semua orang Kristen di segala jaman.
William Hendriksen: “A sound interpretation of the Apocalypse must take as its starting-point the position that the book intended for believers living in John’s day and age. ... we should give equal prominence to the fact that this book was intended not only for those who first read it, but for all believers throughout this entire dispensation.” [= Penafsiran yang sehat dari Kitab Wahyu harus mulai dari posisi bahwa Kitab ini dimaksudkan untuk orang-orang percaya pada jaman Yohanes. ... kita harus memberi penekanan yang sama pada fakta bahwa Kitab ini dimaksudkan bukan hanya untuk mereka yang pertama membacanya, tetapi untuk semua orang percaya dalam seluruh jaman ini.] - hal 10.
d. Problem bagi pandangan ini.
Problem bagi pandangan ini adalah ayat-ayat yang menunjukkan bahwa hal-hal itu akan segera terjadi, seperti Wah 1:1,3 dan Wah 22:6. Karena itu penafsir-penafsir modern menggabungkan pandangan ini dengan metode Preteris atau metode Historis.
Catatan:
Steve Gregg memasukkan William Hendriksen, yang menamakan pandangannya sebagai progressive parallelism, ke dalam spiritual method ini. Tetapi karena metode William Hendriksen agak unik, maka saya membahasnya secara terpisah sebagai metode / pendekatan ke 5 di bawah ini.
5. The progressive parallelism method [= Metode paralelisme yang progresif].
a. Penganut pandangan / metode ini.
Ini adalah pandangan William Hendriksen, Geoffrey B. Wilson (‘Revelation’, hal 11), dan Anthony A. Hoekema (‘The Bible and The Future’, hal 223).
b. Pandangan / metodenya.
(1)Bagian-bagian yang paralel.
Kitab Wahyu dibagi menjadi 7 bagian yang paralel, dan setiap bagian menjangkau seluruh sejarah gereja. Ketujuh bagian Kitab Wahyu itu adalah:
(a)Wah 1-3.
Wah 1:12-13 menunjukkan Kristus di tengah-tengah 7 kaki dian emas. 7 kaki dian emas itu melambangkan 7 jemaat / gereja (Wah 1:20). Bilangan 7 melambangkan kesempurnaan /kelengkapan (completeness), dan karena itu ini menunjuk kepada seluruh gereja sampai pada akhir jaman. Karena itu bagian I ini (Wah 1-3) menjangkau mulai kedatangan Kristus yang pertama (Wah 1:5) sampai kedatangan Kristus yang keduakalinya (Wah 1:7).
(b)Wah 4-7.
Bagian ke II ini juga menjangkau mulai kedatangan Kristus yang pertama sampai kedatangan Kristus yang keduakalinya, karena Wah 5:5-6 menunjukkan Kristus yang telah disembelih itu sekarang bertahta di surga; sedangkan Wah 6:16-17 dan Wah 7:16-17 jelas menunjuk pada akhir jaman.
(c)Wah 8-11.
Ini adalah 7 sangkakala yang mempengaruhi dunia. Apa yang terjadi dengan gereja digambarkan dalam Wah 10-11. Dan akhir dari bagian ke 3 ini (Wah 11:15,18), jelas menunjuk pada penghakiman akhir jaman.
(d)Wah 12-14.
Kelahiran Anak (Wah 12:5) menunjuk pada kelahiran Kristus. Dan bagian IV ini diakhiri dengan kedatangan Kristus yang keduakalinya (Wah 14:14,16).
(e)Wah 15-16.
Tujuh cawan murka Allah menunjuk pada penghakiman terakhir dan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi yang berhubungan dengan penghakiman itu.
(f) Wah 17-19.
Ini menggambarkan jatuhnya Babel, dan penghukuman terhadap binatang dan nabi palsu. Wah 19:11-16 menunjuk pada kedatangan Kristus yang keduakalinya.
(g)Wah 20-22.
Ini dimulai dengan pengikatan Iblis selama 1000 tahun (Wah 20:1-3). Nanti Iblis akan dilepaskan untuk sedikit waktu (Wah 20:7). Ini lalu diikuti oleh kedatangan Kristus yang keduakalinya dengan penghakimanNya (Wah 20:9-15) disusul dengan langit dan bumi yang baru (Wah 21-22).
Catatan: jelas bahwa Hendriksen dalam persoalan Kerajaan 1000 tahun menganut Amillenialisme.
(2)Sifat progresif [= maju / berkembang] dari bagian-bagian yang paralel tersebut.
Hendriksen mengatakan bahwa dalam 7 bagian yang paralel itu ada ‘progress’ [= kemajuan / perkembangan], yaitu dalam:
(a)Intensitas dari peperangan rohani. Misalnya dalam Wah 12-22 intensitasnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Wah 1-11.
(b)Revelation / wahyu tentang kejahatan manusia, kebenaran ilahi, dan pemerintahan ilahi.
(c)Penekanan eschatology / akhir jaman. Setiap bagian bergerak sedikit lebih jauh ke masa depan.
William Hendriksen: “... although all the sections of the Apocalypse run parallel and span the period between the first and second coming of Christ and are rooted in the soil of the old dispensation, yet there is also a degree of progress. The closer we approach the end of the book the more our attention is directed to the final judgment and that which lies beyond it. The seven sections are arranged, as it were, in an ascending, climactic order. The book reveals a gradual progress in eschatological emphasis.” [= ... sekalipun semua bagian dari kitab Wahyu berjalan paralel dan menjangkau masa di antara kedatangan pertama dan kedatangan kedua dari Kristus dan berakar dalam tanah Perjanjian Lama, tetapi di sana juga ada tingkat kemajuan / perkembangan. Makin kita mendekati akhir kitab itu, makin perhatian kita diarahkan kepada penghakiman terakhir dan hal-hal yang terletak di baliknya. Ketujuh bagian itu diatur dalam suatu urut-urutan yang menanjak dan membentuk suatu klimax. Kitab ini menyatakan suatu kemajuan perlahan-lahan dalam penekanan eskatologi.] - hal 35.
Beberapa hal penting yang harus diketahui tentang macam-macam metode / pendekatan ini:
(1)Ada banyak penafsir yang menggabungkan lebih dari satu pandangan / metode.
Leon Morris (Tyndale): “It seems that elements from more than one of these views are required for a satisfactory understanding of Revelation.” [= Kelihatannya dibutuhkan elemen-elemen dari lebih dari salah satu dari pandangan-pandangan ini untuk mendapatkan suatu pengertian yang memuaskan tentang kitab Wahyu.] - hal 18.
(2)Perbedaan penafsiran antara metode yang satu dengan yang lain baru terlihat secara menyolok mulai Wah 4, dan menjadi makin menyolok dalam Wah 6-19.
Steve Gregg: “It is not until the beginning of Revelation 4 that the four views really part company (and the radical differences apply only to chapters 6-19). Thus the first three and the last three chapters of Revelation are not debated on the same basis as are the chapters in the middle of the book. There is by no means unanimity as to the meaning of these opening and closing sections, however.” [= Baru pada permulaan Wah 4 ke 4 pandangan ini betul-betul berpisah (dan perbedaan yang radikal hanya berlaku pada pasal 6-19). Jadi 3 pasal yang pertama dan 3 pasal yang terakhir dari kitab Wahyu tidak diperdebatkan pada dasar yang sama seperti pasal-pasal pada pertengahan kitab ini. Tetapi itu sama sekali tidak berarti bahwa ada kesatuan pandangan tentang arti dari bagian-bagian awal dan akhir ini.] - ‘Revelation: Four Views: A Parallel Commentary’, hal 5.
Sekarang, apa relevansinya pelajaran tentang metode-metode penafsiran kitab Wahyu ini dengan penafsiran ES tentang Wah 12:7-11?
Relevansi / hubungannya adalah ini: TIDAK ADA SATUPUN DARI METODE PENAFSIRAN KITAB WAHYU YANG BERANGGAPAN BAHWA KITAB WAHYU MEMBICARAKAN MASA LALU YANG SANGAT JAUH, YAITU KEJATUHAN IBLIS. Dalam masing-masing pandangan yang telah saya bahas di atas, perhatikan bagian yang saya garis-bawahi dan beri warna ungu. Maka saudara akan melihat bahwa semua metode menganggap kitab Wahyu hanya berkenaan dengan masa di sekitar kelahiran Kristus ke masa yang akan datang, baik dekat maupun jauh, sampai pada kedatangan Kristus yang keduakalinya.
Jadi, ditinjau dari sudut metode yang manapun, penafsiran ES tentang Wah 12:7-11 itu memang ‘out of context’ / keluar dari kontextnya!
CORPUS DELICTI (9)
e) Sekarang mari kita melihat beberapa penafsiran tentang Wah 12 ini.
Matthew Henry & Adam Clarke:
Matthew Henry dan Adam Clarke menganggap naga menunjuk kepada kekaisaran kafir Roma. Tafsiran ini jelas bertentangan dengan ay 9: “Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.”.
Karena ngawurnya tafsiran mereka, saya tak menggunakan tafsiran mereka lebih jauh lagi. Tetapi bahkan merekapun tidak menganggap bahwa Wah 12:7-8 menunjuk pada kejatuhan Iblis!
Matthew Henry: “Here we see that early prophecy eminently fulfilled in which God said he would ‘put enmity between the seed of the woman and the seed of the serpent,’ Gen 3:15.” [= Di sini kita melihat bahwa nubuat awal secara menyolok digenapi dalam mana Allah berkata Ia akan ‘mengadakan permusuhan antara benih / keturunan perempuan ini dan benih / keturunan dari ular’, Kej 3:15.].
Matthew Henry: “3. The success of the battle: ‘The dragon and his angels fought and prevailed not;’ there was a great struggle on both sides, but the victory fell to Christ and his church, and the dragon and his angels were not only conquered, but cast out; the pagan idolatry, which was a worshipping of devils, was extirpated out of the empire in the time of Constantine.” [= 3. Sukses dari pertempuran: ‘Naga dan malaikat-malaikatnya berperang dan kalah’; di sana ada suatu pergumulan yang besar di kedua pihak, tetapi kemenangan jatuh kepada Kristus dan gerejaNya, dan naga dan malaikat-malaikatnya bukan hanya dikalahkan, tetapi dibuang ke luar; penyembahan berhala kafir, yang merupakan suatu penyembahan setan-setan, dihancurkan secara total dari kekaisaran dalam jaman Konstantin.].
Dari kata-kata ini jelas Matthew Henry tidak menganggap perang itu terjadi pada saat kejatuhan Iblis!
Adam Clarke: “‘And there was war in heaven.’ As heaven means here the throne of the Roman Empire, the war in heaven consequently alludes to the breaking out of civil commotions among the governors of this empire.” [= ‘Dan di sana ada perang di surga’. Karena surga di sini berarti takhta dari Kekaisaran Roma, maka perang di surga menunjuk secara tidak langsung pada pecahnya pemberontakan sipil di antara gubernur-gubernur dari kekaisaran ini.].
Jelas bahwa Adam Clarke tidak menganggap perang ini terjadi pada saat kejatuhan Iblis!
George Eldon Ladd:
George Eldon Ladd: “The dragon represents Satan; the woman represents the ideal people of God - the church. ... The birth of Messiah is represented (vss. 2,5), but there is no room in the story for his life and ministry; he is suddenly caught up in heaven (vs. 5);” [= Naga menggambarkan Iblis; perempuan menggambarkan umat yang ideal dari Allah - gereja. ... Kelahiran Mesias digambarkan (ay 2,5), tetapi di sana tidak ada tempat dalam cerita itu untuk kehidupan dan pelayananNya; Ia tiba-tiba diangkat ke surga (ay 5).] - hal 166.
Kapan perang itu terjadi?
George Eldon Ladd: “This is not a vision of an event which is to take place at the end; it is a vision in highly imaginative terms of the heavenly warfare between God and Satan, which has its counterpart in history in the conflict between the church and demonic evil.” [= Ini bukanlah suatu penglihatan dari suatu peristiwa yang akan terjadi pada akhir; itu adalah suatu penglihatan dalam istilah-istilah yang sangat bersifat imaginatif tentang peperangan surgawi antara Allah dan Iblis, yang mempunyai kesesuaian dalam sejarah dalam konflik antara gereja dan kejahatan setan.] - hal 166.
Jelas bahwa George Eldon Ladd tidak menganggap perang ini berhubungan dengan kejatuhan Iblis!
William Hendriksen:
Siapa ‘perempuan’, ‘naga’, dan ‘Anak’ itu?
William Hendriksen: “That woman symbolizes the Church (cf. Is. 50:1; 54:1; Ho. 2:1; Eph. 5:32). Scripture emphasizes the fact that the Church in both dispensations is one. ... Secondly, there is the child, the seed of the woman. This mighty child is the Christ. ... Thirdly, there is the dragon. It symbolizes Satan (Rev. 20:2).” [= Perempuan itu menyimbolkan Gereja (bdk. Yes 50:1; 54:1; Hos 1:12; Ef 5:32). Kitab Suci menekankan fakta bahwa Gereja dalam kedua jaman adalah satu. ... Kedua, di sana ada sang Anak, benih / keturunan dari si perempuan. Anak yang perkasa ini adalah Kristus. ... Ketiga, di sana ada sang naga. Itu menyimbolkan Iblis (Wah 20:2).] - ‘More Than Conquerors’, hal 135,136.
Yes 50:1 - “Beginilah firman TUHAN: ‘Di manakah gerangan surat cerai ibumu tanda Aku telah mengusir dia? Atau kepada siapakah di antara penagih hutangKu Aku pernah menjual engkau? Sesungguhnya, oleh karena kesalahanmu sendiri kamu terjual dan oleh karena pelanggaranmu sendiri ibumu diusir.”.
Yes 54:1 - “Bersorak-sorailah, hai si mandul yang tidak pernah melahirkan! Bergembiralah dengan sorak-sorai dan memekiklah, hai engkau yang tidak pernah menderita sakit bersalin! Sebab yang ditinggalkan suaminya akan mempunyai lebih banyak anak dari pada yang bersuami, firman TUHAN.”.
Hos 1:12 - “Katakanlah kepada saudara-saudaramu laki-laki: ‘Ami!’ dan kepada saudara-saudaramu perempuan: ‘Ruhama!’”.
Hos 2:1 - “‘Adukanlah ibumu, adukanlah, sebab dia bukan isteriKu, dan Aku ini bukan suaminya; biarlah dijauhkannya sundalnya dari mukanya, dan zinahnya dari antara buah dadanya,”.
Ef 5:32 - “Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.”.
Wah 20:2 - “ia menangkap naga, si ular tua itu, yaitu Iblis dan Satan. Dan ia mengikatnya seribu tahun lamanya,”.
William Hendriksen: “Let us now study the main thought. It is this - the dragon stands in front of the woman who is about to be delivered so that when she is delivered he may devour her child; that is, Satan is constantly aiming at the destruction of the Christ. ... a. The initial promise (Gn. 3:15). Revelation 12 is very clearly based on this verse. The same characters appear in both; the same truth is proclaimed in both.” [= Sekarang marilah kita mempelajari pemikiran utamanya. Itu adalah ini - sang naga berdiri di depan si perempuan yang mau melahirkan sehingga pada waktu ia melahirkan ia bisa menelan Anaknya; artinya, Iblis secara konstan / terus menerus memaksudkan kehancuran dari Kristus. ... a. Janji pertama (Kej 3:15). Wah 12 dengan sangat jelas didasarkan pada ayat ini. Karakter-karakter / pemeran-pemeran yang sama muncul / terlihat dalam kedua text; kebenaran yang sama diberitakan dalam kedua text.] - ‘More Than Conquerors’, hal 136,137.
Kej 3:15 - “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.’”.
KJV: ‘And I will put enmity between thee and the woman, and between thy seed and her seed; it shall bruise thy head, and thou shalt bruise his heel.’ [= Dan Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara benih / keturunanmu dan benih / keturunannya; itu akan menghancurkan kepalamu, dan engkau akan menghancurkan tumitnya’.].
William Hendriksen: “The ‘serpent’ of Genesis 3 is the ‘dragon’ of Revelation 12. The woman’s ‘seed’ of Genesis 3 is the ‘son, a man child’ of Revelation 12. Also in Genesis 3:15 the expression ‘her seed’ indicates the Christ.” [= ‘Ular’ dari Kej 3 adalah ‘naga’ dari Wah 12. ‘Benih / keturunan’ si perempuan dari Kej 3 adalah ‘anak laki-laki’ dari Wah 12. Juga dalam Kej 3:15 ungkapan ‘benih / keturunannya’ menyatakan / berarti Kristus.] - ‘More Than Conquerors’, hal 137.
Kapan perang dalam Wah 12:7-9 itu terjadi?
William Hendriksen: “2. The expulsion of the dragon (12:7-12). The second symbolic picture show us the effect of Christ’s birth, atonement, and ascension to the throne in heaven. As always, let us first see the picture as a whole. There is a battle in heaven. Michael, as leader of the good angels and defender of God’s people (Dn. 10:13,21; 12:1; Jude 9) makes an attack upon the dragon, the leader of the evil angels and the opponent of God’s people. ... Notice, however, that it is Michael and his army that do the attacking. The result is that the dragon is defeated and cast out of heaven. ... The picture which John sees is fully explained by the words which he hears. The battle in heaven and the hurling down of the dragon are not to be understood literally. Satan is ‘hurled down from heaven’ in this sense, namely that he has lost his place as an accuser of the brethren. Whereas Christ was born and rendered satisfaction for sin, Satan has lost every semblance of justice for his accusations against believers. True, he continues to accuse. That is his work even today. But no longer is he able to point to the unaccomplished work of the Saviour. Christ’s atonement has been fully accomplished; complete satisfaction for sin had been rendered when He ascended to heaven (cf. Rom. 8:33: ‘Who shall bring any accusation against God’s elect?’; cf. also Rom. 8:1 and Luk. 10:18).” [= 2. Pengusiran dari sang naga (12:7-12). Gambaran simbolis yang kedua menunjukkan kepada kita HASIL DARI KELAHIRAN, PENEBUSAN, DAN KENAIKAN KRISTUS KE TAKHTA DI SURGA. Seperti biasa, marilah pertama-tama kita melihat gambarannya secara keseluruhan. Di sana ada pertempuran di surga. Mikhael, sebagai pemimpin dari malaikat-malaikat yang baik dan pembela dari umat Allah (Daniel 10:13,21; 12:1; Yudas 9) membuat suatu serangan terhadap sang naga, pemimpin dari malaikat-malaikat jahat dan penentang dari umat Allah. ... Tetapi perhatikan, bahwa adalah Mikhael dan pasukannya yang melakukan serangan. Hasilnya adalah bahwa sang naga dikalahkan dan dibuang dari surga. ... Gambaran yang Yohanes lihat dijelaskan secara penuh oleh kata-kata yang ia dengar. PERTEMPURAN DI SURGA DAN PELEMPARAN KE BAWAH DARI SANG NAGA TIDAK BOLEH DIMENGERTI SECARA HURUFIAH. Iblis ‘dilemparkan ke bawah dari surga’ dalam arti ini, yaitu bahwa IA TELAH KEHILANGAN TEMPATNYA SEBAGAI SEORANG PENDAKWA DARI SAUDARA-SAUDARA (orang-orang Kristen). Karena Kristus telah dilahirkan dan memberikan / membuat penebusan untuk dosa, Iblis telah kehilangan setiap kemiripan keadilan untuk dakwaan-dakwaannya terhadap / menentang orang-orang percaya. Memang, ia terus mendakwa. Itu adalah pekerjaannya bahkan sekarang ini. Tetapi ia tidak lagi bisa menunjuk pada pekerjaan yang belum selesai dari sang Juruselamat. Penebusan Kristus telah diselesaikan sepenuhnya; penebusan lengkap / sempurna untuk dosa telah diberikan / dibuat pada waktu Ia naik ke surga (bdk. Ro 8:33: ‘Siapa yang akan membawa dakwaan apapun terhadap / menentang orang-orang pilihan Allah?’; bdk. juga Ro 8:1 dan Luk 10:18).] - ‘More Than Conquerors’, hal 140-141.
Dan 10:13,21 - “(13) Pemimpin kerajaan orang Persia berdiri dua puluh satu hari lamanya menentang aku; tetapi kemudian Mikhael, salah seorang dari pemimpin-pemimpin terkemuka, datang menolong aku, dan aku meninggalkan dia di sana berhadapan dengan raja-raja orang Persia. ... (21) Namun demikian, aku akan memberitahukan kepadamu apa yang tercantum dalam Kitab Kebenaran. Tidak ada satupun yang berdiri di pihakku dengan tetap hati melawan mereka, kecuali Mikhael, pemimpinmu itu,”.
Dan 12:1 - “‘Pada waktu itu juga akan muncul Mikhael, pemimpin besar itu, yang akan mendampingi anak-anak bangsamu; dan akan ada suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu. Tetapi pada waktu itu bangsamu akan terluput, yakni barangsiapa yang didapati namanya tertulis dalam Kitab itu.”.
Yudas 9 - “Tetapi penghulu malaikat, Mikhael, ketika dalam suatu perselisihan bertengkar dengan Iblis mengenai mayat Musa, tidak berani menghakimi Iblis itu dengan kata-kata hujatan, tetapi berkata: ‘Kiranya Tuhan menghardik engkau!’”.
Ro 8:33a - “Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah?”.
Ro 8:1 - “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.”.
Luk 10:18 - “Lalu kata Yesus kepada mereka: ‘Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit.”.
Dari kata-kata William Hendriksen di atas ini jelas ia beranggapan bahwa ‘perang’ itu terjadi setelah kenaikan Kristus ke surga! Jadi sama sekali tidak ada urusannya dengan kejatuhan Iblis yang terjadi di masa lalu yang sangat jauh.
Geoffrey B. Wilson:
Siapa ‘perempuan’, ‘naga’, dan ‘Anak’ itu?
Geoffrey B. Wilson (tentang ay 1): “In this chapter we are shown the purpose which lies behind Satan’s attack upon the people of God.” [= Dalam pasal ini kita ditunjukkan tujuan yang terletak di belakang serangan Iblis terhadap umat Allah.] - hal 103.
Catatan: secara implicit ini menunjukkan bahwa naga itu menunjuk kepada Iblis!
Geoffrey B. Wilson (tentang ay 1): “The woman should be regarded as an ideal symbol of God’s people in both dispensations.” [= Perempuan itu harus dianggap sebagai suatu simbol yang ideal tentang umat Allah dalam kedua jaman (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru).] - hal 103.
Geoffrey B. Wilson (tentang ay 2): “The woman is pictured as pregnant, and she cries in anguish as she labours to give birth to her child. This cry of travail fills the Old Testament as the chosen community longs for the advent of ‘the seed of the woman’ (Gen. 3:15; Isa. 26:17; Micah 4:9,10; 5:2,3).” [= Perempuan itu digambarkan sebagai hamil, dan ia berteriak dalam kesakitan pada waktu ia berjuang untuk melahirkan Anaknya. Teriakan penderitaan untuk melahirkan ini memenuhi Perjanjian Lama pada waktu kelompok pilihan merindukan kedatangan dari ‘benih / keturunan dari si perempuan’ (Kej 3:15; Yes 26:17; Mikha 4:9,10; 5:1,2).] - hal 103-104.
Kej 3:15 - “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.’”.
Yes 26:17 - “Seperti perempuan yang mengandung yang sudah dekat waktunya untuk melahirkan, menggeliat sakit, mengerang karena sakit beranak, demikianlah tadinya keadaan kami di hadapanMu, ya TUHAN:”.
Catatan: menurut saya ayat ini tidak cocok untuk digunakan.
Mikha 4:9-10 - “(9) Maka sekarang, mengapa engkau berteriak dengan keras? Tiadakah raja di tengah-tengahmu? Atau sudah binasakah penasihatmu, sehingga engkau disergap kesakitan seperti perempuan yang melahirkan? (10) Menggeliatlah dan mengaduhlah, hai puteri Sion, seperti perempuan yang melahirkan! Sebab sekarang terpaksa engkau keluar dari kota dan tinggal di padang, terpaksa engkau berjalan sampai Babel; di sanalah engkau akan dilepaskan, di sanalah engkau akan ditebus oleh TUHAN dari tangan musuhmu.”.
Catatan: menurut saya ayat ini juga tidak cocok untuk digunakan.
Mikha 5:1-2 - “(1) Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagiKu seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala. (2) Sebab itu ia akan membiarkan mereka sampai waktu perempuan yang akan melahirkan telah melahirkan; lalu selebihnya dari saudara-saudaranya akan kembali kepada orang Israel.”.
Geoffrey B. Wilson (tentang ay 2): “In Scripture no sharp dividing line is drawn between the true Israel and the new Israel, because the people of the promise are one people, whether they lived before of after the coming of Christ (Matt. 8:11; Rom. 4:16; Gal. 3:9).” [= Dalam Kitab Suci tak ada garis pemisah yang tajam yang dibuat antara Israel yang sejati / benar dan Israel yang baru, karena umat dari perjanjian adalah satu umat, apakah mereka hidup sebelum atau sesudah kedatangan Kristus (Mat 8:11; Ro 4:16; Gal 3:9).] - hal 104.
Mat 8:11 - “Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga,”.
Ro 4:16 - “Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham adalah bapa kita semua, -”.
Catatan: bagian yang saya garis-bawahi itu ditafsirkan oleh Calvin sebagai menunjuk kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada Kristus.
Gal 3:9 - “Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu.”.
Geoffrey B. Wilson (tentang ay 3): “The second sign John sees in the sky is a great red dragon with seven heads, which he later identifies as ‘the old serpent, he that is called the Devil and Satan’ (v 9).” [= Tanda yang kedua yang Yohanes lihat di langit adalah seekor naga merah yang besar dengan tujuh kepala, yang belakangan ia samakan dengan ‘si ular tua, ia yang disebut Iblis dan Satan’ (ay 9).] - hal 104.
Geoffrey B. Wilson (tentang ay 9): “The identity of the dragon is here put beyond all doubt. He is called: 1. ‘The old serpent’, whose first act of deceit was to beguile Eve in the garden (Gen. 3:1-7); 2. ‘The Devil’, (which means ‘slanderer’) because he is the calumniator of God’s servants, v 10; 3. ‘Satan’ (which means ‘adversary’), because he is the great enemy of mankind; 4. ‘The deceiver of the whole world’, which is blinded by his lies (2Cor. 4:4).” [= Identitas dari naga itu di sini dinyatakan tanpa keraguan. Ia disebut: 1. ‘Ular tua’, yang tindakan penipuan pertamanya adalah menipu Hawa di taman (Kej 3:1-7); 2. ‘Iblis’, (yang berarti ‘pemfitnah’) karena ia adalah pemfitnah dari pelayan-pelayan Allah, ay 10; 3. ‘Satan’ (yang berarti ‘musuh’), karena ia adalah musuh terbesar dari umat manusia; 4. ‘Penipu dari seluruh dunia’, yang dibutakan oleh dusta-dustanya (2Kor 4:4).] - hal 106.
Wah 12:10 - “Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: ‘Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapiNya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.”.
2Kor 4:4 - “yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.”.
Geoffrey B. Wilson (tentang ay 4): “The power of the dragon was such that the sweep of his tail was able to drag away a third of the stars of heaven and cast them to the earth (Dan. 8:10). This dramatic figure has the introductory function of illustrating the destructive power of the dragon, but the main purpose of the verse is to show that this power is directed against God’s Messiah. Thus the dragon stands before the woman waiting to devour her child as soon as he is born. ‘The pregnant woman is the church which is pregnant with the promise of the Messiah beginning with Genesis 3:15. Satan’s one aim was ‘to devour’ or destroy this Messiah’ (Lenski).” [= Kuasa dari sang naga adalah sedemikian rupa sehingga sapuan ekornya mampu menyeret sepertiga bintang-bintang dari surga / langit dan melemparkan mereka ke bumi (Dan 8:10). Gambaran yang dramatis ini mempunyai fungsi yang bersifat memperkenalkan untuk menjelaskan kuasa yang bersifat menghancurkan dari sang naga, tetapi tujuan utama dari ayat ini adalah untuk menunjukkan bahwa kuasa ini diarahkan terhadap / menentang Mesias dari Allah. Jadi sang naga berdiri di depan perempuan itu menunggu untuk menelan Anaknya begitu Ia dilahirkan. "Perempuan yang mengandung itu adalah gereja yang mengandung dengan janji tentang Mesias dimulai dari Kej 3:15. Satu tujuan Iblis adalah ‘menelan’ atau menghancurkan Mesias ini" (Lenski).] - hal 104.
Geoffrey B. Wilson (tentang ay 5): “The woman gives birth to a male child, who is clearly the Lord’s anointed, for he is destined to rule the nations with a rod of iron (Ps. 2:9; cf. 19:15). Without referring to the earthly life, John passes straight from Christ’s birth to the ascension, because he wishes to stress the fact that the dragon’s plan was foiled by an act of divine power. The child was caught up to God, ‘and unto his throne’. These words ‘are added to emphasize the completeness of Satan’s failure; the Messiah, so far from being destroyed, is caught up to a share in God’s throne’ (Beckwith).” [= Perempuan itu melahirkan seorang Anak laki-laki, yang secara jelas adalah orang yang diurapi Tuhan, karena Ia ditentukan untuk memerintah bangsa-bangsa dengan suatu gada besi (Maz 2:9; bdk. 19:15). Tanpa mengarahkan perhatian pada kehidupan duniawi (Yesus), Yohanes melanjutkan dengan cepat dari kelahiran Kristus pada kenaikan (ke surga), karena ia ingin untuk menekankan fakta bahwa rencana sang naga digagalkan oleh suatu tindakan dari kuasa ilahi. Anak itu diangkat / dibawa kepada Allah, ‘dan kepada takhtaNya’. Kata-kata ini ‘ditambahkan untuk menekankan kelengkapan dari kegagalan Iblis; sang Mesias, begitu jauh dari dihancurkan, diangkat untuk mendapat bagian dalam takhta Allah’ (Beckwith).] - hal 105.
Wah 19:15 - “Dan dari mulutNya keluarlah sebilah pedang tajam yang akan memukul segala bangsa. Dan Ia akan menggembalakan mereka dengan gada besi dan Ia akan memeras anggur dalam kilangan anggur, yaitu kegeraman murka Allah, Yang Mahakuasa.”.
Geoffrey B. Wilson (tentang ay 6): “Since the woman is now the object of the dragon’s fury (v 13), she fled to a refuge prepared by God in the wilderness, where she will be nourished for 1260 days (see comment on 11:2). The church is thus assured that she will be divinely protected and sustained throughout the short period of her testing in earth, just as the Israelites who fled from the Egyptian dragon (Eze. 29:3) found safety and food in the wilderness.” [= Karena perempuan itu sekarang adalah obyek kemarahan sang naga (ay 13), ia lari ke suatu tempat perlindungan yang disediakan / disiapkan oleh Allah untuk 1260 hari (lihat komentar tentang 11:2). Dengan demikian gereja diyakinkan / dijamin bahwa ia akan dilindungi dan ditopang secara ilahi dalam sepanjang periode singkat dari ujiannya di bumi, sama seperti orang-orang / bangsa Israel yang lari dari naga Mesir (Yeh 29:3) menemukan keamanan dan makanan di padang gurun.] - hal 105.
Yeh 29:3 - “Berbicaralah dan katakan: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Lihat, Aku menjadi lawanmu, hai Firaun, raja Mesir, buaya yang besar, yang berbaring di tengah anak-anak sungaimu, yaitu Nil, dan yang berkata: Sungai Nil aku punya, aku yang membuatnya.”.
KJV/RSV: ‘the great dragon’ [= naga yang besar].
Kapan perang dalam ay 7 itu terjadi?
Geoffrey B. Wilson (tentang ay 7-8): “The next scene in the drama reveals the effect of Christ’s victory in heaven. Michael, as the guardian angel of God’s people (Dan. 10:13,21; 12:1), leads an attack upon the dragon and his angels, which results in their defeat and expulsion from heaven (Luke 10:18). ‘The reference here is to a definitive fall of Satan from heaven, so that he no longer has any access to God as accuser, 12:10’ (W. Foerster, TNDT, Vol. III, p. 157). In former times, Satan could enter heaven as the accuser of God’s people (Job 1:6-12; Zech. 3:1,2), but now that the price of their redemption has been paid he can do so no longer (v 11; Rom. 8:34). But if the victory is really Christ’s, why is Michael represented as the victor of the war in heaven? The answer is that Michael was only able to conquer in heaven in virtue of Christ’s decisive conquest on earth (Col. 2:15). G. B. Caird helpfully likens Michael to the staff officer who is able to remove Satan’s flag from the heavenly map because the officer in the field has won the real victory on Calvary.” [= Bagian selanjutnya dalam drama itu menyatakan hasil dari kemenangan Kristus di surga. Mikhael, sebagai malaikat penjaga dari umat Allah (Dan 10:13,21; 12:1), memimpin suatu serangan terhadap sang naga dan malaikat-malaikatnya, yang berakhir dengan kekalahan mereka dan pengusiran dari surga (Luk 10:18). ‘Referensi di sini adalah pada suatu kejatuhan yang menentukan / lengkap dari Iblis / Setan dari surga, sehingga ia tidak lagi mempunyai jalan masuk apapun kepada Allah sebagai pendakwa, 12:10’ (W. Foerster, TNDT, Vol. III, hal 157). Pada masa lalu, Iblis bisa masuk surga sebagai pendakwa dari umat Allah (Ayub 1:6-12; Zakh 3:1,2), tetapi sekarang karena harga dari penebusan mereka telah dibayar ia tidak bisa melakukan demikian lagi (ay 11; Ro 8:34). Tetapi jika kemenangan itu betul-betul adalah milik Kristus, mengapa Mikhael mewakili sebagai sang pemenang dari perang di surga? Jawabannya adalah bahwa Mikhael hanya mampu untuk mengalahkan di surga karena / sebagai hasil dari penaklukan yang menentukan dari Kristus di bumi (Kol 2:15). G. B. Caird secara berguna membandingkan Mikhael dengan perwira administrasi yang bisa menyingkirkan bendera Iblis dari peta surgawi karena perwira di lapangan telah memenangkan kemenangan yang sungguh-sungguh di Kalvari.] - hal 105-106.
Dan 10:13,21 - “(13) Pemimpin kerajaan orang Persia berdiri dua puluh satu hari lamanya menentang aku; tetapi kemudian Mikhael, salah seorang dari pemimpin-pemimpin terkemuka, datang menolong aku, dan aku meninggalkan dia di sana berhadapan dengan raja-raja orang Persia. ... (21) Namun demikian, aku akan memberitahukan kepadamu apa yang tercantum dalam Kitab Kebenaran. Tidak ada satupun yang berdiri di pihakku dengan tetap hati melawan mereka, kecuali Mikhael, pemimpinmu itu,”.
Dan 12:1 - “‘Pada waktu itu juga akan muncul Mikhael, pemimpin besar itu, yang akan mendampingi anak-anak bangsamu; dan akan ada suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu. Tetapi pada waktu itu bangsamu akan terluput, yakni barangsiapa yang didapati namanya tertulis dalam Kitab itu.”.
Luk 10:18 - “Lalu kata Yesus kepada mereka: ‘Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit.”.
Wah 12:10 - “Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: ‘Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapiNya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.”.
Ayub 1:6-12 - “(6) Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datanglah juga Iblis. (7) Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: ‘Dari mana engkau?’ Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: ‘Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi.’ (8) Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: ‘Apakah engkau memperhatikan hambaKu Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.’ (9) Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: ‘Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah? (10) Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu. (11) Tetapi ulurkanlah tanganMu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapanMu.’ (12) Maka firman TUHAN kepada Iblis: ‘Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya.’ Kemudian pergilah Iblis dari hadapan TUHAN.”.
Zakh 3:1-2 - “(1) Kemudian ia memperlihatkan kepadaku imam besar Yosua berdiri di hadapan Malaikat TUHAN sedang Iblis berdiri di sebelah kanannya untuk mendakwa dia. (2) Lalu berkatalah Malaikat TUHAN kepada Iblis itu: ‘TUHAN kiranya menghardik engkau, hai Iblis! TUHAN, yang memilih Yerusalem, kiranya menghardik engkau! Bukankah dia ini puntung yang telah ditarik dari api?’”.
Wah 12:11 - “Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut.”.
Ro 8:33-34 - “(33) Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? (34) Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?”.
LAI kacau terjemahannya. Bandingkan dengan NASB di bawah ini.
NASB: “(33) Who will bring a charge against God’s elect? God is the one who justifies; (34) who is the one who condemns? Christ Jesus is He who died, yes, rather who was raised, who is at the right hand of God, who also intercedes for us.” [= (33) Siapa yang akan menuduh orang pilihan Allah? Allah adalah ‘orang’ yang membenarkan; (34) siapa ‘orang’ yang menghukum? Kristus Yesus adalah Dia yang telah mati, ya, bahkan yang telah dibangkitkan, yang ada di sebelah kanan Allah, yang juga membela / menengahi / berdoa syafaat untuk kita.].
Kol 2:15 - “Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenanganNya atas mereka.”.
Dari kata-kata Geoffrey B. Wilson di atas ini juga jelas terlihat bahwa ia beranggapan sama seperti William Hendriksen, yaitu bahwa perang di surga itu terjadi setelah kemenangan Kristus. Jadi, tidak ada urusannya dengan kejatuhan Iblis pada masa lalu yang sangat jauh.
Geoffrey B. Wilson (tentang ay 9): “The ejection of Satan from heaven means that his fury is now directed against the church on earth (v 13), but he is a defeated foe whose days are numbered and whose doom is sealed (20:10).” [= Pengusiran Iblis dari surga berarti bahwa kemarahannya sekarang diarahkan terhadap gereja di bumi (ay 13), tetapi ia adalah seorang musuh yang sudah dikalahkan, yang hari-harinya ditentukan / dibatasi dan nasibnya ditentukan (20:10).] - hal 106.
Wah 12:13 - “Dan ketika naga itu sadar, bahwa ia telah dilemparkan di atas bumi, ia memburu perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu.”.
Wah 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.”.
Geoffrey B. Wilson (tentang ay 10): “Nothing can now hinder the salvation of God’s people, for the adversary who constantly accused them before God has been ‘cast down’, i.e. stripped of his power to condemn by Christ’s satisfaction of the claims of divine justice on their behalf (Rom. 8:33,34).” [= Sekarang tak ada apapun bisa menghalangi keselamatan dari umat Allah, karena musuh yang secara terus menerus mendakwa mereka di hadapan Allah telah ‘dilemparkan ke bawah’, yaitu dilucuti dari kuasanya untuk mengkritik / menghakimi oleh penebusan / pemuasan Kristus tentang claim dari keadilan ilahi demi kepentingan mereka (Ro 8:33,34).] - hal 107.
Bible Knowledge Commentary (John Walvoord):
Bible Knowledge Commentary (tentang ay 1-2): “The woman symbolized Israel, ... Many commentaries are so intent on attempting to identify Israel as the church that they ignore these plain indications that the woman is Israel. Robert H. Mounce, for instance, makes the woman ‘the messianic community, the ideal Israel...the church (Rev 12:17). The people of God are one throughout all redemptive history’ (The Book of Revelation, p. 236). While there is a unity of the people of God, this does not wipe out dispensational and racial distinctions. The symbolism, while not referring specifically to Mary, the mother of Christ, points to Israel as the source of Jesus Christ. Thus it does not refer to the church.” [= Perempuan itu menyimbolkan Israel, ... Banyak buku-buku tafsiran yang begitu berkonsentrasi untuk berusaha untuk mengidentifikasi Israel sebagai gereja sehingga mereka mengabaikan petunjuk-petunjuk yang jelas ini bahwa perempuan itu adalah Israel. Robert H. Mounce, misalnya, membuat perempuan itu ‘komunitas Mesianik, Israel yang ideal ... gereja (Wah 12:7). Umat Allah adalah satu dalam sepanjang sejarah penebusan’ (The Book of Revelation, hal 236). Sementara di sana ada suatu kesatuan dari umat Allah, ini tidak menghapuskan perbedaan-perbedaan yang bersifat dispensational / jaman dan rasial. Simbolisme itu, sekalipun tidak menunjuk secara khusus kepada Maria, ibu Yesus, menunjuk kepada Israel sebagai sumber dari Yesus Kristus. Jadi, itu tidak menunjuk kepada gereja.].
Bible Knowledge Commentary (tentang ay 1-2): “The woman was said to be pregnant and about to give birth (12:2). While in some sense this may be fulfilled in the birth of Christ to the Virgin Mary, the context seems to refer to the emerging nation of Israel in its suffering prior to the second coming of Christ.” [= Perempuan itu dikatakan sebagai mengandung dan mau melahirkan (12:2). Sementara dalam arti tertentu ini bisa digenapi dalam kelahiran Kristus bagi perawan Maria, kontextnya kelihatannya menunjuk pada pemunculan bangsa Israel dalam penderitaannya sebelum kedatangan Kristus yang keduakalinya.].
Bible Knowledge Commentary (tentang ay 3-4): “From similar descriptions in Dan 7:7-8,24 and Rev 13:1, this beast represented Satan’s control over world empires in the Great Tribulation. Rev 12:9 identifies the dragon as Satan.” [= Dari penggambaran-penggambaran yang mirip dalam Dan 7:7-8,24 dan Wah 13:1, binatang ini menggambarkan penguasaan / pengendalian Setan / Iblis atas kekaisaran-kekaisaran dunia dalam Masa Kesukaran Besar. Wah 12:9 mengidentifikasi sang naga sebagai Setan / Iblis.].
Bible Knowledge Commentary (tentang ay 3-4): “The dragon’s attempt to devour the newborn Child (12:4) seemed to point to Satan’s attempts to destroy the Infant Jesus. Satanic opposition to Israel and especially to the messianic line is clear in both Testaments.” [= Usaha sang naga untuk menelan Anak yang baru lahir itu (12:4) kelihatannya menunjuk pada usaha-usaha Setan / Iblis untuk menghancurkan Bayi Yesus. Oposisi Setan / Iblis terhadap Israel dan secara khusus kepada garis Mesianik adalah jelas dalam kedua Perjanjian.].
Bible Knowledge Commentary (tentang ay 5-6): “When the Child - described as a Son, a male Child, who will rule all the nations with an iron scepter - was born, He was snatched up to God and to His throne. The Child obviously is Jesus Christ (Ps 2:9; Rev 19:15). Alford states that ‘the Man-Child is the Lord Jesus Christ, and none other’ (The Greek Testament, 4:668). The catching up of the Child referred to the Ascension, not to the later Rapture of the church though the same word for ‘snatched up’ is used of the Rapture (1 Thess 4:17; cf. Acts 8:39; 2 Cor 12:2-4). The Rapture of the church would not constitute a deliverance of the Man-Child from Satan.” [= Pada waktu Anak itu - digambarkan sebagai seorang Putera, seorang Anak laki-laki, yang akan memerintah semua bangsa-bangsa dengan tongkat besi - dilahirkan, Ia diangkat kepada Allah dan ke takhtaNya. Anak itu secara jelas adalah Yesus Kristus (Maz 2:9; Wah 19:15). Alford menyatakan bahwa ‘Anak laki-laki itu adalah Tuhan Yesus Kristus, dan tidak yang lain’ (The Greek Testament, 4:668). Pengangkatan dari Anak itu menunjuk pada Kenaikan (ke surga), bukan pada Pengangkatan belakangan dari gereja sekalipun kata yang sama untuk ‘diangkat’ digunakan tentang Pengangkatan (1Tes 4:17; bdk. Kis 8:39; 2Kor 12:2-4). Pengangkatan dari gereja tidak menyebabkan suatu pembebasan dari Anak laki-laki itu dari Setan / Iblis.].
1Tes 4:17 - “sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.”.
Kis 8:39 - “Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita.”.
KJV: ‘caught away’ [= merampas].
RSV: ‘caught up’ [= mengangkat].
NIV: ‘took away’ [= mengambil].
NASB: ‘snatched away’ [= merampas].
2Kor 12:2-4 - “(2) Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau - entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. (3) Aku juga tahu tentang orang itu, - entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - (4) ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.”.
Kapan perang itu terjadi?
Bible Knowledge Commentary (tentang ay 7-12): “Michael the archangel (cf. Jude 9) and his angels fought Satan and his angels, that is, demons. The time of this war in heaven was not indicated but the context refers to the end time.” [= Mikhael sang penghulu malaikat (Bdk. Yudas 9) dan malaikat-malaikatnya berperang melawan Iblis dan malaikat-malaikatnya, yaitu, setan-setan. Waktu / saat dari peperangan di surga ini tidak ditunjukkan tetapi kontextnya menunjuk pada akhir jaman.].
Jelas bahwa John Walvoord menganggap perang itu terjadi pada akhir jaman, bukan pada saat kejatuhan Iblis, yang terjadi pada masa lalu yang sangat jauh.
Leon Morris:
Leon Morris (tentang ay 1): “There is ‘a woman clothed with the sun, with the moon under her feet and a crown of twelve stars on her head’ (cf. Song 6:10). In this symbolism we must discern Israel, the chosen people of God.” [= Di sana ada ‘seorang perempuan berpakaian dengan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan suatu mahkota dari 12 bintang di kepalanya’ (bdk. Kidung 6:10). Dalam simbolisme ini kita harus mengenali Israel, bangsa / umat pilihan Allah.] - Libronix.
Leon Morris (tentang ay 2): “The time of birth is near. Israel is about to give birth to the Messiah. For the early Christians there was an important continuity between the old Israel and the church, the true Israel. Here the woman is undoubtedly Israel who gives birth to the Messiah, but later in the chapter she is the church who is persecuted for her faith.” [= Saat kelahiran sudah dekat. Israel mau melahirkan Mesias. Bagi orang-orang Kristen mula-mula, di sana ada suatu kontinuitas yang penting antara Israel lama dan Gereja, Israel yang sejati. Di sini perempuan itu tak diragukan adalah Israel, yang melahirkan Mesias, tetapi dalam bagian belakang pasal ini ia adalah Gereja, yang dianiaya karena imannya.] - Libronix.
Leon Morris (tentang ay 3): “The ‘enormous red dragon’ is undoubtedly Satan.” [= ‘Naga merah yang besar’ itu tak diragukan adalah Iblis.] - Libronix.
Leon Morris (tentang ay 4): “His primary interest is in devouring the child about to be born. Satan was hostile to Jesus from the very beginning (cf. Herod’s attempt to slay the Christ child, 2:13–18). He tried to destroy him from the moment of his birth.” [= Kepentingan / kepedulian utamanya adalah dalam menelan Anak yang akan dilahirkan. Iblis bermusuhan terhadap Yesus dari sejak permulaan (bdk. usaha Herodes untuk membunuh Anak Kristus, Mat 2:13-18). Ia berusaha untuk menghancurkan Dia dari saat kelahiranNya.] - Libronix.
Kapan perang itu terjadi?
Leon Morris (tentang ay 7-12): “This little vision teaches that we are caught up in a wider conflict than the one we see. The thought is not quite that of Paul who spoke of wrestling ‘against the spiritual forces of evil in the heavenly realms’ (Eph. 6:12). John is speaking of spiritual forces indeed, but the conflict is not simply one between demons and men. Angelic forces are also engaged. Our struggles are not to be shrugged off as insignificant. They are part of the great conflict between good and evil.” [= Penglihatan kecil ini mengajarkan bahwa kita ditangkap dalam suatu konflik yang lebih lebar dari pada konflik yang kita lihat. Pemikirannya bukanlah konflik dari Paulus, yang mengatakan tentang pergumulan ‘melawan kuasa-kuasa roh-roh jahat di udara’ (Ef 6:12). Yohanes memang sedang berbicara tentang kuasa-kuasa roh-roh, tetapi konfliknya bukan sekedar konflik antara setan-setan dan manusia. Kuasa-kuasa malaikat juga terlibat. Pergumulan-pergumulan kita tidak boleh dianggap ringan sebagai sesuatu yang tidak penting. Pergumulan-pergumulan itu adalah bagian dari konflik yang besar antara kebaikan dan kejahatan.] - Libronix.
Leon Morris berpandangan bahwa konflik itu melibatkan kita, malaikat-malaikat yang baik, dan Iblis dan setan-setan, dan itu merupakan konflik antara kebaikan dan kejahatan. Ini jelas sama sekali tak berurusan dengan kejatuhan pertama dari Iblis dan malaikat-malaikatnya.
Leon Morris (tentang ay 8): “The result of the battle is the defeat of the dragon, so that he and his angels lost their place in heaven. He had been the accuser of God’s people (Job 1:6–9; 2:1–6; Zech. 3:1ff.), but now he has no place in heaven.” [= Hasil dari pertempuran itu adalah kekalahan dari sang naga, sehingga ia dan malaikat-malaikatnya kehilangan tempat mereka di surga. Ia telah menjadi pendakwa dari umat Allah (Ayub 1:6-9; 2:1-6; Zakh 3:1-dst.), tetapi sekarang ia tidak mempunyai tempat di surga.] - Libronix.
Leon Morris (tentang ay 13): “The ‘war in heaven’ (v. 7) appears to be an attempt to destroy the Man Child. Baulked in that attempt the dragon turns his attention to the mother. The persecution of the church is not primarily of human origin; it is Satan’s reaction to his defeat in heaven. Since his activities must now be confined to earth, he hits out against those associated with his conqueror.” [= ‘Perang di surga’ (ay 7) kelihatannya adalah suatu usaha untuk menghancurkan Anak laki-laki itu. Terhalang dalam usaha itu, sang naga mengalihkan perhatiannya pada sang ibu. Penganiayaan terhadap gereja bukan semata-mata berasal usul dari manusia; itu adalah reaksi Iblis terhadap kekalahannya di surga. Karena aktivitas-aktivitasnya sekarang harus dibatasi di bumi, ia mengarahkan pukulan / serangannya terhadap mereka yang berhubungan / bersatu dengan ‘orang’ yang mengalahkannya.] - Libronix.
Lenski:
Lenski (tentang ay 3): “The identity of this dragon is placed beyond question by v. 9 and by 20:2, where he is called ‘the devil and Satan.’” [= Identitas dari naga ini diletakkan secara pasti oleh ay 9 dan oleh 20:2, dimana ia disebut ‘setan dan Iblis’.].
Wah 20:2 - “ia menangkap naga, si ular tua itu, yaitu Iblis dan Satan. Dan ia mengikatnya seribu tahun lamanya,”.
Lenski (tentang ay 4b): “This child = Christ, the Seed of the Woman, born of a woman (Gal. 4:4), here presented as about to be born into the world. Here we have the Incarnation in Revelation. The pregnant woman is the church which is pregnant with the promise of the Messiah beginning with Gen. 3:15. Satan’s one aim was ‘to devour’ or destroy this Messiah.” [= Anak ini = Kristus, Benih / Keturunan dari Perempuan, dilahirkan dari seorang perempuan (Gal 4:4), di sini digambarkan sebagai akan dilahirkan ke dalam dunia. Di sini kita mempunyai Inkarnasi dalam kitab Wahyu. Perempuan yang mengandung adalah gereja yang mengandung dengan janji tentang Mesias dimulai dengan Kej 3:15. Satu tujuan Iblis adalah ‘menelan’ atau menghancurkan Mesias ini.].
Lenski (tentang ay 5): “A long array of commentators regards this as a reference to the birth of Christ, and we must join them. Yet we must remember that this is a vision and thus we must not think merely of Bethlehem but in this birth must include the entire presence of Christ on earth as the Messiah.” [= Suatu susunan pasukan yang panjang dari penafsir-penafsir menganggap ini sebagai suatu referensi pada kelahiran Kristus, dan kami / kita harus bergabung dengan mereka. Tetapi kita harus ingat bahwa ini adalah suatu penglihatan dan karena itu kita tidak boleh berpikir semata-mata tentang Betlehem tetapi dalam kelahiran ini harus mencakup seluruh kehadiran Kristus di bumi sebagai Mesias.].
Kapan perangnya terjadi?
Lenski (tentang ay 7-12): “Here the effect and result of the Savior’s incarnation and his enthronement are portrayed symbolically. At the same time this double section (v. 7–9; 10–12) leads over to v. 13–17, the dragon’s persecution of the woman after the birth, etc., of her child. The picture of the battle is illumined by the voice and its song of triumph. Unless it is read in the light of this song, the battle will not be understood; it will either remain an enigma or be interpreted in fanciful ways. The three statements that Satan ‘was thrown’ in the battle are made clear by the statement in the song, ‘there was thrown the accuser of our brethren, the one accusing them before our God by day and by night.’ ... By his utter defeat he lost this power of accusing ‘our brethren before God.’ Gone is ‘their place in the heaven’ to bring accusation against the brethren before God; the Accuser ‘was thrown to the earth’ as the song states it: ‘he came down to you,’ to the earth and the sea, there now to vent his fury since he is able now to reach no farther and to do no more. Let this suffice to show how the triumphal song helps to explain the battle and how together they depict the effect of Christ’s incarnation and his enthronement.” [= Di sini hasil dari inkarnasi dan naiknya ke takhta dari sang Juruselamat digambarkan secara simbolis. Pada saat yang sama komponen ganda ini (ay 7-9; 10-12) membimbing pada ay 13-17, penganiayaan sang naga terhadap perempuan setelah kelahiran Anaknya, dst. Gambaran dari pertempuran diterangi oleh suara dan nyanyian kemenangannya. Kecuali itu dibaca dalam terang dari nyanyian ini, pertempuran ini tidak akan dimengerti; itu akan tetap menjadi sesuatu yang membingungkan atau ditafsirkan dengan cara-cara yang tidak nyata / penuh daya khayal. Tiga pernyataan bahwa Iblis ‘dilemparkan’ dalam pertempuran itu dibuat jelas oleh pernyataan dalam nyanyian itu, ‘karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita’. ... Oleh kekalahan mutlaknya ia kehilangan kuasa ‘mendakwa saudara-saudara kita di hadapan Allah’ ini. Hilanglah ‘tempat mereka di surga’ untuk membawa dakwaan terhadap saudara-saudara di hadapan Allah; sang Pendakwa ‘dilemparkan ke bumi’ seperti nyanyian itu menyatakannya: ‘Ia turun / datang kepadamu’, ke bumi dan laut, di sana sekarang melepaskan kemarahannya karena sekarang ia tidak bisa menjangkau lebih jauh dan tak bisa melakukannya lagi. Biarlah ini cukup untuk menunjukkan bagaimana nyanyian kemenangan itu menolong untuk menjelaskan pertempuran dan bagaimana bersama-sama mereka menggambarkan hasil dari inkarnasi Kristus dan naiknya Dia ke takhtaNya.].
Jelas bahwa Lenski sama sekali tak menghubungkan perang itu dengan kejatuhan Iblis.
CORPUS DELICTI (10)
f) Sekarang kita akan melihat sebagian dari satu ayat dari Wah 12 secara khusus.
Wah 12:4a - “Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi.”.
ES menganggap ini menunjuk pada kejatuhan Iblis, dan dalam kejatuhannya ia menyeret 1/3 malaikat-malaikat bersama dengan dia.
Sekarang akan saya berikan tafsiran-tafsiran dari para penafsir tentang Wah 12:4 ini, apakah mereka setuju dengan ES bahwa ayat ini menunjuk pada pemberontakan Iblis yang mengikut-sertakan sepertiga dari para malaikat.
Ternyata ada banyak penafsir yang setuju dengan ES, tetapi juga ada banyak yang menentang penafsiran ES. Saya akan mulai dengan para penafsir yang menentang penafsiran ES.
1. Penafsir-penafsir yang tidak setuju dengan ES.
Jamieson, Fausset & Brown: “His dragging down the stars with his tail (lashed back and forward in fury), implies his persuading to apostatize, and become earthy, those angels and once eminent HUMAN teachers who formerly were heavenly (cf. Rev 12:1; Isa 14:12; Rev 1:20).” [= Penyeretannya terhadap bintang-bintang dengan ekornya (dikibaskan ke belakang dan ke depan dalam kemarahan), secara implicit menunjuk pada bujukannya untuk murtad, dan menjadi duniawi, malaikat-malaikat itu dan yang pernah merupakan pengajar-pengajar / guru-guru MANUSIA yang dulunya surgawi (Bdk. Wah 12:1; Yes 14:12; Wah 1:20).].
Wah 12:1 - “Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya.”.
Catatan: saya tak mengerti mengapa ia memberikan ayat ini sebagai ayat referensi.
Yes 14:12 - “‘Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!”.
Wah 1:20 - “Dan rahasia ketujuh bintang yang telah kaulihat pada tangan kananKu dan ketujuh kaki dian emas itu: ketujuh bintang itu ialah malaikat ketujuh jemaat dan ketujuh kaki dian itu ialah ketujuh jemaat.’”.
Leon Morris (tentang ay 4): “The dragon’s ‘tail’ now dragged ‘a third of the stars out of the sky’ and threw them to the earth (cf. Dan. 8:10). As with a number of the trumpets, ‘a third’ will denote a significant minority (8:7, 8, 9, etc.). This perhaps means that the activities of the evil one in other spheres have repercussions here on earth; many think there is a reference to fallen angels. But all this is apparently no more than a preliminary flexing of his muscles. His primary interest is in devouring the child about to be born. Satan was hostile to Jesus from the very beginning (cf. Herod’s attempt to slay the Christ child, Mt. 2:13ff.).” [= ‘Ekor’ sang naga sekarang menyeret ‘sepertiga dari bintang-bintangdari langit’ dan melemparkan mereka ke bumi (bdk. Dan 8:10). Seperti dengan jumlah dari sangkakala, ‘sepertiga’ berarti suatu jumlah minoritas yang signifikan (8:7,8,9, dsb.). Ini mungkin berarti bahwa aktivitas-aktivitas dari si jahat dalam ruang lingkup yang lain mempunyai pengaruh tidak langsung di sini di bumi; banyak orang beranggapan bahwa ini adalah suatu referensi pada malaikat-malaikat yang jatuh. TETAPI semua ini jelas adalah tidak lebih dari suatu penekukan pendahuluan dari otot-ototnya. Iblis bermusuhan dengan Yesus dari sangat awal (bdk. usaha Herodes untuk membunuh bayi Kristus, Mat 2:13-dst.).] - Libronix.
Dan 8:10 - “Ia menjadi besar, bahkan sampai kepada bala tentara langit, dan dari bala tentara itu, dari bintang-bintang, dijatuhkannya beberapa ke bumi, dan diinjak-injaknya.”.
Wah 8:7,8,9 - “(7) Lalu malaikat yang pertama meniup sangkakalanya dan terjadilah hujan es, dan api, bercampur darah; dan semuanya itu dilemparkan ke bumi; maka terbakarlah sepertiga dari bumi dan sepertiga dari pohon-pohon dan hanguslah seluruh rumput-rumputan hijau. (8) Lalu malaikat yang kedua meniup sangkakalanya dan ada sesuatu seperti gunung besar, yang menyala-nyala oleh api, dilemparkan ke dalam laut. Dan sepertiga dari laut itu menjadi darah, (9) dan matilah sepertiga dari segala makhluk yang bernyawa di dalam laut dan binasalah sepertiga dari semua kapal.”.
George Eldon Ladd (tentang ay 4): “There is no need to see in these words anything more than the fearful appearance of this monster. There is no hint in this symbolism of a primeval war in heaven in which Satan was cast out of heaven down to the earth. Dan. 8:10 has a similar vision in which the ‘little horn’ reached to heaven and cast some of the stars to the earth, but there they are called the ‘hosts of heaven.’ The dragon is such a colossal creature that with one sweep of his tail he can brush a third of the stars out of their natural position.” [= Di sana tidak ada kebutuhan untuk melihat dalam kata-kata ini apapun yang lebih dari pada penampilan yang menakutkan dari monster ini. Di sana tidak ada petunjuk dalam simbolisme ini tentang suatu peperangan yang terjadi pada sangat awal di surga dalam mana Iblis dilemparkan keluar dari surga ke bumi. Dan 8:10 mempunyai suatu penglihatan yang mirip dalam mana ‘tanduk kecil’ mencapai surga dan melemparkan sebagian bintang-bintang ke bumi, tetapi di sana mereka disebut ‘bala tentara langit / surga’. Naga itu adalah seekor makhluk ciptaan yang sangat besar sehingga dengan satu sapuan dari ekornya ia bisa menyingkirkan sepertiga dari bintang-bintang keluar dari posisi alamiah mereka.] - hal 169.
Dan 8:9-10 - “(9) Maka dari salah satu tanduk itu muncul suatu tanduk kecil, yang menjadi sangat besar ke arah selatan, ke arah timur dan ke arah Tanah Permai. (10) Ia menjadi besar, bahkan sampai kepada bala tentara langit, dan dari bala tentara itu, dari bintang-bintang, dijatuhkannya beberapa ke bumi, dan diinjak-injaknya.”.
John Wesley: “‘The third part’ - A very large number. ‘Of the stars of heaven’ - The Christians and their teachers, who before sat in heavenly places with Christ Jesus. ‘And casteth them to the earth’ - Utterly deprives them of all those heavenly blessings.” [= ‘Sepertiga bagian’ - Suatu jumlah yang sangat besar. ‘Dari bintang-bintang di surga’ - Orang-orang Kristen dan pengajar-pengajar / guru-guru mereka, yang sebelumnya duduk di tempat-tempat surgawi bersama Kristus Yesus. ‘Dan melemparkan mereka ke bumi’ - Merampas / menyingkirkan sama sekali dari mereka semua berkat-berkat surgawi itu.] - Libronix.
Geoffrey B. Wilson: “The power of the dragon was such that the sweep of his tail was able to drag away a third of the stars of heaven and cast them to the earth (Dan. 8:10). This dramatic figure has the introductory funtion of illustrating the destructive power of the dragon,” [= Kuasa dari sang naga adalah sedemikian rupa sehingga sapuan ekornya mampu menyeret sepertiga bintang-bintang dari surga / langit dan melemparkan mereka ke bumi (Dan 8:10). Gambaran yang dramatis ini mempunyai fungsi yang bersifat memperkenalkan untuk menjelaskan kuasa yang bersifat menghancurkan dari sang naga,] - hal 104.
Dan 8:10 - “Ia menjadi besar, bahkan sampai kepada bala tentara langit, dan dari bala tentara itu, dari bintang-bintang, dijatuhkannya beberapa ke bumi, dan diinjak-injaknya.”.
Barclay: “The image of the dragon sweeping the stars from the sky with its tail comes from the picture in Daniel of the little horn which cast the stars to the ground and trampled on them (Daniel 8:10).” [= Gambaran dari sang naga menyapu bintang-bintang dari langit dengan ekornya datang dari gambaran dalam Daniel tentang tanduk kecil yang melemparkan bintang-bintang ke tanah dan menginjak-injakmereka (Dan 8:10).].
Catatan: memang tidak jelas dengan apa yang Barclay maksudkan. Tetapi kalau kita melihat seluruh tafsiran Barclay tentang Wah 12:3-4, kelihatannya ia sama sekali tidak mengarah pada kejatuhan awal dari Iblis.
Barclay (tentang Wah 12:3-4): “HERE we have the picture of the great, flame-coloured dragon. In our study of the past history of the tradition of the antichrist, we saw that the people of the middle east regarded creation in the light of the struggle between the dragon of chaos and the creating God of order. In the Temple of Marduk - the creating god - in Babylon, there was a great image of a ‘red-gleaming serpent’ who stood for the defeated dragon of chaos. There can be little doubt that that is where John got his picture. This dragon appears in many forms in the Old Testament. It appears as Rahab. ‘Was it not you who cut Rahab in pieces, who pierced the dragon?’ (Isaiah 51:9). It appears as the leviathan. ‘You broke the heads of the dragons in the waters. You crushed the heads of Leviathan’ (Psalm 74:13–14). In the day of the Lord, God with his cruel and great and strong sword will punish the leviathan (Isaiah 27:1). It appears in the dramatic picture of the behemoth in Job 40:15–24. The dragon which is the arch-enemy of God is a common and terrible figure in the thought of the middle east. It is the connection of the dragon and the sea which explains the rivers of water which the dragon pours out to overcome the woman (verse 15). The dragon has seven heads and ten horns. This signifies its mighty power. It has seven royal diadems. This signifies its complete power over the kingdoms of this world as opposed to the kingdom of God. The image of the dragon sweeping the stars from the sky with its tail comes from the picture in Daniel of the little horn which cast the stars to the ground and trampled on them (Daniel 8:10). The picture of the dragon waiting to devour the child comes from Jeremiah, in which it is said of Nebuchadnezzar that ‘he has swallowed me like a monster’ (Jeremiah 51:34). H. B. Swete finds in this picture the symbolism of an eternal truth about the human situation. In the human situation, as Christian history sees it, there are two figures who occupy the centre of the scene. There is humanity, men and women, fallen and always under the attack of the powers of evil but always struggling towards the birth of a higher life. And there is the power of evil, always watching for its opportunity to frustrate every attempt to achieve higher things. That struggle had its culmination on the cross.” [= ].
Catatan: Saya memberikan seluruh komentar Barclay tentang ay 3-4 untuk menunjukkan bahwa ia sama sekali tak menyinggung kejatuhan awal dari Iblis. Tetapi saya tak memberikan terjemahannya.
Matthew Henry: “As drawing with his tail ‘a third part of the stars in heaven, and casting them down to the earth,’ turning the ministers and professors of the Christian religion out of their places and privileges and making them as weak and useless as he could.” [= Sebagai menyeret dengan ekornya ‘sepertiga bagian dari bintang-bintang di surga, dan melemparkan mereka ke bawah ke bumi’, membelokkan (menyesatkan) pendeta-pendeta / pelayan-pelayan dan pengaku-pengaku dari agama Kristen keluar dari tempat-tempat dan hak-hak mereka dan membuat mereka selemah dan setidak-berguna mungkin seperti yang bisa ia lakukan.].
Adam Clarke: “The stars therefore which the dragon draws with his tail must represent the whole body of pagan priests, who were the stars or lights of the pagan world. But in what sense can it be said that the pagan Roman Empire, which ruled over the whole known world, only draws a third part of the stars of heaven? The answer is: The religious world in the time of John was divided into three grand branches, namely, the Christian world, the Jewish world, and pagan world. Consequently, as a dragon, a fabulous animal, is an emblem of a civil power supporting a religion founded in fable; it necessarily follows that the stars or ministers of the Jews and Christians cannot be numbered among those which he draws with his tail, as they were not the advocates of his idolatry, but were ministers of a religion founded by the God of heaven, and consequently formed no part of the pagan world, though they were in subjection in secular matters to the pagan Roman Empire. The tail of the dragon therefore draweth after him the whole pagan world.” [= Karena itu bintang-bintang yang sang naga seret dengan ekornya pasti mewakili seluruh tubuh dari imam-imam kafir, yang adalah bintang-bintang atau terang-terang dari dunia kafir. Tetapi dalam arti apa bisa dikatakan bahwa Kekaisaran Roma kafir, yang memerintah atas seluruh dunia yang dikenal, hanya menarik sepertiga bagian dari bintang-bintang dari langit? Jawabannya adalah: Dunia agama pada jaman Yohanes dibagi menjadi tiga cabang besar, yaitu dunia Kristen, dunia Yahudi, dan dunia kafir. Sebagai akibatnya / karena itu, sebagai seekor naga, seekor binatang yang bersifat dongeng, adalah suatu gambaran dari suatu kuasa sipil yang mendukung suatu agama yang didasarkan pada dongeng; karena itu pastilah bahwa bintang-bintang atau pelayan-pelayan / pendeta-pendeta dari orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen tidak bisa dihitung di antara mereka yang ia seret dengan ekornya, karena mereka bukanlah pendukung-pendukung dari penyembahan berhalanya, tetapi merupakan pelayan-pelayan / pendeta-pendeta dari suatu agama yang didirikan oleh Allah dari surga, dan karena itu tidak membentuk suatu bagian dari dunia kafir, sekalipun mereka tunduk dalam hal-hal sekuler kepada Kekaisaran Romawi kafir. Karena itu ekor dari sang naga menyeret di belakangnya seluruh dunia kafir.].
Barnes’ Notes: “The main idea here undoubtedly is that of power, and the object of John is to show that the power of the dragon was as if it extended to the stars, and as if it dragged down a third part of them to the earth, or swept them away with its tail, leaving two-thirds unaffected. A power that would sweep them all away would be universal; a power that would sweep away one-third only would represent a dominion of that extent only. ... Suppose, then, that the dragon here was designed to represent the Roman pagan power; suppose that it referred to that power about to engage in the work of persecution, and at a time when the church was about to be greatly enlarged, and to fill the world; suppose that it referred to a time when but one-third part of the Roman world was subject to pagan influence, and the remaining two-thirds were, for some cause, safe from this influence - all the conditions here referred to would be fulfilled.” [= Gagasan utama di sini tak diragukan adalah tentang kuasa, dan tujuan dari Yohanes adalah untuk menunjukkan bahwa kuasa dari sang naga adalah seakan-akan itu meluas pada bintang-bintang, dan seakan-akan itu menyeret sepertiga dari mereka ke bumi, atau menyapu habis mereka dengan ekornya, meninggalkan duapertiga tanpa terpengaruh. Suatu kuasa yang menyapu mereka semua bersifat universal; suatu kuasa yang menyapu hanya sepertiga mewakili suatu penguasaan dari tingkat itu saja. ... Maka, anggaplah bahwa sang naga di sini dirancang untuk mewakili kuasa kafir Romawi; anggaplah bahwa itu menunjuk pada kuasa itu yang akan terlibat dalam pekerjaan penganiayaan, dan pada suatu masa / jaman dimana gereja akan membesar secara hebat, dan memenuhi dunia; anggaplah bahwa itu menunjuk pada suatu waktu pada waktu hanya sepertiga bagian dari dunia Romawi yang tunduk pada pengaruh kafir, dan sisanya yang duapertiga, karena sebab tertentu, aman dari pengaruh ini - maka semua kondisi yang ditunjuk di sini digenapi.].
Bible Knowledge Commentary: “The casting down of ‘a third of the stars out of the sky’ seemed to imply satanic power which extended to the heavens and the earth. Satan was seen here to extend his power over those who opposed him spiritually or politically.” [= Pelemparan ke bawah dari ‘sepertiga dari bintang-bintang di surga’ kelihatannya menunjukkan secara implicit kuasa Iblis yang meluas sampai ke surga dan bumi. Iblis dilihat di sini meluaskan kuasanya atas mereka yang menentang dia secara rohani atau secara politik.].
Pulpit Commentary: “(4) Enormous power of ‘mischief.’ ‘And his tail drew (draweth) the third part of the stars of heaven, and did cast them to the earth.’ There are stars in the moral firmament of the human soul, stars of social love, of reverent piety, of moral intuition, of spiritual insight, of infinite worship. These stars Satan sweeps away, and leaves us to grope our way in nocturnal gloom. Where are these stars seen in the political management of England to-day? Truly we are walking in darkness and have no light.” [= (4) Kuasa yang sangat besar dari ‘penyesatan’. ‘Dan ekornya menyeret sepertiga bagian dari bintang-bintang dari surga, dan melemparkan mereka ke bumi’. Di sana ada bintang-bintangdalam cakrawala moral dari jiwa manusia, bintang-bintang dari kasih yang bersifat sosial, dari kesalehan yang bersifat takut / hormat, dari intuisi moral, dari pengertian rohani, dari penyembahan yang tak terbatas. Bintang-bintang ini disapu oleh Iblis, dan meninggalkan kita untuk meraba-raba jalan kita dalam kegelapan malam. Dimana bintang-bintang ini dalam pengaturan politik dari Inggris jaman sekarang? Sesungguhnya kita sedang berjalan dalam kegelapan dan tidak mempunyai terang.] - hal 326.
2. Penafsir-penafsir yang setuju dengan ES.
Dalam hal ini ada cukup banyak penafsir yang berpandangan sama dengan ES.
Wiersbe: “Verse 4 relates to Isa 14:12ff, when Satan revolted against God and drew some of the angels down with him. See Job 38:7 and Jude.” [= Ayat 4 berhubungan dengan Yes 14:12-dst, pada waktu Iblis memberontak terhadap Allah dan menarik sebagian dari malaikat-malaikat jatuh bersama dia. Lihat Ayub 38:7 dan Yudas.].
Catatan: ia bahkan juga setuju dengan ES bahwa Yes 14:12 menunjuk pada kejatuhan Iblis. Lagi-lagi dalam hal ini ada banyak penafsir yang setuju dengan ES.
Ayub 38:7- “pada waktu bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak-sorai?”.
Yudas 6 - “Dan bahwa Ia menahan malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka, dengan belenggu abadi di dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar,”.
Jewish New Testament Commentary: “Stars. Possibly natural stars (6:13, 8:12; Mt 24:29), but more likely ‘his angels’ (v. 7; compare 1:20, 9:1), who rebelled with Satan against God (see 2 Ke 2:4N).” [= Bintang-bintang. Mungkin bintang-bintang alamiah (6:13, 8:12; Mat 24:29), tetapi lebih memungkinkan ‘malaikat-malaikatnya’ (ay 7; bandingkan 1:20, 9:1), yang memberontak bersama Iblis terhadap Allah (lihat 2Pet 2:4).].
Catatan: Ke = Kefa. Ini cara Penafsir Yahudi ini menyebut Petrus. Jadi 2 Ke = 2Petrus.
Wah 6:13 - “Dan bintang-bintang di langit berjatuhan ke atas bumi bagaikan pohon ara menggugurkan buah-buahnya yang mentah, apabila ia digoncang angin yang kencang.”.
Wah 8:12 - “Lalu malaikat yang keempat meniup sangkakalanya dan terpukullah sepertiga dari matahari dan sepertiga dari bulan dan sepertiga dari bintang-bintang, sehingga sepertiga dari padanya menjadi gelap dan sepertiga dari siang hari tidak terang dan demikian juga malam hari.”.
Mat 24:29 - “‘Segera sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit dan kuasa-kuasa langit akan goncang.”.
Wah 12:7 - “Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya,”.
Wah 1:20 - “Dan rahasia ketujuh bintang yang telah kaulihat pada tangan kananKu dan ketujuh kaki dian emas itu: ketujuh bintang itu ialah malaikat ketujuh jemaat dan ketujuh kaki dian itu ialah ketujuh jemaat.’”.
Catatan: ayat ini rasanya tidak cocok.
Wah 9:1 - “Lalu malaikat yang kelima meniup sangkakalanya, dan aku melihat sebuah bintang yang jatuh dari langit ke atas bumi, dan kepadanya diberikan anak kunci lobang jurang maut.”.
2Pet 2:4 - “Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman;”.
Seiss’ Apocalypse: “Vitringa hit the truth much more successfully, when he spoke here of the angels. These are truly ‘the stars of the heaven.’ When God brought the world into being, we are told that ‘the morning stars sang together, and all the sons of God shouted for joy’ (Job 38:4-7). These were the angelic hosts. They are fitly called stars by reason of their beauty and glory; and they are preeminently ‘the stars of the heaven,’ as they pertain to heaven, and are the sublimest ornaments of the celestial world. Satan himself was once one of these stars, as we saw in Rev 9:1. Isaiah (Isa 14:12) alludes to this, where the exclamation is, ‘How art thou fallen from heaven, O Lucifer (literally, day-star), son of the morning!’ Has there then been any calamity among the angelic hosts to answer the description before us? The Scriptures distinctly tell us that there has. Jude 6 speaks of ‘angels which kept not their first estate (their principality), but left their own habitation.’ Peter refers to ‘the angels that sinned,’ whom ‘God spared not’ (2 Peter 2:4). ... Satan, one of the brightest and mightiest among them, was the cause and author of it all. ... How many were thus involved is not told us. The text says that the terrible apostasy embraced ‘the third of the stars of the heaven.’ Many take this as significant only of a large proportion, without regard to any exact number. And so the meaning may be. But the statement itself is definite, and will bear the interpretation that just one-third of all the angelic host fell through that Satanic rebellion.” [= Vitringa mencapai kebenaran dengan jauh lebih sukses, pada waktu ia berbicara di sini tentang malaikat-malaikat. Mereka sungguh-sungguh adalah ‘bintang-bintang dari surga’. Pada waktu Allah menciptakan dunia, kita diberitahu bahwa ‘bintang-bintang fajar menyanyi bersama-sama, dan semua anak-anak Allah berteriak dengan sukacita’ (Ayub 38:4-7). Mereka ini adalah pasukan malaikat. Mereka secara tepat disebut bintang-bintang karena keindahan dan kemuliaan mereka; dan mereka secara menyolok adalah ‘bintang-bintang dari surga’, karena mereka tempatnya di surga, dan merupakan hiasan-hiasan yang paling agung / mulia dari dunia surgawi / langit. Iblis sendiri adalah salah satu dari bintang-bintang ini, seperti kita lihat dalam Wah 9:1. Yesaya (Yes 14:12) membuat referensi secara tak langsung pada hal ini, pada waktu teriakannya adalah, ‘Betapa engkau telah jatuh dari surga, Ya Lucifer (secara hurufiah, bintang pagi), Putra Fajar!’ Apakah di sana pernah ada bencana apapun di antara pasukan malaikat untuk menyesuaikan dengan penggambaran di depan kita? Kitab Suci secara pasti memberitahu kita bahwa memang pernah. Yudas 6 berbicara tentang ‘malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka’. Petrus menunjuk kepada ‘malaikat-malaikat yang berbuat dosa’ yang ‘Allah tidak menyayangkan’ (2Pet 2:4). ... Iblis, salah satu dari yang paling terang dan paling kuat di antara mereka, adalah penyebab dan pencipta dari semua ini. ... Berapa banyak malaikat-malaikat yang terlibat kita tak diberitahu. Textnya mengatakan bahwa kemurtadan yang mengerikan mencakup ‘sepertiga dari bintang-bintang dari surga’. Banyak orang yang mengartikan ini hanya sebagai menunjukkan suatu bagian yang besar, tanpa mempersoalkan bilangan yang pasti apapun. Dan demikianlah mungkin artinya. Tetapi pernyataannya sendiri adalah pasti, dan akan mendukung penafsiran bahwa hanya sepertiga dari semua pasukan malaikat jatuh melalui pemberontakan Iblis itu.].
Wah 9:1 - “Lalu malaikat yang kelima meniup sangkakalanya, dan aku melihat sebuah bintang yang jatuh dari langit ke atas bumi, dan kepadanya diberikan anak kunci lobang jurang maut.”.
Catatan: sangat banyak tafsiran yang bermacam-macam tentang siapa yang dimaksud dengan ‘sebuah bintang yang jatuh dari langit ke atas bumi’ ini. Jadi, sangat belum tentu kalau ini menunjuk kepada Iblis.
Yudas 6 - “Dan bahwa Ia menahan malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka, dengan belenggu abadi di dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar,”.
2Pet 2:4 - “Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman;”.
Lenski: “this dragon monster, Satan, threw down a third of God’s stars, the angels, Jude 6: ‘the angels which kept not their first estate but left their own habitation.’ That Satan drew other angels with him, he being the chief rebel, is the accepted fact. The fact that they lost their heavenly places is expressed by saying that Satan threw them on the earth. When stars fall, this is said to occur ‘to the earth.’ As for the tail, not only is the dragon always conceived as having a tremendous tail, here one that is so mighty as to sweep so many stars from the sky, but the hellish tail is the instrument of lying power (9:10; compare Isa. 9:15, ‘the prophet that teacheth lies, he is the tail’). Thus we here have a description of Satan’s power manifested in the most terrible thing he has done.” [= monster naga ini, Iblis, melempar ke bawah sepertiga dari bintang-bintang Allah, malaikat-malaikat, Yudas 6: ‘malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka’. Bahwa Iblis menarik malaikat-malaikat lain bersamanya, ia sebagai kepala pemberontak, merupakan fakta yang diterima. Fakta bahwa mereka kehilangan tempat-tempat surgawi dinyatakan dengan mengatakan bahwa Iblis melemparkan mereka ke bumi. Pada waktu bintang-bintang jatuh, ini dikatakan terjadi ‘ke bumi’. Sedangkan tentang ekor, bukan hanya naga itu selalu mempunyai suatu ekor yang menakutkan / sangat besar, di sini suatu ekor yang begitu kuat sehingga menyapu begitu banyak bintang dari langit, tetapi ekor yang sangat jahat adalah alat dari kuasa untuk berdusta (9:10; bandingkan Yes 9:14, ‘nabi yang mengajarkan dusta, itulah ekor’). Jadi di sini kita mempunyai suatu penggambaran tentang kuasa Iblis yang dinyatakan dalam hal yang paling mengerikan yang telah ia lakukan.].
Yes 9:14 - “Tua-tua dan orang yang terpandang, itulah kepala, dan nabi yang mengajarkan dusta, itulah ekor.”.
Herman Hoeksema: “What may be meant by his drawing of the stars of heaven with his tail? This seems to be plain in itself. The stars in this connection must, of course, not be taken in the literal sense, no more than the entire portion. In this connection the inference is plain that they indicate the fellow angels of the devil. In Job the angels are called the morning-stars. And indeed this application is very appropriate for these spiritual inhabitants of the sphere of eternal light. And the devil himself has been such a morning-star, - perhaps, as we have said before, the greatest and most glorious among them all. And although the passage in Isaiah 14:12 cannot literally be applied to Satan, yet the language in which this metaphor against the king of Babylon is used, is such that the latter is evidently a type of the devil. And therefore also the devil may fittingly be called Lucifer, the day or morning-star. This morning-star, as we know, rebelled against God Almighty. But he was not alone. He instigated a general rebellion in the heaven of heavens. He seduced others of his fellow angels to rise with him and exalt themselves against the Most High. And it is this feature that is pictured of the devil most probably in the fourth verse of this chapter. He dragged the third part, that is, in this sense, a great many, yet not a majority, of his fellow angels with him in his fall from heaven. And they together with him were cast down from their exalted place.” [= Apa yang bisa dimaksudkan dengan dia menarik bintang-bintang di surga dengan ekornya? Ini kelihatannya jelas dalam dirinya sendiri. Bintang-bintang dalam hubungan ini harus, tentu saja, tidak diartikan dalam arti hurufiah, sama seperti seluruh bagian ini. Dalam hubungan ini kesimpulannya adalah jelas bahwa mereka menunjuk kepada sesama malaikat-malaikat dari Iblis. Dalam Ayub malaikat-malaikat disebut bintang-bintang pagi. Dan memang penerapan ini sangat cocok / tepat untuk penghuni-penghuni rohani dari lingkungan / ruang lingkup dari terang yang kekal ini. Dan Iblis sendiri adalah suatu bintang pagi seperti itu, - mungkin, seperti telah kami katakan sebelumnya, yang terbesar dan paling mulia di antara mereka semua. Dan sekalipun text dalam Yes 14:12 tidak bisa secara hurufiah diterapkan kepada Iblis, tetapi bahasa dalam mana kiasan terhadap raja Babel ini digunakan, adalah sedemikian rupa sehingga yang belakangan ini jelas merupakan suatu TYPE dari Iblis. Dan karena itu juga Iblis bisa secara cocok disebut Lucifer, bintang pagi. Bintang pagi ini, seperti kita tahu, memberontak terhadap Allah Yang Mahakuasa. Tetapi ia tidak sendirian. Ia menghasut suatu pemberontakan umum di surga dari surga. Ia menggoda sesama malaikatnya yang lain untuk bangkit bersamanya dan meninggikan diri mereka sendiri terhadap Yang Maha Tinggi. Dan adalah ciri / hal yang menonjol ini yang paling memungkinkan digambarkan tentang Iblis dalam ayat keempat dari pasal ini. Ia menarik sepertiga bagian, yaitu, dalam arti ini, suatu bagian yang besar, tetapi bukan mayoritas, dari sesama malaikatnya bersamanya dalam kejatuhannya dari surga. Dan mereka bersama-sama dengan dia dilemparkan ke bawah dari tempat tinggi mereka.] - ‘Behold He Cometh!’, hal 417.
Catatan: saya betul-betul tidak mengerti bagaimana penafsir sekaliber Herman Hoeksema bisa menganggap bahwa raja Babel dalam Yes 14:12 merupakan TYPE dari Iblis. TYPE selalu menunjuk ke depan, tak pernah ke belakang!!! Bagaimanapun bahasa yang digunakan dalam ayat itu, kita tidak bisa / tidak boleh menafsirkan ayat itu dengan menabrak rumus Hermeneutics!
William Hendriksen: “When Satan fell, he dragged along with him in his ruin ‘one-third of the stars of heaven’, that is, a vast number of evil spirits (cf. Job 38:7; 2Pet. 2:4; Jude 6).” [= Pada waktu Iblis jatuh, ia menyeret bersamanya dalam kehancurannya ‘sepertiga dari bintang-bintang dari surga’, yaitu / artinya, suatu jumlah yang besar dari roh-roh jahat (bdk. Ayub 38:7; 2Pet 2:4; Yudas 6).] - ‘More Than Conquerors’, hal 136.
The Bible Exposition Commentary: “The dragon was cast out of heaven (Rev 12:9), and he took with him a third of the angels (Rev 12:7,9). They are spoken of as ‘stars’ in Rev 12:4 (see also Dan 8:10). This is evidently a reference to the fall of Satan (Isa 14:12-15), when he and his hosts revolted against God. However, the casting out described in Rev 12:7-10 is yet future.” [= Naga itu dilemparkan keluar dari surga (Wah 12:9), dan ia membawa dengannya sepertiga dari malaikat-malaikat (Wah 12:7,9). Mereka dibicarakan sebagai ‘bintang-bintang’ dalam Wah 12:4 (lihat juga Dan 8:10). Ini jelas merupakan suatu referensi pada kejatuhan Iblis (Yes 14:12-15), pada waktu ia dan pasukannya memberontak terhadap / menentang Allah. Tetapi, pelemparan keluar yang digambarkan dalam Wah 12:7-10 masih akan datang.].
Pulpit Commentary: “In describing the vast power of the devil, St. John seems TO ALLUDE to the tremendous result of his rebellious conduct in heaven, in effecting the fall of other angels with himself (Jude 6). The seer does not here interrupt his narrative to explain the point, but returns to it after ver. 6, and there describes briefly the origin and cause of the enmity of the devil towards God. The ‘third part’ (as in ch. 8:7, et seq.) signifies a considerable number, but not the larger part.” [= Dalam menggambarkan kuasa yang sangat besar dari Iblis, Santo Yohanes kelihatannya MEMBUAT REFERENSI SECARA SINGKAT / TAK LANGSUNG pada hasil yang sangat besar / hebat dari tingkah laku yang bersifat memberontak di surga, dalam menghasilkan kejatuhan dari malaikat-malaikat yang lain bersamanya (Yudas 6). Si pelihat di sini tidak menginterupsi ceritanya untuk menjelaskan point itu, tetapi kembali kepadanya setelah ay 6, dan di sana menggambarkan secara singkat asal usul dan penyebab dari permusuhan dari Iblis terhadap Allah. ‘Sepertiga bagian’ (seperti dalam psl 8:7 dst.) menunjukkan suatu jumlah yang besar, tetapi bukan bagian yang lebih besar.] - hal 311.
Sesuatu yang harus sangat diperhatikan adalah: sekalipun para penafsir ini percaya bahwa ay 4 menunjuk pada pemberontakan awal dari Iblis, yang menyeret bersamanya sepertiga dari para malaikat, tetapi mereka menganggap bahwa di sini Yohanes hanya menyinggung kejatuhan Iblis secara sepintas lalu. Ini secara khusus ditunjukkan oleh 2 kutipan terakhir dari deretan kutipan di atas ini. Dan dalam seluruh sisa dari Wah 12, Yohanes sama sekali tidak berurusan dengan kejatuhan awal dari Iblis. Ini sudah saya tunjukkan pada pelajaran-pelajaran yang lalu dimana saya sudah memberikan tafsiran-tafsiran para penafsir tentang siapa yang dimaksud dengan naga, perempuan, dan anak laki-laki itu, dan kapan perang dalam Wah 12:7-9 itu terjadi.
Jadi, kalaupun ay 4 ini diartikan menunjuk pada kejatuhan Iblis dan malaikat-malaikatnya, tetap itu tidak ada gunanya untuk mendukung ajaran ES, bahwa perang dalam Wah 12:7-9 ini menunjuk pada perang pada pemberontakan awal dari Iblis.
CORPUS DELICTI (11)
=============Lanjutan kata-kata ES=================
Secara logis, ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
• Lucifer satu-satunya makhluk yang segambar dengan Allah.
• Lucifer hendak menyamai Allah.
• Karena itu semua makhluk yang segambar dengan Allah hendak menyamai Allah.
Negasi dari pernyataan 3 di atas adalah: ada makhluk yang segambar dengan Allah dan tidak hendak menyamai Allah.
Untuk membuktikan kesalahan Lucifer, Allah harus membuat makhluk lain yang segambar dengan-Nya dan tunduk sepenuhnya kepada-Nya; tidak hendak menyamai Allah seperti Lucifer.
=================================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Ajaran ini dasar Alkitabnya mana?? ES mengajar Corpus Delicti ini tanpa dasar Alkitab sama sekali.
2) Bahwa Lucifer adalah nama Iblis, dan bahwa ia segambar dengan Allah, dan bahwa ia ingin menyamai Allah, semua ini didasarkan hanya pada ayat-ayat dalam Yes 14 dan Yeh 28.
Yes 14:12-14 - “(12) ‘Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur [KJV: ‘O Lucifer’], putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! (13) Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. (14) Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!”.
Yeh 28:11-12 - “(11) Lalu datanglah firman TUHAN kepadaku: (12) ‘Hai anak manusia, ucapkanlah suatu ratapan mengenai raja Tirus dan katakanlah kepadanya: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Gambar dari kesempurnaan engkau, penuh hikmat dan maha indah.”.
Dan dalam pelajaran-pelajaran yang lalu sudah saya buktikan bahwa kedua text ini tidak mungkin berbicara tentang Iblis dan kejatuhannya.
3) Mari kita melihat text-text dalam Alkitab yang berkenaan dengan pembuktian dosa yang Allah lakukan terhadap manusia:
a) Ro 2:12-15 - “(12) Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat. (13) Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah, tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan. (14) Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. (15) Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.”.
Yang punya hukum Taurat, akan dihakimi, dipersalahkan dan dihukum, berdasarkan hukum Taurat; sedangkan yang tidak mempunyai hukum Taurat, akan dihakimi, dipersalahkan dan dihukum, berdasarkan hukum hati nurani.
Memang pada saat kejatuhan Iblis tak ada firman Tuhan (Alkitab), tetapi kalau manusia punya hati nurani, apakah Iblis, yang diciptakan sebagai seorang malaikat, tidak mempunyainya??? Apakah pada saat ia mau memberontak, ia tidak tahu kalau hal itu sangat jahat / berdosa? Itu sama sekali tidak masuk akal, dan juga tidak Alkitabiah!
Saya yakin ia mempunyai hati nurani, dan saya yakin ia tahu, kalau tindakannya berdosa. Itu sudah cukup bagi Allah.
Allah tidak perlu membuktikan dosa Iblis dengan menciptakan siapapun yang segambar denganNya, dan tidak pernah memberontak / ingin menyamaiNya!
Calvin (tentang Ro 2:12): “In the former part of this section he assails the Gentiles; though no Moses was given them to publish and to ratify a law from the Lord, he yet denies this omission to be a reason why they deserved not the just sentence of death for their sins; as though he had said - that the knowledge of a written law was not necessary for the just condemnation of a sinner.” [= Dalam bagian terdahulu dari bagian ini ia menyerang orang-orang non Yahudi; sekalipun tidak ada Musa yang diberikan kepada mereka untuk mengumumkan dan meneguhkan suatu hukum (Taurat) dari Tuhan, tetapi ia menyangkal penghapusan / ketidak-adaan ini sebagai suatu alasan mengapa mereka tidak layak mendapatkan hukuman mati yang adil untuk dosa-dosa mereka; seakan-akan ia berkata - bahwa pengetahuan tentang suatu hukum tertulis tidaklah perlu untuk penghukuman yang adil terhadap seorang berdosa.].
Calvin (tentang Roma 2:14): “He indeed shows that ignorance is in vain pretended as an excuse by the Gentiles, since they prove by their own deeds that they have some rule of righteousness: for there is no nation so lost to every thing human, that it does not keep within the limits of some laws. Since then all nations, of themselves and without a monitor, are disposed to make laws for themselves, it is beyond all question evident that they have some notions of justice and rectitude, which the Greeks call preconceptions προληψεις, and which are implanted by nature in the hearts of men. They have then a law, though they are without law: for though they have not a written law, they are yet by no means wholly destitute of the knowledge of what is right and just; as they could not otherwise distinguish between vice and virtue; the first of which their restrain by punishment, and the latter they commend, and manifest their approbation of it by honoring it with rewards. He sets nature in opposition to a written law, meaning that the Gentiles had the natural light of righteousness, which supplied the place of that law by which the Jews were instructed, so that they were a law to themselves.” [= Ia memang menunjukkan bahwa dengan sia-sia ketidak-tahuan diclaim sebagai suatu dalih oleh orang-orang non Yahudi, karena mereka membuktikan oleh tindakan-tindakan mereka sendiri bahwa mereka mempunyai beberapa peraturan tentang kebenaran: karena di sana tidak ada bangsa yang begitu kehilangan segala sesuatu yang bersifat manusia, sehingga bangsa itu tidak menyimpan di dalam batasan-batasan dari beberapa hukum-hukum. Maka karena semua bangsa, dari diri mereka sendiri, dan tanpa seorang penasehat / pengawas, condong untuk membuat hukum-hukum untuk diri mereka sendiri, itu jelas membuktikan bahwa mereka mempunyai beberapa gagasan / konsep tentang keadilan dan kebenaran, yang orang-orang Yunani sebut prasangka / kecondongan προληψεις (PROLEPSEIS), dan yang ditanamkan secara alamiah dalam hati manusia. Maka mereka mempunyai suatu hukum, sekalipun mereka tanpa hukum: karena sekalipun mereka tidak mempunyai suatu hukum tertulis, mereka bukannya sepenuhnya tidak mempunyai pengetahuan tentang apa yang benar dan adil; karena kalau tidak, mereka tidak bisa membedakan antara kejahatan dan kebaikan; yang pertama mereka kekang dengan hukuman, dan yang belakangan mereka puji, dan wujudkan persetujuan mereka tentangnya dengan menghormatinya dengan upah / pahala. Ia meletakkan alam dalam pertentangan dengan suatu hukum tertulis, yang berarti bahwa orang-orang non Yahudi mempunyai terang alamiah dari kebenaran, yang menyuplai tempat dari hukum (Taurat) itu, dengan mana orang-orang Yahudi diajar, sehingga mereka adalah suatu hukum bagi diri mereka sendiri.].
Calvin (tentang Ro 2:15): “‘Who show the work of the law written,’ etc.; that is, they prove that there is imprinted on their hearts a discrimination and judgment by which they distinguish between what is just and unjust, between what is honest and dishonest. ... For why did they institute religious rites, except that they were convinced that God ought to be worshipped? Why were they ashamed of adultery and theft, except that they deemed them evils?” [= ‘Yang menunjukkan bahwa pekerjaan / tuntutan hukum Taurat tertulis’, dst.; artinya, mereka membuktikan bahwa disana ada diteguhkan dengan kuat pada hati mereka suatu pembedaan dan penghakiman dengan mana mereka membedakan antara apa yang adil / benar dan tidak adil / tidak benar, antara apa yang jujur dan tidak jujur. ... Karena mengapa mereka menegakkan upacara-upacara agamawi, kecuali bahwa mereka diyakinkan bahwa Allah harus disembah? Mengapa mereka malu tentang perzinahan dan pencurian, kecuali bahwa mereka menganggap hal-hal itu jahat?].
Catatan: terjemahan ‘tuntutan’ saya ambil berdasarkan catatan kaki dari editor / penterjemah dari Calvin’s Commentary.
Calvin (tentang Ro 2:15): “Nor can we conclude from this passage, that there is in men a full knowledge of the law, but that there are only some seeds of what is right implanted in their nature, evidenced by such acts as these - All the Gentiles alike instituted religious rites, they made laws to punish adultery, and theft, and murder, they commended good faith in bargains and contracts. They have thus indeed proved, that God ought to be worshipped, that adultery, and theft, and murder are evils, that honesty is commendable. It is not to our purpose to inquire what sort of God they imagined him to be, or how many gods they devised; it is enough to know, that they thought that there is a God, and that honor and worship are due to him. It matters not whether they permitted the coveting of another man’s wife, or of his possessions, or of any thing which was his, - whether they connived at wrath and hatred; inasmuch as it was not right for them to covet what they knew to be evil when done.” [= Juga kita tidak bisa menyimpulkan dari text ini, bahwa dalam manusia ada suatu pengetahuan yang penuh tentang hukum Taurat, tetapi bahwa di sana ada hanya beberapa / sebagian benih-benih dari apa yang benar yang ditanamkan dalam hakekat mereka, dibuktikan oleh tindakan-tindakan seperti ini - Semua orang-orang non Yahudi secara sama menegakkan upacara-upacara, mereka membuat hukum-hukum untuk menghukum perzinahan, dan pencurian, dan pembunuhan, mereka memuji kesetiaan yang baik dalam persetujuan-persetujuan / perjanjian-perjanjian dan kontrak-kontrak. Dengan demikian mereka telah membuktikan, bahwa Allah harus disembah, dan perzinahan, dan pencurian, dan pembunuhan, adalah kejahatan-kejahatan, bahwa kejujuran layak dipuji. Bukan tujuan kami untuk menyelidiki jenis Allah yang bagaimana yang mereka khayalkan, atau berapa banyak allah / dewa mereka bentuk / khayalkan; adalah cukup untuk tahu, bahwa mereka berpikir bahwa di sana ada Allah, dan bahwa hormat / takut dan penyembahan layak diberikan kepadaNya. Tak jadi soal apakah mereka mengijinkan tindakan menginginkan istri orang lain, atau miliknya, atau apapun yang adalah kepunyaannya, - apakah mereka menyetujui kemarahan dan kebencian; selama adalah tidak benar bagi mereka untuk menginginkan apa yang mereka tahu sebagai jahat pada waktu dilakukan.].
Calvin (tentang Ro 2:15): “‘Their conscience at the same time attesting,’ etc. He could not have more forcibly urged them than by the testimony of their own conscience, which is equal to a thousand witnesses. By the consciousness of having done good, men sustain and comfort themselves; those who are conscious of having done evil, are inwardly harassed and tormented. Hence came these sayings of the heathens - ‘A good conscience is the widest sphere; but a bad one is the cruelest executioner, and more fiercely torments the ungodly than any furies can do.’ There is then a certain knowledge of the law by nature, which says, ‘This is good and worthy of being desired; that ought to be abhorred.’” [= ‘Pada saat yang sama hati nurani mereka meneguhkan sebagai benar’, dst. Ia tidak bisa telah mendesak mereka dengan lebih kuat lagi dari pada oleh kesaksian dari hati nurani mereka sendiri, yang adalah setara dengan seribu saksi. Oleh kesadaran telah melakukan sesuatu yang baik, manusia mendukung dan menghibur diri mereka sendiri; orang-orang yang sadar telah melakukan sesuatu yang jahat, diganggu dan disiksa secara batin. Karena itu muncul kata-kata dari orang-orang kafir - ‘Suatu hati nurani yang baik adalah ruang lingkup yang paling lebar; tetapi suatu hati nurani yang buruk adalah algojo yang paling kejam, dan menyiksa dengan lebih ganas orang-orang jahat dari pada yang kemarahan-kemarahan apapun bisa lakukan’. Jadi di sana ada suatu pengetahuan tertentu tentang hukum Taurat secara alamiah, yang mengatakan, ‘Ini adalah baik dan layak untuk diinginkan; itu harus dibenci’.].
William Hendriksen (tentang Ro 2:12): “Those who have sinned in ignorance of the law - cf. I Cor. 9:21 - in other words, the Gentiles, will perish even though they did not know the law. That by using the word ‘law’ the apostle is thinking especially of the Pentateuch, even more precisely, of the law of the Ten Commandments, is clear from verses 21, 22. Cf. Rom. 13:8–10. They will perish because of their sins.” [= Mereka yang telah berdosa dalam ketidak-tahuan tentang hukum Taurat - bdk. 1Kor 9:21 - dengan kata lain, orang-orang non Yahudi, akan binasa sekalipun mereka tidak mengetahui hukum Taurat. Bahwa dengan menggunakan kata ‘hukum Taurat’ sang rasul sedang memikirkan secara khusus tentang Pentateuch / Lima Kitab Musa, bahkan secara lebih tepat, tentang hukum dari 10 hukum Tuhan, adalah jelas dari ay 21,22. Bdk. Ro 13:8-10. Mereka akan binasa karena dosa-dosa mereka.].
William Hendriksen (tentang Ro 2:14-15): “Paul has just now stated that whether a person sinned in ignorance of the law or knew the law - hence, whether he be Gentile or Jew - he will be treated as a transgressor if he conducts himself in a manner contrary to God’s holy law. Every person will receive a penalty or a reward commensurate with his deeds (see verse 6). This does not cancel the fact that the measure of light one has received will be taken into account. See Amos 3:2; Luke 12:47, 48. The objection might be raised, ‘But is this fair to the Gentile? After all, he does not have the faintest notion about God’s law. Why, then, should he be punished at all?’ As shown in verses 14, 15, this objection is not valid. Even though the Gentile does not have the law as originally written on tablets of stone (Exod. 24:12), God wrote on his heart ... what was the work required by the law. He equipped him with a sense of right and wrong. He did not permit even the Gentile to remain altogether without a testimony concerning God. Cf. Ps. 19:1–4; Acts 17:26–28; Rom. 1:28, 32. This accounts for the fact that Gentiles are ‘a law for themselves.’ By nature - that is, without prompting or guidance coming from any written code, therefore in a sense spontaneously - a Gentile will at times do certain things required by God’s law. For example, he is kind to his wife and children, has a heart for the poor, promotes honesty in government, shows courage in fighting crime, etc. What God has written on his heart finds a response in this man’s conscience. ... It is that individual’s inner sense of right and wrong; his (to a certain extent divinely imparted) moral consciousness viewed in the act of pronouncing judgment upon himself, that is, upon his thoughts, attitudes, words, and deeds, whether past, present, or contemplated.” [= Paulus baru saja menyatakan bahwa apakah seseorang berdosa dalam ketidak-tahuan tentang hukum Taurat atau dalam pengetahuan tentang hukum Taurat - jadi, apakah ia adalah orang non Yahudi atau orang Yahudi - ia akan diperlakukan sebagai seorang pelanggar jika ia bertindak dengan suatu cara yang bertentangan dengan hukum Taurat yang kudus dari Allah. Setiap pribadi akan menerima suatu hukuman atau suatu pahala sesuai dengan tindakan-tindakannya (lihat ay 6). Ini tidak membatalkan fakta bahwa ukuran terang yang telah diterima seseorang akan diperhitungkan. Lihat Amos 3:2; Luk 12:47,48. Keberatan bisa dimunculkan, ‘Tetapi apakah ini adil bagi orang-orang non Yahudi? Di atas segala-galanya, ia tidak mempunyai pengertian / gagasan yang paling lemah tentang hukum Taurat Allah. Lalu mengapa ia harus dihukum?’ Seperti ditunjukkan dalam ay 14,15, keberatan ini tidak sah. Sekalipun orang non Yahudi tidak mempunyai hukum Taurat seperti yang pada mulanya dituliskan pada loh-loh batu (Keluaran 24:12), Allah menuliskan pada hatinya ... apa pekerjaan yang dituntut oleh hukum Taurat. Ia memperlengkapinya dengan suatu perasaan tentang benar dan salah. Ia tidak mengijinkan bahkan orang non Yahudi untuk berada dalam keadaan sama sekali tanpa suatu kesaksian berkenaan dengan Allah. Bdk. Maz 19:2-5; Kis 17:26-28; Ro 1:28,32. Ini menjelaskan fakta bahwa orang-orang non Yahudi adalah ‘suatu hukum bagi diri mereka sendiri’ (Ro 2:14). Secara alamiah - artinya, tanpa digerakkan atau bimbingan yang datang dari sistim hukum tertulis apapun, karena itu dalam arti tertentu ‘secara spontan’ - seorang non Yahudi kadang-kadang akan melakukan hal-hal tertentu yang dituntut oleh hukum Taurat Allah. Misalnya, ia baik terhadap istri dan anak-anaknya, mempunyai suatu hati yang berbelas kasihan terhadap orang-orang miskin, memajukan kejujuran dalam pemerintahan, menunjukkan keberanian dalam memerangi kejahatan, dsb. Apa yang Allah telah tuliskan pada hatinya mendapati suatu tanggapan dalam hati nurani orang ini. ... Itu adalah perasaan di dalam dari pribadi itu tentang benar atau salah; kesadaran moralnya (sampai suatu tingkat tertentu diberikan secara ilahi / oleh Allah) dilihat dalam tindakan menyatakan penghakiman kepada dirinya sendiri, yaitu, pada pikiran-pikiran, sikap-sikap, kata-kata, dan tindakan-tindakannya, apakah lampau, sekarang, atau dalam pertimbangan.].
Adam Clarke (tentang Ro 2:15): “In acting according to justice, mercy, temperance, and truth, they show that the great object of the law which was to bring men from injustice, cruelty, intemperance, and falsity, is accomplished so far in them: their conscience also bearing witness - that faculty of the soul, where that divine light dwells and works, shows them that they are right; and thus, they have comfortable testimony in their own souls of their own integrity: their thoughts, the mean while, accusing, or else excusing one another; or rather, their reasonings between one another accusing or answering for themselves. As if the apostle had said: And this point, that they have a law and act according to it, is further proved from their conduct in civil affairs; and from that correct sense which they have of natural justice in their debates, either in their courts of law or in their treatises on morality. All these are ample proofs that God has not left them without light; and that, seeing they have such correct notions of right and wrong, they are accountable to God for their conduct in reference to these notions and principles.” [= Dalam bertindak sesuai dengan keadilan, belas kasihan, penguasaan diri, dan kebenaran, mereka menunjukkan bahwa tujuan yang besar dari hukum Taurat yang adalah membawa manusia dari ketidak-adilan, kekejaman, tak adanya penguasaan diri, dan kepalsuan, tercapai begitu jauh dalam diri mereka: hati nurani mereka juga memberikan kesaksian - kemampuan bawaan dari jiwa, dimana terang ilahi itu tinggal dan bekerja, menunjukkan kepada mereka bahwa mereka benar; dan demikianlah, mereka mempunyai kesaksian yang cukup dalam jiwa mereka sendiri tentang kejujuran / integritas mereka sendiri: pikiran-pikiran mereka, pada saat yang sama, saling menuduh, atau sebaliknya memberikan dalih (membela / membenarkan); atau lebih tepat, mereka saling berdebat antara menuduh atau membela diri mereka sendiri. Seakan-akan sang rasul telah berkata: Dan pokok ini, bahwa mereka mempunyai suatu hukum dan bertindak berdasarkannya, lebih jauh lagi dibuktikan dari tingkah laku mereka dalam urusan-urusan yang berhubungan dengan sesama mereka; dan dari perasaan yang benar itu yang mereka punyai tentang keadilan alamiah dalam debat-debat mereka, atau dalam pengadilan mereka atau dalam tulisan-tulisan mereka tentang moralitas. Semua ini adalah bukti-bukti yang cukup bahwa Allah tidak meninggalkan / membiarkan mereka tanpa terang; dan bahwa, melihat mereka mempunyai pengertian-pengertian yang benar tentang benar atau salah, mereka bertanggung jawab kepada Allah untuk tingkah laku mereka berkenaan dengan pengertian-pengertian dan hukum-hukum / peraturan-peraturan ini.].
b) Ro 1:18-32 - “(18) Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman. (19) Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka. (20) Sebab apa yang tidak nampak dari padaNya, yaitu kekuatanNya yang kekal dan keilahianNya, dapat nampak kepada pikiran dari karyaNya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih. (21) Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepadaNya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. (22) Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh. (23) Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar. (24) Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka. (25) Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin. (26) Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. (27) Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka. (28) Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas: (29) penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan. (30) Mereka adalah pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua, (31) tidak berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan. (32) Sebab walaupun mereka mengetahui tuntutan-tuntutan hukum Allah, yaitu bahwa setiap orang yang melakukan hal-hal demikian, patut dihukum mati, mereka bukan saja melakukannya sendiri, tetapi mereka juga setuju dengan mereka yang melakukannya.”.
Dari bagian-bagian yang saya garis-bawahi, jelas terlihat bahwa Allah murka kalau manusia:
1. Tidak mengakui Dia.
2. Tidak memuji Dia.
3. Tidak mengucap syukur kepadaNya.
4. Tidak memuliakan Dia.
5. Tidak menyembah Dia, melainkan menyembah berhala.
Catatan: keharusan untuk mengakui, memuji, bersyukur, memuliakan, menyembah ini jelas-jelas sangat bertentangan dengan tindakan dari Iblis yang memberontak atau ingin menyamai Allah.
Apakah manusia bisa berdalih bahwa mereka tidak menyembah Allah karena mereka tak tahu apa-apa tentang Dia? Untuk menjawab pertanyaan itu, mari kita menyoroti secara khusus ay 19-20 saja.
Ro 1:19-20 - “(19) Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka. (20) Sebab apa yang tidak nampak dari padaNya, yaitu kekuatanNya yang kekal dan keilahianNya, dapat nampak kepada pikiran dari karyaNya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.”.
Ay 19 akhir (LAI): ‘kepada mereka’.
RSV/NIV: ‘to them’ [ = kepada mereka].
KJV: ‘in them’ [ = dalam mereka].
NASB: ‘within them’ [ = di dalam mereka].
Calvin (tentang Ro 1:19): “And he said, ‘in them’ rather than ‘to them,’ for the sake of greater emphasis: ... he seems here to have intended to indicate a manifestation, by which they might be so closely pressed, that they could not evade; for every one of us undoubtedly finds it to be engraven on his own heart. By saying, that ‘God has made it manifest,’ he means, that man was created to be a spectator of this formed world, and that eyes were given him, that he might, by looking on so beautiful a picture, be led up to the Author himself.” [= Dan ia mengatakan, ‘dalam mereka’ dan bukannya ‘kepada mereka’, untuk penekanan yang lebih besar: ... di sini ia kelihatannya telah bermaksud untuk menunjukkan suatu manifestasi, dengan mana mereka bisa ditekan dengan begitu keras, sehingga mereka tidak bisa menghindar; karena setiap kita tak diragukan menemukannya diukirkan pada hatinya sendiri. Dengan mengatakan, bahwa ‘Allah telah menyatakannya’, ia memaksudkan, bahwa manusia diciptakan sebagai seorang pengamat dari dunia / alam semesta yang dibentuk ini, dan bahwa mata diberikan kepadanya, supaya ia bisa, dengan melihat pada suatu gambaran yang begitu indah, dibimbing sampai kepada sang Pencipta sendiri.].
Calvin (tentang Ro 1:20): “God is in himself invisible; but as his majesty shines forth in his works and in his creatures everywhere, men ought in these to acknowledge him, for they clearly set forth their Maker: and for this reason the Apostle in his Epistle to the Hebrews says, that this world is a mirror, or the representation of invisible things.” [= Allah dalam diriNya sendiri tidak bisa dilihat; tetapi karena keagunganNya bersinar dalam pekerjaanNya dan dalam makhluk-makhluk ciptaanNya dimana-mana, manusia harus mengakui Dia dalam hal-hal ini, karena mereka dengan jelas menyatakan Pencipta mereka: dan karena itu sang Rasul dalam suratnya kepada orang-orang Ibrani berkata, bahwa dunia / alam semesta ini adalah suatu cermin, atau wakil / gambar dari hal-hal yang tak kelihatan.].
Calvin (tentang Ro 1:20): “‘So that they are inexcusable.’ It hence clearly appears what the consequence is of having this evidence - that men cannot allege any thing before God’s tribunal for the purpose of showing that they are not justly condemned. Yet let this difference be remembered, that the manifestation of God, by which he makes his glory known in his creation, is, with regard to the light itself, sufficiently clear; but that on account of our blindness, it is not found to be sufficient. We are not however so blind, that we can plead our ignorance as an excuse for our perverseness. We conceive that there is a Deity; and then we conclude, that whoever he may be, he ought to be worshipped: but our reason here fails, because it cannot ascertain who or what sort of being God is. Hence the Apostle in Hebrews 11:3, ascribes to faith the light by which man can gain real knowledge from the work of creation, and not without reason; for we are prevented by our blindness, so that we reach not to the end in view; we yet see so far, that we cannot pretend any excuse. Both these things are strikingly set forth by Paul in Acts 14:17, when he says, that the Lord in past times left the nations in their ignorance, and yet that he left them not without witness (AMARTURON,) since he gave them rain and fertility from heaven.” [= ‘Sehingga mereka tidak dapat berdalih’. Jadi terlihat dengan jelas apa konsekwensinya mempunyai bukti ini - bahwa manusia tidak bisa menyatakan / memberi argumentasi apapun di hadapan pengadilan Allah untuk tujuan menunjukkan bahwa mereka tidak dihukum secara adil. Tetapi hendaklah perbedaan ini diingat, bahwa manifestasi dari Allah, dengan mana Ia membuat kemuliaanNya diketahui dalam ciptaanNya, berkenaan dengan terang itu sendiri, adalah cukup jelas; tetapi bahwa karena kebutaan kita, itu didapati tidak cukup. Tetapi kita tidaklah sebegitu buta, sehingga kita bisa memberikan ketidak-tahuan kita sebagai dalih untuk penyimpangan / kejahatan kita. Kita mengerti bahwa di sana ada Allah; dan lalu kita menyimpulkan, bahwa siapapun adanya Dia, Dia harus disembah: tetapi di sini akal kita terbukti kurang / tidak mencukupi, karena akal itu tidak bisa memastikan siapa atau jenis makhluk / keberadaan apa Allah itu. Karena itu sang Rasul dalam Ibr 11:3, menganggap terang itu berasal dari iman, dengan mana manusia bisa mendapatkan pengetahuan yang benar dari pekerjaan penciptaan, dan bukan tanpa alasan; karena kita dicegah oleh kebutaan kita, sehingga kita tidak mencapai tujuan yang dituju; tetapi kita melihat begitu jauh, sehingga kita tidak bisa berpura-pura dengan dalih apapun. Kedua hal ini diberikan / dijelaskan oleh Paulus dalam Kis 14:17, pada waktu ia berkata, bahwa Tuhan pada masa lalu meninggalkan bangsa-bangsa dalam ketidak-tahuan mereka, tetapi bahwa Ia tidak meninggalkan mereka tanpa saksi (AMARTURON), karena Ia memberi mereka hujan dan kesuburan dari surga.].
Ibr 11:3 - “Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat.”.
Kis 14:17 - “namun Ia bukan tidak menyatakan diriNya dengan berbagai-bagai kebajikan, yaitu dengan menurunkan hujan dari langit dan dengan memberikan musim-musim subur bagi kamu. Ia memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan.’”.
William Hendriksen (tentang Ro 1:19): “Even entirely apart from special revelation through the gospel, which ever so many Gentiles have never heard, God has made himself known and continues to do so by means of his general revelation in nature, history, and conscience; here, as the sequel indicates, with emphasis on God’s revelation in nature; that is, in ‘creation.’ Not as if men, acting on their own initiative, could have discovered God, but, as the passage states, God has made known to them whatever in the area of creation can be made known about him.” [= Bahkan sepenuhnya terpisah dari wahyu khusus melalui Injil, yang begitu banyak orang-orang non Yahudi yang tidak pernah mendengarnya, Allah telah membuat diriNya sendiri dikenal dan terus melakukan demikian dengan cara dari wahyu umumNya dalam alam, sejarah, dan hati nurani; di sini, seperti lanjutannya menunjukkan, dengan penekanan pada wahyu Allah dalam alam; yaitu, dalam ‘ciptaan’. Bukan bahwa jika manusia bertindak sendiri / tanpa bimbingan orang lain, bisa telah menemukan Allah, tetapi, seperti dinyatakan oleh text itu, Allah telah menyatakan kepada mereka, apapun dalam daerah dari ciptaan, yang bisa dinyatakan kepada mereka.].
William Hendriksen (tentang Ro 1:20): “The little word ‘For’ is again very meaningful. It is not only continuative but also supportive, showing that what was said in verse 19 is indeed a fact. The sentence introduced by ‘For’ may even reflect on what was said earlier, namely, in verse 18; that is, it may be viewed as indicating why the wrath of God is being revealed against the wicked: their wicked deeds are inexcusable!” [= Kata yang kecil ‘Sebab’ lagi-lagi sangat berarti. Itu bukan saja bersifat melanjutkan, tetapi juga bersifat mendukung, menunjukkan bahwa apa yang dikatakan dalam ay 19 memang merupakan suatu fakta. Kalimat itu diajukan dengan ‘Sebab’ bahkan bisa membuat jelas /membuktikan apa yang dikatakan lebih awal, yaitu, dalam ay 18; yaitu, itu bisa dilihat sebagai menunjukkan mengapa murka Allah dinyatakan kepada orang-orang jahat: tindakan-tindakan jahat mereka tidak bisa dimaafkan / tak mempunyai dalih!].
Adam Clarke (tentang Ro 1:19): “Dr. Taylor paraphrases this and the following verse thus ‘Although the Gentiles had no written revelation, yet what may be known of God is every where manifest among them, God having made a clear discovery of himself to them. For his being and perfections, invisible to our bodily eyes, have been, ever since the creation of the world, evidently to be seen, if attentively considered, in the visible beauty, order, and operations observable in the constitution and parts of the universe; especially his eternal power and universal dominion and providence: so that they cannot plead ignorance in excuse of their idolatry and wickedness.’” [= Dr. Taylor menyatakan dengan kata-kata lain ayat ini dan ayat yang berikutnya sebagai berikut ‘Sekalipun orang-orang non Yahudi tidak mempunyai wahyu tertulis, tetapi apa yang bisa dikenal tentang Allah adalah jelas dimana-mana di antara mereka, Allah telah membuat suatu penemuan yang jelas tentang diriNya sendiri bagi mereka. Untuk keberadaan dan kesempurnaanNya, tak terlihat bagi mata jasmani kita, sejak penciptaan dunia /alam semesta, telah terlihat dengan jelas, jika dipertimbangkan dengan seksama, dalam keindahan yang terlihat, keteraturan, dan pekerjaan-pekerjaan yang bisa diamati dalam pembentukan dan bagian-bagian dari alam semesta; khususnya kuasaNya yang kekal dan penguasaan universal dan providensia: sehingga mereka tidak bisa menjadikan ketidak-tahuan sebagai dalih dari penyembahan berhala dan kejahatan mereka’.].
Kalau manusia, dengan pengetahuan seperti itu saja, tidak bisa berdalih, untuk tidak menyembah Allah, apalagi Iblis, yang diciptakan sebagai seorang malaikat! Ia pasti lebih mengenal Allah, dibandingkan dengan manusia yang buta rohani itu! Karena itu, pada waktu ia tidak menyembah Allah, bahkan memberontak terhadap Allah atau ingin menyamai Allah, ia lebih-lebih tidak punya dalih apapun untuk dosa itu. Ia jelas tahu bahwa itu adalah sesuatu yang berdosa. Jadi, Allah jelas tidak perlu membuktikan kesalahan / dosa dari Iblis!
Kesimpulan: Allah selalu melakukan pembuktian dosa dengan membandingkan kehidupan orang itu dengan suatu hukum, apakah itu hukum tertulis (hukum Taurat / firman Tuhan), hukum oral / yang diucapkan, atau hukum hati nurani!
Sepanjang yang saya pernah pelajari dari Alkitab, Allah tidak pernah melakukan pembuktian dosa dengan membandingkan orang yang melakukan suatu dosa dengan orang yang tidak pernah melakukan dosa itu!
Mari kita melihat beberapa contoh dari Alkitab:
1. Pembunuhan Habel oleh Kain.
Kej 4:8-10 - “(8) Kata Kain kepada Habel, adiknya: ‘Marilah kita pergi ke padang.’ Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia. (9) Firman TUHAN kepada Kain: ‘Di mana Habel, adikmu itu?’ Jawabnya: ‘Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?’ (10) FirmanNya: ‘Apakah yang telah kauperbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepadaKu dari tanah.”.
Pembunuhan oleh Kain terhadap Habel merupakan pembunuhan pertama dalam seluruh sejarah manusia. Pada saat itu ada 3 orang yang tidak pernah membunuh, yaitu Adam, Hawa, dan Habel. Tetapi Allah tetap tidak membuktikan dosa Kain yang membunuh Habel dengan membandingkan dia dengan yang manapun dari ketiga orang itu. Allah tahu akan pembunuhan itu (Kej 4:10), dan sekalipun saat itu tidak ada hukum tertulis, tetapi pasti ada hukum hati nurani dalam diri Kain. Itu sudah cukup untuk mempersalahkan dia, tanpa segala macam omong kosong seperti Corpus Delicti!
2. Dosa dari orang-orang pada jaman Nuh.
Kej 6:5-7 - “(5) Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, (6) maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hatiNya. (7) Berfirmanlah TUHAN: ‘Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.’”.
Lagi-lagi di sini, Tuhan tidak membandingkan kehidupan orang-orang itu dengan orang yang tak berdosa (karena orang seperti itu tidak ada). Tuhan bahkan tidak membandingkan kehidupan orang-orang itu dengan kehidupan dari Nuh, yang sekalipun bukan orang yang suci murni seperti Yesus, tetapi adalah orang saleh.
Tuhan hanya melihat / tahu bahwa mereka berdosa. Lagi-lagi pada saat ini belum ada hukum tertulis. Tetapi pasti ada hukum hati nurani. Dan Tuhan tahu / melihat bahwa mereka melanggar hukum hati nurani itu.
Jadi, di sinipun tidak ada kebutuhan akan Corpus Delicti dan semua omong kosongnya!
3. Dosa dari istri Lot.
Kej 19:17,26 - “(17) Sesudah kedua orang itu menuntun mereka sampai ke luar, berkatalah seorang: ‘Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di manapun juga di Lembah Yordan, larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap.’ ... (26) Tetapi isteri Lot, yang berjalan mengikutnya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam.”.
Apa salahnya orang menoleh ke belakang? Pada umumnya itu tidak salah. Tetapi itu salah dalam kasus ini, karena tindakan itu bertentangan dengan firman yang diucapkan (bukan hukum tertulis, tetapi hukum oral / yang diucapkan) malaikat dalam ay 17.
Kalau ajaran ES tentang Corpus Delicti memang benar, mengapa Allah tidak membandingkan istri Lot dengan Lot dan kedua anak perempuannya, yang mentaati firman dari malaikat itu, dengan tidak menoleh ke belakang??
Jelas bahwa Tuhan tidak pernah membuktikan dosa dengan cara konyol seperti itu!
CORPUS DELICTI (12)
4. Penghakiman akhir jaman.
Wah 20:11-15 - “(11) Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya. Dari hadapanNya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya. (12) Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu. (13) Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya. (14) Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. (15) Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.”.
Bahkan dalam penghakiman akhir jaman, tidak pernah dikatakan bahwa dosa siapapun dibuktikan dengan membandingkan kehidupan orang itu dengan kehidupan Yesus yang tidak pernah berdosa.
Dosa-dosa orang-orang itu dicatat dalam kitab-kitab. Saya sendiri yakin ini bukan sesuatu yang bersifat hurufiah, karena Allah yang maha tahu tak membutuhkan kitab apapun untuk mengingat dosa manusia.
Homer Hailey: “These are not literal books ... The books symbolizes the divine record of the lives and deeds of all who have lived. Pieters has well expressed it: ‘The books evidently stand for the omniscience of God the Judge, to whom nothing is unknown, and by whom nothing is forgotten’ (p 313), except what He wills to forget (Heb. 8:12).” [= Ini bukan betul-betul kitab-kitab secara hurufiah ... Kitab-kitab ini menyimbolkan catatan ilahi tentang kehidupan-kehidupan dan tindakan-tindakan dari semua orang yang pernah hidup. Pieters telah menyatakan hal ini dengan baik: ‘Kitab-kitab itu dengan jelas mewakili kemahatahuan Allah sang Hakim, bagi siapa tidak ada yang tak diketahui, dan oleh siapa tak ada yang dilupakan’ (hal 313), kecuali apa yang Ia kehendaki untuk dilupakan (Ibr 8:12).] - ‘Revelation’, hal 401.
Ibr 8:12 - “Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka.’”.
Setiap kali siapapun melanggar hukum tertulis, atau hukum oral, atau hukum hati nurani, Allah mengingat itu. Ia hanya tidak mengingat-ingat dosa-dosa dari orang yang percaya, karena itu sudah dihapuskan oleh darah Kristus.
Yes 43:25 - “Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu.”.
Tetapi dosa-dosa dari orang-orang yang tidak percaya, tetap diingat oleh Allah, dan pada penghakiman akhir jaman, orang itu akan dijatuhi hukuman atas setiap dosa yang pernah ia lakukan.
Lalu bagaimana dengan kitab kehidupan? Ini mencatat nama-nama dari orang-orang yang percaya kepada Yesus.
Luk 10:20 - “Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga.’”.
Fil 4:3 - “Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang setia: tolonglah mereka. Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil, bersama-sama dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang lain, yang nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan.”.
Ayat-ayat seperti ini (dan masih ada ayat-ayat lain) digabungkan dengan ajaran yang jelas dari Alkitab, bahwa hanya orang yang percaya kepada Yesus yang selamat / masuk surga, jelas menunjukkan bahwa kitab kehidupan merupakan catatan dari orang-orang yang percaya kepada Yesus.
Catatan: tetapi lagi-lagi saya percaya ini hanya simbol, bukan hurufiah. Allah tidak pikun sehingga Ia membutuhkan suatu catatan tentang orang-orang yang adalah anak-anakNya!
Sekarang mengapa orang-orang yang tidak percaya dibuang ke dalam neraka? Jelas karena firman tertulis jelas-jelas mengatakan bahwa hanya orang-orang yang percaya kepada Yesus yang diampuni dan masuk surga (Yoh 3:16 Yoh 14:6 Kis 4:12 1Yoh 5:11-12 dsb.).
Allah tidak membandingkan orang-orang yang tidak percaya dengan orang-orang yang percaya. Allah tidak membutuhkan Corpus Delicti!
5. Penghukuman terhadap Iblis sendiri.
Wah 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.”.
Adakah pembuktian dosa di sini? Apakah Iblis dibandingkan dengan Yesus (sebagai Corpus Delicti), atau dibandingkan dengan orang-orang percaya yang berhasil hidup kudus (sehingga berhasil menjadi Corpus Delicti)??? Tidak pernah ada! Adakah protes dari Iblis karena dosanya tidak dibuktikan? Tidak ada sama sekali. Baik Allah, maupun Iblis sendiri, tahu akan keberdosaan Iblis.
Ini bahkan sudah diketahui oleh Iblis / setan-setan pada jaman Yesus masih hidup di dunia ini.
Mat 8:29 - “Dan mereka itupun berteriak, katanya: ‘Apa urusanMu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?’”.
Setan-setan itu tahu bahwa mereka akan disiksa. Mereka juga pasti tahu Allah itu adil, dan karena itu mereka pasti tidak akan disiksa / dihukum kalau mereka tidak bersalah. Jadi jelas setan-setan itu tahu akan keberdosaan mereka.
Dan ini terjadi sebelum Yesus menyelesaikan seluruh hidupNya di dunia ini! Apakah ES menganggap bahwa pada saat ini Yesus sudah menjadi Corpus Delicti? Kalaupun ES menganggap sudah, perlu ia perhatikan bahwa tidak pernah kehidupan Iblis dan setan-setannya dibandingkan dengan kehidupan dari Yesus, untuk membuktikan keberdosaan mereka!
Saya bisa memberi lebih banyak contoh lagi kalau saya mau, tetapi saya kira itu tidak perlu.
Jelas bahwa Tuhan melakukan pembuktian dosa bukan dengan membandingkan orang yang melakukan suatu dosa dengan orang yang tak pernah melakukan dosa itu, tetapi Tuhan membandingkan hidup orang itu dengan suatu hukum, apakah itu hukum tertulis, atau hukum yang diucapkan / oral, atau hukum hati nurani!
Semua tentang Corpus Delicti adalah suatu nonsense / omong kosong, yang tidak pernah saya jumpai dalam Alkitab!
Tetapi bagaimana dengan ayat-ayat yang memang melakukan perbandingan antara orang yang jahat dan orang yang saleh?
Saya berikan di sini beberapa contoh:
1Raja 14:8 - “Aku telah mengoyakkan kerajaan dari keluarga Daud dan memberikannya kepadamu, tetapi engkau tidak seperti hambaKu Daud yang tetap mentaati segala perintahKu dan mengikuti Aku dengan segenap hatinya dan hanya melakukan apa yang benar di mataKu.”.
Ibr 7:26-27 - “(26) Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkatsorga, (27) yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkankorban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukanNya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diriNya sendiri sebagai korban.”.
1Yoh 3:12 - “bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya. Dan apakah sebabnya ia membunuhnya? Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar.”.
Pikirkan satu hal: sekalipun ayat-ayat ini memang membandingkan, tetapi apakah perbandingan itu dimaksudkan untuk menunjukkan keberdosaan orang-orang tertentu itu? Bagi saya jawabnya jelas adalah ‘tidak’!
==============Lanjutan kata-kata ES=================
Tujuan penciptaan manusia
Dari penjelasan tersebut jelas bahwa sebenarnya Allah menciptakan manusia bukan sekedar ingin memiliki mahluk yang segambar dengan diri-Nya untuk mengelola sebuah taman. Ia juga bukan Allah yang kurang kasih sayang sehingga hendak memiliki makhluk ciptaan untuk dikasihi. Sejatinya ada rancangan atau agenda Allah yang lebih besar daripada hal tersebut.
Ternyata manusia diciptakan untuk menggenapi rencana Bapa, yaitu mengalahkan Iblis atau membuktikan bahwa Iblis bersalah. Manusia diciptakan agar menjadi “corpus delicti”. Disini manusia menjadi alat dalam tangan Tuhan untuk mengakhiri sepak terjang Lucifer. Jadi, manusia bukan hanya menerima mandat untuk menaklukkan alam yang kelihatan (fisik), tetapi yang juga tidak kelihatan (metafisik).
Tetapi manusia telah gagal memenuhi rencana Bapa. Adam telah gagal menjadi corpus delicti. Kegagalan Adam menyisakan persoalan: siapakah yang dapat mengalahkan Iblis atau menjadi bukti bahwa Iblis bersalah sehingga bisa dihukum? Tidak ada jalan lain; Allah harus menyediakan Adam kedua, manusia yang tidak dicemari oleh dosa Adam. Untuk itu Allah mengutus Putra Tunggal-Nya untuk turun ke bumi menjadi manusia. Agar memenuhi keadilan Allah, maka Sang Putra tidak diberi keistimewaan. Keilahian-Nya harus dilucuti terlebih dahulu (Fil. 2:7). Dalam segala hal, Ia disamakan dengan manusia (Ibr. [2:17]). Barulah Ia disebut sebagai Adam yang terakhir (1Kor. [15:45]). Ialah Allah Anak, Tuhan Yesus Kristus.
=================================================
Tanggapan Budi Asali:
1) ES mengatakan “Ternyata manusia diciptakan untuk menggenapi rencana Bapa, yaitu mengalahkan Iblis atau membuktikan bahwa Iblis bersalah.”.
a) Bagaimana ES memberikan pernyataan seperti itu tanpa dasar ayat Alkitab sama sekali???
b) Jadi, pada waktu Adam ternyata jatuh, itu berarti rencana Allah itu gagal! Gagal tidaknya rencana Allah tergantung kepada Adam / manusia??? Ini betul-betul konyol! Benarkah rencana Allah bisa gagal??
Tak ada orang Reformed yang sejati yang percaya bahwa rencana Allah bisa gagal. Bagian di bawah ini saya kutip dari tulisan saya sendiri yang berjudul “Providence of God”.
Orang Arminian / non Reformed percaya bahwa Allah bisa mengubah rencanaNya, dan percaya bahwa rencana Allah bisa gagal. Sebetul¬nya ini merupakan suatu penghinaan bagi Allah, karena ini menyamakan Allah dengan manusia, yang sering harus mengubah rencananya dan gagal dalam mencapai rencananya!
Orang Reformed percaya bahwa rencana Allah tidak mungkin berubah ataupun gagal.
Charles Hodge: “Change of purpose arises either from the want of wisdom or from the want of power. As God is infinite in wisdom and power, there can be with Him no unforeseen emergency and no inadequacy of means, and nothing can resist the execution of his original intention.” [= Perubahan rencana timbul atau karena kekurangan hikmat atau karena kekurangan kuasa. Karena Allah itu tidak terbatas dalam hikmat dan kuasa, maka dengan Dia tidak bisa ada keadaan darurat yang tidak dilihat lebih dulu, dan tidak ada kekurangan jalan / cara, dan tidak ada yang bisa menahan / menolak pelaksanaan dari maksud / rencana yang semula.] - ‘Systematic Theology’, vol I, hal 538-539.
John Owen: “Whatsoever God hath determined, according to the counsel of his wisdom and good pleasure of his will, to be accomplished, to the praise of his glory, standeth sure and immutable;” [= Apapun yang Allah telah tentukan, menurut rencana hikmatNya dan kerelaan kehendakNya, untuk terjadi, untuk memuji kemuliaanNya, berdiri teguh dan tetap / tak berubah;] - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 20.
Catatan: Owen lalu memberikan sederetan ayat-ayat, yaitu 1Sam 15:29 Yes 46:10 Yes 14:24-25,27 Ayub 23:13 Ibr 6:17.
William Hendriksen: “God’s eternal decree is absolutely unchangeable and is sure to be realized.” [= Ketetapan kekal Allah secara mutlak tidak bisa berubah dan pasti akan terwujud.] - ‘The Gospel of John’, hal 250.
William G. T. Shedd mengutip kata-kata Augustine (dari buku ‘Confession’, XII. xv.) yang berbunyi sebagai berikut:
“God willeth not one thing now, and another anon; but once, and at once, and always, he willeth all things that he willeth; not again and again, nor now this, now that; nor willeth afterwards, what before he willed not, nor willeth not, what before he willed; because such a will is mutable; and no mutable thing is eternal.” [= Allah tidak menghendaki sesuatu hal sekarang, dan sebentar lagi menghendaki yang lain; tetapi sekali, dan serentak, dan selalu, Ia menghendaki semua hal yang Ia kehendaki; bukannya berulang-ulang, atau sebentar ini sebentar itu; atau menghendaki setelahnya apa yang tadinya tidak Ia kehendaki, atau tidak menghendaki apa yang tadinya Ia kehendaki; karena kehendak seperti itu bisa berubah; dan hal yang bisa berubah tidak ada yang kekal.] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol I, hal 395.
Ada banyak alasan / dasar yang menyebabkan kita harus percaya bahwa Allah tidak mungkin mengubah rencanaNya atau gagal dalam mencapai rencanaNya, yaitu:
1. Adanya ayat-ayat yang secara jelas menunjukkan bahwa rencana Allah tidak mungkin gagal, seperti:
a. Bil 23:19 - “Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?”.
b. 1Sam 15:29 - “Lagi Sang Mulia dari Israel tidak berdusta dan Ia tidak tahu menyesal; sebab Ia bukan manusia yang harus menyesal.’”.
c. Maz 33:10-11 - “(10) TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa; (11) tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hatiNya turun-temurun.”.
d. Yer 4:28 - “Karena hal ini bumi akan berkabung, dan langit di atas akan menjadi gelap, sebab Aku telah mengatakannya, Aku telah merancangnya, Aku tidak akan menyesalinya dan tidak akan mundur dari pada itu.’”.
2. Kemahatahuan Allah.
Pada waktu Allah merencanakan, bukankah Ia sudah tahu apakah rencanaNya akan berhasil atau gagal? Kalau Ia tahu bahwa rencanaNya akan gagal, lalu mengapa Ia tetap merencanakannya?
3. Kemahabijaksanaan Allah.
Kebijaksanaan Allah menyebabkan Ia pasti membuat rencana yang terbaik. Kalau rencana ini lalu diubah, maka akan menjadi bukan yang terbaik. Ini tidak mungkin!
4. Kemahakuasaan Allah.
Manusia sering gagal mencapai rencananya atau terpaksa mengubah rencananya karena ia tidak maha kuasa, sehingga tidak mampu untuk mencapai / melaksanakan rencananya. Tetapi Allah yang maha kuasa tidak mungkin gagal mencapai rencanaNya atau terpaksa harus mengubah rencanaNya! Ini terlihat dari ayat-ayat di bawah ini:
a. Yes 14:24,26-27 - “(24) TUHAN semesta alam telah bersumpah, firmanNya: ‘Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana: ... (26) Itulah rancangan yang telah dibuat mengenai seluruh bumi, dan itulah tangan yang teracung terhadap segala bangsa. (27) TUHAN semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat menggagalkannya? TanganNya telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya ditarik kembali?”.
b. Yes 25:1 - “Ya TUHAN, Engkaulah Allahku; aku mau meninggikan Engkau, mau menyanyikan syukur bagi namaMu; sebab dengan kesetiaan yang teguh Engkau telah melaksanakan rancanganMu yang ajaib yang telah ada sejak dahulu.”.
c. Yes 37:26 - “Bukankah telah kaudengar, bahwa Aku telah menentukannya dari jauh hari dan telah merancangnya dari zaman purbakala? Sekarang Aku mewujudkannya, bahwa engkau membuat sunyi senyap kota-kota yang berkubu menjadi timbunan batu,”.
d. Yes 43:13 - “Juga seterusnya Aku tetap Dia, dan tidak ada yang dapat melepaskan dari tanganKu; Aku melakukannya, siapakah yang dapat mencegahnya?”.
e. Ayub 42:1-2 - “(1) Maka jawab Ayub kepada TUHAN: (2) ‘Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal.”.
5. Kedaulatan Allah.
Kedaulatan Allah tidak memungkinkan Ia untuk mengubah rencanaNya, karena perubahan rencana membuat Ia menjadi tergantung pada situasi dan kondisi, dan dengan demikian tidak lagi berdaulat.
2) Sekarang perhatikan kata-kata ES ini: “Disini manusia menjadi alat dalam tangan Tuhan untuk mengakhiri sepak terjang Lucifer. Jadi, manusia bukan hanya menerima mandat untuk menaklukkan alam yang kelihatan (fisik), tetapi yang juga tidak kelihatan (metafisik).”.
Kata-kata ES di atas ini menambahi Kej 1:28.
Kej 1:28 - “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ‘Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.’”.
Mandat penaklukkan metafisik tidak pernah ada!!
3) Sekarang perhatikan kata-kata ES pada bagian akhir, yang akan saya kutip ulang di bawah ini:
“Kegagalan Adam menyisakan persoalan: siapakah yang dapat mengalahkan Iblis atau menjadi bukti bahwa Iblis bersalah sehingga bisa dihukum? Tidak ada jalan lain; Allah harus menyediakan Adam kedua, manusia yang tidak dicemari oleh dosa Adam. Untuk itu Allah mengutus Putra Tunggal-Nya untuk turun ke bumi menjadi manusia. Agar memenuhi keadilan Allah, maka Sang Putra tidak diberi keistimewaan. Keilahian-Nya harus dilucuti terlebih dahulu (Fil. 2:7). Dalam segala hal, Ia disamakan dengan manusia (Ibr. [2:17]). Barulah Ia disebut sebagai Adam yang terakhir (1Kor. [15:45]). Ialah Allah Anak, Tuhan Yesus Kristus.”.
Ada beberapa hal yang perlu saya bahas:
a) Saya belum pernah membaca ayat manapun, juga tulisan orang-orang manapun, yang mengatakan bahwa tujuan Allah menjadi manusia adalah untuk menjadi Corpus Delicti, dan membuktikan kesalahan Iblis!
Sebetulnya ada banyak tujuan dari kedatangan Yesus, seperti:
1. Memberitakan Injil (Mark 1:38).
Mark 1:38 - “JawabNya: ‘Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.’”.
2. Memberi kesaksian tentang kebenaran (Yoh 18:37).
Yoh 18:37 - “Maka kata Pilatus kepadaNya: ‘Jadi Engkau adalah raja?’ Jawab Yesus: ‘Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suaraKu.’”.
3. Supaya Ia bisa menjadi teladan bagi manusia (Mat 11:29 Yoh 13:14-15 Fil 2:5-8 Ibr 12:2-4 1Pet 2:21).
Mat 11:29 - “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.”.
Yoh 13:14-15 - “(14) Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; (15) sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.”.
Fil 2:5-8 - “(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”.
Ibr 12:2-4 - “(2) Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. (3) Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diriNya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa. (4) Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.”.
1Pet 2:21 - “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejakNya.”.
Kalau Ia tetap sebagai Allah saja, maka bagaimanapun sucinya Dia sebagai Allah, Ia tidak bisa menjadi teladan bagi manusia, karena manusia tidak bisa melihat Dia. Tetapi dengan Ia sudah menjadi manusia, dan hidup suci, maka manusia bisa melihat kehidupanNya yang suci itu dan meneladaninya.
4. Supaya Ia bisa merasakan pencobaan dan penderitaan yang dialami oleh manusia. Dengan demikian Ia bisa bersimpati terhadap manusia yang menderita dan dicobai dan bisa meno¬long mereka (Ibr 2:17-18 Ibr 4:15).
Ibr 2:17-18 - “(17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. (18) Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.”.
Ibr 4:15 - “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”.
Tetapi tujuan UTAMA Yesus datang ke dunia adalah untuk mati. Benarkah demikian? Mari kita perhatikan ayat-ayat di bawah ini dengan penjelasannya.
a. Yoh 12:23-24 - “(23) Tetapi Yesus menjawab mereka, kataNya: ‘Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. (24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.”.
Dalam ay 23 Ia berbicara tentang ‘dimuliakan’, dan dalam ay 24 Ia berbicara tentang kematian. Jadi jelas bahwa Yesus memaksudkan ‘dimuliakan melalui salib / kematian’.
William Barclay (tentang Yoh 3:14-15): “There was a double lifting up in Jesus’s life - the lifting on the Cross and the lifting into glory. And the two are inextricably connected. The one could not have happened without the other. For Jesus the Cross was the way to glory; had he refused it, had he evaded it, had he taken steps to escape it, as he might so easily have done, there would have been no glory for him.” [= Ada peninggian dobel dalam kehidupan Yesus - peninggian pada salib dan peninggian ke dalam kemuliaan. Dan keduanya berhubungan secara tak bisa dilepas¬kan. Yang satu tidak akan bisa terjadi tanpa yang lain. Untuk Yesus, salib adalah jalan menuju kemuliaan; andaikata Ia menolak¬nya, andaikata Ia mengambil langkah untuk menghindarinya, yang dengan mudah bisa Ia lakukan, maka tidak akan ada kemuliaan bagi Dia.].
Bdk. Filipi 2:5-11 - “(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. (9) Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, (10) supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, (11) dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!”.
Penekanan saya dengan kutipan dari Fil 2 ini adalah bahwa text ini menunjukkan bahwa Yesus merendahkan diri menjadi manusia dengan tujuan untuk mati, dan melalui kematian itu Ia dimuliakan!
b. Yohanes 12:27 - “Sekarang jiwaKu terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.”.
(1)‘Apakah yang akan Kukatakan? Bapa selamatkanlah Aku dari saat ini?’.
Bagian ini menunjukkan pergumulan Yesus, mirip dengan yang terjadi di Taman Getsemani (Matius 26:39-42). Ia bergumul apakah harus meminta supaya Bapa menyelamatkan Dia dari kematian yang harus segera terjadi.
(2)‘Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini’.
Kata ‘tidak’ sebetulnya tidak ada. Terjemahan yang benar adalah ‘Tetapi untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini’.
Jadi ay 27 ini menunjukkan bahwa sekalipun Kristus mengalami pergumulan, tetapi akhirnya Kristus berserah pada kehendak BapaNya.
Kata-kata ini menunjukkan bahwa Yesus datang untuk mati! Ini tujuan utama kedatangan Yesus pada Natal!
Bdk. Matius 20:28 - “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.’”.
Jadi, tentang tujuan untuk menjadi Corpus Delicti, ES tak punya ayat manapun untuk mendukung ajarannya, tetapi tentang tujuan-tujuan yang saya berikan, khususnya tujuan utamanya, saya memberikan banyak ayat sebagai pendukung!
Kalau saudara adalah orang yang tunduk pada firman Tuhan / Alkitab, silahkan pikirkan, dan putuskan, mana yang saudara mau ikuti. Ajaran yang tanpa dasar Alkitab, atau ajaran yang memang berdasarkan Alkitab!
b) Dalam seluruh Alkitab, tujuan Allah menjadi manusia adalah untuk bisa menggantikan manusia memikul hukuman dosa. Upah dosa itu maut (Kej 2:17 Ro 6:23), dan Allah sendiri tidak bisa mati. Karena itu Ia menjadi manusia. Setelah Ia menjadi manusia, baru Ia bisa menderita dan mati, untuk memikul hukuman yang seharusnya adalah bagi manusia berdosa!
c) Sekarang tentang kata-kata ES ini:
“Agar memenuhi keadilan Allah, maka Sang Putra tidak diberi keistimewaan. Keilahian-Nya harus dilucuti terlebih dahulu (Filipi. 2:7).”.
‘KeilahianNya harus dilucuti terlebih dahulu’???? Kelihatannya ES menganut teori Kenosis, bahkan lebih parah dari itu. Jadi, Yesus hanyalah manusia biasa tanpa keilahian sama sekali??? Ini berbau ajaran dari Saksi-Saksi Yehuwa. Tetapi anehnya dalam kalimat terakhir dari kutipan kata-kata ES di atas ia berkata:
“Dalam segala hal, Ia disamakan dengan manusia (Ibr. [2:17]). Barulah Ia disebut sebagai Adam yang terakhir (1Kor. [15:45]). Ialah Allah Anak, Tuhan Yesus Kristus.”.
Kalau Ia dilucuti keilahianNya, maka Ia hanya manusia biasa saja. Lalu bagaimana ES bisa tetap menyebutNya sebagai ‘Allah Anak’, dan ‘Tuhan Yesus Kristus’???
Saya abaikan saja kontradiksi ini, dan saya hanya mempersoalkan kata-kata ES tentang Yesus yang dilucuti keilahianNya, yang menurut saya menunjukkan bahwa Ia menjadi HANYA manusia biasa SAJA!
Saya tidak merasa perlu membahas tentang Yesus yang hanya manusia biasa tanpa keilahian sama sekali. Itu sudah kelewatan kacau, dan karena itu hal itu juga saya abaikan. Saya akan membahas teori Kenosis, yang mempunyai tingkat kesesatan yang lebih rendah.
TEORI KENOSIS [= TEORI PENGOSONGAN DIRI].
Teori Kenosis ini merupakan suatu ajaran yang sangat populer, tetapi salah / sesat!
Teori Kenosis ini, yang didasarkan pada Fil 2:6-7, mengatakan bahwa Anak Allah mengesampingkan / membuang sebagian / seluruh sifat-sifat ilahiNya supaya Ia bisa menjadi manusia yang terbatas.
Filipi 2:6-7 - “(6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”.
Filipi 2:6b-7 ini dijadikan dasar suatu ajaran sesat yang disebut Teori Kenosis / teori pengosongan diri. Kata ‘Kenosis’ diambil dari kata Yunani EKENOSEN (yang diterjemahkan ‘telah mengosongkan’). Dan kata Yunani EKENOSEN ini berasal dari kata dasar KENOO, yang berarti ‘mengosongkan’.
Teori Kenosis ini mengatakan bahwa dalam inkarnasi, Anak Allah mengesampingkan / membuang sebagian / seluruh sifat-sifat ilahiNya supaya Ia bisa menjadi manusia yang terbatas. Contoh yang mereka gunakan adalah Mat 24:36 yang menunjukkan Yesus tidak maha tahu.
Matius 24:36 - “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri.’”.
Jelas merupakan sesuatu yang salah untuk menafsirkan dari ayat ini bahwa pada waktu Yesus menjadi manusia Ia tidak mempunyai kemahatahuan. Penafsiran yang benar adalah: dalam ayat ini Yesus ditekankan sebagai manusia. Sejak inkarnasi, Yesus adalah Allah dan manusia, dan Ia mempunyai 2 roh (Ilahi dan manusia), dan karena itu juga 2 pikiran (Ilahi dan manusia). Tetapi Ia hanya mempunyai satu kesadaran. Pada saat pikiran IlahiNya yang muncul, maka Ia maha tahu, dan pada waktu pikiran manusiaNya yang muncul, Ia tidak maha tahu.
Ada ayat-ayat yang menunjukkan kemahatahuanNya, seperti:
Matius 9:4 - “Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: ‘Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu?”.
Matius 12:25 - “Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata kepada mereka: ‘Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan.”.
Yohanes 2:24-25 - “(24) Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diriNya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, (25) dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepadaNya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.”.
Yohanes 6:64 - “Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.’ Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia.”.
Sedangkan Mat 24:36, yang menunjukkan bahwa Ia tidak tahu hari Tuhan, harus dianggap sebagai contoh ayat dimana pikiran manusiaNyalah yang muncul di alam sadarNya. Karena itu, Ia tak tahu hari Tuhan. Kalau pikiran IlahiNya yang muncul, Ia maha tahu sehingga Ia pasti tahu hari Tuhan.
Kesalahan dari Teori Kenosis ini:
1. Yesus adalah Allah dan karena itu Ia tidak bisa berubah.
Mazmur 102:26-28 - “(26) Dahulu sudah Kauletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu. (27) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian, seperti jubah Engkau akan mengubah mereka, dan mereka berubah; (28) tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan.”.
Mal 3:6 - “Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap.”.
Yakobus 1:17 - “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; padaNya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.”.
Allah tidak bisa berhenti menjadi Allah, sekalipun hanya untuk sementara!
Lenski (tentang Fil 2:6): “To withdraw even one attribute from God is to destroy God. The God who, for instance, is no longer omnipotent, is no longer God.” [= Menarik / mengambil bahkan satu sifat dari Allah berarti menghancurkan Allah. Allah yang, sebagai contoh, tidak lagi maha kuasa, bukanlah Allah lagi.] - hal 772.
2. Kalau Teori Kenosis itu benar, maka pada saat Yesus menjadi manusia, Allah Tritunggal bubar!
3. Kalau Teori Kenosis itu benar, maka Kristus bukanlah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia! Ia hanya manusia biasa, tanpa keilahian! Dan kalau ini benar, maka Ia tak bisa menjadi Pengantara antara Allah dan manusia dan penebusanNya tidak bisa mempunyai nilai yang tidak terbatas.
Mazmur 49:8-9 - “(8) Tidak seorangpun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya, (9) karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya, dan tidak memadai untuk selama-lamanya -”.
Ayat ini salah terjemahan! Dan RSV sama salahnya. Yang benar adalah terjemahan NIV yang saya berikan di bawah ini.
NIV: ‘No man can redeem the life of another or give to God a ransom for him - the ransom for a life is costly, no payment is ever enough’ [= Tak seorangpun bisa menebus nyawa orang lain atau memberi kepada Allah suatu tebusan untuknya - tebusan untuk suatu nyawa sangat mahal, tidak ada pembayaran yang bisa mencukupi].
Dalam tafsirannya tentang Fil 2:7, Calvin mengatakan bahwa istilah ‘mengosongkan diri’ itu tidak berarti bahwa Kristus melepaskan atau membuang keilahianNya, tetapi hanya menyembunyikannya dari pandangan manusia.
Calvin (tentang Fil 2:7): “Christ, indeed, could not divest himself of Godhead; but he kept it concealed for a time, that it might not be seen, under the weakness of the flesh. Hence, he laid aside his glory in the view of men, not by lessening it, but by concealing it.” [= Kristus tidak bisa melepaskan diriNya sendiri dari keilahianNya; tetapi menyembunyikannya untuk sementara waktu, supaya tak kelihatan, di bawah kelemahan daging. Jadi, Ia mengesampingkan kemuliaanNya dalam pandangan manusia, bukan dengan menguranginya, tetapi dengan menyembunyikannya.].
Herman Hoeksema menambahkan bahwa sekalipun pada saat inkarnasi itu kemuliaan Kristus disembunyikan, tetapi kadang-kadang tetap bisa terlihat sekilas, misalnya pada waktu Ia melakukan mujijat.
Herman Hoeksema: “This does not mean that the Son of God temporarily laid aside the divine nature, in order to exchange it with the human nature. This would be impossible, for the divine nature is unchangeable. ... But it certainly means that He entered into the state of man in such a way that before man His divine glory and majesty was hid, although even in the state of humiliation it flashed out occasionally, as, for instance, in the performance of His wonders.” [= Ini tidak berarti bahwa Anak Allah untuk sementara waktu mengesampingkan hakekat ilahi, untuk menukarnya dengan hakekat manusia. Ini mustahil, karena hakekat ilahi tidak bisa berubah. ... Tetapi itu berarti bahwa Ia masuk ke dalam keadaan manusia sedemikian rupa sehingga di depan manusia kemuliaan dan keagungan ilahiNya tersembunyi, sekalipun bahkan dalam saat perendahanpun itu kadang-kadang memancar keluar, seperti misalnya dalam pelaksanaan / pertunjukan keajaibanNya.] - ‘Reformed Dogmatics’, hal 399.
A. T. Robertson: “Of what did Christ empty himself? Not of his divine nature. That was impossible. He continued to be the Son of God.” [= Tentang apa Kristus mengosongkan diriNya sendiri? Bukan tentang hakekat ilahiNya. Itu mustahil. Ia terus adalah Anak Allah.].
Corpus Delicti (13)
==============Lanjutan kata-kata ES=================
Dalam kemanusiaan-Nya, Tuhan Yesus harus taat bahkan sampai kepada kematian-Nya. Semua itu untuk membuktikan kesetiaan dan ketaatan-Nya, kepada Bapa. Itulah sebabnya dalam Wahyu [12:10]-11, darah Anak Domba (Kristus) dapat mengalahkan Iblis (pendakwa) sehingga ia bisa diusir dari Sorga. Yang membuat darah Yesus berkuasa adalah keberhasilan-Nya menyelesaikan tugas-Nya melalui ketaatan-Nya secara penuh kepada Bapa. Ia telah membuktikan sikap hormat yang semestinya kepada Bapa. Dengan demikian Bapa di Sorga dapat berkata kepada Lucifer: “Seharusnya kamu bersikap seperti Anak Tunggal-Ku ini. Oleh karena kamu tidak berbuat seperti yang seharusnya kamu perbuat, maka kamu terbukti berbuat salah”.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Dalam ayat Alkitab mana Allah berkata seperti itu kepada Iblis?? Ini hanya khayalan ES, bukan ajaran Alkitab!
2) Menurut ES, Iblis diusir dari surga itu kapan???
Di sini ES mengatakan: “Itulah sebabnya dalam Wahyu [12:10]-11, darah Anak Domba (Kristus) dapat mengalahkan Iblis (pendakwa) sehingga ia bisa diusir dari Sorga.”.
Ini menunjukkan bahwa pengusiran Iblis terjadi setelah pencurahan darah Kristus / kematian Kristus.
Tetapi kalau kita lihat dalam pelajaran-pelajaran yang lalu ES menganggap bahwa Yes 14:12 dan Yeh 28 menunjuk pada kejatuhan Iblis. Kalau seperti yang ES anggap, bahwa text-text itu menunjuk pada kejatuhan Iblis, maka dilihat dari text-text itu, pengusiran Iblis itu seharusnya sudah terjadi pada saat ia jatuh, dan itu pasti terjadi di masa lalu yang jauh, sebelum kejatuhan, bahkan sebelum penciptaan Adam (ingat bahwa ES beranggapan Adam diciptakan dengan tujuan menjadi Corpus Delicti, untuk membuktikan kesalahan Iblis).
Yes 14:9-15 - “(9) Dunia orang mati yang di bawah gemetar untuk menyongsong kedatanganmu, dijagakannya arwah-arwah bagimu, yaitu semua bekas pemimpin di bumi; semua bekas raja bangsa-bangsa dibangunkannya dari takhta mereka. (10) Sekaliannya mereka mulai berbicara dan berkata kepadamu: 'Engkau juga telah menjadi lemah seperti kami, sudah menjadi sama seperti kami!' (11) Ke dunia orang mati sudah diturunkan kemegahanmu dan bunyi gambus-gambusmu; ulat-ulat dibentangkan sebagai lapik tidurmu, dan cacing-cacing sebagai selimutmu.’ (12) ‘Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! (13) Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. (14) Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi! (15) Sebaliknya, ke dalam dunia orang mati engkau diturunkan, ke tempat yang paling dalam di liang kubur.”.
Yeh 28:13-19 - “(13) Engkau di taman Eden, yaitu taman Allah penuh segala batu permata yang berharga: yaspis merah, krisolit dan yaspis hijau, permata pirus, krisopras dan nefrit, lazurit, batu darah dan malakit. Tempat tatahannya diperbuat dari emas dan disediakan pada hari penciptaanmu. (14) Kuberikan tempatmu dekat kerub yang berjaga, di gunung kudus Allah engkau berada dan berjalan-jalan di tengah batu-batu yang bercahaya-cahaya. (15) Engkau tak bercela di dalam tingkah lakumu sejak hari penciptaanmu sampai terdapat kecurangan padamu. (16) Dengan dagangmu yang besar engkau penuh dengan kekerasan dan engkau berbuat dosa. Maka Kubuangkan engkau dari gunung Allah dan kerub yang berjaga membinasakan engkau dari tengah batu-batu yang bercahaya. (17) Engkau sombong karena kecantikanmu, hikmatmu kaumusnahkan demi semarakmu. Ke bumi kau Kulempar, kepada raja-raja engkau Kuserahkan menjadi tontonan bagi matanya. (18) Dengan banyaknya kesalahanmu dan kecurangan dalam dagangmu engkau melanggar kekudusan tempat kudusmu. Maka Aku menyalakan api dari tengahmu yang akan memakan habis engkau. Dan Kubiarkan engkau menjadi abu di atas bumi di hadapan semua yang melihatmu. (19) Semua di antara bangsa-bangsa yang mengenal engkau kaget melihat keadaanmu. Akhir hidupmu mendahsyatkan dan lenyap selamanya engkau.’”.
Catatan: untuk kata-kata yang saya garis-bawahi, KJV menterjemahkan menggunakan future tense, tetapi RSV/NIV/NASB menterjemahkan dengan past tense atau perfect tense.
Jadi, lagi-lagi ada kontradiksi dalam ajaran ES. Mana yang benar?
==============Lanjutan kata-kata ES=================
Sekali lagi ditegaskan bahwa kemenangan Tuhan Yesus bukan karena Ia Anak Allah yang diberikan kemampuan-kemampuan ekstra. Ya, Ia memang Anak Allah, tetapi Ia disamakan sepenuhnya dengan manusia. Harus Anak Allah sendiri yang turun agar Ia tidak tercemar dosa Adam. Tetapi Ia tidak boleh diistimewakan. Jika Ia diistimewakan, kemenangan-Nya bukanlah kemenangan yang adil. Jika Ia diistimewakan, Ia tidak bisa mengklaim bahwa kemenangan-Nya adalah dari perjuangan-Nya sendiri.
=================================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Perhatikan kata-kata ES pada bagian awal:
“Sekali lagi ditegaskan bahwa kemenangan Tuhan Yesus bukan karena Ia Anak Allah yang diberikan kemampuan-kemampuan ekstra. Ya, Ia memang Anak Allah, tetapi Ia disamakan sepenuhnya dengan manusia. Harus Anak Allah sendiri yang turun agar Ia tidak tercemar dosa Adam.”.
Ada 3 hal yang saya berikan sebagai jawaban / pembahasan:
a) Anak Allah adalah Allah, dan tidak butuh diberi kemampuan-kemampuan ekstra!
b) Anak Allah disamakan sepenuhnya dengan manusia? Kelihatannya ES tidak bisa membedakan antara kemanusiaan Yesus dan keilahianNya. Keilahiannya tidak pernah, dan tidak bisa, disamakan dengan manusia!
c) Harus Anak Allah sendiri yang turun AGAR Ia tidak tercemar dosa Adam?????
Bukankah kata-kata ini secara implicit menunjukkan bahwa Ia diberi / mempunyai keistimewaan / kemampuan-kemampuan extra??
2) Sebelum inkarnasi, Yesus adalah 100 % Allah, dan NOL % manusia. Sejak inkarnasi, Ia adalah sungguh-sungguh Allah, dan sungguh-sungguh manusia. Atau 100 % Allah, dan 100 % manusia!
Ia mempunyai 2 hakekat (natures), yaitu hakekat ilahi dan hakekat manusia, tetapi Ia hanya satu Pribadi!
Bagaimana manusia Yesus dalam persoalan menghadapi godaan setan dsb? Apakah manusia Yesus memang dibiarkan sendirian, tanpa bantuan keilahianNya, dan juga tanpa perolongan Roh Kudus? Bagi saya, itu mustahil!
a) KeilahianNya tidak bisa membiarkan kemanusiaanNya berjuang sendiri menghadapi godaan.
William G. T. Shedd: “The truth and self-consistence of the doctrine of Christ’s impeccability appear, also, from a consideration of the constitution of his person. Christ’s person is constituted of two natures: one divine and the other human. Divine nature is both intemptable and impeccable: ‘God cannot be tempted with evil’ (James 1:13); ‘it is impossible for God to lie’ (Heb. 6:18). Human nature, on the contrary, is both temptable and peccable. When these two natures are united in one theanthropic person, as they are in the incarnation, the divine determines and controls the human, not the human the divine (see pp. 269 sq.). The amount of energy, therefore, which the total complex person possesses to resist temptation, must be measured not by the human nature but by the divine; and the amount of energy to resist temptation determines the peccability or impeccability of the person. Jesus Christ, consequently, is as mighty to overcome Satan and sin, as his mightiest nature is. His strength to prevent a lapse from holiness is to be estimated by his divinity, not by his humanity, because the former and not the latter is the base of his personality and dominates the whole complex person.” [= Kebenaran dan kekonsistenan sendiri dari doktrin tentang ketidak-bisa-berdosaan Kristus juga terlihat dari suatu pertimbangan tentang ‘pembentukan’ dari PribadiNya. Pribadi Kristus ‘terbentuk’ dari dua hakekat: satu Ilahi dan yang lain manusiawi. Hakekat Ilahi adalah baik tak bisa dicobai dan tak bisa berdosa: ‘Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat’ (Yak 1:13); ‘adalah mustahil bagi Allah untuk berdusta’ (Ibr 6:18). Sebaliknya, hakekat manusia, adalah baik bisa dicobai dan bisa berdosa. Pada waktu kedua hakekat ini bersatu dalam satu pribadi manusia Allah, seperti dalam inkarnasi, hakekat Ilahi menentukan dan mengontrol hakekat manusia, bukan hakekat manusia menentukan dan mengontrol hakekat Ilahi (lihat hal 269 dst.). Karena itu, jumlah / total kekuatan yang dimiliki oleh Pribadi yang komplex untuk menahan pencobaan, tidak boleh diukur oleh hakekat manusia tetapi oleh hakekat Ilahi; dan jumlah / total kekuatan untuk menahan pencobaan menentukan bisa berdosa atau tidak bisa berdosanya Pribadi itu. Karena itu, Yesus Kristus, adalah sama kuatnya untuk mengalahkan Iblis dan dosa, seperti hakekatNya yang terkuat. KekuatanNya untuk mencegah kejatuhan dari kekudusan harus dinilai oleh keilahianNya, bukan oleh kemanusiaanNya, karena yang terdahulu dan bukan yang belakangan adalah dasar dari kepribadianNya dan mendominasi seluruh Pribadi yang komplex.] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 332-333.
William G. T. Shedd: “In this latter instance, the divine nature cannot innocently and righteously leave the human nature to its own finiteness without any support from the divine, as it can in other instances. When the Logos goes into union with a human nature, so as to constitute a single person with it, he becomes responsible for all that this person does through the instrumentality of this nature. The glory or the shame, the merit or the blame, as the case may be, is attributable to this one person of the God-man. If, therefore, the Logos should make no resistance to the temptation with which Satan assailed the human nature in the wilderness and should permit the humanity to yield to it and commit sin, he would be implicated in the apostasy and sin. The guilt would not be confined to the human nature. It would attach to the whole theanthropic person. And since the Logos is the root and base of the person, it would attach to him in an eminent manner.” [= Dalam hal yang terakhir ini, hakekat ilahi tidak bisa secara tak berdosa dan secara benar, meninggalkan hakekat manusia pada keterbatasannya tanpa pertolongan dari hakekat ilahi, seperti yang bisa dilakukan oleh hakekat ilahi dalam hal-hal lain. Pada waktu LOGOS bersatu dengan suatu hakekat manusia, sehingga membentuk suatu pribadi tunggal denganNya, Ia menjadi bertanggung-jawab untuk semua yang pribadi ini lakukan melalui hakekat ini sebagai alat. Kemuliaan atau kehinaan, jasa atau kecaman, sebagaimana adanya kasusnya, dianggap berasal dari satu Pribadi manusia-Allah ini. Karena itu, jika LOGOS tidak membuat pertahanan terhadap pencobaan dengan mana Iblis menyerang hakekat manusia di padang gurun dan mengijinkan kemanusiaan itu untuk menyerah pada pencobaan itu dan melakukan dosa, Ia akan terlibat dalam kemurtadan dan dosa. Kesalahan tidak akan dibatasi pada hakekat manusia. Itu akan melekat pada seluruh Pribadi manusia-Allah. Dan karena LOGOS adalah akar dan dasar dari Pribadi, itu akan melekat kepadaNya dengan suatu cara yang menyolok / lengkap.] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 333-334.
R. L. Dabney: “It is impossible that the person constituted in union with the eternal and immutable Word, can sin; for this union is an absolute shield to the lower nature, against error.” [= Adalah tidak mungkin bahwa pribadi yang terbentuk / terdapat dalam persatuan dengan Firman yang kekal dan yang tak berubah, bisa berdosa; karena persatuan ini adalah suatu perisai yang mutlak bagi hakekat yang lebih rendah, terhadap kesalahan.] - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 471.
b) Dalam persatuan hakekat manusia dengan LOGOS, hakekat manusia itu dikuasai sepenuhnya oleh Roh Kudus.
Kalau orang Kristen saja diberi bantuan oleh Roh Kudus supaya bisa taat, apalagi manusia Yesus itu! Tetapi berbeda dengan orang Kristen yang diberi bantuan secara tidak mutlak, sehingga pasti bisa jatuh ke dalam banyak dosa, maka manusia Yesus dibantu secara mutlak sehingga tidak mungkin jatuh ke dalam dosa. Karena, kalau satu kali saja manusia Yesus itu jatuh ke dalam dosa, maka rencana penebusan Allah akan gagal total. Yesus yang berdosa tidak bisa menjadi Penebus / Juruselamat dosa!
R. L. Dabney: “This lower nature, upon its union with the Word, was imbued with the full influence of the Holy Ghost.” [= Hakekat yang lebih rendah ini, dalam persatuannya dengan Firman, dikaruniai dengan pengaruh penuh dari Roh Kudus.] - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 471.
Dabney juga memberikan dasar-dasar Alkitab yang menunjukkan peranan Roh Kudus dalam diri Kristus, yaitu:
1. Maz 45:8 - “Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu.”.
Bdk. Ibr 1:9 - “Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutuMu.’”.
Catatan: kata-kata ‘teman-teman sekutuMu’ (baik dalam Maz 45:8 maupun Ibr 1:9) diterjemahkan ‘thy fellows’ [= sesamaMu / rekan-rekanMu] oleh KJV.
Matthew Henry (tentang Maz 45:8): “The Spirit is called ‘the oil of gladness’ because of the delight wherewith Christ was filled in carrying on his undertaking. He was anointed with the Spirit ‘above all his fellows,’ above all those that were anointed, whether priests or kings.” [= Roh (Kudus) disebut ‘minyak kesukaan’ karena kesukaan / kegembiraan dengan mana Kristus dipenuhi dalam melaksanakan tugasNya. Ia diurapi dengan Roh (Kudus) ‘melebihi semua sesamaNya / rekan-rekanNya’, melebihi semua mereka yang diurapi, apakah imam-imam atau raja-raja.].
Matthew Henry (tentang Ibr 1:9): “This anointing of Christ was above the anointing of his fellows: ... As man, however, he has his fellows, and as an anointed person; but his unction is beyond all theirs. (1.) Above the angels, who may be said to be his fellows, as they are the sons of God by creation, and God’s messengers, whom he employs in his service. (2.) Above all prophets, priests, and kings, that ever were anointed with oil, to be employed in the service of God on earth. (3.) Above all the saints, who are his brethren, children of the same father, as he was a partaker with them of flesh and blood. (4.) Above all those who were related to him as man, above all the house of David, all the tribe of Judah, all his brethren and kinsmen in the flesh. All God’s other anointed ones had only the Spirit in a certain measure; Christ had the Spirit above measure, without any limitation.” [= Pengurapan Kristus ini melebihi pengurapan dari sesamaNya / rekan-rekanNya: ... Tetapi sebagai manusia, Ia mempunyai sesamaNya / rekan-rekanNya, dan sebagai seorang pribadi yang diurapi; tetapi pengurapanNya melampaui pengurapan mereka. (1.) Melebihi malaikat-malaikat, yang bisa dikatakan sebagai sesamaNya, karena mereka adalah anak-anak Allah oleh penciptaan, dan utusan-utusan Allah, yang Ia gunakan dalam pelayananNya. (2.) Melebihi semua nabi-nabi, imam-imam, dan raja-raja, yang pernah diurapi dengan minyak, untuk digunakan dalam pelayanan Allah di bumi. (3.) Melebihi semua orang kudus, yang adalah saudara-saudaraNya, anak-anak dari Bapa yang sama, karena Ia adalah seorang pengambil bagian dengan mereka tentang daging dan darah. (4.) Melebihi semua mereka yang berhubungan dengan Dia sebagai manusia, melebihi semua keluarga Daud, semua suku Yehuda, semua saudara-saudara dan keluarga dalam daging. Semua orang-orang lain yang diurapi Allah hanya mempunyai Roh (Kudus) dalam suatu ukuran tertentu; Kristus mempunyai Roh (Kudus) melebihi ukuran, tanpa batasan apapun.].
Catatan: saya meragukan point 1. karena menurut saya ini tidak ada hubungannya dengan malaikat-malaikat. Tak pernah ada pengurapan terhadap malaikat-malaikat manapun. Juga malaikat-malaikat tak bisa disebut sesama / rekan-rekan dari Kristus!
Calvin (tentang Ibr 1:9): “But he was anointed above us all, as it was beyond measure, while we, each of us, according to a limited portion, as he has divided to each of us.” [= Tetapi Ia diurapi melebihi kita semua, karena itu melampaui ukuran, sedangkan kita, setiap dari kita, sesuai dengan suatu bagian terbatas, seperti yang Ia telah bagi-bagikan kepada setiap dari kita.].
2. Yes 11:2,3 - “(2) Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN; (3) ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang.”.
3. Yes 42:1 - “Lihat, itu hambaKu yang Kupegang, orang pilihanKu, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh RohKu ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa.”.
4. Yes 61:1 - “Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara,”.
Bdk. Lukas 4:17-21 - “(17) KepadaNya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibukaNya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: (18) ‘Roh Tuhan ada padaKu, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku (19) untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.’ (20) Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepadaNya. (21) Lalu Ia memulai mengajar mereka, kataNya: ‘Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.’”.
5. Luk 4:1 - “Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun.”.
6. Yoh 1:32 - “Dan Yohanes memberi kesaksian, katanya: ‘Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atasNya.”.
7. Yoh 3:34 - “Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan RohNya dengan tidak terbatas.”.
Barnes’ Notes (tentang Yoh 3:34): “Though Jesus was God as well as man, yet, as Mediator, God anointed him, or endowed him with the influences of his Spirit, so as to be completely qualified for his great work.” [= Sekalipun Yesus adalah Allah maupun manusia, tetapi, sebagai Pengantara, Allah mengurapi Dia, atau memperlengkapi Dia dengan pengaruh-pengaruh dari RohNya, sehingga menjadi sepenuhnya memenuhi syarat untuk pekerjaanNya yang besar / agung.].
Dan ingat, Yesus tidak akan memenuhi syarat untuk menjadi Penebus dosa, kalau Ia jatuh ke dalam dosa.
Pandangan Dabney ini kelihatannya sesuai dengan pandangan Calvin, karena dalam komentarnya tentang Mat 4:1 (dimana Kristus dipenuhi oleh Roh Kudus sebelum Ia dicobai oleh setan) Calvin berkata sebagai berikut:
“Christ was fortified by the Spirit with such power that the darts of Satan could not pierce him.” [= Kristus dibentengi oleh Roh dengan kuasa sedemikian rupa sehingga panah-panah Setan tidak bisa menusukNya.].
Di sini lagi-lagi bisa terlihat bahwa saya memberikan banyak ayat Alkitab sebagai dasar. Bandingkan dengan kata-kata ES di atas yang tak mempunyai dasar ayat Alkitab apapun!
==============Lanjutan kata-kata ES=================
Padahal Ibrani menulis:
Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya. (Ibrani 5:7-9)
Tuhan Yesus memohon kepada Bapa agar ia dapat dihindarkan dari maut atau bisa dibangkitkan. Alkitab mencatat, karena kesalehan-Nya doanya didengar atau dikabulkan. Jelas bahwa dikabulkannya doa Tuhan Yesus bukan karena Ia adalah Anak Allah, melainkan karena Ia saleh atau taat kepada Bapa di Sorga. Ini sebuah pertaruhan yang luar biasa. Kalau Tuhan Yesus tidak taat, maka Ia tidak akan dibangkitkan. Kalau Ia tidak dibangkitkan berarti Ia menjadi milik Kerajaan Kegelapan!
=================================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Kalau Yesus tidak taat, sekalipun hanya satu kali saja, maka Ia tidak bisa mati menebus dosa orang-orang lain. Ia akan mati karena dosaNya sendiri!
2) Yesus bisa bangkit karena Ia TELAH membereskan hukuman dosa manusia!
Upah dosa adalah maut (Ro 6:23), dan karena itu seandainya ada satu dosa saja yang belum Ia bereskan, maka Ia tidak bisa bangkit.
Baik kata-kata ‘Sudah selesai’ (Yoh 19:30), maupun kebangkitanNya dari antara orang mati, menunjukkan bahwa dosa-dosa manusia memang telah Ia bereskan.
Juga perhatikan ayat-ayat di bawah ini:
Yoh 19:28-30 - “(28) Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia - supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci -: ‘Aku haus!’ (29) Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. (30) Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: ‘Sudah selesai.’ Lalu Ia menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya.”.
Yoh 17:4-5 - “(4) Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepadaKu untuk melakukannya. (5) Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadiratMu sebelum dunia ada.”.
Text terakhir ini menunjukkan bahwa kenaikan Yesus ke surga, dan diterimanya Ia oleh Bapa, menunjukkan bahwa pekerjaanNya memang sudah selesai!
3) Perhatikan kata-kata ES ini:
“Tuhan Yesus memohon kepada Bapa agar ia dapat dihindarkan dari maut atau bisa dibangkitkan.”.
Apakah ES sengaja memplesetkan kata-kata dalam firman Tuhan?
‘Dihindarkan dari maut’ berarti Ia terhindar dari maut, dan tidak mengalami kematian!
Tetapi ‘bisa dibangkitkan’ menunjukkan Ia mengalami kematian, tetapi tidak dibiarkan terus mati, melainkan dibangkitkan dari antara orang mati!
Jadi, bagaimana ES bisa menggunakan kata ‘ATAU’ di antara kedua potongan kata-kata ini, seakan-akan keduanya mempunyai arti yang sama??
Ibr 5:7 - “Dalam hidupNya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkanNya dari maut, dan karena kesalehanNya Ia telah didengarkan.”.
Perhatikan 2 hal ini:
a) Ayat ini menggunakan kata ‘menyelamatkanNya’, bukan ‘menghindarkannya’.
LAI: ‘yang sanggup menyelamatkanNya dari maut’.
KJV: ‘that was able to save him from death’ [= yang mampu menyelamatkanNya dari kematian / maut].
RSV: ‘who was able to save him from death’ [= yang mampu menyelamatkanNya dari kematian / maut].
NIV: ‘who could save him from death’ [= yang bisa menyelamatkanNya dari kematian / maut].
NASB: ‘able to save Him from death’ [= mampu menyelamatkanNya dari kematian / maut].
Jadi ES seharusnya menggunakan kata-kata ‘diselamatkan dari maut’, dan bukan ‘dihindarkan dari maut’!
b) Saya berpendapat bahwa sebetulnya, kalau dilihat secara strict / ketat, ayat ini tidak menunjukkan secara explicit apa yang Yesus minta dalam doaNya. Karena kata-kata ‘yang sanggup menyelamatkanNya dari maut’, merupakan penjelasan tentang ‘Dia’, yang jelas menunjuk kepada Allah Bapa. Mari kita membaca ayatnya sekali lagi.
Ibr 5:7 - “Dalam hidupNya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkanNya dari maut, dan karena kesalehanNya Ia telah didengarkan.”.
4) Penafsiran beberapa penafsir tentang Ibrani 5:7 ini.
Ibr 5:7 - “Dalam hidupNya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkanNya dari maut, dan karena kesalehanNya Ia telah didengarkan.”.
KJV: ‘Who in the days of his flesh, when he had offered up prayers and supplications with strong crying and tears unto him that was able to save him from death, and was heard in that he feared;’ [= Yang dalam hari-hari dari dagingNya, pada waktu Ia menaikkan doa-doa dan permohonan-permohonan dengan jeritan / tangisan yang kuat dan air mata kepada Dia yang sanggup untuk menyelamatkan Dia dari kematian, dan didengarkan dalam hal yang ditakutiNya;].
NIV: ‘During the days of Jesus’ life on earth, he offered up prayers and petitions with loud cries and tears to the one who could save him from death, and he was heard because of his reverent submission.’ [= Selama hari-hari / masa dari kehidupan Yesus di bumi, Ia menaikkan doa-doa dan permohonan-permohonan dengan jeritan / tangisan yang keras dan air mata kepada ‘Orang’ yang bisa menyelamatkan Dia dari kematian, dan didengarkan karena ketundukanNya yang penuh rasa takut / hormat.].
Calvin: “Christ who was a Son, who sought relief from the Father and was heard, yet suffered death, that thus he might be taught to obey. ... Then by ‘tears’ and ‘strong crying’ the Apostle meant to express the intensity of his grief, for it is usual to show it by outward symptoms; nor do I doubt but that he refers to that prayer which the Evangelists mention, ‘Father, if it be possible, let this cup pass from me,’ (Matthew 26:42; Luke 22:42;) and also to another, ‘My God, my God, why hast thou forsaken me?’ (Matthew 27:46.) For in the second instance mention is made by the evangelists of strong crying; and in the first it is not possible to believe that his eyes were dry, since drops of blood, through excessive grief, flowed from his body.” [= Kristus yang adalah Anak, yang mencari pertolongan dari Bapa dan didengarkan, tetapi mengalami kematian, supaya dengan demikian Ia bisa diajar untuk taat. ... Lalu dengan ‘air mata’ dan ‘jeritan yang kuat’ sang Rasul bermaksud untuk menyatakan intensitas dari kesedihanNya, karena merupakan kebiasaan untuk menunjukkannya dengan tanda-tanda lahiriah; juga saya tak meragukan bahwa ia menunjuk pada doa itu yang disebutkan oleh para Penginjil, ‘Bapa, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini berlalu dari padaKu’, (Mat 26:42; Luk 22:42); dan juga pada doa yang lain, ‘AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?’ (Mat 27:46). Karena dalam contoh kedua disebutkan oleh para penginjil tentang jeritan yang kuat; dan dalam contoh yang pertama tidaklah mungkin untuk percaya bahwa mataNya kering, karena tetesan-tetesan darah, melalui kesedihan yang berlebihan, mengalir dari tubuhNya.].
Calvin: “‘And was heard,’ etc. ... I doubt not but that the Apostle means that Christ was heard from that which he feared, so that he was not overwhelmed by his evils or swallowed up by death. ... But how was Christ heard from what he feared, as he underwent the death which he dreaded? To this I reply, that we must consider what it was that he feared; why was it that he dreaded death except that he saw in it the curse of God, and that he had to wrestle with the guilt of all iniquities, and also with hell itself? Hence was his trepidation and anxiety; for extremely terrible is God’s judgment. He then obtained what he prayed for, when he came forth a conqueror from the pains of death, when he was sustained by the saving hand of the Father, when after a short conflict he gained a glorious victory over Satan, sin, and hell. Thus it often happens that we ask this or that, but not for a right end; yet God, not granting what we ask, at the same time finds out himself a way to succor us.” [= ‘Dan Ia didengarkan’, dst. ... Saya tidak meragukan bahwa sang Rasul memaksudkan bahwa Kristus didengarkan dari hal yang Ia takuti, sehingga Ia tidak ditenggelamkan / dikalahkan sepenuhnya oleh bencana-bencanaNya atau ditelan oleh kematian. ... Tetapi bagaimana Kristus didengarkan dari apa yang Ia takuti, karena Ia mengalami kematian yang Ia takuti? Terhadap hal ini saya menjawab, bahwa kita harus mempertimbangkan apa yang Ia takuti; mengapa Ia takut terhadap kematian kecuali bahwa Ia melihat di dalamnya kutuk Allah, dan bahwa Ia harus bergumul dengan kesalahan dari semua kejahatan / dosa, dan juga dengan neraka? Karena alasan inilah rasa takut dan kekuatiranNya; karena sangat hebat penghukuman Allah. Ia lalu mendapatkan apa yang Ia doakan, pada waktu Ia keluar / muncul sebagai seorang pemenang dari penderitaan kematian, pada waktu Ia ditopang oleh tangan / kuasa yang menyelamatkan dari Bapa, pada waktu setelah suatu konflik yang singkat Ia memperoleh / mencapai suatu kemenangan yang mulia terhadap / atas Iblis, dosa, dan neraka. Jadi, sering terjadi bahwa kita meminta ini atau itu, tetapi bukan untuk tujuan yang benar; tetapi Allah, tidak mengabulkan apa yang kita minta, pada saat yang sama menemukan sendiri suatu jalan untuk menolong kita.].
Saya merasa tafsiran Calvin aneh! Karena bagian yang saya garis-bawahi bagi saya tidak menunjukkan kalau doaNya didengarkan. Sekarang mari kita membandingkan tafsiran Calvin dengan tafsiran Lenski, yang adalah seorang Arminian.
Lenski: “‘To the One able to save him from death’ he cried. This might mean that God should not let him enter death, or that, having entered death, God should raise him up again and thus take him out of death. It cannot be the latter because Jesus never prays to God regarding his resurrection. Already in John 12:27 and also in Gethsemane he prayed that, if it be possible, God might not make him drink the cup of death. Yet in John 12:28 this prayer ends: ‘Father, glorify thy name!’ and in Gethsemane: ‘Not my will, but thine be done!’ Some, like the A. V. with its references, introduce Golgotha and the cries on the cross (Matt. 27:46, 50), but these were neither beggings nor pleadings, nor were they accompanied by tears. The ultimate obedience was learned in Gethsemane, after Gethsemane and on the cross the obedience was only carried out. The second participle elucidates the first: ‘and having been heard for his godly fear.’ Two facts are stated: that Jesus’ begging and pleading was actually heard and fully granted by God, and that this granting was due to his εὐλάβεια. Superficial readers of the Gethsemane account take it that Jesus prayed not to die, that God, nevertheless, let him die, and that God did not grant his prayer, and then draw the conclusion that God at times does not grant our prayers, nor must we expect him to grant them. Yet we are told that ‘he was heard,’ which means that his pleadings were granted. Some commentators start with the same opinion, namely that what Jesus really begged for was to be kept from death; they see, too, that it is here said that God granted this prayer. But in making these two statements agree they are satisfied with what is not really an agreement: they let the answer to the pleadings consist in God’s freeing Jesus from the fear of death. It should be seen that the prayer was then really not answered, was at most answered only partially. Jesus did not ask to be saved from the fear of death; neither the Gospels nor our passage say this. To receive no more than deliverance from such fear is not a real hearing of his prayer, if what he prayed for was deliverance from death. The mistake lies in this latter assumption. Jesus prayed for deliverance from death, only with an ‘if’: ‘if it be possible’ (Matt. 26:39); ‘if this cup may not pass away from me, except I drink it’ (v. 42). The real burden of his prayer was: ‘Nevertheless, not what I will, but what thou wilt’ (Mark 14:36). So also Matt. 26:39, 42, ‘thy will be done,’ and this prayer of Jesus was fully and truly granted.” [= ‘Kepada 'Orang' yang mampu untuk menyelamatkan Dia dari kematian’ Ia berteriak / menangis. Ini bisa berarti bahwa (Ia meminta supaya) Allah jangan membiarkan Dia memasuki kematian, atau bahwa setelah memasuki kematian, Allah membangkitkan Dia lagi dan dengan demikian mengeluarkan Dia dari kematian. Artinya tidak bisa yang belakangan, karena Yesus tidak pernah berdoa kepada Allah berkenaan dengan kebangkitanNya. Bahkan seawal dalam Yoh 12:27 dan juga di Getsemani, Ia berdoa supaya, jika mungkin, Allah bisa tidak memaksaNya meminum cawan kematian. Tetapi dalam Yoh 12:28 doa ini diakhiri dengan kata-kata: ‘Bapa, muliakanlah namaMu!’ dan di Getsemani: ‘Bukan kehendakKu, tetapi kehendakMu yang jadi!’ Beberapa, seperti A. V. (KJV) dengan referensi-referensinya mengajukan / mengusulkan Golgota dan teriakan-teriakan pada salib (Mat 27:46,50), tetapi hal-hal ini bukanlah permohonan-permohonan ataupun permintaan-permintaan, dan juga hal-hal itu tidak disertai dengan air mata. Ketaatan yang tertinggi dipelajari di Getsemani, setelah Getsemani dan pada salib, ketaatanNya hanya dilaksanakan. Participle yang kedua menjelaskan yang pertama: ‘Dan setelah didengarkan untuk rasa takutNya yang saleh’. Dua fakta dinyatakan: bahwa permohonan dan permintaan Yesus didengarkan dengan sungguh-sungguh, dan dikabulkan sepenuhnya oleh Allah, dan bahwa pengabulan ini disebabkan oleh EULABEIA (rasa takut / hormat)Nya. Pembaca-pembaca sepintas lalu tentang cerita Getsemani mengartikannya bahwa Yesus berdoa supaya tidak mati, tetapi bahwa Allah bagaimanapun membiarkan Dia mati, dan bahwa Allah tidak mengabulkan doaNya, dan lalu menarik kesimpulan bahwa kadang-kadang Allah tidak mengabulkan doa-doa kita, atau bahwa kita tidak boleh mengharapkan Dia untuk mengabulkannya. Tetapi kita diberitahu bahwa ‘Ia didengarkan’, yang berarti bahwa permohonan-permohonanNya dikabulkan. Sebagian penafsir memulai dengan pandangan yang sama, yaitu bahwa apa yang sesungguhnya Yesus mohon adalah untuk dicegah dari kematian; mereka melihat juga, bahwa di sini dikatakan bahwa Allah mengabulkan doa ini. Tetapi dalam membuat kedua pernyataan ini setuju mereka puas dengan apa yang bukanlah suatu persetujuan yang sungguh-sungguh: Mereka membiarkan jawaban terhadap permohonan-permohonan itu terdiri dari pembebasan Allah terhadap Yesus dari rasa takut terhadap kematian. Harus dilihat bahwa doa itu pada saat itu sesungguhnya tidak dijawab, atau paling-paling dijawab hanya sebagian. Yesus tidak meminta untuk diselamatkan dari rasa takut terhadap kematian; baik kitab-kitab Injil maupun text kita tidak mengatakan hal ini. Menerima tidak lebih dari pada pembebasan dari rasa takut bukanlah suatu tindakan mendengar yang sungguh-sungguh terhadap doaNya, jika apa yang Ia doakan adalah pembebasan dari kematian. Kesalahannya terletak pada anggapan belakangan ini. Yesus berdoa untuk pembebasan dari kematian, hanya dengan suatu kata ‘jika’: ‘jika sekiranya mungkin’ (Mat 26:39); ‘jika cawan ini tidak mungkin berlalu dari Aku, kecuali Aku meminumnya’ (ay 42). Beban sesungguhnya dari doaNya adalah: ‘Tetapi bukan kehendakKu, tetapi kehendakMu’ (Mark 14:36). Demikian juga Mat 26:39,42, ‘jadilah kehendakMu’, dan doa Yesus ini dikabulkan sepenuhnya dan secara tepat.].
Saya lebih setuju dengan tafsiran Lenski dari pada Calvin (jelas saya tidak mendewakan Calvin!!!). Kata ‘jika’ dan khususnya kata-kata ‘jadilah kehendakMu’ harus dipertimbangkan!
CORPUS DELICTI (14)
John Owen (tentang Ibr 5:7): “To be ‘heard’ in Scripture signifies two things: - 1. To be accepted in our request, though the thing requested be not granted unto us. ‘God will hear me,’ is as much as, ‘God will accept of me, is pleased with my supplication,’ Psalm 55:17, 22:21. 2. To be answered in our request. To be heard, is to be delivered. So is this expressed, Psalm 22:24. In the first way there is no doubt but that the Father always heard the Son, John 11:42, - always in all things accepted him, and was well pleased in him; but our inquiry is here, how far the Lord Christ was heard in the latter way, so heard as to be delivered from what he prayed against.” [= ‘Didengar’ dalam Kitab Suci berarti dua hal: - 1. Diterima dalam permohonan kita, sekalipun hal yang dimohon tidak dikabulkan bagi kita. ‘Allah akan mendengar aku’, adalah sama seperti, ‘Allah akan menerima aku, dan berkenan dengan permohonanku’, Maz 55:18 22:22. 2. Dijawab dalam permohonan kita. Didengar, artinya dibebaskan. Demikianlah ini dinyatakan, Maz 22:25. Dalam cara yang pertama di sana tak ada keraguan bahwa Bapa selalu mendengar Anak, Yoh 11:42, - selalu dalam segala hal menerima Dia, dan berkenan kepadaNya; tetapi pertanyaan kita di sini, berapa jauh Tuhan Kristus didengar dalam cara yang belakangan, begitu didengar sehingga dibebaskan dari apa yang Ia tentang dalam doaNya.] - ‘Hebrews’, vol 4, hal 508-509.
Maz 55:18 - “Di waktu petang, pagi dan tengah hari aku cemas dan menangis; dan Ia mendengar suaraku.”.
KJV: ‘will I pray, and cry aloud’ [= aku akan berdoa, dan berteriak / menangis dengan keras].
Maz 22:22 - “Selamatkanlah aku dari mulut singa, dan dari tanduk banteng. Engkau telah menjawab aku!”.
Maz 22:25 - “Sebab Ia tidak memandang hina ataupun merasa jijik kesengsaraan orang yang tertindas, dan Ia tidak menyembunyikan wajahNya kepada orang itu, dan Ia mendengar ketika orang itu berteriak minta tolong kepadaNya.”.
Yoh 11:42 - “Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.’”.
John Owen: “Concerning this observe, that the prayers of Christ in this matter were of two sorts: - 1. Hypothetical or conditional; such was that prayer for the passing of the cup from him, Luke 22:42, ‘Father, if thou wilt, remove this cup from me.’ And this prayer was nothing but what was absolutely necessary unto the verity of human nature in that state and condition. Christ could not have been a man and not have had an extreme aversation to the things that were coming upon him. Nor had it been otherwise with him, could he properly have been said to suffer; for nothing is suffering, nor can be penal unto us, but what is grievous unto our nature, and what it is abhorrent of. This acting of the inclination of nature, both in his mind, will, and affections, which in him were purely holy, our Savior expresseth in that conditional prayer. And in this prayer he was thus answered, - his mind was fortified against the dread and terror of nature, so as to come unto a perfect composure in the will of God: ‘Nevertheless, not my will, but thine, be done.’ He was heard herein so far as he desired to be heard; for although he could not but desire deliverance from the whole, as he was a man, yet he desired it not absolutely, as he was wholly subjected to the will of God. 2. Absolute. The chief and principal supplications which he offered up to him who was able to save him from death were absolute; and in them he was absolutely heard and delivered. For upon the presentation of death unto him, as attended with the wrath and curse of God, he had deep and dreadful apprehensions of it; AND HOW UNABLE THE HUMAN NATURE WAS TO UNDERGO IT, AND PREVAIL AGAINST IT, IF NOT MIGHTILY SUPPORTED AND CARRIED THROUGH BY THE POWER OF GOD. In this condition it was part of his obedience, it was his duty, to pray that he might be delivered from the absolute prevalency of it, that he might not be cast in his trial, that he might not be confounded nor condemned. This he hoped, trusted, and believed; and therefore prayed absolutely for it, Isaiah 50:7, 8. And herein he was heard absolutely; for so it is said, ‘He was heard ἀπὸ τῆς εὐλαβείας.’” [= Berkenaan dengan ini perhatikan, bahwa doa-doa Kristus dalam persoalan ini terdiri dari dua jenis: - 1. Bersyarat; seperti doa itu untuk lewatnya cawan dari Dia, Luk 22:42, ‘Bapa, jikalau Engkau mau, singkirkan cawan ini dari padaKu’. Dan doa ini bukan lain kecuali apa yang secara mutlak perlu bagi kebenaran dari hakekat manusia dalam keadaan dan kondisi itu. Kristus tidak bisa adalah seorang manusia dan tidak mempunyai ketidak-senangan yang extrim pada hal-hal yang sedang mendatangi Dia. Juga seandainya terjadi yang sebaliknya dengan Dia, Ia tidak bisa secara benar dikatakan menderita; karena tak ada yang merupakan penderitaan, juga tidak bisa berhubungan dengan hukuman bagi kita, kecuali itu merupakan sesuatu yang menyedihkan bagi hakekat / keadaan alamiah kita, dan apa yang menjijikkan bagi kita. Tindakan dari kecondongan dari hakekat ini, baik dalam pikiran, kehendak dan perasaan, yang dalam Dia adalah kudus / suci sepenuhnya, Juruselamat kita menyatakannya dalam doa bersyarat itu. Dan dalam doa ini Ia dijawab dengan cara ini, - pikiranNya dibentengi terhadap rasa takut dari hakekat / keadaan alamiah, sehingga sampai pada suatu ketenangan pikiran yang sempurna dalam kehendak Allah: ‘Tetapi bukan kehendakKu, tetapi kehendakMu, jadilah’. Ia didengarkan dalam hal ini sejauh yang Ia inginkan untuk didengar; karena sekalipun Ia tidak bisa tidak menginginkan pembebasan dari seluruhnya, karena Ia adalah seorang manusia, tetapi Ia tidak menginginkan hal itu secara mutlak, karena Ia tunduk sepenuhnya pada kehendak Allah. 2. Mutlak. Permohonan-permohonan utama yang Ia naikkan kepada Dia, yang mampu menyelamatkan Dia dari maut bersifat mutlak; dan dalam hal-hal ini Ia didengarkan dan dibebaskan secara mutlak. Karena tentang pemberian / pernyataan tentang kematian kepadaNya, karena disertai dengan murka dan kutuk dari Allah, Ia mempunyai rasa takut yang mendalam dan menakutkan tentangnya; DAN BETAPA TIDAK MAMPU HAKEKAT MANUSIA UNTUK MENGALAMINYA, DAN MENANG TERHADAPNYA, JIKA TIDAK DISOKONG DAN DIBAWA MELALUINYA SECARA KUAT OLEH KUASA ALLAH. Dalam kondisi ini itu merupakan bagian dari ketaatanNya, itu merupakan kewajibanNya, untuk berdoa supaya Ia bisa dibebaskan dari penerimaan mutlak darinya, supaya Ia bisa tidak dibuang dalam pencobaan / ujianNya, supaya Ia tidak dipermalukan atau dikecam. Ini Ia harapkan, percayai; dan karena itu berdoa secara mutlak untuknya, Yes 50:7-8. Dan dalam hal ini Ia didengar secara mutlak; karena demikian dikatakan ‘Ia didengarkan APO TES EULABEIAS {= in that He feared / dalam hal yang Ia takuti}’.] - ‘Hebrews’, vol 4, hal 509.
Luk 22:42 - “‘Ya BapaKu, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari padaKu; tetapi bukanlah kehendakKu, melainkan kehendakMulah yang terjadi.’”.
Yes 50:7-8 - “(7) Tetapi Tuhan ALLAH menolong aku; sebab itu aku tidak mendapat noda. Sebab itu aku meneguhkan hatiku seperti keteguhan gunung batu karena aku tahu, bahwa aku tidak akan mendapat malu. (8) Dia yang menyatakan aku benar telah dekat. Siapakah yang berani berbantah dengan aku? Marilah kita tampil bersama-sama! Siapakah lawanku berperkara? Biarlah ia mendekat kepadaku!”.
Catatan: saya tidak tahu apakah text ini memang berbicara tentang Kristus, tetapi itu memang memungkinkan.
John Owen: “Ἀπὸ τῆς εὐλαβείας. The word here used is in a singular construction of speech, and is itself of various significations. Sometimes it is used for a ‘religious reverence,’ but such as hath fear joined with it; that is, the fear of evil. Frequently it signifies ‘fear’ itself, but such a fear as is accompanied with a reverential care and holy circumspection. The word itself is but once more used in the New Testament, and that by our apostle, Heb. 12:28, where we well render it ‘godly fear.’ Εὐλαβής, the adjective, is used three times, Luke 2:25, Acts 2:5, 8:2; everywhere denoting a religious fear. Heb. 11:7, we render the verb, εὐλαβηθείς, by ‘moved with fear;’ that is, a reverence of God mixed with a dreadful apprehension of an approaching judgment. And the use of the preposition ἀπό added to εἰσακουσθεἴς is also singular, - ‘auditus ex metu,’ ‘heard from his fear.’ Therefore is this passage variously interpreted by all sorts of expositors. Some read it, ‘He was heard because of his reverence.’ And in the exposition hereof they are again divided. Some take ‘reverence’ actively, for the reverence he had of God; that is, his reverential obedience: ‘He was heard because of his reverence,’ or reverential obedience unto God. Some would have the reverence intended to relate to God, the reverential respect that God had unto him; God heard him, from that holy respect and regard which he had of him. But these things are fond, and suit not the design of the place; neither the coherence of the words, nor their construction, nor their signification, nor the scope of the apostle, will bear this sense. Others render it, ‘pro metu;’ ‘from fear,’ or ‘out of fear.’ And this also is two ways interpreted: - 1. Because ‘heard from fear’ is somewhat a harsh expression, they explain ‘auditus’ by ‘liberatus,’ - ‘delivered from fear;’ and this is not improper. ... In this sense fear internal and subjective is intended. God relieved him against his fear, removing it and taking it away, by strengthening and comforting of him. Others by ‘fear’ intend the thing feared; which sense our translators follow, and are therefore plentifully reviled and railed at by the Rhemists: ‘He was heard;’ that is, delivered from the things which he feared as coming upon him. And for the vindication of this sense and exposition, there is so much already offered by many learned expositors as that I see not what can be added thereunto, and I shall not unnecessarily enlarge myself.” [= APO TES EULABEIAS. Kata yang digunakan di sini ada dalam suatu konstruksi pembicaraan tunggal, dan dalam dirinya sendiri mempunyai bermacam-macam arti. Kadang-kadang itu digunakan untuk suatu ‘rasa hormat agamawi’, tetapi sedemikian rupa sehingga mempunyai rasa takut digabungkan dengannya; yaitu, rasa takut terhadap kejahatan. Seringkali itu berarti ‘rasa takut’ itu sendiri, tetapi suatu rasa takut sedemikian rupa yang disertai dengan suatu perhatian yang bersifat hormat dan kehati-hatian yang kudus. Kata itu sendiri hanya digunakan satu kali lagi dalam Perjanjian Baru, dan itu oleh rasul kita, Ibr 12:28, dimana kita menterjemahkannya dengan baik ‘rasa takut yang saleh’. EULABES, kata sifatnya, digunakan tiga kali, Luk 2:25, Kis 2:5, 8:2; di setiap tempat menunjukkan suatu rasa takut agamawi. Ibr 11:7, kita menterjemahkan kata kerja, EULABETHEIS, dengan ‘digerakkan dengan / oleh rasa takut’; yaitu, suatu rasa hormat terhadap Allah bercampur dengan suatu pengertian yang menakutkan tentang suatu penghakiman yang mendekat. Dan penggunaan kata depan APO ditambahkan pada EISAKOUSTHEIS juga adalah bentuk tunggal, - ‘AUDITUS EX METU’, ‘didengar dari rasa takutNya’. Karena itu text ini ditafsirkan secara bermacam-macam oleh semua jenis ahli exposisi / penafsir. Sebagian membacanya, ‘Ia didengarkan karena rasa takutNya’. Dan dalam exposisi tentangnya mereka terbagi-bagi lagi. Sebagian mengartikan ‘rasa takut / hormat’ secara aktif, untuk rasa takut / hormat yang Ia miliki terhadap Allah; yaitu, ketaatanNya yang bersifat takut / hormat kepada Allah. Sebagian menghendaki rasa takut / hormat itu dimaksudkan berhubungan dengan Allah, rasa hormat yang bersifat takut / hormat yang Allah punyai terhadap Dia; Allah mendengarkanNya, dari rasa hormat yang kudus yang Ia miliki terhadap / tentangNya. Tetapi hal-hal ini adalah naif / bodoh, dan tidak sesuai dengan rancangan dari tempatnya; baik hubungan logis dari kata-katanya, atau konstruksinya, atau arti kata-kata itu, atau jangkauan pengertian sang rasul, tidak membawa / mendukung arti ini. Orang-orang lain menterjemahkannya, ‘PROMETU’; ‘dari rasa takut’, atau ‘keluar dari rasa takut’. Dan ini juga ditafsirkan dengan dua cara: - 1. Karena ‘didengar dari rasa takut’ agak merupakan suatu ungkapan yang tidak menyenangkan, mereka menjelaskan ‘AUDITUS’ dengan ‘LIBERATUS’, - dibebaskan dari rasa takut’; dan ini bukannya tidak benar / tepat. ... Dalam arti ini rasa takut di dalam dan bersifat subyektif yang dimaksudkan. Allah membebaskan Dia terhadap rasa takutNya, menyingkirkannya, dan mengambilnya, dengan menguatkan dan menghiburNya. Orang-orang lain dengan ‘rasa takut’ memaksudkan hal yang ditakuti; arti mana yang diikuti oleh penterjemah kita, dan karena itu diserang dan dikritik secara berlimpah-limpah oleh penterjemah-penterjemah dari suatu jenis Perjanjian Baru (Perancis?): ‘Ia didengarkan’; yaitu, dibebaskan dari hal-hal yang Ia takuti yang mendatangiNya. Dan untuk pembelaan dari arti dan exposisi ini, disana sudah ada begitu banyak yang diberikan oleh banyak ahli-ahli exposisi yang terpelajar sehingga saya tidak melihat apa yang bisa ditambahkan padanya, dan saya tidak akan secara tak perlu memperluas diri saya sendiri.] - ‘Hebrews’, vol 4, hal 509-510.
==============Lanjutan kata-kata ES=================
Dalam hal tersebut kita menemukan kehidupan Tuhan Yesus diarahkan sepenuhnya kepada kehendak Bapa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tuhan Yesus sebelumnya: “Kata Yesus kepada mereka: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.”(Yohanes [4:34])
Filosofi ini sangat bertentangan dari filosofi Lucifer. Filosofi Lucifer adalah: “Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!” (Yesaya [14:14])
Tampak dua pribadi yang sangat kontras. Orang percaya ditantang: hendak memilih yang mana? Mau ikut siapa? Setiap orang harus menentukan sikap, tidak bisa menghindarinya.
Kalau Tuhan Yesus tidak saleh, Ia akan tetap ada di dalam kubur. Jadi kebangkitan-Nya adalah prestasi-Nya sendiri yang menyediakan diri untuk hidup dalam kesalehan. Kebangkitan-Nyamerupakan bukti bahwa Ia “lulus”, taat kepada Bapa sampai mati, bahkan mati di kayu salib. Bapa tidak memberikan kemudahan-kemudahan agar Ia dapat menang atau bisa hidup saleh dengan mudah.
Bicara mengenai kuasa kebangkitan Tuhan (Fil. 3:9-10), hendaknya orang percaya tidak hanya menghubungkannya dengan kuasa spektakuler Allah yang bersifat mistis atau adikodrati. Bapa membangkitkan Tuhan Yesus bukan karena kuasa Allah yang spektakuler adikodrati yang mampu membangkitkan tubuh dari kematian. Bapa membangkitkan Tuhan Yesus karena Ia telah membuktikan ketaatan-Nya kepada Bapa. Jadi, kuasa kebangkitan Tuhan Yesus terletak pada ketaatan-Nya kepada Bapa, bukan sekadar ketaatan melakukan hukum Taurat, tetapi ketaatan melakukan apa yang diingini oleh Bapa, atau menegakkan hukum yang ada dalam diri Allah.
=================================================
Tanggapan Budi Asali:
Bagian ini tak perlu saya tanggapi lagi, karena tanggapan yang lalu sudah cukup.
==============Lanjutan kata-kata ES=================
Berkualitas “corpus delicti”
Kekristenan adalah proses menjadi manusia yang berkualitas corpus delicti, artinya berkualitas seperti Kristus yang memiliki penghormatan secara pantas kepada Bapa di Sorga. Sehingga Bapa bukan hanya menunjuk kepada Tuhan Yesus sebagai “Anak-Ku yang Kukasihi yang kepadanya Aku berkenan” (Mat [3:17]), tetapi juga orang percaya dapat dinyatakan sebagai anak yang memperoleh perkenanan-Nya.
Kalau Tuhan Yesus bisa mencapai kesempurnaan dalam ketaatan-Nya kepada Bapa, maka orang percaya pun dapat mencapai kesempurnaan seperti Dia oleh pertolongan Roh Kudus. Kalau Tuhan Yesus dapat menjadi corpus delicti dalam mengalahkan Iblis, orang percaya juga dapat menjadi corpus delicti oleh pertolongan Roh Kudus.
===============================================
Tanggapan Budi Asali:
1) Berapa kali Tuhan harus membuktikan kesalahan Iblis? Kalau Yesus sudah hidup suci, dan menurut ES Yesus sudah menjadi Corpus Delicti, lalu untuk apa orang-orang Kristen harus menjadi Corpus Delicti lagi???
2) Kita manusia bisa diperkenan Bapa karena iman, atau karena ketaatan, atau karena iman + ketaatan?
3) Kalau kita manusia bisa menjadi Corpus Delicti karena pertolongan Roh Kudus, mengapa itu tidak dianggap tidak fair? Mengapa untuk Yesus, ES beranggapan Ia tidak boleh dibantu? Jelas ini lagi-lagi merupakan suatu ketidak-konsistenan!
4) Untuk menjadi Corpus Delicti, kita harus sesuci apa? Sempurna seperti Kristus? Ini berbau ajaran Perfectionisme, dan jelas salah / ngawur.
Kita memang diperintahkan untuk sempurna (Mat 5:48), tetapi itu tidak berarti bahwa ada siapapun dari orang-orang Kristen yang bisa mencapai kesempurnaan! Semua perintah, menuntut ketaatan kita, tetapi tidak membuktikan bahwa kita bisa mentaatinya, apalagi secara sempurna!
Tetapi bagaimana dengan text di bawah ini?
1Yoh 3:6-9 - “(6) Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia. (7) Anak-anakku, janganlah membiarkan seorangpun menyesatkan kamu. Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar; (8) barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diriNya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu. (9) Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah.”.
Text ini sering dipakai sebagai dasar dari ajaran Perfectionisme ini, yang mempercayai bahwa dalam hidup ini ada orang-orang yang bisa mencapai kesempurnaan, dan hidup suci murni, seperti Kristus hidup.
Ada beberapa jawaban terhadap argumentasi ini:
a) Text ini tidak berbicara tentang beberapa orang, atau orang-orang tertentu, dari kalangan orang-orang Kristen, yang bisa mencapai kesempurnaan. Text ini berbicara tentang semua orang kristen yang sejati! Jadi, kalau text ini diterapkan hanya kepada sebagian kecil orang Kristen, itu sudah merupakan penerapan yang menyalahi text itu sendiri.
b) Kita tidak boleh menafsirkan suatu ayat sehingga bertentangan dengan ayat lain dalam Alkitab. Menafsirkan text di atas sebagai menunjuk pada ajaran Perfectionisme ini, jelas-jelas menentang ayat-ayat di bawah ini.
1Yoh 1:8,10 - “(8) Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. ... (10) Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firmanNya tidak ada di dalam kita.”.
Herschel H. Hobbs (tentang 1Yoh 1:10): “‘Have sinned’ is a perfect tense ... It expresses action in the past which is still going on at the time of speaking, with the assumption that it will continue in the future. The perfect tense is the tense of completeness. It reads, ‘If we say that we have not sinned in the past, do not sin now, and will not sin in the future.’ Whereas in verse 8 the reference is to the principle of sin, in verse 10 it involves acts of sin.” [= ‘Telah berbuat dosa’ merupakan perfect tense ... Itu menyatakan tindakan di masa lampau yang masih terus berlangsung pada saat berbicara, dengan anggapan bahwa itu akan berlanjut di masa yang akan datang. Perfect tense merupakan tense dari kelengkapan / kesempurnaan. Itu artinya: ‘Jika kita berkata bahwa kita tidak berbuat dosa di masa lampau, tidak berbuat dosa sekarang, dan tidak akan berbuat dosa di masa yang akan datang’. Kalau ay 8 berhubungan dengan kwalitet dosa, maka sebaliknya ay 10 menyangkut tindakan berdosa.] - hal 35.
William Barclay: “Any number of people do not really believe that they have sinned and rather resent being called sinners. Their mistake is that they think of sin as the kind of thing which gets into the newspapers.” [= Banyak orang tidak sungguh-sungguh percaya bahwa mereka telah berbuat dosa dan tersinggung / marah pada waktu disebut sebagai orang berdosa. Kesalahan mereka adalah bahwa mereka menganggap dosa sebagai hal-hal yang dimasukkan ke surat kabar.] - hal 33.
Kata ‘dosa’ dalam 1Yoh 1:8,9,10 adalah HAMARTIA, yang arti hurufiahnya adalah ‘a missing of the target’ [= suatu keluputan dari sasaran]. Luputnya sedikit atau banyak, itu tetap namanya dosa. Sasaran seharusnya adalah Kitab Suci. Jadi kalau hidup kita tidak sesuai dengan Kitab Suci, apakah tidak sesuainya sedikit atau banyak, itu tetap adalah dosa.
Orang-orang yang mengatakan dirinya tidak berbuat dosa ini membuat:
1. Allah menjadi pendusta (ay 10).
Mengapa demikian? Karena Allah mengatakan bahwa semua manusia berdosa. Kalau kita mengatakan kita tidak berdosa, maka itu sama dengan mengatakan bahwa Allah adalah pendusta.
2. Firmannya tidak ada dalam kita (ay 10).
Memang hanya orang yang tidak mengerti Kitab Suci yang bisa mengatakan bahwa dirinya tidak berbuat dosa, karena salah satu fungsi Kitab Suci adalah menyadarkan dosa (2Tim 3:16 Ro 3:20b).
Herschel H. Hobbs mengutip kata-kata Vaughan:
“Mark the significance of ‘in us’ (vv. 8,10). Truth may be all around us, near us, and acknowledged, but when we claim sinlessness we show that it has not penetrated our souls.” [= Perhatikan pentingnya kata-kata ‘di dalam kita’ (ay 8,10). Kebenaran bisa ada di sekitar kita, di dekat kita, dan diakui, tetapi pada waktu kita mengclaim ketidak-berdosaan kita menunjukkan bahwa kebenaran itu belum merasuk / merembes ke dalam jiwa kita.] - hal 36.
Perbandingan antara orang-orang yang sadar akan dosanya, dan orang-orang yang menganggap dirinya suci / baik.
Charles Haddon Spurgeon: “Nothing is more deadly than self-righteousness, or more hopeful than contrition.” [= Tidak ada yang lebih mematikan dari pada sikap / anggapan yang membenarkan diri sendiri, atau lebih berpengharapan dari pada perasaan sedih karena kesadaran / kebencian akan dosa.] - ‘Morning and Evening’, September 29, morning.
Ada seseorang yang berkata:
“There is more hope for a self-convicted sinner than there is for a self-conceited saint.” [= Ada lebih banyak harapan untuk orang berdosa yang sadar akan dosanya sendiri dari pada untuk seorang kudus / suci yang menipu dirinya sendiri.] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotation’, hal 345.
Dwight L. Moody: “You can always tell when a man is a great way from God - when he is always talking about himself, how good he is.” [= Kamu selalu bisa mengetahui / mengenali pada waktu seseorang jauh dari Allah - pada waktu ia selalu berbicara tentang dirinya sendiri, bagaimana baiknya ia.] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotation’, hal 598.
Bdk. Luk 18:9-14 - “(9) Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: (10) ‘Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. (11) Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepadaMu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; (12) aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. (13) Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. (14) Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.’”.
Baca tulisan-tulisan ES, dan tonton video-videonya di Youtube, dan pikirkan sendiri, ia termasuk yang mana? Orang berdosa yang sadar dosanya, atau orang yang merasa dirinya benar / suci???
c) Semua kata ‘berbuat’ dalam 1Yoh 3:6-9 di atas, ada dalam bentuk present tense, dan ini menunjukkan suatu tindakan terus menerus / bersifat kebiasaan.
1. Ay 6: “Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia.”.
Kata ‘berbuat dosa’ ada dalam present tense, dan karena itu harus diartikan ‘berbuat dosa terus menerus’ atau ‘berbuat dosa sebagai kebiasaan’.
NIV: ‘No one who lives in him keeps on sinning. No one who continues to sin has either seen him or known him’ [= Tidak seorangpun yang hidup di dalam Dia terus menerus berbuat dosa. Tidak seorangpun yang terus berbuat dosa telah melihat atau mengenal Dia].
Herschel H. Hobbs: “The verbs for ‘sinning’ are present tenses expressing repeated action in the present time. ... whosoever makes sinning the habit of life has never (past or present) had a vital contact with Christ.” [= Kata-kata kerja untuk ‘berbuat dosa’ ada dalam bentuk present yang menyatakan tindakan yang berulang-ulang pada masa sekarang. ... siapapun yang membuat dosa sebagai kebiasaan dari kehidupan tidak pernah (lampau dan sekarang) mempunyai kontak yang hidup dengan Kristus.] - hal 85.
2. Ay 8: “barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diriNya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu.”.
Perhatikan kata-kata “barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis”.
a. Kata ‘berbuat’ lagi-lagi merupakan present tense, yang menunjukkan tindakan terus menerus / kebiasaan.
b. Dari ayat ini Calvin mengatakan (hal 211) bahwa tidak ada keadaan di tengah-tengah. Atau seseorang adalah milik Kristus, yaitu kalau ia berbuat kebenaran (ay 7), atau seseorang adalah milik setan, yaitu kalau ia berbuat dosa (ay 8).
3. Ay 9: “Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah.”.
Lagi-lagi kata ‘berbuat’ (2 x) ada dalam present tense, yang menunjukkan suatu tindakan terus menerus / bersifat kebiasaan!
NIV: ‘No one who is born of God will continue to sin, because God’s seed remains in him; he cannot go on sinning, because he has been born of God’ [= Tidak seorangpun yang dilahirkan dari Allah akan terus berbuat dosa, karena benih Allah tetap di dalam dia; ia tidak dapat terus berbuat dosa, karena ia telah dilahirkan dari Allah].
Herschel H. Hobbs: “In English this reads as though a true believer commits no sin. But again the Greek tense of ‘commit’ has a different shade of meaning. It is the present tense of the verb ‘to do,’ expressing habitual action.” [= Dalam bahasa Inggris ini seakan-akan menunjukkan bahwa seorang percaya yang sejati tidak melakukan dosa. Tetapi lagi-lagi tense bahasa Yunani dari ‘berbuat’ mempunyai bayangan arti yang berbeda. Itu adalah present tense dari kata kerja ‘to do’ / ‘berbuat / melakukan’, yang menyatakan tindakan yang bersifat kebiasaan.] - hal 87-88.
John Stott (Tyndale): “the Christian ‘cannot sin’ ... ‘he is not able to sin’, where ‘to sin’ is a present, not an aorist, infinitive. If the infinitive had been an aorist it would have meant ‘he is not able to commit a sin’; the present infinitive, however, signifies ‘he is not able to sin habitually’.” [= orang kristen ‘tidak dapat berbuat dosa’ ... ‘ia tidak bisa berbuat dosa’, dimana ‘berbuat dosa’ adalah suatu infinitif bentuk present, bukan aorist / lampau. Seandainya infinitif itu merupakan suatu aorist / lampau, maka artinya adalah ‘ia tidak bisa melakukan suatu dosa’; tetapi infinitif bentuk present berarti ‘ia tidak bisa berbuat dosa sebagai kebiasaan’.] - hal 126.
Calvin (tentang 1Yoh 3:9): “all those who dream of a perfection of this kind, sufficiently shew what stupid conscience they must have.” [= semua mereka yang bermimpi tentang suatu kesempurnaan dari jenis ini, menunjukkan secara cukup betapa bodoh hati nurani yang mereka miliki.] - hal 212.
Louis Berkhof: “2. DENIAL OF THIS IMPERFECTION BY THE PERFECTIONISTS. a. The doctrine of perfectionism. Speaking generally, this doctrine is to the effect that religious perfection is attainable in the present life. It is taught in various forms by Pelagians, Roman Catholics or Semi-Pelagians,Arminians, Wesleyans, such mystical sects as the Labadists, the Quietists, the Quakers, and others, some of the Oberlin theologians, such as Mahan and Finney, and Ritschl. These all agree in maintaining that it is possible for believers in this life to attain to a state in which they comply with the requirements of the law ‘under which they now live,’ or under that law ‘as it was adjusted to their present ability and needs,’ and, consequently, to be free from sin. They differ, however: (1) In their view of sin, the Pelagians, in distinction from all the rest, denying the inherent corruption of man. They all agree, however, in externalizing sin. (2) In their conception of the law which believers are now obliged to fulfill, the Arminians, including the Wesleyans, differing from all the rest in holding that this is not the original moral law, but the gospel requirements or the new law of faith and evangelical obedience. The Roman Catholics and the Oberlin theologians maintain that it is the original law, but admit that the demands of this law are adjusted to man’s deteriorated powers and to his present ability. And Ritschl discards the whole idea that man is subject to an externally imposed law. He defends the autonomy of moral conduct, and holds that we are under no law but such as is evolved out of our own moral disposition in the course of activities for the fulfilment of our vocation. (3) In their idea of the sinner’s dependence on the renewing grace of God for the ability to fulfill the law. All, except the Pelagians, admit that he is in some sense dependent on divine grace, in order to the attainment of perfection. It is very significant that all the leading perfectionist theories (with the sole exception of the Pelagian, which denies the inherent corruption of man) deem it necessary to lower the standard of perfection and do not hold man responsible for a great deal that is undoubtedly demanded by the original moral law. And it is equally significant that they feel the necessity of externalizing the idea of sin, when they claim that only conscious wrong-doing can be so considered, and refuse to recognize as sin a great deal that is represented as such in Scripture.” [= 2. PENYANGKALAN TENTANG KETIDAK-SEMPURNAAN INI OLEH ORANG-ORANG YANG MENGANUT AJARAN PERFECTIONISME. a. Doktrin / ajaran dari Perfectionisme. Berbicara secara umum, doktrin / ajaran ini secara umum berarti bahwa kesempurnaan agamawi bisa dicapai dalam hidup sekarang ini. Itu diajarkan dalam bermacam-macam bentuk oleh orang-orang yang menganut Pelagianisme, Roma Katolik atau Semi-Pelagianisme, Arminianisme, Wesleyanisme, sekte-sekte mistik seperti Labadists, Quietists, Quakers, dan yang lain, sebagian dari ahli-ahli theologia Oberlin, seperti Mahan dan Finney, dan Ritschl. Orang-orang ini semua setuju / sepakat dalam mempertahankan bahwa adalah mungkin bagi orang-orang percaya dalam hidup ini untuk mencapai suatu keadaaan dalam mana mereka menyesuaikan dengan /mentaati tuntutan-tuntutan hukum (Taurat) ‘di bawah mana mereka sekarang hidup’, atau di bawah hukum itu ‘sebagaimana itu disesuaikan pada kemampuan dan kebutuhan mereka pada saat ini, dan karena itu / sebagai hasilnya, bebas dari dosa. Tetapi mereka berbeda: (1) Dalam pandangan mereka tentang dosa, pengikut-pengikut Pelagianisme, dalam perbedaan dengan semua sisanya, menyangkal keadaan jahat sebagai pembawaan dari manusia (dosa asal). TETAPI MEREKA SEMUA SETUJU / SEPAKAT, DALAM MELAHIRIAHKAN DOSA. (2) Dalam pengertian mereka tentang hukum yang orang-orang percaya sekarang wajib penuhi, orang-orang Arminian, termasuk Wesleyans, berbeda dari semua sisanya dalam memegang / mempercayai bahwa ini bukanlah hukum Taurat moral yang asli / orisinil, tetapi tuntutan-tuntutan injil atau hukum yang baru dari iman dan ketaatan injili. Orang-orang Roma Katolik dan ahli-ahli theologia Oberlin mempertahankan bahwa itu adalah hukum Taurat yang orisinil, tetapi mengakui bahwa tuntutan-tuntutan dari hukum Taurat ini disesuaikan dengan kekuatan-kekuatan manusia yang memburuk / berkurang dan dengan kemampuannya pada saat ini. Dan Ritschl membuang seluruh gagasan bahwa manusia berada di bawah suatu hukum yang dipaksakan secara lahiriah. Ia mempertahankan otonomi dari tingkah laku moral, dan memegang /mempercayai bahwa kita tidak berada di bawah hukum apapun kecuali seperti yang berkembang keluar dari kecondongan moral kita sendiri dalam jalan dari aktivitas-aktivitas untuk pemenuhan /penggenapan dari panggilan agamawi kita. (3) Dalam gagasan mereka tentang ketergantungan orang berdosa pada kasih karunia yang memperbaharui dari Allah untuk kemampuan untuk menggenapi hukum. Semua, kecuali penganut-penganut Pelagianisme, mengakui bahwa ia dalam arti tertentu tergantung pada kasih karunia ilahi, untuk bisa mencapai kesempurnaan. Merupakan sesuatu yang sangat menyolok bahwa semua teori-teori Perfectionisme yang utama (dengan satu-satunya perkecualian dari orang-orang yang menganut Pelagianisme, yang menyangkal kejahatan bawaan dari manusia) menganggap perlu untuk menurunkan standard kesempurnaan dan tidak menganggap manusia bertanggung jawab sampai suatu tingkat yang sangat besar yang tak diragukan dituntut oleh hukum Taurat moral yang orisinil. Dan adalah menyolok secara sama bahwa mereka merasa keharusan untuk melahiriahkan gagasan dari dosa, pada waktu mereka mengclaim bahwa hanya tindakan salah yang disadari yang bisa dipertimbangkan, dan menolak untuk mengakui sebagai dosa suatu tingkat yang sangat besar yang digambarkan seperti itu dalam Kitab Suci.] - ‘Systematic Theology’, hal 537-538 (Libronix).
Louis Berkhof: “b. Scriptural proofs adduced for the doctrine of perfectionism. (1) The Bible commands believers to be holy and even to be perfect, 1 Pet. 1:16; Matt. 5:48; Jas. 1:4, and urges them to follow the example of Christ who did no sin, 1 Pet. 2:21 f. Such commands would be unreasonable, if it were not possible to reach sinless perfection. But the Scriptural demand to be holy and perfect holds for the unregenerate as well as for the regenerate, since the law of God demands holiness from the start and has never been revoked. If the command implies that they to whom it comes can live up to the requirement, this must be true of every man. However, only those who teach perfectionism in the Pelagian sense can hold that view. The measure of our ability cannot be inferred from the Scriptural commandments. (2) Holiness and perfection are often ascribed to believers in Scripture, Song of Sol. 4:7; 1 Cor. 2:6; 2 Cor. 5:17; Eph. 5:27; Heb. 5:14; Phil. 4:13; Col. 2:10. When the Bible speaks of believers as holy and perfect, however, this does not necessarily mean that they are without sin, since both words are often used in a different sense, not only in common parlance, but also in the Bible. Persons set aside for the special service of God are called holy in the Bible, irrespective of their moral condition and life. Believers can be and are called holy, because they are objectively holy in Christ, or because they are in principle subjectively sanctified by the Spirit of God. Paul in his Epistles invariably addresses his readers as saints, that is ‘holy ones,’ and then proceeds in several cases to take them to task for their sins. And when believers are described as perfect, this means in some cases merely that they are full-grown, 1 Cor. 2:6; Heb. 5:14, and in others that they are fully equipped for their task, 2 Tim. 3:17. All this certainly does not give countenance to the theory of sin less perfection. (3) There are, it is said, Biblical examples of saints who led perfect lives, such as Noah, Job, and Asa, Gen. 6:9; Job 1:1; 1 Kings 15:14. But, surely, such examples as these do not prove the point for the simple reason that they are no examples of sinless perfection. Even the most notable saints of the Bible are pictured as men who had their failings and who sinned, in some cases very grievously. This is true of Noah, Moses, Job, Abraham, and all the others. It is true that this does not necessarily prove that their lives remained sinful as long as they lived on earth, but it is a striking fact that we are not introduced to a single one who was without sin. The question of Solomon is still pertinent: ‘Who can say, I have made my heart clean, I am pure from my sin?’ Prov. 20:9. Moreover, John says: ‘If we say that we have no sin, we deceive ourselves, and the truth is not in us,’ 1 John 1:8. (4) The apostle John declares explicitly that they who are born of God do not sin, 1 John 3:6, 8, 9; 5:18. But when John says that they who are born of God do not sin, he is contrasting the two states, represented by the old and the new man, as to their essential nature and principle. One of the essential characteristics of the new man is that he does not sin. In view of the fact that John invariably uses the present to express the idea that the one born of God does not sin, it is possible that he desires to express the idea that the child of God does not ‘go on sinning habitually,’ as the devil does, 1 John 3:8. He certainly does not mean to assert that the believer never commits an act of sin, cf. 1 John 1:8–10. Moreover, the Perfectionist cannot very well use these passages to prove his point, since they would prove too much for his purpose. He does not make bold to say that all believers are actually sinless, but only that they can reach a state of sinless perfection. The Johannine passages, however, would prove, on his interpretation, that all believers are without sin. And more than that, they would also prove that believers never fall from the state of grace (for this is sinning); and yet the Perfectionists are the very people who believe that even perfect Christians may fall away.” [= b. Bukti-bukti Kitab Suci yang diajukan untuk doktrin perfectionisme. (1) Alkitab memerintahkan orang-orang percaya untuk menjadi kudus / suci dan bahkan untuk menjadi sempurna, 1Pet 1:16; Mat 5:48; Yak 1:4, dan mendesak mereka untuk mengikuti teladan Kristus yang tidak berbuat dosa, 1Pet 2:21-dst. Perintah-perintahseperti itu akan menjadi tidak masuk akal, seandainya tidak mungkin untuk mencapai kesempurnaan tanpa dosa. Tetapi tuntutan Kitab Suci untuk menjadi kudus / suci dan sempurna mengikat / berlaku bagi orang-orang yang belum lahir baru maupun untuk orang-orang yang sudah lahir baru, karena hukum Allah menuntut kekudusan dari awal dan tidak pernah dibatalkan. Jika perintah itu menunjukkan secara implicit bahwa mereka kepada siapa perintah itu diberikan bisa menggenapi tuntutan itu, ini harus benar untuk setiap orang. Tetapi, hanya mereka yang mengajarkan perfectionisme dalam arti Pelagianisme yang bisa memegang / mempercayai pandangan seperti itu. Ukuran dari kemampuan kita tidak bisa disimpulkan dari perintah-perintah Kitab Suci. (2) Kekudusan dan kesempurnaan sering dianggap sebagai milik orang-orang percaya dalam Kitab Suci, Kid 4:7; 1Kor 2:6; 2Kor 5:17; Ef 5:27; Ibr 5:14; Fil 4:13; Kol 2:10. Tetapi, pada waktu Alkitab berbicara tentang orang-orang percaya sebagai kudus dan sempurna, ini tidak berarti bahwa mereka tanpa dosa, karena kedua kata itu sering digunakan dalam suatu arti yang berbeda, bukan hanya dalam percakapan umum, tetapi juga dalam Alkitab. Orang-orang yang dipisahkan untuk pelayanan khusus bagi Allah disebut kudus dalam Alkitab, tak peduli bagaimana kondisi dan kehidupan moral mereka. Orang-orang percaya bisa menjadi, dan disebut, kudus, karena mereka kudus secara obyektif di dalam Kristus, atau karena mereka dalam prinsipnya dikuduskan secara subyektif oleh Roh Allah. Paulus dalam surat-suratnya menyebut secara tetap para pembacanya sebagai orang-orang kudus, dan lalu melanjutkan dalam beberapa kasus mengecam / mengkritik mereka untuk dosa-dosa mereka. Dan pada waktu orang-orang percaya digambarkan sebagai sempurna, dalam beberapa kasus ini semata-mata berarti bahwa mereka telah dewasa, 1Kor 2:6; Ibr 5:14, dan dalam kasus-kasus lain bahwa mereka diperlengkapi secara penuh untuk tugas mereka, 2Tim 3:17. Semua ini pasti tidak mendukung /menyetujui teori tentang kesempurnaan tanpa dosa. (3) Dikatakan bahwa disana ada, teladan-teladan Alkitabiah tentang orang-orang kudus yang hidup secara sempurna, seperti Nuh, Ayub, dan Asa, Kej 6:9; Ayub 1:1; 1Raja 15:14. Tetapi pasti, teladan-teladan seperti orang-orang ini tidak membuktikan pointnya karena alasan yang sederhana bahwa mereka bukanlah contoh-contoh dari kesempurnaan tanpa dosa. Bahkan orang-orang kudus yang paling menyolok dari Alkitab digambarkan sebagai orang-orang yang mempunyai kegagalan-kegagalan / titik lemah mereka, dan yang berbuat dosa, dalam beberapa kasus secara sangat menyedihkan. Ini benar tentang Nuh, Musa, Ayub, Abraham, dan semua orang-orang lain. Adalah benar bahwa ini tidak harus membuktikan bahwa kehidupan-kehidupan mereka tetap penuh dosa selama mereka hidup di bumi, tetapi itu merupakan suatu fakta yang menyolok bahwa kita tidak diperkenalkan dengan satu orangpun yang tanpa dosa. Pertanyaan Salomo tetap relevan: ‘Siapa bisa berkata: Aku telah membuat hatiku bersih, aku murni dari dosaku?’ Amsal 20:9. Selanjutnya / lebih lagi, Yohanes berkata: ‘Jika kita berkata, bahwa kita tidak mempunyai dosa, kita menipu diri kita sendiri, dan kebenaran tidak ada di dalam kita’, 1Yoh 1:8. (4) Rasul Yohanes menyatakan secara explicit bahwa mereka yang lahir dari Allah tidak berbuat dosa, 1Yoh 3:6,8,9; 5:18. Tetapi pada waktu Yohanes berkata bahwa mereka yang lahir dari Allah tidak berbuat dosa, ia sedang mengkontraskan dua keadaan, disimbolkan oleh manusia lama dan manusia baru, berkenaan dengan hakekat dan prinsip dasari mereka. Salah satu dari karakteristik dasari dari manusia baru adalah bahwa ia tidak berbuat dosa. Mempertimbangkan fakta bahwa Yohanes secara tetap menggunakan bentuk present (tense) untuk menyatakan gagasan bahwa orang yang lahir dari Allah tidak berbuat dosa, adalah mungkin bahwa ia ingin menyatakan gagasan bahwa anak Allah tidak ‘terus berbuat dosa sebagai kebiasaan’, seperti yang Iblis / setan lakukan, 1Yoh 3:8. Ia pasti tidak bermaksud untuk menegaskan bahwa orang percaya tidak pernah melakukan suatu tindakan dari dosa, bdk. 1Yoh 1:8-10. Selanjutnya / lebih lagi, orang-orang yang percaya Perfectionisme tidak bisa menggunakan dengan baik text-text ini untuk membuktikan pointnya, karena mereka akan membuktikan terlalu banyak untuk tujuannya. Ia tidak berani untuk berkata bahwa SEMUA orang-orang percaya betul-betul tanpa dosa, tetapi hanya bahwa mereka bisa mencapai suatu keadaan dari kesempurnaan tanpa dosa. Tetapi text-text Yohanes membuktikan, BERDASARKAN PENAFSIRANNYA, bahwa semua orang-orang percaya adalah tanpa dosa. Dan lebih dari itu, mereka juga membuktikan bahwa orang-orang percaya tidak pernah jatuh dari keadaan kasih karunia / murtad (karena ini adalah perbuatan dosa); tetapi orang-orang yang menganut Perfectionisme justru adalah orang-orang yang percaya bahwa bahkan orang-orang Kristen yang sempurna bisa murtad.] - ‘Systematic Theology’, hal 538-539 (Libronix).
1Pet 1:16 - “sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.”.
Mat 5:48 - “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.’”.
Yak 1:4 - “Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.”.
1Pet 2:21-23 - “(21) Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejakNya. (22) Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulutNya. (23) Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.”.
Kid 4:7 - “Engkau cantik sekali, manisku, tak ada cacat cela padamu.”.
1Kor 2:6 - “Sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-penguasa dunia ini, yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan.”.
2Kor 5:17 - “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”.
Ef 5:27 - “supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diriNya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.”.
Ibr 5:14 - “Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.”.
Fil 4:13 - “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”.
Kol 2:10 - “dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa.”.
1Kor 2:6 - “Sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-penguasa dunia ini, yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan.”.
Ibr 5:14 - “Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.”.
2Tim 3:17 - “Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik”.
Kej 6:9 - “Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.”.
Ayub 1:1 - “Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.”.
1Raja 15:14 - “Sekalipun bukit-bukit pengorbanan tidak dijauhkan, namun Asa berpaut kepada TUHAN dengan segenap hatinya sepanjang umurnya.”.
Amsal 20:9 - “Siapakah dapat berkata: ‘Aku telah membersihkan hatiku, aku tahir dari pada dosaku?’”.
1Yoh 1:8 - “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.”.
1Yoh 3:6,8,9 - “(6) Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia. ... (8) barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diriNya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu. (9) Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah.”.
1Yoh 5:18 - “Kita tahu, bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa; tetapi Dia yang lahir dari Allah melindunginya, dan si jahat tidak dapat menjamahnya.”.
1Yoh 3:8 - “barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diriNya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu.”.
1Yoh 1:8-10 - “(8) Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. (9) Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. (10) Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firmanNya tidak ada di dalam kita.”.
Louis Berkhof: “c. Objections to the theory of Perfectionism. (1) In the light of Scripture the doctrine of Perfectionism is absolutely untenable. The Bible gives us the explicit and very definite assurance that there is no one on earth who does not sin, 1 Kings 8:46; Prov. 20:9; Eccl. 7:20; Rom. 3:10; Jas. 3:2; 1 John 1:8. In view of these clear statements of Scripture it is hard to see how any who claim to believe the Bible as the infallible Word of God can hold that it is possible for believers to lead sinless lives, and that some actually succeed in avoiding all sin. (2) According to Scripture there is a constant warfare between the flesh and the Spirit in the lives of God’s children, and even the best of them are still striving for perfection. Paul gives a very striking description of this struggle in Rom. 7:7–25, a passage which certainly refers to him in his regenerate state. In Gal. 5:16–24 he speaks of that very same struggle as a struggle that characterizes all the children of God. And in Phil. 3:10–14 he speaks of himself, practically at the end of his career, as one who has not yet reached perfection, but is pressing on toward the goal. (3) Confession of sin and prayer for forgiveness are continually required. Jesus taught all His disciples without any exception to pray for the forgiveness of sins and for deliverance from temptation and from the evil one, Matt. 6:12, 13. And John says: ‘If we confess our sins, He is faithful and righteous to forgive us our sins, and to cleanse us from all unrighteousness,’ 1 John 1:9. Moreover, Bible saints are constantly represented as confessing their sins, Job 9:3, 20; Ps. 32:5; 130:3; 143:2; Prov. 20:9; Isa. 64:6; Dan. 9:16; Rom. 7:14. (4) The Perfectionists themselves deem it necessary to lower the standard of the law and to externalize the idea of sin, in order to maintain their theory. Moreover, some of them have repeatedly modified the ideal to which, in their estimation, believers can attain. At first the ideal was ‘freedom from all sin’; then, ‘freedom from all conscious sin,’ next, ‘entire consecration to God,’ and, finally, ‘Christian assurance.’ This is in itself a sufficient condemnation of their theory. We naturally do not deny that the Christian can attain to the assurance of faith.” [= c. Keberatan-keberatan terhadap teori dari Perfectionisme. (1) Dalam terang dari Kitab Suci doktrin Perfectionisme secara mutlak tidak bisa dipertahankan. Alkitab memberi kita keyakinan /kepastian yang explicit dan sangat pasti bahwa disana tidak ada seorangpun di bumi yang tidak berbuat dosa, 1Raja 8:46; Amsal 20:9; Pkh 7:20; Ro 3:10; Yak 3:2; 1Yoh 1:8. Mempertimbangkan pernyataan-pernyataan yang jelas dari Kitab Suci adalah sukar untuk melihat bagaimana siapapun yang mengclaim untuk mempercayai Alkitab sebagai Firman Allah yang tidak bisa salah bisa mempercayai bahwa adalah mungkin bagi orang-orang percaya untuk menjalani kehidupan tanpa dosa, dan bahwa beberapa / sebagian betul-betul berhasil dalam menghindari semua dosa. (2) Menurut Kitab Suci disana ada suatu peperangan konstan antara daging dan Roh dalam kehidupan dari anak-anak Allah, dan bahkan yang terbaik dari mereka tetap berjuang untuk kesempurnaan. Paulus memberikan suatu penggambaran yang sangat menyolok tentang pergumulan ini dalam Ro 7:7-25, suatu text yang pasti menunjuk kepada dia dalam keadaan (sudah) lahir baru. Dalam Gal 5:16-24 ia berbicara tentang pergumulan yang sama itu sebagai suatu pergumulan yang menjadi ciri dari semua anak-anak Allah. Dan dalam Fil 3:10-14 ia berbicara tentang dirinya sendiri, hampir pada akhir dari karirnya, sebagai seseorang yang belum mencapai kesempurnaan, tetapi sedang terus berusaha untuk menuju pada tujuan itu. (3) Pengakuan dosa dan doa untuk pengampunan dituntut secara terus menerus. Yesus mengajar semua murid-muridNya tanpa kecuali untuk berdoa untuk pengampunan dosa-dosa dan untuk pembebasan dari pencobaan dan dari si jahat, Mat 6:12,13. Dan Yohanes berkata: ‘Jika kita mengaku dosa kita, Ia adalah setia dan benar untuk mengampuni kita dari dosa-dosa kita, dan membersihkan kita dari segala ketidak-benaran’, 1Yoh 1:9. Selanjutnya / lebih lagi, orang-orang kudus dalam Alkitab secara konstan digambarkan sebagai mengakui dosa-dosa mereka, Ayub 9:3,20; Maz 32:5; 130:3; 143:2; Amsal 20:9; Yes 64:6; Dan 9:16; Ro 7:14. (4) Para Perfectionist sendiri menganggap perlu untuk menurunkan standar dari hukum dan untuk melahiriahkan gagasan tentang dosa, untuk mempertahankan teori mereka. Selanjutnya / lebih lagi, sebagian dari mereka telah secara berulang-ulang memodifikasi keadaan ideal pada mana, dalam penilaian mereka, bisa dicapai oleh orang-orang percaya. Mula-mula keadaan idealnya adalah ‘bebas dari semua dosa’; lalu, ‘bebas dari semua dosa sadar / yang disadari’, dan selanjutnya, ‘pembaktian sepenuhnya kepada Allah’, dan akhirnya, ‘keyakinan Kristen’. Ini dalam dirinya sendiri merupakan suatu pengecaman yang cukup tentang teori mereka. Kita pasti tidak menyangkal bahwa orang Kristen bisa mencapai keyakinan / kepastian dari iman.] - ‘Systematic Theology’, hal 539-540 (Libronix).
1Raja 8:46 - “Apabila mereka berdosa kepadaMu - karena tidak ada manusia yang tidak berdosa - dan Engkau murka kepada mereka dan menyerahkan mereka kepada musuh, sehingga mereka diangkut tertawan ke negeri musuh yang jauh atau yang dekat,”.
Amsal 20:9 - “Siapakah dapat berkata: ‘Aku telah membersihkan hatiku, aku tahir dari pada dosaku?’”.
Pkh 7:20 - “Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa!”.
Roma 3:10 - “seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.”.
Yakobus 3:2 - “Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.”.
1Yoh 1:8 - “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.”.
Ro 7:7-26 - “(7) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: ‘Jangan mengingini!’ (8) Tetapi dalam perintah itu dosa mendapat kesempatan untuk membangkitkan di dalam diriku rupa-rupa keinginan; sebab tanpa hukum Taurat dosa mati. (9) Dahulu aku hidup tanpa hukum Taurat. Akan tetapi sesudah datang perintah itu, dosa mulai hidup, (10) sebaliknya aku mati. Dan perintah yang seharusnya membawa kepada hidup, ternyata bagiku justru membawa kepada kematian. (11) Sebab dalam perintah itu, dosa mendapat kesempatan untuk menipu aku dan oleh perintah itu ia membunuh aku. (12) Jadi hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik. (13) Jika demikian, adakah yang baik itu menjadi kematian bagiku? Sekali-kali tidak! Tetapi supaya nyata, bahwa ia adalah dosa, maka dosa mempergunakan yang baik untuk mendatangkan kematian bagiku, supaya oleh perintah itu dosa lebih nyata lagi keadaannya sebagai dosa. (14) Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa. (15) Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. (16) Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik. (17) Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku. (18) Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. (19) Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. (20) Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku. (21) Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. (22) Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, (23) tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggotatubuhku. (24) Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? (25) Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. (26) Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa.”.
Gal 5:16-24 - “(16) Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. (17) Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging - karena keduanya bertentangan - sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. (18) Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat. (19) Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, (20) penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, (21) kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu - seperti yang telah kubuat dahulu - bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. (22) Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, (23) kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. (24) Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.”.
Fil 3:10-14 - “(10) Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitanNya dan persekutuan dalam penderitaanNya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematianNya, (11) supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati. (12) Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. (13) Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, (14) dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.”.
Mat 6:12,13 - “(12) dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; (13) dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.”.
1Yoh 1:9 - “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”.
Ayub 9:3,20 - “(3) Jikalau ia ingin beperkara dengan Allah satu dari seribu kali ia tidak dapat membantahNya. ... (20) Sekalipun aku benar, mulutku sendiri akan menyatakan aku tidak benar; sekalipun aku tidak bersalah, Ia akan menyatakan aku bersalah. ”.
Maz 32:5 - “Dosaku kuberitahukan kepadaMu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: ‘Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,’ dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela”.
Maz 130:3 - “Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan?”.
Maz 143:2 - “Janganlah beperkara dengan hambaMu ini, sebab di antara yang hidup tidak seorangpun yang benar di hadapanMu.”.
Amsal 20:9 - “Siapakah dapat berkata: ‘Aku telah membersihkan hatiku, aku tahir dari pada dosaku?’”.
Yes 64:6 - “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin.”.
Dan 9:16 - “Ya Tuhan, sesuai dengan belas kasihanMu, biarlah kiranya murka dan amarahMu berlalu dari Yerusalem, kotaMu, gunungMu yang kudus; sebab oleh karena dosa kami dan oleh karena kesalahan nenek moyang kami maka Yerusalem dan umatMu telah menjadi cela bagi semua orang yang di sekeliling kami.”.
Roma 7:14 - “Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa.”.
CORPUS DELICTI (15)
Karena dalam pelajaran yang lalu tulisan Louis Berkhof ini ayat-ayatnya tidak saya bacakan, maka saya mengulangnya pada pelajaran hari ini, disertai pembacaan ayat-ayat yang ia gunakan, dan juga saya susun secara lebih sistimatis.
Tulisan Louis Berkhof berkenaan dengan Perfectionisme.
1. Mula-mula Louis Berkhof menjelaskan apa Perfectionisme itu, dan siapa saja yang memegang pandangan itu.
Juga ia menjelaskan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan pandangan di antara orang-orang dalam kalangan yang menganut ajaran Perfectionisme itu.
Louis Berkhof: “2. DENIAL OF THIS IMPERFECTION BY THE PERFECTIONISTS. a. The doctrine of perfectionism. Speaking generally, this doctrine is to the effect that religious perfection is attainable in the present life. It is taught in various forms by Pelagians, Roman Catholics or Semi-Pelagians,Arminians, Wesleyans, such mystical sects as the Labadists, the Quietists, the Quakers, and others, some of the Oberlin theologians, such as Mahan and Finney, and Ritschl. These all agree in maintaining that it is possible for believers in this life to attain to a state in which they comply with the requirements of the law ‘under which they now live,’ or under that law ‘as it was adjusted to their present ability and needs,’ and, consequently, to be free from sin. They differ, however: (1) In their view of sin, the Pelagians, in distinction from all the rest, denying the inherent corruption of man. They all agree, however, in externalizing sin. (2) In their conception of the law which believers are now obliged to fulfill, the Arminians, including the Wesleyans, differing from all the rest in holding that this is not the original moral law, but the gospel requirements or the new law of faith and evangelical obedience. The Roman Catholics and the Oberlin theologians maintain that it is the original law, but admit that the demands of this law are adjusted to man’s deteriorated powers and to his present ability. And Ritschl discards the whole idea that man is subject to an externally imposed law. He defends the autonomy of moral conduct, and holds that we are under no law but such as is evolved out of our own moral disposition in the course of activities for the fulfilment of our vocation. (3) In their idea of the sinner’s dependence on the renewing grace of God for the ability to fulfill the law. All, except the Pelagians, admit that he is in some sense dependent on divine grace, in order to the attainment of perfection. It is very significant that all the leading perfectionist theories (with the sole exception of the Pelagian, which denies the inherent corruption of man) deem it necessary to lower the standard of perfection and do not hold man responsible for a great deal that is undoubtedly demanded by the original moral law. And it is equally significant that they feel the necessity of externalizing the idea of sin, when they claim that only conscious wrong-doing can be so considered, and refuse to recognize as sin a great deal that is represented as such in Scripture.” [= 2. PENYANGKALAN TENTANG KETIDAK-SEMPURNAAN INI OLEH ORANG-ORANG YANG MENGANUT AJARAN PERFECTIONISME. a. Doktrin / ajaran dari Perfectionisme. Berbicara secara umum, doktrin / ajaran ini secara umum berarti bahwa kesempurnaan agamawi bisa dicapai dalam hidup sekarang ini. Itu diajarkan dalam bermacam-macam bentuk oleh orang-orang yang menganut Pelagianisme, Roma Katolik atau Semi-Pelagianisme, Arminianisme, Wesleyanisme, sekte-sekte mistik seperti Labadists, Quietists, Quakers, dan yang lain, sebagian dari ahli-ahli theologia Oberlin, seperti Mahan dan Finney, dan Ritschl. Orang-orang ini semua setuju / sepakat dalam mempertahankan bahwa adalah mungkin bagi orang-orang percaya dalam hidup ini untuk mencapai suatu keadaaan dalam mana mereka menyesuaikan dengan /mentaati tuntutan-tuntutan hukum ‘di bawah mana mereka sekarang hidup’, atau di bawah hukum itu ‘sebagaimana itu disesuaikan pada kemampuan dan kebutuhan mereka pada saat ini’, dan karena itu /sebagai hasilnya, bebas dari dosa. Tetapi mereka berbeda: (1) Dalam pandangan mereka tentang dosa, pengikut-pengikut Pelagianisme, dalam perbedaan dengan semua sisanya, menyangkal keadaan jahat sebagai pembawaan dari manusia (dosa asal). TETAPI MEREKA SEMUA SETUJU / SEPAKAT, DALAM MELAHIRIAHKAN DOSA. (2) Dalam pengertian mereka tentang hukum yang orang-orang percaya sekarang wajib penuhi, orang-orang Arminian, termasuk Wesleyans, berbeda dari semua sisanya dalam memegang / mempercayai bahwa ini bukanlah hukum Taurat moral yang asli / orisinil, tetapi tuntutan-tuntutan injil atau hukum yang baru dari iman dan ketaatan injili. Orang-orang Roma Katolik dan ahli-ahli theologia Oberlin mempertahankan bahwa itu adalah hukum Taurat yang orisinil, tetapi mengakui bahwa tuntutan-tuntutan dari hukum Taurat ini disesuaikan dengan kekuatan-kekuatan manusia yang memburuk / berkurang dan dengan kemampuannya pada saat ini. Dan Ritschl membuang seluruh gagasan bahwa manusia berada di bawah suatu hukum yang dipaksakan secara lahiriah. Ia mempertahankan otonomi dari tingkah laku moral, dan memegang /mempercayai bahwa kita tidak berada di bawah hukum apapun kecuali seperti yang berkembang keluar dari kecondongan moral kita sendiri dalam jalan dari aktivitas-aktivitas untuk pemenuhan /penggenapan dari panggilan agamawi kita. (3) Dalam gagasan mereka tentang ketergantungan orang berdosa pada kasih karunia yang memperbaharui dari Allah untuk kemampuan untuk menggenapi hukum. Semua, kecuali penganut-penganut Pelagianisme, mengakui bahwa ia dalam arti tertentu tergantung pada kasih karunia ilahi, untuk bisa mencapai kesempurnaan. Merupakan sesuatu yang sangat menyolok bahwa semua teori-teori Perfectionisme yang utama (dengan satu-satunya perkecualian dari orang-orang yang menganut Pelagianisme, yang menyangkal kejahatan bawaan dari manusia) menganggap perlu untuk menurunkan standard kesempurnaan dan tidak menganggap manusia bertanggung jawab sampai suatu tingkat yang sangat besar yang tak diragukan dituntut oleh hukum Taurat moral yang orisinil. Dan adalah menyolok secara sama bahwa mereka merasa keharusan untuk melahiriahkan gagasan dari dosa, pada waktu mereka mengclaim bahwa hanya tindakan salah yang disadari yang bisa dipertimbangkan, dan menolak untuk mengakui sebagai dosa suatu tingkat yang sangat besar yang digambarkan seperti itu dalam Kitab Suci.] - ‘Systematic Theology’, hal 537-538 (Libronix).
2. Selanjutnya, Louis Berkhof memberikan argumentasi-argumentasi dari orang-orang yang menganut ajaran Perfectionisme ini, sekaligus dengan jawaban Louis Berkhof berkenaan dengan argumentasi-argumentasi ini.
a. Argumentasi pertama.
Louis Berkhof: “b. Scriptural proofs adduced for the doctrine of perfectionism. (1) The Bible commands believers to be holy and even to be perfect, 1 Pet. 1:16; Matt. 5:48; Jas. 1:4, and urges them to follow the example of Christ who did no sin, 1 Pet. 2:21 f. Such commands would be unreasonable, if it were not possible to reach sinless perfection.” [= b. Bukti-bukti Kitab Suci yang diajukan untuk doktrin perfectionisme. (1) Alkitab memerintahkan orang-orang percaya untuk menjadi kudus / suci dan bahkan untuk menjadi sempurna, 1Pet 1:16; Mat 5:48; Yak 1:4, dan mendesak mereka untuk mengikuti teladan Kristus yang tidak berbuat dosa, 1Pet 2:21-dst. Perintah-perintah seperti itu akan menjadi tidak masuk akal, seandainya tidak mungkin untuk mencapai kesempurnaan tanpa dosa.] - ‘Systematic Theology’, hal 538 (Libronix).
1Pet 1:16 - “sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.”.
Mat 5:48 - “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.’”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘perfect’ [= sempurna].
Yunani: TELEIOI.
Yak 1:4 - “Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.”.
KJV/NASB: ‘perfect ... perfect’ [= sempurna ... sempurna].
Yunani: TELEION ... TELEIOI.
1Pet 2:21-23 - “(21) Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejakNya. (22) Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulutNya. (23) Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.”.
Jawaban Louis Berkhof terhadap argumentasi pertama ini.
Louis Berkhof: “But the Scriptural demand to be holy and perfect holds for the unregenerate as well as for the regenerate, since the law of God demands holiness from the start and has never been revoked. If the command implies that they to whom it comes can live up to the requirement, this must be true of every man. However, only those who teach perfectionism in the Pelagian sense can hold that view. The measure of our ability cannot be inferred from the Scriptural commandments.” [= Tetapi tuntutan Kitab Suci untuk menjadi kudus / suci dan sempurna mengikat / berlaku bagi orang-orang yang belum lahir baru maupun untuk orang-orang yang sudah lahir baru, karena hukum Allah menuntut kekudusan dari awal dan tidak pernah dibatalkan. Jika perintah itu menunjukkan secara implicit bahwa mereka kepada siapa perintah itu diberikan bisa menggenapi tuntutan itu, ini harus benar untuk setiap orang. Tetapi, hanya mereka yang mengajarkan perfectionisme dalam arti Pelagianisme yang bisa memegang / mempercayai pandangan seperti itu. Ukuran dari kemampuan kita tidak bisa disimpulkan dari perintah-perintah Kitab Suci.] - ‘Systematic Theology’, hal 538-539 (Libronix).
b. Argumentasi kedua.
Louis Berkhof: “(2) Holiness and perfection are often ascribed to believers in Scripture, Song of Sol. 4:7; 1 Cor. 2:6; 2 Cor. 5:17; Eph. 5:27; Heb. 5:14; Phil. 4:13; Col. 2:10.” [= (2) Kekudusan dan kesempurnaan sering dianggap sebagai milik orang-orang percaya dalam Kitab Suci, Kid 4:7; 1Kor 2:6; 2Kor 5:17; Ef 5:27; Ibr 5:14; Fil 4:13; Kol 2:10.] - ‘Systematic Theology’, hal 538 (Libronix).
Kid 4:7 - “Engkau cantik sekali, manisku, tak ada cacat cela padamu.”.
1Kor 2:6 - “Sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-penguasa dunia ini, yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan.”.
KJV: ‘perfect’ [= sempurna].
Yunani: TELEIOS.
2Kor 5:17 - “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”.
Ef 5:27 - “supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diriNya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.”.
Ibr 5:14 - “Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.”.
Yunani: TELEION.
Fil 4:13 - “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”.
Kol 2:10 - “dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa.”.
KJV: ‘ye are complete in him’ [= kamu lengkap / sempurna dalam Dia].
Jawaban Louis Berkhof terhadap argumentasi kedua ini.
Louis Berkhof: “When the Bible speaks of believers as holy and perfect, however, this does not necessarily mean that they are without sin, since both words are often used in a different sense, not only in common parlance, but also in the Bible. Persons set aside for the special service of God are called holy in the Bible, irrespective of their moral condition and life. Believers can be and are called holy, because they are objectively holy in Christ, or because they are in principle subjectively sanctified by the Spirit of God. Paul in his Epistles invariably addresses his readers as saints, that is ‘holy ones,’ and then proceeds in several cases to take them to task for their sins. And when believers are described as perfect, this means in some cases merely that they are full-grown, 1 Cor. 2:6; Heb. 5:14, and in others that they are fully equipped for their task, 2 Tim. 3:17. All this certainly does not give countenance to the theory of sinless perfection.” [= Tetapi, pada waktu Alkitab berbicara tentang orang-orang percaya sebagai kudus dan sempurna, ini tidak berarti bahwa mereka tanpa dosa, karena kedua kata itu sering digunakan dalam suatu arti yang berbeda, bukan hanya dalam percakapan umum, tetapi juga dalam Alkitab. Orang-orang yang dipisahkan untuk pelayanan khusus bagi Allah disebut kudus dalam Alkitab, tak peduli bagaimana kondisi dan kehidupan moral mereka. Orang-orang percaya bisa menjadi, dan disebut, kudus, karena mereka kudus secara obyektif di dalam Kristus, atau karena mereka dalam prinsipnya dikuduskan secara subyektif oleh Roh Allah. Paulus dalam surat-suratnya menyebut secara tetap para pembacanya sebagai orang-orang kudus, dan lalu melanjutkan dalam beberapa kasus mengecam / mengkritik mereka untuk dosa-dosa mereka. Dan pada waktu orang-orang percaya digambarkan sebagai sempurna, dalam beberapa kasus ini semata-mata berarti bahwa mereka telah dewasa, 1Kor 2:6; Ibr 5:14, dan dalam kasus-kasus lain bahwa mereka diperlengkapi secara penuh untuk tugas mereka, 2Tim 3:17. Semua ini pasti tidak mendukung / menyetujui teori tentang kesempurnaan tanpa dosa.] - ‘Systematic Theology’, hal 538-539 (Libronix).
1Kor 2:6 - “Sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-penguasa dunia ini, yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan.”.
KJV: ‘perfect’ [= sempurna].
RSV/NIV/NASB: ‘mature’ [= matang].
Ibr 5:14 - “Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.”.
Yunani: TELEION.
2Tim 3:17 - “Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik”.
KJV: ‘That the man of God may be perfect, throughly furnished unto all good works.’ [= Supaya manusia milik Allah itu bisa sempurna, diperlengkapi sepenuhnya untuk semua perbuatan-perbuatan baik.].
c. Argumentasi ketiga.
Louis Berkhof: “(3) There are, it is said, Biblical examples of saints who led perfect lives, such as Noah, Job, and Asa, Gen. 6:9; Job 1:1; 1 Kings 15:14.” [= (3) Dikatakan bahwa disana ada, teladan-teladan Alkitabiah tentang orang-orang kudus yang hidup secara sempurna, seperti Nuh, Ayub, dan Asa, Kej 6:9; Ayub 1:1; 1Raja 15:14.] - ‘Systematic Theology’, hal 539 (Libronix).
Kej 6:9 - “Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.”.
Ayub 1:1 - “Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.”.
KJV: ‘that man was perfect and upright, and one that feared God, and eschewed evil.’ [= orang itu sempurna dan lurus, dan orang yang takut Allah, dan menghindari kejahatan.].
1Raja 15:14 - “Sekalipun bukit-bukit pengorbanan tidak dijauhkan, namun Asa berpaut kepada TUHAN dengan segenap hatinya sepanjang umurnya.”.
KJV: ‘Asa’s heart was perfect with the LORD all his days.’ [= hati Asa adalah sempurna bersama TUHAN sepanjang hidupnya.].
Jawaban Louis Berkhof terhadap argumentasi ketiga ini.
Louis Berkhof: “But, surely, such examples as these do not prove the point for the simple reason that they are no examples of sinless perfection. Even the most notable saints of the Bible are pictured as men who had their failings and who sinned, in some cases very grievously. This is true of Noah, Moses, Job, Abraham, and all the others. It is true that this does not necessarily prove that their lives remained sinful as long as they lived on earth, but it is a striking fact that we are not introduced to a single one who was without sin. The question of Solomon is still pertinent: ‘Who can say, I have made my heart clean, I am pure from my sin?’ Prov. 20:9. Moreover, John says: ‘If we say that we have no sin, we deceive ourselves, and the truth is not in us,’ 1 John 1:8.” [= Tetapi pasti, teladan-teladanseperti orang-orang ini tidak membuktikan pointnya karena alasan yang sederhana bahwa mereka bukanlah contoh-contoh dari kesempurnaan tanpa dosa. Bahkan orang-orang kudus yang paling menyolok dari Alkitab digambarkan sebagai orang-orang yang mempunyai kegagalan-kegagalan / titik lemah mereka, dan yang berbuat dosa, dalam beberapa kasus secara sangat menyedihkan. Ini benar tentang Nuh, Musa, Ayub, Abraham, dan semua orang-orang lain. Adalah benar bahwa ini tidak harus membuktikan bahwa kehidupan-kehidupan mereka tetap penuh dosa selama mereka hidup di bumi, tetapi itu merupakan suatu fakta yang menyolok bahwa kita tidak diperkenalkan dengan satu orangpun yang tanpa dosa. Pertanyaan Salomo tetap relevan: ‘Siapa bisa berkata: Aku telah membuat hatiku bersih, aku murni dari dosaku?’ Amsal 20:9. Selanjutnya / lebih lagi, Yohanes berkata: ‘Jika kita berkata, bahwa kita tidak mempunyai dosa, kita menipu diri kita sendiri, dan kebenaran tidak ada di dalam kita’, 1Yoh 1:8.] - ‘Systematic Theology’, hal 539 (Libronix).
Amsal 20:9 - “Siapakah dapat berkata: ‘Aku telah membersihkan hatiku, aku tahir dari pada dosaku?’”.
1Yoh 1:8 - “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.”.
d. Argumentasi keempat.
Louis Berkhof: “(4) The apostle John declares explicitly that they who are born of God do not sin, 1 John 3:6, 8, 9; 5:18.” [= (4) Rasul Yohanes menyatakan secara explicit bahwa mereka yang lahir dari Allah tidak berbuat dosa, 1Yoh 3:6,8,9; 5:18.] - ‘Systematic Theology’, hal 539 (Libronix).
1Yoh 3:6,8,9 - “(6) Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia. ... (8) barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diriNya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu. (9) Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah.”.
1Yoh 5:18 - “Kita tahu, bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa; tetapi Dia yang lahir dari Allah melindunginya, dan si jahat tidak dapat menjamahnya.”.
Jawaban Louis Berkhof terhadap argumentasi keempat ini.
Louis Berkhof: “But when John says that they who are born of God do not sin, he is contrasting the two states, represented by the old and the new man, as to their essential nature and principle. One of the essential characteristics of the new man is that he does not sin. In view of the fact that John invariably uses the present to express the idea that the one born of God does not sin, it is possible that he desires to express the idea that the child of God does not ‘go on sinning habitually,’ as the devil does, 1 John 3:8. He certainly does not mean to assert that the believer never commits an act of sin, cf. 1 John 1:8–10. Moreover, the Perfectionist cannot very well use these passages to prove his point, since they would prove too much for his purpose. He does not make bold to say that all believers are actually sinless, but only that they can reach a state of sinless perfection. The Johannine passages, however, would prove, on his interpretation, that all believers are without sin” [= Tetapi pada waktu Yohanes berkata bahwa mereka yang lahir dari Allah tidak berbuat dosa, ia sedang mengkontraskan dua keadaan, disimbolkan oleh manusia lama dan manusia baru, berkenaan dengan hakekat dan prinsip dasari mereka. Salah satu dari karakteristik dasari dari manusia baru adalah bahwa ia tidak berbuat dosa. Mempertimbangkan fakta bahwa Yohanes secara tetap menggunakan bentuk present (tense) untuk menyatakan gagasan bahwa orang yang lahir dari Allah tidak berbuat dosa, adalah mungkin bahwa ia ingin menyatakan gagasan bahwa anak Allah tidak ‘terus berbuat dosa sebagai kebiasaan’, seperti yang Iblis / setan lakukan, 1Yoh 3:8. Ia pasti tidak bermaksud untuk menegaskan bahwa orang percaya tidak pernah melakukan suatu tindakan dari dosa, bdk. 1Yoh 1:8-10. Selanjutnya / lebih lagi, orang-orang yang percaya Perfectionisme tidak bisa menggunakan dengan baik text-text ini untuk membuktikan pointnya, karena mereka akan membuktikan terlalu banyak untuk tujuannya. Ia tidak berani untuk berkata bahwa SEMUA orang-orang percaya betul-betul tanpa dosa, tetapi hanya bahwa mereka bisa mencapai suatu keadaan dari kesempurnaan tanpa dosa. Tetapi text-text Yohanes membuktikan, BERDASARKAN PENAFSIRANNYA, bahwa SEMUA orang-orang percaya adalah tanpa dosa.] - ‘Systematic Theology’, hal 539 (Libronix).
1Yoh 3:8 - “barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diriNya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu.”.
1Yoh 1:8-10 - “(8) Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. (9) Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. (10) Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firmanNya tidak ada di dalam kita.”.
Louis Berkhof masih menambahkan satu hal lagi yang saya anggap sangat hebat.
Louis Berkhof: “And more than that, they would also prove that believers never fall from the state of grace (for this is sinning); and yet the Perfectionists are the very people who believe that even perfect Christians may fall away.” [= Dan lebih dari itu, mereka juga membuktikan bahwa orang-orang percaya tidak pernah jatuh dari keadaan kasih karunia / murtad (karena ini adalah perbuatan dosa); tetapi orang-orang yang menganut Perfectionisme justru adalah orang-orang yang percaya bahwa bahkan orang-orang Kristen yang sempurna bisa murtad.] - ‘Systematic Theology’, hal 539 (Libronix).
Sampai di sini Louis Berkhof telah memberikan 4 argumentasi dari orang-orang yang mempercayai Perfectionisme, dan semuanya telah ia jawab / patahkan / hancurkan.
3. Sekarang Louis Berkhof memberikan serangan terhadap pandangan Perfectionisme ini.
a. Serangan pertama.
Louis Berkhof: “c. Objections to the theory of Perfectionism. (1) In the light of Scripture the doctrine of Perfectionism is absolutely untenable. The Bible gives us the explicit and very definite assurance that there is no one on earth who does not sin, 1 Kings 8:46; Prov. 20:9; Eccl. 7:20; Rom. 3:10; Jas. 3:2; 1 John 1:8. In view of these clear statements of Scripture it is hard to see how any who claim to believe the Bible as the infallible Word of God can hold that it is possible for believers to lead sinless lives, and that some actually succeed in avoiding all sin.” [= c. Keberatan-keberatan terhadap teori dari Perfectionisme. (1) Dalam terang dari Kitab Suci doktrin Perfectionisme secara mutlak tidak bisa dipertahankan. Alkitab memberi kita keyakinan / kepastian yang explicit dan sangat pasti bahwa disana tidak ada seorangpun di bumi yang tidak berbuat dosa, 1Raja 8:46; Amsal 20:9; Pkh 7:20; Ro 3:10; Yak 3:2; 1Yoh 1:8. Mempertimbangkan pernyataan-pernyataan yang jelas dari Kitab Suci adalah sukar untuk melihat bagaimana siapapun yang mengclaim untuk mempercayai Alkitab sebagai Firman Allah yang tidak bisa salah bisa mempercayai bahwa adalah mungkin bagi orang-orang percaya untuk menjalani kehidupan tanpa dosa, dan bahwa beberapa / sebagian betul-betul berhasil dalam menghindari semua dosa.] - ‘Systematic Theology’, hal 539-540 (Libronix).
1Raja 8:46 - “Apabila mereka berdosa kepadaMu - karena tidak ada manusia yang tidak berdosa - dan Engkau murka kepada mereka dan menyerahkan mereka kepada musuh, sehingga mereka diangkut tertawan ke negeri musuh yang jauh atau yang dekat,”.
Amsal 20:9 - “Siapakah dapat berkata: ‘Aku telah membersihkan hatiku, aku tahir dari pada dosaku?’”.
Pkh 7:20 - “Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa!”.
Ro 3:10 - “seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.”.
Yak 3:2 - “Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.”.
1Yoh 1:8 - “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.”.
b. Serangan kedua.
Louis Berkhof: “(2) According to Scripture there is a constant warfare between the flesh and the Spirit in the lives of God’s children, and even the best of them are still striving for perfection. Paul gives a very striking description of this struggle in Rom. 7:7–25, a passage which certainly refers to him in his regenerate state. In Gal. 5:16–24 he speaks of that very same struggle as a struggle that characterizes all the children of God. And in Phil. 3:10–14 he speaks of himself, practically at the end of his career, as one who has not yet reached perfection, but is pressing on toward the goal.” [= (2) Menurut Kitab Suci disana ada suatu peperangan konstan antara daging dan Roh dalam kehidupan dari anak-anak Allah, dan bahkan yang terbaik dari mereka tetap berjuang untuk kesempurnaan. Paulus memberikan suatu penggambaran yang sangat menyolok tentang pergumulan ini dalam Ro 7:7-25, suatu text yang pasti menunjuk kepada dia dalam keadaan (sudah) lahir baru. Dalam Gal 5:16-24 ia berbicara tentang pergumulan yang sama itu sebagai suatu pergumulan yang menjadi ciri dari semua anak-anak Allah. Dan dalam Fil 3:10-14 ia berbicara tentang dirinya sendiri, hampir pada akhir dari karirnya, sebagai seseorang yang belum mencapai kesempurnaan, tetapi sedang terus berusaha untuk menuju pada tujuan itu.] - ‘Systematic Theology’, hal 540 (Libronix).
Roma 7:7-26 - “(7) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: ‘Jangan mengingini!’ (8) Tetapi dalam perintah itu dosa mendapat kesempatan untuk membangkitkan di dalam diriku rupa-rupa keinginan; sebab tanpa hukum Taurat dosa mati. (9) Dahulu aku hidup tanpa hukum Taurat. Akan tetapi sesudah datang perintah itu, dosa mulai hidup, (10) sebaliknya aku mati. Dan perintah yang seharusnya membawa kepada hidup, ternyata bagiku justru membawa kepada kematian. (11) Sebab dalam perintah itu, dosa mendapat kesempatan untuk menipu aku dan oleh perintah itu ia membunuh aku. (12) Jadi hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik. (13) Jika demikian, adakah yang baik itu menjadi kematian bagiku? Sekali-kali tidak! Tetapi supaya nyata, bahwa ia adalah dosa, maka dosa mempergunakan yang baik untuk mendatangkan kematian bagiku, supaya oleh perintah itu dosa lebih nyata lagi keadaannya sebagai dosa. (14) Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa. (15) Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. (16) Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik. (17) Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku. (18) Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. (19) Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. (20) Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku. (21) Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. (22) Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, (23) tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggotatubuhku. (24) Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? (25) Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. (26) Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa.”.
Galatia 5:16-24 - “(16) Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. (17) Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging - karena keduanya bertentangan - sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. (18) Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat. (19) Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, (20) penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, (21) kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu - seperti yang telah kubuat dahulu - bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. (22) Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, (23) kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. (24) Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.”.
Filipi 3:10-14 - “(10) Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitanNya dan persekutuan dalam penderitaanNya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematianNya, (11) supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati. (12) Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. (13) Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, (14) dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.”.
c. Serangan ketiga.
Louis Berkhof: “(3) Confession of sin and prayer for forgiveness are continually required. Jesus taught all His disciples without any exception to pray for the forgiveness of sins and for deliverance from temptation and from the evil one, Matt. 6:12, 13. And John says: ‘If we confess our sins, He is faithful and righteous to forgive us our sins, and to cleanse us from all unrighteousness,’ 1 John 1:9. Moreover, Bible saints are constantly represented as confessing their sins, Job 9:3, 20; Ps. 32:5; 130:3; 143:2; Prov. 20:9; Isa. 64:6; Dan. 9:16; Rom. 7:14.” [= (3) Pengakuan dosa dan doa untuk pengampunan dituntut secara terus menerus. Yesus mengajar semua murid-muridNya tanpa kecuali untuk berdoa untuk pengampunan dosa-dosa dan untuk pembebasan dari pencobaan dan dari si jahat, Mat 6:12,13. Dan Yohanes berkata: ‘Jika kita mengaku dosa kita, Ia adalah setia dan benar untuk mengampuni kita dari dosa-dosa kita, dan membersihkan kita dari segala ketidak-benaran’, 1Yoh 1:9. Selanjutnya / lebih lagi, orang-orang kudus dalam Alkitab secara konstan digambarkan sebagai mengakui dosa-dosa mereka, Ayub 9:3,20; Maz 32:5; 130:3; 143:2; Amsal 20:9; Yes 64:6; Dan 9:16; Ro 7:14.] - ‘Systematic Theology’, hal 540 (Libronix).
Mat 6:12,13 - “(12) dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; (13) dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.”.
1Yoh 1:9 - “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”.
Ayub 9:1-3,20 - “(1) Tetapi Ayub menjawab: (2) ‘Sungguh, aku tahu, bahwa demikianlah halnya, masakan manusia benar di hadapan Allah? (3) Jikalau ia ingin beperkara dengan Allah satu dari seribu kali ia tidak dapat membantahNya. ... (20) Sekalipun aku benar, mulutku sendiri akan menyatakan aku tidak benar; sekalipun aku tidak bersalah, Ia akan menyatakan aku bersalah.”.
Untuk ay 20-nya, terjemahan Alkitab bahasa Inggris berbeda-beda.
KJV: ‘If I justify myself, mine own mouth shall condemn me: if I say, I am perfect, it shall also prove me perverse.’ [= Jika aku membenarkan diriku sendiri, mulutku sendiri akan mengecam aku: jika aku berkata, aku sempurna, itu juga akan membuktikan aku salah.].
RSV: ‘Though I am innocent, my own mouth would condemn me; though I am blameless, he would prove me perverse.’ [= Sekalipun aku tidak bersalah, mulutku sendiri akan mengecam aku; sekalipun aku tak bercacat, Ia akan membuktikan aku salah.].
NIV: ‘Even if I were innocent, my mouth would condemn me; if I were blameless, it would pronounce me guilty.’ [= Bahkan seandainya aku tidak bersalah, mulutku akan mengecam aku; seandainya aku tidak bercacat, itu akan menyatakan aku bersalah.].
NASB: ‘Though I am righteous, my mouth will condemn me; Though I am guiltless, He will declare me guilty.’ [= Sekalipun aku benar, mulutku akan mengecam aku; Sekalipun aku tidak bersalah, Ia akan menyatakan aku bersalah.].
Mazmur 32:5 - “Dosaku kuberitahukan kepadaMu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: ‘Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,’ dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela”.
Mazmur 130:3 - “Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan?”.
Maz 143:2 - “Janganlah beperkara dengan hambaMu ini, sebab di antara yang hidup tidak seorangpun yang benar di hadapanMu.”.
Amsal 20:9 - “Siapakah dapat berkata: ‘Aku telah membersihkan hatiku, aku tahir dari pada dosaku?’”.
Yesaya 64:6 - “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin.”.
Daniel 9:16 - “Ya Tuhan, sesuai dengan belas kasihanMu, biarlah kiranya murka dan amarahMu berlalu dari Yerusalem, kotaMu, gunungMu yang kudus; sebab oleh karena dosa kami dan oleh karena kesalahan nenek moyang kami maka Yerusalem dan umatMu telah menjadi cela bagi semua orang yang di sekeliling kami.”.
Roma 7:14 - “Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa.”.
d. Serangan keempat.
Louis Berkhof: “(4) The Perfectionists themselves deem it necessary to lower the standard of the law and to externalize the idea of sin, in order to maintain their theory. Moreover, some of them have repeatedly modified the ideal to which, in their estimation, believers can attain. At first the ideal was ‘freedom from all sin’; then, ‘freedom from all conscious sin,’ next, ‘entire consecration to God,’ and, finally, ‘Christian assurance.’ This is in itself a sufficient condemnation of their theory. We naturally do not deny that the Christian can attain to the assurance of faith.” [= (4) Para Perfectionist sendiri menganggap perlu untuk menurunkan standar dari hukum dan untuk melahiriahkan gagasan tentang dosa, untuk mempertahankan teori mereka. Selanjutnya / lebih lagi, sebagian dari mereka telah secara berulang-ulang memodifikasi keadaan ideal pada mana, dalam penilaian mereka, bisa dicapai oleh orang-orang percaya. Mula-mula keadaan idealnya adalah ‘bebas dari semua dosa’; lalu, ‘bebas dari semua dosa sadar / yang disadari’, dan selanjutnya, ‘pembaktian sepenuhnya kepada Allah’, dan akhirnya, ‘keyakinan Kristen’. Ini dalam dirinya sendiri merupakan suatu pengecaman yang cukup tentang teori mereka. Kita pasti tidak menyangkal bahwa orang Kristen bisa mencapai keyakinan / kepastian dari iman.] - ‘Systematic Theology’, hal 540 (Libronix).
CORPUS DELICTI (16)
APPENDIX
PENJELASAN TENTANG
LUKAS 10:18
Lukas 10:18 - “Lalu kata Yesus kepada mereka: ‘Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit.”.
Saya tidak ingat dalam video mana ES pernah menggunakan ayat ini untuk menunjuk pada kejatuhan Iblis. Tetapi dia pasti pernah mengatakan itu. Dan terus terang, dulu saya sendiri berpikir seperti itu. Tetapi sekarang setelah mempelajari lebih dalam tentang ayat ini, saya berpendapat bahwa ayat ini tidak ada hubungannya dengan kejatuhan awal dari Iblis.
Pertama-tama kalau mau menafsirkan ayat ini, kita harus memperhatikan kontextnya. Kontextnya adalah pengutusan 70 murid oleh Yesus (Luk 10:1-16), dan kembalinya mereka dari pengutusan itu. Mereka kembali dengan gembira KARENA SETAN-SETAN TUNDUK KEPADA MEREKA, DEMI NAMA YESUS!
Luk 10:17-20 - “(17) Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata: ‘Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi namaMu.’ (18) Lalu kata Yesus kepada mereka: ‘Aku MELIHAT Iblis jatuh seperti kilat dari langit. (19) Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu. (20) Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga.’”.
Kata ‘melihat’ yang saya cetak dengan huruf besar itu, dalam bahasa Yunaninya ada dalam IMPERFECT TENSE. Karena ini digunakan oleh beberapa penafsir di bawah, maka pertama-tama saya akan memberikan sedikit penjelasan berkenaan dengan hal ini.
Imperfect tense dalam bahasa Yunani.
Gresham Machen: “In Present time there is no special form of the verb in Greek to indicate continued action - there is no distinction in Greek between ‘I loose’ and ‘I am loosing’. But in the past time the distinction is made even more sharply than in English. The tense which in the indicative is used as the simple past tense is called the aorist. ... The tense which denotes continued action in past time is called the imperfect.” [= Dalam masa present tidak ada bentuk khusus dari kata kerja dalam bahasa Yunani untuk menunjukkan tindakan yang terus menerus - disana tak ada pembedaan dalam bahasa Yunani antara ‘I loose’ dan ‘I am loosing’. Tetapi dalam masa lampau pembedaan itu dibuat dengan lebih tajam dari pada dalam bahasa Inggris. Tense dalam mana bentuk indikatif digunakan sebagai past tense biasa disebut aorist. ... Tense yang menunjukkan tindakan yang terus berlangsung pada masa lampau disebut ‘the Imperfect’.] - ‘New Testament Greek For Beginners’, hal 65.
KJV/RSV/NIV/ASV menterjemahkan kata ‘melihat’ itu dalam past tense biasa (beheld / saw). NASB menterjemahkan secara lebih tepat, yaitu ‘was watching’. Juga YLT menterjemahkan ‘was beholding’.
1) Ada penafsir-penafsir yang menghubungkan pengusiran setan-setan oleh 70 murid dengan kejatuhan Iblis.
The Bible Exposition Commentary: “They had seen individual victories from city to city, but Jesus saw these victories as part of a war that dethroned and defeated Satan (note Isa 14:4-23; John 12:31-32; and Rev 12:8-9).” [= Mereka telah melihat kemenangan-kemenangan individual dari kota ke kota, tetapi Yesus melihat kemenangan-kemenangan ini sebagai bagian dari suatu peperangan yang menurunkan Iblis dari takhta dan mengalahkan dia (perhatikan Yes 14:4-23; Yoh 12:31-32; dan Wah 12:8-9).].
Yes 14 sudah kita baca berulang-ulang, tak perlu diulang lagi di sini.
Yoh 12:31-32 - “(31) Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar; (32) dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu.’”.
Wah 12:8-9 - “(8) tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. (9) Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.”.
Dalam kutipan di atas ia hanya berbicara tentang ‘kemenangan-kemenangan’ dari 70 murid, tetapi tidak ia jelaskan kemenangan yang mana. Tetapi dari kata-katanya selanjutnya, kelihatannya ia menekankan pengusiran setan yang 70 murid itu telah lakukan.
The Bible Exposition Commentary: “But the enemy will not give up! Satan would certainly attack Christ’s servants and seek to destroy them. That is why our Lord added the words of encouragement in Luke 10:19. He assured them that their authority was not gone now that the preaching mission had ended, and that they could safely tread on the ‘old serpent’ without fear (Gen 3:15; Rev 12:9).” [= Tetapi sang musuh tidak akan menyerah! Iblis pasti akan menyerang pelayan-pelayan Kristus dan berusaha untuk menghancurkan mereka. Itu sebabnya Tuhan menambahkan kata-kata penguatan / pemberi semangat dalam Luk 10:19. Ia meyakinkan mereka bahwa otoritas mereka tidak hilang sekalipun sekarang missi pemberitaan itu telah berakhir, dan bahwa mereka bisa dengan aman menginjak ‘ular tua’ tanpa rasa takut (Kej 3:15; Wah 12:9).].
Bible Knowledge Commentary (tentang Luk 10:17-20): “When the messengers came back, they were excited that even the demons had submitted to them in Jesus’ name. This was true because of the authority Jesus had given them. They had such authority because Satan’s power had been broken by Jesus. He answered them, I saw Satan fall like lightning from heaven. Jesus was not speaking of Satan being cast out at that precise moment, but that his power had been broken and that he was subject to Jesus’ authority.” [= Pada waktu para utusan itu kembali, mereka sangat bersukacita karena bahkan setan-setan telah tunduk kepada mereka dalam nama Yesus. Ini benar karena otoritas yang telah Yesus berikan kepada mereka. Mereka mempunyai otoritas seperti itu karena kuasa Iblis telah dihancurkan / dipatahkan oleh Yesus. Ia menjawab mereka, Aku (telah) melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit / surga. Yesus bukan sedang berbicara tentang Iblis sedang diusir pada saat itu, tetapi bahwa kuasanya telah dihancurkan / dipatahkan dan bahwa ia (telah) tunduk pada otoritas Yesus.].
Barnes’ Notes: “‘I beheld Satan ...’ ‘Satan’ here denotes evidently the prince of the devils who had been cast out by the seventy disciples, for the discourse was respecting their power over evil spirits. ‘Lightning’ is an image of ‘rapidity’ or ‘quickness.’ I saw Satan fall ‘quickly’ or rapidly - as quick as lightning. The phrase ‘from heaven’ is to be referred to the lightning, and does not mean that he saw ‘Satan’ fall ‘from heaven,’ but that he fell as quick as lightning from heaven or from the clouds. The whole expression then may mean, ‘I saw at your command devils immediately depart, as quick as the flash of lightning. I gave you this power - I saw it put forth - and I give also now, in addition to this, the power to tread on serpents,’ etc.” [= ‘Aku melihat Iblis ...’. ‘Iblis’ di sini jelas menunjuk kepada pangeran dari setan-setan yang telah diusir oleh 70 murid, karena pembicaraan itu berkenaan dengan kuasa mereka atas roh-roh jahat. ‘Kilat’ adalah suatu gambaran dari ‘kecepatan’. Aku melihat Iblis jatuh ‘dengan cepat’ - secepat kilat. Ungkapan ‘dari surga’ harus dihubungkan dengan kilat, dan tidak berarti bahwa Ia melihat ‘Iblis’ jatuh ‘dari langit / surga’, tetapi bahwa ia jatuh secepat kilat dari langit / surga atau dari awan-awan. Jadi seluruh ungkapan bisa berarti, ‘Aku (telah) melihat atas perintahmu setan-setan segera pergi, secepat kilatan dari kilat. Aku (telah) memberimu kuasa ini - Aku (telah) melihat kuasa itu dikerahkan - dan sekarang Aku memberimu juga, sebagai tambahan pada kuasa ini, kuasa untuk menginjak ular’, dst.].
Lenski: “This answer of Jesus intends to correct the faulty view of the Seventy as it appears in their great joy over their ability to cast out demons. Jesus reveals what lies back of this ability which he had conferred upon them. It is the complete fall of Satan himself, the head and ruler of the demon kingdom. This does not mean merely that some demons are defeated by the name of Jesus; this phenomenon is only part of the evidence that Satan himself has fallen in defeat. And this explains all other phenomena on the victorious course of the disciples. The joy of the disciples should thus reach much farther and include especially the real cause that is back of the powerlessness of the demons.” [= Jawaban Yesus ini bermaksud untuk mengkoreksi pandangan yang salah dari ke 70 murid seperti yang terlihat dalam sukacita mereka yang besar atas kemampuan mereka untuk mengusir setan-setan. Yesus menyatakan apa yang terletak di belakang dari kemampuan ini yang telah Ia berikan kepada mereka. Itu adalah kejatuhan lengkap / sempurna dari Iblis sendiri, kepala dan pemimpin / penguasa dari kerajaan setan. Ini tidak semata-mata berarti bahwa beberapa setan dikalahkan oleh / nama Yesus; fenomena ini hanyalah bagian dari bukti bahwa Iblis sendiri telah jatuh dalam kekalahan. Dan ini menjelaskan semua fenomena yang lain pada perjalanan yang penuh kemenangan dari murid-murid itu. Karena itu sukacita dari murid-murid harus menjangkau jauh lebih jauh dan mencakup khususnya penyebab yang sesungguhnya yang ada di belakang ketidak-berdayaan dari setan-setan itu.]
Lenski: “Jesus speaks dramatically. A far look comes into his eyes as he says: ‘I was beholding Satan,’ etc. ... This beholding is one that fits the object, namely Satan, a spirit, and does not refer to the physical eye but to Jesus’ supernatural sight. ... Jesus was not beholding the progress of Satan’s fall but the fall as a flash of lightning, an instantaneous fall and flash. It is well to remember that Satan is a spirit, and that this fall occurred in the supernatural world where no time exists. In connections such as this ‘out of the heaven’ does not refer to place or space but to supernatural blessedness or to supernatural power, here to the latter. ‘All his power evanesced,’ Leyser. This does not mean that Satan had his abode in heaven and was ejected and thus fell like a flash of lightning, but that his power was exalted as high as heaven, and that from that height he fell in terrific defeat, Isa. 14:12. He is conquered and cannot rule as he pleases and carry out his diabolical designs.” [= Yesus berbicara secara dramatis. Suatu pandangan yang jauh datang ke dalam mataNya pada waktu Ia berkata: ‘Aku sedang melihat Iblis’, dst. ... Pandangan ini adalah suatu pandangan yang sesuai dengan obyeknya, yaitu Iblis, suatu roh, dan tidak menunjuk pada mata jasmani tetapi pada pandangan supranatural dari Yesus. ... Yesus bukannya sedang memandang kemajuan / perkembangan dari kejatuhan Iblis tetapi kejatuhan itu sebagai suatu kilatan dari petir / kilat, suatu kejatuhan yang sangat cepat. Adalah baik untuk mengingat bahwa Iblis adalah suatu roh, dan bahwa kejatuhan ini terjadi dalam dunia supranatural dimana waktu tidak ada. Dalam hubungan seperti ini ‘dari surga / langit’ tidak menunjuk pada tempat atau daerah tetapi pada keadaan diberkati yang bersifat supranatural atau pada kuasa supranatural, di sini pada arti yang belakangan. ‘Semua kuasa / kekuatannya hilang’, Leyser. Ini tidak berarti bahwa Iblis tadinya mempunyai tempat tinggal di surga dan dilemparkan keluar dan lalu jatuh seperti suatu kilatan dari petir / kilat, tetapi bahwa tadi kuasanya ditinggikan setinggi langit / surga, dan bahwa dari ketinggian itu ia jatuh dalam kekalahan yang menakutkan, Yes 14:12. Ia dikalahkan dan tidak bisa memerintah / menguasai seperti yang ia inginkan dan melaksanakan rancangan-rancangan jahatnya.].
Catatan: saya tidak mengerti mengapa Lenski tahu-tahu mengambil Yesaya 14:12 sebagai ayat referensi. Dan saya tidak setuju bahwa dalam dunia supranatural tidak ada waktu.
Lenski: “When this occurred is not stated. Two periods deserve our attention: one, when Satan lost his first estate and was cast out of heaven; the other when he met his decisive defeat at the hands of Jesus at the time of the temptation in the wilderness. The latter is the better in every way. It is hard to conceive that Jesus is speaking of something that he beheld in his pre-existent state in heaven; he would hardly say regarding that, ‘I was beholding.’ He speaks as one who himself caused that fatal fall, who struck the blow that hurled the prince of evil down, as one who thus stood as victor and in triumph beheld him fall. Moreover, Jesus mentions this fall as the cause that the demons must now leave their victims when they are commanded by the disciples ‘in Jesus’ name’; this points decidedly to Jesus as being the cause of Satan’s fall.” [= Kapan ini terjadi tidak dinyatakan. Dua periode layak mendapatkan perhatian kita: pertama, pada waktu Iblis kehilangan keadaannya yang mula-mula dan dilemparkan dari surga; yang lain pada waktu ia mengalami kekalahannya yang menentukan / meyakinkan pada tangan dari Yesus pada waktu pencobaan di padang gurun. Yang belakangan adalah lebih baik dalam setiap aspek. Adalah sukar untuk memikirkan bahwa Yesus sedang berbicara tentang sesuatu yang Ia lihat dalam keadaan pra-existensiNya di surga (sebelum inkarnasi); Ia pasti tidak mungkin berkata berkenaan dengan hal itu, ‘Aku sedang melihat’. Ia berbicara sebagai seseorang yang diriNya sendiri menyebabkan kejatuhan yang fatal itu, yang melontarkan pukulan yang melemparkan pangeran kejahatan ke bawah, sebagai seseorang yang karena itu berdiri sebagai pemenang dan dalam kemenangan melihat ia jatuh. Selanjutnya / lebih lagi, Yesus menyebutkan kejatuhan ini sebagai penyebab sehingga setan-setan sekarang harus meninggalkan korban-korban mereka pada waktu mereka diperintah oleh murid-murid ‘dalam nama Yesus’; ini menunjuk secara meyakinkan kepada Yesus sebagai penyebab dari kejatuhan Iblis.].
Barclay: “WHEN the Seventy returned they were radiant with the triumphs which they had achieved in the name of Jesus. Jesus said to them, ‘I saw Satan fall like lightning from heaven.’ That is a difficult phrase to understand. It can have two meanings. (1) It may mean, ‘I saw the forces of darkness and evil defeated; the citadel of Satan is stormed and the kingdom of God is on the way.’ It may mean that Jesus knew that the death-blow to Satan and all his powers had been struck, however long his final conquest might be delayed. (2) Equally well it may be a warning against pride. The legend was that it was for a pride which rebelled against God that Satan was cast out of heaven where once he had been the chief of the angels. It may be that Jesus was saying to the Seventy, ‘You have had your triumphs; keep yourselves from pride, for once the chief of all the angels fell to pride and was cast from heaven.’” [= Pada waktu 70 murid itu kembali mereka bersinar / menunjukkan sukacita dengan kemenangan-kemenangan yang telah mereka capai dalam nama Yesus. Yesus berkata kepada mereka, ‘Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari surga / langit’. Itu adalah suatu ungkapan yang sukar untuk dimengerti. Itu bisa mempunyai dua arti. (1) Itu bisa berarti, ‘Aku (telah) melihat kuasa-kuasa dari kegelapan dan kejahatan dikalahkan; benteng dari Iblis diserang dan kerajaan Allah ada dalam perjalanan’. Itu bisa berarti bahwa Yesus (telah) mengetahui bahwa pukulan mematikan kepada Iblis dan semua kuasa-kuasanya telah diberikan, betapapun lamanya penundukan akhirnya bisa ditunda. (2) Secara sama baiknya itu bisa merupakan suatu peringatan terhadap kesombongan. Dongengnya adalah bahwa adalah karena suatu kesombongan yang memberontak terhadap Allah bahwa Iblis dilemparkan keluar dari surga dimana ia pernah menjadi kepala dari malaikat-malaikat. Bisa saja bahwa Yesus sedang mengatakan kepada 70 murid itu, ‘Kamu telah mendapatkan kemenangan-kemenanganmu; jagalah dirimu dari kesombongan, karena kepala dari semua malaikat pernah jatuh pada kesombongan dan dilemparkan dari surga’.].
Barclay: “Certainly Jesus went on to warn his disciples against pride and overconfidence. It was true that they were given all power, but their greatest glory was that their names were written in heaven. It will always remain true that our greatest glory is not what we have done but what God has done for us.” [= Jelas / pasti Yesus melanjutkan untuk memperingati murid-muridNya terhadap kesombongan dan keyakinan yang berlebihan. Adalah benar bahwa mereka diberi semua kuasa, tetapi kemuliaan / kemegahan terbesar mereka adalah bahwa nama-nama mereka (telah) ditulis di surga. Selalu merupakan kebenaran bahwa kemegahan / kemuliaan terbesar kita bukanlah apa yang telah kita lakukan tetapi apa yang telah Allah lakukan bagi kita.].
A. T. Robertson: “As a flash of lightning out of heaven, quick and startling, so the victory of the Seventy over the demons, the agents of Satan, forecast his downfall and Jesus in vision pictured it as a flash of lightning.” [= Seperti suatu kilatan dari petir / kilat dari surga / langit, cepat dan mengejutkan, demikianlah kemenangan dari 70 murid atas setan-setan, agen-agen dari Iblis, meramalkan kejatuhannya dan Yesus dalam penglihatan menggambarkan itu sebagai suatu kilatan dari petir / kilat.].
Vincent: “The imperfect, was beholding, refers either to the time when the seventy were sent forth, or to the time of the triumphs which they are here relating. ‘While you were expelling the subordinates, I was beholding the Master fall’ (Godet).” [= Bentuk / tensa Imperfet, ‘sedang melihat / memandang’, atau menunjuk pada waktu dimana 70 murid itu diutus, atau pada waktu dari kemenangan-kemenangan yang di sini sedang mereka ceritakan. ‘Sementara kamu sedang mengusir bawahan-bawahannya, Aku sedang melihat / memandang sang Tuan (Iblis) jatuh’ (Godet).].
Jamieson, Fausset & Brown: “‘And he said, I behold (ETHEOOROUN) Satan as lightning fall from heaven.’ Since much of the force of this glorious statement depends on the nice shade of sense indicated by the imperfect tense in the original, it might have been well to bring it out in the translation: ‘I was beholding Satan as lightning falling from heaven:’ - q.d., ‘I followed you on your mission, and watched its triumphs; while ye were wondering at the subjection to you of devils in My name, a grander spectacle was opening to My view; sudden as the darting of lightning from heaven to earth Satan was beheld by Mine eye falling from heaven!’ By that law of association which connects a part with the whole, those feeble triumphs of the Seventy seem to have not only brought vividly before the Redeemer the whole ultimate result of His mission, but compressed it into a moment and quickened it into the rapidity of lightning! ... When, therefore, the Seventy say, ‘the demons are subject to us,’ and Jesus replies, ‘Mine eye was beholding Satan falling,’ it is plain that He meant to raise their minds not only from the particular to the general, but from a very temporary form of satanic operation to the entire kingdom of evil. See John 12:31, and compare Isa 14:17.” [= ‘Dan Ia berkata, Aku melihat (ETHEOOROUN) Iblis seperti kilat jatuh dari surga / langit’. Karena banyak dari kekuatan dari pernyataan yang mulia ini tergantung pada bayangan / gambaran yang bagus dari arti yang ditunjukkan oleh tensa imperfect dalam bahasa aslinya, itu bisa telah menyatakannya dengan baik dalam terjemahan: ‘Aku sedang memandang Iblis seperti kilat jatuh dari surga / langit’; - q.d., ‘Aku (telah) mengikuti kamu dalam missi kalian, dan menonton kemenangan-kemenangannya; sementara kamu sedang terheran-heran / bertanya-tanya tentang ketundukan setan-setan kepadamu dalam namaKu, suatu tontonan sedang terbuka bagi pandanganKu; mendadak seperti cepatnya kilat dari surga / langit ke bumi Iblis (telah) dilihat oleh mataKu jatuh dari surga / langit!’ Oleh hukum penghubungan yang menghubungkan sebagian dengan seluruhnya, kemenangan-kemenangan yang kecil / lemah dari 70 murid kelihatannya bukan hanya telah membawa secara jelas di hadapan sang Penebus seluruh hasil terbesar dari missiNya, tetapi mengkompresnya menjadi suatu saat dan mempercepatnya menjadi kecepatan dari kilat! ... Karena itu, pada waktu 70 murid itu berkata, ‘setan-setan tunduk kepada kami’, dan Yesus menjawab, ‘MataKu sedang melihat Iblis jatuh’, adalah jelas bahwa Ia memaksudkan untuk mengangkat pikiran-pikiran mereka bukan hanya dari hal yang khusus ke hal yang umum, tetapi dari suatu bentuk yang sangat sementara dari operasi Iblis pada seluruh kerajaan dari kejahatan. Lihat Yoh 12:31, dan bandingkan Yes 14:17.].
Catatan:
1. Saya kira Yes 14:17 itu salah cetak. Saya tak tahu ayat mana yang ia maksudkan dalam Yes 14.
2. Saya tidak bisa menemukan arti yang cocok untuk singkatan q.d.
Yoh 12:31 - “Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar;”.
The Biblical Illustrator: “I beheld Satan as lightning - fall from heaven. ... These words refer to a definite moment in Jesus’ life. That same hour in which He sent forth the seventy, He beheld Satan fall from Heaven. Yet that was a prophetic vision of the Lord. When He saw Satan falling, Jesus was in spirit above time, beholding as one finished whole, from the beginning to the end, the history of God’s conquest of evil. While the seventy were going forth to win their first unexpected success in His name, the Lord in prophetic anticipation was looking back upon His work and theirs as a work already accomplished; as even the devils, to their surprise, began to be subject unto them, His Spirit went forward to the final triumph of redemption, and, as one looking back from its completion, Jesus beheld Satan fallen.” [= Aku melihat Iblis seperti kilat - jatuh dari surga / langit. ... Kata-kata ini menunjuk pada suatu saat tertentu dalam kehidupan Yesus. Pada saat yang sama pada waktu Ia mengutus 70 murid, Ia melihat Iblis jatuh dari surga. Tetapi itu adalah suatu penglihatan yang bersifat nubuatan dari Tuhan. Pada waktu Ia melihat Iblis jatuh, Yesus berada di dalam roh di atas waktu, melihat sebagai satu kesatuan yang sudah selesai, dari awal sampai akhir, sejarah dari penaklukan kejahatan oleh Allah. Sementara 70 murid sedang pergi untuk memenangkan sukses pertama yang tak diharapkan dalam namaNya, Tuhan dalam antisipasi yang bersifat nubuatan sedang melihat kembali pada pekerjaanNya dan pekerjaan mereka sebagai suatu pekerjaan yang sudah tercapai / selesai; karena bahkan setan-setan, sebagai suatu kejutan bagi mereka, mulai tunduk kepada mereka, RohNya maju ke depan pada kemenangan akhir tentang penebusan, dan seperti seseorang melihat ke belakang pada penyelesaiannya, Yesus melihat Iblis jatuh.].
Wiersbe: “When the seventy returned, they were overjoyed with their experiences of victory; and Jesus saw in those victories the defeat of the devil (v. 18; John 12:31-32; Isa 14:4-11; Gen 3:15; Rom 16:20).” [= Pada waktu 70 murid kembali, mereka sangat bersukacita karena pengalaman mereka tentang kemenangan; dan Yesus melihat dalam kemenangan-kemenangan itu kekalahan dari setan / Iblis (ay 18; Yoh 12:31-32; Yes 14:4-11; Kej 3:15; Ro 16:20).].
Roma 16:20 - “Semoga Allah, sumber damai sejahtera, segera akan menghancurkan Iblis di bawah kakimu. Kasih karunia Yesus, Tuhan kita, menyertai kamu!”.
IVP Bible Background Commentary: “Although the texts often cited today as describing Satan’s fall (Isa 14; Ezek 28:1) refer contextually only to kings who thought they were gods, much of Jewish tradition believed that angels had fallen (based especially on Gen 6:1-3). But the context and the imperfect tense of the Greek verb (‘I was watching’) may suggest that something altogether different is in view here: the self-proclaimed ruler of this age (Luke 4:6) retreating from his position before Jesus’ representatives. (One might compare, e.g., the Jewish tradition that the guardian angel of Egypt fell into the sea when God smote the Egyptians for Israel; the image of falling from heaven is usually not literal, e.g., Lam 2:1.)” [= Sekalipun text-text yang sering dikutip pada jaman sekarang sebagai menggambarkan kejatuhan Iblis (Yes 14; Yeh 28:1) secara kontextual hanya menunjuk kepada raja-raja yang berpikir / mengira bahwa mereka adalah allah-allah / dewa-dewa, banyak dari tradisi Yahudi percaya bahwa malaikat-malaikat telah jatuh (didasarkan secara khusus pada Kej 6:1-3). Tetapi kontext dan tensa imperfect dari kata kerja bahasa Yunani (‘Aku sedang menonton’) bisa mengusulkan bahwa sesuatu yang sama sekali berbeda sedang dipertimbangkan di sini: penguasa yang memproklamirkan diri sendiri dari jaman ini (Luk 4:6) mundur dari posisinya di hadapan wakil-wakil Yesus. (Seseorang bisa membandingkan, misalnya tradisi Yahudi bahwa malaikat penjaga dari Mesir jatuh ke dalam laut pada waktu Allah memukul orang-orang Mesir bagi Israel; gambaran tentang jatuh dari surga / langit biasanya tidak bersifat hurufiah, misalnya, Rat 2:1).].
Rat 2:1 - “Ah, betapa Tuhan menyelubungi puteri Sion dengan awan dalam murkaNya! Keagungan Israel dilemparkanNya dari langit ke bumi. Tak diingatNya akan tumpuan kakiNya tatkala Ia murka.”.
UBS NT Handbook Series: “Satan’s fall from heaven means that he has lost his power, and this explains why the demons submitted to the disciples.” [= Kejatuhan Iblis dari langit / surga berarti bahwa ia telah kehilangan kuasanya, dan ini menjelaskan mengapa setan-setan / roh-roh jahat tunduk kepada murid-murid.].
Bagi orang-orang yang mempercayai pandangan pertama ini, dan apalagi yang dirinya sendiri sering mengusir setan, dan berhasil, maka ada baiknya saudara memperhatikan kata-kata di bawah ini.
The Biblical Illustrator: “We see here the comparative estimate in which miraculous gifts and saving grace should be held. What is the former without the latter? It is possible to possess the one without the other (Matt 7:21-23). To have cast out devils, and to be ourselves at last cast out among devils, will be horrible indeed!” [= Di sini kita melihat penilaian yang bersifat membandingkan dalam mana karunia-karunia yang bersifat mujijat dan kasih karunia yang menyelamatkan harus dipegang / dipertahankan. Apa artinya yang terdahulu tanpa yang belakangan? Adalah mungkin untuk memiliki yang satu tanpa yang lain (Mat 7:21-23). Setelah mengusir setan-setan, dan pada akhirnya diri kita sendiri dibuang di antara setan-setan, akan merupakan sesuatu yang betul-betul mengerikan!].
Bdk. Lukas 10:20 - “Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga.’”.
Matius 7:21-23 - “(21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.
2) Ada penafsir-penafsir yang menghubungkan penginjilan oleh 70 murid dengan kejatuhan Iblis (bdk. Luk 10:9,16 - jelas mereka memang diperintahkan untuk memberitakan Injil, sama seperti 12 murid dalam Luk 9 / Mat 10).
Adam Clarke: “‘I beheld Satan.’ Or, Satan himself, - TON SATANAN, the very Satan, the supreme adversary, - falling as lightning, with the utmost suddenness, as a flash of lightning falls from the clouds, and at the same time in the most observable manner. The fall was both very sudden and very apparent. Thus should the fall of the corrupt Jewish state be, and thus was the fall of idolatry in the Gentile world.” [= ‘Aku melihat Iblis’. Atau Iblis sendiri, - TON SATANAN, Iblis sendiri, musuh tertinggi / terbesar, - jatuh seperti kilat, dengan sifat mendadak yang tertinggi, seperti suatu kilatan dari kilat jatuh dari awan-awan, dan pada saat yang sama dengan cara yang paling layak diperhatikan / menyolok. Kejatuhannya adalah sangat mendadak dan sangat jelas. Demikianlah seharusnya kejatuhan dari negara / pemerintahan Yahudi, dan demikianlah kejatuhan dari penyembahan berhala dalam dunia non Yahudi.].
Catatan: sekalipun Adam Clarke tidak menyatakan secara explicit, tetapi saya yakin ia mempersoalkan penginjilan, bukan pengusiran setan-setan, karena penginjilanlah, dan bukan pengusiran setan, yang berhubungan dengan kehancuran dari pemerintahan Yahudi dan penyembahan berhala dalam kalangan non Yahudi.
Leon Morris (Tyndale): “It is not easy to see the meaning of the words, ‘I saw Satan fall like lightning from heaven.’ ... Probably in the mission of the seventy Jesus saw the defeat of Satan (his verb means ‘I was watching’, imperfect tense), a defeat as sudden and unexpected (to the forces of evil) as a flash of lightning. To the casual observer all that had happened was that a few mendicant preachers had spoken in a few small towns and healed a few sick folk. But in that gospel triumph Satan had suffered a notable defeat. Another view takes the words to refer to Satan’s fall which Jesus saw in pre-incarnation times. On this view the disciples are being warned not be proud as a result of their successful mission: they should remember that even Satan fell. But the former view is to be preferred.” [= Tidak mudah untuk melihat arti dari kata-kata, ‘Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari surga / langit’. ... Mungkin dalam missi dari 70 murid Yesus melihat kekalahan Iblis (kata kerjaNya berarti ‘Aku sedang melihat / menonton’, imperfect tense), suatu kekalahan yang sama mendadak dan tak terduganya (bagi kekuatan-kekuatan dari kejahatan) seperti suatu kilatan dari petir / kilat. Bagi pengamat yang dangkal semua yang telah terjadi hanyalah bahwa beberapa pengkhotbah yang tergantung pada sedekah telah berbicara dalam beberapa kota-kota kecil dan menyembuhkan beberapa orang sakit. TETAPI DALAM KEMENANGAN INJIL ITU IBLIS TELAH MENDERITA SUATU KEKALAHAN YANG LAYAK DIPERHATIKAN. Pandangan yang lain mengartikan bahwa kata-kata itu menunjuk pada kejatuhan Iblis yang Yesus lihat pada jaman sebelum inkarnasi. Pada pandangan ini murid-murid sedang diperingatkan untuk tidak sombong sebagai hasil dari missi mereka yang penuh kesuksesan: mereka harus mengingat bahwa bahkan Iblis jatuh. Tetapi pandangan yang terdahulu harus lebih dipilih.].
Catatan: jadi Leon Morris juga memberikan pandangan yang di atas diberikan oleh Barclay (tentang peringatan terhadap kesombongan), tetapi Leon Morris menolak pandangan itu.
Matthew Henry: “He confirmed what they said, as agreeing with his own observation (v. 18): ‘My heart and eye went along with you; I took notice of the success you had, and I saw Satan fall as lightning from heaven.’ Note, Satan and his kingdom fell before the preaching of the gospel. ‘I see how it is,’ saith Christ, ‘as you get ground the devil loseth ground.’” [= Ia meneguhkan apa yang (telah) mereka katakan, karena sesuai dengan pengamatanNya sendiri (ay 18): ‘Hati dan mataKu pergi bersamamu; Aku (telah) memperhatikan sukses yang kamu dapatkan, dan Aku (telah) melihat Iblis (telah) jatuh seperti kilat dari surga’. PERHATIKAN, IBLIS DAN KERAJAANNYA JATUH DI HADAPAN PEMBERITAAN INJIL. ‘Aku melihat bagaimana itu’, kata Kristus, ‘pada waktu kamu mendapatkan daerah / menang, setan kehilangan daerah / kalah’.].
Calvin: “From one instance Christ leads them to the whole class; for he commanded his Gospel to be published for the very purpose of overturning Satan’s kingdom. So then, while the disciples rested solely on that demonstration which they had obtained from experience, Christ reminds them, that the power and efficacy of their doctrine extends farther, and that its tendency is to extirpate the tyranny which Satan exercises over the whole human race. We have now ascertained the meaning of the words. When Christ commanded that his Gospel should be preached, he did not at all attempt a matter of doubtful result, but foresaw the approaching ruin of Satan. Now since the Son of God cannot be deceived, and this exercise of his foresight relates to the whole course of the Gospel, we have no reason to doubt, that whenever he raises up faithful teachers, he will crown their labor with prosperous success.” [= Dari satu contoh / kejadian Kristus membimbing mereka pada seluruh kelompok / golongan; karena IA MEMERINTAHKAN INJILNYA DIPUBLIKASIKAN / DISAMPAIKAN UNTUK TUJUAN MEJUNGKIR-BALIKKAN KERAJAAN IBLIS. Maka karena itu, sementara murid-murid bersandar / bergantung semata-mata pada demonstrasi yang mereka dapatkan dari pengalaman itu, Kristus mengingatkan mereka, bahwa kuasa dan keefektifan dari doktrin / ajaran mereka menjangkau lebih jauh, dan bahwa kecenderungannya adalah untuk menghancurkan secara total tirani yang Iblis gunakan / praktekkan atas seluruh umat manusia. Sekarang kita telah menemukan / memastikan arti dari kata-kata itu. Pada waktu Kristus memerintahkan bahwa InjilNya harus diberitakan, Ia sama sekali tidak mencoba suatu hal yang hasilnya meragukan, tetapi melihat lebih dulu kehancuran yang mendekat dari Iblis. Karena Anak Allah tidak bisa ditipu, dan pelaksanaan / penerapan dari penglihatan-lebih-dulu-Nya berhubungan dengan seluruh pergerakan yang terus menerus dari Injil, kita tidak mempunyai alasan untuk meragukan, bahwa KAPANPUN IA MEMBANGKITKAN GURU-GURU / PENGAJAR-PENGAJAR YANG SETIA, IA AKAN MEMAKHKOTAI JERIH PAYAH MEREKA DENGAN SUKSES YANG KAYA / MENYENANGKAN.].
Calvin: “Hence we infer, that our deliverance from the bondage of Satan is effected in no other way than through the Gospel; and that those only make actual proficiency in the Gospel, in whom Satan loses his power, so that sin is destroyed, and they begin to live to the righteousness of God. We ought also to attend to the comparison which he employs, that the thunder of the Gospel makes ‘Satan fall like lightning;’ for it expresses the divine and astonishing power of the doctrine, which throws down, in a manner so sudden and violent, the prince of the world armed with such abundant forces.” [= Jadi kami menyimpulkan, bahwa PEMBEBASAN KITA DARI BELENGGU IBLIS TERCAPAI BUKAN DENGAN CARA LAIN SELAIN MELALUI INJIL; dan bahwa hanya mereka saja yang membuat keahlian / kecakapan yang sungguh-sungguh dalam Injil, dalam siapa Iblis kehilangan kuasa / kekuatannya, sehingga dosa dihancurkan, dan mereka mulai untuk hidup bagi kebenaran Allah. Kita juga harus memperhatikan perbandingan yang ia gunakan, bahwa GUNTUR DARI INJIL MEMBUAT ‘IBLIS JATUH SEPERTI KILAT’; karena itu menyatakan kuasa yang bersifat ilahi dan mengherankan dari doktrin / ajaran itu, yang melemparkan ke bawah, dengan suatu cara yang begitu mendadak dan keras / menghancurkan, pangeran dari dunia yang dipersenjatai dengan kekuatan-kekuatan yang begitu berlimpah-limpah.].
3) Ada yang menggabungkan kedua hal yang dilakukan 70 murid itu (pengusiran setan-setan maupun penginjilan) dengan kejatuhan Iblis.
Pulpit Commentary: “The Lord’s words here were prophetic rather than descriptive of what had taken, or was then taking place. The seventy were telling him their feelings of joy at finding that his Name in their mouths enabled them to cast out evil spirits from the possessed. Their Master replied in an exalted and exultant strain - strange and rare sounds on the lips of the Man of sorrows - telling them how he had been looking - not on a few spirits of evil driven out of unhappy men, but on the king and chief of all evil falling from his sad eminence and throne of power like a flash of lightning. Jesus Christ saw, in the first success of these poor servants of his, an earnest of that wonderful and mighty victory which his followers, simply armed with the power of his Name, would shortly win over paganism. He saw, too, in the dim far future, many a contest with and victory over evil in its many forms. He looked on, we may well believe, to the final defeat which at length his servants, when they should have learned the true use and the resistless power of that glorious Name of his, should win over the restless enemy of the souls of men.” [= Kata-kata Tuhan di sini lebih bersifat nubuatan dari pada bersifat menggambarkan tentang apa yang telah atau sedang terjadi pada saat itu. Ke 70 murid sedang menceritakan kepadaNya perasaan sukacita mereka pada waktu mendapati bahwa namaNya dalam mulut mereka memampukan mereka untuk mengusir roh-roh jahat dari orang yang kerasukan. Tuan mereka menjawab dalam suatu aliran kata-kata yang mulia dan ditandai dengan sukacita / kemenangan - bunyi / suara yang aneh dan jarang dari Manusia dari kesedihan - memberitahu mereka bagaimana Ia telah memandang sampai saat itu - bukan pada beberapa / sedikit roh-roh jahat yang diusir dari orang-orang yang menderita / tak bahagia, tetapi pada raja dan kepala dari semua kejahatan yang jatuh dari kemenonjolan yang menyedihkan dan takhta kuasanya seperti suatu kilatan dari kilat. Yesus Kristus melihat, dalam sukses pertama dari pelayan-pelayanNya yang miskin ini, suatu jaminan tentang kemenangan yang luar biasa dan kuat yang para pengikutNya, hanya dengan diperlengkapi / dipersenjatai dengan kuasa dari namaNya, AKAN DENGAN SEGERA MENANG ATAS KEKAFIRAN. Ia juga melihat, dalam masa depan yang jauh yang kabur, banyak kontes / pertempuran dengan kejahatan dan kemenangan atasnya dalam banyak bentuknya. Ia memperhatikan, kita boleh percaya secara benar, pada kekalahan akhir yang akhirnya, pelayan-pelayanNya (pada waktu mereka telah mempelajari penggunaan yang benar dan kuasa yang tak bisa ditahan dari NamaNya yang mulia) AKAN MENANGKAN ATAS MUSUH YANG TEKUN / TAK HENTI-HENTINYA DARI MUSUH DARI JIWA-JIWA MANUSIA.].
William Hendriksen: “Of this passage there have been several interpretations: a. Jesus meant, ‘I saw Satan’s original fall, his expulsion from heaven.’ b. He meant, ‘In my victory over the devil during the wilderness temptation I saw his fall.’ The trouble with both of these interpretations is that they are not contextual. The right view is undoubtedly that expressed by Godet ... in these words: ‘(Jesus meant) While you were expelling the subordinates (the demons) I was seeing the master (Satan) fall.’ While in the present passage Jesus speaks about Satan’s sudden (note ‘like lightning’) fall - sudden and startling because the disciples had not expected this victory; perhaps even because the devil himself had not anticipated it - elsewhere the Master refers to the prince of evil’s ejection (his being cast out, John 12:31, 32), and this in connection with Christ’s own activity of drawing ‘all men’ to himself. To this falling and being cast out should be added one more symbolic expression, that of binding ‘the strong man,’ Beelzebul (Matt. 12:27, 29). In the interpretation of Rev. 20:1–3 we should certainly give these passages their due. A good exegetical rule is always to allow Scripture to interpret Scripture!” [= Tentang text ini disana ada beberapa penafsiran: a. Yesus memaksudkan, ‘Aku melihat kejatuhan mula-mula Iblis, pengusirannya dari surga’. b. Ia memaksudkan, ‘Dalam kemenanganKu atas Iblis selama pencobaan di padang gurun Aku melihat kejatuhannya’. Masalah dengan kedua penafsiran-penafsiran ini adalah bahwa mereka tidak kontextual. Pandangan yang benar tak diragukan adalah yang dinyatakan oleh Godet ... dalam kata-kata ini: ‘(Yesus memaksudkan) Sementara kamu sedang mengusir bawahan-bawahannya (setan-setan) Aku sedang melihat tuannya (Iblis) jatuh’. Sementara dalam text saat ini Yesus berbicara tentang kejatuhan yang mendadak dari Iblis (perhatikan ‘seperti kilat’) - mendadak dan mengejutkan karena murid-murid tidak mengharapkan kemenangan ini; mungkin bahkan karena Iblis sendiri tidak mengantisipasinya / mengharapkannya - di tempat lain sang Guru / Tuan menunjuk pada pengeluaran dari pangeran kejahatan (pengusirannya, Yoh 12:31,32), dan ini dalam hubungan dengan aktivitas Kristus sendiri yang menarik ‘semua orang’ kepada diriNya sendiri. Pada kejatuhan dan pelemparan keluar ini harus ditambahkan satu ungkapan simbolis lagi, yaitu tentang pengikatan ‘orang yang kuat’, Beelzebul (Mat 12:27,29). Dalam penafsiran dari Wah 20:1-3 kita pasti harus memberikan text-text ini apa yang layak mereka dapatkan. Suatu peraturan exegesis yang baik adalah selalu menginjinkan Kitab Suci untuk menafsirkan Kitab Suci!].
Yoh 12:31-32 - “(31) Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar; (32) dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu.’”.
Mat 12:27-29 - “(27) Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa siapakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. (28) Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. (29) Atau bagaimanakah orang dapat memasuki rumah seorang yang kuat dan merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu? Sesudah diikatnya barulah dapat ia merampok rumah itu.”.
Wah 20:1-3 - “(1) Lalu aku melihat seorang malaikat turun dari sorga memegang anak kunci jurang maut dan suatu rantai besar di tangannya; (2) ia menangkap naga, si ular tua itu, yaitu Iblis dan Satan. Dan ia mengikatnya seribu tahun lamanya, (3) lalu melemparkannya ke dalam jurang maut, dan menutup jurang maut itu dan memeteraikannya di atasnya, supaya ia jangan lagi menyesatkan bangsa-bangsa, sebelum berakhir masa seribu tahun itu; kemudian dari pada itu ia akan dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya.”.
Dalam kutipan di atas William Hendriksen jelas menghubungkan kekalahan Iblis dengan pengusiran setan-setan yang dilakukan oleh para murid itu. Tetapi dalam kutipan di bawah ini, William Hendriksen menghubungkan penginjilan yang mereka lakukan dengan kekalahan / kejatuhan Iblis.
William Hendriksen: “One important item should be added to this interpretation: in all probability the Master’s exalted language, ‘I was watching Satan fall from heaven like lightning,’ was not only a reference to this one event, namely, the success of the seventy-two, but rather to all similar events that would take place afterward. In other words, Jesus viewed the triumph of these seventy-two as being symptomatic of ever so many other victories over Satan throughout the course of the new dispensation, triumphs accomplished through the work of thousands of other missionaries. He was looking far into the future (cf. Matt. 24:14). He saw the ultimate discomfiture of the ugly dragon and all his minions.” [= Satu hal penting harus ditambahkan pada penafsiran ini: sangat mungkin bahasa / kata-kata yang tinggi / mulia dari Tuan / Guru, ‘Aku sedang melihat Iblis jatuh dari surga / langit seperti kilat’, bukan hanya merupakan suatu referensi pada satu peristiwa ini, yaitu, sukses dari 72 murid, tetapi lebih pada semua peristiwa-peristiwa yang serupa yang akan terjadi setelahnya. Dengan kata lain, Yesus memandang kemenangan dari 72 murid ini sebagai symptom / gejala dari begitu banyak kemenangan-kemenangan lain atas Iblis dalam sepanjang jalan dari jaman yang baru, kemenangan-kemenangan yang tercapai melalui pekerjaan dari ribuan MISIONARIS yang lain. Ia sedang melihat /memandang ke masa depan yang jauh (bdk. Mat 24:14). Ia melihat kekalahan puncak dari naga yang buruk dan semua bawahan-bawahan yang mentaatinya.].
Catatan: jangan heran kalau William Hendriksen memberi bilangan 72, karena dalam Luk 10:1 ada problem text, dimana ada manuscript yang menuliskan 70, dan ada manuscript yang menuliskan 72.
Matius 24:14 - “Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.’”.
Dari semua komentar di atas ini, terlihat dengan jelas bahwa kalau ditafsirkan sesuai dengan kontextnya, Lukas 10:18 bukan berbicara tentang kejatuhan awal dari Iblis!
Saya sendiri lebih menekankan bahwa kejatuhan Iblis di sini dihubungkan dengan penginjilan yang dilakukan oleh 70 murid itu. Ini seharusnya lebih memotivasi kita untuk melakukan penginjilan, tetapi pada saat yang sama, kita juga harus makin hati-hati, makin mendekat kepada Tuhan, pada waktu kita makin giat dalam memberitakan Injil, karena Iblis dan antek-anteknya pasti akan makin hebat menyerang kita!
PEMBAHASAN AJARAN PDT. ERASTUS SABDONO: CORPUS DELICTI
-AMIN-