SAINTIFIK DAN ARKEOLOGI MEMBUKTIKAN KEAKURATAN ALKITAB

Pdt.Samuel T. Gunawan,Th.M.


SAINTIFIK DAN ARKEOLOGI MEMBUKTIKAN KEAKURATAN ALKITAB
otomotif, bisnis
Ada orang yang berpendapat bahwa sains (ilmu pengetahuan) dan iman adalah dua hal yang tidak berhubungan sama sekali dan keduanya tidak saling berinteraksi. Pandangan yang lebih ekstrem menyatakan bahwa sains dan iman pada dasarnya memang bertentangan dan keduanya tidak dapat direkonsiliasi.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman semakin diyakini bahwa ilmu pengetahuan mendukung keyakinan yang teisme (percaya adanya Allah sebagai Penyebab alam semesta) yang sangat terkait dengan iman.[1] Pandangan terakhir ini mengkonfirmasi bahwa Alkitab tidak bertentangan dengan sains tetapi justru sains membuktikan keakuratan Alkitab, bahwa Alkitab dapat dipercayai. Orang Kristen yang memahami sains akan semakin diteguhkan keyakinannya bahwa Alkitab dapat dipercaya. Pernyataan ini bukannya tanpa bukti.

Fakta sejarah membuktikan bahwa hampir semua penemuan hebat yang telah menjadi dasar dari ilmu pengetahuan merupakan hasil penelitian ilmuwan Kristen yang memulai penelitian mereka berdasarkan pernyataan-pernyataan tertentu dalam Alkitab.[2]Para ilmuawan Kristen ini mempercayai isi Alkitab dan percaya bahwa kisah-kisah dalam Alkitab adalah catatan yang akurat tentang penciptaan langit dan bumi, serta sejarah manusia dalam hubungannya dengan Allah Sang Penciptaan dan sumber segala pengetahuan.

Perlu untuk menegaskan bahwa Alkitab bukanlah buku sains atau buku sejarah sains yang mengajarkan teori-teori atau kebenaran-kebenaran ilmiah. Alkitab merupakan kumpulan dari kitab-kitab yang berisi fakta-fakta historis, seni, budaya dan karya sastra (seperti puisi, nubuatan surat-surat, dan narasi-narasi) di masa lalu. Karena itu, mencoba memaksakan Alkitab menjadi sebuah buku ilmiah masa kini adalah sikap yang salah! Namun bagian-bagian atau ayat-ayat tertentu di dalam Alkitab menunjukkan bahwa kita bisa mempercayai Alkitab dan bahwa fakta-fakta dalam Alkitab bersifat ilmiah telah diafirmasi oleh ilmu pengetahuan. Karena itu saintifik dapat dijadikan sebagai suatu pendekatan yang digunakan untuk membuktikan keakuratan Alkitab.

SAINS MEMBUKTIKAN KEAKURATAN ALKITAB

Orang-orang meragukan kebenaran Alkitab karena berbagai-bagai alasan. Salah satunya adalah bahwa Alkitab tidak akurat secara ilmiah. Tetapi pendapat ini jelaslah keliru! Alkitab memang bukanlah buku saintifik, namun ketika Alkitab membicarakan sesuatu secara ilmiah, maka pernyataan Alkitab itu akurat. Faktanya, Alkitab bahkan sudah akurat jauh sebelum buku-buku ilmiah lain ditulis. Berikut beberapa bukti yang mendukung keakuratan data ilmiah Alkitab.[3]

1. Bentuk Bumi Bulat

Jauh sebelum ilmu pengetahuan mendapati bahwa bumi ini tidak datar tetapi bulat,[4] Alkitab telah lebih dahulu menyatakan hal itu, sebagaimana ditulis oleh nabi Yesaya sekitar 2700 tahun yang lalu di dalam Yesaya 40:22, “Dia yang bertakhta di atas bulatan bumi yang penduduknya seperti belalang; Dia yang membentangkan langit seperti kain dan memasangnya seperti kemah kediaman!” Perhatikan frase “Dia yang bertakhta di atas bulatan bumi” dalam ayat tersebut sangat jelas mengafirmasi pendapat bahwa bumi itu berbentuk bulat.[5] 

Selanjutnya ilmu pengetahuan juga menjelaskan bahwa bumi ini bergantung di ruang angkasa tanpa topangan atau penyangga apa pun. Dalam hal ini Alkitab sudah lebih dahulu memberitahu bahwa “Allah membentangkan utara di atas kekosongan, dan menggantungkan bumi pada kehampaan” (Ayub 26:7). Jadi bagian ini sungguh menarik mengingat bahwa kosmologi dari berbagai budaya yang ada pada zaman itu tidak ada yang menganggap bahwa bumi ini berdiri tanpa penyangga, melainkan mereka biasanya mengatakan bahwa bumi ditunjang oleh pilar-pilar, atau benda tertentu, atau binatang tertentu.

2. Rotasi Bumi Dan Rotasi Matahari

Sejarah kuno meyakini bahwa bumi dipercaya sebagai pusat alam semesta sehingga di masa lalu dianggap bahwa bumi tidak bergerak dan bahwa matahari bergerak mengelilingi bumi. Kepercayaan kuno ini disebut teori geosentrisme. Namun kemudian diketahui bahwa sebenarnya bumilah yang bergerak mengelilingi matahari. Sains membuktikan bahwa bumi mengelilingi matahari, tetapi matahari bukanlah pusat alam semesta. Teori yang menyatakan bahwa bumi mengeliling matahari dan merupakan pusat alam semesta adalah teori heliosentrisme. Secara historis, heliosentrisme bertentangan dengan geosentrisme, yang menempatkan bumi di pusat alam semesta.

Para ilmuwan dikemudian hari menemukan bahwa matahari bukan pusat dari alam semesta seperti yang diyakini teori heliosentrisme. Sains modern menyatakan bahwa alam semesta tidak memiliki lokasi pusat yang spesifik. Jadi memang betul bumi bergerak mengelilingi matahari, namun matahari juga bergerak mengelilingi pusat Galaksi Bimasakti. 

Bumi dan planet lainnya berputar pada porosnya yang disebut rotasi bumi, sedangkan matahari dan bintang-bintang juga berputar pada porosnya. Hal ini telah disebutkan dalam Alkitab dengan jelas bahwa baik matahari, bulan dan bumi tersebut, semua mempunyai sirkuit (lintasan berbentuk bundar), sebagimana dinyatakan dalam Mazmur 19:7, ”Dari ujung langit ia terbit, dan ia beredar sampai ke ujung yang lain; tidak ada yang terlindung dari panas sinarnya”. Ini merupakan kesaksian kepada fakta bahwa matahari mempunyai sebuah sirkuit dan bukan merupakan pusat alam semesta.

3. Sistem Entropi dan Hukum Termodinamika II 

Hukum Termodinamika II menyatakan bahwa walau ada cukup energi dalam alam raya yang tetap konstan, namun jumlah yang diperoleh untuk melakukan pekerjaan yang bermanfaat selalu berkurang. Semuanya lalu bergerak ke arah yang kurang teratur atau kekacauan yang bertambah.[6]Hukum Termodinamika tersebut menyatakan bahwa proses alami cenderung bergerak menuju ke keadaan ketidakteraturan yang lebih besar. Ukuran ketidakteraturan ini dikenal dengan sistem entropi. Entropi merupakan besaran termodinamika yang menyerupai perubahan setiap keadaan, dari keadaan awal hingga keadaan akhir sistem.

Semakin tinggi entropi suatu sistem menunjukkan sistem semakin tidak teratur. Jadi menurut sains yang kita kenal sebagai hukum Termodinamika II di atas, bahwa segala sesuatu yang ada di dunia dan alam semesta ini bersifat merosot atau berkurang. Namun yang terpenting yang perlu diketahui adalah bahwa jauh sebelum ditemukannnya hukum Termodinamika II tersebut, Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa memang segala sesuatu yang diciptakan di alam semsta ini akan berkurang, merosot bahkan suatu saat akan lenyap. Dikatakan, “Dahulu sudah Kauletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tangan-Mu.Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian, seperti jubah Engkau akan mengubah mereka, dan mereka berubah” (Mazmur 102:22-26).

4. Siklus Hidrologi

Siklus hirologi adalah siklus air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transirasi. Pemanasan air laut oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara terus menerus. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.

Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Jauh sebelum para ahli dapat menjelaskan siklus hidrologi ini berdasarkan saintifik, Alkitab telah menyatakan bahwa Allah “membungkus air di dalam awan-Nya, namun awan itu tidak robek” (Ayub 26:8). 

Selanjutnya “Ia menarik ke atas titik-titik air, dan memekatkan kabut menjadi hujan,yang dicurahkan oleh mendung, dan disiramkan ke atas banyak manusia” (Ayub 36:27-28). Lebih lanjut, “Angin bertiup ke selatan, lalu berputar ke utara, terus-menerus ia berputar, dan dalam putarannya angin itu kembali. Semua sungai mengalir ke laut, tetapi laut tidak juga menjadi penuh; ke mana sungai mengalir, ke situ sungai mengalir selalu (Pengkotbah 1:6-7). Ayat-ayat tersebut secara gamblang menjelaskan apa yang kita kenal saat ini sebagai siklus hidrologi.

ARKEOLOGI MEMBUKTIKAN KEAKURATAN ALKITAB

Arkeologi adalah bagian dari sains (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kebudayaan manusia di masa lalu melalui kajian sistematis atas data bendawi yang ditinggalkan, seperti : (1) Dokumentasi berupa prasasti dan lain-lain. (2) Artepak yaitu budaya bendawi, seperti kapak batu dan bangunan candi. (3) ekofak yaitu benda lingkungan seperti batuan, rupa muka bumi, dan fosil. (4) fitur yaitu artefaktual yang tidak dapat dilepaskan dari tempatnya (situs arkeologi). 

Arkeologi memang bukan bertujuan untuk membuktikan bahwa Alkitab berasal dari Allah tetapi arkeologi dapat membuktikan ketepatan sejarah yang dicatat dalam Alkitab. Bukti-bukti arkeologi barangkali merupakan jenis bukti yang paling objektif bagi keakuratan tulisan dan salinan Alkitab, dimana argumen para kritikus destruktif telah banyak diruntuhkan dengan memanfaatkan hasil temuan dan penelitian arkeologi.

Kelihatannya Allah sengaja mengijinkan bukti-bukti tersebut terkubur selama berabad-abad di bawah pasir gurun, atau di dalam gua dan kuburan untuk ditemukan dan diungkapkan oleh arkeolog pada saat yang tepat, yaitu saat ilmu pengetahuan dan rasionalisme mempertanyakan keakuratan Alkitab dan meminta jawaban dengan bukti objektif yang menyertai.[7] 

Menurut arkeolog Nelson Glueck dapat dipastikan bahwa tidak pernah ada penemuan arkeologi yang bertentangan dengan pernyataan di dalam Alkitab dan bahwa catatan sejarah Alkitab dapat dipercaya ketepatannya dikuatkan oleh fakta arkeologi.[8] Berikut ini saya memberikan beberapa contoh keakuratan catatan Alkitab yang diafirmasi oleh penemuan dan penelitian arkeologi.

1. Dead Sea Scrolls

Penemuan Gulungan Naskah Laut Mati (Dead Sea Scrolls) pada tahun 1947 merupakan salah satu penemuan arkeologi terpenting dan terkemuka abad ke 20. Sejarah ringkas penemuan Gulungan Laut Mati ini dapat dibaca dalam buku Apologetika: Bukti-Bukti Yang Meneguhkan Alkitab karya Josh McDowell. [9] Naskah ini memberikan bukti positif atas keakuratan Perjanjian Lama.[10] Naskah-naskah ini terdiri dari 40.000 fragmen tulisan. 

Fragmen-Fragmen ini kemudian disusun menjadi 500 buah buku.[11] Naskah-naskah ini telah diberi tanggal oleh metode karbon-14 dan oleh analisis kimia terhadap tinta, penulisan, dan lain-lain dan diidentifikasi berasal dari sekitar tahun 200 SM dan permulaan masa Kekristenan.[12] Perbadingan Naskah Perjanjian Lama yang kita miliki saat ini dengan Gulungan Laut Mati ini menunjukkan realibilitas Alkitab yang luar biasa dalam penyalinan teks.[13]

2. Sensus Penduduk Dunia dalam Lukas 2:1-5

Di masa lalu pernah dituduh bahwa Lukas keliru ketika mencatat adanya sensus diseputar kelahiran Yesus. Menurut para kritikus, ada problem dalam catatan Lukas yang menyatakan bahwa Kaisar Agustus melakukan sensus di kekaisaran selama pemerintahan Kirenius dan Herodes. Menurut mereka tidak ada catatan tentang sensus semacam itu, tetapi menurut penemuan arkeologi sekarang kita tahu bahwa sensus regular dilakukan di Mesir, Gaul, dan Kirene. Kemungkinan besar yang dimaksud oleh Lukas adalah sensus itu itu dilakukan di seluruh wilayah kekaisaran pada waktu yang berbeda dan Agustus itulah yang memulai prosesnya.

Bentuk present tense yang digunakan Lukas menunjukan bahwa dengan kuat pemahaman ini merupakan peristiwa yang berulang-ulang. Sekarang Kirenius memang melakukan sensus, tetapi itu dilakukan pada tahun 6 M, terlalu terlambat untuk kelahiran Yesus, dan Herodes sudah mati sebelum Kirenius menjadi Gubernur. Apakah Lukas bingung? Tentu saja tidak!. Sesungguhnya Lukas menyebutkan sensus Kirenius yang lebih baru dalam Kisah Para Rasul 5:37. Besar kemungkinannya bahwa Lukas membedakan sensus pada zaman Herodes dengan sensus Kirenius yang lebih dikenal. [14]

3. Keakuratan Peristiwa Penyaliban Yesus[15]

Pada tahun 1968 ditemukan lokasi kuburan kuno di Yerusalem yang memuat kurang lebih 35 mayat. Dispastikan bahwa sebagian besar mengalami penyiksaan yang kejam sebelum mati saat pemberontakan orang Yahudi melawan Romawi pada tahun 70 M. Salah satu dari mayat tersebut adalah seorang pria yang bernama Yohanan Ben Ha’galgol. Pria ini diperkirakan berumur antara 27-28 tahun. Langit-langit mulut pria ini terbelah dan paku sepanjang 17,5 cm masih tertancap di antara kakinya. Kakinya diputar keluar sehingga paku persegi itu bisa dipakukan melalui kedua kaki pada bagian sisi tumit tepat dibagian dalam otot Archilles.

Hal ini menyebabkab kakinya bengkok keluar sehingga tidak bisa digunakan untuk menopang tubuhnya di kayu salib. Pakunya menembus penampang kayu Akasia, kemudian melalui tumitnya, kemudian ke dalam penampang kayu Zaitun. Juga ada bukti paku yang sama telah ditusukkan di antara dua tulang pada masing-masing lengan bawah. Ini menyebabkan tulang bagian atasnya halus rata karena korban berulang-ulang mengangkat dan menurunkan tubuhnya untuk bernafas (bernafas menjadi sulit dengan lengan dinaikkan). 

Korban penyaliban harus mengangkat tubuhnya sendiri untuk membebaskan otot dada, dan ketika mereka menjadi lemah dan tidak mampu melakukan, mereka mati karena kekurangan nafas. Kaki Yohanan diremukkan melalui pukulan, sesuai dengan penggunaan krusifragium Romawi secara umum (Yohanes 19:31-32). Masing-masing perincian penemuan arkeologi ini meneguhkan keakuratan penjelasan Perjanjian Baru, khususnya penulis Kitab Injil tentang penyaliban Yesus. 

4. Kota-Kota Dalam Alkitab [16]

(1) Arad. Tercatat di Alkitab, “Ketika orang Kanaan, raja Arad, yang tinggal di Negev, mendengar bahwa Israel datang melalui jalan Atarim, maka ia berperang melawan Israel, dan mengambil beberapa dari mereka sebagai tawanan” (Bilangan 21:1). Juga dicatat, “Sekarang, orang Kanaan, raja Arad yang tinggal di Negev di tanah Kanaan, mendengar tentang kedatangan anak-anak Israel” (Bilangan. 33:40). 

Arkeologi menjelaskan bahwa Arad berada 30 km sebelah timur laut dari Bersyeba, digali dari tahun 1962 hingga 1974 oleh Y. Aharoni dan R. B. K. Amiran. Situs ini terdiri dari gundukan atas atau akropolis, tempat penggalian telah mengungkapkan Zaman Besi (pasca abad ketiga belas SM). Sisa-sisa kuil Ibrani ditemukan di Arad.

(2) Betel. Tercatat di Alkitab, “Lalu Amazia berkata kepada Amos," Pergilah, lihatlah, pergilah ke tanah Yehuda, dan di sana makanlah roti dan di sana engkau bernubuat! Tetapi tidak lagi bernubuat di Betel, karena itu adalah tempat suci raja dan tempat tinggal kerajaan” (Amos 7: 12-13). Arkelogi menjelaskan bahwa Betel memang ada. Arkeolog W. F. Albright melakukan penggalian percobaan di Betel pada tahun 1927. Albright kemudian melakukan penggalian penuh pada tahun 1934. Asistennya tahun itu, J. L. Kelso, melanjutkan penggalian pada tahun 1954, 1957, dan 1960.

(3) Kapernaum. Tercatat di Alkitab “Dan ketika mereka datang ke Kapernaum, orang-orang yang memungut pajak dua dirham mendatangi Petrus, dan berkata," Apakah gurumu tidak membayar pajak dua dirham?” (Matius 17:24). Arkeologi menjelaskan bahwa Kapernaum telah diidentifikasi sejak 1856 dengan nama Tell Hum, Kapernaum telah digali secara sporadis selama 130 tahun terakhir.

(4) Efesus. Tercatat di Alkitab, “Paulus, rasul Kristus Yesus karena kehendak Allah, kepada orang-orang kudus di Efesus, dan yang setia kepada Kristus Yesus” (Efesus 1:1). Arkeologis menjelsakan bahwa para arkeolog Austria pada abad 20 ini telah menggali teater 24.000 tempat duduk dan agora komersial, serta banyak bangunan publik dan jalan-jalan di abad pertama dan kedua, sehingga pengunjung modern dapat memperoleh kesan kota adalah kota Efesus sebagaimana diketahui oleh Paulus.

(5) Yerikho. Tercatat di Alkitab, “Lalu bani Israel berangkat, dan berkemah di dataran Moab di seberang Yordan, di seberang Yerikho” (Bilangan 22:1). Arkeologi menjelaskan bahwa Yerikho adalah kota berpenduduk tertua dan berbenteng yang pernah digali. Kota zaman PL diwakili hari ini oleh gundukan setinggi 70 kaki dan 10 hektar Kota kuno itu digali oleh C. Warren (1867), E. Sellin dan C. Watzinger (1907-09), J . Garstang (1930-36), dan K. Kenyon (1952-58). Penggalian ilmiah pertama di sana (1907-9) adalah oleh Sellin dan Watzinger (Jericho, 1913).

(6) Niniwe. Tercatat di Alkitab, “Maka Sanherib, raja Asyur, pergi dan kembali ke rumah dan tinggal di Niniwe” (2 Raja-raja 19:36) dan “Datanglah firman Tuhan kepada Yunus bin Amitai:" Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan berserulah menentangnya, karena kejahatan mereka telah datang di hadapan-Ku” (Yunus 1: 1-2). Arkeologis menjelaskan bahwa Kota Niniwe digali dan ditemukan dari tahun 1845 hingga 1857 oleh Austen H. Layard.

PENUTUP

Ringkasnya, Alkitab memang tidak dimaksudkan menjadi catatan atau buku sains, tetapi Alkitab menyatakan kebenaran dan kebenaran tersebut didukung oleh fakta-fakta yang keakuratannya diafirmasi oleh sains dan penelitian arkeologi. Sungguh tidak masuk akal membayangkan sebuah kitab (yang dituduh telah dipalsukan) yang ditulis ratusan tahun setelah peristiwa yang dikisahkan masih dapat akurat dalam perincian keilmiahan dan kesejarahannya seperti Alkitab.

REFERENSI

Archer, Gleason, L. Encyclopedia Of Bible Difficulties, terj. Malang: Penebit Gandum Mas, 2009.

Beker, Charles. F. A Dispensasional Theology, terj. Johan C. Pandelaki. Jakarta: Penerbit Alkitab Anugerah, 2009.

Douglas, J.D (ed). Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid 1 & 2, terj. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1996. Erickson J. Millard. Teologi Kristen Volume 2, terj. Malang: Penerbit Gandum Mas, 2003.

Geisler, Norman & Ron Brooks. Ketika Alkitab Dipertanyakan, terj. Jhony The. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset, 2010.

Lamont, Ann. 21 Great Scientists Who Believed The Bible, terj. Lilian D. Tedjasudhana. Jakarta: Penerbit Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1999.

McDowell, Josh. Apologetika: Bukti Yang Meneguhkan Kebenaran Alkitab, Terj. Malang: Penerbit Gandum Mas, 2007.

Ryrie, Charles C. Teologi Dasar 1, terj. Ratri Kumudawati. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset, 1991.

Strobel, Lee. Pembuktian Atas Kebenaran Allah Sebagai Sang Pencipta, terj. Magda L. Toruan. Batam: Penerbit Gospel Press, 2006.

Supardan (ed). Ilmu, Teknologi dan Etika. Jakarta: Penerbit BPK Gunung Mulia, 1996.

[1] Strobel, Lee. Pembuktian Atas Kebenaran Allah Sebagai Sang Pencipta, terj. Magda L. Toruan. (Batam: Penerbit Gospel Press, 2006), 91-2.

[2] Saya merekomendasi buka karya Ann Lamont yang berjudul 21 Great Scientists Who Believed The Bible. Edisi Indonesia diterjemahkan oleh Lilian D. Tedjasudhana diterbitkan oleh Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF Jakarta.

[3]Beberapa bukti ini diadopsi dari artikel Matt Slick yang berjudul Christian and Science dalam website berikut : https://carm.org/christianity-and-science dengan penambahan dan penyesuaian dari saya.

[4] Ketika Apollo 8 dengan misi luar angkasanya berhasil mendapatkan foto bumi yang otentik! Hasil temuan gambar bumi dari Apollo 8 disebut earthrise, gambar ini sempat menjadi viral oleh penduduk dunia dan disebarkan pada tanggal 24 Desember 1968. Warna bumi dari gambar tersebut adalah kebiruan dan bentuknya bulat.

[5] Bumi dilihat dari luar angkasa secara kasat mata berbentuk bulat, tetapi permukaannya tidak. Permukaan bumi ada yang datar, ada yang tinggi bahkan ada yang menjorok ke dalam di bawah permukaan laut. Daratan tersebut dapat berbentuk gunung, bukit, lembah, palung dan lain-lain. Bentuk bulat bumi itu disebabkan oleh adanya gaya gravitasi. Gravitasi memanipulasi bentuk bumi agar jarak antara permukaan bumi dengan pusat gravitasi sama-sama panjang atau dengan kata lain membentuk jari-jari sama panjang.

[6] Ryrie, Charles C. Teologi Dasar 1, terj. Ratri Kumudawati (Yogyakarta: Penerbit Andi Offset, 1991), 240.

[7] Beker, Charles. F. A Dispensasional Theology, terj. Johan C. Pandelaki. (Jakarta: Penerbit Alkitab Anugerah, 2009), 77.

[8] McDowell, Josh. Apologetika: Bukti Yang Meneguhkan Kebenaran Alkitab, Terj. (Malang : Penerbit Gandum Mas, 2007), 115.

[9] Ibid, 102-3.

[10] Ryrie, Teologi Dasar 1, 139.

[11] Op.cit, 102.

[12] Beker, A Dispensasional Theology, 78.

[13] Geisler, Norman & Ron Brooks. Ketika Alkitab Dipertanyakan, terj. Jhony The. (Yogyakarta: Penerbit Andi Offset, 2010), 187.

[14] Untuk penjelasan lengkap lihat: Archer, Gleason, L. Encyclopedia Of Bible Difficulties, terj. (Malang: Penebit Gandum Mas, 2009), 623-4.

[15] Op.cit, 244.

[16] Bagian ini diadopsi dari artikel Matt Slick yang berjudul “Archaeological Evidence Verifying Biblical Cities” dalam website : https://carm.org/archaeological-evidence-verifying-biblical-cities dengan beberapa penambahan dan penyesuaian dari saya.

SAINTIFIK DAN ARKEOLOGI MEMBUKTIKAN KEAKURATAN ALKITAB. https://teologiareformed.blogspot.com/
Next Post Previous Post