BOLEHKAH MENCURI DOMBA/JEMAAT?

Pdt.Esra Alfred Soru.
BOLEHKAH MENCURI “DOMBA”/JEMAAT?
Ada istilah populer di kalangan gereja yakni “mencuri domba”. Sebutan ini seringkali dipakai untuk tindakan mengambil anggota jemaat gereja lain untuk menjadi anggota jemaat gereja sendiri. Ada banyak pendeta yang menuduh pendeta lain mencuri “domba-dombanya” karena jemaatnya berpindah gereja pendeta yang dituduh itu. Demikian juga ada banyak pendeta yang dituduh sebagai “pencuri domba” karena ada jemaat dari gereja lain yang berpindah ke gerejanya. Saya sendiri sering mendapatkan tuduhan seperti itu. Dianggap sebagai “pencuri domba” dan bahkan ada yang berkata bahwa saya “berbahagia di atas penderitaan orang (pendeta) lain”. 

Pagi ini ketika mempersiapkan diri untuk mengajar Katekisasi dari hukum ke-8 yakni “JANGAN MENCURI”, saya menemukan tulisan Pdt. Budi Asali, M. Div yang membahas tentang masalah “mencuri domba” ini. Berikut ini saya bagikan tulisan Pdt. Budi Asali, M.Div agar menjadi pencerahan bagi kita dalam soal “mencuri domba” ini.

BAGAIMANA DENGAN “MENCURI DOMBA”?

1. Ditinjau dari sudut dombanya.

Ditinjau dari sudut dombanya, apakah salah bagi domba kalau ia keluyuran / berpindah-pindah dari satu gereja ke gereja lain? Menurut saya, salah atau tidak tergantung apa motivasinya untuk keluyuran / berpindah-pindah. Silahkan keluyuran / berpindah-pindah, tetapi dengan tujuan mencari gereja yang pengajarannya bagus. Domba yang terus krasan ada dalam gereja yang jelek, apalagi yang sesat, hampir bisa dipastikan bukanlah domba tetapi kambing! Ia harus mencari gereja yang bagus / benar pengajarannya, tetapi kalau sudah mendapatkan, ia seharusnya menetap di gereja itu! Terus keluyuran / berpindah-pindah, akan menyebabkan pemberian makanan yang sudah seimbang dalam suatu gereja, ia makan hanya sedikit-sedikit sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam hal makanannya! Itu hanya merugikan dirinya sendiri! Tetapi kalau ia sudah menetap di suatu gereja yang bagus, dan sekali-sekali pergi ke gereja lain, yang mengadakan acara istimewa, itu tentu tidak apa-apa.

2. Ditinjau dari sudut gembala / pendetanya.

Menurut saya tak ada pendeta yang berhak menuduh pendeta lain ‘mencuri domba’nya, karena semua domba adalah milik Tuhan (Yoh 10:11,14,15), bukan milik pendeta itu.

Yohanes 10:11,14,15 - “(11) Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; ... (14) Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-dombaKu dan domba-dombaKu mengenal Aku (15) sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawaKu bagi domba-dombaKu”.

Ini merupakan sesuatu yang harus disadari oleh setiap pendeta, khususnya pendeta-pendeta yang sedikit-sedikit menuduh pendeta lain ‘mencuri domba’nya, dan juga pendeta-pendeta yang selalu ‘mengurung’ domba-domba itu dalam gerejanya sendiri saja, dan melarangnya berbakti / melayani, apalagi memberi persembahan ke gereja lain, sekalipun tidak ia anggap sebagai gereja yang sesat!

Sebetulnya pendeta yang ‘mengurung’ domba-domba itu, atau yang sedikit-sedikit menuduh pendeta lain ‘mencuri domba’nya, menunjukkan dirinya sebagai orang yang tidak mencari kemuliaan Tuhan, tetapi melayani secara egois, demi dirinya sendiri. Dan biasanya ujung-ujungnya persoalan terutama adalah uang! Karena itu, biasanya pendeta-pendeta seperti itu tidak peduli kalau yang dicuri adalah jemaat yang miskin, tetapi akan marah kalau yang dicuri adalah jemaat yang kaya! Dari pada menyalahkan pendeta lain sebagai ‘pencuri domba’, lebih baik pendeta yang ‘kecurian domba’ itu mengintrospeksi dirinya dan pelayanannya. Apa sebabnya dombanya lari ke gereja lain / mau dicuri? Apakah karena ia memang melayani secara buruk / tidak bertanggung jawab? Apakah ia tidak memberi makan dombanya dengan baik? Kalau ia memang sudah memberikan ‘rumput’ yang baik, tetapi dombanya lebih senang ‘sampah’ di tempat lain, itu sangat besar kemungkinannya bukanlah domba tetapi kambing! Lalu mengapa pusing kalau kehilangan kambing?

Kalau ada seorang Kristen dari gereja lain mau datang ke gereja kita dan menjadi anggota gereja kita, haruskah kita menolaknya? Menurut saya, tidak! Tetapi bagaimana dengan kata-kata Paulus dalam Rom 15:20?

Roma 15:20 - “Dan dalam pemberitaan itu aku menganggap sebagai kehormatanku, bahwa aku tidak melakukannya di tempat-tempat, di mana nama Kristus telah dikenal orang, supaya aku jangan membangun di atas dasar, yang telah diletakkan orang lain”.

Calvin mengatakan bahwa hukum ini tidak berlaku umum, tetapi untuk Paulus sebagai rasul, yang tugasnya memang memberitakan Injil di mana Kristus belum dikenal. Bandingkan :

1 Korintus 3:6,10 - “(6) Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. ... (10) Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya”.

Jelas bahwa Paulus tak keberatan kalau hasil penginjilannya dibangun / diajar oleh orang lain!

Kalau seorang pendeta ‘mencuri domba’ (atau ‘kambing’?) dari gereja yang memang sesat, atau gereja yang pendetanya sesat / brengsek, selama motivasinya memang untuk kemuliaan Tuhan / kebaikan dari domba / kambing itu, menurut saya tindakan itu bukan saja tidak merupakan dosa, tetapi bahkan merupakan suatu tindakan yang saleh!

BACA JUGA: TIPS AGAR KHOTBAH DIDENGAR OLEH JEMAAT

Tetapi secara sengaja dan secara aktif ‘mencuri domba’ dari sesama gereja yang benar, menurut saya memang merupakan suatu tindakan kurang ajar dan berdosa. Apalagi pendeta yang secara sengaja melakukan kudeta untuk mencuri seluruh gereja dari pendeta lain!

Demikianlah tulisan Pdt. Budi Asali. Semoga menjadi pencerahan bagi kita semua, baik sebagai “gembala” maupun sebagai “domba” sehingga kita terburu-buru di dalam menilai dan pada akhirnya jatuh pada menghakimi orang lain secara tidak adil.
Next Post Previous Post