MALEAKHI 4:1-6 (HARI TUHAN)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
Dalam bagian ini Maleakhi membahas tentang hari / saat yang telah ia singgung dalam Maleakhi 3:17.
I) Apa yang akan terjadi pada hari itu?
1) Untuk orang yang tidak beriman (Maleakhi 4: 1).
a) Ay 1 membicarakan ‘orang yang tidak beriman’, yang disebut sebagai ‘gegabah’ dan ‘fasik’.
Kata ‘gegabah’ ini salah terjemahan.
KJV: proud (= sombong).
NIV/NASB/RSV: arrogant (= sombong).
Orang yang tidak beriman disebut ‘sombong’ karena:
· merasa bisa hidup tanpa Tuhan.
· merasa dirinya cukup baik dan bisa masuk surga dengan kekuatannya sendiri. Misalnya dengan berkata: ‘Saya tidak perlu percaya Yesus ataupun ke gereja; yang penting saya tidak men-jahati orang’ atau ‘yang penting saya berbuat baik’, dsb.
· merasa dirinya lebih baik dari orang kristen.
Semua ini jelas adalah kesombongan!
Untuk kata ‘fasik’:
KJV: do wickedly (= berbuat dengan jahat).
NIV/NASB/RSV: evildoers (= pembuat kejahatan).
Orang tidak beriman disebut sebagai ‘pembuat kejahatan’, karena mereka memang tidak bisa berbuat baik, dan semua yang mereka lakukan dianggap jahat oleh Tuhan (Titus 1:15)!
Tetapi hebatnya, mereka ini bisa sombong dan merasa diri baik!
b) Hari itu digambarkan seperti ‘api’ (ay 1).
Dalam Kitab Suci, api sering menjadi simbol dari hukuman Allah (Matius 3:10,12 Matius 13:30 Matius 25:41 Yohanes 15:6 Wahyu 21:8).
c) Orang-orang yang tak beriman itu digambarkan seperti ‘jerami’ (Maleakhi 4: 1).
· Mereka sombong, dan merasa dirinya baik, tetapi bagi Tuhan mereka seperti jerami!
· Mereka seperti jerami, padahal ‘hari itu’ digambarkan seperti api. Tak heran kalau mereka dihabiskan sampai tidak ditinggalkan akar dan cabang (ay 1b).
2) Untuk orang yang beriman (Maleakhi 4: 2-3).
a) Dalam ay 2 disebutkan tentang ‘orang yang beriman’ yang disebut sebagai ‘kamu yang takut akan namaKu’.
Artinya: mereka takut kepada Tuhan, mereka hormat kepada Tuhan, mereka takut berbuat dosa, mereka hormat, cinta dan tunduk pada Firman Tuhan, dsb.
b) Selanjutnya Maleakhi 4: 2 mengatakan bahwa bagi orang yang beriman itu ‘akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya’.
· Istilah ‘surya kebenaran’ ini jelas menunjuk kepada Kristus sendiri (Yohanes 8:12).
· Istilah ‘sayap’ mungkin menunjuk kepada sinar dari surya / matahari itu. Ini memberi ‘kesembuhan’. Ada yang mengartikan ini sebagai kesembuhan dari penyakit, tapi saya lebih setuju pada pandangan yang mengatakan bahwa ini menunjuk pada ‘damai’ (bebas dari kesukaran / malapetaka).
c) Lalu Maleakhi 4: 2 melanjutkan dengan mengatakan ‘kamu akan keluar dan berjingkrak-jingkrak seperti anak lembu lepas kandang’.
Ini tentu tidak boleh ditafsirkan secara hurufiah (karena kalimat sebelum dan sesudahnya juga tidak hurufiah!), dan lalu dianggap menunjuk pada orang yang berjingkrak-jingkrak dalam gereja-gereja yang mengadakan Toronto Blessing. Ini adalah suatu penggambaran dari sukacita (anak lembu yang dilepaskan dari kandang memang berjingkrak-jingkrak saking senangnya).
Jadi, orang yang beriman sekarang memang menderita, tetapi pada ‘hari itu’ mereka akan bersukacita.
d) Akhirnya Maleakhi 4: 3 mengatakan bahwa orang yang beriman ini ‘akan menginjak-injak orang-orang fasik’.
Orang fasik / tak beriman, yang tadi digambarkan seperti jerami yang dibakar oleh api, sekarang digambarkan diinjak-injak oleh orang benar, sehingga menjadi ‘abu di bawah telapak kaki orang yang beriman’.
Semua ini menunjukkan bahwa pada ‘hari itu’ orang benar akan menang atas orang fasik (ay 3). Sekarang, orang beriman bisa kelihatan kalah, tetapi pada ‘hari itu’ orang benar akan menang.
II) Apa yang akan terjadi menjelang hari itu (Maleakhi 4: 5-6)?
1) Ini menunjuk pada kedatangan Yohanes Pembaptis (bdk. Lukas 1:13-17).
2) Ini tidak berarti bahwa Kitab Suci percaya pada reinkarnasi!
Memang Matius 11:14 dan Matius 17:10-13 seakan-akan menunjukkan bahwa Yohanes Pembaptis betul-betul adalah Elia. Tetapi Yohanes 1:21 jelas menun-jukkan bahwa Yohanes Pembaptis bukanlah Elia. Disamping itu Ibrani 9:27, yang mengatakan bahwa semua manusia ditetapkan untuk mati satu kali saja dan setelah itu dihakimi, jelas menentang reinkarnasi!
3) Yohanes Pembaptis disebut Elia sebab:
a) Mirip dalam hal pakaian (bdk. 2Raja-raja 1:8 dengan Matius 3:4).
b) Mirip dalam hal semangat dan keberanian (1Raja-raja 18:16-19 Matius 3:7-dst Matius 14:3-4).
Keberanian kedua orang ini dalam menegur seorang raja, betul-betul adalah sesuatu yang luar biasa. Kita sendiri, jangankan menegur Presiden, menegur RT atau RW yang bersalah saja belum tentu kita berani melakukannya!
c) Baik Elia maupun Yohanes Pembaptis sama-sama berusaha untuk memulihkan agama / ibadah yang rusak.
Pada jaman Elia, agama / bangsa Israel saat itu dirusakkan oleh penyembahan kepada berhala / dewa Baal, sedangkan pada jaman Yohanes Pembaptis, sekalipun tidak ada penyembahan berhala, tetapi ibadah saat itu hanyalah ibadah yang bersifat lahiriah saja.
III) Kapan hari itu tiba?
Ada banyak pandangan:
1) Kedatangan Kristus yang pertama.
Alasan: karena didahului oleh Yohanes Pembaptis (Maleakhi 4: 5,6).
Tetapi ini tidak cocok dengan ay 1-3.
2) Kedatangan Kristus yang kedua.
Alasan: karena Maleakhi 4: 1-3 rasa-rasanya tidak terjadi pada kedatangan Kristus yang pertama, tetapi terjadi pada kedatangan Kristus yang kedua.
Tetapi ini tidak cocok dengan Maleakhi 4: 5-6.
3) Ini menunjuk pada semua penghakiman yang Allah lakukan sampai hari terakhir.
Pandangan ini rasanya tidak mungkin, karena semua ini menunjuk pada hari tertentu (the day).
4) Hari itu terjadi pada saat yang dekat, sehingga dialami oleh orang-orang pada saat itu.
Ini rasanya juga tidak mungkin, karena tidak cocok dengan ay 1-3 maupun Maleakhi 4: 5.
5) Pada kedatangan Kristus yang pertama nubuat ini sudah digenapi, tetapi pada kedatangan Kristus yang kedua barulah terjadi penggenapan yang sempurna / sepenuhnya.
BACA JUGA: 3 CARA SUPAYA MAMPU BERSYUKUR (EFESUS 5:20)
6) Kita hidup pada jaman di antara kedatangan Kristus yang pertama dan kedua, sehinga kita dengan mudah dapat membedakan kedua keda-tangan tersebut. Tetapi bagi Maleakhi, baik kedatangan yang pertama maupun yang kedua belum terjadi. Pada waktu ia memandang ke depan, ia melihat kedatangan pertama (ay 5-6) dan kedatangan kedua (ay 1-3) itu berimpit. Karena itu ia mencampurbaurkan kedatangan pertama dan kedua.
Saya condong pada no 6 atau no 5.
IV) Persiapan untuk menghadapi hari itu.
1) Belajar Firman Tuhan (Maleakhi 4: 4).
Kata ‘Taurat’, kadang-kadang berarti seluruh Perjanjian Lama, kadang-kadang hanya 5 Kitab Musa, kadang-kadang hanya 10 Hukum Tuhan. Di sini, karena karena adanya kata-kata ‘yang telah kuperintahkan kepada Musa’, maka ‘Taurat’ ini menunjuk pada 5 Kitab Musa. Tetapi harus diingat bahwa semua kitab-kitab yang lain dalam Perjanjian Lama merupakan penafsiran dari Taurat atau merupakan perintah-perintah Tuhan untuk kembali pada Taurat. Jadi, sebetulnya semua sudah termasuk.
Jadi, mereka harus mempersiapkan diri untuk menghadapi hari itu dengan mempelajari seluruh Firman Tuhan!
2) Bertobat dari dosa (ay 5-6).
Arti Maleakhi 4: 6: kalau bapa maupun anak, yang tadinya bermusuhan, sama-sama kembali pada iman yang benar (bertobat), maka mereka pasti akan bersatu / rukun kembali.
Sejak dosa masuk ke dalam dunia maka terjadi gap bukan hanya antara Allah dan manusia, tetapi juga antara manusia dengan manusia. Ini terlihat dari peristiwa dimana Adam melemparkan kesalahan kepada Hawa (Kejadian 3:12), lalu pada peristiwa pembunuhan oleh Kain terhadap Habel. Hanya kalau manusia kembali kepada Allah melalui Yesus Kristus, dan sama-sama mempunyai hati pikiran yang dipenuhi dan dikuasai oleh kebenaran / Firman Tuhan, barulah manusia bisa bersatu / rukun kembali!
Jadi, mereka harus bertobat, dan kembali pada jalan yang benar.
Bagaimana dengan kita? Kita memang tidak menantikan kedatangan Kristus yang pertama, tetapi kita menantikan kedatangan Kristus yang kedua. Tetapi cara kita menanti adalah sama:
1) Belajar Firman Tuhan (dalam Kebaktian, Bible Study, Saat Teduh, dsb).
2) Bertobat dari segala dosa.
· datanglah kepada Yesus.
· Jangan hanya menjadi pendengar Firman, tetapi jadilah pelaku Firman!
Kalau tidak, pada hari Tuhan, saudara akan menjadi seperti ‘jerami’ yang menghadapi ‘api’.
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-