DEBAT BAPTISAN PERCIK VS TUANG ATAU SELAM
Pdt. Budi Asali, M.Div.
BACA JUGA: BUKU SEPUTAR MASALAH BAPTISAN
“Di daerah itu tidak diketahui adanya sungai dengan kedalaman yang cukup untuk memungkinkan penyelaman seorang manusia”.
Ada 3 cara, yaitu percik, tuang,
dan selam.
Orang yang menggunakan baptisan
percik atau tuang, biasanya memilih baptisan percik atau tuang karena segi
praktisnya (lebih-lebih kalau dilakukan terhadap bayi atau orang tua),
disamping itu cukup alkitabiah.
Tanggapan
Setulus Tafonao:
Cara baptisan hanya 1 bukan 3.
Baptisan yang 1 itu ialah SELAM sesuai dari arti katanya yaitu BAPTIZO. Dan
kalau bayi DIPERCIK itu bukan dibaptis melainkan dirantis (RANTIZO = percik).
Kemudian bayi juga belum memenuhi syarat untuk dibaptis, karena syarat untuk
dibaptis ialah bisa menyadari dosanya dan percaya. Jadi kalau bayi dipercik itu
tidak Alkitabiah kalau disebut baptisan.
gadget, education |
Tanggapan Budi Asali:
Lihat bagaimana orang bodoh ini
berargumentasi. Aku belum memberi argumentasi apa-apa, dan dia sudah menjawab!
Dengan jawaban yang konyol laginya.
Amsal 18:13 - “Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya.”.
Amsal 18:13 - “Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya.”.
Tetapi karena dia sudah beri
argumentasi maka aku harus menjawab. Ini jawababku:
1. Aku
mengatakan ada 3 cara baptisan itu, maksudku DALAM DUNIA KRISTEN!! Dan dia
menjawab bukan 3 tetapi 1!
2. Dia
mengatakan bahwa kalau bayi dipercik, itu bukan dibaptis, tetapi diRANTIS
(karena kata ‘percik’ dalam bahasa Yunani adalah RANTIZO). Ini argumentasi
konyol, karena kata Yunani BAPTIZO memang sudah di-Inggris-kan menjadi ‘to
baptize’, dan juga di-Indonesia-kan menjadi membaptis, baptisan dan sebagainya.
Tetapi Kata Yunani RANTIZO tidak. Sehingga waktu dia mengatakan bayi bukan
dibaptis tetapi diRANTIS, bagi saya itu merupakan argumentasi konyol.
3. Dia
mengatakan bahwa arti kata BAPTIZO adalah ‘selam’. Kalau saya melihat Kamus
bahasa Yunani saya melihat bahwa arti kata itu memang bisa ‘immerse’, yang
berarti direndam secara keseluruhan. Tetapi ada arti lain, yaitu ‘to dip’ [=
mencelup], ‘to wash’ [ mencuci]. Sebagai referensi untuk hal ini, saya
memberikan suatu Kamus bahasa Yunani yang sangat tebal, dan dianggap sebagai
salah satu yang terbaik, yaitu ‘A Greek-English Lexicon of the New Testament’,
tulisan dari William F. Arndt dan F. Wilbur Gingrich, hal 131. Tentang kata ‘to
wash’ akan saya bahas di bawah. Sekarang saya membahas kata ‘to dip’. Kata ‘to
dip’ [= mencelup] sering dianggap sama artinya dengan merendam secara total.
Tetapi saya sama sekali tidak setuju, karena mencelup itu sangat bisa dilakukan
dengan mencelup sebagian saja. Sebagai contoh: Yohanes 13:26 - “Jawab
Yesus: ‘Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku
MENCELUPKANNYA.’ Sesudah berkata demikian Ia mengambil roti, MENCELUPKANNYA dan
memberikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot.”. Dua
kali kata ‘mencelupkan’ ini yang pertama berasal dari kata Yunani BAPSO, dan
yang kedua dari kata Yunani BAPSAS, dan keduanya berasal dari kata Yunani
BAPTO. Kata ‘mencelupkan’ diterjemahkan ‘dipped’ dalam semua Alkitab bahasa
Inggris yang saya pakai. Bdk. Matius 26:23
Markus 14:20. Dalam Matius 26:23 dikatakan ‘mencelupkan tangannya ke dalam
pinggan’. Pinggan ini berisi semacam sop sayur pahit (bdk. Keluaran 12:8).
‘Mencelupkan tangan ke dalam pinggan’ tentu tidak
berarti bahwa mereka makan sop sayur pahit itu langsung dengan menggunakan
tangan. Mereka makan sayur pahit ini dengan menggunakan roti mereka sebagai
sendok (bdk. Markus 14:20 - ‘mencelupkan roti’).
Perlu saudara ingat bahwa roti yang mereka gunakan tidak sama dengan roti kita
sekarang ini. Roti mereka berbentuk bundar dan tipis dengan lubang di
tengah-tengahnya, dan roti itu keras (tidak lembek seperti roti kita). Karena
itu bisa dipakai untuk menyendok sayur pahit itu, dan juga bisa ‘dipecah-pecahkan’
(Matius 26:26). SEKARANG PIKIRKAN, PADA WAKTU SESEORANG MENCELUPKAN ROTI KE
DALAM PINGGAN UNTUK MENYENDOK SAYUR PAHIT ITU, APAKAH IA MENCELUPKAN SELURUH
ROTI? kALAU SAUDARA KATAKAN ‘YA’, MAKA SECARA SAMA KALAU SAUDARA MENYENDOK KUAH
MASAKAN TERTENTU, SAUDARA MENCELUPKAN SELURUH SENDOK KE DALAM KUAH. Dan saya
yakin hanya orang yang tidak waras yang melakukan hal itu. Kalau orang
menyendok, baik dengan roti maupun dengan sendok, ia hanya mencelupkan SEBAGIAN
dari sendok / roti itu.
Orang-orang yang menggunakan
baptisan selam biasanya tidak mengakui baptisan percik dan baptisan tuang
sebagai baptisan yang sah. Alasan-alasan yang biasanya mereka pakai ialah:
a. Kata Yunani BAPTIZO / BAPTO berarti diselam.
b. Yesus dibaptis dengan baptisan selam.
c. Ro 6:3-4 mengajarkan baptisan selam.
Roma 6:3-4 - “(3) Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis
dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematianNya? (4) Dengan demikian kita telah
dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya,
sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan
Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.”.
Tanggapan
Setulus Tafonao:
Alasan-alasan di atas ini sangat Alkitabiah.
Tanggapan Budi Asali:
Bisakah kalau debat nggak nyocot
dulu sampai argumentasiku selesai? Debat dengan kamu buat aku naik darah!!
Terhadap ini saya menjawab
bahwa:
a) Kata Yunani BAPTIZO / BAPTO tidak harus berarti selam.
J. A. Alexander (tentang Kisah Para Rasul 2:38): “Even
granting that this Greek verb originally meant ‘to immerse,’ i. e. to dip or
plunge - a fact which is still earnestly disputed - it does not follow that
this is essential to its meaning as a peculiar Christian term. On the contrary,
analogy would lead us to suppose that, like other Greek terms thus adopted, it
had undergone some modification of its etymological and primary import. As
‘presbyter’ no longer suggests personal age, nor ‘deacon’ menial service, nor
‘supper’ a nocturnal meal, as necessary parts of their secondary Christian
meaning, why should this one word be an exception to the general rule, and
signify a mere mode of action as no less essential than the act itself?” [=
Bahkan kalau disetujui bahwa kata kerja Yunani ini secara orisinil berarti
‘merendam’, yaitu ‘mencelupkan’ atau ‘menceburkan’ - suatu fakta yang masih diperdebatkan dengan
sungguh-sungguh - itu tidak berarti bahwa ini adalah
sesuatu yang bersifat hakiki pada artinya sebagai suatu istilah Kristen yang
khusus / khas. Sebaliknya, analogi membimbing kita untuk
menganggap bahwa, seperti istilah-istilah Yunani yang lain yang diadopsi
seperti itu, itu telah melalui beberapa modifikasi dari asal usul kata itu dan
arti utamanya. Seperti istilah ‘tua-tua / penatua-penatua’
tidak lagi menyatakan usia seseorang, ataupun ‘diaken’ tidak lagi menyatakan
pelayanan seorang pelayan, ataupun ‘supper’
tidak lagi menyatakan suatu makan malam, sebagai bagian-bagian yang perlu dari
arti sekunder Kristen mereka, mengapa kata yang satu ini harus menjadi suatu
perkecualian terhadap peraturan / hukum umum, dan hanya menunjukkan suatu cara
dari tindakan yang tidak kurang penting dari pada tindakan itu sendiri?] - ‘Acts, The Geneva Series of Commentaries’,
hal 84.
Catatan:
1. istilah
‘supper’ (untuk makan roti dalam Perjamuan Kudus) muncul dalam Luk 22:20
(KJV/RSV/NIV/ASV/NKJV) dan istilah ‘the Lord’s supper’ (untuk Perjamuan Kudus)
muncul dalam 1Kor 11:20 (KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/KNKJV).
2. Bagian
ini sudah ada dalam tulisanku yang lama, tetapi belum ada terjemahannya.
Sekarang aku beri terjemahan.
Kutipan di atas ini sudah
menjawab kata-katamu yang ngotot saja mengatakan bahwa BAPTIZO harus berarti
selam.
Bahwa BAPTIZO tak harus berarti
selam, terlihat dari penggunaan kata itu dalam Alkitab sendiri, yang jelas jauh
lebih harus dipercaya dari pada kamus manapun:
1. Markus 7:4 - “dan kalau pulang dari pasar mereka
juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan
lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci (BAPTISMOUS) cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga”.
KJV: ‘And when they come from the
market, except they wash, they eat not. And many other things there be, which
they have received to hold, as the washing of cups, and pots, brasen vessels, and
of tables’ [= Dan pada waktu mereka pulang dari pasar,
kecuali mereka mencuci, mereka tidak makan. Dan banyak hal-hal lain yang mereka
terima untuk dipegang, seperti pencucian cawan, belanga / panci, bejana /
tempat dari tembaga, dan meja-meja].
Kata-kata ‘and of tables’ [= dan
meja-meja] tidak ada dalam terjemahan-terjemahan yang lain, tetapi footnote NIV
memberikan keterangan bahwa ada beberapa manuscripts yang kuno yang memberikan
kata-kata itu.
Kalau kata-kata itu memang orisinil, maka itu
makin jelas membuktikan bahwa pembaptisan / pencucian dalam ayat ini tidak
dilakukan dengan merendam, karena bagaimana mungkin orang merendam meja? Berapa
besarnya bak cuci yang dibutuhkan? Jauh lebih masuk akal, bahwa pencucian
dilakukan dengan mencurahkan air ke benda yang akan dicuci tersebut. Dan kalau
kata-kata itu tidak orisinil, tetap aneh bahwa orang mencuci belanga, dsb
dengan cara merendam. Biasanya orang mencuci barang-barang itu dengan
mencurahkan air ke benda tersebut.
Tanggapan
Setulus Tafonao:
·
Mencuci tidak hanya
direndam / atau dimasukkan ke dalam air, bisa dengan mencurahkan air. Betul!
Tetapi, dalam ayat ini sangat masuk akal, bahwa pencucian dilakukan dengan
merendam / memasukkan ke dalam air, karena kembali pada arti kata baptizo /
bapto
·
Apakah mungkin orang
merendam meja?
Yg perlu kita ketahui bahwa meja-meja
yg dimaksud dalam ayat ini bisa artinya tempat tidur, dalam bahasa Yunaninya
“KLINOS” / kline. Kata ini ada banyak dalam alkitab. Misalnya Matius 9:6 di
ayat ini ada kata “klinen” artinya tempat tidur. Berarti sangat mungkin orang
bisa merendam tempat tidur, karena tempat tidur itu tidak harus ada ranjangnya,
bisa juga tempat tidur yang dimaksud adalah tikar. Jadi masuk akal kalau tikar
direndam. Kalau misalnya juga meja, apa yg mustahil untuk merendam meja, bahkan
yg lebih besar dari meja pun bisa direndam. Apalagi waktu itu mejanya bisa saja
tidak seperti meja yang kita sekarang.
Tanggapan Budi Asali:
Mencuci dengan merendam hanya
dilakukan oleh orang bodoh, atau kalau memang tak punya air lain, seperti
penjual gado-gado dsb yang keliling dan hanya bawa satu ember kecil air.
Bisakah kamu bayangkan piringnya yang dicuci dengan cara itu bisa bersih,
setelah puluhan piring dicuci dengan direndam dalam air satu ember kecil yang
tak diganti-ganti?
Sekarang pada saat ada wabah
covid 19 orang harus cuci tangan saja dengan sabun dan air yang mengalir! Bukan direndam di
satu ember! Kamu hanya ngotot mempertahankan cara mencuci dengan direndam
karena ngotot dengan arti kata BAPTIZO yang sudah aku bantah di atas. Dan
sekarang juga sedang aku bantah! BAPTIZO diartikan ‘harus selam’ adalah konyol!
Albert Barnes mengatakan bahwa
terjemahan dari kata ‘meja’ itu sebetulnya adalah ‘couch’ yang biasanya mereka
duduki (bukan duduk seperti kita tetapi ‘recline’ / duduk miring seperti
tradisi mereka). Kalaupun mau diterjemahkan seperti katamu, itu akan butuh
tempat sangat besar untuk merendamnya! Ini bagi orang yang punya logika! Tapi
kamu mau melakukan eisegesis sehingga memaksakan arti kalau itu bisa direndam.
Jangan konyol!
2. Lukas 11:38 - “Orang Farisi itu melihat hal itu dan
ia heran, karena Yesus tidak mencuci (EBAPTISTHE) tanganNya sebelum makan”.
Orang
mencuci tangan tidak harus merendam tangannya dalam air, tetapi bisa dengan
mencurahkan air pada tangan. Jadi jelas bahwa ‘baptis’ di sini tidak harus
berarti ‘celup / selam’.
Tanggapan
Setulus Tafonao:
Betul! Tetapi, harus kembali pada arti
kata BAPTIZO / BAPTO yang artinya dicelupkan / diselam. Dalam ayat ini cara
untuk mencuci tangan pasti direndam / dicelupkan ke dalam air, karena kembali
pada kata bapto / baptizo.
Tanggapan Budi Asali:
Cuci tangan di sini bukan persoalan higienis / kesehatan / kebersihan!
Ini adalah suatu upacara
yang diharuskan oleh para tokoh agama pada saat itu. Bagaimana upacaranya?
William Barclay, seorang penafsir yang ahli dalam urusan tradisi pada
jaman itu, mengatakan sebagai berikut (tentang Lukas 11:37-44):
“The Pharisee was surprised that Jesus did not wash his hands
before eating. This was not a matter of cleanliness but of the ceremonial law.
The law laid it down that the hands must be washed in a certain way before
eating and that this hand-washing must be repeated between the courses. As
usual every littlest detail was worked out. Large stone vessels of water were
specially kept for the purpose because ordinary water might be unclean; the
amount of water used must be at least a quarter of a log, that is, enough to
fill one and a half eggshells. First the water must be poured over the hands
beginning at the tips of the fingers and running right up to the wrist. Then
the palm of each hand must be cleansed by rubbing the fist of the other into
it. Finally, water must again be poured over the hand, this time beginning at
the wrist and running down to the fingertips. To the Pharisee, to omit the
slightest detail of this was to sin.” [= Orang-orang Farisi merasa kaget /
heran bahwa Yesus tidak mencuci tanganNya sebelum makan. Ini bukan persoalan kebersihan
tetapi tentang hukum upacara. Hukumnya menyatakanya secara explicit
bahwa tangan-tangan harus
dicuci dengan suatu cara tertentu sebelum makan dan bahwa pencucian
tangan ini harus diulang di antara bagian-bagian dari makanan. Seperti biasa
setiap detail yang terkecil diformulasikan. Bejana-bejana batu yang besar
disediakan secara khusus untuk tujuan itu karena air biasa bisa tidak tahir;
jumlah air yang digunakan harus sedikitnya ¼ dari satu log, yaitu / artinya,
cukup untuk mengisi / memenuhi 1,5 kulit telur. Pertama-tama air harus dicurahkan pada tangan pada
ujung-ujung jari dan mengalir sampai ke pergelangan. Lalu telapak tiap-tiap
tangan harus dibersihkan dengan menggosokkan tinju dari tangan yang lain ke
dalamnya. Akhirnya, air harus dicurahkan lagi pada tangan, kali ini mulai dari
pergelangan dan mengalir turun sampai ujung-ujung jari. Bagi
orang-orang Farisi, mengabaikan / menghapuskan detail yang paling remeh dari
hal ini berarti berdosa.].
Jadi, jelas bahwa tradisi mereka pada jaman itu dalam mencuci tangan,
bukanlah dengan merendam tangan mereka ke dalam air. Tetapi toh digunakan kata
Yunani yang kata dasarnya adalah BAPTIZO! Ini jelas menunjukkan bahwa BAPTIZO
tidak harus diartikan ‘selam / celup’.
3. 1Korintus 10:2 - ‘dibaptis dalam awan dan dalam
laut’.
Kata
Yunaninya adalah EBAPTISANTO.
Dua
hal yang harus diperhatikan:
a. Orang Israel berjalan di
tempat kering (Keluaran 14:22). Yang terendam air adalah orang Mesir!
Tanggapan
Setulus Tafonao:
Memang benar, bangsa Israel berjalan
di tanah kering, tetapi dalam ayat 22 mengatakan ‘Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat
kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka’.
Di ayat ini mengatakan mereka berjalan di tengah-tengah laut. Artinya
mereka masuk di tengah-tengah laut ketika laut menjadi terbelah. konteks ini
tidak berbicara bangsa Israel di rendamkan seperti bangsa Mesir tetapi ini
berbicara mengenai bangsa Israel masuk ke tengah-tengah laut. Karena kita
kembali pada arti kata BAPTIZO
Tanggapan Budi Asali:
Aku anggap dari kata-katamu bahwa
kamu memang mau melakukan eisegesis terhadap ayat yang begitu jelas. Air ada
seperti tembok di kanan dan kiri mereka, SAMA SEKALI BERBEDA DENGAN AIR
MERENDAM MEREKA. MEREKA TETAP TIDAK TERSENTUH OLEH AIR ITU!!!
b. Awan tidak ada di atas
mereka, tetapi di belakang mereka (Keluaran 14:19-20). Juga awan itu tujuannya untuk
memimpin / melindungi Israel; itu bukan awan untuk memberi hujan. Kalau toh
awan itu memberi hujan, itu lebih cocok dengan baptisan percik, bukan selam.
Jadi
jelas bahwa orang Israel tidak direndam / diselam dalam awan dan dalam laut!
Barnes’ Notes (tentang 1Korintus 10:2): “This
passage is a very important one to prove that the word baptism does not
necessarily mean entire immersion in water. It is perfectly clear that neither
the cloud nor the waters touched them.
‘They went through the midst of the sea on dry ground.’ It remains only to be
asked whether, if immersion was the only mode of baptism known in the New
Testament, the apostle Paul would have used the word not only so as not
necessarily to imply that, but as NECESSARILY to mean something else?” [= Text ini
adalah text yang sangat penting untuk membuktikan bahwa kata baptisan tidak
harus berarti penyelaman seluruhnya di dalam air. Adalah sangat jelas bahwa baik awan maupun air tidak
menyentuh mereka. ‘Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah
laut di tempat kering’ (Keluaran 14:22). Sekarang hanya perlu ditanyakan apakah,
seandainya perendaman adalah satu-satunya cara baptisan yang dikenal dalam
Perjanjian Baru, sang Rasul Paulus akan sudah menggunakan kata yang bukan hanya
tidak harus berarti perendaman, tetapi HARUS berarti sesuatu yang lain?].
Catatan: bagian ini sudah ada dalam file saya yang
lama, tetapi hanya sebagian, yaitu bagian awalnya saja. Di sini saya lengkapi /
perpanjang kutipannya.
Tanggapan
Setulus Tafonao:
Jelas bahwa awan itu ada di belakang
mereka. Tetapi sebelum awan itu ada di belakang mereka, awalnya ada di depan
mereka (Kel 14:19) lalu awan itu pindah ke belekang mereka. Berarti ketika awan
itu bejalan ke belakang, awan itu melewati dan meliputi bangsa Israel. Itu
artinya bahwa bangsa Israel masuk di dalam awan ketika awan pindah ke belakang.
Tanggapan Budi Asali:
BERIKAN AYATNYA KALAU AWAN ITU
BERJALAN DENGAN CARA SEPERTI ITU! Kamu lagi-lagi melakukan EISEGESIS, bukan
EXEGESIS!
Keluaran 4:19-20 - “(19) Kemudian bergeraklah Malaikat Allah,
yang tadinya berjalan di depan tentara Israel, lalu berjalan di belakang
mereka; dan tiang awan itu
bergerak dari depan mereka, lalu berdiri di belakang mereka. (20) Demikianlah
tiang itu berdiri di antara tentara orang Mesir dan tentara orang Israel; dan
oleh karena awan itu menimbulkan kegelapan, maka malam itu lewat, sehingga yang
satu tidak dapat mendekati yang lain, semalam-malaman itu.”.
Pergerakan awan bisa melewati
mereka dari samping. Itu tujuannya menggelapkan orang Mesir. Kalau melingkupi
bangsa Israel, itu jadinya menggelapkan mereka!
4. Ibrani 9:10 - “karena semuanya itu, di samping
makanan minuman dan pelbagai macam pembasuhan (BAPTISMOIS), hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani, yang hanya berlaku
sampai tibanya waktu pembaharuan.”.
Catatan: ada
edisi Kitab Suci Indonesia yang mengatakan ‘pelbagai macam persembahan’. Ini salah cetak, dan dalam
edisi yang baru sudah diperbaiki.
Terjemahan
Lama: ‘berbagai-bagai basuhan’.
NASB: various washings [= bermacam-macam
pembasuhan].
NIV: various ceremonial washings [=
bermacam-macam pembasuhan yang bersifat upacara keagamaan].
RSV: various ablutions [= bermacam-macam
pembersihan / pencucian].
KJV: divers washings [= bermacam-macam
pembasuhan].
Kata
Yunaninya adalah BAPTISMOIS. Jadi terjemahan hurufiahnya adalah ‘bermacam-macam
baptisan’.
Kalau
kita memperhatikan kontex dari Ibr 9 itu, maka pasti Ibrani 9:10 ini menunjuk pada
‘pemercikan’ dalam Ibrani 9:13,19,21. Karena itu jelas bahwa di sini
kata ‘baptis’ tidak diartikan selam / celup, tetapi percik.
Tanggapan
Setulus Tafonao:
Dalam Ibrani 9:10 ini berbicara mengenai
peratutran-peraturan untuk masuk ke tempat kudus dalam kemah suci. Karena
ayat ini ada kaitannya dengan ayat
sebelumnya dari ayat 6-7 “demikianlah
caranya tempat yang kudus itu diatur. Maka Imam-imam senantiasa MASUK KE DALM
KEMAH YANG PALING DEPAN itu untuk melakukan ibadah mereka, tetapi KE DALAM
KEMAH YANG KE DUA HANYA IMAM BESAR SAJA YANG MASUK sekali setahun, dan harus
dengan darah yang ia persembahkan karena dirinya sendiri dan karena pelanggaran-pelanggaran yang dibuat
oleh umatnya dengan tidak sadar”.
Jadi di dalam ayat 10 ini, BERBAGAI-BAGAI MACAM PEMBASUHAN (BAPTISMOIS)
disitu adalah berbicara tentang para imam-imam ketika mereka masuk ke dalam
tempat kudus dengan berbagai cara peraturan. Yang hanya berlaku sampai
kedatangan Kristus. Kalaun kita bandingkan dalam Imamat 16:2-34 disitu ada
penjelasannya. Kata berbagai macam pembasuhan (baptisan) disini tidak berbicara
mengenai pemercikan.
Tanggapan Budi Asali:
Kamu tidak menjawab
argumentasiku. Aku menghubungkan ay 10 itu dengan ay 13, 19,21.
Ibrani 9:9-21 - “(9) Itu adalah kiasan masa sekarang.
Sesuai dengan itu dipersembahkan korban dan persembahan yang tidak dapat
menyempurnakan mereka yang mempersembahkannya menurut hati nurani mereka, (10) karena
semuanya itu, di samping makanan minuman dan pelbagai
macam pembasuhan,
hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani, yang
hanya berlaku sampai tibanya waktu pembaharuan. (11) Tetapi Kristus
telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia
telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan
dibuat oleh tangan manusia, --artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, -- (12) dan
Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan
dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa
darahNya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal. (13) Sebab,
jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka
yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, (14) betapa lebihnya
darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diriNya sendiri
kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani
kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada
Allah yang hidup. (15) Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian
yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang
dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggara yang telah
dilakukan selama perjanjian yang pertama. (16) Sebab di mana ada wasiat, di
situ harus diberitahukan tentang kematian pembuat wasiat itu. (17) Karena suatu
wasiat barulah sah, kalau pembuat wasiat itu telah mati, sebab ia tidak
berlaku, selama pembuat wasiat itu masih hidup. (18) Itulah sebabnya, maka
perjanjian yang pertama tidak disahkan tanpa darah. (19) Sebab sesudah Musa
memberitahukan semua perintah hukum Taurat kepada seluruh umat, ia mengambil
darah anak lembu dan darah domba jantan serta air, dan bulu merah dan hisop,
lalu memerciki
kitab itu sendiri dan seluruh umat, (20) sambil berkata: ‘Inilah darah
perjanjian yang ditetapkan Allah bagi kamu.’ (21) Dan juga kemah dan semua alat
untuk ibadah dipercikinya
secara demikian dengan darah.”.
Kamu mau hubungkan dengan Im
16?? OK, mari kita lihat ayat-ayat itu.
Imamat 16:1-34 - “(1) Sesudah kedua anak Harun mati, yang
terjadi pada waktu mereka mendekat ke hadapan TUHAN, berfirmanlah TUHAN kepada
Musa. (2) Firman TUHAN kepadanya: ‘Katakanlah kepada Harun, kakakmu, supaya ia
jangan sembarang waktu masuk ke dalam tempat kudus di belakang tabir, ke depan
tutup pendamaian yang di atas tabut supaya jangan ia mati; karena Aku
menampakkan diri dalam awan di atas tutup pendamaian. (3) Beginilah caranya
Harun masuk ke dalam tempat kudus itu, yakni dengan membawa seekor lembu jantan
muda untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan untuk korban bakaran.
(4) Ia harus mengenakan kemeja lenan yang kudus dan ia harus menutupi auratnya
dengan celana lenan dan ia harus memakai ikat pinggang lenan dan berlilitkan
serban lenan; itulah pakaian kudus yang harus dikenakannya, sesudah ia membasuh
tubuhnya dengan air. (5) Dari umat Israel ia harus mengambil dua ekor kambing
jantan untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan untuk korban
bakaran. (6) Kemudian Harun harus mempersembahkan lembu jantan yang akan
menjadi korban penghapus dosa baginya sendiri dan dengan demikian mengadakan
pendamaian baginya dan bagi keluarganya. (7) Ia harus mengambil kedua ekor
kambing jantan itu dan menempatkannya di hadapan TUHAN di depan pintu Kemah
Pertemuan, (8) dan harus membuang undi atas kedua kambing jantan itu, sebuah
undi bagi TUHAN dan sebuah bagi Azazel. (9) Lalu Harun harus mempersembahkan
kambing jantan yang kena undi bagi TUHAN itu dan mengolahnya sebagai korban
penghapus dosa. (10) Tetapi kambing jantan yang kena undi bagi Azazel haruslah
ditempatkan hidup-hidup di hadapan TUHAN untuk mengadakan pendamaian, lalu
dilepaskan bagi Azazel ke padang gurun. (11) Harun harus mempersembahkan lembu
jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa baginya sendiri dan mengadakan
pendamaian baginya dan bagi keluarganya; ia harus menyembelih lembu jantan itu.
(12) Dan ia harus mengambil perbaraan berisi penuh bara api dari atas mezbah
yang di hadapan TUHAN, serta serangkup penuh ukupan dari wangi-wangian yang
digiling sampai halus, lalu membawanya masuk ke belakang tabir. (13) Kemudian
ia harus meletakkan ukupan itu di atas api yang di hadapan TUHAN, sehingga asap
ukupan itu menutupi tutup pendamaian yang di atas hukum Allah, supaya ia jangan
mati. (14) Lalu ia harus mengambil sedikit dari darah lembu jantan itu dan
memercikkannya dengan jarinya ke atas tutup pendamaian di bagian muka, dan ke
depan tutup pendamaian itu ia harus memercikkan sedikit
dari darah itu dengan jarinya tujuh kali. (15) Lalu ia harus menyembelih domba
jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa bagi bangsa itu dan membawa
darahnya masuk ke belakang tabir, kemudian haruslah diperbuatnya dengan darah
itu seperti yang diperbuatnya dengan darah lembu jantan, yakni ia harus memercikkannya ke atas tutup pendamaian dan ke depan tutup pendamaian itu. (16)
Dengan demikian ia mengadakan pendamaian bagi tempat kudus itu karena segala
kenajisan orang Israel dan karena segala pelanggaran mereka, apapun juga dosa
mereka. Demikianlah harus diperbuatnya dengan Kemah Pertemuan yang tetap diam
di antara mereka di tengah-tengah segala kenajisan mereka. (17) Seorangpun
tidak boleh hadir di dalam Kemah Pertemuan, bila Harun masuk untuk mengadakan
pendamaian di tempat kudus, sampai ia keluar, setelah mengadakan pendamaian
baginya sendiri, bagi keluarganya dan bagi seluruh jemaah orang Israel. (18)
Kemudian haruslah ia pergi ke luar ke mezbah yang ada di hadapan TUHAN, dan
mengadakan pendamaian bagi mezbah itu. Ia harus mengambil sedikit dari darah
lembu jantan dan dari darah domba jantan itu dan membubuhnya pada tanduk-tanduk mezbah sekelilingnya. (19) Kemudian ia harus memercikkan sedikit dari darah itu ke mezbah itu dengan jarinya tujuh kali
dan mentahirkan serta menguduskannya dari segala kenajisan orang Israel. (20)
Setelah selesai mengadakan pendamaian bagi tempat kudus dan Kemah Pertemuan serta
mezbah, ia harus mempersembahkan kambing jantan yang masih hidup itu, (21) dan
Harun harus meletakkan kedua tangannya ke atas kepala kambing jantan yang hidup
itu dan mengakui di atas kepala kambing itu segala kesalahan orang Israel dan
segala pelanggaran mereka, apapun juga dosa mereka; ia harus menanggungkan
semuanya itu ke atas kepala kambing jantan itu dan kemudian melepaskannya ke
padang gurun dengan perantaraan seseorang yang sudah siap sedia untuk itu. (22)
Demikianlah kambing jantan itu harus mengangkut segala kesalahan Israel ke
tanah yang tandus, dan kambing itu harus dilepaskan di padang gurun. (23)
Sesudah itu Harun harus masuk ke dalam Kemah Pertemuan dan menanggalkan pakaian
lenan, yang dikenakannya ketika ia masuk ke dalam tempat kudus dan harus
meninggalkannya di sana. (24) Ia harus membasuh tubuhnya dengan air di suatu
tempat yang kudus dan mengenakan pakaiannya sendiri, lalu ia harus keluar dan
mempersembahkan korban bakarannya sendiri dan korban bakaran bangsa itu; dengan
demikian ia mengadakan pendamaian baginya sendiri dan bagi bangsa itu. (25)
Kemudian ia harus membakar lemak korban penghapus dosa di atas mezbah. (26)
Maka orang yang melepaskan kambing jantan bagi Azazel itu harus mencuci
pakaiannya, membasuh tubuhnya dengan air dan sesudah itu barulah boleh masuk ke
perkemahan. (27) Lembu jantan dan kambing jantan korban penghapus dosa, yang
darahnya telah dibawa masuk untuk mengadakan pendamaian di dalam tempat kudus,
harus dibawa keluar dari perkemahan, dan kulitnya, dagingnya dan kotorannya
harus dibakar habis. (28) Siapa yang membakar semuanya itu, harus mencuci
pakaiannya, membasuh tubuhnya dengan air dan sesudah itu barulah boleh masuk ke
perkemahan. (29) Inilah yang harus menjadi ketetapan untuk selama-lamanya bagi
kamu, yakni pada bulan yang ketujuh, pada tanggal sepuluh bulan itu kamu harus
merendahkan diri dengan berpuasa dan janganlah kamu melakukan sesuatu
pekerjaan, baik orang Israel asli maupun orang asing yang tinggal di
tengah-tengahmu. (30) Karena pada hari itu harus diadakan pendamaian bagimu
untuk mentahirkan kamu. Kamu akan ditahirkan dari segala dosamu di hadapan
TUHAN. (31) Hari itu harus menjadi sabat, hari perhentian penuh, bagimu dan
kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa. Itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya.
(32) Dan pendamaian harus diadakan oleh imam yang telah diurapi dan telah
ditahbiskan untuk memegang jabatan imam menggantikan ayahnya; ia harus
mengenakan pakaian lenan, yakni pakaian kudus. (33) Ia harus mengadakan
pendamaian bagi tempat maha kudus, bagi Kemah Pertemuan dan bagi mezbah, juga
bagi para imam dan bagi seluruh bangsa itu, yakni jemaah itu. (34) Itulah yang
harus menjadi ketetapan untuk selama-lamanya bagimu, supaya sekali setahun
diadakan pendamaian bagi orang Israel karena segala dosa mereka.’ Maka Harun
melakukan seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.”.
Im
16 juga berhubungan dengan ‘pemercikan’!!! Yaitu ay 14,15,19. Dan dalam ay 18
ada kata ‘membubuhkannya’. Ini juga pasti bukan penyelaman!
b) Yesus belum tentu dibaptis dengan baptisan selam.
Matius 3:16
mengatakan “Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar
dari air”. Tetapi kata-kata ‘keluar dari air’ tidak
harus berarti bahwa tadinya Yesus direndam dalam air lalu keluar dari air.
Kata-kata itu bisa berarti bahwa Yesus berdiri di sungai tanpa direndam (air
hanya sebatas lutut atau betis), lalu dibaptis dengan tuang / percik, lalu Ia
keluar dari air / sungai. Jadi jelas bahwa Mat 3:16 tidak bisa dijadikan
dasar bahwa satu-satunya cara membaptis yang benar adalah dengan menggunakan
baptisan selam.
Dan
seandainya Yesus memang dibaptis dengan baptisan selam, maka tetap perlu
diingat bahwa apa yang dilakukan oleh Yesus belum tentu harus kita teladani.
Misalnya: Ia disunat, Ia tidak menikah, Ia berpuasa 40 hari dan sebagainya.
Semua ini tentu tidak merupakan rumus / hukum bagi kita. Demikian juga dengan
baptisan yang Ia alami.
Tanggapan
Setulus Tafonao:
Dalam ayat ini dikatakan Yesus keluar
dari air. Secara logika berarti Yesus masuk atau turun ke dalam air.untuk apa
Yesus masuk atau turun ke dalam air?
untuk dibaptis oleh Yohanes dengan cara ditenggelamkan atau direndamkan. Bisa saja Yesus berdiri di sungai, bukan berarti ketika Ia berdiri di sungai,
itu sudah baptisan, melainkan suatu proses untuk dibaptis. Maksudanya ketika
Yesus turun ke dalam air, berdiri lalu dibaptis atau ditenggelamkan oleh
Yohanes. Kalau baptisan Yesus dilakukan dengan cara dituang atau disiram kenapa
Yesus masuk atau turun ke dalam air? Bisa saja Yesus berdiri pinggir sungai.
Ayat ini bukan satu-satunya yang
mendukung baptisan selam, melainkan salah satu
Bukan masalah meneladai Tuhan yesus
dengan sempurna, yang kita teladani adalah praktis baptisannya. Saya piker ada
orang yang disunat, ada juga orang yang tidak menikah, hanya saja konsepnya
berbeda dengan TuhanYesus. Yesus disunat karena Ia lahir dari keturunan Yahudi.
Sedangkan kalau sekarang disunat kaitannya hanya untuk kesehatan saja. Untuk
puasa, orang percaya tidak diperintahkan untuk wajik melakukan puasa.
Tanggapan Budi Asali:
Aku hanya menekankan bahwa dalam
text ini TIDAK HARUS ada penyelaman! APA YANG AKU KATAKAN / JELASKAN MEMUNGKINKAN
BAPTISAN NON SELAM!!
Mengapa ke sungai? Karena mereka
butuh air. Yohanes Pembaptis membaptis banyak orang, maka ia melakukan di
sungai. Mengapa tidak boleh?
Dan kalau kata-kata ‘keluar dari
air’ di sini hanya memungkinkan baptisan
non selam, nanti dalam pembahasan tentang baptisan sida-sida dalam Kis 8, itu memastikan
baptisan non selam.
Bahwa apa yang Yesus lakukan tidak
harus menjadi hukum bagi kita merupakan sesuatu yang jelas. Kita harus melihat
bagian-bagian lain dalam Alkitab. Baru ditafsirkan bersamaan. Berdasarkan apa
kamu pilih satu saja, yaitu baptisanNya, untuk diteladani???
c) Tentang Ro 6:3-4.
Roma 6:3-4 - “(3) Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis
dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematianNya? (4) Dengan demikian kita telah
dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya,
sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan
Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.”.
Merupakan
suatu penafsiran yang dipaksakan kalau ada orang yang menganggap ayat ini
sebagai ayat yang mendukung baptisan selam. Ayat ini hanya memaksudkan bahwa
baptisan (tentu saja harus didahului dengan iman yang sejati kepada Kristus)
mempersatukan kita dengan Kristus, sehingga kita mati dengan Dia, dikubur
dengan Dia, dan bangkit dengan Dia.
Charles Hodge: “The reference is not to the mode of baptism, but to its
effect. Our baptism unites us to Christ, so that we died with him, and rose
with him.” [= Ini tidak menunjuk pada cara baptisan, tetapi
akibat / hasilnya. Baptisan kita mempersatukan kita dengan Kristus, sehingga
kita mati dengan Dia, dan bangkit dengan Dia.] - ‘Romans’,
hal 195.
Tanggapan
Setulus Tafonao:
Orang-orang yang membaptis dengan
baptisan selam tidak memaksakan untuk menafsirkan ayat ini untuk mendukung
baptisan selam, tetapi memang ayat ini mendukung baptisan selam, karena
baptisan itu adalah suatu bukti atau
hasil dari iman yang menghasilkan suatu tindakan yaitu baptisan, karena
baptisan merupakan gambaran tentang kematian, penguburan dan kebangkitan Yesus
Kristus. Maka dalam hal ini, baptisan selam sangat mendukung untuk
menggambarkan kematian, penguburan dan kebangkita Kristus daripada baptisan
percik, karena percik tidak menggambarkan apa-apa.
Tanggapan Budi Asali:
AKU BERKERAS DENGAN TAFSIRANKU.
KAMU SAMA SEKALI TIDAK BISA MENGGUGURKANNYA.
Ayat itu hanya mengatakan bahwa
baptisan mempersatukan kita yang percaya dengan Kristus, sehingga dikatakan
kita mati dan dikubur dengan Dia dan dibangkitkan bersama Dia.
Galatia 3:27 - “Karena kamu semua, yang dibaptis dalam
Kristus, telah mengenakan Kristus.”.
Kolose 2:11-13 - “(11) Dalam Dia kamu telah disunat, bukan
dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang
terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa, (12) karena dengan Dia kamu
dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh
kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang
mati. (13) Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena
tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia,
sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita,”.
Semua ayat-ayat di atas ini
mempunyai arah yang sama dalam artinya. Baptisan mempersatukan orang percaya
dengan Kristus sehingga dikatakan bahwa kita dikubur bersama Dia dan
dibangkitkan / dihidupkan kembali bersama Dia!
Serangan tambahan dari Budi
Asali:
Kamu katakan “baptisan
merupakan gambaran tentang kematian, penguburan dan kebangkitan Yesus Kristus.”
Bisa beri aku dasar
alkitabnya??? Menurut aku, secara theologis, omonganmu itu ngawur.
d) Ada banyak kasus dimana
rasanya tidak mungkin dilakukan baptisan selam.
Dalam
Kitab Suci ada banyak contoh dimana baptisan tidak dilakukan di sungai. Juga
tidak diceritakan adanya kolam yang memungkinkan baptisan selam
(Kisah Para Rasul 2:41 Kisah Para Rasul 9:18 Kis 10:47-48
Kis 16:33). Kisah Para Rasul 16:33 adalah contoh yang paling kuat untuk
menunjukkan bahwa baptisan tidak dilakukan dengan penyelaman karena hal itu
terjadi di dalam penjara!
Tanggapan
Setulus Tafonao:
Kisah Para Rasul 16:33, Hanya karena ada
orang-orang percaya di penjara maka tidak mungkin dilakukan baptisan selam. –
dalam ayat ini tidak dikatakan bahwa kepala penjara dibaptis dalam penjara,
bisa saja dia dibaptis dirumahnya. – kalau juga dia dibaptis dalam penjara, apa
alas an dengan tidak dibaptis dengan selam? Bisa saja di samping penjara dia
dibaptis yang ada bak air disitu.
Tanggapan Budi Asali:
Bisa kamu tunjukkan penjara yang
ada kolamnya??? Dibaptis di rumahnya??? Lucu sekali. Mari kita baca textnya.
Kisah Para Rasul 16:30-34 - “(30) Ia mengantar mereka ke luar, sambil
berkata: ‘Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?’ (31) Jawab mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan
engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.’ (32) Lalu mereka memberitakan
firman Tuhan kepadanya dan kepada semua orang yang ada di rumahnya. (33)
Pada jam itu juga kepala penjara itu membawa mereka
dan membasuh bilur mereka. Seketika itu juga ia dan keluarganya memberi diri
dibaptis. (34) Lalu ia membawa mereka ke
rumahnya dan menghidangkan makanan kepada mereka. Dan ia sangat
bergembira, bahwa ia dan seisi rumahnya telah menjadi percaya kepada Allah.”.
Ay 31-32 mereka diinjili. Ay 33
mereka dibaptis. Ay 34 baru mereka membawa Paulus ke rumah mereka. Kamu asal
bicara atau bagaimana kok bisa bilang mereka bisa saja dibaptis di rumahnya??
Charles
Hodge, seorang ahli theologia Reformed dan pendukung baptisan percik, berkata:
“In Acts 2:41, three thousand persons
are said to have been baptized at Jerusalem apparently in one day at the
season of Pentecost in June; and in Acts 4:4, the same rite is necessarily
implied in respect to five thousand more. ... There is in summer no
running stream in the vicinity of Jerusalem, except the mere rill of Siloam of
a few rods in length; and the city is and was supplied with water from its
cistern and public reservoirs. From neither of these sources could a supply have
been well obtained for the immersion of eight thousand persons. The same
scarcity of water forbade the use of private baths as a general custom;” [=
Dalam Kis 2:41, dikatakan bahwa 3000 orang dibaptiskan di Yerusalem, dan itu
jelas terjadi dalam satu hari pada musim Pentakosta di bulan Juni; dan
dalam Kis 4:4, secara tidak langsung bisa dipastikan bahwa upacara yang sama
dilakukan terhadap 5000 orang lebih. ... Pada musim panas, tidak ada
sungai mengalir di Yerusalem dan sekitarnya, kecuali sungai kecil dari Siloam
yang panjangnya beberapa rod (NB: 1 rod = 5 meter); dan kota itu, baik sekarang
maupun dulu, disuplai dengan air dari bak / tangki air dan waduk / kolam air
milik / untuk umum. Tidak ada dari sumber-sumber ini yang bisa menyuplai air
untuk menyelam 8000 orang. Kelangkaan air yang sama melarang penggunaan bak
mandi pribadi sebagai suatu kebiasaan umum;] - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 534.
Catatan:
Kisah Para Rasul 4:4 seharusnya ‘menjadi 5000 orang’, bukan ‘bertambah dengan 5000
orang’.
Charles
Hodge lalu menambahkan sebagai berikut:
“The baptismal fonts still found among
the ruins of the most ancient Greek churches in Palestine, as at Tekoa and
Gophna, and going back apparently to very early times, are not large enough to
admit of baptism of adult persons by immersion, and were obviously never
intended for that use.” [= Bak-bak untuk membaptis yang
ditemukan di antara reruntuhan dari gereja-gereja Yunani kuno di Palestina,
seperti di Tekoa dan Gophna, dan jelas berasal dari waktu yang sangat awal, tidak
cukup besar untuk baptisan orang dewasa dengan cara penyelaman, dan jelas tidak
pernah dimaksudkan untuk penggunaan seperti itu.] - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 534.
Tanggapan
Setulus Tafonao:
Dalam konteks Kisah Para Rasul 2:41 dan pasal 4:4,
bisa saja orang itu dibaptis di sungai Yordan. Kemudian dari pernyataan di atas
dikatakan bahwa ada sungai kecil dari Siloam yang panjangnya beberapa rod, bisa
saja 100 rod=500 meter, berarti cukup dong untuk tempat baptisan.?
Tanggapan Budi Asali:
S Yordan? Sudah lihat peta sebelum kamu
bicara??? Memang S Yordan pindah sehingga melalui Yerusalem??? Aku cari di
google, dan aku mendapatkan link ini:
https://www.rome2rio.com/s/Jordan-River-Crossing/Jerusalem
Lihat sendiri link yang aku
berikan, di situ dikatakan bahwa jarak dari Yerusalem ke S Yordan adalah hampir
88 km, dan membutuhkan waktu 2 jam (pada jaman sekarang!) untuk sampai ke sana.
Kalau pada jaman itu pasti butuh waktu sedikitnya 7-10 hari untuk sampai ke
sana. 3000 orang itu berjalan selama 7-10 hari untuk menuruti kemauanMU untuk
dibaptis selam di S Yordan?? Kalau itu benar, pasti Petrus dan semua mereka
sudah gila!
Charles Hodge mengatakan ‘a few
rods’. Tahu arti kata ‘a few’??? Kamu jadikan itu 100??? Seluruh kata-kata
Hodge menunjukkan tidak ada kemungkinan melakukan baptisan 3000 orang atau 5000
orang di kota Yerusalem.
Dan kalau baptisan selam
dilakukan dengan cara seperti sekarang, dimana orangnya direbahkan ke belakang,
ditahan oleh tangan pendeta, diturunkan pelan-pelan sampai terendam, lalu
dinaikkan kembali, kamu pikir Petrus dan rasul-rasul itu punya biceps sebesar
punya Arnold Swarzenegger??? Kalau 3000 dibagi 12 rasul, maka masing-masing mendapat
bagian 250 orang. Coba kamu rebahkan orang di air, lalu angkat lagi, sebanyak
250 x! Kamu bisa kalau kamu superman!
Juga soal ‘waktu’ perlu
diperhatikan. Kalau percik, cepat sekali. Kalau selam, satu orang lebih dari 1
menit. 250 orang, membutuhkan waktu 4 jam lebih. Hehe, rasul-rasul itu pasti
masuk angin dan harus kerokan setelahnya.
Lalu ‘tempat’nya? Kalau 12 rasul
membaptis, maka dengan setiap kali 12 orang dibaptis, harus 24 orang sekaligus
masuk ke tempat itu. Kolam renang harus besar sekali untuk menampung mereka.
Kalau giliran? Hehe, butuh 3000 menit, atau 50 jam!!! Pernah pikirkan hal
itu???
Sekarang
mari kita melihat baptisan sida-sida dalam Kis 8:26-40. Apakah ini adalah
baptisan selam? Ada 2 hal yang perlu diperhatikan dari bagian ini:
1. Kisah Para Rasul 8:36 - ‘ada air’.
Yunani:
TI HUDOR [a certain water / some water
{= air tertentu / sedikit air}]. Jadi ini menunjuk pada sedikit air, sehingga
tidak memungkinkan baptisan selam.
Charles
Hodge: “He
was travelling through a desert part of the country towards Gaza, when Philip joined
him, ‘And as they went on their way they came unto a certain water (EPI TI
HUDOR, to some water)’.There is no known stream in that region of sufficient
depth to allow of the immersion of a man.” [= Ia sedang bepergian melalui bagian
padang pasir dari negara itu menuju Gaza, ketika Filipus bergabung dengannya,
‘Dan ketika mereka melanjutkan perjalanan mereka mereka sampai pada air
tertentu (EPI TI HUDOR, kepada sedikit air)’. Di daerah itu tidak diketahui
adanya sungai dengan kedalaman yang cukup untuk memungkinkan penyelaman seorang
manusia.] - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 535.
Tanggapan
Setulus Tafonao:
Air tertentu atau sidikit air bukan
berarti suatu alasan untuk mengatakan tidak memungkinkan baptisan selam. Karena
sedikit air itu tidak hanya satu gelas jadi bisa sampai di lutut atau pinggang.
Kalau misalnya air yang digunakan untuk membatis sida-sida waktu itu dalamnya
sampai di lutut sangat mungkin untuk melakukan baptisan selam kenapa tidak!
Kalau airnya sampai lutut berarti masuk akal untuk di tenggelamkan atau
dicelupkan.
Tanggapan Budi Asali:
Kamu gak merasa kalau kamu
ngotot secara tidak masuk akal??? Sedikit air, tetapi airnya sampai ke lutut
dan memungkinkan baptisan selam untuk orang dewasa?? Aku kutip ulang kalimat
terakhir dari Charles Hodge di atas.
“Di daerah itu tidak diketahui adanya sungai dengan kedalaman yang cukup untuk memungkinkan penyelaman seorang manusia”.
Masih kurang jelas???
2. Kisah Para Rasul 8:38-39 berkata ‘turun
ke dalam air ... keluar dari air’.
Apakah
ini menunjuk pada baptisan selam? Seperti pada baptisan Yesus, istilah ini bisa
diartikan 2 macam, yaitu:
a. Sida-sida itu betul-betul terendam
total, lalu keluar dari air.
Tanggapan
Setulus Tafonao:
Sida-sida itu terendam total bukan
ketika ia masuk atau turun ke dalam air melainkan ketia dia dibaptis baru dia
terendam total
b. Sida-sida itu turun ke dalam
air yang hanya sampai pada lutut atau mata kakinya, lalu keluar dari air.
Tanggapan
Setulus Tafonao:
Tidak mungkin air itu hanya sampai
pada mata kakinya saja karena kalau hanya sampai pada mata kakinya itu namanya
bukan turun dan keluar melainkan menginjak-injak air
Tanggapan Budi Asali:
Lihat bagaimana orang bodoh ini
berdebat. Kalau kita debat terbuka sudah aku tonjok kamu! Argumentasi belum
selesai dipotong! Kalau dalam bicara, itu memotong kata-kata lawan, dan itu
sangat tak tahu aturan!
Untuk
mengetahui yang mana yang benar dari 2 kemungkinan ini, bacalah
Kisah Para Rasul 8:38-39 itu sekali lagi. Perhatikan bahwa di situ dikatakan: “dan
keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu,
dan Filipus membaptis dia. Dan setelah mereka keluar dari air, ...”.
Kalau
istilah ‘turun ke dalam air’ dan ‘keluar dari air’ diartikan sebagai baptisan
selam, itu menunjukkan bahwa Filipus, sebagai orang yang membaptis, juga ikut
diselam! Ini jelas tidak mungkin. Jadi dari 2 kemungkinan di atas, yang benar
adalah kemungkinan kedua. Ini juga cocok dengan point pertama di atas yang
menunjukkan bahwa air di situ cuma sedikit, sehingga tidak memungkinkan
baptisan selam.
Tanggapan
Setulus Tafonao:
Ketika Filipus dan Sida-sida turun ke
dalam air bukan berarti mereka sudah terendam atau tenggelam karena sesuai
dengan point yang ke 2, air itu bisa saja sampai pada lutut. Artinya Filipus
dan Sida turun ke dalam air dulu baru Filipus merendam Sida-sida atau dibaptis.
Tanggapan Budi Asali:
Kalau memag gak bisa jawab gak
usah paksakan jawab, jadi kelihatan kebodohanmu. Kamu kira aku anak yang lahir kemarin
sore sehingga tidak bisa melihat kalau kamu sama sekali tidak menjawab
argumentasiku???
Kamu mengerti gramatika atau
nggak? Subyeknya adalah mereka berdua (Filipus + Sida-sida). Kata kerjanya cuma
satu dan itu adalah kata kerja bentuk jamak! Silahkan cek di Bible Works!! Dan
ini berlaku untuk kata ‘turun’ dalam ay 38 maupun untuk kata ‘keluar’ dalam ay
39.
Jadi, pilih salah satu.
1. Mereka sama-sama terendam total didalam air.
2. Mereka
hanya masuk air sampai selutut (pokok hanya sebagian tubuh, bisa semata kaki,
selutut, sepinggang, tetapi tidak terendam).
Jangan tambahi Alkitab dengan
mengatakan bahwa waktu turun ke dalam air sida-sida itu belum terendam, dan
waktu dibaptis baru direndam. DIMANA DALAM AYAT ITU DIKATAKAN SEPERTI ITU???
LAGI-LAGI KAMU JELAS MELAKUKAN EISEGESIS, UNTUK MEMAKSAKAN PANDANGANMU!
e) Hal-hal lain yang mendukung baptisan percik:
1. Penekanan arti baptisan adalah sebagai simbol
penyucian / purification. Padahal
dalam Kitab Suci purification selalu
disimbolkan dengan percikan:
a. Keluaran 24:8 - Kitab Suci
Indonesia salah terjemahan, karena kata
‘menyiramkannya’ seharusnya adalah ‘memercikkannya’. NIV: ‘sprinkled’ (= memercikkan).
b. Keluaran 29:16,21 - Kitab
Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘kausiramkan’ seharusnya adalah
‘percikkanlah’ [NIV: ‘sprinkle’ (=
percikkanlah)].
c. Imamat 7:14 - Kitab Suci
Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘menyiramkan’ seharusnya adalah
‘memercikkan’ [NIV: ‘sprin-kles’ (=
memercikkan)].
d. Imamat 14:7,51 - ‘memercik’.
e. Imamat 16:14 - ‘memercikannya’.
f. Bilangan 8:7 - ‘percikkanlah’.
g. Bilangan 19:18 - ‘memercikkannya’.
h. Yesaya 52:15 (NIV) - ‘He will sprinkle many nations’ [= Ia
akan memerciki banyak bangsa].
i. Ibrani 9:13 - ‘percikan’.
j. Ibrani 9:19,21 - ‘memerciki’
dan ‘dipercikinya’.
k. Ibrani 10:22 - Kitab Suci
Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘telah dibersihkan’ seharusnya adalah
‘telah diperciki’ [NIV: ‘sprinkled to
cleanse’ {= diperciki untuk membersihkan}].
l. Ibrani 12:24 - ‘darah
pemercikan’.
Tanggapan
Setulus Tafonao:
Baptisan tidak
pernah menyimbolkan penyucian.! Dan ayat-ayat di atas ini juga tidak ada
hubungannya dengan baptisan.
Tanggapan Budi Asali:
Hmm, tidak pernah ya?? Lihat ini:
Baptisan merupakan lambang penyucian dosa.
Kisah Para Rasul 2:38 - “Jawab Petrus kepada mereka:
‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam
nama Yesus Kristus untuk
pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus”.
Kisah Para Rasul 22:16 - “Dan sekarang, mengapa engkau masih
ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru
kepada nama Tuhan!”.
Karena itu baptisan
dilakukan dengan
menggunakan air, yang
merupakan alat pembersih.
Ayat-ayat itu merupakan
TYPE dari penyucian orang berdosa karena penebusan Kristus, dan lalu
disimbolkan dengan baptisan!!
2. Lukas 3:16 - ‘Aku membaptis kamu dengan
air’ (I baptize you with water).
Kata ‘with water’ / ‘dengan
air’ (Yunani: HUDATI) ini tidak cocok diartikan sebagai selam, karena kita
tidak berkata ‘aku menyelam kamu dengan air’ tetapi kita berkata ‘aku
menyelam kamu di dalam air’. Tetapi kalau baptisan itu adalah percik /
tuang, maka kata-kata ‘dengan air’ itu cocok.
Matius 3:11
memang menggunakan kata Yunani EN, tetapi kata EN bukan hanya bisa diartikan
sebagai in [= di dalam], tetapi juga
sebagai with [= dengan].
Tanggapan
Setulus Tafonao:
Dalam Lukas 3:16 ini,
Yohanes sedang menyatakan yang lebih berkuasa atau yang lebih besar dari dia
bukan masalah praktisnya. Kemudian, itu juga tidak cocok kalau diartikan
sebagai percik, karena dalam frasa berikutnya dikatakan ‘Ia akan membatiskamu
dengan Roh Kudus dan dengan api’. Nah kalau diartikan sebagai percik, apakah
Yesus memercik orang-orang dengan Roh Kudus dan memercik dengan api.?
Tanggapan Budi Asali:
Kamu lagi-lagi tidak
menjawab argumentasiku tetapi menyimpangkannya, dan lalu menyerang balik. Aku tidak
gubris seranganmu, karena kamu yang harus jawab argumentasiku dulu!!
Jawab aku! Bagaimana bisa
orang direndam / diselam dengan
air? Apakah bukan lebih cocok mengatakan ‘orang direndam / diselam di dalam air’?
Dan kalau dipercik itu
lebih cocok, karena orang memang dipercik dengan
air, bukan dipercik DI DALAM air!!!
Kesimpulan:
baptisan selam bukan satu-satunya baptisan yang sah. Karena itu kalau saudara
sudah dibaptis dengan baptisan percik atau tuang, jangan percaya kepada orang
yang mengharuskan saudara dibaptis ulang dengan baptisan selam. Ingat bahwa pada
waktu saudara dibaptis ulang, saudara menghina baptisan yang pertama!
Tanggapan
Setulus Tafonao:
Kesimpulan: percik
tidak pernah diartikan sebagai baptisan. Karena percik dalam bahasa Yunani
adalah RANTIZO bukan BAPTIZO
Tanggapan Budi Asali:
Arti yang
kamu berikan sudah aku hancurkan di atas. Tak perlu aku jawab lagi.
Kalau
BAPTIZO bisa berarti non selam, tidak ada rumus / dasar apapun yang mengharuskan
untuk menggunakan RANTIZO. Sangat mungkin bahwa Alkitab memang tidak mau
mengajarkan bahwa baptisan yang sah HANYA percik, sehingga penulis-penulis
Alkitab tidak menggunakan RANTIZO, tetapi menggunakan BAPTIZO, yang
memungkinkan banyak arti!
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-o0o-