PANDANGAN KHARISMATIK TENTANG MUJIZAT DAN TANGGAPANNYA

Pdt.Budi Asali, M.Div.
I) Orang kristen harus terus / selalu mengalami mujizat seperti pada jaman Kitab Suci.
PANDANGAN KHARISMATIK TENTANG MUJIZAT DAN TANGGAPANNYA
gadget, education
Tanggapan saya:

1) Dalam Kitab Suci sekalipun, mujizat tidak dilakukan / dialami oleh tiap orang percaya pada setiap saat!

Mari kita melihat mujizat-mujizat dalam setiap jaman dalam Kitab Suci:

a) Mulai Adam dan Hawa sampai Nuh, hanya tercatat 1 mujizat, yaitu pengangkatan Henokh (Kejadian 5:24).

b) Mulai Nuh sampai Abraham, juga tercatat hanya 1 mujizat, yaitu peristiwa menara Babil (Kejadian 11:1-9).

c) Mulai Abraham sampai Yusuf, ada beberapa mujizat, tetapi bisa dikatakan bahwa pada masa ini tetap jarang sekali terjadi mujizat.

d) Selama bangsa Israel di Mesir (lebih kurang 400 tahun), boleh dikatakan tidak ada mujizat.

e) Jaman Musa dan Yosua, banyak sekali mujizat.

f) Jaman Hakim-hakim, kadang-kadang saja ada mujizat.

g) Jaman Saul, Daud dan Salomo, jarang sekali ada mujizat.

h) Jaman raja-raja (setelah Israel pecah menjadi dua), jarang sekali ada mujizat.

i) Jaman Elia, Elisa, dan nabi-nabi, banyak sekali mujizat.

j) Jaman Ezra dan Nehemia (setelah kembali dari pembuangan Babil-onia), tidak ada mujizat.

k) Selama 400 tahun antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, tidak ada mujizat.

l) Pada masa Yohanes Pembaptis dikatakan bahwa ia tidak melakukan satu tandapun (Yohanes 10:41).

m) Pada masa tiga setengah tahun pelayanan Yesus, ada banyak sekali mujizat.

n) Pada jaman rasul-rasul, juga ada banyak sekali mujizat.

Kesimpulannya: dalam Kitab Suci mujizat-mujizat itu bergerombol di 4 tempat / masa yaitu:

1. Jaman Musa dan Yosua.

2. Jaman Elia, Elisa dan nabi-nabi.

3. Jaman pelayanan Tuhan Yesus.

4. Jaman rasul-rasul.

Pertanyaannya adalah: mengapa mujizat-mujizat itu bergerombol seperti itu? John Stott menjawab sebagai berikut:

“The major purpose of miracles was to authenticate each fresh stage of revelation.” [= Tujuan utama dari mujizat-mujizat adalah membuktikan / mengesahkan setiap tahap baru dari wahyu / penyataan.] - John R. W. Stott, ‘Baptism and Fullness’, p 97.

Dasar Kitab Suci: Kel 19:9 Kisah Para Rasul 14:3 2Korintus 12:12 Ibrani 2:3,4.

Keluaran 19:9 - “Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Sesungguhnya Aku akan datang kepadamu dalam awan yang tebal, dengan maksud supaya dapat didengar oleh bangsa itu apabila Aku berbicara dengan engkau, dan juga supaya mereka senantiasa percaya kepadamu.’ Lalu Musa memberitahukan perkataan bangsa itu kepada TUHAN.”.

Kisah Para Rasul 14:3 - “Paulus dan Barnabas tinggal beberapa waktu lamanya di situ. Mereka mengajar dengan berani, karena mereka percaya kepada Tuhan. Dan Tuhan menguatkan berita tentang kasih karuniaNya dengan mengaruniakan kepada mereka kuasa untuk mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat.”.

2Korintus 12:12 - “Segala sesuatu yang membuktikan, bahwa aku adalah seorang rasul, telah dilakukan di tengah-tengah kamu dengan segala kesabaran oleh tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa.”.

Ibrani 2:3-4 - “(3) bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai, sedangkan (4) Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karena Roh Kudus, yang dibagi-bagikanNya menurut kehendakNya.”.

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang tertentu bisa melakukan mujizat untuk membuktikan bahwa mereka adalah nabi / rasul dan untuk membuktikan / mengesahkan bahwa ajaran mereka betul-betul datang dari Allah.

2) Sekarang Kitab Suci sudah lengkap. Tidak ada wahyu yang baru lagi!

Memang banyak orang Kharismatik yang percaya bahwa sekarangpun masih ada wahyu Allah. Perhatikan kutipan di bawah ini:

“Kunci penulisan buku ini ialah hikmat dan wahyu yang bergantung pada kenyataan keberadaan Yesus yang tidak pernah berubah baik kemarin, hari ini dan untuk selama-lamanya (Ibrani 13:8 ...”.

“Demikian pula halnya pengalaman para nabi dan rasul dalam penerimaan hikmat dan wahyu seperti yang kami alami”.

“Pelayanan kami mengalami perkembangan melalui kuasa pernyataan FirmanNya yang Mujizat dan yang nyata melalui peranan theologia sempurna: hikmat dan wahyu”.

“Oleh kemurahan Tuhan, melalui getaran hikmat dan wahyu ini, Tuhan mulai memakai kami, masing-masing David berusia 6 1/2 tahun dan Ribka 5 tahun, dalam penglihatan dan pendengaran rohani. Hal ini terus berlangsung hingga kini sesudah kami dipakai Tuhan untuk berkhotbah (David 8 tahun dan Ribka 6 1/2 tahun)”.

“Sewaktu penulis menulis buku ini akal pikirannya dipengaruhi / dikuasai oleh Roh Kudus”.

“Wahyu adalah perkataan Kristus yang diterima secara langsung oleh roh manusia / penulis yang selanjutnya dicetuskan dalam penulisan buku ini melalui penglihatan dan pendengaran rohani. Di dalam buku ini kita dapat menemukan kata ‘Aku’ maksudnya adalah Tuhan yang berbicara kepada penulis / berdialog dalam alam roh”.

(David dan Ribka Moningka, ‘Pernyataan Firman yang Mujizat’, hal III,IV,VI).

Tetapi kalau memang jaman sekarang ini masih ada wahyu Tuhan, itu berarti bahwa wahyu yang baru itu harus dijadikan Kitab Suci jilid II! Ini berarti menambahi Kitab Suci / Firman Tuhan! Bandingkan ini dengan ayat-ayat seperti Ulangan 4:2 Ulangan 12:32 Amsal 30:6 Matius 5:19 Wahyu 22:18-19 yang jelas mengajarkan bahwa kita tidak boleh menambahi ataupun mengurangi Kitab Suci / Firman Tuhan.

Karena jaman sekarang tidak ada wahyu lagi, dan karena fungsi utama dari mujizat adalah membuktikan / mengesahkan wahyu Tuhan, maka jelas bahwa pada jaman sekarang mujizat harus berkurang frekwensinya. Tetapi ingat, jangan sampai kita terjerumus ke dalam pandangan golongan Liberal yang sama sekali tidak percaya mujizat, misalnya seperti William Barclay. Itu jelas adalah pandangan yang tidak alkitabiah. Mujizat tetap ada, tetapi tidak bisa diharapkan terjadi sesering seperti dalam Kitab Suci. Ingat bahwa sekalipun tujuan utama dari mujizat adalah mengesahkan wahyu Tuhan, tetapi tetap ada tujuan yang lain.

John Stott: “What then, should be our response to miraculous claims today? It should be neither a stubborn incredulity (‘but miracles don’t happen today’) nor an uncritical gullibility (‘of course! miracles are happening all the time’), but rather a spirit of open-minded enquiry: ‘I don’t expect miracles as a common-place today, because the special revelation they were given to authenticate is complete; but of course God is sovereign and God is free, and there may well be particular situation in which he pleases to perform them.’” [= Lalu apa tanggapan kita yang seharusnya terhadap claim mujizat jaman ini? Bukan suatu ketidak-percayaan yang bandel (‘tetapi mujizat tidak terjadi pada jaman ini’), juga bukan sikap mudah tertipu yang tidak kritis (‘tentu saja! mujizat terus terjadi setiap waktu’), tetapi suatu roh penyelidikan dengan pikiran terbuka: ‘Aku tidak mengharapkan mujizat sebagai kejadian sehari-hari, karena wahyu khusus, terhadap mana mereka diberikan untuk mengesahkan, telah lengkap; tetapi tentu saja Allah itu berdaulat dan Allah itu bebas, dan mungkin saja ada suatu situasi tertentu dimana Ia berkenan untuk melakukan mujizat’.] - ‘Baptism and Fullness’, p 98-99.

3) Mujizat adalah suatu peristiwa yang bertentangan dengan hukum alam atau bertentangan dengan apa yang biasanya terjadi. Ini sebetulnya merupakan definisi dari mujizat.

Misalnya: manusia tidak bisa berjalan di atas air. Ini adalah hukum alam dan inilah yang biasanya terjadi. Pada saat Yesus dan Petrus bisa berjalan di atas air, itu bertentangan dengan hukum alam / apa yang biasanya terjadi. Jadi, itu adalah mujizat.

Sekarang, kalau mujizat itu harus selalu terjadi (terus menerus), maka mujizat itu menjadi sesuatu yang biasa terjadi, dan mujizat itu bukan lagi mujizat!

John Stott: “... a miracle by definition is an extraordinary event, a creative deviation from God’s normal and natural ways of working. If miracles were to become commonplace they would cease to be miracles.” [= ... definisi mujizat adalah suatu kejadian yang luar biasa, suatu penyimpangan dari cara kerja Allah yang normal dan alamiah. Kalau / seandainya mujizat itu menjadi sesuatu yang biasa / terjadi sehari-hari, maka mujizat itu berhenti menjadi mujizat.] - ‘Baptism and Fullness’, p 96.

Misalnya semua orang bisa berjalan di atas air, bukankah hal itu menjadi hal biasa / lumrah, dan bukan lagi merupakan mujizat? Dan sebaliknya bukankah orang yang tenggelam pada saat berjalan kaki di atas air justru menjadi sesuatu yang luar biasa / mujizat?

Jadi, menghendaki mujizat terjadi terus menerus adalah suatu omong kosong yang tolol. Bahkan pada jaman Yesus dan rasul-rasulpun mujizat tidak terjadi secara terus menerus! Bdk. Matius 26:53-54 Kis 4:1-22 Kis 5:26-42 Kisah Para Rasul 7:57-60 Kisah Para Rasul 9:23-25 Kisah Para Rasul 12:1-2 Kisah Para Rasul 14:19-20 Kis 27.

Matius 26:53-54 - “(53) Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada BapaKu, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku? (54) Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?’”.

Kisah Para Rasul 4:1-22 - “(1) Ketika Petrus dan Yohanes sedang berbicara kepada orang banyak, mereka tiba-tiba didatangi imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orang-orang Saduki. (2) Orang-orang itu sangat marah karena mereka mengajar orang banyak dan memberitakan, bahwa dalam Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati. (3) Mereka ditangkap dan diserahkan ke dalam tahanan sampai keesokan harinya, karena hari telah malam. (4) Tetapi di antara orang yang mendengar ajaran itu banyak yang menjadi percaya, sehingga jumlah mereka menjadi kira-kira lima ribu orang laki-laki. (5) Pada keesokan harinya pemimpin-pemimpin Yahudi serta tua-tua dan ahli-ahli Taurat mengadakan sidang di Yerusalem (6) dengan Imam Besar Hanas dan Kayafas, Yohanes dan Aleksander dan semua orang lain yang termasuk keturunan Imam Besar. (7) Lalu Petrus dan Yohanes dihadapkan kepada sidang itu dan mulai diperiksa dengan pertanyaan ini: ‘Dengan kuasa manakah atau dalam nama siapakah kamu bertindak demikian itu?’ (8) Maka jawab Petrus, penuh dengan Roh Kudus: ‘Hai pemimpin-pemimpin umat dan tua-tua, (9) jika kami sekarang harus diperiksa karena suatu kebajikan kepada seorang sakit dan harus menerangkan dengan kuasa manakah orang itu disembuhkan, (10) maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati - bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu. (11) Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan - yaitu kamu sendiri -,namun ia telah menjadi batu penjuru. (12) Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.’ (13) Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus. (14) Tetapi karena mereka melihat orang yang disembuhkan itu berdiri di samping kedua rasul itu, mereka tidak dapat mengatakan apa-apa untuk membantahnya. (15) Dan setelah mereka menyuruh rasul-rasul itu meninggalkan ruang sidang, berundinglah mereka, (16) dan berkata: ‘Tindakan apakah yang harus kita ambil terhadap orang-orang ini? Sebab telah nyata kepada semua penduduk Yerusalem, bahwa mereka telah mengadakan suatu mujizat yang menyolok dan kita tidak dapat menyangkalnya. (17) Tetapi supaya hal itu jangan makin luas tersiar di antara orang banyak, baiklah kita mengancam dan melarang mereka, supaya mereka jangan berbicara lagi dengan siapapun dalam nama itu.’ (18) Dan setelah keduanya disuruh masuk, mereka diperintahkan, supaya sama sekali jangan berbicara atau mengajar lagi dalam nama Yesus. (19) Tetapi Petrus dan Yohanes menjawab mereka: ‘Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah. (20) Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar.’ (21) Mereka semakin keras mengancam rasul-rasul itu, tetapi akhirnya melepaskan mereka juga, sebab sidang tidak melihat jalan untuk menghukum mereka karena takut akan orang banyak yang memuliakan nama Allah berhubung dengan apa yang telah terjadi. (22) Sebab orang yang disembuhkan oleh mujizat itu sudah lebih dari empat puluh tahun umurnya.”.

Kisah Para Rasul 5:26-42 - “(26) Maka pergilah kepala pengawal serta orang-orangnya ke Bait Allah, lalu mengambil kedua rasul itu, tetapi tidak dengan kekerasan, karena mereka takut, kalau-kalau orang banyak melempari mereka. (27) Mereka membawa keduanya dan menghadapkan mereka kepada Mahkamah Agama. Imam Besar mulai menanyai mereka, (28) katanya: ‘Dengan keras kami melarang kamu mengajar dalam Nama itu. Namun ternyata, kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu dan kamu hendak menanggungkan darah Orang itu kepada kami.’ (29) Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: ‘Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia. (30) Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh. (31) Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kananNya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa. (32) Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia.’ (33) Mendengar perkataan itu sangatlah tertusuk hati mereka dan mereka bermaksud membunuh rasul-rasul itu. (34) Tetapi seorang Farisi dalam Mahkamah Agama itu, yang bernama Gamaliel, seorang ahli Taurat yang sangat dihormati seluruh orang banyak, bangkit dan meminta, supaya orang-orang itu disuruh keluar sebentar. (35) Sesudah itu ia berkata kepada sidang: ‘Hai orang-orang Israel, pertimbangkanlah baik-baik, apa yang hendak kamu perbuat terhadap orang-orang ini! (36) Sebab dahulu telah muncul si Teudas, yang mengaku dirinya seorang istimewa dan ia mempunyai kira-kira empat ratus orang pengikut; tetapi ia dibunuh dan cerai-berailah seluruh pengikutnya dan lenyap. (37) Sesudah dia, pada waktu pendaftaran penduduk, muncullah si Yudas, seorang Galilea. Ia menyeret banyak orang dalam pemberontakannya, tetapi ia juga tewas dan cerai-berailah seluruh pengikutnya. (38) Karena itu aku berkata kepadamu: Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, (39) tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah.’ Nasihat itu diterima. (40) Mereka memanggil rasul-rasul itu, lalu menyesah mereka dan melarang mereka mengajar dalam nama Yesus. Sesudah itu mereka dilepaskan. (41) Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus. (42) Dan setiap hari mereka melanjutkan pengajaran mereka di Bait Allah dan di rumah-rumah orang dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias.”.

Kisah Para Rasul 7:57-60 - “(57) Maka berteriak-teriaklah mereka dan sambil menutup telinga serentak menyerbu dia. (58) Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus. (59) Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: ‘Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.’ (60) Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: ‘Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!’ Dan dengan perkataan itu meninggallah ia.”.

Kisah Para Rasul 9:23-25 - “(23) Beberapa hari kemudian orang Yahudi merundingkan suatu rencana untuk membunuh Saulus. (24) Tetapi maksud jahat itu diketahui oleh Saulus. Siang malam orang-orang Yahudi mengawal semua pintu gerbang kota, supaya dapat membunuh dia. (25) Sungguhpun demikian pada suatu malam murid-muridnya mengambilnya dan menurunkannya dari atas tembok kota dalam sebuah keranjang.”.

Kisah Para Rasul 12:1-2 - “(1) Kira-kira pada waktu itu raja Herodes mulai bertindak dengan keras terhadap beberapa orang dari jemaat. (2) Ia menyuruh membunuh Yakobus, saudara Yohanes, dengan pedang.”.

Kisah Para Rasul 14:19-20 - “(19) Tetapi datanglah orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium dan mereka membujuk orang banyak itu memihak mereka. Lalu mereka melempari Paulus dengan batu dan menyeretnya ke luar kota, karena mereka menyangka, bahwa ia telah mati. (20) Akan tetapi ketika murid-murid itu berdiri mengelilingi dia, bangkitlah ia lalu masuk ke dalam kota. Keesokan harinya berangkatlah ia bersama-sama dengan Barnabas ke Derbe.”.

Kisah Para Rasul 27:1-44 - “(1) Setelah diputuskan, bahwa kami akan berlayar ke Italia, maka Paulus dan beberapa orang tahanan lain diserahkan kepada seorang perwira yang bernama Yulius dari pasukan Kaisar. (2) Kami naik ke sebuah kapal dari Adramitium yang akan berangkat ke pelabuhan-pelabuhan di sepanjang pantai Asia, lalu kami bertolak. Aristarkhus, seorang Makedonia dari Tesalonika, menyertai kami. (3) Pada keesokan harinya kami singgah di Sidon. Yulius memperlakukan Paulus dengan ramah dan memperbolehkannya mengunjungi sahabat-sahabatnya, supaya mereka melengkapkan keperluannya. (4) Oleh karena angin sakal kami berlayar dari situ menyusur pantai Siprus. (5) Dan setelah mengarungi laut di depan Kilikia dan Pamfilia, sampailah kami di Mira, di daerah Likia. (6) Di situ perwira kami menemukan sebuah kapal dari Aleksandria yang hendak berlayar ke Italia. Ia memindahkan kami ke kapal itu. (7) Selama beberapa hari berlayar, kami hampir-hampir tidak maju dan dengan susah payah kami mendekati Knidus. Karena angin tetap tidak baik, kami menyusur pantai Kreta melewati tanjung Salmone. (8) Sesudah kami dengan susah payah melewati tanjung itu, sampailah kami di sebuah tempat bernama Pelabuhan Indah, dekat kota Lasea. (9) Sementara itu sudah banyak waktu yang hilang. Waktu puasa sudah lampau dan sudah berbahaya untuk melanjutkan pelayaran. Sebab itu Paulus memperingatkan mereka, katanya: (10) ‘Saudara-saudara, aku lihat, bahwa pelayaran kita akan mendatangkan kesukaran-kesukaran dan kerugian besar, bukan saja bagi muatan dan kapal, tetapi juga bagi nyawa kita.’ (11) Tetapi perwira itu lebih percaya kepada jurumudi dan nakhoda dari pada kepada perkataan Paulus. (12) Karena pelabuhan itu tidak baik untuk tinggal di situ selama musim dingin, maka kebanyakan dari mereka lebih setuju untuk berlayar terus dan mencoba mencapai kota Feniks untuk tinggal di situ selama musim dingin. Kota Feniks adalah sebuah pelabuhan pulau Kreta, yang terbuka ke arah barat daya dan ke arah barat laut. (13) Pada waktu itu angin sepoi-sepoi bertiup dari selatan. Mereka menyangka, bahwa maksud mereka sudah tentu akan tercapai. Mereka membongkar sauh, lalu berlayar dekat sekali menyusur pantai Kreta. (14) Tetapi tidak berapa lama kemudian turunlah dari arah pulau itu angin badai, yang disebut angin ‘Timur Laut’. (15) Kapal itu dilandanya dan tidak tahan menghadapi angin haluan. Karena itu kami menyerah saja dan membiarkan kapal kami terombang-ambing. (16) Kemudian kami hanyut sampai ke pantai sebuah pulau kecil bernama Kauda, dan di situ dengan susah payah kami dapat menguasai sekoci kapal itu. (17) Dan setelah sekoci itu dinaikkan ke atas kapal, mereka memasang alat-alat penolong dengan meliliti kapal itu dengan tali. Dan karena takut terdampar di beting Sirtis, mereka menurunkan layar dan membiarkan kapal itu terapung-apung saja. (18) Karena kami sangat hebat diombang-ambingkan angin badai, maka pada keesokan harinya mereka mulai membuang muatan kapal ke laut. (19) Dan pada hari yang ketiga mereka membuang alat-alat kapal dengan tangan mereka sendiri. (20) Setelah beberapa hari lamanya baik matahari maupun bintang-bintang tidak kelihatan, dan angin badai yang dahsyat terus-menerus mengancam kami, akhirnya putuslah segala harapan kami untuk dapat menyelamatkan diri kami. (21) Dan karena mereka beberapa lamanya tidak makan, berdirilah Paulus di tengah-tengah mereka dan berkata: ‘Saudara-saudara, jika sekiranya nasihatku dituruti, supaya kita jangan berlayar dari Kreta, kita pasti terpelihara dari kesukaran dan kerugian ini! (22) Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. (23) Karena tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milikNya, berdiri di sisiku, (24) dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau. (25) Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku. (26) Namun kita harus mendamparkan kapal ini di salah satu pulau.’ (27) Malam yang keempat belas sudah tiba dan kami masih tetap terombang-ambing di laut Adria. Tetapi kira-kira tengah malam anak-anak kapal merasa, bahwa mereka telah dekat daratan. (28) Lalu mereka mengulurkan batu duga, dan ternyata air di situ dua puluh depa dalamnya. Setelah maju sedikit mereka menduga lagi dan ternyata lima belas depa. (29) Dan karena takut, bahwa kami akan terkandas di salah satu batu karang, mereka membuang empat sauh di buritan, dan kami sangat berharap mudah-mudahan hari lekas siang. (30) Akan tetapi anak-anak kapal berusaha untuk melarikan diri dari kapal. Mereka menurunkan sekoci, dan berbuat seolah-olah mereka hendak melabuhkan beberapa sauh di haluan. (31) Karena itu Paulus berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya: ‘Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat.’ (32) Lalu prajurit-prajurit itu memotong tali sekoci dan membiarkannya hanyut. (33) Ketika hari menjelang siang, Paulus mengajak semua orang untuk makan, katanya: ‘Sudah empat belas hari lamanya kamu menanti-nanti saja, menahan lapar dan tidak makan apa-apa. (34) Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu. Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya.’ (35) Sesudah berkata demikian, ia mengambil roti, mengucap syukur kepada Allah di hadapan semua mereka, memecah-mecahkannya, lalu mulai makan. (36) Maka kuatlah hati semua orang itu, dan merekapun makan juga. (37) Jumlah kami semua yang di kapal itu dua ratus tujuh puluh enam jiwa. (38) Setelah makan kenyang, mereka membuang muatan gandum ke laut untuk meringankan kapal itu. (39) Dan ketika hari mulai siang, mereka melihat suatu teluk yang rata pantainya. Walaupun mereka tidak mengenal daratan itu, mereka memutuskan untuk sedapat mungkin mendamparkan kapal itu ke situ. (40) Mereka melepaskan tali-tali sauh, lalu meninggalkan sauh-sauh itu di dasar laut. Sementara itu mereka mengulurkan tali-tali kemudi, memasang layar topang, supaya angin meniup kapal itu menuju pantai. (41) Tetapi mereka melanggar busung pasir, dan terkandaslah kapal itu. Haluannya terpancang dan tidak dapat bergerak dan buritannya hancur dipukul oleh gelombang yang hebat. (42) Pada waktu itu prajurit-prajurit bermaksud untuk membunuh tahanan-tahanan, supaya jangan ada seorangpun yang melarikan diri dengan berenang. (43) Tetapi perwira itu ingin menyelamatkan Paulus. Karena itu ia menggagalkan maksud mereka, dan memerintahkan, supaya orang-orang yang pandai berenang lebih dahulu terjun ke laut dan naik ke darat, (44) dan supaya orang-orang lain menyusul dengan mempergunakan papan atau pecahan-pecahan kapal. Demikianlah mereka semua selamat naik ke darat.”.

Dalam semua text-text / kejadian-kejadian ini tidak terjadi mujizat padahal bisa dikatakan ‘dibutuhkan mujizat’ karena adanya kematian, atau bahaya / penganiayaan di depan mata.

II) Orang kristen (protestan) tidak mengalami mujizat karena mereka tidak percaya / mengharapkan mujizat.

Ayat-ayat yang dipakai sebagai dasar pandangan ini ialah: Markus 6:5 Matius 17:19-20 Markus 11:22-24.

Juga perhatikan kutipan-kutipan di bawah ini:

“Ada begitu banyak umatKu yang menutup mata dari setiap rencanaKu. Mereka bertanya-tanya apakah Aku masih terus bekerja hingga saat ini ...

Mereka pula bertanya-tanya mengapa mereka sama sekali tidak mengalami bukti pekerjaanKu. Ketahuilah ... bagaimana Aku dapat menyatakan bukti kuasaKu kepada mereka jika mereka akhirnya tidak dapat menerima dan tidak dapat mengakui hal itu sebagai pernyataan kuasaKu yang berlaku hingga saat ini. Aku tidak pernah dan memang tidak akan pernah berubah. Demikian pula halnya dengan keajaibanKu ...

Mereka tidak akan mengalami mujizat kemenangan yang sempurna dalam segala perkara karena mereka sendiri yang menutup diri dari hal demikian itu”.

(David dan Ribka Moningka, ‘Pernyataan Firman yang Mujizat’, hal 1).

Tanggapan saya:

1) Memang kadang-kadang Tuhan menjadikan iman sebagai syarat terjadinya mujizat seperti pada ayat-ayat yang dijadikan dasar di atas. Tetapi perlu diketahui bahwa sering juga Tuhan melakukan mujizat, tanpa menuntut iman / sekalipun orangnya tidak percaya bahwa mujizat akan terjadi.

Contoh:

a) Kebangkitan Lazarus dalam Yoh 11. Tidak seorangpun, baik murid-murid Yesus, maupun Maria atau Marta, dan lebih-lebih Lazarusnya yang sudah mati itu, yang percaya / mengharapkan terjadinya mujizat kebangkitan Lazarus dari antara orang mati, tetapi toh mujizat itu terjadi!

b) Matius 11:20-24 menunjukkan bahwa orang-orang yang ada dalam kota itu adalah orang-orang yang tak beriman / tak bertobat, tetapi toh banyak mujizat dilakukan oleh Yesus di sana.

Matius 11:20-24 - “(20) Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizatNya: (21) ‘Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. (22) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. (23) Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. (24) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.’”.

c) Dalam Markus 6:5 sekalipun, juga terjadi mujizat (sekalipun tidak banyak), padahal orang-orangnya tidak percaya.

Mark 6:1-6a - “(1) Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asalNya, sedang murid-muridNya mengikuti Dia. (2) Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: ‘Dari mana diperolehNya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepadaNya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tanganNya? (3) Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudaraNya yang perempuan ada bersama kita?’ Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. (4) Maka Yesus berkata kepada mereka: ‘Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya.’ (5) Ia tidak dapat mengadakan satu mujizatpun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tanganNya atas mereka. (6a) Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka.”.

2) Sebaliknya, ada banyak orang yang imannya hebat, tetapi tidak mengalami / melakukan mujizat.

Contoh:

a) Yohanes Pembaptis dalam Yoh 10:41 Mat 14:1-12.

Yohanes 10:41 - “Dan banyak orang datang kepadaNya dan berkata: ‘Yohanes memang tidak membuat satu tandapun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar.’”.

Matius 14:1-12 - “(1) Pada masa itu sampailah berita-berita tentang Yesus kepada Herodes, raja wilayah. (2) Lalu ia berkata kepada pegawai-pegawainya: ‘Inilah Yohanes Pembaptis; ia sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalamNya.’ (3) Sebab memang Herodes telah menyuruh menangkap Yohanes, membelenggunya dan memenjarakannya, berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya. (4) Karena Yohanes pernah menegornya, katanya: ‘Tidak halal engkau mengambil Herodias!’ (5) Herodes ingin membunuhnya, tetapi ia takut akan orang banyak yang memandang Yohanes sebagai nabi. (6) Tetapi pada hari ulang tahun Herodes, menarilah anak perempuan Herodias di tengah-tengah mereka dan menyukakan hati Herodes, (7) sehingga Herodes bersumpah akan memberikan kepadanya apa saja yang dimintanya. (8) Maka setelah dihasut oleh ibunya, anak perempuan itu berkata: ‘Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam.’ (9) Lalu sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya diperintahkannya juga untuk memberikannya. (10) Disuruhnya memenggal kepala Yohanes di penjara (11) dan kepala Yohanes itupun dibawa orang di sebuah talam, lalu diberikan kepada gadis itu dan ia membawanya kepada ibunya. (12) Kemudian datanglah murid-murid Yohanes Pembaptis mengambil mayatnya dan menguburkannya. Lalu pergilah mereka memberitahukannya kepada Yesus.”.

b) Paulus dalam 2Kor 12:7-10.

2Korintus 12:7-10 - “(7) Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. (8) Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. (9) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ‘Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna.’ Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. (10) Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.”.

Kesimpulannya: mujizat terjadi atau tidak, tergantung pada kehendak Tuhan.

Karena itu hati-hatilah dalam menafsirkan ayat-ayat seperti Mark 11:22-24.

Markus 11:22-24 - “(22) Yesus menjawab mereka: ‘Percayalah kepada Allah! (23) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya. (24) Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.”.

Sepintas lalu ayat ini menunjukkan bahwa doa yang disertai iman bisa menghasilkan mujizat.

Tetapi pada waktu menafsirkan ayat itu dan ayat-ayat lain yang sejenis, kita juga harus memperhatikan ayat seperti 1Yoh 5:14 yang berbunyi: “Dan inilah keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya.”.

III) Tuhan Yesus tidak berubah (Ibrani 13:8).

Karena Yesus tidak berubah, maka kalau dahulu Yesus melakukan banyak mujizat, sekarang pasti juga demikian.

Tanggapan saya:

Tuhan Yesus memang tidak berubah, tetapi dalam hal apa? Dalam sifat-sifatNya! Baik dahulu, sekarang maupun selama-lamanya Ia tetap maha kuasa, maha suci, maha adil, berdaulat, dsb. Jadi memang sekarangpun Dia pasti bisa melakukan apa yang dahulu Ia pernah lakukan. Tetapi kalau Yesus bisa melakukan, itu tidak berarti Ia mau melakukan! Dalam Kitab Suci ditunjukkan banyak hal yang pernah Ia lakukan tetapi tidak Ia lakukan lagi, seperti:

1) Peristiwa penciptaan alam semesta beserta isinya (Kej 1-2 Yohanes 1:1-3). Ini pernah Ia lakukan tetapi tidak pernah Ia ulangi.

2) Inkarnasi, kematian dan kebangkitanNya. Inipun Ia lakukan hanya satu kali saja.

3) Ia pernah menyuruh Petrus berjalan di atas air, tetapi Ia tidak pernah mengulang hal itu pada orang lain.

4) Ia pernah menghancurkan dunia dengan menggunakan air bah pada jaman Nuh (peristiwa dahsyat ini jelas merupakan mujizat), tetapi Ia bahkan berjanji tidak akan melakukan hal itu lagi (Kej 9:11-17).

5) Ia pernah memimpin bangsa Israel dengan menggunakan tiang awan dan tiang api pada waktu mereka ada di padang gurun (Kel 13:21-22), tetapi Ia tidak pernah mengulangi hal itu.

Kesimpulannya: kalau pada jaman ini Ia melakukan hanya sedikit mujizat, itu tidak berarti bahwa Ia berubah!

IV) Kisah 2:17-19 mengharuskan banyak mujizat.

Kisah Para Rasul 2:17-20 - “(17) Akan terjadi pada hari-hari terakhir - demikianlah firman Allah - bahwa Aku akan mencurahkan RohKu ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi. (18) Juga ke atas hamba-hambaKu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan RohKu pada hari-hari itu dan mereka akan bernubuat. (19) Dan Aku akan mengadakan mujizat-mujizat di atas, di langit dan tanda-tanda di bawah, di bumi: darah dan api dan gumpalan-gumpalan asap. (20) Matahari akan berubah menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari Tuhan, hari yang besar dan mulia itu.”.

Tanggapan saya:

1) Kis 2:17-18:

Kisah Para Rasul 2:17-18 - “(17) Akan terjadi pada hari-hari terakhir - demikianlah firman Allah - bahwa Aku akan mencurahkan RohKu ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi. (18) Juga ke atas hamba-hambaKu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan RohKu pada hari-hari itu dan mereka akan bernubuat.”.

a) ‘Bernubuat’.

Ada 2 penafsiran tentang kata ‘bernubuat’ ini:

1. Memberitakan Firman Tuhan setelah mendapat wahyu langsung dari Allah (seperti nabi-nabi Perjanjian Lama).

2. Memberitakan Firman Tuhan setelah mendapat pengertian dari Kitab Suci (seperti pengkhotbah jaman sekarang).

b) ‘Penglihatan dan mimpi’.

Juga ada 2 penafsiran tentang kata-kata ini:

1. Kata-kata ini diartikan secara hurufiah.

2. Kata-kata ini dianggap sebagai kiasan / simbol yang artinya: Allah akan menyatakan diri kepada manusia (bdk. Bilangan 12:6).

Alasan untuk memilih tafsiran ke 2 ini ialah: pada hari Pentakosta itu, tidak ada penglihatan ataupun mimpi, sehingga kalau diartikan secara hurufiah, berarti nubuat ini tidak tergenapi.

Yang manapun yang benar dari arti-arti ini, jelas bahwa semua ini sudah digenapi pada abad pertama itu.

2) Kis 2:19-20.

Kisah Para Rasul 2:19-20 - “(19) Dan Aku akan mengadakan mujizat-mujizat di atas, di langit dan tanda-tanda di bawah, di bumi: darah dan api dan gumpalan-gumpalan asap. (20) Matahari akan berubah menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari Tuhan, hari yang besar dan mulia itu.”.

Ada 2 penafsiran juga tentang bagian ini:

a) Ini menunjuk pada apa yang akan terjadi menjelang kedatangan Tuhan Yesus yang keduakalinya.

b) Ini adalah ancaman hukuman (kontras dengan Kis 2:17-18 di atas).

Calvin mengatakan bahwa:

1. ‘matahari’ dan ‘bulan’ menunjuk pada kasih Allah.

2. ‘kegelapan’, ‘api’, dan ‘darah’ menunjuk pada penghukuman / murka Allah.

Arti kedua ini lebih cocok dengan kontexnya karena:

a. Kisah Para Rasul 2:17-18 menunjukkan berkat Tuhan.

b. Kisah Para Rasul 2:19-20 menunjukkan ancaman hukuman / murka Allah.

c. Kisah Para Rasul 2:21 menunjukkan bahwa sekalipun ada ancaman hukuman dalam Kis 2:19-20, tetapi orang yang percaya akan selamat.

Kesimpulannya: Kis 2:17-20 tidak bisa dijadikan dasar untuk berkata bahwa pada akhir jaman akan ada banyak mujizat. Nubuat nabi Yoel itu sudah digenapi pada abad pertama, dan kata-kata ‘mujizat’ dan ‘tanda’ pada Kis 2:19 menunjuk pada ancaman hukuman.

V) Yohanes 14:12 mengatakan bahwa orang percaya akan melakukan pekerjaan yang lebih besar dari pekerjaan yang Yesus lakukan.

Yohanes 14:10-12 - “(10) Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diriKu sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaanNya. (11) Percayalah kepadaKu, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri. (12) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa;”.

Tanggapan saya:

1) Yoh 14:10,11,12 masing-masing mengandung kata ‘pekerjaan-pekerjaan’. Ada bermacam-macam penafsiran tentang arti kata tersebut:

a) Kata ‘pekerjaan-pekerjaan’ hanya menunjuk pada mujizat-mujizat yang Yesus lakukan.

Keberatan terhadap penafsiran ini:

Pada saat menafsirkan Yohanes 14:12, kita harus memperhatikan fakta bahwa dalam Kitab Suci sekalipun tidak ada satu rasulpun yang bisa melakukan mujizat-mujizat yang lebih banyak dan lebih hebat dari mujizat-mujizat yang Yesus lakukan! Jadi jelas bahwa kata ‘pekerjaan’ dalam Yoh 14:12 ini tidak mungkin sekedar diartikan ‘tindakan melakukan mujizat’. Penafsiran seperti ini bertentangan dengan fakta dalam Kitab Suci sendiri!

b) Pemberitaan Injil / Firman Tuhan yang Yesus lakukan.

Ada juga orang yang menambahkan bahwa di dalam kata ‘pekerjaan-pekerjaan’ itu juga tercakup kesembuhan jiwa dari orang-orang yang bertobat karena pemberitaan Injil tersebut.

Calvin kelihatannya termasuk dalam golongan kedua ini karena dalam tafsirannya tentang Yoh 14:12 ini ia berkata:

“Now the ascension of Christ was soon afterwards followed by a wonderful conversion in the world, in which the Divinity of Christ was more powerfully displayed than while he dwelt among men. Thus, we see that the proof of his Divinity was not confined to the person of Christ, but was diffused through the whole body of the Church.” [= Kenaikan Kristus ke surga segera disusul oleh suatu pertobatan yang luar biasa dalam dunia, dimana keilahian Kristus ditunjukkan dengan lebih hebat dari pada waktu Ia diam / tinggal di antara manusia. Jadi, kita lihat bahwa bukti keilahianNya tidak dibatasi pada pribadi Kristus, tetapi disebarkan dalam seluruh tubuh Gereja.].

William Hendriksen juga termasuk dalam golongan kedua ini. Ini terlihat dari kata-katanya di bawah (di bawah no 2b).

c) Gabungan a) dan b).

Kalau dilihat Yohanes 14:10 maka kelihatannya arti b) yang lebih cocok.

Kalau dilihat Yohanes 14:11 maka kelihatannya arti a) yang lebih cocok.

Karena itu ada orang yang menggabungkan kedua arti ini.

Jadi, ‘pekerjaan’ = mujizat + kesembuhan jiwa / pertobatan yang disebabkan karena Pemberitaan Injil / Firman Tuhan.

Kalau pandangan ketiga ini yang benar, maka sekalipun rasul-rasul / orang kristen melakukan mujizat lebih sedikit dari Yesus (atau bahkan tidak melakukan mujizat sama sekali), tetapi tetap bisa melakukan ‘pekerjaan’ yang lebih besar dari ‘pekerjaan’ Yesus, yaitu kalau mereka mempertobatkan lebih banyak jiwa melalui pemberitaan Injil / Firman Tuhan dibandingkan dengan Tuhan Yesus.

2) Aspek lain yang harus diperhatikan dimana rasul-rasul / orang percaya bisa melakukan pekerjaan yang lebih besar dari pekerjaan Yesus adalah:

a) Lebih besar dalam ruang lingkup.

Yesus hanya mencakup orang Yahudi di Palestina, tetapi rasul-rasul dan orang-orang kristen mencakup segala bangsa di seluruh dunia.

b) Lebih besar dalam hal pengaruh / kwalitet.

Pekerjaan Yesus secara mayoritas terjadi dalam dunia fisik, dimana orang-orang cuma kagum / heran, tetapi tidak bertobat (yang bertobat tentu saja ada, tetapi sangat sedikit).

Pekerjaan rasul-rasul / orang-orang kristen secara mayoritas terjadi dalam dunia rohani, dimana pengaruhnya adalah: banyak orang-orang yang bertobat.

William Hendriksen, dalam komentarnya tentang Yoh 14:12, menekankan kedua hal ini dengan berkata:

“... greater works than these, namely, miracles in the spiritual realm. ... Christ’s works had consisted to a considerable extent of miracles in the physical realm, performed largely among the Jews. When he now speaks about the greater works, he is in all probability thinking of those in connection with the conversion of the Gentiles. Such works were of a higher character and vaster in extent.” [= pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari ini, yaitu, mujizat-mujizat dalam dunia rohani. ... Sebagian besar pekerjaan-pekerjaan Kristus terdiri dari mujizat-mujizat dalam dunia fisik, pada umumnya dilakukan di antara orang-orang Yahudi. Sekarang pada waktu Ia berbicara tentang pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar, mungkin sekali Ia berpikir tentang hal itu dalam hubungannya dengan pertobatan orang-orang non Yahudi. Pekerjaan-pekerjaan seperti itu mempunyai sifat / karakter yang lebih besar dan luas yang lebih luas.].

Catatan: Satu hal yang perlu diperhatikan dari kata-kata Hendriksen ini ialah bahwa pertobatan merupakan suatu mujizat (dalam dunia rohani)!

Kesimpulannya: sekalipun saat ini kita tidak melakukan mujizat, itu tidak berarti bahwa Yoh 14:12 tidak tergenapi!

VI) Mujizat harus banyak terjadi supaya orang kafir mau percaya kepada Yesus.

Peter Masters, pada waktu berbicara tentang Dr. Paul Yonggi Cho dan ajarannya, mengatakan:

“This is his own explanation of how he arrived at his teaching on incubating prayer answers and healing diseases. He tells us that he was driven to finding an explanation of how Buddhist monks in Korea managed to perform better miracles than those which his own Pentecostalist churches could perform. It worried him greatly that many Koreans got healing through yoga meditation, and through attending meetings of the Soka Gakkai, a Japanese Buddhist sect with twenty millions members. According to Cho many deaf, dumb and blind people had recovered their faculties through these religious groups. Cho was very jealous of the success which these other religions had in attracting followers. He wrote: ‘While Christianity has been in Japan for more than a hundred years, with only half a percent of the population claiming to be Christians, Soka Gakkai has millions of followers ... Without seeing miracles people cannot be satisfied that God is powerful. It is you (Christians) who are responsible to supply miracles for these people.’” [= Ini adalah penjelasannya sendiri tentang bagaimana ia sampai pada ajarannya tentang mengerami jawaban-jawaban doa dan penyembuhan penyakit. Ia menceritakan kepada kami bahwa ia didorong untuk menemukan penjelasan bagaimana biarawan-biarawan Buddha di Korea berhasil mengadakan mujizat-mujizat yang lebih baik dari mujizat-mujizat yang bisa diadakan oleh gereja-gereja Pentakostanya. Merupakan hal yang sangat mencemaskan baginya bahwa banyak orang Korea yang mendapatkan kesembuhan melalui meditasi yoga, dan melalui kehadiran mereka dalam pertemuan-pertemuan Soka Gakkai, suatu sekte Buddha bangsa Jepang dengan 20 juta anggota. Menurut Cho banyak orang-orang tuli, bisu dan buta dipulihkan pancainderanya melalui grup agama ini. Cho sangat cemburu / iri dengan kesuksesan agama-agama lain ini dalam menarik pengikut. Ia menulis: ‘Sementara kekristenan telah ada di Jepang selama lebih dari 100 tahun, dengan hanya setengah persen dari jumlah penduduk mengaku sebagai orang kristen, Soka Gakkai mempunyai jutaan pengikut .... Tanpa melihat mujizat-mujizat orang tidak bisa percaya bahwa Allah itu berkuasa. Kamulah (orang-orang kristen) yang bertanggung jawab untuk menyuplai mujizat untuk orang-orang ini’.] - ‘The Healing Epidemic’, pp 26-27.

Tanggapan saya:

1) Mujizat tidak mempertobatkan orang.

a) Yesus melakukan begitu banyak mujizat, tetapi toh hanya mempertobatkan sedikit orang.

Pada waktu Yesus membangkitkan Lazarus, tidak ada tokoh-tokoh agama Yahudi yang bisa menyangkal hal itu. Tetapi apa tanggapan mereka? Mereka ingin membunuh baik Yesus maupun Lazarus (Yohanes 11:49-53 Yohanes 12:10-11).

Yohanes 11:49-53 - “(49) Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: ‘Kamu tidak tahu apa-apa, (50) dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa.’ (51) Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, (52) dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai. (53) Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia.”.

Yohanes 12:10-11 - “(10) Lalu imam-imam kepala bermupakat untuk membunuh Lazarus juga, (11) sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus.”.

b) Juga perhatikan sikap Abraham terhadap permintaan orang kaya dalam cerita Yesus tentang Lazarus dan orang kaya (Luk 16:19-31).

Dalam cerita itu terlihat bahwa orang kaya yang sudah masuk alam maut / neraka itu meminta mujizat kepada Abraham, yaitu supaya Lazarus dibangkitkan dari antara orang mati supaya bisa memberitakan Injil kepada 5 saudaranya yang masih hidup (Luk 16:27-28).

Tetapi Abraham menjawab bahwa pada kelima orang itu ada kesaksian Musa dan para nabi (yaitu Firman Tuhan / Perjanjian Lama), dan mereka harus memperhatikan Firman Tuhan tersebut (Luk 16:29).

Tetapi orang kaya itu lalu berkata bahwa kelima saudaranya itu akan bertobat kalau ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka (Lukas 16:30). Dengan kata lain, orang kaya itu beranggapan bahwa Firman Tuhan saja tidak akan mempertobatkan mereka, tetapi mujizat pasti akan mempertobatkan mereka (perhatikan bahwa dalam nerakapun ia masih punya pandangan yang sesat!).

Tetapi dalam Lukas 16:31, Abraham, yang jelas tidak setuju dengan pandangan orang kaya yang sesat itu, lalu menjawab: “Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka juga tidak akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.’”.

2) Yesus tidak mau memberi tanda.

Matius 12:38-40 - “(38) Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: ‘Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari padaMu.’ (39) Tetapi jawabNya kepada mereka: ‘Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. (40) Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.”.

Apa artinya ‘tanda nabi Yunus’? Ada yang menganggap ay 40 sebagai penekanan / inti bagian ini dan lalu berkata bahwa tanda itu adalah kebangkitan Yesus. Tetapi kelihatannya ay 40 ini hanya merupakan tambahan saja dan bukan merupakan inti / penekanan dari bagian ini.

Alasannya:

a) Lukas 11:29-30 maupun Matius 16:1-4 menyebut tentang Yunus tetapi tidak menyebut tentang ‘3 hari dan 3 malam’.

Luk 11:29-30 - “(29) Ketika orang banyak mengerumuniNya, berkatalah Yesus: ‘Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. (30) Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini.”.

Mat 16:1-4 - “(1) Kemudian datanglah orang-orang Farisi dan Saduki hendak mencobai Yesus. Mereka meminta supaya Ia memperlihatkan suatu tanda dari sorga kepada mereka. (2) Tetapi jawab Yesus: ‘Pada petang hari karena langit merah, kamu berkata: Hari akan cerah, (3) dan pada pagi hari, karena langit merah dan redup, kamu berkata: Hari buruk. Rupa langit kamu tahu membedakannya tetapi tanda-tanda zaman tidak. (4) Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus.’ Lalu Yesus meninggalkan mereka dan pergi.”.

b) Markus 8:11-12 bahkan hanya berkata bahwa mereka tidak akan diberi tanda. Bagian ini sama sekali tidak menyinggung tentang Yunus!

Mark 8:11-12 - “(11) Lalu muncullah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus. Untuk mencobai Dia mereka meminta dari padaNya suatu tanda dari sorga. (12) Maka mengeluhlah Ia dalam hatiNya dan berkata: ‘Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda.’”.

Ini semua menunjukkan bahwa Mat 12:40 bukanlah bagian inti tetapi hanya merupakan tambahan saja, karena kalau Matius 12:40 merupakan penekanan / inti, maka tidak mungkin 3 bagian Kitab Suci yang lain menghapuskan bagian ini.

Kesimpulan: arti bagian ini adalah: mereka tidak akan diberi tanda, tetapi hanya diberi pemberitaan Firman Tuhan! Yunus sendiri juga tidak memberi mujizat apa-apa kepada orang Niniwe; ia hanya memberitakan Firman Tuhan. Mereka harus percaya pada Firman Tuhan tanpa tanda / mujizat.

3) Dalam 1Kor 1:22-23 Paulus mengatakan bahwa orang Yahudi meminta tanda / mujizat, tetapi Paulus tidak menuruti keinginan mereka! Sebaliknya, Paulus memberitakan Kristus yang tersalib, yang bagi orang-orang Yahudi itu merupakan suatu batu sandungan.

1Korintus 1:22-23 - “(22) Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, (23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan,”.

Mengapa Paulus melakukan hal itu? Karena memang Injil (bukan mujizat, tetapi Injil!) adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya (Ro 1:16).

Roma 1:16 - “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.”.

Memang sebetulnya, penekanan mujizat dan kesembuhan dalam kekristenan merupakan suatu kebodohan. Mengapa? Karena dalam agama-agama lain dan sekte-sekte sesat, dan bahkan dalam kalangan orang yang mempelajari magic, tenaga dalam, kebatinan, dsb, hal-hal ini juga banyak. Kalau kekristenan menekankan hal-hal itu, kekristenan tidak kelihatan istimewa. Yang istimewa dalam kekristenan dan yang tidak dipunyai agama lain adalah keselamatan / pengampunan karena penebusan Kristus (Injil), dan ini yang harus ditekankan!

4) Pertanyaan yang harus diajukan kepada Pdt. Paul Yonggi Cho adalah: mengapa Abraham, Yesus, dan Paulus tidak menunjukkan kuasa Allah, dan menyuplai mujizat, dalam text-text ini? Dan kalau Abraham, Yesus dan Paulus tidak menunjukkan kuasa Allah atau menyuplai mujizat di sini, mengapa orang kristen / hamba Tuhan jaman sekarang salah, kalau mereka hanya memberitakan Injil / Firman Tuhan, tanpa menunjukkan kuasa Allah dalam bentuk mujizat-mujizat?

Penutup:

Orang Kharismatik pada umumnya, selalu mencari kuasa / mujizat. Banyak di antara mereka yang membanggakan diri karena mujizat-mujizat itu, dan mereka yang bisa mengadakan mujizat merasa diri mereka ‘sakti’ dan disanjung oleh banyak orang.

Tetapi marilah kita perhatikan beberapa hal di bawah ini:

1) Kitab Suci memperingatkan kita akan banyak mujizat-mujizat palsu, khususnya menjelang kedatangan Yesus yang keduakalinya (Mat 7:22-23 Mat 24:24 2Tes 2:9-12 Wah 13:13-14 Wah 16:13-14).

Matius 7:22-23 - “(22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.

Matius 24:24 - “Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.”.

2Tesalonika 2:9-12 - “(9) Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, (10) dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka. (11) Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta, (12) supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan.”.

Wahyu 13:13-14 - “(13) Dan ia mengadakan tanda-tanda yang dahsyat, bahkan ia menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata semua orang. (14) Ia menyesatkan mereka yang diam di bumi dengan tanda-tanda, yang telah diberikan kepadanya untuk dilakukannya di depan mata binatang itu. Dan ia menyuruh mereka yang diam di bumi, supaya mereka mendirikan patung untuk menghormati binatang yang luka oleh pedang, namun yang tetap hidup itu.”.

Wah 16:13-14 - “(13) Dan aku melihat dari mulut naga dan dari mulut binatang dan dari mulut nabi palsu itu keluar tiga roh najis yang menyerupai katak. (14) Itulah roh-roh setan yang mengadakan perbuatan-perbuatan ajaib, dan mereka pergi mendapatkan raja-raja di seluruh dunia, untuk mengumpulkan mereka guna peperangan pada hari besar, yaitu hari Allah Yang Mahakuasa.”.

Orang yang selalu tergila-gila pada mujizat, apalagi yang menerima seadanya mujizat tanpa mengujinya dahulu, mempunyai potensi yang sangat besar untuk disesatkan oleh para nabi palsu yang bisa mengadakan mujizat!

2) Paulus tidak membanggakan mujizat yang ia alami, tetapi sebaliknya ia membanggakan penderitaan / kelemahannya (2Kor 11:30 2Kor 12:1-10).

2Korintus 11:30 - “Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku.”.

2Korintus 12:1-10 - “(1) Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan. (2) Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau - entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. (3) Aku juga tahu tentang orang itu, - entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - (4) ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia. (5) Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku. (6) Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku. (7) Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. (8) Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. (9) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ‘Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna.’ Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. (10) Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.”.

3) John F. MacArthur, Jr. mengutip kata-kata dari Michael Green, yang disebutnya sebagai orang yang ‘not unfriendly to the Charismatic position’ [= orang yang bukannya tidak bersahabat dengan posisi Kharismatik], sebagai berikut:

“The Charismatic were always out for power; they were elated by spiritual power, and were always seeking short cuts to power. It is the same today. Paul’s reply is to boast not of his power but of his weakness, through which alone the power of Christ can shine. Paul knew about the marks of an apostle, in signs, and wonders, and mighty deeds (2Cor 12:12) but he knew that the power of an apostle, or of any other Christian, came from the patient endurance of suffering, such as he had with his torn in the flesh, or the patient endurance of reviling and hardship such as he was submitted to in the course of his missionary work (1Cor 4). The Charismatic had a theology of the resurrection and its power; they needed to learn afresh the secret of the cross and its shame ... which yet produced the power of God (1Cor 1:18).” [= Orang Kharismatik selalu mencari kuasa; mereka gembira / berbesar hati oleh kuasa rohani, dan selalu mencari jalan pintas menuju kuasa. Hal yang sama terjadi pada masa ini. Jawaban Paulus adalah memegahkan diri bukan karena kuasanya tetapi karena kelemahannya, yang merupakan satu-satunya jalan melalui mana kuasa Kristus bisa bersinar. Paulus tahu tentang tanda-tanda / ciri-ciri seorang rasul, dalam tanda-tanda, mujizat-mujizat, dan perbu-atan-perbuatan ajaib (2Kor 12:12) tetapi ia tahu bahwa kuasa seorang rasul, atau orang kristen yang manapun juga, datang dari sikap bertahan yang sabar dalam penderitaan, seperti yang ia miliki dengan duri dalam dagingnya, atau sikap bertahan yang sabar terhadap caci maki dan kesukaran terhadap mana ia diserahkan dalam perjalanan misionarisnya (1Kor 4). Orang Kharismatik mempunyai theologia kebangkitan dan kuasanya; mereka perlu untuk mempelajari lagi rahasia dari salib dan kehinaannya .... yang menghasilkan kuasa Allah (1Korintus 1:18).] - John F. MacArthur, Jr. dalam buku ‘The Charismatics’, p 104. Ia mengutip dari buku karangan Michael Green yang berjudul ‘I believe in the Holy Spirit’, p 208.

-o0o-
Next Post Previous Post