TAFSIRAN KITAB MALEAKHI

Pdt.Budi Asali, M.Div.
TAFSIRAN KITAB MALEAKHI
KITAB MALEAKHI 1:1-5.

I) Latar belakang / pendahuluan (Maleakhi 1: 1):

1) Saat penulisan Maleakhi.

Pada tahun 722 SM Israel / Kerajaan Utara dikalahkan oleh Asyur dan orang-orang Israel diangkut ke dalam pembuangan. Pada tahun 587 SM Yehuda / Kerajaan Selatan dikalahkan oleh Babilonia dan orang-orang Yehuda diangkut ke dalam pembuangan. Di antara tahun 538-444 SM, orang-orang Yehuda kembali dari pembuangan. Sedangkan Maleakhi menulis kitabnya kira-kira pada tahun 440 SM. Jadi, Maleakhi menulis kitabnya untuk orang-orang Yehuda sesudah kembali dari pembuangan. Jadi, kata ‘Israel’ dalam ay 1 menunjuk kepada orang-orang Yehuda yang kembali dari pembuangan.

2) Kerohanian pada saat itu betul-betul brengsek, baik imam-imamnya maupun rakyatnya.

Dosa-dosa mereka antara lain:

· mempersembahkan binatang cacat (1:6-14).

· pengajaran yang brengsek dari para imam (2:1-9).

· kawin campur dan perceraian (2:10-16).

· tidak memberikan persembahan persepuluhan (3:6-12).

· dosa-dosa lain (3:5,13-14).

Kepada ‘gereja’ brengsek seperti itulah Maleakhi menu­liskan kitab ini.

Penerapan:

¨ berikan Firman Tuhan untuk menangani gereja / orang kristen yang brengsek! Selama orang kristen / gereja brengsek itu masih mau mendengar Firman Tuhan, maka masih ada kemungkinan bagi mereka untuk direformasi. Saudara bisa memberikan Firman Tuhan dengan cara memberitakannya melalui mulut saudara (melalui khotbah, pe-ngajaran sekolah minggu, atau penginjilan pribadi), atau saudara bisa memberikan Firman Tuhan yang tertulis, seperti buku-buku rohani, dengan catatan bahwa saudara harus memilihkan buku rohani yang baik / bermutu.

¨ memang gereja brengsek juga sangat membutuhkan doa saudara, tetapi kalau gereja itu hanya didoakan dan tidak diberi Firman Tuhan, maka gereja itu tidak mungkin bisa diper­baiki!

3) Siapakah Maleakhi itu?

Kata bahasa Ibraninya adalah MALAKHI, yang sebetulnya berarti my angel / my messenger (= malaikatku / utusanku).

Itu menyebabkan ada penafsir yang menganggap bahwa ‘Maleakhi’ sebetulnya bukanlah suatu nama. Penulis kitab ini hanya memperkenalkan diri sebagai ‘utusan Allah’, tetapi menyembu­nyikan identitasnya.

Calvin menganggap bahwa Maleakhi adalah julukan dari Ezra.

Siapa sebenarnya Maleakhi itu tidak diketahui dengan jelas.

4) ‘Ucapan ilahi’ (Maleakhi 1 1).

NIV/NASB/RSV: oracle (= ucapan ilahi / sabda dewa).

KJV/Lit: burden (= beban).

Kata bahasa Ibraninya adalah MASSA. Kata MASSA ini berasal dari kata kerja NASA, yang berarti to lift up (= mengangkat). Jadi MASSA berarti ‘sesuatu yang diangkat’, dan karena itu bisa diartikan ‘beban’.

Lalu apa yang dimaksud dengan ‘beban’ itu? Ada bermacam-macam penafsiran:

a) Kata ini menunjukkan bahwa Maleakhi merasa berat untuk menyam-paikan Firman yang penuh kecaman itu.

Penerapan:

Kalau saudara adalah orang yang senang melakukan kecaman, dalam arti saudara menikmati (enjoy) saat pengecaman itu, maka ada sesuatu yang tidak beres dengan keroha­nian saudara! Jelas bahwa saudara sedang kekurangan kasih! Bereskan dulu kerohanian saudara, baru menge­cam orang lain (bdk. Matius 7:1-5)!

b) Kata ini menunjukkan bahwa Maleakhi menyampaikan Firman Tuhan dengan beban, dalam arti yang sama seperti kalau kita berkata: orang itu mempunyai beban untuk melayani.

Penerapan:

Apakah saudara adalah orang yang melayani Tuhan / memberitakan Firman Tuhan dengan beban? Atau saudara melayani Tuhan hanya sebagai suatu rutinitas, dengan acuh tak acuh, terpaksa, berat hati, asal-asalan, dsb?

c) Kata ini menunjuk pada hukuman / penghakiman / teguran Allah. Tetapi lalu ada orang yang menambahkan : kata-kata Allah keras dan penuh ancaman, tetapi tetap ada penghiburan karena dalam ay 1 dikatakan bahwa kata-kata itu ditujukan ‘kepada Israel’ [Bahasa Inggrisnya : ‘to Israel’ (= kepada Israel), bukan ‘against Israel’ (= terhadap / menentang Israel)].

5) ‘Firman Tuhan ... dengan perantaraan Maleakhi’ (ay 1).

Maleakhi dipakai oleh Tuhan untuk menyampaikan Firman Tuhan. Tuhan sebetulnya tidak membutuhkan manusia, karena Dia bisa berbicara secara langsung atau memakai seorang malaikat. Tetapi biasanya Ia tetap menggunakan manusia untuk menyampai­kan Firman Tuhan.

Tujuan ay 1 ini adalah untuk menunjukkan bahwa yang disampai­kan oleh Maleakhi ini adalah Firman Tuhan yang tidak bisa disamakan seperti khotbah-khotbah jaman sekarang ini.

Ada 2 pandangan extrim / salah tentang khotbah jaman sekarang:

a) Khotbah itu cuma kata-kata manusia / pendeta.

Ini menyebabkan orang kristen lalu tidak menghiraukan khotbah.

b) Khotbah itu tidak ada salahnya (infallible).

Ini menyebabkan orang kristen menerima apa saja yang dika­takan oleh pendeta, sekalipun itu adalah hal yang tidak sesuai dengan Kitab Suci atau tidak berdasarkan Kitab Suci.

Kedua sikap di atas ini salah. Khotbah jaman sekarang tidak ada yang bebas dari kesalahan. Karenanya pada waktu mendengarkan khotbah, kita harus selalu membandingkannya dengan Firman Tuhan / Kitab Suci (bdk. Kisah Para Rasul 17:11). Hanya kalau khotbah itu betul-betul didasarkan pada Kitab Suci, barulah khotbah itu bisa dianggap sebagai suatu kebenaran.

Tetapi apa yang disampaikan oleh Maleakhi (juga oleh penulis-penulis Kitab Suci yang lain) tidak sama dengan khotbah jaman sekarang, karena kata-katanya memang betul-betul tak ada salahnya (infallible & inerrant).

Adanya faktor manusia dalam penyampaian / penulisan Kitab Suci / Firman Tuhan, menyebabkan orang-orang dari golongan Liberal mengatakan bahwa Kitab Suci / Firman Tuhan sudah ber­campur dengan kesalahan, sehingga tidak lagi infallible & inerrant.

Terhadap pandangan sesat dari golongan Liberal ini ada 2 hal yang bisa kita katakan sebagai jawaban:

· Tuhan sudah mempersiapkan para penulis Kitab Suci itu sehingga mereka menjadi orang yang cocok secara sempurna untuk menuliskan Firman Tuhan.

E.J. Young, dalam bukunya yang berjudul “Thy Word Is Truth” (p 64), mengutip kata-kata B.B. Warfield sebagai berikut:

“A light that passes through the coloured glass of a cathe­dral window, we are told, is light from heaven, but is stained by the tints of the glass through which it passes; so any word of God which is passed through the mind and soul of a man must come out discoloured by the personality through which it is given, and just to that degree ceases to be the pure word of God. But what if this personality has itself been formed by God into precisely the personality it is, for the express purpose of communicating to the word given through it just the colouring which it gives it? What if the colours of the stained-glass window have been designed by the architect for express purpose of giving to the light that floods the cathedral precisely the tone and quality it re­ceives from them? What if the word of God that comes to His people is framed by God into the word of God it is, precisely by means of the qualities of the men formed by Him for the purpose, through which it is given?”.

Penjelasan kata-kata Warfield ini:

Sinar yang masuk ke dalam katedral melalui kaca berwarna dari jendela katedral, telah dinodai / dikotori oleh warna kaca yang ia lewati. Orang (Liberal) lalu menganalogikan: demikian juga setiap firman Allah yang melewati / melalui pikiran dan jiwa manusia pasti keluarnya sudah dikotori oleh kepribadian melalui mana firman diberikan, dan pada saat itu tidak lagi merupakan firman Allah yang murni. Tetapi Warfield lalu berargumentasi: Bagai­mana kalau warna dari kaca jendela itu telah direncanakan oleh arsitek untuk memberikan warna dalam katedral persis seperti yang ia kehendaki? Bagaimana kalau kepribadian manu­sia, yang dipakai oleh Allah untuk menyampaikan firmanNya itu, telah dibentuk oleh Allah menjadi suatu kepribadian yang cocok persis untuk menyampaikan firman yang diberikan kepada­nya?

· Yesus Kristus sendiri adalah Allah dan manusia dalam 1 pribadi. Jadi bisa dikatakan bahwa Ia juga mengandung faktor manusia. Tetapi Allah bisa menjagaNya sehingga Ia sama sekali tidak pernah berbuat dosa / kesalahan, tetapi sebaliknya hidup suci murni. Kalau Allah bisa menjaga Yesus yang mempunyai faktor manusia itu sehingga tetap bebas dari kesalahan, mengapa Ia tidak bisa melakukannya dalam penulisan Kitab Suci?

II) Kasih Allah kepada Israel (Maleakhi 1: 2-5):

1) Pernyataan kasih Allah.

Maleakhi 1: 2: ‘Aku mengasihi engkau’.

Dalam bahasa Ibraninya ini ada dalam bentuk past tense (= waktu lampau).

NIV menterjemahkan ‘I have loved you’ (= Aku telah mengasihi engkau).

Ini tidak berarti bahwa Allah hanya mengasihi Israel pada jaman dahulu, tetapi tidak lagi pada saat itu. Allah tetap mengasihi pada saat itu! Darimana kita bisa mengetahui hal itu?

a) Mal 3:6 mengatakan Allah tidak berubah.

Jadi, kalau dahulu Ia mengasihi Israel, sekarangpun Ia pasti mengasihi Israel!

Penerapan:

Pada saat saudara jatuh ke dalam dosa, apakah saudara sering mengira bahwa Allah tidak mengasihi saudara lagi? Itu adalah bisikan setan yang ingin membuat saudara putus asa dan bahkan makin menjauh dari Tuhan. Tuhan tidak pernah berubah dalam kasihNya kepada saudara! Kalau dahu­lu, pada waktu saudara masih adalah anak setan, saudara dikasihi, dipanggil, dan diselamatkan oleh Allah, maka tidak mungkin sekarang setelah saudara menjadi anakNya, saudara justru dibuang oleh Allah (bdk. Roma 5:8-10).

b) Allah mau berbicara / menegur Israel melalui Maleakhi.

Itu berarti bahwa Ia masih mengasihi Israel. Kalau Ia tidak mengasihi, maka Ia tidak akan menegur (Ibr 12:5b-6 Amsal 3:11-12).

Penerapan:

Setiap saudara mendengar teguran melalui khot­bah, saat teduh, dsb, ingatlah bahwa itu menunjukkan kalau Allah mengasihi saudara. Karena itu jangan keraskan hati saudara!

2) Keragu-raguan / ketidakpercayaan Israel akan kasih Allah kepada mereka (ay 2b).

a) Ay 2b berbunyi: “Tetapi kamu berkata: ‘Dengan cara bagai­manakah Engkau mengasihi kami?’”. 

Kalimat ini tidak betul-betul diucapkan oleh orang Israel. Maleakhi hanya ‘membaca’ pikiran mereka. Maleakhi menyusun kitabnya dalam bentuk dialog / debat.

b) Orang Israel tahu / mengerti Kitab Suci tetapi masih menyangsikan kasih Allah. Karena apa?

· Keadaan setelah kembali dari pembuangan, jauh lebih buruk dari pada sebelum mereka pergi ke dalam pembuangan.

Misalnya keadaan Bait Allah pada saat itu. Mula-mula Bait Allah tidak ada karena sudah dihancurkan. Setelah mereka membangunnya kembali, keadaan Bait Allah itu kalah jauh dibandingkan Bait Allah yang dahulu, yang dibangun oleh Raja Salomo. Bdk. Ezra 3:12.

· Sekalipun mereka sudah kembali dari pembuangan, tetapi mereka belum merdeka. Mereka masih ada di bawah kekua­saan Persia.

· Mesias yang dijanjikan tidak kunjung datang.

Jadi, Israel meragukan kasih Allah, karena situasi dan kondisi di sekitar mereka kelihatannya tidak cocok dengan Firman Tuhan yang mengatakan bahwa Allah mengasihi mereka.

Penerapan: 

Kalau situasi dan kondisi di sekitar saudara kelihatannya tidak cocok dengan Firman atau janji Tuhan, maukah saudara tetap percaya pada Firman / janji Tuhan itu?

3) Maleakhi membuktikan kasih Allah (ay 2b-4).

a) Yakub dan Esau adalah saudara kembar. Esau adalah anak yang sulung, sehingga seharusnya sedikitnya ia mempunyai hak yang sama dengan Yakub.

b) ‘Allah mengasihi Yakub tetapi membenci Esau’ (ay 2b-3a).

Apa artinya?

· Membenci berarti ‘kurang mengasihi’.

Hal seperti ini sering digunakan dalam Kitab Suci.

Contoh:

* dalam Kejadian 29:31, terjemahan hurufiahnya seharusnya adalah ‘Lea dibenci’, dan kata bahasa Ibrani yang dipakai adalah kata yang sama yang dipakai dalam Mal 1:3a ini. Artinya bisa dilihat dari Kej 29:30 yaitu: Yakub lebih mencintai Rahel daripada Lea.

* dalam Ul 21:15-17 kata-kata ‘tidak dicintai’ terjemahan hurufiahnya sebetulnya adalah ‘dibenci’.

* Bandingkan Luk 14:26 dengan Mat 10:37. Dari perbandingan ini bisa kita dapatkan bahwa membenci bapa, ibu, dsb, artinya adalah: kita harus mengasihi Allah / Yesus lebih dari mereka.

· Ini menunjuk pada Predestinasi / pemilihan.

Allah memi­lih Yakub, tetapi menolak Esau (bdk. Roma 9:10-16).

c) Maleakhi tidak terlalu menunjukkan bagaimana Allah menun­jukkan kasihNya kepada Yakub, tetapi Maleakhi lebih mene­kankan bagaimana Allah menunjukkan ‘kebencianNya’ kepada Esau (ay 3b-4).

· Baik Israel maupun Edom, sama-sama dikalahkan oleh Nebukadnezar (Babilonia). Tetapi, kalau Israel bisa kembali, Edom tidak!

· Edom mempunyai kepercayaan kepada diri sendiri (ay 4a), dan mereka yakin bahwa mereka bisa bangun dari kejatuhan mereka. Tetapi Tuhan berkata bahwa itu tak mungkin terjadi karena Tuhan akan merobohkan apa yang mereka bangun (ay 4b). Dan memang sejarah menunjukkan bahwa Edom dikalahkan dan dihancurkan oleh: Persia, Nabatean, orang Yahudi di bawah Makabe, Makedonia, dan orang Islam. Mereka tidak pernah bangkit!

Maleakhi 1: 3 yang menunjukkan kejatuhan Edom, telah terjadi dan telah dilihat oleh Israel.

Maleakhi 1: 4 yang menunjukkan bahwa Tuhan akan menghancurkan usaha Edom untuk bangkit kembali, akan terjadi dan akan dilihat oleh Israel (bdk. ay 5 - ‘matamu akan melihat’).

· Edom disebut ‘daerah kefasikan’ (ay 4).

NIV: The Wicked Land (= Tanah jahat).

Ini kontras sekali dengan sebutan ‘holy land’ (= tanah kudus) bagi Kanaan / Israel.

· Tentang Edom dikatakan bahwa ‘Tuhan murka selama-lama­nya’ (ay 4).

Kepada Israel Ia juga murka, tetapi hanya sementara (bdk. Maz 89:31-34 Maz 103:8-14). Sedangkan kepada Edom Ia murka selama-lamanya. Ini kontras antara sikap Allah kepada ‘orang pilihan’ (elect) dan kepada ‘orang yang tidak dipilih’ (reprobate).

· Sekarang perlu dipertanyakan: apakah ay 5 menunjukkan kasih Allah kepada Edom / non Israel? Tidak! Perhatikan penjelasan di bawah ini:

Maleakhi 1: 5: ‘TUHAN maha besar sampai di luar daerah Israel’.

NIV: ‘Great is the LORD - even beyond the border of Israel’ (= Maha besar TUHAN - bahkan sampai melampaui perbatasan Israel).

Tetapi, kata bahasa Ibraninya (yaitu MEAL) bisa berarti above, over, upon (= atas / di atas). Jadi arti kalimat ini adalah: ‘TUHAN maha besar atas daerah Israel’.

Jadi ay 5 ini menunjukkan kasih Allah kepada Israel, bukan kepada Edom / non Israel.

Tafsiran ini lebih cocok dengan kontex (karena kontex ini justru menunjukkan kasih Allah kepada Israel, dan tidak kepada Edom / non Israel).

Juga tafsiran ini didukung oleh Septuaginta / LXX (Perjanjian Lama yang diterjemahkan ke bahasa Yunani) dan Latin Vulgate.

Kesimpulan:

Dalam bagian ini Maleakhi ingin berkata : ‘bandingkan nasibmu dengan Edom. Nasibmu masih jauh lebih baik dari nasih mereka. Jadi, itu merupakan bukti kalau Allah mengasihi kamu’.

Hal yang penting yang bisa kita pelajari di sini ialah: Dalam menghadapi ‘gereja’ yang rusak / bejad, hal yang pertama diberitakan adalah kasih Allah. Memang nanti kita akan melihat bahwa Maleakhi juga menegur, tetapi tegurannya akan sia-sia kalau mereka tidak diyakinkan lebih dulu akan kasih Allah terhadap mereka.

Penerapan:

Kalau menghadapi gereja / orang kristen yang rusak, jangan terus menerus menegur atau ‘mengancam’ mereka dengan hukuman Allah! Beritakanlah kasih Allah terlebih dulu, khususnya yang Ia tunjukkan di kayu salib! Dengan kata lain, beritakanlah Injil kepada mereka dan tekankanlah kasih Allah / Kristus kepada mereka

III) Menyadari kasih Allah kepada kita: 

Kalau saudara masih sering membolos ke kebaktian / Bible Study, sering tidak saat teduh, memelihara dosa-dosa terten­tu, mengeluarkan uang / tenaga / pikiran / waktu sesedikit mungkin untuk Tuhan, maka saudara bukanlah orang yang menga­sihi Tuhan. Itu bisa terjadi karena saudara tidak / kurang menyadari kasih Tuhan.

Supaya saudara bisa sadar / percaya akan kasih Allah kepada saudara:

1) Lihatlah ke belakang.

Maleakhi mengajak bangsa Israel melihat ke belakang, kepada Yakub, Esau, Edom, dsb.

Kita juga bisa melihat ke belakang, kepada salib / pengorbanan Kristus di atas kayu salib untuk menebus dosa-dosa saudara. Itu bukti kasih Allah kepada saudara (bdk. Roma 5:8)!

2) Lihatlah pada predestinasi / pemilihan yang dilakukan oleh Allah atas diri saudara.

Maleakhi mengajak Israel melihat pada pemilihan Yakub dan Israel.

Kita juga perlu melihat hal itu. Saudara bisa menjadi orang kristen karena Allah telah memilih / menentu­kan saudara untuk menjadi anakNya, dan dalam pemilihan itu Ia memilih saudara sedikitpun bukan karena adanya kebaikan apapun dalam diri saudara (bdk. Ef 1:4,5,11 Ro 9:11,15-18). Dan itu adalah bukti bahwa Ia mengasihi saudara.

3) Bandingkan diri saudara dengan orang lain.

Maleakhi mengajak Israel untuk membandingkan diri dengan Edom.

Kita juga perlu melakukan hal itu, tetapi harus secara positif. Kita bisa melakukannya secara negatif, misalnya membandingkan diri kita dengan orang yang lebih kaya, lebih sehat, lebih cantik / ngganteng, dsb, dari diri kita. Ini salah! Mengapa tidak membandingkan diri dengan orang yang lebih miskin, lebih sakit, lebih menderita dari kita?

Tetapi, yang terutama kita harus membandingkan diri kita dengan orang lain / kafir, dalam hal rohani. Mungkin ada orang yang kaya, sehat, cantik, dsb, tetapi ia bukan anak Allah. Maka nasib saudara tetap jauh lebih baik dari dia. Itu menunjukkan bahwa Allah mengasihi saudara.

4) Percayalah kepada Firman Tuhan, bukan kepada perasaan saudara!

Kalau Firman Tuhan bertentangan dengan perasaan, maka pasti yang betul adalah Firman Tuhan!

Contoh dari text kita ini:

· Ay 2: Firman Tuhan berkata ‘Aku mengasihi engkau’, tetapi perasaan Israel: ‘Allah tidak mengasihi mereka’. Maleakhi lalu membuktikan bahwa Firman Tuhanlah yang benar, bukan perasaan Israel.

· Ay 4: Edom merasa yakin bahwa mereka bisa bangun. Tetapi Firman Tuhan berkata ‘mereka tidak mungkin bangun’. Sejarah membuktikan bahwa Firman Tuhanlah yang betul.

Karena itu kalau saudara merasa bahwa Allah tidak / kurang mengasihi saudara, jangan pedulikan perasaan itu. Bacalah dan renungkanlah Firman Tuhan yang jelas menunjukkan bahwa Allah mengasihi saudara (Yoh 3:16 Roma 5:8). Percayalah kepada Firman Tuhan, bukan pada perasaan saudara.

Maukah saudara melakukan keempat hal di atas ini supaya saudara bisa menjadi orang yang sadar, percaya, yakin akan kasih Allah kepada saudara?

MALEAKHI 1:6-14

Kalau pada Mal 1:1-5 kita melihat Maleakhi menghibur Israel dengan menun-jukkan kasih Allah kepada mereka, maka di sini mulai Mal 1:6 dan seterusnya kita bisa melihat bahwa Maleakhi memberi­kan teguran-teguran yang keras.

Penerapan:

Ini menunjukkan bahwa hamba Tuhan tidak boleh memanja­kan jemaat dengan hanya memberitakan hal-hal yang enak saja. Hanya memberitakan hal-hal yang enak / menyenangkan telinga saja adalah ciri nabi palsu - bdk. 2Taw 18:5,10-12 Yer 8:11 Yer 23:16-17 2Tim 4:2-4. Tuhan memang mahakasih, tetapi juga mahasuci, sehingga Ia sangat membenci dosa. Dan Tuhan yang mahakasih itu juga mahaadil, sehingga Ia pasti akan menghukum semua orang berdosa yang tidak bertobat. Supaya jemaat sadar akan kesucian dan keadilan Allah, maka hamba Tuhan wajib memberitakan teguran Allah.

I) Teguran kepada para imam.

Dari kata-kata ‘hai para imam’ dalam Mal 1:6 dan Mal 2:1 terli­hat dengan jelas bahwa Mal 1:6-2:9 adalah teguran yang dituju­kan kepada imam-imam.

Dari sini ada beberapa hal yang bisa kita pelajari:

1) Ini menunjukkan bejadnya kerohanian pada saat itu.

Kalau imamnya saja bejad, bagaimana dengan rakyatnya / je­maatnya? Apalagi dari Perjanjian Lama jelas terlihat bahwa kerohanian bangsa Israel sangat tergantung kepada pemimpin­nya. Kalau pemimpinnya seorang yang rohani, maka mereka juga ikut menjadi rohani, sebaliknya kalau pemimpinnya brengsek, maka merekapun ikut menjadi brengsek.

Sekalipun dalam jaman Perjanjian Baru setiap orang percaya diberi Roh Kudus yang memimpin dia, tetapi pengaruh pemimpin rohani / pendeta tetap sangat besar terhadap kehidupan jemaat secara rohani, karena dialah yang mengajarkan Firman Tuhan kepada jemaat, dan mau tidak mau pengalaman rohaninya akan mempengaruhi pengajarannya. Ada orang yang berkata bahwa seorang pendeta tidak bisa membawa jemaatnya ke tingkat rohani yang lebih tinggi dari dirinya sendiri. Jadi, kalau pendetanya brengsek secara rohani, maka jemaatnya pasti juga akan menjadi brengsek. Karena itu, jangan berpendapat bahwa pergi ke gereja yang pendetanya sesat itu tidak apa-apa, toh kita berbakti kepada Tuhan, bukan kepada manusia. Memang kita berbakti kepada Tuhan, tetapi kita juga memerlukan pertumbuhan rohani yang baik untuk bisa tetap mengikut Tuhan dengan setia, dan ini tidak bisa saudara dapatkan kalau pendeta saudara adalah orang yang dangkal rohaninya.

2) Maleakhi berani menegur imam.

Imam adalah ‘utusan TUHAN’ dan pengajar Firman Tuhan karena bangsa Israel belajar kepada imam.

Mal 2:7 - “Sebab bibir seorang imam memelihara pengetahuan dan orang mencari pengajaran dari mulutnya, sebab dialah utusan TUHAN semesta alam”.

Tetapi Maleakhi tetap tidak takut menegur mereka. Maleakhi yakin akan otoritas yang diberikan Tuhan kepadanya, dan ia juga yakin akan kesalahan dari imam-imam itu. Karena itulah ia berani menegur imam.

Penerapan: Kalau saudara melihat ada ‘orang gede’ berbuat salah, baik dia itu gede dalam hal rohani (majelis, pendeta), maupun dalam hal duniawi (boss, pejabat), beranikah saudara menegur dia?

3) Maleakhi mereformasi dari atas.

Kalau imam-imam bisa dibereskan kerohaniannya, maka dengan sendirinya rakyat juga akan beres.

Penerapan: Kalau saudara mau mereformasi gereja saudara, penekanan harus dilakukan untuk membereskan orang-orang yang ada di ‘atas’ seperti Pendeta, majelis, guru sekolah minggu, pengurus komisi, dsb. Pikirkan, apa yang bisa saudara lakukan untuk mereformasi mereka? Mengajak berdiskusi? Membelikan buku rohani?

II) Dosa para imam.

1) Persembahan yang salah.

Kata ‘roti’ dalam Maleakhi 1: 7 mungkin mewakili semua persembahan yang bisa dimakan. Disini dikatakan ‘roti cemar’, yang jelas menunjukkan persembahan yang salah.

Demikian juga dalam Maleakhi 1: 8 disebutkan persembahan yang salah yang lain, yaitu binatang buta, timpang, sakit, dan dalam ay 13 disebutkan binatang yang dirampas, timpang, sakit.

Istilah ‘binatang yang dirampas’ dalam ay 13 diterjemahkan secara bervariasi.

RSV: what has been taken by violence (= yang diambil dengan kekerasan).

NASB: what was taken by robery (= yang diambil dengan meram­pok).

NIV: injured (= terluka).

KJV: that which was torn (= yang dicabik-cabik). 

Para penafsir berpendapat bahwa istilah ini menunjuk pada domba / kambing yang dirampas kembali oleh gembalanya dari binatang buas yang menerkamnya. Daripada dibuang, binatang yang sudah dicabik-cabik ini lalu dipersembahkan kepada Tuhan.

Kel 22:31 - “Haruslah kamu menjadi orang-orang kudus bagiKu: daging ternak yang diterkam di padang oleh binatang buas, janganlah kamu makan, tetapi haruslah kamu lemparkan kepada anjing.’”.

Jadi, dalam Kel 22:31 ini dikatakan bahwa ‘binatang yang dirampas’ itu tidak boleh dimakan, tetapi harus diberikan kepada anjing. Tetapi ternyata mereka memberikannya kepada Tuhan!

Selanjutnya, dalam ay 14 disebutkan tentang orang yang bernazar akan memberikan binatang jantan, tetapi lalu mem­berikan binatang cacat.

Mengapa persembahan seperti ini salah?

a) Karena Hukum Taurat melarang hal itu (Kel 12:5 Im 1:3,10 Im 22:18-25 Ul 15:21).

Semua ayat-ayat ini menunjukkan bahwa binatang yang diper­sembahkan kepada Tuhan harus selalu tidak bercacat / bercela. Ini bukan hanya karena mereka dituntut untuk mempersembahkan se-suatu yang bagus kepada Tuhan, tetapi juga karena binatang korban ini merupakan TYPE dari Kris­tus yang suci (1Petrus 1:19).

b) Gubernur saja akan menolak persembahan seperti itu (Maleakhi 1: 8).

· Kata ‘bupati’ dalam ay 8 seharusnya adalah ‘gubernur’.

· Pada waktu mau memberikan sesuatu kepada Tuhan, baik itu berupa persembahan kita maupun pelayanan kita, kita memang harus mere­nungkan:

* Kalau persembahan yang akan kita berikan kepada Tuhan itu kita berikan kepada manusia, apakah manusia itu mau menerimanya?

* Kalau pelayanan yang akan kita lakukan bagi Tuhan itu kita lakukan bagi manusia, apakah manusia itu mau menerimanya?

Kalau manusia biasa saja menolak persembahan / pelayanan kita (karena menganggap sebagai penghinaan), bagaimana kita bisa memberikannya kepada Tuhan?

c) Tuhan itu mahabesar (ay 11,14b).

Dalam Maleakhi 1: 11 ada kata-kata ‘dipersembahkan korban bagi namaKu’. Kata ‘korban’ dalam ay 11 ini merupakan terjemahan yang salah. Terjemahan yang benar adalah ‘incense’ (= kemenyan / dupa). ‘Kemenyan’ dan ‘korban sajian yang tahir’ (ay 11) menggambarkan ibadah kepada Tuhan.

Pada saat itu di luar bangsa Israel, tidak ada bangsa yang menyembah Allah karena mereka semua menyembah berhala. Karena itu banyak penafsir menganggap bahwa ay 11,14 yang menunjukkan bahwa nama TUHAN itu populer di antara semua bangsa, sebagai sesuatu yang aneh. Ini menyebabkan mereka lalu menterjemahkan ay 11,14b ke dalam bentuk future tense (= bentuk akan datang). Dengan demikian kata-kata ini menjadi suatu nubuat. Nanti, bangsa-bangsa asing akan menyembah Tuhan.

Bagaimanapun juga, semua ini menunjukkan kebesaran Allah. Tetapi bangsa Israel memberikan persembahan binatang cacat kepada Tuhan yang mahabesar ini! Ini adalah suatu penghi­naan (ay 6)!

Hal yang selalu membuat seseorang tak menghormati Tuhan adalah tidak adanya kesadaran akan kebesaran Allah. Orang yang selalu menyadari kebesaran Allah pasti akan selalu menghormatiNya.

Penerapan:

Kalau saudara berdoa sebaiknya jangan selalu menyebut Tuhan dengan sebutan ‘Bapa’. Awas, saya tidak memaksudkan bahwa saudara tidak boleh menggunakan sebutan ‘Bapa’, tetapi saya memaksudkan untuk tidak selalu menyebut ‘Bapa’. Mengapa? Karena sebutan ‘Bapa’ hanya mengingatkan kita akan kasihNya kepada kita, dekatnya Dia dengan kita, dan pemeliharaanNya terhadap diri kita. Tetapi sebutan ‘Bapa’ ini tidak mengingatkan kita akan kebesaranNya. Sebaliknya, kalau kita menggunakan sebutan ‘Allah’ atau ‘Tuhan’ atau ‘Tuhan semesta alam’ atau ‘Allah yang mahakuasa’, maka sebutan-sebutan ini mengingatkan kita akan kebesaran Allah, se­hingga bisa menyebabkan kita menghormati Dia.

Kalau saudara melihat pada Doa Bapa Kami yang diajarkan oleh Yesus, maka saudara bisa melihat bahwa kalimat perta­ma bukan hanya berbunyi ‘Bapa kami’, tetapi ‘Bapa kami yang di surga’ (Mat 6:9). Ini tujuannya supaya kita ingat bahwa sekalipun Ia memang adalah Bapa kita yang mengasihi kita, tetapi Ia juga adalah Allah yang bertahta di surga. Dengan demikian kita bisa mengingat kebesaran Tuhan dan menghormatiNya.

2) Membiarkan rakyat memberikan persembahan yang salah.

Jadi, sebetulnya bukan imam-imam yang memberikan persembahan binatang yang cacat itu. Rakyat yang memberikan, tetapi imam-imam menerima persembahan yang salah itu. Seharusnya, imam-imam me-nolak persembahan seperti itu. Ay 10 yang berbunyi: ‘Sekiranya ada di antara kamu yang menutup pintu ...’ jelas menunjukkan bahwa Tuhan sebetulnya menghen­daki imam-imam itu menolak persembahan yang salah itu. Tetapi imam-imam itu tak menolaknya tapi sebaliknya menerima persembahan binatang cacat itu. Karena itulah mereka berdosa!

Ini harus menjadi pelajaran bagi semua gereja Tuhan, untuk tidak dengan rakus menerima seadanya persembahan yang diberikan kepada gereja.

Misalnya:

· beberapa waktu yang lalu ada gereja yang mau menerima persembahan dari SDSB! Ini betul-betul memalukan Tuhan!

· banyak gereja mengecam orang yang merokok, tetapi anehnya kalau mencari sumbangan, mereka pergi ke pabrik rokok.

· bagaimana kalau ada orang yang mempersembahkan hasil dosanya ke gereja sebagai ‘penebus dosa’, padahal orangnya sendiri tidak bertobat dari dosanya? Gereja yang mau menerima persembahan semacam ini, melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh para imam pada jaman Ma­leakhi!

· bagaimana kalau ada orang kaya yang mau mempersembahkan jumlah besar, dengan syarat nama terangnya diumumkan sebagai pemberi persembahan tersebut? Mengumumkan nama terang dari orang yang memberi persembahan, memang merupakan praktek dari banyak gereja. Tetapi ini adalah praktek yang salah karena berten-tangan dengan Mat 6:2-4 (saya percaya bahwa ayat ini berlaku bukan hanya dalam persoalan memberi sedekah, tetapi juga dalam memberi persembahan. Alasannya, karena kontexnya, yaitu seluruh Mat 6:1-18, penekanannya adalah untuk tidak melakukan suatu tindakan yang baik sebagai suatu pameran supaya dilihat orang).

Ini juga harus menjadi pelajaran bagi setiap hamba Tuhan yang membiarkan begitu saja seadanya dosa dalam gereja. Hamba Tuhan wajib menegur jemaat yang berbuat dosa, dan bukannya membiarkannya begitu saja.

Pada jaman ini, sekalipun jemaat tidak lagi mempersembahkan binatang kepada Tuhan, tetap ada hal-hal tidak hormat yang bisa dilakukan oleh jemaat seperti:

¨ Memberikan persembahan Rp 25,- atau Rp 50,- dsb. Memang Tuhan menghargai dan mau menerima persembahan sedikit yang diberikan oleh orang miskin yang memang hanya bisa memberi sedikit (bdk. Luk 21:1-4). Tetapi ada banyak orang memberi sedikit, bukan karena mereka tidak punya uang, tetapi karena mereka kikir atau karena mereka tidak menghargai / menghormati Tuhan. Ini jelas adalah dosa / penghinaan bagi Tuhan.

¨ Datang terlambat atau pulang terlalu pagi dalam kebaktian. Juga segala sikap-sikap yang tidak hormat dalam kebaktian, seperti: tidak ikut menyanyi tanpa alasan, mengantuk, melamun, berbicara satu dengan yang lain dsb.

¨ Membiarkan anak-anak kecil berlari-lari dan membuat keributan dalam kebaktian. Ini bukan sabar / kasih, tetapi tidak bisa / tidak berani mendisiplin!

¨ Menyebut nama Tuhan dengan sia-sia / sembarangan (bdk. Kel 20:7).

Adalah tugas dari semua hamba Tuhan dan majelis untuk menegur jema-at yang melakukan hal-hal tsb. Kalau hamba Tuhan membiarkan sikap / tindakan tak hormat itu, maka mereka melakukan kesalahan yang sama dengan imam-imam yang membiar­kan persembahan binatang cacat!

3) Menganggap pelayanan sebagai beban yang berat.

Ay 13: ‘alangkah susah payahnya’.

NIV: what a burden! (= alangkah beratnya / betul-betul suatu beban!)

Ini menunjukkan bahwa mereka tidak melayani dengan sukacita, tetapi dengan hati yang berat. Apakah saudara juga seperti itu? Kalau ya, sadarilah bahwa Yesus sudah terlebih dahulu melayani saudara dengan cara mati disalib secara sukarela. Maukah sekarang saudara membalas kasih dan kebaikan Tuhan dengan melakukan pelayanan bagi Tuhan dengan sukacita?

4) Memandang hina meja Tuhan (ay 12,13).

a) Maleakhi 1: 12 menunjukkan dengan jelas bahwa mereka menghina meja Tuhan yang kudus!

b) Dalam ay 13 ada kata-kata ‘dan kamu menyusahkan Aku’. Ini lagi-lagi salah terjemahan.

NIV: you sniff at it contemptuously.

Agak sukar untuk menterjemahkan bagian ini. Kata sniff berarti menyedot udara melalui hidung dengan cukup keras sehingga bisa didengar orang. Ini mereka lakukan dengan sikap menghina / merendahkan. Dan penghinaan ini mereka tujukan pada meja Tuhan dalam ay 12.

Penerapan:

· apakah saudara sering memandang rendah pelayanan? Mungkin dengan melakukannya secara asal-asalan / tidak dengan sungguh-sungguh? Mungkin dengan menganggapnya tidak penting / tidak berguna? Jangan beranggapan bahwa pelayanan yang penting hanyalah pelayanan pendeta. Pelayanan saudara sebagai pemimpin liturgi / chairman, atau sebagai anggota komisi, atau sebagai organis, atau sebagai apapun juga yang lain, juga sangat penting! Kalau saudara menjadi chairman, dan saudara melakukannya dengan asal-asalan, dan saudara terus-menerus memilih lagu-lagu yang itu-itu saja, itu akan membuat puji-pujian dalam kebaktian menjadi suatu acara yang membosankan! Dan kalau ini terjadi, ini jelas akan mempengaruhi acara pemberitaan Firman Tuhannya! Karena itu, lakukanlah dengan sungguh-sungguh dan dengan sebaik mungkin! 

· jangan menghina / merendahkan apa yang kudus di hadapan Tuhan. Ada banyak orang yang bersikap seperti anjing dan babi yang tidak tahu menghargai barang yang kudus (bdk. Mat 7:6). Misalnya sikap tidak hormat terhadap Firman Tuhan, Baptisan, Perjamuan Kudus, dsb. Maukah saudara bertobat dari sikap-sikap semacam itu? Dan maukah saudara menasehati / menegur orang yang mempunyai sikap seperti itu?

III) Akibat dosa-dosa itu.

1) Tuhan tidak berkenan kepada mereka (ay 10).

Maleakhi 1: 10: ‘Aku tidak suka kepada kamu’.

NIV: I am not pleased with you (= Aku tidak berkenan kepa­damu).

Sekalipun mulut mereka menyebut Tuhan / Bapa, tapi tindakan mereka tidak hormat, bahkan menghina Tuhan, sehingga Tuhan tidak berkenan kepada mereka. Bahkan dalam ay 14 Tuhan menyebut mereka dengan menggunakan kata yang sangat keras yaitu ‘terkutuk’.

Penerapan:

· Kalau saudara tidak bertobat dari sikap / tindakan yang tidak hormat kepada Tuhan, maka Tuhan juga tidak berkenan kepada saudara!

· Bukan hanya sikap / tindakan tidak hormat, tetapi semua dosa membuat Tuhan tidak berkenan kepada kita. Karena itu buanglah semua dosa, tanpa kompromi!

2) Tuhan tidak mau menerima persembahan mereka (ay 10).

Tuhan memang tidak pernah mau menerima persembahan dari orang yang hidupnya tidak berkenan kepada Tuhan (Kej 4:3-5 Yes 1:11-15 Hos 6:6 Amos 5:21-24 Mat 5:23-24). Gereja / Pendeta / Majelis memang tidak bisa melihat kehidupan saudara, sehingga gereja / Pendeta / Majelis tetap menerima persembahan saudara. Tetapi Allah menolak persembah-an saudara yang hidupnya tidak berkenan kepada Dia, artinya Dia tidak akan senang dengan persembahan itu, dan tidak akan memberkati saudara karena persembahan yang saudara berikan itu.

Bandingkan ajaran Maleakhi tentang hal ini dengan ajaran dari banyak gereja jaman sekarang yang hanya menekankan persembahan / perpu-luhan, tanpa mempedulikan apakah hidup dari orang yang memberikan persembahan / persepuluhan itu berkenan kepada Tuhan atau tidak!

3) Imam-imam tidak bisa berfungsi dalam pelayanannya (ay 9).

Kalau Maleakhi 1: 9 diterjemahkan secara hurufiah ke dalam bahasa Inggris, maka terjemahannya adalah sebagai berikut:

“And now, intreat God’s face that he may favour us! By your hand has this been done. Will he on your account lift up the face?” (= Dan sekarang, mintalah dengan sangat pada wajah Allah agar Ia berkenan kepada kita. Oleh tanganmulah hal ini telah terjadi. Apakah demi engkau Ia mau mengangkat wajah?).

Kata-kata ‘by your hand has this been done’ (= oleh tangan­mulah hal ini telah terjadi) dalam ay 9b ini ditafsirkan 2 macam:

a) Ini menunjuk pada persembahan binatang cacat.

NIV mengambil penafsiran ini, sehingga menterjemahkan: ‘with such offerings from your hands’ (= dengan persembahan seperti itu dari tanganmu).

b) Ini menunjuk kepada tugas / fungsi / pelayanan imam-imam yaitu memperdamaikan manusia dengan Allah atau menjadi pengantara antara Allah dan manusia.

Saya lebih setuju dengan penafsiran yang kedua, karena penafsiran ini lebih cocok dengan seluruh kalimat ay 10 tersebut. Dan kalau ini benar, maka ay 9 ini bukanlah suatu seruan untuk bertobat, melainkan suatu ejekan. Dengan kata lain, Maleakhi berkata kepada para imam: ‘Bukankah tugasmu adalah mendamaikan Allah dengan manusia? Sekarang dengan adanya sikap tidak hormat kepada Allah dalam dirimu, coba­lah lakukan tugasmu itu! Kamu tidak mungkin bisa melakukan tugasmu itu!’. Jelaslah bahwa ay 9 ini menunjukkan bahwa imam-imam itu tidak bisa berfungsi lagi. Adanya dosa dalam diri mereka menyebabkan mereka tidak bisa melayani Tuhan.

Penerapan:

Jangan berharap pelayanan saudara bisa sukses, kalau saudara tidak betul-betul berusaha menyucikan diri!

Penutup:

Kita sudah melihat akibat dari sikap / tindakan tidak hormat kepada Allah. Karena itu, mulai saat ini ingatlah selalu untuk bersikap / bertindak hormat kepada Allah baik dalam hidup pribadi maupun dalam berbakti di gereja! Maukah saudara?

MALEAKHI 2:1-9

I) Imam yang seharusnya:

1) Seseorang yang menghormati dan memuliakan Allah (ay 2).

Maleakhi 2: 2 (NIV): to honor (= menghormati).

KJV / Lit: to give glory (= memuliakan / memberi kemuliaan).

Memuliakan Allah adalah tugas dan tujuan hidup yang seharus­nya dari setiap orang kristen (1Kor 10:31). Jadi, jelas juga harus merupakan tugas dan tujuan hidup imam / hamba Tuhan.

Imam / hamba Tuhan bisa memuliakan Allah:

a) Melalui dirinya / kehidupannya sendiri.

b) Dengan mendorong jemaatnya memuliakan Allah.

Misalnya dengan mendorong jemaat untuk hidup suci, untuk melayani Tuhan / memberitakan Injil, untuk lebih banyak memuji Tuhan melalui doa dan nyanyian puji-pujian.

2) Seseorang yang takut kepada Allah (Maleakhi 2: 5).

Dalam ay 5 ini dikatakan tentang adanya perjanjian (covenant) antara Allah dan Lewi / imam. Allah memberikan hidup dan sejahtera kepada mereka, sedangkan mereka harus takut kepada Allah.

Seorang hamba Tuhan tidak takut kepada Allah, kalau:

a) Ia berbuat dosa seenaknya.

b) Ia takut kepada manusia / jemaatnya sendiri.

Misalnya:

· takut kepada jemaat yang kaya, yang merupakan donatur gereja.

· takut untuk menegur dosa jemaat / menjalankan siasat gerejani terhadap jemaat yang memang hidup dalam dosa yang nyata.

· takut menolak permintaan pemberkatan nikah antara kristen dan non kristen.

Penerapan:

Kalau saudara adalah seorang hamba Tuhan, pikirkan / renungkan: apakah saudara takut kepada Allah? Atau saudara lebih takut kepada manusia?

3) Mengajar Firman Tuhan (Maleakhi 2: 6,7 bdk. Im 10:11 2Taw 17:7-9 Neh 8:7-9 Hos 4:6).

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa mengajar Firman Tuhan adalah tugas imam, dan bahkan boleh dikatakan sebagai tugas utama imam / hamba Tuhan.

Penerapan:

· Banyak pendeta yang mengutamakan bezoek, counseling, rapat, organisasi, dll, sehingga tidak terlalu serius dalam mengajar Firman Tuhan. Ini salah!

· Ada gereja yang mencari pendeta tanpa peduli pendeta itu bisa mengajar Firman Tuhan atau tidak. Ini juga salah.

Supaya seorang imam / hamba Tuhan bisa mengajar Firman Tuhan, maka jelas bahwa ia harus belajar! Perhatikan Ezra 7:6,10. Ezra adalah imam dan ia mahir Kitab Suci dan juga meneliti / belajar Kitab Suci, baru mengajar. Hamba Tuhan tidak boleh terus melayani sehingga ia sendiri tidak punya kesempatan untuk belajar!!

Penerapan:

Kalau saudara sebagai jemaat / majelis sudah tahu akan tugas hamba Tuhan untuk belajar dan mengajar Firman Tuhan, maka berusahalah supaya hamba Tuhan di gereja saudara bisa belajar dan mengajar dengan baik, misalnya dengan:

a) Tidak mengganggu dia pada jam belajarnya.

b) Menangani tugas-tugas yang bisa saudara tangani, atau meng-operkannya kepada orang lain yang bisa menanganinya, sehingga hamba Tuhan bisa bebas dari tugas-tugas remeh dan bisa ber-konsentrasi pada tugas utamanya (bdk. Kis 6:1-7).

c) Menyediakan buku-buku theologia / tafsiran dsb untuk hamba Tuhan.

d) Mendoakan pendeta saudara supaya ia bisa belajar dan menga­jar dengan baik. Ini sesuatu yang penting!

Sekarang, kalau hamba Tuhan sudah belajar dan mengajar sekuat tenaga, tetapi kalau jemaat tidak mau belajar dari dia, maka semua akan sia-sia. Jadi, kewajiban jemaat adalah mencari pengajaran dari hamba Tuhan (Maleakhi 2: 7). Sudahkah itu saudara lakukan dengan tekun? Apakah saudara mengikuti acara Pemahaman Alkitab di gereja saudara dengan tekun?

Banyak jemaat yang kerjanya hanya mencari nasehat / counsel­ing pada waktu mereka ada problem, tetapi dalam hidup sehari-hari tidak mau belajar Firman Tuhan. Ini salah. Kalau saudara mau rajin belajar Firman Tuhan, itu akan menyebabkan saudara tak lagi membutuhkan counseling dari pendeta pada saat saudara mengalami problem (kecuali itu adalah problem yang besar). Ini akan mengurangi tugas counseling pendeta sehingga ia bisa lebih berkonsentrasi pada belajar dan mengajar Firman Tuhan, yang merupakan tugas utamanya.

4) Seorang yang jujur (ay 6).

Maleakhi 2: 6: ‘kecurangan tidak terdapat pada bibirnya’.

KJV: iniquity was not found in his lips (= kesalahan tidak ditemukan pada bibirnya).

NIV: nothing false was found on his lips (= tidak ada yang palsu yang ditemukan pada bibirnya).

NASB: unrighteousness was not found on his lips (= ketidak-benaran tidak ditemukan pada bibirnya).

Jadi maksudnya adalah bahwa seorang imam / hamba Tuhan harus punya mulut yang bisa dipercaya, tidak boleh dusta, mencla-mencle, membual, memfitnah, menyebarkan gossip, membolak-balik omongan dsb! Ini penting sekali karena ia adalah seorang pengajar Firman Tuhan. Kalau dalam hal sehari-hari ia tidak bisa dipercaya kata-katanya, maka bagaimana jemaat bisa mempercayai kata-katanya pada waktu ia mengajarkan Firman Tuhan?

Bahkan pada waktu berkhotbah / mengajar, seorang hamba Tuhan tidak boleh membual ataupun menceritakan suatu kejadian dengan melebih-lebihkan. Ini sama dengan dusta, dan kalau ada jemaat yang mengetahui hal itu, itu akan mengurangi / meng­hancurkan kepercayaan mereka terhadap kata-kata hamba Tuhan itu!

5) Seorang yang hidup saleh (ay 6).

Ay 6: ‘mengikuti Aku’.

NIV: walked with me (= berjalan dengan Aku).

Bdk. Kej 5:24 Kej 6:9 dimana dikatakan oleh NIV bahwa Henokh dan Nuh berjalan dengan Allah (walked with God).

Seseorang tak mungkin bisa mengikut Tuhan atau berjalan dengan Tuhan, kalau hidupnya tidak saleh.

Ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang ‘hidup saleh’:

a) Hidup saleh bukan berarti hidup yang suci murni.

Jemaat sering menuntut hamba Tuhannya suci karena mereka beranggapan bahwa hamba Tuhan adalah seorang ‘Superman rohani’. Kalau pendetanya salah sedikit, maka langsung menjadi bahan pembicaraan di mana-mana. Ingat bahwa pendeta saudara juga adalah manusia biasa seperti saudara, yaitu manusia berdosa yang penuh dengan kelemahan. Kalau saudara melihat pendeta saudara berbuat dosa, penting untuk membe­dakan apakah ia jatuh ke dalam dosa atau hidup di dalam dosa!

b) Hidup saleh berarti hidup sesuai Kitab Suci / Firman Tuhan, bukan sesuai tuntutan jemaat / orang banyak / tradisi!

Jemaat sering menuntut pendeta dengan tuntutan-tuntutan yang tidak ada dasar Kitab Sucinya.

Contoh:

· pendeta harus alim dan pendiam, tidak boleh guyon / tertawa terbahak-bahak di muka umum, dsb.

· pendeta tidak boleh makan di warung.

· pendeta tidak boleh nonton bioskop / ikut fitness center.

Tuntutan yang tidak punya dasar Kitab Suci seperti ini tidak perlu dituruti oleh pendeta / hamba Tuhan!!

c) Hidup saleh bukan hanya berhubungan dengan kasih dan kesa­baran.

Memang hidup saleh mencakup kasih dan kesabaran, tetapi bukan hanya itu saja. Juga harus ada ketegasan, kejujuran, kedisiplinan, semangat dalam pelayanan, dsb.

Mengapa hal ini perlu ditekankan? Karena saat ini ada banyak jemaat yang menilai saleh tidaknya seseorang, hanya dari sabar tidaknya orang itu. Kalau orang itu sabar, tak peduli ia suka berdusta, suka ngaret, melakukan pelayanan dengan tak bertanggung jawab, dsb, ia tetap dianggap seba­gai orang saleh. Ini salah sama sekali!

6) Punya pengaruh positif terhadap jemaat (ay 6 akhir).

Ay 6b: ‘banyak orang dibuatnya berbalik dari pada kesalahan’.

Ini menunjukkan adanya pengaruh positif terhadap jemaat. Tentu saja tak bisa diartikan bahwa semua jemaat harus menda­pat pengaruh yang positif. Ini karena dalam jemaat yang manapun pasti ada orang-orang yang tegar tengkuk! Karena itu jangan menghakimi seorang hamba Tuhan hanya dengan melihat satu atau beberapa jemaatnya hidup dalam dosa.

Pengaruh positif ini pasti ada kalau hamba Tuhan itu betul-betul mengajar Firman Tuhan!

7) Harus mau mendengar dan memperhatikan teguran Tuhan (ay 2).

Hidup saleh (no 5 di atas) hanya bisa terjadi kalau hamba Tuhan itu mau mendengar dan memperhatikan teguran Tuhan, baik dari Kitab Suci, dari khotbahnya sendiri, maupun dari orang lain / majelis / jemaatnya sendiri!

Dengan kata lain, seorang hamba Tuhan harus tunduk kepada Firman Tuhan! Bahwa ia mengajarkan Firman Tuhan tidak berarti bahwa ia lebih tinggi dari Firman Tuhan! Sebagai pembe­rita Firman Tuhan, ia hanya bagaikan seorang jongos yang menyampaikan kata-kata tuannya, dan karena itu ia tidak lebih tinggi dari Firman Tuhan yang ia beritakan!

Tapi banyak hamba Tuhan memutar-balikkan Firman Tuhan untuk keuntungannya dirinya sendiri, untuk menutupi kesalahannya, dsb. Ini bukan hamba Tuhan yang tunduk pada Firman Tuhan tetapi ‘hamba Tuhan’ yang menginjak-injak Firman Tuhan!

II) Imam dalam kenyataannya:

Ternyata para imam pada jaman Maleakhi itu tidak memenuhi syarat-syarat seorang imam, karena mereka adalah orang yang:

1) Tidak menghormati / memuliakan Allah (ay 2).

Ada macam-macam hal yang bisa ia lakukan sehingga ia tidak menghor-mati / memuliakan Allah:

a) Melayani demi kemuliaan diri sendiri / gerejanya.

Hamba Tuhan yang melayani demi kemuliaan dirinya / gereja­nya sendiri biasanya punya ciri khas, seperti:

· marah kalau ‘domba’nya dicuri oleh pendeta / gereja lain.

Ia seharusnya sadar bahwa domba itu bukanlah dombanya tetapi domba Tuhan!

· tidak peduli pada mundur atau bahkan hancurnya gereja lain.

· menganggap gereja baru sebagai saingan, sehingga sangat tidak senang dengan berdirinya gereja baru. Anehnya, kalau ada rumah ibadat agama lain yang didirikan, atau bahkan ada rumah pelacuran yang didirikan, ia tidak peduli.

· menganggap hamba Tuhan lain (apalagi yang lebih hebat dari dirinya sendiri) sebagai saingan.

b) Mencuri kemuliaan Allah dengan mau menerima pujian / sanjungan yang seharusnya untuk Allah.

c) Membiarkan jemaat tidak hormat pada Allah (bdk. Mal 1:10 dimana mereka membiarkan rakyat mempersembahkan binatang cacat).

2) Tidak memperhatikan teguran (ay 2 akhir).

Mungkin mereka mendengar teguran itu, tapi mereka tidak memasukkan ke dalam hati.

Seorang hamba Tuhan, karena salah satu tugasnya adalah menegur orang berdosa, seringkali menjadi sukar untuk mene­rima suatu teguran! Sikap seperti ini harus diwaspadai oleh setiap hamba Tuhan!

3) Membuat banyak orang tergelincir (Maleakhi 2: 8).

Dalam ay 8 dikatakan ada 2 hal yang mereka lakukan yang menyebabkan orang tergelincir, yaitu:

a) Kehidupan yang berdosa (ay 8: ‘menyimpang dari jalan’).

Perlu diingat oleh seorang hamba Tuhan, bahwa kalau jemaat biasa hidup brengsek, maka effek negatifnya tidaklah sepa­rah seperti kalau seorang hamba Tuhan hidup brengsek. Seorang hamba Tuhan yang hidup brengsek akan membuat banyak orang tergelincir! Karena itu, kalau seorang jemaat biasa saja harus menyucikan dirinya, maka seorang hamba Tuhan lebih-lebih lagi harus menyucikan dirinya!

b) Pengajaran yang salah (ay 8: ‘membuat banyak orang terge­lincir de-ngan pengajaranmu’).

Seorang hamba Tuhan yang tidak serius dalam belajar maupun mengajar, harus sadar bahwa ajarannya bisa menyebabkan banyak orang tergelincir. Ini bisa terjadi dengan:

· hadirnya / adanya sesuatu yang negatif / sesat dalam ajarannya.

· absennya / tidak adanya hal-hal yang positif dalam ajarannya (ajarannya tidak ada isinya).

Misalnya: kalau Injil dibuang, sehingga ajarannya hanya berisi ajaran moral dan etika saja.

4) Memandang bulu dalam pengajaran (Maleakhi 2: 9).

Mereka menegur dengan keras orang miskin yang jatuh dalam dosa, se-dangkan orang kaya yang berdosa dibiarkan saja. Ini jelas menunjukkan bahwa mereka takut kepada manusia (terten­tu) dan bukan kepada Allah.

III) Hukuman:

Seharusnya mereka menerima hidup dan sejahtera (Maleakhi 2: 5), tetapi dosa-dosa mereka merusakkan perjanjian dengan Allah (ay 8). Akibatnya, hukumanlah yang mereka terima.

Apa hukumannya?

1) Kutuk (ay 2).

Pada waktu Israel taat, Allah mengubah kutuk menjadi berkat (bdk. Bileam yang ingin mengutuki, tetapi malah memberkati Israel - Bil 22-24). Tetapi, waktu imam-imam berdosa, tidak perlu ada orang yang mengutuki Israel, karena Allah sendiri mengubah berkat menjadi kutuk.

2) Maleakhi 2: 3: ‘mematahkan lenganmu’.

Bagian ini diterjemahkan dan ditafsirkan secara bermacam-macam! Mengapa? 

Penjelasannya:

Abjad Ibrani sebetulnya hanya terdiri dari huruf mati saja. Dalam pengucapan, tentu saja ada huruf hidup, tetapi dalam penulisan, tidak digunakan huruf hidup, sehingga manu­script-manuscript ditulis hanya dengan huruf mati.

Bahasa Ibrani modern lalu menambahkan huruf hidup, tetapi dalam bagian ini penambahan yang dilakukan bisa dilakukan dengan 2 cara:

a) Ditambahkan huruf hidup sedemikian rupa sehingga bunyinya menjadi HAZERA yang artinya adalah the seed (= benih).

b) Ditambahkan huruf hidup sedemikian rupa sehingga bunyinya menjadi HAZROA yang artinya adalah the arm / shoulder (= lengan / bahu).

Illustrasi: huruf-huruf C-W-K bisa ditambah huruf hidup menjadi CEWEK atau COWOK atau COWEK.

Sekarang kalau diambil arti pertama yaitu ‘benih’, ada 2 penafsiran lagi:

· yang dimaksudkan adalah benih tanaman.

KJV menterjemahkan: ‘I will corrupt your seed’ (= Aku akan merusak benihmu).

Maksudnya, Tuhan akan menghukum dengan menghancurkan panen mereka.

· yang dimaksudkan adalah benih manusia.

NIV menterjemahkan: ‘I will rebuke your descendants’ (= Aku akan menghardik keturunanmu).

Juga RSV menterjemahkan: ‘I will rebuke your offspring’, yang artinya sama dengan NIV.

Jadi Tuhan akan menghukum dengan menghancurkan keturunan mereka.

Kalau diambil dari arti kedua, yaitu ‘bahu / lengan’, ada 2 penafsiran lagi:

¨ Yang dimaksudkan adalah lengan imam. 

Karena itu maka Kitab Suci Indonesia menterjemahkan: ‘Aku akan mematahkan lenganmu’.

¨ Yang dimaksudkan di sini adalah lengan / bahu / paha binatang persembahan.

Kalau ada orang yang memberikan korban keselamatan, maka bagian paha (= lengan / bahu) dari binatang itu adalah bagian imam (bdk. Im 7:31,32 Ul 18:3). Inilah yang akan dihancurkan oleh Tuhan, se-hingga imam tidak mendapat bagian apa-apa.

3) Mereka direndahkan / dipermalukan (ay 3,9).

Sekalipun hamba Tuhan itu mulia di depan jemaat, tapi ia bisa hina didepan Tuhan!! Dan Tuhan bahkan bisa saja meren­dahkan hambaNya yang berdosa di depan manusia!

Kesimpulan:

Kalau hamba Tuhan berdosa, ia dihukum. Karena itu, hamba Tuhan harus sangat berhati-hati dalam kehidupan dan pelayanannya.

Tetapi kalau hamba Tuhan yang berdosa dihukum oleh Tuhan, mung­kinkah jemaat yang berdosa dibiarkan saja oleh Tuhan? Tidak mungkin! Jadi, bertobatlah dari dosa-dosa saudara, dan hiduplah sesuai kehendak Tuhan!

MALEAKHI 2:10-16

Ada dosa-dosa yang setelah kita sesali dan tinggalkan, tidak lagi memberikan akibat / penderitaan langsung / nyata kepada kita. Tetapi ada dosa-dosa tertentu, sekalipun sudah kita sesali, tetap memberikan penderitaan seumur hidup kita. Dalam bacaan kita hari ini, Maleakhi membahas dosa-dosa seperti ini.

I) Dosa-dosa Israel:

1) Kawin campur (Maleakhi 2: 11).

a) Kel 34:15-16 dan Ul 7:3-4 melarang orang Israel kawin campur dengan penduduk Kanaan. Tetapi dari ayat-ayat itu terlihat bahwa alasan Tuhan melarang kawin campur adalah supaya mereka tidak terjatuh pada penyembahan berhala yang dilakukan oleh penduduk Kanaan itu. Jadi, jelas bahwa sebetulnya larangan ini tidak hanya berlaku untuk kawin campur dengan penduduk Kanaan saja, tetapi dengan semua bangsa kafir yang tidak menyembah Tuhan.

Ul 21:10-13 mendukung pandangan ini karena dalam Ul 21:10-13 ini dikatakan bahwa orang kafir yang sudah disucikan, boleh dikawin oleh orang Israel.

Semua ini jelas menunjukkan bahwa sebetulnya Tuhan tidak anti dengan perkawinan antara bangsa yang berbeda, tetapi antara kepercayaaan / agama yang berbeda. Karena itu ay 11 bukan sekedar menyebutkan ‘perempuan asing’ tetapi ‘anak perempuan allah asing’.

Sekalipun kawin campur dilarang secara begitu jelas, tetapi dalam sejarah Israel berulang kali terjadi kawin campur tersebut, seperti dalam 1Raja-raja 11:1-4 1Raja-raja 16:31 Neh 13:23-27 Ezra 9,10. Ini menunjukkan bahwa ini merupakan ‘daerah rawan’ dimana banyak orang jatuh ke dalam dosa. Karena itu hati-hatilah dengan kawin campur! Dan kalau saudara adalah seorang hamba Tuhan, banyaklah memperingatkan jemaat saudara akan bahaya dari kawin campur!

b) Dalam Perjanjian Baru, orang percaya / kristen dilarang untuk menikah dengan yang tidak percaya / tidak kristen (2Kor 6:14 1Kor 7:39).

Dalam negara yang mayoritas penduduknya adalah orang kris­ten, maka larangan ini tidak akan terlalu berat. Tetapi dalam negara-negara dimana kristen merupakan golongan minoritas, maka ini bisa dirasakan sebagai suatu pembatasan yang sangat berat! Tetapi sebetulnya larangan ini diberikan oleh Tuhan bukan untuk membatasi orang kristen, tetapi demi kepentingan dan kebahagiaan orang kristen sendiri. Orang kristen yang sungguh-sungguh, tidak mungkin bisa hidup harmonis dengan orang yang tidak kristen atau bahkan dengan orang kristen KTP. Suatu pernikahan dimana yang seorang hidup menurut Kitab Suci / Firman Tuhan, sedangkan pasangannya hidup menurut dunia, pasti tidak akan cocok!!

Misalnya pada hari minggu yang kristen ingin ke gereja, sedangkan yang kafir ingin piknik. Yang kristen ingin membawa anaknya ke sekolah minggu, sedangkan yang kafir ingin membawanya ke kebun binatang. Setiap awal bulan yang kristen ingin memberikan per-puluhan, sedangkan yang kafir tidak mau memberi. Hal-hal seperti ini pasti akan menjadi sumber pertengkaran!

Memang pada waktu masih pacaran, ketidakcocokan ini akan tertutup oleh cinta mereka yang masih berkobar-kobar. Tetapi setelah mereka menikah, pasti ketidakcocokan ini akan muncul!

c) Kalau saudara adalah orang kristen yang melakukan kawin campur dan pada suatu waktu saudara bertobat dan minta ampun kepada Tuhan, memang saudara pasti diampuni. Tetapi mungkin sekali penderitaan akan terus mengikuti saudara seumur hidup saudara. Karena itu, janganlah main-main dengan dosa kawin campur ini! Apa yang sekarang rasanya enak, nantinya bisa menjadi sesuatu yang sangat menyakit­kan!

2) Menceraikan istri (Maleakhi 2: 16).

a) Ini rupanya timbul karena adanya istri-istri asing itu. Akhirnya orang-orang Yahudi itu menceraikan istri-istri lamanya. Dari sini terlihat bahwa dosa yang satu selalu menarik pada dosa yang lain! Karena itu jangan mau menuruti bujukan setan yang berkata kepada saudara untuk berbuat satu dosa saja. Kalau saudara menurutinya, dosa yang perta­ma ini akan mendorong saudara untuk melakukan dosa yang kedua, dan seterusnya.

b) Mal 2:16 ini memang mengatakan bahwa Tuhan membenci perce-raian. Tetapi itu tidak berarti bahwa perceraian dilarang secara mutlak. Dalam Mat 5:32 dan Mat 19:9 Yesus mengatakan bahwa perceraian dilarang kecuali kalau terjadi perzinahan. Jadi zinah adalah satu-satunya alasan yang menyebabkan seseorang boleh (tidak harus) menceraikan pasangannya. Ini berbeda dengan tidak mengampuni! Pengampunan harus diberikan, tetapi penerimaan sebagai pasangan hidup merupakan sesuatu yang berbeda. Bandingkan juga dengan Yer 3:8 yang menunjukkan bahwa Tuhan sendiri menceraikan Israel yang melakukan perzinahan rohani (penyembahan berhala).

Ada juga yang berdasarkan Ul 22:13-21 mengatakan bahwa ketidakperawanan pada saat pernikahan (yang menunjukkan bahwa ia pernah berzinah / melakukan hubungan sex dengan orang lain) merupakan alasan yang sah untuk menceraikan istri. Karena itu pasangan yang mau menikah harus saling ‘buka kartu’ tentang apakah mereka masih perawan / jejaka atau tidak.

Alasan-alasan lain seperti: tidak cocok, cinta kepada perempuan lain, tidak bisa punya anak, sering dipukul, dll, tidak boleh dijadikan alasan untuk bercerai!

c) Sama seperti kawin campur, maka perceraian juga adalah dosa, yang kalaupun sudah disesali, akibatnya mungkin akan mengikuti kita seumur hidup kita! Karena itu, jangan semba­rangan bercerai!

II) Serangan / kecaman terhadap dosa-dosa itu:

1) Kawin campur adalah tindakan yang menajiskan perjanjian dengan Allah (ay 10).

Ada yang mengatakan bahwa kata ‘bapa’ dalam ay 10 ini, menunjuk kepada Abraham. Tetapi dari Abraham juga keluar bangsa kafir, seperti keturunan Ismael dan Esau. Karena itu kebanyakan penafsir meng-anggap kata ‘bapa’ di sini menunjuk kepada Allah.

Jadi, Maleakhi 2: 10 ini menunjukkan Israel sebagai bangsa pilihan Allah, dengan siapa Allah sudah mengikat perjanjian, sehing­ga kalau mereka kawin campur, mereka menajiskan perjanjian itu.

2) Kawin campur dianggap sebagai tindakan ‘berkhianat’ dan merupakan ‘perbuatan keji’ (ay 10b-11).

Jangan berkata bahwa kawin campur itu tidak apa-apa karena tidak merugikan orang lain. Firman Tuhan mengatakan bahwa itu adalah tindakan berkhianat, dan merupakan perbuatan keji!

3) Kawin campur adalah tindakan yang ‘menajiskan tempat kudus’ (Maleakhi 2: 11).

Kata-kata bahasa Ibrani yang diterjemahkan ‘tempat kudus’ di sini mem-punyai:

a) Terjemahan yang berbeda-beda:

NIV / NASB / RSV: the sanctuary (= tempat kudus).

KJV: the holiness of the Lord (= kekudusan Tuhan).

Pulpit Commentary: that which is holy unto the Lord (= sesuatu yang kudus bagi Tuhan).

b) Penafsiran yang berbeda-beda:

· Ada yang menafsirkan bahwa kawin campur adalah tindakan yang menajiskan Bait Allah. Mengapa bisa demikian? Mungkin karena istri-istri kafir itu lalu masuk ke dalam Bait Allah.

· Ada juga yang menafsirkan bahwa ini adalah tindakan yang menajiskan hukum Tuhan yang kudus, karena dalam hukum Tuhan kawin campur itu dilarang.

· Ada juga yang menafsirkan bahwa kawin campur ini mena­jiskan perjanjian dengan Allah (tetapi arti ini overlap dengan ay 10b).

· Ada juga yang menafsirkan bahwa kawin campur menajiskan kekudusan bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Allah.

Saya condong pada penafsiran yang terakhir ini.

4) Ketidaksetiaan dalam pernikahan, apakah itu diwujudkan dengan kawin lagi / poligami atau dengan menceraikan istri lama, merupakan suatu penghinaan kepada Tuhan, yang adalah saksi pernikahan (ay 14).

Maleakhi 2: 14 menyebutkan Tuhan sebagai saksi pernikahan dan Amsal 2:17 mengatakan bahwa pernikahan adalah suatu ‘perjan­jian Allah’. Tidak peduli hukum negara mengijinkan poligami / perceraian, tetapi Allah yang adalah saksi pernikahan itu, melarang poligami dan perceraian (kecuali kalau terjadi perzinahan). Kalau saudara bercerai bukan karena ter-jadinya perzinahan, saudara menghina Allah yang adalah saksi perni­kahan itu.

5) Ay 15a: ‘Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka daging dan roh?’

Ini adalah ayat yang sangat sukar terjemahannya. Ada macam-macam terjemahan dan arti:

a) KJV: And did not he make one? Yet had he the residue of the spirit (= Dan bukankah Ia membuat satu? Tetapi Ia mempunyai sisa roh).

Calvin menganggap bahwa ini menunjuk pada Kitab Kejadian pada waktu Allah membuat perempuan. Ia hanya membuat satu perempuan untuk Adam. Padahal Ia masih mempunyai sisa roh, artinya: sebe­tulnya Ia bisa membuat lebih dari satu perempuan. Bahwa Ia hanya membuat satu padahal Ia bisa membuat lebih, menun­jukkan bahwa Allah tidak menghendaki Adam mempunyai lebih dari satu istri.

b) NIV: Has not the Lord made them one? In flesh and spirit they are his (= bukankah Tuhan telah membuat mereka satu? Dalam daging dan roh mereka adalah kepunyaanNya).

c) NASB: But not one has done so who has a remnant of the Spirit (= tak seorangpun yang mempunyai sisa Roh telah berbuat demikian).

d) Ada penafsir yang menterjemahkan: No man, who has even a remnant of reason has done so [= tak seorangpun yang masih punya sisa akal (untuk membedakan benar dam salah) telah berbuat demikian].

Saya menerima terjemahan dan arti yang pertama.

6) Maleakhi 2: 16 terdiri dari 2 kecaman / serangan:

a) Allah membenci perceraian (ay 16a).

b) Ay 16b: ini juga adalah ayat sukar yang mempunyai berma­cam-macam terjemahan:

· NIV: and I hate a man’s covering himself with violence as well as with his garment (= dan Aku membenci orang yang menutupi dirinya dengan kekerasan dan juga dengan pakaian / jubahnya).

Ini terjemahan yang salah. Entah dari mana munculnya kata-kata as well as (= dan juga) dalam NIV.

· KJV: for one covereth violence with his garment (= karena orang menutupi kekerasan dengan pakaiannya).

Ini diterima oleh Calvin yang lalu mengatakan bahwa ‘garment’ (= jubah / pakaian) menunjuk kepada ‘istri’ (bdk. Rut 3:9 Yeh 16:8).

Jadi, maksudnya: orang-orang itu mempertahankan (tidak men-ceraikan) istri tua untuk menutupi dosa kawin campur tersebut.

Jadi, rupa-rupanya ada orang-orang yang setelah kawin campur lalu menceraikan istri tua mereka, dan ini dike­cam dalam ay 16a. Tetapi ada juga mereka yang sekalipun kawin campur tetap mempertahankan istri tua untuk menu­tupi kesalahan mereka, dan ini dikecam dalam ay 16b.

· NASB: and him who covers his garment with wrong (= dan ia yang menutupi pakaian / jubahnya dengan kesalahan).

RSV: and covering one’s garment with violence (= dan menutupi pakaian / jubah seseorang dengan kekerasan).

Disini garment (= pakaian / jubah) diartikan sebagai kehidupan. Dari ayat-ayat seperti Yes 61:10 Zakh 3:4 Mat 22:11-13 Ef 4:22-24 Kol 3:9-10 Yudas 23 Wahyu 3:4 Wahyu 7:14 Wah 19:8 kita bisa melihat bahwa Kitab Suci memang sering menggunakan gambaran pakaian untuk menun­juk pada kehidupan.

Pakaian kotor menunjuk pada hidup yang berdosa, sedang­kan pakaian putih / bersih menunjuk pada kehidupan yang sudah disucikan.

Jadi kawin campur dan cerai dianggap sebagai sesuatu yang mengotori kehidupan.

Saya condong pada arti yang ke tiga.

III) Hukuman atas dosa-dosa ini:

1) Doa tidak diperdulikan (Maleakhi 2: 13).

a) Ay 13a: ‘Dan inilah yang kedua yang kamu lakukan’.

NIV: Another thing you do (= hal yang lain yang kamu lakukan).

b) Ay 13b: Ada yang mengatakan bahwa tangisan di sini adalah tangisan dari istri-istri yang diperlakukan secara kejam oleh suami-suami mereka. Tetapi penafsiran ini rasanya tidak cocok dengan kontext.

Saya lebih setuju dengan penafsiran yang mengatakan bahwa ay 13b ini menunjuk pada doa dari suami-suami itu yang sekalipun disertai tangisan, tetapi tetap tidak diperdu­likan oleh Tuhan. Mereka berdoa dengan menangis, tetapi mereka tidak bertobat dari dosa mereka, dan karena itu doa mereka tetap tidak diperdulikan (bdk. Yes 59:1-2).

Bandingkan juga dengan 1Pet 3:7 yang menunjukkan bahwa sikap yang tidak benar dari suami terhadap istri bisa menyebabkan doanya terhalang.

2) Tuhan akan melenyapkan mereka semua (Maleakhi 2: 12).

a) Ay 12a: ‘Biarlah Tuhan melenyapkan dari kemah-kemah Yakub segenap keturunan orang yang berbuat demikian’.

Ini lagi-lagi adalah ayat sukar yang mempunyai banyak terjemahan.

NIV: As for the man who does this, whoever he may be, may the Lord cut him off (= untuk orang yang melakukan hal ini, siapapun adanya dia, kiranya Tuhan melenyapkannya).

KJV: The Lord will cut off the man that doeth this, the master and the scholar (= Tuhan akan melenyapkan orang yang melakukan hal ini, guru dan murid).

NASB: as for the man who does this, may the Lord cut off from the tents of Jacob, everyone who awakes and answers (= bagi orang yang melakukan hal ini, kiranya Tuhan melenyapkannya dari kemah Yakub, setiap orang yang terja­ga dan menjawab).

Artinyapun ada bermacam-macam:

· Tuhan akan membasmi mereka semua tanpa pandang bulu. Ini seperti dalam NIV.

· Tuhan akan membasmi baik anak yang masih bayi maupun anak yang sudah bisa bicara.

· Tuhan akan membasmi orang yang mengajak untuk berbuat dosa maupun orang yang mau diajak untuk berbuat dosa.

Saya setuju dengan arti ke tiga ini.

b) Ay 12b: ‘sekalipun ia membawa persembahan’.

Ini bisa diartikan:

· Menunjuk kepada orang yang berdosa itu. Ia membawa per-sembahan, tetapi toh ditolak.

· Menunjuk kepada imam yang membawa persembahan. Imam juga harus dilenyapkan.

Ay 12 jelas menunjukkan bahwa sekalipun yang berbuat dosa itu banyak orang, semua akan dihukum. Dalam dunia kita sering melihat bahwa suatu dosa / kesalahan tidak dihukum kalau pelakunya banyak.

Contoh:

¨ anak-anak yang lulus SMA beramai-ramai naik sepeda motor tanpa helm dan polisi tidak menindak mereka.

¨ supporter sepakbola yang beramai-ramai merampok, merusak mobil maupun toko, dan melakukan kebiadaban terhadap para gadis, tidak ditindak sebagaimana mestinya.

Tetapi Allah tidak demikian. Tidak peduli berapa banyak orang yang berbuat dosa, semua akan dihukum. Contoh: peris­tiwa banjir Nuh dimana Allah membasmi seluruh dunia yang berdosa dan hanya menyelamatkan 8 orang. Juga peristiwa Sodom dan Gomora, dimana Allah membasmi kota Sodom dan Gomora dan hanya menyelamatkan Lot dan kedua anaknya!

Karena itu jangan pernah merasa aman di dalam dosa hanya karena banyak orang melakukan dosa itu misalnya: nyogok, ngerpek, berdusta, mencuri pajak, dsb.

IV) Pertobatan terhadap dosa-dosa ini:

Kalau seseorang sudah terlanjur kawin campur, haruskah ia menceraikan pasangannya itu? Tidak! Dasarnya adalah 1Kor 7:10-16. (Catatan: Ezra 10 adalah suatu perkecualian!). Tetapi ia harus mengakui kepada Tuhan bahwa tindakannya itu berdosa dan ia harus minta ampun kepada Tuhan. Ia akan diampuni, tetapi tetap saja penderitaan sebagai akibat dosanya bisa mengikuti dia seumur hidupnya.

Orang yang punya lebih dari satu istri juga harus mengakui itu kepada Tuhan sebagai dosa. Lalu, ia harus menceraikan semua istri-istrinya kecuali istri pertama (tetapi harus tetap memberikan biaya hidup untuk istri-istri yang dicerai dan untuk anak-anaknya). Menceraikan istri kedua dan seterusnya ini diharuskan, karena pernikahan yang kedua dan seterusnya sebetulnya bukanlah pernikahan tetapi perzinahan!

Orang yang sudah terlanjur bercerai (bukan karena zinah) harus hidup sendirian / tidak kawin lagi, kecuali ia mau rujuk dengan pasangannya (1Kor 7:11). Tetapi kalau ia sudah terlan­jur kawin lagi, ia tidak boleh menceraikan istri yang kedua, lalu kembali kepada istri yang pertama (Ul 24:1-4). Biarlah ia tetap bersatu hanya dengan istrinya yang kedua, tetapi ia tetap harus mengaku dosa di hadapan Tuhan.

Jangan menganggap ini enak, karena status yang demikian, apalagi di kalangan orang kristen, adalah jelek / negatif! 

Dari pada saudara harus menghadapi / mengalami konsekwensi-konsekwensi seperti itu, janganlah melakukan kawin campur ataupun perceraian!

Juga kalau saudara tahu ada orang yang mau melakukan kawin campur atau perceraian, nasehatilah mereka supaya tidak melakukannya! 

MALEAKHI 2:17-3:5

Pada waktu kita menghadapi problem yang besar, maka kita mungkin akan menganggap bahwa ada suatu ‘problem’ dalam diri Allah. Mungkin Ia tidak kasih, atau tidak adil, atau tidak mempedulikan kita, atau tidak menepati janjiNya, dsb. Pernahkan saudara mengalami hal seperti itu? Pada jaman Maleakhi, Israel mengalami hal seperti itu!

I) Israel merasa / menuduh bahwa Allah tidak adil:

Ini terlihat dengan jelas dalam Mal 2:17. Tetapi terjemahan Mal 2:17 dalam Kitab Suci Indonesia itu perlu dibetulkan. Kata-kata ‘jika tidak’, seharusnya dibuang. Dan kata-kata ‘Allah yang menghukum’ seharusnya adalah The God of justice (= Allah keadilan).

Orang Israel menganggap bahwa ada suatu problem dengan Allah, karena Ia berkenan kepada orang jahat (Mal 2:17). Mungkin sekali mereka melihat orang-orang yang hidupnya jahat (dan orang-orang ini mungkin sekali adalah musuh-musuh mereka), tetapi orang-orang jahat itu hidupnya enak terus. Sedangkan mereka sendiri, sekalipun hidup baik (ini anggapan mereka), tetapi hidupnya terus menderita.

Karena itu mereka lalu menyimpulkan bahwa Allah itu tidak adil. Dan mereka menuntut supaya Allah menjalankan keadilan. Tuntutan ini terlihat dari kata-kata ‘Dimanakah Allah keadilan?’ (2:17).

Penerapan:

Apapun yang saudara alami, jangan lalu mengambil kesimpulan bahwa Allah tidak kasih, tidak adil, tidak mempedu­likan saudara, tidak menepati janjiNya, dsb. Allah itu sempurna sehingga tidak mungkin ada ketidakbenaran / kesa-lahan dalam diri Allah.

Maleakhi melihat bahwa Israel menganggap Allah tidak adil. Menghadapi hal itu, ia bukannya menghibur Israel dengan kata-kata yang menyenangkan / enak didengar telinga, tetapi ia bahkan mengecam dengan keras.

Penerapan:

Pada waktu kita memberikan counseling, kadang-kadang kita perlu memberi penghiburan. Tetapi kalau kita tahu bahwa penderitaan orang itu disebabkan karena dosa, kita harus mem­berikan teguran / kecaman!

Maleakhi menegur / mengecam dengan keras. Bagaimana caranya? Dengan menunjukkan sikap / tindakan Allah terhadap Israel.

II) Sikap / tindakan Allah:

1) Allah bosan / muak (Maleakhi 2:17).

Terjemahan ‘susah’ dalam 2:17 ini lagi-lagi kurang tepat.

KJV / RSV / NIV / NASB: ‘wearied’ (= bosan / muak). Jadi, kelihatannya Israel sudah berulang kali melakukan hal seperti itu sehingga Allah bosan / muak mendengarnya.

Penerapan:

Dalam menghadapi dosa yang berulang-ulang terjadi dalam hidup kita, kita harus menghindari 2 extrim yang salah:

Extrim yang pertama adalah dimana kita beranggapan bahwa Allah pasti bosan mengampuni kita, sehingga sekalipun kita sungguh-sungguh percaya kepada Yesus dan mengaku dosa / bertobat, kita tetap tidak akan diampuni dan tetap akan masuk ke dalam neraka. Ini jelas adalah pandangan yang salah, karena darah Yesus cukup untuk mengampuni semua dosa kita, termasuk dosa yang berulang-ulang.

Extrim yang kedua adalah dimana kita memandang pada penebu­san Kristus, dan lalu meremehkan dosa yang berulang-ulang terjadi dalam hidup kita. Untuk menghindari extrim kedua ini, kita perlu menyoroti kata ‘bosan / muak’ dalam Mal 2:17 ini! Ini jelas menunjukkan bahwa sekalipun Allah membenci semua dosa, tetapi Ia akan lebih jengkel pada dosa yang terjadi berulang-ulang dalam hidup kita.

Kalau saudara melihat perjalanan bangsa Israel di padang gurun (dari Mesir ke Kanaan), maka saudara akan melihat bahwa mereka berulang-kali bersungut-sungut. Mula-mula Allah mendiamkan hal itu, tetapi setelah hal itu terjadi berkali-kali, Allah menghukum mereka makin lama makin keras! Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa dosa yang diulang terus menerus adalah dosa yang lebih menjengkelkan bagi Allah.

Karena itu, telitilah hidup saudara untuk mengetahui dosa apa yang saudara ulang terus menerus, dan bertobatlah dari dosa itu.

2) Tuhan akan mengirim utusan (3:1), untuk menyiapkan jalan.

Bandingkan dengan Yesaya 40:3-5 Mat 3:3 Mat 11:10 Luk 1:76 Luk 7:27, maka saudara bisa tahu bahwa yang dimaksud dengan ‘utusanKu’ (My messenger) adalah Yohanes Pembaptis. Kristus disini digambarkan sebagai seorang Raja, yang didahului oleh utusanNya yaitu Yohanes Pembaptis.

3) Tuhan datang sendiri (Maleakhi 3:1).

Dalam Mal 3:1 ini ada 3 sebutan:

· UtusanKu (My messenger).

· Tuhan (Lord).

· Malaikat perjanjian (the angel / messenger of the cove­nant).

Sebutan yang pertama menunjuk kepada Yohanes Pembaptis, sedangkan sebutan yang kedua dan ketiga menunjuk kepada Yesus.

Sebutan ‘Tuhan / Lord’ menunjukkan Yesus sebagai Raja dan sebutan ‘Malaikat Perjanjian / messenger of the covenant’ menunjukkan Yesus sebagai Pengantara.

Tujuan kedatangan Yesus:

a) Menyucikan (3:2-4).

Disini Yesus digambarkan dengan 2 hal:

· Api tukang pemurni logam.

Tukang logam selalu menggunakan api untuk memurnikan logam (emas, perak).

Istilah ‘api’ ini menunjukkan bahwa proses penyucian itu pasti menyakitkan bagi kita. Bandingkan juga dengan ‘pembersihan ran-ting yang berbuah’ dalam Yoh 15:2b, yang pasti juga merupakan sesuatu yang menyakitkan bagi ranting itu.

Karena itu maulah mengalami sakit yang dimaksudkan Tuhan untuk menyucikan saudara. Jangan memberontak, mundur dari Tuhan, marah kepada Tuhan, dsb. 

· Sabun tukang penatu.

Kata-kata ‘sabun tukang penatu’ pada Mal 3:2 ini perlu dijelaskan, karena orang-orang yang senang mencari kesalahan Kitab Suci menganggap ini sebagai suatu kesa­lahan, karena pada jaman itu (lebih kurang 2500 tahun yang lalu) belum ada sabun.

Kata Ibrani yang diterjemahkan ‘sabun’ disini, hanya keluar 2 x dalam Kitab Suci, yaitu disini dan dalam Yeremia 2:22.

Calvin berkata bahwa terjemahan hurufiahnya sebetulnya bukan-lah ‘sabun’ tetapi ‘the herb of the fullers’ (= tumbuh-tumbuhan tukang penatu). Ini menunjuk pada seje­nis tanaman yang setelah dibakar menjadi abu dan dicam­pur dengan air, bisa berfungsi sebagai bahan pembersih pakaian.

Siapakah yang disucikan? Orang Lewi (3:3). Mereka adalah pemimpin-pemimpin pada saat itu dan mereka juga adalah pengajar Firman. Karena itu mereka dulu yang harus disuci­kan. Kalau mereka sudah disucikan, barulah mereka bisa memberikan persembahan yang benar (3:3b).

Dari sini kita bisa belajar bahwa:

¨ menjadi pemimpin gereja (pendeta, penginjil, majelis, pengurus komisi, guru sekolah minggu, dll), bukanlah sesuatu yang bisa kita buat main-main. Orang-orang seper­ti inilah yang akan ‘digarap’ lebih dulu oleh Tuhan.

¨ orang yang tidak benar, tidak bisa memberi persembahan yang menyenangkan Tuhan (bdk. Yes 1:10-15 Mat 5:23-24).

Karena itu bertobatlah dari dosa, baru mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan.

b) Menghakimi (Maleakhi 3:5).

Bukankah mereka menuntut supaya Allah menunjukkan keadilanNya? Allah menuruti permintaan mereka itu! Sekarang Allah datang sebagai Hakim untuk menunjukkan keadilanNya! Tetapi siapa yang dihakimi oleh Allah? Bukan musuh-musuh Israel melainkan Israel sendiri! Permintaan Israel dalam Mal 2:17 menjadi bumerang bagi mereka!

Penerapan:

Ketidakadilan apapun yang saudara alami, janganlah menyebabkan saudara menuntut Allah menunjukkan keadilanNya. Ingat bahwa sau-dara sendiri juga adalah manusia yang penuh dengan dosa, sehingga kalau Allah menunjukkan keadilanNya, itu bisa ditujukan kepada diri saudara sendiri!

c) Menjadi Saksi (3:5).

Allah juga sekaligus datang sebagai Saksi, bukan Saksi yang meringankan kasus Israel, melainkan Saksi yang mem­beratkan / menentang mereka. Ini terlihat dalam terjemahan bahasa Inggris dari Mal 3:5 di bawah ini:

NIV: to testify against (= bersaksi terhadap / menentang).

NASB/KJV/RSV: witness against (= bersaksi terhadap / menentang).

Mengapa Allah datang dan melakukan semua ini? Karena Israel memang berdosa!

III) Dosa-dosa Israel:

Bahwa Israel penuh dengan dosa, bisa terlihat dari:

1) Seluruh kitab Maleakhi dipenuhi dengan teguran dosa.

2) Dalam Mal 3:5, ada penindasan terhadap orang lemah. Mereka menuntut keadilan dari Allah, tetapi sebetulnya mereka tidak peduli dengan ke-adilan. Mereka hanya memperdulikan keadilan, pada waktu ketidakadilan itu merugikan mereka! Ini egoisme!

3) Mal 3:1 diterjemahkan oleh NASB: ‘clear the way’ (= ber­sihkanlah jalan). Jadi, seakan-akan jalan itu penuh dengan kotoran dan harus dibersihkan dulu. Ini tentu menunjuk pada dosa-dosa Israel.

4) Dalam Mal 3:2 dikatakan bahwa Tuhan akan datang untuk menyucikan. Dari apa? Tentu saja dari dosa!

5) Mengapa Mal 3:2 mengatakan bahwa mereka tidak tahan berdiri / tidak tahan menghadapi kedatangan Tuhan? Jelas karena mereka penuh dengan dosa!

6) Mal 3:5 menunjukkan sederetan orang-orang berdosa yang ada pada Israel:

a) Tukang sihir.

Ini menunjuk pada orang yang berhubungan dengan kuasa gelap, magic, ramalan-ramalan, dsb.

b) Orang-orang berzinah.

Ini menunjuk pada segala macam percabulan.

c) Orang-orang yang bersumpah dusta.

d) Orang-orang yang menindas orang lemah, yaitu:

· Orang upahan / buruh.

Dalam hal apa mereka ini ditindas?

NIV: who defraud laborers of their wages (= yang menipu para pekerja dalam upah mereka).

NASB: who oppress the wage earner in his wages (= yang menindas penerima upah dalam upahnya).

RSV / KJV: who / that oppress the hireling in his wages (= yang menindas orang sewaan dalam upahnya).

Jadi, jelas bahwa penindasan itu terjadi dalam hal upah. Mungkin upah yang terlalu sedikit, atau upah yang dibayar secara terlambat (bdk. Im 19:3 Ul 24:14-15 Yak 5:4).

· janda.

· anak piatu.

Seharusnya ‘anak yatim’ [NIV: fatherless (= tak punya bapak)].

· orang asing.

Untuk ketiga golongan yang terakhir ini, bacalah Ul 10:17-18 dan Yes 1:17.

e) Tidak takut kepada Tuhan (ay 5 akhir).

Semua dosa yang disengaja menunjukkan adanya rasa tidak takut kepada Tuhan!

Kesimpulan:

Karena dosa-dosa inilah maka Tuhan membiarkan orang-orang jahat menindas mereka. Jadi ‘problem’nya bukan terletak pada Allah, tetapi pada diri mereka sendiri! Karena itu mulai sekarang apapun yang saudara alami yang menyebab-kan saudara menganggap ada ‘problem’ dalam diri Allah, sadarilah bahwa Allah itu sempurna sehingga tidak mungkin ada problem dalam diriNya. Problemnya pasti ada dalam diri saudara! Jadi, sebelum saudara menuduh Allah atau meminta Allah menjalankan keadilanNya, sebaiknya saudara mengintrospeksi diri sendiri dan membersihkan diri saudara dari segala macam dosa. Kalau itu sudah saudara lakukan, maka saudara akan melihat bahwa memang tidak ada problem dengan Allah. Ia adalah Allah yang sempurna, Allah yang Maha kasih, Maha adil, Maha suci!!

MALEAKHI 3:6-12

I) Allah tidak berubah:

Ada banyak orang yang beranggapan bahwa kalau mereka taat kepada Allah, maka Allah cinta kepada mereka. Dan sebaliknya, kalau mereka tidak taat kepada Allah, maka Allah akan membenci mereka. Dengan kata lain, mereka beranggapan bahwa Allah ter­gantung kepada manusia! 

Ada orang yang menganggap ay 7b, yang berbunyi: ‘kembalilah kepadaKu, maka Aku akan kembali kepadamu, firman Tuhan semesta alam’, sebagai dasar bahwa Allah memang tergantung kepada manusia. Tapi, perlu kita ingat bahwa ada banyak ayat-ayat Kitab Suci yang ditinjau dari sudut pandang manusia. Ay 7b adalah ayat yang seperti itu. Peninjauan dari pihak manusia tidak memberikan gambaran yang lengkap. Karena itu, kalau kita melihat ay 7b, maka kita perlu bertanya: “Bisakah manusia, dengan kekuatan dan kemauannya sendiri, kembali kepada Allah?”. Berdasarkan Yoh 6:44,65, jawabnya jelas adalah “Tidak bisa!”. Allah harus bekerja lebih dulu dalam diri manusia, baru manusia bisa dan mau kembali kepada Dia. Kalau kita melihat secara keseluruhan seperti ini, maka jelaslah bahwa bukan Allah yang tergan­tung kepada manusia, tetapi manusialah yang tergantung kepada Allah.

Kalau Allah tergantung kepada manusia, maka itu berarti Allah berubah-ubah karena manusia juga berubah-ubah. Tetapi ay 6 jelas mengatakan bahwa Allah tidak berubah!!

Terjemahan hurufiah dari ay 6 adalah

“I, Yahweh, do not change, and you, sons of Jacob, are not destroyed” (= Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, anak-anak Yakub, tidak dihancur-kan).

Kata ‘TUHAN’ dalam bahasa Ibraninya adalah YAHWEH / YEHOVAH, yang kalau dilihat dari Kel 3:14,15 berarti ‘I am who I am’ (= Aku adalah Aku), yang menunjukkan ketidak-berubahan Allah. Lalu pada ay 6 itu masih ditambah-kan lagi kata-kata ‘tidak berubah’. Jadi, ayat ini sangat menekankan ketidak-berubahan Allah.

Inilah yang menyebabkan Ia tidak menghancurkan Israel (ay 6 - kata ‘akan’ harus dibuang!).

Allah mempunyai rencana dengan Israel, yaitu rencana tentang Juruselamat / Mesias. Karena itu Ia memilih Israel sebagai bangsa pilihan yang Ia kasihi. Tetapi Israel terus menyeleweng dan hidup dalam dosa (ay 7a). Apakah Allah lalu berubah pikiran / mengubah rencanaNya dengan memusnahkan Israel dan lalu memilih bangsa lain? Tidak! Allah dan rencanaNya tidak berubah! Ia tidak memusnahkan Israel.

II) Apa yang Allah lakukan?

Allah memang tidak menghancurkan Israel, tetapi Allah juga tidak bisa membiarkan mereka terus hidup dalam dosa. Lalu apa yang Ia lakukan?

1) Menegur mereka dari dosa mereka dan memanggil mereka untuk kembali kepadaNya / bertobat (Maleakhi 3: 7).

Tetapi Israel ternyata tidak sadar akan dosanya (ay 7c). Orang yang sudah lama ada di dalam dosanya, seringkali menjadi begitu tumpul hati nuraninya, sehingga ia tidak sadar akan dosanya. Ini menyebabkan Allah melakukan hal yang ke 2.

2) Allah menunjukkan dosa tertentu terhadap mana Ia menghendaki Israel bertobat (ay 8).

Dosa mereka itu adalah dimana mereka tidak memberikan per­sembahan persepuluhan dan persembahan khusus.

III) Persembahan persepuluhan dan persembahan khusus:

A) Persembahan Khusus (offerings).

Dari kata bahasa Ibraninya, maka bisa diketahui bahwa yang di-maksudkan dengan persembahan khusus disini adalah persem­bahan seperti dalam Kel 29:27-28 dan Im 7:14,31-34. Pada waktu mereka memberikan persembahan tertentu, maka sebagian dari binatang yang akan dipersembahkan itu harus diberikan kepada imam / orang Lewi. Dosa mereka ialah bahwa mereka tidak melakukan hal itu!

Catatan: Untuk jaman ini, persembahan khusus ini sudah tidak ada lagi, karena semua ini termasuk Ceremonial Law (= hukum yang berhubungan dengan upacara keagamaan) yang sudah tidak perlu dilakukan sejak kedatangan Kristus (bdk. Efesus 2:15).

B) Persembahan Persepuluhan.

Ini adalah persembahan yang harus diberikan kepada Tuhan, yang terdiri dari 10 % penghasilan kita.

1) Sejarah persembahan persepuluhan.

a) Abraham memberikannya kepada Melkizedek (Kej 14:20).

b) Yakub bernazar akan memberikannya kepada Tuhan (Kej 28:22).

c) Sejak jaman Musa, maka persembahan persepuluhan ini bukan lagi merupakan persembahan yang bersifat sukarela, tetapi di-haruskan! (Ul 14:22).

Dalam Im 27:30, dikatakan bahwa persembahan persepuluhan adalah milik Tuhan. Karena itu lihatlah apa yang dika­takan Maleakhi dalam ay 8 tentang orang yang tidak memberikan persembahan itu.

Maleakhi 3: 8: ‘menipu’.

Ini terjemahan yang tidak tepat! Kata Ibraninya hanya digunakan di 2 tempat dalam Perjanjian Lama, yaitu disini dan dalam Amsal 22:23, dimana kata itu diterje­mahkan ‘merampas’. Karena itu KJV/RSV/NIV/NASB men­terjemahkan Mal 3:8 ini dengan kata ‘rob’ (= merampok), dan ini jelas merupakan terjemahan yang lebih tepat. Footnote (= catatan kaki) dari NASB memberikan kemung­kinan terjemahan lain, yaitu ‘defraud’ (= menipu / menggelapkan uang).

Jadi, orang yang tidak memberikan persepuluhan dianggap merampok / menggelapkan uang Tuhan. Itu adalah milik Tuhan dan harus diberikan kepada Tuhan! Apakah saudara memberikan persepuluhan dengan setia? Atau apakah saudara adalah perampok / orang yang menggelapkan uang Tuhan?

d) Pada jaman Tuhan Yesus hidup dalam dunia, hukum tentang persembahan persepuluhan tetap berlaku (Luk 18:12 Mat 23:23). Ini dipakai sebagai dasar untuk mengatakan bahwa hukum itu masih berlaku sampai saat ini!

Memang ada orang yang beranggapan bahwa dalam Perjanji­an Baru, persembahan persepuluhanpun sebetulnya sudah tidak berlaku lagi. Tetapi mereka juga menambahkan bahwa dalam Perjanjian Baru, seluruh milik kita adalah milik Tuhan, dan kita harus menggunakan 100 % milik / penghasilan kita untuk kemuliaan Tuhan.

2) Tujuan persembahan persepuluhan:

a) Untuk makan bersama (Ul 12:5-7 14:22-29).

Ul 14:22-27 menunjukkan bahwa persembahan persepuluhan itu digunakan untuk makan bersama-sama dengan orang Lewi.

Ul 14:28-29 menunjukkan bahwa 3 tahun sekali persembahan per-puluhan itu digunakan untuk makan bersama dengan orang Lewi, orang asing, janda, yatim piatu, orang miskin, dsb.

b) Untuk menghidupi orang Lewi (Bil 18:21-24 bdk. Mal 3:10a).

Suku Lewi tidak terlibat dalam penyembahan anak lembu emas (Kel 32), dan karena itu mereka dijadikan suku yang melayani Tuhan. Pada waktu Israel masuk Kanaan, suku Lewi tidak men-dapatkan tanah (Yos 14:3,4 Yos 18:7). Untuk biaya hidup mereka, maka suku-suku yang lain harus memberikan persembahan persepuluhan [dalam Perjanjian Barupun dikatakan bahwa hamba Tuhan harus hidup dari pelayanan (1Kor 9:4-14 1Tim 5:17-18)].

Pada jaman Nehemia, karena persembahan persepuluhan tidak diberikan, maka orang Lewi terpaksa meninggalkan pela­yanan dan bekerja di ladang (Neh 13:10).

Karena tujuan persembahan persepuluhan ini adalah untuk membiayai kehidupan pelayan / hamba Tuhan, maka jelas­lah bahwa persembahan ini harus diberikan kepada gereja / rumah Tuhan!

Untuk ini perhatikan:

1. Mal 3:10 - ‘bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan’.

2. Ul 12:5-7 - ‘kesanalah harus kamu bawa ... persembahan persepuluhanmu’.

Jadi, janganlah memberikan persepuluhan kepada orang miskin, panti asuhan, korban bencana alam, dsb! Kalau saudara mau memberikan kepada orang miskin, panti asuhan, korban bencana alam, dsb, saudara harus memberikan dari 90 % yang tersisa setelah dipotong 10 % untuk Tuhan / gereja.

3) Pelanggaran terhadap hukum persembahan persepuluhan ini:

a) Pada jaman Hizkia (2Taw 31:4,5,11,12).

b) Pada jaman Nehemia (Neh 13:10-12).

c) Pada jaman Maleakhi.

1. Maleakhi 3: 9: ‘Kamu seluruh bangsa’.

Jadi, pelanggaran ini dilakukan bukan hanya oleh satu atau dua orang, tetapi seluruh bangsa!

2. Maleakhi 3: 10: ‘Bawalah seluruh persembahan persepuluhan ...’.

Jadi mungkin ada yang memberikan di bawah 10 %. Tetapi Tuhan tidak senang dengan ketaatan yang sebagian.

d) Pada jaman ini, pasti banyak orang yang tidak memberi­kan persembahan persepuluhan. Ada yang hanya memberi sebagian (kurang dari 10 %); ada yang hanya kadang-kadang memberi; ada yang bahkan tidak memberi sama sekali. Itu sebabnya banyak gereja kekurangan uang.

IV) Perintah bertobat dan janji Allah (ay 10-12):

Bisa kita lihat bahwa pada waktu mereka tidak memberikan persembahan itu, mereka dihukum (ay 9-11).

· mereka kena kutuk (ay 9).

Ay 9 terjemahan seharusnya adalah ‘Kamu kena kutuk karena kamu merampok Aku, ya kamu seluruh bangsa’.

· Allah tidak memberi hujan / berkat (ay 10b).

‘Membuka tingkap di langit dan mencurahkan berkat’ bisa diartikan sebagai hujan biasa. Perlu diingat bahwa banyak dari orang Israel yang adalah petani dan gembala yang pekerjaannya sangat tergantung pada hujan. Dengan demikian, kalau Tuhan menahan hujan, maka itu sama dengan menahan berkat Tuhan atas pekerjaan mereka.

· Allah memberi belalang yang merusak panen dan dan Allah tidak memberikan buah pada pohon anggur mereka (Maleakhi 3: 11).

Jadi, Allah bukan hanya menghentikan berkatnya, tetapi bahkan juga memberikan bencana yang menghancurkan penghasilan mereka.

Terhadap ajaran ini, saudara mungkin bertanya: Mengapa banyak orang kafir yang tidak memberikan persepuluhan, tapi toh bisa kaya? Jawabnya adalah:

* Allah tak menghajar orang-orang yang bukan anak-anakNya (Ibr 12:5-11).

* Mereka akan mendapat hukuman di neraka.

Kalau Israel mau bertobat, maka Allah berjanji untuk member­kati:

¨ Ia akan memberi hujan / berkat (ay 10b).

¨ Ia akan menyingkirkan belalang dan memberikan buah pada pohon anggur mereka (ay 11).

Dari bagian ini ada beberapa hal yang bisa kita bahas:

1) Segala sesuatu tergantung kepada Tuhan.

Hujan, belalang, buah, semua tergantung Tuhan (ay 10-11). Jadi, sukses tidaknya pekerjaan kita, lancar tidaknya usaha kita, semua tergantung kepada Tuhan (bdk. Maz 127:1). Jadi, segala sesuatu yang kita hasilkan dari pekerjaan, bahkan segala milik kita, sebetulnya adalah pemberian Tuhan. Kalau kita menyadari hal ini, sebetulnya tidak akan sukar bagi kita untuk memberikan 10 % dari penghasilan kita kepada Tuhan. Kita sebetulnya hanya ‘mengembalikan’ 10 % dari yang Tuhan berikan kepada kita. Bdk. Kej 28:22 yang berbunyi: ‘Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepadaMu’.

Persepuluhan sebetulnya menunjukkan iman / kepercayaan kita bahwa semua milik kita adalah pemberian Tuhan.

2) Banyak orang ‘menjadi miskin karena tidak memberikan persepuluhan’ dan bukannya ‘tidak memberikan persepuluhan karena miskin’ (2Kor 9:6a).

Banyak orang mau Tuhan mencukupi kebutuhannya dulu (bahkan berlimpah-limpah dulu), baru mau memberikan persepuluhan. Tetapi ini terbalik! Tuhan menghendaki kita memberikan persepuluhan dulu, baru Ia akan memberkati kita! (ay 10-11).

Bandingkan juga dengan Mat 6:33 dan 1Raja 17:7-16. Kedua bagian ini mengajarkan kita untuk mengutamakan Tuhan dulu, dan kalau kita mau melakukan hal itu, maka pastilah Tuhan akan mencukupi kebutuhan hidup kita!

Mungkin saudara berkata: ‘Dengan 100 % penghasilan saya saat ini, saya tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarga saya. Lalu bagaimana bisa cukup kalau penghasilan saya itu masih harus dipotong 10 % untuk diberikan kepada Tuhan?’.

Untuk menjawab pertanyaan ini perlu saya jelaskan bahwa kalau saudara memberikan persepuluhan, maka Tuhan akan memberikan berkat. Ini bisa Ia lakukan dengan menambah penghasilan saudara atau menyuruh seseorang memberi uang kepada saudara. Atau bisa saja Tuhan menyingkirkan ‘belalang’ dari kehidupan saudara. Mungkin selama ini saudara tidak cukup, karena adanya ‘belalang’ itu yang bisa berbentuk macam-macam hal, seperti anak sakit, kendaraan rusak, dan semua pengelu­aran extra lainnya. Kalau ‘belalang’ itu disingkirkan oleh Tuhan, maka bisa saja dengan 90 % penghasilan saudara, saudara justru bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarga saudara!

3) Apakah semua ini berarti bahwa ajaran Theologia Kemakmuran itu betul? Tidak! Hal yang penting sekali untuk diketahui adalah bahwa ada perbedaan besar antara Perjanjian Lama dan Perjan­jian Baru.

Dalam Perjanjian Lama, Tuhan menjanjikan berkat Tuhan, kalau Israel taat kepadaNya. Tetapi penekanan dari berkat itu adalah pada hal-hal jasmani (Bdk. Ul 11:8-15 Ul 28:1-14 Mal 3:8-11). 

Dalam Perjanjian Baru, kalau kita taat, kita juga akan diberkati. Tetapi penekanan dari berkat disini adalah pada berkat rohani! (Bdk. 2Kor 9:6-11). Kalau kita hanya membaca 2Kor 9:6, maka kita mungkin akan menarik kesimpulan bahwa orang yang memberi banyak persembahan, juga akan menuai banyak uang. Tetapi cobalah baca terusannya! 2Korintus 9:8 menyebutkan bahwa ‘mereka berkelimpahan dalam berbagai kebajikan’! 2Korintus 9:10 mengatakan bahwa ‘Allah akan melipatgandakan dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu’! 2Kor 9:11 mengatakan bahwa ‘kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati’. Ini semua jelas menunjuk pada berkat rohani.

Bagaimana dengan berkat jasmani dalam Perjanjian Baru? Apakah Tuhan menjanjikan kekayaan? Sama sekali tidak! 2Kor 8:1-6 menceritakan tentang jemaat Makedonia yang mem­beri lebih banyak dari kemampuan mereka. Tapi mereka tidak menjadi kaya! Demikian pula dengan orang-orang yang menjual rumah dan tanahnya, lalu mempersembahkan kepada Tuhan dalam Kis 4:34-37. Tidak pernah dikatakan bahwa mereka lalu menja­di kaya / menerima banyak rumah! Rasul-rasul yang mengikut Tuhan (termasuk Paulus) adalah orang-orang saleh. Tetapi mereka tidak menjadi kaya dalam hal jasmani!

Jadi, dalam Perjanjian Baru, dalam hal jasmani Tuhan tidak menjanjikan kelimpahan. Tetapi, Ia menjanjikan kecukupan (dalam arti: orang kristen tidak perlu mengemis, berhutang, mati kelaparan, dsb). Janji ini bisa saudara dapatkan dalam Mat 6:25-34.

Juga kalau saudara memperhatikan doa Bapa Kami (Matius 6:9-13), Yesus tidak mengajar supaya kita meminta jadi kaya / berlim­pah-limpah, tetapi supaya cukup (Mat 6:11).

Pertanyaan yang mungkin timbul: Mengapa Perjanjian Lama berbeda dengan Perjanjian Baru? Apakah Tuhan berubah? Tidak!! Tuhan tidak berubah, tetapi caraNya menunjukkan cintaNya berubah.

Illustrasi:

Waktu anak saudara berumur 2 tahun, saudara menunjukkan cinta saudara dengan menggendong dia, menciumi dia dsb. Tetapi cara sauda­ra menunjukkan cinta saudara kepadanya tentu berbeda pada waktu anak itu sudah berumur 17 tahun! Saudara tetap mencintai dia, tetapi cara menunjukkan cinta (perwujudan cinta) berubah.

Allah memper­lakukan orang-orang Perjanjian Lama seperti anak kecil, sedangkan orang-orang Perjanjian Baru seperti orang dewasa. Mengapa demikian? Karena adanya salib / pengorbanan Yesus yang memisahkan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru! Pada jaman Perjanjian Lama, belum ada pengorbanan Yesus. Jadi, orang sukar untuk bisa melihat kasih Allah, kalau Allah tidak memberikan berkat jasmani yang berkelimpahan. Tetapi pada jaman Perjanjian Baru, pengorbanan Yesus sudah terjadi. Jadi, sekalipun kita tidak diberi terlalu banyak berkat jasmani, bahkan sekalipun kita ada dalam penderitaan, kita bisa ‘melihat ke belakang’ (yaitu pada salib yang merupakan puncak pernyataan kasih Allah), dan kita bisa yakin bahwa Allah mengasihi kita. Jadi, dalam Perjanjian Baru tidak lagi diperlukan berkat jasmani yang berkelimpahan untuk bisa melihat kasih Allah! Allah kadang-kadang memberikan kekayaan kepada orang kristen tertentu, tetapi Ia tidak pernah ber­janji bahwa semua orang kristen akan menjadi kaya! Lihat Calvin, ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, chapter XI, no 1-3.

John Calvin: “THE DIFFERENCE BETWEEN THE TWO TESTAMENTS. (1. The Old Testament differs from the New in five respects: representation of spiritual blessings by temporal, 1-3). 1. STRESS ON EARTHLY BENEFITS WHICH, HOWEVER, WERE TO LEAD TO HEAVENLY CONCERNS. What then? You will ask: will no difference remain between the Old and New Testaments? What is to become of the many passages of Scripture wherein they are contrasted as utterly different? ... Now this is the first difference: the Lord of old willed that his people direct and elevate their minds to the heavenly heritage; yet, to nourish them better in this hope, he displayed it for them to see and, so to speak, taste, under earthly benefits. But now that the gospel has more plainly and clearly revealed the grace of the future life, the Lord leads our minds to meditate upon it directly, laying aside the lower mode of training that he used with the Israelites.” [= ] - ‘Institutes of The Christian Religion’, II, XI, 1.

John Calvin: “2. THE EARTHLY PROMISES CORRESPONDED TO THE CHILDHOOD OF THE CHURCH IN THE OLD COVENANT; BUT WERE NOT TO CHAIN HOPE TO EARTHLY THINGS. Thiswill be more apparent from the comparison that Paul made in the letter to the Galatians. He compares the Jewish nation to a child heir, not yet fit to take care of himself, under the charge of a guardian or tutor to whose care he has been entrusted [Galatians 4:1-2]. Although Paul applies this comparison chiefly to the ceremonies, nothing prevents us from applying it most appropriately here as well. Therefore the same inheritance was appointed for them and for us, but they were not yet old enough to be able to enter upon it and manage it. The same church existed among them, but as yet in its childhood. Therefore, keeping them under this tutelage, the Lord gave, not spiritual promises unadorned and open, but ones foreshadowed, in a measure, by earthly promises. When, therefore, he adopted Abraham, Isaac, Jacob, and their descendants into the hope of immortality, he promised them the Land of Canaan as an inheritance. It was not to be the final goal of their hopes, but was to exercise and confirm them, as they contemplated it, in hope of their true inheritance, an inheritance not yet manifested to them.” [= ] - ‘Institutes of The Christian Religion’, II, XI, 2.

John Calvin: “3. PHYSICAL BENEFITS AND PHYSICAL PUNISHMENTS AS TYPES. ... But as the Lord, in testifying his benevolence toward believers by present good things, then foreshadowed spiritual happiness by such types and symbols, so on the other hand he gave, in physical punishments, proofs of his coming judgment against the wicked. Thus, as God’s benefits were more conspicuous in earthly things, so also were his punishments. The ignorant, not considering this analogy and congruity, to call it that, between punishments and rewards, wonder at such great change-ableness in God. ... But we shall readily dispose of these misgivings if we turn our attention to this dispensation of God which I have noted. He willed that, for the time during which he gave his covenant to the people of Israel in a veiled form, the grace of future and eternal happiness be signified and figured under earthly benefits, the gravity of spiritual death under physical punishments.” [= ] - ‘Institutes of The Christian Religion’, II, XI, 3.

Kesimpulan: Mal 3:10-12 tidak mendukung Theologia Kemakmuran!

4) Persembahan persepuluhan tanpa ketaatan dalam hal-hal lain, tidak akan dipedulikan oleh Tuhan (Yes 1:10-20 1Sam 15:22).

· Kalau ada dosa dalam kehidupan saudara, jangan memberikan persepuluhan untuk menyogok Tuhan! Persepuluhan tidak bisa menggantikan ketaatan yang dituntut Tuhan dari diri saudara!

· Persepuluhan juga tidak bisa menggantikan pelayanan yang dituntut Tuhan dari saudara! Jangan memberi persepuluhan, lalu tidak melayani Tuhan, dengan pikiran bahwa saudara sudah ‘mengupah’ hamba Tuhan untuk melayani Tuhan!

· Sekalipun saudara sudah memberikan 10 % kepada Tuhan, saudara tetap harus menggunakan yang 90 % sesuai kehendak Tuhan dan untuk kemuliaan Tuhan (1Korintus 10:31).

5) Motivasi pada waktu memberikan persembahan persepuluhan:

a) Jangan memberi dengan terpaksa.

Memang yang tidak memberi persembahan persepuluhan akan dihukum. Tapi jangan hanya karena takut dihukum, lalu saudara memberikan persepuluhan! Bdk. 2Korintus 9:7.

b) Jangan memberi dengan pamrih (supaya dibalas Tuhan).

Memang orang yang memberi persepuluhan akan diberkati Tuhan, tetapi jangan memberi dengan tujuan supaya saudara diber­kati! Kalau saudara memberikan persepuluhan dengan ‘jiwa dagang’ seperti ini, jangan berharap bahwa Tuhan akan memberkati saudara! Kalau toh ada berkat, itu mungkin datang dari setan!

Berikan persembahan persepuluhan karena saudara mencintai Tuhan. Berikan dengan hati yang rela / sukacita. Berikan dengan tujuan supaya Tuhan dipermuliakan!

Maukah saudara melakukan hal itu?

MALEAKHI 3:13-18

I) Dosa Israel:

1) Kata-kata.

Dosa disini mereka lakukan dengan kata-kata. Ini terlihat dari kata ‘bicaramu’ dalam ay 13, yang menunjukkan bahwa Maleakhi menyerang kata-kata mereka. Dosa dengan kata-kata sudah ada pada Mal 2:17, tapi yang di sini lebih gawat lagi.

· Kita juga sering berdosa melalui kata-kata kita. Karena itu lebih baik tidak berbicara kalau memang tidak berguna. Ingat akan Amsal 10:19 yang berbunyi: “Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi”.

· Tuhan mendengar kata-kata kita (Bilangan 12:2 Yeremia 8:6 Mazmur 139:4).

Seringkali orang beranggapan bahwa Tuhan hanya memperhati­kan tingkah laku kita, tetapi ayat-ayat di atas itu menun­jukkan bahwa Tuhan juga memperhatikan / mendengarkan segala pembicaraan kita.

· Yesus berkata bahwa kita akan dihakimi juga berdasarkan kata-kata kita (Mat 12:36-37). Karena itu jangan hanya menguduskan diri dalam hal tindakan saudara, tetapi juga dalam kata-kata saudara!

Penerapan:

Dosa melalui kata-kata bisa terjadi kalau kita mencaci maki, menge-luarkan kata-kata kotor, menyebut nama Allah dengan sia-sia, berdusta, memfitnah, membicarakan kejelekan orang / ngrasani, ber­sungut-sungut, dsb.

2) Kata-kata mereka menentang Tuhan (ay 13).

Maleakhi 3: 13: ‘tentang Aku’ seharusnya adalah ‘menentang Aku’ (KJV / RSV / NIV / NASB: ‘against Me’).

Penerapan:

Seringkah saudara mengeluarkan kata-kata menentang Tuhan? Hal ini bisa terjadi pada waktu saudara menyatakan kepada orang lain betapa tidak adilnya Tuhan itu, atau betapa tidak pedulinya Tuhan kepada saudara, atau betapa tulinya Dia terhadap doa saudara, dsb.

3) Kata-kata kurang ajar yang menentang Tuhan (ay 13).

Apa yang dimaksud dengan ‘kata-kata kurang ajar yang menen­tang Tuhan’ itu?

a) Mereka menganggap bahwa mereka sudah mentaati Firman Tuhan (ay 13b-14).

Bahwa mereka menganggap bahwa diri mereka sudah mentaati Firman Tuhan, terlihat dari kata-kata ‘memelihara’ dan ‘berjalan’ dalam Maleakhi 3: 14, yang ada dalam past tense (= bentuk lampau). Mungkin ini adalah ketaatan lahiriah saja (bdk. Mat 15:8-9) atau ketaatan sebagian seperti dalam Yes 58:3-4.

Tetapi yang jelas adalah bahwa mereka menganggap diri mereka benar!

Penerapan:

Kalau saudara menganggap diri saudara benar, maka dengan itu saudara mengucapkan kata-kata kurang ajar yang menentang Tuhan, karena Tuhan menyatakan diri saudara sebagai orang berdosa.

b) Mereka berkata bahwa ikut / taat Tuhan itu sia-sia / tak ada untungnya (ay 14).

· ‘beribadah’ seharusnya ‘melayani’ (NIV: serve).

Mereka menganggap hal ini sia-sia (ay 14a).

Penerapan:

Apakah saudara sering beranggapan bahwa pela­yanan yang saudara lakukan untuk Tuhan itu adalah sia-sia? Kalau ya, bacalah 1Kor 15:58, yang menyuruh kita untuk giat melayani Tuhan karena jerih payah / pekerjaan yang kita lakukan dalam Tuhan, tidak akan sia-sia!

· ‘apa untungnya ....’.

Ini menunjukkan sikap egois dalam mentaati Tuhan!

Penerapan:

* ada orang-orang yang malas datang dalam Pemahaman Alki­tab karena themanya adalah Toronto Blessing. Mungkin mereka menganggap pokoknya mereka tahu itu salah, dan mereka beranggapan bahwa dengan belajar tentang Toronto Blessing, mereka tidak mendapatkan apa-apa untuk diri mereka sendiri. Ini adalah sesuatu yang bersifat egois! Seharusnya saudara belajar Firman Tuhan dengan tujuan supaya saudara bisa lebih berguna untuk Tuhan / Kerajaan Allah maupun untuk sesama manusia! Karena itu maulah belajar topik seperti itu supaya saudara bisa menolong orang yang disesatkan oleh Toronto Blessing itu!

* apakah saudara sering merasa bahwa mentaati dan melayani Tuhan itu tidak ada untungnya, dan karena itu saudara tidak melakukannya? Ingat bahwa sebetulnya kita mentaati dan melayani Tuhan sebagai balasan atas keselamatan yang sudah Ia anugerahkan kepada kita.

c) Mereka berkata bahwa orang jahat itu lebih enak (Maleakhi 3 15).

· kata ‘gegabah’ seharusnya adalah ‘sombong’ (NIV: arro­gant).

Ini menunjuk kepada orang yang tidak beriman. Orang yang tidak beriman disebut sombong karena mereka tidak mau datang kepada Allah, dan itu menunjukkan kesombongan mereka. Mereka merasa bisa hidup tanpa Allah! Orang seperti ini justru dianggap ‘berbahagia’ (NIV: blessed) oleh Israel.

Penerapan:

Mungkin saudara tidak pernah berkata ‘berbaha­gialah orang yang tidak percaya’, tetapi kalau saudara berkata:

* bahwa jadi orang tidak kristen itu enak, karena hari Minggu tak perlu ke gereja, sehingga bisa piknik.

* bahwa jadi orang tidak kristen itu enak karena bisa melakukan dosa-dosa yang menyenangkan.

maka bukankah sebetulnya sama saja dengan saudara berkata ‘berbahagialah orang yang tidak percaya’?

· kata-kata ‘berbuat fasik’ oleh NIV diterjemahkan evildo­ers (= pem-buat kejahatan).

Orang seperti ini dikatakan ‘mujur’ [NIV: prosper (= berhasil baik / menjadi makmur)] oleh Israel.

Penerapan:

Apakah saudara sering iri hati kepada orang-orang yang berhasil menjadi kaya / makmur dengan menggu­nakan cara kerja yang jahat / tak alkitabiah?

· ‘mencobai Allah’.

Apakah ini bertentangan dengan Yakobus 1:13? Tidak, karena kata itu bisa diterjemahkan bermacam-macam. Kata Ibrani yang sama digunakan dalam Mal 3:10 dan diterjemahkan ‘menguji / ujilah’. Dalam Yak 1:13 kata ‘mencobai’ itu maksudnya mencobai supaya jatuh ke dalam dosa (baca Yak 1:12-15). Jelas dalam arti seperti ini, Allah tidak bisa dicobai oleh siapapun. Tetapi dalam Mal 3:15 ini kelihatannya arti dari kata ‘mencobai’ itu adalah seperti yang diberikan oleh NIV yaitu ‘challenge’ (= menantang). Dalam arti seperti ini Allah bisa dicobai.

Israel menganggap bahwa orang-orang yang mencobai / menantang Allah itu ‘luput’ (NIV: escape). Maksudnya luput dari hukuman Allah.

Kesimpulan:

Dosa Israel adalah menuduh bahwa Allah itu tidak adil. Mereka merasa bahwa mereka hidup taat, tetapi menderita, sedangkan orang lain yang hidupnya jahat justru enak.

Maz 73 isinya mirip sekali dengan tuduhan Israel dalam Mal 3:13-15 ini (bacalah Maz 73 ini!), tapi toh berbeda! Beda­nya adalah:

· sikap hati dalam Maz 73 adalah bertanya-tanya, sedangkan dalam Mal 3:13-15 sikap hatinya adalah memberontak / marah kepada Tuhan.

· Dalam Maz 73 pemazmur mengutarakan hal itu kepada Allah (ini terlihat dari Mazmur 73:18-27 dimana pemazmur itu menggunakan kata-kata ‘Engkau’, ‘Kau’, dan ‘Mu’ untuk menyebut Allah), sedangkan dalam Mal 3:13-15 mereka berbicara satu kepada yang lain / ngrasani Tuhan (ay 13b).

II) Benarkah tuduhan mereka bahwa Allah itu tak adil?

Marilah kita memperhatikan beberapa hal:

1) Allah mendengar dan memperhatikan orang yang bertobat (ay 16).

· Maleakhi 3: 16: Kitab Suci Indonesia kurang tepat terjemahannya!

NIV: ‘Then those who feared the LORD talked with each other, and the LORD listened and heard. A scroll of remem­brance was written in his presence concerning those who feared the LORD and honored his name’ (= Maka mereka yang takut kepada TUHAN berbicara satu kepada yang lain, dan TUHAN mendengarkan. Sebuah gulungan per-ingatan ditulis di hadapanNya tentang mereka yang takut akan TUHAN dan meng­hormati namaNya).

Kata ‘then’ (= maka / kemudian / lalu) pada awal ay 16 ini juga ada pada NASB/KJV/RSV. Kata ini menunjukkan bahwa ay 16 merupakan hasil teguran dari Maleakhi. Ada orang-orang yang bertobat.

· ‘Orang-orang yang takut akan Tuhan’ (ay 16). 

Mereka inilah yang mendengarkan teguran Maleakhi dan bertobat. Orang yang takut akan Tuhan, pasti akan tunduk kepada Firman Tuhan! Apakah saudara takut akan Tuhan?

· Orang-orang ini berbicara satu dengan yang lainnya (ay 16).

Ini berbeda dengan orang-orang yang tadi ngrasani Tuhan, karena pembicaraan disini menunjukkan adanya persekutuan di antara orang-orang itu, dimana mereka saling sharing sehingga mereka saling menguatkan dalam pertobatan mereka!

Lalu, apa yang Allah lakukan? Apakah Allah bersikap acuh tak acuh? Tidak! Allah memperhatikan dan mendengarkan (ay 16)! Jelaslah bahwa tuduhan mereka, yaitu bahwa mentaati Tuhan itu sia-sia, adalah salah!

2) Tuhan punya kitab peringatan (ay 16b).

Raja-raja Persia pada jaman itu mempunyai kitab catatan / peringatan (bdk. Ezra 4:15,18,19 Ester 6:1-3). Allah juga dikatakan punya kitab seperti ini! Apakah ini sesuatu yang bersifat hurufiah atau simbolis, tidak terlalu penting. Yang jelas ini menjamin keadilan Allah. Allah memang bisa menunda hukuman / berkat dari orang yang berbuat dosa / baik, tetapi Ia mencatatnya dan tidak mungkin melupakannya! Ia akan memberi hukuman / berkat pada waktuNya (bdk. Wah 20:12-13).

Penerapan:

· Kalau selama ini saudara terus berbuat dosa karena saudara meng-anggap Allah toh tidak menghukum saudara, ingatlah bahwa Allah mencatat / mengingat semua itu! Bertobatlah sebelum hukuman itu tiba!

· Kalau selama ini saudara setia ikut Tuhan dan saudara tidak merasakan berkat apa-apa, jangan putus asa dalam mengikut Tuhan. Tuhan mencatat / mengingat kesetiaan saudara dan akan memberikan berkatNya pada waktuNya!

3) Tuhan punya waktu / saatNya sendiri (Maleakhi 3: 17).

Sebelum hari / saat itu tiba, kelihatannya tidak ada beda antara orang jahat dan orang baik / beriman. Tapi pada saat itu akan kelihatan bedanya. Orang yang ikut Tuhan akan menjadi milik kesayangan Tuhan. Tak berarti bahwa sebelum saat / waktu Tuhan itu tiba mereka bukan milik kesayangan Tuhan. Mereka sudah merupakan milik kesayangan Tuhan, tetapi belum kelihatan. Tapi bila waktu Tuhan itu tiba, maka akan kelihatan bahwa mereka adalah milik kesayangan Tuhan (bdk. ay 18).

Ketiga hal ini menunjukkan bahwa tuduhan orang Israel di atas itu tidak benar! Ikut Tuhan tidak sia-sia. Orang jahat tidak akan enak terus! Karena apa? Karena Tuhan itu adil! Karena itu, apapun yang terjadi dalam kehidupan saudara, percayalah bahwa Allah itu adil!

Juga, tinggalkan semua dosa saudara, dan rajin / tekunlah dalam berbuat baik / mentaati Tuhan, sekalipun saat ini sauda­ra menderita. Allah tidak akan melupakan kesetiaan saudara dan akan memberkati saudara pada waktuNya!

MALEAKHI 4:1-6

Dalam bagian ini Maleakhi membahas tentang hari / saat yang telah ia singgung dalam Mal 3:17.

I) Apa yang akan terjadi pada hari itu?

1) Untuk orang yang tidak beriman (Maleakhi 4: 1).

a) Ay 1 membicarakan ‘orang yang tidak beriman’, yang disebut sebagai ‘gegabah’ dan ‘fasik’.

Kata ‘gegabah’ ini salah terjemahan.

KJV: proud (= sombong).

NIV/NASB/RSV: arrogant (= sombong).

Orang yang tidak beriman disebut ‘sombong’ karena:

· merasa bisa hidup tanpa Tuhan.

· merasa dirinya cukup baik dan bisa masuk surga dengan kekuatannya sendiri. Misalnya dengan berkata: ‘Saya tidak perlu percaya Yesus ataupun ke gereja; yang penting saya tidak men-jahati orang’ atau ‘yang penting saya berbuat baik’, dsb.

· merasa dirinya lebih baik dari orang kristen.

Semua ini jelas adalah kesombongan!

Untuk kata ‘fasik’:

KJV: do wickedly (= berbuat dengan jahat).

NIV/NASB/RSV: evildoers (= pembuat kejahatan).

Orang tidak beriman disebut sebagai ‘pembuat kejahatan’, karena mereka memang tidak bisa berbuat baik, dan semua yang mereka lakukan dianggap jahat oleh Tuhan (Titus 1:15)!

Tetapi hebatnya, mereka ini bisa sombong dan merasa diri baik!

b) Hari itu digambarkan seperti ‘api’ (Maleakhi 4: 1).

Dalam Kitab Suci, api sering menjadi simbol dari hukuman Allah (Mat 3:10,12 Matius 13:30 Mat 25:41 Yohanes 15:6 Wahyu 21:8).

c) Orang-orang yang tak beriman itu digambarkan seperti ‘jerami’ (ay 1).

· Mereka sombong, dan merasa dirinya baik, tetapi bagi Tuhan mereka seperti jerami!

· Mereka seperti jerami, padahal ‘hari itu’ digambarkan seperti api. Tak heran kalau mereka dihabiskan sampai tidak ditinggalkan akar dan cabang (ay 1b).

2) Untuk orang yang beriman (ay 2-3).

a) Dalam Maleakhi 4: 2 disebutkan tentang ‘orang yang beriman’ yang disebut sebagai ‘kamu yang takut akan namaKu’.

Artinya: mereka takut kepada Tuhan, mereka hormat kepada Tuhan, mereka takut berbuat dosa, mereka hormat, cinta dan tunduk pada Firman Tuhan, dsb.

b) Selanjutnya ay 2 mengatakan bahwa bagi orang yang beriman itu ‘akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya’.

· Istilah ‘surya kebenaran’ ini jelas menunjuk kepada Kristus sendiri (Yoh 8:12).

· Istilah ‘sayap’ mungkin menunjuk kepada sinar dari surya / matahari itu. Ini memberi ‘kesembuhan’. Ada yang mengartikan ini sebagai kesembuhan dari penyakit, tapi saya lebih setuju pada pandangan yang mengatakan bahwa ini menunjuk pada ‘damai’ (bebas dari kesukaran / malapetaka).

c) Lalu ay 2 melanjutkan dengan mengatakan ‘kamu akan keluar dan berjingkrak-jingkrak seperti anak lembu lepas kandang’.

Ini tentu tidak boleh ditafsirkan secara hurufiah (karena kalimat sebelum dan sesudahnya juga tidak hurufiah!), dan lalu dianggap menunjuk pada orang yang berjingkrak-jingkrak dalam gereja-gereja yang mengadakan Toronto Blessing. Ini adalah suatu penggambaran dari sukacita (anak lembu yang dilepaskan dari kandang memang berjingkrak-jingkrak saking senangnya).

Jadi, orang yang beriman sekarang memang menderita, tetapi pada ‘hari itu’ mereka akan bersukacita.

d) Akhirnya Maleakhi 4: 3 mengatakan bahwa orang yang beriman ini ‘akan menginjak-injak orang-orang fasik’.

Orang fasik / tak beriman, yang tadi digambarkan seperti jerami yang dibakar oleh api, sekarang digambarkan diinjak-injak oleh orang benar, sehingga menjadi ‘abu di bawah telapak kaki orang yang beriman’.

Semua ini menunjukkan bahwa pada ‘hari itu’ orang benar akan menang atas orang fasik (ay 3). Sekarang, orang beriman bisa kelihatan kalah, tetapi pada ‘hari itu’ orang benar akan menang.

II) Apa yang akan terjadi menjelang hari itu (ay 5-6)?

1) Ini menunjuk pada kedatangan Yohanes Pembaptis (bdk. Lukas 1:13-17).

2) Ini tidak berarti bahwa Kitab Suci percaya pada reinkarnasi!

Memang Matius 11:14 dan Matius 17:10-13 seakan-akan menunjukkan bahwa Yohanes Pembaptis betul-betul adalah Elia. Tetapi Yohanes 1:21 jelas menun-jukkan bahwa Yohanes Pembaptis bukanlah Elia. Disamping itu Ibrani 9:27, yang mengatakan bahwa semua manusia ditetapkan untuk mati satu kali saja dan setelah itu dihakimi, jelas menentang reinkarnasi!

3) Yohanes Pembaptis disebut Elia sebab:

a) Mirip dalam hal pakaian (bdk. 2Raja-raja 1:8 dengan Mat 3:4).

b) Mirip dalam hal semangat dan keberanian (1Raja-raja 18:16-19 Matius 3:7-dst Matius 14:3-4).

Keberanian kedua orang ini dalam menegur seorang raja, betul-betul adalah sesuatu yang luar biasa. Kita sendiri, jangankan menegur Presiden, menegur RT atau RW yang bersa­lah saja belum tentu kita berani melakukannya!

c) Baik Elia maupun Yohanes Pembaptis sama-sama berusaha untuk memulihkan agama / ibadah yang rusak.

Pada jaman Elia, agama / bangsa Israel saat itu dirusakkan oleh penyembahan kepada berhala / dewa Baal, sedangkan pada jaman Yohanes Pembaptis, sekalipun tidak ada penyem­bahan berhala, tetapi ibadah saat itu hanyalah ibadah yang bersifat lahiriah saja.

III) Kapan hari itu tiba?

Ada banyak pandangan:

1) Kedatangan Kristus yang pertama.

Alasan: karena didahului oleh Yohanes Pembaptis (ay 5,6).

Tetapi ini tidak cocok dengan ay 1-3.

2) Kedatangan Kristus yang kedua.

Alasan: karena ay 1-3 rasa-rasanya tidak terjadi pada kedatangan Kristus yang pertama, tetapi terjadi pada keda­tangan Kristus yang kedua. 

Tetapi ini tidak cocok dengan ay 5-6.

3) Ini menunjuk pada semua penghakiman yang Allah lakukan sampai hari terakhir.

Pandangan ini rasanya tidak mungkin, karena semua ini menunjuk pada hari tertentu (the day).

4) Hari itu terjadi pada saat yang dekat, sehingga dialami oleh orang-orang pada saat itu.

Ini rasanya juga tidak mungkin, karena tidak cocok dengan ay 1-3 maupun Maleakhi 4: 5.

5) Pada kedatangan Kristus yang pertama nubuat ini sudah digenapi, tetapi pada kedatangan Kristus yang kedua barulah terjadi penggenapan yang sempurna / sepenuhnya.

6) Kita hidup pada jaman di antara kedatangan Kristus yang pertama dan kedua, sehinga kita dengan mudah dapat membeda­kan kedua keda-tangan tersebut. Tetapi bagi Maleakhi, baik kedatangan yang pertama maupun yang kedua belum terjadi. Pada waktu ia memandang ke depan, ia melihat kedatangan pertama (ay 5-6) dan kedatangan kedua (ay 1-3) itu berim­pit. Karena itu ia mencampurbaurkan kedatangan pertama dan kedua.

Saya condong pada no 6 atau no 5.

IV) Persiapan untuk menghadapi hari itu.

1) Belajar Firman Tuhan (Maleakhi 4: 4).

Kata ‘Taurat’, kadang-kadang berarti seluruh Perjanjian Lama, kadang-kadang hanya 5 Kitab Musa, kadang-kadang hanya 10 Hukum Tuhan. Di sini, karena karena adanya kata-kata ‘yang telah kuperintahkan kepada Musa’, maka ‘Taurat’ ini menunjuk pada 5 Kitab Musa. Tetapi harus diingat bahwa semua kitab-kitab yang lain dalam Perjanjian Lama merupakan penaf­siran dari Taurat atau merupakan perintah-perintah Tuhan untuk kembali pada Taurat. Jadi, sebetulnya semua sudah termasuk.

Jadi, mereka harus mempersiapkan diri untuk menghadapi hari itu dengan mempelajari seluruh Firman Tuhan!

2) Bertobat dari dosa (ay 5-6).

Arti Maleakhi 4: 6: kalau bapa maupun anak, yang tadinya bermusuhan, sama-sama kembali pada iman yang benar (bertobat), maka mereka pasti akan bersatu / rukun kembali.

Sejak dosa masuk ke dalam dunia maka terjadi gap bukan hanya antara Allah dan manusia, tetapi juga antara manusia dengan manusia. Ini terlihat dari peristiwa dimana Adam melemparkan kesalahan kepada Hawa (Kejadian 3:12), lalu pada peristiwa pembu­nuhan oleh Kain terhadap Habel. Hanya kalau manusia kembali kepada Allah melalui Yesus Kristus, dan sama-sama mempunyai hati pikiran yang dipenuhi dan dikuasai oleh kebenaran / Firman Tuhan, barulah manusia bisa bersatu / rukun kembali!

Jadi, mereka harus bertobat, dan kembali pada jalan yang benar.

Bagaimana dengan kita? Kita memang tidak menantikan kedatangan Kristus yang pertama, tetapi kita menantikan kedatangan Kris­tus yang kedua. Tetapi cara kita menanti adalah sama:

1) Belajar Firman Tuhan (dalam Kebaktian, Bible Study, Saat Teduh, dsb).

2) Bertobat dari segala dosa.

· datanglah kepada Yesus.

· Jangan hanya menjadi pendengar Firman, tetapi jadilah pelaku Firman!

Kalau tidak, pada hari Tuhan, saudara akan menjadi seperti ‘jerami’ yang menghadapi ‘api’.
https://teologiareformed.blogspot.com/

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN- 
Daftar Isi:
Maleakhi 1:1-5....................................................................................... 1

Maleakhi 1:6-14..................................................................................... 9

Maleakhi 2:1-9..................................................................................... 16

Maleakhi 2:10-16................................................................................. 23

Maleakhi 2:17-3:5................................................................................ 30

Maleakhi 3:6-12................................................................................... 35

Maleakhi 3:13-18................................................................................. 42

Maleakhi 4:1-6..................................................................................... 47
-o0o-
EKSPOSISI KITAB MALEAKHI (REVISED)
Next Post Previous Post