5 KHOTBAH TENTANG MAUT / KEMATIAN
Pdt. Budi Asali, M. Div.
Maut / kematian(1).
Khotbah / pelajaran ini disusun untuk membahas, menanggapi dan membantah, yang mengatakan bahwa hanya kematian Kristus yang ditetapkan oleh Allah, sedangkan kematian orang-orang lain tidak. Ia menambahkan bahwa Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa Allah menentukan kematian seseorang.
otomotif, gadget, bisnis |
Cuplikannya khotbahnya berbunyi sebagai berikut:
“Sekarang kita akan membahas topik utama: apa bedanya kematian Kristus dengan kematian semua orang? 1. Semua orang bukan mati di dalam kehendak Allah, hanya Yesus Kristus seorang, yang mati di dalam kehendakNya. Alkitab tidak pernah mencatat si anu mati di dalam kehendak Allah. Lagi pula, mana mungkin Allah menghendaki seorang mati? Lalu, mengapa kita mati? Kita berdosa dan upah dosa adalah maut. Hanya Yesus Kristus, yang mati menurut kehendak Allah (Galatia 1:4). Sementara kita, bukan mati karena rencana Allah, tapi karena kita menentang Allah; melanggar Taurat, maka dosa dan maut jadi raja di hati kita, menawan kita (Roma 6:23). 2. semua orang berbuat dosa, karenanya mereka harus mati. Hanya Yesus Kristus; sang kudus, Dia tak berdosa, Dia mengalahkan semua pencobaan, Dia tak seharusnya mati. Lalu mengapa Dia mati? Karena Allah mengutus Dia untuk menggantikan kita” (hal 2-3).
Catatan:
Galatia 1:4 - “yang telah menyerahkan diriNya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah dan Bapa kita”.
Roma 6:23 - “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.
Saya berpendapat ayat terakhir ini sangat tak cocok!
Saya setuju bahwa kematian Kristus ditentukan oleh Allah. Tetapi bahwa kematian orang-orang lain tidak ditentukan oleh Allah, dan bahwa Alkitab tak pernah mencatat si anu mati di dalam kehendak Allah, itulah yang saya persoalkan. Marilah kita melihat apakah ajaran Pdt. Stephen Tong sesuai dengan ajaran Alkitab.
I) Secara theologis adalah mustahil untuk mengatakan bahwa kematian Kristus saja yang ditentukan sedangkan kematian semua manusia tidak ditentukan.
Mengapa saya katakan demikian? Karena mengapa Kristus harus mati? Karena manusia berdosa, dan upah dosa itu maut, dan Kristus mau menggantikan kita memikul maut / kematian itu. Jadi, kalau kematian Kristus ditentukan, adalah mustahil bahwa dosa dan kematian manusia tidak ditentukan! Dan perlu diingat bahwa Allah tidak membuat rencananya setahap demi setahap, tetapi langsung seluruhnya dari kekekalan (minus tak terhingga). Jadi, jelas bahwa seluruh rentetan ini, yaitu:
1) Jatuhnya manusia ke dalam dosa,
2) Pemberian hukuman mati kepada manusia karena dosanya,
3) Kematian Kristus untuk menebus dosa kita dan mengalahkan kematian yang merupakan upah dosa,
semuanya sudah ditentukan secara sekaligus dalam rencana Allah yang dibuat dalam kekekalan / minus tak terhingga.
Bahwa kematian Kristus direncanakan / dimaksudkan untuk menggantikan kematian kita, jelas ditunjukkan oleh banyak ayat di bawah ini.
Yohanes 11:49-52 - “(49) Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: ‘Kamu tidak tahu apa-apa, (50) dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa.’ (51) Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, (52) dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai”.
Yohanes 12:24 - “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah”.
Yohanes 12:32-33 - “(32) dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu.’ (33) Ini dikatakanNya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati”.
2Timotius 1:9-10 - “(9) Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karuniaNya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman (10) dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa”.
Ibr 2:9,14-15 - “(9) Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia. ... (14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut”.
Sekarang, kalau kematian Kristus memang dirancang untuk menebus dosa kita dan untuk menghancurkan kematian kita, maka tidak mungkin Allah merencanakan kematian Kristus tanpa merencanakan kematian kita dan juga dosa-dosa kita!
Kalau di atas saya membahasnya secara theologis, maka sekarang saya akan membahasnya dengan menunjukkan ayat-ayat Alkitabnya.
II) Alkitab menunjukkan bahwa kematian manusia sudah ditentukan waktunya oleh Allah, dan ini tidak bisa diubah, diundur atau dimajukan.
Dasar Alkitab:
1) Mazmur 90:10 - “Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap”.
Barnes’ Notes (tentang Maz 90:10): “All animals, as the horse, the mule, the elephant, the eagle, the raven, the bee, the butterfly, have each a fixed limit of life, wisely adapted undoubtedly to the design for which they were made, and to the highest happiness of the whole. So of man. There can be no doubt that there are good reasons - some of which could be easily suggested - why his term of life is no longer. But, at any rate, it is no longer; and in that brief period he must accomplish all that he is to do in reference to this world, and all that is to be done to prepare him for the world to come. It is obvious to remark that man has enough to do to fill up the time of his life; that life to man is too precious to be wasted” (= Semua binatang, seperti kuda, bagal, gajah, burung elang / rajawali, burung gagak, lebah, kupu-kupu, masing-masing mempunyai suatu batas hidup yang tertentu, secara bijaksana disesuaikan dengan rancangan untuk mana mereka dibuat, dan bagi kebahagiaan tertinggi dari seluruhnya. Demikian juga dengan manusia. Tidak bisa ada keraguan di sana bahwa ada alasan-alasan yang baik - beberapa / sebagian darinya bisa dengan mudah dipikirkan - mengapa hidupnya tidak lebih panjang. Tetapi bagaimanapun, itu tidak lebih panjang; dan dalam periode yang pendek itu ia harus mencapai semua yang harus ia lakukan berkenaan dengan dunia ini, dan semua itu harus dilakukan untuk mempersiapkan dia untuk dunia yang akan datang. Adalah jelas untuk mengatakan bahwa manusia mempunyai cukup untuk dilakukan untuk mengisi waktu dari hidupnya; bahwa hidup bagi manusia adalah terlalu berharga untuk diboroskan / dihamburkan / disia-siakan).
2) 2Samuel 7:12 - “Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya”.
Saya berpendapat bahwa kata-kata ‘umurmu sudah genap’ menunjukkan bahwa umur Daud (dan semua orang lain) dibatasi oleh Allah, dan kalau batasan itu sudah sampai, maka dikatakan ‘sudah genap’, dan orang itu harus mati.
Bandingkan dengan:
a) 1Taw 17:11 - “Apabila umurmu sudah genap untuk pergi mengikuti nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, salah seorang anakmu sendiri, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya”.
b) Ratapan 4:18 - “Mereka mengintai langkah-langkah kami, sehingga kami tak dapat berjalan di lapangan-lapangan kami; akhir hidup kami mendekat, hari-hari kami sudah genap, ya, akhir hidup kami sudah tiba”.
3) Matius 6:27 - “Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?”.
KJV: ‘can add one cubit unto his stature?’ (= dapat menambahkan sehasta pada tinggi badannya?).
RSV: ‘can add one cubit to his span of life?’ (= bisa menambahkan satu hasta pada masa / jangka hidupnya?).
NIV/NASB: ‘can add a single hour to his life?’ (= dapat menambahkan satu jam pada hidupnya?).
Kata Yunani yang dipakai bisa diterjemahkan seperti KJV ataupun seperti RSV/NIV/NASB, tetapi menurut saya adalah jelas bahwa terjemahan KJV sama sekali tidak sesuai dengan kontext dari ayat ini.
Matthew Henry menganggap bahwa terjemahan KJV lebih cocok, karena menurut dia ukuran ‘hasta’ lebih cocok untuk menunjuk pada tinggi badan, dan usia yang paling lama hanyalah ‘satu telempap’ (Maz 39:6).
Matthew Henry: “the age at longest is but a span, Ps 39:5” (= usia / umur paling panjang adalah satu jengkal, Mazmur 39:6).
Catatan: saya tak mengerti mengapa Matthew Henry menggunakan kata ‘span’, karena ‘span’ (= jengkal) berbeda dengan ‘handbreadth’ (= telempap).
Maz 39:6 - “Sungguh, hanya beberapa telempap saja Kautentukan umurku; bagiMu hidupku seperti sesuatu yang hampa. Ya, setiap manusia hanyalah kesia-siaan! Sela”.
Kata ‘telempap’ dalam bahasa Inggris diterjemahkan ‘handbreadth’ (= lebar tangan).
Tetapi Adam Clarke memilih terjemahan dari RSV/NIV/NASB, dan dalam Yohanes 9:21 kata Yunani yang sama diterjemahkan ‘age’ oleh KJV/RSV/NIV/NASB.
Yoh 9:21b (KJV): ‘he is of age; ask him: he shall speak for himself’ (= ia sudah cukup umur; tanyakan kepadanya: ia akan berbicara untuk dirinya sendiri).
Ukuran ‘hasta’, sekalipun sebenarnya merupakan ukuran panjang, tetapi bisa digunakan untuk panjangnya umur, sebagaimana ukuran ‘telempap’, yang juga merupakan ukuran panjang, digunakan untuk panjangnya umur dalam Mazmur 39:6.
Saya juga berpendapat Matthew Henry sangat salah dalam penafsiran, pada waktu ia menghubungkan Matius 6:27 dengan Maz 39:6, karena 2 alasan:
a) Dua ayat bisa mengumpamakan usia manusia dengan ukuran yang berbeda, tetapi maksudnya sama. Baik ‘hasta’ dalam Mat 6:27, maupun ‘telempap’ dalam Maz 39:6, sama-sama menunjuk pada ‘sedikit’.
b) Kata ‘telempap’ dalam Maz 39:6 dalam bahasa Ibraninya ada dalam bentuk jamak. Kitab Suci Indonesia tepat dalam menterjemahkan ‘beberapa telempap’.
Barnes’ Notes (tentang Mat 6:27): ‘Stature.’ This word means ‘height.’ The original word, however, means oftener ‘age,’ John 9:21: ‘He is of age;’ so also John 9:23. If this be its meaning here, as is probable (compare Robinson, Lexicon), it denotes that a man cannot increase the length of his life at all. The utmost anxiety will not prolong it one hour beyond the time appointed for death” [= ‘Stature’ / ‘tinggi badan’. Kata ini berarti ‘ketinggian’. Tetapi kata bahasa aslinya lebih sering berarti ‘usia / umur’, Yohanes 9:21: ‘Ia sudah cukup umur’; lihat juga Yoh 9:23. Jika ini adalah artinya di sini, dan itu memungkinkan (bandingkan Robinson, Lexicon), ini menunjukkan bahwa seorang manusia tidak bisa menambah panjang hidupnya sama sekali. Kekuatiran yang terbesar tidak akan memperpanjangnya satu jampun melebihi waktu yang ditetapkan untuk kematian].
4) Ibrani 9:27 - “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi”.
Baik Calvin maupun John Owen mengatakan bahwa memang ada orang-orang yang mati 2 x seperti Lazarus (dan juga orang-orang yang pernah mati lalu dibangkitkan; mereka pasti akan mati lagi). Juga ada orang-orang yang tidak pernah mati (Henokh dan Elia), maupun orang-orang yang masih hidup pada saat Yesus datang kembali, karena mereka ini akan langsung diubahkan menjadi tubuh kebangkitan (1Korintus 15:51).
Semua ini tidak berarti bahwa Ibrani 9:27 ini salah, karena ayat ini hanya bicara tentang nasib manusia secara umum.
John Owen: “It is appointed, decreed, determined of God, that men, sinful men, shall once die, and after that come to judgment for their sins” (= Merupakan sesuatu yang ditetapkan, didekritkan, ditentukan oleh Allah, bahwa manusia, manusia berdosa, akan mati satu kali, dan setelah itu datang pada penghakiman untuk dosa-dosa mereka).
John Owen: “‘It is ‘appointed,’ ‘determined,’ ‘enacted,’ ‘statutum est.’ It is so by him who hath a sovereign power and authority in and over these things; and hath the force of an unalterable law, which none can transgress. God himself hath thus appointed it; none else can determine and dispose of these things” (= Itu ‘ditetapkan’, ‘ditentukan’, ‘dijadikan undang-undang’, ‘statutum est’. Itu adalah demikian oleh Dia yang mempunyai kuasa dan otoritas yang berdaulat dalam dan atas hal-hal ini; dan mempunyai kekuatan dari suatu hukum yang tidak bisa diubah, yang tak seorangpun bisa melanggarnya. Allah sendiri telah menetapkannya demikian; tak ada orang lain bisa menentukan dan mengatur hal-hal ini).
Bdk. Kisah Para Rasul 17:31 - “Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukanNya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati.’”.
John Owen: “The death of all is equally determined and certain in God’s constitution. It hath various ways of approach unto all individuals, - hence is it generally looked on as an accident befalling this or that man, - but the law concerning it is general and equal” (= Kematian dari semua secara sama ditentukan dan pasti dalam undang-undang Allah. Kematian mempunyai bermacam-macam jalan / cara pendekatan kepada semua individu, - karena itu hal itu pada umumnya dipandang / dianggap sebagai suatu kecelakaan / kebetulan yang menimpa orang ini atau orang itu, - tetapi hukum berkenaan dengannya adalah umum dan sama).
John Owen: “It is appointed unto them ‘to die;’ - that is, penally for sin, as death was threatened in that penal statute mentioned in the curse of the law; and death under that consideration alone is taken away by the death of Christ. The sentence of dying naturally is continued towards all; but the moral nature of dying, with the consequents of it, is removed from some by Christ. The law is not absolutely reversed; but what was formally penal in it is taken away” (= Ditetapkan bagi mereka ‘untuk mati’; - yaitu secara hukum untuk dosa, karena kematian diancamkan dalam undang-undang yang bersifat hukum disebutkan dalam kutuk dari hukum; dan hanya di bawah pertimbangan itu saja kematian diambil / disingkirkan oleh kematian Kristus. Pernyataan tentang kematian itu secara alamiah diteruskan kepada semua orang, tetapi sifat moral dari kematian, dengan konsekwensi-konsekwensinya, disingkirkan dari sebagian orang oleh Kristus. Hukum itu tidak secara mutlak dibalikkan; tetapi apa adalah yang hukum secara formal di dalamnya diambil / disingkirkan).
Jadi, sekalipun kematian mula-mula datang sebagai hukuman, dan bagi orang Kristen hukuman sudah dipikul oleh Kristus, tetapi orang Kristen tetap mengalami kematian. Tetapi kematian itu berubah status, bukan lagi sebagai hukuman dosa, karena hukuman ini sudah ditanggung oleh Kristus.
5) Maz 39:5-6 - “(5) ‘Ya TUHAN, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku! (6) Sungguh, hanya beberapa telempap saja Kautentukan umurku; bagiMu hidupku seperti sesuatu yang hampa. Ya, setiap manusia hanyalah kesia-siaan! Sela”.
KJV: ‘an handbreadth’ (= suatu lebar tangan).
NIV: ‘a mere handbreadth’ (= semata-mata suatu lebar tangan).
RSV: ‘a few handbreaths’ (= beberapa lebar tangan).
NASB: ‘handbreaths’ (= lebar tangan).
Catatan: dalam bahasa Ibrani kata ini ada dalam bentuk jamak, jadi RSV/NASB yang paling tepat dalam terjemahannya.
Calvin (tentang Maz 39:6): “A hand-breadth is the measure of four fingers, and is here taken for a very small measure; as if it had been said, the life of man flies swiftly away, and the end of it, as it were, touches the beginning” (= Suatu telempap adalah ukuran dari empat jari, dan di sini diartikan untuk suatu ukuran yang sangat kecil; seakan-akan telah dikatakan, hidup manusia terbang dengan cepat, dan akhir darinya, seakan-akan menyentuh awalnya).
Spurgeon (tentang Maz 39:6): “A handbreadth is one of the shortest natural measures, being the breadth of four fingers; such is the brevity of life, by divine appointment; God hath made it so, fixing the period in wisdom” (= Suatu lebar tangan adalah salah satu ukuran alamiah yang terpendek, yang adalah lebar dari empat jari; demikianlah singkatnya hidup, oleh penetapan ilahi; Allah telah membuatnya demikian, menetapkan masa / periode itu dalam hikmat).
6) Ayub 14:5 - “Jikalau hari-harinya sudah pasti, dan jumlah bulannya sudah tentu padaMu, dan batas-batasnya sudah Kautetapkan, sehingga tidak dapat dilangkahinya,”.
KJV: ‘Seeing his days are determined, the number of his months are with thee, thou hast appointed his bounds that he cannot pass’ (= Melihat hari-harinya ditentukan, jumlah dari bulan-bulannya ada bersama Engkau, Engkau telah menetapkan batasan-batasannya yang tidak bisa ia lampaui).
RSV: ‘Since his days are determined, and the number of his months is with thee, and thou hast appointed his bounds that he cannot pass’ (= Karena hari-harinya ditentukan, dan jumlah bulan-bulannya ada bersama Engkau, dan Engkau sudah menentukan batasan-batasannya yang tidak bisa ia lampaui).
NIV: ‘Man’s days are determined; you have decreed the number of his months and have set limits he cannot exceed’ (= Hari-hari manusia ditentukan; Engkau telah mendekritkan jumlah bulan-bulannya dan telah menetapkan batasan-batasan yang tidak bisa ia lampaui / lebihi).
Bible Knowledge Commentary (tentang Ayub 14:5): “Not only is man’s life short; his days and months are determined by God, with time limits beyond which he cannot go” (= Bukan hanya hidup manusia itu pendek; hari-harinya dan bulan-bulannya ditentukan oleh Allah, dengan batasan waktu yang tidak bisa dilampauinya).
Matthew Henry (tentang Ayub 14:5): “Of the settled period of human life, v. 5. ... Three things we are here assured of: - (1.) That our life will come to an end; our days upon earth are not numberless, are not endless, no, they are numbered, and will soon be finished, Dan 5:26. (2.) That it is determined, in the counsel and decree of God, how long we shall live and when we shall die. The number of our months is with God, at the disposal of his power, which cannot be controlled, and under the view of his omniscience, which cannot be deceived. It is certain that God’s providence has the ordering of the period of our lives; our times are in his hand. The powers of nature depend upon him, and act under him. In him we live and move. Diseases are his servants; he kills and makes alive. Nothing comes to pass by chance, no, not the execution done by a bow drawn at a venture. It is therefore certain that God’s prescience has determined it before; for ‘known unto God are all his works.’ Whatever he does he determined, yet with a regard partly to the settled course of nature (the end and the means are determined together) and to the settled rules of moral government, punishing evil and rewarding good in this life. We are no more governed by the Stoic’s blind fate than by the Epicurean’s blind fortune. (3.) That the bounds God has fixed we cannot pass; for his counsels are unalterable, his foresight being infallible” [= Tentang periode / masa yang tetap dari hidup manusia, ay 5. ... Di sini kita bisa pasti tentang tiga hal: - (1.) Bahwa hidup kita akan berakhir; hari-hari kita di bumi bukanlah tak terhitung, bukanlah tanpa akhir, tidak, hari-hari itu dihitung, dan akan segera habis, Dan 5:26. (2.) Bahwa itu ditentukan, dalam rencana dan dekrit dari Allah, berapa lama kita akan hidup dan kapan kita akan mati. Jumlah dari bulan-bulan kita ada bersama Allah, diatur oleh kuasaNya, yang tidak bisa dikontrol, dan ada di bawah pandangan dari kemahatahuanNya, yang tidak bisa ditipu. Adalah pasti bahwa Providensia Allah mempunyai pengaturan dari masa hidup kita; waktu kita ada dalam tanganNya. Kuasa-kuasa dari alam tergantung kepada Dia, dan bertindak di bawah Dia. Dalam Dia kita hidup dan bergerak (Kisah Para Rasul 17:28). Penyakit-penyakit adalah pelayan-pelayanNya; ‘Ia mematikan dan menghidupkan’ (Ul 32:39 1Sam 2:6). Tak ada apapun terjadi secara kebetulan, tidak, bahkan tidak eksekusi yang dilakukan oleh suatu busur yang ditarik secara sembarangan (1Raja 22:34). Karena itu adalah pasti bahwa pra pengetahuan Allah telah menentukannya sebelumnya; karena ‘diketahui oleh Allah semua pekerjaanNya’ (Kisah Para Rasul 15:18). Apapun yang Ia lakukan Ia tentukan lebih dulu, tetapi sambil memberi sebagian perhatian pada jalan alam yang ditentukan (tujuan / akhir dan cara / jalannya ditentukan bersama-sama) dan pada peraturan-peraturan yang ditetapkan dari pemerintahan moral, penghukuman kejahatan dan pemberian pahala bagi kebaikan dalam hidup ini. Kita tidak diperintah oleh takdir buta dari golongan Stoa maupun oleh keberuntungan buta dari golongan Epikuros. (3.) Bahwa batasan-batasan yang telah Allah tetapkan / tentukan tidak bisa kita lampaui; karena rencanaNya tidak bisa berubah, pra penglihatanNya tidak bisa salah].
Ulangan 32:39 - “Lihatlah sekarang, bahwa Aku, Akulah Dia. Tidak ada Allah kecuali Aku. Akulah yang mematikan dan yang menghidupkan, Aku telah meremukkan, tetapi Akulah yang menyembuhkan, dan seorangpun tidak ada yang dapat melepaskan dari tanganKu”.
1Samuel 2:6 - “TUHAN mematikan dan menghidupkan, Ia menurunkan ke dalam dunia orang mati dan mengangkat dari sana”.
Kis 17:28a - “Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada”.
Kis 15:18 (KJV): ‘Known unto God are all his works from the beginning of the world’ (= Diketahui oleh Allah semua pekerjaanNya sejak permulaan dunia).
Catatan: kalau Golongan Stoa percaya adanya takdir yang bahkan ada di atas Allah, maka golongan Epikuros percaya bahwa segala sesuatu terjadi secara kebetulan. Kedua golongan ini muncul dalam Kis 17:18.
Barnes’ Notes (tentang Ayub 14:5): “The word ‘determined’ here means ‘fixed, settled.’ God has fixed the number of his days, so that they cannot be exceeded; compare the notes at Isa 10:23, and Ps 90:10. ‘The number of his months are with thee.’ Thou hast the ordering of them, or they are determined by thee. ‘Thou hast appointed his bounds.’ Thou hast fixed a limit, or hast determined the time which he is to live, and he cannot go beyond it. There is no elixir of life that can prolong our days beyond that period. Soon we shall come to that outer limit of life, and then we MUST DIE. When that is we know not, and it is not desirable to know. It is better that it should be concealed. If we knew that it was near, it would fill us with gloom, and deter us from the efforts and the plans of life altogether. If it were remote, we should be careless and secure, and should think there was time enough yet to prepare to die. As it is, we know that the period is not very far distant; we know not but that it may be very near at hand, and we would be always ready” (= Kata ‘ditentukan’ di sini berarti ‘tertentu, tetap’. Allah telah menetapkan jumlah hari-harinya, sehingga hari-hari itu tidak bisa dilampaui; bandingkan dengan catatan pada Yes 10:23, dan Maz 90:10. ‘Jumlah bulan-bulannya ada bersama Engkau’. Engkau mempunyai pengaturan / pemerintahan dari bulan-bulan itu, atau bulan-bulan itu ditentukan olehMu. ‘Engkau telah menetapkan batasan-batasannya’. Engkau telah menetapkan suatu batasan, atau telah menentukan waktu untuk mana ia harus hidup, dan ia tidak dapat melampauinya. Tidak ada obat yang mujarab yang bisa memperpanjang hari-hari kita melampaui masa / periode itu. Segera kita akan sampai pada batasan luar dari kehidupan itu, dan lalu kita HARUS MATI. Kapan itu kita tidak tahu, dan bukan sesuatu yang bagus / menyenangkan untuk tahu. Adalah lebih baik bahwa hal itu disembunyikan. Jika kita tahu bahwa itu sudah dekat, itu akan memenuhi kita dengan kemurungan, dan menghalangi kita sama sekali dari usaha-usaha dan rencana-rencana kehidupan. Jika itu masih jauh, kita akan menjadi ceroboh dan merasa aman, dan berpikir bahwa masih ada waktu yang cukup untuk mempersiapkan diri untuk mati. Sebagaimana adanya, kita tahu bahwa masa itu tidak terlalu jauh; kita tidak tahu kecuali bahwa itu bisa sangat dekat, dan kita akan selalu siap).
Yesaya 20:23 - “Sungguh, kebinasaan yang sudah pasti akan dilaksanakan di atas seluruh bumi oleh Tuhan, TUHAN semesta alam”.
Mazmur 90:10 - “Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap”.
7) Yakobus 4:13-15 - “(13) Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: ‘Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung’, (14) sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. (15) Sebenarnya kamu harus berkata: ‘Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.’”.
Adam Clarke (tentang Yak 4:13): “‘To-day, or tomorrow, we will go.’ This presumption on a precarious life is here well reproved; and the ancient Jewish rabbis have some things on the subject which probably James had in view. In Debarim Rabba, sec. 9, fol. 261, 1, we have the following little story: ‘Our rabbis tell us a story which happened in the days of Rabbi Simeon, the son of Chelpatha. He was present at the circumcision of a child, and stayed with its father to the entertainment. The father brought out wine for his guests that was seven years old, saying, With this wine will I continue for a long time to celebrate the birth of my new-born son. They continued supper until midnight. At that time Rabbi Simeon arose and went out, that he might return to the city in which he dwelt. On the way he saw the angel of death walking up and down. He said to him, Who art thou? He answered, I am the messenger of God. The rabbi said, Why wanderest thou about thus? He answered, I kill those persons who say, We will do this, or that, and think not how soon death may overpower them: that man with whom thou hast cupped, and who said to his guests, With this wine will I continue for a long time to celebrate the birth of my new-born son, behold the end of his life is at hand, for he shall die within thirty days.’ By this parable they teach the necessity of considering the shortness and uncertainty of human life; and that God is particularly displeased with those people: ‘Who, counting on long years of pleasure here, Are quite unfurnished for a world to come.’” (= ‘Hari ini, atau besok, kami akan pergi’. Anggapan / kesombongan tentang hidup yang tergantung pada kehendak ‘Orang lain’ ini di sini dengan benar ditegur; dan rabi-rabi Yahudi kuno mempunyai beberapa hal tentang pokok yang mungkin ada dalam pandangan Yakobus. Dalam Debarim Rabba, sec. 9, fol. 261, 1, kami mempunyai cerita pendek sebagai berikut: ‘Rabi-rabi kita menceritakan kepada kita suatu cerita yang terjadi pada jaman Rabi Simeon, anak dari Chelpatha. Ia hadir pada penyunatan seorang anak laki-laki, dan tinggal dengan ayah anak itu sampai pada acara hiburan. Ayah itu membawa keluar anggur berusia 7 tahun untuk tamu-tamunya, sambil berkata, Dengan anggur ini aku akan terus merayakan, untuk waktu yang lama, kelahiran dari anak laki-lakiku yang baru lahir. Mereka melanjutkan makan malam sampai tengah malam. Pada saat itu Rabi Simeon bangkit dan keluar, supaya ia bisa kembali ke kota dalam mana ia tinggal. Dalam perjalanan ia melihat malaikat maut berjalan naik dan turun. Ia berkata kepadanya, Siapakah engkau? Ia menjawab, Aku adalah utusan Allah. Sang rabi berkata, Mengapa engkau berkeliling-keliling seperti ini? Ia menjawab, Aku membunuh orang-orang itu yang berkata, Kami akan berbuat ini, atau itu, dan tidak berpikir betapa cepat kematian bisa mengalahkan mereka: orang itu dengan siapa engkau telah minum anggur, dan yang berkata kepada tamu-tamunya, Dengan anggur ini aku akan terus merayakan, untuk waktu yang lama, kelahiran dari anak laki-lakiku yang baru lahir, lihatlah akhir dari hidupnya sudah dekat, dan ia akan mati dalam 30 hari’. Dengan perumpamaan ini mereka mengajar perlunya mempertimbangkan pendeknya dan tidak tentunya hidup manusia dan bahwa Allah secara khusus tidak senang dengan orang-orang itu: ‘Yang, memperhitungkan tahun-tahun yang panjang dari kesenangan di sini, dan tidak bersiap sedia untuk dunia yang akan datang’.).
Calvin (tentang Yak 4:13): “He condemns here another kind of presumption, that many, who ought to have depended on God’s providence, confidently settled what they were to do, and arranged their plans for a long time, as though they had many years at their own disposal, while they were not sure, no not even of one moment. Solomon also sharply ridicules this kind of foolish boasting, when he says that ‘men settle their ways in their heart, and that the Lord in the mean time rules the tongue.’ (Proverbs 16:1.) And it is a very insane thing to undertake to execute what we cannot pronounce with our tongue. James does not reprove the form of speaking, but rather the arrogance of mind, that men should forget their own weakness, and speak thus presumptuously; ... James roused the stupidity of those who disregarded God’s providence, and claimed for themselves a whole year, though they had not a single moment in their own power; the gain which was afar off they promised to themselves, though they had no possession of that which was before their feet” [= Di sini ia mengecam suatu jenis lain dari kesombongan, dimana banyak orang, yang seharusnya menggantungkan diri pada Providensia Allah, dengan yakin menentukan apa yang akan mereka lakukan, dan mengatur rencana-rencana mereka untuk waktu yang lama, seakan-akan mereka mempunyai banyak tahun yang tersedia bagi mereka, padahal mereka tidak pasti, tidak, bahkan tidak untuk sesaaatpun. Salomo juga dengan tajam mentertawakan / mengejek jenis dari pembanggaan tolol ini, pada waktu ia berkata bahwa ‘manusia menentukan jalan-jalan mereka dalam hati mereka, dan bahwa pada waktu yang sama Tuhan memerintah / menguasai lidah’. (Amsal 16:1). Dan merupakan hal yang sangat gila untuk berusaha melakukan apa yang tidak bisa kita ucapkan dengan lidah kita. Yakobus tidak mencela bentuk dari pembicaraan ini, tetapi lebih mencela kesombongan dari pikiran, bahwa manusia melupakan kelemahan mereka, dan berbicara dengan begitu sombong; ... Yakobus membangunkan kebodohan dari mereka yang tidak mempedulikan Providensia Allah, dan mengclaim bagi diri mereka sendiri seluruh tahun, sekalipun mereka tidak mempunyai satu saatpun dalam kuasa mereka sendiri; keuntungan yang masih jauh mereka janjikan kepada diri mereka sendiri, sekalipun mereka tidak memiliki apa yang ada di depan kaki mereka].
Amsal 16:1 - “Manusia dapat menimbang-nimbang dalam hati, tetapi jawaban lidah berasal dari pada TUHAN”.
NASB: ‘The plans of the heart belong to man, But the answer of the tongue is from the LORD’ (= Rencana-rencana dari hati adalah milik manusia, Tetapi jawaban lidah adalah dari TUHAN).
Calvin (tentang Yak 4:15): “‘If the Lord will.’ A twofold condition is laid down, ‘If we shall live so long,’ and, ‘If the Lord will;’ because many things may intervene to upset what we may have determined; for we are blind as to all future events. By ‘will’ he means not that which is expressed in the law, but God’s counsel by which he governs all things” (= ‘Jika Tuhan menghendaki’. Suatu syarat rangkap dua diberikan, ‘Jika kita akan hidup selama itu’, dan ‘Jika Tuhan menghendaki’; karena banyak hal bisa menghalangi untuk mengacaukan apa yang telah kita tentukan; karena kita buta berkenaan dengan semua peristiwa-peristiwa yang akan datang. Dengan ‘kehendak’ ia tidak memaksudkan apa yang dinyatakan dalam hukum Taurat, tetapi rencana Allah dengan mana Ia memerintah segala sesuatu).
Editor dari Calvin’s Commentary (John Owen): “The words may be rendered thus, ‘If the Lord will, we shall both live and do this or that.’ So that living and doing are both dependent on God’s will” (= Kata-kata itu bisa diterjemahkan demikian, ‘Jika Tuhan menghendaki, kita akan hidup dan melakukan ini atau itu’. Jadi / sehingga ‘hidup’ dan ‘berbuat’ keduanya tergantung kehendak Allah) - hal 341 (footnote).
Matthew Henry (tentang Yak 4:15): “We must remember that our times are not in our own hands, but at the disposal of God; we live as long as God appoints, and in the circumstances God appoints, and therefore must be submissive to him, even as to life itself” (= Kita harus ingat bahwa waktu kita tidak berada dalam tangan kita sendiri, tetapi ada dalam kontrol Allah; kita hidup selama Allah menetapkan, dan dalam keadaan-keadaan yang Allah tetapkan, dan karena itu harus tunduk kepada Dia, bahkan berkenaan dengan hidup itu sendiri).
Barnes’ Notes (tentang Yakobus 4:15): “‘If the Lord will ...’ This is proper, because we are wholly dependent on him for life, and as dependent on him for success” (= ‘Jika Tuhan menghendaki ...’. Ini tepat / benar, karena kita sepenuhnya tergantung kepadaNya untuk kehidupan, dan sama tergantungnya kepadaNya untuk kesuksesan).
Jamieson, Fausset & Brown (Yak 4:15): “‘We shall live.’ ‘We shall both live and do,’ etc. The boaster spoke as if life and the particular action were in their power; whereas both depend entirely on the will of the Lord” (= ‘Kita akan hidup’. ‘Kita akan hidup dan berbuat / melakukan’ dst. Sang pembangga berbicara seakan-akan hidup dan tindakan khusus itu ada dalam kuasa mereka, padahal keduanya tergantung sepenuhnya pada kehendak Tuhan).
Maut / kematian(2)
8) Tuhan mengeraskan orang-orang yang memang Ia tetapkan harus mati.
Yang seperti ini ada beberapa contoh:
a) 1Sam 2:22-25 - “(22) Eli telah sangat tua. Apabila didengarnya segala sesuatu yang dilakukan anak-anaknya terhadap semua orang Israel dan bahwa mereka itu tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan, (23) berkatalah ia kepada mereka: ‘Mengapa kamu melakukan hal-hal yang begitu, sehingga kudengar dari segenap bangsa ini tentang perbuatan-perbuatanmu yang jahat itu? (24) Janganlah begitu, anak-anakku. Bukan kabar baik yang kudengar itu bahwa kamu menyebabkan umat TUHAN melakukan pelanggaran. (25) Jika seseorang berdosa terhadap seorang yang lain, maka Allah yang akan mengadili; tetapi jika seseorang berdosa terhadap TUHAN, siapakah yang menjadi perantara baginya?’ Tetapi tidaklah didengarkan mereka perkataan ayahnya itu, sebab TUHAN hendak mematikan mereka”.
Kalau dilihat dari terjemahan kita, maupun terjemahan-terjemahan dari semua Kitab Suci bahasa Inggris, maka ‘kehendak Tuhan untuk membunuh mereka’ merupakan penyebab sehingga mereka dikeraskan oleh Tuhan dan tidak mau mendengarkan nasehat ayah mereka. Tetapi ada penafsir-penafsir yang mengubah kata ‘sebab’ menjadi ‘karena itu’. Jadi kalimat terakhir dari ay 25 itu menjadi “Tetapi tidaklah didengarkan mereka perkataan ayahnya itu, karena itu TUHAN hendak mematikan mereka”. Dengan demikian, maka ‘tidak mendengarnya mereka terhadap nasehat ayah mereka’ merupakan penyebab dari kehendak Tuhan untuk membunuh mereka. Saya memberi 4 contoh penafsir yang menafsirkan seperti itu.
Jamieson, Fausset & Brown: “‘They hearkened not unto the voice of their father, because (it should be ‘therefore’) the Lord would slay them.’ It was not God’s pre-ordination, but their own willful and impenitent disobedience, which was the cause of their destruction” [= ‘Mereka tidak mendengarkan suara dari ayah mereka, karena (itu seharusnya ‘karena itu’) Tuhan akan membunuh mereka’. Bukan penentuan lebih dulu dari Allah, tetapi ketidak-taatan yang sengaja dan tidak mau bertobat dari mereka sendiri, yang merupakan penyebab dari kehancuran mereka].
Word Biblical Commentary (tentang 1Sam 2:25): “his sons did not listen to him. Their disobedience facilitated Yahweh’s plans to kill them (vv 22–25). ... Their failure to listen to their father or obey him functions much like the hardening of Pharaoh’s heart: it justifies Yahweh’s death threat against them. Since they would not hear, he took pleasure in killing them” [= anak-anaknya tidak mendengarkannya. Ketidak-taatan mereka memudahkan rencana Yahweh untuk membunuh mereka (ay 22-25). ... Kegagalan mereka untuk mendengarkan ayah mereka atau mentaatinya berfungsi seperti pengerasan hati Firaun: itu membenarkan ancaman kematian dari Yahweh terhadap mereka. Karena mereka tidak mau mendengar, Ia berkenan membunuh mereka].
The Bible Exposition Commentary: Old Testament: “Hophni and Phinehas had no respect for the Lord or for the office of their father the high priest, so all God could do was judge them and replace them with faithful servants” (= Hofni dan Pinehas tidak mempunyai rasa hormat untuk Tuhan ataupun untuk jabatan dari ayah mereka sang imam besar, sehingga semua yang Allah bisa lakukan adalah menghakimi mereka dan menggantikan mereka dengan pelayan-pelayan yang setia).
Adam Clarke (tentang 2Sam 2:25): “‘Because the Lord would slay them.’ The particle kiy, which we translate ‘because,’ and thus make their continuance in sin the effect of God’s determination to destroy them, should be translated ‘therefore,’ as it means in many parts of the sacred writings. See Noldius’ Particles, where the very text in question is introduced: Sed non auscultarunt, etc.; IDEO voluit Jehova eos interficere; ‘But they would not hearken, etc.; THEREFORE God purposed to destroy them.’ It was their not hearkening that induced the Lord to will their destruction” (= ‘Karena Tuhan hendak membunuh mereka’. Partikel KIY, yang kita terjemahkan ‘karena’, dan dengan demikian membuat ‘terusnya mereka dalam dosa’ sebagai hasil / akibat dari ‘penentuan Allah untuk membunuh mereka’, harus diterjemahkan ‘karena itu’, sebagaimana itu merupakan artinya dalam banyak bagian dari tulisan-tulisan kudus. lihat Noldius’ Particles, dimana text yang dipersoalkan ini dinyatakan: Sed non auscultarunt, etc.; IDEO voluit Jehova eos interficere; ‘Tetapi mereka tidak mau mendengarkan, dst.; Karena itu Allah bermaksud / memutuskan untuk menghancurkan mereka’. Adalah ketidak-mauan mereka mendengarkan yang menyebabkan Tuhan untuk menghendaki kehancuran mereka).
Ada beberapa hal yang perlu saya jelaskan tentang kata-kata Clarke ini:
1. Saya tak bisa menemukan dalam kamus Ibrani bahwa kata Ibrani KI bisa diterjemahkan ‘karena itu’.
2. Adalah aneh kalau Clarke mengatakan bahwa dalam tulisan-tulisan kudus ada banyak penterjemahan seperti itu, tetapi ia tidak memberikan satu contohpun.
3. Saya mencarinya sendiri dengan menggunakan ‘Young’s Analytical Concordance to the Bible’. Buku konkordansi ini menunjukkan bahwa dalam KJV kata ‘therefore’ yang berasal dari kata Ibrani KI, hanya satu, yaitu dalam Kejadian 29:32.
Kej 29:32 - “Lea mengandung, lalu melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Ruben, sebab katanya: ‘Sesungguhnya TUHAN telah memperhatikan kesengsaraanku; sekarang tentulah aku akan dicintai oleh suamiku.’”.
KJV: ‘And Leah conceived, and bare a son, and she called his name Reuben: for she said, Surely the LORD hath looked upon my affliction; now therefore my husband will love me.’ (= Dan Lea mengandung, dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia memanggil / menyebut namanya Ruben: karena ia berkata, Pastilah TUHAN telah melihat penderitaanku; karena itu sekarang suamiku akan mencintai aku).
NKJV: “So Leah conceived and bore a son, and she called his name Reuben; for she said, ‘The LORD has surely looked on my affliction. Now therefore, my husband will love me.”.
Catatan: dalam ayat ini ada 2 x kata Ibrani KI, yang pertama diterjemahkan ‘surely’ (= pastilah), dan yang kedua diterjemahkan ‘therefore’ (= karena itu).
Tetapi saya berpendapat terjemahan KJV/NKJV ini menjadikan kalimatnya aneh, dan RSV/NIV/NASB semua menterjemahkan yang pertama ‘because’ (= sebab) dan yang kedua ‘surely’ (= pastilah). ASV menterjemahkan yang pertama ‘because’ (= sebab) dan yang kedua ‘for’ (= karena).
RSV: “And Leah conceived and bore a son, and she called his name Reuben; for she said, ‘Because the LORD has looked upon my affliction; surely now my husband will love me.’” (= Dan Lea mengandung, dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia memanggil / menyebut namanya Ruben; karena ia berkata, ‘Sebab TUHAN telah melihat penderitaanku; karena itu sekarang suamiku akan mencintai aku’.).
NIV: “Leah became pregnant and gave birth to a son. She named him Reuben, for she said, ‘It is because the LORD has seen my misery. Surely my husband will love me now.’” (= Lea menjadi mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamainya Ruben: karena ia berkata, Adalah karena / sebab TUHAN telah melihat penderitaanku. Pastilah suamiku akan mencintai aku sekarang).
NASB: “Leah conceived and bore a son and named him Reuben, for she said, ‘Because the LORD has seen my affliction; surely now my husband will love me.’” (= Lea mengandung, dan melahirkan seorang anak laki-laki dan menamainya Ruben, karena ia berkata, Sebab / karena TUHAN telah melihat penderitaanku; pastilah sekarang suamiku akan mencintai aku).
ASV: “And Leah conceived, and bare a son, and she called his name Reuben. For she said, Because Jehovah hath looked upon my affliction. For now my husband will love me” (= Dan Lea mengandung, dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia memanggil / menyebut namanya Ruben. Karena ia berkata, Sebab / karena TUHAN telah melihat penderitaanku. Karena sekarang suamiku akan mencintai aku).
Jadi kesimpulannya, sebetulnya tidak ada satu kasuspun dalam Alkitab dimana kata Ibrani KI harus diterjemahkan ‘therefore’ (= karena itu)! Dan setahu saya memang tidak ada Kitab Suci bahasa Inggris manapun yang menterjemahkan 1Sam 2:25b seperti terjemahan Clarke itu.
KJV: ‘Notwithstanding they hearkened not unto the voice of their father, because the LORD would slay them’ (= Sekalipun demikian mereka tidak mendengarkan suara ayah mereka, karena TUHAN mau membunuh mereka).
RSV: ‘But they would not listen to the voice of their father; for it was the will of the LORD to slay them’ (= Tetapi mereka tidak mau mendengarkan suara ayah mereka; karena merupakan kehendak TUHAN untuk membunuh mereka).
NIV: ‘His sons, however, did not listen to their father’s rebuke, for it was the LORD's will to put them to death’ (= Tetapi anak-anaknya tidak mendengar teguran ayah mereka, karena merupakan kehendak TUHAN untuk membunuh mereka).
NASB: ‘But they would not listen to the voice of their father, for the LORD desired to put them to death’ (= Tetapi mereka tidak mau mendengarkan suara ayah mereka, karena TUHAN berkeinginan untuk membunuh mereka).
ASV: ‘Notwithstanding, they hearkened not unto the voice of their father, because Jehovah was minded to slay them’ (= Sekalipun demikian, mereka tidak mendengarkan suara ayah mereka, karena Yehovah telah menentukan untuk membunuh mereka).
NKJV: ‘Nevertheless they did not heed the voice of their father, because the LORD desired to kill them’ (= Namun mereka tidak memperhatikan suara ayah mereka, karena TUHAN menginginkan untuk membunuh mereka).
Dalam Bible Works 8 ada 32 versi bahasa Inggris dan 30 diantaranya menterjemahkan dengan menggunakan kata ‘because’ atau ‘for’ atau ‘since’, yang semuanya berarti ‘karena’ / ‘sebab’. Lalu yang dua lagi adalah yang di bawah ini.
a. YLT: ‘and they hearken not to the voice of their father, though Jehovah hath delighted to put them to death’ (= dan mereka tidak mendengarkan suara ayah mereka, sekalipun Yehovah senang untuk membunuh mereka).
Terjemahan ini rasanya tidak masuk akal, karena kalimatnya jadi sangat aneh; tetapi ini beda dengan terjemahan Clarke.
b. GWN: ‘But they wouldn’t listen to their father’s warning-the LORD wanted to kill them’ (= Tetapi mereka tidak mau mendengar pada peringatan ayah mereka-TUHAN mau / ingin membunuh mereka).
Terjemahan ini membuang kata KI itu dan menggantikan dengan -. Ini juga aneh; tetapi ini juga beda dengan terjemahan Clarke.
Mari kita bandingkan dengan kata-kata dalam buku tafsiran Keil & Delitzsch yang memang ahli dalam bahasa Ibrani, dan juga dengan tafsiran dari para penafsir yang lain.
Keil & Delitzsch: “But Eli’s sons did not listen to this admonition, which was designed to reform daring sinners with mild words and representation; ‘for,’ adds the historian, ‘Jehovah was resolved to slay them.’ The father’s reproof made no impression upon them, because they were already given up to the judgment of hardening” (= Tetapi anak-anak Eli tidak mendengarkan pada nasehat ini, yang dirancang untuk mereformasi orang-orang berdosa yang berani dengan kata-kata dan gambaran yang ringan; ‘karena’, sang sejarawan menambahkan, ‘Yehovah memutuskan untuk membunuh mereka’. Teguran sang ayah tidak membuat pengaruh pada mereka, karena mereka telah diserahkan pada penghukuman dari pengerasan).
Jadi jelas bahwa penafsir ini menterjemahkan kata KI sebagai ‘for’ (= karena), sama seperti semua terjemahan Kitab Suci bahasa Inggris yang lain.
Barnes’ Notes: “‘Because the LORD would slay them.’ ... It may be explained by saying that in the case of Hophni and Phinehas God’s will to kill them was founded upon His foreknowledge of their impenitence; while from another point of view, in which God’s will is the fixed point, that impenitence may be viewed in its relation to that fixed point, and so dependent upon it, and a necessary step to it” (= ‘Karena TUHAN mau membunuh mereka’. ... Itu bisa dijelaskan dengan mengatakan bahwa dalam kasus Hofni dan Pinehas kehendak Allah untuk membunuh mereka didasarkan pada pra-pengetahuanNya tentang tidak mau bertobatnya mereka; sementara dari sudut pandang yang lain, dalam mana kehendak Allah adalah titik yang tertentu / pasti, suatu ketidak-mauan bertobat bisa dipandang dalam hubungannya dengan titik yang tertentu / pasti itu, dan begitu tergantung padanya, dan merupakan suatu langkah yang perlu kepadanya).
Catatan: yang saya beri garis bawah tunggal adalah pandangan Arminian, dan yang saya beri garis bawah ganda adalah pandangan Reformed / Calvinist.
Matthew Henry (tentang 2Sam 2:25b): “They ‘hearkened not to their father,’ though he was also a judge. They had no regard either to his authority or to his affection, which was to them an evident token of perdition; it was ‘because the Lord would slay them.’ They had long hardened their hearts, and now God, in a way of righteous judgment, hardened their hearts, and seared their consciences, and withheld from them the grace they had resisted and forfeited. Note, Those that are deaf to the reproofs of wisdom are manifestly marked for ruin. The Lord has ‘determined to destroy them,’ 2 Chron 25:16. See Prov 29:1” (= Mereka ‘tidak mendengarkan ayah mereka’, sekalipun ia juga adalah seorang hakim. Mereka tidak mempunyai hormat pada otoritasnya ataupun pada kasihnya, yang bagi mereka merupakan ‘suatu tanda yang jelas dari kebinasaan’; itu adalah ‘karena Tuhan hendak membunuh mereka’. Mereka telah lama mengeraskan hati mereka, dan sekarang Allah, dengan suatu cara penghakiman yang benar, mengeraskan hati mereka, dan menghanguskan hati nurani mereka, dan menahan dari mereka kasih karunia yang telah mereka tolak dan hilang dari mereka. Perhatikan, Mereka yang tuli terhadap hikmat secara nyata / jelas ditandai untuk kehancuran. Tuhan telah ‘menentukan untuk menghancurkan mereka’, 2Taw 25:16. Lihat Amsal 29:1).
Amsal 29:1 - “Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi”.
2Taw 25:16 akan kita lihat di bawah.
Saya secara mutlak memilih terjemahan-terjemahan / penafsiran-penafsiran ini. Jadi, memang Tuhan sudah mempunyai kehendak untuk membunuh Hofni dan Pinehas, dan karena itu, Ia mengeraskan hati mereka, sehingga mereka tidak mau mendengarkan nasehat ayah mereka.
Bandingkan ini dengan kata-kata Pdt. Stephen Tong: “Alkitab tidak pernah mencatat si anu mati di dalam kehendak Allah. Lagi pula, mana mungkin Allah menghendaki seorang mati?”.
Dengan kata-kata ‘mana mungkin Allah menghendaki seorang mati?’, saya kira Pdt. Stephen Tong melupakan ayat-ayat ini:
Yesaya 55:8-9 - “(8) Sebab rancanganKu bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalanKu, demikianlah firman TUHAN. (9) Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalanKu dari jalanmu dan rancanganKu dari rancanganmu”.
Roma 11:33-34 - “(33) O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusanNya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya! (34) Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihatNya?”.
b) Ul 2:24,30 - “(24) Bersiaplah kamu, berangkatlah dan seberangilah sungai Arnon. Ketahuilah, Aku menyerahkan Sihon, raja Hesybon, orang Amori itu, beserta negerinya ke dalam tanganmu; mulailah menduduki negerinya dan seranglah Sihon. … (30) Tetapi Sihon, raja Hesybon, tidak mau memberi kita berjalan melalui daerahnya, sebab TUHAN, Allahmu, membuat dia keras kepala dan tegar hati, dengan maksud menyerahkan dia ke dalam tanganmu, seperti yang terjadi sekarang ini”.
Calvin (tentang Ul 2:24): “Scripture, as we see, has not placed God in a watch-tower, from which He may behold at a distance what things are about to be; but teaches that He is the director (moderatorem) of all things; and that He subjects to His will, not only the events of things, but the designs and affections of men also. ... why did God harden the heart of Sihon? that ‘He might deliver him into the hand’ of His people to be slain; because He willed that he should perish, and had destined his land for the Israelites” (= Kitab Suci, seperti yang kita lihat, tidak menempatkan Allah di sebuah menara penjaga, dari mana Ia bisa melihat dari jarak jauh hal-hal apa yang akan terjadi; tetapi mengajar bahwa Ia adalah pengarah dari segala sesuatu; dan bahwa Ia menundukkan pada kehendakNya, bukan hanya peristiwa-peristiwa, tetapi juga rancangan dan perasaan-perasaan manusia. ... mengapa Allah mengeraskan hati Sihon? supaya ‘Ia bisa menyerahkannya ke dalam tangan’ dari umatNya untuk dibunuh; karena Ia menghendaki bahwa ia harus mati, dan telah menentukan tanah / negaranya bagi orang-orang Israel).
Adam Clarke menghubungkan pengerasan Allah terhadap Sihon dengan pengerasan Allah terhadap Firaun (Kel 4:21), dan ia menganggap, bahwa semua ini hanya merupakan sesuatu yang diijinkan oleh Allah!
Keluaran 4:21 - “Firman TUHAN kepada Musa: ‘Pada waktu engkau hendak kembali ini ke Mesir, ingatlah, supaya segala mujizat yang telah Kuserahkan ke dalam tanganmu, kauperbuat di depan Firaun. Tetapi Aku akan mengeraskan hatinya, sehingga ia tidak membiarkan bangsa itu pergi”.
Adam Clarke (tentang Kel 4:21): “All those who have read the Scriptures with care and attention, know well that God is frequently represented in them as doing what he only permits to be done. So because a man has grieved his Spirit and resisted his grace he withdraws that Spirit and grace from him, and thus he becomes bold and presumptuous in sin. Pharaoh made his own heart stubborn against God, Ex 9:34; and God gave him up to judicial blindness, so that he rushed on stubbornly to his own destruction. From the whole of Pharaoh’s conduct we learn that he was bold, haughty, and cruel; and God chose to permit these dispositions to have their full sway in his heart without check or restraint from divine influence” (= Semua mereka yang telah membaca Kitab Suci dengan teliti dan perhatian, tahu dengan baik bahwa Allah sering digambarkan dalam Kitab Suci sebagai melakukan apa yang Ia hanya ijinkan untuk dilakukan. Jadi karena seseorang telah mendukakan RohNya dan menolak kasih karuniaNya, Ia menarik Roh dan kasih karunia itu dari dia, dan dengan demikian ia menjadi berani dan sombong / kurang ajar dalam dosa. Firaun membuat hatinya sendiri tegar terhadap Allah, Kel 9:34; dan Allah menyerahkannya pada kebutaan yang bersifat penghakiman, sehingga ia lari dengan keras kepala pada kehancurannya sendiri. Dari seluruh tingkah laku Firaun kita belajar bahwa ia adalah berani, sombong, dan kejam; dan Allah memilih untuk membiarkan kecenderungan-kecenderungan ini untuk mendapatkan pengaruh yang penuh dalam hatinya tanpa pencegahan atau pengekangan dari pengaruh ilahi).
Ada beberapa hal yang bisa diberikan sebagai jawaban terhadap kata-kata Clarke ini:
1. Ayatnya tidak menggunakan kata ‘ijin’ atau ‘mengijinkan’, tetapi ‘membuat keras’, ‘mengeraskan’ dan sebagainya.
2. Kalau itu dianggap hanya sebagai sekedar / semata-mata ijin, maka itu menyebabkan rencana Allah tergantung kepada manusia.
3. Dalam kasus Firaun, perlu diketahui bahwa dari dua hal ini, yaitu ‘Tuhan mengeraskan hati Firaun’, dan ‘Firaun mengeraskan hatinya sendiri’, yang muncul pertama adalah ‘Tuhan mengeraskan hati Firaun’, yaitu dalam Keluaran 4:21. Lalu terjadi lagi dalam Kel 7:3. Kel 5 hanya menunjukkan penolakan Firaun, tetapi tidak ada kata-kata ‘Firaun mengeraskan hatinya’. Ini baru muncul dalam Kel 7:13-14,22 Keluaran 8:15. Lalu dalam Kel 9:12 dikatakan lagi ‘Tuhan mengeraskan hati Firaun’, dan Kel 9:34-35 dikatakan lagi bahwa ‘Firaun mengeraskan hati’. Kel 10:20,27 Kel 11:10 muncul lagi ‘Tuhan mengeraskan hati Firaun’.
Juga setelah Firaun membiarkan bangsa Israel pergi, lalu dikatakan lebih dulu bahwa ‘Tuhan mengeraskan hatinya’ (Kel 14:4,8), dan ini yang menyebabkan Firaun mengejar bangsa Israel. Di sini tak dikatakan ‘Firaun mengeraskan hatinya’. Hanya diceritakan kalau ia mengejar bangsa Israel.
Jadi adalah mustahil untuk menafsirkan bahwa karena Firaun mengeraskan hatinya, maka Tuhan membiarkan / mengijinkan ia keras hati. Sebetulnya semua orang yang tidak percaya keras hatinya, dan baru bisa bertobat kalau Tuhan melunakkan hatinya.
Yeh 11:19 - “Aku akan memberikan mereka hati yang lain dan roh yang baru di dalam batin mereka; juga Aku akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan mereka hati yang taat”.
Yeh 36:26 - “Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat”.
Dalam kasus-kasus dimana Allah memang menghendaki seseorang binasa, maka Ia tidak melunakkan hati orang itu (ini sama dengan mengeraskan hati orang itu), sehingga orang itu tetap jahat, atau bahkan bertambah jahat, dan lalu Tuhan membinasakan mereka.
4. Apa bedanya Firaun dengan Paulus? Keduanya sama-sama jahat, kejam dan sebagainya. Mengapa Paulus bertobat dan Firaun tidak? Karena Firaun tegar dan Paulus tidak? Kalau begitu Paulus selamat dan Firaun tidak, karena Paulus lebih baik dari pada Firaun. Ini jelas kesimpulan yang sesat, tetapi inilah yang didapatkan kalau kita tidak meletakkan pertobatan mereka sepenuhnya dalam tangan / kehendak Allah!
c) Yos 11:19-20 - “(19) Tidak ada satu kotapun yang mengadakan ikatan persahabatan dengan orang Israel, selain dari pada orang Hewi yang diam di Gibeon itu, semuanya telah direbut mereka dengan berperang. (20) Karena TUHAN yang menyebabkan hati orang-orang itu menjadi keras, sehingga mereka berperang melawan orang Israel, supaya mereka ditumpas, dan jangan dikasihani, tetapi dipunahkan, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa”.
d) 2Taw 25:16 - “Waktu nabi sedang berbicara, berkatalah Amazia kepadanya: Apakah kami telah mengangkat engkau menjadi penasihat raja? Diamlah! Apakah engkau mau dibunuh?’ Lalu diamlah nabi itu setelah berkata: ‘Sekarang aku tahu, bahwa Allah telah menentukan akan membinasakan engkau, karena engkau telah berbuat hal ini, dan tidak mendengarkan nasihatku!’”.
Bdk. 2Taw 25:20 - “Tetapi Amazia tidak mau mendengarkan; sebab hal itu telah ditetapkan Allah yang hendak menyerahkan mereka ke dalam tangan Yoas, karena mereka telah mencari allah orang Edom”.
Penolakan Amazia terhadap nasehat nabi membuat nabi itu yakin / tahu bahwa Allah telah menentukan supaya Amazia tidak mendengarkan nasehatnya, karena Allah hendak menyerahkannya ke tangan Yoas. Jelas bahwa penolakan Amazia terhadap nasehat nabi, yang jelas merupakan suatu dosa, termasuk dalam pelaksanaan Rencana Allah.
9) Kel 9:12-16 - “(12) Tetapi TUHAN mengeraskan hati Firaun, sehingga ia tidak mendengarkan mereka - seperti yang telah difirmankan TUHAN kepada Musa. (13) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Bangunlah pagi-pagi dan berdirilah menantikan Firaun dan katakan kepadanya: Beginilah firman TUHAN, Allah orang Ibrani: Biarkanlah umatKu pergi, supaya mereka beribadah kepadaKu. (14) Sebab sekali ini Aku akan melepaskan segala tulahKu terhadap engkau sendiri, terhadap pegawai-pegawaimu dan terhadap rakyatmu, dengan maksud supaya engkau mengetahui, bahwa tidak ada yang seperti Aku di seluruh bumi. (15) Bukankah sudah lama Aku dapat mengacungkan tanganKu untuk membunuh engkau dan rakyatmu dengan penyakit sampar, sehingga engkau terhapus dari atas bumi; (16) akan tetapi inilah sebabnya Aku membiarkan engkau hidup, yakni supaya memperlihatkan kepadamu kekuatanKu, dan supaya namaKu dimasyhurkan di seluruh bumi”.
Ay 15 terjemahan KJV salah.
KJV: ‘For now I will stretch out my hand, that I may smite thee and thy people with pestilence; and thou shalt be cut off from the earth’ (= Karena sekarang Aku akan mengulurkan tanganKu, supaya Aku bisa memukul engkau dan rakyatmu dengan wabah / penyakit sampar; dan engkau akan dihapuskan dari bumi).
RSV: ‘For by now I could have put forth my hand and struck you and your people with pestilence, and you would have been cut off from the earth;’ (= Karena Aku bisa telah mengulurkan tanganKu dan memukul engkau dan rakyatmu dengan wabah / penyakit sampar; dan engkau akan sudah dihapuskan dari bumi). NIV/NASB ≈ RSV.
Kel 9:15-16 ini secara sangat jelas menunjukkan bahwa orang itu hidup atau mati semuanya tergantung Tuhan! Tuhan bisa saja telah membunuh mereka dari dulu. Kalau Ia menahan diri dari hal itu, itu disebabkan Ia mempunyai rencana tertentu.
Matthew Henry: “Note, God sometimes raises up very bad men to honour and power, spares them long, and suffers them to grow insufferably insolent, that he may be so much the more glorified in their destruction at last. See how the neighbouring nations, at that time, improved the ruin of Pharaoh to the glory of God. Jethro said upon it, ‘Now know I that the Lord is greater than all gods,’ ch. 18:11” (= Perhatikan, Allah kadang-kadang membangkitkan / menaikkan orang-orang yang sangat jahat pada kehormatan dan kuasa, menyimpan mereka untuk waktu yang lama, dan membiarkan mereka untuk bertumbuh menjadi kurang ajar secara tak tertahankan, supaya pada akhirnya Ia bisa begitu jauh lebih dipermuliakan dalam kehancuran mereka. Lihat bagaimana bangsa-bangsa tetangga, pada saat itu, menjadi lebih baik dalam memuliakan Allah karena kehancuran Firaun. Yitro berkata tentangnya, ‘Sekarang aku tahu bahwa Tuhan itu lebih besar dari semua allah-allah / dewa-dewa’, pasal 18:11).
Kel 18:8-12 - “(8) Sesudah itu Musa menceritakan kepada mertuanya segala yang dilakukan TUHAN kepada Firaun dan kepada orang Mesir karena Israel dan segala kesusahan yang mereka alami di jalan dan bagaimana TUHAN menyelamatkan mereka. (9) Bersukacitalah Yitro tentang segala kebaikan, yang dilakukan TUHAN kepada orang Israel, bahwa Ia telah menyelamatkan mereka dari tangan orang Mesir. (10) Lalu kata Yitro: ‘Terpujilah TUHAN, yang telah menyelamatkan kamu dari tangan orang Mesir dan dari tangan Firaun. (11) Sekarang aku tahu, bahwa TUHAN lebih besar dari segala allah; sebab Ia telah menyelamatkan bangsa ini dari tangan orang Mesir, karena memang orang-orang ini telah bertindak angkuh terhadap mereka.’ (12) Dan Yitro, mertua Musa, mempersembahkan korban bakaran dan beberapa korban sembelihan bagi Allah; lalu Harun dan semua tua-tua Israel datang untuk makan bersama-sama dengan mertua Musa di hadapan Allah”.
10) Dan 5:23 - “Tuanku meninggikan diri terhadap Yang Berkuasa di sorga: perkakas dari BaitNya dibawa orang kepada tuanku, lalu tuanku serta para pembesar tuanku, para isteri dan para gundik tuanku telah minum anggur dari perkakas itu; tuanku telah memuji-muji dewa-dewa dari perak dan emas, dari tembaga, besi, kayu dan batu, yang tidak dapat melihat atau mendengar atau mengetahui, dan tidak tuanku muliakan Allah, yang menggenggam nafas tuanku dan menentukan segala jalan tuanku”.
Matthew Henry: “not only from his hand our breath was at first, but ‘in his hand our breath is’ still; it is he that ‘holds our souls in life,’ and, if he ‘take away our breath, we die.’ Our times being ‘in his hand,’ so is our breath, by which our times are measured. ‘In him we live, and move, and have our being;’ we live by him, live upon him, and cannot live without him. ‘The way of man is not in himself,’ not at his own command, at his own disposal, ‘but his are all our ways;’ for our hearts are in his hand, and so are the hearts of all men, even of kings, who seem to act most as free-agents” (= bukan hanya dari tanganNya nafas kita mula-mula, tetapi nafas kita tetap ada dalam tanganNya; adalah Dia yang memegang jiwa kita dalam kehidupan, dan jika Ia mengambil nafas kita, kita mati. Waktu kita ada dalam tanganNya, demikian juga nafas kita, dengan mana waktu kita diukur. ‘Dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada’; kita hidup oleh Dia, hidup dalam Dia, dan tidak bisa hidup tanpa Dia. ‘Jalan manusia bukan dalam dirinya sendiri’, bukan ada dalam kuasanya sendiri, ada dalam kontrol kita, ‘tetapi semua jalan kita adalah milikNya’; karena hati kita ada dalam tanganNya, dan demikian juga hati semua manusia, bahkan hati dari raja-raja, yang kelihatannya bertindak sebagai agen-agen yang paling bebas).
Kisah Para Rasul 17:28 - “Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga”.
Yeremia 10:23 - “Aku tahu, ya TUHAN, bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya”.
Barnes’ Notes: “that great Being who keeps you in existence, and who has power to take away your life at any moment. What is here said of Belshazzar is true of all men - high and low, rich and poor, bond and free, princes and people. It is a deeply affecting consideration, that the breath, on which our life depends, and which is itself so frail a thing, is in the ‘hand’ of a Being who is invisible to us, over whom we can have no control; who can arrest it when he pleases; who has given us no intimation when he will do it, and who often does it so suddenly as to defy all previous calculation and hope. Nothing is more absolute than the power which God holds over the breath of men, yet there is nothing which is less recognized than that power, and nothing which men are less disposed to acknowledge than their dependence on him for it” (= Allah yang besar itu yang menjaga kamu untuk tetap ada, dan yang mempunyai kuasa untuk mengambil nyawamu pada setiap saat. Apa yang dikatakan di sini tentang Belsyazar adalah benar tentang semua manusia - tinggi dan rendah, kaya dan miskin, budak atau merdeka, pangeran-pangeran dan rakyat. Merupakan suatu pertimbangan yang mempengaruhi secara mendalam, bahwa nafas, pada mana hidup / nyawa kita tergantung, dan yang merupakan sesuatu yang begitu lemah, ada dalam tangan dari Allah yang tak terlihat oleh kita, atas siapa kita tidak bisa mempunyai kontrol; yang bisa menahan / menghentikannya pada saat yang Ia senangi; yang tidak memberi kita isyarat kapan Ia akan melakukannya, dan yang seringkali melakukannya dengan begitu mendadak sehingga menentang semua perhitungan dan pengharapan sebelumnya. Tak ada apapun yang lebih mutlak dari pada kuasa yang Allah pegang atas nafas manusia, tetapi tidak ada apapun yang lebih kurang dikenali / disadari dari pada kuasa itu, dan tidak ada apapun yang manusia kurang mau untuk mengakui dari pada ketergantungan mereka kepadaNya untuk itu).
11) Mazmur 139:16 - “mataMu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitabMu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya”.
KJV: ‘my members’ (= anggota-anggotaku).
RSV/NASB/ASV/NKJV: ‘the days’ (= hari-hariku).
NIV: ‘All the days’ (= Semua hari-hariku).
Barnes’ Notes: “‘All my members were written.’ The words ‘my members’ are not in the original. The Hebrew is, as in the margin, ‘all of them.’ The reference may be, not to the members of his body, but to his ‘days’ ... and then the sense would be, all my ‘days,’ or all the periods of my life, were delineated in thy book. That is, When my substance - my form - was not yet developed, when yet an embryo, and when nothing could be determined from that by the eye of man as to what I was to be, all the future was known to God, and was written down - just what should be my form and vigor; how long I should live; what I should be; what would be the events of my life” (= ‘Semua anggota-anggotaku telah ditulis’. Kata-kata ‘anggota-anggota’ tidak ada dalam bahasa aslinya. Bahasa Ibraninya adalah seperti pada catatan tepi, ‘semua mereka’. Hubungannya mungkin bukan pada anggota-anggota tubuhnya, tetapi pada ‘hari-hari’nya ... dan lalu artinya akan menjadi, semua ‘hari-hari’ku, atau semua periode dari hidupku, digambarkan / dituliskan dalam kitabMu. Artinya, Pada waktu zatku - bentukku - belum berkembang, pada waktu masih suatu embrio, dan pada waktu tidak ada apapun bisa ditentukan dari itu oleh mata manusia berkenaan dengan aku akan jadi apa, seluruh masa depan diketahui oleh Allah, dan dituliskan - bagaimana bentukku dan kekuatanku; berapa lama aku harus hidup; aku akan jadi apa; bagaimana peristiwa-peristiwa dari hidupku).
Word Biblical Commentary: “Yahweh has foreknowledge of all the psalmist’s days, the period of his life (cf. Gen 25:7). ... Here divine foreknowledge of length of life is evidently in view (cf. Exod 32:32–33; Job 14:5; Ps 69:29 [28] [Gunkel, 588; Weiser, 806])” [= Yahweh mempunyai pra pengetahuan tentang semua hari dari sang pemazmur, masa / priode dari hidupnya (bdk. Kej 25:7). ... Di sini pra pengetahuan ilahi tentang panjangnya kehidupan tampak dengan jelas {bdk. Kel 32:32-33; Ayub 14:5; Maz 69:29 (28) (Gunkel, 588; Weiser, 806)}] - Libronix.
James Montgomery Boice (tentang Maz 139:16): “From that very first moment, God knew him and had ordained what his life was to be” (= Dari saat paling awal itu, Allah mengenalnya dan telah menentukan hidupnya harus menjadi apa) - Libronix.
Maut / kematian(3)
12) Mat 10:27-31 - “(27) Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah. (28) Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka. (29) Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. (30) Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya. (31) Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit”.
KJV: ‘without your Father’ (= tanpa Bapamu).
Kata ‘kehendak’ (ay 29) sebetulnya tidak ada.
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Matius 10:29): “‘And one of them shall not fall on the ground (exhausted or killed) without your Father’ - ‘Not one of them is forgotten before God,’ as it is in Luke” [= Dan seekorpun dari mereka tidak akan jatuh ke tanah (kelelahan atau dibunuh) tanpa Bapamu’ - ‘Tak seekorpun dari mereka dilupakan di hadapan Allah’, seperti dalam Lukas].
Lukas 12:6-7 - “(6) Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah, (7) bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit”.
Lukas 21:18 - “Tetapi tidak sehelaipun dari rambut kepalamu akan hilang”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘perish’ (= mati / binasa).
Catatan: Luk 21:8 ini kontextnya berbeda, tetapi juga menunjukkan perlindungan Tuhan terhadap anak-anakNya.
Burung pipit begitu murah sehingga kalau 1 duit dapat 2 ekor, maka kalau 2 duit dapat 5 ekor (buy four get one free!), tetapi tetap burung pipit ini dijaga / diperhatikan oleh Bapa.
Adam Clarke (tentang Mat 10:29): “The doctrine intended to be inculcated is this: The providence of God extends to the minutest things; everything is continually under the government and care of God, and nothing occurs without his will or permission; if then he regards sparrows, how much more man, and how much more still the soul that trusts in him! ... ‘Without your Father.’ Without the will of your Father: tees boulees, the will or counsel, is added here by Origen, Coptic, all the Arabic, latter Persic, Gothic, all the Itala except two; Tertullian, Irenaeus, Cyprian, Novatian, and other Latin fathers. If the evidence be considered as insufficient to entitle it to admission into the text, let it stand there as a supplementary italic word, necessary to make the meaning of the place evident. All things are ordered by the counsel of God. This is a great consolation to those who are tried and afflicted. The belief of an all-wise, all-directing Providence, is a powerful support under the most grievous accidents of life. Nothing escapes his merciful regards, not even the smallest things of which he may be said to be only the creator and preserver; how much less those of whom he is the Father, Saviour, and endless felicity!” (= Doktrin / ajaran yang dimaksudkan untuk ditanamkan di sini adalah ini: Providensia Allah meluas pada hal-hal yang paling kecil; segala sesuatu secara terus menerus ada di bawah pemerintahan dan penjagaan / kepedulian Allah, dan tak ada apapun yang terjadi tanpa kehendak atau ijinNya; maka jika Ia mempedulikan burung pipit, betapa lebih lagi manusia, dan betapa lebih lagi jiwa yang percaya kepadaNya! ... ‘Tanpa Bapamu’. Tanpa kehendak Bapamu: tees boulees, ‘kehendak’ atau ‘rencana’, ditambahkan di sini oleh Origen, Coptic, semua bahasa Arab, Persic yang belakangan, Gothic, semua bahasa Itala kecuali dua; Tertullian, Irenaeus, Cyprian, Novatian, dan bapa-bapa gereja Latin yang lain. Jika bukti itu dianggap sebagai tidak cukup untuk memberinya hak untuk masuk ke dalam text, biarlah itu berada di sana sebagai kata yang dicetak miring dan bersifat penambahan, perlu untuk membuat jelas arti dari bagian ini. Segala sesuatu diatur / diperintah oleh rencana Allah. Ini adalah suatu penghiburan yang besar bagi mereka yang dicobai dan menderita. Kepercayaan tentang suatu Providensia yang seluruhnya bijaksana dan mengarahkan, merupakan suatu dukungan yang kuat di bawah kejadian-kejadian kehidupan yang paling menyedihkan. Tak ada yang lolos dari kepedulianNya yang penuh belas kasihan, bahkan tidak hal-hal yang terkecil tentang mana Ia bisa dikatakan hanya sebagai pencipta dan pemelihara; apalagi mereka bagi siapa Ia adalah Bapa, Juruselamat, dan kebahagiaan yang tak ada akhirnya).
Catatan: aneh, orang ini jadi Reformed di sini!
Barnes’ Notes (tentang Mat 10:29): “‘Without your Father.’ That is, God, your Father, guides and directs its fall. It falls only with HIS permission, and where HE chooses” (= ‘Tanpa Bapamu’. Yaitu / artinya, Allah, Bapamu, membimbing dan mengarahkan kejatuhannya. Ia jatuh hanya dengan ijinNYA, dan dimana IA memilih tempatnya).
Carson (tentang Mat 10:29-31): “The third reason for not being afraid is an a fortiori argument: If God’s providence is so all embracing that not even a sparrow drops from the sky apart from the will of God, cannot that same God be trusted to extend his providence over Jesus’ disciples? ... God’s sovereignty is not limited only to life-and-death issues; even the hairs of our heads are counted. Jesus’ third argument against fear is thus the very opposite of what is commonly advanced. People say that God cares about the big things but not about little details. But Jesus says that God’s sovereignty over the tiniest detail should give us confidence that he also superintends the larger matters” (= Alasan ketiga untuk tidak takut adalah suatu argumentasi a fortiori: Jika Providensia Allah begitu mencakup segala sesuatu sehingga bahkan seekor burung pipit tidak jatuh dari langit terpisah dari kehendak Allah, tidak bisakah Allah yang sama dipercaya untuk memperluas providensiaNya kepada murid-murid Yesus? ... Kedaulatan Allah tidak dibatasi hanya pada persoalan-persoalan hidup dan mati; bahkan rambut kepala kita dihitung. Argumentasi ketiga dari Yesus terhadap rasa takut adalah persis kebalikan dari apa yang biasanya diajukan. Orang-orang berkata bahwa Allah peduli tentang hal-hal yang besar tetapi tidak tentang detail-detail yang kecil. Tetapi Yesus berkata bahwa kedaulatan Allah atas detail yang terkecil harus memberi kita keyakinan bahwa Ia juga mengawasi / mengarahkan persoalan-persoalan yang lebih besar) - Libronix.
Catatan: argumentasi a fortiori adalah argumentasi yang lebih kuat dari argumentasi yang telah diberikan sebelumnya.
Matthew Henry (tentang Mat 10:29-31): “Now this God, who has such an eye to the sparrows, because they are his creatures, much more will have an eye to you, who are his children. If a sparrow die not ‘without your Father,’ surely a man does not, - a Christian, - a minister, - my friend, my child. A bird falls not into the fowler’s net, nor by the fowler’s shot, and so comes not to be sold in the market, but according to the direction of providence; ... ‘But the very hairs of your head are all numbered.’ This is a proverbial expression, denoting the account which God takes and keeps of all the concernments of his people, even of those that are most minute, and least regarded. ... If God numbers their hairs, much more does he number their heads, and take care of their lives, their comforts, their souls. It intimates, that God takes more care of them, than they do of themselves. They who are solicitous to number their money, and goods, and cattle, yet were never careful to number their hairs, which fall and are lost, and they never miss them: but God ‘numbers the hairs of’ his people, and ‘not a hair of their head shall perish’ (Luke 21:18); not the least hurt shall be done them, but upon a valuable consideration: so precious to God are his saints, and their lives and deaths!” [= Sekarang Allah ini, yang mempunyai perhatian seperti itu pada burung-burung pipit, karena mereka adalah makhluk-makhluk ciptaanNya, lebih-lebih lagi Ia akan memperhatikan kamu, yang adalah anak-anakNya. Jika seekor burung pipit tidak mati ‘tanpa Bapamu’, pastilah seorang manusia juga tidak, - seorang Kristen, - seorang pendeta / pelayan, - sahabatku, anakku. Seekor burung tidak jatuh ke dalam jerat seorang penangkap burung, ataupun oleh tembakan dari sang penangkap burung, dan tidak akan sampai di pasar untuk dijual, kecuali sesuai dengan pengarahan dari providensia; ... ‘Tetapi rambut kepalamupun terhitung semuanya’. Ini merupakan suatu ungkapan yang bersifat peribahasa, menunjukkan catatan yang Allah buat dan pegang tentang semua perhatian tentang umatNya, bahkan tentang hal-hal yang paling kecil, dan paling kurang dipedulikan. ... Jika Allah menghitung rambut mereka, lebih-lebih lagi Ia menghitung kepala mereka, dan menjaga kehidupan mereka, hiburan / pertolongan mereka, jiwa-jiwa mereka. Itu mengisyaratkan bahwa Allah lebih peduli pada hal-hal itu dari pada mereka sendiri mempedulikan hal-hal itu. Mereka yang cukup mempunyai perhatian untuk menghitung uang, dan harta benda, dan ternak mereka, tidak pernah menghitung rambut mereka, yang rontok dan hilang, dan mereka tak pernah kehilangan rambut-rambut itu: tetapi Allah menghitung rambut dari umatNya dan tak sehelai rambutpun dari kepala mereka akan binasa (Lukas 21:18); tak akan ada rasa sakit yang terkecil akan dilakukan terhadap mereka, kecuali karena suatu pertimbangan yang berharga: demikian berharga bagi Allah orang-orang kudusNya, dan kehidupan dan kematian mereka!].
Spurgeon (tentang Matius 10:29-31): “Those birds are of little worth, and you are of far greater consideration than many of them. God observes the death of a sparrow, and he much more notes the lives and deaths of his people. Even the least part of his children’s bodily frame has been registered. ‘The very hairs of their head’ are counted and catalogued; and, to the most minute circumstance, all their lives are under the arrangement of the Lord of love. Chance is not in our creed: the decree of the Eternal Watcher rules our destiny, and love is seen in every line of that decree. Since we shall not suffer harm at the hand of men by their arbitrary conduct, apart from the will and permission of our Father, let us be ready to bear with holy courage whatever the wrath of man may bring upon us. God will not waste the life of one of his soldiers; no, nor a hair of his head” (= Burung-burung itu sedikit nilai / harganya, dan kamu merupakan pertimbangan yang jauh lebih besar dari pada banyak dari mereka. Allah memperhatikan kematian dari seekor burung pipit, dan betapa lebih Ia memperhatikan kehidupan dan kematian dari umatNya. Bahkan bagian terkecil dari kerangka tubuh anak-anakNya telah dicatat. ‘Rambut kepala mereka’ dihitung dan didaftarkan; dan, sampai pada keadaan yang paling kecil, semua kehidupan mereka ada di bawah pengaturan dari Tuhan dari kasih. ‘Kebetulan’ tidak ada dalam pengakuan iman kita: ketetapan dari Penjaga Kekal mengatur / memerintah nasib kita, dan kasih terlihat dalam setiap baris dari ketetapan itu. Karena kita tidak akan mengalami kerugian / kerusakan pada tangan manusia oleh tingkah laku yang sewenang-wenang, terpisah dari kehendak dan ijin dari Bapa kita, hendaklah kita siap untuk memikul dengan keberanian kudus apapun yang bisa dibawa oleh murka manusia kepada kita. Allah tidak akan membuang-buang / memboroskan kehidupan dari salah satu dari tentaraNya, tidak, tidak sehelai rambutpun dari kepalanya) - ‘The Gospel of the Kingdom’ (Libronix).
III) Orang Arminian menganggap bahwa umur / saat kematian bisa diubah.
1) Kematian bisa dimajukan atau dimundurkan? Umur bisa dikurangi atau ditambah?
Ayub 14:5 - “Jikalau hari-harinya sudah pasti, dan jumlah bulannya sudah tentu padaMu, dan batas-batasnya sudah Kautetapkan, sehingga tidak dapat dilangkahinya”.
Di atas kita sudah membahas ayat ini, tetapi sekarang kita akan melihat tafsiran Adam Clarke, seorang Arminian, tentang ayat ini.
Adam Clarke (tentang Ayub 14:5): “‘Seeing his days are determined.’ The general term of human life is fixed by God himself; in vain are all attempts to prolong it beyond this term. ... Nor can death be avoided. Dust thou art, and unto dust thou shalt return, is the law, ... But, although man cannot pass his appointed bounds, yet he may so live as never to reach them; for folly and wickedness abridge the term of human life; and therefore the psalmist says, Bloody and deceitful men shall not live out HALF their days, Ps 55:23, for by indolence, intemperance, and disorderly passions, the life of man is shortened in cases innumerable. We are not to understand the bounds as applying to individuals, but to the race in general. Perhaps there is no case in which God has determined absolutely that man’s age shall be so long, and shall neither be more nor less. The contrary supposition involves innumerable absurdities” (= ‘Melihat hari-harinya ditentukan’. Masa hidup yang umum dari kehidupan manusia ditentukan oleh Allah sendiri; sia-sia semua usaha untuk memperpanjangnya melampaui masa hidup ini. ... Juga kematian tidak bisa dihindari. ‘Dari debu engkau berasal, kepada debu engkau akan kembali’, adalah hukumnya, ... Tetapi, sekalipun manusia tidak bisa melampaui batasan-batasan yang ditentukanNya, tetapi ia bisa hidup sedemikian rupa sehingga tak pernah mencapainya; karena kebodohan dan kejahatan mempersingkat masa hidup manusia; dan karena itu sang pemazmur berkata: ‘Orang penumpah darah dan penipu tidak akan mencapai setengah umurnya’, Maz 55:24, karena oleh kemalasan, tak adanya penguasaan diri / minum minuman keras berlebihan, dan nafsu-nafsu yang kacau / melanggar peraturan, hidup manusia diperpendek dalam kasus-kasus yang tak terhitung / sangat banyak. Kita tidak boleh mengerti batasan-batasan itu sebagai diterapkan kepada individu-individu, tetapi kepada bangsa secara umum. Mungkin tak ada kasus dalam mana Allah telah menentukan secara mutlak bahwa umur manusia akan sepanjang ini, dan tidak akan lebih atau kurang. Anggapan yang bertentangan melibatkan / mencakup hal-hal menggelikan yang sangat banyak).
Mazmur 55:24 - “Tetapi Engkau, ya Allah, akan menjerumuskan mereka ke lubang sumur yang dalam; orang penumpah darah dan penipu tidak akan mencapai setengah umurnya. Tetapi aku ini percaya kepadaMu”.
Catatan: menurut saya ini adalah penafsiran yang sangat tolol! Tetapi Albert Barnes memberikan penafsiran tentang Maz 55:24 ini dengan kata-kata yang kurang lebih sama seperti komentar Clarke tentang Ayub 14:5.
Matthew Henry (tentang Maz 55:24): “They were bloody men, and cut others off, and therefore God will justly cut them off: they were deceitful men, .. and now God will cut them short, though not of that which was their due, yet of that which they counted upon” (= Mereka adalah orang-orang penumpah darah, dan membunuh orang-orang lain, dan karena itu Allah dengan adil akan membunuh mereka: mereka adalah orang-orang penipu, ... dan sekarang Allah akan memotong mereka pendek, sekalipun bukan dari apa yang merupakan hak / milik mereka, tetapi dari apa yang mereka harapkan / perhitungkan).
Mazmur 139:16 - “mataMu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitabMu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya”.
Sekarang perhatikan bagaimana penafsir ini menafsirkan ayat di atas ini.
The Bible Exposition Commentary: Old Testament (tentang Maz 139:16): “But the Lord did more than design and form our bodies; He also planned and determined our days (v. 16). This probably includes the length of life (Job 14:5) and the tasks He wants us to perform (Eph 2:10; Phil 2:12-13). This is not some form of fatalism or heartless predestination, for what we are and what He plans for us come from God’s loving heart (33:11) and are the very best He has for us (Rom 12:2). If we live foolishly, we might die before the time God has ordained, but God’s faithful children are immortal until their work is done” [= Tetapi Tuhan melakukan lebih dari pada merancang dan membentuk tubuh kita; Ia juga merencanakan dan menentukan hari-hari kita (ay 16). Ini mungkin mencakup panjangnya kehidupan (Ayub 14:5) dan tugas-tugas yang Ia inginkan untuk kita lakukan (Ef 2:10; Fil 2:12-13). Ini bukanlah sejenis fatalisme atau predestinasi tanpa hati / perasaan, karena apa adanya kita dan apa yang Ia rencanakan bagi kita datang dari hati Allah yang penuh kasih (33:11) dan merupakan yang terbaik yang Ia punyai untuk kita (Ro 12:2). Jika kita hidup secara bodoh, kita bisa mati sebelum waktu yang Allah tentukan, tetapi anak-anak yang setia dari Allah tidak bisa mati sampai pekerjaan mereka dilakukan / diselesaikan].
Catatan: saya tak mengerti mengapa Filipi 2:12-13 Mazmur 33:11 dan Roma 12:2 dipakai sebagai ayat referensi, karena semuanya tidak cocok.
Efesus 2:10 - “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya”.
Lenski (tentang Mat 6:27): “Worry does not lengthen life, it usually shortens life” (= Kekuatiran tidak memperpanjang hidup, itu biasanya mempersingkat hidup).
Maz 102:24-25 - “(24) Ia telah mematahkan kekuatanku di jalan, dan memperpendek umurku. (25) Aku berkata: ‘Ya Allahku, janganlah mengambil aku pada pertengahan umurku! Tahun-tahunMu tetap turun-temurun!’”.
Pkh 8:13 - “Tetapi orang yang fasik tidak akan beroleh kebahagiaan dan seperti bayang-bayang ia tidak akan panjang umur, karena ia tidak takut terhadap hadirat Allah”.
Ul 4:25-26 - “(25) Apabila kamu beranak cucu dan kamu telah tua di negeri itu lalu kamu berlaku busuk dengan membuat patung yang menyerupai apapun juga, dan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, Allahmu, sehingga kamu menimbulkan sakit hatiNya, (26) maka aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini, bahwa pastilah kamu habis binasa dengan segera dari negeri ke mana kamu menyeberangi sungai Yordan untuk mendudukinya; tidak akan lanjut umurmu di sana, tetapi pastilah kamu punah”.
Lalu bagaimana dengan ayat-ayat yang mengatakan bahwa dengan melakukan sesuatu seseorang bisa panjang umur?
Misalnya:
Kel 20:12 - “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu”.
Adam Clarke: “‘That thy days may be long.’ This, as the apostle observes, Eph 6:2, is the first commandment to which God has annexed a promise; and therefore we may learn in some measure how important the duty is in the sight of God. In Deut 5:16 it is said, ‘And that it may go well with thee,’ we may therefore conclude that it will go ill with the disobedient, and there is no doubt that the untimely deaths of many young persons are the judicial consequence of their disobedience to their parents. Most who come to an untimely end are obliged to confess that this, along with the breach of the Sabbath, was the principal cause of their ruin” (= ‘Supaya lanjut umurmu’. Ini, seperti sang rasul amati, Ef 6:2, adalah perintah / hukum yang pertama pada mana Allah telah menambahkan suatu janji; dan karena itu kita bisa belajar dalam ukuran tertentu betapa penting kewajiban ini dalam pandangan Allah. Dalam Ul 5:16 dikatakan, ‘dan baik keadaanmu’, dan karena itu kita boleh menyimpulkan bahwa akan buruk keadaannya dengan orang-orang yang tidak taat, dan tidak ada keraguan bahwa kematian-kematian yang terjadi sebelum waktunya dari banyak orang-orang muda merupakan konsekwensi yang bersifat penghakiman dari ketidak-taatan mereka kepada orang tua mereka. Kebanyakan dari mereka yang sampai pada akhir / kematian yang sebelum waktunya harus mengakui bahwa hal ini, bersama-sama dengan pelanggaran Sabat, merupakan penyebab utama dari kehancuran mereka).
Catatan: aneh dan tidak konsekwen! Dari ayat seperti Ayub 14:5 di atas, Adam Clarke mengatakan bahwa usia manusia tidak bisa melampaui batasan yang diberikan oleh Allah, tetapi bisa diperpendek. Lalu mengapa dari ayat seperti Kel 20:12, ia tidak menyimpulkan bahwa usia bisa diperpanjang, tetapi tetap mengatakan bisa diperpendek! Padahal ayat ini berkata ‘supaya lanjut umurmu’! Dan ayat-ayat seperti ini ada banyak! Lihat-lihat ayat-ayat di bawah ini:
· Ulangan 4:40 - “Berpeganglah pada ketetapan dan perintahNya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk selamanya.’”.
· Ulangan 5:33 - “Segenap jalan, yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, haruslah kamu jalani, supaya kamu hidup, dan baik keadaanmu serta lanjut umurmu di negeri yang akan kamu duduki.’”.
· Ul 6:1-2 - “(1) ‘Inilah perintah, yakni ketetapan dan peraturan, yang aku ajarkan kepadamu atas perintah TUHAN, Allahmu, untuk dilakukan di negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya, (2) supaya seumur hidupmu engkau dan anak cucumu takut akan TUHAN, Allahmu, dan berpegang pada segala ketetapan dan perintahNya yang kusampaikan kepadamu, dan supaya lanjut umurmu”.
· Ul 11:8-9 - “(8) ‘Jadi kamu harus berpegang pada seluruh perintah yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya kamu kuat untuk memasuki serta menduduki negeri, ke mana kamu pergi mendudukinya, (9) dan supaya lanjut umurmu di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu untuk memberikannya kepada mereka dan kepada keturunan mereka, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya”.
· Ul 11:18-21 - “(18) Tetapi kamu harus menaruh perkataanku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu; kamu harus mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu. (19) Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun; (20) engkau harus menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu, (21) supaya panjang umurmu dan umur anak-anakmu di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu untuk memberikannya kepada mereka, selama ada langit di atas bumi”.
· Ul 22:6-7 - “(6) Apabila engkau menemui di jalan sarang burung di salah satu pohon atau di tanah dengan anak-anak burung atau telur-telur di dalamnya, dan induknya sedang duduk mendekap anak-anak atau telur-telur itu, maka janganlah engkau mengambil induk itu bersama-sama dengan anak-anaknya. (7) Setidak-tidaknya induk itu haruslah kaulepaskan, tetapi anak-anaknya boleh kauambil. Maksudnya supaya baik keadaanmu dan lanjut umurmu”.
· Ulangan 25:15 - “Haruslah ada padamu batu timbangan yang utuh dan tepat; haruslah ada padamu efa yang utuh dan tepat - supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu”.
· Ul 32:46-47 - “(46) berkatalah ia kepada mereka: ‘Perhatikanlah segala perkataan yang kuperingatkan kepadamu pada hari ini, supaya kamu memerintahkannya kepada anak-anakmu untuk melakukan dengan setia segala perkataan hukum Taurat ini. (47) Sebab perkataan ini bukanlah perkataan hampa bagimu, tetapi itulah hidupmu, dan dengan perkataan ini akan lanjut umurmu di tanah, ke mana kamu pergi, menyeberangi sungai Yordan untuk mendudukinya.’”.
· 1Raja-Raja 3:14 - “Dan jika engkau hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan tetap mengikuti segala ketetapan dan perintahKu, sama seperti ayahmu Daud, maka Aku akan memperpanjang umurmu.’”.
· Maz 91:14,16 - “(14) ‘Sungguh, hatinya melekat kepadaKu, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal namaKu. ... (16) Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari padaKu.’”.
· Amsal 3:1-2 - “(1) Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku, (2) karena panjang umur dan lanjut usia serta sejahtera akan ditambahkannya kepadamu”.
· Amsal 9:10-11 - “(10) Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian. (11) Karena oleh aku umurmu diperpanjang, dan tahun-tahun hidupmu ditambah”.
Adam Clarke (tentang Amsal 9:11): “Vice shortens human life, by a necessity of consequence: and by the same, righteousness lengthens it” (= Perbuatan jahat memperpendek kehidupan manusia, oleh suatu keharusan dari konsekwensi: dan oleh konsekwensi yang sama, kebenaran memperpanjangnya).
Catatan: kata-katanya di bagian akhir bertentangan dengan tafsirannya tentang Ayub 14:5 yang saya berikan di atas.
Jadi, sangat banyak ayat yang mengatakan bahwa dengan hidup sesuai kehendak Tuhan umur bisa diperpanjang dan sebaliknya, dengan hidup jahat umur diperpendek.
Amsal 10:27 - “Takut akan TUHAN memperpanjang umur, tetapi tahun-tahun orang fasik diperpendek”.
Ul 30:17-20 - “(17) Tetapi jika hatimu berpaling dan engkau tidak mau mendengar, bahkan engkau mau disesatkan untuk sujud menyembah kepada allah lain dan beribadah kepadanya, (18) maka aku memberitahukan kepadamu pada hari ini, bahwa pastilah kamu akan binasa; tidak akan lanjut umurmu di tanah, ke mana engkau pergi, menyeberangi sungai Yordan untuk mendudukinya. (19) Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu, (20) dengan mengasihi TUHAN, Allahmu, mendengarkan suaraNya dan berpaut padaNya, sebab hal itu berarti hidupmu dan lanjut umurmu untuk tinggal di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni kepada Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka.’”.
Kalau semua ayat-ayat ini diartikan bahwa umur manusia betul-betul bisa diperpanjang atau diperpendek, maka itu akan bertentangan dengan semua ayat-ayat di atas yang menunjukkan bahwa usia manusia ditentukan oleh Tuhan. Jadi, saya berpendapat bahwa ayat-ayat seperti ini harus ditafsirkan dari sudut pandang manusia! Hanya dari sudut pandang manusia saja maka hidup yang jahat, dan juga segala macam kebodohan (seperti merokok dsb), bisa memperpendek umur, dan sebaliknya, hidup yang saleh bisa memperpanjang umur. Tetapi dari sudut Tuhan, semua itu (baik usianya maupun hidup baik / jahatnya) sudah ditentukan.
Sama seperti tentang hari Tuhan yang sudah ditentukan oleh Tuhan.
Bdk. Kisah Para Rasul 17:31 - “Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukanNya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati.’”.
Tetapi ada ayat yang menunjukkan bahwa itu bisa dimajukan.
2Petrus 3:12 - “yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya”.
Mat 24:21-22 - “(21) Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi. (22) Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat”.
Dua text ini pasti berbicara dari sudut pandang manusia, sedang ayat yang di atas (Kis 17:31) berbicara dari sudut pandang Allah.
Juga dalam memikirkan umur panjang atau pendek, kita harus mengingat Pkh 8:12-13 - “(12) Walaupun orang yang berdosa dan yang berbuat jahat seratus kali hidup lama, namun aku tahu, bahwa orang yang takut akan Allah akan beroleh kebahagiaan, sebab mereka takut terhadap hadiratNya. (13) Tetapi orang yang fasik tidak akan beroleh kebahagiaan dan seperti bayang-bayang ia tidak akan panjang umur, karena ia tidak takut terhadap hadirat Allah”.
2) Doa kita bisa mengubah umur kita / menunda kematian kita?
2Raja 20:1-6a - “(1) Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah nabi Yesaya bin Amos, dan berkata kepadanya: ‘Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi.’ (2) Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada TUHAN: (3) ‘Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapanMu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mataMu.’ Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat. (4) Tetapi Yesaya belum lagi keluar dari pelataran tengah, tiba-tiba datanglah firman TUHAN kepadanya: (5) ‘Baliklah dan katakanlah kepada Hizkia, raja umatKu: Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu; sesungguhnya Aku akan menyembuhkan engkau; pada hari yang ketiga engkau akan pergi ke rumah TUHAN. (6) Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi”.
Yesaya 38:1-5 - “(1) Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah nabi Yesaya bin Amos dan berkata kepadanya: ‘Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi.’ (2) Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada TUHAN. (3) Ia berkata: ‘Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapanMu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mataMu.’ Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat. (4) Maka berfirmanlah TUHAN kepada Yesaya: (5) ‘Pergilah dan katakanlah kepada Hizkia: Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu. Sesungguhnya Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi”.
Banyak orang, khususnya yang Arminian, yang menganggap bagian ini sebagai dasar bahwa doa bisa mengubah Rencana Allah. Tetapi benarkah di sini terjadi perubahan rencana Allah, khususnya berkenaan dengan umur Hizkia? Saya tidak percaya hal itu, dengan alasan sebagai berikut:
a) Kitab Suci menyatakan bahwa doa yang dikabulkan hanyalah doa yang sesuai dengan kehendak / rencana Allah (1Yoh 5:14), dan karena itu dalam berdoa kita harus berserah / tunduk pada kehendak / rencana Allah itu (Mat 6:10b Mat 26:39b,42).
1Yohanes 5:14 - “Dan inilah keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya”.
Mat 6:10b - “jadilah kehendakMu”.
Matius 26:39 - “Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.’”.
Matius 26:42 - “Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu, jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendakMu!’”.
Kalau kita menafsirkan bahwa di sini terjadi perubahan rencana Allah karena doa Hizkia, maka penafsiran itu akan menentang ayat-ayat tersebut di atas.
Sebagai perbandingan, Musa sendiri, yang dihukum Tuhan dengan tidak boleh masuk ke Kanaan (Bil 20:12 Ul 1:37), berdoa supaya diijinkan hidup lebih lama sehingga bisa masuk tanah Kanaan, tetapi tidak dikabulkan (Ul 3:23-26).
Bilangan 20:12 - “Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun: ‘Karena kamu tidak percaya kepadaKu dan tidak menghormati kekudusanKu di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka.’”.
Ulangan 1:37 - “Juga kepadaku TUHAN murka oleh karena kamu, dan Ia berfirman: Juga engkau tidak akan masuk ke sana”.
Ul 3:23-26 - “(23) ‘Juga pada waktu itu aku mohon kasih karunia dari pada TUHAN, demikian: (24) Ya, Tuhan ALLAH, Engkau telah mulai memperlihatkan kepada hambaMu ini kebesaranMu dan tanganMu yang kuat; sebab allah manakah di langit dan di bumi, yang dapat melakukan perbuatan perkasa seperti Engkau? (25) Biarlah aku menyeberang dan melihat negeri yang baik yang di seberang sungai Yordan, tanah pegunungan yang baik itu, dan gunung Libanon. (26) Tetapi TUHAN murka terhadap aku oleh karena kamu dan tidaklah mendengarkan permohonanku. TUHAN berfirman kepadaku: Cukup! Jangan lagi bicarakan perkara itu dengan Aku”.
b) Kitab Suci menyatakan berulang-ulang bahwa usia manusia ditetapkan oleh Allah, dan ketetapan itu tidak mungkin dilampaui. Ayat-ayat sudah sangat banyak saya berikan di atas. Kalau kita menafsirkan bahwa di sini terjadi perubahan penetapan usia karena doa Hizkia, maka kita menentang ayat-ayat tersebut di atas.
c) Pada saat itu Hizkia belum mempunyai anak, karena dengan membandingkan 2Raja 20:6 dan 2Raja 21:1 kita bisa tahu bahwa Manasye baru lahir 3 tahun setelah peristiwa ini.
Tidak mungkin Tuhan merencanakan kematian Hizkia pada saat itu karena itu akan menyebabkan:
1. JanjiNya kepada Daud dalam 2Samuel 7:12-16 tidak akan tergenapi. Bandingkan ini dengan ay 6 akhir: ‘oleh karena Daud, hambaKu’. Ini menunjukkan bahwa doa Hizkia itu dikabulkan karena janji Tuhan kepada Daud dalam 2Sam 7:12-16 ini.
2. Janji tentang Mesias / Yesus juga tidak akan terjadi, karena Yesus lahir dari keturunan Hizkia maupun Manasye (Mat 1:9-10).
Kalau demikian, bagaimana penafsiran yang benar tentang cerita ini? Tuhan merencanakan bahwa kematian Hizkia terjadi pada usia 54 tahun (39 + 15). Tetapi pada usia 39 tahun Hizkia sakit dan hampir mati. Kalau Tuhan memang menghendaki kematian Hizkia, Ia bisa mendiamkan saja hal itu (tanpa mengirim Yesaya untuk memberitakan kematiannya). Tetapi Tuhan tidak menghendaki kematian Hizkia, dan karena itu ia mengirimkan Yesaya untuk memberitakan kematian Hizkia. Hizkia tersentak dan lalu berdoa, dan Tuhan mengabulkan permohonannya, sehingga akhirnya terlaksanalah rencana Allah, yang menunjukkan bahwa Hizkia mati pada usia 54 tahun (2Raja 18:2).
Tetapi kalau demikian apakah kata-kata Tuhan dalam ay 1 itu merupakan dusta? Tidak! Hizkia betul-betul akan mati, andaikata ia tidak berdoa. Tetapi Tuhan sendiri menggerakkan Hizkia untuk berdoa, dan Tuhan mengabulkan doa itu, sehingga rencana Tuhan yang terlaksana.
Perhatikan beberapa komentar tentang bagian ini:
a. E. J. Young: “Unless there is special intervention, Hezekiah will die. ... Only a miraculous intervention of God could deliver the king’s life; and this God would not do, unless first the king turned to Him in supplication. Thus, Hezekiah must learn how fully his life lay in God’s hands” (= Kecuali ada intervensi khusus, Hizkia akan mati. ... Hanya intervensi yang bersifat mujijat dari Allah bisa melepaskan sang raja; dan ini tidak akan dilakukan oleh Allah, kecuali sang raja lebih dulu berpaling kepadaNya dalam permohonan. Demikianlah Hizkia harus belajar betapa hidupnya sepenuhnya terletak di tangan Allah) - ‘Isaiah’, hal 508-509.
b. E. J. Young: “God has heard the king’s prayer. The prayer does not move God to change His purposes, for He is the unchangeable one; but God now reveals to Hezekiah what His purposes were” (= Allah telah mendengar doa sang raja. Doa tidak menggerakkan Allah untuk mengubah rencanaNya, karena Ia adalah seseorang yang tak berubah; tetapi sekarang Allah menyatakan rencanaNya kepada Hizkia) - ‘Isaiah’, hal 512.
c. Calvin: “But it may be thought strange that God, having uttered a sentence, should soon afterwards be moved, as it were, by repentance to reverse it; for nothing is more at variance with his nature than a change of purpose. I reply, while death was threatened against Hezekiah, still God had not decreed it, but determined in this manner to put to the test the faith of Hezekiah. We must, therefore, suppose a condition to be implied in that threatening; for otherwise Hezekiah would not have altered, by repentance or prayer, the irreversible decree of God. But the Lord threatened him in the same manner as he threatened Gerar for carrying off Sarah, (Gen. 20:3) and as he threatened the Ninevites (Jonah 1:2; and 3:4). ... God threatened the death of Hezekiah, because he was unwilling that Hezekiah should die; ... And thus we must suppose an implied condition to have been understood, which Hezekiah, if he did not immediately perceive it, yet afterwards in good time knew to have been added” [= Tetapi kelihatannya aneh bahwa Allah, setelah mengucapkan suatu kalimat / hukuman / vonis, lalu setelah itu digerakkan, seakan-akan oleh suatu pertobatan / penyesalan lalu membaliknya; karena tidak ada apapun yang lebih bertentangan dengan sifat alamiahNya dari pada suatu perubahan rencana. Saya menjawab, sekalipun kematian diancamkan terhadap Hizkia, tetap Allah tidak menetapkannya, tetapi menentukan dengan cara ini untuk menguji iman Hizkia. Karena itu kita harus menganggap bahwa ada syarat yang diberikan secara tidak langsung dalam ancaman itu; karena kalau tidak Hizkia tidak akan mengubah, oleh pertobatan atau doa, ketetapan Allah yang tidak bisa berubah. Tetapi Tuhan mengancamnya dengan cara yang sama seperti Ia mengancam Gerar karena mengambil Sara (Kej 20:3), dan seperti Ia mengancam Niniwe (Yun 1:2 dan 3:4). ... Allah mengancamkan kematian Hizkia, karena Ia tidak mau Hizkia mati; ... Dan demikianlah kita harus menganggap bahwa ada syarat tersembunyi yang harus dimengerti, yang jika tidak langsung dimengerti oleh Hizkia, pasti dimengertinya belakangan] - ‘Isaiah’, hal 157-158.
Catatan: anehnya, dalam tafsirannya tentang 2Raja 20:3, Adam Clarke memberikan tafsiran yang kira-kira sama dengan kata-kata Calvin di atas ini.
Adam Clarke (tentang 2Raja 20:3): “Hezekiah knew that, although the words of Isaiah were delivered to him in an absolute form, yet they were to be conditionally understood; else he could not have prayed to God to reverse a purpose which he knew to be irrevocable” (= Hizkia tahu bahwa, sekalipun kata-kata Yesaya disampaikan kepadanya dalam bentuk yang mutlak, tetapi kata-kata itu harus dimengerti secara bersyarat; karena kalau tidak, ia tidak akan berdoa kepada Allah untuk membalik suatu rencana yang ia tahu tidak bisa dibatalkan).
d. Calvin: “This might indeed, at first sight appear to be absurd; for we were created on the condition of not being able to pass, by a single moment, the limit marked out for us; as Job also says, ‘Thou hast appointed his bounds which he cannot pass.’ (Job 14:5). But the solution is easy. What is said about an extended period must be understood to refer to the views of Hezekiah” [= Sekilas pandang ini kelihatannya memang menggelikan; karena kita diciptakan dengan suatu batasan yang dipilih bagi kita, yang tidak bisa dilewati sesaatpun; seperti Ayub juga berkata: ‘batas-batasnya sudah Kautetapkan, sehingga tidak dapat dilangkahinya’ (Ayub 14:5). Tetapi pemecahannya mudah. Apa yang dikatakan sebagai masa perpanjangan harus dimengerti menunjuk pada pandangan Hizkia] - ‘Isaiah’, hal 160.
e. Calvin: “For why did the Lord send Jonah to the Ninevites to foretell the ruin of the city? Why did he through Isaiah indicate death to Hezekiah? For he could have destroyed both the Ninevites and Hezekiah without any messenger of destruction. Therefore he had in view something other than that, forewarned of their death, they might discern it coming from a distance. Indeed, he did not wish them to perish, but to be changed lest they perish” (= Mengapa Tuhan mengirimkan Yunus ke Niniwe untuk meramalkan kehancuran kota itu? Mengapa Ia, melalui Yesaya, menyatakan kematian kepada Hizkia? Karena Ia bisa menghancurkan baik Niniwe maupun Hizkia tanpa utusan kehancuran. Karena itu Ia mempunyai maksud yang lain dari itu; diperingatkan lebih dulu tentang kematian mereka, mereka melihat kematian itu datang dari jauh. Memang, Ia tidak menginginkan supaya mereka mati, tetapi supaya mereka diubah supaya mereka jangan mati) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XVII, No 14.
Maut / kematian(4)
IV) Kalau sudah waktunya Tuhanlah yang memanggil manusia itu pulang / membunuh manusia itu.
1) Setan membunuh? Ya, tetapi hanya kalau Tuhan mengijinkan / menghendakinya.
a) Kasus anak-anak Ayub maupun Ayubnya sendiri.
Ayub 1:12-21 - “(12) Maka firman TUHAN kepada Iblis: ‘Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya.’ Kemudian pergilah Iblis dari hadapan TUHAN. (13) Pada suatu hari, ketika anak-anaknya yang lelaki dan yang perempuan makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung, (14) datanglah seorang pesuruh kepada Ayub dan berkata: ‘Sedang lembu sapi membajak dan keledai-keledai betina makan rumput di sebelahnya, (15) datanglah orang-orang Syeba menyerang dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.’ (16) Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: ‘Api telah menyambar dari langit dan membakar serta memakan habis kambing domba dan penjaga-penjaga. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.’ (17) Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: ‘Orang-orang Kasdim membentuk tiga pasukan, lalu menyerbu unta-unta dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.’ (18) Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: ‘Anak-anak tuan yang lelaki dan yang perempuan sedang makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung, (19) maka tiba-tiba angin ribut bertiup dari seberang padang gurun; rumah itu dilandanya pada empat penjurunya dan roboh menimpa orang-orang muda itu, sehingga mereka mati. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.’ (20) Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, (21) katanya: ‘Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!’”.
Ayub 2:3-6 - “(3) Firman TUHAN kepada Iblis: ‘Apakah engkau memperhatikan hambaKu Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ia tetap tekun dalam kesalehannya, meskipun engkau telah membujuk Aku melawan dia untuk mencelakakannya tanpa alasan.’ (4) Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: ‘Kulit ganti kulit! Orang akan memberikan segala yang dipunyainya ganti nyawanya. (5) Tetapi ulurkanlah tanganMu dan jamahlah tulang dan dagingnya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapanMu.’ (6) Maka firman TUHAN kepada Iblis: ‘Nah, ia dalam kuasamu; hanya sayangkan nyawanya.’”.
Ayub 42:11b - “Mereka menyatakan turut berdukacita dan menghibur dia oleh karena segala malapetaka yang telah ditimpakan TUHAN kepadanya ...”.
Calvin: “For the story here written, showeth us how we be in God’s hand, and that it lieth in him to determine of our lives, and to dispose of the same according to his good pleasure: and that it is our duty to submit ourselves unto him with all humbleness and obedience: and that it is good reason, that we should be wholly his, both to live and die: and specially that when it pleaseth him to lay his hand upon us, although we perceive not for what cause he doth it, yet we should glorify him continually, acknowledging him to be just and upright, and not to grudge against him” (= Karena cerita yang ditulis di sini menunjukkan kepada kita bahwa kita ada dalam tangan Allah, dan Dialah yang menentukan hidup kita, dan mengatur / membuangnya sesuai kehendakNya: dan adalah merupakan kewajiban kita untuk menundukkan diri kita sendiri kepadaNya dengan segala kerendahan hati dan ketaatan: dan merupakan pertimbangan yang baik bahwa kita adalah milikNya sepenuhnya, baik hidup atau mati: dan khususnya pada waktu Ia berkenan untuk meletakkan tanganNya atas kita, sekalipun kita tidak mengerti mengapa Ia melakukan hal itu, tetapi kita harus memuliakan Dia secara terus menerus, mengakui Dia sebagai adil dan lurus / benar, dan tidak bersungut-sungut terhadap Dia) - ‘Sermons on Job’, hal 1.
b) Kasus nubuat nabi Mikha.
1Raja 22:19-23 - “(19) Kata Mikha: ‘Sebab itu dengarkanlah firman TUHAN. Aku telah melihat TUHAN sedang duduk di atas takhtaNya dan segenap tentara sorga berdiri di dekatNya, di sebelah kananNya dan di sebelah kiriNya. (20) Dan TUHAN berfirman: Siapakah yang akan membujuk Ahab untuk maju berperang, supaya ia tewas di Ramot-Gilead? Maka yang seorang berkata begini, yang lain berkata begitu. (21) Kemudian tampillah suatu roh, lalu berdiri di hadapan TUHAN. Ia berkata: Aku ini akan membujuknya. TUHAN bertanya kepadanya: Dengan apa? (22) Jawabnya: Aku akan keluar dan menjadi roh dusta dalam mulut semua nabinya. Ia berfirman: Biarlah engkau membujuknya, dan engkau akan berhasil pula. Keluarlah dan perbuatlah demikian! (23) Karena itu, sesungguhnya TUHAN telah menaruh roh dusta ke dalam mulut semua nabimu ini, sebab TUHAN telah menetapkan untuk menimpakan malapetaka kepadamu.’”.
Keil & Delitzsch (tentang 1Raja 22:22): “The words of Jehovah, ‘Persuade Ahab, thou wilt be able,’ and ‘Jehovah has put a lying spirit,’ etc., are not to be understood as merely expressing the permission of God, ... According to the Scriptures, God does work evil, but without therefore willing it and bringing forth sin. ... Jehovah has ordained that Ahab, being led astray by a prediction of his prophets inspired by the spirit of lies, shall enter upon the war, that he may find therein the punishment of his ungodliness” (= Kata-kata Yehovah, ‘Bujuklah Ahab, engkau akan bisa’, dan ‘Yehovah telah meletakkan roh dusta’, dst, tidak boleh dimengerti sebagai semata-mata menyatakan ijin Allah, ... Menurut Kitab Suci, Allah mengerjakan malapetaka, tetapi tanpa menginginkannya dan melahirkan / menimbulkan dosa. ... Yehovah telah menentukan bahwa Ahab, disesatkan oleh nubuat dari nabi-nabinya yang diilhami oleh roh dusta, akan maju berperang, supaya ia mendapatkan di dalamnya hukuman atas kejahatannya) - hal 277.
Catatan: Adam Clarke, seorang Arminian, menafsirkan semua ini hanya sebagai diijinkan oleh Allah.
Calvin: “God wills that the false king Ahab be deceived; the devil offers his services to this end; he is sent, with a definite command, to be a lying spirit in the mouth of all the prophets (1Kings 22:20,22). If the blinding and insanity of Ahab be God’s judgment, the figment of bare permission vanishes: because it would be ridiculous for the Judge only to permit what he wills to be done, and not also to decree it and to command its execution by his ministers” [= Allah menghendaki bahwa raja Ahab yang tidak benar ditipu; setan menawarkan pelayanannya untuk tujuan ini; ia dikirim, dengan perintah yang pasti, untuk menjadi roh dusta dalam mulut semua nabi (1Raja 22:20,22). Jika pembutaan dan kegilaan Ahab adalah penghakiman Allah, isapan jempol tentang ‘sekedar ijin’ hilang: karena adalah menggelikan bagi sang Hakim untuk hanya mengijinkan apa yang Ia kehendaki untuk dilakukan, dan tidak juga menetapkannya dan memerintahkan pelaksanaannya oleh pelayan-pelayanNya] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XVIII, no 1.
2) Manusia membunuh? Lagi-lagi ya, tetapi hanya kalau Tuhan mengijinkan / menghendakinya.
a) Mat 10:28-31 - “(28) Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka. (29) Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. (30) Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya. (31) Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit”.
Calvin (tentang Luk 12:5): “if we fear God, who is the Lord of body and soul, we have no reason to fear men, whose power goes no farther than the body. With regard to the statement that men ‘have power to kill the body,’ Christ made it by way of concession. God allows wicked men to enjoy such a degree of liberty, that they are swelled with confidence in their own power, imagine that they may attempt any thing, and even succeed in terrifying weak minds, as if they could do whatever they pleased. Now the proud imaginations of wicked men, as if the life of the godly were placed at their disposal, is utterly unfounded: for God keeps them within limits, and restrains, whenever it pleases him, the cruelty and violence of their attacks. And yet they are said to ‘have power to kill’ by his permission, for he often permits them to indulge their cruel rage. Besides, our Lord’s discourse consists of two parts. First, in order to instruct us to bear with composure the loss of the bodily life, he bids us contemplate both eternal life and eternal death, and then arrives gradually at this point, that the protection of our life is in the hand of God” (= jika kita takut kepada Allah, yang adalah Tuhan dari tubuh dan jiwa, kita tidak mempunyai alasan untuk takut kepada manusia, yang kuasanya tidak pergi lebih jauh dari pada tubuh. Berkenaan dengan pernyataan bahwa orang-orang ‘mempunyai kuasa untuk membunuh tubuh’, Kristus membuat pernyataan itu dengan cara kelonggaran / pemberian hak. Allah mengijinkan orang-orang jahat untuk menikmati tingkat kebebasan seperti itu, supaya mereka menggelembung dengan keyakinan pada kuasa mereka sendiri, mengkhayalkan bahwa mereka bisa mengusahakan apapun, dan bahkan berhasil dalam membuat takut pikiran-pikiran yang lemah, seakan-akan mereka bisa melakukan apapun yang mereka senangi. Tetapi khayalan yang sombong dari orang-orang yang jahat, seakan-akan hidup dari orang-orang saleh diletakkan dalam tangan mereka, sama sekali tidak berdasar: karena Allah menjaga mereka dalam batasan-batasan, dan kekangan-kekangan, kapanpun itu memperkenan Dia, kekejaman dan kekerasan dari serangan-serangan mereka. Tetapi mereka dikatakan ‘mempunyai kuasa untuk membunuh’ dengan ijinNya, karena Ia sering mengijinkan mereka untuk memuaskan kemarahan mereka yang kejam. Disamping itu, pembicaraan Tuhan kita terdiri dari dua bagian. Pertama, untuk mengajar kita untuk menanggung dengan tenang / sabar kehilangan hidup jasmani, Ia meminta kita untuk merenungkan baik hidup yang kekal dan kematian kekal, dan lalu secara bertahap sampai pada titik ini, bahwa perlindungan dari hidup kita ada dalam tangan Allah).
Calvin (tentang Mat 10:29): “‘Are not two sparrows sold for a farthing?’ Christ proceeds farther, as I have already hinted, and declares that tyrants, whatever may be their madness, have no power whatever even over the body: and that therefore it is improper in any persons to dread the cruelty of men, as if they were not under the protection of God. In the midst of dangers, therefore, let us remember this second consolation. As God is the guardian of our life, we may safely rely on his providence; nay, we do him injustice, if we do not entrust to him our life, which he is pleased to take under his charge. Christ takes a general view of the providence of God as extending to all creatures, and thus argues from the greater to the less, that we are upheld by his special protection. There is hardly any thing of less value than sparrows, (for two were then sold for a farthing, or, as Luke states it, five for two farthings,) and yet God has his eye upon them to protect them, so that nothing happens to them by chance. Would He who is careful about the sparrows disregard the life of men?” [= ‘Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit?’ Kristus melanjutkan lebih jauh, seperti sudah saya beri petunjuk, dan menyatakan bahwa tiran-tiran, bagaimanapun adanya kegilaan mereka, tidak mempunyai kuasa apapun bahkan atas tubuh: dan bahwa karena itu adalah tidak benar dalam diri siapapun untuk takut pada kekejaman manusia, seakan-akan mereka tidak berada di bawah perlindungan Allah. Karena itu, di tengah-tengah bahaya, hendaklah kita mengingat penghiburan kedua ini. Karena Allah adalah penjaga hidup kita, kita bisa dengan aman bersandar pada ProvidensiaNya; bahkan, kita melakukan ketidak-adilan kepadaNya, jika kita tidak mempercayakan kepadaNya hidup kita, yang Ia berkenan untuk mengambilnya ke bawah tanggung jawab / pemeliharaanNya. Kristus mengambil / menerima suatu pandangan umum tentang Providensia Allah sebagai diperluas pada semua makhluk, dan lalu berargumentasi dari yang lebih besar kepada yang lebih kecil, bahwa kita ditegakkan oleh perlindungan khususNya. Hampir tidak ada yang harganya / nilainya lebih rendah dari burung pipit, (karena pada saat itu dua ekor dijual seduit, atau, seperti Lukas menyatakannya, lima ekor untuk dua duit,) tetapi Allah memperhatikan mereka untuk melindungi mereka, sehingga tak ada apapun terjadi pada mereka karena kebetulan. Apakah Ia yang begitu hati-hati terhadap burung pipit tidak mempedulikan hidup manusia?].
b) Yohanes 19:10-11 - “(10) Maka kata Pilatus kepadaNya: ‘Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?’ (11) Yesus menjawab: ‘Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya.’”.
Calvin (tentang Yohanes 19:11): “Some explain this in a general sense, that nothing is done in the world but by the permission of God; as if Christ had said, that Pilate, though he thinks that he can do all things, will do nothing more than God permits. The statement is, no doubt, true, that this world is regulated by the disposal of God, and that, whatever may be the efforts of wicked men, still they cannot even move a finger but as the secret power of God directs” (= Beberapa orang menjelaskan ini dalam arti yang umum, bahwa tak ada apapun yang dilakukan / terjadi dalam dunia kecuali oleh ijin dari Allah; seakan-akan Kristus terlah berkata, bahwa Pilatus, sekalipun ia berpikir bahwa ia bisa melakukan segala sesuatu, tidak akan melakukan apapun lebih dari yang Allah ijinkan. Pernyataan itu, tak diragukan, adalah benar, bahwa dunia ini diatur oleh pengaturan / penetapan / kontrol Allah, dan bahwa apapun yang diusahakan oleh orang-orang jahat, tetap mereka bahkan tidak bisa menggerakkan satu jari kecuali sebagaimana kuasa rahasia dari Allah mengarahkan).
Lenski (tentang Yoh 19:11): “Silent before, Jesus now answers. For silence would mean that Jesus knows that Pilate has the power over him which he proudly claims. Jesus pricks that proud assertion with the direct contradiction, ‘Thou hast no power over me at all.’ ... Yet in a certain sense he has power: it has been given to him from above. Jesus is not thinking of Caesar as having invested Pilate with power but of God whose providence had allowed a man of Pilate’s stamp to be placed in the procurator’s office at this time. ... Pilate is to know that it is not he who holds Jesus in his hand; a higher hand holds Pilate” (= Tadinya diam, sekarang Yesus menjawab. Karena diam akan berarti bahwa Yesus tahu bahwa Pilatus mempunyai kuasa atas Dia yang dengan sombong ia claim. Yesus menusuk pernyataan yang sombong itu dengan suatu kontradiksi yang langsung. ‘Engkau tidak mempunyai kuasa atas Aku sama sekali’. ... Tetapi dalam suatu arti tertentu ia mempunyai kuasa: itu telah diberikan kepadanya dari atas. Yesus bukan sedang berpikir tentang Kaisar yang telah menobatkan Pilatus dengan kuasa, tetapi tentang Allah yang providensiaNya telah mengijinkan seorang dari karakter Pilatus untuk ditempatkan dalam jabatan gubernur pada saat itu. ... Pilatus harus tahu bahwa bukan ia yang memegang / menggenggam Yesus dalam tangannya; sebuah tangan yang lebih tinggi memegang / menggenggam Pilatus).
c) Wahyu 6:11 - “Dan kepada mereka masing-masing diberikan sehelai jubah putih, dan kepada mereka dikatakan, bahwa mereka harus beristirahat sedikit waktu lagi hingga genap jumlah kawan-kawan pelayan dan saudara-saudara mereka, yang akan dibunuh sama seperti mereka”.
Istilah ‘genap’ menunjukkan bahwa jumlah orang yang dibunuh sudah ditentukan.
William Hendriksen: “Thus these souls of the martyrs must enjoy their heavenly repose ‘for a little time’ until every elect one has been brought into the fold and the number of the martyrs is full. God knows the exact number. It has been fixed from eternity in His decree. Until that number has been realized on earth the day of final judgment cannot come” (= Demikianlah jiwa-jiwa dari para martir ini harus menikmati istirahat surgawi mereka ‘untuk sedikit waktu lagi’ sampai setiap orang pilihan telah dibawa ke dalam kandang dan jumlah dari para martir telah genap. Allah tahu jumlah yang pasti. Itu telah dipastikan dari kekekalan dalam ketetapanNya. Sampai jumlah itu telah dicapai di bumi, hari penghakiman akhir tidak bisa datang) - ‘More Than Conquerors’, hal 106.
d) Bangsa membunuh bangsa; itu merupakan pekerjaan Tuhan!
1. 2Tawarikh 36:17 - “TUHAN menggerakkan raja orang Kasdim melawan mereka. Raja itu membunuh teruna mereka dengan pedang dalam rumah kudus mereka, dan tidak menyayangkan teruna atau gadis, orang tua atau orang ubanan - semua diserahkan TUHAN ke dalam tangannya”.
Ini menunjukkan bahwa kekejaman orang Kasdim terhadap Yehuda, yang jelas merupakan suatu dosa, adalah pekerjaan Tuhan.
2. Yeremia 19:7-9 - “(7) Aku akan menggagalkan rancangan Yehuda dan Yerusalem di tempat ini dan Aku akan membuat mereka rebah oleh pedang di depan musuh mereka dan oleh tangan orang-orang yang ingin mencabut nyawa mereka. Aku akan membiarkan mayat-mayat mereka dimakan oleh burung-burung di udara dan oleh binatang-binatang di bumi. (8) Aku akan membuat kota ini menjadi kengerian dan menjadi sasaran suitan. Setiap orang yang melewatinya akan merasa ngeri dan bersuit karena segala pukulan yang dideritanya. (9) Aku akan membuat mereka memakan daging anak-anaknya laki-laki dan daging anak-anaknya perempuan, dan setiap orang memakan daging temannya, dalam keadaan susah dan sulit yang ditimbulkan musuhnya kepada mereka dan oleh orang-orang yang ingin mencabut nyawa mereka”.
Tuhan membuat orang Yehuda mati oleh pedang lawan (Yer 19:7), dan membiarkan mayat mereka dimakan burung dan binatang (Yer 17:8), dan lalu dalam Yer 19:9 ini dikatakan sesuatu yang mengerikan dimana Tuhan membuat mereka memakan daging anaknya dan daging temannya sendiri! Pembunuhan dan bahkan perbuatan kanibal ini merupakan pekerjaan Tuhan! Bdk. juga dengan Yeh 5:8-10 Yes 49:26.
Yeh 5:8-10 - “(8) sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Lihat, Aku, ya Aku sendiri akan menjadi lawanmu dan Aku akan menjatuhkan hukuman kepadamu di hadapan bangsa-bangsa. (9) Oleh karena segala perbuatanmu yang keji akan Kuperbuat terhadapmu yang belum pernah Kuperbuat dan yang tidak pernah lagi akan Kuperbuat. (10) Sebab itu di tengah-tengahmu ayah-ayah akan memakan anak-anaknya dan anak-anak memakan ayahnya dan Aku akan menjatuhkan hukuman kepadamu, sedang semua yang masih tinggal lagi dari padamu akan Kuhamburkan ke semua penjuru angin”.
Yesaya 49:26 - “Aku akan memaksa orang-orang yang menindas engkau memakan dagingnya sendiri, dan mereka akan mabuk minum darahnya sendiri, seperti orang mabuk minum anggur baru, supaya seluruh umat manusia mengetahui, bahwa Aku, TUHAN, adalah Juruselamatmu dan Penebusmu, Yang Mahakuat, Allah Yakub.’”.
3. Yeremia 43:10-11 - “(10) lalu katakanlah kepada mereka: Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Sesungguhnya, Aku mengutus orang untuk menjemput Nebukadnezar, raja Babel, hambaKu itu, supaya ia mendirikan takhtanya di atas batu-batu yang telah Kusuruh sembunyikan ini, dan membentangkan permadani kebesarannya di atasnya. (11) Dan apabila ia datang, ia akan memukul tanah Mesir: Yang ke maut, ke mautlah! Yang ke tawanan, ke tawananlah! Yang ke pedang, ke pedanglah!”.
Ayat ini menunjukkan bahwa peristiwa dimana Babilonia menghancurkan Mesir, merupakan pekerjaan Tuhan .
4. Yeremia 47:6-7 - “(6) Ah, pedang TUHAN, berapa lama lagi baru engkau berhenti? Masuklah kembali ke dalam sarungmu, jadilah tenang dan beristirahatlah! (7) Tetapi bagaimana ia dapat berhenti? Bukankah TUHAN memerintahkannya? Ke Askelon dan ke tepi pantai laut, ke sanalah Ia menyuruhnya!’”.
Ayat ini menyatakan pedang Firaun / Mesir yang membunuhi orang Filistin, sebagai ‘pedang Tuhan’, dan pembantaian itu sebagai perintah Tuhan!
Catatan: kalau dikatakan Tuhan memerintahkan, seringkali itu harus diartikan bukan bahwa Tuhan betul-betul memberi firman yang memerintahkan, tetapi hanya bahwa Tuhan mengatur terjadinya hal itu. Contoh: 1Raja 17:4,9 - “(4) Engkau dapat minum dari sungai itu, dan burung-burung gagak telah Kuperintahkan untuk memberi makan engkau di sana.’ ... (9) ‘Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan.’”.
5. Yeremia 50:9 - “Sebab sesungguhnya, Aku menggerakkan dan membangkitkan terhadap Babel sekumpulan bangsa-bangsa yang besar dari utara; mereka akan mengatur barisan untuk melawannya, dari sanalah kota itu akan direbut. Panah-panah mereka adalah seperti pahlawan yang mujur, yang tidak pernah kembali dengan tangan hampa”.
Tuhan menggerakkan bangsa-bangsa besar dari Utara untuk menghancurkan Babel.
6. Hab 1:6,12 - “(6) Sebab, sesungguhnya, Akulah yang membangkitkan orang Kasdim, bangsa yang garang dan tangkas itu, yang melintasi lintang bujur bumi untuk menduduki tempat kediaman, yang bukan kepunyaan mereka. ... (12) Bukankah Engkau, ya TUHAN, dari dahulu Allahku, Yang Mahakudus? Tidak akan mati kami. Ya TUHAN, telah Kautetapkan dia untuk menghukumkan; ya Gunung Batu, telah Kautentukan dia untuk menyiksa”.
Tuhan membangkitkan / menentukan orang Kasdim untuk membunuh / menghukum / menyiksa.
7. Zakh 14:2 - “Aku akan mengumpulkan segala bangsa untuk memerangi Yerusalem; kota itu akan direbut, rumah-rumah akan dirampoki dan perempuan-perempuan akan ditiduri. Setengah dari penduduk kota itu harus pergi ke dalam pembuangan, tetapi selebihnya dari bangsa itu tidak akan dilenyapkan dari kota itu”.
Ayat ini mengatakan bahwa Tuhan bekerja mengumpulkan segala bangsa untuk memerangi Yehuda / Yerusalem dan mengalahkannya, lalu merampok dan bahkan melakukan pemerkosaan di sana.
e) Ini juga mencakup kasus dimana seseorang membunuh dirinya sendiri; itu juga merupakan pekerjaan Tuhan.
1Taw 10:4,14 - “(4) Lalu berkatalah Saul kepada pembawa senjatanya: ‘Hunuslah pedangmu dan tikamlah aku, supaya jangan datang orang-orang yang tidak bersunat ini memperlakukan aku sebagai permainan.’ Tetapi pembawa senjatanya tidak mau, karena ia sangat segan. Kemudian Saul mengambil pedang itu dan menjatuhkan dirinya ke atasnya. ... (14) dan tidak meminta petunjuk TUHAN. Sebab itu TUHAN membunuh dia dan menyerahkan jabatan raja itu kepada Daud bin Isai”.
Sekalipun dalam ay 4 dikatakan bahwa Saul mati bunuh diri, tetapi dalam ay 14 tetap dikatakan ‘Tuhan membunuh dia’.
Matthew Henry (tentang 1Taw 10:14): “Saul slew himself, and yet it is said, God slew him. What is done by wicked hands is yet done ‘by the determinate counsel and foreknowledge of God’” (= Saul membunuh dirinya sendiri, tetapi dikatakan, ‘Allah membunuh dia’. Apa yang dilakukan oleh tangan-tangan yang jahat tetap dilakukan ‘oleh rencana yang ditetapkan dan pra-pengetahuan Allah’).
3) Hal-hal yang ‘kebetulan’ membunuh? Ya, kalau Tuhan mengijinkan / menghendakinya, dan semua itu tetap diatur oleh Tuhan.
a) Keluaran 21:13 - “Tetapi jika pembunuhan itu tidak disengaja, melainkan tangannya ditentukan Allah melakukan itu, maka Aku akan menunjukkan bagimu suatu tempat, ke mana ia dapat lari”.
KJV: ‘but God deliver him into his hand’ (= tetapi Allah menyerahkannya ke dalam tangannya).
RSV/NASB: ‘but God let him fall into his hand’ (= tetapi Allah membiarkannya jatuh ke dalam tangannya).
NIV: ‘but God lets it happen’ (= tetapi Allah membiarkannya terjadi).
Yang dimaksud dengan ‘pembunuhan yang tidak disengaja’ itu dijelaskan / diberi contoh dalam Ul 19:4-5, yaitu orang yang pada waktu mengayunkan kapak, lalu mata kapaknya terlepas dan mengenai orang lain sehingga mati.
Ulangan 19:4-5 - “(4) Inilah ketentuan mengenai pembunuh yang melarikan diri ke sana dan boleh tinggal hidup: apabila ia membunuh sesamanya manusia dengan tidak sengaja dan dengan tidak membenci dia sebelumnya, (5) misalnya apabila seseorang pergi ke hutan dengan temannya untuk membelah kayu, ketika tangannya mengayunkan kapak untuk menebang pohon kayu, mata kapak terlucut dari gagangnya, lalu mengenai temannya sehingga mati, maka ia boleh melarikan diri ke salah satu kota itu dan tinggal hidup”.
Hal seperti ini kelihatannya ‘kebetulan’, tetapi toh Kel 21:13 itu mengatakan bahwa hal itu bisa terjadi karena ‘tangannya ditentukan Allah melakukan itu’. Jadi, jelas bahwa hal-hal yang kelihatannya kebetulan sekalipun hanya bisa terjadi kalau itu sesuai kehendak / Rencana Allah.
Calvin (tentang Kel 21:13): “it must be remarked, that Moses declares that accidental homicide, as it is commonly called, does not happen by chance or accident, but according to the will of God, as if He himself led out the person, who is killed, to death. By whatever kind of death, therefore, men are taken away, it is certain that we live or die only at His pleasure; and surely, if not even a sparrow can fall to the ground except by His will, (Matthew 10:29,) it would be very absurd that men created in His image should be abandoned to the blind impulses of fortune. Wherefore it must be concluded, as Scripture elsewhere teaches, that the term of each man’s life is appointed, with which another passage corresponds, ‘Thou turnest man to destruction, and sayest, Return, ye children of men.’ (Psalm 90:3.) It is true, indeed, that whatever has no apparent cause or necessity seems to us to be fortuitous; and thus, whatever, according to nature, might happen otherwise we call accidents, (contingentia;) yet in the meantime it must be remembered, that what might else incline either way is governed by God’s secret counsel, so that nothing is done without His arrangement and decree” [= harus diperhatikan, bahwa Musa menyatakan bahwa pembunuhan yang bersifat kebetulan, seperti yang biasanya disebut, tidak terjadi oleh kebetulan, tetapi sesuai / menurut kehendak Allah, seakan-akan Ia sendiri membimbing orang, yang dibunuh / terbunuh, pada kematian. Karena itu, oleh jenis kematian apapun, orang-orang diambil, adalah pasti bahwa kita hidup dan mati hanya pada perkenanNya; dan pastilah, jika bahkan seekor burung pipit tidak bisa jatuh ke tanah kecuali oleh kehendakNya (Mat 10:29), adalah sangat menggelikan bahwa manusia yang diciptakan menurut gambarNya harus ditinggalkan pada perubahan nasib yang buta. Karena itu haruslah disimpulkan, sebagaimana Kitab Suci di bagian lain mengajarkan, bahwa masa hidup dari setiap orang ditetapkan, dengan mana text yang lain sesuai, ‘Engkau membelokkan manusia kepada kehancuran / kebinasaan, dan berkata: ‘Kembalilah, hai anak-anak manusia!’ (Maz 90:3, KJV). Memang benar bahwa apapun yang tidak mempunyai penyebab yang jelas atau keharusan, bagi kita kelihatannya merupakan kebetulan; dan demikianlah, apapun, menurut alam, bisa terjadi sebagai apa yang kita sebut kebetulan, tetapi pada saat yang sama harus diingat, bahwa apa yang bisa menyimpangkan ke arah manapun diperintah oleh rencana rahasia Allah, sehingga tak ada apapun yang terjadi tanpa pengaturan dan ketetapanNya].
Mazmur 90:3 - “Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata: ‘Kembalilah, hai anak-anak manusia!’”.
b) 1Raja 22:34 - “Tetapi seseorang menarik panahnya dan menembak dengan sembarangan saja dan mengenai raja Israel di antara sambungan baju zirahnya. Kemudian ia berkata kepada pengemudi keretanya: ‘Putar! Bawa aku keluar dari pertempuran, sebab aku sudah luka.’”.
Kitab Suci Indonesia: ‘menembak dengan sembarangan saja’.
KJV/RSV: ‘drew a bow at a venture’ (= menarik busurnya secara untung-untungan).
NIV/NASB: ‘drew his bow at random’ (= menarik busurnya secara sembarangan).
Catatan: Kata bentuk jamaknya muncul dalam 2Sam 15:11 dan dalam Kitab Suci Indonesia diterjemahkan ‘tanpa curiga’.
NIV: ‘quite innocently’ (= dengan tak bersalah).
NASB: ‘innocently’ (= dengan tak bersalah).
KJV/RSV: ‘in their simplicity’ (= dalam kesederhanaan mereka).
Pulpit Commentary: “An unknown, unconscious archer. The arrow that pierced Ahab’s corselet was shot ‘in simplicity,’ without deliberate aim, with no thought of striking the king. It was an unseen Hand that guided that chance shaft to its destination. It was truly ‘the arrow of the Lord’s vengeance.’” (= Seorang pemanah yang tak dikenal, dan yang tak menyadari tindakannya. Panah yang menusuk pakaian perang Ahab ditembakkan ‘dalam kesederhanaan’, tanpa tujuan yang disengaja, dan tanpa pikiran untuk menyerang sang raja. Adalah ‘Tangan yang tak kelihatan’ yang memimpin ‘panah kebetulan’ itu pada tujuannya. Itu betul-betul merupakan ‘panah pembalasan Tuhan’) - hal 545.
Pulpit Commentary: “how useless are disguises when the providence of Omniscience is concerned! Ahab might hide himself from the Syrians, but he could not hide himself from God. Neither could he hide himself from angels and devils, who are instruments of Divine Providence, ever influencing men, and even natural laws, or forces of nature” (= betapa tidak bergunanya penyamaran pada waktu providensia dari Yang Mahatahu yang dipersoalkan! Ahab bisa menyembunyikan dirinya dari orang Aram, tetapi ia tidak bisa menyembunyikan dirinya dari Allah. Ia juga tidak bisa menyembunyikan dirinya dari malaikat dan setan, yang merupakan alat-alat dari Providensia Ilahi, yang selalu mempengaruhi manusia, dan bahkan hukum-hukum alam, atau kuasa / kekuatan alam) - hal 552.
Pulpit Commentary: “The chance shot. The success of Ahab’s device only served to make the blow come more plainly from the hand of God. Benhadad’s purpose could be baffled, but not His. There is no escape from God” (= Tembakan kebetulan. Sukses dari muslihat Ahab hanya berfungsi untuk membuat kelihatan dengan lebih jelas bahwa serangan itu datang dari tangan Allah. Tujuan / rencana Benhadad bisa digagalkan / dihalangi, tetapi tidak tujuan / rencanaNya. Tidak ada jalan untuk lolos dari Allah) - hal 557.
Jadi, ini lagi-lagi menunjukkan bahwa tidak ada ‘kebetulan’. Semua yang kelihatannya merupakan kebetulan, diatur oleh Allah.
c) 2Raja-Raja 1:1-4 - “(1) Pada suatu hari jatuhlah Ahazia dari kisi-kisi kamar atasnya yang ada di Samaria, lalu menjadi sakit. Kemudian dikirimnyalah utusan-utusan dengan pesan: ‘Pergilah, mintalah petunjuk kepada Baal-Zebub, allah di Ekron, apakah aku akan sembuh dari penyakit ini.’ (3) Tetapi berfirmanlah Malaikat TUHAN kepada Elia, orang Tisbe itu: ‘Bangunlah, berangkatlah menemui utusan-utusan raja Samaria dan katakan kepada mereka: Apakah tidak ada Allah di Israel, sehingga kamu ini pergi untuk meminta petunjuk kepada Baal-Zebub, allah di Ekron? (4) Sebab itu beginilah firman TUHAN: Engkau tidak akan bangun lagi dari tempat tidur, di mana engkau berbaring, sebab engkau pasti akan mati.’ Lalu pergilah Elia”.
Tentang kejatuhan Ahazia dari kisi-kisi kamar atas dalam 2Raja 1:2, Pulpit Commentary memberikan komentar sebagai berikut: “The fainéant king came to his end in a manner: 1. Sufficiently simple. Idly lounging at the projecting lattice window of his palace in Samaria - perhaps leaning against it, and gazing from his elevating position on the fine prospect that spreads itself around - his support suddenly gave way, and he was precipitated to the ground, or courtyard, below. He is picked up, stunned, but not dead, and carried to his couch. It is, in common speech, an accident - some trivial neglect of a fastening - but it terminated this royal career. On such slight contingencies does human life, the change of rulers, and often the course of events in history, depend. We cannot sufficiently ponder that our existence hangs by the finest thread, and that any trivial cause may at any moment cut it short (Jas. 4:14). 2. Yet providential. God’s providence is to be recognized in the time and manner of this king’s removal. He had ‘provoked to anger the Lord God of Israel’ (1Kings 22:53), and God in this sudden way cut him off. This is the only rational view of the providence of God, since, as we have seen, it is from the most trivial events that the greatest results often spring. The whole can be controlled only by the power that concerns itself with the details. A remarkable illustration is afforded by the death of Ahaziah’s own father. Fearing Micaiah’s prophecy, Ahab had disguised himself on the field of battle, and was not known as the King of Israel. But he was not, therefore, to escape. A man in the opposing ranks ‘drew a bow at a venture,’ and the arrow, winged with a Divine mission, smote the king between the joints of his armour, and slew him (1Kings 22:34). The same minute providence which guided that arrow now presided over the circumstances of Ahaziah’s fall. There is in this doctrine, which is also Christ’s (Matt. 10:29,30), comfort for the good, and warning for the wicked. The good man acknowledges, ‘My times are in thy hand’ (Ps. 31:15), and the wicked man should pause when he reflects that he cannot take his out of that hand” [= Raja yang malas sampai pada akhir hidupnya dengan cara: 1. Cukup sederhana. Duduk secara malas pada kisi-kisi jendela yang menonjol dari istananya di Samaria - mungkin bersandar padanya, dan memandang dari posisinya yang tinggi pada pemandangan yang indah di sekitarnya - sandarannya tiba-tiba patah, dan ia jatuh ke tanah atau halaman di bawah. Ia diangkat, pingsan, tetapi tidak mati, dan dibawa ke dipan / ranjangnya. Dalam pembicaraan umum itu disebut suatu kecelakaan / kebetulan - suatu kelalaian yang remeh dalam pemasangan (jendela / kisi-kisi) - tetapi itu mengakhiri karir kerajaannya. Pada hal-hal kebetulan / tak tentu yang remeh seperti ini tergantung hidup manusia, pergantian penguasa / raja, dan seringkali rangkaian dari peristiwa-peristiwa dalam sejarah. Kita tidak bisa terlalu banyak dalam merenungkan bahwa keberadaan kita tergantung pada benang yang paling tipis, dan bahwa setiap saat sembarang penyebab yang remeh bisa memutuskannya (Yakobus 4:14). 2. Tetapi bersifat providensia. Providensia ilahi / pelaksanaan rencana Allah harus dikenali dalam waktu dan cara penyingkiran raja ini. Ia telah ‘menimbulkan kemarahan / sakit hati Tuhan, Allah Israel’ (1Raja-Raja 22:54), dan Allah dengan cara mendadak ini menyingkirkannya. Ini merupakan satu-satunya pandangan rasionil tentang providensia Allah, karena, seperti telah kita lihat, adalah dari peristiwa yang paling remehlah sering muncul akibat yang terbesar. Seluruhnya bisa dikontrol hanya oleh kuasa yang memperhatikan hal-hal yang kecil. Suatu ilustrasi yang hebat / luar biasa diberikan oleh kematian dari ayah Ahazia sendiri. Karena takut pada nubuat Mikha, Ahab menyamar dalam medan pertempuran, dan tidak dikenal sebagai raja Israel. Tetapi hal itu tidak menyebabkannya lolos. Seseorang dari barisan lawan ‘menarik busurnya secara untung-untungan / sembarangan’ dan anak panah itu, terbang dengan misi ilahi, mengenai sang raja di antara sambungan baju zirahnya, dan membunuhnya (1Raja 22:34). Providensia yang sama seksamanya, yang memimpin anak panah itu, sekarang memimpin / menguasai situasi dan kondisi dari kejatuhan Ahazia. Dalam doktrin / ajaran ini, yang juga merupakan ajaran Kristus (Mat 10:29-30), ada penghiburan untuk orang baik / saleh, dan peringatan untuk orang jahat. Orang baik mengakui: ‘Masa hidupku ada dalam tanganMu’ (Maz 31:16), dan orang jahat harus berhenti ketika ia merenungkan bahwa ia tidak bisa mengambil masa hidupnya dari tangan itu] - hal 13-14.
Catatan: 1Raja 22:53 dalam Kitab Suci Inggris adalah 1Raja 22:54 dalam Kitab Suci Indonesia.
4) Hal-hal lain, seperti keputusan seseorang, yang menyebabkan dia sendiri atau orang lain mati, semuanya juga ditentukan dan diatur terjadinya oleh Tuhan.
a) 2Sam 17:14 - “Lalu berkatalah Absalom dan setiap orang Israel: ‘Nasihat Husai, orang Arki itu, lebih baik dari pada nasihat Ahitofel.’ Sebab TUHAN telah memutuskan, bahwa nasihat Ahitofel yang baik itu digagalkan, dengan maksud supaya TUHAN mendatangkan celaka kepada Absalom”.
b) Ulangan 2:30 - “Tetapi Sihon, raja Hesybon, tidak mau memberi kita berjalan melalui daerahnya, sebab TUHAN, Allahmu, membuat dia keras kepala dan tegar hati, dengan maksud menyerahkan dia ke dalam tanganmu, seperti yang terjadi sekarang ini”.
Ayat ini mengatakan bahwa Allahlah yang mengeraskan hati Sihon supaya bisa menyerahkannya ke tangan Israel.
c) Yos 11:20 - “Karena TUHAN yang menyebabkan hati orang-orang itu menjadi keras, sehingga mereka berperang melawan orang Israel, supaya mereka ditumpas, dan jangan dikasihani, tetapi dipunahkan, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa”.
Ayat ini mengatakan bahwa Allah mengeraskan hati orang Kanaan supaya mereka tidak dikasihani tetapi ditumpas.
d) Hak 9:22-24 - “(22) Setelah tiga tahun lamanya Abimelekh memerintah atas orang Israel, (23) maka Allah membangkitkan semangat jahat di antara Abimelekh dan warga kota Sikhem, sehingga warga kota Sikhem itu menjadi tidak setia kepada Abimelekh, (24) supaya kekerasan terhadap ketujuh puluh anak Yerubaal dibalaskan dan darah mereka ditimpakan kepada Abimelekh, saudara mereka yang telah membunuh mereka dan kepada warga kota Sikhem yang membantu dia membunuh saudara-saudaranya itu”.
Ayat ini mengatakan bahwa ‘Allah membangkitkan semangat jahat’ [KJV/RSV/NIV/NASB/ ASV: ‘God sent an evil spirit’ (= Allah mengirim suatu roh jahat)] dalam diri orang-orang tertentu, supaya memberontak terhadap Abimelekh (anak Yerubaal / Gideon), supaya Ia bisa menghukum baik Abimelekh maupun orang-orang Sikhem karena pembunuhan yang mereka lakukan terhadap anak-anak Yerubaal / Gideon yang lain dalam Hak 9:1-5.
e) 1Sam 2:22-25 - “(22) Eli telah sangat tua. Apabila didengarnya segala sesuatu yang dilakukan anak-anaknya terhadap semua orang Israel dan bahwa mereka itu tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan, (23) berkatalah ia kepada mereka: ‘Mengapa kamu melakukan hal-hal yang begitu, sehingga kudengar dari segenap bangsa ini tentang perbuatan-perbuatanmu yang jahat itu? (24) Janganlah begitu, anak-anakku. Bukan kabar baik yang kudengar itu bahwa kamu menyebabkan umat TUHAN melakukan pelanggaran. (25) Jika seseorang berdosa terhadap seorang yang lain, maka Allah yang akan mengadili; tetapi jika seseorang berdosa terhadap TUHAN, siapakah yang menjadi perantara baginya?’ Tetapi tidaklah didengarkan mereka perkataan ayahnya itu, sebab TUHAN hendak mematikan mereka”.
f) 2Taw 25:17-20 - “(17) Kemudian Amazia, raja Yehuda, mengadakan perundingan, lalu menyuruh orang kepada Yoas bin Yoahas bin Yehu, raja Israel, mengatakan: ‘Mari kita mengadu tenaga!’ (18) Tetapi Yoas, raja Israel, menyuruh orang kepada Amazia, raja Yehuda, mengatakan: ‘Onak yang di gunung Libanon mengirim pesan kepada pohon aras yang di gunung Libanon, bunyinya: Berikanlah anakmu perempuan kepada anakku laki-laki menjadi isterinya. Tetapi binatang-binatang hutan yang ada di gunung Libanon itu berjalan lewat dari sana, lalu menginjak onak itu. (19) Pikirmu, engkau sudah mengalahkan Edom, sebab itu hatimu mengangkat-angkat dirimu untuk mendapat kehormatan. Sekarang, tinggal saja di rumah. Untuk apa engkau menantang malapetaka, sehingga engkau jatuh dan Yehuda bersama-sama engkau?’ (20) Tetapi Amazia tidak mau mendengarkan; sebab hal itu telah ditetapkan Allah yang hendak menyerahkan mereka ke dalam tangan Yoas, karena mereka telah mencari allah orang Edom”.
Maut / kematian(5)
5) Jadi, kalau terjadi kematian, pada ujung yang terakhir, Tuhanlah yang menentukan dan mengatur terjadinya hal itu. Mati hidupnya semua makhluk betul-betul secara mutlak tergantung kepada Tuhan.
a) Kis 17:28 - “Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga”.
Calvin (tentang Kis 17:28): “we have our being in him, inasmuch as by his Spirit he keepeth us in life, and upholdeth us. For the power of the Spirit is spread abroad throughout all parts of the world, that it may preserve them in their state; that he may minister unto the heaven and earth that force and vigor which we see, and motion to all living creatures. ... God doth, by the wonderful power and inspiration of his Spirit, preserve those things which he hath created of nothing. ... We have not only no life but in God, but not so much as moving; yea, no being, which is inferior to both” (= kita mempunyai keberadaan kita di dalam Dia, karena oleh RohNya Ia menjaga kita dalam kehidupan, dan menegakkan / menguatkan kita. Karena kuasa dari Roh tersebar dengan luas di semua bagian dari dunia / alam semesta, supaya itu bisa memelihara mereka dalam keadaan mereka; supaya Ia bisa menyuplai langit dan bumi dengan kekuatan / tenaga dan kegiatan yang kita lihat, dan gerakan kepada semua makhluk hidup. ... Allah, oleh kuasa yang luar biasa dan ilham RohNya, memang menjaga / memelihara hal-hal itu, yang telah Ia ciptakan dari tidak ada. ... Kita bukan hanya tidak mempunyai kehidupan kecuali di dalam Allah, tetapi bahkan pergerakan; ya, tidak mempunyai keberadaan, yang merupakan sesuatu yang lebih rendah dari keduanya).
Lenski: “‘for in him we live and move and are.’ ‘To live’ is more than ‘to move’, which even the inanimate creatures may do; ‘to move’ is more than merely ‘to be, to exist’. Here, then, is an anticlimax. Man should be cognizant of God, for without him he could not live for a moment, could not move hand or foot, could not in any way even exist” (= ‘karena di dalam Dia kita hidup, dan kita bergerak, dan kita ada’. ‘Hidup’ adalah lebih dari pada ‘bergerak’, yang bahkan makhluk-makhluk yang tak bernyawa bisa melakukan; ‘bergerak’ adalah lebih dari pada semata-mata ‘ada’. Maka di sini, ada suatu anti klimax. Manusia harus sadar / tahu tentang Allah, karena tanpa Dia ia tidak bisa hidup sesaatpun, tidak bisa menggerakkan tangan atau kaki, tidak bisa dengan cara apapun bahkan untuk tetap ada).
Catatan: di sini orang Arminian ini jadi Reformed!
Matthew Henry: “‘That in him we live, and move, and have our being,’ v. 28. We have a necessary and constant dependence upon his providence, as the streams have upon the spring, and the beams upon the sun. (1.) ‘In him we live;’ that is, the continuance of our lives is owing to him and the constant influence of his providence; he is our life, and the length of our days. It is not only owing to his patience and pity that our forfeited lives are not cut off, but it is owing to his power, and goodness, and fatherly care, that our frail lives are prolonged. There needs not a positive act of his wrath to destroy us; if he suspend the positive acts of his goodness, we die of ourselves. (2.) ‘In him we move;’ it is by the uninterrupted concourse of his providence that our souls move in their outgoings and operations, that our thoughts run to and fro about a thousand subjects, and our affections run out towards their proper objects. It is likewise by him that our souls move our bodies; we cannot stir a hand, or foot, or a tongue, but by him, who, as he is the first cause, so he is the first mover. (3.) ‘In him we have our being;’ not only from him we had it at first, but in him we have it still; to his continued care and goodness we owe it, not only that we have a being and are not sunk into nonentity, but that we have our being, have this being, were and still are of such a noble rank of beings, capable of knowing and enjoying God; and are not thrust into the meanness of brutes, nor the misery of devils” [= ‘Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada’, ay 28. Kita mempunyai suatu ketergantungan yang perlu dan tetap pada ProvidensiaNya; Ia adalah kehidupan kita, seperti sungai mempunyai ketergantungan pada sumber, dan sinar-sinar mempunyai ketergantungan pada matahari. (1.) ‘Dalam Dia kita hidup’; artinya, kelanjutan dari hidup kita berhutang budi kepadaNya dan pengaruh tetap dari ProvidensiaNya; Ia adalah kehidupan kita, dan panjangnya hari-hari kita. Itu bukan hanya berhutang budi kepada kesabaran dan belas kasihanNya sehingga kehidupan kita yang hilang tidak dipotong, tetapi itu merupakan hutang budi pada kuasa, dan kebaikan, dan pemeliharaan kebapaanNya, maka kehidupan kita yang lemah diperpanjang. Tidak dibutuhkan suatu tindakan positif dari murkaNya untuk menghancurkan kita; jika Ia menghentikan tindakan-tindakan positif dari kebaikanNya, kita mati dengan sendirinya. (2.) ‘Dalam Dia kita bergerak’; adalah oleh gerakan terus menerus dari ProvidensiaNya maka jiwa kita bergerak dalam kepergian dan operasi mereka, sehingga pikiran kita pergi ke sana kemari tentang seribu subyek, dan perasaan kita lari keluar kepada obyek-obyek yang benar. Juga olehNya bahwa jiwa kita menggerakkan tubuh kita; kita tidak bisa mengerakkan tangan, kaki atau lidah, kecuali oleh Dia, yang, sebagaimana Ia adalah penyebab pertama, demikian juga Ia adalah penggerak pertama. (3.) ‘Dalam Dia kita mempunyai keberadaan kita’; bukan hanya dari Dia kita mula-mula mempunyainya, tetapi dalam Dia kita tetap mempunyainya; pada pemeliharaan dan kebaikanNya yang terus menerus kita berhutang hal itu, bukan hanya bahwa kita mempunyai suatu keberadaan dan tidak tenggelam dalam ketidak-adaan, tetapi bahwa kita mempunyai keberadaan kita, mempunyai keberadaan ini, dulu adalah dan tetap adalah, suatu rangking keberadaan yang mulia, mampu untuk mengenal dan menikmati Allah; dan tidak didorong / dimasukkan ke dalam keburukan dari binatang-binatang, ataupun kesengsaraan dari setan-setan].
b) Ayub 12:7-25 - “(7) Tetapi bertanyalah kepada binatang, maka engkau akan diberinya pengajaran, kepada burung di udara, maka engkau akan diberinya keterangan. (8) Atau bertuturlah kepada bumi, maka engkau akan diberinya pengajaran, bahkan ikan di laut akan bercerita kepadamu. (9) Siapa di antara semuanya itu yang tidak tahu, bahwa tangan Allah yang melakukan itu; (10) bahwa di dalam tanganNya terletak nyawa segala yang hidup dan nafas setiap manusia? (11) Bukankah telinga menguji kata-kata, seperti langit-langit mencecap makanan? (12) Konon hikmat ada pada orang yang tua, dan pengertian pada orang yang lanjut umurnya. (13) Tetapi pada Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian. (14) Bila Ia membongkar, tidak ada yang dapat membangun kembali; bila Ia menangkap seseorang, tidak ada yang dapat melepaskannya. (15) Bila Ia membendung air, keringlah semuanya; bila Ia melepaskannya mengalir, maka tanah dilandanya. (16) Pada Dialah kuasa dan kemenangan, Dialah yang menguasai baik orang yang tersesat maupun orang yang menyesatkan. (17) Dia yang menggiring menteri dengan telanjang, dan para hakim dibodohkanNya. (18) Dia membuka belenggu yang dikenakan oleh raja-raja dan mengikat pinggang mereka dengan tali pengikat. (19) Dia yang menggiring dan menggeledah para imam, dan menggulingkan yang kokoh. (20) Dia yang membungkamkan orang-orang yang dipercaya, menjadikan para tua-tua hilang akal. (21) Dia yang mendatangkan penghinaan kepada para pemuka, dan melepaskan ikat pinggang orang kuat. (22) Dia yang menyingkapkan rahasia kegelapan, dan mendatangkan kelam pekat pada terang. (23) Dia yang membuat bangsa-bangsa bertumbuh, lalu membinasakannya, dan memperbanyak bangsa-bangsa, lalu menghalau mereka. (24) Dia menyebabkan para pemimpin dunia kehilangan akal, dan membuat mereka tersesat di padang belantara yang tidak ada jalannya. (25) Mereka meraba-raba dalam kegelapan yang tidak ada terangnya; dan Ia membuat mereka berjalan terhuyung-huyung seperti orang mabuk.’”.
Ayub 12:16 (NIV): ‘To him belong strength and victory; both deceived and deceiver are his’ (= Pada Dialah kekuatan dan kemenangan; baik penipu dan yang ditipu adalah milikNya).
Matthew Henry (tentang Ayub 12:12-25): “This is a noble discourse of Job’s concerning the wisdom, power, and sovereignty of God, in ordering and disposing of all the affairs of the children of men, according to the counsel of his own will, which none dares gainsay or can resist” (= Ini merupakan suatu percakapan yang mulia dari Ayub berkenaan dengan hikmat, kuasa dan kedaulatan dari Allah, dalam mengatur dan menentukan semua urusan dari anak-anak manusia, sesuai dengan rencana dari kehendakNya, yang tak seorangpun berani menyangkal atau bisa menolak / menahannya).
c) Ul 32:39 - “Lihatlah sekarang, bahwa Aku, Akulah Dia. Tidak ada Allah kecuali Aku. Akulah yang mematikan dan yang menghidupkan, Aku telah meremukkan, tetapi Akulah yang menyembuhkan, dan seorangpun tidak ada yang dapat melepaskan dari tanganKu”.
Bdk. 1Sam 2:6 - “TUHAN mematikan dan menghidupkan, Ia menurunkan ke dalam dunia orang mati dan mengangkat dari sana”.
Bandingkan juga dengan ayat-ayat ini:
1. Kej 38:7,10 - “(7) Tetapi Er, anak sulung Yehuda itu, adalah jahat di mata TUHAN, maka TUHAN membunuh dia. ... (10) Tetapi yang dilakukannya itu adalah jahat di mata TUHAN, maka TUHAN membunuh dia juga”.
2. 2Sam 6:7 - “Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Allah membunuh dia di sana karena keteledorannya itu; ia mati di sana dekat tabut Allah itu”.
d) Mazmur 90:3 - “Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata: ‘Kembalilah, hai anak-anak manusia!’”.
e) Maz 73:18-19 - “(18) Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur. (19) Betapa binasa mereka dalam sekejap mata, lenyap, habis oleh karena kedahsyatan!”.
f) Yesaya 40:6-8 - “(6) Ada suara yang berkata: ‘Berserulah!’ Jawabku: ‘Apakah yang harus kuserukan?’ ‘Seluruh umat manusia adalah seperti rumput dan semua semaraknya seperti bunga di padang. (7) Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, apabila TUHAN menghembusnya dengan nafasNya. Sesungguhnyalah bangsa itu seperti rumput. (8) Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.’”.
E. J. Young: “Men of flesh are weak and mortal; their life is brief and soon comes to an end. In this respect it is like the grass, for under the burning rays of the sun the grass may soon dry up. ... There is a reason for these widely observed facts, namely, that the breath of the Lord blows upon the grass and the flower. ... Isaiah employs a picture of someone blowing upon the grass and flowers with the result that all moisture is taken from them and they become dried up and wither. ... Possibly it is of this wind that the prophet is thinking when he speaks of the breath (RUACH) of the Lord, for the wind is an elemental manifestation of the Lord’s breath. A contemplation of the transitory and temporal character of the grass and flowers leads the prophet to exclaim that what is true of them is also true of the people” (= Manusia dari daging adalah lemah dan fana; kehidupan mereka singkat dan segera sampai pada akhirnya. Dalam hal ini itu seperti rumput, karena di bawah sinar matahari yang membakar rumput bisa segera kering. ... Disana ada suatu alasan untuk fakta-fakta yang diperhatikan secara luas, yaitu bahwa nafas Tuhan menghembus pada rumput dan bunga. ... Yesaya menggunakan suatu gambaran dari seseorang yang menghembus / meniup pada rumput dan bunga-bunga dengan akibat bahwa semua embun / air diambil dari mereka dan mereka menjadi kering dan layu. ... Mungkin adalah tentang angin ini sang nabi sedang berpikir pada waktu ia mengatakan tentang nafas (RUAKH) dari Tuhan, karena angin adalah suatu manifestasi dasar dari nafas Tuhan. Suatu perenungan tentang karakter yang fana dan sementara dari rumput dan bunga-bunga membimbing sang nabi untuk berseru bahwa apa yang benar tentang mereka juga adalah benar tentang orang-orang).
Calvin: “as soon as the Lord has breathed upon them, all their strength and beauty perish and decay. But it may be thought that he assigns to ‘the Spirit of God’ an office which is greatly at variance with his nature; for it belongs to him ‘to renew by his power the face of the earth.’ (Psalm 104:30.) On the other hand, if the Lord withdraw his Spirit, all is reduced to nothing. Here Isaiah asserts what is exceedingly different, and appears to contradict David. But there is no absurdity in saying that all things are renewed by the power of the Spirit, and again, that what formerly appeared to be something is reduced to nothing; for we are nothing but in God, and, in order that we may begin to be something in him, we must first be convinced, and made thoroughly to know, that we are vanity. Therefore does the Lord breathe upon us, that we may know that of ourselves we are nothing.” [= begitu Tuhan menghembuskan nafas kepada mereka, semua kekuatan dan keindahan mereka binasa dan membusuk. Tetapi bisa dipikirkan bahwa ia memberikan kepada ‘Roh Allah’ suatu fungsi yang sangat berbeda dengan sifat dasarNya; karena adalah milikNya ‘untuk memperbaharui oleh kuasaNya permukaan bumi’ (Maz 104:30). Di sisi lain, jika Tuhan menarik RohNya, semua dimusnahkan menjadi nihil. Di sini Yesaya menegaskan apa yang sangat berbeda, dan kelihatannya menentang Daud. Tetapi disana tidak ada yang menggelikan dalam mengatakan bahwa segala sesuatu diperbaharui oleh kuasa Roh, dan lalu, bahwa apa yang tadinya kelihatan sebagai sesuatu, dimusnahkan menjadi nihil; karena kita adalah nihil kecuali di dalam Allah, dan, supaya kita bisa mulai menjadi sesuatu di dalam Dia, kita harus pertama-tama diyakinkan, dan dibuat mengetahui secara sepenuhnya, bahwa kita adalah kesia-siaan. Karena itu Tuhan menghembuskan nafasNya kepada kita, supaya kita tahu bahwa dari diri kita sendiri kita adalah nihil].
h) Mazmur 104:1-30 - “(1) Pujilah TUHAN, hai jiwaku! TUHAN, Allahku, Engkau sangat besar! Engkau yang berpakaian keagungan dan semarak, (2) yang berselimutkan terang seperti kain, yang membentangkan langit seperti tenda, (3) yang mendirikan kamar-kamar lotengMu di air, yang menjadikan awan-awan sebagai kendaraanMu, yang bergerak di atas sayap angin, (4) yang membuat angin sebagai suruhan-suruhanMu, dan api yang menyala sebagai pelayan-pelayanMu, (5) yang telah mendasarkan bumi di atas tumpuannya, sehingga takkan goyang untuk seterusnya dan selamanya. (6) Dengan samudera raya Engkau telah menyelubunginya; air telah naik melampaui gunung-gunung. (7) Terhadap hardikMu air itu melarikan diri, lari kebingungan terhadap suara gunturMu, (8) naik gunung, turun lembah ke tempat yang Kautetapkan bagi mereka. (9) Batas Kautentukan, takkan mereka lewati, takkan kembali mereka menyelubungi bumi. (10) Engkau yang melepas mata-mata air ke dalam lembah-lembah, mengalir di antara gunung-gunung, (11) memberi minum segala binatang di padang, memuaskan haus keledai-keledai hutan; (12) di dekatnya diam burung-burung di udara, bersiul dari antara daun-daunan. (13) Engkau yang memberi minum gunung-gunung dari kamar-kamar lotengMu, bumi kenyang dari buah pekerjaanMu. (14) Engkau yang menumbuhkan rumput bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan untuk diusahakan manusia, yang mengeluarkan makanan dari dalam tanah (15) dan anggur yang menyukakan hati manusia, yang membuat muka berseri karena minyak, dan makanan yang menyegarkan hati manusia. (16) Kenyang pohon-pohon TUHAN, pohon-pohon aras di Libanon yang ditanamNya, (17) di mana burung-burung bersarang, burung ranggung yang rumahnya di pohon-pohon sanobar; (18) gunung-gunung tinggi adalah bagi kambing-kambing hutan, bukit-bukit batu adalah tempat perlindungan bagi pelanduk. (19) Engkau yang telah membuat bulan menjadi penentu waktu, matahari yang tahu akan saat terbenamnya. (20) Apabila Engkau mendatangkan gelap, maka haripun malamlah; ketika itulah bergerak segala binatang hutan. (21) Singa-singa muda mengaum-aum akan mangsa, dan menuntut makanannya dari Allah. (22) Apabila matahari terbit, berkumpullah semuanya dan berbaring di tempat perteduhannya; (23) manusiapun keluarlah ke pekerjaannya, dan ke usahanya sampai petang. (24) Betapa banyak perbuatanMu, ya TUHAN, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaanMu. (25) Lihatlah laut itu, besar dan luas wilayahnya, di situ bergerak, tidak terbilang banyaknya, binatang-binatang yang kecil dan besar. (26) Di situ kapal-kapal berlayar dan Lewiatan yang telah Kaubentuk untuk bermain dengannya. (27) Semuanya menantikan Engkau, supaya diberikan makanan pada waktunya. (28) Apabila Engkau memberikannya, mereka memungutnya; apabila Engkau membuka tanganMu, mereka kenyang oleh kebaikan. (29) Apabila Engkau menyembunyikan wajahMu, mereka terkejut; apabila Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu. (30) Apabila Engkau mengirim rohMu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi”.
Seluruh Maz 104 ini secara kelewat jelas menunjukkan bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan pekerjaan / pengaturan Tuhan, dan ay 29-nya secara khusus menyebutkan bahwa kematian juga merupakan pekerjaan Tuhan!
Calvin (tentang Maz 104:29): “In these words, the Psalmist declares, that we stand or fall according to the will of God. We continue to live, so long as he sustains us by his power; but no sooner does he withdraw his life-giving spirit than we die. Even Plato knew this, who so often teaches that, properly speaking, there is but one God, and that all things subsist, or have their being only in him. Nor do I doubt, that it was the will of God, by means of that heathen writer, to awaken all men to the knowledge, that they derive their life from another source than from themselves” (= Dalam kata-kata ini, sang Pemazmur menyatakan, bahwa kita berdiri atau jatuh menurut kehendak Allah. Kita terus hidup, selama Ia menopang kita dengan kuasaNya; tetapi begitu Ia menarik roh pemberi-hidupNya kita mati. Bahkan Plato tahu tentang hal ini, yang begitu sering mengajarkan bahwa, berbicara secara tepat / benar, disana hanya ada satu Allah, dan bahwa segala sesuatu ada / hidup, atau mempunyai keberadaan mereka, hanya dalam Dia. Juga saya tidak meragukan bahwa adalah kehendak Allah, melalui penulis kafir itu, untuk membangunkan semua manusia pada pengetahuan, bahwa mereka mendapatkan kehidupan mereka dari sumber yang lain dari pada dari diri mereka sendiri).
Kesimpulan dari semua ini: semua kematian terjadi karena penentuan dan pekerjaan Allah. Sekalipun datangnya kematian bisa melalui bermacam-macam cara, dan dari sudut pandang manusia seolah-olah datang dari setan, secara kebetulan, karena kejahatan orang lain, bunuh diri, dan sebagainya, tetapi sebetulnya semuanya telah ditentukan oleh Allah, dan lalu diatur olehNya supaya terjadi sesuai dengan kehendak / rencanaNya!
Perhatikan sekali lagi kedua kutipan di bawah ini yang tadi di atas sudah saya kutip.
John Owen (tentang Ibr 9:27): “The death of all is equally determined and certain in God’s constitution. It hath various ways of approach unto all individuals, - hence is it generally looked on as an accident befalling this or that man, - but the law concerning it is general and equal” (= Kematian dari semua secara sama ditentukan dan pasti dalam undang-undang Allah. Kematian mempunyai bermacam-macam jalan / cara pendekatan kepada semua individu, - karena itu hal itu pada umumnya dipandang / dianggap sebagai suatu kecelakaan / kebetulan yang menimpa orang ini atau orang itu, - tetapi hukum berkenaan dengannya adalah umum dan sama).
Matthew Henry (tentang Ayub 14:5): “It is certain that God’s providence has the ordering of the period of our lives; our times are in his hand. The powers of nature depend upon him, and act under him. In him we live and move. Diseases are his servants; he kills and makes alive. Nothing comes to pass by chance, no, not the execution done by a bow drawn at a venture. It is therefore certain that God’s prescience has determined it before; for ‘known unto God are all his works.’ Whatever he does he determined, yet with a regard partly to the settled course of nature (the end and the means are determined together) and to the settled rules of moral government, punishing evil and rewarding good in this life. We are no more governed by the Stoic’s blind fate than by the Epicurean’s blind fortune” [= Adalah pasti bahwa Providensia Allah mempunyai pengaturan dari masa hidup kita; waktu kita ada dalam tanganNya. Kuasa-kuasa dari alam tergantung kepada Dia, dan bertindak di bawah Dia. Dalam Dia kita hidup dan bergerak (Kis 17:28). Penyakit-penyakit adalah pelayan-pelayanNya; ‘Ia mematikan dan menghidupkan’ (Ul 32:39 1Sam 2:6). Tak ada apapun terjadi secara kebetulan, tidak, bahkan tidak eksekusi yang dilakukan oleh suatu busur yang ditarik secara sembarangan (1Raja 22:34). Karena itu adalah pasti bahwa pra pengetahuan Allah telah menentukannya sebelumnya; karena ‘diketahui oleh Allah semua pekerjaanNya’ (Kis 15:18). Apapun yang Ia lakukan Ia tentukan lebih dulu, tetapi sambil memberi sebagian perhatian pada jalan alam yang ditentukan (tujuan / akhir dan cara / jalannya ditentukan bersama-sama) dan pada peraturan-peraturan yang ditetapkan dari pemerintahan moral, penghukuman kejahatan dan pemberian pahala bagi kebaikan dalam hidup ini. Kita tidak diperintah oleh takdir buta dari golongan Stoa maupun oleh keberuntungan buta dari golongan Epikuros].
Catatan: Kis 15:18 diterjemahkan secara berbeda-beda. Yang digunakan oleh Matthew Henry adalah terjemahan KJV.
V) Kewajiban manusia berkenaan dengan kematian.
1) Jangan takuti / kuatir tentang kematian, baik itu berkenaan dengan kematian saudara sendiri atau kematian dari orang yang saudara cintai.
Kematian memang harus dihindari selama hal itu memungkinkan, tetapi itu harus dilakukan tanpa kekuatiran. Ingat bahwa kekuatiran tak akan menambah sehasta saja pada jalan hidup kita (Mat 6:27)! Jadi, lakukan yang terbaik untuk tetap hidup, seperti menjauhi bahaya, menjaga / meningkatkan kesehatan, mengobati penyakit yang ada, dsb, tetapi lakukan itu tanpa takut ataupun kuatir.
2) Menyiapkan diri menghadapi kematian.
a) Bagi orang-orang yang belum percaya, persiapan yang pertama dan terutama adalah dengan percaya kepada Kristus. Tanpa ini, semua persiapan lain tak ada gunanya sama sekali, karena kalau seseorang mati tanpa Kristus, ia pasti masuk neraka.
b) Bagi orang-orang yang sudah percaya, kita harus mempersiapkan diri dengan melakukan apapun yang terbaik sesuai dengan Firman Tuhan.
1. Jangan utamakan uang / harta, karena itu tak berguna pada waktu kita mati.
Amsal 11:4 - “Pada hari kemurkaan harta tidak berguna, tetapi kebenaran melepaskan orang dari maut”.
Pkh 2:8,11 - “(8) Aku mengumpulkan bagiku juga perak dan emas, harta benda raja-raja dan daerah-daerah. Aku mencari bagiku biduan-biduan dan biduanita-biduanita, dan yang menyenangkan anak-anak manusia, yakni banyak gundik. ... (11) Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah matahari”.
Matius 6:19-24 - “(19) ‘Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. (20) Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. (21) Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. (22) Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; (23) jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. (24) Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.’”.
Lukas 12:15-21 - “(15) KataNya lagi kepada mereka: ‘Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.’ (16) Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kataNya: ‘Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. (17) Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. (18) Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. (19) Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! (20) Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? (21) Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.’”.
What money cannot buy (= Apa yang uang tidak bisa beli).
“Money will buy a bed but not sleep; books but not brains; food but not appetite; finery but not beauty; a house but not a home; medicine but not health; luxuries but not culture; amusements but not happiness; religion but not salvation; a passport to everywhere but heaven” (= Uang bisa membeli ranjang tetapi tidak bisa membeli tidur; buku-buku tetapi tidak otak; makanan tetapi tidak nafsu makan; pakaian bagus / perhiasan tetapi tidak kecantikan; rumah tetapi tidak suasana rumah yang menyenangkan; obat tetapi tidak kesehatan; barang-barang lux / kemewahan tetapi tidak kebudayaan; hiburan tetapi tidak kebahagiaan; agama tetapi tidak keselamatan; sebuah paspor kemana saja kecuali ke surga).
Pulpit Commentary (tentang 2Raja 1:1-18): “Men who sacrifice everything for money soon find that they have lost things which money cannot buy” (= Orang-orang yang mengorbankan segala sesuatu untuk uang akan segera mendapati bahwa mereka telah kehilangan hal-hal yang tidak bisa dibeli dengan uang) - hal 9.
George Horace Lorimer: “It’s good to have money and the things that money can buy, but it’s good, too, to check up once in a while and make sure that you haven’t lost the things that money can’t buy” (= Adalah baik untuk mempunyai uang dan hal-hal yang bisa dibeli dengan uang, tetapi juga baik untuk kadang-kadang mengecheck dan memastikan bahwa engkau tidak kehilangan hal-hal yang tidak bisa dibeli dengan uang) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 463.
Benjamin Franklin: “Money never made a man happy yet, nor will it. There is nothing in its nature to produce happiness. The more a man has, the more he wants. Instead of its filling a vacuum, it makes one. If it satisfies one want, it doubles and trebles that want another way. That was a true proverb of a wise man, rely upon it: ‘Better is little with the fear of the Lord, than great treasure, and trouble therewith’” (= Uang tidak pernah dan tidak akan membuat orang berbahagia. Dalam uang tidak ada apapun yang menghasilkan kebahagiaan. Makin banyak yang dimiliki seseorang, makin banyak yang ia inginkan. Bukannya mengisi kekosongan tetapi sebaliknya uang membuat suatu kekosongan. Jika uang memuaskan suatu kebutuhan, maka uang lalu melipatgandakan kebutuhan itu dengan cara lain. Ini adalah amsal yang benar dari orang yang bijaksana: ‘Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan TUHAN dari pada banyak harta dengan disertai kecemasan’) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 462-463.
Catatan: bagian terakhir itu dikutip dari Amsal 15:16.
2. Utamakan hal-hal rohani / kekal, seperti:
a. Belajar Firman Tuhan.
b. Berdoa.
c. Menguduskan diri.
d. Melayani sesuai kehendak Tuhan, memberitakan Injil, dan sebagainya.
Juga lakukanlah tugas pelayanan saudara, pemberitaan Injil dsb, tanpa takut kepada orang-orang yang hanya bisa membunuh tubuh, karena nyawa saudara tidaklah terletak di tangan manusia manapun, tetapi di tangan Tuhan (bdk. Matius 10:27-31)!
-AMIN-