1 TIMOTIUS 5:17-18 (PERINTAH MENGHORMATI PENATUA)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
1 Timotius 5: 17-18: “(17) Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar. (18) Bukankah Kitab Suci berkata: ‘Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik,’ dan lagi ‘seorang pekerja patut mendapat upahnya.’”.
1) “Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat”.
Nanti di bawah kita melihat bahwa Adam Clarke juga mempunyai pandangan yang sama. Saya sendiri tak setuju dengan penafsiran Calvin tentang hal ini. Menurut saya, Paulus sudah berhenti membicarakan janda-janda, dan mulai ay 17 ia membicarakan penatua-penatua. Disamping itu, kelihatannya dalam ay 17 ini Paulus membicarakan 3 golongan penatua:
a) Penatua yang memerintah / memimpin secara biasa-biasa saja.
b) Penatua yang baik pemerintahan / pimpinannya.
c) Penatua yang berjerih payah dalam berkhotbah dan mengajar (memberitakan Firman Tuhan).
Jadi, hormat dua kali lipat itu merupakan perbandingan antara hormat yang diberikan kepada penatua kelompok a) dibandingkan dengan hormat yang diberikan kepada penatua kelompok b). Dengan demikian tak ada perbandingan dengan hormat yang diberikan kepada janda-janda.
William Hendriksen: “A man who spends all his time and effort in kingdom-work (a ‘minister’) certainly deserves ‘a good salary.’ Not that the word ‘honor’ in and by itself has here the meaning ‘honorarium.’ It means ‘honor.’ But it would be evidence of lack of honor if the church should demand of a man who devotes himself entirely to spiritual work that he do this gratis” [= Seseorang yang menghabiskan seluruh waktu dan usahanya dalam pekerjaan kerajaan (seorang ‘pendeta’) pasti layak mendapatkan ‘gaji yang baik’. Bukan bahwa kata ‘honor’ itu sendiri di sini mempunyai arti ‘uang jasa / imbalan’. Itu berarti ‘kehormatan’. Tetapi merupakan bukti tidak adanya rasa hormat jika gereja menuntut seseorang yang membaktikan dirinya sepenuhnya bagi pekerjaan rohani untuk melakukan hal itu secara cuma-cuma] - hal 181.
Lenski (hal 681) juga mempunyai pandangan yang sama dengan William Hendriksen, dan ia mengatakan bahwa kata untuk ‘hormat’ di sini adalah TIMEE, sedangkan kata untuk ‘upah / gaji’ adalah MISTHOS.
Tetapi ada banyak penafsir yang menganggap bahwa kata ‘honor’ artinya memang mencakup baik ‘rasa hormat’ maupun ‘upah / gaji / honorarium’.
Wycliffe: “‘Double honor.’ ‘Honor’ has two meanings: ‘Honor’ and ‘honorarium’ or ‘compensation.’ Both meanings are doubtless intended here. In the case of those who labor in preaching and teaching, their whole time is thus devoted, and they are deserving of compensation from the church (see 1 Tim 5:18). The word ‘double’ seems to argue for a sufficient or appropriate recompense, rather than a double amount. In the LXX, in Isa 40:2, the same word is used, and it carries in context the idea of ‘full equivalent.’ Note also Paul’s parallel usage of ‘honor’ in 1 Tim 6:1, where it is ‘all’ or ‘full honor.’” [= ‘Kehormatan ganda’. ‘Kehormatan’ (honor) mempunyai dua arti: ‘kehormatan’ (honor) dan ‘uang jasa’ (honorarium) atau ‘bayaran / upah / kompensasi’. Tak diragukan bahwa kedua arti dimaksudkan di sini. Dalam kasus dari mereka yang berjerih payah dalam berkhotbah dan mengajar, seluruh waktu mereka dibaktikan, dan mereka layak mendapat bayaran / upah / kompensasi dari gereja (lihat 1Tim 5:18). Kata ‘ganda / dua kali lipat’ kelihatannya menganjurkan / mendesak untuk suatu upah / bayaran / kompensasi yang cukup atau pantas, dari pada jumlah dua kali lipat. Dalam LXX, dalam Yes 40:2, kata yang sama digunakan, dan dalam kontext itu kata itu membawa gagasan ‘jumlah sepenuhnya’. Perhatikan juga penggunaan paralel oleh Paulus tentang kata ‘kehormatan’ (honor) dalam 1Tim 6:1, dimana itu adalah ‘semua / segala’ atau ‘kehormatan sepenuhnya’].
Yes 40:2 - “tenangkanlah hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah diampuni, sebab ia telah menerima hukuman dari tangan TUHAN dua kali lipat karena segala dosanya”.
1Tim 6:1 - “Semua orang yang menanggung beban perbudakan hendaknya menganggap tuan mereka layak mendapat segala penghormatan, agar nama Allah dan ajaran kita jangan dihujat orang”.
Adam Clarke: “‘Double honour’. DIPLEES TIMEES. Almost every critic of note allows that TIMEE here signifies ‘reward, stipend, wages.’ Let him have a double or a larger salary who rules well” (= ‘Kehormatan ganda’. DIPLEES TIMEES. Hampir setiap pengkritik catatan mengijinkan bahwa TIMEE di sini berarti ‘pahala, gaji, upah’. Hendaklah ia yang memerintah dengan baik mendapat gaji dobel atau gaji yang lebih besar).
Barnes’ Notes: “‘Be counted worthy of double honour.’ Of double respect; that is, of a high degree of respect; ... compare 1 Thes 5:12-13. From the quotation which is made in 1 Tim. 5:18, in relation to this subject, it would seem probable that the apostle had some reference also to their support, or to what was necessary for their maintenance. There is no improbability in supposing that all the officers of the church, of whatever grade or rank, may have had some compensation, corresponding to the amount of time which their office required them to devote to the service of the church. Nothing would be more reasonable than that, if their duties in the church interfered with their regular employments in their secular calling, their brethren should contribute to their support; compare notes on 1 Cor. 9” (= ‘Dianggap layak untuk kehormatan / honor ganda’. Rasa hormat ganda; yaitu suatu rasa hormat tingkat tinggi; ... bandingkan dengan 1Tes 5:12-13. Dari kutipan yang dibuat dalam 1Tim 5:18, berhubungan dengan pokok ini, kelihatan memungkinkan bahwa sang rasul menghubungkan ini juga dengan tunjangan mereka, atau dengan apa yang perlu untuk pemeliharaan / biaya hidup mereka. Tidak ada ketidak-mungkinan dalam menduga bahwa semua pejabat gereja, dari tingkat apapun, mungkin mendapatkan suatu bayaran / upah / kompensasi, sesuai dengan jumlah waktu yang dituntut untuk dibaktikan oleh jabatan / tugas mereka kepada pelayanan gereja. Tidak ada yang lebih masuk akal dari pada bahwa, jika kewajiban mereka dalam gereja mencampuri / mengganggu pekerjaan biasa mereka dalam panggilan sekuler, maka saudara-saudara mereka harus menyumbang tunjangan mereka; bandingkan dengan catatan tentang 1Kor 9).
1Kor 9:4-14 - “(4) Tidakkah kami mempunyai hak untuk makan dan minum? (5) Tidakkah kami mempunyai hak untuk membawa seorang isteri Kristen, dalam perjalanan kami, seperti yang dilakukan rasul-rasul lain dan saudara-saudara Tuhan dan Kefas? (6) Atau hanya aku dan Barnabas sajakah yang tidak mempunyai hak untuk dibebaskan dari pekerjaan tangan? (7) Siapakah yang pernah turut dalam peperangan atas biayanya sendiri? Siapakah yang menanami kebun anggur dan tidak memakan buahnya? Atau siapakah yang menggembalakan kawanan domba dan yang tidak minum susu domba itu? (8) Apa yang kukatakan ini bukanlah hanya pikiran manusia saja. Bukankah hukum Taurat juga berkata-kata demikian? (9) Sebab dalam hukum Musa ada tertulis: ‘Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik!’ Lembukah yang Allah perhatikan? (10) Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya. (11) Jadi, jika kami telah menaburkan benih rohani bagi kamu, berlebih-lebihankah kalau kami menuai hasil duniawi dari pada kamu? (12) Kalau orang lain mempunyai hak untuk mengharapkan hal itu dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak yang lebih besar? Tetapi kami tidak mempergunakan hak itu. Sebaliknya, kami menanggung segala sesuatu, supaya jangan kami mengadakan rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus. (13) Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu? (14) Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu”.
1Tes 5:12-13 - “(12) Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu MENGHORMATI mereka yang bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu; (13) dan supaya kamu sungguh-sungguh menjunjung mereka dalam kasih karena pekerjaan mereka. Hiduplah selalu dalam damai seorang dengan yang lain”.
Kata Yunani yang digunakan untuk ‘menghormati’ di sini berbeda dengan yang digunakan dalam 1Timotius 5:17. Kata Yunani yang digunakan di sini adalah EIDENAI, yang terjemahan hurufiahnya adalah ‘to know’ (= mengetahui)! Tetapi hanya KJV yang menterjemahkan ‘to know’ (= mengetahui), sedangkan RSV/NIV menterjemahkan ‘to respect’ (= menghormati), dan NASB menterjemahkan ‘appreciate’ (= menghargai).
Sekalipun terjemahan hurufiahnya adalah ‘to know’ (= mengetahui) tetapi memang bisa diartikan ‘to respect’ / ‘to appreciate’ (= menghormati / menghargai).
Bahkan Calvin yang telah saya tunjukkan di atas menafsirkan bahwa ‘double honor’ (= kehormatan ganda) merupakan perbandingan antara hormat yang diberikan kepada janda-janda dan kepada penatua-penatua, juga menganggap bahwa ‘hormat’ itu mencakup suatu tunjangan, yang merupakan suatu kepedulian dari gereja terhadap orang-orang yang mengurusi gereja.
Calvin: “For preserving the good order of the Church, it is likewise highly necessary that elders should not be neglected, but that due regard should be paid to them; for what could be more unfeeling than to have no care about those who have the care of the whole Church?” (= Untuk menjaga tata tertib yang baik dari Gereja, juga merupakan sesuatu yang sangat perlu bahwa penatua-penatua tidak boleh diabaikan, tetapi hormat yang seharusnya harus diberikan kepada mereka; karena apa yang bisa lebih tak berperasaan dari pada tidak mempedulikan mereka yang mengurusi seluruh Gereja?).
Calvin: “But in order to shew that he does not recommend masks, he adds, ‘who rule well;’ that is, who faithfully and laboriously discharge their office. For, granting that a person should a hundred times obtain a place, and though he should boast of his title; yet, if he do not also perform his duty, he will have no right to demand that he shall be supported at the expense of the Church. In short, he means that honor is not due to the title, but to the work performed by those who are appointed to the office” (= Tetapi untuk menunjukkan bahwa ia tidak memuji topeng / kedok, ia menambahkan ‘yang memerintah dengan baik’ / ‘yang baik pimpinannya’; yaitu, yang dengan setia dan dengan berjerih payah melaksanakan tugas mereka. Karena sekalipun seseorang mendapatkan suatu tempat / kedudukan 100 x, dan sekalipun ia membanggakan kedudukannya; tetapi jika ia tidak juga melakukan kewajibannya, ia tidak mempunyai hak untuk ditunjang atas biaya Gereja. Singkatnya, ia memaksudkan bahwa kehormatan itu tidak diberikan pada kedudukan / jabatan, tetapi pada pekerjaan / pelayanan yang dilakukan oleh mereka yang ditetapkan bagi jabatan itu).
2) “terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar.”.
a) Dari kata-kata ini muncul ajaran tentang adanya 2 kelompok penatua, yaitu yang hanya memerintah gereja (majelis gereja), dan yang memerintah maupun mengajar (pendeta / penginjil).
Calvin: “We may learn from this, that there were at that time two kinds of elders; for all were not ordained to teach. The words plainly mean, that there were some who ‘ruled well’ and honorably, but who did not hold the office of teachers” (= Kita bisa melajar dari sini, bahwa pada saat itu ada dua jenis penatua; karena tidak semua ditahbiskan untuk mengajar. Kata-kata itu secara jelas berarti bahwa ada beberapa / sebagian yang ‘memerintah dengan baik’ dan dengan terhormat, tetapi yang tidak memegang jabatan pengajar).
Ada yang menolak pembedaan 2 kelompok penatua ini. Contohnya: Matthew Henry. Ia menganggap semua penatua memerintah dan mengajarkan Firman Tuhan.
Juga ada beberapa penafsir seperti Adam Clarke dan A. T. Robertson yang menganggap bahwa pada saat itu (abad pertama) belum ada pembedaan antara penatua yang hanya memerintah, dan penatua yang memerintah dan mengajar. Tetapi William Hendriksen dalam buku tafsirannya tentang bagian ini (hal 180) mengatakan bahwa pada jaman Paulus itu pembedaan itu sudah ada.
b) Dari kata-kata ini jelas bahwa penatua yang berjerih payah dalam memberitakan Firman Tuhan lebih dihargai.
Calvin: “Yet he prefers ‘those who labor in word and doctrine,’ that is, those who are diligent in teaching the word; for those two terms, ‘word’ and ‘doctrine,’ signify the same thing, namely, the preaching of the word” (= Tetapi ia lebih memilih ‘mereka yang berjerih payah dalam firman dan doktrin / ajaran’, yaitu, mereka yang rajin dalam mengajarkan firman; karena kedua istilah itu, ‘firman’ dan ‘doktrin / ajaran’, menunjuk pada hal yang sama, yaitu pemberitaan firman).
c) Gereja yang tidak mau mencukupi kebutuhan hidup pendetanya telah ditipu oleh setan.
Calvin: “he enjoins that support shall be provided chiefly for pastors, who are employed in teaching. Such is the ingratitude of the world, that very little care is taken about supporting the ministers of the word; and Satan, by this trick, endeavors to deprive the Church of instruction, by terrifying many, through the dread of poverty and hunger, from bearing that burden” (= ia memerintahkan bahwa tunjangan disediakan terutama untuk pendeta-pendeta, yang dipekerjakan dalam pengajaran. Merupakan suatu sikap tidak tahu terima kasih dari dunia, bahwa sangat sedikit perhatian yang diambil tentang pemberian tunjangan bagi pelayan-pelayan firman; dan Iblis, dengan akal / muslihat ini, berusaha untuk menghilangkan pengajaran dari Gereja, dengan membuat banyak orang takut untuk memikul beban itu, melalui rasa takut pada kemiskinan dan kelaparan).
Tetapi perlu diingat bahwa setan juga melakukan sebaliknya. Pada waktu pendeta-pendeta bukan hanya dicukupi, tetapi diberi kebutuhan hidup yang sangat berlebihan, maka setan mendorong banyak orang, tanpa dipanggil Tuhan, untuk menjadi ‘hamba-hamba Tuhan’! Ini jelas merupakan sesuatu yang bahkan lebih merusak lagi bagi gereja! Karena itu, gereja harus betul-betul selektif dalam memilih hamba Tuhan / pendeta.
3) “Bukankah Kitab Suci berkata: ‘Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik,’ dan lagi ‘seorang pekerja patut mendapat upahnya.’”.
a) Dalam kalimat ini Paulus mengutip dari:
· Ulangan 25:4 - “Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik.’”.
· Mat 10:10 - “Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya”.
· Luk 10:7 - “Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah”.
b) Ini merupakan bukti bahwa Injil Lukas / Matius sedang ada pada saat itu, dan dianggap sebagai Kitab Suci oleh Paulus.
Wycliffe: “‘Pekerja’. Bentuk orisinil yang persis dari kutipan itu ditemukan hanya dalam Lukas. Pengutipan itu di sini, ‘Kitab Suci berkata’, menunjukkan bahwa Injil Lukas sudah ada dan dianggap sebagai Kitab Suci).
Catatan: dalam bahasa Indonesia, kata-kata dalam ay 18 ini sama persis, baik dengan yang ada dalam Mat 10:10, maupun dengan yang ada dalam Luk 10:7. Tetapi dalam bahasa Yunani maupun bahasa Inggris, hanya yang dalam Luk 10:7 yang sama persis dengan yang ada dalam ay 18 ini, sedangkan yang dalam Mat 10:10 agak berbeda sedikit. Ay 18 dan Luk 10:7 mengatakan ‘upah’ (Yunani: MISTHOU), sedangkan Mat 10:10 mengatakan ‘makanan’ (Yunani: TROPHES).
Ay 18 (NIV): ‘The worker deserves his wages’ (= Si pekerja layak mendapat upahnya).
Luk 10:7 (NIV): ‘the worker deserves his wages’ (= si pekerja layak mendapat upahnya).
Mat 10:10 (NIV): ‘the laborer deserves his food’ (= si pekerja layak mendapat makanannya).
Albert Barnes memberi komentar yang kurang lebih sama dengan Wycliffe. Tetapi Barnes menambahkan Injil Matius sebagai kemungkinan tambahan, bukan hanya Injil Lukas saja. Dan ia menambahkan bahwa kalau Paulus mengutip dari Matius / Lukas, maka itu menunjukkan bahwa Paulus menegaskan bahwa Injil itu ditulis dibawah pengilhaman Roh Kudus.
A. T. Robertson memberi kemungkinan yang berbeda dengan mengatakan bahwa, atau Paulus mengutip dari Injil Lukas, atau Paulus mengutip kata-kata Yesus yang tidak / belum tertulis, seperti yang terjadi dalam Kis 20:35. Tetapi saya berpendapat, kalau pengutipan itu dari kata-kata Yesus yang tidak tertulis, seperti dalam Kis 20:35, maka tidak mungkin dikatakan ‘Kitab Suci berkata’ seperti di sini.
Bdk. Kis 20:35 - “Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.’”.
Lalu Calvin mempunyai pandangan lain lagi.
Calvin: “‘The laborer is worthy of his hire.’ He does not quote this as a passage of Scripture, but as a proverbial saying, which common sense teaches to all. In like manner, when Christ said the same thing to the Apostles, (Matthew 10:10,) he brought forward nothing else than a statement approved by universal consent” [= ‘Seorang pekerja patut mendapat upahnya’. Ia tidak mengutip ini sebagai suatu text Kitab Suci, tetapi sebagai suatu pepatah / peribahasa, yang diajarkan oleh akal sehat kepada semua orang. Dengan cara yang sama, ketika Kristus mengatakan hal yang sama kepada Rasul-rasul, (Mat 10:10), Ia mengajukan tidak lain dari suatu pernyataan yang disetujui oleh persetujuan universal].
Jadi, Calvin beranggapan bahwa kata-kata ‘Kitab Suci berkata’ dalam ay 18 ini hanya berlaku untuk Ul 25:4nya, tetapi tidak berlaku untuk Luk 10:7 / Mat 10:10nya.
Catatan: dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia bunyinya adalah: “Bukankah Kitab Suci berkata: ‘Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik,’ dan lagi ‘seorang pekerja patut mendapat upahnya.’”.
Kata ‘lagi’ kelihatannya menunjukkan bahwa yang merupakan kutipan dari Kitab Suci bukan hanya Ul 25:4nya tetapi juga Matius 10:10 / Lukas 10:7nya. Tetapi sebetulnya kata ‘lagi’ (yang saya coret) itu tidak ada.
c) Dalam Ul 25:4, tidak terlihat kalau Musa memaksudkan ‘pekerja gereja / pendeta’; kelihatannya ia betul-betul memaksudkan ‘lembu’.
Ul 25:4 ini boleh dikatakan ‘tidak punya kontext’, karena ayat-ayat sebelumnya maupun sesudahnya kelihatannya sama sekali tak ada hubungannya dengan ayat itu. Jadi, kita tak bisa melihat dari kontextnya apakah Musa memaksudkan betul-betul lembu atau memaksudkan ‘pendeta’ di bawah gambaran lembu itu. Tetapi pengutipan oleh Paulus, jelas memastikan bahwa pendeta pasti tercakup dalam gambaran lembu itu.
Jamieson, Fausset & Brown: “The Scripture (Deut 25:4; 1 Cor 9:9). The Spirit often designs a fuller meaning under literal precepts” [= ‘Kitab Suci’ (Ul 25:4; 1Kor 9:9). Roh (Kudus) sering merancangkan suatu arti yang lebih penuh di bawah suatu perintah yang hurufiah].
Barnes’ Notes: “‘For the Scripture saith.’ This is adduced as a reason why a church should show all due respect and care for its ministers. The reason is, that as God took care to make provision for the laboring ox, much more should due attention be paid to those who labor for the welfare of the church” (= ‘Karena Kitab Suci berkata’. Ini dikemukakan sebagai suatu alasan mengapa suatu gereja harus menunjukkan seluruh hormat dan perhatian yang seharusnya bagi pendeta-pendeta / pelayan-pelayannya. Alasannya ialah, bahwa seperti Allah memperhatikan untuk memberi persediaan untuk lembu yang sedang bekerja, lebih-lebih perhatian yang seharusnya harus diberikan kepada mereka yang bekerja bagi kesejahteraan gereja).
Bible Knowledge Commentary (tentang Ul 25:4): “The command not to muzzle an ox while it is treading ... stressed kindness and fairness to the animals that helped a person earn his daily bread. Paul’s use of this verse (1 Cor 9:9) did not imply that God did not care about oxen. Paul meant that if God cares about a working ox, how much more He cares about human laborers, especially those laboring for His kingdom” [= Perintah / hukum untuk tidak memberangus seekor lembu yang sedang mengirik ... menekankan kebaikan dan keadilan terhadap binatang-binatang yang membantu seseorang untuk mendapatkan roti hariannya. Penggunaan ayat ini oleh Paulus (1Kor 9:9) tidak menyiratkan bahwa Allah tidak mempedulikan lembu. Paulus memaksudkan bahwa jika Allah peduli pada lembu yang bekerja, alangkah lebihnya Ia peduli kepada pekerja-pekerja manusia, khususnya mereka yang berjerih payah bagi kerajaanNya].
1Korintus 9:9-10 - “(9) Sebab dalam hukum Musa ada tertulis: ‘Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik!’ Lembukah yang Allah perhatikan? (10) Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya”.
Calvin: “‘Thou shalt not muzzle the ox.’ This is a political precept which recommends to us equity and humanity in general; ... if he forbids us to be unkind to brute animals, how much greater humanity does he demand towards men! ... It follows that they are cruel, and have forgotten the claims of equity, who permit cattle to suffer hunger; and incomparably worse are they that act the same part towards men, whose sweat they suck out for their own accommodation. And how intolerable is the ingratitude of those who refuse support to their pastors, to whom they cannot pay an adequate salary!” (= ‘Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik’. Ini merupakan suatu peraturan hikmat praktis yang menganjurkan kita keadilan dan kemanusiaan secara umum; ... jika ia melarang kita untuk bersikap kejam terhadap binatang yang tak berakal, betapa lebihnya rasa kemanusiaan yang Ia tuntut terhadap manusia! ... Karena itu, mereka adalah kejam, dan telah melupakan tuntutan keadilan, yang mengijinkan ternak untuk menderita kelaparan; dan lebih buruk secara tak terbandingkan jika mereka bertindak secara sama terhadap manusia, yang keringatnya mereka hisap bagi kenyamanan mereka. Dan alangkah tidak bisa ditoleransinya rasa tidak tahu terima kasih dari mereka yang menolak memberi tunjangan kepada pendeta-pendeta mereka, bagi siapa mereka tidak bisa memberi suatu gaji yang cukup!).
BACA JUGA: 1 TIMOTIUS 3:1-7 (STUDI SYARAT-SYARAT PEMIMPIN JEMAAT)
Catatan: saya lebih setuju kalau kata-kata ‘cannot’ (= tidak bisa) diganti dengan ‘will not’ (= tidak mau). Kalau gerejanya memang ‘tidak mampu’, maka gereja itu tidak bisa disalahkan. Yang salah adalah kalau gereja itu mampu tetapi tetap ‘tidak mau’ mencukupi kebutuhan pendetanya!
d) 1 Timotius 5: 18 ini merupakan bukti bahwa kata ‘hormat’ / ‘dihormati’ dalam ay 17 mencakup pemberian tunjangan / honorarium.
Adam Clarke: “‘The Scripture saith, Thou shalt not muzzle the ox.’ This is a manifest proof that by TIMEE, honour, in the preceding verse, the apostle means salary or wages: ‘Let the elders that rule well be accounted worthy of double honour,’ a larger salary than any of the official widows mentioned before, for ‘the labourer is worthy of his hire.’ The maintenance of every man in the church should be in proportion to his own labour, and the necessities of his family. He that does no work should have no wages. In the church of Christ there never can be a sinecure. They who minister at the altar should live by the altar; the ox that treadeth out the corn should not be muzzled; the labourer is worthy of his hire: but the altar should not support him who does not minister at it; if the ox won’t tread out the corn, let him go to the common or be muzzled; if the man will not labour, let him have no hire” (= ‘Kitab Suci berkata, Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik’. Ini merupakan bukti yang nyata / jelas bahwa dengan TIMEE, ‘hormat’, dalam ayat sebelumnya, sang rasul memaksudkan gaji atau upah: ‘Hendaklah penatua yang memerintah dengan baik dianggap layak untuk kehormatan ganda’, suatu gaji yang lebih tinggi dari janda-janda resmi yang disebutkan sebelumnya, karena ‘seorang pekerja patut mendapat upahnya’. Pemeliharaan dari setiap orang dalam gereja harus sebanding dengan jerih payahnya, dan kebutuhan dari keluarganya. Ia yang tidak melakukan pekerjaan tidak boleh mendapat upah. Dalam gereja Kristus tidak pernah bisa ada seorang pejabat gereja yang dibayar tanpa melakukan pekerjaan apapun. Mereka yang melayani mezbah harus hidup dari mezbah itu; lembu yang mengirik jagung / gandum tidak boleh diberangus; pekerja layak mendapat upahnya: tetapi mezbah tidak boleh menunjang dia yang tidak melayani padanya; jika lembu tidak mau mengirik jagung / gandum, hendaklah ia ada dalam keadaan biasa dan diberangus; jika seseorang tidak mau bekerja, hendaklah ia tidak mendapat upah).
Ada 2 hal yang ingin saya tekankan dari kata-kata Adam Clarke ini:
1. Pemeliharaan / upah / gaji dari pekerja gereja / pendeta harus sebanding dengan jerih payahnya. Herannya, dalam kebanyakan gereja, pendeta hanya khotbah sebulan 1 x, tetapi tetap menerima tunjangan yang besar! Setengah kutipan bagian akhir dari Adam Clarke di atas harus diperhatikan!
2. Pemeliharaan / upah / gaji dari pekerja gereja / pendeta harus sebanding dengan kebutuhan keluarganya.
a. Karena itu, saya lebih setuju bahwa untuk pendeta, istilah yang tepat bukan ‘gaji’ atau ‘upah’, tetapi ‘biaya hidup’ (kalau kita melihat 1Kor 9:4-14, jelas bahwa istilah ‘biaya hidup’ ini memang Alkitabiah).
b. Pendeta yang anaknya hanya satu, tentu mendapat lebih sedikit dari yang anaknya tiga. Tetapi saya juga menganggap bahwa pendeta itu sendiri harus tahu diri dalam urusan ‘membuat anak’. Jangan punya terlalu banyak anak, supaya tidak memberati gereja. 1 TIMOTIUS 5:17-18 (PERINTAH MENGHORMATI PENATUA)
-o0o-
d) 1 Timotius 5: 18 ini merupakan bukti bahwa kata ‘hormat’ / ‘dihormati’ dalam ay 17 mencakup pemberian tunjangan / honorarium.
Adam Clarke: “‘The Scripture saith, Thou shalt not muzzle the ox.’ This is a manifest proof that by TIMEE, honour, in the preceding verse, the apostle means salary or wages: ‘Let the elders that rule well be accounted worthy of double honour,’ a larger salary than any of the official widows mentioned before, for ‘the labourer is worthy of his hire.’ The maintenance of every man in the church should be in proportion to his own labour, and the necessities of his family. He that does no work should have no wages. In the church of Christ there never can be a sinecure. They who minister at the altar should live by the altar; the ox that treadeth out the corn should not be muzzled; the labourer is worthy of his hire: but the altar should not support him who does not minister at it; if the ox won’t tread out the corn, let him go to the common or be muzzled; if the man will not labour, let him have no hire” (= ‘Kitab Suci berkata, Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik’. Ini merupakan bukti yang nyata / jelas bahwa dengan TIMEE, ‘hormat’, dalam ayat sebelumnya, sang rasul memaksudkan gaji atau upah: ‘Hendaklah penatua yang memerintah dengan baik dianggap layak untuk kehormatan ganda’, suatu gaji yang lebih tinggi dari janda-janda resmi yang disebutkan sebelumnya, karena ‘seorang pekerja patut mendapat upahnya’. Pemeliharaan dari setiap orang dalam gereja harus sebanding dengan jerih payahnya, dan kebutuhan dari keluarganya. Ia yang tidak melakukan pekerjaan tidak boleh mendapat upah. Dalam gereja Kristus tidak pernah bisa ada seorang pejabat gereja yang dibayar tanpa melakukan pekerjaan apapun. Mereka yang melayani mezbah harus hidup dari mezbah itu; lembu yang mengirik jagung / gandum tidak boleh diberangus; pekerja layak mendapat upahnya: tetapi mezbah tidak boleh menunjang dia yang tidak melayani padanya; jika lembu tidak mau mengirik jagung / gandum, hendaklah ia ada dalam keadaan biasa dan diberangus; jika seseorang tidak mau bekerja, hendaklah ia tidak mendapat upah).
Ada 2 hal yang ingin saya tekankan dari kata-kata Adam Clarke ini:
1. Pemeliharaan / upah / gaji dari pekerja gereja / pendeta harus sebanding dengan jerih payahnya. Herannya, dalam kebanyakan gereja, pendeta hanya khotbah sebulan 1 x, tetapi tetap menerima tunjangan yang besar! Setengah kutipan bagian akhir dari Adam Clarke di atas harus diperhatikan!
2. Pemeliharaan / upah / gaji dari pekerja gereja / pendeta harus sebanding dengan kebutuhan keluarganya.
a. Karena itu, saya lebih setuju bahwa untuk pendeta, istilah yang tepat bukan ‘gaji’ atau ‘upah’, tetapi ‘biaya hidup’ (kalau kita melihat 1Kor 9:4-14, jelas bahwa istilah ‘biaya hidup’ ini memang Alkitabiah).
b. Pendeta yang anaknya hanya satu, tentu mendapat lebih sedikit dari yang anaknya tiga. Tetapi saya juga menganggap bahwa pendeta itu sendiri harus tahu diri dalam urusan ‘membuat anak’. Jangan punya terlalu banyak anak, supaya tidak memberati gereja. 1 TIMOTIUS 5:17-18 (PERINTAH MENGHORMATI PENATUA)
-o0o-