4 SIKAP DAUD DALAM MENGHADAPI TANTANGAN DAN ANCAMAN DUNIA

1.Di dalam menghadapi tantangan dan ancaman/kekhawatiran hidup, Daud selalu berkomitmen untuk melayani Tuhan dengan kesetiaan dan pengorbanan (2 Samuel 6:14-15, 7:1-17).
4 SIKAP DAUD DALAM MENGHADAPI TANTANGAN DAN ANCAMAN
gadget, bisnis, otomotif
Ia membawa tabut Allah ke Yerusalem dan kemudian ia mementingkan rumah Tuhan. Takhtanya bukanlah yang utama baginya. Kita dipanggil untuk menggenapkan kehendak Tuhan. Komitmen kita menggambarkan pengenalan kita akan Tuhan. Kalau kita sadar bahwa kita sudah ditebus oleh Kristus, maka kita punya hasrat untuk melayani Tuhan. Kalau tidak ada keinginan untuk melayani Tuhan, maka iman kita perlu dipertanyakan. Kuasa penebusan itu pasti memunculkan hasrat untuk melayani Tuhan. Orang-orang seperti ini tidak perlu dipaksa atau disuruh untuk melayani. 

Daud berkomitmen untuk secara total melayani Tuhan sampai mati. Tidak ada kata pensiun bagi Daud. Ia belajar untuk berkorban dan terus mau berkorban. Ia belajar untuk tidak mengorbankan orang lain lagi. Sikap Daud yang kedua adalah ia begitu mengasihi Tuhan dan Firman Tuhan. Mazmur 119:97 Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari. Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku (Mazmur 119:105). 

Untuk menyelesaikan masalah, kita membutuhkan Firman Tuhan. Daud tidak memakai cara Tuhan ketika ia pertama kali memindahkan tabut Allah. Tuhan sudah menyatakan bahwa tabut itu seharusnya dipindahkan oleh orang-orang Lewi (1 Tawarikh 15:2). Daud tidak memerhatikan bagian itu dan memakai hewan untuk mengangkut tabut Tuhan. Jadi masalah itu bukan berkurang tetapi malah bertambah. Ketika Daud tidak mendidik anak-anaknya dengan benar, akhirnya Absalom melawannya.

2.Sikap Daud yang kedua adalah Ia selalu mendekatkan diri kepada Tuhan. Ia melihat kepada Tuhan seperti tertulis dalam Mazmur 63. Di sana terang Tuhan menerangi pikirannya dalam melihat tantangan dan ancaman dunia. Bangsa Filistin begitu keras melawan Israel, namun mengapa mereka takluk di bawah Daud? Ini karena penyertaan Tuhan. Jadi kita harus bergaul akrab dengan Tuhan dalam segala aspek. Pikiran kita harus ditaklukkan di bawah pikiran Tuhan. Kebenaran Tuhan harus bercahaya dalam rasio kita. Semua kebenaran Tuhan harus kita terima dalam hati dan emosi kita. Itulah yang harus kita pegang. Dalam ibadah kepada Tuhan, rasio kita harus tetap aktif. Rasio kita diciptakan oleh Tuhan dan ditebus oleh Tuhan. Jadi kita harus beribadah dengan segenap akal budi kita. 

Namun rasio tidak boleh menjadi yang terutama dalam ibadah. Iman harus memimpin rasio kita. Kita boleh berpikir sedemikian rupa untuk melihat tantangan dan ancaman dunia termasuk Covid-19. Kita bisa melihat dari berbagai macam perspektif, namun iman harus tetap memimpin rasio kita. Iman juga harus menerangi emosi dan tindakan kita. Jadi dalam situasi yang sulit iman, pengharapan, dan kasih tidak boleh digeser. Mazmur 1 mengajarkan tentang hidup yang mengutamakan Tuhan. Kita diajarkan untuk merenungkan Firman Tuhan dan berjalan dalam kebenaran. Dari sana kita akan selalu berbuah pada waktunya. Hidup kita akan terus berbuah. 

Di tengah kesulitan pun kita tetap akan bisa mempersaksikan Tuhan. Kita harus mengerti prioritas hidup kita sehingga kita bisa produktif untuk Tuhan. Kita mau terus menerus berbuah. Buah kita harus manis dan bisa dinikmati oleh orang lain sehingga mereka bisa melihat kepada Tuhan. Kita mengasihi Tuhan dan Firman Tuhan bukan dari mulut saja. Kasih itu harus dibuktikan dalam hidup kita. Itulah yang dilakukan oleh Daud. Keahilan Daud bermain musik dipakainya untuk memuji Tuhan.

3.Sikap Daud yang ketiga adalah ia menjadi pen doa syafaat (Mazmur 3-5, 9, 13, 20, 1 Samuel 18:18-23, 2 Samuel 7:18). Ketika masalah datang, respons Daud pertama-tama adalah berdoa. Ia tidak mengandalkan manusia dan tidak memakai cara dunia. Ia mau mengerti kehendak Tuhan melalui doa. Hatinya mau bergaul akrab dengan Tuhan. Ia mau mengerti visi dan misi Tuhan serta mau dekat dengan Tuhan. Kerinduan terbesar Daud adalah diam di rumah Tuhan. Ini berarti ia mau dekat dengan kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan diterapkan dalam gaya kepemimpinannya dan caranya menyelesaikan masalah. 

Kita mungkin berdoa lima kali dalam sehari. Namun kita harus berdoa senantiasa ketika ada pergumulan. Kita juga terus mengevaluasi diri dan memikirkan apa yang kita bisa kerjakan bagi Tuhan. Kita bersyukur ketika kita boleh menjadi alat Tuhan. Kita harus mendukung Gereja di dalam doa. Itu adalah tugas kita. Kita harus peduli terhadap Gereja kita. Generasi-generasi berikutnya harus menjadi perhatian kita dan kita harus berjuang untuk mereka sehingga mereka bisa mengenal dan beribadah kepada Tuhan. 


Kita mungkin sering mendoakan rumah dan tempat kerja kita, namun apakah kita rajin berdoa untuk Gereja? Gereja selalu menghadapi ancaman dan masalah, namun kita harus belajar bagaimana menyikapi masalah tersebut dan memuliakan Tuhan. Kita bisa saja memakai cara dunia, namun itu tidak akan berkenan di mata Tuhan. Daud tidak hanya menjadi pen doa syafaat tetapi ia juga selalu aktif mengerjakan apa yang ia bisa kerjakan. Ada kalanya di mana kita hanya bisa berdoa dan menantikan Tuhan bertindak. Namun ada kalanya kita harus berdoa, bertindak, dan menjadi penyelesai masalah itu.

4.Sikap Daud yang keempat adalah ia selalu berusaha hidup berkenan kepada Allah (1 Samuel 13-14 dan Mazmur 63). Dalam sepanjang hidup Daud, ia selalu mau berkenan kepada Tuhan. Pada masa tuanya, tubuhnya menjadi mudah dingin sehingga ia membutuhkan kehangatan dari luar (1 Raja-Raja 1:1-4). Akhirnya pegawainya mencarikan seorang perempuan cantik untuk menghangatkan Daud. Alkitab mencatat bahwa Daud tidak bersetubuh dengan perempuan itu sama sekali. 

Jadi ia tidak berzinah. Kita harus senantiasa hidup berkenan kepada Allah di tengah situasi apapun juga. Kita harus terus mencari Firman Tuhan dan bertumbuh di dalam Tuhan. Itulah yang menjadi kekuatan bagi kita. Di balik segala tantangan dan ancaman, Daud selalu mengandalkan Tuhan. Ia mengasihi Tuhan melebihi dirinya sendiri, keluarganya, dan takhtanya. Ia menjadi pen doa syafaat dan pelaksana untuk menyelesaikan setiap masalah. 

KESIMPULAN

1) Tantangan dan ancaman dunia adalah alat di mata Tuhan untuk mendidik kualitas iman, pengharapan, dan kasih kita kepada Tuhan.

Semua ini tidak boleh tergeser karena masa pandemi. Umur dan kelemahan tubuh kita tidak boleh menjadi alasan untuk tidak melayani Tuhan. Kita harus menjadi prajurit Tuhan. Kita berhenti saat kematian itu tiba. Meskipun kita ditembak, kita harus terus berperang jika tubuh kita masih bisa bergerak. Itulah mental seorang prajurit.

2) Sikap yang baik dalam melihat masalah dan tantangan hidup adalah berani mengubah cara pandang kita untuk melihat semua itu.

Mindset kita harus diubah. Cepat atau lambat, kita akan terjangkiti virus Covid-19. Masalah dan kekhawatiran tidak mungkin tidak ada. Jadi mindset kita-lah yang harus diubah. Jika ini adalah ujian Tuhan maka kita harus berani menghadapinya. Jika ini adalah pencobaan maka kita harus berani menghadapinya bersama dengan Tuhan.

3) Sikap yang baik dalam menyelesaikan masalah adalah kita berdamai dengan Tuhan: bersyukur, beribadah, dan melayani Tuhan selalu dan berani menghadapi masalah.

Di sini kita belajar untuk menjadi penyelesai masalah. Masalah kita sudah diselesaikan oleh Tuhan Yesus Kristus. Kita bukan lagi musuh Tuhan. Seluruh kutuk sudah dipatahkan di dalam kematian Yesus. Kuasa maut dan kuasa Setan sudah diselesaikan oleh Tuhan Yesus. Jadi masalah terbesar dalam hidup kita sudah diselesaikan oleh Tuhan Yesus dan hidup kita sudah menjadi milik Yesus. 

Kita harus menjalankan semua perintah Tuhan. Firman Tuhan dan kasih setia Tuhan adalah hidup kita. Perintah Tuhan membuat hidup kita berarti. Bijaksana Tuhan menuntun kita untuk menyelesaikan setiap masalah. Penasihat kita yang ajaib adalah Tuhan Yesus. Allah Roh Kudus mencerahkan pikiran dan hati kita melalui Firman Tuhan yang kita baca. Jadi kita harus bergaul akrab dengan Firman Tuhan. Kita harus dekat dengan Tuhan dalam segala aspek dan menjalankan perintah-Nya.
Pdt. Tumpal Hutahaean, M.Th.
Next Post Previous Post