INJIL KASIH KARUNIA (GALATIA 2:1-9)
Pendahuluan:
Surat Paulus kepada jemaat di Galatia adalah salah satu karya teologis yang paling penting dalam Perjanjian Baru. Dalam surat ini, Paulus menegaskan kebenaran Injil kasih karunia yang menolak keselamatan berdasarkan perbuatan hukum Taurat. Fokus utama dalam Galatia 2:1-9 adalah penegasan bahwa keselamatan hanya diperoleh melalui iman kepada Yesus Kristus, bukan melalui kepatuhan terhadap hukum Musa. Ayat-ayat ini juga menyoroti pentingnya persekutuan yang didasarkan pada anugerah Allah, bukan aturan agama atau tradisi Yahudi seperti sunat.
1. Latar Belakang dan Konteks (Galatia 2:1-2)
Surat Paulus kepada jemaat Galatia ditulis untuk menangani krisis yang muncul ketika kelompok legalis atau "saudara-saudara palsu" berusaha memaksakan hukum Taurat, terutama sunat, kepada orang-orang percaya yang bukan Yahudi. Mereka mengklaim bahwa keselamatan tidak cukup hanya melalui iman kepada Yesus, tetapi juga harus diikuti dengan ketaatan pada hukum Taurat. Untuk menjawab hal ini, Paulus memberikan narasi pribadinya, yang dimulai dengan kunjungannya ke Yerusalem.
"Empat belas tahun kemudian, aku kembali lagi ke kota Yerusalem dengan Barnabas dan membawa Titus bersamaku. Aku pergi karena suatu penyataan dan untuk menjelaskan kepada mereka tentang Injil yang kuberitakan di antara orang-orang bukan Yahudi. Namun, aku melakukannya dalam pertemuan pribadi, yaitu hanya dengan mereka yang berpengaruh untuk memastikan bahwa apa yang kukerjakan dan yang sudah kukerjakan tidak sia-sia." (Galatia 2:1-2)
Paulus, setelah empat belas tahun pelayanan kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi, merasa perlu untuk bertemu dengan para pemimpin gereja di Yerusalem. Ia melakukan hal ini bukan karena meragukan Injil yang diajarkannya, tetapi untuk memastikan bahwa misi penginjilan kepada orang bukan Yahudi tidak terhambat oleh perselisihan internal mengenai hukum Taurat. Ia ingin menjaga kesatuan gereja dan memastikan bahwa Injil yang sama diberitakan baik kepada orang Yahudi maupun bukan Yahudi.
A. Motivasi Paulus: Penyataan dari Tuhan
Paulus menjelaskan bahwa motivasinya untuk kembali ke Yerusalem bukan karena tekanan dari manusia, tetapi karena penyataan dari Tuhan. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa misi penginjilannya kepada bangsa-bangsa lain adalah panggilan ilahi, bukan keputusan yang dibuat karena tekanan sosial atau politik.
2. Kebebasan dalam Kristus (Galatia 2:3-5)
Isu penting yang dihadapi Paulus di Yerusalem adalah tentang sunat. Sebagian orang Yahudi yang percaya mengajukan bahwa semua orang percaya, termasuk mereka yang berasal dari bangsa-bangsa bukan Yahudi, harus disunat sebagai tanda perjanjian Allah dengan Abraham.
"Bahkan, Titus, yang bersamaku, tidak harus disunat walaupun ia adalah orang Yunani. Hal ini terjadi karena ada saudara-saudara palsu yang diam-diam masuk dan menyusup untuk memata-matai kebebasan yang kita miliki dalam Yesus Kristus supaya kita dibawa kembali kepada perbudakan. Akan tetapi, kami tidak mau tunduk kepada mereka sesaat pun supaya kebenaran Injil tetap tinggal dalam kamu." (Galatia 2:3-5)
A. Kebebasan dari Hukum Taurat
Titus, seorang Yunani, menjadi contoh nyata dari kebebasan Injil. Paulus menegaskan bahwa Titus, yang bukan orang Yahudi, tidak dipaksa untuk disunat. Ini menunjukkan bahwa kebebasan di dalam Kristus membebaskan orang percaya dari tuntutan hukum Taurat, khususnya praktik-praktik seremonial seperti sunat.
Paulus menggambarkan upaya kelompok legalis ini sebagai "perbudakan". Mereka berusaha mengikat orang percaya kembali kepada hukum Taurat yang sudah disempurnakan oleh Kristus melalui pengorbanan-Nya di kayu salib. Bagi Paulus, menambah hukum Taurat kepada Injil berarti menolak kebenaran Injil kasih karunia.
B. Saudara-Saudara Palsu
Dalam ayat 4, Paulus menyebut adanya "saudara-saudara palsu" yang masuk secara diam-diam untuk memata-matai kebebasan yang ada dalam Kristus. Mereka mencoba membawa jemaat kembali kepada hukum Taurat, yang menurut Paulus adalah perbudakan rohani. Saudara-saudara palsu ini adalah mereka yang berusaha untuk mencampurkan hukum Taurat dengan kasih karunia.
Paulus dan rekan-rekannya dengan tegas menolak upaya ini. Mereka tidak tunduk kepada saudara-saudara palsu tersebut, karena hal itu akan mengkompromikan kebenaran Injil. Dengan demikian, kebebasan dalam Kristus tetap dipertahankan, dan Injil tetap murni tanpa dicampuri oleh tuntutan hukum Taurat.
3. Kesatuan dalam Misi Penginjilan (Galatia 2:6-9)
Setelah mengklarifikasi posisinya mengenai kebebasan dalam Kristus, Paulus melanjutkan untuk menceritakan hasil dari pertemuannya dengan para pemimpin gereja di Yerusalem, yang mencakup Yakobus, Petrus, dan Yohanes.
"Namun, dari orang-orang yang berpengaruh itu, yang kedudukannya tidaklah penting bagiku karena Allah tidak membeda-bedakan, mereka tidak menambahkan apa-apa bagiku. Sebaliknya, mereka melihat bahwa kepadaku telah dipercayakan Injil untuk orang-orang yang tidak bersunat, sama seperti Petrus yang dipercayakan Injil untuk orang-orang yang bersunat." (Galatia 2:6-7)
A. Pengakuan Akan Misi Paulus
Para pemimpin gereja di Yerusalem mengakui bahwa misi Paulus kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi adalah bagian dari rencana Allah. Mereka tidak menambahkan apa pun kepada Injil yang Paulus ajarkan. Sebaliknya, mereka memberikan tangan kanan persekutuan, menandakan kesepakatan bahwa Paulus dan Barnabas akan fokus pada bangsa-bangsa bukan Yahudi, sedangkan Petrus dan rekan-rekannya akan melayani orang-orang Yahudi.
Hal ini penting karena menunjukkan bahwa meskipun ada perbedaan dalam audiens yang dilayani, Injil yang mereka ajarkan adalah satu dan sama. Injil kasih karunia yang menyelamatkan orang Yahudi adalah Injil yang sama yang menyelamatkan orang bukan Yahudi. Tidak ada perbedaan dalam pesan keselamatan, meskipun ada perbedaan dalam konteks budaya.
B. Persekutuan dalam Injil
Yakobus, Petrus, dan Yohanes yang disebut sebagai "saka guru" jemaat Yerusalem mengulurkan tangan kanan persekutuan kepada Paulus dan Barnabas. Tindakan ini menunjukkan bahwa mereka sepakat dengan misi penginjilan Paulus dan mengakui anugerah Allah yang bekerja dalam pelayanannya.
Meskipun mereka melayani kelompok yang berbeda (orang Yahudi dan bukan Yahudi), kesatuan mereka didasarkan pada Injil yang sama, Injil kasih karunia. Kesepakatan ini menegaskan bahwa tidak ada Injil yang berbeda bagi orang Yahudi dan orang bukan Yahudi. Semua orang, terlepas dari latar belakang mereka, diselamatkan oleh iman kepada Yesus Kristus saja.
4. Injil Kasih Karunia: Fondasi Keselamatan
Perikop ini menegaskan bahwa keselamatan adalah hasil dari kasih karunia Allah semata, bukan melalui usaha manusia atau ketaatan pada hukum Taurat. Paulus dengan tegas menolak gagasan bahwa sunat atau praktik hukum Taurat lainnya diperlukan untuk keselamatan. Ia menyatakan bahwa hanya melalui iman kepada Yesus Kristus seseorang dapat dibenarkan di hadapan Allah.
Injil kasih karunia ini bukan hanya menawarkan pengampunan dosa, tetapi juga kebebasan dari hukum Taurat. Bagi Paulus, penambahan hukum Taurat kepada Injil berarti menyangkal karya Kristus yang telah sempurna di kayu salib.
A. Iman Bukan Perbuatan
Di seluruh surat Galatia, Paulus menekankan bahwa keselamatan tidak mungkin diperoleh melalui usaha manusia atau ketaatan pada hukum Taurat. Dalam Galatia 2:16, yang sedikit lebih lanjut dari ayat-ayat yang kita bahas, Paulus menulis, "Sebab kita tahu, bahwa manusia tidak dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi oleh karena iman dalam Yesus Kristus." Pernyataan ini menjadi dasar dari teologi Paulus tentang justifikasi oleh iman, yang artinya seseorang dibenarkan di hadapan Allah melalui iman, bukan melalui usaha manusia.
B. Kasih Karunia yang Memerdekakan
Kasih karunia tidak hanya menyelamatkan, tetapi juga memerdekakan orang percaya dari perbudakan hukum Taurat. Di dalam Kristus, kita dibebaskan dari tuntutan hukum yang tidak dapat kita penuhi. Injil kasih karunia membebaskan kita untuk hidup dalam kebebasan rohani, bukan dalam ketakutan atau kekhawatiran tentang apakah kita cukup taat kepada hukum untuk mendapatkan keselamatan.
5. Implikasi bagi Kehidupan Orang Percaya
Galatia 2:1-9 memiliki implikasi besar bagi kehidupan orang percaya saat ini. Pertama, kita harus menyadari bahwa keselamatan kita sepenuhnya bergantung pada kasih karunia Allah. Tidak ada satu pun yang dapat kita lakukan untuk menambah atau memperbaiki keselamatan yang telah diberikan kepada kita oleh Yesus Kristus.
Kedua, kita dipanggil untuk hidup dalam kebebasan yang diberikan oleh Injil. Kebebasan ini bukan berarti kita bebas melakukan dosa, tetapi bebas dari perbudakan hukum yang menuntut ketaatan sempurna untuk memperoleh keselamatan.
Ketiga, kesatuan dalam gereja harus didasarkan pada Injil kasih karunia, bukan pada tradisi atau peraturan agama. Baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi diselamatkan dengan cara yang sama, yaitu melalui iman kepada Yesus Kristus. Oleh karena itu, gereja harus menjadi tempat di mana kasih karunia Allah dinyatakan, tanpa ada diskriminasi atau pemaksaan terhadap aturan-aturan yang tidak relevan dengan Injil.
Kesimpulan
Galatia 2:1-9 menegaskan pentingnya Injil kasih karunia dan kebebasan yang kita miliki dalam Kristus. Keselamatan adalah pemberian Allah yang diberikan melalui iman, tanpa perlu ketaatan pada hukum Taurat. Paulus dengan tegas melawan upaya untuk mencampurkan hukum Taurat dengan Injil, dan ia menegaskan bahwa kebebasan dalam Kristus adalah bagian integral dari keselamatan kita.
Kasih karunia Allah tidak hanya menyelamatkan kita dari dosa, tetapi juga membebaskan kita dari perbudakan hukum Taurat, memberi kita kebebasan untuk hidup dalam persekutuan dengan Allah. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menjaga kemurnian Injil kasih karunia dan menyebarkannya kepada semua orang, tanpa diskriminasi atau penambahan beban agama.
gadget, bisnis, otomotif |
Injil kasih karunia merupakan nama yang diberikan kepada Injil yang diberitakan rasul Paulus (Efesus 3:1-11; 2 Timotius 2:8). Berdasarkan pengakuan rasul Paulus dalam Galatia 2;1-9 ada dua hal yang ditekankannya tentang Injil kasih karunia yang diberitakannya, yaitu :
Injil kasih karunia adalah pesan yang konsisten dalam pemberitaan dan pengajaran rasul Paulus. Dalam Kisah Para Rasul, Lukas mencatat demikian, “Paulus dan Barnabas tinggal beberapa waktu lamanya di situ. Mereka mengajar dengan berani, karena mereka percaya kepada Tuhan. Dan Tuhan menguatkan berita tentang kasih karunia-Nya (tô logô tês kharitos autou) dengan mengaruniakan kepada mereka kuasa untuk mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat” (Kisah Para Rasul 14:3).
DISELAMATKAN KARENA ANUGERAH OLEH IMAN
John Calvin menyatakan bahwa “pertobatan adalah hasil yang tidak dapat dielakkan dari iman. Itu tidak pernah dipandang sebagai mendahului iman, .. tidak seorang pun akan sungguh-sungguh memuja-muja Allah kecuali ia yang mempercayai bahwa Allah itu baik baginya. Akan tetapi itu tidak berarti bahwa suatu masa waktu perlu lewat sebelum iman melahirkan pertobatan; tetapi, pertobatan pada dasarnya dan langsung mengalir dari iman.
Jadi keselamatan adalah anugerah yang diterima melalui iman. Pernyataan rasul Paulus yang tegas dalam Efesus 2:8-9, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.
DIBENARKAN KARENA BERIMAN DI DALAM KRISTUS
Rasul Paulus memberikan pernyataan yang tegas dalam Roma 5:1-2, “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah”.
Inilah fakta kebenaran dalam Perjanjian Baru, kebenaran yang timbul dari iman dan bukan perbuatan. Artinya, kita tidak dibenarkan karena kita bermoral dan berbuat baik; juga bukan karena kita melakukan disiplin rohani setiap hari, seperti membaca Alkitab dan berdoa. Kita dibenarkan bukan karena kita merasa orang benar. Pembenaran tidak berhubungan dengan kelakuan (tingkah laku) kita yang benar, tetapi menjadi pribadi yang benar.
Rasul Paulus mengajar bahwa orang-orang percaya tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia, dan karena mereka tidak berada di bawah hukum Taurat mereka tidak bisa dihukum karena melanggar hukum Taurat. “kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia”, Roma 6:14. Dosa-dosa selanjutnya tidak mungkin bisa menyebabkan kejatuhan mereka, karena mereka ada di bawah sistem dari kasih karunia dan tidak diperlakukan sesuai dengan yang mereka layak dapatkan.
Baca Juga: Karakteristik Injil Kasih Karunia Yang Benar
Kebenaran yang kita miliki adalah sebuah anugerah (Roma 5:21). Apakah anugerah itu? Anugerah adalah kemurahan (perlakuan istimewa) yang tidak layak kita diterima, tidak diupayakan, dan tidak diterima karena jasa. Istilah “anugerah” sering kali oleh beberapa orang disamakan dengan “belas kasihan”.
Rasul Paulus dalam Galatia 3:11, mengatakan bahwa tidak seorang pun akan dibenarkan dengan mematuhi hukum Taurat. Jika pembenaran dalam Perjanjian Lama dilihat berdasarkan perbuatan ketaatan pada hukum Taurat, maka pembenaran dalam Perjanjian Baru berdasarkan kasih karunia dalam Kristus.
FAKTA-FAKTA DASAR DALAM INJIL KASIH KARUNIA
Pertanyaannya ialah: Apakah Injil kasih karunia yang diberitakan Paulus itu? Berdasarkan Roma 1:16-17; 4:23-25; 1 Korintus 15:1-4; Galatia 1:12; 2 Timotius 2:8, bahwa karakteristik dan signifikansi Injil yang diberitakan Paulus adalah sebagai berikut:
Pertama, karakteristik dari Injil kasih karunia itu adalah bahwa “Injil itu adalah kekuatan Allah; Injil itu menyelamatkan; Injil itu adalah kebenaran Allah; Injil itu mengajarkan tentang orang yang benar hidup oleh iman; dan Injil itu adalah pernyataan Yesus sendiri” (Roma 1:16-17; Galatia 1:12).
Kedua, signifikansi dari Injil kasih karunia itu adalah berita (kabar) bahwa “Yesus diserahkan untuk menerima hukuman mati atas pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan oleh kita manusia; Allah telah membangkitkan Kristus kembali dari antara orang mati; Kita akan dibenarkan (dinyatakan benar) di hadapan Allah apabila kita percaya akan berita mengenai kematian dan kebangkitan Yesus demi umat manusia itu; dan bahwa Kristus telah mati untuk dosa-dosa kita, telah dikuburkan, dan Ia bangkit kembali pada hari yang ketiga” (Roma 4:23-25; 1 Korintus 15:1-4; 2 Timotius 2:8).
Jika kita gabungkan ayat-ayat di atas maka kita akan menemukan fakta-fakta dasar yang diberitakan rasul Paulus dalam Injil kasih karunia yang menyelamatkan itu, sebagai berikut:
KESALAHPAHAMAN TENTANG INJIL KASIH KARUNIA
Telah ada kekeliruan tentang Injil kasih karunia yang sejati, kekeliruan itu antara lain :
BACA JUGA: PEMBENARAN / JUSTIFICATION (ARTI, DASAR, ELEMEN DAN SYARAT)