4 ALASAN KITA MENOLAK KITAB APOKRIFA

Pdt. Yakub Tri Handoko

Selain Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, orang-orang Katolik juga menerima beberapa kitab yang lain (Makabe, Tobit, Yudit, dan beberapa kitab lain). Bagaimana sikap kita terhadap kitab-kitab yang oleh saudara-saudara Katolik disebut  Deuterokanonika (Kanon yang kedua) dan oleh kita disebut dengan Apokrifa (kitab-kitab yang tidak jelas)? Mengapa kita tidak menerima kitab-kitab tersebut sebagai firman Allah? Ada 4 (empat) alasannya, yaitu:
4 ALASAN KITA MENOLAK KITAB APOKRIFA
bisnis, tutorial
1.Pertama, karena dari sisi tradisi, orang-orang Yahudi tidak pernah memperlakukan kitab-kitab itu sebagai firman Allah. Kitab-kitab itu ditulis sebagian besar antara masa Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru. 

Di dalam rentang waktu empat ratus tahun itu ada beberapa kitab kuno yang ditulis dan selanjutnya diakui oleh orang-orang Katolik sebagai firman Allah dan mereka sebut sebagai Deuterokanonika. Tetapi orang-orang Yahudi tidak pernah memperlakukan kitab-kitab itu sebagai firman Allah. 

Berbeda dengan cara mereka memperlakukan Kejadian sampai Maleakhi, mereka mengakui dan memperlakukannya sebagai firman Allah. Juga para pemikir Kristen awal tidak pernah mengakui kitab-kitab Apokrifa sebagai firman Allah. Mereka tidak memperlakukan kitab-kitab itu sebagaimana mereka memperlakukan kitab-kitab dalam PL.

Dari sisi tradisi Yahudi maupun dari tradisi awal kekristenan, kita bisa melihat gambaran yang umum bahwa kitab-kitab itu diperlakukan berbeda dengan kitab-kitab yang ada di dalam Perjanjian Lama. Tentu saja pengecualian kecil di sana sini pasti ada. Tetapi kitab-kitab itu secara umum tidak diperlakukan sebagai firman Allah. 

Para penulis Alkitab pun tidak pernah mengutip itu sebagai firman Allah. Memang ada beberapa kitab dalam Perjanjian Lama yang tidak pernah dikutip di dalam Perjanjian Baru, misalnya Kitab Ester. Tetapi secara umum, kalau kita memperhatikan tradisi, ada perbedaan dalam hal penerimaan -baik oleh orang-orang Yahudi maupun orang-orang Kristen awal- terhadap kitab-kitab Apokrifa dan terhadap kitab-kitab Perjanjian Lama.

2.Kedua, karena kitab-kitab Apokrifa tidak mengandung wibawa Apostolik maupun Profetik. Sebagaimana kita ketahui bahwa Allah itu berbicara kepada umat-Nya melalui para nabi atau para rasul. Dalam 2Petrus 1:20-21 kita sudah lihat bahwa oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah. Para nabi bernubuat juga oleh dorongan Roh Kudus. 

Konsep ini tidak ada di dalam kitab-kitab Apokrifa. Misalnya di dalam kitab Barukh, penulisnya mengatakan bahwa kalau terjadi kesalahan di dalam kitab ini, maka harap pembaca memakluminya. Gaya penulisan semacam ini tidak pernah kita temukan di dalam kitab-kitab di Alkitab, karena penulisnya sangat yakin bahwa apa yang mereka tulis berasal dari Roh Kudus. Apa yang mereka tulis tidak mungkin mengandung kesalahan.

3,Ketiga, karena terdapat kesalahan secara geografis maupun historis. Misalnya di dalam salah satu kitabnya, kitab Yudit 1:5, dikatakan bahwa Nebukadnezar adalah raja Asyur, padahal kita tahu bahwa ia adalah raja Babel. Kemudian di dalam kitab Barukh 6:2 dikatakan bahwa bangsa Israel dibuang ke Babel selama tujuh generasi, padahal mereka di Babel selama tujuh puluh tahun (Yeremia 25:11). 

Apakah satu generasi hanya dipahami selama 10 tahun? Bagaimana memahami hal ini? Ini merupakan isu yang kompleks. Tetapi secara umum kita dapat melihat ada beberapa catatan historis yang membuat kita berpikir apakah ini benar dari firman Tuhan? Karena catatan historis yang ada ternyata tidak terlalu akurat.

4,Keempat, karena ada begitu banyak ajaran atau doktrin yang bertentangan dengan bagian Alkitab yang lain. Misalnya doa untuk orang-orang mati diajarkan di salah satu kitab Apokrifa. Sedangkan di dalam Alkitab diajarkan bahwa manusia mati satu kali dan setelah itu dihakimi. Jadi tidak perlu mendoakan orang-orang yang sudah mati, karena tidak mungkin akan mengubah nasib mereka. Juga di dalam kitab Tobit dicatat tentang pengusiran setan yang dilakukan dengan sangat mistis sekali, yaitu dengan cara membakar bagian dalam dari ikan, lalu kemudian dibakar dan asapnya dapat mengusir roh-roh jahat. 


Konsep-konsep semacam ini jelas tidak pernah ada di dalam Alkitab. Selain itu diajarkan juga tentang keselamatan melalui pahala, sedekah, dan sebagainya, ini semua bertentangan dengan ajaran Alkitab. Karena itu kita menolak Apokrifa sebagai kitab suci atau firman Allah. Namun kita perlu membaca dan mempelajarinya sebagai kitab-kitab kuno untuk memahami latar belakang Yahudi dan latar belakang Alkitab, tetapi kita tidak menerimanya sebagai firman Allah. Tuhan memberkati!


Next Post Previous Post