PENJELASAN KITAB DEUTEROKANONIKA / APOKRIFA

Pdt.Budi Asali, M.Div.
Gereja RomaKatolik yang menambahi Alkitab dengan kitab-kitab Apocrypha / Deuterokanonika. Mula-mula ada 15 kitab Apocry­pha (Ind. Apokrifa) yang ditambahkan kepada Alkitab oleh orang Roma Katolik, yaitu:
PENJELASAN KITAB DEUTEROKANONIKA / APOKRIFA
gadget, education
1)         Kitab Esdras yang pertama.
2)         Kitab Esdras yang kedua.
3)         Tobit.
4)         Yudit.
5)         Tambahan-tambahan pada kitab Ester.
6)         Kebijaksanaan Salomo.
7)         Yesus bin Sirakh.
8)         Barukh.
9)         Surat dari nabi Yeremia.
10)      Doa Azarya dan Lagu pujian ketiga pemuda.
11)      Susana.
12)      Bel dan naga.
13)      Doa Manasye.
14)      Kitab Makabe yang pertama.
15)      Kitab Makabe yang kedua.

Catatan: Dalam Kitab Suci Roma Katolik bahasa Indonesia, no 10,11,12 dijadikan satu kitab, yaitu ‘Tambahan-tambahan pada kitab Daniel’.

Tetapi 3 dari kitab-kitab Apocrypha ini akhirnya ditolak oleh Council of Trent, yaitu no 1, no 2 dan no 13, dan karena itu akhirnya hanya 12 kitab Apocrypha yang dimasukkan ke dalam Alkitab mereka.
Loraine Boettner mengatakan bahwa:

a)   Kitab Esdras yang kedua ditolak karena di dalamnya ada penolakan terhadap doa untuk orang mati (2Esdras 7:105) - ‘Roman Catholicism’, hal 80.
b)   Sebetulnya ada lebih banyak lagi kitab-kitab Apocrypha yang lain, tetapi semua ini tidak pernah dimasukkan ke dalam Kitab Suci Roma Katolik. Mengapa? Loraine Boettner menjawab:
“The Council of Trent evidently selected only books that would help them in their controversy with the Reformers, and none of these gave promise of doing that” (= Sidang Gereja Trent dengan jelas menyeleksi hanya buku-buku yang akan membantu mereka dalam pertentangan dengan para tokoh Reformasi, dan tidak ada satupun dari buku-buku itu menjanjikan mereka untuk melakukan hal itu) - ‘Roman Catholicism’, hal 87.

Ke 12 kitab-kitab Apocrypha ini tebalnya kira-kira 2/3 Perjanjian Baru. Dahulu, semua kitab-kitab ini diletakkan di antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dan disebut dengan nama Deuterokanonika (= kanon yang kedua). Tetapi dalam ‘The Catechism of the Catholic Church’ (= Katekisasi Gereja Katolik) yang dikeluarkan pada tahun 1992, kitab-kitab Deuterokanonika itu diselipkan ke sela-sela kitab-kitab Perjanjian Lama, dan dianggap sebagai Perjanjian Lama!

‘The Catechism of the Catholic Church’, nomer 120, berbunyi sebagai berikut:
“It was by the apostolic Tradition that the Church discerned which writings are to be included in the list of the sacred books. This complete list is called the canon of Scripture. It includes 46 books for the Old Testament (45 if we count Jeremiah and Lamentations as one) and 27 for the New. The Old Testament: Genesis, Exodus, Leviticus, Numbers, Deuteronomy, Joshua, Judges, Ruth, 1 and 2 Samuel, 1 and 2 Kings, 1 and 2 Chronicles, Ezra and Nehemiah, Tobit, Judith, Esther, 1 and 2 Maccabees, Job, Psalms, Proverbs, Ecclesiastes, the Song of Songs, the Wisdom of Solomon, Sirach (Ecclesiasticus), Isaiah, Jeremiah, Lamentations, Baruch, Ezekiel, Daniel, Hosea, Joel, Amos, Obadiah, Jonah, Micah, Nahum, Habakkuk, Zephaniah, Haggai, Zachariah and Malachi” [= Oleh Tradisi rasulilah Gereja membedakan tulisan-tulisan mana yang harus dimasukkan dalam daftar kitab-kitab kudus. Daftar lengkap ini disebut kanon Kitab Suci. Itu mencakup 46 kitab untuk Perjanjian Lama (45 jika kita menghitung Yeremia dan Ratapan sebagai 1 kitab) dan 27 kitab untuk Perjanjian Baru. Perjanjian Lama: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan, Yosua, Hakim-Hakim, Rut, 1 dan 2Samuel, 1 dan 2 Raja-Raja, 1 dan 2 Tawarikh, Ezra dan Nehemia, Tobit, Yudit, Ester, 1 dan 2 Makabe, Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung, Kebijaksanaan Salomo, Sirakh, Yesaya, Yeremia, Ratapan, Barukh, Yehezkiel, Daniel, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, dan Maleakhi].

Catatan: yang saya garis bawahi adalah kitab-kitab yang tidak ada dalam Kitab Suci kristen / protestan.

‘The Catechism of the Catholic Church’, nomer 138, berbunyi sebagai berikut:
“The Church accepts and venerates as inspired the 46 books of the Old Testament and the 27 books of the New” (= Gereja menerima dan menghormati 46 kitab-kitab Perjanjian Lama dan 27 kitab-kitab Perjanjian Baru sebagai diilhamkan).

Catatan: bandingkan dengan Perjanjian Lama yang diakui oleh gereja kristen / protestan, yang hanya terdiri dari 39 kitab!

Dengan adanya perbedaan jumlah kitab-kitab ini, maka perlu diperdebatkan: apakah Gereja Roma Katolik yang menambahi Alkitab atau Gereja Kristen / Protestan yang mengurangi Alkitab? Dalam hal ini saya beranggapan bahwa orang-orang Yahudi harus dijadikan standard, karena kepada merekalah diberikan Perjanjian Lama. Dan mereka tidak mempunyai kitab-kitab Deuterokanonika.

Halley’s Bible Handbook: “The Apocrypha. This is the name usually given to the 14 books contained in some Bibles between the Old and New Testaments. They originated in the 1st to 3rd centuries B. C., mostly of uncertain authorship, and were added to the Septuagint, which was Greek translation of the Old Testament made in that period. They were not in the Hebrew Old Testament. They were written after Old Testament prophecy, oracles and direct revelation had ceased. Josephus rejected them as a whole. They were never recognized by the Jews as part of the Hebrew Scriptures (= Kitab-kitab Apocrypha. Ini merupakan nama yang biasanya diberikan pada 14 kitab-kitab yang terdapat dalam Alkitab-Alkitab tertentu di antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Kitab-kitab itu berasal dari abad 1-3 S. M., kebanyakan dari pengarang yang tidak pasti, dan ditambahkan ke dalam Septuaginta, yang merupakan terjemahan bahasa Yunani dari Perjanjian Lama yang dibuat pada jaman itu. Kitab-kitab itu tidak ada dalam Perjanjian Lama bahasa Ibrani. Kitab-kitab itu ditulis setelah nubuat-nubuat, sabda-sabda dan wahyu langsung Perjanjian Lama berhenti. Josephus menolak kitab-kitab itu secara keseluruhan. Kitab-kitab itu tidak pernah diakui oleh orang-orang Yahudi sebagai bagian dari Kitab Suci Ibrani) - hal 406.

Encyclopedia Britannica 2000 juga mengatakan bahwa Alkitab Yahudi hanya mencakup Perjanjian Lama, dan tidak mencakup Deuterokanonika.

Encyclopedia Bible includes only the books known to Christians as the Old Testament”
(= Alkitab Yahudi mencakup hanya kitab-kitab yang dikenal oleh orang-orang Kristen sebagai Perjanjian Lama).

Jadi, kalau dilihat dari sudut orang-orang Yahudi, jelas bahwa bukan Gereja Kristen / Protestan yang mengurangi Alkitab, tetapi Gereja Roma Katoliklah yang menambahi Alkitab.

Kristen Protestan mempunyai alasan-alasan lain untuk menolak kitab-kitab Apocrypha / Deuterokanonika sebagai Kitab Suci, yaitu:

1.   Yesus, rasul-rasul, dan Perjanjian Baru, sama sekali tidak pernah mengutip dari kitab-kitab Apocrypha / Deuterokanonika.
Dalam Perjanjian Baru, ada kira-kira 260 kutipan langsung dari Perjanjian Lama, dan juga ada kira-kira 370 penggu­naan bagian-bagian Perjanjian Lama yang tidak merupakan kutipan langsung. Ini menunjukkan bahwa baik Yesus maupun rasul-rasul mengakui otoritas Perjanjian Lama sebagai Firman Allah, dan menggunakannya sebagai dasar hidup, iman dan ajaran mereka. Tetapi baik Yesus maupun rasul-rasul tidak pernah mengutip dari kitab-kitab Apocrypha / Deuterokanonika tersebut sebagai dasar ajaran mereka, padahal kitab-kitab Apocrypha / Deuterokanonika itu sudah ada / beredar pada jaman Tuhan Yesus hidup di dunia ini. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak mengakui kitab-kitab Apocry­pha itu sebagai Firman Allah!

Halley’s Bible Handbook: “The Apocrypha. ... They were never quoted by Jesus, nor anywhere in the New Testament” (= Kitab-kitab Apocrypha. ... Kitab-kitab ini tidak pernah dikutip oleh Yesus, atau dimanapun dalam Perjanjian Baru) - hal 406-407.

Halley’s Bible Handbook: “In the New Testament there are about 300 quotations from these ‘Scriptures’; and no book outside these ‘Scriptures’ is thus quoted in the New Testament, with the single exception of the words of Enoch in the book of Jude. Many of these quotations are from the Septuagint version of the Old Testament, which was in common use in New Testament times; and even though the Septuagint contained the ‘Apocryphal’ books there is not one quotation from the Apocryphal books. This is evidence that neither Jesus nor the Apostles recognized the Apocryphal books as part of ‘The Scriptures.’” (= Dalam Perjanjian Baru ada kira-kira 300 kutipan dari ‘Kitab Suci’ ini; dan tidak ada kitab di luar ‘Kitab Suci’ ini yang dikutip dalam Perjanjian Baru, dengan satu perkecualian tentang kata-kata Henokh dalam kitab Yudas. Banyak dari kutipan-kutipan ini berasal dari versi Septuaginta dari Perjanjian Lama, yang biasa digunakan pada jaman Perjanjian Baru; dan sekalipun Septuaginta mencakup kitab-kitab Apokripa tetapi tidak ada satupun kutipan dari kitab-kitab Apokripa. Ini merupakan bukti bahwa baik Yesus maupun rasul-rasul tidak mengakui kitab-kitab Apokripa sebagai bagian dari ‘Kitab Suci’) - hal 405.

Catatan: bagian yang saya garis bawahi itu tidak saya setujui, dan akan saya bahas di sini.

Yudas 14-15 - “(14) Juga tentang mereka Henokh, keturunan ketujuh dari Adam, telah bernubuat, katanya: ‘Sesungguhnya Tuhan datang dengan beribu-ribu orang kudusNya, (15) hendak menghakimi semua orang dan menjatuhkan hukuman atas orang-orang fasik karena semua perbuatan fasik, yang mereka lakukan dan karena semua kata-kata nista, yang diucapkan orang-orang berdosa yang fasik itu terhadap Tuhan.’”.

Dan dalam kitab Henokh (ini tidak termasuk dalam Deuterokanonika dari Gereja Roma Katolik), ada satu ayat yaitu Henokh 1:9, yang berbunyi sebagai berikut:
·         Versi William Barclay: “And behold! He cometh with ten thousands of his holy ones to execute judgment upon all, and to destroy all the ungodly; and to convict all flesh of all the works of their ungodliness which they have ungodly committed, and of all the hard things which ungodly sinners have spoken against him (= Dan lihatlah! Ia datang dengan sepuluh ribu orang-orang kudusNya untuk melakukan penghakiman terhadap semua orang, dan untuk menghancurkan orang jahat; dan untuk meyakinkan semua daging / orang tentang semua kejahatan yang mereka lakukan secara jahat, dan tentang semua kata-kata keras yang diucapkan oleh orang-orang berdosa yang jahat menentang Dia) - ‘The Letters of John and Jude’, hal 196.
Henokh 1:9 Versi William Barclay ini boleh dikatakan identik dengan Yudas 14-15.
·         Versi Pulpit Commentary: “And behold, he comes with myriads of the holy, to pass judgment upon them, and will destroy the impious, and will call to account all flesh for everything the sinners and the impious have done and committed against him” (= Dan lihatlah, Ia datang dengan puluhan ribu orang kudus, untuk memberikan penghakiman terhadap mereka, dan akan menghancurkan orang jahat, dan akan meminta pertanggung-jawaban semua orang untuk setiap hal yang orang berdosa dan jahat lakukan menentang Dia) - ‘The General Epistle of Jude’, hal 12.

Henokh 1:9 versi Pulpit Commentary ini sedikit berbeda dengan Yudas 14-15, karena dalam Henokh 1:9 ini tidak ada tentang ‘kata-kata keras’ dari orang-orang jahat itu. Versi Barnes’ Notes sama dengan Pulpit Commentary.

Kutipan dalam Yudas 14-15 ini menyebabkan banyak pertanyaan dan problem. Haruskah kita menganggap Kitab Henokh itu sebagai Kitab Suci? Atau, haruskah kita membuang surat Yudas dari Kitab Suci, seperti yang dilakukan oleh Jerome? Saya berpendapat bahwa kita tidak boleh menganggap bahwa Kitab Henokh harus dimasukkan ke dalam Kitab Suci. Tidak adanya kata-kata ‘ada tertulis’ dalam Yudas 14 ini menunjukkan bahwa ia tidak sedang mengutip Kitab Suci. Kita juga tidak boleh mengeluarkan surat Yudas dari Kitab Suci. Adanya kemiripan atau kesamaan antara Yudas 14-15 dan Henokh 1:9 memberikan beberapa kemungkinan, yaitu:
¨       Yudas mengutip dari Kitab Henokh.
¨       Penulis kitab Henokh mengutip dari Yudas, sedangkan Yudas mengutip dari tradisi.
¨       Yudas maupun penulis kitab Henokh mengutip dari tradisi.
Tidak ada kemungkinan untuk membuktikan bahwa kemungkinan pertamalah yang benar, sehingga adanya kemiripan / kesamaan antara Yudas 14-15 dengan Henokh 1:9 ini tidak membuktikan bahwa Yudas mengutip dari Kitab Henokh.

Mengapa Yudas mengutip nubuat itu? Dalam Kitab Suci ada banyak ayat tentang kedatangan Kristus untuk menghakimi, seperti Ulangan 33:5  Daniel 7:10  Zakh 14:5b. Mengapa Ia mesti mengutip dari nubuat itu dan bukannya dari ayat-ayat Kitab Suci?
*        Karena biasanya makin kuno suatu kutipan, makin ia dihormati. Karena itu Yudas memilih yang sekuno mungkin.
*        Karena Tuhan menghendaki nubuat itu, yang tadinya hanya ada dalam tradisi, masuk ke dalam Kitab Suci.
Thomas Manton: “if he receives it by tradition, it is here made authentic and put into the canon” (= jika ia menerimanya melalui tradisi, di sini itu dijadikan otentik / berotoritas dan dimasukkan ke dalam kanon) - ‘Jude’, hal 289.

2.   Penulis kitab-kitab Apocrypha / Deuterokanonika itu sendiri tidak menunjukkan dirinya sebagai penulis Firman Tuhan yang diberikan Allah kepada manusia.
Untuk itu bandingkan Wah 22:18-19 yang terletak pada akhir Kitab Suci / Perjanjian Baru dengan 2Makabe 15:37b-38 yang terletak pada akhir dari kitab-kitab Deuterokanonika.

Wahyu 22:18-19 berbunyi: “(18) Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini. (19) Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus seperti yang tertulis di dalam kitab ini.”.

Dari Wah 22:18-19 ini terlihat dengan jelas otoritas dari tulisan rasul Yohanes ini sebagai Firman Tuhan yang tidak boleh ditambahi ataupun dikurangi.

Sekarang bandingkan dengan 2Makabe 15:37b-38 yang berbunyi sebagai berikut: “(37b) Maka aku sendiripun mau mengakhiri kisah ini. (38) Jika susunannya baik lagi tepat, maka itulah yang kukehendaki. Tetapi jika susunannya hanya sedang-sedang dan setengah-setengah saja, maka hanya itulah yang mungkin bagiku.”.

Ini sama sekali tidak menunjukkan orang yang menuliskan Firman Tuhan di bawah pengilhaman Roh Kudus! Perhatikan kata-kata kukehendaki’ dan ‘hanya itulah yang mungkin bagiku. Bagaimana kita bisa mempercayai otoritas tulisan seperti ini, sedangkan penulisnya sendiripun tidak yakin akan kebenaran tulisannya!

3.   Dalam kitab-kitab Apocrypha itu ada kesalahan-kesalahan, seperti:
a.   Yudit 1:1,7,11 menyebut Nebukadnezar sebagai raja Asyur di Niniwe (bdk. juga dengan Yudit 1:16  2:1,4,14,21  4:1; kesalahan ini terdapat dalam sepanjang kitab Yudit), sedangkan kita tahu bahwa sebetulnya Nebukadnezar bukanlah raja Asyur tetapi raja Babilonia, dan ia tidak tinggal di Niniwe tetapi di Babel (Daniel 4:4-6,30).
b.   Tobit 5:13 menceritakan tentang seorang malaikat yang bernama Rafael, yang berdusta dengan memperkenalkan dirinya sebagai ‘Azarya bin Ananias’, atau ‘Azarya anak laki-laki dari Ananias’.
Bagaimana mungkin kitab-kitab yang mengandung kesalahan seperti itu bisa disetingkatkan dengan Kitab Suci / Firman Tuhan?

4.   Dalam kitab-kitab Apocrypha ada doktrin ‘salvation by works’ (= keselamatan karena perbuatan baik) yang sesat / tidak alkitabiah.

Contoh:
a.   Tobit 4:10 - “Memang sedekah melepaskan dari maut dan tidak membiarkan orang masuk ke dalam kegelapan”.
b.   Tobit 12:9 - “Memang sedekah melepaskan dari maut dan menghapus setiap dosa”.
c.   Tobit 14:10-11a - “(10) Nak, ingatlah kepada apa yang telah diperbuat Nadab kepada bapa pengasuhnya, yaitu Ahikar. Bukankah Ahikar hidup-hidup diturunkan ke bagian bawah bumi? Tetapi Allah telah membalas kelaliman Nadab ke atas kepalanya sendiri. Ahikar keluar menuju cahaya, sedangkan Nadab turun ke kegelapan kekal, oleh karena ia telah berusaha membunuh Ahikar. Karena melakukan kebajikan maka Ahikar luput dari  jerat maut yang dipasang baginya oleh Nadab. Sedangkan Nadab jatuh ke dalam jerat maut yang juga membinasakannya. (11a) Makanya anak-anakku, camkanlah apa yang dihasilkan oleh sedekah dan apa yang dihasilkan oleh kelaliman”.
d.   Sirakh 3:3 - “Barangsiapa menghormati bapanya memulihkan dosa”.

Doktrin ‘Salvation by works’ (= keselamatan karena perbuatan baik) yang sesat / tidak alkitabiah ini jelas bertentangan dengan ayat-ayat di bawah ini:

Roma 3:27-28 - “(27) Jika demikian, apa dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! (28) Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat.”.

Galatia 2:16a - “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus.”.
Gal 2:21b - “... sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus.”.
Efesus 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
PENJELASAN KITAB DEUTEROKANONIKA / APOKRIFA
Next Post Previous Post