BUKU ARGUMENTASI DAN TEOLOGIA DALAM MEMBERITAKAN INJIL
PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
Kata pengantar.
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Ini adalah sebuah buku tentang Penginjilan Pribadi, tetapi bahan-bahan dalam buku ini juga bisa digunakan dalam penginjilan massal (melalui khotbah).
Ada banyak cara / metode dalam penginjilan pribadi, dan saya berpendapat bahwa setiap orang harus mempelajari sebanyak mungkin cara / metode, dan lalu memilih yang paling cocok baginya, atau menggabung-gabungkan beberapa cara / metode bagi dirinya sendiri.
Ada banyak orang yang beranggapan bahwa penginjilan pribadi tidak boleh dilakukan dengan argumentasi, sehingga mereka lalu menciptakan cara penginjilan pribadi seperti itu (tanpa argumentasi). Tetapi saya beranggapan bahwa tidak salah untuk berargumentasi pada waktu melakukan penginjilan pribadi, selama kita bisa melakukannya dengan baik. Kita melihat bahwa dalam Kitab Suci, rasul-rasul dan orang-orang kristen melakukan penginjilan dengan menggunakan argumentasi. Misalnya: Paulus dalam Kis 9:22,29 Kis 15:2 Kis 17:17-18 Kisah Para Rasul 18:4 Kisah Para Rasul 19:8-9 Kis 28:23b, Stefanus dalam Kis 6:9-10, Apolos dalam Kisah Para Rasul 18:28. Jadi jelas bahwa berargumentasi dalam pemberitaan Injil tidak harus salah.
Saya sendiri termasuk orang yang senang berargumentasi, dan sering memberitakan Injil, baik secara pribadi maupun secara massal, dengan menggunakan argumentasi. Karena itu, saya menulis buku ini, yang mengajarkan bagaimana memberitakan Injil dengan menggunakan argumentasi. Buku ini juga mencakup pelajaran yang mengajarkan bagaimana menjawab keberatan-keberatan dari orang-orang yang kita injili.
Untuk bisa memberitakan Injil dengan menggunakan argumentasi, jelas bahwa si pemberita Injil membutuhkan pengertian Kitab Suci lebih banyak, karena ia harus bisa menjawab keberatan / serangan dari orang yang ia injili. Karena itu, dalam buku ini saya juga menambahkan theologia / doktrin-doktrin yang berkenaan dengan penginjilan, untuk menyuplai kebutuhan pengertian Kitab Suci tersebut. Dan karena itu, maka sesuai dengan isinya, buku ini saya beri judul “ARGUMENTASI DAN TEOLOGIA DALAM MEMBERITAKAN INJIL”.
Kalau saudara adalah orang seperti saya, dalam arti bahwa saudara senang berargumentasi, maka mungkin buku ini cocok bagi saudara. Dan kalaupun saudara bukan orang yang senang berargumentasi, theologia / doktrin-doktrin berkenaan dengan penginjilan dalam buku ini tetap bisa sangat berguna bagi saudara.
Saya berdoa dan berharap agar buku ini bisa betul-betul berguna bagi saudara dalam memberitakan Injil, dengan atau tanpa argumentasi, secara pribadi ataupun secara massal, supaya banyak orang bisa dibawa kepada Kristus, dan pada akhirnya Tuhan dipermuliakan melalui semua ini.
Untuk bisa memberitakan Injil dengan menggunakan argumentasi, jelas bahwa si pemberita Injil membutuhkan pengertian Kitab Suci lebih banyak, karena ia harus bisa menjawab keberatan / serangan dari orang yang ia injili. Karena itu, dalam buku ini saya juga menambahkan theologia / doktrin-doktrin yang berkenaan dengan penginjilan, untuk menyuplai kebutuhan pengertian Kitab Suci tersebut. Dan karena itu, maka sesuai dengan isinya, buku ini saya beri judul “ARGUMENTASI DAN TEOLOGIA DALAM MEMBERITAKAN INJIL”.
Saya berdoa dan berharap agar buku ini bisa betul-betul berguna bagi saudara dalam memberitakan Injil, dengan atau tanpa argumentasi, secara pribadi ataupun secara massal, supaya banyak orang bisa dibawa kepada Kristus, dan pada akhirnya Tuhan dipermuliakan melalui semua ini.
MENGAPA KITA HARUS memberitakan Injil?
I) Karena Tuhan memerintahkannya.
Tuhan menghendaki setiap orang kristen untuk melayani Dia sesuai dengan karunia yang telah diberikan kepadanya oleh Tuhan.
Bahwa Tuhan memberikan kepada setiap orang Kristen karunia-karunia yang berbeda-beda terlihat dari 1Korintus 12:7-11 - “(7) Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. (8) Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. (9) Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. (10) Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. (11) Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendakiNya.”.
Dan bahwa Tuhan menghendaki setiap orang Kristen melayani sesuai karunia-karunia yang ada padanya terlihat dari:
1) Roma 12:6-8 - “(7) Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. (7) Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; (8) jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.”.
2) 1Petrus 4:10 - “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.”.
Jadi tidak setiap orang kristen harus berkhotbah, menjadi guru sekolah minggu, dsb. Tetapi Pemberitaan Injil merupakan pelayanan yang harus dilakukan oleh setiap / semua orang kristen. Caranya boleh berbeda-beda sesuai karunia masing-masing, misalnya ada yang memberitakan Injil melalui khotbah, ada yang secara pribadi, ada yang melalui pemberian traktat, ada yang melalui tulisan, dan sebagainya. Tetapi setiap orang Kristen harus memberitakan Injil! Ini terlihat dari perintah Tuhan Yesus sendiri, seperti dalam:
a) Matius 28:19 - “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,”.
b) Kisah Para Rasul 1:8 - “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’”.
Ini juga terlihat dari teladan jemaat abad pertama, seperti yang digambarkan dalam text di bawah ini.
Kisah Para Rasul 8:1,4 - “(1) Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh. Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. ... (4) Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil.”.
Perhatikan bahwa mereka yang tersebar itu bukan rasul-rasul, tetapi jemaat biasa. Tetapi mereka memberitakan Injil!
Karena Pemberitaan Injil merupakan perintah Tuhan bagi kita, maka kalau kita tidak memberitakan Injil, kita berdosa (dosa pasif).
Perhatikan juga ayat-ayat di bawah ini:
1) Hak 5:23 - “‘Kutukilah kota Meros!’ firman Malaikat TUHAN, ‘kutukilah habis-habisan penduduknya, karena mereka tidak datang membantu TUHAN, membantu TUHAN sebagai pahlawan’”.
Perhatikan bahwa kota Meros dikutuk oleh Tuhan bukan karena mereka menyembah berhala, atau berzinah, dsb, tetapi karena pada waktu perang, mereka hanya berdiam diri, padahal seharusnya mereka ikut berperang. Demikian juga kalau dalam perang rohani melawan setan, saudara tidak mau ikut berjuang melalui Pemberitaan Injil, maka saudara menghadapi resiko yang sama dengan penduduk kota Meros.
2) Yeremia 48:10 - “Terkutuklah orang yang melaksanakan pekerjaan TUHAN dengan lalai, dan terkutuklah orang yang menghambat pedangNya dari penumpahan darah!”.
Saya tidak mengerti mengapa Kitab Suci Indonesia menterjemahkan bagian yang saya garis-bawahi itu dengan menggunakan ‘Nya’ (dimulai dengan huruf besar), dan bukannya ‘nya’. Kata ‘nya’ itu jelas bukan menunjuk kepada Tuhan tetapi kepada orang yang dikutuk itu.
Jadi, ayat ini mirip dengan ayat di atas tentang penduduk kota Meros itu. Pada saat mereka seharusnya berperang menggunakan pedang mereka, mereka tidak mau melakukannya, dan karena itulah maka mereka dikutuk!
3) Yeh 3:18 - “Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! - dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu.”.
Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang tidak kita injili itu akan binasa, tetapi Tuhan akan menuntut darah orang itu dari diri kita.
4) Matius 12:30 - “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.”.
Dalam kekristenan tidak ada sikap netral. Atau saudara adalah ‘sahabat Tuhan’, atau saudara adalah ‘lawan Tuhan’; atau saudara ‘mengumpulkan bersama Tuhan’ (melalui pemberitaan Injil), atau saudara dianggap sebagai ‘pencerai-berai / pengacau gereja’! Jadi, siapapun orang Kristen yang tidak memberitakan Injil, ia adalah ‘pencerai-berai / pengacau gereja’!
II) Karena Tuhan mau memakai kita sebagai alatNya, dan itu merupakan kehormatan bagi kita.
Tuhan bisa memberitakan Injil sendiri; ini terlihat dalam kasus pertobatan Saulus / Paulus.
Kisah Para Rasul 9:3-6 - “(3) Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. (4) Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: ‘Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?’ (5) Jawab Saulus: ‘Siapakah Engkau, Tuhan?’ KataNya: ‘Akulah Yesus yang kauaniaya itu. (6) Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat.’”.
Dia juga bisa memberitakan Injil melalui malaikat; ini terjadi pada Natal yang pertama.
Lukas 2:8-14 - “(8) Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. (9) Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. (10) Lalu kata malaikat itu kepada mereka: ‘Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: (11) Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. (12) Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.’ (13) Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: (14) ‘Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepadaNya.’”.
Tetapi Ia tetap mau memakai kita yang berdosa sebagai alatNya untuk memberitakan Injil. Ini tidak boleh kita anggap sebagai suatu beban yang memberatkan, tetapi sebagai suatu kehormatan. Dalam hal ini rasul Paulus berulangkali memberikan kepada kita teladan yang baik seperti itu. Perhatikan beberapa ayat di bawah ini:
1) 1Timotius 1:12-13 - “(12) Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku - (13) aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihaniNya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman.”.
Perhatikan komentar-komentar dari penafsir-penafsir ini tentang text ini:
Matthew Henry: “A call to the ministry is a great favour, for which those who are so called ought to give thanks to Jesus Christ” (= Panggilan ke dalam pelayanan merupakan suatu kemurahan yang besar, untuk mana mereka yang dipanggil seperti itu seharusnya bersyukur kepada Yesus Kristus)
Barnes’ Notes: (= Jika ada sesuatu apapun untuk mana seseorang yang baik / saleh akan bersyukur, dan seharusnya bersyukur, itu adalah bahwa ia telah diarahkan sedemikian rupa oleh Roh dan providensia Allah sehingga diletakkan ke dalam pelayanan. Itu memang merupakan suatu pekerjaan yang berat, dan penyangkalan diri, dan menuntut banyak pengorbanan ketenteraman dan kesenangan pribadi. Itu menuntut seseorang untuk menyerahkan prospeknya yang bagus tentang kehormatan duniawi, dan tentang kekayaan dan kesenangan. Itu sering disamakan / digabungkan dengan kekurangan, dan kemiskinan, dan pengabaian, dan penganiayaan. Tetapi itu adalah suatu jabatan / tugas yang begitu terhormat, begitu bagus, begitu mulia, dan memuliakan; itu disertai dengan begitu banyak penghiburan yang berharga di sini, dan begitu bermanfaat bagi dunia, dan itu mempunyai janji-janji berkat dan kebahagiaan dalam dunia yang akan datang, sehingga tak peduli apa yang dituntut untuk diserahkan dari seseorang untuk menjadi seorang pelayan injil, ia harus bersyukur kepada Kristus untuk meletakkannya dalam jabatan / tugas itu).
2) Roma 1:5 - “Dengan perantaraanNya kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada namaNya.”.
Ada penafsir-penafsir yang menterjemahkan ‘grace and apostleship’ (= kasih karunia dan kerasulan), tetapi William Hendriksen lebih setuju dengan terjemahan ‘grace of apostleship’ (= kasih karunia dari / tentang kerasulan).
Jadi, jabatan / pelayanan sebagai rasul itu oleh Paulus dianggap sebagai kasih karunia!
3) Roma 15:15-17 - “(15) Namun, karena kasih karunia yang telah dianugerahkan Allah kepadaku, aku di sana sini dengan agak berani telah menulis kepadamu untuk mengingatkan kamu, (16) yaitu bahwa aku boleh menjadi pelayan Kristus Yesus bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi dalam pelayanan pemberitaan Injil Allah, supaya bangsa-bangsa bukan Yahudi dapat diterima oleh Allah sebagai persembahan yang berkenan kepadaNya, yang disucikan oleh Roh Kudus. (17) Jadi dalam Kristus aku boleh bermegah tentang pelayananku bagi Allah.”.
Jadi, bagi Paulus, panggilan pelayanannya / panggilan pelayanan pemberitaan Injil yang diberikan kepadanya, merupakan suatu kasih karunia. Bandingkan dengan kebanyakan orang Kristen yang pelayanannya dianggap sebagai beban yang memberatkan, sehingga semakin cepat ‘pensiun’ semakin baik.
4) Galatia 1:15-16 - “(15) Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karuniaNya, (16) berkenan menyatakan AnakNya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaatpun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia;”.
Lagi-lagi panggilan Tuhan untuk memberitakan Injil di kalangan orang-orang non Yahudi oleh Paulus dianggap sebagai kasih karunia Allah!
Illustrasi: ada seorang penyanyi New Zealand yang diminta menyanyi dalam pesta pernikahan Pangeran Charles - Lady Di (Diana). Pada waktu diminta, ia tidak mempersoalkan besarnya honor yang harus ia terima, atau betapa repotnya melakukan hal itu. Ia merasakan hal itu bukan sebagai suatu beban, tetapi sebagai suatu kehormatan.
Penerapan: kalau saudara adalah orang kristen yang sejati, maka saudara juga dipanggil oleh Tuhan untuk memberitakan Injil. Apakah saudara menganggapnya sebagai suatu beban, atau sebagai sesuatu yang menakutkan, atau sebagai kasih karunia?
III) Yesus dan rasul-rasul juga memberitakan Injil.
Tuhan Yesus sendiri juga memberitakan Injil, dan bahkan Ia mengatakan bahwa Ia datang untuk memberitakan Injil.
Markus 1:38 - “JawabNya: ‘Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.’”.
Kristus adalah teladan kita. Ini terlihat dari:
Yohanes 13:15 - “sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.”.
Filipi 2:5-8 - “(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”.
Dalam persoalan menjadikan Yesus sebagai teladan, ada 2 hal penting yang harus diperhatikan:
1) Saudara harus menerima Dia sebagai Juruselamat lebih dahulu, dan barulah saudara boleh / bisa menjadikan Dia sebagai teladan dalam kehidupan saudara. Jangan menjadikan Yesus sebagai teladan kalau saudara belum menerima Dia sebagai Juruselamat saudara. Mengapa? Karena:
a) Saudara tidak mungkin bisa melakukan hal itu.
Untuk bisa meneladani tindakan Yesus, kita membutuhkan pertolongan dari Roh Kudus. Sedangkan kalau saudara belum percaya dan menerima Dia sebagai Juruselamat saudara, saudara belum mempunyai Roh Kudus.
b) Andaikatapun saudara bisa meneladani Dia, itu tidak ada gunanya. Dosa-dosa saudara tidak ditebus, dan karena itu dosa-dosa itu tetap akan membawa saudara ke neraka untuk selama-lamanya!
2) Tidak semua yang Yesus lakukan harus kita teladani.
Misalnya: Ia tidak menikah, Ia berpuasa 40 hari, Ia mati untuk dosa-dosa kita, dan sebagainya. Hal-hal ini tidak perlu / tidak bisa kita teladani. Jadi, kita harus melihat pada seluruh Kitab Suci untuk melihat apakah sesuatu yang Yesus lakukan itu harus kita teladani atau tidak.
Dalam persoalan memberitakan Injil, karena adanya perintahNya untuk memberitakan Injil, maka jelas harus disimpulkan bahwa itu merupakan tindakan Yesus yang harus kita teladani. Karena itu, rasul-rasul, yang adalah pengikutNya, meniru teladanNya, dengan juga memberitakan Injil, sekalipun dimusuhi / dianiaya. Ini terlihat dalam seluruh Kitab Kisah Para Rasul. Kalau kita adalah pengikut Kristus, maka kitapun harus meniru teladanNya dalam memberitakan Injil.
IV) Karena hidup ini adalah perang (Ef 6:12 2Tim 2:3-4).
Efesus 6:12 - “karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.”.
2Timotius 2:3-4 - “(3) Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. (4) Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.”.
Konsep saudara tentang hidup ini merupakan sesuatu yang penting. Kalau konsep saudara tentang hidup adalah: ‘karena hidup hanya satu kali, maka saya harus menikmatinya’, maka mungkin saudara tidak akan pernah memberitakan Injil. Tetapi ingat bahwa konsep hidup dalam Kitab Suci adalah: hidup merupakan peperangan rohani. Karena hidup ini adalah peperangan rohani melawan setan, maka kita tidak boleh hidup santai!
Dalam peperangan, pertahanan adalah sesuatu yang sangat penting. Menyerang tanpa mempedulikan pertahanan, merupakan sesuatu yang sangat berbahaya dalam peperangan. Tetapi sebaliknya, kita tidak mungkin bisa menang kalau kita hanya bertahan. Jadi, kedua-duanya harus kita lakukan. Kita harus memperhatikan pertahanan kita, misalnya dengan banyak belajar Firman Tuhan, dengan banyak berdoa, dengan menjauhi pencobaan, dan sebagainya. Tetapi kita juga harus menyerang, dan Pemberitaan Injil adalah penyerangan dalam perang melawan setan ini, karena melalui Pemberitaan Injil kita mengusahakan supaya anak-anak setan / musuh-musuh Tuhan bisa menjadi anak-anak Tuhan. Karena itu, jangan heran kalau setan paling tidak senang dengan orang Kristen yang memberitakan Injil, dan paling banyak menyerang orang-orang seperti itu!
Apakah ini harus membuat kita takut? Tidak, karena:
1) Dalam Roma 8:31 Paulus berkata: “Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?”.
2) Dalam Amanat AgungNya, Yesus bukan hanya memberikan perintah untuk memberitakan Injil, tetapi juga janji penyertaanNya kepada orang-orang kristen yang memberitakan Injil.
Matius 28:19-20 - “(19) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.’”.
V) Supaya Injil bisa tersebar dengan cepat.
Dalam Kitab Kisah Para Rasul, jumlah jemaat bertumbuh dengan pesat (Kis 1:26 2:41,47 4:4 5:14 6:7). Tetapi kelihatannya pada jaman sekarang tidak. Mengapa? Karena pada abad pertama, semua jemaat ikut memberitakan Injil. Tetapi keadaan berubah! Pada sekitar tahun 1970-an seorang misionaris mengatakan bahwa statistik menunjukkan bahwa hanya 0,5 % (setengah persen) orang kristen yang memberitakan Injil!
Ada seorang pendeta yang pernah memberikan ilustrasi sebagai berikut untuk menekankan pentingnya setiap orang kristen untuk memberitakan Injil. Ia membandingkan dua keadaan:
1) Keadaan I adalah dimana di dunia ini hanya ada 1 orang kristen, yang adalah seorang penginjil yang hebat, yang setiap hari bisa membawa 1000 jiwa datang kepada Tuhan. Tetapi orang-orang yang sudah bertobat itu tidak ada yang memberitakan Injil.
2) Keadaan II adalah dimana di dunia ini hanya ada 1 orang kristen, yang setiap tahun hanya bisa membawa 1 jiwa datang kepada Tuhan. Tetapi setiap jiwa yang bertobat juga memberitakan Injil dan setiap tahun masing-masing orang mendapat 1 jiwa.
Maka kita akan mendapatkan tabel sebagai berikut:
Tahun 1000 / hari 1 / tahun
---------------------------------------------------------
1 365.000 2 = 21
2 730.000 4 = 22
3 1.095.000 8 = 23
.
.
.
32 11.680.000 232 = 4,3 milyar.
33 12.045.000 233 = 8,6 milyar.
Saudara bisa melihat bahwa dalam keadaan I, dalam 33 tahun, baru sekitar 12 juta orang yang menjadi kristen. Ini belum mencakup seluruh penduduk Jawa Timur. Tetapi dalam keadaan II, dalam 33 tahun, ada 8,6 milyar orang kristen. Ini sudah lebih dari penduduk dunia saat ini!
Jadi, kalau saudara selalu membiarkan Pendeta / Penginjil saja yang memberitakan Injil, paling-paling pertumbuhan gereja / kekristenan akan menyerupai keadaan I, bahkan lebih buruk dari keadaan I. Mengapa? Karena perlu diingat, bahwa tidak ada pendeta / penginjil yang bisa mempertobatkan 1000 orang setiap hari! Bahkan Petrus, yang berhasil mempertobatkan 3.000 orang dalam satu hari (Kis 2:41), tidak setiap hari berhasil mempertobatkan 1.000 orang. Semua ini menyebabkan pertumbuhan gereja / kekristenan akan sangat lambat, atau, lebih buruk lagi, bisa menyebabkan kemunduran! Tetapi kalau setiap orang kristen mau memberitakan Injil, kita akan seperti keadaan II. Pertumbuhan gereja / kekristenan akan cepat sekali!
Perlu juga diketahui bahwa kalau Injil tidak tersebar dengan cepat, maka ada alternatifnya, yaitu: ajaran sesatlah yang akan tersebar!
Seorang yang bernama Daniel Webster berkata sebagai berikut:
(= Jika buku-buku agama / rohani tidak beredar secara luas di antara rakyat dalam negara ini, saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada kita sebagai bangsa. Kalau kebenaran tidak disebarkan, maka kesalahanlah yang akan tersebar; kalau Allah dan FirmanNya tidak diketahui / dikenal dan diterima, setan dan pekerjaannya akan mendapatkan kekuasaan / pengaruh; kalau buku-buku injili tidak mencapai setiap desa, halaman-halaman yang jahat dan literatur yang tidak bermoral akan mencapainya; kalau kuasa Injil tidak dirasakan diseluruh lebar dan panjang negara ini, maka anarkhi dan pemerintahan yang salah, keburukan dan kesengsaraan, korupsi / kejahatan / kecurangan dan kegelapan, akan memerintah tanpa pengurangan atau akhir.).
Seorang yang bernama Edmund Burke berkata: “All that is necessary for the triumph of evil is that good men do nothing.” (= Semua yang dibutuhkan supaya kejahatan menang adalah bahwa orang-orang yang baik tidak melakukan apa-apa.) - ‘Streams in the Desert’, vol 2, June 13.
Sekarang mari kita membandingkan kesuaman penginjilan dalam kalangan Kristen dengan keaktifan penginjilan yang luar biasa dalam kalangan sekte Saksi Yehuwa! Seorang penatua Saksi Yehuwa yang berdiskusi dengan saya mengatakan bahwa pada saat ini dalam dunia ada sekitar 6 juta Saksi (ini tidak termasuk pengunjung biasa dalam kebaktian; yang disebut ‘Saksi’ adalah orang-orang yang sudah aktif memberitakan Injil dari rumah ke rumah). Dan pertambahan setiap tahun adalah sebanyak kira-kira 360.000 orang. Pertambahan 6 % setahun ini merupakan sesuatu yang luar biasa. Seorang penulis internet mengatakan bahwa puncak tertinggi dari pertumbuhan Saksi Yehuwa terjadi pada tahun 1974, yaitu mencapai 13,5 %! Kalau saudara bertanya: ‘Mengapa mereka bisa bertumbuh begitu pesat?’, maka salah satu jawabnya adalah, karena Saksi Yehuwa tidak membedakan antara Pendeta / pengkhotbah / penatua dengan orang awam. Semua Saksi-Saksi Yehuwa didorong dan dilatih untuk memberitakan ‘Injil’. Dan dalam buku ‘Bagaimana Menghadapi Saksi Yehuwa’, hal 23, dikatakan bahwa 65 % anggota-anggota Saksi Yehuwa aktif memberitakan ‘Injil’ (bandingkan ini dengan orang kristen di Indonesia yang, menurut statistik di atas, hanya 0,5 % saja yang memberitakan Injil). Pemberitaan Injil memang merupakan pelayanan yang paling ditekankan, atau ditekankan secara luar biasa, dalam Saksi Yehuwa. Dahulu pada saat mereka dilarang di Indonesia, mereka tetap memberitakan ‘Injil’ dengan rajin dan berani, apalagi sekarang, setelah mereka disahkan / diijinkan.
Encyclopedia Britannica 2000: “During the year, nearly five million Witnesses spent over one billion hours spreading Bible knowledge to their neighbours. This educational work was at the heart of the 80% growth in the number of the Witnesses during the past decade.” [= Dalam sepanjang tahun (maksudnya tahun 1994), hampir 5 juta Saksi-Saksi menghabiskan lebih dari satu milyar jam untuk menyebarkan pengetahuan Alkitab kepada tetangga-tetangga mereka (ini berarti setiap orang menghabiskan lebih dari 200 jam / tahun). Pekerjaan pendidikan ini merupakan inti / pokok dari 80 % pertumbuhan dalam jumlah dari Saksi-Saksi sepanjang 10 tahun yang lalu.].
Seorang penatua Saksi Yehuwa mengatakan bahwa:
a) Pada saat ini (tahun 2002) ada 6 juta Saksi Yehuwa di seluruh dunia, sedangkan jemaat dalam kebaktian / pertemuan mereka ada 26 atau 36 juta (ia tidak tahu persis), tetapi saya kira ia salah, karena menurut internet hanya sekitar 16 juta. Yang disebut ‘Saksi’ adalah orang-orang yang sudah aktif memberitakan Injil. Jadi yang memberitakan Injil ‘hanya’ 37,5 %. Ini memang jauh lebih rendah dari bilangan 65 % di atas, tetapi ini sudah sangat tinggi dibandingkan dengan persentase yang memberitakan Injil dalam kalangan orang kristen. Saya mendengar bahwa 15 % dari jemaat Gereja dari D. James Kennedy di Florida (yang memulai program penginjilan Evangelism Explosion), aktif memberitakan Injil. Ini mungkin yang tertinggi di dunia dalam kalangan gereja-gereja Kristen, tetapi ini masih kalah jauh dibandingkan dengan Saksi Yehuwa.
b) Ia sendiri menghabiskan 24 jam / bulan untuk memberitakan Injil dari rumah ke rumah.
Dari internet saya mendapatkan statistik Saksi-Saksi Yehuwa di Indonesia untuk tahun 2001 sebagai berikut:
1. Jumlah pengunjung biasa dalam kebaktian 36.158 orang, sedangkan jumlah Saksi-Saksi Yehuwa 16.136 orang; itu berarti presentase yang memberitakan Injil adalah 44,6 %.
2. Jumlah penginjilan yang mereka lakukan dalam tahun 2001 itu adalah 2.895.595 jam, yang berarti mendekati 180 jam per orang per tahun.
Tentang banyaknya jam penginjilan Saksi-Saksi Yehuwa di dunia, statistik tahun 2001 mengatakan bahwa 6.117.666 Saksi-Saksi Yehuwa memberitakan Injil sebanyak 1.169.082.225 jam, dan itu berarti rata-rata setiap Saksi Yehuwa memberitakan Injil lebih dari 190 jam per tahun.
Sebetulnya kalau kita mengingat bahwa Saksi-Saksi Yehuwa itu sesat dan tidak mempunyai keyakinan keselamatan, sedangkan orang kristen mempunyai keyakinan keselamatan, tetapi Saksi-Saksi Yehuwa jauh lebih rajin dan berani dalam ‘memberitakan Injil’, maka kita seharusnya merasa malu!
Saya berharap bahwa kata-kata ini bisa mendorong setiap orang kristen, terlebih lagi setiap hamba Tuhan, untuk lebih giat dalam memberitakan Injil / Firman Tuhan.
VI) Supaya manusia berdosa mendapat jalan untuk bebas dari hukuman Allah.
Kitab Suci berkata bahwa:
1) Semua manusia berdosa.
Roma 3:10-12,23 - “(10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. ... (23) Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,”.
2) Karena itu, semua orang akan dihukum.
Roma 6:23 - “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”.
Wahyu 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.’”.
3) Manusia tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri dengan perbuatan baiknya / ketaatannya.
Galatia 2:16,21 - “(16) Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada seorangpun yang dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat. ... (21) Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus.”.
Ketaatan terhadap hukum Taurat sama dengan ketaatan terhadap Firman Tuhan, dan ayat di atas mengatakan bahwa hal itu tidak bisa membenarkan siapapun.
4) Kristus sudah mati menebus dosa kita sehingga dalam Kristus ada pengampunan / pembebasan dari hukuman Allah.
Yohanes 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”.
Kisah Para Rasul 10:43 - “Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepadaNya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena namaNya.’”.
Kis 13:38-39 - “(38) Jadi ketahuilah, hai saudara-saudara, oleh karena Dialah maka diberitakan kepada kamu pengampunan dosa. (39) Dan di dalam Dialah setiap orang yang percaya memperoleh pembebasan dari segala dosa, yang tidak dapat kamu peroleh dari hukum Musa.”.
Roma 8:1 - “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.”.
5) Tetapi orang-orang yang belum pernah mendengar tentang Kristus tidak bisa percaya kepadaNya, dan karenanya tidak bisa diselamatkan.
Banyak orang Kristen yang yakin bahwa orang yang sudah mendengar Injil, tetapi tetap tidak percaya kepada Kristus, pasti masuk neraka. Tetapi banyak orang Kristen yang bingung dan bertanya-tanya tentang nasib dari orang-orang yang tidak pernah mendengar Injil sampai mati. Saya berpendapat bahwa orang yang tidak pernah mendengar tentang Yesus juga akan binasa / masuk neraka! Kalau orang yang tidak pernah mendengar Injil bisa masuk surga, maka untuk apa kita diperintahkan untuk memberitakan Injil? Bahwa kita diperintahkan untuk memberitakan Injil dan menjadikan semua bangsa murid Yesus, jelas menunjukkan bahwa orang yang tidak pernah mendengar Injil juga pasti tidak bisa selamat. Pandangan ini didukung oleh beberapa bagian Kitab Suci yang lain seperti:
a) Ro 2:12a - “Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat.”.
Dalam jaman Perjanjian Lama, orang di luar Israel / Yahudi yang tidak pernah mempunyai hukum Taurat, dikatakan ‘binasa tanpa hukum Taurat’. Artinya mereka tidak akan dihakimi berdasarkan hukum Taurat, tetapi mereka tetap binasa / masuk neraka, karena mereka tetap mempunyai dosa. Mungkin mereka dihakimi berdasarkan hati nurani mereka, dan tidak ada orang yang bisa hidup 100 % sesuai dengan hati nuraninya!
Analoginya, dalam jaman Perjanjian Baru, orang yang tidak pernah mendengar Injil, akan ‘binasa tanpa Injil’! Mereka memang tidak akan dihakimi berdasarkan Injil, tetapi mereka tetap mempunyai dosa, dan mereka harus dihukum karena itu.
b) Roma 10:13-14 - “(13) Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14) Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya?”.
Text ini membentuk suatu rantai. Orang yang berseru kepada nama Tuhan akan selamat, tetapi ia tidak akan bisa berseru kepada nama Tuhan kalau ia tidak percaya kepada Tuhan. Dan ia tidak akan bisa percaya kepada Tuhan kalau ia tidak pernah mendengar tentang Dia. Dan ia tidak akan bisa mendengar tentang Dia, kalau tidak ada yang memberitakan Injil kepadaNya.
Kalau kita membalik urutannya dari belakang, maka kita akan mendapatkan sebagai berikut: kalau tidak ada orang yang memberitakan Injil kepadanya, maka ia tidak bisa mendengar tentang Dia, sehingga tidak percaya kepadaNya, sehingga tidak bisa berseru kepadaNya, sehingga tidak bisa diselamatkan.
Dengan demikian jelaslah bahwa orang yang tidak diinjili / tidak pernah mendengar tentang Yesus, pasti tidak selamat. Fakta Kitab Suci inilah yang mendasari pengutusan misionaris ke tempat-tempat yang belum pernah dijangkau Injil.
c) Yeh 3:18 - “Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! - dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu.”.
Perhatikan bahwa ayat ini mengatakan bahwa orang jahat yang tidak diperingati / diinjili itu, akan mati dalam kesalahannya!
Jadi merupakan tugas kita untuk memberitakan Injil kepada mereka supaya mereka bisa mendengar Injil, lalu percaya dan diselamatkan dari murka Allah.
Jadi, Pemberitaan Injil sebetulnya merupakan tindakan kasih kita kepada orang yang belum diselamatkan. Ada banyak orang kristen yang melakukan tindakan kasih hanya dengan menolong secara jasmani. Memang orang yang ditolong akan senang karena ditolong secara jasmani, tetapi pada waktu mereka mati, mereka tetap harus pergi ke neraka selama-lamanya untuk membayar sendiri dosa-dosanya karena mereka tidak mempunyai Yesus sebagai Juruselamat / Penebus dosa. Apa gunanya tindakan kasih yang seperti itu? Tindakan kasih yang terbesar yang bisa saudara lakukan kepada orang yang belum percaya adalah Pemberitaan Injil! Tetapi anehnya, atau lucunya, Pemberitaan Injil sering membuat orang yang diinjili justru menjadi marah kepada kita. Di sini kita melihat secara jelas peranan dari setan dalam diri orang-orang itu.
Ada orang yang berkata bahwa untuk memenangkan jiwa seseorang kita tidak perlu memberitakan Injil kepadanya, tetapi cukup menunjukkan hidup yang saleh, penuh dengan kasih dsb. Terhadap pandangan seperti ini, yang merupakan pandangan dari banyak orang-orang Liberal, saya menjawab bahwa sekalipun hidup saleh itu penting, tetapi itu tidak bisa menggantikan Pemberitaan Injil! Text di bawah ini jelas menunjukkan bahwa tanpa firman / Injil tidak mungkin seseorang bisa percaya.
Roma 10:13-14,17 - “(13) Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14) Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya? ... (17) Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.”.
Tetapi mungkin mereka bisa menjawab dengan 1Pet 3:1-2 yang berbunyi sebagai berikut: “(1) Demikian juga kamu, hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan istrinya, (2) jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup istri mereka itu.”.
Apakah ayat ini berarti bahwa kita bisa memenangkan jiwa hanya dengan kesalehan, tanpa pemberitaan Injil? Calvin menjawab pertanyaan ini dengan komentarnya tentang 1Petrus 3:1-2 itu yang berbunyi sebagai berikut: (= Tetapi kelihatannya aneh bahwa Petrus berkata bahwa seorang suami bisa dimenangkan bagi Tuhan tanpa perkataan; karena mengapa dikatakan bahwa ‘iman timbul dari pendengaran?’ Ro 10:17. Terhadap pertanyaan ini saya menjawab bahwa kata-kata Petrus tidak boleh dimengerti seakan-akan suatu kehidupan yang kudus saja bisa membimbing orang yang tidak percaya kepada Kristus, tetapi bahwa itu melunakkan dan menenangkan pikiran mereka, sehingga mereka bisa berkurang dalam ketidak-senangannya terhadap agama; karena sebagaimana teladan yang jelek menciptakan batu sandungan, begitu juga teladan yang baik memberikan pertolongan yang tidak kecil. Maka Petrus menunjukkan bahwa istri-istri, oleh kehidupan yang kudus dan saleh, bisa melakukan begitu banyak untuk mempersiapkan suami-suami mereka, tanpa berbicara kepada mereka tentang agama, untuk memeluk iman Kristus.) - hal 95-96.
Jadi jelaslah bahwa Petrus hanya memaksudkan bahwa hidup saleh itu hanya bisa mempersiapkan seseorang untuk bisa menerima Kristus, tetapi selanjutnya masih perlu disertai dengan pemberitaan Injil supaya mereka bisa percaya.
VII) Karena Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga.
Banyak orang berkata bahwa ada banyak jalan ke surga, dan Yesus hanya merupakan salah satu jalan ke surga. Seandainya hal ini benar, maka jelas bahwa kita tidak perlu memberitakan Injil. Tetapi Kitab Suci tidak mengajar demikian. Kitab Suci menyatakan secara sangat jelas bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan (bukan salah satu jalan) ke surga. Perhatikan ayat-ayat ini:
1) Yohanes 14:6 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”.
2) Kisah Para Rasul 4:12 - “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.’”.
3) 1Yohanes 5:11-12 - “(11) Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam AnakNya. (12) Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup.”.
Karena itu, kita harus memberitakan Injil.
Catatan: karena pentingnya kepercayaan terhadap Kristus sebagai satu-satunya jalan ke surga, dalam persoalan keselamatan dan penginjilan, dan karena banyaknya serangan terhadap doktrin ini dari kalangan gereja-gereja yang liberal, maka hal ini akan saya bahas secara khusus dalam bab / pelajaran yang berikut.
VIII) Karena Injil bisa memperbaiki kehidupan manusia.
Pendidikan (termasuk pendidikan sex), hukuman penjara, dsb, hanya bisa mengubah seseorang dari luar, dan bahkan seringkali sama sekali tidak mengubah manusia.
Misalnya:
1) Sekalipun pendidikan sex di Amerika sangat hebat, tetapi kebejatan moral / free sex makin menjadi-jadi.
2) Orang-orang yang keluar dari penjara sering kali justru menjadi lebih jahat, atau lebih lihai dalam kejahatan.
Tetapi Pemberitaan Injil, kalau itu diterima, akan menyebabkan seseorang berubah.
2Korintus 5:17 - “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”.
Berbeda dengan perubahan yang dihasilkan oleh pendidikan, penjara dsb, perubahan yang terjadi karena seseorang menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya, akan mengubah orang itu dari dalam. Mengapa? Karena orang yang percaya kepada Kristus pasti menerima Roh Kudus, dan Roh Kudus di dalam diri orang itu akan menghasilkan buah Roh (Gal 5:22-23), yang akan menguduskan kehidupan orang itu.
Contoh:
a) Saulus / Paulus.
Galatia 1:20-23 - “(20) Di hadapan Allah kutegaskan: apa yang kutuliskan kepadamu ini benar, aku tidak berdusta. (21) Kemudian aku pergi ke daerah-daerah Siria dan Kilikia. (22) Tetapi rupaku tetap tidak dikenal oleh jemaat-jemaat Kristus di Yudea. (23) Mereka hanya mendengar, bahwa ia yang dahulu menganiaya mereka, sekarang memberitakan iman, yang pernah hendak dibinasakannya.”.
b) Zakheus (Lukas 19:1-10).
IX) Karena rasa takut untuk PI datang dari setan.
Ada rasa takut yang datang dari Tuhan (misalnya: takut berbuat dosa), tetapi ada juga rasa takut yang datang dari setan (misalnya: takut melayani, takut memberitakan Injil). Kalau kita menuruti rasa takut yang datang dari setan itu, berarti kita tunduk kepada setan. Dari pada ‘tidak memberitakan Injil’ karena menuruti rasa takut kepada setan, lebih baik kita merasa takut kalau kita tidak memberitakan Injil, karena Tuhan memerintahkan pemberitaan Injil! Tetapi tentu yang terbaik adalah memberitakan Injil, bukan karena takut kepada Tuhan, tetapi karena kasih kepada Tuhan dan sesama manusia. Kasih memang merupakan dasar ketaatan yang sejati.
Yohanes 14:15 - “‘Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu.”
X) Karena akan datang waktunya dimana kita tidak lagi bisa memberitakan Injil.
Perhatikan ayat-ayat di bawah ini:
Yohanes 9:4 - “Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja.”.
2Timotius 4:2-5 - “(2) Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. (3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng. (5) Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!”.
Saat inipun sudah banyak orang yang hanya senang mendengar khotbah yang penuh dengan lelucon, kesaksian, dongeng dsb. Pada hakekatnya mereka bukan menyenangi Firman Tuhan tetapi lelucon, kesaksian, dongeng, dsb. Jadi boleh dikatakan bahwa nubuat dalam 2Timotius 4:2-5 itu sudah menjadi kenyataan pada saat ini. Tetapi bagaimanapun juga, sekarang masih ada orang-orang yang mau mendengar Injil / Firman Tuhan. Kita harus memanfaatkan kesempatan ini sebelum ‘malam’ tiba (Yoh 9:4).
Yohanes 9:4 - “Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja.”.
Saat itu kita sudah sama sekali tidak bisa memberitakan Injil. Saat itu bisa terjadi pada saat Kristus datang kedua kalinya atau pada saat kita mati, atau menjelang akhir jaman dimana manusia menjadi begitu bejatnya sehingga sama sekali tidak mau mendengar Injil lagi.
Penutup.
Sebagai penutup bagian ini, mari kita membaca 3 buah ayat Kitab Suci:
1) Yeremia 20:9 - “Tetapi apabila aku berpikir: ‘Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi namaNya’, maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup.”.
2) Kisah Para Rasul 4:20 - “Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar.’”.
3) 1Korintus 9:16 - “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.”.
Yesus: satu-satunya jalan ke surga
I) Yesus hanyalah salah satu jalan ke surga?
Ada pepatah yang mengatakan: ‘Ada banyak jalan menuju ke Roma’. Pepatah ini mungkin benar untuk banyak hal. Dan saya percaya bahwa pepatah ini berlaku untuk neraka. Memang, ada banyak jalan menuju ke neraka (Yakinkah saudara bahwa saudara tidak sedang berada pada jalan ke neraka ini?). Tetapi betul-betul menyedihkan kalau ada orang yang mengaku sebagai orang kristen, apalagi mengaku sebagai hamba Tuhan, yang menerapkan pepatah ini untuk surga. Dengan bermacam-macam alasan mereka mengatakan bahwa Yesus hanyalah salah satu jalan ke surga, dan orang yang tidak percaya kepada Yesuspun bisa masuk ke surga.
Alasan-alasan yang sering dipakai adalah:
1) Kita tidak boleh menghakimi, hanya Allah yang berhak menghakimi.
2) Kita tidak boleh menghina orang yang non kristen / beragama lain.
3) Kita harus bertoleransi terhadap agama lain.
4) Kita tidak maha tahu, jadi kita tidak tahu apakah orang yang tidak percaya kepada Yesus akan masuk ke neraka.
5) Mempercayai Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga adalah sikap egois, tidak kasih dan mau menangnya sendiri.
6) Orang yang beragama lain banyak yang hidupnya saleh, masakan semua harus masuk ke neraka?
II) Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga.
Dasar Kitab Suci bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga:
1) Ayat-ayat Kitab Suci di bawah ini secara jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga.
· Yoh 14:6 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’”.
Ayat ini hanya mempunyai 3 kemungkinan:
* Kitab Sucinya salah / ngawur. Yesus tidak pernah mengatakan pernyataan ini, tetapi Kitab Suci mencatat seolah-olah Yesus mengatakan pernyataan ini.
* Kitab Sucinya betul; Yesus memang pernah mengucapkan pernyataan ini. Tetapi Yesusnya berdusta, karena Ia menyatakan diri sebagai satu-satunya jalan kepada Bapa padahal sebetulnya tidak demikian.
* Kitab Sucinya betul, dan Yesusnya tidak berdusta, sehingga Ia memang adalah satu-satunya jalan kepada Bapa / ke surga.
Renungkan: yang mana dari 3 kemungkinan ini yang saudara terima? Kalau saudara menerima yang pertama atau yang kedua, Sebaiknya saudara pindah agama saja, karena apa gunanya menjadi Kristen tetapi mempercayai bahwa Kitab Sucinya salah / ngawur, atau Tuhannya pendusta!
· Kisah Para Rasul 4:12 - “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan”.
· 1Yohanes 5:11-12 - “Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam AnakNya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup”.
· 1Timotius 2:5 - “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus”.
Hanya orang sesat yang tidak menghargai otoritas Kitab Suci dan yang ingin memutarbalikkan Kitab Suci yang bisa menafsirkan bahwa ayat-ayat ini tidak menunjukkan Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga.
Perhatikan bahwa Kis 4:12 itu menyatakan bahwa ‘keselamatan itu ada di dalam Yesus’, dan 1Yoh 5:11-12 menyatakan bahwa ‘hidup yang kekal itu ada di dalam Yesus’. Bayangkan Yesus sebagai sebuah kotak yang di dalamnya berisikan keselamatan / hidup kekal. Kalau seseorang menerima kotaknya (Yesus), maka ia menerima isinya (keselamatan / hidup yang kekal), dan sebaliknya kalau ia menolak kotaknya (Yesus), otomatis ia juga menolak isinya (keselamatan / hidup yang kekal).
Juga perhatikan bahwa berbeda dengan Yoh 14:6 yang diucapkan oleh Yesus kepada murid-muridNya (orang-orang yang percaya / kristen), maka Kis 4:12 diucapkan oleh Petrus kepada orang-orang Yahudi yang anti kristen! Jadi jelas bahwa ayat ini tidak mungkin dimaksudkan hanya bagi orang kristen!
2) Yohanes 8:24 dan Wahyu 21:8 secara explicit menunjukkan bahwa orang yang tidak percaya kepada Yesus akan mati dalam dosanya / masuk neraka.
Yoh 8:24b - “Jikalau kamu tidak percaya bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu”.
Wah 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua”.
Dalam kontex Kitab Suci, ‘orang yang tidak percaya’ artinya adalah ‘orang yang tidak percaya kepada Yesus’! Jadi, sekalipun mereka percaya kepada Allah, tetapi kalau mereka tidak percaya kepada Yesus, maka ayat itu mengatakan bahwa mereka akan masuk ke neraka!
3) Dalam Perjanjian Lama, Allah berulang kali hanya memberikan 1 jalan untuk bebas dari hukuman, yang adalah TYPE / gambaran dari Kristus.
Contoh:
a) Bahtera Nuh (Kej 6-8).
Pada jaman Nuh itu, kalau orang tidak mau masuk ke dalam bahtera, maka tidak ada jalan lain baginya melalui mana ia bisa selamat. Pada waktu banjir itu mulai meninggi, ia mungkin akan mencoba naik pohon, naik atap rumah, naik gunung yang tinggi, dsb, tetapi ia akan tetap mati, karena air bah itu merendam seluruh dunia bahkan gunung yang tertinggi sekalipun (bdk. Kej 7:19-20). Jadi jelas bahwa bahtera itu adalah satu-satunya jalan keselamatan.
b) Darah pada ambang pintu (Kel 12:3-7,12-13,21-23,25-30 1Kor 5:7).
Pada waktu Allah mau menghukum orang Mesir dengan membunuh semua anak sulung, Allah memberikan jalan melalui mana bangsa Israel bisa lolos dari hukuman itu. Caranya adalah menyapukan darah domba Paskah pada ambang pintu. Dan ini adalah satu-satunya jalan melalui mana mereka bisa lolos dari hukuman Allah itu.
Selanjutnya, 1Kor 5:7b berbunyi: “Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus”. Jadi, jelaslah bahwa anak domba Paskah yang darahnya merupakan satu-satunya jalan keselamatan pada saat itu, merupakan TYPE / gambaran dari Kristus.
c) Ular tembaga (Bil 21:4-9 Yohanes 3:14-15).
Lagi-lagi dalam peristiwa ular tembaga, pada waktu Israel berdosa dan dihukum oleh Tuhan dengan ular berbisa, Tuhan memberikan hanya satu jalan keluar, yaitu dengan memandang kepada ular tembaga itu. Kalau mereka menolak jalan itu dan mencari jalan yang lain, apakah dengan berobat kepada tabib / dukun, atau dengan mengikat bagian yang digigit, atau dengan mencari obat lain manapun juga, mereka pasti mati. Hanya kalau mereka mau memandang kepada ular tembaga yang dibuat Musa barulah mereka bisa sembuh. Juga perlu dingat bahwa Tuhan tidak menyuruh Musa untuk membuat banyak patung ular tembaga, tetapi hanya satu patung ular tembaga!
Selanjutnya Yoh 3:14-15 berkata: “(14) Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, (15) supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal”.
Dari ayat ini terlihat bahwa ular tembaga dalam Bil 21 itu merupakan TYPE / gambaran dari Kristus. Sama seperti ular tembaga itu merupakan satu-satunya jalan keselamatan pada saat itu, demikian juga Kristus merupakan satu-satunya jalan keselamatan pada saat ini.
4) Sikap kita kepada Yesus merupakan sikap kita terhadap Allah / Bapa.
Lukas 10:16 - “Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku”.
Yohanes 5:23 - “supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia”.
Yohanes 15:23 - “Barangsiapa membenci Aku, ia membenci juga BapaKu”.
Karena itu, orang tidak bisa menyembah / mentaati / melayani Allah, tetapi pada saat yang sama menolak Yesus. Menolak Yesus berarti menolak Allah, dan tidak percaya kepada Yesus berarti tidak percaya kepada Allah. Melihat pada semua ini bisakah orang yang tidak percaya kepada Yesus masuk surga?
Illustrasi:
Kalau saudara datang ke rumah saya bersama dengan anak saudara, dan saya menerima saudara dengan baik dan hormat, tetapi memperlakukan anak saudara dengan jelek, bisakah saudara berkata: ‘Ah tidak apa-apa, yang penting ia menghormati saya’? Saya yakin tidak mungkin. Sikap saya yang jelek terhadap anak saudara, identik dengan sikap jelek terhadap saudara sendiri.
Demikian juga, kalau ada orang yang bersikap baik terhadap Allah (menyembah Allah, berbakti kepada Allah, dsb) tetapi bersikap jelek terhadap Yesus (menolak, tidak percaya, benci, menghina, dsb), maka Allah tidak akan menerima orang itu. Sikap seseorang terhadap Yesus, yang adalah Anak Allah, identik dengan sikap orang itu terhadap Allah sendiri!
5) Yesus adalah Allah sendiri.
Ini terlihat dari banyak ayat Kitab Suci seperti:
· Yoh 1:1 - “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”.
Catatan: dari Yoh 1:14 saudara bisa melihat bahwa yang dimaksud dengan istilah ‘Firman’ di sini adalah Yesus!
· Roma 9:5 - “Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaanNya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!”.
· 1Yohanes 5:20 - “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam AnakNya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal”.
· Yohanes 5:18 - “ Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah”.
Catatan: kata ‘menyamakan’ seharusnya adalah ‘menyetarakan’.
Kalau Yesus adalah Allah sendiri, maka jelas bahwa Ia adalah tuan rumah / pemilik Kerajaan Surga. Bagaimana mungkin orang yang tidak percaya kepadaNya, apalagi yang menentangNya, bisa masuk ke surga, yang adalah milikNya?
6) Semua manusia berdosa, dan dosa tidak bisa ditebus dengan perbuatan baik. Karena itu semua manusia membutuhkan seorang Juruselamat / Penebus dosa.
Bahwa semua manusia berdosa, dinyatakan oleh Roma 3:23 yang berbunyi: “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”.
Dan bahwa dosa tidak bisa ditebus dengan perbuatan baik, dinyatakan oleh Gal 2:16a,21b yang berbunyi: “(16a) Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus ... (21b) sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.
Karena itu sebetulnya semua manusia membutuhkan Juruselamat / Penebus dosa. Dan Yesus adalah satu-satunya yang pernah menebus dosa manusia. Kalau kita menolak Dia, maka kita harus membayar sendiri hutang dosa kita, dan itu berarti kita harus masuk ke neraka selama-lamanya.
7) Penderitaan yang Yesus alami untuk menebus dosa manusia merupakan penderitaan yang luar biasa hebatnya. Untuk menunjukkan betapa hebatnya penderitaan yang Yesus alami, maka saya mengajak saudara untuk melihat komentar-komentar dari beberapa penafsir tentang 2 macam penderitaan yang Yesus alami, yaitu pencambukan dan penyaliban.
a) Tentang pencambukan.
William Hendriksen: [= Cambuk Romawi terdiri dari gagang kayu yang pendek yang diberi beberapa tali kulit, yang ujungnya dilengkapi dengan potongan-potongan timah atau kuningan dan potongan-potongan tulang yang diruncingkan. Pencambukan diberikan terutama pada punggung korban, yang ditelanjangi dan dibungkukkan. Biasanya 2 orang dipekerjakan untuk melaksanakan hukuman ini, yang seorang mencambuki dari satu sisi, yang lain mencambuki dari sisi yang lain, dengan akibat bahwa daging yang dicambuki itu kadang-kadang koyak / sobek sedemikian rupa sehingga pembuluh darah dan arteri yang terletak di dalam, kadang-kadang bahkan isi perut dan organ bagian dalam, menjadi terbuka / terlihat. Pencambukan seperti itu, yang tidak boleh dilakukan terhadap warga negara Romawi (bdk. Kis 16:37), sering berakhir dengan kematian].
William Barclay: [= Pencambukan Romawi adalah suatu penyiksaan yang hebat. Korban ditelanjangi, tangannya diikat kebelakang, lalu ia diikat pada suatu tonggak dengan punggungnya dibungkukkan sehingga terbuka terhadap cambuk. Cambuk itu sendiri adalah suatu tali kulit yang panjang, yang ditaburi dengan potongan-potongan tulang dan butiran-butiran timah yang runcing. Pencambukan seperti itu selalu mendahului penyaliban dan ‘pencambukan itu menjadikan tubuh telanjang itu menjadi carikan-carikan daging mentah, dan bilur-bilur yang meradang dan berdarah’. Ada orang yang mati karenanya, dan ada orang yang kehilangan akalnya karenanya, dan sedikit orang bisa tetap sadar sampai akhir pencambukan].
b) Tentang penyaliban.
Pulpit Commentary: “Nails were driven through the hands and feet, and the body was supported partly by these and partly by a projecting pin of wood called the seat. The rest for the feet, often seen in picture, was never used” (= Paku-paku menembus tangan dan kaki, dan tubuh disangga / ditopang sebagian oleh paku-paku ini dan sebagian lagi oleh sepotong kayu yang menonjol yang disebut ‘tempat duduk’. Tempat pijakan kaki, yang sering terlihat dalam gambar, tidak pernah digunakan).
William Barclay: [= Ketika mereka sampai di tempat penyaliban, salib itu ditidurkan di atas tanah. Orang hukuman itu direntangkan di atasnya, dan tangannya dipakukan pada salib itu. Kakinya tidak dipakukan, tetapi hanya diikat secara longgar. Di antara kaki-kaki dari orang hukuman itu (diselangkangannya), menonjol sepotong kayu yang disebut sadel, untuk menahan berat orang itu pada waktu salib itu ditegakkan - kalau tidak maka paku-paku itu akan merobek daging di tangannya. Lalu salib itu ditegakkan dan dimasukkan di tempatnya - dan kriminil itu dibiarkan untuk mati ... Kadang-kadang, orang-orang hukuman tergantung sampai satu minggu, mati perlahan-lahan karena lapar dan haus, menderita sampai pada titik dimana mereka menjadi gila].
Catatan: Barclay menganggap bahwa yang dipaku hanyalah tangan saja. Kaki hanya diikat secara longgar, tetapi tidak di paku. Ini ia dasarkan pada:
· tradisi. Jadi, menurut Barclay, tradisinya memang demikian (kaki tidak dipaku).
· Yoh 20:25,27 yang tidak menyebut-nyebut tentang bekas paku pada kaki.
Yoh 20:25,27 - “(25) Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: ‘Kami telah melihat Tuhan!’ Tetapi Tomas berkata kepada mereka: ‘Sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambungNya, sekali-kali aku tidak akan percaya.’ (27) Kemudian Ia berkata kepada Tomas: ‘Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganKu, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambungKu dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.’”.
Tetapi saya berpendapat bahwa Yesus dipaku bukan hanya pada tanganNya, tetapi juga pada kakiNya. Alasan saya:
¨ penulis-penulis lain ada yang mengatakan bahwa tradisinya tak selalu seperti yang dikatakan oleh Barclay. Misalnya penulis dari Pulpit Commentary yang saya kutip di atas. Juga tentang pemakuan kaki ini caranya tidak selalu sama. Kadang-kadang kedua kakinya dipaku menjadi satu, dan kadang-kadang kedua kakinya dipaku secara terpisah.
¨ Maz 22, yang adalah mazmur / nubuat tentang salib, berkata pada ay 17b: ‘mereka menusuk tangan dan kakiku’.
Catatan: baca seluruh Maz 22 itu dan perhatikan ay 2,8-9,16,17b,19 yang sangat jelas menunjukkan bahwa itu memang merupakan mazmur tentang salib.
¨ Dalam Lukas 24:39-40, Tuhan Yesus menunjukkan tangan dan kakiNya! Pasti karena ada bekas pakunya!
Luk 24:39-40 - “(39) Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.’ (40) Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kakiNya kepada mereka”.
Kalau hanya untuk menunjukkan bahwa Ia betul-betul mempunyai tubuh, adalah aneh kalau yang ditunjukkan adalah kakiNya. Mengapa bukan bahuNya, atau sikuNya, atau kepalaNya, yang merupakan bagian-bagian yang lebih mudah untuk ditunjukkan. Mengapa tangan dan kakiNya? Tangan masih masuk akal, karena mudah untuk ditunjukkan. Tetapi kaki? Itu rasanya agak tidak sopan, kecuali ada alasan tertentu, yaitu adanya bekas paku di sana. Ia ingin menunjukkan kepada murid-muridNya bahwa Ia adalah Yesus yang sama dengan Yesus yang mati di salib beberapa hari yang lalu.
Selanjutnya Barclay mengutip Klausner yang berkata sebagai berikut:
“The criminal was fastened to his cross, already a bleeding mass from the scourging. There he hung to die of hunger and thirst and exposure, unable even to defend himself from the torture of the gnats and flies which settled on his naked body and on his bleeding wounds” [= Kriminil itu dilekatkan / dipakukan pada salib; pada saat itu ia sudah penuh dengan darah karena pencambukan. Di sana ia tergantung untuk mati karena lapar, haus dan kepanasan, bahkan tidak bisa membela dirinya sendiri dari siksaan dari nyamuk dan lalat yang hinggap pada tubuhnya yang telanjang dan pada luka-lukanya yang berdarah].
Barclay lalu mengatakan: “It is not a pretty picture but that is what Jesus Christ suffered - willingly - for us” (= Itu bukanlah suatu gambar yang bagus, tetapi itulah yang diderita oleh Yesus Kristus - dengan sukarela - bagi kita).
Mengingat hebatnya penderitaan yang Yesus alami untuk menebus dosa kita, kalau Yesus bukan satu-satunya jalan keselamatan, maka:
1. Tindakan Bapa merelakan AnakNya untuk mati dengan cara yang begitu mengerikan hanya untuk memberikan satu tambahan jalan ke surga, padahal sudah ada dan akan ada lagi banyak jalan lain ke surga, betul-betul merupakan tindakan yang sangat kejam.
Illustrasi: Pada waktu untuk pertama kalinya anak saya disuntik, anak itu menangis, saya merasa begitu kasihan kepadanya, sehingga saya memeluk dia untuk mendiamkannya. Padahal anak itu disuntik dengan suntikan mini yang jarumnya sangat kecil. Kalau saya bisa merasa kasihan pada waktu anak saya ‘disakiti’ dengan jarum suntik itu, bayangkan bagaimana perasaan Bapa pada waktu AnakNya yang tunggal itu dicambuki sampai hancur punggungNya dan lalu dipakukan pada kayu salib sampai mati. Seandainya ada jalan lain untuk menyelamatkan manusia, saya yakin bahwa Bapa tidak akan membiarkan AnakNya mengalami penderitaan seperti itu. Tetapi karena memang tidak ada jalan lain, demi kasihNya kepada manusia berdosa, Ia rela membiarkan AnakNya mengalami penderitaan itu.
2. Tindakan Yesus untuk mati di salib untuk memberikan satu tambahan jalan ke surga adalah tindakan konyol, bodoh dan sia-sia. Ini sesuai dengan Gal 2:21b berbunyi: “... sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.
Illustrasi: Bayangkan bahwa saya dan anak saya ada di lantai tiga sebuah bangunan, dan bangunan itu lalu terbakar. Saya lalu menggendong anak saya dan melompat, dan sesaat sebelum menyentuh tanah, saya melemparkan anak saya ke atas, maka anak saya selamat dan saya mati. Kalau saat itu memang tidak ada jalan lain untuk selamat selain melompat dari lantai tiga itu, maka mungkin sekali orang akan menganggap saya sebagai pahlawan yang rela berkorban bagi anak saya. Tetapi kalau pada saat itu sebetulnya ada banyak jalan yang lain, dan saya tetap ‘rela mengorbankan nyawa saya’ demi anak saya, maka saya yakin bahwa orang akan menganggap tindakan itu sebagai tindakan konyol dan bodoh.
Demikian juga dengan apa yang Yesus lakukan bagi kita. Kalau memang ada jalan lain untuk selamat, dan Yesus tetap rela berkorban bagi kita, Ia betul-betul konyol dan bodoh. Tetapi karena memang tidak ada jalan lain, dan Yesus rela melakukan pengorbanan di atas kayu salib, maka tindakanNya betul-betul merupakan tindakan kasih yang luar biasa.
8) Perintah Yesus untuk menjadikan semua bangsa murid Yesus (Matius 28:19-20) menunjukkan bahwa:
a) Yesus memang adalah satu-satunya jalan ke surga.
Kalau memang Yesus bukan satu-satunya jalan keselamatan, untuk apa ada perintah untuk memberitakan Injil / membawa semua orang untuk datang kepada Yesus?
b) Orang yang tidak pernah mendengar tentang Yesus juga akan binasa / masuk neraka! Kalau orang yang tidak pernah mendengar Injil bisa masuk surga, maka untuk apa kita diperintahkan untuk memberitakan Injil? Bahwa kita diperintahkan untuk memberitakan Injil dan menjadikan semua bangsa murid Yesus, jelas menunjukkan bahwa orang yang tidak pernah mendengar Injil juga pasti tidak bisa selamat. Pandangan ini didukung oleh beberapa bagian Kitab Suci yang lain seperti:
· Ro 2:12a - “Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat”.
· Roma 10:13-14 - “Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya?”.
· Yeh 3:18 - “Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! - dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu”.
Catatan: Ketiga text ini sudah saya jelaskan di depan sehingga di sini tidak saya jelaskan lagi.
Hal lain yang perlu diingat adalah bahwa dalam rasul-rasul melaksanakan perintah ini, mereka memberitakan Injil kepada orang-orang yang sudah beragama (agama Yahudi). Dan bagaimanapun mereka diancam untuk tidak memberitakan Injil, dan bahkan dianiaya karena memberitakan Injil, mereka tetap memberitakan Injil!
Kisah Para Rasul 4:1-30 - .Kis 5:17-21a - Kisah Para Rasul 5:26-33,40-42 - Kisah Para Rasul 14:19-22 -
Kalau orang yang tidak pernah mendengar Injil bisa masuk surga, atau kalau orang yang beragama lain bisa masuk surga, untuk apa para rasul memberitakan Injil? Lebih-lebih, untuk apa mereka terus memberitakan Injil bahkan pada saat mereka dianiaya karena pemberitaan Injil itu?
Dari 8 point ini jelaslah bahwa pandangan yang mengatakan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga bukanlah fanatisme yang picik, tetapi memang merupakan doktrin / kebenaran yang nyata sekali di ajarkan dalam Kitab Suci! Menolak kebenaran ini sama dengan menolak Kitab Suci / Firman Tuhan! Mengejek orang kristen yang mempercayai kebenaran ini sama dengan mengejek Kitab Suci / Firman Tuhan!
III) Konsekwensi dari doktrin / ajaran ini.
1) Kita sendiri harus percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, karena tanpa itu kita menolak jalan satu-satunya ke sorga, sehingga kita tidak mungkin bisa selamat.
Sudahkan saudara sendiri percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi saudara? Kalau belum, datanglah kepada Kristus sekarang juga. Besok mungkin sudah terlambat! Tidak ada gunanya belajar memberitakan Injil, kalau saudara sendiri belum percaya.
2) Kita harus mengusahakan supaya orang lain bisa mendengar tentang Yesus dan mau percaya kepada Yesus, dengan cara memberitakan Injil kepada mereka, berdoa supaya mereka bisa dan mau percaya kepada Yesus, dan melakukan segala usaha yang bisa kita lakukan untuk mempertobatkan orang yang belum percaya kepada Yesus.
Perhatikan bahwa hal ini dilakukan bukan demi kepentingan kekristenan, tetapi demi kepentingan / keselamatan orang yang diinjili tersebut. Jadi, kita memberitakan Injil kepada seseorang, karena kita mengasihi orang itu, dan karena itu kita menginginkan dia masuk surga, bukan masuk neraka.
3) Sebagai orang tua kristen, kita harus berusaha mengarahkan anak-anak kita kepada Yesus. Ada orang tua kristen yang merasa bangga dengan sikap mereka yang tidak memaksakan agama mereka kepada anak-anaknya, dan membiarkan anak-anaknya memilih sendiri agama mereka. Saya berpendapat bahwa hanya ada 2 kemungkinan tentang orang tua kristen yang membiarkan anaknya tumbuh bebas dan memilih agamanya sendiri. Atau ia adalah orang kristen KTP yang tidak percaya Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga, atau ia adalah orang tua yang tidak mengasihi anaknya sehingga tidak peduli kalau anaknya masuk ke neraka karena tidak punya Juruselamat. Pada umumnya kemungkinan pertamalah yang benar.
4) Orang kristen yang menganggap bahwa Yesus hanyalah salah satu jalan ke surga bukanlah orang yang bertoleransi terhadap agama lain, tetapi adalah orang kristen yang tidak percaya pada Kitab Suci / Firman Tuhan, dan ini jelas adalah orang kristen KTP. Tidak peduli betapa tingginya jabatan mereka dalam gereja, injililah mereka supaya mereka bertobat.
Catatan: toleransi terhadap agama lain tidak berarti bahwa kita lalu mengubah kepercayaan kita sendiri!
5) Orang yang mengaku sebagai hamba Tuhan tetapi tidak mau mempercayai hal ini dan bahkan mengajarkan sebaliknya, jelas adalah serigala yang berbulu domba, atau nabi palsu, yang sedikitpun tidak menghormati otoritas dari Kitab Suci! Bdk. Matius 7:15 - “‘Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas”.
6) Kalau kita mengatakan bahwa orang yang tidak percaya kepada Yesus pasti masuk neraka, maka kita bukan menghakimi, tetapi percaya pada kebenaran Kitab Suci!
7) Kalau orang kristen percaya / menyatakan Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga, itu bukan sikap egois, mau menang sendiri, tidak kasih kepada orang lain dsb.
Illustrasi: Bayangkan bahwa saya mempunyai sebuah rumah dan saya memberikan hanya 1 pintu untuk masuk ke rumah itu. Si A saya beri tahu bahwa kalau mau masuk ke rumah saya harus melalui pintu satu-satunya itu. Kalau masuk melalui jendela atau naik tembok belakang atau masuk lewat genteng, akan saya tembak. Lalu si A memberitakan hal itu kepada saudara supaya saudara bisa masuk rumah saya. Apakah si A ini egois, mau menang sendiri, tidak kasih kepada saudara?
8) Orang-orang kristen yang sudah mendengar ajaran ini tetapi tetap berkata bahwa mereka tidak tahu akan nasib orang yang tidak percaya Yesus dengan alasan bahwa mereka tidak maha tahu dan hanya Allah yang maha tahu, bukanlah orang yang rendah hati, tetapi adalah orang-orang tegar tengkuk yang tidak menghargai otoritas Kitab Suci! Mereka bukannya tidak tahu, tetapi memang tidak mau tahu!
9) Kita perlu hati-hati dengan orang yang mengatakan ‘moga-moga Tuhan menyediakan jalan untuk selamat bagi orang yang mati tanpa Kristus’. Kata-kata seperti ini tampaknya penuh kasih, tetapi jelas merupakan kata-kata dari orang yang tidak percaya pada Firman Tuhan! Mengatakan ‘moga-moga orang di luar Kristus bisa selamat’ adalah sama dengan mengatakan ‘moga-moga kata-kata Yesus dalam Yoh 14:6 itu adalah salah / dusta’!
10) Kita tidak boleh mendukung:
a) Gereja-gereja sesat yang tidak mempercayai Yesus sebagai satu-satunya jalan keselamatan.
b) Gereja-gereja yang tidak lagi memberitakan Injil.
Catatan: perlu diingat bahwa ada banyak gereja yang masih mempunyai slogan yang injili, seperti Yesus adalah satu-satunya Juruselamat dsb, tetapi itu tidak diwujudkan dengan ditekankannya Pemberitaan Injil.
c) Gereja-gereja yang memberitakan Injil yang sudah diselewengkan (bdk. Galatia 1:6-9), seperti:
· Social Gospel (= Injil sosial), dimana penekan penginjilannya adalah hanya pada bantuan sosial, bukan pada pemberitaan Injil. Ini banyak terdapat dalam gereja-gereja Protestan yang liberal. Perlu diingat bahwa fungsi gereja bukanlah menjadi semacam sinterklaas, tetapi sebagai pemberita Injil / Firman Tuhan!
· Yesus ditekankan sebagai dokter, pelaku mujijat, pemberi berkat, tetapi tidak sebagai Juruselamat dan Tuhan. Ini banyak terdapat dalam gereja Pentakosta / Kharismatik. Sekalipun ini kelihatannya seperti Injil, tetapi sebetulnya ini merupakan ‘Injil yang lain’ atau ‘Injil yang berbeda’ (bdk. 2Korintus 11:4 Gal 1:6-9).
Jangan mendukung gereja-gereja seperti ini baik dalam keuangan, tenaga / pikiran, pelayanan, publikasi, atau bahkan kehadiran dan doa (kecuali mendoakan supaya mereka bertobat), karena mendukung gereja sesat sama dengan mendukung setan!
Kalau mendukung gereja sesat sudah tidak boleh, lebih-lebih mendukung agama lain! Ingat bahwa kita memang harus mengasihi orang yang beragama lain. Ini diwujudkan dengan memberitakan Injil kepada mereka, dan bahkan menolong mereka / menyumbang mereka kalau mereka mendapatkan musibah / membutuhkan pertolongan. Tetapi kita tidak boleh mendukung agama mereka!
Sebaliknya, dukunglah gereja-gereja / hamba-hamba Tuhan yang betul-betul memberitakan Injil. Dukungan dibutuhkan baik dalam doa, tenaga, pikiran, keuangan, publikasi, dsb. Ingat bahwa tidak mendukung gereja yang benar, adalah sama dengan mendukung kesesatan!
SYARAT-SYARAT PENGINJIL PRIBADI YANG BAIK
1) Sudah sungguh-sungguh percaya / menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dan yakin akan keselamatannya.
a) Sudah percaya kepada Yesus.
· Matius 4:19 - “Yesus berkata kepada mereka: ‘Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.’”.
Perhatikan urut-urutan dari kata-kata Yesus ini: ikut Tuhan dulu, baru menjala manusia.
· Kisah Para Rasul 1:8 - “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’”.
Kita harus menjadi ‘saksi’, dan ‘saksi’ adalah orang yang tahu / mengalami sendiri.
b) Yakin akan keselamatannya sendiri.
Sebetulnya orang yang sudah betul-betul percaya kepada Tuhan Yesus pasti yakin akan keselamatannya sendiri (Roma 8:16 1Yohanes 5:13). Keyakinan ini penting, karena tanpa keyakinan ini kita tidak akan memberitakan Injil, atau, kalaupun kita memberitakan Injil, kita tidak bisa memberitakannya dengan yakin.
Bayangkan kalau ada orang kristen yang tidak yakin akan keselamatannya sendiri menginjili orang yang belum percaya dan mendesak supaya orang itu mau percaya kepada Yesus, supaya bisa masuk surga. Lalu orang yang diinjili itu bertanya: ‘Apakah kamu sendiri yakin bahwa kamu akan masuk surga?’. Kalau penginjil ini jujur, ia harus menjawab: ‘Lha ya itu, aku sendiri belum tahu’. Jelas sekali bahwa penginjilan ini akan bubar!
2) Yakin akan kebenaran Firman Tuhan / Injil.
Pemberitaan Injil merupakan pemberitaan Firman Tuhan, dan karena itu seorang pemberita Injil harus yakin bahwa Firman Tuhan itu benar. Dan dalam memberitakan Injil selalu ada keberatan-keberatan terhadap apa yang kita jelaskan, misalnya: masakan orang berdosa itu dimasukkan neraka selama-lamanya?
Kalau Firman Tuhan bertentangan dengan ‘fakta’, atau kalau Firman Tuhan bertentangan dengan ‘Ilmu Pengetahuan’, atau kalau Firman Tuhan bertentangan dengan ‘pemikiran umum’, atau kalau Firman Tuhan bertentangan dengan ‘logika’ (misalnya: mujijat), maka seorang penginjil pribadi harus tetap percaya akan kebenaran Firman Tuhan, dan bahkan tetap menyatakannya dengan yakin.
Contoh:
a) Firman Tuhan mengatakan semua manusia berdosa (Roma 3:23).
Pada waktu kita memberitakan hal ini, bisa saja orang yang kita injili itu berkata: ‘Lho, saya kenal orang yang tidak kristen, tetapi ia baik sekali, tidak pernah menyakiti orang, dsb’.
Di sini Firman Tuhan dipertentangkan dengan ‘fakta’. Dalam menghadapi hal ini, penginjil pribadi itu harus tetap berpegang pada kebenaran Firman Tuhan. Ia harus tetap berkeras bahwa orang baik itu tetap adalah orang berdosa, bahkan orang yang sangat berdosa, di hadapan Tuhan. Mengapa? Karena standard Tuhan berbeda dengan standard manusia. Orang itu dinyatakan sebagai ‘orang baik’ menurut standard manusia. Tetapi menurut standard Tuhan, semua orang adalah orang yang berdosa, bahkan sangat berdosa.
b) Firman Tuhan mengatakan bahwa semua manusia berasal dari Adam.
Orang yang diinjili itu bisa saja mendebat dengan mengajukan teori Darwin.
Di sini Firman Tuhan dipertentangkan dengan ‘ilmu pengetahuan’. Dalam menghadapi hal ini, penginjil pribadi itu harus tetap berpegang pada kebenaran Firman Tuhan. Ia harus mempertahankan pandangan bahwa semua manusia berasal dari Adam, dan bahwa teori Darwin bukanlah ilmu pengetahuan, tetapi hanya merupakan hipotesa / dugaan yang tidak berdasar.
Dalam Koran ‘Surya’ hari Minggu, tanggal 22 November 1998, ada sebuah artikel yang berjudul “Coelacanth ‘ikan fosil’ yang masih hidup”. Dikatakan bahwa di perairan Indonesia (sekitar Manado) ditemukan ikan Coelacanth (baca: silakan), yang disebutkan sebagai ‘mbahnya komodo’, dan yang oleh ahli-ahli ilmu pengetahuan dianggap sudah punah pada sekitar 70 atau 80 juta tahun yang lalu. Ternyata pada waktu tulang-tulang dari ikan yang baru ditangkap itu dibandingkan dengan fosil ikan yang dianggap sudah berumur 80 juta tahun itu, ternyata bahwa: “kita hampir tidak dapat membedakan kerangka tulang mana yang purba (80 juta tahun lalu) dengan yang sekarang. Dan ini menimbulkan pertanyaan mengapa? Mengapa organ ikan ini tetap statis untuk jangka waktu yang demikian lamanya tanpa mengalami evolusi?”.
Saya berpendapat pertanyaan ini mudah sekali jawabannya, yaitu: karena evolusi tidak pernah ada!
c) Firman Tuhan mengatakan kalau ditampar pipi kanan berikan pipi kiri (Mat 5:39).
Jangan menafsirkan Matius 5:39 ini secara hurufiah. Maksudnya bukan betul-betul harus memberikan pipi satunya untuk ditampar lagi, tetapi hanya ‘jangan membalas’. Itupun hanya berlaku untuk serangan yang tidak membahayakan jiwa. Karena itu Yesus menggunakan kata ‘tampar’ bukan ‘bacok’!
Tetapi inipun tidak bisa diterima oleh banyak orang dan dianggap sebagai tidak masuk akal. Demikian juga dengan Matius 5:28 (tentang perzinahan dalam hati).
Di sini Firman Tuhan dipertentangkan dengan ‘pandangan umum’. Dalam menghadapi hal ini penginjil pribadi yang baik harus tetap berpegang pada Firman Tuhan! Tidak peduli semua orang menganggap hal itu tidak salah, kalau Kitab Suci / Firman Tuhan menganggapnya salah, maka ia juga harus menyatakannya sebagai sesuatu yang salah!
Tetapi dalam hal ini juga ada peringatan yang penting.
Keyakinan itu harus betul-betul ada dalam hati. Kalau keyakinan itu dibuat-buat, maka saudara bukan sedang menginjil, tetapi sedang berlaku munafik / berdusta!
Kalau saudara percaya dengan teguh pada kebenaran Firman Tuhan, itu tentu baik sekali, tetapi pastikanlah bahwa saudara percaya pada ayat-ayat yang ditafsirkan secara benar, bukan yang diputar-balikkan / disalah-artikan. Misalnya ada orang kristen yang percaya bahwa Yesus betul-betul turun ke neraka, atau bahwa nanti setelah kematian masih ada ‘second chance’ (= kesempatan kedua), karena orang itu akan diinjili oleh Yesus sendiri. Ini semua adalah kepercayaan yang didasarkan atas penafsiran yang salah dari ayat-ayat Kitab Suci seperti 1Pet 3:18-20 dan 1Pet 4:6.
3) Yakin bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya (bukan salah satu!) jalan ke surga (Yohanes 14:6 Kisah Para Rasul 4:12 1Yohanes 5:11-12).
Ia bukan hanya perlu yakin segi positifnya, yaitu bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga, tetapi juga pada segi negatifnya, yaitu bahwa di luar Kristus, bagaimanapun baiknya / salehnya orang itu, dan agama apapun yang ia anut, ia tidak bisa selamat, tetapi sebaliknya akan dihukum dalam neraka. Kalaupun orang itu lalu menunjukkan orang yang betul-betul kelihatan saleh, dan bahkan jauh lebih saleh dari pada kita, kita harus tetap berkeras menyatakan bahwa kalau orang itu terus ada di luar Kristus, ia pasti masuk neraka. Alasannya mudah saja yaitu: bagaimanapun baiknya seseorang, di hadapan Tuhan ia adalah orang berdosa, bahkan sangat berdosa (Ro 3:10-12,23). Karena itu tanpa Juruselamat / Penebus dosa ia tetap harus masuk neraka untuk memikul sendiri hukuman dosa-dosanya selama-lamanya.
Kalau kita tidak mempercayai hal ini, maka kita tidak akan memberitakan Injil. Sebaliknya, kalau kita betul-betul mempercayai hal ini, kita akan aktif memberitakan Injil. Dalam Kis 4:1-13 kita bisa melihat bahwa Petrus tidak mau berhenti memberitakan Injil karena ia yakin bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan (Kis 4:12).
4) Mengasihi Tuhan dan sesama manusia (Yohanes 14:15 1Yohanes 4:20).
Pemberitaan Injil adalah suatu bentuk pelayanan kepada Tuhan dan itu harus kita lakukan bukan dengan terpaksa, tetapi dengan dasar kasih.
Illustrasi: Ada kapal merapat ke pelabuhan, lalu memberikan sepotong papan sebagai jembatan antara kapal dengan daratan. Orang-orang lalu turun ke darat melalui papan itu, tetapi pada waktu berdesak-desakan, seorang bayi lepas dari pelukan ibunya dan jatuh ke air. Ibunya berteriak-teriak minta supaya ada yang menolong bayi itu. Orang-orang semua berkerumun melihat bayi itu masuk ke air. Lalu tiba-tiba seseorang dengan gagah berani terjun ke air dan menyelamatkan bayi itu. Setelah ia naik ke atas, ia dikerumuni orang banyak dan lalu ada seorang wartawan yang bertanya kepadanya: ‘Mengapa kamu mau menolong bayi itu?’. Menurut saudara mengapa? Orang itu memandang sekelilingnya dengan marah, dan ia membentak: ‘Siapa yang tadi mendorong saya?’. Jadi, orang ini bukan menolong bayi itu dengan kasih, tetapi dengan terpaksa!
Tanpa kasih, kita tidak akan sungguh-sungguh, baik dalam memberitakan Injil maupun dalam mendoakan orang yang kita injili itu.
Juga perlu diingat bahwa pemberitaan Injil adalah perang frontal melawan setan, sehingga orang yang memberitakan Injil pasti diserang setan. Serangan ini bisa datang sebagai akibat langsung dari penginjilan, misalnya orang yang kita injili itu mengejek, atau bahwa membenci dan menganiaya kita. Tetapi serangan itu bisa juga tidak merupakan akibat langsung dari penginjilan itu. Misalnya usaha kita tahu-tahu bangkrut, kita menjadi sakit, dsb. Justru karena Pemberitaan Injil selalu menimbulkan serangan setan, maka kasih sangat dibutuhkan. Mengapa? Karena tanpa kasih, kita tidak akan mau berkorban, sehingga kita akan berhenti menginjil.
Kita juga harus menyadari bahwa wujud terutama dari kasih kita kepada sesama kita, adalah dengan memberikan keselamatan kepada mereka.
The will of Patrick Henry (surat wasiat Patrick Henry): “I have now disposed of all my property to my family; there is one thing more I wish I could give them, and that is the Christian religion. If they had this, and I had not given them one shilling, they would be rich; but if they had not that, and I have given them all the world, they would be poor” (= Sekarang aku telah memberikan semua milikku kepada keluargaku; ada satu hal lagi yang aku berharap bisa memberikannya kepada mereka, dan itu adalah agama Kristen. Jika mereka mempunyai ini, dan aku tidak memberikan mereka satu senpun, mereka adalah orang kaya; tetapi jika mereka tidak mempunyai ini, dan aku memberikan seluruh dunia kepada mereka, mereka adalah orang miskin) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 497.
5) Sadar dan percaya sepenuhnya bahwa pertobatan adalah hasil pekerjaan Tuhan / Roh Kudus (Yohanes 6:44,65 Kisah Para Rasul 11:18 16:14).
Tuhan / Roh Kudus akan bekerja kalau:
a) Kita banyak berdoa.
Tetapi kita tidak akan berdoa kalau kita merasa bahwa orang yang kita injili itu bisa bertobat karena kepandaian kita dalam memberitakan Injil.
b) Kita menggunakan Firman Tuhan pada waktu memberitakan Injil.
Roma 1:16 - “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani”.
Catatan: kata-kata yang saya garis-bawahi salah terjemahan. Seharusnya adalah ‘aku tidak malu karena Injil’. Tetapi yang saya tekankan adalah bagian yang saya cetak miring yang menunjukkan bahwa Injil merupakan kekuatan Allah yang menyelamatkan orang yang percaya.
Efesus 6:17 - “dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah”.
Firman Allah disebut sebagai ‘pedang Roh’, karena itulah senjata yang Allah berikan kepada kita dalam peperangan rohani ini. Jadi, itulah yang harus kita gunakan dalam memberitakan Injil. Kalau kita berperang dengan cara yang Tuhan kehendaki, maka Ia pasti akan menyertai usaha kita, dan Roh Kudus akan bekerja dalam penginjilan yang kita lakukan.
Banyak orang Kristen ex Islam, yang kalau memberitakan Injil kepada orang Islam lalu menggunakan Al Quran. Menurut saya ini salah. Pertama karena orang Islam tidak akan mau menerima berita dari Al Quran yang ditafsirkan oleh orang Kristen. Kedua, karena bagi kita pedang Roh itu adalah Alkitab, bukan Al Quran. Jadi, kepada siapapun saudara memberitakan Injil, beritakan Injil / Firman Tuhan dari Alkitab!
Yeremia 23:29 - “Bukankah firmanKu seperti api, demikianlah firman TUHAN dan seperti palu yang menghancurkan bukit batu?”.
Firman Tuhan digambarkan sebagai palu, yang bisa menghancurkan batu yang keras. Kalau kita memberitakan Injil / Firman Tuhan, maka Tuhan akan memakai FirmanNya untuk menghancurkan kekerasan hati dari orang yang kita injili.
Banyak orang memberitakan Injil dengan langsung menyerang agama orang itu. Ini salah, karena pada umumnya hanya mengundang kemarahan. Disamping itu, Tuhan memanggil kita untuk memberitakan Injil / Firman Tuhan, bukan untuk menyerang agama lain. Tetapi harus diakui bahwa kadang-kadang, kita masuk dalam pembicaraan tentang hal-hal penting dimana Injil / kekristenan memang bertentangan frontal dengan ajaran agama lain itu. Misalnya tentang keilahian Kristus, atau tentang keselamatan karena iman saja, dan sebagainya. Maka dalam keadaan seperti itu, kita memang harus menjelaskan perbedaan itu, dan bisa terpaksa ‘menyerang’ agama lain.
c) Kita taat pada Firman Tuhan.
2Timotius 2:20-21 - “(20) Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia. (21) Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia”.
Tetapi ada 3 hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan hal ini:
1. Kita tidak harus suci murni dulu baru bisa memberitakan Injil dan dipakai oleh Tuhan. Tidak ada orang yang suci murni kecuali Yesus sendiri. Kalau Tuhan hanya mau memakai orang yang suci murni, Ia tidak bisa memakai siapapun juga kecuali malaikat dan Yesus sendiri. Jadi, kita harus melakukan dua hal ini pada saat yang sama, memberitakan Injil dan menyucikan kehidupan kita.
2. Kadang-kadang Tuhan juga memakai orang yang berdosa secara luar biasa. Misalnya Yunus, yang memberontak terhadap Tuhan, bisa dipakai untuk mempertobatkan seluruh Niniwe! Tetapi hal seperti ini hanya merupakan suatu perkecualian. Rumus umumnya adalah: makin kita menyucikan diri, makin Tuhan memakai kita.
3. Sukses dalam pandangan Tuhan seringkali berbeda dengan sukses dalam pandangan manusia. Pelayanan Yesaya kelihatannya gagal dalam pandangan manusia, dan demikian juga dengan pelayanan Stefanus, tetapi dalam pandangan Tuhan mereka jelas adalah orang-orang yang sukses dalam pelayanan. Karena itu, kalau dalam pelayanan pemberitaan Injil yang saudara lakukan tidak ada / tidak banyak orang yang bertobat, jangan terlalu cepat menilai bahwa Tuhan tidak bekerja / tidak memakai saudara.
6) Mau belajar cara-cara memberitakan Injil yang baik dan cocok untuk dirinya dan selalu berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam memberitakan Injil.
Ada bermacam-macam cara untuk memberitakan Injil dan tidak setiap cara cocok untuk setiap orang. Saya berpendapat bahwa setiap orang Kristen sebaiknya mengikuti seadanya kader penginjilan yang ada, dan membaca semua buku yang mengajarkan tentang cara memberitakan Injil, lalu menggunakan yang cocok dengan kepribadian dan karunianya sendiri. Atau, ia bisa menggabungkan beberapa cara, lalu menggunakannya.
Contoh: banyak orang Kristen berhasil melakukan pemberitaan Injil dengan menggunakan metode EE (Evangelism Explosion), tetapi saya sendiri merasa cara itu tidak cocok untuk saya. Saya tidak beranggapan bahwa cara yang digunakan EE itu jelek. Saya hanya mengatakan bahwa caranya tidak cocok bagi saya. Mengapa? Salah satu alasan adalah: saya adalah orang yang senang berdebat dan mempunyai karunia berdebat, sedangkan cara yang digunakan oleh EE adalah tanpa perdebatan / menghindari perdebatan.
Juga, setelah saudara melakukan pemberitaan Injil, saudara sebaiknya merenungkannya kembali penginjilan itu, untuk memikirkan apa-apa yang bisa saudara perbaiki. Pikirkan apa yang tadi dikatakan oleh orang yang saudara injili itu, dan apa jawaban yang saudara berikan, dan bagaimana saudara bisa memberikan jawaban yang lebih baik. Dengan demikian saudara akan maju dalam kemampuan saudara. Sekalipun kita percaya bahwa pertobatan adalah pekerjaan Roh Kudus, itu tidak berarti bahwa saudara tidak perlu berusaha secara maximal.
7) Rindu Firman Tuhan dan selalu mengisi diri dengan Firman Tuhan (Yohanes 15:1-8).
Pada saat saudara memberitakan Injil, saudara pasti mendapatkan pertanyaan-pertanyaan. Bagaimana saudara bisa menjawabnya kalau saudara mempunyai pengertian yang sangat sedikit tentang Firman Tuhan?
Juga pengisian diri dengan Firman Tuhan ini menyucikan dan mendekatkan kita kepada Tuhan sehingga kita bisa lebih berhasil dalam Pemberitaan Injil.
Karena itu seorang penginjil pribadi harus aktif ikut Pemahaman Alkitab (yang baik!), bahkan kalau bisa ikut sekolah theologia untuk awam seperti STRIS, dan juga membaca buku-buku rohani yang baik! Jangan belajar Firman Tuhan hanya terbatas dalam kalangan gereja saudara sendiri. Kalau gereja saudara bukan gereja yang terlalu baik dalam pengajaran Firman Tuhan, carilah Firman Tuhan di tempat lain.
8) Mempunyai teladan hidup yang baik (Filipi 1:27).
Makin kita memberitakan Injil, makin hidup kita disorot oleh masyarakat. Kalau kita hidup dalam dosa, kita justru akan menjadi batu sandungan. Tetapi, kita juga tidak boleh menunggu sampai hidup kita suci dulu baru mau memberitakan Injil. Pemberitaan Injil dan usaha untuk hidup suci harus dilakukan bersama-sama.
Kadang-kadang pada waktu saudara memberitakan Injil, saudara diserang dosa-dosanya oleh orang yang sedang saudara injili itu. Ini khususnya sering terjadi pada waktu kita memberitakan Injil kepada anggota keluarga kita sendiri, atau orang-orang yang dekat sekali dengan kita, yang mengenal diri / kehidupan kita dengan baik. Itu tidak perlu membuat saudara dengan malu berhenti memberitakan Injil kepadanya. Juga saudara tidak perlu membantah tuduhan-tuduhan itu, kalau tuduhan-tuduhan itu memang benar. Saudara bisa tetap memberitakan Injil dengan menjawab sebagai berikut: “Aku memang adalah orang berdosa, tetapi aku mempunyai Juruselamat dosa yang sudah membayar semua hutang dosaku, dan karena itu aku pasti selamat / masuk surga. Tetapi bagaimana dengan kamu? Kamu juga adalah orang berdosa seperti aku, dan kalau kamu tidak mempunyai Juruselamat, maka kamu akan dihukum untuk dosa-dosamu di neraka selama-lamanya. Karena itu, percayalah kepada Tuhan Yesus, sebagai Tuhan dan Juruselamatmu!”.
9) Menyesuaikan diri dengan orang yang diinjili.
1Kor 9:19-23 - “(19) Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang. (20) Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat. (21) Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat. (22) Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka. (23) Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya”.
Kita harus menyesuaikan diri supaya lebih bisa diterima oleh orang-orang yang kita injili, tetapi kita tidak boleh menyesuaikan diri dalam hal-hal yang berdosa (1Kor 9:21b - perhatikan bagian yang saya cetak dengan huruf besar).
Contoh yang benar:
pada waktu Hudson Taylor memberitakan Injil kepada orang-orang Cina, ia menguncir rambutnya seperti orang-orang Cina pada waktu itu.
kalau kita menginjili orang Islam, kita ikut tidak makan babi. Ini tidak berarti bahwa kita terus tidak makan babi. Hanya kalau kita makan bersama orang itu, sebaiknya kita tidak makan babi, supaya tidak menimbulkan kejijikan orang itu terhadap diri saudara.
kalau saudara menginjili orang yang miskin, jangan datang kepadanya dengan memamerkan perhiasan saudara dsb. Sebaliknya, kalau saudara menginjili orang yang kaya, jangan datang kepadanya dengan memakai pakaian yang sudah sobek / jelek. Saudara memang tidak perlu memakai pakaian yang mewah / mahal, tetapi setidaknya saudara bisa memakai pakaian yang rapi / bagus.
Contoh yang salah:
¨ menginjili seorang pelacur dengan melacur dengan dia.
¨ menginjili seorang pengguna ecstasy / narkoba dengan cara ikut menggunakan ecstasy / narkoba.
10) Menggunakan lidah hanya untuk kemuliaan Tuhan (Yakobus 3:1-12).
Yak 3:1-12 - “(1) Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat. (2) Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya. (3) Kita mengenakan kekang pada mulut kuda, sehingga ia menuruti kehendak kita, dengan jalan demikian kita dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya. (4) Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi. (5) Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. (6) Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka. (7) Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia, (8) tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan. (9) Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, (10) dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi. (11) Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama? (12) Saudara-saudaraku, adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar”.
Jadi, jangan menggunakan lidah sebentar untuk memberitakan Injil, lalu sebentar lagi untuk dusta, fitnah, gossip, caci maki, kata-kata cabul / kotor, dsb.
11) Bisa dimengerti oleh orang yang diinjili.
Untuk itu kita harus mempunyai karunia untuk menjelaskan dan juga kita harus menggunakan bahasa yang sederhana. Jangan menggunakan:
a) Bahasa asing (apalagi Yunani / Ibrani) tanpa menterjemahkannya, kecuali saudara tahu orang itu memang mengertinya. Ingat bahwa tujuan saudara adalah memenangkan jiwanya untuk Tuhan, bukan memamerkan kepandaian saudara.
b) Istilah-istilah theologia atau istilah-istilah Kristen yang tidak dimengerti oleh orang dunia / orang beragama lain, tanpa menjelaskannya (misalnya: domba / kambing, hidup kekal, iman, selamat, mati kekal, bertobat / pertobatan dsb).
Perlu diingat bahwa istilah-istilah tertentu mempunyai arti berbeda dalam kekristenan dan dalam agama-agama lain. Misalnya: kata ‘bertobat’ dalam agama-agama lain dianggap meninggalkan dosa, dan lalu hidup baik. Dalam kristen, sekalipun juga bisa mencakup arti itu, tetapi dalam kontex penginjilan lebih sering diartikan ‘datang / percaya kepada Kristus’. Contoh: Kisah Para Rasul 2:38 - “Jawab Petrus kepada mereka: ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus”. Jelas bahwa Petrus tidak menggunakan kata ‘bertobat’ di sini sebagai ‘tindakan meninggalkan dosa’ tetapi sebagai ‘tindakan datang kepada Yesus dan percaya kepadaNya sebagai Juruselamat dosa’.
12) Tekun / giat (Roma 12:11 1Korintus 15:58).
Sama seperti dalam menjala ikan, menjala manusia / memberitakan Injil juga membutuhkan sifat giat dan tekun / tidak mudah putus asa.
Ro 12:11 - “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan”.
1Kor 15:58 - “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia”.
Catatan: bagian yang saya coret itu seharusnya tidak ada.
Menyerah / putus asa bisa terjadi karena beberapa hal:
a) Kita memang mempunyai sifat mudah menyerah / putus asa.
Ini tentu saja harus dilawan dan didoakan, bukannya terus dituruti.
b) Kita merasa gagal dalam memberitakan Injil.
Atau tak ada yang bertobat, atau ada yang ‘bertobat’, tetapi lalu murtad lagi. Ingat bahwa saudara diperintahkan untuk memberitakan Injil, bukan untuk mempertobatkan orang itu. Kalau saudara sudah memberitakan Injil, saudara sebetulnya sudah berhasil. Pertobatan orang itu merupakan pekerjaan Tuhan sendiri!
c) Doktrin-doktrin tertentu, yang sekalipun benar, tetapi bisa diterapkan secara salah. Yang paling umum adalah doktrin tentang predestinasi.
Saya setuju dengan predestinasi; saya percaya bahwa sebelum permulaan segala jaman, Allah sudah menetapkan orang-orang tertentu untuk diselamatkan, dan orang-orang lain untuk dibiarkan binasa (Ef 1:4,5,11 Roma 9:10-dst), dan rencana / ketetapan Allah ini pasti terjadi (Ayub 42:2 Kisah Para Rasul 13:48).
Tetapi doktrin yang benar ini bisa membuat kita mudah menyerah dalam memberitakan Injil. Pada waktu kita memberitakan Injil dan orang yang kita injili itu menolak, kita lalu berpikir bahwa orang itu bukanlah orang yang Allah tentukan untuk selamat. Jadi, kita lalu merasa tidak ada gunanya terus memberitakan Injil kepadanya atau mendoakannya. Ini merupakan penerapan yang salah dari doktrin yang benar ini! Mengapa? Karena kita tidak tahu orang itu ditentukan selamat atau binasa, dan kita tidak punya hak untuk menebak-nebak hal itu. Kalaupun kita sudah memberitakan Injil 100 x kepadanya, dan ia belum bertobat, siapa tahu ia akan bertobat pada penginjilan ke 101? Jadi, sekalipun saudara mempercayai doktrin tentang predestinasi, tetaplah bertekun, baik dalam memberitakan Injil, maupun dalam mendoakan orang-orang yang saudara injili.
CARA memberitakan Injil
Pertama-tama kita perlu tahu bahwa tujuan Pemberitaan Injil adalah membawa orang kepada Kristus, bukan sekedar kepada gereja! Ingat bahwa manusia diselamatkan kalau ia percaya kepada Yesus Kristus, dan bukan kalau ia sekedar pergi ke gereja!
Charles Haddon Spurgeon: “What is it to win a soul? This may be instructively answered by describing what it is not. We do not regard it to be soul-winning to steal members out of churches already established, ... we aim rather at bringing souls to Christ. ... we do not consider soul-winning to be accomplished by hurriedly inscribing more names upon our church-roll, ... we may do more harm than good at this point. To introduce unconverted persons to the church, is to weaken and degrade it, and therefore an apparent gain may be a real loss” (= Apakah artinya memenangkan jiwa? Ini bisa dijawab secara mengajar dengan menggambarkan apakah yang tidak termasuk dalam memenangkan jiwa. Kami tidak menganggapnya sebagai memenangkan jiwa untuk mencuri anggota-anggota dari gereja-gereja yang sudah mapan, ... kami lebih bertujuan untuk membawa jiwa kepada Kristus. ... kami tidak menganggap bahwa pemenangan jiwa itu tercapai dengan cepat-cepat menuliskan lebih banyak nama dalam daftar gereja, ... kita bisa / mungkin lebih melakukan kerusakan dari pada kebaikan pada titik ini. Memasukkan orang-orang yang belum bertobat ke gereja, adalah melemahkan dan merusakkannya, dan karena itu sesuatu yang kelihatannya adalah keuntungan sebetulnya adalah suatu kerugian) - ‘The Soul Winner’, hal 15,16,17.
Dengan memegang teguh tujuan pemberitaan Injil ini, kita mulai memberitakan Injil.
Pemberitaan Injil biasanya dimulai dengan pembicaraan tentang hal-hal yang biasa, yang lalu dibelokkan menuju hal-hal yang bersifat rohani. Dan biasanya dalam pemberitaan Injil, kita membelokkan menuju pembicaraan tentang dosa, supaya bisa menyadarkan orang itu bahwa ia adalah orang berdosa, bahkan orang yang sangat berdosa.
Misalnya:
· pada waktu berbicara tentang kejahatan tertentu, seperti pemerkosaan / pembunuhan dan sebagainya, kita bisa berkata: “Orang-orang yang melakukan hal itu memang berdosa, tetapi bagaimana dengan kita / saudara sendiri? Apakah kita / saudara bukan orang yang juga sangat berdosa? Kita / saudara mungkin tidak membunuh / memperkosa, tetapi bagaimana dengan dosa-dosa lain?”.
· pada waktu berbicara tentang peperangan, bencana alam, atau hal-hal lain yang membuat manusia menderita, kita bisa berkata: “Dulu, pada waktu Allah pertama menciptakan segala sesuatu, tidak ada penderitaan. Tetapi sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, penderitaan masuk ke dalam dunia (Kej 3). Tetapi mari kita tidak menyalahkan Adam dan Hawa saja. Bagaimana dengan diri kita sendiri? Tidakkah kita juga sangat banyak dosanya?”.
· pada waktu berbicara tentang orang-orang tertentu yang sangat menderita hidupnya, kita bisa mengatakan: “Penderitaan orang itu memang hebat, tetapi itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan penderitaan di dalam neraka. Dan semua manusia adalah orang berdosa yang seharusnya masuk neraka. Coba pikirkan apakah saudara / kamu adalah orang berdosa atau tidak”.
· pada waktu orang yang kita injili itu menceritakan tentang hatinya yang sumpek, gelisah, tidak damai, dsb, kita juga bisa mengatakan bahwa itu disebabkan karena adanya dosa.
Bdk. Yes 48:22 - “‘Tidak ada damai sejahtera bagi orang-orang fasik!’ firman TUHAN”.
Catatan: dalam Kitab Suci kalau dikatakan ‘orang fasik’, tidak harus diartikan orang yang sangat berdosa. Seringkali seadanya orang yang belum / tidak beriman disebut sebagai ‘orang fasik’.
· pada waktu membicarakan tentang orang yang meninggal dunia, kita bisa mengatakan: “Sekarang giliran orang itu untuk menghadap Tuhan; akan ada saatnya dimana giliran kita tiba. Kalau giliranmu tiba malam ini, apakah kamu siap berhadapan dengan Allah sebagai Hakim (Ibrani 9:27), mengingat kamu adalah orang yang berdosa?”.
Bdk. Ibr 9:27 - “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi”.
· pada waktu berbicara tentang hal-hal yang kelihatannya menunjukkan Allah itu tidak adil, seperti adanya orang saleh yang menderita dan orang jahat yang hidup enak, kita bisa mengatakan: “Allah itu adil, tetapi keadilanNya yang sepenuhnya baru akan dinyatakan nanti dalam pengadilan akhir jaman. Pada saat itu Ia akan menghakimi setiap dosa dalam diri setiap orang, termasuk dalam dirimu. Kamu juga punya dosa, bukan?”.
· pada waktu berbicara tentang orang yang buta, kita bisa berkata: “Buta memang tidak enak, tetapi ada kebutaan yang lebih buruk dari buta secara jasmani, yaitu buta secara rohani. Yaitu orang yang sekalipun berdosa, tetapi tidak menyadari dosa-dosanya. Bagaimana dengan kamu?”.
· pada waktu berbicara tentang surga, kita bisa berkata: “Masuk surga itu enak, tetapi adanya dosa dalam diri kita bisa menghalangi kita untuk masuk surga. Kira-kira saudara termasuk orang berdosa atau tidak?”.
· pada waktu berbicara tentang doa, kita bisa berkata: “Doa memang sesuatu yang bagus, tetapi karena Allah itu maha suci, dosa bisa menghalangi doa kita sampai kepadaNya. Apakah kamu bukan orang yang berdosa?”.
· pada waktu berbicara tentang sukarnya mengerti Kitab Suci, saudara bisa berkata: “Mungkin sukarnya mengerti Kitab Suci itu disebabkan karena dosa-dosa kita membutakan kita. Bagaimana dengan kehidupan saudara, apakah banyak dosa?”.
· pada waktu berbicara tentang orang yang dianggap saleh / baik, saudara bisa berkata: “Dalam dunia ini tidak ada orang yang baik, semuanya berdosa. Orang yang dianggap baik oleh manusia bisa dianggap jahat oleh Tuhan, karena Tuhan punya standard yang berbeda. Kalau orang yang kelihatan baik saja bisa dianggap jahat oleh Tuhan, apalagi orang yang dianggap jahat oleh manusia. Kalau saudara sendiri bagaimana?”.
Dari banyak contoh ini saya harap saudara bisa menyadari bahwa sebetulnya hampir setiap pembicaraan bisa kita arahkan menuju pembicaraan rohani / pembicaraan tentang dosa.
Setelah melalui pembicaraan seperti di atas ini, kita masuk dalam pembicaraan tentang dosa.
I) Tentang dosa.
1) Ingat bahwa tujuan kita di sini bukanlah untuk menghakimi dia.
Untuk menghindari timbulnya kesan bahwa kita menghakimi dia, maka perlu kita tunjukkan kepada dia bahwa kita juga adalah orang yang berdosa sama seperti dia.
2) Tujuan kita dalam bagian ini adalah menyadarkan orang yang kita injili itu bahwa dia adalah manusia yang berdosa. Kalau bisa, bahkan kita harus menyadarkan dia bahwa ia adalah orang yang sangat berdosa.
Jangan hanya membuatnya sadar bahwa manusia secara umum adalah orang berdosa. Ia harus sadar bahwa ia sendiri adalah manusia berdosa. Jadi, dalam memilih hukum-hukum yang menunjukkan dosa, pilihlah hukum-hukum yang memang bertentangan dengan kehidupannya (kalau saudara mengenal dia dan tahu tentang hidupnya).
Kesadaran akan dosa ini sangat penting, karena tanpa kesadaran akan dosa, ia tidak akan merasa butuh Yesus sebagai Juruselamat dosa. Sedangkan kesadaran bahwa ia adalah orang yang sangat berdosa merupakan sesuatu yang penting, karena tanpa hal ini, ia masih mungkin akan berusaha untuk masuk surga dengan kebaikannya sendiri.
3) Ayat-ayat yang bisa kita pakai untuk menyadarkannya bahwa ia adalah orang yang berdosa.
a) Untuk orang yang tidak mau menerima otoritas Kitab Suci kita.
Kalau saudara memberitakan Injil kepada orang yang menolak otoritas Kitab Suci kita, mungkin karena ia mempunyai agama lain dengan Kitab Sucinya sendiri, maka dalam penyadaran dosa ini mungkin lebih baik saudara tidak menggunakan hukum-hukum / larangan-larangan yang hanya ada dalam Kitab Suci Kristen, seperti jika ditampar pipi kanan harus memberikan yang kiri, harus mengasihi musuh, dsb. Penggunaan hukum-hukum yang hanya ada dalam Kitab Suci Kristen itu sangat mungkin mendapatkan jawaban: “Itu kan ajaran Kitab Sucimu, bukan Kitab Suciku”.
Jadi, sebaiknya saudara menggunakan hukum-hukum yang diakui baik dalam Kristen maupun dalam agama orang yang saudara injili itu. Misalnya jangan berdusta, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan membenci / dendam, dsb.
Tetapi jangan menggunakan hukum-hukum yang hanya ada dalam Kitab Suci orang itu, tetapi tidak ada dalam Kitab Suci Kristen! Dalam memberitakan Injil, kita harus menggunakan Firman Tuhan, yang adalah pedang Roh, dan itu adalah Kitab Suci kita sendiri!
b) Untuk orang-orang dalam kalangan Kristen.
1. Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa semua manusia adalah manusia berdosa (ini dosa secara umum):
· Ro 3:10-12,23 - “(10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. ... (23) Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.”.
· Pkh 7:20 - “Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa!”.
2. Ayat-ayat yang bisa digunakan untuk menyadarkan dia dari dosa-dosa tertentu:
· Keluaran 20:3-17 - 10 hukum Tuhan.
· Matius 5:28 - “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.”.
· Matius 5:44 - “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”.
Bacakan ayat-ayat ini dan tekankan satu hal ini: tidak ada orang yang tidak pernah melanggar hukum-hukum ini!
Catatan: saudara tidak selalu harus mengajak orang itu untuk membaca ayatnya dari Kitab Suci. Saudara bisa mengutipnya luar kepala. Tetapi untuk ini tentu diperlukan usaha menghafalkan ayat-ayat Kitab Suci.
4) Ayat-ayat yang bisa kita gunakan untuk menyadarkan dia bahwa ia adalah orang yang sangat berdosa:
a) Matius 22:37-39 - “(37) Jawab Yesus kepadanya: ‘Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. (38) Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. (39) Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”.
Semua orang selalu berdosa dengan melanggar kedua hukum ini, khususnya hukum yang pertama, karena tidak mungkin ada orang yang bisa mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi. Jadi, bisa dikatakan bahwa kita berbuat dosa setiap saat. Dan hanya dengan meninjau satu hukum ini saja, dosa kita sudah bukan main banyaknya. Apalagi kalau kita meninjau semua hukum yang ada dalam Kitab Suci.
b) Yes 64:6a - “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor;”.
Perhatikan bahwa Yesaya adalah seorang nabi, tetapi ia mengatakan ‘segala kesalehan kami seperti kain kotor’. Ia bukan mengatakan ‘segala dosa / kejahatan kami seperti kain kotor’. Ia juga bukan mengatakan ‘sebagian kesalehan kami seperti kain kotor’. Ia mengatakan ‘segala kesalehan kami seperti kain kotor’.
c) Kej 6:5 - “Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,”.
Perhatikan kata-kata yang saya garis-bawahi itu. Ayat ini mengatakan ‘segala (bukan sebagian) kecenderungan hatinya’, ‘selalu (bukan kadang-kadang / sering) membuahkan kejahatan’, dan seakan-akan itu masih belum cukup, lalu masih menambahkan kata ‘semata-mata’.
d) Roma 6:20 - “Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran.”.
Istilah ‘hamba dosa’ menunjuk kepada orang-orang yang belum dibebaskan dari dosa oleh Yesus Kristus. Jadi itu menunjuk kepada semua orang yang belum percaya kepada Yesus Kristus!
Kata-kata ‘bebas dari kebenaran’ menunjukkan bahwa orang itu sama sekali tidak bisa melakukan apapun yang betul-betul benar di hadapan Allah!
5) Kebijaksanaan dalam menekankan atau tidak menekankan point tentang dosa ini.
Saudara harus mau menggunakan banyak waktu (kalau memungkinkan) untuk menekankan point tentang dosa ini, khususnya kalau saudara menghadapai orang yang relatif baik hidupnya, atau yang kurang menyadari dosanya, atau yang merasa bisa masuk surga berdasarkan kebaikan / ketaatannya sendiri.
Sebaliknya, point tentang dosa ini mungkin tidak terlalu perlu ditekankan kalau saudara menghadapi seseorang yang sangat bejat, dan betul-betul sudah menyadari hal itu. Misalnya pada waktu saudara memberitakan Injil kepada seorang pelacur. Orang seperti ini biasanya sudah sangat sadar akan dosanya.
II) Tentang hukuman dosa.
Kalau point tentang dosa dirasa sudah cukup, maka kita melanjutkan pembicaraan ke point selanjutnya, yaitu tentang ‘hukuman dosa’.
Kalimat penghubung / transisinya tidak sukar. Saudara dengan mudah mengatakan bahwa Allah itu adil, dan karena itu Ia pasti menghukum manusia berdosa.
Point ini perlu ditekankan, khususnya pada waktu menghadapi orang yang terlalu menyoroti / menekankan kasih Allah, tetapi melupakan / mengabaikan kesucian dan keadilan Allah, yang menyebabkan Allah itu membenci dosa dan pasti menghukum orang yang berbuat dosa.
Bdk. Nahum 1:3a - “TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah.”.
Wujud hukuman dosa:
1) Penderitaan (Ke 3:6-8,16-19).
Ini bisa merupakan penderitaan fisik (kemiskinan, penyakit / rasa sakit, dsb) maupun penderitaan batin (gelisah, sumpek, takut, kuatir, problem keluarga, kematian keluarga / orang yang dicintai, kegagalan, dsb).
2) Neraka / hukuman kekal.
Ini merupakan hukuman yang paling harus ditekankan. Jadi pada waktu membicarakan point tentang hukuman dosa, jangan hanya bicara tentang penderitaan fisik, hati yang gelisah, dan sebagainya. Yang terutama harus ditekankan adalah hukuman neraka
Ayat-ayat yang bisa digunakan adalah:
Ro 6:23a - “Sebab upah dosa ialah maut”.
Katakan bahwa ‘maut’ bukan hanya menunjuk pada kematian jasmani, tetapi pada kematian kedua, seperti yang dibicarakan dalam Wah 21:8.
Wahyu 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.’”.
Bdk. Matius 25:46 - “Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.
Ceritakan juga bahwa hukuman di neraka bukan hanya hebat, tetapi juga berlangsung selama-lamanya.
Lukas 16:19-31 - “(19) ‘Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. (20) Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, (21) dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. (22) Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. (23) Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. (24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. (25) Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. (26) Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. (27) Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, (28) sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. (29) Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. (30) Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. (31) Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.’”.
Catatan: bagian yang saya garis-bawahi menunjukkan bahwa neraka merupakan tempat penderitaan yang hebat. Bagian yang saya cetak miring (ay 26) menunjukkan bahwa sekali seseorang masuk neraka, maka untuk selama-lamanya ia akan ada di neraka. Cerita ini juga menunjukkan bahwa sekalipun orang kaya itu kelihatannya menyesal, ia tetap tidak diampuni!
Wahyu 14:11 - “Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya.’”.
Wahyu 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.”.
Jangan sungkan menceritakan ini, seakan-akan saudara menakut-nakuti dia! Memang banyak orang beranggapan bahwa dalam memberitakan Injil, kita tidak boleh berbicara tentang neraka. Itu menakut-nakuti, tidak kasih, dan sebagainya. Tetapi saya menentang pandangan seperti itu dengan satu alasan sederhana ini: ayat-ayat tentang neraka dalam Kitab Suci, sebagian besar diucapkan / diajarkan oleh Yesus sendiri! Apakah Dia tidak / kurang kasih?
Illustrasi: seorang dokter yang setelah memeriksa pasiennya, dan mendapati bahwa pasiennya menderita kanker, lalu menceritakan bahaya dari penyakit itu kepada pasiennya. Apakah ini tidak kasih? Kasih bukan hanya mengatakan yang enak-enak saja. Mengatakan yang enak-enak saja justru seringkali sebetulnya bukan kasih!
III) Salib Kristus.
Kalau saudara sudah membicarakan tentang dosa dan hukumannya, maka mungkin itu akan membuat orang yang saudara injili itu menjadi takut. Maka saudara bisa melanjutkan pembicaraan / penginjilan ke point selanjutnya. Kalimat yang bisa digunakan sebagai kalimat penghubung / transisi ke pembicaraan point selanjutnya adalah: “Jangan takut. Sekalipun saudara adalah orang yang sangat berdosa, dan seharusnya masuk neraka selama-lamanya, tetapi Allah itu kasih, dan Ia telah menyediakan jalan keluar, supaya saudara tidak perlu masuk neraka. Jalan itu adalah salib Kristus / Kristus yang tersalib.”.
1) Salib Kristus ada / terjadi, karena adanya kasih Allah.
Jadi, penekanan di sini adalah kasih Allah. Kalau pada point II di atas penekanannya adalah pada keadilan Allah, maka pada point III ini penekanannya adalah kasih Allah. Karena Allah adil maka Ia harus menghukum dosa (point II), tetapi karena Ia kasih, Ia ingin manusia terbebas dari hukuman itu. Karena itu Ia sendiri menjadi manusia (Yesus Kristus) dan mati di salib untuk menebus dosa umat manusia.
2) Penjelasan tentang kata / istilah ‘penebusan / menebus’.
Harus diingat bahwa kata ini merupakan suatu kata yang abstrak. Orang Kristen saja banyak yang tidak mengertinya, apalagi orang kafir. Karena itu kata ini harus kita jelaskan.
Pada waktu menjelaskan tentang penebusan yang Kristus lakukan bagi kita melalui penderitaan dan kematianNya di kayu salib, harus kita jelaskan bahwa ‘menebus’ berarti bahwa Ia menggantikan kita dalam memikul hukuman dosa kita. Kita yang berdosa, dan seharusnya kita yang dihukum, tetapi Kristus telah menebus dosa kita, artinya, Kristus telah menerima hukuman kita itu untuk menggantikan kita. Ini seperti seseorang yang berhutang, tetapi orang lain yang membayarnya.
Karena adanya pemikulan / pembayaran hukuman dosa oleh Kristus ini maka kita yang berdosa bisa bebas dari hukuman dosa kita (Roma 8:1). Sama seperti kalau seseorang telah membayar hutang kita, maka tentu si pemilik uang tidak bisa menagih kita lagi.
3) Pentingnya menggunakan illustrasi dalam bagian ini.
Illustrasi yang baik bisa membuat pelajaran ini dimengerti dengan makin jelas, dan membuatnya makin diingat oleh orang yang kita injili.
Ada banyak illustrasi dalam persoalan ini, dan saudara bisa mengumpulkan illustrasi-illustrasi dari khotbah-khotbah penginjilan yang saudara dengar. Di sini saya memberikan satu contoh saja.
Contoh illustrasi yang bisa kita gunakan:
Ada dua saudara kembar yang wajahnya persis, yang satu jadi hakim, yang lain jadi penjahat. Suatu hari penjahat itu membunuh dan tertangkap, lalu diadili oleh saudara kembarnya sendiri. Hakim mengadili dan setelah mengetahui bahwa saudara kembarnya memang bersalah, ia menjatuhkan hukuman mati, karena sebagai hakim ia harus adil. Tetapi karena ia mengasihi saudara kembarnya itu, maka pada malam sebelum hukuman mati itu dilaksanakan, hakim itu mendatangi saudaranya di penjara, dan mengajaknya untuk bertukar tempat. Besoknya sang hakim menjalani hukuman mati yang ia sendiri jatuhkan, sementara saudara kembarnya bebas.
Hakim itu seperti Allah sendiri. Ia melihat manusia berdosa, dan Ia harus adil, sehingga Ia harus menjatuhkan hukuman. Tetapi karena Ia mengasihi manusia berdosa itu, maka Ia lalu menjadi manusia dalam diri Tuhan Yesus Kristus, dan menerima hukuman yang Ia sendiri berikan, pada waktu Ia menderita dan mati di kayu salib. Ini menyebabkan orang-orang yang percaya kepada Kristus bebas dari hukuman.
4) Ayat-ayat yang bisa digunakan.
Yesaya 53:4-6 - “(4) Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. (5) Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. (6) Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.”.
Matius 26:28 - “Sebab inilah darahKu, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.”.
Markus 10:45 - “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.’”.
Roma 5:8 - “Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”.
Galatia 3:13 - “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!’”.
Kolose 1:20 - “dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.”.
1Petrus 1:18-19 - “(18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, (19) melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.”.
1Petrus 2:24-25 - “(24) Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuhNya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilurNya kamu telah sembuh. (25) Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.”.
Catatan: Banyak orang menerapkan kata ‘sembuh’ dalam 1Pet 2:24 ini secara salah pada kesembuhan jasmani. Sebetulnya kata ini menunjuk pada kesembuhan rohani, bukan kesembuhan jasmani. Ini terlihat dari kontextnya (baca ay 25nya).
Saudara tentu saja tidak perlu menggunakan semua ayat-ayat di atas. Saudara bisa memilih satu atau dua saja, lalu menghafalkannya, dan menggunakannya pada waktu saudara memberitakan Injil.
IV) Percaya / menerima Kristus sebagai Juruselamat.
Sebagai kalimat penghubung / transisi, kita bisa mengatakan: “Tidak cukup bagi saudara untuk hanya mendengar atau mengerti tentang Yesus, saudara harus juga percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara.”.
1) Ayat-ayat yang bisa digunakan.
Yohanes 1:12 - “Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya;”.
Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”.
Kisah Para Rasul 16:31 - “Jawab mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.’”.
Catatan: hati-hati dengan ayat ini. Ayat ini tidak berarti bahwa kalau satu orang percaya semua keluarganya ikut selamat. Juga tidak berarti bahwa semua keluarganya dijanjikan akan selamat. Ayat ini berarti: kamu harus percaya kepada Tuhan Yesus, dan kamu akan selamat. Seisi rumahmu juga harus percaya kepada Tuhan Yesus, dan mereka juga akan selamat.
Wah 3:20 - “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suaraKu dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.”.
Jangan terlalu membedakan antara ‘percaya kepada Yesus’, ‘datang kepada Yesus’, dan ‘menerima Yesus’. Istilah-istilah ini sebetulnya sama saja. ‘Membukakan pintu bagi Yesus’ atau ‘menerima Yesus’ sama dengan ‘percaya kepada Yesus’.
2) Apa / siapa yang harus dipercaya?
a) Ia harus percaya ajaran Kitab Suci tentang Yesus.
Kitab Suci sering menggunakan istilah bahasa Yunani PISTEUO HOTI yang berarti ‘believe that’ (= percaya bahwa).
Contoh:
· Yohanes 20:31 - “tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam namaNya.”.
· Roma 10:9 - “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.”.
· 1Yohanes 5:1 - “Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga Dia yang lahir dari padaNya.”.
Sebetulnya ia harus percaya segala sesuatu yang dikatakan Kitab Suci tentang Tuhan Yesus, tetapi ada hal-hal yang harus ditonjolkan, yaitu:
1. Ia harus percaya bahwa Yesus adalah Allah / Tuhan sendiri dalam arti yang setinggi-tingginya (Yoh 1:1 Yoh 20:28 Roma 9:5 Tit 2:13 Ibrani 1:8).
Bagian yang saya garisbawahi itu perlu ditekankan mengingat adanya ajaran Saksi Yehuwa / Unitarian yang mengatakan bahwa:
· Yesus adalah allah kecil, lebih rendah dari Bapa / Yehuwa / Yahweh.
· Yesus bukan ‘Tuhan’, tetapi hanya ‘tuan’.
2. Yesus telah menjadi manusia (Yoh 1:14).
Ada 2 hal yang perlu dijelaskan:
a. Ini Ia lakukan karena sebagai Allah Ia tidak bisa menderita ataupun mati. Tetapi setelah Ia menjadi manusia, maka Ia bisa menderita dan mati untuk dosa umat manusia. Tetapi setelah Ia menjadi manusia, tidak berarti bahwa Ia kehilangan keilahianNya! Setelah inkarnasi dan seterusnya Yesus adalah 100 % Allah dan 100 % manusia.
b. Ia harus menjadi manusia, karena Ia ingin menebus manusia. Seandainya Ia ingin menebus malaikat, maka Ia harus menjadi malaikat.
Bdk. Ibr 2:14-17 - “(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.”.
3. Yesus hidup suci.
2Korintus 5:21 - “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.”.
Ibr 4:15 - “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”.
Ini merupakan sesuatu yang penting, karena tanpa kesucian ini Yesus tidak bisa memikul hukuman dosa kita, tetapi harus menderita dan mati untuk dosaNya sendiri.
4. Yesus menderita dan disalibkan sampai mati untuk menebus semua dosa umat manusia.
Yeh 36:25 - “Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu.”.
Kolose 2:13 - “Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita,”.
Titus 2:14 - “yang telah menyerahkan diriNya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diriNya suatu umat, kepunyaanNya sendiri, yang rajin berbuat baik.”.
1Yoh 1:7,9 - “(7) Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, AnakNya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa. ... (9) Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”.
‘Semua dosa’ berarti mencakup dosa asal, dosa yang lalu, dosa sekarang, dan dosa yang akan datang terus sampai kita mati, tanpa kecuali! Ini mencakup dosa besar maupun kecil, dosa aktif maupun dosa pasif, dosa sengaja / sadar maupun dosa yang tidak disengaja / disadari. Bahwa penebusan Yesus mencakup semua dosa kita tanpa kecuali, perlu ditekankan, karena tanpa mengerti dan percaya hal ini, ia tidak akan pernah yakin akan keselamatannya.
Ada beberapa keberatan tentang ajaran ini:
a. Ajaran ini akan menyebabkan orang itu nanti sengaja berbuat dosa.
Jawaban saya:
Semua ajaran yang benar bisa ditanggapi secara salah. Itu tidak berarti bahwa kita tidak boleh mengajarkan ajaran yang benar itu. Lebih-lebih, itu tidak berarti bahwa kita boleh mengubah ajaran yang benar itu.
Kita bisa memberikan ajaran tambahan, supaya orang yang kita injili itu tidak memberikan tanggapan yang salah. Misalnya dengan mengatakan bahwa kalau kita terus sengaja berbuat dosa, maka Tuhan akan menghajar kita (Ibr 12:5b-12). Tetapi kalau setelah kita memberitahunya seperti itu ia tetap memberikan tanggapan yang salah, itu adalah urusannya dengan Allah sendiri.
b. Bagaimana mungkin Yesus bisa mati untuk dosa-dosa saya yang akan datang? Bukankah semua itu belum terjadi?
Jawaban saya:
· Yesus mati sekitar 2000 tahun yang lalu, dan pada saat itu semua dosa saya, bahkan dosa-dosa yang lalu, belum terjadi. Kalau Ia bisa mati untuk dosa-dosa saya yang lalu, mengapa Ia tidak bisa mati untuk dosa-dosa saya yang akan datang? Semua sama-sama belum terjadi pada saat Yesus mati.
· Sekalipun dosa-dosa itu belum terjadi pada saat Yesus mati, Allah yang maha tahu itu sudah mengetahui tentang semua dosa-dosa itu, dan sudah menimpakan hukuman dari semua dosa itu pada diri Yesus.
5. Yesus bangkit secara jasmani dari antara orang mati.
Roma 10:9 - “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.”.
Ada sesuatu yang perlu ditekankan dalam hal ini. Kita harus percaya bahwa Yesus bangkit secara jasmani, bukan secara rohani. Artinya, tubuh lamaNyalah yang dipersatukan kembali dengan roh / jiwaNya, sehingga Ia hidup kembali. Ini terbukti dari:
a. Kubur yang kosong setelah kebangkitan Yesus.
b. Setelah kebangkitanNya, Ia mengijinkan Tomas meraba bekas paku dan tombak di tangan dan tubuhNya (Yohanes 20:27).
c. Setelah kebangkitanNya, Ia menunjukkan kaki dan tanganNya kepada para muridNya, mengijinkan mereka merabaNya, dan Ia makan ikan di depan mereka. Ia juga secara explicit mengatakan bahwa Ia bukan hantu / roh.
Lukas 24:36-43 - “(36) Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’ (37) Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. (38) Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? (39) Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.’ (40) Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kakiNya kepada mereka. (41) Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: ‘Adakah padamu makanan di sini?’ (42) Lalu mereka memberikan kepadaNya sepotong ikan goreng. (43) Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka.”.
Catatan: kata ‘hantu’ salah terjemahan. Kata Yunaninya adalah PNEUMA, dan karena itu seharusnya diterjemahkan ‘roh’.
6. Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga (Yoh 14:6 Kis 4:12 1Yoh 5:11,12).
Ini sudah saya tekankan dalam pelajaran di depan, dan karena itu tidak saya ulangi lagi di sini.
b) Ia harus percaya kepada Yesus.
Kitab Suci sering menggunakan kata bahasa Yunani PISTEUO (= believe / percaya), yang diikuti dengan kata depan EN / EIS / EPI (= in / kepada).
Misalnya:
· Yohanes 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”.
· Yohanes 3:36 - “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.’”.
· Kisah Para Rasul 10:43 - “Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepadaNya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena namaNya.’”.
· Kisah Para Rasul 16:31 - “Jawab mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.’”.
Jadi, jelas bahwa orang yang betul-betul beriman, tidak hanya percaya segala sesuatu tentang Yesus [point a)], tetapi juga harus percaya kepada Yesus [point b)]!
Untuk melihat perbedaan 2 hal ini, saya memberikan illustrasi sebagai berikut: saudara tahu dan percaya banyak hal tentang saya. Misalnya bahwa saya adalah seorang pendeta di GKRI Golgota, saya lahir pada tahun 1954, saya tinggal di Surabaya, dsb. Tetapi kalau suatu kali saya datang kepada saudara dan mau meminjam uang sebesar Rp 100 juta dari saudara tanpa bon / bukti apapun, apakah saudara mau meminjamkannya? Kalau ya, itu berarti saudara percaya kepada saya. Kalau tidak itu berarti saudara hanya percaya tentang saya.
3) Kita diselamatkan oleh / karena ‘iman saja’, bukan oleh / karena ‘perbuatan baik’ atau ‘iman dan perbuatan baik’.
Salah satu semboyan reformasi adalah SOLA FIDE, yang artinya ‘only faith’ (= hanya iman). Ini merupakan sesuatu yang harus sangat ditekankan dalam memberitakan Injil! Kita harus menekankan bahwa perbuatan baik sama sekali tidak mempunyai andil untuk menyelamatkan kita / membawa kita ke surga.
Cynddylan Jones mengomentari Ef 2:8-9 sebagai berikut: “You might as well try to cross the Atlantic in a paper boat as to get to heaven by your own good works” (= Kamu bisa mencoba menyeberangi Lautan Atlantik dalam sebuah perahu kertas sama seperti kamu mau ke surga dengan perbuatan-perbuatan baikmu sendiri).
Martin Luther: “The most damnable and pernicious heresy that has ever plagued the mind of men was the idea that somehow he could make himself good enough to deserve to live with an all-holy God” (= Ajaran sesat yang paling terkutuk dan jahat / merusak yang pernah menggoda pikiran manusia adalah gagasan bahwa entah bagaimana ia bisa membuat dirinya sendiri cukup baik sehingga layak untuk hidup dengan Allah yang mahasuci) - Dr. D. James Kennedy, ‘Evangelism Explosion’, hal 31-32.
Archbishop William Temple mengucapkan kata-kata yang dikutip oleh John Stott sebagai berikut: “All is of God. The only thing of my very own which I contribute to my redemption is the sin from which I need to be redeemed” (= Semua dari Allah. Satu-satunya hal dari diriku sendiri yang aku sumbangkan pada penebusanku adalah dosa dari mana aku perlu ditebus) - ‘The Preacher’s Portrait’, hal 44-45.
a) Perbuatan baik tidak bisa menyelamatkan kita. Mengapa?
1. Karena manusia di luar Kristus itu sama sekali tidak bisa berbuat baik.
Kita lahir sebagai orang yang berdosa, dan karena itu kita mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa. Ini bisa terlihat dari ayat-ayat di bawah ini:
· Kej 6:5 - “Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala (bukan ‘sebagian’ tetapi ‘segala’) kecenderungan hatinya selalu (bukan ‘kadang-kadang’ / ‘sering’ tetapi ‘selalu’) membuahkan kejahatan semata-mata,”.
· Kej 8:21b - “Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya,”.
· Roma 6:20 - “Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran.”.
· Roma 8:7-8 - “(7) Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. (8) Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.”.
· Titus 1:15 - “Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis.”.
Ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang dilakukan orang yang tidak beriman adalah dosa. Jadi, tindakan-tindakan yang kelihatannya baik sekalipun (seperti menolong orang miskin, dsb) tetap dianggap dosa. Mengapa?
a. Karena tindakan itu tidak dilakukan berdasarkan kasih kepada Allah / Yesus.
Yohanes 14:15 - “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu.”.
b. Karena tindakan itu tidak dilakukan untuk memuliakan Allah.
1Korintus 10:31 - “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.”.
Suatu ‘ketaatan / perbuatan baik’, yang dilakukan oleh orang yang tidak percaya kepada Yesus, dan dilakukan bukan karena hati yang mengasihi Tuhan, dan dilakukan bukan untuk kemuliaan Allah, pada dasarnya adalah ‘ketaatan / perbuatan baik’ yang dilakukan tanpa mempedulikan Allah. Sekarang pikirkan sendiri, bisakah perbuatan demikian disebut baik?
2. Firman Tuhan memberikan gambaran yang menjijikkan tentang kehidupan manusia di hadapan Allah.
a. Kesalehan manusia digambarkan seperti kain kotor.
Yes 64:6a - “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor;”.
Perhatikan bahwa Yesaya bukan mengatakan ‘segala dosa kami seperti kain kotor’. Ia mengatakan ‘segala kesalehan kami seperti kain kotor’. Ia juga tidak mengatakan ‘sebagian kesalehan kami seperti kain kotor’. Ia mengatakan ‘segala kesalehan kami seperti kain kotor’.
Jadi, sebetulnya semua kesalehan orang percayapun seperti kain kotor di hadapan Allah!
b. Dosa / kejahatan manusia digambarkan seperti cemar kain.
Sekarang, kalau ‘segala kesalehan’ kita digambarkan seperti ‘kain kotor’ di hadapan Allah, bagaimana dengan ‘dosa’ kita? Perhatikan ayat di bawah ini.
Yeh 36:17 - “‘Hai anak manusia, waktu kaum Israel tinggal di tanah mereka, mereka menajiskannya dengan tingkah laku mereka; kelakuan mereka sama seperti cemar kain di hadapanKu.”.
Dosa / kejahatan kita digambarkan seperti ‘cemar kain’. Apakah ‘cemar kain’ itu? NIV menterjemahkannya: ‘a woman’s monthly uncleanness’ (= kenajisan bulanan dari seorang perempuan).
Bandingkan juga dengan Im 15:20,24 - “(20) Segala sesuatu yang ditidurinya selama ia cemar kain menjadi najis. Dan segala sesuatu yang didudukinya menjadi najis juga. ... (24) Jikalau seorang laki-laki tidur dengan perempuan itu, dan ia kena cemar kain perempuan itu, maka ia menjadi najis selama tujuh hari, dan setiap tempat tidur yang ditidurinya menjadi najis juga.”.
Untuk kata ‘cemar kain’ yang pertama (ay 20) NIV menterjemahkan ‘her period’ (= masa datang bulannya), sedangkan untuk kata ‘cemar kain’ yang kedua (ay 24) NIV menterjemahkan ‘her monthly flow’ (= aliran bulanannya).
Jadi kelihatannya yang dimaksudkan dengan ‘cemar kain’ itu adalah cairan darah yang dikeluarkan seorang perempuan pada saat datang bulan.
Dengan demikian Kitab Suci menggambarkan segala kesalehan kita seperti kain kotor, dan menggambarkan dosa / kejahatan kita seperti cairan yang dikeluarkan oleh seorang perempuan pada saat mengalami datang bulan! Merupakan suatu kegilaan kalau kita berpikir bahwa dengan hal-hal menjijikkan itu kita bisa layak untuk masuk surga!
Siapapun yang menganggap dirinya suci atau lumayan baik, dan bisa mengusahakan kesucian / kekudusan dengan kekuatannya sendiri, apalagi bisa layak masuk surga dengan perbuatan baiknya sendiri, harus merenungkan bagian ini!
Keberatan: tetapi mengapa dalam Kitab Suci kadang-kadang diceritakan tentang orang yang saleh, tak bercacat, seperti Nuh, Ayub, Zakharia, dsb?
Jawab: Itu harus diartikan hanya dalam perbandingan dengan orang-orang lain di sekitar mereka. Tetapi kalau kehidupan mereka dibandingkan dengan Firman Tuhan / Kitab Suci, maka jelas mereka tetap penuh dengan dosa.
3. Seandainya ia bisa berbuat baik, perbuatan baik itu tidak bisa menghapuskan dosa.
Bahwa dosa tidak bisa ditebus dengan perbuatan baik, dinyatakan oleh Gal 2:16a,21b yang berbunyi: “(16a) Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. ... (21b) sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus.”.
Illustrasi: Seseorang ditangkap polisi karena melanggar peraturan lalu lintas dan 1 minggu setelahnya harus menghadap ke pengadilan. Dalam waktu satu minggu itu ia lalu banyak berbuat baik untuk menebus dosanya. Ia menolong tetangga, memberi uang kepada pengemis, dsb. Pada waktu persidangan, ia membawa semua orang kepada siapa ia sudah melakukan kebaikan itu sebagai saksi. Pada waktu hakim bertanya: ‘Benarkah saudara melanggar peraturan lalu lintas?’, ia lalu menjawab: ‘Benar pak hakim, tetapi saya sudah banyak berbuat baik untuk menebus dosa saya. Ini saksi-saksinya’. Sekarang pikirkan sendiri, kalau hakim itu waras, apakah hakim itu akan membebaskan orang itu? Jawabnya jelas adalah ‘tidak’! Jadi terlihat bahwa dalam hukum duniapun kebaikan tidak bisa menutup / menebus / menghapus dosa! Demikian juga dengan dalam hukum Tuhan / Kitab Suci!
b) Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa keselamatan itu hanya karena iman adalah:
· Roma 3:24 - “dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.”.
Perhatikan kata ‘dengan cuma-cuma’ di sini. Kalau perbuatan baik punya andil dalam membawa kita ke surga, tidak mungkin ada kata ‘dengan cuma-cuma’ di sini.
Bandingkan dengan Yesaya 55:1-2 - “(1) Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran! (2) Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat.”.
John Henry Jowett (tentang Yesaya 55:1-7): (= Air yang menyegarkan ditawarkan kepada ‘setiap orang’ yang haus. ... Dan air itu bisa menjadi milik kita ‘tanpa uang dan tanpa harga / pembayaran’. ... Tidak, kita tidak diminta untuk membayar apa-apa, dan itu disebabkan karena alasan yang sederhana yaitu bahwa kita ‘tidak mempunyai apapun dengan mana kita bisa membayar’. Kasih karunia yang menghidupkan diberikan kepada kita ‘dengan cuma-cuma’, dan semua yang harus kita berikan adalah kehausan kita. Tetapi kita terus menghabiskan uang dan kita terus berjerih payah, tetapi kita tidak membeli roti kepuasan, dan air kepuasan berada jauh dari kita. Roti yang memuaskan tidak bisa dibeli; itu hanya bisa diminta / diterima melalui pengemisan) - ‘Springs of Living Water’, August 6.
· Roma 3:27-28 - “(27) Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! (28) Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat.”.
· Gal 2:16,21 - “(16) Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada seorangpun yang dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat. ... (21) Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus.”.
· Efesus 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”.
· Filipi 3:8-9 - “(8) Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, (9) dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.”.
· Roma 9:30-10:3 - “(9:30) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. (9:31) Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu. (9:32) Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan, (9:33) seperti ada tertulis: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu sentuhan dan sebuah batu sandungan, dan siapa yang percaya kepadaNya, tidak akan dipermalukan.’ (10:1) Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. (10:2) Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. (10:3) Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah.”.
· Kis 15:1-11 - “(1) Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: ‘Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan.’ (2) Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu. Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa orang lain dari jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk membicarakan soal itu. (3) Mereka diantarkan oleh jemaat sampai ke luar kota, lalu mereka berjalan melalui Fenisia dan Samaria, dan di tempat-tempat itu mereka menceriterakan tentang pertobatan orang-orang yang tidak mengenal Allah. Hal itu sangat menggembirakan hati saudara-saudara di situ. (4) Setibanya di Yerusalem mereka disambut oleh jemaat dan oleh rasul-rasul dan penatua-penatua, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka. (5) Tetapi beberapa orang dari golongan Farisi, yang telah menjadi percaya, datang dan berkata: ‘Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti hukum Musa.’ (6) Maka bersidanglah rasul-rasul dan penatua-penatua untuk membicarakan soal itu. (7) Sesudah beberapa waktu lamanya berlangsung pertukaran pikiran mengenai soal itu, berdirilah Petrus dan berkata kepada mereka: ‘Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya. (8) Dan Allah, yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendakNya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita, (9) dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman. (10) Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri? (11) Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga.’”.
Bdk. ay 11b dengan Ro 11:5-6 - “(5) Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. (6) Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia.”.
Jelas terlihat bahwa Sidang Gereja Yerusalem membenarkan Paulus dan Barnabas yang mengajarkan keselamatan hanya oleh iman saja, dan menyalahkan orang-orang kristen Yahudi, yang menekankan bahwa untuk selamat, mereka juga harus mentaati hukum Taurat (ay 1).
· Lukas 23:42-43 - “(42) Lalu ia berkata: ‘Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.’ (43) Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’”.
Penjahat yang boleh dikatakan tak punya perbuatan baik sama sekali ini, dan bahkan tak pernah ke gereja, belum dibaptis, dsb, ternyata dijamin keselamatannya oleh Yesus, hanya karena ia percaya kepada Yesus.
c) Penjelasan tentang ayat-ayat yang seolah-olah menunjukkan bahwa kita diselamatkan oleh / karena perbuatan baik.
Yeh 18:24 - “Jikalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan seperti segala kekejian yang dilakukan oleh orang fasik - apakah ia akan hidup? Segala kebenaran yang dilakukannya tidak akan diingat-ingat lagi. Ia harus mati karena ia berobah setia dan karena dosa yang dilakukannya.”. Bdk. Yeh 3:20a Yeh 18:26 Yeh 33:13 Yeh 33:18.
Matius 7:21 - “Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga.”.
Matius 25:31-46 - “(31) ‘Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaanNya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaanNya. (32) Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapanNya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, (33) dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kananNya dan kambing-kambing di sebelah kiriNya. (34) Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kananNya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. (35) Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; (36) ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. (37) Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? (38) Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? (39) Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? (40) Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. (41) Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. (42) Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; (43) ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. (44) Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? (45) Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. (46) Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.
Kelihatannya domba-domba itu masuk surga karena berbuat baik, sedangkan kambing-kambing masuk neraka karena melakukan dosa pasif.
Yohanes 5:28-29 - “(28) Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suaraNya, (29) dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum.”.
Roma 2:4-8 - “(4) Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahanNya, kesabaranNya dan kelapangan hatiNya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? (5) Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan. (6) Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, (7) yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, (8) tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman.”.
Dalam menghadapi ayat-ayat seperti ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
1. Kita tidak boleh menafsirkan ayat Kitab Suci sehingga bertentangan satu dengan yang lainnya. Kita sudah melihat banyak ayat Kitab Suci yang menunjukkan bahwa keselamatan itu hanya karena iman, dan sama sekali bukan karena perbuatan baik. Jadi ayat-ayat di sini tidak boleh ditafsirkan seakan-akan Kitab Suci mengajarkan doktrin sesat ‘salvation by works’ (= keselamatan karena perbuatan baik).
2. Di atas kita juga sudah melihat bahwa orang di luar Kristus sama sekali tidak bisa berbuat baik. Jadi, bagaimana mungkin ia bisa selamat dengan berbuat baik? Juga sudah kita lihat bahwa seandainya ia bisa berbuat baik, maka perbuatan baiknya itu tidak bisa menghapuskan dosa-dosanya, sehingga ia tetap tidak mungkin bisa diselanmatkan oleh perbuatan baiknya.
3. Hanya orang kristen yang sejati yang bisa berbuat baik (Itupun dengan pertolongan Roh Kudus, dan karena Allah menilai dengan murah hati).
Jadi, ayat-ayat di atas, yang menyatakan bahwa orang-orang yang berbuat baik masuk surga, sebetulnya menyatakan bahwa orang yang beriman saja yang masuk surga. Ayat-ayat itu tidak mungkin menggambarkan orang yang tidak beriman, karena orang yang tidak beriman sama sekali tdak bisa berbuat baik.
4. Alasan mengapa ayat-ayat Kitab Suci tertentu seolah-olah menunjukkan keselamatan karena perbuatan baik.
Orang yang sungguh-sungguh beriman pasti akan berbuat baik. Iman mereka tidak terlihat, tetapi perbuatan baik mereka bisa terlihat. Karena itu, pada ayat-ayat tertentu Kitab Suci menunjukkan bahwa orang-orang yang berbuat baik akan masuk surga.
d) Penjelasan tentang text sukar Yakobus 2:14-26.
Karena panjangnya dan sukarnya pembahasan tentang text ini, maka pembahasannya saya letakkan secara terpisah dalam bagian APPENDIX di belakang.
Dalam memberitakan Injil, hati-hatilah untuk tidak mengganti doktrin ‘salvation by faith’ (= keselamatan oleh iman) dengan doktrin sesat ‘salvation by works’ (= keselamatan oleh perbuatan baik).
Ini sering terjadi kalau orang yang diinjili itu berkata: lho kok enak dosa dihapus begitu saja? Kalau berdosa lagi bagaimana?, dsb. Sang penginjil, karena takut orang itu lalu berbuat dosa seenaknya sendiri, bisa ‘terpaksa menjawab’ bahwa orang itu harus taat juga, kalau tidak, ia tidak akan masuk surga. Dengan demikian sang penginjil, secara sadar atau tidak, mengajarkan doktrin sesat ‘salvation by works’ (= keselamatan oleh perbuatan baik). Hal seperti ini tidak pernah boleh dilakukan! Siapapun yang melakukannya, ia menjadi nabi palsu / pengajar sesat! Keselamatan memang hanya oleh / karena iman, bukan oleh / karena iman dan perbuatan baik!
Kalau orang itu menanggapi ajaran Injil yang benar dengan cara berbuat dosa seenaknya sendiri, itu adalah tanggung jawabnya sendiri.
4) Kalau ia mau percaya / menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat, maka kita ajak dia berdoa untuk mengundang Tuhan Yesus / menyatakan iman kepada Yesus.
Sebelum kita melanjutkan dengan langkah berikutnya, kita perlu memeriksa imannya dengan menanyakan tentang keyakinan keselamatannya.
Sesuatu yang sangat perlu ditekankan di sini adalah pertanyaan ini: apakah ia percaya bahwa sekitar 2000 tahun yang lalu Yesus menderita dan mati untuk memikul hukuman dari semua dosa-dosanya, hukuman yang seharusnya untuk dia? Kalau ia percaya hal itu, ia harus yakin masuk surga, karena semua dosa / hutangnya sudah dibayar. Dosa mana lagi yang menyebabkan ia harus masuk neraka? Kalau ia tidak / belum yakin akan keselamatannya, itu menunjukkan bahwa imannya belum beres!
Ayat-ayat yang bisa digunakan:
· Roma 8:1 - “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.”.
· 1Yohanes 5:11-13 - “(11) Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam AnakNya. (12) Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup. (13) Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal.”.
Catatan: tentang ‘keyakinan keselamatan’ akan saya jelaskan secara lebih terperinci di belakang (pada bab tentang ‘IMAN’, No V (Iman dan keyakinan keselamatan).
V) Pertobatan dari dosa / menerima Yesus sebagai Tuhan.
Sejak pemberitaan Injil pada Natal yang pertama Yesus diberitakan sebagai Juruselamat dan sebagai Tuhan. Bdk. Lukas 2:11 - “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.”.
Jadi jelas bahwa pemberitaan tentang Yesus sebagai Tuhan adalah sesuatu yang penting. Kalau kita menerima Yesus sebagai Tuhan, itu berarti kita menjadi hambaNya, dan karena itu kita harus mentaati segala perintahNya.
Bdk. Lukas 6:46 - “‘Mengapa kamu berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?”.
Ini berarti bahwa orang itu harus bertobat dari segala dosanya, baik dosa aktif (melakukan apa yang dilarang), maupun dosa pasif (tidak melakukan apa yang diperintahkan).
Pertobatan dari dosa merupakan bukti iman yang sejati (Yak 2:17,26). Mengapa demikian? Karena:
1) Orang yang percaya kepada Yesus, pasti menerima Roh Kudus.
Efesus 1:13 - “Di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu.”.
2) Dan Roh Kudus itu akan mengeluarkan buah Roh, yang menyebabkan hidup orang itu akan dikuduskan / disucikan (Galatia 5:22-23).
Karena itu, kalau ada orang yang mengatakan bahwa dirinya adalah orang percaya, tetapi hidupnya tidak berubah ke arah yang positif sama sekali, maka itu menunjukkan bahwa ia tidak mempunyai Roh Kudus. Dan kalau ia tidak mempunyai Roh Kudus, itu berarti ia belum percaya.
Tetapi ingat satu hal penting ini: Sekalipun iman yang sejati pasti diikuti oleh adanya ketaatan / perbuatan baik / pengudusan, tetapi yang menyebabkan kita diselamatkan adalah imannya, dan sama sekali bukan perbuatan baiknya.
William Hendriksen: “Good works have never saved anybody. Yet without them no one has a right to claim that he is a Christian.” (= Perbuatan baik tidak pernah menyelamatkan siapapun. Tetapi tanpa perbuatan baik tidak seorangpun mempunyai hak untuk mengclaim bahwa ia adalah orang Kristen.) - ‘Romans’, hal 114.
Illustrasi:
sakit ® obat ® sembuh ® olah raga / bekerja
dosa ® iman ® selamat ® taat / berbuat baik
Apa yang menyebabkan sembuh? Tentu saja obat, bukan olah raga / bekerja. Olah raga / bekerja hanya merupakan bukti bahwa orang itu sudah sembuh. Karena itu, kalau seseorang berkata bahwa ia sudah minum obat dan sudah sembuh, tetapi ia tetap tidak bisa berolah raga / bekerja, maka pasti ada yang salah dengan obatnya.
Demikian juga dengan orang berdosa. Ia selamat karena iman, bukan karena perbuatan baik. Tetapi kalau seseorang berkata bahwa ia sudah beriman dan sudah selamat, tetapi dalam hidupnya sama sekali tidak ada perbuatan baik / ketaatan, maka pasti ada yang salah dengan imannya.
Juga kalau kita melihat pada garis waktu, maka akan terlihat dengan jelas bahwa imanlah, dan bukannya perbuatan baik, yang menyebabkan kita diselamatkan.
Lukas 19:9 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham.”.
mengatasi PENOLAKAN TERHADAP INJIL
Pada waktu kita memberitakan Injil, pasti ada banyak orang yang keberatan / tidak mau menerima Injil yang kita beritakan, dan alasan-alasan yang mereka beriman pastilah bermacam-macam. Dalam bagian ini, saya memberikan alasan-alasan yang sering dikemukakan, dan juga cara menjawabnya.
Macam-macam keberatan dan jawabannya:
1) Orang yang saudara injili tidak mau percaya kepada Tuhan Yesus karena ia tahu akan adanya banyak orang kristen yang hidupnya jahat, dan bahkan lebih jahat dari dia.
Ia mungkin bahkan memberi contoh-contoh tentang orang kristen seperti itu, misalnya tetangganya, atau salah satu anggota keluarganya atau kenalannya. Dan mungkin sekali orang yang dijadikan contoh itu adalah orang sudah lama menjadi kristen, atau yang mempunyai kedudukan tinggi dalam gereja, seperti guru sekolah minggu, majelis atau bahkan penginjil / pendeta.
Dalam menjawab serangan / keberatan seperti ini ada 2 hal yang harus saudara hindari:
a) Membela orang kristen yang dianggap jahat itu, kecuali kalau kita betul-betul tahu bahwa apa yang dituduhkan itu tidak benar. Mengapa? Karena kalau saudara membela, padahal orang Kristen yang dibicarakan itu memang salah, itu akan menyebabkan saudara terlihat ‘tidak fair’ / tidak adil / tidak jujur, dan ini bahkan akan menyebabkan orang yang saudara injili itu makin tidak senang pada orang Kristen, dan makin tidak mau mendengarkan Injil dari saudara.
b) Ikut menjelek-jelekkan orang kristen itu.
Kalau membela orang Kristen itu merupakan extrim kiri, maka yang ini merupakan extrim kanan. Banyak orang yang menghindari extrim kiri, tetapi terjatuh ke extrim kanan.
Ini bisa terjadi, misalnya kalau kita berkata: ‘O ya, orang itu memang brengsek. Aku juga tahu hal itu. Bahkan apa yang kamu katakan tentang dia itu kurang lengkap. Dia itu .... dst’.
Ini akan menyebabkan saudara bukannya memberitakan Injil tetapi lalu menggosip orang.
Catatan: ingat bahwa menjelek-jelekkan / menceritakan kejelekan orang Kristen di depan orang kafir, sering menjadi alasan dari banyak orang kafir untuk tidak mau menjadi Kristen. Karena itu kalau selama ini saudara sering menjelek-jelekkan / menceritakan kejelekan orang di gereja saudara di depan keluarga / teman yang belum kristen, bertobatlah! Ingat bahwa ‘kasih menutupi segala sesuatu’ (1Korintus 13:7). Bdk. Amsal 10:12b - “kasih menutupi segala pelanggaran”.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
1. Ada orang kristen yang sungguh-sungguh dan ada orang kristen yang palsu.
Saudara bisa membacakan / menceritakan Matius 13:24-30 (perumpamaan lalang di antara gandum) sebagai dasar Kitab Suci kata-kata saudara ini.
Jadi, mungkin sekali orang kristen yang hidupnya jahat itu hanyalah orang kristen KTP.
Perlu juga saudara beritahukan kepada dia bahwa orang yang sudah lama menjadi kristen, bahkan yang mempunyai kedudukan tinggi dalam gereja (seorang pendeta sekalipun), belum tentu merupakan orang kristen yang sejati. Saudara bisa memberi contoh Yudas Iskariot, yang sekalipun mempunyai jabatan rasul, yang merupakan jabatan tertinggi dalam gereja, tetap hanyalah orang kristen KTP (Yohanes 6:64).
2. Orang kristen yang sungguh-sungguhpun tetap merupakan manusia yang berdosa, yang mudah sekali jatuh dalam dosa. Dan adalah mungkin bagi orang kristen sejati untuk jatuh ke dalam dosa yang hebat sekalipun. Daud saja bisa jatuh dalam perzinahan dan pembunuhan (2Sam 11). Petrus jatuh dalam tindakan penyangkalan 3 x terhadap Yesus (Mat 26:69-75), dan juga dalam tindakan munafik (Gal 2:11-14). Karena itu kalau orang kristen jatuh ke dalam dosa, itu merupakan hal yang manusiawi, yang bahkan tidak terhindarkan.
Bdk. 1Yohanes 1:10 - “Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firmanNya tidak ada di dalam kita”.
Justru untuk dosa-dosanya itu Kristus telah mati.
3. Ia (orang yang saudara injili itu) bertanggung jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah.
Roma 14:12 - “Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah”.
Kalau ada orang kristen lain (baik yang asli maupun palsu) yang berdosa / jahat, itu adalah urusan orang itu sendiri dengan Allah. Tetapi dia mempunyai tanggung jawab kepada Allah tentang kehidupannya / dosa-dosanya sendiri. Dan satu-satunya cara untuk membereskan dosa-dosanya, adalah dengan percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya.
2) Orang yang saudara injili itu menganggap hidup saudara juga buruk, bahkan lebih buruk dari dia.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
Sama seperti tadi, jangan membela diri, kalau tuduhan orang itu memang benar.
Jawablah sebagai berikut: “Aku memang orang berdosa, dan sekalipun aku sudah menjadi orang Kristen, tetapi aku tetap tidak bisa hidup suci. Aku memang mempunyai kelemahan-kelemahan yang menyebabkan semua dosa-dosa itu. Tetapi aku mempunyai Yesus sebagai Juruselamatku. Ia sudah menderita dan mati untuk menebus dosa-dosaku itu. Itu menyebabkan aku tetap yakin akan masuk surga, kapanpun aku mati. Tetapi bagaimana dengan kamu? Kamu juga adalah orang berdosa. Kalau kamu tidak punya Yesus sebagai Juruselamat, kamu harus membayar sendiri hukuman untuk dosa-dosamu dengan masuk neraka selama-lamanya”.
3) Orang yang saudara injili itu tidak mau percaya kepada Tuhan Yesus karena ada banyak orang yang lebih banyak dosanya dari dia.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Tuhan akan menuntut tanggung jawabmu terhadap dosa-dosamu sendiri, bukan dosa-dosa orang lain.
Roma 14:12 - “Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah”.
Illustrasi: kalau saudara mencuri dan lalu diadili, saudara tidak bisa bebas dari hukuman dengan mengatakan bahwa di luar ada perampok, pemerkosa, pembunuh, yang lebih jahat dari saudara. Kejahatan mereka bukan tanggung jawab / urusan saudara. Tetapi kejahatan saudara sendiri merupakan tanggung jawab saudara.
b) Sekalipun / andaikatapun dosamu sedikit, hukumanannya tetap adalah maut / neraka (dan sebetulnya, tidak ada orang yang dosanya sedikit; semua orang dosanya banyak - Ro 3:10-dst).
Ro 6:23a - “Sebab upah dosa ialah maut”.
Wahyu 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.’”.
Illustrasi: kalau kamu mendapat nilai 4 dalam ujian, kamu tetap tidak lulus sekalipun ada orang-orang lain yang mendapat nilai 3 atau 2.
4) Orang yang saudara injili itu tidak mau percaya kepada Tuhan Yesus karena merasa dirinya cukup baik.
Mungkin ia tidak secara explicit mengatakan bahwa dirinya memang cukup baik, tetapi ia bisa menyatakan hal itu dengan kata-kata lain, seperti:
‘Aku tidak merasa perlu menjadi kristen / percaya Tuhan Yesus, yang penting aku tidak menjahati orang’.
‘Aku tidak merasa perlu menjadi kristen / percaya Tuhan Yesus, yang penting aku sudah berusaha berbuat baik’.
‘Aku tidak merasa perlu menjadi kristen / percaya Tuhan Yesus, yang penting aku banyak menolong orang’, dsb.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Kebaikan manusia itu kotor dihadapan Tuhan
Yes 64:6 - “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin”.
Perhatikan bahwa Yesaya mengatakan ‘segala kesalehan kami seperti kain kotor’. Ia bukan mengatakan ‘segala dosa / kejahatan kami seperti kain kotor’. Ia juga bukan mengatakan ‘sebagian kesalehan kami seperti kain kotor’. Ia mengatakan ‘segala kesalehan kami seperti kain kotor’.
Titus 1:15 - “Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis”.
Catatan: kalau orang yang saudara injili itu bisa merasa dirinya cukup baik, maka dalam penginjilan saudara kepada dia, jelas saudara kurang menekankan point I, yaitu tentang dosa. Saudara harus menekankan kepada dia bukan hanya bahwa ia adalah orang berdosa, tetapi bahkan bahwa ia sangat berdosa, dan sama sekali tidak bisa berbuat baik.
b) Tuhan bukan menuntut supaya manusia itu baik, tetapi supaya manusia itu sempurna / suci.
Matius 5:48 - “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.’”.
Illustrasi: Berbeda dengan di sekolah, dimana kita lulus asal mendapat nilai 60, maka dengan Tuhan tidak demikian. Ia menuntut kesempurnaan. Dengan kata lain, Ia menuntut nilai 100! Andaikatapun saudara mendapat nilai 99, saudara tetap masuk neraka.
Mengapa demikian? Karena Allah itu begitu suci, sehingga Ia sangat membenci dosa, sesedikit apapun dan sekecil apapun. Dan karena Allah itu adil, Ia pasti akan menghukum dosa, sesedikit apapun dan sekecil apapun! Atau hukuman itu diterima oleh Yesus sebagai Penebus, atau hukuman itu diterima oleh orang itu sendiri.
c) Seandainya kamu bisa berbuat baik, kebaikanmu itu tidak bisa menyelamatkan kamu.
Galatia 2:16 - “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada seorangpun yang dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat”.
Ketaatan pada hukum Taurat / Firman Tuhan / kebaikan kita tidak bisa menutupi dosa-dosa kita, atau menyebabkan kita dibenarkan.
Illustrasi: Seseorang ditangkap polisi karena melanggar peraturan lalu lintas dan 1 minggu setelahnya harus menghadap ke pengadilan. Dalam waktu satu minggu itu ia lalu banyak berbuat baik untuk menebus dosanya. Ia menolong tetangga, memberi uang kepada pengemis, dsb. Pada waktu persidangan, ia membawa semua orang kepada siapa ia sudah melakukan kebaikan itu sebagai saksi. Pada waktu hakim bertanya: ‘Benarkah saudara melanggar peraturan lalu lintas?’, ia lalu menjawab: ‘Benar pak hakim, tetapi saya sudah banyak berbuat baik untuk menebus dosa saya. Ini saksi-saksinya’. Sekarang pikirkan sendiri, kalau hakim itu waras, apakah hakim itu akan membebaskan orang itu? Jawabnya jelas adalah ‘tidak’! Jadi terlihat bahwa dalam hukum duniapun kebaikan tidak bisa menutup / menebus / menghapus dosa! Demikian juga dengan dalam hukum Tuhan / Kitab Suci!
Catatan: Illustrasi ini penting sekali, karena ingat bahwa sebagian besar manusia di muka bumi ini mempercayai keselamatan karena perbuatan baik, atau mempercayai bahwa perbuatan baik bisa menghapuskan dosa.
d) Kitab Suci tidak pernah mengajarkan bahwa seseorang akan masuk surga kalau perbuatan baiknya lebih banyak dari dosanya.
Tetapi, seandainya kita mau menggunakan prinsip / ajaran seperti itu, maka tetap saja berdasarkan ajaran itu tidak akan ada satu orangpun bisa masuk surga. Semua akan masuk neraka. Mengapa? Karena semua orang bukan hanya berdosa, tetapi sangat berdosa, dan sama sekali tidak bisa berbuat baik! Karena itu, tidak mungkin perbuatan baiknya bisa lebih banyak dari dosanya! Perbuatan baiknya tidak ada sama sekali! Sebaliknya, dosanya luar biasa banyaknya!
5) Orang yang saudara injili itu tidak mau percaya kepada Tuhan Yesus karena merasa dirinya terlalu jahat sehingga ia merasa bahwa Allah pasti tidak mau menerima dia.
Ini merupakan extrim yang adalah kebalikan dari extrim pada no 4 di atas. Kalau yang tadi orangnya merasa diri cukup baik, maka yang di sini merasa dirinya terlalu jahat.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Tuhan Yesus memang datang ke dunia untuk mencari orang berdosa, bukan orang baik / benar.
Lukas 5:29-32 - “(29) Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia. (30) Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus, katanya: ‘Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?’ (31) Lalu jawab Yesus kepada mereka, kataNya: ‘Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; (32) Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.’”.
Kata-kata Yesus ini tidak berarti bahwa dalam dunia ini ada orang-orang yang benar. ‘Orang berdosa’ adalah ‘orang berdosa yang sadar akan dosanya’, dan ‘orang benar’ adalah ‘orang berdosa yang menganggap dirinya benar / baik’.
Jadi, kalau orang yang saudara injili itu merasa diri terlalu berdosa, Yesus justru datang untuk orang seperti itu.
Saudara bisa menambahkan Lukas 18:9-14 - “(9) Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: (10) ‘Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. (11) Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepadaMu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; (12) aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. (13) Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. (14) Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.’”.
Jelaskan bahwa orang Farisi, yang merasa diri benar itu, justru ditolak oleh Tuhan, sedangkan pemungut cukai yang merasa diri sangat berdosa / terlalu berdosa itu, justru diterima!
b) Tuhan Yesus sudah berjanji untuk tidak menolak seorangpun yang datang kepadaNya.
Yohanes 6:37 - “Semua yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu, dan barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan Kubuang”.
Ada 3 hal yang perlu disoroti dari ayat ini:
1. ‘Barangsiapa datang kepadaKu’.
Kata ‘barangsiapa’ mencakup semua orang, dan karena itu pasti juga mencakup orang yang sangat berdosa.
2. ‘tidak akan Kubuang’.
Dalam bahasa Yunaninya, kata ‘tidak’ di sini menggunakan double negatives (2 x kata ‘tidak’), dan dalam bahasa Yunani ini menunjukkan suatu penekanan.
Jadi maksudnya, Yesus sekali-kali tidak akan menolak siapapun yang datang kepadaNya. Betapapun kotornya hidup saudara, asal saudara mau datang kepada Yesus, Yesus berjanji untuk tidak menolak saudara! Ingat bahwa Ia memang datang ke dunia untuk mencari orang berdosa, bukan orang benar / orang berdosa yang merasa benar (Matius 9:12-13).
3. ‘Kubuang’.
NIV: drive away (= mengusir).
NASB: cast out (= mengusir).
Jadi, maksud seluruh ayat ini adalah: merupakan sesuatu yang sangat tidak mungkin bagi Yesus untuk mengusir / menolak / tidak menerima siapapun yang yang datang kepadaNya, tak peduli betapa berdosanya hidup orang itu.
c) Tuhan Yesus bisa / mau mengampuni dosa yang bagaimanapun besarnya / banyaknya, asal orang itu percaya kepadaNya.
Yes 1:18 - “Marilah, baiklah kita berperkara! - firman TUHAN - Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba”.
d) Tunjukkan juga ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Yesus memang mau menerima dan mengampuni orang-orang yang sangat berdosa.
Misalnya:
· Penjahat di kayu salib (Lukas 23:42-43).
· Perempuan yang terkenal sebagai orang berdosa dalam Lukas 7:36-50.
· Rahab, yang tadinya adalah seorang pelacur, dibenarkan oleh Tuhan, karena imannya (Yakobus 2:25 Ibrani 11:31).
· Para pemungut cukai dan perempuan sundal diterima dan diampuni oleh Yesus, sehingga akan masuk surga (Matius 21:31).
6) Orang yang saudara injili itu tidak mau percaya kepada Tuhan Yesus karena ia merasa hatinya terlalu keras, tidak bisa diubah sehingga nanti pasti tidak bisa menjadi orang kristen yang baik.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Mengganti hati yang keras dengan hati yang taat adalah pekerjaan Tuhan.
Yeh 36:26-27 - “(26) Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. (27) RohKu akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapanKu dan tetap berpegang pada peraturan-peraturanKu dan melakukannya”.
b) Orang yang percaya kepada Tuhan Yesus pasti menerima Roh Kudus (Yohanes 14:16 Efesus 1:13 Gal 3:2,5 3:26 4:6), dan Roh Kudus ini akan membantunya mengubah hidupnya ke arah yang lebih baik (Galatia 5:22-23).
7) Orang yang saudara injili itu tidak merasa perlu untuk percaya / ikut Tuhan Yesus; yang penting ia tidak memusuhi Tuhan Yesus. Dengan kata lain, ia menganggap dirinya ‘netral’
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Kitab Suci hanya menggolongkan manusia menjadi dua golongan:
· kawan atau lawan Tuhan Yesus.
Mat 12:30 - “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan”.
Kalau kamu adalah lawan dari Yesus maka ingatlah bahwa lawanmu itu nanti akan menjadi Hakim yang mengadilimu pada akhir jaman (Mat 25:31-46 Yoh 5:22,27).
· anak Allah atau anak setan.
1Yoh 3:10 - “Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya”.
· domba atau kambing.
Mat 25:31-46 - “(31) ‘Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaanNya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaanNya. (32) Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapanNya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, (33) dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kananNya dan kambing-kambing di sebelah kiriNya. (34) Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kananNya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. (35) Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; (36) ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. (37) Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? (38) Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? (39) Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? (40) Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. (41) Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. (42) Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; (43) ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. (44) Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? (45) Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. (46) Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.
· ‘dalam hidup’ atau ‘dalam maut’.
Yoh 5:24 - “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataanKu dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup”.
· ‘dalam Adam’ atau ‘dalam Kristus’.
1Kor 15:22 - “Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus”.
Catatan: kata-kata yang saya coret itu seharusnya tidak ada.
Jadi kesimpulan dari text-text di atas ini adalah bahwa daerah / golongan ‘netral’ itu tidak ada!
b) Yesus adalah Allah sendiri. Tidak mau percaya / ikut Yesus sama dengan tidak mau percaya / ikut Allah (Yoh 1:1 14:1). Dan Allah tidak menghendaki sikap ‘netral’ terhadap diriNya. Ia menghendaki kamu mempercayai Dia (Ibr 11:6), mengasihi Dia (Mat 22:37), menghormati Dia / takut kepadaNya (Mal 1:6), menyembah Dia (Mat 4:10), mentaati Dia (Kis 5:29), melayani Dia (Ro 12:11), dan sebagainya. Disamping, kalau tidak percaya Allah, bagaimana bisa masuk surga, yang adalah milik Allah?
c) Kalau kamu tidak percaya Yesus itu berarti kamu tidak mempunyai Juruselamat / Penebus dosa. Lalu, siapa yang menebus dosamu?
8) Orang yang saudara injili itu tidak mau percaya Tuhan Yesus karena jalan keselamatan seperti itu dianggapnya terlalu mudah.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Mendapat keselamatan / masuk surga sebetulnya sama sekali bukanlah sesuatu yang mudah, karena manusia tidak mungkin menyelamatkan dirinya sendiri (Ro 3:20 Gal 2:16).
Illustrasi: monyet yang masuk ke dalam rawa tidak mungkin menyelamatkan dirinya sendiri.
b) Manusia lain tidak mungkin menyelamatkan kita (Maz 49:8-9).
Maz 49:8-9 - “(8) Tidak seorangpun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya, (9) karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya, dan tidak memadai untuk selama-lamanya”.
Ini salah terjemahan; RSV sama persis salahnya. Bandingkan dengan terjemahan NIV di bawah ini.
Psalm 49:7-8 (NIV): “No man can redeem the life of another, or give to God a ransom for him; the ransom for a life is costly, no payment is ever enough” (= Tidak seorang manusiapun bisa menebus nyawa orang lain, atau memberikan kepada Allah tebusan untuk dia; tebusan untuk suatu nyawa sangat mahal, tidak ada pembayaran yang bisa mencukupi).
c) Tuhan Yesus sudah menyelesaikan apa yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia.
Yoh 19:30 - “Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: ‘Sudah selesai.’ Lalu Ia menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya”.
d) Karena sudah adanya karya Kristus itulah maka sekarang untuk mendapatkan keselamatan menjadi mudah bagi kita. Bahkan keselamatan itu sepenuhnya merupakan suatu anugerah / pemberian.
Ef 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.
Ro 3:24 - “dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus”.
Ro 6:23 - “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.
Yes 55:1-2 - “(1) Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran! (2) Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat”.
Illustrasi: Seorang penginjil memberitakan Injil kepada seorang pekerja tambang. Pada waktu pekerja tambang itu mendengar bahwa untuk bisa diselamatkan ia hanya perlu percaya kepada Yesus, ia berkata ‘Hanya percaya dan saya selamat? Kok gampang sekali?’. Penginjil itu lalu bertanya: ‘Dimana kamu bekerja?’. Pekerja tambang itu menjawab: ‘Puluhan atau bahkan ratusan meter di bawah permukaan tanah’. Penginjil itu bertanya lagi: ‘Wah, tentu sukar sekali bagi kamu untuk turun ke sana lalu naik lagi ke atas’. Pekerja itu menjawab: ‘Tidak sukar sama sekali. Karena perusahaan saya telah memasang sebuah lift, dan saya hanya tinggal masuk ke dalam lift itu dan lift itu akan membawa saya naik atau turun’. Lalu penginjil itu berkata: ‘Sama seperti perusahaanmu sudah bersusah payah memasang lift, sehingga sekarang bagi kamu tinggal gampangnya, demikian juga Kristus sudah bersusah payah, menderita dan mati di kayu salib untuk menyediakan keselamatan bagimu, sehingga sekarang bagi kamu tinggal gampangnya. Kamu hanya perlu masuk ke dalam Yesus / percaya kepada Yesus, dan Yesus akan mengangkat kamu ke surga!’.
Anonymous: “Salvation is free for you because someone else paid” (= Keselamatan itu gratis bagimu karena seorang lain telah membayarnya) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 587.
9) Orang yang saudara injili itu sebetulnya mau percaya kepada Yesus, tetapi tidak sekarang. Ia mau menunda untuk percaya / ikut Tuhan Yesus
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Saudara tidak tahu apa yang akan terjadi besok.
Yak 4:14 - “sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap”.
Amsal 27:1 - “Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu”.
Kalau saudara mati mendadak, dan itu jelas merupakan sesuatu yang bisa terjadi, saudara tidak akan sempat bertobat. Tidak ada ‘second chance’ (= kesempatan kedua) untuk bertobat. Begitu saudara mati kesempatan untuk bertobat itu tertutup untuk selamanya.
Kesempatan bertobat itu tertutup bukan hanya pada saat seseorang mati, tetapi juga kalau ia menjadi gila, pikun, idiot (karena cedera otak).
Juga ia perlu memperhatikan Yes 55:6 - “Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepadaNya selama Ia dekat!”.
Ini menunjukkan bahwa tidak selamanya Tuhan berkenan untuk ditemui!
Bandingkan juga dengan Yoh 7:33-34: “(33) Maka kata Yesus: ‘Tinggal sedikit waktu saja Aku ada bersama kamu dan sesudah itu Aku akan pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku. (34) Kamu akan mencari Aku, tetapi tidak akan bertemu dengan Aku, sebab kamu tidak dapat datang ke tempat dimana Aku berada”.
Kata-kata Yesus ini menunjukkan bahwa setiap orang harus menggunakan kesempatan untuk datang kepada Yesus dengan sebaik-baiknya, karena kalau tidak, akan datang suatu waktu dimana mereka tidak lagi bisa menemukan Yesus.
Bandingkan ini dengan Amsal 1:24-28 - “(24) Oleh karena kamu menolak ketika aku memanggil, dan tidak ada orang yang menghiraukan ketika aku mengulurkan tanganku, (25) bahkan, kamu mengabaikan nasihatku, dan tidak mau menerima teguranku, (26) maka aku juga akan menertawakan celakamu; aku akan berolok-olok, apabila kedahsyatan datang ke atasmu, (27) apabila kedahsyatan datang ke atasmu seperti badai, dan celaka melanda kamu seperti angin puyuh, apabila kesukaran dan kecemasan datang menimpa kamu. (28) Pada waktu itu mereka akan berseru kepadaku, tetapi tidak akan kujawab, mereka akan bertekun mencari aku, tetapi tidak akan menemukan aku”.
Ajaran ini tidak bertentangan dengan Yoh 6:37 yang menunjukkan bahwa Yesus tidak akan menolak orang yang datang kepadaNya. Mengapa? Karena kalau seseorang masih bisa mau datang kepada Kristus, itu berarti Allah memang masih berkenan untuk ditemui. Kalau Allah sudah tidak berkenan ditemui, Ia akan mengeraskan hati orang itu, sehingga orang itu tidak mungkin bertobat / mau percaya kepada Yesus.
Kalau orang yang saudara injili itu menggunakan 1Pet 3:18-20 1Pet 4:6 yang seakan-akan menunjukkan adanya ‘second chance’ (= kesempatan kedua / kesempatan bertobat sesudah kematian), maka:
1. Tunjukkan Maz 88:12, yang jelas menunjukkan tidak adanya pemberitaan Injil di alam baka, dan katakan bahwa ayat-ayat dalam 1Petrus itu tidak boleh ditafsirkan bertentangan dengan ayat ini.
Maz 88:11-13 - “(11) Apakah Kaulakukan keajaiban bagi orang-orang mati? Masakan arwah bangkit untuk bersyukur kepadaMu? Sela (12) Dapatkah kasihMu diberitakan di dalam kubur, dan kesetiaanMu di tempat kebinasaan? (13) Diketahui orangkah keajaiban-keajaibanMu dalam kegelapan, dan keadilanMu di negeri segala lupa?”.
Jelas bahwa sederetan pertanyaan dalam text ini semuanya harus dijawab ‘Tidak’!
2. Beri penjelasan tentang 1Pet 3:18-20 dan 1Pet 4:6, dengan penjelasan sebagai berikut:
a. 1Pet 3:18-20 - “(18) Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaanNya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, (19) dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, (20) yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu”.
Arti dari ayat ini adalah: Roh Ilahi Yesus (Logos) memberitakan Injil melalui Nuh, pada jaman sebelum air bah, kepada orang-orang yang masih hidup pada saat itu. Jadi, orang-orang itu masih hidup pada saat diinjili, tetapi pada waktu Petrus menuliskan suratnya ini, mereka sudah mati dan karena itu disebutkan sebagai ‘roh-roh yang di dalam penjara’. Jadi, ayat ini tidak mengajarkan adanya penginjilan terhadap orang mati!
b. 1Pet 4:6 - “Itulah sebabnya maka Injil telah diberitakan juga kepada orang-orang mati, supaya mereka, sama seperti semua manusia, dihakimi secara badani; tetapi oleh roh dapat hidup menurut kehendak Allah”.
Ada 3 penafsiran tentang arti kata-kata ‘orang-orang mati’ dalam 1Pet 4:6 ini:
· itu diartikan sebagai orang yang mati secara rohani / mati dalam dosa.
· itu diartikan betul-betul sebagai orang yang sudah mati. Penafsiran ini sesat, tetapi inilah yang diambil oleh orang-orang seperti Andereas Samudera sehingga ia lalu mengadakan penginjilan terhadap orang mati.
· sama seperti penafsiran yang saya ambil tentang 1Pet 3:18-20, orang-orang itu masih hidup pada saat diinjili, tetapi sudah mati pada waktu Petrus menulis surat ini, sehingga disebutkan sebagai ‘orang-orang mati’. Saya berpendapat bahwa pandangan inilah yang benar.
Catatan: kalau mau mempelajari kedua text ini secara lebih mendetail / terperinci, baca buku saya yang berjudul ‘Penginjilan Terhadap Orang Mati’, jilid 2, dimana kedua text ini saya jelaskan secara sangat terperinci / panjang lebar.
Jadi, ayat-ayat di atas tidak bisa digunakan untuk mengatakan bahwa ada kesempatan bertobat setelah kematian. Kesempatan bertobat hanya ada selagi kita masih hidup. Kalau kita mati, kesempatan itu tertutup untuk selama-lamanya! Karena itu, tindakan menunda pertobatan merupakan suatu tindakan yang sangat beresiko, karena kalau kita mati dengan mendadak, tidak ada kesempatan untuk bertobat!
Illustrasi: Suatu hari ada seseorang yang bermimpi tentang adanya suatu konperensi setan. Konperensi itu dipimpin oleh Iblis sendiri dan bertujuan untuk mencari siasat yang jitu supaya manusia tidak percaya kepada Yesus dan binasa / masuk neraka. Lalu ada seorang setan yang mengusulkan: ‘Baiklah kita membujuk manusia supaya tidak percaya akan adanya Tuhan’. Iblis berkata: ‘Tidak. Manusia merasa dalam hatinya bahwa Tuhan itu ada. Siasat itu tidak akan berhasil’. Setan lain mengusulkan: ‘Baiklah kita mengatakan kepada manusia bahwa mereka itu terlalu jahat untuk bisa diampuni’. Iblis menolak usul itu dengan berkata: ‘Justru kalau manusia sadar bahwa dirinya jahat, itu akan membawa mereka kepada Tuhan. Usul itu masih kurang baik’. Akhirnya seorang setan berkata: ‘Baiklah kita mengatakan kepada manusia bahwa Tuhan itu ada, dan Tuhan itu mencintai mereka yang berdosa, dan bahwa Injil itu benar adanya’. Iblis menjawab: ‘Tetapi bagaimana hal itu bisa membinasakan mereka?’. Setan itu melanjutkan siasatnya: ‘Kita akan mengatakan kepada manusia bahwa sekalipun semua itu benar, dan mereka harus percaya, tetapi masih ada cukup waktu. Mereka tidak perlu percaya sekarang’. Iblis senang sekali dengan usul itu, dan memerintahkan supaya usul itu dilaksanakan.
Ini menyebabkan banyak orang yang pada waktu mendengar Injil, lalu menunda untuk datang kepada Yesus. Tetapi tiba-tiba mereka mendapat kecelakaan atau serangan jantung, yang membuat mereka mati secara mendadak, sehingga tidak ada kesempatan untuk bertobat. Akhirnya mereka terhilang selama-lamanya di dalam neraka, hanya karena mereka menunda untuk percaya kepada Yesus!
b) Orang yang belum percaya kepada Kristus tidak berada di daerah netral, tetapi di bawah murka Allah.
Yoh 3:36 - “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya”.
Kata ‘tetap’ di sini menunjukkan bahwa dari semula (sejak orang itu lahir, bahkan sejak orang itu ada dalam kandungan), murka Allah itu sudah ada di atasnya. Kalau ia percaya kepada Yesus, maka murka itu dicabut, tetapi kalau ia tidak percaya / tidak taat, maka murka Allah itu tetap ada di atasnya.
Ef 2:1-3 - “(1) Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. (2) Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. (3) Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain”.
Bagian yang saya garisbawahi itu, terjemahan hurufiahnya adalah seperti yang diberikan oleh NASB: “and were by nature children of wrath, even as the rest” (= dan secara alamiah adalah anak-anak kemurkaan, sama seperti yang lain).
Jadi, ini menunjukkan bahwa manusia itu secara alamiah, maksudnya sejak lahir, adalah orang yang dimurkai oleh Allah.
Banyak orang mengira bahwa mereka ada di daerah netral. Kalau mereka bertobat maka mereka mendapat perkenan Allah, sedangkan kalau mereka berbuat dosa yang hebat, maka barulah mereka mendapat murka Allah. Seandainya keadaannya memang seperti ini, maka mungkin seseorang boleh berlambat-lambat dalam bertobat / percaya kepada Yesus. Mereka tidak berada dalam bahaya, dan karena itu berlambat-lambat tidak jadi soal. Tetapi Kitab Suci mengatakan bahwa keadaan manusia bukan seperti itu! Manusia ada di bawah murka Allah sejak dalam kandungan, dan karena itu setiap saat manusia itu ada dalam bahaya. Mengapa? Karena setiap saat ia bisa saja mati, dan kalau itu terjadi, maka murka Allah itu akan ditimpakan kepadanya dengan sepenuhnya, dan ia akan masuk ke neraka selama-lamanya. Karena itu, maka kita harus berusaha secepatnya, tanpa menunda atau berlambat-lambat, untuk menyingkirkan murka Allah itu dari diri kita. Dan satu-satunya cara adalah dengan secepatnya percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita.
c) Firman Tuhan berkata bahwa hari ini adalah hari penyelamatan.
2Kor 6:1-2 - “(1) Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima. (2) Sebab Allah berfirman: ‘Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau.’ Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu”.
Barnes’ Notes (tentang 2Kor 6:1-2): “God here speaks of there being an accepted time, a limited period, in which petitions in favor of the world would be acceptable to him. That time Paul says had come; and the idea which he urges is, that people should avail themselves of that, and embrace now the offers of mercy. ... The time will come when it will not be an acceptable time with God. The day of mercy will be closed; the period of trial will be ended; and people will be removed to a world where no mercy is shown, and where compassion is unknown. ... The time of mercy will pass by, and God will not be willing to pardon the sinner who goes unprepared to eternity. ... we cannot calculate on the future. We have no assurance, no evidence that we shall live another day, or hour. ... the time will come when it will not be an accepted time. Now is the accepted time; at some future period it will NOT be. If people grieve away the Holy Spirit; if they continue to reject the gospel; if they go unprepared to eternity, no mercy can be found. God does not design to pardon beyond the grave. He has made no provision for forgiveness there; and they who are not pardoned in this life, must be unpardoned forever” (= Di sini Allah berbicara bahwa ada ‘waktu perkenan / waktu dimana Ia berkenan’, suatu periode yang terbatas, dalam mana permohonan-permohonan untuk kebaikan dunia berkenan kepadaNya. Paulus berkata waktu itu telah datang; dan gagasan yang ia desakkan adalah bahwa orang harus memanfaatkan kesempatan itu, dan menerima sekarang juga tawaran belas kasihan. ... Saatnya akan tiba dimana itu bukan lagi waktu yang berkenan pada Allah. Jaman belas kasihan akan ditutup; periode pencobaan / ujian akan diakhiri; dan orang-orang akan dipindahkan ke suatu dunia dimana tidak ada belas kasihan yang ditunjukkan, dan dimana perasaan kasihan tidak dikenal. ... Jaman belas kasihan akan berlalu, dan Allah tidak akan mau mengampuni orang berdosa yang pergi menuju kekalan dengan tidak siap. ... kita tidak bisa memperhitungkan masa yang akan datang. Kita tidak mempunyai jaminan, tidak ada bukti bahwa kita akan hidup satu hari lagi atau satu jam lagi. ... waktunya akan datang dimana itu bukanlah waktu yang diperkenan. Sekaranglah waktu perkenanan itu; pada masa yang akan datang, akan tidak demikian. Jika orang-orang mendukakan Roh Kudus; jika mereka terus menolak Injil; jika mereka pergi dengan tidak siap menuju kekekalan, tidak ada belas kasihan yang bisa ditemukan. Allah tidak merencanakan untuk mengampuni di balik kubur. Ia tidak membuat persediaan untuk pengampunan di sana; dan mereka yang tidak diampuni dalam dunia ini, pasti tidak diampuni selama-lamanya).
d) Allah tidak mau / tidak bisa dipermainkan.
Gal 6:7-8 - “(7) Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diriNya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. (8) Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu”.
Orang menunda pertobatan biasanya karena ia mau menikmati dosa dulu. Nanti kalau mau mati / hampir mati baru bertobat. Tetapi ini berarti mempermainkan Tuhan. Dan ayat Kitab Suci di atas ini mengatakan bahwa Allah tidak membiarkan diriNya dipermainkan!
e) Tuhan tidak ingin kamu mengeraskan hatimu, pada saat kamu mendengar suaraNya.
Ibrani 3:7-8 - “(7) Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: ‘Pada hari ini, jika kamu mendengar suaraNya, (8) janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun”.
Matthew Henry (tentang Ibr 3:7): (= I. Apa yang ia nasehatkan untuk mereka lakukan - untuk memberikan perhatian yang cepat dan sekarang juga terhadap panggilan Kristus. ‘Dengarkan suaraNya, setujuilah, akuilah, dan pertimbangkan, apa yang Allah dalam Kristus katakan kepadamu; terapkan itu kepada dirimu sendiri dengan kasih dan usaha yang sesuai, dan mulailah melakukannya, karena besok mungkin sudah terlambat’. II. Terhadap apa ia memperingatkan mereka - mengeraskan hati mereka, menulikan telinga mereka terhadap penggilan dan nasehat Kristus: ‘Pada waktu Ia memberitahu kamu jahatnya dosa, keunggulan dari kekudusan, perlunya menerima Dia dengan iman sebagai Juruselamatmu, jangan menutup telinga dan hatimu terhadap suara seperti ini’.).
Barnes’ Notes (tentang Ibr 3:7): [= ‘Hari ini’. Sekarang; pada saat ini. Pada saat dimana perintah itu diberikan kepadamu. Itu tidak boleh ditunda sampai besok. Semua perintah Allah berhubungan dengan ‘masa sekarang’ - pada hari ini, pada waktu yang sedang berlalu. Ia tidak memberikan kita perintah ‘tentang masa yang akan datang’. Ia tidak menghendaki kita untuk bertobat dan berbalik kepadaNya ‘besok’, atau 10 tahun lagi. Alasannya jelas: (1) Kewajiban berkenaan dengan masa sekarang. Merupakan kewajiban kita untuk berbalik dari dosa, dan untuk mengasihi Dia sekarang. (2) kita tidak tahu apakah kita akan hidup satu har lagi].
Bdk. Amsal 1:24-33 - “(24) Oleh karena kamu menolak ketika aku memanggil, dan tidak ada orang yang menghiraukan ketika aku mengulurkan tanganku, (25) bahkan, kamu mengabaikan nasihatku, dan tidak mau menerima teguranku, (26) maka aku juga akan menertawakan celakamu; aku akan berolok-olok, apabila kedahsyatan datang ke atasmu, (27) apabila kedahsyatan datang ke atasmu seperti badai, dan celaka melanda kamu seperti angin puyuh, apabila kesukaran dan kecemasan datang menimpa kamu. (28) Pada waktu itu mereka akan berseru kepadaku, tetapi tidak akan kujawab, mereka akan bertekun mencari aku, tetapi tidak akan menemukan aku. (29) Oleh karena mereka benci kepada pengetahuan dan tidak memilih takut akan TUHAN, (30) tidak mau menerima nasihatku, tetapi menolak segala teguranku, (31) maka mereka akan memakan buah perbuatan mereka, dan menjadi kenyang oleh rencana mereka. (32) Sebab orang yang tak berpengalaman akan dibunuh oleh keengganannya, dan orang bebal akan dibinasakan oleh kelalaiannya. (33) Tetapi siapa mendengarkan aku, ia akan tinggal dengan aman, terlindung dari pada kedahsyatan malapetaka.’”.
f) Tuhan tidak terus menunggu pertobatan seseorang, seakan-akan manusia bisa bertobat kapanpun ia mau.
Yes 55:6 - “Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepadaNya selama Ia dekat!”.
Perhatikan kata ‘selama’ yang muncul 2 x dalam ayat ini. Itu menunjukkan bahwa ada saat dimana Tuhan tidak berkenan untuk ditemui. Ini memang tidak berarti bahwa ada kemungkinan dimana seseorang betul-betul bertobat dan mencari Tuhan, tetapi Tuhan tidak mau menerimanya. Kalau ditafsirkan seperti ini akan bertentangan dengan Yoh 6:37 - “Semua yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu, dan barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan Kubuang”.
Jadi harus ditafsirkan bahwa artinya adalah: kalau kita menyia-nyiakan saat dimana Tuhan memanggil kita untuk bertobat, maka akan datang suatu saat dimana Ia mengeraskan hati kita sedemikian rupa sehingga kita tidak akan mau / bisa bertobat.
g) Jangan menyalah-gunakan cerita tentang penjahat yang bertobat di kayu salib (Luk 23:39-43).
Cerita ini merupakan cerita yang sangat penting, karena menunjukkan bahwa pada detik terakhirpun dari kehidupan seseorang, kalau ia betul-betul datang / percaya kepada Kristus, ia akan diampuni dan dijamin masuk ke surga.
Tetapi rupanya setan mengilhami banyak orang-orang bodoh dengan menyalah-gunakan cerita ini. Penyalah-gunaan cerita ini menyebabkan mereka merasa lebih baik hidup dalam dosa dulu, dan menunda pertobatan mereka, sampai sesaat sebelum kematian. Kalau saudara berpikir seperti itu, perhatikan kata-kata di bawah ini.
J. C. Ryle: “I know that people are fond of talking about deathbed evidences. They will rest on words spoken in the hour of fear and pain and weakness, as if they might take comfort in them about the friends they lose. But I am afraid in ninety-nine cases out of a hundred such evidences are not to be depended on. I suspect that, with rare exceptions, men die just as they have lived” (= Saya tahu bahwa banyak orang senang membicarakan bukti-bukti ranjang kematian. Mereka bersandar pada kata-kata yang diucapkan pada saat ketakutan dan sakit dan kelemahan, seakan-akan mereka bisa mendapatkan hiburan dalam kata-kata itu tentang sahabat mereka yang hilang / mati. Tetapi saya takut / kuatir bahwa 99 kasus dari 100 bukti-bukti seperti itu tidak bisa diandalkan. Saya menduga bahwa dengan perkecualian yang sangat jarang, orang mati sama seperti mereka telah hidup) - ‘Holiness’, hal 40.
10) Orang yang saudara injili itu menolak menjadi kristen karena ia berpendapat bahwa Allah itu kasih, sehingga orang yang tidak percayapun akan ke surga / tidak dihukum.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Allah memang adalah kasih, tetapi Ia juga suci, sehingga Ia tidak bisa bersatu dengan dosa.
Yes 59:1-2 - “(1) Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar; (2) tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu”.
b) Allah memang adalah kasih, tetapi Ia juga adil, sehingga pasti akan menghukum manusia yang berdosa.
Nahum 1:3a - “TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah”.
c) Allah berulang-ulang berkata bahwa Ia akan menghukum manusia yang berdosa. Kalau akhirnya, Ia tidak melakukan hal itu, maka Ia berdusta. Tetapi Alkitab mengatakan bahwa Allah tidak mungkin berdusta.
Ibr 6:18 - “supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita”.
d) Kitab Suci berulang-ulang berbicara tentang orang-orang yang masuk neraka.
· Luk 16:19-31 - cerita tentang Lazarus dan orang kaya.
· Mat 25:41,46 - “(41) Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. ... (46) Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.
· Wah 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.’”.
11) Orang yang saudara injili itu menolak karena ia berpendapat bahwa Allah itu kejam; mungkin ia mengatakan ini karena hidupnya penuh dengan penderitaan.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Penderitaan masuk ke dalam dunia karena dosa manusia sendiri (bdk. Kej 3:1-19).
Allah tidak mencipta manusia dalam keadaan menderita. Mula-mula manusia bahagia, tanpa penderitaan. Tetapi karena manusia berbuat dosa, maka sebagai hukuman Allah, penderitaan masuk ke dalam dunia. Jadi, itu bukan salahnya Allah, tetapi salahnya manusia sendiri.
b) Sekalipun manusia berdosa, Allah tetap mengasihinya; ini ditunjukkan oleh Allah melalui salib.
Roma 5:6-8 - “(6) Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. (7) Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar - tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati -. (8) Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa”.
c) Sekarang kamu menderita, bahkan sangat menderita. Tetapi Allah yang maha kasih itu menyediakan suatu tempat dimana penderitaan sama sekali tidak dikenal, dan tempat itu adalah surga.
Wahyu 21:1-4 - “(1) Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi. (2) Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. (3) Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: ‘Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umatNya dan Ia akan menjadi Allah mereka. (4) Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.’”.
Penderitaanmu hanya sementara, karena kalau kamu mau percaya kepada Yesus, maka pada saat kamu mati, kamu akan pergi ke surga, dan bebas dari semua penderitaanmu. Tetapi sebaliknya, kalau kamu tidak mau percaya kepada Yesus, maka pada saat kamu mati, kamu akan pergi ke neraka, dimana kamu akan menderita, dengan penderitaan yang jauh lebih hebat dari yang sekarang kamu alami, sampai selama-lamanya.
12) Orang yang saudara injili itu percaya kepada Kristus, tetapi tidak mau pergi ke gereja, dibaptis dsb, karena ia takut diejek / dianiaya.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Orang yang tidak mau mengakui Kristus, juga tidak akan diakui oleh Kristus.
Mat 10:32-33 - “(32) Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan BapaKu yang di sorga. (33) Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan BapaKu yang di sorga.’”.
b) Kita tidak boleh takut kepada manusia; kita harus takut kepada Allah.
Mat 10:28 - “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka”.
c) Orang penakut tercatat sebagai ranking 1 dalam daftar orang-orang yang masuk neraka.
Wah 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.’”.
Yang dimaksud dengan ‘orang-orang penakut’ di sini adalah orang-orang yang sekalipun sebetulnya mengerti tentang Kristus dan percaya kepadaNya, tetapi tidak mengikut Dia karena takut.
d) Tuhan Yesus sudah terlebih dulu menderita dan mati bagi kita; sekarang kita juga harus mau menderita dan bahkan mati bagi Dia.
e) Tuhan Yesus sendiri akan menyertai dan menolongnya, kalau kita dimusuhi manusia.
Ibr 13:5 - “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: ‘Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.’”.
Maz 23:1-6 - “(1) Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. (2) Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; (3) Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena namaNya. (4) Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gadaMu dan tongkatMu, itulah yang menghibur aku. (5) Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. (6) Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa”.
Mat 10:17-20 - “(17) Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. (18) Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah. (19) Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. (20) Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu”.
f) Ikut Yesus memang bisa membuat kamu menderita, tetapi penderitaan itu hanya sementara. Begitu mati, kamu bahagia dan bebas dari penderitaan, selama-lamanya. Sebaliknya, kalau kamu tidak mau ikut Yesus mungkin kamu bisa enak (secara duniawi / jasmani), tetapi itu hanya sementara dan semu. Begitu kamu mati, kamu masuk neraka, dimana kamu akan menderita selama-lamanya.
13) Orang yang saudara injili itu menolak jadi kristen karena ia pernah bersumpah untuk tidak menjadi orang kristen.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Melanggar sumpah adalah dosa, tetapi kalau kamu percaya kepada Tuhan Yesus, dosa itu tetap akan diampuni. Sebaliknya kalau kamu memegang sumpah itu, kamu memang tidak berdosa dalam hal itu, tetapi kamu mempunyai banyak dosa-dosa lain, yang akan membawamu ke neraka selama-lamanya, karena kamu tidak mempunyai Juruselamat / Penebus dosa.
b) Dalam Luk 16:27-31, orang kaya yang sudah ada dalam neraka itu, ingin sekali keluarganya bertobat. Orang, kepada siapa kamu telah bersumpah (kalau orang itu sudah mati), pasti juga ingin kamu bertobat / membatalkan sumpah.
14) Orang yang saudara injili itu merasa tidak perlu mempersoalkan percaya atau tidak, karena Tuhan sudah menentukan orang yang akan masuk neraka / surga (predestinasi).
Jawaban yang bisa saudara berikan:
Predestinasi memang ada (Ef 1:4-5,11 Ro 9:10-21), tetapi kita tidak tahu siapa yang ditentukan masuk surga dan siapa yang ditentukan masuk neraka. Kita tidak boleh hidup berdasarkan kehendak / Rencana Allah yang tidak kita ketahui. Kita harus hidup berdasarkan kehendak Allah yang dinyatakan dalam Firman Tuhan / Kitab Suci.
Ul 29:29 - “Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini.’”.
Dan dalam FirmanNya, Allah menghendaki kita untuk percaya kepada Kristus.
Kis 16:31 - “Jawab mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.’”.
Yoh 14:1,11 - “(1) ‘Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu. ... (11) Percayalah kepadaKu, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri”.
15) Orang yang saudara injili itu menolak untuk percaya karena ia percaya adanya reinkarnasi.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Reinkarnasi bertentangan dengan Ibr 9:27 - “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi”.
b) Kalau reinkarnasi itu benar, mengapa manusia di dunia bisa makin lama makin banyak, padahal moral manusia semakin brengsek? Bukankah seharusnya makin lama makin sedikit karena manusia yang hidup jahat itu mati dan dilahirkan lagi sebagai binatang?
Kalau kita bisa menjawab keberatan orang itu dengan benar, jangan menganggap bahwa orang itu pasti akan bertobat. Pertobatan tetap merupakan pekerjaan Tuhan. Kita hanya berusaha melakukan semaximal mungkin, tetapi hasilnya tetap ada di tangan Tuhan. Karena itu, jangan ‘bersandar’ pada jawaban-jawaban terhadap keberatan-keberatan di atas; sebaliknya, tetaplah banyak berdoa dan bersandar kepada Tuhan!
ORANG KRISTEN DUNIAWI
I) Ajaran di bawah ini dipopulerkan oleh Scoffield Reference Bible dan juga masuk dalam traktat “4 Hukum Rohani”.
Catatan: sekarang traktat 4 hukum rohani tersebut sudah direvisi.
Menurut ajaran ini, ada 3 golongan manusia:
1) Orang non Kristen.
Kristus (K) ada di luar dirinya / hatinya; si Aku (A) bertahta dalam hidupnya.
2) Orang Kristen duniawi.
Kristus ada di dalam dirinya / hatinya, tetapi si Aku masih tetap bertahta di dalam hidupnya, sehingga sama sekali tidak ada perubahan di dalam hidupnya.
3) Orang Kristen rohani.
Kristus bukan hanya ada di dalam dirinya / hatinya, tetapi juga bertahta di dalam hidupnya, sedangkan si Aku turun tahta.
Dasar Kitab Suci yang digunakan oleh ajaran ini adalah 1Korintus 2:14-3:3 dimana digunakan tiga istilah bahasa Yunani yaitu:
a) Psuchikos - diterjemahkan sebagai ‘manusia duniawi’ dalam Kitab suci bahasa Indonesia (1Kor 2:14).
b) Sarkikos - diterjemahkan juga sebagai ‘manusia duniawi’ dalam Kitab Suci bahasa Indonesia (1Korintus 3:1).
c) Pneumatikos - diterjemahkan sebagai ‘manusia rohani’ dalam Kitab Suci bahasa Indonesia (1Kor 3:1).
1Kor 2:14-3:3 - “(2:14) Tetapi manusia duniawi (PSUCHIKOS) tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani. (2:15) Tetapi manusia rohani menilai segala sesuatu, tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh orang lain. (2:16) Sebab: ‘Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia?’ Tetapi kami memiliki pikiran Kristus. (3:1) Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani (PNEUMATIKOS), tetapi hanya dengan manusia duniawi (SARKIKOS), yang belum dewasa dalam Kristus. (3:2) Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya. (3:3) Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?”.
II) Kesalahan dari ajaran tersebut di atas.
1) Penafsiran yang salah dari 1Kor 3.
a) Dalam 1Kor 3 itu Paulus menegur jemaat Korintus karena mereka hidup seperti orang-orang yang tidak percaya dalam satu segi kehidupan mereka (grup-grupan / perselisihan / iri hati - ay 3,4). Paulus tidak memaksudkan bahwa mereka hidup seperti orang kafr dalam seluruh segi kehidupan mereka.
b) Pada waktu Paulus berbicara tentang golongan-golongan manusia, ia hanya mengajarkan adanya dua golongan.
1Kor 2:14-15 - “(14) Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani. (15) Tetapi manusia rohani menilai segala sesuatu, tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh orang lain.”.
2Kor 5:17 - “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”.
2Kor 6:14-16 - “(14) Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? (15) Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? (16) Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: ‘Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umatKu.”.
Gal 5:17-24 - “(17) Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging - karena keduanya bertentangan - sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. (18) Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat. (19) Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, (20) penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, (21) kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu - seperti yang telah kubuat dahulu - bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. (22) Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, (23) kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. (24) Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.”.
Ro 8:5-9 - “(5) Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. (6) Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. (7) Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. (8) Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. (9) Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.”.
c) Menyerang ajaran tersebut dengan pertanyaan.
Kesalahan dari ajaran tersebut di atas juga dapat terlihat dari pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah golongan 3 sudah tidak bertumbuh lagi dalam iman maupun kesucian? Kalau mereka masih bertumbuh, apakah lalu nanti menjadi golongan 4 yang super rohani?
2. Siapa yang berhak menentukan orang Kristen yang mana yang masuk golongan 2 dan orang Kristen yang mana yang masuk golongan 3? Apa dasarnya? Dosa-dosa apa yang menyebabkan orang Kristen masuk golongan 2?
2) Ajaran tersebut di atas memisahkan pengampunan dosa dan hidup / hati yang diperbaharui (Golongan ke 2 mendapat pengampunan dosa, sekalipun hidupnya / hatinya tak diperbaharui). Tetapi Kitab Suci menunjukkan bahwa pengampunan dosa tidak bisa terjadi tanpa adanya pembaharuan hati / hidup.
Charles Hodge (tentang 2Kor 6:1): “‘That ye receive not the grace of God in vain.’ What is it to receive the grace of God in vain? Some say that the meaning is to accept of the atonement of Christ, or reconciliation with God spoken of in the preceding chapter, and yet to live in sin. The favor of God is then accepted to no purpose. But this is an unscriptural idea. Justification and sanctification cannot be thus separated. A man cannot accept of reconciliation with God and live in sin; because the renunciation of sin is involved in the acceptance of reconciliation. Paul never assumes that men may accept one benefit of redemption, and reject another. They cannot take pardon and refuse sanctification.” [= ‘Supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima’. Apa artinya menerima kasih karunia Allah dengan sia-sia? Beberapa orang mengatakan bahwa artinya adalah menerima penebusan Kristus, atau perdamaian dengan Allah yang dibicarakan dalam pasal sebelumnya (2Kor 5), tetapi hidup dalam dosa. Dengan demikian kebaikan Allah diterima tanpa ada gunanya. Tetapi ini merupakan pandangan / kepercayaan yang tidak Alkitabiah. Pembenaran dan pengudusan tidak bisa dipisahkan seperti itu. Seseorang tidak bisa menerima perdamaian dengan Allah dan hidup dalam dosa; karena penolakan dosa tercakup dalam penerimaan perdamaian. Paulus tidak pernah menganggap bahwa manusia bisa menerima satu manfaat dari penebusan, dan menolak yang lainnya. Mereka tidak bisa menerima pengampunan dan menolak pengudusan.] - ‘I & II Corinthians’, hal 529.
J. C. Ryle: (= Saya takut / kuatir bahwa kadang-kadang dilupakan bahwa Allah telah menikahkan ‘pembenaran’ dan ‘pengudusan’. Tidak diragukan lagi bahwa mereka adalah 2 hal yang berbeda, tetapi yang satu tidak pernah ada / ditemukan tanpa yang lain. Semua orang yang dibenarkan juga dikuduskan, dan semua yang dikuduskan juga dibenarkan. Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan oleh manusia.) - ‘Holiness’, hal 46.
Mari kita melihat beberapa ayat Kitab Suci yang menunjukkan hal itu.
Yer 31:31-34 - “(31) Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman TUHAN, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, (32) bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; perjanjianKu itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa atas mereka, demikianlah firman TUHAN. (33) Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh TauratKu dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umatKu. (34) Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka.’”.
Yeh 36:24-27 - “(24) Aku akan menjemput kamu dari antara bangsa-bangsa dan mengumpulkan kamu dari semua negeri dan akan membawa kamu kembali ke tanahmu. (25) Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu. (26) Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. (27) RohKu akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapanKu dan tetap berpegang pada peraturan-peraturanKu dan melakukannya”.
Ibrani 10:15-17 - “(15) Dan tentang hal itu Roh Kudus juga memberi kesaksian kepada kita, (16) sebab setelah Ia berfirman: ‘Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu,’ Ia berfirman pula: ‘Aku akan menaruh hukumKu di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, (17) dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka.’”.
Catatan: bagian yang saya beri garis bawah tunggal menunjukkan hidup / hati yang diperbaharui, sedangkan bagian yang saya beri garis bawah ganda (ay 17) menunjukkan pengampunan dosa yang Tuhan berikan kepada orang itu.
Kitab Suci mengajarkan bahwa pada saat seseorang dibenarkan oleh Allah, maka saat itu juga pengudusan dirinya mulai berlangsung.
Contoh:
· Zakheus.
Lukas 19:8-10 - “(8) Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: ‘Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.’ (9) Kata Yesus kepadanya: ‘Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. (10) Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.’”.
· Penjahat yang bertobat di kayu salib.
Mat 27:44 - “Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencelaNya demikian juga.”.
Mark 15:32 - “Baiklah Mesias, Raja Israel itu, turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya.’ Bahkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga.”.
Luk 23:39-42 - “(39) Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya: ‘Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diriMu dan kami!’ (40) Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: ‘Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? (41) Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.’ (42) Lalu ia berkata: ‘Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.’”.
Dalam Mat 27:44 / Mark 15:32 dikatakan bahwa kedua penjahat itu mencela Yesus, tetapi dalam Luk 23:39-42 dikatakan bahwa hanya satu penjahat yang menghujat Yesus, sedangkan yang satunya justru menegur temannya itu, dan lalu menyatakan imannya kepada Yesus.
Kelihatannya Mat 27:44 / Mark 15:32 bertentangan dengan Luk 23:39-42, tetapi kalau kita mempercayai bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan, maka kita tidak boleh mempercayai adanya pertentangan yang sungguh-sungguh dalam Alkitab. Kita harus berusaha untuk mengharmoniskan hal-hal yang kelihatannya bertentangan, dan ‘pertentangan’ ini memang bisa dijelaskan / diharmoniskan. Bagaimana cara mengharmoniskannya? Dengan menafsirkan bahwa Matius dan Markus hanya menceritakan bagian awalnya, sedangkan Lukas hanya menceritakan bagian akhirnya. Jadi, mula-mula kedua penjahat itu mencela Yesus; dan inilah yang diceritakan oleh Matius dan Markus (Mat 27:44 / Mark 15:32). Tetapi belakangan / akhirnya, mungkin karena melihat sikap Yesus dalam penderitaan yang begitu berbeda dengan orang-orang lain, salah satu dari penjahat-penjahat itu bertobat, dan yang satunya bahkan menjadi bertambah jahat sehingga lalu menghujat Yesus, dan ini menyebabkan penjahat yang bertobat itu menegur dia. Ini yang diceritakan oleh Lukas (Luk 23:39-42).
Jadi, penjahat yang bertobat itu berubah. Ia baru bertobat, tetapi langsung sudah menunjukkan perubahan. Kalau tadinya ia, bersama dengan penjahat yang satunya, mencela / menghujat Kristus, maka sekarang ia membela Kristus dan mencela penjahat satunya, yang tetap menghujat Kristus.
3) Ajaran-ajaran tersebut di atas tidak membedakan ‘iman sejati’ dan ‘iman palsu’. Golongan 2 dan golongan 3 sama-sama dianggap beriman.
Kitab Suci jelas menunjukkan adanya iman yang palsu.
Yoh 2:23-24 - “(23) Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam namaNya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakanNya. (24) Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diriNya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua,”.
Luk 8:13 - “Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad.”.
Yak 2:14,17,20,26 - “(14) Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? ... (17) Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. ... (20) Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? ... (26) Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.”.
Berdasarkan Yak 2 ini maka seharusnya kita menganggap iman dari golongan 2 itu adalah iman yang mati / kosong / palsu. Dengan kata lain, mereka sebetulnya tidak beriman!
4) Ajaran tersebut di atas meremehkan pertobatan / dosa, karena golongan 2 yang tidak bertobat dari dosa-dosanya tetap dianggap selamat / masuk surga.
Ini jelas bertentangan dengan Kitab Suci yang begitu menekankan pertobatan.
Gal 5:16-21 - “(16) Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. (17) Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging - karena keduanya bertentangan - sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. (18) Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat. (19) Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, (20) penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, (21) kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu - seperti yang telah kubuat dahulu - bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.”.
Ro 6:1-2,11-13 - “(1) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? (2) Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? ... (11) Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus. (12) Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya. (13) Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.”.
2 Korintus 5:15 - “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.”.
Kis 8:22 - “Jadi bertobatlah dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan, supaya Ia mengampuni niat hatimu ini;”.
5) Ajaran tersebut di atas memisahkan penerimaan Yesus sebagai Juruselamat dan penerimaan Yesus sebagai Tuhan (pemilik, penguasa) dalam hidup kita.
Kitab Suci tidak memisahkan dua hal tersebut. Dalam pemberitaan Natal yang pertama-kalinya, Yesus sudah diberitakan sebagai Juruselamat dan sebagai Tuhan.
Luk 2:11 - “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.”.
Juga penginjilan yang dilakukan oleh rasul-rasul menekankan Yesus bukan hanya sebagai Juruselamat tetapi juga sebagai Tuhan.
Kis 2:36 - “Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.’”.
Kis 16:31 - “Jawab mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.’”.
Roma 10:9 - “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.”.
2 Korintus 4:5 - “Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus.”.
Dalam Kitab Kisah Rasul yang menunjukkan penyebaran kekristenan dan pemberitaan Injil pada abad pertama, kata ‘Juruselamat’ hanya muncul 2 x (Kis 5:31 13:23), sedangkan kata ‘Tuhan’ muncul sebanyak 92 x, kata ‘Tuhan Yesus’ muncul sebanyak 13 x, dan kata ‘Tuhan Yesus Kristus’ muncul sebanyak 6 x. Ini menunjukkan dengan jelas bahwa dalam penginjilan, Yesus harus ditekankan sebagai ‘Tuhan’, dan bukan hanya sebagai ‘Juruselamat’.
Jadi, kalau seseorang hanya menerima Yesus sebagai Juruselamat, tetapi tidak sebagai Tuhan, ia sebetulnya belum merupakan orang kristen yang sejati.
Kesimpulan:
Sekalipun memang ada tingkatan-tingkatan kerohanian (bayi, dewasa, dsb), tetapi Kitab Suci tidak memberikan tembok pemisah antara 2 golongan orang Kristen.
IMAN
I) Macam-macam iman.
1) Historical faith (iman yang bersifat sejarah).
· Orang yang mempunyai iman jenis ini hanya menerima kebenaran tentang Kristus dengan cara yang sama seperti ia menerima fakta-fakta sejarah tentang Napoleon, Hitler, dsb.
· Ini hanya merupakan pengertian intelektual tentang kebenaran, tetapi tidak ada tujuan moral / rohani (tidak ada tujuan supaya bisa dekat pada Tuhan, dosa diampuni, masuk surga, hidup suci, dsb).
· Orang yang mempunyai iman jenis ini tidak mempunyai hubungan pribadi dengan Kristus.
· Iman seperti ini bisa timbul dari tradisi, pendidikan, lingkungan / keluarga kristen.
2) Miraculous faith (iman mujijat).
· Merupakan kepercayaan / keyakinan bahwa Allah akan melakukan mujijat untuk dia / untuk kepentingannya / melalui dirinya (Mat 15:28 Mat 17:20).
· Iman seperti ini bukan iman yang menyelamatkan (saving faith). Iman seperti ini memang bisa disertai oleh saving faith seperti Mat 8:10-13, tetapi bisa juga tidak, seperti dalam Luk 17:11-19 (untuk yang 9 orang kusta).
3) Temporary faith (iman sementara).
· Berbeda dengan historical faith, karena di sini emosi ikut dilibatkan.
Bdk. Matius 13:20-21 - “(20) Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. (21) Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad”.
· Tujuan / motivasi orangnya adalah kesenangan / kenikmatan pribadi, bukan kemuliaan Allah.
· Kadang-kadang, atau bahkan seringkali, iman ini sukar dibedakan dari saving faith / iman yang menyelamatkan.
· Kalau dalam Kitab Suci diceritakan tentang orang-orang yang ‘murtad’ (seolah-olah hilang keselamatannya), seperti misalnya Ibr 6:4-6, maka iman dari orang-orang seperti itu adalah temporary faith (iman sementara).
Ibrani 6:4-6 - “(4) Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, (5) dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, (6) namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghinaNya di muka umum”.
Bandingkan dengan 1Yoh 2:18-19 - “(18) Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. (19) Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita”.
4) True saving faith (iman yang menyelamatkan yang benar).
a) Iman ini harus didahului oleh regeneration (= kelahiran kembali).
· Kitab Suci menggambarkan manusia sebagai mati rohani.
Yoh 10:10b - “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan”.
Yang Yesus maksudkan dengan ‘mereka’ adalah orang-orang yang saat itu masih hidup (secara jasmani). Jadi, pada waktu Yesus mengatakan bahwa Ia datang supaya mereka mempunyai hidup, maksudnya adalah hidup secara rohani. Jadi pada saat itu mereka sedang dalam keadaan mati secara rohani.
Ef 2:1 - “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu”.
· Karena itu, ia tidak akan mau dan tidak akan bisa memberi tanggapan terhadap Firman Tuhan / Injil.
1Kor 2:14 - “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani”.
Yoh 6:44,65 - “(44) Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. ... (65) Lalu Ia berkata: ‘Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.’”.
· Jadi supaya manusia yang mati rohani itu bisa dan mau percaya kepada Yesus, Roh Kudus harus melahirkan dia kembali. Kelahiran kembali merupakan pekerjaan Roh Kudus saja. Jadi di sini kita bisa melihat dengan jelas akan pentingnya doa dalam Pemberitaan Injil. Tanpa doa, Roh Kudus tidak akan bekerja, dan tanpa pekerjaan Roh Kudus, orang yang kita injili itu tidak akan bisa / mau percaya kepada Yesus.
b) Iman merupakan aktivitas manusia.
Memang iman bisa ada karena pekerjaan Roh Kudus dan iman merupakan anugerah Allah.
1Kor 12:3b - “tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: ‘Yesus adalah Tuhan’, selain oleh Roh Kudus”.
Mat 16:15-17 - “(15) Lalu Yesus bertanya kepada mereka: ‘Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?’ (16) Maka jawab Simon Petrus: ‘Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!’ (17) Kata Yesus kepadanya: ‘Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan BapaKu yang di sorga”.
Filipi 1:29 - “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia”.
Tetapi ingat bahwa Allah tidak beriman untuk kita. Kitalah yang beriman!
II) Elemen-elemen iman yang benar.
1) Pikiran.
a) Orang yang beriman itu harus mempunyai pengetahuan / pengertian yang benar tentang Injil / dasar-dasar kekristenan.
Kalau dia tidak pernah mendengar Injil yang benar dan mengertinya, dia tidak mungkin bisa mempunyai iman yang benar.
Ro 10:13-14,17 - “(13) Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14) Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya? ... (17) Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus”.
Matius 13:23 - “Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.’”.
Perhatikan bahwa ayat ini ada dalam kontext perumpamaan tentang seorang penabur yang menabur di 4 golongan tanah. Tanah yang baik ini adalah satu-satunya yang dikatakan ‘mendengar dan mengerti’.
Karena itu, saya tidak bisa menerima penginjilan yang dilakukan terhadap orang-orang yang tidak bisa mengerti seperti:
· Orang gila.
Orang yang betul-betul gila tidak bisa mengerti pembicaraan kita dan karena itu juga tidak mungkin bisa diinjili. Kalau gilanya bisa disembuhkan, barulah dia bisa diinjili.
· Orang yang idiot.
Ini berbeda dengan orang yang bodoh / ber-IQ rendah. Kalau sekedar bodoh, mempunyai IQ rendah, masih bisa diinjili dengan cara yang sederhana (diberi banyak illustrasi). Tetapi orang yang betul-betul idiot, sama sekali tidak bisa diajak bicara, karena mereka tidak bisa mengertinya. Jadi, mereka tidak mungkin bisa diinjili.
· Anak dibawah 3 tahun.
Sekalipun anak usia 3 tahun sudah bisa diajak bicara, tetapi pembicaraan tentang dosa, Allah, penebusan, iman, pertobatan dsb, merupakan hal-hal yang terlalu abstrak baginya untuk bisa dimengerti. Mungkin ada perkecualiannya, yaitu kalau IQ anak itu sangat tinggi sehingga pada usia itu sudah bisa mengerti. Tetapi secara umum tidak mungkin melakukan penginjilan terhadap anak di bawah 3 tahun.
b) Orang yang beriman itu harus percaya / setuju secara intelektual pada apa yang diketahui / dimengerti di atas.
2) Emosi / perasaan.
Tidak cukup kita hanya mengerti dan percaya secara intelektual saja. Perasaan juga harus terlibat. Misalnya: sedih karena dosa (bandingkan dengan Petrus yang menangis setelah menyangkal Yesus), merasakan kasih Allah, merasa sukacita karena penebusan Kristus, merasa yakin akan keselamatan, dsb.
3) Kemauan / kehendak.
Sekalipun pikiran sudah mengerti dan percaya, perasaan sudah terlibat, tetapi kalau kita tidak mau ikut Kristus, kita bukan orang kristen.
Bdk. Mat 19:21-22 - “(21) Kata Yesus kepadanya: ‘Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.’ (22) Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya”.
Seandainya pemuda kaya itu tidak mempercayai kebenaran kata-kata Yesus, maka tidak mungkin ia pergi dengan sedih. Bahwa ia pergi dengan sedih, jelas menunjukkan bahwa sebenarnya ia percaya bahwa kata-kata Yesus itu benar. Tetapi ia lebih mencintai hartanya dari pada hidup kekal itu, dan karena itu ia tetap tidak mau ikut Yesus, dan ia pergi dengan sedih.
Dalam Luk 15:17-20, pertobatan anak bungsu mengandung 3 elemen tersebut di atas.
Lukas 15:17-21 - “(17) Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. (18) Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, (19) aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. (20) Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. (21) Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa”.
Kata ‘menyadari’ dalam ay 17 menunjukkan bahwa elemen pikiran tercakup, dan pemikirannya dalam ay 18-19 jelas menunjukkan bahwa elemen perasaan juga tercakup. Lalu tindakan dan kata-katanya dalam ay 20-21 menunjukkan bahwa elemen kehendak juga ada dalam dirinya.
III) ‘TO BELIEVE’ dan ‘TO TRUST’.
‘To believe’ = percaya.
‘To trust’ = mempercayakan.
Tidak adanya ‘trust’ sebetulnya menunjukkan ‘unbelief’ / ‘ketidak-percayaan’.
Illustrasi: Seorang pemain akrobat di atas air terjun Niagara mengatakan bahwa ia bisa membawa seseorang di atas kereta dorong menyeberangi tambang yang melintasi air terjun. Lalu ia bertanya kepada penonton: ‘Percayakah kamu akan hal itu?’. Penonton serempak menjawab: ‘Percaya!’. Lalu ia berkata kepada salah satu dari mereka: ‘Kamu naik ke atas kereta ini’. Orang itu tersentak, dan ia menolak. Ini menunjukkan bahwa ia tidak ‘trust’ / mempercayakan dirinya kepada si pemain akrobat, dan juga menunjukkan bahwa sebetulnya ia tidak percaya kata-kata si pemain akrobat itu.
Kita baru bisa disebut mempunyai iman yang sejati kalau kita bukan sekedar percaya, tetapi kalau kita mau mempercayakan hidup kita setelah kematian, dan juga segala dosa-dosa kita, kepada Kristus.
IV) Object of Faith (Obyek dari iman).
Obyek dari iman adalah Yesus Kristus sendiri. Jadi, kita harus percaya kepada Kristus.
Ada perbedaan tentang 3 hal di bawah ini:
1) Percaya tentang Kristus (misalnya: tentang kelahiranNya, kematianNya, kebangkitanNya dsb). Ini perlu tetapi tidak cukup!
2) Percaya pada ajaran Kristus (misalnya: tentang mengasihi Allah dan sesama manusia). Ini juga penting tetapi tidak cukup!
3) Percaya kepada diri Kristus sendiri. Kalau ini ada barulah bisa timbul ‘trust’.
V) Iman dan keyakinan keselamatan.
1) Kekristenan bisa memberikan keyakinan keselamatan.
Semua agama lain, dan juga sekte-sekte / aliran-aliran sesat dalam kekristenan, yang mengandalkan perbuatan baiknya untuk selamat, tidak akan bisa mempunyai keyakinan keselamatan. Mengapa? Karena mereka tidak mungkin bisa tahu sebanyak apa perbuatan baik mereka, dan juga sebanyak apa dosa-dosa mereka, dan yang mana yang lebih banyak.
Tetapi kekristenan hanya mengandalkan iman kepada Yesus Kristus untuk selamat. Kita bisa tahu kalau kita beriman, dan karena itu kita bisa mempunyai keyakinan keselamatan.
2) Keyakinan keselamatan harus ada!
Orang yang betul-betul percaya kepada Kristus harus mempunyai keyakinan keselamatan, artinya mereka harus yakin masuk surga pada saat mereka mati.
Ada orang-orang yang berkata bahwa mereka percaya kalau Kristus sudah mati untuk semua dosa-dosa mereka, baik dosa-dosa yang lalu, yang sekarang, maupun yang akan datang, tanpa kecuali. Tetapi anehnya, mereka masih takut-takut bahwa kalau mereka mati akan dihukum Tuhan / masuk neraka. Ini jelas merupakan suatu kontradiksi. Ini menunjukkan bahwa kepercayaannya bahwa Kristus mati untuk semua dosanya, tidak sungguh-sungguh. Kalau mereka memang percaya bahwa Kristus telah mati untuk membayar semua dosa mereka tanpa kecuali, lalu apa / dosa yang mana yang menyebabkan mereka harus dihukum / masuk neraka? ‘Percaya bahwa Kristus mati untuk semua dosanya’ dan ‘tidak yakin masuk surga / masih takut-takut akan masuk neraka’ merupakan 2 hal yang bertentangan, yang tidak bisa ada bersama-sama dalam diri satu orang. Jadi, orang kristen yang sejati, yang betul-betul percaya bahwa Yesus telah membayar semua dosanya, harus yakin bahwa kalau ia mati, ia pasti akan masuk surga.
1Yoh 5:13 - “Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal”.
Kata ‘tahu’ ini menunjukkan suatu keyakinan bahwa ia memiliki hidup kekal.
Roma 8:16 - “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah”.
Calvin: “Paul means, that the Spirit of God gives us such a testimony, that when he is our guide and teacher, our spirit is made assured of the adoption of God; for our mind of its own self, without the preceding testimony of the Spirit, could not convey to us this assurance” (= Paulus memaksudkan bahwa Roh Allah memberi kita kesaksian sedemikian rupa, sehingga pada saat Ia adalah pembimbing dan guru kita, roh kita dibuat yakin tentang pengadopsian Allah; karena pikiran kita sendiri, tanpa kesaksian lebih dulu dari Roh, tidak bisa memberikan keyakinan ini kepada kita) - hal 299.
Memang ayat ini, maupun penafsiran Calvin, tidak berbicara tentang keyakinan keselamatan tetapi keyakinan tentang keberadaan kita sebagai anak-anak Allah. Tetapi kedua hal itu pasti berhubungan. Kalau kita yakin bahwa kita adalah anak-anak Allah, maka kita juga harus yakin bahwa kita akan masuk ke surga pada saat kita mati.
Ada banyak orang yang punya ‘hobby maju ke depan’ pada waktu ada ‘altar call’ (= pemanggilan untuk maju ke depan bagi yang mau percaya / menerima Yesus). Mereka berulang-ulang / selalu maju ke depan untuk menerima Yesus. Itu justru menunjukkan bahwa mereka tidak mempunyai keyakinan keselamatan dan jelas belum sungguh-sungguh percaya.
3) Hanya Calvinisme yang betul-betul memberikan keyakinan keselamatan.
Arminianisme sebetulnya tidak memberikan keyakinan keselamatan, karena Arminianisme mempercayai bahwa keselamatan bisa hilang. Jadi, paling-paling para pengikut Arminianisme bisa yakin bahwa kalau saat ini mereka mati, mereka akan masuk surga. Tetapi kalau mereka mati tahun depan, atau 10 tahun lagi, mereka tidak bisa yakin. Mengapa? Karena mereka beranggapan bahwa mereka bisa saja murtad, lalu terhilang dan masuk neraka.
Saya tidak bisa mengerti bagaimana orang Kristen yang mengerti betapa mengerikannya neraka, bisa mempunyai damai, dan bahkan bisa tidur, dengan kepercayaan seperti ini! Saya tidak ingin saudara mempunyai kepercayaan seperti ini. Saya sendiri adalah seorang Calvinist, yang mempercayai bahwa keselamatan tidak bisa hilang, sehingga saya percaya bahwa kapanpun saya mati, saya pasti masuk surga.
Dasar Kitab Suci bahwa keselamatan tidak bisa hilang:
· Yohanes 6:39 - “Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya kepadaKu jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman”.
· Yohanes 10:27-30 - “(27) Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, (28) dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu. (29) BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. (30) Aku dan Bapa adalah satu.’”.
· Yoh 11:25-26 - “(25) Jawab Yesus: ‘Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, (26) dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?’”.
· Ro 5:8-10 - “(8) Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. (9) Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. (10) Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidupNya!”.
· Ro 8:29-30 - “(29) Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. (30) Dan mereka yang ditentukanNya dari semula, mereka itu juga dipanggilNya. Dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang dibenarkanNya, mereka itu juga dimuliakanNya”.
· Ro 8:38-39 - “(38) Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, (39) atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.
· 1Kor 1:8-9 - “(8) Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus. (9) Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan AnakNya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia”.
· 2Kor 1:21-22 - “(21) Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, (22) memeteraikan tanda milikNya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita”.
· Fil 1:6 - “Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus”.
· 1Pet 1:5 - “Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir”.
· 1Pet 5:10 - “Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaanNya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya”.
· Yudas 24 - “Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaanNya”.
Beberapa serangan terhadap doktrin ini dan jawabannya:
a) Bagaimana dengan orang yang ‘murtad’?
Jawab: Orang yang murtad menunjukkan bahwa ia tidak pernah sungguh-sungguh percaya kepada Kristus.
Yohanes 8:31 - “Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu”.
Kalau seseorang murtad, maka jelas bahwa ia tidak tetap dalam firman. Dan kalau ia tidak tetap dalam firman, menurut kata-kata Yesus di atas ini, ia bukan benar-benar murid Yesus! Hal yang sama ditegaskan oleh 2 text di bawah ini.
1Yohanes 2:18-19 - “(18) Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. (19) Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita”.
2Yoh 9 - “Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak”.
Mat 24:24 - “Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga”.
Kata-kata ‘sekiranya mungkin’ jelas menunjukkan bahwa itu tidak mungkin! Setan menggunakan banyak hal untuk menyesatkan manusia, tetapi kalau orang itu adalah orang pilihan, ia tidak mungkin disesatkan!
b) Mat 7:21-23 menunjukkan adanya orang-orang kristen yang tidak selamat.
Mat 7:21-23 - “(21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.
Jawab:
¨ Mat 7:21-23 tidak menunjuk kepada orang kristen yang sejati, tetapi menunjuk kepada orang kristen KTP, yang belum pernah sungguh-sungguh percaya kepada Kristus. Karena itu, dalam ay 23, Kristus berkata: ‘Aku tidak pernah mengenal kamu’. Seandainya orang itu pernah menjadi orang kristen yang sejati dan lalu murtad, Yesus tidak bisa mengatakan ‘Aku tidak pernah mengenal kamu’. Ia seharusnya mengatakan ‘dulu Aku kenal kamu, tetapi sekarang tidak’!
¨ Disamping itu kalau saudara melihat seluruh kontext, yaitu Mat 7:15-23, maka saudara bisa melihat dengan jelas bahwa dalam seluruh kontext ini Yesus membicarakan nabi-nabi palsu (ay 15), dan karena itu jelas menunjuk pada orang, yang sekalipun mempunyai jabatan tinggi, tetapi adalah orang kristen KTP.
Matius 7:15-23 - “(15) ‘Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. (16) Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? (17) Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. (18) Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. (19) Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. (20) Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. (21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.
c) Bagaimana dengan adanya perintah untuk bertekun sampai mati, seperti dalam Wah 2:10?
Wahyu 2:10 - “Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan”.
Bdk. Matius 24:13 - “Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat”.
Ayat-ayat ini diartikan sebagai berikut oleh orang-orang Arminian: orang-orang yang setia sampai mati / bertahan sampai pada kesudahannya akan menerima mahkota / akan selamat. Jadi, kalau seseorang tidak setia sampai mati / tidak bertahan sampai kesudahannya, ia tidak akan menerima mahkota / tidak akan selamat.
Jawab:
Perintah ini diberikan oleh Allah kepada kita, karena sekalipun Allah berjanji untuk terus ‘memegang’ kita, sehingga keselamatan kita tidak mungkin hilang, tetapi pada saat yang sama, Allah menghendaki kita untuk berusaha. Jaminan bahwa keselamatan tidak bisa hilang, sama sekali tidak boleh dijadikan alasan untuk hidup seenak kita. Kita harus berusaha untuk memelihara keselamatan kita seakan-akan keselamatan itu bisa hilang.
Hal yang sama terjadi pada waktu Allah menjamin untuk mencukupi kebutuhan hidup anak-anakNya (Matius 6:25-34). Ia tetap mengatakan bahwa kita harus rajin bekerja seperti semut (Amsal 6:6-11), dan kalau seseorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan (2Tesalonika 3:10). Jadi di satu sisi Allah memberikan jaminan supaya kita tidak perlu kuatir, tetapi di sisi lain Allah memberikan kita tanggung jawab!
Dalam urusan keselamatan, terjadi hal yang sama. Di satu sisi Allah memberikan jaminan bahwa keselamatan tidak bisa hilang. Tetapi di sisi lain Ia memberikan kita tanggung jawab untuk menjaga / memelihara keselamatan tersebut!
Illustrasi: Bacalah Kis 27:14-44 - “(14) Tetapi tidak berapa lama kemudian turunlah dari arah pulau itu angin badai, yang disebut angin ‘Timur Laut’. (15) Kapal itu dilandanya dan tidak tahan menghadapi angin haluan. Karena itu kami menyerah saja dan membiarkan kapal kami terombang-ambing. (16) Kemudian kami hanyut sampai ke pantai sebuah pulau kecil bernama Kauda, dan di situ dengan susah payah kami dapat menguasai sekoci kapal itu. (17) Dan setelah sekoci itu dinaikkan ke atas kapal, mereka memasang alat-alat penolong dengan meliliti kapal itu dengan tali. Dan karena takut terdampar di beting Sirtis, mereka menurunkan layar dan membiarkan kapal itu terapung-apung saja. (18) Karena kami sangat hebat diombang-ambingkan angin badai, maka pada keesokan harinya mereka mulai membuang muatan kapal ke laut. (19) Dan pada hari yang ketiga mereka membuang alat-alat kapal dengan tangan mereka sendiri. (20) Setelah beberapa hari lamanya baik matahari maupun bintang-bintang tidak kelihatan, dan angin badai yang dahsyat terus-menerus mengancam kami, akhirnya putuslah segala harapan kami untuk dapat menyelamatkan diri kami. (21) Dan karena mereka beberapa lamanya tidak makan, berdirilah Paulus di tengah-tengah mereka dan berkata: ‘Saudara-saudara, jika sekiranya nasihatku dituruti, supaya kita jangan berlayar dari Kreta, kita pasti terpelihara dari kesukaran dan kerugian ini! (22) Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. (23) Karena tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milikNya, berdiri di sisiku, (24) dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau. (25) Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku. (26) Namun kita harus mendamparkan kapal ini di salah satu pulau.’ (27) Malam yang keempat belas sudah tiba dan kami masih tetap terombang-ambing di laut Adria. Tetapi kira-kira tengah malam anak-anak kapal merasa, bahwa mereka telah dekat daratan. (28) Lalu mereka mengulurkan batu duga, dan ternyata air di situ dua puluh depa dalamnya. Setelah maju sedikit mereka menduga lagi dan ternyata lima belas depa. (29) Dan karena takut, bahwa kami akan terkandas di salah satu batu karang, mereka membuang empat sauh di buritan, dan kami sangat berharap mudah-mudahan hari lekas siang. (30) Akan tetapi anak-anak kapal berusaha untuk melarikan diri dari kapal. Mereka menurunkan sekoci, dan berbuat seolah-olah mereka hendak melabuhkan beberapa sauh di haluan. (31) Karena itu Paulus berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya: ‘Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat.’ (32) Lalu prajurit-prajurit itu memotong tali sekoci dan membiarkannya hanyut. (33) Ketika hari menjelang siang, Paulus mengajak semua orang untuk makan, katanya: ‘Sudah empat belas hari lamanya kamu menanti-nanti saja, menahan lapar dan tidak makan apa-apa. (34) Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu. Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya.’ (35) Sesudah berkata demikian, ia mengambil roti, mengucap syukur kepada Allah di hadapan semua mereka, memecah-mecahkannya, lalu mulai makan. (36) Maka kuatlah hati semua orang itu, dan merekapun makan juga. (37) Jumlah kami semua yang di kapal itu dua ratus tujuh puluh enam jiwa. (38) Setelah makan kenyang, mereka membuang muatan gandum ke laut untuk meringankan kapal itu. (39) Dan ketika hari mulai siang, mereka melihat suatu teluk yang rata pantainya. Walaupun mereka tidak mengenal daratan itu, mereka memutuskan untuk sedapat mungkin mendamparkan kapal itu ke situ. (40) Mereka melepaskan tali-tali sauh, lalu meninggalkan sauh-sauh itu di dasar laut. Sementara itu mereka mengulurkan tali-tali kemudi, memasang layar topang, supaya angin meniup kapal itu menuju pantai. (41) Tetapi mereka melanggar busung pasir, dan terkandaslah kapal itu. Haluannya terpancang dan tidak dapat bergerak dan buritannya hancur dipukul oleh gelombang yang hebat. (42) Pada waktu itu prajurit-prajurit bermaksud untuk membunuh tahanan-tahanan, supaya jangan ada seorangpun yang melarikan diri dengan berenang. (43) Tetapi perwira itu ingin menyelamatkan Paulus. Karena itu ia menggagalkan maksud mereka, dan memerintahkan, supaya orang-orang yang pandai berenang lebih dahulu terjun ke laut dan naik ke darat, (44) dan supaya orang-orang lain menyusul dengan mempergunakan papan atau pecahan-pecahan kapal. Demikianlah mereka semua selamat naik ke darat”.
Dalam ay 22-25 (perhatikan bagian yang saya garis-bawahi) terlihat adanya jaminan bahwa mereka semua pasti selamat. Tetapi dalam ay 26,31,34a (perhatikan bagian yang saya cetak miring) Paulus tetap memberikan hal-hal tertentu yang harus mereka lakukan supaya selamat. Lalu dalam ay 34b (perhatikan bagian yang saya garis-bawahi) ia lagi-lagi memberikan jaminan bahwa mereka semua pasti selamat.
Apakah Paulus mengatakan hal-hal yang saling bertentangan? Tidak! Semua ini menunjukkan bahwa sekalipun ada jaminan keselamatan dari Allah, tetapi hal ini tidak membuang tanggung jawab mereka untuk melakukan hal yang terbaik bagi keselamatan mereka.
Memang cerita dalam Kis 27 ini berurusan dengan keselamatan jasmani. Tetapi dalam urusan keselamatan rohani berlaku hal yang sama. Allah menjamin bahwa keselamatan tidak bisa hilang. Tetapi ini tidak membuang tanggung jawab kita untuk melakukan hal yang terbaik demi keselamatan kita!
Catatan: serangan-serangan dari pihak Arminianisme yang saya bahas di sini hanyalah serangan-serangan yang paling umum saja. Masih ada serangan-serangan lain yang tidak saya bahas di sini. Kalau saudara ingin mempelajari tentang hal ini dengan lebih mendalam / terperinci, bacalah buku saya yang berjudul ‘keselamatan tidak bisa hilang’.
4) ‘Yakin masuk surga’ bukan merupakan suatu kesombongan!
Kita harus membedakan antara ‘kesombongan’ dan ‘keyakinan’. Kalau kita yakin bahwa kekristenan itu yang paling benar, atau bahwa Kitab Suci kita adalah satu-satunya Kitab Suci yang benar, atau bahwa kalau mati kita pasti masuk surga, maka itu merupakan suatu keyakinan, bukan suatu kesombongan.
Disamping itu, kita yakin masuk surga, bukan karena kita merasa hidup kita baik, tetapi karena kita yakin bahwa semua dosa kita telah ditebus / dibayar oleh Kristus. Kalau kita yakin masuk surga berdasarkan kesalehan kita sendiri, maka itu memang merupakan kesombongan. Tetapi kalau kita yakin masuk surga karena percaya pada penebusan Kristus, maka itu jelas bukan merupakan kesombongan.
Karena itu, pada saat saudara menyatakan keyakinan bahwa kalau saudara mati saudara pasti masuk surga, tambahilah pernyataan itu dengan kata-kata seperti ini: “Tetapi saya yakin masuk surga bukan karena saya merasa diri saya baik. Saya bukan orang baik. Saya adalah orang yang berdosa, bahkan sangat berdosa. Tetapi saya tetap yakin bahwa kalau saya mati, saya pasti masuk surga, karena saya percaya bahwa semua dosa saya sudah dibayar oleh Kristus, sehingga tidak ada yang harus saya bayar sendiri”.
Apendix Pembahasan YAK 2:14-26
Yakobus 2:14-26 - “(14) Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? (15) Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, (16) dan seorang dari antara kamu berkata: ‘Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!’, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? (17) Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. (18) Tetapi mungkin ada orang berkata: ‘Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan’, aku akan menjawab dia: ‘Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.’ (19) Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar. (20) Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? (21) Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? (22) Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. (23) Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’ (24) Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman. (25) Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain? (26) Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati”.
I) ‘Pertentangan’ antara Yakobus dengan Paulus.
Kalau kita sudah pernah membaca surat-surat Paulus, maka kita akan melihat bahwa kelihatannya bagian surat Yakobus ini (khususnya yang saya garis-bawahi) bertentangan dengan banyak bagian surat-surat Paulus.
Contoh:
· Roma 3:28 kelihatannya bertentangan dengan Yakobus 2:24.
Ro 3:28 - “Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”.
Yak 2:24 - “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman”.
· Roma 4:1-3 dan Gal 3:6 kelihatannya bertentangan dengan Yakobus 2:21.
Roma 4:1-3 - “(1) Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita? (2) Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah. (3) Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? ‘Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’”.
Galatia 3:6 - “Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran”.
Yak 2:21 - “Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?”.
Ada beberapa hal yang perlu dimengerti untuk bisa memperdamaikan / mengharmoniskan Paulus dan Yakobus:
1) Jangan cepat-cepat menilai bahwa dalam Yak 2:14-26 ini Yakobus mengajarkan keselamatan / pembenaran karena perbuatan baik, atau keselamatan / pembenaran karena iman + perbuatan baik.
Coba perhatikan bagian-bagian ini:
a) Yak 2:21,25 - “ (21) Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? ... (25) Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain?”.
Dari bagian ini kelihatannya Yakobus mengajarkan keselamatan / pembenaran karena perbuatan baik.
b) Yak 2:22,24 - “(22) Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. ... (24) Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman”.
Dari bagian ini kelihatannya Yakobus mengajarkan keselamatan / pembenaran karena iman + perbuatan baik.
c) Yakobus 2:23 - “Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’”.
Dari bagian ini kelihatannya Yakobus mengajarkan keselamatan / pembenaran karena iman. Di sini, sama seperti Paulus dalam Ro 4:3 dan Gal 3:6, ia mengutip Kej 15:6, yang menunjukkan bahwa Abraham diselamatkan / dibenarkan oleh iman.
Juga, kalau dalam ay 21 kelihatannya ia mengajarkan bahwa Abraham diselamatkan / dibenarkan karena perbuatan baiknya (yaitu mempersembahkan Ishak), maka di sini Yakobus menyatakan berdasarkan Kej 15:6 bahwa Abraham diselamatkan / dibenarkan karena iman.
Sekarang, bandingkan ketiga bagian di atas ini. Apakah Yakobus begitu bodoh sehingga bertentangan dengan dirinya sendiri, dengan mengajarkan 3 macam ajaran yang berbeda / saling bertentangan dalam satu text?
Hal ini harus kita renungkan dan pertimbangkan sebelum kita terlalu cepat menyimpulkan bahwa Yakobus mengajarkan keselamatan karena perbuatan baik, atau keselamatan karena iman + perbuatan baik.
2) Adanya perbedaan tujuan antara Paulus dan Yakobus.
a) Paulus menuliskan suratnya untuk orang-orang yang terpengaruh oleh Yudaisme / ajaran Yahudi yang menekankan keselamatan karena perbuatan baik (bdk. Kis 15:1-2). Karena itu Paulus justru menekankan habis-habisan bahwa hanya iman, dan bukan perbuatan baik, yang menyebabkan kita diselamatkan (Ro 3:27-28 Gal 2:16,21 Gal 3:9,11 Efesus 2:8-9 Fil 3:8b-9).
Catatan: karena itu hati-hati dengan orang yang menganggap bahwa kekristenan itu tidak terpisahkan dari Yudaisme, atau bahwa Yudaisme adalah landasan kekristenan. Ini salah sama sekali!
b) Tetapi Yakobus menulis kepada orang-orang yang sekalipun mengaku sebagai orang kristen, tetapi hidupnya sama sekali tidak mirip hidup kristen. Karena itu ia justru menekankan pentingnya perbuatan baik sebagai bukti dari iman yang sejati (Yak 2:14-26).
3) Adanya perbedaan penggunaan istilah.
Artinya, sekalipun mereka berdua menggunakan istilah-istilah yang sama, tetapi artinya berbeda.
a) Istilah ‘pekerjaan / perbuatan baik’.
Kalau Paulus menggunakan istilah ‘perbuatan baik’ ini maka ia memaksudkan ‘perbuatan baik yang digunakan untuk menyelamatkan diri kita’. Karena itu maka ia berkata bahwa perbuatan baik tidak diperlukan (yang menyebabkan kita selamat hanyalah iman!).
Tetapi kalau Yakobus menggunakan istilah ‘perbuatan baik’ ini, ia memaksudkan ‘perbuatan baik akibat / hasil / bukti dari keselamatan’. Karena itu ia mengatakan bahwa perbuatan baik harus ada dalam diri orang kristen.
b) Istilah ‘iman’.
Kalau Paulus menggunakan istilah ini, maka ia menunjuk pada ‘iman kepada Yesus Kristus’.
Tetapi kalau Yakobus menggunakan istilah ini, maka ia memaksudkan ‘pengakuan iman dengan mulut’ (bdk. ay 14 - ‘seorang mengatakan bahwa ia mempunyai iman’).
Catatan: saya berpendapat bahwa istilah ‘percaya’ yang digunakan oleh Yakobus dalam ay 23 harus dikecualikan, karena dalam ay 23 itu ia mengutip Kejadian 15:6. Jadi, kata ‘percaya’ dalam ay 23 / Kej 15:6 betul-betul menunjuk pada ‘iman’ (sama seperti arti yang digunakan oleh Paulus).
c) Istilah ‘dibenarkan’.
Kalau Paulus menggunakan istilah ini, maka artinya adalah ‘orangnya dibenarkan / dianggap benar oleh Allah’.
Tetapi kalau Yakobus memakai istilah ini, maka maksudnya adalah ‘pengakuan orang itu yang dibenarkan’ (artinya: pengakuannya bahwa ia adalah orang percaya merupakan pengakuan yang benar / tidak dusta).
Catatan:
· kita harus membedakan arti dari istilah-istilah ini, karena kalau tidak, maka kita akan betul-betul mendapatkan kontradiksi yang tidak terhamoniskan antara Yakobus dan Paulus.
· Kalau saudara mau mengerti Yakobus 2:14-26 ini dengan benar, maka adalah sesuatu yang mutlak penting bagi saudara untuk mengingat dengan baik cara Yakobus menggunakan istilah-istilah di atas!
Kesimpulan: Dalam Yak 2:14-26 ini Yakobus mempunyai satu tujuan pengajaran, yaitu bahwa pengakuan percaya tidak boleh / tidak bisa dipisahkan dari perbuatan baik. Sebaliknya pengakuan percaya harus dibuktikan kebenarannya melalui perbuatan baik. Mengapa ia menuliskan bagian ini?
Ada 2 kemungkinan:
1. Mungkin ia menuliskan bagian ini untuk memberi keseimbangan terhadap doktrin salvation by faith (= keselamatan oleh iman) yang diajarkan oleh Paulus.
2. Kemungkinan yang lain adalah: ia menuliskan ini untuk memberi keseimbangan terhadap tulisannya sendiri tentang ‘hukum yang memerdekakan’ dalam Yak 1:25 2:12.
Yakobus 1:25 - “Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya”.
Yakobus 2:12 - “Berkatalah dan berlakulah seperti orang-orang yang akan dihakimi oleh hukum yang memerdekakan orang”.
Dengan demikian secara keseluruhan ia mengajarkan bahwa sekalipun orang kristen sudah dimerdekakan dari dosa oleh iman kepada Kristus, itu tidak boleh diartikan bahwa orang kristen lalu merdeka untuk berbuat dosa!
II) Iman / pengakuan tanpa perbuatan.
1) Yakobus berkata bahwa ‘iman / pengakuan percaya tanpa perbuatan’ tidak menyelamatkan (ay 14).
Untuk ini ia memberikan suatu illustrasi dalam ay 15-16: “(15) Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, (16) dan seorang dari antara kamu berkata: ‘Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!’, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?”.
Ini menunjukkan orang yang hanya ngomong tok tetapi tidak melakukan apa-apa. Ini sama sekali tidak ada gunanya. Demikian juga dengan orang yang cuma mengaku percaya (ngomong tok), tetapi tidak mempunyai perbuatan baik. Itu tidak ada gunanya dan tidak bisa menyelamatkan siapapun.
2) Yakobus juga berkata bahwa iman seperti itu adalah mati / kosong (ay 17,20,26).
Ini tidak berarti bahwa mula-mula imannya ada / hidup, lalu menjadi mati. Artinya adalah bahwa pengakuan orang itu adalah pengakuan yang kosong, dan ini jelas menunjukkan bahwa orang itu sebetulnya sama sekali tidak mempunyai iman! Karena itu imannya tidak bisa ditunjukkan.
Ay 18: “Tetapi mungkin ada orang berkata: ‘Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan’, aku akan menjawab dia: ‘Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.’”.
Dalam ay 18 ini Yakobus membandingkan 2 orang:
a) Orang yang pertama (yaitu Yakobus sendiri) mempunyai iman dan perbuatan.
Kata-kata ‘padaku ada perbuatan’ (ay 18a) tidak boleh diartikan seakan-akan ia hanya mempunyai perbuatan tetapi tidak mempunyai iman, karena ini adalah suatu keadaan yang tidak mungkin terjadi, dan juga ini bertentangan dengan ay 18b yang mengatakan ‘aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku’.
b) Orang yang kedua hanya mempunyai iman / pengakuan percaya dalam mulut. Orang ini tidak bisa menunjukkan imannya, karena memang tidak ada!
3) Yakobus menyamakan iman seperti itu dengan ‘imannya setan’ (ay 19)!
Ay 19: “Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar”.
Kepercayaan terhadap adanya satu Allah adalah kepercayaan yang benar. Tetapi bagi setan, kepercayaannya akan adanya satu Allah itu sama sekali tidak menghasilkan hidup yang benar! (Catatan: kepercayaan itu hanya menyebabkan ia gemetar! Ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang benar tentang Allah, kalau tidak disertai dengan penebusan, hanya menghasilkan rasa takut!).
Jadi jelas bahwa orang yang mengaku beriman, tetapi tidak bisa membuktikan imannya dengan perbuatan baik, tidak berbeda dengan setan!
Kesimpulan dari 3 hal di atas:
Kalau seseorang mengaku percaya, tetapi sama sekali tidak ada perbuatan baik dalam hidupnya, maka ia sebetulnya bukan orang kristen!
BACA JUGA: TIGA TANDA SEORANG KRISTEN SEJATI
Perhatikan cara Yakobus menyebut orang itu! Ia tidak pernah menyebutnya sebagai ‘saudara’, tetapi ia menyebutnya:
‘seorang’ (ay 14).
‘orang’ (ay 18).
‘manusia’ (ay 20).
Perhatikan juga bagaimana Yakobus menyebut iman orang itu. Ia menyebutnya sebagai:
¨ ‘iman itu’ (ay 14b). NIV: ‘such faith’ (= iman seperti itu).
¨ ‘iman yang mati’ (ay 17,26).
¨ ‘iman yang kosong’ (ay 20).
Dan ia juga menyamakan iman seperti itu dengan imannya setan (ay 19)!
Penerapan: Kalau saudara mengaku sebagai orang Kristen / orang percaya, maka renungkan hal-hal ini: Apakah ada perubahan hidup ke arah yang positif dalam diri saudara? Apakah saudara berusaha untuk bisa hidup lebih suci? Apakah saudara membenci dosa dan berusaha membuangnya dari hidup saudara?
John Owen: “I do not understand how a man can be a true believer unto whom sin is not the greatest burden, sorrow and trouble” (= Saya tidak mengerti bagaimana seseorang bisa merupakan orang kristen yang sejati, kalau bagi dia dosa bukanlah beban, kesedihan dan kesukaran yang terbesar).
III) Orang yang membuktikan iman dengan perbuatan baik.
1) Abraham (ay 21-24).
a) Ay 21: “Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?”.
Ini tidak boleh diartikan seakan-akan Abraham dibenarkan karena perbuatannya yaitu pada waktu ia mempersembahkan Ishak.
Alasannya:
1. Abraham dibenarkan karena imannya.
Ini terlihat dari kata-kata Yakobus dalam ay 23: “Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’”.
Di sini Yakobus mengutip Kejadian 15:6 - “Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran” - yang menunjukkan bahwa Abraham dibenarkan karena iman.
Dan ada satu hal yang sangat perlu diperhatikan, yaitu: pembenaran karena iman terhadap Abraham yang terjadi dalam Kej 15:6 ini, terjadi lebih kurang 30 tahun sebelum ia mempersembahkan Ishak (Kej 22).
2. Tindakan Abraham mempersembahkan Ishak itu dikatakan sebagai bukti iman Abraham.
Ibrani 11:17-19 - “(17) Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, (18) walaupun kepadanya telah dikatakan: ‘Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu.’ (19) Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali”.
Ini jelas menunjukkan bahwa imannya ada lebih dulu dan baru setelah itu ia mempersembahkan Ishak.
Jadi, arti ay 21 ini adalah: tindakan Abraham mempersembahkan Ishak itu adalah perbuatan baik yang membuktikan iman Abraham / membenarkan pengakuan Abraham bahwa ia adalah orang beriman.
b) Ay 22: “Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna”.
Iman / pengakuan saja tidaklah cukup. Pengakuan iman + perbuatan baik barulah sempurna, artinya: ini adalah iman yang sempurna, atau iman yang sungguh-sungguh, atau iman yang sejati.
c) Ay 23: “Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’”.
Kata-kata ‘genaplah nas yang mengatakan’ artinya adalah: dengan adanya persembahan Ishak itu kelihatanlah bahwa Kej 15:6 adalah benar.
d) Ay 24: “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman”.
Kata-kata ‘manusia dibenarkan’ artinya: manusia dibenarkan pengakuannya, atau tidak dianggap munafik. Kalau hanya mempunyai pengakuan di mulut saja, tanpa adanya perbuatan baik, maka itu tidak ada artinya sama sekali.
2) Rahab (ay 25).
Ay 25: “Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain?”.
Sekarang Yakobus mengambil orang yang sangat kontras dengan Abraham. Kontras itu terlihat dari fakta-fakta ini:
· Abraham adalah seorang laki-laki; Rahab adalah seorang perempuan.
· Abraham adalah nenek moyang bangsa Israel; Rahab adalah orang kafir.
· Abraham adalah orang yang terhormat; Rahab adalah seorang pelacur!
Mengapa Yakobus mengambil contoh orang seperti Rahab, yang begitu kontras dengan Abraham? Karena kalau contohnya hanya orang seperti Abraham maka mungkin orang akan berkata: ‘Itu kan Abraham, dia orang luar biasa. Saya tidak bisa seperti dia’. Supaya orang tidak bisa berkata seperti ini, Yakobus mengambil contoh Rahab. Rahab adalah orang kafir, dan terlebih lagi dia adalah seorang pelacur! Tetapi setelah bertobat, ia termasuk orang yang membuktikan imannya dengan perbuatan baik (bdk. Yosua 2:1-7).
Memang perbuatan baik Rahab tidak sempurna, karena mengandung dusta / dosa. Tetapi harus diingat hal-hal ini:
¨ Ia adalah orang kafir, yang sama sekali tidak mempunyai pengertian Firman Tuhan.
¨ Ia adalah seorang pelacur.
¨ Ia adalah seorang petobat baru, sehingga sukar diharapkan bisa melakukan perbuatan baik yang sempurna.
¨ Perbuatan baiknya saat itu, dimana ia menyembunyikan mata-mata Israel terhadap tentara Yerikho, mempunyai resiko tinggi.
¨ tidak ada perbuatan baik orang Kristen manapun yang sempurna!
Jadi, sekalipun perbuatan baiknya mengandung dusta / dosa, itu tetap dianggap sebagai perbuatan baik yang membuktikan imannya!
Dengan adanya contoh Rahab ini terlihat dengan jelas, bahwa siapapun orang yang beriman itu, kalau ia memang betul-betul beriman, ia pasti melakukan perbuatan-perbuatan baik sebagai buah / bukti imannya.
Penutup.
Apakah iman saudara sudah terbukti dengan adanya perbuatan-perbuatan baik? Kalau sudah, puji Tuhan, saudara adalah orang kristen sejati. Teruslah berusaha untuk menyucikan diri saudara. Kalau belum, sadarilah bahwa saudara sebetulnya bukan orang kristen, dan saudara belum diselamatkan. Karena itu datanglah kepada Kristus dan bertobatlah!
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Daftar isi
Mengapa kita harus memberitakan Injil?............................................. 1
I) Karena Tuhan memerintahkannya........................................................................................ 1
II) Karena Tuhan mau memakai kita sebagai alatNya, dan itu merupakan kehormatan bagi kita.. 3
III) Yesus dan rasul-rasul juga memberitakan Injil.................................................................... 6
IV) Karena hidup ini adalah perang......................................................................................... 7
V) Supaya Injil bisa tersebar dengan cepat............................................................................... 7
VI) Supaya manusia berdosa mendapat jalan untuk bebas dari hukuman Allah......................... 11
VII) Karena Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga............................................................ 14
VIII) Karena Injil bisa memperbaiki kehidupan manusia......................................................... 15
IX) Karena rasa takut untuk memberitakan Injil datang dari setan........................................... 16
X) Karena akan datang waktunya dimana kita tidak lagi bisa memberitakan Injil..................... 16
Yesus: satu-satunya jalan ke surga........................................................ 18
I) Yesus hanyalah salah satu jalan ke surga?.......................................................................... 18
II) Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga........................................................................... 18
1) Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga................ 18
2) Orang yang tidak percaya kepada Yesus akan masuk ke neraka...................................... 19
3) Allah berulang kali hanya memberikan 1 jalan untuk bebas dari hukuman....................... 20
a) Bahtera Nuh............................................................................................................ 20
b) Darah pada ambang pintu......................................................................................... 20
c) Ular tembaga........................................................................................................... 20
4) Sikap kita kepada Yesus merupakan sikap kita terhadap Allah / Bapa............................. 21
5) Yesus adalah Allah sendiri........................................................................................... 21
6) Semua manusia berdosa dan butuh Juruselamat............................................................. 22
7) Penderitaan Yesus luar biasa hebatnya.......................................................................... 22
8) Mat 28:19-20 menunjukkan bahwa:.............................................................................. 26
a) Yesus memang adalah satu-satunya jalan ke surga...................................................... 26
b) Orang yang tak pernah mendengar Injil akan masuk neraka........................................ 26
III) Konsekwensi dari doktrin / ajaran ini............................................................................... 30
1) Kita sendiri harus percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan............. 30
2) Kita harus usahakan supaya orang lain percaya kepada Yesus........................................ 30
3) Orang tua kristen harus mengarahkan anak-anaknya kepada Yesus................................ 30
4) Menganggap Yesus sebagai salah satu jalan ke surga = tak percaya Kitab Suci............... 31
5) ‘Hamba Tuhan’ yang tak percaya hal ini adalah nabi palsu............................................ 31
6) Mengatakan orang yang tak percaya Yesus masuk neraka, bukanlah menghakimi........... 31
7) Percaya / menyatakan Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga bukan sikap egois........ 31
8) ‘Rendah hati’ yang tegar tengkuk................................................................................. 31
9) ‘Moga-moga Tuhan menyediakan jalan selamat bagi orang yang mati tanpa Kristus’...... 31
10) Jangan mendukung:
a) Gereja yang tak percaya Yesus sebagai satu-satunya jalan......................................... 32
b) Gereja yang tak lagi memberitakan Injil................................................................... 32
c) Gereja yang memberitakan Injil yang sudah diselewengkan, seperti:
1. Social Gospel (= Injil sosial)................................................................................ 32
2. Yesus ditekankan sebagai dokter, pelaku mujijat, pemberi berkat........................... 32
SYARAT-SYARAT PENGINJIL PRIBADI YANG BAIK........................................ 33
1) Sudah percaya Yesus dan yakin akan keselamatannya........................................................ 33
2) Yakin akan kebenaran Firman Tuhan / Injil........................................................................ 33
3) Yakin bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga....................................................... 35
4) Mengasihi Tuhan dan sesama manusia.............................................................................. 36
5) Sadar dan percaya bahwa pertobatan adalah hasil pekerjaan Tuhan...................................... 37
a) Banyak berdoa.............................................................................................................. 37
b) Menggunakan Firman Tuhan pada waktu memberitakan Injil.......................................... 37
c) Taat pada Firman Tuhan................................................................................................ 38
6) Mau belajar cara-cara PI dan selalu berusaha meningkatkan kemampuannya dalam PI ......... 38
7) Rindu Firman Tuhan dan selalu mengisi diri dengan Firman Tuhan..................................... 39
8) Mempunyai teladan hidup yang baik................................................................................. 39
9) Menyesuaikan diri dengan orang yang diinjili.................................................................... 40
10) Menggunakan lidah hanya untuk kemuliaan Tuhan........................................................... 41
11) Menggunakan bahasa / istilah yang bisa dimengerti oleh orang yang diinjili....................... 41
12) Tekun / giat dalam memberitakan Injil............................................................................. 42
Cara memberitakan Injil................................................................................. 44
Tujuan pemberitaan Injil....................................................................................................... 44
Memulai pemberitaan Injil.................................................................................................... 44
Contoh-contoh bagaimana membelokkan pembicaraan menuju hal-hal rohani.......................... 44
I) Tentang dosa.................................................................................................................... 46
1) Tujuan kita bukanlah untuk menghakimi dia.................................................................. 46
2) Tujuan kita adalah menyadarkan bahwa dia adalah manusia yang sangat berdosa............. 46
3) Ayat-ayat untuk menyadarkannya bahwa ia adalah orang yang berdosa............................ 46
a) Untuk orang yang tidak mau menerima otoritas Kitab Suci kita.................................... 46
b) Untuk orang-orang dalam kalangan Kristen................................................................ 47
1. Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa semua manusia adalah manusia berdosa........... 47
2. Ayat-ayat yang bisa digunakan untuk menyadarkan dia dari dosa-dosa tertentu......... 47
4) Ayat-ayat untuk menyadarkan dia bahwa ia adalah orang yang sangat berdosa:................ 48
a) Mat 22:37-39............................................................................................................ 48
b) Yes 64:6................................................................................................................... 48
c) Kej 6:5..................................................................................................................... 48
d) Ro 6:20.................................................................................................................... 48
5) Kebijaksanaan dalam menekankan atau tidak menekankan point tentang dosa ini............. 48
II) Tentang hukuman dosa.................................................................................................... 49
1) Penderitaan................................................................................................................. 49
2) Neraka / hukuman kekal............................................................................................... 49
III) Salib Kristus.................................................................................................................. 51
1) Salib Kristus ada karena adanya kasih Allah................................................................. 51
2) Penjelasan tentang istilah ‘penebusan / menebus’.......................................................... 52
3) Pentingnya menggunakan illustrasi dalam bagian ini..................................................... 52
4) Ayat-ayat yang bisa digunakan.................................................................................... 52
IV) Percaya / menerima Kristus sebagai Juruselamat.............................................................. 53
1) Ayat-ayat yang bisa digunakan.................................................................................... 54
2) Apa / siapa yang harus dipercaya?............................................................................... 54
a) Percaya tentang Yesus............................................................................................. 54
b) Percaya kepada Yesus............................................................................................. 58
3) Kita diselamatkan karena iman saja............................................................................. 58
a) Perbuatan baik tidak bisa menyelamatkan kita........................................................... 59
1. Karena manusia di luar Kristus itu sama sekali tidak bisa berbuat baik.................... 59
2. Firman Tuhan beri gambaran menjijikkan tentang kehidupan manusia.................... 60
a. Kesalehan manusia digambarkan seperti kain kotor............................................ 60
b. Dosa / kejahatan manusia digambarkan seperti cemar kain................................. 60
Mengapa Kitab Suci menceritakan tentang orang yang saleh, tak bercacat?............. 61
3. Perbuatan baik tidak bisa menghapuskan dosa....................................................... 61
b) Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa keselamatan itu hanya karena iman.................... 62
c) Penjelasan ayat-ayat yang menunjukkan kita diselamatkan karena perbuatan baik....... 65
1. Dilarang menafsirkan ayat Kitab Suci sehingga salng bertentangan......................... 66
2. Orang di luar Kristus sama sekali tidak bisa berbuat baik....................................... 66
3. Hanya orang kristen yang sejati yang bisa berbuat baik.......................................... 67
4. Mengapa ayat tertentu menunjukkan keselamatan karena perbuatan baik................. 67
d) Penjelasan tentang text sukar Yak 2:14-26................................................................ 67
Jangan mengganti ‘keselamatan oleh iman’ dengan ‘keselamatan oleh perbuatan baik’.... 67
4) Ajak untuk mengundang Yesus / menyatakan iman kepada Yesus................................. 67
V) Pertobatan dari dosa / menerima Yesus sebagai Tuhan....................................................... 68
Hubungan iman, perbuatan baik, dan keselamatan............................................................. 69
Mengatasi penolakan terhadap Injil..................................................... 70
1) Banyak orang kristen yang hidupnya jahat......................................................................... 70
2) Hidup saudara juga buruk................................................................................................. 71
3) Banyak orang yang lebih banyak dosanya dari dia.............................................................. 72
4) Ia merasa dirinya cukup baik............................................................................................. 72
5) Ia merasa dirinya terlalu jahat........................................................................................... 74
6) Ia merasa hatinya terlalu keras.......................................................................................... 76
7) Ia menganggap yang penting ia tidak memusuhi Tuhan Yesus............................................ 77
8) Ia menganggap jalan keselamatan seperti itu terlalu mudah................................................. 79
9) Ia mau menunda untuk percaya / ikut Tuhan Yesus............................................................ 80
10) Ia berpendapat bahwa Allah itu kasih............................................................................... 88
11) Ia berpendapat bahwa Allah itu kejam............................................................................. 88
12) Ia takut diejek / dianiaya................................................................................................. 89
13) Ia pernah bersumpah untuk tidak menjadi orang kristen.................................................... 91
14) Tuhan sudah menentukan orang yang akan masuk neraka / surga...................................... 91
15) Ia percaya adanya reinkarnasi.......................................................................................... 92
ORANG KRISTEN DUNIAWI...................................................................................... 93
I) Scoffield Reference Bible dan traktat “4 Hukum Rohani”.................................................... 93
1) Orang non Kristen......................................................................................................... 93
2) Orang Kristen duniawi................................................................................................... 93
3) Orang Kristen rohani..................................................................................................... 93
II) Kesalahan dari ajaran tersebut di atas................................................................................ 94
1) Penafsiran yang salah dari 1Kor 3.................................................................................. 94
2) Ajaran itu memisahkan pengampunan dosa dan hidup / hati yang diperbaharui................. 96
3) Ajaran itu tidak membedakan ‘iman sejati’ dan ‘iman palsu’........................................... 99
4) Ajaran itu meremehkan pertobatan / dosa....................................................................... 99
5) Ajaran itu memisahkan penerimaan Yesus sebagai Juruselamat dan sebagai Tuhan......... 100
IMAN.............................................................................................................................. 102
I) Macam-macam iman....................................................................................................... 102
1) Historical faith (iman yang bersifat sejarah).................................................................. 102
2) Miraculous faith (iman mujijat).................................................................................... 102
3) Temporary faith (iman sementara)................................................................................ 102
4) True saving faith (iman yang menyelamatkan yang benar)............................................. 103
II) Elemen-elemen iman yang benar.................................................................................... 104
1) Pikiran....................................................................................................................... 104
a) Harus punya pengertian yang benar tentang Injil....................................................... 104
b) Harus percaya / setuju secara intelektual................................................................... 105
2) Emosi / perasaan........................................................................................................ 105
3) Kemauan / kehendak................................................................................................... 105
III) ‘TO BELIEVE’ dan ‘TO TRUST’................................................................................. 106
IV) Object of Faith (Obyek dari iman)................................................................................. 107
V) Iman dan keyakinan keselamatan.................................................................................... 107
1) Kekristenan bisa memberikan keyakinan keselamatan.................................................. 107
2) Keyakinan keselamatan harus ada!.............................................................................. 107
3) Hanya Calvinisme yang betul-betul memberikan keyakinan keselamatan...................... 108
Dasar Kitab Suci bahwa keselamatan tidak bisa hilang................................................. 109
Beberapa serangan terhadap doktrin ini dan jawabannya:.............................................. 110
a) Bagaimana dengan orang yang ‘murtad’?................................................................ 110
b) Mat 7:21-23 menunjukkan adanya orang-orang kristen yang tidak selamat................ 111
c) Bagaimana dengan perintah untuk bertekun sampai mati, seperti dalam Wah 2:10?.... 112
4) Yakin masuk surga bukan merupakan suatu kesombongan!.......................................... 115
Apendix: Pembahasan YAK 2:14-26................................................................. 116
I) ‘Pertentangan’ antara Yakobus dengan Paulus.................................................................. 116
1) Jangan terlalu cepat menilai Yakobus.......................................................................... 117
2) Adanya perbedaan tujuan antara Paulus dan Yakobus................................................... 118
3) Adanya perbedaan penggunaan istilah.......................................................................... 118
II) Iman / pengakuan tanpa perbuatan.................................................................................. 120
1) Yakobus berkata bahwa ‘iman tanpa perbuatan’ tidak menyelamatkan (ay 14)............... 120
2) Yakobus berkata bahwa iman seperti itu adalah mati / kosong (ay 17,20,26).................. 120
3) Yakobus menyamakan iman seperti itu dengan ‘imannya setan’ (ay 19)!....................... 120
III) Orang yang membuktikan iman dengan perbuatan baik................................................... 121
1) Abraham (ay 21-24).................................................................................................. 121
2) Rahab (ay 25)........................................................................................................... 123