BUKU TORONTO BLESSING (APA, SIKAP, DASAR DAN SERANGAN)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
I) Apakah Toronto Blessing itu?

Apa yang disebut dengan Toronto Blessing (= Berkat Toronto) itu mulai terjadi di suatu gereja kecil di Toronto, Kanada. Gereja ini tergabung dalam gereja ‘Vineyard’ yang didirikan oleh Pdt. John Wimber. Pendeta dari gereja ‘Vineyard’ di Toronto ini adalah Pdt. John Arnott. Dikatakan bahwa hidupnya dijamah oleh Tuhan melalui kehadirannya dalam Kebaktian Kebangunan Rohani yang diadakan oleh Pdt. Benny Hin di Toronto.
BUKU TORONTO BLESSING ( APA, SIKAP, DASAR DAN SERANGAN)
gadget, education
Pada tanggal 20 Januari 1994, Pdt. John Arnott mengundang Pdt. Randy Clark dari gereja Vineyard di St. Louis, Missouri, USA, untuk memim­pin Kebaktian Kebangunan Rohani selama 4 hari di gerejanya. Dalam setiap kebaktian terjadi apa yang mereka sebut sebagai ‘lawatan Allah’ yang sangat luar biasa, yang disertai dengan berbagai manifestasi ‘pekerjaan Roh Kudus’ yang menakjubkan / aneh, seperti:

tertawa terbahak-bahak tanpa bisa ditahan, selama berjam-jam atau berhari-hari, bahkan ada yang sampai 2 minggu! Ini sering disebut sebagai ‘tertawa dalam Roh’, ‘holy laughter’ (= tertawa kudus). 
tumbang / rebah di dalam Roh. 
jerking / rocking back and forth, dimana orangnya melakukan gera­kan berkelojotan seperti orang kecegukan atau seperti orang sakit ayan / epilepsi. 
terhuyung-huyung seperti orang mabuk. 
melompat-lompat, menari-nari (dancing in the Spirit). 
menangis. 
menggeliat-geliat. 
memutar-mutarkan tangan seperti kincir angin. 
berdiri tegak seperti patung. 
meraung / mengaum / menggeram di dalam Roh. 
menyalak di dalam Roh. 
tubuh bergetar seperti terkena aliran listrik. 
berguling-guling di lantai (rolling in the Spirit). 
menjadi histeris. 
melekat pada lantai (stuck to the floor). 
memukuli lantai seperti orang menabuh drum band. 
dsb. 

‘Lawatan Allah’ ini menyebabkan Kebaktian Kebangunan Rohani itu lalu diperpanjang beberapa hari lagi, dan akhirnya berkepanjangan sampai saat ini. Kebaktian dilakukan setiap hari kecuali hari Senin (Maja­lah Bahana, April 1995, hal 11).

Beberapa saat setelah peristiwa itu, banyak orang kristen dan hamba Tuhan dari seluruh Kanada, bahkan dari seluruh dunia yang pergi ke Toronto. Sampai dengan September 1994, diperkirakan lebih dari 200.000 orang dari seluruh dunia datang ke Toronto, dan 10.000 diantaranya adalah hamba-hamba Tuhan. Dan pada waktu para hamba Tuhan ini kembali ke gerejanya masing-masing, maka gereja-gereja itu juga mendapatkan ‘lawatan Allah’ yang sama. Jadi, para hamba Tuhan itu, baik mereka yang mengalami Toronto Blessing ataupun tidak, ternyata bisa menyalurkan Toronto Blessing itu kepada gerejanya masing-masing.

Ada yang beranggapan bahwa peristiwa ini bisa dikatakan merupakan peristiwa Azusa Street yang baru, atau merupakan kelanjutan dari peristiwa di Azusa Street pada tahun 1906, yang akhirnya melahirkan gerakan Pentakosta (Majalah Bahana, bulan April 1995, hal 10,12).

Ada juga yang beranggapan bahwa sekalipun apa yang terjadi di Toron­to itu bukanlah suatu kebangunan rohani, tetapi ini merupakan suatu persiapan bagi terjadinya suatu kebangunan rohani, sama seperti Yohanes Pembaptis mempersiapkan / meluruskan jalan bagi Kristus (Majalah Bahana, April 1995, hal 20).

II) Sikap terhadap Toronto Blessing.

1) Netral / tidak berpihak.

· Ini biasanya merupakan sikap dari orang yang ingin mencari aman / selamat! Ia takut kalau ia berpihak pada golongan yang satu, maka golongan yang lain akan membenci atau memusuhi dia.

· Atau, bisa juga ini merupakan sikap dari orang kristen yang beranggapan bahwa kalau ada 2 pihak yang bertentangan, mereka sebagai orang yang cinta damai, tidak seharusnya berpihak pada pihak yang manapun, supaya tidak memperbesar perpecahan Matius 5:9).

· Atau, ada juga orang yang ingin bersikap netral dengan alasan bahwa kalau kita menyalahkan salah satu pihak, itu berarti bahwa kita menghakimi mereka, padahal Firman Tuhan melarang kita untuk menghakimi (Matius 7:1-5)! 

· Atau, bisa juga ini merupakan sikap dari orang yang bersikap acuh tak acuh / tidak peduli pada kebenaran ataupun kesesatan. Atau mereka ini bersikap acuh tak acuh karena gereja mereka sendiri tak berkaitan dengan Toronto Blessing dan gereja yang berkaitan dengan Toronto Blessing itu bukan gereja mereka.

Tanggapan saya:

a) Sikap mencari aman / selamat adalah sikap yang bertentangan dengan ajaran Tuhan Yesus dalam Matius 16:25 yang berbunyi: “Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehi­langan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya”.

Karena itu janganlah menjadi seorang pengecut / penakut dengan memilih sikap mencari aman / selamat! Rasul Paulus berkata dalam 2Timotius 1:7 bahwa ‘Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan’. Dan dalam Matius 5:10 Yesus berkata: “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga”.

Yesus sendiri sudah rela menderita dan bahkan mati bagi sauda­ra, dan karena itu sudah sepantasnya kalau saudara sekarang juga rela menderita bahkan mati bagi Dia.

b) Memilih pihak tertentu bukanlah sesuatu yang salah, asal kita berpihak pada yang benar.

Dalam pertentangan antara orang Saduki dan orang Farisi tentang ada tidaknya kebangkitan orang mati (bdk. Kis 23:8), Yesus jelas berpihak kepada golongan Farisi (Matius 22:23-33). Juga dalam pertentangan antara Paulus dan orang-orang Yahudi tentang perlu tidaknya sunat untuk keselamatan, Petrus dan Yakobus jelas berpihak kepada Paulus (Kis 15:1-21).

Dan kalau dikatakan bahwa dengan memilih pihak tertentu kita bisa memperbesar perpecahan, maka perlu diketahui bahwa sekali­pun orang kristen harus berusaha mewujudkan damai (Matius 5:9 Ro 12:18), tetapi kebenaran tetap harus lebih diutamakan dari pada damai! Ini bisa terlihat dari Yakobus 3:17 dimana ‘murni’ diletakkan pada nomer 1, dan sesudah itu baru ‘pendamai’.

Yak 3:17 - “Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik”.

Pada waktu Martin Luther melihat adanya begitu banyak ajaran dan praktek yang salah dari gereja Roma Katolik pada saat itu, apakah ia tetap memelihara perdamaian? Tidak, tetapi sebaliknya ia memakukan 95 thesisnya di pintu gereja Wittenberg, dan ini akhirnya menimbulkan perpecahan dalam gereja! Beranikah saudara menyalahkan Martin Luther dan menganggapnya sebagai orang yang tidak cinta damai?

Thomas Manton, dalam komentarnya tentang Yak 3:17 ini, berkata: “If the chiefest care must be for purity, then peace may be broken in truth’s quarrel. It is a zealous speech of Luther that rather heaven and earth should be blended together in confusion than one jot of truth perish” (= jika perhatian yang paling utama adalah untuk kemurnian, maka damai boleh dihancur­kan dalam pertengkaran kebenaran. Merupakan suatu ucapan yang bersemangat dari Luther bahwa lebih baik langit dan bumi ber­campur aduk menjadi satu dari pada satu titik kebenaran binasa).

John Calvin, dalam komentarnya tentang Ef 5:11, berkata: “But rather than the truth of God shall not remain unshaken, let a hundred worlds perish” (= Tetapi dari pada kebenaran Allah tergoncangkan, lebih baik seratus dunia binasa).

c) ‘Menghakimi’ berbeda dengan ‘menguji’!

Kita memang dilarang menghakimi, yaitu kalau kita tanpa menge­tahui fakta-faktanya sudah memvonis seseorang, atau kalau kita memvonis seseorang dengan kebencian / tanpa kasih kepada orang itu.

Tetapi, kalau muncul ajaran / hamba Tuhan yang baru, kita diperintahkan untuk menguji, untuk mengetahui apakah ajaran / hamba Tuhan itu benar atau tidak.

1Tesalonika 5:21 - “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik”.

1Yohanes 4:1 - “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia”.

Pengujian ini penting bagi kita, supaya kita tidak tersesat oleh nabi palsu dengan ajaran sesatnya. Ini juga penting supaya kita lalu bisa memperingatkan orang lain supaya tidak tersesat.

Yesus dan rasul-rasul sudah menubuatkan dan memperingatkan kita akan datangnya mujijat-mujijat palsu, nabi-nabi palsu, ajaran- ajaran sesat, dsb. Kalau kita dilarang menguji, maka semua nubuat dan peringatan ini akan sia-sia belaka!

d) Kita tidak boleh bersikap acuh tak acuh / tak peduli pada kebenaran atau kesesatan! Ini adalah sikap dari orang kristen KTP yang tidak mengasihi kebenaran! Dan sikap ini jelas dikecam dalam Kitab Suci.

2Tes 2:10 - “... orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka”.

Kita juga tak boleh bersikap acuh tak acuh terhadap gereja yang bukan gereja kita. Karena sebetulnya dalam dunia ini, dalam sepanjang jaman, hanya ada satu Gereja / tubuh Kristus. Kita mempunyai hak dan bahkan kewajiban untuk berjuang bagi seluruh Gereja / tubuh Kristus ini!

2) Mengambil sikap ‘wait and see’ (= tunggu dan lihat).

a) Ada yang mengambil sikap ‘wait and see’ ini berdasarkan nasehat Gamaliel dalam Kis 5:34-39 yang intinya adalah: kalau seseorang / suatu perbuatan tidak berasal dari Allah, maka dengan sen­dirinya akan lenyap. Sebaliknya kalau seseorang / suatu perbua­tan berasal dari Allah, tidak akan bisa dilenyapkan. Karena itu sebaiknya tunggu dan lihat; kalau Toronto Blessing itu lenyap, berarti itu bukan dari Allah, sedangkan kalau tetap bertahan, berarti itu adalah sesuatu yang berasal dari Allah.

Kis 5:34-39 - “Tetapi seorang Farisi dalam Mahkamah Agama itu, yang bernama Gamaliel, seorang ahli Taurat yang sangat dihormati seluruh orang banyak, bangkit dan meminta, supaya orang-orang itu disuruh keluar sebentar. Sesudah itu ia berkata kepada sidang: ‘Hai orang-orang Israel, pertimbangkanlah baik-baik, apa yang hendak kamu perbuat terhadap orang-orang ini! Sebab dahulu telah muncul si Teudas, yang mengaku dirinya seorang istimewa dan ia mempunyai kira-kira empat ratus orang pengikut; tetapi ia dibunuh dan cerai-berailah seluruh pengikutnya dan lenyap.

Sesudah dia, pada waktu pendaftaran penduduk, muncullah si Yudas, seorang Galilea. Ia menyeret banyak orang dalam pemberontakannya, tetapi ia juga tewas dan cerai-berailah seluruh pengikutnya. Karena itu aku berkata kepadamu: Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah.’ Nasihat itu diterima”.

Tanggapan saya:

Kata-kata Gamaliel dalam Kis 5:34-39 itu tidak sepenuhnya benar. Mengapa? Karena apa yang bukan dari Allah bisa saja tetap bertahan. Ini terbukti karena dalam dunia ini ada banyak agama / ajaran yang jelas tidak sesuai dengan Alkitab, tetapi tetap bisa bertahan selama ratusan, bahkan ribuan tahun! Apakah saudara mau menunggu sampai ribuan tahun untuk melihat apakah Toronto Blessing itu bertahan atau lenyap?

Juga dalam Mat 13:24-30 dikatakan bahwa ‘lalang yang ada di antara gandum’ itu bertahan sampai ‘musim menuai’ (yaitu akhir jaman - Mat 13:39), padahal ‘lalang’ itu ditanam oleh setan (Mat 13:25,39), dan karenanya jelas tidak berasal dari Allah.

b) Ada juga yang mengambil sikap ‘wait and see’ dengan maksud untuk melihat bagaimana ‘buah’ dari orang-orang yang mengalami Toron­to Blessing itu.

Tanggapan saya:

Memang Kitab Suci / Tuhan Yesus mengajarkan bahwa kita bisa mengenali keaslian / kepalsuan seorang nabi dari ‘buah’nya, yaitu kehidupannya (Mat 7:15-20 bdk. Yer 8:10b Mikha 3:5 Tit 1:10-12 2Pet 2:1-3).

Kalau di kebun saudara tumbuh sebuah pohon, dan saudara tidak tahu pohon itu pohon apa, maka sikap ‘wait and see’ untuk melihat buahnya, merupakan sikap yang bisa diterima.

Tetapi kalau sudah jelas bahwa yang tumbuh itu adalah semak belukar atau rumput duri, dan saudara mengambil sikap wait and see untuk melihat buahnya, dan saudara berharap bahwa tanaman itu akan mengeluarkan buah mangga, maka itu adalah suatu keto­lolan / kegilaan!

Tentang Toronto Blessing ini sebetulnya kita bisa langsung membandingkannya dengan Kitab Suci dan mengetahui bahwa itu pasti merupakan pohon yang tidak baik, dan karena itu adalah omong kosong kalau harus ‘wait and see’ untuk melihat buahnya!

3) Ikut-ikutan gerejanya / pendetanya.

Banyak orang kristen yang hanya mengikut saja pada gerejanya atau pada kata-kata dari pendetanya / tokoh yang ia kagumi. Memang kalau pendeta atau tokoh itu memberikan dasar Kitab Suci yang bisa dipertanggungjawabkan, maka boleh saja saudara mengikut dia. Tetapi bagaimana kalau pendeta / tokoh itu hanya mengatakan ‘benar’ atau ‘sesat’ tanpa memberikan dasar Kitab Suci? Jadilah pengikut Tuhan dan FirmanNya, bukan pengikut gereja / manusia!

4) Menguji.

Saya percaya bahwa inilah sikap yang benar. Di atas sudah saya katakan bahwa menguji tidak sama dengan menghakimi! Kalau meng­hakimi adalah sesuatu yang dilarang (Mat 7:1-5), maka menguji justru diperintahkan oleh Tuhan (1Tes 5:21 dan 1Yoh 4:1-3).

Dalam Wah 2:2 jemaat di Efesus dipuji karena mereka mencobai orang-orang yang mengaku diri sebagai rasul, dan mereka mendapati bahwa orang-orang itu adalah pendusta / rasul palsu. Sebaliknya dalam 2Kor 11:4, Paulus memarahi / menegur jemaat Korintus karena mereka sabar saja pada waktu ada orang yang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang diberitakan oleh Paulus, atau memberi mereka roh yang lain dari pada yang telah mereka terima, atau mengajarkan Injil yang berbeda dengan yang telah mereka terima.

Adalah sesuatu yang mengherankan bagi saya melihat bahwa orang- orang yang pro Toronto Blessing itu dengan begitu mudah / semba­rangan menambahkan embel-embel ‘in the Spirit (= dalam Roh)’ bagi setiap gerakan / tindakan yang terjadi dalam Toronto Blessing. Kalau dahulu hanya ada slain in the Spirit (= tumbang / rebah dalam Roh), maka sekarang ada:

· laughing in the Spirit (= tertawa dalam Roh).

· dancing in the Spirit (= menari dalam Roh).

· rolling in the Spirit (= berguling-guling dalam Roh).

· roaring in the Spirit (= mengaum / meraung dalam Roh).

· barking in the Spirit (= menyalak dalam Roh), dsb.

Dan pemberian embel-embel ‘dalam Roh’ ini mereka lakukan tanpa sedikitpun pernah menguji apakah gerakan-gerakan itu betul-betul timbul dari Roh Kudus! Kalau hal seperti ini terus dilakukan, saya tidak akan heran kalau sebentar lagi muncul praktek dan istilah ‘telanjang dalam Roh’, ‘berciuman dalam Roh’, ‘berhubun­gan sex dalam Roh’, dsb!

Sekarang, kalau kita sudah tahu bahwa kita harus menguji segala sesuatu, maka persoalannya adalah: bagaimana cara mengujinya?

a) Menguji dengan perasaan / logika.

Ini adalah cara pengujian yang salah, karena logika kita yang bodoh ini tidak bisa dipakai untuk mengetahui benar salahnya suatu hal (bdk. Amsal 3:5b). Demikian juga perasaan kita yang berdosa dan sering berubah-ubah ini tidak bisa dipakai sebagai ukuran.

Kalau saudara menolak Toronto Blessing ini hanya karena:

· hati saudara merasa bahwa itu tidak benar.

· hati saudara merasa gelisah melihat hal seperti itu.

· orang-orang yang mengalami Toronto Blessing itu kelihatannya seperti orang kerasukan / gila.

· Toronto Blessing itu tidak rasionil.

maka saudara adalah orang yang menguji hanya berdasarkan pera­saan dan logika!

Juga kalau saudara menerima Toronto Blessing sebagai pekerjaan Allah / Roh Kudus, hanya karena saudara merasakan adanya sukacita / damai sejahtera dalam hati saudara pada waktu mengalami hal itu, maka saudara juga termasuk orang yang men­guji hanya berdasarkan perasaan saja!

b) Menguji dengan menggunakan Kitab Suci / Firman Tuhan.

Bahwa ini adalah cara pengujian yang benar bisa terlihat dari ayat-ayat di bawah ini:

· Maz 119:105 yang berbunyi: “FirmanMu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanKu”.

Dalam ayat ini dikatakan bahwa Firman Tuhan adalah pelita / terang bagi jalan / kaki kita, untuk membedakan mana jalan yang berbahaya dan mana jalan yang aman, mana jalan yang benar dan mana jalan yang menyesatkan. Dengan menggunakan terang itu kita bisa mendapatkan jalan yang benar. Sebagaima­na terang bisa menunjukkan hal-hal yang membahayakan pada jalan yang kita lalui, demikian juga Firman Tuhan bisa menun­jukkan kesesatan dari suatu ajaran / praktek.

· 2Tim 3:16 yang berbunyi: “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran”.

Dari ayat ini jelaslah bahwa supaya kita bisa mengetahui benar salahnya suatu hal, kita harus membandingkannya dengan Kitab Suci karena Kitab Sucilah standardnya.

· Kis 17:11 yang berbunyi: “Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesaloni­ka, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian”.

Jadi dalam ayat ini dikatakan bahwa orang-orang Yahudi di Berea mendengar khotbah / pengajaran dari rasul Paulus, tetapi mereka tidak mau begitu saja menerimanya. Mereka mengujinya dan membandingkannya dengan Kitab Suci, dan mereka dipuji karena tindakan mereka ini!

· Dalam Gal 1:6-9 Paulus berkata: “Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia”.

Dalam ayat-ayat ini Paulus, yang sudah pernah memberitakan Injil / Firman Tuhan yang benar kepada jemaat Galatia, menga­takan bahwa Injil / Firman Tuhan yang sudah ia beritakan itu harus dijadikan standard / pembanding untuk mengetahui apakah seseorang itu adalah seorang pengajar benar atau sesat. 

Karena itu, dalam buku ini penekanan saya adalah membahas dasar- dasar Kitab Suci yang dipakai / diajukan oleh orang-orang yang pro Toronto Blessing, dan setelah itu saya juga akan menunjukkan dasar-dasar Kitab Suci yang menentang Toronto Blessing.

Dan karena itu dalam membaca buku ini, janganlah malas membuka dan membaca Kitab Suci saudara! Saudara harus mau membaca ayat- ayat Kitab Suci yang dibahas dalam Kitab Suci saudara sendiri. Dengan demikian saudara akan mengetahui apakah pembahasan saya ini hanya merupakan hasil pemikiran saya sendiri, atau betul- betul merupakan pandangan Kitab Suci / Firman Tuhan! 

III) Dasar-dasar Toronto Blessing dan tanggapannya.

A)Dasar dari Kitab Suci:

1)Yes 28:21-22 yang berbunyi: “Sebab TUHAN akan bangkit seperti di gunung Perasim, Ia akan mengamuk seperti di lembah dekat Gibeon, untuk melakukan perbuatanNya - ganjil perbuatanNya itu; dan untuk mengerjakan pekerjaanNya - ajaib pekerjaanNya itu! Oleh sebab itu janganlah kamu mencemooh ...”.

Ayat ini dianggap sebagai dasar untuk mengatakan bahwa Tuhan sering melakukan perbuatan yang ganjil / aneh. Karena itu bisa saja Tuhan membuat umatNya melakukan tindakan-tindakan aneh seperti yang terjadi dalam Toronto Blessing ini.

Seorang pendeta yang pro Toronto Blessing bahkan menambahkan penjelasan sebagai berikut: dalam Kitab Suci tidak pernah dikatakan bahwa orang kristen dilarang merokok, minum ganja, berjudi dsb. Tetapi hal-hal itu tetap dilarang. Jadi kesimpu­lannya: sekalipun tidak ada larangan tidak berarti diperboleh­kan. Demikian juga dengan tindakan-tindakan aneh dalam Toronto Blessing; sekalipun tidak tertulis dalam Kitab Suci, tidak berarti tidak ada. Dan bahwa Yes 28:21 berbicara tentang tindakan ganjil dari Tuhan, bisa dipakai sebagai dasar dari tindakan-tindakan aneh dalam Toronto Blessing.

Lebih dari itu, Yes 28:22a dianggap sebagai suatu peringatan supaya tidak mencemoohkan orang-orang yang mengalami Toronto Blessing!

Tanggapan saya:

a)Kalau kata ‘ganjil’ itu diartikan hal-hal yang aneh dalam Toronto Blessing, dan ayat ini dipakai untuk membenarkan tindakan-tindakan aneh dalam Toronto Blessing, maka bagaima­na kalau ada orang yang lalu melakukan tindakan yang lebih aneh lagi seperti ‘telanjang dalam Roh’, ‘berpelukan dalam Roh’ atau ‘berciuman dalam Roh’? Bisakah hal itu juga dibe­narkan berdasarkan ayat ini?

b)Kita harus membaca seluruh Yes 28 untuk bisa mengetahui arah dari seluruh kontex, dan dengan demikian kita tidak menaf­sirkan ayat itu secara out of context (= keluar dari kontex).

Dalam Yes 28 itu terlihat dengan jelas bahwa bangsa Israel hidup sangat berdosa. Ini terlihat dari:

-ay 1 - pemabuk-pemabuk Efraim, peminum anggur yang sudah pening.

-ay 3 - pemabuk-pemabuk Efraim.

-ay 7 - pening karena anggur, pusing karena arak (termasuk imam dan nabi).

-ay 9-10, 12b - mereka menolak firman Tuhan, tidak mau mendengarkan.

-ay 14 - orang-orang pencemooh.

-ay 15b - membuat bohong dan dusta sebagai tempat perlindun­gan.

Melihat hal itu Tuhan menjadi murka dan Ia akan bertindak untuk menghukum mereka. Ini terlihat dari:

-ay 1 - Celaka atas ...

-ay 2 - seperti angin ribut disertai hujan batu, yakni badai yang membinasakan, ... seperti angin ribut disertai air hujan yang hebat menghanyutkan; ia akan menghempaskan mereka ke tanah dengan kekerasan.

-ay 3 - Mahkota kemegahan pemabuk-pemabuk Efraim itu akan diinjak-injak dengan kaki.

-ay 5-6 - Tuhan semesta alam akan ... menjadi roh keadilan bagi orang yang duduk mengadili.

-ay 11-12a - oleh orang-orang yang berlogat ganjil dan oleh orang-orang yang berbahasa asing akan berbicara kepada bangsa ini Dia yang telah berfirman kepada mereka ... (ini menunjukkan bahwa Tuhan akan menghukum umatNya dengan menggunakan bangsa asing / kafir, yang bahasanya tidak mereka kenal).

-ay 13b - supaya dalam berjalan mereka jatuh telentang, sehingga luka, tertangkap dan tertawan.

-ay 17-19 - dan Aku akan membuat keadilan menjadi tali pengukur, dan kebenaran menjadi tali sipat; ... apabila cemeti berdesik-desik dengan kerasnya, kamu akan hancur diinjak-injak. Seberapa kali ia datang, ia akan menyeret kamu, ....

-ay 20 - Sebab tempat tidur akan kurang panjang untuk dipa­kai membujurkan diri dan selimut akan kurang lebar untuk dipakai menyelubungi diri.

-ay 21 - Sebab Tuhan akan bangkit seperti di gunung Perasim, Ia akan mengamuk seperti di lembah dekat Gibeon, untuk melakukan perbuatanNya - ganjil perbuatanNya itu; dan untuk mengerjakan pekerjaanNya - ajaib pekerjaanNya itu!

Dari seluruh kontex ini terlihat dengan jelas bahwa perbua­tan ganjil dalam Yes 28:21 itu merupakan perbuatan Tuhan untuk menghukum Israel yang berdosa! Karena itu, kalau ini dijadikan dasar dari Toronto Blessing, ini jelas sangat tidak cocok! Ayat itu menunjuk pada pemberian hukuman, bukan pemberian berkat (blessing)!

c)Apa arti dari kata ‘ganjil’ disini? Ada macam-macam penafsi­ran:

# Tuhan biasanya murah hati dan pengampun, tetapi sekarang Ia murka dan bertindak dengan keras. Inilah yang dimaksud­kan dengan ganjil/ aneh.

# Calvin berkata bahwa kata ‘ganjil’ itu menunjuk pada hukuman Tuhan yang lain dari pada biasanya. Jadi maksud­nya, Tuhan akan menghukum dengan cara yang tidak lazim.

# Tuhan biasanya membela / mempertahankan umatNya, tetapi sekarang Ia menyerang dan memusnahkan umatNya sekan-akan mereka adalah musuh. Ini adalah sesuatu yang ganjil / aneh.

# Kata ‘ganjil’ itu berhubungan dengan Yes 28:21a, yang terdiri dari 2 kalimat:

-’Tuhan akan bangkit seperti di gunung Perasim’.

Ini mengingatkan pada peristiwa dimana Daud mengalahkan orang Filistin di tempat itu, dengan pertolongan Tuhan (2Sam 5:20 / 1Taw 14:11).

-’Ia akan mengamuk seperti di lembah dekat Gibeon’.

Ini mengingatkan pada peristiwa dimana Yosua mengalahkan orang Amori / Kanaan di lembah Gibeon, dengan pertolongan Tuhan (Yos 10).

Jadi, dalam Yes 28:21a telah ditunjukkan bahwa Tuhan pernah menggunakan mujijat untuk menolong umatNya. Seka­rang Ia justru akan menggunakan mujijat untuk menghancur­kan umatNya. Karena Israel hidup dalam dosa, maka tangan Allah, yang dulu dipakai untuk menyelamatkan nenek moyang mereka, sekarang dipakai untuk menghancurkan mereka!

Inilah yang dimaksudkan dengan ‘ganjil’!

Kalau kita sudah melihat arti dari kata ‘ganjil’ itu, maka jelaslah bahwa ayat ini tidak bisa dipakai sebagai dasar untuk membenarkan tindakan-tindakan yang aneh dalam Toronto Blessing itu!

d)Memang bahwa sesuatu tindakan tidak dilarang secara explicit (= langsung) dalam Kitab Suci, belum tentu menunjukkan bahwa tindakan itu diperbolehkan. Mengapa? Karena bisa saja ada ayat-ayat yang secara implicit (= tidak langsung) melarang tindakan itu. Misalnya: merokok jelas dilarang secara im­plicit oleh banyak ayat Kitab Suci seperti:

# Mat 22:39 yang menyuruh kita mengasihi orang lain seperti diri sendiri. Merokok merupakan tindakan yang merusak kesehatan diri kita sendiri maupun orang lain yang ada di sekitar kita, sehingga jelas itu bukan tindakan yang mengasihi diri sendiri maupun orang lain!

# 1Kor 10:23 yang berbunyi: “‘Segala sesuatu diperbolehkan,’ Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. ‘Segala sesua­tu diperbolehkan,’ Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun”. Bdk 1Kor 6:12.

Penjelasan:

$ Yang dimaksud dengan ‘segala sesuatu’ dalam ayat ini bukanlah sungguh-sungguh segala hal, tetapi hal-hal yang tidak diperintahkan maupun dilarang oleh Tuhan.

Kalau sesuatu diperintahkan oleh Tuhan, sekalipun hal itu bisa merugikan, menjengkelkan, atau menjadi batu sandungan bagi orang lain, kita tetap harus melakukan­nya. Misalnya: kita harus tetap ke gereja kalau diajak piknik pada hari minggu, sekalipun hal ini bisa menjeng­kelkan orang yang mengajak piknik. 

Sebaliknya, kalau hal itu dilarang oleh Tuhan, maka sekalipun hal itu menyenangkan, menolong, atau membangun orang lain, kita tetap tidak boleh melakukannya! Misal­nya, kita tak boleh mencontohi seseorang pada waktu ujian sekalipun hal itu menyenangkan dia.

Jadi, jelaslah bahwa kata-kata ‘segala sesuatu diperbo­lehkan’ tidak bisa diartikan bahwa kita boleh melakukan semua hal, termasuk yang dilarang oleh Tuhan / Firman Tuhan.

$ Kata-kata ‘segala sesuatu diperbolehkan’ mungkin sekali dikutip oleh Paulus dari kata-kata orang Korintus sen­diri (Catatan: karena itulah maka dalam Kitab Suci Indonesia, maupun NIV, kata-kata itu diletakkan dalam tanda petik).

Ini menunjukkan bahwa orang-orang Korintus beranggapan bahwa kalau sesuatu itu tidak diperintahkan maupun dilarang oleh Tuhan, maka hal itu boleh dilakukan.

$ Tetapi Paulus mengajar bahwa kalau kita mau melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan maupun dilarang oleh Tuhan, ada syarat yang harus dipenuhi, yaitu hal itu harus berguna / membangun!

Dilihat dari kontexnya (bdk. 1Korintus 10:24), maka kata ‘berguna / membangun’ dalam 1Kor 10:23, lebih ditekankan pada orang lain (berguna / membangun orang lain). 

Apakah sesuatu itu berguna / membangun atau tidak, harus dianalisa secara cermat, karena bisa saja sesuatu itu kelihatannya berguna / membangun, tetapi sebetulnya merugikan. Atau sesuatu itu berguna / membangun seseo­rang, tetapi merugikan banyak orang yang lain.

Berdasarkan 1Korintus 10:23 ini, maka merokok itu jelas tak boleh dilakukan, karena merokok itu bukan saja tidak berguna, tetapi bahkan merusak / merugikan kesehatan si perokok maupun orang-orang yang di sekitarnya, dan juga merupakan penghamburan uang secara tidak perlu!

Jadi, saya setuju bahwa apa yang tidak dilarang secara explicit belum tentu diperbolehkan. Tetapi dari sini kita tidak bisa meloncat pada kesimpulan bahwa tindakan-tindakan aneh dalam Toronto Blessing yang tidak tertulis dalam Kitab Suci, belum tentu tidak ada! Mengapa? Karena tindakan- tindakan aneh dalam Toronto Blessing itu bukan hanya tidak punya dasar Kitab Suci yang explicit, tetapi bahkan dasar Kitab Suci yang implicitpun juga tidak ada (karena di atas sudah saya jelaskan bahwa kata ‘ganjil’ dalam Yes 28:21 tak mungkin menunjuk pada tindakan-tindakan aneh dalam Toronto Blessing!).

e)Sekarang tentang Yes 28:22a.

# Kalau Yes 28:21 tidak menunjuk pada Toronto Blessing, maka jelas Yes 28:22a tidak mungkin merupakan peringatan bagi orang yang menyerang Toronto Blessing!

# Kata-kata ‘jangan mencemooh’ ini ditujukan kepada bangsa Israel, yaitu orang yang sama terhadap siapa Tuhan melaku­kan perbuatan ganjil itu. Tujuannya supaya mereka tidak mencemoohkan hukuman Tuhan itu (sebagaimana mereka sudah mencemoohkan teguran Firman Tuhan - ay 9,10,14), tetapi supaya mereka mau bertobat.

Jelas bahwa ini tidak bisa dikatakan sebagai peringatan bagi orang yang ‘menyerang’ Toronto Blessing!

2)Yer 23:9 yang berbunyi: “Mengenai nabi-nabi. Hatiku hancur dalam dadaku, segala tulangku goyah. Keadaanku seperti orang mabuk, seperti laki-laki yang terlalu banyak minum anggur, oleh karena TUHAN dan oleh karena firmanNya yang kudus”.

Ayat ini juga dipakai untuk mendukung Toronto Blessing karena disini dikatakan bahwa nabi Yeremia sendiri mengalami tulang- tulang yang goyah, seperti orang yang mabuk / terlalu banyak minum anggur! Dan Yeremia mengalami semua itu karena Tuhan dan karena firman Tuhan yang kudus!

Karena itu, apa anehnya kalau dalam Toronto Blessing itu lalu ada orang yang terhuyung-huyung seperti orang mabuk, bergulin­gan di lantai, bergerak seperti orang sakit ayan, dsb?

Tanggapan saya:

a)Sama seperti dalam Yes 28, maka dalam Yer 23 ini kontex juga menunjukkan bangsa Israel yang hidup dalam dosa (ay 10), bahkan termasuk nabi-nabi dan imam-imamnya (ay 1-2,11,13,14, 16-17,21,25-28).

Ini menyebabkan kemurkaan Tuhan sehingga Ia berfirman kepada Yeremia untuk:

# menunjukkan kebejadan Israel dan para nabi / imam.

# menunjukkan bahwa Ia akan memberikan hukuman kepada mere­ka.

Berita Firman Tuhan inilah yang membuat Yeremia mengalami apa yang ia gambarkan dalam Yer 23:9 itu. Karena itulah maka pada akhir Yer 23:9 itu ada kata-kata ‘oleh karena Tuhan dan oleh karena firmanNya yang kudus’.

b)Sekarang mari kita lihat apa yang dialami Yeremia setelah ia mendapat firman Tuhan itu: 

# ’hatiku hancur’.

Ini justru menunjukkan suatu kesedihan hati melihat dosa dari para nabi / imam!

Ini justru bertentangan dengan tertawa terbahak-bahak karena ‘sukacita yang luar biasa’ dalam Toronto Blessing!

Kesedihan yang luar biasa ini menyebabkan fisik / jasmani­nya menjadi terpengaruh. Ini terlihat dari kalimat selan­jutnya dalam Yer 23:9 yang akan saya bahas di bawah ini.

# ’segala tulangku goyah’.

Ini menunjukkan bahwa ia sampai gemetar saking sedihnya, atau bisa juga saking ngerinya melihat hukuman Allah yang akan menimpa bangsa Israel dan para imam / nabi itu.

# ’seperti orang mabuk, seperti laki-laki yang terlalu banyak minum anggur’.

Adanya kata ‘seperti’ menunjukkan bahwa ini adalah suatu Simile (= perumpamaan yang pendek).

Baik simile maupun metaphor (= kiasan) hanya menekankan persamaan-persamaan tertentu antara 2 hal yang diperband­ingkan. Maksudnya, antara 2 hal yang diperbandingkan itu, tidak semuanya sama, tetapi hanya hal-hal tertentu saja!

Sebagai contoh kalau saya berkata: ‘orang itu seperti keledai’, maka itu tentu tidak berarti bahwa orang itu berkaki empat, mempunyai ekor, berwarna abu-abu, dsb. Saya hanya memaksudkan adanya persamaan tertentu antara keledai dan orang itu, yaitu sama-sama bodoh.

Karena itu, kalau dalam Yer 23:9 ini dikatakan bahwa Yeremia itu seperti orang mabuk / minum terlalu banyak anggur, maka itu tidak berarti bahwa persamaan antara Yeremia dengan orang mabuk terjadi dalam segala hal, tetapi hanya dalam hal-hal tertentu saja.

Jadi bukannya ia berjalan dengan terhuyung-huyung, lalu roboh dan berguling-guling di lantai, muntah-muntah, ngomong ngelantur tidak karuan dsb. Mungkin maksudnya hanya: Yeremia merasa lemas, sama seperti orang mabuk.

c)Jadi kesimpulannya, Yer 23:9 ini hanya menunjukkan bahwa melihat dosa bangsanya dan para rekan kerjanya (nabi / imam), dan juga melihat akan datangnya hukuman Tuhan yang mengerikan, Yeremia menjadi begitu sedih, sehingga ia menja­di gemetar dan lemas.

Jelas bahwa kalau kita mengerti Yeremia 23:9 ini dengan benar, kita tahu bahwa ayat ini sama sekali tidak mendukung Toronto Blessing!

d)Perlu saya tambahkan bahwa dalam Kitab Suci juga ada ayat- ayat yang menunjukkan orang-orang terhuyung-huyung seperti orang mabuk sebagai hukuman Tuhan atas dosa-dosa mereka (Maz 107:27 Yes 19:14).

Mazmur 107:27 - “Mereka pusing dan terhuyung-huyung seperti orang mabuk, dan kehilangan akal”.

Yesaya 19:14 - “TUHAN telah mencurahkan di antara mereka suatu roh kekacauan, dan mereka memusingkan Mesir dalam segala usahanya, sehingga seperti seorang mabuk yang pusing waktu muntah-muntah”.

Lalu mengapa bukan ayat-ayat ini yang dipakai sebagai dasar untuk Toronto Blessing? Apakah tidak mungkin bahwa orang yang mengalami hal-hal aneh itu memang mengalaminya sebagai hukuman Tuhan karena ketidakpercayaan mereka atau karena ketidakmauan mereka belajar Kitab Suci dengan sungguh- sungguh atau karena mereka tidak meninggikan otoritas Kitab Suci dalam kehidupan mereka? Andaikata mereka betul-betul percaya kepada Yesus dan betul-betul belajar Firman Tuhan dengan baik dan meninggikan otoritas Kitab Suci dalam kehid­upan mereka, saya sama sekali tidak yakin bahwa mereka bisa mengalami hal seperti itu!

3)Yes 29:9 yang berbunyi: “Tercengang-cenganglah, penuh kehera­nan, biarlah matamu tertutup, buta semata-mata! Jadilah mabuk tetapi bukan karena anggur, jadilah pusing, tetapi bukan karena arak!”.

Ayat ini menunjukkan adanya mabuk / pusing yang bukan karena anggur / arak, dan kalau dilihat dalam Yes 29:10 kelihatannya ditimbulkan oleh Tuhan.

Disamping itu kata-kata ‘jadilah mabuk’ dan ‘jadilah pusing’ dalam Yes 29:9b ini dianggap sebagai suatu perintah dari Tuhan untuk mengalami mabuk / pusing seperti itu.

Karena itu, pengadaan kebaktian Toronto Blessing, dimana orang-orangnya mengalami ‘mabuk / pusing’ yang bukan karena anggur / arak, merupakan suatu ketaatan terhadap perintah Tuhan ini.

Tanggapan saya:

a)Yes 29:9a menunjukkan kebodohan (rohani) dari bangsa Israel saat itu, sehingga sekalipun mereka memikir / merenung, mereka tetap tidak mengerti.

Bahwa Yes 29:9a menunjukkan kebodohan rohani bangsa Israel, bisa saudara lihat dengan lebih jelas kalau saudara membaca Yes 29:10-12.

b)Kebodohan rohani ini secara simbolis digambarkan dengan ‘mabuk / pusing’. Mengapa? Karena orang mabuk / pusing tidak bisa berpikir dengan baik.

Jadi jelaslah bahwa ‘mabuk / pusing’ dalam ayat ini tidaklah menggambarkan orang yang terhuyung-huyung atau yang bergu­lingan di lantai seperti dalam Toronto Blessing, dan karena itu jelaslah bahwa ayat ini tidak bisa dipakai sebagai dasar untuk mendukung Toronto Blessing.

c)Apa yang menyebabkan mereka menjadi ‘mabuk / pusing’ atau ‘bodoh secara rohani’ itu? Mereka menjadi mabuk / pusing atau bodoh secara rohani karena mereka meminum anggur / arak, tetapi bukan anggur / arak secara hurufiah, melainkan anggur / arak yang merupakan simbol dari murka Allah / hukuman Allah. Hal ini dijelaskan oleh Yesaya sendiri dalam Yes 51:17 dan Yes 51:21-23a. 

Yesaya 51:17 berbunyi: “Terjagalah, terjagalah, bangunlah, hai Yerusalem, hai engkau yang telah meminum dari tangan TUHAN isi piala kehangatan murkaNya, engkau yang telah meminum, menghirup habis isi cangkir yang memusingkan!”.

Yes 51:21-23a berbunyi: “Sebab itu, dengarlah ini, hai engkau yang tertindas, hai engkau yang mabuk, tetapi bukan karena anggur! Beginilah firman Tuhanmu, TUHAN, Allahmu yang memperjuangkan perkara umatNya: ‘Sesungguhnya, Aku mengambil dari tanganmu piala dengan isinya yang memusingkan, dan isi cangkir kehangatan murkaKu tidak akan kauminum lagi, tetapi Aku akan memberikannya ke tangan orang yang menindas engkau, ...”.

Perlu saudara ketahui bahwa dalam Kitab Suci, cawan / piala yang berisikan anggur memang sering menjadi simbol dari murka Allah / hukuman Allah (bdk. Mazmur 11:6 Mazmur 75:8-9 Yer 25:15-17,28-29 Yer 49:12 Mat 26:39,42 Wahyu 14:9-10 Wahyu 16:1-21).

Jadi, Yes 29:9 menunjukkan bahwa bangsa Israel seperti orang mabuk, bukan karena anggur / arak, tetapi karena murka Allah. Jadi, dalam kemarahanNya Allah menghukum bangsa Israel yang berdosa dengan memberikan kebodohan rohani kepada mereka.

d)Yes 29:9b ini jelas bukanlah suatu perintah! Sekalipun kata- kata ‘jadilah mabuk’ dan ‘jadilah pusing’ itu adalah kata perintah, tetapi jelas bahwa Tuhan tidak mungkin memerintah­kan bangsa Israel untuk menjadi bodoh secara rohani. Ini sebetulnya justru merupakan suatu hardikan bagi bangsa Israel.

Ini sama seperti kalau saudara menghadapi anak saudara yang tak mau belajar dan yang kerjanya hanya bermain-main saja, dan saudara lalu memarahinya dengan berkata: ‘Teruslah bermain-main!’. Ini tentu bukan suatu perintah untuk terus bermain-main, tetapi suatu hardikan!

Disamping itu, kalau Yes 29:9b ini toh mau dianggap sebagai perintah, maka Yes 29:9a juga harus dianggap sebagai perin­tah supaya mereka menjadi buta! Mengapa orang-orang yang pro Toronto Blessing itu hanya mau menuruti mabuknya dan bukan butanya sekaligus?

4)Habakuk 3:16 yang berbunyi: “Ketika aku mendengarnya, gemetar­lah hatiku, mendengar bunyinya, menggigillah bibirku; tulang- tulangku seakan-akan kemasukan sengal, dan aku gemetar di tempat aku berdiri; namun dengan tenang akan kunantikan hari kesusahan, yang akan mendatangi bangsa yang bergerombolan menyerang kami”.

Ayat ini dipakai sebagai dasar dari ‘gemetar dalam Roh’.

Tanggapan saya: 

Sama seperti dalam Yeremia 23:9 di atas, Hab 3:16 ini hanya menun­jukkan kengerian dalam diri Habakuk setelah ia tahu bahwa Tuhan akan menghukum bangsanya dengan menggunakan bangsa kafir. Ini adalah gemetar / ngeri yang beralasan, dan ini tentu berbeda dengan ‘gemetar dalam Roh’ dalam Toronto Bless­ing dimana orangnya gemetar tanpa alasan apapun juga!

Karena arah ayat ini sama saja dengan Yes 28:21-22 dan Yeremia 23:9, maka saya tidak menjelaskan ayat ini secara panjang lebar.

5)Kisah Para Rasul  2:13 dimana rasul-rasul yang menerima Roh Kudus dan bahasa roh itu diejek sebagai ‘orang mabuk’.

Jadi disimpulkan bahwa saat itu para rasul juga seperti orang mabuk.

Tanggapan saya:

Rasul-rasul dikatakan sebagai ‘orang mabuk’ bukan karena mereka terhuyung-huyung, rebah di tanah, berguling-guling di tanah, dsb. Kontex jelas menunjukkan bahwa mereka dikatakan sebagai ‘orang mabuk’ karena mereka berbahasa Roh. Dan pada waktu mereka berbahasa Roh, mereka bisa dimengerti dan diikuti sepenuhnya oleh orang-orang yang memahami bahasa Roh yang mereka gunakan itu (Kisah Para Rasul 2:7-12). Tetapi bagi orang yang tak mengerti bahasa itu, kelihatannya orang-orang itu mengoceh tak karuan. Karena itu orang-orang, yang jelas adalah orang fasik, lalu menggunakan hal ini untuk menyindir / mengejek para rasul itu sebagai orang mabuk!

Perlu saudara ketahui bahwa pada waktu seseorang mengejek, tak selalu ejekannya itu sesuai dengan apa yang dilakukan oleh orang yang diejek. Misalnya: Yesus juga diejek sebagai kerasu­kan setan dan gila (Yoh 7:20 Yoh 10:20). Ini tentu tidak berarti bahwa Yesus bersikap seperti orang gila atau seperti orang yang kerasukan setan dalam Mark 5:2-5, yang berkeliaran di pekuburan, berteriak-teriak, dan memukuli dirinya sendiri dengan batu!

Jadi jelas bahwa Kisah Para Rasul  2:13 ini tidak bisa dipakai sebagai dasar untuk membenarkan tindakan orang-orang yang rebah, berguling- guling, jerking, menari-nari dsb, dalam kebaktian.

6)Juga dikatakan bahwa orang yang mengalami Toronto Blessing itu sedang ‘lost in communion with God’ (= hilang dalam perseku­tuan dengan Allah).

Ini didasarkan atas Mazmur 1:2 dimana kata ‘merenungkan’ yang berasal dari kata Ibrani HAGAH, lalu diartikan ‘berdoa dengan mengucapkan ayat-ayat Kitab Suci yang sama berulang-ulang’ sampai orang itu hilang dalam persekutuan dengan Allah.

Tanggapan saya:

a)Dalam Maz 1:2, kata HAGAH tidak mungkin diartikan demikian, karena ayat ini tidak berbicara tentang orang yang berdoa, tetapi tentang orang yang merenungkan Firman Tuhan!

b)Disamping itu berdoa semacam ini (mengucapkan ayat-ayat Kitab Suci berulang-ulang) termasuk doa bertele-tele yang dilarang oleh Yesus dalam Mat 6:7.

Kata-kata ‘janganlah kamu bertele-tele’ dalam Mat 6:7 di­terjemahkan berbeda-beda:

-NASB: do not use meaningless repetititon (= janganlah menggunakan pengulangan yang tak berarti).

-NIV: do not keep on babbling (= janganlah terus mengoceh).

-KJV: use not vain repetitions (= janganlah menggunakan pengulangan yang sia-sia).

-RSV: do not heap up empty phrases (= janganlah menumpuk ungkapan-ungkapan / kata-kata kosong).

-NKJV: do not use vain repetitions (= janganlah menggunakan pengulangan yang sia-sia).

Yang manapun terjemahan yang saudara pilih, Mat 6:7 ini tetap akan menentang doa yang dilakukan dengan mengulangi kalimat yang sama terus menerus, sekalipun kalimat itu adalah ayat Kitab Suci! Bahkan Mat 6:7 ini mengatakan bahwa berdoa seperti itu adalah berdoa seperti orang kafir / tidak mengenal Allah!

c)Pada waktu saya melihat video cassette kebaktian Toronto Blessing, saya tidak percaya sedikitpun bahwa orang-orang yang mengalami Toronto Blessing itu, dengan segala tindakan­nya yang aneh-aneh itu, sedang bersekutu dengan Allah! Apakah pada saat khotbah / Firman Tuhan diberitakan, jemaat boleh bersekutu dengan Allah secara pribadi dan mengabaikan Firman Allah yang sedang diberitakan? Kalau memang mereka mau bersekutu dengan Allah, maka caranya adalah dengan mendengar khotbah / Firman Tuhan yang saat itu sedang diber­itakan!

7)Kisah Para Rasul  10:10 - “tiba-tiba rohnya diliputi kuasa ilahi”.

Dalam terjemahan KJV, RSV, NASB, NIV terjemahannya adalah: he fell into a trance.

Hal yang sama terjadi dalam Kisah Para Rasul  11:4 dan Kisah Para Rasul  22:17.

Jadi, baik Petrus maupun Paulus pernah mengalami trance. Karena itu, kalau dalam Toronto Blessing itu ada banyak orang mengalami trance (= kehilangan kesadaran), itu adalah sesuatu yang alkitabiah.

Tanggapan saya:

Kita perlu mengetahui apa arti dari kata trance ini.

Kata ‘trance’ itu kalau dilihat dalam kamus Inggris - Indone­sia oleh John M. Echols dan Hassan Shadily, diartikan sebagai ‘keadaan tak sadarkan diri’, ‘lupa daratan’, atau ‘kerasukan’.

Sedangkan Webster’s New World Dictionary menambahkan arti “a state resembling sleep, in which consciousness may remain although voluntary movement is lost, as in catalepsy or hypno­sis” (= suatu keadaan menyerupai tidur, dimana kesadaran bisa tetap ada tetapi tidak ada gerakan yang disadari / disengaja, seperti dalam hal orang yang terkena ayan atau hipnotis).

Selanjutnya kata bahasa Inggris ‘trance’ dalam ayat-ayat itu diterjemahkan dari kata bahasa Yunani EKSTASIS. Dari kata Yunani ini diturunkan kata bahasa Inggris ecstasy, yang arti­nya adalah ‘kegembiraan yang meluap-luap’.

Apakah ini bisa dijadikan dasar dari tertawa terbahak-bahak dalam Toronto Blessing?

Bacalah seluruh text dari Kis 10,11 dan Kis 22 itu, maka saudara akan melihat bahwa baik Petrus maupun Paulus tidak berada dalam keadaan tidak sadar, ataupun kegembiraan yang meluap-luap. Keduanya mengalami hal itu pada saat mereka sedang berdoa. Dan pada saat mereka mengalami hal itupun mereka tidak lalu rebah, pingsan, bergerak-gerak tak terkenda­li seperti orang sakit ayan, bergulung-gulung di lantai, tertawa terbahak-bahak, dsb. Sebaliknya mereka tetap bisa berkomunikasi secara sadar dan wajar dengan Tuhan!

Semua ini menyebabkan saya lebih menerima arti dari trance ataupun EKSTASIS seperti yang diberikan di bawah ini:

W.E. Vine dalam An Expository Dictionary of New Testament Words mengartikan: “a condition in which ordinary conscious­ness and the perception of natural circumstances were with­held, and the soul was susceptible only to the vision imparted by God” (= suatu kondisi / keadaan dimana kesadaran dan penge­lihatan / daya memahami yang normal terhadap keadaan alamiah ditahan / disembunyikan, dan jiwa orang itu hanya terbuka / bisa menerima pengelihatan yang diberikan oleh Allah).

Dengan kata lain, maka trance / EKSTASIS hanya merupakan suatu keadaan dimana Allah menutup kesadaran seseorang terhadap hal- hal lain, supaya orang itu bisa berkonsentrasi secara khusus hanya terhadap diri Allah dan apa yang akan Allah berikan kepadanya (firman, pengelihatan, dsb).

Ini tentu tidak sama dengan apa yang terjadi dalam Toronto Blessing, dimana orang mengalami trance tanpa ada tujuan apa- apa dari Allah, dan bahkan menyebabkan mereka itu justru mengabaikan khotbah / firman Tuhan secara total!

Ada 3 hal yang sangat penting yang ingin saya tambahkan ten­tang trance.

a)Baik Petrus maupun Paulus, hanya pernah 1 x mengalami trance itu. Ini berbeda dengan orang-orang yang mengalami trance secara rutin / dalam setiap kebaktian / persekutuan!

John F. MacArthur Jr. dalam bukunya yang berjudul The Char­ismatics, p 31, menuliskan sebagai berikut:

“I have talked with one charismatic who said: ‘Oh, Yes, it’s vital to be slain in the Spirit. In fact, you should never go for more than 2 or 3 weeks without being slain in the Spirit’. Another fellow told me that there are no limits to it. It becomes a contest to see who can get ‘slain’ the most often” (= Saya telah berbicara dengan seorang Kharismatik yang berkata: ‘O, ya, adalah merupakan sesuatu yang sangat penting untuk tumbang dalam Roh. Sebetulnya, kamu tidak boleh hidup lebih dari 2 atau 3 minggu tanpa mengalami tumbang dalam Roh’. Seorang yang lain berkata kepada saya bahwa tidak ada batasan terhadap hal itu. Itu menjadi suatu kontes / pertandingan untuk melihat siapa yang bisa ‘tumbang / nggeblak’ paling sering).

b)Satu hal lain yang penting adalah bahwa baik Petrus maupun Paulus mengalami hal ini bukan pada saat kebaktian, tetapi pada saat melakukan doa pribadi! Memang dalam Kisah Para Rasul  22:17 dikatakan bahwa saat itu Paulus sedang berdoa di Bait Allah, tetapi ini tetap doa pribadi (Bahwa dalam Bait Allah sering ada doa pribadi terlihat dari ayat-ayat seperti 1Sam 1:9-11 Lukas 18:9-14).

Karena itulah maka Tuhan bisa saja melakukan intervensi dan memberikan trance kepada mereka supaya mereka bisa mendengar dengan penuh konsentrasi apa yang akan Ia sampaikan kepada mereka.

Ini tentu tidak bisa disamakan dengan Toronto Blessing dimana trance itu dialami oleh banyak orang sekaligus di dalam suatu kebaktian, apalagi pada saat firman Tuhan diber­itakan, sehingga mengacaukan seluruh kebaktian dan pemberi­taan firman Tuhan! Keadaan kacau seperti ini jelas berten­tangan dengan 1Kor 14:33,40 yang mengatakan bahwa Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera / keter­aturan dalam kebaktian!

c)Dalam Majalah Intisari bulan September 1992, Dr. Luh Ketut Suryani, kepala bidang Laboratorium Psikiatri Universitas Udayana Bali mengatakan:

# ”Ada beberapa cara yang memungkinkan seseorang mencapai trance. Antara lain lewat meditasi, hipnotisme, obat- obatan, pemusatan pikiran pada sepenggal pengalaman, yang bisa pula berbarengan dengan situasi yang monoton, rang­sangan berirama, keletihan fisik, ketegangan atau pengha­rapan emosional. ... trance terjadi karena adanya kekuatan hipnotis (oleh diri sendiri atau orang lain), dan dipicu oleh iringan tetabuhan yang monoton” (hal 106).

# ”Pertunjukan debus yang dipimpin seorang syeh juga diser­tai alunan alat musik sederhana untuk mengiringi para pezikir yang selalu menyanyikan lagu puji-pujian kepada Tuhan. Demikian pula pada kuda lumping yang diiringi seperangkat tetabuhan dan disertai seorang ‘dukun’ sebagai penanggung jawab atas keselamatan pemain. Irama musik pengiring kedua bentuk kesenian ini sama-sama monoton. Jadi apapun yang monoton yang diarahkan terhadap seseorang pada dasarnya mampu menjadikan kesurupan” (hal 138).

Catatan:

-jelas bahwa trance yang dimaksud disini adalah trance yang merupakan pekerjaan setan / kuasa gelap. Ini tentu berbeda dengan trance yang dialami oleh Petrus ataupun Paulus dalam Kisah Rasul.

-kata-kata Dr. Luh Ketut Suryani ini bisa menjelaskan menga­pa dalam persekutuan dan kebaktian gereja-gereja Pentakosta dan Kharismatik, sering terjadi trance, tumbang dalam roh dsb. Itu semua terjadi karena musik / lagu yang monoton (ingat bahwa lagu yang sama yang diulang-ulang terus mener­us sampai puluhan kali, jelas merupakan sesuatu yang mono­ton).

-ini juga menjelaskan mengapa orang yang ‘belajar bahasa Roh’ dengan mengucapkan kata yang sama terus menerus, akhirnya mengalami trance dan betul-betul berbahasa roh (tentu bukan bahasa Roh dari Tuhan!). Persoalannya adalah bahwa pengucapan kata yang sama secara terus menerus juga merupakan sesuatu yang monoton.

Selanjutnya, Dr. Luh Ketut Suryani juga menambahkan:

“Tapi kalau penari Bali puasnya tak terlukiskan. Bahkan, dalam tarian keagamaan di pura, kepuasan itu berwujud kete­nangan batin yang masih berlangsung sampai tiga hari” (hal 138).

Kalau ini benar, maka ini bisa menjelaskan mengapa orang- orang yang mengalami ‘tumbang dalam Roh’ itu berkata bahwa tumbang dalam Roh itu enak, atau berkata bahwa mereka merasa sejahtera, dsb (Catatan: saya berpendapat ini hanya damai yang semu, bukan damai dan sukacita sejati yang dari Tuhan. Tuhan tidak pernah memberikan damai dengan membuat anakNya rebah!).

8) 1Sam 19:23-24 - “Lalu pergilah ia (Saul) ke sana, ke Nayot, dekat Rama dan pada diapun hinggaplah Roh Allah, dan selama ia melanjutkan perjalanannya ia kepenuhan seperti nabi, hingga ia sampai ke Nayot dekat Rama. Iapun menanggalkan pakaiannya dan iapun juga kepenuhan di depan Samuel. Ia rebah terhantar dengan telanjang sehari-harian dan semalam-malaman itu. Itulah sebabnya orang berkata: ‘Apakah juga Saul termasuk golongan nabi?’”.

Bagian ini mengatakan bahwa Saul kepenuhan (Roh Kudus) dan itu menyebabkan ia rebah sehari-harian dan semalam-malaman. Karena itu tidaklah aneh kalau dalam Toronto Blessing itu ada orang yang mengalami ‘rebah / tumbang dalam Roh’, selama berjam-jam. 

Supaya bagian ini tidak dijadikan dasar untuk ‘telanjang di dalam Roh’, maka dikatakan bahwa kata ‘telanjang’ disini maksudnya bukanlah ‘telanjang bulat’, tetapi hanya tanpa jubah luar dan senjata.

Tanggapan saya:

Ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang bagian ini:

a) Dalam bagian ini Kitab Suci Indonesia salah terjemahan!

Kata yang diterjemahkan ‘kepenuhan seperti nabi’ dan ‘kepen­uhan’, seharusnya kedua-duanya diterjemahkan dengan ‘bernu­buat’.

Perhatikan terjemahan NIV di bawah ini:

“So Saul went to Naioth at Ramah. But the Spirit of God came even upon him, and he walked along prophesying until he came to Naioth. He stripped off his robes and also prophesied in Samuels presence. He lay that way all that day and night. This is why people say, ‘Is Saul also among the prophets?’” (= Jadi Saul pergi ke Nayot di Rama. Tetapi Roh Allah datang bahkan pada dia, dan ia berjalan sambil bernubuat sampai ia tiba di Nayot. Ia melepaskan jubahnya dan juga bernubuat di hadapan Samuel. Ia berbaring seperti itu sepanjang hari dan malam itu. Inilah sebabnya orang-orang berkata: ‘Apakah Saul juga termasuk di antara nabi-nabi?’)

Catatan:

· KJV, RSV, NASB, NKJV menterjemahkan seperti NIV.

Saya bukan asal memilih terjemahan yang ‘anti Toronto Blessing’, tetapi saya memilih terjemahan yang benar!

· Kesalahan serupa juga terjadi pada 1Sam 19:20b,20c,21b, 21c. Semua kata ‘kepenuhan’ dan ‘kepenuhan seperti nabi’ seharusnya adalah ‘bernubuat’.

Jadi jelas bahwa pada saat itu Saul (dan juga orang-orang suruhannya dalam ay 20-21) bukannya ‘kepenuhan Roh’, tetapi ‘bernubuat’! Roh Kudus memang datang kepada mereka, tetapi bukan untuk memenuhi mereka, memimpin mereka atau memberkati mereka, tetapi hanya untuk membuat mereka bernubuat. Untuk apa Roh Kudus datang kepada mereka dan menyebabkan mereka bernubuat, bisa saudara lihat dalam penjelasan di bawah ini.

b) Untuk mengerti bagian ini dengan benar, kita lagi-lagi perlu membaca danmemperhatikan seluruh kontexnya!

Dalam 1Sam 15 Tuhan menolak Saul sebagai raja.

Dalam 1Sam 16:1-13 Tuhan menyuruh Samuel mengurapi Daud menjadi raja menggantikan Saul.

Dalam 1Sam 16:14-23 dikatakan bahwa Roh Tuhan telah mundur dari Saul, dan lalu roh jahat mengganggu dia.

Dalam 1Sam 17 kita melihat bahwa Daud mengalahkan Goliat.

Dalam 1Sam 18:6-7 rakyat menyanjung Daud lebih dari Saul.

Dalam 1Sam 18:8-11 Saul iri hati kepada Daud, lalu ia dikua­sai oleh roh jahat, sehingga ingin membunuh Daud.

Dalam 1Sam 19:9-10 Saul kembali dikuasai oleh roh jahat dan ia berusaha membunuh Daud lagi.

Sekarang kita melihat pada 1Sam 19:18-24. Di sini kita melihat bahwa 3 x Saul mengirim orang-orang suruhannya untuk mengambil / menangkap Daud, tetapi 3 x juga Roh Kudus datang pada orang-orang suruhan Saul itu sehingga mereka bukannya menangkap Daud tetapi malah bernubuat. Akhirnya dalam 1Sam 19:23-24 Saul sendiri datang untuk menangkap / membunuh Daud. Tetapi untuk ke 4 x nya Roh Kudus datang, dan sekali ini kepada Saul sendiri, dan ini menyebabkan Saul bernubuat dan tidak bisa menangkap / membunuh Daud.

Kesimpulannya: dalam bagian ini Roh Kudus datang dan menye­babkan orang bernubuat, tetapi bukan untuk kebaikan orang tersebut. Ia datang kepada Saul dan orang-orang suruhannya hanya untuk melakukan intervensi supaya mereka semua tidak bisa menangkap / membunuh Daud.

Karena itu, jelas bahwa bagian ini tidak bisa dijadikan dasar untuk mendukung orang-orang yang berguling-guling, rebah dsb, pada waktu menerima ‘lawatan Allah’ / Toronto Blessing!

c) Raja Saul (dan juga orang-orang suruhannya) jelas bukanlah anak-anak Tuhan. Seperti yang dikatakan oleh Paulus: ‘Sebab tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel’ (Ro 9:9).

Bukti bahwa Raja Saul bukan termasuk anak Tuhan:

· Tuhan bukan hanya menolak dia (1Sam 15:23,26), tetapi juga meninggalkan dia (1Sam16:14). Bahkan Tuhan lalu membiarkan Saul diganggu dan dirasuk oleh roh jahat yang dikatakan ‘dari pada Tuhan’ (1Sam 16:14,23 18:10 19:9).

· Saul meminta petunjuk arwah (1Sam 28:1-25).

· Saul mati bunuh diri (1Samuel 31:4), dan dalam 1Taw 10:14 bahkan dikatakan bahwa ‘TUHAN membunuh dia’.

Karena itu, bagaimana mungkin ayat Kitab Suci yang menunjuk­kan Saul rebah lalu dipakai sebagai dasar dari ‘tumbang / rebah di dalam Roh’ / Toronto Blessing?

d) Kata Ibrani yang diterjemahkan ‘telanjang’ oleh Kitab Suci Indonesia, adalah AROM, yang bisa diterjemahkan naked (= telanjang) atau undressed (= tidak berpakaian).

Dikatakan oleh seorang pendeta yang pro Toronto Blessing bahwa kata AROM ini artinya bukan ‘telanjang bulat’ tetapi hanya ‘tanpa jubah luar dan senjata’. Mungkin ia menekankan hal ini supaya ayat ini tidak dijadikan dasar dari ‘telan­jang dalam Roh’.

Tetapi saya percaya bahwa kata AROM memang bisa diartikan ‘telanjang bulat’. Alasannya, kata ini dipakai dalam Kej 2:25, yang berbunyi: “Mereka keduanya (Adam dan Hawa) telan­jang, manusia dan istrinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu”. Dalam ayat ini jelas bahwa artinya memang adalah ‘telanjang bulat’ karena pada jaman itu (sebelum Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa) memang belum ada pakaian.

Jadi adalah sesuatu yang memungkinkan bahwa dalam 1Samuel 19:24, Saul memang telanjang, bukan sekedar tanpa jubah luar / senjata! Karena itu, kalau bagian ini tetap mau dipaksakan untuk menjadi dasar dari ‘tumbang / rebah di dalam Roh’ maka konsekwensinya bagian ini harus juga bisa menjadi dasar dari ‘telanjang di dalam Roh’!

Terus terang, saya menguatirkan bahwa sebentar lagi akan ada praktek ‘telanjang dalam Roh’. Ingat bahwa orang-orang yang mengalami Toronto Blessing itu semua mengakui bahwa pada saat itu mereka tidak lagi bisa mengontrol dirinya. Sekarang bagaimana kalau itu memang berasal dari setan, dan setan yang sudah mengontrol diri mereka itu, lalu menggerakkan tangan mereka untuk melepaskan pakaian mereka?

Kalau ‘telanjang dalam Roh’ itu terjadi, sebelum saudara menganggap itu sebagai pekerjaan Tuhan, maka saudara perlu menyadari setelah dosa masuk ke dalam dunia, Tuhanlah yang memberikan pakaian kepada manusia (Kej 3:21). Juga perlu saudara ketahui bahwa dalam peristiwa orang yang kerasukan setan di Gerasa, setanlah yang membuat orang itu telanjang (Luk 8:27), tetapi Yesus justru menyembuhkan dan membuat orang itu kembali berpakaian (Luk 8:35). Jadi, bukan Tuhan tetapi setanlah yang senang menelanjangi manusia!

Kata AROM itu juga digunakan dalam Ayub 1:21 (2 x) Ayub 22:6 Ayub 24:7,10 Ayub 26:6 Pengkhotbah 5:15 Yes 20:2,3,4 Yes 58:7 Hos 2:3 Amos 2:16 Mikha 1:8, dan dalam semua ayat-ayat ini KJV menterjemahkan naked (= telanjang).

Dari ayat-ayat itu ada ayat-ayat dimana AROM harus diartikan ‘telanjang bulat’ seperti dalam Ayub 1:21 Pengkhotbah 5:15 Hosea 2:3. Memang harus diakui bahwa Amos 2:16 Mikha 1:8 dan khususnya Yes 20:2,3,4 memungkinkan arti ‘tanpa jubah luar’.

Yes 20:2-4 berbunyi: “... berfirmanlah TUHAN melalui Yesaya bin Amos. FirmanNya: ‘Pergilah dan bukalah kain kabung dari pinggangmu dan tanggalkanlah kasut dari kakimu,’ lalu iapun berbuat demikian, maka berjalanlah ia telanjang dan tidak berkasut. Berfirmanlah TUHAN: ‘Seperti hambaKu Yesaya berja­lan telanjang dan tidak berkasut tiga tahun lamanya sebagai tanda dan alamat terhadap Mesir dan terhadap Etiopia, demi­kianlah raja Asyur akan menggiring orang Mesir sebagai tawanan dan orang Etiopia sebagai buangan, tua dan muda, telanjang dan tidak berkasut dengan pantatnya kelihatan, suatu penghinaan bagi Mesir’”.

Penjelasan Yes 20:2-4:

· Dalam Yes 20:2,3,4 ini kata ‘telanjang’ tidak mungkin diartikan ‘telanjang bulat’. Betul-betul tidak masuk akal / tidak terbayangkan bahwa Tuhan menyuruh anakNya / hamba­Nya untuk telanjang bulat selama 3 tahun! Jadi ayat ini harus ditafsirkan bahwa Yesaya hanya membuka pakaian luar, tetapi tetap memakai pakaian dalam, atau setidaknya menu­tupi daerah yang tak seharusnya terbuka.

Catatan: ingat bahwa ‘pakaian dalam’ dari orang Israel pada jaman itu sangat berbeda dengan pakaian dalam orang jaman ini. Yang memakai jubah luar hanyalah raja (1Sam 24:5b, untuk Kitab Suci bahasa Inggris 1Sam 24:4b), nabi (1Sam 28:14), dan orang-orang yang kaya (Ayub 1:20). Tetapi orang-orang biasa tidak memakai jubah luar, dan hanya memakai ‘pakaian dalam’ tersebut, khususnya pada cuaca panas. Jadi pada waktu Yesaya hanya ber’pakaian dalam’ ini adalah sesuatu yang aneh untuk seorang nabi, tetapi ini tidak termasuk melanggar kesopanan / kesusi­laan.

· Bahwa kata ‘telanjang’ harus diartikan seperti ini, terli­hat dari perintah Tuhan dalam Yes 20:2 yang berbunyi: “Pergilah dan bukalah kain kabung dari pinggangmu dan tanggalkanlah kasut dari kakimu”.

2 hal yang perlu diperhatikan:

* Tuhan hanya menyuruh membuka kain kabung, bukan semua pakaian.

* Setelah disuruh membuka kain kabung, lalu Yesaya disuruh menanggalkan kasut. Kalau ‘buka kain kabung’ sudah menun­jukkan bahwa Yesaya harus telanjang bulat, maka tak perlu lagi diperintahkan untuk membuka kasut! Jadi, adanya perintah menanggalkan kasut, menunjukkan bahwa ‘buka kain kabung’ tidak berarti telanjang bulat.

Juga, pada waktu menggambarkan Mesir yang telanjang (Yesaya 20:4), dikatakan bahwa ‘pantatnya kelihatan’. Ini tidak ada pada waktu menggambarkan Yesaya telanjang.

· Bahwa keadaan seperti itu sering disebut ‘telanjang’ terlihat dari ayat-ayat seperti:

* 2Sam 6:20 (bdk. 2Sam 6:14).

* Markus 14:52.

* Yohanes 21:7 (KJV) - for he was naked (= karena tadinya ia telanjang).

Kalaupun kata AROM itu diartikan ‘tidak telanjang bulat’, tetapi diartikan ‘membuka sebagian pakaian’, ini sudah cukup gawat! Kalau dalam kebaktian orang-orang kristen melakukan hal ini, sehingga hanya berpakaian dalam di gereja (‘berpa­kaian dalam di dalam Roh’?), lebih-lebih kalau laki-laki maupun perempuan sama-sama berguling-guling di lantai hanya dengan berpakaian dalam, itu sudah sangat mengerikan dan memalukan! Bisa-bisa Kristen akan menjadi agama yang dila­rang di Indonesia, karena tidak sesuai dengan kepribadian dan kebudayaan bangsa Indonesia!

9)Ayat-ayat di bawah ini juga sering dipakai sebagai dasar dari orang-orang kristen jaman sekarang yang mengalami ‘rebah / tumbang dalam roh’.

# 1Raja-raja 8:10-11 / 2Taw 5:13-14 -> imam-imam tidak tahan berdiri karena kemuliaan Tuhan dalam Bait Allah.

# Yeh 1:28 Yeh 3:23 -> Yehezkiel sujud / sembah sujud [NIV: fell facedown (= jatuh tertelungkup)] pada waktu mendapat pengelihatan tentang Tuhan.

# Daniel 10:8-9 -> pada waktu Daniel mendapat pengelihatan tentang Tuhan, ia menjadi pucat, kehilangan kekuatannya, bahkan jatuh pingsan dengan muka tertelungkup.

# Yohanes 18:6 -> orang-orang yang mau menangkap Yesus jatuh ke tanah.

# Kisah Para Rasul  9:2-6 -> Saulus rebah ke tanah waktu Yesus menampakkan diri kepadanya.

# Wahyu 1:17 -> rasul Yohanes tersungkur di depan kaki Yesus sama seperti orang mati.

Tanggapan saya: 

a)Kata-kata ‘tidak tahan berdiri’ dalam 1Raja-raja 8:10-11 maupun 2Taw 5:13-14 (juga 2Taw 7:1-2) sama sekali tidak menunjukkan bahwa imam-imam itu rebah / pingsan. Hanya saja kemuliaan Tuhan yang begitu hebat membuat mata mereka tidak tahan memandangnya dan karena itu mereka terpaksa sujud, supaya mata mereka tidak memandang kemuliaan Tuhan. Ini mirip dengan orang yang tidak tahan memandang sinar yang terlalu terang sehingga harus menundukkan mukanya ke bawah.

Bandingkan ini dengan:

# Yesaya 6:2 yang menunjukkan bahwa para Serafimpun terpaksa menggunakan 2 buah sayapnya untuk menutupi muka mereka karena merekapun tidak tahan melihat kemuliaan Tuhan.

# Kel 3:6b dan Kis 7:32b yang menunjukkan bahwa Musa gemetar dan menutupi mukanya karena takut / tak berani memandang Allah.

# Keluaran 33:18-23 yang menceritakan bahwa Musa ingin melihat kemuliaan Tuhan, tetapi ditolak oleh Tuhan dengan berkata: “Engkau tidak tahan memandang wajahKu, sebab tidak seo­rangpun yang memandang Aku dapat hidup”.

# Keluaran 40:34-35 yang menunjukkan bahwa Musa tidak bisa masuk ke Kemah Suci karena kemuliaan Tuhan memenuhinya.

# Wahyu 15:8 yang berbunyi: “Dan Bait Suci itu dipenuhi asap karena kemuliaan Allah dan karena kuasaNya, dan seorangpun tidak dapat memasuki Bait Suci itu”.

Karena itu dalam NIV, baik untuk 1Raja-raja 8:10-11 maupun untuk 2Taw 5:13-14 diterjemahkan ‘the priests could not perform their service’ (= imam-imam tidak bisa melakukan pelayanan mereka).

b)Yeh 1:28 dan Yeh 3:23 menunjukkan bahwa Yehezkiel melihat kemuliaan Tuhan sehingga ia lalu sujud menyembah. Ini merupakan reaksi normal dari seseorang pada waktu melihat Allah yang begitu mulia. Ini bahkan terjadi pada diri dari ke 24 tua-tua dan malaikat di surga (Wahyu 4:10 5:14 7:11). Ini tentu berbeda dengan orang-orang yang ‘rebah / tumbang dalam roh’ padahal tidak melihat kemuliaan Tuhan!

Disamping itu dalam pengalaman Yehezkiel, Tuhan sama sekali tidak merebahkan dia, tetapi sebaliknya justru menyuruh dia bangun dan bahkan membangunkan / mengangkat dia (Yeh 2:1-2 Yeh 3:24).

Catatan: kata ‘rohku’ dalam Yeh 2:2 seharusnya adalah The Spirit (= Roh), dan menunjuk kepada Roh Kudus, bukan kepada roh Yehezkiel. Demikian juga dengan kata ‘roh’ dalam Yeh 3:24.

c)Daniel 8:17 dan Daniel 10:8-9 menunjukkan apa yang dialami oleh Daniel pada waktu ia mendapat pengelihatan.

Dalam Kitab Suci memang sering terjadi dimana orang yang mendapat pengelihatan tentang Tuhan sendiri lalu menjadi begitu takut, bahkan kadang-kadang jatuh pingsan saking takutnya (bdk. Kel 19:16-25 Keluaran 20:18-21 Hakim2 6:22-23 Hakim2 13:20-22 1Raja2 19:12-13 Yesaya 6:1-5 Lukas 1:11-13,26- 30,65 Lukas 2:8-10 Matius 17:6 Matius 28:1-5 Markus 16:4-8 Lukas 24:4-5 Wahyu 22:8).

Jadi jelas bahwa Daniel bukan pingsan karena menerima Roh Kudus / dipenuhi Roh Kudus, tetapi karena takutnya melihat pengelihatan itu. Bahwa Daniel memang takut, terlihat dari Dan 10:12 dimana Tuhan berkata kepadanya ‘Janganlah takut, Daniel’.

Ini lagi-lagi tidak sama dengan orang yang ‘tumbang / rebah di dalam Roh’ yang rebah / jatuh pingsan tanpa mendapat pengelihatan apa-apa.

Perhatikan juga bahwa dalam Dan 8:18, Tuhan justru memban­gunkan Daniel yang jatuh pingsan / tertelungkup itu! Jadi, baik Yehezkiel maupun Daniel sama-sama dibangunkan oleh Tuhan. Mengapa hal ini tidak pernah terjadi pada diri orang- orang yang mengalami ‘tumbang / nggeblak dalam Roh’ pada jaman sekarang?

d)Yoh 18:6 jelas tidak bisa dipakai sebagai dasar dari ‘rebah / tumbang di dalam Roh’ karena orang-orang ini adalah orang kafir, yang jelas tidak mempunyai Roh Kudus. Ayat ini tidak berhubungan dengan penerimaan Roh Kudus ataupun kepenuhan Roh Kudus.

Orang-orang itu mau menangkap Yesus, dan mereka rebah oleh kuasa Yesus, sebagai suatu peringatan bagi mereka, supaya bertobat dari dosa mereka.

e)Kisah Para Rasul  9:2-6 sama seperti dalam Yohanes 18:6 di atas, dimana bagian ini jelas juga tidak bisa dipakai sebagai dasar untuk membe­narkan ‘tumbang dalam roh’ ataupun Toronto Blessing, karena bagian ini berbicara tentang orang-orang yang tidak / belum percaya kepada Yesus! Sekalipun ini adalah saat pertobatan rasul Paulus, tetapi bagaimanapun juga pada saat itu ia belum bertobat, sehingga tak mungkin ia menerima Roh Kudus atau dipenuhi Roh Kudus! Demikian juga dengan semua orang yang saat itu bersama-sama dengan dia (bdk. Kisah Para Rasul  26:14).

f)Wahyu 1:17 penjelasannya sama seperti Dan 10:8-9 di atas. Rasul Yohanes tersungkur seperti orang mati, saking takutnya melihat Yesus dengan kemuliaanNya. Ini terlihat jelas dari kata-kata ‘Jangan takut’ yang diucapkan oleh Yesus kepadanya pada akhir dari Wahyu 1:17.

Kalau kita membaca seluruh ayat-ayat Kitab Suci tentang orang- orang yang rebah / tumbang / pingsan / menjadi lemas dsb, maka bisa disimpulkan beberapa kemungkinan sebagai berikut:

# Hal itu datang dari Tuhan, tetapi ditujukan kepada orang- orang yang bukan anakNya, untuk menghukum / menghajar / mempertobatkan mereka. Misalnya: raja Saul (1Sam 19:23-24), Saulus (Kis 9:2-6), orang yang mau menangkap Yesus (Yoh 18:6), dsb.

Karena ini ditujukan kepada orang yang bukan anak Tuhan, maka jelas ayat-ayat ini tidak bisa dijadikan dasar dari ‘tumbang / rebah dalam Roh’! Disamping itu, ini adalah hukuman / hajaran, sedangkan ‘tumbang / rebah dalam Roh’ diartikan sebagai berkat (blessing) dari Tuhan.

# Hal itu datang dari setan, dan terjadi pada diri orang yang kerasukan setan. Ini bisa (tidak selalu) terjadi:

-pada waktu setan itu masih ada di dalam orang itu, dimana ia membanting-banting orang itu, atau membuat orang itu melakukan aktivitas-aktivitas aneh diluar kontrol dari orang yang kerasukan itu (Matius 17:15 Markus 9:17-18 Lukas 9:39 Markus 5:3-5).

Aktivitas tak terkontrol sebagai akibat tindakan setan ini bahkan terjadi pada binatang / babi (Markus 5:13).

Karena itu kalau dalam Toronto Blessing ini ada aktivitas aneh yang terjadi di luar kontrol dari orangnya, itu harus dicurigai sebagai pekerjaan setan!

-pada waktu orang yang kerasukan itu dibawa kepada Yesus (Markus 9:20 Markus 3:11 Lukas 8:28).

-pada waktu setannya sedang diusir dan pada waktu setannya baru keluar (Markus 9:25-26). Ini terjadi karena tubuh yang baru dipakai oleh setan untuk melakukan aktivitas yang hebat itu lalu menjadi lemas pada waktu setannya meninggal­kan tubuh itu.

Karena itu, orang-orang yang pro pada ‘tumbang / rebah dalam Roh’ mengatakan bahwa orang-orang yang rebah itu bisa rebah / pingsan karena ada kuasa gelapnya.

Terhadap hal ini saya menjawab bahwa tidak mungkin begitu banyak orang yang rebah itu semua mempunyai kuasa gelap, karena pada diri merekapun tak ada tanda-tanda kerasukan. Dan disamping itu, hamba Tuhannya tidak menengking setan, tetapi hanya menumpangi tangan (bahkan dari jarak jauh); lalu mengapa setannya tahu-tahu pergi tanpa ditengking?

Karena kemungkinan kedua ini merupakan pekerjaan setan, maka jelas bahwa ayat-ayat ini tidak bisa dijadikan dasar dari ‘tumbang / rebah dalam Roh’ yang dianggap sebagai pekerjaan Tuhan!

Perlu juga saudara ketahui bahwa dalam Kitab Suci tidak pernah dikatakan Tuhan membuat anak-anakNya jatuh pingsan, dan tidak pernah Tuhan membanting-banting anak-anakNya. Yang senang melakukan hal-hal seperti itu hanyalah setan. Karena itu saya mencurigai ‘tumbang / rebah dalam Roh’ justru sebagai pekerjaan kuasa gelap! Bisa saja para ‘hamba Tuhan’ itu menggunakan kuasa gelap, supaya dianggap sakti. Ingat bahwa menjelang akhir jaman ada banyak nabi palsu!

# Hal ini datang dari orang itu sendiri.

Di atas sudah saya katakan bahwa rasa takut, yang diikuti dengan muka yang menjadi pucat, badan lemas, kehilangan tenaga dan jatuh pingsan, merupakan reaksi normal yang sering terjadi pada orang-orang yang mendapat pengelihatan tentang Tuhan.

Saya menyebut ini sebagai reaksi normal, karena hal ini juga bisa terjadi kalau orang melihat hantu atau hal menakutkan lainnya. Karena itu mengapa tidak bisa terjadi kalau orang melihat malaikat atau Tuhan sendiri, yang jauh lebih dahsyat dari setan / hantu?

Bahwa hal ini sebetulnya bukan merupakan pekerjaan Tuhan, terbukti dari fakta bahwa Tuhan justru menyuruh orang yang rebah itu bangun, atau bahkan Tuhan membangunkan orang yang rebah itu (Yeh 2:1-2 Yeh 3:24 Daniel 8:18).

Karena ini datang dari orang itu sendiri, dan bukan merupa­kan pekerjaan Tuhan, maka lagi-lagi kejadian-kejadian ini tidak bisa dijadikan dasar dari ‘tumbang / rebah dalam Roh’.

Kesimpulannya:

Dalam Kitab Suci tidak ada ayat yang mendukung ‘tumbang / rebah dalam Roh’! ‘Tumbang / rebah dalam Roh’ adalah sesuatu yang sama sekali tidak Alkitabiah! Kalau saudara mengalami hal itu, ingatlah bahwa kemungkinan besar itu adalah pekerjaan setan!

10)Yohanes 21:25 - “Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu” (bdk. Yohanes 20:30).

Ayat ini dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa mungkin saja dalam pengalaman rasul-rasul maupun orang kristen abad pertama pernah terjadi hal-hal seperti Toronto Blessing, tetapi tidak dicatat dalam Kitab Suci.

Tanggapan saya:

a)Memang ada banyak hal yang benar yang tidak tertulis dalam Kitab Suci. Tetapi kalau Tuhan memang tidak mau hal itu tertulis dalam Kitab Suci, itu berarti bahwa Ia memang tidak menghendaki hal itu menjadi firman yang tertulis. Dengan demikian, maka hal itu juga tidak boleh dijadikan dasar dari suatu ajaran / praktek.

Kalau ada seseorang menggunakan ayat ini sebagai dasar dari Toronto Blessing, maka pada hakekatnya tindakannya ini sama dengan menambahi Kitab Suci dan dengan kata lain ia men­ganggap Kitab Suci tidak lengkap! Bandingkan dengan Wahyu 22:18-19 yang bukan hanya mengecam orang yang mengu­rangi Kitab Suci, tetapi juga mengecam orang yang menambahi Kitab Suci, dengan mengatakan bahwa Tuhan akan menambahkan kepada orang itu malapetaka-malapetaka yang tertulis dalam Kitab Wahyu!

b)Bahwa orang-orang yang pro Toronto Blessing menggunakan ayat ini sebagai dasar, itu menunjukkan bahwa mereka sebe­tulnya tidak punya dasar, sehingga harus mengada-ada / mencari-cari dasar yang sebetulnya tidak pernah ada!

c)Disamping itu, kalau ayat ini dipakai sebagai dasar untuk mengatakan bahwa mungkin hal seperti Toronto Blessing pernah terjadi dalam sejarah Kitab Suci, hanya tidak ditu­liskan dalam Kitab Suci, maka bukankah ini cuma spekulasi / dugaan belaka? Bisakah dibenarkan kalau spekulasi / tebakan / dugaan seperti itu lalu digunakan sebagai dasar suatu praktek / ajaran?

d)Kalau ayat ini bisa / boleh dijadikan dasar dari Toronto Blessing dengan anggapan bahwa hal itu sebetulnya ada tetapi tidak ditulis, maka ayat ini bisa menjadi dasar dari seadanya ajaran / praktek lain yang lebih sesat! Siapa tahu pada jaman dahulu rasul-rasul juga pernah melakukan naked in the Spirit (= telanjang dalam Roh), committing adultery in the Spirit (= berzinah dalam Roh), changing partner in the Spirit (= bertukar pasangan dalam Roh), dsb?

11)Selain itu dalam Toronto Blessing itu ada juga orang yang mengaum seperti singa dan yang lalu disebut ‘mengaum di dalam Roh’. Seorang Pendeta dari Gereja Vineyard di Toronto yang bernama Marc Dupont menggunakan dasar Kitab Suci dari Wah 5:5 dimana Yesus disebut sebagai ‘Singa dari suku Yehuda’ (Maja­lah Bahana, April 1995, hal 14).

Tanggapan saya

a)Bahwa Wah 5:5 yang menyebut Yesus sebagai ‘Singa dari suku Yehuda’ bisa dipakai sebagai dasar dari ‘mengaum di dalam Roh’ menunjukkan sekali bahwa orang-orang yang pro Toronto Blessing ini terpaksa menggunakan dasar yang terlalu di­cari-cari! 

Apakah sebetulnya artinya kalau Yesus disebut sebagai ‘singa dari suku Yehuda’? Istilah dalam Wah 5:5 ini berhu­bungan erat dengan nubuat / berkat yang diberikan oleh Yakub tentang / kepada Yehuda (dan keturunannya) dalam Kej 49:9-10 yang berbunyi sebagai berikut:

“Yehuda adalah seperti anak singa; setelah menerkam, engkau naik ke suatu tempat yang tinggi, hai anakku; ia meniarap dan berbaring seperti singa jantan atau seperti singa betina; siapakah yang berani membangunkannya?

Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa- bangsa”.

Ini merupakan nubuat bahwa raja-raja Israel akan lahir dari suku Yehuda, dan karena itulah maka suku ini disebut seba­gai singa, yang diakui sebagai raja hutan.

Jadi, kalau Yesus disebut ‘singa dari suku Yehuda’, itu menunjukkan bahwa Ia adalah seorang Raja, yang berasal dari keturunan Yehuda. Jadi sebutan ‘singa’ terhadap Yesus ini hanya menekankan Yesus sebagai Raja, dan sama sekali tak ada hubungannya dengan auman!

Dengan demikian jelaslah bahwa Wah 5:5 ini tidak bisa dipakai sebagai dasar dari ‘mengaum di dalam Roh’.

b)Dalam Kitab Suci, ‘singa’ bukan hanya dipakai sebagai simbol Yesus, tetapi juga sebagai simbol dari setan.

1Pet 5:8 - “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya”.

Lalu mengapa dengan begitu gampang dikatakan bahwa orang- orang itu ‘mengaum di dalam Roh’ karena Yesus? Mengapa bukan karena setan? Perhatikan juga bahwa pada waktu Yesus disebut sebagai ‘singa dari suku Yehuda’ dalam Wahyu 5:5, maka tidak dikatakan bahwa singa itu mengaum, sedangkan waktu setan disebut sebagai singa dalam 1Petrus 5:8, dikatakan bahwa singa itu mengaum-aum! Jadi, ‘mengaum di dalam Roh’ rasanya lebih cocok dikatakan sebagai pekerjaan setan!

c)Disamping itu, kalau memang Wahyu 5:5 dipakai sebagai dasar dari ‘mengaum di dalam Roh’, maka:

# Bagaimana mungkin bisa ada ‘menyalak di dalam Roh’ (Majalah Bahana April 1995, hal 14)? Sepanjang yang saya ketahui, Yesus / Allah / Roh Kudus tidak pernah dilam­bangkan sebagai anjing.

# Mengapa tidak ada ‘mendesis di dalam Roh’? Bukankah ‘ular tembaga’ dalam Bil 21:4-9 (bdk. Yoh 3:14-15) menunjuk kepada Yesus?

Juga mengapa tidak ada ‘mengembik di dalam Roh’? Bukankah Yesus disebut sebagai ‘anak domba Allah’ (Yohanes 1:29)?

Juga mengapa tidak ada ‘berkotek di dalam Roh’? Bukankah Yesus menggambarkan diriNya sendiri sebagai ‘induk ayam’ (Matius 23:37)?

Juga mengapa tidak ada ‘mbekur di dalam Roh’? Bukankah Roh Kudus dilambangkan sebagai ‘burung merpati’ (Matius 3:16)?

Bayangkan kalau semua bunyi binatang itu keluar dalam gereja / kebaktian; apakah gereja tidak lalu menjadi seperti kebun binatang?

# Saya juga bisa ‘membantu’ mereka dalam mencarikan ‘dasar Kitab Suci’ yang sama gilanya. Misalnya dalam Toronto Blessing ada orang yang lalu berdiri tegak seperti pa­tung. ‘Dasar Kitab Suci’nya adalah Mazmur 62:3 karena disana Allah disebut sebagai ‘gunung batu’, atau 1Korintus 10:4 karena disana Yesus disebut sebagai ‘batu karang’!

Dan kalau ada orang yang memutar-mutarkan tangannya seperti kincir angin (Majalah Bahana, April 1995, hal 20), ‘dasar Kitab Suci’nya adalah karena Kitab Suci menggambarkan Roh Kudus sebagai angin (Yohanes 3:8).

Dan kalau ada ‘seorang wanita yang bergulung-gulung di lantai seakan-akan hendak melahirkan’ (Majalah Bahana, April 1995, hal 20), maka ‘dasar Kitab Suci’nya adalah karena Roh Kudus itu adalah Pribadi yang melahirbarukan kita (Yohanes 3:3,5).

Tujuan saya menunjukkan semua ini adalah untuk menunjuk­kan bahwa gerakan yang bagaimanapun anehnya, bisa saja dicarikan ‘dasar Kitab Suci’nya! Dan memang seadanya ajaran sesat bisa saja dicarikan ‘dasar Kitab Suci’nya! Ingat bahwa pada waktu setan mencobai Hawa maupun Yesus, ia menggunakan firman Tuhan yang sudah dibengkokkan seenaknya sendiri (Kej 3:1b Matius 4:6). Dan sampai saat inipun setan masih menggunakan cara itu!

d)Adanya suara aneh yang bukan suaranya sendiri, yang dike­luarkan orang-orang yang menerima Toronto Blessing, lebih membuat kita harus curiga akan adanya pekerjaan kuasa gelap.

Alasannya: Kalau seseorang memiliki Roh Kudus atau dipenuhi Roh Kudus, maka suaranya akan tetap normal. Bahkan pada waktu seseorang bernubuat atau berbahasa Roh dibawah pen­guasaan Roh Kudus, suara yang ia keluarkan tetap adalah suaranya sendiri, bukannya berubah menjadi suara orang lain, apalagi suara binatang! Sebaliknya kita semua tahu bahwa orang yang kerasukan setan, selalu berubah dalam suaranya, dimana suara yang ia keluarkan bukan lagi suara­nya sendiri! Bandingkan dengan Matius 8:29,31 dan juga dengan Kisah Para Rasul  19:15 yang menunjukkan bahwa setan / roh jahatnyalah yang berbicara, bukan orang yang kerasukan itu.

12)Semua ayat yang menunjukkan bahwa orang kristen adalah orang yang mempunyai sukacita, seperti 1Taw 29:22 2Taw 30:21 Neh 12:43 Kisah Para Rasul  16:34 dsb. Lalu dikatakan bahwa tertawa terbahak- bahak itu merupakan perwujudan dari sukacita itu.

Tanggapan saya:

a)Sukacita tidak diwujudkan dengan tertawa terbahak-bahak, apalagi sampai berjam-jam / berhari-hari / berminggu-ming­gu. Orang mewujudkan sukacita dalam hati dengan memuji Tuhan, menyanyi, wajah yang berseri-seri, atau dengan tersenyum / tertawa biasa (bukan terbahak-bahak). Orang- orang tertentu bahkan mewujudkan sukacita dalam hati mereka dengan menangis / mengeluarkan air mata! Tertawa terbahak- bahak bukan terjadi pada waktu kita bersukacita, tetapi kalau kita merasa ada sesuatu yang lucu (Misalnya kalau kita menonton Toronto Blessing!). Dalam Kitab Suci kita juga tak pernah membaca bahwa Yesus ataupun rasul-rasul tertawa terbahak-bahak (sekalipun mereka jelas adalah orang yang penuh dengan sukacita).

Sebaliknya, orang yang tertawa terbahak-bahak belum tentu adalah orang yang mempunyai sukacita. Dalam Amsal 14:13 dikatakan bahwa ‘dalam tertawapun hati dapat merana’! Apakah ini yang dialami oleh orang-orang yang mengalami Toronto Blessing?

Saya bahkan yakin bahwa ada banyak dari orang-orang yang tertawa terbahak-bahak dalam Toronto Blessing itu bukannya sedang memiliki sukacita! Mengapa? Karena cukup banyak dari orang-orang yang mengalami ‘tertawa dalam Roh’ itu mengakui bahwa mereka merasa malu luar biasa akan hal itu, dan mereka ingin hal itu berhenti. Jadi mereka bukan merasa sukacita, tetapi merasa malu!

Apakah orang yang mengalami Toronto Blessing itu mengalami sukacita atau tidak, bisa sangat dipengaruhi oleh keper­cayaan mereka terhadap Toronto Blessing itu. Orang yang mempercayai bahwa Toronto Blessing itu merupakan lawatan Allah, tentu akan bersukacita pada waktu mengalami hal itu. Sebaliknya, orang yang tidak mempercayai hal itu sebagai pekerjaan Tuhan, pasti tidak akan bersukacita, dan bahkan merasa takut, pada waktu mengalami hal itu. Ini bukan sekedar suatu dugaan, tetapi ini saya dapatkan dari kesak­sian beberapa orang yang mengalami Toronto Blessing.

b)Kalau sukacita memang harus diwujudkan dengan tertawa terbahak-bahak, maka berdasarkan Fil 4:4 dimana Paulus berkata ‘bersukacitalah senantiasa’, kita semua harus tertawa terbahak-bahak senantiasa! Ini pasti akan membuat seluruh dunia menganggap bahwa semua orang kristen sudah gila.

c)Mengatakan bahwa sukacita harus diwujudkan dengan tertawa terbahak-bahak, adalah sama dengan mengatakan bahwa kasih / cinta harus diwujudkan dengan ciuman, pelukan, dan hubungan sex. Jadi, orang kristen yang penuh Roh Kudus, harus penuh dengan kasih, sehingga harus juga berciuman, berpelukan, berhubungan sex di gereja! Bisakah saudara menerima kegi­laan seperti ini? Ini menjadi ajaran Children of God, bukan ajaran kristen!

d)Orang-orang yang mengalami Toronto Blessing mengatakan bahwa mereka mengalami sukacita pada saat mengalami Toronto Blessing atau setelahnya. Jadi menurut kesaksian mereka, mereka bukannya mempunyai sukacita dahulu sehingga lalu mengalami Toronto Blessing / ‘tertawa dalam Roh’, tetapi sebaliknya! Dengan demikian, ‘tertawa dalam Roh’ itu terja­di tanpa alasan / sebab apapun!

Jadi, yang mana yang benar? Apakah Toronto Blessing / ‘tertawa dalam Roh’ menyebabkan sukacita, atau sukacita menyebabkan Toronto Blessing / ‘tertawa dalam Roh’?

e)Dalam persoalan tertawa yang tidak bisa ditahan dan terjadi tanpa sebab apapun, saya perlu menambahkan cerita ini.

Saya pernah bertemu dengan orang, yang jelas bukan orang kristen yang sejati, dan yang jelas adalah orang yang sedang kerasukan setan. Dan orang ini sering tertawa tanpa bisa ditahan, dan tanpa ada alasan apapun, khususnya pada waktu berdoa, atau pada waktu pemberitaan firman Tuhan dalam kebaktian.

Pada waktu saya menanyainya, ia berkata bahwa setan itu mengitik-ngitik dirinya sehingga ia terus tertawa tanpa bisa ditahan.

Jadi jelas bahwa setan bisa membuat orang tertawa tanpa bisa ditahan!

Karena itu, orang yang mengalami ‘tertawa dalam Roh’ perlu merenungkan hal ini: pekerjaan siapa yang menyebabkan saudara tertawa tanpa bisa ditahan? Pekerjaan Tuhan atau setan?

13)Mazmur 126:1-2 - “Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi. Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak sorai”.

Tanggapan saya:

Ayat ini jelas menunjukkan suatu sukacita / sorak sorai yang wajar / biasa, yang disebabkan oleh sebab tertentu, yaitu karena Tuhan baru memulihkan keadaan Sion.

Berbeda dengan ‘tertawa yang tidak wajar’ dan ‘gerakan-gera­kan aneh yang diluar kontrol’ dalam Toronto Blessing, yang terjadi tanpa sebab-sebab apapun.

14)Ayub 8:21 - “Ia (Allah) masih akan membuat mulutmu tertawa dan bibirmu bersorak-sorak”.

Dalam NIV dikatakan: “He will yet fill your mouth with laugh­ter and your lips with shouts of joy” (= Ia masih akan men­gisi mulutmu dengan tertawa dan bibirmu dengan teriakan sukacita).

Ayat ini juga bisa dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa Allah memang bisa mengisi mulut seseorang dengan tertawa, dan karena itu Toronto Blessing itu memang dari Allah.

Tanggapan saya:

a)Sekali lagi perlu ditekankan bahwa ‘tertawa’ tidaklah sama dengan ‘tertawa terbahak-bahak’! Kalau Allah memberikan sukacita dalam diri seseorang, memang bisa saja itu membuat orang itu tertawa. Tetapi ini tentu berbeda dengan tertawa terbahak-bahak, apalagi sampai berjam-jam / berhari-hari!

b)Perlu diketahui bahwa kata-kata dalam Ayub 8:21 ini diucap­kan oleh Bildad (Ayub 8:1). Ia adalah salah seorang dari teman-teman Ayub yang sebetulnya datang untuk menghibur Ayub, tetapi akhirnya justru mengecam / menghakimi Ayub. Tetapi kalau saudara membaca seluruh kitab Ayub, saudara akan melihat dengan jelas bahwa kecaman / penghakiman yang diberikan oleh teman-teman Ayub adalah salah! Ini terbukti pada akhir kitab Ayub, dimana Tuhan menyatakan kemurkaanNya kepada teman-teman Ayub ini, termasuk Bildad (Ayub 42:7- 10)!

15)Kejadian 21:6 - “Berkatalah Sara: ‘Allah telah membuat aku terta­wa; setiap orang yang mendengarnya akan tertawa karena aku’”.

Tanggapan saya:

a)Sara bukan tertawa tanpa sebab seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang mengalami Toronto Blessing. Ada 2 kemung­kinan yang menyebabkan Sara tertawa:

# bayi yang ia dapatkan (yaitu Ishak) membuat ia begitu bersukacita sehingga ia tertawa.

# ia merasa lucu bahwa dirinya sebagai seorang wanita yang berusia 90 tahun bisa mengandung, melahirkan, dan menyu­sui bayi.

Ini juga yang menyebabkan setiap orang yang mendengarnya akan tertawa. Mereka semua merasa lucu bahwa Sara bisa mengalami hal itu.

Ini tentu merupakan penafsiran yang lebih benar (bdk. Kejadian 18:12).

b)Tidak dikatakan bahwa Allah membuat Sara tertawa terbahak- bahak, apalagi sampai berjam-jam / berhari-hari / berming­gu-minggu!

16)Dalam Toronto Blessing, selain ada orang yang tertawa terba­hak-bahak, juga ada orang yang menangis.

Ayat-ayat yang dipakai sebagai dasar untuk ini adalah Hakim2 2:4 2Taw 34:27 Ezra 3:10-13 Neh 8:10 Kisah Para Rasul 2:37 Wahyu 5:4.

Tanggapan saya:

Memang banyak ayat dalam Kitab Suci yang menunjukkan orang menangis. Tetapi semua ayat itu menunjukkan orang yang menan­gis karena kesadaran akan dosa yang dinyatakan oleh Tuhan, ataupun terharu karena kebaikan Tuhan (seperti mungkin dalam Ezra 3:12-13), ataupun karena sebab-sebab lain yang tertentu. Ini berbeda dengan menangisnya orang dalam Toronto Blessing, yang menangis tanpa ada sebabnya! Bahkan mereka yang menangis itupun tidak tahu apa sebabnya / alasannya mereka itu menan­gis!

B)Dasar dari sejarah / non Kitab Suci:

1)Dikatakan bahwa dalam sejarah kebangunan rohani, hal-hal seperti Toronto Blessing ini sudah sering terjadi, misalnya dalam kebangunan Rohani yang dipimpin oleh Jonathan Edwards, Charles G. Finney, dsb.

Dalam Majalah Bahana bulan April 1995, hal 14, dikutip terje­mahan dari tulisan dari Jonathan Edwards tentang Kebaktian Kebangunan Rohani abad 18 sebagai berikut:

“Senang sekali bisa melihat bagaimana kasih sayang seseorang kadang-kadang tergerak ketika Allah melakukannya, seperti yang telah terjadi, tiba-tiba membuka mata mereka dan ke dalam pikiran mereka masuk rasa kebesaran karunia-Nya. Kesukacitaan mereka menyebabkan hati mereka melompat kegirangan, sehingga mereka siap untuk tertawa terbahak-bahak dan menangis, kadang pada waktu yang bersamaan, yang keluar seperti banjir, dan campur aduk dengan suara tangisan yang keras. Kadang-kadang mereka tidak mampu menahan diri untuk tidak menangis dengan suara keras”.

Ini dianggap cocok dengan apa yang terjadi dalam Toronto Blessing.

Tanggapan saya:

a)Bahwa mereka harus menggunakan ‘sejarah’ sebagai dasar, sebetulnya sudah menunjukkan bahwa mereka kekurangan dasar!

b)Perlu saudara ingat bahwa berbeda dengan Kitab Suci yang dituliskan oleh orang-orang yang diilhami Allah, dan karena­nya menjadi infallible & inerrant (= tidak ada salahnya), sejarah tidak demikian.

Jadi, bisa saja ada kesalahan penceritaan dalam sejarah, khususnya kalau itu merupakan hal-hal kecil seperti penggam­baran tentang apa yang terjadi dalam kebangunan-kebangunan rohani dalam sejarah.

c)Apa yang terjadi pada Kebaktian Kebangunan Rohani yang dilakukan oleh Jonathan Edwards dan tokoh-tokoh Kebangunan Rohani yang lain dalam sejarah, adalah sesuatu yang berbeda dengan Toronto Blessing!

Perbedaan yang menyolok adalah bahwa dalam Kebangunan Rohani yang diadakan oleh tokoh-tokoh itu, jemaat menangis, terta­wa, berlutut memohon ampun dsb, sebagai reaksi terhadap Firman Tuhan yang telah disampaikan (bdk. Kisah Para Rasul  2:37).

Adalah sesuatu yang masuk akal, kalau seseorang disadarkan akan dosanya dan hukuman Allah yang akan menimpanya, lalu menjadi ketakutan, menangis, berlutut minta ampun dsb (bdk. Yunus 3:4-9).

Juga adalah sesuatu yang masuk akal kalau setelah seseorang mendengar Injil dan percaya kepada Yesus sehingga yakin bahwa ia telah diampuni / diselamatkan, lalu bersukacita / tersenyum / tertawa (Bdk. Kisah Para Rasul 16:34).

Jonathan Edwards memang bukanlah seorang pengkhotbah yang dinamis / berapi-api dalam berkhotbah, tetapi khotbah-khot­bahnya menegur dosa dan menyatakan hukuman dosa dengan cara yang ‘sangat mengerikan’.

Peristiwa yang bersejarah itu terjadi pada tanggal 8 Juli 1741, di Enfield, Connecticut, USA. Pada waktu itu Jonathan Edwards mengkhotbahkan suatu khotbah yang berjudul ‘Sinners in the Hands of an Angry God’ (= Orang-orang berdosa dalam Tangan Allah yang Murka), yang menekankan hebatnya dan kekalnya hukuman Allah, dan dekatnya orang berdosa dengan hukuman Allah itu, sehingga setiap saat bisa saja tertimpa oleh hukuman Allah itu.

Pada waktu jemaat mendengar Firman Tuhan yang ia beritakan, Roh Kudus bekerja dengan cara yang luar biasa, sehingga jemaat betul-betul disadarkan akan dosa mereka, dan mereka menjadi begitu takut akan hukuman Allah yang kekal, dan mereka menangis sambil berpegangan pada pilar-pilar gereja itu sambil memohon ampun dan belas kasihan Tuhan terhadap mereka. Kalau mereka selanjutnya tertawa, itu tentu karena mereka percaya bahwa dosa mereka sudah diampuni dengan mereka mau datang kepada Yesus.

Ini tentu berbeda dengan peristiwa Toronto Blessing, dimana tindakan menangis, tertawa dan bermacam-macam hal yang aneh- aneh itu, terjadi tanpa sebab apa-apa, dan tanpa ada hubun­gannya dengan khotbah / Firman Tuhan, bahkan terjadi sebelum pengkhotbah / pendetanya sempat memberitakan Firman Tuhan!

Perhatikan komentar-komentar dari pendeta-pendeta yang gerejanya mengalami Toronto Blessing (ini saya kutip dari Majalah Bahana, bulan April 1995):

# ”Ternyata mereka sudah dijamah lebih dahulu oleh Tuhan sampai-sampai saya tidak ada waktu untuk berkhotbah” (hal 10). 

# ”Ketika saya berkhotbah, kuasa Allah mulai turun. ... Saya mencoba berkhotbah di atas keributan itu tapi tidak bergu­na” (hal 19).

Ini menunjukkan secara jelas bahwa orang-orang itu mengalami Toronto Blessing bukan sebagai reaksi terhadap Firman Tuhan yang diberitakan!

2)Buahnya bagus! Bdk. Matius 7:16-20.

Orang-orang yang mengalami Toronto Blessing dikatakan mengala­mi penyegaran sehingga menjadi bersemangat! Bahkan ada yang mengatakan bahwa pernikahan mereka diperbaharui / diperbaiki, mereka menjadi orang yang cinta orang tua, hidup mereka disu­cikan dsb.

Tanggapan saya:

Ada beberapa hal yang ingin saya berikan sebagai tanggapan:

a)Dalam Majalah Bahana April 1995, hal 12 dikatakan: “Seperti yang diakui para pemimpinnya, pembaharuan ini masih belum terpusat pada pertobatan”.

Apa gerangan yang dimaksud dengan ‘pembaharuan tanpa perto­batan’ itu? Kalau tidak ada pertobatan, itu menunjukkan tidak ada buah!

Jadi, kesaksian dari kalangan orang yang pro pada Toronto Blessing itu simpang siur dan bertentangan satu sama lain. Lalu yang mana yang benar?

b)Apa yang disebut dengan ‘buah’?

Dalam Kitab Suci, yang disebut dengan ‘buah’ adalah kehidu­pan yang baik atau perubahan hidup ke arah yang positif, yang dikerjakan oleh Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya (Gal 5:22-23).

Dalam dunia ini tidak ada tanaman apapun yang kalau berbuah langsung buahnya besar dan matang. Sesuai dengan namanya, maka ‘buah’ muncul, menjadi besar, dan menjadi matang mela­lui proses dan karenanya membutuhkan waktu! Lalu bagaimana mungkin dalam waktu yang begitu singkat orang-orang yang mengalami Toronto Blessing itu sudah langsung kelihatan buahnya?

c)Juga perlu dipertanyakan: mengapa buah itu harus keluar melalui Toronto Blessing? Dasar Kitab Suci mana yang bisa digunakan untuk mendukung keluarnya buah melalui tindakan- tindakan aneh dalam Toronto Blessing? Dalam sepanjang seja­rah Kitab Suci, Allah tidak pernah menimbulkan buah dalam diri anak-anakNya melalui hal seperti itu!

d)Bagaimana seseorang bisa disegarkan secara rohani, tanpa menggunakan Firman Tuhan? Bdk. Maz 1:1-3.

Bukankah Firman Tuhan itu adalah makanan rohani yang bisa menumbuhkan dan menguatkan / menyegarkan iman kita (bdk. 1Petrus 2:2)?

e)Sekedar bahwa orang-orang yang mengalami Toronto Blessing menjadi bersemangat, belum tentu bisa dianggap sebagai ‘buah’. Bisa saja semangat itu hanya merupakan suatu effek psikologis!

f)’Bersemangat’ belum tentu menjadikan seseorang lebih baik. Kalau seseorang mempunyai pengertian Firman Tuhan yang baik, maka tentu saja ‘semangat’ adalah sesuatu yang baik, karena semangat itu akan menyebabkan ia bertindak dengan benar. Tetapi kalau seseorang tidak mempunyai pengetahuan Kitab Suci, apalagi kalau seseorang mempunyai pengetahuan Kitab Suci yang salah / sesat, maka semangat justru merupakan hal yang jelek, karena akan mendorong ia melakukan hal-hal yang salah!

Karena itu maka Amsal 19:2 berkata:

“Tanpa pengetahuan kerajinanpun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah”

Catatan: kata ‘kerajinan’ oleh NIV diterjemahkan dengan zeal (= semangat).

Mungkin tidak banyak orang kristen yang mempunyai semangat penginjilan seperti orang-orang Saksi Yehovah. Tetapi seman­gat orang-orang Saksi Yehovah ini justru menjadi sesuatu yang sangat berbahaya karena mereka mempunyai pengetahuan dan kepercayaan yang sesat.

Karena itu, kalau orang-orang tertentu menjadi bersemangat karena Toronto Blessing, itu belum tentu baik. Melihat bahwa mereka mengabaikan Firman Tuhan, semangat ini bisa justru merupakan sesuatu yang membahayakan gereja / kekristenan!

g)Ini jelas merupakan pengamatan yang sangat subyektif!

Semua agama bisa saja mengatakan bahwa pengikut agama mereka mempunyai buah yang baik! Bahkan dalam Traktat Saksi Yehovah yang berjudul ‘Mengapa Kehidupan Begitu Penuh Problem?’ dikatakan sebagai berikut: 

“Saksi-Saksi Yehuwa memiliki reputasi dalam menghasilkan ‘buah yang baik’ tersebut. Di seluas dunia ini, di lebih dari 230 negeri, mereka telah menempa pedang mereka menjadi mata bajak (Yes 2:4). Kasih mereka akan sesama juga diperli­hatkan oleh ketaatan mereka kepada perintah Kristus untuk memberitakan Kabar Baik Kerajaan Allah di seluas dunia (Matius 24:14, BIS). Mereka juga mempraktekkan dan menjunjung moral yang luhur yang diajarkan di dalam Alkitab - 1Korintus 6:9-11”.

Hanya orang bodoh yang mau menerima hal subyektif semacam ini sebagai dasar!

3)Gerakan Toronto Blessing ini dikatakan tidak menjadi milik dari satu golongan (Kharismatik) saja, tetapi bermacam-macam golongan, yang lalu dipersatukan oleh adanya Toronto Blessing ini. Ini sesuai dengan kesatuan orang percaya dalam 1Korintus 12:12-13.

Dalam majalah Bahana bulan April 1995, hal 12, dikatakan:

“Salah satu ciri menonjol dari pembaharuan ini adalah sifatnya yang interdenominasi. Baptis, Katolik, Anglikan, karismatik, Pentakosta dan denominasi lain mengalami penyegaran yang sama seringkali ketika mereka sedang berdiri berdampingan”

Lalu dalam majalah yang sama hal 13 dikatakan:

“... ciri interdenominasi ini mengesahkannya sebagai pekerjaan Roh Kudus. ‘Tidak ada strategi pertumbuhan gereja yang bekerja melampaui halangan dan prasangka denominasi’, katanya. ‘Jika penghalang itu runtuh, itulah tanda karya pekerjaan Roh Ku­dus’”.

Tanggapan saya:

Bahwa Toronto Blessing mempunyai sifat interdenominasi, belum tentu menunjukkan bahwa ini merupakan pekerjaan Roh Kudus.

Mari kita perhatikan hal-hal dibawah ini:

a)Orang-orang yang berpendapat bahwa gerakan Toronto Blessing ini mempersatukan semua denominasi, adalah orang yang ber­pandangan ‘terlalu positif’ dan juga ‘terlalu sempit’!

Apakah benar gerakan Toronto Blessing ini mempersatukan semua denominasi? Menurut saya gerakan Toronto Blessing ini justru memecah-mecah gereja! Karena apa? Karena banyak pro dan kontra tentang gerakan ini. Yang pro menganggap ini dari Tuhan, yang kontra menganggap ini dari setan. Disamping itu, yang kontra bukan hanya dari golongan Protestan, tetapi bahkan juga dari golongan Pentakosta / Kharismatik sendiri. Jadi, bisa dikatakan bahwa gerakan Toronto Blessing ini memecah golongan Pentakosta / Kharismatik menjadi dua! 

Ini diakui oleh Majalah Bahana bulan April 1995: “Sementara Toronto Blessing membantu perkembangan kesatuan denominasi di banyak negara, dia juga membawa kekacauan dan polarisasi” (hal 13).

b)Kitab Suci memang mengatakan bahwa semua orang percaya adalah satu di dalam Kristus (1Kor 12:12-13). Tetapi Kitab Suci sebaliknya juga memberikan batasan antara orang kristen yang sungguh-sungguh dan orang kristen yang KTP.

Misalnya:

# Mat 13:24-30,36-43 yang berbicara tentang lalang di antara gandum.

# 1Yohanes 2:19 yang membedakan antara ‘mereka yang sungguh- sungguh termasuk pada kita’ dan ‘mereka yang tidak sung­guh-sungguh termasuk pada kita’.

# Wahyu 2:9 yang membedakan ‘orang Yahudi’ dan ‘jemaah Iblis’.

Kalau Firman Tuhan sendiri membedakan / memisahkan orang kristen sejati dan yang palsu, atau gereja yang benar dan gereja yang sesat, mungkinkah Roh Kudus lalu mengadakan suatu gerakan yang mempersatukan semua denominasi / aliran 

(Kristen, Katolik, Pentakosta, Kharismatik, Injili, Liberal dll), dan pada saat yang sama membiarkan mereka yang sesat tetap memegang kepercayaan sesatnya?

Saya menganggap persatuan semacam ini tidak mungkin datang dari Tuhan / Roh Kudus! Roh Kudus tidak mungkin mempersatu­kan apa yang nanti pada akhir jaman justru akan dipisahkan (bdk. Mat 13:24-30,36-43,47-50 Mat 25:31-46)!

4)Toronto Blessing itu pasti dari Allah karena hal itu dialami oleh orang kristen, dan mereka yang mengalaminya memperoleh damai / sukacita.

a)Dirinya sendiri mengalami Toronto Blessing.

Banyak orang kristen yang berpendapat bahwa pokoknya mereka mengalaminya, maka hal itu pasti merupakan pekerjaan Tuhan / Roh Kudus. Kalau mereka disembuhkan secara mujijat, maka mereka langsung mengatakan bahwa itu adalah ‘kesembuhan ilahi’. Dan kalau mereka rebah dalam kebaktian, maka mereka mengatakan bahwa itu adalah ‘rebah / tumbang di dalam Roh’. Juga kalau mereka mengalami Toronto Blessing, maka mereka menganggap itu sebagai ‘lawatan Allah’.

Tanggapan saya:

Atas dasar apa mereka menganggap bahwa kalau mereka mengala­mi maka itu pasti merupakan pekerjaan Allah / Roh Kudus? Tidak pernahkah terpikir bahwa manusia bisa saja mengalami pekerjaan setan? Ingat bahwa Kitab Suci dengan jelas menga­takan bahwa setan sering meniru hal-hal yang dari Tuhan, dan ia bahkan bisa menyamar sebagai malaikat Terang (Keluaran 7:8-12 Matius 24:24 2Korintus 11:14 Wahyu 13:13).

Kalau hanya karena mereka mengalami, lalu mereka mengatakan bahwa itu adalah pekerjaan Allah, bagaimana kalau ada seo­rang kristen yang menjadi pemain jaran kepang, debus, tenaga dalam, atau atraksi magic lainnya, yang karena mengalami hal itu, lalu juga mengatakan itu sebagai pekerjaan Allah / Roh Kudus? Bagaimana dengan orang Katolik yang mengaku melihat Maria menampakkan diri kepadanya dan mengaku sebagai ‘pera­wan yang tak bercela’? Apakah semua ini harus diakui sebagai pekerjaan Allah, hanya karena orang-orang kristen itu men­galaminya?

Perlu saya tambahkan suatu penegasan sebagai berikut: andai­kata saya sendiri pada suatu waktu mengalami Toronto Bless­ing, saya tetap tidak akan percaya bahwa Toronto Blessing itu berasal dari Tuhan. Saya hanya mau mempercayai bahwa Toronto Blessing itu dari Tuhan, kalau ada dasar Kitab Suci yang benar yang mendukung Toronto Blessing itu. Saya tidak mendasarkan kepercayaan saya pada pengalaman saya, tetapi pada Kitab Suci / Firman Tuhan! 

b)Adanya damai sejahtera dan sukacita setelah / pada waktu mengalami Toronto Blessing.

Tanggapan saya:

# Harus diakui bahwa biasanya orang yang berjalan sesuai kehendak Tuhan, memang akan mempunyai sukacita dan damai sejahtera (Yesaya 48:18), dan sebaliknya orang yang berjalan di luar kehendak Tuhan, tidak akan mempunyai sukacita dan damai sejahtera (Yesaya 48:22).

Tetapi perlu diketahui bahwa karena kejatuhan Adam, maka seluruh diri manusia, termasuk hati dan perasaannya, dipengaruhi secara negatif oleh dosa. Ini menyebabkan hati dan perasaan itu tidak bisa dipercaya sepenuhnya, karena sering memberikan perasaan yang tidak semestinya.

Karena hal inilah maka sering terjadi dimana orang yang beriman dan saleh, ternyata menjadi gelisah dan tidak mempunyai damai sejahtera maupun sukacita. Misalnya, Ayub yang beriman dan saleh itu bersaksi bahwa ia tidak mempun­yai ketenangan dan ketenteraman, tetapi sebaliknya dipe­nuhi dengan kegelisahan (Ayub 3:26). Bdk. Mazmur 13:2-3 Mazmur 22:2-3 Maz 44 2Korintus 1:8-9.

Sebaliknya sering juga terjadi bahwa orang yang berjalan di luar kehendak Tuhan, bisa tetap mempunyai damai (yang palsu). Misalnya, pada waktu Yunus menolak perintah Tuhan, ia tetap bisa mempunyai ‘damai’ sehingga tetap bisa tidur dengan nyenyak (Yunus 1:5b-6). Atau orang-orang jahat dalam Maz 73 yang dikatakan ‘tidak mengalami kesusahan manusia’ dan ‘senang selamanya’ (Maz 73:5a,12b).

# Disamping itu, perlu diketahui bahwa tidaklah terlalu gampang untuk membedakan kesenangan duniawi / damai yang palsu dengan damai dan sukacita sejati yang datang dari Tuhan.

Misalnya, kalau ada orang kristen yang sedang berpacaran dan ia lalu berusaha menggunakan damai sejahtera dan sukacita dalam hatinya sebagai petunjuk apakah Tuhan menghendaki ia menikah dengan pacarnya itu atau tidak. Maka saya yakin bahwa ia pasti akan mendapatkan jawaban ‘ya’ dari Tuhan, karena pada waktu ia sedang berpacaran, ia pasti mengalami sukacita, dan tidak gampang untuk mengetahui apakah ini sekedar merupakan sukacita / kese­nangan duniawi, atau ini memang sukacita / damai yang diberikan oleh Tuhan karena ia berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan.

# Juga kita perlu mengingat kata-kata Dr. Luh Ketut Suryani yang pada waktu berbicara tentang orang-orang yang mengal­ami trance, berkata: “Tapi kalau penari Bali puasnya tak terlukiskan. Bahkan, dalam tarian keagamaan di pura, kepuasan itu berwujud ketenangan batin yang masih berlang­sung sampai tiga hari” (lihat di atas pada hal 19-20).

Kata-katanya ini bisa menjelaskan mengapa orang-orang yang mengalami Toronto Blessing (yang jelas termasuk dalam trance) bisa mengalami damai dan sukacita.

# Perlu juga diingat akan adanya orang-orang yang mengalami Toronto Blessing tetapi bukannya mengalami damai dan sukacita, tetapi sebaliknya merasa takut, malu, gelisah dsb. Kalau memang Toronto Blessing itu dari Tuhan, mengapa tidak semua orang yang mengalaminya lalu mendapatkan damai dan sukacita?

5)Toronto Blessing itu pasti dari Tuhan, karena adanya penggu­naan nama Yesus.

a)Hal itu terjadi dalam kebaktian yang menggunakan nama Yesus.

Tanggapan saya:

Ini jelas merupakan kesimpulan yang terlalu cepat, karena nabi-nabi palsupun bisa bernubuat, mengusir setan, dan melakukan mujijat dengan menggunakan nama Yesus.

Mat 7:15,22-23 - “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar sebagai domba, tetapi se­sungguhnya mereka adalah serigala yang buas. ... Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujijat demi namaMu juga? Pada saat itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!” 

Juga dalam Kisah Para Rasul  16:16-18 kita melihat ada orang yang terus mengikuti Paulus dalam pelayanannya sambil berseru: “Orang- orang ini adalah hamba Allah Yang Mahatinggi. Mereka member­itakan kepadamu jalan keselamatan”.

Orang ini menyebut nama Allah Yang Mahatinggi, mempublikasi­kan Paulus dengan benar (yaitu sebagai pemberita jalan keselamatan!), tetapi orang ini adalah orang yang kerasukan setan, dan karena itu akhirnya Paulus menengking setan itu!

Semua ini menunjukkan bahwa hanya karena suatu kebaktian diadakan dalam nama Yesus, suatu doa dipanjatkan dalam nama Yesus, dsb, tidak menjamin bahwa tidak ada kuasa gelap yang bekerja! Kalau yang menggunakan nama Yesus itu ternyata adalah seorang nabi palsu / orang kristen KTP, maka jelas tidak akan ada kuasa apa-apa dalam penggunaan nama Yesus itu! Bdk. Kis 19:13-16!

b)Sebelum kebaktian, mereka sudah menggunakan nama Yesus untuk mengikat semua setan atau menengking semua setan supaya keluar dari ruang kebaktian.

Tanggapan saya: 

Perlu saudara ingat bahwa rasulpun bisa gagal dalam meneng­king setan (Mat 17:14-21), apalagi orang kristen / hamba Tuhan biasa!

Disamping itu, fakta menunjukkan bahwa pengikatan setan atau penengkingan setan sebelum kebaktian tidak menjamin bahwa dalam kebaktian itu tidak ada setan yang bekerja. Ini ter­bukti karena dalam setiap kebaktian tetap ada orang yang mengantuk, tidak mendengarkan Firman Tuhan, mengeraskan hati, tidak mau bertobat, menjadi marah pada waktu mendengar teguran Firman Tuhan, dsb. Jadi jelas setan masih bekerja!

Mengapa penengkingan itu tak berhasil? Karena Tuhan memang masih memberikan kesempatan bagi setan untuk menggoda kita. Bahkan, menjelang akhir jaman dikatakan bahwa setan akan lebih diberi keleluasaan lagi untuk menggoda manusia (Wah 20:3b,7-8). Kita tidak bisa mengikat setan atau menengking setan kalau itu bertentangan dengan kehendak / rencana Tuhan (bdk. 1Yoh 5:14). Kalau memang kita bisa menengking setan keluar dari ruang kebaktian, mengapa tidak sekalian saja menengkingnya keluar dari alam semesta?

Kalau setan merasuk seseorang, atau memanifestasikan dirinya kepada kita, maka kita memang bisa menengking (bdk. Kis 16:16-18 Mat 4:10 - ini jelas adalah setan yang bukan hanya menggoda, tetapi juga memanifestasikan dirinya karena ia berbicara kepada Yesus, membawa Yesus ke Kota Suci / gunung yang tinggi dsb). Tetapi kalau setan hanya menggoda kita, maka kita tidak diberi otoritas untuk menengking [Catatan: Mat 16:23 bukanlah penengkingan, karena kata-kata itu ditujukan kepada Petrus, bukan kepada setan. Ini juga terlihat dari terjemahan yang lebih benar dari NIV/NASB: Get behind me, Satan! (= pergilah ke belakangKu, setan!)]. Kalau setan hanya menggoda, perhatikan apa yang diperintahkan oleh Kitab Suci dalam Yak 4:7-8 dan 1Pet 5:8-9.

Yakobus 4:7-8 - “Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu! Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati!”

1Petrus 5:8-9 - “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah ia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama”.

Dari kedua text Kitab Suci ini terlihat bahwa pada saat kita digodai oleh setan, Kitab Suci menyuruh kita untuk:

-waspada / berjaga-jaga (1Petrus 5:8).

-tunduk kepada Allah (Yakobus 4:7).

-melawan (bukan menengking!) setan (Yak 4:7 1Petrus 5:9).

-mendekat kepada Allah (Yakobus 4:8). -menyucikan diri (Yakobus 4:8).

Dari semua ini jelas bahwa Tuhan tidak memberikan kita otoritas untuk menengking setan yang menggoda kita. Karena itu, menengking setan dari ruang kebaktian, bukanlah suatu jaminan bahwa dalam kebaktian itu setan tidak akan bisa bekerja!

IV)Serangan terhadap Toronto Blessing:

1)Di balik gerakan Toronto Blessing ini ada tokoh-tokoh yang kero­haniannya, atau bahkan kekristenannya, sangat perlu diragukan.

a)John Wimber.

Gereja Vineyard didirikan oleh John Wimber. Sekalipun John Arnott tidak sama dengan John Wimber, tetapi karena John Arnott tergabung dalam gereja yang didirikan oleh John Wimber, maka mestinya ada kesamaan di antara mereka.

Peter Masters, dalam bukunya yang berjudul The Healing Epidem­ic, hal 36-51,181-182 memberikan banyak komentar tentang John Wimber, antara lain:

# ”John Wimber was a jazz musician converted through a house group in the 1960s. His conversion to Christ (described on a Signs and Wonders cassette tape) does not sound much like the experience of a person under conviction, whose heart opens to an awareness of personal sinfulness, and then to glorious Gospel light. He tells of how he became a Christian while bawling histerically in response to his wife’s conversion. According to his own account, his spiritual experience was born in total mental confusion and emotional frustration” [= John Wimber dulunya adalah seorang musisi jazz yang bertobat melalui grup rumah dalam tahun 1960an. Pertobatannya kepada Kristus (digambarkan dalam kaset ‘Signs and Wonders’) tidak mirip dengan pengalaman orang yang ada dibawah keyakinan, yang hatinya terbuka terhadap kesadaran akan keberdosaan pribadi, dan lalu terbuka pada terang Injil yang mulia. Ia menceritakan bagaimana ia menjadi orang kristen sementara ia berteriak / menangis secara histeris sebagai reaksi terhadap pertobatan istrinya. Menurut ceritanya sendiri, pengalaman rohaninya dilahirkan dalam kebingungan mental secara total dan keputusasaan emosi] - p 41.

# John Wimber bukanlah orang yang menghormati / bersandar pada otoritas dari Kitab Suci sebagai Firman Allah, tetapi seba­liknya ia lebih bersandar pada mimpi, pengelihatan, nubuat, bahasa Roh, kata-kata langsung dari Allah dsb.

# John Wimber juga adalah orang yang ‘anti rasio dan ilmu pengetahuan’. Ia berpendapat bahwa kontrol pikiran perlu dibuang supaya kita bisa lebih terbuka terhadap mimpi, penge­lihatan dan pesan-pesan langsung dari Allah. 

Peter Masters menunjukkan hal ini dengan mengutip kata-kata John Wimber yang berkata:

“Fear of losing control is threathening to most Western Christians” (= rasa takut kehilangan kontrol adalah sesuatu yang mengancam / menakutkan bagi kebanyakan orang barat kristen).

Peter Master melanjutkan lagi:

“He insists that we must overcome our fears, because rational control must be forfeited for tongue-speaking to occur; for soaring ecstatic sensations to be felt in worship; for mes­sages from God to be received directly into the mind, and for miraculous events to happen, such as healings” [= Ia (John Wimber) berkeras bahwa kita harus mengalahkan rasa takut kita, karena kontrol pikiran harus ditinggalkan supaya bahasa lidah / Roh bisa terjadi; supaya rasa gembira yang luar biasa dapat dirasakan dalam kebaktian; supaya pesan-pesan Allah dapat diterima langsung pada otak, dan supaya mujijat-muji­jat, seperti kesembuhan, bisa terjadi] - Peter Masters, The Healing Epidemic, pp 181-182.

# ”One of the most serious (and blasphemous) aspects of teach­ers like Wimber is that they are ready and willing to dimin­ish the Lord Jesus Christ in their desperation to find some shred of biblical support for what they do. In his healing seminars Wimber repeatedly denies the true and essential deity of Christ when he claims the ministry of Christ as a pattern for his own work. In the most explicit way he denies our Lord’s divine character, detracting from His power and glory and reducing Him virtually to the level of an ordinary person. According to Wimber, Christ did not possess the personal power to read thoughts or to know the outcome of events” [= Salah satu aspek yang paling serius (dan juga paling bersifat menghujat) dari guru-guru seperti Wimber, adalah bahwa mereka siap dan mau untuk mengecilkan Tuhan Yesus Kristus dalam keputusasaan mereka untuk mencari bebera­pa cabikan / irisan dasar Kitab Suci untuk apa yang mereka lakukan. Dalam seminar-seminar kesembuhannya, Wimber beru­lang-ulang menyangkal keilahian yang benar dan hakiki dari Kristus ketika ia menyatakan pelayanan Kristus sebagai pola pekerjaannya sendiri. Dengan cara yang paling explicit, ia menyangkal karakter ilahi dari Tuhan kita, mengurangi / memotong dari kuasa dan kemuliaanNya dan benar-benar mengu­rangi Dia sampai pada tingkat seorang pribadi biasa. Menurut Wimber, Kristus tidak mempunyai kuasa pribadi untuk membaca pikiran atau untuk mengetahui hasil akhir suatu kejadian] - p 46.

# ”..., John Wimber drags the Lord’s mighty works down to the level of his own high-failure-rate psychological cures. He obviously does not think that Christ accomplished anything better than the puny ‘works’ which present-day healers claim. Wimber even justifies his failures in healing by asserting that Jesus had the same problem! He makes a blasphemous assessment of Christ’s restoring of sight to a blind man (Mark 8:22-25). Wimber says that the Lord effected this healing in two stages because He failed at the first attempt” [= ..., John Wimber menarik ke bawah pekerjaan-pekerjaan yang hebat dari Tuhan sampai pada tingkat dari kesembuhan psikolo­gisnya sendiri yang mengalami banyak kegagalan. Jelas sekali bahwa ia tidak berpendapat bahwa Kristus mencapai sesuatu apapun dengan cara yang lebih baik dari ‘pekerjaan-pekerjaan’ yang kecil yang diclaim oleh penyembuh-penyembuh jaman ini. Wimber bahkan membenarkan kegagalannya dalam menyembuhkan dengan menegaskan bahwa Yesuspun mempunyai problem yang sama! Ia membuat penilaian yang menghujat tentang pemulihan penge­lihatan yang dilakukan oleh Kristus terhadap orang buta (Markus 8:22-25). Wimber berkata bahwa Tuhan melakukan peny­embuhan ini dalam 2 tahap karena Ia gagal pada usaha yang pertama] - p 48 - Ini dikutip oleh Peter Masters dari: Signs and Wonders cassette 1984/8167, no 5, issued by Vineyard Fellowship International.

Dan Peter Masters dan John C. Whitcomb dalam buku mereka yang berjudul The Charismatic Phenomenon, hal 65, berkata sebagai berikut:

“Charismatic healer John Wimber writes of his encounter with ten German theological students who questioned elements of his teaching. He invited them to try, by way of experiment, to invite the Holy Spirit to minister healing and renewal to them. He records that they chuckled and said, ‘Sure, why not?’ To their surprise they experienced extraordinary things which Wimber ascribes to the power of God. He asked one young man, who was rather tall, and standing bolt upright, ‘Do you feel anything?’ The young man said, ‘No, nothing.’ John Wimber replied, ‘That’s strange, because I believe the Holy Spirit is on you. Why don’t you sit down?’ The young man answered, ‘I can’t sit down. I can’t move. I don’t feel anything, and I can’t move.’” (= Penyembuh Kharismatik John Wimber menulis tentang pertemuannya dengan sepuluh mahasiswa theologia Jerman yang menanyakan elemen-elemen pengajarannya. Ia mengundang mereka untuk mencoba, melalui pengalaman, untuk mengundang Roh Kudus untuk melayani penyembuhan dan pembaharuan kepada mereka. Ia mencatat bahwa mereka tertawa kecil dan berkata: ‘Tentu, mengapa tidak?’ Merupakan suatu kejutan bagi mereka bahwa mereka mengalami hal-hal luar biasa / aneh yang oleh Wimber dianggap berasal dari kuasa Allah. Ia bertanya kepada seorang muda, yang agak tinggi, dan berdiri tegak: ‘Apakah kamu merasa sesuatu?’ Orang muda itu menjawab: ‘Tidak, tidak sama sekali’. John Wimber menjawab: ‘Itu aneh, karena aku percaya Roh Kudus ada padamu. Mengapa kamu tidak duduk?’ Orang muda itu menja­wab: ‘Aku tidak bisa duduk. Aku tidak bisa bergerak. Aku tidak merasa apa-apa, dan aku tidak bisa bergerak’).

Dari kutipan-kutipan ini terlihat jelas bahwa John Wimber adalah orang kristen brengsek yang jauh lebih pantas disebut ‘nabi palsu’ dari pada ‘hamba Tuhan’! Dan dari gereja yang didirikan / dipimpin oleh orang yang seperti inilah Toronto Blessing itu muncul! Untuk ini kita perlu mengingat kata-kata Tuhan Yesus dalam Matius 7:16-18 sebagai berikut:

“Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik meng­hasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik akan menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik”.

Catatan: Perlu saudara ketahui bahwa kedua buku di atas (The Healing Epidemic dan The Charismatic Phenomenon), dari mana kutipan-kutipan tentang John Wimber diambil, telah beredar lama sebelum Toronto Blessing ada!

b)Rodney Howard-browne.

Majalah Bahana April 1995, hal 18-19, mengatakan bahwa sebetul­nya inilah tokoh terutama dalam terjadinya Toronto Blessing, karena ialah orang pertama yang mengalami Toronto Blessing sebelum hal itu terjadi di Toronto. Ialah yang mendoakan Pdt. Randy Clark dari Gereja Vineyard di St. Louis, Missouri, yaitu orang yang akhirnya memimpin Kebaktian Kebangunan Rohani di Toronto, dan meledak menjadi Toronto Blessing.

Sekarang mari kita melihat bagaimana Rodney Howard-browne mendapatkan Toronto Blessing ini. Dalam Majalah Bahana April 1995 diceritakan sebagai berikut:

“Rodney dilahirkan pada 12 Juni 1961 di Port Elizabeth, Afrika Selatan dari keluarga penganut Pantekosta yang taat. Sejak kecil dia sudah terbiasa menyaksikan mukjizat dalam kehidupan ayah dan ibunya yang mendalam kehidupan doanya. Dia menyerahkan hidupnya kepada Kristus pada usia 5 tahun dan mengalami bapti­san Roh Kudus tiga tahun kemudian.

Pada musim panas tahun 1979 dia berdoa berjam-jam untuk mengal­ami hubungan pribadi yang lebih intim dengan Allah. Di saat pergumulan rohani hebat itu dia berdoa dengan nekad, ‘Jika Engkau tidak turun ke sini dan menjamah saya, saya akan naik ke sana dan menjamah-Mu.’

Tiba-tiba dia merasakan seluruh tubuhnya seperti terbakar. Dia mulai tertawa tanpa bisa dikendalikan. Kemudian dia menangis dan mulai berbahasa lidah.

‘Saya baru saja mendapat arus listrik surgawi,’ tulisnya bela­kangan di bukunya, The Touch of God (jamahan Allah). Dan sejak saat itu saya rindu untuk membagikan apa yang saya dapatkan kepada orang lain’” (hal 18)

Alangkah berbedanya doa Rodney yang begitu kurang ajar / memak­sa Tuhan, dibandingkan dengan doa Yesus di taman Getsemani.

Matius 26:39 - “Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki”.

Bisakah saudara percaya bahwa Allah mau mengabulkan doa yang begitu kurang ajar dan memaksa? Saya pernah membaca tentang suatu peristiwa dimana ada seorang Katolik Kharismatik, yang berdoa meminta bahasa Roh. Setelah cukup lama berdoa tanpa mendapat jawaban, maka ia lalu berdoa: “Yesus, berikan aku bahasa Roh sekarang juga, atau akan aku laporkan kepada ibuMu (Maria)”. Dan saat itu juga ia menerima bahasa Roh. Bisakah saudara percaya bahwa Allahlah yang mengabulkan doa orang ini maupun doa Rodney Howard-browne?

Dan kalau jawaban doa Rodney Howard-browne, yang akhirnya menjadi Toronto Blessing itu, bukan berasal dari Allah, maka itu pasti berasal dari setan! Jangan merasa heran melihat setan mengabulkan doa yang dinaikkan secara salah. Ia melakukan hal itu supaya orang itu terus berdoa dengan cara yang salah itu!

2)Dikatakan bahwa sampai September 1994 saja, sudah ada 200.000 orang, 10.000 diantaranya adalah hamba-hamba Tuhan, pergi ke Toronto untuk mendapatkan Toronto Blessing. Dan para hamba Tuhan ini lalu bisa ‘menularkan’ Toronto Blessing ini kepada jemaat di gereja masing-masing. Beberapa orang menyebut ini sebagai ‘men­transfer Roh’!

Baik penekanan Toronto sebagai tempat untuk menerima berkat, maupun adanya pen-transfer Roh, adalah sesuatu yang tidak Alkita­biah! Mengapa?

a)Tentang pen-transfer Roh.

Kitab Suci tidak mengajarkan tentang dibutuhkannya seorang pen- transfer Roh untuk memberikan Roh Kudus kepada orang percaya. Tetapi Kitab Suci mengajarkan bahwa asal seseorang percaya kepada Yesus, ia pasti menerima Roh Kudus (Kisah Para Rasul  2:38 Galatia 3:1-5 Efesus 1:13).

Memang dalam Kitab Suci, ada 2 bagian yang seolah-olah menun­jukkan bahwa memang dibutuhkan adanya seorang pen-transfer Roh, yaitu Kisah Para Rasul 8:14-17 dan Kisah Para Rasul 19:1-7. Tetapi benarkah 2 bagian Kitab Suci ini mengajar demikian? Mari kita perhatikan penjela­san tentang 2 bagian ini.

# Kisah Para Rasul  8:14-17.

Orang-orang Samaria dalam bacaan ini dikatakan sudah percaya, tetapi mereka baru menerima Roh Kudus setelah Petrus dan Yohanes datang kepada mereka dan menumpangkan tangan di atas mereka. Apakah disini Petrus dan Yohanes berfungsi sebagai pen-transfer Roh?

Ada 2 tafsiran tentang bagian ini:

$ Calvin menafsirkan bahwa yang diberikan disini bukanlah Roh Kudusnya sendiri, tetapi karunia-karunia Roh Kudus.

Alasannya:

-adanya selang waktu antara saat seseorang percaya kepada Yesus dan saat ia menerima Roh Kudus, merupakan sesuatu yang bertentangan dengan Ef 1:13 Yoh 7:38-39 Roma 8:9.

-dalam Kisah Para Rasul 8:18 ‘Roh Kudus’ itu bisa dilihat oleh Simon Magus. Roh Kudus tak mungkin bisa dilihat, tetapi karunia- karunia Roh Kudus, seperti bahasa Roh, nubuat dsb, bisa terlihat (bdk. Kis 10:45-46).

-dalam Kisah Para Rasul 8:20 hal itu disebut sebagai ‘karunia Allah’.

$ John Stott menganggap bahwa yang diberikan saat itu memang adalah Roh Kudusnya sendiri.

Tetapi ia melanjutkan dengan mengatakan bahwa ini adalah bagian yang istimewa / lain daripada yang lain. Keistime­waannya terlihat dari datangnya rasul-rasul kepada orang- orang Samaria itu. Tak ada peristiwa lain dimana seseorang percaya kepada Yesus lalu perlu didatangi rasul untuk diberi Roh Kudus.

Lalu mengapa dalam Kis 8:14-17 rasul-rasul perlu didatang­kan? Karena yang diinjili saat itu adalah orang Samaria (Kis 8:5,14). Orang Samaria sangat bermusuhan dengan orang Yahudi (bdk. Luk 9:51-56 Yoh 4:9 Yoh 8:48). Kalau orang Samaria masuk ke dalam gereja begitu saja, maka bisa dipas­tikan hal itu akan memecah gereja menjadi golongan Yahudi dan golongan Samaria. Untuk mencegah terjadinya perpecahan seperti itu, maka Allah menahan Roh KudusNya (tidak member­ikan Roh KudusNya waktu orang-orang itu percaya). Lalu Allah mengutus rasul-rasul Yahudi untuk datang ke sana dan mendoakan / menumpangi tangan, dan barulah orang-orang Samaria itu menerima Roh Kudus. Dengan demikian orang Samaria itu akan menerima otoritas rasul-rasul Yahudi itu, dan orang-orang Yahudi yang tahu bahwa orang Samaria mene­rima Roh Kudus melalui doa / penumpangan tangan rasul-rasul Yahudi, akan menerima orang-orang Samaria itu. Dengan demikian perpecahan dalam gereja bisa dihindarkan.

Jadi jelas bahwa rasul-rasul datang ke sana bukan untuk men-transfer Roh, tetapi untuk mempersatukan Yahudi dan Samaria dalam gereja.

John Stott juga berpendapat bahwa peristiwa ini tidak akan terulang lagi. Dasarnya? Karena dalam Kitab Suci, memang tidak pernah terulang lagi. Jadi, orang Samaria dianggap sebagai wakil dari semua bangsa-bangsa lain - John Stott, Baptism & Fulness, pp 31-34.

Yang manapun dari 2 penafsiran di atas yang saudara terima, tidak menunjukkan bahwa Kis 8:14-17 mengajarkan perlunya seorang pen-transfer Roh pada jaman ini!

# Kisah Para Rasul 19:1-7.

Ada 2 hal yang perlu diperhatikan tentang orang-orang ini:

$ Orang-orang itu berkata bahwa mereka belum pernah mendengar tentang Roh Kudus (ay 2).

$ Mereka hanya dibaptis dengan baptisan Yohanes (ay 3).

Ini jelas menunjukkan bahwa orang-orang itu belum betul-betul kristen. Rupa-rupanya mereka ‘bertobat’ karena penginjilan yang tidak sempurna dari Apolos (bdk. Kis 18:24-26). Karena itu Paulus memberitakan Injil lagi kepada mereka dan menyuruh mereka percaya kepada Yesus (Kis 19:4). Ini menyebabkan mereka bertobat / percaya kepada Yesus dan menerima Roh Kudus.

Jadi jelas bahwa disini Paulus tidak berfungsi sebagai seo­rang pen-transfer Roh, tetapi sebagai seorang pemberita Injil.

Kesimpulannya: baik Kis 8:14-17 maupun Kis 19:1-7 tidak menga­jarkan bahwa pada jaman ini dibutuhkan seorang pen-transfer Roh!

b)Tentang penekanan tempat.

Dalam peristiwa Pentakosta / pencurahan Roh Kudus yang terjadi di Yerusalem saja (Kis 2:1-13), orang tidak perlu pergi ke Yerusalem untuk bisa menerima Roh Kudus. Sebaliknya, setiap orang yang percaya kepada Yesus, dimanapun ia berada, akan langsung menerima Roh Kudus! Bdk. Ef 1:13 Ro 8:9b.

Dalam Perjanjian Lama, ‘tempat’ memang memegang peranan penting dalam agama / ibadah. Dari Ulangan 16:16, terlihat bahwa pada jaman Perjanjian Lama, 3 x dalam setahun, yaitu pada hari-hari raya tertentu, orang Israel laki-laki harus pergi menghadap Tuhan, ke tempat dimana Kemah Suci atau Bait Allah berada. Mulai jaman raja Salomo, karena Bait Allah sudah menetap di Yerusalem, maka mereka harus pergi ke Yerusalem.

Tetapi sekarang mari kita perhatikan pembicaraan antara Yesus dengan perempuan Samaria dalam Yoh 4. Dalam Yohanes 4:20 perempuan Samaria itu mempersoalkan tempat yang benar untuk menyembah Allah. Mengapa? Karena dalam hal ini ada pertentangan antara orang Yahudi dengan orang Samaria. Orang Yahudi, sesuai dengan Firman Tuhan dalam Perjanjian Lama, mengatakan bahwa orang harus berbakti di Yerusalem. Sedangkan orang Samaria berbakti di gunung Gerizim.

Yesus menjawabnya: “Percayalah kepadaKu, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini (Gunung Gerizim) dan bukan juga di Yerusalem. ... Tetapi saat­nya akan datang dan sudah tiba sekarang bahwa penyembah- penyembah benar akan menyembah dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian” (Yoh 4:21,23).

Dengan kata-kata ini jelas bahwa Yesus mengajarkan bahwa dalam jaman Perjanjian Baru, yaitu setelah kematian dan kebangkitan­Nya, ‘tempat’ tidak lagi dipentingkan dalam agama / ibadah. Mementingkan ‘tempat tertentu’ merupakan suatu penyembahan yang bersifat lahiriah, dan ini dikontraskan dengan penyembahan dalam roh yang diinginkan oleh Bapa (baca Yoh 4:23-24).

Sekarang, dalam Toronto Blessing ini, orang-orang kristen tertentu mau kembali mempersoalkan ‘tempat tertentu’, yaitu Toronto, dimana seseorang bisa mendapatkan berkat Tuhan. Ini berarti mereka melawan ajaran Yesus, dan mereka mau kembali ke sistim penyembahan lahiriah pada jaman Perjanjian Lama!

Kita sudah melihat bahwa pada hari Pentakosta, dimana Roh Kudus dicurahkan untuk pertamakalinya di Yerusalem, orang tidak perlu pergi ke Yerusalem untuk menerima Roh Kudus, dan juga tidak dibutuhkan seorang pen-transfer Roh. Sekarang pertanyaannya adalah: mengapa sekarang untuk menerima Toronto Blessing dibutuh­kan hal-hal itu? Bukankah ini menunjukkan bahwa gerakan Toronto Blessing itu tidak cocok dengan gerakan / cara kerja Roh Kudus dalam Kitab Suci? Bukankah itu menunjukkan bahwa gerakan Toronto Blessing ini menyimpang dari Kitab Suci?

3)Tuhan menghendaki ketertiban dalam kebaktian.

Hal ini terlihat dari 1Kor 14:33,40 yang berbunyi sebagai beri­kut: “Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera. ... Tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur”.

Hal ini harus dihubungkan dengan kebaktian, dan ini terlihat dari kontex 1Kor 14. Untuk itu perhatikan kata-kata ‘dalam pertemuan jemaat’ (ay 19), ‘kalau seluruh jemaat berkumpul’ (ay 23), ‘bilamana kamu berkumpul’ (ay 26), ‘pertemuan jemaat’ (ay 28), ‘pertemuan-pertemuan jemaat’ (ay 34), ‘pertemuan jemaat’ (ay 35), yang semuanya menunjukkan bahwa kontex dari 1Kor 14 adalah kebak­tian!

Supaya dalam kebaktian tidak terjadi kekacauan, tetapi keteratu­ran, maka Tuhan memberikan peraturan-peraturan:

a)Dalam 1Kor 14:27-28 Tuhan memberikan peraturan untuk penggunaan bahasa Roh di dalam kebaktian, yaitu:

-sebanyak-banyaknya 2-3 orang.

-harus satu per satu / bergiliran.

-harus ada penterjemahan.

Catatan: kalau saudara adalah orang yang sering berbahasa Roh dalam kebaktian, maka renungkan apakah saudara mempedulikan atau menginjak-injak peraturan Tuhan ini!

b)Dalam 1Korintus 14:29-31 Paulus memberikan peraturan tentang penggu­naan nubuat di dalam Kebaktian, yaitu:

-hanya boleh 2-3 orang.

-harus satu per satu / bergantian.

Sekarang dengan adanya Toronto Blessing, dalam kebaktian betul- betul tidak ada keteraturan maupun kekhidmatan sama sekali, karena orang-orang terkena Toronto Blessing pada waktu jemaat sedang memuji Tuhan, bahkan pada waktu Firman Tuhan sedang diber­itakan, sehingga akhirnya seluruh kebaktian menjadi kacau balau dan orang tidak lagi bisa mendengar Firman Tuhan, dan bahkan pengkhotbahnya sendiri tidak bisa berkhotbah / tidak bisa menye- lesaikan khotbahnya. Bahkan pada waktu berdoapun, tetap ada orang-orang yang mengalami jerking, jalan-jalan tanpa terkontrol, dsb. Bagaimana mungkin Allah melawat umatNya dengan cara merusak / menghancurkan kebaktian dan pemberitaan FirmanNya sendiri, bahkan menyebabkan jemaat tidak menghormatiNya? Ingat juga bahwa salah satu tugas utama Roh Kudus justru adalah untuk mengajar kita Firman Tuhan (Yohanes 14:26), sehingga tidak mungkin Ia justru merusak acara pemberitaan Firman Tuhan.

Ini dijawab oleh pihak yang pro Toronto Blessing dengan:

a)Menunjuk pada Kisah Para Rasul 10:44 yang menunjukkan Petrus sedang berbica­ra / menyampaikan Firman Tuhan, tetapi Roh Kudus lalu turun kepada orang-orang kepada siapa ia sedang berbicara itu, dan mereka lalu berbahasa Roh. Jadi, dalam Kitab Suci sendiri ada peristiwa dimana Roh Kudus melakukan tindakan yang merusak / mengacaukan pemberitaan Firman Tuhan.

Ada 2 jawaban yang bisa diberikan terhadap pembelaan ini:

# Mereka berbahasa Roh, ketika Petrus persis selesai berbicara.

NIV/NASB: while Peter was still speaking these words (= ketika Petrus masih sedang mengucapkan kata-kata ini).

‘Kata-kata ini’ jelas menunjuk pada ucapan Petrus dalam Kis 10:43.

Ini tidak mungkin diartikan bahwa kata-kata Petrus itu terpo­tong, karena kalau memang begitu, bagaimana mungkin kata-kata itu tertulis dalam Kitab Suci?

Dan kalau dilihat dari pembicaraan Petrus mulai Kis 10:34 maka kelihatannya pembicaraannya / penginjilannya memang sudah selesai.

Jadi, disini justru terjadi kesinkronan. Begitu ia selesai memberitakan Injil / Firman Tuhan, Roh Kudus turun ke atas orang-orang itu dan memberikan mereka karunia bahasa Roh.

Dengan demikian, pada saat itu tidak terjadi perusakan / pengacauan pemberitaan Firman Tuhan.

# Peristiwa dalam Kis 10 itu bukanlah suatu kebaktian tetapi pertemuan biasa di rumah Kornelius. Karena itu, andaikatapun saat itu terjadi ketidak-tertiban maka itu tidak melanggar 1Kor 14:33,40 yang kontexnya adalah kebaktian.

Dan karena itu bukanlah suatu kebaktian, maka tidak bisa dikatakan bahwa pada saat itu Petrus sedang berkhotbah. Ia bukan berkhotbah, tetapi memberitakan Injil biasa. Jadi, kalaupun saat itu memang terjadi pemotongan terhadap kata- kata Petrus, maka itu bukanlah merupakan interupsi terhadap suatu khotbah, tetapi terhadap suatu pembicaraan biasa.

b)Berkata bahwa tata tertib dalam kebaktian datang dari Tuhan. Karena itu Tuhan berhak melanggarnya.

Jawaban terhadap pembelaan ini:

# Ini adalah kata-kata bodoh dari orang yang tidak mengerti Kitab Suci maupun kesucian Allah! Tuhan bukanlah seorang penguasa lalim yang dengan seenaknya saja melanggar semua peraturan yang Ia sendiri berikan! Bahkan Yesus sendiri ketika hidup di dunia ini, takluk kepada hukum Taurat (Matius 5:17 Galatia 4:4). Bandingkan juga dengan 2Tim 2:13b yang menga­takan bahwa Allah “tidak dapat menyangkal diriNya”.

# Disamping itu perlu saudara perhatikan bahwa dalam terjadinya Toronto Blessing, bukan Tuhan yang melanggar 1Kor 14:33,40, tetapi orang kristen. Bagaimana mungkin Tuhan membuat anak- anakNya melanggar firmanNya? Bukankah Tuhan memberikan Roh Kudus kepada kita untuk memimpin kita ke dalam seluruh kebe­naran (Yohanes 16:13)?

# Kalau memang Tuhan berhak menyuruh seseorang melanggar fir­manNya, maka tidak ada sesuatu apapun yang bisa menghalangi terjadinya ‘telanjang dalam Roh’, ‘berzinah dalam Roh’, ‘menyembah berhala dalam Roh’, maupun hal-hal lain yang lebih gila.

Dan setiap orang yang melanggar Firman Tuhan bisa saja berkata bahwa Tuhanlah yang menggerakkannya untuk melakukan hal itu, dan Tuhan berhak melakukan hal itu karena Dialah yang membuat FirmanNya! Ini bisa membuat kekristenan menjadi agama yang paling gila di dunia!

4)Dalam 1Kor 14:23 rasul Paulus berkata: “Jadi, kalau seluruh Jemaat berkumpul bersama-sama dan tiap-tiap orang berkata-kata dengan bahasa roh, lalu masuklah orang-orang luar atau orang- orang yang tidak beriman, tidakkah akan mereka katakan bahwa kamu gila?”.

Secara implicit ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak menghen­daki orang kristen bersikap sedemikian rupa sehingga disangka / dianggap sebagai orang gila. Padahal dalam ayat itu, sikap yang dimaksudkan adalah dimana semua orang berbahasa Roh berbarengan dalam kebaktian.

Kalau semua orang berbahasa Roh dalam gereja / kebaktian saja sudah kelihatan seperti orang gila, sehingga dilarang oleh Tuhan, lebih-lebih lagi kalau seluruh gereja terkena Toronto Blessing!

Saya bahkan mendengar ada orang yang sedang makan di restoran bersama beberapa teman / keluarga . Mendadak, ‘tanpa ada hujan atau angin’, orang itu (yang sebelum saat ini sudah pernah men­galami Toronto Blessing) lalu mengalami Toronto Blessing dalam bentuk jerking (= gerakan seperti orang kecegukan). Ini membuat semua teman-temannya / keluarganya menjadi malu, dan pasti mem­buat orang dunia menganggap orang kristen itu gila!

Yesus dan Paulus juga dikatai sebagai gila / kerasukan setan (Mark 3:21 Yoh 10:20 Kis 26:24), tetapi itu terjadi bukan karena mereka bertingkah seperti orang gila. Kalau karena kita hidup benar kita dikatai gila, maka berlakukah kata-kata Yesus ‘seorang hamba tidak lebih dari tuannya’ (bdk. Mat 10:24-25). Dalam keadaan seperti itu bisalah kita bersyukur atau berkata ‘Puji Tuhan’ sekalipun dimaki gila. Tetapi kalau kita memang bertingkah laku gila, dan tingkah laku itu tidak bisa dibenarkan oleh Kitab Suci, lalu kita dimaki gila, maka kita harus malu karenanya!

Dan terus terang saja saya berpendapat bahwa Toronto Blessing ini adalah sesuatu yang sangat memalukan gereja / kekristenan / Tuhan, dan menjadi batu sandungan bagi orang luar. Kalau orang luar beranggapan bahwa orang kristen itu semua gila / kerasukan setan, siapa yang mau menjadi orang kristen? Ini merupakan salah satu dampak yang paling negatif dari Toronto Blessing!

5)Efesus 5:18 mengatakan: “Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh”.

Adalah sesuatu yang menggelikan bahwa ada orang-orang yang justru menggunakan ayat ini sebagai dasar untuk mendukung Toronto Bless­ing. Mereka berkata bahwa dalam ayat ini ‘mabuk oleh anggur’ dibandingkan / disamakan dengan ‘penuh dengan Roh’. Karena itu, orang yang penuh dengan Roh Kudus harus bersikap / bertingkah seperti orang mabuk, yaitu terhuyung-huyung, bergulingan di tanah dsb.

Ini adalah penafsiran yang betul-betul bodoh, karena kalau sauda­ra membaca ayat ini dengan baik, terlihat dengan jelas bahwa dalam ayat ini ‘mabuk oleh anggur’ justru dikontraskan dengan ‘penuh dengan Roh’. Mengapa? Karena orang yang mabuk oleh anggur kehilangan penguasaan dirinya, sedangkan orang yang penuh dengan Roh Kudus justru mempunyai penguasaan diri yang baik, karena ‘penguasaan diri’ merupakan salah satu dari 9 hal dalam buah Roh Kudus (Gal 5:22-23).

Tetapi sekarang, orang-orang yang mengalami Toronto Blessing ini mengaku ‘kepenuhan Roh Kudus’, ‘dilawat Allah’, dsb, tetapi tingkah laku mereka justru tidak berbeda dengan orang mabuk, bahkan seperti orang yang kerasukan setan! Bahkan mereka sendiri mengakui bahwa mereka tidak lagi bisa menguasai dirinya pada saat itu.

Bagaimana mungkin Roh Kudus bekerja dalam diri seseorang, melawat seseorang, memenuhi seseorang, dengan cara menghancurkan pengua­saan diri, yang justru merupakan buah Roh Kudus?

Amsal 25:28 mengecam orang yang tidak mempunyai penguasaan diri:

“Orang yang tidak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya”.

Mungkinkah Roh Kudus melawat seseorang sedemikian rupa sehingga menyebabkan orang itu ada dalam keadaan yang dikecam oleh Firman Tuhan?

Padahal sebetulnya, orang yang sedang berbahasa Roh atau bernu­buatpun harus bisa menguasai dirinya. Kalau tidak, bagaimana mungkin Tuhan memberikan peraturan tentang penggunaan bahasa Roh dan nubuat dalam kebaktian (1Kor 14:27-31)?

Kesimpulan: hilangnya penguasaan diri dalam diri orang-orang yang terkena Toronto Blessing, menunjukkan bahwa Toronto Blessing itu bukan pekerjaan Allah / Roh Kudus!

6)Satu hal lagi yang perlu dipertanyakan tentang Toronto Blessing adalah: mengapa Toronto Blessing ini baru muncul pada akhir abad 20? Kalau memang praktek dan ajaran tentang Toronto Blessing itu betul-betul berdasarkan Kitab Suci, bukankah seharusnya sejak abad pertamapun hal itu sudah harus ada?

a)Tentang prakteknya.

Andaikatapun yang dikatakan oleh orang-orang yang pro Toronto Blessing itu benar, yaitu bahwa:

# Dalam Kitab Suci ada orang-orang yang mengalami hal-hal seperti dalam Toronto Blessing, seperti:

-Sara memang mengalami ‘tertawa dalam Roh’.

-Habakuk memang mengalami ‘gemetar dalam Roh’.

-Yeremia mengalami ‘terhuyung-huyung / mabuk dalam Roh’.

-dsb.

# Dalam sejarah Kebangunan Rohani hal-hal itu pernah terjadi.

tetapi jelaslah bahwa hal-hal itu hanya dialami oleh orang- orang tertentu, dan pada saat-saat tertentu saja (sangat ja­rang). Tetapi mengapa pada akhir abad 20 ini, tiba-tiba hal itu meledak menjadi sesuatu yang bersifat universal, yang dialami oleh jutaan orang kristen secara rutin di seluruh dunia? Apa dasar Kitab Sucinya untuk mendukung hal ini?

b)Tentang ajarannya.

Sebelum munculnya Toronto Blessing tidak pernah ada orang menafsirkan tertawanya Sara, gemetarnya Habakuk, terhuyung- huyungnya Yeremia, dsb, dengan cara seperti itu. Tegasnya, selama ini belum pernah ada ajaran tentang Toronto Blessing ini! Kalau memang ajaran tentang Toronto Blessing ini berasal dari Kitab Suci, mengapa dibutuhkan 20 abad atau bahkan lebih untuk bisa menemukannya?

7)Semua hal yang supranatural berasal dari Tuhan atau dari setan. Karena Toronto Blessing ternyata tidak punya dasar Kitab Suci, kecuali yang dicari-cari dan ditafsirkan seenaknya sendiri, dan karena Toronto Blessing ini bahkan bertentangan dengan banyak ayat Kitab Suci, maka jelas bahwa ini bukan dari Tuhan! Kalau demikian, Toronto Blessing ini pasti dari setan.

Terhadap hal ini ada pendeta yang pro Toronto Blessing yang mengatakan bahwa Toronto Blessing ini tidak mungkin dari setan, karena:

a)Orang yang kerasukan setan pasti tidak sadar. Tetapi orang- orang yang mengalami Toronto Blessing ini tetap sadar.

b)Pada waktu ada hamba Tuhan yang menganggap itu dari setan dan menengkingnya, ternyata tidak berhasil.

Tanggapan saya:

a)Siapa bilang orang yang kerasukan setan mesti tidak sadar? Saya justru berpendapat bahwa pada umumnya orang kerasukan setan itu sadar. Apa gunanya setan merasuk seseorang tetapi membuatnya pingsan?

Dalam Kitab Suci ada banyak peristiwa orang kerasukan setan, dan mereka tetap sadar. Contoh: Yudas Iskariot (Yohanes 13:27 Lukas 22:3); raja Saul (1Samuel 18:10 1Sam 19:9).

Juga ada banyak orang kerasukan setan dan tetap sadar / tidak pingsan, hanya tidak bisa mengontrol dirinya sendiri (misalnya: Mark 5:1-5 Mark 9:20-22), persis seperti orang yang mengalami Toronto Blessing!

b)Kalau ada hamba Tuhan menengking dan gagal, itu tidak mesti menunjukkan bahwa hal itu bukan dari setan.

Dalam Mat 17:14-21 dengan jelas diceritakan bahwa murid-murid Yesus tidak berhasil menengking setan dari seorang yang kerasu­kan setan. Yesus berkata bahwa mereka tidak dapat menengking setan itu karena mereka kurang percaya (Mat 17:20). Dan Ia menambahkan lagi bahwa setan jenis itu tidak dapat diusir kecuali dengan doa (Markus 9:29). Kata ‘doa’ ini oleh Calvin diartikan bukan sebagai satu doa yang dinaikkan sebelum pengu­siran setan itu (Perhatikan bahwa Yesus sendiri tidak berdoa sebelum mengusir setan itu), tetapi sebagai kedisiplinan rohani dalam berdoa. Jadi maksudnya, karena setan itu adalah setan yang kuat, maka dibutuhkan orang kristen yang hebat kerohanian­nya / banyak atau tekun berdoa untuk bisa mengusirnya!

Semua ini menunjukkan bahwa kalau seorang hamba Tuhan tidak bisa menengking setan dari orang yang kerasukan setan, itu bisa terjadi karena kesalahan hamba Tuhan itu sendiri!

Saya juga pernah mendengar dari orang kristen yang melakukan penengkingan dalam kebaktian Toronto Blessing, dan penengkingan itu ternyata mengakibatkan Toronto Blessing tidak terjadi dalam gereja / kebaktian itu. Jadi kesimpulannya: sekalipun ada hamba Tuhan yang gagal dalam menengking Toronto Blessing, tetapi ada juga hamba Tuhan / orang kristen biasa yang berhasil dalam menengking Toronto Blessing, dan itu lebih membuktikan bahwa Toronto Blessing itu memang dari setan.

Jadi, saya tetap berpendapat bahwa Toronto Blessing itu berasal dari setan, sehingga lebih tepat kalau diganti namanya menjadi:

TORONTO CURSE KUTUK TORONTO

-o0o-

Pdt Petrus Agung

Jl Permata Cempaka 147a

Pondok Hasanudin 50143

Semarang

Telpon: 510367.

Surabaya, 18 Juli 1996.

Kepada:

Yth: Bpk. Pdt Ir. Bambang H. Widjaja, M.A.

Kepala Dept. Litbang PII

Jln Pasirkoja 58

Bandung, 40241.

Salam dalam kasih Kristus,

Sebelum menjawab pertanyaan saudara saya kira saya perlu menjelaskan bagaimana buku “Toronto Blessing, Alkitabiahkah” itu diterbitkan. Buku itu sebetulnya merupakan bahan Pemahaman Alkitab di gereja saya GKRI EXODUS, Jl Mastrip 185 Surabaya. Saya membahas topik ini di dalam 8 x pertemuan. Pada pertemuan 1 saya mengajak jemaat saya untuk menonton pemutaran video cassette kebaktian Toronto Blessing di Semarang, oleh Pdt Petrus Agung (dari JKI - Injil Kerajaan Jl Permata Hijau BB 25 A, Semarang 50142). Dengan demikian jemaat bisa melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Toronto Blessing itu, dan juga bisa mendengar langsung argumentasi pembelaan dari Toronto Blessing, yang dilakukan oleh Pdt. Petrus Agung itu. Pada pertemuan 2, saya menyuruh jemaat saya membaca dan mendiskusikan (tanpa penjelasan dari saya) makalah pembelaan terhadap Toronto Blessing, yang diterbitkan oleh Pdt Petrus Agung. Dan setelah itu pada 6 x pertemuan selanjutnya, saya memberikan Pemahaman Alkitab yang akhirnya saya tuliskan dalam buku saya itu.

Sekarang saya akan menjawab pertanyaan-pertanyaan saudara:

1) Menjawab pertanyaan saudara yang no 1 dan no 4, maka saya ingin menjelaskan bahwa bahan rujukan yang saya gunakan adalah:

a) Video Cassette kebaktian Toronto Blessing di Semarang oleh Pdt Petrus Agung.

b) Makalah pembelaan Toronto Blessing oleh Pdt Petrus Agung. Ini diberi judul “Buletin Rhema Toronto Blessing”.

c) Video Cassette kebaktian Toronto Blessing di Toronto, Kanada, oleh Pdt John Arnott sendiri.

d) Majalah Bahana bulan April 1995.

e) 3 buah makalah lain yang tidak bisa saya identifikasikan secara pasti, karena saya hanya menerima foto copy sebagian dari buku / majalahnya, sehingga saya tidak tahu judul majalah / bukunya. Kelihatannya ke 3 makalah itu difoto copy dari majalah yang berjudul “Sahabat Awam”, yang kalau tidak salah diterbitkan oleh Ir Herlianto.

f) Sebuah makalah yang berjudul “Lawatan Allah Masa Kini”, oleh Pdt Dr Jimmy B. Oentoro, Rektor Harvest International Theological Seminary.

g) Informasi dari jemaat-jemaat saya yang berdiskusi dengan orang-orang yang pro Toronto Blessing.

h) Pembicaraan pribadi dengan orang-orang yang pro Toronto Blessing dan / atau orang-orang yang mengalami Toronto Blessing.

2) Tentang persoalan ‘tidak pernah sedikitpun menguji’, maksud saya adalah: pada waktu mereka melihat phenomena aneh, mereka langsung mengatakan bahwa itu adalah pekerjaan Roh Kudus. Kalau seseorang berkata bahwa itu dari Roh Kudus maka mereka langsung percaya, tanpa melakukan pemeriksaan apakah ada dasar Kitab Suci yang bisa dipertanggungjawabkan atau tidak.

Adapun dasar dari kata-kata saya ini adalah fakta yang jelas bisa dilihat dalam diri orang-orang yang pro Toronto Blessing. Misalnya saya pernah mendengar cerita dari seorang gadis yang pro Toronto Blessing sebagai berikut: seorang yang tidak percaya pada Toronto Blessing didoakan oleh seorang Pdt yang percaya pada Toronto Blessing. Pada waktu didoakan orang itu lalu mengalami Toronto Blessing dalam bentuk ‘engkleh’ (bahasa Belanda: hinken), dan orang itu mendapat pengelihatan dan dalam pengelihatan itu ia melihat Yesus juga engkleh. Ia lalu bertanya: Tuhan Yesus mengapa saya harus engkleh? Yesus menjawab: karena Aku ingin membawa engkau melalui salibKu (Ingat bahwa dalam permainan engkleh, kita melompat-lompat melalui petak-petak yang berbentuk salib). Gadis itu percaya begitu saja cerita itu, dan menganggap bahwa engkleh itu datang dari Tuhan (engkleh dalam Roh?), tanpa pernah menguji / memikirkan bahwa Yesus memerintahkan kita untuk memikul salib (itupun bukan salib hurufiah), bukannya melompat-lompat melalui gambar salib! Contoh-contoh lain dimana mereka tidak menguji ada dalam buku saya itu (hal 5), dimana mereka dengan sembarangan menambahkan embel-embel ‘in the Spirit’ bagi setiap gerakan yang terjadi dalam Toronto Blessing. Sebetulnya mereka harus menguji dahulu, apakah sesuatu itu datang dari Tuhan, dari setan, atau dari orangnya sendiri, tetapi mereka tidak melakukan pengujian ini.

Saya berpendapat bahwa ‘tidak menguji’ ini juga menjadi ciri khas dari kebanyakan orang Pentakosta / Kharismatik (tetapi terus terang banyak orang Protestan juga demikian), yang percaya begitu saja pada setiap ajaran, kesaksian, mujijat, dsb. Dan ini jelas bertentangan dengan Kitab Suci yang memerintahkan kita untuk menguji (1Tes 5:21 1Yoh 4:1)!

3) Tentang pertanyaan saudara yang ketiga, saya memang tidak berpendapat bahwa semua orang Kharismatik mempunyai pandangan yang sama dengan orang yang berdialog dengan John F. MacArthur Jr. itu (saya tahu bahwa Kharismatik, berbeda dengan Katolik atau Saksi Yehovah, mempunyai pandangan yang sangat tidak seragam). Dialog yang saya kutip dari bukunya John F. MacArthur Jr. hanyalah sekedar contoh, dan itu memang mungkin merupakan kasus yang agak extrim.

Tetapi perlu saudara ingat bahwa pada bagian itu tujuan saya hanya menunjukkan bahwa trance yang dialami oleh orang-orang yang pro Toronto Blessing / Kharismatik itu terjadi secara rutin / banyak kali (berbeda dengan trance yang dialami oleh Petrus dan Paulus yang hanya terjadi 1 x. Dan hal ini jelas benar, karena banyak sekali orang Kharismatik yang secara rutin mengalami trance. Jadi, sekalipun ‘kasus yang agak extrim’ di atas dihapuskan, apa yang saya tekankan dalam bagian itu tetap benar.

4) Jawaban pertanyaan ini sudah saya gabungkan dengan no 1.

5) Sekarang tentang kesamaan antara John Arnott dan John Wimber. Saya tidak mempunyai bahan rujukan dalam hal ini. Ini hanya kesimpulan logis saja. Sebagai contoh di Surabaya ada GKI Sulung dan GKI Pregolan Bunder. Bahwa kedua gereja ini tergabung dalam satu sinode, biasanya menunjukkan banyak persamaan di antara kedua gereja ini (baik doktrin, praktek, liturgi, nyanyian dsb). Memang dalam gereja saya sendiri (GKRI), hal ini tidak berlaku karena GKRI menggunakan sistim otonom mutlak untuk setiap gereja. Tetapi saya kira gereja seperti ini jarang ada. Atas dasar logika seperti ini, saya berpendapat mesti ada kesamaan di antara John Arnott dan John Wimber (setidaknya mereka sama-sama Kharismatik, sama-sama menekankan bahasa roh, tumbang dalam roh dsb). Memang dari kabar terakhir yang saya baca dari majalah Bahana beberapa minggu yang lalu, ternyata John Arnott dan seluruh gerejanya dikeluarkan oleh John Wimber dari gereja Vineyard. Tetapi ini baru terjadi pada thn 1996, lebih dari 2 tahun setelah dimulainya Toronto Blessing di gereja Vineyard di Toronto. Karena itu saya mencurigai bahwa alasan pengeluaran tersebut hanyalah politik saja. Andaikata di gereja saya sendiri terjadi hal seperti itu, saya tidak akan menunggu 2 hari, jangan kata sampai 2 tahun lebih!

6) Tentang pertanyaan no 6, saya memang tidak mengechek hal ini dengan buku-buku Wimber sendiri. Saya bisa mempercayai Peter Masters karena beberapa alasan sebagai berikut:

a) Dari tulisan Peter Masters, saya bisa melihat bahwa ia adalah hamba Tuhan yang betul-betul bersandar pada Alkitab, dan saya yakin orang seperti itu tidak akan memfitnah secara sembarangan.

Disamping itu, bahwa ia berani memberikan kutipan dari buku / cassette Wimber, menyebutkan judulnya dsb, saya kira merupakan sesuatu yang cukup kuat untuk bisa dipercaya. Kalau ia memang ingin memfitnah, tetapi berani memberikan judul buku / cassette, itu merupakan tindakan bunuh diri yang bukan main tololnya.

b) Kutipan-kutipan tentang John Wimber itu saya ambil bukan hanya dari buku ‘The Healing Epidemic’ (yang ditulis oleh Peter Masters sendirian), tetapi juga dari buku ‘The Charismatic Phenomenon’, yang ditulis oleh Peter Masters dan John C. Whitcomb (perhatikan buku saya hal 42 atas). Jadi jelas bahwa dalam menyatakan hal-hal tentang Wimber ini, Peter Masters tidak sendirian, tetapi didukung oleh John C. Whitcomb.

c) Salah satu dari 3 makalah yang saya duga berasal dari majalah “Sahabat Awam” membicarakan tentang ‘Signs and Wonders’ dan John Wimbernya, dan ini sejalan dengan kata-kata Peter Masters.

d) Kitab Suci tidak mengharuskan kita tahu sendiri baru percaya. Kita memang tidak boleh sembarangan percaya kalau saksinya cuma 1 orang, tetapi kita boleh percaya kalau saksinya ada 2 -3 orang (1Timotius 5:19 Ulangan 17:6 Ul 19:15).

Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan saudara, saya ingin menyampaikan sedikit uneg-uneg (maaf, ini istilah jawa, saya tidak tahu saudara mengerti istilah ini atau tidak, dan saya tidak bisa menterjemahkannya). Uneg-uneg saya ada dalam bentuk pertanyaan: mengapa saudara mempersoalkan masalah-masalah non tehnis, seperti ‘dari mana saya mendapatkan bahannya’ dsb? Saya kira yang paling penting adalah masalah tehnis seperti:

· Adakah dasar Kitab Suci yang bisa dipertanggungjawabkan dari Toronto Blessing?

· Benarkah penafsiran / exposisi yang dilakukan terhadap ayat-ayat itu?

· Benarkah penafsiran / exposisi yang saya lakukan terhadap ayat-ayat dasar mereka?

· Apakah serangan saya terhadap Toronto Blessing (hal 40-dst dari buku saya) mempunyai dasar-dasar Kitab Suci yang bisa dipertanggungjawabkan penafsirannya?

· Bisakah kiranya orang-orang yang pro Toronto Blessing menjawab serangan yang saya lakukan terhadap Toronto Blessing?

Perlu saudara ketahui bahwa buku saya ini saya kirimkan kepada orang-orang yang pro Toronto Blessing, seperti:

* Pdt Petrus Agung.

* Pdt dr Yusuf dari gereja Bukit Zaitun Surabaya.

* Pdt Alex Tanusaputra dari GBI Bethany Surabaya.

* Pdt dari gereja Masa Depan Cerah, Surabaya.

* dll

dan sampai hari ini saya tidak pernah mendapat jawaban dari mereka. Saya hanya pernah menerima beberapa telpon (bukan dari para pendeta itu) dan satu surat kaleng tentang hal ini.

Teriring salam dan doa,


(Pdt. Budi Asali, M.Div.)

Surabaya, 7 Agustus 1996.

Kepada:

Yth: Bpk. Pdt Ir. Bambang H. Widjaja, M.A.

Kepala Dept. Litbang PII

Jln Pasirkoja 58

Bandung, 40241.

Salam dalam kasih Kristus,

Saya sudah menerima surat bapak, tetapi terus terang saya keberatan untuk melakukan apa yang Bp minta. Menelusuri semua bahan-bahan saya (baik yang berbentuk tulisan, apalagi yang berbentuk video cassette!) untuk setiap nomor dari 15 nomor itu memakan waktu yang tidak sedikit. Disamping itu saya tetap berpendapat bahwa apa yang bapak lakukan / minta itu bukanlah hal yang penting, bahkan boleh dikatakan terlalu dicari-cari. Alasannya: apa yang bapak minta itu justru bagian-bagian yang mendukung Toronto Blessing. Jadi, kalaupun / andaikatapun itu tidak benar sumbernya, atau salah mengutipnya, anggap saja tidak ada! Itu hanya merugikan orang yang pro Toronto Blessing, bukan merugikan yang anti Toronto Blessing, dan itu sedikitpun tidak melemahkan serangan buku saya terhadap Toronto Blessing! Kalau bapak tidak setuju dengan kata-kata saya ini, itu terserah bapak, tetapi saya tetap berpegang pada keyakinan ini.

Saya juga pernah menyerang Pendeta Protestant yang Liberal, yang mengajarkan bahwa di luar Kristus ada jalan keselamatan, dan mereka juga mempersoalkan hal-hal non tehnis, misalnya cara menyerangnya harus lemah lembut dsb. Mereka tidak mau membahas hal yang bersifat tehnis, yaitu apakah ajaran itu bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya dari Kitab Suci atau tidak. Saya yakin bahwa mereka melakukan hal itu karena mereka tahu bahwa kalau mempersoalkan hal tehnis, mereka pasti kalah argumentasi, dan karena itu mereka mempersoalkan hal-hal yang bersifat non tehnis. Saya harap bapak tidak meniru mereka! Kalau untuk mempersoalkan hal-hal yang bersifat tehnis, sekali lagi saya katakan bahwa saya berani berdebat dengan siapapun juga (tidak melalui surat tetapi bertatap muka, didepan umum ataupun secara pribadi)! Tetapi untuk urusan non tehnis yang tidak penting, saya tidak mau menghamburkan waktu saya yang berharga. Pasti akan menyenangkan setan (yang menciptakan Toronto Blessing) melihat para hamba Tuhan menghabiskan waktunya memperdebatkan hal-hal non tehnis itu dan tidak memberitakan Firman Tuhan / Injil.

Saya juga lihat bapak tidak membaca / memperhatikan surat pertama saya dengan jelas. Disitu sudah saya katakan (pada butir 1g dan 1h) bahwa ada bahan yang saya dapatkan dari informasi jemaat dan juga ada yang dari pembicaraan saya secara pribadi dengan orang-orang yang pro / mengalami Toronto Blessing. Dan semua ini cukup banyak, dan tidak saya catat / ingat satu per satu.

Yang bisa saya lakukan adalah: memfotocopy bahan-bahan saya (yang merupakan bahan tertulis, bukan yang video cassette) dan mengirimkannya kepada bapak dan bapak bisa menelusuri sendiri sumber-sumber saya itu untuk memeriksa apakah saya mengutip secara benar atau tidak. Dengan catatan bahwa yang bersumber pada video cassette dan infomasi jemaat / pembicaraan pribadi tentu tidak ada. Juga kalau bapak menghendaki saya melakukan hal ini, saya minta bapak yang menyediakan biayanya (mungkin Rp 20.000,- sudah mencukupi, kalau lebih saya kembalikan bersama foto copy itu). Saya bukan orang kaya, dan saya tidak mau membebani gereja saya untuk hal seperti ini.

Teriring salam dan doa,

(Pdt. Budi Asali, M.Div.)

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Next Post Previous Post