PENATALAYANAN DALAM KELUARGA KRISTEN

VIII. PENATALAYANAN DALAM KELUARGA

Penatalayanan menyangkut seluruh kehidupan manusia, yaitu waktu, bakat, dan harta. Bagi pasangan muda, dengan pengalaman yang minim akan kehidupan berkeluarga, tentunya mengalami kesulitan dalam mengelola hal-hal tersebut.
PENATALAYANAN DALAM KELUARGA KRISTEN
Selain penyesuaian diri satu sama lain, juga biasanya keluarga baru memiliki banyak kebutuhan yang belum tercukupi. Sebab itu, penatalayanan sangat penting dalam keluarga.

A. Penatalayanan Keuangan

Merencanakan anggaran keluarga merupakan cara terbaik untuk menghindari persoalan keuangan dalam keluarga. Tuhan Yesus mengajar kita untuk tidak menimbun harta di bumi, karena di mana harta kita berada, di sana hati kita pun berada. Niat ”ingin cepat kaya” hampir selalu didasari oleh motivasi keserakahan dan cara-cara yang tidak jujur. Seringkali materialisme mempengaruhi banyak keluarga. 

Ingatlah Ibrani 13:5, ”Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu karena 'Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.'” Apa yang perlu diperhatikan dalam penatalayanan keuangan ini?

1. Berdoa sebelum menetapkan anggaran keluarga, agar Tuhan memberikan hikmat dalam penggunaan setiap rupiah.

2. Kendalikan pengeluaran.

Sebagai pasangan suami-istri yang baru, tentunya banyak kebutuhan yang diperlukan, seperti perlengkapan dapur, TV, kulkas, kendaraan, dan sebagainya. Tentukanlah barang-barang yang perlu diprioritaskan. Ingat, jangan terpancing dengan iklan atau diskon, pembelian dengan cara kredit ataupun hidup bersaing dengan tetangga. Andaikata perlu membeli dengan cara kredit, pastikanlah kalau itu satu-satunya cara yang paling baik dan perhitungkanlah dengan cermat.

3. Pikirkan dan catatlah pengeluaran rutin, agar tidak lebih besar pasak daripada tiang.

Pengeluaran rutin adalah uang yang dibelanjakan untuk kebutuhan yang pasti dipergunakan setiap bulannya, seperti beras, listrik, air, telepon, bensin, koran, dan sebagainya.

Usulan Pola Rencana 10-10-60-20:

- 10% Persepuluhan

- 10% Tabungan

- 60% Pemakaian sehari-hari

- 20% Keperluan tak terduga

4. Buat pembukuan rumah-tangga dengan teliti, catatlah setiap pemasukan dan pengeluaran.

Hal ini sangat penting, khususnya bagi pasangan baru, agar terhindar dari kecurigaan yang tidak perlu tentang pemakaian uang. Dengan demikian, istri mengetahui gaji suami, begitupun sebaliknya dan setiap rupiah dikeluarkan bersama dengan bertanggungjawab.

B. Penatalayanan Waktu

Menjadi hamba yang setia dalam mengelola waktu bukan berarti kita memadatkan lebih banyak aktivitas ke dalam satu hari, melainkan menyesuaikan prioritas kegiatan-kegiatan kita sesuai nilai-nilai yang kita yakini. Berbeda dengan uang, waktu tidak bisa dikembalikan/ diulang. Kita tak dapat menciptakan waktu, namun kita dapat mengatur waktu kita (sebelumnya) dengan bijaksana. Bagaimana kita mempergunakan waktu kita?

1. Aturlah waktu!

Rasul Paulus dalam Efesus 5:15-16 berkata, ”Karena itu, perhatikanlah dengan seksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.”

2. Waktu bagi Allah

Tuhan Yesus dalam Matius 6:33 berkata, ”Tetapi carilah dulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Allah harus menjadi yang terutama dalam kehidupan keluarga Kristen. Para orang tua hendaklah memprioritaskan waktu dalam kegiatan keluarga setiap hari untuk pembacaan Alkitab dan doa. Anak-anak akan dipengaruhi oleh cara orang tua mereka menggunakan waktunya. Persiapkan waktu sebaik-baiknya untuk ke gereja, persekutuan doa dan kegiatan rohani lainnya. Ingat, seberapa banyak waktu yang orang tua berikan kepada Tuhan, akan mempengaruhi seberapa banyak waktu yang akan anak berikan juga kepada Tuhan.

3. Waktu bagi diri sendiri

Suami-istri harus menyediakan waktu untuk berdua. Sesibuk apapun, kita harus menjaga supaya tidak mengabaikan pasangan yang sudah Tuhan berikan. Jika suami-istri kurang berkomunikasi, maka lebih mudah benihbenih kecurigaan, kecemburuan, kesalahpahaman, bahkan perpecahan masuk dalam keluarga. Gunakanlah waktu untuk membangun pernikahan yang bahagia, nikmatilah bersama kegiatan-kegiatan yang ada, nyalakanlah terus api cinta seperti pada masa berpacaran.

4. Waktu bagi anak-anak

Beberapa orang tua menggantikan waktu bermain mereka dengan anak-anak, dengan game, komputer, video, dan sebagainya, namun cara itu tidak akan berhasil. Keberhasilan kesatuan antara anak dengan orang tua adalah memberi waktu langsung untuk anak. Bermainlah dengan mereka, membaca bersama, rekreasi bersama, dengarlah cerita-cerita mereka dan ambillah /waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.

5. Menghemat waktu

Cegahlah pemborosan waktu dengan membuat suatu daftar kegiatan yang biasa dilakukan setiap hari. Evaluasi setiap kegiatan, apakah penting atau tidak penting, sehingga keluarga dapat menilai langsung waktu yang dipergunakan selama ini.

C. Penatalayanan Kepribadian

Diri kita bukan milik kita sendiri, segala kepunyaan kita adalah dari Allah, termasuk bakat, kesanggupan, dan kepribadian.

1. Pengembangan bakat

Perumpamaan dalam Matius 25:14-30 menjelaskan bahwa Allah sudah mengaruniakan tiap-tiap orang dengan suatu tingkat kemampuan. Pada saat ia mempergunakan kemampuan tersebut, ia akan lebih berkembang lagi.

2. Penyerahan hidup

Rasul Paulus menasihatkan dalam Roma 12:1 agar kita mempersembahkan tubuh menjadi kurban yang hidup kepada Allah, iInilah inti dari penatalayanan. Persembahan yang paling dirindukan Allah adalah diri kita sepenuhnya diserahkan kepada Allah.

Dalam buku ”Growing with Our Children,” Gertrude Nystrom memberikan suatu definisi penatalayanan dari seorang anak laki-laki, “Penatalayanan ialah kehidupan yang bagaikan kapal besar, yang membawa muatan yang berharga, yaitu banyak barang yang harus dibawa kepada banyak orang di banyak tempat. Allah adalah pemilik kapal itu, tetapi saya menjadi nahkodanya.

Segala yang ada di kapal saya – semua milik, bakat-bakat, waktu, kesehatan, kekuatan, kesanggupan, uang, kepribadian, dan hak-hak istimewa saya –adalah bagian dari muatan yang harus dibawa. Allah sudah mempercayakannya kepada saya dan tugas saya adalah mengantar kapal ini ke pelabuhan yang tepat untuk membongkar muatan. Segala sesuatu yang ada pada saya (di kapal itu) adalah untuk orang lain, dan bukan untuk saya pakai sendiri.”
Next Post Previous Post