6 WUJUD PELANGGARAN PERINTAH KETIGA (KELUARAN 20:7)

Pdt. Yakub Tri Handoko.

Ada 6 (enam) wujud pelanggaran terhadap perintah yang ketiga “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan . . .” (Keluaran 20:7). 
6 WUJUD PELANGGARAN PERINTAH KETIGA (KELUARAN 20:7)
gadget, bisnis, otomotif
1. Wujud pelanggaran yang pertama: Bersumpah palsu dengan menggunakan nama Tuhan. 

Kita ingin meyakinkan orang lain dan kita memanggil Allah sebagai saksi, tetapi apa yang kita sampaikan adalah sesuatu yang tidak benar. Dalam Imamat 19:12 dikatakan “Janganlah kamu bersumpah dusta demi nama-Ku, supaya engkau jangan melanggar kekudusan nama Allahmu; Akulah TUHAN.

Berdusta jelas merupakan hal yang keliru, terlebih bersumpah dusta; yang merupakan pelanggaran yang sangat serius sekali. Berdusta saja sudah salah, apalagi berdusta dengan menggunakan nama Tuhan. Orang yang bersumpah dengan menggunakan nama Tuhan demi meneguhkan sebuah kebohongan, menunjukkan bahwa dia benar-benar tidak paham tentang nama Tuhan. Kita sering kali melihat itu di sekeliling kita, atau paling tidak kita pernah menyaksikan orang yang menutupi kebohongannya dengan menggunakan nama Tuhan.

Saya pernah menangani kasus, di mana tidak ada cara untuk membuktikan apakah orang itu bersalah atau orang itu benar. Saya tidak tahu apakah orang itu berkata jujur ataukah orang itu sedang berbohong kepada saya. Di tengah situasi seperti itu, saya cuma ingin tahu apakah orang ini adalah orang yang mengasihi Allah. Pada saat orang itu berkata begini, “Demi Tuhan saya tidak melakukan!”, maka saya langsung percaya kepada orang ini. Mengapa saya percaya? Karena kalau dia orang yang cinta Tuhan sungguh-sungguh, berarti dia tidak berbohong; tapi kalau ia tidak percaya Tuhan sungguh-sungguh, maka Tuhan yang akan berurusan dengan orang itu, karena orang itu telah menggunakan nama Tuhan dengan sembarangan. Area itu sudah tidak lagi menjadi bagian saya, tetapi menjadi bagian Tuhan karena nama-Nya dilanggar.

2. Wujud pelanggaran yang kedua: Memberikan ibadah yang tidak sungguh-sungguh. 

Dalam Imamat 22:2 dikatakan demikian, “Katakanlah kepada Harun dan anak-anaknya, supaya mereka berlaku hati-hati terhadap persembahan-persembahan kudus yang dikuduskan orang Israel bagi-Ku, agar jangan mereka melanggar kekudusan nama-Ku yang kudus; Akulah TUHAN.” Sekali lagi di ayat ini muncul “agar jangan mereka melanggar kekudusan nama-Ku yang kudus, Akulah Tuhan”. Nama Tuhan adalah nama yang kudus dan Tuhan tidak akan mengizinkan orang lain untuk melanggar kekudusan-Nya.

Pada saat kita beribadah kepada Tuhan dan tidak sungguh-sungguh melakukannya maka kita sedang melanggar kekudusan nama-Nya. Pada saat kita membawa kurban tetapi tindakan itu tidak muncul dari hati kita maka itu merupakan pelanggaran terhadap kekudusan nama Tuhan. Membawa persembahan, beribadah kepada Tuhan dan setia melakukan ritual tertentu untuk Allah adalah hal yang positif; namun ketika saudara melakukannya tidak dengan sungguh-sungguh, maka Alkitab mengatakan bahwa itu melanggar kekudusan nama Tuhan. 

Dengan demikian ada berapa banyak di antara kita yang setiap minggu mungkin melanggar kekudusan nama Tuhan. Kita menyanyi tidak dengan sungguh-sungguh, kita datang kepada Tuhan tidak dengan sungguh-sungguh. Kita datang ke kebaktian hanya untuk mengisi waktu luang atau menghindari perasaan bersalah. Kita melakukan semuanya bukan muncul dari hati yang mengasihi Tuhan. Itu semua melanggar kekudusan Tuhan.

3. Wujud pelanggaran yang ketiga: Memiliki gaya hidup yang tidak sesuai dengan nama Tuhan yang kudus. 

Di dalam Amos 2:7 dikatakan “mereka menginjak-injak kepala orang lemah ke dalam debu dan membelokkan jalan orang sengsara; anak dan ayah pergi menjamah seorang perempuan muda, sehingga melanggar kekudusan nama-Ku” Jika engkau mengaku percaya kepada Tuhan tetapi hidupmu tidak seperti Tuhanmu -engkau tidak berjalan di dalam kekudusan- maka engkau pada dasarnya telah melanggar kekudusan nama Tuhan. Ini adalah hal yang sangat serius sekali. Ketika kita menyebut dan mengakui nama Tuhan berarti kita juga harus siap memiliki gaya hidup seperti Tuhan, yaitu gaya hidup di dalam kekudusan. Kalau kita gagal melakukannya berarti kita melanggar kekudusan nama-Nya. Tuhan memberkati kita.

4. Wujud pelanggaran yang keempat: Mengatasnamakan Tuhan di dalam suatu hal, padahal Tuhan tidak memaksudkannya demikian. 

Di dalam Ulangan 18:20 dikatakan: “Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi nama-Ku perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama Allah lain, nabi itu harus mati.” Seseorang yang dikenal sebagai seorang nabi namun jika dia terlalu berani mengatasnamakan Tuhan dengan mengatakan bahwa “Ini perkataan Tuhan” padahal itu bukan berasal dari Tuhan, maka Tuhan mengatakan nabi itu telah melanggar nama Tuhan dan Tuhan tidak akan memandang remeh kesalahan ini. Ini adalah kesalahan yang sangat serius karena nabi itu telah mengucapkan demi nama Tuhan, padahal perkataan tersebut tidak diperintahkan oleh Tuhan. 

Jika kita melihat sekeliling kita, tampaknya tidak terlalu sulit untuk menemukan bahwa ada beberapa orang yang terlalu berani untuk mengatasnamakan Tuhan, padahal belum tentu Tuhan memaksudkan demikian.

Saya pernah menonton sebuah video khotbah di internet dan pendetanya memulai dengan sebuah kalimat yang cukup menarik: “Saudara percaya bahwa firman Tuhan tidak mungkin salah dan harus diaminkan? “ Lalu dijawab: “Amin!” Kemudian dia mengatakan, “maka dari itu, apa pun yang saya katakan, kata-kata saya di dalam khotbah saya, saudara jangan melawan, jangan berpikir macam-macam, saudara harus langsung mengaminkannya, saudara setuju tidak dengan saya?” Lalu jemaat berkata “Amin!” Menarik sekali di awal khotbahnya dia sudah mengucapkan kata-kata demikian padahal ada perbedaan antara khotbah dan penyampaian firman Tuhan. Khotbah idealnya merupakan penyampaian firman Tuhan tetapi tidak semua penyampaian firman Tuhan hanya dilakukan melalui khotbah. 

Ketika saudara memberikan nasihat atau dukungan kepada orang lain, kalau sesuai dengan firman Tuhan, maka saudara menyampaikan firman Tuhan. Begitu pula sebaliknya, kalau khotbah itu tidak sesuai dengan firman Tuhan atau tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab, maka khotbah itu tidak bisa disebut sebagai penyampaian firman Tuhan. Ada banyak nabi palsu di dalam sejarah Israel. Apakah mereka menyampaikan firman Tuhan? Tidak! Apakah mereka berkhotbah? Ya! Jadi berkhotbah tidak selalu identik dengan menyampaikan firman Tuhan. Walaupun berkhotbah idealnya adalah penyampaian firman Allah.

5. Wujud pelanggaran yang kelima: Memberikan kemuliaan bukan kepada Tuhan. 

Di dalam Yesaya 42:8 “Aku ini TUHAN, itulah nama-Ku; Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain atau kemasyhuran-Ku kepada patung.” Karena Dia bernama TUHAN, Dia memegang nama-Nya dengan teguh dan Dia tidak mau kemuliaan di dalam nama itu diberikan kepada yang lain. Setiap kali kita memberikan kemuliaan bukan kepada Tuhan melainkan kepada diri sendiri, atau kepada orang lain, atau kepada sesuatu yang lain, maka kita telah melanggar kemuliaan Tuhan.

Hal yang paling sering kita lakukan adalah menyombongkan diri sendiri. Pada saat kita berhasil, kita mengganggap itu adalah hasil usaha kita sendiri. Pada saat kita bisa menjalani hidup seperti biasa, kita menganggap bahwa Tuhan tidak campur tangan. Toh meski kita berdoa atau tidak berdoa, hidup berjalan seperti biasa. Toh meski kita dekat dengan Tuhan atau jauh dari Tuhan, tetap saja pekerjaan kita berjalan dengan lancar. 

Mereka yang merasa tidak perlu memberikan kemuliaan kepada Tuhan adalah orang-orang yang telah melanggar kekudusan nama Tuhan. Mereka yang menyembah berhala dengan menggunakan patung di dalam ibadah-ibadah mereka, telah menggeser kemuliaan dari Tuhan kepada yang lain dan itu merupakan pelanggaran terhadap perintah yang ketiga.

6. Wujud pelanggaran yang keenam: Menggunakan nama Tuhan seperti mantra. 

Nama Tuhan itu nama yang berkuasa. Kita bisa berkata “Amin!” untuk itu. Tetapi bukan berarti kita bisa menggunakan nama itu dengan sembarangan untuk mendemonstrasikan kuasa Allah. Kalau saudara membaca di dalam Kisah Rasul 19:13, maka saudara akan menemukan sebuah peristiwa yang menarik di sana. 

Pada ayat 13 dituliskan demikian: “juga beberapa tukang jampi Yahudi, yang berjalan keliling di negeri itu, mencoba menyebut nama Tuhan Yesus atas mereka yang kerasukan roh jahat dengan berseru, katanya: “Aku menyumpahi kamu demi nama Yesus yang diberitakan oleh Paulus.” Jadi orang-orang ini menggunakan nama Yesus untuk mengusir roh jahat, tapi mereka tidak memiliki relasi dengan Tuhan dan tahukah saudara apa yang terjadi? Orang-orang yang kerasukan itu menggagahi mereka semua dan mengalahkannya sehingga mereka lari dari rumah orang itu dengan telanjang dan luka-luka. Bagi mereka, nama Yesus hanya seperti sebuah mantra dan itu adalah pelanggaran.

Tuhan memberkati kita!
Next Post Previous Post