7 DAMPAK MEMILIKI KEPASTIAN KESELAMATAN
Ada 7 (tujuh) dampak yang ditimbulkan apabila seseorang sudah memiliki kepastian keselamatan, akan terlihat hal-hal nyata sebagai berikut,
otomotif, gadget |
Selama manusia hidup di dunia ini pasti akan mengalami keraguan. Hal ini dikarenakan oleh beberapa penyebab, misalnya: datangnya cobaan, permasalahan hidup yang begitu berat, sakit-penyakit, oleh karena rupa-rupa pengajaran, dll. Namun, sesungguhnya tidak seharusnya orang percaya mengalami keraguan lagi sebab Yesus sudah memberikan kepastian keselamatan kepada mereka (hal ini dinyatakan di dalam Alkitab). Tidak ada alasan untuk tidak memiliki hidup dalam sebuah kepastian sebab Tuhan sudah menjanjikan itu dalam firman-Nya.
Ketika kematian menjemput hendaknya orang Kristen tidak perlu takut lagi sebab sudah mengetahui bahwa ia telah diselamatkan oleh Yesus Kristus. Salah satu contoh tokoh Kristen yang sempat mengalami keraguan tentang kepastian keselamatan adalah Martin Luther, namun setelah membaca Alkitab, khususnya Roma 1:16-17 ia telah memiliki kepastian keselamatan. Menerima Yesus dan melakukan kehendak-Nya menghilangkan ketakutan dalam masa penghakiman
2. Kedua, melahirkan antusiasme untuk memberitakan Injil kepada orang lain.
Seseorang memiliki kerinduan atau antusiasme untuk memberitakan Injil kepada orang lain dipengaruhi sejauh mana ia yakin akan keselamatannya. Karena tidak mungkin seseorang bisa dengan berani untuk memberitakan Injil kepada orang lain jikalau dia sendiri tidak yakin dengan apa yang diberitakannya. Tidak satu pun yang mampu menghasilkan buah (bersaksi) tanpa tinggal di dalam Kristus (Yohanes 15:5).
Kepastian keselamatan itu penting, sebab salah satu dari hal-hal yang patut dilakukan seorang pemberita Injil adalah menunjukkan jalan yang benar kepada orang lain. Sebab tidak mungkin “orang buta menuntun orang buta”.
Seorang pemberita Injil harus mengenal Yesus Kristus terlebih dahulu dan harus mengetahui jalan itu serta yakin bahwa ia sendiri telah diselamatkan melalui Yesus Kristus, kemudian ia melakukan pemberitaan Injil. Hal seperti ini lebih efektif dan efisien serta sesuai dengan pengajaran Yesus Kristus (Janes, 2018, p. 85- 88). Kata kuncinya adalah sebelum meyakinkan orang lain terlebih dahulu harus meyakinkan diri sendiri.
3. Ketiga, menstimulus orang Kristen untuk semakin bertumbuh dan mampu menghasilkan buah yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Yohanes 15:5 menyatakan bahwa orang percaya dapat berbuah, jikalau mereka tinggal di dalam Tuhan. Hal ini mengisyaratkan bahwa dengan kekuatan sendiri sesungguhnya manusia tidak dapat menghasilkan buah yang layak di hadapan Tuhan. Tanpa tinggal di dalam Tuhan manusia tidak dapat menghasilkan kebajikan sejati (iman yang benar, ketaatan kepada hukum Allah, motivasi yang benar dan tindakan yang benar).
Hal ini dikarenakan sejak zaman dahulu kala manusia telah jatuh ke dalam dosa. Dalam hal inilah, penulis menyatakan bahwa keyakinan akan keselamatan dan persekutuan yang erat bersama Yesus Kristus sangat menentukan dan akan memengaruhi kehidupan orang Kristen tersebut.
Semakin yakin bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan maka akan semakin berpotensi bahwa ia akan menghasilkan buah-buah yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sebab Tuhan Yesus mampu membawa perubahan bagi orang Kristen (dalam tindakan, perkataan dan cara pandang). Firman-Nya adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan (Roma 1:16-17) dan yang mampu untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik dalam kebenaran (bnd. 2 Timotius 3:16).
4. Keempat, menstimulus orang Kristen lebih peduli terhadap kebutuhan orang lain.
Apabila orang Kristen memiliki relasi yang baik dengan Tuhan, maka sangat dimungkinkan bahwa dia juga akan berupaya dan berjuang untuk memiliki relasi yang baik dengan sesama (bnd. Keluaran 17:1-20). Hal ini menjadi mungkin karena bukan diri sendiri lagi yang bertakhta dan memimpin dalam hati orang tersebut, namun Tuhan Yesus (bnd. Galatia 2:20). Sehingga sangat potensial relasi vertikal akan memengaruhi relasi horizontal. Pengenalan yang benar akan Allah akan memengaruhi paradigma seseorang terhadap sesama dan diri sendiri (bnd. Matius 22:37-40). Hal ini didukung juga oleh firman Tuhan dalam Matius 25:40.
5. Kelima, melahirkan kerinduan dan komitmen untuk terlibat dalam pelayanan.
Bagi penulis orang Kristen yang masih bayi secara rohani tidak akan tertarik untuk aktif dalam pelayanan. Sebab ia belum memiliki pemahaman dan pengenalan yang mendalam akan Allah. Orang yang tidak dewasa secara rohani tidak akan mampu untuk setia kepada pilihannya. Hal ini terjadi karena belum ada dasar atau fondasi iman yang kuat yang dimiliki oleh orang tersebut.
Baca Juga: Kepastian Keselamatan Di Dalam Kristus (Yohanes 10:27-29)
Kesadaran untuk melayani orang lain akan tercipta apabila seseorang yakin akan keselamatannya dan bersedia untuk dipimpin oleh Roh Kudus serta adanya perjuangan yang optimal untuk mengikuti teladan Tuhan Yesus. Lihat, Markus 10:45. Dalam hal ini orang Kristen menyadari akan tiga tugas panggilan gereja yaitu bersekutu (koinonia), melayani (diakonia) dan bersaksi (marturia)
6. Keenam, melahirkan ketabahan dan sanggup bertahan dalam masa-masa sulit terutama bila harus menghadapi penganiayaan karena imannya (bnd. Matius 10:28).
Selama manusia berada di bumi ini maka tidak bisa dipungkiri bahwa tekanan, hambatan, gangguan, maupun penderitaan akan datang silih berganti. Hal ini perlu disadari agar setiap orang Kristen mampu menghadapi realitas hidup. Dengan demikian menjadi mampu sebagai pemenang dalam kesesakan dengan pertolongan Roh Kudus.
Perlu diketahui, bahwa ada perbedaan antara orang percaya dengan orang yang tidak percaya kepada Tuhan Yesus ketika menghadapi penderitaan, yaitu di mana ketika orang Kristen mengalami penderitaan mereka memiliki Tuhan yang menyertai dan menolong sedangkan orang yang tidak percaya akan cenderung mengandalkan kekuatan sendiri dan mengandalkan sesamanya.
7. Ketujuh, melahirkan orang Kristen sebagai penatalayanan yang baik.
Segala yang dimiliki oleh manusia (secara khusus orang Kristen) bukanlah miliknya sendiri, namun milik Tuhan. Mereka hanyalah sebagai penatalayanan. Mengapa demikian? karena tidak ada seorang pun yang datang ke dunia ini dengan membawa apa-apa dan ketika sudah meninggal juga tidak akan membawa apa-apa (1:21).
Kemampuan orang untuk menjadi seorang penatalayanan yang baik akan terwujud apabila ia menyadari bahwa semua yang dimilikinya adalah dari Tuhan. Demikianlah dapat dilihat relevansi yang erat antara hubungan orang percaya dengan Tuhan dan cara pandang orang tersebut terhadap apapun yang dimiliki di bumi ini.
Dengan memiliki kepastian keselamatan seorang yang percaya kepada Kristus akan selalu waspada dan berjaga-jaga terhadap segala godaan dan pengaruh dunia seperti ketamakan, kenikmatan daging dan hidup berfoya-foya, serta hidup yang tidak tertib (bnd. Galatia 5:19-20; Lukas 12:15). Orang yang sudah memiliki kepastian keselamatan tidak akan merasa nyaman ketika ia hidup di dalam dosa. Namun, orang tersebut akan berupaya dan berjuang secara optimal dengan pertolongan Roh Kudus untuk menjauhi dosa.
Baca Juga: Doktrin Keselamatan
6. Keenam, melahirkan ketabahan dan sanggup bertahan dalam masa-masa sulit terutama bila harus menghadapi penganiayaan karena imannya (bnd. Matius 10:28).
Selama manusia berada di bumi ini maka tidak bisa dipungkiri bahwa tekanan, hambatan, gangguan, maupun penderitaan akan datang silih berganti. Hal ini perlu disadari agar setiap orang Kristen mampu menghadapi realitas hidup. Dengan demikian menjadi mampu sebagai pemenang dalam kesesakan dengan pertolongan Roh Kudus.
Perlu diketahui, bahwa ada perbedaan antara orang percaya dengan orang yang tidak percaya kepada Tuhan Yesus ketika menghadapi penderitaan, yaitu di mana ketika orang Kristen mengalami penderitaan mereka memiliki Tuhan yang menyertai dan menolong sedangkan orang yang tidak percaya akan cenderung mengandalkan kekuatan sendiri dan mengandalkan sesamanya.
7. Ketujuh, melahirkan orang Kristen sebagai penatalayanan yang baik.
Segala yang dimiliki oleh manusia (secara khusus orang Kristen) bukanlah miliknya sendiri, namun milik Tuhan. Mereka hanyalah sebagai penatalayanan. Mengapa demikian? karena tidak ada seorang pun yang datang ke dunia ini dengan membawa apa-apa dan ketika sudah meninggal juga tidak akan membawa apa-apa (1:21).
Kemampuan orang untuk menjadi seorang penatalayanan yang baik akan terwujud apabila ia menyadari bahwa semua yang dimilikinya adalah dari Tuhan. Demikianlah dapat dilihat relevansi yang erat antara hubungan orang percaya dengan Tuhan dan cara pandang orang tersebut terhadap apapun yang dimiliki di bumi ini.
Dengan memiliki kepastian keselamatan seorang yang percaya kepada Kristus akan selalu waspada dan berjaga-jaga terhadap segala godaan dan pengaruh dunia seperti ketamakan, kenikmatan daging dan hidup berfoya-foya, serta hidup yang tidak tertib (bnd. Galatia 5:19-20; Lukas 12:15). Orang yang sudah memiliki kepastian keselamatan tidak akan merasa nyaman ketika ia hidup di dalam dosa. Namun, orang tersebut akan berupaya dan berjuang secara optimal dengan pertolongan Roh Kudus untuk menjauhi dosa.
Baca Juga: Doktrin Keselamatan
Kecenderungannya bukan lagi melakukan dosa, namun tendensinya untuk memuliakan Tuhan dan berupaya secara optimal dengan pertolongan Roh Kudus untuk melakukan kehendak-Nya. Hal ini terjadi karena “dosa dan Roh Kudus tidak dapat mendiami tempat yang sama” (hal yang kotor dengan hal yang suci tidak dapat bersatu). Apabila dia mengalami kejatuhan ke dalam dosa, maka penulis meyakini bahwa ia akan segera mengaku dosa dan meninggalkan dosa tersebut serta berbalik kepada Tuhan
Dengan memiliki kepastian keselamatan seorang percaya kepada Kristus akan bertobat dari dosa-dosanya, dan bertumbuh dalam kebenaran (Santoso, 2009, pp. 162-163). Orang yang sudah mengambil keputusan untuk percaya kepada Kristus, maka dengan pertolongan Roh Kudus dia akan berpaling dari dosa dan menghasilkan buah-buah yang nyata sesuai dengan imannya. Hal ini sesuai dengan apa dengan yang dikatakan oleh Yohanes Pembaptis di sungai Yordan (bnd. Matius 3:8)
Kepastian keselamatan sangat penting untuk diketahui dan dipahami oleh setiap orang percaya supaya mereka dapat bertumbuh secara rohani dan memiliki kedewasaan rohani serta menjadi semakin serupa dengan Yesus Kristus.
Menurut Evans, (2005, p. 148) bahwa berkat terbesar kepastian itu ialah karena ia membebaskan kita untuk menikmati dan bertumbuh dalam kehidupan Kristiani. Karena kepastian itu adalah buah ketekunan, maka tidak mungkin menghasilkan sikap hidup yang sembrono (Williamson, 2017, p. 206).
Dengan memiliki kepastian keselamatan seorang percaya kepada Kristus akan bertobat dari dosa-dosanya, dan bertumbuh dalam kebenaran (Santoso, 2009, pp. 162-163). Orang yang sudah mengambil keputusan untuk percaya kepada Kristus, maka dengan pertolongan Roh Kudus dia akan berpaling dari dosa dan menghasilkan buah-buah yang nyata sesuai dengan imannya. Hal ini sesuai dengan apa dengan yang dikatakan oleh Yohanes Pembaptis di sungai Yordan (bnd. Matius 3:8)
Kepastian keselamatan sangat penting untuk diketahui dan dipahami oleh setiap orang percaya supaya mereka dapat bertumbuh secara rohani dan memiliki kedewasaan rohani serta menjadi semakin serupa dengan Yesus Kristus.
Menurut Evans, (2005, p. 148) bahwa berkat terbesar kepastian itu ialah karena ia membebaskan kita untuk menikmati dan bertumbuh dalam kehidupan Kristiani. Karena kepastian itu adalah buah ketekunan, maka tidak mungkin menghasilkan sikap hidup yang sembrono (Williamson, 2017, p. 206).