DOKTRIN PEMBENARAN OLEH IMAN


“Oleh kasih karunia telah DIBENARKAN DENGAN CUMA-CUMA karena penebusan dalam Kristus Yesus” (Roma 3:24).
DOKTRIN PEMBENARAN OLEH IMAN
Tujuan : Agar setiap orang percaya memahami bahwa dirinya telah dibenarkan oleh Allah sebab Yesus telah menanggung hukuman dosanya itu di kayu salib (Roma 5 :1).

PENDAHULUAN

Sebelum dilahirkan baru kita semua bersalah di hadapan Allah dan seharusnya menerima hukuman mati (Roma 6:23). Tetapi kini kita telah dibenarkan (Roma 5:1,18) oleh karya Yesus yang telah menanggung dosa dan kesalahan kita di kayu salib.

Dengan demikian, semua orang yang belum percaya Yesus adalah TETAP disebut sebagai orang berdosa dan bersalah di hadapan Allah (Roma 3:19-20, 1 Yohanes 1:8) dan tetap berada di bawah murka Allah (Yohanes 3:36).

KITA ADALAH MANUSIA BERDOSA

Firman Tuhan berkata, bahwa tidak ada seorang pun yang BENAR (Roma 3:10) karena semua orang telah berbuat dosa (Rm 3:23) dan dosa membawa masuk ke NERAKA (Matius 5:22).

Pertanyaan serius, adalah bagaimana orang berdosa bisa benar di hadapan Allah? Padahal hakikat dosa adalah perlawanan terhadap Allah. Seseorang yang sedang melawan Allah, tidak mungkin dapat benar di hadapan-Nya. Sesuai yang tertulis di dalam Roma 3:23 tersebut bahwa semua manusia adalah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Setiap manusia dipandang bersalah di hadapan-Nya.

Pertanyaan selanjutnya, adalah bagaimana orang berdosa bisa menjadi benar di hadapan Allah? Pembenaran adalah jawaban satu-satunya! Allah berfirman,”...Allah yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka?” (Roma 8:33).

Jadi, di sini yang perlu kita garisbawahi adalah Allah-lah yang membenarkan orang berdosa. Bukan orang berdosa yang membenarkan diri sendiri di hadapan-Nya. Tak seorangpun yang mampu membenarkan diri mereka sendiri. Firman Tuhan berkata,”...dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus” (Roma 3:24).

APA ITU PEMBENARAN

Pembenaran dapat dimengerti sebagai dua hal yaitu : sebagai sesuatu yang Allah lakukan; dan sebagai sesuatu yang diterima orang berdosa. Dalam keduanya tercakup: pengampunan penuh dari dosa dan hak untuk memperoleh hidup yang kekal. 

Pertama : pembenaran adalah sesuatu yang Allah lakukan. “Allah yang membenarkan” (Roma 8:33). Tujuan Allah bagi keselamatan telah ada sebelum dunia dijadikan, sehingga pembenaran adalah sesuatu yang terjadi di luar kita dan terlepas dari pengaruh kita. Pembenaran adalah suatu tindakan yang terjadi seketika – tidak ada yang namanya pembenaran progresif. Orang berdosa yang telah mengalami pembenaran dipersatukan dengan Kristus selamanya.

Dr. Berkhof juga menegaskan bahwa pembenaran terjadi sekali untuk selamanya. Pembenaran tidak diulang, dan juga bukan merupakan suatu proses; pembenaran ini sempurna seketika dan selamanya. Manusia dibenarkan sepenuhnya atau tidak sama sekali. Berbeda dengan pengudusan. Pengudusan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, yang tak akan pernah sempurna dalam hidup ini.

Kedua: pembenaran adalah sesuatu yang diterima oleh orang berdosa. Di dalamnya tercakup pengampunan penuh dari dosa, perkenanan Allah, dan hidup yang kekal (Yohanes 3:16).

Pembenaran merupakan anugerah Allah di mana Ia menyatakan benar yaitu setiap orang yang beriman pada Yesus dan menerima Dia sebagai Pengganti dan Juruselamatnya (Ulangan 25:1, Yesaya 5:23, Roma 2:13). Jadi, jika Allah membenarkan orang berdosa, keadilan Allah tidak dilanggar sebab orang berdosa itu telah percaya dan menerima Yesus sebagai korban pengganti karena dosanya, dan sebab Yesus telah menanggung hukuman dosa orang itu di kayu salib. Ketika kita dinyatakan benar itu dengan demikian kita juga dinyatakan bebas daripada kesalahan dan hukuman karena apa yang dituntut oleh hukum sudah dipenuhi. Jadi, pembenaran itu adalah tindakan Allah yang penuh rahmat mengampuni orang berdosa dan memperhitungkannya sebagai benar melalui karya Kristus (Roma 4:5).

Pembenaran tidak sama dengan menyatakan bahwa seseorang tidak bersalah, karena pernyataan yang demikian akan merupakan dusta. Kita dinyatakan benar bukan karena kita tidak bersalah/berdosa, tetapi karena kebenaran Anak-Nya sudah dikenakan kepada kita. Kristus sudah dijadikan kebenaran kita (1 Korintus 1:30). 

James Buchanan menegaskan bahwa pengertian “menyatakan benar” bukan berarti membuat orang tersebut betul-betul menjadi benar melainkan menyatakan bahwa itulah posisi orang tersebut dari sisi hukum. Jadi, pembenaran adalah Allah menyatakan bahwa orang tersebut harus dipandang sebagai benar secara hukum.

Hal serupa dinyatakan oleh John Murray, bahwa istilah “dibenarkan” harus diartikan dengan “menyatakan sebagai yang benar” (Ulangan 25:1) di pandang dari sudut status yuridis (hukum). Dan ketaatan Kristus harus dipandang sebagai dasar dari pembenaran,” Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar” (Roma 5:19) artinya kebenaran Kristus dikenakan kepada kita dan karenanya kita diterima sebagai yang benar di hadapan Allah.

Demikian pula, Dr. Berkhof mengatakan bahwa kata benda “dikaiosis”, pembenaran hanya dijumpai di PB yaitu Roma 4:25; 5:18 sedangkan kata kerjanya adalah “dikaio” secara umum berarti “menyatakan bahwa seseorang benar”. Jadi, istilah membenarkan dalam pengertian Alkitab adalah memberikan suatu hubungan objektif, yaitu keadaan sebagai orang benar, dengan suatu keputusan pengadilan walaupun pada dasarnya orang itu tidak benar. Inilah arti yang tepat dari kata “pembenaran” dalam Alkitab.

Jadi, pembenaran bila dilihat dari segi negatif, adalah pengampunan dosa. Bila dilihat dari segi positif, adalah penerimaan orang berdosa yang percaya dan bertobat sebagai orang benar. Pembenaran merupakan tindakan peradilan Allah yang murah hati, yang menyatakan bahwa orang berdosa yang bertobat itu bebas dari hukuman dosa-dosanya, benar melalui imannya dalam Kristus sebagai Juruselamat, diterima oleh Allah dan berhak atas surga.

Allah adalah satu-satunya sumber pembenaran karena hanya Allah seorang yang benar,”…TUHAN yang kebenaran kami” (Yeremia 23:6). Karena itu Alkitab dengan tepat menyatakan bahwa kebenaran datang dari Allah,”Dengan jubah kebenaran-Nyalah, orang percaya diselubungi” (Yesaya 61:10). Selanjutnya dikatakan juga,”Maka akan Daku orang kelak berkata demikian: Hanya pada Tuhan adalah kebenaran…(Yesaya 45:24,TL)

Jadi, Allah merupakan asal daripada pembenaran, Kristus sebagai pelaksananya dan manusia berdosa secara pribadi melalui iman kepada Kristus merupakan penerimanya. Kalau diringkas, maka Allah Bapa menetapkan orang berdosa itu sebagai orang benar, dan Allah Roh Kudus menyucikan orang tersebut. Pengudusan terjadi di dalam diri manusia dan makin lama makin mempengaruhi keseluruhan keberadaan orang itu.

DIJADIKAN BENAR

1. Kebenaran dari pembenaran adalah kebenaran dan ketaatan Kristus sendiri (Roma 5:17-19).

Ini adalah alasan final mengapa kita dibenarkan adalah kebenaran Kristus dan ketaatan-Nya sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya kita mengalihkan pandangan kita dari diri kita sendiri kepada Kristus dan karya-Nya yang tuntas, final dan sempurna. Paulus berkata,”... sebab itu kami pun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus...” (Galatia 2:16).

2. Kita dibenarkan oleh kasih karunia dalam Kristus

Kita dibenarkan di dalam darah Kristus dan bukan dari apa yang ada di dalam diri kita atau apa yang kita buat, tetapi berasal dari belas kasihan Allah yang cuma-cuma (Roma 3:24). Dan juga dikatakan di dalam Rm 4:16,”Karena itulah kebenaran berdasarkan iman, supaya merupakan kasih karunia”. Jadi, iman dan kasih karunia saling melengkapi satu sama lain. Iman secara total bersandar pada fakta bahwa dasar pembenaran adalah kebenaran Kristus dan bukan perbuatan/hasil kerja. Hanya oleh kebenaran Allah kita dibenarkan (Roma 1:17; 10:3).

Namun perlu diingat bahwa dibenarkan oleh iman bukan berarti seseorang boleh berbuat semaunya. Itu sangat keliru! Pembenaran memang hanya oleh iman saja, tetapi bukan oleh iman yang berdiri sendiri. Iman itu bekerja melalui kasih (Galatia 5:6). Dan iman tanpa perbuatan adalah mati (Yakobus 2:17-20). Jadi, hanya iman yang hidup yang membenarkan dan mempersatukan seseorang kepada Kristus, bagaimanakah ia masih dapat hidup di dalam dosa? (Roma 6:1,2).

Dibenarkan melalui iman sebab iman merupakan alat yang melaluinya kita menyandarkan diri dan berpegang serta menerima jasa Kristus, dan kita menerima semua ini sebagai dasar pembenaran kita. Kebenaran Kristus sebagai dasar pembenaran kita sebab pembenaran bukan pekerjaan usaha manusia, tetapi pekerjaan Tuhan.

MAKNA PERBUATAN BAIK

Jadi apa pun perbuatan baik yang kita lakukan tidak akan pernah mampu membuat kita menjadi benar. Seandainya, seseorang dapat tidak melakukan satu kesalahan pun seumur hidupnya, maka ia tetap adalah orang berdosa. Mengapa? Sebab ia telah lahir sebagai orang berdosa. Ia telah lahir dengan sebuah “pabrik” dosa. Walaupun pabrik dosa, ia belum memproduksi dosa. Ia telah mempunyai pabrik dosa (kecenderungan berbuat dosa/dosa warisan dari Adam). Jadi, bagaimanakah caranya ia agar dapat menjadi orang benar? Tidak ada cara lain. Allah tidak dapat mengabaikan dosa, tetapi Ia harus menghukum dosa sebab Ia adalah Allah yang adil.

Jadi, kematian Kristus diperhitungkan bagi kita yang percaya. KEBENARAN KRISTUS dimasukkan ke dalam hidup kita, sehingga kita menjadi orang benar. Allah Melihat kita benar seperti “Kristus yang Benar”. Pembenaran hanya mungkin karena pekerjaan Kristus, di mana Ia adalah sebagai pelaksana daripada pembenaran itu,”Dan hamba-Ku (Kristus) itu, sebagai orang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul” (Yesaya 53:11b).

Bagaimana peran perbuatan manusia? Seringkali orang Kristen masih bingung antara pernyataan Paulus yang mengajarkan bahwa kita “dibenarkan oleh iman bukan karena melakukan hukum Taurat” (Rm 3:28) dengan pernyataan Yakobus yang mengajarkan bahwa “bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman” (Yakobus 2:24).

Sebenarnya di sini tidak ada kontradiksi sama sekali. Kita percaya Alkitab tidak mungkin bertentangan dengan dirinya sendiri. Jika kita melihat nats atau ayat yang seolah-olah kontradiksi itu sebenarnya karena kita yang belum memahami apa yang maksud oleh penulis Alkitab. Allah adalah Mahabenar, pastinya akan menghasilkan pengajaran/firman yang benar atau tidak ada kontradiksi di dalamnya.

Demikianlah penjelasannya. Paulus berbicara tentang fakta dari pembenaran. Kita adalah orang berdosa dibenarkan karena Allah dengan penuh rahmat mengampuni dan menerima kita oleh karena Kristus dan bukan karena perbuatan kita. Pembenaran seperti ini hanya diterima oleh iman saja kepada karya Kristus di kayu salib.

Sedangkan Yakobus berbicara tentang bukti dari pembenaran. Yakobus menegaskan pengalaman akan kepastian ketika orang berdosa tahu bahwa mereka dibenarkan. Di sanalah terdapat fakta pembenaran dan di sanalah terdapat bukti dari fakta itu. Paulus menuliskan pernyataan pembenaran Allah : bahwa hal itu tidak tergantung pada perbuatan baik kita. Yakobus menulis bagaimana mengetahui orang yang telah dibenarkan : yaitu melalui bukti hidup kudus yang dijalani.

Dengan demikian, baik Paulus maupun Yakobus tidak bertentangan sama sekali. Keduanya menyebutkan Abraham sebagai contoh argumen mereka. Kedua bagian pembenaran itu dapat dilihat di dalam diri Abraham. Pertama-tama, Abraham dibenarkan oleh iman sebelum ia disunat. Kedua, ada bukti nyata pembenaran di dalam hidup Abraham, karena ia tidak ragu untuk menaati perintah Allah kepadanya. Pembenaran adalah pemberian Allah yang rahmani dan dibuktikan melalui hidup orang-orang percaya.

Saya menegaskan bahwa orang percaya tidak akan tetap berdosa apabila mereka dibenarkan melainkan akan mulai menampakkan tanda-tanda kehidupan rohani yang baru. Tetapi mereka dapat dinyatakan telah diampuni dan dibenarkan meskipun pada saat percaya ia berdosa.

Dr. Berkhof membantu kita memahami persoalan tersebut dengan memberikan latar belakang perbedaan antara apa yang dikatakan Paulus dan apa yang dikatakan Yakobus jelas berkaitan langsung dengan pembaca asli surat mereka itu. Paulus berhadapan dengan kaum legalis yang berusaha mendasarkan pembenaran mereka, paling tidak sebagian, dalam ketaatan untuk melaksanakan hukum. Di lain pihak, Yakobus berhadapan dengan kaum Antinomian, yang mengklaim bahwa mereka mempunyai iman, tetapi iman mereka sekedar merupakan pelaksanaan secara intelektual (Yakobus 2:19), dan mereka menyangkal perlunya perbuatan baik. Karena itu Yakobus menekankan kenyataan bahwa iman tanpa perbuatan baik adalah iman yang mati, dan karena itu sama sekali bukan iman yang membenarkan. Iman yang membenarkan adalah sebuah iman yang berbuah dalam perbuatan baik. Di sini Yakobus lebih membicarakan suatu pembenaran lebih lanjut dari Abraham yang sudah percaya. Iman yang benar akan menyatakan dirinya sendiri dalam perbuatan baik, dan perbuatan ini akan menyaksikan kepada manusia tentang kebenaran (yaitu kebenaran yang hidup) yang keluar dari iman itu.

Jadi, pada waktu Yakobus mendeklarasikan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati, dia menyatakan bahwa iman yang demikian tidak membenarkan seorang pun, oleh karena iman itu tidak hidup. Iman yang hidup menghasilkan perbuatan-perbuatan baik tetapi perbuatan-perbuatan itu bukan merupakan dasar dari pembenaran. Hanya usaha yang telah dicapai oleh Yesus yang dapat membenarkan orang berdosa.

Kesalahan yang menyedihkan adalah bentuk modern dari ajaran sesat antinomian, yang mengatakan bahwa seseorang dapat dibenarkan dengan menerima Yesus sebagai Juruselamat tetapi tidak sebagai Tuhan. Menyangkali ketuhanan-Nya adalah mencari pembenaran dengan iman tanpa pertobatan, di mana ini berarti tidak memiliki iman.

Meskipun perbuatan-perbuatan baik kita tidak menghasilkan keselamatan, tetapi hal itu merupakan dasar bagi janji Allah untuk memberikan upah kepada kita di surga. Masuknya kita ke kerajaan Allah hanya berdasarkan iman. Tetapi upah di dalam kerajaan Allah adalah sesuai dengan perbuatan-perbuatan baik kita,”Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: "Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka." (Wahyu 14:13).

BERKAT DARI PEMBENARAN

Ada dua hal yang perlu kita ketahui saat kita dibenarkan oleh Allah dalam Yesus:

1. DOSA KITA DIAMPUNI DAN HUKUMANNYA DIBATALKAN Pembenaran meliputi penghapusan atas semua dosa dan penghukumannya. Dengan demikian, pembenaran memberikan kepada kita jaminan kehidupan kekal kita (Rm 5:17,18,21). Pengampunan yang diberikan dalam pembenaran dapat diterapkan pada semua dosa, baik masa lalu, sekarang maupun yang akan datang. Dan dengan demikian mencakup suatu penyingkiran atas kesalahan dan semua hukumannya (Roma 5:21).

Pengampunan atas dosa memulihkan orang berdosa ke keadaan tidak berdosa. Bagi orang yang ada di dalam Yesus, hukuman dosanya dibatalkan sebab Yesus telah menanggung/menggantikan hukuman orang itu (Roma 3:24-25, Efesus 1:7). Sehingga:

a. Dosanya tidak diperhitungkan-Nya lagi (Mazmur 32:2).

b. Tidak ada seorang pun yang dapat menuduh (Rm 8:33-34)

c. Tidak ada lagi hukuman atas dirinya (Roma 8:1) karena perasaan tentang penghukuman karena melakukan dosa dihilangkan.

d. Diselamatkan dari murka Allah yang akan datang (Roma 5:9)

e. Menjadi pewaris hidup yang kekal (Titus 3:17)

2. DIKEMBALIKAN KE DALAM KEADAAN BERKENAN PADA ALLAH

Keadaan berkenan pada Allah yaitu keadaan seseorang dapat bersahabat kembali dengan Allah (2 Korintus 5:18). Sekarang, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah (Roma 5:1), di mana Allah tidak lagi menganggap kita sebagai musuh, melainkan sahabat-Nya (Yohanes 15:15).

PEMBENARAN DAN TAURAT

Taurat tidak dapat membenarkan manusia dari dosa. Pertama, Taurat itu “tak berdaya oleh daging” (Rm 8:3). Artinya Taurat hanya dapat menunjukkan diagnosa penyakit kita yang disebut dosa, tetapi Taurat tidak sanggup mengobatinya. Seperti cermin, Taurat hanya dapat memperlihatkan pada kita akan kenajisan dan dosa kita, tetapi tidak mampu membersihkannya. Berapa pun lamanya kita memandang cermin, namun hal itu tetap tidak pernah membersihkan muka kita yang kotor. Taurat menunjukkan pada kita standar atau ukuran kesucian Allah dan menyatakan kekurangan-kekurangan kita.

Kedua, Taurat tidak menaruh belas kasihan. Taurat itu bersifat keras dan kaku. Untuk dapat dibenarkan oleh Taurat seseorang harus mentaatinya dengan sempurna. Tabiat manusia yang sudah jatuh dalam dosa itu tidak mungkin dapat melakukan perbuatan yang tanpa dosa (Galatia 3:10). Seandainya seseorang dapat membuka lembaran hidup yang baru dan mulai mentaati Taurat dengan sempurna, lembaran hidupnya yang lama tidak dapat terhapus. Padahal yang harus dibenarkan di hadapan Allah bukan hanya sejak ia memulai hidup yang baru, tetapi seluruh hidupnya.

Sebenarnya, Taurat tidak pernah diberikan dengan maksud untuk membenarkan seseorang,”Karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa” (Roma 3:20). Lalu apakah Taurat salah? Tidak. Taurat itu suci, benar dan baik (Roma 7:12). Kesalahannya terletak pada manusia dan Taurat membentangkan/memperlihatkan kenyataan itu.

Apakah maksud diberikannya Taurat pada manusia? Taurat memang tidak dapat memberikan kita keselamatan, tetapi Taurat dapat membawa kita pada Juruselamat,”Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman” (Galatia 3:24).

Jadi, karena Kristus telah dengan sempurna memenuhi ukuran ini (Hukum Taurat) dan mati ganti kita, maka Allah dapat membenarkan orang yang mempercayai Kristus. Kristus menyelamatkan dan membenarkan umat-Nya dengan cara menjadi pengganti bagi mereka. Kristus bukan sekedar nabi yang mengajar mereka; bukan sekedar raja yang memerintah mereka; Kristus adalah seorang imam dan korban, seorang wakil umat-Nya. Kebenaran kita ada “ di dalam Dia”. Paulus berkata,”Oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-Cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus” (Roma 3:24).

Baca Juga: Iman, Pertobatan Dan Keselamatan Kristen

James Buchanan mengatakan sebagai berikut: Segala yang dilakukan Kristus dalam menaati sepenuhnya kehendak Bapa-Nya dan dalam memberikan diri-Nya sendiri di kayu salib, dilakukan-Nya sebagai pengganti bagi umat-Nya. Dengan demikian, pembenaran yang diterima orang berdosa (kita) lengkap dan sempurna.

JALAN UNTUK PEMBENARAN

Iman merupakan jalan satu-satunya di mana seseorang dapat dibenarkan. Pembenaran bukan iman plus perbuatan baik. Iman sebagai alat kita menerima pembenaran ialah karena hanya dengan mempercayai dan bukan dengan alasan lain, kita dapat bersandar pada karya Kristus yang menyelamatkan. Melalui iman kepada Kristus sehingga orang berdosa bersandar pada Kristus bagi keselamatannya. Tetapi iman yang membenarkan itu beralaskan atas karya Kristus yang sudah genap itu,”Dan oleh karena Dia juga, barangsiapa yang percaya itu dibenarkan dari segala sesuatu yang tiada dapat kamu dibenarkan oleh Taurat Musa” (Kisah Para Rasul 13:39,TL). Karena pembenaran tergantung pada karya Kristus yang kini telah selesai, pembenaran kita telah sangat sempurna.

Kita dibenarkan “oleh karena iman dalam Kristus” (Galatia 2:16), dan bukan karena melakukan hukum Taurat (Rm 3:28). Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya (Rm 10:4). Oleh sebab itu, Kristuslah satu-satunya Mediator yang sempurna antara Allah dan manusia. Pembenaran alkitabiah berkaitan dengan anugerah dan iman, bukan dengan usaha manusia.

Mengapa orang berdosa tidak dapat dibenarkan dengan usaha mereka sendiri? Sebab mereka bersalah karena berdosa. Karena itu, sebagai orang-orang yang bersalah, tidak mungkin mereka dapat menawarkan pekerjaan yang baik. Pekerjaan yang baik tidak dapat dilakukan oleh orang yang bersalah. Agar dapat disebut “baik” dalam pandangan Allah, sebuah tindakan haruslah:

i. Sesuai dengan kehendak-Nya

ii. Dilakukan karena ketaatan

iii. Datang dari motivasi yang benar

iv. Merupakan ungkapan kasih kepada Allah

v. Mendatangkan kemuliaan Allah

Jadi pembenaran tidak akan pernah mungkin jika didasarkan atas usaha manusia yang bersalah, yang tidak pernah dapat menunjukkan satupun pekerjaan yang “baik” yang memenuhi kelima syarat ini. Namun demikian, orang percaya tentulah harus melakukan pekerjaan yang baik (Ibrani 13:15-16), yang merupakan hasil iman mereka, merupakan bukti pembenaran. Pekerjaan baik orang percaya tidak mungkin merupakan alasan pembenaran melainkan semua pekerjaan baik ini merupakan bukti adanya pembenaran, hasil dari iman.

PEMBENARAN DAN KELAHIRAN BARU

Pada saat kita percaya pada Kristus, Ia membenarkan kita, menyatakan kita benar dan bebas dari tanggungan atas hukuman dosa. Dengan demikian, Allah memperlakukan kita seolah-olah kita tidak pernah berdosa. Kedua pokok ini harus dipikirkan bersama-sama.

Hubungan antara pembenaran dan kelahiran baru adalah sebagai berikut.

a. Pembenaran terjadi di luar kita, pada tahta Allah di mana Ia menyatakan kita benar (obyektif). Kelahiran baru merupakan karya Allah yang terjadi di dalam kita (subyektif).

b. Pembenaran adalah apa yang Kristus buat untuk kita, kelahiran baru merupakan karya Roh Kudus di dalam kita.

c. Pembenaran mengubah hubungan kita dengan Allah, kelahiran baru mengubah tabiat/karakter kita.

KUASA PEMBENARAN

Mengapa banyak orang Kristen yang belum bisa mengalami kehidupan Kristen yang maksimal? Karena mereka kurang memahami apa artinya MENJADI BENAR di hadapan Allah, musuh kita (iblis dengan dustanya), dan diri kita sendiri (hati nurani). 

1. Pembenaran membuat kita INTIM dengan Bapa

Senjata iblis yang paling hebat untuk melumpuhkan kehidupan orang Kristen adalah dusta, dengan tuduhan (Wahyu 12:10). Mengapa? Tuduhan dosa membuat kita merasa jauh dari Tuhan.

Tertuduh itu normal, tetapi kalau kita terus-menerus tertuduh, itu tidak sehat. Jadi, saat kita terus merasa tertuduh, iblis mempunyai tempat kerja untuk membuat kita merasa jauh dari Tuhan. Bagaimana mengatasinya hal itu? Jawabannya adalah dengan mengetahui bahwa kita ini berasal dari kebenaran (1 Yohanes 3:19).

Baca Juga: Bagaimana Pengertian Pembenaran?

Dengan demikian, tidak ada lagi tuduhan yang dapat dilontarkan pada kita,”Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka?” (Roma 8:33). Kini kita dapat INTIM dengan Allah tanpa harus merasa tertuduh karena adanya kepastian bahwa Allah bersedia menerima kita. Kita dapat senantiasa menghampiri-Nya serta duduk bersama-sama di meja perjamuan dan makan bersama-sama dengan Dia dan Ia bersama-sama dengan kita (Wahyu 3:20).

2. Pembenaran membuat kita mampu MENGALAHKAN MUSUH kita (iblis)

Iblis sangat takut dengan orang yang mengerti posisinya di hadapan Allah, karena senjata iblis yang paling hebat adalah tuduhan dan tuduhan hanya dapat dikalahkan oleh keyakinan kita akan posisi KEBENARAN yang kita miliki.

Posisi kita sebagai orang benar tidak akan berubah karena perbuatan kita. Bila kita jatuh ke dalam dosa, maka kita tetaplah menjadi orang benar. Namun, orang benar yang jatuh ke dalam dosa pasti tidak akan mungkin terus-menerus hidup dalam dosa. Ia akan segera bangkit dan meninggalkan dosa tersebut dan bertobat. Ia tidak dapat terus-menerus hidup dalam dosa (1 Yohanes 3:8-9).

3. Pembenaran MENENANGKAN HATI NURANI kita

Pada umumnya musuh yang paling sulit kita hadapi tatkala jatuh ke dalam dosa adalah TUDUHAN dari diri sendiri. Hati nurani kita akan selalu menuduh diri kita. Bagaimanakah menenangkan hati nurani kita? Alkitab berkata,”Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah, sebab jika kita dituduh olehnya, Allah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu” (1 Yohanes 3:19-20).

Kita tidak menjadi benar karena telah berbuat benar, tetapi kita berbuat benar sebagai orang benar.
Next Post Previous Post